universitas indonesia - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20331275-ta-rika christin.pdf ·...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSES FINANCIAL DUE DILIGENCE DAN ANALISIS
PERTIMBANGAN AKAN KELANGSUNGAN HIDUP
ENTITAS (GOING CONCERN) PERUSAHAAN
MANUFAKTUR KARET REMAH PT XXX
LAPORAN MAGANG
RIKA CHRISTIN
0906558905
FAKULTAS
EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2013
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSES FINANCIAL DUE DILIGENCE DAN ANALISIS
PERTIMBANGAN AKAN KELANGSUNGAN HIDUP
ENTITAS (GOING CONCERN) PERUSAHAAN
MANUFAKTUR KARET REMAH PT XXX
LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi
RIKA CHRISTIN
0906558905
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JANUARI 2013
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
HALAMAN PERI\TYATAAII ORISINALITAS
Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
Tanda Tangan
: Rika Christin
:0906558905
Tanggal : 25 Januari 2013
Universitas indonesia
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Magang ini diajukan oleh :LaporanNamaNPMProgram StudiJudul Laporan Magang
Pembimbing
Ketua Dosen Penguji
Dosen Penguji
DEWAN PENGUJI
: Aria Farah Mita, S.E., M.S.M.
: Budi Frensidy, S.8., M.Comm.
: Eko Wisnu, S.E., M.M.
,\w)/,,rffir,
: Rika Christin: 0906558905: Akuntansi:Proses Financial Due Diligence dan AnalisisPertimbangan Akan Kelangsungan Hidup Entitas(Going Concern) Perusahaan Manufaktur KaretRemah PT XXX
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitaslndonesia
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 25 Januariz}L3
ilt Universltas indonesia
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
iv Universitas indonesia
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan karena atas berkat dan perlindungan-
Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan magang ini saya buat untuk
memenuhi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas
Indonesia. Selama proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
hingga proses penyusunan laporan magang ini selesai dilakukan, saya menyadari
bahwa banyak pihak yang telah mendukung dan membantu saya. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Ibu Aria Farah Mita, S.E., M.S.M., selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya
selama proses penyusunan laporan magang.
Bapak Budi Frensidy, S.E., M.Comm. selaku dosen ketua penguji dan
Bapak Eko Wisnu, S.E., M.M. selaku dosen penguji.
RSM AAJ Associates, sebagai tempat saya melaksanakan magang selama
empat bulan dari Juni-Oktober 2012 dan telah memberikan saya pelajaran
serta pengalaman selama program magang dilakukan..
PT XXX, selaku klien RSM AAJ Associates yang telah memberikan
bantuan dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan
laporan magang ini.
Bapak Hadi Avilla dan Bapak Mochamad Yassin, selaku Partner dan
Senior Manager Corporate Finance and Transaction Support RSM AAJ
Associates yang telah memberikan kepercayaan dan bimbingan kepada
saya selama kegiatan magang berlangsung.
Kakak Hadian G. Hatman, selaku manajer saya yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan serta senantiasa membantu saya selama saya
menjalani program magang.
Seluruh dosen FEUI atas pengabdian dan perhatian Bapak/Ibu kepada
dunia pendidikan dan telah memberikan materi perkuliahan yang
berkualitas kepada mahasiswa/i FEUI.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
v Universitas indonesia
Seluruh petugas di Departemen Akuntansi, Biro Pendidikan, Mahalum,
HMC, Perpustakaan, Lab. Komputer, dan pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, atas dedikasinya melayani seluruh mahasiswa.
Nenek saya, Alm. Popo Pit Yin yang selalu memberikan perhatian,
nasihat, dan dukungan kepada saya.
Orang tua saya, Yusman Kurnia dan Ha Selvi Halim yang selalu
memberikan perhatian, dukungan, dan semangat untuk menyelesaikan
laporan magang ini.
Adik saya, Irawati Susanti yang selalu membantu dan mendukung saya.
Keluarga besar saya, Ieie Fei Tjen dan Ieie Fei Tju, serta Ko Andri, Ci
Andryani, Ko Handy, Ko Pipin, dan Ci Harini yang telah menjadi sepupu
terbaik saya yang selalu mendukung saya.
Sahabat-sahabat terbaik saya selama kuliah di FEUI, Elly Juliaty, I Made
Ari Mahadi, Jessica Sani, Lita Kurnia, Ni Putu Rina, Rafliska Septarina,
Ranita Wijaya, Ratna Yani, Sukha Adi Putra, Yolanda Oclines, Yosef
Indra Sidharta, Yoshanti Andikasari atas persahabatan kita selama kurang
lebih 3,5 tahun ini. Setiap waktu bersama kalian sangatlah berharga dan
indah. Meskipun tidak setiap waktu kita lewati dengan tawa dan terkadang
ada selisih paham, namun hal-hal inilah yang pada akhirnya memperat
jalinan persahabatan kita. Terima kasih selama proses penyusunan laporan
magang ini, kita semua dapat saling mendukung dan membantu. Semoga
kita selalu kompak dan persahabatan ini tidak akan berujung.
Sahabat-sahabat terbaik saya yang tidak akan pernah lekang oleh waktu,
Delicia, Melisa, Clara, Yuliana, dan Cicilia.
Guru sekaligus sahabat terbaik saya, Bu Yenny dan Bu Melissa serta
kawan-kawan terbaik saya, Cindy Adelia, Jane Natalie, Felisa Triska,
Grace, Juliani, Agnes yang selalu memberikan dukungan kepada saya.
Kak Lugas dan Kak Vita, selaku mentor OPK saya, serta Jessica Stefanus,
Jessica Cuanita, Erlyn, Ko Bong, Ko Hendra, dan Ci Khanti, selaku
senior-senior yang sudah memperkenalkan FEUI kepada saya sejak saya
masih mahasiswa baru hingga saya menjadi mahasiswa tingkat akhir.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
vi Universitas indonesia
Seluruh keluarga besar KOMPeK FEUI, khususnya KOMPeK 12 dan 13.
Terima kasih khususnya kepada Rani Hanida, Jonathan Wiradinata, dan
Gary Linggar yang sudah memperkenalkan KOMPeK kepada saya dan
menjadi inspirasi bagi saya untuk terus berkarya.
Seluruh keluarga besar TST 2010 yang sudah memberikan kesempatan
kepada saya untuk belajar dan menambah pengalaman.
Seluruh keluarga besar BEM FEUI 2011 atas pengalaman yang sangat
berharga. Terimakasih banyak kepada Ketua Umum BEM FEUI 2011,
Kak Dzulfian Syafrian serta seluruh pengurus inti yang sudah
memperkenalkan dan mempercayakan Biro Kominfo kepada saya dan
selalu mendukung saya. Terima kasih juga kepada seluruh BPH BEM
FEUI 2011 yang senantiasa kompak dan saling berbagi. Terima kasih
khususnya saya ucapkan kepada bidang 4 BEM FEUI 2011, yaitu Biro
Hublu dan Kominfo, yang telah belajar dan berproses bersama-sama
dengan saya selama satu tahun dalam BEM FEUI 2011.
Seluruh keluarga besar SPA FEUI 2010, khususnya accounting study
division yang sudah memberikan banyak pelajaran dan kesempatan untuk
mengembangkan diri saya menjadi lebih baik lagi.
Kawan sekaligus partner kerja terbaik saya selama di FEUI, Andrew
Aditya, Christiaan Robert, dan Aditya Rian Anggoro yang sudah
memberikan warna-warni pada kehidupan kampus saya sehingga menjadi
tidak monoton.
Angelica Faevita, Azita Zandean, Fiona Natalia, Kharisma Pawestri, Maria
Marcia, Miranti Benacorry, Aklan Huda Wijaya, Joe Kevin Joviand, yang
selalu menyediakan waktu untuk berbagi dengan saya dan memberikan
semangat kepada saya. Doaku yang terbaik untuk kalian semua.
Teman-teman Orange Team yang selalu bersama saya selama pelaksanaan
program magang, Novisantia Rangga, Asri Adika, Kak Cut Dina, Kak
Farich, yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat selama
program magang dilaksanakan dan penyusunan laporan magang ini.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
vii Universitas indonesia
Teman-teman satu bimbingan karya akhir, Nico Iswaraputra, Beatrice
Sihite, Tientien, Kak Mita, Kak Raditiani, dan Kak Aidil yang selalu
menjadi tempat berbagi suka dan duka dalam penyusunan laporan ini.
Seluruh pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyusunan laporan magang ini yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Tak Ada Gading yang Tak Retak. Demikian pula dengan laporan magang ini yang
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan hal positif lainnya.
Depok, 21 Januari 2013
Rika Christin
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
IIALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAII PUBLIKASI
TUGAS AKHIR T]NTUK KEPENTINGAII AKADEMIS
Sebagai sivitas
bawah ini:
Nama
NPM
Departemen
Fakultas
Jenis Karya
akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
Rika Christin
0906558905
Akuntansi
Ekonomi
Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royulty-
Free Right\ atas karya ilmiah sayayangberjudul:
PROSES FINANCIAL DUE DILIGENCE DAN AI{ALISISPERTIMBANGAN AKAN KELANGSUNGAN HIDUP ENTITAS (GOINGCONCERN) PERUSAHAAN MANUFAKTUR KARET REMAH PT XXX
beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dernikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Depok
Pada Tanggal :25 Januari 2013
Yang menyatakan
(Rika Christin)
v| l l Universitas indonesia
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
ix Universitas indonesia
ABSTRAK
Nama : Rika Christin
Program Studi : Akuntansi
Judul : Proses Financial Due Diligence dan Analisis Pertimbangan
Akan Kelangsungan Hidup Entitas (Going Concern)
Perusahaan Manufaktur Karet Remah PT XXX
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan proses financial due diligence atas PT
XXX. Adapun pembahasan atas prosedur dan temuan pada proses financial due
diligence ini meliputi akun-akun pada laporan posisi keuangan dan laporan laba
rugi PT XXX yang telah disepakati oleh akuntan dan pengguna laporan (agreed
upon procedures). Selain itu, akan dibahas pula mengenai analisis kemampuan PT
XXX dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) PT XXX.
Berdasarkan temuan yang diperoleh selama proses financial due diligence dan
analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa going concern PT XXX
diragukan.
Kata kunci:
Financial Due Diligence, agreed upon procedures, going concern
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
x Universitas indonesia
ABSTRACT
Name : Rika Christin
Study Program : Accounting
Title : Financial Due Diligence Process and Going Concern
Analysis of Crumb Rubber Manufacturing Company PT
XXX
This report will describe financial due diligence process of PT XXX. The
procedures and findings discussed in this financial due diligence process will
cover accounts in statement of financial position and income statement of PT
XXX based on agreed upon procedures between auditor and report’s users.
Moreover, this report will discuss analysis of PT XXX’s going concern. Based on
findings in financial due diligence process and further analysis of PT XXX, it can
be concluded that PT XXX’s going concern is doubtful.
Key words:
Financial Due Diligence, agreed upon procedures, going concern
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
xi Universitas indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang ................................................... 1
1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang .................................................. 2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang ............................................. 2
1.4 Aktivitas Kegiatan Magang Secara Umum ........................................... 3
1.5 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 4
1.6 Perumusan Masalah............................................................................... 6
1.7 Maksud dan Tujuan Pembahasan .......................................................... 6
1.8 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................... 7
1.9 Sistematika Penulisan ............................................................................ 7
BAB 2 KERANGKA TEORI ................................................................................ 9
2.1 Definisi dan Gambaran Umum Proses Financial Due Diligence .......... 9
2.1.1 Pengertian Financial Due Diligence ............................................ 9
2.1.2 Proses Financial Due Diligence ................................................. 10
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
xii Universitas indonesia
2.2 Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 51: Perikatan Untuk
Menerapkan Prosedur yang Disepakati Atas Unsur, Akun, atau Suatu Pos
Laporan Keuangan .................................................................................... 13
2.3 Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 30: Pertimbangan Auditor
Atas Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan
Hidupnya (Going Concern)........................................................................ 16
2.4 Karakteristik Perusahaan Manufaktur .................................................. 18
2.4.1 Pengakuan Pendapatan pada Perusahaan Manufaktur...............19
2.4.2 Jenis Biaya yang Terjadi pada Perusahaan Manufaktur............. 21
BAB 3 PROFIL TEMPAT MAGANG DAN PERUSAHAAN ........................ 22
3.1 Profil Perusahaan Magang ................................................................... 22
3.2 Profil Perusahaan Klien ........................................................................ 24
3.2.1 Gambaran Umum Perusahaan Klien .......................................... 25
3.2.2 Komposisi Pemegang Saham Perusahaan Klien ........................ 25
3.2.3 Struktur Organisasi Perusahaan Klien ....................................... 25
3.2.4 Kebijakan Akuntansi Umum Perusahaan Klien ......................... 26
BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS ......................................................... 28
4.1 Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Karet Remah PT XXX ............ 28
4.2 Proses Financial Due Diligence terhadap PT XXX ............................. 31
4.3 Temuan pada Proses Financial Due Diligence atas PT XXX ............. 37
4.3.1 Kas dan Setara Kas ..................................................................... 38
4.3.2 Piutang usaha dan Piutang Lainnya ........................................... 39
4.3.3 Persediaan................................................................................... 40
4.3.4 Aset Tetap .................................................................................. 41
4.3.5 Utang Usaha ............................................................................... 42
4.3.6 Beban yang Masih Harus Dibayar ............................................. 43
4.3.7 Pinjaman dari Pihak Berelasi ..................................................... 43
4.3.8 Pinjaman dari Bank atau Institusi Finasial Lainnya ................... 44
4.3.9 Modal ......................................................................................... 45
4.3.10 Peristiwa Kemudian (Subsequent Events) ................................ 45
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
xiii Universitas indonesia
4.3.11 Kewajiban Kontinjensi dan Komitmen .................................... 46
4.4 Analisis Rasio Keuangan PT XXX ...................................................... 47
4.4.1 Analisis Profitabilitas ................................................................. 47
4.4.2 Analisis Turnover ....................................................................... 48
4.4.3 Analisis Likuiditas dan Solvabilitas ........................................... 49
4.5 Analisis Going Concern PT XXX Berdasarkan PSA No.30 ............... 50
4.6 Peran Auditor dalam Mempertimbangkan Kemampuan PT XXX dalam
Mempertahankan Kelangsungan Hidup (Going Concern) ........................ 52
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 54
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 54
5.2 Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57
LAMPIRAN
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
xiv Universitas indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Pelaku Usaha Komoditi Karet di Tiap Daerah ............. 5
Tabel 3.1 Komposisi Pemegang Saham PT XXX ................................... 25
Tabel 4.1 Rasio Profitabilitas PT XXX ................................................... 47
Tabel 4.2 Rasio Turnover PT XXX ......................................................... 49
Tabel 4.3 Rasio Likuiditas dan Solvabilitas PT XXX ............................. 49
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
xv Universitas indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Financial Due Diligence .............................................. 12
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSM AAJ ................................................ 24
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT XXX .................................................. 26
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
xvi Universitas indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Laporan Laba Rugi PT XXX untuk Periode Yang Berakhir 31
Desember 2009, 2010, 2011 (telah diolah kembali)
Lampiran 2 Laporan Posisi Keuangan PT XXX Periiode 31 Desember 2009,
2010, 2011 (telah diolah kembali)
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang
Globalisasi ekonomi merupakan suatu keadaan ekonomi global di mana kegiatan
perekonomian bersifat terbuka tanpa adanya batas-batas teritorial dan
kewilayahan antar satu daerah dengan daerah yang lain. Di dalam globalisasi
ekonomi, dunia menjadi satu kesatuan dimana semua daerah bisa dijangkau
dengan cepat dan mudah. Berbagai kegiatan perdagangan, dan investasi menuju
ke arah liberalisasi kapitalisme di mana semua orang menjadi bebas untuk
berusaha di mana saja dan kapan saja di seluruh wilayah dunia.
Bila dilihat dari dampaknya, globalisasi memiliki dampak positif dan juga dampak
negatif. Dalam hal tenaga kerja, globalisasi memiliki dampak positif dalam
memotivasi sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas. Sedangkan
dampak negatif globalisasi yang terjadi di sektor ekonomi terhadap tenaga kerja
adalah banyaknya berdatangan tenaga ahli dari luar negeri ke Indonesia. Oleh
karena itu, sumber daya manusia Indonesia pun harus cepat beradaptasi agar pasar
tenaga kerja atau peluang kesempatan bekerja di Indonesia tetap dapat dikuasai
oleh tenaga kerja Indonesia sendiri.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) menyadari pentingnya kesiapan
para mahasiswa dalam menghadapi persaingan di pasar kerja secara global. Oleh
karena itu, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
(FEUI) membuat program-program yang dapat meningkatkan kualitas serta
kesempatan bagi lulusan mahasiswanya agar mampu bersaing tidak hanya dalam
lingkup lokal, tetapi juga global.
Program magang adalah salah satu program yang diadakan untuk menjawab
tantangan industri tenaga kerja saat ini. Program magang merupakan salah satu
syarat kelulusan selain skripsi dan studi mandiri yang ditujukan bagi mahasiswa
tingkat akhir program S1 reguler FEUI dengan minimal Indeks Prestasi Kumulatif
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
2
Universitas Indonesia
2.75. Program magang ini sendiri memiliki bobot 6 SKS dan mahasiswa dapat
mengambil program ini jika telah menempuh minimal 120 SKS. Pada akhir masa
program ini, mahasiswa diwajibkan menuliskan laporan mengenai kegiatan
selama proses pelaksanaan magang. Laporan tersebut akan dipresentasikan di
hadapan penguji dalam sidang kelulusan.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang
Tujuan pelaksanaan program magang yang diadakan oleh Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) adalah agar mahasiswa dapat
melengkapi konsep link and match yang ada antara teori yang diperoleh selama
menduduki bangku perkuliahan dengan praktik nyata dari akuntansi di dunia
kerja. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengintegrasikan ilmu yang
diterimanya saat kuliah dengan ilmu dan situasi yang dipelajari dan dialami dalam
dunia kerja untuk meningkatkan kompetensi mereka. Selain itu, program ini juga
ditujukan agar mahasiswa dapat mengenal terlebih dahulu dunia kerja yang segera
dimasuki sehingga mahasiswa memiliki persiapan yang lebih matang dan
diharapkan dapat menjadi salah satu keunggulan mereka.
Adapun tujuan dari penulisan laporan magang ini adalah untuk memenuhi syarat
wajib dari program magang dan memberikan gambaran kepada pembaca tentang
proses financial due diligence dari sebuah perusahaan manufaktur karet remah.
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang
Program Magang ini dijalankan di Kantor Akuntan Publik Aryanto, Amir Jusuf,
Mawar & Saptoto yang merupakan afiliasi dari RSM International (selanjutnya
disebut sebagai RSM AAJ). Posisi Penulis dalam pelaksanaan magang ini adalah
sebagai Junior Auditor (Internship) yang selama masa magangnya ditempatkan
pada divisi Corporate Finance and Transaction Support. Program magang ini
berlangsung selama 4 (empat) bulan, dimulai dari tanggal 11 Juni 2012 dan
berakhir pada tanggal 12 Oktober 2012. Dalam program magang ini, Penulis
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru yang diarahkan oleh para senior
yang bekerja di tempat tersebut.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
3
Universitas Indonesia
1.4 Aktivitas Kegiatan Magang Secara Umum
Selama empat bulan mengikuti program magang, Penulis mendapatkan
kesempatan belajar dengan terlibat dalam tiga proses financial due diligence.
Berikut adalah deskripsi proyek secara umum yang dilakukan selama magang:
Financial Due Diligence PT XXX
Proyek ini merupakan proyek pelaksanaan financial due diligence terhadap
laporan keuangan PT XXX untuk tahun 2009 sampai dengan 2011. PT XXX
adalah perusahaan pengolahan karet remah di daerah Pontianak.
Latar belakang dari proyek ini berawal dari ABC Ltd yang juga merupakan
perusahaan pengolahan karet di Thailand, ingin melakukan ekspansi usaha ke
Indonesia. Adapun strategi yang digunakan oleh ABC Ltd dalam melakukan
ekspansi usaha adalah integrasi horizontal, yaitu strategi mencari kepemilikan
atau meningkatkan kontrol atas perusahaan kompetitor, yang salah satunya dapat
dilakukan dengan akuisisi. Dengan akuisisi ini, ABC Ltd dapat meningkatkan
economies of scale dan memungkinkan terjadinya transfer sumber daya serta
kompetensi. Indonesia menjadi pilihan yang sangat menarik dalam proses
ekspansi usaha ini dikerenakan potensi alam Indonesia yang sangat baik, termasuk
perkebunan karet.
Proses akuisisi ini dilakukan secara friendly dan untuk mengkaji kondisi
keuangan dari PT XXX ini, ABC Ltd menunjuk RSM AAJ untuk melakukan
proses financial due diligence dan melakukan pendampingan selama proses
akuisisi. Dalam hal ini, RSM AAJ menjalankan agreed upon procedures sebagai
metodenya yang meliputi akun-akun di neraca dan laba rugi.
Financial Due Diligence PT YYY
Sama seperti PT XXX, proyek ini merupakan proyek pelaksanaan financial due
diligence terhadap laporan keuangan PT YYY yang merupakan perusahaan
pengolahan karet untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Adapun PT YYY
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
4
Universitas Indonesia
ini berlokasi di Padang dan direncanakan akan diakuisisi juga oleh ABC Ltd
untuk melakukan ekspansi usahanya.
Financial Due Diligence PT ZZZ
Proyek ini merupakan proyek pelaksanaan financial due diligence terhadap
laporan keuangan PT ZZZ untuk tahun 2009 sampai dengan 2011. PT ZZZ
merupakan perkebunan kelapa sawit yang terletak di daerah Samarinda.
Latar belakang dari proyek ini berawal dari PT SSS yang merupakan perusahaan
tambang, menemukan titik eksplorasi di dalam tanah yang berada di bawah
perkebunan kelapa sawit PT ZZZ. Karena titik eksplorasi ini penting bagi
operasional PT SSS, maka PT SSS bermaksud mengambil alih tanah tersebut.
Pada awalnya, PT SSS sempat mengajukan perkara ini ke pengadilan dan
dimenangkan oleh PT ZZZ sehingga kemudian diambil jalan damai, yaitu PT SSS
membeli tanah tersebut dari perkebunan kelapa sawit PT ZZZ.
Dalam rangka pembelian tanah perkebunan PT ZZZ ini, PT SSS lalu menunjuk
RSM AAJ untuk melakukan proses financial due diligence dan melakukan
pendampingan selama proses pembelian ini. Dalam hal ini, RSM AAJ
menjalankan agreed upon procedures sebagai metodenya yang meliputi akun-
akun di neraca dan laba rugi.
1.5 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia, Gambaran Sekilas Industri Karet, (www.kemenperin.go.id, diakses 14
November 2012), pada tahun 2005 pemerintah Indonesia telah membentuk klaster
industri pengolahan karet. Selain itu, penyebaran lahan-lahan penanaman pohon
karet di hampir seluruh provinsi di Indonesia pada saat ini juga akan dapat
membantu dalam penyediaan karet alam serta kebutuhan bahan baku bagi industri
pengolahan hasil karet. Hal ini juga berarti membuka peluang bagi investor untuk
menanamkan modalnya di perkebunan karet.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
5
Universitas Indonesia
Di samping itu, laporan Gambaran Sekilas Industri Karet juga menyatakan bahwa
sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk
penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimanatan.
Adapun, pemetaan jumlah pelaku usaha komoditi karet di tiap daerah di Indonesia
dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 1.1 Tabel Jumlah Pelaku Usaha Komoditi Karet di Tiap Daerah
No Provinsi Jumlah Pelaku
Usaha
1 Nanggroe Aceh Darusalam 11
2 Sumatera Utara 20
3 Sumatera Barat 14
4 Riau 1
5 Kepulauan Riau 2
6 Bengkulu 3
7 Lampung 3
8 Sumatera Selatan 10
9 Jawa Tengah 14
10 Kalimantan Barat 16
11 Kalimantan Tengah 15
12 Kalimantan Selatan 5
13 Kalimantan Timur 12
14 Sulawesi Selatan 1
Jumlah 127 Sumber: www.kemenperin.go.id (telah dioleh kembali)
Selaras dengan penjelasan sebelumnya, tabel di atas menunjukkan bahwa pelaku
usaha komoditas karet terbanyak berada di wilayah Kalimantan dan Sumatera.
Oleh sebab itu, ABC Ltd sangat berminat untuk melakukan ekspansi usaha ke
Indonesia, khususnya pada kedua daerah tersebut, dengan cara akuisisi. Namun
demikian, dalam proses akuisisi ini tentu saja diperlukan pengkajian mengenai
kondisi keuangan PT XXX, termasuk di dalamnya analisis atas kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Hal ini
dilakukan untuk membantu proses negosiasi harga ketika terjadi kesepakatan
untuk melaksanakan transaksi akuisisi ini.
Masalah yang teridentifikasi dari PT XXX selama proses financial due diligence
ini terutama adalah profitabilitas serta likuiditas PT XXX yang rendah sehingga
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
6
Universitas Indonesia
untuk membiayai modal kerja, perusahaan harus menggunakan uang pemegang
saham dan mencatatnya sebagai hutang pemegang saham serta fasilitas pinjaman
dari bank. Pinjaman sebagai sumber utama modal kerja tidaklah baik bagi
kesehatan perusahaan, apalagi struktur hutang PT XXX sudah jauh lebih besar
dari modal PT XXX. Struktur modal dan laba bersih PT XXX, serta karakteristik
dari industri pengolahan karet sendiri inilah yang kemudian menyebabkan
keraguan auditor dalam menilai kemampuan PT XXX dalam mempertahankan
kelangungan hidupnya. Selain itu, dalam melakukan pencatatan transaksi-
transaksi yang terjadi, akuntan perusahaan banyak melakukan kesalahan
pengklasifikasian yang disebabkan kurang kompetennya sumber daya manusia di
daerah tersebut.
1.6 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis merumuskan beberapa masalah
berikut:
1. Bagaimana proses financial due diligence atas PT XXX dilakukan oleh RSM
AAJ?
2. Apa saja temuan yang diperoleh RSM AAJ selama proses financial due
diligence atas PT XXX?
3. Bagaimana analisis pertimbangan akan kelangsungan hidup entitas (going
concern) PT XXX?
1.7 Maksud dan Tujuan Pembahasan
Maksud dan tujuan pembahasannya adalah:
a. Untuk memperoleh pemahaman mengenai proses financial due diligence atas
PT XXX yang dilakukan oleh RSM AAJ.
b. Untuk menganalisis temuan yang diperoleh RSM AAJ selama proses financial
due diligence atas PT XXX.
c. Untuk melakukan analisis pada pertimbangan akan kelangsungan hidup (going
concern) PT XXX .
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
7
Universitas Indonesia
1.8 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data
dari manajemen, kunjungan lapangan, dan wawancara dengan pihak manajemen.
Setelah data dikumpulkan, dilakukan prosedur financial due diligence atas PT
XXX. Kemudian, data yang ada akan dimodifikasi angkanya sehingga
kerahasiaan data asli tetap terjaga. Data lalu diolah kembali dengan work through,
yaitu mengerjakan kembali apa yang telah dilakukan sebelumnya saat prosedur
financial due diligence tersebut dilakukan.
1.9 Sistematika Penulisan
Laporan ini terbagi dalam beberapa bagian utama sebagai berikut:
a. Bab 1 PENDAHULUAN
Bab ini meliputi aspek administratif dari program magang yang terdiri dari latar
belakang program magang, tujuan dari program magang, tempat dan waktu
pelaksanaan magang, aktivitas kegiatan magang secara umum, latar belakang
permasalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan pembahasan, metode
penelitian dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
b. Bab 2 LANDASAN TEORI
Bab ini membahas landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis dan
mengajukan saran-saran pada bagian pembahasan dan kesimpulan yang
menunjang pembuatan laporan magang ini. Adapun teori yang dibahas adalah
mengenai definisi dan gambaran umum proses financial due diligence yang
meliputi pengertian financial due diligence dan proses financial due diligence itu
sendiri. Setelah itu, bab ini juga akan membahas Pernyataan Standar Auditing
(PSA) No. 51, yaitu perikatan untuk menerapkan prosedur yang disepakati atas
unsur, akun, atau suatu pos laporan keuangan. Kemudian, bab ini juga akan
melakukan pembahasan tentang Pernyataan Standar Auditing No. 30, yaitu
pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern). Pada bagian terakhir dari bab ini akan
diuraikan karakteristik perusahaan manufaktur yang meliputi pengakuan
pendapatan serta jenis-jenis biaya yang terjadi pada perusahaan manufaktur.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
8
Universitas Indonesia
c. Bab 3 PROFIL TEMPAT MAGANG DAN PERUSAHAAN
Bab ini membahas deskripsi mengenai bidang kegiatan perusahaan, struktur
organisasi, cakupan, aktivitas, serta bagaimana kegiatan dilakukan di tempat
magang. Bab ini terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu profil tempat magang
dan perusahaan klien secara umum.
d. Bab 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini, pada awalnya akan dibahas mengenai proses bisnis PT XXX lalu
akan dibahas mengenai proses financial due diligence pada perusahaan ini.
Selanjutnya, akan dilakukan analisis pada temuan yang diperoleh selama proses
financial due diligence atas PT XXX ini. Adapun analisis atas temuan ini akan
dilakukan per akun. Kemudian, akan dilakukan analisis lebih jauh mengenai rasio
keuangan PT XXX, yang meliputi analisis profitabilitas, turnover, serta likuiditas
dan solvabilitas PT XXX. Pada bagian terakhir dari bab ini akan dibahas
mengenai analisis atas kemampuan PT XXX dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) berdasarkan PSA No.30 dan peran
auditor dalam pertimbangan akan kelangsungan hidup (going concern) PT XXX.
e. Bab 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan memberikan kesimpulan dari penulisan laporan magang. Selain itu,
akan disampaikan juga saran yang berisi usulan kepada RSM AAJ dan PT XXX
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman selama program magang dilakukan.
f. Lampiran
Pada bagian terakhir dalam laporan magang ini akan dilampirkan kertas kerja
yang dibuat pada saat pelaksanaan program magang sebagai data pelengkap untuk
melengkapi laporan ini.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
9 Universitas Indonesia
BAB 2
KERANGKA TEORI
2.1 Definisi dan Gambaran Umum Proses Financial Due Diligence
Pada bagian ini, penulis akan membahas definisi serta gambaran umum proses
financial due diligence. Adapun bagian ini akan dibagi menjadi lima bagian, yaitu
pengertian financial due diligence, pentingnya proses financial due diligence,
proses financial due diligence, cakupan financial due diligence, dan output pada
proses financial due diligence.
2.1.1 Pengertian Financial Due Diligence
Pada masa sekarang, salah satu elemen yang penting dari strategi pertumbuhan
perusahaan melakukan akuisisi, merupakan hal yang penting untuk memahami
arti due diligence. Menurut Lebedow (1999), due diligence merupakan tindakan
analisis kritis yang memberikan informasi mengenai keseluruhan proses akusisi,
termasuk prospek penjualan historis, informasi keuangan, tim manajemen, serta
aset fisik. Graham (2001) menyatakan bahwa dalam aktivitas merger dan akuisisi,
due diligence harus dilakukan untuk memperkuat posisi negosiasi, mendampingi
dalam menilai perusahaan secara tepat, mengurangi risiko akuisisi, dan membantu
pengakuisisi dalam menyiapkan integrasi operasional.
Selain itu, due diligence dapat membantu mengidentifikasi informasi non-
finansial perusahaan target, aliran pendapatan, potensi pasar, aliran kas di masa
mendatang, isu operasional, kontrol, dan sinergi potensial yang muncul dari
kesepakatan (O’Reilly, 2005). Sinergi merupakan kenaikan keuntungan yang
berhubungan dengan kombinasi bisnis seperti merger dan akuisisi dan dapat
diperoleh dengan peningkatan pendapatan; pengurangan biaya yang disebabkan
konsep skala ekonomis dan sumber daya yang komplementer; serta pajak yang
lebih kecil (Ross et al, 2009, p. 839-843).
Adapun financial due diligence meliputi validasi laporan keuangan, validasi nilai
wajar dari aset dan kewajiban yang berwujud dan tidak berwujud, serta kewajaran
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
10
Universitas Indonesia
dan alokasi dari harga beli (Paschall & Russell, 2004). Tujuan utama financial due
diligence adalah untuk mengkonfirmasi keandalan informasi yang akan digunakan
dalam membuat keputusan investasi (O’Reilly, 2005).
Auditor seringkali melakukan jasa due diligence sehingga auditor harus
memastikan untuk mengumpulkan informasi yang tepat, menilai risiko, secara
tepat melakukan ruang lingkup kerja yang dibutuhkan, serta menjaga objektivitas
ketika membuat pertimbangan dalam melaksanakan tugasnya (Graham, 2001).
Terdapat beberapa isu yang seringkali muncul dalam proses financial due
diligence dan harus dipertimbangkan ketika ingin membuat keputusan transaksi,
yaitu pendapatan historis yang tidak berkelanjutan, kualitas perkiraan yang buruk,
kualitas aset dilaporkan yang buruk, kewajiban off-balance sheet yang tidak
diungkapkan, penyimpangan performa perdagangan seperti transaksi pihak
berelasi, kontrol yang lemah dan proses pelaporan sehingga membutuhkan
investasi tambahan dalam sistem yang baru untuk memperoleh kualitas informasi,
serta perencanaan struktur pajak (O’Reilly, 2005).
2.1.2 Proses Financial Due Diligence
Menurut Graham (2001), proses financial due diligence terdiri dari beberapa
tahap, yaitu:
a. Pembuatan surat perikatan. Hal-hal yang biasanya termasuk dalam surat
perikatan adalah ruang lingkup kerja yang tepat, jadwal kerja untuk investigasi
dan pelaporan, pengaturan fee, klarifikasi mengenai keterbatasan kewajiban
auditor; klarifikasi akan digunakan oleh siapa laporan financial due diligence
tersebut; kejadian selanjutnya (subsequent events); konfirmasi bahwa auditor
tidak menerima tanggung jawab untuk melakukan pembaruan atas laporan; dan
konfirmasi kondisi perikatan.
b. Investigasi. Pada tahap ini, auditor menggali pemahaman mendalam mengenai
bisnis dan lingkungan perusahaan target. Informasi yang biasanya dicari selama
proses financial due diligence adalah rencana bisnis perusahaan termasuk
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
11
Universitas Indonesia
proyeksi keuangan dan asumsi yang mendasarinya; salinan laporan keuangan
operasional dan yang sudah diaudit; anggaran dan rencana manajemen terbaru;
aging schedule piutang dan utang terbaru; daftar persediaan dan aset tetap yang
sudah diklasifikasi, termasuk umur, kondisi, dan lokasi; perjanjian kredit utang
bank dan utang lainnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang; komposisi
biaya penjualan dan biaya mayoritas lainnya; pembagian penjualan berdasarkan
jenis barang/jasa, area geografis, dan lain-lain; pengembalian pendapatan
terbaru dari pajak penghasilan, pajak badan, PPN, dan lain-lain; rincian kontrak
yang memiliki masa terbatas seperti paten dan lisensi; salinan seluruh
perjanjian sewa dan kontrak yang signifikan; rincian transaksi yang tidak wajar;
rincian sistem informasi yang ada; rincian manajemen dan karyawan; kebijakan
kapasitas produksi dan pemeliharaan peralatan; rincian aktivitas penelitian dan
pengembangan; latar belakang perusahaan target termasuk analisis SWOT dan
informasi relevan lainnya; pertimbangan tuntutan hukum yang ada dan
kewajiban kontinjensi; salinan asuransi perusahaan; informasi industri dan
analisis termasuk kesempatan, tren, peraturan, dan faktor sukses; serta akses
terhadap seluruh buku dan catatan legal.
c. Verifikasi. Profesional investigasi harus menggunakan penilaian mereka untuk
membentuk opini mengenai validitas dan akurasi informasi yang disediakan.
Jika terdapat tumpang tindih antara tinjauan keuangan dan operasional,
merupakan hal yang penting untuk memberikan prioritas yang sama bagi
keduanya karena hanya dengan mengintegrasikan keduanya sehingga klien
akan memperoleh seluruh informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan yang baik. Jika ditemukan perbedaan, auditor harus mencari
penyebab perbedaan tersebut dan meninjau informasi lain yang diterima dari
sumber tersebut jika auditor meragukan integritas mereka. Pada keseluruhan
proses ini, auditor harus selalu mengingat kondisi perikatan dan materialitas
pekerjaan yang dilakukan.
d. Pelaporan. Terakhir, profesional investigasi harus membuat laporan mengenai
temuan mereka dengan format yang jelas dan faktual. Dalam tahap ini,
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
12
Universitas Indonesia
merupakan hal yang penting untuk memasukkan seluruh isu material yang
dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh klien dalam transaksi
tersebut. Format dan gaya laporan ditentukan berdasarkan tujuan laporan,
tingkat pengetahuan pembaca, dan harapan manajemen.
Paschall & Russell (2004) menambahkan, berdasarkan apa yang dipelajari selama
investigasi dan persiapan business enterprise valuation (BEV), kewajaran harga
beli dapat dibentuk jika terdapat aliran kas yang tersedia di masa mendatang.
Selain itu, Paschall & Russell (2004) juga mengatakan bahwa jika pada tanggal
akuisisi terdapat pertimbangan kontinjensi yang menyebabkan penambahan
pengakuan biaya, jumlah tersebut akan diakui seperti kewajiban bagi perusahaan
yang diakuisisi, namun jika tidak menyebabkan penambahan pengakuan biaya,
maka pertimbangan kontingensi tersebut tidak diakui sebagai kewajiban.
Berdasarkan salah satu perusahaan konsultan bisnis di India, Corporate Catalyst
India (www.cci.in, diakses 15 November 2012), proses financial due diligence
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Proses Financial Due Diligence
sumber: www.cci.in
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
13
Universitas Indonesia
Selain proses financial due diligence, dalam proses akusisi juga dilakukan proses
due diligence yang lain, yaitu tax due diligence dan legal due diligence.
Berdasarkan Minter Ellison, perusahaan hukum terbesar di Australia
(www.minterellison.com, diakses 18 Januari 2013), tax due diligence dilakukan
dengan tujuan menentukan kewajiban pajak entitas yang akan diakuisisi pada
masa lalu, sekarang, dan masa mendatang, termasuk kewajiban pajak yang
diungkapkan maupun tidak diungkapkan dan disadari maupun tidak disadari. Hal
ini selanjutnya akan membantu pembentukan harga beli dan jaminan pajak serta
ganti rugi, termasuk perjanjian penjualan, penentuan profil pajak pada entitas
target dan mendampingi pengembangan akuisisi yang tepat serta struktur
pendanaan.
Adapun berdasarkan BvHD, sebuah perusahaan hukum yang berada di Danish
(www.bvhd.dk, diakses 18 Januari 2013), legal due diligence merupakan
pemeriksaan secara cermat mengenai seluruh ataupun bagian spesifik dari
hubungan hukum atas perusahaan target dengan pandangan ekstensif terhadap
permasalahan hukum.
2.2 Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 51: Perikatan Untuk
Menerapkan Prosedur yang Disepakati Atas Unsur, Akun, atau Suatu Pos
Laporan Keuangan
Arens (2008) menyebutkan bahwa jasa agreed upon procedure dapat dibagi
menjadi dua, yaitu yang menyangkut unsur, akun, atau pos di laporan keuangan
dan yang menyangkut suatu asersi. Kedua jasa ini diatur oleh Ikatan Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), di mana jasa perikatan atas unsur, akun, atau pos laporan
keuangan diatur dalam PSA No. 51, sedangkan jasa perikatan agreed upon
procedure yang menyangkut ke suatu asersi manajemen diatur dalam Pernyataan
Standar Atestasi (SAT) No. 600.
Berdasarkan PSA No. 51, agreed upon procedure adalah perikatan yang di
dalamnya akuntan ditugasi oleh klien untuk menerbitkan laporan tentang temuan
berdasarkan prosedur khusus yang dilaksanakan terhadap hal tertentu tentang
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
14
Universitas Indonesia
unsur, akun, atau pos suatu laporan keuangan. Adapun penugasan ini dilakukan
untuk membantu pemakai dalam mengevaluasi unsur, akun, atau pos tertentu
dalam suatu laporan keuangan. Karena sangat bervariasinya kebutuhan pemakai,
sifat, saat, dan luas prosedur yang disepakati, maka pemakai bertanggung jawab
atas kecukupan prosedur yang dilakukan tersebut karena mereka memahami
dengan baik prosedur yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Dengan demikian, laporan akuntan atas agreed upon procedure harus secara jelas
menunjukkan bahwa pemakaiannya hanya terbatas bagi pemakai.
Untuk dapat melakukan jasa agreed upon procedure ini, akuntan dan klien harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a. Akuntan yang ikut dalam penugasan bersifat independen atau tidak memihak.
b. Akuntan dan pemakai tertentu telah menyetujui prosedur yang dilaksanakan
ataupun yang akan dilaksanakan oleh akuntan dalam penugasan.
c. Pemakai tertentu bertanggung jawab atas cukupnya prosedur yang disepakati
untuk tujuan mereka.
d. Prosedur yang harus dilaksanakan dalam penugasan diharapkan dapat
menghasilkan temuan yang konsisten dan juga masuk akal.
e. Dasar akuntansi yang digunakan untuk unsur, akun, atau pos laporan keuangan
sudah terbukti dengan jelas bagi pemakai tertentu dan akuntan yang berada
dalam penugasan.
f. Hal pokok tertentu yang merupakan tujuan penerapan prosedur merupakan
objek pengukuran dan estimasi yang konsisten dan masuk akal.
g. Bukti audit yang berhubungan dengan hal pokok tertentu merupakan sasaran
dari diterapkannya prosedur yang diharapkan ada untuk memberikan dasar
yang memadai untuk dinyatakan sebagai temuan dalam laporan akuntan.
h. Batas materialitas untuk tujuan pelaporan berlaku jika ada kesepakatan antara
akuntan dan pemakai tertentu.
i. Laporan digunakan terbatas untuk pemakai tertentu.
Dalam menjalankan perikatan agreed upon procedure ini, prosedur yang
disepakati antara akuntan dengan pemakai tertentu mungkin terbatas atau
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
15
Universitas Indonesia
mungkin luas sebagaimana dikehendaki oleh pemakai tertentu tersebut. Namun
demikian, hanya dengan membaca suatu asersi atau informasi tertentu bukanlah
prosedur yang cukup untuk memungkinkan akuntan melaporkan hasil penerapan
prosedur yang disepakati. Dalam beberapa situasi, prosedur yang disepakati juga
dapat diubah atau dimodifikasi selama proses perikatan atau dengan kata lain,
terdapat fleksibilitas dalam penentuan prosedur selama pemakai tertentu tersebut
mengakui tanggung jawab kecukupan prosedur tersebut.
Disamping itu, akuntan juga tidak boleh menyetujui untuk melakukan prosedur
yang sangat subjektif dan memungkinkan penafsiran yang sangat bervariasi.
Adapun contoh prosedur yang seharusnya dilakukan mencakup:
a. Penerapan sampling dilaksanakan setelah ada parameter relevan yang
disepakati.
b. Melakukan inspeksi dokumen tertentu yang dapat membuktikan jenis transaksi
tertentu ataupun atribut rinci yang berada di dalamnya.
c. Melakukan konfirmasi mengenai informasi tertentu dengan pihak ketiga.
d. Membandingkan dokumen, jadwal, atau analisis yang ada dengan atribut
tertentu.
e. Melakukan prosedur tertentu atas pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain,
termasuk pekerjaan yang dilakukan auditor internal.
f. Melakukan perhitungan secara matematis.
Sedangkan contoh prosedur yang tidak seharusnya dilakukan meliputi:
a. Hanya membaca pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lain yang semata-mata
untuk memberikan gambaran atas temuannya.
b. Melakukan evaluasi atas kompetensi dan objektivitas pihak lain.
c. Memperoleh pemahaman mengenai hal tertentu.
d. Melakukan penafsiran dokumen yang bukan keahlian profesional akuntan.
Setelah menjalankan prosedur yang disepakati antara akuntan dengan pemakai
tertentu, akuntan harus menyajikan hasil penerapan prosedur tersebut terhadap hal
pokok tertentu dalam bentuk temuan. Akuntan dilarang memberikan keyakinan
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
16
Universitas Indonesia
negatif tentang apakah unsur, akun, atau pos laporan keuangan tertentu disajikan
secara wajar dalam kaitannya dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh standar
akuntansi keuangan di Indonesia. Disamping itu, konsep materialitas juga tidak
diterapkan terhadap temuan yang harus dilaporkan dalam perikatan agreed upon
procedure kecuali jika definisi materialitas telah disepakati oleh pemakai tertentu.
2.3 Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 30: Pertimbangan Auditor Atas
Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya
(Going Concern)
Berdasarkan PSA No. 30, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai
kondisi atau peristiwa tertentu yang secara keseluruhan menunjukkan adanya
kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Kondisi atau peristiwa
tersebut dapat menjadi signifikan ataupun tidak tergantung pada keadaan, dan
beberapa di antaranya mungkin menjadi signifikan hanya jika ditinjau bersama-
sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh
kondisi dan peristiwa tersebut:
a. Tren negatif – misalnya, kerugian operasi yang sudah terjadi berkali-kali,
kurang kuatnya modal kerja, arus kas negatif yang berasal dari kegiatan usaha,
dan rasio keuangan penting yang tidak baik.
b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan – misalnya,
ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian
lain yang serupa seperti penundaan pembayaran dividen, tidak diterimanya
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa oleh pemasok, dilakukannya
restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan
baru, atau dijualnya sebagian besar aset.
c. Masalah internal – misalnya, buruh yang melakukan pemogokan kerja atau
kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan yang besar atas
kesuksesan projek tertentu, komitmen jangka panjang yang sifatnya tidak
ekonomis, kebutuhan untuk memperbaiki operasi secara signifikan.
d. Masalah luar yang terjadi – misalnya, adanya pengaduan gugatan
pengadilan, munculnya undang-undang yang baru, atau masalah lain yang
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
17
Universitas Indonesia
dapat membahayakan kemampuan entitas untuk dapat beroperasi; kehilangan
franchise, lisensi atau paten yang penting; hilangnya pembeli ataupun pemasok
utama; kerugian yang disebabkan oleh bencana besar seperti banjir, gempa
bumi, kekeringan, yang tidak diasuransikan ataupun diasuransikan tetapi
dengan pertanggungan yang tidak memadai.
Jika setelah mengidentifikasi kondisi atau peristiwa tersebut, auditor mendapat
keyakinan bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka
auditor harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak
kerugian dari kondisi atau peristiwa tersebut. Setelah auditor memperoleh
informasi tentang rencana manjemen tersebut, auditor harus mempertimbangkan
apakah jika rencana tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif akan mampu
mengurangi dampak kerugian dari kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka
waktu pantas. Adapun pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana
manajemen dapat meliputi:
a. Rencana untuk melakukan penjualan atas asset yang dimiliki entitas
i. Apakah terdapat pembatasan atas penjualan aset, misalnya ada atau tidaknya
pasal yang memberikan pembatasan atas transaksi penjualan tersebut dalam
perjanjian penarikan utang atau perjanjian lainnya.
ii. Apakah aset yang direncanakan akan dijual oleh manajemen pada
kenyataannya dapat dipasarkan.
iii. Apakah terdapat dampak langsung dan tidak langsung yang timbul akibat
penjualan aset.
b. Rencana penarikan utang atau dilakukannya restrukturisasi utang
i. Apakah terdapat pembelanjaan melalui utang, termasuk perjanjian kredit
yang telah ada atau yang telah disanggupi, perjanjian penjualan piutang atau
jual-kemudian-sewa aset (sale-leaseback of assets).
ii. Apakah terdapat perjanjian untuk melakukan restrukturisasi atau
menyerahkan utang yang ada maupun yang telah disanggupi untuk dapat
meminta jaminan utang dari entitas.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
18
Universitas Indonesia
iii. Apakah dampak yang mungkin dapat timbul atas rencana manajemen untuk
melakukan penarikan utang dengan adanya pembatasan yang ada pada saat
ini dengan menambah pinjaman ataupun cukup atau tidaknya jaminan yang
dimiliki oleh entitas.
c. Rencana untuk mengurangi ataupun menunda pengeluaran
i. Apakah rencana untuk mengurangi biaya overhead atau biaya administrasi,
menunda biaya penelitian dan pengembangan, dan menyewa sebagai
alternatif membeli memungkinkan untuk dilakukan.
ii. Apakah dampak langsung dan tidak langsung yang mungkin timbul dari
pengurangan atau penundaan pengeluaran.
d. Rencana untuk menaikkan modal pemilik
i. Apakah rencana untuk menaikkan modal pemilik, termasuk perjanjian yang
ada untuk menaikkan tambahan modal merupakan rencana yang layak.
ii. Apakah perjanjian yang ada untuk mengurangi dividen atau mempercepat
distribusi kas dari perusahaan afiliasi atau investor lain merupakan rencana
yang layak.
2.4 Karakteristik Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id, diakses 15 November 2012),
industri pengolahan adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi
barang jadi atau setengah jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi barang
yang lebih tinggi nilainya dan menjadi semakin dekat dengan pengguna akhir.
Dalam akuntansi perusahaan manufaktur, terdapat beberapa pencatatan khusus
yang berbeda dengan perusahaan dagang, yaitu persediaan dan biaya pabrikasi
(manufacturing costs).
Menurut Horngren (2009), perusahaan di sektor manufaktur secara khusus
biasanya memiliki tiga jenis persediaan (inventory), yaitu:
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
19
Universitas Indonesia
a. Persediaan bahan baku (direct materials inventory), yaitu persediaan yang
disimpan dan sedang menunggu untuk digunakan dalam proses pengolahan.
b. Persediaan barang dalam proses (work in process inventory), yaitu barang yang
sudah masuk dalam proses produksi namun belum selesai diproses hingga
menjadi barang jadi.
c. Persediaan barang jadi (finished goods inventory), yaitu barang-barang yang
sudah selesai diproduksi namun belum terjual.
Selanjutnya, akan diuraikan pengakuan pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi
pada perusahaan manufaktur.
2.4.1 Pengakuan Pendapatan pada Perusahaan Manufaktur
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23 (revisi 2010) mendefinisikan
pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
Selain itu, PSAK 23 (revisi 2010) ini juga menjelaskan bahwa pendapatan
berbeda dengan penghasilan. Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan,
sedangkan pendapatan adalah penghasilan yang muncul dikarenakan pelaksanaan
aktivitas entitas yang normal, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen,
royalti, dan sewa.
PSAK 23 (revisi 2010) menyatakan bahwa jumlah pendapatan yang diperoleh dari
suatu transaksi ditentukan berdasarkan kesepakatan antara entitas dengan pembeli
atau pengguna aset tersebut dan jumlah tersebut diukur pada nilai wajar imbalan
yang diterima atau dapat diterima dikurangi dengan jumlah diskon dagang dan
rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas. Namun, jika ternyata pendapatan
yang diterima entitas merupakan arus masuk dari kas atau setara kas yang
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
20
Universitas Indonesia
ditangguhkan, maka nilai wajar dari jumlah pendapatan ini mungkin dapat
menjadi kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima.
Berdasarkan PSAK 23 (revisi 2010), pengakuan pendapatan dari penjualan barang
dapat dilakukan jika memenuhi seluruh kondisi di bawah ini:
a. Risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan telah dipindahkan
oleh entitas kepada pembeli;
b. Pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun
pengendalian efektif atas barang yang dijual tidak lagi dilanjutkan oleh entitas;
c. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
d. Manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut kemungkinan besar
akan mengalir ke entitas; dan
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi yang berhubungan dengan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur secara andal.
Disamping itu, PSAK 23 (revisi 2010) juga menjelaskan bahwa jika suatu entitas
menahan risiko signifikan dari kepemilikan, maka transaksi tersebut bukanlah
penjualan dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Namun, jika entitas hanya
menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, maka transaksi tersebut adalah
penjualan dan dapat diakui sebagai pendapatan. Adapun beberapa cara entitas
menahan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan adalah sebagai berikut:
a. jika entitas menahan kewajiban yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu
hal tidak memuaskan dan tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal;
b. jika pendapatan yang diterima entitas dari penjualan bergantung pada
pendapatan pembeli dari penjualan barang yang bersangkutan;
c. jika barang yang dikirim tergantung pada proses instalasinya dan instalasi
tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan
oleh entitas; dan
d. jika pembeli memiliki hak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan
yang ditentukan dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan apakah
akan terjadi retur.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Selanjutnya, PSAK 23 (revisi 2010) ini juga menyatakan bahwa pendapatan
diakui hanya jika manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi tersebut
kemungkinan besar akan mengalir ke entitas. PSAK 23 (revisi 2010) juga
menjelaskan bahwa dalam hal pengaitan pendapatan dan beban, pendapatan dan
beban yang berhubungan dengan transaksi atau peristiwa lain yang sama diakui
secara bersamaan. Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah
pengiriman barang, biasanya dapat diukur secara andal jika kondisi lain untuk
pengakuan pendapatan telah dipenuhi. Namun, dalam keadaan pendapatan tidak
diakui karena beban yang berkaitan tidak dapat diukur secara andal, maka setiap
imbalan yang diterima untuk penjualan barang tersebut akan diakui sebagai
liabilitas.
2.4.2 Jenis Biaya yang Terjadi pada Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan Horngren (2009), biaya adalah sumber daya yang dikorbankan untuk
mencapai tujuan tertentu. Biaya biasanya diukur dalam bentuk uang dan harus
dibayarkan untuk memperoleh barang ataupun jasa. Dalam perusahaan
manufaktur, biaya untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi disebut
manufacturing cost.
Horngren (2009) mengklasifikasikan manufacturing cost menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Direct material costs, yaitu biaya perolehan seluruh material yang menjadi
bagian dari objek biaya (work in process dan kemudian finished goods). Biaya
perolehan dari material langsung ini termasuk biaya transportasi dan pajak
penjualan.
b. Direct manufacturing labor costs, yaitu biaya kompensasi dari seluruh pekerja
pabrik.
c. Indirect manufacturing costs, yaitu seluruh biaya manufaktur yang
berhubungan dengan objek biaya (work in process dan kemudian finished
goods). Kategori biaya ini disebut juga manufacturing overhead costs atau
factory overhead costs.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
22
Universitas Indonesia
Selain klasifikasi biaya yang disebutkan di atas, Horngren (2009) juga
mengkasifikasikan biaya-biaya dalam perusahaan manufaktur dengan klasifikasi
yang lain, yaitu inventoriable costs dan period costs. Inventoriable costs
merupakan seluruh biaya dari produk yang dimasukkan sebagai aset dalam
laporan posisi keuangan ketika terjadi dan menjadi harga pokok penjualan ketika
produk tersebut dijual. Sedangkan period costs adalah seluruh biaya lain dalam
laporan laba rugi selain harga pokok penjualan. Selanjutnya, Horngren (2009)
juga menjelaskan bahwa period costs diperlakukan sebagai beban dalam periode
akuntansi di saat terjadi karena biaya ini diharapkan menjadi pendapatan dalam
periode tersebut dan untuk perusahaan manufaktur, period costs merupakan
seluruh non-manufacturing costs.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
22 Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL TEMPAT MAGANG DAN PERUSAHAAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai profil perusahaan tempat magang, yaitu KAP
Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto (RSM AAJ Associates) yang meliputi
gambaran umum perusahaan, jenis-jenis jasa yang disediakan perusahaan, dan
struktur organisasi perusahaan. Selain itu, bab ini juga akan membahas profil
perusahaan klien, PT XXX, yang mencakup gambaran umum perusahaan klien,
komposisi pemegang saham, struktur organisasi perusahaan, serta kebijakan
akuntansi umum perusahaan.
3.1 Profil Perusahaan Magang
RSM AAJ Associates (RSM AAJ) merupakan salah satu kantor akuntan publik
yang merupakan anggota dari RSM Internasional, sebuah organisasi global dari
perusahaan jasa independen profesional yang memiliki lebih dari 25.000 tenaga
profesional dari 662 kantor yang berada di lebih dari 64 negara di dunia serta
menempati peringkat keenam dunia.
Didirikan pada tahun 1985 oleh Amir Abadi Jusuf, kantor akuntan publik ini
mengalami perkembangan yang cukup pesat dan hingga saat ini RSM AAJ
memiliki kantor pusat di Jakarta dan kantor cabang di Surabaya. Setelah beberapa
kali berganti nama, sekarang ini nama resmi RSM AAJ sesuai dengan izin usaha
dari Kementerian Keuangan adalah KAP Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto.
Adapun jenis-jenis jasa yang ditawarkan oleh RSM AAJ
(www.rsm.aajassociates.com, diakses 15 November 2012) adalah:
a) Audit & Assurance
Pada bagian ini, RSM AAJ menawarkan jasa audit yang memberikan nilai
tambah kepada bisnis klien dengan memberikan feedback yang cerdas pada
operasional klien. Adapun jasa-jasa yang dapat diberikan oleh bagian
Audit&Assurance ini meliputi general audit, special audit, review and
compilation, attestation engagement, dan due diligence.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
23
Universitas Indonesia
b) Risk & Internal Audit
Pada bagian ini, RSM AAJ membantu klien dengan mengembangkan solusi
atas hal-hal yang menjadi perhatian klien seperti risiko dan kontrol serta
menyediakan pendampingan dalam mengangani bisnis yang lebih baik. Adapun
jasa-jasa yang dapat diberikan oleh bagian Risk & Internal Audit ini meliputi
corporate governance advisory, internal audit advisory & outsourcing, risk
management advisory, internal control & Sarbanes-Oxley advisory, IT
assurance & advisory, performance improvement/ operational audit, dan
system & procedures development.
c) Corporate Finance & Transaction Support
Pada bagian ini, RSM AAJ membantu mengantisipasi risiko dan berfokus pada
isu utama serta meberikan saran atas transaksi yang dilakukan perusahaan klien.
Adapun jasa-jasa yang dapat diberikan oleh bagian Corporate Finance &
Transaction Support ini meliputi transaction analysis, business solutions,
divestment and mergers & acquisition, business turnaround, pre IPO advisory,
fund arranger, dan valuation.
d) Tax Corporate Services
Pada bagian ini, RSM AAJ membantu klien dalam membuat struktur pajak
yang efektif, baik untuk investor lokal maupun asing dan membantu
menghindari masalah yang berhubungan dengan pajak dikarenakan peraturan
pajak yang kompleks dan terus berubah. Adapun jasa-jasa yang dapat diberikan
oleh Tax Corporate Services ini meliputi tax consulting dan tax compliance.
Pada halaman selanjutnya akan digambarkan struktur organisasi RSM AAJ pada
gambar 3.1. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa RSM AAJ dipimpin
oleh seorang Chief Executive Partner yang bertanggung jawab kepada Board of
Partners dan membawahi tiga Partner In Charge (PIC). Adapun ketiga area
penting yang ditangani oleh PIC adalah Ethics & Independence, Continuing
Professional Education, dan Personnel. Masing-masing PIC berkoordinasi
dengan Division Managing Partner, Branch Managing Partner, Controller, IT
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Administration Officer, Chief Administration Officer, dan Human Asset
Development Manager.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSM AAJ
Sumber: Employee Handbook RSM AAJ
Masing-masing Division Managing Partner, Branch Managing Partner, Finance
& Administration Director, Marketing Director, dan Technical & Training Officer
bertanggung jawab secara langsung kepada Chief Executive Partner. Untuk
pelaksanaan operasional masing-masing divisi, setiap Division Chief Operating
Officer bertanggung jawab kepada Division Managing Partner di atasnya. Selain
itu, Controller, IT Administration Officer, Chief Administration Officer, dan
Human Asset Development Manager bertanggung jawab kepada Finance &
Administration Director.
3.2 Profil Perusahaan Klien
Pada bagian ini, akan dibahas profil perusahaan klien yang dibagi menjadi empat
bagian, yaitu gambaran umum perusahaan klien, komposisi pemegang saham
perusahaan klien, struktur organisasi perusahaan klien, dan kebijakan akuntansi
umum perusahaan klien.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
25
Universitas Indonesia
3.2.1 Gambaran Umum
PT XXX merupakan perusahaan yang beroperasi di Pontianak dan memiliki usaha
dalam pengolahan karet remah (crumb rubber). Bentuk crumb rubber ini
merupakan bentuk setengah jadi untuk bahan baku industri ban. Spesifikasi teknik
yang diperdagangkan pada industi ini adalah Standard Indonesian Rubber (SIR).
Bahan baku industri crumb rubber ini adalah getah karet hasil sadapan yang
dikenal dengan istilah ‘bokar’. Perusahaan pengolahan crumb rubber PT XXX ini
mempunyai kapasitas produksi sebesar 16.500 ton/tahun.
Dalam menjalankan usahanya, PT XXX menggunakan masyarakat setempat
sebagai tenaga kerja. Adapun jumlah tenaga kerja di PT XXX ini adalah 122
orang yang meliputi 2 orang manajer kantor, 20 orang staff administrasi, dan 100
orang buruh/karyawan. Waktu operasional pabrik pengolahan pengolahan crumb
rubber ini adalah 8 jam per hari, dengan jumlah shift tenaga kerja 2 kali, yaitu
Shift I mulai pukul 08.00-16.00 dan shift II mulai pukul 16.00-24.00 dengan jam
kerja sebanyak 6 hari kerja.
3.2.2 Komposisi Pemegang Saham
Komposisi pemegang saham PT XXX untuk periode yang berakhir 31 Desember
2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Komposisi Pemegang Saham PT XXX
Pemegang
Saham
Jumlah Lembar
Saham
Persentase
Kepemilikan
Jumlah (Dalam
Rupiah)
Anto 100 25% 100.000.000
Budi 100 25% 100.000.000
Chandra 200 50% 200.000.000
Total 400 100% 400.000.000 Sumber: Laporan Keuangan PT XXX (telah diolah kembali)
3.2.3 Struktur Organisasi Perusahaan Klien
Seluruh divisi PT XXX yang terdiri dari purchasing & planning production,
general division, factory manager, marketing manager & vice management,
logistic manager, head laboratory, administration, dan personnel, finance &
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
26
Universitas Indonesia
logistic bertanggung jawab kepada direktur. Disamping itu, factory manager
membawahi enam sub-divisi yang mana dibagi berdasarkan proses pengolahan
crumb rubber, yaitu wet process controller, dryhouse controller, dry process,
dryer controller, packing & warehouse controller, dan head section mechanical;
marketing manager & vice management membawahi marketing dan bookkeeping
staff; head laboratory yang vice laboratory membawahi enam sub-divisi, yaitu
dirt analysis, nitrogen analysis, PO analysis, PRI analysis, VN analysis, serta ash
analysis. Terakhir, divisi personnel, finance & logistic membawahi cashier.
Untuk lebih jelas, di bawah ini akan digambarkan struktur organisasi PT XXX.
Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT XXX
Sumber: Laporan Keuangan PT XXX (telah diolah kembali)
3.2.4 Kebijakan Akuntansi Umum Perusahaan Klien
Berdasarkan laporan keuangan PT XXX tahun 2011, kebijakan akuntansi umum
perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan diakui pada saat hak atas barang/jasa diserahkan sekalipun
pembayaran kemudian dan beban diakui pada saat barang/jasa diterima
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
27
Universitas Indonesia
sekalipun pembayaran kemudian. Dengan demikian pendapatan dan beban
dicatat dalam pembukuan berdasarkan accrual basis.
b. Aktiva dicatat berdasarkan harga perolehan hingga suatu aktiva siap digunakan
dalam aktivitas normal perusahaan. Aktiva tetap dikelompokkan ke dalam
inventaris: equipment, furniture, dan kendaraan.
c. Terhadap aktiva tetap yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun,
dilakukan penyusutan dengan metode garis lurus (straight line method) dengan
persentase penyusutan sebagai berikut:
Inventaris - equipment = 20% per tahun
Inventaris - furniture = 20% per tahun
Inventaris - kendaraan = 20% per tahun
d. Pengeluaran pemeliharaan dan suku cadang yang relatif besar dan
mempengaruhi nilai manfaat aktiva akan dikapitalisasi, sedangkan pengeluaran
pemeliharaan dan suku cadang yang relatif kecil akan diperlakukan sebagai
beban pada periode yang bersangkutan.
e. Piutang usaha disajikan secara keseluruhan dan dikurangi dengan cadangan
kerugian piutang. Penentuan cadangan kerugian piutang ditetapkan berdasarkan
kebijakan manajemen dan jumlah kerugian dapat dipertemukan (matching)
dengan beban penjualan pada periode penjualan.
f. Persediaan barang disajikan berdasarkan harga perolehan (cost price) dan
perhitungan persediaan dilakukan dengan metode rata-rata (average method).
g. Alat ukur yang digunakan dalam pencatatan adalah satuan uang Republik
Indonesia Rupiah. Transaksi yang terjadi dalam valuta asing, dijabarkan ke
dalam Rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
28 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pada awal bab ini akan diuraikan mengenai proses bisnis dari perusahaan
manufaktur karet remah PT XXX, kemudian proses financial due diligence
terhadap PT XXX ini beserta temuannya. Selanjutnya, akan dibahas mengenai
analisis rasio keuangan PT XXX yang akan digunakan untuk menilai profitabilitas
dan likuiditas PT XXX. Kemudian, akan dibahas juga lebih lanjut mengenai
pertimbangan auditor atas kemampuan PT XXX dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) dengan berdasarkan pada PSA No. 30.
Terakhir, pada bab ini akan dibahas mengenai peran auditor dalam
mempertimbangkan going concern PT XXX.
4.1 Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Karet Remah PT XXX
Berdasarkan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dimuliki
PT XXX, kegiatan industri pengolahan karet remah (crumb rubber) PT XXX
terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Pengangkutan bahan olah / bahan baku karet ke pabrik
Kegiatan pengangkutan bahan olah berupa slab, lump slab, sit angin, ke lokasi
pabrik dilakukan dengan transportasi darat/truk. Kegiatan pengangkutan bahan
baku dengan menggunakan media transportasi darat ini dilakukan oleh transporter
yang berfungsi langsung sebagai pedagang karet. Pemasukan bahan baku
dilakukan berdasarkan antrian kendaraan yang diparkir di dalam areal parkiran
pabrik, sehingga tidak akan mengganggu arus lalu lintas jalan raya.
b. Bongkar muat bahan olah
Kegiatan bongkar muat bahan olah adalah kegiatan menurunkan bahan olah dari
kendaraan dan ke lokasi pemeriksaan/seleksi bahan olah. Kegiatan ini dilakukan
di halaman pabrik dimana bahan olah yang diturunkan dari kendaraan pengangkut
harus melalui seleksi bahan olah yang dilakukan secara random, sebelum karet
tersebut di-stuffing di gudang penyimpanan.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
29
Universitas Indonesia
c. Seleksi bahan olah
Kegiatan seleksi bahan olah adalah kegiatan memeriksa kesesuaian mutu/kualitas
bahan olah dengan standar yang ditetapkan pabrik. Bahan olah yang memenuhi
standar yaitu kadar di atas 45% langsung diterima dan disimpan, sedangkan bahan
yang tidak memenuhi standar yakni kadar di bawah 44% ditolak. Kegiatan ini
merupakan tahapan proses Quality Control, di mana bila tidak dilakukan secara
benar akan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, terutama dalam
upaya meminimalisasi kandungan organik dalam bahan olah.
d. Penyimpanan bahan olah
Kegiatan menyimpan bahan olah adalah kegiatan menumpuk sementara bahan
olah di tempat yang disediakan (sebagai tempat penyimpanan), baik di tempat
yang tertutup (menggunakan dinding dan atap), atau ada kalanya terpaksa di
tempat terbuka, sebelum bahan olah tersebut diproses lebih lanjut. Kegiatan
penyimpanan ini berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan yaitu
berupa limbah bau maupun limbah cair yang keluar dari tumpukan bahan tersebut.
e. Pembersihan dan penyeragaman awal
Kegiatan proses pembersihan awal adalah kegiatan mengolah/membersihkan karet
basah sehingga karet menjadi karet lembaran (blanket) basah, yang siap untuk
digantung/dijemur. Kegiatan pembersihan dan penyeragaman awal ini dilakukan
dengan menggunakan mesin/alat produksi yaitu pre breaker, breaker,
hammermill, conveyor/keranjang, mangle, dan lain-lain.
f. Pengeringan udara di KGA
Kegiatan penggantungan udara adalah proses penirisan air yang terdapat pada
lembaran karet yang telah digiling, yaitu dengan cara menggantungkan lembaran
karet yang telah digiling, dilipat, atau digulung, dibawa ke kamar jemur/gantung
untuk proses peranginan sekitar 13-17 hari, tergantung kepada kondisi cuaca.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
30
Universitas Indonesia
g. Penurunan dan pelipatan blanket
Kegiatan penurunan dan pelipatan blanket merupakan proses menurunkan blanket
yang telah dikeringkan, untuk diproses lebih lanjut (proses peremahan). Dalam
proses ini lembaran blanket mula-mula dipotong dua sehingga jatuh ke lantai,
kemudian digulung seterusnya dibawa ke lokasi Peremahan.
h. Peremahan
Proses peremahan merupakan proses pemotongan lembaran karet menjadi
potongan-potongan kecil (cutter) untuk seterusnya dibersihkan serta diseragamkan
dalam bak pencampuran sebelum dimasukkan ke dalam trolley.
i. Pengisian trolley
Proses pengisian karet ke dalam trolley merupakan kegiatan yang sangat penting
terhadap butiran karet agar merata pada seluruh permukaan, sehingga proses
pengeringan tidak menimbulkan bintik putih (white spot), karet lumer (virgin
rubber).
j. Pengeringan / Dryer
Proses pengeringan / dryer adalah kegiatan mengeringkan butiran karet remah
yang telah diisi di dalam trolley. Proses ini dilakukan dengan memasukkan trolley
yang berisi karet remah basah ke dalam ruangan (oven) berudara panas selama
beberapa menit dengan suhu 1110C s.d. 112
0 C kemudian didinginkan.
k. Pembongkaran trolley
Proses bongkar trolley adalah kegiatan mengeluarkan karet remah yang telah
masak/kering dari dalam trolley untuk ditransfer ke tempat penimbangan.
l. Penimbangan, press, sampling, dan pembungkusan
Proses penimbangan, press, sampling maupun pembungkusan merupakan
kegiatan akhir proses produksi sebelum karet remah dikemas/packing dan
diekspor. Setiap bandela karet yang dibongkar dari trolley, dilakukan pemeriksaan
akhir melalui metal detector bilamana masih terdapat kotoran/kontaminan. Untuk
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
31
Universitas Indonesia
memastikan bahwa bagian tengah dari karet remah telah cukup masak dilakukan
dengan cara membelah bandela tersebut di bagian tengahnya. Kemudian
dilakukan penimbangan dengan berat masing-masing 35 kg. Setelah ditimbang,
karet kemudian di-press/dikempa. Untuk keperluan analisa mutu Laboratorium,
maka setiap ton karet (1 Pallet) diambil contoh karet sebanyak 4 sampel pada
interval bandela ke-9 dengan cara memotong dua sisi diagonal seberat @ 1,75 kg.
Kemudian bandela karet tersebut dibungkus dengan kantong plastik SIR yang
sudah ditetapkan sesuai standar yang berlaku.
m. Pengepakan dan marketing
Proses pengepakan dan marketing adalah kegiatan akhir yang dilakukan sebelum
karet SIR disimpan dan atau diekspor. Proses pengepakan ini dilakukan dengan
menyusun bandela karet yang telah dibungkus ke dalam pallet kayu yang telah
disediakan sebelumnya, untuk seterusnya kemasan pallet kayu tersebut ditutup
dan diberi merk (marking) sesuai dengan kontrak penjualan.
n. Penyimpanan produk akhir
Proses penyimpanan produk akhir di sini adalah kegiatan penumpukan/stuffing
barang siap ekspor, yang disusun menggunakan forkflift.
4.2 Proses Financial Due Dilligence terhadap PT XXX
Proses financial due diligence atas PT XXX ini dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu:
1. Pengisian client acceptance check list
Sebelum menerima penugasan financial due diligence oleh ABC Ltd., seorang
partner in charge atau project manager wajib terlebih dahulu mengisi formulir
client acceptance check list. Adapun formulir ini berisi informasi-informasi
mengenai penugasan yang akan dilakukan. Pada formulir ini akan diuraikan
beberapa hal penting yang berkaitan dengan penugasan, yaitu nama klien, bidang
usaha, jenis penugasan, latar belakang penugasan (client background), fee yang
akan diterima, pengecekan terhadap benturan kepentingan (conflict of interest),
dan penilaian risiko (risk assessment).
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Pengecekan terhadap benturan kepentingan perlu dilakukan karena situasi yang
dapat menimbulkan benturan kepentingan dapat menimbulkan ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi akuntan publik, yaitu prinsip integritas,
objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, atau perilaku profesional.
Adapun penilaian risiko ini dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat menyebabkan risiko, menilai kesignifikanan risiko tersebut dan
kemungkinan terjadinya, lalu mengidentifikasi dampak yang timbul jika risiko itu
terjadi. Setelah selesai melakukan identifikasi tersebut, risiko dinilai apakah
termasuk golongan tinggi, medium, ataupun rendah. Secara keseluruhan, risiko PT
XXX ini dapat diklasifikasikan ke golongan medium.
Setelah diisi dengan lengkap, formulir tersebut akan di-review oleh Division Chief
Operating Officer (DCOO) untuk mendapatkan persetujuan.
2. Pembuatan surat perikatan (engagement letter)
Setelah proyek ini disetujui oleh DCOO, langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah pembuatan surat perikatan (engagement letter). Engagement letter ini
memuat beberapa hal, yaitu:
Latar belakang penugasan (preliminary understanding)
Bagian ini meliputi latar belakang dan tujuan dari penugasan tersebut. Dalam
proyek ini, latar belakang penugasannya adalah ABC Ltd yang ingin melakukan
ekspansi usaha ke Indonesia dengan mengakuisisi perusahaan manufaktur karet
remah. Berdasarkan kesepakatan ABC Ltd dan PT XXX, seluruh kewajiban PT
XXX, termasuk pinjaman bank harus diselesaikan sebelum proses akuisisi terjadi.
Untuk membantu penyelesaian kewajiban ini, ABC Ltd juga tidak mengakuisisi
aset lancar PT XXX, seperti persediaan dan piutang. Selain itu, ketika proses
akusisi selesai dilaksanakan, ABC Ltd akan mengubah seluruh sistem operasional
PT XXX yang sebelumnya padat karya menjadi menggunakan mesin. Oleh karena
itu, ABC Ltd sebagai pihak pengakuisisi meminta RSM AAJ selaku konsultan
independen untuk mendampingi ABC Ltd dalam melakukan financial due
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
33
Universitas Indonesia
diligence atas laporan keuangan periode yang berakhir Desember 2009, 2010, dan
2011 serta meberikan saran agar transaksi tersebut tidak merugikan ABC Ltd di
kemudian hari.
Ruang lingkup penugasan (scope of work)
Bagian ini meliputi identifikasi akun atau pos tertentu pada laporan keuangan
yang akan menjadi fokus penugasan dan prosedur yang akan dilakukan untuk
masing-masing akun atau pos tertentu tersebut. Untuk proyek financial due
diligence PT XXX ini, akun-akun yang akan diperiksa adalah kas dan setara kas,
piutang usaha dan piutang lainnya, persediaan, aset tetap, utang usaha, beban yang
masih harus dibayar, pinjaman dari pihak berelasi, pinjaman dari bank atau
institusi finansial lainnya, modal, peristiwa kemudian (subsequent events), serta
kewajiban kontinjensi dan komitmen. Untuk melakukan penugasan ini, RSM AAJ
melaksanakan Agreed Upon Procedures di mana prosedur-prosedurnya telah
disetujui oleh RSM AAJ dan ABC Ltd.
Batasan dari ruang lingkup penugasan (limitation of scope of work)
Bagian ini menguraikan batasan atas prosedur yang akan dilaksanakan. Adapun
dalam proyek ini, batasannya adalah prosedur yang dilaksanakan oleh RSM AAJ
bergantung pada data yang diberikan oleh PT XXX. Disamping itu, RSM AAJ
juga tidak melakukan observasi terhadap kondisi riil dari suatu aset dan juga tidak
mengukur nilai wajarnya. Selain itu, prosedur yang dilakukan RSM AAJ juga
tidak mencakup masalah hukum atau interpretasi perjanjian apapun antara PT
XXX dengan pihak lain.
Periode penugasan (period of assignment)
Bagian ini menguraikan rencana waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
penugasan yang dimulai dari tahap pengumpulan data, kerja di lapangan, sampai
dengan pelaporan. Adapun waktu yang dibutuhkan oleh RSM AAJ untuk
menyelesaikan financial due diligence ini adalah 6 minggu, yang terdiri dari kick
off meeting, field work, dan pembuatan laporan financial due diligence.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Fee
Pada bagian ini akan dicantumkan fee atas jasa yang diberikan oleh RSM AAJ dan
juga termin pembayarannya. Jumlah fee yang dicantumkan ini merupakan hasil
kesepakatan atas negosiasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh RSM AAJ dan
ABC Ltd.
Disclaimer
Bagian ini merupakan pernyataan bahwa RSM AAJ dalam penugasan ini tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan PT XXX sebagaimana yang biasa
dilakukan dalam proses audit. Selain itu, bagian ini juga memuat bahwa
keandalan, kelengkapan, dan ketepatan dari informasi keuangan ataupun
informasi lainnya yang ditampilkan merupakan tanggung jawab perusahaan.
Batasan penggunaan
Bagian ini menekankan bahwa hasil penugasan yang dilakukan oleh RSM AAJ
hanya diperuntukkan kepada pihak-pihak tertentu yang telah menyetujui prosedur
yang dilaksanakan.
Setelah engagement letter selesai disusun, partner in charge melakukan review
terhadap isinya dan kemudian menandatanganinya. Setelah ditandatangani oleh
partner in charge, engagement letter ini akan dikirimkan kepada klien untuk
memperoleh persetujuan. Setelah engagement letter disetujui oleh klien, proyek
financial due diligence PT XXX ini baru dapat dijalankan.
3. Perencanaan Agreed Upon Procedure
Dalam tahap ini, partner in charge memberikan panduan kepada anggota tim
mengenai prosedur apa saja yang akan dilakukan dan bagian mana yang harus
menjadi perhatian utama. Selain itu, prosedur apa yang akan dilaksanakan dan
tujuan dari prosedur tersebut juga akan dijelaskan secara rinci pada tahapan ini.
Disamping itu, dalam tahap ini anggota tim bersama-sama dengan project leader
juga melakukan pemahaman awal mengenai kondisi industri dari PT XXX ini,
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
35
Universitas Indonesia
seperti pemahaman yang memadai mengenai sifat dan kompleksitas kegiatan
bisnis klien, pengetahuan yang relevan mengenai industri atau hal pokok dari
perikatan, serta peraturan atau persyaratan pelaporan yang relevan. Selain itu,
anggota tim juga melakukan pemahaman terhadap kondisi PT XXX ini yang
meliputi akun-akun yang sifatnya material, kebijakan akuntansi yang digunakan,
struktur organisasi, dan informasi-informasi terkait lainnya.
4. Kick off Meeting
Pada tahapan ini, partner in charge dan anggota tim melakukan rapat permulaan
dengan manajemen PT XXX. Dalam rapat ini dibahas ruang lingkup yang akan
dilaksanakan oleh RSM AAJ, tujuan pelaksanaan financial due diligence, waktu
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penugasan, serta data-data yang diperlukan
untuk menjalankan prosedur yang disepakati. Selain itu, pada tahapan ini,
manajemen PT XXX juga memberikan gambaran umum mengenai kondisi PT
XXX, baik dari sisi keuangan maupun teknis operasionalnya.
5. Pelaksanaan kerja lapangan (fieldwork)
Pada tahapan ini, anggota tim pergi ke lokasi PT XXX, yaitu di Pontianak dan
melaksanakan prosedur-prosedur yang sudah disepakati sebelumnya. Di
Pontianak ini, tim mengunjungi pabrik produksi karet untuk memahami proses
produksi secara lebih mendalam dan juga kantor pusat. Selain itu, data-data yang
masih tertunda atau belum dikirimkan ke kantor RSM AAJ diminta ketika
melakukan kunjungan ke kantor pusat, seperti bank statement, perjanjian kredit
dengan bank, dan daftar aset tetap. Setelah memperoleh data-data yang tertunda
tersebut, tim mulai melakukan prosedur-prosedur yang disepakati dan kemudian
hasilnya dimasukkan ke dalam kertas kerja.
6. Penyusunan draft laporan final
Setelah menyelesaikan tahapan-tahapan sebelumnya, seluruh anggota tim dalam
proyek ini mulai menyusun laporan atas pelaksanaan tugas tersebut. Adapun
laporan yang dibuat ini meliputi penjelasan prosedur yang dilaksanakan dan
temuan yang didapat sebagaimana diatur oleh pedoman Standar Profesionalisme
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
36
Universitas Indonesia
Akuntan Publik dalam rangka pelaporan agreed upon procedures. Disamping itu,
laporan ini juga memberikan penjelasan bahwa tim RSM AAJ tidak memberikan
pendapat atas kecukupan prosedur yang dilaksanakan karena kecukupan prosedur
merupakan tanggung jawab pemakai dan juga tidak memberikan opini atas
laporan keuangan PT XXX. Laporan yang sudah dibuat oleh anggota tim
kemudian ditelaah oleh manager in charge dan diperiksa kembali oleh partner in
charge. Setelah disetujui oleh partner in charge, laporan ini ditandatangani oleh
partner in charge dan diberikan kepada ABC Ltd sebagai klien.
7. Presentasi hasil penugasan financial due diligence
Bagian ini merupakan tahapan terakhir dari penugasan financial due diligence di
mana project leader mewakili RSM AAJ mempresentasikan hasil penugasan
tersebut kepada klien ABC Ltd. Adapun isi dari presentasi ini meliputi kondisi
keuangan dan teknis operasional PT XXX serta isu-isu penting yang akan menjadi
fokus utama dalam proses negosiasi selanjutnya. Pada presentasi ini, RSM AAJ
hanya menginformasikan fakta yang ditemui selama penugasan dan belum
memberikan saran, pendapat, ataupun solusi atas permasalahan yang ada. Tahapan
presentasi ini seringkali disebut sebagai post-closing meeting. Seharusnya, setelah
presentasi ini dilakukan, tim dapat langsung menyusun laporan akhir financial due
diligence, namun dikarenakan adanya permasalahan perubahan status tanah yang
dimiliki oleh PT XXX yang belum selesai, yaitu dari yang bersertifikat hak milik
menjadi hak guna bangunan, maka laporan akhir financial due diligence ini pun
ditunda sampai permasalahan ini dapat diselesaikan. Latar belakang permasalahan
ini akan dijelaskan lebih rinci pada bagian selanjutnya, yaitu temuan pada proses
financial due diligence atas PT XXX.
Adapun saran, pendapat, ataupun solusi permasalahan yang ada akan diberikan
pada tahapan selanjutnya dari penugasan ini, yaitu tahapan advisory and project
management. Pada umumnya, tahapan advisory and project management ini
dilakukan oleh anggota tim yang jauh lebih berpengalaman dan memiliki
pengetahuan yang cukup memadai mengenai berbagai aspek dari proyek ini,
seperti aspek hukum dan pajak. Oleh karena itu, tahapan ini biasanya dilakukan
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
37
Universitas Indonesia
oleh partner in charge dan manager in charge. Jasa advisory yang diberikan oleh
tim RSM AAJ dalam proyek ini terutama dalam hal status hukum tanah dari PT
XXX. Jasa ini perlu dilakukan karena ABC Ltd merupakan perusahaan yang
berasal dari Thailand sehingga kurang memahami aspek hukum dari tanah di
Indonesia. Selain itu, tim RSM AAJ juga membantu dalam mengevaluasi rencana
efisiensi yang akan dilakukan oleh ABC Ltd, yaitu penggantian proses produksi
yang menggunakan banyak tenaga manusia menjadi mesin. Rencana ini penting
untuk dievaluasi karena banyak dampak signifikan yang dapat terjadi akibat
proses efisiensi ini, misalnya demonstrasi yang disebabkan pemberhentian banyak
tenaga kerja.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh tim RSM AAJ dalam melakukan proyek
financial due diligence ini adalah sistem pencatatan akuntansi PT XXX yang
kurang baik. Sejak awal produksi, yaitu tahun 2006 hingga tahun 2009, PT XXX
mempekerjakan karyawan sebagai tenaga akuntan. Sayangnya, karyawan ini
kurang kompeten sehingga selama beberapa tahun tersebut, terdapat banyak
kesalahan dalam sistem pencatatan akuntansi PT XXX, terutama dalam hal
klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan. Pada tahun 2010, PT XXX
menggunakan tenaga outsource untuk melakukan pencatatan akuntansinya.
Meskipun tenaga outsource tersebut sudah memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang ada sebelumnya, tetap terdapat beberapa kesalahan material dalam sistem
pencatatan tersebut. Karena adanya pergantian tenaga akuntan ini, anggota tim
RSM AAJ cukup mengalami kesulitan dalam menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan sistem pencatatan akuntansi PT XXX karena mereka tidak menguasai
keseluruhan pencatatan yang ada.
4.3 Temuan pada Proses Financial Due Diligence atas PT XXX
Pada bagian ini, akan diuraikan temuan yang diperoleh selama proses financial
due diligence PT XXX setelah melakukan prosedur-prosedur yang disepakati.
Adapun prosedur-prosedur yang dilakukan dan temuan-temuan yang ada akan
disajikan per akun.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
38
Universitas Indonesia
4.3.1 Kas dan Setara Kas
Berdasarkan Kieso (2011), kas merupakan aset yang paling likuid dan merupakan
medium pertukaran. Selain itu, Kieso (2011) juga menjelaskan setara kas
merupakan investasi yang sangat likuid dengan jangka waktu pendek yang siap
diubah menjadi sejumlah kas tertentu dan sangat dekat dengan jatuh tempo
sehingga memiliki risiko yang tidak signifikan atas perubahan tingkat suku bunga.
Dalam melakukan prosedur financial due diligence atas kas dan setara kas,
terdapat beberapa prosedur yang dilakukan. Prosedur pertama yang dilakukan
adalah meminta keterangan kepada manajemen apakah terdapat jumlah yang
signifikan dalam akun kas dan setara kas. Setelah itu, akan dilakukan pemeriksaan
terhadap dokumentasi pendukung untuk mendeteksi jumlah yang signifikan
tersebut. Dari prosedur ini, dapat diketahui bahwa kas dan setara kas perusahaan
terdiri dari Bank Alpha IDR, Bank Alpha USD, Bank Beta, dan Bank Charlie.
Jumlah yang signifikan dalam kas dan setara kas ini terdapat pada Bank Alpha
USD. Berdasarkan keterangan dari manajemen, PT XXX ini menggunakan Bank
Alpha yang memiliki dua nilai mata uang, yaitu IDR dan USD untuk transaksi
penjualan ekspor yang dilakukan sehingga selalu terdapat jumlah yang signifikan
pada Bank Alpha USD tersebut. Adapun untuk dokumentasi pendukung yang
diperiksa untuk melaksanakan prosedur ini adalah bank statement perusahaan.
Prosedur kedua yang dilakukan untuk proses financial due diligence ini adalah
melakukan tes akurasi matematis dari rekonsiliasi. Namun, prosedur ini tidak
dapat sepenuhnya dilakukan dikarenakan perusahaan hanya melakukan
rekonsiliasi bank sebelum tahun 2010 dan tim RSM AAJ pun tidak memiliki
akses atas data rekonsiliasi tersebut dikarenakan pencatatan akuntansi dan pajak
perusahaan yang sejak tahun 2010 menggunakan jasa outsource sehingga mereka
juga tidak memperoleh data-data rekonsiliasi sebelum tahun 2010. Karena hal itu,
tim RSM AAJ melakukan rekonsiliasi sederhana dengan menggunakan data dari
bank statement dan jurnal umum perusahaan. Dari rekonsiliasi sederhana tersebut,
dapat diperoleh saldo yang hampir sama antara bank statement dan pencatatan
perusahaan. Saldo yang diperoleh tidak sama sepenuhnya dikarenakan rekonsiliasi
ini hanya memasukkan angka-angka yang material.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
39
Universitas Indonesia
Selanjutnya, prosedur ketiga yang dilakukan adalah mengidentifikasi keberadaan
dan jumlah dari cash restrictions. Cash restrictions yang dimaksud adalah
sejumlah saldo kas yang ditahan di suatu bank tertentu selama perusahaan
memiliki pinjaman terhadap bank tersebut. Prosedur ini dilakukan dengan
memeriksa perjanjian kredit yang dimiliki perusahaan dan meminta keterangan
dari manajemen mengenai hal tersebut. Berdasarkan pemeriksaan terhadap
perjanjian kredit dan keterangan dari manajemen, perusahaan tidak memiliki cash
restriction dengan bank apapun.
4.3.2 Piutang Usaha dan Piutang Lainnya
Piutang perusahaan PT XXX terdiri dari dua jenis, yaitu piutang usaha dan
piutang karyawan. Namun, karena piutang karyawan perusahaan tidak signifikan,
maka tidak dilakukan prosedur lebih lanjut atas piutang karyawan ini. Adapaun
untuk melaksanakan proses financial due diligence atas akun piutang usaha,
dilakukan beberapa prosedur. Prosedur pertama yang dilakukan adalah meminta
keterangan dari manajemen apakah terdapat transaksi yang dilakukan oleh debitur
mayoritas dan apakah terdapat piutang dengan saldo yang signifikan. Setelah itu,
untuk memastikan keterangan dari manajemen, dilakukan pengecekan terhadap
jurnal umum perusahaan. Perihal adanya debitur mayoritas dan piutang dengan
saldo yang signifikan perlu diketahui oleh tim untuk melihat apakah perusahaan
memiliki ketergantungan pada sejumlah debitur tertentu dalam usahanya. Terlalu
bergantungnya perusahaan pada debitur tertentu dan memiliki saldo yang
signifikan tidak baik untuk perusahaan karena jika terjadi gagal bayar, likuiditas
perusahaan akan sangat terganggu. Prosedur selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan verifikasi terhadap keberadaan jumlah piutang yang besar tersebut dan
mengidentifikasi apakah pembayaran atas piutang tersebut sudah diterima.
Adapun dari pelaksanaan prosedur pertama ini, dapat diketahui bahwa perusahaan
tidak melakukan kontrak penjualan dengan pembelinya sehingga tidak terdapat
debitur mayoritas. Berdasarkan jurnal umum perusahaan, hanya dapat
diidentifikasi beberapa pembeli yang berasal dari luar negeri. Pada dasarnya,
seluruh transaksi penjualan yang dilakukan oleh PT XXX dilakukan secara tunai
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
40
Universitas Indonesia
sehingga pada tahun 2009 dan 2011, perusahaan tidak memiliki piutang usaha.
Namun, untuk penjualan ekspor, pembayaran dilakukan ketika barang sudah
diterima oleh pembeli sehingga ada selang waktu sekitar dua minggu dari
pengiriman barang hingga waktu pembayaran. Oleh karena itu, pada tahun 2010,
yang juga disebabkan oleh cut-off, terdapat piutang usaha yang cukup signifikan,
yaitu sebesar 15,02% dari total aset lancar. Tetapi, berdasarkan penelusuran pada
bank statement perusahaan, perusahaan sudah menerima pembayaran atas utang
tersebut pada bulan Januari 2011.
Prosedur lain yang dilakukan untuk melakukan proses financial due diligence atas
piutang usaha dan piutang lainnya adalah menelaah dan menganalisis aging
schedule perusahaan. Berdasarkan aging schedule yang tersedia, pada tahun 2009
dan 2011 perusahaan tidak memiliki piutang usaha, sedangkan pada tahun 2010,
piutang usaha yang berjumlah 15,02% dari total aset lancar akan jatuh tempo
kurang dari satu bulan, yaitu pada bulan Januari 2011.
4.3.3 Persediaan
Persediaan perusahaan PT XXX terdiri dari persediaan barang jadi, persediaan
bahan baku, dan persediaan bahan penolong. Prosedur yang dilakukan adalah
menelaah kontrak transaksi dan meminta keterangan dari manajemen apakah
terdapat perubahan persediaan yang signifikan dan di luar ekspektasi manajemen.
Dari prosedur ini, dapat diketahui bahwa perusahaan menggunakan metode FIFO
dalam menghitung persediaannya, yang menunjukkan ketidakkonsistenan dengan
kebijakan akuntansi umum perusahaan pada bagian sebelumnya, yaitu
menggunakan metode rata-rata (average). Selain itu, dari pelaksanaan prosedur
ini, dapat teridentifikasi bahwa tidak terdapat perubahan persediaan yang
signifikan pada tahun 2009, 2010, dan 2011 dikarenakan aktivitas produksi
dilakukan berdasarkan pesanan pelanggan. Rincian persediaan perusahaan dapat
dilihat dari kartu persediaan perusahaaan. Disamping itu, perusahaan terkadang
membeli bahan baku pada harga yang lebih tinggi secara tunai dan harus menjual
barang jadi pada harga yang lebih rendah sesuai keadaan pasar dikarenakan modal
kerja perusahaan yang rendah.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
41
Universitas Indonesia
4.3.4 Aset Tetap
Secara keseluruhan, aset tetap perusahaan terdiri dari bangunan, kendaraan,
peralatan kantor, mesin, dan peralatan laboratorium. Untuk melakukan proses
financial due diligence atas aset tetap, dilakukan beberapa prosedur. Hal pertama
yang dilakukan adalah memperoleh daftar rincian aset tetap yang meliputi
informasi mengenai nama aset, tanggal perolehan, harga perolehan, nilai buku
awal, usia ekonomis, depresiasi per tahun, akumulasi depresiasi, dan nilai buku di
akhir tahun tersebut. Kemudian, untuk meninjau dokumentasi dari kepemilikan
atas aset tetap tersebut, tim meminta bukti kepemilikan terhadap aset tetap
perusahaan tersebut. Berdasarkan rincian aset tetap yang diperoleh, terdapat
perbedaan nilai buku aset tetap antara laporan keuangan yang sudah diaudit
dengan jurnal umum perusahaan pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2009
dan 2011 tidak ditemukan perbedaan. Perbedaan yang terjadi pada tahun 2010 ini
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam pengklasifikasian aset tetap menjadi aset
lain-lain. Sedangkan pada tahun 2011, kesalahan pengklasifikasian tersebut sudah
diperbaiki sehingga perhitungan nilai buku aset tetap sudah kembali konsisten
sehingga tidak terdapat perbedaan antara laporan keuangan yang sudah diaudit
dengan jurnal umum perusahaan. Disamping itu, tim hanya memperoleh bukti
kepemilikan atas beberapa aset tetap, yaitu bangunan, kendaraan, dan mesin.
Bukti kepemilikan lain tidak dapat diperoleh dikarenakan sistem
pendokumentasian yang kurang baik.
Prosedur selanjutnya yang dilaksanakan adalah memeriksa konsistensi metode
depresiasi, tingkat depresiasi, nilai sisa yang diperkirakan, dan periode depresiasi.
Berdasarkan daftar aset tetap perusahaan dan dokumen kebijakan akuntansi umum
perusahaan, dapat diketahui bahwa penyusutan aset tetap perusahaan yang
memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dilakukan dengan metode garis lurus
(straight line method) dengan persentase penyusutan 20% per tahun. Disamping
itu, tidak ada nilai sisa yang diperkirakan dalam mendepresiasikan seluruh aset
tetap. Selanjutnya, untuk memeriksa konsistensi metode depresiasi dan kewajaran
tingkat depresiasi, tim mengambil sampel dengan cara scoping, yaitu memilih
sejumlah aset tetap yang bernilai 75% dari seluruh aset tetap yang sudah disusun
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
42
Universitas Indonesia
terlebih dahulu nilainya dari yang paling besar hingga yang paling kecil.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, diketahui bahwa perhitungan depresiasi aset
tetap perusahaan sudah dilakukan secara wajar.
Disamping itu, tim yang bertugas juga menjalankan prosedur dengan meminta
keterangan dari manajemen mengenai adanya penambahan atau pengurangan aset
tetap yang signifikan. Berdasarkan penelusuran pada daftar aset tetap perusahaan
dan keterangan dari manajemen, pada tahun 2009, 2010, dan 2011 tidak terjadi
penambahan ataupun pengurangan aset tetap yang signifikan.
4.3.5 Utang Usaha
Terdapat beberapa prosedur yang dilakukan dalam proses financial due diligence
atas utang usaha. Prosedur pertama yang dilakukan adalah melakukan tinjauan
terhadap jumlah dan waktu pembayaran utang usaha. Berdasarkan hasil tinjauan
tim, dapat diperoleh bahwa jumlah utang usaha perusahaan pada laporan posisi
keuangan periode 31 Desember 2009, 2010, dan 2011 sangat signifikan, yaitu
lebih dari 80% utang lancar dikarenakan perusahaan berutang dengan pemegang
saham untuk membiayai modal kerjanya yang digunakan untuk membeli bahan
baku dan bensin secara tunai. Pencatatan utang usaha ini merupakan pencatatan
yang salah klasifikasi sehingga harus direklasifikasi menjadi utang pemegang
saham. Selain itu, berdasarkan keterangan dari manajemen, tidak terdapat
perjanjian utang apapun dengan pemegang saham sehingga tidak memiliki tanggal
jatuh tempo pembayaran utang.
Prosedur selanjutnya yang dilakukan adalah meminta keterangan dari manajemen
apakah terdapat saldo utang signifikan dan apakah terdapat kreditur mayoritas.
Seperti hasil yang diperoleh dari prosedur sebelumnya, kreditur dari perusahaan
ini hanya pemegang saham perusahaan itu sendiri, oleh karena itu tidak terdapat
kreditur mayoritas.
Prosedur berikutnya yang dilakukan adalah melakukan verifikasi dari pemasok
mengenai transaksi pembelian serta mengecek apakah pembayaran sudah benar
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
43
Universitas Indonesia
dilakukan. Dengan melakukan pengecekan pada buku persediaan, jurnal umum,
nota pembayaran, dan bank statement perusahaan, dapat diverifikasi bahwa
transaksi pembelian yang ada bukanlah transaksi fiktif dan pembayarannya pun
sudah dilakukan kepada pemasok.
4.3.6 Beban yang Masih Harus Dibayar
Beban yang masih harus dibayar merupakan beban yang terjadi namun belum
dibayarkan. Terdapat dua prosedur yang dilakukan ketika melakukan proses
financial due diligence atas akun beban masih harus dibayar, yaitu meminta
keterangan kepada manajemen dan mengidentifikasi adanya jenis-jenis beban
yang masih harus dibayar yang signifikan dan tidak biasa serta melakukan
pemeriksaan terhadap dokumentasi pendukung terhadap jenis-jenis yang
signifikan dan tidak biasa tersebut. Prosedur pengidentifikasian beban yang masih
harus dibayar dilakukan dengan memeriksa jurnal umum perusahaan.
Adapun hasil dari pelaksanaan prosedur ini adalah dapat diidentifikasi bahwa
biaya yang masih harus dibayar perusahaan terdiri dari utang gaji dan utang
Jamsostek. Adapun dokumentasi pendukung dari utang gaji dapat dilihat dari
buku pencatatan gaji perusahaan. Disamping itu, berdasarkan keterangan dari
manajemen, seluruh beban yang masih harus dibayar ini akan diselesaikan
sebelum proses akuisisi dilaksanakan.
4.3.7 Pinjaman dari Pihak Berelasi
Terdapat beberapa prosedur untuk melakukan proses financial due diligence atas
pinjaman dari pihak berelasi. Prosedur pertama yang dilakukan adalah
pengidentifikasian adanya pinjaman dari pihak berelasi yang dilakukan dengan
meminta keterangan dari manajemen mengenai ada atau tidaknya fasilitas kredit
dan pembiayaan dari pihak berelasi, memperoleh dan mempelajari dokumen yang
relevan, serta menanyakan apakah perusahaan pernah melanggar perjanjian yang
signifikan sebelumnya, dan memeriksa jurnal umum perusahaan. Dari prosedur
pertama ini, dapat diketahui bahwa baik pada tahun 2009, 2010, ataupun 2011,
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
44
Universitas Indonesia
perusahaan tidak memiliki pinjaman dari pihak berelasi. Dengan demikian,
prosedur selanjutnya dari pinjaman dari pihak berelasi tidak perlu dilakukan lagi.
4.3.8 Pinjaman dari Bank atau Institusi Finansial Lainnya
Pinjaman dari bank yang dimiliki oleh perusahaan cukup signifikan, yaitu 20%
dari jumlah kewajiban pada tahun 2009 dan 2010 serta 42% dari jumlah
kewajiban pada tahun 2011. Prosedur pertama yang dilakukan untuk melakukan
proses financial due diligence adalah mengidentifikasi dan meminta keterangan
dari manajemen mengenai fasilitas kredit dan pembiayaan dari bank yang sudah
ada, serta memperoleh dan mempelajari dokumen yang relevan. Disamping itu,
tim yang bertugas juga harus memperoleh pemahaman mengenai tujuan pinjaman
dengan pihak ketiga. Selanjutnya, tim juga harus memperoleh informasi dari
manajemen apakah terdapat perjanjian signifikan yang pernah dilanggar
sebelumnya. Selain meminta keterangan dari manajemen, prosedur ini juga
dilakukan dengan memeriksa bank statement perusahaan dan perjanjian kredit
yang ada. Dari prosedur ini, dapat diidentifikasi bahwa selama tahun 2009, 2010,
dan 2011, perusahaan hanya menggunakan fasilitas kredit dari Bank Beta dengan
periode 12 bulan dan tingkat suku bunga 10% per tahun dan tidak terdapat
indikasi pelanggaran perjanjian kredit yang dilakukan perusahaan dengan bank
tersebut. Utang bank ini digunakan oleh perusahaan sebagai modal kerja karena
perusahaan menjalankan transaksinya secara tunai. Jumlah utang bank perusahaan
ini juga masih dalam batasan kredit yang diberikan oleh bank dan akan jatuh
tempo satu tahun kemudian, yaitu pada tahun 2012.
Setelah mengidentifikasi adanya utang bank oleh perusahaan, prosedur yang
selanjutnya dilakukan adalah memperoleh dan menganalisis jadwal pembayaran
utang per tanggal laporan posisi keuangan. Pada prosedur ini, tim yang bertugas
tidak memiliki akses terhadap jadwal pembayaran utang perusahaan dikarenakan
perusahaan tidak membuat jadwal pembayaran utang tersebut. Namun,
berdasarkan keterangan dari manajemen dan pengecekan pada bank statement
perusahaan, dapat diidentifikasi bahwa perusahaan melakukan pembayaran sesuai
dengan termin pembayaran yang seharusnya.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Prosedur selanjutnya yang dilakukan adalah memperoleh dan menganalisis daftar
aset yang dijaminkan perusahaan atas utang yang ada. Berdasarkan daftar aset
yang dijaminkan perusahaan atas utang yang ada, dapat diidentifikasi bahwa aset
yang dijaminkan perusahaan untuk utang bank tersebut terdiri dari tanah yang
dimiliki pemegang saham, gedung, deposito Bank Beta, dan persediaan.
Kemudian, tim juga meminta bukti kepemilikan atas aset yang dijaminkan
tersebut dan perusahaan dapat menunjukkan bukti kepemilikan atas aset-aset yang
dijaminkan.
4.3.9 Modal
Modal perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu modal disetor dan saldo laba.
Terdapat dua prosedur yang dilakukan untuk melakukan proses financial due
diligence atas modal, yaitu mengidentifikasi adanya perubahan modal yang
signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan mengecek notulensi rapat
pemegang saham. Dengan menelusuri jurnal umum perusahaan dan laporan
keuangan perusahaan yang sudah diaudit, dapat teridentifikasi bahwa modal
disetor perusahaan tidak mengalami perubahan, namun untuk saldo laba, terjadi
perubahan yang sangat signifikan. Pada tahun 2009, saldo laba perusahaan
bernilai positif atau memperoleh keuntungan, namun pada tahun 2010 dan 2011,
saldo laba perusahaan bernilai negatif atau menderita kerugian. Dengan saldo laba
yang negatif pada tahun 2010 dan 2011, modal perusahaan secara keseluruhan
mengalami perubahan yang siginifikan dari tahun 2009 hingga 2011. Disamping
itu, tim yang bertugas juga tidak memperoleh notulensi rapat pemegang saham
dikarenakan perusahaan tidak membuat notulensi rapat.
4.3.10 Peristiwa Kemudian (Subsequent Events)
Pemegang saham PT XXX berencana menambah modal sebesar USD5.000.000
untuk memperoleh tanah yang selama ini disewa dari pemegang sahamnya
sendiri. Sampai dengan tanggal penyusunan laporan, status tanah tersebut masih
bersertifikat hak milik (SHM) atas nama pemegang saham perusahaan dan sedang
dalam proses penggantian status menjadi hak guna bangunan (HGB) atas nama PT
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
46
Universitas Indonesia
XXX. Selain itu, perusahaan berencana mendivestasikan 97% sahamnya kepada
pihak pengakuisisi.
Disamping itu, berdasarkan keterangan dari manajemen, pada tahun 2012
perusahaan sudah menjual aset tetap yang tidak berhubungan dengan aktivitas
produksi karet remah. Perusahaan ini dapat memiliki aset tetap yang tidak
berhubungan dengan aktivitas produksi karet remah disebabkan sebelum
memasuki bisnis produksi karet remah pada tahun 2006, aktivitas bisnis utama
perusahaan ini merupakan pengolahan kayu lapis.
4.3.11 Kewajiban Kontinjensi dan Komitmen
Berdasarkan Arens (2008), kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban yang
berpotensi terjadi di masa mendatang kepada pihak luar dan jumlahnya tidak
diketahui yang berasal dari aktivitas yang sudah terjadi. Selain itu, Arens (2008)
juga menyebutkan bahwa karakteristik yang paling penting dari komitmen adalah
perjanjian bahwa perusahaan berkomitmen untuk melaksanakan perjanjian
tersebut di masa mendatang dan dalam keadaan apapun.
Untuk melakukan proses financial due diligence atas kewajiban kontijensi dan
komitmen, terdapat beberapa prosedur, yaitu meminta keterangan dari manajemen
mengenai deskripsi dan evaluasi litigasi serta kebijakan dan prosedur yang
diadopsi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menghitung litigasi, tuntutan,
serta pembebanan lainnya. Berdasarkan informasi dari manajemen, perusahaan
tidak memiliki permasalahan yang berkaitan dengan litigasi, tuntutan, dan
pembebanan lainnya. Hal ini didasari pemahaman bahwa perusahaan tidak
memiliki perjanjian jual beli, sewa, royalti, pembagian keuntungan, ataupun
pembagian bonus dengan pihak lain. Selain itu, pembayaran utang bank yang
sesuai dengan termin pembayaran selama beberapa tahun belakangan juga
menunjukkan bahwa penuntutan perusahaan atas perjanjian kredit dengan bank
juga memiliki kemungkinan yang relatif kecil.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Prosedur selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pengecekan pada laporan
laba rugi perusahaan apakah beberapa tahun belakangan ini terdapat biaya
tuntutan pajak. Dari prosedur ini dapat diidentifikasi bahwa tidak terdapat biaya
tuntutan pajak selama beberapa tahun belakangan.
4.4 Analisis Rasio Keuangan PT XXX
Analisis rasio keuangan PT XXX ini terdiri dari tiga bagian, yaitu analisis
profitabilitas, analisis turnover, serta analisis likuiditas dan solvabilitas
perusahaan. Analisis ini akan membantu auditor dalam menilai performa
perusahaan dan mempertimbangkan kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern). Adapun keterangan lebih rinci mengenai
perubahan akun-akun laporan keuangan PT XXX dari tahun 2009 hingga 2011
dapat dilihat pada lampiran yang disertakan dalam laporan ini.
4.4.1 Analisis Profitabilitas
Dalam melakukan analisis profitabilitas perusahaan PT XXX, dilakukan
perhitungan net profit margin, gross profit margin, return on equty, dan return on
aset. Di bawah ini akan disajikan tabel rasio profitabilitas PT XXX.
Tabel 4.1 Tabel Rasio Profitabilitas PT XXX
Profitability Ratio 2009 2010 2011
Net Profit Margin 0,04% -0,24% 0,01%
Gross Profit Margin 2,65% 2,29% 2,56%
ROE 9,83% 340,99% -17,17%
ROA 0,14% -1,54% 0,06%
Sumber: Laporan Financial Due Diligence RSM AAJ (telah diolah kembali)
Rasio profitabilitas perusahaan cenderung berfluktuasi dari tahun 2009, 2010, dan
2011. Pada tahun 2010, net profit margin perusahaan menurun dari tahun
sebelumnya dan bahkan bernilai negatif dikarenakan perusahaan menderita
kerugian yang disebabkan fluktuasi harga karet internasional dan valuta asing.
Pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan ekspor SIR 20, sehingga
pada tahun 2010 ketika harga karet internasional turun dan USD mengalami
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
48
Universitas Indonesia
apresiasi dibandingkan tahun sebelumnya, perusahaan mengalami kerugian.
Seiring membaiknya perekonomian global pada tahun 2011, perusahaan mulai
dapat memperbaiki kondisi bisnisnya sehingga dapat meningkatkan net profit
margin, namun masih jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2009.
Gross profit margin perusahaan pada tahun 2010 lebih rendah dibandingkan tahun
2009 dan gross profit margin tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan tahun 2010,
namun demikian perubahan gross profit margin dari tahun 2009 hingga 2011
tidak terlalu jauh atau masih sekitar 2% hingga 3%. Disamping itu, gross profit
margin perusahaan pada tahun 2010 masih bernilai positif, tidak seperti net profit
margin yang bernilai negatif dikarenakan pendapatan yang diperoleh perusahaan
masih dapat menutupi harga pokok penjualan.
Pada tahun 2010, ROE perusahaan bernilai sangat tinggi dibandingkan ROE tahun
2009. Hal ini bukan disebabkan karena tingkat pengembalian bagi pemegang
saham yang jauh lebih besar dari tahun 2009, namun dikarenakan pendapatan
bersih dan total ekuitas perusahaan yang negatif. Adapun ROE pada tahun 2011
bernilai negatif disebabkan oleh total ekuitas perusahaan yang negatif dan
pendapatan bersih perusahaan yang sudah kembali positif.
ROA perusahaan pada tahun 2010 juga bernilai negatif disebabkan pendapatan
bersih perusahaan yang bernilai negatif. Hal ini menunjukkan profitabilitas aset
per Rupiah yang tidak baik. Sedangkan pada tahun 2009 dan 2011, ROA
perusahaan bernilai positif namun tidak terlalu besar.
4.4.2 Analisis Turnover
Dalam melakukan analisis turnover, dilakukan perhitungan inventory turnover,
dan total aset turnover. Analisis turnover ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
seberapa efisien atau intensif sebuah perusahaan menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Selanjutnya akan disajikan tabel rasio turnover.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Tabel Rasio Turnover PT XXX
Activity Ratio 2009 2010 2011
Inventory Turnover 4,84 9,82 6,21
Total Aset Turnover 3,13 6,35 5,17
Sumber: Laporan Financial Due Diligence RSM AAJ (telah diolah kembali)
Inventory turnover perusahaan secara signifikan meningkat dari tahun 2009
hingga 2010 disebabkan kenaikan volume penjualan yang berimplikasi pada
kenaikan jumlah harga pokok penjualan di tahun 2010, yaitu sebesar 163,62%
dibandingkan tahun 2009. Namun demikian, inventory turnover pada tahun 2011
kembali menurun disebabkan penurunan volume penjualan sehingga harga pokok
penjualan pun menurun. Adapun untuk total aset turnover, pada tahun 2010 dan
2011 lebih tinggi dibandingkan tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan cukup efisien dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan
penjualan yang lebih tinggi.
4.4.3 Analisis Likuiditas dan Solvabilitas
Untuk melakukan analisis likuiditas dan solvabilitas perusahaan, dilakukan
perhitungan current ratio, quick ratio, cash ratio, dan debt-to-equity ratio. Berikut
ini akan disajikan tabel rasio likuiditas dan solvabilitas.
Tabel 4.3 Tabel Rasio Likuiditas dan Solvabilitas PT XXX
Solvency & Liquidity Ratios 2009 2010 2011
Current Ratio 0,97 1,05 1,46
Quick Ratio 0,17 0,26 0,07
Cash Ratio 0,17 0,10 0,03
Debt-to-Equity Ratio 69,90 -222,05 -275,36
Sumber: Laporan Financial Due Diligence RSM AAJ (telah diolah kembali)
Dari tahun 2009 hingga 2011, current ratio perusahaan terus meningkat. Hal ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi kewajiban lancarnya
dengan menggunakan aset lancar. Namun demikian, quick ratio perusahaan sangat
rendah yang mana menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengatasi
kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset yang mendekati kas sangatlah
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
50
Universitas Indonesia
rendah. Selain itu, cash ratio perusahaan yang sangat rendah menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam mengatasi kewajiban lancarnya dengan
menggunakan kas juga sangat rendah. Terakhir, debt-to-equity ratio perusahaan
yang sangat tinggi menunjukkan struktur kapital perusahaan yang sangat
didominasi oleh utang. Pada tahun 2010 dan 2011, debt-to-equity ratio perusahaan
bernilai negatif karena total ekuitas perusahaan bernilai negatif.
4.5 Analisis Going Concern PT XXX Berdasarkan PSA No. 30
Berdasarkan PSA No. 30, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai
kondisi atau peristiwa tertentu yang secara keseluruhan menunjukkan adanya
kesangsian besar tentang going concern. Kondisi atau peristiwa tersebut dapat
menjadi signifikan ataupun tidak tergantung pada keadaan, dan beberapa di
antaranya mungkin menjadi signifikan hanya jika ditinjau bersama-sama dengan
kondisi atau peristiwa yang lain. Beberapa contoh kondisi dan peristiwa yang
diberikan oleh PSA No. 30 adalah tren negatif, seperti kerugian operasi yang
berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan
usaha, serta rasio keuangan penting yang jelek dan masalah internal, seperti
pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan
besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, serta kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
Kondisi tren negatif secara keseluruhan dimiliki oleh PT XXX, yaitu kerugian
operasi yang sampai mengakibatkan total ekuitas perusahaan bernilai negatif;
kekurangan modal kerja sehingga struktur kapital perusahaan sebagian besar
adalah utang; serta rasio keuangan penting yang buruk, antara lain net profit
margin yang sempat bernilai negatif, gross profit margin yang sangat rendah;
ROE serta ROA yang rendah dan bahkan sempat bernilai negatif; quick ratio serta
cash ratio yang sangat rendah; dan debt-to-equity ratio yang sangat tinggi.
Sedangkan untuk masalah internal, PT XXX banyak melakukan ekspor ke Cina
dan Eropa yang perekonomiannya sedang memburuk. Hal ini dapat menyebabkan
penjualan PT XXX juga akan menurun dikarenakan daya beli masyarakat Cina
dan Eropa yang melemah.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
51
Universitas Indonesia
Disamping itu, berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh tim penugasan
financial due diligence RSM AAJ dengan ABC Ltd yang merupakan perusahaan
karet dengan pengalaman dalam proses produksi, pemasaran, dan ekspor karet
remah selama lebih dari dua puluh tahun, terdapat tiga kunci sukses utama dalam
menjalankan bisnis karet remah ini, yaitu:
a. Memiliki branding yang kuat. Tujuan dari branding ini adalah membangun
kesadaran dan preferensi di antara konsumen untuk memilih merk pemasok
tertentu (Norris, 1992). Selanjutnya, juga dijelaskan bahwa branding dapat
memunculkan keunggulan kompetitif untuk mengkomunikasikan kualitas
produk akhir dan memberikan sinyal kepada konsumen bahwa produknya
memiliki kualitas yang superior terhadap merk kompetitornya. Strategi inilah
yang dilakukan oleh ABC Ltd selama puluhan tahun sehingga ABC Ltd dapat
memiliki pasar untuk konsumennya.
b. Memiliki modal kerja yang kuat. Harga komoditi karet remah tidak terlepas
dari fluktuasi harga karet dunia sehingga apabila harga karet dunia naik ataupun
turun, pasar domestik harus mengikuti harga internasional tersebut
(www.bumn.go.id, diakses 18 November 2012). Dengan demikian, jika
perusahaan memiliki modal kerja yang kuat, perusahaan dapat membeli bahan
baku ketika harga karet internasional turun, berproduksi, lalu melakukan
penjualan SIR 20 ketika harga karet internasional naik kembali sehingga
keuntungan yang diperoleh perusahaan pun akan lebih tinggi. Namun, jika
modal kerja perusahaan tidak kuat sebagaimana yang dialami oleh PT XXX ini,
perusahaan baru akan membeli bahan baku ketika ada pesanan dan jika pada
saat pesanan diterima, harga karet internasional sedang naik, maka perusahaan
akan membeli bahan baku dengan harga yang lebih tinggi sehingga keuntungan
perusahaan akan lebih kecil. Hal yang lebih buruk akan terjadi jika pada saat
penjualan, harga karet dunia sedang menurun. Hal ini akan mengakibatkan
keuntungan perusahaan semakin menurun.
c. Produksi yang efektif dan efisien. Dalam menjalankan proses produksinya, PT
XXX banyak menggunakan tenaga manusia. Berdasarkan hasil diskusi dengan
ABC Ltd. yang dilakukan selama waktu penugasan, untuk memproduksi karet
remah yang efektif dan efisien, tidak diperlukan banyak tenaga manusia untuk
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
52
Universitas Indonesia
menjalankan proses produksi, melainkan tenaga mesin. Adapun tenaga manusia
hanya diperlukan untuk melakukan pengawasan. Sistem inilah yang akan
diperbarui oleh ABC Ltd dalam proses produksi PT XXX ketika proses akuisisi
dilakukan.
Berdasarkan PSA No. 30 dan faktor-faktor penentu kesuksesan perusahaan
manufaktur karet seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka going concern PT
XXX sangat diragukan.
4.6 Peran Auditor dalam Mempertimbangkan Kemampuan PT XXX dalam
Mempertahankan Kelangsungan Hidup (Going Concern)
Berdasarkan PSA No. 30 yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
dalam mempertimbangkan kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, auditor dapat melihat dari dua aspek, yaitu aspek
finansial dan operasional. Auditor harus dapat mengidentifikasi aspek mana yang
menyebabkan going concern suatu perusahaan diragukan. Selain itu, auditor juga
harus mengidentifikasi apakah aspek operasional yang terganggu tersebut
merupakan faktor yang dapat dikendalikan atau tidak.
Aspek finansial yang seringkali diperhatikan oleh auditor dalam melakukan
penilaian going concern adalah utang dan aliran kas. Adapun aspek operasional
yang masih dapat dikendalikan dan seringkali menjadi perhatian auditor adalah
hilangnya pembeli mayoritas yang mengakibatkan perusahaan kehilangan
pendapatannya. Sedangkan aspek operasional yang tidak dapat dikendalikan
merupakan aspek operasional yang disebabkan faktor eksternal.
Disamping itu, auditor juga perlu berhati-hati dalam menyimpulkan suatu temuan
agar tidak menjadi rancu, misalnya temuan atas aliran kas yang negatif. Jika aliran
kas yang negatif disebabkan oleh beban yang lebih besar daripada pendapatan
atau kegiatan operasional lainnya, maka going concern perusahaan tersebut dapat
diragukan. Namun, jika cash flow yang negatif disebabkan perusahaan membeli
mesin yang akan meningkatkan efisiensi operasional atau dengan kata lain
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
53
Universitas Indonesia
kegiatan investasi, maka perlu dipertimbangkan lebih lanjut untuk meragukan
going concern perusahaan tersebut karena perusahaan tersebut sebenarnya sedang
bertumbuh sehingga memiliki pengeluaran yang relatif besar.
Pada dasarnya dalam proses financial due diligence, auditor tidak memiliki
tanggung jawab untuk mempertimbangkan going concern perusahaan. Namun
demikian, proses pengidentifikasian ini dapat dilakukan untuk membantu pihak
pengakuisisi dalam melakukan negosiasi harga. Jika pertimbangan auditor
mengenai going concern perusahaan sangat diragukan, maka pihak pengakusisi
dapat menekan harga beli karena setelah proses akusisi selesai dilakukan,
pengakuisisi masih harus memperbaiki aspek-aspek yang menyebabkan going
concern perusahaan tersebut diragukan. Sebaliknya, jika pertimbangan auditor
mengenai going concern perusahaan tidak diragukan, maka pihak yang diakuisisi
tidak akan menjual perusahaannya dengan harga yang rendah.
Namun demikian, faktor going concern ini hanya merupakan salah satu faktor
yang membentuk nilai wajar suatu perusahaan ketika diakuisisi. Masih banyak
faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam membentuk nilai wajar perusahaan,
misalnya potensi perusahaan di masa mendatang, perkembangan industri, kondisi
perekonomian serta stabilitas politik baik di tempat perusahaan beroperasi
maupun global, dan lain-lain.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
54 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Proses financial due diligence merupakan proses yang penting dilakukan ketika
suatu perusahaan ingin mengakuisisi perusahaan lain sebab proses financial due
diligence memberikan analisis kritis yang memberikan informasi mengenai
keseluruhan proses akuisisi, termasuk prospek penjualan historis, informasi
keuangan, tim manajemen, serta aset fisik (Lebedow, 1999). Dalam proyek
financial due diligence atas PT XXX ini, dilakukan agreed upon procedure, yaitu
perikatan dimana akuntan ditugasi oleh klien untuk menerbitkan laporan tentang
temuan berdasarkan prosedur khusus yang dilaksanakan terhadap hal tertentu
tentang unsur, akun, atau pos suatu laporan keuangan.
Latar belakang penugasan financial due diligence atas PT XXX ini adalah ABC
Ltd yang ingin melakukan ekspansi usaha ke Indonesia melalui proses akuisisi.
Dengan luasnya area perkebunan karet dan besarnya volume produksi karet di
Indonesia, sebenarnya usaha manufaktur karet remah di Indonesia merupakan
usaha yang memiliki potensi yang baik. Namun demikian, dikarenakan branding
yang tidak kuat di pasar, modal kerja yang tidak kuat, dan proses produksi yang
kurang efektif dan efisien, usaha PT XXX menjadi kurang menguntungkan. Hal
ini dapat dilihat dari temuan-temuan selama proses financial due diligence dan
analisis profitabilitas, turnover, likuiditas dan solvabilitas perusahaan PT XXX
yang dilakukan selama proses financial due diligence.
Proses financial due diligence yang dilakukan atas PT XXX ini meliputi analisis
going concern perusahaan PT XXX itu sendiri. Dari analisis yang dilakukan
berdasarkan PSA No. 30, dapat diidentifikasi bahwa PT XXX memiliki tren
negatif, yaitu kerugian operasi, kekurangan modal kerja, serta rasio keuangan
yang buruk dan masalah internal, yaitu PT XXX banyak melakukan ekspor ke
Cina dan Eropa yang perekonomiannya sedang memburuk sehingga dapat
menyebabkan penjualan PT XXX juga akan menurun dikarenakan daya beli
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
55
Universitas Indonesia
masyarakat Cina dan Eropa yang melemah. Berdasarkan PSA No. 30 dan faktor-
faktor penentu kesuksesan perusahaan manufaktur karet, dapat disimpulkan going
concern PT XXX diragukan.
Pada dasarnya dalam proses financial due diligence, auditor tidak memiliki
tanggung jawab untuk mempertimbangkan going concern perusahaan. Namun
demikian, proses pengidentifikasian ini dapat dilakukan untuk membantu pihak
pengakuisisi dalam melakukan negosiasi harga.
5.2 Saran
Pada bagian ini akan disampaikan saran penulis ke dua pihak, yaitu PT XXX dan
RSM AAJ. Saran bagi PT XXX adalah:
a. Mengklasifikasikan akun-akun pada laporan keuangan dengan tepat. Hal ini
penting untuk dilakukan karena kesalahan klasifikasi dapat menyebabkan
kerancuan bagi pengguna laporan keuangan.
b. Membuat sistem pendokumentasian yang baik. Sistem pendokumentasian yang
baik dapat menunjukkan kontrol internal perusahaan yang baik dan dapat
membantu perusahaan bilamana terjadi hal-hal yang di luar ekspektasi
manajemen, misalnya kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.
c. Membuat kontrak pembelian dengan pemasok dan kontrak penjualan dengan
pembeli. Dikarenakan harga karet remah sangat dipengaruhi oleh harga karet
internasional, maka perlu dilakukan kontrak pembelian dan penjualan untuk
mencegah fluktuasi harga beli dan harga jual karet yang dapat menyebabkan
keuntungan perusahaan semakin menipis.
d. Melakukan lindung nilai (hedging) atas transaksi yang menggunakan kurs mata
uang asing. Meskipun transaksi dengan produk derivatif seperti futures belum
populer dilakukan di Indonesia, namun hal ini dapat dipertimbangkan sebagai
alternatif untuk melindungi nilai kurs yang seringkali menjadi mata uang dalam
perdagangan ekspor PT XXX.
e. Melakukan efektifitas dan efisiensi dalam proses produksi karet remah, yaitu
dengan lebih banyak menggunakan tenaga mesin dibandingkan manusia.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
56
Universitas Indonesia
f. Menciptakan branding yang kuat di pasar sehingga dapat menjadi keunggulan
kompetitif dari produk yang dijual dibandingkan dengan kompetitior lain.
Adapun saran bagi RSM AAJ adalah:
a. Memberikan pelatihan yang memadai kepada para auditor junior sebelum
dilibatkan dalam penugasan dikarenakan para auditor junior yang tidak
memiliki pengalaman kerja sebelumnya kurang memahami proses financial
due diligence itu sendiri.
b. Meningkatkan supervisi kepada para auditor junior sebab para auditor junior
belum mengetahui dengan jelas bagaimana prosedur-prosedur yang ada harus
dilakukan dan standar-standar apa saja yang harus diikuti.
c. Meningkatkan kreatifitas dalam penyajian pelaporan, misalnya bentuk visual
yang lebih menarik. Hal ini dapat membuat pengguna laporan semakin
memahami isi laporan.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
57 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2008). Auditing and Assurance
Services 12th
Edition. USA: Prentice Hall Business Publishing.
BvHD. 18 Januari 2013. <www.bvhd.dk>
Corporate Catalyst India. 15 November 2012. <www.cci.in>
Employee Handbook RSM AAJ Associates. (2012). RSM AAJ Associates.
Graham, Andrew. (2001). “Financial Due Diligence”. Accountancy Ireland 33,3:
28.
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, George Foster. (2009). Cost Accounting:
A Managerial Emphasis 13th
edition. USA: Prentice Hall Business Publishing.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Revisi 2010. Jakarta: IAI.
Indonesia. Badan Pusat Statistik. 15 November 2012. <www.bps.go.id>.
Indonesia. Badan Umum Milik negara. 18 November 2012. <www.bumn.go.id>.
Indonesia. Kementerian Perindustrian. “Gambaran Sekilas Perindustrian Karet”.
14 November 2012. <www.kemenperin.go.id>.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesi Akuntan Publik Revisi
2011. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Kieso, Weygandt, & Warfield. (2007). Intermediate Accounting 12th Edition.
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
58
Universitas Indonesia
Leebedow, Aaron L. (1999). “Due Diligence: More than A Financial Exercise”.
The Journal of Business Strategy 20,1: 12.
Minter Ellison. 18 Januari 2013. < www.minterellison.com >
Norris, Donald G. (1992). “Ingredient Branding: A Strategy Option with Multiple
Beneficiaries”. The Journal of Consumer Marketing 9,3: 19.
O’Reilly, Pat. (2005). “Financial Due Diligence: A Review of Key Issues”.
Accountancy Ireland 37,6: 38.
Paschall, A Neil, Russel, Christoper L. (2004). “Financial and Legal Due
Diligence Joined at the Hip”. Valuation Strategies 7,5: 34.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, and Bradford D. Jordan. (2008).
Corporate Finance Fundamentals 8th Edition. New York: McGraw-Hill
Companies Inc.
RSM AAJ Associates. 15 November 2012. <www.rsmaajassociates.com>
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
Lam
pira
n 1
Lap
ora
n L
ab
a R
ugi P
T X
XX
un
tuk
Perio
de y
an
g B
erak
hir 3
1 D
esem
ber 2
009, 2
010, 2
011
(telah
dio
lah
lem
bali)
AC
CO
UN
T2009
∆%
2010
∆%
2011
Tota
l Reven
ue
152,2
92,5
23,2
82.0
0
162.6
7%
400,0
22,5
25,1
80.0
0
-13.5
5%
345,8
34,1
20,5
33.9
6
Dom
estic
Sale
s95,8
81,1
18,2
55.0
0
-11.6
1%
84,7
51,2
94,6
80.0
0
40.1
7%
118,7
98,6
77,6
31.2
0
Ex
port S
ale
s56,3
65,2
10,3
15.0
0
459.1
5%
315,1
67,6
27,5
12.0
0
-28.2
8%
226,0
52,3
07,6
86.5
2
Non-b
usin
ess R
evenue
46,1
94,7
12.0
0
124.2
7%
103,6
02,9
88.0
0
848.9
4%
983,1
35,2
16.2
4
Cost o
f Good
s S
old
148,2
62,7
24,8
10.0
0
163.6
2%
390,8
56,6
66,0
05.0
0
-13.7
8%
336,9
90,3
64,1
74.7
2
Gross M
argin
4,0
29,7
98,4
72.0
0
127.4
5%
9,1
65,8
59,1
75.0
0
-3.5
1%
8,8
43,7
56,3
59.2
4
Gen
eral &
Ad
min
istr
atio
n E
xp
en
ses:
Wages
982,7
56,0
00.0
0
95.4
7%
1,9
21,0
36,3
68.0
0
50.8
0%
2,8
96,9
52,5
44.0
0
Supplie
s, P
hoto
copy, P
rint, a
nd S
tam
p196,9
60,0
85.0
0
-76.9
1%
45,4
77,7
28.0
0
-40.4
5%
27,0
81,8
32.0
0
Offic
e E
xpenses
107,4
71,5
00.0
0
57.1
3%
168,8
65,5
00.0
0
-99.2
9%
1,2
00,0
00.0
0
Offic
e S
upplie
s2,9
91,0
00.0
0
2660.2
4%
82,5
58,7
40.0
0
-33.1
8%
55,1
65,6
49.0
0
Docum
ent F
inis
hin
g
Mark
etin
g E
xpenses
Utilitie
s272,4
86,9
66.0
0
-8.0
5%
250,5
39,4
40.0
0
-99.8
4%
412,5
00.0
0
Handphone
7,0
76,5
00.0
0
13.6
3%
8,0
41,0
00.0
0
-78.6
2%
1,7
19,0
00.0
0
Security
& C
leanin
g D
ues
43,1
87,2
50.0
0
-81.3
7%
8,0
46,1
00.0
0
-49.7
9%
4,0
40,0
00.0
0
Tra
nsport F
ee
2,1
00,0
00.0
0
10499.6
9%
222,5
93,5
34.0
0
-73.2
5%
59,5
52,3
00.0
0
Mail &
Ship
pin
g1,2
57,9
00.0
0
97.0
8%
2,4
79,1
11.0
0
307.3
4%
10,0
98,4
99.0
0
Insura
nce
88,2
06,2
39.0
0
33.3
8%
117,6
45,1
51.0
0
21.2
3%
142,6
22,0
00.0
0
Fuel, P
ark
ing
15,9
91,9
31.0
0
297.2
6%
63,5
29,8
75.0
0
21.1
6%
76,9
71,6
63.0
0
Vehic
le S
pare
part
87,8
79,1
50.0
0
12.2
9%
98,6
77,5
50.0
0
-46.9
0%
52,3
94,4
15.0
0
Rent
-
3,4
44,4
44,4
44.0
0
-50.0
0%
1,7
22,2
22,2
22.0
0
Vehic
le E
xpenses
65,7
42,8
00.0
0
-100.0
0%
-
0.0
0%
-
Depre
cia
tion
178,5
79,2
90.0
0
128.2
1%
407,5
44,4
93.0
0
-12.1
4%
358,0
72,4
11.0
0
Kitc
hen E
xpenses
24,5
44,9
23.0
0
-40.2
3%
14,6
69,5
00.0
0
292.5
5%
57,5
85,5
19.0
0
Tax
es E
xpenses
49,3
54,4
07.0
0
2739.0
9%
1,4
01,2
16,7
14.0
0
-82.8
6%
240,1
76,6
79.0
0
Oth
ers
-
100.0
0%
2,9
80,5
87.0
0
4377.0
2%
133,4
41,4
00.0
0
Non-b
usin
esss E
xpenses
434,3
14,3
74.3
2
58.5
1%
688,4
49,6
71.4
9
19.2
3%
820,8
38,4
16.6
1
Tota
l Gen
eral &
Ad
min
istr
atio
n E
xp
en
ses
2,5
60,9
00,3
15.3
2
249.4
4%
8,9
48,7
95,5
06.4
9
-25.5
7%
6,6
60,5
47,0
49.6
1
Profit (L
oss) b
efo
re I
nte
rest a
nd
Taxes (I
II-I
V)
1,4
68,8
98,1
56.6
8
-85.2
2%
217,0
63,6
68.5
1
905.7
9%
2,1
83,2
09,3
09.6
3
Bank In
tere
st
1,3
54,9
91,3
24.5
6
-20.9
9%
1,0
70,5
84,3
66.6
1
91.9
6%
2,0
55,0
54,3
38.5
4
Profit (L
oss) b
efo
re T
axes (V
-VI)
113,9
06,8
32.1
2
-849.3
1%
(853,5
20,6
98.1
0)
-1
15.0
1%
128,1
54,9
71.0
9
Corp
ora
te T
ax
46,4
41,6
40.0
0
154.2
1%
118,0
57,5
00.0
0
-26.8
1%
86,4
03,5
00.0
0
Net P
rofit (L
oss) (V
II-V
III)
67,4
65,1
92.1
2
-1540.1
2%
(971,5
78,1
98.1
0)
-1
04.3
0%
41,7
51,4
71.0
9
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013
Lam
pira
n 2
Lap
ora
n P
osisi K
euan
gan
PT
XX
X P
eriod
e 31 D
esem
ber 2
009, 2
010, 2
011
(telah
dio
lah
kem
bali)
2009
2010
2011
AU
DIT
ED
AU
DIT
ED
AU
DIT
ED
(R
p)
(R
p)
(R
p)
AS
SE
T
Cu
rren
t A
sset
Cash &
Bank
6,6
35,6
70,9
71.0
0
-25.0
2%
4,9
75,5
12,0
35.0
0
-79.6
8%
1,0
11,0
61,5
95.4
7
Account R
eceiv
able
-
7,9
25,1
35,5
91.0
0
-100.0
0%
-
Em
plo
yee R
eceiv
able
61,3
06,8
66.0
0
-57.7
6%
25,8
95,7
10.0
0
87.4
3%
48,5
36,5
65.0
0
Prepaid
Tax
-
-
100.0
0%
26,3
30,1
19.0
0
Prepaid
Rent
-
-
100.0
0%
1,7
22,2
22,2
22.0
0
Invento
ry
30,6
38,2
92,9
21.0
0
29.9
0%
39,7
97,7
37,7
28.0
0
36.3
8%
54,2
76,0
28,7
35.0
0
Deposit
-
39,0
00,0
00.0
0
0.0
0%
39,0
00,0
00.0
0
Total C
urren
t A
sset
37,3
35,2
70,7
58.0
0
41.3
2%
52,7
63,2
81,0
64.0
0
8.2
6%
57,1
23,1
79,2
36.4
7
Non
-C
urren
t A
sset
Fix
ed A
sset
19,4
75,0
33,2
62.0
0
-75.7
9%
4,7
14,3
30,1
27.0
0
378.6
6%
22,5
65,5
21,6
01.0
0
Oth
er A
sset
-
100.0
0%
16,7
48,7
08,5
84.0
0
-100.0
0%
-
Accum
ula
ted D
epre
cia
tion o
f F
ixed A
sset
(8,1
24,5
67,1
64.4
9)
38.3
8%
(11,2
42,5
23,2
07.0
0)
15.3
7%
(12,9
70,3
24,7
87.2
2)
Book
Valu
e o
f F
ixed
Asset
11,3
50,4
66,0
97.5
1
-9.9
6%
10,2
20,5
15,5
04.0
0
-6.1
2%
9,5
95,1
96,8
13.7
8
TO
TA
L A
SS
ET
S48,6
85,7
36,8
55.5
1
29.3
7%
62,9
83,7
96,5
68.0
0
5.9
3%
66,7
18,3
76,0
50.2
5
LIA
BIL
IT
IE
S &
EQ
UIT
Y
Lia
bilit
y
Cu
rren
t L
iab
ilitie
s
Account P
ayable
36,3
16,2
39,9
96.0
0
30.6
0%
47,4
29,0
09,6
45.0
0
-31.2
7%
32,5
99,5
18,9
98.9
0
Oth
er P
ayable
(PP
h P
s 2
1)
-
100.0
0%
43,8
08,3
34.7
0
-100.0
0%
-
Tax
es P
ayable
2,1
63,8
17,8
15.0
0
30.7
9%
2,8
30,1
17,9
11.0
0
-98.2
3%
49,9
61,3
40.9
6
Accrued E
xpenses
-
0.0
0%
-
100.0
0%
79,3
13,0
30.0
0
Unearned R
evenue
-
0.0
0%
-
100.0
0%
6,2
67,3
00,4
80.0
0
Total C
urren
t L
iab
ilitie
s38,4
80,0
57,8
11.0
0
30.7
2%
50,3
02,9
35,8
90.7
0
-22.4
8%
38,9
96,0
93,8
49.8
6
Non
-C
urren
t L
iab
ilitie
s
Bank L
oan
9,5
19,0
27,0
61.0
0
36.2
1%
12,9
65,7
86,8
91.0
0
115.6
9%
27,9
65,4
56,9
43.0
0
Total L
iab
ilitie
s47,9
99,0
84,8
72.0
0
31.8
1%
63,2
68,7
22,7
81.7
0
5.8
4%
66,9
61,5
50,7
92.8
6
Eq
uit
y:
Auth
oriz
ed S
hares
400,0
00,0
00.0
0
0.0
0%
400,0
00,0
00.0
0
0.0
0%
400,0
00,0
00.0
0
Sto
cks in
Portf
olio
-
0.0
0%
-
-
Outs
tandin
g s
hare
s400,0
00,0
00.0
0
0.0
0%
400,0
00,0
00.0
0
0.0
0%
400,0
00,0
00.0
0
Reta
ined E
arnin
gs
286,6
51,9
83.5
1
-338.9
4%
(684,9
26,2
13.7
0)
-6.1
0%
(643,1
74,7
42.6
1)
Total E
qu
ity
686,6
51,9
83.5
1
-141.4
9%
(284,9
26,2
13.7
0)
-14.6
5%
(243,1
74,7
42.6
1)
TO
TA
L L
IA
BIL
IT
IE
S &
EQ
UIT
Y48,6
85,7
36,8
55.5
1
29.3
7%
62,9
83,7
96,5
68.0
0
5.9
3%
66,7
18,3
76,0
50.2
5
AC
CO
UN
TS
∆%
∆%
Proses Financial..., Rika Christin, FE UI, 2013