komunitas pneumonia

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar di seluruh dunia. Setiap tahun, pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah 5 tahun, atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan. Terdapat sekitar 155 juta kasus pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya. Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, namun angka kejadian terbesar terdapat di Asia Selatan dan Afrika. Setiap menit terdapat 1 anak balita yang meninggal akibat pneumonia di wilayah Asia Tenggara. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20% anak). Di negara berkembang, pneumonia tidak saja lebih sering terjadi, tetapi juga lebih berat dan merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Hanya sekitar 20 % anak yang menderita pneumonia di Asia Tenggara yang mendapatkan terapi antibiotik yang memadai untuk mengobati penyakitnya. 1

Upload: nqiyyah

Post on 24-Jul-2015

272 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komunitas Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar di seluruh

dunia. Setiap tahun, pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah 5 tahun,

atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih

tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan. Terdapat

sekitar 155 juta kasus pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya. 

Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, namun angka kejadian terbesar

terdapat di Asia Selatan dan Afrika. Setiap menit terdapat 1 anak balita yang

meninggal akibat pneumonia di wilayah Asia Tenggara. Insiden pneumonia di

negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20% anak). 

Di negara berkembang, pneumonia tidak saja lebih sering terjadi, tetapi juga lebih

berat dan merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Hanya sekitar 20 %

anak yang menderita pneumonia di Asia Tenggara yang mendapatkan terapi

antibiotik yang memadai untuk mengobati penyakitnya. 

Indonesia berdasarkan catatan WHO, diketahui sebagai 10 negara besar dunia

yang terbanyak kasus pneumonia. Setiap tahunnya sedikitnya terdapat enam juta

kasus (termasuk penyakit infeksi pernapasan dalam lainnya). Dari angka itu,

sebanyak 25 ribu berujung kematian, khususnya bagi anak usia di bawah lima

tahun.

Dilaporkan WHO, ada sebanyak 98 balita meninggal karena pneumonia setiap

jam. Sementara di Indonesia, angka kejadian pneumonia untuk anak di bawah 5

tahun mencapai 6 juta kasus.

Jumlah itu menjadikan Indonesia menempati posisi ke-6 untuk kasus pneumonia

terbanyak di dunia. Kasus terbesar terjadi di India dengan jumlah kasus mencapai

44 juta per tahun. Diikuti China (18 juta), Nigeria dan Pakistan (7 juta), dan

Indonesia dan Bangladesh dengan kisaran sama yakni 6 juta kasus.

1

Page 2: Komunitas Pneumonia

Hasil tersebut juga sesuai dengan survei mortalitas terhadap 10 propinsi di

Indonesia yang dilakukan oleh Subdit ISPA Departemen Kesehatan RI. Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan salah satu

penyebab kematian balita terbanyak yaitu sejumlah 15,5%.

Melihat tingginya angka kematian, maka memerangi pneumonia merupakan

strategi penting bagi setiap negara dalam pencapaian tujuan keempat

dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi kematian

balita hingga 2/3 dari angka kematian pada tahun 1990.

Berdasarkan data WHO dan UNICEF dalam buku “Pneumonia the forgotten

Killer of diseases”penyebab utama pneumonia 50% adalah bakteri Streptococcus

pneumoniae (bakteri pneumokokus), 20% disebabkan oleh Haemophillus

influenzae type B (Hib),  sisanya adalah virus dan penyebab lainnya. 

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi

di bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan

lahir rendah, tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih

kurang, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya

penyakit kronis pada bayi.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui tingkat prevalensi penyakit Pneumonia

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab insiden kejadian Pneumonia

c. Untuk mengetahui upaya pencegehan penyebaran Pneumonia

d. Untuk mengetahui langkah-langkah penanggulangan penyakit Pneumonia

2

Page 3: Komunitas Pneumonia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Penumonia

Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan

sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap

oksigen berkurang. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya

berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya

infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran

trakheabronkialis. Adapun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme

pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,

trakheastomi, pipa endotrakheal dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen

yang menjadi pathogen ketika memasuki saluran pernapasan.(Ngasrial, Perawatan

anak sakit, 1997).

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut

pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas

cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat

adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia

2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia

1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal

diagnosis pnemonia. Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan

bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karma

makanan atau benda asing.

3

Page 4: Komunitas Pneumonia

2.2 Etiologi

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer

atau sekunder setelah infeksi virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis

adalah bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang menyebabkan

pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus aureus dan streptokokusbeta-

hemolitikus. grup A. juga sering menyebabkan pneumonia,demikian juga

Pseudomonas aeruginosa.Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya

influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu pneumonia yang relatif sering

dijumpai,disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan beberapa

4

Page 5: Komunitas Pneumonia

aspeknya, berada di antara bakteri dan virus. Individu yang mengidap acquired

immunodeficiency syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada

orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis carinii. Individu yang

terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin

ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat mengidap pneumonia

Legionella. Individu yang mengalami aspirasi isi lambung karena muntah atau air

akibat tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi.

Penyebab pneumonia antara lain :

a. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.

b. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus

c. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,

cryptococosis, pneumocytis carini.

d. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.

e. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

f. Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus,

Virus influenza,Virus parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes

simpleks, Micoplasma (pada anak yang relatif besar).

2.3 Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari

luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit

penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh

manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan

lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk

mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar

kecilnya ukuran sang penyebab tersebut.

5

Page 6: Komunitas Pneumonia

Pola nafas tak efektif

Devisit volume

Kuman mati Virulensi tinggi

Destruksi jaringan

Shunt darah arteriole alveoli

2.4 Manifestasi Klinik

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut

selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh

meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk

dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada

sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu

makan, dan sakit kepala.

Tanda dan Gejala berupa:Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge),Suara napas

lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii,

Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk,

Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat,

Lelah.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

a. Kulit yang lembab

b. Mual dan muntah

c. Kekakuan sendi.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboraturium

1. Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3

2. Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.

3. LED meningkat

6

Page 7: Komunitas Pneumonia

b. X-foto dada

Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau

yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).

.

2.6 Tingkat Prevalensi Penyakit Pneumonia

Di Eropa dan Amerika Utara insidensi mencapai 34-40 kasus per 1000 anak per

tahun. Berdasarkan data WHO/UNICEV tahun 2006 dalam “Pneumonia: The

Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk

kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.

2.7 Faktor-faktor Penyebab Insiden Kejadian Pneumonia

Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan

dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4 tahun. Dan menurun

dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur

2 bulan, gizi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara,

kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan

defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,

mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall

nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati

maka angka mortalitasnya masih tinggi.

2.8 Upaya Pencegahan Penyakit Pneumonia

Pengobatan yang dilakukan dalam penanganan pneumonia ringan dengan cara

diberikan obat per oral dan tetap tinggal di rumah, sedangkan untuk pneumonia

berat disertai sesak nafas harus dirawat di Rumah Sakit dan antibiotik diberikan

melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan

alat bantu nafas mekanik (Wikipedia, 2008).

7

Page 8: Komunitas Pneumonia

Pencegahan pneumonia diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring

dan program yang termasuk:

a. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci

tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi

dan disinfektan.

b. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

c. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang

cukup, dan vaksinasi.

d. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

e. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Pencegahan penyebaran pneumonia bisa dilakukan dengan beberapa hal, antara

lain:

1. Dekontaminasi tangan

Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga

hygiene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan

benar. Dekontaminasi tangan sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan atau pemeriksaan bukan hanya saat akan melakukan

tindakan. Penggunaan sarung tangan juga sangat dianjurkan apabila akan

melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan penyakit-penyakit

infeksi, contoh: penggunaan sarung tangan saat melakukan pemeriksaan dahak

penderita pneumonia.

2. Alat yang digunakan di Rumah Sakit

Masker sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara,

seperti penularan pneumonia. Tenaga kesehatan harus memperhatikan

penggunaan masker dalam lingkungan rumah sakit. Masker yang telah

digunakan untuk tindakan pneumonia sebaiknya tidak digunakan untuk

menangani tindakan lainnya.

Ventilator, alat-alat trakeostomi, endotrakeal, NGT, dan alat-alat alain yang

digunakan dalam melakukan tindakan dan pemeriksaan pneumonia harus di

sterilisasi dengan baik. Selain metode sterilisasi yang harus benar, sterilisator

8

Page 9: Komunitas Pneumonia

yang digunakan juga harus bersih. Pada saat melakukan sterilisasi alat

sebaiknya tidak mencampurkan semua alat medis dalam satu wadah atau

ruangan. Dianjurkan untuk membungkus alat-alat dalam satu set untuk satu

jenis tindakan.

3. Mencegah penularan dari lingkungan Rumah Sakit

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit

sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran atau tissue-

tissue yang habis digunakan untuk bersin terlebih oleh penderita pneumonia.

Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat

tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi dan alat-alat medis yang sering

digunakan.

Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas

kesehatan. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi

penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat

menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang

baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya penularanpneumonia.

Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan

menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya

pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang

terbatas dapat menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus

dijaga, terutama pada unit perawatan pasien penumoniauntuk mencegah

terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi

disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar

pasien. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan pasien pneumonia

mengeluarkan dahak dan tidak membersihkannya dengan baik.

4. Memperbaiki ketahanan tubuh

Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen ada pula bakteri yang

secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan

membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga

keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya,

misalnya seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan

tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan

9

Page 10: Komunitas Pneumonia

jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai

dalam mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit

berat. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita

penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.

2.9 Pengobatan sederhana di rumah

Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita

pneumonia antara lain :

a. Mengatasi demam

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.

Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus

dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,

celupkan pada air (tidak perlu air es).

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,

diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu

lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi

yang menyusu tetap diteruskan.

d. Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak

dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan

akan menambah parah sakit yang diderita.

e. Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang

berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang

10

Page 11: Komunitas Pneumonia

lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang

berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah

keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau

petugas kesehatan.

Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5

hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar

setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan

ulang.

2.10 Peran Perawat

Berdasarkan konsosium ilmu kesehatan (1989) peran perawat terdiri atas :

a. Pemberian asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan

mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga

masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis keperawatannya,

perencanaannya, dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat

kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievalusi tingkat

perkembangannya. Asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari hal yang

sederhana samapai dengan masalah yang kompleks.

b. Advokat

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam

menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi

lain, khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang

diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan mempertahankan dan

melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-

baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk

menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima ganti rugi akibat

kelalain tindakan.

11

Page 12: Komunitas Pneumonia

c. Educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakunan pemberian

pendidikan kesehatan.

d. Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian

pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri

atas dokter, fisioterapis, ahli gizi, radiologi, laboratorium, dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam menentukan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Konsultan

Peran perawat sebagai konsultan yaitu sebagai tempat konsultasi terdapat

masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhapat informasi tentang tujuan pelayanan

keperawatan yang diberiakan.

g. Pembawa perubahan

Peran sebagai pembawa perubahan dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan

metode pemberian pelayanan keperawatan.

12

Page 13: Komunitas Pneumonia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan

pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/

infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis.

Adapun beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga

timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa

endotrakheal dan lain-lain.

3.2 Saran

Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan

sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paru-paru menyerap

oksigen berkurang. Jadi, supaya tidak terserang penyakit pneumonia hendaknya

mengkonsumsi makanan yang bergizi ataupun teratur dan juga bisa menjaga

kesehatan dengan berolahraga yang teratur.

13

Page 14: Komunitas Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

C, Barbara Long. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)

Jilid 2. 1996. Yayasan IAPK Pajajaran : Bandung.

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media

Aesculapius : Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Pneumonia

http://metrotvnews.com/lifestyle/news/2010/11/10/33767/Pneumonia-Penyakit-

Menular-yang-Terabaikan

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/pneumonia.html

14