utilization of cnc on craft products at wood plantation waste

13
Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019 Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814 1 PEMANFAATAN CNC UNTUK PRODUK KERAJINAN PADA LIMBAH KAYU PERKEBUNAN Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste Agung Eko Sucahyono, Hadi Sumarto Balai Besar Kerajinan dan Batik Korenspondesi Penulis Email : [email protected] Kata kunci: CNC, Limbah kayu perkebunan, Produk kerajinan Keywords: CNC, Wood Plantation waste, Craft Products ABSTRAK Kayu perkebunan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kayu yang berasal dari hutan alam. Kayu perkebunan seringkali mempunyai kelemahan pada sifat fisik dan mekanisnya. Kayu karet misalnya, biasanya mudah melengkung dan sangat keras sehingga sulit untuk dibentuk dan diukir menjadi produk kerajinan. Di lain sisi kayu kelapa sawit justru mempunyai sifat yang getas dan rapuh sehingga sulit untuk diproses menjadi produk kerajinan. Pada penelitian kali ini, akan dibuat produk kerajinan dengan memanfaatkan CNC hasil rekayasa Balai Besar Kerajinan dan Batik. Produk yang dibuat diantaranya Kursi, meja, kaligrafi dan hiasan dinding. CNC dipergunakan untuk membuat bentuk ukiran pada benda kerja sehingga akan menaikkan nilai ekonomisnya. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kayu karet dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kursi, meja dan hiasan dinding seperti kaligrafi maupun papan nama; sedangkan kayu kelapa sawit dapat digunakan menjadi hiasan dinding. Untuk kayu karet didapatkan hasil optimal menggunakan CNC pada putaran 19.000 RPM dan kecepatan makan 5 mm/s; sedangkan pada kayu kelapa sawit hasil optimal diperoleh pada 22.000 RPM dengan 10 mm/s. ABSTRACT Plantation wood has different characteristics from natural wood forests. Plantation wood often has weaknesses in its physical and mechanical properties. Rubber wood, for example, is usually easily curved and very hard, making it difficult to shape and carve into handicraft products. On the other hand, palm oil wood usually brittle, making it difficult to process into handicraft products. In this research, craft products will be made by utilizing CNC from Balai Besar Kerajinan dan Batik. Products made include chairs, tables, calligraphy and wall hangings. The using of CNC is to make a carving on wood so the price will increase. From the results of the study it was concluded that rubber wood can be used as raw material for chairs, tables and wall hangings such as calligraphy and signage; while oil palm wood can be used as a wall decoration. For rubber wood the optimum results are obtained using CNC at a rotation of 19,000 RPM and a feeding speed of 5 mm/s; whereas for optimal oil palm wood obtained at 22,000 RPM with 10 mm/s.

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

1

PEMANFAATAN CNC UNTUK PRODUK KERAJINAN PADA LIMBAH KAYU

PERKEBUNAN

Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Agung Eko Sucahyono, Hadi Sumarto

Balai Besar Kerajinan dan Batik

Korenspondesi Penulis

Email : [email protected]

Kata kunci: CNC, Limbah kayu perkebunan, Produk kerajinan

Keywords: CNC, Wood Plantation waste, Craft Products

ABSTRAK

Kayu perkebunan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan kayu yang berasal dari hutan alam.

Kayu perkebunan seringkali mempunyai kelemahan pada sifat fisik dan mekanisnya. Kayu karet

misalnya, biasanya mudah melengkung dan sangat keras sehingga sulit untuk dibentuk dan diukir

menjadi produk kerajinan. Di lain sisi kayu kelapa sawit justru mempunyai sifat yang getas dan rapuh

sehingga sulit untuk diproses menjadi produk kerajinan. Pada penelitian kali ini, akan dibuat produk

kerajinan dengan memanfaatkan CNC hasil rekayasa Balai Besar Kerajinan dan Batik. Produk yang

dibuat diantaranya Kursi, meja, kaligrafi dan hiasan dinding. CNC dipergunakan untuk membuat

bentuk ukiran pada benda kerja sehingga akan menaikkan nilai ekonomisnya. Dari hasil penelitian

diperoleh kesimpulan bahwa kayu karet dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kursi, meja dan

hiasan dinding seperti kaligrafi maupun papan nama; sedangkan kayu kelapa sawit dapat digunakan

menjadi hiasan dinding. Untuk kayu karet didapatkan hasil optimal menggunakan CNC pada putaran

19.000 RPM dan kecepatan makan 5 mm/s; sedangkan pada kayu kelapa sawit hasil optimal diperoleh

pada 22.000 RPM dengan 10 mm/s.

ABSTRACT

Plantation wood has different characteristics from natural wood forests. Plantation wood often has

weaknesses in its physical and mechanical properties. Rubber wood, for example, is usually easily

curved and very hard, making it difficult to shape and carve into handicraft products. On the other

hand, palm oil wood usually brittle, making it difficult to process into handicraft products. In this

research, craft products will be made by utilizing CNC from Balai Besar Kerajinan dan Batik. Products

made include chairs, tables, calligraphy and wall hangings. The using of CNC is to make a carving on

wood so the price will increase. From the results of the study it was concluded that rubber wood can

be used as raw material for chairs, tables and wall hangings such as calligraphy and signage; while oil

palm wood can be used as a wall decoration. For rubber wood the optimum results are obtained using

CNC at a rotation of 19,000 RPM and a feeding speed of 5 mm/s; whereas for optimal oil palm wood

obtained at 22,000 RPM with 10 mm/s.

Page 2: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

2

PENDAHULUAN

Sampai saat ini kebutuhan kayu sebagian besar masih dipenuhi dari hutan alam.

Persediaan kayu dari hutan alam setiap tahun semakin berkurang, baik dari segi mutu

maupun volumenya. Hal ini disebabkan kecepatan pemanenan yang tidak seimbang dengan

kecepatan penanaman, sehingga tekanan terhadap hutan alam makin besar. Di sisi lain

kebutuhan kayu untuk bahan baku industri semakin meningkat, hal ini berarti pasokan bahan

baku pada industri perkayuan semakin sulit, kalau hanya mengandalkan kayu yang berasal

dari hutan alam, terutama setelah kayu ramin, meranti putih, dan agathis dilarang untuk

diekspor dalam bentuk kayu gergajian. Kondisi ini perlu ditanggulangi sedini mungkin agar

tidak terjadi kesenjangan antara potensi pasokan kayu hutan dengan besarnya kebutuhan

kayu. Usaha untuk memenuhi permintaan kayu tersebut dapat dipenuhi melalui

pengusahaan hutan produksi, seperti pembangunan hutan tanaman industri, walaupun

hasilnya belum memuaskan. Oleh karena itu perlu dicari jenis kayu substitusi yang dapat

memenuhi persyaratan untuk berbagai keperluan. Kayu perkebunan mempunyai durasi

peremajaan tertentu sehingga ketersediaanya dapat kontinyu. Diantara kayu perkebunan

yang banyak terdapat di Indonesia adalah kayu karet dan kayu kelapa sawit.

a) Kayu Karet

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal

dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia.

Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat

seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga

menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman

Castillaelastica (Family Moraceae). Secara umum tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis

yang mencakup luasan antara 15o LU- 10o LS. Tanaman karet tumbuh baik pada daerah

dengan curah hujan per tahun diatas 2.000 mm optimal antara 2.500 – 4000 mm, temperatur

26 – 28oC dan sangat cocok ditempat yang mempunyai ketinggian tidak lebih dari 700 mdpl.

Pada akhir abad ke 19 tanaman ini telah terintroduksikan ke wilayah Asia Tenggara dan

Afrika Barat, dapat tumbuh dengan baik sebagai karet alam. Kedua kawasan tersebut

ternyata saat ini merupakan daerah penyebaran yang sangat penting. Di Indonesia kayu

karet banyak ditemukan pada perkebunan besar dan perkebunan rakyat di Sumatera, Jawa

dan Kalimantan untuk diambil getahnya (Haryanto & Suheryanto, 2009). Ditinjau dari sifat

fisis dan mekanis, kayu karet tergolong kayu kelas kuat II yang berarti setara dengan kayu

hutan alam seperti kayu ramin, perupuk, akasia, mahoni, pinus, meranti, durian, ketapang,

keruing, sungkai, gerunggang, dan nyatoh, Sedangkan untuk kelas awetnya, kayu karet

tergolong kelas awet V atau setara dengan kayu ramin (Seng, 1951); (Boerhendhy, Nancy, &

Gunawan, 2003), namun tingkat kerentanan kayu karet terhadap serangga penggerek dan

jamur biru (blue stain) lebih besar dibandingkan dengan kayu ramin. Oleh karena itu untuk

pemanfaatannya diperlukan pengawetan yang lebih intensif dari kayu ramin, terutama

Page 3: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

3

setelah digergaji (Budiman, 1987), (Boerhendhy et al., 2003). Pengawetan kayu ramin setelah

digergaji biasanya cukup dengan cara pencelupan, sedangkan pada kayu karet selain

pencelupan juga harus dilakukan dengan cara vakum dan tekan (Sutigno & Mas’ud, 1989)

(Boerhendhy et al., 2003).

Dalam pengelolaan kayu karet di lapangan terdapat berbagai kendala di antaranya

masih banyak kebun karet terutama karet rakyat yang tidak mempunyai akses jalan,

rendemen kayu karet yang rendah, suplai kayu karet umumnya hanya tersedia pada musim-

musim tertentu saja, dan lokasi pabrik pengolahan jauh dari lokasi kebun sehingga nilai guna

dan nilai ekonomis kayu karet masih rendah (Boerhendhy et al., 2003).

b) Kayu Kelapa Sawit

Komponen utama yang terkandung pada batang kelapa sawit adalah selulosa, lignin, air,

pati dan abu. Kadar air dan pati yang tinggi menyebabkan kestabilan dimensi kayu, sifat fisik,

sifat mekanik rendah sehingga mudah patah, retak dan berjamur (Bakar, 2003). Jamal Balfas,

peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil

Hutan (Pustekolah) Balitbang Kementerian Kehutanan, mencoba memberi solusi dengan

mengolah batang sawit menjadi kayu solid dan kayu lapis. Seperti umumnya tanaman ”tak

berkayu”, batang sawit memiliki struktur lunak. Hampir mirip batang sagu atau kelapa,

bagian tengah (parenkim) tersusun atas tepung pati berkadar hingga 40 persen. Batang kayu

sawit memiliki karakteristik fisis, mekanis, dan keawetan kurang baik dibandingkan kayu

biasa. Salah satu masalah adalah sifat higroskopis berlebihan, dapat mencapai kadar air 500

persen, meskipun telah dikeringkan, batang sawit dapat kembali menyerap uap air dari

udara hingga berkadar air lebih dari 20 persen. Berdasarkan klasifikasi kelas awet, kayu

kelapa sawit termasuk kelas awet V. Ini berarti bahwa kayu kelapa sawit sangat rentan

terhadap serangan faktor-faktor perusak kayu terutama dari faktor biologis. Menurut (Bakar,

Rachman, Darmawan, & Hidayat, 1999), batang kayu kelapa sawit dapat membusuk akibat

serangan jenis cendawan Ganoderma seperti G. applanatum, G. cochlear, G. laccatum, dan G.

tropicum (Tomlinson, 1961). Bagian batang kelapa sawit di atas ketinggian 3 meter dapat

lapuk secara alami dalam jangka waktu satu tahun setelah penebangan. Beberapa hama

yang sering menyerang pohon kelapa sawit antara lain kumbang (Oryctes rhinoceros L.),

rayap (Coptotermes curvignatus Holmg.), cacing (Mahasena corbetti Tams), belalang

(Valanga nigricornis Brunn.) dan sebagainya (Purseglove, 1972).

Ada beberapa teknik untuk meningkatkan kekerasan kayu kelapa sawit, salah satunya

yaitu dengan pengempaan. Pemadatan kayu merupakan upaya memipihkan kayu dengan

cara mengempa kayu menggunakan mesin kempa pada suhu, tekanan dan waktu tertentu.

Pemadatan kayu solid ditujukan untuk: meningkatkan sifat-sifat kayu baik sifat fisis maupun

mekanisnya, kerapatan, kekerasan sisi, kekuatan geser dan memperbaiki stabilitas dimensi

kayu. Produk yang dihasilkan dikenal dengan densified wood. Pada pembuatan produk

komposit kegiatan pengempaan lebih ditujukan untuk membantu meningkatkan ikatan rekat

Page 4: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

4

antar kayu dengan perekatnya (Kollman, Kuenzi, & Stamm, 1975). Menurut Kollman et al.

(1975), kayu dapat dipadatkan dengan dua cara, yaitu dengan impregnasi (densifying by

impregnation) dan pengempaan (densifying by compression). Melalui impregnasi, rongga

kayu diisi dengan berbagai zat yang menyebabkan kayu menjadi lebih padat. Zat-zat

tersebut dapat berupa polimer resin phenol formaldehyde, larutan vinil, resin alam cair, lilin,

sulfur dan logam ringan. Sedangkan dengan pengempaan dapat memodifikasi sifat-sifat

kayu dibawah kondisi plastis tanpa merusak struktur sel kayu. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemadatan kayu tersebut mampu meningkatan sifat fisis dan sifat

mekanis secara signifikan pada kayu Sugi (Inoue & Norimoto, 1991); (Dwiiyanto, Inoue, &

Norimoto, 1997)); Agathis (Surjokusumo, Nugroho, & Sulistyono, 2003); kayu Japanese cedar

(Ishimaru, Hata, Bronsveld, & Imamura, 2007). Sedangkan pada kayu kelapa dengan tingkat

pemadatan 10-30 % mampu meningkatkan kerapatan sebesar 4,43-27,21 % (Wardhani,

Surjokusumo, Hadi, & Nugroho, 2006). Namun proses pengempaan itu sendiri

membutuhkan biaya yang tidak murah sehingga sulit dilakukan oleh industri kecil perkayuan.

c) CNC (Computer Numerical Control)

CNC router (Atau Computer Numerical Control router) adalah mesin pemotong yang

dikendalikan komputer yang prinsip kerjanya hampir sama dengan router tangan yang

digunakan untuk memotong berbagai bahan keras, seperti kayu, komposit, aluminium, baja,

plastik, dan busa. CNC singkatan kontrol numerik komputer. CNC router dapat melakukan

tugas-tugas dari banyak mesin pertukangan seperti gergaji panel (panel saw), moulder

spindle, mesin bor dan mesin router.

Sebuah router CNC biasanya menghasilkan kerja yang konsisten dan berkualitas tinggi

dan meningkatkan produktivitas pabrik. Tidak seperti router jig, router CNC dapat

menghasilkan produksi identik yang berulang. Otomatisasi dan kepresisian adalah manfaat

utama yang didapat dari tabel router cnc. Sebuah router CNC dapat mengurangi limbah,

frekuensi kesalahan, dan waktu produk barang jadi untuk sampai ke pasar.

Mesin CNC (Computer Numerically Controlled) merupakan mesin yang dikontrol oleh

komputer dengan menggunakan bahasa numerik (data perintah dengan kode angka, huruf

dan simbol) sesuai standar ISO. Sistem kerja teknologi CNC lebih sinkron antara komputer

dan mekanik bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang sejenisnya, maka mesin

perkakas CNC lebih teliti, lebih tepat, lebih fleksibel dan cocok untuk produksi massal (Firsa,

Tadjuddin, Syahriza, & Husaini, 2014) (Prabowo, 2016).

Mesin CNC ini memiliki 3 axis utama yaitu X, Y dan Z. Sehingga pergerakan dari spindle

akan dibatasi oleh ketiga axis tersebut. Nantinya spindle ini akan digerakkan oleh 3 motor

stepper yang menggunakan rantai sebagai sarana transmisi ke arah X dan Y. sedangkan

pada arah Z akan menggunakan ulir penggerak sebagai sarana transfer transmisinya

(Saputra, Muqorobin, Santoso, & Purwanto, 2012) (Sudarno, Martono, & Mauladin, 2016).

Page 5: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

5

Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah memanfaatkan limbah kayu perkebunan untuk produk interior

dengan penambahan ukiran melalui mesin CNC untuk menaikkan nilai ekonomis produk.

Tujuan penelitian ini adalah terciptanya produk ukiran yang ekonomis dari kayu karet dan

kayu kelapa sawit dengan memanfaatkan mesin CNC.

METODOLOGI PENELITIAN

a) Bahan dan Alat

Bahan baku berupa kayu kelapa sawit dan kayu karet diambil dari daerah piyungan,

Bantul, DIY. Sedangkan bahan pendukung berupa bahan pengawet menggunakan

permithrine, bahan finishing menggunakana produk biocolours, lem kayu menggunakan

presto. Sedangkan peralatan yang dipergunakan adalah klemp kayu, pisau tatah, hand

grinder, hand polish, dan, hand boor, CNC dan alat-alat pertukangan.

b) Prosedur Kerja

Gambar 1. Prosedur Kerja

MULAI

PERUMUSAN MASALAH

STUDI PUSTAKA DAN SURVEY LOKASI

PENGADAAN ALAT, BAHAN BAKU DAN PEMBANTU

PEMBAHANAN AWAL

PENGERINGAN/PENGOVENAN

PENGAWETAN

PEMBENTUKAN

PEMBUATAN UKIRAN DENGAN CNC

PERAKITAN

FINISHING

Page 6: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

6

Pengadaan bahan baku utama yaitu kayu karet dan kayu kelapa sawit menjadi poin

penting dalam penelitian ini, mengingat kedua jenis kayu tersebut tidak banyak terdapat di

yogyakarta. Namun setelah survei 3 bulan maka dapat diperoleh keberadaan tanaman

tersebut di daerah Piyungan pada areal milik Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP)

Magelang. Hal ini cukup penting agar kayu yang diperoleh masih segar dan prosesnya dapat

diikuti mulai dari penebangan hingga finishing. Pembahanan awal yaitu proses pembelahan

dari kayu gelondongan menjadi papan dan balok kayu, dilakukan di salah satu sawmill yang

ada di daerah Berbah. Proses kerja selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan interior dari Kayu Perkebunan

Proses pengolahan kayu karet dan kayu kelapa sawit diawali dari penebangan hingga

pembuatan produk telah dilakukan. Adapun tahapan prosesnya adalah sebagai berikut:

a) Pembelahan/Pembahanan awal

Kayu Karet yang sudah ditebang akan dibelah menjadi potongan-potongan papan dan

balok yang berukuran relatif besar dan tebal. Diantaranya 6 x 10 x 200 cm, 5 x 5 x 200 cm, 12

x 10 x 200 cm. Tujuannya agar ketika terjadi penyusutan maka kayu tidak melengkung terlalu

signifikan. Hal ini juga berlaku untuk kayu kelapa sawit. Namun ternyata kayu kelapa sawit

tidak dapat menjadi balok karena bentuknya menjadi tidak beraturan atau tidak lurus.

Selanjutnya yang diproses pada penelitian kali ini hanya kayu kelapa sawit yang berbentuk

papan.

b) Pengawetan

Kayu karet yang sudah dalam bentuk potongan besar, akan diawetkan. Pengawetan

dilakukan pada kondisi dingin. Bahan pengawet yang digunakan adalah permethrine.

Pengawetan dilakukan dalam rendaman dingin selama 1-3 minggu. Untuk kayu kelapa sawit

tidak kita awetkan karena tidak menampakkan gejala berjamur. Namun kayu kelapa sawit

tersebut tetap kita tempatkan pada tempat yang kering dan cukup cahaya dalam posisi

berdiri.

c) Pengeringan

Setelah diawetkan, kayu karet dikeringkan dengan cara diberdirikan di dalam ruangan

pada suhu ruangan. Kayu tidak terkena sinar matahari secara langsung. Namun cahaya

matahari dapat masuk bebas pada ruangan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko kayu

melengkung atau retak.

d) Pengovenan

Kayu kemudian dioven pada suhu 700C selama 1 minggu hingga diperoleh kadar

kekeringan yang diinginkan yaitu antara 12-14 ppm.

e) Penstabilan

Selepas dari oven, kayu dibiarkan kembali dalam ruangan sehingga kayu menjadi stabil.

f) Pembahanan

Page 7: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

7

Setelah 1 minggu maka kayu dapat diproses sesuai ukuran bahan baku yang diinginkan

untuk produk interior.

g) Pembuatan Produk

Dalam pembuatan produk sebaiknya dilakukan pemilihan kualitas terlebih dahulu. Kayu

yang lurus dan tidak retak sebaiknya dipisahkan, agar lebih mudah ketika kita membutuhkan.

Mulailah dengan pembuatan komponen yang besar. Untuk komponen yang kecil bisa

diambil dari kayu yang kurang sempurna. Pada penelitian ini produk telah dibuat dengan

ukuran sebenarnya, berupa meja dan kursi.

Gambar 2. Meja TV dari kayu karet sebelum difinishing

Gambar 3. Kursi risban dari kayu karet sebelum difinishing

h) Penambahan Komponen Ukiran dengan CNC

Seperti yang telah diuraikan pada pendahuluan di atas, maka untuk menambah nilai jual

produk kerajinan kayu karet dan kayu kelapa sawit ini ditambahkan komponen ukiran yang

diukir menggunakan mesin CNC router. Mesin CNC router yang digunakan hasil rekayasa

Balai Besar Kerajinan dan Batik yang sudah disesuaikan fungsinya untuk membuat ukiran

pada media kayu. Sehingga mesin CNC ini tahan terhadap debu maupun getah. Juga

mempunyai dimensi kerja yang cukup besar yaitu 1300x1300 mm.

Page 8: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

8

Untuk kursi dan meja tidak semua bagian diukir atau diberi tulisan, melainkan hanya

bagian tertentu saja. Untuk kaligrafi dan hiasan dinding dari kayu kelapa sawit, semua

bagiannya dibuat dengan CNC.

Proses pembuatan ukiran menggunakan CNC terdiri dari 3 tahapan yaitu:

⚫ Pembuatan desain: Desain dapat dibuat secara manual berupa sketsa gambar untuk

selanjutnya discan dalam format JPEG, maupun menggunakan software desain dan

disimpan dalam format gambar.

⚫ Mengubah kedalam bentuk G Code: Gambar desain yang dibuat harus dibuat dalam

bentuk G Code agar dipahami oleh software pembaca gambar pada mesin CNC. Dalam

penelitian kali ini software pengubah (converter) ke dalam bentuk G Code menggunakan

V Carve Pro 6.

⚫ Memasukkan G Code ke dalam software MACH3: Software penggerak mesin CNC hasil

rekayasa di BBKB adalah MACH3. File desain gambar yang telah diubah ke dalam G

Code dimasukkan ke dalam MACH3. Kemudian dilakukan setting alat sebelum program

dijalankan. Ada 2 parameter utama yang harus ditentukan yaitu kecepatan putar spindle

dan kecepatan makan.

Gambar 4. CNC router di BBKB

i) Finishing

Bagian terakhir adalah finishing produk. Pada penelitian ini yang digunakan sebagai bahan

finishing adalah produk waterbase dari biocolour. Pemilihan produk waterbase ini untuk

sebagai salah satu syarat meminimalisasi pencemaran lingkungan. Mengingat produk

waterbase ini ramah lingkungan karena berbasis air sebagai media pengencernya. Adapun

gambar-gambar produk hasil finishing dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 9: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

9

Gambar 5. Kaligrafi dari kayu karet

Gambar 6. Kursi risban dari kayu karet setelah difinishing

Gambar 7. Hiasan dinding dari kayu kelapa sawit setelah difinishing

Page 10: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

10

Gambar 8. Meja TV dari kayu karet setelah difinishing

Pengawetan Kayu Karet

Tabel 1. Nilai retensi kayu karet dengan pengawetan kimia (KK) (Kg/m3)

Keterangan :

C1 : konsentrasi larutan pengawet permetrine sebesar 2%

C2 : konsentrasi larutan pengawet permetrine sebesar 4%

C3 : konsentrasi larutan pengawet permetrine sebesar 6%

t1 : waktu pengawetan selama 1 jam (kimia); 1 minggu (alami)

t2 : waktu pengawetan selama 2 jam (kimia); 2 mnggu (alami)

t3 : waktu pengawetan selama 3 jam (kimia); 3 minggu (alami)

n1, n2, n3 : pengulangan ke-1, ke-2 dan ke-3

KK n t1 t2 t3

n1 = 0.0021 0.0208 0.0155

n2 = 0.0025 0.0101 0.013

n3 = 0.0059 0.0084 0.0142

n1 = 0.006 0.0106 0.0152

n2 = 0.0085 0.0105 0.0129

n3 = 0.0051 0.0123 0.0124

n1 = 0.0036 0.0061 0.0122

n2 = 0.0041 0.0062 0.0089

n3 = 0.0028 0.01 0.0142

C1

C2

C3

Page 11: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

11

Parameter Permesinan CNC

Tabel 2. Data parameter mesin CNC

No Jenis kayu RPM CNC Feed Rate

1 Karet 19.000 5 mm/s

2 Kelapa Sawit 22.000 10 mm/s

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari data diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa mesin CNC dapat digunakan pada

produk kayu perkebunan untuk membuat ukiran maupun tulisan, baik untuk kayu keras

maupun kayu lunak.

Saran

Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya adalah menentukan optimalisasi dan pengaruh

dari kecepatan putar spindle dan kecepatan makan agar diperoleh hasil yang optimal dari

sisi kualitas ukiran maupun waktu pengerjaan.

KONTRIBUSI PENULIS

Kontributor utama: Agung Eko Sucahyono, ST, M.MT

Kontributor Anggota: Hadi Sumarto, S.Sn.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Bapak Ir. Isananto Winursito, M.Eng, Ph.D dan Ibu Ir. Titik Purwati

Widowati,MP selaku Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan sehingga penelitian ini bisa berhasil. Juga kepada semua

anggota tim proyek litbang prioritas 2018 atas kerjasamanya. Tak lupa juga kepada semua

rekan yang ada di balai Besar Kerajinan dan Batik atas semua dukungan dan bantuannya.

Juga kepada bapak Tegap dan bapak pimpinan dari STPP Magelang yang telah berkenan

memberikan bantuannya kepada kami.

DAFTAR PUSTAKA

Bakar, E. S. (2003). Kayu Sawit Sebagai Substitusi Kayu Dari Hutan Alam. Bogor: Forum

Komunikasi Teknologi Dan Industri Kayu. Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas

Kehutanan IPB.

Bakar, E. S., Rachman, O., Darmawan, W., & Hidayat, I. (1999). Pemanfaatan batang kelapa

sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai bahan bangunan dan furniture (II): Sifat mekanis

kayu kelapa sawit. Jurnal Teknologi Hasil Hutan, 12(1), 13–20.

Page 12: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

12

Boerhendhy, I., Nancy, C., & Gunawan, A. (2003). Prospek dan Potensi Pemanfaatan Kayu

Karet Sebagai Substitusi Kayu Alam. Ilmu Dan Teknologi Kayu Tropis, 1, 35–46.

Budiman. (1987). Perkembangan pemanfaatan kayu karet. Majalah Sasaran, 1(4), 5–9.

Dwiiyanto, W., Inoue, M., & Norimoto, M. (1997). Fixation of compresive deformation of

wood by heat treatment. Mokuzai Gakkaishi, 43(4).

Firsa, T., Tadjuddin, M., Syahriza, & Husaini, S. (2014). Perancangan Dan Pembuatan Prototipe

Mesin CNC 4 Axis Berbasis PC (Personal Computer). Seminar Nasional Hasil Riset Dan

Standardisasi Industri IV- Penguatan Kemampuan Inovasi Dan Penguasaaan Teknologi

Berbasis Sumber Daya Alam Dalam Rangka Mendukung Pengembangan Industri

Subtitusi Impor. Banda Aceh: Balai Riset dan Standardisasi Aceh.

Haryanto, T., & Suheryanto, D. (2009). Pemanfaatan Kayu Karet Untuk Furniture. Seminar,

Prosiding Penelitian, Nasional Yogyakarta, Universitas Negeri, 1–8. Yogyakarta: Fakultas

MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Inoue, M., & Norimoto, M. (1991). Heat treatment and steam treatment of wood. Wood Ind.,

49, 588–592.

Ishimaru, K., Hata, T., Bronsveld, P., & Imamura, Y. (2007). Microstructural study of carbonized

wood after cell wall sectioning. Journal of Materials Science, 42(8), 2662–2668.

https://doi.org/10.1007/s10853-006-1361-4

Kollman, F. P., Kuenzi, E. W., & Stamm, A. . (1975). Principle of Wood Science and Technology.

In Wood Based Materials (I, p. 703). New York Heidelberg, Berlin: Springer-Verlag.

Prabowo, G. (2016). Analisa pengaruh sumbu x Proses kalibrasi pada mesin cnc router 3 axis.

Tugas Akhir. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Purseglove, J. W. (John W. (1972). Tropical crops : monocotyledons. London: Longman.

Saputra, R. P., Muqorobin, A., Santoso, A., & Purwanto, T. P. (2012). Desain dan Implementasi

Sistem Kendali CNC Router Menggunakan PC untuk Flame Cutting Machine. Journal of

Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology, 2(1), 41.

https://doi.org/10.14203/j.mev.2011.v2.41-50

Seng, O. D. (1951). Perbandingan Berat dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian

Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek. Bogor.

Sudarno, Martono, & Mauladin, S. (2016). Rancang Bangun Mesin CNC Router Berbasis

Arduino. Politeknosains, 15(2), 51–55.

Surjokusumo, S., Nugroho, N., & Sulistyono, S. (2003). Teknik Rekayasa Pemadatan Kayu II :

Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Agatis (Agathis /orantifolia Salisb.) Terpadatkan dalam

Konstruksi Bangunan Kayu. Jurnal Keteknikan Pertanian, 17(1).

Sutigno, P., & Mas’ud, A. . (1989). Alternatif Pengolahan Kayu Hutan Tanaman Industri Karet.

Prosiding Lokakarya Nasional HTI Karet. Medan: Pusat Penelitian Perkebunan Sungei

Putih.

Tomlinson, P. B. (1961). Morphological and anatomical characteristics of the Marantaceae.

Page 13: Utilization of CNC on Craft Products at Wood Plantation Waste

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

13

Journal of the Linnean Society of London, Botany, 58(370), 55–78.

https://doi.org/10.1111/j.1095-8339.1961.tb01080.x

Wardhani, I. Y., Surjokusumo, S., Hadi, Y. S., & Nugroho, N. (2006). Penampilan Kayu Kelapa (

Cocos nucifera Linn ) Bagian Dalam yang Dimampatkan Performance of Densified Inner-

Part of Coconut Wood ( Cocos nucifera Linn ). Ilmu Dan Teknologi Kayu Tropis, 4(2), 50–

54.