usul program penelitian

24
PROFIL KOMPONEN BIOAKTIF TANAMAN KAVA-KAVA (Piper methysticum, Forst, f) Dari Berbagai Lokasi Naskah Publikasi Penanggung Jawab Program Dra. Elly Purwanti, MP LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG September 2010 PDK

Upload: trinhthuan

Post on 14-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: USUL PROGRAM PENELITIAN

PROFIL KOMPONEN BIOAKTIF TANAMAN KAVA-KAVA (Piper

methysticum, Forst, f) Dari Berbagai Lokasi

Naskah Publikasi

Penanggung Jawab Program

Dra. Elly Purwanti, MP

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

September 2010

PDK

Page 2: USUL PROGRAM PENELITIAN

HALAMAN PENGESAHAN

1. JUDUL : PROFIL KOMPONEN BIOAKTIV TANAMAN

KAVA-KAVA (Piper methysticum Forst) Dari Berbagai

Lokasi

2. a. Ketua Peneliti Pengusul : Dra. Elly Purwanti, MP

b. NIP UMM : 104.8809.0093

c. Fakultas/Jurusan : FKIP/ Jurusan Pendidikan Biologi

d. Bidang Ilmu diteliti : Biologi

3. Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan

4. Lokasi Penelitian : Laboratorium Kimia Univ. Muhammadiyah

Malang

5. Biaya penelitian : Rp. 6.000.000,- (Enam Juta rupiah)

6. Sumber Biaya : DPP UMM

Malang, September 2010

Mangetahui

Dekan FKIP Peneliti

Drs. H. Fauzan, M.Pd Dra. Elly Purwanti, MP

Menyetujui,

Ketua Lembaga Penelitian

Universitas Muhammadiyah Malang

DR. Ir. Maftucha ,MP

Page 3: USUL PROGRAM PENELITIAN

Profil Komponen Bioaktive Tanaman Kava-kava ( Piper methysticum,Forst) dari berbagai

Lokasi

Abstrak

Elly Purwanti

Berdasarkan keputusan Badan POM Nomor : HK 00.05.4.62647, tentang larangan peredaran

obat tradisional dan suplemen makanan yang mengandung kava-kava , dapat dijelaskan bahwa

pemerintah mempertimbangkan antara lain : a.Dalam rangka melindungi masyarakat dari bahaya

efek samping atau toksisistas penggunaan bahan atau sediaan jadi obat tradisional dan suplemen

makanan, maka di lakukan pemantauan keamanan penggunaannya di perederan secara terus

menerus; b. Akhir-akhir ini di berbagai negara telah dilaporkan terjadinya efek samping yang

dihubungkan dengan resiko hepatotoksis sebagai akibat penggunaan obat tradisional/suplemen

makanan yang mengandung tanaman kava-kava; c.Untuk meningkatkan perlindungan konsumen di

Indonesia dari kemungkinan resiko efek samping tersebut pada butir b, maka perlu dilakukan

pelarangan penggunaan kava-kava, baik sebagai bahan maupun dalam bentuk sediaan jadi obat

tradisional dan suplemen makanan.(www.pom.go.id/publik/hukum perundangan, 2005).

Dari penjelasan diatas maka perlu dikaji secara ilmiah tentang kava-kava dan keamanannya

bagi kesehatan, mengingat banyaknya pemanfaatan dari tanaman ini baik secara positif maupun

penggunaan secara negatif. Sehingga perlu diketahui kejelasan tentang bagian- bagaian tanaman

terutama akar dan daun kava-kava yang menghasilkan komponen bioaktif..

Adanya senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan melalui hasil metabolisme

sekunder dapat menyebabkan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Hal ini karena senyawa

tersebut bersifat toksis terhadap tumbuhan yang berasosiasi atau terhadap mikroorganisme. Produksi

bahan organik sekunder tersebut memungkinkan suatu species dapat menekan pertumbahan species

lain ( Rice 1984, Mandava 1985, Heisey, 1996). Tetapi tidak semua metabolit sekunder akan

meracuni lingkungan disekitarnya. Sebagian besar tumbuhan penghasil metabolit sekunder tetap

menyimpan produknya didalam bagian selnya yaitu pada organela sel salah satunya adalah vakuola.

Produk metabolit sekunder tumbuhan banyak di ekstrak oleh manusia untuk bahan dasar obat-obat

tradisional, pestisida nabati, industri kosmetik maupun produk ekstrak tumbuhan untuk industri

makanan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kromatografi lapis tipis (KLT) fraksi

etanol bagian tanaman kava-kava ( daun dan akar) dari 2 lokasi yang berbeda ( wilayah Malang dan

Mojokerto) . Untuk mendapatkan komponon senyawa bioaktif, tanaman kava diekstrak dengan

menggunakan metode maserasi kemudian diekstrak dengan menggunakan pelarut Etanol , kemudian

juga dilakukan proses metode distilasi untuk mendapatkan minyak atsirinya.

Hasil penelitian Profil kromatografi lapis tipis (TLC) ekstrak etanol bagian daun dan akar

kava-kava didapatkan komponen bioaktif yang sama , yang termasuk Flavokawain,Methysticin

dan yangonin .Profil kandungan asam organik dari bagian akar dan daun didapatkan senyawa

asam benzoat dan Cinnamic acid. Jenis tanah Malang di Malang adalah andosol, kambisol,

latosol, aluvial dan Wilayah Mojokrto Alluvial 62,7%, grumosol 37,16% ternyata berpengaruh

pada prosentase kandungan komponen bioaktiv kava-kava. Dari hasil ekstrasi dengan etanol dan

identifikasi TLC kandungan komponen bioaktif kava-kava didapatkan lebih tinggi yang tumbuh

di jenis tanah alluvial ( Mojokerto).

Page 4: USUL PROGRAM PENELITIAN

The Bioactive Component Profil Of Kava-kava Plant (Piper methysticum,Forst) From Two

defferent Region

Elly Purwanti, Biology Education Department Teacher and Training Educaion University of

Muhammadiyah Malang

Base on regulation POM no : Hk 005.4.62647 about prohibit rotation of tradisional herb

and food supplement when consist of kava-kava can explain that government considered that : a

). To Protect people from side effect or toxicity using substance as herb tradisional or food

supplement, so government monitoring using this material continued. b). recently in

somecountry has record sideeffect using kav-kava, especially to correlation with hepatotoksis

diseases. c).To increasing protection consumment in Indonesia from possibility risk sideeffect as

point b, so need to prohibit using kava-kava , as material or herb tradisional, and food

supplement (www.POM.go.id/publik/.perceci 2005).

From this explain then necessary to investigation with science method about kava-kava

and how save to healt. Really so many benefit from kava-kava plant as using positf or negative.

This research has two purpose, short term and long term. The short term is to

know the profil of bioactive component from root, stem, leaves of cava-cava and the information

of which part of plant that give the effect of locomatio effect and antidepressive by using

parameter of immobility duration with swimming method and sleeping duration. The Long term

is develop Bioprospeksi natural sources : to apply knowledge and technology to make use of

living sources of natural herbal medicine ( traditional medicine) and or modern medicine. It also

to support the healty by keeping Living Sources suited with ethics and justice.

Method used in evaluating quality and standart of plant that potentially as herbal

medicine that usually used and information is Thin layer Chromatography (TLC) and High

Speed Liquid Chromatography (HPLC) ( dashek 1997) Herbal plant that conatins some variuos

substances can support each other but it can possibly has antagonist effect. This the reason why it

is important to know which part of the plant is advantagous and which part of this plant as the

source ( root, stem, leaf, seed)

The extract result comparative between leaves organ and root organ and then to evaluation

base on thin layer chromatografi (TLC) each organ is dominant found Flavokawain, Methysticin

danYangonin. The profil organic acid from root and leaves found the same and equal organic

acid that is benzoate acid. Soil type Malang is andosol, kambisol, latosol, alluvial and Soil type

Mojokerto 62,7% is Alluvial, 37,16% grumosol with rich mineral. Base on etanol exctraction ,

result that content of bioactive component dominant from plant grow in type soil alluvial.

Key words : vacuole, Secondary Metabolis, plant organ

Page 5: USUL PROGRAM PENELITIAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan dapat menghasilkan bahan organik sekunder atau bahan alami melalui reaksi

sekunder dari bahan organik primer (karbohidrat, lemak, protein). Bahan organik sekunder ini

umumnya merupakan hasil akhir suatu proses metabolisme, tetapi berperan juga pada proses

fisiologi. Bahan organik sekunder itu dapat dibagi menjadi tiga elompok besar yaitu : fenolik,

alkaloid dan terpenoid, tetapi pigmen dan porfirin juga termasuk di dalamnya ( Santosa, 1990,

Geismen dan Crout, 1969).

Adanya senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan melalui hasil metabolisme

sekunder dapat menyebabkan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Hal ini karena senyawa

tersebut bersifat toksis terhadap tumbuhan yang berasosiasi atau terhadap mikroorganisme tanah.

Produksi bahan organik sekunder tersebut memungkinkan suatu species dapat menekan pertumbahan

species lain ( Rice 1984, Mandava 1985, Heisey, 1996).tetapi tidak semua metabolit sekunder akan

meracuni lingkungan disekitarnya. Sebagian besar tumbuhan penghasil metabolit sekunder tetap

menyimpan produknya didalam bagian selnya yaitu pada organela sel salah satunya adalah vakuola.

Produk metabolit sekunder tumbuhan banyak di ekstrak oleh manusia untuk bahan dasar obat-obat

tradisional atau untuk industri kosmetik maupun produk ekstrak tumbuhan.

Jaringan tanaman mengandung asam-asam fenolik sederhana meliputi p- hidroksi benzoat, asam

vanilat, asam siringat dan asam protokatekuat yang secara luas tersebar dalam tumbuhan

angiospermae. Beberapa angiospermae memiliki asam gentisat dan asam salisilat, sedang beberapa

species kayu mengandung asam galat ( Harbome, 1987).

Senyawa fenol mencakup sejumlah senyawa-senyawa yang umumnya mempunyai sebuah

cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil, cenderung untuk larut dalam air karena

paling sering terdapat bergabung dengan gula glikosida dan biasanya terdapat di dalam vakuola (

Salisbury dan Ross 1992). Fenol dapat ditemukan dalam jumlah yang cukup besar pada hampir

semua tanaman dalam jumlah yang cukup besar pada hampir semua tanaman dan dihasilkan oleh

Page 6: USUL PROGRAM PENELITIAN

akar, batang,daun, buah, biji ataupun organ tumbuhan lainnya dan dikeluarkan dengan cara

penguapan, eksudasi akar, lindian dan dekomposisi organ tanaman. Bertambahnya senyawa fenol

yang sifatnya autoinhibitor meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan tanaman tersebut ( Rice,

1984, Leather, 1983). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produk senyawa tersebut dalam

tubuh tanaman, antara lain: radiasi cahaya, sifat genetik dan adanya predator dan patogen ( Putnam

dan Tang 1986). Piper methysticum Forst termasuk tumbuhan C4. Tumbuhan ini mendahului siklus

Calvin dengan fiksasi karbon cara lain yang membentuk senyawa berkarbon – empat sebagai produk

pertamanya . Dalam tumbuhan C4 terdapat dua jenis sel fotosintetik yangt berbeda, yaitu sel

seludang-berkas pembuluh dan sel mesofil. Sel seludang berkas pembuluh disusun menjdi struktur

yang sangat padat di sekitar berkas pembuluh. Di antara seludang berkas pembuluh dan permukaan

daun terdapat sel mesofil yang disusun lebih longgar. Siklus Calvin sebenarnya terjadi di kloroplas

seludang berkas pembuluh. Akan tetapi, siklus ini didahului oleh masuknya C02 ke dalam senyawa

organik dalam mesofil. Batang kava-kava mengandung metistisin dan dihidrometistisin yang

ditemukan oleh Borsche dan Lewinsohn pada tahun 1933. Kedua zat itu bersifat sedatif,

menenangkan mental dan membuat otot jadi rileks, sampai orang bisa tidur nyenyak ( Anonymous,

2000)

Page 7: USUL PROGRAM PENELITIAN

1.2. Masalah Penelitian

Fokus masalah dalam penelitian untuk mengetahui :

Bagaimanakah profil kromatografi fraksi etanol tanaman kava-kava ( daun) dari 2 jenis

lokasi yang berbeda

Bagaimanakah profil kandungan asam organik kava-kava (akar, dan daun)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

Mengetahui profil kromatografi fraksi etanol bagian tanaman kava – kava ( daun dan akar )

Mengetahui profil kandungan asan organik bagian tanaman kava-kava ( akar dan daun)

Page 8: USUL PROGRAM PENELITIAN

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Kava-kava

Kava-kava (Piper methysticum Fors.f) banyak tumbuh di hutan-hutan pedalaman di Irian

Jaya selatan, di mana para penduduk sering menggunakan tanaman ini untuk dibuat minuman

pada perayaan atau pertemuan adat. Pembuatannya dilakukan dengan mengunyah batang itu

sampai menjadi serabut halus. Hasil kunyahannya berupa cairan yang ditempatkan dalam suatu

tempat kemudian dilarutkan dengan air dingin, setelah minum bisa membuat orang tenang dan

apabila minum terlalu banyak bisa membuat orang mabuk dan bisa tertidur sampai seharian

untuk bahkan sampai dua hari (Andria Agusta, 2001).

Tanaman kava-kava sejak zaman dahulu telah dikenal masyarakat Papua di daerah

Merauke, khususnya suku Marrind. Melihat efeknya yang dapat menyebabkan tidur dalam

jangka waktu yang lama, diperkirakan tanaman ini mengandung efek sedative. Kava-kava terdiri

dari 5 jenis, yaitu jenis Dikoy, Palima, Kumbilu, Sipul dan Bapin. Dari kelima jenis ini, yang

paling mematikan adalah jenis Bapin, tampilannya berwarna merah keunguan dan efeknya

sangat keras. Jika digunakan secara berlebihan maka bisa mematikan syaraf-syaraf seseorang

yang meminumnya (Indri Q, 1997).

Di Indonesia, sampai sekarang baru penduduk asli Merauke yang memakai tanaman Kava-

kava (Piper methysticum Fort.f) secara turun temurun. Padahal pada negara-negara seperti di

Fiji, Solomon dan Samoa, tanaman itu sangat populer di kalangan masyarakat jelata. Sari yang

diperoleh dari akarnya dikunyah secara tradisional oleh para wanita muda, tetapi pada zaman

modern sari akar kava-kava itu diolah secara komersial dalam pabrik menjadi minuman yang

beredar sebagai kava sesuai dengan nama bahasa mereka kava-kava.

Setelah seseorang meminum kava-kava, maka akan tidur karena mengantuk dan sulit

berpikir. Setelah nyenyak selama beberapa jam, badan menjadi segar bugar lagi. Tubuh

peminum cairan kava-kava terlihat lemas, tak mampu berjalan dan berbicara dengan suara yang

lemah karena seluruh saraf tubuh dipengaruhinya, namun akan segera segar setelah bangun

keesokan harinya (http://www.scielo.be/scielo.php,2007).

Menurut Geurtjens (het Indische Leven van 23 Mei 1952, hlm 1094), setelah menikmati

minuman tersebut, kemudian akan merasa susah berfikir dan mulai mengantuk. Setelah

Page 9: USUL PROGRAM PENELITIAN

beristirahat beberapa jam akan kembali normal. Kadang-kadang peminum akan merasa terbius

tanpa kehilangan kesadaran dan ingatan, diikuti banyak muntah, sukar bernafas dan merasa sakit.

Piper methysticum Forst.f termasuk tumbuhan C4. Tumbuhan ini mendahului siklus Calvin

dengan fiksasi karbon cara lain yang membentuk senyawa berkarbon-empat sebagai produk

pertamanya. Dalam tumbuhan C4, terdapat dua jenis sel fotosintetik yang berbeda, yaitu : sel

seludang-berkas pembuluh dan sel mesofil. Sel seludang-berkas pembuluh disusun menjadi

struktur yang sangat padat di sekitar berkas pembuluh. Di antara seludang-berkas pembuluh dan

permukaan daun terdapat sel mesofil yang disusun lebih longgar. Siklus Calvin sebenarnya

terjadi di kloroplast seludang-berkas pembuluh. Akan tetapi, siklus ini didahului oleh masuknya

CO2 ke dalam senyawa organik dalam mesofil. Batang kava-kava mengandung metistisin dan

dihidrometistisin yang ditemukan oleh Borsche dan Lewinsohn pada tahun 1933. Kedua zat itu

bersifat sedatif, memenangkan mental, dan membuat otot jadi releks, sampai orang bisa tidur

nyenyak (Anonymous, 2000).

2.1.1. Klasifikasi Tanaman Kava-kava (Piper methysticum Forst.f)

Klasifikasi Piper methysticum Forst.f menurut Anonimous (2007) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub-kingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Magnoliopsida

Sub-kelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper methysticum Forst.f

2.1.2. Deskripsi Tanaman Kava-kava (Piper methysticum Forst.f)

Pertumbuhan tanaman ini lambat; perdu berbunga setelah 2,5 – 3 tahun dan akar baru

dewasa setelah 6 tahun. Samoa Preus (1997) menganjurkan untuk menanam kava bersama

Page 10: USUL PROGRAM PENELITIAN

coklat, tetapi ia memperingatkan kemungkinan adanya produksi yang berlebihan. Jerman

memerlukan akar kava sekitar 50 ton/tahun untuk digunakan sebagai

bahan pengolahan gonosan. Tumbuhan semak yang dapat tumbuh hingga setinggi antara ± 3m.

Gambar 1. Daun Kava-kava

Gambar 2. Morfologi Kava-kava

Page 11: USUL PROGRAM PENELITIAN

Gambar 3. Akar Kava-kava (Anonymous, 1997)

Tumbuh subur pada lahan kering di daerah pegunungan dan dapat tumbuh tanpa matahari

pada awal pertumbuhan (intensitas cahaya matahari yang trlalu besar pada awal pertumbuhan

akan bersifat merusak tanaman), sedangkan pada masa dewasa membutuhkan intensitas cahaya

matahari yang besar. Biasanya tumbuh di tempat yang teduh, dan daerahnya lembab. Tanaman

ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dimana terdapat kelembabab konstan, tetapi

terdapat matahari yang bersinar sepanjang tahun. Tumbuh dengan alami memasuki musim

penghujan (curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun). Keadaan pertumbuhan paling baik pada

batas 20 – 30°C, dan dengan kelembaban relatif sekitar 70 – 100 %. Tanah tempat tumbuhnya

Kava harus tepat, untuk menjamin agar suplai udara yang cukup dapat mencapai akar. Tumbuh

paling banyak di Pegunungan di daerah Pohnpei dan pada kebun multi-pertanian di daerah

Melanesian (Campbell, 2002).

2.1.3. Morfologi Tanaman Kava-kava (Piper methysticum Forst.f)

Akarnya tebal, berkayu lunak ketika basah dan mengeras ketika kering. Akar utamanya

tumbuh secara horizontal di bawah permukaan tanah, dan menumbuhkan tangkai-tangkai dengan

jarak antara 2 – 4 ubcu. Setiap tangainya berongga, dan berdiameter 0,5 – 3 inci pada

pangkalnya. Rongga tersebut terdapat di seluruh akar utama, dengan demikian memberikan

kesempatan kepada akar pada daerah yang membujur untuk tumbuh bersamaan. Dari tampilan

luarnya, akar utama berwarna coklat dan terbungkus dengan kulit kayu yang tipis. Pada sisi

bagian dalam akar, terdapat akar sekunder yang berdiameter sekitar 0,5 – 0,75 inci. Akar ini

tersusun pada pangkal batang : sehingga mulai menumbuhkan akar pada jarak antara ± 2 m dari

akar utama. Pada permukaan dalam, akar yang berukuran besar terbungkus oleh suatu jaringan

serabut serat dibawah kulit kayu. Cahaya medullary kasar menyusun tubuh akar. Terurainya akar

menjadi serabut sehat yang terpatah-patah, lebih sering disebabkan oleh hama cacing yang

memakan bagian dalam akar. Akar Kava digunakan sebagai alat perkembangan dengan cara

membelah bagian akar tersebut (Campbell, 2002).

Page 12: USUL PROGRAM PENELITIAN

Batang Kava mengandung air, tegak, dan sangat kuat, memiliki bercak-bercak

(gelembung-gelembung) berwarna hijau sampai hitam dan dapat tumbuh hingga setinggi 12 kaki

(antara ± 3,6 m). daunnya berbentuk hati, berukuran cukup besar dengan panjang dapat mencapai

30 cm. Tekstur lembut, dengan batang hijau atau hitam yang menyatu dan bergelombang pada

titik penyatuannya. Urat daunnya mencolok, berkisar antara 10 – 13 buah, melintang dari

pangkalnya sampai tepi daun, dan dapat mencapai panjang 30

cm. Urat daun tegak lurus dengan tulang pangkal daun. Memiliki tipe berselang, dengan bagian

tepi yang bergelombang, dan sudut-sudut daun yang kasar dan tajam.

Bunga Kava secara umum berukuran kecil, berkelopak, berwarna hijau-kuning, tersusun

pada duri-duri halus. Bunga jantan tersusun pad duri-duri halus putih kejijauan yang tersendiri,

yang dapat tumbuh hingga 6 cm. Bunga betina jarang ditemukan dan tidak dapat menghasilkan

buah meskipun diserbukkan dengan cara penyerbukan buatan oleh manusia. Bunga betina

memiliki banyak duri halus. Kava tidak dapat melakukan perkembangbiakan secara seksual.

Perambatannya hanya dapat dilakukan dengan bantuan manusia dan biasanya menggunakan

metode striking (Campbell, 2002).

2.1.4. Anatomi Tanaman Kava-kava (Piper methysticum Forst.f)

Epidemis atas terdiri dari satu lapis sel, bentuk persegi empat, kutikula tebal licin, pada

pengamatan tangensial tampak bentuk poligonal dengan dinding samping lurus. Epidermis

bawah serupa dengan epidermis atas, pada pengamatan tangensial tampak berbentuk poligonal

dengan dinding sampai agak berombak. Pada kedua permukaan daun terdapat rambut penutup

dan rambut kelenjar. Rambut pada epidermis atas lebih sedikit daripada epidermis bawah.

Rambut penutup terdiri dari satu sel, bentuk kerucut pendek, ujung runcing, panjang 18 – 25

mikrometer, dinding tebal kutikula licin. Rambut kelenjar mempunyai kepala kelenjar bersel

satu, bentuk bulat. Stomata tipe anomositik, panjang 25 – 35 mikrometer, terdapat banyak

epidermis bawah, pada epidermis atas tidak terdapat stomata. Hipodermis terdapat pada dua

permukaan daun, hipodermis atas umumnya terdiri dari dua lapis sel, hipodermis atas umumnya

satu lapis sel, sel hipodermis berbentuk persegi empat, besar, jernih, tersusun rapat; pada

hipodermis terdapat sel minyak berisi minyak atsiri berwarna kekuningan.

Jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel, terletak dibawah hipodermis atas, mengandung

banyak butir hijau daun, juga terdapat sel minyak seperti sel minyak pada hipodermis. Jaringan

Page 13: USUL PROGRAM PENELITIAN

bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel, bentuk sel tidak beraturan, tersusun agak mendatar;

sel minyak seperti pada palisade. Berkas pembuluh tipe kolateral, diantara jaringan floem

terdapat sel minyak. Diatas berkas pembuluh pada tulang daun utama umumnya terdapat saluran

sizogen; pada parenkim yang sederet dengan palisade terdapat banyak butir hijau daun; terdapat

juga sel yang berisi hablur bentuk prisme yang tidak larut pada penambahan asam klorida pekat

P. Serbuk warna hijau kecoklatan (Campbell, 2002).

2.2. Kandungan Tanaman Kava-kava

Tabel 1.Kandungan tanaman kava-kava (Piper methysticum Forst.f)

Parameter – Satuan Kandungan (%)

Air 80

Protein 3,6

Karbohidrat 43

Serat 20

Kavalaktones 70

Gula 3,2

Mineral 3,2

Sumber : (Herman. M, 1996)

Orang yang meminum Kava secara berlebihan, maka seseorang akan menderita sakit

selama 8 bulan lamanya. Begitu kuatnya efek meminum Wati sehingga dapat menghilangkan

stres dan menyehatkan badan, minum berlebihan dapat menyebabkan kematian (Indri Q, 2007).

Page 14: USUL PROGRAM PENELITIAN

Menghilangkan-anxiety yang sepadan dengan benzodiazepin, tetapi kava belum banyak

dikenal dan dapat menimbulkan efek kecanduan apabila dikonsumsi secara berlebihan. Kava

sangat efektif apabila tekanan individual yang dirasakan berhubungan dengan keinginan pribadi

(www.physiciansselect/com,2007)

2.3. Tinjauan Umum Aspek Keamanan Bahan Obat

Setiap zat kimia, bila diberikan dengan dosis yang cukup besar menimbulkan gejala-gejala

toksik. Gejala-gejala ini pertama-tama harus ditentukan pada hewan coba melalui penelitian

toksisitas akut dan subkronik guna memperoleh kesan pertama tentang kelainan yang dapat

ditimbulkan. Hal ini diperlukan untuk meramalkan kemungkinan yang dapat terjadi pada

manusia dengan dosis yang lebih kecil. Selanjutnya, perlu ditentukan suatu dosis yang terbesar,

dinyatakan dalam mg/kgBB/hari, yang tidak menimbulkan efek merugikan pada hewan coba,

yang disebut No Effect Level (NEL) atau No Observed Effect Level (NOEL) yang didefinisikan

sebagai jumlah atau konsentrasi suatu zat kimia yang ditemukan melalui penelitian atau

observasi, yang tidak menimbulkan kelainan buruk, perubahan morfologi atau fungsi organ,

pertumbuhan, perkembangan, maupun mengurangi lama hidup hewan coba. Hal ini dilakukan

dengan mencobakan berbagai tingkat dosis sampai ditemukan dosis yang tidak menimbulkan

efek buruk pada hewan coba.

Suatu faktor keamanan kemudian diterapkan untuk memperhitungkan perbedaan antar

tikus dan manusia, yang secara konsensus telah ditentukan sebesar 100 lagi untuk perbedaan

antar manusia. Bila NEL dibagi 100 maka diperoleh suatu batas keamanan yang disebut

Acceptable Daily Intake (ADI), yang didefinisikan sebagai dosis suatu zat kimia yang terbesar,

yang dinyatakan dalam satuan mg/kgBB/hari, yang dapat diberikan setiap hari seumur hidup, dan

diperkirakan tidak menimbulkan efek kesehatan yang buruk pada manusia, berdasarkan

pengetahuan yang ada pada waktu itu. ADI meskipun hanya merupakan suatu perkiraan tapi

cukup menjamin bahwa bila angka tersebut tidak dilampaui dalam konsumsi sehari-hari, maka

zat kimia yang bersangkutan cukup aman. ADI dimaksudkan sebagai batas atas konsumsi harian

sehingga makin kecil tentu akan lebih menjamin keamanannya. (Anonymous, 1995).

Page 15: USUL PROGRAM PENELITIAN

2.4. Studi Yang Sudah Dilakukan

Penelitian yang sudah dilakukan adalah pengaruh pemberian dekok bagian akar dan dekok

bagain daun tanaman kava terhadap pola durasi tidur hewan coba yaitu tikus putih jenis Rattus

norvegicus . Hasil penelitan menunjukkan bahwa pemberian dekok bagian tanaman kava dapat

mempengaruhi durasi tidur hewan coba. Makin tinggi konsentrasi cairan yang diberikan maka durasi

tidur makin lama. Pemberian dekok akar lebih memberi pengaruh yang lebih significant dibanding

daun terhadap durasi tidur hewan coba.(Elly, 2008)

Page 16: USUL PROGRAM PENELITIAN
Page 17: USUL PROGRAM PENELITIAN

Desain dan Metode Penelitian

Rangkaian penelitian seluruhnya dilakukan di laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi

,Universitas Muhammadiyah Malang.

1. Bahan

1.Bahan Utama : Bagian Batang dan Daun, akar tanaman kava-kava dipilih yang tua,

batang dan daun, akar dipisahkan

2. Plat : Silika F254

3. Pengembang : BEA, BAA dan Forestal

4. BEA : n butanol : Etanol : air (4:1:2,2)

5. BAA : n butanol : Asam asetat : Air (4:1: 5)

6. Forestal : asam asetat : Hcl pekat : air ( 30:3:1)

7. Forestal : asam astata : Hcl pekat : air ( 30 : 3 : 1)

8. Waktu pengembangan : 4 jam

9. Referensi : Harborne

2. Cara Kerja

1. Sterilisasi, pengeringan dan pembuatan serbuk batang dan daun, akar kava

Dua ratus gram sampel segar dibersihkan dari kotoran dengan mencuci berkali-kali

menggunakan air. Pengeringan dilakukan menggunakan oven suhu 70 C selama kurang lebih 2

hari. Setelah kering sampel diserbuk menggunakan blander.

2. Ekstraksi serbuk tanaman dengan metode maserasi

Ekstrasi dilakukan secara bertahap dari raw material. Ekstrasi tahap pertama menggunakan

pelarut polar yaitu heksana kemudian berturut-turut menggunakan etanol, metanol dan aquades.

Sehingga diperoleh 4 ekstrak yaitu ekstrak heksana, esktrak etanol, ekstrak metanol dan akstrak

air. Tahap kerja ekstraksi dapat dilihat pada gambar sbb:

Page 18: USUL PROGRAM PENELITIAN

Cava-cava ( stem, leave, seed, root)

Dried in an oven 70º C around 2 days

Dried material is shattered with a

blender

Extraction with maserasi method using

nonpolar hexane solven

Filtrat hexana Following extraction using

etanol from remain that has been

dried off

Evaporation using rotary evaporator to get

cangeal extract

Diekstrasi berlanjut degan metanol

dari residu atau ampas yang telah

dikeringkan lagi

Filtrat etanol

Evaporation using rotary evaporator to get

congeal extract

Filtrat metanol Extraction extended using

aquadest from the remain that has

been dried off

Evaporation using rotary evaporator to get

a congeal extract

Filtrat air Remain is thrown a way

Page 19: USUL PROGRAM PENELITIAN

3. Uji asam organik

Penyediaan bahan penelitian

Tanaman kava yang telah dilaukan kemudian dirajang untuk mengurangi sifat kamba

tanaman kava yang telah dirajang di masukan kedalam alat pemyuling sebanyak 300 gram,

kemudiam di isi air sebanyak 2.250 ml. Alat penyuling dihubungkan dengan kondensor

yang dilengkapi dengan sirkulasi air, hidupkan air pet dan disuling sesuai perlakukan.

Pengamatan dan pengukuran Data Pengamatan dan Pengukuran data didasarkan pada

hasil analisa yang meliputi:

Rendemen (%)

Destilasi yang dihasilkan ditampung dengan erlenmeyer 500 ml, kemudian dipindahkan

ke buret untuk memisahkan minyak dengan air. Minyak yang diperoleh ditimbang beratnya

dengan neraca analitik

Rendemen (%) = %100%100lingebelumdisuBeratdauns

kBeratMinya

Identifikasi lebih lanjut senyawa pada larutan dengan menggunakan kromatografi kertas.

Senyawa dipisahkan dengan menggunakan pengembang benzena, campuran benzena dan

kloroform (10%) atau bisa juga dengan vanilin – H2SO

4 1 M (2 g vanillin, 1 g H

2SO

4

diencerkan dengan etanol 96% menjadi 100 ml) atau dengan pereaksi Gibbs, ( Forest dkk,

1972) maka akan tampak bercak berwarna

Evaporation using rotary evaporator to get

congeal extract

Resulted etract from part of

root, stem, leave, seed.

Giving treatment via oral on mencit

dws (jantan, betina) 0.1 ml; 02ml;

0,3ml; 0,4ml;0,5ml

1 spoon full a day

Examination on

immobility an sleeping

duration

Page 20: USUL PROGRAM PENELITIAN

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil ekstraksi

Hasil ekstraksi 100 gram bahan daun kava dengan pelarut metanol menghasilkan vol

ekstrak rata – rata 24 ml, demikian juga ekstraksi bagian akar dengan pelarut metanol akan

menghasilkan vol ekstrak rata-rata sama dengan hasil ekstraksi bagaian daun ( Tabel 1).

Metanol termasuk dalam mesntrum (agen ekstraksi ) golongan alkohol. Alkohol yang

biasanya digunakan sebagai menstrum dalam ekstraksi adalah golongan alkohol rendah atau

yang memiliki rantai atom C pendek seperti metanol, etanol, propanol dan butanol. Metanol

lebih polar dibandingkan dengan etanol karena memiliki jumlah atom C yang lebih sedikit ,

sehingga senyawa yang terikat oleh kedua pelarut tersebut memiliki tingkat kepolaran yang

berbeda. Akan tetapi kedua pelarut tersebut termasuk golongan alkohol yang pada umumnya

bersifat nonpolar. Senyawa yang diikat oleh etanol lebih bersifat nonpolar dibandingkan senyawa

yang terikat oleh metanol. Pada pelarut alkohol ini senyawa yang berkhasiat obat banyak tertarik

atau terlarut. (List & Schmidt, 1989).

Proses ekstraksi pada penelitian ini dilakukan secara bertahap dimana masing-masing

tahap ekstraksi menggunakan bahan baku (raw material). Hal ini dilakukan agar semua senyawa

yang terkandung dalam simplisia yang memiliki tingkat kelarutan atau kepolaran berbeda-beda

dapat dengan baik tertarik atau terekstrak pada pelarutnya masing-masing. Meskipun dalam

kenyataannya pemisah kandungan secara sempurna sangat sulit untuk dicapai. Senyawa yang

sama mungkin terdapat dalam beberapa fraksi dengan perbandingan jumlah yang

berbeda.(Harborne, 1987).

4.2. Penentuan jenis senyawa

Preparasi kromatografi lapis tipis (TLC = silika F254) yang dilakukan pada ekstrak

etanol untuk mengetahui kandungan komponen bioaktifnya. Pada proses ini menggunakan

larutan pengembang Forestal, BEA dan BAA.

Hasil preparasi kromatografi lapis tipis (TLC) ekstrak metanol dari bagian daun dan akar

kava didapatkan harga – harga Rf dan deteksi dengan menggunakan sinar UV seperti yang

terlihat pada Tabel 2. Dari Tabel dapat dibaca bahwa berdasarkan harga Rf dan hasil deteksi

sinar UV maka komponen bioaktif yang terdapat pada akar dan daun sama. Pada daun dengan

harga Rf 39 dengan pengembang BEA,UV terdekteksi kandungan flavokawain dengan pendaran

Page 21: USUL PROGRAM PENELITIAN

warna kebiruan, kemudian pada pengembang BAA didapatkan harga Rf 94, terdeteksi sinar UV

warna oranye menunjukkan kandungan Methysticin, dan pengembang forestal, harga Rf 60

terdekteksi warna kuning dengan UV termasuk senyawa yangonin. Pada akar harga Rf 41,

warna biru terdektesi flavokawain, kemudian pengembang BAA didapatkan warna oranye

termasuk methysticin, dan pengembang Forestal , terdeteksi sinar UV warna kuning yang

termasuk senyawa yangonin. Hasil analisis kromatografi lapis tipis pada plat silica F254 pada

bagian akar dan daun terdeteksi kandungan komponen bioaktif yang sama yaitu flavokawain,

methysticin dan yangonin..

4.3. Kandungan asam organik

Selain senyawa bioaktif, hasil pengujian kandungan senyawa lain pada bagian akar dan

daun . dengan menggunakan metode Vogel spot test, terdeteksi senyawa yang termasuk asam

benzoat dan senyawa Cinnamic acid (pada akar maupun pada daun).

Metabolisme tumbuhan, bila dibandingkan dengan metaboilsme hewan dan mikroorganisme

ialah kemampuannya menimbun asam organik dalam vakuola sel, kadang-kadang dalam jumlah

sangat besar. Hasil metabolisme sekunder pada tanaman kava-kava selain alkaloid, flavonoid

ternyata didapatkan kandungan asam organik

Page 22: USUL PROGRAM PENELITIAN

V. Kesimpulan

Profil kromatografi lapis tipis (TLC) ekstrak metano bagian daun dan akar kava-kava

didapatkan komponen bioaktif yang sama , yang termasuk Flavokawain,Methysticin dan

yangonin

Profil kandungan asam organik dari bagian akar dan daun didapatkan senyawa asam

benzoat dan Cinnamic acid

Dari hasil ekstrasi dengan etanol dan identifikasi TLC kandungan komponen bioaktif

kava-kava didapatkan lebih tinggi yang tumbuh di jenis tanah alluvial ( Mojokerto)

VI. Kepustakaan

1. Ansel,H,C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida

Ibarahim Edisi IV UI Press Jakarta

2.Campbell, Reece, Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.

3.Geisman TA dan DHG. Crout 1969. Organic Chemistry of Secondary Plant .

Metabolisme .Freeman Cooper and Co, California.

4. Guenther, E. 1949. The Essential Oils Volume II, Van Nostran Reinhold

Company New York.

5.Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. ITB Bandung

6.Heisey,Rod M 1996.Identification of an Allelopathy Compound from

Cympopogon sp and characteriastic of its herbicide activity. J Bot 192- 200

7.Putnam AR dan CS Tang. 1986. The Science of allelophaty John Wiley &

Son New York.

8. Stahl,E 1969.A Laboratory Handbook Thin Layer Chromatography.

Spinger Verlag, New York

Page 23: USUL PROGRAM PENELITIAN

Lampiran Hasil penelitian

Tabel 1 : Hasil ekstraksi bagian organ akar dan daun kava-kava ( Jenis tanah Alluvial 62,7%,

Gromosol 37,16)

Sampel ul m smpl vol etanol (ml)

vol ekstrak (ml)

Daun 1 100 500 25

2 100 500 23

Akar 1 50 250 11

2 50 250 11

Tabel 2 : Hasil identifikasi dengan menggunakan metode TLC ( Dominant Alluvial, grumosol)

Sampel D L warna Rf Jenis Pengembang Deteksi

Daun 22 56 biru 39 Flavokawain BEA Sinar uv

45 48 oranye 94 Methysticin BAA Sinar uv

30 60 Kuning 50 Yangonin Forestal Sinar uv

Akar 23 56 biru 41 Flavokawain BEA Sinar uv

42 48 oranye 88 Methysticin BAA Sinar uv

32 60 Kuning 53 Yangonin Forestal Sinar uv

Tabel 3 : Hasil ekstraksi bagian organ akar dan daun kava – kava ( Jenis tanah andosol,

kambisol, latosol, alluvial)

Sampel ul m smpl vol etanol (ml)

vol ekstrak (ml)

Daun 1 25.113 200 8.4

2 25 500 23

Akar 1 50 250 11

2 50 250 11

Tabel 4 : Hasil identifikasi dengan menggunakan metode TLC ( andosol, kambisol, latosol,

alluvial)

Sampel D L warna Rf Jenis Pengembang Deteksi

Daun 21 56 biru 38 Flavokawain BEA Sinar uv

43 48 oranye 90 Methysticin BAA Sinar uv

28 60 Kuning 47 Yangonin Forestal Sinar uv

Akar 24 56 biru 42 Flavokawain BEA Sinar uv

42 48 oranye 86 Methysticin BAA Sinar uv

30 60 Kuning 51 Yangonin Forestal Sinar uv

Page 24: USUL PROGRAM PENELITIAN

Tabel 5 : Hasil uji kandungan asam organic bagaian akar dan daun kava-kava

Sampel Hasil uji Kesimpulan Metode

Daun Oranye Asam benzoat Vogel Spot test

Merah Cinnamic acid Vogel Spot test

Akar Oranye Asam benzoat Vogel Spot test

Merah Cinnamic acid Vogel Spot test