upacara besale pada suku anak dalam 2003 · pdf filesuku anak dalam (sad) pada saat ada...

3
UPACARA BESALE PADA SUKU ANAK DALAM Upacara besale merupakan upacara yang dilakukan oleh suku anak dalam (SAD) pada saat ada anggota keluarga yang mengalami sakit (biasanya sakit parah) dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit yang di derita. Upacara ini telah dilakukan turun temurun dari nenek moyang SAD sehingga menjadi tradisi yang sering dilakukan SAD apabila ada salah satu anggota keluarganya yang menderita penyakit.Menurut ketua adat desa senami dusun 3 upacara besale berasal dari daerah Mentawak Di daerah Sarolangun. Upacara besale di pandu oleh seorang pawang atau dukun yang di percaya memiliki ilmu yang turun-temurun yang nantinya akan menari dan bernyanyi membacakan jampi- jampi yang ditujukan untuk orang yang sedang sakit tersebut. Sang dukun menggunakan pakaian yang berwarna putih yang terdiri dari celana panjang yang berwana putih, penutup kepala dari kain putih yang dililitkan ke kepala sang dukun dilengkapi dengan tudung yang terbuat dari kain putih. Perlengkapan lainya seperti tenggiring yaitu berupa lonceng yang terbuat dari kuningan yang bersuara nyaring. Mangkuk kecil 2 buah tempat air jampi- jampian. Diujung kain putih terdapat pera yaitu ujung kain yang dipercaya bisa untuk mengobati anak-anak SAD yang sakit, dengan cara mencelupkan pera kedalam air dan air dari pera tersebut di teteskan ke mata anak yang sakit. Semua peralatan diatas di simpan dalam tempat yang terbuat dari anyaman rotan dan semua peralatan tersebut berusia lebih dari 100 tahun yang di turunkan dari nenek moyang dari masyarakat SAD. Perlatan yang digunakan rumah-rumah kecil yang terbuat dari kayu dan anyam-anyaman dari rotan, burung- burungan yang terbuat dari daun kelapa yang diletakan dia atas rumah-rumahan, daun mengkuang dan daun rumbai. Burung-burungan yang di anyam dari berbagai daun tersebut berjumlah 19 dengan nama yang berbeda diantaranya ada kelancang, garudo, sirih semah, pedang, d’mang, laying, denak, emai, ranyunai dan beberapa nama-nama burung lainya. Syarat-syarat lain yang harus di buat yaitu sesajian yang terdiri dari berbagai macam makanan yang juga

Upload: lediep

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

UPACARA BESALE PADA SUKU ANAK DALAM

Upacara besale merupakan upacara yang dilakukan oleh

suku anak dalam (SAD) pada saat ada anggota keluarga yang

mengalami sakit (biasanya sakit parah) dengan tujuan

untuk menyembuhkan penyakit yang di derita. Upacara ini

telah dilakukan turun temurun dari nenek moyang SAD

sehingga menjadi tradisi yang sering dilakukan SAD

apabila ada salah satu anggota keluarganya yang menderita

penyakit.Menurut ketua adat desa senami dusun 3 upacara

besale berasal dari daerah Mentawak Di daerah Sarolangun.

Upacara besale di pandu oleh seorang pawang atau

dukun yang di percaya memiliki ilmu yang turun-temurun

yang nantinya akan menari dan bernyanyi membacakan jampi-

jampi yang ditujukan untuk orang yang sedang sakit

tersebut. Sang dukun menggunakan pakaian yang berwarna

putih yang terdiri dari celana panjang yang berwana

putih, penutup kepala dari kain putih yang dililitkan ke

kepala sang dukun dilengkapi dengan tudung yang terbuat

dari kain putih. Perlengkapan lainya seperti tenggiring

yaitu berupa lonceng yang terbuat dari kuningan yang

bersuara nyaring. Mangkuk kecil 2 buah tempat air jampi-

jampian. Diujung kain putih terdapat pera yaitu ujung

kain yang dipercaya bisa untuk mengobati anak-anak SAD

yang sakit, dengan cara mencelupkan pera kedalam air dan

air dari pera tersebut di teteskan ke mata anak yang

sakit. Semua peralatan diatas di simpan dalam tempat yang

terbuat dari anyaman rotan dan semua peralatan tersebut

berusia lebih dari 100 tahun yang di turunkan dari nenek

moyang dari masyarakat SAD.

Perlatan yang digunakan rumah-rumah kecil yang

terbuat dari kayu dan anyam-anyaman dari rotan, burung-

burungan yang terbuat dari daun kelapa yang diletakan dia

atas rumah-rumahan, daun mengkuang dan daun rumbai.

Burung-burungan yang di anyam dari berbagai daun tersebut

berjumlah 19 dengan nama yang berbeda diantaranya ada

kelancang, garudo, sirih semah, pedang, d’mang, laying,

denak, emai, ranyunai dan beberapa nama-nama burung

lainya.

Syarat-syarat lain yang harus di buat yaitu sesajian

yang terdiri dari berbagai macam makanan yang juga

diletakan di dalam rumah-rumahan yang telah di terdiri

dari ayam panggang, telor, gelamai dan makanan lainya

yang terbuat dari gula merah, gula putih, beras ketan,

beras, kelapa, telor ayam, bawang merah dll. Uniknya

masakan yang di buat tersebut memiliki nama-nama yang

unik pula diantaranya ada juanda, caco serabi, penganan

pepuntir, buah bedaro,nasi kuning, nasi ketan putih dan

lain sebagainya yang terdiri dari 18 jenis makanan.

Dalam upacara adat besale di percaya bahwa apabila

salah satu syarat dalam pembuatan upacara tidak di penuhi

maka pengobatan yang dilaksanakan tidak begitu manjur

bahkan dapat membuat arwah-arwah marah. Dukun yang

mengasuh upacara ini dalam kondisi tidak sadarkan diri

dan melantunkan lagu-lagu gaib yang tidak di sadari oleh

si dukun terrsebut saat menyanyikanya. Boleh dikatakan

pada saat melakukan tarian-tarian dan nyanyian dukun

dibawah pengaruh arwah-arwah yang masuk ke dalam

tubuhnya.

Bait lagu sebagai pembuka upacara adat besale ini adalah:

Betinjak dibungin baru sebiji

Dijanjam baru setitik

Angin baru serembus

Beteduh di langit selebar payung

Lagu-lagu yang di nyanyikan terus berlangsung selama

semalam dalam kondisi seperti ini dukun dilarang makan,

dukun menari-nari mengelilingi orang yang sakit yang

duduk atau berbaring di bawah rumah-rumahan yang di

buatsebelumnya, dengan mengibaskan bunga pinang yang di

celupkan air yang telah dijampi-jampi kepada orang yang

sakit tersebut sang dukun terus bernyanyi tanpa sadarkan

diri diiringi oleh tabuhan gendang dari beberapa suku

anak dalam lainya.

Dana yang di butuhkan untuk melaksanakan upacara

besale ini mulai dari 1.500.000-2.500.000 jumlah uang

yang tidak sedikit untuk sebuah upacara adat sebagai

media untuk menyembuhkan orang yang sakit, dengan kondisi

keterbatasan kemampuan untuk melaksanakan upacara besale

tersebut tidak jarang SAD hanya mampu membawa keluarganya

ke puskesmas untuk di obati dan biaya yang dikeluarkan

tidak sebanyak apabila mereka harus melaksanakan upacara

besale. Terkadang upacara yang telah dilaksanakan tidak

mendatangkan kesembuhan bagi orang yang diobati, menurut

pengakuan dukun hal ini terjadi karena kurang lengkapnya

sesajian yang di buat.

Dukun yang juga merupakan ketua adat sangat disegani

di kalangan SAD, dan untuk menjadi seorang dukun yang

kelak menggantikan beliau dibutuhkan orang yang memiliki

kriteria-kriteria tertentu. Untuk menjadi seorang dukun

harus bertempur dengan guru yang merupakan dukun yang

akan memberikan ilmunya dengan menggunakan buah pinang

muda dan pinang yang sudah masak. Namun, sebelumnya telah

dilaksanakan pertapaan dengan berbagai syarat yang telah

ditentukan. Apabila sang murid telah kebal terkena

pecutan dari pinang muda dan telah mampu melewati

berbagai tantangan selama menuntut ilmu yang telah

diberikan maka sang dukun muda bisa menggantikan dukun

yang sebelumnya dalam memandu upacara besale, mengobati

orang yang sakit lainya.

Ditulis oleh Shinta Anggreany, Mahasiswa KUKERTA UNJA

2010, dkk, bekerja sama dengan pemangku adat Dusun III

Senami Bapak Samin, Sumber : Bapak Samin