usulan pengabdian kepada masyarakat - lppm.itn.ac.id · ekosistem pesisir merupakan daerah...

33
USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEMBUATAN KONSEP PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM AGROFORESTRI PADA DAERAH PESISIR RAWA TERATE KABUPATEN MALANG PENGUSUL: Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si (NIDN: 020066102) Ir. Endro Yuwono,MT (NIDN: 0711026801) Ir. M. Nurhadi,MT (NIDN: 0713045701) INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG Januari, 2017

Upload: dinhtuyen

Post on 27-Apr-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

USULAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PEMBUATAN KONSEP PERENCANAAN PENGELOLAAN

LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM AGROFORESTRI PADA

DAERAH PESISIR RAWA TERATE KABUPATEN MALANG

PENGUSUL:

Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si (NIDN: 020066102)

Ir. Endro Yuwono,MT (NIDN: 0711026801)

Ir. M. Nurhadi,MT (NIDN: 0713045701)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

Januari, 2017

HALAMAN PENGESAHAN

USUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Judul : Pembuatan Konsep Perencanaan Pengelolaan Lahan Menggunakan sistem Agroforestri Pada Daerah Pesisir Rawa Terate Kabupaten Malang

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 422/ Teknik Lingkungan

Bidang Unggulan PT : Pengelolaan Lingkungan

Topik Unggulan : Pengembangan berbagai teknologi dalam rangka

mengatasi pencemaran air

Ketua Peneliti:

Nama : Dr.Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si

NIDN : 0020066102 Jabatan Fungsional : Lektor Program Studi : Teknik Lingkungan Nomer HP : 081334630990 Alamat surel (e-mail) : [email protected] Anggota Pengabdi(1)

Nama Anggota II : Ir. Endro Yuwono, MT

NIDN : 0711026801

Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Nasional Malang

Anggota Pengabdi (2)

Nama Anggota II : Ir. M. Nurhadi, MT

NIDN : 0713045701

Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Nasional Malang

Lama penelitian Keseluruhan : 1 Tahun

Penelitian Tahun ke : -

Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 6.675.000,-

Malang, 10 Januari 2017

Mengetahui

Dekan FTSP

Dr.Ir. Nusa Sebayang, MT

NIP.Y. 1018300054

Ketua Pengabdian

Dr.Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si

NIP. 196106201991031002

Mengetahui

Ketua LPPM ITN Malang

Foury Handoko, ST,SS,MT,Ph.D

NIP.Y. 1030100359

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ............................................................................................................. BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 1.2 .Tujuan ............................................................................................................. 1.3. Kegunaan ....................................................................................................... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... BAB III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN ..................................................... 3.1. Analisis Ketersediaan Lahan untuk Komoditas Tanaman unggulan daerah 3.2. Analisis Kesesuaian Lahan……………………………………………………………………… BAB IV. KONDISI FISIK DAN KONDISI EKSISTING ……………………………………………. 4.1. Kondisi Fisik .................................................................................................... 4.2. Kondisi Eksisting Desa Sitiarjo ........................................................................ DAFTAR PUSTAKA Lampiran

Abstrak

PEMBUATAN KONSEP PERENCANAAN PENGELOLAAN LAHAN MENGGUNAKANSISTEM AGROFORESTRI PADA DAERAH PESISIR RAWA TERATE

KABUPATEN MALANG Hery Setyobudiarso, Endro Yuwono, M. Nurhadi

Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya

alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan

salah satu aset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus

dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak,

bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat

memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar

manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang.

Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat

dengan ekosistem laut, dimana organism penghuninya berbaur antara organism

dari darat dan dari laut. Organisme tersebut berkumpul dalam suatu tempat

untuk saling berinteraksi, seperti pada daerah estuari, pantai berbatu, pantai

berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.

Pada pesisir pantai yang terdapat di daerah Kabupaten Malang dusun

Rowo Terate untuk penggunaan lahan pada bagian barrier yang ditanami antara

lain : tanaman cabe dan singkong namun dalam lahan yang ditanami tersebut

masih terjadi penjarahan ( pengambilan hasil tanaman oleh orang tidak dikenal )

, maka untuk menanggulangi masalah tersebut harus dilakukan pengelolaan

lahan dengan baik.

Kata Kunci: Ekosistem pesisir, agroforestri, sumberdaya alam.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya

alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan

salah satu aset yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Sebagai modal dasar pembangunan sumberdaya alam harus

dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara-cara yang tidak merusak,

bahkan sebaliknya, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat

memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar

manfaatnya untuk pembangunan lebih lanjut di masa mendatang.

Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia perlu berdasar pada

prinsip ekofisiensi. Artinya tidak merusak ekosistem, pengambilan secara efisien

dalam memikirkan kelanjutan SDM. Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan

pada terwujudnya keberadaan sumber daya alam untuk mendukung

kesejahteraan manusia. Maka prioritas utama pengelolaan adalah upaya

pelestarian lingkungan, supaya dapat mendukung kehidupan makhluk hidup. Bila

sumber daya alam rusak atau musnah kehidupan bisa terganggu.

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah darat

meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih

dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air

asin; sedangkan kearah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air

tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran.

Wilayah pesisir memiliki keunikan ekosistem. Wilayah ini sangat rentan

terhadap perubahan, baik karena diakibatkan oleh aktifitas daerah hulu maupun

karena aktifitas yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri.

BerdasarkanKeputusanMenteriKelautandanPerikananNomor:

KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan

PesisirTerpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara

ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana kea rah laut 12 mil dari

garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan

propinsi) untuk kabupaten/kota dan kearah darat batas administrasi

kabupaten/kota.

Ekosistem pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat

dengan ekosistem laut, dimana organism penghuninya berbaur antara organism

dari darat dan dari laut. Organisme tersebut berkumpul dalam suatu tempat

untuk saling berinteraksi, seperti pad daerah estuary, pantai berbatu, pantai

berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.

Pada pesisir pantai yang terdapat di daerah Kabupaten Malang dusun

Rowo Terate untuk penggunaan lahan pada bagian barrier yang ditanami

antaralain : tanaman cabe dan singkong. Namun dalam lahan yang ditanami

tersebut masih terjadi penjarahan ( pengambilan hasil tanaman oleh orang tidak

dikenal ) , maka untuk menanggulangi masalah tersebut harus dilakukan

pengelolaan lahan dengan baik.

Agroforestri adalah salah satu system pengelolaan lahan yang mungkin

dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih-guna

lahan tersebut di atas dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan.

Agroforestri, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian

dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan system

agroforestri yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana,

agroforestri berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat

bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan

demikian kajian agroforestri tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan

biofisik saja tetapi juga masalahs osial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah

dari waktu kewaktu, sehingga agroforestri merupakan cabang ilmu yang dinamis.

1.2. Tujuan Pengabdian

Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini yaitu untuk mengetahui

ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan tersedia untuk pengembangan

tanaman unggulan (khas) di Rawa Terate, Desa Sitiarjo, Kecamatan

Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

1.3. Keguanaan pengabdian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Definisi Wilayah Pesisir

Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas

darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang

masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan

intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari

daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang

terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar.

Definisi wilayah seperti diatas memberikan suatu pengertian bahwa

ekosistem perairan pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai

kekayaan habitat beragam, di darat maupun di laut serta saling berinteraksi.

Selain mempunyai potensi besar wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang

mudah terkena dampak kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembangunan

secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap

ekosistem perairan pesisir (Dahuri et al., 2001).

Menurut Dahuri et al. (2001), hingga saat ini masih belum ada definisi

wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di

dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan

lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir

mempunyaidua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai

(long shore) dan batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore).

Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat suatu wilayah pesisir

ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah perencanaan (planning zone) dan

batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian

(day-to-day management). Batas wilayah perencanaan sebaiknya meliputi

seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang

dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya

di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah perencanaan lebih luas

dariwilayah pengaturan.

Dalam day-to-day management, pemerintah atau pihak pengelola

memiliki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin kegiatan

pembangunan. Sementara itu, bila kewenangan semacam ini berada di luar batas

wilayah pengaturan (regulation zone), maka akan menjadi tanggung jawab

bersama antara instansi pengelola wilayah pesisir dalam regulation zone dengan

instansi/lembaga yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.

2.2 Karakteristik Ekositem Pesisir

Karakteristik dari ekosistem pesisir adalah mempunyai beberapa jumlah

ekosistem yang berada di daerah pesisir. Contoh ekosistem lain yang ikut

kedalam wilayah ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun

( seagrass ), dan ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini, masing

masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda.

Berikut merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan faktor pendukungnya :

1. Pasang Surut

Daerah yang terkena pasang surut itu brmacam – macam antara lain gisik,

rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa

mangrove, dan padang rumput (sea grass beds). Rataan pasut adalah suatu

mintakat pesisir yang pembentukannya beraneka, tetapi umumnya halus,

pada rataan pasut umumnya terdapat pola sungai yang saling berhubungan

dan sungai utamanya halus, dan masih labil. Artinya Lumpur tersebut dapat

cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan pasut

telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasut belum

bervegetasi.

2. Estuaria.

Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari sungai

yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, eustaria adalah

suatu tubuh perairan pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan

bebas dengan laut terbuka dan didalamnya ait laut terencerkan oleh air

tawar yang berasal dari drainase daratan. Eustaria biasanya sebagai pusat

permukiman berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup banyak antara

lain : merupakan daerah mencari ikan, tempat pembuangan limbah, jalur

transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat

rekreasi.

3. Hutan Mangrove

Hutan mangrove dapat diketemukan pada daerah yang berlumpur seperti

pada rataan pusat, Lumpur pasut dan eustaria, pada mintakat litoral.

Agihannya terutama di daerah tropis dan subtropis, hutan mangrove kaya

tumbuhan yang hidup bermacam – macam, terdiri dari pohon dan semak

yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Species mangrove cukup banyak 20 –

40 pada suatu area dan pada umumnya dapat tumbuh pada air payau dan

air tawar. Fungsi dari mangrove antara lain sebagai perangkap sedimen dan

mengurangi abrasi.

4. Padang Lamun (Sea Grass Beds)

Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria apabila sinar

matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal.

Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th.

Padang lamun ini mempunya habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau

subtropics. Ciri binatang yang hidup di padang lamun antara lain:

a. Yang hidup di daun lamun

b. Yang makan akar canopy daun

c. Yang bergerak di bawah canopy daun

d. Yang berlindung di daerah padang lamun

5. Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat

keanekaragaman tinggi dimana di Wilayah Indonesia yang mempunyai

sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi

di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis

ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-

udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks.

Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas

cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-

35ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu

perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya

yang berada diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah

gelombang alami. Keindahannya dengan warna-warni ikan dan karang

membuat terumbu karang dapat menjadi obyek wisata air, baik snorkeling

ataupun selam.

2.3 Konsep Ruang dan Wilayah

Ruang atau kawasan sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir dan

lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah

wadah kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung

didalamnyameliputi bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan. Konsep

ruang mempunyai beberapa unsur, yaitu: (1) jarak, (2) lokasi, (3) bentuk, dan (4)

ukuran. Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan

bumi dansegala kekayaannya membutuhkan organisasi/pengaturan ruang dan

waktu. Unsur-unsur tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata

ruang yang disebut wilayah (Budiharsono, 2001).

Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu

unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya

tergantung secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi

kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan

ekonomi yang tidak sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan

sosial ekonomi dalam ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif

terhadap kegiatan lainnya.

Rustiadi et al. (2006) membagi konsep wilayah atas enam jenis. Adapun

konsep enam jenis wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1)Konsepkonsep wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit

geografis dengan batas-batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah

tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional; (2) Wilayah

homogen, yaitu wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa

faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan

faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat heterogen. Pada umumnya

wilayah homogen sangat dipengaruhi olehpotensi sumberdaya alam dan

permasalahan spesifik yang seragam. Dengan demikian konsep wilayah homogen

sangat bermanfaat dalam penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai

dengan potensi/daya dukung utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan

yang tepat sesuai dengan permasalahan masing-masing wilayah; (3) Wilayah

nodal, menekankan perbedaan dua komponenkomponen wilayah yang terpisah

berdasarkan fungsinya. konsep wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel

hidup” yang mempunyai inti dan plasma. Inti adalah pusat-pusat

pelayanan/pemukiman, sedangkan plasma adalah daerah belakang (hinterland);

(4) Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran bahwa komponen-

komponen di suatu wilayah memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama

lain dan tidak terpisahkan; (5) Wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi

berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat

sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara integral;

(6) Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa

wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnyadipimpin oleh suatu

sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah

yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering

pula wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah

yang mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-

sendiri dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.

2.4 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi

perlu digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission

onEnvironment and Development, adalah “pembangunan untuk memenuhi

kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan

generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”. Konsep pembangunan

yang berkelanjutan telah menjadi kesepakatan hampir seluruh bangsa-bangsa di

dunia sejak KTT Bumi di Rio de Janeiro 1992.

Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama

yangdapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya

wilayah pesisir dan lautan: (1) keharmonisan spasial, (2) pemanfaatan

sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan, (3) membuang limbah

sesuai dengan kapasitas asimilasi lingkungan, dan (4) mendesain dan

membangun prasarana dan sarana sesuai dengan karakteristik serta dinamika

ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri, 1996).

Ketika kita memanfaatkan wilayah (perairan) pesisir sebagai tempat

untuk pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari

limbah tersebut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasinya (assimilative

capacity). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah

kemampuan suatu ekosistem pesisir untuk menerima jumlah limbah tertentu

sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang

tidak dapat ditoleransi.

2.5 Agroforestri

Penanaman berbagai macam pohon dengan atau tanpa tanaman setahun

(semusim) pada lahan yang sama sudah sejak lama dilakukan petani di Indonesia.

Contoh ini dapat dilihat dengan mudah pada lahan pekarangan di sekitar tempat

tinggal petani. Praktek ini semakin meluas belakangan ini khususnya di daerah

pinggiran hutan dikarenakan ketersediaan lahan yang semakin terbatas. Konversi

hutan alam menjadi lahan pertanian disadarimenimbulkan banyak masalah

seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan floradan fauna, banjir,

kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah inibertambah

berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang

dikonversi menjadi lahan usaha lain. Maka lahirlah agroforestri sebagai suatu

cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu ini

berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang

telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun beriklim subtropis

sejak berabad-abad yang lalu. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan

dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan

pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan

pelestarian hutan.

Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan

tanah terdegradasi, pelestarian sumberdaya hutan, meningkatkan mutu

pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem

ini telah dipraktekkan oleh petani diberbagai tempat di Indonesia selama

berabad-abad (Michon dan de Foresta, 1995), misalnya sistem ladang berpindah,

kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang

penggembalaan. Contoh lain yang umum dijumpai di Jawa adalah mosaik-mosaik

padat darihamparan persawahan dan tegalan produktif yang diselang-selingi

oleh rerumpunan pohon. Sebagian dari rerumpunan pohon tersebut mempunyai

struktur yang mendekati hutan alamdengan beraneka-ragam spesies tanaman.

Berdasarkan motivasi yang dimiliki petani, terdapat dua sistem

terbentuknya agroforestri dilapangan yaitu sistem bercocok tanam "tradisional"

dan sistem "modern". Sistem"tradisional" adalah sistem yang "dikembangkan

dan diuji" sendiri oleh petani, sesuai dengan keadaan alam dan kebutuhan atau

permintaan pasar, serta sejalan dengan perkembangan pengalamannya selama

bertahun-tahun dari satu generasi ke generasi– berikutnya. Dalam sistem

“tradisional”, pengembangan bercocok tanam biasanya hanya didasarkan pada

usaha coba-coba (trial and error), tanpa penelitian formal maupun bimbingan

dari penyuluh/petugas lapangan. Dalam sistem bercocok tanam

"modern",gagasan dan teknologi berasal dari hasil-hasil penelitian.

2.6 Jenis Agroforestri.

Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wana tani

atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan

pertanian. Menurut De Foresta danMichon (1997), agroforestri dapat

dikelompokkan menjadi duasistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan

sistem agroforestri kompleks

1. Sistem Agroforestri Sederhana.

Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian dimana

pepohonan ditanam secara tumpang-saridengan satu atau lebih jenis

tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi

petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan

pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk

lorong/pagar.

Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai

ekonomi tinggiisalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka,

belinjo, petai, jati dan mahoniatau yang bernilai ekonomi rendah seperti

dadap, lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar

pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan,

ubi kayu, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.

Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adalah

tumpangsari (Bratamihardja, 1991). Sistem ini, dalam versi Indonesia,

dikenal dengan “taungya” yangdiwajibkan di areal hutan jati di Jawa dan

dikembangkan dalam rangka program perhutanan sosial dari Perum

Perhutani. Pada lahan tersebut petani diijinkan untuk menanam tanaman

semusim di antara pohon-pohon jati muda. Hasil tanaman semusim diambil

oleh petani, namun petani tidak diperbolehkan menebang atau merusak

pohon jati dan semua pohon tetap menjadi milik Perum Perhutani. Bila

pohon telah menjadi dewasa, tidak ada lagi pemaduan dengan tanaman

semusim karena adanya masalah naungan dari pohon. Jenis pohon yang

ditanam khusus untuk menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja,

sehingga akhirnya terjadi perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari

menjadi perkebunan jati monokultur. Sistem sederhana tersebut sering

menjadi penciri umum pada pertanian komersial (Siregar, 1990).Dalam

perkembangannya, sistem agroforestri sederhana ini juga merupakan

campuran dari beberapa jenis pepohonan tanpa adanya tanaman semusim.

Sebagai contoh, kebun kopibiasanya disisipi dengan tanaman dadap

Erythrina) atau kelorwono disebut juga gamal(Gliricidia) sebagai tanaman

naungan dan penyubur tanah. Contoh tumpangsari lain yang umum dijumpai

di daerah Ngantang, Malang adalah menanam kopi pada hutan pinus

(lihatgambar 1).

Gambar 1. Sistem agroforestri sederhana di Ngantang, Malang Jawa Timur.

Kopi dan pisang ditanam oleh petani diantara pohon pinus milik Perum Perhutani (Gambar kiri). Gliricidia dan pisang ditanam sebagai naungan pohon kopi (Gambar kanan) (Foto: Meine van Noordwijk).

Bentuk agroforestri sederhana ini juga bisa dijumpai pada sistem pertanian

tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul

sebagai salah satu upaya petani dalam mengintensifkan penggunaan lahan

karena adanya kendala alam, misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa

ditanam secara tumpangsari dengan padi sawah di tanahrawa di pantai

Sumatera.

Perpaduan pohon dengan tanaman semusim ini juga banyak ditemui di

daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada

pematang-pematang sawah di daerah Pandaan (Pasuruan, Jawa Timur),

kelapa atau siwalan dengan tembakau di Sumenep–Madura (Gambar 2).

Contoh lain, tanah-tanah yang dangkal dan berbatu seperti di Malang

Selatan ditanami jagung dan ubikayu diantara gamal atau kelorwono

(Gliricidiasepium)

Gambar 2. Agroforestri Sederhana: Tembakau ditanam diantara barisan

pohon siwalan di Sumenep,Madura. (Foto. Widianto)

2. Sistem Agroforestri Kompleks.

Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang

melibatkanbanyakjenis tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja

ditanam maupun yang tumbuh secaraalami pada sebidang lahan dan

dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di

dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman

perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan

dalam jumlah banyak. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini

adalah kenampakan fisik dan dinamikadi dalamnya yang mirip dengan

ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder, oleh

karena itu sistem ini dapat pula disebut sebagai AGROFOREST

(ICRAF,1996).

Berdasarkan jaraknya terhadap tempat tinggal, sistim agroforestri

kompleks ini dibedakanmenjadi dua, yaitukebunataupekarangan berbasis

pohon (home garden) yang letaknyadi sekitar tempat tingga ldan

‘agroforest’,yang biasanya disebut ‘hutan’ yang letaknya jauh dari tempat

tinggal (De Foresta, 2000).Contohnya ‘hutan damar’ di daerah Krui,

ampung Barat atau ‘hutan karet’ di Jambi.

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

3.1. Analisis Ketersediaan Lahan untuk Komoditas Tanaman unggulan daerah

Penggunaan lahan yang bersifat konstrain dan harus dikeluarkan dalam

analisis ini antara lain sawah irigasi teknis/semi teknis, air tawar, empang,

gedung, permukiman, hutan, tanah berbatu, penggaraman, kawasan pantai dan

perkebunan swasta besar serta perkebunan rakyat. Penggunaan lahan eksisting

yang digunakan dalam pertimbangan ketersediaan lahan antara lain sawah

irigasi (sederhana), sawah tadah hujan, tegalan, kebun melati, rumput, semak

belukar dan kebun (diluar perkebunan besar swasta). Peta hasil analisis ini

digunakan sebagai peta rujukan untuk peta kesesuaian lahan dan peta arahan

pengembangan hortikultura sayuran di Kabupaten Malang.

3.2. Analisis Kesesuaian Lahan

Peta kesesuaian lahan dalam pengabdian kepada masyarakat ini

menggunakan peta kesesuaian lahan yang selanjutnya kesesuaian lahan yang

tersedia untuk komoditas tanaman unggulan di Dsn. Rawaterate, Kabupaten

Malang ditentukan dengan melakukan teknik overlay antara peta kesesuaian

lahan tersebut dengan peta ketersediaan lahan.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Studi

BAB IV

KONDISI FISIK DAN KONDISI EKSISTING

4.1 Kondisi Fisik

Sitiarjo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan,

Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa Sitiarjo terletak 60 Km ke arah

Selatan dari pusat kota Malang. Desa Sitiarjo memiliki 12 Rukun Warga dan 60

Rukun Tetangga.Setiap RW memiliki nama Kampung yang berbeda-beda

misalnya Pulungrejo, Pegat, Sumberembag, Sumber Gayam, Palung, Kemudinan,

Gunung Tumo, Tumpak nAngklik,Kulon Gunung, Tadah BAtok, Rowotrate, dan

Tumpak Rejo.Rata-rata suhu udara di Sitiarjo Panas dan lembap. Desa ini terletak

di sebuah ngarai hijau nan indah yang dialiri dua aliran sungai yakni sungai

Penguluran dan sungai Mbambang. Kedua sungai inilah yang mengaliri areal

persawahan di desa Sitiarjo yang menjadi mata pencaharian utama penduduknya

sejak dibukanya desa ini pada tahun 1896.

Penghasilan pertanian yang utama adalah padi, kelapa, dan pisang.

Namun, aliran sungai ini pula yang sering nendatangkan bencana bagi

masyarakat Sitiarjo. Curah hujan yang tinggi sering kali membuat sungai ini tidak

mampu menampung debit air sehingga banjir hampir tiap tahun menggenangi

desa yang mayoritas penduduknya beragama Kristen ini. Selain bermata

pencaharian sebagai petani penduduk desa Sitiarjo juga berprofesi sebagai

pegawai negeri, pedagang, nelayan, dan TNI Polri. sekitar 95% penduduknya

beragama Kristen dengan dominasi warga Greja Kristen Jawi Wetan. Berikutnya

beberapa aliran gereja yang lain seperti Gereja GPdI, Gereja Bethel, dan

beberapa aliran Kharismatik lain. Pemeluk agama Islam juga ada di desa ini.

Mereka berdomisili di sekitar pasar desa Sitiarjo, dan sebelah Timur desa yang

berbatasan dengan desa Kedungbanteng. Kerukunan antar umat beragama

sangat dijunjung tinggi di desa Sitiarjo. Tidak pernah sekalipun terjadi konflik

horisontal antar umat terjadi di desa ini. Desa Sitiarjo memiliki tempat pariwisata

yakni pantai Goa Cina di laut Selatan.

Adapun Batas-batas wilayah desa Sitiarjo

Sebelah utara : Desa Suberagung

Sebelah barat : Desa Kedungrampal

Sebela timur : Desa Kedungbanteng

Sebelah selatan: Desa Sendang Biru dan Banjul Mati

Tempat wisata ini ada di jalur utama Lintas Selatan yang mudah diakses

dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Selain itu juga punya wisata

religi yang diadakan setiap tahun berupa perayaan undhuh-undhuh (hari raya

persembahan)dan selalu dilaksanakan di lingkungan jemaat Greja Kristen Jawi

Wetan Pasamuan Sitiarjo. juga ada upacara ritual desa Bersih desa yang

dilaksanakan setahun sekali setelah panen raya. Desa Sitiarjo juga memiliki

sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang memadai untuk sebuah desa

berupa pasar desa yang besar dan lengkap, sarana peribadatan Kristen dan Islam,

Puskesmas desa, lembaga Pembiayaan non-pemerintah dan bank serta beberapa

jenis koperasi yang bisa dimanfaatkan oleh warga desa, juga tersedianya layanan

pendidikan dari TK sampai SMA.

SISTEM PEMERINTAHAN

Seperti yang telah diatur dalam Perda Kabupaten Malang, pemerintahan

desa Sitiarjo adalah Pemerintahan desa Sitiarjo yang berada di wilayah

Kecamatan sumbermanjing Wetan kabupaten Malang. Kepala pemerintahan

dijabat oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh masyarakat.Saat ini, yang

menjadi kepala desa adalah Lispijanto Daud.

Dalam menjalankan pemerintahan desa, kepala dea dibantu oleh

Sekretaris Desa, Kepala Dusun, Kebayan, Jogotirto (kuwowo), jogoboyo, seorang

modin Kristen dan seorang modin Islam, dan dibantu oleh staf kesekretariatan

desa. Berikutnya organisasi sosial yang berkaitan langsung dengan mayarakat

adalah RT dan RW.

SISTEM MATA PENCAHARIAN

Sebagian besar penduduk desa Sitiarjo hidup dari pertanian padi, kelapa, dan

pisang. selain itu mereka juga hidup sebagai pegawai negeri (guru, manteri

kesehatan), pedagang pasar, wiraswasta (berkaitan dengan pertanian), nelayan,

dll.

SISTEM KEPERCAYAAN

Meskipun belum sepenuhnya lepas dari pengaruh kepercayaan Jawa, secara

formal mayoritas warga Sitiarjo beragam Kristen dengan denominasi beragam

yakni Greja Kristen Jawi Wetan, GPdI, Bethel, Tabernakel,dll. Selain itu warga

pendatang biasanya pemeluk Islam.

4.2 Kondisi Eksisting Desa Sitiarjo

Kondisi lahan dipinggir pantai desa sitiarjo, banyak berbagai tanaman

yang di tanam oleh masyarakat untuk penghasilan masyarakat. Desa sitiarjo

terdapat juga rumah konservasi penyu, Desa ini terletak di sebuah ngarai hijau

nan indah yang dialiri dua aliran sungai yakni sungai Penguluran dan sungai

Mbambang.Ke dua sungai inilah yang mengaliri areal persawahan di desa Sitiarjo

yang menjadi mata pencaharian utama penduduknya sejak dibukanya desa ini

pada tahun 1896.

Di desa sitiarjo juga terdapat wisata pantai Banjul Mati dan Goa Cina, ada

juga Rumah Konservasi Penyu dengan fasilitas wisata yang dikelolah dengan baik

dan dijadikan tempat wisata di bagian Malang Selatan ini.

Penghasilan pertanian yang utama adalah padi, kelapa, dan pisang.

Namun, aliran sungai ini pula yang sering nendatangkan bencana bagi

masyarakat Sitiarjo. Curah hujan yang tinggi sering kali membuat sungai ini tidak

mampu menampung debit air sehingga banjir hampir tiap tahun menggenangi.

Ada terdapat lahan penjara, lahan yang digunakan masyarakat untuk menanam

tananaman, namun tidak diketahui siapa pemiliknya kadang terjadi perusakan

orang yang tidak dikenal. Ada terdapat bukit yang gundul dan terdapat juga

kebun masyarakat. Di samping kanan juga terdapat penatasan penyu ketika

terjadi pada 10 tahun.

Dengan demikian sudah semestinya pada suatu daerah untuk

memperhatikan atau pengolahan yang baik, untuk mencegah efek pada kebun

terus. Harus ada pengelohan kebun, dan lahan yang kosong pada bukit atau

dataran harus ada pengolahan selanjutnya, penanaman pohon pada bukit yang

terlihat gundul, pada lahan dataran kosong harus di buat kebun untuk

penghasilan masyarakat. Kebun tersebut harus ada pengolahnya, agar kebun

tersebut bisa di jaga dan di rawat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta : PT Pradnya Paramita

Dahuri R, Rais Y, Putra SG, Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah

Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.Jakarta: PT. Pradnya Paramita. De Foresta danMichon (1997). The agroforest alternative to Imperata grasslands:

when smallholder agriculture and forestry reach sustainability. Agroforestry Systems 36: 105-119. Martinus Nijhoff / Dr W.Junk Publishers, Dordrecht The Netherlands

Marwah Sitti, 2001. Daerah Aliran Sungai (Das) Sebagai Satuan Unit

Perencanaan Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net

Noordwijk, Meine van, et al. 2004. Peranan Agroforestri Dalam

Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Download www.worldagroforestrycentre.org

Rustiadi, E., Sunsun S., Dyah R.P. 2006. Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah, Diktat (tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sabarnurdin, M. Sambas. 2004. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan Tantangan Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Soewandito, Hasmono et.al 2002. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan

Terhadap Aliran Permukaan, Sedimen Dan Unsur Hara, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.4, No.5, www.iptek.net.id

Suhardi, 2003. Efektifitas Vegetatif Dalam Konservasi Tanah Dan Air Pada Suatu

Das, Makalah Pengantar Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net

Ujianto, Bambang, 2006. Faktor Penentu Rekayasa Konservasi Tanah dan Air.

Suara Merdeka Cybernews. Widianto. 2004. Agroforestry for Upland Husbandry : a Farmers’ Friendly.

Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

No. Uraian Honor/Jam

(Rp) Waktu

(jam/minggu) Minggu Honor (Rp)

1 Honorarium

Ketua 20.000, 10 jam x 4 10 800.000

Anggota 20.000, 10 jam x 4 10 800.000

Sub Total (Rp) 1.600.000

2 Alat-Instrumen Penelitian

Justifikasi Pemakaian Kuantitas

Harga Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

Analisis Tumbuhan paket 900.000 900.000

Analisis Kesesuaian Lahan paket 300.000 300.000

Sub Total (Rp) 1.200.000

3 Bahan Habis Pakai

Justifikasi Pemakaian Kuantitas

Harga Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

ATK (tinta, kertas, CD) * Cantridge hitam * Cantridge berwarna * Kertas * CD

1 2 4 4

50.000 65.000 35.000

5.000

50.000 65.000

140.000 20.000

Buku referensi/teori paket 350.000 350.000

Dokumentasi paket 400.000 400.000

Partisipatif: paket 475.000 475.000

Sub Total (Rp) 1.225.000

4 Perjalanan, Akomodasi, Dokumentasi

Justifikasi Perjalanan Kuantitas Harga Satuan

(Rp) Biaya (Rp)

Pengumpulan data (3) Transportasi Lokal / orang)

2 225.000 450.000

Sub Total (Rp) 450.000

5 Penyusunan Laporan 400.000

6 Publikasi Ilmiah 2.650.000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 6.675.000

Lampiran 2. Jenis Kepakaran pendukung:

Dr.Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si (NIDN: 0020066102)

Teknik Lingkungan Bidang Keahlian:

- Teknologi dan Ekologi Lingkungan

- Manajemen Sumberdaya Perairan

- Amdal

Pelaksana dalam: - Survei dan penentuan

lokasi dan titik sampling - Analisis Kualitas air - Pengolahan/analisis data

dan pembuatan laporan

Ir. Endro Yuwono, MT (NIDN: 0711026801)

Teknik Pengairan Bidang Keahlian: - Hidrologi - Konservasi Lahan

Koordinator dalam: - Perijinan dan koordinasi

tugas - Penyiapan material survei - Penentuan lokasi

Ir. EnM. Nurhadi, MT (NIDN: 0713045701)

Teknik Pengairan Bidang Keahlian: - Perpetaan - GIS

Koordinator dalam: - Perijinan dan koordinasi

tugas - Penyiapan material survei - Penentuan lokasi

Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota

Biodata ketua Peneliti

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Sc

2 Jenis Kelamin L/P

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 196106201991031002

5 NIDN 0020066102

6 Tempat, Tanggal Lahir Malang/ 20 Juni 1961

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 0341-482187 / 081334630990

9 Alamat Kantor Jl. Bendungan Sigura-gura No.2 Malang

10 Nomor Telepon/Faks 0341-551431 / 0341-417634

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 78 orang; S-2 = … orang; S-3 = … orang

12 Nomor Telepon/Faks

13 Mata Kuliah yang Diampu

1 Ekologi Lingkungan

2 Mikrobiologi Lingkungan

3 Amdal

dst

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UB Malang ITB Bandung Unair Surabaya

Bidang Ilmu Manajemen Sumberdaya Perairan

Biologi Lingkungan Ilmu Kedokteran (Pencemaran Lingkungan) -

Tahun Masuk-Lulus 1980-1985 1986-1989 1994-2003

Judul Skripsi/Tesis/Disertasi

Pengaruh Variasi Salinitas Dan Media Yang Berbeda Thdp. Prosentase

Penentua Suhu Inkubasi Dan Umur Telur Macrobrachorium Rosengergii Yang Dapat Menghasilkan Daya

Perombakan Residu Diazinon Dalam Aruh Variasi Salinitas Dan Media Yang Berbeda Thdp. Prosentase Menetas Telur Udang Galah 2. Penentua Suhu Inkubasi

Menetas Telur Udang Galah

Tetas Optimal Dan Wkt. Inkubasi Terpendek

Dan Umur Telur Macrobrachorium Rosengergii Yang Dapat Menghasilkan Daya Tetas Optimal Dan Wkt. Inkubasi Terpendek. 3.Perombakan Residu Diazinon Dalam Tanah Pertanian Hortikultura Dgn. Teknik Biodegradasi

Nama Pembimbing/Promotor

Ir. Lidwina Sutini

Dr. Lien Sutasurya Dr. Adianto

Prof.Dr.dr. Soeprapto Prof.Dr. Sutiman B. Sumitro

C.Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2008 Penurunan COD, TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR)

LPPM ITN Malang 5

2 2009 Survei Dan Identifikasi Sumber , Aliran Dan Kualitas Air Panas Bawah Tanah Di Wilayah Kota Batu

LPPM ITN Malang 5

3 2010

Aplikasi Teknologi Biopiling Dengan Menggunakan Konsorsium Bakteri Lokal: Solusi Pemulihan Lingkungan Tanah Tercemar Limbah Petroleum (Benzene) Dengan Teknik Biodegradasi

LPPM ITN Malang 5

4 2011

Pemanfaatan Tongkol Jagung Dan Limbah Padat Minyak Jarak Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Papan Partikel Dinding Bangunan Ramah Lingkungan

LPPM ITN Malang 10

5 2012 Penyediaan Air Bersih Kecamatan Palang Kabupaten Tuban

LPPM ITN Malang 5

6 2013 Rancang Bangun Alat Penjernih Air limbah cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir – Arang Aktif dan Ceramik

LPPM ITN Malang 10

7 2014

Uji Banding Efektifitas Roughing Filter Aliran Horizontal Dan Aliran Upflow Dalam Reduksi Kadar Kekeruhan Dan Kesadahan Air Sungai Brantas

LPPM ITN Malang 5

8 2015 Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro

Litabmas Dikti 50

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2012 Pelatihan implementasi Analisis dan input data warga jemaat GKJW Tulangbawang

LPPM ITN Malang

5

2 2013 Perancangan dan Pembuatan Alat Penjernih Air Buangan Industri Kecil (Produksi Tempe)

LPPM ITN Malang

5

3 2014 IbM Teknologi Tepat Guna Budidaya Penyu Litabmas

Dikti 50

4 2014 Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos Dalam Program LPPM ITN Malang

5

5 2015 IbM Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang

Litabmas Dikti

37

6 2015 Pelatihan Kewirausahaan GKJW Tulangbawang Malang Swadaya mandiri

5

* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI

maupun dari sumber lainnya.

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun

1 Perencanaan pengembangan jaringan distribusi air bersih Kota Salatiga

Jurnal Sondir Volume II No. 4 Oktober 2008 ISSN: 1979-2832

2 Efektivitas elektroflokulator dalam menurunkan TSS dan BOD pada limbah cair tapioka

Jurnal Flywheel Jurusan T. Mesin Institut Teknologi Nasional Malang.

Vol. 3, Nomer 1, Juni 2010. ISSN: 1979-5858

3 Aplikasi filtrasi anaerobik dalam menurunkan kadar BOD dan COD limbah cair Tapioka

Jurnal Teknologi Media Perspektif Politeknik Negeri Samarinda,

Vol. 10 Juni, 2010 ISSN 1412-3819

4 Diazinon Dalam Tanah Pertanian Hortikultura Dengan Teknik Biodegradasi

Prosiding Seminar ilmiah Nasional Tahunan VI 29 Juli 2010

5

Penurunan COD, TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR)

Prosiding Seminar Nasional FTSP Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan, Juli 2010.

ISBN: 978-979-3984-30-8

6

Survei dan identifikasi sumber, aliran dan kualitas air panas bawah tanah di songgoriti dan cangar wilayah kota Batu

Jurnal Sondir

Volume V Nomor 9 April 2011 ISSN : 1979-2832

7

8

Rancang Bangun Alat Penjernih Air limbah cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir – Arang Aktif dan Ceramik

Jurnal UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

9 Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro

Prosiding SENIATI ITN MALANG

10 IbM Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang

Prosiding SENIATI ITN MALANG

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan

Tempat

1 Seminar Nasional ”Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Berkelanjutan” ITN Malang

Penurunan COD, TSS dan Warna Limbah Cair Rumah Potong Hewan (RPH) Menggunakan Anaerobic Baffle Reactor (ABR)

24 Oktober 2010

2 Seminar Ilmiah Nasional “Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia 2010”Di Univ. Udayana. Denpasar

Aplikasi Teknik Biodegradasi Dalam Tanah.

3

4 Sinkronisasi Status Mutu Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Metro

6 Pebruari 2016

5 IbM Pemberdayaan Wanita GKJW Tulangbawang Malang

6 Pebruari 2016

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1

2

H. Perolehan HKI dalam 5–10 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

1

2

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun

Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan Tahun

Tempat Penerapan

Respon Masyarakat

1

2

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi

lainnya)

No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Penghargaan Tahun

1

2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai

ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam pengajuan Hibah Bersaing.

Malang, 2 Januari 2017

Pengusul,

(Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Si)

Biodata Anggota Pengabdian

1. Nama : Ir. Endro Yuwono, MT. 2. Nomor Peserta : 0711026801 3. NIP/NIK : 1039500275 4. Tempat /Tgl. Lahir : Malang/11 Perbruari 1968 5. Jenis Ke;amin : Laki-laki 6. Staus Perkawinan : Kawin 7. Agama : Islam 8. Golongan/ Pangkat : IIIC/Penata 9. Jabatan Akademik : Dosen Yayasan

10. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Nasional Malang 11. Alamat : Jl. Bendungan Sigura-gura no.2 Malang Telp./Fax : (0341) 551431/(0341)553015

12 Alamat Rumah : Jl. Sadewo no.39B Malang Telp : 08213223312

13. Pendidikan : S1, Teknik Pengairan - ITN Malang S2, Teknik Sipil/ Sumberdaya Air – Universitas Brawijaya Malang

Kegiatan Penelitian :

No Judul Penelitian Tahun

1 Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Hidraulika Aliran Tidak Permanen Pada Sungai Tunggal

1998

2 Model Matematik Pengoperasian Pintu Waduk Sutami Dalam Pengendalian Banjir 2001

3 Kajian Banjir Di Sungai Bengawan Solo Hilir 2001

4 Kajian Kualitas Air Dan Fisik Sungai Kecil Di Wilayah Pemukiman Akibat Adanya Budidaya Ikan Dengan Keramba

2002

5 Penelitian Rancang Bangun Alat Penjernih Air Limbah Cair Laundry Dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir - Arang Aktif dan Ceramic

2012

6 Uji Banding Efektifitas Roughing Filter Aliran Horisontal dan Aliran Upflow Dalam Reduksi Kadar COD, Kekeruhan dan Kesadahan Air Sungai Brantas.

2013

Karya Ilmiah/ Jurnal

No Judul Penerbit/Jurnal Tahun

1 Uji Kemampuan Chek Dam Berkonstruksi Concrete Block Dalam Peredaman Puncak Banjir Debit

Jurnal Iptek Edisi Pebruari 2000 Jilid 1 No :1 ISSN : 085-4-588X

2000

2 Kajian Banjir Di Sungai Bengawan Solo Hilir

Jurnal Iptek Edisi Pebruari 2002 Jilid 3 No :1 ISSN : 085-4-588X

2002

3 Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Hidraulika Aliran Tidak Permanen Pada Sungai Tunggal

Jurnal Iptek Edisi Agustus 2002 Jilid 3 No :2 ISSN : 085-4-588X

2002

4 Optimasi Biaya Pekerjaan Aspal Hot Mix Dengan Model Penugasan (Assignment Model) pada Proyek Jalan di Malang.

JIP POLITEKNIK BALIKPAPAN Volume 3, No.1. Juni 2011 ISSN : 1978-8541

2011

5 Studi Konservasi dengan Konsep Pendekatan Vegetatif Guna Mengatasi Kekritisan Lahan pada Sub DAS Brantas Hulu di Wilayah Kota Batu

Jurnal SPECTRA FTSP - ITN Malang Nomor 19, Volume X Januari 2012

2012

6 Pemanfaatan Batu Scoria Sebagai Agregat Kasar Terhadap Modulus Elastisitas Pada Beton Ringan

Jurnal Sondir. No.12. Vol.VI. Oktober 2012. ISSN. 1979-2832

2012

Pelatihan

No Jenis Pelatihan

Institusi Jangka Waktu

1 Proyek SUDR Computer Management

UGM Yogyakarta 11 Maret 18 Mei 1996

2 Penataran Penyusunan Buku Ajar

DIKTI (Bogor) 10-15 Nopember 1997

3 Penataran Proses Belajar Mengajar ITN Malang 8-9 maret 2002

4 Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Waduk Perum Jasa Tirta I 21-22 Juni 2004

5 Kursus Singkat SDA dalam Otonomi Daerah VII UGM Yogyakarta 17-21 Mei 2005

Karya Ilmiah / Buku Ajar

No Mata Kuliah Jenis Bahan Ajar (Cetak dan non cetak )

Semester/ Tahun Akademik

1 Bangunan Air Non cetak Ganjil/ 2003/2004

Kegiatan Pengabdian Masyarakat.

No Jenis Kegiatan Tahun

1 Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih di desa Pucangsari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

1999

2 Penyempurnaan Rencana Instalasi Pengolahan Air Sangat Sederhana (IPASS)

2000

3 Perencanaan Konservasi Sumber Air Gemulo Desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji Kota Batu

2012

4 Perancangan dan Pembuatan Alat Penjernih Air Buangan Industri Kecil (Produksi Tempe)

2012

5 Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos Dalam Program Pemberdayaan Wanita GK/W Tulangbawang Malang.

2013

Kegiatan Organisasi Ilmiah

No Jenis/Nama organisasi Jabatan

1 HATHI Anggota

Malang, 10 Januari 2017

(Ir. Endro Yuwono, MT)