the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

181
1 TESIS PEMANFAATAN BANGUNAN BERSEJARAH SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA DI KOTA MAKASSAR RAFIKA HAYATI NIM 1291061011 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

Upload: phungkiet

Post on 31-Dec-2016

243 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

1

TESIS

PEMANFAATAN BANGUNAN BERSEJARAH

SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA DI KOTA

MAKASSAR

RAFIKA HAYATI

NIM 1291061011

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 2: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

2

PEMANFAATAN BANGUNAN BERSEJARAH

SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA

DI KOTA MAKASSAR

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

RAFIKA HAYATI

NIM 1291061011

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Page 3: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

3

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

Lembar Pengesahan

Tesis ini Telah Disetujui

Pada Tanggal 3 Juli 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, SU Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt

Nip. 194409231976021002 Nip. 196112051986031004

Mengetahui

Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Direktur

Program Pascasarjana ProgramPascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt Prof. Dr. dr. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

Nip. 196112051986031004 Nip 195902151985102001

Page 4: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

4

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 3 Juli 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No: 1996/UN14.4/HK/2014 Tanggal: 30 Juni 2014

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, SU

Anggota :

1. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt

2. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS,

3. Dr. Ir. I Made Adhika, MSP

4. Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc

Page 5: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

5

K ATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT serta shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya

tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “Pemanfaatan Bangunan Bersejarah

sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota Makassar”. Pada Kesempatan ini

menghaturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD Rektor Universitas Udayana

atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di

Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk menjadi karyasiswa Program Magister pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt selaku Ketua Program Studi

Magister Kajian Pariwisata sekaligus pembimbing II atas kesabaran,

dorongan, arahan serta bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam

penyelesaian tesis ini.

4. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, SU selaku pembimbing I atas

dukungan, masukan serta arahan kepada penulis untuk penyempurnaan

tesis ini.

Page 6: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

6

5. Para dosen penguji Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS., Dr. I Nyoman

Madiun, M.Sc dan Dr. Ir. I Made Adhika, MSP yang telah memberikan

banyak masukan, saran dan koreksi untuk menyempurnakan tesis ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan staf administrasi pada Program Studi

Magister Kajian Pariwisata

7. Drs. Syarifuddin Rahim. M.Si selaku Sekretaris Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan atas waktu dan informasi yang

diberikan untuk penyelesaian tesis ini.

8. Drs. Nuryadin selaku Kepala UPTD Museum La Galigo atas bantuan

serta waktu yang diberikan sehingga mendapatkan informasi yang

dibutuhkan untuk penyelesaian tesis ini.

9. Dra Hj. Nurul Chamisany selaku Kepala UPTD Museum Kota Makassar

atas bantuan dan ijin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian di

Museum Kota Makassar.

10. Dr. Muslimin, M.Hum selaku Kapokja Dokumentasi dan Publikasi Balai

Pelestarian Cagar Budaya Kota Makassar atas waktu, saran dan

informasi yang telah diberikan untuk menyelesaikan tesis ini.

11. Arman Dewarti dan Sukma Sillanan selaku Seniman Pengelola Gedung

Kesenian Kota Makassar atas bantuan dan informasi yang telah

diberikan.

12. Yadi Mulyadi. S.S., MA selaku Anggota Ujung Pandang Heritage

Society atas bantuan, waktu dan Informasi yang diberikan selama

melakukan penelitian.

Page 7: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

7

13. Seluruh Staff UPTD Museum La Galigo, Museum Kota Makassar dan

Balai Pelestarian Cagar Budaya atas bantuannya selama melaksanakan

penelitian ini.

14. Kedua orang tua tercinta dan seluruh keluarga atas doa dan dukungan

yang telah diberikan selama ini. Hanya rasa syukur yang dapat

dipanjatkan dapat lahir dan besar dalam kasih sayang kalian

15. Sahabatku tersayang Maryam Yusuf, SE, Putri Nabilla, Wulandari

Lestari, Margareth Elisabeth, Restu Wijaya dan Emma Rejeki atas

bantuannya selama melaksanakan penelitian ini.

16. Seluruh rekan-rekan Program Studi Magister Kajian Pariwisata, serta

berbagai pihak yang telah membantu penelitian serta penyusunan tesis

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan

mohon maaf apabila masih ada kekurangan dalam penulisan dan penyusunan tesis

ini.

Denpasar, Juli 2014

Penulis

Page 8: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

8

ABSTRAK

PEMANFAATAN BANGUNAN BERSEJARAH

SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA DI KOTA MAKASSAR

Masa kolonial di Indonesia mewariskan sejumlah bangunan seperti sekolah, bank

dan perkantoran. Bangunan-bangunan yang kini menjadi warisan budaya itu

memiliki nuansa arsitektur Belanda dan menjadi daya tarik wisata. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah di Kota

Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan namun dalam penelitian ini hanya dipilih

tiga yang sudah dikembangkan sebagai daya tarik wisata warisan budaya, yaitu

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar. Alasan pemilihan

ketiga bangunan sebagai lokasi penelitian karena memiliki potensi fisik berupa

arsitektur bangunan yang dilengkapi dengan potensi non fisik yaitu nilai sejarah

dan budaya. Penelitian ini menggunakan teori manajemen daya tarik wisata, siklus

hidup destinasi wisata oleh Butler dan pemasaran pariwisata untuk mengetahui

tahap perkembangan masing-masing bangunan yang kemudian disusun strategi

yang efektif untuk meningkatkan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar.

Hasil penelitian menujukkan bahwa pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai daya

tarik wisata tergolong dalam tahap pengembangan. Fort Rotterdam telah beberapa

kali direnovasi, ditambah pembangunan Museum La Galigo di dalamnya sehingga

menambah daya tariknya dan telah dilakukan berbagai promosi oleh pemerintah

daerah. Museum Kota Makassar dan Gedung Kesenian berada pada tahap

eksplorasi, oleh karena kedua bangunan bersejarah ini memerlukan perbaikan

fisik bangunan, penataan ruang pamer dan fasilitas perawatan koleksi untuk

Museum Kota, kepastian pengelolaan gedung dan perawatan bagi Gedung

Kesenian. Berdasarkan hasil penelitian Fort Rotterdam, Museum Kota dan

Gedung Kesenian tidak hanya memiliki potensi secara fisik bangunan dan nilai

sejarah akan tetapi untuk menjadi daya tarik wisata yang menarik diperlukan

perbaikan dengan mempertahankan semaksimal mungkin identitas arsitekturnya,

menyediakan fasilitas penunjang yang diperlukan wisatawan serta meningkatkan

promosi oleh pemerintah daerah.

Kata Kunci: Pemanfaatan, Bangunan Bersejarah, Wisata Warisan budaya.

Page 9: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

9

ABSTRACT

THE HISTORICAL BUILDINGS UTILIZATION

AS HERITAGE TOURISM IN MAKASSAR CITY

Colonial period in Indonesia bequeathed a number of buildings such as schools,

bank and offices. The buildings have nuance of Dutch architecture, therefore

becoming cultural heritages and tourist attractions. The aim of this research is to

find out the historical buildings utilization in Makassar city, South Sulawesi

Province, however in this research selected three bulidings which developed as

heritage tourism, namely Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

Makassar. The three historical buildings were selected as research objects because

of the physical potency is building architecture which completed with non

physical potency is historical and cultural value. This research applied tourist

attraction management, tourism area life cycle by Butler and tourism marketing

theory to find out evolution life cycle of each buildings then arrange the effective

strategy to develop Fort Rotterdam, Museum Kota and Gedung Kesenian as

heritage tourism in Makassar city.

The results of the research indicate that the utilization of Fort Rotterdam as a

tourist attraction is classified into development phase. Fort Rotterdam has been

renovated several times by developing La Galigo Museum inside to increase the

attractiveness. Local government has also a lot of promotions. Museum Kota and

Gedung Kesenian Makassar are classified into exploration phase since the two

historical buildings need physical improvement, structuring showroom and

facilities to handle collections of Museum Kota and the assurance of building

management and maintenance of Gedung Kesenian. Based on the result of the

research Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar do not

only have physical potency of building and historical value but also to become

interesting tourist attraction which need improvement by maintaining architecture

identity as much as possible, providing supporting facilities needed by tourists

and increasing promotion by local government.

Key Word: utilization, historical buildings, heritage tourism.

Page 10: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

10

RINGKASAN

Sejarah panjang peninggalan masa kolonial di Indonesia berupa bangunan tua

yang terdapat hampir di seluruh kota di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka

bangunan-bangunan tersebut mulai digunakan untuk kantor pemerintahan

Republik Indonesia atau dihancurkan untuk pembangunan kota yang lebih

modern. Bangunan tua kemudian disebut sebagai bangunan bersejarah dan

beberapa bangunan ditetapkan sebagai benda cagar budaya karena memiliki kaitan

erat dengan sejarah perkembangan manusia dan di dalamnya terdapat nilai-nilai

budaya.

Bangunan-bangunan bersejarah atau benda cagar budaya saat ini diatur

melalui Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, mengatur

bahwa pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang dapat memanfaatkan cagar

budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan,

teknologi, kebudayaan dan pariwisata. Pemanfaatan bangunan bersejarah

merupakan bagian dari pengembangan pariwisata budaya yang merupakan salah

satu faktor penarik wisatawan mengangkat karateristik budaya daerah sebagai

daya tarik wisata. Keberadaan bangunan sejarah, situs atau monumen merupakan

potensi terhadap pengembangan heritage tourism atau disebut sebagai wisata

warisan budaya sebagai alternatif pengembangan pariwisata di perkotaan.

Kota-kota di Indonesia memiliki bangunan bersejarah baik yang merupakan

peninggalan masa kerajaan atau peninggalan masa kolonial. Salah satunya Kota

Makassar merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan merupakan kota tua

dengan cerita sejarah, budaya tradisional yang berpotensi sebagai sumber daya

Page 11: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

11

pariwisata. Beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri saat ini

yang kemudian difungsikan sebagai kantor pemerintah atau daya tarik wisata,

antara lain Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar.

Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata andalan di Kota Makassar telah

banyak dikunjungi oleh wisatawan dan menjadi tempat berkumpul bagi organisasi

masyarakat lokal dan himpunan pramuwisata Sulawesi Selatan. Museum Kota

yang dulunya adalah Kantor Walikota Makassar sebagai museum lebih banyak

dikunjungi oleh siswa sekolah sedangkan untuk wisatawan mancanegara masih

terbatas. Gedung Kesenian seperti namanya merupakan tempat pertunjukan seni

tradisional dan modern. Pada kenyataannya Gedung Kesenian memiliki kondisi

yang cukup memprihatinkan puing-puing bangunan yang bertumpuk sisa

perbaikan pada beberapa bagian bangunan yang belum diselesaikan. Dinyatakan

oleh Meutia Hatta dalam sebuah seminar di Makassar bahwa jika ingin Kota

Makassar menuju kota dunia, pemerintah daerah harus memelihara kultur budaya

dan memiliki prinsip. Prinsip tersebut pemerintah harus memperhatikan

kemiskinan, kesejahteraan rakyat dan menjaga nuansa-nuansa budaya salah

satunya ialah bangunan yang dianggap sangat bersejarah.

Dipandang perlu untuk melakukan kajian tentang pemanfaatan bangunan

bersejarah yaitu Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai

wisata warisan budaya yang dijabarkan melalui persepktif ruang, waktu dan sosial

budaya. Kemudian, ditentukan tingkat keberhasilan sesuai dengan teori siklus

hidup destinasi wisata dengan sebelumnya dijabarkan faktor penyebab

keberhasilannya yang terdiri dari faktor atraksi wisata, aksesibilitas, fasilitas

Page 12: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

12

penunjang pariwisata, ketersediaan paket wisata, kegiatan di daya tarik wisata,

pelayanan pendukung dan promosi wisata. Pada akhirnya dapat ditentukan strategi

yang sesuai untuk pengembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian sebagai wisata warisan budaya.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi

dalam mengumpulkan data. Pemilihan informan berdasarkan pertimbangan bahwa

informan memiliki pengetahuan tentang ketiga bangunan bersejarah dan banyak

terlibat dalam pelestarian serta pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata. Adapun

informan berasal dari pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kota

Makassar, Balai Pelestarian Cagar Budaya, akademisi pariwisata, pramuwisata,

organisasi pencinta benda cagar budaya. Hasil penelitian menujukkan bahwa

pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata telah dimulai dari masa

kolonial, salah satu gedung bekas tempat tinggal Cornelius Speelman difungsikan

sebagai museum yang diberi nama Museum Celebes. Museum tersebut memiliki

koleksi permainan rakyat, keramik, piring emas, destar tradisional dan beberapa

mata uang. Masa kekuasaan Jepang di Makassar Fort Rotterdam dimanfaatakan

sebagai Kantor Pusat Penelitian Ilmiah dalam Ilmu Pertanian dan Bahasa. Pada

masa itu dibangun sebuah gedung dengan arsitektur yang sama.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah mengeluarkan keputusan resmi

tahun 1974 menjadikan Fort Rotterdam sebagai Pusat Kebudayaan Sulawesi

Selatan. Sebelum keputusan tersebut dikeluarkan Fort Rotterdam dibenahi anatara

lain pembangunan jalan setapak yang menghubungkan antar gedung, pemugaran

beberapa gedung yang rusak, pembangunan arena terbuka yang berfungsi sebagai

Page 13: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

13

tempat latihan dan pertunjukan tari serta pembukaan kembali Museum Celebes

yang berganti nama menjadi Museum La Galigo. Pemanfaatan Fort Rotterdam

yang menjadi daya tarik wisata sampai saat ini, telah banyak dilaksanakan

langkah pelestarian antara lain revitalisasi tahun 2010-2011 pada seluruh

bangunan di dalam kompleks Fort Rotterdam.

Museum Kota Makassar pada awal pembangunannya oleh pemerintah

kolonial dimanfaatkan sebagai Kantor Walikota (Gementeehuis) Makassar,

sampai masa kekuasaan Belanda berakhir di Indonesia gedung ini tidak berubah

fungsinya. Pemanfataan Gementeehuis setelah Indonesia merdeka sebagai kantor

pemerintahan yaitu kantor BAPPEDA dan kantor catatan sipil kemudian tahun

2000 diresmikan menjadi Museum Kota Makassar. Museum Kota Makassar yang

masih dalam status museum persiapan menyebabkan pemanfatan museum kota

memiliki beberapa hambatan, antara lain: kerusakan pada atap yang menyebabkan

kebocoran di salah satu bagian ruangan. Kelembapan pada dinding yang

mengakibatkan timbulnya jamur, toilet bagi pengunjung yang tidak begitu

terawat. Pembangunan awal gedung memiliki konsep garden city yang membuat

areal depan Museum Kota di kelilingi oleh pohon besar sehingga halaman

Museum Kota Makassar akhirnya dimanfaatkan sebagai lahan parkir dan

terkadang mobil-mobil yang terparkir di depan museum menutupi pemandangan

ke dalam bangunan.

Museum Kota Makassar memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai daya

tarik wisata yang berkualitas. Bangunan bersejarah, koleksi benda cagar budaya

secara keseluruhan memerlukan pengelolaan yang baik. Gedung Kesenian

Page 14: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

14

Makassar awal pendiriannya bertujuan sebagai gedung yang dapat

mengakomodasi acara-acara resmi pemerintah kolonial dengan mitra dagangnya.

Pemanfaatan dengan tujuan tersebut oleh pemerintah Belanda berlangsung dari

awal pembuatan Gedung Kesenian Makassar tahun 1980-an hingga pada tahun

1910 direnovasi menjadi bentuknya saat ini. Pemanfaatan sebagai tempat

diselenggarakan acara resmi kemudian terhenti setelah masa kekuasaan Jepang

tahun 1942-1953 yang memanfaatkan Gedung Kesenian sebagai Balai Pertemuan

Masyarakat. Setelah Indonesia merdeka Gedung Kesenian beberapa kali menjadi

kantor pemerintahan dari tahun 1953-2000 (Natsir dkk, 2010:40).

Pemerintah memutuskan Gedung Kesenian kembali dimanfaatkan sebagai

tempat pagelaran dan perkembangan seni sampai dengan saat ini. Selama proses

pemanfaatan tersebut tidak banyak penambahan bangunan, hanya terdapat

perubahan dan pembuatan beberapa ruangan sesuai dengan pemanfaatan

bangunan pada saat tersebut. Pemanfaatan Gedung Kesenian sebagai pusat

pengembangan kegiatan seni tradisional maupun kegiatan lainnya memiliki

banyak kendala. Secara fisik bangunan tidak memadai, tampak depan bangunan

Gedung Kesenian Makassar terlihat sudah usang termakan oleh megahnya

beberapa bangunan-bangunan baru di sekitarnya. Sebelah timur aula terdapat

ruangan yang di dalamnya banyak tumpukan kayu, bambu dan sampah. Sebelah

barat aula terlihat lemari yang menyimpan buku-buku kesenian dan ruangan yang

dijadikan kantin.

Keberadaan Fort Rotterdam yang telah ditata dengan baik sebagai daya tarik

wisata telah diakui oleh wisatawan dan menjadi wisata andalan Kota Makassar.

Page 15: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

15

Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar masih terus tertatih di antara

perkembangan daya tarik wisata lainnya oleh karena keadaan fisik dan fasilitasnya

sebagai daya tarik wisata yang kurang memadai.

Tingkat perkembangan Fort Rotterdam diklasifikasikan dalam tahap

pengembangan, Museum Kota dan Gedung Kesenian pada tahap eksplorasi. Hal

tersebut dikarenakan bahwa Fort Rotterdam telah ditata dengan apik dan Fort

Rotterdam sebagai cagar budaya telah memiliki aturan zonasi tersendiri. Museum

Kota walaupun sudah dilakukan perbaikan hanya saja masih memerlukan pentaan

dan dilengkapi dengan fasilitas pendukung sebagai museum. Gedung Kesenian

walaupun memiliki potensi tetapi kondisi fisik yang tidak memadai membuat

pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata menjadi terhambat.

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar terletak

pusat kota dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dari anjungan Pantai Losari

serta dapat ditempuh dengan angkutan umum pete-pete, taksi atau becak. Ketiga

bangunan tersebut saling berdekatan karena dahulu daerah tersebut merupakan

pusat pemerintahan dan pemukiman orang-orang Belanda. Fasilitas penunjang

pariwisata di Kota Makassar telah tersedia lengkap, seperti akomodasi berbintang

sampai dengan melati, restoran dengan kualitas yang baik dengan berbagai pilihan

menu baik khas Makassar dan internasional, adanya pramuwisata dengan berbagai

jenis pilihan bahasa dan tempat hiburan malam.

Fort Rotterdam telah menjelma menjadi daya tarik wisata andalan Kota

Makassar. Paket wisata yang ditawarkan biro perjalanan wisata baik itu berwisata

di Sulawesi Selatan pasti mengunjungi Fort Rotterdam. Sayangnya, bagi Museum

Page 16: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

16

Kota dan Gedung Kesenian masih menjadi konsumsi bagi beberapa kalangan

tertentu. Dinyatakan oleh pramuwisata bahwa bagi Museum Kota dan Gedung

Kesenian pramuwisata hanya menjelaskan sedikit ketika bangunan dilewati.

Atraksi lainnya yang dilaksanakan di Fort Rotterdam adalah pagelaran tarian

setiap akhir pekan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selain itu kegiatan

yang banyak dilaksanakan oleh pihak pengelola Museum La Galigo. Museum

Kota yang berada dibawah Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Kota Makassar

lebih banyak aktivitas kunjungan oleh siswa sekolah dan pagelaran seni. Gedung

Kesenian sesuai fungsinya menggelar pertujukan seni atau film akan tetapi

kondisi gedung yang belum terselesaikan renovasinya menjadi kendala.

Pelayanan pendukung berupa bank internasional, layanan kesehatan,

penukaran uang, telekomunikasi dan tourist information telah tersedia. Promosi

yang dilaksanakan pada masing-masing bangunan berbeda. Fort Rotterdam yang

dibawahi oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

dipromosikan dalam buku informasi wisata, brosur peta wisata dan melalui event

wisata atau travel mart internasional. Museum Kota promosi yang lebih banyak

dilaksanakan berupa pembuatan brosur dan dibagikan kepada pengunjung, siswa

sekolah serta berita Museum Kota dimuat pada beberapa harian online dan

website asosiasi museum Indonesia. Gedung Kesenian tidak banyak

dipromosikan, diakui oleh kalangan seniman bahwa mereka lebih banyak

mempromosikan secara lisan bahwa Gedung Kesenian dan masih dapat digunakan

setelah perbaikannya diselesaikan.

Page 17: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

17

Perumusan strategi terhadap ketiga bangunan bersejarah berdasarkan pada

kenyataan yang didapatkan selama melaksanakan observasi dan proses

pengumpulan data penelitian. Strategi yang digunakan untuk penelitian ini adalah

strategi intensif yang terdiri dari pengembangan produk, penetrasi pasar dan

pengembangan pasar. Dirumuskan strategi bagi Fort Rotterdam tentang

penegakan aturan zonasi, pengadaan atraksi budaya yang lebih intesif,

peningkatan standarisasi pelayanan bagi wisatawan dan pembukaan target pasar

baru bagi wisatawan kawasan Asia dengan meanfaatkan penerbangan langsung

dari Malaysia dan Singapura. Bagi Museum Kota Makassar dirumuskan strategi

pembenahan fisik bangunan, pembaharuan fasilitas museum, peningkatan kualitas

pelayanan museum, melebarkan target pasar tidak hanya bangi siswa sekolah tapi

juga wisatawan asing. Gedung Kesenian dirumuskan target berupa perbaikan

menyeluruh pada bangunan tanpa meninggalkan keaslian arsitektur bangunan,

pengadaan fasilitas galeri, pengelolaan yang lebih jelas, menjalin kerjasama

dengan organisasi pariwisata dan biro perjalanan wisata dalam pengembangannya

sebagai wisata warisan budaya dan pengadaan website khusus untuk memudahkan

penyebaran informasi.

Page 18: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

18

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ............................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. ix

ABSTRACT ................................................................................................ x

RINGKASAN ............................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xx

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xxiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xxv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xxvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................... 10

2.2 Konsep ............................................................................................... 13

2.2.1 Bangunan Bersejarah ............................................................... 14

2.2.2 Wisata Warisan Budaya ........................................................... 16

2.2.3 Daya Tarik Wisata ................................................................... 18

2.2.4 Strategi .................................................................................... 20

2.3 Landasan Teori .................................................................................. 22

2.3.1 Teori Manajemen Daya Tarik Wisata..................................... 22

Page 19: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

19

2.3.2 Teori Siklus Hidup Destinasi Wisata ...................................... 24

2.3.3 Teori Pemasaran Pariwisata .................................................... 27

2.4 Model Penelitian ................................................................................ 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................ 34

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 34

3.3 Jenis dan Sumber Data....................................................................... 35

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 36

3.4.1 Teknik Observasi ..................................................................... 36

3.4.2 Teknik Wawancara .................................................................. 37

3.4.3 Teknik Dokumentasi ................................................................ 37

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ..................................................... 37

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Data ......................................... 38

BAB IV KOTA MAKASSAR GAMBARAN UMUM LOKASI

PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Makassar ...................................................................... 40

4.1.1 Letak Geografis Makassar ....................................................... 43

4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar ................................... 45

4.1.3 Visi dan Misi Kota Makassar .................................................. 49

4.1.4 Pariwisata Kota Makassar........................................................ 50

4.2 Sejarah Fort Rotterdam ...................................................................... 55

4.2.1 Konstruksi Bangunan Fort Rotterdam ..................................... 57

4.3 Sejarah Museum Kota........................................................................ 64

4.3.1 Konstruksi Bangunan Museum Kota ....................................... 66

4.4 Sejarah Gedung Kesenian Makassar ................................................. 68

4.4.1 Konstruksi Bangunan Gedung Kesenian Makassar ................. 70

Page 20: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

20

BAB V PEMANFAATAN FORT ROTTERDAM, MUSEUM KOTA

GEDUNG KESENIAN SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA

DI KOTA MAKASSAR

5.1 Pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai Wisata Warisan Budaya ........ 73

5.2 Pemafaatan Museum Kota Makassar sebagai Wisata Warisan Budaya 77

5.3 Pemanfaatan Gedung Kesenian Makassar sebagai Wisata

Warisan Budaya ................................................................................. 78

BAB VI TAHAP PERKEMBANGAN FORT ROTTERDAM, MUSEUM

KOTA, GEDUNG KESENIAN SEBAGAI WISATA WARISAN

BUDAYA DI KOTA MAKASSAR

6.1 Faktor Atraksi Wisata ........................................................................ 82

6.1.1 Fort Rotterdam ......................................................................... 83

6.1.2 Museum Kota Makassar .......................................................... 88

6.1.3 Gedung Kesenian Makassar .................................................... 90

6.2 Faktor Aksesibilitas ........................................................................... 92

6.2.1 Fort Rotterdam .......................................................................... 93

6.2.2 Museum Kota Makassar .......................................................... 94

6.2.3 Gedung Kesenian Makassar .................................................... 94

6.3 Faktor Fasilitas Penunjang Pariwisata ............................................... 97

6.4 Faktor Ketersediaan Paket Wisata ..................................................... 101

6.5 Faktor Aktivitas di Daya Tarik Wisata .............................................. 102

6.6 Faktor Pelayanan Pendukung ............................................................ 106

6.7 Faktor Promosi Wisata ...................................................................... 107

6.7.1 Fort Rotterdam ......................................................................... 108

6.7.2 Museum Kota Makassar .......................................................... 110

6.7.3 Gedung Kesenian Makassar .................................................... 112

6.8 Tahap Perkembangan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata

Warisan Budaya di Kota Makassar.................................................... 112

6.8.1 Fort Rotterdam ......................................................................... 113

6.8.2 Museum Kota Makassar .......................................................... 113

6.8.3 Gedung Kesenian Makassar .................................................... 114

Page 21: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

21

BAB VII STRATEGI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN

FORT ROTTERDAM, MUSEUM KOTA, GEDUNG KESENIAN

SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA DI KOTA

MAKASSAR

7.1 Faktor Internal dari Tingkat Keberhasilan ........................................... 115

7.2 Faktor Eksternal dari Tingkat Keberhasilan ........................................ 117

7.3 Strategi Pengembangan Wisata Warisan Budaya di Kota Makassar ... 119

7.3.1 Fort Rotterdam ........................................................................... 119

7.3.2 Museum Kota Makassar ............................................................ 123

7.3.3 Gedung Kesenian Makassar ....................................................... 124

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan ............................................................................................ 127

8.2 Saran .................................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 133

LAMPIRAN ............................................................................................... 137

Page 22: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

22

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1.1 Daftarbenda/situs/kawasan cagar budaya di Kota Makassar 4

4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Berdasarkan

PDRB Harga Konstan Tahun 2001-2010 ........................ 45

4.2 Daftar dan Jumlah Kamar Hotel Berbintang di Kota Makassar 47

4.3 Tingkat Hunian Kamar Hotel di Kota Makassar

Tahun 2012-2013 ............................................................. 48

4.4 Angka Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara

Kota Makassar melalui Bandar Udara dan Pelabuhan Laut

2012-2013 ........................................................................ 53

6.1 Jumlah Pengunjung Domestik dan Mancanegara

ke Fort Rotterdam 2012-2013 .......................................... 84

6.2 Jumlah Pengunjung Domestik dan Mancangera

ke Museum Kota Makassar 2013 .................................... 88

6.3 Kondisi Aktual Fort Rotterdam, Museum Kota,

Gedung Kesenian Makassar tahun 2014.......................... 91

6.4 Daftar Tetap Kapal Pelni Rute Ke Makassar Tahun 2014 95

6.5 Daftar Penerbangan Domestik dan Internasional dari Kota-Kota

besar di Indonesia ke Makassar Tahun 2014 ................... 96

6.6 Kegiatan Pihak Pengelola Museum La Galigo 2008-2013 103

Page 23: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

23

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

2.1 Evolusi Destinasi Wisata ................................................. 27

2.2 Model Penelitian .............................................................. 33

3.1 Lokasi Fort Rotterdam, Gedung Kesenian

Museum Kota Makassar .................................................. 35

4.1 Lambang Kota Makassar saat ini ..................................... 50

4.2 Lambang Kota Makassar 1932-1952 ............................... 50

4.3 Bandara Sultan Hasanuddin dan Trans Mall Makassar ... 51

4.4 Hotel Imperial Aryaduta dan Restoran Jepang di Makassar 54

4.5 Kompleks Fort Rotterdam ............................................... 59

4.6 Gerbang Fort Rotterdam dahulu dan saat ini ................... 60

4.7 Bagian Barat (Pintu Masuk) Fort Rotterdam ................... 61

4.8 Museum La Galigo (gedung M) ...................................... 63

4.9 Bagian Timur Fort Rotterdan .......................................... 64

4.10 Gedung Gemeenthuis Tahun 1960 .................................. 65

4.11 Denah Museum Kota Makassar Lantai 1......................... 67

4.12 Denah Museum Kota Makassar Lantai 2......................... 68

4.13 Gedung Kesenian Makassar tahun 1890-an .................... 69

4.14 Gedung Kesenian Makassar sekitar tahun 1930 .............. 70

5.1 Arena Terbuka di bagian selatan Fort Rotterdam ............ 75

5.2 Kondisi Gedung Kesenian Saat ini .................................. 79

6.1 Kawasan Zonasi Fort Rotterdam Makassar ..................... 87

6.2 Komentar Wisatawan setelah Mengunjungi Fort Rotterdam 104

6.3 Tahap Perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota,

Gedung Kesenian ............................................................ 114

Page 24: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

24

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Informan Penelitian ........................................................ 137

Pedoman Wawancara I .............................................................. 138

Pedoman Wawancara II ............................................................ 140

Pedoman Wawancara III ........................................................... 142

Pedoman Wawancara IV ........................................................... 144

Pedoman Wawancara V ............................................................ 146

Pedoman Wawancara VI ........................................................... 148

Pedoman Wawancara VII ......................................................... 150

Pedoman Wawancara VIII ........................................................ 152

Gambar Lokasi Penelitian ......................................................... 154

Page 25: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah panjang peninggalan masa kolonial di Indonesia masih dapat dilihat

sampai dengan saat ini yang terdapat hampir di seluruh kota di Indonesia, berupa

bangunan bbersejarah yang dibangun oleh pemerintah kolonial selama kurang

lebih 350 tahun. Dahulu bangunan-bangunan tersebut berupa kantor

pemerintahan, sekolah bangsawan atau penjara untuk para pemberontak. Setelah

Indonesia merdeka bangunan-bangunan tersebut mulai digunakan untuk kantor

pemerintahan Republik Indonesia atau dihancurkan untuk pembangunan kota

yang lebih modern. Perkembangan ilmu pengetahuan dan pola pikir masyarakat

saat ini membawa perubahan pandangan terhadap bangunan peninggalan kolonial

atau masa kerajaan di Indonesia yang menganggap bangunan tersebut, merupakan

bagian dari peradaban dan indentitas budaya suatu bangsa dan memiliki nilai

sejarah.

Bangunan-bangunan bersejarah atau yang disebut benda cagar budaya saat

ini diatur melalui Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Dijelaskan bahwa

Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia,

baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau

bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan

kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 88 ayat 1 bahwa

Page 26: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

26

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan

Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu

pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata.

Dewasa ini benda cagar budaya banyak dimanfaatkan sebagai daya tarik

wisata oleh karena meningkatnya kebutuhan akan kegiatan pariwisata budaya.

Dinyatakan MacDonald (2004, dalam Pitana dan Diarta, 2009:32)

Pada kenyataannya pariwisata telah berkembang menjadi sebuah mega

bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan

rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan diri (pleasure)

dan untuk menghabiskan waktu luang (leisure).

Pariwisata budaya merupakan salah satu faktor penarik wisatawan yang

mengangkat karateristik budaya daerah sebagai daya tarik wisata. Sumber daya

budaya yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata (Pitana dan Diarta,

2009:74) antara lain:

Bangunan bersejarah, monumen, seni patung kontemporer, arsitektur,

kerajinan tangan, pertujukan seni, peninggalan keagamaan, cara hidup dan

kegiatan masyarakat lokal, perjalanan ke tempat-tempat bersejarah

menggunakan alat transportasi unik dan mencoba serta membuat atau

menyajikan kuliner masyarakat.

Keberadaan bangunan sejarah, situs atau monumen merupakan potensi

terhadap pengembangan heritage tourism atau wisata warisan budaya sebagai

alternatif pengembangan pariwisata di perkotaan. Menurut Pederson (2002, dalam

Southall dan Robinson, 2011:177) heritage tourism as embracing both eco

tourism and cultural tourism, with an emphasis on conservation and cultural

heritage. Melalui definisi tersebut dijelaskan bahwa wisata warisan budaya dapat

merangkul ekowisata dan wisata budaya pada saat bersamaan dan menitikberatkan

kepada konservasi dan warisan budaya itu sendiri. Pengembangan wisata warisan

budaya di perkotaan sangat ideal dilaksanakan karena suatu kota tidak akan

Page 27: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

27

kehilangan identitas lokal, serta memberikan pemahaman dan rasa kebanggaan

terhadap sejarah kota dan kebudayaan lokal masyarakat setempat.

Kota-kota di Indonesia memiliki bangunan bersejarah baik yang merupakan

peninggalan masa kerajaan atau peninggalan masa kolonial. Salah satunya Kota

Makassar merupakan kota tua dengan cerita sejarah, budaya tradisional yang

berpotensi sebagai sumber daya pariwisata. Dahulu Kota Makassar dipimpin oleh

Kerajaan kembar Gowa Tallo, kemudian pada tahun 1511 bangsa Portugis

berlabuh di Makassar. Bangsa Portugis memiliki tujuan menyebarkan agama

Kristen, berdagang dan membuktikan nama besar bangsa portugis sebagai pelaut

yang hebat. Kedatangan bangsa Portugis akhirnya diikuti oleh beberapa bangsa

lainnya, seperti Belanda, Inggris dan Cina dengan tujuan berdagang. Pada

akhirnya Belanda memonopoli perdagangan dan merebut kekuasaan kerajaan

Gowa Tallo di Makassar dengan politik adu domba (Tika dkk, 2013:17)

Beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri saat ini yang

kemudian difungsikan sebagai kantor pemerintah atau daya tarik wisata. Pada

Tabel 1.1 adalah daftar benda atau situs cagar budaya di Kota Makassar.

Bangunan-bangunan bersejarah di Kota Makassar menurut Tabel 1.1 adalah

bangunan yang telah ditetapkan sebagai benda/bangunan/kawasan cagar budaya

menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor

PM.59/PW.007/MKP/2010.

Page 28: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

28

Tabel 1.1

Daftar benda/situs/kawasan cagar budaya di Kota Makassar

No Nama Bangunan Tahun Letak

1 Benteng Rotterdam 1545/1673 Jalan Ujung Pandang

2 Klenteng Ibu Agung Bahari 1738 Jalan Sulawesi

3 Gereja Immanuel 1885 Jalan Balai Kota

4 Gereja Katedral 1892 Jalan Kajaolalido

5 Societiet de Harmonie 1896 Jalan Riburane

6 Rumah Sarang Semut awal abad ke-20 Jalan Ince Nurdin

7 Kantor Direktorat Jendral Anggaran 1910 Jalan Riburane

8 Kantor Pengadilan Negeri Makassar 1915 Jalan Kartini

9 Asrama Lompobattang 1915 Jalan Rajawali

10 Rumah Tahanan Militer 1915 JalanRajawali

11 Museum Kota Makassar 1918 Jalan Balai Kota

12 Kantor Polisi Militer 1935 Jalan Jenderal Sudriman

13 Menara air PDAM 1920 Jalan Ratulangi

14 Kantor Pos Divisi Paket 1925 Jalan Balai Kota

15 Kantor Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Prov. Sulawesi Selatan Gedung

MULO

1927 Jalan Jenderal Sudirman

16 Rumah Jabatan Walikota Makassar 1933 Jalan Penghibur

17 Rumah Jabatan Gubernur 1937 Jalan Jenderal Sudirman

18 Rumah Sakit Stella Maris 1938 Jalan Penghibur

19 Kantor Jemaat GPIB 1885 Jalan Balai Kota Bangunan yang ditandai huruf tebal: lokasi penelitian

Sumber: Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. 2010

Beberapa bangunan pada Tabel 1.1 difungsikan sebagai kantor

pemerintahan, rumah jabatan dan rumah sakit serta bangunan untuk tujuan

keagamaan. Bangunan cagar budaya pada tabel 1.1 beberapa bangunan masih

terlihat bentuk arsitektur aslinya sedangkan beberapa yang lainnya selain

fungsinya yang telah berubah juga tidak lagi terlihat arsitektur aslinya atau telah

ditambahkan bangunan baru dengan arsitektur moderen, antara lain Kantor Pos

Divisi Paket. Lokasi keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di Kota Makassar

sebagian besar berada di pusat kota karena sebelumnya merupakan daerah

pemukiman Belanda.

Page 29: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

29

Meningkatnya pembangunan fasilitas modern berupa gedung pertemuan

dengan kapasitas ribuan orang, perkantoran dengan belasan lantai, theme park

serta perluasan kawasan reklamasi Pantai Losari bertujuan menjadikan Kota

Makassar sebagai „kota dunia‟. Dalam salah satu seminar di Kota Makassar

Meutia Hatta yang tampil sebagai pembicara menyatakan,

Jika ingin Kota Makassar menuju kota dunia, pemerintah daerah harus

memelihara kultur budaya dan jika pemerintah Kota Makassar mau

memberikan yang terbaik seperti slogan menuju kota dunia harus memiliki

prinsip. Prinsip tersebut pemerintah harus memperhatikan kemiskinan,

kesejahteraan rakyat dan menjaga nuansa-nuansa budaya salah satunya ialah

bangunan yang dianggap sangat bersejarah1.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa slogan „kota dunia‟ tidak berupa

fasilitas yang moderen, akan tetapi bagaimana kemajuan teknologi dapat

diaplikasikan terhadap pemanfaatan bangunan bersejarah sehingga tidak

memudarkan budaya dan sejarah serta membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Pariwisata merupakan salah satu jalan dalam melestarikan bangunan bersejarah di

Kota Makassar sehingga memiliki nilai ekonomi untuk membantu pelestariannya.

Kota Makassar dalam pengembangan pariwisata patut mencontoh upaya Kota

Surabaya dalam mewujudkan wisata warisan budaya sebagai pariwisata alternatif.

Kota Surabaya memanfaatkan keberadaan bangunan bersejarah sebagai daya tarik

wisata perkotaan. Kesadaran akan pentingnya mempertahankan bangunan

bersejarah tidak hanya melibatkan pemerintah akan tetapi mahasiswa sebagai

akademisi.

1Borahim, Khaeruddin 2013. Mau Jadi Kota Dunia, Makassar Perlu Perhatikan Bangunan Sejarah

dan Kemiskinan, [Diunduh 10 November 2013]. Sumber: URL:

http://rri.co.id/index.php/berita/69514/Mau-Jadi-Kota-Dunia-Makassar-Perlu-Perhatikan-

Bangunan-Sejarah-dan-Kemiskinan.

Page 30: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

30

Bangunan-bangunan sejarah di Kota Surabaya difungsikan sebagai daya

tarik wisata dengan tema Surabaya heritage trail. Program tersebut

diselenggarakan oleh karena kurangnya kesadaran masyarakat selaku pemilik

gedung untuk mempertahankan bangunannya. Tingginya pajak serta tidak

dirasakan adanya keuntungan oleh pemilik merupakan alasan pemilik

membiarkan bangunan hancur atau dijual. Program Surabaya heritage trail yang

diselenggarakan oleh mahasiswa universitas Petra, diharapkan menjadi acuan bagi

pelaku pariwisata lainnya untuk mengembangkan kreatifitas mengemas produk

wisata, baik yang serupa atau produk wisata warisan budaya yang lebih bervariatif

(Indrianto, 2008:357-366).

Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat peran beberapa bangunan

bersejarah di Kota Makassar sebagai daya tarik wisata. Bangunan yang

difokuskan pada tiga bangunan bersejarah yaitu Fort Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian. Alasan pemilihan ketiga bangunan sebagai fokus

penelitian karena ketiga bangunan tersebut memiliki potensi fisik berupa

arsitektur asli bangunan masih tampak yang dilengkapi dengan potensi non fisik

berupa nilai sejarah dan budaya, lokasi ketiga bangunan yang berdekatan

memungkinkan dikembangkan sebagai wisata kota lama. Semakin tingginya

minat akan pariwisata budaya diharapkan Kota Makassar dapat berpartisipasi

sebagai salah satu destinasi wisata warisan budaya di Indonesia.

Fort Rotterdam sebagai salah satu daya tarik wisata andalan di Kota

Makassar tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan, akan tetapi menjadi tempat

berkumpul bagi organisasi masyarakat lokal dan himpunan pramuwisata Sulawesi

Page 31: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

31

Selatan. Bangunan-bangunan di dalam kompleks Fort Rotterdam difungsikan

sebagai Museum La Galigo dan kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya. Museum

Kota yang dulunya adalah kantor walikota Makassar menawarkan berbagai

koleksi bersejarah perkembangan Kota Makassar akan tetapi masih memerlukan

penataan yang lebih baik serta dilengkapi fasilitas perawatan koleksi. Gedung

Kesenian seperti namanya merupakan tempat pertunjukan seni tradisional dan

modern. Pada kenyataannya Gedung Kesenian memiliki kondisi yang cukup

memprihatinkan puing-puing bangunan yang bertumpuk sisa perbaikan pada

beberapa bagian bangunan yang belum diselesaikan. Kenyataan tersebut

berbanding terbalik dengan Undang-undang nomor 11 tahun 2010 pasal 59 ayat 3

yang menyatakan:

Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang yang melakukan

penyelamatan wajib menjaga dan merawat cagar budaya dari pencurian,

pelapukan, atau kerusakan baru.

Pemanfaatan bangunan bersejarah sebagai produk pariwisata merupakan

salah satu jalan keluar bangunan-bangunan tersebut dapat terus bertahan dengan

semakin banyaknya fasilitas modern di sekelilingnya. Bangunan bersejarah

sebagai daya tarik wisata juga memiliki tantangan yang berat, karena selain harus

membawa dampak ekonomi bagi masyarakat juga memerlukan langkah-langkah

pelestarian. Hal serupa dinyatakan Nuryanti (2009:8)

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, sebagai salah satu muara

akhir dari hasil keterkaitan simbiotik mutualistik antara kegiatan

pengembangan arsitektur dan warisan budaya melalui pariwisata seringkali

tidak bisa dimungkiri memiliki fungsi multidimensi. Fungsi tersebut terkait

erat dengan persoalan pilihan mendasar di satu sisi ditujukan untuk

memperkuat pelestarian, sedangkan di sisi lain harus pula berperan dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan dampak

pembangunan ekonomi dalam arti luas.

Page 32: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

32

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa tantangan dalam pengembangan

bangunan bersejarah dalam industri pariwisata tidaklah mudah. Diperlukan kajian

terlebih dahulu sehingga pemanfaatan yang telah dilakukan sebagai daya tarik

wisata dengan alasan mensejahterakan masyarakat tidak mengesampingkan

langkah-langkah pelestarian yang seharusnya diutamakan dalam proses

pemanfaatan bangunan-bangunan bersejarah di Kota Makassar sebagai daya tarik

wisata.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengangkat tiga

rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana pemanfaatan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar?

2. Bagaimana tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan

Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar?

3. Apakah strategi yang efektif untuk meningkatkan Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya di

Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Page 33: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

33

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui secara umum

pemanfaatan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pemanfaatan Fort Rotterdam, Museum Kota dan

Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar

b. Untuk mengetahui tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum

Kota dan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota

Makassar

c. Untuk mengetahui strategi yang efektif untuk meningkatkan Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai wisata

warisan budaya di Kota Makassar

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Manfaat akademik yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai pengembangan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan

kepariwisataan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penelitian ini diharapkan

dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemanfaatan Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian bagi pemerintah dan

masyarakat sebagai wisata warisan budaya.

Page 34: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian mengenai pariwisata sebelumnya telah banyak dilakukan oleh

peneliti sebagai bagian dari pengabdian terhadap ilmu pengetahuan dan

menambah khasanah keilmuan pariwisata. Terdapat tiga penelitian yang

dipandang memiliki keterkatitan dengan rumusan masalah yang sedang diteliti

sehingga dapat menjadi rujukan terhadap penelitian ini.

Penelitian pertama berjudul “Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam

Pengembangan Kawasan Budaya Terpadu dan Kawasan Strategis Konservasi

Warisan Budaya di Kota Makassar” (2007). Penelitian Mulyadi membahas bahwa

pelestarian benda cagar budaya di Kota Makassar bukan lagi hak mutlak bagi

kalangan terbatas saja. Memahami landasan hukum keberadaan benda cagar

budaya serta kaidah-kaidah yang harus dipatuhi dalam pelestarian cagar budaya,

yang terdiri dari piagam Burra, UNESCO, pedoman internasional, Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1992 tentang cagar budaya. Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia nomor 10 tahun 1993 tentang pelaksanaan

Undang-undang RI No. 5/1992 pasal 22, 23 ayat (1), pasal 36 serta kewenangan

pemerintah daerah dalam pemanfaatan benda cagar budaya sebagai objek wisata.

Penelitian Mulyadi menjelaskan dalam pelaksanaan pemanfaatan dan

pelestarian cagar budaya masih menyisakan beberapa persoalan sebagai obyek

wisata yang harus dicarikan jalan keluar. Dibutuhkan adanya model pengelolaan

Page 35: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

35

kawasan budaya yang melibatkan kalangan akademisi jurusan arkeologi, sejarah

dan arsitektur serta instansi arkeologi terkait. Penelitian Mulyadi tidak berfokus

pada satu bangunan sejarah akan tetapi mencakup keseluruhan bangunan

bersejarah yang berada di Kota Makassar. Penelitian saat ini fokus pada tiga

bangunan yang berada di Kota Makassar yaitu Fort Rotterdam, Gedung Kesenian

dan Museum Kota Makassar. Penelitian ini mengkaji pemanfaatannya sebagai

wisata warisan budaya sehingga hasil penelitian ini penting dilaksanakan karena

dapat diterapkan terhadap bangunan lain yang memiliki potensi yang sama dan

terwujud keberagaman daya tarik wisata di Kota Makassar. Penelitian Mulyadi

dijadikan sebagai acuan karena terdapat data-data berupa bangunan bersejarah

yang ada di Kota Makassar yang kemudian ditinjau lebih lanjut dalam penelitian

ini apakah unsur-unsur bersejarah masih dipertahankan serta landasan hukum

yang dibahas dalam penelitian Mulyadi dalam pengelolaan bangunan bersejarah

juga dijadikan sebagai informasi tambahan dalam penelitian ini.

Penelitian kedua oleh Rita Poedji Rahajoe (2007) dengan judul “Strategi

Pengembangan Wisata Heritage Sebagai Daya Tarik Wisata di Kota Surabaya”.

Penelitian Rita membahas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman wisata

heritage dan strategi yang tepat dalam pengembangan wisata heritage di Kota

Surabaya. Teknik penelitian Rahajoe menggunakan analisis Matrik IFE (Internal

Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) untuk mengetahui dan

menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Penelitian Rahajoe

berkonsentrasi pada Monumen Tugu Pahlawan dan Masjid Agung Sunan Ampel.

Hasil penelitian Rahajoe menujukkan bahwa kedua daya tarik wisata tersebut

Page 36: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

36

keberadaannya dapat digunakan sebagai icon dan starting point untuk mendukung

bangunan kuno dan monumen bersejarah yang ada di Kota Surabaya dalam

pengembangan wisata heritage. Penelitian Rahajoe memiliki kesamaan topik

dengan penelitian ini yaitu tentang wisata heritage atau warisan budaya sehingga

dijadikan sebagai acuan dalam penelitian saat ini. Selain itu, Kota Makassar dan

Kota Surabaya memiliki potensi terhadap pengembangan wisata warisan budaya

dengan adanya bangunan bersejarah yang masih berdiri. Perbedaan antara

penelitian Rahajoe menggunakan analisa matrik untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan sedangkan penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data

serta proses penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh selama penelitian

untuk menjawab rumusan masalah. Penelitian ini menggunakan penelitian

penelitian Rahajoe sebagai acuan di dalam mencari konsep dan teori yang

memiliki keterkaitan dengan judul penelitian saat ini.

Penelitian ketiga dengan judul “Pemanfaatan Puri Sebagai Objek dan Daya

Tarik Wisata serta Implikasinya terhadap Desa Pakraman Ubud Gianyar Bali”

(2008) oleh Ni Made Ary Widiastini. Penelitian ini mengangkat masalah

perkembangan Puri Ubud menjadi objek dan daya tarik wisata, implikasinya

terhadap kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dan lingkungan Desa

Pakraman Ubud dan sekitarnya. Penelitian Widiastini menggunakan analisis

deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga langkah yaitu proses reduksi, penyajian

data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian Widiastini menyatakan bahwa

keterlibatan Puri Ubud dalam pariwisata dimulai sejak kepemimpinan puri

dipegang oleh Tjokorda Gede Raka Sukawati yang memperkenalkan seni budaya

Page 37: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

37

Ubud ke dunia internasional. Didukung oleh adanya syarat-syarat perkembangan

pariwisata yaitu attraction, accessibilities, amenities, ancillary service dan

promosi menjadikan Ubud mampu berkembang menjadi objek dan daya tarik

wisata budaya di Bali. Saat Puri Ubud berkembang menjadi objek wisata sehingga

terjadi pergeseran fungsi puri dari ruang yang pribadi dan bersifat religius magis

menjadi ruang publik yang bercorak desakralisasi. Penelitian Widiastini dan

penelitian saat ini memiliki kesamaan metode analisis data yang digunakan yaitu

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Penelitian Widiastini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan acuan

bagi penelitian ini karena kesamaan metode penelitian serta konsep pemanfaatan

terhadap bangunan yang memiliki nilai sejarah dan budaya di tengah-tengah

masyarakat . Perbedaan antara penelitian saat ini dan Widiastini adalah membahas

dampak dari berbagai segi terhadap Desa Pakraman Ubud terhadap pemanfaatan

Puri sebagai daya tarik wisata yang telah berjalan. Penelitian saat ini membahas

bentuk pemanfaatan serta strategi yang efektif untuk meningkatkan ketiga

bangunan bersejarah di Kota Makassar setelah sebelumnya mengetahui tahap

perkembangan masing-masing dari ketiga bangunan bersejarah sebagai wisata

warisan budaya.

2.2 Konsep

Agar tidak terjadi kesalahan tafsir dalam penelitian ini, dipandang perlu

menjelaskan batasan pengertian judul dengan mengedepankan beberapa istilah

yang bersifat operasional. Konsep digunakan untuk menggambarkan secara

Page 38: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

38

abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial.

Sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian ini sangat

diperlukan sebagai sumber kritik pagar nilai keilmuan penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan (credible) serta dapat diterima dan pantas (acceptable)

sebagai karya ilmiah. Beberapa sumber kepustakaan yang relevan adalah sebagai

berikut:

2.2.1 Bangunan Bersejarah

Adanya bangunan sejarah kolonial di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

masa penjajahan yang berlangsung selama ratusan tahun di Indonesia. Bangunan

tersebut dijadikan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah melalui Undang-

Undang Nomor 11 tentang Cagar Budaya tahun 2010 pasal 1 ayat 3 menyatakan

“Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam

atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau

tidak berdinding, dan beratap”.

Terdapat kriteria menurut Undang-undang nomor 11 tahun 2010 pada bab

III bagian 1 bahwa suatu benda dapat dikategorikan sebagai benda cagar budaya

apabila:

(1) berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih (2) mewakili masa gaya paling

singkat berusia 50 (lima puluh) tahun (3) memiliki arti khusus bagi sejarah,

ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan dan memiliki

nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Indonesia memiliki kekayaan budaya berupa tinggalan fosil di Sangiran

yang merupakan salah satu sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di

Page 39: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

39

dunia, Candi Borobudur yang saat ini merupakan salah satu situs warisan budaya

dunia. Bangunan-bangunan bersejarah tersebut merupakan saksi perkembangan

kebudayaan dan memiliki nilai sejarah terhadap perjuangan bangsa Indonesia.

Ditegaskan oleh Waterson (1998, dalam Nuryanti, 2009:5) bahwa

Kombinasi antara kekayaan keanekaragaman arsitektur dengan bentang

keindahan alam dan keunikan tradisi budayanya seabagai ekspresi budaya

yang hidup di dalamnya adalah sumber motivasi mengapa wisatawan

melakukan kunjungan perjalanan.

Adanya permintaan dari wisatawan akan keberagaman daya tarik wisata budaya

ikut memotivasi para pelaku pariwisata untuk memanfaatkan sumber daya budaya

yang tersedia.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia manfaat berarti faedah, guna, laba,

untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses dan perbuatan memanfaatkan

sesuatu (Chulsum dan Novia, 2006:446). Bangunan sejarah merupakan sumber

daya budaya yang terdapat hampir seluruh wilayah Indonesia. Pemanfaatan

bangunan bersejarah sebagai daya tarik wisata harus sesuai dengan peraturan yang

telah ditetapkan. Menurut Undang-undang nomor 11 tahun 2010 bagian keempat

pasal 85 bahwa:

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan

Cagar Budaya untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu

pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata (2) Pemerintah dan

Pemerintah Daerah memfasilitasi pemanfaatan dan promosi Cagar Budaya

yang dilakukan oleh setiap orang (3) fasilitasi sebagaimana dimaksud pada

ayat 2 berupa izin pemanfaatan, dukungan tenaga ahli pelestarian, dukungan

dana, dan/atau pelatihan (4) dimaksud pada ayat 2 dilakukan untuk

memperkuat identitas budaya serta meningkatkan kualitas hidup dan

pendapatan masyarakat.

Benda cagar budaya tidak ternilai harganya karena hanya dibuat sekali pada

satu peristiwa di masa lalu dan tidak dapat diulang kembali. Diperlukan tenaga

Page 40: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

40

ahli serta pengemasan produk yang menarik. Menurut Mundardjito (dalam

Wahyudi, 2006:318) Benda cagar budaya setidaknya dapat dimanfaatkan dalam

tiga nilai diantaranya:

(1) nilai ideologis adalah hasil penelitian yang berasal dari kebudayaan

masa lalu berguna untuk memperkuta jati diri bangsa (2) nilai akademis

bahwa kegiatan penelitian terhadap benda-benda bersejarah dapat

mendukung pengembangan ilmu pengetahuan (3) nilai ekonomis terhadap

benda cagar budaya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pariwisata.

Pemanfaatan terhadap bangunan bersejarah juga lekat dengan pelestarian

seperti yang dinyatakan Joedodibroto:

Istilah pemanfaatan bangunan bersejarah erat kaitannya dengan konservasi

atau pelestarian bangunan bersejarah. Dasar dari keterkaitan tersebut adalah

bahwa memanfaatkan bangunan bersejarah, terlebih dahulu harus melakukan

pelestarian bangunan tersebut dan upaya pelestarian bangunan2.

Pernyataan tersebut memberi makna betapa pentingnya sebuah pelestarian

terhadap bangunan bersejarah yang dimanfaatkan untuk nilai ekonomi. Potensi

yang dimiliki oleh bangunan bersejarah tidak hanya arsitekturnya akan tetapi

potensi non fisik yang melekat kepada bangunan, seperti cerita kesejarahan

bangunan yang dirangkai dengan perjuangan masyarakat serta budaya yang

melekat di dalamnya.

2.2.2 Wisata Warisan Budaya

Peningkatan akan permintaan terhadap pariwisata dengan sumber daya

budaya merupakan kesempatan bagi daerah tujuan wisata untuk menggali lebih

2Bayu Artin. 2011. Konsep Pemanfaatan Bangunan bersejarah. [diunduh 2 November 2013].

Sumber: URL: http://artinbayu.blogspot.com/2011/03/konsep-pemanfaatan-bangunan-

bersejarah.html.

Page 41: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

41

dalam potensi yang dimiliki. Indonesia sebagai negara berkembang berupaya

memaksimalkan setiap sektor industri salah satunya adalah sektor pariwisata.

tourism is a powerful economic development tool. Tourism creates jobs,

provides new business opportunities and strengthens local economies. When

cultural heritage tourism development is done right, it also helps to protect

our nation’s natural and cultural treasures and improve the quality of life

for residents and visitors alike3

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pariwisata merupakan alat

pembangunan yang kuat. Pariwisata menciptakan lapangan kerja, menyediakan

kesempatan bisnis baru dan memperkuat ekonomi lokal. Lebih lanjut dinyatakan

ketika wisata warisan budaya dikembangkan dengan baik, dapat membantu

melindungi harta kekayaan alam, budaya bangsa dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dan pengunjung pada saat bersamaan.

Kata warisan budaya atau heritage dalam pengertian luas mengandung arti

sebagai warisan atau peninggalan bernilai sejarah atau benda cagar budaya.

Dinyatakan (Nuryanti, 2009:8-9)

Kata warisan sendiri seringkali diasosiasikan dengan sesuatu (nilai) yang

diturunkan ("temurun")/ditransferkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Mengingat perannya sebagai pembawa nilai sejarah masa lalu,

maka heritage atau warisan budaya dalam perkembangannya dipandang

sebagai bagian penting dari tradisi kebudayaan suatu masyarakat baik

menyangkut hal-hal yang sifatnya berwujud (tangible) maupun tak-berwujud

(intangible).

Dallen dan Boyd (2003, dalam Southall dan Carol, 2011:177) menyatakan

heritage is not simply the past but the modern day use of elements of the past,

pernyataan tersebut berarti warisan budaya tidak saja masa lalu tapi juga masa

3Anonim. 2011. Getting Started: How to Succeed in Cultural Heritage Tourism. [Diunduh 2

November 2013]. Sumber: URL: http://www.culturalheritagetourism.org/howToGetStarted.htm.

Page 42: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

42

kini yang memiliki elemen masa lalu. Dipaparkan oleh Ritcher (2001, dalam

Indrianto, 2008:357) bahwa konsep dari wisata warisan budaya adalah istilah

yang dapat diterapkan pada banyak objek yang dikunjugi dan berkenaan dengan

masa lalu, termasuk museum, kawasan bersejarah, Pura, Patung dan juga

peristiwa yang menggambarkan sejarah.

Pengembangan wisata warisan budaya tidak bersifat mudah, pengemasan

sebuah bangunan bersejarah menjadi daya tarik wisata harus dilakukan dengan

baik. Diperlukan unsur pendukung baik berupa taman, museum atau fasilitas

pendukung wisata pada area tertentu sehingga mampu menarik minat wisatawan

untuk berkunjung tanpa melupakan tindakan pelestarian. Dinyatakan Wahyudi

(2006:319)

Pada dasarnya benda cagar budaya hanyalah merupakan benda-benda mati

yang tidak dapat „berbicara apa-apa‟. Hal seperti ini tentu tidak dapat

memberi daya tarik apapun bagi para wisatawan. Benda cagar budaya baru

dapat berdaya guna tinggi bagi dunia pariwisata apabila dikemas dengan baik.

2.2.3 Daya Tarik Wisata

Sebuah daya tarik wisata merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari

suatu perjalanan wisata. Dinyatakan oleh Page dan Brunt (2001:176) bahwa the

atrraction at a destination are the reason for visiting pernyataan tersebut berarti

atraksi pada destinasi wisata adalah alasan kunjungan dari wisatawan. Definisi

daya tarik wisata pada awalnya terbatas pada “segala sesuatu yang menarik dan

bernilai untuk dikunjungi dan dilihat” (Pendit, 1994:16). Kemudian lebih spesifik

daya tarik wisata menurut Undang undang nomor 10 tahun 2009,

Daya tarik wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki

keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

Page 43: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

43

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata dapat diartikan sebagai produk dari industri pariwisata.

Produk wisata berarti pelayanan-pelayanan yang didapatkan dan dirasakan oleh

wisatawan selama melaksanakan kegiatan wisata sampai dengan kembali ke

tempat asalnya. Dinyatakan oleh Marioti (dalam Yoeti, 1996:174-176)

Tourism resources disebut dengan istilah attractive spontanee yaitu segala

sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik

agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan

wisata. Daya tarik tersebut berupa benda-benda yang tersedia dan terdapat

di alam semesta yang dalam istilah pariwisata disebut dengan istilah natural

amenities, merupakan iklim, bentuk tanah, hutan belukar (the sylan

elements), fauna dan flora dan pusat-pusat kesehatan (health centre). Selain

itu, hasil ciptaan manusia (man made supply) yang terdiri dari benda

bersejarah, tata cara hidup masyarakat.

Sebuah daya tarik wisata selain memiliki potensi yang dapat menarik

wisatawan untuk berkunjung juga bergantung pada bagaimana daya tarik wisata

tersebut dipresentasikan dan disuguhkan kepada wisatawan. Mempresentasikan

atraksi wisata dapat dilakukan dengan cara mengatur perspektif ruang, sosial dan

budaya (Soekadijo, 1996:66-68).

Mengatur perspektif ruang bermaksud agar daya tarik wisata lebih berkesan

bagi wisatawan. Berkesan tersebut dapat dengan cara mengatur bentuk, warna dan

posisi pada ruang tertutup dan terbuka. Mengatur bentuk dan warna berarti

mengatur obyek-obyek yang ada di daya tarik wisata sehingga menarik perhatian..

Koleksi museum akan bertambah daya tariknya apabila dibuat sebuah dekorasi

dan penataan yang sesuai dengan tema koleksi atau mengatur keserasian tanaman

dengan obyek.

Page 44: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

44

Mengatur perspektif waktu dijelaskan bahwa daya tarik wisata akan

meninggalkan kesan lebih dalam bagi wisatawan apabila diketahui sejarahnya.

Pengunjung Kebun Raya Bogor yang terkenal akan lebih menarik apabila

diketahui bahwa kebun raya itu didirikan pada awal abad ke-19 oleh seorang

berkebangsaan Jerman, C.G.Creinwardt. Perspektif pada waktu itu dapat

dituangkan melalui lisan oleh pramuwisata atau secara tertulis serta secara

visualisasi. Mengatur perspektif sosial budaya berarti mengangkat pesona daya

tarik wisata melalui kedudukannya di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat

dari zaman dahulu hingga sekarang. Pengaturan perspektif waktu dan sosial

budaya itu serta perspektif ruang seharusnya diserahkan kepada ahli-ahli yang

bersangkutan. Diperlukan ialah ahli sejarah dan ahli sosial, sedang untuk

visualisasi perlu ditambahkan tenaga seniman

Permintaan akan daya tarik wisata budaya yang semakin meningkat oleh

karena semakin beragamnya kebutuhan wisatawan. Kesadaran bahwa suatu daya

tarik wisata tidak hanya bergantung pada keindahan alam atau keunikan bangunan

bersejarah sehingga dibutuhkan pengelolaan yang baik sehingga wisatawan tidak

pernah bosan berkunjung. Pembangunan daya tarik wisata menurut Suwatoro

(1997 dalam Suwena dan Widyatmaja, 2010:85-86) harus dirancang dengan

bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu

pada kriteria keberhasilan pengembangan.

2.2.4 Strategi

Strategi merupakan alat pencapaian tujuan jangka panjang maupun jangka

pendek sehingga diperlukan perencanaan strategi secara matang sehingga

Page 45: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

45

menghasilkan pelaksanaan yang maksimal dan hasil yang diharapkan. Strategi

menurut Rangkuti (2005:3) adalah

Alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak

lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

Jenis-jenis strategi akan dibagi dalam empat kelompok Menurut David

(2004:231-256) antara lain:

(1) strategi integrasi terdiri dari strategi ke depan (forward integration)

bertujuan memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor. Integrasi ke

belakang (backward integration) merupakan strategi integrasi yang

mencoba memiliki atau meningkatankan kendali atas perusahaan pemasok

produk. Integrasi horisontal (horizontal integration)adalah strategi yang

bertujuan mencoba memiliki dan meningkatkan kendali perusahaan pesaing.

(2) strategi intensif merupakan strategi yang dibuat karena semuanya

memerlukan usaha intensif. Strategi ini terdiri dari penetrasi pasar, strategi

pengembangan pasar dan strategi pengembangan produk (3) strategi

diversifikasi yang terdiri dari strategi diversifikasi konsentratsi, strategi

deversifikasi horizontal dan konglomerat. (4) strategi defensif yang terdiri

dari rasionalisasi biaya, divestasi, likuidasi dan joint venture strategy.

Pembangunan pariwisata yang semakin meningkat menjadikan persaingan

bisnis industri yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata. Persaingan tidak

hanya terjadi pada bisnis pariwisata tetapi destinasi wisata semakin beragam

sehingga dalam pembangunan pariwisata dibutuhkan perencanaan strategis yang

sesuai dengan potensi daerah tujuan wisata tersebut. Dinyatakan oleh Yoeti

(2005:22) bahwa,

Perencanaan strategis suatu daerah tujuan wisata dilakukan analisis

lingkungan dan analisis sumber daya. Tujuan analisis ini tidak lain adalah

mengetahui dan mengidentifikasi sumber daya utama, terutama mengenai

kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) organisasi atau lembaga yang

bertanggung jawab terhadap pengembangan pariwisata di daerah tujuan

wisata tersebut

Page 46: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

46

Strategi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan langkah-langkah

yang disusun berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal suatu daya tarik

wisata. Strategi sebagai alat pencapaian tujuan jangka panjang yang dibuat oleh

pemangku kepentingan dalam pariwisata sehingga dalam perumusannya telah

dipertimbangkan dampak-dampak yang mungkin akan terjadi secara fisik dan

masyarakat di sekitar daya tarik wisata.

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori yang relevan dalam menganalisis

pemanfaatan bangunan bersejarah di Kota Makassar sebagai wisata warisan

budaya, adapun teori yang digunakan adalah teori manajemen daya tarik wisata,

siklus hidup destinasi wisata dan pemasaran pariwisata

2.3.1 Manajemen Daya Tarik Wisata

Manajemen atau pengelolaan menurut Leiper (1990, dalam Pitana dan

Diarta, 2009:80) adalah seperangkat peranan yang dilaksanakan oleh seseorang

atau sekelompok orang dan fungsi-fungsi yang merujuk pada peran tersebut.

Fungsi tersebut berupa perencanaan, mengarahkan, pengorganisasian dan

pengawasan.

Manajemen daya tarik wisata merupakan pengelolaan sebuah destinasi

wisata sesuai dengan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Pengelolaan daya tarik wisata

tidak hanya memperhatikan aspek permintaan dari wisatawan tetapi juga nilai

kelestarian dan nilai manfaatnya bagi masyarakat lokal. Fungsi dari pengelolaan

Page 47: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

47

pariwisata menurut Liu (1994) dan Western (1993) (dalam Pitana dan Diarta,

2009:84) adalah (1) perlindungan terhadap sumber daya alam dan lingkungan.

Pembangunan industri pariwisata yang terus menerus akan dibarengi dengan

kerusakan lingkungan sehingga dibutuhkan pengelolaan yang baik bagi sisi

ekonomi dan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan. (2) Keberlanjutan

ekonomi bagi masyarakat lapisan bawah. Pariwisata diharapkan mampu

memberikan pendapatan yang lebih baik bagi masyarakat lokal pada destinasi

wisata. (3) Peningkatan integritas budaya berarti adanya rasa saling menghormati

dan tercipta dialog budaya antara wisatawan dan komunitas lokal. (4) Nilai

pendidikan dan pembelajaran bagi semua pemangku kepentingan di bidang

pariwisata. Keberlajutan dan kelestarian dapat diwujudkan dengan pemahaman

terhadap perlindungan sumber daya pendukung pariwisata.

Pengelolaan terhadap daya tarik wisata warisan budaya memiliki kesulitan

tersendiri karena pembangunan sarana prasarana pendukung kegiatan wisata harus

memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian bangungan bersejarah. Menurut Liu

(1994 dalam Pitana dan Diarta, 2009:90) bahwa terdapat strategi manajemen

sumber daya antara lain, pertama adalah menggunakan sumber daya yang dapat

diperbaharui. Sumber daya yang dimaksud matahari, pemanfaatan ikan dan

sumber daya laut yang tidak langka dan tidak terlarang. Kedua yaitu pemanfaatan

untuk berbagai kepentingan. Pemakaian sumber daya secara bersamaan seperti

pantai dan kawasan pesisir yang dapat dijadikan kawasan budidaya ikan, terumbu

karang dan rumput laut. Ketiga adalah penetapan daerah zona sebagai pembatasan

kawasan tertentu dengan fungsi serta peruntukannya masing-masing. Pembagian

Page 48: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

48

kawasan bertujuan meminimalisasi dampak terhadap adanya kegiatan wisata.

Keempat adalah konservasi dan preservasi sumber daya yang berarti harus

dilaksanakan kegiatan perlidungan serta pelestarian sumber daya yang mendekati

kondisi aslinya.

2.3.2 Teori Siklus Hidup Destinasi Wisata

Pengembangan daerah tujuan wisata bermaksud membuatnya menarik

untuk dikunjungi oleh wisatawan. Faktor ketertarikan tersebut dinyatakan oleh

Yoeti (1996:178) salah satunya harus memenuhi tiga syarat yaitu something to

see, something to do dan something to buy (Yoeti, 1996:178).

Potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata seharusnya

dikembangkan secara maksimal. Menurut Cooper (1993, dalam 41 dkk, 2010:5)

terdapat empat komponen dalam pengembangan sebuah destinasi wisata

attractions, accessibility, amenities dan ancillary service. Lebih lanjut komponen

tersebut dikembangkan oleh Buhalis (1999:98)4 dengan menambahkan activities,

dan available package. Dijelaskan oleh Buhalis bahwa attraction atau atraksi

merupakan daya tarik wisata yang dapat berupa daya tarik wisata alam, buatan

berupa bangunan yang dibangun untuk tujuan tertentu, benda warisan budaya dan

event khusus. Aksesibiltas atau accessibility merupakan keseluruhan sistem

transportasi berupa rute jalan, terminal dan jenis kendaraan yang menunjang

aktivitas pariwisata. Amenities berupa penunjang kegiatan wisata. Fasilitas

4Buhalis, Dimitros. 1999. Marketing the Competitive destination of the Future. (Serial online),

[Diunduh 24 November 2013]. Sumber: URL:

http://www.academia.edu/164837/Marketing_the_competitive_destination_of_the_future.

Page 49: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

49

tersebut berupa akomodasi, restoran dan pramuwisata. Available packages

merupakan pengaturan serta kerjasama dalam mempromosikan suatu daya tarik

wisata ke dalam bentuk sebuah paket perjalanan wisata oleh pihak biro perjalanan

wisata.

Activities adalah aktifitas yang tersedia di destinasi wisata selain dari daya

tarik wisata utama. Kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan wisatawan

selama waktu kunjungannya, seperi bersepeda saat mengunjungi pantai. Ancilary

service merupakan pelayanan pendukung berupa pelayanan perbankan,

telekomunikasi, kesehatan dan penukaran uang di daerah tujuan wisata. Sebuah

destinasi wisata tidak hanya harus memiliki sumber daya alam, budaya yang

menarik akan tetapi komponen-komponen pendukung dalam proses kegiatan

wisata sehingga dapat menahan wisatawan lebih lama serta meninggalkan kesan

terhadap wisatawan tersebut.

Destinasi wisata memiliki siklus evolusi perkembangan yang bertujuan

memahami kelemahan dan kelebihan destinasi wisata. Salah satu model siklus

hidup destinasi menurut Butler (2011:4) terdiri dari tujuh tahap eksplorasi,

keterlibatan, pengembangan, konsolidasi, stagnasi, kemunduran dan peremajaan.

Tahap pertama adalah eksplorasi (exploration) dimana sebuah destinasi wisata

mulai diperkenalkan dan jumlah kunjungan wisatawan yang mulai berkunjung

masih sedikit. Tahap kedua merupakan keterlibatan (involvement) adalah tahap

destinasi wisata mulai merasakan dampak akan kunjungan wisatawan yang

meningkat. Adanya musim dimana wisatawan ramai berkunjung dan sikap

masyarakat secara ekonomi dan sosial mulai menyesuaikan dengan adanya

Page 50: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

50

wisatawan. Tahap ketiga adalah pengembangan (development), ketika investor

mulai menanamkan modalnya untuk fasilitas pariwisata di destinasi. Aksesibiltas

mengalami perbaikan, periklanan yang semakin meningkat dan adanya atraksi

wisata buatan serta kurangnya partisipasi masyarakat lokal

Tahap keempat merupakan konsolidasi (consolidation) dimana

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan terus terjadi dengan rata-rata kenaikan

yang menurun. Pada tahap ini ekonomi lokal telah bergantung pada pariwisata,

usaha pemasaran diperluas untuk menarik wisatawan yang semakin jauh dari

sebelumnya dan fasilitas sudah mulai kurang diominati wisatawan. Tahap kelima

adalah stagnasi (stagnation), salah satu tahap dimana jumlah wisatawan yang

telah mencapai batas maksimal menyebabkan daya tarik wisata tidak lagi begitu

menarik. Daya tarik wisata buatan menggantikan daya tarik wisata alam dan

budaya serta timbulnya masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Tahap keenam

disebut kemunduran (decline) merupakan tahap wisatawan tertarik pada destinasi

baru. Atraksi wisata menjadi semakin kurang menarik dan fasilitas pariwisata

menjadi kurang bermanfaat. Tahap ketujuh adalah peremajaan (rejuvenation)

terhadap daya tarik wisata yang telah mengalami kemuduran. Pada tahap ini

jumlah wisatawan menurun yang menyebabkan perubahan terhadap penggunaan

dan pemanfaatan sumber daya pariwisata. Terjadi penciptaan seperangkat atraksi

wisata artifisial baru yang tidak tereksploitasi sebelumnya.

Page 51: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

51

Gambar 2.1 Evolusi Destinasi Wisata. 1980

Sumber: Tourism Area Life Cycle. 2011

Pengembangan

Area kritis untuk elemen daya

tampung wisatawan

Keterlibatan

Peremajaan

Kemunduran

Eksplorasi

Stagnasi

Konsolidasi

Pengembangan suatu destinasi wisata dapat berdampak pada ekploitasi

secara terus-menerus, dampak lingkungan, sosial masyarakat. Kaitannya dengan

pemanfaatan terhadap bangunan bersejarah di Kota Makassar adalah bahwa

melalui model siklus Butler dapat diketahui tahap perkembangan ketiga bangunan

bersejarah di Kota Makassar sebagai wisata warisan budaya kemudian

menentukan strategi yang efektif untuk meningkatkan ketiga bangunan bersejarah.

2.3.3 Teori Pemasaran Pariwisata

Pemasaran secara umum diartikan sebagai kegiatan memperkenalkan suatu

produk kepada konsumen. Pemasaran industri pariwisata tidak hanya

memperkenalkan sebuah produk akan tetapi pemasaran juga meliputi bagaimana

memotivasi dan memberikan kemudahan bagi konsumen mendapatkan informasi

tentang produk yang ditawarkan. Pemahaman terhadap pemasaran dijelaskan

melalui konsep yang saling berkaitan (Yoeti, 2003:22-23)

Page 52: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

52

Marketing as an exchange dimana pemasaran pada dasarnya di anggap

sebagai media pertukaran barang dan jasa yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) manusia pada umumnya dan

konsumen pada khususnya. Pertukaran tersebut dapat berupa barang dan

jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Marketing as a system merupakan pengertian pemasaran sebagai suatu

sistem dapat diartikan sebagai seluruh aktifitas bisnis untuk mencari

keuntungan. Aktifitas tersebut berupa perencanaan dan menetapkan harga,

promosi, distribusi barang dan jasa kepada konsumen.

Bauran pemasaran adalah bukti perkembangan aktivitas pemasaran secara

menyeluruh. Menurut Fuad dkk (2006:128) bauran pemasaran sebagai kegiatan

pemasaran yang terpadu dan saling menunjang satu sama lain.

Bauran pemasaran sering disebut sebagai konsep 4P yang terdiri dari

produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), promosi

(promotion). Keempat unsur tersebut saling mendukung guna mewujudkan

suatu kepuasan konsumen.

Unsur pertama adalah produk (product) yang merupakan barang atau jasa

yang bisa ditawarkan untuk mendapatkan perhatian, permintaan pemakaian, atau

konsumsi dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan (Fuad dkk, 2006:128).

Produk seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang diimbangi

dengan kualitas dan kemasan. Produk pariwisata dalam hal ini daya tarik wisata

tidak hanya memerlukan promosi tetapi fasilitas yang menunjang dan dapat

menahan wisatawan lebih lama. Unsur kedua adalah harga (price) merupakan

sejumlah kompensasi (uang maupun barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan

untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa (Fuad dkk, 2006:129).

Harga sampai saat ini masih merupakan salah satu penentu utama bagi konsumen

dalam mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk. Penetapan harga

suatu produk harus mempertimbangkan biaya produksi serta laba yang ingin

dihasilkan oleh produsen. Penetapan harga yang terlalu tinggi mengakibatkan

Page 53: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

53

konsumen akan pindah ke produk yang lebih murah tetapi hal tersebut sesuai

dengan daya beli masing-masing konsumen. Unsur ketiga adalah saluran

distribusi (place) merupakan saluran yang digunakan oleh produsen untuk

menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan

yang mengupayakan agar agar produk sampai pada tangan konsumen. Kemudian

unsur terakhir adalah promosi (promotion) sebagai bagian dari bauran pemasaran

memiliki peran yang besar. Promosi bersifat informatif dan persuasi kepada

konsumen untuk menggunakan suatu produk.

Pemasaran dalam industri pariwisata tidak hanya bertujuan

memperkenalkan daya tarik wisata tetapi menilai kualitas, membuat kesan dan

membujuk wisatawan untuk kembali berkunjung. Dinyatakan Middleton

(1997:216) bahwa,

Marketing in the travel and tourism industry is increasingly recognised for

its significant contributions designing, delivering, and monitoring product

quality and achieving visitor satisfaction and repeat visits

Pernyataan tersebut bermakna bahwa pemasaran dalam industri perjalanan dan

pariwisata semakin diakui dalam memberikan kontribusi yang signifikan

merancang, mengirimkan dan memantau kualitas produk untuk mencapai

kepuasan wisatawan dan kunjungan kembali.

Pemasaran di dalam pariwisata berfungsi untuk mengetahui segmen pasar

suatu destinasi wisata, menganalisa kebutuhan wisatawan dan mengetahui

kemampuan sumber daya manusia. Demikian luas suatu kegiatan pemasaran

dalam industri pariwisata sehingga di dalam penelitian ini pemasaran daya tarik

Page 54: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

54

wisata warisan budaya akan dibatasi pada unsur promosi. Dinyatakan Bloom5

(2004) dibutuhkan empat langkah dalam perencanaan pemasaran wisata warisan

budaya antara lain humas, periklanan, materi grafis dan promosi. Langkah

pertama adalah public relation atau humas merupakan cara yang efektif untuk

menyampaikan pesan melalui media. Menambah sisi “menjual cerita” tentang

masyarakat, event, bangunan, makanan atau aktivitas baru dapat menjadi laporan

pihak ketiga yang memiliki kredibilitas yang lebih baik untuk daerah tujuan

wisata

Mempersiapkan alat bantu promosi bagi media, seperti buku informasi yang

berisi sejarah, Gambar dan tujuan dari promosi tersebut. Terdapat beberapa

kegiatan tambahan yang dapat dilaksanakan untuk memperkenalkan suatu daya

tarik wisata warisan budaya yaitu: mengorganisir sebuah educational tour bagi

siswa, mahasiswa dan pegawai pemerintah setempat untuk memahami dan

menghargai warisan budaya, merencanakan acara khusus untuk umum dengan

tujuan membangun antusiasme dan dapat menambah jumlah sukarelawan dalam

kegiatan dan membuka akses bagi masyarakat umum.

Langkah kedua adalah advertising atau periklanan merupakan kegiatan

pemasaran kepada target pasar yang memerlukan biaya tetapi efektif untuk

dilaksanakan. Kegiatan periklanan membutuhkan ketelitian dalam menetukan

jenis cara beriklan yang sesuai anggaran tetapi efektif dan frekuensi yang sesering

mungkin untuk menyampaikan pesan. Kerjasama dalam periklanan layak untuk

5Bloom, Susan dkk. 2004. Cultural Heritage Tourism Market for Success. [Diunduh 20 Desember

2013]. Sumber: URL: http://www.culturalheritagetourism.org/steps/step4.htm

Page 55: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

55

dilaksanakan untuk meringankan biaya dan mendapatkan target pasar yang lebih

banyak. Periklanan dapat dilaksanakan dengan organisasi pariwisata nasional atau

daerah, majalah nasional atau daerah, dinas pariwisata pemerintah setempat, pusat

perbelanjaan atau kerjasama dengan perusahaan lain. Selain itu dapat

menggunakan media eletronik seperi radio, televisi dan internet

Langkah ketiga adalah adalah penetapan graphic material yang merupakan

Gambar-Gambar yang dimiliki setiap daerah yang dapat memperlihatkan

kelebihan yang dimiliki daerah tersebut dan diolah menjadi sebuah materi grafis.

Skema warna serta desain yang unik merupakan elemen yang harus diperlihatkan

sebagai pengGambaran terhadap suatu daya tarik wisata warisan budaya.

Pemilihan logo atau simbol grafis untuk mengidentifikasi program serta

mengembangkan website yang merupakan komponen dalam memperkenalkan

wisata warisan budaya kepada banyak orang. Membuat brosur yang menarik, akan

tetapi harus mengetahui dimana brosur akan ditempatkan atau dibagikan dan siapa

yang akan dipilih sebagai target pasar.

Membuat brosur dan website perlu diperhatikan bahwa diperlukan staff yang

dapat menangani permintaan langsung untuk kunjungan kepada daya tarik wisata.

Selain itu perlu disiapkan juga penanganan terhadap wisatawan dalam kelompok

besar dan kerjasama yang baik dengan biro perjalanan wisata sangat dibutuhkan.

Langkah keempat adalah promotion dapat berupa keikutsertaan dalam sebuah

pameran pariwisata. Pameran dapat membawa pesan langsung kepada wisatawan

dan keuntungan ikut serta dalam pameran adalah dapat menjumpai banyak orang

merupakan pelaku pariwisata dalam satu hari. Diperlukan pembelajaran terhadap

Page 56: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

56

warisan budaya karena jenis pertanyaan oleh wisatawan akan sangat beragam

sehingga memerlukan banyak permintaan melalui korespondensi elektronik atau

telepon setelah pameran. Selain itu kegiatan sales mission kepada biro perjalanan

wisata, jurnalis untuk berbagi informasi tentang wisata warisan budaya yang

sedang dikembangkan penting untuk dilaksanakan.

2.4 Model penelitian

Model penelitian menggambarkan langkah-langkah dalam penelitian untuk

memecahkan rumusan masalah. Bangunan bersejarah memiliki potensi

dikembangkan menjadi wisata warisan budaya. Kota Makassar memiliki potensi

sumber daya budaya berupa bangunan bersejarah yaitu Fort Rotterdam, Museum

Kota dan Gedung Kesenian. Adanya kesenjangan keadaan fisik bangunan,

fasilitas penunjang dan pengelolaan pada akhirnya menyebabkan

ketidakseimbangan jumlah kunjungan wisatawan sehingga pada akhirnya dapat

berdampak pemeliharaan kelestarian ketiga bangunan bersejarah tersebut.

Penelitian ini mengangkat pemanfaatan bangunan bersejarah di Kota

Makassar dalam rangka pengembangan wisata warisan budaya dan diharapkan

bahwa melalui kegiatan pariwisata pelestarian bangunan bersejarah mendapatkan

perhatian dari pemerintah dan masyarakat lokal. Penelitian ini mengangkat tiga

rumusan masalah, pertama bagaimana pemanfaatan ketiga bangunan bersejarah

sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar. Masalah kedua adalah tahap

perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar,

sehingga masalah ketiga diketahui strategi yang efektif untuk meningkatkan

ketiga bangunan bersejarah sebagai wisata warisan budaya. Teori yang digunakan

Page 57: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

57

dalam penelitian ini adalah teori manajemen daya tarik wisata, siklus hidup

destinasi wisata dan pemasaran pariwisata yang dikombinasikan dengan

penjabaran konsep sehingga didapatkan temuan penelitian untuk menjawab ketiga

rumusan masalah.

Gambar 2.2 Model Penelitian

Wisata warisan budaya

di Kota Makassar

Konsep:

Bangunan Bersejarah

Wisata warisan budaya

Strategi

Daya Tarik Wisata

Fort Rotterdam

Museum Kota

Gedung Kesenian

Teori:

Manajemen Daya Tarik Wisata

Siklus Hidup Destinasi Wisata

Pemasaran Pariwisata

Keadaan Fisik dan

Pengelolaan bangunan

bersejarah

Fasilitas Penunjang

daya tarik wisata

Temuan Penelitian

Pemanfaatan Fort

Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian

sebagai wisata warisan

budaya

Tahap perkembangan

Fort Rotterdam, Museum

Kota dan Gedung

Kesenian sebagai wisata

warisan budaya

Strategi yang efektif

untuk meningkatkan

Fort Rotterdam,

Museum Kota dan

Gedung Kesenian

sebagai wisata warisan

budaya

Page 58: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

58

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang mendeskripsikan objek

penelitian secara rinci dan mendalam dengan maksud mengembangkan konsep

atau pemahaman dari suatu gejala (Sandjaja dan Heriyanto, 2006:49). Data

diambil dari hasil observasi sistematik dan wawancara semi terstruktur kepada

informan kemudian hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif untuk

mendapatkan jawaban dari rumusan masalah

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tiga bangunan bersejarah di Kota Makassar

yaitu Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian. Ketiga bangunan

bersejarah tersebut berlokasi tidak jauh satu satu sama lain karena dahulu kawasan

tersebut adalah pusat pemerintahan Belanda. Jarak tempuh dari fasilitas umum

seperti Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sekitar 25 km, apabila

menggunakan kendaraan pribadi sekitar 45 menit perjalanan dan dari Pelabuhan

Soekarno Hatta sekitar 2 km. Lokasi ketiga bangunan sangat strategis karena

dekat dengan landmark Kota Makassar yaitu anjungan Pantai Losari. Pada

Gambar 3.1 merupakan lokasi Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian.

Page 59: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

59

Gambar 3.1 Lokasi Fort Rotterdam, Gedung Kesenian dan Museum Kota Makassar

Sumber: https://maps.google.co.id/

Gedung Kesenian

Fort Rotterdam

Museum Kota

Anjungan Pantai Losari

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif dan data

kuantitatif dan sumber data dibagi menjadi sumber data primer dan sekunder.

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil wawancara kegiatan renovasi

yang telah dilakukan pada ketiga bangunan, fasilitas yang dimiliki, bentuk

promosi yang telah dilaksanakan seperti brosur atau media eletronik untuk Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian.

Data kuantitatif adalah data yang didapatkan dari hasil perhitungan model

statistik untuk menyelesaikan suatu rumusan masalah (Sandjaja dan Heriyanto,

2006:54). Dalam penelitian ini, data kuantitatif adalah data jumlah wisatawan

Page 60: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

60

Kota Makassar. Jumlah wisatawan yang mengunjungi Fort Rotterdam dan

Museum Kota, daftar benda-benda bersejarah di Museum Kota dan la galigo (Fort

Rotterdam) beserta jumlahnya, jumlah kamar di hotel berbintang Makassar.

Sumber data kualitatif dan kuantitatif diperoleh melalui informan yang dipilih

secara purposif. Informan merupakan pemerintah yaitu Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Kota

Makassar, Balai Pusat Statistik Kota Makassar, penhelola Museum Kota dan

Gedung Kesenian. Informasi lainnya berasal dari akademisi pariwisata dan Ujung

Pandang Heritage Society serta melalui studi kepustakaan tentang ketiga

bangunan bersejarah. Alasan pemilihan informan tersebut adalah karena memiliki

keterkaitan dengan kegiatan pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai gedung bersejarah serta

bagian dari wisata warisan budaya.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

3.4.1 Teknik Observasi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematik.

Peneliti telah terlebih dahulu membuat dan mengatur kerangka yang memuat

faktor-faktor dari subyek penelitian berupa pemanfaatan, tahap perkembangan

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian.

Page 61: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

61

3.4.2 Teknik Wawancara

Metode wawancara di dalam penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur. Wawancara dimulai dengan isu bentuk pemanfaatan Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya yang telah

dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara berfokus pada subyek

yang diteliti, tetapi dapat direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul

belakangan tetapi harus tetap berpusat pada tujuan penelitian serta topik yang

telah dibuat. Penentuan informan di dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposif, yaitu sampling yang dilaksanakan pada cara ini berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh peneliti (Sandjaja dan Heriyanto,

2006:183), adapun informan di dalam penelitian ini berjumlah sebelas orang dari

pihak pemerintah, organisasi warisan budaya, pengelola Museum Kota, seniman

dari Gedung Kesenian, himpunan pramuwisata dan akademisi pariwisata. Daftar

informan terdapat pada lampiran.

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang dilakukan dengan menelusuri kondisi bangunan-

bangunan di dalam kompleks Fort Rotterdam serta Museum La Galigo, Museum

Kota dan Gedung Kesenian yang diabadikan dalam Gambar. Dokumentasi

dilaksanakan beberapa kali selama melaksanakan penelitian.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Terdapat tiga jalur analisis data di dalam penelitian kualitatif, yaitu teknik

reduksi data, penyajian data dan proses penarikan kesimpulan (Miles dan

Huberman dalam Agusta, 1998:29). Pertama adalah teknik reduksi data

Page 62: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

62

merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di

lapangan. Data berupa hasil observasi pada ketiga bangunan bersejarah dan

wawancara terhadap informan dikumpulkan dan dikelompokan untuk

memudahkan pemilihan data untuk menjawab rumusan masalah.

Teknik penyajian data adalah langkah selanjutnya dalam proses analisis data

yang telah didapatkan. Informasi atas rumusan masalah pemanfaatan yang

dijabarkan secara bertahap dari awal pembangunan hingga saat ini terhadap Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian, tahap perkembangan masing-

masing bangunan sebagai daya tarik wisata. Pembahasan tersebut disusun dalam

bentuk naratif dengan memperhatikan kenyataan yang terjadi di lapangan

kemudian disusun strategi yang efektif untuk meningkatkan Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar sebagai wisata warisan budaya.

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis diuraikan dalam delapan bab secara naratif. Bab I berupa

pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah yang menjelaskan dasar dari

penelitian ini. Bab I juga memuat rumusan masalah yaitu bentuk pemanfaatan,

dan tahap perkembangan bangunan bersejarah yang dikembangkan menjadi

strategi yang efektif untuk meningkatkan ketiga bangunan bersejarah sebagai

wisata warisan budaya serta tujuan dan manfaat penelitian.

Pada bab II terdiri dari kajian pustaka yang menguraikan penelitian

sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian saat ini, dilanjutkan

dengan konsep, teori serta model penelitian. Bab III merupakan metode penelitian

Page 63: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

63

yang menjelaskan pendekatan penelitian ini secara kualitatif serta lokasi penelitian

yaitu Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar serta

pendekatan penelitian. Jenis data yaitu data kualitatif dan kuantitatif juga metode

pengumpulan serta metode analisis data.

Bab IV menguraikan sejarah, geografis, perkembangan ekonomi dan

pariwisata Kota Makassar. Sejarah, konstruksi bangunan Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai daya tarik wisata. Bab V

menjelaskan pembahasan tentang pemanfaatan ketiga bangunan sejarah yang

diuraikan melalui perspektif ruang, waktu dan sosial budaya. Bab VI diuraikan

tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian.

Dijelaskan pada bab VII strategi yang efektif untuk memajukan Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya. Pada bab

VIII merupakan simpulan serta saran.

Page 64: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

64

BAB IV

KOTA MAKASSAR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bagian ini menguraikan Gambaran umum Kota Makassar serta lokasi

penelitian yaitu Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian. Uraian ini

dimaksudkan untuk menjabarkan sejarah Kota Makassar dan perkembangannya

yang sangat berhubungan dengan keberadaan Fort Rotterdam, Museum Kota dan

Gedung Kesenian. Ketiga bangunan juga sebagai lokasi penelitian diuraikan

masing-masing sejarah, konstruksi bangunan dan fungsi banguanan sebagai daya

tarik wisata saat ini.

4.1 Sejarah Kota Makassar

Keberadaan Kota Makassar saat ini sebagai salah satu kota besar di Indonesia

tidak terlepas dari sejarah panjang masa pemerintahan Kerajaan Majapahit yang

telah memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke timur Indonesia. Hal tersebut

tertulis dalam buku Negarakartagama karangan Mpu Prapanca dinyatakan bahwa

Selawesi Selatan merupakan daerah taklukan keenam Kerajaan Majapahit. Pada

masa itu yaitu sekitar abad ke VI sampai dengan abad ke 15 Makassar belum

dipimpin oleh kerajaan kembar Gowa Tallo. Nama Kota Makassar belum lahir

akan tetapi yang tercatat adalah Suku Makassar, lebih lanjut dalam buku

Negarakartagama wilayah Makassar berada di daerah pesisir yang kemudian saat

ini bernama Kota Makassar. Buku tersebut juga menggambarkan bahwa wilayah

Page 65: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

65

Makassar dihuni oleh jiwa-jiwa yang bersemangat, peramu dan pemburu yang

pantang mundur dan mampu menghadapi tantangan berat sekalipun.

Sejarah keberadaan nama Kota Makassar memiliki banyak versi cerita yang

berkembang dari tulisan-tulisan ahli sejarah. Salah satu legenda yang berkembang

pada suku bugis yang ditulis oleh Koro (2005, dalam Tika dkk, 2013:1-2) bahwa

dulunya adalah seorang Raja yang memiliki dua orang anak tapi kedua anak lelaki

tersebut memiliki sifat yang berbeda. Anak pertama memiliki sifat kasar

kemudian diberi nama Makkasara sedangkan anak kedua yang memiliki sifat

lemah lebut atau ugi kemudian diberi nama Maugi kemudian berkembang menjadi

suku bugis. Anak pertama yaitu I Makkasara dan Maugi lari ke daerah utara

Sulawesi Selatan yang kemudian anak cucunya berkembang menjadi suatu

komunitas yang cukup besar. Kemudian keturunannya mengabadikan nama nenek

moyangnya masing-masing menjadi makassar dan bugis dan dari legenda tersebut

lahir suku makassar dan bugis yang berasal dari satu rumpun.

Legenda lain menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke kerajaan Gowa

yang disebarkan oleh orang-orang melayu. Ketika raja Gowa XIV Manga‟rangi

Daeang Manrabbia yang bergelar Sultan Alauddin bersama mengkubuminya I

Mallingkaan Daeng Nyonri Sultan Awwalul Islam atau yang dikenal sebagai

Karaeng Matowaya (1593-1639) memproklamirkan Islam sebagai agama

kerajaan. Saat itu, timbul istilah Makkasaraki Nabiya ri Butta Gowa yang artinya

semakin berkembang atau nyatalah ajaran Nabi Muhammad SAW (agama Islam)

di bumi kerajaan Gowa. Kata Makkasaraki Nabiya ri Butta Gowa awal

munculnya nama Makassar.

Page 66: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

66

Kedatangan bangsa Portugis di Makassar pada tahun 1511 setelah

mengusai wilayah Ternate karena mendengar adanya tambang emas di Pulau

Makassar. Jendral Portugis Alfonso Albuquerque melakukan ekspedisi ke Pulau

Makassar yang kemudian singgah di Manado dan menyangka Manado sebagai

Makassar. Masa keemasan kerajaan Makassar (Gowa Tallo) terjadi pada masa

pemerintahan Sultan Malikussaid dengan mangkunbuminya I Mangadacinna

Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang. Saat itu Makassar menjadi kota dunia

karena telah banyak berdiri kantor perwakilan dagang berbagai negara diantaranya

Inggris, Denmark, Portugis, Cina, Belanda dan beberapa negara lainnya. Belanda

menginginkan hak monopoli perdagangan sehingga dengan berbagai cara

membujuk raja Gowa akan tetapi selalu ditolak. Puncak pertentangan Belanda dan

Gowa pecah pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang dikenal sebagai

perang Makassar. Belanda kemudian menerapkan politik adu domba antara

kerajaan Gowa dan kerajaan Bone yang dipimpin oleh Aru Palakka. Pada masa itu

walaupun kerajaan Gowa memiliki persenjataan yang lengkap dan prajurit yang

gagah berani tetapi Sultan Hasanuddin akhirnya dikalahkan oleh bangsanya

sendiri. Kemenangan kerajaan Bone ditandai dengan peledakan benteng induk

somba opu yang akhirnya memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani

perjanjian bungaya pada tanggal 18 November 1667.

Perjanjian Bungaya menjadikan Belanda sebagai pemegang otoritas dari

perdagangan dan pemerintahan di Makassar. Salah satu dari isi perjanjian tersebut

adalah menghancurkan benteng-benteng di Makassar kecuali benteng Ujung

Pandang. Belanda tidak menghancurkan benteng tersebut adalah karena letak

Page 67: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

67

benteng Ujung Pandang yang strategis berada di tepi laut kemudian

menjadikannya sebagai tempat tinggal. Benteng Ujung pandang atau dikenal

dengan nama benteng panyua karena bentuknya yang menyerupai penyu diubah

namanya oleh Speelman menjadi Fort Rotterdam yang diambil dari nama kota

kelahirannya di Belanda. Belanda terus berkuasa di tanah Makassar serta

membangun banyak gedung untuk kepentingan pemerintahan Belanda. Bangsa

Jepang datang pada tahun 1942 dan merebut kekuasaan pemerintahan di Indonesia

termasuk di Makassar sampai dengan tahun 1945.

Kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 tidak

lantas membawa kebebasan bagi masyarakat Indonesia. Belanda yang membawa

tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) berusaha menjajah

Indonesia kembali. Perlawanan dari bangsa Indonesia di masing-masing daerah

akhirnya dapat mengusir Belanda dari tanah air. Makassar setelah penjajahan di

bawah pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II di Sulawesi

Selatan melalui Undang-undang nomor 9 tahun 1959. Pada tahun 1971 nama Kota

Makassar berubah menjadi Ujung Pandang, menyebabkan banyak kekecewaan

bagi budayawan, sejarawan serta masyarakat. Perjuangan untuk mengembalikan

nama Makassar melalui seminar, jurnal dan tulisan di media massa akhirnya

membuahkan hasil. Pada tanggal 13 Oktober 1999, Presiden B.J Habibie

mengeluarkan Peraturan Pemerintah tentang pengembalian nama Makassar

sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Tika, 2013: 17-18 )

Page 68: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

68

4.1.1 Letak Geografis Kota Makassar

Kota Makassar terletak di wilayah Sulawesi selatan dan merupakan ibukota

dari Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kota Makassar berada koordinat 119

derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang

bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan

daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua

muara sungai yakni Sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan Sungai

Jeneberang yang bermuara di selatan kota6. Luas wilayah daratan kota Makassar

seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 km2

dan termasuk 11 pulau di selat

Makassar. Wilayah Kota Makasar berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah

barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di

sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan. Jumlah kecamatan di kota

Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Jumlah penduduk

di Kota Makassar pada tahun 2013 sebanyak 1.387.302 jiwa. Jumlah penduduk

tersebut belum termasuk penduduk pendatang yang belum tercatat secara

administratif di daerah pinngiran Kota Makassar. Peningkatan jumlah penduduk

dalam kurun waktu 4 tahun sebesar 9,24%7.

Iklim di Kota Makassar terdiri dari musim hujan dan kemarau seperti wilayah

lainnya di Indonesia. Kota Makassar berada pada daerah khatulistiwa maka suhu

udara berkisar antara 20º C - 36º C dengan curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm,

6Anonim. 2011. Geografis Makassar. [diunduh 1 Februari 2014]. Sumber: URL:

http://bahasa.makassarkota.go.id/index.php/article/85-tentang-makassar/85-geografis-makassar.

7Anonim. 2014. Waspadai Ledakan Penduduk. [diunduh 02 April]. Sumber: URL:

http://www.fajar.co.id/kotadunia/3162146_6443.html

Page 69: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

69

dan jumlah hari hujan rata-rata 108 hari pertahun. Musim hujan rata-rata

berlangsung dari bulan Oktober sampai April yang dipengaruhi muson barat dan

musim kemarau rata-rata berlangsung dari bulan Mei sampai dengan September

yang dipengaruhi angin muson.

4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar

Makassar tidak lagi hanya menjadi pusat perdagangan bagi kota-kota di

kawasan Indonesia timur tetapi menjelma menjadi salah satu kota metropolitan.

Hal tersebut ditandai dengan pesatnya pembangunan pusat perdagangan,

perbelanjaan, pergudangan, industri makanan serta usaha kecil lainnya.

Perkembangan ekonomi di Kota Makassar pada pada Tabel 4.1 menjelaskan laju

pertumbuhan ekonomi Kota Makassar berdasarkan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto dalam Milyar) atas dasar harga konstan selama periode 2001-

2010.

Tabel 4.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Berdasarkan PDRB Harga

Konstan Tahun 2001-2010

Tahun PDRB Pertumbuhan Ekonomi (%)

2001 7.633.906.000 -

2002 8.178.880.000 7,14

2003 8.882.256.000 8,60

2004 9.785.333.000 10,17

2005 10.492.540.000 7,23

2006 11.341.848.000 8,09

2007 12.261.538.000 8,11

2008 13.561.827.000 10,52

2009 14.798.187.000 9,20

2010 16.252.451.000 9,83

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), Makassar dalam Angka berbagai edisi

Page 70: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

70

Diperoleh Gambaran umum pertumbuhan ekonomi yang dicapai di Kota

Makassar melalui Tabel 4.1 selama periode tahun 2001-2010. Pada tahun 2001

dan tahun 2002 PDRB meningkat dari 7,6 miliar meningkat menjadi 8.1 miliar

dengan persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 7,14%. Pada tahun-tahun

berikutnya pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar terus mengalami peningkatan

dengan persentase tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 10,52%. Penurunan

persentase pertumbuhan ekonomi terjadi pada tahun 2005 sebesar 7,23%.

Pemberitaan media massa tentang aksi anarkis mahasiswa atau oknum yang tidak

bertanggung jawab tidak lantas menghentikan kepercayaan investor untuk

berinvestasi di Kota Makassar.

Berbagai sektor industri banyak bermunculan meliputi industri makanan,

minuman, tekstil, dan olahan kayu serta industri lainnya. Peningkatan juga terjadi

pada sektor perhubungan berupa semakin banyaknya usaha penyedia transportasi

umum (bus) yang melayani perjalanan antar kabupaten sampai dengan Provinsi

Sulawesi Barat. Sektor perhubungan ini juga meliputi meningkatnya sarana

pelabuhan bongkar muat. Pusat perbelanjaan merupakan salah satu usaha yang

semakin menjamur. Pembangunan pusat perbelanjaan mall yang di dalamnya

terdiri dari fasilitas seperti toko pakaian, tas, jam tangan, alat olahraga, bioskop

dan restoran cepat saji serta pusat jajanan. Hal tersebut merupakan salah satu

bukti dari peningkatan permintaan masyarakat terhadap suatu produk. Industri

pariwisata juga semakin meningkat dengan dibukanya penerbangan internasional

dari Malaysia dan Singapura ke Kota Makassar. Semakin banyaknya jumlah biro

perjalanan wisata dan pembangunan hotel yang berlokasi di depan Pantai Losari

Page 71: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

71

semakin banyak. Pada Tabel 4.2 adalah daftar dan jumlah kamar pada 17 hotel

berbintang di Kota Makassar.

Tabel 4.2

Daftar dan Jumlah Kamar Hotel Berbintang di Kota Makassar

No Hotel Klasifikasi Jumlah Kamar

1 Hotel Imperial Aryaduta ***** 224

2 Hotel Quality Plaza *** 90

3 Hotel Makassar Golden ** 60

4 Hotel Pantai Gapura *** 64

5 Hotel Kenari *** 64

6 Hotel Banua *** 87

7 Hotel Clarion ***** 400

8 Hotel Sahid Jaya **** 220

9 Hotel Singgasana *** 193

10 Hotel Aston *** 177

11 Hotel Mercure *** 72

12 Hotel Santika *** 108

13 Hotel Swiss Belinn *** 183

14 Hotel Fave *** 141

15 Hotel Colonial *** 57

16 Hotel Best Western Makassar *** 162

17 Hotel Amaris *** 94

TOTAL 2.396

Sumber: www.booking.com. Diunduh 8 Februari 2014

Jumlah ketersediaan kamar pada 17 hotel berbintang saat ini di Kota

Makassar pada tahun 2014 sebanyak 2.396 kamar apabila dibandingkan dengan

jumlah ketersediaan kamar hotel di Kota Makassar pada tahun 2010 sebanyak

3.661 yang berarti terjadi peningkatan 11% selama kurun waktu hampir 4 tahun.

Pesatnya peningkatan pembangunan hotel di Kota Makassar merupakan potensi

yang dimiliki Makassar sebagai destinasi wisata kota di Indonesia. Adapun

jumlah perhitungan kamar yang terjual selama periode 2012-2013 pada Tabel 4.3

Page 72: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

72

Tabel 4.3

Tingkat Hunian Kamar Hotel di Kota Makassar

Tahun 2012-2013

Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar. 2014

Berdasarkan jenis hotel sesuai dengan bintang, maka hotel berbintang empat

pada tahun 2012 menjadi pilihan oleh wisatawan, sebanyak 242.931 kamar

terjual. Pada tahun 2013 jumlah kamar yang terjual pada hotel bintang lima,

empat dan melati mengalami penurunan. Pada tahun 2012 hotel bintang lima

terjual 126.057 kamar sedangkan tahun 2013 terjual 122.057 kamar terjadi

penurunan sebesar 0,03%. Pada hotel bintang 1 dan 2 mengalami kenaikan

sebesar 0,04%. Penurunan yang terjadi terhadap tingkat hunian kamar dari tahun

2012 ke tahun 2013 salah satu penyebabnya adalah peningkatan jumlah hotel

dalam satu tahun sebesar 65% sedangkan tingkat hunian kamar hanya tidak

mengalami banyak peningkatan. Alasan pembangunan hotel yang meningkat

adalah untuk menyambut Kota Makassar sebagai Kota MICE akan tetapi pada

kenyataannya event berskala nasional dan internasional dilaksanakan pada waktu

tertentu sedangkan hunian kamar harus dipenuhi setiap harinya.

Tipe Hotel berdasarkan

bintang 2012 2013 Satuan

Hotel bintang 5 126.592 122.057 Kamar/malam

Hotel bintang 4 242.931 233.654 Kamar/malam

Hotel bintang 3 159.130 149.328 Kamar/malam

Hotel bintang 1 & 2 110.509 115.598 Kamar/malam

Hotel melati 50.529 52.703 Kamar/malam

Jumlah 689.691 673.340 Kamar/malam

Page 73: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

73

4.1.3 Visi dan Misi Kota Makassar

Visi Kota Makassar disusun dengan memperhatikan kewenangan otonomi

daerah serta merujuk pada visi jangka panjang Kota Makassar tahun 2005-2025.

Maka ditetapkan visi Kota Makassar sebagai “kota dunia berlandaskan kearifan

lokal (Walikota Makassar Ilham Arif Sirajuddin, 2008:3). Lebih lanjut

disampaikan oleh Walikota Makassar bahwa Penyusunan visi tersebut oleh karena

terinspirasi oleh kejayaan Kota Makassar di masa lalu sehingga untuk

membangun Kota Makassar dibutuhkan pembangunan yang berkarakter. Adapun

beberapa kriteria pembangunan berkarakter antara lain: (1) perlakukan

pembangunan sesuai kebutuhan (2) mempergunakan potensi lokal (3) fokus dan

penyelesaian masalah (4) terintegrasi (5) memiliki nilai pragmatis dan filosofis.

Berdasarkan Visi Kota Makassar maka dirumuskan Misi Kota Makassar.

Adapun misi tersebut adalah:) Tahun 2009

1. Mewujudkan kota bermartabat

2. Mewujudkan warga kota yang sehat, terdidik, produktif dan berdaya saing.

3. Mewujudkan warga kota yang demokratis berlandaskan hukum

4. Mewujudkan Makassar kota aman, lestari, maju dan kuat berbasis

kemaritiman

5. Mewujudkan Kota Makassar yang berperan penting dalam dunia

internasional yang berkarakter dalam dunia perniagaan, barang, jasa,

industri, konvensi dan pendidikan.

Melalui sejarah tersebut pula lambang Kota Makassar dibuat yang mewakili

sejarah, budaya dan falsafah masyarakat Makassar. Lambang Kota Makassar pada

Page 74: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

74

Gambar 4.1 Lambang Kota Makassar saat ini.

Sumber: .http:// http://bahasa.makassarkota.go.id Gambar 4.2 Lambang Kota Makassar 1932-1952

Sumber: .http:// http://bahasa.makassarkota.go.id

Gambar 4.1 terdiri atas enam bagian, pertama adalah perisai putih sebagai dasar

melambangkan kesucian. Lambang kedua adalah perahu yang memiliki lima layar

yang sedang terkembang melambangkan bahwa Kota Makassar sejak dahulu kala

adalah salah satu pusat pelayaran di Indonesia. Lambang ketiga merupakan buah

padi dan kelapa mengartikan kemakmuran. Benteng yang terbayang di belakang

perisai merupakan lambang keempat yang menegaskan kejayaan Kota Makassar.

Warna merah, putih dan jingga disepanjang tepi perisai melambangkan kesatuan

dan kebesaran bangsa Indonesia. Tulisan “sekali layar terkembang, pantang biduk

surut ke pantai mengartikan semangat kepribadian yang pantang mundur.

4.1.4 Pariwisata Kota Makassar

Makassar dahulu dikenal sebagai kota maritim dan merupakan pintu masuk

bagi kota-kota di Indonesia Timur. Pemerintah Kota Makassar bermaksud

mengubah cara pandang tersebut menjadi Kota Makassar sebagai the family room

of Indonesia atau ruang keluarga Indonesia. Kota Makassar tidak hanya sebagai

pusat transit bagi kota-kota lain di Indonesia timur lebih dari itu Kota Makassar

dapat menjadi sebagai tempat yang aman tenteram, damai sangat kondusif sebagai

tempat tinggal dan berinvestasi serta melakukan berbagai aktivitas dan khususnya

Page 75: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

75

Gambar 4.3 Bandara Sultan Hasanuddin dan Trans Mall Makassar

Sumber: http://static.panoramio.com/photos/large/28511848.jpg

http://www.transstudioworld.com/images/ilus-ext.jpg

pariwisata. Pengembangan pariwisata di Kota Makassar kenyataannya baru

beberapa tahun mulai dikembangkan. Pembangunan bandara internasional Sultan

Hasanuddin merupakan salah satu bukti dari keseriusan pemerintah untuk

menjadikan Makassar sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia.

Pembangunan hotel, pusat perbelanjaan, taman bermain merupakan bukti nyata

bahwa investor melihat peluang Kota Makassar sebagai tujuan wisata.

Aksesibilitas dari kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu faktor

yang mampu meningkatkan jumlah wisatawan. Penerbangan dari Jakarta dengan

tujuan Makassar dapat menggunakan berbagai pilihan maskapai penerbangan

yang sesuai dengan daya beli masyarakat. Maskapai penerbangan dengan rute ke

Makassar antara lain Garuda Indonesia, Lion Air, Express Air, Sriwijaya Air dan

Citilink. Penerbangan internasional yang beroperasi langsung dari bandara Sultan

Page 76: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

76

Hasanuddin saat ini baru rute Makassar-Kuala Lumpur oleh Indonesia Air Asia

dan Silk Airlines dengan rute Makassar-Singapura8

Pintu masuk melalui pelabuhan laut mulai tahun 2010 di Kota Makassar telah

mulai disinggahi oleh kapal pesiar. Pada tahun 2009-2014 kapal pesiar Costa

Allegra yang mampu menampung 753 pemumpang dan sekitar 453 kru kapal

berlabuh sebanyak 12 kali mulai bulan September sampai dengan bulan April.

Kemudian pada tahun 2010-2014 beberapa kapal pesiar yang singgah di

pelabuhan Soekarno Hatta yaitu MV Costa Romantica, MV Orion II, MV

Volendam, MV Artemis. Aksesibilitas melalui kapal pelni dengan tujuan Kota

Makassar saat ini belum banyak dipergunakan sebagai transportasi bagi wisata ke

Kota Makassar karena terbatasnya fasilitas serta lamanya waktu tempuh

perjalanan.

Pelayanan transportasi umum untuk wisatawan di dalam Kota Makassar

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Makassar telah berkerjasama dengan

penyedia jasa taksi bosowa. Taksi bosowa akan dilengkapi oleh flyer peta Kota

Makassar yang di dalamnya terdapat daftar lokasi wisata yang menarik baik

wisata sejarah maupun wisata kulinernya sangat beranekaragam9. Transportasi

umum lainnya yang ada di Kota Makassar yaitu pete-pete (angkutan umum) yang

melayani berbagai rute hampir seluruh wilayah Kota Makassar, becak, bentor

(becak motor) untuk perjalanan jarak dekat. Becak adalah salah satu angkutan

8Anonim. 2013. Penerbangan Makassar ke Singapura Februari. [diunduh 6 Februari 2014].

Sumber: URL: http://www.skyscanner.co.id/transportasi/penerbangan/upg/sin

9Radityo Yulia. 2013. Pemkot Makassar Gandeng Taksi Bosowa. [diunduh 5 Februari 2014].

Sumber: URL: http://infomoneter.com/pemkot-makassar-gandeng-taksi-bosowa.

Page 77: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

77

tradisional yang biasa digunakan wisatawan asing akan tetapi karena kurang

pemahaman bahasa yang digunakan maka seringkali terjadi perbedaan pendapat

masalah harga dan rute perjalanan. Meningkatnya jumlah transportasi ke

Makassar membawa peningkatan terhadap jumlah wisatawan di Kota Makassar.

Tabel 4.4 menjabarkan jumlah wisatawan tahun 2012-2013.

Tabel 4.4

Angka Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara

Kota Makassar Melalui Bandar Udara dan Pelabuhan Laut 2012 – 2013

No Keterangan Tahun

Satuan 2012 2013

1

Jumlah Wisatawan Kota Makassar melalui

Pintu Masuk Bandara Sultan Hasanuddin

Mancanegara 57.836 46.121 orang

Domestik 3.361.671 3.123.274 orang

2

Jumlah Wisatawan Kota Makassar melalui

pintu masuk Pelabuhan Soekarno Hatta

Mancanegara

Domestik 289.377 266.964 orang

Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar, 2014

Jumlah wisatawan pada Tabel 4.4 diambil melalui pintu masuk bandara dan

pelabuhan dengan tujuan bahwa tidak ada wisatawan yang tidak terhitung.

Wisatawan nusantara merupakan wisatawan yang mayoritas berkunjung ke Kota

Makassar pada tahun 2012 sebanyak 3.361.671 orang, pada tahun 2013

mengalami penurunan walaupun tidak begitu signifikan sebanyak 3.123.274

orang. Wisawatan nusantara tersebut datang dengan berbagai tujuan tidak hanya

untuk berwisata akan tetapi pada awalnya untuk tujuan bisnis seperti pertemuan,

konfrensi kemudian dikombinasikan dengan kegiatan wisata. Wisatawan

mancanegara yang berjumlah 57.836 orang pada tahun 2012 turut mengalami

Page 78: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

78

Gambar 4.4 Hotel Imperial Aryaduta dan Restoran Jepang di Makassar

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-UsKQHIg500c/UPEQCnh-III/AAAAAAAAROc.jpg

penurunan pada tahun 2013 sebanyak 46.121. Penurunan jumlah wisatawan

domestik dapat dikarenakan event yang diadakan dengan skala nasional dan

internasional juga telah berkurang.

Keberadaan fasilitas hotel yang saat ini mencapai 180 buah (Badan Pusat

Statistik, 2013:227) juga disertai dengan meningkatnya bisnis kuliner.

Perkembangan bisnis kuliner di Kota Makassar tidak hanya berupa makanan

Indonesia tetapi sajian kuliner internasional semakin menjamur. Berbagai sudut

kawasan Kota Makassar dibangun restoran mulai dari masakan western, Jepang,

Korea serta perkembangan warung kopi (warkop) dengan fasilitas wi-fi sampai

dengan kafe yang memiliki konsep pelayanan seperti starbucks. Perkembangan

bisnis kuliner di Makassar mengisnpirasi media “Makassar Terkini” mengadakan

Makassar most favourite culinary award setiap tahunnya.

Kuliner tradisional Kota Makassar juga tidak kalah kreatif untuk menarik

pengunjung. Pisang epe merupakan jajanan khas Kota Makassar terbuat dari

pisang yang dibakar dan dipipihkan kemudian dicampur dengan gula merah cair

serta dapat dicampur dengan coklat, keju atau durian. Penjual pisang epe banyak

Page 79: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

79

ditemukan sepanjang jalan Pantai Losari. Penelitian Arsyad (2013) menyatakan

bahwa banyak dari penjual pisang epe di Pantai Losari adalah pendatang dari desa

ke Makassar untuk berjualan pisang epe. Kondisi yang dihadapi bahwa dengan

tingkat pendidikan yang rendah dengan penghasilan sebagai penjual pisang epe

telah mampu memenuhi kondisi pangan, pakaian, tempat tinggal dan air bersih.

Fasilitas-fasilitas yang menunjang kehadiran pariwisata di Kota Makassar

disiapkan dalam bentuk yang modern. Makassar masih kekurangan daya tarik

wisata kota yang mewakili kesenian, kebudayaan suku bugis makassar. Salah satu

contoh adalah Kota Bandung yang memiliki Saung Angklung Udjo (SAU)

merupakan pertunjukan angklung paling terkenal di Kota Bandung. SAU

menyajikan pertunjukan musik dengan alat musik tradisional Jawa Barat.

Makassar juga memiliki kesenian dan alat musik tradisional yang dapat dibuat

dalam suatu pertunjukan sehingga kesenian tersebut dapat dikenal oleh generasi

muda.

4.2 Sejarah Fort Rotterdam

Benteng Ujung Pandang atau yang saat ini dikenal sebagai Fort Rotterdam

merupakan lambang kemegahan dan kejayaan Raja Gowa pada abad ke 16 dan 17.

Benteng Ujung Pandang pembuatannya dirintis oleh Raja Gowa IX Tumaparisi

Kalonna yang kemudian diselesaikan oleh Raja Gowa X Tunipalangga Ulaweng

pada tahun 1545. Benteng Ujung Pandang memiliki beberapa nama yang

diberikan dari masa ke masa. Benteng panyua diberikan oleh rakyat Gowa karena

bentuk benteng Ujung Pandang yang menyerupai penyu yang sedang merayap

turun ke laut. Bentuk penyu tersebut mengandung makna tentang cita-cita

Page 80: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

80

kerajaan Gowa yang ingin memegang hegemoni baik di darat dan di laut. Cita-cita

tersebut mulai diwujudkan melalui usaha Raja Gowa IX Tumaparisi Kalonna dan

Raja Gowa ke XI Manriwa Gau Daeng Bonto Karaeng Tinupalangga yang

menguasai hampir seluruh daratan Pulau Sulawesi.

Nama Fort Rotterdam diberikan kepada benteng Ujung Pandang ketika

benteng ini dikuasai oleh pihak Belanda. Setelah ditandatanganinya perjanjian

bungaya yang merupakan perjanjian perdamaian antara Belanda dan kerajaan

Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin pada tanggal 18 November 1667

pada pasal 11 menyebutkan bahwa “benteng ujung pandang harus diserahkan

kepada kompeni dalam keadaan baik bersama dengan desa dan tanah yang

menjadi wilayahnya”10

.

Kota Rotterdam dipilih karena merupakan kota kelahiran dari Cornelius

Speelman yang berhasil menaklukan kekuasaan kerajaan Gowa di Sulawesi. Fort

Rotterdam dijadikan pusat kegiatan pemerintahan, militer dan kegiatan Belanda.

Pada awal dibangun bahan dasar dari benteng ini hanya berupa tanah liat setelah

itu dipugar oleh Sultan Alauddin dengan memasang batu sendimen dan batu

merah untuk memperkuat bangunan dan menambah arsitektur Makassar.

Cornelius Speelman yang diangkat sebagai gubernur mengubah secara total

seluruh bangunan benteng. Pemugaran yang dilakukan Belanda terhadap bagian

dalam benteng berjalan lambat yaitu selama kurang lebih 10 tahun disebabkan

perang yang terus menerus. Fort Rotterdam selesai dipugar baru pada tahun 1677

dan bangunan kediaman gubernur baru berdiri pada tahun 1686. Masa penjajahan

10

Al Maruzy Amir. 2010. Isi Perjanjian Bungaya. [diunduh 9 Februari. 2014]. Sumber: URL:

http://www.katailmu.com/2010/10/isi-lengkap-perjanjian-bungaya-i.html.

Page 81: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

81

Jepang tahun 1942 Fort Rotterdam juga tidak luput dari pemugaran. Perang antara

Jepang dan Belanda mengakibatkan rusaknya sebagian besar bangunan. Jepang

menambahkan gedung berlantai satu di dalam benteng pada bagian selatan yaitu

Bastion Mandarsyah dengan arsitektur Eropa (Masdoeki dkk, 1986:2-4).

4.2.1 Konstruksi Bangunan Fort Rotterdam

Fort Rotterdam memiliki dua gerbang terdapat di sebelah barat menghadap

ke laut dan pintu kecil terdapat di sebelah timur. Fort Rotterdam terdapat lima

buah sudut yang disebut dengan bastion. Kelima sudut tersebut adalah (1) bastion

bone terletak di sebelah barat yang merupakan kepala penyu (2) bastion bacan

yang terletak di sudut barat daya yang merupakan kaki depan kiri penyu (3)

bastion buton berada di barat laut benteng atau kaki kanan depan penyu (4)

bastion mandarsyah berada di sudut timur laut atau kaki belakang kanan penyu

(5) bastion amboina yang terletak di sudut tenggara atau kaki kiri belakang penyu.

Bastion merupakan dinding yang lebih tinggi dari dinding lainnya dengan

tebal sekitar 2 meter. Jalan dibuat menanjak yang disusun dari batu padas atau

batu bata merah bertujuan untuk menarik atau menurunkan meriam. Bastion

bacan dan mandarsyah adalah bastion ruang terbuka sehingga tidak dihubungkan

dengan dinding. Terdapat 16 buah bangunan di dalam Fort Rotterdam, 15 dari

bangunannya adalah peninggalan Belanda dan 1 bangunan peninggalan Jepang

dengan arsitektur Belanda. Luas areal keseluruhan dari Fort Rotterdam sekitar

28.595,55 meter persegi. Masing-masing pada sisi benteng tidak memiliki ukuran

yang sama karena pada saat dibangun disesuaikan dengan kebutuhan pertahanan.

Dinding bagian barat panjangnya 225 meter, bagian utara panjangnya 164,2

Page 82: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

82

meter, dinding bagian timur panjangnya 193,2 meter dan sebelah selatan yaitu

jarak antara bastion amboina dan bacan 153,35 meter.

Konstruksi bangunan dari Fort Rotterdam merupakan batu padas yang

memiliki ukuran yang berbeda. Batu yang paling besar memiliki panjang sekitar

62 cm sedangkan yang terkecil memiliki panjang 44 cm. Proses pembangunan

Fort Rotterdam pada masa Belanda berlangsung cukup lama. Pembangunan awal

dimulai dengan cara timbun yaitu bagian dalam terlebih dahulu diberi batu karang

dan tanah. Kemudian ditutup menggunakan balok-balok batu padas hingga rapi

dan disatukan dengan menggunakan campuran semen kapur dan pasir. Ditemukan

sejumlah batu-bata dengan berbagai ukuran sebagai bahan tambahan untuk

pembuatan dinding.

Bangunan yang pertama didirikan oleh Belanda adalah bangunan yang

berada di tengah yang dulunya adalah sebuah gereja. Kemudian dibangun gedung-

gedung lain berlantai 2 dan 3. Proses pembangunan yang tidak menggunakan

trasram menyebabkan perembesan air pada dinding sehingga mempercepat

kerusakan bangunan. Fort Rotterdam dibangun dengan arsitektur Eropa yang

mengadopsi gaya gotik dari abad XVII dengan ciri pilar teras bundar dan kastel.

Beberapa pintu dan jendela tinggi yang melengkung bagian atasnya merupakan

ciri bangunan Belanda di Indonesia pada masa itu (Masdoeki, 1986:16-20).

Fort Rotterdam saat ini telah berkembang menjadi daya tarik wisata dan

Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar menempati beberapa gedung sebagai

perkantoran dan juga museum. Pada Gambar 4.5 dijabarkan fungsi masing-

masing bangunan di dalam kompleks Fort Rotterdam saat ini.

Page 83: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

83

Kode huruf alfabet pada bangunan di Fort Rotterdam menjelaskan fungsi

bangunan saat ini. Bangunan dengan kode A menujukkan gerbang barat yang

merupakan bagian kepala penyu. Beberapa dokumen menyebutkan bahwa pintu

masuk sebelah barat dulunya terdiri dari tiga gerbang sedangkan saat ini hanya

ada dua gerbang dan di sebelah kiri sebelum memasuki kompoleks Fort

Rotterdam terdapat pos penjagaan yang mengambil data pengunjung setiap

harinya.

Gambar Bangunan yang ditandai dengan huruf B pada Gambar 4.5 dulunya

tempat perwakilan dagang dan bagian bawah berfungsi sebagai sel. Saat ini

sebagian bangunan tersebut telah hancur dan yang tersisa saat ini adalah penjara

yang difungsikan sebagai kantin dan tempat berkumpulnya polisi pariwisata serta

Keterangan:

A: Pintu Masuk sebelah Barat

B: Pos Jaga

C: Gedung Dewan Kesenian Makassar

D: Museum La Galigo

E: Kantor BPCB Makassar

F: Gedung Laboratorium koleksi Museum La

Galigo

G: Gedung Sekretariat Kesultanan Tallo

H: Penginapan

I: Gedung Pengelolaan Teknis Permuseuman dan

Musallah

J: Kantor dan Perpustakaan BPCB Makassar

K: Kantor Kepala BPCB Makassar

L: Gudang dan Bengkel Peralatan Taman BPCB

Makassar

M: Museum La Galigo

N: Kantor Pengelola Museum La Galigo

O: Kantor Pengelola Museum La Galigo dan Ruang

Pamer BPCB Makassar

P: Aula

Gambar 4.5 Gambar Kompleks Fort Rotterdam saat ini

Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. 2012

Page 84: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

84

Gambar 4.6 Gerbang Fort Rotterdam dahulu dan saat ini

Sumber: Ujung Pandang Heritage Society dan Balai Pelestarian Cagar Budaya

anggota HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia). Bangunan yang telah hancur

tidak dilakukan renovasi karena bangunan tersebut tidak memiliki dokumentasi

sehingga tidak memungkinkan di revitalisasi.

Bangunan C pada Gambar Gambar 4.5 terletak di sebelah selatan dekat

dengan pintu gerbang bagian barat. Bangunan digunakan oleh Dewan Kesenian

Makassar sebagai tempat berlatih dan berkumpul. Bangunan dengan luas 495 m2

dahulu ditempati oleh tamu-tamu Belanda dari kerajaan Buton. Gedung

selanjutnya adalah gedung dengan kode D yang sekarang berfungsi sebagai

Museum La Galigo. Bangunan yang dipergunakan sebagai Museum La Galigo

adalah gedung kode D dan M. Dahulu gedung ini di bagian belakang merupakan

rumah sakit bagi orang Belanda kemudian dirubah fungsinya sebagai wisma

tentara. Bagian depan gedung ini sebagai tempat tinggal Cornelius Speelman,

bagian depan dan belakang dihubungkan oleh selasar. Pada tahun 1938 didirikan

sebuah museum di bekas tempat tinggal Cornelius Speelman yang bernama

Celebes Museum merupakan asal muasal dari Museum La Galigo saat ini.

Page 85: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

85

Gambar 4.7 Bagian Barat (Pintu Masuk) Fort Rotterdam

Sumber: www.nl.wikipedia.com

Museum La Galigo yang berlokasi di sebelah utara merupakan tempat pemeran

peninggalan para penyebar agama islam di Makassar. Terdapat naskah riwayat

Nabi dan Rasul dalam bahasa arab, kumpulan doa, peninggalan berupa baju,

tasbih, stempel kerajaan Bone, mata uang kuno serta piring keramik dengan lafal

arab.

Gedung kode E pada Gambar 4.5 merupakan gedung perkantoran dari Balai

Pelestarian Cagar Budaya Makassar. Dahulu gedung E digunakan sebagai

kediaman bagi pimpinan perdagangan dan pendeta. Renovasi yang dilaksanakan

pada tahun 1977 yang mengubah fungsi gedung ini menjadi museum untuk seni

rupa dan auditorium. Bangunan dengan luas 2.554,7 m2 terdiri atas dua lantai

yang sebenarnya terbagi atas dua gedung yang dipisahkan oleh dinding tanpa

pintu penghubung. Gedung F merupakan laboratorium atau konservasi koleksi

Museum La Galigo. Dahulu gedung dengan luas 556 m2

dahulu adalah tempat

tinggal dokter-dokter Belanda.

Page 86: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

86

Gedung G adalah sekertariat Kesultanan Tallo. Pada masa Belanda gedung

ini digunakan sebagai gedung pertukangan yang kemudian berubah menjadi

gudang. Gedung ini berukuran 171 m2

dan terdiri atas tiga lantai. Pada bagian

bawah sebagai ruang bagi perkumpulan untuk pelukis dari tanah liat. Gedung H

merupakan bangunan yang difungsikan sebagai penginapan bagi tamu Balai

Pelestarian Cagar Budaya. Gedung dengan kode H memiliki luas 905,84 m2 dan

dahulu sebagai tempat untuk menerima tamu dari Mandarsyah (Ternate). Gedung

ini terdiri atas 4 lantai. Bangunan berkode I pada Gambar Gambar 4.5 adalah

ruang pengelolaan teknis permuseuman sejarah dan pubakala dan mushallah.

Bangunan dengan luas 426,4 m2 ini adalah bangunan yang dibuat pada oleh

Jepang namun tetap memiliki arsitektur Belanda.

Gedung lain yang berada di komplek Fort Rotterdam adalah gedung J yang

berfungsi sebagai perpustakaan pada lantai dua dan perkantoran pegawai Balai

Pelestarian Cagar Budaya Makassar. Fungsi bangunan ini pada masa Belanda

adalah sebagai tempat bagi pemegang buku Germising yang direhabilitasi pada

tahun 1976 dan memiliki luas 838,24 m2. Dahulu bangunan dengan kode K adalah

balaikota dengan luas keseluruhan 556,5 m2. Bangunan ini sekarang adalah kantor

bagi kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar.

Awalnya bangunan dengan kode L pada Gambar 4.5 adalah tahanan bagi

orang-orang yang menentang pemerintah Belanda. Bangunan ini terpisah oleh

lorong menuju Bastion Amboina, sehingga terbagi menjadi dua bangunan dimana

terdapat dua pintu persegi panjang dan sebuah jendela dengan terali. Bangunan ini

sekarang menjadi gudang dan bengkel peralatan taman Balai Pelestarian Cagar

Page 87: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

87

Gambar 4.8 Museum La Galigo (Gedung M)

Sumber: http://museumlagaligo.com/wp-content

Budaya Makassar. Gedung M dahulu merupakan pusat perdagangan Belanda

dengan luas 2.520 m2. Fungsi gedung M saat ini adalah sebagai Museum La

Galigo yang terletak di sebelah selatan Fort Rotterdam. Museum La Galigo ini

memiliki 3 lantai dan tersimpan benda-benda bersejarah dari berbagai daerah di

Provinsi Sulawesi Selatan. Museum La Galigo pada gedung M memamerkan

sejarah Sulawesi Selatan dari masa ke masa, terdapat ruangan dengan tema

perkampungan adat ruangan dengan koleksi untuk tema agraris dan bahari.

Bangunan dengan kode N dengan luas 336 m2pada masa kolonial adalah

tempat bagi tamu dari Ternate atau Bacan. Lantai dasar adalah ruang tahanan bagi

Pangeran Diponegoro. Saat ini bangunan tersebut dipergunakan oleh pengelola

Museum La Galigo.

Rehabilitasi yang dilaksanakan pada tahun 1974 mengalihfungsikan gedung

dengan kode O menjadi Kantor Pengelola Museum La Galigo dan ruang pamer

Balai Pelestarian Cagar Budaya. Gedung O memiliki luas 962,17 m2 dan terdiri

Page 88: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

88

Gambar 4.9 Bagian Timur Fort Rotterdam

Sumber: www.utiket.com

atas dua lantai, bangunan ini dahulu adalah ruang kerja gubernur. Bangunan yang

memiliki lantai dua dan terletak di tengah kompleks Fort Rotterdam berfungsi

sebagai gereja pada zaman Belanda. Gereja ini adalah gereja yang pertama kali

dibangun di Kota Makassar. Saat ini ruangan di lantai dua difungsikan sebagai

aula dan ruang bawah sebagai ruang pamer akan tetapi telah ditutup untuk

pengunjung.

4.3 Sejarah Museum Kota Makassar

Usaha Belanda yang telah berhasil menaklukan Kerajaan Gowa Tallo

akhirnya menjadikan Makassar sebagai pusat pemerintahan kolonial untuk

Indonesia timur. Belanda mulai membangun fasilitas untuk kepentingan

kelancaran pemerintahan dan perdagangan. Gedung Gemeentehuis dibangun pada

tahun 1906 dibarengi dengan peningkatan status Makassar sebagai kota besar dan

selesai pada tahun 1918. Walikota pertama yang menempati gedung

Gemeentehuis berkebangsaan Belanda adalah J.E Danbrik dengan masa jabatan

Page 89: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

89

Gambar 4.10 Gedung Gemeentehuis tahun 1960

Sumber: Ujung Pandang Heritage Society

1918-1927. Beberapa walikota selanjutnya yang menempati gedung

Gemeentehuis adalah J.H De Groot (1927-1931), G.H.J Beikenkanp (1931-1932),

Ir. F.C. Van Lier (1932-1933), Ch. H. Ter Laeag (1933-1934), J. Leewis (1934-

1936), H.F Brune (1956-1942).

Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia walikota Makassar yang

berkebangsaan Jepang dan menempati Gemeentehuis adalah Yamazaki (1942-

1945). Setelah Indonesia merdeka gedung Gemeentehuis ini tetap dijadikan

sebagai kantor walikota tahun 1947-1993. Pada tahun 1993 kantor walikota

dipindahkan ke kantor gubernur yang letaknya tidak jauh dari gedung

Gemeentehuis di jalan Ahmad Yani, sedangkan kantor gubernur dipindahkan ke

gedung baru di jalan Urip Sumoharjo. Setelah itu gedung Gemeentehuis sempat

difungsikan menjadi kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) dan Kantor Catatan Sipil. Prakarsa oleh H.B Amiruddin Maula yang

merupakan walikota Makassar 1999-2004 akhirnya pada tanggal 7 Juni 2000

Page 90: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

90

Museum Kota Makassar dibuka secara resmi. Museum Kota Makassar

menyimpan berbagai benda bersejarah perkembangan Kota Makassar.

4.3.1 Konstruksi Bangunan Museum Kota Makassar

Kondisi gedung Gemeentehuis saat ini cukup terawat. Bangunan ini

menerapkan konsep garden city yaitu bangunan di kelilingi oleh halaman dari

depan dan belakang. Dinyatakan oleh Asmunandar (2008:99) bahwa Ciri khas

lain bangunan yang menggunakan konsep garden city adalah pintu, jendela, dan

ventilasi yang berukuran lebar, yang mengelilingi keempat sisinya. Ciri bangunan

tropis gedung Gemeentehuis dapat dilihat pada atapnya yang berbentuk limasan

dengan kemiringan yang tajam.

Luas bangunan Museum Kota Makassar adalah 2.108 meter2 sedangkan luas

tanah 2.709 meter2. Konsep bangunan bergaya neo klasik campuran antara

renaissance dan gotik yang terlihat pada dinding yang dibatasi oleh pilaster,

jendela yang melengkung pada bagian atas dan hiasan pada kaki pilaster yang

berupa molding. Ciri khas gotik juga tampil pada konsol tritisan dan hiasan

lainnya pada gedung utama dan gedung pendukung. Gedung utama terletak di

bagian depan, pada saat masuk terdapat ruangan besar dan untuk memberikan

kesan simetris tangga utama menuju lantai 2 terletak di tengah ruangan. Museum

Kota Makassar pada lantai dasar memiliki lima ruangan pada lantai dasar. Pada

Gambar 4.11 merupakan denah dari Museum Kota Makassar pada lantai dasar.

Page 91: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

91

Keterangan:

A: Ruang Pengelola Museum

B: Ruang Pengelola Museum

C: Aula Depan Pintu Masuk

D: Ruang Pamer Sejarah Kota

Makassar

E: Ruang Pamer Foto dan

Pemerintahan Kota Makassar

F: Ruang Pamer Foto dan

Pemerintahan Kota Makassar

G: Ruang Pamer Seni Budaya

Makassar

Gambar 4.11 Denah Museum Kota Makassar Lantai 1

Sumber: Mansyur. 2010

E

G

U

Gambar 4.11 adalah denah lantai satu Museum Kota Makassar. Ruangan A

dan ruang B memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai ruang bagi pengelola

museum. Ruang C merupakan aula di depan pintu masuk yang memamerkan

sepeda tua, piano yang dibuat pada tahun 1926 dan lukisan Sultan Hasanuddin.

Pada bagian belakang ruang C di bawah tangga merupakan ruangan bagi Kepala

Museum Kota Makassar.

Pada ruang D adalah ruang pamer sejarah Kota Makassar yang terdapat

foto Makassar dari udara yang tertempel di dinding, batu bata Benteng Somba

Opu dan Perjanjian Bungaya. Ruang E dipamerkan koleksi numismatik baik mata

uang koin maupun mata uang kertas dari masa kerajaan Gowa-Tallo, masa

Pemerintahan Belanda dan setelah kemerdekaan. Pada ruang E juga dipamerkan

foto pemerintahan di Kota makassar dari masa ke masa.

Page 92: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

92

Keterangan:

H: Patompo Memorial Room

I: Ruang Pertemuan

Gambar 4.12 Denah Museum Kota Makassar Lantai 2

Sumber: Mansyur. 2010

I

U

Pada lantai dua bangunan Museum Kota Makassar yaitu Gambar 4.12

fungsi ruangan dulu dan saat ini masih sama. Ruangan H diberi nama Patompo

Memorial Room memiliki fungsi sebagai tempat pameran foto, seragam dan

barang-barang Walikota Makassar H.M Daeng Patompo (1965-1978) selama

masa jabatannya. Ruang I adalah ruang pertemuan yang dimanfaatkan bagi

pengelola Museum Kota Makassar memberikan informasi kepada tamu

rombongan.

4.4 Sejarah Gedung Kesenian Makassar

Gedung Kesenian atau banyak dikenal dengan nama societiet de harmonie

adalah tempat pertemuan, perkumpulan, pesta pertunjukan sandiwara, dan acara

resmi lainnya yang diselenggarakan oleh Belanda pada masa kolonial. Gedung ini

menurut para ahli dibangun sekitar tahun 1896 yang kemudian direnovasi sekitar

tahun 1910-an dan terletak di jalan Riburanne yang dulunya bernama jalan Prins

Hendrik Pad (Nuraeda dkk, 2008:17).

Page 93: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

93

Gambar 4.13 Gedung Kesenian Makassar tahun 1890-an

Sumber: Ujung Pandang Heritage Society

Gambar 4.13 adalah bentuk Gedung Kesenian pada tahun 1890an, bentuk

bangunan saat ini adalah bentuk bangunan tahun 1930 yang telah mengalami

renovasi sebanyak tiga kali selama masa pemerintahan Belanda. Gedung Kesenian

yang asli terbuat dari batu bata, kayu, sirap seng dan kaca

Pesta dan jamuan yang diadakan di Gedung Kesenian hanya diperuntukkan

bagi bangsawan dan orang-orang Asia yang merupakan tamu penting bangsa

Belanda. Setelah masa kedudukan Belanda di Kota Makassar usai tahun 1942-

1953 oleh Jepang Gedung Kesenian dipergunakan sebagai Balai Pertemuan

Masyarakat. Pada tahun 1953-1955 gedung ini digunakan khusus oleh keturunan

orang-orang Belanda, Cina dan bangsawan yang bertempat tinggal di Kota

Makassar sebagai tempat pertemuan. Gedung Kesenian mulai dapat dipergunakan

oleh masyarakat pribumi pada tahun 1955. Pada tahun-tahun berikutnya gedung

ini digunakan sebagai gedung perkantoran. Tahun 1960-1978 Gedung Kesenian

difungsikan sebagai kantor DPRD tingkat I Priovinsi Sulawesi Selatan, tahun

Page 94: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

94

Gambar 4.14 Gedung Kesenian Makassar sekitar tahun 1930

Sumber: Ujung Pandang Heritage Society

1978-1980 sebagai Kantor KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan Dinas

Pendapatan Daerah. Tahun 1980-1990 Gedung Kesenian menjadi kantor bagi

perkumpulan seniman yaitu Dewan Kesenian Makassar, selanjutnya tahun 1990-

2000 digunakan sebagai kantor pembantu gubernur wilayah III dan kantor badan

kooordinasi penanaman modal daerah (BKPMD) Sulawesi Selatan. Pengembalian

fungsi gedung ini menjadi Gedung Kesenian setelah era reformasi di Indonesia

(Natsir dkk, 2012:40).

4.4.1 Konstruksi Bangunan Gedung Kesenian Makassar

Gedung Kesenian Makassar memiliki luas 55,7 x 42,5 meter dan telah

dipugar setelah diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Gedung Kesenian yang

telah dipugar pada Gambar 4.14 pada bagian depan gedung terdapat pilar-pilar

besar dan menara tinggi dengan atap bersusun tiga yang adalah ciri dari bangunan

Eropa abad XVII.

Page 95: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

95

Bentuk dari Gedung Kesenian menyerupai huruf L dan terdapat teras pada

pintu masuk gedung di sisi sebelah barat gedung. Terdapat aula yang dulu

digunakan sebagai tempat berdansa. Sebelah kiri aula dulu merupakan ruang

terbuka, di sisi kiri aula yang disatukan dengan taman dipergunakan sebagai

tempat bersantai, makan dan bermain bilyar. Saat ini sisi tersebut telah direnovasi

dan dibangun beberapa ruangan sebagai kantor pengelola. Tempat pertunjukan

terletak di tengah gedung yang berbentuk seperti auditorium dan terdapat

panggung untuk menggelar teater atau pentas seni lainnya.

Page 96: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

96

BAB V

PEMANFAATAN FORT ROTTERDAM, MUSEUM KOTA,

GEDUNG KESENIAN SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA

DI KOTA MAKASSAR

Pada zaman kolonial, Kota Makassar merupakan pusat pemerintahan

Belanda untuk kawasan Indonesia Timur. Pembangunan berbagai gedung untuk

mendukung pemerintahan Belanda pada saat itu banyak dilakukan. Gedung yang

sampai saat ini masih dapat bertahan seperti dengan bentuk aslinya adalah

Benteng Ujung Pandang yang kemudian berubah nama menjadi Fort Rotterdam,

Gedung Kesenian dan Museum Kota Makassar, Pengadilan Negeri Kota

Makassar, Gereja Katedral, Balaikota Makassar, Gedung MULO (Meer

Uitgebreid Lager Onderwijs), Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan.

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian memiliki keterkaitan

sejarah satu sama lain dalam pembangunan Kota Makassar sendiri dan masih

dapat digunakan untuk kepentingan umum. Ketiga bangunan bersejarah ini

merupakan potensi dalam mengembangkan wisata warisan budaya karena

keunikan arsitektur bangunan dan benda bersejarah yang tersimpan di dalamnya.

Potensi non fisik (intangible) adalah nilai sejarah, perjuangan masyarakat

makassar merupakan cerita dan menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat.

Menurut Nuryanti (2009:9) bahwa heritage atau warisan budaya dalam

perkembangannya menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat yang berwujud

(tangible) dan tidak berwujud (intangible).

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam industri pariwisata menjadi wadah

pelestarian bangunan tersebut bersama dengan nilai budaya lokal yang terkandung

Page 97: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

97

di dalamnya. Secara nyata memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat

lokal di sekitarnya. Dinyatakan oleh Fletcher dalam Nuryanti. 2009:13-14) bahwa,

Sebagai suatu sumber daya pariwisata, warisan budaya memiliki banyak

sekali nilai kekuatan dan kelebihan dibandingkan dengan sumber daya lain,

yaitu (1) kualitas atau nilai daya tarik (attractiveness) yang unik serta

bersifat universal mampu menarik wisatawan dengan skala yang lebih luas

(2) Tidak adanya ketergantungan terhadap musim kunjungan pariwisata

tertentu. Keleluasaan kunjungan dapat dilakukan sepanjang waktu (3)

Adanya kelompok yang memiliki ketertarikan terhadap wisata warisan

budaya berasal dari wisatawan yang memiliki pendidikan yang lebih baik.

Berkecenderungan memiliki ketertarikan pula terhadap produk lokal.

5.1 Pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai Wisata warisan budaya

Awal pemanfaatan bangunan pada abad 16 dan 17 Benteng Ujung Pandang

adalah sebagai benteng pertahanan dari Kerajaan Gowa, setelah direbut oleh

Belanda pada tahun 1667 nama benteng diubah menjadi Fort Rotterdam. Setelah

direbut oleh Belanda Fort Rotterdam mengalami pemugaran awal dengan dan

berfungsi sebagai pusat petahanan, pemerintahan serta pusat kegiatan perdangan

Belanda. Pembangunan gedung-gedung di dalam kompleks Fort Rotterdam

dilaksanakan cukup lama dan keseluruhan bangunan selesai dibangun tahun 1686.

Pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata sebenarnya telah

dimulai dari masa kolonial, setelah rumah kediaman Cornelius Speelman yang

berada di luar Fort Rotterdam selesai dibangun bekas tempat tinggalnya di dalam

kompleks Fort Rotterdam digunakan sebagai museum tahun 1937. Museum

tersebut bernama Museum Celebes dan menyimpan beberapa benda antara lain

peralatan permainan rakyat, keramik, piring emas, destar tradisional dan beberapa

mata uang. Masa kekuasaan Jepang di Makassar Fort Rotterdam dimanfaatakan

Page 98: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

98

sebagai Kantor Pusat Penelitian Ilmiah dalam Ilmu Pertanian dan Bahasa.

Dibangun sebuah gedung berlantai satu dengan arsitektur yang sama.

Pemanfaatan Fort Rotterdam untuk kepentingan kebudayaan dan dapat

dikunjungi oleh masyarakat adalah setelah Indonesia Merdeka. Dinyatakan oleh

Masdoeki dkk (1986:22) bahwa seluruh pemanfaatan dari Benteng Ujung

Pandang harus dikaitkan dengan usaha pembinaan dan pengembangan

kebudayaan bangsa. Sebelum pemerintah mengeluarkan keputusan resmi tentang

pemanfaatan Fort Rotterdam terlebih dahulu telah dibuat beberapa perbaikan

terhadap bangunan dengan tujuan sebagai sarana kebudayaan dan pengembangan

wisata. Pemugaran beberapa gedung yang hancur dan pembangunan jalan setapak

yang menghubungkan antar gedung.

Pada tahun 1962 atas prakarsa Kepala Inspeksi Kebudayaan Daerah

Sulawesi Selatan dan Tenggara Abdul Rahim Mone, disertai dukungan

pemerintah daerah dan budayawan di Makassar yang merintis kembali pendirian

Museum Celebes dengan koleksi sumbangan dari beberapa budayawan, antara

lain mata uang kuno, gelang perak, pakaian adat pengantin, keris, badik dan

beberapa koleksi Yayasan Mathes, Yayasan Pusat Kebudayaan Indonesia Timur,

dan milik Inspeksi Kebudayaan Daerah Sulawesi Tenggara. Museum Celebes

diakui sebagai museum daerah setelah delapan tahun sebagai museum dengan

status persiapan. Pada tanggal 1 Mei 1970 museum Celebes diresmikan dan

berganti nama dengan Museum La Galigo. Pada tahun yang sama juga

pemanfaatan salah satu gedung yang terletak di sebelah Utara Fort Rotterdam

sebagai Taman Budaya Ujung Pandang. Kemudian tahun 1972 dibangun sebuah

Page 99: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

99

Gambar 5.1 Arena terbuka di bagian selatan Fort Rotterdam

Sumber: Dokumentasi Penulis

arena terbuka di bagian selatan Fort Rotterdam. Arena tersebut difungsikan

sebagai tempat untuk berlatih pada para kelompok seni dan setiap malam minggu

digunakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan untuk menampilkan

kegiatan seni tradisional. Ramainya masyarakat mengembangkan Fort Rotterdam

sebagai pusat kegiatan seni dan pengembangan kebudayaan, tahun 1974

pemerintah meresmikan Fort Rotterdam sebagai Pusat Kebudayaan Sulawesi

Selatan.

Hingga saat ini pemanfaatan Fort Rotterdam telah berkembang menjadi

daya tarik wisata andalan Kota Makassar serta sebagai objek bagi penelitian

bidang arkeologi, arsitektur dan pariwisata. Pemanfaatan tersebut sejalan dengan

beberapa usaha pelestarian antara lain membuat taman pada lahan terbuka di

tengah-tengah bangunan Fort Rotterdam. Pada tahun 2010 dilaksanakan

pelestarian berupa revitalisasi yang merupakan salah satu jalan untuk melestarikan

Fort Rotterdam. Pelaksanaan revitalisasi berdasarkan pertimbangan bahwa

struktur bangunan yang rapuh seperti pengelupasan plester dinding karena

Page 100: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

100

rembesan air serta kandungan garam. Seluruh bangunan yang terletak di dalam

benteng diperbaiki mulai dari dinding, atap dan cat. Keseluruhan kegiatan

revitalisasi bangunan Fort Rotterdam berkonsep pada pelestarian cagar budaya

karena sesuai dengan Undang-undang nomor 11 tahun 2010 pasal 1 menyatakan

bahwa

Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi

cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan

adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan

pelestarian.

Melalui revitalisasi Fort Rotterdam kanal tersebut berusaha dikembalikan

tetapi baru pada bagian selatan Fort Rotterdam karena banyaknya bangunan baru

yang telah dibangun di sekeliling Fort Rotterdam. Sentuhan modern yang

ditambahkan pada kanal adalah penataan sisi kiri kanal dilengkapi dengan taman

kecil dan tempat duduk bagi pengunjung. Fort Rotterdam saat ini berada dibawah

pengelolaan Balai Pelestarian Cagar budaya pemanfaatannya sebagai daya tarik

wisata oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan.

Revitalisasi dilaksanakan Museum La Galigo berupa penambahan fasilitas di

dalamnya.

Pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata merupakan jalan

bagi Fort Rotterdam untuk tetap berdiri di tengah derasnya arus pembangunan

bangunan-bangunan modern. Fort Rotterdam setelah tidak lagi difungsikan oleh

pemerintah kolonial secara perlahan difungsikan sebagai pusat kebudayaan yang

berkembang menjadi daya tarik wisata oleh karena keunikan arsitektur dan nilai

kesejaharaannya.

Page 101: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

101

5.2 Pemanfaatan Museum Kota Makassar sebagai Wisata warisan budaya

Museum Kota Makassar pada awal pembangunannya oleh pemerintah

kolonial dimanfaatkan sebagai Kantor Walikota (Gementeehuis) Makassar,

sampai masa kekuasaan Belanda berakhir di Indonesia gedung ini tidak berubah

fungsinya. Pemanfataan Gementeehuis setelah Indonesia merdeka sebagai kantor

pemerintahan yaitu kantor BAPPEDA dan kantor catatan sipil kemudian tahun

2000 diresmikan menjadi Museum Kota Makassar yang saat ini berada di bawah

pengelolaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar. Meskipun

bangunannya tidak seluas Fort Rotterdam akan tetapi koleksi benda bersejarah

menjelaskan sejarah Kota Makassar dengan lebih rinci.

Pemanfaatan Museum Kota sebagai wisata warisan budaya adalah salah satu

jalan dalam melestarikan bangunannya dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang

fungsi museum. Melalui pemanfaatannya museum kota dalam memamerkan

koleksinya dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti lemari yang menyimpan

benda-benda bersejarah sesuai dengan tema ruang pamer. Museum Kota Makassar

yang masih dalam status museum persiapan menyebabkan pemanfatan museum

kota memiliki beberapa hambatan, antara lain: kerusakan pada atap yang

menyebabkan kebocoran di salah satu bagian ruangan. Kebocoran tersebut dapat

menyebabkan kerusakan pada koleksi karena proses kelembapan pada dinding

yang mengakibatkan timbulnya jamur. Toilet bagi pengunjung yang berlokasi di

ruangan pameran pemerintahan dari masa ke masa tidak begitu terawat (Gambar 1

pada lampiran). Pembangunan awal gedung memiliki konsep garden city yang

membuat areal depan Museum Kota di kelilingi oleh pohon besar sehingga

Page 102: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

102

halaman Museum Kota Makassar akhirnya dimanfaatkan sebagai lahan parkir dan

terkadang mobil-mobil yang terparkir di depan museum menutupi pemandangan

ke dalam bangunan.

Museum Kota dalam pemanfaatannya sebagai tempat menyimpan juga

memamerkan koleksi benda bersejarah sehingga nilai kesejarahaan yang dimiliki

diinformasikan kepada masyarakat umum melalui berbagai sarana. Sarana yang

saat ini dipergunakan oleh pengelola Museum Kota Makassar adalah brosur yang

berisi informasi sejarah dan koleksi Museum Kota Makassar. (Gambar 3 pada

lampiran). Pramuwisata adalah pihak yang memberikan informasi tentang

keberadaan suatu daya tarik wisata. Museum Kota dalam hal ini belum memiliki

kerjasama dengan pihak pramuwisata dan menurut salah satu pramuwisata bahwa

kunjungan ke bangunan-bangunan bersejarah merupakan wisata minat khusus

yang masih cukup jarang di Kota Makassar.

Museum Kota Makassar memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai daya

tarik wisata yang berkualitas. Bangunan bersejarah, koleksi benda cagar budaya

secara keseluruhan memerlukan pengelolaan yang baik. Potensi-potensi tersebut

hanya akan tersimpan sebagai milik pemerintah apabila tidak banyak langkah

dalam meperbaiki kualitas secara fisik terhadap bangunan serta penataan di

dalamnya.

5.3 Pemanfaatan Gedung Kesenian Makassar sebagai Wisata Warisan

Budaya

Gedung Kesenian Makassar awal pendiriannya bertujuan sebagai gedung

yang dapat mengakomodasi acara-acara resmi pemerintah kolonial dengan mitra

Page 103: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

103

Gambar 5.2 Kondisi Gedung Kesenian Makassar saat ini

Sumber: Dokumentasi Penulis

dagangnya. Pemanfaatan dengan tujuan tersebut oleh pemerintah Belanda

berlangsung dari awal pembuatan Gedung Kesenian Makassar tahun 1890-an

hingga pada tahun 1910 direnovasi menjadi bentuknya saat ini. Pemanfaatan

sebagai tempat diselenggarakan acara resmi kemudian terhenti setelah masa

kekuasaan Jepang tahun 1942-1953 yang memanfaatkan Gedung Kesenian

sebagai Balai Pertemuan Masyarakat. Setelah Indonesia merdeka Gedung

Kesenian beberapa kali menjadi kantor pemerintahan dari tahun 1953-2000.

Setelah itu pemerintah memutuskan Gedung Kesenian kembali dimanfaatkan

sebagai tempat pagelaran dan perkembangan seni sampai dengan saat ini. Selama

proses pemanfaatan tersebut tidak banyak penambahan bangunan, hanya terdapat

perubahan dan pembuatan beberapa ruangan sesuai dengan pemanfaatan

bangunan pada saat tersebut.

Pemanfaatan Gedung Kesenian sebagai pusat pengembangan kegiatan seni

tradisional maupun kegiatan lainnya memiliki banyak kendala, kendala tersebut

Page 104: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

104

antara lain secara fisik bangunan tidak memadai, tampak depan bangunan Gedung

Kesenian Makassar menggambarkan kesan usang yang termakan oleh megahnya

beberapa bangunan-bangunan baru di sekitarnya. Kendala lainnya adalah

pengelolaan Gedung Kesenian yang belum jelas, tidak adanya pihak yang

menjembatani harapan seniman terhadap dengan pemerintah selaku pemiliki

Gedung Kesenian.

Renovasi pertama Gedung Kesenian dilaksanakan pada tahun 2000 yang

difokuskan pada mengembalikan kondisi gedung teater tertutup, pendirian

beberapa kantor di sebelah barat gedung serta perbaikan aula. Renovasi kedua

pada tahun 2002 pada area terbuka dimanfaatkan sebagai teater arena dan

pengadaan beberapa fasilitas di dalam ruangan. Renovasi terakhir pada akhir

tahun 2008 sampai dengan 2009 merupakan perbaikan bertahap dan pengecatan.

Pengecatan gedung berkerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)

dan perhimpunan arsitektur bangunan-bangunan bersejarah sehingga warna

gedung mendekati warna aslinya. Pada tahun 2014 penanganan renovasi Gedung

Kesenian Makassar diambil alih oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Provinsi Sulawesi Selatan. Kesan terabaikan dapat terlihat mulai dari aula gedung,

sebelah timur aula terdapat ruangan yang di dalamnya banyak tumpukan kayu,

bambu dan sampah. Sebelah barat aula terlihat lemari yang menyimpan buku-

buku kesenian dan ruangan yang dijadikan kantin.

Pemanfaatan Gedung Kesenian Makassar sebagai wisata warisan budaya

memiliki potensi, dinyatakan oleh seniman pengelola bahwa setelah tidak

Page 105: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

105

beroperasi terlihat beberapa wisatawan yang berniat untuk berkunjung ke Gedung

Kesenian. (Arman. 2014)

Tidak ada event sering wisatawan datang untuk melihat bangunannya tapi

saya tidak tau pendapatnya mungkin kecewa yah, karena tidak ada apa-apa,

tidak ada semacam galeri”.

Pariwisata merupakan salah satu jalan pelestarian terhadap Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian, akan tetapi memerlukan usaha dan

kerjasama dari berbagai pihak karena pengembangan daya tarik wisata

menuntutnya tidak hanya memiliki keunikan akan tetapi layak untuk dikunjungi

bagi wisatawan. Daya tarik wisata moderen seperti Trans Studio yang diresmikan

tahun 2009 dan dilengkapi dengan mall serta pembangunan wahana permainan

air, antara lain Bugis Waterpark dan Gowa Discovery Park yang beroperasi tahun

2012 dan pembangunan beberapa pusat perbelanjaan lainnya. Keberadaan daya

tarik wisata moderen tersebut dengan penataan yang apik, bersih serta hiburan

sehingga pengunjung merasa betah menghabiskan waktu lama di lokasi-lokasi

tersebut. Pada kenyataannya adanya daya tarik wisata moderen tidak memberikan

dampak penurunan atau kenaikan pada kunjungan di Fort Rotterdam, Museum

Kota dan Gedung Kesenian Makassar.

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian merupakan daya tarik

wisata khusus bagi beberapa kalangan yang memiliki ketertarikan khusus kepada

sejarah dan kebudayaan suatu daerah. Trans Studio, Bugis Waterpark dan Gowa

Discovery Park lebih banyak digemari oleh pengunjung dengan tipe keluarga oleh

karena dalam satu tempat dapat mencakup seluruh kebutuhan wisata keluarga.

Page 106: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

106

BAB VI

TAHAP PERKEMBANGAN FORT ROTTERDAM, MUSEUM KOTA,

GEDUNG KESENIAN SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA

DI KOTA MAKASSAR

Penelusuran terhadap pemanfaatan ruang, waktu serta sosial budaya

terhadap Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian pada bab

sebelumnya menjadi acuan menjabarkan tahap perkembangan masing-masing

bangunan.

Tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

Makassar ditentukan melalui siklus hidup destinasi wisata oleh Butler. Sebelum

menentukan tahap perkembangan masing-masing bangunan sebagai daya tarik

wisata terlebih dahulu dijabarkan faktor attraction, accessibility, amenities,

available packages, activities, ancilary service yang ditambah dengan faktor

promosi wisata.

6.1 Faktor Atraksi Wisata

Keberadaan bangunan bersejarah yang telah ditetapkan sebagai bangunan

cagar budaya dalam pengembangannya, telah diatur sebagai dalam Peraturan

Daerah Kota Makassar nomor 6 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Makassar tahun 2005-2015. Pasal 10 ayat 5 menyatakan bahwa salah satu

dari kawasan pengembangan khusus adalah kawasan khusus konservasi budaya

yang letak posisinya tersebar di beberapa titik di Kota Makassar. Lebih lanjut misi

kawasan pengembangan khusus konservasi warisan budaya adalah

Merivitalisasi kawasan-kawasan budaya (heritage) Makassar, Merenovasi

bangunan-bangunan yang ditetapkan sebagai heritage Makassar, melarang

Page 107: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

107

pembongkaran bangunan-bangunan yang telah ditetapkan sebagai heritage

Makassar. Memanfaatkan kemungkinan memproduktifkan kawasan-

kawasan dan atau bangunan-bangunan yang ditetapkan sebagai heritage

Makassar dan mewujudkan kawasan-kawasan dan bangunan-bangunan

heritage Makassar sebagai motor dan inti dari kegiatan wisata budaya dan

sejarah Kota Makassar.

Faktor atraksi wisata akan menguraikan kondisi aktual dan langkah-langkah

pengembangan yang telah dilaksanakan oleh pengelola Fort Rotterdam, Museum

Kota dan Gedung Kesenian sebagai daya tarik wisata.

6.1.1 Fort Rotterdam

Potensi daya tarik wisata alam, buatan manusia dan masyarakatnya yang

memliki keunikan dan keindahan merupakan faktror penarik wisatawan untuk

melakukan perjalanan wisata. Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian adalah daya tarik wisata warisan budaya buatan manusia yang memiliki

keunikan arsitektur serta kesejarahan. Dinyatakan (Southall dan Robinson,

2011:177) bahwa peninggalan arkeologi industri, rumah megah, Gedung

Kesenian, medan perang, kastil, gereja katedral, situs sejarah dan prasejarah serta

museum merupakan bentuk fisik dari wisata warisan budaya.

Perkembangan daya tarik wisata dapat diukur melalui peningkatan jumlah

wisatawan harus didukung pula dengan penataan daya tarik wisata yang baik. Fort

Rotterdam sebagai bangunan bersejarah kondisinya saat ini terawat dengan baik,

penataan di dalam kompleks bangunan Fort Rotterdam memiliki taman bunga

sehingga memungkinkan pengunjung atau wisatawan untuk berlama-lama

menghabiskan waktu di dalam kompleks Fort Rotterdam. Menurut salah satu

akademisi bidang pariwisata di Kota Makassar (Farid. 2014) bahwa,

Page 108: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

108

Wisatawan dan beberapa teman dari Asia seperti Singapura, Malaysia, Cina,

Jepang yang datang ke Kota Makassar menyatakan Fort Rotterdam adalah

satu-satunya obyek wisata yang tertata apik, rapi dan layak jual lainnya

belum layak jual.

Pada Tabel 5.1 dijabarkan jumlah pengunjung domestik dan nusantara di

Fort Rotterdam. Pada kenyataannya jumlah wisatwan belum tercatat dengan baik

di Fort Rotterdam. Jumlah wisatawan dihitung dari wisatawan yang mencatatkan

dirinya melalui pos penjagaan di gerbang sebelah barat. Penjaga pos akan

menghitung dan melaporkan jumlah wisatawan pada bagian pemeliharaan Balai

Pelestarian Cagar Budaya Makassar.

Tabel 6.1

Jumlah Pengunjung Domestik dan Mancanegara

ke Fort Rotterdam 2012-2013

Bulan

2012 2013

Pegunjung

Domestik

Pegunjung

Mancanegara

Pegunjung

Domestik

Pegunjung

Mancanegara

Januari - - 10.878 791

Februari - - 12.793 739

Maret - - 19.935 584

April - - 15.301 501

Mei - - 18.194 397

Juni - - 19.131 576

Juli 17.710 296 10.230 1.134

Agustus 13.204 794 13.790 1.334

September 11.565 816 14.722 842

Oktober 11.565 816 16.161 913

November 14.408 544 19.585 567

Desember 3.390 425 16.389 345

Sumber: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. 2014

Data pada Tabel 6.1 menujukkan bahwa tahun 2012 tercatat selama bulan

Januari-Juni data jumlah pengunjung yang masuk ke Fort Rotterdam tidak tercatat

Page 109: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

109

pada laporan Bulan Januari-Desember 2012. Jumlah pengunjung tertinggi pada

bulan Juli 2012 yaitu 18.006. Pengunjung domestik merupakan akumulasi dari

total kunjungan dari pelajar atau mahasiswa dan wisatawan umum. pengunjung

mancanegara dengan jumlah tertinggi pada bulan September yaitu 816 orang.

Tahun 2013 pencatatan jumlah kunjungan wisata lengkap setiap bulannya

sepanjang tahun. Terjadi lonjakan pengunjung dari bulan Juni sebanyak 576

wisatawan menjadi 1.134 wisatawan pada bulan Juli dan Agustus.

Besaran jumlah kunjungan tersebut terjadi karena adanya pada bulan Juli

dan Agustus high season bagi wisatawan asing juga dapat terjadi karena adanya

wistawan kapal pesiar yang berkunjung. Wisatawan kapal pesiar dalam satu kali

kunjungannya di Kota Makassar dapat membawa ratusan wisatawan mancanegara

serta lokasi Fort Rotterdam yang dekat dari Pelabuhan Laut Soekarno Hatta.

Keberadaan Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata yang ramai

dikunjungi oleh wisatawan merupakan potensi perkembangan bisnis di sekitar

Fort Rotterdam. Kerusakan yang terjadi pada fisik bangunan Fort Rotterdam tidak

hanya karena usia bangunan yang sudah tua dan rapuh tetapi juga dapat

disebabkan ramainya pembangunan gedung-gedung baru disekitarnya. Balai

Pelestarian Cagar Budaya telah menetapkan aturan zonasi terhadap Fort

Rotterdam, pembagian zonasi untuk kawasan cagar budaya Fort Rotterdam dibagi

menjadi zona inti dan zona pengendalian (Yusriana, 2011:74-82). Zona tersebut

antara lain, zona inti merupakan zona yang batas dan luasnya mengikuti luas

lahan situs itu sendiri. Komplek Fort Rotterdam serta kawasan disekitarnya pada

kenyataannya merupakan areal cagar budaya. Zona inti oleh Balai Pelestarian

Page 110: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

110

Cagar Budaya dibagi menjadi beberapa zona cagar budaya. Zona cagar budaya I

adalah seluruh bangunan di dalam Fort Rotterdam. Zona cagar budaya II adalah

kawasan sekitar benteng Jl. Riburane, Jl. Slamet Riadi, Jl. W.R Supratman, Jl.

Ujung Pandang. Zona cagar budaya II meliputi bagian barat benteng hingga garis

pantai selat makassar. Saat ini kawasan ini sudah berdiri ruko yang menjadi milik

perseorangan dan di depan pintu masuk Fort Rotterdam juga terdapat bangunan

permanen kafe serta penjual makanan lainnya.

Zonasi selanjutnya disebut zona pengendalian luas dan batas pengendalian

Fort Rotterdam disesuaikan untuk kepentingan masyarakat dan pembangunan di

sekitar situs bersejarah. Zona pengendalian dibagi menjadi empat antara lain zona

pengendalian I meliupti wilayah pecinan Makassar terletak di sebelah utara Fort

Rotterdam. Zona pengendalian II meliputi area sebelah timur dan sebagian dari

sebelah selatan Fort Rotterdam. Bagian timur Fort Rotterdam meliputi bangunan

bersejarah lainnya yaitu Museum Kota, kantor pos bagian ekspedisi dan balaikota

Makassar. Zona pengendalian III adalah lapangan karebosi yang merupakan

natural landscape. Zona pengendalian IV adalah areal pengendalian laut dengan

luas 245 Ha, dimulai dari tepi pantai sampai kearah barat Pulau Kayangan dan

Lae Lae. Gambar 6.1 adalah kawasan zonasi Fort Rotterdam.

Page 111: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

111

Gambar 6.1 Kawasan zonasi Fort Rotterdam Makassar

Sumber Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar dalam Yusriana. 2011

Pembangunan ruang-ruang di Kota Makassar yang pesat dengan bangunan

modern, pusat perbelanjaan terbesar semakin menggusur ruang-ruang terbuka

bagi masyarakat. Fort Rotterdam tidak hanya sebagai bangunan bersejarah akan

tetapi lebih dari pada itu, taman bunga di dalam Fort Rotterdam menjadi ruang

terbuka hijau yang butuhkan masyarakat lokal. Dinyatakan oleh Kapokja bagian

Dokumentasi dan Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar (Muslimin.

2014)

Banyak pengunjung di benteng Ujung Pandang yang sebenarnya tidak

hanya ingin menikmati koleksi museum tapi bangunannya, contohnya

pengunjung datang untuk sekedar melihat bangunan benteng Ujung

Pandang, berfoto, diskusi, anjangsana, bersenda gurau, plesiran atau hanya

untuk menikmati suasana keaslian dan kelamaan bentengnya.

Penataan yang tertata baik memiliki ruang terbuka hijau yang rindang

menjadi salah satu faktor yang dapat menahan pengunjung atau wisatawan lebih

lama. Fort Rotterdam juga telah dilengkapi dengan sebuah tempat pembelian

Page 112: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

112

souvenir yang terletak di pintu keluar Museum La Galigo. Fasilitas umum yang

tersedia seperti toilet saat ini menggunakan toilet yang sama dengan pegawai.

Kondisinya cukup bersih akan tetapi pihak pengelola tentu saja tetap harus

meningkatakan pelayanan terhadap kebutuhan fasilitas umum dan menyediakan

fasilitas umum bagi wisatawan di sekitar kompleks Fort Rotterdam.

6.1.2 Museum Kota Makassar

Bangunan bersejarah di Kota Makassar yang saat ini masih dapat disaksikan

keutuhannya adalah Museum Kota Makassar. Museum sebagai salah satu daya

tarik wisata selain memamerkan koleksi benda cagar budaya juga memerlukan

pengaturan yang baik sehingga pengunjung tidak merasa bosan. Pada Tabel 6.2

adalah jumlah pengunjung domestik dan mancanegara di Miseum Kota Makassar.

Tabel 6.2

Jumlah Pengunjung Domestik dan Mancanegara

ke Museum Kota Makassar 2013

Bulan

2013

Pengunjung

Domestik

Pengunjung

Mancanegara

Januri 28 2

Februari 134 1

Maret 189 13

April 142 3

Mei 286 9

Juni 173 6

Juli 51 4

Agustus 11 1

September 382 10

Oktober 125 3

November 404 8

Desember 108 -

Total 2.033 60

Sumber: UPTD Museum Kota Makassar. 2014

Page 113: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

113

Pada Tabel 6.2 dijabarkan jumlah pengunjung tahun 2013 pada Museum

Kota, pengunjung domestik tertinggi pada bulan November 2013 sebanyak 404

orang. Akumulasi kunjungan di dominasi oleh kegiatan siswa sekolah dasar

sampai dengan menengah pertama. Pengunjung mancanegara selama tahun 2013

hanya sebanyak 60 orang. Lokasi yang berada di pusat kota, dekat dengan

beberapa tempat wisata terkenal lainnya tidak memberikan jaminan bahwa hal

tersebut membawa pengaruh terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

di Museum Kota Makassar.

Penataan ruang pamer pada Museum Kota memerlukan fasilitas yang

mendukung tidak hanya menunjang kenyamanan bagi pengunjung tapi koleksi

yang disimpan. Kondisi museum yang tidak memiliki pendingin ruangan dengan

suhu yang sesuai untuk suatu barang yang berusia lama serta pencahayaan yang

hanya mengandalkan cahaya matahari dapat membawa kerusakan bagi benda-

benda bersejarah. Menurut Khasirun bahwa merawat koleksi museum

membutuhkan ketelatenan, pengetahuan dan memahami tentang museum. Koleksi

di museum membutuhkan suhu dan kelembapan tertentu yang termasuk sebagai

aktifitas perawatan terhadap koleksi.

Agar koleksi di dalam museum tetap terawat, diperlukan pengaturan suhu,

kelembaban dan penyinaran yang tepat. "Biasanya suhunya 20-25 derajat,

kelembabannya 65, penyinarannya 50 lux, ultraviolet nya 30," katanya. Jika

suhu, kelembapan, dan penyinaran museum tidak sesuai dengan standar,

atau berlebih, maka kata Khasirun, dampaknya sangat beresiko11

.

11

Anonim. Rumitnya Merawat Museum. [diunduh 15 April 2014]. Sumber: URL:

http://travel.kompas.com/read/2010/05/30/17052138/Rumitnya.Merawat.Museum.

Page 114: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

114

Atraksi wisata buatan seperti museum, istana, candi atau bangunan

bersejarah lain membutuhkan modernitas baik segi fisik bangunan, pengelolaan

yang membawa kesan dan pengalaman bagi wisatawan. Museum tidak hanya

dipergunakan sebagai wadah penyimpanan benda bersejarah dan budaya akan

tetapi museum juga diharapkan sebagai daya tarik wisata yang mampu menarik

wisatawan. Menurut Ardika (2007:64) “promosi dan publikasi tentang berbagai

koleksi benda-benda budaya yang dimiliki oleh suatu museum dapat dipakai

sebagai media untuk menarik wisatawan”. Museum Kota Makassar merupakan

salah satu wadah bagi wisatawan dan masyarakat untuk mengenal sejarah panjang

Kota Makassar.

6.1.3 Gedung Kesenian Makassar

Bangunan bersejarah lainnya yang masih dapat dilihat di Kota Makassar

adalah Gedung Kesenian (societiet de harmonie) yang terletak tidak jauh dari Fort

Rotterdam dan Museum Kota Makassar. Gedung Kesenian dengan kondisi saat ini

dapat dikatakan belum layak sebagai daya tarik wisata atau pusat pertunjukan seni

di Kota Makassar. Kondisi bangunan yang terbengkalai, kurangnya data-data

event yang pernah dilaksanakan dan pengelolaan yang masih belum jelas

merupakan kendala utama. Tahun 2014 Gedung Kesenian Makassar direncanakan

direvitalisasi oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi

Selatan. Dinyatakan oleh Sekretaris Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Sulawesi Selatan (Syafruddin. 2014) bahwa “di Gedung Kesenian sementara

penataan di sana, memperbaiki gedung dan pengelolaan, seperti gedung

pertunjukan indoor, lighting”.

Page 115: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

115

Rancangan bagian depan Gedung Kesenian setelah revitalisasi akan

mengembalikan beberapa bentuk asli bangunan tahun 1930. Jendela bagian depan

bangunan akan dihilangkan juga pintu masuk ke aula akan diganti dengan pintu

kaca yang saat ini menggunakan pintu teralis besi. Dilaksanakan pula pengecatan

bangunan sesuai dengan rancangan yang telah disetujui oleh pihak seniman dan

pemerintah (Gambar 4 pada lampiran). Dinyatakan pula oleh Sekretaris Kepala

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan bahwa setelah

direvitalisasi tidak menutup kemungkinan kegiatan seni yang diselenggarakan

pada Gedung Kesenian Makassar menjadi bagian dari calender event pariwisata

Sulawesi Selatan. Pada tabel 6.3 dijabarkan rangkuman dari kondisi Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar sebagai atraksi wisata.

Tabel 6.3

Kondisi Aktual Fort Rotterdam, Museum Kota,

Gedung Kesenian Makassar tahun 2014

Atraksi Jumlah

Kunjungan

Tata Bangunan Kondisi

Bangunan

Fasilitas umum di

dalam DTW

Pengelola

Fort

Rotterdam

Peningkatan dari

tahun 2012-

2013

Terdiri dari 15

bangunan dengan

arsitektur gaya gotik

XVII masih

dipertahankan

Terawat - Museum La

Galigo

- Tourist

Information

(Pengelolaan HPI

Sulawesi Selatan)

- Souvenir Shop

- Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

Sulawesi Selatan

- Balai Pelestarian

Cagar Budaya

Makassar

Museum

Kota

Kunjungan

masih rendah

dan didominasi

oleh siswa

sekolah

Bangunan Lantai 2 dan

masih mempertahankan

arsitektur gaya gotik

Cukup

terawat

Ruang Pamer

Koleksi

Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kota

Makassar

Gedung

Kesenian

Tidak terdata Bangunan dengan gaya

Eropa abad XVII yang

tersisa pada bagian

depan

Proses

Perbaikan

Tidak ada Revitalisasi di bawah

Pengawasan Dinas

Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif

Sulawesi Selatan

Sumber: Hasil Observasi Penulis. 2014

Page 116: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

116

Melalui faktor atraksi wisata sebagai salah satu penyebab dalam penentuan

tahap perkembangan dinyatakan bahwa Fort Rotterdam telah ditata dengan baik

dan mendapatkan perawatan fisik bangunan serta telah dimanfaatkan tidak hanya

sebagai daya tarik wisata, tapi sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan seni dan

event internasional. Museum Kota dari beberapa fungsinya antara lain

menyimpan, merawat dan memamerkan koleksi telah berjalan. Fasilitas yang

belum memadai dalam hal memamerkan koleksi dan perawatan serta adanya

kerusakan pada beberapa bagian museum sehingga pengunjung ke Museum Kota

hanya kalangan tertentu yaitu siswa sekolah atau mahasiswa. Gedung Kesenian

sebagai bangunan bersejarah dengan kondisi fisiknya yang belum memadai

sehingga pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata masih terhambat.

Atraksi wisata tidak hanya dapat harus memiliki daya tarik terhadap fisik

bangunan tetapi selama wisatawan berkunjung memberikan rasa nyaman dan pada

akhirnya memberikan kesan. Ketiga bangunan bersejarah memiliki perbedaan

dalam penataannya sebagai daya tarik wisata sehingga menyebabkan perbedaan

jumlah kunjungan wisatawan serta perbedaan kegiatan pelestarian pada masing-

masing bangunan.

6.2 Faktor Aksesibilitas

Pada masa Makassar telah jatuh ke tangan VOC (Vereenigde Ootindische

Compagnie) Fort Rotterdam adalah pemukiman awal VOC yang dikenal dengan

istilah intramuros yaitu kota di dalam benteng. Setelah kondisi perlawanan dari

kerajaan Gowa telah berkurang dan kondisi mulai aman, pemukiman mulai

bergeser ke luar Fort Rotterdam. Dibangun rumah jabatan gubernur Belanda,

Page 117: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

117

gemeentehuis (kantor walikota), dan bangunan daerah pecinan termasuk Gedung

Kesenian. pemerintah Belanda saat itu membagi pemukiman melayu atau

masyarakat lokal berada di sebelah Selatan dan pemukiman Belanda berada di

bagian Utara Fort Rotterdam, oleh karena itu Museum Kota dan Gedung Kesenian

berada tidak jauh dari Fort Rotterdam.

6.2.1 Fort Rotterdam

Fort Rotterdam terletak di jalan Ujung Pandang nomor 1 Makassar, jarak

dari Anjungan Pantai Losari ke Fort Rotterdam sekitar 1 km dan dapat ditempuh

dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum seperti becak dan pete-

pete. Fort Rotterdam terletak tidak jauh dari Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar

sehingga ketika kapal pesiar singgah, Fort Rotterdam merupakan daya tarik wisata

yang paling sering dikunjungi. Mencapai Fort Rotterdam dari pelabuhan cukup

dekat akan tetapi karena jalan satu arah sehingga harus memutar melalui jalan

Sulawesi dan Pasar Butung Makassar. Hal tersebut memberi nilai tambah oleh

karena wisatawan dapat melihat kegiatan masyarakat lokal di pasar kemudian

melewati Jalan Sulawesi yang merupakan daerah pecinan dan cukup banyak

Klenteng dengan arsitektur khas Tionghoa dan salah satu klenteng yang

ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya adalah Klenteng Ibu Agung Bahari

yang terletak di jalan tersebut. Keberadaan hotel-hotel di Pantai Losari juga

menjadi salah satu nilai tambah oleh karena wisatawan dapat mencapai Fort

Rotterdam dengan mudah.

Page 118: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

118

6.2.2 Museum Kota Makassar

Museum Kota Makassar terletak di jalan Balaikota Makassar tepat di

sebelah timur Fort Rotterdam. Mencapai Museum Kota sangat ideal apabila

berjalan kaki dari Fort Rotterdam karena lokasinya yang tidak begitu jauh dan

sepanjang jalan dapat melihat beberapa bangunan bersejarah lainnya. Museum

Kota bersebelahan dengan Kantor Walikota Makassar yang juga bangunan

bersejarah, Gereja Immanuel dan Kantor Pos Ekspedisi. Museum Kota Makassar

dapat pula ditempuh dengan menggunakan taksi atau becak.

6.2.3 Gedung Kesenian Makassar

Gedung Kesenian Makassar terletak di jalan Riburane Makassar sebelah

utara Fort Rotterdam dan di samping pintu masuk ke Kawasan Pecinan Makassar.

Letak Gedung Kesenian yang berada di pinggir jalan membuatnya mudah

ditemukan. Terdapat bus yang melayani perjalanan dari Bandara Sultan

Hasanuddin Makassar ke pusat kota yang halte terakhir bus tersebut terletak di

depan Gedung Kesenian Makassar.

Jarak Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung kesenian Makassar dari

fasilitas umum seperti pelabuhan kapal laut tidak begitu jauh sekitar sekitar 2

kilometer. Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar melayani kapal penumpang dari

berbagai daerah yang dioperasikan oleh PT. Pelayaran Nasional Indonesia

(PELNI). Pada Tabel 6.4 merupakan daftar tetap kapal Pelni yang beroperasi dari

beberapa kota di Indonesia ke Makassar.

Page 119: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

119

Tabel 6.4

Daftar Tetap Kapal Pelni Rute Ke Makassar Tahun 2014

Nama Kapal Rute Kapal

Siguntang Tarakan-Balikpapan-Pare pare- Makassar

Nggapulu Fak-fak-Ambon-Namlea-Baus-Makassar

Labobar Surabaya – Makassar

Umsini Tanjung Priuk-Surabaya-Makassar

Ciremai Surabaya-Makassar

Sinabung Bau bau-Makassar

Sirimau Batu Licin – Makassar

Tilong Kabila Gorontalo-Kolonedale-Raha-Makassar

Dobonsolo Manokwari-Sorong-Bau bau-Makassar

Tidar Banda-bau bau-Makassar

Wilis Selayar-Makassar

Gunung Dempo Jayapura-Biak-Sorong-Ambon-Makassar

Sumber: Agus Travel Makassar. 2014

Moda transportasi dengan kapal laut di Indonesia masih belum menjadi

transportasi utama bagi wisatawan. Perjalanan yang cukup lama serta fasilitas

yang terdapat di dalam kapal nasional Indonesia masih kurang memadai.

Makassar sebagai pintu masuk bagi kota-kota lain di Indonesia timur sehingga

jadwal pelayaran lebih banyak ke daerah di Indonesia timur, seperti Ternate,

Ambon atau Jayapura. Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar juga merupakan

pelabuhan persinggahan kapal pesiar yang merapat di pagi hari dan berangkat

kembali sore hari menjelang malam.

Transportasi udara adalah jenis transportasi yang banyak diminati oleh

wisatawan karena meminimalisasi waktu perjalanan serta cukup nyaman selama

perjalanan. Ketersediaan berbagai jenis transportasi menuju daerah tujuan wisata

adalah satu dari sekian faktor penunjang peningkatan wisatawan. Dinyatakan

Cooper dkk (2005: 462) bahwa transportasi di dalam pariwisata tidak hanya

Page 120: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

120

sebagai alat untuk mencapai daerah tujuan wisata. Transportasi juga berarti

perpindahan wisatawan di dalam destinasi wisata dan dapat dikategorikan sebagai

daya tarik wisata itu sendiri. Pada Tabel 6.5 adalah daftar penerbangan domestik

dan internasional dari kota-kota besar di Indonesia ke Makassar.

Tabel 6.5

Daftar Penerbangan Domestik dan Internasional dari Kota-Kota besar

di Indonesia ke Makassar Tahun 2014

Maskapai

Penerbagan Rute

Jumlah Penerbangan setiap

hari*

Garuda Indonesia Jakarta-Makassar

Denpasar –Makassar

Surabaya-Makassar

Medan-Makassar

Manado-Makassar

Setiap hari (8x) Setiap Hari (2x)

Setiap hari (4x)

Setiap hari (1x)

Setiap hari (1x)

Citilink Jakarta-Makassar Setiap hari (2x)

Lion Air Jakarta-Makassar

Denpasar Makassar

Surabaya-Makassar

Yogyakarta-Makassar

Manado – Makassar

Setiap hari (13x)

Setiap hari (1x)

Setiap hari (8x)

Setiap hari (1x)

Setiap hari (3x)

Sriwijaya Air Jakarta-Makassar

Surabaya-Makassar

Setiap hari (4x)

Setiap hari (4x)

Air Asia Kuala Lumpur-Makassar Setiap hari (1x)

Silk Air Singapura-Makassar 3x Seminggu *Penerbangan Langsung

Sumber: www.utiket.com. 2014

Tabel 6.5 menjelaskan bahwa aksesibilitas menuju Kota Makassar

khususnya melalui transportasi udara tidaklah sulit saat ini. Beberapa kota besar di

Indonesia antara lain Jakarta, Surabaya, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Manado

telah melayani penerbangan langsung ke Makassar. Ketersediaan harga promo

tiket pesawat dan mudahnya akses melalui internet merupakan faktor

meningkatnya jumlah penumpang pesawat saat ini. Jarak dari Bandara

internasional Sultan Hasanuddin pusat Kota Makassar dimana Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian berlokasi sekitar 25 kilometer. Lokasi ketiga

Page 121: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

121

bangunan bersejarah sangatlah strategis yaitu terletak di pusat Kota Makassar.

Mencapai Kota Makassar dari berbagai kota besar di Indonesia dan dari Malaysia

serta Singapura tidaklah sulit karena tersedianya penerbangan langsung dengan

jarak tempuh yang tidak begitu lama. Faktor aksesibilitas saat ini tidak lagi

menjadi hambatan dalam pengembangan Kota Makassar sebagai destinasi wisata.

6.3 Faktor Fasilitas Penunjang Pariwisata

Pembangunan industri pariwisata berawal dari adanya permintaan (demand)

sehingga hadir produsen untuk memenuhi permintaan tersebut. Kebutuhan

wisatawan tidak hanya berupa daya tarik wisata tetapi juga kebutuhan akan jasa.

Dinyatakan Soekadijo (1996:26)

Permintaan lain dari konsumen wisata yang harus dipenuhi terletak di

bidang jasa, yang berupa kegiatan-kegiatan dan fasilitas-fasilitas untuk

memenuhi kebutuhan hidup wisatawan selama ia dalam perjalanan.

Misalnya yang berupa kawan perjalanan, fasilitas hotel, restoran,

pramuwisata, dan sebagainya.

Keberadaan jasa akomodasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam

pariwisata. Alasan peningkatan jumlah akomodasi baik berbintang atau dengan

taraf melati salah satunya adalah karena menyambut Kota Makassar sebagai kota

MICE. Pilihan akomodasi kemudian meningkat dan sangat beragam mulai dari

hotel berbintang sampai dengan penginapan dengan budget rendah.

Beberapa tahun terakhir, puluhan hotel berbintang menjulang tinggi dan

menawarkan kemewahan. Kondisi real dapat dilihat dari trend pertambahan

jumlah kamar yang terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Jika pada

2011 hanya 5.525 kamar, bertambah 1.393 kamar atau tumbuh 25% pada

2012. Untuk 2013, jika mengacu pada jumlah hotel yang sudah terbangun

Page 122: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

122

dan sedang dalam proses sebanyak 33 hotel maka akan ada tambahan 4.468

kamar atau terjadi peningkatan 65%.12

Peningkatan hotel di Kota Makassar sebagian besar adalah hotel dengan

jenis hotel bisnis dengan klasifikasi pada bintang tiga. Hotel dengan bangunan

tinggi serta memiliki ruang meeting atau ballroom dengan kapasitas ratusan

bahkan ribuan orang sedangkan hotel dengan jenis resort jumlahnya belum cukup

banyak. Beberapa hotel yang terletak tepat di depan Pantai Losari menawarkan

pemandangan indahnya matahari terbenam. Hotel imperial aryaduta adalah satu-

satunya hotel berbintang empat terletak tepat di depan Pantai Losari dan hotel

pantai gapura dengan istilah hotel terapung karena dibangun diatas perairan Pantai

Losari dengan arsitektur kamar rumah adat Suku Bugis Makassar. Kedua hotel

tersebut berlokasi tidak jauh dari Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian.

Hotel atau penginapan yang telah tersedia adalah salah satu bukti dari

kesiapan Kota Makassar sebagai daerah tujuan wisata di kawasan Indonesia timur.

Selain kebutuhan akan akomodasi komponen lainnya merupakan keberadaan

pramuwisata yang tidak hanya teman perjalanan bagi wisatawan tetapi lebih dari

itu pramuwisata sebagai pihak yang membawa image Kota Makassar.

Pramuwisata di Kota Makassar sendiri dihimpun dalam asosiasi himpunan

pramuwisata Makassar Sulawesi Selatan (HPI). Keberagaman bahasa yang

dikuasai oleh pramuwisata di Kota Makassar bagi kebutuhan akan wisatawan

asing cukup lengkap. Pramuwisata yang tersedia di Makassar adalah bahasa

12

Dammar, Suwarny. Booming Hotel Di Makassar-Bencana atau Peluang?. [diunduh 18 April

2014]. Sumber: URL: http://m.koran-sindo.com/node/321586.

Page 123: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

123

Italia, Inggris, Spanyol, Jepang, Arab, Perancis, Mandarin, Jerman, Belanda.

Dinyatakan oleh Sekretaris HPI Sulawesi Selatan Mukhtar bahwa di Sulwesi

Selatan terdapat 280 pramuwisata yang mempunyai lisensi madya (menengah)

menurut data dari HPI Sulawesi Selatan13

.

Pramuwisata sebagai kebutuhan dalam perjalanan wisata di Kota Makassar

telah tersedia dan dalam berbagai bahasa. Hal tersebut melengkapi berbagai

fasilitas akomodasi yang telah tersedia. Fasilitas lainnya dalam mendukung

kegiatan pariwisata yaitu berbagai tempat pilihan kuliner dan hiburan.

Perkembangan bisnis kuliner dan hiburan di Kota Makassar beberapa tahun ini

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dimuat dalam salah satu harian

online bahwa “bisnis usaha restoran di Kota Makassar tampaknya semakin

menjanjikan. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan jumlah usaha tersebut.

Jumlah restoran yang ada saat ini sekitar 600 wajib pajak. Geliat bisnis sektor ini

juga memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap pendapatan pajak perkotaan

Kota Makassar14

.

Jenis restoran atau kafe yang mulai bermunculan di Makassar juga beragam

baik makanan internasional, khas daerah Makassar dan berbagai daerah di

Provinsi Sulawesi Selatan. Restoran waralaba internasional yang banyak diminati

oleh masyarakat lokal adalah masakan Italia dan Jepang sedangkan makanan

daerah juga terus berbenah mengembangkan kualitas yang dimiliki.

13

Anonim. Sulsel miliki 280 pemandu wisata berlisensi. [diunduh 21 April 2014]. Sumber: URL:

http://antara-sulawesiselatan.com/berita/24076/sulsel-miliki-280-pemandu-wisata-berlisensi.

14

W, Ronald. Bisnis Restoran Makin Menjanjikan. [diunduh 21 April 2014]. Sumber: URL:

http://beritakotamakassar.com/index.php/more/arsip-berita-kota-makassar/15844-bisnis-restoran-

makin-menjanjikan.html.

Page 124: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

124

Perkembangan kuliner di Kota Makassar tidak banyak disebabkan oleh adanya

kegiatan pariwisata melainkan masyarakat di Kota Makassar telah mengadopsi

gaya hidup metropolitan.

Kafe dan tempat hiburan malam telah menjadi kebutuhan bagi beberapa

kalangan sebagai bagian kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping itu,

ketersediaan restoran, kafe ataupun tempat hiburan malam lainnya akhirnya dapat

menjadi nilai tambah bagi kegiatan wisata di Kota Makassar, dinyatakan oleh

Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Syafruddin. 2014) bahwa

Entertainment itu kan pariwisata wisatawan datang ke sini pagi sampai sore

mereka tour dan malamya biasanya mencari hiburan, tetapi itu pun

sebenarnya memang satu ciri kota metropolitan, hiburan itu selalu ada, kota

harus itu hidup 24 jam.

Kampung Popsa adalah restoran dengan pemandangan Pantai Losari yang

berada tepat di depan Fort Rotterdam. Pembangunannya mendapatkan tentangan

dari para arkeolog karena berada di daerah zona cagar budaya II Fort Rotterdam

dan Zona Cafe adalah salah satu tempat hiburan malam yang berlokasi tidak jauh

dari Kampung Popsa. (Gambar 5 pada lampiran).

Fasilitas penunjang wisata sebagai salah satu landasan dalam penentuan

tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

sebagai wisata warisan budaya tidak menjadi kendala. Secara umum Kota

Makassar telah berbenah dengan membangun fasilitas hotel, restoran, tempat

hiburan malam dan penyediaan pramuwisata.

Page 125: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

125

6.4 Faktor Ketersediaan Paket Wisata

Industri pariwisata tidak bisa lepas dari adanya biro perjalanan wisata

sebagai salah satu pihak yang mendatangkan wisatawan ke daerah tujuan wisata.

Wisatawan baik itu mancanegara atau nusantara membutuhkan biro atau agen

perjalanan wisata untuk memudahkan wisatawan mendapatkan informasi dan

mendapatkan pelayanan terhadap kebutuhan akan perjalanan wisata.

Biro atau agen perjalanan wisata dapat dikatakan sebagai perantara untuk

wisatawan mencapai daerah tujuan wisata. Perantara yang dimaksud sebagai

pihak yang mengurus kebutuhan akomodasi, transportasi, pramuwisata, dokumen

perjalanan serta asuransi bagi wisatawan. Terdapat tiga jenis perantara antara lain

biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, dan yang disebut agen penyalur

khusus termasuk perusahaan-perusahaan insentif, perencana rapat dan konvensi,

perwakilan hotel, kantor pariwisata, asosiasi atau organisasi pariwisata (Vellas

dan Becherel, 2008:353-354)

Bisnis biro perjalanan wisata di Kota Makassar beberapa tahun ini

semakin meningkat, jumlahnya sudah mencapai sekitar 325 buah saat ini.

Kebutuhan akan tiket pesawat udara yang semakin tinggi karena murahnya harga

tiket tersebut dan penawaran paket wisata memberikan pelayanan lengkap kepada

wisatawan. Pelayanan tersebut mulai dari akomodasi, makan, transportasi dan

pramuwisata selama kegiatan perjalanan wisata berlangsung. Paket wisata

Makassar di yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata dengan target pasar

wisatawan mancanegara merupakan paket wisata adventure yang mengunjungi

beberapa provinsi di Pulau Sulawesi. Perjalanan dimulai dari Makassar sampai ke

Page 126: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

126

Tanjung Karang di Sulawesi Tengah selama 12 hari/11 malam (Gambar 6 pada

lampiran).

Daya tarik wisata di Kota Makassar yang banyak ditawarkan oleh

wisatawan antara lain, Fort Rotterdam, taman anggrek dan koleksi kerang,

pelabuhan tradisional paotere. Paket wisata lainnya yang ditawarkan kepada

wisatawan oleh biro perjalanan wisata adalah perjalanan di Makassar selama 4

hari/3 malam dengan mengujungi beberapa tempat bersejarah antara lain benteng

somba opu, istana Raja Gowa Balla Lompoa, masjid katangka yang merupakan

mesjid tertua di Makassar. Daya tarik wisata alam seperti bantimurung berlokasi

sekitar 1 jam berkendara dari Kota Makassar. (Gambar 7 pada lampiran)

Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata yang lebih banyak ditawarkan

kepada wisatawan oleh biro perjalanan wisata. Keberadaan beberapa bangunan

bersejarah dekat dengan Fort Rotterdam kenyataannya belum dimanfaatkan

sebagai wisata kota lama. Museum Kota dan Gedung Kesenian memiliki potensi

yang sama seperti Fort Rotterdam untuk dimaksimalkan sebagai daya tarik wisata,

akan tetapi untuk ditawarkan sebagai daya tarik wisata diperlukan pembenahan

dan peningkatan pengelolaan.

6.5 Faktor Aktivitas di Daya tarik wisata

Aktivitas pada suatu daya tarik wisata adalah sisi lain yang menambah

minat wisatawan untuk mengunjungi daya tarik wisata tersebut. Menurut

Soekadijo (1996:71) bahwa pembangunan obyek wisata juga harus meliputi usaha

untuk menahan wisatawan selama mungkin. Obyek penangkap wisatawan (tourist

catcher) harus ditingkatkan atau dilengkapi sehingga menjadi atraksi penahan

Page 127: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

127

wisatawan. Keramahtamahan pramuwisata, tata kelola daya tarik iwsata yang asri

dan ditambah aktivitas yang menarik sehingga wisatawan betah dan

meninggalkan kesan terhadap daya tarik wisata tersebut.

Aktivitas yang saat ini dapat dilakukan oleh pengunjung di sekitar Fort

Rotterdam tidak begitu banyak, pengunjung yang sebagian besar mahasiswa atau

organisasi pemuda duduk dan menikmati waktu sore atau sekedar mencari sudut

gambar yang menarik di beberapa sisi bangunan. Museum La Galigo yang berada

di dalam Fort Rotterdam sebagai selain tugas utamanya yaitu memamerkan dan

menginformasikan benda bersejarah terdapat pula aktivitas lain yang dilaksanakan

oleh pengelola. Pada tabel 6.5 adalah kegiatan yang dilaksanakan pihak pengelola

Museum La Galigo yang umum dilaksanakan bagi pelajar dan mahasiswa dengan

tujuan mengenal dan mengajak untuk mengunjungi museum.

Tabel 6.5

Kegiatan Pihak Pengelola Museum La Galigo 2008 -2013

Tahun Nama kegiatan

2010

- Lomba rekonstruksi Gambar koleksi museum

- Ceramah museum

- Sosialisasi museum

2011

- Lomba cerdas cermat museum

- Sosialisasi museum untuk guru-guru SD, SMP, SMA bidang

studi IPS, sejarah se Kota Makassar

2012

- Pemilihan duta museum‟

- Sosialisasi museum pada usia remaja

- Lomba mewarnai Gambar koleksi dan rekonstruksi Gambar

koleksi museum

2013

- Sosialisasi dan ceramah museum

- Pameran temporer Museum La Galigo

- Focus group discussion

Sumber: Museum La Galigo Makassar. 2014

Salah satu tugas museum sebagai sarana pembelajaran bagi siswa sekolah

sehingga kegiatan-kegiatan tersebut bermanfaat bagi keikutsertaan generasi muda

Page 128: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

128

Gambar 6.2 Komentar wisatawan setelah mengunjungi Fort Rotterdam

Sumber: http://www.tripadvisor.com/Attraction_Review-g297720-d1599792-Reviews-or20-

Fort_Rotterdam-Makassar_South_Sulawesi_Sulawesi.html#REVIEWS

untuk datang mengunjungi dan turut serta melestarikan keberadaan museum. Pada

kenyataannya Museum La Galigo sebagai bagian dari Fort Rotterdam

membutuhkan aktivitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan setiap harinya.

Pagelaran seni yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Provinsi Sulawesi Selatan setiap akhir pekan efektif akan tetapi tidak dapat

dinikmati oleh wisatawan yang datang setiap harinya.

Gambar 6.2 adalah kesan yang ditinggalkan wisatawan mancanegara yang

telah berkunjung ke Fort Rotterdam melalui situs tripadvisor. Wisatawan dari

Belanda menyatakan bahwa Fort Rotterdam merupakan bangunan bersejarah yang

terawat akan tetapi hambar kemudian wisawatawan lainnya menyatakan bahwa

lokasi Fort Rotterdam dapat mudah dijangkau, kondisinya bangunannya bagus

dan tidak dimanfaatkan secara maksimal sebagai atraksi wisata juga bahwa Fort

Page 129: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

129

Rotterdam satu-satunya tempat yang menginformasikan sejarah Kota Makassar.

Pernyataan dari wisatawan tersebut tentunya bertolak belakang dengan kenyataan

bahwa ada dua bangunan bersejarah lainnya yang dapat menceritakan sejarah

Kota Makassar.

Museum Kota Makassar selain memamerkan benda-benda bersejarah belum

banyak memiliki aktivitas tambahan yang dapat dilakukan di museum.

Pengunjung hanya melihat koleksi museum melalui lemari kaca dan foto Kota

Makassar zaman kolonial dan pejabat daerah dari masa ke masa. Dinyatakan oleh

salah satu staff Museum Kota Makassar bahwa pada awal-awal berdirinya

museum tahun 2001 kegiatan tarian tradisional diadakan setiap minggu oleh pihak

pengelola museum dan pihak biro perjalanan wisata membawa penumpang kapal

yang transit untuk melihat kegiatan tersebut. Kegiatan lainnya adalah Pagelaran

seni budaya oleh siswa sekolah di Museum Kota Makassar. Kegiatan berupa

pagelaran musik angklung, tarian empat etnis dalam rangka gerakan cinta

budaya15

.

Kegiatan-kegiatan tersebut yang dibutuhkan bagi museum bahwa ada

aktivitas yang dapat disaksikan oleh wisatawan sehingga memberikan kesan bagi

wisatawan tersebut. Kegiatan berkesenian para seniman lokal adalah satu-satunya

kegiatan yang dapat menghidupkan Gedung Kesenian Makassar. Aktivitas yang

banyak dilakukan di gedung tersebut tentunya kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan seni berupa teater atau pemutaran film.

15

Anonim. Musik Angklung Bergema di Museum Kota. [diunduh 25 April 2014]. Sumber: URL:

http://www.kabarmakassar.com/wisata-budaya/item/13963-musik-angklung-bergema-di-museum-

kota.html.

Page 130: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

130

Aktivitas wisata di Gedung Kesenian Makassar belum banyak yang dapat

dilakukan karena kondisi gedung yang masih proses perbaikan yang belum

terselesaikan. Potensi aktivitas seni di Gedung Kesenian tentunya juga dapat

menarik wisatawan untuk berkunjung karena keunikan seni tradisional merupakan

sumber daya budaya di dalam industri pariwisata.

Faktor aktivitas di daya tarik wisata memiliki keterkaitan dengan faktor

atraksi wisata. Penentuan aktivitas harus berdasarkan pertimbangan bahwa

aktivitas tersebut memiliki keterkaitan serta mendukung atraksi wisata itu sendiri.

Aktivitas yang dilaksanakan di Fort Rotterdam telah dilaksanakan berupa kegiatan

seni tradisional, Museum Kota menyelenggarakan kegiatan untuk siswa sekolah

sedangkan Gedung Kesenian pertunjukan seni tidak lagi dapat dilaksanakan oleh

karena kondisi bangunan yang sudah tidak layak.

6.6 Faktor Pelayanan Pendukung

Ancillary service merupakan pelayanan tambahan yang dibutuhkan

wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Pelayanan tambahan berupa

layanan telekomunikasi, perbankan, pos, penukaran uang dan layanan lainnya.

Kota Makassar dikenal sebagai pusat bisnis Indonesi Timur sehingga keberadaan

bank jumlahnya cukup banyak. Bank nasional yaitu BNI, Mega, Panin, Danamon,

BRI, Mandiri, Permata, BCA, Sinarmas. Pelayanan oleh bank internasional yaitu

BII, HSBC, ANZ, Commonwealth. Untuk pengambilan uang dengan ATM

(Automatic Teller Machine) bagi wisatawan asing dapat menggunakan beberapa

bank yang bekerjasama dengan Visa atau Master. Pelayanan penukaran mata uang

dapat dilakukan pada beberapa money changer seperti BMC, H. La Tunrung,

Page 131: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

131

Marazavalas. Lokasi ketiga penukaran uang tersebut terletak di pusat kota

sehingga memudahkan bagi wisatawan untuk mengakses.

Pelayanan kesehatan di Kota Makassar saat ini telah berdiri rumah sakit

internasional Siloam yang berlokasi di sebelah selatan Pantai Losari. Pelayanan

rumah sakit setempat juga telah memiliki fasilitas yang cukup lengkap, beberapa

rumah sakit besar di Kota Makassar antara lain RS Awal Bros, RS Pendidikan, RS

Wahidin Sudirohusodo, RS Pelamonia. Pelayanan lainnya adalah telekomunikasi

seperti hal di kota-kota besar lainnya, Makassar sendiri pelayanan telekomunikasi

bagi wisatawan internasional dengan nomor telefon dari negaranya secara

otomatis akan tersambung dengan Telkomsel sehingga nomor asing dapat tetap di

hubungi dari negaranya. Bagi wisatawan untuk mencari informasi wisata di

Sulawesi Selatan dan Pulau Sulawesi tersedia Sulawesi Tourist Information

Centre (STIC) di kantor Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi

Selatan yang menyediakan pelayanan internet, brosur wisata dari berbagai

kabupaten di Sulawesi Selatan dan Tourist Information juga terdapat di Fort

Rotterdam yang dikelola oleh Himpunan Pramuwisata Indonesia.

Pelayanan pendukung yang telah tersedia di Kota Makassar bagi wisatawan

dapat dikatakan cukup lengkap akan tetapi peningkatan justru harus dilakukan

pada daya tarik wisata sehingga dapat meninggalkan kesan pada wisatawan.

6.7 Faktor Promosi Wisata

Promosi merupakan salah satu bagian dari langkah pemasaran yang

diperlukan bagi daya tarik wisata untuk memperkenalkan tetapi membuat kesan

bagi wisatawan untuk kembali berkunjung. Promosi wisata terhadap ketiga

Page 132: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

132

bangunan bersejarah akan dijabarkan melalui komponen humas (public relation),

periklanan (advertising), penetapan graphic material, promosi (promotion).

6.7.1 Fort Rotterdam

Fort Rotterdam sebagai destinasi wisata unggulan di Kota Makassar telah

banyak dipromosikan. Alat bantu promosi seperti brosur yang dicetak oleh Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan setiap tahunnya baik dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang memuat destinasi wisata utama

berbagai daerah di Provinsi Sulawesi Selatan. Brosur-brosur tersebut

diperuntukan bagi kegiatan promosi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Provinsi Sulawesi Selatan di dalam atau luar negeri.

Beberapa kegiatan promosi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi

Selatan adalah MATTA (Malaysia’s Premiere Travel Extravaganza) di Kuala

Lumpur dan NATAS (National Association Of Travel Agents Singapore) Travel

Fair di Singapura dan Pameran Pariwisata International Tourism Bourse (ITB)

Berlin, Jerman oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar.

Kegiatan MATTA dan NATAS travel fair dipilih karena semakin mudah akses

dari Malaysia dan Singapura ke Kota Makassar dengan adanya penerbangan

langsung serta disampaikan oleh Sekretaris Kepala Dinas (Syarifuddin. 2014) di

Malaysia dan Afrika Selatan terdapat sekitar 10 juta warga keturunan Sulawesi

Selatan yang tergabung dalam Perhimpunan Keluarga Sulawesi Selatan. sehingga

potensial Pengembangan wisata mudik. Brosur-brosur pariwisata yang dibuat saat

ini masih secara umum belum memiliki pembagian sesuai minat wisatawan.

Page 133: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

133

Lebih lanjut dinyatakan oleh Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi

kreatif Sulawesi Selatan (Syarifuddin, 2014) bahwa tahun 2014 sudah ada rencana

untuk mengelompokkan pembuatan alat bantu promosi seperti brosur sesuai minat

wisatawan, seperti wisata alam, budaya atau sejarah. Brosur yang saat ni dimiliki

berupa peta wisata untuk wilayah Makassar dan Toraja, brosur visit South

Sulawesi yang memuat informasi tentang daya tarik wisata di seluruh kabupaten,

alamat hotel, biro perjalanan wisata, toko oleh-oleh, alamat kantor maskapai

penerbangan, restoran, bioskop dan pemesanan taxi. Kemudian terdapat pula buku

informasi dengan judul Potential Tourism of South Sulawesi.

Kegiatan lain berupa kunjungan oleh jurnalis dari luar negeri dalam rangka

mempromosikan pariwisata di Kota Makassar. Kunjungan 12 Jurnalis wisata dari

Malaysia baik media cetak dan eletronik serta sebanyak 50 jurnalis dari seluruh

Indonesia berkunjung ke makassar untuk meliput berbagai daya tarik wisata.

Kegiatan lainnya yang dapat dilakukan dalam komponen public relation

adalah mengadakan educational tour bagi siswa sekolah. Pengorganisasian

educational tour ini dilaksanakan oleh pengelola Museum La Galigo, beberapa

kegiatan tersebut antara lain dari tahun 2008-2013 pameran gerakan sayang

museum, ceramah museum di Kabupaten Bone dan Kabupaten Sinjai, sosialisasi

museum pada usia remaja, lomba mewarnai, pameran temporer Museum La

Galigo. Kegiatan periklanan saat ini kerjasama dengan pihak lain yaitu

perusahaan sido muncul akan membuat iklan dengan latar budaya Sulawesi

Selatan.

Kita sudah lihat beberapa iklan Kuku Bima Energi dengan latar wisata di

Indonesia. Kami juga akan buat iklan yang bisa angkat wisata Sulawesi

Page 134: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

134

Selatan,” ujar Irwan, ini komitmen kami dalam hal ikut membantu

pembangunan, disamping kegiatan sosial yang sering kami gelar. Kami akan

buat apa saja bisa untuk membantu masyarakat dan pembangunan

Indonesia16

Pemilihan materi grafis untuk bahan promosi pariwisata untuk bangunan

bersejarah seperti Fort Rotterdam merupakan bagian dari program Visit South

Sulawesi oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

dan program visit Makassar great expectation and beyond 2011-2014. Hal

tersebut dituangkan dalam website pariwisata masing-masing lembaga. Website

kedua lembaga pariwisata tersebut bersama-sama memuat Fort Rotterdam sebagai

destinasi wisata di Kota Makassar.

6.7.2 Museum Kota Makassar

Kegiatan humas yang banyak dilakukan oleh Museum Kota sendiri adalah

kerjasama untuk educational tour. Siswa-siswa dari berbagai sekolah di Kota

Makassar banyak melalukan kunjungan secara rombongan atau individu. Alat

promosi seperti brosur yang menginformasikan koleksi yang dimiliki Museum

Kota dan melalui media sosial yang digunakan oleh pihak pengelola. Museum

Kota juga menjadi salah satu daya tarik wisata melalui website Dinas Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar, selain itu terdapat beberapa website yang

memuat tentang Museum Kota Makassar17

. Kunjungan beberapa jurnalis lokal

16

Anonim. 2013. Sido Muncul Akan Buat Iklan Latar Budaya Sulawesi Selatan. [Diunduh 25 April

2014]. Sumber URL: http://www.celebesonline.com/index/2014/04/12/sido-muncul-akan-buat-

iklan-latar-budaya-sulawesi-selatan.

17Anonim. 2014. Website yang menginformasikan tentang Museum Kota Makassar. [Diunduh 25

April 2014]. Sumber URL: www.indonesia.travel.com, www.asosiasimuseumindonesia.org,

www.museumku.wordpress.com dan www.wisatamelayu.com.

Page 135: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

135

dan nasional ke Museum Kota merupakan sarana yang membantu promosi dari

pihak pengelola.

Sebuah bangunan bergaya art deco berdiri dengan tegak di Jalan Balaikota

nomer 11, Makassar, Sulawesi Selatan. Bangunan itu adalah museum yang

mengoleksi benda-benda bersejarah di kota Anging Mamiri (julukan

Makassar), karena itulah diberi nama Museum Kota Makassar18

.

Adapun berita lainnya dimuat dalam berita online oleh detik travel bahwa tidak

sah apabila ke Makassar belum kelima tempat yaitu Pantai Losari, Fort

Rotterdam, Museum La Galigo, Museum Kota dan china town19

. Selain berita

yang ditulis oleh jurnalis beberapa komunitas di Kota Makassar juga turut

membantu dalam usaha promosi Museum Kota.

Blogger Anging Mammiri menggelar tudang sipulung dengan mengunjungi

Museum Kota, Jl Balai Kota, Makassar. Kunjungan ini mereka sebut

sebagai „menjenguk‟ lantaran museum ini terbilang sepi dikunjungi warga

kota. Ahmad mengajak 20 orang anggota komunitasnya, dan sejumlah

komunitas-komunitas lain di Makassar seperti JJS Makassar, Akademi

Berbagi (Akber) dan KPAJ. Dengan kunjungan ini ia berharap teman-

temannya bisa mempromosikan Museum Kota dengan menuliskannya di

blog20

.

Kegiatan promosi lainnya yang dilaksanakan oleh pihak pengelola adalah

keikutsertaan dalam pameran di luar daerah sehingga dapat memperlihatkan

18

Anonim. Berwisata Edukasi dan Sejarah Museum Kota Makassar. [diunduh 25 April 2014].

Sumber: URL: http://destindonesia.com/2013/12/09/berwisata-edukasi-dan-sejarah-di-museum-

kota-makassar. 19

Ramadhanny, Fitraya. 2013. Belum Sah ke Makassar Sebelum ke 5 Tempat ini. [diunduh 25

April 2014] Sumber: URL:

http://travel.detik.com/read/2013/03/21/090943/2199654/1383/3/belum-sah-ke-makassar-sebelum-

ke-5-tempat-ini.

21

Untung, Muhaimin A. 2014. Blogger Anging Mammiri „Jenguk‟ Museum Kota Makassar.

[diunduh 25 April 2014]. Sumber: URL: http://klikmakassar.com/2014/03/01/blogger-anging-

mammiri-jenguk-museum-kota-makassar/.

Page 136: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

136

koleksi yang dimiliki dan diharapkan dapat merangsang wisatawan untuk

berkunjung ke Makassar.

6.7.3 Gedung Kesenian Makassar

Belum banyak kegiatan promosi bagi Gedung Kesenian Makassar dalam

usahanya sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Makassar. Gedung Kesenian

selama ini masih menjadi rumah bagi para seniman lokal untuk mengembangkan

karyanya. Kegiatan promosi yang dilakukan lebih banyak datang dari jurnalis dan

masyarakat yang menulis dalam blog, salah satu website panduan wisata dari

Yogyakarta menulis tentang sejarah dan fungsi dari Gedung Kesenian serta

kegiatan pagelaran film pendek karya sutradara dari Makassar juga dimuat pada

harian online. Kegiatan lainnya yang pernah diselenggarakan adalah festival jalan

ribura‟ne yang menggelar pameran foto-foto Makassar tempo dulu yang

bekerjasama dengan sanggar seni serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kota Makassar. Kegiatan promosi dari pihak seniman lebih banyak informasi dari

mulut ke mulut bahwa Gedung Kesenian masih beroperasi dan dapat digunakan

sebagai tempat pagelaran seni.

6.8 Tahap perkembangan Bangunan Bersejarah di Kota Makassar

Melalui enam komponen antara lain activities, accessibilty, amenities,

available package, activities, ancillary service ditambah dengan komponen

promosi wisata, disimpulkan tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar.

Page 137: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

137

6.8.1 Fort Rotterdam

Fort Rotterdam sebagai bangunan bersejarah merupakan salah satu daya

tarik wisata andalan di Kota Makassar. Fort Rotterdam tidak hanya banyak

dikunjungi oleh wisatawan melainkan masyarakat lokal. Fort Rotterdam telah

direnovasi beberapa kali setelah masa kemerdekaan dan revitalisasi secara besar-

besaran baru saja dilakukan tahun 2010-2011. Lokasi strategis berada tepat di

depan Pantai Losari, hotel-hotel berbintang serta fasilitas umum lainnya

menjadikan Fort Rotterdam salah satu landmark wisata Kota Makassar. Melalui

siklus hidup destinasi wisata oleh Butler, Fort Rotterdam diklasifikasikan dalam

tahap development (pengembangan). Fort Rotterdam dalam pengelolaannya dan

perbaikan telah melibatkan tidak hanya kalangan pemerintah tapi pihak luar. Di

sekitar area luar kompleks Fort Rotterdam telah banyak dibangun restoran, hotel

dan tempat hiburan dan juga banyak dipromosikan sebagai daya tarik wisata baik

oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan juga oleh biro

perjalanan wisata.

6.8.2 Museum Kota Makassar

Museum Kota Makassar sebagai bagian dari sejarah Kota Makassar

merupakan sarana edukasi serta wisata. Keberadaannya membantu pengunjung

untuk lebih memahami sejarah Kota Makassar sehingga dibutuhkan tidak hanya

pelestarian tapi juga memaksimalkan potensi yang dimiliki di dalamnya. Melalui

siklus hidup destinasi wisata Museum Kota Makassar dapat di klasifikasikan ke

dalam tahap exploration (eksplorasi). Jumlah wisatawan yang tidak begitu besar,

aksesibilitas sudah sangat baik dan faktor eksternal lainnya telah mendukung akan

Page 138: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

138

tetapi daya tariknya sendiri harus banyak melakukan pembenahan baik secara

fisik dan non fisik sehingga daya tariknya dapat lebih ditonjolkan kepada

wisatawan.

6.8.3 Gedung Kesenian Makassar

Gedung Kesenian Makassar merupakan peninggalan sejarah yang telah

lama difungsikan sebagai Gedung Kesenian bagi masyarakat lokal akan tetapi

pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata cenderung masih baru. Oleh karena itu,

Gedung Kesenian dapat klasifikasikan sebagai daya tarik yang masih bersifat

exploration (eksplorasi) karena jumlah wisatawan yang masih sangat minim,

secara fisik dan pengelolaan membutuhkan banyak perbaikan sehingga layak

dikunjungi oleh wisatawan serta difungsikan untuk kegiatan berkesenian. Gambar

6.3 merupakan tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian pada evolusi destinasi wisata yang dikembangkan oleh Butler.

Tahap

Pengembangan

Fort Rotterdam

AREA KRITIS UNTUK ELEMEN DAYA TAMPUNG WISATAWAN

Keterlibatan

Peremajaan

Kemunduran

Tahap Eksplorasi

Stagnasi

Konsolidasi

Museum Kota & Gedung Kesenian

Gambar 6.3 Tahap Perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

Sumber: Tourism Area Life Cycle Butler yang disesuaikan dengan Penelitian ini. 2014

Page 139: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

139

BAB VII

STRATEGI YANG EFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN

FORT ROTTERDAM, MUSEUM KOTA, GEDUNG KESENIAN

SEBAGAI WISATA WARISAN BUDAYA DI KOTA MAKASSAR

Strategi merupakan keseluruhan gagasan yang berkaitan dengan

perencanaan sampai dengan pelaksanaan gagasan tersebut. Strategi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah gagasan-gagasan yang diperuntukkan bagi

masing-masing bangunan bersejarah dalam pemanfaatannya sebagai wisata

warisan budaya. Terlebih dahulu telah dijabarkan tahap perkembangan ketiga

bangunan bersejarah sebagai wisata warisan budaya yang diuraikan melalui

konsep 6A ditambah dengan faktor promosi pariwisata. Konsep 6A tersebut

kemudian dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal dari tahap

perkembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian yang

bertujuan memudahkan penentuan strategi yang efektif dalam peningkatan ketiga

bangunan sebagai wisata warisan budaya .

7.1 Faktor Internal dari Tahap perkembangan

Faktor internal terhadap tahap perkembangan Fort Rotterdam, Museum

Kota dan Gedung Kesenian Makassar sebagai wisata warisan budaya dirangkum

dari faktor atraksi dan kegiatan di daya tarik wisata. Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa Fort Rotterdam merupakan bangunan bersejarah yang paling

terawat dibandingkan dengan Museum Kota dan Gedung Kesenian. Kondisi

bangunan Fort Rotterdam yang telah mengalami revitalisasi di seluruh

bangunannya, perawatan area terbuka hijau yang terletak di dalam kompleks Fort

Page 140: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

140

Rotterdam, revitalisasi Museum La Galigo sebagai bagian dari daya tarik Fort

Rotterdam sehingga lebih nyaman dan terlihat lebih modern. Fort Rotterdam juga

difungsikan sebagai tempat perkumpulkan beberapa organisasi mahasiswa,

aktivitas seni dan budaya baik dari pemerintah dan penyelenggara kegiatan

lainnya sehingga Fort Rotterdam semakin dikenal oleh masyarakat dan

wisatawan. Pada kenyataannya masih terdapat kekurangan interaksi yang dapat

membangun hubungan secara emosional wisatawan dengan benda bersejarah serta

budaya lokal.

Kondisi bangunan Museum Kota yang masih terlihat terawat adalah satu

nilai tambah bagi keberadaan bangunan bersejarah di antara pesatnya

pembangunan Kota Makassar. Memasuki bagian dalam museum dan melihat

kekayaan koleksi yang dimiliki sangat kontras terlihat kekurangan fasilitas bagi

perawatan benda bersejarah. Ruang pamer pada lantai bawah tidak dilengkapi

dengan pendingin ruangan yang suhunya sesuai serta pencahayaan yang

mengandalkan cahaya seadanya dari alam serta kebocoran di tempat memamerkan

foto-foto sejarah pemerintahan Kota Makassar sehingga dapat berbahaya bagi

koleksi yang disimpan. Aktivitas yang banyak dilaksanakan di Museum Kota

adalah kegiatan kunjungan dari siswa sekolah atau mahasiswa yang merupakan

target pengunjung dan penampilan alat musik tradisional oleh siswa.

Gedung Kesenian sebagai tempat perkembangan seni di Kota Makassar

adalah bangunan dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Perbaikan bertahap

yang belum terselesaikan menjadi kendala bagi seniman untuk mengadakan

kegiatan seni. Banyak ruangan di dalam gedung sudah tidak layak digunakan,

Page 141: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

141

panggung ruang pertunjukan tertutup masih dalam proses perbaikan dan

tumpukan sisa bangunan yang dibiarkan begitu saja di ruang pertunjukan tertutup.

Atraksi seni yang dulunya menghidupkan bangunan ini sudah lama tidak lagi

dapat diselenggarakan karena kondisi bangunan.

7.2 Faktor Eksternal dari Tahap perkembangan

Faktor eksternal terhadap tahap perkembangan ketiga bangunan bersejarah

diambil dari faktor aksesibilitas, fasilitas penunjang pariwisata, ketersediaan paket

wisata, pelayanan pendukung dan promosi wisata. Fort Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian terletak di pusat kota dan berdekatan satu sama lain

sehingga mudah dijangkau menggunakan angkutan umum dan fasilitas umum

seperti bandar udara. Nilai tambah lainnya bahwa ketiga bangunan bersejarah

terletak dekat dengan fasilitas penunjang seperti sarana akomodasi yang terus

mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 peningkatan jumlah hotel di Kota

Makassar mencapai 65% ditambah dengan peningkatan restoran dengan berbagai

jenis pilihan menu western, Japanese dan masakan lokal Indonesia dan khas

Makassar. Ketersediaan pramuwisata dengan pilihan berbagai bahasa Jerman,

Italia, Spanyol, Belanda, Perancis, Arab, Inggris, Jepang dan Mandarin.

Paket wisata ke Kota Makassar yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata

bagi wisatawan mancanegara dan nusantara pasti mengunjungi Fort Rotterdam.

Gedung Kesenian dan Museum Kota belum banyak ditawarkan sehingga menjadi

konsumsi bagi kalangan tertentu. Secara umum pelayanan pendukung dalam

kegiatan pariwisata di Kota Makassar telah tersedia. Pelayanan bank

internasional, penukaran uang, pelayanan kesehatan berstandar internasional,

Page 142: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

142

saran telekomunikasi serta tourist informaion centre telah tersedia seiring dengan

pesatnya perkembangan kota.

Fort Rotterdam dan Gedung Kesenian sebagai pemanfaatannya dalam

pariwisata berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan promosi Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan memperkenalkan secara umum seluruh daya

tarik wisata di Provinsi Sulawesi Selatan dengan keikutsertaan dalam MATTA di

Kuala Lumpur, NATAS travel fair di Singapura. Brosur, tourist map, buku

informasi wisata dibuat untuk mempermudah wisatawan dan bagian dari alat

pembantu promosi. Selain itu, dibuat website khusus untuk pariwisata di Sulawesi

Selatan. Adanya kunjungan jurnalis dari dalam dan luar negeri ke beberapa daya

tarik wisata termasuk Fort Rotterdam. Museum La Galigo sebagai bagian dari

Fort Rotterdam memiliki program sendiri berupa educational tour bagi siswa

sekolah, pemilihan duta museum dan keikutsertaan dalam pameran temporer di

berbagai kota.

Museum Kota pengelolaannya di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota Makassar. Promosi yang banyak dilaksanakan lebih menargetkan kunjungan

siswa sekolah dan mahasiswa. Brosur dibuat sebagai salah satu alat bantu

promosi, kunjungan dari jurnalis lokal dan organisasi pemuda serta Museum Kota

menjadi salah satu destinasi wisata pada website Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Kota Makassar.

Kegiatan promosi yang dilaksanakan oleh seniman pengelola Gedung

Kesenian tidak banyak, promosi lebih mengandalkan informasi yang beredar

Page 143: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

143

antara sesama seniman. Promosi yang banyak dilakukan oleh pihak lain seperti

jurnalis majalah wisata dari Yogyakarta menulis tentang Gedung Kesenian serta

kegiatan seni yang dilaksanakan di Gedung Kesenian kemudian dimuat pada

beberapa harian online.

7.3 Strategi Pengembangan Wisata warisan budaya di Kota Makassar

Perumusan strategi terhadap ketiga bangunan bersejarah berdasarkan pada

kenyataan yang didapatkan selama melaksanakan observasi dan proses

pengumpulan data penelitian. Strategi yang efektif untuk penelitian ini adalah

strategi intensif yang terdiri dari pengembangan produk, penetrasi pasar dan

pengembangan pasar. Strategi intesif dipilih sebagai strategi pengembangan Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian karena ketiga bangunan

bersejarah tersebut memiliki potensi sebagai produk pariwisata sehingga

memerlukan usaha-usaha intensif untuk dapat bersaing dengan daya tarik wisata

lainnya di berbagai daerah di Indonesia.

7.3.1 Fort Rotterdam

Langkah-langkah dalam implementasi strategi pengembangan produk pada

Fort Rotterdam antara lain:

1. Fort Rotterdam yang terletak di pusat kota dan berlokasi di depan Pantai

Losari sehingga banyak pengusaha melihat potensi bisnis baik berupa

akomodasi, restoran dan kafe. Perlu adanya penegakan aturan yang telah

dibuat oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya tentang zonasi di areal Fort

Rotterdam sehingga pembangunan fasilitas kota dan usaha penunjang

Page 144: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

144

pariwisata tidak mengganggu keberadaan bangunan bersejarah. Selain itu,

dinyatakan dalam Peraturan Daerah Kota Makassar nomor 6 tahun 2006

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar bahwa strategi

pengembangan kawasan khusus konservasi budaya adalah mendukung

program pelestarian budaya (lingkungan dan bangunan) melalui penataan

kembali kawasan konservasi budaya yang bisa tetap bersinergi dengan

pertumbuhan lingkungan sekitarnya. Pernyataan terebut seharusnya menjadi

landasan dalam pengembangan kawasan sekitar Fort Rotterdam oleh karena

terdapat beberapa bangunan cagar budaya di sekitar Fort Rotterdam.

2. Kota Makassar kaya akan budaya dari beberapa suku yaitu suku makassar,

bugis, mandar dan Toraja sehingga benda-benda bersejarah yang tersimpan di

dalam Museum La Galigo sangat beragam. Perlu adanya atraksi yang dapat

bersentuhan langsung dengan wisatawan yang mengunjungi museum seperti

peragaan terhadap alat musik yang juga bisa dipraktekan oleh wisatawan.

Baju adat yang dapat dikenakan dan diabadikan dalam sebuah foto sehingga

meninggalkan kesan. Hal tersebut dapat memberdayakan masyarakat sekitar

sebagai pengusaha fotografi dengan regulasi yang tegas dari pengelola

sehingga terkesan tidak memaksa wisatawan.

3. Meningkatan standarisasi kualitas pelayanan yang telah ada, yaitu pelayanan

mulai dari wisatawan masuk ke kompleks Fort Rotterdam dan Museum La

Galigo. Memberikan informasi yang tepat, harga tiket yang sesuai dengan

peraturan daerah yang diberlakukan pemerintah, penguasaan bahasa asing

seperti bahasa inggris. Pembaharuan terhadap sumber daya manusia pada

Page 145: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

145

pengelola Museum La Galigo yang diharapkan dapat memberi ide-ide baru

dalam mengembangkan Fort Rotterdam dan Museum La Galigo.

4. Peningkatan fasilitas umum seperti toilet yang berstandar internasional

sehingga nyaman digunakan bagi wisatawan asing dan perpustakaan untuk

menyimpan buku-buku tentang sejarah Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan

hasil penelitian.

5. Peningkatan perawatan terhadap kebersihan lingkungan di sekitar kompleks

Fort Rotterdam. Adanya sampah yang awalaupun terdapat dibeberapa sudut

yang tak terlihat, seperti parit kecil di sisi bangunan akan tetapi memerlukan

perhatian sehingga tidak mengurangi keindahan sekeliling bangunan.

6. Memberikan pemahaman dan sanksi yang tegas kepada pengunjung sehingga

aksi vandalisme yang masih banyak terjadi pada dinding-dinding bangunan

Fort Rotterdam dapat diminimalisasi.

7. Pengembangan wisata kota lama yang sampai saat ini belum dikembangkan

pada wilayah di sekitar Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

dengan target pasar bagi siswa sekolah dan mahasiswa pada awalnya. Setelah

fasilitas mulai ditingkatkan kemudian target pasar dikembangkan kepada

wisatawan.

Langkah-langkah implementasi pada strategi penetrasi dan pengembangan

pasar terhadap Fort Rotterdam tertuju pada Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Sulawesi Selatan selaku pihak pengelola dalam pemanfaatan Fort Rotterdam

sebagai daya tarik wisata, antara lain:

Page 146: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

146

1. Wisatawan dari Belanda adalah jumlah wisatawan dari Eropa yang terbanyak

mengunjungi Kota Makassar, sedangkan untuk wisatawan asing dari Asia

sebagian besar berasal dari Jepang dan Malaysia. Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan hampir setiap tahun telah turut serta dalam

Tong-Tong Fair di Belanda untuk mempromosikan daya tarik wisata di Kota

Makassar yang memiliki arsitektur Belanda. Promosi yang telah dilaksanakan

tidak hanya berhenti setelah selesainya travel fair akan tetapi kegiatan

promosi yang telah ada ditingkatkan dengan perbaikan terhadap pelayanan

informasi website yang tersedia dalam berbagai bahasa, pengelompokan daya

tarik wisata sesuai dengan jenis, seperti wisata warisan budaya, alam atau

minat khusus dan informasi tentang event pariwisata tahunan yang selalu

diperbaharui.

2. Menjalin kerjasama dengan mitra kerja dari berbagai travel fair yang telah

dihadiri. Dibuat sebuah newsletter yang dikirimkan melalui email sehingga

kegiatan promosi yang terus-menerus dapat dilakukan dan memberikan

informasi terbaru tentang wisata di Sulawesi Selatan dan event yang

diselenggarakan.

3. Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan saat ini

mengembangkan wisata mudik terhadap warga negara Malaysia dan

Singapura keturunan Sulawesi Selatan. Pembukaan penerbangan langsung

dari Malaysia dan Singapura ke Kota Makassar merupakan salah satu alasan

wisatawan Malaysia termasuk dalam wisatawan asing terbanyak urutan ketiga

setelah Belanda dan Jepang yang mengunjungi Kota Makassar.

Page 147: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

147

Pengembangan wisata mudik dapat dilakukan di beberapa negara lainnya

seperti Australia dan negara-negara Asia tenggara lainnya. Hal tersebut dapat

menjadi peluang untuk menambah penerbangan internasional langsung ke

Makassar.

4. Pengadaan website tersendiri bagi Fort Rotterdam yang memuat tidak hanya

informasi, lokasi dan jadwal event yang akan berlangsung di Fort Rotterdam

dan Museum La Galigo.

5. Meningkatkan kerjasama yang telah ada dengan sekolah-sekolah dari

berbagai tingkatan sekolah dasar, menegah pertama dan menengah atas untuk

mengunjungi Fort Rotterdam dan menanamkan kecintaan kepada bangunan

bersejarah.

7.3.2 Museum Kota Makassar

Hasil dari temuan yang didapatkan selama observasi menghasilkan

penyusunan langkah-langkah strtaegi pengembangan produk terdiri dari:

1. Perbaikan fisik bangunan Museum Kota Makassar berupa perbaikan terhadap

kerusakan langit-langit, pengelupasan cat pada dinding yang meninggalkan

kesan tidak terawat pada bangunan. Perbaikan tentunya harus sesuai dengan

aturan dan Undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.

2. Pembaharuan fasilitas museum berupa lemari atau kotak yang digunakan

untuk memamerkan koleksi, pencahayaan dan suhu ruangan yang sesuai

untuk benda-benda bersejarah, dibutuhkan storage yang memadai bagi

penyimpanan koleksi museum yang tidak dipamerkan.

Page 148: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

148

3. Peningkatan kualitas pelayanan kualitas sumber daya manusia berupa

penguasaan bahasa asing dan penyediaan ahli perawatan koleksi museum.

4. Pengadaan website khusus bagi Museum Kota sehingga pengelola memiliki

keleluasaan dalam memberikan informasi terhadap event yang akan diadakan,

pelayanan program edukasi yang disediakan serta koleksi yang dimiliki.

5. Guna meningkatkan kontribusi pendapatan, diperlukan penjualan tiket masuk

museum setelah adanya perbaikan Museum Kota Makassar. Dengan adanya

pendapatan akan terdapat pula anggaran perawatan dan perbaikan.

Implementasi pada strategi penetrasi dan pengembangan pasar terhadap

Museum Kota Makassar, antara lain:

1. Museum Kota Makassar yang target utama kunjungannya oleh siswa sekolah

melalui strategi perbaikan fisik bangunan dan pembenahan kualitas museum

dapat meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan

nusantara dengan mengadakan kerjasama terhadap pihak HPI, ASITA, PHRI

serta organisasi pariwisata lainnya.

2. Target pasar untuk siswa sekolah yang telah dilaksanakan saat ini,

dikembangkan kepada siswa sekolah di luar Kota Makassar seperti kabupaten

Gowa, Maros, Pangkep, Takalar dan Malino yang waktu jarak tempuhnya

sekitar 1-2 jam ke Kota Makassar.

7.3.3 Gedung Kesenian Makassar

Terdapat beberapa langkah yang perlu dilaksanakan dalam rangka

pengembangan Gedung Kesenian sebagai produk wisata di Kota Makassar, antara

lain:

Page 149: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

149

1. Perbaikan terhadap tampilan fisik Gedung Kesenian, mulai dari

menghilangkan kesan kumuh terhadap warna dinding, perbaikan panggung

ruang pertunjukan tertutup, perbaikan ruang pertunjukan terbuka, perbaikan

langit-langit yang telah mengalami kebocoran. Perbaikan Gedung Kesenian

bertujuan membuatnya menjadi layak untuk dikunjungi dan sebagai pusat

perkembangan seni di Kota Makassar.

2. Penambahan fasilitas modern tanpa meninggalkan keaslian dan tetap

mempertahankan arsitektur bangunan. Fasilitas yang dimaksud adalah

pencahayaan panggung, tata suara dan fasilitas lain yang mendukung

pertunjukan seni.

3. Adanya fasilitas galeri yang bertujuan memberikan pemahaman sejarah

bangunan, perkembangan seni dan perpustakaan.

4. Pengembangan Gedung Kesenian sebagai pusat pengembangan seni

tradisional dengan adanya pengelola yang lebih jelas. Pengelola dapat

merangkul sanggar seni untuk datang dan melaksanakan latihan dan

pertunjukan di Gedung Kesenian. event musik jazz dan teater yang berskala

internasional juga dapat dilaksanakan di Gedung Kesenian.

Langkah-langkah bagi strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar untuk

Gedung Kesenian yaitu:

1. Gedung Kesenian merupakan bagian dari sejarah Kota Makassar sehingga

memiliki potensi yang dapat dikembangkan bagi produk wisata. Revitalisasi

sangat diperlukan untuk mengembangkan target pasar pengunjung Gedung

Page 150: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

150

Kesenian, dari hanya penggiat seni menjadi wisatawan mancanegara dan

nusantara.

2. Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata dan organisasi pariwisata

seperti ASITA, PHRI dan HPI sehingga informasi tentang pertunjukan seni

dapat informasikan kepada wisatawan.

3. Adanya website khusus bagi Gedung Kesenian yang menyajikan jadwal

pertunjukan seni, pemutaran film dan pertunjukan tarian tradisional sehingga

mudah diakses oleh wisatawan.

Page 151: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

151

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya

maka akan diuraikan simpulan dan saran terkait dengan bentuk pemanfaatan,

tahap perkembangan serta strategi yang efektif untuk meningkatkan ketiga

bangunan bersejarah sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar.

8.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap ketiga rumusan masalah yang diangkat

di dalam penelitian ini, maka dapat ditarik simpulan, sebagai berikut:

Pemanfaatan beberapa bangunan bersejarah di Kota Makassar saat ini

berfungsi sebagai daya tarik wisata. Beberapa bangunan bersejarah tersebut

adalah Fort Rotterdam dan Museum Kota yang dahulu sebagai pusat

pemerintahan dan Gedung Kesenian Makassar sebagai lambang kehidupan sosial

pemerintahan kolonial. Pemanfaatan Fort Rotterdam pada awalnya adalah sebagai

benteng bagi Kerajaan Gowa kemudian oleh pemerintah Belanda difungsikan

sebagai pusat pemerintahan, pemukiman dan perdagangan. Pemanfaatan Fort

Rotterdam setelah Indonesia merdeka adalah sebagai daya tarik wisata,

pemerintah kemudian melaksanakan banyak perbaikan dalam usaha pelestarian

serta menjadikan Fort Rotterdam layak dikunjungi oleh wisatawan. Pemanfaatan

Museum Kota (Gementeehuis) awalnya merupakan kantor walikota yang

dibangun pemerintah Belanda. Gementeehuis setelah beberapa kali berubah fungsi

pada tahun 2000 dijadikan Museum Kota yang menyimpan koleksi bersejarah

Page 152: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

152

yang menceritakan sejarah awal dan perkembangan Kota Makassar. Pemanfaatan

Gedung Kesenian Makassar pada awal perkembangannya merupakan tempat

penyelenggaraan acara resmi, pertunjukan sandiwara, dansa bagi pemerintah

kolonial. Selama beberapa tahun setelah Indonesia merdeka Gedung Kesenian

dimanfaatakan sebagai kantor pemerintahan, setelah masa reformasi Gedung

Kesenian Makassar dimanfaatkan kembali sebagai pusat berkesenian.

Tahap perkembangan Fort Rotterdam sebagai daya tarik wisata warisan

budaya digolongkan pada tahap pengembangan (development). Fort Rotterdam

telah ditata apik dengan adanya ruang terbuka hijau, perawatan bangunan dan

keberadaan Museum La Galigo yang berlokasi di dalam kompleks Fort Rotterdam

menambah daya tariknya. Museum Kota Makassar sebagai daya tarik wisata

warisan budaya berada pada tahap eksplorasi (exploration) selain karena status

museum yang masih dalam tahap persiapan, keadaan fisik bangunan serta fasilitas

ruang pamer museum masih memerlukan peningkatan. Gedung Kesenian

Makassar dikelompokkan dalam tahap eksplorasi (exploration) karena saat ini

kondisi gedung yang masih dalam proses perbaikan menyebabkan beberapa

ruangan masih dalam kondisi rusak.

Keberadaan daya tarik wisata moderen seperti Trans Studio, Bugis

Waterpark dan Gowa Discovery Park tidak memberi peningkatan dan penurunan

terhadap kunjungan ketiga bangunan bersejarah, oleh karena kunjungan terhadap

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian memiliki pengunjung

dengan minat khusus terhadap sejarah dan budaya sedangkan Trans Studio, Bugis

Waterpark dan Gowa Discovery Park lebih banyak diminati oleh pengunjung,

Page 153: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

153

khususnya pengunjung domestik karena dalam satu tempat telah terdapat fasilitas

lengkap bagi kebutuhan wisata keluarga.

Strategi yang efektif untuk meningkatkan ketiga bangunan bersejarah

sebagai wisata warisan budaya adalah dengan strategi intensif yang terdiri dari

strategi pengembangan produk, penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Strategi

pada pengembangan Fort Rotterdam yang telah dilaksanakan pihak pengelola

kemudian memerlukan peningkatan antara lain peningkatan pelayanan melalui

peningkatan kualitas sumber daya manusia, fasilitas umum, kebersihan di dalam

dan sekitar Fort Rotterdam, penegakan aturan zonasi dan perda tentang rencana

tata ruang wilayah, memperbaharui dan meningkatkan informasi di dalam website

pariwisata Kota Makassar kemudian pengembangan target pasar wisata mudik ke

beberapa negara Asia dan Australia. Strategi baru yang perlu serta dilaksanakan

adalah Pemahaman dan sanksi tegas terhadap aksi vandalisme, menjalin

kerjasama secara terus menerus dengan mitra kerja dari travel fair yang telah

dihadiri sehingga informasi serta event wisata dapat diketahui.

Strategi pengembangan pada Museum Kota yang telah dilaksanakan dan

perlu di tingkatkan dengan serius adalah perbaikan dan penataan terhadap

bangunan Museum Kota, fasilitas pencahayaan dan suhu ruangan serta museum

dilengkapi dengan storage yang memadai. Strategi baru yang dapat diterapkan

pada antara lain pengembangan target pasar yaitu dari pengunjung siswa sekolah

diperluas menjadi wisatawan dengan kerjasama intensif kepada BPW dan

organisasi pariwisata lainnya serta sarana pendukung seperti website khusus bagi

Museum Kota Makassar. Strategi pengembangan bagi Gedung Kesenian

Page 154: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

154

Makassar yang telah ada saat ini dan memerlukan perhatian dari pihak pengelola

adalah perbaikan terhadap fisik bangunan, pengadaan fasilitas galeri yang

memberikan penjelasan tetang sejarah Gedung Kesenian, dan adanya kejelasan

struktur pengelola gedung sehingga terdapat jembatan komunikasi antara seniman

dan pemerintah selaku penanggung jawab benda cagar budaya. Strategi baru yang

dapat diterapkan yaitu kerjasama dengan BPW dan organisasi pariwisata serta

pengadaan website khusus bagi Gedung Kesenian Makassar.

8.2 Saran

Optimalisasi terhadap pemanfaatan ketiga bangunan bersejarah sebagai

wisata warisan budaya di Kota Makassar yang mengacu pada data yang

didapatkan selama penelitian, maka dapat disarankan anatara lain:

Bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Kota Makassar bahwa

penerapan tentang aturan tata ruang pengembangan pariwisata dan kawasan cagar

budaya seharusnya dapat berjalan bersinergi. Bangunan bersejarah seperti Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian adalah potret perkembangan

Kota Makassar serta mengandung nilai sejarah, budaya dan perjuangan

masyarakat terdahulu. Pembangunan fasilitas wisata sangat diperlukan dalam

menyukseskan pariwisata tetapi tidak boleh dilupakan bahwa kelestarian

bangunan bersejarah menjadi tanggung jawab bersama.

Bagi pengelola Fort Rotterdam dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Sulawesi Selatan beserta unit pelaksanan teknik dinas Museum La Galigo

perlunya perekrutan sumber daya manusia baru di museum sehingga terdapat ide-

ide baru dalam mengembangkan museum sebagai daya tarik wisata. Keberadaan

Page 155: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

155

aktivitas pertunjukan seni tradisional di Fort Rotterdan sangat baik akan tetapi

perlu kaji kembali tentang keberadaan panggung moderen yang berlokasi di

tengah-tengah bangunan karena mengurangi nilai kesejaharaan Fort Rotterdam.

Pertunjukan seni dapat diselenggarakan di arena kecil sebelah selatan kompleks

Fort Rotterdam sehingga lebih menyatu dengan atmosfer sejarah di sekelilingnya.

Pengembangan wisata warisan budaya tidak hanya melibatkan akademisi

pariwisata tetapi juga arkeolog dan ahli sejarah sehingga dapat menghasilkan

pariwisata yang berkelanjutan.

Bagi Pengelola Museum Kota dalam hal ini Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kota Makassar bahwa Museum Kota yang menyimpan benda dengan

nilai sejarah dan budaya Kota Makassar sangat memerlukan perbaikan,

pembenahan dan penataan. Peningkatan kualitas museum akan menjadi acuan dan

semangat baru bagi pengelola museum setempat dalam membuat kegiatan yang

lebih baik dan menarik pengunjung lebih banyak.

Bagi Pengelola Gedung Kesenian yang saat ini dipegang oleh Dinas

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Selatan bahwa Gedung Kesenian dapat

menjadi destinasi wisata baru bagi Kota Makassar setelah adanya revitalisasi.

Gedung Kesenian dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan dan pementasan seni

tradisional dan modern sehingga wisatawan tentunya tidak hanya akan

menghabiskan satu malam di Makassar setelah perjalanan dari Toraja melainkan

beberapa hari di Kota Makassar

Bagi Pelaku pariwisata bahwa dukungan terhadap peningkatan wisata

warisan budaya di Kota Makassar merupakan salah satu tanggung jawab pelaku

Page 156: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

156

industri pariwisata. Kota Makassar tidak hanya dapat menjadi daerah tujuan

wisata kedua setelah Toraja bagi wisatawan asing tetapi juga menjadi destinasi

wisata utama yang melengkapi kekayaan budaya di Sulawesi Selatan.

Page 157: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

157

DAFTAR PUSTAKA

Agusta Ivanovich. 1998. Metode Kualitatif. Lokakarya Metode Kualitatif. Bogor

11 Oktober 2005

Anonim. 2005. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2006 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015. Pemerintah

Republik Indonesia.

Anonim. 2007. Pengelolaan Koleksi Museum. Jakarta: Direktorat Museum,

Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata.

Anonim. 2009. Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun 2009.

Pemerintah Republik Indonesia

Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:

PM.59/PW.007/MKP/2010. Pemerintah Republik Indonesia

Anonim. 2010. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.

Pemerintah Republik Indonesia

Anonim. 2011. Indikator Ekonomi Sulawesi Selatan Tahun 2000-2010. Makassar:

Badan Pusat Statistik.

Anonim. 2011. Museum La Galigo. Makassar: Gramajapa Bersaudara Mandiri.

Anonim. 2013. Makassar dalam Angka 2013. Makassar: Badan Pusat Statistik

Kota Makassar.

Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar: Pustaka

Larasan

Arysad Nurul Ifada. 2013. “Penjual Pisang Epe di Kota Makassar (Suatu Studi

Antropologi Perkotaan)”. (Skripsi Jurusan Antropologi). Makassar:

Universitas Hasanuddin

Asmunandar. 2008. “Membangun Identitas Makassar Melalui Kota Kuna

Makassar”. (Tesis Program Studi Arkeologi). Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada

Page 158: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

158

Butler, R.W. 2011. Tourism Area Life Cycle. Dalam: Cooper Chris, editor.

Contemporary Tourism Reviews. Oxford: Goodfellow Publisher Limited.

Hal: 6-7

Chulsum, Umi dan Novia Windy. 2006. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”

Jakarta: Kashiko.

Cooper, Chris dkk. 2005. Tourism: Principles and Practice. England: Prentice

Hall.

David, Fred R. 2009. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat

Fuad M dkk. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Heriyanto Albertus dan B. Sandjaja. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Indrianto Agoes. 2007. Interpreting the Past-Creating Surabaya Heritage Trail.

Dalam: Janet Cochrane, editor. Asian Tourism: Growth and Change. United

Kingdom: Elsevier. Hal: 357-368

Mansyur, Syahruddin. 2010. “Konstruksi Baru Pameran Museum Kota

Makassar”. (Tesis Program Studi Arkeologi). Jakarta: Universitas Indonesia

Masdoeki, Abdul Muttalib dan Bahru Kallupa. 1986. Benteng Ujung Pandang

(Fort Rotterdam). Makassar: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala

Sulawesi Selatan.

Middleton, Victor TC. 1996. Marketing Issues in Heritage Tourism: an

International Persepctive. dalam: Nuryanti Wiendu. 1997. Tourism and

Heritage Management. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 216

Mulyadi, Yadi. 2007. Pentingnya Partisipasipasi Masyarakat dalam

Pengembangan Kawasan Budaya Terpadu dan Kawasan Strategis

Konservasi Warisan Budaya di Kota Makassar. (Serial online), [Diunduh 08

November 2013]. Sumber: URL: http://repository.unhas.ac.id/Pentingnya-

Partisipasi.html

Natsir, Mohammad, Syahrawi Mannan dan Nurbuayh Abubakar. 2010. Bangunan

Bersejarah di Kota Makassar. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya.

Page 159: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

159

Nuraeda, Siti, Muhammad Masrury dan Agung Mokobombang. 2008. Album

Sejarah dan Kepurbakalaan Sulawesi Selatan (Wisata Kultural Historis).

Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan.

Nuryanti, Wiendu. 2009. Sinergi Arsitektur dan Pariwisata dalam Membangun

Indonesia Kreatif. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta 8 Juni 2009.

Page, Stephen J, Paul Brunt, Graham Busby, Jo Connell 2001. Tourism a Modern

Synthesis. First Edition. Cengage Learning.

Pendit, S Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:

Pradnya Paramita.

Pitana, I Gede dan Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Cetakan

Pertama. Yogyakarta: Andi Offset.

Pitana, I Gede dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi

offset.

Rahajoe, Rita Poedji. 2007. “Strategi Pengembangan Wisata Heritage Sebagai

Daya Tarik wisata di Kota Surabaya” (Tesis Program Studi Kajian

Pariwisata). Denpasar: Universitas Udayana

Rangkuti Freedy. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Rukendi Cecep dkk. 2010. Destination Management of Urban Cultural Heritage

Tourism from Stakeholders‟ Perspective: A case Study of Jakarta Old Town,

Indonesia. [Diunduh 23 November 2013]. Sumber: URL:

storage.globalcitizen.net/.../2012012816531870

Sirajuddin, Ilham Arief. 2008. Penyampaian Visi dan Misi Calon Walikota

Makassar 2009-2014. Makassar 12 Oktober 2008.

Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai

“systemic linkage”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Southall, Carol dan Peter Robinson. 2011. Heritage Tourism. Dalam Robinson

Peter, Heitmann Sine, Dieke Dr Peter. Research Theme for Tourism. CAB

International: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Hal: 177

Page 160: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

160

Suwena, I Ketut dan I Gusti Ngurah Widyatmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu

Pariwisata. Denpasar: Udayana University Press.

Tika, Zainuddin dkk. 2013. Makassar Tempo Doeloe. Makassar: Kantor Arsip,

Perpustakaan dan Pengolahan Data Pemerintah Kota Makassar bekerjasama

dengan Lembaga Kajian dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan.

Vellas Francois dan Lionel Becherel. 2008. Pemasaran Pariwisata Internasional:

Sebuah Pendekatan Strategis. (Indriati, Penerjemah). Jakarta: Yayasan Obor.

Wahyudi, Wanny Rahardjo 2006. Pengemasan Benda cagar Budaya Sebagai Aset

Pariwisata. dalam: Yoeti Oka A, editor. Pariwisata Budaya Masalah dan

Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita. Hal: 315-321

Widiastini, Ni Made Ary. 2008. “Pemanfaatan Puri sebagai Objek dan Daya

Tarik Wisata serta Implikasinya terhadap Desa Pakraman Ubud Gianyar

Bali”. (Tesis Program Studi Kajian Pariwisata). Denpasar: Universitas

Udayana.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.

Yoeti, Oka A. 2003. Tours and Travel Marketing. Jakarta: Pradnya Paramitha.

Yoeti, Oka A. 2005. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.

Jakarta: Pradnya Paramitha

Yusriana. 2011. “Arahan Kebijakan Revitalisasi Kawasan Benteng Ujung

Pandang”. (Tesis Program Studi Arkeologi). Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Page 161: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

161

DAFTAR INFORMAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Rafika Hayati

Judul Peneltian :Pemanfaatan Bangunan Bersejarah sebagai Wisata

Warisan Budaya di Kota Makassar

Waktu Penelitian : Januari – Februari 2014

Lokasi Penelitian : Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

No Nama Informan Jabatan Instansi

1. Drs. Syarifuddin Rahim. M.Si Sekretaris Kepala

Dinas

Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Provinsi

Sulawesi Selatan

2. Drs. Abdul Rahim. M.Si Kasi Sejarah dan Nilai

Tradisional

Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Provinsi

Sulawesi Selatan

3. Maryam Yusuf. SE Pegawai Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Provinsi

Sulawesi Selatan

4. Drs. Mohammad Natsir, M.Pd Kapokja Pemanfaatan

dan Pengembangan

Balai Pelestarian Cagar

Budaya Kota Makassar

5. Dr. Farid Said, S.Pd., M.Pd Ketua Jurusan

Manajemen

Perjalanan

Akademi Pariwista

Makassar

6. Dr. Muslimin, M.Hum Kapokja Dokumentasi

dan Publikasi

Balai Pelestarian Cagar

Budaya Kota Makassar

7. Drs. Nuryadin Kepala Museum UPTD Museum La Galigo

8. Dra. Hj. Andi Sainarwana Kasubag Tata Usaha UPTD Museum La Galigo

9. Muhammad Nasir Staff Seksi Koleksi

dan Pemberdayaan

Museum

UPTD Museum La Galigo

10. Dra. Nurharlah Dahlan, M.Hum Pengelola Kurator UPTD Museum Kota

11. Arman Dewarti Manajer Artistik Gedung Kesenian

12. Sukma Sillanan Staff Gedung Kesenian

13. Yadi Mulyadi. S.S., MA Anggota Ujung Pandang Heritage

Society

14. Suhardi. S.Pd Ketua Himpunan Pramuwisata

Sulawesi Selatan

Page 162: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

162

PEDOMAN WAWANCARA I

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Sekretaris Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi

Selatan

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Bagaimana peran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi

Selatan dalam rekonstruksi/perbaikan Fort Rotterdam dan Gedung Kesenian

bertujuan untuk pemanfaatannya sebagai wisata warisan budaya?

2. Apakah Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

memiliki peran dalam penentuan benda-benda bersejarah yang akan disimpan

di dalam musem La GaligoFort Rotterdam?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Waktu

3. Apakah Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

pernah mengadakan pertemuan berupa pelatihan untuk pramuwisata tentang

sejarah Fort Rotterdam dan Gedung Kesenian?

4. Apakah pihak Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi

Selatan memiliki brosur/buku informasi wisata untuk Fort Rotterdam dan

Gedung Kesenian yang berguna untuk memberikan informasi kepada

wisatawan?

5. Apakah Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

memiliki atraksi pendukung dalam menyampaikan sejarah bangunan dari masa

ke masa kepada wisatawan?

Page 163: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

163

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Sosial Budaya

6. Apakah mitos atau legenda yang melekat pada Fort Rotterdam menjadi salah

satu nilai tambah pada saat dipromosikan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan?

Tahap perkembangan Fort Rotterdam sebagai wisata warisan budaya

7. Bagaimana pelaksanaan kawasan zonasi terhadap kegiatan wisata di Apakah

Fort rotterdam?

8. Apakah Fort Rotterdam, pernah dijadikan sebagai tempat terselenggaranya

event pariwisata?

9. Apakah Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

memiliki program pemberdayaan bagi transportasi umum untuk memudahkan

wisatawan berkunjung ke Fort Rotterdam?

10. Apakah terdapat peningkatan jumlah hotel atau jenis akomodasi lainnya di

sekitar Fort rotterdam?

11. Apakah Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan

memiliki tourist information service di area publik untuk memperkenalkan

Fort rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian?

12. Apakah pemerintah memiliki kerjasama dengan biro perjalanan wisata, hotel

atau organisasi pariwisata lainnya untuk memperkenalkan Fort rotterdam?

13. Apakah Gedung Kesenian telah dipromosikan sebagai daya tarik wisata di

Kota Makassar?

14. Langkah-langkah apa saja serta yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Selatan dalam mempromosikan Fort

Rotterdam? (Humas, Periklanan, Material grafis dan promosi)

15. Bagaimana langkah kedepannya Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Provinsi Sulawesi Selatan untuk pengembangan Fort Rotterdam dan Gedung

Kesenian sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar?

Page 164: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

164

PEDOMAN WAWANCARA II

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Pengelola Kurator UPTD Museum Kota Makassar

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Apakah gedung Museum Kota pernah diperbaiki/revitalisasi/renovasi

sebelumnya? Apabila pernah, sudah berapa kali?

2. Bagaimana pengelola Museum Kota menata koleksi museum? Apakah

terdapat tema tertentu di setiap ruangan?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Waktu

3. Apakah pengelola pernah mengadakan pertemuan untuk pramuwisata tentang

sejarah Museum Kota Makassar dan memperkenalkan koleksi di dalamnya?

4. Apakah Museum Kota memiliki brosur/buku winformasi yang berguna untuk

memberikan informasi kepada wisatawan?

5. Apakah pengelola Museum Kota memiliki atraksi pendukung dalam

menyampaikan sejarah bangunan dari masa ke masa kepada wisatawan?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Sosial Budaya

6. Apakah mitos atau legenda yang melekat pada Museum Kota menjadi salah

satu nilai tambah pada saat dipromosikan?

Page 165: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

165

Tahap perkembangan Museum Kota Makassar sebagai wisata warisan

budaya

7. Apakah terdapat aturan terhadap pengembangan gedung-gedung di sekitar

Museum Kota oleh karena bangunan merupakan benda cagar budaya?

8. Apakah Museum Kota Makassar, pernah dijadikan sebagai tempat

terselenggaranya event pariwisata?

9. Apakah pengelola bekerjasama dengan instansi terkait memiliki program

pemberdayaan bagi transportasi umum untuk memudahkan wisatawan

berkunjung ke Museum Kota Makassar?

10. Apakah peningkatan jumlah hotel atau jenis akomodasi lainnya di sekitar

Museum Kota Makassar memberikan pengaruh terhadap jumlah kunjungan?

11. Apakah pengelola Museum Kota memiliki kerjasama dengan biro perjalanan

wisata, hotel atau organisasi pariwisata lainnya?

12. Langkah-langkah apa saja serta yang dilakukan oleh pengelola dalam

mempromosikan Museum Kota Makassar sebagai wisata warisan budaya?

(Humas, Periklanan, Material grafis dan promosi)

13. Apa harapan pengelola dalam pengembangan Museum Kota Makassar

sebagai wisata warisan budaya?

Page 166: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

166

PEDOMAN WAWANCARA III

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah di Kota Makassar Sebagai Wisata Warisan

Budaya

Informan:

- Kapokja Pemanfaatan dan Pengembangan Balai Pelestarian Cagar Budaya

Makassar

- Kapokja Dokumentasi dan Publikasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Bagaimana peran Balai Pelestarian Cagar Budaya dalam

rekonstruksi/perbaikan bangunan bersejarah di Kota Makassar yang

bertujuan untuk pemanfaatannya sebagai wisata warisan budaya? Fort

rotterdam, Gedung Kesenian dan Museum Kota

2. Bagaimana peran balai pelestarian cagar budaya terhadap perawatan atau

penentuan benda-benda bersejarah yang ada di Museum Lagaligo?

3. Bagaimana penerapan aturan zonasi Fort Rotterdam dalam rangka

pelestarian banguan Fort Rotterdam dan bangunanbersejarah lain di area

Fort Rotterdam?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Waktu

4. Apakah Balai Pelestarian Cagar Budaya memiliki kegiatan pelatihan atau

pertemuan dengan pramuwisata dalam rangka pengenalan terhadap Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian?

5. Apakah Balai Pelestarian Cagar Budaya dilibatkan dalam penyusunan

informasi terhadap brosur atau buku informasi wisata berkaitan dengan

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian?

Page 167: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

167

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Sosial

Budaya

6. Apakah mitos atau legenda yang melekat di dalam Fort Rotterdam saat ini

banyak dipublikasikan sehingga mengundang semakin banyak

pengunjung?

Tahap perkembangan Fort Rotterdam sebagai wisata warisan budaya

7. Apakah terdapat kerjasama pemerintah, Balai Pelestarian Cagar Budaya

sebagai pengelola serta pihak stakeholder pariwisata dalam pengembangan

Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai wisata

warisan budaya?

8. Apakah terdapat dampak negatif dari wisatawan pada area Fort Rotterdam

Museum Kota dan Gedung Kesenian?

9. Apa harapan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya terhadap pengembangan

Fort Rotterdam sebagai wisata warisan budaya di Kota Makassar?

Page 168: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

168

PEDOMAN WAWANCARA IV

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Pengelola Museum Kota Makassar

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Apakah terdapat rekonstruksi/perbaikan gedung Museum Kota Makassar?

2. Bagaimana kriteria pemilihan benda-benda yang terdapat di Museum Kota

Makassar?

3. Bagaimana pihak pengelola menata benda-benda yang terdapat di Museum

Kota? Apakah terdapat cerita atau alur yang ingin ditonjolkan oleh

pengelola?

4. Bagaimana perawatan terhadap benda-benda bersejarah di Museum Kota

Makassar?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Waktu

5. Apakah pihak pengelola mengadakan pertemuan dan kerjasama dengan

pramuwisata dalam rangka pengenalan terhadap Museum Kota?

6. Apakah pihak pengelola dilibatkan dalam penyusunan informasi terhadap

brosur atau buku informasi wisata berkaitan dengan benda-benda

bersejarah yang tersimpan di Museum Kota Makassar?

7. Apakah pihak pengelola memiliki buku atau brosur yang memuat benda-

benda yang disimpan di Museum Kota Makassar?

Page 169: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

169

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Sosial Budaya

8. Apakah mitos atau legenda yang melekat di dalam Museum Kota saat ini

banyak dipublikasikan sehingga mengunda semakinbanyak pengunjung?

Tahap perkembangan Museum Kota Makassar sebagai wisata warisan

budaya

9. Apakah terdapat kerjasama pemerintah atau stakeholder dengan pihak

pengelola Museum Kota Makassar?

10. Apakah terdapat aktivitas lainnya di Museum Kota yang mendukung nilai-

nilai sejarah yang tersimpan didalamnya?

11. Bagaimana pihak pengelola menangani dampak negatif yang mungkin

terjadi dari pemanfaatannya menjadi wisata warisan budaya?

12. Apa harapan pengembangan Museum Kota Makassar sebagai wisata

warisan budaya di Kota Makassar?

Page 170: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

170

PEDOMAN WAWANCARA V

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Pengelola Gedung Kesenian Makassar (Societiet de harmonie)

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Apakah terdapat rekonstruksi/perbaikan Gedung Kesenian Makassar? Sudah

berapa kali dilakukan?

2. Bagaimana fungsi bangunan kesenian saat ini? Bagaimana sistem

penggunaannya sebagai tempat pertunjukan seni?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Waktu

3. Apakah pengelola memiliki kerjasama dengan pramuwisata dalam rangka

pengenalan terhadap sejarah di Gedung Kesenian Makassar?

4. Apakah pengelola memiliki brosur atau buku tentang sejarah Gedung Gedung

Kesenian Makassar?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Sosial Budaya

5. Apakah mitos atau legenda yang melekat di dalam Gedung Kesenian saat ini

banyak dipublikasikan sehingga mengundang semakin banyak pengunjung?

Page 171: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

171

Tahap perkembangan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya

6. Bagaimana sistem pengelolaan dan perlindungan terhadap Gedung Kesenian

makassar sebagai benda cagar budaya dan bagian dari wisata warisan

budaya?

7. Bagaimana pengelolaan Gedung Kesenian Makassar (SDM, biaya masuk

gedung, penggunaan gedung untuk pagelaran, dana dari pemerintah)

8. Apakah Gedung Kesenian memiliki aktivitas yang dapat dilakukan oleh

pengunjung selain untuk fungsi utamanya sebagai tempat pertunjukkan seni?

9. Apakah terdapat langkah promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola?

10. apakah bentuk kerjasama pihak pengelola dengan pihak stakeholder?

11. Apa harapan bagi pengembangan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan

budaya di Kota Makassar?

Page 172: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

172

PEDOMAN WAWANCARA VI

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Ketua HPI Sulawesi Selatan/Pramuwisata

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Bagaimana menurut anda secara fisik bangunan Fort Rotterdam, Museum

Kota Makassar dan Gedung Keseniandikatakan layak untuk menjadi

wisata warisan budaya?

2. Bagaimana pendapat anda dengan kondisi ketiga bangunan bersejarah Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif waktu

3. Apakah terdapat pengarahan/pelatihan tentang sejarah ketiga bangunan

bersejarah kepada pramuwisata yang dilaksanakan oleh pemerintah/Balai

Pelestarian Cagar Budaya/pengelola bangunan?

4. Apakah anda memiliki alat bantu selama memberikan informasi kepada

wisatawan berupa buku, brosur tentang ketiga bangunan bersejarah di

Kota Makassar?

Page 173: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

173

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif Sosial Budaya

5. Apakah mitos atau cerita yang dikenal oleh masyarakat lokal juga

diceritakan oleh pramuwisata kepada wisatawan? apakah hal tersebut

memberi kesan kepada wisawatan?

Tahap perkembangan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya

6. Bagaimana menurut anda tanggapan wisatawan yang anda tangani dan

bawa untuk berkunjung ketiga bangunan bersejarah di Kota Makassar?

7. Bagaimana pendapat anda sebagai pelaku pariwisata sistem pengelolaan

(SDM, kebersihan, biaya masuk) di Fort Rotterdam, Museum Kota dan

Gedung Kesenian sebagai daya tarik wisata?

8. Apakah menurut wisatawan fasilitas yang dimiliki di Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian telah memadai dalam menjamin

kenyamanan wisatawan selama berada di sana?

9. Apakah terdapat aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh wisatawan

selama berada di Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian

yang dapat menahan wisatawan lebih lama berkunjung?

10. Apa harapan pramuwisata terhadap keberadaan Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian Makassar sebagai wisata warisan budaya

kedepannya?

Page 174: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

174

PEDOMAN WAWANCARA VII

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Akademisi bidang Pariwisata

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Apakah dalam rekonstruksi/perbaikan Fort Rotterdam, Gedung Kesenian

dan Museum Kota Makassar yang bertujuan untuk pemanfaatannya

sebagai wisata warisan budaya melibatkan akademisi pariwisata?

2. Bagaimana pendapat anda tentang kondisi pemanfaatan ketiga bangunan

tersebut saat ini? Kondisi secara fisik dan desainnya sebagai daya tarik

wisata?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif waktu

3. Apakah terdapat peran pihak akademisi pariwisata berupa bentuk

pelatihan/seminar dalam memperkenalkan sejarah sebagai potensi non

fisik dari daya tarik wisata warisan budaya ketiga bangunan bersejarah?

4. Apakah dalam pembuatan brosur/buku petunjuk tentang sejarah/cerita

ketiga bangunan sejarah mengadakan kerjasama dengan akademisi

pariwisata?

5. Apakah menurut anda diperlukan satu kegiatan atau aktivitas lain yang

berhubungan dengan benda-benda bersejarah yang dapat menahan

wisatawan di tempat tersebut?

Page 175: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

175

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk perspektif sosial budaya

6. Apakah mitos atau cerita yang dikenal oleh masyarakat dapat menambah

daya tarik Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian?

Tahap perkembangan ketiga bangunan bersejarah di Kota Makassar sebagai

wisata warisan budaya

7. Apakah terdapat kerjasama dalam pelaksanaan aturan zonasi pihak balai

pelestarian cagar budaya dan akademisi pariwisata?

8. Bagaimana menurut anda promosi yang dilakukan pemerintah dan pihak

pengelola telah maksimal? Apakah pihak akademisi diikut sertakan dalam

langkah-langkah promosi yang dilakukan?

9. Menurut anda hal-hal apa saja yang harus di tingkatkan baik dalam

pengelolaan dan bentuk fisik serta pengelolaan dari Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian saat ini?

10. Apa saran bagi pengembangan Fort Rotterdam, Museum Kota Makassar

dan gedung Kesenian Makassar sebagai wisata warisan budaya di Kota

Makassar?

Page 176: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

176

PEDOMAN WAWANCARA VIII

Judul Penelitian:

Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya di Kota

Makassar

Informan:

Ujung Pandang Heritage Society

Identitas Informan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Nama :

Jabatan :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pertanyaan (ditanyakan secara lisan oleh pewawancara)

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif ruang

1. Apakah dalam rekonstruksi/perbaikan Fort Rotterdam, Gedung Kesenian

dan Museum Kota Makassar melibatkan organisasi Ujung Pandang

Heritage Society?

2. Apakah peran dan bentuk keterlibatan Ujung Pandang Heritage Society

dalam pemanfaatan dan pengembangan Fort Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian sebagai wisata warisan budaya?

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk Perspektif waktu

3. Apakah pihak Ujung Pandang Heritage Society berperan berupa

pelatihan/seminar dalam memberikan pemahaman secara rinci kepada

pramuwisata tentang Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung

Kesenian?

4. Apakah pernah dilaksanakan kegiatan oleh Ujung Pandang Heritage

Society dalam menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap Fort

Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian?

Page 177: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

177

Pemanfaatan bangunan bersejarah dalam bentuk perspektif sosial budaya

5. Bagaimana pandangan anda tentang mitos atau cerita yang dikenal oleh

masyarakat dapat menambah daya tarik Fort Rotterdam, Museum Kota

dan Gedung Kesenian diberikan kepada wisatawan?

Tahap perkembangan ketiga bangunan bersejarah di Kota Makassar sebagai

wisata warisan budaya serta

6. Apakah terdapat kerjasama dalam pelaksanaan aturan zonasi pihak balai

pelestarian cagar budaya dan Ujung Pandang Heritage Society?

7. Bagaimana menurut anda promosi yang dilakukan pemerintah dan pihak

pengelola telah maksimal? Apakah pihak Ujung Pandang Heritage Society

diikut sertakan dalam langkah-langkah promosi yang dilakukan?

8. Apakah Ujung Pandang Heritage Society memiliki cara promosi tersendiri

terhadap Fort Ritterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian?

9. Menurut anda hal-hal apa saja yang harus di tingkatkan baik dalam

pengelolaan dan bentuk fisik serta pengelolaan dari Fort Rotterdam,

Museum Kota dan Gedung Kesenian saat ini?

10. Apa harapan bagi pengembangan Fort Rotterdam, Museum Kota dan

gedung kesenian Makassar sebagai wisata warisan budaya?

Page 178: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

178

GAMBAR LOKASI PENELITIAN

Gambar 1 Brosur yang berisi informasi Fort Rotterdam

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. 2014

Gambar 2 Toilet dan Kebocoran salah satu ruang pamer di Museum Kota Makassar

Sumber: Dokumentasi Penulis

Page 179: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

179

Gambar 3 Brosur Museum Kota Makassar

Sumber: Dokumentasi Penulis

Gambar 4 Gambar Rancangan Revitalisasi Gedung Kesenian Makassar

(Bagian Depan)

Sumber: Anggota Seniman Pengelola Gedung Kesenian Makassar

Page 181: the historical buildings utilization as heritage tourism in makassar city

181

ffcx

Gambar 7 Paket Wisata Makassar 4 hari/3 malam

Sumber:http://www.pakemtours.com/index.php?option=com_content&view=article&id=85:pak

et-tour-makassar