upaya peningkatan prestasi belajar siswa

25
01. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak dibicarakan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya ratarata prestasi belajar, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga banyak dibicarakan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu di dominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berfikir holistik (menyeluruh), kreatif, obyektif dan logis, belum memanfatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah

Upload: irdy-saputra

Post on 02-Jul-2015

936 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

01.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak dibicarakan adalah

rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya ratarata prestasi belajar, khususnya siswa

Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga

banyak dibicarakan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu di dominasi oleh guru

(teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai obyek didik. Pendidikan kita

kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk

mengembangkan kemampuan berfikir holistik (menyeluruh), kreatif, obyektif dan logis, belum

memanfatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta

kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan kita,

umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pembelajaran secara

tuntas. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun

sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran pula kalau mutu pendidikan secara nasional masih

rendah.

Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang

otonomi daerah telah mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam

penyelenggaran pemerintah, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Berdasar UU tersebut maka

pemerintah menetapkan suatu kurikulum baru bagi pendidikan nasional kita yaitu Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan di

sekolah yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan warga sekolah berdasarkan karakteristik dan

potensi sekolah dan lingkungan serta kebutuhan peserta didik di sekolah tersebut (Sosialisasi KTSP,

XXXX:6).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa

dalam kurikulum terbaru ini dikelompokkan 5 mata pelajaran :

Page 2: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

0.2

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Peningkatan mutu pendidikan berdasarkan kurikulum KTSP diarahkan untuk meningkatkan kualitas

manusia Indonesia seutuhnya melalui : olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya

saing dalam menghadapi tantangan global.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi masyarakat

dan meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan. Upaya-upaya

tersebut dilakukan karena disadari bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan

seluruh potensi peserta didik agar mampu menguasai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk ilmu kimia, telah menciptakan

pemilihan materi, metode dan media pembelajaran, serta sistem pengajaran yang tepat. Guru selalu

dituntut berinovasi dan memperbaiki proses belajar dan pembelajaran kelas yang selama ini telah

dilakukan. Proses belajar mengajar harus dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan

pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning), dan bukan sekedar pembelajaran yang hafalan

saja (rote learning). Untuk mencapai suatu pembelajaran yang bermakna (meaning learning), salah

satu pendekatan kontruktivisme memulai pelajaran dari ”apa yang diketahui siswa”. Untuk

menjadikan suatu pembelajaran yang bermakna maka dalam suatu pembelajaran dapat menggunakan

model pembelajaran kooperatif. Model belajar kooperatif salah satunya adalah belajar kooperatif

model STAD (Student Teams Achievement Divisions). Belajar kooperatif model STAD mempunyai

ciri, yakni belajar dilakukan melalui belajar kelompok, guru menyajikan informasi akademik baru

kepada siswa, siswa dalam kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap

kelompok harus heterogen, yakni terdiri dari lakilaki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, dan

memiliki kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah (Slavin, XXXX: 144).

Model pembelajaran STAD dikembangkan untuk membuat pelajaran menjadi suatu proses yang aktif

Page 3: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

03.

bukan pasif. Model pembelajaran ini diberikan agar siswa mampu melakukan observasi sendiri,

mampu menganalisis sendiri, dan mampu berfikir sendiri. Siswa bukan hanya mampu menghafal dan

meniru pendapat orang lain, juga untuk merangsang agar berani dan mampu menyatakan dirinya

secara aktif, bukan hanya pendengar yang pasif terhadap segala suatu yang dikatakan guru. Belajar

kooperatif ditandai dengan adanya tugas bersama bagi siswa, yang kemudian diterjemahkan menjadi

tujuan yang harus dicapai kelompok. Kelompok yang efektif ditandai dengan suasana yang hangat dan

produktivitas yang tinggi dalam pemenuhan tugas-tugas, tanpa adanya kelompok yang dikorbankan

dan ditonjolkan (Joni, 1993).

Dalam pembelajaran kimia di SMA banyak pokok bahasan yang menuntut siswa melaksanakan

eksperimen, salah satunya adalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Pembelajaran materi Larutan

Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus sesuai

dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses. Dalam kurikulum ini

disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah :”Memahami sifat-sifat

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”. Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar,

yaitu mengidentifikasi sifat Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit berdasarkan data percobaan.

Pencapaian kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran

yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang telah

ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran yang

memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep

sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar Metode STAD (Student Team Achievement

Divisions) sebagai contoh metode pembelajaran kooperatif terbukti efektif jika digunakan pada pokok

bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit yang memerlukan pemahaman konsep. Dengan metode

STAD ini, siswa dapat saling bantu membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada

materi tersebut. Disisi lain, metode pembelajaran STAD ini merupakan metode pembelajaran

kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi

Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode mengajar, dipengaruhi pula oleh

aktivitas belajar siswa. Pada kegiatan itu siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah,

sehingga akan mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam

Page 4: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

04.

mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil belajar yang

diperolehnya. Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal

ini mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman

belajar kepada siswa. Jika siswa aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat

mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya. Mengingat pentingnya aktivitas

belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar

mengajar yang lebih banyak melibatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan siswa itu sendiri hendaknya

dapat memotivasi dirinya sendiri untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya aktivitas

belajar ini kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai siswa akan memuaskan.

Di SMA X pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit diajarkan dengan menggunakan

metode ceramah, sedangkan pada kurikulum KTSP menekankan pada pencapaian kompetensi dasar.

Pencapaian kompetensi dasar dapat dikembangkan melalui pemilihan metode. Metode yang dipilih

dalam penelitian ini adalah metode kooperatif. Salah satu metode kooperatif adalah metode STAD

(Student Team Achievement Division) yang dilengkapi pendekatan PAIKEM. Pemilihan metode ini

dirasa sangat kondusif bagi siswa SMA X. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswanya masih

individual, kerjasama antar siswa dalam belajar masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap

kerjasama antar kelompok siswa karena dalam belajar kelompok jika ada seorang siswa yang belum

memahami materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskannya. Dengan

penggunaan metode kooperatif tipe STAD ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang

lebih baik. Sekolah Menengah Atas (SMA) X, merupakan salah satu sekolah di Kabupaten X.

Berdasarkan pengamatan di kelas, khususnya kelas X-2 dan dari hasil wawancara dengan guru kimia

di sekolah tersebut, serta hasil dari angket observasi kesulitan belajar kimia siswa, dapat diidentifikasi

permasalahan-permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran kimia,

khususnya pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, yaitu dengan metode

ceramah.

2. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media yang telah tersedia di

Page 5: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

05.

sekolah tersebut, khususnya untuk mata pelajaran kimia.

3. Kurang lengkapnya fasilitas alat dan bahan di Laboratorium Kimia.

4. Kondisi siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pelajaran kimia.

5. Banyak siswa yang masih sulit memahami materi pembelajaran, salah satunya pada materi

pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, sehingga berakibat rendahnya prestasi belajar

kimia pada materi pembelajaran tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM sesuai untuk

dilaksanakan pada materi pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?

3. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit?

1.3. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan

masalah. Berdasrkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini

dibatasi pada :

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 semester II SMA X tahun pelajaran

XXXX/XXXX.

2. Metode Penelitian

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

3. Materi Pokok

Page 6: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

06.

Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah larutan elektrolit dan non elektrolit.

4. Penilaian

Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi aspek kognitif, aspek afektif

dan aspek psikomotorik. Nilai aspek kognitif diperoleh dari hasil tes awal, tes siklus satu dan tes siklus

dua. Sedangkan Nilai afektif diperoleh dari angket afektif dan observasi terhadap presensi siswa, serta

perilaku siswa dalam proses belajar mengajar. Aspek afektif hanya digunakan untuk mengetahui

karakteristik siswa.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat

disusun perumusan masalah sebagai berikut : ”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit?”

1.5. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : ”Meningkatkan prestasi belajar

siswa pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD melalui pendekatan PAIKEM ”.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat secara teoritis :

a. Memberikan masukan kepada guru dan calon guru terhadap kemampuan kognitif dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui

pendekatan PAIKEM untuk pembelajaranpembelajaran pada mata pelajaran eksak yang lain.

Page 7: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

07.

BAB II

GURU SEBAGAI PERAIH PRESTASI SISWA

Guru mempunyai peranan amat penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.

Bimbingan merupakan bagian terpadu dari keseluruhan upaya pendidikan yang

dilakukan agar anak dapat mencapai hasil kegiatan yang optimal. Hal ini dapat

diupayakan melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, kinerja profesionalisme guru,

tentunya diiringi dengan kesejahteraan bagi guru dan pemberian penghargaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, menyatakan guru adalah pendidik profesional. Terkait dengan makna

profesionalisme maka guru harus merefleksikan kamampuan dan kesiapan untuk

melaksanakan seluruh tugas profesional guru yang mensyaratkan adanya kepribadian

yang menjadi teladan, menguasai ilmu keguruan dan memahami materi pelajaran.

Kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh guru melainkan oleh intake

(siswa), sarana, dan faktor-faktor eksternal lainnya, sesuai dengan pendekatan

pembelajaran holistik, pembelajaran sebagai proses terpadu memungkinkan adanya

hubungan antara sekolah dan orang tua. Guru dan orang tua sama-sama memandang

pentingnya pengembangan potensi anak secara optimal.

Siswa dapat berhasil dalam pendidikan apabila proses pendidikannya itu berlangsung

terus menerus baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Tetapi pada akhirnya tidak

terlepas pada kompetensi yang dimiliki setiap guru dalam proses pembelajaran.

Upaya guru terhadap pembimbingan siswa harus didasari hati yang ikhlas, rela

berkorban, tanpa pamrih, apapun hasil yang diperoleh, guru harus tetap menghargai

usaha siswa baik belum berhasil apalagi jika berhasil, semua harus dijadikan proses

pembelajaran agar tidak cepat puas dengan hasil yang sudah diperoleh.

Permediknas Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru

dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat

pendidik. Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang

Page 8: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

08.

merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian

terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Salah satu

komponen penilaian portofolio yaitu prestasi akademik.

Guru yang melakukan pembimbingan terhadap siswa dalam berbagai lomba

baik memperoleh juara maupun tidak, dihargai minimal tingkat kecamatan. Hal ini

merupakan angin segar bagi para guru yang selalu melakukan pembimbingan terhadap

siswa-siswinya.

Namun demikian tidak sedikit guru yang sudah melakukan pembimbingan, tidak

mempunyai bukti fisik, hal ini mungkin kurangnya apresiasi di lingkungan tenaga

kependidikan itu sendiri, atau mungkin masih melekatnya anggapan “guru tanpa tanda

jasa”. Maka seyogyanya tidak boleh lagi guru menjadi “pahlawan tanpa tanda jasa”,

tapi justru guru harus menjadi pahlawan yang berwibawa, yang memperoleh hak

sesuai dengan jasa-jasanya (yang justru luar biasa).

Melihat kenyataan di atas, penulis memiliki gagasan mengenai upaya guru

meraih prestasi dengan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah upaya guru meraih prestasi siswa melalui bimbingan belajar di

Sekolah Dasar Negeri Wantilan dalam menghadapi lomba bidang studi?

b. Faktor apa saja yang menjadi kendala dalam meraih prestasi siswa Sekolah Dasar

Negeri Wantilan?

c. Bagaimanakah keberhasilan upaya guru terhadap siswa melalui bimbingan belajar?

Dengan perumusan masalah di atas diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai

berikut:

a. Mendeskripsikan upaya guru meraih prestasi siswa untuk menghadapi lomba

bidang studi Sekolah Dasar.

b. Mendeskripsikan faktor yang menjadi kendala dalam meraih prestasi siswa.

c. mendeskripsikan keberhasilan prestasi siswa Sekolah Dasar Negeri Wantilan

melalui bimbingan belajar.

Dengan harapan pencapaian tujuan di atas, penulisan ini dapat memberikan manfaat,

Page 9: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

09.

diantaranya :

a. Sebagai bahan masukan bagi para guru guna mempersiapkan siswa-siswinya dalam

menghadapi lomba bidang studi.

b. Sebagai landasan/tolak ukur kebijakan bagi tenaga kependidikan yang terkait

berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada prestasi.

A. Upaya Guru Meraih Prestasi Siswa

Pada permulaan tahun pelajaran, guru/wali kelas dihadapkan pada siswa yang

baru masuk di kelas I atau ke tingkat kelas yang lebih tinggi. Disini guru akan

menghadapi situasi/kondisi, karakter dan potensi siswa yang selalu berbeda dan

berubah setiap tahunnya pada setiap jenjang satuan pendidikan.

Guru/wali kelas perlu mengantisipasi sedini mungkin, salah satu contoh untuk

persiapan dalam menghadapi berbagai macam lomba, khususnya lomba bidang studi

maupun lomba siswa berprestasi. Guru mempunyai peranan yang sangat penting.

Kemajuan pendidikan disuatu sekolah salah satu diantaranya dapat dilihat dari

keberhasilan siswa-siswanya meraih prestasi di berbagai perlombaan.

1. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Prestasi

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa

sesuai dengan kompetensi dasar yang menyangkut materi pelajaran dan perilaku yang

diharapkan dari siswa.

Menurut Bloom (dalam Slavin, 1994) prestasi akademik/prestasi belajar adalah

proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang

pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.

Siswa yang berorientasi berprestasi, memiliki harapan yang besar untuk berhasil

daripada yang takut akan kegagalan. Atkinson dan Dianor dalam Santrok 1992. Hasrat

berprestasi menunjukkan keinginan untuk mencapai yang terbaik. Hal ini dapat

ditunjang dengan adanya hubungan kerjasama yang baik antara guru di sekolah,

melalui pembimbingan yang terus menerus secara berkesinambungan.

Di era globalisasi seperti sekarang ini persaingan sangat dimungkinkan perlu

Page 10: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

10.

diciptakan suatu lingkungan sekolah yang mendorong anak didiknya untuk berprestasi

sehingga dapat dan siap bersaing dengan siapa saja.

Untuk pertama kali yang dipersiapkan guru dalam menghadapi lomba bidang studi

atau siswa berprestasi adalah jumlah nilai siswa tertinggi secara berurutan sebanyak

10 siswa.

Contoh : mengajukan pertanyaan yang diajukan pada siswa :

1) Siapa saja yang senang dengan semua mata pelajaran bidang studi?

2) Pelajaran apa saja yang paling sangat disenangi?

Sehingga data awal dapat diperoleh sebagai berikut :

No. Mata Pelajaran Banyak Siswa Ket.

1.

2.

3.

4. Siswa berprestasi

Bahasa Indonesia

IPA

Matematika 2

2

3

3

Jumlah 10

Siswa diberitahu bahwa setiap tahun selalu ada seleksi lomba bidang studi/siswa berprestasi. Siswa harus mempersiapkan diri dan termotivasi untuk mengikuti. Guru memberikan kesempatan kepada siswa siapa saja yang menunjukkan prestasi yang terbaik.

Page 11: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

11.

BAB III

FAKTOR KENDALA

3.1Faktor-Faktor Yang Menjadi Kendala Bagi Siswa Dalam Meraih Prestasi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Miranda

(2000), Winkel (1986), dan Santrok menyatakan bahwa prestasi belajar siswa

ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

3.1.1. Faktor yang ada pada diri siswa:

a. Taraf intelegensi;

b. Bakat khusus;

c. Taraf pengetahuan yang dimiliki;

d. Taraf kemampuan berbahasa;

e. Taraf organisasi kognitif;

f. Motivasi;

g. Perasaan;

h. Sikap;

i. Minat;

j. Konsep diri;

k. Kondisi fisik dan psikis.

3.1.2. Faktor-faktor yang ada pada lingkungan sekolah

a. Hubungan antara orang tua;

b. Hubungan orang tua-anak;

c. Jenis pola asuh;

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga.

3.1.3. Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah

a. Guru; kepribadian guru; sikap guru terhadap siswa; keterampilan didaktik, dan gaya

mengajar.

Page 12: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

12.

b. Orgaisasi sekolah;

c. Sistem sosial di skeolah;

d. Keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan;

e. Hubungan sekolah dengan orang tua;

f. Loksi sekolah.

Matindas (1997) dalam konsep AKU (Ambisi Kenyataan Usaha) menyatakan

bahwa faktor-faktor di atas sebagai kenyataan yang ada keberhasilan yang dapat di

capai seseorang juga ditentukan oleh ambisi (sesuatu yang dilakukan oleh individu

untuk mencapai ambisinya dan mengatasi kenyataan yang ada).

Page 13: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

13.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan gagasan mengenai upaya guru meraih prestasi

berdasarkan pengalaman, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pelaksanaan bimbingan yang penulis laksanakan selama ini sangat bermanfaat,

walaupun masih jauh dari harapan yang diinginkan, sehubungan belum banyak

berprestasi di tingkat kabupaten apalagi di tingkat Propinsi.

Mengajar di kelas 5 selama 8 periode, satu periode tidak meraih prestasi. Dari 8

periode, 6 periode meraih prestasi juara I murid teladan/siswa berprestasi di Tk

Kecamatan Cipeundeuy. Dua periode di Tk Kabupaten Subang yaitu : juara 2 dan 3

harapan.

Dari 8 periode, 6 periode meraih prestasi juara ke-1 bidang studi Bahasa

Indonesia/Sinopsis. Tiga periode tingkat kabupaten yaitu: juara ke-2 Bahasa

Indonesia, juara ke-3 lomba sinopsis, juara ke-3 mengarang.

Dari 8 periode, 3 periode juara ke-1 Tk Kecamatan sebanyak 2 kali, juara ke-3 satu

kali. Peringkat hatapan 3 Tk Kabupaten, pada mata pelajaran IPA.

faktor-faktor yang menyebabkan hambatan siswa meraih prestasi, yaitu faktor interen

dan eksteren siswa diupayakan sedini mungkin dengan pembimbingan secara intensif,

terprogram, dan terpadu dai kelas rendah sampai kelas tinggi secara

berkesinambungan maka hasilnya akan lebih baik.

4.2. Saran

Agar upaya guru meraih prestasi siswa dapat optimal, maka pembimbingan

harus dilaksanakan secara terprogram, terpadu, baik yang mengajar di kelas rendah,

maupun di kelas tinggi bersama-sama berkomitmen secara profesional untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Page 14: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

14.

4.3. Rekomendasi

Pengembangan kompetensi guru dalam upaya meraih prestasi siswa ditempuh

melalui peningkatan studi. Guru harus mempunyai motivasi untuk melanjutkan studi

ke jenjang yang lebih tinggi. Guru juga dapat mengambil mata kuliah tertentu yang

relevan dengan tugas di sekolah (belum umum di Indonesia). Guru perlu mengikuti

seminar-seminar untuk memperluas wawasannya atau penataran-penataran untuk

meningkatkan keprofesionalannya. Guru juga harus senantiasa belajar mandiri supaya

menjadi guru yang up to date. Pengembangan diri ini mensyaratkan ketersediaan dana

yang mencukupi, yang harus dipertimbangkan oleh Depdiknas.

Idealnya guru-guru profesional memenuhi standar profesi. Guru mempunyai

pengetahuan akademik dan kependidikan yang mendalam, kemahiran profesional

(praktik) yang memadai, komitmen terhadap pekerjaan yang kuat, dan kewenangan

(izin) mengajar dari lembaga yang berwenang. Guru yang demikian, dalam

penampilan kerjanya berani bertindak secara otonom untuk mengolah kurikulum dan

pengalaman belajar siswa sesuai dengan kemajuan iptek/zaman; guru bersikap dan

bertindak inovatif.

Kepada tenaga kependidikan seyogyanya melihat keberhasilan tidak dari satu sisi saja

semisal dengan banyaknya prestasi siswa yang diraih pada berbagai perlombaan,

namun dengan proses pembimbingan itu sendiri sebagai upaya guru dalam

meningkatkan mutu pendidikan hendaknya juga mendapatkan apresiasi dari pihak-

pihak yang terkait. Pepatah bijak mengatakan: “Untuk jadi yang terbaik tidak harus

jadi nomor satu”.

Page 15: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

15.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D, Drs. Agus Taufik, M.Pd, Dra. Puji Lestari Prianto,

M.Psi. Pendidikan Anak di SD: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka; 2003.

DR. Reni akbar – Hawadi. Akselerasi A-Z Informasi Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual: PT. Grasindo; November 2003.

Victor Cogen, Ed.D. Melejitkan Prestasi Anak: Pustaka Hidayah,Cetakan I; Februari 2006.

Page 16: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang …………………………………………………………………01.

1.2 Identifikasi masalah ……………………………………………………………05.

1.3 Pembatasan masalah …………………………………………………………..05.

1.4 Perumusan masalah ……………………………………………………………06.

1.5 Tujuan penelitian ………………………………………………………………06.

1.6 Mamfaat penelitian ……………………………………………………………06.

BAB II GURU SEBAGAI PERAIH PRESTASI SISWA

BAB III FAKTOR KENDALA

3.1. Faktor yang menjadi kendala bagi siswa dalam meraih prestasi ……………….11.

3.1.1 Faktor yang ada pada diri siswa ………………………………………………..11.

3.1.2 Faktor yang ada pada lingkungan sekolah ……………………………………..11.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

4.3 Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA