v. hasil dan pembahasan - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/10799/7/bab 5.pdfanisa 14 tahun...

29
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab V ini penulis akan memaparkan hasil dari proses wawancara mendalam (indepth interview) dan pengamatan dengan informan-informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis menurut kaidah penulisan yang sesuai dengan panduan dalam metode penelitian. Setelah diadakan penelitian terhadap delapan orang yakni enam orang siswa yang terdiri dari kelas VII, VIII dan IX serta 2 dua orang guru Bahasa Lampung yang menjadi objek kajian penelitian, yang berada di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang berisi tentang profil dan pembahasan mengenai hambatan sosialisasi Bahasa Lampung di kalangan pelajar. Untuk data informan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Profil Informan NAMA INFORMAN USIA PEKERJAAN SUKU Rika Rahayu 32 tahun Guru Bahasa Lampung Banten Kholinawati 44 tahun Guru Bahasa Lampung Lampung Eni 12 tahun Siswi kelas VII Lampung Reza 12 tahun Siswi kelas VII Jawa Anggi 13 tahun Siswi kelas VIII Lampung Ahmad 13 tahun Siswi kelas VIII Lampung Diah 15 tahun Siswi kelas IX Jawa Anisa 14 tahun Siswi kelas IX Lampung A. Profil Informan 1. Informan 1

Upload: vutuyen

Post on 24-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab V ini penulis akan memaparkan hasil dari proses wawancara mendalam

(indepth interview) dan pengamatan dengan informan-informan yang telah dikumpulkan

dan diolah secara sistematis menurut kaidah penulisan yang sesuai dengan panduan

dalam metode penelitian. Setelah diadakan penelitian terhadap delapan orang yakni

enam orang siswa yang terdiri dari kelas VII, VIII dan IX serta 2 dua orang guru

Bahasa Lampung yang menjadi objek kajian penelitian, yang berada di SLTP

Nusantara Bandar Lampung. Berikut ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian yang

berisi tentang profil dan pembahasan mengenai hambatan sosialisasi Bahasa Lampung di

kalangan pelajar. Untuk data informan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Profil Informan

NAMAINFORMAN

USIA PEKERJAAN SUKU

Rika Rahayu 32 tahun Guru Bahasa Lampung Banten

Kholinawati 44 tahun Guru Bahasa Lampung Lampung

Eni 12 tahun Siswi kelas VII Lampung

Reza 12 tahun Siswi kelas VII Jawa

Anggi 13 tahun Siswi kelas VIII Lampung

Ahmad 13 tahun Siswi kelas VIII Lampung

Diah 15 tahun Siswi kelas IX Jawa

Anisa 14 tahun Siswi kelas IX Lampung

A. Profil Informan

1. Informan 1

Informan pertama bernama Rika Rahayu, beliau merupakan salah satu guru yang

mengajar Bahasa Lampung di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Informan lahir di

Tanggerang, 15 September 1979. Beliau pernah mengenyam pendidikan di SDN 9

Tanggerang, SLTPN 7 Tanggerang dan SMAN 9 Bandar Lampung, D3 Bahasa

Lampung di Universitas Lampung dan S1 Bahasa Indonesia di Universitas

Lampung. sebelum ia menjadi guru di SLTP Nusantara Bandar Lampung ia mengajar

di Salah satu SD yang ada di daerah pesawaran. Menurutnya, mengajar Bahasa

Lampung sangatlah mengasikkan walaupun Bahasa Lampung merupakan pelajaran

yang sulit. Apabila ia mengalami kesulitan ia bertanya kepada salah satu rekan

sesama guru yang mengajar Bahasa Lampung atau ia tak segan-segan bertanya

dengan sepupunya yang bersuku Lampung. Beliau sekarang tinggal di jln. way

sekampung, Pahoman Bandar Lampung.

2. Informan 2

Informan kedua bernama Kholinawati, beliau merupakan guru Bahasa Lampung di

SLTP Nusantara dan juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Informan lahir di

Tanggamus, 11 Agustus 1967 pernah mengenyam pendidikan di SDN 1

Tanjung Jaya, SLTPN 3 Bandar Lampung, SMAN 5 Bandar Lampung dan pendidikan

S1 Bahasa Indonesia di STKIP Bandar Lampung. Menurutnya, mengajar Bahasa

Lampung mempunyai kesenangan tersendiri. Ia merasa bangga apabila Bahasa

Lampung menjadi salah satu pelajaran wajib di sekolah ini. Walaupun latar belakang

beliau bukan dari pendidikan Bahasa Lampung tapi beliau mengerti tentang Bahasa

Lampung baik itu Bahasa Lampung yang berdialek A maupun dialek O. Rumah beliau

beralamat di Langkapura, kemiling.

3. Informan 3

Informan ketiga bernama Eni Septiani kelahiran Bandar Lampung, 17 September 1999

masih berusia 12 tahun, dan sekarang duduk dikelas 7. Ia dikenal teman-temannya

sebagai anak yang pintar, ramah dan senang bergaul. informan merupakan anak ke 4

dari 4 bersaudara. Anak dari pasangan Bunayah dan Susanti, kedua orang tuanya

bersuku Lampung (pesisir) ayahnya bekerja sebagai karyawan swasta dan ibunya

merupakan guru agama islam di SD Tanjung Agung. Pada tahun 2011 ia resmi

menjadi siswi di SLTP Nusantara Bandar Lampung. Informan tinggal di Dr. Harun

Kelurahan Kota Baru, Bandar Lampung.

4. Informan 4

Informan keempat bernama Muhammad Reza, kelahiran Bandar Lampung, 17 Juli

1999. Usianya sama seperti Eni dan sekarang duduk dikelas 7. Informan merupakan

anak ke2 dari 2 bersaudara dari pasangan M.sukri dan Puji astuti, ayahnya bersuku

Palembang dan ibunya bersuku jawa. Pekerjaan sehari-hari ayahnya bekerja sebagai

buruh dengan penghasilan yang tidak tetap dan ibunya bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Informan beralamat di Gg. Bukit no. 12 Kampung Sawah Bandar Lampung.

Di dalam keluarganya ia dikenal sebagai anak yang penurut dan taat beribadah

sedangkan disekolah ia dikenal sebagai anak yang pendiam dan tidak banyak omong.

Prestasinya disekolah dibilang sudah cukup baik, ia mendapatkan peringkat 10 besar

dikelasnya.

5. Informan 5

Informan kelima yang diwawancarai bernama Anggi Pramesti kelahiran Bandar

Lampung, 8 Agustus 1998. Usianya 13 Tahun sekarang duduk dikelas 8, Informan

merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Sugianto dan Evi Susanti,

kedua orangtuanya bersuku Lampung (pubian) ayahnya bekerja sebagai Wiraswasta

dan ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Informan beralamat di gg.Mangga

kedamaian, Bandar Lampung. Di sekolah ia dikenal teman-temanya sebagai anak

yang baik, rajin dan suka menolong teman-temanya di mata wali kelasnya ia dikenal

sebagai anak yang pendiam tapi cerdas.

6. Informan 6

Informan keenam bernama Abdusalam Ahmad kelahiran Bandar Lampung, 23 Juli

1998. Usianya 13 Tahun sekarang duduk dikelas 8. Informan merupakan anak

pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Abadi dan Komala Sari, orangtuanya

bersuku Lampung (pesisir). Kedua orang tuanya merupakan orang yang

berpendidikan. Keduanya bekerja sebagai guru, ayahnya bekerja sebagai guru fisika

di SMA swasta dan ibunya mengajar sebagai guru Bahasa Indonesia di SLTP Negeri

5. Ia tinggal di gg.Lestari kelurahan jagabaya Bandar Lampung. Didalam keluarga ia

dikenal sebagai anak yang penurut, menurutnya karena ia merupakan anak pertama

jadi ia berusaha menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya. Sedangkan disekolah

ia dikenal sebagai anak yang periang. Prestasinya disekolah sangat baik nilai rata-rata

raportnya diatas 7. Pelajaran yang menjadi favoritnya adalah sejarah, menurutnya

pelajaran sejarah itu tidak membosankan dan juga gurunya yang sangat humoris dan

suka bercanda.

7. Informan 7

Informan ketujuh yang diwawancarai bernama Diah Kurnia Sari kelahiran Bandar

Lampung, 18 Maret 1997. Usianya 15 Tahun, sekarang duduk di kelas 9. Informan

merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara dari pasangan alm.Wahidin dan Sartika,

ayahnya meninggal sejak ia duduk dikelas 6 SD. ayahnya dulu bekerja sebagai

Wiraswasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Untuk biaya hidup dan pendidikan,

tidak hanya dari ibunya saja tetapi dibantu pula dengan kakak-kakaknya yang sudah

bekerja. Kakak pertamanya bekerja sebagai pegawai negeri di kota Bandar Lampung

dan kakak keduanya bekerja di bank mandiri sedangkan kakak ketiganya kuliah di

perguruan teknokrat dan kakaknya yang terakhir masih sekolah kelas 3 SMA.

Informan beralamat di jln.Gajah Mada no.67 Kota Baru Bandar Lampung.

8. Informan 8

Informan kedelapan bernama Anisa Novia Sari, kelahiran Bandar Lampung, 1

November 1997. Usianya 14 Tahun sekarang duduk dikelas 9. Informan merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan abdul latief dan kurniati, ayahnya

bekerja sebagai polisi dan ibunya bekerja sebagai guru SD. Kedua orang tuanya

bersuku Lampung (saibatin). Disekolah ia dikenal sebagai anak yang pintar, dan juga

ia merupakan salah satu pengurus OSIS. Prestasinya pun sangatlah membagakan, ia

selalu menjadi juara kelas.

B. Hasil Wawancara

Sosialisasi Bahasa Lampung di SLTP Nusantara Bandar Lampung sulit didapatkan,

kesulitan yang dialami baik guru maupun siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor

tersebut yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi adanya rasa

malu dalam diri siswa kemudian masih rendahnya minat siswa untuk mempelajari Bahasa

Lampung itu sendiri. Faktor lainnya yaitu, faktor eksternal yang meliputi, faktor

lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan pergaulan.

Pada bab ini akan dipaparkan hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan

informan-informan yang telah dikumpulkan dan diolah secara sistematis serta menurut

tata aturan yang telah diterapkan dalam metode penelitian. Berikut pembahasannya:

Siswa SLTP Nusantara Bandar Lampung yang peneliti wawancarai terdiri dari suku Jawa

dan Lampung. Para informan terdiri dari siswa/i kelas VII, VIII dan IX serta tiga orang

guru Bahasa Lampung. Sebagian besar informan yang peneliti wawancarai bersuku

Lampung seperti Eni, Anggi, Ahmad dan Anisa. Pada saat peneliti mewawancarai

mengenai awal mula informan mengenal Bahasa Lampung, jawaban mereka pun

beragam. Seperti yang di ungkapkan oleh Anisa berikut ini.

Lampung dan dari SD juga sudah diajarkan karena Bahasa Lampung merupakanl 22 Maret

2012).

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Anggi, ia mengatakan bahwa sudah sejak kecil

mengenal Bahasa Lampung dikarenakan orang tuanya bersuku Lampung.

kwawancara dengan Anggi pada tanggal 22 Maret 2012).

Lain halnya dengan Reza dan Diah, mereka merupakan orang Jawa, menurutnya mereka

mengenal Bahasa Lampung itu sendiri sejak mereka duduk disekolah dasar.

Lampung sedangkan saya yang bukan orang Lampung mengenal atau tahu Bahasatanggal 22 Maret

2012).

bukan orangLampung, tetapi karena sejak SD sudah belajar Bahasa Lampung jadi lama-kelamaansaya agak paham gimana logat bicaranya walaupun saya kurang tauwawancara dengan Diah pada tanggal 22 Maret 2012).

Seluruh informan mengaku bahwa mereka mengenal dan mengetahui Bahasa Lampung

dari sejak kecil dan juga dari SD sudah diperkenalkan Bahasa Lampung. Tetapi,

walaupun informan sudah dari kecil mengenal Bahasa Lampung tetapi tidak menuntut

kemungkinan mereka paham akan Bahasa Lampung.

Berikut ini adapun faktor-faktor yang menghambat proses sosialisasi, diantaranya faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam, misalnya seperti rasa

malu dan rendahnya minat siswa dalam mempelajari Bahasa Lampung. kemudian faktor

ekternal, yaitu faktor dari luar seprti, faktor lingkungan baik lingkungan keluarga,

sekolah maupun lingkungan pergaulan.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu tersebut. Faktor inilah yang

menyebabkan terhambatnya sosialisasi Bahasa Lampung khususnya dikalangan pelajar di

SLTP Nusantara Bandar Lampung. Faktor dari dalam misalnya adanya rasa malu dari

dalam diri siswa untuk menggunakan Bahasa Lampung serta rendahnya minat siswa

untuk mempelajari Bahasa Lampung.

a. Adanya Rasa Malu Dalam Menggunakan Bahasa Lampung

Sebagian besar informan mengaku merasa malu dalam menggunakan Bahasa Lampung

dalam lingkungan mereka sehari-hari, dikarenakan menurut mereka Bahasa Lampung itu

dianggap bahasa kampung, bahasa kuno dan tidak gaul. Seperti yang dikatakan oleh Eni

berikut ini :

Lampung. teman-teman suka ngeledekin katanya Bahasa Lampung itu merupakanBahasa Kampung, dia orang bilang kalo ngomong make Bahasa Lampung itu dibilang

Sedangkan menurut Anggi, ia mengatakan malu berbahasa Lampung disebabkan logat

Bahasa Lampung itu sendiri yang dianggap sangat kasar

ancaradengan Anggi pada tanggal 22 Maret 2012)

Hal serupa pun diungkapkan oleh Anisa, berikut pemaparannya

Lampung,mungkin karena logatnya itu ya yang membuat suku lain yang mendengarnya ngerasa

(Hasil wawancara dengan Anisa pada tanggal 22 Maret 2012)

Dapat dilihat bahwa sikap malu yang ditimbulkan jika menggunakan Bahasa Lampung

itu berasal dari ke-tradisionalan bahasa itu sendiri. Karena Bahasa Lampung itu

merupakan bahasa daerah, dan biasanya digunakan oleh orang-orang didaerah yang

identik dengan kampung. Maka pelajar dikota tidak mau menggunakannya karena akan

dianggap kampungan. Jadi Bahasa Lampung sendiri belum atau tidak menjadi

kebanggaan bagi pelajar kota Bandar Lampung Umumnya mereka lebih bangga

menggunakan Bahasa Indonesia ataupun Bahasa gaul sekalian biar dianggap gaul.

b. Rendahnya Minat Siswa Dalam Mempelajari Bahasa Lampung

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan guna menumbuhkan

organisasi proses belajar mengajar yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar

terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan yaitu pengaturan proses belajar

mengajar, dan pengajaran itu sendiri dan keduanya mempunyai saling ketergantungan

satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar yang baik akan

menciptakan situasi yang memungkinkan anak belajar, sehingga merupakan titik awal

keberhasilan proses pengajaran. hambatan yang dialami oleh guru dalam proses belajar

mengajar misalnya kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Seperti

yang diungkapkan oleh ibu Rika berikut ini:

-ogahan, caramengantisipasinya dengan cara memanggil satu-satu untuk menjawab soal. Untukpenerapan Bahasa Lampung suku lain kebanyakan kurang paham bahkan siswa yang

pada tanggal 21 Maret 2012).

Sama halnya dengan Ibu Rika, menurut Ibu Kholina yang menjadi kendala dalam

sosialisasi Bahasa Lampung yaitu adanya rasa malas dari siswa itu sendiri. Misalnya,

dalam hal mengerjakan tugas. Menurutnya, karena faktor kurangnya pengetahuan siswa

tentang Bahasa Lampung sehingga siswa tidak rajin dalam mengerjakan tugas.

mungkin kendalanyaada dalam diri siswa itu sendiri. Misalnya mereka yang malas-malasan dalammengerjakan soal, karena masih banyak siswa yang kurang mengerti. Siswa itu paling

Kholina pada tanggal 21 Maret 2012).

2. Faktor Eksternal

Selain faktor internal, adapula faktor eksternal yang menjadi hambatan dalam sosialisasi

Bahasa Lampung. faktor eksternal yaitu intensitas pelajar di SLTP Nusantara Bandar

Lampung didalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Lampung di lingkungan

keluarga, sekolah, dan lingkungan pergaulan.

a. Lingkungan Keluarga

1. Kurangnya Sosialisasi Penggunaan Bahasa Lampung Dalam Keluarga

Sebagian besar informan yang diwawancarai adalah bersuku Lampung. Informan mulai

mengenal Bahasa Lampung bukan hanya dari sekolah tetapi juga dilingkungan keluarga.

Hal ini dikarenakan orang tua para informan ini adalah suku Lampung asli. Orang tua

informan menyadari akan adanya pergaulan diperkotaan yang masyarakatnya bersifat

heterogen, sehingga mereka tidak menuntut anak-anaknya untuk menggunakan Bahasa

Lampung dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad berikut

ini:

dalam berkomunikasi dengan keluarga, orang tua kan memahami kalo kita hidup dikota,dimana masyarkat kota Bandar Lampung itu kan bersifat heterogen, pergaulan anak-anak mereka gak sesama orang Lampung saja tetapi dengan banyak suku, jadi orang tuagak nuntut anaknya menggunakan Bahasa Lampung, tetapi kalo orang tua ngomongmake Bahasa Lampung saya ngerti artinya dikit-pada tanggal 22 Maret 2012).

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Anggi, yang mengatakan bahwa sangat sulit

berbicara atau berkomunikasi menggunakan Bahasa Lampung, hal tersebut karena tidak

terbiasanya menggunakan Bahasa Lampung dalam keluarga.

berbicara dengan menggunakan Bahasa Lampung, jadi kalo saya berkomunikasi dengankeluarga ya menggunakan Bahasa Indonesia biar lebih gampang. Abisnya kalo mau

tanggal 22 Maret 2012).

Jadi, dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa para informan khususnya

yang bersuku Lampung itu sendiri, mereka tidak terlalu dituntut untuk menggunakan

Bahasa Lampung. Hal ini dikarenakan karena orang tua informan mengerti keterbatasan

anak-anaknya dalam hal pemahaman Bahasa Lampung, apalagi Bahasa Lampung

memiliki keberagaman dialek.

2. Siswa Lebih Sering Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Berkomunikasi

Informan yang bersuku Lampung ataupun non-Lampung lebih menggunakan Bahasa

Indonesia dibandingkan dengan menggunakan Bahasa Daerah dalam berkomunikasi,

karena menurut informan Bahasa Indonesia dianggap lebih mudah. Seperti yang

diungkapkan oleh Anisa:

-hari, bahasa yang saya gunakan lebih kepada BahasaIndonesia,karena lebih mudah aja dan orang yang kita ajak bicara jadi dapat

Anisa pada tanggal 22 Maret 2012)

Dalam penggunaan bahasa, umumnya siswa terpengaruh banyaknya etnik yang ada di

kota Bandar Lampung. Dengan keragaman etnik tersebut membuat Bahasa Indonesia

lebih efektif digunakan dibandingkan dengan Bahasa Lampung. Hal ini diungkapkan oleh

Eni:

keliatan kuno nya. Jadi saya lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia dalamra

dengan Eni pada tanggal 22 Maret 2012)

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling dominan digunakan, bahkan Bahasa

Indonesia sudah diketahui sejak kecil. Karena sudah terbiasanya menggunakan Bahasa

Indonesia membuat Bahasa daerah khususnya Bahasa Lampung menjadi terpinggirkan

dan semakin jarang digunakan masyarakat kota Bandar Lampung, tidak terkecuali para

pelajar di Bandar Lampung. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad berikut ini:

i sehari-hari,

dengan Ahmad pada tanggal 22 Maret 2012)

Kebanyakan Informan mengaku lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia

dibandingkan dengan Bahasa Lampung karena Bahasa Indonesia bahasa yang sangat

mudah dan sangat simpel bila digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Salah satu

kendala siswa tidak berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung yaitu, Bahasa

Lampung mempunyai beragam dialek dan kosa-kata dan sejak kecil juga informan tidak

diperkenalkan Bahasa Lampung.

3. Perbedaan Dialek Yang Menyebabkan Terhambatnya Komunikasi

Bahasa Lampung yang terdiri dari 2 dialek yaitu dialek A dan O membuat sebagian

informan mengaku kurang memahami Bahasa Lampung itu sendiri. Beberapa informan

yang bersuku Lampung pun mengaku kesulitan untuk memahami karena perbedaan

dialek tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ahmad:

kecil saya memang hanya mengerti Bahasa Lampung yang berdialek A, walaupun sudahbelajar tentang dialek O di sekolah, saya tetap kurang paham daripada dialek A sendir((Hasil wawancara dengan Ahmad pada tanggal 22 Maret 2012).

Permasalahan yang dihadapi siswa yaitu sulitnya untuk menguasai Bahasa Lampung

dalam dua dialek. Terlebih informan tidak hanya yang beretnis Lampung saja tetapi ada

juga yang beretnis non-Lampung, yang beretnis Lampung pun jarang yang dapat

berbahasa Lampung. Tentunya hal tersebut semakin menambah kesulitan siswa dalam

berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung.

( Hasil wawancara dengan Diah pada tanggal 22 Maret 2012).

Dengan adanya perbedaan diantara kedua dialek tersebut mengakibatkan terhambatnya

komunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung sebagai bahasa daerah masyarakat

Lampung.

4. Siswa Mengalami Kesulitan Dalam Berkomunikasi Dengan Menggunakan Bahasa

Lampung.

Informan mengaku bahwa sangat sulit berbicara atau berkomunikasi dengan

menggunakan Bahasa Lampung, hal tersebut karena kurang terbiasanya siswa

menggunakan Bahasa Lampung dalam lingkungan keluarga. Kemudian sejak kecil

Bahasa Lampung tidak digunakan dengan baik sehingga mempengaruhi kefasihan siswa

dalam melafalkan Bahasa Lampung. seperti yang diungkapkan Eni berikut ini:

saudara-saudara pake Bahasa Lampung, ngerti sih artinya dikit-dikit tapi kalo saya

wawancara dengan Eni pada tanggal 22 Maret 2012).

Sedangkan menurut Reza, Bahasa Lampung dianggap bahasa yang sulit dikarenakan

rendahnya minat serta kurangnya pengetahuan terhadap Bahasa Lampung itu sendiri.

Lampung kali ya mbak. Bahasa Lampung itu ribet, karena dialeknya yang beragam ituyang sulit dimengerti. Jadi kalo udah jam pelajaran Bahasa Lampung itu rasanya males

Dalam hal ini adanya keberagaman dialek menyebabkan informan harus lebih ekstra

dalam memahami dua dialek tersebut, karena apabila kurang teliti maka bisa tertukar

dalam penempatan dialek tersebut. Karena hal itulah yang membuat informan kesulitan

dalam memahami kosa-kata Bahasa Lampung.

b. Lingkungan Sekolah

1. Kurangnya Pemahaman Bahasa Lampung

Bahasa Lampung terdiri dialek A dan dialek O. Perbedaannya hanyalah geografis.

Bahasa Lampung dengan dialek A adalah bahasa yang dipergunakan masyarakat

Lampung di wilayah nonpesisir. Adapun Bahasa Lampung dialek O adalah bahasa yang

dipergunakan masyarakat pesisir.

Adanya keberagaman dialek membuat informan kesulitan dalam memahami Bahasa

Lampung, karena kosa-kata dialek A dan dialek O mempunyai arti yang berbeda.

Menurut Ibu Rika, beliau lebih memahami dialek A karena dianggap lebih mudah

dibandingkan dengan dialek O.

saya pahami itu lebih kepada dialek A, karena dialek A itu menurut saya lebih mudah

Maret 2012).

Sedangkan menurut Ibu Kholina, meskipun ia merupakan suku Lampung pubian yang

menggunakan dialek A, ia tidak hanya memahami dialek A itu saja, menurutnya ia

juga memahami dialek O.

-dikit mengenai Bahasa Lampung.Ibu orang Lampung pubian yang berdialek A, jadi tidak hanya memahami danmenguasai dialek A itu saja tapi Ibu juga sedikit memahami dam menguasai( Hasil wawancara dengan Ibu Kholina pada tanggal 21 Maret 2012).

Para informan guru mengaku sedikit kesulitan dalam memahami dan menguasai dialek.

Informan mengaku lebih memahami dialek A dibandingkan dengan dialek O, karena

dialek A dianggap lebih mudah.

2. Sulitnya Menciptakan Sistem Pembelajaran Yang Ideal

Didalam menetukan metode pembelajaran, harus disesuaikan antara pokok bahasan

dengan tujuan dari pokok bahasan tersebut. Sehingga pembelajaran Bahasa Lampung

akan mempunyai pengaruh besar terhadap siswa. Menurut ibu kholina, situasional kelas

yang kondusif pun sangat diperlukan. Apabila kelas tidak kondusif maka materi yang

diajarkan pun akan sia-sia.

pendidikan Bahasa Lampung kita harus menyesuaikan antara tujuan yang ingin dicapai

dari proses pembelajaran tersebut dan juga harus mampu memberikan pengaruh untuksiswa terhadap apa yang diajarkan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran BahasaLampung. selain itu harus melihat sejauh mana para siswa mampu menyerap materiyang akan diberikan, sebagai seorang guru harus jeli terhadap keadaan kelas yang akandiajar jangan memaksakan metode pengajaran tanpa melihat situasional kelas sehinggamateri yang yang diajarkan akan sia-sia saja. Selain itu saya juga harus mampumelakukan variasi terhadap penggunaan metode pengajaran agar siswa tidak merasa

21 Maret 2012).

Menurut Ibu Rika, ia sudah sangat berpengalaman dalam mengajar, sehingga dalam hal

menentukan metode pengajaran informan sudah sangat paham yang mana yang baik

untuk diterapkan.

yang akan saya ajarkan, selanjutnya saya juga melihat tujuan dari pokok bahasantersebut baru kemudian saya menentukan metode seperti apa yang akan saya terapkan.Antara satu pokok bahasan dengan yang lain mempunyai tujuan yang berbeda dariproses pembelajarannya sehingga dalam hal ini saya juga harus mengadaptasikanmetode yang akan saya pwawancara dengan Ibu Rika pada tanggal 21 Maret 2012).

Pada dasarnya semua pokok bahasan yang ada didalam pendidikan Bahasa Lampung

secara garis besar sudah sesuai, namun dalam hal metode pengajaran mengalami

hambatan, menurut guru situasional kelas menjadi kendala dalam proses belajar

mengajar, misalnya murid-murid yang bising membuat konsentrasi baik guru maupun

murid-murid yang lain menjadi terganggu.

3. Kurang Memadainya Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran Bahasa Lampung

Sarana dan prasarana diibaratkan sebagai motor penggerak yang dapat berjalan dengan

kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan,

sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan

dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar. Namun sarana

dan prasarana menjadi kendala dalam proses belajar mengajar di SLTP Nusantara Bandar

Lampung. Guru merasa kesulitan untuk mendapatkan media yang bersinergi dengan

pembelajaran Bahasa Lampung. Akhirnya guru menjadikan buku pelajaran menjadi

salah satu media atau sumber belajar. Dilain pihak, buku pelajaran yang diterbitkan oleh

para penerbit banyak pula yang tidak memenuhi kriteria atau aturan kaidah Bahasa

Lampung.

-bukupenunjang, tapi tidak lengkap. Misalnya kayak kamus tentang Bahasa Lampung, disinitidak tersedia, kalo disekolah negri kan dikasih tapi kalo disini nggak, mungkin karena

(Hasil wawancara dengan Ibu Rika pada tanggal 21 Maret 2012).

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses

upaya yang dilakukan di dalam proses belajar mengajar, karena apabila kedua hal ini

tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil

yang diharapkan sesuai dengan rencana. Menurut, Ibu Kholina sarana dan prasarana

disekolah ini kurang memadai baik buku-buku penunjang maupun alat peraga seperti

LCD proyektor guna mempermudah dalam proses belajar mengajar. Berikut ini

penuturan beliau:

-buku tentang BahasaLampung kurang lengkap disini, kemudian kurangnya alat peraga seperti LCDproyektor, menurut saya kalo disekolah ini ada LCD proyektor mungkin akan

tanggal 21 Maret 2012).

4. Kurangnya Tenaga Pengajar Yang Berkompten Di Bidangya

Guru di SLTP Nusantara Bandar Lampung yang peneliti wawancarai terdiri dari suku

Jawa dan Lampung. Informan Rika merupakan salah satu guru yan mengajar Bahasa

Lampung. Informan bersuku Jawa, dulu merupakan lulusan D3 Bahasa Lampung dan

Pendidikan S1 Bahasa Indonesia di UNILA, informan mengaku sudah lama mengajar

Bahasa Lampung di Sekolah tersebut. Meskipun ia bukan orang Lampung asli tetapi ia

sedikit memahami Bahasa Lampung, karena dulu ia merupakan lulusan D3 Bahasa

Lampung, kemudian apabila ia kurang paham mengenai Bahasa Lampung ia tak segan-

segan bertanya kepada saudaranya ataupun rekannya yang bersuku Lampung. Berikut

pemaparannya:

05. Dulu saya maumengambil jurusan lain tapi tidak diterima, jadi milih Bahasa Lampung UMPTN, lama-lama ditekuni hasilnya bisa. Saya kan bukan orang Lampung, jadi saya belajar juga

ikapada tanggal 21 Maret 2012).

Kemudian Informan kedua bernama Kholinawati, beliau dulu merupakan lulusan

pendidikan S1 Bahasa Indonesia di STKIP Bandar Lampung. Informan lebih dulu

mengajar Bahasa Lampung dibandingkan dengan Ibu Rika. Informan mengaku sudah

24 Tahun mengajar Bahasa Lampung. Berikut ini pemaparan beliau:

-kira 24 tahun (1987).waktu kuliah ibu enggak ngambil jurusan Bahasa Lampung, Ibu ngajar Bahasa Lampungkarena ibu asli Lampung, jadi seluk beluk Bahasa Lampung maupun adat Lampung ibu

Guru yang mengajar Bahasa Lampung di SLTP Nusantara Bandar Lampung jumlahnya

terbatas. Hal inilah yang menyebabkan terhambatnya dalam mensosialisasikan Bahasa

Lampung disekolah tersebut. Di SLTP Nusantara terdapat 19 ruang kelas yakni kelas VII

yang terdiri dari 5 kelas, kelas VIII terdiri dari 7 kelas, dan kelas IX terdiri dari 7 kelas.

Dengan jumlah kelas yang cukup banyak dan dengan tenaga pengajarnya yang hanya

berjumlah 2 orang membuat proses belajar mengajar menjadi kurang efektif.

5. Metode Pembelajaran Yang Kurang Efektif

Menurut sebagian informan metode pembelajaran di sekolah, guru yang tidak hanya

sekedar menjelaskan saja tetapi juga mempraktekkannya seperti berbicara dengan

menggunakan Bahasa Lampung setiap pelajaran Bahasa Lampung berlangsung.

Kemudian, mempraktekkan penulisan aksara Lampung. Seperti yang di ungkapkan oleh

Reza dan Eni berikut ini:

tetapi kami disuruh mempraktekkannya yaitu seperti kami disuruh berbicara denganmenggunakan Bahasa Lampung di kelas dan juga ada praktek penulisan aksara sertapraktek menulis pantun dengan menggunakan Bahasa Lampung, menurut saya praktekyang paling sulit itu membuat pantun dengan menggunakan Bahasa Lampung, kita orangkan sepenuhnya gak paham kosa- nReza pada tanggal 22 Maret 2012).

membuat pantun menggunakan bahasa Lampung. Kemudian kita juga disuruhmengartikan wacana, misalnya ada wacana yang berbahasa Lampung terus kita disuruhmengartikannya kedalam Bahasa Indonesia. Menurut saya pembelajaran seperti itukurang efektif( Hasil wawancara dengan Eni pada tanggal 22 Maret 2012).

Hal senada pun diungkapkan oleh Anisa, menurutnya metode pembelajaran sepertti itu

juga sudah ia rasakan sejak duduk dikelas 7.

menggunakan Bahasa Lampung, tetapi tidak hanya itu saja dikelas kami dituntut untukaktif berbicara Bahasa Lampung. metode seperti ini udah dipakai dari kelas 7 sampesaya kelas 9 sekarang ini. metode seperti itu menurut saya bagus sih, buat yang suku

Lampung kan bisa menjadi lebih fasih dalam berbicara dengan menggunkan BahasaLampung, tapi kalo yang bersuku non-Lampung mungkin mereka akan mengalamikesulitan karena mereka gak paham kosa-dengan Anisa pada tanggal 22 Maret 2012).

Dengan metode pembelajaran yang seperti itu harusnya murid menjadi lebih paham tetapi

kenyataannya malah sebaliknya, murid merasa kesulitan sehingga tidak ada ketertarikan

murid-murid untuk belajar Bahasa Lampung secara lebih ekstra.

c. Lingkungan Pergaulan

1. Adanya Keberagaman Etnis Dilingkungan sekitar

Adanya kemajemukan etnik yang ada di kota Badar Lampung, serta pergaulan perkotaan

telah membuat remaja khususnya para pelajar memiliki budaya sendiri yang mereka

jalani di masyarakat perkotaan. Hal ini membuat orang tua mereka tidak memaksakan

kepada mereka untuk menggunakan Bahasa Lampung. seperti yang diungkapkan oleh

Eni berikut ini:

baik itu di rumah maupun di luar rumah. Orang tua saya gak ngeharusin kok anak-anaknya buat ngomng make Bahasa Lampung, dan juga karena lingkungan disekitar

tanggal 22 Maret 2012).

Sedangkan menurut Ahmad, ia tidak termotivasi untuk menggunakan Bahasa Lampung

di lingkungan tempat tinggalnya, Ahmad di lingkungan tempat tinggalnya selalu

menggunakan Bahasa Indonesia dikarenakan keanekaragaman suku bangsa. Sesama

orang Lampung pesisir di lingkungan tempat tinggalnya, ia pun tidak menggunakan

Bahasa Lampung pesisir, menurutnya orang pesisir yang ada di lingkungan sekitar tempat

tinggalnya tidak bisa juga menguasai Bahasa Lampung pesisir. Teman Ahmad yang

sekaligus tetangganya ada yang bersuku Lampung saibatin tidak menggunakan Bahasa

Lampung dalam berkomunikasi. Karena menurutnya, Bahasanya memiliki perbedaan.

Sehingga di lingkungan tempat tinggal Ahmad lebih memilih Bahasa Indonesia sebagai

alat untuk berkomunikasi.

ilingkungan tempat tinggal saya enggak hanya ada orang Lampung saja, melainkan sukuJawa, Palembang,dll. Walaupun ada juga yang sukunya sama dengan saya, sama-samalampung pesisir dia juga enggak ngerti sama Bahasa Lampung pesisir. Terus teman sayajuga ada orang sai batin, kalo kita ngomong make Bahasa Lampung kan gak mungkin,karena dari dialek aja udah beda. Kalo dari dialeknya aja udah beda ya artinya atau

Maret 2012).

C. Pembahasan

1. Respon Guru Terhadap Sosialisasi Bahasa Lampung

Pengajaran Bahasa Lampung sebagai muatan lokal di SLTP Nusantara Bandar Lampung

tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena apa yang diajarkan di sekolah tidak

ditunjang oleh lingkungan sebagai sumber belajar mengajar Bahasa Lampung sebagai

muatan lokal, sehingga tujuan-tujuan yang telah direncanakan tidak dapat direalisasikan

secara utuh dalam pembelajaran.

Guru memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pengajaran.

Bagaimanapun baiknya sarana dan prasarana pendidikan yang lain, apabila guru tidak

dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka pengajaran pastilah tidak akan

memberikan hasil yang memuaskan. Dalam proses belajar mengajar pendekatan

kontekstual sangat diperlukan agar mempunyai pengaruh besar terhadap hasil yang

diharapkan. Karena itulah sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar, perlu

dipikirkan terlebih dahulu pendekatan apa yang akan dipakai dan disesuaikan dengan

kondisi siswa.

Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Lampung, apabila siswa telah memiliki

kesadaran bahwa mereka perlu belajar Bahasa Lampung demi kelangsungan dan

kelestarian budaya mereka, maka hal itu adalah langkah awal untuk keberlangsungan

pemeliharaan Bahasa Lampung. Selanjutnya, mereka mempelajari apa yang bermanfaat

bagi dirinya dan berupaya untuk menggapainya.

Mengingat hal tersebut, penerapan pendekatan konstektual adalah sesuatu yang sangat

tepat dilaksanakan. Hal tersebut dalam upaya pemberian arahan pada siswa bahwa

Bahasa Lampung yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya dan memberikan

penciptaan rasa menyenangi pelajaran Bahasa Lampung serta mengantarkan siswa untuk

berpendapat bahwa ternyata pelajaran Bahasa Lampung merupakan pelajaran yang

menarik, mudah diterima, dan dapat mempertahankan keberlangsungan Bahasa Lampung

didaerah Lampung.

Dalam komponen pengelolaan belajar, sulitnya tercipta lingkungan belajar aktif. Dalam

arti, proses pembelajaran Bahasa Lampung berlangsung siswa lebih cenderung

menikmati apa yang diberikan guru secara pasif. Hal tersebut terjadi karena kurangnya

kemampuan siswa dalam menguasai kosa-kata Bahasa Lampung sehingga berdampak

pada sulitnya siswa menggunakan Bahasa Lampung dalam berkomunikasi. Interaksi yang

terjadi lebih kepada interaksi materi kebahasaan Bahasa Lampung dibandingkan kepada

bagaimana menggunakan Bahasa Lampung. tentunya banyak faktor yang

melatarbelakangi hal tersebut, antara lain latar belakang siswa, keterbatasan media yang

sesuai, rendahnya rasa ingin tahu siswa, dan lain-lain.

Guru memegang peranan penting dalam penciptaan interaksi pembelajaran yang aktif.

Dalam hal ini penciptaan situasi, guru merasa kesulitan dalam mengajak siswa untuk

menggunakan Bahasa Lampung, maka yang terjadi h

pembelajaran dengan menggunakan Bahasa Lampung, yang selanjutnya tanpa ada

konvensi siswa beralih menggunakan Bahasa Indonesia. Dengan demikian, hasil belajar

belum sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran Bahasa Lampung.

2. Respon Siswa Terhadap Sosialisasi Bahasa Lampung

Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar yang paling efektif untuk mempersatukan

berbagai macam etnis yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali kota Bandar Lampung

yang memiliki beragam etnis. Dengan keberagaman etnis tersebut seharusnya secara

tidak langsung dapat meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehidupan

sehari-hari di kota Bandar Lampung. Dengan meningkatnya penggunaan Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa sehari-hari, membuat bahasa lokal khususnya Bahasa Lampung

semakin terpinggirkan dan semakin jarang dipakai atau digunakan masyarakat kota

Bandar Lampung terutama dikalangan pelajar.

Pelajaran Bahasa Lampung memang sudah lama menjadi muatan lokal (mulok) disekolah

Dasar dan menengah di Provinsi Lampung. Namun, sejauh ini upaya pewarisan Bahasa

Lampung kepada pelajar di Lampung mengalami hambatan yang sangat besar.

Respon siswa terhadap pembelajaran Bahasa Lampung disekolah menurutnya tidak

membantu dalam memahami pelajaran tersebut. Pelajaran tersebut menurut siswa sangat

tidak menarik dan membuat bosan apalagi dengan metode pembelajaran yang seperti itu-

itu saja. Berkaitan dengan lingkungan Bahasa Lampung, siswa merasa tertunjang oleh

lingkungan yang ada disekelilingnya hanya pada lingkungan pembelajaran kelas Bahasa

Lampung saja, siswa dapat terlibat didalamnya, diluar dari itu siswa sama sekali tidak

tertunjang untuk meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran Bahasa Lampung.

Berdasarkan analisa data dan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap informan

yakni siswa di SLTP Nusantara Bandar Lampung, pada umumnya siswa belum

menyadari betapa pentingnya adat dan budaya Lampung, menurut informan itu hanya

diperuntukkan bagi orang tua saja, sedangkan informan cukup mengetahui saja akan adat

dan kebudayaan mereka. Dengan tidak adanya tuntutan dari orang tua untuk melestarikan

adat dan budaya Lampung, maka adat dan budaya tersebut akan semakin ditinggalkan.

Penggunaan Bahasa Lampung, tidak menjadi kebanggaan bagi pelajar di kota Bandar

Lampung, bagi mereka Bahasa Lampung dianggap bahasa yang kedaerahan, sedangkan

para pelajar lebih berorientasi kepada kebudayaan yang modern.

3. Hambatan Sosialisasi Bahasa Lampung di Kalangan Pelajar

3.1 Faktor Internal

3.1.1 Rasa Malu

Masyarakat kota Bandar Lampung mempunyai keberagaman etnis dimana tidak

hanya etnis Lampung saja didalamnya, ada etnis-etnis lainnya. Dalam

penggunaan Bahasa, umumnya dikalangan pelajar mereka lebih memilih

menggunakan Bahasa Indonesia dibandingkan Bahasa Lampung. Karena,

menurut mereka Bahasa Lampung merupakan Bahasa yang kuno, sehingga

mereka enggan menggunakan Bahasa Lampung dalam berkomunikasi sehari-hari.

Mereka menganggap bahwa Bahasa Lampung baiknya digunakan didaerah atau

dikampung karena, Bahasa Lampung banyak dipakai disana, sedangkan di kota

orang lebih menggunakan bahasa kota atau bahasa gaul.

Pada umumnya para pelajar merasa malu dalam menggunakan Bahasa Lampung,

hal ini disebabkan karena logat pada Bahasa Lampung yang menurut mereka

kasar, sehingga orang yang mendengarnya merasa aneh.

3.1.2 Minat Siswa

Para siswa pada saat ini lebih menyukai hal-hal yang berbau modern, ketimbang

harus memikirkan bagaimana mempertahankan tradisi luhur nenek moyang dalam

hal ini adat dan budaya. Adat dan budaya bagi mereka adalah urusan orang-orang

tua, dan mereka sebagai anak muda hanya cukup mengetahui saja. Hal ini

didukung dengan tidak adanya tekanan dari orang tua untuk menyuruh mereka

membelajari bidang ini, sehingga tidaklah heran jika dari sisi siswa pun tidak ada

rasa tanggung jawab moral untuk mempelajari budaya tersebut.

Permasalahan yang dihadapi siswa yaitu sulitnya untuk menguasai Bahasa

Lampung dalam dua dialek yakni dialek A dan dialek O, dimana kedua dialek

tersebut mempunyai makna yang berbeda. Adanya keragaman dialek membuat

siswa pada khususnya menjadi sulit untuk mempelajari serta memahami Bahasa

Lampung itu sendiri. Sehingga timbullah rasa malas dalam diri siswa tersebut

untuk belajar Bahasa Lampung. Tentunya hal tersebut semakin menambah

kesulitan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung.

Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa dengan tidak adanya kemauan dari remaja

dan tekanan dari orang tua untuk melestarikan adat dan budaya Lampung maka

secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap penggunaan Bahasa Lampung

oleh siswa.

3.2 Faktor eksternal

3.2.1 Lingkungan Keluarga

Pada keluarga yang bersuku Lampung, dalam berkomunikasi antar anggota

keluarga jarang sekali ditemukan penggunaan bahasa mereka sendiri. Komunikasi

antara orang tua dengan anak paling banyak dilakukan dengan menggunakan

Bahasa Indonesia terutama yang tinggal di perkotaan. Kurangnya penerapan

Bahasa Lampung dalam lingkungan keluarga membuat seorang anak kurang

memahami bahasa sukunya sendiri. Sulitnya berbicara atau berkomunikasi

dengan menggunakan Bahasa Lampung disebabkan karena kurang terbiasanya

siswa menggunakan Bahasa Lampung dalam lingkungan keluarga. Kemudian

sejak kecil Bahasa Lampung tidak digunakan dengan baik sehingga

mempengaruhi kefasihan siswa dalam melafalkan Bahasa Lampung.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa para pelajar khususnya yang bersuku

Lampung itu sendiri, mereka tidak terlalu dituntut untuk menggunakan Bahasa

Lampung. Hal ini dikarenakan karena orang tua mereka mengerti keterbatasan

anak-anaknya dalam hal pemahaman Bahasa Lampung, apalagi Bahasa Lampung

memiliki keberagaman dialek.

3.2.2 Lingkungan Sekolah

Jumlah tenaga pengajar khususnya yang mengajar Bahasa Lampung jumlahnya

terbatas, Hal inilah yang menyebabkan terhambatnya dalam mensosialisasikan

Bahasa Lampung disekolah tersebut. Di SLTP Nusantara terdapat 19 ruang kelas

yakni kelas VII yang terdiri dari 5 kelas, kelas VIII terdiri dari 7 kelas, dan kelas

IX terdiri dari 7 kelas. Dengan jumlah kelas yang lumayan banyak dan dengan

tenaga pengajarnya yang hanya berjumlah 2 orang membuat proses belajar

mengajar menjadi kurang efektif.

Dalam hal materi, adanya kesulitan dalam penguasaan seluruh jenis sastra

Lampung, karena sastra Lampung memiliki jenis yang beragam. Kemudian

kesulitan lainnya yaitu dalam menguasai dialek, guru lebih memahami dialek A

dibandingkan dengan dialek O, karena dialek A dianggap lebih mudah.

Pendidikan tidak hanya dititikberatkan pada guru dan siswa, namun berbagai hal

juga harus ditingkatkan, misalnya sarana dan prasarana yang mendukung jalannya

pendidikan harus terpenuhi dengan baik. Sarana tidak hanya berupa bangunan-

bangunan yang menunjang kependidikan, namun sarana juga bisa berupa buku-

buku penunjang, alat media pembelajaran, peralatan-peralatan elektronik yang

canggih sehingga bisa membuat siswa betah dan terangsang pada pembelajaran

dikelas, dan juga mereka tidak merasa bosan dalam proses belajar mengajar.

Namun sarana dan prasarana menjadi kendala dalam proses belajar mengajar di

SLTP Nusantara Bandar Lampung. Guru merasa kesulitan untuk mendapatkan

media yang bersinergi dengan pembelajaran Bahasa Lampung. Akhirnya guru

menjadikan buku pelajaran menjadi salah satu media atau sumber belajar. Dilain

pihak, buku pelajaran yang diterbitkan oleh para penerbit banyak pula yang tidak

memenuhi kriteria atau aturan kaidah Bahasa Lampung.

Kemudian dalam proses belajar mengajar, pada dasarnya semua pokok bahasan

yang ada didalam pendidikan Bahasa Lampung secara garis besar sudah sesuai,

namun dalam hal metode pengajaran mengalami hambatan, menurut guru

situasional kelas menjadi kendala dalam proses belajar mengajar, misalnya murid-

murid yang bising membuat konsentrasi baik guru maupun murid-murid yang lain

menjadi terganggu.

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan guna menumbuhkan

organisasi proses belajar mengajar yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar

terdapat dua hal yang ikut menentukan keberhasilan yaitu pengaturan proses

belajar mengajar, dan pengajaran itu sendiri dan keduanya mempunyai saling

ketergantungan satu sama lain. Kemampuan mengatur proses belajar mengajar

yang baik akan menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar, sehingga

merupakan titik awal keberhasilan proses pengajaran. hambatan yang dialami

oleh guru dalam proses belajar mengajar misalnya kurangnya motivasi siswa

dalam mengikuti pembelajaran.

1.2.3 Lingkungan Pergaulan

Provinsi Lampung masyarakatnya bersifat heterogen, dimana kota ini lebih

banyak pendatang dibandingkan orang Lampung sendiri, karena masyarakat yang

bersifat heterogen membuat orang tua informan khususnya tidak menuntuk anak-

anak mereka untuk menggunakan Bahasa Lampung dalam kehidupan sehari-hari.

Para pelajar khususnya pelajar di SLTP Nusantara Bandar Lampung berusaha

untuk tidak tampil memalukan. Oleh karena itu mereka berusaha menyesuaikan

diri dengan orang lain tidak terkecuali dengan teman-teman sebayanya. Demikian

halnya dengan pemilihan bahasa yang digunakan dalam pergaulan dengan

sesamanya. Bahasa yang sering mereka gunakan menurut mereka bahasa yang

dapat meningkatkan kepercayaan diri sesuai dengan perkembangan zaman. Jadi,

bahasa yang mereka pilih pun sesuai dengan perkembangan zaman dalam

pergaulan, misalnya mereka lebih percaya diri dengan menggunakan bahasa gaul

dalam pergaulan dengan teman sesamanya.