upaya lembaga akademi istri dan ibunda shalihah...
TRANSCRIPT
i
UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA
SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA
SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI
KELUARGA SALAFI DI SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Nur Afandi
NIM : 211 14 038
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,
maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Nur Afandi
NIM : 211 14 038
Judul : UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA
SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH
MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI
SALATIGA
dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang
munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 13 September 2018
Pembimbing,
Dr. Ilyya Muhsin, M.Si
NIP. 19790930 2003 121001
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Afandi
NIM : 211 14 038
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi : UPAYA LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA
SHALIHAH (AISHAH) DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH
MAWADDAH WA RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI
SALATIGA
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 13 September 2018
Yang menyatakan
Nur Afandi
NIM: 211 14 038
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nur Afandi
NIM : 211-144-038
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syariah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar – benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di
Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 28 September 2018
Yang menyatakan,
Nur Afandi
211-14-038
v
MOTTO
رض ...ي أ
اذا تكسب غدا وما تدري نفس بأ وما تدري نفس م
تموت إن ٱلل ٣٤عليم خبي
“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang
akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”
PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah dan Ibunda tercinta, Bapak Muhlasin & Ibu Khudzaifah Serta untuk Kakak, Lailatu Dzilhijjah & Andri Triyono
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT. Rajanya segala raja
yang senantiasa melimpahkan karunia tanpa pernah terhitung jumlahnya. Atas
tuntunan dan karuniNya-lah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabi
agung Muhammad SAW. Sang Suritauladan yang paling sempurna sepanjang
zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya penulis bukanlan mahluk yang tiada
cacat dan kekurangan yang semangatnya selalu membara. Penulis tetaplah manusia
biasa yang semangatnya hidup dan padam, sehingga merupakan anugrah yang luar
biasa dengan bekal niat, dan dukungan dari banyak pihak akhirnya penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Upaya Lembaga Akademi Istri
Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Dalam Membangun Keluarga Sakinah,
Mawaddah, Wa Rahmah (SAMARA) Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga” Atas
terselesaikanya skripsi ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si., selaku Kepala Jurusan Hukum Keluarga
Islam.
4. Dr. Ilyya Muhsin, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
membimbing dan mengarahkan tanpa henti.
5. Segenap Bapak Ibu Dosen Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
6. Segenap Bapak Ibu karyawan/i dan petugas IAIN Salatiga yang selalu setulus
hati memberikan pelayanan terbaiknya.
vii
7. Kedua Orang tua dan keluarga tercinta.
8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Hukum Keluarga Islam angkatan 2014.
9. Keluarga besar LDK Fathir Ar-Rasyid IAIN Salatiga & KAMMI Salatiga
10. Sahabatku yang selalu menemani langkahku di IAIN salatiga, mengarahkan,
menasehati, menamani dan mendoakan.
11. Pihak-pihak yang mendukungku dan memberikanku banyak ilmu serta
pengalaman yang namanya tak ingin terungkap.
Penulis tidak mampu membalas dukungan, bimbingan, serta motivasi yang
telah diberikan selama ini. Semoga tercatat sebagai amal salih kalian dan ingatlah
bahwasanya Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan. Penulis menyadari dalam
penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karenanya penulis
berlapang dada menerima kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan.
Terimakasih.
Salatiga, 28 September 2018
Muharram 1439 H
Penulis
viii
ABSTRAK
Afandi, Nur. Upaya Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Dalam
Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah (SAMARA) Bagi
Keluarga Salafi Di Salatiga. Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas
Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr.
Ilyya Muhsin, M.Si
Kata Kunci : Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Ssalatiga,
Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, Keluarga Salafi
Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalehah (AISHAH) merupakan
akademi tempat seorang Istri, Ibu dan juga seorang perempuan untuk belajar agama
dan ilmu kerumahtanggaan, sehingga diharapkan dapat terbentuk karakter istri dan
ibunda shalihah. Lembaga AISHAH ini merupakan lembaga yang didirikan oleh
beberapa orang yang memiliki pemahaman bermanhaj salafi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui 1) Apa upaya yang dilakukan Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda
Shalihah (AISHAH) Salatiga untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah (SAMARA)?, 2) Faktor apa saja yang mendorong serta menghambat upaya
yang dilakukan Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adapun pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan sosoilogis normatif. Subjek penelitian ini adalah
lembaga AISHAH yang dilakukan di kantor Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah
(AISHAH) Salatiga yakni di Gedung Griya Qur’an Tartiilaa Jl. Jendral Sudirman
274 B Mrican Salatiga. Tehnik pengumpulan data penelitian ini menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini bahwa upaya yang dilakukan AISHAH untuk
membangun Keluarga Samara adalah dengan mengadakan kajian rutin dan
membuka konseling. Dalam kajian rutin ini yang dipelajari adalah ilmu pendidikan
anak, nasehat-nasehat bagi wanita, fikih wanita dan kesehatan wanita. Yang
kesemuanya menyngkut tema berumah tangga. Peserta AISHAH juga melakukan
konsultasi diantaranya tentang hukum perempuan bekerja diluar rumah, mengatasi
anak yang nakal, mengatasi boros dalam berbelanja, cara mengadakan walimah yang
syar’i dan hal-hal yang boleh dirahasiakan dalam ruham tangga. Adapun faktor
pendorong upaya AISHAH dalam membangun keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah antara lain adalah banyaknya keluarga yang memiliki pemahaman salaf di
salatiga, biaya yang dikenakan murah, serta AISHAH memiliki pemateri-pemateri
yang berkompeten menyampaikan materi pada saat kajian rutin. Sedangkan faktor
penghambatnya antara lain adalah anti pati masyarakat terhadap dakwah manhaj
salaf, kurangnya keseriusan peserta mengikuti kegiatan kajian rutin yang diadakan,
terbatasnya dana dan fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan, suami
tidak ikut serta dalam kajian rutin, balum adanya hubungan/koordinasi AISHAH
dengan Instansi pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan serta pengurus
AISHAH kebanyakan merupakan orang dengan kesibukan yang padat.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................................ ii
PENGESAHAN ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 4
C. Tujuan ....................................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ....................................................................................... 6
F. Telaah Pustaka .......................................................................................... 9
G. Metode Penelitian ..................................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 19
A. Pengertian Keluarga SAMARA ................................................................ 19
B. Ciri-Ciri Keluatga SAMARA ................................................................... 23
x
C. Pentingnya Membangun Keluarga SAMARA.......................................... 27
D. Upaya Membangun Keluarga SAMARA ................................................. 28
E. Contoh Kehidupan Keluarga SAMARA Rasulullah ................................ 32
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Profil Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) .............. 36
B. Upaya Lembaga AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA
Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga .............................................................. 40
1. Mengadakan Kajian Rutin .................................................................... 40
2. Konseling ............................................................................................. 58
C. Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya AISHAH Membangun Keluarga
SAMARA Bagi Keluarga Salafi di Salatiga ............................................. 64
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Upaya AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA ....... 69
B. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya AISHAH
Membangun Keluarga SAMARA............................................................. 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 82
B. Saran ........................................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT telah mentakdirkan semua di alam ini dalam keadaan
berpasang– pasangan , semua itu tidak lain agar terjadi keseimbangan di alam
ini serta mampu saling melengkapi, Allah ciptakan siang dan Allah ciptakan
malam, Allah ciptakan matahari Allah juga ciptakan bulan, Allah ciptakan panas
Allah ciptakan dingin, dan yang lain sebagainya. Tak terkecuali Allah juga
ciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu Laki laki dan Perempuan. Sebagaimana
firman Allah SWT surat Adz-Dzariat ayat 49
رون ومن ء خلقنا زوجي لعلكم تذك ش ٤٩ك
Artinya : “dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah.”
Manusia diciptakan Allah SWT berpasang-pasang juga dengan tujuan
yang sama yaitu saling melengkapai serta membantu bersinergi dalam menjalani
kehidupan ini agar kehidupan yang dijalaninya berjalan seimbang dengan
melalui jalan pernikahan.
Pernikahan berasal dari bahasa arab yaitu Nikah ( نكلح ( yang mempunyai
arti mengumpulkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). (Ghazaly,
2006: 7). Kata pernikahan di Indonesia juga sering disebut dengan istilah
perkawinan, sebagaimana menurut Undang- Undang No.1 Tahun 1974 bab 1
pasal 1 yang berbunyi “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
2
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa” .
Dalam islam, pernikahan mempunyai tujuan yang mulia yaitu
membentuk keluarga yang kekal baahagia tidak hanya di dunia tetapi juga di
akhirat. Selain itu pernikahan juga sebagai sarana seorang manusia melimpahkan
hasrat nafsunya serta sebagai jalan untuk melanjutkan keturunan sebagaimana
firman Allah SWT Surat Ar- Rum ayat 21
زوجا ل تسكنو ا إلها ۦ ءايته ومن نفسكم أ
ن أ ن خلق لكم م
وجعل أ
رون لك لأيت ل قوم يتفك إن ف ذ ة ورحة ود ٢١بينكم م
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Dan juga firman Allah SWT dalam Surat An Nisa ayat 1
ها يأ ٱلناس ي يربكم ٱتقوا ن نفس وحدة وخلق ٱل خلقكم م
منها زوجها وبث منهما رجال كثيا ونسا ء و ٱتقوا ي ٱلل تسا ءلون ٱلرحاو ۦبه
ٱل إن م ١ قيباكن عليكم ر ٱلل
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.”
3
Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah
atau sering disingkat dengan samara, maka perlu adanya peran dari setiap orang
yang terlibat di dalam keluarga tersebut. Baik itu suami istri serta anak ataupun
keluarga kedua belah pihak. Karena memang menikah tidak hanya menyatukan
dua manusia yang berbeda tapi juga menyatukan dua keluarga. Akan tetapi
memang tak bisa dipungkiri bahwa yang mengambil peranan utama adalah yang
menjadi pemeran utama yaitu sang suami dan istri, keduanya memiliki peran
yang penting dalam mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Istri dalam mengambil perannya dalam keluarga sangatlah
menentukan tingkat kesakinahan, suami sebagai pemimpin keluarga dan istri
sebagai yang dipimpin harus saling memahami satu sama lain. Apalagi nanti
kalau sudah melahirkan seorang anak, maka istri juga berperan sebagai ibu,
maka akan bertambah pula tanggung jawab seorang istri dalam menentukan
kesakinahan keluarga.
Maka dari itu tidak boleh dilupakan bagi seorang suami adalah
tentang pendidikan seorang istri. Pendidikan seorang istri sebenarnya
merupakan tanggung jawab suami, akan tetapi disamping itu ada juga lembaga-
lembaga yang tujuan serta fungsinya sama yaitu mendidik istri. Seperti halnya
lembaga di Salatiga yang bernama Akademi Istri dan Ibunda Shalehah
(AISHAH), lembaga ini merupakan akademi tempat seorang Istri, Ibu dan juga
seorang perempuan untuk belajar agama dan ilmu kerumahtanggaan, sehingga
diharapkan dapat terbentuk karakter istri dan ibunda shalihah. Lembaga
AISHAH ini merupakan lembaga yang didirikan oleh beberapa orang yang
memiliki pemahaman bermanhaj salafi. Jamaah yang bermanhaj salaf ini
4
merupakan gerakan keislaman yang bertujuan menegakkan nilai-nilai
kemurnian islam, serta menghapus segala bentuk kesyirikan dan hal yang baru
dalam beragama (bid’ah).
Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis ingin melakukan
penelitian dan menyusun sebuah skripsi dengan mengangkat judul UPAYA
LEMBAGA AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH)
DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WA
RAHMAH (SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA
B. Fokus Penelitian
Dari berbagai pemaparan yang dijelaskan sebelumnya, penulis fokus
pada beberapa permasalahan yakni :
1. Apa upaya yang dilakukan Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah
(AISHAH) Salatiga untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah (SAMARA) ?
2. Faktor apa saja yang mendorong serta menghambat upaya yang dilakukan
Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga ?
C. Tujuan
Skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya serta kegiatan Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah
(AISHAH) Salatiga dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah.
5
2. Untuk mengetahui faktor pendorong serta penghambat upaya yang
dilakukan Aakademi Istri dann Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga dalam
mewujudkan keluarga sakinah, mawadah, warahmah.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap, melalui penelitian ini semua kalangan dapat merasakan
banyak manfaat, diantaranya:
1. Manfaat Teoristis
a. Menambah wawasan keilmuan dibidang hukum syariah terutama dalam
bidang keluarga sakinah, mawadah warahmah.
b. Menambah sumber referensi dan bahan rujukan untuk penulis
selanjutnya mengenai kelurga sakinah, mawadah , warahmah.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Masyarakat
1) Masayarakat mengenal lebih jauh pentingnya keluarga sakinah
sebagai salah satu tujuan dalam berumah tangga.
2) Masyarakat mengetahui adanya Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah
(AISHAH) Salatiga sebagai salah satu forum dalam memberikan
sumbangsih terwujudnya keluarga sakinah.
3) Masyarakat terinspirasi untuk turut membantu mewujudkan keluarga
sakinah sehingga dapat mengurangi angka perceraian.
b. Untuk Pemerintah
6
1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi kepada
pemerintah dalam mengupayakan terwujudnya keluarga sakinah
khususnya di kota Salatiga.
2) Mampu menjadi salah satu sarana rujukan dalam
mengimplementasikan konsep keluarga sakinah..
E. Penegasan istilah
Judul yang dipilih oleh penulis adalah “UPAYA LEMBAGA
AKADEMI ISTRI DAN IBUNDA SHALIHAH (AISHAH) DALAM
MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH
(SAMARA) BAGI KELUARGA SALAFI DI SALATIGA”. Oleh karena itu
perlu kiranya penulis memberikan definisi istilah-istilah tersebut supaya lebih
mudah memahami penelitian ini.
1. Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga
Akademi Istri dan Ibunda Shalihah yang selanjutnya penulis tulis
dengan nama singkatannya yaitu “AISHAH” adalah salah satu lembaga
yang berada dibawah naungan Yayasan Hati Beriman Salatiga, AISHAH
merupakan sebuah lembaga pendidikan perempuan yang berkomitmen
membekali wanita muslimah ilmu agama dan ilmu kerumahtanggaan
sehingga diharapkan dapat terbentuk karakter istri dan ibunda Shalihah.
AISHAH Salatiga terbentuk dengan salah satu alasan yakni membantu
keluarga-keluarga tang menginginkan keluarganya sakinah dan penuh
berkah. Tidak hanya itu, banyak pasangan suami istri ketika menikah
mereka belum memilki ilmu berumah tangga sehingga untuk mewujudkan
7
keluarga sakinah-pun pasangan suami istri kerap menemui kesulitan.
Lahirnya AISHAH Salatiga merupakan upaya mewujudkan keluarga
sakinah mawadah warahmah. AISHAH Salatiga adalah lembaga pendidikan
dimana orang-orang dari berbagai kalangan, dari berbagai profesi yang
mendambakan sebuah keluarga sakinah. Lembaga ini berdiri sekitar 2 tahun
yang lalu, yakni pada tahun 2015 dan berkantor di Kota Salatiga.
2. Keluarga Sakinah, Mawadah Wa Rahmah
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
beberapa orang yang memilki kedudukan dan peranan masing-masing.
Dalam hal ini, Suyekti (1994: 11) menyatakan bahwa keluarga adalah ikatan
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian baik bersama anak ataupun tidak yang
tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Sedangkan Sakinah sendiri diartikan sebagai kedamaian. Sakinah
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kedamaian; ketentraman;
ketenangan; dan kebahagiaan (Depdiknas, 2000: 980).
Sakinah dalam Bahasa Arab سكن يسكن سكونا artinya tenang-tidak
bergerak- diam (Yunus. 2007: 174). Kata sakiinah diadopsi ke dalam Bahasa
Indonesia dengan ejaan yang disesuaikan menjadi kata sakinah yang berarti
kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Kata mawaddah juga
sudah diadopsi ke Bahasa Indonesia menjadi mawadah yang berarti kasih
sayang. Mawaddah mengandung pengertian filosofis adanya dorongan batin
yang kuat dalam diri sang pencinta untuk senantiasa berharap dan berusaha
8
menghindarkan orang yang dicintainya dari segala hal yang buruk, dibenci
dan menyakitinya. Adapun kata rahmah, setelah diadopsi dalam Bahasa
Indonesia ejaannya disesuaikan menjadi rahmat yang berarti kelembutan
hati dan perasaan empati yang mendorong seseorang melakukan kebaikan
kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi. Karena itu, kedamaian
dan kesejukan berumah tangga akan terbina dengan baik, harmonis serta
penuh cinta kasih dan semangat berkorban bagi yang lain.
Berbagai definisi diatas menjelaskan bahwa keluarga sakinah,
mawadah wa rahmah adalah keluarga yang dipenuhi dengan kedamaian,
ketenangan dan keserasian atas dasar niatan beribadah kepada Allah.
3. Keluarga Salafi
Keluarga salafi yang dimaksud disini adalah keluarga yang
bermanhaj salaf, dalam artian memiliki pemahaman dalam beragama yang
merujuk kepada Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik
islam. Salafi bukanlah organisasi keislaman, organisasi masyarakat ataupun
kelompok, akan tetapi merupakan ideologi pemikiran atau pemahaman
dalam beragama. Manhaj salaf merupakan pemikiran sedangkan salafi
merupakan sebutan bagi pengikuti manhaj salaf.
Manhaj salaf berangkat dari pandangan, bahwa Islam telah sempurna
dan komplit pada zaman Rasulullah dan dua generasi sesudahnya, tetapi
dalam perjalanan waktu hingga kini, Islam telah mengalami banyak
kontaminasi dan banyak penyimpangan serta tambahan-tambahan yang tidak
dikehendaki sebagai akibat dari pengaruh kultur dan berbagai faham serta
perjumpaannya dengan masyarakat-masyarakat di berbagai belahan dunia.
9
Untuk itulah mengapa dakwah Salafi selalu mengajak memurnikan Islam
dengan cara membersihkan umat dari tambahan-tambahan yang dianggap
menyesatkan yangg sering disebut bid’ah dan khurafat, serta merasa
berkewajiban membimbing umat kembali kepada ajaran yang benar menurut
ukuran pemahaman mereka, yaitu kembali ke kemurnian ajaran agama islam
yang berdasarkan Al Quran dan Sunnah sesuai pemahaman Salafus Shalih.
Gerakan pemurnian aqidah seperti ini sudah dimulai sejak abad ke 6 Hijriyah,
oleh Imam Taqiyyudin Ibnu Taimiyyah, lahir di Hiran pada Senin 12 Rabiul
Awal 661 H (1262 M) , yang kemudian usaha yang mulia tersebut dilanjutkan
oleh murid kesayangannya yaitu Ibnu Al Qayyim Al Jauzie. (Badrie, xviii:
1984)
F. Telaah Pustaka
Selain penelitian ini banyak sekali buku, artikel, majalah, jurnal dan
karya tulis lainya yang membahas mengenai keluarga sakinah. Diantaranya
adalah berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh Khusnul Chotimah.
Penelitian tersebut adalah skripsi Mahasiswa STAIN Salatiga Progdi Ahwal Al-
Syakhshiyyah dengan judul “Peran Badan Penasihat Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan“. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana upaya serta peran BP4 dalam mewujudkan keluarga sakinah di
Salatiga serta apa saja penghambat kerja dari BP4. Hasil dari penelitian ini
menitikberatkan pada peran BP4 (Penasihat Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan) dalam memberikan penataran sebelum perkawinan kepada calon
pengantin sebagai bekal dalam berumahtangga agar mereka mengerti pentingnya
10
membina keluarga sakinah dalam rumah tangga, selain penyuluhan BP4 juga
memberikan layanan bantuan bantuan dalam menyelesaikan permasalahan yang
timbul dalam rumah tangga. Adapun faktor penghambat BP4 antara lain kurang
sadarnya masyarakat dalam menggunakan jasa BP4 serta masih kurangnya
koordinasi yang baik antara msyarakat dengan BP4.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Khoirul Anam Mahasiswa IAIN
Salatiga dengan judul “Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi atas Peran Majelis
Dzikir Al-Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten
Semarang)”. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kegiatan
dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah, bagaimanakah pengalaman jama'ah
Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang dalam pembentukan keluarga
sakinah dan bagaimana peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membentuk
keluarga sakinah. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa kegiatan dan
amaliyah yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Al Khidmah meliputi istighasah,
majelis tahlil, maulid, manakib, khotmil qur’an majelis kirim doa kepada oran
tua dan guru-guru. Sedangkan pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah
Kabupaten Semarang selama mengikuti Majelis mereka merasakan ketenangan
jiwa dan rohani ketika mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah. Dan ternyata
Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dan manfaat dalam membentuk
kelurga sakinah. Diantaranya yaitu para jama’ah yang aktif dan istiqomah dalam
mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah merasakan ketenangan, kenyamanan,
ketentraman kesabaran hati dan lebih tawakal yang membawa dirinya menjadi
lebih baik
11
Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitria Primastuti, penilitian
yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Konsep dan Kegiatan
“Komunitas Rumah Jodoh” dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di Salatiga”
ini memiliki rumusan masalah Bagaimana pandangan keluarga sakinah menurut
“Komunitas Rumah Jodoh”, bagaimana kegiatan yang diselenggarakan
“Komunitas Rumah Jodoh”, apakah konsep keluarga sakinah dan bentuk
kegiatan “Komunitas Rumah Jodoh” sudah sesuai dengan Hukum Islam. Dari
rumusan masalah yang ada didapatkan hasil bahwa keluarga sakinah menurut
Komunitas Rumah Jodoh adalah keluarga yang memiliki visi dan misi
pernikahan yang baik. Terbentuk atas dasar perkawinan yang sah baik persiapan
sampai akad. Seluruh pihak dalam keluarga harus saling bahu membahu untuk
mewujudkan tujuan tersebut. Tentu saja dengan bekal ilmu-ilmu berumah
tangga. keluarga sakinah harus mampu menyelesaikan setiap perssoalan yang
muncul, sehingga keluarga mampu menjadi tempat untuk pulang melepas segala
lelah dan penat. Merasa tenang dan tentram apabila berada didalamnya yang
dapat diwujudkan ketika seluruh elemen keluarga menyadari tujuan penciptaan
manusia adalah sebagai khalifah Fil arld dan nilai-nilai agama tertanam serta di
aplikasikan dengan baik dalam keluarga. Komunitas Rumah Jodoh memiliki
berbagai kegiatan dalam menunjang salah satu visi nya yakni membangun
keluarga sakinah Mawaddah dan Rahmah serta memilki ketahanan yang baik.
Kegiatan-kegiatan “Komunitas Rumah Jodoh” adalah Pre Wedding Class atau
Kelas Pra Nikah, Pasca Wedding Class atau Kelas Paska Nikah, Kelas
Konseling, kegiatan I’tikaf. Konsep keluarga sakinah menurut Komunitas
Rumah Jodoh sudah sangat sesuai dengan konsep keluarga sakinah ditinjau dari
12
Hukum Islam. Kegiatan Komunitas Rumah Jodoh sebagai upaya mewujudkan
keluarga sakinah juga senada dengan upaya mewujudkan keluarga sakinah
berdasarkan tinjauan hukum islam.
Penelitian diatas memberikan keterangan bahwa banyak sekali forum
atau lembaga yang mampu memberikan dorongan dan bantuan kepada
masyarakat untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah. Baik lembaga dari
pemeritah maupun non pemerintah. Akan tetapi dari ketiga lembaga tersebut
memilki cara yang berbeda dalam membantu mengupayakan terciptanya
keluarga sakinah di masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis
berusaha menyajikan forum/lembaga yang lain yang dinilai mampu memberikan
kontribusi membangun keluarga sakinah yakni melalui Akademi Istri Dan
Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian berfungsi untuk mengetahui suatu masalah yang akan
diteliti, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu hukum, maupun ilmu lainya (Zainudin, 2009:
21) oleh karenanya, perlu penulis sampaikan perihal metode penelitian yang
penulis gunakan:
1. Pendekatan
Penelitian ini berdasarkan pendekatan sosoilogis normatif.
Pendekatan soiologis normatif adalah pendekatan dengan melihat suatu
kenyataan hukum atau norma-norma yang hidup di dalam masyarakat.
Sosiologis normatif merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk
melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarkat, dan
13
berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi
temuan bahan bagi keperluan penelitian atau penulisan hukum (Zainudin,
2009: 105).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dimana data yang didapatkan
adalah dalam bentuk penelitian lapangan dan tidak berupa angka-angka.
Penelitian dengan jenis Kualitatif adalah jenis penelitian yang memusatkan
perhatianya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-
satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang
menganalisa gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan
masrayarakat yang bersangkutan untuk memeroleh gambaran mengenai
pola-pola yang berlaku (Burhan, 2013: 21).
Jenis penelitian kualitatif adalah penelitian berupa pengamatan-
pengamatan yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga dalam penelitian
ini akan diketahui upaya Upaya Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda
Shalihah (Aishah) Dalam Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa
Rahmah (Samara) Bagi Keluarga Salafi Di Salatiga.
3. Sumber data
Dalam sebuah penelitian, umumnya digunakan dua data, yakni data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian yang berjudul “Upaya
Lembaga Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (Aishah) Dalam
Membangun Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah (Samara) Bagi
14
Keluarga Salafi Di Salatiga” adalah data hasil wawancara mengenai
profil Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga, bentuk
kegiatan dan materi-materi yang diajarkan oleh AISHAH, serta
penanganan AISHAH terhadap anggota yang mempunyai masalah. Data
primer juga mencakup data yang dimiliki AISHAH, dokumentasi berupa
foto-foto, latar belakang pengurus dan anggota, dan lain sebagainya.
b. Data Sekunder
Data Sekunder ini meliputi semua data pendukung yang tidak
masuk dalam kategori data primer, data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari literatur-literatur yang ada, baik dari buku-buku yang
berkaitan dengan keluarga sakinah maupun majalah/surat kabar/ artiker
yang terkait dengan penelitian ini.
4. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kantor Akademi Istri Dan Ibunda
Shalihah (AISHAH) Salatiga yakni di Gedung Griya Qur’an Tartiilaa Jl.
Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga. Penelitian juga di lakukan dalam
pertemuan-pertemuan Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH)
Salatiga di berbagai tempat.
Lokasi tersebut menjadi penting untuk di teliti karena penulis akan
terjun secara langsung ke lokasi dan kegiatan-kegiatan Akademi Istri Dan
Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga. Selain itu, lokasi yang mudah di
jangkau semakin memudahkan peneliti dalam mencari data-data yang
bersumber dari hasil observasi di loksasi tersebut.
5. Tehnik Pengumpulan Data
15
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian lapangan, berupa:
a. Observasi
Observasi merupakan tindakan yang dilakuakan dalam menggali
data dan informasi terhadap objek yang tidak terbatas. Pada penelitian
kali ini penulis akan melakukan observasi partisipatif, yakni peneliti
terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati
atau digunakan sebagai sumber data penelitian.
Observasi partisipasi yang dipilih oleh penulis berjenis moderat.
Sugiyono (2013: 227) menjelaskan bahwa Partisipasi moderat adalah
observasi dimana dalam kegiatanya terdapat keseimbangan antara
peneliti menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam
mengumpulkan data ikut secara pertisipatif dalam beberapa kegiatan,
tapi tidak semuanya.
Obyek penelitian dalam penelitian kulitatif yang diobservasi
terdiri dari beberapa hal, yakni:
1) Tempat: Observasi akan dilakukan di kantor Akademi Istri Dan
Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga yakni di di Gedung Griya
Qur’an Tartila Jl. Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga, Salatiga.
Serta di lokasi-lokasi kegiatan yang lain yang diselenggarakan oleh
Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga.
2) Pelaku: Peneliti akan melakukan observasi kepada tim AISHAH
dan anggota-anggotanya.
16
3) Aktifitas: Selain tempat dan para pelaku di Akademi Istri Dan
Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga, penulis juga akan melakukan
observasi terhadap aktifitas-aktifitas/kegiatan yang berlangsung
dalam Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu upaya yang digunakan untuk
memeroleh informasi tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh lewat
pengamatan yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
informan.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari subjek penelitian yang lebih mendalam. Teknik
pengumulan data ini mendasarkan dari pada laporan tentang diri sendiri
atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi (Sugiyono, 2013: 231)
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap
pihak-pihak terkait, yakni Ustadz Ahmad Zainuddin selaku Penasehat
Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga, dan beberapa
anggota Akademi Istri Dan Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga secara
langsung. Juga kepada pihak-pihak yang berkaitan baik langsung
maupun tidak langsung yang dapat memberikan informasi terkait dan
dibutuhkan dalam penelitian ini. Khusunya yang berkaitan dengan
keluarga sakinah dan AISHAH.
17
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sangat penting yang
dapat berupa surat-surat, foto-foto, karya maupun video. Selain
menggunkanan Observasi dan wawancara dalam proses melakukan
penelitian, penulis juga akan menggunakan dokumen-dokumen yang
terkait dengan bahan penelitian guna mengumpulkan data terkait yang
dapat berupa foto-foto, video, rekaman, tulisan-tulisan serta karya-karya
lainya.
d. Analisis Data
Ananlisis data adalah sebuah proses mencari dan menyususn data
secara sistematis yang diperoleh dari hasil pengumpulan data yakni
mulai dari observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara
mengelompokkanya kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
menyususn kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan
dipelajari kemudian membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.
Proses analisis data adalah proses untuk memecahkan hipotesa-hipotesa
dengan bersumber dari data yang telah dikumpulkan baik dilapangan dan
lain sebagainya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif
induktif dimana penulis akan mengumpulkan data yang diperoleh dari
proses observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian mengolah
data yang diperoleh sesuai tema-tema yang akan di sajikan, kemudaian
di analisa dan disajikan sesuai susunan urutan pembahasan yang sudah
18
di rancang diawal penelitian ini, kemudian melakukan interpretasi guna
menemukan jawaban dari rumusan masalah.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian, hendaknya disusun dengan sistematika yang baik dan
benar sehingga memudahkan pembaca supaya lebih fokus dan terarah kepada.
Sistematika yan digunakan dalam enulisan penelitian ini sebagai berikut :
Bab satu adalah pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang penelitian,
fokus penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, telaah pustaka, analisis data dan sistematika pembahasan.
Bab dua adalah kajian pustaka, yang berisi tentang tinjauan secara umum
mengenai konsep keluarga sakinah dan cara-cara mewujudkan keluarga sakinah.
Bab tiga adalah hasil penelitian, yaitu uraian mengenai data-data yang
didapat dari tinjauan lapangan. Berisikan profil Akademi Istri Dan Ibunda
Shalihah (AISHAH) Salatiga serta upaya yang dilakukan Akademi Istri Dan
Ibunda Shalihah (AISHAH) Salatiga dalam membangun keluarga sakinah serta
kesakinahan bagi para pesertanya dan apa saja faktor pendukung serta
penghambat upaya AISHAH membentuk keluarga sakinah, mawadah
warahamah.
Bab empat adalah analisa, yaitu hasil pemikiran penulis dengan
menganalisa data yang sudah didapatkan di lapangan.
Bab lima, yang berisi kesimpulan serta saran untuk individu ataupun
lembaga yang terkait.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah
Menurut bahasa sakinah akar kata sakinah berasal dari سكن يسكن سكونا
artinya tenang ,tidak bergerak, diam (Yunus. 2007: 174). Sedangkan ditinjau dari
segi arti, sakinah mempunyai arti al-waqaar Ath-thuma’ninah, dan al-
mahabbah, yang jika diartikan dalam bahasa indonesia berarti ketenangan hati,
ketentraman, dan kenyamanan. (Munawir. 1997: 637&984)
Secara khusus, kata ini disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 6 kali, yaitu
dalam surat Al-Baqarah ayat 248, At-Taubah ayat 26 dan 40, Al-Fath ayat 4, 18,
dan 26 (Zakariyah. 1983:443). dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa
sakinah itu dihadirkan oleh Allah SWT kepada hati para Nabi dan orang-orang
beriman agar sabar dan tabah menghadapi rintangan, musibah serta cobaan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra
Nikah ketentuan Umum Pasal 1 menjelaskan bahwa Keluarga Sakinah adalah
keluarga yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat
spiritual dan material secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang
antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami, mengamalkan
dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah.
Sedangkan pengertian secara dari keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah dapat diartikan ada 3 suku kata yang berbeda yaitu sakinah, mawaddah
dan rahmah, namun ketiga kata tersebut bukan berarti harus diartikan secara
20
terpisah dan sendiri-sendiri, akan tetapi justru ketiga suku kata tersebut menjadi
satu yang dihubungkan dengan kata keluarga. Oleh karena itu, tidak perlu
dibedakan mana keluarga sakinah, mana keluarga yang mawaddah dan mana
keluarga rahmah, tapi yang lebih tepat adalah sebuah keluarga sakinah,
mawaddah dan rahmah.
Achmad Kifni dalam bukunya yang berjudul 101 Nasehat Keluarga
Sakinah (1996) memaparkan bahwa keluraga sakinah mawaddah w rahmah
menurut islam berbeda dengan pengertian keluarga bahagia dan juga keluarga
sejahtera. Jika keluarga bahagia secara umum adalah keluarga yang dalam
kehidupannya terpenuhi kebutuhan rohaninya, yaitu hidup yang tentram, aman
dan damai serta diliputi rasa cinta, kasih dan sayang. Sedangkan pengertian
keluarga sejahtera secara umum adalah keluarga yang terpenuhi kehidupan
jasmaninya yaitu cukup pangan, sandang dan papan serta terpelihara
kesehatannya. Dengan demikian pengertian keluar sakinah adalah gabungan dari
keduanya , yaitu keluarga yang terpenuhi kebutuhan rohani dan jasmani,
keluarga yang hidupnya senang dan selamat jasmani rohani, senang dan selamat
dunia akhirat.
Definisi lain dari keluarga sakinah mawaddah wa rahmah bisa di lihat
sebagaimana yang tertuang dalam Al Quran Surat Ar-Rum ayat 21 , yang
berbunyi
ته ومن زوجا ل تسكنو ا إلها وجعل ۦ ءاينفسكم أ
ن أ ن خلق لكم م
أ
ة ورحة ود رون بينكم م لك لأيت ل قوم يتفك ٢١إن ف ذ
21
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir”
Ahmad Mubarok dalam bukunya Nasehat Perkawinan dan Konsep
Hidup Keluarga, (2006 : 8) menjelaskan pengertian keluarga sakinah mawaddah
wa rahmah menggunakan tiga makna yang terkandung dalam ayat tersebut,
yaitu:
a. Litaskunu ilaiha, artinya supaya tenang. Maksudnya supaya perkawinan
dapat menyebabkan ketenangan jiwa bagi pelakunya.
b. Mawaddah, membina rasa cinta. Akar kata mawaddah adalah wadada
(membara atau menggebu-gebu) yang berarti meluap tiba-tiba, karena itulah
pasangan muda dimana rasa cintanya sangat tinggi yang termuat kandungan
cemburu, sedangkan rasa sayangnya masih rendah, banyak terjadi benturan
karena tak mampu mengontrol rasa cinta yang terkadang sangat sulit
terkontrol.
c. Rahmah, yang berarti sayang. Bagi pasangan muda rasa sayangnya demikian
rendah sedangkan rasa cintanya sangat tinggi. Dalam perjalanan hidupnya
semakin bertambah usia pasangan, maka kasih sayangnya semakin naik,
sedangkan mawaddah nya semakin menurun. Itulah kita melihat kakek-
kakek dan nenek-nenek kelihatan mesra berduaan, itu bukan gejolak wujud
cinta (mawaddah) yang ada pada mereka tetapi sayang (rahmah).
Sedangkan Hamka dalam tafsir Al Azharnya menafsirkan surat Ar-Rum
ayat 21 yang berbunyi “agar tenteramlah kamu kepadanya”, artinya akan
gelisahlah hidup kalau hanya seorang diri karena kesepian, terpencil tidak
22
berteman (Hamka. 2005 : 59). Lalu si laki-laki mencari-cari si perempuan
sampai dapat dan si perempuan menunggu-nunggu si laki-laki sampai datang.
Maka hidup pun dipadukanlah jadi satu. Karena hanya dengan perpaduan jadi
satu itulah akan dapat langsung pembiakan manusia.
“Dan dijadikan di antara kamu cinta dan kasih sayang, Hamka
menafsirkan bahwa cinta dan kasih sayang akan sendirinya tumbuh. Tentang
mawaddatan wa rahmatan. Cinta dan kasih sayang yang tersebut dalam ayat itu,
dapatlah ditfsirkan bahwa mawaddatan yang kita artikan dengan cinta, ialah
kerinduan seorang laki-laki kepada seorang perempuan dan seorang perempuan
kepada seorang laki-laki yang dijadikan Allah thabi’at atau kewajaran dari hidup
itu sendiri. (Hamka. 2005: 65)
Tiap-tiap laki-laki yang sehat dan perempuan yang sehat, senantiasa
mencari teman hidup yang disertai keinginan menumpahkan kasih yang disertai
kepuasan bersetubuh. Bertambah terdapat kepuasan bersetubuh, bertambah
termaterailah mawaddatan atau cinta kedua belah pihak. Oleh sebab itu maka
tidak ada salahnya dalam pandangan ajaran Islam jika kedua belah pihak suami-
isteri membersihkan badan, bersolek, berharum-haruman wangi-wangian,
hingga mawaddatan itu bertambah mendalam kedua belah pihak. Tetapi
sudahlah nyata bahwa syahwat itu tidaklah terus-menerus selama hidup.
Apabila badan sudah mulai tua, laki-laki sudah lebih dari 60 tahun dan
perempuan sudah mencapai 50 tahun, syahwat dengan sendirinya mulailah
mengendur. Tetapi karena hidup bersuami-isteri itu bukan semata-mata
mawaddatan, bertambah mereka tua, bertambahlah kasih mesra kedua pihaknya
bertambah dalam. Itulah dia rahmatan kedua belah pihak. Apa lagi bila melihat
23
anak-anak dan cucu-cucu sudah besar-besar, sudah dewasa, bahkan sudah tegak
pula ke tengah masyarakat. (Hamka. 2005: 77)
B. Ciri- Ciri Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah
Departemen Agama RI dalam Buku Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan
Keluarga Sakinah yang dikeluarkan Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji
Direktorat Urusan Agama Islam (2005: 25-28), membagi kriteria keluarga
sakinah menjadi 5 kriteria , yaitu :
1. Keluarga pra sakinah, yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui ketentuan
perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan
material (basic need ) secara minimal, seperti keimanan, shalat,zakat, fitrah,
puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan.
2. Keluarga sakinah I, yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah
dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal
tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan social psikologisnya seperti
kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya ,
mengikuti interaksi social keagamaan dengan lingkungannya.
3. Keluarga sakinah II, yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah
dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah
mampu memahamj pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta kebimbingan
keagamaan dalam serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dan
lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai
- nilai keimanan dan ketaqwaan dan ahklaqul karimah, infaq, zakat, amal
jariah, menabung dan sebagainya.
24
4. Keluarga sakinah III, yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan
keimanan, ketaqwaan, ahklaqul karimah, social psikologis, dan
pengembangan keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi
lingkungannya.
5. Keluarga sakinah III plus, yaitu keluarga yang telah memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketaqwaan dan ahklaqul karimah secara sempurna,
kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya serta dapat menjadi suri
tauladan bagi lingkungannya.
Keluarga sakinah memiliki banyak sekali indikator yang bisa digunakan
sebagai acuan, selain itu beberapa ciri-ciri keluarga sakinah yang bisa digunakan
menjadi tolak ukur yakni sebagai berikut: (Surya, 2003:401)
1. Berdasarkan ketauhidan
Tauhid merupakan pondasi beribadah seorang muslim, karena
membangun keluarga merupakan salah satu bentuk beribadah kepada Allah
SWT, maka itu juga harus didasari dengan tauhid yaitu semata-mata
keyakinan kepada Allah SWT dan di niatkan untuk mencari keridhoan-Nya.
2. Bersih dari syirik
Ini juga merupakan bagian dari ketauhidan, bahwa syarat utama
ketauhidan adalah bersih dari noda syirik. Demikianlah suatu keluarga
sakinah harus bebas dari segala bentuk kesyirikan yang menyesatkan
kehidupan keluarga.
3. Keluaraga yang penuh dengan kegiatan ibadah
Ibadah merupakan kewajiban seorang hamba kepada sang pencipta.
Ibadah inilah yang nanti akan menimbulkan ketenangan dalam kehidupan
25
berkeluarga. Keluarga sakinah harus selalu hari-harinya dihiasai dengan
ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4. Terjadinya hubungan yang harmonis intern dan ekstern
Hubungan yang baik antar anggota keluarga merupakan kunci
terwujudnya rasa saling nyaman di dalam keluarga. Demikian pula hubungan
dengan pihak diluar keluarga, baik itu tetangga , saudara atau orang lain.
Keluarga sakinah haruslah mampu menyebarkan ketenangan serta
kebahagiaan bukan hanya untuk anggota keluarganya saja tetapi juga untuk
tetangga , saudara ataupun orang lain.
5. Segenap anggota keluarga pandai bersyukur
Banyak sekali kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-Nya,
baik lahir maupun batin, baik diperoleh dalam keluarga atau diluar keluarga.
Keluarga sakinah akan selalu merasa bersyukur bahwa segala kebaikan yang
diperolehnya berasal dari Allah SWT.dan apabila ditimpa suatu musibah pun
mereka senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT.
6. Terwujudnya kesejahteraan ekonomi
Tidak dapat dipungkiri seeseorang hidup haruslah memperhatikan
masalah ekonominya, apalagi didalam berkeluarga. Keluarga sakinah adalah
keluarga yang mampu dalam masalah ekonominya. Mungkin tidak harus
kaya raya serta berlimpah, akan tetapi mampu disini diartikan mampu dalam
mengatur ekonomi sehingga berapapun yang didapatkan bisa dirasa cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kriteria keluarga sakinah juga bisa diartikan keluarga dimana
anggotanya, yaitu suami, istri dan juga anak mampu memenuhi hak dan
26
kewajibannya dengan baik. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul
Muslim (2016:662) menyebutkan hak suami dan istri adalah sebagai berikut:
1. Hak suami atas istrinya
a. Taat melaksanakan perintah suami
b. Tetap tinggal dirumah dan tidak keluar kecuali dengan izin suami
c. Menuruti kemauan suami selama tidak melanggar syariat
d. Melayani suami dan anak-anaknya sebaik mungkin
e. Menjaga kehormatan dirinya, serta keluarganya
f. Berterimakasih kepada suami serta merasa cukup dengan apa yang
diberikan suami
g. Tidak berbuat hal yang menyakitkan dan membuat marah
2. Hak istri atas suami
a. Berlaku baik terhadap istri
b. Mengajarkan agama kepada istri
c. Tidak menyakiti hati maupun fisik
d. Menyediakan tempat tinggal serta memenuhi nafkah istri
Ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah juga bisa kita gunakan
Al Quran Surat Ar Rum ayat 21 sebagai tolak ukurnya, dimana kata sakinah
mawaddah dan rahmah tertuang pada ayat tersebut. Jadi makna dari sakinah
mawaddah wa rahmah pada ayat tersebut bisa dijadikan tolak ukur kepada
sebuah keluarga, jika keluarga mempunyai 3 kriteria tersebut, maka bisa
dikatakan keluarga tersebut sesuai dengan sakinah mawaddah wa rahmah yang
Islam ajarkan. Jika kurang salah satunya maka belum bisa disebut sebagai
27
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Adapun penjelasan dari sakinah
mawaddah wa rahmah sudah dibahas pada bab sebelumnya.
C. Pentingnya Membangun Keluarga Sakinah
Keluarga merupakan unsur dasar terbentuknya masyarakat dan elemen
terkecil dari sebuah negara. Negara akan baik jika masing-masing keluarga baik.
Baik dan tidaknya keluarga tergantung bagaimana suasana keluarga tersebut
(Abidin, 2016: vii). Seperti itulah kiranya betapa pentingnya keluarga sakinah
dalam ranah yang lebih luas.
Lebih dari itu, urgensi keluarga sakinah dalam kehidupan pribadi seorang
muslim adalah menjadi tolak ukur pribadi tersebut. Seperti apa keluarga kita
maka itu bisa menjadi cerminan diri sendiri, sebagaimana sabda Nabi SAW :
لهله وأنا خيكم لهليخيكم خيكم
“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku
yang terbaik terhadap keluragaku” (HR. At Tirmidzi No. 3895)
Yang tidak kalah penting dari itu sebagaimana tulisan Budi Ashari Lc
dalam majalah Kuliah Online Parenting Nabawi yang bertema Kemana
Kulabuhkan Hati Ini (2012: 34) menjelaskan bahwa pentingnya mengapa
keluarga seseorang harus sakinah adalah karena keluraga kita merupakan
regenerasi kebaikan dan ketakwaan orang tua, yaitu bermakna bahwa ketika
seseorang menikah pastinya menginginkan mempunyai keturunan, sehingga
28
nantinya keturunan yang lahir karena didikan dari keluarga sakinah akan
menjadi generasi yang baik serta mampu melanjutkan kebaikan orang tuanya.
Selain itu, pentingnya keluarga sakinah juga terdapat didalam Al- Quran
surat At-Tahrim Ayat 6, Allah SWT berfirman :
ها يأ ين ي هليكم نارا وقودها ٱل
نفسكم وأ
أ قو ا ٱلناس ءامنوا
عليها ملئكة غلظ شداد ل يعصون ٱلجارة و مرهم ويفعلون ٱللما أ
٦ما يؤمرون Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”
Pada ayat diatas Allah memerintahkan seorang muslim untuk menjaga
dirinya dan keluarganya dari api neraka, dari keburukan yang terjadi di hari
pembalasan, dan salah satu cara agar bisa menyelamatkan seseorang dan
keluarganya dari api neraka adalah dengan menjadikan keluarga di dunia
menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sesuai yang islam
anjurkan.
D. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah
Mewujudkan keluarga sakinah merupakan dambaan setiap pasangan
suami istri. Namun untuk mencapai keluarga yang sakinah tidaklah mudah , akan
tetapi juga tidak mustahil. Upaya untuk membangun keluarga sakinah bisa
29
dimulai dari seseorang mencari pasangan hidupnya, karena nantinya itu yang
menjadi pondasi dasar untuk mngarungi bahtera rumah tangga.
Adapun kriteria pasangan yang dianjurkan dalam islam adalah sebagai
berikut (Musthafa, 2016: 40)
1. Kriteria istri
a. Taat beragama
b. Lembut dan penuh kasih sayang
c. Dianjurkan seorang gadis
d. Subur
e. Menyenangkan jika dipandang
2. Kritria suami
a. Taat beragama
b. Memiliki ilmu agama yang cukup
c. Mampu memenuhi nafkah
d. Lemah lembut terhadap istri
e. Sekufu dengan istri
f. Tidak mandul
Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah dalam perspektif islam adalah
keluarga yang terdidik di atas nilai-nilai islam, itu merupakan nikmat yang
sangat agung bagi sesorang. Zainal Abidin dalam bukunya yang berjudul 101
Cara Mudah Mendidik Keluarga (2016:2) memaparkan bahwa kunci dari
keluarga samara adalah pada pendidikan seluruh anggota keluarga. Oleh karena
itu beliau menulis dalam bukunya langkah langkah atau upaya membentuk
keluarga sakinah adalah sebagai berikut ;
30
1. Meningkatkan Ilmu Agama
Ilmu yang utama dan pertama dipelajari adalah Aqidah yang lurus,
karena itulah yang menjadi dasar utama untuk beragama. Setelah itu
kemudian belajar Al Quran , Hadis Nabi serta sumber hukum lainnya dalam
Islam. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan rutin dan dengan dipandu oleh
ahli ilmu.
2. Menanamkan amaliyah ibadah sesuai tuntunan syariat
Ilmu saja tidak cukup , keluarga sakinah harus berusaha senantiasa
membiasakan diri mengamalkan ilmu yang didapatkan.
3. Menjadi sosok yang baik untuk diteladani
Baik suami ataupun istri harus senantiasa memperbaiki diri sehingga
bisa menjadi sosok teladan, baik itu untuk pasangan mereka, anak-anak
maupun masyarakat sekitar.
4. Memupuk cinta kepada keluarga dan kerabat
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memupuk cinta diantara
keluara serta kerabat, hal tersebut harus sering dilakukan agar menjadi saling
akrab. Bisa dengan mengadakan waktu khusus untuk berkumpul keluarag
dan silaturahmi ke kerabat dekat maupuan jauh.
Salah satu yang bisa dilakukan pasangan suami istri untuk menggapai
keluarga sakinah menurut islam adalah dengan mewujudkan keharmonisan
keluarga (Zaini. 2004: 10). Langkah-langkah dalam memupuk keharmonisan
keluarga dijabarkan sebagai berikut:
1. Adanya saling pengertian
31
Diantara suami kistri hendaknya saling memahami dan mengerti
tentang keadaan masing-masing secara fisik maupun mental. Perlu diketahui
bahwa suami istri sebagai manusia masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Masing-masing sebelumnya tidak saling kenal, bertemu
setelah dewasa tidak hanya berbedaa jenis tetapi juga berbeda sikap, tingkah
laku dan pandangan hidup.
2. Saling menerima kenyataan
Suami istri hendaknya sadar bahwa yang namanya jodoh, rezki dan
ajal merupakan kekuasaan Allah, tidak dapat ditebak oleh manusia sendiri
meskipun sebagai manusia diharuskan untuk berikhtiar. Akan tetapi hasil
tetaplah ditangan yang Maha Kuasa dan hal tersebut harusnya mampu
diterima oleh manusia. Harus sadar bahwa semua itu merupakan pilihan
terbaik yang Allah SWT takdirkan untuk seseorang.
3. Saling melakukan penyesuaian diri
Penyesuaian dalamm keluarga berarti setiap anggota keluarga
berusaha saling mengisi kekurangan yang ada pada masing-masing.
Penyesuaian seperti ini tidak bisa dilakukan secara cepat, butuh waktu lama
dan harus selalu melakukan penyesuaian diri.
4. Memupuk rasa cinta
Cinta akan pudar jika disandarkan kepada fisik rupa, cinta akan pudar
jika disandarkan pada harta benda. Tetapi cinta akan terus ada jika
disandarkan dari hati ikhlas karena Allah SWT. hendaklah setiap pasangan
meniatkan dalam berumah tangga tidak lain karena ingin menggapai ridho
32
Allah SWT. karena itulah yang akan membuat cinta tetap ada meskipun usia
sudah tidak lagi muda.
5. Melaksanakan asas musyawarah
Dalam kehidupan berkeluarga maka sadarilah keluarga adalah
kebersamaan, dimana setiap keputusan yang diambil berisiko kepada semua
anggota keluarga. Maka perlu kiranya keluarga untuk senantiasa
bermusyawarah ketika akan mengambil keputusan terkait kehidupan keluara.
6. Suka memaafkan
Diantara suami istri harus ada sikap memaafkan. Hal tersebut penting
karena tidak jarang persoalan yang kecil menjadi besar karena tidak ada sifat
saling pemaaf.
7. Berperan serta untuk kemajuan bersama
Masing masing anggota keluarag harus saling membantu pada setiap
usaha untuk meningkatkan kemajuan bersama yang pada tahap selanjutnya
menjadi kebaahagiaan keluarga.
E. Contoh Kehidupan Keluarga SAMARA Rasulullah
Sebagai seorang muslim, tentunya contoh terbaik dalam tema keluarga
sakinah adalah keluarganya Rasulullah, sebuah hadis yang menjadi jaminan
dari sang Rasul, hadis yang diriwayatkan oleh salah satu istri beliau, ‘Aisyah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
هله خيكم خيكم نا ل
هلي خيكم وأ
ل
33
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya.
Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895
dan Ibnu Majah no: 1977)
Hadis yang diriwayatkan dari istri beliau ini merupakan jaminan bagi
ummatnya bahwa teladan terbaik ummat islam adalah beliau dan juga
merupakan persaksian dari istri beliau, bahwa Rasulullah adalah suami yang
baik bagi istri-istrinya.
Berikut akan dipaparkan beberapa point contoh keteladanan keluarga
sakinah mawaddah wa rahmah yang diajarkan Rasulullah:
1. Bersikap lemah lembut terhadap istri
Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang
penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak
menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750)
2. Memberi hadiah
Mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang bahwa pada saat
tertentu, suami memberikan hadiah kepada istri dan juga sebaliknya. Seperti
itulah yang diajarkan oleh Rasulullah. Dapat dibayangkan, ketika peradaban
masih belum maju seperti sekarang ini, beliau sudah melakukan hal yang
tidak hanya membahagiakan istri, namun sekaligus mencerminkan
penghargaan kepada perempuan kala itu, dimana perempuan kala iu dianggap
rendah dan hina oleh kaum lelaki. (Salman, 2013: 146)
3. Mengantar istri saat berpergian
34
Rasulullah memiliki kebiasaan menemani istri ketika hendak
berpergian, hal tersebut beliau lakukan bukan semata untuk menjaga
keselamatan istrinya, tetapi juga merupakan upaya merekatkan hubungan
emosional antar pasangan. Menemani atau mengantar istri ke tempat tujuan
akan menjadi suatu momen yang menjadikan seorang istri bahagia karena
merasa diperhatikan. (Salman, 2013:156)
Oleh karena itu, perlu kiranya menyediakan waktu untuk mengantar
pasangan kita ke sebuah tempat yang ditujunya, meskipun sudah ada
kendaraan pribadi yang tersedia.
Dikisahkan dalam kitab shahih bukhari bahwa Shafiyyah, salah
seorang istri Rasulullah menceritakan bahwa ia pernah mengunjungi
Rasulullah ketika i’tikaf dibulan Ramadhan, Shafiyyah berbicara dengan
beliau beberapa saat kemudian pulang. Dan beliau Rasulullah ikut berdiri
untuk mengantarnya. (Salman, 2013:157)
4. Membantu pekerjaan rumah tangga
Membantu pekerjaan istri dalam mengurus rumah tangga bukanlah
suatu aib bagi suami. Bahkan sebaliknya, dengan melakukan hal itu, suami
memiliki kesempatan yang luas untuk menunjukkan seberapa dalam
perhatiaannya kepada istri.
Bisa dibayangkan akan ada banyak kesan romantis saat membantu
istri memasak, menyapu dan yang lainnya. Seperti itulah yang sering
dilakukan Rasulullah ketika beliau tidak ada tugas lain. Didalam Shahih
Bukhari terdapat hadis tentang hal tersebut, bahwa Aisyah pernah ditanya
oleh seseorang “apa yang dilakukan Rasulullah dirumah?.” Aisyah
35
menjawab, “beliau ikut melaksanakan perkerjaan keluarganya” (Salman,
2013:162)
Itulah beberapa contoh aplikatif yang ada didalam keluaraga Rasulullah.
Gambaran detail mengenai kehidupan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
Rasulullah dengan para istrinya. Masih sangat banyak lagi sebenarnya point
yang bisa digali dari kehidupan keluarga Rasulullah dari kisah yang tercantum
dalam Al Quran, Hadis maupun buku-buku sejarah islam. Dimana istri beliau
tidak hanya satu tetapi semuanya merasa diperhatikan, semua merasa paling
dicintai.
36
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Profil Lembaga Akademi Istri dan Ibunda Shalihah (AISHAH)
1. Latar Belakang Berdirinya AISHAH
Banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan maupun sosial yang
memiliki fungsi membina keluarga, lembaga tersebut tidak lain bertujuan
untuk membangun keluarga saakinah. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa
keluarga sakinah merupakan dambaan setiap pasangan. Terlebih di
Indoneisa banyak sekali keluarga yang tidak mampu mencapai tingkat
sakinah, akibatnya tingkat perceraian di Indonesia sangatlah tinggi, menurut
Badan Pusat Statistika, sejak tahun 2012-2015 jumlah perceraian di
Indonesia mencapai 1.362.220 sedangkan di Jawa tengah sendiri, angka
perceraian pada tahun 2015 mencapai 66.548 pasangan baik talak, ataupun
gugat. (https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/893)
Dari hasil wawancara dengan Ustadz Ahmad Zainuddin selaku
penanggung jawab AISHAH, bahwa AISHAH sendiri muncul selain dari
faktor di atas juga berangkat dari kesadaran para penggagasnya terkait
pentingnya kaum muslimah untuk belajar menjadi istri ataupun ibunda yang
baik, khususnya mereka istri-istri yang mempunyai kesibukan sehingga
dulunya belum sempat belajar. Berdirinya AISHAH merupakan gagasan
dari pihak komunitas Cinta Sunnah yang diasuh oleh Ustadz Dr. Abdullah
Roy, MA , salah satu pendakwah terkenal dari Bantul. Lembaga ini bermula
berdiri di Kota Yogyakarta , kemudian membuka cabang di Kota Tegal,
Klaten, Solo dan juga di Kota Salatiga. AISHAH membuka untuk
37
masyarakat umum untuk bisa bergabung dengan AISHAH, jadi tidak harus
keluarga yang bermanhaj salaf saja yang diperbolehkan bergabung, akan
tetapi juga masyarakat pada umumnya juga diperbolehkan.
Di Salatiga sendiri, AISHAH berada di bawah naungan Yayasan
Hati Beriman Salatiga, dimana yayasan Hati Beriman Salatiga ini sudah
diakui oleh pemerintah Kota Salatiga. Yayasan ini memiliki kantor di Jl.
Jendral Sudirman 274 B Mrican Salatiga. Yayasan Hati Beriman Salatiga
merupakan yayasan yang tujuan utamanya adalah mensyiarkan islam di
Salatiga dan sekitarnya serta mendakwahkan sunnah dan pemahaman
manhaj salaf. Selain AISHAH yang berfokus pada pembentukan keluarga
sakinah, yayasan Hati Beriman Salatiga juga memiliki lembaga-lembaga
lain dibawah naungannya dimana yang satu dengan yang lainnya saling
bekerja sama. Ada SD IT Tahfidzul Qur’an Hati Beriman Salatiga yang
bergerak dibidang pendidikan tingkat SD, ada Qurrata A’yun yang bergerak
dibidang kajian ilmiah bagi muslimah, ada BassMart yang bergerak
dibidang wirausaha, Griya Tartila yang bergerak dibidang pendidikan baca
tulis Al Qur’an, serta Radio Bass FM yang bergerak dibidang komunikasi,
penyiaran dan informasi. (Sumber: Wawancara dengan penanggung jawab
AISHAH pada 11 April 2018)
Yayasan Hati Beriman Salatiga merupakan tonggak dakwah manhaj
salaf yang paling utama, di bantu dengan ustadz/pengajar yang ada di
sekitar salatiga seperti Yayasan Pendidikan Islam Al-Irsyad dan Ma’had
As-Surkati menjadikan dakwah manhaj salaf di Salatiga semakin pesat
perkembangannya. Meskipun sebenarnya perkembangan dakwah manhaj
38
salaf tak hanya lewat Yayasan Hati Beriman Salatiga saja, masih banyak
lembaga yang membantu tersebarnya dakwah salaf seperti halnya beberapa
masjid yang sering dijadikan kajian rutin dan juga sekolah-sekolahan yang
bermanhaj salaf.
Gambar 1.1
Foto Papan depan kantor Yayasan Hati Beriman Salatiga
2. Logo dan Visi AISHAH
39
Gambar 2.1
Logo AISHAH
Visi :
Menjadi lembaga kajian Islam yang berkomitmen untuk membekali
para kaum Muslimah dengan bekal ilmu agama dan ilmu kerumahtanggaan
yang aplikatif, sehingga diharapkan bisa terbentuk pribadi muslimah yang
lebih shalihah pada diri para pesertanya. (Sumber: Dokumen AISHAH
diambil pada 11 April 2018)
3. Susunan Pengurus AISHAH
Adapun susunan pengurus yang berperan dalam lembaga AISHAH
ini adalah sebagai berikut :
a. Ketua Yayasan Hati Beriman Salatiga : Tumidi, S. Pd.i
b. Penanggung Jawab Lembaga AISHAH : Ahmad Zainuddin
c. Staff Pengajar :
- Muhammad Qosim Muhajir, Lc.
- Risnawati, M.Kes
- Arif Ardiansyah, Lc
- Miftakhul Huda
4. Progam Kerja AISHAH
Progam kerja uatama AISHAH adalah berupa kajian rutin yang
diadakan setiap pekannya dan upaya tambahan yang berupa konsultasi.
Terlihat memang progam kerja yang sangat sederhana, akan tetapi seperti
itulah contoh upaya terbaik yang sudah dicontohkan oleh generasi terbaik
40
terdahulu (salafu Shalih), yaitu dengan menanamkan ilmu kepada diri
seseorang, agar hidupnya terarah sesuai koridor aturan islam. (Sumber:
Wawancara dengan penanggung jawab AISHAH pada 11 April 2018)
B. Upaya Lembaga AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA Bagi
Keluarga Salafi Di Salatiga
1. Mengadakan Kajian Rutin
Ustadz Ahmad Zainuddin mengungkapkan bahwa salah satu upaya
yang dilakukan AISHAH untuk membangun keluarga sakinah, mawadah
wa rahmah bagi anggotanya adalah dengan mengadakan kajian rutin.
AISHAH menyadari bahwa kunci utama kebahagiaan dunia dan akhirat
adalah dengan ilmu, begitu juga jika ingin mendapatkan kebahagiaan
berupa keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah pada keluarganya juga
harus berdasarkan ilmu yang Allah turunkan dan Rasulullah contohkan.
AISHAH beharap dengan melakukan kajian rutin peserta akan menambah
ilmu serta meningkatkan kuaitas iman peserta. Kajian rutin ini
diselenggarakan setiap pekan pada hari Sabtu. Kajian dimulai pukul 09.00
dengan dibuka oleh moderator kemudian ustadz atau pemateri
menyampaikan materinya sampai pukul 10.30, setelah itu moderator
membuka sesi tanya jawab serta konseling sampai pukul 11.30. Adapun
materi pada setiap pekannya berbeda beda. Jadwal dari setiap pekannya
dibuat oleh AISHAH dalam bentuk kalender pendidikan sebagai berikut:
41
.
Gambar 3.1
Foto Kalender Pendidikan AISHAH
Didalam pembelajarannya, AISHAH mengundang pemateri yang
ahli dalam bidangnya dan dengan panduan yang jelas. Ada 4 tema kajian
yang dipelajari dan 4 tema tersebut dibagi dalam satu tahun pembelajaran,
yaitu kajian bertema pendidikan anak, nasehat wanita, fikih wanita dan
kesehatan wanita.
a. Kajian Pendidikan Anak
42
Pemateri pada kajian ini adalah Ustadz Muhammad Qosim
Mujahir, Lc. Beliau merupakan Ustadz yang mengajar di Yayasan
Pendidikan Islam Al Irsyad Tengaran, Kab. Semarang. Selain mengajar
Beliau juga menjadi pengasuh di sana. Ustadz Qosim ini merupakan
alumni Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.
Didalam pembelajarannya, materi yang disampaikan kepada
peserta berkenaan dengan tema pendidikan anak, penulis melakukan
observasi serta menelaah lembar modul materi yang dibagikann kepada
peserta antara lain adalah:
1) Pembinaan Aqidah Untuk Buah Hati
Orang tua kebanyak akan kebingungan ketika ingin
menanamkan aqidah kepada buah hatinya, padahal aqidah adalah
pondasi bagi seorang hamba untuk mengenal Tuhannya, maka dari
itu semestinya aqidah yang pertama diajarkan kepada buah hati
sebelum mengajarkan ilmu-ilmu lainnya. Menanamkan aqidah
untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan tahapan 5 pilar utama,
yaitu
a) Pendiktean kalimat tauhid kepada anak.
Sebagaimana Rasulullah SAW sejak awal dakwahnya
tidak pernah mengecualikan anak-anak sebagai target dakwah
beliau,sepertihalnya yang beliau lakukan terhadap Ali bin Abi
Thalib, yang akhirnya Ali bin Abi Thalib menjadi orang yang
pertama beriman dari golongan anak-anak.
43
Dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Ajarkan kalimat laailaha illallah kepada anak-anak kalian
peertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan laa ilaha
illalllah ketika menjelang mati” (Mustadraq Al Hakim)
Ibnu Qayyim dalam kitab Ahkam Al-Maulud
mengatakan
“diawal waktu ketika anak-anak mulai bicara ,
hendaklah didektekan kepada mereka kalimat laa
ilaha illalllah , dan hendaklah sesuatu yang pertama
didengar oleh telinga mereka adalah kalimat la ilaha
illallah dan mentauhidkan-Nya. Juga diajarkan
kepada mereka bahwa Allah beremayam di atas
singgahsana-Nya yang ssenantiasa melihat dan
mendengar perkataan mereka, senantiasa bersama
mereka dimanapun mereka berada”.
b) Menanamkan cintai Allah dan merasa diawasi oleh-Nya.
Setiaap anak mempunyai persoalan ssendiri-sendiri,
entah berkaitan dengan kejiwaan, sosial kemasyarakatan,
perekonomian, maupunmasalah sekolah. Anakpun
mengungkapkan persoalannya dengan gaya yang berbeda-
beda pula. Ada yang mengungkapkannya dengan penuh
perasaan, dan yang lain ada juga yang mengungkapkannya
dengan suatu sikap. Maka timbul pertanyaan bagi orangtua,
bagaimana cara anak agar bisa melepaskan persoalannya.
Caranya adalah dengan menanamkan kecintaan
kepada Allah, memohon pertolongan hanya kepada-Nya,
merasa diawasi oleh-Nya, serta beriman kepada takdir-Nya.
44
Dengan cara seperti itulah anak akan bisa menghadapi
masalah pada masa kanak-kanaknya dengan tenang.
Sebagaimana yang pernah Rasulullah SAW praktekan kepada
Ibnu Abbas yang tercatat dalam Kitab Sunan At Tirmidzi,
beliau meriwayatkan hadis Ibnu Abbas yang pernah
membonceng Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW
berpesan “Wahai nak , aku akan mengajarkan kepada engkau
beberapa kalimat. Jagalah Allah, maka Allah akan
menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan dapati Allah
berada di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka
memintalah kepada Allah. Jika engkau minta pertolongan,
maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah
bahwasanya umat ini seandainya mereka bersatu untuk
memberi kemanfaatan kepadamu, maka mereka tidak akan
bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali apa yang telah
ditetapkan oleh Allah untukmu. Dan seandainya mereka
bersatu dalam rangka memberikan kemudharatan kepadamu,
maka mereka tidak akan mampu memberi kemudharatan
kepadamu kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah
menimpamu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-
lembaran catatan telah kering.”
Jika anak sudah bisa memahami hadis tersebut, maka
dipastikan ia tidak akan mendapatkan kendala dihadapannya
dan tidak akan mendapatkan sandungan di dalam menjalani
45
kehidupannya. Nasehat-nasehat seperti ini sangat ampun
dalam memecahkan persoalan anak, nasehat-nasehat seperti
itu akan mendorong anak unntuk bangkit dari permasalahan
yang dihadapinya dengan memohon pertolongan kepada
Allah, selalu merasa di awasi-Nya dan selalu rela dengan
qadha dan qadar.
c) Menanamkan kecintaan kepada Nabi
Dengan ini maka akan terwujud kalimat kedua dalam
syahadat yaitu muhammad rasulullah. Bisa dicatat bahwa
sejatinya jiwa manusia secara umum pada periode
perkembangannya akan berusaha menyerupai pribadi paling
kuat yang dia kenal, kemudian meniru dan meneladaninya.
Pendidikan islam menuntut anak kecil maupun orang dewasa
agar meneladani Rasulullah, karena beliau merupakan teladan
terbaik dan tidak tergantikan.
d) Mengajarkan Al-Quran kepada anak
Seyogyanya setiap orangtua mengajarkan Al-Quran
kepada putra-putrinya sejak dini. Dimulai dengan
mengajarkan huruf-huruf hijaiyah sampai mengaarkan tafsir
Al-Quran.
Tujuannya untuk mengarahkan mereka kepada firman-
firman Allah yang mulia. Tidak hanya itu orang tua hendaknya
ketika mengajarkan Al-Quran semestinya memberikan
penjelasan ringkas dan sederhana mengenai makna ayat-ayat
46
sehingga hal itu masuk ke dalam benak si kecil. Kebanyakan
orang berpendapat tidak layak untuk memberikan penjelaan
mengenai ayat Al Quran kepada anak karena daya pikirnya
yang belum sempurna , padahal sebenarnya mereka mampu
menangkap itu semua dan menyimpannya dengan kuat,
sebgaimana pepatah ahli ilmu “belajar dwaktu kecil eperti
mengukir diatas batu, sedangkan belajar diwaktu tua seperti
mengukir diatas air.”
e) Menanamkan aqidah yang kuat dan kerelaan berkorban
untuknya.
Untuk menjaga serta menegakkan aqidah butuh
pengorbanan, semakin besar suatu pengorbanan, keteguhan
jiwa akan semakin kuat pula. Anak-anak muslim hari ini
sedang menghadapi berbagai tantangan kontemporer yang
sangat banyak, disamping itu juga menhadapi rencana serta
konspirasi tang menyimpangkan islam untuk memalingkan
muslim dari agamanya. Oleh karena itu, diperlukan
pengorbanan dijalan Allah untuk tetap bisa teguh diatasnya.
Ketika itulah kemanisan iman bisa dirasakan, dan tingkat
keimanan dalam jiwa semakin meningkat.
2) Menanamkan Akhlak Mulia Kepada Anak Sejak Dini
Yang dimaksut dengan akhlaq adalah perangai stau tabiat,
atau juga sering diartikan sesuatu yang menjadi kebiasaan
seseorang berupa adab. Syaikh Muhammad Khadhar Husai,
mantan Rektor Universitas Al–Azhar memberikan dorongan
47
mengenai pentingnya menggunkan masa kanak-kanak untuk
menanamkan adab dan akhlak yang baik. Beliau mengatakan,
“anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah yang
murni dan perangai yang lurus. Jika jiwanya yang masih
polos itu menerima bentuk perangai apapun yang
dipahatkan pada dirinya, selanjutnya pahatan itu akan
terus meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnnya meliputi
seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya, ia
akan menentang segala yang berlawanan dengannya.
Buktinya, bisa dilihat seseorang yang bicaranya lembut,
wajahnya berseri-seri dan pikirannya terdidik. Maka tidak
sangsi lagi orang tersebut ditumbuhkan secara baik oleh
sekelilingnya.”
Untuk membina akhlak anak-anak maka bisa dilakukan
dengan orang tua memberikan contoh yang baik disertai dalil-dalil
yang mendukungnya.
3) Mengajarkaan Solat Sejak Dini
Pembinaan ibadah merupakan penyempurnaan dari
pembinan aqidah. Agar aqidah anak tertanam kuat di dalam jiwa,
ia harus disiram dengan air ibadah dalam berbagai bentuk dan
macamnya, sehingga aqidahnya akan tumbuh kokoh.
Masa kanak-kanak bukanlah masa pembebanan atau
pemberian kewajiban, ia adalah masa persiapan, latihan dan
pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban
ketika dia telah baligh nanti. Dengan begitu, kelak pelaksanaan
kewajiban akan terasa mudah dan ringan. Ibadah kepada Allah
memberikan pengaruh yang luar biasa bagi jiwa anak, dia akan
merasa selalu berhubungan dengan Allah. Ibadah mampu
48
meredam gejolak nafsu didalam jiwa, sehingga jiwanya lurus dan
dapat dikontrol.
Ada beberapa kiat untuk pendidikan solat bagi anak
diantaranya adalah memerintahkan sholat, mengajari sholat,
memukul anak jika enggan solat ketika sudah berumur 10 tahun,
mendidik anak agar menghadiri sholat berjamaah serta mengajari
anak sholat-sholat sunnah.
b. Kajian Nasehat Wanita
Kajian yang bertemakan nasehat bagi wanita ini disampaikan
oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, jadi selain beliau sebagai penasehat
AISHAH, Beliau juga ikut andil dalam meyampaikan materi-materi.
Adapun materi-materi yang telah disaampiakan adalah sebagai berikut:
1) Anjuran untuk ikhlas dalam beribadah
a) Dalil keutamaan ikhlas
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-
Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما العمال بالن يات وإنما امريء ما نوى فمن إن لك
كنت هجرته إلى الل ورسول فهجرته إلى الل ورسول نيا يصيبها أو امرأة ينكحها ومن كنت هجرته ل
فهجرته إلى ما هاجر إله
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada
niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.
49
Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya
karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya,
maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”[HR. Bukhari, no. 1 dan
Muslim, no. 1907]
Imam Bukhari menyebutkan hadits ini di awal kitab
shahihnya sebagai mukadimah kitabnya, di sana tersirat
bahwa setiap amal yang tidak diniatkan karena mengharap
Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada hasil sama sekali baik di
dunia maupun di akhirat. Al Mundzir menyebutkan dari Ar
Rabi’ bin Khutsaim, ia berkata, “Segala sesuatu yang tidak
diniatkan mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla, maka akan
sia-sia”.
Abu Abdillah rahimahullah berkata, “Tidak ada
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih
banyak, kaya dan dalamnya faidah daripada hadits ini”.
Abdurrahman bin Mahdiy berkata, “Kalau seandainya
saya menyusun kitab yang terdiri dari beberapa bab, tentu saya
jadikan hadits Umar bin Al Khatthab yang menjelaskan bahwa
amal tergantung niat ada dalam setiap bab”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam membuatkan perumpamaan terhadap kaidah ini dengan
hijrah; yaitu barang siapa yang berhijrah dari negeri syirik
mengharapkan pahala Allah, ingin bertemu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk menimba ilmu syari’at agar bisa
50
mengamalkannya, maka berarti ia berada di atas jalan Allah
(fa hijratuhuu ilallah wa rasuulih), dan Allah akan
memberikan balasan untuknya. Sebaliknya, barang siapa yang
berhijrah dengan niat untuk mendapatkan keuntungan
duniawi, maka dia tidak mendapatkan pahala apa-apa, bahkan
jika ke arah maksiat, ia akan mendapatkan dosa.
Niat secara istilah adalah keinginan seseorang untuk
mengerjakan sesuatu, tempatnya di hati bukan di lisan. Oleh
karena itu, tidak dibenarkan melafazkan niat, seperti ketika
hendak shalat, hendak wudhu, hendak mandi, dan yang
lainnya.
b) Allah menciptakan alam semesta untuk menegakkan tauhid
Diantara dalil-dalil terdaapat penjelasan bahwa Allah
telah menciptakan langit dan bumi dalam rangka beribadah
kepada Allah. Allah berfirman :
ن و نس إل لعبدون وما خلقت ٱل ٱل
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
c) Makna ibadah kepada Allah
Arti ibadah secara bahasa adalah tunduk dan merendah
diri, adapun ibadah secara istilah adalah segala sesuatu yang
51
dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa perkataan maupun
perbuatan, yang lahir maupun batin.
d) Dunia sejatinya hanyalah permainan dan sendau gurau.
Banyak sekali firman-firman Allah yang menjelaskan
bahwa sejatinya urusan dunia merupakan urusan yang sepele.
Sebaliknya Al Quran banyak mengungkap kehidupan akhirat
merupakan kehidupan yang sebenarnya. Allah berfirman
dalam surat Al Hadid ayat 20 :
ما ٱعلمو ا نة أ نيا ٱليو ٱل لعب ولهو وزينة وتفاخر
ل بينكم وتكاثر ف موولد و ٱل
عجب ٱل
كمثل غيث أ
ار ا ثم يكون حطما ۥنباته ٱلكف ه مصفر ى ثم يهيج فت
ن ٱلأوف م خرة عذا شديد ومففرة ن وما ٱلل ورضو
ة نيا ٱليو ٢٠ ٱلفرور إل متع ٱلArtinya : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu”
2) Menjaga lisan dan keutamaannya
52
Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 34:
كم نعمت وءاتى وا لموه وإن تعد ما سأ
ن ك م ل ٱلل إن نسن تصوها ار ٱل ٣٤لظلوم كف
Artinya : “Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)” Diantara nikmat Allah yang luar biasa adalah lisan. Dengan
sebab lisan, pemiliknya terkadang diangkat ke derajat yang lebih
tinggi. Hal itu terjadi ketika pemiliknya menggunakan lisannya
dalam perkara-perkara yang biak. Sebaliknya jika lisan digunakan
untuk hal-hal yang buruk, maka lisan menjadikan dirinya hina.
Menjaga lisan merupakan bagian dari kesempurnaan islam.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (1/53) dan Muslim (65/1), dari
hadis Abdullah bin ‘Amr bahwa Rasulallah SAW bersabda,
“Seorang Muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari
bahaya lisan dan tanagnnya”.
3) Hijab dan menundukkan pandangan
Diantara dalil yang memerintahkan mengulurkan jilbab
adalah firman Allah SWT :
53
ها يأ ين ي ثم طلقتموهن من ٱلمؤمنت ءامنو ا إذا نكحتم ٱل
وهن فما لكم علي ن تمسونها قبل أ ة تعتد هن من عد
احا جيل ٤٩فمت عوهن وس حوهن سArtinya : “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-
anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. “(QS. Al-Ahzab:59)
a) Upaya-upaya musuh islam untuk menanggalkan jilbab dan
sifat malu bagi muslimah
Musuh-musuh islam telah mengetahui bahwa
keluarnya wanita dalam keadaan bertabarruj merupakan salah
satu pintu kejelekan dan kerusakan, dan bahwa dengan
rusakan wanita akan rusaklah masyarakat. Oleh karena itu,
mereka bertekad untuk menanggalkan jilbab dan sifat malu
dari para wanita. Sampai-sampai diantara kaum muslimin ada
orang yang mengingkari hijab dan berpendapat bahwa jilbab
itu mempersempit aktivitas wanita.
b) Larangan mengolok-olok hijab dan para pemakainya
Oleh karena itu janganlah engkau menoleh kepada
ucapan orang-orang yang menyimpang. Sebagaimana Allah
berfirman :
54
ولئن بما كنا نوض ونلعب قل أ لهم لقولن إن
ٱسأ لل
قد ل ٦٥كنتم تستهزءون ۦورسول ۦوءايته تعتذروانكم كفرتم بعد إ يمنكم إن نعف عن طا ئفة م
نهم كنوا مرمي طا ئفة بأ ٦٦نعذ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,
"Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-
main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-
Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah
kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika
Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat
dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)
c) Jagalah kehormatanmu dari para lelaki, serta tutuplah dirimu
Janganlah engkau mempedulikan mereka, karena
akibat yang baik itu bagi orang-orang yang bertaqwa.
Ketahuilah, bahwa jika engkau memakai hijab, engkau harus
berniat bahwa engkau memakainya karena menginginkan
keridhoan Allah. Janganlah engkau memakainya agar
dikatakan baik. Dan janganlah engkau memakainya karena
adat. Alangkah mengherankannya orang yang malu memakai
hijab. Maka katakanlah kepadanya, apakah engkau malu
terhadap mahluk namun tidak malu terhadap Rabbmu?
Padahal Dialah penciptamu dan pemberi rizkimu. Engkau
menolak perintah penciptamu karena malu kepada manusia?
Apakah engkau tidak malu menampakkan perhiasanmu
55
kepada para lelaki ajnabi (bukan mahram), namun malu
kepada manusia jika engkau memakai hijab yang syar’i?
Wanita yang bersikap seperti ini terhadap hijab, maka hanya
Allah lebih tau tentang keimanannya. Sesungguhnya Allah
berfirman:
موك فيما شجر بينهم ثم ل فل يك ورب ك ل يؤمنون حت
ا قضيت ويسل موا تس م نفسهم حرجا م ٦٥ليما يدوا ف أ
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. “(QS. An-Nisa’: 65) Sebagian wanita memakai jilbab yang syar’i, tetapi
mereka bermudah-mudahan. Mereka akan membuka wajah-
wajah mereka jika tidak berjumpa dengan laki-laki di jalan.
Jika mereka melihat laki-laki, mereka pun menutupi wajah
mereka. Hal ini tidaklah pantas, karena terkadang engkau
tidak menutupi wajahmu, namun ternyata laki-laki itu telah
melihatmu. Bertaqwalah kepada Allah, dan jagalah
kehormatanmu dari para lelaki, serta tutuplah dirimu. Di
antara doa Nabi di waktu pagi dan sore: “Ya Allah, tutupilah
aurat saya dan berilah keamanan dari ketakutan saya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ibnu ‘Umar.
56
4) Adab-adab wanita keluar rumah
a) Berhijab sesuai syariat
Berhijab yang sesuai syariat adalah hijab yang
menutupi aurat dengan kain yang tidak tipis, tidak berwarna
yang menarik serta tidak ketat. Wanita yang mampu
menggunakan niqob/cadar, maka dianjurkan dia memakai
cadar ketika takut menimbulkan fitnah ketika diluar rumah.
Ketika belum mampu memakai cadar maka tidak mengapa
tidak memakainya, akan tetapi tetap diwajibkan untuk
menjaga diri dari menimbulkan fitnah yaitu dengan senantiasa
menundukkan pandangan ketika berjalan ditempat umum.
b) Tidak memakai parfum
c) Pelan-pelan dalam berjalan agar suara alas kakinya tidak
terdengar.
Allah berfirman dalam surat An Nur ayat 31
رجلهن لعلم ما يفي من زينتهنول يضبن بأ
“dan janganlah mereka memukul kakinya (berjalan
mengeluarkan suara) agar diketahui perhiasan yang mereka
sempunyikan “
Di masa sekarang, kita diberi cobaan berupa sepatu atau
sandal dengan hak tinggi. Kebanyakan wanita akan
menggunakannya dan akan didapati sandalnya bersuara.
Bahkan terkadang berjalan dengan genit. Benarlah sabda Nabi
57
“wanita adalah aurat, jika dia keluar, setan menghiasinya”,
diriwayatkan At Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud
d) Jika dia seorang wanita berjalan bersama saudarinya dan
didekatnya ada laki-laki, maka janganlah dia berbicara dengan
saudarinya itu. Hal itu bukan berarti bahsa suara wanita adalah
aurat. Tetapi ketika lelaki mendengar suara wanita, terkadang
suara itu akan mengantarkannya kepada fitnah
e) Meminta izin ketika hendak keluar rumah kepada suaminya
ketika sudah mempunyai suami, atau meminta izin kepada
walinya jika belum menikah
f) Keluar rumah harus bersama mahramnya jika keluar rumah
dalam rangka safar jauh
g) Tidak berdesak-desakan dengan laki-laki
h) Menghiasi diri dengan sifat malu
i) Menundukkan pandangan
c. Kajian Fikih Wanita
Salah satu kajian ilmu yang tak kalah penting bagi seorang
wanita yang berumah tangga adalah kajian fikih. Karena nantinya
ketika seorang wanita memiliki anak wanita, maka kewajiban seorang
ibu untuk mengajari anaknya fikih. Pengajar dalam materi ini adalah
Ustadz Arif Ardiansyah, Lc, materi yan disampiakan antara lain :
1.) Adab-adab buang hajat
2.) Wudhu
58
3.) Haid
4.) Nifas
5.) Istihadzoh
d. Kajian Kesehatan Wanita
Yang keempat adalah kajian bersifat kesehatan dan kecantikan.
Yang dimaksut disini adalah kesehatan serta kecantikan dhohir atau
yang namp ak. Pada materi ini pengisi didatangkan dari Akademi
Kebidanan Ar Rum Salatiga yang juga sekaligus menjabat sebagai
direktur disana, bernama Ibu Risnawati, M.Kes. adapun materi yang
disampaikan beliau adalah seputar :
1.) Kesehatan reproduksi perempuan
2.) Siklus kehidupan perempuan
3.) Organ reproduksi perempuan
4.) Kehamilan normal
5.) Persalinan normal
6.) Nifas normal
2. Konseling
Selain melakukan kajian rutin, AISHAH juga mempersilahkan
pesertanya untuk konsultasi terkait permasalahan yang dihadapinya dan
juga keluarganya. Pihak AISHAH memahami bahwa jika hanya melakukan
kajian rutin akan tetapi tidak membuka untuk pesertanya konseling, maka
upaya tidak akan bisa optimal. Oleh karena itu AISHAH mempersilahkan
jika ada pesertanya yang ingin bertanya atau konsultasi dari masalahnya
59
untuk mencari sosuli. Bertanya disini bisa dengan cara menanyakan
langsung ketika sesi tanya jawab saat kajian ataupun dengan menghubungi
sendiri ustadz yang hendak ditanyai.(Sumber: Wawancara dengan
penanggungjawab AISHAH 11 April 2018). Salah satu permasalahan
peserta beserta solusi yang pernah diberikan antara lain :
a. Anak yang kurang bisa diajari ibadah ataupun kebaikan
Tidak sedikit keluarga yang mempunyai masalah seperti ini, di
dalam AISHAH pun ada beberapa keluarga yang mempunyai masalah
tersebut, salah satu peserta berinisial AU menanyakan hal tersebut.
solusi yang disarankan untuk keluarga yang mempunyai masalah
seperti itu adalah
1) Selalu berprasangka baik terhadap Allah. Dikarenakan setiap hal
yang tidak mengenakkan bagi seorang muslim, dan dengan syarat
dihadapi dengan ikhlas dan sabar maka itu akan menjadi pahala
baginya.
2) Intropeksi diri, bisa jadi anak-anak itu merupakan gambaran dari
dosa-dosa kedua orangtuanya dahulu.
3) Perhatikan rizki yang dibawa pulang ke rumah. Pastikan bahwa
harta atau rizki yang anda bawa pulang adalah rizki yang halal,
tidak ada satupun yang syubhat bahkan haram. Karena harta haram
itu hanya akan menghasilkan generasi yang buruk.
4) Orang tua terus belajar parenting nabawi, bagaimana rasulullah
mendidik anak-anak.
60
5) Terus berusaha karena sesungguhnya pahala berbanding lurus
dengan usaha yang dilakukan guna mendidik anak.
(Sumber: Wawancara dengan peserta AISHAH pada 8 September
2018)
b. Perkara yang boleh dirahasiakan kepada pasangan
Salah satu peserta yang pernah melakukan konsultasi bertanya
terkait apa saja hal-hal yang boleh dirahasiakan dari pasangan dan apa
saja hal-hal yang tidak boleh dirahasiakan dari pasangan kita.
Ustadz Miftakhul Huda memberikan jawaban bahwa dalam
berkeluarga tidak semua hal boleh kita ceritakan kepada pasangan kita,
ada beberapa hal yang boleh bahkan harus disembunyikan. Salah satu
hal contoh yang perlu disembunyikan adalah masa lalu yang buruk,
jikalau ditakutkan nanti pasangan akan tersakiti hatinya jika
mengetahui hal tersebut, karenanya jika dikira disembunyikan akan
lebih baik, maka perlunya hal tersebut disembunyikan dari pasangan.
Ada hal-hal yang boleh diceritakan dan ada juga yang boleh
dirahasiakan, hendaknya seorang suami bisa dengan bijak menyikapi
hal tersebut. Sedangkan untuk istri sebisa mungkin selalu meminta izin
kepada suami jika hendak melakukan sesuatu, baik itu terkait masalah
ekonomi maupun yang lainnya. Tapi hendaknya agar keluarga
harmonis maka harus ada saling terbuka dalam segala hal, kecuali jika
nantinya ada mudhorot yang lebih besar jika di ceritakan, maka lebih
baik hal tersebut dirahasiakan. (Sumber: Observasi langsung pada 8
September 2018)
61
c. Mengatasi rasa boros dalam berbelanja bagi wanita
Tak bisa dipungkiri bahwa tabiat seorang wanita pastinya
suka berbelanja, hal tersebut tidak mengapa jika masih bisa dikontrol
dengan baik. Akan tetapi jika tidak mampu, maka hal tersebut akan
mendatangkan masalah yang bisa membuat ketidak sakinahan suatu
keluarga.
Beberapa peserta AISHAH pun juga mempunyai
permasalahan seperti itu, solusi yang bisa dicoba adalah dengan
menanamkan aqidah yang kuat dan keyakinan bahwa dunia ini hina.
Sesunghunya Rauslullah pernah bersabda “sesungguhnya dunia ini
terlaknat, kecuali 3 hal, yaitu pengajar, penuntut ilmu dan mengingat
Allah”. Bahkan Allah berfirman ;
كم لهى ١ ٱلكثر أ
Artinya : “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian” (Q.S
At Takatsur ayat 1)
Para ulama’ menjelaskan bahwa yang dimaksut bermegah-
megahan adalah suka dalam perkara mengoleksi barang-barang perkara
dunia. Ada yang sudah mempunyai tas 3 macam, ketika melihat tas
yang bagus, maka dirinya ingin membelinya. Seperti itulah misalnya.
Seorang muslim harusnya mampu bersikap bijak terhadap harta yang
dititipkan Allah kepadanya. (Sumber: Wawancara dengan peserta
AISHAH pada 8 September 2018)
62
d. Bagaimana hukum perempuan bekerja diluar serta hukum cadar
Peserta AISHAH tidak semuanya merupakan istri yang
pekerjaannya hanya dirumah saja, ada beberapa peserta yang bekerja
di luar rumah untuk mencari nafkah. Hal tersebut ditanyakan kepada
pemateri AISHAH bagaimana sebenarnya hukum terkait hal tersebut.
Pertanyaan terebut dijawab oleh salah satu pemateri AISHAH
bahwa sesungguhnya perkara mencari rizki berupa nafkah materi,
maka itu merupakan kewajiban seorang suami sebagai kepala rumah
tangga. Untuk istri tugas utamanya adalah menjaga rumah suami ,
mengasuh anak-anaknya, serta membantu pekerjaan suami
dirumahnya. Akan tetapi ada sebagian istri yang memilih bekerja
mencari nafkah berupa materi.
Jika sang istri itu bekerja di lembaga-lembaga atau
perusahaan yang memang diperlukan seorang wanita, maka hal
tersebut mutlak diperbolehkan, seperti halnya menjadi dokter dimana
nantinya bisa membantu pasien wanita yang berobat, atau seperti
menjadi guru di suatu sekolah mengajar siswa putri dimana siswa putri
dipisah dengan siswa putra, dan yang lain sebagainya. Sedangkan jika
sang istri tersebut bekerja di sektor perusahaan ataupun lembaga yang
bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom,
maka hal tersebut sebisanya dihindari. Hal tersebut diperbolehkan oleh
ulama dengan syarat ;
1) Mendapatkan izin dari suami
63
Wajib bagi seorang istri untuk selalu meminta izin untuk
keluar rumah meskipun urusan yang sepele. Urusan yang kecil saja
wajib bagi seorang istri untuk meminta izin apalagi ketika keluar
untuk bekerja. Karena jika tidak maka sepanjang istri itu diluar
rumah tanpa sepengetahuan suaminya, maka sepanjang itu juga
dosa terus bertumpuk bagi istri tersebut.
2) Mampu menjaga diri dari fitnah
Seyogyanya seorang istri ketika keluar rumah menghindari
diri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah, sepertihalnya
bercampur baur dengan lelaki yang bukan mahrom atau
berkomunikasi yang berlebihan dengan lelaki yang bukan
mahrom.
3) Menutup aurat dengan baik
Yang menjadi permasalahan bagi suami biasanya adalah
ketika harus memakai cadar di saat bekerja. Ketahuilah, bahwa
perkara cadar adalah perkara ikhtilaf dikalangan ulama’ salaf.
Jumhur ulama mengatakan bahwa cadar hukumnya mustahab
(disukai/dianjurkan). Sementara untuk hal yang wajib , ulama
sepakat bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali telapak
tangan dan wajah. (Sumber: Wawancara dengan peserta AISHAH
pada 8 September 2018)
e. Adab-adab mengadakan walimah
Menjadi pertanyaan yang penting bagi peserta AISHAH yang
ingin menikah ataupun menikahkan anaknya, yaitu bagaimana cara
64
mengadakan walimahan yang sesuai syariat islam. Karena disaat ini
walimah yang benar-benar syar’i sangatlah sulit, hal itu akan menjadi
asing ditengah masyarakat dizaman ini ketika akan mengadakan
walimah sesuai syariat islam. Adapun walimah syar’i, perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
1) Walimah dilaksanakan setelah pasangan sah menjadi suami istri.
2) Dalam walimah hendaknya mengundang orang-orang yang shalih
baik miskin maupun kaya.
3) Menyediakan hidangan berupa daging, kalaupun tidak mampu
maka hidangan yang lain diperbolehkan.
4) Tempat duduk antara tamu laki-laki dan perempuan dipisah.
5) Pasangan pengantin tidak memakai pakaian yang melanggar
syariat.
6) Tidak ada simbol-simbol kemusyrikan serta alat musik disaat
walimahan.
(Sumber: Wawancara dengan peserta AISHAH pada 8 September
2018)
C. Faktor Penghambat dan Pendorong Upaya AISHAH Membangun
Keluarga SAMARA Bagi Keluarga Salafi di Salatiga
1. Faktor Pendorong
a. Banyaknya keluarga yang memiliki pemahaman manhaj salaf di salatiga,
sehingga semakin banyak peserta yang ikut menjadi anggota AISHAH.
65
Salatiga merupakan kota kecil, akan tetapi perkembangan
ideologi di kota ini sangat menarik. Banyak ideologi serta pemahaman
islam yang berkembang di salatiga, salah satunya adalah pemahaman
manhaj salaf, dengan sentral keilmuan ada di dua pondok besar yaitu
Ma’ad Al- Irsyaad Al-Islamiyah dan Pondok Pesantren Ma’ad As-
Surkati. Dari dua pondok pesantren itulah banyak sekali lahir ustadz-
ustadz yang bermanhaj salaf.
b. Biaya yang dikenakan murah
Salah satu faktor yang bisa menarik masyarakat untuk ikut
AISHAH adalah karena biaya yang murah. Didalam AISHAH, biaya
pendaftaran diawal masuk adalah Rp. 50.000, kemudian disetiap
bulannya hanya dikenakan biaya Rp. 30.000. Biaya tersebut digunakan
untuk biaya operasional dan juga biaya ganti fotokopi materi yang
nantinya dibagikan kepeserta kembali.
c. AISHAH memiliki pemateri yang ahli dalam bidangnya untuk
menyampaikan kajian ataupun sebagai tempat para peserta guna
mengkonsultasikan masalah rumah tangganya.
Salah satu hal yang mendorong peserta untuk mengikuti
AISHAH adalah karena pemateri yang didatagkan AISHAH merupakan
pemateri yang berkompeten dibidangnya. Untuk kajian kesehatan
wanita, AISHAH mendatangkan Risnawati, S.SiT M. Kes selaku
Direktur Akademi Kebidanan Ar Rum Kota Salatiga sebagai pemateri.
Sedangkan untuk kajian pendidikan anak dipegang oleh Ustadz
Muhammad Qosim Mujahir, Lc, merupakan salah satu alumni
66
Universitas Islam Madinah. Dan dua pemateri lainnya adalah Ustadz
Ahmad Zainudin yang merupakan pendakwah terkenal di Salatiga , serta
salah satu penggagas berdirinya Yayasan Hati Beriman Salatiga, dan
juga Ustadz Arif Ardiansyah, Lc yang merupakan Ustadz di Yayasan
Pendidikan Islam Al Irsyad Tengaran, Kab. Semarang.
2. Faktor Penghambat AISHAH
a. Anti pati masyarakat terhadap dakwah manhaj salaf
Tidak sedikit masyarakat yang masih belum memahami manhaj
salaf dengan benar, sehingga sebagian masyarakat masih ada yang takut
dengan pemahaman serta penampilan keluarga yang bermanhaj salaf. Itu
merupakan salah satu penghambat dakwah salaf termasuk apa yang
dilakukan lembaga AISHAH, karena dengan masyarakat yang menutup
diri maka ada hanya perasangka buruk terus menerus, dan akan
berdampak kurang baik bagi AISHAH.
b. Kurangnya keseriusan peserta mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
AISHAH
Bisa dikatakan ini merupakan kendala internal dan utama dalam
suatu lembaga, merupakan kendala yang sering terjadi adalah kurangnya
keseriusan para pesertanya dalam mengikuti kegiatan yang berlangsung.
Di AISHAH juga masih ditemukan hal tersebut, dalam suatu kajian
setiap pertemuan biasanya ada yang tidak berangkat barang satu orang.
(Sumber : Wawancara dengan penanggung jawab AISHAH pada 11
April 2018)
c. Terbatasnya dana dan fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan
67
Kurangnya dana serta sarana prasarana yang dimiliki AISHAH
bisa jadi juga merupakan kendala tersendiri. Aula yang kecil kurang bisa
menampung peserta yang banyak, apalagi ketika peserta AISHAH
banyak yang berangkat dan dalam satu kajian ditempat yang sama. Hal
tersebust bisa menjadikan peserta kurang bisa fokus terhadap materi
kajian yang dilakukan. (Sumber : Wawancara dengan penanggung jawab
AISHAH pada 11 April 2018)
d. Suami tidak ikut kajian yang diadakan AISHAH
Jika dianalisa bisa jadi ketika suami tidak ikut kajian AISHAH
merupakan faktor yang menghambat AISHAH dalam mengupayakan
keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Karena idealnya memang sang
suami juga harus tau ilmu kerumahtanggaan,, meskipun nanti yang
dibahas adalah kerumahtanggaan istri. Ketika suami ikut kajian maka
akan ada pemahaman yang sama sehingga ketika diaplikasikan dalam
rumah tangga akan semakin mudah.
e. Belum adanya hubungan/koordinasi AISHAH dengan instansi
pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan
Sampai saat ini AISHAH belum ada kerjasama dengan instansi
pemerintah atau lembaga kemasyarakatan, hal itu merupakan faktor
penghambat bagi AISHAH, karena seandainya AISHAH sudah ada
hubungan/koordinasi dengan instansi pemerintah atau lembaga lainnya,
itu akan mempermudah AISHAH dalam mempromosikan dirinya serta
nantinya bisa mendapat bantuan berupa materi maupun non-materi dari
pemerintah.
68
f. Pengurus AISHAH merupakan orang dengan kesibukan yang padat
Kalau dilihat dalam kepengurusan AISHAH, akan dijumpai
mereka kesemuanya adalah para tokoh ustadz ataupun mereka yang
mempunyai profesi yang penting dilembaga lain, penjelasannya sudah
dijabarkan pada BAB sebelumnya. Hal tersebut merupakan kendala
tersendiri ketika pemateri tidak bisa datang ketika jadwal kajian karena
berbenturan dengan kegiatan lain yang juga tidak kalah penting
dilembaga lain, akhirnya kajian di AISHAH akan digantikan dengan
pemateri lain. (Sumber: Wawancara dengan Peserta AISHAH pada 8
September 2018)
69
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Upaya AISHAH Dalam Membangun Keluarga SAMARA
Islam adalah agama yang sempurna. Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun dalam kehidupan dunia ini, yang tidak
dijelaskan atau terlepas pembicaraannya dari agama Islam. Tidak ada satu pun
masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil
dan remeh. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.
Persoalan pernikahan adalah persoalan menarik untuk dibicarakan.
Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap
persoalan pernikahan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang
ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagai-mana mendidik anak, serta
memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam
proses nafaqah (pemberian nafkah) dan harta waris, semua diatur oleh Islam
secara rinci, detail dan gamblang.
Islam telah membahas masalah pernikahan secara panjang lebar. Mulai
dari bagaimana mencari kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga
bagaimana memperlakukannya dikala telah resmi menjadi pasangan hidup.
Islam telah menunjukkan kiat-kiat dan tuntunannya. Begitu juga Islam
mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah,
namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan Sunnah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Begitu pula dengan pernikahan yang
sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam telah mengajarkannya dan
memudahkannya.
70
Nikah merupakan jalan yang paling bermanfaat dalam upaya
merealisasikan dan menjaga kehormatan. Melalui nikah inilah seseorang dapat
terjaga dirinya dari apa yang diharamkan Allah Ta’ala. Oleh sebab itulah,
Rasulullah mendorong ummatnya untuk mempercepat nikah, mempermudah
jalan untuknya dan memberantas kendala-kendalanya.
Nikah adalah fitrah manusia serta merupakan jalan yang dapat meredam
gejolak biologis dan psikologis dalam diri manusia, sebagai perwujudan cita-cita
luhur dari sepasang suami isteri yang kemudian dari pernikahan yang syar’i
tersebut akan membuahkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Dalam membangun keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, banyak
sekali panduan yang bisa digunakan untuk menjadi rujukan. Sudah banyak buku-
buku, tulisan, kajian, seminar serta pelatihan yang membahas dan juga bertujuan
untuk memberikan tips dalam membangun keluarga agar sakinah, tidak
terkecuali AISHAH.
AISHAH yang merupakan singkatan dari Akademi Istri dan Ibunda
Shalihah ini juga merupakan upaya dari beberapa orang yang peduli akan
pentingnya keluarga sakinah. Lembaga ini berbentuk akademi, dimana dalam
wikipidia Indonseia dijelaskaan makna dari akademi merupakan salah satu
bentuk perguruan tinggi selain politeknik, sekolah tinggi, institut,
dan universitas. Atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan
(wikipedia.co.id). Jadi dalam ranah ini bisa diartikan bahwa Akademi Istri dan
Ibunda Shalihah ini merupakan bentuk lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan dalam cabang ilmu berkeluarga sesuai tuntunan islam.
71
Seperti lembaga-lembaga lain yang juga serupa tujuannya, AISHAH
juga memiliki progam kerja sebagai bentuk upaya membantu pesertanya
membangun keluarga sakinah, bantuan yang diberikan lembaga ini adalah
berupa kajian rutin dan konseling.
Kajian dilakukan setiap hari Sabtu pukul 09.00 WIB sampai pukul 11.30
WIB dengan tema yang beragam sebagaimana sudah dipaparkan di BAB
sebelumnya. Secara garis besar kajian yang diselenggarakan AISHAH
menyangkut perkara aqidah, fikih, akhlak dan kesehatan bagi wanita.
Selain kajian rutin, AISHAH juga berusaha membantu keluarga peserta
AISHAH melalui konsultasi. Peserta yang sedang menghadapi masalah terkait
keluragnya, bisa di konsultasikan kepada para pengajar guna menemukan solusi
terbaik bagi keluarganya. Konsultasi bisa langsung melalui majelis kajian atau
bisa menemui ustadz secara langsung.
Didalam AISHAH upaya utama yang dilakukan utnutk membangun
keluarga sakinah mawaddah wa rahmah bagi pesertanya adalah dengan
memberikan ilmu-ilmu seputar kekeluargaan. Meskipun jika kita lihat bahwa
upaya yang dilakukan AISHAH ini memang terkesan sederhana, hanya
mengadakan kajian ilmu dengan kurikulum yang ditentukan dan juga membuka
konseling. Akan tetapi ketika penulis analisa sebenarnya upaya seperti itulah
memang yang paling efektif untuk mendidik keluarga seorang muslim,
sebagaimana yang dilakukan generasi Salafu Shalih, generasi terbaik dalam
islam itu mengajarkan kepada setiap muslim bahwa kunci kebahagian di dunia
maupun akhirat adalah ilmu, sebagaimana pepatah arab :
72
راد الآخره فعليه بالعلم، ومن نيا فعليه بالعلم، ومن أ راد ال
من أ
رادهما فعليه بالعلم أ
“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah
berilmu.Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan
ilmu.Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan
ilmu.”
Pepatah diatas merupakan nasehat sangat berharga bagi seseorang yang
sudah berumah tangga ataupun yang belum berumah tangga. Jika seseorang
yang sudah berumah tangga ingin kehidupan keluarganya bahagia dan sakinah
maka carilah ilmu, karena dengan ilmu itu seseorang akan tau apa yang harus
dilakukan, sebagaimana perkataan Imam Bukhori dalam Muqoddimah Kitab
Shahih Bukharinya, bahwa “ilmu dulu sebelum beramal dan berkata”. Nabi
SAW juga bersabda tentang salah satu tanda seseorang mendapat kebiakan dari
Allah SWT,
ين هه ف ال من يرد الل به خي ا يفق
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia
akan difahamkan tentang agamnya.” (Muttafaq Alaihi)
Allah SWT juga berfirman dalam surat Al Maidah ayat 15-16,
هل أ ا كنتم تفون ٱلكتب ي م لكم كثيا م قد جا ءكم رسولنا يبي
ن ٱلكتب من قد جا ءكم م ويعفوا عن كثي بي ٱلل ١٥نور وكتب م
73
به يهدي بع من ٱلل نه ٱت لم سبل ۥرضو ن ويخرجه ٱلس لمت م م إلى ٱلظستقيم ۦبإذنه ٱلنور ١٦ويهديهم إلى صرط م
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan,
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang
itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan
sebagai cahaya yang membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya
menuju jalan-jalan keselamatan, berupa jalan yang menyelamatkan seorang
hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan mengantarkan seorang hamba
menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka dari kegelapan,
kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya
tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
Ilmu agama menjadi hal penting dalam kehidupan demi mewujudkan
kesakinahan sebuah keluarga. Setiap anggota keluarga harus senantiasa
mendekatkan diri dan selalu ingat kepada Allah SWT. dengan menjalankan
perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya. Karena dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT akan tumbuh dan terwujudnya nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan yang dapat mempermudah penyelesaian urusan atau permasalahan
dalam rumah tangga. Salah satu upaya untuk menjadikan kehidupan dan
keluarga yang sakinah adalah dengan cara selalu belajar ilmu agama.
74
AISHAH baru memiliki dua angkatan dengan peserta yang beragam ,
dari hasil wawancara peserta AISHAH ada yang sudah berkeluarga maupun
belum berkeluarga, meskipun kebanyakan pesertanya sudah berkeluarga. Bagi
muslimah yang belum berkeluarga mereka tetap antusias untuk mengikuti
pembelajaran kurikulum yang ada, mereka merasa senang bisa belajar di
AISHAH, selain mendapatkan ilmu yang nantinya berguna ketika sudah
berkeluarga, mereka juga bisa belajar dari peserta lainnya yang sudah
berkeluarga terkait pengalaman yang sudah dilaluinya.
Dari hasil wawancara dengan peserta, kebanyakan peserta merasa sangat
terbantu dengan mengikuti AISHAH. Ilmu yang sudah didapat di AISHAH bisa
diterapakan di rumah tangganya. Selain itu di AISHAH para peserta merasa
mempunyai rujukan setiap waktu ketika akan bertanya suatu hal ataupun
berkonsultasi terkait masalah dalam keluarganya, sehingga pastinya rumah
tangga menjadi rumahtangga yang sakinah.
Sedangkan pengertian keluarga sakinah menurut peserta AISHAH ini
beragam, akan tetapi intinya sebenarnya sama. Bahwa keluarga sakinah
mawaddah wa rahmah adalah keluarga yang tentram, penuh cinta dan kasih
sayang yang semuanya didasarkan ikhlas karena Allah SWT semata.
Dari hasil wawancara dengan peserta AISHAH, kebanyakan dari mereka
merasa keluarganya bisa dikatakan sebagai keluarga yang sakinah. Karena
kebanyakan dari peserta mempunyai keyakinan bahwa keluarga sakinah itu bisa
didapat dengan ilmu yang kemudian diamalkan.
Tidak sedikit juga dari peserta yang ingin diwawancarai penulis akan
tetapi peserta menolak, kebanyakan peserta menolak pada saat penulis
75
melakukan wawancara terkait masalah apa yang sering terjadi di dalam keluarga.
Kebanyakan dari peserta menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
penulis tersebut dengan alasan bahwa itu privasi dalam rumah tangga, sehingga
tidak patut untuk dibeberkan kepada orang lain.
Hal tersebut jika dianalisa sebenarnya merupakan salah satu indikator
kesakinahan suatu keluarga, para peserta paham ilmu bahwa sesungguhnya yang
namanya berumah tangga pasti memiliki cacat ataupun kekurangan, setiap
pasangan memiliki itu, dan memang tidak ada seorangpun yang hidup sempurna.
Maka salah satu tugas dalam berkeluarga bagi kedua pasangan suami istri adalah
saling melengkapi satu sama yang lainnya, saling menutupi kekurangan
diantaranya. Hal tersebut sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 187,
... نتم لكم لاس هن لاس وأ هن ل ...
“mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian
bagi mereka (istri-istri) “
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menafsirkan ayat tersebut dengan
mengutip perkataan Ibnu Abbas dan Rabi’ bin Anas, Ibnu Abbas berkata
“mereka itu (istri-istrimu) pemberi ketenangan bagi kalian, dan kalianpun sebgai
pemberi ketenangan bagi mereka”, sedangkan Rabi’ bin Anas berkata “mereka
itu sebagai selimut bagi kalian, kalianpun sebagai selimut bagi mereka”.
Artinya bahwa pasangan kita, suami ataupun istri jika bener mereka
pasangan yang baik dan menghantarkan kepada keluarga sakinah berarti
76
harusnya suami atau istri mampu memberi ketenangan bagi pasanganya baik
ketika ada ataupun ketika tidak ada dalam artian ada ketika bersama maupun
ketika tidak sedang bersama. Selain itu seorang pasangan yang baik juga
berfungsi sebagai selimut bagi kita, dalam artian bahwa pasangan seseorang
adalah penutup aib serta kekurangan.
Kemudian ketika penulis tinjau dari perspektif islam , upaya yang sedang
dilakukan AISHAH ini merupakan uapaya yang sesuai dengan hukum islam.
Dalam arti tidak bertentangan dengan ketentuan islam. Memang jika
dikembalikan ke tugas mendidik istri maka itu merupakan kewajiban bagi suami
dikarenakan suami merupakan pemimpin didalam keluarga sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat 34
مون عل ٱلر جال ل ٱلن سا ء قو بما فض نفقوا ٱلل بعض وبما أ بعضهم عل
لهم ف مولحت من أ نتت حفظت ل لفيب بما حفظ ٱلص ق ت و ٱلل ٱل
فإن ٱضبوهن و ٱلمضاجع روهن ف ٱهج تافون نشوزهن فعظوهن و إن طعنكم فل تبفوا عليهن سبيل
أ ا كبيا ٱلل ٣٤كن علي
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian
dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar”
77
Dan juga merupakan tanggung jawab seorang pemimpin untuk
melidungi keluarganya dari bahaya, baik di dunia maupun di akhirat
sebagaimana firman Allah dalam Surat At-Tahrim ayat 6
ها يأ ين ي هليكم نارا وقودها ٱل
نفسكم وأ
ٱلجارة و ٱلناس ءامنوا قو ا أ
عليها ملئكة غلظ شداد ل يعصون مرهم ويفعلون ما يؤمرون ٱللما أ
٦
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”
Akan tetapi ketika kita melihat dalam ranah fiqhu Al-waqi’ (fiqih sesuai
keadaan ummat) dengan memasukkan istri untuk mengikuti AISHAH juga
merupakan upaya yang tepat, apalagi ketika suami sibuk bekerja, berangkat pagi
pulang petang, pastinya hanya sedikit waktu yang bisa digunakan untuk
keluarganya. Apalagi ketika ternyata sang istri juga merupakan wanita karir
yang harus bekerja di luar rumah, maka untuk mensiasati guna mendidik istri
adalah dengan mengikuti AISHAH. Itu semua dilakukan dalam rangka
membangun keluarga sakinah. Sebagaimana juga seperti yang sudah
dicontohkan generasi-generasi Sahabat Nabi SAW terdahulu. Mereka
memerintahkan atau juga membolehkan istri-istri mereka untuk bertanya kepada
Rasulullah SAW ataupun kepada Ummahatul Mukminin waktu itu. Banyak
sekali riwayat yang menerangkan hal tersebut, sebagaimana hadis yang ada di
78
kitab Mustadrak Al-Hakim, Al-Hakim meriwayatkan sebuah hadis dari Aisyah
R.ha ;
“Mahasuci Allah yang mendengarkannya meliputi segala sesuatu.
Sungguh aku telah mendengarkan perkataan Khaulah binti Tsa’labah yang
menyembunyikan perkataannya dariku saat dia mengadukan suaminya (Aus bin
Shamit) kepada Rasulullah. Khaulah berkata : Wahai Rasulullah, dia
(suaminya) telah merenggut masa mudaaku. Aku telah melahirkan banyak anak
untuknya, begitu aku s udah tua dan tidak dapat hamil lagi, dia men-dziharku.
Demi Allah aku mengadu kepadamu”. Kemudian turunlah surat Al-Mujadalah.”
Dari hadis diatas bisa disimpulkan bahwa ternyata dulu para istri sahabat
Nabi SAW menanyakan persoalan yang ada didalam keluarganya kepada Nabi
SAW ataupun kepada istri-istri Nabi SAW. Dan itu juga merupakan perintah
Allah SWT untuk selalu bertanya kepada yang mempunyai ilmu ketika
mengadapi suatu permasalahan. Allah SWT berfirman :
هل فس ...ك لو ا أ )٤٣ (ر إن كنتم ل تعلمون ٱل
Artinya : “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (Q.S An Nahl : 32).
Dalam ayat tersebut terkandung makna bahwa kita diperintahkan
bertanya setiap tentang ilmu apapun pada ahlinya jika tidak mengetahuai, di
AISHAH juga demikian, AISHAH menfasilitasi pesertanya untuk berkonsultasi
masalah yang ada di dalam keluarganya kepada ahlinya, yaitu para ustadz dan
pengajar di AISHAH.
Kemudian ketika melihat isi dari materi serta muatan kurikulum yang
dijadikan acuan lembaga AISHAH, semuanya merupakan ilmu-ilmu yang
dianjurkan dalam islam. Tidak ada ilmu yang dianggap syubhat apalagi haram
untuk dipelajari, kesemuanya merupakan ilmu-ilmu yang shahih yang rujukan
79
utamanya adalah kitab-kitab ulama Salafus Shalih. Materi yang dibahas dalam
pertemuan-pertemuan terbesut adalah materi tentang aqidah, fikih, akhlak serta
kecantikan dan kesehatan wanita. Dimana kesemuanya disampaikan oleh
seorang yang ahli dalam bidangnya.
Selain mengadakan kaian rutin, upaya AISHAH lainnya adalah dengan
mempersilahkan pesertanya yang mempunyai masalah untuk ditanyakan atau
dikonsultasikan kepada pemateri AISHAH/Ustadz yang berkompeten
dibidangnya, hal ini merupakan upaya yang sangat efektif guna memberikan
nasehat-nasehat ataupun solusi bagi keluarga yang sedang mempunyai masalah.
Untuk pesertapun akan merasa sangat terbantu dengan adanya upaya seperti ini,
ketika peserta kebingungan terhadap suatu permasalahan, sudah ada tempat yang
sesuai untuk mencari solusim maka bisa langsung ditanyakan kepada pemateri-
pemateri.
B. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Upaya AISHAH Membangun
Keluarga SAMARA Bagi Keluarga Salafi Salatiga
Setiap upaya yang dilakukan pasti ada hal yang mendorong dan juga ada
hal yang menghalangi. Didalam upaya membangun keluarga sakinah mawaddah
wa rahmah akan ditemui berbagai hambatan yang pasti ditemui. Lembaga
AISHAH juga mendapati hal yang serupa, analisis penulis faktor utama
penghambat bagi AISHAH membangun keluarga samara adalah ada di intern
keluarga peserta AISHAH terebut, karena sesungguhnya semua hal yang sudah
diupayakan AISHAH kembali kepada diri sendiri masing-masing keluarga.
Semua itu diawali dengan keseriusan peserta yang mengikuti AISHAH. Jika
80
diawal masuk kemudian mengikuti progam kerja yang dilakukan AISHAH serta
mengamalkan apa yang sudah didapat dari AISHAH, kemungkinan besar
keluarganya akan bisa mendapatkan hasil yang diinginkan. Akan tetapi
sebaliknya, ketika peserta masuk mengikuti AISHAH dengan keseriusan yang
kurang, maka hasilnya pun akan kurang maksimal. Rasulullah sendiri sudah
memerintahkkan kepada umatnya untuk selalu bersungguh-sungguh dalam
melakukan segala hal yang bermanfaat, sebagaimana sabda beliau:
المؤمن من ال حب إلى الل خي القوى خي وأ
عيف وف ك مؤمن الضء فل تقل صابك ش
ول تعجز وإن أ احرص عل ما ينفعك واستعن بالل
ن فعلت كن كذا وكذا وما شاء فعل فإن لو .لو أ ولكن قل قدر الل
يطان تفتح ع مل الش
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada
mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan.
Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada
Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka
janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’
Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang
telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat
membuka pintu syaithon.” (H.R Muslim no. 47 Kitab Al Qodar)
Sabda Rasulullah yang berbunyi “Bersemangatlah atas hal-hal yang
bermanfaat bagimu” merupakan wasiat yang sangat berharga bagi muslim untuk
selalu bersemagat dalam segala hal, sedangkan kebalikan dari itu merupakan hal
yang tercela yaitu tidak bersungguh-sungguh ketika ada suatu kegiatan yang
bermanfaat baginya.
81
Faktor penghambat lain yang juga tidak kalah penting adalah tidak
ikutnya suami dalam kajian rutin. Memang betul ketika AISHAH hanya
mengkhususkan perempuan dalam kajjian rutinnya karena sesuai namanya
Akademi Istri dan Ibunda Shalihah, tapi ada bagusnya jika suami bisa diikutkan
dalam kajian rutin atau bisa juga dibuat kelas sendiri, karena dalam membangun
sebuah keluarga sakinah, harus disadari bahwa semua anggota keluarga berperan
apenting agar terwujudnya keluarga yang diimpikan itu. Apalagi kalau kita
kembali kehukum islam, maka tugas mendidik keluarga agar menjadi baik
adalah tugas seorang suami sebagai pemimpin rumah tangga, sebagaimana
firman Allah dalam surat An Nisa ayat 34 yang berbunyi
مون عل ٱلر جال ... ٱلن سا ء قو
Artinya : “Lelaki itu pemimpin bagi keluarganya...”
Sedangkan untuk faktor pendorong, maka sebenarnya itu merupakan
peluang yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi AISHAH untuk
memaksimalkan lembaga agar kedepannya semakin baik. Banyaknya keluarga
yang bermanhaj salaf disalatiga merupakan faktor pendorong utama yang bisa
dimanfaatkan, meskipun sebenarnya lembaga AISHAH tidak mengkhususkan
untuk keluarga yang bermanhaj salaf saja. Akan tetapi memang kebanyakan
yang mengikuti AISHAH adalah keluarga yang bermanhaj salaf.
Baik faktor pendorong maupun penghambat lembaga AISHAH untuk
membangun kelurga sakinah mawaddah wa rahmah merupakan hal yang perlu
diperhatikan sebagai bahan evaluasi agar kedepannya AISHAH mampu
82
bersinergi lebih baik guna membangun keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
bagi peserta khusunya, dan bagi keluarga di salatiga pada umumnya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dan observasi terhadap upaya
pembentukan keluarga yang dilakukan lembaga AISHAH di Kota Salatiga, serta
penulis bahas dan analisa, maka dapat penulis simpulkan sebgai berikut :
1. AISHAH adalah lembaga yang memiliki misi membangun keluarga sakinah
bagi pesertanya. Upaya yang dilakukan AISHAH dalam mewujudkan
tujuan tersebut adalah dengan melakukan kajian rutin serta membuka
bantuan konsultasi bagi pesertanya yang memiliki masalah. Lembaga ini
berfungsi menjadi lembaga kajian Islam yang berkomitmen untuk
membekali para kaum Muslimah dengan bekal ilmu agama dan ilmu
kerumahtanggaan yang aplikatif, sehingga diharapkan bisa terbentuk
pribadi muslimah yang lebih shalihah pada diri para pesertanya nanti.
AISHAH berada di bawah Yayasan Hati Beriman Salatiga, dimana yayasan
tersebut adalah yayasan islam yang memiliki pemikiran salaf, tujuan utama
yayasan tersebut adalah menyebarkan syiar islam sesuai sunnah Rasulullah
dan para pengikut setelahnya. Adapun ilmu yang didapatkan saat kajian
rutin di AISHAH adalah berkenaan dengan aqidah, fikih, akhlak serta
kesehatan dan kecantikan. Yang kesemuanya itu tidak lain menyangkut
tema besar kerumah tanggan seorang muslim/muslimah. AISHAH disini
menfasilitasi pesertanya untuk mendalami ajaran islam khusunya dalam
ranah ilmu kekeluargaan. Kajian rutin yang diadakan setiap hari Sabtu
pukul 09.00 sampai 11.30 diisi oleh pemateri yang ahli dalam bidangnya,
84
agar materi yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh peserta.
Selain itu AISHAH juga mempersilahkan pesertanya untuk mengajukan
konsultasi tentang masalah ataupun pertanyaan yang ingin diketahui
jawabannya, peserta bisa konsultasi atau bertanya secara langsung dalam
forum kajian maupun dengan tatap muka secara pribadi.
2. Faktor pendorong serta penghambat yang dihadapi AISHAH harusnya bisa
dimanfaatkan sebaik mungkin, faktor pendorong digunakan untuk semakin
memajukan AISHAH sedangkan faktor penghambat merupakan tantangan
tersendiri bagi AISHAH untuk menemukan solusinya. Adapun faktor
pendorong upaya AISHAH dalam membangun keluarga sakinah mawaddah
wa rahmah bagi para pesertanya antara lain adalah banyaknya keluarga
yang memiliki pemahaman salaf di Salatiga, biaya yang dikenakan murah,
serta AISHAH memiliki pemateri-pemateri yang berkompeten
menyampaikan materi pada saat kajian rutin. Sedangkan faktor
penghambatnya antara lain adalah anti pati masyarakat terhadap dakwah
manhaj salaf, kurangnya keseriusan peserta mengikuti kegiatan kajian rutin
yang diadakan, terbatasnya dana dan fasilitas yang dapat menunjang
pelaksanaan kegiatan, suami tidak ikut serta dalam kajian rutin, belum
adanya hubungan/koordinasi AISHAH dengan instansi pemerintah dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan serta pengurus AISHAH kebanyakan
merupakan orang dengan kesibukan yang padat.
85
B. Saran-Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dan observasi terhadap segala hal
yang berkaitan dengan AISHAH, menurut penulis masih ada beberapa hal yang
harus dibenahi dan diperbaiki. Harapan dari penulis saran serta masukan ini
dapat dijadikan batu loncatan kepada setiap individu yang terlibat. Adapun saran
dari penulis adalah :
1. Kepada Lembaga AISHAH
a. Lebih banyak dalam menggait peserta, mungkin bisa dengan lebih
meningkatkan iklan dalam bentuk pamflet dan yang lainnya agar
masyarakat lebih tau adanya AISHAH.
b. Kedepannya mengingat peserta AISHAH tidak hanya muslimah yang
sudah berkeluarga, mungkin AISHAH bisa membuka kelas baru.
Sehingga setiap tahun angkatan baru ada dua kategorisasi kelas , yaitu
kelas bagi muslimah yang sudah berkeluarga dan kelas bagi muslimah
yang belum berkeluarga.
c. Menbantu bagi peserta yang belum berkeluarga untuk segera
mendapatkan pasangan.
d. Membuka akademi atau kelas untuk suami, karena dalam membangun
keluarga sakinah dibutuhkan peran semua anggota keluarga termasuk
suami.
e. Melengkapi sarana prasarana seperti kelas , tempat parkir dan yang lain
sebagainya guna meningkatkan kenyamanan para peserta.
86
f. Menambah jaringan kerjasama/kordinasi dengann pihak lain seperti
instansi pemerintahan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
dibutuhkan.
g. Pemateri lebih istiqamah dan memprioritaskan untuk fokus mengurus
AISHAH.
2. Kepada Peserta AISHAH
a. Lebih istiqomah dan ikhlas dalam mengikuti kajian di AISHAH
b. Para peserta bisa mengajak sanak keluarga yang lain untuk mengikuti
AISHAH agar bertambah banyak.
c. Untuk mengamalkan serta membagikan ilmu yang sudah didapatkan di
AISHAH
d. Kepada Masyarakat
a. Ikut mendukung segala kegiatan yang dilakukan AISHAH dengan hal-
hal yang sekiranya bisa membantu.
b. Menjaga kerukunan serta keharmonisan dalam bermasyarakat.
c. Diharapkan masyarakat akan semakin memahami betapa pentingnya
ilmu seputar rumah tangga dan ilmu-ilmu parenting sebagai kebutuhan
dalam mewujudkan keluarga sakinah.
d. Masyarakat lebih semangat menanamkan dan mengaplikasikan nilai-
nilai agama dalam kehidupan keluarga.
e. Kepada Pemerintah Kota
a. Ikut mendukung kegiatan yang dilakukan AISHAH , karena hal
tersebut merupakan hal positif.
87
b. Bisa memberikan bantuan berupa materi bagi Yayasan pada umumnya
dan juga lembaga AISHAH pada khususnya agar bisa dimanfaatkan
untuk menambah sarana prasarana yang dibutuhkan.
c. Diharapkan Pemerintah Kota lebih memahami pentingnya pembinaan
keluarga agar sakinah, karena sejatinya unsur yang kecil akan tetaapi
memiliki peran luar biasa dalam pembangunan negara ini adalah
keluarga-keluarga.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2016. 101 Cara Mudah Mendidik Kelaurga. Jakarta Timur :
Pustaka Imam Bonjol.
Ali, Zainudin. 2009. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Anam, Khoirul. 2015. Keluarga Sakinah Dan Dzikir (Studi Atas Peran
Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Pembentukan Keluarga
Sakinah Di Kabupaten Semarang). Salatiga : Iain Salatiga.
Ashofa, Burhan. 2013. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Badrie, Moehammad Thahir. 1984. Syarah Kitab Tauhid Muhammad Bin
Abdul Wahab. Jakarta : Pustaka Panjimas.
Depertemen Agama Ri. 2005. Membina Keluarga Sakinah, Jakarta: Ditjen
Bimas Islam Dan Penyelenggara Haji.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islanomor: Dj.Ii/542 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah.
Hamka . 2005. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Jabir, Abu Bakar. 2016. Minhajul Muslim. Solo : Pustaka Arafah.
Kifni, Achmad. 1996. 101 Nasehat Keluarga Sakinah, Banyumas :Badan
Penasehat Perkawinan Perselisihan Dan Perceraian.
Maarfat. 2002. Pedoman Wanita Muslimah, Bogor :Al Risalah Media.
Malik Kamal, Abu. 2016. Fikih Sunnah Wanita, Jakarta Timur :Griya Ilmu.
Mubarok, Ahmad. 2006. Nasehat Perkawinan Dan Konsep Hidup Keluarga,
Jakarta: Jatibangsa.
Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progesif.
Musthafa. 2016. Fikih Menjemput Jodoh. Sukoharjo : Al Qawwam.
89
Rafie , Baihaqy Ahmad. 2006. Membangun Surga Rumah Tangga, Surabaya:
Gita Media Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Surya, Muhammad. 2003. Bina Keluarga , Semarang : Aneka Ilmu.
Ulfatmi. 2011. Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam (Studi Terhadap
Pasangan Yang Berhasil Mempertahankan Keutuhan Perkawinan
Di Kota Padang). Jakarta: Kemenag Ri
Undang – Undang Ri Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan
Kompilasi Hukum Islam. 2015. Bandung: Citra Umbara.
Wawancara Dengan Peserta AISHAH.
Wawancara Dengan Ustadz Ahmad Zainuddin Pengurus Lembaga Aishah.
Wawancara Dengan Ustadz Tumidi Ketua Yayasan Hati Beriman Salatiga.
Yunus , Mahmud. 2007. Kamu Arab Indonesia. Jakarta : Pt. Mahmud Yunus
Wa Dzurriyyah.
Zaini, Syahmini. 2004. Membina Rumah Tangga Bahagia. Jakarta :
Kalamulia.
LAMPIRAN
Kegiatan Kajian Rutin
Tampak depan aula yang digunakan untuk kajian rutin
Papan nama didepan kantor Yayasan Hati Beriman
Proses wawancara dengan peserta