utsmetpenkual melly t. ciakra 502012003

6
UJIAN TENGAH SEMESTER METODE PENELITIAN KUALITATIF Nama : Melly T. Ciakra NIM : 502012003 Tidak ada manusia yang sanggup hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, karena manusia adalah mahkluk sosial. Mereka diciptakan Tuhan untuk dapat hidup dan bertumbuh bersama-sama di lingkungannya. Hal tersebut menyebabkan manusia tentunya akan memiliki teman, atau bahkan mungkin sahabat. Namun tentunya makna persahabatan bagi setiap orang akan berbeda-beda, tergantung di lingkungan seperti apa ia tinggal atau punya masa lalu seperti apa orang tersebut semasa hidupnya. Berikut merupakan hasil wawancara saya terhadap lima orang dari 41 orang mahasiswa Psikologi angkatan 2012 yang berhubungan dengan “PERSAHABATAN”. Dalam wawancara saya pada beberapa narasumber mengenai makna persahabatan, muncul jawaban yang berbeda-beda. Seperti menurut narasumber pertama saya, ia mengungkapkan bahwa persahabatan merupakan cakupan yang lebih luas daripada teman, yang bisa diajak berbagi, bisa mengerti dan tahu segala hal tentang kita. Makna persahabatan yang dikatakan oleh narasumber pertama saya tidak jauh berbeda dengan makna persahabatan menurut narasumber kedua saya. Narasumber kedua saya memaknai persahabatan sebagai hubungan yang lebih intim daripada teman an dijalaninnya lebih berkualitas. Namun makna persahabatan menurut narasumber saya yang ketiga, keempat, dan kelima berbeda-beda. Menuru narasumber

Upload: andri-t-ciakra

Post on 02-Sep-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

gfsdgs

TRANSCRIPT

UJIAN TENGAH SEMESTER

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Nama : Melly T. CiakraNIM : 502012003

Tidak ada manusia yang sanggup hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, karena manusia adalah mahkluk sosial. Mereka diciptakan Tuhan untuk dapat hidup dan bertumbuh bersama-sama di lingkungannya. Hal tersebut menyebabkan manusia tentunya akan memiliki teman, atau bahkan mungkin sahabat. Namun tentunya makna persahabatan bagi setiap orang akan berbeda-beda, tergantung di lingkungan seperti apa ia tinggal atau punya masa lalu seperti apa orang tersebut semasa hidupnya. Berikut merupakan hasil wawancara saya terhadap lima orang dari 41 orang mahasiswa Psikologi angkatan 2012 yang berhubungan dengan PERSAHABATAN.

Dalam wawancara saya pada beberapa narasumber mengenai makna persahabatan, muncul jawaban yang berbeda-beda. Seperti menurut narasumber pertama saya, ia mengungkapkan bahwa persahabatan merupakan cakupan yang lebih luas daripada teman, yang bisa diajak berbagi, bisa mengerti dan tahu segala hal tentang kita. Makna persahabatan yang dikatakan oleh narasumber pertama saya tidak jauh berbeda dengan makna persahabatan menurut narasumber kedua saya. Narasumber kedua saya memaknai persahabatan sebagai hubungan yang lebih intim daripada teman an dijalaninnya lebih berkualitas.Namun makna persahabatan menurut narasumber saya yang ketiga, keempat, dan kelima berbeda-beda. Menuru narasumber keempat saya makna dari sebuah persahabatan itu bagaikan seorang penyelam yang berani menyelam sampai ke palung luatan, dan tahu apa yang ada dalam palung laut tersebut. Maksud dari peribahasa yang di ucapkannya adalah sahabat itu bisa menyelam ke kehidupan yang paling dalam, dan tahu apa yang ada dibalik kedalaman itu, dan sahabat itu gak bisa berbohong. Lalu, makna persahabatan menurut narasumber keempat saya adalah hubungan yang mendalam yang melebihi teman dekat, dan ada timbal balik saling merasa sahabat. Sedangkan makna persaahabatan menurut narasumber kelima saya adalah orang atau individu yang bisa berbagi kesedihan maupun kesenangan dan melakukan hal-hal bodoh bersama yang dibangun dalam waktu yang tidak singkat.

Setelah saya mengetahui makna persahabatan menurut narasumber-narasumber yang saya temui, kemudian saya menanyakan mengenai hal apa yang menjadi dasar dari sebuah hubungan persahabatan yang mereka miliki. Dari lima narasumber yang sama dan saya temui tersebut, saya mendapat lima jawaban berbeda. Narasumber pertama saya menjawab trust, karena menurutnya saat menjalin hubungan persahabatan, tahap pertama yang dilalui adalah pertemanan, saat sudah merasa nyaman akan ada rasa percaya. Narasumber kedua menjawab adanya persamaan dan merasa nyambung saat mengobrol. Narasumber ketiga menjawab mencintai sahabat sendiri, penuh dengan kasih, kecocokan, gak perhitungan dan gak merasa dirugikan. Narasumber keempat menjawab komunikasi yang secara langsung, tidak hanya intensif by phone. Sedangkan narasumber kelima menjawab dasar dari sebuah hubungan persahabatan yang ia miliki adalah rasa nyaman.

Tidak berhenti pada pertanyaan hal yang mendasari persahabatan. Saya juga menanyakan kepada kelima narasumber saya mengeai hal-hal apa yang dilakukan untuk memulai sebuah persahabatan. Berdasarkan jawaban-jawaban yang ada, ada beberapa persamaan pernyataan mengenai awal memulai sebuah persahabatan tersebut, seperti pada narasumber pertama, kedua, keempat, dan kelima yang menjawab bahwa dimulai dari sebuah pertemanan, yang kemudiann jika merasa nyaman maka akan berlanjut menjadi sebuah persahabatan. Namun jawaban dari narasumber saya yang ketiga berbeda dari yang lainnya. Ia menjawab bahwa awal mula dari sebuah persahabatan yang ia milki adalah karena adanya kehedak Allah, yang telah mengatur pertemuannya dengan sahabatnya dan lalu mereka pergi bareng.

Pertanyaan selanjutnya adalah orang seperti apa yang dipertimbangkan untuk menjadi seorang sahabat. Pada pertanyaan ini saya mendapat jawaban-jawaban yang berbeda dari masing-masing narasumber. Narasumber pertama menjawab tidak ada kriteria khusus, karena saat ketika sudah nyaman dan percaya dengan orang tersebut kita akan menerima dia.Lalu narasumber kedua menjawab saling mengerti, berpengaruh positif, dapat mengembangkan diri bersama, asik dan nyambung. Jawaban dari narasumber saya yang ketiga dari pertanyaan ini adalah selalu ada di saat senang maupun duka, dan saat membutuhkan. Kemudian jawaban menurut narasumber saya untuk pertanyaan ini adalah membuat merasa nyaman dan dia tidak annoying, walaupun bertindak memalukan punya batas waktu dan tempat. Jawaban menurut narasumber saya yang kelima salah satu pertimbangannya adalah kepercayaan. Percaya rahasianya bakal di-keep, tidak akan meninggalkan sahabatnya, dan bisa mengerti lebih dari teman yang lainnya.Selanjutnya adalah pertanyaan mengenai apa saja hal-hal yang akan dilakukan dalam hubungan persahabatan para narasumber saya. Dari pertanyaan ini tentunya akan muncul jawaban-jawaban yang berbeda, karena setiap individu memiliki hal-hal berbeda yang ingin dilakukan. Jawaban narasumber pertama saya untuk pertanyaan ini adalah melakukan hal-hal bodoh bersama dan saling sharing. Jawaban narasumber kedua saya adalah adanya quality time dengan cara berbincang mengenai berbagai macam cerita senang maupun masalah yang dihadapi. Lalu jawaban dari narasumber ketiga saya adalah melakukan hobi bersama, tidur bersama, keluar kota bersama, merencanakan masa depan, curhat hal-hal mendalam, konsultasi dengan keluarga masing-masing untuk membuat usaha bersama, membangun rumah tangga bersama. Kemudian jawaban dari narasumber keempat saya adalah membuat bisnis bersama, jalan-jalan ke luar negeri bersama sahabat-sahabat, tetap keep contact sampai kedepannya walau letak geografis jauh, kalau bisa rumahnya berdekatan. Sedangkan jawaban dari narasumber saya yang terakhir adalah makan bersama, jalan bersama, nonton bioskop, dan saling bercerita.Pertanyaan saya berikutnya adalah hal-hal pribadi apa yang biasanya diceritakan pada sahabat. Dalam pertanyaan ini, saya mendapatkan jawaban yang berbeda-beda. Pada narasumber pertama ia akan menceritakan semuanya, namun ada batasan yang ia berikan dalam bercerita tersebut. Lalu pada narasumber kedua sama dengan narasumber kelima, ia akan menceritakan seputar masalah kuliah, namun kurang menceritakan mengenai masalah keluarga. Pada narasumber ketiga, ia akan menceritakan sejauh mana ia mengenal dirinya, hampir sejauh itu sahabatnya mengenal dirinya. Dan narasumber keempat karena ia merupakan orang yang males cerita, maka sahabat-sahabatnya mengenal dia dari apa yang mereka lihat, jalanin, dan apa yang terkadang ia ceritakan.

Pertanyaan terakhir yang saya tanyakan kepada lima narasumber saya adalah hal-hal apa yang dapat membuat persahabatan anda berakhir, bagaimana cara memaknai persahabatan yang berakhir, dan perasaannya seperti apa yang muncul. Menurut narasumber pertama saya, ketika sudah tidak ada rasa saling percaya, saat itu persahabatan akan berakhir. Kalau cara memaknainya lebih ke perasaan, kalau kehilangan sahabat bukan berarti kehilangan teman. Perasaan yang dirasakan tentunya sedih, kecewa pada diri sendiri dan dianya, merasa kehilangan. Lalu jawaban narasumber saya yang kedua dari hal yang dapat membua sebuah persahabatan berakhir adalah karena sibuk dan jarang ketemu. Cara memaknainya adalah merasa kehilangan. Perasaan yang dirasakan yang pasti sedih, tapi biarkan saja karena tidak musuhan. Pendapat dari narasumber ketiga saya mengenai penyebab persahabatan berakhir adalah karena tidak benar-benar ada rasa empati dan keegoisan. Lalu cara memaknai persahabatan yang telah berakhir tersebut berbeda dengan yang dianggap benar-benar sahabat. Perasaan yang muncul adalah biasa saja, tidak ada perasaan marah atau apapun, karena dia bukan sahabat, jadi biarkan saja. Kemudian menurut narasumber saya yang keempat, penyebab berakhirnya persahabatan adalah karena semakin ada jarak, dia mencari saat butuh saja dan suatu kejadian yang tidak dapat saya ceritakan. Kalau cara memaknainya menjadi sahabat itu tidak selamanya dia menganggap saya sahabat, dan saya mengaanggap dia sahabat. Perasaan yang dirasakan narasumber keempat saya saat itu adalah perasaan marah, kecewa, dan sedih. Sedangkan jawaban dari narasumber kelima saya, dia belum pernah mengalami berakhirnya persahabatan. Makna dari berakhir persahabatan bagi dirinya adalah no meaning, karena ia juga belum pernah mengalami dan kalau persahabatan berakhir, berarti dia bukan sahabat. Perasaan yang dirasakan tidak bisa dibayangkan oleh narasumber kelima saya, karena tidak pernah mengalaminya.