universitas indonesia sebaran biomassa hutan...

119
UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) DI KECAMATAN SINGINGI, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU SKRIPSI FRIDA TRI RAHAYU 0806328423 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI GEOGRAFI DEPOK JANUARI 2012 Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Upload: hoangdung

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

UNIVERSITAS INDONESIA

SEBARAN BIOMASSA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) DI KECAMATAN

SINGINGI, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU

SKRIPSI

FRIDA TRI RAHAYU

0806328423

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

DEPOK

JANUARI 2012

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

UNIVERSITAS INDONESIA

SEBARAN BIOMASSA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (HTI) DI

KECAMATAN SINGINGI, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

FRIDA TRI RAHAYU

0806328423

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

DEPOK

JANUARI 2012

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

ii Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

iii Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

iv Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis ucapkan bagi ALLAH SWT, Tuhan alam semesta

atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya, serta cobaan dan kemudahan yang diberikan

kepada penulis hingga akhirnya skripsi ini mampu penulis selesaikan. Shalawat serta

salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan

teladan hidup kepada semua umat manusia. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan

dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan tugas akhir

ini. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih yang ditujukan kepada:

1. Dr. Ir. Tarsoen Waryono, M.S selaku dosen pembimbing I, dan Dr. Rokhmatulloh,

M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, masukan,

dan bantuan selama penyusunan skripsi ini,

2. Drs. Sobirin, M.Si selaku penguji 1, dan Dra. Ratna Saraswati, M.S selaku penguji II

atas saran dan koreksi yang telah diberikan,

3. Dra. Tuty Handayani, M.S selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak

memberikan dukungan moral dan spiritual kepada penulis selama masa perkuliahan,

4. Ketua Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia, Dr.rer.nat Eko

Kusratmoko, MS beserta seluruh staf pengajar atas ilmu-ilmu yang diberikan selama

menjalani masa kuliah. Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dunia dan

akhirat,

5. Seluruh Guru yang pernah memberikan pendidikan kepada penulis di TK Pertiwi,

SDN 2 Prembun, SMPN 1 Rowokele, SMAN 1 Rowokele,

6. Dian Purnama selaku alumni Geografi UGM yang telah membimbing penulis dalam

survey lapang dan pengolahan data,

7. Sesa Wiguna, Satrio Nugroho sebagai rekan mahasiswa Geografi 2008 yang telah

memberikan dukungan dan bantuan atas terselesaikannya skripsi ini,

8. Abdul Hafiz selaku ketua angkatan Geografi 2008 yang telah memberikan

dukungan, saran, dan masukan, serta nasihat yang baik bagi penulis,

9. Aulia Ayu Riandini Bulkia, Stevani Anggina, Sigit, Faeyumi, Iis Iswanto, Unaya

Fitriyanti, Nurul Farhanah, sebagai teman terbaik penulis selama masa perkuliahan

yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan bantuan kepada penulis,

10. Lilis Chodijah, Avrie Yustianty, Wahyuni, Wika Ristya, Hendarsono, Naufal Zul

Fahmi, Miftah Farid, yang membantu mengisi waktu luang dalam Sate Bebek 13

Naga,

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

v Universitas Indonesia

11. Sahabat Geografi FMIPA UI 2008 yang telah mengisi kebersamaan selama masa

perkuliahan,

12. Ibu Sri Mulyani selaku Ibu kos dan Bapak Wijatno selaku Bapak kos, serta

Muhammad Rizky Sri Wijatno selaku adik baru di kos yang telah memberikan

dukungan moral dan spiritual, serta berbagai bantuan ketika penulis sakit selama

tinggal di Jalan Material 25, Ar Rahman 06,

13. Hidayat Chusnul, mahasiswa Administrasi Negara 2008 selaku sahabat kost yang

baik yang selalu siap membantu ketika penulis sakit,

14. Mba Desi Hariati dan Mba Retno Dwi selaku teman kost yang telah mendukung dan

membantu penulis dengan meminjamkan laptopnya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini;

15. Keluarga Perhimak yang telah membawa penulis dari SMA hingga diterima di

Geografi UI, serta dukungan dan bantuan selama penulis menjalani masa kuliah,

16. Bapak Mufroil, Ibu Sukarsih, Mba Tanti Munifah, Mba Dini Savitrie, Novia Nur

Hayati, Yuli Kurniawan, Arina Rahmadani, Arini Rahmadani, Kak Ahmad Fauzan,

Mas Sukamto, Ahmad Saifal Islam, Ahmad Hubaib Safaraz, Aisyah Rahma Asy-

Syifa, dan Dian Puji Lestari selaku keluarga besar yang telah memberikan doa,

dukungan yang luar biasa kepada penulis sejak lahir,

17. Bapak Paiman, Ibu Tri Silah, Fitri Hardiyanti, dan Akhsan Nur Tri Hantoro selaku

keluarga baru yang telah memberikan dukungan kepada penulis, serta

18. The last but not the least, my lovely husband Agung Wahyu Tamtomo, teman hidup

setia penulis yang telah memberikan semangat perjuangan, dan kasih sayang yang

tulus kepada penulis sejak SMA hingga saat ini.

Akhir kata, semoga ALLAH SWT berkenan membalas dan memberikan Rahmat-

Nya kepada segala pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada proses

pembuatan skripsi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Depok, November 2011

Penulis

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

vi Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

vii [Company]

ABSTRAK

Nama : Frida Tri Rahayu

Program studi : Geografi

Judul : Sebaran Biomassa Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kecamatan

Singingi,

Kabupaten Kuantan Singingi, Riau

Hutan Tanaman Industri (HTI) tidak hanya memberikan keuntungan ekonomis

tetapi juga mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan daya fungsi ekologis

bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu potensi Hutan Tanaman Industri adalah

biomassa. Biomassa mempunyai peran dalam perencanaan hutan dan informasi karbon.

Hutan Tanaman Industri menjadi salah satu objek yang potensial karena keberadaan

HTI di Indonesia semakin meningkat. Penelitian ini memanfaatkan Citra LANDSAT 7

ETM+ sebagai pendukung dan data suvey lapang, serta menggunakan persamaan

allometrik dan uji keterhandalan yang bertujuan untuk mengetahui sebaran HTI dan

biomassanya di Sektor Logas Selatan, PT. RAPP. HTI tersebar berdasarkan

kompartemenisasi dan sistem tebangan berpola mozaik yang terdapat di berbagai Desa

dengan jenis tanaman Acasia mangium, Acasia crassicarpa, dan Eucalyptus dengan

didominasi umur tanaman 2 tahun sebesar 43%. Biomassa HTI di Sektor Logas Selatan,

Kecamatan Singingi memiliki korelasi sebesar 0,461 atau sebesar 21% dengan NDVI.

Biomassa HTI berkisar 0,3 – 250,68 ton/ha yang tersebar seluruh areal Tanaman Pokok

Sektor Logas Selatan. Ketinggian wilayah dan lereng tidak mempunyai peran besar

dalam besaran biomassa tanaman HTI.

Kata kunci : Biomassa, Hutan Tanaman Industri, persamaan alometrik, NDVI,

LANDSAT 7 ETM+

xv + 102 hlm; 43 gambar, 6 tabel, 13 peta

Bibiliografi : 35 (1982 – 2011)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

viii [Company]

ABSTRACT

Name : Frida Tri Rahayu

Major : Geography

Title : Biomass Distribution of Industrial Plantation Forest in Singingi

Subdistrict,

Kuantan Singingi Regency, Riau

Industrial Plantation Forest (HTI) not only giving economic benefits but also be

able to contribute in enhancing the ecological functions for the surrounding

environment. One of the potensial Timber Estate is biomass. Biomass has a role in

forest planning and carbon information. Beside that, Forest Plantation became one of

the potensial object due to presence of Industrial. This research using image of

LANDSAT 7 ETM+ as a supporter and survey data field, and using allometric

equations and detail test to knowing the distribution and biomass plantations in the

South Logas Sector, PT. RAPP, Singingi Subdistrict. Industrial Plants Forest be

distributed by basic on dividing and felling system pattern mosaic there are various in

the village with plant of species Acacia mangium, Acacia crassicarpa, and Eucalyptus

with age of 2 years was dominated by 43%. Biomass of Industrial Forest Plantations in

the South Logas Sector, Singingi Subdistrict has a correlation of 0,461 or 21% with

NDVI and value of biomass crops range from 0,3 to 250,68 tones/ha scattered

throughout the area of Principal Crops in the South Logas Sector. Nevertheles, the

height and slope areas haven’t a big role in the amount of plant biomass plantations.

Keyword: Biomass, Forest Estate, allometric equations, NDVI, LANDSAT 7 ETM+

xv+102 p. Ix; 43 image, 6 tables, 13 maps

Bibiliography: 35 (1982 – 2011)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR PETA ................................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3. Batasan Penelitian ............................................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6

2.1. Karakteristik Hutan Tanaman Industri ............................................................ 6

2.2. Pengertian Biomassa .......................................................................................10

2.3. Teknik Pengukuran Biomassa ........................................................................ 12

2.4. Karakteristik Citra Optik ............................................................................... 16

2.5. Karakteristik Citra LANDSAT ...................................................................... 21

2.4.1. Sensor Enhanced Thematic Mapper (ETM) ........................................ 22

2.4.2. Sensor Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) ............................. 22

2.6. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 25

3.1. Daerah Penelitian ........................................................................................... 25

3.2. Alur Pikir Penelitian ...................................................................................... 25

3.3. Prosedur Kerja Penelitian .............................................................................. 26

3.3.1. Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 26

3.3.2. Pengolahan Data ................................................................................. 30

3.3.3. Analisis Data ....................................................................................... 32

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

x Universitas Indonesia

BAB 4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................. 33

4.1. Letak dan Luas Daerah Penelitian ................................................................. 33

4.2. Topografi ....................................................................................................... 36

4.3. Geologi dan Jenis Tanah ................................................................................ 39

4.4. Iklim .............................................................................................................. 41

4.5. Penggunaan Tanah ......................................................................................... 41

4.6. Sebaran Hutan Tanaman Industri .................................................................. 44

4.7. Luas Tanaman Hutan Tanaman Industri ....................................................... 45

4.8. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya Penduduk di Sekitar HTI ....................... 50

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 45

5.1. Nilai Indeks Vegetasi (Tingkat Kehijauan) HTI ........................................... 52

5.2. Estimasi Biomassa Melalui Metode Alometri .............................................. 57

5.2.1. Distribusi Sampel ............................................................................... 57

5.2.2. Diameter Pohon di Lokasi Sampel ...................................................... 59

5.2.3. Tinggi Pohon di Lokasi Sampel .......................................................... 60

5.2.4. Estimasi Biomassa dengan Metode Alometri ................................... 61

5.3. Hubungan Karakteristik Pohon dan Biomassa dengan

Tingkat Kehijauan ........................................................................................ 61

5.4. Sebaran Biomassa Hutan Tanaman Industri ................................................. 62

5.4.1. Pendugaan Biomassa HTI .................................................................. 62

5.4.2. Kandungan Biomassa Acacia mangium ............................................ 64

5.4.3. Kandungan Biomassa Acacia crassicarpa ........................................ 65

5.4.4. Kandungan Biomassa Kayu Eucalyptus ............................................. 66

5.5. Sebaran Biomassa Kayu HTI Menurut Kondisi Fisik Wilayah .................... 67

5.5.1. Sebaran Biomassa Acacia mangium ................................................... 69

5.5.2. Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa ............................................... 76

5.5.3. Sebaran Biomassa Eucalyptus ............................................................ 82

BAB 6 KESIMPULAN .................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91

LAMPIRAN ....................................................................................................... 94

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nama dan Panjang Gelombang pada Landsat ETM+ ......................... 22

Tabel 3.1. Persamaan Allometrik untuk Menaksir Biomassa Tegakan HTI ........ 37

Tabel 4.1. Jenis Geologi dan Jenis Tanah Sektor Logas Selatan .......................... 39

Tabel 4.2. Luas Penggunaan Tanah Sektor Logas Selatan, PT. RAPP ................ 41

Tabel 5.1. Model Penduga Biomassa HTI ............................................................................. 64

Tabel 5.2. Potensi Biomassa Menurut Jenis dan Umur Tanaman HTI ............................. 64

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

xii Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipe Aliran Sistem Penginderaan Jauh Optik ................................ 18

Gambar 2.2. Plot Transmisi Atmosfer dari 0,4 – 30 cm ..................................... 18

Gambar 2.3. Karakteristik Spektrum Vegetasi Tanaman Hijau ......................... 20

Gambar 2.4. Spacecraft Landsat-7 ..................................................................... 23

Gambar 2.5. Scanner ETM+ ............................................................................... 23

Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian ...................................................................... 25

Gambar 3.2. Plot Sampel Tegakan HTI Sektor Logas Selatan .......................... 26

Gambar 3.3. Berbagai cara mengukur diameter pohon setinggi dada ............... 27

Gambar 3.4. Cara mengukur tinggi pohon ......................................................... 27

Gambar 3.5. Alur Kerja Penelitian ..................................................................... 29

Gambar 4.1. Presentase Penggunaan Tanah Sektor Logas Selatan .................... 43

Gambar 4.2. Presentase Luas Tanaman Pokok ................................................... 47

Gambar 4.3. Presentase Luas HTI Menurut Jenis Tanaman .............................. 47

Gambar 5.1. Presentase Luas Sebaran Biomassa HTI ....................................... 67

Gambar 5.2. Luas Sebaran Biomassa HTI ......................................................... 67

Gambar 5.3. Presentase Luas Sebaran Biomassa Acacia mangium ................... 69

Gambar 5.4. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Rendah Berdasarkan Ketinggian Wilayah .......................... 69

Gambar 5.5. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Rendah Berdasarkan Kemiringan Lereng ........................... 70

Gambar 5.6. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Rendah Berdasarkan Jenis Tanah ........................................ 71

Gambar 5.7. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Sedang Berdasarkan Wilayah Ketinggian ........................... 72

Gambar 5.8. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Sedang Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng ............... 72

Gambar 5.9. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Sedang Berdasarkan Jenis Tanah ......................................... 73

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

xiii Universitas Indonesia

Gambar 5.10. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Tinggi Berdasarkan Wilayah Ketinggian ............................ 74

Gambar 5.11. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Tinggi Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng ................74

Gambar 5.12. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Tinggi Berdasarkan Jenis Tanah .......................................... 75

Gambar 5.13. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa .............. 76

Gambar 5.14. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Kelas Rendah Berdasarkan Wilayah Ketinggian ........................... 76

Gambar 5.15. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium

Kelas Rendah Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng ..............77

Gambar 5.16. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Kelas Rendah Berdasarkan Jenis Tanah ......................................... 78

Gambar 5.17. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Kelas Sedang Berdasarkan Wilayah Ketinggian ........................... 79

Gambar 5.18. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Kelas Sedang Berdasarkan Wilayah Ketinggian ............................ 79

Gambar 5.19. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Kelas Sedang Berdasarkan Jenis Tanah ......................................... 80

Gambar 5.20. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Kelas Tinggi Berdasarkan Kemiringan Lereng ............................. 81

Gambar 5.21. Presentase Sebaran Biomassa Kayu Eucalyptus ............................ 82

Gambar 5.22. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Rendah Berdasarkan Wilayah Ketinggian ........................... 82

Gambar 5.23. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Rendah Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng ............. 83

Gambar 5.24. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Rendah Berdasarkan Jenis Tanah ........................................ 84

Gambar 5.25. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Sedang Berdasarkan Wilayah Ketinggian ............................ 84

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

xiv Universitas Indonesia

Gambar 5.26. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Sedang Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng .............. 85

Gambar 5.27. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Sedang Berdasarkan Jenis Tanah ......................................... 86

Gambar 5.28. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Tinggi Berdasarkan Wilayah Ketinggian ............................ 86

Gambar 5.29. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Tinggi Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng .............. 87

Gambar 5.30. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Kelas Tinggi Berdasarkan Jenis Tanah ......................................... 88

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

xv Universitas Indonesia

DAFTAR PETA

Peta 1 Administrasi Kecamatan Singingi ...................................................... 34

Peta 2 Estate (Blok Tanam) ........................................................................... 35

Peta 3 Wilayah Kemiringan Lereng .............................................................. 37

Peta 4 Wilayah Ketinggian ............................................................................ 38

Peta 5 Jenis Tanah ......................................................................................... 40

Peta 6 Penggunaan Tanah .............................................................................. 42

Peta 7 Jenis Tanaman HTI ............................................................................. 48

Peta 8 Umur Tanaman HTI ............................................................................ 49

Peta 9 Citra Landsat 7 ETM+, Komposit Band 321 ...................................... 53

Peta 10 Tingkat Kehijauan ............................................................................... 55

Peta 11 Tingkat Kehijauan Menurut Jenis Tanaman HTI ................................ 56

Peta 12 Sebaran Titik Sampel .......................................................................... 58

Peta 13 Sebaran Biomassa ................................................................................ 68

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tanaman menyimpan energi dalam bentuk biomassa. Biomassa yang terdapat

pada tanaman terbentuk dari hasil fotosintesis. Tanaman mengabsorpsi karbon

dioksida selama proses fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk biomassa

tanaman. Tanaman pada hutan memiliki peran yang penting dalam siklus karbon

global dan dapat menyimpan karbon dalam jumlah yang besar. Penyerapan

karbon oleh tanaman terjadi melalui proses kimiawi pada aktivitas fotosintesis

yang menghasilkan oksigen dan karbohidrat, kemudian terakumulasi menjadi

selulosa dan lignin sebagai cadangan karbon. Biomassa hutan menjadi salah satu

parameter dalam pendugaan besarnya karbon pada vegetasi hutan karena 50%

biomassa tersusun atas unsur karbon.

Biomassa tanaman dapat diperkirakan besaran potensinya. Volume besaran

biomassa sangat ditentukan oleh kondisi fisik tanaman dan jenis yang

dikembangkan. Tingkat kesesuaiannya sangat dicirikan oleh besaran

monosakarida atau dalam bentuk kayu yang secara teoritis dihitung berdasarkan

massa kayu, berat kayu, dan yang paling lazim adalah bobot biomassa per satuan

luas. Heriansyah (2009) menyatakan bahwa potensi biomassa hutan tanaman

berdasarkan kondisi biologis tanaman bervariasi menurut jenis, umur, dan

kerapatan tanaman. Sedangkan Kusmana et al. (1992) menyatakan bahwa besaran

potensi biomassa tegakan berhubungan erat dengan umur tegakan. Faktor fisik

kesesuaian wilayah tempat tumbuh tanaman yang berpengaruh terhadap besaran

potensi biomassa tanaman meliputi elevasi (ketinggian wilayah), kelerengan,

iklim, jenis tanah. Semakin baik tingkat kesesuaian wilayah pertumbuhan

tanaman sesuai dengan umur keekonomisan tanaman, maka akan menunjukan

besarnya biomassa yang optimal bagi tanaman untuk bisa ditebang sebagai kayu

tebangan.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

2

Universitas Indonesia

Indonesia adalah negara terpenting penghasil berbagai kayu bulat tropis dan

kayu gergajian, kayu lapis, dan hasil kayu lainnya, serta pulp untuk pembuatan

kertas. Lebih dari setengah hutan di negara ini, sekitar 54 juta hektar, dialokasikan

untuk produksi kayu, dan ada 4 juta ha lagi untuk hutan tanaman industri yang

telah didirikan, yaitu untuk memasok kayu pulp yang nilai PDB nya mencapai 5,5

miliar dolar. Jumlah ini hampir setengah dari nilai ekspor minyak dan gas, dan

setara dengan 10% pendapatan ekspor total (Forest Watch Indonesia, 2001).

Pasokan kayu bulat yang berasal dari sumber produksi HTI menduduki peringkat

ketiga setelah HPH dan Hutan konversi yaitu sebesar 3.779.828 m3 per tahun

(Departemen Kehutanan, 2006).

Indonesia memiliki sekitar 4 juta hektar areal hutan tanaman industri, atau

hanya 1,6% dari areal total yang diklasifikasikan sebagai hutan, sekalipun ada

subsidi untuk reforestasi dan pembangunan HTI (Barr et al., 2010). Kementerian

Kehutanan menargetkan untuk memperluas areal HTI sebanyak 5 juta hektar

sampai pada tahun 2016 (Departemen Kehutanan, 2009). Laju perkembangan

hutan tanaman berada di bawah laju yang diharapkan dan tampaknya sulit untuk

mencapai target sampai pada tahun 2016. Untuk mencapai target 5 juta hektar ini,

seharusnya lebih dari 714.000 hektar lahan sudah mengalami reforestasi setiap

tahunnya, yang berarti lebih dari 10 kali lipat kenaikan laju penanaman. Hal ini

akan meningkatkan produksi bubur kayu sampai 64 m3 setiap tahunnya pada

tahun 2025. Mengingat produksi bubur kertas (pulp) saat ini bergantung pada

pemanenan serat dari hutan alam, peningkatan semacam ini akan menyebabkan

industri bubur kertas yang ada saat ini tercukupi kebutuhan seratnya dari hutan

tanaman dan akan memungkinkan peningkatan kapasitas lebih lanjut

(Departemen Kehutanan, 2006). Dalam rangka mengantisipasi pasokan bubur

kayu oleh HTI, saat ini Kementerian Kehutanan tengah merencanakan suatu

proposal proyek untuk membangun pabrik bubur kertas yang baru, dengan

kapasitas produksi baru total mencapai 8 juta ton bubur kertas.

Rencana pembangunan tersebut menyebabkan industri pulp dan kertas

meningkat. Sejak akhir tahun 1980-an kapasitas produksi meningkat hampir

700%. Kapasitas produksi pulp tahunan indonesia melebihi 4,9 juta ton. Indonesia

menjadi produsen pulp terbesar ke-9 dan produsen kertas terbesar ke-11 di dunia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

3

Universitas Indonesia

(Forest Watch Indonesia, 2001). Pembangunan HTI dapat dilaksanakan melalui

beberapa skenario. Pembangunan HTI terutama adalah untuk produksi bubur kayu

(Departemen Kehutanan, 2009); 75% dari sejumlah ijin yang dikeluarkan untuk

konsesi hutan tanaman definitif sampai tahun 2025 adalah untuk konsesi bubur

kayu.

PT. Riau Andalan Pulp And Paper (PT. RAPP) merupakan salah perusahaan

pulp-kertas terbesar di Indonesia dengan salah satu produk andalan Paper One

yang diekspor ke 40 negara di dunia (Planning, 2011). PT. RAPP setiap tahun

menanam lebih dari 100.000 ha dengan berbagai macam jenis tanaman

monokultur yang dikembangkan seperti Acasia mangium, Acasia crassicarpa, dan

Eucaliptus.

Dalam perkembangannya, informasi biomassa tanaman memiliki peran

dalam mitigasi bencana iklim menjadi perhatian masyarakat dunia. Seiring

kemajuan teknologi, pengamatan biomassa telah terbantu dengan adanya

teknologi penginderaan jauh. Penginderaan jauh optik menjadi teknologi

pendukung penelitian biomassa karena mampu merekam data permukaan bumi

dalam intensitas yang tinggi melalui pantulan vegetasi, dan dapat menjadi tolok

ukur pengestimasian nilai biomassa berdasarkan nilai NDVI (Bombelli et al.,

2009) . Penginderaan jauh optik sering digunakan untuk penerapan praktis seperti

hasil inventarisasi, klasifikasi penggunaan tanah, dan eksplorasi mineral karena

proses pengolahannya mudah. Melalui pengukuran lapang dan crop tutupan

vegetasi maka citra optik bermanfaat untuk kegiatan monitoring lahan misalnya

dalam estimasi cadangan karbon dan nilai biomassa (Thoma et al., 2004).

Estimasi biomassa di atas permukaan tanah (Above Ground Biomass / AGB)

dapat diketahui dengan menguji hubungan antara biomassa hasil pengukuran

lapang dan hail estimasi biomassa berdasarkan model formula dengan nilai NDVI

hasil pengolahan dengan Citra Landsat 7 ETM+. Hubungan ini memberikan

estimasi biomassa di atas permukaan tanah yang diperlukan misalnya untuk

perencanaan REDD / Reducing Emission from Deforestation and Degradation

(Mitchard et al., 2009).

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

4

Universitas Indonesia

Atas dasar itulah penelitian untuk mengetahui sebaran biomassa di atas

permukaan tanah dari tegakan HTI ingin dilakukan. Tegakan hutan tanaman yang

hasil produksinya untuk bahan baku pulp dan kertas. Penelitian ini untuk

menginformasikan sebaran biomassa kayu tegakan Hutan Tanaman Industri

berdasarkan tinggi rendahnya volume kayu yang diprediksi dan dihitung

berdasarkan Citra Landsat 7 ETM+ dan cuplikan (plot) di Sektor Logas Selatan,

areal kerja PT. RAPP, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi,

Propinsi Riau. Adapun alasan penempatan lokasi di Kabupaten Kuantan Singingi

yaitu Kabupaten Kuantan Singingi merupakan lokasi pengembangan kawasan

tumbuh yang mengawasi kegiatan pemanfaatan hutan, salah satunya adalah

Perusahaan Kayu dan PT. RAPP merupakan pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan

Hasil Hutan Tanaman Industri yang terbesar di Kabupaten Kuantan Singingi.

1.2.Rumusan Masalah

Masalah dikaji pada penelitian ini adalah:

Bagaimana karakteristik sebaran biomassa tegakan di Sektor Logas Selatan,

PT. RAPP, Kecamatan Singingi?

1.3.Batasan Penelitian

a. Biomassa merupakan massa organik benda hidup maupun benda mati

(Bombelli et al., 2009). Biomassa adalah total berat / massa kayu (volume

kayu) dalam satuan luas (m3/ha). Biomassa yang diteliti adalah biomassa di

atas permukaan tanah (Above Ground Biomass / AGB) yaitu biomassa batang

kayu tanaman HTI. Biomassa tegakan yang ditentukan adalah biomassa kayu

bulat pada tegakan Hutan Tanaman Industri;

b. Hutan Tanaman Industri yang kemudian disebut HTI adalah hutan tanaman

pada hutan produksi yang dibangun oleh pelaku usaha kehutanan dalam

rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan

menerapkan sistem silvikultur dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan

baku industri hasil hutan;

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

5

Universitas Indonesia

c. Tegakan hutan adalah keseluruhan pohon yang ada di dalam hutan. Jenis

tegakan yang diamati adalah Acasia mangium, Acasia crassicarpa, dan

Eucalyptus. Umur tegakan yang diteliti adalah umur 1 – 5 tahun berdasarkan

daur ekonomis di PT RAPP untuk melakukan penebangan kayu sebagai

bahan baku pulp-kertas.

d. Citra Landsat 7 ETM+ merupakan citra penginderaan jauh optik untuk

sumber daya bumi dengan menggunakan sensor ETM+ (Enhanced Thematic

Mapper Plus) yang didesain untuk keberlanjutan dari program Landsat 4 dan

5 yang ditambah dengan dua sistem kalibrasi untuk mengeliminasi gangguan

radiasi matahari (dual mode solar calibrator systems) dengan penambahan

lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiometrik (Lillesand and Kiefer,

1994).

e. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan suatu nilai hasil

pengolahan dari citra satelit band infra merah dan band merah yang

menunjukkan tingkat konsentrasi klorofil daun yang berkorelasi dengan

kerapatan vegetasi berdasarkan nilai spektral pada setiap piksel

(Goetz et al., 1985). NDVI dapat digunakan dalam membandingkan tingkat

kehijauan vegetasi yang berasal dari citra satelit.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

6 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Hutan Tanaman Industri

Menurut SK Menteri Kehutanan No.10.1/Kpts-II/2008 tanggal 6 November

2000 kriteria Hutan Produksi untuk Hutan Tanaman Industri adalah penutupan

vegetasi non hutan (semak belukar, padang, alang-alang, dan tanah kosong) atau

areal bekas tebangan yang kondisinya rusak dengan potensi kayu bulat

berdiameter 10 cm untuk semua jenis kayu dengan kubikasi tidak lebih dari 5

m3/ha. Berdasarkan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Peraturan

Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) usaha pemanfaatan hutan tanaman

diutamakan dilaksanakan pada Hutan Produksi yang tidak produktif dalam rangka

mempertahankan hutan alam.

Kegiatan Hutan Tanaman Industri yang utama di Indonesia adalah Hutan

Tanaman Industri dengan jenis pohon akasia (A. Mangium dan A. Crassicarpa)

dan Eucalyptus, terutama untuk kebutuhan bubur kayu. Lebih dari 75% ijin HTI

yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan adalah untuk Hutan Tanaman

Industri bubur kayu (Departemen Kehutanan, 2009). Hutan tanaman ini umumnya

dikelola dengan menggunakan sebuah rotasi pendek selama 6 – 7 tahun. Indonesia

memiliki sekitar 4 juta hektar areal hutan tanaman industri, atau hanya 1,6% dari

areal total yang diklasifikasikan sebagai hutan, sekalipun ada subsidi untuk

reforestasi dan pembangunan HTI (Barr et al., 2010). Departemen Kehutanan

menargetkan untuk memperluas areal HTI sebanyak 5 juta hektar sampai pada

tahun 2016 (Departemen Kehutanan, 2009).

Laju perkembangan hutan tanaman berada di bawah laju yang diharapkan dan

tampaknya sulit untuk mencapai target sampai pada tahun 2016. Untuk mencapai

target 5 juta hektar ini, seharusnya lebih dari 714.000 hektar lahan sudah

mengalami reforestasi setiap tahunnya, yang berarti lebih dari 10 kali lipat

kenaikan laju penanaman. Hal ini akan meningkatkan produksi bubur kayu

sampai 64 m3 setiap tahunnya pada tahun 2025. Mengingat produksi bubur kertas

(pulp) saat ini bergantung pada pemanenan serat dari hutan alam, peningkatan

semacam ini akan menyebabkan industri bubur kertas yang ada saat ini tercukupi

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

7

Universitas Indonesia

kebutuhan seratnya dari hutan tanaman dan akan memungkinkan peningkatan

kapasitas lebih lanjut (Departemen Kehutanan, 2009). Dalam rangka

mengantisipasi pasokan bubur kayu oleh HTI, saat ini Kementerian Kehutanan

tengah merencanakan suatu proposal proyek untuk membangun pabrik bubur

kertas yang baru, dengan kapasitas produksi baru total mencapai 8 juta ton bubur

kertas.

Pembangunan HTI dapat dilaksanakan melalui beberapa skenario.

Pembangunan HTI terutama adalah untuk produksi bubur kayu (Departemen

Kehutanan, 2009); 75% dari sejumlah ijin yang dikeluarkan untuk konsesi hutan

tanaman definitif sampai tahun 2025 adalah untuk konsesi bubur kayu.

Hutan Tanaman Industri mempunyai potensi ekonomis dan ekologis. Potensi

ekologis yang disumbangkan bagi lingkungan adalah ketika tanaman mampu

menyimpan cadangan karbon dan biomassa, serta menjadi penyerap karbon

dioksida di atmosfer, sehingga mampu mengurangi emisi karbon dioksida melalui

proses fotosintesis. Sedangkan potensi ekonomis berupa pengembangan tanaman

kayu sebagai bahan baku industri. Jenis tanaman yang dikembangkan sebagai

bahan baku pulp dan kertas adalah sebagai berikut:

a. Acasia mangium

Acasia mangium termasuk jenis legum yang tumbuh cepat, tidak memerlukan

persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya.

Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang untuk finir, perabot

rumah, serta bahan bakar (Septiani, 1998). Acasia mangium dapat beradaptasi

dengan baik pada berbagai jenis tanah dan kondisi lingkungan. Acasia mangium

dapat tumbuh cepat di lokasi tanah pada tingkat nutrisi yang rendah, bahkan pada

tanah-tanah asam dan terdegradasi. Faktor lain yang mendorong pengembangan

jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada tanah yang baik, umur 9 tahun

telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 – 3 meter

dengan hasil produksi 415 m3/ha.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

8

Universitas Indonesia

Jenis Acasia mangium tumbuh secara alami di hutan tropis lembab yang

persebarannya terdapat di Maluku dengan jenis Melaleuca leucadendron. Selain

itu terdapat pula di pantai Australia bagian utara, Papua bagian selatan (Fak-fak di

Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas, Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian

barat.

Acasia mangium tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat hidup

pada lahan miskin hara dan tidak subur. Acasia mangium dapat tumbuh baik pada

tanah peka erosi, berbatu, dan tanah aluvial serta tanah yang memiliki pH rendah

(±4,2). Tumbuh pada ketinggian antara 30 – 130 m di atas permukaan laut,

dengan curah hujan bervariasi antara 1.000 – 4.500 mm/tahun dengan rata-rata

curah hujan tahunan antara 1.446 mm dan 2.970 mm. Seperti jenis pionir yang

cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis Acasia mangium sangat membutuhkan

sinar matahari untuk tumbuh dengan baik. Di habitat alaminya, suhu minimum

rata-rata berkisar 12-16oC dan suhu maksimum rata-rata berkisar 31-34

oC (Malik,

2009). Jenis ini tidak dapat tumbuh terus menerus sepanjang tahun, pertumbuhan

tampak lambat atau berhenti sebagai respon terhadap kombinasi curah hujan yang

rendah dan suhu dingin. Acasia mangium dapat mengalami kematian jika terkena

kekeringan yang parah atau musim dingin berkepanjangan. Angka kematian tinggi

pada Acasia mangium berumur 5 tahun setelah mengalami periode waktu dan

suhu rendah (sekitar 5-6oC) dengan hujan dingin yang lama.

Pohon Acasia mangium dapat digunakan sebagai pohon penaung, ornamen,

penyaring, pembatas, dan penahan angin, serta dapat ditanam pada sistem

wanatani dan pengendali erosi (Malik, 2009). Jenis ini banyak dikembangkan

untuk tujuan peningkatan kesuburan. Pohon Acasia mangium mampu

berkompetisi dengan gulma yang agresif, seperti alang-alang (Imperata

cylindrica); jenis ini juga mengatur nitrogen udara dan menghasilkan banyak

serasah yang dapat meningkatkan aktivitas biologis tanah dan merehabilitasi sifat-

sifat fisika dan kimia.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

9

Universitas Indonesia

Di Indonesia sejak dicanangkan pembangunan HTI pada tahun 1984, kayu

mangium telah dipilih sebagai salah satu jenis favorit untuk ditanam di areal HTI.

Pada mulanya jenis ini dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kayu HTI untuk

memenuhi kebutuhan kayu serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan

kertas. Dengan adanya perubahan-perubahan kondisional baik yang menyangkut

kapasitas industri maupun adanya desakan kebutuhan kayu untuk penggunaan

lain, tidak tertutup kemungkinan terjadi perluasan tujuan penggunaan kayu Acacia

mangium (Malik, 2009).

b. Acasia crassicarpa

Acasia crassicarpa. Ex Benth disebut juga sebagai Thick-podded Salwood.

Acasia crassicarpa merupakan tumbuhan berukuran sedang dengan tinggi antara

6 – 25 m dan diameter antara 50 – 60 cm. Batang gelap dengan alur-alur yang

cukup dalam. Tejuknya bercabang banyak dan menyebar.

Secara alami, Acasia crassicarpa tumbuh di Papua New Guinea, Irian Jaya,

dan timur laut Queensland Australia. Jenis ini ditemui mulai dari daerah hangat

hingga panas dan lembab dan sub-humid di dataran rendah tropis. Di Australia,

ditemui di daerah-daerah yang langsung berbatasan dengan pantai atau dataran

pantai (coastal plains) dan kaki bukit. Di Papua New Guinea dan Irian Jaya, jenis

ini juga ditemui di daerah dengan kemiringan lereng yang landai hingga sedang

pada tanah yang sangat asam dan berdrainase baik dan pada tanah yang

drainasenya tidak baik dan terkena dampak banjir pada musim hujan. Jenis ini

bisa tumbuh pada jenis tanah yang cukup lebar variasinya. Acasia crassicarpa

dapat tumbuh di ketinggian 0 – 200 m di atas permukaan laut. Suhu tahunan rata-

rata yang dibutuhkan adalah 15oC – 22

oC dan 31

oC – 34

oC. Curah hujan rata-rata

tahunan yang sesuai adalah berkisar 500 – 3500 mm (Irwanto, 2003).

Kayu Acasia crassicarpa dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Kayunya

dapat kering dengan cepat, dan dapat terbakar dengan baik, serta berguna sebagai

kayu bakar dan arang. Nilai energi yang dihasilkan adalah 22.600 kJ/kg. Sangat

baik untuk industri kraft pulping, dengan hasil pulp tersaring (screened pulp yield)

47%. Kayunya juga bisa dimanfaatkan untuk beragam kayu gergajian.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

10

Universitas Indonesia

c. Eucalyptus

Eucalyptus pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar, tingginya

berkisar 60 – 70 m. Batang utamanya berbentuk lurus dengan diameter hingga

200 cm. Permukaan pepagan licin, serat berbentuk papan catur, daun dewasa

umunya berseling kadang-kadang berhadapan, tungga, tulang tengah jelas,

pertulangan sekunder menyirip atau sejajar, berbau harum bila diremas.

Perbungaan berbentuk payung yang rapat, kadang-kadang berupa malai rata di

ujung ranting. Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding tipis, biji berwarna

cokelat atau hitam.

Jenis Eucalypus merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang

tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya. Jenis Eucalyptus termasuk jenis

yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan sinar matahari. Oleh

karena itu, jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan. Eucalyptus

merupakan jenis tanaman yang cepat menghasilkan biomassa.

Daerah penyebaran alami Eucalyptus berada di sebelah timur garis Walace,

mulai dari 7o LU – 43

o39’ LS sebagian besar tumbuh di Australia dan pulau-pulau

sekitarnya. Beberapa jenis tumbuh luas di Papua New Guinea dan jenis-jenis

tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Seram, Philipina, Nusa Tenggara Timur.

Jenis Eucalyptus sesuai pada daerah arid (iklim bermusim) dan daerah

beriklim basah dari tipe hutan tropis. Jenis Eucalyptus tidak menuntut persyaratan

yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus dapat tumbuh pada tanah

dangkal, berbatu, lembab, berawa, dan secara periodik digenangi air dengan

variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah

yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai

C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan

yang tingginya per tahun sesuai bagi pertumbuhannya antara 0 – 1 bulan dan suhu

rata-rata tahunan 20oC – 32

oC.

2.2. Pengertian Biomassa

Biomassa didefinisikan sebagai massa organik benda hidup maupun benda

mati. Perubahan waktu kandungan biomassa suatu tutupan vegetasi per luasan

area (kerapatan biomassa) dapat dijadikan variable iklim yang penting karena

biomassa diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan berupa penangkapan

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

11

Universitas Indonesia

atau pelepasan karbon antara ekosistem terestrial dan atmosfer. Ketika

menggunakan istilah biomassa maka kita berbicara tentang kerapatan biomassa

pada suatu tutupan vegetasi yang dilihat dari massa kayu per satuan luas pada

tanaman hidup maupun mati. Unit pengukurannya adalah gram/ m2.

Kumpulan karbon pada ekosistem terestrial menyertakan biomassa secara

konseptual terbagi dalam biomassa di atas permukaan tanah, biomassa di bawah

permukaan tanah, tanaman mati dan serasah (Bombelli et al., 2009). Biomassa di

atas permukaan tanah merupakan semua biomassa tanaman yang hidup diatas

tanah meliputi batang, tunggul, cabang, kulit kayu, bibit, dan daun-daunan.

Sedangkan biomassa di bawah permukaan merupakan semua biomassa hidup

yang meliputi akar tanaman yang terdiri atas akar serabut (diameter < 2mm), akar

sedang (diameter 2-10 mm), dan akar besar (diameter >10mm). Benda mati (dead

mass) meliputi biomassa kayu tak hidup, namun tidak termasuk serasah, tegakan

yang lainnya, tetap berada di atas permukaan tanah atau terletak di tanah. Kayu

mati terdiri dari kayu yang terletak di atas permukaan tanah, akar mati, dan

tunggul yang lebih besar atau diameter >10 cm dan panjang lebih besar dari 1 m.

Sedangkan serasah terdiri dari biomassa tak hidup dengan diameter kurang dari

diameter minimum yang ditentukan oleh negara (misalnya 10 cm), tanaman mati

tak sempurna, pada beberapa negara misalnya pembusukkan di atas mineral

maupun tanah organik.

Biomassa pada suatu vegetasi merupakan hal yang penting dalam variabel

ekologi untuk tegakan dan potensi perubahan sistem iklim. Vegetasi biomassa

merupakan penyimpan karbon yang lebih besar dibanding atmosfer, dan

perubahan vegetasi biomassa dalam jumlah yang cukup besar berpengaruh pada

pengikatan sejumlah karbon, dan potensi yang dimilikinya untuk menangkap

karbon pada masa yang akan datang menjadi lebih besar. Tergantung pada

kuantitas biomassa dari suatu tutupan vegetasi dapat mempengaruhi secara

langsung pada tingkat lokal, regional, maupun iklim global, terutama pada

temperatur dan kelembaban udara. Oleh karena itu, penilaian global terhadap

biomassa dan dinamikanya merupakan hal yang penting sebagai masukan untuk

mengubah model pendugaan dan mitigasi serta strategi adaptasi (Bombelli et. al.,

2009).

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

12

Universitas Indonesia

2.3. Teknik Pengukuran Biomassa

Menurut Mitchard et al (2009) secara garis besar metode pendugaan

biomassa di atas permukaan tanah (Above Ground Biomass/AGB) dapat

dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu:

2.2.1. Teknik Pemanenan

a. Pemanenan individu tanaman (destructive sampling) secara in situ

Metode ini dapat digunakan pada tingkat kerapatan individu tumbuhan yang

cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis yang sedikit. Nilai total

biomassa dengan metode ini diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh

individu dalam suatu unit area contoh.

b. Metode pemanenan kuadrat

Metode ini mengharuskan memanen semua individu tumbuhan dalam suatu

unit area contoh dan menimbangnya. Nilai total biomassa didapat dengan

mengkonversi berat bahan organik tumbuhan yang dipanen ke dalam suatu unit

area tertentu.

c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar

rata-rata

Metode ini cukup baik untuk tegakan dengan ukuran individu yang seragam.

Dengan metode ini, pohon yang ditebang ditentukan berdasarkan rata-rata

diameternya dan ditimbang beratnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan

menggandakan nilai berat rata-rata dari pohon contoh yang ditebang dengan

jumlah individu pohon dalam suatu unit area tertentu atau jumlah berat dari semua

pohon contoh yang digandakan dengan rasio antara luas bidang dasar dari semua

pohon dalam suatu unit area dengan jumlah luas bidang dasar dari semua pohon

contoh.

2.2.2. Teknik Pendugaan Tidak Langsung

a. Teknik hubungan allometrik

Dalam metode ini, beberapa contoh pohon dengan diameter yang mewakili

kisaran kelas-kelas diameter pohon dalam suatu tegakan ditebang dan ditimbang

beratnya. Berdasarkan berat dari berbagai contoh organ tanaman, maka dibuat

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

13

Universitas Indonesia

persamaan allometrik antara berat suatu organ tanaman dengan dimensi pohon

(tinggi dan diameter). Dalam penggunaan persamaan allometrik tersebut, setiap

pohon secara keseluruhan dalam suatu unit area diduga beratnya. Nilai total

biomassanya diperoleh dengan menjumlahkan semua berat tiap pohon dalam

suatu unit areal tertentu (Bombelli et al., 2009).

b. Crop meter

Pendugaan biomassa dengan metode ini menggunakan seperangkat peralatan

elektroda listrik. Secara praktis dua buah elektroda listrik diletakkan di permukaan

tanah pada suatu jarak tertentu kemudian biomassa tumbuh-tumbuhan yang

terletak antara dua elektroda dapat dipantau dengan memperhatikan electrical

capacitance yang dihasilkan pada alat tersebut (Bombelli et al., 2009).

c. Penginderaan Jauh

Pengukuran dengan penginderaan jauh dengan menggunakan sejumlah band

(gelombang mikro), gelombang optik, maupun radiasi inframerah yang

dipancarkan atau dipantulkan oleh vegetasi (Bombelli et al., 2009). Radiasi ini

dapat dihubungkan berdasarkan perbedaan tingkat biomassa dari suatu tutupan

vegetasi melalui hubungan langsung antara respon penginderaan jauh maupun

melalui hubungan tidak langsung, dengan jalan pendugaan atribut dari data

penginderaan jauh, seperti leaf area index (LAI), struktur tanaman (kanopi dan

tinggi tanaman) ataupun fraksi bayangan yang digunakan pada persamaan

pendugaan biomassa (Bombelli et al., 2009).

d. Model

Model yang berbeda-beda telah dibangun untuk memperoleh estimasi

biomassa dalam areal yang luas mengikuti data spasial (seperti elevasi dan

radiasi), data penginderaan jauh, dan sample di lapangan maupun data

inventarisasi hutan.

Persamaan allometrik digunakan untuk mengekstrapolasi data sampel dan

data sample penginderaan jauh ke area yang lebih luas dan untuk mendapat

biomassa dari variabel lainnya (Bombelli et al., 2009). Persamaan ini

menghubungkan ukuran satu struktur organisme kepada struktur lainnya pada

jenis tanaman yang sama. Oleh karena itu, persamaan ini memungkinkan untuk

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

14

Universitas Indonesia

mengestimasi biomassa dari diamater, tinggi, dan umur tanaman, serta

memperluas datum ke area yang lebih luas dengan karakteristik yang sama.

Penggunaan persamaan allometrik standard yang telah dipublikasikan sering

dilakukan tetapi karena koefisien persamaan allometrik ini bervariasi untuk setiap

lokasi dan spesies, maka penggunaan persamaan standard ini dapat

mengakibatkan gangguan (error) yang signifikan dalam mengestimasikan

biomassa suatu vegetasi (Bombelli et al., 2009).

Pengukuran in situ merupakan analisa kritis terhadap pemantauan stok karbon

terestrial. Dikombinasikan dengan penggunaan tanah (land use) dan tutupan

vegetasi yang mengubah estimasi. Sedangkan data in situ dapat diperoleh dari

inventarisasi hutan nasional atau dari studi kasus atas sampel representatif

ekosistem hutan. Inventarisasi hutan nasional merupakan sumber yang paling

dapat dipercaya atas kualitas informasi untuk menghitung stok karbon nasional.

Pengukuran in situ, terutama jika distandarisasi dengan akurasi kebutuhan

memberikan informasi yang sangat diperlukan untuk validasi data satelit, tetapi

dalam kaitannya dengan waktu yang dibutuhkan dan dampak potensial bagi

lingkungan mereka tidak dapat digunakan dalam area yang lebih luas. Padahal

yang berbeda, data penginderaan jauh memberikan sebuah tampilan ringkas suatu

area yang menarik yang mungkin bisa menilai estimasi biomassa yang mewakili

area luas tersebut.

Ketika pendekatan dengan satelit untuk mengestimasi biomassa

pemanfaatannya menjadi meningkat, mereka masih terbatas terhadap prediksi

akurasi dan jarak. Akan tetapi teknologi satelit ketika kalibrasi dengan data dasar

(ground data) boleh digunakan untuk keakurasian estimasi biomassa berdasarkan

peningkatan frequensi pengukuran biomassa. Lebih lanjut lagi, beberapa metode

satelit telah menunjukkan potensi untuk mendapatkan informasi biomassa di atas

permukaan tanah secara langsung maupun tidak langsung pada resolusi yang

tinggi (dibawah 1 km). Dengan kemajuan kemampuan kombinasi sensor

berdasarkan penelitian dan metode sebelumnya, maka diharapkan bahwa satelit

dan model dasar estimasi biomassa akan membentuk mekanisme dalam area yang

lebih luas untuk pemantauan biomassa.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

15

Universitas Indonesia

Tanaman atau biomassa akan mengurangi konsentrasi karbondioksida dari

atmosfer melalui proses fotosintesis. Karbon dioksida (CO2) yang diserap untuk

tumbuh dan berkembang. Ketika biomassa dibakar, karbon (C) akan diubah

kedalam bentuk karbon dioksida dan kembali ke atmosfer. Proses ini berlangsung

secara terus menerus sehingga jumlah konsentrasi karbon dioksida di atmosfer

akan selalu seimbang jika sejumlah biomassa menyerap sejumlah karbon

dioksida. Tetapi bila konsumsi energi fosil menjadi meningkat maka konsentrasi

karbon dioksida akan meningkat. Sehingga penambahan biomassa dibutuhkan

untuk menyeimbangkan kembali jumlah karbon dioksida yang diserap dan

dilepaskan.

Data biomassa sangat penting untuk mengetahui karakteristik ekosistem

hutan dalam rangka menentukan sistem pengelolaan hutan berdasarkan prinsip

kelestarian hasil (Kusmana et al., 1992). Biomassa tumbuhan bertambah karena

tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan

organik melalui proses fotosintesis. Hal ini tergantung pada luas daun yang

terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu, dan ciri-ciri jenis tumbuhan

masing-masing. Sisa hasil respirasi yang dilakukan tumbuhan disebut produksi

primer bersih, lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah biomasa dalam hutan adalah

hasil dari perbedaan antara produksi melalui fotosintesis dengan konsumsi melalui

respirasi dan proses penebangan (Whitten et al. 1984).

Pengukuran biomassa vegetasi dapat memberikan informasi tentang nutrisi

dan persediaan karbon dalam vegetasi secara keseluruhan, atau jumlah bagian-

bagian tertentu seperti kayu yang sudah diekstraksi. Mengukur biomassa vegetasi

pohon tidaklah mudah khususnya pada hutan campuran dan tegakan tidak seumur

(Murdiarso et al. 1999). Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti iklim, curah hujan dan suhu yang akan mempengaruhi laju peningkatan

biomassa pohon (Kusmana et al. 1992). Suhu tersebut berdampak pada proses

pengambilan karbon oleh tanaman dan penggunaan karbon dalam aktifitas

dekomposer (Murdiarso et al. 1999). Sedangkan menurut Satoo dan Madgwick

(1982) selain curah hujan dan suhu yang mempengaruhi besarnya biomassa

adalah unsur kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan, serta kualitas

tempat tumbuh.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

16

Universitas Indonesia

Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi hutan,

sebab 50% dari biomassa adalah karbon. Faktor 50% dari biomassa untuk

menduga karbon sudah merupakan hal yang umum digunakan oleh banyak,

seperti Delaney (1999) dan Powel (1999). Biomassa tegakan hutan dipengaruhi

oleh faktor-faktor seperti iklim, curah hujan dan suhu yang akan mempengaruhi

laju peningkatan biomassa pohon (Kusmana et al. 1992). Suhu tersebut

berdampak pada proses pengambilan karbon oleh tanaman dan penggunaan

karbon dalam aktifitas dekomposer (Murdiarso et al. 1999). Sedangkan menurut

Satoo dan Madgwick (1982) selain curah hujan dan suhu yang mempengaruhi

besarnya biomassa adalah parameter umur, kerapatan tegakan, komposisi dan

struktur tegakan, serta kualitas tempat tumbuh.

2.4. Karakteristik Citra Optik

Manusia melakukan penginderaan jauh untuk memotret permukaan bumi

dengan menggunakan instrumen tertentu, selain dengan mata telanjang yang

dimulai pada tahun 1859 oleh fotografer Gaspard Tournachon dari balon udara di

sebuah desa dekat Paris, Perancis (Goetz et al., 1985). Saat ini telah banyak yang

menggunakan citra satelit dengan memanfaatkan spektrum elektromagnetik

misalnya gelombang mikro ultraviolet. Citra yang merekam permukaan bumi baik

perairan maupun daratan dapat digunakan untuk penelitian dan penerapan pada

multi disiplin ilmu seperti eksplorasi sumber daya mineral, perubahan vegetasi,

dan estimasi produksi primer lautan.

Penginderaan jauh optik menjadi perhatian untuk penerapan praktis seperti

hasil inventarisasi, klasifikasi penggunaan tanah, dan eksplorasi mineral. Evolusi

penginderaan jauh optik dalam kurun waktu terakhir telah menyediakan informasi

tutupan permukaan bumi dalam jangkauan yang luas dan menyeluruh, beserta

informasi spektral dan temporal untuk analisis penginderaan jauh (Prasad, 2011).

Meskipun ini salah satu kemajuan dalam bidang analisis citra penginderaan jauh

optik, namun kualitas dan kuantitas data yang tersedia harus tetap ditingkatkan.

Misalnya transisi dari citra multispektral dan hiperspektral membutuhkan pola

statistik konvensional klasifikasi algoritma yang dikembangkan untuk mengutip

secara efektif informasi yang berguna dari dimensi tinggi tampilan ruang

hiperspektral.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

17

Universitas Indonesia

Prasad menjelaskan bahwa citra hiperspektral mampu menyediakan banyak

respon spektral detail pada setiap piksel, algoritma konvensional dikembangkan

dan disempurnakan untuk data multispektral yang kurang optimal untuk data

hiperspektral. Dalam kondisi yang baik, citra optik membutuhkan data kerja

dalam training area untuk kegiatan analisis, sesuatu yang sering sukar untuk

diperoleh dan terlalu mahal harganya. Sebagai hasil, proses signal dan pola

pengenalan perhitungan untuk analisis data tersebut juga dikembangkan untuk

mengatasi isu dan praktik penggunaannya.

Dekade terakhir telah mengalami kemajuan yang berarti pada algoritma yang

mewakili visualisasi dan analisis data penginderaan jauh optik. Kemajuan ini

memasukkan algoritma baru untuk meringkas secara efektif data citra dimensional

untuk penyimpanan dan transmisi; dan teknik baru untuk visualisasi efektif data

penginderaan jauh; analisis baru dan teknik klasifikasi untuk analisis dan

klasifikasi data citra; dan teknik untuk menggabungkan data citra yang diperoleh

secara serempak dari cara penginderaan yang berbeda.

Penginderaan jauh optik melibatkan akuisisi dan analisis data optik radiasi

elektromagnetik yang ditangkap oleh penginderaan modalitas setelah

mencerminkan secara pasif terhadap area of interest di permukaan tanah. Akuisisi

modalitas citra optik telah hadir sejak lama dari citra fotogrametri tingkat abu-abu

sampai citra hiperspektral.

Kemajuan dalam perangkat keras pencitraan selama beberapa dekade terakhir

telah memungkinkan ketersediaan citra spasial tinggi, resolusi spektral dan

temporal untuk analis penginderaan jauh. Kemajuan ini telah menciptakan

tantangan yang unik bagi para peneliti dalam komunitas penginderaan jarak jauh

yang bekerja pada algoritma untuk representasi, eksploitasi dan analisis data

tersebut.

Sistem penginderaan jauh optik pertama kali mengandalkan sensor

multispektral, yang ditandai oleh sejumlah kecil band spektrum yang luas.

Meskipun sensor multispektral masih dipekerjakan oleh analis, dalam beberapa

tahun terakhir para penghimpun penginderaan jauh telah melihat pergeseran

untuk sensor hyperspectral, yang ditandai oleh ratusan band resolusi yang baik

sebagai teknologi penginderaan optik dominan. Data tersebut memiliki potensi

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

18

Universitas Indonesia

untuk mengungkapkan fenomenologi dasar seperti yang dijelaskan oleh

keakuratan karakteristik spektral. Ekstensi tersebut dari citra multispektral sampai

hiperspektral tidak berarti bahwa dalam pemrosesan sinyal dan teknik eksploitasi

dapat ditingkatkan untuk mengakomodasi dimensi istimewa pada data.

Gambar 2.1. Tipe Aliran Sistem Penginderaan Jauh Optik

(Sumber: Prasad, 2011)

Gambar 2.2. Plot Transmisi Atmosfer dari 0,4 – 30 cm

(Sumber: Goetz et al., 1985)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

19

Universitas Indonesia

Berikut ini merupakan prinsip di mana penginderaan jauh optik didirikan

yang meliputi spesifikasi citra optik.

a. Spektrum

Pertama adalah sumber energi. Energi elektromagnetik tersedia pada

penginderaan jauh pasif yaitu energi yang diperoleh dari matahari, pantulan sinar

matahari, atau radiasi pancaran panas. Bagian dari energi yang digunakan sebagai

gelombang terdapat dalam Gambar 2.2 yang menggambarkan bahwa keterbatasan

pengukuran penginderaan jauh optik ditentukan oleh tutupan awan.

Bagian kedua adalah efek atmosfer. Pengujian terhadap permukaan bumi

melalui emisi atau pantulan radiasi elektromagnetik sangat disulitkan karena

pengaruh atmosfer berupa tutupan awan (Vladutescu, 2008). Untuk radiometri

multispektral optik, penentuan dan koreksi untuk efek gangguan awan mungkin

menjadi prinsip untuk mengurangi gangguan awan (JianGuang et al., 2008).

Energi radiasi dan interaksi atmosfer melalui hamburan dan penyerapan, serta

jumlah energi yang dibuang ke atmosfer dari emisi atau pantulan ke permukaan

bumi dipengaruhi oleh: 1) komponen awan pada atmosfer; 2) garis edar satelit

(path length) yang memiliki fungsi sebagai sumber geometri relatif, permukaan,

dan sensor; 3) untuk tingkat dua, pantulan permukaan disekitar tempat yang

terlihat.

b. Interaksi energi elektromagnetik dengan permukaan bumi

Radiasi sinar matahari dipancarkan dari permukaan bumi atau diserap dan

dipancarkan kembali melalui spektrum panas (Goetz et al., 1985). Proses

hamburan dan penyerapan menempati layer paling atas dari permukaan bumi.

Hamburan merupakan fungsi geometrik permukaan bumi (dengan kata lain

ukuran partikel dan aspeknya) dan koefisien penyerapan. Koefisien penyerapan

merupakan fungsi gelombang yang dibawa oleh variasi fenomena fisik seperti

getaran intermolekuler dan transisi elektron pada loncatan atom. Energi emisi

balik sebagai fungsi gelombang tergantung pada suhu permukaan materi, sifat

fisik ukuran dan komposisi partikel. Oleh karena itu, penginderaan jauh spektral

memungkinkan untuk memberikan informasi tentang sifat fisik dan komposisi

tutupan permukaan bumi.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

20

Universitas Indonesia

Pertama, sifat spektral untuk mineral, batuan, dan tanah. Pantulan spektral

mineral pada sinar tampak dan sinar matahari memantulkan inframerah

merupakan hasil dari fenomena yang berbeda. Tiga proses penting yang berperan

untuk pantulan spektral materi merupakan proses elektronik dari pemindahan dan

efek hablur tanah, dan proses getaran. Transfer Fe-O menempati spektrum biru

dan ultraviolet, serta besi yang tersebar. Namun demikian, pada kenyataannya

seluruh mineral dan tanah memiliki refleksi menuju panjang gelombang yang

lebih panjang pada spektrum visibel.

Kedua, spektral dan sifat hamburan pada vegetasi. Variasi refleksi spektral di

antara tipe vegetasi yang berbeda dari 2,5 µm jauh lebih kecil daripada mineral.

Tipe kurva pantulan spektral untuk tanaman yang sehat terdapat pada Gambar 2.3.

pantulan daun dikontrol pada gelombang visibel 0,7 µm oleh pigmen hijau daun,

pada klorofil yang menyerap gelombang biru dan inframerah yang dengan kuat

pada spektrum tampak. Penyerapan ini melibatkan transisi elektron pada molekul

klorofil pusat mengelilingi komponen magnesium fotoaktif. Pantulan gelombang

biru juga merupakan hasil dari transisi elektronik pada pigmen karoten dan efek

pigmen ini menjadikan lebih berat ketika kuantitas klorofil pada daun berkurang

selama berlangsung.

Gambar 2.3. Karakteristik Spektrum Vegetasi Tanaman Hijau

(Sumber: Goetz et al., 1985)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

21

Universitas Indonesia

Dalam bidang pengetahuan, citra optik dapat digunakan untuk menaksir

vegetasi persediaan hutan tropis meskipun tidak dilakukan secara langsung. Untuk

menaksir potensi hutan (biomassa dan karbon) secara tidak langsung dengan citra

satelit tersebut, dilakukan pengembangan hubungan-hubungan statistik antara

pengukuran lapang dengan data indeks vegetasi yang ada pada citra satelit. Tetapi

metode ini pada umumnya menghasilkan nilai potensi yang underestimate

terutama pada hutan tropis, satelit berbasis optik tidak dapat menembus tajuk

hutan yang lebat (Wulder, 1998). Sehingga diperlukan bantuan pengukuran

lapangan dengan jumlah sampling yang cukup.

2.5. Karakteristik Citra LANDSAT

Program Landsat tanpa terkecuali untuk kencenderungan ke arah aplikasi

yang sesuai. Beberapa aplikasi nyata hanya jika program sedang berlangsung.

(Mack, 1990). Landsat memiliki keunikan tampilan, dan berpotensi untuk aplikasi

sebagian besar sumber daya di bumi dalam waktu yang panjang. Landsat

memberikan data perekaman yang terlama untuk penggunaan dan perubahan

tutupan lahan dan dampak global lingkungannya. NASA meluncurkan Landsat 1

(dengan nama Earth Resources Technology Satellite, or ERTS-1) pada 1972,

menginisiasikan lebih dari 30 tahun misi Landsat . Akhir-akhir ini, program

Landsat akan datang lebih konsist untuk kesuksesan satelit ke-7 (Landsat 6 tidak

pernah orbit, karena bermasalah dengan platform luncuran) melintasi bumi pada

orbit kutub, satelit transmisi yang mengumpulkan data dan citra seluruh

permukaan bumi.

Landsat (Land Satellites) merupakan satelit sumberdaya bumi yang paling

sering digunakan. Pada mulanya bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology

Satellite). Pertama kali diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972 yang mengorbit

hanya sampai dengan tanggal 6 Januari 1978. Satelit Landsat mengorbit bumi

selaras matahari (sunsynchronous). Bersamaan dengan waktu peluncuran ERTS-B

tanggal 22 Juli 1975, NASA (National Aeronautic and Space Administration)

secara resmi mengubah program ERTS menjadi program Landsat (untuk

membedakan dengan program satelit oseanografi ”Seasat” yang telah

direncanakan) sehingga ERTS-1 dan ERTS-B menjadi Landsat -1 dan Landsat-2.

Peluncuran Landsat -3 dilakukan pada tanggal 5 Maret 1978.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

22

Universitas Indonesia

2.5.1. Sensor Enhanced Thematic Mapper (ETM)

Sensor ETM (Enhanced Thematic Mapper) merupakan pengembangan dari

sensor TM (Thematic Mapper). Pengembangan tersebut antara lain berupa :

a. Penambahan saluran pankromatik dengan panjang gelombang 0,50 – 0,90

µm. Saluran pankromatik ini mempunyai resolusi spasial sebesar 15 x 15

meter.

b. Perbaikan resolusi saluran termal menjadi 60 meter. Sedangkan desain untuk 6

saluran yang lain sama seperti pada sensor TM.

Citra ETM seharusnya diperoleh dari Landsat-6, namun satelit tersebut gagal

mencapai orbit.

Tabel 2.1. Nama dan Panjang Gelombang pada Landsat ETM+

Saluran Nama Gelombang Panjang Gelombang (µm)

1 Biru 0,45 – 0,52

2 Hijau 0,52 – 0,60

3 Merah 0,63 – 0,69

4 Inframerah Dekat 0,76 – 0,90

5 Inframerah Pendek 1,55 – 1,75

6 Inframerah Termal 10,40 – 12,50

7 Inframerah Pendek 2,09 – 2,35

8 Pankromatik 0,50 – 0,90

Sumber : Lopies, 2010

2.5.2. Sensor Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+)

Desain dan operasi Landsat 7 direncanakan akan membawa dua sensor, yaitu

Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) dan High Resolution Multispectral

Stereo Imager (HRMSI). ETM+ didesain untuk keberlanjutan dari program

Landsat-4 dan 5, dimana sampai saat ini datanya masih dapat diakses atau

direkam. Pola orbitnya juga dibuat sama dengan Landsat-4, 5 dan 6, yaitu dengan

lebar sapuan/liputan sebesar 185 km. Desain daripada ETM+ sama seperti ETM

pada Landsat-6 namun ditambah dengan dua sistem model kalibrasi untuk

mengeliminasi gangguan radiasi matahari (dual mode solar callibrator systems)

dengan penambahan lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiometrik.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

23

Universitas Indonesia

Gambar 2.4. Spacecraft Landsat-7

(Sumber: Lopies, 2010)

Gambar 2.5. Scanner ETM+

(Sumber: Lopies, 2010)

Transmisi data ke stasiun penerima di bumi dapat dilakukan dengan 3 (tiga)

cara yaitu :

a. Dikirim menggunakan gelombang radio secara langsung ke stasiun penerima

di bumi,

b. Melalui relay satelit komunikasi TDRSS (Tracking and Data Relay Satellites

System) yang akan merekam dan kemudian mengirimkan ke stasiun penerima

di bumi,

c. Data objek permukaan bumi direkam/disimpan lebih dahulu dalam suatu

panel (storage on board) atau tipe (wideband tipe recorder), baru kemudian

dikirim ke stasiun penerima di bumi.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

24

Universitas Indonesia

Satelit Landsat-7 juga akan dilengkapi dengan fasilitas penerima sistem posisi

lokasi (Global Positioning System/GPS reciever) untuk meningkatkan ketelitian

posisi atau letak satelit di dalam jalur orbitnya.

Pada saat ini, Satelite Landsat-7 mengalami gangguan yang akan menghasilkan

celah data yang signifikan pada term yang cukup panjang dalam memonitor

permukaan bumi, berpengaruh tidak hanya pada penelitian tentang kebumian,

tetapi juga konservasi pengguna data (Leimbgruber et al., 2005).

2.6. Penelitian Terdahulu

Dahlan (2003) dalam penelitiannya mengenai kajian korelasi estimasi

biomassa untuk menentukan stok karbon dengan citra penginderaan jauh Landsat

ETM+ dan Spot 5 menyatakan bahwa model terbaik hasil verifikasi adalah

menggunakan Landsat ETM+. Hasil lain menyebutkan bahwa model penduga

biomassa dan karbon menunjukkan hubungan yang relatif rendah antara dijital

number dengan kandungan karbon di atas permukaan tanah tegakan A. mangium

baik dengan menggunakan Landsat ETM+ maupun SPOT-5. Diperoleh nilai r

dengan menggunakan Landsat ETM+ sebesar 0,428 dan nilai r sebesar 0,442

dengan menggunakan SPOT-5. Angka tersebut baru menunjukkan keterhandalan

model untuk menduga karbon di atas permukaan tanah tegakan Acacia mangium

sebesar 18,3% dengan Landsat ETM+ band green visible dan Middle Infra Red

(MIRI).

Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan

oleh Adam et al. (2010) mengenai penggunaan sensor penginderaan jauh

multispektral dan hiperspektral pada lahan basah untuk tujuan pendugaan

biomassa. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa korelasi pendugaan biomassa

dengan data Landsat ETM+ menunjukkan korelasi terbaik dengan nilai koefisien

0,86 dan signifikansi 0,05. Hasil lain menunjukkan bahwa band inframerah dekat

dapat digunakan untuk mengestimasi biomassa pada vegetasi lahan basah

(wetland).

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

25 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Daerah Penelitian

Penelitian estimasi biomassa di atas permukaan tanah (Above-Ground

Biomass/AGB) yaitu biomassa batang kayu tegakan Hutan Tanaman Industri

dilakukan di Sektor Logas Selatan, PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Kecamatan

Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan letak geografis

0o12’10” – 0

o30’01” LS dan 101

o10’51” – 101

o22’57” BT.

3.2. Alur Pikir Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian terhadap pendugaan potensi biomassa

kayu tegakan Hutan Tanaman Industri dan sebarannya berdasarkan karakteristik

fisik wilayah. Karakteristik fisik wilayah yang terdiri dari ketinggian wilayah,

kemiringan lereng, dan jenis tanah digunakan sebagai variabel spasial yang

menjadi indikator besaran biomassa tegakan Hutan Tanaman Indsutri. Sedangkan

faktor biologis tanaman berupa jenis dan umur tanaman, berpengaruh utama

dalam besaran biomassa yang terdapat dalam karakteristik vegetasi di Hutan

Tanaman Industri. Studi biomassa tegakan HTI yang dikaji berdasarkan

karakteristik fisik wilayah terdapat dalam alur penelitian pada Gambar 3.1.

berikut.

HTI PT. RAPP

Jenis

Vegetasi

Umur

Diameter setinggi dada Tinggi bebas cabang

Biomassa

Non Vegetasi

Ketinggian Lereng

Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian

Sebaran Biomassa Kayu berdasarkan Karakteristik Fisik Wilayah

Jenis Tanah

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

26

Universitas Indonesia

Alur penelitian tentang sebaran biomassa kayu Hutan Tanaman Industri

didasarkan pada faktor vegetasi berupa biofisik tanaman yang terdiri dari jenis

dan umur tanaman. Data biofisik tanaman yang diperoleh dari hasil survey

lapang digunakan sebagai penentu potensi biomassa kayu tegakan Hutan

Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan, PT. Riau Andalan Pulp and Paper,

Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Data biofisik tanaman

yang digunakan untuk menduga potensi biomassa kayu Hutan Tanaman Industri

dengan persamaan alometri adalah tiga (3) jenis tanaman HTI dengan 5 tingkat

umur (1 – 5 tahun). Sedangkan data fisik wilayah yang digunakan untuk

mengetahui karakteristik sebaran biomassa kayu adalah ketinggian wilayah,

kemiringan lereng, dan jenis tanah.

3.3. Prosedur Kerja Penelitian

3.3.1. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang digunakan yaitu data

sekunder dan data primer. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.3.1.1. Data Primer

Data primer meliputi data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran di

lapangan. Data primer yang diperoleh dari hasil pengukuran lapang meliputi jenis

pohon, umur tanaman.

Penentuan sampel pohon dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling

acak stratified systematic sampling with random start. Jumlah sampel yang diambil

adalah 75 titik sampel berbentuk persegi berukuran 30 m x 30 m berdasarkan ukuran

piksel pada Citra Landsat 7ETM+, sehingga setiap titik sampel memiliki luas 900 m2.

Setiap plot terdiri dari ±120 tanaman HTI karena jarak tanam yang digunakan adalah

3m x 2,5 m sesuai ilustrasi pada Gambar 3.2. berikut ini.

Gambar 3.2. Plot sampel tegakan HTI Sektor Logas Selatan

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

27

Universitas Indonesia

Diameter tegakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diameter

tegakan setinggi dada yang berikutnya ditentukan sesuai aturan umum yaitu ±130

cm dari setiap sampel tegakan. Berberapa cara pengukuran diameter tegakan

tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.3 sebagai berikut:

Gambar 3.3. Berbagai cara mengukur diameter pohon setinggi dada

(Sumber: Planning, 2011)

Pengukuran lapang terhadap tinggi tegakan diukur dengan menggunakan

bantuan hypsometer yaitu alat untuk mengukur tinggi pohon. Adapun cara

pengukuran tinggi tegakan tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.4 sebagai

berikut:

Gambar 3.4. Cara mengukur tinggi pohon

(Sumber: Planning, 2011)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

28

Universitas Indonesia

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan pada tingkat

kompartemen (unit tanam terkecil). Pada kegiatan survey lapang dilakukan

pengamatan dan pengukuran terhadap tinggi dan diameter tegakan yang

sebelumnya telah dibuat plot-plot survey beserta ukuran dan luasan plot sampel

yaitu berukuran 30 m x 30 m sebanyak 75 titik sampel secara acak pada jenis

tanaman dan tingkat umur. Setiap titik sampel diambil 120 pohon contoh

berdasarkan kerapatan dan jarak tanam yaitu 3m x 2,5m untuk mendapatkan data

diameter dan tinggi pohon pada hutan tanaman industri untuk keperluan

pendugaan biomassa berdasarkan allometri setiap jenis tanaman. Pengukuran

dilakukan pada luasan tertentu disesuaikan dengan ukuran piksel pada Citra

Landsat 7 untuk tujuan keakuratan nilai NDVI pada setiap piksel sehingga

pendugaan terhadap biomassa dapat lebih akurat.

3.3.1.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur maupun sumber-

sumber pendukung seperti instansi pemerintah (Bakosurtanal, Dinas Kehutanan)

maupun dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper. Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari peta, citra, persamaan alometrik tiap jenis pohon,

data kondisi fisik wilayah, dan data statistik. Data sekunder yang digunakan

dijelaskan pada uraian sebagai berikut:

a. Data NDVI yang diperoleh dari Citra Landsat 7 resolusi 30 m, path 127 dan

row 60, liputan bulan Maret tahun 2011 dari PT SEAMEO BIOTROP;

b. Data elevasi dan kemiringan lereng yang diperoleh dari Aster Gdem;

c. Data administrasi wilayah penelitian dari Peta RBI Kecamatan Singingi skala

1:50.000 dari Bakosurtanal;

d. Data struktur batuan dan jenis tanah dari Peta Land System dan Land

Suitability lembar Solok (0815) Skala 1:250.000 dari Bakosurtanal;

e. Data kompartemen dan sektor tanam dari Peta Tanam Sektor Logas Selatan

Skala 1:50.000 dari PT. RAPP

f. Data penggunaan tanah dari Peta Landuse Sektor Logas Selatan Skala

1:50.000 dari PT. RAPP

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

29

Universitas Indonesia

Dari keseluruhan data primer dan data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini, proses kerja penelitian yang dilakukan, secara rinci disajikan dalam

alur kerja penelitian pada Gambar 3.5. berikut ini.

Rangkaian kerja yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam gambar

alur kerja penelitian di atas yang dijelaskan lebih lanjut dalam pengolahan data.

Secara umum, data fisik wilayah disajikan dalam bentuk peta dasar yang akan

digunakan selanjutnya pada proses overlay dengan hasil biomassa kayu HTI.

Hasil pengolahan biomassa kayu HTI diperoleh dari persamaan alometri biomassa

berdasarkan jenis tanaman. Umur tanaman digunakan sebagai pembanding data

Mulai

Koreksi

Radiometrik

Koreksi

Geometrik

NDVI

Tingkat

Kehijauan

- Rendah

- Sedang

- Tinggi

Survey

Lapang

Citra

Landsat

7 ETM+

Fisik

HTI PT. RAPP

Vegetasi

Jenis Ketinggian

Lereng

Jenis Tanah

Wilayah

Ketinggian

Wilayah

Kemiringan

Lereng

Jenis Tanah

Sebaran Biomassa berdasarkan Karakteristik Fisik Wilayah

Gambar 3.5. Alur Kerja Penelitian

Selesai

Potensi Biomassa

Acacia

mangium

Acacia

crassicarpa

Eucalyptus

Diameter

setinggi dada

Tinggi

Alometri

Umur

Kelas

umur

5

tahun

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

30

Universitas Indonesia

besaran diameter dan tinggi tanaman tiap jenis pohon. Sedangkan data citra

Landsat 7 ETM+ diolah terlebih dahulu melalui proses koreksi radiometrik dan

koreksi geometrik, kemudian untuk menghasilkan nilai NDVI yang digunakan

dalam output berupa tingkat kehijauan vegetasi Hutan Tanaman Industri.

3.3.2. Pengolahan Data

Pengolahan data spasial berupa ketinggian wilayah, lereng, jenis tanah, titik

sampel, serta data Citra Landsat 7 ETM+ dilakukan dengan menggunakan

software ArcView 3.3, ArcGIS 9.3, Er Mapper 7.0 dan ENVI v.4.5. Sedangkan

untuk pengolahan data tabular diolah dengan menggunakan software Ms. Excel,

serta SPSS 16 untuk uji statistik. Berikut ini adalah beberapa pengolahan data

yang dilakukan dalam penelitian ini:

3.3.2.1. Perhitungan Volume Kayu Tegakan HTI

Pengukuran volume tegakan dapat dilakukan dengan menggunakan luas

bidang dasar tegakan, yaitu jumlah luas penampang melintang seluruh pohon

yang diukur atau sering disebut dengan luas bidang dasar total tegakan, rata-rata

tinggi, dan faktor bentuk tegakan (Planning, 2011).

Salah satu metode penaksiran volume tegakan adalah dengan cara sampling

titik. Dengan sampling titik ini, luas bidang dasar tegakan dapat ditaksir dengan

cepat. Parameter lain yang diperlukan untuk penaksiran volume tegakan yaitu

tinggi pohon dan angka bentuk batang. Kedua parameter ini dapat diperoleh

dengan mengukur sejumlah pohon, untuk menduga volume tegakan, digunakan

rumus sebagai berikut (Planning, 2011):

V =1

4𝜋

𝑑

100

2

. 𝑡. 𝑓

Keterangan:

V = Volume pohon bebas cabang (m3)

D = diameter setinggi dada (cm)

t = tinggi bebas cabang (m)

f = angka bentuk batang (0,7)

(3.2.)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

31

Universitas Indonesia

3.3.2.2. Perhitungan Biomassa Kayu Tegakan HTI

Pendugaan biomassa di lapangan dilakukan dengan menggunakan persamaan

allometrik berikut ini

Tabel 3.1. Persamaan Allometrik untuk Menaksir Biomassa Tegakan HTI

No. Jenis Tanaman Persamaan Allometrik Peneliti

1 Acasia crassicarpa WAG = 0,165 D2,399

Onrizal, 2006

2 Acasia mangium WAG = 0,0528(D2)1,3612

Heriyansah, 2009

3 Eucalyptus WAG = 0,0678 D2,5794

Kusmana, 2011

Di mana,

D = Diameter tanaman setinggi dada (± 130 cm)

Biomassa per hektar dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Planning, 2011):

𝑊 = 𝑊𝑝𝑖 𝑥 11,1111

𝑛

𝑖=1

Di mana,

W = Total biomassa (ton/ha)

Wpi = biomassa tiap plot (ton/900m2)

n = jumlah pohon

3.3.2.3. Pendugaan Biomassa

Kelas-kelas vegetasi yang telah ditentukan kemudian diubah menjadi

informasi distribusi biomassa dengan mengkonversi nilai spketralnya menjadi

biomassa tegakan berdasarkan pengukuran contoh/sampel plot di lapangan untuk

tipe vegetasi tertentu serta menghubungkannyadengan nilai NDVI. Hubungan

nilai NDVI setiap piksel pada citra Landsat 7 ETM+ dengan biomassa hasil

pengukuran lapang dapat digunakan sebagai penduga biomassa tanaman di Hutan

Tanaman Industri yang tidak dilakukan pengukuran lapang melalui pendugaan

tidak langsung yang diperoleh dari model persamaan hasil uji statistik sebagai

berikut.

(3.3.)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

32

Universitas Indonesia

Y = a + b X

Di mana,

Y = biomassa tiap piksel

A = konstanta

B = koefisien NDVI

X = Nilai NDVI setiap piksel

3.3.3. Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian akan dilakukan dua tahapan analisis

yaitu sebagai berikut:

Untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana karakteristik sebaran biomassa

tegakan di Sektor Logas Selatan, PT. RAPP, Kecamatan Singingi?”, maka

analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif untuk

menjelaskan wilayah sebaran biomassa yang rendah, sedang, dan tinggi

berdasarkan hasil peta sebaran biomassa kayu HTI. Analisa spasial dengan

metode overlay digunakan untuk melihat hubungan keruangan antar variabel,

antara nilai biomassa hutan tanaman terhadap ketinggian wilayah, kemiringan

lereng, dan jenis tanah.

(3.4.)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

33 Universitas Indonesia

BAB 4

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas Daerah Penelitian

Berdasarkan Peta Administrasi yang disajikan pada Peta 2, Sektor Logas

Selatan PT. Riau Andalan Pulp and Paper masuk ke dalam wilayah Kecamatan

Singingi bagian Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Luas Sektor

Logas selatan adalah sebesar 21.085 Ha. Sedangkan luas Kecamatan Singingi

sebesar 1933,66km2

atau sekitar 25,52% dari keseluruhan luas Kabupaten

Kuantan Singingi. Sektor Logas Selatan hanya 11% dari luas Kecamatan Singingi.

Berdasarkan Peta 1, batas-batas wilayah Kecamatan Singingi adalah sebagai

berikut:

Utara : Kabupaten Kampar

Selatan : Kecamatan Kuantan Mudik dan Provinsi Sumatera Barat

Barat : Kabupaten Kampar dan Provinsi Sumatera Barat

Timur : Kecamatan Kuantan Hilir, dan Kecamatan Benai

Ibukota Kecamatan Singingi terletak di Muara Lembu yang terdiri dari 13

desa yang meliputi Desa Pangkalan Indarung, Desa Pulau Padang, Desa Muara

Lembu, Desa Logas, Desa Kebun Lado, Desa Simapang Raya, Desa Sungai

Buluh, Desa Petai, Desa Kota Baru, Desa Sumber Jaya, Desa Muara Bahan, Desa

Suka Damai, Desa Bukit Raya, Desa Sungai Paku, Desa Beringin Jaya, dan Desa

Sukamaju.

Berdasarkan Administrasi Sektor Logas Selatan yang disajikan dalam Peta 2.,

Sektor Logas Selatan terletak pada 5 wilayah administrasi desa yaitu Desa Sungai

Paku, Desa Kota Baru, Desa Petai, Desa Kebun Lado, dan Desa Pulau Padang.

Batas-batas wilayah Sektor Logas Selatan adalah sebagai berikut:

Utara : Desa Domo;

Selatan : Desa Pulau Padang, Desa Muara Lembu;

Barat : Desa Gema;

Timur : Desa Gunung Sahilan, Desa Sungai Damai, Desa Bukit Raya,

Desa Muara Bahan, Desa Sumber Jaya, Desa Sungcai Buluh,

Desa Simapang Raya, dan Desa Muara Lembu.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

34

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

35

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

36

Universitas Indonesia

4.2. Topografi

4.2.1. Lereng

Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng yang ditampilkan dalam Peta 3, Sektor

Logas Selatan terbagi dalam 5 kelas wilayah kemiringan lereng. Sektor Logas

Selatan didominasi oleh wilayah dengan kemiringan lereng 8 – 5% yang tersebar

hampir di seluruh bagian. Wilayah dengan kemiringan lereng yang cukup terjal

tersebar di Sektor Logas Selatan bagian Barat Laut. Wilayah yang hampir datar

memiliki luasan paling kecil. Berdasarkan pengolahan data Aster GDEM resolusi

30 meter, klasifikasi wilayah kemiringan lereng disusun dengan metode geometric

interval. Klasifikasi lereng di Sektor Logas Selatan disusun berdasarkan

klasifikasi:

a. Wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 2 % dengan luas 1054 ha;

b. Wilayah dengan kemiringan lereng 2 – 8 % dengan luas 5756 ha;

c. Wilayah dengan kemiringan lereng 8 – 15 % dengan luas 7346 ha;

d. Wilayah dengan kemiringan lereng 15 – 25% dengan luas 2474 ha; dan

e. Wilayah dengan kemiringan lereng >25% dengan luas 4389 ha;

4.2.2. Ketinggian Wilayah

Berdasarkan Peta Wilayah Ketinggian yang ditampilkan dalam Peta 4, Sektor

Logas Selatan terdiri dari lahan kering yang memiliki ketinggian wilayah 4 – 388

meter di atas permukaan laut. Sektor Logas Selatan didominasi oleh wilayah

dengan kelas wilayah ketinggian 120 – 180 meter di atas permukaan laut.

Berdasarkan pengolahan data Aster GDEM resolusi 30 meter, klasifikasi wilayah

ketinggian adalah sebagai berikut:

a. Wilayah dengan ketinggian 0 – 60 mdpl dengan luas 1859 ha;

b. Wilayah dengan ketinggian 60 – 120 mdpl dengan luas 8024 ha;

c. Wilayah dengan ketinggian 120 – 180 mdpl dengan luas 8450 ha;

d. Wilayah dengan ketinggian 180 – 240 mdpl dengan luas 2274 ha; dan

e. Wilayah dengan ketinggian >240 mdpl dengan luas 412 ha.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

37

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

38

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

39

Universitas Indonesia

4.3. Geologi dan Jenis Tanah

Berdasarkan Peta 5 yang diperoleh dari Peta Land System and Land

Suitability lembar Solok (0815) aspek geologi Tata Lingkungan terdiri dari

morfologi dataran dan sebagian besar perbukitan bergelombang lemah hingga

kuat elevasi 3 – 80, berada pada zona batuan rapuh, patahan dengan arah

N335oBT – N340

oBT. Longsor berpotensi terjadi pada tebing jalan menuju

pekanbaru, erosi pada tebing sungai, gerakan tanah pada daerah yang memiliki

batuan rapun.

Struktur Geologi dan Tanah berdasarkan Peta Land System dan Land

Suitability lembar Solok (0815) Skala 1:250.000 yang diterbitkan oleh

Bakosurtanal disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jenis Geologi dan Jenis Tanah Sektor Logas Selatan

No Simbol dan Deskripsi

Geologi

(Jenis Batuan/Mineral

Doiminan

Asosiasi Tanah

1

MBI (Muara Beliti) Dataran

dataran sedimen berbatu tufa

yang berombak sampai

bergelombang

Tefra berbutir halus,

tufit, batu lumpur, batu

lanau, batu pasir,

aluvium, sungai muda,

pasir tua dan kerikil

Podsolik,

kambisol distrik,

Oksisol kromik

2

BKN (Bakunan) Dasar-dasar

lembah kecil diantara bukit-

bukit

Aluvium sungai muda

Gleisol distrik,

Aluvial gleiik,

Kambisol eutrik

3

AHK (Air Hitam Kanan)

Punggung-punggung bersisi

terjal di atas endapan bertufa

Tufit, batu lanau, batu

pasir, batu lumpur, tefra

berbutir halus

- Podsolik kromik

- Oksisol kromik

Podsolik

4

SAR (Sungai Aur) Dataran-

dataran endapan bertufa yang

berbukit

Batu lumpur, batu lanau,

batu pasir, tufit, tefra

berbutir halus

Podsolik

kromik, oksisol

kromik,

kambisol distrik

5

BYN (Bukit Ayun) Sistem-

sistem punggung endapan

bertufa yang sangat curam

Batu pasir, batu lumpur,

tufit, tefra berbutir halus,

batu lanau

Kambisol

distrik, Podsolik

humik

Sumber: Land System dan Land Suitability lembar Solok (0815),Bakosurtanal

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

40

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

41

Universitas Indonesia

4.4. Iklim

Klasifikasi iklim di Sektor Logas Selatan, Kecamatan Singingi ( wilayah

bagian barat ) berdasarkan klasifikasi Schmidt & Ferguson termasuk dalam tipe

A, yaitu curah hujan tinggi dan terjadi hampir sepanjang tahun. Curah hujan

tertinggi terjadi pada Bulan Oktober yaitu sebesar 257 mm, sedangkan surah

hujan terendah Bulan Juli yaitu sebesar 114 mm. Temperatur harian rata-rata

sebesar 25,6 oC, suhu maksimum sebesar 26,6

oC dan suhu minimum 25,6

oC. Hasil

perhitungan neraca air di wilayah ini adalah sepanjang tahun terjadi surplus

kecuali pada Bulan Juli, jumlah air yang berada di tanah yaitu sebesar 300 mm

mengalami keseimbangan (Planning, 2011).

4.5. Penggunaan Tanah

Berdasarkan data penggunaan tanah yang kemudian disajikan dalam Peta 6,

Sektor Logas Selatan memiliki luas wilayah sebesar 21.019 ha dengan rincian

penggunaan tanah yang disajikan dalam dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Luas Penggunaan Tanah Sektor Logas Selatan, PT. RAPP

No. Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase

1 Rawa 173 1%

2 Areal Konflik 388 2%

3 Sarana Prasarana 528 3%

4 Areal Belum Ditanami 914 4%

5 Tanaman Kehidupan 946 4%

6 Tanaman Unggulan 1.349 6%

7 Lahan Tidak Terbangun 1.656 8%

8 Pertanian Masyarakat 1.839 9%

9 Kawasan Lindung 6.367 30%

10 Tanaman Pokok 6.859 33%

Jumlah 21.019 100%

Sumber: Peta Tanam Sektor Logas Selatan, 2011

Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 4.2., tanaman pokok

memiliki luasan sebesar terbesar dari penggunaan tanah yang lainnya.

Penggunaan tanah untuk tanaman pokok ini adalah yang digunakan sebagai areal

tanam untuk jenis tanaman Acacia mangium, Acacia crassicarpa, dan Eucalyptus.

Penggunaan tanah untuk tanaman pokok tidak memenuhi ketentuan umum sebesar

70% dari areal konsesi.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

42

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

43

Universitas Indonesia

Penggunaan tanah untuk Kawasan Lindung berupa wilayah yang

dikembangkan untuk keperluan konservasi. Kawasan Lindung di Sektor Logas

Selatan menjadi salah satu Kawasan Lindung Suaka Margasatwa Bukit Rimbang

Bukit Baling. Oleh karena itu, penggunaan tanah untuk Kawasan Lindung

memiliki luasan yang cukup besar hingga mencapai 30% dari luas total areal

konsesi yaitu 6.367 ha.

Pada Tabel 4.2., tutupan lahan HTI berupa areal yang belum ditanami

menunjukkan bahwa areal ini berupa hutan bekas tebangan (Load Over Area

/LOA) yang belum ditanami kembali dengan luasan sebesar 914 ha atau 4% dari

luas total Sektor Logas Selatan.

Penggunaan tanah lainnya berupa tanaman kehidupan yaitu areal yang

digunakan untuk jenis tanaman yang dikembangkan oleh masyarakat yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi misalnya sayuran, buah-buahan, tanaman karet,

dan lainnya. Penggunaan tanah untuk tanaman unggulan terdiri dari tanaman khas

wilayah setempat yang tetap dilestarikan. Penggunaan tanah berupa sarana

prasarana terdiri dari kantor sektor dan rumah-rumah pekerja hutan. Penggunaan

tanah berupa pertanian masyarakat terdiri dari perkebunan kelapa sawit.

Penggunaan tanah berupa lahan tidak terbangun terdiri dari areal yang tidak

produktif lagi untuk ditanami tanaman HTI. Penggunaan tanah berupa areal

konflik merupakan areal yang dianggap bermasalah karena diklaim milik

masyarakat maupun overlap dengan perusahaan lain.

Gambar 4.1. Presentase Penggunaan Tanah Sektor Logas Selatan

Rawa

1%

Areal

Konflik

2%Sarana

Prasarana

3%

Areal Belum

Ditanami

4%

Tanaman

Kehidupan

4%Tanaman

Unggulan

6%

Lahan Tidak

Terbangun

8%

Pertanian

Masyarakat

9%

Kawasan

Lindung

30%

Tanaman

Pokok

33%

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

44

Universitas Indonesia

4.6. Sebaran Hutan Tanaman Industri

Hutan Tanaman Industri memiliki pola sebaran vegetasi yang berbeda dengan

Hutan Alam maupun Hutan Rakyat. Perbedaan tersebut meliputi: jenis tanaman

monokultur, variasi struktur vertikal dan horisontal tegakan tunggal. Selain itu,

pengaturan dan kompartemenisasi tanaman dan tebangan menyebabkan sistem

kawasan menjadi berpola mozaik.

Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan tersebar di Desa Petai, Desa

Sungai Paku, Desa Kota Baru, Desa Kebun Lado, dan Desa Pulau Padang. Di

Desa Petai bagian Barat, Hutan Tanaman Industri tersebar pada wilayah

kelerengan yang cukup terjal dan ketinggian antara 140 - 388 meter di atas

permukaan laut. Tanaman yang mendominasi di daerah tersebut adalah Acasia

mangium. Hampir semua wilayah Sektor Logas Selatan didominasi oleh tanaman

Acasia mangium. Berdasarkan keterangan sebelumnya yang disajikan pada Tabel

4.3. bahwa luas seluruh tanaman pokok HTI dengan jeniis Acasia mangium yang

ada di Sektor Logas Selatan adalah sebesar 82% dari luas total tanaman pokok

yang ada. Di Desa Petai bagian barat banyak dijumpai lahan tidak terbangun yang

merupakan lahan sudah tidak produktif lagi untuk ditanami jenis tanaman HTI.

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, Hutan Tanaman Industri

memiliki pola sebaran mozaik akibat dari kompartemenisasi atau pemetakan

terhadap areal tanam. Untuk jenis tanah mineral seperti yang terdapat di Sektor

Logas Selatan, Hutan Tanaman Industri diatur dalam bentuk kompartemen

sebagai unit terkecil pengelolaan yang ditentukan dan dibatasi dengan batas alam

berupa sungai, jalan, dan lereng. Hal ini disebabkan karena wilayah yang

bertanah mineral memiliki kecenderungan terletak pada wilayah yang memiliki

variasi elevasi dan kelerengan yang cukup tinggi. Selain itu, pembuatan petak-

petak tanam juga akan sulit jika dibuat berbentuk kotakan-kotakan, karena jenis

tanah mineral cenderung lebih keras daripada tanah gambut memiliki bentuk

kompartemen berupa kotakan-kotakan yang berukuran seragam.

Titik sampel pada penelitian terdiri atas 75 titik sampel pada tegakan Hutan

Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan dengan 6% titik sampel berada pada

wilayah kemiringan lereng 8 - 15%, 37% titik sampel berada pada wilayah

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

45

Universitas Indonesia

kemiringan lereng 2 - 8%, sedangkan sisanya sebanyak 56% titik sampel berada

pada wilayah kelerengan 0 - 2%.

Adapun sebaran titik sampel pada tegakan Hutan Tanaman Industri

berdasarkan wilayah ketinggian terdiri atas 6% terletak pada wilayah ketinggian 0 -

60 mdpl, 11% terletak pada wilayah ketinggian 180 - 240 mdpl, 35% terletak pada

wilayah ketinggian 60 - 120 mdpl, dan sisanya sebesar 48% terletak pada wilayah

ketinggian 120 - 180 mdpl. Pada umumnya, sebaran Hutan Tanaman Industri pada

Sektor Logas Selatan Kecamatan Singingi terletak di antara hutan alam dan

pertanian masyarakat hutan, selain itu juga terletak dengan kawasan lindung

Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling.

(a) (b) (c) Foto 4.1 (a) Hutan Tanaman Acasia mangium 2 tahun, (b) Hutan Tanaman

Eucalyptus umur 3 tahun, (c) Hutan Tanaman Acasia crassiacarpa umur 4 tahun Sumber: Dokumentasi 2011

Hutan Tanaman Industri yang tersebar pada wilayah ketinggian >240 meter di

atas permukaan laut memiliki luasan yang relatif sedikit daripada Hutan Tanaman

Industri yang terletak pada wilayah ketinggian < 240 meter di atas permukaan

laut. Hal ini berpengaruh terhadap pengelolaan tanaman yang lebih mudah pada

wilayah yang relatif datar.

4.7. Luas Tanaman Hutan Tanaman Industri

4.7.1. Luas Tanaman Acacia mangium

Pada Lampiran 2 yang kemudian disajikan dalam Gambar 4.4. dapat dilihat

bahwa luas total tanaman jenis Acacia mangium berdasarkan umur tanaman yang

terbagi pada umur tanaman 1 tahun yaitu seluas 1.666, 2 ha atau sebesar 24%,

umur tanaman 2 tahun seluas 2.411,2 ha atau sebesar 35%, umur tanaman 3 tahun

seluas 682,5 ha atau sebesar 10%, 4 tahun sebesar 11%, umur tanaman 5 tahun

sebesar 2% dari keseluruhan areal tanam di Sektor Logas Selatan. Hal ini

menggambarkan bahwa Acacia mangium yang berumur 2 tahun mendominasi

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

46

Universitas Indonesia

seluruh areal tanam yaitu di Estate (Blok Taman) B, C, D, E, G, H, dan I yang

tersebar di Desa Sungai Paku, Kota Baru, Petai, Kebun Lado, dan Pulau Padang.

Jenis tanaman Acacia mangium mendominasi di Sektor Logas Selatan karena

Sektor Logas Selatan memiliki jenis tanah mineral sehingga tanaman Acacia

mangium menjadi tanaman utama untuk tanaman bahan baku utama pulp dan

kertas pada jenis tanah mineral. Jenis tanaman Acacia mangium tersebar di semua

kelas wilayah ketinggian yaitu 4-388 mdpl dan kelas lereng 0 - 20% yang

terdapat di Sektor Logas Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman Acacia

mangium mampu tumbuh optimal pada hampir semua kondisi fisik tempat

tumbuh.

4.7.2. Luas Tanaman Acacia crassicarpa

Pada Lampiran 3 yang kemudian disajikan dalam Gambar 5.2 dapat diketahui

bahwa tanaman jenis Acacia crassicarpa memiliki luasan hanya sebesar 61,6 ha

dari luas seluruh tanaman pokok HTI di Sektor Logas Selatan atau hanya sebesar

2% dari total area tanam Sektor Logas Selatan.

Untuk jenis tanaman ini presentasenya tidak begitu besar karena jenis

tanaman ini hanya sebagai varian untuk jenis tanah mineral agar tidak dilakukan

monokultur terhadap jenis Acacia mangium saja. Selain itu, jenis tanaman Acacia

crassicarpa lebih diutamakan ditanam pada lahan gambut, namun kenyataannya

jenis ini dapat tumbuh optimal pada jenis tanah mineral.

4.7.3. Luas Tanaman Eucalyptus

Pada Lampiran 3 yang kemudian disajikan dalam Gambar 4.4. dapat diketahui

bahwa tanaman HTI jenis Eucalyptus mempunyai luasan sebesar 1.148,4 ha

dengan luasan terbesar pada umur tanaman 2 tahun. Tanaman HTI jenis

Eucalyptus memiliki sebaran umur tanaman dari 1 tahun seluas 246,2 ha (4%) di

Estate A (Desa Kota Baru dan Sungai Paku); umur 2 tahun seluas 555,3 ha (8%)

di Estate D (Desa Petai dan Kota Baru), Estate G (Desa Petai dan Kebun Lado),

dan Estate H (Desa Petai, Kebun Lado, dan Pulau Padang); serta umur 3 tahun

seluas 346,9 ha (5%) di Estate C dijumpai di Desa Petai dan Kota Baru (Peta 8).

Tanaman jenis Eucalyptus tersebar pada kelas ketinggian wilayah antara 4-87

meter di atas permukaan laut dan pada kelerengan wilayah tidak lebih dari 8%.

Eucalpytus tersebar di bagian Timur Sektor Logas Selatan.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

47

Universitas Indonesia

Dari hasil survey dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa sebaran Hutan

Tanaman Industri di Logas Selatan, PT. Riau Andalan Pulp and Paper, Kecamatan

Singingi sekitar 43% lokasi tanam terdapat di Desa Petai, 14% terdapat di desa

Sungai Paku, 29% terdapat di Desa Kota Baru, dan 14% terdapat di Desa Kebun

Lado.

Gambar 4.2. Presentase Luas Tanaman Pokok

Pada Gambar 4.3. di bawah ini diketahui bahwa tanaman Acacia mangium

memiliki luasan terbesar di antara ketiga jenis tanaman HTI. Sedangkan

Eucalyptus menduduki urutan kedua, dan Acacia crassicarpa memiliki presentase

luas terkecil.

Gambar 4.3. Presentase Luas HTI Menurut Jenis Tanaman

Berikut ini disajikan Peta 7 (Jenis Tanaman HTI) dan Peta 8 ( Umur Tanaman

HTI).

Acacia

crassicarpa (4

tahun)

1%

Acacia

mangium

(5 tahun)

2%

Eucalyptus

(1 tahun)

4% Eucalyptus (3

tahun)

5% Eucalyptus(2

tahun)

8%

Acacia

mangium

(3 tahun)

10%

Acacia

mangium (4

tahun)

11%

Acacia

mangium (1

tahun)

24%

Acacia

mangium (2

tahun)

35%

82%

1% 17%

Acacia mangium

Acacia crassicarpa

Eucalyptus

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

48

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

49

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

50

Universitas Indonesia

4.8. Kondisi Sosial, Ekonomi, Budaya Penduduk di Sekitar HTI

Berdasarkan Kabupaten Kuantan Singingi Dalam Angka 2010, Kecamatan

Singingi memiliki 5.223 KK. Jumlah penduduk total Kecamatan Singingi yaitu

21.047 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 11.168 jiwa dan penduduk

perempuan berjumlah 9.879 jiwa.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di sekitar Sektor Logas Selatan

adalah bertani, namun pada saat ini ada beberapa masyarakat yang melakukan

penebangan liar di kawasan hutan alam sedangkan lahan pertanian yang ada tidak

dimanfaatkan. Apabila penebangan pada hutan alam terus berlanjut akan

mengakibatkan rusaknya hutan alam. Oleh karena itu dilakukan Program

Pemberdayaan Masyarakat Hutan dimana program tersebut merupakan suatu

mekanisme layanan sumber daya dukung untuk membantu masyarakat agar dapat

mengentaskan dirinya sendiri. Program Pemberdayaan Masyarakat Hutan ini

bertolak dari aspirasi dan kebutuhan masyarakat sendiri, salah satunya adalah

alokasi Tanaman Kehidupan sebesar 5% dari luas konsesi. Tanaman Kehidupan

ini mencakup tanaman yang bernilai ekonomis seperti sayur-sayuran, durian, karet

yang dikelola masyarakat hutan yang hasilnya dapat disalurkan ke unit-unit usaha

masyarakat. Dalam bidang perokonomian, saat ini telah terdapat 18 perusahaan

dagang dan 33 KUD di Kecamatan Singingi yang dihasilkan dari program

Pemberdayaan Masyarakat. Diharapkan dengan adanya program tersebut dapat

tercipta masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Selain pertanian, sektor peternakan dan perikanan masuk dalam program

pengembangan ekonomi kerakyatan oleh PT. RAPP. Program-program lain

seperti pengembangan kelestarian lingkungan di semua faktor, penghijauan, dan

kebersihan lingkungan.

Kondisi sosial budaya masyarakat di sekitar sektor Logas Selatan berdasarkan

hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar Sektor Logas Selatan, suku-suku

yang terdapat di Kecamatan Singingi antara lain suku asli yaitu Melayu,

sedangkan suku pendatang adalah suku Minang, Batak, Jawa, Bugis, dan warga

keturunan Cina.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

51

Universitas Indonesia

Adat istiadat yang menjadi ciri masyarakat secara umum dan langsung

melandasi sujud budaya penduduk sebagai anggota masyarakat atau komunitas

dalam suatu tatanan sosial adalah nilai agama dan nilai-nilai yang diwariskan oleh

nenek moyang mereka.

Tata nilai yang terdapat dalam agama dan warisan nenek moyang mereka

yang dianut oleh penduduk secara lagsung melandasi semua perilaku atau setiap

gerak hidup penduduk. Pengaruh nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai warisan

leluhur tersebut terlihat dalam hal sosialisasi penduduk tentang kehidupan,

hubungan manusia dengan manusia lain seperti dalam adat istiadat pernikahan,

hajatan-hajatan, serta upacara keagamaan yang masih sering dilaksanakan oleh

penduduk.

Di Kecamatan Singingi terdapat situs dan benda cagar budaya yaitu jenis

makam tua dan pohon sialang. Pohon Sialang adalah pohon di mana tempat

bersarangnya lebah madu yang bukan saja digunakan sebagai mata pencaharian

masyarakat setempat, tetapi juga merupakan pohon yang dikeramatkan.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

52 Universitas Indonesia

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Nilai Indeks Vegetasi (Tingkat Kehijauan ) HTI

Tingkat kehijauan pada Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan,

Kecamatan Singingi berdasarkan hasil pengolahan data NDVI (Normalized

Difference Vegetation Index) dari Citra Landsat 7 ETM+ komposit band 321

(Peta 9) disajikan pada Peta 10. Sedangkan tingkat kehijauan menurut jenis

tanaman disajikan dalam Peta 11.

Tingkat kehijauan tanaman di Sektor Logas Selatan terbagi menjadi tiga (3)

yaitu tingkat kehijauan yang termasuk dalam kriteria rendah, sedang, dan tinggi.

Tingkat kehijauan dengan kriteria rendah memiliki nilai -1 < NDVI < -0,08 yang

tersebar hanya di sebagian kecil Sektor Logas Selatan yaitu di bagian Barat.

Kriteria sedang memiliki nilai -0,08 < NDVI < 0,21 yang tersebar dominan di

bagian Utara. Sedangkan di bagian Barat, Tengah dan Timur hanya tersebar

sebagian saja. Tingkat kehijauan dengan kriteria tinggi memiliki rentang nilai

yaitu 0,21 < NDVI < 1 yang tersebar di bagian Tengah Sektor Logas Selatan.

Hampir seluruh tegakan Hutan Tanaman Industri memiliki kriteria tingkat

kehijauan yang tinggi karena sebagian besar nilai NDVI di atas 0,21.

Tingkat kehijauan dapat dijadikan sebagai indikator bagi kesuburan vegetasi

yang dilihat dari tutupan kanopi tanaman HTI. Hasil pada penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat kehijauan Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas

Selatan didominasi oleh kriteria tinggi dengan kanopi pohon yang cukup rapat.

Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tegakan yang ada didominasi pada tingkat umur

2 tahun dimana pada umur ini tanaman sedang mengalami pertumbuhan yang

optimal sehingga membentuk tutupan vegetasi yang cukup lebat.

Hasil lain menunjukkan bahwa tingkat kehijauan Hutan Tanaman Industri di

Sektor Logas Selatan dibentuk oleh tingkat kerapatan tanaman yang cukup tinggi

karena pola tanam diatur berdasarkan jarak tanam yang seragam. Jarak tanam

untuk tanaman HTI di Sektor Logas Selatan yang banyak digunakan adalah

3 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 hektar lokasi tanam dapat diperkirakan ditumbuhi

oleh ±1333 tegakan Hutan Tanaman Industri.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

53

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

54

Universitas Indonesia

Tingkat kehijauan Hutan Tanaman Industri menurut jenis tanaman di Sektor

Logas Selatan, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi disajikan

dalam Peta 10.

Pada tanaman Acacia mangium tingkat kehijauan tersebar pada semua

kriteria (rendah, sedang, dan tinggi). Tingkat kehijauan yang rendah terdapat di

bagian Barat dan sebagai sebaran terkecil dari kriteria yang lain. Kriteria tingkat

kehijauan yang sedang tersebar di bagian Utara dan tengah pada Acacia mangium

umur 1 dan 2 tahun. Sedangkan kriteria tinggi tersebar di bagian Tengah dan

Barat pada Acacia mangium umur 2 – 5 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh

dari Citra Landsat 7 ETM+ nilai NDVI pada Acacia mangium memiliki rentang

dari 0,07 – 0,38.

Tingkat kehijauan pada tanaman Acacia crassicarpa umur 4 tahun

seluruhnya terdapat pada kriteria yang tinggi dimana nilai NDVI >0,21.

Berdasarkan pengolahan data citra, nilai NDVI Acacia crassicarpa yang

diperoleh berkisar antara 0,27 – 0,38. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat

kehijauan tanaman Acacia crassicarpa termasuk dalam kriteria yang tinggi. Hal

tersebut disebabkan karena tanaman Acacia crassicarpa yang ada berada pada

tingkat umur 4 tahun, sehingga memiliki tingkat kerapatan vegetasi dan tutupan

kanopi pohon yang tinggi.

Tingkat kehijauan Hutan Tanaman Industri yang areal tanamnya ditumbuhi

oleh tanaman Eucalyptus terdapat dalam dua (2) kriteria yaitu sedang dan tinggi.

Pada tanaman Eucalyptus tingkat kehijauan kriteria sedang tersebar di bagian

Utara yaitu pada tanaman berumur 1 tahun. Kriteria sedang juga tersebar di bagian

Tengah pada sebagian Eucalyptus umur 2 tahun. Tingkat kehijauan tanaman

Eucalyptus yang termasuk dalam kriteria tinggi tersebar di bagian Tengah Sektor

Logas Selatan yang terdiri dari tanaman berumur 2-3 tahun.

Dari ketiga jenis tanaman HTI yang ada, tingkat kehijauan memiliki nilai

NDVI tertinggi sebesar 0,38 pada Acacia mangium yang dicapai pada usia 4 dan 5

tahun. Nilai NDVI 0,38 pada Acacia crassicarpa yang dicapai pada tanaman

berumur 4 tahun, dan nilai NDVI sebesar 0,38 pada Eucalyptus dicapai pada

tanaman berumur 2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tanaman Eucalyptus

umur 2 tahun memiliki tutupan kanopi yang lebih rapat.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

55

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

56

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

57

Universitas Indonesia

5.2. Estimasi Biomassa Melalui Metode Alometri

5.2.1. Distribusi Sampel

Pendugaan biomassa HTI yang dihitung berdasarkan cuplikan data diameter

dan tinggi pohon untuk menghitung besarnya nilai NDVI (rendah, sedang, tinggi).

Pengambilan sampel berdasarkan nilai NDVI terdiri dari 3 plot sampel pada nilai

NDVI kriteria “rendah”, 12 plot sampel pada kriteria “sedang”, dan 50 plot

sampel pada kriteria “tinggi”, sehingga jumlah sampel ada 75 plot.Data-data

lapangan yang berupa tinggi bebas cabang, dan diameter batang yang kemudian

menghasilkan nilai biomassa yang dihitung dengan metode alometri. Kumpulan

dan karakteristik data-data yang diambil dalam bentuk sampel dijelaskan dalam

uraian sebagai berikut.

Sampel yang digunakan untuk pendugaan biomassa pada jenis tanaman

Acacia mangium, Acacia crassicarpa, dan Eucalyptus dengan metode alometri

tersebar sebanyak 75 plot atau seluas 6,75 ha (Peta 12). Sampel yang digunakan

adalah sebesar 0,1% dari luas total tanaman Hutan Tanaman Industri di Sektor

Logas Selatan.

Pada jenis tanaman Acacia mangium, sampel yang tersebar pada tingkat

umur 1 sampai dengan 5 tahun dengan jumlah 37 plot sampel (3,33 ha). Sampel

Acacia mangium umur 1 tahun tersebar di bagian Utara dengan jumlah 8 titik

sampel, umur 2 tahun terdapat di bagian Tengah dan Timur sebanyak 8 titik

sampel, umur 3 tahun terdapat di Tengah dan Barat sebanyak 8 titik sampel, umur

4 tahun terdapat di bagian Barat sebanyak 8 titik sampel, dan pada umur 5 tahun

tersebar di bagian Barat sebanyak 5 titik sampel.

Pada jenis tanaman Acacia crassicarpa, sampel yang diambil hanya pada

tingkat umur 4 tahun sebanyak 12 titik sampel yang tersebar di bagian Selatan

Sektor Logas Selatan.

Pada jenis Eucalyptus, sampel tersebar pada tingkat umur 1 – 3 tahun

dengan jumlah 26 titik sampel. Sampel tanaman Eucalyptus umur 1 tahun tersebar

di bagian Utara Sektor Logas Selatan sebanyak 4 titik sampel, pada umur 2 tahun

sampel Eucalyptus tersebar di bagian Selatan sebanyak 9 titik sampel, dan pada

umur 3 tahun tersebar di bagian Tengah dengan jumlah sampel sebanyak 13 titik

sampel.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

58

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

59

Universitas Indonesia

5.2.2. Diameter Pohon di Lokasi Sampel

Berdasarkan cuplikan data diameter dan tinggi pohon (Lampiran 1 – 3),

hasil survey yang dilakukan pada setiap titik sampel tegakan Hutan Tanaman

Industri Sektor Logas Selatan, PT. Riau Andalan Pulp and Paper dengan luasan

tiap titik sampel 900 m2 di Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi,

Riau diperoleh informasi bahwa pada umur tegakan yang sebagian besar terdapat

pada umur 2 tahun maka rata-rata besaran diameter yang diperoleh tidak lebih dari

19 cm. Jenis tanaman Acasia mangium berumur 2 tahun mendominasi Sektor

Logas Selatan yang memiliki rata-rata diameter batang setinggi dada sebesar 11,7

cm dengan diameter tanaman terbesar adalah 17,2 cm pada tanaman Acacia

mangium umur 5 tahun dan diameter terkecil sebesar 6,3 cm pada Acacia

mangium umur 1 tahun. Standar deviasi Acacia mangium yaitu sebesar 3,08.

Jenis tanaman Acasia crassicarpa hanya tersedia tanaman berumur 4 tahun

dengan rata-rata diameter setinggi dada 8,30 cm. Diameter Acacia crassicarpa

terbesar yaitu 15,68 cm dan diameter terkecil sebesar 12,4 cm. Standar deviasi

menunjukkan angka 2,04 untuk jenis Acacia crassicarpa 4 tahun.

Pada jenis tanaman Eucalyptus variasi umur pada 1 - 3 tahun dengan

diameter yang lebih kecil dari jenis tanaman Acasia mangium. Rata-rata diameter

setinggi dada Eucalyptus adalah sebesar 8,3 cm, dengan nilai terbesar 11,9 cm

pada Eucalyptus umur 3 tahun dan nilai rata-rata diameter terkecil 4,1 pada

Eucalyptus 1 tahun. Standar deviasi Eucalyptus adalah sebesar 2,0. Pada titik

sampel dijumpai bahwa jenis Eucalyptus berumur 3 tahun memiliki rata-rata

diameter batang setinggi dada lebih kecil dari diameter batang setinggi dada pada

jenis Acasia mangium berumur 2 tahun. Begitu pula Eucalyptus umur 2 tahun

memiliki diameter batang yang lebih kecil daripada diameter batang Acasia

mangium berumur 1 tahun. Hal ini disebabkan karena Eucalyptus tumbuh pada

wilayah ketinggian 120 - 180 mdpl dan kelerengan yang cukup terjal sehingga

pertumbuhannya kurang optimal.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

60

Universitas Indonesia

Berdasarkan uji korelasi Pearson Product Moment antara diameter setinggi

dada dengan nilai NDVI diperoleh hasil bahwa korelasi yang ditunjukkan dengan

nilai r sebesar 0,545 atau r2 sebesar 0,297 (29,7%) dengan signifikansi 0,000.

Korelasi yang dihasilkan menunjukkan bahwa 29,7% nilai NDVI bisa mewakili

besar kecilnya nilai diameter setinggi dada pada tanaman Hutan Tanaman

Industri.

Besaran diameter pohon sangat dipengaruhi oleh umur suatu tanaman. Hal

ini disebabkan karena akumulasi massa yang biasanya dalam bentuk biomassa

semakin lama semakin banyak sehingga bentuk ukuran batang bertambah besar.

Semakin tinggi umur suatu tanaman idealnya akan semakin tinggi pula nilai

diameter batang tanaman tersebut. Dalam pembentukkan massa tersebut,

pertumbuhan tanaman tidak terlepas dari faktor fisik wilayah seperti ketinggian,

lereng, kondisi kesuburan tanah, dan kegiatan pemeliharaan terhadap suatu

tanaman.

Faktor fisik berupa ketinggian wilayah dan lereng dapat berpengaruh pada

proses transportasi air dari dalam tanah menuju ke seluruh bagian tubuh tumbuhan

khususnya pada proses fotosintesis. Semakin tinggi suatu tempat tumbuh tanaman

maka tanaman akan semakin sulit mendapatkan air. Begitu pula pada tingkat

kelerengan, semakin terjal suatu lereng maka tanaman akan sulit mendapatkan air.

5.2.3. Tinggi Pohon di Lokasi Sampel

Berdasarkan Tabel cuplikan data diameter dan tinggi pohon (Lampiran 1 –

3), tinggi tanaman pada Sektor Logas Selatan memiliki rata-rata nilai tertinggi

pada jenis Acasia mangium umur 4 tahun. Namun pada kasus tertentu dijumpai

bahwa tinggi tegakan Acasia mangium lebih rendah daripada tegakan Acasia

mangium umur 4 tahun. Hal ini dapat terjadi karena faktor fisik tempat tumbuh

tanaman misalnya kesuburan tanah, ketinggian wilayah, maupun kemiringan

lerengnya.

Jenis Acacia mangium memiliki rata-rata tinggi bebas cabang sebesar 5

meter dengan nilai tertinggi 14,2 meter pada tanaman berumur 5 tahun dan nilai

terendah pada tanaman berumur 1 tahun sebesar 0,5 meter. Standar deviasi tinggi

bebas cabang untuk Acacia mangium memiliki nilai sebesar 3,25.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

61

Universitas Indonesia

Jenis Acacia crassicarpa memiliki rata-rata tinggi bebas cabang sebesar

9,16 meter dengan nilai tertinggi sebesar 12,8 meter dan nilai terendah sebesar

3,2 meter. Standar deviasi tinggi bebas cabang untuk Acacia crassicarpa memiliki

nilai sebesar 2,73.

Jenis Eucalyptus memiliki rata-rata tinggi bebas cabang sebesar 4,99 meter

dengan nilai tertinggi sebesar 10 meter pada tanaman berumur tahun dan nilai

terendah sebesar 0,9 meter pada tanaman berumur 1 tahun. Standar deviasi tinggi

bebas cabang untuk Acacia crassicarpa memiliki nilai sebesar 2,78.

Berdasarkan uji korelasi dengan Pearson Product Moment, korelasi

besarnya nilai tinggi bebas cabang pada ketiga jenis tanaman ini dengan nilai

NDVI diperoleh hasil bahwa korelasi yang ditunjukkan dengan bilai r sebesar

0,429, r2 sebesar 0,184 (18,4%) dengan signifikansi 0,000. Korelasi yang

dihasilkan menunjukkan bahwa 18,4% nilai NDVI bisa mewakili besar kecilnya

nilai tinggi bebas cabang pada tanaman Hutan Tanaman Industri .

5.2.4. Estimasi Biomassa dengan Metode Alometri

Pendugaan biomassa terbatas pada lokasi sampel dengan menggunakan

data-data biofisik tanaman yaitu jenis dan umur tanaman, serta tingkat kehijauan

yang kriterianya ditentukan berdasarkan tinggi rendahnya nilai nilai NDVI.

5.3. Hubungan Karakteristik Pohon dan Biomassa dengan Tingkat

Kehijauan

Karakteristik pohon dapat dilihat dari besarnya batang, tinggi pohon,

maupun kerapatan kanopinya. Karakteristik pohon inilah yang berpengaruh

terhadap besar kecilnya tingkat kehijauan suatu vegetasi maupun berpengaruh

pada besarnya nilai biomassa suatu tanaman. Hubungan antara karakteristik

pohon dengan tingkat kehijauan dan nilai biomassa dapat diketahui dengan

model yang diperoleh dari hasil korelasi nilai NDVI dengan diameter batang dan

tinggi pohon.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

62

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil pengolahan data karakteristik pohon (diameter dan tinggi

batang) dengan metode korelasi maka dapat diketahui korelasi nilai NDVI dengan

diameter batang setinggi dada dan tinggi bebas cabang pada tanaman HTI di

Sektor Logas Selatan menunjukkan bahwa nilai NDVI lebih berpengaruh besar

terhadap pertumbuhan batang tanaman daripada pertumbuhan tinggi tanaman.

Nilai NDVI berpengaruh sebesar 29,7% (nilai r2) terhadap besarnya diameter

batang tanaman. Hasil lain menunjukkan bahwa nilai NDVI berpengaruh hanya

sebesar 18,4% terhadap besarnya tinggi tanaman HTI. Hal ini menunjukkan

bahwa pohon yang batangnya besar menyebabkan tutupan kanopi lebih rapat

dibandingkan pohon tinggi tetapi batangnya tidak besar karena kanopinya kurang

rapat. Kanopi yang rapat ditunjukkan pada nilai NDVI yang besar.

5.4. Sebaran Biomassa Hutan Tanaman Industri

Sebaran biomassa Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan

diperoleh dari hasil pendugaan dengan metode alometri yang selanjutnya dapat

dihasilkan model pendugaan biomassa untuk mewakili wilayah sekitarnya

berdasarkan piksel citra dengan mengkorelasikan nilai NDVI tiap piksel dengan

nilai biomassa dari hasil perhitungan metode alometri.

Sebaran biomassa Hutan Tanaman Industri menurut jenis tanaman

disajikan dalam Peta 12. Sebaran biomassa berdasarkan uji regresi linier

menunjukkan bahwa sebaran biomassa di Sektor Logas Selatan dibagi dalam tiga

(3) kelas yaitu rendah (0 – 40 ton/ha), sedang (40 – 100 ton/ha), dan tinggi

(>100ton/ha).

5.4.1. Pendugaan Biomassa HTI

Pendugaan biomassa Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan

menghasilkan model penduga biomassa yang diperoleh dengan melakukan uji

statistik menggunakan metode regresi linier dengan melihat hubungan biomassa

pada titik sampel dengan Nilai NDVI dari hasil pengolahan Citra Landsat 7

ETM+. Hasil dari uji korelasi dengan regresi linier menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara biomassa tanaman HTI dengan nilai NDVI yang ditunjukkan

pada tabel 5.1. berikut ini.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

63

Universitas Indonesia

Tabel 5.1. Model Penduga Biomassa HTI

Model r r2 Signifikansi

Y = -22,318 + 251,736 NDVI 0,461 0,212 0,000

Sumber: Pengolahan data, 2011

Berdasarkan model penduga biomassa HTI dapat diketahui korelasi nilai

NDVI dengan biomassa hasil metode alometri pada tanaman HTI di Sektor

Logas Selatan menunjukkan bahwa nilai NDVI berpengaruh terhadap besar nilai

biomassa . Nilai r2 menunjukkan bahwa nilai NDVI berpengaruh sebesar 21,2%

terhadap besarnya biomassa tanaman HTI di Sektor Logas Selatan. Besarnya

nilai NDVI pada setiap piksel Citra Landsat 7 ETM+ dapat mewakili sebesar

21,2% untuk pendugaan biomassa Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas

Selatan.

Potensi kandungan biomassa Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas

Selatan menurut jenis dan umur tanaman dari hasil pendugaan biomassa

disajikan pada Tabel 5.2. berikut ini.

Tabel 5.2. Potensi Biomassa Menurut

Jenis dan Umur Tanaman HTI

Umur

Tanaman

(Tahun)

Rata-Rata Biomassa (ton/ha)

Acacia

mangium

Acacia

crassicarpa Eucalyptus

1 20,20 - 7,90

2 48,07 - 15,59

3 80,40 - 33,95

4 88,43 166,5 -

5 111,41 - -

Sumber: Pengolahan Data, 2011

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa potensi biomassa HTI umur 1 tahun pada

tanaman Acacia mangium lebih besar dari potensi biomassa tanaman Eucalyptus

di mana nilai besaran potensinya memiliki perbedaan yang cukup besar. Begitu

pula pada Acacia mangium umur 2 dan 3 tahun memiliki potensi biomassa yang

lebih besar dari pada tanaman Eucalyptus.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

64

Universitas Indonesia

Hal tersebut menunjukkam bahwa tanaman Acacia mangium jauh lebih

berpotensi besar dalam menghasilkan biomassa daripada jenis tanaman

Eucalyptus. Oleh karena pertimbangan itulah, 82% lokasi tanam di Sektor Logas

Selatan digunakan untuk mengembangkan tanaman Acacia mangium.

Hasil lain menunjukkan bahwa besaran potensi biomassa Acacia mangium

umur 4 tahun lebih rendah dari besaran potensi biomassa Acacia crassicarpa

yang berumur 4 tahun. Selain itu, besaran potensi biomassa Acacia crassicarpa

umur 4 tahun pun lebih besar dari besaran potensi biomassa Acacia mangium.

Hal ini menunjukkan bahwa Acacia crassicarpa lebih berpotensi besar dalam

menghasilkan biomassa dari jenis Acacia mangium dan Eucalyptus. Namun,

pada kondisi di lapangan tanaman Acacia crassicarpa lebih diutamakan pada jenis

tanah gambut karena dapat tumbuh jauh lebih baik dari pada di tanah mineral,

sehingga tanaman jenis ini yang dikembangkan di tanah mineral lebih sedikit.

5.4.2. Kandungan Biomassa Acacia mangium

Biomassa pada setiap titik sampel Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas

Selatan, PT RAPP, Kecamatan Singingi menghasilkan nilai yang relatif berbeda

berdasarkan parameter jenis dan umur tanaman.

Estimasi besarnya nilai biomassa berdasarkan pengolahan data survey

lapang dengan metode alometri pada tanaman Acacia mangium di setiap lokasi

sampel disajikan pada Lampiran 1. Hasil yang diperoleh dari survey lapang dan

pengolahan data menunjukkan besaran biomassa tertinggi pada tanaman Acasia

mangium berumur 5 tahun dengan nilai biomassa 162,6 ton/ha. Sedangkan

biomassa dengan nilai paling rendah sebesar 10,6 ton/ha pada Acasia mangium

umur 1 tahun. Standar deviasi pendugaan nilai biomassa Acacia mangium

sebesar 41,75 dengan nilai rata-rata biomassa pada semua tingkat umur sebesar

66,3 ton/ha.

Nilai rata-rata biomassa Acacia mangium pada tingkat umur 1 tahun adalah

sebesar 20,20 ton/ha. Kandungan biomassa Acacia mangium pada umur 1 tahun

memiliki rentang nilai 10,56 – 30,49 ton/ha.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

65

Universitas Indonesia

Nilai rata biomassa Acacia mangium pada tingkat umur 2 tahun adalah

sebesar 48,07 ton/ha. Kandungan biomassa yang dimiliki terdapat pada rentang

nilai 21,64 – 116,15 ton/ha. Batas bawah nilai biomassa pada umur 2 tahun

termasuk dalam rentang nilai biomassa umur 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat tanaman Acacia mangium yang memiliki nilai biomassa yang rendah

meskipun tingkat umurnya lebih tinggi.

Nilai rata-rata biomassa Acacia mangium pada tingkat umur 3 tahun adalah

sebesar 80,40 ton/ha. Kandungan biomassa yang dimiliki Acacia mangium umur

3 tahun memiliki rentang nilai 20,93 – 142, 84 ton/ha. batas terendah pada tingkat

umur 3 tahun memiliki nilai yang lebih kecil dari batas bawah nilai biomassa

pada umur 2 tahun.

Nilai rata-rata biomassa Acacia mangium pada tingkat umur 4 tahun adalah

sebesar 88,43 ton/ha. Kandungan biomassa Acacia mangium memiliki rentang

nilai 63,84 – 126,85 ton/ha.

Nilai rata-rata biomassa Acacia mangium pada tingkat umur 5 tahun adalah

sebesar 111,41 ton/ha dengan kandungan biomassa nya yang berada dalam

rentang nilai 82,41 – 162,62 ton/ha.

Secara umum, besarnya nilai biomassa yang dihasilkan dari kegiatan survey

lapang penelitian ini dipengaruhi oleh umur tanaman. Semakin rendah tingkat

umur suatu tanaman, maka akan semakin rendah pula nilai biomassa yang

dihasilkan. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat umur suatu tanaman, maka akan

semakin tinggi nilai biomassa yang dihasilkan. Namun, tetap dijumpai bahwa

tingkat umur tanaman yang tinggi tidak selalu memiliki nilai biomassa yang lebih

besar dari tanaman pada tingkat umur yang lebih rendah.

5.4.3. Kandungan Biomassa Acacia crassicarpa

Pendugaan biomassa Acacia crassicarpa hanya dilakukan hanya pada

tanaman berumur 4 tahun. Hal tersebut dikarenakan tanaman yang ada di lokasi

tanam berada pada tingkat umur ke-4. Berdasarkan data Lampiran 2, pengukuran

nilai biomassa pada 12 sampel, Acacia crassicarpa umur 4 tahun memiliki rata-

rata sebesar 166,5 ton/ha. Nilai biomassa terbesar adalah 250,68 ton/ha dengan

besaran diameter 18,8 cm. Sedangkan nilai biomassa terkecil sebesar 92,37

ton/ha dengan ukuran diameter batang setinggi dada 12,4 cm. Berdasarkan data

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

66

Universitas Indonesia

tabel pada Lampiran 1 diketahui bahwa nilai biomassa Acacia crassicarpa pada

umur 4 tahun mencapai 250,68 ton/ha. Jika dibandingkan dengan biomassa

Acacia mangium 4 tahun maka biomassa Acacia crassicarpa memiliki tingkat

yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh ukuran rata-rata diameter batang Acacia

crassicarpa berumur 4 tahun lebih besar dari ukuran rata-rata diameter Acacia

mangium berumur 4 tahun pada Estate E dan F. Hal ini dapat terjadi karena

kondisi fisik wilayah yang ada di Estate I sangat berbeda dengan kondisi fisik

wilayah di Estate E dan F yang akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.

5.4.4. Kandungan Biomassa Eucalyptus

Pendugaan besaran biomassa Eucalyptus dilakukan pada tanaman berumur

1 sampai dengan 3 tahun. Nilai pendugaan biomassa Eucalyptus disajikan pada

data tabel Lampiran 3. Nilai rata-rata biomassa Eucalyptus dari seluruh tingkat

umur adalah sebesar 19,81 ton/ha. Nilai biomassa Eucalyptus tertinggi adalah

53,76 ton/ha pada tanaman berumur 3 tahun. Sedangkan nilai terendah terdapat

pada tanaman berumur 2 tahun dengan nilai sebesar 3,44 ton/ha.

Nilai rata-rata biomassa Eucalyptus pada tingkat umur 1 tahun adalah

sebesar 7,9 ton/ha dengan kandungan biomassa nya yang berada dalam rentang

nilai 3,44 – 14,19 ton/ha.

Nilai rata-rata biomassa Eucalyptus pada tingkat umur 2 tahun adalah

sebesar 15,59 ton/ha dengan kandungan biomassa nya yang berada dalam rentang

nilai 7,69 – 22,57 ton/ha.

Nilai rata-rata biomassa Eucalyptus pada tingkat umur 3 tahun adalah

sebesar 33,95 ton/ha dengan kandungan biomassa nya yang berada dalam rentang

nilai 21,22 – 53,76 ton/ha.

Dari data di atas, batas bawah nilai biomassa pada setiap tingkat umur

termasuk dalam rentang nilai biomassa pada tingkat umur dibawahnya. Nilai

biomassa yang rendah pada tingkat umur yang lebih tinggi, misalnya pada

tanaman berumur 3 tahun lebih rendah dari nilai biomassa pada tanaman berumur

2 tahun. Jika dilihat dari aspek biofisik tanaman, hal tersebut sangat nampak

terlihat dari besaran rata-rata diameter batang tanaman.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

67

Universitas Indonesia

5.5. Sebaran Biomassa HTI Menurut Kondisi Fisik Wilayah

Berdasarkan tabel hasil pengolahan data pada Lampiran 4, Sebaran biomassa

Hutan Tanaman Industri di Sektor Logas Selatan didominasi oleh jenis Acacia

mangium kelas sedang dengan luasan 2824,75 ha atau mencakup 50% dari luas

total biomassa semua jenis tanaman. Dari Gambar 5.1. dapat diketahui bahwa

luas sebaran biomassa terkecil terdapat pada jenis Acacia crassicarpa kelas rendah

yaitu dengan luasan hanya sebesar 4,39 ha atau presentase sebesar 8% dari seluruh

jenis tanaman yang ada. Perbedaan yang besar ini disebabkan karena jenis tanaman

yang mendominasi Sektor Logas Selatan adalah Acacia mangium yang mencapai

5.649,5 ha. Sedangkan pada jenis Acacia crassicarpa hanya 61,6 ha, serta pada

jenis Eucalyptus seluas 1.148,4 ha.

Gambar 5.1. Presentase Luas Sebaran Biomassa HTI

Gambar 5.2. Luas Sebaran Biomassa HTI

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Rendah Sedang Tinggi

Acacia mangium 1581,86 2824,75 1242,89

Acacia crassicarpa 4,93 48,05 8,62

Eucalyptus 436,39 516,45 195,23

Lu

as

(ha)

0

1000

2000

3000

4000

Rendah Sedang Tinggi

Luas (ha) 2023,18 3389,25 1446,74

Luas

(h

a)

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

68

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

69

Universitas Indonesia

5.5.1. Sebaran Biomassa Acacia mangium

Sebaran biomassa Acacia mangium dibagi menjadi 3 kelas yaitu rendah,

sedang, dan tinggi yang disajikan dalam Lampiran 4 serta pada Gambar 5.3.

berikut ini.

Gambar 5.3. Presentase Luas Sebaran Biomassa Acacia mangium

Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah memiliki luasan sebesar

1581,86 ha atau berdasarkan Gambar 5.4 sebesar 28% dari luas total tanaman

Acacia mangium. Pada kelas sedang, luas sebaran biomassa Acacia mangium

memiliki luasan sebesar 2824,75 ha atau 50% dari luas total tanaman Acacia

mangium. Sedangkan sebaran biomassa kelas tinggi memiliki luasan sebesar

1242,89 ha atau 22% dari luas tanaman Acacia mangium.

a. Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Rendah (0 – 40 ton/ha)

Berdasarkan tabel sebaran biomassa yang disajikan pada Lampiran 5, dan

dalam Peta 13, biomassa kelas rendah terdapat di Estate D (Desa Petai), Estate G

(Desa Petai), dan Estate H (Desa Petai). Presentase sebaran biomassa

berdasarkan ketinggian wilayah disajikan dalam Gambar 5.4. berikut ini.

Gambar 5.4. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Rendah

Berdasarkan Ketinggian Wilayah

28%

50%

22% Rendah

Sedang

Tinggi

10%

20%

55%

10% 5%0 - 60 mdpl

60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

>240 mdpl

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

70

Universitas Indonesia

Biomassa Acacia mangium kelas rendah mendominasi pada wilayah

ketinggian 120 - 180 meter di atas permukaan laut dengan luasan sebesar 870,02

ha, presentase 55%. Sebaran terkecil terletak pada wilayah ketinggian > 240 meter

di atas permukaan laut dengan luasan 79,09 ha. Biomassa kelas rendah juga

tersebar pada wilayah ketinggian 0 - 6 0 meter di atas permukaan laut dengan

luasan sebesar 158,86 ha. Kondisi yang sama terletak pada wilayah ketinggian

180 - 240 meter di atas permukaan laut. Sedangkan pada wilayah ketinggian 60 -

120 meter di atas permukaan laut sebesar 316,37 ha.

Presentase biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.5. berikut ini.

Gambar 5.5. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Rendah

Berdasarkan Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas

474,56 ha sebesar 30%. Sebaran terkecil pada wilayah lereng 0 - 2% yang hanya

memiliki luas sebesar 158,19 ha. Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah

tersebar di seluruh kelas wilayah kemiringan lereng. Pada lereng 2 - 8% biomassa

seluas 395,47 ha, pada lereng 15 - 25% seluas 316,37 ha, dan pada lereng >25%

seluas 237,28 ha. Kecenderungan sebaran biomassa Acacia mangium kelas

rendah terdapat pada kelas lereng sedang.

Berdasarkan peta umur tanaman (Peta 8), kelas umur tanaman pada biomassa

Acacia mangium kelas rendah adalah pada tanaman berumur 1 tahun yang terletak

di Estate D (Desa Petai). Faktor biofisik tanaman sangat berpengaruh pada

besaran biomassa tanaman karena ukuran diameter batang berbanding lurus

dengan biomassa .

10%

25%

30%

20%

15% 0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

71

Universitas Indonesia

Presentase biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan jenis tanah

disajikan dalam Gambar 5.6. berikut ini.

Gambar 5.6. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Rendah

Berdasarkan Jenis Tanah

Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu punggungan-

punggungan bersisi terjal di atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik

seluas 1107,3 ha atau mencakup 70% dari luas total biomassa kelas rendah untuk

jenis tanaman Acacia mangium. Biomassa kelas rendah juga tersebar pada

mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah podsolik,

kambisol, dan oksisol seluas 348,01 ha. Pada mineral SAR yaitu dataran endapan

bertufa dengan jenis tanah podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 79,09 ha. Pada

mineral BKN yaitu lembah pada aluvium sungai muda dengan jenis tanah gleisol,

aluvial glenik, dan kambisol seluas 15,82 ha. Sedangkan pada mineral BYN yaitu

endapan bertufa curam yang terdiri dari batu pasir, lumpur dengan jenis tanah

kambisol distrik dan podsolik humik seluas 31,64 ha. Sebaran biomassa kelas

rendah memiliki kecenderungan pada jenis tanah podsolik pada mineral AHK.

b. Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Sedang (40 – 100 ton/ha)

Berdasarkan tabel sebaran biomassa yang disajikan pada Lampiran 5, dan

dalam Peta 13, biomassa kelas sedang terdapat di Estate B bagian Selatan (Desa

Kota Baru), Estate D bagian Utara (Desa Kota Baru), Estate F (Desa Petai), Estate

G bagian Selatan (Desa Kebun Lado), Estate H bagian Selatan (Desa Petai), dan

Estate I (Desa Kebun Lado). Presentase sebaran biomassa Acacia mangium

berdasarkan ketinggian wilayah disajikan dalam Gambar 5.7. berikut ini.

22%

70%

5%1% 2%

MBI

AHK

SAR

BKN

BYN

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

72

Universitas Indonesia

Gambar 5.7. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas

Sedang Berdasarkan Wilayah Ketinggian

Berdasarkan tabel pada Lampiran 5, biomassa Acacia mangium kelas sedang

mendominasi pada wilayah ketinggian 60 - 120 meter di atas permukaan laut

dengan luasan sebesar 1129,9 ha, presentase 40%. Sebaran terkecil terletak pada

wilayah ketinggian > 240 meter di atas permukaan laut dengan luasan 84,74 ha.

Biomassa kelas rendah juga tersebar pada wilayah ketinggian 0-60 meter di atas

permukaan laut dengan luasan sebesar 282,48 ha. Kondisi yang berbeda terletak

pada wilayah ketinggian 180-240 meter di atas permukaan laut dengan luasan

sebesar 564,95 ha atau mencakup 20% dari luas total biomassa Acacia mangium

kelas sedang. Sedangkan pada wilayah ketinggian 120 - 180 meter di atas

permukaan laut sebesar 762,68 ha.

Presentase biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.8. berikut ini.

Gambar 5.8. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas

Sedang Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Acacia mangium kelas sedang berdasarkan wilayah

kemiringan lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas

1553,61 ha atau sebesar 55% dari total luas biomassa Acacia mangium kelas

sedang. Sebaran terkecil pada wilayah lereng >25% yang hanya memiliki luas

10%

40%27%

20%

3% 0 - 60 mdpl

60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

>240 mdpl

10%7%

55%

25%

3%0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

73

Universitas Indonesia

sebesar 84,74 ha. Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah tersebar di

seluruh kelas wilayah kemiringan lereng. Pada lereng 0 - 2% biomassa seluas

282,48 ha, pada lereng 2 - 8% biomassa seluas 197,73 ha, dan pada lereng 15 -

25% seluas 706,19 ha. Kecenderungan sebaran biomassa Acacia mangium kelas

sedang terdapat pada kelas lereng sedang.

Berdasarkan peta umur tanaman (Peta 8), kelas umur tanaman pada biomassa

Acacia mangium kelas sedang adalah pada tanaman berumur 2 dan 3 tahun.

Kondisi lereng pada wilayah ini cukup sedang dan tidak terlalu terjal sehingga

dengan rentang umur yang cukup pada tanaman, nilai biomassa yang berada

pada tingkat kemiringan lereng yang sedang cukup tinggi.

Presentase biomassa Acacia mangium kelas sedang berdasarkan jenis tanah

disajikan dalam Gambar 5.9. berikut ini.

Gambar 5.9. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Sedang

Berdasarkan Jenis Tanah

Sebaran biomassa Acacia mangium kelas sedang berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu punggungan-

punggungan bersisi terjal di atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik

seluas 1129,9 ha atau mencakup 40% dari luas total biomassa kelas sedang untuk

jenis tanaman Acacia mangium. Biomassa kelas sedang juga tersebar pada

mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah podsolik,

kambisol, dan oksisol seluas 847,43 ha. Pada mineral SAR yaitu dataran endapan

bertufa dengan jenis tanah podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 169,49 ha. Pada

mineral BKN yaitu lembah pada aluvium sungai muda dengan jenis tanah gleisol,

aluvial glenik, dan kambisol seluas 197,73 ha. Pada mineral SPK, sebaran

biomassa Acacia mangium kelas sedang memiliki luasan sebesar 112,99 ha.

33%

47%

6%4%

7% 3%

MBI

AHK

SAR

BKN

BYN

SPK

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

74

Universitas Indonesia

Sedangkan pada mineral BYN yaitu endapan bertufa curam yang terdiri dari

batu pasir, lumpur dengan jenis tanah kambisol distrik dan podsolik humik seluas

84,74 ha. Sebaran biomassa kelas sedang memiliki kecenderungan pada jenis

tanah podsolik pada mineral AHK.

c. Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Tinggi (>100 ton/ha)

Presentase sebaran biomassa Acacia mangium kelas tinggi berdasarkan

ketinggian wilayah disajikan dalam Gambar 5.10. berikut ini.

Gambar 5.10. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Tinggi

Berdasarkan Wilayah Ketinggian

Berdasarkan tabel sebaran biomassa yang disajikan pada Lampiran 4 dan

Peta 13, sebaran biomassa tinggi (>100 ton/ha) tersebar di seluruh Estate E (Desa

Petai), sebagian kecil Estate F (Desa Petai), Estate A (Desa Sungai Paku dan Kota

baru) dan B (Desa Kota Baru), Estate C bagian Utara (Desa Kota Baru), Estate H

bagian Timur (Desa Petai). Luas keseluruhan sebaran biomassa kelas tinggi pada

Acacia mangium adalah sebesar 1242,49 ha (22% dari luas tanaman Acacia

mangium). Sebaran biomassa kelas tinggi mendominasi di wilayah ketinggian

120 - 180 meter di atas permukaan laut dengan luas 559,3 ha. Sebaran biomassa

paling kecil berada pada wilayah ketinggian >240 meter di atas permukaan laut

dengan luasan 62,14 ha. Sedangkan pada wilayah ketinggian 60 -120 meter di atas

permukaan laut seluas 310,72 ha menempati urutan ke-2; pada wilayah ketinggian

4-57 meter di atas permukaan laut memiliki luas sebesar 186,43 ha menempati

urutan ke-3, dan pada wilayah ketinggian 180 - 240 meter di atas permukaan laut

seluas 124,29 ha menempati urutan ke-4.

Presentase sebaran biomassa Acacia mangium kelas tinggi berdasarkan

wilayah kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.11. berikut ini.

15%

25%

45%

10%5% 0 - 60 mdpl

60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

>240 mdpl

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

75

Universitas Indonesia

Gambar 5.11. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Tinggi

Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng

Berdasarkan wilayah kemiringan lereng, sebaran biomassa kelas tinggi

tersebar pada wilayah kemiringan lereng 8 - 15% seluas 435,01 ha sebagai

wilayah sebaran terluas. Pada wilayah datar ( 0 - 2%) besaran biomassa kelas

tinggi mempunyai luasan sebesar 310,72 ha sebagai urutan ke-2. Sebaran

biomassa tinggi pada wilayah kemiringan >25% memiliki luasan terkecil yaitu

sebesar 62,14 ha. Sedangkan pada wilayah kemiringan lereng 15 - 25% memiliki

luas sebesar 248,58 ha atau 20% dari luas total biomassa Acacia mangium kelas

tinggi.

Presentase sebaran biomassa Acacia mangium kelas tinggi berdasarkan jenis

tanah disajikan dalam Gambar 5.12. berikut ini.

Gambar 5.12. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Tinggi

Berdasarkan Jenis Tanah

Berdasarkan jenis tanah yang ada, sebaran biomassa kelas tinggi terdapat

pada jenis tanah podsolik pada mineral MBI seluas 310,72 ha, mineral AHK

seluas 211,29 ha, mineral SAR seluas 285,86 ha, mineral BKN seluas 186,43 ha,

25%

15%

35%

20%

5%0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

25%

17%

23%

19%

15%

1%MBI

AHK

SAR

BKN

BYN

SPK

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

76

Universitas Indonesia

mineral BYN seluas 12,43 ha. Biomassa kelas tinggi mendominasi pada jenis

tanah mineral MBI (podsolik).

5.5.2. Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa berdasarkan kondisi fisik wilayah

Sektor Logas Selatan disajikan pada Lampiran 4 dan presentase sebarannya

disajikan pada Gambar 5.13. berikut ini.

Gambar 5.13. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa dibagi dalam tiga kelas (3) yaitu

biomassa kelas rendah seluas 4,93 ha atau hanya sebesar 8% dari total luas

sebaran biomassa, biomassa Acacia crassicarpa; kelas sedang seluas 48,05 ha

atau 70%; dan kelas tinggi seluas 8,62 ha atau sebesar 14%. Biomassa Acacia

crassicarpa didominasi oleh biomassa kelas rendah.

a. Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Rendah (0 – 40 ton/ha)

Berdasarkan tabel sebaran biomassa yang disajikan pada Lampiran 6, dan

dalam Peta 13, biomassa kelas rendah terdapat di Estate I (Desa Kebun Lado).

Presentase sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah berdasarkan

ketinggian wilayah disajikan dalam Gambar 5.14. berikut ini.

Gambar 5.15. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Rendah

Berdasarkan Wilayah Ketinggian

8%

78%

14%

Rendah

Sedang

Tinggi

5%

85%

10%

60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

77

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel pada Lampiran 6, biomassa Acacia crassicarpa kelas

rendah mendominasi pada wilayah ketinggian 120 - 180 meter di atas permukaan

laut dengan luasan sebesar 4,19 ha, presentase 85%. Sebaran terkecil terletak pada

wilayah ketinggian 60 - 120 meter di atas permukaan laut dengan luasan 0,25 ha.

Biomassa kelas rendah juga tersebar pada wilayah ketinggian 180 - 240 meter di

atas permukaan laut dengan luasan sebesar 0,49 ha. Berbeda dengan kondisi kelas

biomassa yang lain, kelas biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah hanya

tersebar pada wilayah ketinggian antara 60 sampai 240 meter di atas permukaan

laut.

Presentase biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.15. berikut ini.

Gambar 5.15. Presentase Sebaran Biomassa Acacia mangium Kelas Rendah

Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas 1,43

ha atau sebesar 29% dari total luas biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah.

Sebaran terkecil pada wilayah lereng >25% yang hanya memiliki luas sebesar

0,54 ha. Sebaran biomassa Acacia mangium kelas rendah tersebar di seluruh

kelas wilayah kemiringan lereng, hanya saja luasannya tidak begitu besar. Pada

lereng 0 - 2% biomassa seluas 0,74 ha, pada lereng 2 - 8% biomassa seluas

1,23 ha, dan pada lereng 15 - 25% seluas 0,99 ha. Kecenderungan sebaran

biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah terdapat pada kelas lereng yang

sedang.

15%

25%

29%

20%

11% 0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

78

Universitas Indonesia

Berdasarkan peta umur tanaman (Peta 8), kelas umur tanaman pada biomassa

Acacia crassicarpa adalah hanya terdapat pada tingkat umur 4 tahun, dan

luasannya hanya 61,6 ha. Kondisi ini menyebabkan sebaran biomassa tidak begitu

bervariasi berdasarkan tingkat umur, namun biomassa yang dihasilkan tetap

terbagi menjadi tiga kelas karena memiliki tingkat kehijauan yang berbeda.

Presentase biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah berdasarkan jenis

tanah disajikan dalam Gambar 5.16. berikut ini.

Gambar 5.16. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Rendah

Berdasarkan Jenis Tanah

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas rendah berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah

podsolik, kambisol, dan oksisol seluas 1,97 ha atau 40% dari total luas biomassa

Acacia crassicarpa kelas rendah. Biomassa kelas rendah juga tersebar pada

mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu punggungan-punggungan bersisi terjal di

atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik seluas 1,73 ha atau mencakup

35% dari luas total biomassa kelas rendah untuk jenis tanaman Acacia

crassicarpa. Sedangkan pada mineral SAR yaitu dataran endapan bertufa dengan

jenis tanah podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 1,23 ha atau sebesar 25%.

Untuk sebaran biomassa Acacia crassicarpa tidak begitu bervariasi menurut jenis

tanah karena luas tanamannya juga tidak mendominasi di Sektor Logas Selatan.

40%

35%

25%MBI

AHK

SAR

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

79

Universitas Indonesia

b. Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Sedang (40 – 100 ton/ha)

Presentase sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang

berdasarkan wilayah kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.17. berikut ini.

Gambar 5.17. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas

Sedang Berdasarkan Wilayah Ketinggian

Biomassa Acacia crassicarpa tersebar hanya pada wilayah ketinggian 60 -

240 meter di atas permukaan laut. Biomassa Acacia mangium kelas sedang

mendominasi pada wilayah ketinggian 60 - 120 meter di atas permukaan laut

dengan luasan sebesar 40,84 ha, presentase 85% dari total luas biomassa Acacia

crassicarpa. Sebaran terkecil terletak pada wilayah ketinggian 120 - 180 meter di

atas permukaan laut dengan luasan 0,48 ha atau hanya sebesar 1%. Sedangkan

pada wilayah ketinggian 180 - 240 meter di atas permukaan laut memiliki luas

sebesar 6,73 ha atau sebesar 14%.

Presentase sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang

berdasarkan wilayah kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.18. berikut ini.

Gambar 5.18. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Sedang

Berdasarkan Kemiringan Lereng

1%

85%

14%60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

3%

36%

50%

10%1%

0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

80

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang berdasarkan wilayah

kemiringan lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas 1,43

ha atau sebesar 29% dari total luas biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang.

Sebaran terkecil pada wilayah lereng >25% yang hanya memiliki luas sebesar

84,74 ha. Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang tersebar di seluruh

kelas wilayah kemiringan lereng. Pada lereng 0 - 2% biomassa seluas 282,48 ha,

pada lereng 2 - 8% biomassa seluas 197,73 ha, dan pada lereng 15 - 25% seluas

706,19 ha. Kecenderungan sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang

terdapat pada kelas lereng rendah.

Presentase sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang berdasarkan

wilayah kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.19. berikut ini.

Gambar 5.19. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Sedang

Berdasarkan Jenis Tanah

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas sedang berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral SAR yaitu dataran endapan bertufa dengan jenis tanah

podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 33,64 ha atau 70% dari luas total biomassa

Acacia crassicarpa kelas sedang. Pada mineral MBI yaitu dataran sedimen

berbatu dengan jenis tanah podsolik, kambisol, dan oksisol seluas 9,61 ha.

Sedangkan pada mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu punggungan-punggungan

bersisi terjal di atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik seluas 4,81 ha

atau mencakup 10% dari luas total biomassa kelas sedang untuk jenis tanaman

Acacia crassicarpa.

20%

10%

70%

MBI

AHK

SAR

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

81

Universitas Indonesia

c. Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Tinggi (>100 ton/ha)

Biomassa Acacia crassicarpa kelas tinggi tersebar hanya pada wilayah

ketinggian 120 - 180 meter di atas permukaan laut. Biomassa Acacia crassicarpa

kelas tinggi memiliki luasan sebesar 40,84 ha. Karena jumlah tanaman yang relatif

sedikit maka sebaran biomassa Acacia crassicarpa juga sedikit luasannya.

Presentase sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas tinggi berdasarkan

wilayah kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.20. berikut ini.

Gambar 5.20. Presentase Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa Kelas Tinggi

Berdasarkan Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas tinggi berdasarkan wilayah

kemiringan lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 15 - 25% dengan

luasan sebesar 6,38 ha atau sebesar 74% dari total luas biomassa Acacia

crassicarpa kelas tinggi. Sebaran terkecil pada wilayah lereng 2 - 8% yang hanya

memiliki luas sebesar 0,09 ha. Sedangkan pada wilayah dengan kemiringan

lereng 8 - 15% seluas 1,98 ha. Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas

tinggi tidak tersebar di seluruh kelas wilayah kemiringan lereng karena hanya

tersebar pada wilayah kemiringan 0 - 25%.

Sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas tinggi berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah

podsolik, kambisol, dan oksisol seluas 6,03 ha atau 70% dari luas total sebaran

biomassa Acacia crassicarpa kelas tinggi. Sisa sebarnnya terdapat pada mineral

SAR yaitu dataran endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik, oksisol, dan

kambisol seluas 2,59 ha atau 30% dari luas total biomassa Acacia crassicarpa

kelas sedang. Jumlah keseluruhan luas sebaran biomassa kelas tinggi pada jenis

Acacia crassicarpa adalah 8,62 ha.

2%

1%

23%

74%

0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

82

Universitas Indonesia

5.5.3. Sebaran Biomassa Eucalyptus

Sebaran biomassa Eucalyptus berdasarkan kondisi fisik dan wilayah

disajikan dalam tabel Lampiran 4 serta presentase sebarannya disajikan pada

Gambar 5.21. berikut ini.

Gambar 5.21. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah memiliki luasan sebesar 436,39

ha atau berdasarkan Gambar 5.22 sebesar 38% dari luas total tanaman Eucalyptus.

Pada kelas sedang, luas sebaran biomassa Eucalyptus memiliki luasan sebesar

516,78 ha atau 45% dari luas total tanaman Eucalyptus. Sedangkan sebaran

biomassa kelas tinggi memiliki luasan sebesar 195,23 ha atau 17% dari luas

tanaman Eucalyptus.

a. Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Rendah (0 – 40 ton/ha)

Berdasarkan tabel sebaran biomassa yang disajikan pada Lampiran 7, dan

dalam Peta 13, biomassa kelas rendah terdapat di Estate G (Desa Petai) dan

Estate H (Desa Petai. Presentase sebaran biomassa Acacia crassicarpa kelas

rendah berdasarkan ketinggian wilayah disajikan dalam Gambar 5.22. berikut ini.

Gambar 5.22. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Rendah

Berdasarkan Wilayah Ketinggian

38%

45%

17% Rendah

Sedang

Tinggi

15%

65%

20% 60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

83

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel pada Lampiran 10, biomassa Eucalyptus kelas rendah

mendominasi pada wilayah ketinggian 120 - 180 meter di atas permukaan laut

dengan luasan sebesar 283,65 ha, presentase 65%. Sebaran terkecil terletak pada

wilayah ketinggian 60 - 120 meter di atas permukaan laut dengan luasan 65,46 ha.

Biomassa kelas rendah juga tersebar pada wilayah ketinggian 180 - 240 meter di

atas permukaan laut dengan luasan sebesar 87,28 ha. Kecenderungan sebaran

biomassa Eucalyptus kelas rendah terdapat pada ketinggian 60-240 meter di atas

permukaan laut.

Presentase biomassa Acacia mangium kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.23. berikut ini.

Gambar 5.23. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Rendah

Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan wilayah kemiringan

lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas 130,92 ha

sebesar 30%. Sebaran terkecil pada wilayah lereng 0 - 2% yang hanya memiliki

luas sebesar 43,64 ha. Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah tersebar di

seluruh kelas wilayah kemiringan lereng. Pada lereng 2 - 8% biomassa seluas

395,47 ha, pada lereng 15 - 25% seluas 316,37 ha, dan pada lereng >25% seluas

237,28 ha. Kecenderungan sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah terdapat

pada kelas lereng sedang.

Berdasarkan peta umur tanaman (Peta 8), kelas umur tanaman pada biomassa

Eucalyptus kelas rendah adalah pada tanaman berumur 1 dan 2 tahun yang

terletak di Estate G dan H (Desa Petai). Faktor biofisik tanaman sangat

berpengaruh pada besaran biomassa tanaman karena ukuran diameter batang

berbanding lurus dengan biomassa .

10%

18%

30%

25%

17%

0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

84

Universitas Indonesia

Presentase biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan jenis tanah

disajikan dalam Gambar 5.24 berikut ini.

Gambar 5.24. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Rendah

Berdasarkan Jenis Tanah

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah

podsolik, kambisol, dan oksisol seluas 240,01 ha. Biomassa kelas rendah juga

tersebar pada mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu punggungan-punggungan

bersisi terjal di atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik seluas 174,56 ha

atau mencakup 70% dari luas total biomassa kelas rendah untuk jenis tanaman

Eucalyptus. Pada mineral SAR yaitu dataran endapan bertufa dengan jenis tanah

podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 21,82 ha.

b. Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Sedang (40 – 100 ton/ha)

Presentase sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan

ketinggian wilayah disaiikan dalam Gambar 5.25. berikut ini.

Gambar 5.25. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Sedang

Berdasarkan Wilayah Ketinggian

20%

10%

70%

MBI

AHK

SAR

3%

40%

52%

5%

0 - 60 mdpl

60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

85

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel pada Lampiran 7, biomassa Eucalyptus kelas rendah

mendominasi pada wilayah ketinggian 120 - 180 meter di atas permukaan laut

dengan luasan 268,73 ha dan presentase sebesar 52%. Sebaran terkecil terletak

pada wilayah ketinggian 0 - 60 meter di atas permukaan laut dengan luasan 15,5

ha. Biomassa kelas rendah juga tersebar pada wilayah ketinggian 60 - 120 meter

di atas permukaan laut dengan luasan sebesar 206,71 ha, presentase 40%.

Sedangkan pada ketinggian 180-240 meter di atas permukaan laut dengan luasan

sebesar 25,84 ha dengan presentase sebesar 5%. Kecenderungan sebaran biomassa

Eucalyptus kelas rendah terdapat pada ketinggian 0-240 meter di atas permukaan

laut, tidak melebihi ketinggian 240 meter di atas permukaan laut.

Presentase sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.26. berikut ini.

Gambar 5.26. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Sedang

Berdasarkan Wilayah Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan wilayah kemiringan

lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas 232,55 ha

sebesar 45%. Sebaran terkecil pada wilayah lereng 0 - 2% dan >25% yang hanya

memiliki luas sebesar 51,68 ha, presentase 10%. Sebaran biomassa Eucalyptus

kelas rendah tersebar di seluruh kelas wilayah kemiringan lereng. Pada lereng 2 -

8% biomassa seluas 77,52 ha, dan pada lereng 15 -25% seluas 103,36 ha.

Kecenderungan sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah terdapat pada kelas

lereng sedang.

Presentase sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.27. berikut ini.

10%

15%

45%

20%

10%0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

86

Universitas Indonesia

Gambar 5.27. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Sedang

Berdasarkan Jenis Tanah

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah

podsolik, kambisol, dan oksisol seluas 284,23 ha, presentase sebesar 55%.

Biomassa kelas rendah juga tersebar pada mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu

punggungan-punggungan bersisi terjal di atas endapan bertufa dengan jenis tanah

podsolik seluas 180,87 ha atau mencakup 35% dari luas total biomassa kelas

rendah untuk jenis tanaman Eucalyptus. Pada mineral SAR yaitu dataran endapan

bertufa dengan jenis tanah podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 25,84 ha.

Kondisi yang sama terdapat pada mineral BKN seluas 25,84 ha.

c. Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Tinggi (>100 ton/ha)

Presentase sebaran biomassa Eucalyptus kelas tinggi berdasarkan

ketinggian wilayah disajikan dalam Gambar 5.28. berikut ini.

Gambar 5.28. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Tinggi

Berdasarkan Wilayah Ketinggian

55%35%

5% 5% MBI

AHK

SAR

BKN

10%

60%

20%

3% 7%0 - 60 mdpl

60 - 120 mdpl

120 - 180 mdpl

180 - 240 mdpl

>240 mdpl

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

87

Universitas Indonesia

Berdasarkan tabel pada Lampiran 7, biomassa Eucalyptus kelas tinggi

mendominasi pada wilayah ketinggian 60 - 120 meter di atas permukaan laut

dengan luasan sebesar 117,14 ha, presentase 60%. Sebaran terkecil terletak pada

wilayah ketinggian 180 - 240 meter di atas permukaan laut dengan luasan 5,86 ha.

Biomassa kelas tinggi juga tersebar pada wilayah ketinggian > 240 meter di atas

permukaan laut dengan luasan sebesar 13,67 ha. Pada wilayah ketinggian 120 -

180 meter memiliki luas sebesar 39,05 ha. Kecenderungan sebaran biomassa

Eucalyptus kelas tinggi terdapat pada ketinggian 60 - 240 meter di atas permukaan

laut. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suatu wilayah maka nilai

biomassa nya akan cenderung kecil.

Presentase sebaran biomassa Eucalyptus kelas tinggi berdasarkan wilayah

kemiringan lereng disajikan dalam Gambar 5.29. berikut ini.

Gambar 5.29. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Tinggi Berdasarkan

Wilayah Kemiringan Lereng

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas tinggi berdasarkan wilayah kemiringan

lereng mendominasi pada wilayah dengan lereng 8 - 15% seluas 68,33 ha sebesar

35%. Sebaran terkecil pada wilayah lereng >25% yang hanya memiliki luas

sebesar 29,28 ha atau hanya sebesar 15%. Sebaran biomassa Eucalyptus kelas

tinggi tidak tersebar di seluruh kelas wilayah kemiringan lereng. Pada lereng 2 -

8% biomassa seluas 58,57 ha, dan pada lereng 15 - 25% seluas 39,05 ha.

Presentase sebaran biomassa Eucalyptus kelas tinggi berdasarkan jenis

tanah disajikan dalam Gambar 5.30. berikut ini.

0%

30%

35%

20%

15%

0 - 2 %

2 - 8 %

8 - 15 %

15 - 25 %

>25 %

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

88

Universitas Indonesia

Gambar 5.30. Presentase Sebaran Biomassa Eucalyptus Kelas Tinggi Berdasarkan

Jenis Tanah

Sebaran biomassa Eucalyptus kelas rendah berdasarkan jenis tanah

mendominasi pada mineral MBI yaitu dataran sedimen berbatu dengan jenis tanah

podsolik, kambisol, dan oksisol seluas 117,14 ha, presentase sebesar 60% dari

luas total sebaran biomassa Eucalyptus kelas tinggi. Biomassa kelas rendah

juga tersebar pada mineral AHK (Air Hitam Kanan) yaitu punggungan-

punggungan bersisi terjal di atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik

seluas 19,52 ha atau mencakup 10% dari luas total biomassa kelas rendah untuk

jenis tanaman Eucalyptus. Pada mineral SAR yaitu dataran endapan bertufa

dengan jenis tanah podsolik, oksisol, dan kambisol seluas 48,81 ha dengan

presentase sebesar 25%. Sedangkan pada mineral BKN yaitu lembah aluvium

dengan jenis tanah gleisol, aluvial, dan kambisol memiliki luasan sebesar 9,76

sebagai presentase terkecil.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka secara umum dapat digambarkan

bahwa biomassa semua kelas menyebar hampir di seluruh kondisi fisik wilayah.

Faktor ketinggian tidak menjadi faktor utama dalam penentuan besarnya nilai

biomassa, karena faktor umur merupakan faktor utama penentu besarnya nilai

biomassa suatu tanaman. Hal ini yang menyebabkan dengan bertambahnya nilai

ketinggian suatu wilayah tidak selalu berpengaruh terhadap pertambahan nilai

biomassa. Pada wilayah ketinggian yang rendah dapat dihasilkan nilai biomassa

yang tinggi dikarenakan tingkat umur tanaman yang lebih tinggi, serta sebaliknya,

pada ketinggian wilayah yang tinggi dapat dijumpai nilai biomassa yang tinggi jika

tingkat umur tanamannya tinggi.

60%

10%

25%

5% MBI

AHK

SAR

BKN

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

89

Universitas Indonesia

Sebaran biomassa berdasarkan tingkat kemiringan lereng menunjukkan

bahwa nilai biomassa tanaman lebih besar pada tingkat kelerengan yang relatif

berbukit. Hal ini tidak dipengaruhi oleh karena kerapatan tanaman, karena sistem

penanaman diatur dengan jarak yang relatif seragam. Namun, pada kondisi di

lapangan dijumpai bahwa wilayah yang relatif datar memiliki nilai kerapatan yang

tinggi sehingga berpengaruh pada jumlah tanaman dan massa yang dihasilkan.

Sedangkan pada wilayah yang sedikit curam memiliki tingkat kerapatan yang

rendah karena hambatan fisik wilayah dalam kegiatan penanaman.

Secara umum, semakin terjal nilai kelerengan maka akan semakin rendah

nilai biomassa suatu tanaman terkait dengan kerapatan vegetasi tanaman dan

penerimaan cahaya matahari yang menunjang keoptimalan pertumbuhan tanaman.

Sebaran biomassa berdasarkan jenis tanah yang terdapat di Sektor Logas Selatan

menunjukkan bahwa nilai biomassa yang rendah terdapat seluruhnya pada jenis

tanah mineral AHK dan MBI . Mineral AHK (Air Hitam Kanan) berupa

punggung-punggung bersisi terjal di atas endapan bertufa. Mineral MBI (Muara Beliti)

berupa dataran dataran sedimen berbatu tufa yang berombak sampai bergelombang. Jenis

tanahnya berupa podsolik, oksisol, dan kambisol. Jika dilihat dari bentuk medan yang ada,

maka kondisi tanah yang berpengaruh rendahnya biomassa adalah dari mudahnya tanah

mineral tererosi karena terletak pada punggung-punggung bersisi terjal dan bergelombang

sehingga akan mudah tererosi oleh aliran air. Namun, jenis mineral batuan dan tanah yang

ada di Sektor Logas Selatan tidak menjadi faktor utama bagi besar kecilnya nilai

biomassa. Hal ini dikarenakan bahwa dijumpai jenis tanah podsolik dan oksisol

menyebar pada seluruh kelas biomassa.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

90 Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN

Sebaran biomassa kayu Hutan Tanaman Industri dari jenis Acacia mangium,

Acacia crassicarpa, dan Eucalyptus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kriteria

rendah (0 – 40 ton/ha) menyebar di bagian Utara, kriteria sedang (40 – 100

ton/ha) menyebar di bagian Tengah, dan kriteria tinggi menyebar di bagian Barat.

Berdasarkan kondisi fisik wilayah Sektor Logas Selatan, sebaran biomassa kayu

berdasarkan faktor fisik berupa ketinggian wilayah dan kemiringan lereng, serta

jenis tanah menunjukkan bahwa sebaran biomassa tanaman terdapat pada

ketinggian 4 – 388 mdpl, dan pada tingkat kemiringan lereng yang landai sampai

berbukit yaitu pada 0 – 25%. Berdasarkan jenis tanah, sebagian besar pada

mineral AHK (Air Hitam Kanan) berupa punggungan-punggungan bersisi terjal di

atas endapan bertufa dengan jenis tanah podsolik, oksisol, dan kambisol. Pada

wilayah ketinggian berlaku bahwa dengan bertambahnya nilai ketinggian suatu

wilayah tidak selalu berpengaruh terhadap pertambahan nilai biomassa. Pada

wilayah kemiringan lereng berlaku bahwa semakin terjal kemiringan lereng maka

nilai biomassa akan semakin rendah karena berpengaruh pada tingkat penyerapan

air dari dalam tanah dan intensitas penerimaan cahaya matahari. Sedangkan pada

kondisi tanah yang terdapat pada medan yang terjal dan berbukit akan cenderung

mudah tererosi.

Berdasarkan uji korelasi nilai NDVI dengan biomassa kayu HTI diperoleh

nilai r sebesar 0,461 dengan signifikansi 0,000. Nilai r2 sebesar 0,212

menunjukkan bahwa besarnya nilai NDVI pada setiap piksel Citra Landsat 7

ETM+ dapat mewakili sebesar 21,2% dalam pendugaan biomassa Hutan Tanaman

Industri.

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

91 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adam, E., Onisimo M., & Denis R. 2010. Multispectral and Hyperspektral

Remote Sensing for Identification and Maping of Wetland Vegetation.

Journal of Wetland Ecol Manage, 18, 281 – 296

Barr, C, Dermawan, A., Purnomo H. dan Komarudin,H. 2010. Financial

governance and Indonesia's Reforestation Fund during the Soeharto and

postSoeharto periods, 1989-2009: A political economic Analysis of lessons

for REDD+. Occasional Paper 52. Bogor : CIFOR

Bombelli, Antonio, Valerio A., Heiko B. 2009. Biomass; Assesment of The Status

of The Development of The Standard For The Terrestrial Essential

Climate Variable. Rome: Global Terrestrial Observing System

Dahlan. 2003. Estimasi Karbon Tegakan Acasia mangium Menggunakan Citra

Landsat ETM+ dan SPOT-5: Studi Kasus di BPKH Parung Panjang KPH

Bogor. Bogor: Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan IPB

Delaney, M. 1999. Field Test of Carbon Monitoring for Home Gardens In

Indonesia. In: Field Tests of Carbon Monitoring Methods in Forestry

Project. Forest Carbon Monitoring Program, Winrock International,

Airlington, VA, USA. P45-51

Departemen Kehutanan. 2006. Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Kehutanan tahun 2006 - 2025. Jakarta: Departemen Kehutanan

Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta:

Departemen Kehutanan

Forest Watch Indonesia. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor: FWI

Goetz, Alexander F. H., John B. W., William L. B. 1985. Optical Remote Sensing

of the Earth. USA: IEEE

Heriansyah, I. 2009. Potensi Hutan Tanaman Industri Dalam Mensequester

Karbon: Studi Kasus di Hutan Tanaman Akasia dan Pinus. Bogor:

Perum Perhutani

Irwanto. 2003. Budidaya Tanaman Kehutanan. Jakarta: Direktorat Perbenihan

Tanaman Hutan

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

92

Universitas Indonesia

JianGuang, W., LIU Q., XIAO Q., LI X.W. 2008. Modelling the Land Surface

Reflectance for Optical Remote Sensing Data in Rugged Terrain. Beijing:

Remote Sensing Application of China Academy

Kerekes, J. P. 1989. Modeling, Simulation, and Analysis of Optical Remote

Sensing. Indiana: Purdue University

Kusmana C, Abe K, and Watanabe A. 1992. An Estimation of Above Ground Tree

Biomass of Mangrove Forest in East Sumatera. Indonesia. Tropic 1992;

vol. 1(4): 243-254

Leimgruber, P., Catherin A.C., Alison L. 2005. The Impact of Landsat Satellite

Monitoring on Conservation Biology. UK: University of Kent

Lillesand T. M. And R. W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image

Interpretation. New York: John Willey and Sons

Lopies, R. 2010. Karakteristik dan Spesifikasi Satelit Landsat. Jakarta:

Perencanaan Inderaja

Mack, P. E. 1990. Viewing the Earth.The Social Construction of the Landsat

Satellite System. Cambridge: MIT Press

Malik, J. 2009. Sari Hasil Penelitian Mangium.Bogor: CIFOR

Mitchard, E. T. A., S. S. Saatchi, I. H. Woodhouse, G. Nangendo, N. S. Ribeiro,

M. Williams, C. M. Ryan, S. L. Lewis, T. R. Feldpausch, and P. Meir.

2009. Using Satellite Radar Backscatter to Predict Above-Ground

Woody Biomass: A Consistent Relationship Across Four Different

Africant Landscapes. New York: Geophysical Research

Murdiarso D., Van Noordwijk, Suyanto A. 1999. Modelling Global Change

Impact on Soil Environment. Bogor: IC - SCA Report No.6 BIOTROP -

GCTE/Impact Center For Southeast Asia (IC - SCA)

Onrizal. 2006. Allometric Biomass and Carbon Stock Equation of Planted Acacia

crassicarpa in North Sumatera. Medan: USU

Planning. 2011. Deliniasi Mikro Kabupaten Kuantan Singingi. Riau: Riau Fiber,

PT. RAPP

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

93

Universitas Indonesia

Powel, M.H. 1999. Effect Of Inventory Precision And Variance On The

Estimated Number Of Sample Plots And Inventory Variable Cost: The

Noel Kempff Mercado Climate Action Project. Winrock International.

Forest Carbon Monitoring Program, Winrock International. Airlington,

VA, USA

Prasad, S., Lori M. B, Jocelyn C. 2011. Optical Remote Sensing. Berlin

Heidelberg: Springer

Purwanto, E. 1995. Kelestarian Hutan Tropis. Kehutanan Indonesia. Edisi No.2

1994/1995. Hal. 11-12)

Satoo T., Madgwijk HAL. 1982. Forest Biomass. Martinus Jijhoff/DRW. London:

Junk Publisher

Septiani, Y. 1998. Penanaman Pengayaan Dipterocarps untuk Kegiatan

Rehabilitasi Hutan Bekas Terbakar. Duta Rimba 218/XXIII/1998. Hal

10-14

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.lO.l/Kpts-II/2008 tanggal 6 November

2000 tentang Hutan Tanaman Industri

Thoma, D.P., S. C. Gupia, M. E. Baurer. 2004. Evaluation of Optical Remote

Sensing Models for Crop Residue Cover Assessment. Arizona:

Departemen of Soil, Water and Climate University of Minnesotta

Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Peraturan Pembangunan Hutan

Tanaman Industri (HTI)

Vladutescu, D. V. 2008. Optical Remote Sensing of Properties and Concentration

of Atmospheric Trace constituent. New York: The City University of New

York

Whitten AJ., Damanik J., Hisyam N. 1984. The Ecological of Sumatra.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Wulder, M. 1998. Optical Remote Sensing Techniques for the Assessment of

Forest Inventory and Biophysical Parameters. Forest Research

Application Pasific Forestry Center

Zebua, A. 2008. Validasi Model Alometrik Biomassa di Atas Permukaan Tanah

Hutan Tanaman di IUPHHK PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Sumatera Utara.

Medan: Skripsi Departemen Kehutanan FAPERTA USU

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

LAMPIRAN

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

94

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 1

Tabel 5.1. Pengukuran Diameter dan Tinggi Tegakan Acacia mangium Kelas Umur 5 Tahun ( 120 tegakan/plot)

Titik

Sampel

Koordinat UTM Lokasi /

Desa

Estate (Blok

Tanam) NDVI

Kelas

NDVI

Umur

(Tahun)

Rata-Rata

Diameter

Setinggi

Dada (cm)

Rata-Rata

Tinggi

Tegakan

(m)

Volume

Kayu per

Pohon

Volume

Kayu

(m3/900m2)

Volume

Kayu

(m3/ha)

Biomassa

per Pohon

Biomassa

(ton/900m2)

Biomassa

(ton/ha)

X Y

1 752865 9972944 Kota Baru A 0,30 Tinggi 1 8,1 3,3 0,012 1,43 15,86 15,70 1,88 20,93

2 752830 9973700 Kota Baru A 0,25 Tinggi 1 6,3 0,5 0,001 0,13 1,45 7,92 0,95 10,56

3 752763 9975153 Sungai Paku A 0,20 Sedang 1 6,9 0,6 0,002 0,19 2,09 10,15 1,22 13,53

4 752101 9973655 Kota Baru B 0,27 Tinggi 1 9,2 2,5 0,012 1,40 15,50 22,20 2,66 29,61

5 752130 9972915 Kota Baru B 0,07 Rendah 1 7,1 2,1 0,006 0,70 7,76 10,97 1,32 14,62

6 752140 9972233 Kota Baru B 0,29 Tinggi 1 8,0 2,3 0,008 0,97 10,78 15,18 1,82 20,24

7 751385 9971474 Kota Baru B 0,25 Tinggi 1 9,3 2,3 0,011 1,31 14,57 22,87 2,74 30,49

8 752796 9971474 Kota Baru B 0,18 Sedang 1 8,2 1,0 0,004 0,44 4,93 16,23 1,95 21,64

9 754283 9969323 Kota Baru A 0,32 Tinggi 2 9,9 3,3 0,018 2,13 23,70 27,11 3,25 36,15

10 752833 9969338 Kota Baru B 0,32 Tinggi 2 11,6 3,5 0,026 3,11 34,51 41,74 5,01 55,65

11 752833 9962073 Petai D 0,30 Tinggi 2 11,3 3,6 0,025 3,03 33,68 38,86 4,66 51,82

12 749933 9967873 Kota Baru D 0,34 Tinggi 2 8,5 3,2 0,013 1,52 16,94 17,90 2,15 23,87

13 751383 9963523 Petai D 0,34 Tinggi 2 8,2 3,1 0,011 1,37 15,27 16,23 1,95 21,64

14 751383 9964973 Petai D 0,27 Tinggi 2 11,2 2,1 0,014 1,74 19,30 37,93 4,55 50,58

15 752833 9959173 Kebun Lado G 0,36 Tinggi 2 9,1 1,2 0,005 0,66 7,28 21,55 2,59 28,74

16 755733 9959173 Petai H 0,36 Tinggi 2 15,2 4,8 0,061 7,31 81,25 87,11 10,45 116,15

17 752833 9966423 Kota Baru C 0,30 Tinggi 3 9,0 1,9 0,008 1,01 11,28 20,92 2,51 27,89

18 753568 9966413 Kota Baru C 0,36 Tinggi 3 14,8 5,8 0,070 8,38 93,08 81,01 9,72 108,02

19 753546 9965843 Petai C 0,29 Tinggi 3 16,4 3,9 0,058 6,92 76,85 107,13 12,86 142,84

20 752840 9967114 Kota Baru C 0,29 Tinggi 3 14,8 8,1 0,097 11,70 129,99 81,01 9,72 108,02

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

95

Universitas Indonesia

Tabel 5.1. Pengukuran Diameter dan Tinggi Tegakan Acacia mangium Kelas Umur 5 Tahun ( 120 tegakan/plot) Lanjutan

Titik

Sampel

Koordinat UTM Lokasi /

Desa

Estate (Blok

Tanam) NDVI

Kelas

NDVI

Umur

(Tahun)

Rata-Rata

Diameter

Setinggi

Dada (cm)

Rata-Rata

Tinggi

Tegakan

(m)

Volume

Kayu per

Pohon

Volume

Kayu

(m3/900m2)

Volume

Kayu

(m3/ha)

Biomassa

per Pohon

Biomassa

(ton/900m2)

Biomassa

(ton/ha) X Y

21 752075 9965843 Petai C 0,36 Tinggi 3 14,0 6,5 0,070 8,40 93,34 69,64 8,36 92,85

22 752075 9966420 Kota Baru C 0,07 Rendah 3 12,4 8,5 0,072 8,62 95,76 50,05 6,01 66,73

23 752068 9965383 Petai C 0,34 Tinggi 3 13,0 8,4 0,078 9,36 104,01 56,92 6,83 75,89

24 747865 9962008 Petai E 0,15 Sedang 3 8,1 4,5 0,016 1,95 21,63 15,70 1,88 20,93

25 750007 9962073 Petai E 0,36 Tinggi 4 12,9 10,1 0,092 11,08 123,14 55,73 6,69 74,31

26 750007 9960623 Petai F 0,34 Tinggi 4 13,9 6,7 0,071 8,54 94,84 68,29 8,20 91,06

27 750020 9961288 Petai F 0,34 Tinggi 4 13,6 7,2 0,073 8,78 97,57 64,35 7,72 85,81

28 749217 9961298 Petai F 0,36 Tinggi 4 12,7 7,7 0,068 8,19 90,99 53,41 6,41 71,21

29 750765 9962087 Petai F 0,36 Tinggi 4 15,6 5,5 0,074 8,83 98,07 93,50 11,22 124,66

30 753832 9958230 Kebun Lado G 0,32 Tinggi 4 15,7 10,6 0,144 17,23 191,43 95,14 11,42 126,85

31 754293 9958230 Kebun Lado I 0,38 Tinggi 4 12,2 2,6 0,021 2,55 28,35 47,88 5,75 63,84

32 754764 9957733 Kebun Lado I 0,30 Tinggi 4 12,6 4,0 0,035 4,19 46,53 52,27 6,27 69,70

33 749933 9964973 Petai D 0,36 Tinggi 5 13,8 9,7 0,102 12,18 135,34 66,96 8,04 89,29

34 749944 9965873 Petai D 0,30 Tinggi 5 13,4 4,7 0,046 5,56 61,83 61,81 7,42 82,41

35 750385 9965873 Petai D 0,38 Tinggi 5 15,5 14,2 0,187 22,50 249,95 91,87 11,02 122,50

36 749944 9965474 petai D 0,38 Tinggi 5 14,4 7,2 0,082 9,84 109,39 75,19 9,02 100,25

37 749483 9965484 Petai D 0,32 Tinggi 5 17,2 9,2 0,150 17,95 199,41 121,97 14,64 162,62

Jumlah 434,10 186,40 1,843 221,19 2457,67 1840,42 220,85 2453,89

Rata-rata 0,30 11,73 5,04 0,050 5,98 66,42 49,74 5,97 66,32

Maksimum 0,38 17,20 14,20 0,187 22,50 249,95 121,97 14,64 162,62

Minimum 0,07 6,30 0,50 0,001 0,13 1,45 7,92 0,95 10,56

Standar deviasi 0,08 3,08 3,25 0,046 5,54 61,55 31,31 3,76 41,75

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

96

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 2

Tabel 5.2. Pengukuran Diameter dan Tinggi Tegakan Acacia crassicarpa Kelas Umur 5 Tahun ( 120 tegakan/plot)

Titik

Sampel

Koordinat UTM Lokasi /

Desa

Estate (Blok

Tanam) NDVI

Kelas

NDVI

Umur

(Tahun)

Rata-Rata

Diameter

Setinggi

Dada (cm)

Rata-Rata

Tinggi

Tegakan

(m)

Volume

Kayu per

Pohon

Volume

Kayu

(m3/900m2)

Volume

Kayu

(m3/ha)

Biomassa

per Pohon

Biomassa

(ton/900m2)

Biomassa

(ton/ha)

X Y

1 754520 9959166 Kebun Lado I 0,36 Tinggi 4 16,4 9,4 0,139 16,67 185,23 135,49 16,26 180,65

2 754514 9959348 Kebun Lado I 0,36 Tinggi 4 18,5 11,9 0,224 26,86 298,40 180,90 21,71 241,19

3 754787 9956973 Kebun Lado I 0,38 Tinggi 4 14,5 11,5 0,133 15,94 177,15 100,83 12,10 134,44

4 754976 9957128 Kebun Lado I 0,36 Tinggi 4 12,4 8,6 0,073 8,72 96,88 69,28 8,31 92,37

5 755177 9956973 Kebun Lado I 0,36 Tinggi 4 16,1 9,4 0,134 16,07 178,52 129,62 15,55 172,82

6 754987 9956801 Kebun Lado I 0,36 Tinggi 4 16,6 10,4 0,157 18,90 209,97 139,48 16,74 185,98

7 755171 9956796 Kebun Lado I 0,27 Tinggi 4 12,8 3,2 0,029 3,46 38,41 74,76 8,97 99,68

8 755394 9956790 Kebun Lado I 0,38 Tinggi 4 13,6 6 0,061 7,32 81,31 86,47 10,38 115,29

9 755400 9956596 Pulau Padang I 0,34 Tinggi 4 16,7 9,8 0,150 18,02 200,25 141,51 16,98 188,68

10 755405 9956380 Pulau Padang I 0,32 Tinggi 4 18,8 10,3 0,200 24,01 266,72 188,01 22,56 250,68

11 755411 9956203 Pulau Padang I 0,30 Tinggi 4 16,5 12,8 0,191 22,98 255,32 137,48 16,50 183,30

12 755606 9956203 Pulau Padang I 0,29 Tinggi 4 15,3 6,6 0,085 10,19 113,20 114,70 13,76 152,93

Jumlah 1,58 189,12 2101,36 1498,52 179,82 1998,02

Rata-rata 0,34 15,68 9,16 0,24 29,10 323,29 124,88 14,99 166,50

Maksimum 0,38 18,8 12,8 1,58 189,12 2101,36 188,01 22,56 250,68

Minimum 0,27 12,4 3,2 0,03 3,46 38,41 69,28 8,31 92,37

Standar deviasi 0,04 2,04 2,73 0,40 48,57 539,63 37,74 4,53 50,32

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

97

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 3

Tabel 5.3. Pengukuran Diameter dan Tinggi Tegakan Eucalyptus Kelas Umur 5 Tahun ( 120 tegakan/plot)

Titik

Sampel

Koordinat UTM Lokasi /

Desa

Estate (Blok

Tanam) NDVI

Kelas

NDVI

Umur

(Tahun)

Rata-Rata

Diameter

Setinggi

Dada (cm)

Rata-Rata

Tinggi

Tegakan

(m)

Volume

Kayu per

Pohon

Volume

Kayu

(m3/900m2)

Volume

Kayu

(m3/ha)

Biomassa

per Pohon

Biomassa

(ton/900m2)

Biomassa

(ton/ha)

X Y

1 754283 9975123 Sungai Paku A 0,15 Sedang 1 7,1 1,1 0,003 0,37 4,06 10,64 1,28 14,19

2 753475 9975140 Sungai Paku A 0,20 Sedang 1 5,9 1,4 0,003 0,32 3,57 6,60 0,79 8,80

3 755056 9975127 Kota Baru A 0,20 Sedang 1 4,1 0,9 0,001 0,10 1,11 2,58 0,31 3,44

4 755030 9975659 Sungai Paku A 0,18 Sedang 1 4,8 2 0,003 0,30 3,38 3,88 0,47 5,17

5 752833 9963523 Sungai Paku D 0,15 Sedang 2 6,7 4,3 0,011 1,27 14,14 9,16 1,10 12,22

6 752838 9963119 Petai D 0,23 Tinggi 2 7,1 5,5 0,015 1,83 20,31 10,64 1,28 14,19

7 752837 9962535 Petai D 0,18 Sedang 2 5,6 3,2 0,006 0,66 7,35 5,77 0,69 7,69

8 754283 9963523 Petai H 0,34 Tinggi 2 7,9 5,4 0,019 2,22 24,69 14,01 1,68 18,69

9 754659 9963545 Petai H 0,38 Tinggi 2 8 4,1 0,014 1,73 19,23 14,48 1,74 19,30

10 755711 9962590 Petai H 0,15 Sedang 2 7,6 2 0,006 0,76 8,46 12,68 1,52 16,91

11 754283 9957723 Kebun Lado G 0,15 Sedang 2 8,1 1,1 0,004 0,48 5,29 14,95 1,79 19,93

12 752830 9961737 Petai G 0,34 Tinggi 2 8,5 7 0,028 3,33 37,05 16,93 2,03 22,57

13 754279 9957297 Kebun Lado G 0,22 Tinggi 2 5,9 1,5 0,003 0,34 3,83 6,60 0,79 8,80

14 754283 9966423 Kota Baru C 0,36 Tinggi 3 10,1 5,8 0,033 3,90 43,35 26,41 3,17 35,21

15 752837 9964647 Petai C 0,29 Tinggi 3 11,9 10 0,078 9,34 103,75 40,32 4,84 53,76

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

98

Universitas Indonesia

Tabel 5.3. Pengukuran Diameter dan Tinggi Tegakan Eucalyptus Kelas Umur 5 Tahun ( 120 tegakan/plot) Lanjutan

Titik

Sampel

Koordinat UTM Lokasi /

Desa

Estate (Blok

Tanam) NDVI

Kelas

NDVI

Umur

(Tahun)

Rata-Rata

Diameter

Setinggi

Dada (cm)

Rata-Rata

Tinggi

Tegakan

(m)

Volume

Kayu per

Pohon

Volume

Kayu

(m3/900m2)

Volume

Kayu

(m3/ha)

Biomassa

per Pohon

Biomassa

(ton/900m2)

Biomassa

(ton/ha) X Y

16 752846 9964323 Petai C 0,34 Tinggi 3 9,2 9 0,042 5,02 55,81 20,76 2,49 27,68

17 752841 9963945 Petai C 0,20 Sedang 3 8,3 7,7 0,029 3,50 38,86 15,92 1,91 21,22

18 753540 9965000 Petai C 0,29 Tinggi 3 8,4 7,3 0,028 3,40 37,74 16,42 1,97 21,89

19 753859 9965008 Petai C 0,34 Tinggi 3 9,6 5,1 0,026 3,10 34,44 23,17 2,78 30,89

20 754144 9965012 Petai C 0,22 Tinggi 3 10,5 7,4 0,045 5,38 59,77 29,19 3,50 38,92

21 753863 9964659 Petai C 0,36 Tinggi 3 9,7 4,5 0,023 2,79 31,02 23,80 2,86 31,73

22 753540 9964667 Petai C 0,38 Tinggi 3 9,3 3,8 0,018 2,17 24,08 21,35 2,56 28,46

23 754616 9966425 Kota Baru C 0,07 Rendah 3 10,3 5,6 0,033 3,92 43,53 27,78 3,33 37,04

24 754612 9966758 Kota Baru C 0,34 Tinggi 3 11,1 9,1 0,062 7,39 82,15 33,69 4,04 44,92

25 754616 9967115 Kota Baru C 0,25 Tinggi 3 9,8 8,7 0,046 5,51 61,22 24,43 2,93 32,58

26 754281 9967119 Kota Baru C 0,27 Tinggi 3 10,3 6,2 0,036 4,34 48,19 27,78 3,33 37,04

Jumlah 0,612 73,48 816,39 459,94 55,19 613,25

Rata-rata 0,25 2,35 8,30 4,99 0,024 2,83 31,40 17,69 2,12 23,59

Maksimum 0,38 3,00 11,90 10,00 0,078 9,34 103,75 40,32 4,84 53,76

Minimum 0,07 1,00 4,10 0,90 0,001 0,10 1,11 2,58 0,31 3,44

Standar deviasi 0,09 0,75 2,00 2,78 0,020 2,36 26,27 9,71 1,17 12,95

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

99

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 4

Luas Sebaran Biomassa Hutan Tanaman Industri

Jenis Tanaman Luas Total

Kelas Biomassa

Rendah Sedang Tinggi

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %

Acacia mangium 5649,5 1581,86 28 2824,75 50 1242,89 22

Acacia crassicarpa 61,6 4,93 8 48,05 78 8,62 14

Eucalyptus 1148,4 436,39 38 516,45 45 195,23 17

Jumlah 6859,5 2023,18 29 3389,25 49 1446,74 21

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

100

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 5

Sebaran Biomassa Acacia mangium

Acacia mangium - Biomassa Rendah

Acacia mangium - Biomassa Sedang

Acacia mangium - Biomassa Tinggi

Fisik Wilayah Kelas % ha

Fisik Wilayah Kelas % ha

Fisik Wilayah Kelas % ha

Ketinggian

(mdpl)

0 – 60 10 158,19

Ketinggian

(mdpl)

0 – 60 10 282,48

Ketinggian

(mdpl)

0 – 60 15 186,43

60 - 120 20 316,37

60 - 120 40 1129,9

60 - 120 25 310,72

120 - 180 55 870,02

120 - 180 27 762,68

120 - 180 45 559,30

180 - 240 10 158,19

180 - 240 20 564,95

180 - 240 10 124,29

>240 5 79,09

>240 3 84,74

>240 5 62,14

Jumlah 100 1581,86

Jumlah 100 2824,75

Jumlah 100 1242,89

Lereng (%)

0 - 2 10 158,19

Lereng (%)

0 - 2 10 282,48

Lereng (%)

0 - 2 25 310,72

2 - 8 25 395,47

2 - 8 7 197,73

2 - 8 15 186,43

8 - 15 30 474,56

8 - 15 55 1553,61

8 - 15 35 435,01

15 - 25 20 316,37

15 - 25 25 706,19

15 - 25 20 248,58

>25 15 237,28

>25 3 84,74

>25 5 62,14

Jumlah 100 1581,86

Jumlah 100 2824,75

Jumlah 100 1242,89

Jenis Tanah

MBI 22 348,01

Jenis Tanah

MBI 33 932,17

Jenis Tanah

MBI 25 310,72

AHK 70 1107,30

AHK 47 1327,63

AHK 17 211,29

SAR 5 79,09

SAR 6 169,49

SAR 23 285,86

BKN 1 15,82

BKN 4 112,99

BKN 19 236,15

BYN 2 31,64

BYN 7 197,73

BYN 15 186,43

Jumlah 100 1581,86

SPK 3 84,74

SPK 1 12,43

Jumlah 100 2824,75

Jumlah 100 1242,89

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

101

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 6

Sebaran Biomassa Acacia crassicarpa

Acacia crassicarpa - Biomassa Rendah

Acacia crassicarpa - Biomassa Sedang

Acacia crassicarpa - Biomassa Tinggi

Fisik Wilayah Kelas % ha

Fisik Wilayah Kelas % ha

Fisik Wilayah Kelas % ha

Ketinggian

(mdpl)

60 - 120 5 0,25

Ketinggian

(mdpl)

60 - 120 1 0,48

Ketinggian

(mdpl)

60 - 120 0 0,00

120 - 180 85 4,19

120 - 180 85 40,84

120 - 180 100 8,62

180 - 240 10 0,49

180 - 240 14 6,73

180 - 240 0 0,00

Jumlah 100 4,93

Jumlah 100 48,05

Jumlah 100 8,62

Lereng (%)

0 - 2 15 0,74

Lereng (%)

0 - 2 3 1,44

Lereng (%)

0 - 2 2 0,17

2 - 8 25 1,23

2 - 8 36 17,30

2 - 8 1 0,09

8 - 15 29 1,43

8 - 15 50 24,03

8 - 15 23 1,98

15 - 25 20 0,99

15 - 25 10 4,81

15 - 25 74 6,38

>25 11 0,54

>25 1 0,48

>25 0 0,00

Jumlah 100 4,93

Jumlah 100 48,05

Jumlah 100 8,62

Jenis Tanah

MBI 40 1,97

Jenis Tanah

MBI 20 9,61

Jenis Tanah

MBI 70 6,03

AHK 35 1,73

AHK 10 4,81

AHK 0 0,00

SAR 25 1,23

SAR 70 33,64

SAR 30 2,59

Jumlah 100 4,93

Jumlah 100 48,05

Jumlah 100 8,62

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA SEBARAN BIOMASSA HUTAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20294898-S1767-Sebaran biomassa.pdf · BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 45 . 5.1. Nilai Indeks Vegetasi

102

Universitas Indonesia

LAMPIRAN 7

Sebaran Biomassa Eucalyptus

Eucalyptus - Biomassa Rendah

Eucalyptus - Biomassa Sedang

Eucalyptus - Biomassa Tinggi

Fisik Wilayah Kelas % ha

Fisik Wilayah Kelas % ha

Fisik Wilayah Kelas % ha

Ketinggian

(mdpl)

60 - 120 15 65,46

Ketinggian

(mdpl)

0 – 60 3 15,50

Ketinggian

(mdpl)

0 – 60 10 19,52

120 - 180 65 283,65

60 - 120 40 206,71

60 - 120 60 117,14

180 - 240 20 87,28

120 - 180 52 268,73

120 - 180 20 39,05

Jumlah 100 436,39

180 - 240 5 25,84

180 - 240 3 5,86

Lereng (%)

0 - 2 10 43,64

Jumlah 100 516,78

>240 7 13,6661

2 - 8 18 78,55

Lereng (%)

0 - 2 10 51,68

Jumlah 100 195,23

8 - 15 30 130,92

2 - 8 15 77,52

Lereng (%)

0 - 2 0 0,00

15 - 25 25 109,10

8 - 15 45 232,55

2 - 8 30 58,57

>25 17 74,19

15 - 25 20 103,36

8 - 15 35 68,33

Jumlah 100 436,39

>25 10 51,68

15 - 25 20 39,05

Jenis Tanah

MBI 20 87,28

Jumlah 100 516,78

>25 15 29,28

AHK 10 43,64

Jenis Tanah

MBI 55 284,23

Jumlah 100 195,23

SAR 70 305,47

AHK 35 180,87

Jenis Tanah

MBI 60 117,14

Jumlah 100 436,39

SAR 5 25,84

AHK 10 19,52

BKN 5 25,84

SAR 25 48,81

Jumlah 100 516,78

BKN 5 25,84

Jumlah 100 516,78

Sebaran biomassa..., Frida Tri Rahayu, FMIPA UI, 2012