uu 2009 42 ppn - ppnbm

Upload: teguh-widodo

Post on 30-May-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    1/73

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    2/73

    - 2 -

    2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

    Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4999);

    3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualanatas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PajakPertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualanatas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3986);

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    dan

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATASUNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAKPERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAKPENJUALAN ATAS BARANG MEWAH.

    Pasal I ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    3/73

    - 3 -

    Pasal I

    Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa danPajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 3264) yang telah beberapa kalidiubah dengan Undang-Undang:

    a. Nomor 11 Tahun 1994 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3568);

    b. Nomor 18 Tahun 2000 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 128, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3986),

    diubah sebagai berikut:

    1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 1

    Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

    1. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udaradi atasnya, serta tempat-tempat tertentu di ZonaEkonomi Eksklusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang yang mengaturmengenai kepabeanan.

    2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifatatau hukumnya dapat berupa barang bergerak ataubarang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.

    3. Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajakberdasarkan Undang-Undang ini.

    4. Penyerahan Barang Kena Pajak adalah setiap kegiatanpenyerahan Barang Kena Pajak.

    5. Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yangberdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum

    yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai,termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkanbarang karena pesanan atau permintaan dengan bahandan atas petunjuk dari pemesan.

    6. Jasa ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    4/73

    - 4 -

    6. Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajakberdasarkan Undang-Undang ini.

    7. Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatanpemberian Jasa Kena Pajak.

    8. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabeanadalah setiap kegiatan pemanfaatan Jasa Kena Pajakdari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

    9. Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dariluar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

    10. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dariluar Daerah Pabean adalah setiap kegiatanpemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dariluar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

    11. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap

    kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujuddari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean.

    12. Perdagangan adalah kegiatan usaha membeli danmenjual, termasuk kegiatan tukar-menukar barang,tanpa mengubah bentuk dan/atau sifatnya.

    13. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yangmerupakan kesatuan baik yang melakukan usahamaupun yang tidak melakukan usaha yang meliputiperseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroanlainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha

    milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasisosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga danbentuk badan lainnya termasuk kontrak investasikolektif dan bentuk usaha tetap.

    14. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalambentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha ataupekerjaannya menghasilkan barang, mengimporbarang, mengekspor barang, melakukan usahaperdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujuddari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasatermasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasadari luar Daerah Pabean.

    15. Pengusaha ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    5/73

    - 5 -

    15. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yangmelakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajakberdasarkan Undang-Undang ini.

    16. Menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui prosesmengubah bentuk dan/atau sifat suatu barang daribentuk aslinya menjadi barang baru atau mempunyaidaya guna baru atau kegiatan mengolah sumber dayaalam, termasuk menyuruh orang pribadi atau badanlain melakukan kegiatan tersebut.

    17. Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain

    yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

    18. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semuabiaya yang diminta atau seharusnya diminta olehpenjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidaktermasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungutmenurut Undang-Undang ini dan potongan harga yangdicantumkan dalam Faktur Pajak.

    19. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuksemua biaya yang diminta atau seharusnya dimintaoleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak,ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang KenaPajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak

    Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkandalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yangdibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasakarena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau olehpenerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujudkarena pemanfaatan Barang Kena Pajak TidakBerwujud dari luar Daerah Pabean di dalam DaerahPabean.

    20. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadidasar penghitungan bea masuk ditambah pungutanberdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dancukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasukPajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini.

    21. Pembeli ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    6/73

    - 6 -

    21. Pembeli adalah orang pribadi atau badan yangmenerima atau seharusnya menerima penyerahanBarang Kena Pajak dan yang membayar atauseharusnya membayar harga Barang Kena Pajaktersebut.

    22. Penerima Jasa adalah orang pribadi atau badan yangmenerima atau seharusnya menerima penyerahan JasaKena Pajak dan yang membayar atau seharusnyamembayar Penggantian atas Jasa Kena Pajak tersebut.

    23. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuatoleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukanpenyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan JasaKena Pajak.

    24. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yangseharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak

    karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atauperolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatanBarang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar DaerahPabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dariluar Daerah Pabean dan/atau impor Barang KenaPajak.

    25. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilaiterutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha KenaPajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak,penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang KenaPajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak TidakBerwujud, dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

    26. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuksemua biaya yang diminta atau seharusnya dimintaoleh eksportir.

    27. Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendaharapemerintah, badan, atau instansi pemerintah yangditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang olehPengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang KenaPajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepadabendahara pemerintah, badan, atau instansipemerintah tersebut.

    28. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud adalahsetiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak TidakBerwujud dari dalam Daerah Pabean di luar DaerahPabean.

    29. Ekspor ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    7/73

    - 7 -

    29. Ekspor Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatanpenyerahan Jasa Kena Pajak ke luar Daerah Pabean.

    2. Ketentuan Pasal 1A diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 1A

    (1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan BarangKena Pajak adalah:

    a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karenasuatu perjanjian;

    b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatuperjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewaguna usaha ( leasing );

    c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagangperantara atau melalui juru lelang;

    d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;

    e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atauaktiva yang menurut tujuan semula tidak untukdiperjualbelikan, yang masih tersisa pada saatpembubaran perusahaan;

    f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat kecabang atau sebaliknya dan/atau penyerahanBarang Kena Pajak antar cabang;

    g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi;dan

    h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh PengusahaKena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan

    yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yangpenyerahannya dianggap langsung dari PengusahaKena Pajak kepada pihak yang membutuhkanBarang Kena Pajak.

    (2)

    Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahanBarang Kena Pajak adalah:

    a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelarsebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;

    b. penyerahan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    8/73

    - 8 -

    b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminanutang-piutang;

    c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf f dalam halPengusaha Kena Pajak melakukan pemusatantempat pajak terutang;

    d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangkapenggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengansyarat pihak yang melakukan pengalihan dan yangmenerima pengalihan adalah Pengusaha KenaPajak; dan

    e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menuruttujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yangmasih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak

    dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

    3. Ketentuan Pasal 3A diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 3A

    (1) Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c,huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil

    yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan,wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor,dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan PajakPenjualan atas Barang Mewah yang terutang.

    (1a) Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak.

    (2) Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkansebagai Pengusaha Kena Pajak wajib melaksanakanketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

    (3) Orang ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    9/73

    - 9 -

    (3) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BarangKena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabeansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf ddan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dariluar Daerah Pabean sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 4 ayat (1) huruf e wajib memungut, menyetor,dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yangterutang yang penghitungan dan tata caranya diaturdengan Peraturan Menteri Keuangan.

    4. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 4

    (1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah

    Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;b. impor Barang Kena Pajak;c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah

    Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

    dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

    Pabean di dalam Daerah Pabean;f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh

    Pengusaha Kena Pajak;g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh

    Pengusaha Kena Pajak; danh. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena

    Pajak.

    (2) Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis JasaKena Pajak yang atas ekspornya dikenai PajakPertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    huruf h diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

    5. Ketentuan Pasal 4A diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 4A ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    10/73

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    11/73

    - 11 -

    o. jasa telepon umum dengan menggunakan uanglogam;

    p. jasa pengiriman uang dengan wesel pos; danq. jasa boga atau katering .

    6. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 5

    (1) Di samping pengenaan Pajak Pertambahan Nilaisebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dikenai

    juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap:

    a. penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolongmewah yang dilakukan oleh pengusaha yangmenghasilkan barang tersebut di dalam DaerahPabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;dan

    b. impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.

    (2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan hanya1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang KenaPajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yangmenghasilkan atau pada waktu impor Barang KenaPajak yang tergolong mewah.

    7. Ketentuan Pasal 5A diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 5A

    (1) Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilaidan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ataspenyerahan Barang Kena Pajak yang dikembalikandapat dikurangkan dari Pajak Pertambahan Nilai atauPajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

    Barang Mewah yang terutang dalam Masa Pajakterjadinya pengembalian Barang Kena Pajak tersebut.

    (2) Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Jasa KenaPajak yang dibatalkan, baik seluruhnya maupunsebagian, dapat dikurangkan dari Pajak PertambahanNilai yang terutang dalam Masa Pajak terjadinyapembatalan tersebut.

    (3) Ketentuan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    12/73

    - 12 -

    (3) Ketentuan mengenai tata cara pengurangan PajakPertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan pengurangan PajakPertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

    8. Ketentuan Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) diubah sehinggaPasal 7 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 7

    (1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluhpersen).

    (2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)

    diterapkan atas:a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; danc. ekspor Jasa Kena Pajak.

    (3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdiubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) danpaling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahantarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    9. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 8

    (1) Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkanpaling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi200% (dua ratus persen).

    (2) Ekspor Barang Kena Pajak yang tergolong mewahdikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).

    (3) Ketentuan mengenai kelompok Barang Kena Pajak yangtergolong mewah yang dikenai Pajak Penjualan atasBarang Mewah dengan tarif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    (4) Ketentuan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    13/73

    - 13 -

    (4) Ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai PajakPenjualan atas Barang Mewah sebagaimana dimaksudpada ayat (3) diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan.

    10. Di antara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 8A yang berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 8A

    (1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitungdengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak yangmeliputi Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, NilaiEkspor, atau nilai lain.

    (2) Ketentuan mengenai nilai lain sebagaimana dimaksudpada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan.

    11. Ketentuan Pasal 9 ayat (1) dihapus, ayat (2), ayat (2a), ayat(3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat (13) danayat (14) diubah, di antara ayat (2a) dan ayat (3) disisipkan1 (satu) ayat, yakni ayat (2b), di antara ayat (4) dan ayat (5)disisipkan 6 (enam) ayat, yakni ayat (4a) sampai dengan ayat(4f), di antara ayat (6) dan ayat (7) disisipkan 2 (dua) ayat,

    yakni ayat (6a) dan ayat (6b), dan di antara ayat (7) dan ayat(8) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (7a) dan ayat (7b)sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 9

    (1) Dihapus.

    (2) Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan

    dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.(2a) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi

    sehingga belum melakukan penyerahan yang terutangpajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau imporbarang modal dapat dikreditkan.

    (2b) Pajak ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    14/73

    - 14 -

    (2b) Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakanFaktur Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9).

    (3) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebihbesar daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakanPajak Pertambahan Nilai yang harus disetor olehPengusaha Kena Pajak.

    (4) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yangdapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran,selisihnya merupakan kelebihan pajak yangdikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

    (4a) Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksudpada ayat (4) dapat diajukan permohonanpengembalian pada akhir tahun buku.

    (4b) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (4) dan ayat (4a), atas kelebihan PajakMasukan dapat diajukan permohonan pengembalianpada setiap Masa Pajak oleh:

    a. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan eksporBarang Kena Pajak Berwujud;

    b. Pengusaha Kena Pajak yang melakukanpenyerahan Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak kepada PemungutPajak Pertambahan Nilai;

    c. Pengusaha Kena Pajak yang melakukanpenyerahan Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak yang PajakPertambahan Nilainya tidak dipungut;

    d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan eksporBarang Kena Pajak Tidak Berwujud;

    e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

    f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belumberproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a).

    (4c) Pengembalian ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    15/73

    - 15 -

    (4c) Pengembalian kelebihan Pajak Masukan kepadaPengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (4b) huruf a sampai dengan huruf e, yangmempunyai kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajakberisiko rendah, dilakukan dengan pengembalian

    pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1)Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan danperubahannya.

    (4d) Ketentuan mengenai Pengusaha Kena Pajak berisikorendah yang diberikan pengembalian pendahuluankelebihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4c)diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

    (4e) Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaanterhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimanadimaksud pada ayat (4c) dan menerbitkan suratketetapan pajak setelah melakukan pengembalianpendahuluan kelebihan pajak.

    (4f) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimanadimaksud pada ayat (4e), Direktur Jenderal Pajakmenerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,

    jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksiadministrasi berupa bunga sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6

    Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan dan perubahannya.

    (5) Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha KenaPajak selain melakukan penyerahan yang terutangpajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutangpajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutangpajak dapat diketahui dengan pasti daripembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang dapat

    dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaandengan penyerahan yang terutang pajak.

    (6) Apabila ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    16/73

    - 16 -

    (6) Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha KenaPajak selain melakukan penyerahan yang terutangpajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutangpajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan

    yang terutang pajak tidak dapat diketahui denganpasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkanuntuk penyerahan yang terutang pajak dihitungdengan menggunakan pedoman yang diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

    (6a) Pajak Masukan yang telah dikreditkan sebagaimanadimaksud pada ayat (2a) dan telah diberikanpengembalian wajib dibayar kembali oleh PengusahaKena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak tersebutmengalami keadaan gagal berproduksi dalam jangkawaktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajakpengkreditan Pajak Masukan dimulai.

    (6b) Ketentuan mengenai penentuan waktu, penghitungan,dan tata cara pembayaran kembali sebagaimanadimaksud pada ayat (6a) diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    (7) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan olehPengusaha Kena Pajak yang peredaran usahanyadalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah tertentu,kecuali Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (7a), dapat dihitung dengan menggunakanpedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

    (7a) Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan olehPengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usahatertentu dihitung dengan menggunakan pedomanpenghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

    (7b) Ketentuan mengenai peredaran usaha sebagaimanadimaksud pada ayat (7), kegiatan usaha tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (7a), dan pedomanpenghitungan pengkreditan Pajak Masukansebagaimana dimaksud pada ayat (7) dan ayat (7a)diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

    Keuangan.(8) Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) tidak dapat diberlakukan bagipengeluaran untuk:

    a. perolehan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    17/73

    - 17 -

    a. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak;

    b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak yang tidak mempunyai hubungan langsungdengan kegiatan usaha;

    c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotorberupa sedan dan station wagon , kecualimerupakan barang dagangan atau disewakan;

    d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujudatau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luarDaerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkansebagai Pengusaha Kena Pajak;

    e. dihapus;

    f. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhiketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkannama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajakpembeli Barang Kena Pajak atau penerima JasaKena Pajak;

    g. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujudatau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luarDaerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidakmemenuhi ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (6);

    h. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak yang Pajak Masukannya ditagih denganpenerbitan ketetapan pajak;

    i. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkandalam Surat Pemberitahuan Masa PajakPertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu

    dilakukan pemeriksaan; dan j. perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal

    atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha KenaPajak berproduksi sebagaimana dimaksud padaayat (2a).

    (9) Pajak ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    18/73

    - 18 -

    (9) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belumdikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak

    yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajakberikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelahberakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjangbelum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukanpemeriksaan.

    (10) Dihapus.

    (11) Dihapus.

    (12) Dihapus.

    (13) Ketentuan mengenai penghitungan dan tata carapengembalian kelebihan Pajak Masukan sebagaimanadimaksud pada ayat (4a), ayat (4b), dan ayat (4c) diaturdengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    (14) Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalamrangka penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan, dan pengambilalihan usaha, PajakMasukan atas Barang Kena Pajak yang dialihkan yangbelum dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yangmengalihkan dapat dikreditkan oleh Pengusaha KenaPajak yang menerima pengalihan, sepanjang FakturPajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan danPajak Masukan tersebut belum dibebankan sebagaibiaya atau dikapitalisasi.

    12. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) dan Penjelasan ayat (2) diubahsehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 11

    (1) Terutangnya pajak terjadi pada saat:

    a. penyerahan Barang Kena Pajak;b. impor Barang Kena Pajak;c. penyerahan Jasa Kena Pajak;

    d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujuddari luar Daerah Pabean;e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah

    Pabean;f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau

    h. ekspor ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    19/73

    - 19 -

    h. ekspor Jasa Kena Pajak.

    (2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahanBarang Kena Pajak atau sebelum penyerahan JasaKena Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukansebelum dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak

    Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar DaerahPabean, saat terutangnya pajak adalah pada saatpembayaran.

    (3) Dihapus.

    (4) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lainsebagai saat terutangnya pajak dalam hal saatterutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadiperubahan ketentuan yang dapat menimbulkanketidakadilan.

    (5) Dihapus.

    13. Ketentuan Pasal 12 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) diubahsehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 12

    (1) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a,

    huruf c, huruf f, huruf g, dan/atau huruf h terutangpajak di tempat tinggal atau tempat kedudukandan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atautempat lain selain tempat tinggal atau tempatkedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan

    yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

    (2) Atas pemberitahuan secara tertulis dari PengusahaKena Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempat pajakterutang.

    (3) Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempatBarang Kena Pajak dimasukkan dan dipungut melaluiDirektorat Jenderal Bea dan Cukai.

    (4) Orang ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    20/73

    - 20 -

    (4) Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BarangKena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajakdari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabeansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf ddan huruf e terutang pajak di tempat tinggal atau

    tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.

    14. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 13

    (1) Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajakuntuk setiap:

    a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atauhuruf f dan/atau Pasal 16D;

    b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c;

    c. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujudsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)huruf g; dan/atau

    d. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h.(1a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    harus dibuat pada:

    a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak;

    b. saat penerimaan pembayaran dalam halpenerimaan pembayaran terjadi sebelumpenyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelumpenyerahan Jasa Kena Pajak;

    c. saat penerimaan pembayaran termin dalam halpenyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

    d. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkanPeraturan Menteri Keuangan.

    (2) Dikecualikan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    21/73

    - 21 -

    (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1(satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yangdilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak ataupenerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu)bulan kalender.

    (2a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)harus dibuat paling lama pada akhir bulanpenyerahan.

    (3) Dihapus.

    (4) Dihapus.

    (5) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangantentang penyerahan Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikitmemuat:

    a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yangmenyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa KenaPajak;

    b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajakpembeli Barang Kena Pajak atau penerima JasaKena Pajak;

    c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atauPenggantian, dan potongan harga;

    d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang

    dipungut;f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur

    Pajak; dang. nama dan tanda tangan yang berhak

    menandatangani Faktur Pajak.

    (6) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan dokumentertentu yang kedudukannya dipersamakan denganFaktur Pajak.

    (7) Dihapus.

    (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatanFaktur Pajak dan tata cara pembetulan ataupenggantian Faktur Pajak diatur dengan atauberdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    (9) Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal danmaterial.

    15. Di antara ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    22/73

    - 22 -

    15. Di antara Pasal 15 dan Pasal 16 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 15A sehingga berbunyi sebagai berikut:

    Pasal 15A

    (1)

    Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh PengusahaKena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(3) harus dilakukan paling lama akhir bulanberikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dansebelum Surat Pemberitahuan Masa PajakPertambahan Nilai disampaikan.

    (2) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilaidisampaikan paling lama akhir bulan berikutnyasetelah berakhirnya Masa Pajak.

    16.

    Ketentuan Pasal 16B ayat (1) diubah sehingga Pasal 16Bberbunyi sebagai berikut:

    Pasal 16B

    (1) Pajak terutang tidak dipungut sebagian atauseluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak,baik untuk sementara waktu maupun selamanya,untuk:

    a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu

    di dalam Daerah Pabean;b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu ataupenyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;

    c. impor Barang Kena Pajak tertentu;d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

    tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam DaerahPabean; dan

    e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luarDaerah Pabean di dalam Daerah Pabean,

    diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    (2) Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BarangKena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yangatas penyerahannya tidak dipungut Pajak PertambahanNilai dapat dikreditkan.

    (3) Pajak ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    23/73

    - 23 -

    (3) Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BarangKena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak yangatas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PajakPertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan.

    17. Ketentuan Pasal 16D diubah sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 16D

    Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan BarangKena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semulatidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak,kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannyatidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

    18. Di antara Pasal 16D dan Pasal 17 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 16E dan Pasal 16F sehingga berbunyi sebagaiberikut:

    Pasal 16E

    (1) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah yang sudah dibayar atas pembelianBarang Kena Pajak yang dibawa ke luar Daerah Pabeanoleh orang pribadi pemegang paspor luar negeri dapatdiminta kembali.

    (2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atasBarang Mewah yang dapat diminta kembalisebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhisyarat:

    a. nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikitRp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan dapatdisesuaikan dengan Peraturan Pemerintah;

    b.

    pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelumkeberangkatan ke luar Daerah Pabean; dan

    c. Faktur ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    24/73

    - 24 -

    c. Faktur Pajak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 ayat (5), kecuali padakolom Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamatpembeli diisi dengan nomor paspor dan alamatlengkap di negara yang menerbitkan paspor ataspenjualan kepada orang pribadi pemegang pasporluar negeri yang tidak mempunyai Nomor PokokWajib Pajak.

    (3) Permintaan kembali Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat orangpribadi pemegang paspor luar negeri meninggalkanIndonesia dan disampaikan kepada Direktur JenderalPajak melalui Kantor Direktorat Jenderal Pajak dibandar udara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

    (4) Dokumen yang harus ditunjukkan pada saat memintakembali Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualanatas Barang Mewah adalah:

    a. paspor;

    b. pas naik ( boarding pass ) untuk keberangkatanorang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ke luar Daerah Pabean; dan

    c. Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf c.

    (5) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan danpenyelesaian permintaan kembali Pajak PertambahanNilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganatau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    Pasal 16F

    Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajakbertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak,sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajaktelah dibayar.

    PASAL II

    Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 April2010.

    Agar ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    25/73

    - 25 -

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannyadalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    Disahkan di Jakarta

    pada tanggal 15 Oktober 2009

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

    Diundangkan di Jakarta

    pada tanggal 15 Oktober 2009

    MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA,

    ttd

    ANDI MATTALATTA

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 150

    Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

    Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan

    Bidang Perekonomian dan Industri,

    SETIO SAPTO NUGROHO

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    26/73

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    27/73

    - 2 -

    Perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai ini bertujuansebagai berikut.

    1. Meningkatkan kepastian hukum dan keadilan bagi pengenaan PajakPertambahan Nilai.Perkembangan transaksi bisnis, terutama jasa, telah menciptakan

    jenis dan pola transaksi baru yang perlu ditegaskan lebih lanjutpengenaannya dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

    2. Menyederhanakan sistem Pajak Pertambahan Nilai.Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai dilakukan denganmengubah atau menyempurnakan ketentuan dalam Undang-UndangPajak Pertambahan Nilai yang menyulitkan Wajib Pajak dalam rangkamelaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

    3. Mengurangi biaya kepatuhan.Penyederhanaan sistem Pajak Pertambahan Nilai diharapkan pula

    dapat mengurangi biaya, baik biaya administrasi bagi Wajib Pajakdalam rangka melaksanakan hak dan kewajibannya maupun biayapengawasan yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam rangkamengawasi kepatuhan Wajib Pajak.

    4. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Tercapainya tujuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan tingkatkepatuhan sukarela Wajib Pajak. Tingkat kepatuhan sukarela yangtinggi diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak yangtercermin dengan naiknya rasio pajak ( tax ratio) .

    5. Tidak mengganggu penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.Di samping tujuan di atas, fungsi pajak sebagai sumber penerimaannegara tetap menjadi pertimbangan.

    6. Mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan ekonomi.

    II. PASAL DEMI PASAL

    Pasal I

    Angka 1

    Pasal 1

    Cukup jelas.

    Angka 2 ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    28/73

    - 3 -

    Angka 2

    Pasal 1A

    Ayat (1)

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan perjanjian meliputi jualbeli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran,atau perjanjian lain yang mengakibatkanpenyerahan hak atas barang.

    Huruf bPenyerahan Barang Kena Pajak dapat terjadikarena perjanjian sewa beli dan/atau perjanjiansewa guna usaha ( leasing ).Yang dimaksud dengan pengalihan Barang Kena

    Pajak karena suatu perjanjian sewa guna usaha(leasing ) adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian sewa gunausaha ( leasing ) dengan hak opsi.

    Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak olehPengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjiansewa guna usaha ( leasing ) dengan hak opsi,Barang Kena Pajak dianggap diserahkanlangsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok(supplier ) kepada pihak yang membutuhkanbarang ( lessee ).

    Huruf cYang dimaksud dengan pedagang perantaraadalah orang pribadi atau badan yang dalamkegiatan usaha atau pekerjaannya dengan namasendiri melakukan perjanjian atau perikatan atasdan untuk tanggungan orang lain denganmendapat upah atau balas jasa tertentu,misalnya komisioner.

    Yang dimaksud dengan juru lelang adalah jurulelang Pemerintah atau yang ditunjuk olehPemerintah.

    Huruf d ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    29/73

    - 4 -

    Huruf d

    Yang dimaksud dengan pemakaian sendiriadalah pemakaian untuk kepentingan pengusahasendiri, pengurus, atau karyawan, baik barangproduksi sendiri maupun bukan produksisendiri.Yang dimaksud dengan pemberian cuma-cumaadalah pemberian yang diberikan tanpapembayaran baik barang produksi sendirimaupun bukan produksi sendiri, sepertipemberian contoh barang untuk promosi kepadarelasi atau pembeli.

    Huruf e

    Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atauaktiva yang menurut tujuan semula tidak untukdiperjualbelikan, yang masih tersisa pada saatpembubaran perusahaan, disamakan denganpemakaian sendiri sehingga dianggap sebagaipenyerahan Barang Kena Pajak.

    Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e iniadalah penyerahan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 1A ayat (2) huruf e.

    Huruf f

    Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebihdari satu tempat pajak terutang baik sebagaipusat maupun sebagai cabang perusahaan,pemindahan Barang Kena Pajak antartempattersebut merupakan penyerahan Barang KenaPajak.

    Yang dimaksud dengan pusat adalah tempattinggal atau tempat kedudukan.

    Yang dimaksud dengan cabang antara lain

    lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, dantempat kegiatan usaha sejenisnya.

    Huruf g ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    30/73

    - 5 -

    Huruf gDalam hal penyerahan secara konsinyasi, PajakPertambahan Nilai yang sudah dibayar padawaktu Barang Kena Pajak yang bersangkutandiserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan

    dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajakterjadinya penyerahan Barang Kena Pajak yangdititipkan tersebut.Sebaliknya, jika Barang Kena Pajak titipantersebut tidak laku dijual dan diputuskan untukdikembalikan kepada pemilik Barang Kena Pajak,pengusaha yang menerima titipan tersebut dapatmenggunakan ketentuan mengenai pengembalianBarang Kena Pajak (retur) sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5A Undang-Undang ini.

    Huruf hContoh:Dalam transaksi murabahah, bank syariahbertindak sebagai penyedia dana untuk membelisebuah kendaraan bermotor dari PengusahaKena Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah(Tuan B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah,bank syariah harus membeli dahulu kendaraanbermotor tersebut dan kemudian menjualnyakepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini,penyerahan kendaraan bermotor tersebutdianggap dilakukan langsung oleh PengusahaKena Pajak A kepada Tuan B.

    Ayat (2)

    Huruf a

    Yang dimaksud dengan makelar adalah makelarsebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu pedagangperantara yang diangkat oleh Presiden atau olehpejabat yang oleh Presiden dinyatakan berwenanguntuk itu. Mereka menyelenggarakanperusahaan mereka dengan melakukanpekerjaan dengan mendapat upah atau provisitertentu, atas amanat dan atas nama orang-orang lain yang dengan mereka tidak terdapathubungan kerja.

    Huruf b ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    31/73

    - 6 -

    Huruf b

    Cukup jelas.

    Huruf cDalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyailebih dari satu tempat kegiatan usaha, baiksebagai pusat maupun cabang perusahaan, danPengusaha Kena Pajak tersebut telahmenyampaikan pemberitahuan secara tertuliskepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahanBarang Kena Pajak dari satu tempat kegiatanusaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusatke cabang atau sebaliknya atau antarcabang)dianggap tidak termasuk dalam pengertianpenyerahan Barang Kena Pajak, kecualipemindahan Barang Kena Pajak antartempatpajak terutang.

    Huruf dYang dimaksud dengan pemecahan usahaadalah pemisahan usaha sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang yang mengatur mengenaiperseroan terbatas.

    Huruf eBarang Kena Pajak berupa aktiva yang menuruttujuan semula tidak untuk diperjualbelikan yangmasih tersisa pada saat pembubaranperusahaan, yang Pajak Masukan atasperolehannya tidak dapat dikreditkan karenatidak mempunyai hubungan langsung dengankegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva berupakendaraan bermotor sedan dan station wagon

    yang Pajak Masukan atas perolehannya tidakdapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalamPasal 9 ayat (8) huruf c tidak termasuk dalampengertian penyerahan Barang Kena Pajak.

    Angka 3 ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    32/73

    - 7 -

    Angka 3

    Pasal 3A

    Ayat (1)

    Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang

    Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak didalam Daerah Pabean dan/atau melakukan eksporBarang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa KenaPajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak TidakBerwujud diwajibkan:

    a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkansebagai Pengusaha Kena Pajak;

    b. memungut pajak yang terutang;

    c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yangmasih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaranlebih besar daripada Pajak Masukan yang dapatdikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualanatas Barang Mewah yang terutang; dan

    d. melaporkan penghitungan pajak.

    Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusahakecil yang batasannya ditetapkan oleh MenteriKeuangan.

    Ayat (1a)Cukup jelas.

    Ayat (2)Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilihdikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak. Apabilapengusaha kecil memilih menjadi Pengusaha KenaPajak, Undang-Undang ini berlaku sepenuhnya bagipengusaha kecil tersebut.

    Ayat (3)

    Pajak Pertambahan Nilai yang terutang ataspemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

    dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luarDaerah Pabean harus dipungut oleh orang pribadiatau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak

    Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut.

    Angka 4 ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    33/73

    - 8 -

    Angka 4

    Pasal 4

    Ayat (1)

    Huruf a

    Pengusaha yang melakukan kegiatanpenyerahan Barang Kena Pajak meliputi baikpengusaha yang telah dikukuhkan menjadiPengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha

    yang seharusnya dikukuhkan menjadiPengusaha Kena Pajak, tetapi belumdikukuhkan.

    Penyerahan barang yang dikenai pajak harusmemenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    a. barang berwujud yang diserahkanmerupakan Barang Kena Pajak;

    b. barang tidak berwujud yang diserahkanmerupakan Barang Kena Pajak TidakBerwujud;

    c. penyerahan dilakukan di dalam DaerahPabean; dan

    d. penyerahan dilakukan dalam rangkakegiatan usaha atau pekerjaannya.

    Huruf b

    Pajak juga dipungut pada saat impor BarangKena Pajak. Pemungutan dilakukan melaluiDirektorat Jenderal Bea dan Cukai.

    Berbeda dengan penyerahan Barang Kena Pajakpada huruf a, siapapun yang memasukkanBarang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean,tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalamrangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau

    tidak, tetap dikenai pajak.

    Huruf c ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    34/73

    - 9 -

    Huruf c

    Pengusaha yang melakukan kegiatanpenyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baikpengusaha yang telah dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3A ayat (1) maupun pengusaha

    yang seharusnya dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak, tetapi belumdikukuhkan.

    Penyerahan jasa yang terutang pajak harusmemenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

    a. jasa yang diserahkan merupakan Jasa KenaPajak;

    b. penyerahan dilakukan di dalam DaerahPabean; dan

    c. penyerahan dilakukan dalam kegiatanusaha atau pekerjaannya.

    Termasuk dalam pengertian penyerahan JasaKena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yangdimanfaatkan untuk kepentingan sendiridan/atau yang diberikan secara cuma-cuma.

    Huruf d

    Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaanpajak yang sama dengan impor Barang Kena

    Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean yangdimanfaatkan oleh siapa pun di dalam DaerahPabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

    Contoh:

    Pengusaha A yang berkedudukan di Jakartamemperoleh hak menggunakan merek yangdimiliki Pengusaha B yang berkedudukan diHongkong. Atas pemanfaatan merek tersebutoleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean

    terutang Pajak Pertambahan Nilai.Huruf e

    Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yangdimanfaatkan oleh siapa pun di dalam DaerahPabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai.

    Misalnya ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    35/73

    - 10 -

    Misalnya, Pengusaha Kena Pajak C di Surabayamemanfaatkan Jasa Kena Pajak dari PengusahaB yang berkedudukan di Singapura. Ataspemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutangPajak Pertambahan Nilai.

    Huruf f Berbeda dengan pengusaha yang melakukankegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf adan/atau huruf c, pengusaha yang melakukanekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanyapengusaha yang telah dikukuhkan menjadiPengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksuddalam Pasal 3A ayat (1).

    Huruf gSebagaimana halnya dengan kegiatan eksporBarang Kena Pajak Berwujud, pengusaha yangmelakukan ekspor Barang Kena Pajak TidakBerwujud hanya pengusaha yang telahdikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak

    Tidak Berwujud adalah:1. penggunaan atau hak menggunakan hak

    cipta di bidang kesusastraan, kesenian ataukarya ilmiah, paten, desain atau model,rencana, formula atau proses rahasia,

    merek dagang, atau bentuk hak kekayaanintelektual/industrial atau hak serupalainnya;

    2. penggunaan atau hak menggunakanperalatan/perlengkapan industrial,komersial, atau ilmiah;

    3. pemberian pengetahuan atau informasi dibidang ilmiah, teknikal, industrial, ataukomersial;

    4. pemberian bantuan tambahan ataupelengkap sehubungan dengan penggunaanatau hak menggunakan hak-hak tersebutpada angka 1, penggunaan atau hakmenggunakan peralatan/perlengkapantersebut pada angka 2, atau pemberianpengetahuan atau informasi tersebut padaangka 3, berupa:

    a) penerimaan...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    36/73

    - 11 -

    a) penerimaan atau hak menerimarekaman gambar atau rekaman suaraatau keduanya, yang disalurkankepada masyarakat melalui satelit,kabel, serat optik, atau teknologi yangserupa;

    b) penggunaan atau hak menggunakanrekaman gambar atau rekaman suaraatau keduanya, untuk siaran televisiatau radio yang disiarkan/dipancarkanmelalui satelit, kabel, serat optik, atauteknologi yang serupa; dan

    c) penggunaan atau hak menggunakansebagian atau seluruh spektrum radiokomunikasi;

    5. penggunaan atau hak menggunakan filmgambar hidup ( motion picture films ), filmatau pita video untuk siaran televisi, ataupita suara untuk siaran radio; dan

    6. pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaanatau pemberian hak kekayaanintelektual/industrial atau hak-hak lainnyasebagaimana tersebut di atas.

    Huruf h

    Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa KenaPajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak daridalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabeanoleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkandan melakukan ekspor Barang Kena PajakBerwujud atas dasar pesanan atau permintaandengan bahan dan atas petunjuk dari pemesandi luar Daerah Pabean.

    Ayat (2)

    Cukup jelas.

    Angka 5

    Pasal 4A

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    37/73

    - 12 -

    Ayat (2)Huruf a

    Barang hasil pertambangan atau hasilpengeboran yang diambil langsung darisumbernya meliputi:a. minyak mentah ( crude oil );b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti

    elpiji yang siap dikonsumsi langsung olehmasyarakat;

    c. panas bumi;d. asbes, batu tulis, batu setengah permata,

    batu kapur, batu apung, batu permata,bentonit, dolomit, felspar ( feldspar ), garambatu ( halite ), grafit, granit/andesit, gips,kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika,marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dankerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat( phospat ), talk, tanah serap ( fullers earth ),tanah diatome, tanah liat, tawas ( alum ),tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;

    e. batubara sebelum diproses menjadi briketbatubara; dan

    f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijihtembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijihbauksit.

    Huruf bBarang kebutuhan pokok yang sangatdibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi:a. beras;b. gabah;c. jagung;d. sagu;e. kedelai;f. garam, baik yang beryodium maupun yang

    tidak beryodium;g. daging, yaitu daging segar yang tanpa

    diolah, tetapi telah melalui prosesdisembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak dikemas,digarami, dikapur, diasamkan, diawetkandengan cara lain, dan/atau direbus;

    h. telur ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    38/73

    - 13 -

    h. telur, yaitu telur yang tidak diolah,termasuk telur yang dibersihkan,diasinkan, atau dikemas;

    i. susu, yaitu susu perah baik yang telahmelalui proses didinginkan maupun

    dipanaskan, tidak mengandungtambahan gula atau bahan lainnya,dan/atau dikemas atau tidak dikemas;

    j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melaluiproses dicuci, disortasi, dikupas,dipotong, diiris, di- grading , dan/ataudikemas atau tidak dikemas; dan

    k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yangdipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau

    disimpan pada suhu rendah, termasuksayuran segar yang dicacah.

    Huruf c

    Ketentuan ini dimaksudkan untukmenghindari pengenaan pajak bergandakarena sudah merupakan objek pengenaanPajak Daerah.

    Huruf d

    Cukup jelas.

    Ayat (3) Huruf a

    Jasa pelayanan kesehatan medis meliputi:

    1. jasa dokter umum, dokter spesialis, dandokter gigi;

    2. jasa dokter hewan;

    3. jasa ahli kesehatan seperti ahliakupunktur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahlifisioterapi;

    4. jasa kebidanan dan dukun bayi;

    5. jasa paramedis dan perawat;

    6. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinikkesehatan, laboratorium kesehatan, dansanatorium;

    7. jasa ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    39/73

    - 14 -

    7. jasa psikolog dan psikiater; dan

    8. jasa pengobatan alternatif, termasuk yangdilakukan oleh paranormal.

    Huruf b

    Jasa pelayanan sosial meliputi:1. jasa pelayanan panti asuhan dan panti

    jompo;2. jasa pemadam kebakaran;3. jasa pemberian pertolongan pada

    kecelakaan;4. jasa lembaga rehabilitasi;5. jasa penyediaan rumah duka atau jasa

    pemakaman, termasuk krematorium; dan6. jasa di bidang olah raga kecuali yang

    bersifat komersial.Huruf c

    Jasa pengiriman surat dengan perangkomeliputi jasa pengiriman surat denganmenggunakan perangko tempel danmenggunakan cara lain pengganti perangkotempel .

    Huruf d Jasa keuangan meliputi:

    1. jasa menghimpun dana dari masyarakatberupa giro, deposito berjangka, sertifikatdeposito, tabungan, dan/atau bentuk lain

    yang dipersamakan dengan itu;

    2. jasa menempatkan dana, meminjamdana, atau meminjamkan dana kepadapihak lain dengan menggunakan surat,sarana telekomunikasi maupun denganwesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

    3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan

    berdasarkan prinsip syariah, berupa:a) sewa guna usaha dengan hak opsi;b) anjak piutang;c) usaha kartu kredit; dan/ataud) pembiayaan konsumen;

    4. jasa ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    40/73

    - 15 -

    4. jasa penyaluran pinjaman atas dasarhukum gadai, termasuk gadai syariahdan fidusia; dan

    5. jasa penjaminan.

    Huruf eYang dimaksud dengan jasa asuransi adalah

    jasa pertanggungan yang meliputi asuransikerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yangdilakukan oleh perusahaan asuransi kepadapemegang polis asuransi, tidak termasuk jasapenunjang asuransi seperti agen asuransi,penilai kerugian asuransi, dan konsultanasuransi.

    Huruf f

    Jasa keagamaan meliputi:1. jasa pelayanan rumah ibadah;

    2. jasa pemberian khotbah atau dakwah;

    3. jasa penyelenggaraan kegiatankeagamaan; dan

    4. jasa lainnya di bidang keagamaan.

    Huruf g Jasa pendidikan meliputi:

    1. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah,seperti jasa penyelenggaraan pendidikanumum, pendidikan kejuruan, pendidikanluar biasa, pendidikan kedinasan,pendidikan keagamaan, pendidikanakademik, dan pendidikan profesional;dan

    2. jasa penyelenggaraan pendidikan luarsekolah.

    Huruf h Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja senidan hiburan .

    Huruf i ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    41/73

    - 16 -

    Huruf i

    Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklanmeliputi jasa penyiaran radio atau televisi

    yang dilakukan oleh instansi pemerintah atauswasta yang tidak bersifat iklan dan tidak

    dibiayai oleh sponsor yang bertujuankomersial .

    Huruf j

    Cukup jelas.

    Huruf k

    Jasa tenaga kerja meliputi:1. jasa tenaga kerja;2. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang

    pengusaha penyedia tenaga kerja tidakbertanggung jawab atas hasil kerja daritenaga kerja tersebut; dan

    3. jasa penyelenggaraan pelatihan bagitenaga kerja.

    Huruf l

    Jasa perhotelan meliputi:

    1. jasa penyewaan kamar, termasuktambahannya di hotel, rumah

    penginapan, motel, losmen, hostel, sertafasilitas yang terkait dengan kegiatanperhotelan untuk tamu yang menginap;dan

    2. jasa penyewaan ruangan untuk kegiatanacara atau pertemuan di hotel, rumahpenginapan, motel, losmen, dan hostel.

    Huruf m

    Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalamrangka menjalankan pemerintahan secaraumum meliputi jenis-jenis jasa yangdilaksanakan oleh instansi pemerintah, antaralain pemberian Izin Mendirikan Bangunan,pemberian lzin Usaha Perdagangan, pemberianNomor Pokok Wajib Pajak, dan pembuatanKartu Tanda Penduduk.

    Huruf n ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    42/73

    - 17 -

    Huruf nYang dimaksud dengan jasa penyediaantempat parkir adalah jasa penyediaan tempatparkir yang dilakukan oleh pemilik tempatparkir dan/atau pengusaha kepada pengguna

    tempat parkir dengan dipungut bayaran.Huruf o

    Yang dimaksud dengan jasa telepon umumdengan menggunakan uang logam adalah jasatelepon umum dengan menggunakan uanglogam atau koin, yang diselenggarakan olehpemerintah maupun swasta.

    Huruf pCukup jelas.

    Huruf q Cukup jelas.

    Angka 6

    Pasal 5

    Ayat (1)

    Atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolongmewah oleh produsen atau atas impor Barang Kena

    Pajak yang tergolong mewah, di samping dikenaiPajak Pertambahan Nilai, dikenai juga PajakPenjualan atas Barang Mewah dengan pertimbanganbahwa:

    a. perlu keseimbangan pembebanan pajak antarakonsumen yang berpenghasilan rendah dankonsumen yang berpenghasilan tinggi;

    b. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atasBarang Kena Pajak yang tergolong mewah;

    c. perlu adanya perlindungan terhadap produsenkecil atau tradisional; dan

    d. perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

    Yang ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    43/73

    - 18 -

    Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yangtergolong mewah adalah:

    1. barang yang bukan merupakan barangkebutuhan pokok;

    2. barang yang dikonsumsi oleh masyarakattertentu;

    3. barang yang pada umumnya dikonsumsi olehmasyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau

    4. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkanstatus.

    Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atasimpor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tidakmemperhatikan siapa yang mengimpor Barang KenaPajak tersebut serta tidak memperhatikan apakah

    impor tersebut dilakukan secara terus-menerus atauhanya sekali saja.

    Selain itu, pengenaan Pajak Penjualan atas BarangMewah terhadap suatu penyerahan Barang KenaPajak yang tergolong mewah tidak memperhatikanapakah suatu bagian dari Barang Kena Pajaktersebut telah dikenai atau tidak dikenai PajakPenjualan atas Barang Mewah pada transaksisebelumnya.

    Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan pada

    ayat ini adalah kegiatan:a. merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian

    lepas dari suatu barang menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, seperti merakit mobil,barang elektronik, dan perabot rumah tangga;

    b. memasak, yaitu mengolah barang dengan caramemanaskan baik dicampur bahan lain maupuntidak;

    c. mencampur, yaitu mempersatukan dua ataulebih unsur (zat) untuk menghasilkan satu ataulebih barang lain;

    d. mengemas, yaitu menempatkan suatu barang kedalam suatu benda untuk melindunginya darikerusakan dan/atau untuk meningkatkanpemasarannya; dan

    e. membotolkan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    44/73

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    45/73

    - 20 -

    c. biaya atau harta bagi pembeli yang bukanPengusaha Kena Pajak dalam hal pajak atasBarang Kena Pajak yang dikembalikan tersebuttelah dibebankan sebagai biaya atau telahditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga

    perolehan harta tersebut.Ayat (2)

    Yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak yangdibatalkan adalah pembatalan seluruhnya atausebagian hak atau fasilitas atau kemudahan olehpihak penerima Jasa Kena Pajak.

    Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkanternyata dibatalkan, baik sebagian maupunseluruhnya oleh penerima Jasa Kena Pajak, PajakPertambahan Nilai dari Jasa Kena Pajak yangdibatalkan tersebut mengurangi Pajak Keluaran yangterutang oleh Pengusaha Kena Pajak pemberi JasaKena Pajak dan mengurangi:

    a. Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajakpenerima Jasa Kena Pajak, dalam hal PajakMasukan atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkantelah dikreditkan;

    b. biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajakpenerima Jasa Kena Pajak, dalam hal PajakPertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yangdibatalkan tersebut tidak dikreditkan dan telahdibebankan sebagai biaya atau telahditambahkan (dikapitalisasi) dalam hargaperolehan harta tersebut; atau

    c. biaya atau harta bagi penerima Jasa Kena Pajak yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam halPajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak

    yang dibatalkan tersebut telah dibebankansebagai biaya atau telah ditambahkan(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta

    tersebut.Ayat (3)

    Cukup jelas .

    Angka 8 ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    46/73

    - 21 -

    Angka 8

    Pasal 7

    Ayat (1)

    Cukup jelas.

    Ayat (2)Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yangdikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean. Oleh karena itu,

    a. Barang Kena Pajak Berwujud yang diekspor;

    b. Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalamDaerah Pabean yang dimanfaatkan di luarDaerah Pabean; atau

    c. Jasa Kena Pajak yang diekspor termasuk Jasa

    Kena Pajak yang diserahkan oleh PengusahaKena Pajak yang menghasilkan dan melakukanekspor Barang Kena Pajak atas dasar pesananatau permintaan dengan bahan dan ataspetunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean,

    dikenai Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0%(nol persen).

    Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berartipembebasan dari pengenaan Pajak PertambahanNilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah

    dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajakdan/atau Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengankegiatan tersebut dapat dikreditkan.

    Ayat (3)

    Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomidan/atau peningkatan kebutuhan dana untukpembangunan, Pemerintah diberi wewenangmengubah tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadipaling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi15% (lima belas persen) dengan tetap memakai

    prinsip tarif tunggal. Perubahan tarif sebagaimanadimaksud pada ayat ini dikemukakan olehPemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalamrangka pembahasan dan penyusunan RancanganAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

    Angka 9 ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    47/73

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    48/73

    - 23 -

    Ayat (4)Cukup jelas.

    Angka 10Pasal 8A

    Ayat (1)Ayat ini mengatur cara menghitung PajakPertambahan Nilai yang terutang. Untuk jelasnyadiberikan contoh cara penghitungan sebagai berikut.

    Contoh:

    a. Pengusaha Kena Pajak A menjual tunai BarangKena Pajak dengan Harga Jual Rp25.000.000,00.

    Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% xRp25.000.000,00 = Rp2.500.000,00

    Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.500.000,00tersebut merupakan Pajak Keluaran yangdipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.

    b. Pengusaha Kena Pajak B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperolehPenggantian Rp20.000.000,00.

    Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% xRp20.000.000,00 = Rp2.000.000,00.

    Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp2.000.000,00tersebut merupakan Pajak Keluaran yang

    dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.c. Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari

    luar Daerah Pabean dengan Nilai ImporRp15.000.000,00.

    Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut melaluiDirektorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% xRp15.000.000,00 = Rp1.500.000,00.

    d. Pengusaha Kena Pajak D melakukan eksporBarang Kena Pajak dengan Nilai EksporRp10.000.000,00.

    Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 0% xRp10.000.000,00 = Rp0,00.

    Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp0,00 tersebutmerupakan Pajak Keluaran.

    Ayat (2) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    49/73

    - 24 -

    Ayat (2)

    Dasar Pengenaan Pajak berupa nilai lain diaturdengan atau berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan hanya untuk menjamin rasa keadilandalam hal:

    a. Harga Jual, Nilai Penggantian, Nilai Impor, danNilai Ekspor sukar ditetapkan; dan/atau

    b. penyerahan Barang Kena Pajak yang dibutuhkanoleh masyarakat banyak, seperti air minum danlistrik.

    Angka 11

    Pasal 9

    Ayat (1)Cukup jelas.

    Ayat (2)

    Pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa KenaPajak, pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yangmemanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujuddari luar Daerah Pabean, atau pihak yangmemanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar DaerahPabean wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai danberhak menerima bukti pungutan pajak. Pajak

    Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayartersebut merupakan Pajak Masukan bagi pembeliBarang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak,pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yangmemanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujuddari luar Daerah Pabean, atau pihak yangmemanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar DaerahPabean yang berstatus sebagai Pengusaha KenaPajak.

    Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut olehPengusaha Kena Pajak dapat dikreditkan denganPajak Keluaran yang dipungutnya dalam Masa Pajak

    yang sama.

    Ayat (2a) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    50/73

    - 25 -

    Ayat (2a)Pada dasarnya Pajak Masukan dikreditkan denganPajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama. Namun,bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi,Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor

    barang modal diperkenankan untuk dikreditkansebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2),kecuali Pajak Masukan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 ayat (8).

    Ayat (2b)Untuk keperluan mengkreditkan Pajak Masukan,Pengusaha Kena Pajak menggunakan Faktur Pajak

    yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 ayat (5).

    Selain itu, Pajak Masukan yang akan dikreditkan juga harus memenuhi persyaratan kebenaran formaldan material sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat (9).

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Ayat (4)

    Pajak Masukan yang dimaksud pada ayat ini adalahPajak Masukan yang dapat dikreditkan.

    Dalam suatu Masa Pajak dapat terjadi PajakMasukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripadaPajak Keluaran. Kelebihan Pajak Masukan tersebuttidak dapat diminta kembali pada Masa Pajak yangbersangkutan, tetapi dikompensasikan ke Masa Pajakberikutnya.

    Contoh:

    Masa Pajak Mei 2010Pajak Keluaran = Rp2.000.000,00

    Pajak Masukan yang dapatdikreditkan = Rp4.500.000,00

    --------------------(-)Pajak yang lebih dibayar = Rp2.500.000,00Pajak yang lebih dibayar tersebut dikompensasikanke Masa Pajak Juni 2010.

    Masa Pajak ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    51/73

    - 26 -

    Masa Pajak Juni 2010

    Pajak Keluaran = Rp3.000.000,00

    Pajak Masukan yang dapatdikreditkan = Rp2.000.000,00

    ------------------- (-)

    Pajak yang kurang dibayar = Rp1.000.000,00

    Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak

    Mei 2010 yang dikompensasikan ke

    Masa Pajak Juni 2010 = Rp2.500.000,00

    ------------------- (-)

    Pajak yang lebih dibayar Masa Pajak

    Juni 2010 = Rp1.500.000,00Pajak yang lebih dibayar tersebut dikompensasikanke Masa Pajak Juli 2010.

    Ayat (4a)Kelebihan Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajaksesuai dengan ketentuan pada ayat (4)dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya.Namun, apabila kelebihan Pajak Masukan terjadipada Masa Pajak akhir tahun buku, kelebihan Pajak

    Masukan tersebut dapat diajukan permohonanpengembalian (restitusi).

    Termasuk dalam pengertian akhir tahun buku dalamketentuan ini adalah Masa Pajak saat Wajib Pajakmelakukan pengakhiran usaha (bubar).

    Ayat (4b)Cukup jelas.

    Ayat (4c)

    Cukup jelas.Ayat (4d)

    Cukup jelas.

    Ayat (4e) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    52/73

    - 27 -

    Ayat (4e)Untuk mengurangi penyalahgunaan pemberiankemudahan percepatan pengembalian kelebihanpajak, Direktur Jenderal Pajak dapat melakukanpemeriksaan setelah memberikan pengembalian

    pendahuluan kelebihan pajak.

    Ayat (4f)Dalam hal Direktur Jenderal Pajak setelahmelakukan pemeriksaan menerbitkan SuratKetetapan Pajak Kurang Bayar, sanksi kenaikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C ayat (5)Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan danperubahannya tidak diterapkan walaupun pada tahapsebelumnya sudah diterbitkan Surat KeputusanPengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.Sebaliknya, sanksi administrasi yang dikenakanadalah bunga sebesar 2% (dua persen) per bulanpaling lama 24 (dua puluh empat) bulan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-UndangNomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

    Tata Cara Perpajakan dan perubahannya.Apabila dalam pemeriksaan dimaksud ditemukanadanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan,ketentuan ini tidak berlaku.

    Ayat (5)Yang dimaksud dengan penyerahan yang terutangpajak adalah penyerahan barang atau jasa yangsesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dikenaiPajak Pertambahan Nilai.

    Yang dimaksud dengan penyerahan yang tidakterutang pajak adalah penyerahan barang dan jasa

    yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilaisebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A dan yangdibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilaisebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B.

    Pengusaha ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    53/73

    - 28 -

    Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajakmelakukan penyerahan yang terutang pajak danpenyerahan yang tidak terutang pajak hanya dapatmengkreditkan Pajak Masukan yang berkenaandengan penyerahan yang terutang pajak. Bagianpenyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapatdiketahui dengan pasti dari pembukuan PengusahaKena Pajak.

    Contoh:

    Pengusaha Kena Pajak melakukan beberapa macampenyerahan, yaitu:

    a. penyerahan yang terutang pajak= Rp25.000.000,00

    Pajak Keluaran = Rp2.500.000,00

    b.

    penyerahan yang tidak terutang PajakPertambahan Nilai = Rp5.000.000,00

    Pajak Keluaran = nihil

    c. penyerahan yang dibebaskan dari pengenaanPajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00

    Pajak Keluaran = nihil

    Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan:

    a. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang

    berkaitan dengan penyerahan yang terutangpajak = Rp1.500.000,00

    b. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yangberkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenaiPajak Pertambahan Nilai = Rp300.000,00

    c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yangberkaitan dengan penyerahan yang dibebaskandari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai =Rp500.000,00

    Menurut ketentuan ini, Pajak Masukan yang dapatdikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesarRp2.500.000,00 hanya sebesar Rp1.500.000,00.

    yat (6) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    54/73

    - 29 -

    Ayat (6)Dalam hal Pajak Masukan untuk penyerahan yangterutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti,cara pengkreditan Pajak Masukan dihitungberdasarkan pedoman yang diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan, yang dimaksudkan untukmemberikan kemudahan dan kepastian kepadaPengusaha Kena Pajak.Contoh:Pengusaha Kena Pajak melakukan 2 (dua) macampenyerahan, yaitu:a. penyerahan yang terutang pajak

    = Rp35.000.000,00Pajak Keluaran = Rp3.500.000,00

    b. penyerahan yang tidak terutang pajak= Rp15.000.000,00Pajak Keluaran = nihil

    Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan BarangKena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitandengan keseluruhan penyerahan sebesarRp2.500.000,00, sedangkan Pajak Masukan yangberkaitan dengan penyerahan yang terutang pajaktidak dapat diketahui dengan pasti. Menurutketentuan ini, Pajak Masukan sebesarRp2.500.000,00 tidak seluruhnya dapat dikreditkandengan Pajak Keluaran sebesar Rp3.500.000,00.

    Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkandihitung berdasarkan pedoman yang diatur denganPeraturan Menteri Keuangan.

    Ayat (6a)Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan ataspengeluaran dalam rangka impor dan/atau perolehanbarang modal juga harus memenuhi syarat bahwapengeluaran tersebut harus berhubungan denganadanya penyerahan yang terutang PajakPertambahan Nilai.

    Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mengalamikeadaan gagal berproduksi, tidak ada penyerahan

    yang terutang pajak sehingga tidak ada PajakMasukan yang dapat dikreditkan. Oleh karena itu,sebagai konsekuensinya, Pajak Masukan atas impordan/atau perolehan barang modal yang telahdikembalikan harus dibayar kembali.

    yat (6b) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    55/73

    - 30 -

    Ayat (6b)Cukup jelas.

    Ayat (7)Dalam rangka menyederhanakan penghitungan PajakPertambahan Nilai yang harus disetor, PengusahaKena Pajak yang peredaran usahanya dalam 1 (satu)tahun tidak melebihi jumlah tertentu dapatmenghitung besarnya Pajak Masukan yang dapatdikreditkan dengan menggunakan pedomanpenghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

    Ayat (7a)Dalam rangka memberikan kemudahan dalammenghitung Pajak Pertambahan Nilai yang harusdisetor, Pengusaha Kena Pajak yang melakukankegiatan usaha tertentu menghitung besarnya PajakMasukan yang dapat dikreditkan denganmenggunakan pedoman penghitungan pengkreditanPajak Masukan.

    Ayat (7b)Cukup jelas.

    Ayat (8)Pajak Masukan pada dasarnya dapat dikreditkandengan Pajak Keluaran. Akan tetapi, untukpengeluaran yang dimaksud dalam ayat ini, Pajak

    Masukannya tidak dapat dikreditkan.Huruf a

    Ketentuan ini memberikan kepastian hukumbahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelumpengusaha dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak tidak dapat dikreditkan.

    Contoh:

    Pengusaha A melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

    pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhansebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan padatanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejaktanggal 19 April 2010. Pajak Masukan yangdiperoleh sebelum tanggal 19 April 2010 tidakdapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.

    Huruf b ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    56/73

    - 31 -Huruf b

    Yang dimaksud dengan pengeluaran yanglangsung berhubungan dengan kegiatan usahaadalah pengeluaran untuk kegiatan produksi,distribusi, pemasaran, dan manajemen.Ketentuan ini berlaku untuk semua bidangusaha. Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan

    juga harus memenuhi syarat bahwapengeluaran tersebut berkaitan dengan adanyapenyerahan yang terutang Pajak PertambahanNilai. Oleh karena itu, meskipun suatupengeluaran telah memenuhi syarat adanyahubungan langsung dengan kegiatan usaha,masih dimungkinkan Pajak Masukan tersebuttidak dapat dikreditkan, yaitu apabilapengeluaran dimaksud tidak ada kaitannyadengan penyerahan yang terutang Pajak

    Pertambahan Nilai.Huruf c

    Cukup jelas.

    Huruf dKetentuan ini memberikan kepastian hukumbahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelumpengusaha dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak tidak dapat dikreditkan.

    Contoh:Pengusaha A melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajakpada tanggal 19 April 2010. Pengukuhansebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan padatanggal 20 April 2010 dan berlaku surut sejaktanggal 19 April 2010. Pajak Masukan ataspemanfaatan Barang Kena Pajak TidakBerwujud atau Jasa Kena Pajak dari luarDaerah Pabean yang diperoleh sebelum tanggal19 April 2010 tidak dapat dikreditkanberdasarkan ketentuan ini.

    Huruf e ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    57/73

    - 32 -Huruf e

    Cukup jelas.

    Huruf f Cukup jelas.

    Huruf gCukup jelas .

    Huruf hDalam hal tertentu dapat terjadi PengusahaKena Pajak baru membayar Pajak PertambahanNilai yang terutang atas perolehan ataupemanfaatan Barang Kena Pajak atau JasaKena Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak.Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atasketetapan pajak tersebut tidak merupakanPajak Masukan yang dapat dikreditkan .

    Huruf iSesuai dengan sistem self assessment ,Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkanseluruh kegiatan usahanya dalam SuratPemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.Selain itu, kepada Pengusaha Kena Pajak jugatelah diberikan kesempatan untuk melakukanpembetulan Surat Pemberitahuan Masa PajakPertambahan Nilai sehingga sudah selayaknya

    jika Pajak Masukan yang tidak dilaporkandalam Surat Pemberitahuan Masa PajakPertambahan Nilai tidak dapat dikreditkan.

    Contoh:Dalam Surat Pemberitahuan Masa PajakPertambahan Nilai dilaporkan:Pajak Keluaran = Rp10.000.000,00Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00Dari hasil pemeriksaan diketahui:Pajak Keluaran = Rp15.000.000,00

    Pajak Masukan = Rp11.000.000,00

    Dalam ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    58/73

    - 33 -Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapatdikreditkan tidak sebesar Rp11.000.000,00,tetapi tetap sebesar Rp8.000.000,00 sesuaidengan yang dilaporkan dalam SuratPemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.

    Dengan demikian, perhitungan hasil

    pemeriksaanPajak Keluaran = Rp15.000.000,00

    Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00

    ----------------------(-)

    Kurang Bayar menurut

    hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00

    Kurang Bayar menurut

    Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00

    ----------------------(-)

    Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00

    Huruf jCukup jelas.

    Ayat (9)Ketentuan ini memungkinkan Pengusaha Kena Pajakuntuk mengkreditkan Pajak Masukan dengan PajakKeluaran dalam Masa Pajak yang tidak sama yangdisebabkan, antara lain, Faktur Pajak terlambatditerima. Pengkreditan Pajak Masukan dalam MasaPajak yang tidak sama tersebut hanya diperkenankandilakukan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3(tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yangbersangkutan. Dalam hal jangka waktu tersebut telahdilampaui, pengkreditan Pajak Masukan tersebutdapat dilakukan melalui pembetulan SuratPemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yangbersangkutan. Kedua cara pengkreditan tersebuthanya dapat dilakukan apabila Pajak Masukan yang

    bersangkutan belum dibebankan sebagai biaya atautidak ditambahkan (dikapitalisasi) kepada hargaperolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

    yang bersangkutan dan terhadap Pengusaha KenaPajak belum dilakukan pemeriksaan.

    Contoh: ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    59/73

    - 34 -Contoh:

    Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tertanggal 7 Juli 2010 dapatdikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak

    Juli 2010 atau pada Masa Pajak berikutnya palinglama Masa Pajak Oktober 2010.

    Ayat (10)Cukup jelas.

    Ayat (11)Cukup jelas.

    Ayat (12)Cukup jelas.

    Ayat (13)

    Cukup jelas.Ayat (14)

    Cukup jelas.

    Angka 12

    Pasal 11

    Ayat (1)

    Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan PajakPenjualan atas Barang Mewah menganut prinsipakrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saatpenyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajakmeskipun pembayaran atas penyerahan tersebutbelum diterima atau belum sepenuhnya diterima ataupada saat impor Barang Kena Pajak. Saatterutangnya pajak untuk transaksi yang dilakukanmelalui electronic commerce tunduk pada ketentuanini.

    Huruf a

    Cukup jelas .

    Huruf b

    Cukup jelas.

    Huruf cCukup jelas.

    Huruf d ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    60/73

    - 35 -Huruf d

    Dalam hal orang pribadi atau badanmemanfaatkan Barang Kena Pajak TidakBerwujud dari luar Daerah Pabean di dalamDaerah Pabean atau memanfaatkan Jasa KenaPajak dari luar Daerah Pabean di dalam DaerahPabean, terutangnya pajak terjadi pada saatorang pribadi atau badan tersebut mulaimemanfaatkan Barang Kena Pajak TidakBerwujud atau Jasa Kena Pajak tersebut didalam Daerah Pabean. Hal itu dihubungkandengan kenyataan bahwa yang menyerahkanBarang Kena Pajak Tidak Berwujud atau JasaKena Pajak tersebut di luar Daerah Pabeansehingga tidak dapat dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak. Oleh karena itu, saatpajak terutang tidak lagi dikaitkan dengan saat

    penyerahan, tetapi dikaitkan dengan saatpemanfaatan.

    Huruf eCukup jelas.

    Huruf f Cukup jelas.

    Huruf gCukup jelas.

    Huruf hCukup jelas.

    Ayat (2)Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahanBarang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 ayat (1) huruf a, sebelum penyerahan JasaKena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (1) huruf c, sebelum dimulainya pemanfaatanBarang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah

    Pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)huruf d, atau sebelum dimulainya pemanfaatan JasaKena Pajak dari luar Daerah Pabean sebagaimanadimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, saatterutangnya pajak adalah saat pembayaran.

    Ayat (3) ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    61/73

    - 36 -

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Ayat (4)Cukup jelas.

    Ayat (5)Cukup jelas.

    Angka 13Pasal 12

    Ayat (1)Pengusaha Kena Pajak orang pribadi terutang pajakdi tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha,sedangkan bagi Pengusaha Kena Pajak badan

    terutang pajak di tempat kedudukan dan tempatkegiatan usaha.Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai satu ataulebih tempat kegiatan usaha di luar tempat tinggalatau tempat kedudukannya, setiap tempat tersebutmerupakan tempat terutangnya pajak dan PengusahaKena Pajak dimaksud wajib melaporkan usahanyauntuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.Apabila Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih darisatu tempat pajak terutang yang berada di wilayahkerja 1 (satu) Kantor Direktorat Jenderal Pajak,untuk seluruh tempat terutang tersebut, PengusahaKena Pajak memilih salah satu tempat kegiatanusaha sebagai tempat pajak terutang yangbertanggung jawab untuk seluruh tempat kegiatanusahanya, kecuali apabila Pengusaha Kena Pajaktersebut menghendaki lebih dari 1 (satu) tempatpajak terutang, Pengusaha Kena Pajak wajibmemberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak.Dalam hal-hal tertentu, Direktur Jenderal Pajakdapat menetapkan tempat lain selain tempat tinggal

    atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usahasebagai tempat pajak terutang.

    Contoh 1:

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    62/73

    - 37 -Contoh 1:Orang pribadi A yang bertempat tinggal di Bogormempunyai usaha di Cibinong. Apabila di tempattinggal orang pribadi A tidak ada penyerahan BarangKena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, orang pribadiA hanya wajib melaporkan usahanya untukdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak di KantorPelayanan Pajak Pratama Cibinong sebab tempatterutangnya pajak bagi orang pribadi A adalah diCibinong. Sebaliknya, apabila penyerahan BarangKena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dilakukan olehorang pribadi A hanya di tempat tinggalnya saja,orang pribadi A hanya wajib mendaftarkan diri diKantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor. Namun,apabila baik di tempat tinggal maupun di tempatkegiatan usahanya orang pribadi A melakukanpenyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa KenaPajak, orang pribadi A wajib mendaftarkan diri diKantor Pelayanan Pajak Pratama Bogor dan KantorPelayanan Pajak Pratama Cibinong karena tempatterutangnya pajak berada di Bogor dan Cibinong.Berbeda dengan orang pribadi, Pengusaha Kena Pajakbadan wajib mendaftarkan diri baik di tempatkedudukan maupun di tempat kegiatan usaha karenabagi Pengusaha Kena Pajak badan di kedua tempattersebut dianggap melakukan penyerahan BarangKena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.Contoh 2:

    PT A mempunyai 3 (tiga) tempat kegiatan usaha, yaitu di kota Bengkulu, Bintuhan, dan Manna yangketiganya berada di bawah pelayanan 1 (satu) kantorpelayanan pajak, yaitu Kantor Pelayanan PajakPratama Bengkulu. Ketiga tempat kegiatan usahatersebut melakukan penyerahan Barang Kena Pajakdan/atau Jasa Kena Pajak dan melakukanadministrasi penjualan dan administrasi keuangansehingga PT A terutang pajak di ketiga tempat ataukota itu. Dalam keadaan demikian, PT A wajibmemilih salah satu tempat kegiatan usaha untuk

    melaporkan usahanya guna dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak, misalnya tempat kegiatanusaha di Bengkulu. PT A yang bertempat kegiatanusaha di Bengkulu ini bertanggung jawab untukmelaporkan seluruh kegiatan usaha yang dilakukanoleh ketiga tempat kegiatan usaha perusahaantersebut.

    Dalam ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    63/73

    - 38 -

    Dalam hal PT A menghendaki tempat kegiatan usahadi Bengkulu dan Bintuhan ditetapkan sebagai tempatpajak terutang untuk seluruh kegiatan usahanya, PT A wajib memberitahukan kepada Kepala KantorPelayanan Pajak Pratama Bengkulu.

    Ayat (2)Apabila Pengusaha Kena Pajak terutang pajak padalebih dari 1 (satu) tempat kegiatan usaha, PengusahaKena Pajak tersebut dalam pemenuhan kewajibanperpajakannya dapat menyampaikan pemberitahuansecara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak untukmemilih 1 (satu) tempat atau lebih sebagai tempatterutangnya pajak.

    Ayat (3)Cukup jelas.

    Ayat (4)Orang pribadi atau badan baik sebagai PengusahaKena Pajak maupun bukan Pengusaha Kena Pajak

    yang memanfaatkan Barang Kena Pajak TidakBerwujud dari luar Daerah Pabean di dalam DaerahPabean dan/atau memanfaatkan Jasa Kena Pajakdari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabeantetap terutang pajak di tempat tinggal dan/atautempat kegiatan usaha orang pribadi atau di tempatkedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha badantersebut.

    Angka 14Pasal 13

    Ayat (1)Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajakdan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak, PengusahaKena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajakdan/atau menyerahkan Jasa Kena Pajak itu wajibmemungut Pajak Pertambahan Nilai yang terutangdan memberikan Faktur Pajak sebagai buktipungutan pajak. Faktur Pajak tidak perlu dibuatsecara khusus atau berbeda dengan fakturpenjualan. Faktur Pajak dapat berupa fakturpenjualan atau dokumen tertentu yang ditetapkansebagai Faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.

    Berdasarkan ...

  • 8/14/2019 UU 2009 42 PPN - PPNBM

    64/73

    - 39 -Berdasarkan ketentuan ini, atas setiap penyerahanBarang Kena Pajak berupa aktiva yang menuruttujuan semula tidak untuk diperjualbelikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 16D wajibditerbitkan Faktur Pajak.

    Ayat (1a)

    Pada prinsipnya Faktur Pajak harus dibuat pada saatpenyerahan atau pada saat penerimaan pembayarandalam hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan.Dalam hal tertentu dimungkinkan saat pembuatanFaktur Pajak tidak sama dengan saat-saat tersebut,misalnya dalam hal terjadi penyerahan Barang KenaPajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepadabendahara pemerintah. Oleh karena itu, MenteriKeuangan berwenang untuk mengatur saat lainsebagai saat pembuatan Faktur Pajak.

    Ayat (2)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), untuk meringankan bebanadministrasi, kepada Pengusaha Kena Pajakdiperkenankan untuk membuat 1 (satu) Faktur Pajak

    yang meliputi semua penyerahan Barang Kena Pajakatau penyerahan Jasa Kena Pajak yang terjadi selama1 (satu) bulan kalender kepada pembeli yang samaatau penerima Jasa Kena Pajak yang sama, yangdisebut Faktur Pajak gabungan.

    Ayat (2a)Untuk meringankan beban administrasi, PengusahaKena Pajak diperkenankan membuat Faktur Pajakgabungan paling lama pada akhir bulan penyerahanBarang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa KenaPajak meskipun di dalam bulan penyerahan telahterj