repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v abstrak muhammad...

133

Upload: others

Post on 28-Jul-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA
Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

v

ABSTRAK

Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011.

KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA ASRI

PROPERTY OLEH PT. PLAZA INDONESIA REALTY TBK MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999. Program Studi Ilmu Hukum,

Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440 H/2019M.

Skripsi ini membahas mengenai bagaimana pertimbangan hukum dalam

putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2017 dan apa putusan KPPU Nomor

02/KPPU-M/2017 telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library

research) dengan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan normatif-doktrinal, yaitu melalui pendekatan

perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual

approach) dan pendekatan kasus (case approach).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang pertama pertimbangan

hukum dalam Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2017 hanya mencantumkan

Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat yang di dalamnya menjelaskan

sanksi tindakan administratif berupa pengenaan denda serendah-rendahnya

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan belum menjelaskan

secara utuh pasal-pasal yang terkandung di dalam peraturan pelaksananya

mengenai penjatuhan sanksi denda Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk

setiap hari keterlambatannya dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua

puluh lima miliar rupiah) dan yang kedua Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-

M/2017 tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1999 Tentang Penggabungan atau

Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat

Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Kata Kunci : Pelaku Usaha, Laporan Akuisisi Saham, KPPU, Persaingan Usaha.

Pembimbing Skripsi : Dr. Euis Amalia, M.Ag.

Daftar Pustaka : Tahun 1995 sampai Tahun 2017

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

vi

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur senantiasa saya panjatkan

kehadirat Allah SWT karena berkat nikmat, taufik serta hidayahnya yang tiada

terhingga, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan tepat pada

waktunya. Shalawat serta salam saya curahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW, karena berkat cahayanya yang berupa ilmu agama dan

pengetahuan sehingga terbukalah jendela-jendela peradaban yang sampai saat ini

kita rasakan.

Peneliti sadar bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari

dukungan dan bantuan banyak pihak, dengan segala kerendahan hati ini, peneliti

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi.

3. Dr. Euis Amalia, M.Ag. pembimbing skripsi yang telah bersedia menyediakan

waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing, memberikan saran, arahan

serta masukan yang inspiratif dan inovatif kepada peneliti dalam penyelesaian

skripsi ini.

4. Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Kepala Pusat

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Jakarta, dan Perpustakaan Nasional

yang telah mendukung sumber referensi saya dalam penelitian ini.

5. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik

secara langsung maupun tidak langsung terutama orang tua saya Bapak

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

vii

Zainudin dan Ibu Ida Adhiah serta kakak-kakak saya Mas Fajri dan Mas Agil

sehingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Jakarta, 10 Juli 2019

Penulis

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................ 9

D. Metode Penelitian ............................................................................... 9

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 12

BAB II : AKUSISI DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA .................. 13

A. Kerangka Teori ............................................................................... 13

B. Kerangka Konseptual ...................................................................... 16

C. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Persaingan Usaha ................... 17

1. Sejarah Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia ........................ 17

2. Sanksi dalam Hukum Persaingan Usaha .................................... 18

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

ix

D. Tinjauan Umum Mengenai Pengambilalihan Saham ..................... 21

1. Tata Cara Akuisisi ...................................................................... 21

2. Aspek Yuridis Akuisisi .............................................................. 23

3. Dasar Hukum Pengambilalihan Saham yang Dilarang .............. 23

4. Unsur Penilaian KPPU dalam Penggabungan dan Peleburan

Badan Usaha serta Pengambilalihan Saham Perusahaan ........... 25

5. Dampak Akuisisi Saham Perusahaan Terhadap Persaingan

Usaha........................................................................................... 26

6. Pengenaan Sanksi Denda Administratif Oleh KPPU ................. 28

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ........................................... 34

BAB III : PERAN KPPU DALAM PENYELESAIAN KASUS

KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM

PERUSAHAAN ................................................................................. 37

A. Komisi Pengawas Persaingan Usaha .............................................. 37

B. Profil PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk ........................................... 51

C. Profil PT. Citra Asri Property ......................................................... 52

D. Posisi Kasus .................................................................................... 53

E. Pertimbangan Majelis Komisi ........................................................ 57

F. Amar Putusan ................................................................................. 58

BAB IV : DAMPAK KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 ...... 60

A. Laporan Akuisisi Saham kepada Komisi Pengawas Persaingan

Usaha ............................................................................................... 60

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

x

B. Dampak Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 ................................................................................................. 66

C. Pertimbangan Hukum dalam Putusan Nomor 02/KPPU-

M/2017..............................................................................................70

BAB V : PENUTUP ........................................................................................... 78

A. Kesimpulan ..................................................................................... 78

B. Rekomendasi ................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LAMPIRAN

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi Indonesia berkembang dengan sangat pesat seiring dengan

kemajuan teknologi dan maraknya pasar bebas. Banyak sekali pelaku usaha

baru yang bermunculan dengan spesifikasi usaha yang bervariasi. Hal

tersebut ditandai dengan meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) di

Indonesia pada triwulan I tahun 2019 sebesar 5,07% dibanding dengan

triwulan I tahun 20181. Dari banyaknya usaha baru yang bermunculan, para

pelaku usaha dituntut agar bisa berkompetisi dengan pelaku usaha lain

sehingga tidak kalah atau tertinggal dengan kompetitornya. Maraknya

kompetisi tersebut dapat memunculkan suatu persoalan mengenai persaingan

usaha yang tidak sehat di antara para pelaku usaha.

Dalam rangka menjamin kelangsungan persaingan usaha yang sehat di

antara para pelaku usaha, pemerintah harus ikut andil dalam rangka

pengawasan dan pencegahan mengenai adanya praktik monopoli dan

persaingan usaha tidak sehat agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan

karena hal tersebut. Persaingan usaha yang sehat sejatinya merupakan salah

satu kunci kesuksesan bagi sistem ekonomi pasar yang wajar. Dalam

implementasinya, hal tersebut diwujudkan dalam dua hal, yaitu melalui

penegakan hukum persaingan usaha yang berkeadilan dan melalui kebijakan

persaingan yang kondusif terhadap perkembangan sektor ekonomi2.

Dalam rangka menjalankan pengawasan terhadap praktik persaingan

usaha, negara telah membentuk suatu lembaga khusus yang dinamakan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau yang selanjutnya disebut KPPU

Dalam perannya menjalankan pengawasan, KPPU mengacu kepada Undang-.

1 Badan Pusat Statistik, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Ed. 109, Juni 2019, h. 23.

2 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009), h. 15.

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

2

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat atau yang selanjutnya disebut Undang-Undang

Antimonopoli. Segala bentuk ketentuan mengenai praktik persaingan usaha

telah diatur secara rinci dalam undang-undang tersebut dan telah termuat pula

sanksi-sanksi hukumnya3.

Dalam hal pengembangan usaha, para pelaku usaha diperbolehkan

melakukan ekspansi atau aksi korporasi guna perluasan dan restrukturisasi

usaha, di antaranya dengan melibatkan partisipasi perusahaan lain untuk

menggapai suatu tujuan yang sama-sama diinginkannya. Upaya tersebut yaitu

melalui penggabungan (merger), peleburan (konsolidasi), dan

pengambilalihan saham (akuisisi)4.

Pengambilalihan saham atau yang selanjutnya disebut akuisisi

merupakan suatu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan

kegiatan usahanya. Salah satu alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah

untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitasnya. Dengan melakukan

akuisisi, suatu perusahaan dapat meningkatkan penjualannya, sehingga

terbuka kemungkinan untuk memperbaiki kondisi keuangan suatu perusahaan

yang sebelumnya menurun menjadi meningkat karena adanya upaya

tersebut5.

Setiap pelaku usaha di Indonesia dapat mengakuisisi perusahaan lain

dengan cara-cara yang dibenarkan menurut hukum. Hal-hal mengenai akuisisi

diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas yang selanjutnya disebut UUPT. Undang-undang tersebut mengatur

syarat-syarat dan tata cara dalam melakukan akuisisi terhadap perusahaan

lain. Selain itu, undang-undang tersebut juga menjadi landasan utama

3 Lihat website KPPU http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/, diakses

pada tanggal 17 Juni 2019. 4 Kamaludin, dkk., Restrukturisasi Merger & Akuisisi, (Bandung: PT. Mandar Maju,

2015), h. 36 5 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Teori Dan Praktiknya di Indonesia,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 78.

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

3

diperbolehkannya akuisisi sebelum diatur lain dalam peraturan perundang-

undangan selanjutnya seperti halnya Peraturan OJK, Peraturan BEI dan

Peraturan dalam hal persaingan usaha.

Dalam menangani prosedur pengambilalihan saham, negara telah

mengaturnya di dalam beberapa undang-undang beserta peraturan

pelaksananya. Mengingat pentingnya sektor ekonomi dalam pembangunan

negara dan banyak juga kepentingan-kepentingan yang dibutuhkan oleh

beberapa pihak, maka prosedur pengambilalihan saham menjadi sangat rumit

dan panjang prosesnya. Banyak instansi pemerintah yang ikut serta mengatur

dan mengawasi proses akuisisi tersebut, diantaranya adalah Otoritas Jasa

Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU).

Berdasarkan keterangan di atas, peneliti hanya akan membahas

mengenai proses akuisisi dalam konteks hukum persaingan usaha.

Pembahasan ini nantinya akan merujuk pada Putusan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-M/2017 yang di dalamnya terdapat

dugaan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 20106. Karena itu, peneliti

ingin menjelaskan beberapa hal mengenai proses akuisisi saham perusahaan

dengan menggunakan pendekatan hukum persaingan usaha di Indonesia.

Putusan KPPU sebagaimana tersebut di atas menjelaskan tentang

akuisisi PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk yang di

dalamnya terdapat dugaan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 20107.

Pelanggaran yang berupa keterlambatan laporan akuisisi saham dengan tidak

disadari oleh perusahaan pengakuisisi, ternyata menyebabkan perusahaan

pengakuisisi tersebut harus menerima hukuman dari KPPU.

6 Lihat website KPPU: http://www.kppu.go.id/docs/Putusan/2017/Putusan_02-KPPU-M-

2017_Up12032018.pdf, diakses tanggal 17 Juni 2019. 7 Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-M/2017.

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

4

Dalam melakukan akuisisi saham perusahaan, ternyata banyak pihak

yang tidak menyadari adanya laporan pasca akuisisi kepada KPPU. Hal itu

menjadi masalah yang perlu dipertanyakan, karena banyak perusahaan yang

mengaku tidak mengetahui kewajiban tersebut, sedangkan mekanisme

akuisisi yang sebenarnya telah diatur didalam peraturan perundang-undangan.

Kejadian tersebut menimbulkan pertanyaan yang mendasar, yaitu mengenai

hubungan yang dibangun antara perusahaan dengan KPPU sebelum

melakukan akuisisi.

Proses akuisisi saham perusahaan memang tidak semata-mata

membeli saham suatu perusahaan yang diakuisisi dengan jumlah yang besar

sehingga melebihi kepemilikan pelaku usaha lain atas saham tersebut, akan

tetapi prosesnya harus melewati beberapa tahapan administratif sehingga

prosesnya dinyatakan sah secara hukum. Untuk menghindari terjadinya

monopoli dalam akuisisi, maka KPPU mempunyai aturan baku untuk

melakukan praktik tersebut. Mengingat praktik monopoli merupakan

perbuatan yang ilegal di Indonesia, maka pengawasannya pun akan menjadi

sangat ketat8.

Mengenai adanya kejanggalan dalam putusan KPPU Nomor

02/KPPU-M/2017, peneliti akan mencoba memberikan hasil putusan-putusan

lain mengenai pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Perkara PT. Muarabungo Plantation yang mengakuisisi PT. Tandan Abadi

Mandiri dengan lama keterlambatan 76 (tujuh puluh enam) hari kerja,

Sanksi yang dijatuhkan sebesar Rp1.249.000.000.00 (satu miliar dua ratus

empat puluh sembilan juta rupiah)9

2. Perkara PT. Balaraja Bisco Paloma yang mengakuisisi PT. Subafood

Pangan Jaya dengan lama keterlambatan 13 (tiga belas) hari kerja, Sanksi

8 Lihat website KPPU: http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang/,

diakses pada tanggal 17 Juni 2019. 9 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 01/KPPU-M/2014.

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

5

yang dijatuhkan sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)10

3. Perkara PT. Dunia Pangan yang mengakuisisi PT. Sukses Abadi Karya Inti

dengan lama keterlambatan 13 (tiga belas) hari kerja, Sanksi yang

dijatuhkan sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)11

.

4. Perkara Koperasi Simpan Pinjam JASA yang mengakuisisi PT. Asuransi

Takaful Umum dengan lama keterlambatan 17 (tujuh belas) hari kerja,

Sanksi yang dijatuhkan sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).12

5. Perkara PT. Profesional Telekomunikasi Indonesia yang mengakuisisi PT

Iforte Solusi Infotek dengan lama keterlambatan 79 (tujuh puluh sembilan)

hari kerja, Sanksi yang dijatuhkan sebesar Rp1.100.000.000,00 (satu miliar

seratus juta rupiah)13

6. Perkara PT. Japfa Comfeed yang mengakuisisi PT. Multi Makanan Permai

dengan lama keterlambatan 310 (tiga ratus sepuluh) hari kerja, Sanksi

yang dijatuhkan sebesar Rp3.750.000.000,00 (tiga miliar tujuh ratus lima

puluh juta rupiah)14

.

7. Perkara PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk yang mengakuisisi PT Prima

Top Boga dengan lama keterlambatan 4 (empat) hari kerja, Sanksi yang

dijatuhkan sebesar Rp2.800.000.000,00 (dua miliar delapan ratus juta

rupiah)15

.

8. Perkara PT. Nirvana Property yang mengakuisisi PT. Mutiara Mitra16

dengan lama keterlambatan 310 (tiga ratus sepuluh) hari kerja, Sanksi

yang dijatuhkan sebesar Rp3.750.000.000,00 (tiga miliar tujuh ratus lima

puluh juta rupiah).

10

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2014. 11

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 03/KPPU-M/2014. 12

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor: 02/KPPU-M/2018. 13

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor: 05/KPPU-M/2017. 14

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor: 06/KPPU-M/2017. 15

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor: 07/KPPU-M/2018. 16

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 08/KPPU-M/2017.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

6

9. Perkara PT. Darma Henwa, Tbk. yang mengakuisisi PT Cipta Multi Prima,

dengan lama keterlambatan 50 (lima puluh) hari kerja, Sanksi yang

dijatuhkan sebesar Rp3.750.000.000,00 (tiga miliar tujuh ratus lima puluh

juta rupiah)17

.

10. Perkara Toray Advance Materials Korea Inc. (TAK) yang mengakuisisi

Woongjin Chemical Co , dengan lama keterlambatan 4 (empat) hari

Sanksi yang dijatuhkan sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)18

.

Dari daftar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Putusan Nomor

02/KPPU-M/2017 yang akan dibahas dalam penelitian ini memiliki

kejanggalan di dalamnya. Hal itu ditandai oleh keterlambatannya selama 345

(tiga ratus empat puluh lima) hari kerja akan tetapi perusahaan tersebut hanya

dihukum untuk membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

Adapun yang menjadi dasar lainnya adalah mengenai sanksi denda

dalam keterlambatan laporan akuisisi saham yang diindikasi tidak sesuai

dengan Undang-Undang Antimonopoli. Setelah mengamati putusan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-M/2017, peneliti menilai ada

perbedaan mendasar mengenai penerapan sanksi denda yang dilakukan oleh

KPPU terhadap putusan tersebut. Pasalnya PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk

mempunyai keterlambatan laporan akuisisi selama 345 (tiga ratus empat

puluh lima hari) hari, sedangkan menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010 terdapat ketentuan mengenai sanksi administratif yang

berupa denda untuk setiap hari keterlambatannya sebesar Rp1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh

lima miliar rupiah), tentu hal ini sangat menarik untuk dibahas mengingat

adanya penerapan putusan yang berbenturan dengan peraturan perundang-

undangan. Karena itu, pembahas-an mengenai masalah ini harus dilakukan

demi menjamin keadilan dan kepastian hukum, Sehingga di kemudian hari

17

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 09/KPPU-M/2017. 18

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 17/KPPU-M/2015.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

7

tidak terjadi praktik monopoli yang dapat mengganggu stabilitas usaha di

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik

untuk mengangkat tema penelitian skripsi yang berjudul: Keterlambatan

Laporan Akuisisi Saham PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza Indonesia

Realty Tbk Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Untuk memulai penelitian ini, terlebih dahulu peneliti

mengidentifikasi masalah yang ada untuk mengukur urgensi yang terdapat

dalam tema bahasan yang akan diteliti. Masalah-masalah tersebut

diantaranya mengenai:

a. Ketidaktahuan perusahaan mengenai laporan pengambilalihan saham

perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

b. Kompleksitas Lembaga-lembaga negara yang mengatur tentang laporan

pengambilalihan saham perusahaan di Indonesia;

c. Keterbatasan kewenangan KPPU dalam upaya penegakan hukum

persaingan usaha;

d. Dampak yang timbul dari keterlambatan laporan pengambilalihan

saham perusahaan berdasarkan putusan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha Nomor 02/KPPU-M/2017 Tentang dugaan pelanggaran Pasal 29

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan

Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010;

e. Kesesuaian antara putusan mengenai penjatuhan sanksi denda dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

8

2. Pembatasan Masalah

Sebelum menetapkan perumusan masalah, terlebih dahulu peneliti

menjelaskan tentang pembatasan masalah agar pembahasan penelitian ini

menjadi semakin terarah dan tersusun secara sistematis. Peneliti perlu

menentukan duduk permasalahan yang berkaitan dengan tema serta

menguraikan pokok-pokok bahasannya sehingga dapat menjadi sebuah

perumusan masalah yang baik.

Berdasarkan uraian yang telah ditulis sebelumnya di dalam

identifikasi masalah, peneliti perlu menjelaskan tentang fokus yang akan

dibahas dalam penelitian ini. Dengan skripsi yang berjudul Dampak

Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham PT. Plaza Indonesia Realty Tbk.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, maka peneliti akan fokus

pada aspek formil dan materil dalam prosedur pengajuan akuisisi saham

perusahaan dan akibat hukum yang akan terjadi karena keterlambatan

laporan tersebut menurut Undang-Undang Antimonopoli.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah,

maka perumusan masalah yang menjadi fokus peneliti adalah mengenai

“Dampak Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham Kepada Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Menurut Undang-Undang Persaingan

Usaha”.

Dari perumusan masalah di atas, peneliti menjabarkannya melalui

pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

a. Bagaimana pertimbangan hukum dalam putusan KPPU Nomor

02/KPPU-M/2017?

b. Apa putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2017 telah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010?

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pertimbangan hukum dalam putusan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-M/2017;

b. Untuk menemukan solusi mengenai kesesuaian antara putusan Komisi

Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-M/2017 dan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 57

Tahun 2010;

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diuraikan menjadi dua bagian, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

khususnya dalam hal laporan akuisisi saham ke Komisi Pengawas

Persaingan Usaha serta mengetahui akibat hukum yang timbul dari

keterlambatan laporan tersebut.

b. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk para pelaku usaha

dan pegawai bagian hukum dalam mewaspadai terjadinya

keterlambatan laporan akuisisi saham ke Komisi Pengawas Persaingan

Usaha.

D. Metode Penelitian

Dalam sub bab ini, peneliti akan menjelaskan beberapa hal yang

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

10

berkaitan dengan metode penelitian yang nantinya akan menentukan arah

penelitian ini, antara lain:

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan studi pustaka dengan menggunakan jenis

penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang lebih bersifat deskriptif dalam

menganalisis data penelitian. Pendekatan konsep dalam jenis penelitian ini

akan memandu peneliti dalam menemukan fakta di lapangan.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif-doktrinal. Yaitu melalui pendekatan perundang-undangan

(statute approach)19

, pendekatan konseptual (conceptual approach)20

dan

pendekatan kasus (case approach)21

,

3. Sumber data penelitian

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

otoritas (autoritatif). Bahan hukum tersebut terdiri atas peraturan

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan suatu peraturan perundang-undangan dan putusan hakim.22

Sehubungan dengan topik yang akan ditulis mengenai Dampak

Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham PT. Plaza Indonesia Realty

Tbk menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum

19

Jhonny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayu

Publishing, 2007, Cet. Ketiga), h. 302. 20

Jhonny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, ... h. 306. 21

Jhonny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, ... h. 321. 22

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, Cet.

Kesembilan), h. 47.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

11

yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri

atas skripsi, tesis, disertasi hukum, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal

hukum23

, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan24

. Penulisan

penelitian ini menggunakan artikel-artikel dari media massa cetak dan

online tentang Dampak Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham serta

menggunakan buku teks tentang hukum persaingan usaha dan jurnal

hukum lainnya.

4. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Penelitian

Kepustakaan; Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari bahan

bacaan berupa buku-buku yang dijadikan referensi dan dokumen yang

berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian guna memperoleh teori-

teori dan informasi yang dibutuhkan.

5. Pengolahan dan Analisis data

Dalam penelitian ini peneliti mencoba melakukan analisis bahan

hukum menggunakan metode content analysis atau analisis data yakni

menurut Neuman “content analysis is a technique for gathering and

analyzing the content of text”25

. Teknik mengumpulkan dan menganalisa

isi dari tulisan atau dokumen dengan cara mengidentifikasi secara

sistematik ciri atau karakter dan pesan atau maksud yang terkandung pada

tulisan atau dokumen.

Begitu pula data dari penelitian kepustakaan akan dianalisis secara

sistematis yaitu membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.

Data yang diperoleh dari penelitian lapangan dianalisis secara kualitatif,

Selanjutnya data yang telah dianalisis secara kualitatif tersebut akan

23

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, ... h. 54. 24

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011, Cet. Ketujuh ), h.

155. 25

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif; Teori dan

Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 167.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

12

dituangkan dalam bentuk deskriptif melalui prosedur penalaran deduktif.

Metode Penulisan Dalam penulisan penelitian ini, mengacu pada

buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum” yang di

terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2017.

E. Sistematika Penelitian

Dalam membahas penelitian ini, peneliti telah membuat sistematika

penelitian sebagai berikut:

BAB I : Bab ini merupakan Pendahuluan yang berisi latar belakang,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang berisi a.

Kerangka teori yang meliputi teori demokrasi ekonomi, teori keadilan sosial,

teori kepastian hukum dan teori fiksi hukum; b. Kerangka konseptual; c.

Tinjauan umum mengenai hukum persaingan usaha; d. Tinjauan umum

mengenai akuisisi; dan e. tinjauan (review) studi terdahulu.

BAB III : Bab ini membahas mengenai data penelitian yang berisi Profil

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Profil PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk,

Profil PT. Citra Asri Property, posisi kasus, Pertimbangan Majelis Komisi,

dan Amar Putusan.

BAB IV : Bab ini membahas mengenai analisis dan interpretasi temuan

yang berisi Laporan Akuisisi Saham Kepada Komisi Pengawas Persaingan

Usaha, Dampak Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham PT. Plaza Indonesia

Realty, Tbk Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan

Pertimbangan Hukum dalam Putusan KPPU No. 02/KPPU-M/2017.

BAB V : Bab ini merupakan Penutup yang berisi kesimpulan hasil

Penelitian dan rekomendasi.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

13

BAB II

AKUISISI DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

A. Kerangka Teori

Dalam sebuah tulisan ilmiah, kerangka teori adalah hal yang sangat

penting guna memuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan masalah

yang sedang diteliti. Kemudian kerangka teori juga digunakan sebagai

landasan teori atau dasar pemikiran dalam penelitian yang dilakukan. Karena

itu, seorang peneliti harus menyusun kerangka teori yang memuat pokok-

pokok pemikiran yang akan menggambarkan isi dari penelitian tersebut.1

Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Teori asas keseimbangan

Teori ini memberikan hak dan kedudukan yang sama bagi para

pihak di hadapan hukum. Dalam asas hukum yang berlaku umum, adanya

persamaan hak dan kedudukan orang-perorangan di hadapan hukum.

Unsur dalam asas ini dapat dilihat dari Pasal 1320 Ayat (1) jo. Pasal 1321

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang menjamin unsur

kesepakatan yang bebas dari kekhilafan, paksaan dan penipuan dengan

ancaman kebatalan. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1323 s.d Pasal

1326 KUHPer, mengingat adanya tanggung jawab yang seimbang secara

renteng serta tanggung jawab yang terbagi sesuai dengan tenaga, dan uang

yang dilepaskan dalam persekutuan. Dalam persekutuan perdata, tanggung

jawab dan hak-hak para sekutu diatur secara seimbang berdasarkan

kesepakatan pada saat pembentukan persekutuan.

Dalam Pancasila, pada Sila ke-2 Kemanusiaan yang adil dan

beradab, perlindungan hak-hak perorangan diatur secara tegas bersama

1 Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

1995), h. 39-40.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

14

dengan itu pula Sila ke-5 diatur tentang asas-asas keadilan, untuk

memberikan kedudukan yang seimbang bagi masyarakat tanpa

membedakan suku, agama, ras dan antar golongan2.

b. Teori keadilan sosial

Teori ini bermakna bahwa setiap rakyat atau warga negara

mendapatkan haknya untuk dapat hidup sejahtera sesuai dengan standar

hidup layak dan terjamin hak-hak asasi manusianya sebagaimana tertuang

dalam konstitusi3. Keadilan sosial bermakna keadilan yang nyata bukan

sekedar keadilan dalam rumusan normatif dan formal yang ada dalam

konstitusi dan peraturan perundang-undangan, tetapi lebih kepada keadilan

yang faktual dan empiris yang benar-benar dirasakan oleh warga negara

(rakyat). Dalam konteks hukum ekonomi setiap warga negara yang

terlindungi dari kegiatan-kegiatan, perbuatan-perbuatan yang merugikan

kepentingan ekonominya, dapat hidup dengan layak baik untuk dirinya

maupun keluarganya dan terhindar dari kebijakan pemerintah yang

inkonstitusional4.

c. Teori kepastian hukum

Teori ini menjelaskan bahwa setiap tindakan atau perbuatan

penyelenggara negara harus sebelumnya sudah ada aturan hukum positif

yang melandasinya.5 Hukum positif yang menjadi landasan tindakan atau

perbuatan tersebut harus bersifat baik dan adil karena menyangkut

kepentingan warga negara. Menurut Utrecht kepastian hukum

mengandung dua pengertian yaitu, pertama, adanya aturan yang bersifat

umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak

boleh dilakukan, kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari

2Lihat: https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_badan_usaha.pdf, diakses pada 20

Juni 2019. 3 Candra Irawan, Dasar-Dasar Pemikiran Hukum Ekonomi, (Jakarta: PT. Mandar Maju,

2012), h. 128. 4 Candra Irawan, Dasar-Dasar Pemikiran Hukum Ekonomi, ... h. 129.

5 Candra Irawan, Dasar-Dasar Pemikiran Hukum Ekonomi, ... h. 130.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

15

kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat

umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau

dilakukan oleh negara terhadap individu6.

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik

yang didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang

cenderung melihat hukum sebagai suatu yang otonom, mandiri. Karena

bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin

terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu sendiri diwujudkan

oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum

yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan

bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau

kemanfaatan melainkan semata-mata untuk kepastian hukum7.

d. Teori fiksi hukum

Teori ini menjelaskan mengenai kewajiban setiap warga negara

untuk mematuhi seluruh undang-undang yang telah diundangkan dalam

lembaran negara. Menurut Riki Perdana Raya Waruwu, Asas Fiksi Hukum

berangga-pan bahwa ketika suatu peraturan perundang-undangan telah

diundangkan maka pada saat itu setiap orang dianggap tahu (presumption

iures de iure) dan ketentuan tersebut berlaku mengikat sehingga

ketidaktahuan seseorang akan hukum tidak dapat membebaskan/

memaafkannya dari tuntutan hukum (ignorantia jurist non excusat).

Keberadaan asas fiksi hukum, telah disahkan melalui penjelasan Pasal 81

ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan8.

6 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999),

h. 23. 7 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, (Jakarta,

Penerbit Gunung Agung , 2002), h. 82-83. 8 Lihat Website Mahkamah Agung:

https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=139:penerap

an-asas-fiksi-hukum-dalam-perma&catid=9:kegiatan&Itemid=24, diakses pada tanggal 5 Juli

2019.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

16

B. Kerangka Konseptual

Untuk membuat penelitian menjadi lebih terarah dan sistematis,

akan diuraikan terlebih dahulu kerangka konsep terkait hal-hal yang

menjadi landasan dasar dalam melakukan penelitian ini dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

1. Merger

Merger adalah setiap bentuk pengambilan sautu perusahaan oleh

perusahaan lainnya, yang pada saat kegiatan usaha perusahaan tersebut

disatukan. Merger dalam perspektif peraturan perundang-undangan

Indonesia Pasal 1 angka 9, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 adalah

perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk

menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang

mengakibatkan activa dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri

beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan

dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri

berakhir karena hukum.

2. Konsolidasi

Berbeda dengan Merger dan Akusisi, Konsolidasi adalah

penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan cara melikuidasi

semua perusahaan tersebut dan dengan cara yang sama didirikan satu

perusahaan baru yang mengambil alih semua kekayaan dan kewajiban dari

perusahaan-perusahaan yang bubar itu. Menurut Peraturan Pemerintah RI

Nomor 27 Tahun 1998 Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang

dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara

membentuk satu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang

meleburkan diri jadi bubar.

3. Akuisisi

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

17

Akuisisi berasal dari kata acquisition (Latin), makna harfiahnya

adalah membeli atau mendapatkan sesuatu objek untuk ditambahkan pada

sesuatu atau objek yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan maksud

akuisisi adalah bentuk pengambilan kepemilikan perusahaan oleh pihak

pengakuisisi sehingga dapat mengakibatkan berpindahnya kendali atas

perusahaan yang diambil alih tersebut. Akuisisi berbeda dengan merger,

akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum.

Perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri

dan beroperasi secara independen, tetapi telah terjadi pengalihan

pengendalian oleh pihak pengakuisisi9.

C. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Persaingan Usaha

1. Sejarah Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia

Sebelum membahas jauh mengenai Hukum Persaingan Usaha,

perlu diketahui terlebih dahulu mengenai sejarah yang menjadi landasan

dasar dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sebagian

besar pokok-pokok penting dibentuknya undang-undang tersebut telah

dirangkum dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

yang berisi sebagai berikut:

“... memperhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk mencermati dan menata

kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh serta berkembang secara sehat

dan benar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat serta terhindarnya pemusatan

kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktik

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan denga

cita-cita keadilan sosial.

Dari kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 atau yang biasa disebut Undang-Undang

Antimonopoli merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga10

.

9 Mustofa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, ..., h. 220-222

10 Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender; Perspektif Hukum Persaingan

Usaha, (Bandung: Srikandi, 2008), h. 17.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

18

Bahkan karena pentingnya undang-undang tersebut bagi suatu negara,

sehingga peraturan mengenai antitrust law di Amerika Serikat sangat

menjaga kebebasan ekonomi dan hak asasi manusia dalam rangka

melindungi kebebasan-kebebasan pribadi yang sangat fundamental11

.

Dibandingkan dengan sejarah hukum yang lainnya, sejarah hukum

antimonopoli ini relatif lebih baru baik sejarahnya di dunia internasional,

maupun sejarahnya di Indonesia. Dengan demikian kelahiran Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini dimaksudkan untuk memberikan

jaminan kepastian hukum dan perlindungan yang sama kepada setiap

pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha dengan cara mencegah

timbulnya praktik-praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Hal tersebut diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif,

dimana setiap pelaku usaha dapat bersaing secara wajar dan sehat.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 berfungsi sebagai

a tool of social control (alat kontrol sosial) dan a tool of social engineering

(alat rekayasa sosial). Undang-undang antimonopoli berusaha menjaga

kepentingan umum dan mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan

usaha tidak sehat, selain itu juga berguna untuk meningkatkan efisiensi

ekonomi nasional, mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui

pengaturan persaingan usaha yang sehat, dan berusaha menciptakan

efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha12

.

2. Sanksi Dalam Hukum Persaingan Usaha

a. Secara garis besar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menetapkan

dua macam sanksi, yaitu: Sanksi Administratif dan Sanksi Pidana

1) Sanksi Administratif

11

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti , 2005),

h. 5. 12

Ayudha D. Prayoga, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di Indonesia,

(Jakarta: Proyek ELIPS, 2002), h. 52-53.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

19

Sanksi administratif merupakan sanksi yang dapat diambil

oleh komisi terhadap pelaku usaha yang melanggar Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 199913

. Sanksi administratif diatur dalam

Pasal 47 Ayat (2) yang menyatakan sebagai berikut:

(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap

pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

(2) Tindakan adminstratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. Penetapan pembatalan perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

sampai dengan Pasal 13, Pasal 15 dan Pasal 16 ; dan atau

b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ; dan atau

c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti

menimbulkan praktik monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha

tidak sehat dan atau merugikan masyarakat; dan atau

d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi

dominan; dan atau

e. Penetapan pembatalan atas penggabungan, peleburan dan pengambilalihan

saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28; dan atau

f. Penetapan pembayaran ganti rugi; dan atau

g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar

rupiah).

Jika merujuk kepada Pasal 47 Ayat (2) Huruf e sampai

dengan g, maka sanksi yang berhubungan dengan keterlambatan

laporan akuisisi saham perusahaan ke KPPU dapat dikenakan sanksi

pembatalan dan/atau pembayaran ganti rugi serendah-rendahnya

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

2) Sanksi Pidana

Selain sanksi administratif khusus untuk perbuatan-perbuatan

13

Mustofa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, ... h. 277.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

20

hukum tertentu yang melanggar ketentuan undang-undang juga

dikenakan sanksi berupa pidana pokok14

. Penjatuhan sanksi pidana

pokok dalam hukum persaingan usaha dapat berupa dua hal, pidana

denda dan pidana kurungan. Apabila pelaku usaha tidak mampu

membayar denda yang telah ditetapkan oleh KPPU maka dapat

diganti dengan menjalani pidana kurungan dalam kurun waktu yang

ditentukan. Setiap pelanggaran persaingan usaha mempunyai

konsekuensi pidana denda dan kurungan yang berbeda-beda.

Ketentuan mengenai sanksi tersebut diatur dalam Pasal 48 dan 49

Undang-Undang Antimonopoli, diantaranya sebagai berikut:

Pidana Pokok

Pasal 48

(1) Pelanggaran Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan

Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah-

rendahnya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana kurungan

pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal

20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 diancam dengan pidana denda serendah-

rendahnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) atau pidana kurungan

pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 undang-undang ini diancam dengan

pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau pidana kurungan

pengganti denda selama-lamanya 3 (lima) bulan.

Pidana Tambahan

Pasal 49

Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, terhadap

pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:

a. Pencabutan izin usaha;

b. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran

terhadap undang-undang iniuntuk menduduki jabatan direksi atau komisaris

sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau

14

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Anti Monopoli, ... h. 67

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

21

c. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya

kerugian pada pihak lain.

Dalam hal ini KPPU tidak berwenang memberikan sanksi

pidana berupa denda sebagaimana yang akan dijelaskan selanjutnya

di dalam Bab III penelitian ini sehingga belum ada pelaku usaha

yang dijatuhi hukuman sebagaimana bunyi pasal tersebut. Begitu

pula hal-hal lain yang menyangkut tentang tugas, wewenang dan

status kedudukan lembaga KPPU juga akan dijelaskan didalamnya.

D. Tinjauan Umum Mengenai Pengambilalihan Saham (Akuisisi)

1. Tata Cara Akuisisi

Cara yang dapat ditempuh untuk mengambilalih suatu perusahaan

adalah dengan cara membeli hak suara dan perusahaan (the firm voting

stock). Secara yuridis, cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh tujuan

adalah dengan membeli saham-saham perusahaan tersebut. Akuisisi atau

pengambilalihan yang dimaksud Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

adalah akuisisi saham (acquisition of stock), bukan akuisisi aktiva

(acquisition of assets). Hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan undang-

undang tersebut15

.

Pembelian saham itu dapat dilakukan baik dengan cara tunai, dengan

menyerahkan saham dan perusahaan yang membeli, atau dengan

menyerahkan jenis-jenis efek lainnya yang dikeluarkan oleh perusahaan

yang membeli. Secara yuridis, pembelian saham-saham tersebut harus

dilakukan transaksinya langsung antara pembeli dengan para pemegang

saham perusahaan tersebut, bukan dengan direksi perusahaan tersebut.

Pasal 125 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 menetapkan tata cara

melakukan akuisisi sebagai berikut:

(1) Pengambilalihan dilakukan dengan cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan

15

Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet. Ketiga), h. 223.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

22

dikeluarkan oleh perseroan melalui direksi perseroan atau langsung dari pemegang saham.

(2) Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan;

(3) Pengambilalihan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah pengambilalihan saham yang

mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

(4) Dalam hal pengambilalihan yang dilakukan oleh badan hukum berbentuk perseroan, direksi sebelum

melakukan perbuatan hukum pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS yang memenuhi

kuorum kehadiran dan ketentuan tentang persyaratan pengambilan keputusan RUPS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 89.

(5) Dalam hal pengambilalihan dilakukan melalui direksi, pihak yang mengambilalih menyampaikan

maksudnya untuk melakukan pengambilalihan kepada direksi perseroan yang akan diambilalih.

(6) Direksi perseroan yang akan diambilalih dan perseroan yang akan mengambilalih dengan persetujuan

dewan komisaris masing-masing menyusun rancangan pengambilalihan yang memuat sekurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan dari perseroan yang akan mengambilalih dan perseroan yang akan

diambilalih;

b. Alasan serta penjelasan direksi perseroan yang akan mengambilalih dan direksi perseroan yang

akan diambilalih;

c. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 Ayat (2) huruf auntuk tahun buku

terakhir dari perseroan yang akan mengambilalih dan perseroan yang akan diambilalih;

d. Tata cara penilaian dan konversi saham dari perseroan yang akan diambilalih terhadap saham

penukarnya apabila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham;

e. Jumlah saham yang akan diambilalih;

f. Kesiapan pendanaan;

g. Neraca konsolidasi performa perseroan yang akan mengambilalih setelah pengambilalihan yang

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia;

h. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan;

i. Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota direksi dewan komisaris dan karyawan dari

perseroan yang akan diambilalih;

j. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa

pengalihan saham dari pemegang saham kepada direksi perseroan;

k. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil pengambilalihan apabila ada.

(7) Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegang saham, ketentuan sebagaimana

dimaksud ketentuan sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) dan Ayat (6) tidak berlaku.

(8) Pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud pada Ayat (7) wajib memperhatikan ketentuan

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

23

anggaran dasar perseroan yang diambilalih tentang pemidahan hak atas saham dan perjanjian yang

telah dibuat oleh perseroan dengan pihak lain.

2. Aspek Yuridis Akuisisi

Dasar hukum akuisisi adalah jual beli, dimana direksi perusahaan

yang akan mengakuisisi mengadakan jual beli dengan direksi perusahaan

terakuisisi mengenai hak milik atau saham perusahaan

terakuisisi/diambilalih. Perusahaan pengakuisisi akan menerima hak milik

atas saham perusahaan terakuisisi, sedangkan perusahaan terakuisisi

menerima penyerahan hak atas sejumlah uang harga saham tersebut. Dalam

Pasal 613 KUH Perdata tertulis apabila saham tersebut atas nama, maka

penyerahannya dilakukan dengan cessie (hak tagih)16

.

Dalam strategi pengembangan usaha, dikenal beberapa macam cara

yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha, yaitu: penggabungan (merger),

Peleburan (konsolidasi), dan Pengambilalihan (akuisisi). Ketiga cara

tersebut memiliki pengertian masing-masing. para pelaku usaha yang ingin

mengembangkan usahanya dapat memilih salah satu cara tersebut sesuai

dengan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan.

3. Dasar Hukum Pengambilalihan Saham yang Dilarang

Tindakan pengambilalihan (akuisisi) disadari atau tidak akan

mempengaruhi persaingan antar para pelaku usaha di dalam pasar

bersangkutan dan membawa dampak kepada konsumen dan masyarakat.

Karena itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 melarang tindakan

tersebut yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat. Dengan kata lain tindakan akuisisi hendaknya

tetap memperhatikan kepentingan konsumen dan masyarakat.

Sesuai dengan amanat dalam Pasal 28 Ayat (3) dan Pasal 29 Ayat

(2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, ketentuan lebih lanjut mengenai

16

Farida Hasyim, Hukum Dagang, ... h. 225.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

24

tata cara akuisisi saham perusahaan yang mengakibatkan praktik monopoli

dan/atau persaingan usaha tidak sehat dan ketentuan nilai aset dan/atau nilai

penjualan serta tata cara pemberitahuan tindakan tersebut telah diatur lebih

lanjut oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010

tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan

Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Adapun mengenai materi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010 tersebut meliputi Penggabungan atau Peleburan dan

Pengambilalihan Saham yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tata cara penyampaian

pemberitahuan, penilaian komisi pengawas persaingan usaha dan konsultasi.

kemudian pengaturan ketentuan mengenai tindakan pengambilalihan saham

perusahaan sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Dan Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

2010 juga dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa peraturan komisi

pengawas persaingan usaha yang menjadi rujukan hukum sebagai pedoman

bagi komisi pengawas persaingan usaha melakukan pengawasan dan

pelaksanaan tentang tindakan pengambilalihan saham perusahaan yang

dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat, yaitu17

:

a. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun

2009 Tentang Pra Notifikasi Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan;

b. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun

2010 Tentang Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan

Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan;

c. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun

17

Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 621.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

25

2010 Tentang Konsultasi Penggabungan atau Peleburan Badan

Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan.

d. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02 Tahun

2013 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha

dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat

Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat.

e. Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun

2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan

Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan

4. Unsur Penilaian KPPU dalam Penggabungan dan Peleburan Badan Usaha

serta Pengambilalihan Saham Perusahaan

Untuk menilai apakah suatu merger atau akuisisi akan

membahayakan persaingan usaha didasarkan kepada beberapa hal

(substantive test). Bila dari substantive test diketahui merger atau akuisisi

yang diusulkan tidak membahayakan persaingan usaha, maka merger atau

akuisisi tersebut diperbolehkan. Namun sebaliknya, jika merger atau

akuisisi tersebut akan membahayakan usaha, maka akan dilarang atau

memberikan persyaratan-persyaratan. Di Amerika Serikat, substantive test

yang digunakan dalam menilai suatu rencana merger akuisisi, yaitu18

:

1) Dasar pasar, pengukuran, dan konsentrasi, meliputi:

a. Product market definition;

b. Geographic market definition;

18

Tim Pematangan Bahan Masukan Rancangan Peraturan Pemerintah Mengenai Merger

Tahun 2008, ... h. 6.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

26

c. Identifikasi pelaku usaha dalam pasar bersangkutan;

d. Penguasaan pasar;

e. Tingkat konsentrasi dan penguasaan pasar.

2) Potensi kerugian yang ditimbulkan oleh merger, meliputi

berkurangnya persaingan melalui interaksi yang terkoordinasi dan

berkurangnya persaingan melalui efek unilateral.

3) Analisis entry, meliputi Entry alternatives dan Timeliness of entry.

4) Efisiensi

5) Kegagalan dan exiting assets, meliputi Failing firm dan Failing

division

Dengan merujuk kepada ketentuan dalam Pasal 3 Ayat (2) dan (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, maka untuk menilai apakah

suatu penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dapat menimbulkan

praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat, komisi pengawas

persaingan usaha berdasarkan Peraturan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha Nomor 10 Tahun 2011 akan melakukan penilaian terhadap

pemberitahuan maupun konsultasi penggabungan, peleburan dan

pengambilalihan berdasarkan analisis mengenai Konsentrasi pasar,

Hambatan masuk pasar, Potensi perilaku anti persaingan, Efisiensi;

dan/atau Kepailitan.

5. Dampak Akuisisi Saham Perusahaan Terhadap Persaingan Usaha

Pada umumnya masyarakat memberikan perhatian besar terhadap

upaya perusahaan untuk melakukan tindakan merger maupun akuisisi, hal

ini disebabkan:

a. Tindakan merger dapat mengakibatkan sistem manajerial menjadi

lebih baik serta secara teknis ada kemampuan mengolah aset yang

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

27

tidak berguna menjadi lebih bermanfaat;

b. Tindakan merger maupun akuisisi dapat mengakibatkan skala

ekonomi serta jangkauan ekonomi yang lebih besar untuk

mengurangi biaya, meningkatkan kualitas produk serta menambah

biaya output;

c. Tindakan akuisisi perusahaan memberikan peluang pada para

manajer untuk mendapatkan keuntungan profit yang lebih besar;

d. Tindakan merger memberikan peluang bagi pemilik untuk menjual

perusahaan kepada seseorang/calon pembeli yang beritikad baik

dengan harga tinggi/wajar19

.

e. Dampak negatif dari akuisisi terhadap suatu persaingan pasar

adalah:

1) Terciptanya atau bertambahnya konsentrasi pasar yang dapat

menyebabkan harga produk semakin tinggi;

2) Kekuatan pasar (market power) menjadi semakin besar yang

dapat mengancam pebisnis kecil20

.

Karena itu dalam menelaah dampak anti monopoli dari suatu

akuisisi perusahaan perlu melihat faktor-faktor sebagai berikut21

:

a. Harga yang berkolusi;

b. Skala ekonomi yang tereksploitasi;

c. Kekuasaan untuk monopoli (monopoly power);

d. Interdependensi dan oligopolistik

19

Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender; Perspektif Hukum Persaingan

Usaha, ... h.219-220. 20

Munir Fuady, Hukum Bisnis: Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Citra Aditya,

1996), h. 90. 21

Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender; Perspektif Hukum Persaingan

Usaha, ... h.221-222.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

28

e. Arah kecenderungan perubahan kondisi pasar;

f. Kondisi finansial dari pelaku pasar;

g. Kemudahan untuk dapat masuk ke pasar (teori jalan masuk) atau

entrenchment theory;

h. Ketersediaan produk substitusi;

i. Sifat dari produk;

j. Syarat-syarat penjualan produk;

k. Market performance

l. Dampak dari efisiensi merger.

6. Pengenaan Sanksi Denda Administratif oleh KPPU

Dalam pedoman keputusan KPPU No. 252/KPPU/Kep/VII/2008

denda didefinisikan sebagai: “usaha untuk mengambil keuntungan yang

didapatkan oleh pelaku usaha yang dihasilkan dari tindakan anti

persaingan”. Selain itu, ada juga denda yang dikhususkan bagi pelaku

usaha yang terlambat melakukan pemberitahuan akuisisi ke KPPU

sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Komisi Nomor 4

Tahun 2012, bahwa yang dimaksud dengan Denda Administrasi

Keterlambatan adalah “denda yang dijatuhkan kepada badan usaha yang

terlambat menyampaikan Pemberitahuan tertulis atas perbuatan hukum

Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha atau Pengambilalihan Saham

Perusahaan hingga jangka waktu sebagaimana telah ditentukan dalam

Peraturan Pemerintah”. Definisi tersebut mengisyaratkan sanksi yang

dijatuhkan bagi setiap keterlambatan pelaku usaha dalam memberitahukan

akuisisinya ke KPPU dalam jangka waktu tertentu.

Denda dalam hukum persaingan usaha bertujuan untuk menjerakan

pelaku usaha agar tidak melakukan tindakan serupa atau ditiru oleh calon

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

29

pelanggar lainnya. agar efek jera dapat diterapkan efektif, secara ekonomi

denda yang ditetapkan harus dapat menjadi sinyal atau setidaknya

dipersepsikan oleh pelanggar sebagai biaya (expected cost) yang jauh lebih

besar dibandingkan dengan manfaat (expected benefit) yang didapat dari

tindakannya melanggar hukum persaingan usaha. Secara administrasi,

pembayaran denda disetorkan oleh pelanggar kepada negara. KPPU dalam

menentukan besaran denda akan menempuh dua langkah, yaitu22

:

a. Menentukan besaran nilai dasar;

b. Melakukan penyesuaian dengan menambahkan atau mengurangi

besaran nilai dasar tersebut.

1) Penentuan besarnya nilai dasar

Nilai dasar dihitung berdasarkan nilai penjualan menggunakan

metodologi sebagai berikut:

a) Perhitungan nilai penjualan23

Dalam menentukan nilai dasar denda yang akan

ditetapkan, KPPU akan menggunakan nilai penjualan atau

pembelian barang KPPU akan menggunakan nilai penjualan

atau pembelian barang atau jasa terlapor pada pasar

bersangkutan. Pada umumnya, nilai penjualan akan dihitung

berdasarkan nilai keseluruhan penjualan pada tahun sebelum

pelanggaran dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

estimasi nilai penjualan pelaku usaha yang terlibat pelanggaran

pada saat data penjualan tahunannya belum tersedia. Dalam

kasus tender, penentuan nilai penjualan tidak didasarkan pada

perhitungan nilai penjualan tahun sebelum pelanggaran, namun

berdasarkan harga pemegang tender. Pada pelanggaran yang

22

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana prenada

Media Group, 2014, Cet. kedua), h. 582. 23

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 582.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

30

dilakukan oleh sekelompok terlapor, maka nilai penjualan akan

dihitung sebagai penjumlahan dari seluruh nilai penjualan

anggotanya.

Dalam menentukan nilai penjualan terlapor, KPPU akan

menggunakan nilai perkiraan penjualan yang paling

menggambarkan nilai penjualan sebenarnya. Nilai penjualan

akan ditentukan sebelum PPN dan pajak lainnya yang terkait

langsung dengan nilai penjualan tersebut. Apabila data yang

diserahkan oleh terlapor tidak lengkap atau tidak dapat

diandalkan, maka KPPU dapat menentukan nilai penjualannya

dengan berdasarkan data tidak lengkap tersebut dan/atau

informasi lain terkait yang relevan dan tepat.

b) Penentuan nilai dasar denda24

Nilai dasar denda akan terkait dengan proporsi dari nilai

penjualan yang diperhitungkan adalah sampai dengan 10% dari

nilai penjualan tersebut. Untuk menentukan apakah proporsi

nilai penjualan yang dipertimbangkan dalam kasus tersebut

seharusnya berada dalam titik tertinggi atau terendah dalam

skala tersebut, KPPU akan mempertimbangkan berbagai

macam faktor yang berupa skala perusahaan, jenis pelanggaran,

gabungan pangsa pasar dari para terlapor, cakupan wilayah

geografis pelanggaran dan telah atau belum dilaksanakannya

pelanggaran tersebut.

c) Penyesuaian terhadap besarnya nilai denda

Dalam menentukan denda, KPPU dapat

mempertimbangkan keadaan yang menghasilkan penambahan

atau pengurangan nilai dasar denda tersebut, berdasarkan

24

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 583.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

31

penilaian secara keseluruhan dengan tetap memperhatikan

seluruh aspek yang terkait.

(1) Hal-hal yang memberatkan.

Nilai dasar dapat ditambahkan ketika KPPU

menemukan hal-hal yang memberatkan, sebagai berikut25

:

(a) Apabila terlapor melanjutkan atau mengulangi

pelanggaran yang sama ketika KPPU menemukan

bahwa terlapor melanggar Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999, maka nilai dasar akan ditambah

sampai dengan 100% untuk setiap pelanggaran yang

dilakukan.

(b) Menolak diperiksa, menolak memberikan informasi

yang diperlukan dalam penyelidikan dan/atau

pemeriksaan, atau menghambat proses penyelidikan

dan/atau pemeriksaan.

(c) Bagi pemimpin atau penggagas dari pelanggaran,

KPPU akan memberikan perhatian khusus terhadap

langkah-langkah yang dilakukan oleh penggagas

dalam peranannya menekan atau mengancam pihak

lain.

(2) Hal-hal yang meringankan.

Nilai dasar dapat dikurangi apabila KPPU

menemukan hal-hal yang meringankan sebagai berikut26

:

(a) Terlapor memberikan bukti bahwa dia telah

25

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 548. 26

Muchamad Arifin, “Pertanggungjawaban Hukum atas Keterlambatan Pemberitahuan

Akuisisi Asing kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha”, Jurnal Lex Renaissance II, 2, Juli

2017, h. 272-273

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

32

menghentikan tindakan pelanggaran segera setelah

KPPU melakukan penyelidikan;

(b) Terlapor menunjukkan bukti bahwa pelanggaran

tersebut dilakukan secara tidak sengaja;

(c) Terlapor menunjukkan bukti bahwa keterlibatannya

adalah minimal;

(d) Terlapor bersikap baik dan kooperatif dalam proses

penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

(e) Apabila tindakan tersebut merupakan perintah

perundang-undangan atau persetujuan instansi yang

berwenang;

(f) Adanya pernyataan kesediaan untuk melakukan

perubahan perilaku dari pelaku usaha.

d) Tambahan denda sebagai penjera

KPPU akan memberikan perhatian khusus kepada

kebutuhan untuk menjamin bahwa denda mengandung efek

penjera yang cukup. Pada akhirnya, hal tersebut akan

meningkatkan denda yang dikenakan pada pihak terlapor yang

memiliki turnover yang lebih besar dari penjualan barang dan

jasa yang terkait dengan pelanggaran. KPPU akan juga

mempertimbangkan kebutuhan untuk menambah denda dengan

tujuan untuk melebihi jumlah dari keuntungan yang diperoleh

dari tindakan pelanggaran yang dimungkinkan untuk

diperhitungkan nilainya27

.

(1) Rentang besarnya denda

27

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 585.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

33

(a) Jumlah akhir dari besaran denda dalam keadaan apapun,

tidak boleh melebihi Rp25.000.000.000,00;

(b) Jumlah akhir dari besaran denda dalam keadaan apapun,

tidak boleh melebihi 10% dari total turn over dari tahun

berjalan dari pihak terlapor atau para terlapor yang

terkait dengan pelanggaran;

(c) Jika jumlah perhitungan denda lebih dari

Rp25.000.000.000,00 dan 10% turn over lebih besar

dari Rp25.000.000.000,00 maka akan dikenakan denda

akhir sebesar Rp25.000.000.000,00 dan 10% turn over

lebih kecil atau sama dengan Rp25.000.000.000,00

maka akan dikenakan denda akhir sebesar 10% turn

over;

(d) Jika jumlah perhitungan denda kurang dari

Rp1.000.000.000,00 mempertimbangkan aspek

keadilan maka denda dapat dikenakan atau diganti

dengan bentuk sanksi lainnya;

(e) Apabila pelanggaran oleh para terlapor terkait dengan

aktifitas dari anggotanya, denda tidak boleh melebihi

dari 10% dari total turnover dari tiap anggota pada pasar

yang terkena dampak dari pelanggaran.

(2) Kemampuan untuk membayar28

Berdasarkan permintaan pihak Terlapor, KPPU

dapat mempertimbangkan kemampuan membayar dari

terlapor pada konteks sosial dan ekonomi tertentu.

Pengurangan akan diberikan secara individu berdasar pada

28

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 586.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

34

bukti objektif, yaitu apabila denda tersebut dapat berakibat

pada bangkrutnya suatu perusahaan.

Selanjutnya Pasal 48 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 menentukan:

(1) Pelanggaran Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai

dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda

serendah-rendahnya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), atau pidana

kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) bulan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15,

Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 diancam dengan pidana

denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan

setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) atau

pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.

(3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 undang-undang ini diancam

dengan pidana denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan setinggi-tingginya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau

pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 (lima) bulan.

Jika mempertimbangkan kesanggupan untuk

membayar, tentu banyak perusahaan yang ingin

mengajukan keringanan terhadap sanksi denda yang

dijatuhkan kepadanya, padahal undang-undang telah

mengatur alternatif sanksi denda yaitu pidana kurungan

sebagai penggantinya. Karena itu, KPPU seharusnya tidak

perlu mempertimbangkan permintaan pihak Terlapor terkait

kesanggupan dalam pembayaran denda, mengingat hal

tersebut diberlakukan sebagai penjera terhadap

pelanggarnya sehingga menciptakan kepastian dan keadilan

hukum.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Penelitian ini mengambil rujukan dari beberapa sumber-sumber yang

sudah ada sebelumnya. Sumber-sumber yang dimaksud diantaranya adalah

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

35

skripsi, jurnal dan buku yang terkait dengan penelitian ini. Di antara sumber-

sumber tersebut antara lain:

1. Skripsi ditulis oleh Hamalatul Qur’ani29

yang fokus membahas mengenai

perbandingan sistem pengaturan notifikasi merger di 3 (tiga) negara. Hasil

dari penelitian tersebut menunjukan adanya perbedaan pengaturan sistem

notifikasi merger yang diterapkan di Indonesia, Amerika Serikat, dan

Australia. Persamaan skripsi ini dengan skripsi peneliti adalah mengenai

merger dan akuisisi, sedangkan perbedaannya lebih spesifik membahas

mengenai keterlambatan laporan akuisisi saham yang berbeda dengan

topik pembahasan skripsi di atas.

2. Buku ditulis oleh Andi Fahmi Lubis, Anna Maria Tri Anggraini, Kurnia

Toha, dkk.30

, buku tersebut membahas mengenai sistem akuisisi secara

umum. Persamaan buku tersebut dengan penelitian ini yaitu mengenai

teori-teori dan praktiknya dalam hukum persaingan usaha khususnya yang

menjelaskan mengenai akuisisi, sedangkan perbedaannya terletak pada

pembahasan mengenai laporan akuisisi saham ke KPPU dan penerapan

putusan KPPU.

3. Jurnal ditulis oleh Verry Iskandar31

yang fokus membahas mengenai

akuisisi saham oleh perusahaan yang terafiliasi. Jurnal ini menggunakan

motode normatif yuridis dengan pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan kasus (case approach). Persamaan jurnal

tersebut dengan penelitian ini adalah bahwa keduanya membahas

mengenai akuisisi dalam hukum persaingan usaha, sedangkan perbedaanya

adalah bahwa peneliti lebih fokus dalam meneliti putusan KPPU mengenai

29

Skripsi Hamalatul Qurani, “Studi Komparatif Pengaturan Sistem Notifikasi Merger Di

Indonesia, Amerika Serikat Dan Australia” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018). 30

Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan Usaha; Antara Teks dan Konteks,

(Jakarta: Komisi Persaingan Usaha dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit

(GTZ) GMBH, 2009). 31

Verry Iskandar, “Akuisisi Saham oleh Perusahaan Terafiliasi Dalam Perspektif Hukum

Persaingan Usaha”, Jurnal Persaingan Usaha, V, Juni 2011.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

36

keterlambatan laporan akuisisi saham.

4. Jurnal ditulis oleh Sudjana32

yang fokus membahas mengenai merger

serara umum dalam menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

Jurnal ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan

spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Persamaan jurnal tersebut dengan

penelitian penelitian ini adalah bahwa keduanya memiliki hubungan yang

sama dengan dasar perundang-undangan yang berkaitan yaitu mengenai

pengaturan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi, sedangkan perbedaannya

peneliti lebih fokus membahas mengenai dampak keterlambatan laporan

akuisisi saham kepada KPPU.

5. Jurnal ditulis oleh Rai Mantili, Hazar Kusmayanti, dan Anita Afriana33

yang fokus membahas penegakan hukum KPPU dalam menjamin

kepastian hukum. Jurnal ini menggunakan metode penelitian normatif

dengan pendekatan perundang-undangan (statuta approach) dan

pendekatan konseptual (conceptual approach). Persamaan jurnal tersebut

dengan penelitian ini adalah bahwa keduanya memiliki objek penelitian

yang sama yaitu pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha, sedangkan

perbedaannya dengan peneliti adalah adanya putusan yang dibahas sebagai

objek penelitian ini.

32

Sudjana, “Merger dalam Perspektif Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999”, Jurnal Hukum Positum, I, 1,

Desember 2016. 33

Rai Mantili, dkk, “Problematika Penegakan Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia

Dalam Rangka Menciptakan Kepastian Hukum”, Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum, III, 1, 2016.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

37

BAB III

PERAN KPPU DALAM PENYELESAIAN KASUS KETERLAMBATAN

LAPORAN AKUISISI SAHAM PERUSAHAAN

A. Komisi Pengawas Persaingan Usaha

1. Gambaran Umum KPPU

Terwujudnya persaingan usaha yang sehat merupakan idaman

setiap masyarakat. Pada kenyataannya, persaingan yang diidamkan

masyarakat itu masih membutuhkan pengawasan di dalamnya. Karena itu,

lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan langkah yang

paling tepat dilakukan di masa reformasi. Dalam peraturan itu termuat

pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sebagai

lembaga yang bertugas mengawasi jalannya undang-undang tersebut.

Menurut Susanti Adi Nugroho KPPU adalah lembaga quasi

judicial yang mempunyai wewenang eksekutorial terkait kasus-kasus

persaingan usaha.1 Menurut Syamsul Ma’arif KPPU adalah lembaga yang

tepat untuk menyelesaikan persoalan persaingan usaha yang mempunyai

peran multifunction dan keahlian sehingga dianggap mampu

menyelesaikan dan mempercepat proses penanganan perkara2. Menurut

ketentuan Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

yang dimaksud dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah

Komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat.

1 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia; dalam Teori dan Praktik

serta Penerapan Hukumnya, Cet. 2, (Jakarta: Kencana Prenada Media , 2014), h. 544. 2 Syamsul Ma’arif, “Tantangan Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia”,

Jurnal Hukum Bisnis, 19, (Mei –Juni 2002), h. 48.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

38

Komisi ini dikatakan sebagai suatu lembaga independen yang

terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain3. Untuk

menjamin independensi kerja komisi dari pengaruh pemerintah dan pihak

lain ditentukan bahwa anggota komisi diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Menurut Suyud Margono

bahwa untuk menjaga independensi komisi dari intervensi pemerintah,

anggota komisi sebaiknya diangkat oleh DPR dari calon-calon yang

diusulkan masyarakat termasuk organisasi-organisasi profesi, Sedangkan

Presiden hanya bertugas melantik anggota-anggota yang sudah ditentukan

oleh DPR4.

Dalam menjalankan fungsinya KPPU mempunyai visi, yaitu:

Terwujudnya iklim persaingan usaha yang sehat dalam mendorong

ekonomi nasional yang efisien dan berkeadilan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Adapun misi KPPU diantaranya: mewujudkan

mental persaingan usaha yang sehat, mewujudkan penegakan hukum

persaingan usaha, mewujudkan perjanjian kemitraan yang sehat

dikalangan pelaku usaha besar, mikro, kecil dan menengah serta koperasi

dan mewujudkan kelembagaan yang kredibel dan akuntabel5. Adanya visi

dan misi tersebut diharapkan menjadi standar mutu KPPU dalam

menjalankan tugasnya.

Pembentukan KPPU bertujuan untuk menjamin iklim usaha yang

kondusif, dengan adanya persaingan yang sehat sehingga ada kesempatan

usaha yang sama bagi pelaku usaha besar, menengah, maupun kecil6.

Selain itu KPPU juga betujuan untuk mendorong terciptanya efisiensi dan

efektivitas dalam kegiatan usaha.

3 Lihat website KPPU: http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/, diakses

pada 26 Juni 2019. 4 Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 136.

5 Lihat website KPPU, http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-dan-misi/, diakses

pada 26 Juni 2019. 6 Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan Usaha; Antara Teks dan Konteks, (Jakarta:

Komisi Persaingan Usaha dan Deutsche Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit (GTZ)

GMBH, 2009), h. 312-313.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

39

2. Status Kedudukan KPPU

Keberadaan KPPU dalam konteks lembaga negara bersifat

komplementer (State Auxiliary) yang mempunyai tugas multikompleks

dalam mengawasi setiap gerak, langkah, dan praktik persaingan usaha

tidak sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Dalam melakukan

aktivitas bisnis usahanya para pelaku usaha smeakin massive dalam

berbagai bidang dengan tampilan serta modifikasi strategis untuk

memenangkan setiap persaingan.

Setiap lembaga mempunyai kewenangan dan kedudukannya di

depan hukum yang dikuatkan dengan aturan perundang-undangan.

Undang-Undang Antimonopoli telah membentuk Komisi Pengawas

Persaingan Usaha (KPPU) sebagai lembaga independen yang khusus

menangani persoalan di bidang persaingan usaha. Komisi ini

bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia, oleh

karenanya komisi ini memperoleh sumber dana dari Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) ataupun sumber-sumber keuangan lainnya.7

Dalam Pasal 30 bagian pertama Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 telah menyatakan bahwa status Komisi Pengawas Persaingan Usaha

(KPPU) yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang ini dibentuk komisi

pengawas persaingan usaha yang selanjutnya disebut komisi.

b. Komisi adalah lembaga independen yang terlepas dari pengaruh

dan kekuasaan pihak lain;

c. Komisi bertanggungjawab kepada presiden.

Pelaksanaan undang-undang ini diserahkan kepada Komisi

Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sesuai yang ditetapkan dalam Pasal

7 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, ( Bandung:

Citra Aditya Bakti, 1999), h. 101.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

40

34 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan

bahwa pembentukan komisi serta susunan organisasi, tugas, dan fungsinya

ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Kemudian Presiden Republik

Indonesia melalui Pasal 1 Ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun

1999 membentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Menurut undang-

undang ini komisi adalah lembaga independen, hal ini berarti bahwa

komisi bebas dari pengaruh pemerintah, lembaga kemasyarakatan dan

pihak-pihak lainnya. Kemandirian komisi yang termuat dalam undang-

undang tersebut adalah hak istimewa yang diperlukan untuk dapat

melaksanakan undang-undang secara efektif dan efisien8.

Komisi bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden, hal

tersebut disampaikan dalam Pasal 30 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999, meski demikian komisi tetap bebas dari pengaruh dan

kekuasaan pemerintah, sehingga kewajiban untuk memberikan laporan

adalah semata-mata merupakan pelaksanaan prinsip administrasi yang

baik. Kewajiban tersebut termuat dalam Pasal 35 Huruf g Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 yang menentukan bahwa komisi memberikan

laporan secara berlaka atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan Dewan

Perwakilan Rakyat. Persyaratan untuk menyampaikan laporan secara

berkala memungkinkan komisi untuk menentukan jangka waktu

penyampaian laporan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan9. Di

samping laporan tahunan, komisi juga dapat memutuskan untuk

menyampaikan laporan dalam waktu yang lebih singkat apabila terdapat

perkembangan yang sangat penting dalam bidang yang ditanganinya, dan

dianjurkan untuk dilakukan periode permulaan untuk melaksanakan

kegiatan komisi10

. Pelaporan langsung oleh Komisi Pengawas Persaingan

Usaha kepada Presiden dan DPR juga sesuai dengan kebiasaan yang

berlaku internasional.

8 Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 139-140.

9 Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta; Sinar

Grafika, 2013), h. 54. 10

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 140.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

41

Dalam hal persaingan usaha, KPPU mempunyai fungsi penegakan

hukum, akan tetapi komisi tersebut bukan merupakan lembaga peradilan

khusus, karenanya KPPU tidak berwenang menjatuhkan sanksi pidana

maupun perdata melainkan hanya sanksi administratif saja11

. Sebagai

lembaga yang berwenang menyelesaikan persoalan persaingan usaha di

wilayah eksekutif, legislatif, yudikatif dan konsultatif, KPPU bertindak

sebagai investigator (investigate function), penyelidikan atau pengumpulan

alat bukti sebagai bahan pemeriksaan12

(presecuting fuction), pemutus

(adjudication function) dan fungsi konsultatif (consultative function).

Namun, dalam melakukan penegakan hukum persaingan usaha, KPPU

dapat dibantu dapat meminta bantuan lembaga kepolisian, kejaksaan dan

pengadilan sebagai sarana untuk menciptakan keadilan dan kepastian

hukum antara para pelaku usaha.

3. Syarat dan keanggotaan KPPU

Dalam menjalankan fungsi dan kewenangan, KPPU harus merekrut

anggota yang kompeten dibidangnya. Karena itu, ketentuan mengenai

persyaratan serta keanggotaan komisi dijelaskan dalam Pasal 31, 32, dan

33 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Dalam Pasal 31 undang-undang

tersebut menentukan bentuk keanggotaan dari komisi pengawas yang

keseluruhannya akan kami uraikan sebagai berikut;

a. Komisi terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, wakil ketua

merangkap anggota, dan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang

anggota;

b. Anggota komisi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

c. Masa jabatan anggota komisi adalah 5 (lima) tahun dan dapat

11

Andi Fahmi Lubis, dkk., Hukum Persaingan Usaha; Antara Teks dan Konteks, ... h.

312-313 12

Mahkamah Konstitusi, Putusan Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

42

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya;

d. Apabila karena berakhirnya masa jabatan akan terjadi kekosongan

dalam keanggotaan komisi, maka masa jabatan anggota dapat

diperpanjang sampai pengangkatan anggota baru. 13

Komisi terdiri atas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) anggota. Ketua

komisi dan wakilnya merangkap anggota komisi. Menurut Pasal 14 Ayat

(3) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1999

tertanggal 8 Juli 1999, ketua dan wakil ketua komisi dipilih dari dan oleh

anggota. Anggota komisi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Pasal 14 Ayat (1)

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tertanggal 8 Juli 1999,

pemerintah memegang hak untuk mengemukakan usul kepada DPR.

Berdasarkan Pasal 14 Ayat (2) Keppres Nomor 75 Tahun 1999 tertanggal

8 Juli 1999, pemerintah harus mengusulkan kepada DPR sekurang-

kurangnya dua kali dari jumlah anggota komisi yang akan diangkat. Masa

jabatan anggota komisi adalah 5 (lima tahun) dan dapat diangkat kembali

untuk satu kali masa jabatan berikutnya, sehingga masa jabatan anggota

komisi seluruhnya 10 (sepuluh) tahun14

. Dengan demikian Presiden

berkesempatan untuk terus menggunakan keahlian anggota komisi tersebut

selama lima tahun berikutnya, hal mana dapat sangat menguntungkan

reputasi dan kompetensi komisi pengawas. Di samping itu, DPR juga ikut

serta dalam pengangkatan kembali anggota komisi, dengan ketentuan

apabila anggota komisi tidak diangkat kembali, maka masa jabatannya

berakhir setelah lima tahun dan anggota baru harus diangkat oleh Presiden

atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pembuat undang-undang menginginkan agar anggota komisi selalu

terdiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang anggota dan saat ini untuk

masa jabatan tahun 2018 sampai dengan tahun 2023 anggota komisi

13

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 141-142. 14

Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 59

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

43

berjumlah 9 (sembilan) orang sehingga bertambah 2 (dua) orang15

. Oleh

karena itu, tidak dikehendaki terjadinya kekosongan dalam keanggotaan

komisi karena berakhirnya masa jabatan, hal mana akan terjadi apabila

tidak ditentukan pengganti pada waktu yang tepat. Dalam hal ini masa

jabatan anggota komisi bersangkutan dapat diperpanjang sampai

pengangkatan anggota baru. Hal yang sama harus berlaku untuk masa

jabatan kedua apabila anggota komisi diangkat kembali atau jangka waktu

jabatan tersebut diperpanjang oleh presiden. dalam hal ini cukup dilakukan

pemberitahuan kepada parlemen sesudahnya, dimana DPR sebenarnya

telah mengetahui pengangkatan pengganti sebelum pengusulan pemerintah

diterima.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juga menentukan persyaratan

sebagai anggota komisi, hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 32,

yaitu16

:

a. Warga negara Republik Indonesia, berusia sekurang-kurangnya 30

(tiga puluh) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun

pada saat pengangkatan;

b. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa;

d. Jujur, adil, dan berkelakuan baik;

e. Bertempat tinggal di wilayah negara republik indonsia;

f. Berpengalaman dalam bidang usaha atau mempunyai pengetahuna

dan keahlian di bidang hukum dan/atau ekonomi;

g. Tidak pernah dipidana;

15

Lihat Website KPPU http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/anggota-kppu/, diakses

pada tanggal 3 Juli 2019. 16

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 143.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

44

h. Tidak pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan; dan

i. Tidak terafiliasi dengan suatu badan usaha.

Menyangkut keahlian (butir 1) dari anggota komisi, maka yang

bersangkutan disyaratkan berpengalaman dalam bidang usaha atau

mempunyai pengetahuan dan keahlian dibidang hukum dan/atau ekonomi.

Susunan anggota komisi yang berorientasi pada keahlian akan menjamin

bahwa komisi terdiri dari anggota-anggota yang berkualitas berdasarkan

pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman praktik

dalam bidang usaha atau pengetahuan yang mendalam mengenai bidang

ini yang diperoleh melalui tugas mengajar ataupun penelitian dalam

bidang hukum dan ekonomi.

Dalam Pasal 33 mengenai keanggotaan komisi, anggota komisi

dapat berhenti karena hal-hal berikut17

:

a. Meninggal dunia;

b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

c. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia;

d. Sakit jasmani atau rohani terus menerus;

e. Berakhirnya masa jabatan anggota komisi;

f. Diberhentikan.

Yang dimaksud dengan ketentuan pada huruf (e) telah dijelaskan

sebelumnya yaitu mengenai masa jabatan anggota komisi adalah 5 (lima)

tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan

berikutnya, sehingga masa jabatan anggota komisi dapat menjadi 10

(sepuluh) tahun18

. Selesainya masa jabatan anggota komisi untuk satu kali

17

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 143. 18

Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, ... h. 59

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

45

masa jabatan yaitu sampai sampai diangkat kembali anggota komisi yang

baru. Selanjutnya mengenai ketentuan pada huruf (f) yaitu apabila anggota

komisi tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana disebutkan di atas19

.

4. Tugas dan Wewenang KPPU

Setiap lembaga independen dibentuk untuk mengurus dan

mengatur segala hal tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal-hal

tersebut kemudian diejawantahkan dalam tugas dan kewenangan setiap

lembaga secara spesifik. Pembentukan Komisi Pengawas Persaingan

Usaha diuraikan dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

yang berisi sebagai berikut20

:

a. Pembentukan komisi serta susunan-susunan organisasi, tugas dan

fungsinya ditetapkan dengan Keputusan Presiden;

b. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas, komisi dibantu oleh

sekretariat;

c. Komisi dapat membentuk kelompok kerja;

d. Ketentuan mengenai susunan organisasi, tugas, dan fungsi

sekretariat dan kelompok kerja diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Komisi.

Kemudian tugas Komisi Pengawas Persaingan Usaha dikukuhkan

dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu21

:

a. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibat-

kan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;

19

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis; Anti Monopoli, (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. 3), h. 54. 20

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 144. 21

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 145-146.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

46

b. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan/atau tindakan

pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat sebagaiman diatur

dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;

c. Melakukan penelitian terhadap ada atau tidak adanya

penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 26;

d. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi sebagaimana

diatur dalam Pasal 36;

e. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan

pemerintah yang berkaitan dengan praktik monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat;

f. Menyusun pedoman dan/atau publikasi yang berkaitan dengan

undang-undang ini;

g. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada

Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Pasal tersebut yaitu dalam huruf a, b, dan c yang

disebabkan penguasaan pasar yang berlebihan, jabatan rangkap, pemilikan

saham, dan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tugas tersebut diatas

terkait dengan tata cara penanganan perkara yang harus diikuti oleh KPPU.

Selain rumusan ketentuan Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 yang mewajibkan diberikannya laporan oleh pelaku usaha

kepada KPPU dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak

dilakukannya penggabungan atau peleburan badan usaha, atau

pengambilan saham perusahaan, maka boleh dikatakan bahwa tugas

penilaian oleh KPPU baru dapat dilaksanakan setelah adanya pelaporan,

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

47

menurut ketentuan mengenai tata cara penanganan perkara.22

Dari seluruh tugas yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999, penegakan hukum adalah tugas utama dari seluruh tugas

yang diberikan kepada KPPU. Tugas tersebut dilaksanakan KPPU melalui

tindakan penanganan perkara, penerbitan penetapan dan putusan atas

perkara yang ditangani, dan pelaksanaan upaya-upaya lanjutan yang terkait

dengan eksistensi dan pelaksanaan penetapan dan putusan atas suatu

perkara yaitu tindakan monitoring putusan dan upaya litigasi. Sebagai

prinsip penegakan hukum, maka anggota KPPU wajib melaksanakan tigas

dengan berdasar pada asas keadilan dan perlakuan yang sama serta wajib

mematuhi tata tertib KPPU.23

Pengawasan yang menjadi dasar tugas KPPU diatur dalam

ketentuan umum yang terdapat dalam Pasal 1 angka 18 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa Komisi Pengawas

Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk untuk mengawasi pelaku

usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik

monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Penguraian tugas yang

bersifat agak umum tersebut kemudian digolongkan menjadi bidang

tugas24

yaitu sebagai berikut25

:

a. Tugas meliputi penilaian terhadap perjanjian dan/atau secara nyata

menghambat persaingan yang dilarang oleh Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 (Pasal 4 sampai dengan Pasal 27 ) apabila itu

22

Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Jakarta; PT. Raja Grafindo,

2002), h. 56. 23

Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta; Kencana

Prenadamedia Group, 2012), h. 552. 24

Pasal 5 Keputusan Presiden, tugas yang termuat menurut Pasal 35 dan Pasal 4

Keputusan Presiden yang sesuai dengan sasaran masing-masing dibagi menjadi tiga fungsi. Tugas

yang termuat dalam huruf a sampai c meliputi penilaian terhadap perjanjian, kegiatan usaha serta

terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan. Tugas-tugas menurut huruf d

adalah berhubungan dengan tindakan-tindakan komisi sesuai dengan wewenangnya. Sedangkan

tugas yang diliputi huruf e, f, dan g adalah dalam rangka “pelaksanaan fungsi administrasi”. 25

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 146-147.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

48

dapat mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat;

b. Tugas komisi termasuk mengambil tidakan sesuai dengan

wewenang komisi sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999;

c. Tugas bersifat mengatur wewenang dari segi materi dan tidak

memberikan penjelasan mengenai latar belakang tugas tertentu

yang dijalankan oleh komisi tersebut;

d. Tugas dijalankan oleh komisi berdasarkan pengetahuan dan

keahlian dalam bidang tertentu, misalnya:

1) penyusunan pedoman dan penyebaran brosur tentang masalah-

masalah yang diatur oleh undang-undang tentang larangan

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;

2) komisi dibentuk untuk melaksanakan undang-undang tersebut

dan dibawah pengawasan pengadilan, yang berwenang untuk

menafsirkan dan melaksanakan ketentuan undang-undang

tersebut dengan cara yang mengikatkan menurut hukum;

3) tugas komisi adalah memberikan saran dan pertimbangan

sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan

dengan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehat. Karena merupakan kewajiban dari komisi, maka tidak

diperlukan adanya permintaan dari pemerintah. Sebaliknya

komisi berkewajiban untuk memberikan saran dan

pertimbangan kepada pemerintah untuk mendorong ekonomi

pasar agar berfungsi secara lancar karena pelaku usaha

dilindungi dari praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.

Dalam Pasal 36 ditentukan wewenang komisi pengawas persaingan

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

49

usaha yang meliputi26

:

a. menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha

tentang dugaan terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha

tidak sehat;

b. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha

dan/atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan

terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat;

c. melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap kasus

dugaan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak

sehatyang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau

yang ditemukan oleh komisi sebagai hasil dari penelitiannya;

d. menyimpulkan hasil penyelidikan dan/atau pemeriksaan tentang

ada atau tidak adanya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat;

e. memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan undang-undang ini;

f. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang

yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan

undang-undang ini;

g. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha,

saksi ahli atau setiap orang sebagaimana dimaksud huruf e dan f,

yang tidak bersedia memenuhi panggilan komisi;

h. meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya

dengan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha

yang melanggar ketentuan undang-undang ini;

26

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 147-148.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

50

i. mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen atau bukti

lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;

j. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di

pihak pelaku usaha lain atau masyarakat;

k. memberitahukan putusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga

melakukan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;

l. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku

usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.

Pernyataaan Suyud juga dikuatkan dalam Pasal 38 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, undang-undang ini menyatakan

setiap orang dimungkinkan untuk memberikan laporan kepada komisi jika

mengetahui ada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap

undang-undang tersebut. Namun, pasal ini juga menimbulkan pertanyaan

apakah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga dapat memberikan

laporan kepada komisi. Jika ini dimungkinkan maka harus diantisipasi

munculnya LSM yang bergerak di bidang pemantauan dan advokasi

terhadap pelanggaran undang-undang ini (antimonopoli watch)27

.

Selain itu, selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 38 Ayat (2) bahwa

pihak yang dirugikan sebagai akibat pelanggaran terhadap undang-undang

ini juga berhak untuk melaporkan secara tertulis kepada komisi mengenai

telah terjadinya pelanggaran serta kerugian yang ditimbulkan. Komisi ini

juga dapat secara proaktif melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha

apabila ada dugaan terjadi pelanggaran undang-undang ini. Hal tersebut

dijelaskan dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199928

,

artinya komisi tidak harus menunggu laporan dari masyarakat untuk

memulai pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang telah melakukan

pelanggaran terhadap pasal tersebut.

27

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 136-137. 28

Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, ... h. 137.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

51

Berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

komisi diberi wewenang untuk menjatuhkan tindakan administrasi

terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap undang-

undang ini. Tidakan administratif tersebut dapat berupa, antara lain:

a. Penetapan pembatalan perjanjian-perjanjian yang dilarang undang

undang ini

b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi

vertikal;

c. Perintah untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan

praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat;

d. Perintah untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan;

e. Penetapan pembatalan atas penggabunag atau peleburan badan

usaha dan pengambilalihan saham;

f. Penetapan ganti rugi;

g. Pengenaan denda serendah-rendahnya satu miliar rupiah dan

setinggi-tingginya dua puluh miliar rupiah.

B. Profil PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk.

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk pada awalnya didirikan dengan nama

PT. Bimantara Eka Santosa berdasarkan Akta No. 40 tanggal 5 November

1983 dibuat dihadapan Winanto Wiryomartani, S.H., Notaris di Jakarta yang

telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Keputusan

No. C2-6944-HT.01.01.th.84 tanggal 8 Desember 1984 serta telah

diumumkan di berita negara No. 95, Tambahan No. 1466 tanggal 28

November 1986.29

Kemudian PT. Bimantara Eka Sentosa berubah nama menjadi PT.

29

Komisi Pengawas Persaingan Usaha , Putusan Perkara Nomor 2/KPPU-M/2017, h. 26.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

52

Plaza Indonesia Realty, Tbk berdasarkan Akta No. 129 tanggal 20 Desember

1990, dibuat dihadapan Winanto Wiryomartani, S.H., Notaris di Jakarta yang

telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Keputusan

No. C2-1852-HT.01.04-Th’91 tanggal 31 Mei 1991 serta telah diumumkan di

berita negara No. 65, Tambahan No. 2505 tanggal 13 Agustus 1991.30

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk merupakan perusahaan terbuka yang

telah memperoleh pernyataan pendaftaran efektif dari Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) pada tanggal 2 Mei 1992 (OJK) yang dahulu bernama Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang

selanjutnya secara resmi dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui kode

saham PLIN pada 15 Juni 1992. Saham perdana yang ditawarkan sebanyak

35.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000,00 per saham dan

harga penawaran Rp 4.950 per saham.31

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk bergerak dibidang pembangunan

yang meliputi bidang perhotelan, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan

apartemen. Dan perseroan tersebut merupakan pemilik Plaza Indonesia

Shoppong Center, Grand Hyatt Jakarta, The Plaza Office Tower dan Keraton

at The Plaza.

Anggaran dasar terakhir PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk adalah yang

telah disesuaikan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)

berdasarkan Akta No. 34 tanggal 30 April 2015 yang dibuat dihadapan

Nanette Cahyanie Handari Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta yang telah

diterima dan dicatat Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Surat No. AHU-AH.01.03-0930881

tertanggal 11 Mei 2015 serta telah diumumkan di Berita Negara No. 95,

Tambahan No. 1601/L tanggal 27 November 2015.

C. Profil PT. Citra Asri Property

30

Komisi Pengawas Persaingan Usaha , Putusan Perkara Nomor 2/KPPU-M/2017, h. 26. 31

PT. Plaza Indonesia Reality, Tbk., Laporan Tahunan Tahun 2017, h.39.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

53

PT. Citra Asri Property, yang selanjutnya disebut CAP merupakan

suatu perseroan yang didirikan dan menjalankan kegiatan usaha menurut dan

berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan republik Indonesia.

PT. Citra Asri Property didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 001

tertanggal 1 Pebruari 2011, dibuat dihadapan Eria Heryanti Poerwandini,

S.H., Notaris di Jakarta, akta mana mendapat persetujuan dari Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Keputusan

No. AHU-09669.AH.01.01. Tahun 2011 tertanggal 24 Pebruari 2011.32

Anggaran Dasar PT Citra Asri Property adalah sesuai dengan Akta

Pendirian dan perubahan terakhir dalam Akta Pernyataan Keputusan Para

Pemegang Saham PT Citra Asri Property Nomor 001 tertanggal 3 November

2014, dibuat dihadapan Eria Heryanti Poerwandini, S.H., Notaris di Jakarta

sebagaimana telah diberitahukan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dengan Nomor Surat Penerimaan Pemberitahuan

AHU-39286.40.22.2014 tertanggal 4 November 2014 dimana didalamnya

termasuk perubahan nama PT Citra Asri Property menjadi PT Plaza Indonesia

Urban.33

PT Citra Asri Property memiliki lahan yang berlokasi di Jl. Raya R.E.

Martadinata No. 27, Ciputat Tangerang Selatan seluas 1,8ha. Akan tetapi PT

Citra Asri Property belum melakukan kegiatan usaha apapun dan lahan yang

ditinggalkan masih berupa lahan kosong.34

D. Posisi Kasus

Kasus ini merupakan dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 dimana dalam ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Yang

menjadi Terlapor dalam kasus ini adalah PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk.

32

Komisi Pengawas Persaingan Usaha , Putusan Perkara Nomor 2/KPPU-M/2017, h. 15. 33

Komisi Pengawas Persaingan Usaha , Putusan Perkara Nomor 2/KPPU-M/2017, h. 15. 34

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, Pendapat KPPU Nomor 4/KPPU-

PAT/IV/2017, h. 5.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

54

Nilai aset dan penjualan PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk dan anak

perusahaannya di Indonesia dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir

(audited) dinyatakan dalam rupiah adalah35

;

Nama Perusahaan

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk (100.00%)

Aset Sales

31 Desember (dalam Rp)

2011 4,232,841,288,000 909,589,677,000

2012 3,950,266,763,000 1,709,975,626,000

2013 4,126,804,890,000 1,393,191,548,000

Bahwa susunan kepemilikan saham PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk

adalah sebagai berikut36

;

No Pemegang Saham Komposisi

Kepemilikan

1 PT. Bumi Serpong Damai Tbk 34.22%

2 PT. MNC Land Tbk 25.71%

3 UBS AG Singapore S/A Nexus Solution PTE LTD-

2091144418 19.97%

4 UBS AG Singapore S/A Nexus Solution PTE LTD-

2091144484 9,56%

5 Masyarakat 10,54%

Total

Badan usaha yang diambilalih adalah PT. Citra Asri Property atau saat

ini adalah PT. Plaza Indonesia Urban.

Nilai penjualan dan aset PT. Citra Asri Property (kini PT. Plaza

Indonesia Urban) dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dinyatakan dalam

rupiah adalah37

;

35

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 3. 36

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 3.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

55

Nama Perusahaan

Citra Asri Property (100.00%)

Aset Sales

31 Desember (dalam Rp)

2011 10,862,664,330 0

2012 9,691,242,827 0

2013 9,671,440,320 0

Berikut adalah struktur permodalan PT. Citra Asri Property sebelum

pengambilalihan saham38

;

Sebelum Transaksi

Jumlah

Saham

Jumlah Nilai

Nominal Rp

1.000 Persaham

%

Modal Dasar 10.000.000 10.000.000.000 100,00

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh

1. PT. Duta Karya Cipta 9.990.000 9.990.000.000 99,00

2. PT. Island Resort Development 10.000 10.000.000 0,01

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh 10.000.000 10.000.000.000 100,00

Batasan nilai untuk melakukan pemberitahuan penggabungan,

peleburan, pengambilalihan saham perusahaan sebagaimana diatur dalam

Pasal 5 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 adalah:

1. Nilai aset badan usaha hasil penggabungan atau peleburan atau pengambil-

37

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 3. 38

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 4.

PT. DUTA KARYA CIPTA PT. ISLAND RESORT DEVELOPMENT

PT. CITRA ASRI PROPERTY

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

56

alihan melebihi Rp2.500.000.000,00 (dua triliun lima ratus juta rupiah);

dan/atau

2. Nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil penggabungan atau peleburan

atau pengambilalihan melebihi Rp5.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);

Bahwa nilai penjualan dan/atau aset hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan adalah jumlah nilai penjualan dan/atau aset

yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai penjualan dan/atau aset tahun

terakhir yang telah diaudit dari masing-masing pihak yang melakukan

penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan ditambah dengan nilai

penjualan dan/atau aset dari seluruh badan usaha yang secara langsung

maupun tidak langsung mengendalikan atau dikendalikan oleh badan usaha

yang melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan (Perkom

Nomor 2 Tahun 2013);

Nilai aset gabungan dari badan usaha pengambilalih dengan badan

usaha yang diambilalih per 31 Desember 2013 adalah sebesar

Rp4.136.476.330.320,00 (empat triliun seratus tiga puluh enam miliar empat

ratus tujuh puluh enam juta tiga ratus tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh

rupiah) telah melebihi batasan nilai aset Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun

lima ratus miliar rupiah);

Dari pengambilalihan PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza Indonesia

Realty, Tbk peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa yang menjadi dasar

kewajiban pelaporan akuisisi saham ke KPPU dalam kasus ini adalah jumlah

nilai aset gabungan antara perusahaan pengambilalih dan perusahaan yang

diambilalih telah melebihi batasan yang ditentukan oleh Pasal 5 ayat (2) huruf

b Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yaitu sebesar

Rp4.136.476.330.320,00 (empat triliun seratus tiga puluh enam miliar empat

ratus tujuh puluh enam juta tiga ratus tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh

rupiah) dari nilai aset yang ditetapkan sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua

triliun lima ratus miliar rupiah). karena itu PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

57

telah memenuhi unsur pasal dan dinyatakan harus melakukan laporan akuisisi

saham ke KPPU paling lambat 30 hari setelah perusahaan diambilalih.

E. Pertimbangan Majelis Komisi

Posisi kasus dalam dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 tepatnya dalam ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dimana

yang menjadi Terlapor dalam hal ini adalah PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk,

bahwa berdasarkan pertimbangan dan uraian di atas, Majelis Komisi sampai

pada kesimpulan sebagai berikut39

:

1. Bahwa terbukti telah terjadi pengambilalihan saham PT. Citra Asri

Property oleh Terlapor;

2. Bahwa terbukti nilai aset dan/atau nilai penjualan Terlapor dan PT. Citra

Asri Property setelah pengambilalihan saham memenuhi jumlah tertentu

sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2010;

3. Bahwa terbukti adanya keterlambatan melakukan pemberitahuan kepada

Komisi setelah tanggal efektif yuridis, yaitu terlambat selama 345 (tiga

ratus empat puluh lima hari kerja);

Kesimpulan yang dapat diambil tersebut memperlihatkan bahwa

majelis komisi mempertimbangkan hal-hal penting sebelum memutus,

diantaranya sebagai berikut40

:

1. Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l juncto Pasal 47 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi berwenang menjatuhkan sanksi

berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar

ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

39

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 34. 40

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 34-35.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

58

2. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 Ayat (2) Huruf g, Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi berwenang menjatuhkan sanksi

tindakan administratif berupa pengenaan denda serendah-rendahnya

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah).

3. Bahwa Terlapor setelah menerima pemberitahuan pengambilalihan saham,

segera merespon dengan baik dan melengkapi syarat-syarat administratif

kepada KPPU.

4. Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan

bagi Terlapor yaitu telah bersikap baik dan kooperatif selama proses

Sidang Majelis Komisi berlangsung.

Menurut hemat peneliti, kesimpulan yang diambilalih oleh Majelis

Komisi belum mencantumkan ketentuan Pasal 6 Peratuan Pemerintah Nomor

57 Tahun 2010 mengenai denda administratif yang dibebankan kepada

Terlapor setiap hari keterlambatan sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan setinggi-tingginya sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima

miliar rupiah). karena tidak adanya ketentuan pasal tersebut sehingga tidak ada

kepastian hukum bagi pelanggar yang terlambat melakukan laporan akuisisi

saham ke KPPU setelah 30 hari dari batas waktu yang ditentukan.

F. Amar Putusan

Setiap persidangan Majelis Komisi akan memutuskan perkara yang

ditanganinya dengan seadil-adilnya, berdasarkan fakta-fakta persidangan,

penilaian, analisa dan kesimpulan di atas serta dengan mengingat Pasal 43

Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi Menyatakan

bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan menghukum Terlapor

membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) yang harus

disetor ke kas negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di

bidang persaingan usaha. Bahwa setelah Terlapor melakukan pembayaran

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

59

denda, maka salinan bukti pembayaran denda tersebut harus dilaporkan dan

diserahkan ke KPPU41

.

Dari adanya putusan tersebut, peneliti menilai bahwa ada hal-hal yang

dikesampingkan oleh Majelis Komisi dalam memutus perkara ini.

Keterlambatan selama 345 hari kerja dirasa bukanlah waktu yang singkat

untuk suatu keterlambatan, tentunya hal tersebut tidak pernah terjadi sejak

munculnya tahun 2013 hingga sekarang. Akan tetapi yang penting untuk

diperhatikan adalah sanksi denda yang dijatuhkan terhadapnya merupakan

serendah-rendahnya sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang. Maka dari

itu, akan diuraikan lebih lanjut di dalam Bab IV penelitian ini.

41

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 35.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

60

BAB IV

DAMPAK KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 57 TAHUN 2010

Pada pembahasan Bab ini, peneliti akan menguraikannya ke dalam 3 (tiga)

subbab, yang pertama mengenai laporan yang berkaitan dengan akuisisi saham

kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha, yang kedua mengenai dampak

keterlambatan laporan akuisisi saham PT. Plaza Indonesia Realty Tbk., dan yang

ketiga mengenai pertimbangan hukum menurut putusan KPPU. Analisis dan

temuan peneliti adalah sebagai berikut:

A. Laporan Akuisisi Saham Kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Setiap perusahan yang ingin melakukan akuisisi saham harus

melaporkan badan usahanya kepada KPPU selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal akuisisinya. Adapun hal yang menjadi dasar hukum atas

laporan tersebut termuat dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999, yang di dalamnya mewajibkan kepada setiap pelaku usaha untuk

membuat laporan ketika melakukan akuisisi saham. Dalam subbab ini peneliti

akan menjelaskan proses laporan akuisisi saham ke KPPU secara rinci sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai laporan, perlu diketahui

bahwa dalam laporan akuisisi dikenal 2 (dua) bentuk evaluasi, yaitu post

evaluasi atau yang lebih dikenal pemberitahuan dan pra evaluasi atau yang

disebut juga konsultasi1. Secara istilah, pemberitahuan adalah

penyampaianinformasi resmi secara tertulis yang wajib dilakukan oleh pelaku

usaha kepada komisi atas penggabungan atau peleburan badan usaha, dan

pengambilalihan saham perusahan setelah penggabungan atau peleburan badan

usaha atau pengambilalihan saham perusahaan berlaku efektif secara yuridis.

1 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Lampiran Peraturan Komisi Nomor 2

Tahun 2013”, (Jakarta: KPPU, 2012), h. 10.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

61

Sedangkan konsultasi adalah permohonan saran, bimbingan dan atau pendapat

tertulis yang diajukan oleh pelaku usaha kepada Komisi atas rencana

penggabungan,peleburan atau pengambialihan sebelum penggabungan,

peleburan, atau pengambialihan berlaku efektif secara yuridis.2

Setelah memahami pengertian tersebut peneliti akan menjelaskan

mengenai syarat-syarat pemberitahuan dan konsultasi. Syarat pemberitahuan

dalam akuisisi ada 2 (dua), yaitu nilai aset badan usaha hasil penggabungan

atau peleburan atau pengambilalihan melebihi Rp2.500.000.000.000,00 (dua

triliun lima ratus miliar rupiah); atau nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); dan Penggabungan, Peleburan

dan Pengambilalihan antarperusahaan tidak Terafiliasi, Sedangkan syarat

konsultasi dalam akuisisi ada 3 (tiga), yaitu dokumen Penggabungan,

Peleburan dan Pengambilalihan tertulis Pelaku usaha dapat melakukan

Konsultasi Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan kepada Komisi

selama telah terdapat kesepakatan tertulis antar pelaku usaha yang akan

melakukan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan, misalnya berupa

Memorandum of Understanding (MoU), Letter of Intent (LoI), atau perjanjian

dalam bentuk lainnya; nilai aset badan usaha hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan melebihi Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun

lima ratus miliar rupiah); atau nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); dan Penggabungan, Peleburan

dan Pengambilalihan antarperusahaan tidak Terafiliasi.

Pelaku usaha harus melakukan pemberitahuan paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sejak tanggal Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan telah

berlaku efektif secara yuridis. Adapun pembeda dari beberapa jenis usaha yang

yang dikategorikan dalam 4 hal, diantaranya:

2 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Lampiran Peraturan Komisi Nomor 2 Tahun 2013,

h. 5.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

62

1. Jika antara perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi

keduanya berbentuk perseroan terbatas, maka sesuai dengan ketentuan

dalam Pasal 133 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa

kewajiban pengumuman akuisisi terhitung sejak:

a. Persetujuan menteri atas perubahan anggaran dasar dalam terjadi

Penggabungan;

b. Pemberitahuan diterima menteri baik dalam hal terjadi perubahan

anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 maupun yang tidak disertai

perubahan anggaran dasar; dan

c. Pengesahan menteri atas akta pendirian perseroan dalam hal terjadi

akuisisi;

2. Jika perusahaan pengakuisisi merupakan perseroan terbatas sedangkan

perusahaan yang diakuisisi bukan merupakan perseroan terbatas maka

kewajiban pemberitahuan dilakukan sejak ditandatanganinya pengesahan

akuisisi oleh para pihak (closing date);

3. Jika akuisisi perusahaan terjadi di Bursa Efek maka kewajiban

pemberitahuan dilakukan sejak tanggal surat keterbukaan informasi

pengambilalihan saham perseroan terbuka;

4. Jika kedua badan usaha tidak berbentuk perseroan terbatas maka

kewajiban pemberitahuan dilakukan sejak ditandatanganinya pengesahan

akuisisi oleh para pihak (closing date) 3

.

Dalam hal melakukan konsultasi, pelaku usaha tidak dibatasi waktu

atau konsultasi bisa dilakukan pada tahapan apapun sebelum akuisisi selesai

dilaksanakan. Akan tetapi KPPU mendorong pelaku usaha untuk melakukan

konsultasi sedini mungkin supaya dapat dipertimbangkan kepastian transaksi

3 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Lampiran Peraturan Komisi Nomor 2 Tahun 2013,

h. 13.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

63

dari pihak-pihak yang akan melakukan akuisisi serta memperhitungkan jangka

waktu penilaian Konsultasi.

Berikutnya mengenai hal yang paling inti dalam pembahasan subbab

ini yaitu prosedur pemberitahuan akuisisi. Pelaku usaha yang memenuhi

syarat Pemberitahuan wajib memberitahukan secara tertulis kepada Komisi

dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. Pemberitahuan

sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Pelaku usaha dengan cara mengisi

formulir A1 (formulir pengambilalihan saham perusahaan). Formulir

pemberitahuan tersebut wajib disertai dengan dokumen-dokumen yang telah

dipersyaratkan serta dokumen lain yang dianggap perlu oleh Komisi, setelah

pelaku usaha mengisi formulir Komisi akan menerbitkan tanda terima

pemberitahuan dan mempelajari kelengkapan formulir serta dokumen yang

dipersyaratkan, dan Komisi berhak untuk meminta dokumen tambahan dari

pelaku usaha apabila diperlukan untuk melakukan penilaian.4

Seperti yang disyaratkan di formulir Pemberitahuan, pelaku usaha juga

wajib menyerahkan dokumen terkait Business plan, yang dimana Business

plan berisi dokumen terkait arah kebijakan para pihak dalam kurung waktu 3

tahun ke depan beserta kondisi industri para pihak. Pelaku usaha juga wajib

menyerahkan data semua struktur pasar industri dimana para pihak melakukan

kegiatan usahanya. Data tersebut meliputi data pangsa pasar para pihak dan

data pangsa pasar perusahaan pesaing, selanjutnya Komisi akan menilai

kelengkapan data tersebut untuk dilanjutkan ke tahap Penilaian atau tidak.

Komisi tidak akan melakukan Penilaian terkait akuisisi saham jika para pihak

tidak memenuhi data pasar tersebut;

Komisi akan melakukan konfirmasi terkait data pasar yang diserahkan

oleh pelaku usaha sebelum masuk ke tahap Penilaian. Dalam tahap

pemeriksaan kelengkapan dokumen tersebut, Komisi juga dapat melakukan

konfirmasi kebenaran data kepada pihak-pihak terkait, seperti pesaing,

4 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Lampiran Peraturan Komisi Nomor 2 Tahun 2013,

h. 14.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

64

pemerintah sebagai regulator industri, praktisi/pengamat di pasar, serta pihak

lainnya yang terkait dengan pasar tersebut.

Dalam hal melakukan Konsultasi pelaku usaha dapat melakukan

Konsultasi, baik secara tertulis maupun lisan kepada Komisi, Konsultasi

tertulis akuisisi saham dilakukan dengan cara mengisi formulir A2. Formulir

Konsultasi wajib disertai dengan dokumen-dokumen yang telah

dipersyaratkan serta dokumen lain yang dianggap perlu oleh Komisi, setelah

mengisi formulir Komisi menerbitkan tanda terima konsultasi dan

mempelajari kelengkapan formulir serta dokumen yang dipersyaratkan.

Formulir dan dokumen yang telah dinyatakan lengkap oleh Komisi

akan ditindaklanjuti dengan proses Penilaian Awal. Dimulainya proses

Penilaian Awal diberitahukan secara tertulis oleh Komisi kepada Pelaku

usaha. Dan Komisi berhak untuk meminta dokumen tambahan dari pelaku

usaha apabila diperlukan untuk melakukan penilaian.

Seperti halnya dengan Pemberitahuan dalam Konsultasi, Pelaku usaha

juga wajib menyerahkan dokumen terkait Business plan terkait arah kebijakan

para pihak 3 tahun ke depan serta kondisi industri para pihak beserta peta

persaingan di industri tersebut. Pelaku usaha wajib menyerahkan data semua

struktur pasar industri dimana para pihak melakukan kegiatan usahanya. Data

tersebut meliputi data pangsa pasar para pihak dan data pangsa pasar

perusahaan pesaing. Komisi akan menilai kelengkapan data tersebut untuk

dilanjutkan ke tahap Penilaian atau tidak, Komisi juga dapat melakukan

konfirmasi kebenaran data kepada para pihak. Selanjutnya setelah data

dinyatakan lengkap Komisi akan melakukan tahap Penilaian terhadap data

tersebut.

Menurut hemat peneliti, PT Plaza Indonesia Realty, Tbk belum

melakukan upaya-upaya apapun mengenai post notifikasi (pemberitahuan) dan

pra notifikasi (konsultasi) sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, karena

dalam pernyataannya perusahaan tersebut tidak mengetahui adanya laporan ke

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

65

KPPU pasca akuisisi saham PT. Citra Asri Property. Berikut pernyataan PT.

Plaza Indonesia Realty, Tbk yang disampaikan kepada KPPU saat

menyampaikan kesimpulan5:

“Bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk pada saat itu sama sekali belum mengetahui adanya

kewajiban penyampaian pemberitahuan sehubungan dengan akuisisi kepada KPPU yang berakibat

tertundanya penyampaian pemberitahuan dimana selanjutnya hal ini telah diperbaiki dengan segera

oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk setelah mendapatkan pemberitahuan secara tertulis dari

KPPU...”.

Adapun alasan lain yang menyatakan bahwa “PT. Plaza Indonesia

Realty tidak melakukan pemberitahuan ke KPPU karena ada perbedaan

penafsiran dalam memahami ketentuan batas minimum nilai aset untuk

kewajiban pelaporan kepada KPPU”6. Hal tersebut tentu tidak dapat dijadikan

suatu alasan yang melegalkan keterlambatan tersebut, karena pada prinsipnya

KPPU sudah menyediakan fasilitas kepada setiap pelaku usaha untuk

melakukan konsultasi ke KPPU.

Pernyataan tersebut menandakan bahwa PT Plaza Indonesia

Realty,Tbk belum pernah melakukan pemberitahuan kepada KPPU dalam

bentuk apapun. Selain itu, perusahaan tersebut juga tidak menyebutkan

sesuatu apapun mengenai keikutsertaannya dalam pra evaluasi (konsultasi)

kepada KPPU. Hal tersebut juga menandakan bahwa perusahaan tersebut tidak

mengetahui adanya konsultasi kepada KPPU mengenai laporan akuisisi

saham. Alasan tersebut tidak berdasar hukum apabila perusahaan tidak

mengetahui adanya kewajiban laporan akuisisi saham kepada KPPU

mengingat undang-undang tersebut terbit pada tahun 1999 dan peraturan

pelaksananya terbit pada tahun 2010 sedangkan, akuisisi baru dilakukan pada

tahun 2013 jauh setelah peraturan perundang-undangan tersebut muncul.

Menurut Riki Perdana Raya Waruwu, Asas Fiksi Hukum beranggapan

5 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 21.

6 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 9.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

66

bahwa ketika suatu peraturan perundang-undangan telah diundangkan maka

pada saat itu setiap orang dianggap tahu (presumption iures de iure) dan

ketentuan tersebut berlaku mengikat sehingga ketidaktahuan seseorang akan

hukum tidak dapat membebaskan/memaafkannya dari tuntutan hukum

(ignorantia jurist non excusat). Keberadaan asas fiksi hukum, telah disahkan

melalui penjelasan Pasal 81 ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Peraturan Perundang-undangan7. Karena itu, Ketidaktahuan PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk tidak dapat dijadikan sebagai alasan keterlambatan

laporan akuisisi saham.

Pada akhirnya PT Plaza Indonesia Realty, Tbk telah menyampaikan

pemberitahuan akuisisi saham PT. Citra Asri Properti kepada KPPU pada

tanggal 13 Mei 2016, dari waktu yang seharusnya tanggal 15 Desember 2014

yang pada saat itu telah dinyatakan terlambat selama 345 (tiga ratus empat

puluh lima) hari. Jumlah hari kerterlambatan tersebut merupakan yang paling

lama dibandingkan dengan Putusan-Putusan sebelumnya mengenai

pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.

B. Dampak Keterlambatan Laporan Akuisisi Saham PT. Plaza Indonesia

Realty, Tbk Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Membahas mengenai dampak keterlambatan laporan akuisisi saham

tentunya membutuhkan penjelasan dari beberapa pasal dalam Undang-Undang

Antimonopoli. Peneliti akan memberikan tanggapan dari setiap ketentuan

undang-undang dengan memberikan analisis terhadap putusan Nomor

02/KPPU-M/2017 terkait dugaan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010.

Berikut akan dijelaskan secara rinci dalam bagian subbab ini.

Keterlambatan laporan akuisisi saham memiliki dampak yang cukup

7 Lihat Website Mahkamah Agung:

https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=139:penerap

an-asas-fiksi-hukum-dalam-perma&catid=9:kegiatan&Itemid=24, diakses pada tanggal 5 Juli

2019.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

67

segnifikan dalam proses persaingan usaha. Pasalnya terjadinya keterlambatan

laporan akuisisi mengakibatkan presepsi yang buruk di mata KPPU mengenai

dugaan monopoli. Karena itu, mekanisme akuisisi diatur secara khusus dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atau

Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat

Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

Mengenai keterlambatan laporan akuisisi saham, KPPU dapat

menjatuhkan sanksi berupa denda administrasi keterlambatan apabila dugaan

pelanggaran Pasal 29 tersebut telah terbukti secara hukum. Sesuai dengan

ketentuan Pasal 47 Ayat (2) Huruf f yang berbunyi: “penetapan pembayaran

ganti rugi” dan Huruf g yang berbunyi: “pengenaan denda serendah-rendahnya

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah)” Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999.

Melalui pasal tersebut lahirlah dasar ditentukannya sanksi berupa

Denda Administrasi Keterlambatan yang dijatuhkan terhadap pelaku

pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Adapun aturan

lain di dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 mengatur

demikian:

Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (3), Pelaku Usaha dikenakan sanksi berupa denda administratif sebesar

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda

administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar

rupiah).

Pasal 6 mensyaratkan untuk menjatuhkan sanksi administratif berupa

denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari

keterlambatannya. Untuk itu, sudah semestinya untuk pelaku usaha yang tidak

melaporkan akuisisi saham perusahaannya melebihi waktu 25 (dua puluh lima)

hari kerja, harus dituntut membayar denda maksimal yaitu sebesar

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

68

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) menurut ketentuan pasal

ini.

Selain itu, dalam pengenaan denda keterlambatan laporan akuisisi

saham, KPPU menerbitkan Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau

Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. Hal-hal yang

menyangkut mengenai teknis dalam pembahasan ini telah terangkum dalam

Peraturan komisi tersebut.

Dalam Pengenaan denda keterlambatan pemberitahuan akuisisi saham

perusahaan terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh oleh KPPU

sebelum menjatuhkan sanksi tersebut. Pertama, KPPU mengidentifikasi

keterlambatan dari monitoring dan/atau penyelidikan; kedua, unit kerja yang

menangani monitoring dan/atau penyelidikan menyampaikan laporan

keterlambatan pemberitahuan dalam rapat komisi yang didalamnya memuat

identitas badan usaha yang melakukan akuisisi saham perusahaan; skema

perusahaan sampai badan usaha induk tertinggi; laporan keuangan 3 (tiga)

tahun terakhir dari badan usaha yang melakukan akuisisi saham perusahaan;

bukti akuisisi saham perusahaan berlaku efektif secara yuridis; jumlah hari

keterlambatan, ketiga jawaban dari laporan komisi yang menyetujui atau

menolak laporan keterlambatan pemberitahuan, keempat jika laporan tersebut

disetujui maka ketua komisi menetapkan pemeriksaan pendahuluan dan

disampaikan langsung kepada Terlapor.

Monitoring dalam hal akuisisi saham perusahaan dapat dilakukan tanpa

adanya pemberitahuan dari badan usaha berdasarkan data atau informasi yang

bersumber dari berita di media masa, laporan dari masyarakat, dan sumber lain

yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal tersebut termuat dalam Pasal 3 Ayat

(1) Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun 2012. Selanjutnya mengenai komponen

dalam laporan monitoring termuat dalam Ayat (2) Peraturan Komisi tersebut

yang pada intinya memuat identitas badan usaha yang melakukan akuisisi

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

69

saham perusahaan, skema perusahaan sampai Badan Usaha Induk Tertinggi

(BUIT), laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir dari Badan Usaha yang

melakukan akuisisi saham perusahaan, bukti akuisisi saham perusahaan

berlaku efektif secara yuridis.

Jika ditinjau dari putusan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di

Bab III, PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk telah dijatuhi hukuman dengan bunyi

amar putusan sebagai berikut8:

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010;

2. Menghukum Terlapor membayar denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) yang

harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan

usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode

penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

3. Bahwa setelah Terlapor melakukan pembayaran denda, maka salinan bukti pembayaran denda

tersebut harus dilaporkan dan diserahkan ke KPPU.

Setelah mencermati putusan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

hukuman yang dijatuhkan terhadap PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk berjumlah

sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Menurut peneliti, besaran denda administrasi keterlambatan yang

diterima oleh PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk tidak sesuai dengan besaran

yang ditetapkan oleh Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal

6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa denda

terhadap keterlambatan laporan akuisisi saham dihitung berdasarkan setiap hari

keterlambatannya. Denda administrasi keterlambatan sudah diatur secara jelas

di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan Peraturan Komisi

Nomor 4 Tahun 2012, dan penentuan nilai dasar denda tersebut berbeda

dengan denda-denda yang ada di dalam pelanggaran antimonopoli lainnya

sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Bab II mengenai penentuan

8 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 35.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

70

besaran denda dalam hukum persaingan usaha. Alasan lainnya adalah denda

dalam pelanggaran antimonopoli hanya mengatur nilai maksimal dan nilai

minimalnya saja, sedangkan dalam denda administrasi keterlambatan mengatur

juga mengenai besaran setiap hari keterlambatannya. Karena itu peneliti

menilai denda yang dijatuhkan tersebut tidak sesuai dengan asas keseimbangan

yang berarti negara harus menjamin adanya persamaan hak dan kedudukan

orang-perorangan di hadapan hukum dan tidak menjatuhkan sanksi dengan

semena-mena.

C. Pertimbangan Hukum dalam Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2017

Pertimbangan hukum dalam suatu putusan menciptakan suatu preseden

bagi majelis selanjutnya dalam memutus perkara yang serupa. Dalam subbab

ini peneliti akan mengupas kejanggalan yang telah tertera dalam latar belakang

tema penelitian ini.

Dalam subbab ini, mula-mula peneliti akan menyampaikan kesimpulan

yang diberikan oleh majelis komisi saat persidangan komisi. Mengenai

kesimpulan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut9:

1. Terlapor secara hukum telah terbukti mengambilalih saham PT. Citra Asri

Property;

2. Nilai aset dan/atau nilai penjualan Terlapor dan PT. Citra Asri Property,

setelah pengambilalihan saham telah terbukti memenuhi jumlah tertentu

sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010;

3. Terlapor secara hukum telah terbukti terlambat dalam melakukan

pemberitahuan kepada Komisi setelah tanggal efektif yuridis, yaitu

terlambat selama 345 (tiga ratus empat puluh lima hari kerja);

Dari kesimpulan tersebut diatas, PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk telah

9 Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Putusan Nomor 02/KPPU-M/2017, h. 34-35.

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

71

terbukti secara hukum mengalami keterlambatan dalam melakukan

pemberitahuan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 dan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010. Dasar

hukum bagi hakim komisi dalam memutus perkara Nomor 02/KPPU-M/2017

telah memenuhi legal standing di dalamnya. Keterlambatan selama 345 (tiga

ratus empat puluh lima hari kerja) akan dibahas menenai pengenaan dendanya

di dalam pertimbangan hukum majelis komisi.

Pertimbangan hukum yang tertera di dalam putusan KPPU Nomor

02/KPPU-M/2017 merupakan inti dalam pembahasan majelis komisi sebelum

diputus. Adapun Pertimbangan atas pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk adalah sebagai berikut:

1. Majelis Komisi menimbang Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l juncto

Pasal 47 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi

berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap

pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999;

2. Majelis Komisi menimbang Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 Ayat

(2) Huruf g, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi berwenang

menjatuhkan sanksi tindakan administratif berupa pengenaan denda

serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp25.000.000.0000,00 (dua puluh lima miliar rupiah);

3. Majelis Komisi Menimbang Bahwa Terlapor setelah menerima

pemberitahuan pengambialihan saham, segera merespon dengan baik dan

melengkapi syarat-syarat administratif kepada KPPU ;

4. Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi

Terlapor yaitu telah bersikap baik dan kooperatif selama proses Sidang

Majelis Komisi berlangsung.

Dari keempat pertimbangan hukum dari Majelis Komisi tersebut, pene-

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

72

liti akan mencoba meninjau ulang mengenai beberapa hal yang sudah

dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, yaitu penjelasan dari masing-masing

Pasal yang digunakan Majelis Komisi dalam pertimbangannya.

Mengenai Pasal 36 Huruf l yang berbunyi: “menjatuhkan sanksi

berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan

Undang-undang ini”, hal tersebut merupakan legal standing (kedudukan

hukum) bagi KPPU dalam menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif.

Selanjutnya kewenangan KPPU dalam menjatuhkan sanksi tersebut juga

termuat di dalam Pasal 47 Ayat (1). Selain itu, mengenai bentuk tindakan

administratif sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) secara umum dapat

berupa penetapan pembatalan perjanjian, perintah kepada pelaku usaha untuk

menghentikan suatu usaha, perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan

suatu kegiatan, penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan

usaha dan pengambilalihan saham, penetapan ganti rugi dan pengenaan denda

serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah). Mengenai

sanksi berupa pidana pokok atau pidana tambahan, KPPU tidak berwenang

mengadili tersebut sehingga tidak termuat dalam Pasal 36 yang menjelaskan

mengenai kewenangannya.

Jika membahas mengenai pengenaan denda serendah-rendahnya

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya

Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) yang termuat di dalam

Pasal 47 Ayat (2) Huruf g, diketahui bahwa pelaksanaan undang-undang

tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010. Di dalam

Pasal 6 peraturan pemerintah tersebut, dijelaskan bahwa pengenaan denda yang

dimaksud dalam Pasal 47 Ayat (2) Huruf g tersebut berisi sanksi kepada Pelaku

Usaha yang berupa denda administratif sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda

administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp25.000.000.000,00

(dua puluh lima miliar rupiah). kata “setiap hari keterlambatan” pada pasal

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

73

tersebut menjelaskan mengenai besaran denda yang akan ditanggung bagi

pelaku usaha yang terlambat melaporkan akuisisinya ke KPPU untuk setiap

harinya. Berikutnya dalam prosedur pengenaan denda sebagaimana dijelaskan

dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, KPPU juga

mempunyai pedoman dalam internal lembaganya yang digunakan untuk

melakukan penanganan mengenai hal tersebut. Pedoman tersebut dituangkan

dalam Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengenaan

Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan

Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. Di dalam Pasal 12 merangkum

ketentuan yang membahas mengenai wewenang KPPU dalam menjatuhkan

sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 peraturan

pemerintah dan membahas mengenai pengenaan denda untuk setiap hari

keterlambatannya.

Setiap anggota komisi harus tunduk dan patuh terhadap peraturan

komisi yang telah dibuat di antara internal lembaga persaingan usaha.

Peraturan komisi yang telah dibuat tentunya telah mengakomidir pelaksanaan

peraturan perundang-undangan yang ada di atasnya sesuai dengan hierarki

peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (1)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Ketentuan mengenai pengenaan

denda di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 faktanya berbeda

dengan ketentuan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dan

Peraturan Komisi Nomor 4 Tahun 2012. Perbedaan sebagaimana dimaksud

dalam peraturan perundang-undangan tersebut, tercantum pada klausul yang

berbunyi “...setiap hari keterlambatannya...”. klausul tersebut tentu

menyebabkan kerancuan dalam penerapan pengenaan denda keterlambatan

laporan akuisisi saham.

Dalam melakukan analisis subbab ini peneliti akan melakukan studi

perbandingan terhadap beberapa putusan perusahaan lain yang sudah

disebutkan dalam Bab I yang memiliki kasus keterlambatan akuisisi dan telah

mempunyai kekuatan hukum mengikat yaitu putusan PT. Balaraja Bisco yang

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

74

mengakuisisi PT. Subafood Pangan Jaya dan PT. Japfa Comfeed yang

mengakuisisi PT. Multi Makanan Permai. Pertama, keterlambatan laporan

akuisisi yang dilakukan oleh PT. Balaraja Bisco Paloma yang mengakuisisi PT.

Subafood Pangan Jaya dijatuhkan sanksi oleh KPPU sebesar

Rp5.000.000.000,00 (Lima Miliar Rupiah) dengan keterlambatan 13 hari kerja

dengan pertimbangan hukum sebagai berikut10

;

a. Majelis Komisi menimbang Bahwa Terlapor setelah mengetahui

bahwa telah terlambat dalam melakukan pemberitahuan

pengambialihan saham, segera merespon dengan baik dan melengkapi

syarat-syarat administratif kepada KPPU.

b. Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi

Terlapor yaitu, Terlapor telah bersikap baik dan kooperatif selama

proses Sidang Majelis Komisi berlangsung;

c. Majelis Komisi mempertimbangkan agar keterlambatan ini menjadi

pembelajaran bagi pelaku usaha lainnya agar mematuhi peraturan

perundang- undangan yang berlaku.

Kedua, keterlambatan laporan akuisisi yang dilakukan oleh PT. Japfa

Comfeed Indonesia, Tbk yang mengakuisisi PT. Multi Makanan Permai yang

dijatuhkan sanksi oleh KPPU sebesar Rp3.750.000.000.00 ( tiga miliar tujuh

ratus lima puluh juta rupiah) dengan keterlambatan 310 (tiga ratus sepuluh)

hari kerja dan dengan pertimbangan hukum sebagai berikut11

:

a. Majelis Komisi menimbang Bahwa Terlapor setelah menerima

pemberitahuan pengambilalihan saham, segera merespon dengan baik

dan melengkapi syarat-syarat administratif kepada KPPU ;

b. Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi

Terlapor yaitu (1) telah merespon dengan cepat surat pemberitahuan

dari KPPU, (2) telah mengakui keterlambatan pemberitahuan kepada

KPPU, (3) bersikap baik dan kooperatif selama proses Sidang Majelis

Komisi berlangsung, (4) menunjukkan bukti bahwa nilai nominal

akuisisi adalah relatif kecil;

c. Majelis Komisi memberikan pertimbangkan hal-hal yang memberat-

10

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Putusan Nomor 02/KPPU-M/2014, (Jakarta: KPPU, 2017), h. 43.

11 Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Putusan Nomor 06/KPPU-M/2017,

(Jakarta: KPPU, 2017), h. 70-71.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

75

kan antara lain: (1) bahwa Terlapor sebagai perusahaan yang sudah

menjalankan bisnis di Indonesia lebih dari 40 (empat puluh) tahun

lamanya, dan (2) bahwa Terlapor merupakan perusahaan publik yang

sudah seharusnya mengetahui peraturan-peraturan terkait kegiatan

Merger dan Akuisisi yang berlaku di Indonesia, seperti: (a) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat; (b) Peraturan Pemerintah Nomor 57

Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat mengakibatkan

terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat; dan (c)

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012

tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan

Penggabungan atau Peleburan Badan Us aha dan Pengambilalihan

Saham Perusahaan

Proses akuisisi yang dilakukan oleh PT. Plaza Indonesia Reality, Tbk

terhadap PT. Citra Asri Property mendapatkan teguran dari KPPU yang

putusannya dikeluarkan dengan nomor perkara : No. 02/ KPPU-M / 2017.

Putusan tersebut sangat berbeda dengan Putusan Nomor : 06 / KPPU –M/ 2017

putusan atas pelanggaran keterlambatan pemberitahuan yang dilakukan oleh

PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk atas pengambilaihan saham terhadap PT.

Multi makanan Permai. PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk diputus dengan harus

membayar denda Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) setelah dijerat

dengan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan Pasal

5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2010. Namun, PT. Japfa Comfeed

Indonesia, Tbk meski dijerat dengan pasal yang sama tapi hanya di denda

dengan harus membayar Rp3.750.000.000,00 (tiga miliar tujuh ratus lima

puluh juta rupiah). Hal ini, menjadi pertanyaan yang harus dijawab melalui

analisis yang baik.

Putusan yang berbeda ini menjadi bahasan yang harus dipaparkan

secara detail. Perbedaan ini perlu ditinjau dari jangka waktu keterlambatan bagi

Perseroan Terbatas (PT) yang melanggar. PT. Plaza Indonesia Realty telah

mengalami keterlambatan sebanyak 345 (tiga ratus empat puluh lima) hari,

sedangkan PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk hanya 310 (tiga ratus sepuluh)

hari. Namun, denda lebih banyak dibebankan justru pada PT. Japfa Comfeed

Indonesia, Tbk. Padahal dalam pertimbangan Majelis kedua Perseroan Terbatas

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

76

(PT) tersebut melakukan hal sama yakni kooperatif dan tidak mengelak dari

pemanggilan yang dilakukan oleh KPPU.

Pertimbangan Hukum atas pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Japfa

Comfeed Indonesia, Tbk yakni sebagai berikut:

7.1 “Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l juncto Pasal 47Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999, Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha

yang melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;

7.2 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 Ayat (2) Huruf g, Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999, Komisi berwenang menjatuhkan sanksi tindakan administratif berupa pengenaan denda

serendahrendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggitingginya

Rp25.000.000.0000,00 (dua puluh lima miliar rupiah);

7.3 Bahwa Terlapor setelah menerima pemberitahuan pengambilalihan saham, segera merespon

dengan baik dan melengkapi syarat-syarat administratif kepada KPPU ;

7.4 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi Terlapor yaitu (1)

telah merespon dengan cepat surat pemberitahuan dari KPPU, (2) telah mengakui keterlambatan

pemberitahuan kepada KPPU, (3) bersikap baik dan kooperatif selama proses Sidang Majelis

Komisi berlangsung, (4) menunjukkan bukti bahwa nilai nominal akuisisi adalah relatif kecil”

Pertimbangan hakim di atas mempunyai kemiripan, lebih tepatnya pada

kedua Perseroan Terbatas tersebut yang berlaku kooperatif setelah

mendapatkan teguran atas keterlambatan laporan akuisisi oleh KPPU. Namun,

apa yang menjadi penyebab PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk mendapatkan

hukuman yang lebih besar daripada PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk. Hal ini

terdapat pada pertimbangan hakim poin 7.5 Putusan PT. Japfa Comfeed

Indonesia, Tbk yang mengatakan bahwa:

“Majelis Komisi memberikan pertimbangkan hal-hal yang memberatkan antara lain:

(1) bahwa Terlapor sebagai perusahaan yang sudah menjalankan bisnis di Indonesia lebih dari 40

(empat puluh) tahun lamanya, dan

(2) bahwa Terlapor merupakan perusahaan publik yang sudah seharusnya mengetahui

peraturanperaturan terkait kegiatan Merger dan Akuisisi yang berlaku di Indonesia, seperti: (a)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat; (b) Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan

atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat

mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat; (c) Peraturan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengenaan

Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan.”

Kedua Perseroan Terbatas antara PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

77

dengan PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk keduanya sama-sama mempunyai

alasan bahwa keterlambatan laporan akuisisi saham dikarenakan tidak tahunya

aturan hukum tentang kewajiban melaporkan akuisisi. Namun, alasan tersebut

tidak berlaku pada PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk yang telah berdiri

selama 40 (empat puluh) tahun dan mempunyai 23 (dua puluh tiga) anak

perusahaan. Oleh karena itu, melalui perbandingan kedua putusan ini, PT.

Japfa Comfeed Indonesia, Tbk didenda lebih banyak walaupun hanya 310 (tiga

ratus sepuluh) hari kerja. Hal ini, hanya berpedoman pada persangkaan majelis

yang mengira bahwa PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk tidak mengetahui

aturan-aturan yang telah berlaku padahal sudah berdiri selama ±40 tahun.

Persangkaan Majelis tanpa ada aturan yang baku terkait usia suatu perusahaan

yang dijadikan hal pemberat dalam mendapatkan sanksi tentu memberikan

ketidakpastian dan ketidakadilan hukum bagi badan usaha dalam konteks

persaingan usaha.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan hukum dalam Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2017

hanya mencantumkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan usaha Tidak Sehat

yang di dalamnya menjelaskan sanksi tindakan administratif berupa

pengenaan denda serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah) dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima

miliar rupiah) dan belum menjelaskan secara utuh pasal-pasal yang

terkandung di dalam peraturan pelaksananya mengenai penjatuhan sanksi

denda Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari

keterlambatannya dan setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,00 (dua puluh

lima miliar rupiah) sebagaimana disebut di dalam Pasal 6 Peraturan

Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atau Peleburan

Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat

Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat dan Pasal 12 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan

Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan. Pertimbangan tersebut telah

mengabaikan isi dalam peraturan pelaksana, dan putusan tersebut tentunya

tidak memberikan kepastian hukum.

2. Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-M/2017 tidak sesuai dengan ketentuan

Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Pasal 6 Peraturan

Pemerintah Nomor 57 Tahun 1999 Tentang Penggabungan atau Peleburan

Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat

Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

79

Sehat.

B. Rekomendasi

Adapun yang menjadi rekomendasi peneliti dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Merevisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dengan undang-undang

yang baru, karena keberadaannya sudah banyak dipertentangkan oleh

beberapa ahli dan praktisi hukum lainnya.

2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus bekerja sama dengan

beberapa lembaga terkait seperti halnya Kepolisian Republik Indonesia,

Kejaksaan Agung Republik Indonesia, Mahkamah Agung Republik

Indonesia, Kementerian Hukum dan HAM, dan Instansi-Instansi lain yang

kemudian dapat mempermudah jalannya fungsi pengawasan dan

penindakan hukum di bidang persaingan usaha.

3. Melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999

Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

agar dapat disingkronisasikan dengan peraturan-peraturan pelaksananya.

Hal ini, agar dapat memberikan kepastian hukum bagi setiap pelaku usaha

dalam mengakses keadilan.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

80

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ali. Achmad, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis,

Jakarta, Penerbit Gunung Agung , 2002;

Ali. Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 9, Jakarta: Sinar Grafika,

2010;

Fuady. Munir, Hukum Anti Monopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999;

__________, Hukum Bisnis: Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Citra

Aditya, 1996;

Hasyim. Farida, Hukum Dagang, Cet. 3, Jakarta: Sinar Grafika, 2011;

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta:

Kencana PrenadaMedia Group, 2009;

Ibrahim. Jhonny, Hukum Persaingan Usaha; Filosofi, Teori, dan Implikasi

Penerapannya di Indonesia, Malang: Bayumedia Publishing, 2006;

__________, Teori &Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. 2,

Malang: Bayumedia Publishing, 2007;

Irawan. Candra, Dasar-Dasar Pemikiran Hukum Ekonomi, Jakarta: PT.

Mandar Maju, 2012;

Kagramanto. Budi, Larangan Persekongkolan Tender; Perspektif Hukum

Persaingan Usaha, Bandung: Srikandi, 2008;

Kamaludin, dkk., Restrukturisasi Merger & Akuisisi, Bandung: PT. Mandar

Maju, 2015;

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

81

Kristianto. Fennieka, Potensi Konflik dalam Akuisisi Perusahaan, Jogjakarta:

Penerbit Ombak, 2003;

Lubis. Andi Fahmi, dkk., Hukum Persaingan Usaha; Antara Teks dan

Konteks, Jakarta, Deutsche Gesellschaft für Technische

Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 2009;

Maarif. Syamsul, Merger dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha,

Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 2010;

Margono. Suyud, Hukum Anti Monopoli, Jakarta: Sinar Grafika, 2013;

Marzuki. Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenada Media Group,

2013;

Meyliana. Devi, Hukum Persaingan Usaha; Studi Konsep Pembuktian

terhadap Perjanjian Penetapan Harga dalam Persaingan Usaha,

Malang: Setara Press, 2013;

Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1995.

Nugroho. Susanti Adi, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia; Dalam Teori

dan Praktik Serta Penerapan Hukumnya, Jakarta: Kencana

PrenadaMedia Group, 2012;

Prasetyo. Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif;

Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005;

Prayoga. Ayudha, Persaingan Usaha dan Hukum yang Mengaturnya di

Indonesia, Jakarta: Proyek ELIPS, 2002;

Rokan. Mustafa Kamal, Hukum Persaingan Usaha Teori Dan Praktiknya di

Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010;

Saptono. Catur Agus, Hukum Persaingan Usaha; Economic Analysis of Law

dalam Pelaksanaan Merger, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

82

2017;

Sjahdeini. Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang

Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di

Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti , 2005;

Soekanto. Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2011;

Syahrani. Riduan, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya

Bakti, 1999;

Usman. Rachmadi, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta:

Sinar Grafika, 2013;

__________, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2013;

Widjaja. Gunawan, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta; PT. Raja

Grafindo, 2002;

Yani. Ahmad dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis; Anti Monopoli, Cet.

3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Jurnal :

Arifin. Muchamad, “Pertanggungjawaban Hukum atas Keterlambatan

Pemberitahuan Akuisisi Asing kepada Komisi Pengawas Persaingan

Usaha”, Jurnal Lex Renaissance, Vol. II, 2, (2017);

Iskandar. Verry, “Akuisisi Saham Oleh Perusahaan Terafiliasi Dalam

Perspektif Hukum Persaingan Usaha”, Jurnal Persaingan Usaha, Ed.

5, (2011);

Ma’arif. Syamsul, “Tantangan Penegakan Hukum Persaingan Usaha di

Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 19, (2002);

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

83

Mantili. Rai, dkk, “Problematika Penegakan Hukum Persaingan Usaha Di

Indonesia Dalam Rangka Menciptakan Kepastian Hukum”,

Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol. III, 1, (2016);

Sudjana, “Merger dalam Perspektif Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,

Jurnal Hukum Positum. Vol. 1, 1, (2016).

Institusi :

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), “Peraturan Pemerintah Nomor

57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha

dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan

Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”,

Jakarta: BPHN, 2010;

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), “Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat”, Jakarta: BPHN, 1999;

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998

Tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi,

Jakarta: BPHN, 1998;

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Jakarta: BPHN, 1995;

Badan Pusat Statistik (BPS), Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi, Ed.

109, Jakarta: BPS, 2019;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Peraturan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Perubahan Ketiga

atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun

2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tentang Penggabungan atau

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

84

Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan

yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jakarta: KPPU, 2013;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Peraturan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Formulir

Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan Badan Usaha, dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan”, Jakarta: KPPU, 2010;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Peraturan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Konsultasi

Penggabungan Atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan

Saham Perusahaan”, Jakarta: KPPU, 2010;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Peraturan Komisi Pengawas

Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan

atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham

Perusahaan”, Jakarta: KPPU, 2012;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan KPPU Nomor

02/KPPU-M/2017”, Jakarta: KPPU, 2017;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor 01/KPPU-

M/2014”, Jakarta: KPPU, 2014;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor 02/KPPU-

M/2014”, Jakarta: KPPU, 2014;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor 03/KPPU-

M/2014”, Jakarta: KPPU, 2014;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor 08/KPPU-

M/2017”, Jakarta: KPPU, 2017;

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

85

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor 09/KPPU-

M/2017”, Jakarta: KPPU, 2017;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor 17/KPPU-

M/2015”, Jakarta: KPPU, 2015;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor: 02/KPPU-

M/2018”, Jakarta: KPPU, 2018;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor: 05/KPPU-

M/2017, Jakarta: KPPU, 2017;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor: 06/KPPU-

M/2017”, Jakarta: KPPU, 2017;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Putusan Nomor: 07/KPPU-

M/2018”, Jakarta: KPPU, 2018;

Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Pendapat KPPU Nomor

4/KPPU-PAT/IV/2017, Jakarta: KPPU, 2017;

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, “Putusan Nomor 85/PUU-

XIV/2016”, Jakarta: MK, 2016;

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 74

/POJK.04/2016 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha

Perusahaan Terbuka, Jakarta: OJK, 2016;

PT. Plaza Indonesia Reality, Tbk., Laporan Tahunan Tahun 2017, Jakarta:

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk, 2017.

Internet :

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), “Naskah Akademik Rancangan

Undang-Undang Badan Usaha”, diakses pada 20 Juni 2019 dari

https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_badan_usaha.pdf;

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

86

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), “Anggota KPPU” diakses pada

3 Juli 2019 dari http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/anggota-

kppu/;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, “Tugas dan Wewenang KPPU”. Artikel

diakses pada 17 Juni 2019 dari http://www.kppu.go.id/id/tentang-

kppu/tugas-dan-wewenang/;

Komisi Pengawas Persaingan Usaha, “Visi dan Misi KPPU”. Artikel diakses

pada 17 Juni 2019 dari http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/visi-

dan-misi/;

Tafsir Web, “Terjemahan Surat An-Nisa Ayat 29”. Artikel diakses pada 25

Juli 2019 dari https://tafsirweb.com/1561-surat-an-nisa-ayat-29.html;

Waruwu. Riki Perdana Raya, Penerapan Asas Fiksi Hukum dalam Perma,

Artikel diakses pada 5 Juli 2019 dari

https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=139:penerapan-asas-fiksi-hukum-dalam-

perma&catid=9:kegiatan&Itemid=24.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

LAMPIRAN

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

SALINAN

P U T U S A NPerkara Nomor: 02/KPPU-M/2017

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya

disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor: 02/KPPU-M/2017 Tentang

Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo.

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 dalam

Pengambilalihan Saham (akuisisi) PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk., yang dilakukan oleh: ---------------------------------------

Terlapor : PT Plaza Indonesia Realty, Tbk, yang beralamat kantor di

The Plaza Office Tower Lantai 10 Jalan M. H. Thamrin

Kav 28-30, Gondangdia – Menteng, Jakarta Pusat 10350.

telah mengambil Putusan sebagai berikut: ------------------------------------------

Majelis Komisi: --------------------------------------------------------------------------Setelah membaca Laporan Keterlambatan Pemberitahuan; ----------------------

Setelah membaca Tanggapan Terlapor terhadap Laporan Keterlambatan

Pemberitahuan; --------------------------------------------------------------------------

Setelah mendengar keterangan Terlapor; --------------------------------------------

Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini;----

Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator dan

Terlapor; -----------------------------------------------------------------------------------

TENTANG DUDUK PERKARA

1. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan penyelidikan

terhadap pemberitahuan yang dilaporkan oleh PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk atas pengambilalihan saham PT. Citra Asri Property ; -------

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 2 dari 36

SALINAN

2. Menimbang bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan penyelidikan

dan memperoleh bukti yang cukup, kejelasan, dan kelengkapan

dugaan pelanggaran yang dituangkan dalam Laporan Hasil

Penyelidikan; -----------------------------------------------------------------------

3. Menimbang bahwa setelah dilakukan pemberkasan, Laporan Hasil

Penyelidikan tersebut dinilai layak untuk dilakukan Gelar Laporan dan

disusun dalam bentuk Rancangan Laporan Keterlambatan

Pemberitahuan; --------------------------------------------------------------------

4. Menimbang bahwa dalam Gelar Laporan, Rapat Komisi menyetujui

Rancangan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan tersebut menjadi

Laporan Keterlambatan Pemberitahuan;---------------------------------------

5. Menimbang bahwa selanjutnya Ketua Komisi menerbitkan Penetapan

Komisi Nomor 34/KPPU/Pen/X/2017 tanggal 03 Oktober 2017 tentang

Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 02/KPPU-M/2017 (vide

bukti A1); ----------------------------------------------------------------------------

6. Menimbang bahwa berdasarkan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan

tersebut, Ketua Komisi menetapkan pembentukan Majelis Komisi

melalui Keputusan Komisi Nomor 01/KPPU/Kep.3/I/2018 tanggal 09

Januari 2018 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis

Komisi pada Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 02/KPPU-

M/2017 (vide bukti A4); ----------------------------------------------------------

7. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 02/KPPU-

M/2017 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor

01/KMK/Kep/I/2018 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan

Pendahuluan Perkara Nomor 02/KPPU-M/2017, yaitu dalam jangka

waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal 15

Januari 2018 sampai dengan tanggal 23 Januari 2018 (vide bukti A3); -

8. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan

Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Penetapan Pemeriksaan

Pendahuluan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi tentang Jangka

Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, dan Surat Panggilan Sidang Majelis

Komisi I kepada Terlapor (vide bukti A2,A3.1,A6,A7); -----------------------

9. Menimbang bahwa pada tanggal 15 Januari 2018, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi I dengan agenda Pembacaan dan

Penyerahan Salinan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan oleh

Investigator kepada Terlapor (vide bukti B1); ---------------------------------

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 3 dari 36

SALINAN

10. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi I, Investigator

membacakan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan yang pada

pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti I.1); --------------------

10.1 Bahwa dugaan pelanggaran UU Nomor 5 Tahun 1999 dimana

dalam ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 Jo. Pasal 5

PP Nomor 57 Tahun 2010.;----------------------------------------------

10.2 Bahwa terlapor Plaza Indonesia Realty, Tbk.: ------------------------

10.3 Nilai asset dan penjualan PT Plaza Indonesia Realty, Tbk dan

anak perusahaannya di Indonesia dalam kurun waktu 3 (tiga)

tahun terakhir (audited) dinyatakan dalam rupiah adalah ; ----

NamaPerusahaan

PLAZA INDONESIA REALTY (100.00 %)

Aset Sales

31 Desember (dalam Rp)

2011 4,232,841,288,000 909,589,677,0002012 3,950,266,763,000 1,709,975,626,0002013 4,126,804,890,000 1,393,191,548,000

10.4 Bahwa susunan Kepemilikan Saham PT Plaza Indonesia Realty,

Tbk adalah sebagai berikut; ---------------------------------------------

No Pemegang saham KomposisiKepemilikan

1. PT. Bumi Serpong Damai Tbk 34.22%2. PT. MNC Land Tbk 25.71%

3.UBS AG Singapore S/A Nexus Solution PTELTD-2091144418 19.97%

4.UBS AG Singapore S/A Nexus Solution PTELTD-2091144484 9.56%

5. Masyarakat 10.54%Total 100

10.5 Bahwa badan usaha yang Diambilalih adalah PT Citra Asri

Property atau saat ini adalah PT Plaza Indonesia Urban; ----------

10.6 Bahwa nilai penjualan dan aset PT Citra Asri Property (kini

PT Plaza Indonesia Urban) dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun

terakhir dinyatakan dalam rupiah adalah; ---------------------------

Nama Perusahaan

CITRA ASRI PROPERTY (100.00%)

Aset Sales

Dalam Rp (31 Desember)

2011 10,862,664,330 0

2012 9,691,242,827 0

2013 9,671,440,320 0

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 4 dari 36

SALINAN

10.7 Bahwa Berikut adalah struktur permodalan PT Citra Asri

Property sebelum pengambilalihan saham;---------------------------

Sebelum Transaksi

JumlahSaham

JumlahNilai Nominal

Rp 1.000 persaham%

Modal Dasar 10.000.000 10.000.000.000 100,00Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh

1. PT Duta Karya Cipta 9.990.000 9.990.000.000 99,992. PT Island Resort Development 10.000 10.000.000 0,01Modal ditempatkan dan disetor penuh 10.000.000 10.000.000.000 100,00

10.8 Bahwa batasan Nilai untuk melakukan pemberitahuan

Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan Komisi

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) PP Nomor 57 Tahun

2010 adalah: ---------------------------------------------------------------

10.8.1 Bahwa nilai aset badan usaha hasil penggabungan

atau peleburan atau pengambilalihan melebihi Rp.

2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah); dan/atau; -----------------------------------------------------

10.8.2 Bahwa nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan

melebihi Rp. 5.000.000.000.000,00 (lima triliun

rupiah); ---------------------------------------------------------

10.9 Bahwa nilai penjualan dan/atau aset hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan adalah jumlah nilai penjualan

dan/atau aset yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai

penjualan dan/atau aset tahun terakhir yang telah diaudit dari

masing masing pihak yang melakukan penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan ditambah dengan nilai

penjualan dan/atau aset dari seluruh badan usaha yang secara

langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau

dikendalikan oleh badan usaha yang melakukan penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan; (Perkom Nomor 2 Tahun

2013); -----------------------------------------------------------------------

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 5 dari 36

SALINAN

10.10 Bahwa nilai aset gabungan dari badan usaha pengambilalih

dengan badan usaha yang diambilalih per 31 Desember 2013

adalah sebesar Rp. 4,136,476,330,320,- (empat trilyun seratus

tiga puluh enam milyar empat ratus tujuh puluh enam juta tiga

ratus tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh rupiah); telah

melebihi batasan nilai aset Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua

triliun lima ratus miliar rupiah); ---------------------------------------

10.11 Bahwa dengan adanya frasa kata hubung “dan atau” pada

batasan nilai sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) PP

Nomor 57 Tahun 2010 memiliki arti bersifat kumulatif maupun

sifat fakultatif yang berarti bisa keduanya atau salah satunya; --

10.12 Bahwa dengan melebihinya nilai aset gabungan dari badan

usaha pengambilalih dengan badan usaha yang diambilalih dari

batasan nilai, maka PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk memiliki

kewajiban untuk melakukan pemberitahuan pengambilalihan

saham kepada KPPU.-----------------------------------------------------

10.13 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 PP No. 57/2010 diatur

bahwa kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis

tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang melakukan

Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau

Pengambilalihan saham antar perusahaan yang terafiliasi. -------

10.14 Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun

2010, yang dimaksud dengan “terafiliasi” adalah:-------------------

10.14.1 Bahwa hubungan antara perusahaan, baik langsung

maupun tidak langsung, mengendalikan atau

dikendalikan oleh perusahaan tersebut; ------------------

10.14.2 Bahwa hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang

dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung,

oleh pihak yang sama; atau hubungan antara

perusahaan dan pemegang saham utama;----------------

10.15 Bahwa dengan demikian perlu terlebih dahulu untuk diuraikan

apakah ketentuan kewajiban menyampaikan pemberitahuan

secara tertulis ini berlaku atau tidak bagi PT. Plaza Indonesia

Realty, Tbk; ----------------------------------------------------------------

10.16 Bahwa komposisi pemegang saham dari badan usaha

pengambilalih PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk adalah:-------------

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 6 dari 36

SALINAN

10.16.1 PT Bumi Serpong Damai, Tbk sebesar 34.22 %; ---------

10.16.2 PT MNC Land, Tbk sebesar 25.71 %; ----------------------

10.16.3 USB AG Singapore S/A Nexus Solution PTE LTD

2091144418 sebesar 19.97 %; ------------------------------

10.16.4 USB AG Singapore S/A Nexus Solution PTE LTD-

2091144484 sebesar 19.97 %; ------------------------------

10.16.5 Dan Masyarakat sebesar 10.54 %; -------------------------

10.17 Bahwa komposisi pemegang saham dari badan usaha yang

diambilalih yaitu PT. Citra Asri Property sebelum

pengambilalihan adalah:-------------------------------------------------

10.17.1 PT. Duta Karya Cipta sebesar 99,99 %; -------------------

10.17.2 Dan PT. Island Resort Development sebesar Rp. 0,01%;

10.18 Bahwa berdasarkan komposisi kepemilikan saham dari kedua

perusahaan tersebut tidak ditemukan hubungan afiliasi

sebelum pengambilalihan saham;--------------------------------------

10.19 Bahwa dengan demikian maka kewajiban menyampaikan

pemberitahuan secara tertulis kepada KPPU berlaku bagi badan

usaha pengambilalih;-----------------------------------------------------

10.20 Bahwa pelaku usaha harus melakukan pemberitahuan paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan telah berlaku efektif secara

yuridis;----------------------------------------------------------------------

10.21 Bahwa tanggal penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

telah berlaku efektif secara yuridis untuk badan usaha yang

berbentuk Perseroan Terbatas, sesuai dengan ketentuan dalam

pasal 133 UU Nomor 40 Tahun 2007 pada bagian Penjelasan

adalah tanggal: ------------------------------------------------------------

(1) Bahwa persetujuan Menteri atas perubahan anggaran

dasar dalam terjadi penggabungan;------------------------------

(2) Bahwa pemberitahunan diterima Menteri baik dalam hal

terjadi perubahaan Anggaran Dasar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) UU Nomor 40

Tahun2007 maupun yang tidak disertai perubahaan

anggaran dasar; dan------------------------------------------------

(3) Bahwa pengesahaan Menteri atas Akta Pendirian Perseroan

Terbatas dalam hal terjadi Peleburan; ---------------------------

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 7 dari 36

SALINAN

10.22. Bahwa berdasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor: AHU-39286.40.22.2014 tanggal 4 November

2014 perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran

Dasar PT. Citra Asri Property, diketahui bahwa pengambilalihan

saham perusahaan PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk berlaku efektif secara yuridis pada tanggal

4 November 2014;---------------------------------------------------------

10.23. Bahwa berdasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor: AHU-39286.40.22.2014 tanggal 4 November

2014 perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran

Dasar PT. Citra Asri Property, diketahui bahwa pengambilalihan

saham perusahaan PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk berlaku efektif secara yuridis pada tanggal

4 November 2014;---------------------------------------------------------

10.24. Bahwa dalam Pasal 8 PP Nomor 57 Tahun 2010 Ayat (1)

mengatur mengenai pemberitahuan secara tertulis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dengan

cara mengisi formulir yang telah ditetapkan oleh Komisi; ---------

10.25. Bahwa Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan

Badan Usaha, dan Pengambilalan Saham Perusahaan diatur

dalam Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10

Tahun 2010 sebagai berikut:--------------------------------------------

“Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemberitahuansecara tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1)dan ayat (3), Pelaku Usaha dkenakan sanksi berupa dendaadministratif sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan dendaadministratif secara keseluruhan paling tinggi sebesarRp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah)”;

10.26. Bahwa Pasal 6 PP No. 57/2010 mengatur mengenai sanksi

terhadap pelaku usaha yang melakukan keterlambatan

pemberitahuan Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan

kepada Komisi. ------------------------------------------------------------

10.27. Bahwa berdasarkan analisa sebagaimana dijabarkan diatas,

PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk telah melakukan pelanggaran

terhadap Pasal 29 UU No. 5/1999 Jo Pasal 5 PP Nomor 57

Tahun 2010, oleh karena itu Pasal 6 PP Nomor 57 Tahun 2010

dapat dikenakan kepada PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk.---------

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 8 dari 36

SALINAN

11. Menimbang bahwa pada sidang Majelis Komisi I tersebut, Ketua Majelis

Komisi memerintahkan Investigator Untuk menyerahkan Laporan

Keterlambatan Pemberitahuan kepada Terlapor yang hadir dalam

Sidang Majelis Komisi, dan selanjutnya Majelis Komisi Menetapkan

Sidang Majelis Komisi II pada tanggal 2 Mei 2017 dengan agenda

penyerahan tanggapan atas Laporan Keterlambatan Pemberitahuan

disertai Alat Bukti dan daftar saksi : (vide bukti B2);------------------------

12. Menimbang bahwa pada tanggal 22 Januari 2018, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi II dengan agenda Penyerahan

tanggapan atas LKP disertai alat bukti dokumen, daftar saksi maupun

ahli (vide bukti B2);----------------------------------------------------------------

13. Menimbang bahwa pada tanggal 22 Januari 2018 dalam Sidang Majelis

Komisi II tersebut, Terlapor menyerahkan tanggapan (vide bukti B2);----

14. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi II, Terlapor

menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Keterlambatan

Pemberitahuan yang pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide

bukti T.3): ---------------------------------------------------------------------------

14.1 Bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk sepenuhnya tunduk dan

mematuhi ketentuan Perundang-undangan yang berlaku,

termasuk UU No. 5/1999 dan PP 57/2010 ----------------------------

14.2 Bahwa sebagaimana disampaikan dalam resital 15 c.2. LKP,

KPPU menyatakan bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

seharusnya menyampaikan pemberitahuan pengambilalihan

selambatnya pada tanggal 15 Desember 2014, sedangkan

berdasarkan perhitungan KPPU pihak PT Plaza Indonesia Realty,

Tbk menyampaikan pemberitahuan kepada KPPU pada tanggal

13 Mei 2016. ----------------------------------------------------------------

14.3 Bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk dalam menjalankan

kegiatan usahanya sangat menjunjung tinggi azas “Good

Corporate Governance” serta kepatuhan dan tunduk pada segala

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

termasuk diantaranya ketentuan UU No. 5/1999 dan PP

57/2010. ---------------------------------------------------------------------

14.4 Bahwa sebagai perusahaan terbuka dan terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia, PT Plaza Indonesia Realty, Tbk sepenuhnya

tunduk dan menjalankan prinsip keterbukaan informasi

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 9 dari 36

SALINAN

terhadap setiap aksi korporasi (corporate action) yang dilakukan,

termasuk adanya akuisisi saham terhadap perusahaan lain,

dimana pengambilalihan saham CAP telah diberitahukan kepada

pihak Otoritas Jasa Keuangan (“OJK”) selaku otoritas pasar

modal pada tanggal 3 Oktober 2014 serta dimuat di media massa

nasional yaitu Koran Sindo edisi tanggal 1 Oktober 2016. ---------

14.5 Bahwa sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya kepada

investigator KPPU dalam proses pemeriksaan, PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk pada awalnya tidak melakukan pemberitahuan ke

KPPU karena ada perbedaan penafsiran dalam memahami

ketentuan batas minimum nilai aset untuk kewajiban pelaporan

kepada KPPU, sebagaimana diatur dalam Pasal 5 PP 57/2010,

khususnya ketentuan ayat 1 dan 2 yang menyebutkan sebagai

berikut: ----------------------------------------------------------------------

Pasal 5(1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau

Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai asetdan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajibdiberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lama 30 (tigapuluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridisPenggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atauPengambilalihan saham perusahaan; ----------------------------------Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiriatas: -------------------------------------------------------------------------a. nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima

ratus miliar Rupiah); dan/atau;-------------------------------------b. nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun

Rupiah); ----------------------------------------------------------------

14.6 Bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk pada awalnya memandang

bahwa dengan nilai aset sebelum pengambilalihan yang sudah

melebihi batas minimum Rp. 2,5 Trilyun (nilai aset gabungan

rata-rata PT Plaza Indonesia Realty, Tbk sebelum

pengambilalihan sebagaimana disampaikan dalam LKP adalah

sebesar Rp. 4,1 Trilyun) maka notifikasi pengambilalihan kepada

KPPU tidak perlu dilakukan; ---------------------------------------------

14.7 Bahwa selanjutnya, PT Plaza Indonesia Realty, Tbk langsung

memenuhi kewajibannya untuk melakukan pelaporan kepada

KPPU dengan segera setelah mendapatkan pemberitahuan dari

KPPU melalui suratn tertanggal 5 Mei 2016; -------------------------- --

14.8 Bahwa tercatat pada tanggal 13 Mei 2016 PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk telah melakukan tindakan korektif dengan

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 10 dari 36

SALINAN

menyampaikan pemberitahuan pengambilalihan CAP kepada

KPPU, dimana kemudian berkas notifikasi dinyatakan lengkap

oleh KPPU pada Agustus 2016; ------------------------------------------

14.9 Bahwa lebih jauh, tercatat bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

selalu memenuhi undangan permintaan klarifikasi dari KPPU,

dimana GM Legal/Corporate Secretary dan Deputy to Chief

Financial Officer dari PT Plaza Indonesia Realty, Tbk selalu hadir

dalam kapasitasnya mewakili Direksi perusahaan untuk

memberikan respon dan kerjasama yang baik dengan KPPU

dengan memberikan keterangan yang selengkap-lengkapnya dan

informasi yang diperlukan KPPU, tanpa ada sedikitpun yang

disembunyikan, antara lain ; ---------------------------------------------

14.9.1 Bahwa memberikan data-data yang dibutuhkan oleh

KPPU dari PT Plaza Indonesia Realty, Tbk berikut dengan

seluruh anak-anak perusahaan PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk;--------------------------------------------------------

14.9.2 Bahwa memberikan informasi mengenai produk-produk

yang dimiliki oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk dan

anak-anak perusahaannya; dan ; -----------------------------

14.9.3 Bahwa memberikan informasi yang selengkap-

lengkapnya mengenai penguasaan pasar dari PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk berikut dengan seluruh anak-anak

perusahaan PT Plaza Indonesia Realty, Tbk, dan ; ---------

14.9.4 Bahwa informasi-informasi lain yang relevan yang

dibutuhkan oleh KPPU; -----------------------------------------

14.9.5 Bahwa sebagaimana diketahui bahwa sehubungan

dengan penyampaian pemberitahuan pengambilalihan

tersebut, KPPU telah mengeluarkan hasil analisanya atas

pengambilalihan CAP oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

dalam Pendapat KPPU tertanggal 11 April 2017

(“Pendapat KPPU”), yang pada intinya menerangkan

bahwa tidak ada kekhawatiran dampak praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagai

akibat dari transaksi pengambilalihan tersebut. -----------

14.9.6 Bahwa selanjutnya, PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

mencoba untuk lebih proaktif dalam memahami

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 11 dari 36

SALINAN

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

terkait dengan notifikasi merger dengan mengikuti

sosialisasi-sosialisasi yang diadakan oleh KPPU, salah

satunya sosialisasi yang diadakan KPPU bekerjasama

dengan pihak otoritas Bursa Efek Indonesia (“BEI”) pada

tanggal 19 Juni 2017 yang lalu. -------------------------------

14.9.7 Bahwa uraian fakta dan kronologis diatas secara sangat

jelas telah menunjukkan tingkat kepatuhan dan

kerjasama yang sangat tinggi dari PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk terhadap mekanisme notifikasi

pengambilalihan perusahaan kepada KPPU. ----------------

14.9.8 Bahwa sama sekali tidak terlihat upaya untuk menunda-

nunda atau bahkan menyembunyikan fakta-fakta yang

ada terkait dengan pengambilalihan CAP oleh PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk. ------------------------------------------

14.9.9 Bahwa dengan demikian jelas bahwa tertundanya

pemberitahuan kepada KPPU terjadi bukan karena

kesengajaan ataupun karena adanya itikad tidak baik

dari PT Plaza Indonesia Realty, Tbk untuk menutup-

nutupi pengambilalihan CAP tersebut, melainkan lebih

karena adanya perbedaan penafsiran dalam memahami

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

hal mana sama sekali bukan merupakan suatu

kesengajaan yang dilakukan oleh pihak PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk.-------------------------------------------

14.9.10 Bahwa tidak terdapat indikasi persaingan usaha tidak

sehat yang diakibatkan oleh pengambilalihan CAP yang

dilakukan oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk, hal mana

turut ditegaskan oleh Pendapat yang dikeluarkan oleh

KPPU sendiri ------------------------------------------------------

15. Menimbang bahwa berdasarkan Keputusan Rapat Komisi, selanjutnya

Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor 03/KPPU/Pen/I/2018

tanggal 16 Januari 2018 tentang Pemeriksaan Lanjutan Perkara

Nomor 02/KPPU-M/2017 (vide bukti A11);------------------------------------

16. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Pemeriksaan Lanjutan,

Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor 04/KPPU/Kep.3/I/2018

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 12 dari 36

SALINAN

tanggal 16 Januari 2018 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai

Majelis Komisi pada Pemeriksaan Lanjutan Perkara Nomor 02/KPPU-

M/2017 (vide bukti A12); ---------------------------------------------------------

17. Menimbang bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 02/KPPU-

M/2017 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor

03/KMK/Kep/I/2018 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Lanjutan

Perkara Nomor 02/KPPU-M/2017, yaitu dalam jangka waktu paling

lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal 24 Januari

2018 sampai dengan tanggal 12 Februari 2018 (vide bukti A16); ---------

18. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan

Pemeriksaan Lanjutan, Petikan Penetapan Pemeriksaan Lanjutan,

Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi tentang Jangka Waktu

Pemeriksaan Lanjutan, dan Surat Pemberitahuan Jadwal Sidang

Majelis Komisi kepada Terlapor (vide bukti A14-A17);-----------------------

19. Menimbang bahwa pada tahap Pemeriksaan Lanjutan, Majelis Komisi

melaksanakan sidang Majelis Komisi untuk melakukan pemeriksaan

Terhadap Terlapor (vide bukti B4);----------------------------------------------

20. Menimbang bahwa pada tanggal 5 Februari 2018, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Pemeriksaan Alat

Bukti berupa surat dan atau dokumen (vide bukti B5);---------------------

21. Menimbang bahwa pada tanggal 12 Februari 2018, Majelis Komisi

melaksanakan Sidang Majelis Komisi dengan agenda Penyerahan

Kesimpulan Hasil Persidangan yang diajukan baik dari pihak

Investigator maupun pihak Terlapor (vide bukti B6); ------------------------

22. Menimbang bahwa Investigator menyerahkan Kesimpulan Hasil

Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide

bukti I.3); ----------------------------------------------------------------------------

22.1 Analisa Unsur Pasal--------------------------------------------------------

22.1.1 Bahwa sebagaimana telah disebutkan sebelumnya

bahwa dugaan pelanggaran Keterlambatan

Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Citra Asri

Property oleh PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk adalah

dugaan pelanggaran UU Nomor 5 Tahun 1999 dimana

dalam ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 Jo.

Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010. Pasal 29 UU Nomor 5

Tahun 1999 pada pokoknya berbunyi: -----------------------

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 13 dari 36

SALINAN

Pasal 29(1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau

pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalampasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilaipenjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukankepada Komisi, Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) harisejak tanggal penggabungan, peleburan ataupengambilalihan tersebut;

(2) Ketentuan tentang penetapan nilai asset dan atau nilaipenjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), diatur dalam PeraturanPemerintah;

22.1.2 Bahwa sedangkan Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010

tersebut dinyatakan:---------------------------------------------

Pasal 5(1) Penggabungan Badan usaha, Peleburan Badan usaha,

atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yangberakibat nilai asset dan/nilai penjualannya melebihijumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertuliskepada komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejaktanggal telah berlaku efektif secara yuridis PenggabunganBadan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atauPengambilalihan Saham Perusahaan.

(2) Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:(a) Nilai asset sebesar Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua

triliun lima ratus miliar(b) Nilai penjualan sebesar Rp. 5.000.000.000.000,00

(lima triliun rupiah).(3) Bagi Pelaku Usaha di bidang perbankan kewajiban

menyampaikan pemberitahuan secara tertulissebagimana dimaksud pada ayat (1) berlaku jika nilaiasset melebihi Rp. 20.000.000.000.000,00 (dua puluhtriliun rupiah).

(4) Nilai aset dan/atau nilai penjualan sebagimana dimaksudpada ayat (2) dan ayat (3) dihitung berdasarkanpenjumlahan nilai aset dan nilai penjualan dari:(a) Badan Usaha hasil penggabungan, atau Badan

Usaha hasil peleburan, atau Badan Usaha Yangmengambilalih Saham perusahaan lain dan Badanusaha yang diambilalih; dan

(b) Badan Usaha yang secara langsung maupun tidaklangsung mengendalikan atau dikendalikan olehBadan Usaha hasil Penggabungan atau Badanusaha hasil peleburan, atau Badan Usaha yangmengambilalih saham perusahaan lain dan BadanUsaha yang diambilalih.

22.2 Bahwa selanjutnya apabila dirinci unsur – unsur ketentuan Pasal

29 UU Nomor 5 Tahun 1999 Jo Pasal 5 Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010 tersebut maka dapat diuraikan sebagai

berikut: ----------------------------------------------------------------------

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 14 dari 36

SALINAN

22.2.1 Badan Usaha Pengambilalih;-----------------------------------

22.2.1.1 Bahwa dalam objek perkara a quo badan usaha

yang dimaksud dalam dugaan pelanggaran

dalam Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 Jo

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

2010 adalah PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk

selaku pengambil alih;-------------------------------

22.2.1.2 PT Plaza Indonesia Realty, Tbk., yang

selanjutnya disebut PT Plaza Indonesia Realty,

Tbk pada awalnya didirikan dengan nama

PT Bimantara Eka Santosa berdasarkan Akta

No. 40 tanggal 5 November 1983 dibuat di

hadapan Winanto Wiryomartani, S.H., Notaris

di Jakarta yang telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dalam

Keputusan No. C2-6944-HT.01.01.th.84 tanggal

8 Desember 1984 serta telah diumumkan di

Berita Negara No. 95, Tambahan No. 1466

tanggal 28 November 1986. PT Bimantara Eka

Santosa kemudian berubah nama menjadi PT

Plaza Indonesia Realty, Tbk berdasarkan Akta

No. 129 tanggal 20 Desember 1990, dibuat di

hadapan Winanto Wiryomartani, S.H., Notaris

di Jakarta yang telah disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dalam

Keputusan No. C2-1852-HT.01.04-Th’91

tanggal 31 Mei 1991 serta telah diumumkan di

Berita Negara No. 65, Tambahan No. 2505

tanggal 13 Agustus 1991. Anggaran dasar

terakhir PT Plaza Indonesia Realty, Tbk. adalah

yang telah disesuaikan dengan peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan

Akta No. 34 tanggal 30 April 2015 yang dibuat

dihadapan Nanette Cahyanie Handari Adi

Warsito, S.H., Notaris di Jakarta yang telah

diterima dan dicatat Kementerian Hukum dan

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 15 dari 36

SALINAN

Hak Asasi Manusia RI sebagaimana dinyatakan

dalam Surat No. AHU-AH.01.03-0930881

tertanggal 11 Mei 2015 serta telah diumumkan

di Berita Negara No. 95, Tambahan No. 1601/L

tanggal 27 November 2015;-------------------------

22.2.2 Badan Usaha yang Diambilalih --------------------------------

22.2.2.1 Bahwa badan usaha yang diambil alih adalah

PT Citra Asri Property, yang selanjutnya

disebut CAP. PT Citra Asri Property merupakan

suatu perseroan yang didirikan dan

menjalankan kegiatan usaha menurut dan

berdasarkan hukum dan peraturan perundang-

undangan Republik Indonesia. PT Citra Asri

Property didirikan berdasarkan Akta Pendirian

No. 001 tertanggal 1 Pebruari 2011, dibuat

dihadapan Eria Heryanti Poerwandini, S.H.,

Notaris di Jakarta, akta mana mendapat

persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan

Keputusan No. AHU-09669.AH.01.01.Tahun

2011 tertanggal 24 Pebruari 2011. Anggaran

Dasar PT Citra Asri Property adalah sesuai

dengan Akta Pendirian dan perubahan terakhir

dalam Akta Pernyataan Keputusan Para

Pemegang Saham PT Citra Asri Property Nomor

001 tertanggal 3 November 2014, dibuat

dihadapan Eria Heryanti Poerwandini, S.H.,

Notaris di Jakarta sebagaimana telah

diberitahukan kepada Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan

Nomor Surat Penerimaan Pemberitahuan AHU-

39286.40.22.2014 tertanggal 4 November 2014,

dimana didalamnya termasuk perubahan nama

PT Citra Asri Property menjadi PT Plaza

Indonesia Urban. -------------------------------------

22.2.3 Nilai Aset;----------------------------------------------------------

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 16 dari 36

SALINAN

22.2.3.1 Bahwa nilai asset dan penjualan PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk dan anak perusahaannya

di Indonesia dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun

terakhir (audited) dinyatakan dalam rupiah

adalah: -------------------------------------------------

NamaPerusahaan

PLAZA INDONESIA REALTY (100.00 %)

Aset Sales

31 Desember (dalam Rp)

2011 4,232,841,288,000 909,589,677,0002012 3,950,266,763,000 1,709,975,626,0002013 4,126,804,890,000 1,393,191,548,00022.2.3.2 Bahwa nilai penjualan dan aset CAP dalam

kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dinyatakan

dalam rupiah adalah: --------------------------------

Nama Perusahaan

CITRA ASRI PROPERTY (100.00%)

Aset Sales

Dalam Rp (31 Desember)

2011 10,862,664,330 0

2012 9,691,242,827 0

2013 9,671,440,320 0

22.2.4 Analisa Batasan Nilai; -------------------------------------------

22.2.4.1 Bahwa batasan nilai untuk melakukan

pemberitahuan Penggabungan, Peleburan,

Pengambilalihan Komisi sebagaimana diatur

dalam Pasal 5 ayat (2) PP Nomor 57 Tahun

2010 adalah: ------------------------------------------

22.2.4.2 Bahwa nilai aset badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau

pengambilalihan melebihi

Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima

ratus miliar rupiah); dan/atau; --------------------

22.2.4.3 Bahwa nilai penjualan (omzet) badan usaha

hasil penggabungan atau peleburan atau

pengambilalihan melebihi

Rp. 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 17 dari 36

SALINAN

22.3 Bahwa nilai penjualan dan/atau aset hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan adalah jumlah nilai penjualan

dan/atau aset yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai

penjualan dan/atau aset tahun terakhir yang telah diaudit dari

masing masing pihak yang melakukan penggabungan, peleburan,

dan pengambilalihan ditambah dengan nilai penjualan dan/atau

aset dari seluruh badan usaha yang secara langsung maupun

tidak langsung mengendalikan atau dikendalikan oleh badan

usaha yang melakukan penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan; (Perkom Nomor 2 Tahun 2013). --------------------

22.4 Bahwa nilai aset gabungan dari badan usaha pengambilalih

dengan badan usaha yang diambilalih per 31 Desember 2013

adalah sebesar Rp. 4,136,476,330,320,- (empat trilyun seratus

tiga puluh enam milyar empat ratus tujuh puluh enam juta tiga

ratus tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh rupiah); telah melebihi

batasan nilai aset Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima

ratus miliar rupiah). -------------------------------------------------------

22.5 Bahwa dengan adanya frasa kata hubung “dan atau” pada

batasan nilai sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (2) PP

Nomor 57 Tahun 2010 memiliki arti bersifat kumulatif maupun

sifat fakultatif yang berarti bisa keduanya atau salah satunya; ----

22.6 Bahwa dengan melebihinya nilai aset gabungan dari badan usaha

pengambilalih dengan badan usaha yang diambilalih dari

batasan nilai, maka PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk memiliki

kewajiban untuk melakukan pemberitahuan pengambilalihan

saham kepada KPPU. ------------------------------------------------------

22.7 Bahwa berdasarkan fakta yang telah diuraikan sebelumnya maka

dapat diuraikan analisa terkait dugaan pelanggaran

Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT Citra

Asri Property oleh PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk sebagi berikut:--------

22.8 Bahwa pelaku usaha harus melakukan pemberitahuan paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan telah berlaku efektif secara

yuridis;

22.9 Bahwa tanggal penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

telah berlaku efektif secara yuridis untuk badan usaha yang

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 18 dari 36

SALINAN

berbentuk Perseroan Terbatas, sesuai dengan ketentuan dalam

pasal 133 UU Nomor 40 Tahun 2007 pada bagian Penjelasan

adalah tanggal:--------------------------------------------------------------

22.9.1 Bahwa persetujuan menteri atas perubahan anggaran

dasar dalam terjadi penggabungan;---------------------------

22.9.2 Bahwa pemberitahunan diterima Menteri baik dalam hal

terjadi perubahaan Anggaran Dasar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) UU Nomor 40

Tahun2007 maupun yang tidak disertai perubahaan

anggaran dasar; dan; --------------------------------------------

22.9.3 Bahwa pengesahaan Menteri atas Akta Pendirian

Perseroan Terbatas dalam hal terjadi Peleburan; -----------

22.10 Bahwa berdasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor: AHU-39286.40.22.2014 tanggal 4 November

2014 perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran

Dasar PT. Citra Asri Property, diketahui bahwa pengambilalihan

saham perusahaan PT. Citra Asri Property oleh PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk berlaku efektif secara yuridis pada tanggal

4 November 2014. ----------------------------------------------------------

22.11 Bahwa dalam Pasal 8 PP Nomor 57 Tahun 2010 Ayat (1)

mengatur mengenai pemberitahuan secara tertulis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dengan

cara mengisi formulir yang telah ditetapkan oleh Komisi. -----------

22.12 Bahwa Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan Badan

Usaha, dan Pengambilalan Saham Perusahaan diatur dalam

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun

2010 sebagai berikut: ------------------------------------------------------

Pasal 1Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan (1) Formulir Pemberitahuanadalah pemberitahuan resmi yang wajib disampaikan oleh PelakuUsaha kepada Komisi, apabila Penggabungan atau Peleburan BadanUsaha atau Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dilakukanmengakibatkan nilai aset atau nilai penjualannya melebihi jumlah nilaiyang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha danPengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat MengakibatkanTerjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pasal 2(1) Formulir Pemberitahuan terdiri atas:

a. Formulir Pemberitahuan Penggabungan Badan Usaha (Form

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 19 dari 36

SALINAN

M1);b Formulir Pemberitahuan Peleburan Badan Usaha (Form K1);c. Formulir Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan

(Form A1).(2) Formulir Pemberitahuan adalah sebagaimana tercantum dalam

Lampiran Peraturan ini.

22.13 Bahwa berdasarkan pasal 8 PP Nomor 57 Tahun 2010 dan

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun

2010, surat PT Plaza Indonesia Realty, Tbk perihal Laporan

Pengambilalihan saham PT. Citra Asri Property tidak memenuhi

ketentuan pemberitahuan kepada Komisi. -----------------------------

22.14 Bahwa PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk baru melakukan

pelaporan kepada KPPU berdasarkan formulir pelaporan akuisisi

saham ke KPPU dengan Nomor Register A12416 pada tanggal 13

Mei 2016; --------------------------------------------------------------------

22.15 Bahwa formulir yang disampaikan oleh PT. Plaza Indonesia

Realty, Tbk tertanggal 13 Mei 2016 sudah memenuhi ketentuan

pemberitahuan. -------------------------------------------------------------

22.16 Bahwa berdasarkan penghitungan hari kalender, pemberitahuan

pengambilalihan saham perusahaan PT. Citra Asri Property

seharusnya diberitahukan kepada Komisi paling lambat pada

tanggal 15 Desember 2014.----------------------------------------------

22.17 Bahwa PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk Total terlambat

melakukan pemberitahuan kepada Komisi selama 345 (tigaratus empat puluh lima) hari kerja; -----------------------------------

22.18 Bahwa dengan demikian pengambilalihan saham oleh PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk telah melebihi jumlah tertentu

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 20 dari 36

SALINAN

sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 jo.

Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010. --------------------------------------

22.19 Bahwa berdasarkan analisa sebagaimana dijabarkan diatas,

PT. Jasa Marga (Persero) Tbk telah melakukan pelanggaran

terhadap Pasal 29 UU No. 5/1999, oleh karena itu Pasal 6 PP

Nomor 57 Tahun 2010 dapat dikenakan kepada PT. Plaza

Indonesia Realty, Tbk. -----------------------------------------------------

22.20 Berdasarkan alat bukti, proses pemeriksaan pendahuluan dan

lanjutan serta analisis unsur pasal diatas, Tim Investigator

menyimpulkan terdapat dugaan pelanggaran Keterlambatan

ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999 Jo Pasal 5 PP

Nomor 57 Tahun 2010 yang dilakukan oleh PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk. ------------------------------------------------------------------

23. Menimbang bahwa Terlapor menyerahkan Kesimpulan Hasil

Persidangan yang pada pokoknya memuat hal-hal sebagai berikut (vide

bukti T.5); ---------------------------------------------------------------------------

23.1 Bahwa dalam kaitannya dengan pengambilalihan, PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk telah melakukan penyampaian notifikasi

akuisisi saham CAP kepada KPPU pada tanggal 13 Mei 2016

segera setelah menerima surat pemberitahuan dari KPPU

tertanggal 9 Mei 2016 yang diterima melalui kurir pada tanggal

10 Mei 2016. ----------------------------------------------------------------

23.2 Bahwa terkait dugaan keterlambatan pemberitahuan, PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk telah mengikuti jalannya proses

pemeriksaan Perkara Aquo dan bekerja sama secara penuh

dengan KPPU sejak proses penyelidikan hingga dimulainya proses

pemeriksaan pendahuluan pada tanggal 15 Januari 2018 hingga

berakhirnya pada tanggal 23 Januari 2018, serta proses

pemeriksaan lanjutan yang berlangsung sejak tanggal 24 Januari

2018 hingga saat ini;-------------------------------------------------------

23.3 Bahwa dengan ini PT Plaza Indonesia Realty, Tbk tetap mengacu

pada tanggapan yang disampaikan atas Laporan Dugaan

Pelanggaran Pasal 29 UU No. 5/1999 (“Tanggapan LKP”) yang

telah disampaikan kepada Majelis Komisi di muka persidangan

Perkara Aquo pada tanggal 22 Januari 2018 yang lalu, yang

sekali lagi kami lampirkan sebagai bagian tak terpisahkan dari

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 21 dari 36

SALINAN

kesimpulan ini, yang pada intinya memuat fakta-fakta dan

penjelasan sebagai berikut: -----------------------------------------------

a. Bahwa tertundanya penyampaian pemberitahuan

Pengambilalihan terjadi sama sekali bukan karena adanya

faktor kesengajaan dengan maksud untuk menutupi tindakan

korporasi akusisi yang dilakukan oleh PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk karena PT Plaza Indonesia Realty, Tbk merupakan

perusahaan publik yang wajib melakukan keterbukaan

informasi untuk setiap tindakan korporasi yang dilakukan

dan PT Plaza Indonesia Realty, Tbk selalu menyampaikan

keterbukaan informasi kepada publik terhadap segala

tindakan korporasi yang dilakukannya; ---------------------------

b. Bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk pada saat itu sama

sekali belum mengetahui adanya kewajiban penyampaian

pemberitahuan sehubungan dengan akuisisi kepada KPPU

yang berakibat tertundanya penyampaian pemberitahuan,

dimana selanjutnya hal ini telah diperbaiki dengan segera

oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk setelah mendapatkan

pemberitahuan secara tertulis dari KPPU; ------------------------

c. Bahwa sebagaimana disebutkan dalam resital 9.a dari LKP,

nilai transaksi pengambilalihan CAP oleh PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk adalah sebesar Rp 9.990.000.000,- (sembilan

miliar sembilan ratus sembilan puluh juta Rupiah)

merupakan nilai yang sangat minim, serta ditambah porsi

pangsa pasar PT Plaza Indonesia Realty, Tbk yang hanya

sebesar 0,01% sebagaimana disampaikan dalam Pendapat

KPPU yang sangat kecil apabila dibandingkan pelaku usaha

lainnya, semakin membuktikan bahwa Pengambilalihan ini

tidak memberikan dampak hukum ataupun komersial

apapun yang merugikan kepada pihak-pihak manapun. -------

d. Bahwa atas Pengambilalihan, KPPU telah mengeluarkan hasil

penilaian yang positif, yang pada intinya menyimpulkan

sebagai berikut: --------------------------------------------------------

Komisi menyimpulkan tidak terdapat dugaan adanya praktek

monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang

diakibatkan oleh pengambilalihan saham tersebut dengan

pertimbangan sebagai berikut:---------------------------------------

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 22 dari 36

SALINAN

(1) Bahwa tidak adanya tumpang tindih (horizontal overlap)

antara para pihak, maka tidak ada perubahan pada

struktur persaingan dalam bidang usaha kedua

perusahaan yang melakukan transaksi akuisisi di

Indonesia. Transaksi yang terjadi bersifat konglomerasi

usaha dimana pasar bersangkutannya cukup luas

meliputi wilayah Jabodetabek dan merupakan kegiatan

usaha yang baru akan dilaksanakan (new entrant)

dimasa mendatang; ---------------------------------------------

(2) Bahwa dengan tidak adanya perubahan pangsa pasar

dan konsentrasi pasar maka transaksi saham

perusahaan CAP oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

tidak menimbulkan kekhawatiran adanya praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat; ---------------

(3) Bahwa dengan mempertimbangkan hasil analisa dampak

transaksi maka transaksi pengambilalihan saham

perusahaan CAP oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

tidak menimbulkan kekhawatiran adanya praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.”;--------------

e. Bahwa lebih lanjut kondisi operasional perusahaan yang

diambilalih saat ini telah berhenti dan proyek tidak lagi

berjalan, sehingga proyek tersebut tidak dapat menghasilkan

keuntungan sesuai yang diharapkan sebelumnya, bahkan

biaya pemesanan yang sudah diterima harus dikembalikan.

PT Plaza Indonesia Realty, Tbk sendiri saat ini

mempertimbangkan untuk menjual proyek tersebut kepada

investor yang berminat untuk mengurangi beban finansial PT

Plaza Indonesia Realty, Tbk akibat adanya biaya yang

dikeluarkan untuk aset yang tidak produktif, seperti beban

pajak, upah tenaga kerja, dsb ---------------------------------------

23.4 Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di atas secara

substansial PT Plaza Indonesia Realty, Tbk telah memenuhi

kewajiban pelaporannya kepada KPPU, dan hasil penilaian dari

KPPU sendiri telah menegaskan dan membuktikan bahwa

pengambilalihan CAP oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan UU No. 5/1999,

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 23 dari 36

SALINAN

dan tertundanya pelaporan transaksi Pengambilalihan adalah

sama sekali tidak disengaja dan murni bahwa PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk pada saat itu belum mengetahui adanya kewajiban

penyampaian pemberitahuan pengambilalihan, yang dengan

sendirinya sudah diperbaiki dengan penyampaian pemberitahuan

kepada KPPU. ---------------------------------------------------------------

23.5 Bahwa selanjutnya berdasarkan fakta-fakta serta tanggapan-

tanggapan yang disampaikan oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

atas pertanyaan–pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Komisi

dan Investigator KPPU dalam persidangan pemeriksaan lanjutan,

terdapat beberapa fakta yang hendak disampaikan oleh PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk sebagai berikut : --------------------------------

a. Bahwa dalam melakukan proses pengambilalihan CAP,

PT Plaza Indonesia Realty, Tbk selaku perusahaan terbuka

telah memenuhi kewajiban berdasarkan peraturan UUPT,

OJK, dan BEI, namun pada saat itu PT Plaza Indonesia

Realty, Tbk sama sekali belum mengetahui adanya kewajiban

pelaporan kepada KPPU. Sama sekali tidak ada kesengajaan

dari pihak PT Plaza Indonesia Realty, Tbk untuk tidak

melakukan pemberitahuan Pengambilalihan kepada KPPU.

Apabila PT Plaza Indonesia Realty, Tbk menyadari adanya

kewajiban tersebut, maka dapat dipastikan bahwa PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk akan langsung melakukan

menyampaikan pemberitahuan kepada KPPU. Hal ini

dibuktikan ketika PT Plaza Indonesia Realty, Tbk langsung

secara responsif menyampaikan notifikasi segera setelah

mendapatkan pemberitahuan tertulis dari KPPU; ---------------

b. Bahwa tindakan Pengambilalihan CAP yang dilakukan oleh

PT Plaza Indonesia Realty, Tbk tersebut merupakan

Pengambilalihan yang pertama kali dilakukan oleh PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk, dimana seluruh proses

Pengambilalihan dillakukan secara internal oleh PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk sendiri tanpa melibatkan pihak kuasa

hukum eksternal; -----------------------------------------------------

c. Bahwa PT Plaza Indonesia Realty, Tbk sama sekali belum

mengetahui mengenai kewajiban penyampaian

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 24 dari 36

SALINAN

pemberitahuan kepada KPPU sebagaimana diatur dalam PP

57/2010 dan Perkom No. 3/2012 karena transaksi

Pengambilalihan ini adalah transaksi yang baru pertama

kami dilakukan oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk, dan

pemahaman yang benar atas kewajiban tersebut justru

diperoleh oleh PT Plaza Indonesia Realty, Tbk setelah

menerima pemberitahuan tertulis dari KPPU pada tanggal 10

Mei 2016. ----------------------------------------------------------------

23.6 Bahwa dengan ini sekali lagi PT Plaza Indonesia Realty, Tbk

hendak mengucapkan terima kasih dan menyampaikan apresiasi

yang sebesar-besarnya atas pemberitahuan serta arahan KPPU

kepada PT Plaza Indonesia Realty, Tbk terkait dengan ketentuan

pelaporan dalam transaksi Pengambilalihan, sehingga PT Plaza

Indonesia Realty, Tbk dapat segera melakukan tindakan korektif

dengan menyampaikan pemberitahuan atas transaksi

Pengambilalihan sebagai wujud tindakan pemenuhan ketentuan

UU No. 5/1999. -------------------------------------------------------------

23.7 Bahwa selanjutnya PT Plaza Indonesia Realty, Tbk sebagai

perusahaan publik yang menjunjung tinggai azas “Good

Corporate Governance” sekali lagi menegaskan bahwa didalam

menjalankan usahanya, PT Plaza Indonesia Realty, Tbk selalu

menjunjung tinggi azas kepatuhan dan tunduk pada segala

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

termasuk diantaranya ketentuan UU No. 5/1999 dan PP

57/2010. ---------------------------------------------------------------------

23.8 Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang kami

sampaikan di atas, kami memohon dengan segala hormat agar

Majelis Komisi dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya. --

23.9 Bahwa demikian PT Plaza Indonesia Realty, Tbk menyampaikan

Kesimpulan ini kepada Majelis Komisi. Atas pertimbangan positif

dari Majelis Komisi, kami mengucapkan terima kasih. --------------

24. Menimbang bahwa setelah berakhirnya jangka waktu Pemeriksaan

Lanjutan, Komisi menerbitkan Penetapan Komisi Nomor

05/KPPU/Pen/II/2018 tanggal 12 Februari 2018 tentang Musyawarah

Majelis Komisi Perkara Nomor 02/KPPU-M/2017 (vide bukti A21);-------

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 25 dari 36

SALINAN

25. Menimbang bahwa untuk melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi,

Komisi menerbitkan Keputusan Komisi Nomor

07/KPPU/Kep.3/II/2018 tanggal 12 Februari 2018 tentang Penugasan

Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi pada Musyawarah Majelis

Komisi Perkara Nomor 02/KPPU-M/2017 (vide bukti A22); ----------------

26. Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Petikan

Penetapan Musyawarah Majelis Komisi kepada Terlapor (vide bukti

A24);----------------------------------------------------------------------------------

27. Menimbang bahwa setelah melaksanakan Musyawarah Majelis Komisi,

Majelis Komisi menilai telah memiliki bukti dan penilaian yang cukup

untuk mengambil putusan; ------------------------------------------------------

TENTANG HUKUM

Setelah mempertimbangkan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan,

Tanggapan Terlapor terhadap Laporan Keterlambatan Pemberitahuan,

keterangan Terlapor, surat-surat dan atau dokumen, Kesimpulan Hasil

Persidangan yang disampaikan baik oleh Investigator maupun Terlapor

(selanjutnya disebut sebagai fakta persidangan), Majelis Komisi menilai,

menganalisis, menyimpulkan dan memutuskan perkara berdasarkan alat

bukti yang cukup tentang telah terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran

terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang diduga dilakukan oleh

Terlapor dalam Perkara Nomor 02/KPPU-M/2017. Dalam melakukan

penilaian dan analisis, Majelis Komisi menguraikan dalam beberapa bagian,

yaitu: --------------------------------------------------------------------------------------

1. Tentang Objek Perkara dan Dugaan Pelanggaran;----------------------------

2. Tentang Identitas Terlapor; -------------------------------------------------------

3. Tentang Pengambilalihan Saham PT Citra Asri Property oleh Terlapor;---

4. Tentang Nilai Aset dan atau Nilai Penjualan setelah Pengambilalihan

Saham; -------------------------------------------------------------------------------

5. Tentang Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan kepada Komisi; -----

6. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010; -------

Berikut uraian masing-masing bagian sebagaimana tersebut di atas;----------

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 26 dari 36

SALINAN

1. Tentang Objek Perkara dan Dugaan Pelanggaran;---------------------------1.1. Bahwa Objek Perkara a quo adalah keterlambatan pemberitahuan

pengambilalihan saham (Akuisisi) PT. Citra Asri Property (Plaza

Indonesia Urban) Oleh Terlapor;-------------------------------------------

1.2. Bahwa Terlapor diduga melanggar Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun

1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010; -----------------------------

2. Tentang Identitas Terlapor; ------------------------------------------------------------Bahwa Majelis Komisi menilai Identitas Terlapor adalah sebagai berikut:

2.1 Terlapor: PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk, didirikan dengan nama

PT Bimantara Eka Santosa berdasarkan Akta No. 40 tanggal 5

November 1983 dibuat di hadapan Winanto Wiryomartani, S.H.,

Notaris di Jakarta yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dalam Keputusan No. C2-6944-HT.01.01.th.84

tanggal 8 Desember 1984 serta telah diumumkan di Berita Negara

No. 95, Tambahan No. 1466 tanggal 28 November 1986. PT

Bimantara Eka Santosa kemudian berubah nama menjadi PT

Plaza Indonesia Realty, Tbk berdasarkan Akta No. 129 tanggal 20

Desember 1990, dibuat di hadapan Winanto Wiryomartani, S.H.,

Notaris di Jakarta yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dalam Keputusan No. C2-1852-HT.01.04-Th’91

tanggal 31 Mei 1991 serta telah diumumkan di Berita Negara No.

65, Tambahan No. 2505 tanggal 13 Agustus 1991. Anggaran dasar

terakhir Terlapor telah disesuaikan dengan peraturan Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Akta No. 34 tanggal 30 April

2015 yang dibuat dihadapan Nanette Cahyanie Handari Adi

Warsito, S.H., Notaris di Jakarta yang telah diterima dan dicatat

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI sebagaimana

dinyatakan dalam Surat No. AHU-AH.01.03-0930881 tertanggal 11

Mei 2015 serta telah diumumkan di Berita Negara No. 95,

Tambahan No. 1601/L tanggal 27 November 2015;--------------------

2.2 Dalam prakteknua, Terlapor melakukan kegiatan usaha antara

lain terkait dengan penyewaan ruang pusat perbelanjaan dan

perkantoran, perhotelan dan penjualan apartemen; -------------------

3. Tentang Pengambilalihan Saham PT Citra Asri Property olehTerlapor; ------------------------------------------------------------------------------

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 27 dari 36

SALINAN

3.1 Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Terlapor selaku badan

usaha pengambilalih awalnya berdiri dengan nama PT Bimantara

Eka Sentosa pada tahun 1983, kemudian pada tahun 1990

berubah nama menjadi PT Plaza Indonesia Realty, Tbk (Vide B4); --

3.2 Bahwa komposisi pemegang saham dari badan usaha

pengambilalih (Terlapor) adalah: ------------------------------------------

3.2.1 PT Bumi Serpong Damai, Tbk sebesar 34.22 %; -------------

3.2.2 PT MNC Land, Tbk sebesar 25.71 %; ---------------------------

3.2.3 USB AG Singapore S/A Nexus Solution PTE LTD-

2091144418 sebesar 19.97 %; ----------------------------------

3.2.4 Dan Masyarakat sebesar 10.54 %;------------------------------

3.3 Bahwa terlapor melakukan akuisisi/ transaksi pengambilalihan

saham terhadap PT Citra Asri Property pada tanggal 3 Oktober2014 (Vide C1);---------------------------------------------------------------

3.4 Berdasarkan fakta persidangan, terlapor mengambilalih 99,99%saham senilai Rp 9.990.000.000,- (Sembilan miliar sembilan

ratus sembilan puluh juta rupiah) dari total saham milik PT Citra

Asri Property (Vide L15); ----------------------------------------------------

3.5 Bahwa komposisi pemegang saham PT Citra Asri Property sebelum

dan sesudah Pengambilalihan Saham oleh Terlapor sebagai

berikut; ------------------------------------------------------------------------

3.5.1 Bahwa komposisi pemegang saham PT Citra Asri Property

sebelum terjadinya pengambilalihan saham oleh Terlapor

adalah sebagai berikut: -------------------------------------------

3.5.1.1 PT Duta Karya Cipta dengan modal disetor

sebesar 99,99 % dengan nilai nominal sebesar

Rp. 9.990.000.000,-; ----------------------------------

3.5.1.2 PT Island Resort Development dengan modal

disetor sebesar 0.01 % dengan nilai nominal

sebesar Rp. 10.000.000,-; ----------------------------

3.5.2 Bahwa komposisi pemegang saham PT Citra Asri Property

setelah terjadinya Pengambilalihan saham oleh Terlapor

adalah sebagai berikut: -------------------------------------------

3.5.2.1 PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk dengan modal

disetor sebesar 99,99 % dengan nilai nominal

sebesar Rp. 9.990.000.000,-; ------------------------

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 28 dari 36

SALINAN

3.5.2.2 PT Island Resort Develompment dengan modal

disetor sebesar 0.01 % dengan nilai nominal

sebesar Rp. 10.000.000,-; ----------------------------

3.6 Bahwa atas pengambilalihan saham tersebut, KPPU melalui

Direktorat Merger menyampaikan surat kepada Terlapor terkait

dengan kewajiban menyampaikan pemberitahuan kepada KPPU

dan diterima oleh terlapor pada tanggal 10 Mei 2016 (Vide

L11,L29);-----------------------------------------------------------------------

3.7 Bahwa dalam Pasal 8 PP Nomor 57 Tahun 2010 Ayat (1) mengatur

mengenai pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (3) dilakukan dengan cara mengisi

formulir yang telah ditetapkan oleh Komisi;-----------------------------

3.8 Bahwa Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan Badan

Usaha, dan Pengambilalan Saham Perusahaan diatur dalam

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun

2010 sebagai berikut; -------------------------------------------------------

Pasal 1Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan (1) Formulir Pemberitahuanadalah pemberitahuan resmi yang wajib disampaikan oleh Pelaku Usahakepada Komisi, apabila Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha atauPengambilalihan Saham Perusahaan yang dilakukan mengakibatkan nilaiaset atau nilai penjualannya melebihi jumlah nilai yang ditentukan dalamPeraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atauPeleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan YangDapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan UsahaTidak Sehat.

Pasal 2(1) Formulir Pemberitahuan terdiri atas:

a. Formulir Pemberitahuan Penggabungan Badan Usaha (Form M1);

b Formulir Pemberitahuan Peleburan Badan Usaha (Form K1);

c. Formulir Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan(Form A1).

(2) Formulir Pemberitahuan adalah sebagaimana tercantum dalamLampiran Peraturan ini.

3.9 Bahwa atas surat dari Direktorat Merger KPPU tersebut, terlapor

menyampaikan pemberitahuan pengambilalihan saham secara

resmi kepada KPPU pada tanggal 13 Mei 2016 (Vide L11, L26,

L29); ----------------------------------------------------------------------------------

3.10 Bahwa berdasarkan penghitungan hari kalender, pemberitahuan

pengambilalihan saham perusahaan PT. Citra Asri Property

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 29 dari 36

SALINAN

seharusnya diberitahukan kepada Komisi paling lambat pada

tanggal 15 Desember 2014 (Vide C1,L15); ------------------------------

3.11 Bahwa diperoleh bukti formulir Tanda Terima Pemberitahuan

Pengambilalihan Saham Oleh Terlapor Kepada Komisi Pengawas

Persaingan Usaha secara resmi Tertanggal 13 Mei 2016 dengan

nomer register A12416 (Vide L15);----------------------------------------

3.12 Bahwa Majelis Komisi menilai telah terjadi pengambilalihan saham

PT Citra Asri Property yang telah berlaku efektif secara yuridis

pada tanggal 4 November 2014 sesuai dengan Surat Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-39286.40.22.2014

perihal Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan

PT Citra Asri Property (Vide C1);-------------------------------------------

4. Tentang Nilai Aset dan atau Nilai Penjualan setelah pengambilalihansaham; -----------------------------------------------------------------------------------------4.1 Bahwa berdasarkan fakta persidangan, Terlapor mengambilalih

99,99% saham senilai Rp 9.990.000.000,- (Sembilan miliar

sembilan ratus sembilan puluhjuta rupiah) dari total saham milik

PT Citra Asri Property ;------------------------------------------------------

4.2 Bahwa menurut ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang Undang

Nomor 5 Tahun 1999, Pelaku Usaha wajib untuk melakukan

pemberitahuan pengambilalihan saham kepada Komisi jika

berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah

tertentu; -----------------------------------------------------------------------

4.3 Bahwa menurut ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang Undang

Nomor 5 Tahun 1999, ketentuan tentang penetapan nilai aset dan

atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010; -----------------------------------------------------

4.4 Bahwa menurut ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010, batasan nilai untuk melakukan

pemberitahuan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan

kepada Komisi adalah; ------------------------------------------------------

4.4.1 Nilai aset badan usaha hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan melebihi Rp

2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah); dan/atau;-------------------------------------------------

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 30 dari 36

SALINAN

4.4.2 Nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil penggabungan

atau peleburan atau pengambilalihan melebihi

Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);--------------

4.5 Bahwa nilai aset hasil penggabungan dari badan usaha Terlapor

dengan PT Citra Asri Property per 31 Desember 2013 adalah

sebesar Rp. 4,136,476,330,320,- (empat triliun seratus tiga

puluh enam milyar empat ratus tujuh puluh enam juta tiga ratus

tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh rupiah), telah melebihi

batasan nilai aset Rp. 2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima

ratus miliar rupiah); ---------------------------------------------------------

4.6 Bahwa Majelis Komisi menilai dengan adanya frasa kata hubung

“dan atau” pada batasan nilai sebagaimana diatur dalam Pasal 5

ayat (2) PP Nomor 57 Tahun 2010 memiliki arti bersifat kumulatif

maupun sifat fakultatif yang berarti bisa keduanya atau salah

satunya; -----------------------------------------------------------------------

4.7 Bahwa Majelis Komisi menilai dengan melebihinya nilai aset

gabungan dari badan usaha pengambilalih dengan badan usaha

yang diambilalih dari batasan nilai, maka Terlapor memiliki

kewajiban untuk melakukan pemberitahuan pengambilalihan

saham kepada KPPU sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1)

UU No. 5 Tahun 1999; ------------------------------------------------------

5. Tentang Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan Kepada Komisi;5.1 Bahwa berdasarkan fakta persidangan, terlapor telah

menyampaikan pemberitahuan pengambilalihan saham secara

resmi kepada KPPU pada tanggal 13 Mei 2016 (Vide L15); ----------

5.2 Bahwa terlapor menyampaikan dalam persidangan, terkait dengan

keterlambatan ini disebabkan oleh adanya ketidakpahaman terkait

ketentuan mengenai kewajiban pelaporan terkait dengan proses

akuisisi kepada KPPU (Vide B4);-------------------------------------------

5.3 Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Komisi

Nomor 4 Tahun 2012, Badan usaha yang melakukan

Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan

Saham Perusahaan wajib menyampaikan Pemberitahuan kepada

Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal

Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan

Saham Perusahaan telah berlaku efektif secara yuridis; --------------

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 31 dari 36

SALINAN

5.4 Majelis Komisi menilai Terlapor telah melakukan pengambilalihan

saham PT. Citra Asri Property (Plaza Indonesia Urban) yang

berlaku efektif secara yuridis sejak tanggal 4 November 2014

berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Administrasi Hukum

Umum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor: AHU-39286.40.22.2014 maka wajib melaporkan

selambat-lambatnya terhitung 30 hari kerja sejak tanggal efektif

yuridis pengambilalihan saham kepada KPPU yaitu pada tanggal

15 Desember 2014.; ---------------------------------------------------------

5.5 Bahwa Majelis Komisi menilai Terlapor baru melakukan

pemberitahuan kepada KPPU pada tanggal 13 Mei 2016

berdasarkan pada formulir pelaporan akuisisi saham dengan

nomor register A12416, sehingga Terlapor telah melakukan

keterlambatan dalam melakukan pemberitahuan pengambilalihan

selama 345 (tiga ratus empat puluh lima hari kerja); ------------------

6. Tentang Pemenuhan Unsur Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun1999; ---------------------------------------------------------------------------------------6.1 Menimbang bahwa Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 mengatur hal-hal sebagai berikut: ---------------------------------

6.1.1 “Penggabungan atau Peleburan badan Usaha, ataupengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalamPasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilaipenjualannya melebihi jumlah tertentu, wajibmemberitahukan kepada Komisi selambat-lambatnya 30(tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan,atau pengambilalihan tersebut”----------------------------------

6.1.2 “Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilaipenjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur dalam PeraturanPemerintah; ---------------------------------------------------------

6.2 Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak

terjadinya pelanggaran terhadap Pasal 29 Undang-Undang Nomor

5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-

unsur sebagai berikut; ------------------------------------------------------

6.3 Unsur pengambilalihan saham (sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999); ----------------------

6.3.1 Bahwa Pasal 28 ayat (2) mengatur ”Pelaku usaha dilarang

melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 32 dari 36

SALINAN

apabila tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”;

6.3.2 Bahwa Pasal 28 ayat (3) mengatur “Ketentuan lebih lanjut

mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha

yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dan

ketentuan mengenai pengambilalihan saham perusahaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diatur dalam

Peraturan Pemerintah”;--------------------------------------------

6.3.3 Bahwa Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut

hal-hal yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat

(3) dan Pasal 29 ayat (2) adalah Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010; -------------------------------------------

6.3.4 Bahwa yang dimaksud dengan pengambilalihan

berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010 adalah “Perbuatan hukum yang

dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengambilalih saham

badan usaha yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian atas badan usaha tersebut”; -------------------------

6.3.5 Bahwa berdasarkan uraian pada Butir 3 Tentang

Pengambilalihan Saham PT Citra Asri Property oleh

Terlapor, telah terjadi pengambilalihan saham

berdasarkan Surat Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor AHU-39286.40.22.2014 perihal

Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT

Citra Asri Property; ------------------------------------------------

6.3.6 Bahwa dengan demikian unsur pengambilalihan saham

terpenuhi; ----------------------------------------------------------

6.4 Unsur nilai aset dan atau nilai penjualan yang melebihi jumlah

tertentu; -----------------------------------------------------------------------

6.4.1 Bahwa berdasarkan Pasal 29 ayat (2) Undang Undang

Nomor 5 Tahun 1999, ketentuan tentang penetapan nilai

aset dan atau nilai penjualan serta tatacara

pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

diatur dalam Peraturan Pemerintah; ---------------------------

6.4.2 Bahwa Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang

penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 33 dari 36

SALINAN

cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud adalah

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010; --------------

6.4.3 Bahwa menurut ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan

Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, batasan nilai untuk

melakukan pemberitahuan Penggabungan, Peleburan dan

Pengambilalihan kepada Komisi adalah;-----------------------

6.4.4 Bahwa nilai aset badan usaha hasil penggabungan atau

peleburan atau pengambilalihan melebihi Rp

2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah); atau--------------------------------------------------------

6.4.5 Bahwa nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil

penggabungan atau peleburan atau pengambilalihan

melebihi Rp 5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); --

6.4.6 Bahwa nilai aset gabungan dari badan usaha Terlapor

dengan PT Citra Asri Property per 31 Desember 2013

adalah sebesar Rp. 4,136,476,330,320,- (empat trilyun

seratus tiga puluh enam milyar empat ratus tujuh puluh

enam juta tiga ratus tiga puluh ribu tiga ratus dua puluh

rupiah); telah melebihi batasan nilai aset Rp.

2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar

rupiah); --------------------------------------------------------------

6.4.7 Bahwa berdasarkan nilai aset dan atau nilai penjualan

sebagaimana disebutkan pada butir 4.4. dan butir 4.5.

serta uraian Tentang Nilai Aset dan atau Nilai Penjualan

setelah Pengambilalihan Saham, pengambilalihan saham

PT Citra Asri Property oleh Terlapor telah mengakibatkan

nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah

tertentu; -------------------------------------------------------------

6.4.8 Bahwa dengan demikian unsur nilai aset dan/atau nilai

penjualan yang melebihi jumlah tertentu terpenuhi.--------

6.5 Unsur keterlambatan melakukan pemberitahuan kepada Komisi; --

6.5.1 Bahwa berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1999, Pengambilalihan saham

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 yang berakibat

nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah

tertentu, wajib memberitahukan kepada Komisi selambat-

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 34 dari 36

SALINAN

lambatnya 30 (tiga puluh hari) sejak tanggal efektif yuridis

pengambilalihan saham tersebut; ------------------------------

6.5.2 Bahwa sebagaimana telah diuraikan pada butir 5 Tentang

Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan kepada Komisi,

Pemberitahuan yang disampaikan Terlapor kepada Komisi

terkait Pengambilalihan Saham PT Citra Asri Property.

oleh Terlapor pada tanggal 13 Mei 2016 adalah terlambat

selama 345 (tiga ratus empat puluh lima hari kerja)terhitung 30 hari sejak tanggal efektif yuridis

Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan

Pengambilalihan Saham Perusahaan;--------------------------

6.5.3 Bahwa dengan demikian, unsur keterlambatan

melakukan pemberitahuan kepada Komisi terpenuhi; -----

7. Tentang Kesimpulan Majelis Komisi;-----------------------------------------------Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan dan uraian di atas,

Majelis Komisi sampai pada kesimpulan sebagai berikut: --------------------

7.1 Bahwa terbukti telah terjadi pengambilalihan saham PT. Citra Asri

Property oleh Terlapor; ------------------------------------------------------

7.2 Bahwa terbukti nilai aset dan atau nilai penjualan Terlapor dan

PT. Citra Asri Property, setelah pengambilalihan saham memenuhi

jumlah tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah

Nomor 57 Tahun 2010; -----------------------------------------------------

7.3 Bahwa terbukti adanya keterlambatan melakukan pemberitahuan

kepada Komisi setelah tanggal efektif yuridis, yaitu terlambat

selama 345 (tiga ratus empat puluh lima hari kerja); --------------

8. Tentang Pertimbangan Majelis Komisi sebelum Memutus; --------------

Menimbang bahwa sebelum memutuskan, Majelis Komisi

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; -----------------------------------

8.1 Bahwa berdasarkan Pasal 36 huruf l juncto Pasal 47 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi berwenang

menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap

pelaku usaha yang melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1999; ------------------------------------------------------------------

8.2 Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (2) huruf g, Undang

Undang Nomor 5 Tahun 1999, Komisi berwenang menjatuhkan

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 35 dari 36

SALINAN

sanksi tindakan administratif berupa pengenaan denda serendah-

rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-

tingginya Rp 25.000.000.0000,00 (dua puluh lima miliar rupiah); --

8.3 Bahwa Terlapor setelah menerima pemberitahuan pengambialihan

saham, segera merespon dengan baik dan melengkapi syarat-

syarat administratif kepada KPPU ; --------------------------------------

8.4 Bahwa Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang

meringankan bagi Terlapor yaitu telah bersikap baik dan

kooperatif selama proses Sidang Majelis Komisi berlangsung; -------

9. Tentang Diktum Putusan dan Penutup; ---------------------------------------

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta persidangan, penilaian,

analisa dan kesimpulan di atas serta dengan mengingat Pasal 43 ayat (3)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, Majelis Komisi: ----------------------

MEMUTUSKAN

1. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkanmelanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 junctoPasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010; --------------------

2. Menghukum Terlapor membayar denda sebesar Rp 1.000.000.000,-(Satu Miliar Rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagaisetoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usahaSatuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bankPemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan DendaPelanggaran di Bidang Persaingan Usaha); ------------------------------------

3. Bahwa setelah Terlapor melakukan pembayaran denda, maka salinanbukti pembayaran denda tersebut harus dilaporkan dan diserahkanke KPPU;---------------- --------------------------------------------------------------

Demikian putusan ini ditetapkan melalui Musyawarah Majelis Komisi pada

hari Rabu tanggal 14 Februari 2018 oleh Majelis Komisi yang terdiri dari

Drs. Munrokhim Misanam, M.A., Ec., Ph.D. sebagai Ketua Majelis Komisi,

Prof. Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, S.E., M.S. dan R. Kurnia Sya’ranie, S.H.,

M.H masing masing sebagai Anggota Majelis Komisi dan dibacakan di muka

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · v ABSTRAK Muhammad Yasser Kahfie, NIM 16150480000011. KETERLAMBATAN LAPORAN AKUISISI SAHAM PT. CITRA

halaman 36 dari 36

SALINAN

persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari Selasatanggal 20 Februari 2018 oleh Majelis Komisi yang terdiri dari Drs.

Munrokhim Misanam, M.A., Ec., Ph.D. sebagai Ketua Majelis Komisi, R.

Kurnia Sya’ranie, S.H., M.H. sebagai Anggota Majelis Komisi dan Dr. Drs

Chandra Setiawan, M.M, Ph.D. sebagai Anggota Majelis Komisi Pengganti,

dengan dibantu oleh Jafar Ali Barsyan, S.H., R. Arif Yulianto, S.H., Detica

Pakasih, SH, MH., dan Rizka Maulida, S.H. masing-masing sebagai Panitera.

Ketua Majelis Komisi,

(ttd.)

Drs. Munrokhim Misanam, M.A., Ec., Ph.D

Anggota Majelis Komisi,

(ttd.)

R. Kurnia Sya’ranie, S.H., M.H.

Anggota Majelis Komisi,

(ttd.)

Prof. Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, S.E., M.S.

Panitera,

(ttd.)

R. Arif Yulianto, S.H.

(ttd.)

Jafar Ali Barsyan, S.H

(ttd.)

Detica Pakasih, S.H. MH.

(ttd.)

Rizka Maulida, S.H