usulan program kreativitas mahasiswa judul...

20
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM “PADI TVRI” Persembahan Anak Difabel Indonesia melalui Televisi Republik Indonesia BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: Arina Rohmatul Hidayah D0212018 Angkatan 2012 Ainun Nisa Nadhifah D0212008 Angkatan 2012 Mochammad Kevin Andry Rezaliano D0313048 Angkatan 2013 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Upload: vuongdung

Post on 02-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

“PADI TVRI”

Persembahan Anak Difabel Indonesia melalui Televisi Republik Indonesia

BIDANG KEGIATAN:

PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

Arina Rohmatul Hidayah D0212018 Angkatan 2012

Ainun Nisa Nadhifah D0212008 Angkatan 2012

Mochammad Kevin Andry Rezaliano D0313048 Angkatan 2013

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................... .......... iii RINGKASAN ............................................................................................. .... 1 BAGIAN INTI

1. PENDAHULUAN ........................................................................... 2 2. GAGASAN.................................................................................. ... 4 a. Detail Rencana Program “PADI TVRI” .............................. 5

b. Alasan Memilih Program “PADI TVRI” ............................. 6 c. Analisis Dampak bagi Masyarakat dan Pemerintah ............. 7 d. Analisis Keberhasilan Program PADI TVRI ....................... 8

KESIMPULAN ..................................................................... .......................... 9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RINGKASAN

Kelompok difabel merupakan kelompok yang saat ini kurang

mendapatkan perhatian di Indonesia. Jumlahnya sendiri menurut Ilma Sovri Yanti

dari Satgas Perlindungan Anak, mengatakan, jumlah difabel di Indonesia semakin

meningkat. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial Badan Pusat

Statistik, tahun 2009 terdapat 2,1 juta difabel dan tahun 2012 jumlahnya

meningkat menjadi 3,84 juta. Dari jumlah itu, 438.900 difabel adalah anak-anak.

Dari jumlah tersebut, meskipun beberapa kali disoroti melalui program-program

yang digagas oleh pemerintah maupun awak media, keberadaan orang-orang

difabel dirasa masih kurang diindahkan oleh masyarakat luas. Labelling atau

pemberian cap buruk oleh masyarakat, serta kurangnya uluran tangan dari

pemerintah dalam memperlakukan kelompok yang memiliki keterbatasan fisik itu

telah menyebabkan tersisihnya kelompok ini dari pergaulan sosial.

Solusi yang kami tawarkan atas permasalahan kurangnya wadah bagi

orang-orang difabel untuk menyalurkan bakat, minat dan kreasi mereka adalah

dengan memanfaatkan media televisi publik milik pemerintah, yakni TVRI

(Televisi Republik Indonesia). Kami mengusulkan adanya sebuah program

tayangan yang rutin, menyeluruh dan secara khusus menampilkan minat, bakat

dan kreasi orang-orang difabel di masing-masing provinsi tanpa unsur eksploitasi

di dalamnya, yang kemudian diberi nama “PADI TVRI” (Persembahan Anak

Difabel Indonesia melalui Televisi Republik Indonesia).

Dengan adanya program tersebut, diharapkan agar masyarakat lebih

menghargai dan tidak memandang sebelah mata atas keberadaan orang-orang

difabel. Selain itu, program ini juga akan mengembalikan atau menumbuhkan rasa

percaya diri bagi orang-orang difabel itu sendiri, bahwa masih ada yang peduli

dengan mereka dan menunjukkan kalau sebenarnya mereka memiliki kemampuan

yang sama dengan orang-orang pada umumnya atau bahkan lebih.

BAGIAN INTI

1. PENDAHULUAN

Kelompok difabel atau mereka yang memiliki disabilitas fisik tertentu

merupakan kelompok yang saat ini kurang mendapatkan perhatian di

Indonesia. Meskipun beberapa kali disoroti melalui program-program yang

digagas oleh pemerintah maupun awak media, keberadaan orang-orang difabel

dirasa masih kurang diindahkan oleh masyarakat luas. Labelling atau

pemberian cap buruk oleh masyarakat, serta kurangnya uluran tangan dari

pemerintah dalam memperlakukan kelompok yang memilikiketerbatasan fisik

itu telah menyebabkan tersisihnya kelompok ini dari pergaulan sosial.

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang

penyandang cacat, penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai

kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan

rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang

terdiri dari:

a. penyandang cacat fisik;

b. penyandang cacat mental;

c. penyandang cacat fisik dan mental;

Lantas, di dalam pasal 7 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf

kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat

terus menerus, agar penyandang cacat dapat mewujudkan taraf hidup yang

wajar.1

Anak berkebutuhan khusus kerap dianggap “aib”, lantas disembunyikan. Mereka seharusnya diberi kesempatan layaknya anak normal, yang kehadirannya dalam keluarga disambut dengan riang gembira. Anak berkebutuhan khusus tidak tahu dan tidak berharap lahir dalam keadaan tidak sempurna. Entah lahir sebagai tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunaganda, maupun autis, anak-anak itu tidak dapat memilih. Seandainya diperbolehkan setiap anak akan memilih punya kecerdasan seperti Habibie, kecantikan seperti Tamara Blezinsky, ketampanan seperti Anjasmara, akhlak seperti Ustadz Mansyur, dan badan kuat seperti

                                                            1http://ngada.org/uu4-1997bt.htm diakses pada 21 Maret 2013 pukul 06.04

Ade Rai. Sayang orang-orang yang lahir tidak dapat memilih, mereka hanya bisa menerima dan tidak dapat mengindar.2

Dewasa ini, sebagian masyarakat masih memandang kelompok difabel

dengan sebelah mata yang akhirnya menyebabkan mereka merasa lebih rendah

dibandingkan dengan masyarakat yang dikaruniai fisik sempurna. Cara

pandang sebagian masyarakat terhadap kelompok difabel ini pun tak urung

menyebabkan kelompok difabel merasa tidak dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat dan lingkungan sekitar mereka. Padahal, tidak adil jika nilai

seorang difabel hanya dilihat dari kondisi fisik tanpa melihat variable penting

lainnya seperti kemampuan atau kapasitas yang dimilki, seperti nurani serta

mentalitas yang melekat dalam diri seseorang.3 Utamanya bagi orang-orang

difabel, bila sejak awal telah mendapatkan label buruk dari masyarakat di

sekitarnya, tentu mereka akan kesulitan dalam mengekspresikan minat, bakat

dan kreativitas yang dimiliki.

Selain masyarakat, pemerintah Indonesia pun dinilai belum

memberikan kepedulian yang cukup bagi kelompok yang seolah terpinggirkan

ini. Contoh kecilnya saja adalah nasib difabel di Klaten masih jauh dari

jangkauan jaminan kesehatan. Hal itu terbukti masih adanya ribuan orang

difabel di Klaten yang belum memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Data di Paguyuban

Penyandang Cacat Klaten (PPCK), dari total 9.200 orang difabel, hanya 40%

yang sudah memiliki jaminan kesehatan4. Padahal perlu diketahui, jumlah

penderita difabel di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Kementerian Kesehatan Nasional (Kemenkes) menyebutkan bahwa penderita

difabel pada tahun 2011 telah mencapai 6,7 juta jiwa. Sedangkan menurut data

yang dilansir dari World Health Organization (WHO), jumlah penderita difabel

                                                            2Ciptono, dkk. Guru Luar Biasa. (Yogyakarta, 2009). Mizan Publika. hlm. 141. 3Mia Wahyuningsari. Mendobrak Ideologi Kenormalan ala Keluarga Difabel. Majalah

Kentingan XVIII Edisi September 2011. hlm. 15. 4http://www.solopos.com/2013/12/05/ribuan-orang-difabel-di-klaten-tak-dapat-jaminan-sosial-

471532, diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 20.28 WIB. 

di Indonesia telah melebihi angka 10 juta jiwa.5 Selain itu, Ilma Sovri Yanti

dari Satgas Perlindungan Anak, mengatakan, jumlah difabel di Indonesia

semakin meningkat. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial

Badan Pusat Statistik, tahun 2009 terdapat 2,1 juta difabel dan tahun 2012

jumlahnya meningkat menjadi 3,84 juta. Dari jumlah itu, 438.900 difabel

adalah anak-anak6.  Jumlah ini tentu saja menuntut pemerintah dan masyarakat

harus bisa memberikan perhatian lebih kepada kelompok difabel.

Dengan demikian, untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan suatu

kerja sama yang terjalin antara pemerintah dan juga awak media Kerja sama

yang dapat dilakukan oleh kedua pihak ini, yaitu dengan mengadakan dan

menyiarkan program televisi yang menampilkan minat, bakat dan kreasi orang-

orang difabel. Program yangdimaksud merupakan ajang pentas orang-orang

difabel yang harus memperhatikan satu aspek penting berkaitan dengan tidak

adanya unsur eksploitasi. Dengan adanya program semacam ini,masyarakat

luas akan lebih menghargai orang-orang difabel yang ada di sekitarnya, dan

melalui campur tangan pemerintah maupun media, akan semakin meningkat

kepercayaan diri dari kelompok difabel bahwa mereka bukanlah kelompok

yang terpinggirkan.

2. GAGASAN

Solusi yang kami tawarkan atas kurangnya wadah bagi orang-orang

difabel untuk menyalurkan bakat, minat dan kreasi mereka adalah dengan

memanfaatkan media televisi publik milik pemerintah, yakni TVRI (Televisi

Republik Indonesia). Kami mengusulkan adanya sebuah program tayangan

yang bersifat rutin, menyeluruh dan secara khusus menampilkan minat, bakat

dan kreasi orang-orang difabel di masing-masing provinsi yang kemudian

diberi nama “PADI TVRI”. Oleh karena di masing-masing provinsi sudah ada

TVRI daerah kecuali Sulawesi Barat dan dua provinsi lainnya, program ini

                                                            5Jawa Pos National Network. http://jpnn.com/news.php?id=123841# diakses pada 5 Desember

2013 pukul 22.00 6 http://regional.kompas.com/read/2013/04/01/03314478/Akses.untuk.Difabel.Sangat.Minim

diakses pada 24 Maret 2014 pukul 9.31 WIB.   

akan lebih menyeluruh dalam menjaring orang-orang difabel yang sebenarnya

mememiliki bakat atau keahlian sesuatu namun belum diekspos oleh media.

Sebelumnya, memang sudah ada beberapa program televisi yang

menyoroti masalah orang-orang difabel, seperti program “Kick Andy Show”

yang pernah mengundang anak difabel, program acara “Hitam Putih” yang

pernah mengundang wanita penyandang cacat dan beberapa program televisi

lainnya. Namun, kami merasa bahwa program-program tersebut belum berjalan

secara efektif, rutin dan menyeluruh. Acara talk show “Kick Andy”, misalnya,

pernah menghadirkan anak difabel sebagai bintang tamu. Acara tersebut

mengundang anak difabel hanya dalam beberapa kesempatan saja, tidak

dilakukan secara rutin. Anak-anak difabel itu pun hanya berasal dari sebagian

daerah saja, tidak menyeluruh.

a. Detail Rencana Program “PADI TVRI”

Secara detail, bentuk program yang kami tawarkan sebagai solusi

adalah sebagai berikut:

1. Program ini hampir sama dengan program “Indonesia Mencari Bakat”

yang disiarkan oleh TransTV. Hanya saja, yang membedakan kedua

acara di sini adalah dari peserta dan juga sistem penampilannya. Program

ini nantinya akan diikuti oleh anak-anak difabel di masing-masing

provinsi dan tidak menggunakan sistem juara. Hal ini karena bila sistem

juara itu diterapkan, maka kami khawatir psikologis peserta akan

terganggu. Program ini dibuat bukan untuk melihat bakat atau kreasi

mana yang lebih bagus, melainkan sebagai wadah bagi orang-orang

difabel untuk menyalurkan bakat, minat dan kreasi mereka tanpa harus

diseleksi atau dipilih siapa yang terbaik.

2. Masalah teknis penayangan, kami mengimbau kepada pihak TVRI pusat

untuk menjadikan ide ini sebagai program tayangan yang harus ada baik

di TVRI pusat sendiri maupun TVRI provinsi. Dengan begitu, cakupan

wilayah untuk merekrut orang-orang difabel dalam menyalurkan bakat,

minat dan juga kreasi mereka akan lebih luas.

3. Waktu penayangan program ini adalah rutin satu minggu sekali. Soal

bentuk penayangannya seperti apa, apakah ingin dibuat seperti

“Indonesia Mencari Bakat” tanpa sistem juara, ataukah dalam bentuk

video, talk show dan lain-lain, kami serahkan kepada pihak tim kreatif

dari masing-masing TVRI provinsi. Dalam hal ini, tidak menutup

kemungkinan bahwa masing-masing TVRI provinsi akan memiliki

bentuk penayangan yang berbeda. Serta tak lupa, yang perlu kami

tekankan di sini adalah program ini tidak hanya menampilkan bakat atau

skill dari anak-anak difabel yang ada di setiap provinsi, tetapi juga

menayangkan kreasi mereka dalam menciptakan karya, seperti keahlian

membuat lukisan, memasak, menulis, menjahit dan lain-lain.

4. Program ini bisa ditayangkan dalam beberapa minggu untuk anak-anak

difabel yang ada di daerah X, provinsi Y, kemudian beberapa minggu ke

depan adalah waktunya untuk daerah Z, provinsi Y, begitu juga

seterusnya, sehingga bisa menyeluruh dan rutin dilaksanakan.

5. Ketika semua anak-anak difabel di masing-masing provinsi sudah

menunjukkan karya maupun bakatnya, maka keberlanjutan dari program

ini sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah serta pihak TVRI. Mereka

bisa menentukan apakah program ini akan tetap dilanjutkan dengan

format yang berbeda ataukah tetap sama dengan sebelumnya, atau

dengan kebijakan konstruktif lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa

program yang diusulkan oleh penulis ini adalah langkah awal agar anak-

anak difabel mempunyai ruang untuk menampilkan bakat atau kreasi

yang mereka miliki. Dengan langkah tersebut, maka untuk selanjutnya

pemerintah dan pihak TVRI bisa memiliki gambaran lebih tentang

bagaimana membuat anak-anak difabel itu merasa dihargai dan

dipedulikan.

b. Alasan Memilih Program “PADI TVRI”

Solusi yang kami tawarkan ini pada dasarnya memiliki beberapa

alasan. Pertama, media televisi merupakan salah satu media komunikasi

massa yang bisa dikonsumsi oleh khalayak dalam jumlah massif. Ditambah

lagi, televisi merupakan media komunikasi massa yang berbentuk audio

visual sehingga semakin menarik untuk ditonton. Dengan memanfaatkan

media televisi khususnya TVRI, maka kami berharap bahwa minat, bakat,

atau kreasi dari orang-orang difabel bisa dikonsumsi secara massif oleh

khalayak dan mampu mengubah cara pikir atau cara pandang beberapa

orang yang masih menganggap remeh keberadaan dari orang-orang difabel

itu.

Kedua, sebagai media publik milik pemerintah, TVRI merupakan

media yang tidak berbasis profit. Karena tujuan dari program penampilan

bakat, minat, serta kreasi dari orang-orang difabel ini bukanlah untuk

mengeksploitasi mereka, melainkan sebagai wadah edukasi serta informasi

bahwa mereka memiliki sesuatu yang istimewa, layaknya orang pada

umumnya atau bahkan lebih, dan sudah sepantasnya untuk masyarakat tahu

tentang itu dan mampu menghargainya. Itulah alasan kenapa program

tersebut dirasa cocok untuk ditayangkan melalui media publik yang tidak

profit oriented.

Ketiga, anak-anak difabel di Indonesia banyak yang belum

mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya. Hal ini dibuktikan dengan

hasil sensus penduduk 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia, jumlah anak

berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 tahun) ada 355.859 anak. Dari

jumlah itu, 74,6 persen belum memperoleh layanan pendidikan7. Meskipun

kekurangan layanan untuk menempuh pendidikan formal, melalui program

ini, anak-anak difabel tersebut bisa mendapatkan pendidikannya secara

informal. Karena dalam mencapai kesuksesan, tidak semata-mata ditentukan

oleh pendidikan formalnya saja, melainkan juga informalnya.

c. Analisis Dampak bagi Masyarakat dan Pemerintah

Kehadiran program yang kami tawarkan sebagai solusi

terpinggirkannya kelompok difabel ini akan menjadi tayangan yang berbeda

bagi masyarakat Indonesia. Kami menyadari, bahwa tayangan-tayangan di

                                                            7http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/02471270/Jumlah.SLB.di.Bawah.Satu.Persen,

diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 15.23 WIB.  

televisi Indonesia sekarang ini lebih didominasi oleh tayangan hiburan yang

klise dan tidak menanamkan nilai ataupun moral bagi pemirsanya. Sinetron,

film televisi (FTV), program hiburan yang saling mencelakai dan

mencemooh antarpresenternya, reality show yang tidak riil dan tayangan

hiburan lainnya, telah membuat masyarakat jenuh dan enggan untuk

menggunakan media.

Berbeda dari tayangan hiburan yang telah disebutkan sebelumnya,

program yang kami tawarkan akan membuka mata masyarakat atas apa

yang sebelumnya tidak mereka pedulikan. Tayangan yang menampilkan

bakat, minat dan kreasi orang-orang difabel tanpa unsur eksploitasi di

dalamnya, akan membuktikan kepada masyarakat luas bahwa eksistensi

orang-orang difabel tidak sesuai dengan pandangan negatif mereka.

Masyarakat luas akan berpikir ulang tentang label yang mereka berikan

kepada orang-orang difabel. Stereotype yang merendahkan akan tergantikan

oleh pandangan bahwa orang-orang difabel pun memiliki kemampuan yang

tidak dapat diremehkan, terlepas dari keterbatasan yang mereka miliki.

Tidak hanya bagi masyarakat, dengan terwujudnya kerja sama antara

pemerintah dan awak media melalui TVRI dalam Program “PADI wTVRI”

ini, diharapkan bisa memberikan gambaran kepada pemerintah, supaya

mereka tahu bagaimana kondisi orang-orang difabel di lapangan, dan

merumuskan cara agar bagaimana bakat atau kreasi yang mereka miliki bisa

berkembang.

d. Analisis Keberhasilan Program “PADI TVRI”

Kami memperkirakan proyeksi keberhasilan dari program ini adalah sebagai

berikut:

1. Di dalam hal penayangan, program ini akan mendapatkan respon positif

dari masyarakat karena mengedepankan bakat dan juga kreasi dari

anak-anak difabel yang sekarang ini tidak banyak diekspos oleh media

lain. Bisa dikatakan program ini berbeda dari program-program yang

ada di media lain.

2. Setidaknya dengan adanya program penampilan bakat dan kreasi dari

orang-orang difabel secara rutin di TVRI maka diharapkan bisa

memberikan efek psikologis yang positif bagi kalangan difabel

Indonesia. Kalangan difabel yang semula merasa minder atau takut

untuk lebih mengembangkan bakat atau kreasi mereka, akan lebih

membuka diri dan bersemangat untuk tampil setelah menonton atau

mengikuti program tersebut.

3. Dengan adanya cabang dari TVRI pusat di setiap provinsi, maka untuk

menampilkan bakat dan kreasi dari orang-orang difabel bisa dilakukan

secara merata dan periodik. Secara merata yakni tayangan terkait bisa

disiarkan di TVRI masing-masing cabang provinsi di Indonesia. Secara

periodik, acara terkait bisa ditayangkan pada waktu khusus sesuai

kebijakan internal redaksi TVRI. Dengan demikian, proses dan hasil

tayangan program ini bisa optimal sesuai harapan.

4. Terkhusus untuk anak-anak difabel yang belum mendapatkan

pendidikan sebagaimana mestinya, melalui program penampilan bakat

dan juga kreasi tersebut akan memperoleh pendidikannya secara

informal. Pendidikan informal bagi penyandang difabel sangatlah

penting, karena kesuksesan seseorang tidak hanya disebabkan oleh

kemampuan akademis, tetapi juga oleh bakat atau keahlian yang

dimilikinya.

5. Melalui program acara ini, maka reputasi positif TVRI akan semakin

naik. Di tengah kompetisi perusahaan televisi yang kian ketat di Tanah

Air, TVRI memerlukan program-program acara yang kreatif

konstruktif agar tetap tampil kompetitif. Selain itu, TVRI akan dikenal

sebagai stasiun televisi yang memiliki kepedulian kepada

pengembangan bakat dan kreasi anak-anak difabel.

6. Mengingat TVRI merupakan media massa milik pemerintah, maka

melalui TVRI, pemerintah bisa mendesain serta mempublikasikan

program-program keberpihakan pada anak-anak difabel. Selain sebagai

upaya memenuhi amanah konstitusi, penayangan program bersangkutan

melalui TVRI juga akan bisa meningkatkan citra positif bagi

pemerintah karena peduli kepada eksistensi dan pengembangan anak-

anak difabel.

3. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Program “PADI TVRI” merupakan tayangan dalam Televisi Republik

Indonesia yang ada di masing-masing provinsi, untuk menampung segala

bentuk kreativitas, baik itu berupa bakat ataupan karya, yang dihasilkan oleh

anak-anak difabel di seluruh Indonesia tanpa ada unsur eksploitasi di dalamnya

dan bersifat rutin serta menyeluruh.

2. Alasan memilih Program “PADI TVRI” adalah karena media televisi

merupakan salah satu media komunikasi massa yang bisa dikonsumsi oleh

khalayak dalam jumlah massif, TVRI merupakan media yang tidak berbasis

profit, dan banyak anak-anak difabel di Indonesia yang belum mendapatkan

pendidikan sebagaimana mestinya.

3. Kehadiran program “PADI TVRI” sebagai solusi terpinggirkannya kelompok

difabel ini akan menjadi tayangan yang berbeda bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, dengan terwujudnya kerja sama antara pemerintah dan awak media

dalam program ini, diharapkan bisa mensukseskan program pemerintah di

bidang pendidikan bagi anak-anak difabel di seluruh Indonesia dengan berbasis

informal education.

4. Dalam hal penayangan, program “PADI TVRI” akan mendapatkan respon

positif dari masyarakat, karena tidak banyak diekspos oleh media lain. Dengan

sifatnya yang menyeluruh, program ini juga akan memberikan efek psikologis

yang baik bagi kaum difabel di Indonesia. Dan terkhusus untuk anak-anak

difabel yang belum mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya, melalui

program tersebut akan memperoleh pendidikannya secara informal.

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Ciptono.,& Budi Kusuma, Ganjar Triadi. (2009). Guru Luar Biasa. Yogyakarta:

Mizan Publika. Wahyuningsari, Mia. Mendobrak Ideologi Kenormalan ala Keluarga Difabel.

Majalah Kentingan XVIII Edisi September 2011. Surakarta: LPM Kentingan UNS.

Internet:

http://jpnn.com/news.php?id=123841#,  (diakses pada 5 Desember 2013 pukul 22.00).

http://ngada.org/uu4-1997bt.htm, (diakses pada 21 Maret 2013 pukul 06.04). http://www.solopos.com/2013/12/05/ribuan-orang-difabel-di-klaten-tak-dapat-

jaminan-sosial-471532, (diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 20.28). http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/02471270/Jumlah.SLB.di.Bawah.Sat

u.Persen, (diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 15.23). http://regional.kompas.com/read/2013/04/01/03314478/Akses.untuk.Difabel.Sangat.Mini

m, (diakses pada 24 Maret 2014 pukul 9.31 WIB).  

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Pengusul

1. Ketua Pelaksana

a. Identitas Diri

Nama Lengkap Arina Rohmatul Hidayah Jenis Kelamin P Program Studi Ilmu Komunikasi NIM D0212018 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 30 Juni 1994 Email [email protected]

Nomor Telepon/ HP 085645731373  

 b. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA Nama Institusi SDI Al-Huda MTsN Kediri 2 MAN Kota Kediri 3

Jurusan IPA Tahun Masuk-Lulus

2000-2006 2006-2009 2009-2012

c. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No. Nama Pertemuan

Ilmiah / Seminar Judul

Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

- - -

d. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1. Finalis Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia tingkat Nasional Kemendikbud 2010

2. Juara 1 Lomba Pidato tingkat Kota Kediri

Kementrian Agama Kota Kediri 2010

3. Juara 2 Lomba Baca Puisi tingkat Kota Kediri Bazar Buku 2011

4. Juara 2 Lomba Pidato tingkat Provinsi Jawa Timur

Kementrian Agama Porvinsi Jawa Timur 2011

5. Finalis Putri Lingkungan se-eks Karisidenan Kediri Radar Kediri 2011

2. Anggota Pelaksana

a. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Ainun Nisa Nadhifah

2. Jenis Kelamin P

3. Program Studi Ilmu Komunikasi

4. NIM D0212008

5. Tempat dan Tanggal Lahir Sragen, 2 Mei 1994

6. Email [email protected]

7. Nomor Telepon/ HP 08995255718

b. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA Nama Institusi

SDN 1 Gemolong

SMP MTA Gemolong SMAN 1 Surakarta

Jurusan IPA Tahun Masuk-Lulus

2000-2006 2006-2009 2009-2012

c. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

- - -

d. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

- - -

3. Anggota Pelaksana a. Identitas Diri

 

1. Nama Lengkap Mochammad Kevin Andry Rezaliano

2. Jenis Kelamin L

3. Program Studi Sosiologi

4. NIM D0313048

5. Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 30 Maret

6. EmaIl [email protected]

7. Nomor Telepon/ HP 085727626108

b. Riwayat Pendidikan

 

SD SMP SMA Nama Institusi

SD Muhammadiyah 1 Surakarta

SMP Ta’mirul Islam Surakarta

SMA N 2 Surakarta

Jurusan IPS Tahun Masuk-Lulus

2000-2007 2007-2010 2010-2013

c. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

 

No. Nama Pertemuan

Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

- - -

d. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

 

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

No. Nama/NIM Program Studi

Bidang Ilmu

Alokasi Waktu

(jam/minggu) Uraian Tugas

1.

Arina Rohmatul Hidayah

D0212018 (Ketua

Pelaksana)

Ilmu Komunikasi FISIP 10 jam/1

minggu

a. Bertanggung jawab dalam hal koordinasi dengan dosen pembimbing serta anggota.

b. Bertanggung jawab dalam memunculkan ide dan mengembangkan gagasan secara lebih khusus.

2.

Ainun Nisa Nadhifah D0212008

(Anggota 1)

Ilmu Komunikasi FISIP 10 jam/1

minggu

a. Bertanggung jawab dalam membuat pendukung gagasan, seperti referensi terkait, analisis keberhasilan, dan dampak yang ditimbulkan.

3.

Mochammad Kevin Andry

Rezaliano D0313048

(Anggota 2)

Sosiologi FISIP 10 jam/1 minggu

a. Bertanggung jawab dalam proses finishing, seperti editing, penambahan referensi terkait, penambahan dalam impelementasi gagasan, dan juga pengemasan menjadi hardcopy serta softcopy

                     

  Lampiran 3. Surat Pernyataan