upaya himpunan mahasiswa islam cabang ...hmi atau korps alumni hmi (kahmi) yang merupakan...
TRANSCRIPT
UPAYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG CIPUTAT
DALAM MEMBENTUK BUDAYA MEMBACA
DI KALANGAN PARA AKTIVISNYA
Diajukan Oleh:
ANDRI FIKRI MUH.ALWAN
1111025100004
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
v
ABSTRAK
Andri Fikri Muh. Alwan (1111025100004). Upaya HMI Cabang Ciputat
Dalam Membentuk Budaya Membaca di kalangan Para Aktivisnya. Di
bawah bimbingan Siti Maryam, M.Hum. Program Studi Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan budaya membaca di
kalangan organisatoris HMI Cabang Ciputat. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar kalangan aktvivis HMI Cabang
Ciputat sudah meninggalkan budaya membaca sebagai ciri dan karakter
utama yang harus dipertahankan. Sebagai organisasi dengan basis
kadernya adalah mahasiswa muslim, maka tujuan utamanya adalah mampu
melahirkan kader-kader yang berkualitas akademis, religius, dan
humanitas. Organisasi HMI sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa
islam se-nusantara, selalu memberikan dorongan yang positif guna
merespon dinamika zaman baik di masa kini dan di masa yang akan
datang, salah satu senjata yang dipersiapkan guna merespon pergolakan
zaman adalah dengan menumbuhkan budaya membaca dikalangan
aktivisnya. Upaya-upaya yang harus dilakukan guna membentuk budaya
membaca adalah dengan dibentuknya forum-forum diskusi, kajian ilmiah,
bedah buku, dan kegiatan lainnya yang dapat memberikan stimulus kepada
kader HMI guna melahhirkan budaya membaca. Budaya membaca adalah
sebagai upaya mengkontekstualisasikan tujuan HMI yang terkandung
dalam pasal 4 Anggaran Dasar “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta,
Pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Subhanahu
Wata’ala”.
Membentuk budaya membaca di kalangan Aktivis HMI Cabang Ciputat
tentunya memiliki tujuan utama yaitu ingin mengembalikan khittah
perjuangan dan identitas yang telah hilang dari peradaban dunia akademis
dan dunia organisatoris khususnya Organisasi HMI Cabang Ciputat yang
notabenenya adalah Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci : Organisasi, HMI, Budaya, Budaya Membaca.
vi
ABSTRACT
Andri Fikri Muh. Alwan (1111025100004). The Action of Association of
Islamic University Student (HMI) Ciputat branch to construct a
reading habit among the activists. Under supervise of Mrs. Siti
Maryam, M.Hum. Library Science Program Faculty of Culture and
Humanity, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
The purpose of this research is to find out the habits and reading behavior
among the activists of Association of Islamic University Student (HMI)
Ciputat Branch. This research conducted as descriptive research with
qualitative approach, using interview, observation, and documentation as
the technique of data collecting. The research proven that most of the
activists of Association of Islamic University Student (HMI) Ciputat
branch has left the reading habits behind as the main character that should
be fortified. As the Islamic University Student organization, therefore, the
main purpose must be trained a high-quality academic minded, religious,
and humanity-aware cadre.
The Association of Islamic University Student (HMI), as the congregation
of national Islamic university students, always gives a positive value to
respond the challenge of time, present and future time. One thing that has
been prepared the most to challenge the time is, to construct the reading
habits among the HMI activists. Reading habits as the action to
contextualized the purpose of HMI contained in Clause 4 of Articles of
Association that states “to construct an academic, creator, obligatory,
rightful-islamic person, also responsible for the making of prosperity
civilization blessed by Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.
To construct reading habits among HMI Ciputat Branch activists is
absolutely a primary purpose to return the lost essence of fought and
identity from the academic-century and especially from the world of
organizational being of (HMI) Ciputat Branch which is mostly the students
of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: Organization, HMI, Culture, Reading Habits
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan
kasih dan sayang-Nya, semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada
kita semua, amin. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan kepada
junjungan alam baginda Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat, semoga kita
sebagai ummatnya mendapat pertolongannya kelak, amin.
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata
Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya
tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi
ini dengan judul : “Upaya HMI Cabang Ciputat Dalam Membentuk Budaya
Membaca di kalangan Para Aktivisnya“.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak penulis temui
rintangan dan hambatan. Sungguh pun begitu Alhamdulillah atas kerja keras
semangat dan dukungan dari semua pihak akhirnya skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan baik. Oleh karena itu izinkan penulis untuk menghaturkan
ucapan terimakasih serta penghargaan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dan memberikan dukungn moril dan materil, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti. Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
viii
3. Bapak. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Ibu Siti Maryam, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang sudah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta selalu sabar membantu
dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Tak luput juga Penulis haturkan terimakasih banyak untuk Ayahanda dan
Ibunda tersayang Muhammad Alwan H. Abdul Gani dan Ibu Siti Juhroh
yang telah melahirkan, membimbing, mendoakan ananda. Semoga suatu
hari penulis mampu membahagiakan dan membanggakan Ayah dan
Ibunda tersayang, semoga Allah selalu membalas semua kebaikan dan
perjuangan mereka.
6. Kepada Keluarga Besar HMI Cabang Ciputat, penulis haturkan sejuta
persembahan yang tak terhingga, khususnya HMI Komisariat Fakultas
Adab dan Humaniora (HMI KOFAH) serta para Kanda/ Yunda alumni
HMI atau Korps Alumni HMI (KAHMI) yang merupakan sumber-sumber
primer terkait penulisan skripsi ini.
7. Kepada seluruh Keluarga Besar IMM Cabang Ciputat penulis haturkan
ucapan terimakasih yang begitu tulus atas didikan dan motivasinya kepada
penulis di saat awal perkuliahan.
8. Kepada Seluruh keluarga Besar PMII Cabang Ciputat, penulis haturkan
ucapan terimakasih atas persahabatan kita selama ini, semoga akan tetap
abadi selamanya.
ix
9. Keluarga besar Resimen Mahasiswa UIN Jakarta, Menwa Satuan UMJ,
penulis haturkan ribuan ucapan terimakasih.
10. Kepada para senior llmu Perpustakaan, para senior BEM (Badan Eksekutif
Mahasiswa) Fakultas Adab dan Humaniora periode 2013-2014, teman-
teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) UINESCO 2014, kawan-kawan di KPU
(Komisi Pemilihan Umum) UIN 2014, serta kawan-kawan seperjuangan
angkatan 2011 yang tak hentinya memberikan dukungan, semangat, do’a
dan tawa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam
hangatnya ikatan keluarga.
11. Kepada seluruh Keluarga Besar LINGKARMATA (Lingkar Muda
Lembata), Bang Jufridin Daud Hobamatan, Bang Husni Lamarobak, Bang
Hasnan Lado Purab, Bang hakim manuhoe, Bang Linggar, Bang fahmi
lamarobak, Bang Julkifli, Bang Arsyad, Bang Sunarto H, Bang Safar,
Bang Kine Paokuma, serta kawan-kawan seperjuangan saya Bung Midun
Husein Ratuloli, Bung Hasbi Ladopurab, Bung abdul Muthalib, Bung Adi,
Bung Dintos, Bung Arif, Bung Romi, Bung Jufri, Bung Jiko, Bung Umar,
Usman Lw, Aar, Bung Kusmadi Sarabity, Bung syamsul, Bung zainal
Paokuma, Adinda Ifa Latifah, Adinda Syar’iyah, serta kawan-kawan
lainnya yang turut serta selalu mensuport penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, hanya kepada Allah penulis berharap semua alam
ibadah mereka di balas dan di tempatkan di sisi yang mulia. Amin.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memahami bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat
x
kepada siapa saja yang menjadikan ini sebagai bahan bacaan mereka dan dapat
menjadikan tulisan ini sebagai referensi.
Jakarta , 13 November 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii
Lembar Pernyataan .......................................................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................ v
Kata Pengantar ................................................................................................ vii
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ..................................... 9
1. Pembatasan Masalah ........................................................................ 9
2. Perumusan Masalah .......................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10
1. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10
2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
D. Defenisi Istilah ................................................................................... 11
1. Peran ................................................................................................. 11
2. Organisasi ......................................................................................... 11
3. Himpunan Mahasiswa Islam ............................................................ 12
4. Budaya .............................................................................................. 12
5. Membaca .......................................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13
xii
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Ruang Lingkup Organisasi ................................................................ 15
1. Pengertian Organisasi .................................................................... 15
2. Prinsip-Prinsip Organisasi ............................................................. 17
3. Pengertian HMI .............................................................................. 18
4. Tujuan HMI Sebagai Organisasi Mahasiswa ................................. 19
B. Ruang Lingkup Membaca .................................................................. 20
1. Pengertian Membaca ...................................................................... 22
2. Tujuan Membaca ........................................................................... 24
3. Manfaat Membaca ......................................................................... 25
4. Faktor-Faktor Yang Membentuk Budaya Membaca ..................... 26
C. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................ 29
1. Jenis Penelitian ............................................................................... 29
2. Pendekatan Penelitian .................................................................... 29
B. Sumber Data ...................................................................................... 30
1. Data Primer .................................................................................... 30
2. Data Skunder .................................................................................. 30
C. Informan ............................................................................................ 30
1. Ketua Umum HMI Cabang Ciputat ............................................... 30
2. Presidium ....................................................................................... 31
3. Kader Aktif HMI Cabang Ciputat .................................................. 31
xiii
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 32
1. Studi Kepustakaan ......................................................................... 32
2. Studi Lapangan .............................................................................. 33
a. Observasi .................................................................................... 33
b. Wawancara ................................................................................. 33
c. Dokumentasi ............................................................................... 34
E. Teknik Analisa Data .......................................................................... 34
1. Reduksi Data ................................................................................. 36
2. Penyajian Data .............................................................................. 36
3. Penarikan Kesimpulan .................................................................. 36
F. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 36
1. Tempat Penelitian ......................................................................... 36
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum ............................................................................... 37
1. Sejarah Berdirinya HMI ................................................................ 37
2. Latar Belakang Berdirinya HMI ................................................... 40
3. Latar Belakang Pemikiran Lafran Pane ........................................ 44
4. Sejarah Berdirinya HMI Cabang Ciputat ...................................... 46
5. Program Kerja HMI Cabang Ciputat ............................................ 53
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................... 54
1. Program – Program Kegiatan HMI Cabang Ciputat ..................... 54
2. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Mundurnya Budaya
Membaca ....................................................................................... 58
xiv
3. Pola Perkaderan di Lingkungan HMI Cabang Ciputat ......................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 69
B. Saran .................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN- LAMPIRAN
xv
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing
Lampiran 2. Surat Tugas Dosen Pembimbing
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5. Biodata Informan
Lampiran 6. Tokoh-Tokoh Pendiri dan Pengurus HMI Cabang Ciputat
Lampiran 7. Transkip Wawancara
Lampiran 8. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah peradaban umat manusia banyak mencatat peran sentral
kegiatan membaca dalam berbagai upaya pemberdayaan masyarakat,
pengembangan tradisi intelektual, filsafat, sastra, seni-budaya, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan mencapai
kemajuan seperti era kontemporer ini yang serba berbasis digital dan
teknologi canggih jika tidak dibangun dengan ketekunan para pakar dan ahli
dengan membaca bahan-bahan bacaan yang telah ada sebelumnya yang
bersifat mencerdaskan, menambah wawasan pengetahuan, inspiratif dan
mencerahkan sekaligus mendorong mereka terus melakukan penelitian dan
pengembangan guna mendapatkan temuan-temuan teori-teori serta
kecanggihan teknologi baru yang bermanfaat bagi umat manusia sebagaimana
yang kita saksikan di era globalisasi kini yang ditandai dengan percepatan
arus informasi.
Sejarah telah membuktikan bagaimana bacaan baik buku maupun
media massa, telah membuka hati dan pikiran suatu kaum-masyarakat,
kemudian mendorong terjadinya suatu gerakan sosial (social movement)
untuk melahirkan suatu perubahan sosial (sosial change) menuju tatanan
masyarakat baru yang lebih baik dan kompetitif adil dan sejahtera.
2
Buku Max Havelaar karya Multatuli,1 misalnya, dipercaya telah
mempengaruhi pemikiran para pengambil kebijakan di lingkaran elit kerajaan
Belanda untuk melahirkan „politik etis‟ di wilayah hindia belanda
(Indonesia). Dari sinilah kemudian lahir lembaga-lembaga pendidikan dan
badan penerbitan, seperti balai pustaka bagi pribumi yang bertujuan untuk
membuat kaum pribumi menjadi sangat terpelajar.
Buku-buku atau bahan bacaan tentang sejarah dunia pula yang telah
membuka hati dan pikiran para perintis dan pendiri bangsa ini, yang aktif
dalam berbagai pergerakan nasional. Dengan membaca buku-buku sejarah
tentang bangsa-bangsa lain di dunia, kaum terpelajar seperti Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Dr. Sutomo, dan Gunawan Mangunkusumo, menyadari makna
kebangsaan, kedaulatan dan kemerdekaan bagi bangsa yang sekarang ini
dinamakan dengan bangsa dan negara Indonesia.
Dari kesadaran itulah, kemudian Dr. Wahidin mengembangkan dan
memasyarakatkan gagasan nasionalisme. Gagasan tersebut tentunya tidak
hadir tanpa ada referensi dasar yang mengkristal menjadi sebuah konsep
pemikiran yang pada akhirnya adalah bisa diimplementasikan ke dalam ranah
masyarakat dan sekaligus berdaya guna dalam membangun sebuah tatanan
masyarakat yang baik dan bermartabat, yaitu masyarakat yang adil makmur
serta merdeka dari ketertindasan para kolonialisme.
1Nama asli multatuli adalah Douwes Dekker. Ia adalah seorang residen Lebak, Banten, yang
kemudian mengundurkan diri karena tidak mau dijadikan alat oleh pemerintah Hindia-Belanda
untuk menindas rakyat.
3
Gagasan itu kemudian diwujud nyatakan oleh Dr. Sutomo dan
Gunawan Mangunkusumo dengan mendirikan Organisasi Pergerakan
Nasional bernama Boedi utomo.
Organisasi ini memang mulanya terkesan Jawanisme, tapi tetap
membawa dampak positif dengan bermunculan organisasi serupa yang
bersifat kedaerahan, seperti Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan
Organisasi kaum Betawi. Dengan programnya masing-masing, organisasi-
organisasi yang di pelopor oleh kaum intelektual tersebut melakukan
pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pendidikan, pertanian,
perdagangan, tekhnik dan kebudayaan.
Disinilah era kebangkitan nasional kemudian ditorehkan dengan tinta
emas dalam buku-buku sejarah nasional Indonesia, dan selalu menjadi
sumber inspirasi semangat kebangsaan yang tiada habis-habisnya.
Berangkat dari faktor pembacaan dan analisa terhadap “big historis-
founding father” bangsa ini maka, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam),2 yang
notabene menjadi salah satu Organisasi kemahasiswaan, sekaligus
berdomisili di setiap Universitas, Perguruan Tinggi, serta Sekolah Tinggi,
mempunyai tanggungjawab yang sama, guna melanjutkan amanat para
pendiri bangsa yaitu untuk mencerdaskan anak bangsa dengan pendidikan.3
Salah satu tugas dan fungsi HMI sebagai Organisasi ekstra kampus
adalah membina mahasiswa agar berjiwa akademis, pencipta dan pengabdi
2Victor Tanja, HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM;Sejarah dan kedudukannya di tengah
gerakan-gerakan Muslim pembaharu di Indonesia(Jakarta: Sinar Harapan, 1982), h. 9
3Agusalim Sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah perjuangan Bangsa
Indonesia (Jakarta:PT INTEGRITA DINAMIKA PRESS, 1986), h. 71
4
kepada masyarakat, agama serta bangsa secara totalitas.4 Mahasiswa yang
kemudian disebut sebagai kaum muda, pelopor agen perubahan (agent of
change) yang akan meneruskan tongkat estafet perubahan bangsa di masa
depan sekaligus kontrol social (Social Control) karena pemuda adalah
pewaris sekaligus penerus estafet perjuangan bangsa. Ini tentu saja bukan
sekedar retorika, tapi suatu keharusan sejarah, dan bahkan hukum alam.
Ketika kelak para pemimpin bangsa lengser, ketika entrepreneur
menjadi tua, ketika para teladan undur dari gelanggang perjuangan bangsa,
maka giliran pemuda untuk tampil dan bicara, tentunya pemuda dalam artian
yang dimaksud adalah pemuda yang berlatar belakang pendidikan dan
pengalaman yang mumpuni, baik secara akademis, sosial serta spiritual.
Mereka tak bisa mengelak dari tanggungjawab dan keharusan sejarah
untuk meneruskan estafet perjuangan bangsa guna mencapai kemajuan,
kesejahteraan dan kejayaan di masa depan.5 Mahasiswa atau kaum muda yang
kemudian di pundaknya diembankan tanggungjawab, baik dalam konteks
ekonomi, moral, sosial, budaya, pendidikan ataupun spiritual, maka demi
sebuah tanggung jawab itulah kaum muda sudah tentu harus mempersiapkan
dan memberdayakan dirinya semaksimal mungkin guna menjadi pemimpin
masa depan.
4Modul Latihan LK-I HMI Cabang Ciputat. AD HMI BAB III Tentang Tujuan (Jakarta: HMI
KAHMI, 2010), h. 51
5Ahmadun Yosi Herfanda, Yang Muda Yang Membaca (Jakarta: Asisten Deputi
Pemberdayaan Lembaga Pemuda-Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga, 2008), h. ix
5
Maka salah satu metode yang potensial untuk memberdayakan diri
adalah dengan kegiatan membaca, sudah barang tentu di zaman yang serba
canggih ini banyak alat dan media yang mendukung kegiatan membaca, baik
dari media on-line sampai dengan media massa cetak. Yang pada pokok
perhatiannya adalah menghidupkan kembali budaya membaca sebagai upaya
pemberdayaan diri secara maksimal guna menghadapi kehidupan di era
globalisasi ini. Dikatakan seperti itu karena mahasiswa adalah kaum
intelektual dengan pengetahuan keilmuan. Untuk mewujudkan itu, mahasiswa
harus akrab dengan kegiatan membaca.
Seseorang yang terbiasa membaca biasanya pengetahuan yang
didapatkan memberikan efek besar pada kehidupan dari yang belum tahu
menjadi tahu, berbeda dengan seseorang yang tidak akrab dengan membaca,
sangat jauh perubahannya di masa depan. Dalam dunia kampus banyak
kegiatan-kegiatan yang menunjang mahasiswa untuk meningkatkan kebiasaan
membaca, diantaranya adalah seminar, bedah buku, diskusi, serta pelatihan.
Sebab pada prinsipnya, membaca merupakan hal yang sangat prinsipil
bagi seseorang. Ketika seseorang membaca maka informasi tersebut akan
membantunya dalam mengarungi kehidupan ini, disatu sisi informasi tersebut
akan membentuk pola perilakunya dalam kontak sosial kemasyarakatan.
Membaca tidak hanya disaat sekolah, ataupun dibangku kuliah saja, namun
membaca adalah tugas seorang yang sangat pokok.
Apalagi yang disebut dengan pelajar, mahasiswa ataupun lainnya yang
bersinggungan langsung dengan faktor akademis-intelektual, maka wajib bagi
6
mereka untuk rajin membaca buku untuk menemukan hal-hal baru. Pada
literatur sejarah peradaban intelektual HMI Ciputat, dapat kita temukan
bahwa HMI Cabang Ciputat adalah salah satu Organisasi ekstra yang berada
di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Banyak kegiatan HMI Cabang Ciputat yang bergerak di bidang literasi.
Beberapa kegiatan tersebut diantaranya adalah diskusi, pelatihan, seminar,
bedah buku, lomba karya ilmiah, lomba design dan acara-acara lain. Namun
kondisi tersebut kini sudah mulai hilang dari permukaan dan pentas
peradaban intelektual HMI Cabang Ciputat.
Meskipun, HMI terkategori sebagai Organisasi mahasiswa
sesungguhnya mencakup mahasiswa Muslim Indonesia yang mencintai ilmu
pengetahuan, bernafaskan Islam dan cinta bangsa, sebagaimana tersurat
dalam lima kualitas insan cita HMI yaitu; kualitas insan akademis, kualitas
insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan yang bernafaskan
Islam, dan kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT.6
Namun disisi lain hal tersebut bisa dikatakan merupakan prinsip-prinsip
formatif yang secara esensi dan spiritnya tidak dimiliki oleh kader HMI
secara total sehingga melahirkan generasi yang kurang berpotensi dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan yang sudah terkontaminasi dengan budaya
pragmatisme, hedonisme, serta individualisme sebagaimana yang kita
saksikan di era sekarang ini, memang tidak semua dari generasi HMI
6Eko Arisandi, ed., MembingkaI Perkaderan Intelektual setengah abad HMI Cabang Ciputat (
Ciputat: UIN Jakarta Press-HMI Cabang Ciputat, Presidium KAHMI, dan Fatwa Center, 2012 ), h.
xviii
7
mengalami hal tersebut akan tetapi sebagian besar sudah terkontaminasi
dengan unsur-unsur kehidupan tersebut, karena generasi HMI hari ini sudah
melupakan asal muasal (Khittah Perjuangan) awalnya, salah satu faktornya
adalah generasi HMI hari ini sudah tidak mau membaca buku, koran, majalah
ilmiah dan sebagainya.
Budaya membaca, diskusi dan menulis kini jarang ditemukan di dalam
dunia kampus dan Organisasi, ini merupakan suatu pertanda dan indikasi
merosotnya nilai-nilai akademis dalam diri kaum muda khususnya kader HMI
Cabang Ciputat, sehingga pada akhirnya organsiasi HMI Cabang Ciputat
akan mengalami degradasi nilai serta kehilangan jati diri dari pentas
peradaban intelektual nasional serta internasional.
Atas dasar inilah penulis mencoba menuangkan beberapa tafsiran, serta
pendapat terkait dengan kondisi sosio-cultural yang ada saat ini di HMI
Cabang Ciputat periode 2014-2015. Pemilihan tema kajian yaitu upaya
Organisasi dalam membentuk budaya membaca di kalangan aktivisnya adalah
suatu tema yang menarik, mahasiswa sebagai objek penelitian didasarkan
pada fenomena bahwa mereka akan meneruskan tongkat estafet untuk masa
depan bangsa yang lebih baik guna membangun sebuah tatanan peradaban
umat, bangsa serta negara yang bermartabat.
Mengingat pentingnya kegiatan membaca bagi mahasiswa, tetapi
kenyataan yang terjadi kini nampaknya sangat jauh berbeda dengan harapan
para pendiri bangsa, serta tokoh-tokoh pendidikan. Salah satu kasus adalah
terdapat sebagian mahasiswa yang belum memanfaatkan kegiatan-kegiatan di
8
luar bangku kuliah untuk meningkatkan kecintaan terhadap membaca. Hal
inilah yang menjadi akar permasalahan dari pada penulisan skripsi ini, yang
mana budaya membaca kini hilang dari permukaan dunia akademis serta
dunia Organisatoris.
Berangkat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, hasil
yang diperoleh dari penelitian lapangan tersebut menunjukkan bahwa
lingkungan dan nuansa di tubuh Organisasi HMI Cabang Ciputat sendiripun
belum mampu mendukung terbentuknya budaya membaca khusus bagi
anggotanya. Hal ini tentunya ada korelasi dengan hadir dan pengaruh dari era
globalisasi yang kian marak menjamur dan menjamu gaya hidup yang serba
hedonis dan pragmatis.
Sehingga akhirnya hal inilah yang menyeret kaum akademis dan
Organisatoris ke dalam belenggu kebodohan, apatis dan rasa individualisme
yang begitu tinggi, padahal sejatinya globalisasi yang kemudian ditandai
dengan hadirnya media massa dan teknologi yang canggih justru
mempermudah dan membantu ruang gerak manusia secara keseluruhan,
namun hal ini justru mendatangkan “penyakit” yang parah bagi generasi
bangsa hari ini.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis mencoba untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi, kemudian hasil penelitian
tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “Upaya Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Ciputat Dalam Membentuk Budaya Membaca
di kalangan Para Aktivisnya.
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas dan penelitian ini
memberikan hasil yang maksimal, maka masalah yang akan diteliti akan
dibatasi ruang lingkupnya yaitu: ada tiga masalah penelitian yang akan
dikaji, yaitu:
a. Program-program kegiatan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015
yang dapat menciptakan budaya membaca bagi para aktivisnya
b. Faktor-faktor penyebab degradasi budaya membaca di kalangan aktivis
HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015.
c. Pola perkaderan HMI Cabang Ciputat dalam mendukung terciptanya
jiwa para aktivis yang mencintai budaya membaca.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Apa saja program-program kegiatan HMI Cabang Ciputat yang dapat
meningkatkan budaya membaca para aktivisnya ?
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mundurnya budaya membaca
di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 ?
c. Seperti apa pola perkaderan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015
dalam mendukung terciptanya jiwa para aktivis yang mencintai budaya
membaca ?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Memperoleh gambaran mengenai peran program-program kegiatan
yang dibuat HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 dalam
menciptakan budaya membaca.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab mundurnya peradaban dan
budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat periode
2014-2015.
c. Memahami alur dan pola perkaderan di lingkungan HMI Cabang Ciputat
periode 2014-2015 dalam mewujudkan jiwa para aktivis yang mencintai
budaya membaca.
2. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilakukan diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk:
a. Memberikan ide dan masukan bagi organisasi HMI Cabang Ciputat
dalam meningkatkan minat dan kebiasaan membaca anggotanya
sehingga terciptanya budaya membaca yang baik.
b. Memberikan bukti empiris yang mendukung teori-teori mengenai
pertanyaan peran Organisasi terhadap budaya membaca para aktivisnya.
c. Memberikan kontribusi pemikiran yang signifikan bagi perkembangan
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi terutama dalam pembinaan
budaya membaca.
11
d. Memberikan sebuah kontribusi kepada ummat bahwa sesungguhnya
budaya membaca adalah hal yang sangat pokok dalam kehidupan kita di
dunia fana ini.
D. Definisi Istilah
1. Peran
Peran adalah tugas dan tanggungjawab secara fungsi yang harus
dikerjakan oleh seseorang/lembaga dalam menjalankan tugasnya guna
mencapai visi dan misi suatu Organisasi.
2. Organisasi
Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama antara manusia yang
terkait dengan hubungan formal dan rangkaian hierarki untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Dari pengertian di atas ada tiga unsur
menonjol yang perlu diperhatikan adalah :
a. Bahwa Organisasi bukanlah tujuan, melainkan cara untuk mencapai
tujuan atau alat untuk mengerjakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu
susunan Organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan
tujuan atau tugas pokok.
b. Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama yang terkait dalam
hubungan formal.
c. Dalam Organisasi selalu terdapat hierarki artinya dalam suatu Organisasi
selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan bawahan.
12
3. Himpunan Mahasiswa Islam
Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat HMI adalah salah satu
Organisasi mahasiswa Islam yang di dirikan pada Tanggal 5 Februari Tahun
1947 M bertepatan dengan 14 rabiul awal 1366 H tepatnya di Jogjakarta,
yang bertujuan membentuk generasi Muslim yang akademis, pencipta,
pengabdi dan bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah Subhanahu Wata‟ala.7
4. Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti
cinta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta
budhayah yaitu bentuk jamak dari budi atau akal. Dalam bahasa Inggris,
kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan
dengan cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera yang
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangan tanah
(bertani).8
5. Membaca
Sedangkan membaca sebagai suatu proses menangkap atau
memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya,
menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang, dan
merefleksikan atau bertindak sebagaimana yang dimaksud dari konsep
tersebut.
7KAHMI CIPUTAT. Modul Latihan LK-I HMI Cabang Ciputat.h. 15
8Elly M. Setiadi. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta:Kencana, 2006), h.27
13
Budaya membaca adalah suatu kebiasan yang didalamnya terjadi
proses berfikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan seperti
keterampilan menangkap atau memahami kata-kata atau kalimat yang
tertulis, menginterpretasikan, dan merefleksikan. Dalam kegiatan membaca
juga perlu memiliki kondisi fisik yang baik sehingga konsentrasi
tercurahkan sepenuhnya kepada teks atau tulisan yang sedang dibaca.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bab.
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan bab pembuka yang membahas latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, defenisi
istilah serta sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi pembahasan mengenai; Pengertian Organisasi, Prinsip-prinsip
Organisasi, Pengertian HMI, Tujuan HMI. Pengertian Membaca, Tujuan
Membaca, Manfaat membaca.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data,
pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, serta
tempat dan waktu penelitian.
14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai gambaran umum, Sejarah Berdirinya HMI,
Sejarah HMI Cabang Ciputat, struktur Organisasi, visi dan misi, tujuan,
fungsi, fasilitas.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat selama
penelitian serta saran yang dapat menjadi masukan bagi Organisasi HMI
Cabang Ciputat.
DAFTAR ISI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. RUANG LINGKUP ORGANISASI
1. Pengertian Organisasi
Pada umumnya manusia adalah makluk sosial, cenderung berusaha untuk
memenuhi keinginan-keinginan sebagaimana yang diasumsikan Abraham
Maslow (1908-1970) bahwa setelah kebutuhan pertama terpenuhi pada
tingkat tertentu maka kebutuhan berikut akan muncul dan menjadi penting
bagi dirinya. Kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi akan
mempengaruhi tingkah laku (motivator) manusia selanjutnya dalam
kehidupannya sehari-hari. Oleh karenanya kemampuan manusia relatif
terbatas, maka ia berupaya untuk bekerjasama dengan orang lain guna
pencapaian tujuannya.1
Hal inilah yang melatarbelakangi manusia untuk selalu berorganisasi
secara substantive dalam kehidupan sehari-hari serta dalam bidang apapun.
Definisi organisasi banyak dikemukakan oleh para praktisi dan pakar seperti2.
1. Menurut Ernest Dale, Organisasi merupakan proses perencanaan yang
meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur
atau pola hubungan kerja dari orang-orang dari suatu kelompok.
2. Menurut Cyril Soffer, Organisasi merupakan perserikatan orang-orang
yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam suatu sistem
1H Djaali. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.102.
2Modul LK-1 HMI Cabang Ciputat, h.128
16
kerja dan pembagian kerja, dimana pekerjaan itu dirinci dan digabung
dalam beberapa bentuk hasil.
3. Menurut Liang Gie, Organisasi adalah wadah kerjasama sekelompok
orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Menurut David R. Hampton dalam bukunya Management, bahwa
Organisasi adalah suatu pengelompokan yang relatif bertahan lama dalam
sistem yang terstruktur dan berkembang dimana usaha-usahanya yang
terkoordinir dimaksudkan untuk mencapai tujuan dalam lingkungan yang
dinamis.
Dari beberapa penjelasan di atas maka penulis mengambil sebuah
kesimpulan bahwa Organisasi didirikan sebagai instrumen dalam usaha
mencapai tujuan kolektif, yang di dalamnya terdapat sekeompok orang
yang saling bekkerja sama serta mempunyai kesamaam visi-misi dalam
mencapai tujuan tertentu.
Namun demikian karakteristik Organisasi dapat dirinci sebagai berikut3:
1. Organisasi adalah wadah kerjasama dari sekumpulan orang dengan pola
interaksi yang telah ditetapkan
2. Organisasi dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu, oleh karena
itu organisasi merupakan kreasi sosial yang memerlukan aturan
3. Organisasi secara sadar dan sengaja dikoordinasikan dan disusun
sehingga organisasi memerlukan pembagian wewenang
3 ibid, h. 129
17
4. Organisasi merupakan instrumen sosial yang mempunyai batasan yang
bisa didefinisikan dan keberadaannya mempunyai basis yang
permanent.
5. Oleh karena sifat Organisasi yang selalu berada di mana-mana dan
semakin berkembangnya peran organisasi dalam kehidupan manusia,
maka hakekat Organisasi menjadi sangat relativ tergantung dari sisi dan
sudut pandang yang digunakan dan kepentingan yang mendasari
berdirinya organisasi.
2. Prinsip-Pinsip Organisasi
Dalam menjalankan urusan Organisasi, digunakan 5 prinsip utama sebagai
pedomannya.4
1. Pembagian Kerja (Divisi of labor), yaitu pemecahan seluruh pekerjaan
menjadi beberapa tahap.
2. Kesatuan Perintah (Unity of Command), yaitu suatu prinsip dimana
bawahan hanya bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
3. Kewenangan, tanggungjawab dan Kekuasaan
4. Rentang Kendali (Span of Control), yaitu banyaknya bawahan yang
dapat dikendalikan oleh seorang atasan secara efektif dan efisien.
5. Departementalisasi (Departementalization), yaitu pengelompokan
kegiatan dan fungsi yang sejenis di bawah koordinasi seorang ketua
bidang.
4Ibid., h.130
18
3. Pengertian HMI
Setiap segala sesuatu yang hadir tentunya mempunyai latar belakang
yang mendorong kehadiran dan eksistensinya di permukaan. Hal ini
mengacu pada perspektif ilmu sejarah sebagai salah satu ilmu pengetahuan
tentang peristiwa-peristiwa masa lalu sebagaimana yang telah kita pelajari
dibangku-bangku kuliah ataupun kita dapatkan berdasarkan hasil temuan
bacaan kita lewat referensi-referensi sejarah yang ada.
Sebagaimana halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam, tentunya
mempunyai sebuah sejarah dan proses yang panjang. Hingga sampai
dengan saat ini, kehadiran HMI sebagai salah satu organisasi Mahasiswa
Islam tetap kita rasakan melalui dedikasi yang total kepada bangsa dan
ummat ini, terutama sebagai mahasiswa muslim yang dominan bernaung di
bawah Universitas, Perguruan Tinggi Islam baik yang swasta maupun yang
sudah menjadi Negeri.
Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat menjadi HMI adalah nama
sebuah organisasi mahasiswa Islam yang didirikan pada Tanggal 5 februari
Tahun 1947 M bertepatan dengan 14 Rabi’ul awwal 1366 H, yang
bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam (Sekarang UII),
yang beralamat di jalan P. Senopati no 30, oleh Lafran Pane dan ke-14
kawan seperjuangannya nya waktu itu, diantaranya : Kartono Zarkasy,
Dahlan Husein, Siti Zainah, Maisorah Hilal, Soewali, Yusdi Gozali,
19
M.Anwar, Hasan Basri, Marwan, Tayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron
Hadi, Zulkarnaen, dan Mansur5.
4. Tujuan HMI sebagai Organisasi Mahasiswa Islam
Sebagai sebuah Organisasi mahasiswa yang berskala nasional bahkan
bertaraf internasional tentunya mempunyai landasan yang jelas dalam
eksistensi dan proses manajemen roda Organisasinya sendiri. Hal inilah
yang terinternalisasi dalam sebuah tujuan yang jelas sebagai langkah awal
keberadaan HMI sebagai salah satu Organisasi Mahasiswa (khususnya
mahasiswa Islam) yang didirikan era orde lama. Adapun tujuan HMI
sebagai salah satu organisasi Mahasiswa Islam sebagaimana yang
diamanatkan dalam pasal 4 Anggaran Dasar (AD/HMI), yaitu “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah Subhanahu wata‟ala”.6
AD/ART ini merupakan pondasi-konstitusinya di HMI yang mengatur
berjalannya sebuah organisasi dengan baik dan benar. Tujuan yang jelas
diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh
organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Bahwa
tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan,
status dan fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas
kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan
Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi berstatus sebagai
5 Agussaliim Sitompul. Historiografi Himpunan mahasiswa Islam Tahun 1947-1993.
(Jakarta:Misaka Galiza), h. 43
6Ibid., h. 28
20
Organisasi mahasiswa yang berperan sebagai sumber insani pembangunan
bangsa dan berfungsi sebagai organisasi kader yang bersifat independen.
Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah
Organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI
secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide,
bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-
anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar
dan efektif.
B. RUANG LINGKUP MEMBACA
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
pemberdayaan umat manusia, termasuk pemuda, pelajar dan khususnya para
Mahasiswa sebagai agent of intellectual basic. Saking pentingnya kegiatan
membaca, sampai-sampai Tuhan pun memilih perintah membaca sebagai ayat
yang paling pertama diwahyukan kepada umat manusia di muka bumi. Tentu
saja dengan membaca, hati dan pikiran akan tenang, terbuka dan menjadi arif
dalam melakukan setiap tindakannya dalam keidupan sehari-hari dimuka
bumi dalam konteks sosialisasi dan transformasi ilmu pengetahuan dalam
ranah masyarakat, serta dengan membaca, seseorang akan memperoleh
sebuah informasi dan pengetahuan yang baru dan cerdas dalam menghadapi
tantangan hidup.
Karena itu, upaya pemberdayaan pemuda dalam hal ini pelajar, dan
khususnya lagi kaum intelektual atau yang kita sebut dengan mahasiswa akan
menjadi lebih efektif dan bahkan harus disertai upaya peningkatan budaya
21
baca. Karena, dengan gemar membaca mereka akan menjadi lebih
terberdayakan. Dengan membaca mereka akan mengalami sebuah proses
pemberdayaan secara lebih intensif. Sebab bacaan tidak hanya sekedar
membuka mata dan telinga mereka, akan tetapi esensinya adalah terbukanya
hati dan pikiran setiap orang terhadap berbagai realitas di sekitarnya, baik
realitas yang berupa ancaman ataupun peluang untuk mencapai kesuksesan di
masa depan. Dalam pemberdayaan umat beragama, kegiatan kegiatan
membaca juga menempati posisi yang sangat sentral.
Bahkan, bagi umat islam, sepertinya telah disinggung diatas, sejak awal
Tuhan menegaskan pentingnya membaca dengan menurunkan wahyu
pertamanya yaitu Qur‟an Surat Al-„alaq ayat-1, yang isinya adalah terkait
perintah membaca. Arti perintah Tuhan tersebut adalah menyerukan umat
manusia agar memberdayakan dirinya dengan membaca.
Pengertian pertama dari perintah itu adalah tentunya perintah untuk
membaca dan memahami ayat-ayat kekuasaan Tuhan yang termaktub di
dalam Al-Qu‟ran. Tetapi perintah tersebut juga mengandung pengertian
membaca dalam arti yang luas yaitu membaca dan memahami teks-teks yang
lainnya sebagai sumber ilmu pengetahuan, membaca tanda-tanda zaman
sebagai sumber peringatan dan membaca gejala-gejala alam serta kehidupan
yang ada di dalamnnya terkandung sunnatullah.
Objek utama membaca adalah bahan bacaan, yang ada dalam wacana
dewasa ini popular disebut sebagai teks, baik teks di dalam kitab suci ataupun
22
buku, ensiklopedia, surat kabar, jurnal, majalah maupun media digital dan
teknologi informasi seperti disk, e-book, e-jurnal dan lain sebagainya.
1. Pengertian Membaca.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (KBBI),
membaca merupakan aktivitas melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti
serta memahaminya baik melisankan maupun dihayati.7
Adapun pengertian lain, misalkan menurut E. Koswara dalam
bukunya mengemukakan bahwa membaca merupakan suatu proses
penafsiran dan pemberian makna tentang lambang-lambang oleh seorang
pembaca dalam usahanya untuk pesan yang disampaikan penulis melalui
kata-kata atau bahasa tulis.8
Joko D. Muktiono pun yang sama memberikan sebuah pengertian atas
kata membaca tersebut, sebagaimana yang termuat dalam buku Aku Cinta
Buku, bahwa membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk menerima pesan, suatu metode yang
dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang
orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat
pada lambang-lambang tertulis.9
Pengertian lain yang dikemukakan oleh Kosam Rimbawa dalam
bukunya Perpustakaan sebagai center for learning society gagasan untuk
7Peter Salim dan Salim Yani, kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern
English,1991), h.9
8E. Koswara, Dinamika Informasi Dalam Era Globalisasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1998), h.226
9Joko D. Muktiono. Aku Cinta Buku: menumbuhkan minat baca pada anak (Jakarta Elex
Media Komputindo, 2013), h.16
23
pengembangan perpustakaan madrasah”, karya Sudarnoto Abdul Hakim,
mengemukakan defenisi bahwa membaca merupakan dorongan minat,
kehendak orang dalam mengetahui sesuatu.10
Menurut H.G. Tarigan dalam
bukunya Membaca Dalam Kehidupan mengatakan bahwa membaca
merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan telihat dalam pandangan sekilas agar makna
kata-kata secara individual akan dapat diketahui, kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat tidak akan tertangkap dengan baik.11
Dari beberapa definisi dan pendapat para ahli di atas terkait dengan
pengertian membaca, maka dapat disimpulkan secara sederhana yaitu
membaca merupakan suatu rangkaian keinginan dan sikap yang
diinternalisasikan dalam bentuk mencari tahu tentang sesuatu itu, kemudian
mampu untuk menafsirkan makna-makna dibalik simbol-simbol yang ada,
baik secara tekstual maupun kontekstual.
Kegiatan membaca tidak otomatis terhenti ketika seorang telah
menyelesaikan tingkat pendidikan formal, karena konsep belajar pada
hakikatnya adalah berlangsung selama hayat manusia, atau dalam dunia
pendidikan sering kita dengar sebuah istilah yaitu “long life education”.
10Sudarnoto Abdul Hakim. Perpustakaan sebagai center for learning society ; gagasan untuk
pengembangan perpustakaan madrasah (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2006), h.23
11H.G. Tarigan. Membaca Dalam Kehidupan (Bandung: Angkasa, 1989), h.7
24
2. Tujuan Membaca
Secara umum tujuan dari pada kegiatan membaca dapat digolongkan
menjadi dua yaitu tujuan praktis dan tujuan kultural. Tujuan praktis artinya
tujuan membaca untuk memperoleh hasil praktis seperti halnya untuk
kelulusan ujian, memahami sebuah masalah, menambah pengertian akan
beberapa hal, mengetahui latar belakang persoalan dan sebagainya. Tujuan
kultural artinya tujuan membaca yang sekedar untuk rekreasi rohani belaka
atau sebagai hiburan12
.
Membaca merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu yang diketahui
yang tersimpan (berada) dalam suatu sarana bacaaan. Bagi seseorang yang
cenderung untuk mengetahui sesuatu isi bacaan maka kunci utamanya
adalah membaca. Banyak ahli yang telah menulis mengenai hal membaca
ini. Menurut Gray dan Rogers dikatakan bahwa dengan membaca seorang
banyak mendapat keuntungan antara lain: untuk mengisi waktu luang,
mengetahui hal-hal yang aktual, up to date, mengetahui lingkungan, dapat
memuaskan pribadi-pribadi, memenuhi tuntutan praktis dalam kehidupan
sehari-hari, meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut, memuaskan
tuntutan intelektual, memuaskan tuntutan spiritual, dan lain-lain.13
Adapun tujuan yang lebih rinci lagi sebagaimana yang dikemukakan
oleh Nurhadi dalam sebuah bukunya yaitu “Meningkatkan Kemampuan
Membaca”, membagi beberapa tujuan membaca yaitu: mendapatkan
informasi, memperoleh pemahaman, memperoleh kesenangan, memperoleh
12Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama,1991)
13Sudarnoto Abdul Hakim. Perpustakaan sebagai center for learning society, h.25
25
informasi faktual, memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan
problematis, memberikan penilaian kritis terhadap karya seseorang,
memperoleh kenikmatan emosi, serta mengisi waktu luang.14
3. Manfaat Membaca
Menurut Joko D Muktiono dalam buku Aku Cinta Buku mengatakan
bahwa manfaat membaca terdiri atas berbagai macam, diantaranya15
:
a. Membaca menghilangkan Kecemasan dan kegaduhan.
b. Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan.
c. Kebiasaan membaca membuat seorang semangat untuk bekerja dan
jauh dari kemalasan.
d. Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan
kefasihan bertutur kata.
e. Membaca membantu mengembangkan pemikiran.
f. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan
memori dan pemahaman.
g. Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang
lain.
h. Membaca pada dasarnya adalah suatu kegiatan sekaligus tinjauan kritis
terhadap segala sesuatu, pada akhirnya adalah dapat menemukan teori,
informasi dan pengalaman baru guna menopang kehidupan yang lebih
berkemajuan.
14Nurhadi, Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru, 1989), h.13.
15
Joko D Muktiono. Aku Cinta Buku, h. 19
26
i. Dengan kata lain membaca bermanfaat bagi manusia supaya dapat
berkembang sekaligus meningkatkan kemampuannya untuk mengenal
diri dan lingkungannya.
4. Faktor-faktor Yang Membentuk Budaya Membaca
Adapun beberapa pendapat yang mendukung hadirnya kebutuhan membaca
dalam diri seseorang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutarno dalam
bukunya Perpustakaan dan Masyarakat, yaitu16
:
a. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan dan
informasi.
b. Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan
bacaan yang menarik, berkualitas dan beragam.
c. Keadaan lingkungan sosial yang kondusif, maksudnya adalah adanya
iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca
d. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu terutama yang aktual.
e. Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani.
Faktor-faktor tersebut di atas merupakan stimulus awal guna
terwujudnya jiwa yang mencintai budaya membaca.
C. PENELITIAN TERDAHULU
1. Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diantaranya diambil dari
skripsi dan jurnal ilmiah. Skripsi yang relevan dengan penelitian ini berjudul
“Peran Organisasi ekstra Kampus Dalam Upaya Dan Pengembangan Minat
Dan Kebiasaan Membaca Mahasiswa, studi kasus di Ikatan Mahasiswa
16Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2003),h. 21-22
27
Muhammadiyah Cabang Ciputat Periode 2013” yang disusun oleh
Komaruzzaman, Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab Dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2013.17
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui minat dan kebiasaan membaca mahasiswa yang
aktif di Organisasi ekstra kampus IMM Cabang Ciputat, serta memperoleh
gambaran tentang peran dari program-program kegiatan yang dibuat IMM
Cabang Ciputat dalam meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dan pendekatan
penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif. Metode pengumpulan data
yang digunakan diantaranya Library Research (Riset Kepustakaan), Field
Research (penelitian lapangan), wawancara, dan dokumentasi.
2. Jurnal yang relevan dengan penelitian ini diperoleh dari jurnal “Deny
Firmansyah Sutisna” Mahasiswa Universitas Padjajaran, Program Studi
Ilmu Perpustakaan Vol.1, No.1 (2012). Inti dari penelitian ini adalah
mengenai peranan sebuah lembaga pendidikan nonformal, yang salah
satunya adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dalam
menumbuh-kembangkan minat membaca warga belajar Paket C setara
SMA. Penelitian dilaksanakan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) Jembar Kabisa Dusun Selawi RT 02/RW 07, Desa Sukahayu,
Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peranan PKBM Jembar Kabisa dalam
menumbuhkan minat baca warga belajar.
17Komaruzzaman. “Peran Organisasi ekstra Kampus,” h. 1
28
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Komaruzzaman adalah
sama-sama meneliti tentang masalah membaca, yang menjadi perbedaan adalah
pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif-kualitatif
sedangkan pendekatan yang digunakan oleh saudara Komaruzzaman dalam
peulisan skripsinya adalah deskriptif-kuuantitatif. Pada penelitian terdahulu
saudara Komaruzzaman hanya mengemukakan kasus-kasus secara kuantitatif,
misalnya seorang kader IMM dalam sehari membaca sebanyak berapa buku dan
jenis-jenis buku yang dibaca oleh kalangan aktivis IMM Cabang Ciputat.
Sedangkan dalam penelitian yang saya lakukan adalah membedah masalah
hilangnya budaya membaca lebih melihat kepada aspek dan indikator yang
menyebabkan hilangnya budaya membaca, serta program-program kerja yang
mendukung terciptanya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang
Ciputat.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif, dimana metode
deskriptif disebut juga dengan penelitian mendalam.
Dalam penelitian ini penulis mencoba mencari akar masalah yang
terkait dengan beberapa faktor sebagaimana yang penuliskan rumuskan
dalam batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sehingga
penelitian yang penulis lakukan adalah mencari langsung ke dasar persoalan
yang menyebabkan hilangnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI
Cabang Ciputat Periode 2014-2015.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif, dengan alasan
penulis ingin berhadapan langsung dengan informan agar bisa mendapatkan
informasi lebih banyak, lebih mudah menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara peneliti dan subyek penelitian, memiliki kepekaan dan
daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola
nilai yang dihadapi lebih memahami makna, dan memahami situasi sosial
secara mendalam. Metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung
bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan”sifat data” yang
murni kualitatif.1
1Ibid., h. 77-78
30
B. SUMBER DATA
1. Data Primer
Data primer ialah data yang diambil langsung dengan tanpa perantara
dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs atau manusia.2
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari Ketua Umum HMI Cabang
Ciputat, Presidium, serta para kader-kadernya.
2. Data Sekunder
Data Sekunder ialah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen seperti
laporan, karya tulis, koran, majalah dan lain sebagainya.
C. INFORMAN
Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai
narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Peneliti memilih 10
(sepuluh) informan guna mendapatkan data dan fakta yang valid mengenai
keadaan HMI Cabang Ciputat, sepuluh informan tersebut adalah tergolong
semuanya anggota aktif di HMI Cabang Ciputat. Berikut ini beberapa informan
beserta kriteria yang dimiliki, diantaranya :
1. Ketua Umum HMI Cabang Ciputat.
Ketua Umum Organisasi HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015
bernama Dani Ramdhani. Latar belakang pendidikan informan adalah dari
fakultas ushuludin jurusan akidah Filsafat. Alasan peneliti menjadikannya
2Ibid., h. 86-87
31
sebagai informan karena, informan tersebut yang mengetahui segala hal yang
berkaitan tentang Organisasi HMI Cabang Ciputat.
2. Presidium
Presidium atau biasanya disebut juga dengan ketua bidang adalah orang
yang berperan sebagai koordinator dalam salah satu divisi disuatu struktur
Organisasi, selain menjabat sebagai presidium, tentunya divisi-divisi yang
ada mempunyai rancangan program kerja yang bersifat konstruktif.
Melalui presidium, dapat diketahui karakter kader HMI Cabang Ciputat.
sehingga, akan didapatkan data mengenai program-program HMI Cabang
Ciputat. Namun disini penulis hanya mewawancarai tiga ketua bidang yang
dalam hal ini bidang-bidang yang secara langsung bersentuhan dengan
kegiatan dan rutinitas anggota HMI dalam ranah akademis maupun
Organisasi. Tiga bidang tersebut adalah Bidang Pembinaan Aparatur
Organisasi, Pembinaan Anggota dan Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan
Kepemudaan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015.
3. Kader Aktif HMI Cabang Ciputat ( 6 orang )
Kader anggota aktif dalam tubuh Organisasi tersebut. Dalam penelitian
ini, penulis pun tidak lupa mencari informasi secara langsung dari kader HMI
Cabang Ciputat guna mendapatkan informasi yang lebih objektif dan valid.
Adapun kriteria khusus kader yang penulis jadikan sebagai informan yaitu
aktif kuliah, aktif berorganisasi, serta pemilihan semester yang penulis
gunakan secara acak.
32
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa metode
yang lazim digunakan dalam berbagai penelitian ilmiah, yaitu library
research dan field research.
1. Studi kepustakaan (Library research)
Studi kepustakaan yaitu usaha untuk memperoleh data dengan cara
mengadakan research kepustakaan.3 Dengan memanfaatkan perpustakaan
yang berarti dengan melakukan penelusuran kepustakaan dan
menelaahnya. Manfaat yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan ialah:
a. Menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah diketemukan oleh
para ahli terdahulu
b. Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti,
c. Memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih,
d. Memanfaatkan data sekunder dan
e. Menghindari duplikasi penelitian.4
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang
diperlukan berdasarkan buku-buku atau literatur yang terkait dengan
skripsi ini.
3Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1997), h. 9
4Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), h.
70.
33
2. Studi Lapangan (Field research)
Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan di kancah
lapangan terjadinya gejala-gejala. Studi lapangan digunakan untuk
memperoleh data yang ada di lapangan sehubungan dengan pengembangan
perpustakaan dan prestasi belajar yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini. Untuk mempermudah dalam melaksanakan studi lapangan, penulis
menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data-data yang
diperlukan, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah cara atau metode penghimpunan data yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.5
Point penting dalam observasi penulis adalah mengamati kegiatan-
kegiatan organisasi yang bernuansa akademik yang dapat
menumbuhkan budaya membaca di kalangan aktivisnya, serta pola
perkaderan yang secara langsung penulis bergelut dalam ranah tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan “terwawancara” (interviewe) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
5Lexy J. Moleong, “MetodePenelitianKualitatif” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
h.185
34
Objek wawancara meliputi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat,
Sekretaris Umum, Ketua Bidang Pembinaan Anggota, Ketua Bidang
Pemberdayaan Aparatur Organisasi dan Ketua Bidang Perguruan
Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda serta enam orang kader aktif HMI
Cabang Ciputat Periode 2014-2015.
c. Dokumentasi
Dalam dokumentasi menyimpan banyak sekali fakta dan data yang
tersimpan, dimana sebagian besarnya ialah berupa surat-surat, catatan
harian, laporan, foto, cendramata dan lain-lain.6 Dalam penelitian ini,
penulis mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang terdapat
di sekretariat yang berupa laporan tahunan, buku kunjungan, dan foto-
foto kegiatan organisasi.
E. TEKNIK ANALISA DATA
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).7
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia baik dari hasil wawancara, pengamatan, maupun dari hasil
dokumentasi. Data yang diperoleh tersebut tentunya banyak sekali. Setelah
dibaca, dipelajari dan ditelaah kemudian langkah selanjutnya ialah dengan
6Pupu Syaeful Rahmat “Penelitian Kualitatif” EQUILIBRIUM, Jurnal Vol. 5 No.9 Januari-Juni
2009 : h.7
7Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), h. 104.
35
mengadakan reduksi data dengan cara membuat abstraksi yaitu membuat
rangkuman inti dari proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya
dalam satuan-satuan.
Sejalan dengan pendapat Moleong, Miller dan Huberman sebagaimana
yang dikutip oleh Heribertus B. Sutopo menyebutkan, bahwa untuk
menganalisis data yang bersifat deskriptif kualitatif,8 digunakan analisis
interaktif yang terdiri dari 3 komponen, yaitu :
1. Reduksi data,
2. Sajian data,
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, yang dimaksudkan dalam suatu proses
siklus.9
Untuk membuat kesimpulan, penulis menggunakan metode induktif,
yaitu suatu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang
berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan
kepada hal-hal yang bersifat umum.10
Dalam metode induktif ini, orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu dari berbagai fenomena kemudian menarik kesimpulan bahwa ciri-
ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada jenis fenomena.
Analisis data yang dilakukan, diantaranya : 11
1. Reduksi Data
8Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 5-6.
9Heribertus B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Depdikbud RI UNS, 1996), h.
86
10Sutrisno Hadi. Metodologi Research Jilid I, h. 42.
36
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara
data dengan tujuan penelitian. Data-data yang peneliti peroleh dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi tidak semuanya peneliti gunakan.
Akan tetapi, data tersebut dipilah-pilah lagi yang relevan dengan tema
penelitian.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks yang
bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data-data terangkum dan dijabarkan, peneliti akan membuat
kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan
masalah.
F. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah Sekretariat HMI Cabang Ciputat, Jln Puri Intan
No 1.
b. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah penulis mengagendakan 26 Juni 2015 s/d 26
Agustus 2015.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Berdirinya HMI
Sejarah secara bahasa diambil dari bahasa arab yaitu sajarotun yang
berarti pohon. Secara maknawi sejarah menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian
yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Ia adalah pelajaran dan
pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia, mengenai apa
yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau,
untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan,
kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati
manusia.1
Kesadaran sejarah akan membuat manusia lebih mengenal siapa
dirinya. Zaman sejarah dimulai sejak dituliskannya pengalaman-pengalaman
yang dialami manusia dalam prasasti atau ditembok-tembok gua. Selama
tujuh tahun sejak berdirinya HMI belum ada penulisan sejarah HMI yang
dapat dijadikan pedoman. Sejarah HMI hanya diceritakan secara lisan
sebagai sumber yang pokok. Bisa dikatakan HMI sedang mengalami masa
prasejarah.
Walaupun dies natalis dilakukan setiap tahun namun penulisannya
tetap belum dilakukan meskipun begitu hal-hal tersebut dipengaruhi kondisi
1 Peter Salim dan Salim Yani, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern
English, 1991), h 59
38
internal organisasi yang masih belum mapan, dan kondisi eksternal HMI
yaitu terancamnya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta belum
dianggap mendesak penulisan sejarah HMI dan pendiri HMI Lafran Pane
tidak berkenan menuliskan sejarah organisasi yang ia buat sendiri. Baru
pada tahun kedelapan mulai muncul kesadaran dari kader HMI untuk
membuat sejarah HMI.
Meski terdapat banyak kekurangan disana-sini dalam penulisan
pertama sejarah HMI ini namun perlu diapresiasi kemauan dan kemampuan
kader HMI dalam menuliskan sejarah HMI. Pada periode awal penulisan ini
dituliskan di majalah media terbitan dari HMI. Terdapat 5 periodisasi
penulisan sejarah HMI sejak berdirinya organisasi ini sampai tahun 1993,
menurut sumber historiografi HMI Agus Salim Sitompul. Dalam masa
periode akhir yaitu tahun 1976-1993 penulisan sejarah HMI mengalami
kemajuan yang pesat berupa metode interpretasi atas suatu fakta,
menggunakan catatan kaki, menyebutkan daftar bacaan yang dipakai dalam
menulis naskah, dicetak dalam format yang menarik. Sejarah HMI bukanlah
sejarah HMI semata. Sejarah HMI merupakan sejarah pergumulan umat dan
bangsa di bumi nusantara. Tepatnya sejarah pergumulan kaum intelegensia
muda Islam-Indonesia dalam interaksinya dengan umat dan bangsa dibumi
nusantara2.
Dengan pemaknaan seperti itu maka makna kehadiran HMI tidak
hanya pada sejarah berdirinya oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947 di
2 Victor Tanja, HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM. h. 55
39
Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta namun pemaknaan sejarah perjuangan
HMI lebih dari itu. Ia bermakna dari politik etis pemerintahan hindia
belanda pada akhir abad 19 maupun pada masyarakat Islam itu sendiri yang
mulai masuk pada bumi nusantara pada abad ke-13.
Pemaknaan sejarah perjuangan HMI ini sendiri jauh kebelakang untuk
menggapai makna yang lebih utuh dengan harapan tanpa menyisakan spirit
dan kompleksitas sejarah HMI dan makna kelahiran dan keberadaan HMI.
Diakui ataupun tidak kelahiran HMI merupakan bagian utuh dari semangat
Islam masuk ke bumi nusantara dan semangat perjuangan kaum intelegensia
muslim sebagai blok historis yang menginisiasi kelahiran Negara Republik
Indonesia.
Sebagaimana pada terbitan majalah media ketujuh periode kedua
penulisan sejarah HMI menyebutkan hidup manusia sepanjang masa
memang selalu mengalami proses differensiasi dengan integrasinya.
Masyarakat kuno mengenal differensiasi berdasarkan keturunan atau daerah
dan mata pencaharian, sedangkan integrasinya adalah raja-raja dalam
masyarakat feodal. Tetapi masyarakat kuno kurang menyadari adanya
sistem integrasi. Begitu juga masyarakat modern mengenal differrensiasi
berdasarkan ideologi, yaitu suatu ucapan dan perwujudan, kesadaran
manusia akan dirinya sendiri sebagai makhluk yang berperasaan,
berkemajuan dan pikiran masing-masing, sedangkan sistem integrasinya
adalah republic monarki.
40
Begitu juga dalam masyarakat Islam, sekumpulan pemuda (bagian dari
masyarakat modern) yang berkedudukan sebagai mahasiswa dalam
masyarakat Indonesia yang mengucapkan perasaan, kemauan, dan pikirannya
dalam paham agama islam, ingin menyalurkannya melalui suatu Organisasi
untuk mengabdi kepada Agama, nusa dan bangsa. Dengan latar belakang
differensiasi tersebut maka didirikanlah Organisasi bernama Himpunan
mahasiswa Islam disingkat HMI. Sebagai sistem integrasi antara
perhimpunan mahasiswa maupun golongan masyarakat lainnya.
2. Latar Belakang Berdirinya HMI.
Secara umum ada empat permasalahan yang menjadi latar belakang
berdirinya HMI3 :
1. Situasi Dunia Internasional
Berbagai argument maupun apologi telah diutarakan oleh para ahli
sebab musabab atas kemunduran umat islam. Tetapi hanya satu hal yang
mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran umat Islam diawali dengan
kemunduran berpikir dan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir.
Pikiran yang kerdil membentuk bangsa kerdil. Umat islam terlena dengan
kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran
diundang datang.
Masuknya agama Islam ke Indonesia dengan jalan tsamuh, toleransi
dan penetrasi, membawa akibat positif dan negative. Positifnya Islam
tersebar dengan mudah dan cepat diseluruh Indonesia terutama di pulau
3Agusalim Sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. h.
89
41
Jawa dan Sumatra. Negatifnya, bercampur ajaran Islam dengan paham
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha. Akibat itu semua kehidupan
agama Islam di Indonesia mendapat pengaruh dan implikasi bagi perjalanan
umat Islam selanjutnya.
Dari kondisi umat Islam yang semakin kerdil dalam berpikir muncul
gerakan menentang arus keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam
secara benar dan kaffah. Maka dengan gerakan pembaruan ini yang
digerakkan Jamaluddin Al afgani (1838-1897) dan Muhammad Abduh
(1849-1905) yang muncul dalam watak revolusioner mengembalikan ajaran
Islam yang murni, mendobrak kejumudan, membuka kembali ijtihad,
menentang feodalisme dan imperialisme. Tentu saja berpedoman pada Al-
quran dan Hadits Rasulullah saw.
Pergerakan Islam di Indonesia jelas di ilhami oleh gerakan
kebangkitan umat Islam internasional, misalnya ditandai berdirinya Serikat
Dagang Islam pada tahun 1905, Muhammadiyah 1912, Nahdlatul ulama
(1926), Masyumi (1945), dan HMI (1947).
2. Situasi NKRI
Tepat tahun 1596 cornelis de houtman mendarat di Banten sejak saat
itu Indonesia dijajah oleh Belanda dan sejak itu pula bangsa Indonesia
terus berjuang melawan imperialisme. Sistem imperialisme itu sendiri
membawa dampak yang buruk dalam berbagai aspek kehidupan
berbangsa, bermasyarakat, bernegara, dan beragama. Kondisi ini
menimbulkan kesadaran bangsa akan kehidupan yang bebas, sejahtera,
42
adil, dan makmur. Tercapainya tujuan itu memerlukan persatuan disegala
bidang yang ditandai dengan munculnya pergerakan nasional dalam
bentuk yang terorganisasi yang dimulai awal abad xx, meliputi berbagai
macam angkatan.
Dengan 3 spirit yang di bawa oleh belanda berupa gold, glory,
gospel. Namun secara umum imperialisme barat membawa 3 hal yaitu
Penjajahan itu sendiri dengan berbagai implikasinya. Misi zendding
Agama Kristiani peradaban barat dengan ciri sekularisme dan liberalisme.
Setelah perjuangan yang tiada henti dan penuh kesabaran atas rahmat
Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta sang dwi
tunggal proklamasI atas nama bangsa indonesia mengumandangkan
kemerdekaan. Bukan hasil hibah namun perjuangan dan memerdekakan
diri sendiri.
3. Kondisi Mikrobiologis Umat Islam di Indonesia.
Kondisi umat Islam di Indonesia sebelum berdirinya dpat
dikategorikan menjadi 4 golongan. Golongan pertama yaitu umat Islam
yang melakukan ibadah hanya pada yang di dapatkan saja seperti upacar
pernikahan, kelahiran, kematian, dan keselamatan. Golongan kedua,
golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan
mempraktikan agama Islam sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw. Seperti tersebut dalam hadits-hadits dan riwayat.
Sesuai dengan sifat dan kebiasaannya yang tidak terlepas bahkan
tercampur dengan tradisi masyarakat arab yang khusus berlainan dengan
43
tradisi masyarakat Indonesia. Kehidupan alim ulama ini tertutup, hingga
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh perhubungan umpamanya
dengan kebudayan lain cenderung sedikit, maka perubahan-perubahan
dalam cara hidup dan alam pikiran mereka hampir tidak ada. Islam adalah
yang seperti pada jamannya Rasulullah segala perubahan adalah tidak ada
hukumnya. Golongan ketiga ; golongan alim ulama dan pengikutnya yang
terpengaruh oleh mistisisme yang menyebabkan mereka berpendirian
bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Mereka tidak
terlalu memikirkan lagi kehidupan didunia ini, apalagi untuk
memperhatikan perubahan-perubahan dalam masyarakat Indonesia dan
dunia sekarang ini.
Mereka ini berpendirian bahwa kemiskinan dan penderitaan adalah
salah satu jalan untuk dapat bersatu dengan Tuhan. Keempat, golongan
kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, searah
dan sesuai dengan wujud serta hakekat agama Islam. Mereka berusaha
supaya agama itu benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat
Indonesia.
4. Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswan.
Ada dua faktor yang dominan mewarnai perguruan tinggi (pt) dan
dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri yaitu pertama sistem yang
diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan Perguruan Tinggi
khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada
sekulerisme dan mengarahkan pada pendangkalan agama dalam setiap
44
aspek kehidupan manusia. Kedua: adanya Perseriakatan mahasiswa
Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta
dimana kedua Organisasi ini dibawah pengaruh Komunis.
Bergabungnya dua paham ini (sekuler dan Komunis) melanda dunia
Perguruan Tinggi dan kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya “krisis
keseimbangan” yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara
akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan
dunia dan akhirat.
3. Latar Belakang Pemikiran Lafran Pane.
Mempelajari sejarah HMI tentu harus mengetahui latar belakang dari
pendiri Lafran Pane. Sesungguhnya tahun-tahun permulaan riwayat HMI
adalah hampir identik dengan sebahagaian kehidupan Lafran Pane sendiri.
Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula buka lahirnya
HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya Lafran
Pane adalah penggagas dan pencetus HMI, yang dilahirkan pada 5 Februari
1922 di Padang Sidempuan. Menurut berbagai tulisan sebelumnya
disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12 April 1923 di kampung
Pangurabaan kecamatan Sitirok, sebuah tempat yang terletak dikaki gunung
Sibualbuali, 38 km kearah utara dari kota Salak Padang Sidempuan, ibu kota
kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra utara. Lafran adalah anak ke 6 keluarga
Sutan Pangurabaan Pane dari isteri pertama. Ibunda Lafran Pane meninggal 2
tahun setelah kelahirannya. Beliau adalah anak bungsu dari 6 bersaudara.
Lafran Pane dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki latar
45
belakang pendidikan dan agama yang baik. Ia menempuh pendidikan di
pesantren Ibtidaiyah Wustho, dan sekolah rakyat Muhammadiyah. Namun
jiwa nasionalisnya tetap menonjol. Sebagai nasionalis muslim, lafran juga
termasuk kelompok pemuda yang memprakarsai proklamasi 17 agustus 1945,
bersama Adam Malik, Sukarni, dan lain-lain, yang bermarkas di jl. Menteng
raya 31 Jakarta pusat4.
Pengetahuan tentang keislaman selain didapatkan di pesantren
Muhammadiyah juga belajar otodidak dan juga dari kuliah-kuliah agama
islam di sti (sekarang uii) dengan dosen seperti Prof. Abdul Kahar Muzakkir
(salah seorang penanda tangan piagam Jakarta Huyssain Yahya dan H.M
Rasyidi. Dari pemuda yang berfigur dan berwawasan seperti inilah gagasan
untuk mendirikan HMI muncul. Sesuai dengan konteksnya, latar belakang
munculnya pemikiran berdirinya HMI5, adalah
1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan
2. Kesenjangan dan kejumudan Pemikiran umat islam.
3. Kebutuhan akan pemahaman, pengahayatan keagamaan
4. Munculnya Polarisasi Politik
5. Berkembangnya Paham dan Ajaran Komunisme
6. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis
7. Kemajemukan bangsa indonesia
8. Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.
4 Hariqo Wibawa Satria: Lafran pane Jejak Hayat Pemikiran (Jakarta:Lingkar, 2011), h. 33
5 Victor Tanja, HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
46
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan
kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan
mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah
Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan
dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan
Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa
Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain
mengatakan "Hari ini adalah pembentukan Organisasi Mahasiswa Islam,
karena persiapan yang diperlukan sudah beres’’. Yang mau menerima HMI
sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah
terus menentang, toh tanpa mereka Organisasi ini bisa berdiri dan berjalan
"Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lainnya,
pada awal pembentukkannya HMI bertujuan ;
1. Mempertahankan dan Mempertinggi derajat Rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam.
4. Sejarah Berdirinya HMI Cabang Ciputat6
Pendiri HMI Cabang Ciputat adalah atas inisiatif A.M. Fatwa, Abu
Bakar, dan Salim Umar karena A.M. Fatwa sebelum berkuliah di ADIA
Jakarta A.M. Fatwa pernah mengikuti dan aktif dalam PII di daerah, dari
ketua Cabang Sumbawa Besar, dan ketua Wilayah Nusa Tenggara.
Selain itu juga sebelum A.M. Fatwa kuliah di ADIA, Dia juga sempat
berkuliah di Universitas Ibnu Khaldun Jakarta dan telah mengikuti
6Eko Arisandi, ed., MembingkaI Perkaderan Intelektual, h. 3
47
“perpeloncoan” HMI di Cabang Jakarta. Dengan pengalaman besentuhan
langsung dengan HMI yang lebih dahulu dibandingkan kawan-kawannya
yang lain, A.M. Fatwa berinisiatif mendirikan komisariat Ciputat pada tahun
1960 saat ADIA berkembang menjadi IAIN di bawah naungan Departemen
Agama dan statusnya menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam
Negeri).
Dengan Abu Bakar sebagai Ketua Umum, Moh. Salim Umar sebagai
ketua I, dan A.M. Fatwa sebagai ketua II yang kemudian dilantik oleh Ketua
Umum HMI Cabang Cabang Jakarta.7 Setahun kemudian setelah memiliki
anggota yang cukup banyak, serta masalah jauhnya komisariat Ciputat
dengan Cabang Jakarta, menjadikan alasan untuk meningkatkan status
komisariat Ciputat menjadi Cabang Ciputat.
Maka dilakukan Rapat Anggota sekaligus pemilihan pengurus Cabang
melalui formatur. Dalam pemilihan tersebut, kembali terpilih 3 orang
formatur yaitu, Abu Bakar, Moh. Salim Umar dan A.M. Fatwa sebagai ketua
umum, ketua I dan ketua II, HMI Cabang Ciputat. Setelah dilakukan
“timbang-terima” jabatan dari Ketua Umum HMI Cabang Jakarta Alwi Al-
Djahwasyi, dan pengurus HMI Cabang Ciputat dilantik oleh Ismail Hasan
Metareum (Ketua Umum PB HMI saat itu).8
Pada awal berdirinya HMI Cabang Ciputat memiliki beberapa
komisariat yang merupakan Fakultas-fakultas di lingkungan IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu: Tarbiyah, Syari’ah, Adab dan Ushuludin.
7Ibid., h. 6
8Ibid., h. 7
48
Sebelumnya saat menjadi komisariat Ciputat, untuk menjadi anggota HMI
harus mengikuti MAPRAM yaitu Masa Perkenalan Anggota HMI di Cabang
Jakarta.
Setelah memiliki banyak kader, HMI komisariat Ciputat meningkatkan
status menjadi HMI Cabang Ciputat dan menyelenggarakan MAPRAM HMI
sendiri, dan makin bertambah banyaklah anggota HMI Cabang Ciputat.
Kegiatan HMI Cabang Ciputat selanjutnya ialah mengirimkan beberapa
anggotanya mengikuti Basic Training pada cabang-cabang HMI di kota lain,
seperti Cabang Jakarta, Cabang Bandung, Cabang Yogyakarta, dan lain-lain.
Kemudian juga menyelenggarakan Basic Training sendiri yang diikuti
pula oleh cabang-cabang lain. Saat itu Basic Training adalah pelatihan yang
dilaksanakan oleh setingkat Cabang, dan dalam lingkup nasional (saat ini
seperti LK II Intermadate Training). Pada kepengurusan periode selanjutnya
terpilihlah Moh. Salim Umar sebagai Ketua Umum, A.M. Fatwa sebagai
ketua I, Sokamakarya sebagai ketua II, dan Nurcholish Madjid sebagai
sekretaris umum. Inilah awal mulanya Nurcholish Madjid ikut bergabung
dalam kepengurusan HMI, walaupun pada mulanya mendapat banyak
tolakan, karena Nurcholish Madjid belum pernah menjadi pengurus
komisariat.9
Saat awal berdirinya HMI Cabang Ciputat bukan tanpa halang rintang,
situasi tingkat nasional yang sedang bergejolak di mana PB HMI ditekan
oleh CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia), Organisasi
9Ibid., h. 8
49
underbow PKI, memulai gerakan “mengganyang HMI”. Pada tahun 1962,
dalam kongres PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) yang
merupakan wadah dari organisasi-organisasi mahasiswa Indonesia, CGMI
berhasil mengeluarkan HMI dalam kongres tersebut. Keadaan tersebut
menggambarkan posisi PB HMI yang lemah ditingkat nasional. Alasan-alasan
yang dikemukakan oleh CGMI, HMI adalah anak partai terlarang Masyumi,
anti Manipol Usdek, Organisasi kontra-revolusi dan lain-lain10
.
Tuntutan-tuntutan itu tidak hanya meraka lancarkan dalam forum-forum
pertemuan kemahasiswaan seperti pada sidang MMI (Majelis Mahasiswa
Indonesia), tetapi juga dalam rapat-rapat terbuka, bahkan dalam bentuk
demonstrasi-demonstrasi. Hampir setiap hari, surat kabar yang mereka miliki
(Harian Rakyat dan Bintang Timur) memuat berita-berita besar tuntutan
pembubaran HMI.11
Kemudian di awal 60-an juga setelah HMI komisariat Ciputat
ditingkatkan statusnya menjadi Cabang Ciputat tepatnya pada 17 Oktober
1963, Dewan Mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah melakukan demonstrasi
yang dimotori oleh para aktivis HMI. Demonstrasi bersumber dari
ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi golongan di lingkungan
Departemen Agama dan IAIN. Saat itu menteri agama dijabat oleh KH.
Saefudin Zuhri, sedangkan Rektor IAIN Jakarta dijabat oleh Prof. Drs. H.
Soenardjo. Peristiwa yang sama juga terjadi satu pekan sebelumnya di IAIN
Yogyakarta bahkan sampai menggagalkan Sidang Senat Terbuka.
10 Ibid., h. 10
11Ibid., h. 268
50
Dalam demonstrasi di Ciputat para mahasiswa menyatakan
ketidaksenangannya terhadap pola yang serba ke-NU-an di lingkungan IAIN.
Seakan-akan IAIN menjadi saran perkaderan bagi NU. Lagi pula saat itu
Departemen Agama juga didominasi oleh kelompok NU. Kejadian ini
dimotori oleh HMI dikarenakan saat itu belum ada Organisasi mahasiswa
yang berafilias non-NU selain HMI.12
Demonstrasi di IAIN Yogyakarta dan Ciputat ini menjadi masalah
penting di awal kepengurusan PB HMI periode 1963-1966 di bawah
kepemimpinan Sulastomo waktu itu, merasa bertindak cepat dan tegas.
Peristiwa ini dinilai sangat tidak menguntungkan, baik dari segi kepentingan
nasional maupun kepentingan umat. Dari kepentingan nasional, PB HMI
merasa perlu digalangnya kekuatan-kekuatan serta pemersatu umat sangat
penting.
Tampaknya tidak mungkin, serangan yang gencar dilakukan oleh CGMI
dan PKI pada saat itu dihadapi tanpa adanya dukungan seluruh umat Islam
khususnya dan kekuatan-kekuatan antikomunis lain pada umumnya. Dan
dalam keadaan seperti ini, peranan Partai NU sangat penting.
Atas dasar pertimbangan inilah dalam rangka kepentingan nasional, PB
HMI mengeluarkan kebijakan tidak membenarkan kedua peristiwa yang
terjadi di Yogyakarta dan Ciputat tersebut. Selanjutnya, PB HMI memutuskan
pengurus HMI Cabang Yogyakarta yang baru terpilih tidak disahkan dan
kepengurusan yang lama diperpanjang masa jabatannya.
12Ibid., h. 269
51
Sedangkan pengurus HMI Cabang Ciputat “dibekukan” dan ditunjuklah
Syarifudin Harahap, atas nama PB HMI sebagai karetaker, kepengurusan
HMI Cabang Ciputat diambil alih oleh PB HMI sampai terbentuknya
kepengurusan yang baru. Di Ciputat sendiri peristiwa 1963 ini menimbulkan
trauma psikologis bagi kader-kader HMI. Betapa tidak, karena peristiwa ini
banyak kader-kader HMI yang ditangkap dan mendekam di penjara, termasuk
para dosen yang dianggap mendukung peristiwa itu.
Beberapa aktivis HMI sperti, AM. Fatwa, Salim Umar, Ali Husen,
Jalaluddin Suyuti, Syaifudin Faturusi dan kawan-kawan yang lain ikut
mendekam di penjara akibat tindakan represif aparat dengan tuduhan kontra
revolusi dan merongrong kewibawaan Presiden Pimpinan Besar Revolusi.
Pembekuan HMI Cabang Ciputat sendiri berdampak pula pada seluruh proses
perkaderan HMI di Ciputat yang “lumpuh total” dalam waktu yang cukup
lama. Kader-kader HMI khawatir menjadi korban penangkapan sehingga,
HMI menjadi organisasi yang menakutkan bagi mahasiswa.
Keadaan ini menjadi hal yang tidak mudah untuk menghidupkan kembali
perkaderan di Ciputat. Terutama bagi M. Salim Umar yang saat itu menjabat
sebagai ketua umum, bahkan dia sendiri sempat dipaksa mundur dari
jabatannya. Baru setelah keadaan membaik, didorong kader-kader yang lebih
muda seperti Nurcholish Madjid dan Musthoha, perkaderan di HMI Cabang
Ciputat mulai berdenyut kembali pada periode berikutnya.
Setelah pulih pasca pembekuan pada 1963, Nurcholish Madjid bersama
kader-kader angkatannya menghidupkan kembali perkaderan HMI Cabang
52
Ciputat. Dan fase ini menjadi pijakan perubahan dalam perkembangan sejarah
HMI Cabang Ciputat. Nurcholish Madjid terpilih menjadi Ketua Umum HMI
Cabang Ciputat untuk periode 1964-1965.
Namun, pada saatnya nanti Cak Nur inilah yang mengawali perkaderan
Intelektual di HMI Cabang Ciputat. Karyanya yang sangat penting pada fase
ini adalah risalah kecil berjudul Dasar-Dasar Islamisme yang menjadi materi
pelatihan dalam training-training HMI saat itu. Nurcholish muncul dalam
forum-forum nasional sebagai juru bicara HMI Cabang Ciputat, salah satunya
saat ketika kongres HMI ke-7 di Masjid Agung Al-Azhar, 8-14 September
1963. Saat itu, PB HMI melakukan kebijakan “adaptasi nasional” sebagai
usaha menyelamatkan HMI dari ancaman isu pembubaran HMI.
Pro-kontra muncul dari cabang-cabang utusan Kongres. Dan Nurcholish
atas nama HMI Cabang Ciputat menyampaikan pandangan yang menentang
keras kebijakan PB HMI. Nurcholish langsung mendapat teguran dari para
senior HMI Cabang Ciputat saat itu seperti A.M. Fatwa. Nurcholish
kemudian terpilih sebagai ketua umum PB HMI selama dua periode berturut-
turut (1966-1969 dan 1969-1971). Pada fase ini Nurcholish tercatat antara
lain merumuskan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai naskah
ideologis yang sampai sekarang masih dipakai pada setiap pelatihan di HMI.
Pada saat memimpin PB HMI Nurcholish Madjid sangat sering
melontarkan ide-ide pembaharuan dalam berbagai tulisannya seperti
“Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi”, dan Keharusan
Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat” dan lain-lain.
53
Meskipun terjadi pro-kontra, namun ide-ide pembaharuannya mencatatkan
namanya sebagai “simbol kader intelektual”13
dalam HMI.
Diakui atau tidak, prestasi dan ketokohan Nurcholish Madjid tak
terelakan kemudian membangun citra baik bagi HMI Cabang Ciputat sebagai
perkaderan intelektual yang membedakan dengan cabang-cabang lain.
Terlepas dari berbagai penafsiran lainnya, perkembangan tradisi intelektual di
lingkungan HMI Cabang Ciputat yang kian lama kian ajeg ini merupakan
respon dari generasi selanjutnya terhadap tradisi intelektual yang dilakukan
Cak Nur di Ciputat.
Pada fase awal perkembangan tradisi intelektual ini, tokoh yang paling
langsung menorehkan pengaruhnya adalah M. Dawam Raharjo yang
memberikan kesempatan perkembangan intelektual sehingga kader-kader
HMI Cabang Ciputat terbawa dalam berbagai intellectual events tingkat
internasional.14
5. Program Kerja HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015
Perlu penulis sampaikan bahwasannya dari semua program kerja yang
telah di rancang oleh pengurus HMI Cabang Ciputat tidak semuanya
bersentuhan langsung dengan nilai-nilai akademis sehingga penulis hanya
memasukkan beberapa bidang yang program kerjanya bersentuhan langsung
dengan kegiatan akademis dan Organisasi.
13Ibid., h. 272
14
Fachry Ali, Intelektual, Pengaruh Pemikiran dan Lingkungannya pengantar dalam
Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan; Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik
Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), h.
54
Namun penulis memandang perlu untuk memasukkan program kerja dari
pada badan pengurus harian inti yaitu dari ketua umum yang berfungsi
sebagai penggungjawab utama, serta sekretaris umum dan bendahara umum.
Perihal program kerja dapat dilihat langsung di bagian lampiran (tabel
program kerja tiap bidang).
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini, penulis mencoba menguraikan sekaligus menjelaskan akar
permasalahan dari point-point tersebut, sebagaimana telah penulis kemukakan
diatas.
a. Program-Program Kegiatan HMI Cabang Ciputat.
Program-program HMI Cabang Ciputat yang dapat meningkatkan Budaya
Membaca yakni diantaranya :
1. NDP Lecture ( Kuliah NDP )
NDP adalah singkatan dari Nilai-nilai Dasar Perjuangan, NDP
adalah salah satu muatan materi wajib yang harus dipelajari oleh setiap
kader HMI dalam setiap perkaderan Formal HMI. Kegiatan ini
melibatkan semua kader dan aktivis HMI Cabang Ciputat guna
meningkatkan budaya membaca para kader HMI Cabang Ciputat. Hal ini
sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
Periode 2014-2015:
“Hmmmm,,,, sejauh ini saya selaku Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
sudah berupaya dengan segenap dan sekuat tenaga bersama para
pengurus saya diperiode kali ini, misalnya kita mengadakan NDP Lecture
yang bekerja sama dengan Bidang Pembinaan Anggota, kita mencoba
mengadakan diskusi bulanan dan beberapa hal lainnya yang sekiranya
55
mengarah kepadda tumbuhnya dan meningkatnya budaya membaca,
sehingga kader-kader HMI terus mengerti bahwa membaca itu sangatlah
penting untuk masa depan mereka, iya ya ya itu yang utamanya dinda.”15
Akan tetapi yang menjadi letak permasalahannya adalah kegiatan
yang sudah di canangkan tersebut kurang berjalan konsisten dikarena hal-
hal teknis dalam roda organisasi yang selalu menghalangi rutinitas agenda
tersebut, sehingga berdampak pada kurang maksimalnya pemahaman para
kader HMI Cabang Ciputat dalam memaknai materi NDP itu sendiri. Hal-
hal yang menjadi penghambat berjalannya kegiatan diatas adalah :
a. Kegiatan organisasi berbenturan dengan jadwal perkuliahan para kader
HMI Cabang Ciputat sehingga secara otomatis kegiatan ini diundur dan
kadangkala mengalami kefakuman di tubuh HMI Cabang Ciputat.
b. Banyak pemateri NDP yang tidak berkesempatan hadir.
2. Limited Group Discussion
LGD ini adalah salah satu agenda diskusi ilmiah yang dilakukan oleh
HMI Cabang Ciputat dalam rangka menyahuti keadaan dan situasi
nasional serta internasional. Kegiatan ini meliputi seluruh kader komisariat
HMI se-cabang Ciputat. Ini merupakan program kerja dari pada bidang
Pembinaan Anggota (Bidang PA) HMI Cabang Ciputat. Adapun target
dari pada kegiatan ini adalah memberikan stimulus kepada kader HMI
Cabang Ciputat dalam memahami gejala-gejala perkembangan zaman, hal
ini sebagaimana yang dinyatakan ketua bidang pembinaan Anggota:
15 Wawancara Pribadi dengan Dani Ramdhani selaku Ketua Umum HMI Cabang Ciputat
Periode 2014-2015, Ciputat, 16 Juli 2015.
56
“Iyaa,, bahwasannya diadakan mmmm kegiatan LGD ini agar semua adinda-
adinda serta kader - kader HMI Cabang Ciputat agar mampu memahami
konstelasi dan perhelatan yang terjadi baik secara lokal, nasional serta
internasional.”16
Kegiatan ini pada dasarnya memang melibatkan kader-kader HMI se-
cabang Ciputat, akan tetapi tidak berjalan efektif dikarenakan hal-hal teknis
yang tidak mendukung berjalannya kegiatan tersebut, hal-hal tersebut
diantaranya adalah kehadiran Kader dalam agenda tersebut sangat minim
dikarenakan tugas akademis kampus, sehingga menjadi hambatan suksesnya
agenda lgd ini.
3. Sekolah MOK ( Manajemen, Organisasi dan Kepemimpinan ).
Sekolah MOK adalah sebuah sekolah yang dicanangkan agar para
aktivis HMI Cabang Ciputat dapat memahami cara mengatur dan
mengurus Organisasi dengan efektif dan efisien. Program ini adalah tugas
wajibnya bidang PTKK (Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda )
namun program ini tidak terealisasi secara maksimal. Bidang ini dibawah
koordinator Johan Eko Prasetya selaku ketua bidang PTKK HMI Cabang
Ciputat periode 2014-2015. Namun kegiatan ini secara teknisnya tidak
berjalan sama sekali dikarenakan padatnya agenda HMI Cabang Ciputat
dalam periode kali ini. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ketua
bidang PTKK :
“ Jadi,,mmm kegiatan dan program sekolah MOK ini diadakan dengan
maksud,,,,apa namanya,,,,eeee memberikan sebuah pemahaman yang
holistik terhadap kader HMI Ciputat agar dapat memahami cara mengatur
dan mengurus Organisasi dengan efektif dan efisien, namun secara pribadi
16 Wawancara Pribadi dengan Arum Samudra selaku Ketua Bidang PA HMI Cabang Ciputat
Periode 2014-2015, Ciputat, 16 Juli 2015.
57
saya meminta maaf selaku ketua bidang PTKK atas tidak terselenggaranya
agenda tersebut dikarenakan terlalu banyak agenda HMI Cabang Ciputat
periode kita kali ini yang sangat mendadak dan hal lainya,,,hahhahha kira-
kira begitu bro.”17
Akibat dari pada tidak terselenggaranya sekolah MOK ini adalah
mengurangi pemahaman kader dalam memahami seluk beluk suatu
organsasi secara baik dan benar, hal ini dikarenakan muatan materi yang
akan disampaikan pada saat sekolah MOK adalah yang berkenaan dengan
hal-hal teknis pengelolaan suatu Organisasi. Sehingga sangat disayangkan
kegiatan ini tidak terealisasi dengan baik.
4. Diskusi Islam Nusantara.
Kegiatan ini adalah program wajib bidang Pemberdayaan Anggota
(PA) HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015, ini merupakan program
kerja yang digagas guna menyiapkan dan mendukung basic pemahaman
para kader HMI dalam memahami kajian Islam Nusantara dalam berbagai
perspektif. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Arum Samudra
selaku ketua bidang pemberdayaan umat (PU) yaitu :
“Oh iya terimakasih.....jadi seperti ini loh, agenda wajib dari pada bidang
pemberdayaan anggota adalah kita mengadakan suatu kegiatan diskusi
islam nusantara sebagai basic pemahaman para kader dalam menilik dan
memahami seluk beluk dan corak keagamaan yang terdapat dibumi
Indonesia ini, mungkin seperti itu dari saya ya,hhhh...,,,.”18
17 Wawancara Pribadi dengan Johan Eko Prasetya selaku Ketua Bidang PTKK HMI Cabang
Ciputat Periode 2014-2015, Ciputat, 17 Juli 2015.
18 Hasil Wawancara Pribadi, bersama Ketua bidang PU HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015
kanda Arum Samudra, Ciputat, 17 Juli 2015.
58
Kegiatan ini dapat terselenggara, namun masih kurang efektif, hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu dalam agenda tersebut serta
pelaksanaannya hanya sekali saja.
Dari beberapa kegiatan dan program kerja wajib yang telah dijelaskan
diatas adalah merupakan salah satu bentuk upaya HMI Cabang Ciputat
dalam menyahuti generasi muda agar mencintai budaya baca. Namun
sebagaimana yang telah dijelaskan juga bahwa tidak semua kegiatan yang
dicanangkan dapat berjalan lancar dan maksimal, dikarenakan beberapa
kendala hal-hal teknis.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan mundurnya budaya membaca.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil penelitian lapangan
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kesadaran dan Motivasi Diri
Faktor ini adalah merupakan unsur yang sangat pokok dan inti
dalam setiap gerak langkah seseorang dalam berbuat sesuatu yang
berguna dan benar, baik secara baik ataupun salah. Penulis menemukan
kenyataan ketika penulis terlibat secara langsung bergelut dalam
Organisasi ini, dimana aktivis HMI hari ini sangat jauh dari visi dan
misi Organisasi HMI itu sendiri, yakni sebagaimana yang diamanatkan
dalam tujuan Organisasi HMI dalam anggaran dasarnya yang berbunyi
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan
Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT”.
59
Pun juga hal ini diperkuat dengan pendapat ketua bidang
pembinaan anggota (PA) selaku pengurus Organisasi HMI Cabang
Ciputat sebagaimana yang penulis wawancarai yakni:
“Solusi yang cantik adalah berikan spirit dan motivasi yang rutin, saya
sangat yakin bahwa hari ini kita krisis itu, kedua adalah kita sama-sama
memperbaiki diri kita masing-masing, karena bicara HMI Cabang
Ciputat yah bukan orang lain lagi, tapi saya, ente dan kader-kader yang
ber-HMI.”19
Salah satu faktor yang menyebabkan degradasi kualitas dan budaya
membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat adalah kesadaran
dalam menumbuhkan semangat belajar yang masih kurang dan lemah,
bertindak sudah tidak utuh dalam memahami tugas utama mereka
sebagai mahasiswa dan aktivis organisasi, sehingga orientasi perbuatan
dan perkataan mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai intelektual.
Rasa malas sejatinya harus dihilangkan demi sebuah perubahan
pribadi itu sendiri. Memang setiap orang pasti memiliki rasa malas, tapi
diri kita harusnya melawan semua rasa itu demi perubahan ke arah yang
lebih baik, jadi faktor utamanya dalam menghambat budaya membaca
adalah faktor kesadaran diri dan motivasi yang kuat, hal ini
sebagaimana yang dikatakan oleh pengurus HMI :
“Iya terimakasih sebelumnya...komentar saya bahwa HMI Cabang
Ciputat mengalami degradasi kualitas, hingga banyak kasus yang hadir,
dari malasnya membaca buku, kurangnya prestasi didunia kampus dan
19 Hasil Wawancara Pribadi, bersama Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015
kakanda Arum Samudra, Ciputat, 17 Juli 2015.
60
sebagainya. Artinya apa, ini sesuatu yang harus segera didaur ulang,
dan untuk mendaur ulang kita butuh kerjasama dari semua kader yang
ada di Ciputat.”20
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan pada dasarnya adalah tempat tinggal seseorang selama
mengemban status mahasiswa ataupun mahasiswi. Lingkungan sangatlah
menentukan pola perilaku seseorang dalam kontak sosial kehidupan
sehari-hari baik sebagai makhluk sosial, individu ataupun makhluk
akademis-teoritis.
Pada dasarnya lingkungan adalah suatu lembaga pendidikan yang non-
formal, sehingga kita tidak sadar jika ada beberapa unsur pola perilaku dan
pemikiran kita sangat dipengaruhi oleh konstruksi lingkungan tempat
dimana seseorang itu tinggal.
Sebagaimana yang penulis temukan di lapangan bahwa lingkungan
merupakan faktor yang sungguh berefek pada pola pikir seseorang, hal ini
penulis temukan dibeberapa lingkungan tempat tinggal mahasiswa kost-
kostan, kontrakan yang sungguh jauh dari peradaban intelektual dan
spiritual, sehingga tidak adanya budaya membaca sama sekali akibat telah
terkontaminasi dengan budaya pragmatisme dan hedonisme kehidupan di
era globalisasi ini, contoh lingkungan yang menciptakan budaya
kemalasan, candu dengan dunia games serta playstation hingga melupakan
20 Hasil Wawancara Pribadi bersama Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kakanda
Johan Eko Prasetyo, Ciputat, 17 Juli 2015.
61
tugas utama akademis mereka, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh
salah satu kader aktif HMI Cabang Ciputat bahwasannya :
“Faktor kemalasan, faktor lingkungan, faktor ekonomi, faktor keluarga,
dan faktor lainnya lagi yang berujung pada hilangnya budaya membaca di
kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat, tapi yang menjadi titik tekannya
adalah faktor kemalasan dan faktor lingkungan. Artinya ada yang salah
disitu, misalnya mash ada rasa malas untuk membaca, terus didukung lagi
dengan lingkungan yang jauh dari nuansa budaya membaca, iya
kan,,,,akhirnya memperparah keadaaan yang ada, sederhananya kita
saksikan sekarang ini di internal HMI Cabang Ciputat lah,,,,mana ada
forum-forum diskusi kaya dulu lagi,,, uda ilang bro,,,,.”21
Lingkungan memang akan berdampak pada pola perilaku seorang,
karena lingkungan adalah salah satu media bagi manusia untuk menerima
pengetahuan secara alamiah, dalam penelitian lapangan ternyata hasil yang
penulis dapatkan sangatlah varian, dimana lingkungan aktivis HMI cabang
Ciputat pada sebagian besar masih jauh dari manajemen hidup, sehingga
membentuk pola dan faktor lingkungan yang kurang baik pula. Hal inilah
yang menjadi penghalang lahirnya budaya membaca di kalangan Aktivis
HMI Cabang Ciputat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang kader aktif HMI
Cabang Ciputat ketika penulis melakukan kegiatan wawancara, bahwa
kondisi lingkungan yang bernuansa akademis ditubuh HMI Cabang
Ciputat sudah sulit didapatkan guna membentuk budaya membaca di
kalangan aktivisnya, oleh karena itu Pengurus HMI Cabang Ciputat
sejatinya harus bersinergi dengan semua elemen yang ada guna
21 Hasil Wawancara Pribadi bersama Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kakanda
Aziz Muhtasyam, Ciputat, 17 Juli 2015.
62
menciptakan sebuah lingkungan organisasi yang baik dan bisa
menciptakan lahirnya budaya membaca.22
Indikator secara umum adalah lingkungan yang menciptakan
kemalasan dalam menumbuhkembangkan budaya dan ghirah membaca
buku di kalangan kader HMI Cabang Ciputat.
3. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai
Suatu tujuan akan dapat tercapai jikalau mendapatkan dukungan dari
sumber daya organisasi, saranan prasarana, manajemen, serta biaya
akomodasi yang cukup untuk mengatur semua hal demi mencapai tujuan.
Sebagaimana halnya dengan HMI secara organisasi pastinya
mempunyai tujuan kedepan. Tujuan tersebut sebagaimana terlampir dalam
pasal 4 Anggaran Dasar HMI yang berbunyi “Terbinanya Insan Akademis
Pencipta Pengabdi Yang Bernafaskan Islam Dan Bertanggungjawab Atas
Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Di ridhoi Allah Subhanahu
Wata’ala.23
Tujuan tersebut masih bersifat landasan ideologis, yang kemudian
harus di ejawantahkan di dalam kehidupan praksis-sosial kemasyarakatan.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana
yang memadai guna tercapainya tujuan Organisasi dengan efektif dan
efisien. Kondisi ril di Organisasi HMI Cabang Ciputat, sangat miris,
penulis temukan bahwa sarana dan prasarana untuk mendukung
22 Hasil Wawancara Pribadi bersama Kader aktif HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015
kakanda Dedi Ibmar, Ciputat, 17 Juli 2015.
59 Modul LK-1 HMI Cabang Ciputat, h. 29
63
tercapainya tujuan tersebut masih minim, misalkan untuk mencapai tujuan
“Terbinanya insan akademis”, point yang bersentuhan langsung dengan
kegiatan belajar-ilmiah baik di ranah kampus ataupun di ranah organisasi.
Pada point ini penulis temukan sarana semisal Perpustakaan
Organisasi belum di miliki oleh HMI Cabang Ciputat, yang HMI Cabang
Ciputat siapkan hanyalah Aula Insan Cita untuk kader-kadernya
berkumpul tapi belum ada Perpustakaan Organisasi yang disiapkan guna
mendukung terciptanya insan akademis yang mencintai budaya membaca.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh salah satu kader aktif HMI
Komisariat Adab dan Humaniora bahwasannya HMI Cabang Ciputat
bahwasannya “
“HMI sebagai sebuah organisasi besar, yang jumlah kadernya bisa dibilang
banyak, tentunya harus memfasilitasi semua kebutuhan kadernya,
misalkan menyediakan perpustakaan khusus para kader HMI dalam hal ini
sekaligus bisa membantu terwujudnya tujuan HMI.”24
Hal inilah yang menjadi salah satu sebab besar kemunduran dan
budaya membaca di kalangan aktivisnya. Bagaimanapun juga sarana dan
prasarana adalah sumber alat vital yang harus dilengkapi didalam suatu
Organisasi, apalagi seperti HMI.
4. Era Globalisasi
Adanya pengaruh globalisasi terhadap life style kaum organisatoris,
hal ini bisa kita lihat di masa kekinian, bahwasannya suguhan realitas yang
terjadi adalah gaya hidup yang hedonis, pragmatis sudah menjerat para
24 Hasil Wawancara Pribadi dengan kader aktif HMI Komisariat Adab dan Humaniora yunda
Amaliyah Rachmadanty, Ciputat, 17 Juli 2015
64
aktivis organisatoris, khususnya anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa
Islam Cabang Ciputat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu
pengurus HMI Cabang Ciputat bahwannya :
“Hadirnya budaya globalisasi yang dalam hal ini adalah budaya hedonis
yang terlalu masif dikehidupan dewasa saat ini, dan bukan hanya
mahasiswa yang jadi korban tapi bisa dibilang hampir 80 porsen
masyarakat indonesia sudah dimanjakan dengan budaya-budaya seperti
itu.”25
Meskipun sulit untuk kita menghindari yang namanya trand global,
life style dan sebagainya. Akan tetapi dibalik semuah corak-corak
globalisasi tersebut sungguh menjebak pemikiran kita (khususnya para
aktivis), bisa kita lihat bahwa efek dari pada gaya hidup yang hedonis akan
melahirkan sebuah sikap yang kurang baik, misalkan apatis, utopis,
individualistik hingga tidak memperdulikan aktivitas dan rutinitas
organisasi.
Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan kader HMI Cabang Ciputat:
“Seperti yang saya utarakan, bahwa hadirnya globalisasi membawa virus
berbahaya bagi HMI Ciputat terutama, artinya banyak kader yang terlena
dengan kecanggihan dunia gadget dan melupakan tugas utama mereka
yaitu belajar dan membaca alebih banyak lagi, saya sering menemukan
banyak dari kader kita sekarang itu bukannya bukannya budaya diskusi
lagi yang dijalankan tetapi game online bareng yang dibudidayakan,
memang gak salah, tapi mereka terlalu berlarut dalam hal itu gitu loh.”26
Era modern sangatlah ganas, apabila setiap manusia yang terlibat
didalamnya tidak memiliki karakter dan sikap dasar yang menjadi
25 Hasil Wawancara Pribadi dengan kader aktif HMI Komisariat Syariah dan Hukum kanda
Muhammad Irpan, Ciputat, 17 Juli 2015
26 Hasil Wawancara Pribadi dengan Pengurus HMI Ciputat kanda Zainuddin Asri, Ciputat, 17
Juli 2015
65
penopang maka secara otomatis akan tergerus dalam lubang kehancuran
modernisasi yang sangat mendukung lahirnya budaya pragmatisme yang
mencintai dunia dan melupakan sisi-sisi kehidupan yang ilahi.
c. Pola Perkaderan di Lingkungan HMI Cabang Ciputat
Perkaderan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematis
untuk menghasilkan kader-kader yang dapat mengaktualisasikan segala
potensi dirinya secara maksimal bagi sebuah organisasi.
Pola yang baik adalah harus mempunyai suatu arah yang tepat, nah
arah dalam pengertian umum adalah petunjuk yang membimbing jalan
dalam bentuk bergerak menuju kesuatu tujuan. Arah juga dapat diartikan.
sebagai pedoman yang dapat dijadikan patokan dalam melakukan usaha
yang sistematis untuk mencapai tujuan.
Jadi, arah perkaderan HMI tercermin dalam tujuan HMI, yaitu
terbinanya individu yang memiliki kualitas insan cita (akademis, pencipta,
pengabdi, bernafaskan islam, serta bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT). Dalam rangka
mewujudkan terbinanya individu HMI yang memiliki lima kualitas insan
cita tersebut, maka berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
HMI.
Di dalam organisasi HMI, pola perkaderan yang diterapkan telah
dirancang sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat menghasilkan kader-
kader ideal yang memiliki kualitas-kualitas unggul. Kualitas-kualitas
tersebut terangkum dalam rumusan tujuan HMI yang disebut lima kualitas
66
insan cita, meliputi insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan Islam,
dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah Swt.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat cita HMI yaitu masyarakat
adil makmur yang diridhai Allah swt. Maka kader-kader HMI yang telah
dan sedang terbentuk harus mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Pengabdian kader ini merupakan penjabaran dari peranan HMI
sebagai sumber insani pembangunan bangsa. Kader HMI dapat
memanfaatkan berbagai jalur untuk melakukan pengabdian, terutama yang
sesuai dengan dasar akademis yang dipelajarinya.
Oleh karena itu, kader HMI harus selalu mengasah segala potensi
yang dimilikinya agar menjadi insan akademis yang baik, yaitu mampu
berpikir rasional, objektif dan kritis, serta mempunyai pengetahuan dan
wawasan luas.
Insan pencipta yang baik, yaitu insan yang penuh gagasan kemajuan,
kreatif, terbuka, dan mampu melihat kemungkinan-kemungkinan baru; insan
pengabdi yang baik, yaitu insan yang sanggup berkarya demi kepentingan
masyarakat, negara, dan agama; dan insan yang melandasi segala pikiran,
sikap dan tindakannya dengan nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-
Quran dan as-Sunnah.
Abad modern berlari lebih cepat dari pada gerak kita, dan kita seakan-
akan tak berdaya menyusulnya. Tantangan kemodernan, baik yang berekses
67
positif maupun negatif, belum mampu kita sikapi dengan semestinya, nilai-
nilai baru sudah pula menyerbu kita dengan dahsyat.
Berbicara pola perkaderan maka hal ini sebagaimana apa yang
dinyatakan oleh salah satu kader HMI Ciputat bahwa :
“Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwasannya perkaderan
adalah ruh dari pada HMI ini sendiri, tanpa perkaderan maka eksistensi HMI
akan hilang dan rapuh, kira-kira seperti itu,,,,iyaaaaaa perihal pola
perkaderan yang seperti apa, hmmmmmmmm saya rasa bahwa perkaderan
yang sejati itu adalah eeeeee dimana semua elemen harus bekerja sama
dalam mendukung tujuan inti dari pada sebuah perkaderan itu sendiri yaitu :
terciptanya kader muslim intelektual, profesional, yang berakhlakul karimah
serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam
upaya mencapai tujuan organisasi, saya kira itu.”27
Pola perkaderan di HMI Cabang Ciputat di masa kini memang masih
berlandaskan nilai-nilai konstitusi, sebagaiman amanat anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga HMI. Namun ada beberapa hal yang penulis
temukan dalam penelitian ini yaitu bahwa dalam pola perkaderan di HMI
masih sangat minim dari terobosan-terbosan baru, yang berorientasi kepada
nilai-nilai sosial kemasyarakatan sehingga efek dari perkaderan HMI
Cabang Ciputat hanya stag pada internal HMI sendiri khususnya HMI
Cabang Ciputat.
Point yang kedua adalah, arah perkaderan HMI Ciputat di era kekinian
lebih berorientasi kepada nilai-nilai globalisasi modern, hingga melupakan
substansi dari hakikat perjuangan organisasi yaitu mewujudkan insan
27 Hasil Wawancara Pribadi dengan Dani Ramdhani.
68
akademis yang pada akhirnya dapat membawa masyarakat kepada nilai-nilai
kebaikan dan di ridhoi Allah SWT.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. HMI Cabang Ciputat pada prinsipnya mempunyai program-program wajib
dalam menopang berjalannya rutinitas Organisasi serta membentuk
kualitas kader yang berorientasi kepada mutu akademis secara kualitas
maupun kuantitas. Program-program tersebut misalkan mengadakan
diskusi bersama, kajian NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan sebagai salah
satu materi wajib di HMI), bedah buku. Serta beberapa program kerja
lainnya yang menopang budaya membaca dikalangan aktivis HMI Cabang
Ciputat.
2. Program-program tersebut mengalami kemandegan, aplikatif nilai dan
tranformasi informasi tidak dapat teraktualisasi secara baik dikarenakan :
a. Kurangnya kesadaran dan motivasi diri seorang kader terhadap tugas
akademisnya.
b. Faktor yang kedua adalah pola pergaulan dalam lingkungan yang tidak
terarah sehingga memberikan dampak yang kurang baik pada seorang
kader.
c. Faktor yang ketiga adalah kurangnya sarana dan prasarana sebagai alat
pendukung lahirnya budaya membaca di tubuh Organisasi HMI Cabang
Ciputat, misalnya perpustakaan Cabang yang belum disiapkan.
70
d. Faktor yang keempat adalah hadirnya era globalisasi yang menawarkan
segala kecangihan sehingga membuat seorang lupa akan tugas
utamanya yaitu belajar.
3. Pola Perkaderan HMI Cabang Ciputat
Faktor yang mendominan adalah pola perkaderan yang masih stagnan
dan masih jauh dari inovasi-inovasi yang sesuai dengan trand zaman.
B. Saran
Budaya membaca adalah satu-satunya warisan yang paling mulia, warisan
yang tidak ternilaikan harganya oleh materi apapun di dunia ini, maka sebagai
organisasi yang besar, budaya membaca adalah seharusnya menjadi jati diri,
yang bukan saja bersifat semboyan akan tetapi jauh dari pada itu adalah bentuk
aplikasi nyata dan mampu melahirkan generasi-generasi baik dan cerdas.
Budaya membaca harus di hidupkan kembali dengan berbagai macam
terobosan, stimulus serta pola yang baru.
a. Program-Program HMI Cabang Ciputat yang meningkatkan Budaya
Membaca :
1. Menghidupkan kembali NDP Lecture, Forum diskusi rutin tiap minggu,
mengadakan kajian dengan menghadirkan tokoh nasional, mengadakan
bedah buku ilmiah atau fiksi, seminar, workshop keorganisasian serta
mengadakan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat memberikan
rangsangan baik terhadap kader-kadernya guna membangkitkan
kesadaran dan motivasi mereka dalam dunia akademis.
71
2. Pengadaan Perpustakaan Organisasi HMI Cabang Ciputat guna
mendukung lahirnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang
Ciputat.
b. Faktor-Faktor yang menyebabkan budaya membaca.
Perihal hambatan dan tantangan dalam suatu organisasi sejatinya harus
disikapi dengan baik, dalam arti diselesaikan dengan cara mencari
jalan keluar terhadap masalah yang ada. Telah dipaparkan diatas
bahwa ada beberapa masalah yang menghambat hadirnya budaya
membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat, oleh karena itu
HMI Cabang Ciputat harus berani bangkit dari semua masalah yang
ada, baik dari segi pendekatan kepada kader-kader, sistem program
kerja.
c. Pola Perkaderan HMI Cabang Ciputat.
Untuk pola perkaderan HMI Cabang Ciputat harus perlu di upgread
lagi agar sesuai dengan kebutuhan zaman, misalkan perkaderan
berbasis teknologi ( IT ).
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Fachry. Intelektual Pengaruh Pemikiran dan Lingkungannya-Pengantar
Dalam Nurcholis Madjid; Dialog Keterbukaan. Jakarta: Paramadina, 1998.
Awangga, Suryaputra N. Desain Proposal Penelitian: Panduan Tepat dan
Lengkap Membuat Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid Publisher,
2007.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Bakhtiar, Amsal. dkk. Pedoman Akademik Program Strata 1 2010/2011. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2011.
Efendi, Sofian dan Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei, Jakarta:
LP3ES, 1989.
Firmansyah, Sutisna Deny. Peranan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat) dalam Menumbuhkan Minat Baca Warga Belajar-Jurnal
Mahasiswa Universitas Padjadjaran ,Program Studi Ilmu Perpustakaan.
Vol.1, No.1 (2012).
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Andi Ofset, 1997.
H Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Hakim, Sudarnoto Abdul. Perpustakaan sebagai center for learning society ;
gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah. Jakarta: Fakultas
Adab dan Humaniora, 2006.
Herfanda, Ahmadun Yosi. Yang Muda Yang Membaca. Jakarta: Asisten Deputi
Pemberdayaan Lembaga Pemuda-Kementerian Negara Pemuda Dan
Olahraga, 2008.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta :
STIA-LAN Press, 1999.
Komaruzzaman, “Peran Organisasi ekstra Kampus Dalam Upaya Dan
Pengembangan Minat Dan Kebiasaan Membaca Mahasiswa, studi kasus di
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ciputat Periode 2013,” Skripsi
S1 program studi Imu Perpustakaan, Fakultas Adab Dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Koswara, E. Dinamika Informasi Dalam Era Globalisasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998.
Modul Latihan LK-I HMI Cabang Ciputat. Jakarta: HMI KAHMI, 2010
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif”.Ed. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin,
1998.
Multatuli, Max Havelaar; Buku Pertama Yang Membuka Mata Dunia Tentang
Busuknya Kolonialisme dan Memberi Ilham Bangsa Indonesia Untuk
Merdeka. Yogyakarta: Narasi, 2008.
Nurhadi. Meningkatkan Kemampuan Membaca, Bandung: CV. Sinar Baru, 1989.
Salim, Yani dan Salim, Peter. kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta: Modern English,1991.
Satria, Hariqo Wibawa, Lafran Pane Jejak Hayat Pemikiran. Jakarta:Lingkar
Penerbit, 2011
Setiadi, Elly M. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana, 2006
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES, 1989.
Sitompul, Agusalim. Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: PT INTEGRITA DINAMIKA
PRESS, 1986.
Sulistio-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,
2003.
Sutopo, Heribertus B. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Depdikbud RI
UNS, 1996.
Syaeful, Rahmat Pupu. “Penelitian Kualitatif” EQUILIBRIUM, Jurnal Vol. 5
No.9 Januari-Juni 2009
Tanja, Victor. HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM;Sejarah dan
kedudukannya di tengah gerakan-gerakan Muslim pembaharu di Indonesia.
Jakarta: Sinar Harapan, 1982.
Tarigan, H G. Membaca Dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa, 1989.
Zakaria, Rusydy. MembingkaI Perkaderan Intelektual setengah abad HMI
Cabang Ciputat. Jakarta: UIN Jakarta Press, HMI Cabang Ciputat,
Presidium KAHMI, dan Fatwa Center, 2012.