verminous pneumonia

2
Verminous pneumonia, karena migrasi larva T.canis dapat terjadi pada puppy. Dalam usus, cacing dewasa mengambil nutrisi dari hospes definitifnya dengan menyebabkan kelukaan dinding usus dan mengambil nutrisi dari sirkulasi. Berdasarkan siklus hidupnya, larva menyebabkan penyakit dengan fase migrasi yang meninggalkan lesi pada organ dan jaringan yang dilalui. Keparahannya bergantung kepada jumlah, baik pada cacing dewasa maupun larva. Perjalanan larva infektif T. cati melalui jaringan paru-paru dan hati dapat menyebabkan terjadinya edema pada kedua organ tersebut. Paru-paru yang mengalami edema mengakibatkan batuk, dipsnoe, selesma, dengan eksudat yang berbusa dan kadang mengandung darah. Perjalanan larva lewat lambung, pada yang berat menyebabkan distensi lambung, diikuti oleh muntah, dan mungkin disertai keluarnya cacing yang belum dewasa didalam bahan yang dimuntahkan (vomitus). Cacing dewasa dapat menyebabkan kerusakan pada usus halus, pada hewan dewasa kadang tidak terlihat gejalanya. Hewan yang mengalami infestasi cacing yang berat dapat menunjukkan gejala kekurusan, bulu kusam, perbesaran perut (pot-belly), juga gangguan usus yang antara lain ditandai dengan sakit perut (kolik). Obstruksi usus baik parsial maupun total, dan dalam keadaan ekstrim terjadi perforasi usus hingga tampak gejala peritonitis. Pada beberapa kasus bisa menunjukkan anemia, muntah, diare atau konstipasi. Pada kasus yang sangat berat tapi jarang terjadi, bisa terdapat obstruksi usus. Gejala batuk dapat teramati

Upload: ukhti-hamidah-fillah

Post on 14-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Patogenesis

TRANSCRIPT

Page 1: Verminous Pneumonia

Verminous pneumonia, karena migrasi larva T.canis dapat terjadi pada puppy.

Dalam usus, cacing dewasa mengambil nutrisi dari hospes definitifnya dengan

menyebabkan kelukaan dinding usus dan mengambil nutrisi dari sirkulasi. Berdasarkan

siklus hidupnya, larva menyebabkan penyakit dengan fase migrasi yang meninggalkan

lesi pada organ dan jaringan yang dilalui. Keparahannya bergantung kepada jumlah, baik

pada cacing dewasa maupun larva. Perjalanan larva infektif T. cati melalui jaringan

paru-paru dan hati dapat menyebabkan terjadinya edema pada kedua organ tersebut.

Paru-paru yang mengalami edema mengakibatkan batuk, dipsnoe, selesma, dengan

eksudat yang berbusa dan kadang mengandung darah.  Perjalanan larva lewat lambung,

pada yang berat menyebabkan distensi lambung, diikuti oleh muntah, dan mungkin

disertai keluarnya cacing yang belum dewasa didalam bahan yang dimuntahkan

(vomitus).

Cacing dewasa dapat menyebabkan kerusakan pada usus halus, pada hewan dewasa

kadang tidak terlihat gejalanya.

Hewan yang mengalami infestasi cacing yang berat dapat menunjukkan gejala

kekurusan, bulu kusam, perbesaran perut (pot-belly), juga gangguan usus yang antara

lain ditandai dengan sakit perut (kolik). Obstruksi usus baik parsial maupun total, dan

dalam keadaan ekstrim terjadi perforasi usus hingga tampak gejala peritonitis. Pada

beberapa kasus bisa menunjukkan anemia, muntah, diare atau konstipasi. Pada kasus

yang sangat berat tapi jarang terjadi, bisa terdapat obstruksi usus. Gejala batuk dapat

teramati sebagai akibat adanya migrasi melalaui sistema respirasi. Pada hewan muda,

migrasi larva dapat berakibat pneumonia. Adanya cacing yang banyak menyebabkan

penurunan bahan makanan yang diserap, hingga terjadi hipoalbuninemia, yang

selanjutnya menyebabkan kekurusan dengan busung perut (asites). Perut

memperlihatkan pembesaran dan tampak menggantung.

Gejala klinis pada puppy dan kitten misalnya muntah, diare, obstruksi intestinal dapat

terlihat namun tidak umum, kematian dapat terjadi pada infeksi prenatal atau lactogenic

yang parah pada puppy dan kitten setelah 2-3 minggu setelah kelahiran. Larva dapat

menyebabkan visceral larval migrans (VLM) atau ocular larval migrans (OLM) pada

manusia, saat telur infektif tertelan, menetas dan larva secara berlanjut bermigrasi pada

bermacam jaringan, terjadi reaksi radang bentuk granuloma menyebabkan kematian

larva. Tingkat keparahan dan karakteristik gejala tergantung pada jaringan tempat larva

berada, banyaknya larva yang bermigrasi dan frekuensi dari reinfeksi (Ballweber,2001).

Page 2: Verminous Pneumonia