unsur psikologi dalam karya sastra

3
UNSUR PSIKOLOGI DALAM KARYA SASTRA Bimo Walgito (dalam Fananie, 2000: 177) mengemukakan psikologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia, kaena pekataan psyche atau psicho men gand ung peng et ian !ji "a# $ %engan demiki an, psi kol ogi men gand ung mak na !il mu  pengetahuan tentang ji"a#$ &si kol ogi sas ta membe ika n pe hat ian pada mas ala h yan g be kaitan dengan uns u' uns u keji"aan tokoh'tokoh iksional yang tekandung dalam sasta$ spek'aspek kemanusiaan inilah yang meupakan objek utama psikologi sasta sebab semata'mata dalam dii manusia itulah aspek keji"aan dicangkokkan dan diin*estasikan$ &enelitian psikologi sasta dilakukan melalui dua caa$ &etama, melalui pemahaman teoi'teoi psikologi kemudian diadakan analisis tehadap suatu kaya sasta$ +edua, dengan telebih dahulu menentukan sebuah kaya sasta sebagai objek  penelitian, kemudian ditentukan teoi'teoi psikologi yang dianggap elean untuk melakukan analisis (atna, 200-: .--)$ /is"antoo (200-: .1'.2) menyatakan bah"a secaa kategoi, sasta bebeda dengan psikologi, sebab sasta behubungan dengan dunia iksi, dama, puisi, dan esay yang diklasiikasikan ke dalam seni (at), sedangkan psikologi meujuk kepada studi ilmiah tentang peilaku manusia dan  poses mental$ eski bebeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya  beangkat dai manusia dan kehidupan sebagai sumbe kajian$ Bicaa tentang manusia, psikologi  jelas telibat eat, kaena psikologi mempelajai peilaku$ &eilaku manusia tidak lepas dai aspek kehidupan ya ng membungkusnya dan me"anai pe ila kuny a$ &sikologi sas ta mempela ja i enomena, keji"aan tetentu yang dialami oleh tokoh utama dalam kaya sasta ketika meespon ata u be eaksi te hadap di i dan lin gkun gany a$ %eng an demiki an, gej ala kej i"a aan dapat teungkap le"at peilaku tokoh dalam sebuah kaya sasta$ stilah psikologi sasta mempunyai empat kemungkinan pengetian$ aitu studi poses keati,  psikologi pengaang baik sebagai suatu tipe maupun indi*idual, studi tipe'tipe dan hukum' hukum psikologi dalam kaya sasta, dan studi yang mempelajai dampak kaya sasta tehadap  pembaca atau psikologi pembaca$ %alam penelitian ini peneliti menggabungkan keempat kemungk ina n peng et ian dal am mel akukan peneli tia n$ te hadap pembac a ata u psi kol ogi  pembaca$ +a ya sas t a me upa kan kay a seoang peng aa ng ya ng me upak an has il pe enungan dan imajinasi secaa sada dai hal'hal yang diketauhi, dihindai, diasa, ditanggapi, dan diantasikan, disampaikan kepada khalay ak melal ui media bahassa dengan segal a peangk atny a, sehin gga menjadi sebuah kaya yang indah$ tulah sebabnjya masalh'masalh yang te3dapat di dalam kaya sasta mempunyai kemiipan dengan keadaan dilua kaya sasta$ /esuai pendapat yang menyatakan bah"a kaya sasta meupakan cemin dai dunia nyata$ Baik cemin dai dunia nya ta yang ses ungguhn ya, mau pun ce mi n da i duni a nya ta yan g sudah be campu deng an imajinasi dan peunangan pengaang (/is"anto, 144.: 14)$ &endekatan adalah salah sau pinsip dasa yang digunakan sebagai alat untuk mengapesiasi kaya sasta, salah satunya ialah ditentukan oleh tujuan dan pa yang hendak ditentukan le"at teks sast a, pembaca dapat menggunaka n bebea pa pendekat an, salah satuny a adalah pendekata n

Upload: dwi-setiawan

Post on 16-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sastra

TRANSCRIPT

UNSUR PSIKOLOGI DALAM KARYA SASTRABimo Walgito (dalam Fananie, 2000: 177) mengemukakan psikologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia, karena perkataan psyche atau psicho mengandung pengertian jiwa. Dengan demikian, psikologi mengandung makna ilmu pengetahuan tentang jiwa.

Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relefan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004: 344).

Siswantoro (2004: 31-32) menyatakan bahwa secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Psikologi sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya. Dengan demikian, gejala kejiwaaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam sebuah karya sastra.

Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yaitu studi proses kreatif, psikologi pengarang baik sebagai suatu tipe maupun individual, studi tipe-tipe dan hukum-hukum psikologi dalam karya sastra, dan studi yang mempelajari dampak karya sastra terhadap pembaca atau psikologi pembaca. Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan keempat kemungkinan pengertian dalam melakukan penelitian. terhadap pembaca atau psikologi pembaca.

Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil perenungan dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketauhi, dihindari, dirasa, ditanggapi, dan difantasikan, disampaikan kepada khalayak melalui media bahassa dengan segala perangkatnya, sehingga menjadi sebuah karya yang indah. Itulah sebabnjya masalh-masalh yang te5rdapat di dalam karya sastra mempunyai kemiripan dengan keadaan diluar karya sastra. Sesuai pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra merupakan cermin dari dunia nyata. Baik cermin dari dunia nyata yang sesungguhnya, maupun cermin dari dunia nyata yang sudah bercampur dengan imajinasi dan perunangan pengarang (Siswanto, 1993: 19).

Pendekatan adalah salah sau prinsip dasar yang digunakan sebagai alat untuk mengapresiasi karya sastra, salah satunya ialah ditentukan oleh tujuan dan pa yang hendak ditentukan lewat teks sastra, pembaca dapat menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan psikologis. Semi (1993:76) menyatakan pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang kehidupan manusia yang senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam. Apresiasai sastra menggunakan pendekatan psikologi sastra pada mulanya diperkenalkan di Barat oleh L.A Richard, dan di Indonesia pertama kali dilakukan oleh M.S Hutahulung, Boen S. Oemarjati, dan Made Mukada.

Budi Utama (2004:138)_ mengemukakah tiga alasan psikologi sastra masuk dalam kajian sastra adalah sebagai berikut (1) mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh dalam karya sastra. Langsung atau tidak langsung, perilaku dan motivasi para tokoh nampak juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-hari mungkin kita juga bertemu dengan orang-orang yang perilaku dan motivasinya mirip dengan perilaku dan motivasi para t tokoh dalam karya sastra, (2) mengetahui perilaku dan motivasi pengarang, dan (3) mengetahui reaksi psikologi pembaca.

Karya sastra merupakan hasil ungkapan jiwa seorang pengaran yang di dalamnya melukiskan suasana kejiwaan pengarang,baik suasana pikit maupun emosi. Roekan (dalam aminudin 1990:91). Psikologi sastra memandang bahwa karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarang yang menggunakan media bahasa dan diababdikan untuk kepentingan estetik.

Melalui bagan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan manusia lain dan pengarang banyak melakukan pengamatan dengan manusia-manusia lain di sekitarnya, seperti yang dikemukakan oleh Freud, manusia sebagai sistem yang kompleks memiliki energi untuk berbagai tujuan seperti bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Mereka mempunyai kepekaan tinggi sehingga mereka mampu menangkap suassana batin manusia lain yang paling dalam.

Hubungan antara karya sastra dan psikologi juga dikemukakan oleh suwardi (2004:96) yang mengemukakah bahwa karya sastra dipandang sebagai gejala psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa prosa atau drama sedangkan jika dalam bentuk puisi akan disampaikan melalui larik-larik dan pilihan kata khas.

Sastra sebagai gejala kejiwaan yang didalamnya terkandung fenomena yang tampak melalui perilaku tokoh-tokohnya. Sedangkan psikologi (Pasaribu dan Simanjuntak, 1984:3-4), adalah ilmu jiwa atau studi tentang jiwa. Dengan demikian, teks sastra (karya sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini dikarenakan sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional (Darmanto yatman dan Roekhan dalam Aminudin, 1990:93).

Hubungan tak langsung yang dimaksudkan adalah baik sastra maupun psikologi sastra kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yaitu kejiwaan manusia. Pengarang dan psikolog adalah sama-sama manusia biasa. Mereka menangkap kejiwaan manusia secatra mendalam, kemudian diungkapkan dalam bentuk karya sastr. Sedangkan hubungan fungsional antara sastra dan psikologi adalah keduanya sama-sama berguna sebagai sarana untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya adalah adalah dalam karya sastra gejala-gejala kejiwaan dari manusia-masia imajiner sebagai tokoh dalam karya sastra, sedangkan dalam psikologi adalah gejala kejiwaan manusia-manusia riil (Suwardi,2004:97).

Fiksi psikologi sastra adalah salah satu aliran sastra yang berusaha mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagian yang terdalam yaitu alam bawah sadar. Fiksi psikologis sering mengunakan teknik bernama arus kesadaran. Istilah ini ditemukan oleh William James pada tahun 1890 dan digunakan untuk mengambarkan kepingan-kepingan inspirasi, gagasan, kenangan dan sensasi yang membentuk kesadaran manusia ( Stanton, 2007: 134).

Ada beberapa kategori yang dipakai sebagai landasan pendekatan psikoanalisis, sebagaimana dikemukakan oleh Norman H. Holland (dalam Fananie., 2000: 181) adalah sebagai berikut: (1) Histeri, manic, dan schizophrenic, (2) Freud dan pengikutnya menambah dengan tipe perilaku birahi seperti anal, phallic, oral, genital, dan urethral., (3) ego-psikologi, yaitu cara yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal yang bisa sama dan juga berbeda untuk tiap-tiap individu., (4) Defence, exspectation, fantasy, transformation (DEFT). Maksud dari karegori tersebut dalam konteks sastra adalah apakah karakter pelaku dan permasalahan-pernasalahan yang mendasari tema cerita melibatkan pula unsur-unsur di atas.