upaya pengelolaan lingkungan hidup

38
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia. UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan. Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi : • Identitas pemrakarsa • Rencana Usaha dan/atau kegiatan • Dampak Lingkungan yang akan terjadi • Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup • Tanda tangan dan cap Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada : • Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota • Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota • Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas negara analisis mengenai dampak lingkungan , pengertian UKL , pengertian UPL , Proses dan prosedur UKL- UPL ,UKL , Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup , Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup , UPL Doc. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1 BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2 2. Maksud dan Tujuan Pelaksanaan RKL 3 3. Kegunaan Dilaksanakan Pemantauan Lingkungan Hidup 3 4. Kedudukan RKL dalam AMDAL 4 5. Peraturan Perundang-undangan 5 6. Identitas Pemrakarsa 6 7. Identitas Penyusun 6 BAB II. PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pendekatan Teknologi 7 2. Pendekatan Sosial Ekonomi 7

Upload: kamal-alil

Post on 23-Oct-2015

378 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

TRANSCRIPT

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :• Identitas pemrakarsa• Rencana Usaha dan/atau kegiatan• Dampak Lingkungan yang akan terjadi• Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup• Tanda tangan dan capFormulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :• Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota• Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota• Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas negara

analisis mengenai dampak lingkungan, pengertian UKL, pengertian UPL, Proses dan

prosedur UKL-UPL,UKL, Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup, UPL

Doc. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 2

2. Maksud dan Tujuan Pelaksanaan RKL 3

3. Kegunaan Dilaksanakan Pemantauan Lingkungan Hidup 3

4. Kedudukan RKL dalam AMDAL 4

5. Peraturan Perundang-undangan 5

6. Identitas Pemrakarsa 6

7. Identitas Penyusun 6

BAB II. PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Pendekatan Teknologi 7

2. Pendekatan Sosial Ekonomi 7

3. Pendekatan Institusi 7

BAB III. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Prinsip Dan Mekanisme Pengeloaan Lingkungan 8

2. Rencana Pengelolaan Lingkungan 8

3.2.1. Tahap Prakontruksi 8

3.2.2. Tahap Kontruksi 9

3.2.3. Tahap Operasional 15

DAFTAR PUSTAKA 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.

1. Latar Belakang

Proyek reklamasi pantai untuk kawasan wisata pantai kabupaten Sukajaya ini dimaksudkan untuk mendukung dan

memperlancar proyek pembangunan wisata pantai yang berada diwilayah Pelabuhan Sukajaya. Hal ini sesuai dengan

rencana tata ruang kabupaten Sukajaya yang berada dalam wilayah pembangunan dengan peruntukan kawasan industri,

pelabuhan dan sarana pendukungnya, sehingga keberadaan kedua kegiatan tersebut diharapkan dapat memacu

pertumbuhan pembangunan dan perkembangan wilayah sekitarnya.

Dampak penting yang diperkirakan akan timbul setelah pelaksanaan proyek reklamasi pantai untuk kawasan wisata

pantai ini dapat terjadi pada berbagai komponen lingkungan yang meliputi komponen fisika-kimia, biologi serta sosial

ekonomi, sosial budaya dan kesejahteraan masyarakat, yang berupa dampak positif maupun negative baik yang bersifat

langsung dan tidak langsung dalam skala ruang dan waktu yang berbeda sesuai dengan tahapan pelaksanaan proyek.

Dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi dapat diminimalkan atau diperkecil melalui pelaksanaan pengelolaan

lingkungan hidup yang berupa tindakan atau upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting

yang bersifat negative dan meningkatkan dampak positif dan pelaksanaan pemantauan lingkungan hidup yang berupa

tindakan pemantauan terhadap perubahan komponen atau parameter lingkungan hidup sebagai dampak penting yang akan

timbul sebagai akibat pelaksanaan proyek.

Guna melaksanakan pengelolaan lingkungan yang baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan,

diperlukan pedoman atau petunjuk pelaksanaan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan

berupa Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL).

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) merupakan bagian dokumen AMDAL Reklamasi Pantai

yang wajib disusun dan dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan kawasan wisata

pantai. Pelaksanaan RKL juga diperlukan bagi pihak lain yang berkepentingan antara lain: Institusi Pemerintah sebagai perencana kegiatan pelaksana dan pengawas pembangunan serta pengelolaan

lingkungan hidup di wilayah reklamasi pantai dan sekitarnya Masyarakat di sekitar lokasi reklamasi pantai terutama yang akan terkena dampak penting.

Pemerhati lingkungan termasuk LSM, pakar dan masyarakat umum lainnya

1.

1. Maksud dan Tujuan Pelaksanaan RKL

Tidak semua proyek atau rencana kegiatan wajib dilengkapi dengan AMDAL. Daftar kegiatan yang wajib dilengkapi

studi AMDAL dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KepMen LH) No. 17 Tahun 2001 tentang

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL atau dapat juga diperoleh dari kantor

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) atau pemerintah daerah yang bersangkutan. Apabila rencana kegiatan mendapat izin

dan melanjutkan pelaksanaan kegiatan, pemrakarsa diwajibkan melakukan hal-hal yang telah tertera dalam: Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) untuk mengendalikan dampak

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk memantau dampak

RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak

penting lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu

kegiatan. Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan dampak yang dihasilkan

dari kajian ANDAL

1.

1. Kegunaan Dilaksanakan Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Bagi pemerintah, AMDAL bermanfaat untuk: Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan sumber daya alam secara

lebih luas. Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya.

Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan. Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.

1. Bagi pemrakarsa, AMDAL bermanfaat untuk: Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek ekonomis, teknis dan

lingkungan. Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).

Dapat menjadi referensi dalam proses kredit perbankan.

Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar sehingga

terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan. Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.

1. Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk: Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan sehingga dapat menghindari

terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh dampak positif dari kegiatan tersebut. Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya pengelolaan lingkungan yang

dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi. Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang mempunyai pengaruh

terhadap nasib dan kepentingan mereka.

1.4. Kedudukan RKL dalam AMDAL

Menurut Suratmo, (1999) kedudukan RKL dalam AMDAL dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan

2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang sederhana, dan dampaknya terhadap

lingkungan adalah kecil

3. Penanganan dampak dimulai dan pemilihan alternative

4. Penanganandampak memerlukan biaya

5. Kebanyakan pemrakarsa tidak berminat untuk mengembangkan ditapak positif oleh karena itu perlu

dilakukan pendekatan upaya pengelolaan dampak positif

1.5. Peraturan Perundang-undangan

Dalam penyempurnaan Studi Amdal, beberapa peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan adalah

peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh Pemerintah RI untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

diantaranya :

1. Undang –Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

2. Undang –Undang No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.

3. Undang-undang RI No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

4. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

5. Peraturan Pemerintah RI No.70 tahun 1996 tentang kepelabuhan

6. Peraturan Pemerintah RI No.18 tahun 1999 tentang pencemaran laut

7. Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 1999 tentang angkutan perairan

8. Peratutan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No.1 tahun 1990 tantang pengelolaan

lingkungan hidup di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah

9. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-02/MENKLH/I/1998 Tentang

Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan

10. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-14/MENKLH/3/1994 Tentang

Pedoman Umum Penyusunan AMDAL

11. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-13/MENKLH/3/1994 Tentang

Pedoman Penyusunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL

12. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-14/MENKLH/3/1994 Tentang

Pedoman Umum Penyusunan AMDAL

13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-39/MENLH/08/1996 Tentang Jenis Kegiatan Yang

Harus Dilengkapi Dengan AMDAL

14. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman Penentuan Dampak Penting

15. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. 299/II/1996 Tentang Pedoman Teknia Kajian Aspek Sosial dalam

Pemyusunan AMDAL

16. Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Tengah No. 660.I/26/1990 Tentang Baku Mutu Kualitas Air di Propinsi

Jawa Tengah

17. MARPOL 73/78

1.6. Identitas Pemrakarsa

Nama Proyek : Reklamasi Pantai untuk kawasan wisata pantai

Pekerjaan : Penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL

Reklamasi Pantai

Pemimpin Proyek : Ir. Adi Nugroho

Penanggung Jawab AMDAL : Dr. Pariman ST

Lokasi Proyek : Pelabuhan Sukajaya, Kabupaten Sukajaya

1.7. Identitas Penyusun Amdal

Nama : Fadhli S

Alamat : Jl Banjarsari No 58B Tembalang, Semarang

Penanggungjawab Proyek : Ir. Hadi Saputra

Ketua Tim Ahli : Dr. Herman Sudirman

Ahli Hidro-Oseanografi : Dr. Elis Sungkar

Ahli Kimia-Fisika : Dr. Andrea Hiranata

Ahli Biologi dan Kelautan : Dr. Desi Aprilia

Ahli SosEkBudKesmas : Dr. Sulisetyaningsih

BAB II

PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengelolaan lingkungan kegiatan reklamasi pantai untuk kawasan wisata pantai ini dilaksanakan dengan

menggunakan salah satu atau berbagai pendekatan pengelolaan lingkungan hidup. Pendekatan pengelolaan lingkungan

hidup untuk menangani setiap dampak besar dan penting yang telah diprediksikan dalam Studi ANDAL ditentukan dan

dipilih dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara lain: . Karakteristik dampak yang dikelola

Tujuan pengelolaan dampak

Efektifitas dan ketepatan pelaksanaan pengelolaan

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengolahan

Kendala, waktu, dana clan tenaga dalam pelaksanaan pengelolaan.

Pendekatan pengelolaan lingkungan yang digunakan untuk menangani dampak besar dan penting Rencana

reklamasi pantai untuk kawasan pantai ini meliputi:

2.1 Pendekatan Teknologi

Pendekatan teknologi adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak besar dan

penting. Berdasarkan pertimbangan berbagai aspek sebagaimana telah disebutkan diatas, maka untuk mengelola suatu

dampak dipilih suatu cara atau teknologi yang tepat, efektif, efesien dan dapat dilaksanakan.

2.2 Pendekatan Sosial Ekonomi

Pendekatan sosial ekonomi adalah langkah langkah yang akan ditempuh Pemrakarsa dalam upaya

menanggulangi dampak besar dan penting melalui tindakan-tindakan yang berdasarkan pada interaksi sosial dan bantuan

peran Pemerintah. Bantuan peran pemerintah diharapkan karena keterbatasan kemampuan pemrakarsa.

2.3 Pendekatan Institusi

Pendekatan institusi adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi

dampak besar dan penting. Mekanisme pelaksanaan pendekatan antara lain dalam bentuk kerjasama dengan instansi atau

lembaga yang terkait dengan pengelolaan lingkungan, serta pengawasan dan pelaporan hasil pengelolaan lingkungan.

BAB III

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

3.1 Prinsip Dan Mekanisme Pengeloaan Lingkungan

Prinsip dasar dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dalam proyek Reklamasi pantai untuk kawasan

wisata pantai ini adalah sebagai berikut:

Minimalisasi dampak negatif dan optimalisasi dampak positif

Penetapan dampak yang perlu dikelola

Penetapan upaya pengelolaan dampak

Kejelasan kewenangan, tugas, dan tanggungjawab pihak yang terkait

3.2. Rencana Pengelolaan Lingkungan

3.2.1. Tahap Prakonstruksi Survei dan perijinan

Kegiatan survey dan perijinan meliputi pengukuran lapangan dan pengajuan ijn prinsip. kegiatan ini telah

dilakukan pada bulan Mei 2006. Sosialisasi Rencana Kegiatan

Berdasarkan daftar isian yang dibagikan kepada para peserta sosialisasi yaitu masyarakat desa Mugimakmur

dan desa Sukasejahtera dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat mendukung adanya rencan

proyek pembangunan wisata pantai tersebut karena beberapa alasan, antara lain:

1. Karena dengan adanya proyek tersebut akan membuka peluang kerja di dua desa sehingga akan

mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat dan dapat mensejahterakan

masyarakat.

2. Karena pembangunan proyek tersebut sesuai dengan rencana pemerintah, dimana dalam rangka

pengembangan wilayah industri. Pengadaan lahan

Proses pengadaan lahan diwilayah desa sukasejahtera sejumlah 25Ha dan desa mugimakmur sejumlah 15Ha.

tambak yang akan diurug lebih dari 50% ternyata sudah berupa laut, karena pengaruh abrasi, sehingga para

pemilik tambak yang sudah berubah menjadi laut tidak akan merasa keberatan dibeli oleh proyek.

3.2.2. Tahap Konstruksi Recruitmen Tenaga Kerja

Pada tahap ini dibutuhkan tenaga kerja sekitar 150 orang buruh bangunan, 5 orang tenaga pelaksana dan 2

orang site manajer (sarjana). Mobilisasi Peralatan dan Material

Mobilisasi peralatan dan material menggunakan jalan lingkar Semarang-SukaJaya yang berupa tanah tegalan

dan tambak, belum ada pemukiman. Pematang Lahan

Kegiatan ini akan merubah fungsi lahan yang berupa tambak. peralihan fungsi lahan ini akan mempengaruhi

produktifitas lahan lainnya. Pembangunan fisik bangunan

Pembangunan fisik bangunan akan menurunkan kualitas lingkungan ynag berupa kulaitas udara, kebisingan, dan

penurunan kualitas air laut. Pemasangan Peralatan

Pemasangan peralatan akan sama dampaknyadengan pembangunan fisik bangunan. namun dalam skala yang

lebih rendah karen waktu pemasangannya yang relatif lebih cepat dibanding waktu pembangunan fisik lainnya.

Komponen Fisik-Kimia

1) Hidrooseanografi

a). Dampak penting dan sumber dampak penting Dampak yang timbul berupa:

Perubahan dinamika arus dan gelombang , sehingga merubah keseimbangan transpor sedimen di pantai

dan menimbulkan perubahan morfologi dasar perairan. Sumber dampak yang terjadi adalah :

o

Penggalian dan pengerukan

Pengurugan dan pemadatan tanah urugan

Pembangunan fasilitas pelayaran

b). Tolak ukur dampak

o

Perubahan morfologi dasar perairan yang menimbulkan kerugian pada

masyarakat sekitar Perubahan Batimetri perairan

c). Tujuan pengelolaan lingkungan

Mencegah terjadinya perubahan mortologi kawasan pantai dan dasar perairan sekitar proyek yang menimbulkan

kerugian masyarakat di sekitar

d). Pengelolaan lingkungan Dinding talud urugan di pantai dibuat landai (kemiringan ≥ 20 %)

Dalam pelaksanaan penanganan kerusakan pantai tersebut diperlukan kajian kelayakan teknis dan ekonomi

agar lebih efektif dan efisien.

e). Lokasi pengelolaan Dinding talud urugan

Kawasan alur pelayaran terutama dasar perairannya

f). Periode pengelolaan

Selama tahap konstruksi dan pasca konstruksi proyek

g). Pembiayaan

Biaya pengelolaan berasal dari pemrakarsa yang dipergunakan untuk pembangunan talud, upah personil dan

biaya operasional kegiatan

h). Institusi pengelola Pelaksana : Pemrakarsa dan dinas PU. Pengairan

Pengawas : Dinas Perhubungan danTelekomunikasi Kab. SukaJaya

Pelaporan : – KAPEDALDA Kab. SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

2) Kualitas air

a). Dampak penting dan sumber dampak penting Dampak penting yang timbul berupa :

Penurunan kualitas air sebagai akibat resuspensi sedimen Sumber dampak :

Penggalian dan pengerukan

b). Tolak ukur dampak

Penurunan kualitas air sebagai akibat meningkatnya konsentrasi B3 di dalam air akibat sedimentasi

c). Tujuan pengelolaan lingkungan

Mencegah penurunan kualitas air sebagai akibat kegiatan pengerukan.

d). Pengelolaan lingkungan Melakukan uji toksisitas sedimen (TCLP: Toxicity Characteristic Leaching Procedure) untuk mengetahui

potensi pencemaran dan toksitas logam berat dari bahan B3 lain yang terdapat dalam sedimen. Melakukan analisa jenis-jenis logam berat dari B3 dalam sedimen yang akan dikeruk. Apabila sedimen yang

akan dikeruk mengandung logam berat dan B3 laiinya atau toksisitasnya cukup tinggi, maka penanganan

material keruk perlu perlakuan khusus, untuk mencegah pencemaran tanah dan air tanah oleh logam berat

B3 yang terdapat dalam material kerukan.

e). Tujuan pengelolaan lingkungan

Mengendalikan/memperkecil dampak pengurungan terhadap penurunan kualitas air

f). Lokasi Pengelolaan

Kawasan wisata pantai Kab. SukaJaya

g). Periode Pengelolaan

Selama kegiatan pengurugan tahap konstruksi.

h). Biaya pengelolaan lingkungan

Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa, yang berupa biaya operasional.

i). Institusi Pengelola Pelaksana : Pemrakarsa

Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pelaporan hasil : KAPELDA dan BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

Komponen Sosekbud

1. Persepsi Masyarakat

a. Dampak penting dan sumber dampak penting

1). Dampak penting :

Munculnya persepsi negatif akibat adanya gangguan kesehatan, kenyamanan dan keamanan.

1. Sumber dampako Pegerukan, pegurugan dan pemadatan tanah urugan

o Mobilisasi peralatan dan material bangunan

2. Tolak ukur dampak :

a). Persepsi masyarakat terhadap proyek

1. Tingkat kerusakan jalan desa

2. Frekuensi terjadinya gangguan keamanan

1. Tujuan pengelolaaan

Mencegah terjadinya persepsi negatif masyarakat terhadap proyek.

1. Pengelolaan lingkungano Membuat saluran drainase sementara selama masa konstruksi

o Membuat jalan proyek tersendiri

1.

1. Lokasi pengelolaan : Tapak proyek dan sekitarnya

2. Periode pengelolaan : Selama masa konstruksi

3. Biaya pengelolaan :

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk pembuatan saluran drainase, jalan, pengawasan dan biaya operasional

lainnya

1. Institusi Pengelola

1.

1. Pelaksana : Pemrakarsa

2. Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten SukaJaya

3. Pelaporan : – KAPELDA Kabupaten SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah.

1. Kenyamanan Lingkungan

1) Dampak penting dan sumber dampak penting

1.

1. Dampak penting Kenyamanan lingkungan

b) Sumber dampak Pengerukan, pegurugan dan pemadatan tanah.

Mobilisasi peralatan

Pengadaan material urugan dan material bangunan

1.

1. Tolok ukur dampak

Jumlah/prosentase masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan kondisi lingkungan, segabai akibat kegiatan

proyek

3) Tujuan pengelolaaan

Mencegah dan mengurangi rasa tidak nyaman masyarakat

4) Pengelolaan lingkungan

1. Pengangkutan peralatan dan material bangunan agar dilaksanakan dengan membuat jalan proyek

tersendiri mulai dari jalan lingkar ke lokasi proyek.

2. Selama kontruksi, agar dibuat drainase sementara untuk menghindari timbulnya genangan dan banjir.

5) Lokasi pengelolaan : Tapak proyek

6) Periode pengelolaan

Pada awal dan selama masa konstruksi.

7) Pembiayaan :

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk pembuatan saluran drainase, pembayaran premi asuransi, biaya personil

dan opersional kegiatan proyek.

8) Institusi Pengelola

1.

1.

1. Pelaksana : Pemrakarsa

2. Pengawas : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten SukaJaya

3. Pelaporan : – KAPELDA Kabupaten SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah.

1. Kesehatan Masyarakat dan Pekerja

1) Dampak penting dan sumber dampak penting

a) Dampak penting Gangguan kesehatan pada masyarakat sekitar proyek.

Ancaman keselamatan dan kesehatan pekerja

b) Sumber dampak Penggalian, pengerukan, pegurugan dan pemadatan tanah urugan.

2). Tolok ukur dampak Jumlah keluhan gejala sakit masyarakat sekitar.

Jumlah dan intensitas kasus kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja.

3) Tujuan pengelolaaan Mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat sekitar.

Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja.

4) Pengelolaan lingkungan Membuat saluran drainase sementara selama masa konstruksi.

Menerapkan system kerja yang memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.

Menyertakan pekerja pada program asuransi tenaga kerja.

5) Lokasi pengelolaan : Tapak proyek dan sekitarnya

6) Periode pengelolaan : Selama masa konstruksi.

7) Pembiayaan :

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan saluran drainase jalan dan pengawasan dan biaya

operasional lainnya

8). Institusi Pengelola

a). Pelaksana : Pemrakarsa

b). Pengawas : -Dinas Kesehatan Kabupaten SukaJaya

-Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. SukaJaya

c). Pelaporan : – KAPELDA Kabupaten SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah.

1. Keamanan Lingkungan

1) Dampak penting dan sumber dampak penting

1.

1.

1. Dampak penting

Peningkatan tindak pencurian dan kriminalitas lainnya

b) Sumber dampak penting Mobilisasi peralatan

Pengadaan material urugan dan material bangunan

Mobilisasi tenaga kerja

c) Tolok ukur dampak Frekuensi dan intensitas tindak kejahatan

Keresahan masyarakat

2) Tujuan pengelolaaan

1. Mencegah timbulnya tindak kejahatan/kriminalitas pencurian, baik dari segi kuantitas maupun kualitas

2. Mencegah peningkatan keresahan masyarakat

3) Pengelolaan lingkungan

Membentuk satuan pengamanan proyek bekerja sama dengan seksi keamanan desa dan kepolisian setempat.

4) Lokasi pengelolaan : Tapak proyek dan sekitarnya.

5) Periode pengelolaan : Selama masa konstruksi.

6) Pembiayaan :

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk keperluan pembentukan tenaga keamanan, upah dan biaya opersional

lainnya

7) Institusi Pengelola

a). Pelaksana : Pemrakarsa

b). Pengawas : Kepolisian Resort SukaJaya

c). Pelaporan : – KAPELDA Kabupaten SukaJaya

– BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1.

1.

1. Tahap Operasional Pengoperasian wisata pantai

Pengoperasian wisata pantai merupakan aktifitas pendukung yang diharapkan mampu mengacu perkembnagna

wilayah sekitar dan memberikan peluang pada masyarakat sekitar untuk mengembangkan usaha dan

berpartisipasi dalam kegiatan wisata pantai. sehingga diharapkan dampak yang akan muncul adalah dampak

positif.

Kegiatan wisata umum meliputi : Aquarium raksasa

Water Boom

Retoran terapung

Kios Souvenir

Area pasir putih

Komponen Fisik-Kimia

1. Hidrooseanografi

1) Dampak penting dan sumber dampak penting

a). Dampak penting

Perubahan dinamika arus dan gelombang, sehingga merubah keseimbangan transport sediment

b). Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

2) Tolok ukur dampak

Perubahan morfologi dasar perairan yang menimbulkan kerugian pada masyarakat sekitar

3) Tujuan pengelolaaan

Mencegah terjadinya perubahan morfologi kawasan proyek sekitar proyek yang menimbulkan kerugian

masyarakat di sekitar

4) Pengelolaan lingkungan

a). Dinding pantai yang dibuat landai (kemiringan ≥ 20%)

1. Pengkajian kelayakan teknis dan ekonomis terhadap upaya pencegahan/penanggulangan kerusakan, agar

lebih efektif dan efisien.

5) Lokasi pengelolaan

a). Dinding talud urugan

b). Dasar perairan proyek pengerukan

6) Periode pengelolaan : Selama tahap pasca konstruksi/operasi

7) Pembiayaan :

Biaya berasal dari pemrakarsa, upah personil dan biaya pengelolaan.

8) Institusi Pengelola

1.

1.

1. Pelaksana : Pemrakarsa

2. Pengawas : Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kab. SukaJaya

3. Pelaporan : -KAPELDA Kabupaten SukaJaya

– BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah.

1. Tata guna Lahan

1). Dampak penting dan sumber dampak penting

a) Dampak penting yang timbul berupa :

- Perubahan tata guna lahan

b) Sumber dampak penting adalah :

- Kegiatan pengurugan dan pemadatan tanah urugan

- Pembangunan fasilitas pelayaran

2). Tolak ukur dampak

Kesesuaian antara tata guna lahan setelah pengurugan dengan rencana proyek

3). Tujuan pengelolaan lingkungan

Meningkatkan kegunaan lahan dan mengurangi dampak negatif perubahan tata guna lahan.

4). Pengelolaan lingkungan

- Pengurugan dan pemadatan tanah mengacu kepada detail desain

- Pemanfaatan tanah yang telah diurug harus sesuai rencana dan mempertimbangkan pemanfaatan lahan yang

ada di sekitarnya, untuk mencegah timbulnya konflik kepentingan

5). Lokasi pengelolaan : Tanah/ hasil pengurugan

6).Periode pengelolaan : Selama tahap konstruksi dan pascakonstruksi

7). Pembiayaan

Biaya pengelolaan lingkungan berasal dari pemrakarsa dan dimanfaatkan guna pengendalian dan pengawasan

penggunaan lahan, upah personil dan biaya pengelolaan.

8). Institusi pengelola

a) Pelaksana: Pemrakarsa

b) Pengawas: – BPN Kab. SukaJaya

- BAPPEDA Kab. SukaJaya

c) Pelaporan: – KAPEDALDA Kab. SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

Komponen Biologi

1. Biota darat

1) Dampak penting dan sumber dampak penting

a) Dampak penting

Peningkatan jumlah dan jenis tanaman penghijauan dan Fauna

b) Sumber dampak

Penghijauan dan penataan kawasan sekitar alur pelayaran

2) Tolak Ukur dampak

• Jumlah, jenis, keanekaragaman dan sebaran tanaman penghijauan

• Luasan lahan yang dihijaukan (%)

3) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan

• Membuat penghijauan di lingkungan pelayaran

• Meningkatkan keanekaragaman tanaman serta peran dan fungsinya dalam ekosistem

4) Pengelolaan Lingkungan Pelaksanaan pengelolaan kegiatan penghijauan berupa penanaman tanaman penghijauan dan tanaman

hias. Tanaman penghijauan berupa tanaman peneduh antara lain, angsana, akasia, beringin, bungur,

flamboyan, tanjung, waru, ketapang, dan mangove; tanaman hias yang sekaligus berfungsi sebagai

pengarah angin antara lain palem raja, palem hias dan kelapa;serta tanaman hias antara lain, bougenvil,

kembang sepatu, puring, teh-tehan, krokot dan rumput manila.

Tanaman penghijauan ditanam dengan jarak 5-8 meter pada lokasi lahan terbuka 40% dari lahan yang

digunakan untuk pelabuhan atau ±1,2 Ha, pada tepi jalan, tepi saluran dan sekeliling batas lahan proyek.

Sedangkan tanaman hias dapat dikombinasikan dengan tanaman penghijauan pada lahan terbuka maupun

pada lahan untuk taman. Teknis pelaksanaan penghijauan didesain melalui perencanaan detail proyek

(DED) dengan mempertimbangkan peran dan fungsi tanaman penghijauan dalam ekosistem serta estetika.

5) Lokasi pengelolaan

Lokasi penghijauan yaitu dalam kawasan tapak proyek pada lahan terbuka, tepi jalan, tepi saluran, lahan keliling

tapak proyek, tepi pantai dan taman.

6) Periode Pengelolaan

Penanaman tanaman penghijauan dilaksanakan selama tahap konstruksi

7) Biaya Pengelolaan lingkungan

Biaya pelaksanaan penghijauan bersumber dari Pemrakarsa proyek yang berupa biaya investasi. Pembelian

tanaman, pupuk, dan peralatan biaya personil dan biaya operasional.

8) lnstitusi Pengelola

Institusi pengelola tetdiri dari:

a) Pelaksana : Pemrakarsa

b) Pengawas : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. SukaJaya

c) Pefaporan Hasil : – KAPEDALDA Kab. SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Biota Air Plankton Benthos

1) Dampak penting dan sumber dampak penting

a) Dampak Penting

Penurunan keanekaragaman plaknton dan benthos

b) Sumber dampak

Kegiatan pengerukan

2) Tolak Ukur dampak

Jumlah individu, jumlah jenis dan indeks keanekaragaman plankton dan benthos.

3) Tujuan rencana pengelolaan

Memperkecil penurunan keanekaragaman plankton dan benthos

4) Pengelolaan lingkungan

Pelaksanaan pengerukan bertahap dengan menggunakan metoda dan peralatan yang dapat menyedot langsung

lumpur dan ticlak menimbulkan pengadukan dan penyebaran lumpur ke perairan sekitar

5) Lokasi Pengelolaan

Pada perairan tapak proyek di lokasi pekerjaan pengerukan

6) Periode Pengelolaan

Selama masa pekerjaan pengerukan pada tahap konstruksi

7) Biaya pengelolaan

Biaya pelaksanaan pengerukan bersumber dari pemrakarsa terdiri dari biaya sewa peralatan kapal keruk dan

perlengkapannya, biaya personil dan operasional

8) Institusi Pengelola

a) Pelaksana: Pemrakarsa

b) Pengawas:- Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kab. SukaJaya

- Kantor Perikanan dan Kelautan Kab. SukaJaya

c) Pelaporan hasil : – KAPEDALDA Kab. SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

Komponen Sosial, Ekonomi, Sosial

1. Ketenagakerjaan

1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

1. Dampak Penting Peningkatan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar.

Menurunnya angka pennngangguran

2. Sumber Dampak Penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

1. Tolak Ukur Dampak

o Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di proyek.

o Jumlah penduduk yang mengembangkan usaha yang berkaitan dengan aktifitas pelayaran

o Jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur.

1. Tujuan Pengelolaan

Mengurangi anngka pengangguran.

1. Pengelolaan Lingkungan:

Perekrutan tenaga kerja bekerjasama dengan desa dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

SukaJaya, dengan mengutamakan tenaga kerja lokal.

1. Lokasi Pengelolaan : tapak proyek dan sekitarnya

2. Periode Pengelolaan : awal dari proses penerimaan tenaga kerja

3. Pembiayaan

Dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya personil dan operasional

1. Institusi Pengelola

1. Pelaksana : Pemrakarsa

2. Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transamigrasi Kab SukaJaya

3. Pelaporan : – KAPEDALDA Kab SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Mata Pencaharian

1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Penting

a) Dampak Penting

o

Peningkatan kesempatan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar

Menurunnya angka pengangguran

b). Sumber Dampak Penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

2) Tolak Ukur Dampak

a). Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di proyek

b). Jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur

3) Tujuan Pengelolaan

a). Mengurangi angka pengangguran

1. Mencegah peningkatan kekersan masyarakat

4) Pengelolaan Lingkungan: Perekrutan tenaga kerja bekerjsama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrsi Kabupaten pelayaran

Pembinaan usaha pada masyarakat sekitar yang dapat menunjang kegiatan pelayaran

5) Lokasi Pengeelolaan : tapak proyek dan sekitarnya

6) Periode Pengelolaan : selama proses operasi

7) Pembiayaan :

Pemrakarsa dan digunakan untuk biaya operasional dan upah personil

8). Institusi Pengelola :

a). Pelaksana : Pemrakarsa

b). Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. SukaJaya

c). Pelaporan : – KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

– BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Pendapatan Keluarga

1). Dampak penting dan sumber dampak penting

a). Dampak penting

Pendapatan keluarga masyarakat sekitar pelabuhan

b). Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian dan fasilitas pelabuhan

2). Tolak ukur dampak

Jumlah pendapatan keluarga

3). Tujuan Pengelolaan

Meningkatkan jumlah pendapatan keluarga masyarakat sekitar pelabuhan

4). Pengelolaan lingkungan : Perekrutan tenaga kerja bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten SukaJaya,

dengan mengutamakan tenaga kerja lokal. Kesempatan usaha diprioritaskan penduduk terkena dampak

5). Lokasi pengelolaan : tapak proyek dan sekitarnya

6). Periode pengelolaan : selama pelabuhan beroperasi

7). Pembiayaan :

Pemrakarsa dan digunakan untuk biaya operasional dan upah personil

8). Institusi pengelola :

a). Pelaksana : pengelola pelabuhan

1. Pengawas : – Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab.

SukaJaya

- Bagian Perekonomian Kabupaten SukaJaya

c). Pelaporan : – KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Mobilitas Penduduk

1). Dampak penting dan sumber penting

a). Dampak penting

Meningkatnya aktifitas dan mobilitas penduduk

b). Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian dan fasilitas pelayaran

2). Tolak ukur dampak

Produktifitas dan mobilitas penduduk

3). Tujuan pengelolaan

Mendorong mobilitas penduduk untuk meningkatkan produktifitasnya.

4). Pengelolaan lingkungan :

Memprioritaskan penduduk wilayah studi dalam pemberian kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang

tersedia

5). Lokasi pengelolaan : wilayah sekitar pelayaran

6). Periode pengelolaan : selama proyek beroperasi

7). Pembiayaan :

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan upah personil

8). Institusi pengelola :

a). Pelaksana : pengelola pelayaran

b). Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. SukaJaya

c). Pelaporan : KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Kecemburuan Sosial

1). Dampak penting dan sumber dampak penting

a). Dampak penting

Kecemburuan sosial yang terjadi sebagai akibat rasa kecewa oleh karena tidak terekrut sebagai tenaga

kerja pelayaran

b). Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

2). Tolak ukur dampak Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja di proyek.

Jumlah angkatan kerja lokal yang menganggur

3). Tujuan pengelolaan Mengurangi angka pengangguran

Mencegah peningkatan keresahan masyarakat

4). Pengelolaan lingkungan

Perekrutan tenaga kerja bekerjasama dengan pemerintah desa dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kabupaten SukaJaya dengan mengutamakan tenaga kerja lokal yang memenuhi persyaratan.

5). Lokasi pengelolaan :

Tapak proyek dan sekitarnya

6). Periode pengelolaan :

Awal dari proses penerimaan tenaga kerja

7). Pembiayaan :

Dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan personil

8). Institusi pengelola

a). Pelaksana : pemrakarsa

b). Pengawas : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. SukaJaya

c). Pelaporan : – KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

- BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Kesehatan masyarakat

1. Dampak penting dan sumber dampak penting

1. Dampak penting

1.

o Berjangkitnya berbagai jenis penyakit seperti : diare, muntaber, malaria, dan demam berdarah

o Penurunan kualitas lingkungan

1.

1. Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

1. Tolak ukur dampak penting

Peningkatan angka penderita sakit setelah proyek beroperasi

1. Tujuan pengelolaan

Mencegah dan menanggulangi berjangkitnya berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh aktivitas pelayaran.

1. Pengelolaan lingkungan :. Penataan lingkungan dan tata guna lahan dengan baik

Mengendalikan pertumbuhan pemukiman disekitar proyek

Pembuatan saluran/drainase dengan kuallitas dan kuantitas yang cukup memadai.

Pembuatan Pos Pelayanan Kesehatan (Poliklinik) pada tapak proyek.

Menjaga sanitasi lingkungan.

1. Lokasi pengelolaan :

Tapak proyek dan pemukiman penduduk terkena dampak.

1. Periode pengelolaan :

Selama masa operasi berlangsung.

1. Pembiayaan :

Berasal dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan upah personil.

1. Institusi pengelola :

1. Pelaksana : pemrakarsa

2. Pengawas : Dinas kesehatan Kabupaten SukaJaya

3. Pelapor : KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

: BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Perekonomian Daerah

1. Dampak penting dan sumber dampak penting

1.

1.

1.

1. Dampak penting

Perbaikan kondisi perokonomian KabupatenSukaJaya, ditandai dengan :

1.

o Peningkatan pemasukan dari hasil retribusi dan pajak bagi Kabupaten SukaJaya

o Peningkatan kegiatan ekonomi dan produktifitas masyarakat.

o Peningklatan pendapatan dan daya beli masyarakat.

1.

1.

1.

1. Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

1. Tolak ukur dampak penting

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten SukaJaya

1. Tujuan pengelolaan

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten SukaJaya

1. Cara Pengelolaan :.

Pengelolaan pelabuhan secara profesional

1. Lokasi pengelolaan : Kawasan Pelabuhan SukaJaya

2. Periode pengelolaan : Selama masa operasi berlangsung.

3. Pembiayaan :

Berasal dari pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan upah personil.

1. Institusi pengelola :

1. Pelaksana : Pemrakarsa

2. Pengawas : – Bagian perekonomian Kabupaten SukaJaya

1.

1.

Dinas Pendapatan Daerah kabupaten SukaJaya

Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Kabupaten SukaJaya

1.

1. Pelapor : KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

: BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Keamanan Lingkungan

1. Dampak penting dan sumber dampak penting

1.

1.

1.

1.

i.

1.

1. Dampak penting

1.

o Peningkatan frekuensi dan intensitas tindak kejahatan / kriminalitas

1.

1.

1.

1.

i.

1.

1. Sumber dampak penting

Pemanfaatandan pengoperasian fasilitas pelayaran

1. Tolak ukur dampak penting

Frekuensi dan intensitas tindak kejahatan

1. Tujuan pengelolaan

Mencegah peningkatan tindak kejahatan / kriminalitas baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

1. Pengelolaan lingkungan :

Membentuk suatu pengamanan pelabuhan bekerja sama dengan kepolisian setempat.

1. Lokasi pengelolaan : tapak proyek dan sekitarnya.

2. Periode pengelolaan : Selama masa operasi berlangsung.

3. Pembiayaan :

Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional pelatihan SAPAM, pembelian seragam dan perlengkapan

SATPAM, dan upah personil.

1. Institusi pengelola :

1. Pelaksana : pemrakarsa

2. Pengawas : Kepolisian Resort kabupaten SukaJaya

3. Pelapor : KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

: BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

1. Sistem Nilai dan Norma Sosial

1. Dampak penting dan sumber dampak penting

1. Dampak penting

Gangguan pada tata nilai, norma sosial, budaya dan adat – istiadat masyarakat lokal sekitar pelayaran.

1.

1. Sumber dampak penting

Pemanfaatan dan pengoperasian fasilitas pelayaran

1. Tolak ukur dampak penting

Masyarakat tidak resah oleh karena munculnya kegiatan – kegiatan yang dapat merusak tata nilai, norma-norma

sosial, budaya dan adat istiadat masyarakat lokal.

1. Tujuan pengelolaan

Mengurangi distorsi tata nilai, norma, budaya dan adat istiadat masyarakat lokal.

1. Pengelolaan lingkungan :

1.

1.

Peningkatan sarana pendidikan dan peribadatan.

Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat.

Pencegahan dan pengendallian terhadap munculnya tempat-tempat hiburan dan

jenis-jenis kegiatan yang melanggar norma-norma sosial, budaya dan adat istiadat

masyarakat lokal.

1. Lokasi pengelolaan : tapak proyek dan sekitarnya yang terkena dampak.

2. Periode pengelolaan : Selama operasi pelayaran.

3. Pembiayaan :

Berasal dari Pemrakarsa dan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan upah personil.

1. Institusi pengelola :

1. Pelaksana : Pemrakarsa

2. Pengawas : Dinas Pariwisata dan Sosial Kabupaten SukaJaya

Dinas pendidikan Nasional Kabupaten SukaJaya

Departemen Agama dan MUI Kabupaten SukaJaya

1. Pelapor : KAPEDALDA Kabupaten SukaJaya

: BAPPEDAL Propinsi Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA

Fandell, Chafid. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar Dalam Pembangunan. Jakarta:

Liberty Offset

Like

No 2.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Apa yang dimaksud dengan AMDAL?

Apa guna AMDAL?

Bagaimana Prosedur AMDAL?

Siapa yang menyusun AMDAL?

Siapa saja yang terlibat dalam AMDAL?

Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL

Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya?

Apa yang dimaksud dengan AMDAL?AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).“…kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup; dibuat pada tahap perencanaan…”Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.Dokumen AMDAL terdiri dari :

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.Apa guna AMDAL?

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan

“…memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif”“…digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin usaha dan/atau kegiatan”Bagaimana prosedur AMDAL?Prosedur AMDAL terdiri dari :

Proses penapisan (screening) wajib AMDAL

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).

Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.Siapa yang harus menyusun AMDAL?Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses AMDAL?Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :

Identitas pemrakarsa

Rencana Usaha dan/atau kegiatan

Dampak Lingkungan yang akan terjadi

Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas negara

Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya ?AMDAL-UKL/UPLRencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup WajibBagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup SukarelaKegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan.Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat didorong untuk disusun oleh

pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat “memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL.Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya

Analisis Dampak Lingkungan dan Analisis Resiko Lingkungan

1. Analisis  Dampak Lingkungan

 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan

penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.

AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh

terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah

aspek Abiotik, Biotik, danKultural. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun

2009 tentang “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup”.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

AMDAL digunakan untuk:

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha

dan atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau

kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL

Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau

kegiatan yang akan dilaksanakan, dan

masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam

proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan atau menerapkan penapisan 1

langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list).

Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11

Tahun 2006

2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai

dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002

3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO.

08/2006

4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

2. Analisis Resiko Lingkungan

Analisis Resiko Lingkungan (ARl) adalah proses memperkirakan resiko pada organisme, sistem,

atau populasi ( sub ) dengan segala ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpapar oleh agen

tertentu, dengan memperhatikan karakteristik agen dan sasaran yang spesifik. Menekankan proses

keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi risiko lingkungan dengan keuntungan

yang diperoleh dari berkurangnya risiko lingkungan tersebut. Jadi intinya Analisis risiko lingkungan

adalah proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat

dari kegiatan tertentu.

      Tahapan ARl :

1. Tentukan batasan studi atau analisis

2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi yang ingin di dapat

3.  Lakukan uji dampak lingkungan berdasarkan informasi data dan pengkategorian data yang telah

dikumpulkan

4.  Evaluasi informasi yang diperoleh dari uji data, dengan melakukan uji aspek dan dampak lingkungan

lingkungan.   Indentifikasi dari kegiatan pada masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang

memiliki potensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Ada 4 langkah dalam

menentukanaspek dan dampak lingkungan, yaitu :-       Identifikasi secara menyeluruh aktifitas dari

suatu kegiatan dengan menggunakan diagra alir atau table.-       Identifikasi aspek lingkungan dari

kegiatan yang dilakukan sebanyak-banyaknya

-       Identifikasi dampak yang ditimbulkan  berdasarkan aspek-aspek yang telah dibuat

-       Evaluasi dampak yang signifikan

Proses evalusi dapat dilakuakan dengan mengkombinasikan opini pribadi dengan matrik evaluasi

resiko. Matrik evaluasi resiko dapat dilakukan dengan analisis kulitatif dan kuatitatif.

Analisis kualitatif : menggolongkan tingkat resiko berdasarkan hirarki probabilitas risiko dan tingkat

risiko akibat dampat.

Analisis semi kuatitatif : konsepnya sama dengan yang kualitatif, tapi memakai angka untuk

menentukan tingkat potensial risiko. tujuan untuk mempermudah memberikan detail tingkat resiko

untuk lebih mempermudah dalam menentukan prioritas masalah.

Analisa kuantitatif : Menggunakan angka dan perhitungan matematis dalam menentukan tingkat

risiko. Data dapat diperoleh dari : Data base, pengalaman sebelumnya, eksperimen, literature,

pemodelan.

Analisis Risiko Lingkungan Pemukiman

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar hutan lindung, dapat berupa perkotaan atau

perdesaan. Berfungsi untuk tempat tinggal atau hunian tempat melaksanakan kegiatan perikehidupan

dang penghidupan.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang

dilengapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar lingkungan fisik dan sarana

lingkungan yaitu fasililitas penunjang yang mendukung penyelenggaraan dan pengembangan

kehidupan.

Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah ketentuan teknis

yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni atau masayrakat yang bermukim dan /atau

masyarakat sekitar dari bahaya dan ganguan kesehatan.

ARL perumahan dan pemukiman dapat dialakukan berdasarkan Persyaratan kesehatan pemukimannya

Yang umum di analisa yaitu, berdasarkan  Kepmenkes no 829/Menkes/SK/VII/1999 antara lain :

-       Lokasi

-       Kualitas Udara

-       Kebisingan dan Getaran

-       Kualitas tanah daerah pemukiman dan Perumahan

-       Prasarana dan sarana Lingkungan

-       Vektor Penyakit

-       Penghijauan

Analisis Risiko Lingkungan  Perusahaan

ARL di perusahaan dilakukan pada prose’s dan kegiatan perusahaan yang berisiko menimbulkan

bahaya bagi lingkungan perusahaan dan lingkugan sekitarnya. Dapat dilakuakn dengan menggunakan

diagram alir ataupun audit lingkungan.

Fungsi Audit Lingkungan :

-       Merupakan dokumen  suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan pengelolaan, pemantauan,

pelaporan atau rencana perubahan  peratuaran dan proses internal perusahaan

-       Alat untuk melakukan identifikasi masalah lingkungan internal

-       Alat untuk melakukan evaluasi kenerja organisasi dan divisi lingkungan

Manfaat Audit Lingkungan intinya :

-       untuk mengindentifikasi masalah lingkungan

-       menghindari sanksi karena kesalahan prosedur pengelolaan

-       menghindari kerugian materi

-       Mengindentifikasi potensi penghematan biaya

-       Sebagai dokumen perushaan

Perbedaan audit lingkungan dengan AMDAL intinya :

-       AL kegiatan sudah berjalan AMDAl kegiatan beum ada

-       AL kegitan bersifat kontinyu pada periode waktu tertentu , AMDAL kegiatan hanya sekali

-       AL cakupan masalahnya , hanya pada yang sedang dihadapi, AMDAL cakupannya luas dan

berdampak jangka panjang

-       AL bersifat voluntary, AMDAL mandatory

-       AL bersifat rahasia, AMDAL terbuka, dipresentasikan kepada tim penilai AMDAL

Prose’s mekanisme audit

-       Aktifitas pra audit

-       Aktifitas lapangan ; pertemuan awal, pengawasan internal, pengumpulan fakta, evaluasi temuan,

laporan temuan

-       Aktifitas psca audit

Laporan hasil audit

Tidat ada format baku alam pembuatan laporan Audit Lingkungan, tapi pada intinya kelengkapan dan

kedalaman informasi yang diberikan , yang menyangkut :

-       gambaran umum pelaksanaan dan hasil audit

-       aspek yang ditelaah dalam audit : aspek teknis, aspek manajemen lingkungan, aspek Legal.

-       Evaluasi hasil temuan

Saran dan tindak lanjut: program yang kritis dan perlu perhatian, skala prioritas, Program yang lebih

lanjut lagi .

Sekian yang dapat saya tampilkan atau tunjukan kepada rekan- rekan dan dosen saya. Semoga dapat

bermanfaat bagi saya sendiri dan para pembaca.

Saya ucapkan terima kasih karena telah mengunjungi blog saya dan jangan lupa kritik dan saran untuk

menyempurnakan hasil karya ini.

Prof. Mukono Blog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas AirlanggaSEP09

Analisis Mengenai DAmpak Lingkungan (AMDAL) dan Faktor Recovery Ekonomi Posted by: mukono in Uncategorized Add comments

PENDAHULUAN

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) pertama kali dicetuskan berdasarkan atas ketentuan

yang tercantum dalam pasal 16 Undang-undang No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan amanat pasal 16 tersebut diundangkan pada tanggal 5 Juni

1986 suatu Peraturan Pemerintah No.29 tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL).Peraturan pemerintah (PP) No.29/ 1986 tersebut berlaku pada tanggal 5 Juni 1987 yaitu selang

satu tahun setelah di tetapkan. Hal tersbut diperlukan karena masih perlu waktu untuk menyusun kriteria

dampak terhadap lingkungan sosial mengingat definisi lingkungan yang menganut paham holistik yaitu

tidak saja mengenai lingkungan fissik/kimia saja namun meliputi pula lingkungan sosial.

Berdasarkan pengalaman penerapan PP No.29/1986 tersebut dalam deregulasi dan untuk mencapai

efisiensi maka PP No.29/1986 diganti dengan PP No.51/1993 yang di undangkan pada tanggal 23

Oktober 1993. Perubahan tersebut mengandung suatu cara untuk mempersingkat lamanya penyusunan

AMDAL dengan mengintrodusir penetapan usaha dan/ atau kegiatan yang wajib AMDAL dengan

keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan demikian tidak diperlukan lagi pembuatan

Penyajian Informasi Lingkungan (PIL). Perubahan tersebut mengandung pula keharusan pembuatan

ANDAL , RKL, dan RPL di buat sekaligus yang berarti waktu pembuatan dokumen dapat diperpendek.

Dalam perubahan tersebut di introdusir pula pembuatan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan yang tidak wajib AMDAL. Upaya Pengelolaan

Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) ditetapkan oleh Menteri Sektoral yang

berdasarkan format yang di tentukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Demikian pula wewenang

menyusun AMDAL disederhanakan dan dihapuskannya dewan kualifikasi dan ujian negara.

Dengan ditetapkannya Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UUPLH), maka PP No.51/1993 perlu diganti dengan PP No.27/1999 yang di undangkan pada tanggal 7

Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan kemudian. Perubahan besar yang terdapat dalam PP No.27 /

19999 adalah di hapuskannya semua Komisi AMDAL Pusat  dan diganti dengan satu Komisi Penilai

Pusat yang ada di Bapedal. Didaerah yaitu provinsi mempunyai Komisi Penilai Daerah. Apabila penilaian

tersebut tidak layak lingkungan maka instansi yang berwenang boleh menolak permohohan  ijin yang di

ajukan oleh pemrakarsa. Suatu hal yang lebih di tekankan dalam PP No.27/1999 adalah keterbukaan

informasi dan peran masyarakat.

Implementasi AMDAL sangat perlu di sosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namu perlu juga

pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia. Karena semua tahu bahwa

proses pembangunan di gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial

dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang sesuai dengan aturan yang ada maka di harapkan akan

berdampak positip pada recovery ekonomi pada suatu daerah.

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

Definisi AMDAL

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.

Dasar hukum AMDAL

Sebagai dasar hukum AMDAL adalah PP No.27/ 1999 yang di dukung oleh paket keputusan menteri

lingkungan hidup tentang jenis usaha dan/ atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL dan

keputusan kepala BAPEDAL tentang pedoman penentuan dampak besar dan penting.

Tujuan dan sasaran AMDAL    

Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat

berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Dengan melalui studi AMDAL

diharapkan usah dan / atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya

alam secara efisien, meminimumkan dampak negatip dan memaksimalkan dampak positip terhadap

lingkungan hidup.

Tanggung jawab pelaksanaan AMDAL

Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses pelaksanaan AMDAL adalah

BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).

Mulainya studi AMDAL

AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Sesuai dengan

PP No./ 1999 maka AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ijin melakukan

usaha dan / atau kegiatan . Oleh karenya AMDAL harus disusun segera setelah jelas alternatif lokasi

usaha dan /atau kegiatan nya serta alternatif teknologi yang akan di gunakan.

AMDAL dan perijinan.

Agar supaya pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan ,

pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan rencana usaha atau kegiatan. Berdasarkan PP

no.27/ 1999 suatu ijin untuk melakukan usaha dan/ atau kegiatan baru akan diberikan bila hasil dari studi

AMDAL menyatakan bahwa rencana usaha dan/ atau kegiatan tersebut layak lingkungan. Ketentuan

dalam RKL/ RPL menjadi bagian dari ketentuan ijin.

Pasal 22 PP/ 1999 mengatur bahwa instansi yan bertanggung jawab (Bapedal atau Gubernur)

memberikan keputusan tidak layak lingkungan apabila hasil penilaian Komisi menyimpulkan tidak layak

lingkungan. Keputusan tidak layak lingkungan harus diikuti oleh instansi yang berwenang menerbitkan ijin

usaha. Apabila pejabat yang berwenang menerbitkan ijin usaha tidak mengikuti keputusan layak

lingkungan, maka pejabat yang berwenang tersebut dapat menjadi obyek gugatan tata usaha negara di

PTUN. Sudah saatnya sistem hukum kita memberikan ancaman sanksi tidak hanya kepada masyarakat

umum , tetapi harus berlaku pula bagi pejabat yang tidak melaksanakan perintah Undang-undang seperti

sanksi disiplin ataupun sanksi pidana.

Prosedur penyusunan AMDAL

Secara garis besar proses AMDAL mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1.Mengidentifikasi dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan

2.Menguraikan rona lingkungan awal

3.Memprediksi dampak penting

4.Mengevaluasi dampak penting dan merumuskan arahan RKL/RPL.

Dokumen AMDAL terdiri dari 4 (empat) rangkaian dokumen yang dilaksanakan secara berurutan , yaitu:

1.Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)

2.Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3.Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

4.Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Pendekatan Studi AMDAL

Dalam rangka untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pelaksanaan AMDAL, penyusunan AMDAL bagi

rencana usaha dan/atau kegiatan dapat dilakukan melalui pendekatan studi AMDAL sebagai berikut:

1.Pendekatan studi AMDAL Kegiatan Tunggal

2.Pendekatan studi AMDAL Kegiatan Terpadu

3.Pendekatan studi AMDAL  Kegiatan Dalam Kawasan

Penyusunan AMDAL

Untuk menyusun studi AMDAL pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusun AMDAL.

Anggota penyusun ( minimal koordinator pelaksana) harus bersertifikat penyusun AMDAL (AMDAL B).

Sedangkan anggota penyusun lainnya adalah para ahli di bidangnya yang sesuai dengan bidang

kegiatan yang di studi.

Peran serta masyarakat

Semua kegiatan dan /atau usaha yang wajib AMDAL, maka pemrakarsa wajib mengumumkan terlebih

dulu kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun AMDAL. Yaitu pelaksanaan Kep.Kepala

BAPEDAL No.08 tahun 2000 tentang Keterlibatan masyarakat dan keterbukaan informasi dalam proses

AMDAL. Dalam jangka waktu 30 hari sejak diumumkan , masyarakat berhak memberikan saran,

pendapat dan tanggapan. Dalam proses pembuatan AMDAL peran masyarakat tetap diperlukan .

Dengan dipertimbangkannya dan dikajinya saran, pendapat dan tanggapan masyarakat dalam studi

AMDAL. Pada proses penilaian AMDAL dalam KOMISI PENILAI AMDAL  maka saran, pendapat dan

tanggapan masyarakat akan menjadi dasar pertimbangan penetapan kelayakan lingkungan suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan.

PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

Penilaian dokumen AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilaian AMDAL Pusat yang berkedudukan di

BAPEDAL untuk  menilai dokumen AMDAL dari usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis,

lokasinya melebihi satu propinsi, berada di wilayah sengketa, berada di ruang lautan, dan/ atau lokasinya

dilintas batas negara RI dengan negara lain.

Penilaian dokumen AMDAL dilakukan untuk beberapa dokumen dan meliputi penilaian terhadap

kelengkapan administrasi dan isi dokumen. Dokumen yang di nilai adalah meliputi:     1.Penilaian

dokumen Kerangka Acuan (KA)

2.Penilaian dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3.Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

4.Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Penilaian Kerangka Acuan (KA), meliputi:

1.Kelengkapan administrasi

2.Isi dokumen, yang terdiri dari:

a.Pendahuluan

b.Ruang lingkup studi

c.Metode studi

d.Pelaksanaan studi

e.Daftar pustaka dan lampiran

Penilaian Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), meliputi:

1.Kelengkapan administrasi

2.Isi dokumen, meliputi:

a.Pendahuluan

b.Ruang lingkup studi

c.Metode studi

d.Rencana usaha dan /atau kegiatan

e.Rona lingkungan awal

f.Prakiraan dampak penting

g.Evaluasi dampak penting

h.Daftar pustaka dan lampiran

Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), meliputi:

1.Lingkup RKL

2.Pendekatan RKL

3.Kedalaman RKL

4.Rencana pelaksanaan RKL

5.Daftar pustaka dan lampiran

Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), meliputi:

1.Lingkup RPL

2.Pendekatan RPL

3.Rencana pelaksanaan RPL

4.Daftar pustaka dan lampiran.

KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

(AMDAL) KABUPATEN/ KOTA. 

Komisi tersebut di bentuk oleh Bupati/ Walikota. Tugas komisi penilai adalah menilai KA, ANDAL, RKL,

dan RPL. Dalam melaksanakan tugasnya komisi penilai dibantu oleh tim teknis komisi penilai dan

sekretaris komisi penilai.

Susunan keanggotaan komisi penilai terdiri dari ketua biasanya dijabat oleh Ketua Dapedalda

Kabupaten/Kota, sekretaris yang dijabat oleh salah seorang pejabat yang menangani masalah AMDAL.

Sedangkan anggotanya terdiri dari wakil Bapeda, instansi yang bertugas mengendalikan dampak

lingkungan, instasi bidang penanaman modal, instansi bidang pertanahan, instansi bidang pertahanan,

instansi bidang kesehatan, instansi yang terkait dengan lingkungan kegiatan, dan anggota lain yang di

anggap perlu.

Secara garis besar komisi penilai AMDAL dapat terdiri dari unsur-unsur (1) unsur pemerintah;(2) wakil

masyarakat terkena dampak; (3) perguruan tinggi; (4) Pakar dan (5) organisasi lingkungan.

Ada semacam kerancuan dalam kebijakan AMDAL dimana dokumen tersebut ditempatkan sebagai

sebuah studi kelayakan ilmiah di bidang lingkungan hidup yang menjadi alat bantu bagi pengambilan

keputusan dalam pembangunan. Namun demikian komisi penilai yang bertugas menilai AMDAL

beranggotakan mayoritas wakil dari instansi pemerintah yang mencermikan heavy bureaucracy , dan

wakil-wakil yang melakukan advokasi . Dari komposisi yang ada dapat mengakibatkan hal-hal sebagai

berikut (1) keputusan kelayakan lingkungan di dominasi oleh suara suara yang didasarkan pada

kepentingan birokrasi; (2).wakil masyarakat maupun LSM sebagai kekuatan counter balance dapat

dengan mudah terkooptasi (captured or coopted)  karena berbagai faktor;

(3) keputusan cukup sulit untuk dicapai karena yang mendominasi adalah bukan pertimbangan ilmiah

obyektif akan tetapi kepentingan pemerintah atau kepentingan masyarakat/ LSM secara sepihak .

Sebagai seorang pengusaha atau investor , kemana dia harus berkonsultasi jika mereka akan

melaksanakan studi AMDAL ?. Sebaiknya konsultasi dapat dilakukan di 3 (tiga) komisi penilai AMDAL,

yaitu:

1.    Komisi Penilai AMDAL Pusat

2.    Komisi Penilai AMDAL Propinsi

3.    Komisi AMDAL Kabupaten/ Kota. Tergantung dari jenis rencana kegiatan yang akan di studi AMDAL

nya.

EVALUASI PROSES PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

Proses dan prosedur penilaian AMDAL secara umum cukup baik yang ditandai dengan singkatnya waktu

penilaian , memang waktu penilaian sangat tergantung dari kualitas KA dan dokumen AMDAL nya

sendiri.

Kemampuan teknis dan obyektifitas dari penilaian

Anggota komisi penilai yang telah memiliki sertifikat kursus AMDAL A, B, dan C cukup baik secara teknis

dan obyektif, lebih profesional serta anggota penilai yang pernah melakukan penyusunan AMDAL

walaupun jumlahnya relatif tidak banyak. Anggota komisi penilai yang berasal dari institusi sektoral atau

dari pemerintah daerah (bukan dari tim penilai tetap) sering belum banyak menguasai mengenai AMDAL.

Penilaian oleh LSM dan wakil dari masyarakat kadang-kadang kurang obyektif. Tim teknis yang ikut

duduk di dalam komisi penilai perlu lebih memahami peran bidangnya dalam AMDAL.

Evaluasi keterlibatan masyarakat.

Usaha melibatkan masyarakat dalam penilaian AMDAL cukup memadai dengan dilibatkannya LSM lokal

dan Pemerintah daerah (Bappeda), dan tokoh masyarakat.

AMDAL DAN EKONOMI KERAKYATAN

Dengan dilaksanakannya AMDAL yang sesuai dengan aturan, maka akan didapatkan hasil yang optimal

dan akan berpengaruh terhadap kebangkitan ekonomi. Kenapa demikian? Dalam masa otonomi daerah

diharapkan pemerintah daerah menganut paradigma baru , antara lain:

1.    Sumber daya yang ada di daerah merupakan bagian dari sistem penyangga kehidupan masyarakat,

seterusnya masyarakat merupakan sumber daya pembangunan  bagi daerah.

2.    Kesejahteraan masyarakat merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari

kelestarian sumber daya yang ada di daerah.

Dengan demikian maka dalam rangka otonomi daerah, fungsi dan tugas pemerintah daerah seyogyanya

berpegang pada hal-hal tersebut dibawah ini:

1.    Pemda menerima de-sentralisasi kewenangan dan kewajiban

2.    Pemda meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

3.    Pemda melaksanakan program ekonomi kerakyatan

4.    Pemda menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya di daerah secara konsisten.

5.    Pemda memberikan jaminan kepastian usaha

6.    Pemda menetapkan sumberdaya di daerah sebagai sumberdaya kehidupan dan bukan sumberdaya

pendapatan

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI AMDAL DI DAERAH.

Sebagai syarat keberhasilan implementasi AMDAL di daerah adalah:

1.Melaksanakan peraturan/ perundang-undangan yang ada

Contoh:

Sebelum pembuatan dokumen AMDAL pemrakarsa harus melaksanakan Keputusan Kepala Bapedal 8

tahun/ 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL yaitu

harus melaksanakan konsultasi masyarakat sebelum pembuatan KA. Apabila konsultasi masyarakat

berjalan dengan baik dan lancar, maka pelaksanaan AMDAL serta implementasi RKL dan RPL akan

berjalan dengan baik dan lancar pula. Hal tersebut akan berimbas pada kondisi lingkungan baik

lingkungan fisik/ kimia, sosial-ekonomi-budaya yang kondusif sehingga masyarakat terbebas dari dampak

negatip dari kegiatan dan masyarakat akan sehat serta perekonomian akan bangkit.

2.Implementasi AMDAL secara profesional, transparan dan terpadu.

Apabila implementasi memang demikian maka implementasi RKL dan RKL akan baik pula. Implementai

AMDAL, RKL dan RPL yang optimal akan meminimalkan dampak negatip dari kegiatan yang ada.

Dengan demikian akan meningkatkan status kesehatan, penghasilan masyarakat meningkat dan

masyarakat akan sejahtera. Selain itu pihak industri dan/atau kegiatan dan pihak pemrakarsa akan

mendapatkan keuntungan yaitu terbebas dari tuntutan hukum     ( karena tidak mencemari lingkungan )

dan terbebas pula dari tuntutan masyarakat  ( karena masyarakat merasa tidak dirugikan ). Hal tersebut

akan lebih mudah untuk melakukan pendekatan sosial-ekonomi-budaya dengan masyarakat di sekitar

pabrik/ industri/ kegiatan berlangsung.

Penerapan Peraturan AMDAL, UKL-UPL, SPPL, DELH/DPLH Di Kab. SukabumiAUGUST 23, 2010 

2 Votes

AMDAL

Definisi AMDAL:Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan.

UKL-UPL DAN SPPL

Definisi UKL-UPL: PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

Definisi SPPL: PERNYATAAN KESANGGUPAN dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan PENGELOLAAN

DAN PEMANTAUAN lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya.

DELH & DPLH

Definisi DELH: Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan bagian dari prosesaudit lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumen amdal.

Definisi DPLH: Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH, adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memilikiUKL-UPL.

Dasar Peraturan Penerapan AMDAL, UKL-UPL, SPPL, DPPL, DELH dan DPLH (silahkan download):

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaah Lingkungan Hidup: UU 32 tahun 2009 Perlindungan Pengelolaan LH

2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL : PP. No 27 Tahun 1999 AMDAL

3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang UKL-UPL dan SPPL : PERMEN LH 13-2010 tentang UKL-UPL dan SPPL

4. Peraturan Menteri Negara LH No. 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Usaha Kegiatan yang Wajib AMDAL : PermenLH No.11 Tahun 2006_Jenis_Usaha_Wajib_Amdal; PermenLH_11/2006_lamp 1;         PermenLH No. 11/2006_Lamp. 2: kawasan lindung; PermenLH 11-2006 lamp 3

5. Peraturan Menteri Negara LH No. 14 Tahun 2010 tentang DELH dan DPLH yaitu dokumen lingkungan hidup bagi kegiatan/usaha yang sudah operasional : PERMEN LH 14-2010c tentang DELH-DPLH

6. Keputusan Bupati Sukabumi No. 324 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL-UPL di Kab. Sukabumi

7. Keputusan Bupati Sukabumi No. 325 Tahun 2003 tentang Pembentukan Komisi Penilai AMDAL. Kabupaten Sukabumi.

8. Keputusan Bupati No. 417 A tahun 2003 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Studi Lingkungan.

PROSEDUR PENERBITAN REKOMENDASI UKL-UPL DAN SPPL

Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup

PENAPISAN AMDAL DAN UKL-UPL