universitas muhammadiyah acehrepository.utu.ac.id/764/1/bab i_v.pdf · ibu hamil (k 1) ke pelayanan...
TRANSCRIPT
iii
ABSTRAK
Ruliana. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Pertama Ibu Hamil (K-1 ) Ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten NaganRaya Tahun 2013. Dibawah bimbingan Firdaus, SKM.,MKM danZahari,SKM.,MARS.
Kunjungan ibu hamil pada trimester I ke pelayanan antenatal merupakan waktu yangpenting bagi ibu maupun janin untuk mengetahui adanya gangguan kehamilanKeterlambatan kunjungan pertama ibu hamil trimester I ke pelayanan antenatal dapatmengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan ibu dan janin. Faktor yangmempengaruhi ibu melakukan kunjungan pertama ke pelayanan antenatal adalahsocial ekonomi, pendidikan, pendapatan, dan dukungan professional tenagakesehatan.
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan desain cross sectional untuk melihathubungan antara hubungan umur kehamilan, pendidikan, paritas, pengetahuan,pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan terhadap kunjungan pertama ibu hamil(K1), porpusive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria penelitiyaitu Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Beutong dengan jumlah sampelsebanyak 43 orang dilakukan pada bulan Pebruari 2013, data primer dariwawawancara dan data skunder yaitu dari puskesmas, dinas kesehatan dan referensiyang berkaitan dengan penelitian, pengolahan data secara komputerisasi dandisajikan dalam bentuk tabel serta narasi. Untuk mengetahui faktor – faktor yangberhubungan dengan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal diPuskesmas Beutong tahun 2013, Hasil penelitian menunjukkan tidak adakecenderungan hubungan antara umur kehamilan ibu hamil dengan kunjungan K-1(ρ value = 0,892), Tidak ada kecenderungan hubungan antara pendidikan ibu hamildengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,107, Tidak adakecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 )pada ibu hamil (ρ value = 0,128), Ada kecenderungan hubungan antara pengetahuanibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,004), Adakecenderungan hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan kunjungan pertama (K1 ) pada ibu hamil (ρ value = 0,004), Tidak ada kecenderungan hubungan antaradukungan petugas kesehatan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρvalue = 0,171).
Untuk meningkatkan kunjungan pertama ibu hamil diharapkan pada saat pelaksanaanposyandu selalu diberi penyuluhan pada ibu hamil agar selalu memeriksakankehamilanya agar dapat meningkatkan pengetahuan pada ibu hamil.
Kata Kunci : Ibu Hamil, Kehamilan, Kunjungan K-1.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat
dengan pperhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut
usia (lansia) dan keluarga miskin ( Kemkes, 2010).
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain
adalah pendarahan, infeksi dan eklamsia. Sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu antara lain adalah anemia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan
“Empat Terlalu” yaitu terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering
hamil dan terlalu banyak anak. Faktor lainnya adalah “Tiga Terlambat” yaitu
terlambat mengenal resiko dan komplikasi yang menyebabkan terlambat
mengambil keputusan untuk mencari pertolongan kemudian terlambat dalam
mencapai sarana kesehatan dan mendapat pelayanan di sarana kesehatan
(Saifuddin,2002).
Kunjungan ibu hamil secara dini dan teratur ke pelayanan antenatal telah
terbukti paling efktif menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI) akan menurunkan resiko premature atau berat badan lahir
rendah (deswani 2003). Namun kunjungan ibu hamil trimester I ke pelayanan
2
antenatal sering terlambat yang disebabkan beberapa factor. Menurut Chanlender
(2002) dalam Deswani (2005) faktor tersebut antara lain psikososial (dukungan
suami, keluarga, teman atau tetangga, penghasilan, kesulitan datang ke pelayanan
antenatal, penerimaan terhadap kehamilan, dukungan profesional dan perilaku
beresiko serta pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal), dan demografi
ibu hamil (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan).
Kunjungan ibu hamil pada trimester I ke pelayanan antenatal merupakan
waktu yang penting bagi ibu maupun janin untuk mengetahui adanya gangguan
kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan Deswani (2003) di Jakarta
menunjukkan bahwa ibu hamil yang terlambat melakukan kunjungan pertama ke
pelayanan antenatal adalah wanita dengan pendidikan rendah dan dukungan
professional kurang.
Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil trimester I ke pelayanan
antenatal dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan ibu dan janin.
Faktor yang mempengaruhi ibu melakukan kunjungan pertama ke pelayanan
antenatal adalah social ekonomi, pendidikan, pendapatan, dan dukungan
professional tenaga kesehatan.
Angka kematian ibu (AKI) / Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan
salah satu indicator kesehatan suatu Negara. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (riskesdas, 2007) dikutip dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014 bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan
menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Angka kematian bayi (AKB) menurun
dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran
3
hidup pada tahun 2007. Upaya kesehatan masyarakat mengalami peningkatan
capaian, seperti cakupan rawat jalan sudah mencapai 15,26% pada tahun 2008.
Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat dari 77,23%
pada tahun 2007 menjadi 80,36% pada tahun 2008. Cakupan K1 selama tahun
2004 sampai 2009 terus mengalami peningkatan dari 88,09% pada tahun 2004
menjadi 94,51% pada tahun 2009 sedangkan cakupan K4 pada tahun 2004 sampai
2008 cenderung meningkat namun pada tahun 2009 sedikit menurun dari 86,04%
pada tahun 2008 menjadi 85,45% pada tahun 2009. Dari data diatas dapat dilihat
kesenjangan yang terjadi antara K1 dan K4. Pada tahun 2004 terjadi selisih antara
K1 dan K4 sebesar 11% kemudian tahun 2006 menjadi 10% dan pada tahun 2008
6,6% (Kemkes, 2010). Perhatian perlu diberikan pada cakupan kunjungan bayi
yang mengalami penurunan, perlu peningkatan mobilisasi ibu hamil untuk
bersalin dan upaya peningkatan kualitas Posyandu menjadi Posyandu Mandiri
(Kemkes, 2010).
Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2010 cakupan K1 adalah yaitu
103.436 (91,7%) dan cakupan K4 adalah 94.347 (83,06%) dari 113.584 bumil, (
Dinkes Aceh, 2010). Dari data tersebut Untuk Provinsi Aceh telihat belum
tercapai target nasional yaitu Untuk K1 95% dan K4 yaitu 90%. Berdasarkan
Riskesdas 2007 ibu memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehatan di Aceh
sebesar 72,0% sementara indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar
90%. Cakupan kunjungan K4 pada tahun 2009 menurut Profil Kesehatan Aceh
tahun 2010 sebesar 77,82%. Pemeriksaan kadar haemoglobin baru mencapai
38,5% jenis pemeriksaan tertinggi pada ante natal care adalah pemeriksaan
tekanan darah 97,1% (Dinas Kesehatan Aceh, 2011).
4
Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya kunjungan K1
sebesar 82,75% pada tahun 2010 dan 91,7% pada tahun 2011. Untuk Puskesmas
Beutong 86,80% pada tahun 2010 dan 74,10% pada tahun 2011 terjadi penurunan
sebesar 12,70% pada tahun 2011 (Dinas Kesehatan Nagan Raya, 2012).
Berdasarkan wawancara awal kepada beberapa ibu hamil pada umumnya
mereka melakukan pemeriksaan tertunda atau tidak melakukan pemeriksaan sama
sekali karena menganggap tidak ada keluhan selama ini sehingga tidak perlu
dilakukan pemeriksaan kehamilan, selain itu ada ibu – ibu tidak tahu akan
pentingnya pemeriksaan selama kehamilan terutama pada 3 bulan pertama.
Pengalaman pertama pada partus pertama, dimana pada pengalaman pertama
hamil tidak menimbulkan masalah maka ibu merasa pada kehamilan selanjutnya
tidak menimbulkan masalah jadi tidak perlu periksa kehamilan.
Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik melakukan pembuktian
melalui penelitian tentang kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan
antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2012.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Nagan Raya tahun 2012,
terjadi penurunan kunjungan K1 pada Puskesmas Beutong sebesar 12,70%. Data
kunjungan K1 tahun 2010 sebesar 82,75% dan 91,7% pada tahun 2011.
Pernyataan ibu hamil pada survey pendahuluan, umumnya mereka melakukan
pemeriksaan tertunda atau tidak melakukan pemeriksaan sama sekali karena
menganggap tidak ada keluhan selama ini sehingga tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kehamilan, selain itu ada ibu – ibu tidak tahu akan pentingnya
5
pemeriksaan selama kehamilan terutama pada 3 bulan pertama. Pengalaman
pertama pada partus pertama, dimana pada pengalaman pertama hamil tidak
menimbulkan masalah maka ibu merasa pada kehamilan selanjutnya tidak
menimbulkan masalah jadi tidak perlu periksa kehamilan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kunjungan
pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.
1.3.2.Tujuan khusus
1.4.2.1. Untuk mengetahui hubungan umur kehamilan dengan kunjungan pertama
ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun
2013.
1.4.2.2. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan kunjungan pertama ibu
hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.
1..2.3.3. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kunjungan pertama ibu
hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.
1.4.2.4 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kunjungan pertama ibu
hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun 2013.
1.4.2.6 Untuk mengetahui hubungan pekerjaan bumil dengan kunjungan pertama
ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas Beutong tahun
2013.
1.4.2.5 Untuk mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan
kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal di Puskesmas
6
Beutong tahun 2013.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat teoritis
1.5.1.1 Menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk dapat
mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat.
1.5.1.2 Menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan kesehatan khususnya yang
menyangkut dengan mutu pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
1.5.2.Manfaat aplikatif
1.5.2.1 Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah serta
dapat membandingkan tiori-tiori yang telah dipelajari dengan kenyataan
dilapangan.
1.5.1.2 Sebagai bahan masukan atau informasi bagi petugas kesehatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak.
1.5.1.3 Sebagai bahan bacaan pada perpustakaan yang dimanfaatkan oleh
mahasiswa, khususnya fakultas kesehatan masyarakat dan sebagai
referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang masalah ini.
7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Ante Natal Care (ANC)
2.1.1 Pengertian ante natal care (ANC)
Kunjungan pertama atau pemeriksaan dini kehamilan adalah kunjungan
ibu hamil yang pertama kali atau kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Kunjungan ibu
hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa
selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya
yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu
(Depkes R.I, 1995). Kunjungan pertama ibu hamil adalah kesempatan bagi dokter
untuk mengenali faktor resiko ibu dan janin (Arief Mansjoer, 2001).
Pemeriksaan kehamilan hendaknya dilakukan sedini mungkin ialah segera
setelah seorang wanita merasakan diri hamil, supaya dokter atau bidan
mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengobati atau memperbaiki
keadaan-keadaan yang kurang memuaskan.
Pemeriksaan dini kehamilan mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan antenatal, dianjurkan pada
kehamilan dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan teratur dan sesuai dengan
jadwal yang lazim berlaku (Manuaba, 1996).
8
2.1.2 Tujuan ante natal care (ANC)
Menurut Manuaba (1996), tujuan pemeriksaan dini kehamilan adalah
untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan perkembangan bayi intra uterin
sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan,
nifas dan laktasi serta mempunyai pengetahuan tentang bayi. Sedangkan menurut
Arief Mansjoer,dkk ( 2001) tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik
dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan
dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan.
Hasil akhir kehamilan yang diharapkan adalah kelangsungan hidup ibu dan
bayinya. Tujuan perawatan antenatal lebih dari itu, bukan hanya kelangsungan
hidup tetapi juga kualitas hidup yang baik.
Umur kehamilan seorang ibu turut menentukan kunjunganya ke pelayanan
kesehatan. Di mana hal ini sesuai dengan alasan mereka yang terkait dengan
budaya masyarakat setempat yang masih banyak melakukan persalinan dengan
bantuan dukun. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan
kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila
sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan lagi tetapi
kedukun yang ada di desa tersebut hingga menolong persalinanya ( Martini,
2005).
Faktor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan
keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trisemester I adalah
sosio-demografi, psikososial dan personal ( Chandler, 2002 dalam Deswani, 2004)
Menurut May seperti dikutip Deswani (2005) Kunjungan pertama ke
pelayanan antenatal trisemester I merupakan waktu yang penting bagi
9
kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan terjadi pembentukan
organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada periode ini akan
menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat menimbulkan kecacatan
dan abortus, pada periode ini juga terjadi ketidakseimbangan fisiologis dan
psikososial pada ibu hamil sehingga memerlukan dukungan dari petugas
kesehatan.
Tujuan khusus dari pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah :
Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan , persalinan dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit-penyakit
yang mungkin diderita sedini mungkin dan menurunkan angka morbiditas ibu
dan anak serta memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari- hari dan
keluarga berencana , tentang kehamilan , persalinan , nifas dan laktasi (mochtar
1995).
2.1.3. Jadwal pemeriksaan kehamilan
World Health Organitation (WHO) menganjurkan pemeriksaan antenatal
minimal 4 kali dengan 2 kali pada trisemester ketiga ( rumus 1-1: 2-1 ; 3-2 ). Ingat
4 kali adalah yang minimal, berarti bahwa tambah sering pemeriksaan antenatal
dilakukan tambah baik. Jadwal yang ideal adalah sekali sebelum sampai
kehamilan 28 minggu, Dua minggu sekali sampai kehamilan 28 minggu dan
seminggu sekali sampai melahirkan.
Jadwal pemeriksaan kahamilan adalah sebagai berikut adalah
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah dini mungkin ketika haidnya
terlambat satu bulan, Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan, Periksa
ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan. Periksa ulang setiap minggu
10
sesudah kehamilan 9 bulan dan Periksa khusus bila ada keluhan – keluhan (
Mokhtar, 1995).
Setiap kehamilan dan persalinan mengandung resiko, namun derajat
bahaya atau resikonya berbeda-beda untuk ibu dan anak. Yang dimaksud dengan
resiko adalah kemungkinan seorang wanita mengalami kesakitan/ kamatian akibat
kehamilan dan persalinan , wanita dengan resiko tinggi lebih mungkin mengalami
kesakitan / kematian akibat kehamilan dan persalinan.
Resiko untuk Ibu hamil adalah Resiko Rendah adalah : Usia diatas 20
tahun, tidak ada gejala-gejala hipertensi dan tidak ada kelainan/penyakit, Resiko
sedang adalah : Riwayat obstetri kurang baik : abortus berulang, lahir mati,
keadaan kurang gizi dan tinggi badan kurang dari 145 cm, preeklamsi ringan,
kelainan letak : lintang, sumsang, penambahan berat badan kurang : kurang 6 kg,
febris, kehamilan kembar, dan resiko tinggi adalah Riwayat obtetrik buruk
(kelahiran mati berulang, prematurias berulang, pendarahan post pastum),
Anemia berat, Pre eklamsi berat, Bekas bedah Ceasar, pendarahan ante pastum,
penyakit berat : penyakit jantung, diabetes, ginjal, hepatitis, hidrosetalus,
hidramnion.
Faktor-faktor pada ibu hamil meliputi : umur yaitu terlalu muda, yaitu
dibawah 20 tahun dan terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun, Paritas ( jumlah persalinan
yang pernah dialami ibu) yaitu Poritas O (primigravida, belum pernah melahirkan)
dan Poritas > 4, Interval yaitu jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan
sekurang-kurannya 2 tahun, tinggi badan yaitu kurang dari 145 cm, lingkar lengan
atas kurang dari 23,5 cm dan kelainan bentuk tubuh yaitu kelainan tulang
belakang (kifosis, iodosis, scoliosis) dan kelainan pada panggul.
11
2.1.4. Pelayanan kunjungan ibu hamil K-1 dan K-4
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandingan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) kepada ibu hamil pada masa kehamilan. Pemeriksaan umum
pada ibu hamil yang datang pertama kali, dilakukan penilaian keadaan umum,
status gizi, dan tanda vital (Arief Mansjoer dkk, 2001).
Cakupan kunjungan ibu hamil K-1 adalah cakupan pelayanan ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimister pertama
kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Dinkes Aceh,
2011).
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. oleh karena itu, setiap wanita memerlukan empat kali kunjungan selama
priode antenatal.
Kunjungan pertama ke pelayanan antenatal trisemester I merupakan waktu
yang penting bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan
terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada
periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat
menimbulkan kecatacatan dan abortius, pada periode ini juga terjadi
ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pada ibu hamil sehingga
memerlukan dukungan dari petugas kesehatan ( May, 1994 dalam Deswani
(2004).
Kunjungan pertama ibu hamil adalah kesempatan bagi dokter untuk
mengenali faktor resiko ibu dan janin. Bila dijumpai kelainan, baik pada
pemeriksaan fisik maupun laboratorium perlu diberikan penatalaksanaan khusus.
12
Ibu diberi tahutentang kehamilannya perencanaan tempat bersalin juga perawatan
bayi dan menyusui, informasi yang dapat diberikan seperti:
a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal
b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia harus lebih dijaga karena
selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
d. Pemakaian obat harus dikonsultasikan dulu dengan dokter atau tenaga medis
lainnya.
e. Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaanya.
Suami pun perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang
hamil (Arief Mansjoer.dkk, 2001).
Pada kehamilan pada trisemester I umumnya nafsu makan ibu berkurang,
sering timbul rasa mual dan ingin muntah, dengan kenaikan berat badan normal
yaitu antara 0,7 – 1,4 kg (Mellyna, 2006).
Pada trisemester II kehamilan telah terbentuk organ tubuh, ari – ari sudah
sempurna, sudah mulai bisa mendengar suara dari luar, pada kehamilan pada
trisemester II umunya nafsu makan ibu pulih kembali, dengan kenaikan berat
badan normal yaitu antara 6,7 – 7,4 kg.
Pada trisemester III kehamilan janin mulai menghisap jari, struktur tubuh
mulai sempurna dan kuat tidak ada kerutan di wajah hilang. Pada kehamilan pada
trisemester I umunya nafsu makan sangat baik, dengan kenaikan berat badan
normal yaitu antara 12,7 – 13,4 kg.
Berikut informasi dan pentingnya kunjungan antenatal.
13
TABEL 2.1INFORMASI DAN PENTINGNYA KUNJUNGAN ANTENATAL
Kunjungan Waktu Informasi Penting
Trisemester I Sebelum
minggu ke
14
Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil
Mendekteksi masalah dan menanganinya
Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan
untuk menghadapi komplikasi
Mendorong perilaku yang sehat ( gizi, latihan dan
kebersihan, istirahat, dan sebagainya)
Trisemester
II
Sebelum
minggu ke
28
Sama seperti di atas ditambah kewaspadaan khusus
mengenati preeklampsia
Trisemester
III
Sebelum
minggu ke
28 - 36
Sama seperti di atas ditambah palpalasi abdominal
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
Trisemester
III
Sebelum
minggu ke
36
Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi
yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di Rumah Sakit
Sumber : Saifuddin, 2002
14
Indikator K-1 mewujudkan akses pada kesehatan ibu hamil kepada tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia estándar minimal yang
ditetapkan untuk pelayanan kehamilan adalah 1 kali pada trimester 1 dan 1 kali
pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3. Stándar ini terpenuhi dan bermakna
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan (Dinkes Aceh, 2011).
Kunjungan ibu hamil K-4 adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai estándar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pelayanan
yang dianjurkan pada trimester ketiga sebanyak 2 kali (Dinkes Aceh, 2011).
Pelayanan kunjungan ibu hamil K-4 yang diberikan mencakup minimal (Dinkes
Aceh, 2011):
1. Timbang badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toxoid
4. Pengukuran tinggi pundus uteri
5. Pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan)
6. Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling
7. Test laboratorium sederhana (Hb, protein urine dan atau berdasarkan
indikasi (Hbsag, sifilis, HIV, malaria, TBC).
Hasil pelayanan antenatal cakupan pelayanan K-1 dan K-4 pada tahun
2009 78,0% dan meningkat pada tahun 2010 yaitu 83,1% peningakatan ini
menunjukkan bahwa kelompok sasaran mudah untuk mendapatkan pelayanan
dengan ketersedian sarana dan tenaga kesehatan yang memadai, mulai dari
pelayanan pada bidan desa sampai ke pelayanan puskesmas dan jaringannya.
Untuk kasus-kasus kehamilan resiko tinggi yang tidak dapat dilayanai di
15
puskesmas dan jaringannya akan di rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi yaitu
rumah sakit. Walaupun terjadi peningkatan yang bermakna terhadap kunjungan
K-4 secara Provinsi namun belum mencapai target yang ditetapkan 90% (Dinkes
Aceh, 2011).
2.1.5. Kehamilan dan perubahan fisik ibu hamil
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280
hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung
antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari
43 minggu disebut kehamilan postmatur. Menurut usia kehamilan, kehamilan
dibagi menjadi: Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu, kehamilan terimester
kedua : 14-28 minggu dan kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu (Arief
Mansjoer dkk, 2001).
Menurut suririnah (2004) terjadi Perubahan pada tubuh ibu hamil di
trimester pertama ( 0 – 12 minggu) kehamilan yaitu:
1. Pembesaran Payudara
Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal pembuahan
terjadi peningkatan hormone kehamilan yang menimbulkan pelebaran pembuluh
darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara. Anda mungkin akan merasa
BH atau bra anda terasa sesak dan tak nyaman lagi, sebaiknya anda
mempersiapkan bra baru yang sesuai dengan ukuran baru ini untuk memberi
kenyamanan dan dapat menyokong payudara anda. Tapi jangan buang yang lama,
anda dapat menyimpannya karena payudara akan kembali ke ukuran sebelum
anda hamil setelah anda berhenti menyusui nanti. Dalam 3 bulan pertama ini, anda
akan melihat juga daerah sekitar putting dan putting susu anda akan bewarna lebih
16
gelap, dan karena terjadi peningkatan persediaan darah keseluruh tubuh maka
daerah sekitar payudara akan tampak bayangan pembuluh-pembuluh vena
dibawah kulit payudara anda (Suririnah, 2004).
2. Sering buang air kecil
Anda akan merasa lebih sering ingin buang air kecil, ini karena adanya
pertumbuhan rahim yang menekan kandung kencing anda dan perubahan
hormonal Ingat jangan mengurangi pemasukan cairan / minum anda untuk
mengatasi problem ini karena anda butuh cairan lebih pada saat hamil ini. Dan
tetap jaga kebersihan anda (Suririnah, 2004).
3. Konstipasi
Anda mungkin akan merasa kesulitan untuk buang air besar, hal ini
karena peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus kurang efisien, juga Tablet Zat Besi (iron) yang diberikan oleh
dokter biasanya memyebabkan masalah konstipasi ini selain itu zat besi tablet
akan menyebabkan warna feses anda kehitaman, jangan kuatir. Atasilah dengan
banyak minum air, makanan yang berserat tinggi (sayuran dan buahan) serta
olahraga (Suririnah, 2004).
4. Morning sickness /mual muntah
Laporan menunjukkan bahwa separuh dari wanita hamil mengalami mual
dan mulai pada bulan ke dua. Mual terhadap makanan tertentu, bahkan hanya
karena mencium bau makanan tertentu saja. Hal ini karena adanya peningkatan
hormonal. Atasilah dengan makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan
dalam jumlah atau porsi besar hanya membuat anda mual. Anda tak perlu kuatir
kalau bayi anda tak cukup nutrisi. Di awal kehamilan ini kebanyakan wanita hamil
17
hanya sedikit saja meningkat berat badannya dan ini tidak mempengaruhi
perkembangan bayi anda. Dan jangan kuatir biasanya keluhan mual-muntah akan
menghilang pada akhir trimester pertama. Hubungi dokter anda bila mual-muntah
menjadi sangat hebat, sehingga anda tidak dapat makan atau minum apapun juga
dan dapat menimbulkan kekurangan cairan/dehidrasi. (Hiperemesis gravidarum)
(Suririnah, 2004).
5. Merasa lelah
Anda akan merasa lelah, hal ini karena tubuh anda bekerja secara aktif
untuk menyesuaikan secara fisik dan emosional untuk kehamilan ini. Juga
peningkatan hormonal dapat mempengaruhi pola tidur anda. Carilah waktu untuk
beristirahat sedapat mungkin (Suririnah, 2004).
6. Sakit kepala
Anda mungkin akan merasa sakit kepala yang lebih sering daripada biasa,
hal ini mungkin karena rasa mual, kelelahan, lapar, tekanan darah rendah, dan
dapat juga karena perasaan tegang atau bahkan depresi. Atasilah dengan
beristirahat, dan makanan dengan makan sedikit tapi sering biasanya dapat
menolong, relaks. Bila sakit kepala semakin terasa berat secepatnya hubungi
dokter anda. (pada kehamilan lanjut sakit kepala dapat menjadi tanda pre-
eklampsia , yang biasanya disertai dengan peningkatan tekanan darah dan kaki-
tangan bengkak) (Suririnah, 2004).
7. Pusing
Merasa pusing sering pada awal kehamilan hal ini karena adanya
peningkatan tuntutan darah ke tubuh sehingga sewaktu anda berubah posisi dari
tidur atau duduk ke posisi berdiri secara tiba-tiba, system sirkulasi darah kesulitan
18
untuk beradaptasi. Bila rasa pusing tetap timbul ketika anda sedang duduk, ini
biasanya karena menurunnya level gula darah anda. Makanlah sedikit- sedikit tapi
sering. Bila anda sering merasa seperti ingin pingsan periksalah ke dokter anda
kemungkinan anda anemia (Suririnah, 2004).
8. Kram Perut
Pada trimester awal ini, anda mungkin mengalami kram perut atau kram
seperti menstruasi atau rasa sakit seperti ditusuk yang timbul sebentar dan tidak
menetap. Hal ini sering terjadi dan kemungkinan karena adanya pertumbuhan dan
pembesaran dari rahim dimana otot dan ligament merenggang untuk menyokong
rahim. Yang harus diingat apabila kram perut yang timbul disertai perdarahan
vagina, hubungi dokter anda segera, karena kedua tanda ini berhubungan dengan
keguguran (Suririnah, 2004).
9. Meludah
Jangan merasa malu bila anda merasa air ludah anda menjadi agak
berlebih, hal ini biasa terjadi pada kehamilan biasanya pada ibu hamil yang
mengalami morning sickness. Ini biasanya timbul pada trimester pertama tapi
jarang terjadi (Suririnah, 2004).
10. Emosional
Pada trimester awal kehamilan ini juga terjadi mempengaruhi emosional
menjadi tak stabil, hal ini karena adanya perubahan hormon dan juga rasa
tanggung jawab baru sebagai seorang calon ibu. Atasi : cobalah untuk mencari
waktu untuk diri anda sendiri, bicarakanlah perasaan anda kepada orang terdekat
atau dokter anda. Dan untungnya, Tubuh pada akhirnya secara bertahap dapat
19
beradaptasi terhadap perubahan hormonal ini sehingga membuat hidup lebih indah
buat anda.
11. Peningkatan berat badan
Pada akhir trimester pertama ini anda akan kesulitan untuk memasang
kancing rok/celana panjang anda. Hal ini bukan berarti adanya peningkatan berat
badan yang banyak tapi karena rahim anda berkembang dan memerlukan ruang
dan ini semua karena pengaruh dari hormone estrogen yang menyebabkan
pembesaran rahim dan hormone progesterone yang menyebabkan tubuh menahan
air. Memasuki trimester teakhir ini anda akan mulai mengunjungi dokter anda 2
minggu sekali, sibuk mencari nama untuk si kecil, dan kurang waktu tidur karena
perut yang makin membesar (Suririnah, 2004).
Menurut Arief Mansjoer,dkk ( 2001) tanda pasti kehamilan adalah :
1. Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin
2. Pada auscultasi terdengar bunyi jantung janin
3. Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran janin
4. Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin (tidak dilakukan lagi
sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.
2.2 Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pertama Ibu
hamil.
Pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan antenatal
merupakan tugas pertumbuhan dan perkembangan keluarga yaitu melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit atau hamil (Reeder Martin dan
Griffin, 1999). Menurut Wibowo (1992) faktor yang mempengaruhi ibu
20
mengambil keputusan memanfaatkan pelayanan antenatal yaitu, predisposing
(umur, preparitas , jarak kehamilan, pendidikan, pengetahuan dan sikap), enabling
(pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayar, ongkos, waktu, ketersediaan
pelayanan dan jarak tempuh ke pelayanan kesehatan) dan need (riwayat, keluhan,
persepsi sehat, kondisi ibu dan rencana pengobatan). Faktor yang telah
teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu untuk datang
ke pelayanan antenatal pada trimester I adalah sosio-demogrsfi, psykososial dan
personal.
Tembok tebal antara tenaga medis dan proses kehamilan dan persalinan
yang sehat disusun oleh berbagai faktor yang saling terkait mulai dari tingkat
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, kondisi geografis dan
transportasi. ekonomi menjadi biang keladi penyebab kematian ibu melahirkan di
samping factor tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan akan kesehatan
serta layanannya. Simak lagi data dari WHO tahun 2002. Pada wanita yang
memiliki tingkat ekonomi lebih tinggi, maka sebanyak 89,2 persen kelahiran
ditolong oleh tenaga kesehatan. Kondisi ini sangat timpang pada wanita dengan
tingkat ekonomi rendah, yaitu hanya 21,3 persen.
Kondisi geografis yang sulit ditempuh dan masalah transportasi menjadi
salah satu penyebab terlambatnya ibu mendapat pertolongan. Menurut data BPS
tahun 2002 menyebutkan bahwa Jakarta, sebagai kota metropolitan, memegang
rekor tertinggi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, yaitu sebesar 96
persen. Angka terendah oleh Sulawesi Tenggara yaitu 35 persen. Di daerah
dengan kondisi geografis dan transportasi yang sulit, meski sudah ditangani oleh
bidan, namun jika dalam proses kelahiran memerlukan pertolongan darurat, maka
21
kondisi tersebut akan memperlambat ibu melahirkan mencapai fasilitas kesehatan.
Point yang menentukan berhasil tidaknya upaya penyelamatan nyawa ibu. Tak
hanya kondisi geografis, budaya yang berlaku di masyarakat setempat cukup
membuat tenaga terlatih sulit melakukan fungsinya. Alih-alih memilih bidan, ada
sebagian golongan masyarakat memilih dukun bayi sebagai penolong kelahiran.
Meski ditempatkan bidan, tapi masyarakatnya tidak mau meminta pertolongan.
(Syahlan, 1996).
2.2.1. Dukungan Profesional
Dukungan profesional petugas kesehatan terhadap ibu hamil untuk
melakukan kunjungan antenatal berupa pemberian motivasi dan perilaku yang
simpatik khususnya pada kelompok ibu enggan pendidikan rendah dan
penghasilan keluarga yang rendah ( Murray, 2001 dalam Deswani, 2004).
Menurut pendapat Redder dalam Martini (2005) yang menyatakan bahwa perilaku
yang kurang simpatik petugas kesehatan adalah bentuk dukungan yang kurang
profesional berupa pelayanan yang tergesa – gesa, pelayanan tidak maksimal, dan
komunikasi yang kurang.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait dengan budaya masyarakat
setempat. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan
ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah
mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan ( Martini, 2004).
Dukungan social merupakan penyebab terjadinya keterlambatan ibu
untuk melakukan kunjungan kepelayanan antenatal, alasan penundaan melakukan
kunjungan kepelayanan antenatal adalah sulitnya menetukan waktu kunjungan
yang tepat ( Deswani, 2004).
22
2.2.2. Pendidikan
Keluarga yang berpendidikan tinggi akan dapat tanggap terhadap
perubahan kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya. Mereka yang
berpendidikan tinggi akan segera mencari mencari bantuan kepada tenaga
kesehatan atau unit pelayanan kesehatan keluarga. Berpendidikan rendah pada
umumnya menerima dengan pasrah bila gangguan kesehatan menimpa diri dan
anggotanya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatannya sudah
berat, kondisi tingkat pendidikan menentukan tingkat partisipasinya didalam turut
serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat (Syahlan,1996).
Masih menurut Syahlan, tingkat kesuburan yang tinggi mencerminkan
kehidupan wanita yang tidak punya pilihan atau mampu menentukan nasibnya
sendiri, keadaan itu dan juga kematian itu akan dipengaruhi secara dramatis oleh
pendidikan.
Menurut Depkes, (1998), pendidikan berpengaruh pada cara berfikir,
tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan
kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik
pengetahuanya tentang kesehatan.
Kategori pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional
yaitu tingkat dasar yaitu pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
Pertama, tingat menengah yaitu Sekolah Menengah Atas dan tingkat pendidikan
tinggi yaitu Akademi dan Perguruan Tinggi ( Diknas, 2004)
23
2.2.3 Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1
dan paritas tinggi ( lebih dari 3 ) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas , lebih tinggi kematian meternal. Resiko pada paritas 1
dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kematian pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. (Depkes,1995).
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami atau anak yang
dilahirkan hidup atau mati oleh ibu. Paritas dapat digolongkan menjadi (tiga)
yaitu pri nipara golongan ibu dengan paritas O, multipara yaitu golongan ibu
paritas 1 – 5 , dan grandemultipara yaitu golongan ibu dengan paritas lebih dari 5
begitu juga dengan bayi yang dilahirkan dengan berat badan < 2.500 gr. (Manuba,
IBG, 1998).
Grandemultipara, yaitu ibu dari jumlah kehamilan dan persalinan lebih
dari 6 (enam) kali lebih banyak terdapat. Resiko kematian maternal dari golongan
ini adalah 8 (delapan) kali lebih tinggi dari lainnya (Mochtar, R, 1998).
Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas tinggi (> dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih lebih tinggi resiko komplikasi dan
kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat di tangani dengan asuhan obstetrik
lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di kurangi atau di cegah
dengan KB (Mochtar, R, 1998).
24
Paritas berkaitan dengan keterlambatan kunjungan K1 sebagaimana
pendapat Deswani (2003) dimana erat kaitan dengan masalah personal yaitu pada
kehamilan pertama sang ibu tidak ada masalah pada kehamilan pertama walupun
tidak mendapatkan pelayanan antenatal dan merasa sehat sehingga hal ini kurang
menimbulkan perhatian pada masalah kehamilan berikutnya.
2.2.4. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan ibu hamil dalam
menjaga kehamilannya. Dengan adanya pengetahuan yang cukup pada ibu hamil
diharapkan dapat memberikan dampak yang baik terhadap perawatan kehamilan
agar tidak terjadi adanya kelainan dalam kehamilan sehingga nantinya akan
memudahkan ibu dalam persalinan.
Menurut Depkes ( 1991) dalam Deswani ( 2003) salah satu faktor yang
menghambat kunjungan ibu hamil pada pelayanan antenatal adalah pengetahuan,
karena ketidak tahuan akan pentinganya pemerawatan kehamilan dan gejala 0
gejala pada kehamilan membuat ibu tidak memeriksakan kehamilan, karena
semua kelainan dianggapa lumrah jika seseorang sedang hamil. Demikian juga
pendapat yang dikemukakan oleh Wibowo (1992) dalam Deswani ( 2003) faktor
yang mempengaruhi ibu mengambil keputusan memanfaatkan pelayanan antenatal
yaitu ialah satunya adalah pengetahuan.
2.2.5. Umur Kehamilan
Umur kehamilan seorang ibu turut menentukan kunjunganya ke pelayanan
kesehatan. Di mana hal ini sesuai dengan alasan mereka yang terkait dengan
budaya masyarakat setempat yang masih banyak melakukan persalinan dengan
bantuan dukun. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan
25
kebanyakan ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila
sudah mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan lagi tetapi
kedukun yang ada di desa tersebut hingga menolong persalinanya ( Martini, 2004)
Factor yang telah teridentifikasi dan berhubungan dengan pengambilan
keputusan ibu untuk datang ke pelayanan antenatal pada trisemester I adalah
sosio-demografi, psikososial dan personal ( Chandler, 2002 dalam Deswani, 2004)
Kunjungan pertama ke pelayanan natenatal trisemester I merupakan waktu
yang penting bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pada trisemester I kehamilan
terjadi pembentukan organ – organ primer fetus, jika terjadi gangguan pada
periode ini akan menyebabkan kegagalan pembentukan organ yang dapat
menimbulkan kecatacatan dan abortius, pada periode ini jiga terjadi
ketidakseimbangan fisiologis dan psikososial pad ibi hamil sehingga memerlukan
dukungan dari petugas kesehatan ( May, 1994 dalam Deswani (2004).
2.2.6. Pekerjaan.
Jenis pekerjaan orang tua erat kaitanya dengan tingkat pengahasilan dan
lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan
penghasilan yang rendah, akan berdampak pada kurangnya pemamfaatan
pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena kurangnya daya
beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan ( Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan penelitian Deswani (2004) di mana ada hubungan yang
signifikan antara ibu yang bekerja dengan yang tidak bekerja terhadap kunjungan
ke pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan ibu yang bekerja tidak mempunyai
26
Deswani, 2003
- Pengetahuan- Pendidikan- Jarak dengan sarana
kesehatan dan Paritas
Syahlan,1996
- Pendidikan- Umur- Sosial Ekonomi- Pelayanan Kesehatan- Lingkungan
Chandler 2002
- Dukungan suami,keluarga, tetangga
- penghasilan
Wibawo, 2002
umur, paritas, jarakkehamilan, pendidikan,pengetahuan, pekerjaansuami
keterlambatan pemeriksaan
waktu unutk berkunjung ke pelayanan kesehatan sedang ibu yang tidak bekerja
lebih banyak waktunya untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan.
2.3. Kerangka Teoritis
Berdasarkan teori yang telah dibahas maka kerangka teoritis mengacu
Syahlan (1996), Deswani (2003), Chandler (2002), Marini, (2004) dan Wibowo
(2002) adalah :
Gambar 1Kerangka Teoritis
Marini, 2004- umur ibu- pendidikan ibu- pekerjaan- umur kehamilan
27
2.4 Kerangka Konsep
Keterlambatan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal oleh
ibu menurut Syahlan (1996), Deswani (2003), Chandler (2002) dan Wibowo
(2002) dapat dipengaruhi oleh yaitu umur kehamilan, pendidikan, paritas,
pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan.Untuk lebih jelas
kerangka konsepsional dapat dilihat pada skema berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.Kerangka Konsep Penelitian
Umur kehamilan
Pendidikan
ParitasKunjungan pertamaibu hamil (K1) kepelayanan antenatalPengetahuan
Pekerjaan
Dukungan petugaskesehatan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat Analitik dengan design cross sectional dimana
penulis ingin mendapatkan hubungan umur kehamilan, pendidikan, paritas,
pengetahuan, pekerjaan dan dukungan petugas kesehatan yang mempengaruhi
kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke Poli KIA di Puskesmas Beutong Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya pada Bulan Februari 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong sebanyak 43 ibu hamil
yang umur kehamilan nya dibawah 3 bulan.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah porpusive sampling yaitu pengambilan
sampel berdasarkan kriteria peneliti yaitu Ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Beutong dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang. Untuk
menentukan jumlah sampel yang diperlukan maka diambil sampel minimum yaitu
sampel kunjungan pada bulan Mei tahun 2012 yaitu 43 Ibu hamil atau
29
pengambilan sampel dengan teknik accidental sampel yaitu mengambil responden
yang kebetulan ada atau tersedia artinya setiap ada yang datang di puskesmas
dijadikan sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data primer
Data diperoleh melalui teknik wawancara dengan responden menggunakan
kuisioner yang telah disusun oleh peneliti tentang umur kehamilan, pendidikan,
paritas, dan dukungan petugas kesehatan.
3.4.2 Data skunder
Sebagai data pendukung diperoleh dari dokumen yang tersedia Puskesmas
Beutong Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya, dari petugas kesehatan,
profil kesehatan Kabupaten Nagan Raya serta dari profil kesehatan Provinsi Aceh
dan literatur –literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel KeteranganVariabel Indefenden1. Umur ibu hamil Definisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Usia responden pada saatdilakukan penelitian
WawancaraKuesioner
a. Restib. Non Resti
Ordinal2. Pendidikan Definisi Aktivitas pendidikan formal
yang pernah diselesaikan ibuhamil sesuai dengan tingkatanyaitu SD, SLTP, SLTA, atauPT
30
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
WawancaraKuesioner
a. Tinggib. Menegahc. dasar
Ordinal3. Paritas Definisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Frekuensi persalinan yangpernah dialami oleh ibu hamil
WawancaraKuesioner
a. Primiparab. Multiparac. Grande multipara
Ordinal4. Pengetahuan Definisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukur
Skala ukur
Pemahaman ibu terhadapkehamilan yang mencakuppengertian kehamilan,pemeriksaan kehamilan danintensitas pemeriksaankehamilan
WawancaraKuesioner
a. Baikb. Kurang
Ordinal
5 Pekerjaan Definisi
Cara ukurAlat ukurHasil ukurSkala ukur
Kegiatan ibu selain dirumahyang dilakukan sebagaiaktivitas sehari – hari dalamusaha memperoleh upah ataugaji.
WawancaraKuesioner
a. Bekerjab. Tidak bekerjaOrdinal
Variabel Dependen5. Kunjungan pertama ibu
hamil (K1) ke pelayananantenatal
Definisi
Cara Ukur
Kunjungan Ibu hamil ketenagakesehatan untuk memeriksakeadaan kesehatan ibu danjanin pada kunjungan pertamatiga bulan pertama
Melihat laporan bulanan
31
Alat UkurHasil Ukur
Skala Ukur
Formulir hasil pencatatana. Terlambatb. Tidak terlambat
Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1. Umur ibu hamil
Resti : Jika responden berumur kurang dari 20 tahun atau lebih 35
tahun
Non Resti : Jika responden berumur 20-35 tahun
3.6.2. Tingkat Pendidikan (Untuk mengukur tingkat pendidikan menurut dapat
dibedakan menjadi)( Diknas, 2004)
Tinggi : Tamat perguruan tinggi/Akademi
Menengah : Tamat SMU/Sederajat
Dasar : Tamat SD/SMP
3.6.3. Paritas ( Manuaba, 1996)
Primipara : Kehamilan pertama
Multipara : Kehamilan 2 yang kedua sampai ke lima
Grandemultipara : Kehamilan yang ke yang lebih dari 5 kali.
3.6.4. Tingkat pengetahuan
Baik : Jika responden dapat menjawab dengan benar ≥ 70 %
pertanyaan yang diajukan melaui kuesioner
Kurang : jika responden hanya dapat menjawab < 70 % pertanyaan
yang diajukan melaui kuesioner.
32
3.6.5. Dukungan Petugas Kesehatan
Mendukung : Bila responden mempunyai nilai skor ≥ 70 % dari
pertanyan yang diajukan
Kurang
mendukung
: Bila responden mempunyai nilai skor < 70 % dari
pertanyaan yang diajukan.
3.6.6. Kunjungan pertama ibu hamil K1 ke pelayanan antenatal
- Terlambat : - Tidak terlambat :
Terlambat : Bila responden melakukan pemeriksaan kehamilan
terlambat > dari usia 3 bulan kehamilan.
Tidak terlambat : Bila melakukan pemeriksaan kehamilan sebelum dari usia
3 bulan kehamilan.
3.7 Teknik Analisa Data
3.7.1 Analisa univariat
Analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi
variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependent maupun variabel
independent. Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi
dengan skala ordinal.
3.7.2 Analisa bivariat
Analisis bivariat antara dua variabel yaitu variabel indenpenden dengan
variabel dependen dilakukan untuk menentukan besaran nilai p dengan
menggunakan uji chi square dikarenakan data variabel independen dan dependen
berupa katagorik. Bila terdapat sel yang nilai Expected (E) < 5 lebih dari 20% dari
total jumlah sel maka digunakan uji Fishers Exact Test. Batas kemaknaan yang
33
digunakan dalam uji ini adalah pada alpha (α) sebesar 5 % (0,05) dan Convident
Interval (CI ) 95% dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Bila hasil perhitungan didapatkan nilai p > 0,05, maka disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji.
2. Bila hasil perhitungan didapatkan nilai p < 0,05, maka disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji.
Analisis yang digunakan dengan menjabarkan secara distribusi frekuensi
variabel-variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel
independen. Untuk analisa ini semua variabel dibuat dalam bentuk proporsi
dengan skala ordinal dan analisa croos tabel.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum Tempat Penelitian
Puskesmas Beutong merupakan salah satu puskesmas perawatan dalam
Kabupaten Nagan Raya yang berada 33 km dari ibu kota Kabupaten Nagan Raya,
puskesmas tersebut terletak di Desa Lhok Seumot (Padang Makmur) Kecamatan
Beutong. Kecamatan Beutong memiliki luas wilayah 1.323.06 km dengan batas-
batas:
1. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seunagan Timur
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues
3. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darul Makmur
Wilayah kerja Puskesmas Beutong terdiri dari 28 desa yang terletak dalam
Kecamatan Beutong, jumlah penduduk di dalam wilayah kerja Puskesmas
Beutong sebanyak 12.824 jiwa terbagi dalam 3.830 kepala keluarga, dalam hal
melayani masyarakat Puskesmas Beutong dibantu oleh lima puskesmas pembantu,
6 buah polindes dan 28 posyandu, berikut ini adalah puskesmas pembantu :
1. Pustu Meunasah Pante
2. Pustu Pulo Raga
3. Pustu Meunasah Dayah
4. Pustu Blang Mesjid
5. Pustu Bumi Sari
35
Puskesmas Rawat Inap Beutong memiliki fasilitas pelayanan pasien antara
lain:
1. Ruang pemeriksa pasien
2. Ruang rawat inap
3. Ruang imunisasi
4. Ruang periksa gigi dan mulut
5. Ruang obat
6. Ruang tata usaha
7. Ruang KIA
8. Ruang gizi
9. Ruang kartu
10. Ruang laboratorium
Pegawai pada Puskesmas Beutong sebanyak 72 orang terdiri dari pegawai
negeri sipil 35 orang, pegawai tidak tetap 22 orang (Bidan dan tenaga bakti 15
orang
36
4.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 43 responden
yang melakukan kunjungan K-1 pada Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya dengan alat ukur kuesioner dengan metode
wawancara dan pendampingan, maka didapatkan hasil sebagai berikut.
4.2. Analisa Univariat
4.3.1. Kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke pelayanan antenatal
Tabel 4.4. Distribusi Kunjungan Pertama Ibu Hamil (K1) ke PelayananAntenatal di Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun2013
No Kunjungan K1 Jumlah %
1
2
Tidak terlambat
Terlambat
21
22
48,8
51,2
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan kunjungan pertama ibu hamil (K1) ke
pelayanan antenatal yang tidak terlambat sebanyak 21 (48,8%) lebih kecil
dibandingkan dengan yang terlambat melakukan kunjungan yaitu sebanyak 22
(52,1%) responden.
4.3.2. Umur ibu hamil
Tabel 4.5. Distribusi Umur Ibu Hamil di Puskesmas Beutong KecamatanBeutong Tahun 2013
No Umur Jumlah %
1
2
Resti
Tidak resti
19
24
44,2
55,8
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
37
Berdasarkan tabel diatas menunjukan umur ibu hamil yang resti sebanyak
19 (44,2%) lebih banyak dibandingkan dengan yang umur tidak resti yaitu
sebanyak 24 (55,8%) responden.
4.3.3. Pendidikan ibu hamil
Tabel 4.6. Distribusi Pendidikan Ibu Hamil di Puskesmas BeutongKecamatan Beutong Tahun 2013
No Pendidikan Jumlah %
1
2
3
Tinggi
Menengah
Dasar
20
9
14
46,5
20,9
32,6
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan pendidikan ibu hamil yang
berpendidikan tinggi sebanyak 20 (46,5%) lebih besar dibandingkan dengan yang
berpendidikan menengah 20,9% dan dasar 32,6%.
4.3.4. Paritas ibu hamil
Tabel 4.7. Distribusi Paritas Ibu Hamil Di Puskesmas Beutong KecamatanBeutong Tahun 2013
No Paritas Jumlah %
1
2
3
Primipara
Multipara
Grandemultipara
20
17
6
46,5
39,5
14
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas menunjukan paritas ibu hamil yang primipara
sebanyak 20 (46,5%) lebih besar dibandingkan dengan yang grandemultipara
sebanyak 6 (14%).
38
4.3.5. Pengetahuan ibu hamil
Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Ibu Hamil (K1) ke Pelayanan Antenataldi Puskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013
No Pengetahuan Jumlah %
1
2
Baik
Kurang
20
23
46,5
53,5
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan pengetahuan ibu hamil yang baik
sebanyak 20 (46,5%) lebih kecil dibandingkan dengan yang berpengetahuan
kurang sebanyak 53,5.
4.3.6. Pekerjaan ibu hamil
Tabel 4.9. Distribusi Pekerjaan Ibu Hamil (K1) ke Pelayanan Antenatal diPuskesmas Beutong Kecamatan Beutong Tahun 2013
No Pekerjaan Jumlah %
1
2
Bekerja
Tidak bekerja
17
26
39,5
60,5
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa dari bekerja tidaknya ibu hamil
yang bekerja sebanyak 35,9% lebih kecil dibandingkan dengan yang bekerja yaitu
60,5%.
39
4.3.7. Dukungan Petugas Kesehatan
Tabel 4.10. Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan di PuskesmasBeutong Kecamatan Beutong Tahun 2013
No Dukungan Petugas Kesehatan Jumlah %
1
2
Mendukung
Tidak mendukung
21
22
48,8
51,2
Jumlah 43 100
Sumber : Data Primer tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa dilihat dari dukungan petugas
kesehatan terhadap ibu hamil yang mendukung sebanyak 48,8% lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak mendukung yaitu sebanyak 51,2%.
4.3. Analisa Bivariat
4.4.1. Kecenderungan Hubungan Umur Dengan Kunjungan Pertama ( K1 )pada ibu Hamil
Tabel 4.11. Hubungan Umur dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) PadaIbu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan BeutongKabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Umur
Kunjungan K1Jumlah ρ
valueTidak
terlambat Terlambat
n % n % F %1
2
Resti
Tidak resti
10
11
52,6
45,8
9
13
47,4
54,2
19
24
100
100 0,892
Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100
Sumber : Data Primer diolah, 2013
Hasil analisis kecenderungan hubungan umur dengan kunjungan pertama
( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 19 responden umur resti sebanyak 10 (52,6%)
40
tidak terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 24 responden
yang tidak resti yang terlambat memeriksakan kehamilan yaitu 52,2%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,892 maka dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara umur
risiko tinggi dengan ibu umur tidak resti (tidak ada hubungan antara umur dengan
kunjungan KI). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 1,313,
artinya ibu yang resiko tinggi mempunyai peluang 1,313 kali untuk melakukan
kunjungan KI tidak terlambat dibandingkan dengan ibu yang tidak risiko tinggi.
4.3.2. Kecenderungan Hubungan Pendidikan Dengan Kunjungan Pertama(K1 ) pada ibu Hamil
Tabel 4.12. Hubungan Pendidikan Dengan Kunjungan Pertama ( K1 )Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan BeutongKabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No PendidikanKunjungan K1
Jumlah ρvalue
Tidak terlambat Terlambatn % n % F %
1
2
3
Tinggi
Menengah
Dasar
13
4
4
65,0
44,4
28,6
7
5
10
35,0
55,6
71,4
20
9
14
100
100
1000,107
Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100Sumber : Data Primer ( diolah, 2013)
Hasil analisis kecenderungan hubungan pendidikan dengan kunjungan
pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 20 responden berpendidikan tinggi
sebanyak 7 (35,0%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan, dari 9
responden berpendidikan menengah 55,6% terlambat memeriksakan kehamilan
serta yang berpendidikan dasar lebih banyak yang terlambat melakukan
kunjungan K1 sebesar 71,4%.
41
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,107 maka dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara
pendidikan dengan kunjungan K1.
4.3.3. Hubungan Paritas Dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil
Tabel 4.13. Hubungan Paritas Dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) PadaIbu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan BeutongKabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Paritas
Kunjungan K1Jumlah ρ
valueTidak
terlambat Terlambat
n % n % F %1
2
3
Primipara
Multipara
Grandemultipara
10
6
5
50,0
35,3
83,3
10
11
1
50,0
64,7
16,7
20
17
6
100
100
1000,128
Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100Sumber : Data Primer diolah, 2013
Hasil analisis kecenderungan hubungan paritas dengan kunjungan pertama (
K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 20 responden primipara terlihat persamaan
proporsi antara yang tidak terlambat dan terlambat melakukan kunjungan KI
sebanyak 10 (50,0%), dari 17 responden multipara 64,7% terlambat melakukan
kunjungan KI serta grandemultipara hanya satu orang yang terlambat melakukan
kunjungan KI 16,7%.
42
4.3.4. Kecenderungan hubungan pengetahuan dengan kunjunganpertama(K1 ) pada ibu hamil
Tabel 4.14. Hubungan Pengetahuan dengan Kunjungan Pertama ( K1 )Pada Ibu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan BeutongKabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Pengetahuan
Kunjungan K1Jumlah ρ
valueTidak
terlambatTerlambat
n % n % F %1
2
Baik
Kurang
15
6
75,0
26,1
5
17
25,0
73,9
20
23
100
100 0,004
Jumlah 19 48,8 22 51,2 43 100Sumber : Data Primer diolah, 2013
Hasil analisis kecenderungan hubungan pengetahuan dengan kunjungan
pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 20 responden berpengetahuan baik
sebanyak 5 (25%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 23
responden berpengetahuan kurang yang terlambat memeriksakan kehamilan
proporsinya lebih banyak yaitu 73,9%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,004 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara ibu
berpengetahuan tinggi dengan ibu berpengetahuan rendah ( ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan kunjungan KI). Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai Odds Ratio (OR) = 8,500, artinya ibu yang berpendidikan rendahi
mempunyai peluang 8,500 kali untuk melakukan kunjungan KI tidak terlambat
dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
43
4.3.5. Kecenderungan hubungan pekerjaan dengan kunjungan pertama(K1)pada ibu hamil
Tabel 4.15. Hubungan Pekerjaan dengan Kunjungan Pertama ( K1 ) PadaIbu Hamil di Puskesmas Beutong Kecamatan BeutongKabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Pekerjaan
Kunjungan K1Jumlah
ρ
valueTidak
terlambatTerlambat
n % n % F %1
2
Bekerja
Tidak bekerja
13
8
76,5
30,8
4
18
23,5
69,2
17
26
100
100 0,004
Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100Sumber : Data Primer diolah, 2013
Hasil analisis kecenderungan hubungan pekerjaan dengan kunjungan
pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 17 responden yang bekerja sebanyak
4 (23,5%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 26
responden yang tidak bekerja terlambat melakukan kunjungan KI proporsinya
lebih banyak yaitu 69,2%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,004 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara ibu yang
bekerja dengan ibu yang tidak bekerja ( ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan kunjungan KI). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds
Ratio (OR) = 7,313, artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang 7,313 kali
untuk melakukan kunjungan KI tidak terlambat dibandingkan dengan ibu yang
bekerja.
44
4.3.6. Kecenderungan hubungan dukungan petugas kesehatan dengankunjungan pertama(K1 ) pada ibu hamil
Tabel 4.16. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan KunjunganPertama ( K1 ) Pada Ibu Hamil di Puskesmas BeutongKecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No Dukungan petugas
Kunjungan K1Jumlah
ρ
valueTidak
terlambatTerlambat
n % n % F %1
2
Mendukung
Kurang mendukung
13
8
61,9
36,4
8
14
38,1
63,6
21
22
100
100 0,171
Jumlah 21 48,8 22 51,2 43 100Sumber : Data Primer diolah, 2013
Hasil analisis kecenderungan hubungan dukungan petugas kesehatan
dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 21 responden yang
mendapat dukungan petugas sebanyak 8 (38,1%) terlambat melakukan kunjungan
pertama kehamilan dan dari 22 responden yang tidak mendapat dukungan dari
petugas kesehatan terlambat melakukan kunjungan KI sebesar 63,6%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,171 maka dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara ibu
yang mendapat dukungan petugas dengan ibu yang tidak mendapat dukungan
petugas ( tidak ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan
kunjungan KI). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 2,844,
artinya ibu yang tidak mendapat dukungan petugas mempunyai peluang 2,822
kali untuk melakukan kunjungan KI tidak terlambat dibandingkan dengan ibu
yang mendapat dukungan petugas.
45
4.5. Pembahasan
4.5.1. Kunjungan pertama (K1) pada ibu hamil berdasarkan umurkehamilan
Hasil analisis kecenderungan hubungan umur dengan kunjungan pertama
( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 19 responden umur resti sebanyak 10 (52,6%)
tidak terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 24 responden
yang tidak resti yang terlambat memeriksakan kehamilan yaitu 52,2%.
Dari data tersebut terlihat tidak ada kecenderungan hubungan antara umur
kehamilan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. Dalam hal
ini hasil penelitian diatas berbeda sebagaimana yang diungkapkan Syahlan (1996)
dimana umur penting, karena ikut menentukan pragnosa kehamilan kalau umur
terlanjur larut atau terlalu muda maka persalinan tampak resikonya, menikah pada
usia muda paling rawan dan dapat menimbulkan resiko komplikasi pada
kehamilan dan waktu melahirkan.
Akan tetapi ada juga responden yang walaupun berusia kehamilan resti
akan tetapi tidak memeriksakan kehamilanya hal ini karena faktor – faktor lain
yaitu karena kurangnya pengetahuan sehingga tidak menyadari bahaya dari
kehamilanya.
4.5.2. Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil berdasarkan PendidikanIbu Hamil
Hasil analisis kecenderungan hubungan pendidikan dengan kunjungan
pertama ( K-1 ) pada ibu hamil terlihat dari 20 responden berpendidikan tinggi
sebanyak 7 (35,0%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan, dari 9
responden berpendidikan menengah 55,6% terlambat memeriksakan kehamilan
46
serta yang berpendidikan dasar lebih banyak yang terlambat melakukan
kunjungan K1 sebesar 71,4%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0,107 terlihat bahwa tidak ada
perbedaan proporsi kunjungan pertama kehamilan (KI) ibu hamil antara
pendidikan tinggi, menegah dan dasar namun jika dilihat berdasarkan distribusi
frekuensi ibu dengan pendidikan tinggi cenderung lebih banyak tidak terlambat
65,0% melakukan kunjungan K-1. Hasil penelitian ini juga berbanding terbalik
seperti pernyataan Depkes, (1998), pendidikan berpengaruh pada cara berfikir,
tindakan dan pengambilan keputusan seseorang dalam menggunakan pelayanan
kesehatan, semakin tinggi pendidikan ibu maka akan semakin baik pengetahuanya
tentang kesehatan, keluarga yang berpendidikan tinggi akan dapat tanggap
terhadap perubahan kesehatan yang terjadi pada anggota keluarganya. Mereka
yang berpendidikan tinggi akan segera mencari mencari bantuan kepada tenaga
kesehatan atau unit pelayanan kesehatan keluarga. Berpendidikan rendah pada
umumnya menerima dengan pasrah bila gangguan kesehatan menimpa diri dan
anggotanya. Mereka akan meminta bantuan bila masalah kesehatannya sudah
berat, kondisi tingkat pendidikan menentukan tingkat partisipasinya didalam turut
serta berperan meningkatkan kesehatan masyarakat
4.5.3. Kunjungan Pertama ( K1 ) pada ibu Hamil berdasarkan Paritas
Berdasarkan tabel pada hasil penelitian dalam melihat kecenderungan
hubungan paritas dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 20
responden primipara terlihat persamaan proporsi antara yang tidak terlambat dan
terlambat melakukan kunjungan KI sebanyak 10 (50,0%), dari 17 responden
47
multipara 64,7% terlambat melakukan kunjungan KI serta grandemultipara hanya
satu orang yang terlambat melakukan kunjungan KI 16,7%.
Terlihat tidak ada kecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil
dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. Pemeriksaan antenatal care
karena dengan paritas primipara umumnya jika baru pertama maka akan merasa
was – was dan kuatir dengan kesehatan kehamilanya sehingga mereka melakukan
pemeriksaan secara rutin. Menurut (Hanifa, 1997). Paritas 2 – 3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (> dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka lebih
lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat
di tangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan KB.
Akan tetapi ada responden dengan paritas Grandemultipara tidak
melakukan pemeriksaan padahal ibu dari jumlah kehamilan dan persalinan lebih
dari 6 (enam) kali lebih banyak terdapat Resiko kematian maternal dari golongan
ini adalah 6 (delapan) responden, hal ini karena kemungkinan usia tua sehingga
ibu hamil sudah bosan dalam memeriksakan kehamilan.
4.5.4. Kunjungan Pertama ibu hamil berdasarkan pengetahuan
Dari hasil penelitian pengetahuan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada
ibu hamil terlihat dari terlihat dari 20 responden berpengetahuan baik sebanyak 5
(25%) terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 23 responden
berpengetahuan kurang yang terlambat memeriksakan kehamilan proporsinya
48
lebih banyak yaitu 73,9%. Terlihat ada kecenderungan hubungan antara
pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil.
Dengan semakin baiknya pengetahun maka akan melakukan kunjungan
pertama ( K1 ) pada ibu hamil hal ini karena dengan pengetahuan yang baik maka
akan timbul kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dan bahayanya
sehingga mereka melakukan pemeriksaan kehamilan. Pengetahuan yang dimaksud
disini adalah pengetahuan ibu hamil dalam menjaga kehamilannya. Dengan
adanya pengetahuan yang cukup pada ibu hamil diharapkan dapat memberikan
dampak yang baik terhadap perawatan kehamilan agar tidak terjadi adanya
kelainan dalam kehamilan sehingga nantinya aakan memudahkan ibu dalam
persalinan.
4.5.5. Kunjungan Pertama ibu hamil berdasarkan pekerjaan
Dari hasil penelitian antara pekerjaan dengan kunjungan pertama ( K1 )
pada ibu hamil terlihat dari 17 responden yang bekerja sebanyak 4 (23,5%)
terlambat melakukan kunjungan pertama kehamilan dan dari 26 responden yang
tidak bekerja terlambat melakukan kunjungan KI proporsinya lebih banyak yaitu
69,2%.
Terlihat ada kecenderungan hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan
kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. Dimana ibu yang bekerja lebih banyak
melalukukan kunjungan pertama ( K1 ) karena hal ini kemampuan dari segi
ekonomi atau karena yang bekerja banyak mendapatkan informasi dan saran –
saran dari teman pada tempat kerja. Hal ini sebagai mana pendapat Notoatmodjo
(1996) di mana jenis pekerjaan orang tua erat kaitanya dengan tingkat
49
pengahasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka
pemamfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat
dibandingkan dengan penghasilan yang rendah, akan berdampak pada kurangnya
pemamfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena
kurangnya daya beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan.
Akan tetapi ada ibu yang bekerja tidak melakukan kunjungan pertama
pemeriksaan kehamilan hal ini juga di dukung dalam penelitian Deswani (2004)
di mana ada hubungan yang signifikan antara ibu yang bekerja dengan yang tidak
bekerja terhadap kunjungan ke pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan ibu yang
bekerja tidak mempunyai waktu untuk berkunjung ke pelayanan kesehatan sedang
ibu yang tidak bekerja lebih banyak waktunya untuk berkunjung ke pelayanan
kesehatan.
4.5.6. Kunjungan Pertama ibu hamil berdasarkan dukungan petugas
Berdasarkan hasil penelitian antara dukungan petugas dengan kunjungan
pertama ( K1 ) pada ibu hamil terlihat dari 21 responden yang mendapat
dukungan petugas sebanyak 8 (38,1%) terlambat melakukan kunjungan pertama
kehamilan dan dari 22 responden yang tidak mendapat dukungan dari petugas
kesehatan terlambat melakukan kunjungan KI sebesar 63,6%.
Terlihat tidak ada kecenderungan hubungan antara dukungan petugas
kesehatan dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. Semakin banyak
dukungan dari petugas kesehatan tidak dapat disimpulkan bahwa ibu akan tepat
waktu melakukan kunjungan K-1. Jika dilihat berdasarkan distribusi frekuensi
50
lebih banyak ibu hamil yang melakukan kunjungan K-1 apabila mendapat
dukungan petugas, karena ibu hamil merasa dengan dukungan profesional petugas
kesehatan terhadap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal berupa
pemberian motivasi dan perilaku yang simpatik khususnya pada kelompok ibu
enggan pendidikan rendah dan penghasilan keluarga yang rendah. Redder (1999)
yang menyatakan bahwa perilaku yang kurang simpatik petugas kesehatan adalah
bentuk dukungan yang kurang profesional berupa pelayanan yang tergesa – gesa,
pelayanan tidak maksimal, dan komunikasi yang kurang.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait dengan budaya masyarakat
setempat. Informasi lain didapatkan dari bidan desa yang menyatakan kebanyakan
ibu hamil akan periksa bila kehamilanya sudah mulai besar dan bila sudah
mendekati persalinan mereka tidak kepelayanan kesehatan ( Martini, 2004).
Hal ini juga didukung oleh Deswani (2004) dukungan sosial merupakan
penyebab terjadinya keterlambatan ibu untuk melakukan kunjungan kepelayanan
antenatal, alasan penundaan melakukan kunjungan kepelayanan antenatal adalah
sulitnya menetukan waktu kunjungan yang tepat.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Tidak ada kecenderungan hubungan antara umur kehamilan ibu hamil
dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ = 0,892)
2. Tidak ada kecenderungan hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan
kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil (ρ = 0,107)
3. Tidak ada kecenderungan hubungan antara paritas ibu hamil dengan
kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. (ρ = 0,128)
4. Ada kecenderungan hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan
kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. (ρ = 0,004)
5. Ada kecenderungan hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan
kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. (ρ = 0,004)
6. Tidak ada kecenderungan hubungan antara dukungan petugas kesehatan
dengan kunjungan pertama ( K1 ) pada ibu hamil. (ρ = 0,171)
5.2. Saran – Saran
1. Untuk meningkatkan kunjungan pertama ibu hamil diharapkan pada saat
pelaksanaan posyandu selalu diberi penyuluhan pada ibu hamil agar selalu
memeriksakan kehamilanya agar dapat meningkatkan pengetahuan pada
ibu hamil.
2. Diperlukan adanya kerja sama instasi lain termasuk perusahaan untuk
dapat menyampaikan informasi yang benar terkait kunjungan K-1 pada ibu
hamil.
52
3. Mengupayakan pelaksanaan posyandu agar dapat dilakukan pada saat –
saat para ibu yang bekerja dapat berkunjung ke puskesmas memeriksaan
kehamilanya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes.RI, 1998. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar,Jakarta.
Deswani, Keterlambatan Kunjungan Pertama Ibu Hamil Trisemester I KepelayananKesehatan, Jurnal Madya, Poltekkes Depkes Jakarta Vol.1, No.2,Desember 2005
Dinkes Kabupaten Nagan Raya, 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Nagan Raya,Suka Makmue.
Dinkes Aceh, 2011. Profil Kesehatan Kabupaten , Banda Aceh.
FKM-UTU ,2011, Standar Prosedural dan Manual Skripsi Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Teuku Umar, Meulaboh.
.Kemkes RI, 2010. Kinerja Satu Tahun Kementerian Kesehatan republik Indonesia
tahun 2009-2010, Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1996. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri danGenekologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga jilid 2 CetakanKeenam Februari 2004. Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI,Jakarta
Martini, Rus, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Oleh Ibu Hamil Di Desa GinanjarKecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Jurnal Madya,Poltekkes Depkes Jakarta Vol.1, No.2, Desember 2005
Mellyana, Panduan Menjaga Kehamilan Sehat, Puspa Swara, Jakarta, 2006
Mochtar Rustam, Sinopsis Obsetri. Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1995.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
Saifuddin, 2002. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Singarimbun Masri, Efendi Sofian, 1989. Metode penelitian Survey,LP3ES, Jakarta.
Syahlan, JH, 1996. Kebidanan Komunitas, Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan,Jakarta.
Suririnah, Perubahan Kehamilan Pada Setiap Semester, Http://www.Infoibu,com,[diakses 16 Agustus 2012].