upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya … filepengelasan. dengan adanya potensi bahaya...

23
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN DENGAN INSTALASI HIDRAN SEBAGAI BAGIAN DARI BIDANG KESELAMATAN KERJA PADA PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI KENDAL Sukeksi Ristiyani Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : [email protected] ABSTRAK Kerangka pikir penelitian ini adalah dengan adanya perkembangan industri terutama indsutri kayu lapis mempunyai potensi bahaya kecelakaan, salah satunya adalah potensi bahaya kebakaran. Potensi bahaya kebakaran yang terdapat di PT. KAYU LAPIS INDONESIA adalah berasal dari bahan-bahan mudah terbakar (kayu, debu kayu, veneer, metanol, solar), mesin-mesin pengering, pengelasan. Dengan adanya potensi bahaya kebakaran tersebut maka perlu upaya pencegahan dengan harapan tercipta keselamatan kerja, antara lain dengan penyimpanan bahan mudah terbakar dengan baik, pengawasan terhadap pekerjaan pengelasan dan perawatan terhadap instalasi listrik serta mesin-mesin pengering. Namun apabila bahaya kebakaran tidak dapat dihindari maka perlu upaya penanggulangan. Upaya penanggulangan antara lain dengan alat pemadam api ringan (APAR), alat pemadam api bersoda serta hidran. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah instalasi hidran yang mempunyai kelebihan efektif untuk pemadam kebakaran yang besar dan jangkauannya luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan instalasi hidran dan pasukan pemadam kebakaran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di PT. KAYU LAPIS INDONESIA. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dimana data dikumpulkan melalui observasi dan pengukuran secara langsung terhadap obyek yang diteliti serta wawancara dengan anggota pasukan pemadam kebakaran. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hidran yang ada di PT. KAYU LAPIS INDONESIA adalah hidran jenis box. Box hidran yang terpasang berjumlah 141 buah, dengan komponen- komponen meliputi slang kebakaran dengan ukuran 2 inchi, panjang 30 meter, pompa dan bak penampungan (1450 m 3 ), nozzle, kopling dan mempunyai pasukan pemadam kebakaran sebanyak 31 (tiga puluh satu) personil. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 dan panduan instalasi/pemasangan hidran untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan dan gedung dapat dikatakan bahwa peralatan dan kondisi instalasi hidran secara umum telah memenuhi persyaratan. Kata kunci : Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dengan Instalasi Hidran Pendahuluan Kemajuan pembangunan di sektor indsutri dewasa ini berlangsung sangat cepat dan membawa perubahan-perubahan yang besar dalam tata kehidupan negara dan masyarakat. Kemajuan tersebut selain membawa dampak positip juga membawa dampak negatif. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi maju salah satunya adalah resiko kebakaran. Bahaya kebakaran tidak harus disebabkan oleh kemajuan industri. Namun di sektor ini terdapat potensi bahaya kebakaran yang lebih besar dibanding dengan sektor yang lain (Sudarjatmo, 1988). 1

Upload: hoangbao

Post on 30-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

DENGAN INSTALASI HIDRAN SEBAGAI BAGIAN DARI BIDANG

KESELAMATAN KERJA PADA PT. KAYU LAPIS INDONESIA DI KENDAL

Sukeksi Ristiyani

Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Kerangka pikir penelitian ini adalah dengan adanya perkembangan industri terutama indsutri kayu

lapis mempunyai potensi bahaya kecelakaan, salah satunya adalah potensi bahaya kebakaran.

Potensi bahaya kebakaran yang terdapat di PT. KAYU LAPIS INDONESIA adalah berasal dari

bahan-bahan mudah terbakar (kayu, debu kayu, veneer, metanol, solar), mesin-mesin pengering,

pengelasan. Dengan adanya potensi bahaya kebakaran tersebut maka perlu upaya pencegahan

dengan harapan tercipta keselamatan kerja, antara lain dengan penyimpanan bahan mudah terbakar

dengan baik, pengawasan terhadap pekerjaan pengelasan dan perawatan terhadap instalasi listrik

serta mesin-mesin pengering. Namun apabila bahaya kebakaran tidak dapat dihindari maka perlu

upaya penanggulangan. Upaya penanggulangan antara lain dengan alat pemadam api ringan

(APAR), alat pemadam api bersoda serta hidran. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian

adalah instalasi hidran yang mempunyai kelebihan efektif untuk pemadam kebakaran yang besar

dan jangkauannya luas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan instalasi hidran dan

pasukan pemadam kebakaran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di

PT. KAYU LAPIS INDONESIA.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dimana data dikumpulkan melalui observasi dan

pengukuran secara langsung terhadap obyek yang diteliti serta wawancara dengan anggota pasukan

pemadam kebakaran.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hidran yang ada di PT. KAYU LAPIS INDONESIA

adalah hidran jenis box. Box hidran yang terpasang berjumlah 141 buah, dengan komponen-

komponen meliputi slang kebakaran dengan ukuran 2 inchi, panjang 30 meter, pompa dan bak

penampungan (1450 m3), nozzle, kopling dan mempunyai pasukan pemadam kebakaran sebanyak

31 (tiga puluh satu) personil.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 dan panduan

instalasi/pemasangan hidran untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada

bangunan dan gedung dapat dikatakan bahwa peralatan dan kondisi instalasi hidran secara umum

telah memenuhi persyaratan.

Kata kunci : Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dengan Instalasi Hidran

Pendahuluan Kemajuan pembangunan di sektor

indsutri dewasa ini berlangsung sangat cepat

dan membawa perubahan-perubahan yang besar

dalam tata kehidupan negara dan masyarakat.

Kemajuan tersebut selain membawa dampak

positip juga membawa dampak negatif.

Dampak yang ditimbulkan oleh

teknologi maju salah satunya adalah resiko

kebakaran. Bahaya kebakaran tidak harus

disebabkan oleh kemajuan industri. Namun di

sektor ini terdapat potensi bahaya kebakaran

yang lebih besar dibanding dengan sektor yang

lain (Sudarjatmo, 1988).

1

Kebakaran di perusahaan merupakan

suatu hal yang tidak diinginkan oleh tenaga

kerja maupun pengusaha, dan masalah

kebakaran banyak terjadi di sana sini, hal ini

menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan

pencegahan terhadap kebakaran perlu

ditingkatkan. Banyak kebakaran terjadi di luar

jam kerja, dalam hal ini tenaga kerja tidak

terkena kecelakaan atau cidera sebagai

akibatnya, tetapi biasanya musnahnya atau

terbakarnya sebagian perusahaan beserta mesin

atau peralatannya berakibat pula hilangnya

kesempatan kerja. Kebakaran di perusahaan

mempunyai pengaruh sosial ekonomi yang

cukup besar. (Suma’mur, 1984).

Salah satu bentuk teknologi

pengendalian terhadap bahaya kebakaran adalah

penanggulangan kebakaran dengan sistim

hidran. Dibanding alat pemadam api yang lain

seperti peralatan pemadam kebakaran

tradisional (pasir, karung, ember, sekop),

APAR, splinker, hidran mempunyai beberapa

kelebihan. Peralatan pemadam tradisional

hanya efektif untuk pemadam kebakaran yang

masih kecil, APAR digunakan sesuai dengan

jenis apinya.

Kelebihan hidran dari alat pemadam api

yang lain adalah hidran dapat digunakan secara

efektif pada pemadam kebakaran yang sudah

besar, bentuk perlindungannya dapat

menyeluruh serta memiliki jangkauan yang

jauh.

PT. KAYU LAPIS INDONESIA (KLI)

adalah perusahaan terpadu dengan produk

utama plywood mempunyai resiko bahaya

kebakaran yang tinggi. Hal ini karena di PT.

KLI banyak menggunakan bahan yang mudah

terbakar yaitu kayu dan metanol. Selain itu juga

banyak menggunakan mesin yang bisa

menimbulkan bahaya kebakaran yaitu mesin

pengeringan (dry kiln), pengelasan.

Berangkat dari pemikiran di atas,

pengusaha dan penanam modal hendaknya

mempertimbang-kan untuk pemasangan

instalasi hidran yang memenuhi syarat.

Oleh karena itu penulis mencoba

mengetahui pemasangan instalasi hidran di PT.

KLI dengan mengadakan penelitian yang

berjudul ‘UPAYA PENCEGAHAN DAN

PENANGGULANGAN BAHAYA

KEBAKARAN DENGAN ISNTALASI

HIDRAN SEBAGAI BAGIAN BIDANG

KESELAMATAN KERJA PADA PT. KAYU

LAPIS INDONESIA DI KENDAL.

Rumusan Masalah

Bagaimana kemampuan dan kesiapan instalasi

hidran dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran di PT. Kayu

Lapis Indonesia.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan

instalasi hidran dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran di PT. Kayu

Lapis Indonesia

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi perusahaan dalam

rangka kewaspadaan terhadap bahaya

kebakaran dan penyebarluasan atau

pemasyarakatan keselamatan kerja di

lingkungan perusahaan terutama tentang

bahaya kebakaran.

2. Sebagai masukan bagi pekerja agar lebih

waspada terhadap bahaya kebakaran

terutama bagi pekerja di bagian yang

potensial terhadap bahaya kebakaran.

Tinjaun Pustaka

A. Pengertian

Istilah yang ditetapkan dalam Surat

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 158 tahun 1972

antara lain :

1. Kebakaran adalah timbulnya api yang

tidak dikehendaki, akibat kebakaran

adalah kerugian materiil dan moril

yang berupa harta benda dan jiwa

raga.

2. Pencegahan kebakaran adalah segala

daya upaya secara berencana untuk

mencegah timbulnya serta terjadinya

kebakaran.

3. Pemberantasan kebakaran adalah

semua kegiatan usaha untuk

mendeteksi, memadamkan,

menyelamatkan jiwa raga, memberi

2

pertolongan pada kecelakaan,

mengamankan harta benda serta

wilayah, penyelidikan sebab musabab,

pengusutan serta penyelidikan

kebakaran sampai pengajuan ke

pengadilan dan rehabilitasinya.

4. Kesiapsiagaan pemberantasan

kebakaran adalah segala daya upaya

secara berencana untuk memberantas

kebakaran.

5. Penanggulangan kebakaran adalah

kegiatan untuk melakdanakan

pencegahan dan pemberantasan

kebakaran.

B. Prinsip terjadinya kebakaran

Api/kebakaran dapat terjadi jika dapat

bertemunya ketiga unsur menjadi satu

dalam kedudukan konsentrasi unsur-unsur

yang tepat. Ketiga unsur tadi adalah :

1. Udara/oksigen

Oksigen atau gas O2 terdapat di udara

bebas, dalam keadaan normal

prosentase di udara adalah 21 %.

Karena oksigen sebenarnya adalah

suatu gas pembakar maka sangat

menentukan kadar keaktifan dan

pembakaran. Suatu tempat dinyatakan

masih mempunyai keaktifan

pembakaran bila kadar oksigennya

lebih dari 15%, sedangkan

pembakaran tidak akan terjadi bila

kadar oksigen di udara kurang dari

12%.

2. Panas

Panas adalah salah satu penyebab

timbulnya kebakaran. Dengan adanya

panas maka suatu bahan akan

mengalami perubahan temperatur

sehingga akhirnya mencapai titik nyala

menjadi mudah sekali terbakar.

3. Bahan

Bahan yang mudah terbakar

dimaksudkan bahan dapat berbentuk

padat, cair dan gas. Bahan inilah yang

sangat menentukan untuk mendeteksi

mula kebakaran harus hati-hati dan

harus benar benar tepat.

Rekasi ketiga unsur tersebut dalam

suatu segitiga yang disebut segitiga api

(Gatot Soedharto, 1983).

C. Klasifikasi Kebakaran

Klasfikasi kebakaran adalah penggolongan

kebakaran didasarkan atas jenis-jenis

apinya. Hal ini dimaksudkan agar dapat

ditentukan sistem pemadam api yang tepat,

sehingga dapat dipilih alat-alat atau bahan

pemadam yang cocok untuk klas

kebakaran tersebut.

Klasifikasi kebakaran dapat dibagi menjadi

empat klas yaitu :

1. Klas A : adalah kebakaran dari bahan-

bahan yang mudah terbakar seperti

kayu, kertas, plastik, tekstil dan

sebagainya.

2. Klas B : adalah kebakaran dari bahan

cair atau gas, seperti bensin, solar,

bensol, butane dan sebagainya.

3. Klas C : adalah kebakaran yang

disebabkan oleh arus listrik pada

peralatan-peralatan, permesinan,

genarator, panel lsitrik dan sebagainya.

4. Klas D : adalah kebakaran dari bahan-

bahan logam, seperti titanium, sodium,

aluminium, dan sebagainya.

D. Faktor penyebab kebakaran

Menurut menurut Suma’mur (1994)

peristiwa yang dapat mengakibatkan

terjadinya kebakaran adalah sebagai

berikut :

1. Nyala api dan bahan-bahan yang pijar

2. Penyinaran

3. Peledakan uap atau gas

4. Peledakan debu atau noktah-noktah zat

cair

5. Percikan api

6. Terbakar sendiri

7. Reaksi kimiwai

8. Peristiwa alam

E. Akibat kebakaran

Kebakaran dapat menimbulkan korban

manusia, harta, benda, kerusakan

lingkungan, terganggunya proses produksi,

barang dan jasa, secara mental dapat

3

mengganggu stabilitas keamanan dan

ketenangan masyarakat.

F. Sistem pemadam kebakaran

Dasar-dasar dari pemadam kebakaran ada

tiga macam, yaitu :

1. Cara penguraian

Adalah sistem pemadaman dengan cara

memisahkan atau menjauhkan benda-

benda yang dapat terbakar.

2. Cara pendinginan

Adalah cara pendinginan dengan cara

menurunkan panas, dalam hal ini air

adalah merupakan bahan pemadam

yang pokok.

3. Cara isolasi

Adalah cara pemadaman dengan cara

mengurangi kadar oksigen pada lokasi

sekitar benda-benda yang terbakar.

Cara ini disebut juga cara lokalisasi

yaitu membatasi atau menutup benda-

benda yang terbakar agar tidak bereaksi

dengan oksigen.

Dengan mengetahui sistem pemadaman,

maka tiap-tiap klas kebakaran dapat

ditentukan bahan-bahan pemadaman yang

tepat.

Untuk klas A bahan pemadam yang tepat

adalah air, pasir, tanah, alat pemadam

CO2.

Untuk klas B bahan pemadam yang tepat

adalah foam, ppwder dry chemical.

Untuk klas C bahan pemadam yang paling

baik adalah CO2, dry chemical, BCF.

Penggunaan air atau busa sangat berbahaya

karena air atau busa yang mengandung air

merupakan penghantar lsitrik.

Untuk klas D bahan pemadam yang paling

tepat adalah dry chemical, bahan yang lain

tidak boleh digunakan.

(Gatot Soedharto, 1983).

4. Hidran

1. Pengertian

Dalam Surat Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor

02/KPTS/1985 menyebutkan bahwa

hidran adalah alat pemadam kebakaran

yang dilengkapi dengan slang gulung

dan mulut pancar untuk mengalirkan air

bertekanan. Sedangkan yang dimaksud

dengan instalasi hidran adalah

rangkaian peralatan yang digunakan

untuk pemadaman kebakaran dengan

bahan pemadam utama adalah air. Dan

hidran adalah peralatan pemadam yang

unsur terbanyaknya adalah air (Suharto,

1988).

2. Klasifikasi hidran

Berdasarkan letaknya, hidran dapat

dibagi menjadi dua macam yaitu :

a). Hidran gedung, adalah hidran yang

terletak di dalam suatu

bangunan/gedung dan instalasi serta

peralatannya disediakan dan dimiliki

oleh gedung tersebut.

b). Hidran halaman adalah hidran yang

terletak di luar bangunan, sedangkan

instalasi dan peralatannya

disediakan dan dimiliki oleh

bangunan tersebut.

Sedangkan menurut besarnya ukuran

pipa hidran yang dipakai, maka

hidran dibagi dalam tiga klas yaitu :

1) Hidran klas I : ukuran pipa slang

6,25 cm

2) Hidran klas II : ukuran pipa slang

3,75 cm

3) Hidran klas III ukuran klas III

(gabungan hidran klas I dan klas II)

3. Komponen hidran

Terdiri dari :

a). Sumber penyediaan air

Adalah sejumlah air yang ditampung

di suatu tempat untuk keperluan

pemadaman kebakaran dengan

sistem hidran (Suharto, 1988).

Persediaan air tersebut dapat diambil

dari tangki-tangki, sumur, kolam

renang, sungai maupun danau.

b) Pompa hidran

Adalah pompa air yang digunakan

untuk menghisap dari penampungan

dengan tekanan tertentu dan

mempertahankan tekanan pada

instalasi hidran (Suharto, 1988).

c). Peralatan penyalur air

4

Merupakan alat yang berfungsi

untuk menyalurkan air dari sumber

air ke arah api dalam bentuk aliran

tertentu sehingga diperoleh efisiensi

pemadaman yang optimal.

Macam-macam peralatan penyalur

air antara lain :

1). Slang kebakaran, untuk

meyalurkan air dari sumber ke

nozzle.

2). Alat penyambung slang (hose

filting) antara lain :

- Kopling berfungsi menyam-

bung dua buah slang.

- Penyemprot (nozzle) berfungsi

mempercepat aliran air yang

keluar dari ujung slang dan

membentuk aliran tertentu.

4. Tehnik penggunaan media pemadam air

Air sebagai media pemadam dapat

digunakan dalam berbagai bentuk

sesuai kebutuhan yaitu :

a. Zet, digunakan apabila jumlah air

besar, jarak cukup jauh, pada

kebakaran klas A dengan

pengarahan langsung atau tidak

langsung.

b. Spray, digunakan apabila jumlah

jarak dekat, pada kebakaran klas A,

B dan dapat dipakai usaha perisai.

c. Fog/embun digunakan apabila

jumlah air relatif berkurang, jarak

dekat, pada kebakaran klas A,B,C

dapat dipakai sebagai perisai.

(Jhonny Hutabarat, 1990).

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan jenis

penelitian yang bersifat deskriptif yaitu

melakukan pengamatan dan penelitian

terhadap upaya-upaya pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran dengan

sistem hidran serta terhadap keberadaan

dan keadaan hidran beserta peralatannya,

kemudian hasil pengamatan dan penelitian

dibandingkan dengan peraturan yang

berlaku.

B. Obyek dan Lokasi Penelitian

Obyek penelitian yang akan diamati

meliputi : jenis hidran, jarak antar hidran,

kotak hidran, slang, penyediaan air serta

peralatan yang lain di PT. KAYU LAPIS

INDONESIA.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan

antara ain, meteran, jangka sorong, SK.

MENPU No. 02/KPTS/1985 dan Panduan

Pemasangan/Instalasi hidran untuk

Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya

Kebakaran pada Bangunan Rumah dan

Gedung.

D. Tehnik Pengambilan Data

Dilakukan dengan cara observasi,

wawancara dan pengukuran

E. Analisis Data

Data hasil pengamatan dan penelitian

kemudian dianalisis dengan cara

membandingkan dengan Surat Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor

02/KPTS/1985 dan Panduan

Instalasi/Pemasangan Hidran untuk

pencegahan dan penanggulangan bahaya

kebakaran pada bangunan rumah dan

gedung.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1. Komponen Instalasi Hidran

a. Persediaan Air dan Pompa Air

Ditangani oleh bagian Water Pool.

Sumber air yang digunakan berasal

dari sumur artesis. Air dipompa

dan ditampung dibak penampung-

an yang berada di water pool

terdiri dari :

1). Water pool I : mensuplai

kebutuhan air ke bagian glue

plant, gudang metanol, ruang

konsesi, ruang bengkel umum,

ruang boiler, plywood I s/d V (

A s.d E line) terdiri dari 2 bak

penampungan dengan kapasitas

masing-masing 90 m3 dan 600

m3.

2). Water Pool II : mensuplai

kebutuhan air ke bagian ruang

5

polyester, shin-hung, gudang

lokal, limha ganesa, block

board, samwill I dan II, klin dry

dengan kapasitas penampungan

600 m3.

Pipa penghisap berdiameter 3 inchi,

sedangkan pipa-pipa yang

digunakan sebagai pipa penyalur

pada instalasi hidran mempunyai

ukuran 6 inchi (pipa induk), 4

inchi, 3 inchi dan 2 inchi (output).

Pompa-pompa yang digunakan

untuk menghisap air dan

menyalurkan ke bak penampungan

mempunyai spesifikasi sendiri-

sendiri yaitu :

a. Pompa Utama

Di water pool I terdapat 3

pompa utama yaitu :

1). Merk : Ebara

Type : 80 SQGM

Kapasitas :0,4 m3/mnt

Total head : 21 meter

Daya : 7,5 KW

Kec. Putaran : 1.450 rpm

Besar arus : 10 A

Diameter pipa : 2 inchi

b. Merk : Kansus Pump

Type : 80 CSHS

Kapasitas : 35 m3/jam

Total head : 80 meter

Daya : 18,5 HP

Kec. Putaran : 2.900 rpm

Diameter pipa : 2 inchi

c. Merk : Submersible

Type : 506 LXLS

Kapasitas : 400 l/mnt

Total head : 65 meter

Daya : 5 HP

Besar arus : 9 A

Diameter pipa : 2 inchi

Sedangkan pompa utama di water

pool II berjumlah satu buah

dengan spesifikasi :

Merk : Bhosan Pump

Type : 2 BA-6

Kapasitas : 20 m3/jam

Total head : 32 meter

Daya : 4 KW

Kec. Putaran : 2.856 rpm

Diameter pipa : 2 inchi

Untuk pompa utama semuanya

termasuk electric pump dimana

tenaga yang digunakan berasal dari

listrik (PLN dan genset).

Selain pompa utama juga

disediakan pompa-pompa

cadangan dengan spesifikasi

sebagai berikut :

a. Lokasi : Water Pool I

Merk : Ebara

Type : 80 TMSGM

Kapasitas: 560 liter/menit

Total head: 84 meter

Daya : diesel Isuzu 15 PK

Kec putaran : 3.100 rpm

b. Lokasi : Water Pool II

Merk : Ebara Pump

Type : 80 TMSGM

Kapasitas: 560 liter/menit

Total head : 84 meter

Daya : diesel 605 70 A

Mitsubishi Japan

Kec putaran : 3.100 rpm

2. Pemipaan

Pemipaan pada instalasi hidran

yang ada di PT. KLI dicat merah

dan terpisah dari pipa-pipa lain

serta mempunyai beberapa ukuran,

diantaranya :

a. Pipa berdiameter 6 inchi

sebagai pipa induk

b. Pipa berdiameter 4 inchi

sebagai pipa cabang

c. Pipa berdiameter 3 inchi

sebagai pipa cabang

d. Pipa berdiameter 2 inchi

sebagai output dari hidran/kran

Pipa-pipa tersebut terbuat dari besi

terpasang horisontal diberi

penggantung yang terbuat dari besi

setiap 2,5 meter dan terpisah dari

penggantung lain.

3. Slang pemadam kebakaran

Slang pemadam kebakaran yang

ada di PT. KLI berukuran diameter

2 inchi, panjang 30 meter

ditempatkan di dalam bok hidran,

6

di kantor tiap bagian dan ada yang

disimpan di kantor pos PMK. Hasil

pemeriksaan terhadap slang di bok

hidran terlihat pada Tabel 1

(lampiran). Dari tabel terlihat

bahwa masih ada box hidran yang

belum terisi slang yaitu sebanyak

58 buah bok hidran (0,4%) sedang

yang terpasang ada 83 buah (0,6%),

selain itu juga masih ada slang

yang tersimpan di kantor bagian

yaitu 6 buah slang di kantor bagian

KPI dan 2 buah di kantor Plywood

III.

4. Bok Hidran

Semua bok hidran yang terpasang

terbuat dari bahan kayu, dicat

merah sebanyak 141 buah kotak

yang tersebar di seluruh ruangan

produksi, berukuran panjang 57

cm, lebar 23 cm dan tinggi 60 cm.

Jumlah bok gedung sebanyak 62

buah dan 79 buah hidran halaman,

pemasangan yang tidak terhalang

berjumlah 103 buah, terhalang

benda dan pagar sebanyak 8 buah

dan yang sulit dicapai karena

terhalang selokan sebanyak 30

buah.

5. Nozzle

Nozzle yang tersedia di setiap bok

berukuran panjang 54,5 cm, dan

diameter pengeluaran 1,6 cm

terbuat dari besi. Pemeriksaan

pemancar dapat dilihat pada tabel

1. Dari tabel didapatkan bahwa

masih banyak bok hidran yang

belum terisi oleh nozzle yaitu

sebanyak 101 bok (0,7%) dan yang

sudah terisi baru berjumlah 40 buah

(0,3%) sedang yang tersimpan di

kantor bagian ada 8 buah di bagian

Plywood III dan 5 buah di KPI.

B. Pembahasan

1. Persediaan air

Berdasarkan penelitian didapat-kan

bahwa persediaan air untuk hidran

terdiri dari empat bak

penampungan dengan kapasitas 90

m3, 600 m3, 600 m3 dan 160 m3. Air

yang digunakan bersumber dari

sumur artesis. Dalam surat

keputusan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 02/KPTS/1985 bab

II Pasal 2 menyebutkan bahwa air

yang tersedia setiap saat sekurang-

kurangnya 10.000 liter, sedangkan

dalam Buku Panduan Pemasangan

Hidran untuk Bangunan dan

Gedung dari Departemen Pekerjaan

Umum bab II.2.1.2 disebutkan

bahwa :

a. Sumber air untuk keperluan

hidran dapat berasal dari

PDAM, BPAM , sumur artesis,

sumur gali.

b. Persediaan air untuk hidran

setiap saat 30.000 liter dan

mudah dicapai oleh mobil

pemadam kebakaran.

Jadi secara umum perseidaan air

untuk instalasi hidran sudah

memenuhi dan sesuai persyaratan.

2. Pompa

Pompa yang digunakan berjumlah

6 pompa utama dan 2 pompa

cadangan yang masing-masing

pompa mempunyai spesifikasi

sendiri-sendiri. Tenaga penggerak-

nya dari listrik yang berasal dari

PLN dan genset. Dalam panduan

pemasangan hidran bab III.3.10

dijelaskan bahwa :

a. Untuk mendapatkan air yang

bertekanan harus menggunakan

pompa bertekanan yang

mempunyai spesidikasi sesuai

persyaratan hidran.

b. Banyaknya pompa hydan

minimal 1 buah yang bekerja

secara otomatis dan manual

dimana start secara otomatis

dan stop secara manual.

c. Sumber motor untuk penggerak

pompa harus dibuat dari

generator yang dapat bekerja

secara otomatis dan dalam

7

waktu kurang dari 10 menit

bila sumber listrik dari PLN

padam.

Berdasarkan panduan tersebut,

maka pompa yang adai di PT. KLI

telah memenuhi dan mencukupi.

3. Slang

Slang yang digunakan di PT. KLI

baik yang terpasang maupun yang

tidak terpasang di bok hidran

termasuk jenis slang tekan yang

terbuat dari kanfas dengan panjang

20 meter dan diameter 2 inchi.

Dalam panduan pemasangan hidran

bab II.2.5 dijelaskan diameter

minimum slang 1,5 inchi dan dalam

bab III.2.9.3.b. disebutkan bahwa

slang gulung dapat berupa kanfas,

polyester dan karet.

Sehingga dikatakan bahwa slang

gulung telah memenuhi

persyaratan.

4. Bok hidran

Dalam bab II 2.9.3.a dan bab

III.3.9.3.a. tentang bahan kotak

hidran menyebutkan bahwa kotak

hidran terbuat dari besi, baja atau

tembaga, sedangkan bok hidran

yang terpasang semuanya terbuat

dari kayu, dengan demikian

persyaratan bahan untuk bok hidran

tidak terpenuhi. Dimensi bok

hidran yang terpasang berukuran

panjang 57 cm, lebar 23 cm dan

tinggi 60 cm. Dalam buku panduan

pemasangan hidran Bab II tentang

cara pemasangan instalasi hidran

gedung pada point 2.7

menyebutkan bahwa dimensi kotak

hidran minimum adalah panjang 62

cm, lebar 15 cm dan tinggi 66 cm.

Sedangkan untuk dimensi kotak

hidran halaman minimum panjang

66 cm, lebar 20 cm dan tinggi 95

cm. Berdasarkan pada panduan

tersebut dapat disimpulkan bahwa

untuk bok hidran yang ada di PT.

KLI sesuai untuk sistem hidran

gedung tetapi tidak sesuai dengan

persyaratan untuk hidran halaman.

Jumlah bok hidran sebanyak 141

buah terdiri dari 44% hidran

gedung (62 buah) dan 56% hidran

halaman (79 buah). Sesuai

panduan pemasangan hidran bab

II.2.2 disebutkan bahwa untuk

bangunan klas A minimal 1

buah/10.000 m2.

Dari hasil penelitian dapat

dibahas sebagai berikut pada Tabel 2

:

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Bok Hidran dan Luas Area

No Lokasi Luas (m2) Jml Bok Syarat Keterangan

1. Gudang Eksport 28.800 22 29 Kurang 7

2. Shin-hung 16.800 16 17 Kurang 1

3. Glue plant 7.200 11 8 Cukup

4. KPI 21.600 14 22 Kurang 8

5. Gudang lokal 12.000 9 12 Kurang 3

6. Limbah Ganesa 11.200 7 12 Kurang 5

7. BB - SM 11.200 6 12 Kurang 6

8. Klin-dry 3.200 7 4 Cukup

9. Metanol 2.000 6 2 Cukup 10

10. Inf - room 6.000 6 6 Cukup

11. Polyester 7.200 6 8 Kurang 2

12. Plywood I-II 14.400 13 15 Kurang 2

13. Plywood III 14.400 7 15 Kurang 8

14. Plywood IV-V 7.500 11 8 Cukup

8

Dengan adanya kekurangan bok

hidran pada area tertentu, maka

apabila ada kebakaran pada suatu

area tersebut akan kesulitan dalam

menanganinya. Hal ini dapat diatasi

dengan menambahkan bok hidran

dan perlengkapanya atau dengan

penempatan bok hidran sesuai

ketentuan sehingga setiap bok

hidran bisa menjangkau 1.000 m2.

Sementara di bagian lain ada

kelebihan bok hidran, hal ini

dikarenakan di daerah tersebut

mempunyai resiko kebakaran yang

besar seperti glue plant dan

metanol.

Jarak antar hidran rata-rata 45

meter, sudah memenuhi syarat yang

ditetapkan dalam SK Menteri

Pekerjaan Umum No. 2 Tahun

1985 Bab II pasal 2 ayat (5) yang

menyebutkan bahwa jarak antar

hidran maksimum 200 meter.

Dalam SK Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 02/KPTS/1985 pasal

20 ayat (4) a menyebutkan bahwa

alat pemancar harus terpasang pada

slang kebakaran serta dalam Bab

II.2.1.1.a dan bab III 3.1.1.1 Buku

Panduan Pemasangan Instalasi

Hidran menyebutkan bahwa kotak

hidran berisi slang gulung,

pemancar/sprayer, dan kran

pembuka/penutup. Dari hasil

penelitian dapat dibahas dalam

bentuk Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Jumlah Bok dengan Jumlah Slang (SL) dan Nozzle (NZ)

No Lokasi Jml Bok Jumlah Syarat Keterangan

SL NZ SL NZ

1. Gudang Eksport 22 12 3 22 -10 -19

2. Shin-hung 16 6 3 16 -10 -13

3. Glue plant 11 5 5 11 -6 -6

4. KPI 14 10 2 14 -4 -12

5. Gudang lokal 9 9 7 9 CKP -2

6. Limbah Ganesa 7 6 5 7 -1 -2

7. BB - SM 6 5 1 6 -1 -5

8. Klin-dry 7 0 0 7 -7 -7

9. Metanol 6 5 4 6 -1 -2

10. Inf - room 6 5 1 6 -1 -5

11. Polyester 6 6 5 6 CKP -1

12. Plywood I-II 13 2 1 13 -11 -12

13. Plywood III 7 5 0 7 -7 -12

14. Plywood IV-V 11 4 2 1 -3 -5

Pemasangan kran pembuka/

penutup berada di luar berjumlah

139 buah. Dengan demikian

masih ada kekurangan pengisian

slang dan sprayer. Apabila salah

satu komponen tersebut tidak ada

maka apabila sewaktu waktu

terjadi kebakaran akan

mengalami kesulitan dan

keadaan ini apat dikatakan belum

siap sedangkan penempatan kran

pembuka / penutup berada di luar

bok hidran, ini dapat berakibat

kerusakan pada kran dan

penyalahgunaan fungsi kran

tersebut untuk keperluan lain.

Dari hasil penelitian didapatkan

data bahwa dari 62 hidran

gedung 100% penempatannya

9

lebih dari 75 cm dan dari 79

hidran halaman yang

penempatannya dibawah 50 cm

berjumlah 6 buah dan 73 buah

penempatannya berada diatas 50

cm. Berdasarkan panduan

pemasangan instalasi hidran Bab

II 2.10 menyebutkan bahwa

kotak hidran gedung dipasang

dengan ketinggian 75 cm dari

permukaan lantai mudah terlihat,

mudah dicapai, tidak terhalang

oleh benda-benda lain dan dicat

warna merah. Sedangkan dalam

Bab. III 3.3 dijelaskan bahwa

pemasangan bok hidran

maksimum 50 cm dari

permukaan tanah. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa

sebagian besar penempatannya

masih belum memenuhi

persyaratan.

Dari 141 bok hidran didapatkan

hasil bahwa 73% tidak terhalang

(103 buah), 21% sulit dicapai

karena terhalang selokan (30

buah) dan 6% terhalang oleh

tumpukan kayu dan benda

lainnya. Semua bok hidran telah

dicat merah. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa secara

umum telah memenuhi syarat,

namum demikian masih perlu

diperhatikan penempatan kotak

hidran karena masih ada

beberapa kotak hidran yang

terhalang maupun sulit untuk

dicapai.

5. Nozzle

Nozzle yang ada di setiap bok

hidran dan di kantor merupakan

nozzle jenis jet yang terbuat dari

besi. Menurut panduan

pemasangan hidran bab

III.8.83.a. disebutkan bahwa pipa

pemancar dapat dari baja

galvanis, besi galvanis, kuningan

atau perunggu, sehingga nozzle

yang ada telah memenuhi

persyaratan.

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Dari pembahasan data diperoleh

kesimpulan bahwa :

1. Persediaan air untuk kebutuhan

instalasi hidran sudah memenuhi

persyaratan.

2. Pompa-pompa yang tersedia untuk

menghisap air telah memenuhi

syarat.

3. Slang gulung yang disediakan

kondisinya masih baik dan secara

umum telah memenuhi persyaratan

namun jumlahnya masih ada yang

kurang yaitu dari 141 bok yang

terpasang masih ada 58 yang belum

terisi.

4. Bok hidran

a. Bahan, kurang sesuai dengan

yang dianjurkan dalam panduan

b. Jarak antar hidran sudah

memenuhi persyaratan

c. Dimensi bok hidran yang

terpasang sudah sesuai untuk

hidran gedung sedangkan untuk

hidran halaman belum

memenuhi persyaratan.

d. Ketinggian pemasangan bok

hidran yang memenuhi syarat

berjumlah enam buah (di bagian

metanol) dan lainnya kurang

memenuhi ketentuan.

e. Lokasi pemasangan sudah

memenuhi persyaratan,

namun masih ada yang

belum yaitu sejumlah 8 buah

bok hidran terhalang

tumpukan kayu dan benda

lainnya serta 30 bok sulit

tercapai karena terhalang

selokan.

10

f. Pemasangan kran pembuka /

penutup air masih banyak

yang berada di luar bok

hidran. (139 buah).

g. Pemberian tulisan/petunjuk

sudah dilakukan namum

masih belum semua diberi

tulisan/petunjuk.

5. Nozzle

Nozzle scara umum kondisinya

masih baik dan secara umum

sudah memenuhi persyaratan

namun jumlahnya masih ada

yang kurang yaitu dari 141 bok

terdapat 101 bok yang belum

terisi nozzle.

B. Saran

1. Pengawasan dan kewaspadaan

terhadap bahaya kebakaran perlu

dipertahankan dan ditingkatkan.

2. Komponen hidran :

a. Jumlah slang gulung perlu

ditambahkan dan

ditempatkan pada bok-bok

hidran yang masih kosong.

b. Jumlah nozzle perlu

ditambahkan dan ditempat-

kan pada bok-bok hidran

yang masih kosong.

c. Bok hidran :

1) benda-benda yang

menghalanginya perlu

dihilangkan dan

pemberian jalan atau

jembatan yang dapat

dilewati dengan mudah

pada selokan yang ada

bok hidran.

2) Penambahan bok hidran

di bagian yang masih

kurang dan belum

terjangkau oleh hidran

perlu ditambahkan.

3) Tinggi pemasangan bok

hidran dan dimensi bok

hidran perlu diperbaiki

sesuai ketentuan.

4) Perlu adanya petunjuk

atau tulisan yang

menunjukkan eberadaan

hidran tersebut.

5) Bok hidran yang

memenuhi syarat adalah

yang terbuat dari besi,

maka untuk lebih

baiknya bok hidran yang

ada diganti dengan besi.

6) Penempatan/pemasangan

kran pembuka/penutup

supaya berada di dalam

bok dengan tujuan untuk

menghindari penyalah-

gunaan kran tersebut.

DAFTAR PUTAKA

Anonim. (1987). Departemen Pekerjaan

Umum. Panduan Instalasi Pemasangan

Hidran untuk pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran pada

bangunan rumah dan gedung. Bandung

DEPNAKER-UN.DP-ILO. (1987). Bahan

Training Keselamatan Kerja Penang-

gulangan Kebakaran. Jakarta.

Gatot Soedharto. (1983). Pencegaham dan

Penanggulangan Kebakaran. Jakarta

Grafindo Utama.

Jhonny Hutabarat. (1990). Penanggulangan

dan Pencegahan Kebakaran dengan APAR

dan Hidran. Denpasar Bali.

Sudarjatmo. (1988). Pengetahuan Pokok

Penanggulangan Kebakaran. Dinas

Pemadam Kebakaran.

Suharto. (1988). Penanggulangan dengan

Sistim Hidran. Majalah Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Volume XX nomor 2 dan

volume XXI nomor 1. Jakarta Pusat Hiperkes

Departemen Tenaga Kerja RI.

Suma’mur. (1994). Keselamatan dan

Pencegaham Kecelakaan. Jakarta. Haji Mas

Agung.

11

Supandiyantoro (1989). Plaporan Penelitian

Usaha Pencegahan Kebakran di Kuta Palace

Hotel Bali. Surakarta. tidak diterbitkan.

Suyono (1989). Laporan Penelitian Instalasi

Hidran sebagai Sarana Penanggulangan

Bahaya Kebakaran di Hotel Mutiara

Yogyakarta. Surakarta. tidak diterbtkan

12

Lampiran : Tabel 1 . Pemeriksaan Bok, Selang dan Nozzle Hidran Kebakaran *)

NO BAGIAN Nb

KONDISI

S1

KONDISI

Nz

KONDISI

KETERANGAN A J C

T

(cm)

ST

(cm) L P Gs Ks Bs Bn Kn

I. KPI 1 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

Luas dalam meter

persegi = 21600

2 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

3 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

4 b H m 115 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

5 b H m 110 50 tt + 0 r 1 Tbk Tmc

6 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

7 b G m 110 75 tt + 0 r 1 Tbk Tmc Di Kantor :

Slang : 6 buah 8 b H m 110 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

9 b G m 100 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

10 b G m 105 75 tt + 0 r Tbc 0

11 b G m 105 75 tt + 0 r Tbc 0

Nozzle : 8 buah 12 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

13 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

14 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

II. GLUE PLANT 1 b H m 120 50 tt + 0 Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

Luas dalam meter

persegi = 21600

2 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

3 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

4 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

5 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Tmc

6 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di Kantor :

7 b H m 120 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Slang : 5 buah

8 b H m 120 50 tt + 0 0

9 b H m 120 50 tt + 0 0 Nozzle : 5 buah

10 b H m 120 50 tt + 0 0

III. GUDANG

EKSPORT

1 b H m 105 50 tt + 0

Luas dalam meter

persegi = 21600

2 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc 0

3 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

4 b H m 105 50 tt + 0 0

5 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

6 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

7 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Di Kantor :

Slang : 12 buah 8 b G m 105 75 tt + 0 0

9 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

10 b H m 105 50 tt + 0 0

11 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Nozzle : 3 buah

12 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

13 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

14 b H m 105 50 tt + 0 0

15 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

16 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

17 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

18 b H m 105 50 tt + 0 0

19 b G m 105 75 tt + 0 0

20 b H m 105 50 tt + 0 0

21 b H m 105 50 tt + 0 0

22 b H m 105 50 tt + 0 0

IV. GUDANG

LOKAL

1 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

Luas dalam meter

persegi = 12000

2 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

3 b H m 105 50 tt x 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

4 b H m 105 50 ts x 1 r Tmc Tbc 0

5 b G m 105 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

6 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di Kantor :

Slang : 9 buah 7 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

8 b H m 105 50 t + 1 r Tmc Tbc 0

9 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 7 buah

V. SHIN-HUNG 1 b H m 105 50 tt + 0 0 Luas dalam meter

persegi = 16.800 2 b H m 105 50 tt + 0 0

3 b H m 105 50 tt x 1 r Tmc Tbc 0

4 b G m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

5 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

6 b H m 105 50 tt + 0 0

7 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

8 b G m 110 50 tt + 0 r Tmc Tbc 0

9 b G m 110 50 ts + 1 r Tmc Tbc 0

10 b G m 110 75 ts + 1 r Tmc Tbc 0

11 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

12 b G m 110 75 tt + 0 0

13 b G m 110 75 tt + 2 r Tmc Tbc 0

14 b G m 110 75 tt + 2 r Tmc Tbc 0

15 b G m 110 75 ts + 0 0

16 b H m 110 50 tt + 0 0

VI METHANOL 1 b H m 50 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Luas dalam meter

persegi = 2000 2 b H m 50 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

3 b H m 50 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

4 b H m 50 50 t x 1 r Tmc Tbc 0 Di kantor :

5 b H m 50 50 t x 0 Tmc Tbc 0 Slang : 5 buah

6 b H m 50 50 t x 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 4 buah

VII Inf Room 1 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

Tbk Tmc

Luas dalam meter

persegi = 6000 2 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

3 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0

4 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Di kantor :

5 b H m 105 50 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Slang :.5 buah

6 b H m 105 50 tt + 0 0 Nozzle : 1 buah

VIII Limbah

Ganesa 1 b H m 100 50 t + 1 r Tmc Tbc 0

Luas dalam meter

persegi = 11200 2 b H m 100 50 t + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

3 b H m 100 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

4 b H m 100 50 tt + 0 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :

5 b H m 100 50 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Slang :.6..buah

6 b G m 100 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Nozzle : 6..buah

7 b G M 100 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

IX BB & SM I - II 1 b H m 150 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Luas dalam meter

persegi = 11200 2 b G m 150 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

3 b G m 150 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

4 b G m 150 75 tt + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :

5 b G n 150 75 tt + 0 1 Tbk Tmc Slang : 5..buah

6 b H m 150 50 ts + 1 0 Tbk Tmc Nozzle : 4..buah

X klin dry 1 b H m 110 50 tt x 0 0 Luas dalam meter

persegi = 3200 2 b H m 110 50 ts x 0 0 Tbk Tmc

3 b H m 110 50 ts x 0 0

4 b H m 110 50 tt x 0 0 Tbk Tmc Di kantor :

5 b H n 110 50 tt x 0 0 Tbk Tmc Slang :.....buah

6 b H m 110 50 tt x 0 0 Tbk Tmc Nozzle : .......buah

7 b H m 110 50 tt x 0 0

XI Polyster 1 b H m 105 50 ts x 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Luas dalam meter

persegi = 7200 2 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

3 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

4 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :

5 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 0 Slang :6...buah

6 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 5...buah

XII Plywood III 1 b H m 105 50 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Luas dalam meter

persegi = 144000 2 b H m 105 50 tt + 0 0

3 b H m 105 50 tt + 0 0

4 b H m 105 75 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Di kantor :

5 b H m 105 75 tt + 0 0 Slang :.5..buah

6 b H m 110 75 ts + 2 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc Nozzle : 3..buah

7 b H m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0 Tbk Tmc

XIII PLYWOOD

IV-V

1 b H m 105 50 tt + 0 0

Luas dalam meter

persegi = 7500

2 b H m 110 50 tt + 0 0

3 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

4 b G m 110 75 tt + 0 0

5 b G m 110 75 ts + 1 r Tmc Tbc 0

6 b G m 110 75 ts + 2 r Tmc Tbc 0 Di Kantor :

Slang : 4 buah 7 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

8 b G m 105 75 ts x 0 r Tmc Tbc 0

9 b G m 105 75 tt + 0 0 Nozzle : buah

10 b G m 105 75 tt + 0 0

11 b G m 105 75 ts + 0 0

12 b G m 105 75 ts + 1 r Tmc Tbc 1 Tbk Tmc

XIV. PLYWOOD

I-II

1 b H m 105 50 ts + 0 0

Luas dalam meter

persegi = 14400

2 b H m 105 50 tt + 0 0

3 b H m 105 50 tt + 0 0

4 b G m 105 75 tt + 0 0

5 b G m 110 75 tt + 0 0

6 b G m 110 75 ts + 0 0 Di Kantor :

Slang : 2 buah 7 b G m 110 75 tt + 0 0

8 b G m 110 75 tt + 0 0

9 b G m 110 75 ts + 1 r Tmc Tbc 0 Nozzle : buah

10 b G m 110 75 t + 0 0

11 b G m 110 75 tt + 1 r Tmc Tbc 0

12 b G m 110 75 ts + 0 0

13 b G m 110 75 tt + 0 0

Keterangan :

*) seumber

pemeriksaan

lansgung

Nb : Nomor bok

Sl : jumlah slang

A : bodi/cat bok

Gs : gulungan slang

b : baik

r rapi

J : jenis hidran

ST : standar

H : hidran halaman

Bs : bodi slang

G : hidran gedung

Tbc : tidak bocor

C : pintu bok

Ks : kopling slang

m : mudah dibuka

Tmc : tidak macet

s : sulit dibuka

Nz : jumlah nozzle

T : tinggi bok

Tbk : tidak berkarat

L : letak bok

Kn : kopling nozzle

tt : tidak terhalang

P : tulisan/petunjuk

ts : terhalang selokan

+ : ada

- : tidak ada