usulan program kreativitas mahasiswa judul...
TRANSCRIPT
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
“PADI TVRI”
Persembahan Anak Difabel Indonesia melalui Televisi Republik Indonesia
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh:
Arina Rohmatul Hidayah D0212018 Angkatan 2012
Ainun Nisa Nadhifah D0212008 Angkatan 2012
Mochammad Kevin Andry Rezaliano D0313048 Angkatan 2013
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................... .......... iii RINGKASAN ............................................................................................. .... 1 BAGIAN INTI
1. PENDAHULUAN ........................................................................... 2 2. GAGASAN.................................................................................. ... 4 a. Detail Rencana Program “PADI TVRI” .............................. 5
b. Alasan Memilih Program “PADI TVRI” ............................. 6 c. Analisis Dampak bagi Masyarakat dan Pemerintah ............. 7 d. Analisis Keberhasilan Program PADI TVRI ....................... 8
KESIMPULAN ..................................................................... .......................... 9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
RINGKASAN
Kelompok difabel merupakan kelompok yang saat ini kurang
mendapatkan perhatian di Indonesia. Jumlahnya sendiri menurut Ilma Sovri Yanti
dari Satgas Perlindungan Anak, mengatakan, jumlah difabel di Indonesia semakin
meningkat. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial Badan Pusat
Statistik, tahun 2009 terdapat 2,1 juta difabel dan tahun 2012 jumlahnya
meningkat menjadi 3,84 juta. Dari jumlah itu, 438.900 difabel adalah anak-anak.
Dari jumlah tersebut, meskipun beberapa kali disoroti melalui program-program
yang digagas oleh pemerintah maupun awak media, keberadaan orang-orang
difabel dirasa masih kurang diindahkan oleh masyarakat luas. Labelling atau
pemberian cap buruk oleh masyarakat, serta kurangnya uluran tangan dari
pemerintah dalam memperlakukan kelompok yang memiliki keterbatasan fisik itu
telah menyebabkan tersisihnya kelompok ini dari pergaulan sosial.
Solusi yang kami tawarkan atas permasalahan kurangnya wadah bagi
orang-orang difabel untuk menyalurkan bakat, minat dan kreasi mereka adalah
dengan memanfaatkan media televisi publik milik pemerintah, yakni TVRI
(Televisi Republik Indonesia). Kami mengusulkan adanya sebuah program
tayangan yang rutin, menyeluruh dan secara khusus menampilkan minat, bakat
dan kreasi orang-orang difabel di masing-masing provinsi tanpa unsur eksploitasi
di dalamnya, yang kemudian diberi nama “PADI TVRI” (Persembahan Anak
Difabel Indonesia melalui Televisi Republik Indonesia).
Dengan adanya program tersebut, diharapkan agar masyarakat lebih
menghargai dan tidak memandang sebelah mata atas keberadaan orang-orang
difabel. Selain itu, program ini juga akan mengembalikan atau menumbuhkan rasa
percaya diri bagi orang-orang difabel itu sendiri, bahwa masih ada yang peduli
dengan mereka dan menunjukkan kalau sebenarnya mereka memiliki kemampuan
yang sama dengan orang-orang pada umumnya atau bahkan lebih.
BAGIAN INTI
1. PENDAHULUAN
Kelompok difabel atau mereka yang memiliki disabilitas fisik tertentu
merupakan kelompok yang saat ini kurang mendapatkan perhatian di
Indonesia. Meskipun beberapa kali disoroti melalui program-program yang
digagas oleh pemerintah maupun awak media, keberadaan orang-orang difabel
dirasa masih kurang diindahkan oleh masyarakat luas. Labelling atau
pemberian cap buruk oleh masyarakat, serta kurangnya uluran tangan dari
pemerintah dalam memperlakukan kelompok yang memilikiketerbatasan fisik
itu telah menyebabkan tersisihnya kelompok ini dari pergaulan sosial.
Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang
penyandang cacat, penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang
terdiri dari:
a. penyandang cacat fisik;
b. penyandang cacat mental;
c. penyandang cacat fisik dan mental;
Lantas, di dalam pasal 7 disebutkan bahwa pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat
terus menerus, agar penyandang cacat dapat mewujudkan taraf hidup yang
wajar.1
Anak berkebutuhan khusus kerap dianggap “aib”, lantas disembunyikan. Mereka seharusnya diberi kesempatan layaknya anak normal, yang kehadirannya dalam keluarga disambut dengan riang gembira. Anak berkebutuhan khusus tidak tahu dan tidak berharap lahir dalam keadaan tidak sempurna. Entah lahir sebagai tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, tunaganda, maupun autis, anak-anak itu tidak dapat memilih. Seandainya diperbolehkan setiap anak akan memilih punya kecerdasan seperti Habibie, kecantikan seperti Tamara Blezinsky, ketampanan seperti Anjasmara, akhlak seperti Ustadz Mansyur, dan badan kuat seperti
1http://ngada.org/uu4-1997bt.htm diakses pada 21 Maret 2013 pukul 06.04
Ade Rai. Sayang orang-orang yang lahir tidak dapat memilih, mereka hanya bisa menerima dan tidak dapat mengindar.2
Dewasa ini, sebagian masyarakat masih memandang kelompok difabel
dengan sebelah mata yang akhirnya menyebabkan mereka merasa lebih rendah
dibandingkan dengan masyarakat yang dikaruniai fisik sempurna. Cara
pandang sebagian masyarakat terhadap kelompok difabel ini pun tak urung
menyebabkan kelompok difabel merasa tidak dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar mereka. Padahal, tidak adil jika nilai
seorang difabel hanya dilihat dari kondisi fisik tanpa melihat variable penting
lainnya seperti kemampuan atau kapasitas yang dimilki, seperti nurani serta
mentalitas yang melekat dalam diri seseorang.3 Utamanya bagi orang-orang
difabel, bila sejak awal telah mendapatkan label buruk dari masyarakat di
sekitarnya, tentu mereka akan kesulitan dalam mengekspresikan minat, bakat
dan kreativitas yang dimiliki.
Selain masyarakat, pemerintah Indonesia pun dinilai belum
memberikan kepedulian yang cukup bagi kelompok yang seolah terpinggirkan
ini. Contoh kecilnya saja adalah nasib difabel di Klaten masih jauh dari
jangkauan jaminan kesehatan. Hal itu terbukti masih adanya ribuan orang
difabel di Klaten yang belum memiliki Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Data di Paguyuban
Penyandang Cacat Klaten (PPCK), dari total 9.200 orang difabel, hanya 40%
yang sudah memiliki jaminan kesehatan4. Padahal perlu diketahui, jumlah
penderita difabel di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Kementerian Kesehatan Nasional (Kemenkes) menyebutkan bahwa penderita
difabel pada tahun 2011 telah mencapai 6,7 juta jiwa. Sedangkan menurut data
yang dilansir dari World Health Organization (WHO), jumlah penderita difabel
2Ciptono, dkk. Guru Luar Biasa. (Yogyakarta, 2009). Mizan Publika. hlm. 141. 3Mia Wahyuningsari. Mendobrak Ideologi Kenormalan ala Keluarga Difabel. Majalah
Kentingan XVIII Edisi September 2011. hlm. 15. 4http://www.solopos.com/2013/12/05/ribuan-orang-difabel-di-klaten-tak-dapat-jaminan-sosial-
471532, diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 20.28 WIB.
di Indonesia telah melebihi angka 10 juta jiwa.5 Selain itu, Ilma Sovri Yanti
dari Satgas Perlindungan Anak, mengatakan, jumlah difabel di Indonesia
semakin meningkat. Berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial
Badan Pusat Statistik, tahun 2009 terdapat 2,1 juta difabel dan tahun 2012
jumlahnya meningkat menjadi 3,84 juta. Dari jumlah itu, 438.900 difabel
adalah anak-anak6. Jumlah ini tentu saja menuntut pemerintah dan masyarakat
harus bisa memberikan perhatian lebih kepada kelompok difabel.
Dengan demikian, untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan suatu
kerja sama yang terjalin antara pemerintah dan juga awak media Kerja sama
yang dapat dilakukan oleh kedua pihak ini, yaitu dengan mengadakan dan
menyiarkan program televisi yang menampilkan minat, bakat dan kreasi orang-
orang difabel. Program yangdimaksud merupakan ajang pentas orang-orang
difabel yang harus memperhatikan satu aspek penting berkaitan dengan tidak
adanya unsur eksploitasi. Dengan adanya program semacam ini,masyarakat
luas akan lebih menghargai orang-orang difabel yang ada di sekitarnya, dan
melalui campur tangan pemerintah maupun media, akan semakin meningkat
kepercayaan diri dari kelompok difabel bahwa mereka bukanlah kelompok
yang terpinggirkan.
2. GAGASAN
Solusi yang kami tawarkan atas kurangnya wadah bagi orang-orang
difabel untuk menyalurkan bakat, minat dan kreasi mereka adalah dengan
memanfaatkan media televisi publik milik pemerintah, yakni TVRI (Televisi
Republik Indonesia). Kami mengusulkan adanya sebuah program tayangan
yang bersifat rutin, menyeluruh dan secara khusus menampilkan minat, bakat
dan kreasi orang-orang difabel di masing-masing provinsi yang kemudian
diberi nama “PADI TVRI”. Oleh karena di masing-masing provinsi sudah ada
TVRI daerah kecuali Sulawesi Barat dan dua provinsi lainnya, program ini
5Jawa Pos National Network. http://jpnn.com/news.php?id=123841# diakses pada 5 Desember
2013 pukul 22.00 6 http://regional.kompas.com/read/2013/04/01/03314478/Akses.untuk.Difabel.Sangat.Minim
diakses pada 24 Maret 2014 pukul 9.31 WIB.
akan lebih menyeluruh dalam menjaring orang-orang difabel yang sebenarnya
mememiliki bakat atau keahlian sesuatu namun belum diekspos oleh media.
Sebelumnya, memang sudah ada beberapa program televisi yang
menyoroti masalah orang-orang difabel, seperti program “Kick Andy Show”
yang pernah mengundang anak difabel, program acara “Hitam Putih” yang
pernah mengundang wanita penyandang cacat dan beberapa program televisi
lainnya. Namun, kami merasa bahwa program-program tersebut belum berjalan
secara efektif, rutin dan menyeluruh. Acara talk show “Kick Andy”, misalnya,
pernah menghadirkan anak difabel sebagai bintang tamu. Acara tersebut
mengundang anak difabel hanya dalam beberapa kesempatan saja, tidak
dilakukan secara rutin. Anak-anak difabel itu pun hanya berasal dari sebagian
daerah saja, tidak menyeluruh.
a. Detail Rencana Program “PADI TVRI”
Secara detail, bentuk program yang kami tawarkan sebagai solusi
adalah sebagai berikut:
1. Program ini hampir sama dengan program “Indonesia Mencari Bakat”
yang disiarkan oleh TransTV. Hanya saja, yang membedakan kedua
acara di sini adalah dari peserta dan juga sistem penampilannya. Program
ini nantinya akan diikuti oleh anak-anak difabel di masing-masing
provinsi dan tidak menggunakan sistem juara. Hal ini karena bila sistem
juara itu diterapkan, maka kami khawatir psikologis peserta akan
terganggu. Program ini dibuat bukan untuk melihat bakat atau kreasi
mana yang lebih bagus, melainkan sebagai wadah bagi orang-orang
difabel untuk menyalurkan bakat, minat dan kreasi mereka tanpa harus
diseleksi atau dipilih siapa yang terbaik.
2. Masalah teknis penayangan, kami mengimbau kepada pihak TVRI pusat
untuk menjadikan ide ini sebagai program tayangan yang harus ada baik
di TVRI pusat sendiri maupun TVRI provinsi. Dengan begitu, cakupan
wilayah untuk merekrut orang-orang difabel dalam menyalurkan bakat,
minat dan juga kreasi mereka akan lebih luas.
3. Waktu penayangan program ini adalah rutin satu minggu sekali. Soal
bentuk penayangannya seperti apa, apakah ingin dibuat seperti
“Indonesia Mencari Bakat” tanpa sistem juara, ataukah dalam bentuk
video, talk show dan lain-lain, kami serahkan kepada pihak tim kreatif
dari masing-masing TVRI provinsi. Dalam hal ini, tidak menutup
kemungkinan bahwa masing-masing TVRI provinsi akan memiliki
bentuk penayangan yang berbeda. Serta tak lupa, yang perlu kami
tekankan di sini adalah program ini tidak hanya menampilkan bakat atau
skill dari anak-anak difabel yang ada di setiap provinsi, tetapi juga
menayangkan kreasi mereka dalam menciptakan karya, seperti keahlian
membuat lukisan, memasak, menulis, menjahit dan lain-lain.
4. Program ini bisa ditayangkan dalam beberapa minggu untuk anak-anak
difabel yang ada di daerah X, provinsi Y, kemudian beberapa minggu ke
depan adalah waktunya untuk daerah Z, provinsi Y, begitu juga
seterusnya, sehingga bisa menyeluruh dan rutin dilaksanakan.
5. Ketika semua anak-anak difabel di masing-masing provinsi sudah
menunjukkan karya maupun bakatnya, maka keberlanjutan dari program
ini sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah serta pihak TVRI. Mereka
bisa menentukan apakah program ini akan tetap dilanjutkan dengan
format yang berbeda ataukah tetap sama dengan sebelumnya, atau
dengan kebijakan konstruktif lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa
program yang diusulkan oleh penulis ini adalah langkah awal agar anak-
anak difabel mempunyai ruang untuk menampilkan bakat atau kreasi
yang mereka miliki. Dengan langkah tersebut, maka untuk selanjutnya
pemerintah dan pihak TVRI bisa memiliki gambaran lebih tentang
bagaimana membuat anak-anak difabel itu merasa dihargai dan
dipedulikan.
b. Alasan Memilih Program “PADI TVRI”
Solusi yang kami tawarkan ini pada dasarnya memiliki beberapa
alasan. Pertama, media televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang bisa dikonsumsi oleh khalayak dalam jumlah massif. Ditambah
lagi, televisi merupakan media komunikasi massa yang berbentuk audio
visual sehingga semakin menarik untuk ditonton. Dengan memanfaatkan
media televisi khususnya TVRI, maka kami berharap bahwa minat, bakat,
atau kreasi dari orang-orang difabel bisa dikonsumsi secara massif oleh
khalayak dan mampu mengubah cara pikir atau cara pandang beberapa
orang yang masih menganggap remeh keberadaan dari orang-orang difabel
itu.
Kedua, sebagai media publik milik pemerintah, TVRI merupakan
media yang tidak berbasis profit. Karena tujuan dari program penampilan
bakat, minat, serta kreasi dari orang-orang difabel ini bukanlah untuk
mengeksploitasi mereka, melainkan sebagai wadah edukasi serta informasi
bahwa mereka memiliki sesuatu yang istimewa, layaknya orang pada
umumnya atau bahkan lebih, dan sudah sepantasnya untuk masyarakat tahu
tentang itu dan mampu menghargainya. Itulah alasan kenapa program
tersebut dirasa cocok untuk ditayangkan melalui media publik yang tidak
profit oriented.
Ketiga, anak-anak difabel di Indonesia banyak yang belum
mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya. Hal ini dibuktikan dengan
hasil sensus penduduk 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia, jumlah anak
berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 tahun) ada 355.859 anak. Dari
jumlah itu, 74,6 persen belum memperoleh layanan pendidikan7. Meskipun
kekurangan layanan untuk menempuh pendidikan formal, melalui program
ini, anak-anak difabel tersebut bisa mendapatkan pendidikannya secara
informal. Karena dalam mencapai kesuksesan, tidak semata-mata ditentukan
oleh pendidikan formalnya saja, melainkan juga informalnya.
c. Analisis Dampak bagi Masyarakat dan Pemerintah
Kehadiran program yang kami tawarkan sebagai solusi
terpinggirkannya kelompok difabel ini akan menjadi tayangan yang berbeda
bagi masyarakat Indonesia. Kami menyadari, bahwa tayangan-tayangan di
7http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/02471270/Jumlah.SLB.di.Bawah.Satu.Persen,
diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 15.23 WIB.
televisi Indonesia sekarang ini lebih didominasi oleh tayangan hiburan yang
klise dan tidak menanamkan nilai ataupun moral bagi pemirsanya. Sinetron,
film televisi (FTV), program hiburan yang saling mencelakai dan
mencemooh antarpresenternya, reality show yang tidak riil dan tayangan
hiburan lainnya, telah membuat masyarakat jenuh dan enggan untuk
menggunakan media.
Berbeda dari tayangan hiburan yang telah disebutkan sebelumnya,
program yang kami tawarkan akan membuka mata masyarakat atas apa
yang sebelumnya tidak mereka pedulikan. Tayangan yang menampilkan
bakat, minat dan kreasi orang-orang difabel tanpa unsur eksploitasi di
dalamnya, akan membuktikan kepada masyarakat luas bahwa eksistensi
orang-orang difabel tidak sesuai dengan pandangan negatif mereka.
Masyarakat luas akan berpikir ulang tentang label yang mereka berikan
kepada orang-orang difabel. Stereotype yang merendahkan akan tergantikan
oleh pandangan bahwa orang-orang difabel pun memiliki kemampuan yang
tidak dapat diremehkan, terlepas dari keterbatasan yang mereka miliki.
Tidak hanya bagi masyarakat, dengan terwujudnya kerja sama antara
pemerintah dan awak media melalui TVRI dalam Program “PADI wTVRI”
ini, diharapkan bisa memberikan gambaran kepada pemerintah, supaya
mereka tahu bagaimana kondisi orang-orang difabel di lapangan, dan
merumuskan cara agar bagaimana bakat atau kreasi yang mereka miliki bisa
berkembang.
d. Analisis Keberhasilan Program “PADI TVRI”
Kami memperkirakan proyeksi keberhasilan dari program ini adalah sebagai
berikut:
1. Di dalam hal penayangan, program ini akan mendapatkan respon positif
dari masyarakat karena mengedepankan bakat dan juga kreasi dari
anak-anak difabel yang sekarang ini tidak banyak diekspos oleh media
lain. Bisa dikatakan program ini berbeda dari program-program yang
ada di media lain.
2. Setidaknya dengan adanya program penampilan bakat dan kreasi dari
orang-orang difabel secara rutin di TVRI maka diharapkan bisa
memberikan efek psikologis yang positif bagi kalangan difabel
Indonesia. Kalangan difabel yang semula merasa minder atau takut
untuk lebih mengembangkan bakat atau kreasi mereka, akan lebih
membuka diri dan bersemangat untuk tampil setelah menonton atau
mengikuti program tersebut.
3. Dengan adanya cabang dari TVRI pusat di setiap provinsi, maka untuk
menampilkan bakat dan kreasi dari orang-orang difabel bisa dilakukan
secara merata dan periodik. Secara merata yakni tayangan terkait bisa
disiarkan di TVRI masing-masing cabang provinsi di Indonesia. Secara
periodik, acara terkait bisa ditayangkan pada waktu khusus sesuai
kebijakan internal redaksi TVRI. Dengan demikian, proses dan hasil
tayangan program ini bisa optimal sesuai harapan.
4. Terkhusus untuk anak-anak difabel yang belum mendapatkan
pendidikan sebagaimana mestinya, melalui program penampilan bakat
dan juga kreasi tersebut akan memperoleh pendidikannya secara
informal. Pendidikan informal bagi penyandang difabel sangatlah
penting, karena kesuksesan seseorang tidak hanya disebabkan oleh
kemampuan akademis, tetapi juga oleh bakat atau keahlian yang
dimilikinya.
5. Melalui program acara ini, maka reputasi positif TVRI akan semakin
naik. Di tengah kompetisi perusahaan televisi yang kian ketat di Tanah
Air, TVRI memerlukan program-program acara yang kreatif
konstruktif agar tetap tampil kompetitif. Selain itu, TVRI akan dikenal
sebagai stasiun televisi yang memiliki kepedulian kepada
pengembangan bakat dan kreasi anak-anak difabel.
6. Mengingat TVRI merupakan media massa milik pemerintah, maka
melalui TVRI, pemerintah bisa mendesain serta mempublikasikan
program-program keberpihakan pada anak-anak difabel. Selain sebagai
upaya memenuhi amanah konstitusi, penayangan program bersangkutan
melalui TVRI juga akan bisa meningkatkan citra positif bagi
pemerintah karena peduli kepada eksistensi dan pengembangan anak-
anak difabel.
3. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Program “PADI TVRI” merupakan tayangan dalam Televisi Republik
Indonesia yang ada di masing-masing provinsi, untuk menampung segala
bentuk kreativitas, baik itu berupa bakat ataupan karya, yang dihasilkan oleh
anak-anak difabel di seluruh Indonesia tanpa ada unsur eksploitasi di dalamnya
dan bersifat rutin serta menyeluruh.
2. Alasan memilih Program “PADI TVRI” adalah karena media televisi
merupakan salah satu media komunikasi massa yang bisa dikonsumsi oleh
khalayak dalam jumlah massif, TVRI merupakan media yang tidak berbasis
profit, dan banyak anak-anak difabel di Indonesia yang belum mendapatkan
pendidikan sebagaimana mestinya.
3. Kehadiran program “PADI TVRI” sebagai solusi terpinggirkannya kelompok
difabel ini akan menjadi tayangan yang berbeda bagi masyarakat Indonesia.
Selain itu, dengan terwujudnya kerja sama antara pemerintah dan awak media
dalam program ini, diharapkan bisa mensukseskan program pemerintah di
bidang pendidikan bagi anak-anak difabel di seluruh Indonesia dengan berbasis
informal education.
4. Dalam hal penayangan, program “PADI TVRI” akan mendapatkan respon
positif dari masyarakat, karena tidak banyak diekspos oleh media lain. Dengan
sifatnya yang menyeluruh, program ini juga akan memberikan efek psikologis
yang baik bagi kaum difabel di Indonesia. Dan terkhusus untuk anak-anak
difabel yang belum mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya, melalui
program tersebut akan memperoleh pendidikannya secara informal.
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Ciptono.,& Budi Kusuma, Ganjar Triadi. (2009). Guru Luar Biasa. Yogyakarta:
Mizan Publika. Wahyuningsari, Mia. Mendobrak Ideologi Kenormalan ala Keluarga Difabel.
Majalah Kentingan XVIII Edisi September 2011. Surakarta: LPM Kentingan UNS.
Internet:
http://jpnn.com/news.php?id=123841#, (diakses pada 5 Desember 2013 pukul 22.00).
http://ngada.org/uu4-1997bt.htm, (diakses pada 21 Maret 2013 pukul 06.04). http://www.solopos.com/2013/12/05/ribuan-orang-difabel-di-klaten-tak-dapat-
jaminan-sosial-471532, (diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 20.28). http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/23/02471270/Jumlah.SLB.di.Bawah.Sat
u.Persen, (diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 15.23). http://regional.kompas.com/read/2013/04/01/03314478/Akses.untuk.Difabel.Sangat.Mini
m, (diakses pada 24 Maret 2014 pukul 9.31 WIB).
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Pengusul
1. Ketua Pelaksana
a. Identitas Diri
Nama Lengkap Arina Rohmatul Hidayah Jenis Kelamin P Program Studi Ilmu Komunikasi NIM D0212018 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 30 Juni 1994 Email [email protected]
Nomor Telepon/ HP 085645731373
b. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA Nama Institusi SDI Al-Huda MTsN Kediri 2 MAN Kota Kediri 3
Jurusan IPA Tahun Masuk-Lulus
2000-2006 2006-2009 2009-2012
c. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No. Nama Pertemuan
Ilmiah / Seminar Judul
Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
- - -
d. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
1. Finalis Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia tingkat Nasional Kemendikbud 2010
2. Juara 1 Lomba Pidato tingkat Kota Kediri
Kementrian Agama Kota Kediri 2010
3. Juara 2 Lomba Baca Puisi tingkat Kota Kediri Bazar Buku 2011
4. Juara 2 Lomba Pidato tingkat Provinsi Jawa Timur
Kementrian Agama Porvinsi Jawa Timur 2011
5. Finalis Putri Lingkungan se-eks Karisidenan Kediri Radar Kediri 2011
2. Anggota Pelaksana
a. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Ainun Nisa Nadhifah
2. Jenis Kelamin P
3. Program Studi Ilmu Komunikasi
4. NIM D0212008
5. Tempat dan Tanggal Lahir Sragen, 2 Mei 1994
6. Email [email protected]
7. Nomor Telepon/ HP 08995255718
b. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA Nama Institusi
SDN 1 Gemolong
SMP MTA Gemolong SMAN 1 Surakarta
Jurusan IPA Tahun Masuk-Lulus
2000-2006 2006-2009 2009-2012
c. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
- - -
d. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
- - -
3. Anggota Pelaksana a. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Mochammad Kevin Andry Rezaliano
2. Jenis Kelamin L
3. Program Studi Sosiologi
4. NIM D0313048
5. Tempat dan Tanggal Lahir Surakarta, 30 Maret
6. EmaIl [email protected]
7. Nomor Telepon/ HP 085727626108
b. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA Nama Institusi
SD Muhammadiyah 1 Surakarta
SMP Ta’mirul Islam Surakarta
SMA N 2 Surakarta
Jurusan IPS Tahun Masuk-Lulus
2000-2007 2007-2010 2010-2013
c. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No. Nama Pertemuan
Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
- - -
d. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas
No. Nama/NIM Program Studi
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu
(jam/minggu) Uraian Tugas
1.
Arina Rohmatul Hidayah
D0212018 (Ketua
Pelaksana)
Ilmu Komunikasi FISIP 10 jam/1
minggu
a. Bertanggung jawab dalam hal koordinasi dengan dosen pembimbing serta anggota.
b. Bertanggung jawab dalam memunculkan ide dan mengembangkan gagasan secara lebih khusus.
2.
Ainun Nisa Nadhifah D0212008
(Anggota 1)
Ilmu Komunikasi FISIP 10 jam/1
minggu
a. Bertanggung jawab dalam membuat pendukung gagasan, seperti referensi terkait, analisis keberhasilan, dan dampak yang ditimbulkan.
3.
Mochammad Kevin Andry
Rezaliano D0313048
(Anggota 2)
Sosiologi FISIP 10 jam/1 minggu
a. Bertanggung jawab dalam proses finishing, seperti editing, penambahan referensi terkait, penambahan dalam impelementasi gagasan, dan juga pengemasan menjadi hardcopy serta softcopy