universitas indonesia ik k kmp pada anak...
TRANSCRIPT
![Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/1.jpg)
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KKMP PADA ANAK PENDERITA
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DENGAN
PEMBERIAN MADU UNTUK MENCEGAH
MUKOSITIS AKIBAT KEMOTERAPI
DI RSUP FATMAWATI
JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
SRI WAHYUNI, S.Kep
1106130192
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/2.jpg)
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KKMP PADA ANAK PENDERITA
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT DENGAN
PEMBERIAN MADU UNTUK MENCEGAH
MUKOSITIS AKIBAT KEMOTERAPI
DI RSUP FATMAWATI
JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
SRI WAHYUNI, S.Kep
1106130192
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/3.jpg)
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/4.jpg)
iv
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/5.jpg)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul
“Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Anak
Penderita Leukemia Limfositik Akut Dengan Pemberian Madu Untuk Mencegah
Mukositis Akibat Kemoterapi Di RSUP Fatmawati Jakarta” ini dengan
semaksimal mungkin, Karya Ilmiah Akhir Ners disusun untuk memperoleh gelar
Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia atas segala fasilitas, sarana dan prasarana
yang diberikan untuk penulis selama mengenyam pendidikan.
2. Kuntarti, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An, selaku koordinator
Karya Ilmiah Akhir Ners.
4. Ibu Happy Hayati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An, selaku pembimbing Karya
Ilmiah Akhir Ners dengan penuh kesabaran membimbing dan memberikan
masukan yang berguna bagi karya ilmiah ini.
5. Dr. Nani Nurhaeni, Skp, MN, selaku penguji yang telah memberikan saran
dan masukan yang berguna bagi karya ilmiah ini.
6. Ibu Ns. Ngatmi, Skp, selaku kepala ruangan Teratai lantai 3 selatan RS
Fatmawati.
7. Ibu Esti Suksesiarti, Skp, selaku pembimbing lahan praktik yang telah banyak
membimbing selama menjalani praktik profesi.
8. Direksi, Ka.Bidang Keperawatan, Ka.Instalasi & Ka. Ruangan PICU RSAB
Harapan Kita, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan
pendidikan.
9. Suami, anak-anak, dan keluarga tercinta yang selalu setia memberikan
dukungan selama penyusunan karya ilmiah ini.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/6.jpg)
vi
10. Teman-teman angkatan 2011 dan teman-teman reguler, yang telah bersama-
sama menjalani praktik profesi baik suka maupun duka hingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
11. Rekan-rekan sejawat di Ruang Teratai lantai 3 Selatan RS Fatmawati Jakarta.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, Juli 2014
Penulis
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/7.jpg)
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/8.jpg)
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Sri Wahyuni, S.Kep
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Anak Penderita Leukimia Limfositik Akut
Dengan Pemberian Madu Untuk Mencegah Mukositis
Akibat Kemoterapi Di RSUP Fatmawati Jakarta.
Leukemia merupakan salah satu masalah kesehatan degeneratif daerah perkotaan
yang banyak menyerang anak-anak. Salah satu penatalaksanaan leukemia adalah
dengan terapi kemoterapi. Dampak dari kemoterapi dapat terjadi mukositis.
Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut. Tujuan
penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia limfositik akut yang menjalani
kemoterapi dilakukan tindakan oral care dengan madu sebagai pencegahan
terjadinya mukositis. Hasil dari tindakan oral care dengan madu ini terbukti
efektif dalam mengurangi komplikasi mukositis pasca kemoterapi. Rekomendasi
penulisan ini perawat perlu mengajarkan dan mengaplikasikan tindakan
kebersihan mulut dengan madu untuk menghindari terjadinya komplikasi lebih
lanjut akibat mukositis setelah kemoterapi.
Kata kunci : Leukemia, mukositis, oral care dengan madu
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/9.jpg)
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Sri Wahyuni, S.Kep
Program Study : Professional Nurses
Title : Analysis of Urban Public Health Nursing Practice
In Acute Lymphocytic Leukemia Patients with
Chemotherapy by Giving honey to prevent mucositis in
Fatmawati State General Hospital.
Leukemia is one of degenerative health problems which is common in urban
children. One of the treatments is by doing leukemia chemotherapy. The impact of
chemotherapy can be mucositis. Mucositis is an inflammation and ulceration of
the oral mucosa. The purpose of this paper is to overview nursing care in children
with acute lymphocytic leukemia who undergo chemotherapy oral care be taken
with honey as the prevention of mucositis. The results of oral care with honey has
proven effective in reducing mucositis post chemotherapy complications.
Recommendation of this paper is that nurses need to teach and apply the oral
hygiene treatment with honey to avoid further complications due to mucositis
after chemotherapy.
Keywords: Leukemia, mucositis, oral care with honey
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/10.jpg)
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum .............................................................................. 6
1.3.2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6
1.4. Manfaat Karya Ilmiah ............................................................................. 7
1.4.1. Perawat ......................................................................................... 7
1.4.2. Institusi Pelayanan Kesehatan ....................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Leukemia ............................................................................... 8
2.2. Klasifikasi Leukemia............................................................................... 8
2.2.1. Leukimia Akut .............................................................................. 9
2.2.2. Leukimia Kronik ........................................................................... 10
2.3. Etiologi Leukimia ................................................................................... 10
2.3.1. Faktor Eksogen ............................................................................. 11
2.3.2. Faktor Endogen ............................................................................. 11
2.4. Patofisiologi ............................................................................................ 11
2.5. Manifestasi Klinik ................................................................................... 12
2.6. Komplikasi Leukimia .............................................................................. 13
2.7. Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................... 13
2.8. Penatalaksanaan Medis............................................................................ 15
2.9. Penatalaksanaan Keperawatan ................................................................. 17
2.9.1. Menajemen Keperawatan .............................................................. 17
2.9.2. Mukositis ...................................................................................... 18
2.9.3. Terapi Oral care dengan madu ...................................................... 20
2.9.4. Tehnik penggunaan madu untuk oral care ..................................... 20
BAB 3 ANALISIS KASUS
3.1. Pengkajian ............................................................................................. 22
3.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 23
3.3. Rencana Keperawatan dan Implementasi ................................................. 24
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/11.jpg)
xi Universitas Indonesia
3.4. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 26
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Profil Rumah Sakit .................................................................................. 27
4.2. Analisis Kasus Terkait KKMP ................................................................ 27
4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait ...... 28
4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang dapat Dilakukan ........................... 29
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ................................................................................................. 31
5.2. Saran ....................................................................................................... 31
5.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan ........................................................ 32
5.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan ....................................................... 32
5.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan ......................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/12.jpg)
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Kelompok Kooperatif FAB mengenal
Leukemia Akut .............................................................................. 9
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/13.jpg)
xiii Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1. WOC Leukemia
Lampiran 2. Pengkajian
Lampiran 3. Analisa Data
Lampiran 4. Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 5. Catatan Perkembangan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/14.jpg)
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan nasional dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. Salah satu upaya pembangunan dibidang kesehatan telah
dilakukan pemerintah sebagai bagian dari program pembangunan secara
berkesinambungan, menyeluruh dan terpadu.
Dalam Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2007 Rancangan Pembangunan
Jangka Panjang Kesehatan (RPJPK) Tahun 2005-2025 merupakan tantangan
masa depan pembangunan. Tujuan Pembangunan Kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh
Indonesia secara adil dan merata.
Masalah kesehatan di Indonesia timbul akibat perubahan iklim, peningkatan
pencemaran lingkungan serta perubahan gaya hidup yang tidak sehat.
Masalah tersebut menyebabkan Indonesia mengalami transisi epidemiologi,
dimana terjadi perubahan pola penyakit, dari penyakit infeksi menjadi
penyakit degeneratif. Banyak penyakit menular yang belum diatasi sudah
timbul penyakit tidak menular yang lain. Salah satu penyakit tidak menular
tersebut adalah penyakit kanker (Undang-Undang Kesehatan (RPJPK-N),
2005-2025).
Kanker merupakan penyakit yang menjadi salah satu masalah kesehatan di
masyarakat, baik di Indonesia maupun di Dunia. Setiap tahun 12 juta orang
menderita kanker dan 7,6 juta meninggal dunia karena kanker. Jika kondisi
ini tidak ditangani dan dikendalikan sejak dini, maka diperkirakan pada tahun
2030 akan terdapat 26 juta menderita kanker dan 17 juta diantaranya
meninggal karena kanker. Hal ini akan terjadi khusunya di negara miskin dan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/15.jpg)
2
Universitas Indonesia
berkembang (UICC, 2009 dalam panduan Hari ulang tahun Kanker sedunia,
2013).
Jenis kanker yang diderita oleh anak-anak sangat bervariasi, di Amerika jenis
kanker yang paling sering terjadi pada anak adalah leukemia, tumor otak,
sistem syaraf, dan limfoma sel tumor padat (NCI, 2009 dalam Nurhidayah,
2011). Sementara di Indonesia jenis kanker pada anak diprioritaskan ada
enam jenis kanker, yaitu leukemia, retinoblastoma, limfoma, osteosarkoma,
neuroblastoma, dan karsinoma nasopharing. Penentuan prioritas tersebut
berdasarkan tingkat gejala penyakit, prevalensi jenis kanker dan kemudahan
mengenal tanda, gejala, serta jenis kanker tersebut dalam menentukan
diagnosa.
Direktorat Jendral Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Kemenkes 2013 menyatakan, terjadi peningkatan jumlah kasus kanker baru
pada anak dan WHO memperkirakan 175.000 kasus baru kanker pada anak
dan sekitar 96.400 anak meninggal akibat kanker di seluruh dunia.
Pemerintah bersama organisasi masyarakat peduli kanker anak telah
mengembangkan program deteksi dini kanker pada anak dengan tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kanker,
peningkatan upaya masyarakat terhadap pencegahan, serta meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pengobatan kanker yang tepat. Salah satu
jenis kanker pada anak tersebut adalah leukemia. Angka kejadian leukemia
limfositik akut di ruang Teratai lantai 3 selatan RSUP Fatmawati dalam 2
bulan terakhir pada periode April – Mei 2014 terdapat 28 kasus.
Leukemia (kanker darah) merupakan kanker yang terjadi pada jaringan
pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan
insiden pertahunnya 3 sampai 4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang
berusia di bawah 15 tahun. Leukemia lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan yang berusia di atas 1 tahun, awitan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/16.jpg)
3
Universitas Indonesia
puncaknya terjadi antara umur 2 dan 6 tahun (Margolin & Poplack, 1997
dalam Wong, 2009).
Penyebab leukemia sampai satt ini belum diketahui secara pasti. Penyebab
leukemia dapat dilihat dari faktor risiko beberapa penelitian yang dilakukan
antara lain, penggunaan pestisida, medan listrik, medan magnet, riwayat
keguguran, virus, radiasi bahan kimia, merokok dan mengkonsumsi
mariyuana saat hamil (Rose et al,1994 dalam Chandrayani, 2009).
Tanda dan gejala leukemia akibat disfungsi sumsum tulang terjadi penurunan
eritrosit yang berakibat anemia. Neutromia menjadi infeksi, penurunan
jumlah trombosit kecenderungan terjadi perdarahan, pembesaran hati, limfa,
dan kelenjar limfe. Pada susunan syaraf pusat/meningens dapat terjadi
peningkatan tekanan intra kranial dan iritasi meningen. Hipermetabolisme
dapat terjadi akibat sel-sel abnormal yang mengalami kekurangan zat besi
karena diambil oleh sel-sel yang mengaktivasi (Hockenberry & Wilson,
2009).
Penanganan kanker pada anak yang dilakukan secara tepat dan berkualitas
dapat mengendalikan jumlah dan penyebaran sel-sel kanker. Salah satu
penatalaksanaan terapi pada anak dengan leukemia adalah kemoterapi.
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan yang bersifat
sitotoksik. Pemberian kemoterapi bertujuan untuk menghambat pertumbuhan
kanker dan membunuh sel-sel kanker (Chabner, 2005 dalam Nurhidayah,
2011). Penatalaksanaan kemoterapi terdiri dari empat fase, yaitu fase induksi,
terapi profilaksis susunan syaraf pusat, terapi intensitifikasi, dan terapi
rumatan. Kemoterapi juga digunakan sebagai terapi pelengkap terhadap
tindakan lain seperti radiasi dan operasi (Hapsari, 2012). Dampak pemberian
obat-obatan kemoterapi juga memberikan efek negatif yang ditimbulkan
seperti depresi sumsum tulang, kebotakan akibat rambut rontok, gangguan
kulit, mual dan muntah, gangguan pada mukosa mulut (mukositis).
Komplikasi kesehatan mulut (mukositis) akibat kemoterapi bila tidak
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/17.jpg)
4
Universitas Indonesia
diperhatikan dan ditangani secara tepat dapat menimbulkan gejala seperti,
sulit menelan, gangguan dalam bicara, perdarahan, dan hilangnya sensasi
rasa. Komplikasi mukositis yang tidak diatasi dapat menimbulkan masalah
lebih lanjut bagi penderita kanker, seperti gangguan pemenuhan nutrisi yang
akhirnya menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita kanker
(Nurhidayah, 2011). Hal ini juga dikemukakan oleh Eilers (2004) bahwa
anak dengan mukositis memerlukan penyesuaian dosis kemoterapi. Mukositis
akan semakin buruk bila tidak ditangani secara tepat. Kondisi ini akan
memperpanjang penatalaksanaan kanker, proses keperawatan menjadi lebih
lama, meningkatkan biaya perawatan dan pada akhirnya menurunnya kualitas
hidup anak.
Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut. Cara
penanganan mukositis telah dijelaskan melalaui berbagai penelitian.
Beberapa peneliti telah menggunakan oral care, chlorheksidin dan iodine,
tetapi masih belum dapat diaplikasikasikan langsung ke pasien. Penggunaan
chlorheksidine dan iodine juga sudah tidak digunakan lagi karena pasien anak
merasa tidak nyaman jika area mulutnya dibersihkan dengan chlorheksidin
dan tidak boleh tertelan. Selain itu Chlorheksidine dan iodine bila digunakan
dalam waktu lama akan menimbulkan iritasi, perubahan flora normal rongga
mulut, dan iodine dapat menimbulkan hipertiroid (Potting et al, 2006 dalam
Nurhidayah, 2011).
Cara lain untuk menangani mukositis akibat kemoterapi yaitu dengan
pemberian madu yang dioleskan pada bagian mukosa mulut. Cara ini
dirasakan lebih murah, nyaman dan lebih disukai oleh anak-anak. Keefektifan
pemberian madu pada mukosa mulut telah dijelaskan oleh Nurhidayah (2011)
tentang pengaruh pemberian madu pada mukositis, bahwa pemberian madu
dapat mencegah terjadinya mukositis, karena madu mengandung glukosa
oksidase yang akan mengkonversi glukosa menjadi glucose acid dalam
menghambat pertumbuhan bakteri (Evans & Flavin, 2008). Madu juga
mengandung anti mikroba, anti inflamasi, anti oksidan, perangsang
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/18.jpg)
5
Universitas Indonesia
pertumbuhan jaringan dan mengandung vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.
Cara lain dalam mencegah mukositis adalah dengan melakukan oral care
yang berkualitas, pemberian agent antiseptik, pembersih mulut yang lembut
dan lekukan dengan hati-hati, agent anti inflamasi. Agent alamiah dapat
diberikan seperti camomille, kamilosan cair, dan madu.
Peran dan tanggung jawab perawat sangat dibutuhkan dalam mencegah
terjadinya mukositis pada penderita Leukemia dengan kemoterapi. Perawat
dapat menentukan pelayanan keperawatan yang berkualitas untuk mengenal
mukositis akibat kemoterapi. Mukositis perlu ditangani secara komprehensif,
perawat berperan melakukan proses keperawatan yang dimulai dengan
pengkajian, diagnosa dan intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian
merupakan langkah awal dalam menentukan intervensi dan asuhan
keperawatan yang tepat (Nurhidayah, 2013). Pengkajian mukositis dilakukan
dengan menggunakan alat pengkajian Oral Assessment Guide (OAG) yang
dirancang oleh Eilers, Bergen dan Petterson (1988), merupakan instrument
yang lengkap dalam mengkaji mukositis secara objektif (eritema, ulserasi,
oedem), subjektif dan fungsional (perubahan suara, perubahan fungsi
menelan).
1.2. Rumusan Masalah
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel
immature) sel lekosit yang abnormal dan ganas. Sering disertai jumlah lekosit
yang berlebihan, dapat menyebabkan anemia trombositopenia (Hidayat,
2006). Salah satu intervensi yang dilakukan dan sangat efektif pada anak
penderita leukemia limfositik akut adalah kemoterapi. Selain efek terapi,
salah satu efek samping kemoterapi pada anak adalah mukositis.
Mukositis harus ditangani dengan baik dan dapat dilakukan dengan
bermacam intervensi. Beberapa penelitian merekomendasikan intervensi oral
care dengan penggunaan agen yang tepat dalam mencegah terjadinya
mukositis akibat kemoterapi. Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/19.jpg)
6
Universitas Indonesia
pada mukosa mulut. Jika mukositis tidak ditangani dengan baik maka akan
terjadi gangguan fisiologis maupun fungsional (Eilers, 2004).
Gangguan fisiologis dapat terjadi lesi, inflamasi berlebihan, nyeri dan infeksi.
Lesi dan infeksi pada mukositis dapat mengakibatkan predisposisi terjadinya
infeksi bakteri, jamur dan virus. Hal ini dapat mengancam kehidupan anak,
karena lesi dan infeksi dapat mengakibatkan infeksi sistemik. Gangguan
fungsional dapat mengakibatkan gangguan fungsi menelan, kesulitan
mengunyah dan berbicara. Dalam hal ini dibutuhkan peran perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif untuk mengatasi
masalah tersebut.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah akhir ners ini untuk
memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak leukemia
limfositik akut yang menjalani kemoterapi dengan pemberian madu
untuk mencegah terjadinya mukositis.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus karya ilmiah ini adalah untuk menggambarkan:
(1) Hasil pengkajian pada anak Z dengan leukemia limfositik akut
yang menjalani kemoterapi.
(2) Diagnosis keperawatan pada kasus Anak Z yang menjalani
kemoterapi.
(3) Intervensi keperawatan pada anak Z yang terkait dengan pemberian
madu untuk mencegah mukositis akibat kemoterapi.
(4) Implementasi keperawatan pada anak Z yang menderita leukemia
dengan kemoterapi.
(5) Hasil evaluasi keperawatan pada kasus anak Z yang menderita
leukemia dengan kemoterapi.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/20.jpg)
7
Universitas Indonesia
1.4. Manfaat Karya Ilmiah
1.4.1. Perawat
Karya ilmiah akhir ners ini dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam
meningkatkan peran perawat sebagai care giver di bidang keperawatan
klinik khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan yang
profesional berkaitan dengan pasien anak tentang pengaruh pemberian
madu untuk mencegah mukositis dengan kemoterapi.
1.4.2. Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
mengembangkan standar asuhan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan perawatan anak, khususnya pada anak dengan masalah
onkologi.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/21.jpg)
8 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Leukemia
Leukemia merupakan penyakit karena adanya proliferasi (pertumbuhan sel
imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai dengan
jumlah leukosit yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadi anemia
trombositopenia (Hidayat, 2006). Suriadi (2006) mendefinisikan leukemia
sebagai proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. Leukemia merupakan jenis kanker darah yang sering
ditemukan pada anak-anak, insiden pertahunnya 3 sampai 4 kasus per
100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun (Margolin &
Poplack, 1997 dalam Wong, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa leukimia
merupakan jenis penyakit kanker darah dengan keganasan pada sumsum
tulang dan sistem limfatik akibat proliferasi sel leukosit yang imatur dalam
jaringan pembentuk darah yang disertai jumlah peningkatan jumlah leukosit
yang sering ditemukan pada anak-anak.
2.2. Klasifikasi Leukemia
Leukemia dikalsifikasikan menjadi beberapa jenis. Pengklasifikasian
leukemia yang sering digunakan adalah menurut French-American-British
(FAB). FAB mengkalsifikasikan leukemia yang terjadi pada anak-anak
menjadi dua jenis yaitu leukemia limfoid akut (acute lymphoid leukimia,
ALL) dan leukemia nonlimfoid (mielogenus) akut (acute nonlymphoid
(myelogenous) leukemia, ANLL/AML). Sinonim untuk ALL meliputi
leukemia limfatik, limfositik, limfoblastik, dan limfoblastoid. Istilah yang
sering digunakan leukemia sel tunas (stem cell) atau sel blast. Sinonim untuk
AML meliputi leukemia granulosit, mielositik, mielogenous, monoblastik,
dan monomieloblastik (Wong, 2009).
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/22.jpg)
9
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Klasifikasi Kelompok Kooperatif FAB mengenal Leukemia Akut
Leukcmia Limfoblastik Akut
L – 1 Leukemia Limfositik Akut anak-anak, populasi sel homogen
L – 2 Leukemia Limfositik Akut pada dewasa, populasi sel heterogen
L – 3 Leukemia jenis limfoma Burkit sel besar, populasi sel homogen
Leukemia Mieloblastik Akut
M – 0 Berdiferensiasi minimal
M – 1 Diferensiasi granulositik tanpa maturasi
M – 2 Diferensiasi granulositik dengan maturasi sampai stadium promielositik
M – 3 Diferensiasi granulositik dengan promielosit hipergranular, dihubungkan dengan
koagulasi intravaskular diseminata
M – 4 Leukemia mielomonosit akut; garis sel monoisit dan granulosit
M – 5a Leukemia monosi akut; berdiferensiasi buruk
M – 5b Leukemiamonosit akut; berdiferensiasi baik
M – 6 Eritroblastosi yang menonjol dengan diseriptropoiesis berat
M – 7 Leukemia rnegakariosit
Dari Gralnick HR et al: Clasificalion of acule leukemie, Ann intem Med 87 (6): 740-753, 1977; Bennett JM el
al: Gritería for ihe diagnosis of acute leukemia. Ann Intern med 103 (3): 460-462, 1985: Sacher RA,
McPhcrson R: Widman's clinical interpretation of laborratory tests, ed 112, Philadelphia. 2000, FA Davis (Price
& Wilson, 2006).
Klasifikasi Leukemia lainnya berdasarkan tingkat maturasi sel dan dan tipe
sel asal, digolongkan menjadi:
2.2.1. Leukemia Akut
Leukemia akut merupakan leukemia sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal dan komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia
akut memiliki perjalanan klinis yang cepat. Jenis leukemia akut, antara
lain:
a. Leukemia Mielositik Akut (AML)
LMA disebut juga leukimia mielogenous akut atau leukemia
granulosit akut (LGA) dari produksi mielosblast yang berlebihan.
LMA sering terjadi pada usia dewasa, dan jarang ditemukan pada
anak-anak. Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan
ditemukan dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan infeksi,
perdarahan dan anemia.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/23.jpg)
10
Universitas Indonesia
b. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA lebih sering menyerang pada anak-anak dengan presentasi
75%-80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik
yang menyebabkan anemia, memar (trombositopenia), dan infeksi
(neurotremia). Limfoblast biasanya ditemukan dalam darah tepi
dan selalu ada di sumsum tulang, hal ini menyebabkan terjadinya
limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali, tetapi leukemia
limfositik pada anak 70% dapat disembuhkan.
2.2.2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu keganasan klonal limfosit B (jarang
pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang
berumur panjang. Jenis leukemia kronik, antara lain:
a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Sering terjadi pada lansia dengan limfadinopati generalisata,
peningkatan jumlah lekosit disertai limfositosis. Perjalanan
penyakit biasanya jinak dan dengan pengobatan untuk mngurangi
gejala bila keluhan timbul.
b. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering terjadi pada leukemia granulosit kronis (LGK).
Adanya chromosom piladhelpia pada sel-sel darah dan krisis blast
fase ditandai dengan proliferasi tiba-tiba dengan peningkatan
mieloblast dalam jumlah besar.
2.3. Etiologi Leukemia
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko yang
diduga dapat menyebabkan terjadinya leukemia berdasarkan beberapa
penelitian diantaranya yaitu penggunaan pestisida, medan listrik, medan
magnet, radiasi, bahan kimia, riwayat keguguran pada ibu, ibu merokok saat
hamil dan memakai napza, konsumsi alkohol saat hamil radiasi pre natal dan
post natal, vitamin K dan sebagainya. Beberapa penelitian tentang anak
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/24.jpg)
11
Universitas Indonesia
berisiko tinggi terkena leukemia yang tinggal di sekitar pembangkit listrik
tenaga nuklir pada radius 5 km (Hoffman, Tershuereen & Richardson, 2007
dalam Hapsari, 2012). Anak yang tinggal didekat jalan raya yang ramai dan
padat dengan produksi gas NO2 > 27,7 µg/m³ berisiko lebih tinggi terkena
leukemia akut (Amigrou et.al, 2011 dalam Hapsari, 2012).
Prince (2006) mengelompokkan faktor risiko yang dapat menyebabkan
leukimia terdiri dari faktor eksogen dan endogen, yaitu:
2.3.1. Faktor Eksogen
Faktor eksogen merupakan faktor dari luar tubuh seseorang yang dapat
menyebabkan seseorang berisiko menderita leukemia. Contoh dari
faktor eksogen diantaranya terpapar radiasi, zat kimia dan infeksi
virus. Radiasi khususnya yang mengenai sumsum tulang, peningkatan
leukemia terjadi penderita dengan kemoterapi dan radiasi. Terpapar zat
kimia dapat menyebabkan displasia sumsum tulang belakang, anemia
aplastik, dan perubahan kromosom yang menyebabkan terjadinya
leukemia.
2.3.2. Faktor Endogen
Faktor endogen penyebab leukemia yaitu karena herediter dan kelainan
genetik. Insiden dari faktor herditer terjadi dari sindrome down, yang
mempunyai insiden leukemia 20x lipat dan riwayat leukemia dari
keluarga. Insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung, insiden
20% dengan kembar monozigot. Sedangkan kelainan genetik terjadi
pada mutasi genetik dari gen yang mengatur sel darah merah tidak
diturunkan (Prince, 2006).
2.4. Patofisiologi
Leukemia merupakan jenis gangguan pada sistem hematopoetik yang fatal
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe yang ditandai dengan
tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Organ lain yang sering terkena
adalah limfa dan hati. Limfosit immature berproliferasi dalam sumsum tulang
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/25.jpg)
12
Universitas Indonesia
dan jaringan perifer yang mengganggu perkembangan sel normal. Akibat dari
proses hematopoesis normal yang terhambat dapat terjadi penurunan leukosit,
eritrosit dan trombosit. Eritrosit dan trombosit dapat rendah atau tinggi, tetapi
selalu ada sel yang immature.
Sel immature tidak dengan sengaja menyerang dan menghancurkan sel darah
normal atau jaringan vaskuler. Penghancuran sel terjadi melalui kompetisi
dan infiltrasi yang terjadi pada unsur-unsur metabolik. Proliferasi dari satu
jumlah sel sering mengganggu produksi normal sel hematopoetik dan
mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan menurun jumlahnya.
Pembelahan sel darah putih menyebabkan terjadinya infeksi karena
penurunan daya tahan tubuh dan akibat neutropenia. Sedangkan
trombositopenia dapat terjadi akibat penurunan produksi trombosit yang
mengakibatkan perdarahan yang ditandai dengan petekie, ekimosis atau
perdarahan kulit dan epistaksis atau perdarahan hidung, hematoma dalam
membran mukosa, serta perdarahan pada saluran cerah dan saluran kemih.
Invasi sel-sel leukemia ke dalam sumsum tulang secara perlahan akan
melemahkan tulang dan mengakibatkan fraktur, karena sel leukemia
menginvasi periosteum dan mengkibatkan rasa nyeri yang hebat. Infiltrasi sel
kanker juga menyerang ke berbagai organ menyebabkan pembesaran hati
(hepatomegali), pembesaran limfe (limfadenopati), dan splenomegali.
Infiltrasi sel kanker pada susunan syaraf pusat dapat mengakibatkan tekanan
intra kranial. Sel sel leukemia juga dapat menginvasi testis, ginjal, prostat,
ovarium, saluran cerna, dan paru-paru (Wong, 2009).
2.5. Manifestasi Klinik
Leukemia akut mempunyai tanda dan gejala awal yang mencolok. Adapun
gejala yang sering tampak adalah sebagai berikut:
1) Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia dan penurunan jumlah eritrosit.
2) Demam karena infeksi berulang akibat neutropenia dan penurunan sel
darah putih.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/26.jpg)
13
Universitas Indonesia
3) Terdapat petekie, ekimosis, memar, epistaksis, hematoma akibat
penurunan jumlah eritrosit dan gangguan koagulasi.
4) Nyeri tulang akibat invasi sumsum tulang, kelemahan tulang dan invasi
periosteum.
5) Hepatomegali, splenomegali dan limfadenopati akibat infiltrasi sel-sel
leukemia ke organ-organ limfoid.
6) Sakit kepala hebat, irritabilitas, letargi akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan pelebaran ventrikulus.
7) Papiledema, kaku kuduk dan kaku punggung, nyeri sampai dengan
terjadi penurunan kesadaran akibat iritasi meningen.
8) Penurunan berat badan, anoreksia, atropi otot akibat dari sel-sel normal
mengalami kekurangan zat gizi karena diambil alih oleh sel-sel yang
menginvasinya (Wong, 2009).
2.6. Komplikasi Leukemia
1) Terapi agresif pada kanker dimasa anak-anak telah mengalami
keberhasilan, namun mengalami keganasan baru dimasa selanjutnya
dibanding anak yang tidak menderita leukemia.
2) Regimen terapi, termasuk depresi sumsum tulang dihubungkan dengan
depresi sumsum tulang temporer dan peningkatan infeksi berat dapat
menimbulkan kematian.
3) Terapi remisi yang berhasil, sel-sel leukemik masih tetap ada,
meninggalkan gejala sisa (Corwin, 2009).
2.7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis LLA dapat ditegakkan melalui beberapa cara menurut Muscari
(2009), antara lain:
1) Pemeriksaan sel darah
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan
penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/27.jpg)
14
Universitas Indonesia
limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
2) Pemeriksaan sumsum tulang
Pada pemeriksaan sumsum tulang penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel
leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel
yang matang tanpa sel antara (leukemik gap). Jumlah blast minimal 30%
dari sel berinti dalam sumsum tulang.
3) Pewarnaan Sitokimia
Pewarnaan sitokimia dapat menginformasikan jenis leukemia yang di
derita, apakah leukemia akut dari limfoid atau mieloid. Pewarnaan
sitokimia dengan pemeriksaan immunopheno-typing diagnosis leukemia
akut dapat diketahui apakah myeloid atau limfoid, bahkan LLA pada
differensiasi lebih lanjut apakah dari sel T atau sel B.
4) Pemeriksaan Sitogenik
Smeltzer dan Bare (2002) dalam Wahyudi (2013), mengungkapkan
bahwa analisis sitogenik menemukan banyak temuan terjadinya aberasi
kromosom pada penderita leukemia. Perubahan kromosom tersebut
meliputi perubahan angka, yang menghilangkan atau menambahkan
seluruh kromosom, mengubah struktur termasuk translokasi
(penyusunan kembali), inverse, delesi dan insersi. Pada keadaan ini,
terjadi perubahan dua kromosom atau lebih bahan genetik, yang
membuat perkembangan gen tersebut memulai terjadinya proliferasi sel
abnormal.
5) Ultrasonografi dilakukan untuk screening
6) Fungsi lumbal dilakukan untuk analisis cairan serebrospinalis (CSS)
kemungkinan adanya sel-sel leukemia, sel tumor otak, dan sel kanker
lainnya yang dapat bermetastasis ke dalam otak dan medulla spinalis.
7) Teknik pencitraan (CT scan, MRI dan ultrasonografi) digunakan untuk
mendeteksi massa tumor padat.
8) Biopsi untuk menentukan klasifikasi dan tahapan kanker.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/28.jpg)
15
Universitas Indonesia
2.8. Penatalaksanaan Medis
Beberapa penatalaksanaan medis yang diberikan pada penderita leukimia
adalah transfusi, pemberian kemoterapi, immunosupresan, kortikosteroid dan
transplantasi susum tulang. Salah satu terapi ALL dengan kemoterapi.
Kemoterapi merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan
kimia yang bertujuan untuk membunuh dan memperlambat sel kanker
(Bowden, Dickey & Greenberg, 1998 dalam Apryani, 2010).
Penatalaksanaan medis tersebut antara lain:
1) Kemoterapi
Tujuan kemoterapi untuk mencapai remisi lengkap dengan
menghancurkan sel-sel leukemia sehingga sel-sel normal dapat tumbuh
lagi di sumsum tulang. Terapi leukemia pemakaian agen kemoterapi
dengan atau tanpa iradiasi kranial diberikan dalam empat tahapan, yaitu:
a. Induksi selama 4-6 minggu
Obat yang digunakan kortikosteroid, VCR ( vincristin 1 x/mgg, total
4-6 dosis), L-asparaginase dengan atau tanpa doxorubicin. Induksi
lengkap apabila sel blast dalam sumsum tulang kurang 5%.
b. Intensifikasi atau konsolidasi
Tujuan konsolidasi untuk menurunkan lebih besar lagi jumlah sel
leukemia dalam tubuh anak. Obat yang digunakan adalah L-
asparaginase, MTX (metrotrexate) dosis tinggi, atau dosis menengah
dari MTX dengan leukovorin, VCR, doxorubicin, steroid, cytarabin
secara IM atau oral dan pemberian mercaptopurin. Diberikan selama
6 bulan pertama pengobatan.
c. Terapi propilaksis sistem persyarafan
Tujuan terapi profilaksis untuk mencegah infiltrasi sel leukemia ke
sistem saraf pusat. Obat yang digunakanan intratekal MTX
(metotreksat) atau tripel intratekal kemoterapi (MTX, cytarabine, dan
hidrokortison). Pengobatan selama induksi dan konsolidasi serta
dipertahankan untuk mencegah penyakit dari susunan syaraf pusat.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/29.jpg)
16
Universitas Indonesia
d. Maintenance atau Rumatan (selama 2,5-3 tahun)
Tujuan maintenance mempertahankan remisi dan menurunkan sel
leukemia lebih besar dari tahap selanjutnya. Obat yang digunakan G-
mercaptopurin oral setiap hari, MTX 1x/mgg, steroid dan VCR
secara intermiten. Selama tahap ini dilakukan pemeriksaan darah 1
x/mgg atau 1x/bln untuk melihat respon dari sumsum tulang.
Mielosupresi (jumlah netropil < 1000/mm3) atau terjadi efek toksik,
maka terapi sementara dihentikan atau diturunkan. Reinduksi karena
relaps biasanya digunakan prednison dan VCR dan dikombinasi
obat-obat lain yang tidak pernah diberikan. Prognosanya biasanya
buruk.
2) Transfusi darah
Diberikan jika kadar HB < 6%, pada trombositopenia dan perdarahan
masif diberikan tranfusi trombosit.
3) Kortikosteroid
Terapi prednison, dexametason, kortison dan sebagainya diberikan
setelah masa remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan
gejala klinik membaik) dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
4) Immunoterapi
Immunoterapi diberikan setelah tercapai masa remisi dan jumlah sel
leukemia cukup rendah (105-106) immunoterapi dapat diberikan.
Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian immunisasi BCG
dengan Crinae Bacterium bertujuan untuk terbentuknya antibodi yang
dapat memperkuat daya tahan tubuh.
5) Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
karena kanker dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang
rusak disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/30.jpg)
17
Universitas Indonesia
2.9. Penatalaksanaan Keperawatan
2.9.1. Manajemen Keperawatan
Asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia secara langsung
berhubungan dengan regimen terapi yang diberikan. Perawat
mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
mengkaji masalah-masalah yang dihadapi pasien leukemia yang
menjalani kemoterapi. Proses keperawatan merupakan tahapan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Langkah-langkah dalam proses
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi (Asmadi, 2008).
Pada pengkajian pasien leukemia dengan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik memberikan tanda pertama yang menunjukkan
adanya penyakit neoplastik. Tanda tersebut seperti perasaan letih,
penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan tidak enak badan.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan beberapa masalah keperawatan
diantaranya yaitu kekurangan volume cairan, risiko tinggi infeksi,
perubahan nutrisi, nyeri, risiko cedera, mual, intoleransi aktivitas,
gangguan citra tubuh, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, dan
kurang pengetahuan (Wong, 2009).
Intervensi keperawatan ditujukan pada pasien leukemia dan juga
keluarga pasien. Tujuan dari intervensi keperawatan yang diberikan
yaitu anak akan mendapatkan kesehatan primer yang tepat, anak dan
keluarganya akan disiapkan untuk prosedur diagnostik dan terapi.
Anak akan mengalami komplikasi immunosupresi yang minimal,
permasalahan iradiasi dan toksisitas obat yang akan ditangani,
keluarganya akan mendapatkan dukungan dan penyuluhan yang
adekuat. Implementasi keparawatan merupakan tahap melakukan
tindakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Perawat, pasien dan keluarga bekerja sama dalam memahami berbagai
macam terapi, mencegah efek samping, mengamati timbulnya efek
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/31.jpg)
18
Universitas Indonesia
terapi, dimasa depan, dan membantu anak serta keluarga agar dapat
hidup normal dan mampu mengatasi aspek-aspek emosional akibat
penyakit (Wong, 2009).
Intervensi/tindakan keperawatan anak dengan leukemia limfositik akut
menurut Muscari (2005) adalah membantu menjamin remisi sebagian
atau lengkap dari penyakit dan pemberian kemoterapi, mencegah
komplikasi kemoterapi, radiasi, dan transplantasi sumsum tulang,
memantau dan meminimalkan kedaruratan onkologik pediatric,
mencegah infeksi, mencegah trauma akibat perdarahan, mencegah
terjadinya mukositis, mencegah terjadinya nyeri, mempertahankan
hidrasi dan nutrisi yang adekuat, meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sehat, membantu koping orang tua dan anak
dalam menghadapi proses terjadinya penyakit dan proses berduka.
Hasil akhir yang diharapkan, kebutuhan cairan dapat dipertahankan,
kejadian infeksi dapat diminimalkan (tanda-tanda perdarahan dan
infiltrasi tidak ada, nilai laboratorium dalam batas normal), nyeri dapat
berkurang atau hilang sesuai dengan tingkatan yang dapat diterima
pasien, kebutuhan rasa nyaman terpenuhi tanpa ada rasa nyeri,
kebutuhan pemenuhan nutrisi terpenuhi, mual dan muntah berkurang,
makan habis sesuai dengan porsi yang disediakan, pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya, kemampuan
motorik dan kemampuan komunikasi dapat dipertahankan, anak dan
keluarga dapat menunjukkan koping yang positif, pasien dan keluarga
memahami penyakit, prognosis, dan pengobatan yang diberikan
(Wong, 2009).
2.9.2. Mukositis
Mukositis merupakan efek destruktif pada mukosa mulut akibat
kemoterapi, bereaksi secara cepat dan langsung menyebabkan
terjadinya mielosupresi dan immunosupresi. Mukositis
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/32.jpg)
19
Universitas Indonesia
menggambarkan adanya reaksi efek toksik pada saluran pencernaan
dari mulut sampai anus yang merupakan akibat agen kemoterapi dan
radiasi ditandai dengan eritema, ulcer, dan kemudian menjadi lapisan
putih kekuning-kuningan (pseudomembran), nekrosis dan perdarahan
spontan. Efek mukositis terjadi 3 hari setelah pemberian kemoterapi
pertama, lebih jelas tampak pada hari ke 5-7, mukositis yang disertai
ulcer timbul pada hari ke 7 setelah dimulainya kemoterapi (Eilers,
2004).
Mukositis menyebabkan rasa sakit, susah menelan dan membuka
mulut, rasa sakit waktu mengunyah makanan, dan dapat menjadi pintu
gerbang masuknya bakteri. Lesi terjadi pada daerah non-keratinisasi
seperti ; mukosa bukal, labial, lateral lidah, dasar mulut, dan palatum
lunak. Infeksi mulut terjadi karena adanya sitotoksik sebagai faktor
predisposisi yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Tidak di mulut
saja yang terinfeksi, tetapi karena kehilangan epitel oral yang berperan
sebagai barier pelindung infeksi lokal dan sebagai pintu gerbang
masuknya mikroorganisme ke dalam sirkulasi sistemik. Bila integritas
mukosa rusak maka infeksi local dan infeksi sistemik dapat terjadi
yang disebabkan flora normal di rongga mulut seperti nosokomial dan
organism opportunistik (Haris, et.al, 2008).
Pemeriksaan dan penilaian pada mukosa mulut hendaknya dilakukan
segera sebelum dimulai perawatan dan pengobatan kanker.
Pemeriksaan diharapkan dapat memberikan penyembuhan kanker yang
adekuat. Evaluasi pada mukosa mulut dapat mendeteksi komplikasi
yang akan terjadi dan dapat mendidik pasien dan keluarga agar
menjaga kesehatan rongga mulut.
Obat oral kanker yang dapat menyebabkan terjadinya mukositis adalah
amsacrine, bleomicyn, cisplatin, cytarabine, daunorubicin,
doxorubicin, epirubicin, etoposide, 5-fluorouracil, idarubucin,
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/33.jpg)
20
Universitas Indonesia
methotrexate, mitoxantrone, dan vinblastine. Jenis obat kemoterapi
berpengaruh terhadap tejadinya mukositis. Hal tersebut berkaitan
dengan tingkat potensi yang menyebabkan mukositis atau disebut juga
mukosatoksik. Tidak semua agen kemoterapi bersifat mukosatoksik
(Cancer Care Nova Stovia, 2008).
2.9.3. Terapi Oral Care dengan Madu untuk Mencegah Mukositis
Berdasarkan hasil penelitian Nurhidayah (2011), maka perawat yang
berada di tatanan klinik harus memikirkan kondisi klien untuk
terhindar dari mukositis akibat reaksi kemoterapi. Salah satu cara yang
harus dipertimbangkan diantaranya melakukan perawatan oral care
dengan agen yang tepat (agen pembersih mulut dan agen topical).
Terapi oral care dengan menggunakan madu.
Salah satu terapi nonfarmakologik adalah dengan pemberian madu
pada tindakan keperawatan oral care. Madu jenis terapi yang murah,
efektif, menimbulkan rasa enak dan mudah diberikan pada anak.
Menurut beberapa penelitian madu juga merupakan zat yang kaya
nutrisi dan memiliki efek terapiutik. Efek terapiutik tersebut karena
madu mempunyai viskositas tinggi, memiliki PH rendah yang
menyebabkan bakteri sulit hidup pada kondisi tersebut. Madu memiliki
zat anti oksidan, zat stimulant, anti inflamasi, pertumbuhan jaringan,
asam amino, vitamin, enzim dan mineral. Madu memiliki enzim
glukosa, oksidase yang akan mengkonversi glucosa menjadi glucose
acid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Elvan & Flavin,
2008 dalam Nurhidayah, 2011).
2.9.4. Teknik Penggunaan Madu untuk Oral Care
Madu yang digunakan untuk mencegah mukositis adalah madu yang
bersifat medical honey. Jenis madu yang murni, higienis dan sudah
diolah secara tepat, telah dilakukan pemeriksaan, tidak mengandung
zat berbahaya / bakteri (Evans & Flavin, 2008). Madu yang digunakan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/34.jpg)
21
Universitas Indonesia
adalah madu PERUM PERHUTANI, jenis madu hutan multi flora
yang telah diuji kualitasnya oleh Pusat Pelebahan Nasional Perhutani
(Pusat Pelebahan Perhutani, 2008).
Madu digunakan sebagai agen topikal dilakukan setelah menyikat gigi,
dengan cara mengambil 20 cc madu kemudian dioleskan pada mukosa
rongga mulut, yaitu mukosa bukal di kedua pipi, di bawah lidah,
mukosa di bagian labia bagian dalam. Oleskan sampai seluruh rongga
mulut diberikan madu, tunggu hingga 5 menit, anjurkan anak untuk
menelan madu tersebut perlahan-lahan. Setelah agen topikal
dilanjutkan dengan cairan kumur (mouthwashes). Cairan kumur dibuat
dengan 15 cc madu dicampur dengan 50 cc air minum. Sebelum
berkumur ajarkan anak untuk menggunakan cairan kumur dengan cara
menggerakkan cairan kumur di mulut dengan gerakan seperti
menghisap (sucking) dan gerakan seperti meniup balon (ballooning),
lakukan selama 60 detik dan bilas dengan air minum. Langkah
berikutnya oleskan bibir dengan madu secukupnya, bagian pinggir
bibir bersihkan dengan kassa lembab sebelum dioleskan madu.
American Academy of Pediatric Dentry (AAPD), pada penderita
kanker yang menjalani kemoterapi sebaiknya dilakukan oral care 2
atau 3 kali sehari dengan status hematologi tertentu (Rasyad, et.al.
2008 dalam Nurhidayah, 2011).
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/35.jpg)
22 Universitas Indonesia
BAB 3
ANALISIS KASUS
3.1. Pengkajian
Klien An. Z (7 tahun 8 bulan), pendidikan sekolah dasar (SD). Masuk rumah
sakit tanggal 13 Mei 2014 dengan diagnosa medis Leukemia Limfositik Akut
(LLA) tipe 2 pada fase induksi minggu 0. Alasan klien masuk rumah sakit
adalah untuk dilakukan kemoterapi. Saat dilakukan pengkajian klien
mengeluh lutut sebelah kirinya terasa nyeri dengan skala nyeri 5
menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), menilai nyeri dengan menilai
intensitas nyeri pada skala numerik 0-10, cepat lelah, pucat, pusing dan tidak
nafsu makan karena sering sariawan. Keluhan ini dirasakan selama sebulan
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat penyakit sebelumnya, klien pernah
dirawat selama sebulan, sebelum masuk rumah sakit dengan diagnosa
anemia (HB 3 mg/dl) dan mendapatkan tranfusi darah. Setelah HB meningkat
pasien diijinkan pulang dan direncanakan untuk dilakukan Bone Morrow
Puncture (BMP). Hasil BMP ALL (FAB L2) dan direncanakan untuk
dilakukan kemoterapi setelah keadaan umum membaik.
Saat ini klien dirawat dengan kondisi fisik yang lemah, banyak berbaring di
tempat tidur dan terlihat pucat, kaki sebelah kiri tampak lebih kecil dari
sebelah kanan, lutut sebelah kiri tampak udema. Ibu klien mengatakan bahwa
An. Z sering mengeluh cepat lelah, pusing, tidak nafsu makan, dan lutut
sebelah kirinya terasa nyeri. An. Z juga sering memar dan bila memar lama
hilang lebih dari seminggu, sering sariawan dan gusi tampak kemerahan.
Orang tua klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga lainnya yang
menderita leukemia atau penyakit kanker. Hasil pemeriksaan fisik yang
dilakukan tanggal 21 Mei 2014 didapatkan data kesadaran compos mentis,
berat badan saat dikaji 28 kg (sebelumnya 30 kg), tinggi badan 124 cm, LLA
2, IMT 28/1,24² = 28/1.53= 18. Hasil pengukuran tanda vital didapatkan suhu
36.7°C, frekuensi pernafasan 26 x/menit, nadi 92 x/menit, dan tekanan darah
100/60 mmHg.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/36.jpg)
23
Universitas Indonesia
Hasil pemeriksaan fisik Head To toe diperoleh data bentuk kepala simetris,
kulit kepala dan rambut bersih, distribusi rambut merata, pupil isokor, reaksi
terhadap cahaya kanan dan kiri baik, konjungtiva pucat, sklera mata tidak
ikterik, membran mukosa mulut lembab, kedua telinga bersih, serumen tidak
ada, fungsi pendengaran kedua telinga baik, pada leher tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran vena
jugularis, fungsi menelan baik, bentuk dada simetris, retraksi tidak ada, bunyi
nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik, pada
abdomen datar dan supel, bising usus 5-10 x/menit, keluhan mual dan
muntah setelah seminggu kemoterapi intratekal dan masih merasakan nyeri.
Pada pemeriksaan darah lengkap tanggal 20 Mei 2014 didapatkan hasil
Hemoglobin 9.9 mg/dl (hasil setelah tranfusi packed cell 250 cc), hematokrit
27%, lekosit 1.6 ribu/ul, dan trombosit 29 ribu/ul. Gambaran pemeriksaan
darah tepi: Anemia normosistik normokrom, lekosit dengan kesan jumlah
mieloblast 38%, trombosit dengan kesan jumlah turun morfologi rendah,
kesan masih ditemukan blast 38%, kesan: ALL fase induksi minggu 0 hari ke
2. Faktor pembekuan darah : PT 93, APTT 47. Pemeriksaan BMP tanggal 7
Mei 2014 pada SIAS Dextra didapatkan gambaran sumsum tulang: kelainan
morfologi tidak ditemukan, mielosid tidak ditemukan, jumlah megakorosit
kurang, bentuk megakorosit normal, pembentukan rubosit kurang, pewarnaan
SBB negatif, limfhoblas 90,5%, smudge cell positif, kesan sesuai dengan
ALL (FAB Tipe 2), saran Immunophenotyping. Hasil Echo tanggal 18 Mei
2014 Normal. Hasil Konsul THT kesan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
pada kedua telinga.
3.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data yang didapatkan
pada tahap pengkajian, data yang terkumpul selanjutnya dikelompokkan
untuk dianalisis. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan beberapa masalah
keperawatan yang ditemui pada An. Z yaitu nyeri akut pada bagian lutut kiri
akibat sel-sel leukemia menginvasi periosteum, risiko kerusakan membran
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/37.jpg)
24
Universitas Indonesia
mukosa mulut (mukositis) akibat penurunan daya tahan tubuh dan komplikasi
kemoterapi serta gangguan pemenuhan nutrisi akibat mual dan tidak nafsu
makan. Tahap selanjutnya yaitu memprioritaskan masalah keperawatan
berdasarkan masalah yang paling dirasakan oleh klien. Prioritas masalah
keperawatan pada an. Z adalah gangguan pemenuhan nutrisi, nyeri akut, dan
risiko kerusakan membran mukosa mulut.
3.3. Rencana dan Implementasi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian rencana tindakan keperawatan
yang berisi tujuan dan kriteria hasil yang disusun untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada. Rencana keperawatan yang disusun berdasarkan
prioritas diagnosis keperawatan pada an Z, yaitu:
Diagnosis ke 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan kebutuhan dan status nutrisi klien
terpenuhi secara adekuat.
Intervensi Keperawatan:
- Memonitor pemasukan dan pengeluaran
- Mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dan pola diet yang disukai dan tidak
disukai.
- Menganjurkan pasien dan keluarga untuk makan sedikit tapi sering,
sebatas diet yang dianjurkan.
- Mengukur tanda-tanda vital
Hasil:
- Pemasukan makan habis 1/3 porsi, minum air putih 100 cc, susu 100 cc
dan pengeluaran Bak 150 cc
- BB 28 kg, TB124 cm (BB sebelum masuk RS 30 kg)
IMT 2n+8= 15+8=23 Kg
( IMT = indeks masa tubuh, n=Usia).
- Kebutuhan kalori : 75 x BB= 2100 Kalori, kalori yang diberikan 2000
kalori.
- Suhu 37° C, Nadi 84 x/menit, Pernafasan 24 x/menit, TD 100/60 mmHg
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/38.jpg)
25
Universitas Indonesia
Diagnosis ke 2 : Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam,
diharapkan klien mengungkapkan rasa nyerinya berkurang
sesuai dengan tingkatan yang bisa diterima anak.
Intervensi Keperawatan:
- Mengkaji tingkat rasa nyeri klien
- Mengukur tanda-tanda vital
- Meminimalkan tindakan invasif untuk mengurangi rasa nyeri, bila klien
tidur, pemberian terapi atau tindakan invasive dapat ditunda.
- Memberi terapi analgetik sesuai program, terapi Ibuprofen 20 mg/ oral.
- Memonitor dan mengevaluasi efektivitas terapi analgetik dengan
memperhatikan tingkat kesadaran dengan dosis. Untuk menentukan
perubahan dosis, waktu pemberian, atau jenis obat (Wong, 2009).
Hasil:
- Skala nyeri klien 5 (dengan menggunakan Numeric Rating Scale, menilai
nyeri dengan menilai intensitas nyeri pada skala numerik 0-10
- Suhu 36.8°C, nadi 92 x/menit, pernafasan , 22 x/menit, tekanan darah
100/60 mmHg.
- Klien memilih dengan kompres hangat pada lutut dan mendengarkan
musik lewat hand phone.An. Z tampak lebih nyaman saat dikompres
bagian lututnya sambil mendengarkan musik dan terapi analgetik,
ibuproven 20 mg.
Diagnosis ke 3 : Risiko kerusakan mukosa mulut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan kebersihan mulut dan integritas jaringan
sekitar mulut terjaga dan tidak terjadi kerusakan kulit dan
mukosa mulut.
Intervensi keperawatan:
- Mengkaji kebersihan mulut setiap hari
- Mengkaji pemahaman dan pentingnya melakukan kebersihan mulut.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/39.jpg)
26
Universitas Indonesia
- Memberikan edukasi tentang kebersihan mulut dengan menggunakan
madu
- Memberi motivasi klien dan keluarga untuk melakukan kebersihan mulut
setiap hari dimulai dengan menyikat gigi dengan sikat gigi yang lembut
(setelah makan dan sebelum tidur) dengan madu.
- Menganjurkan klien dan keluarga untuk memilih makanan yang lembut,
lunak, tidak asam dan hindari permen bergula dan permen karet.
- Melakukan kolaborasi jika mukosa mulut terdapat jamur dan gejala
mukositis memburuk.
Hasil:
- Mukosa mulut lembab, gusi tampak udem dan kemerahan, dan terdapat
sariawan di bawah lidah
- Klien mengatakan menyikat gigi hanya sekali pada pagi hari
- Madu dioleskan di seluruh mulut klien, diamkan 5 menit, anjurkan klien
menelan perlahan. Madu untuk kumur (setelah madu 20 cc dicampur
dengan air putih matang), anjurkan klien untuk berkumur dengan gerakan
menghisap (sucking) dan seperti meniup balon (balloing) selama 60 detik
dan bilas dengan air putih. Dilanjutkan dengan mengoleskan madu di bibir
klien, sebelumnya bersihkan pinggir bibir dengan kasa lembab.
3.4. Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam yaitu masalah perubahan status nutrisi teratasi sebagian,
ditandai dengan klien mengatakan makan habis ½ porsi, mual masih ada.
Masalah nyeri teratasi sebagian, ditandai nyeri pada lutut sebelah kiri sedikit
berkurang setelah dikompres dengan air hangat, tetapi masih sulit digerakkan.
Risiko kerusakan membran mukosa mulut teratasi sebagian, ditandai tidak
adanya kerusakan membran mukosa pada mulut tetapi klien masih menolak
untuk menyikat gigi 2x sehari.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/40.jpg)
27 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada An. Z dengan leukemia yang sedang menjalani pengobatan dan
perawatan di ruang Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati. Analisis situasi
yang dilakukan meliputi tentang profil lahan praktek, analisis masalah
keperawatan dengan konsep KKMP dan Konsep kasus terkait, analisis salah satu
intervensi dengan konsep dan penelitian terkait serta alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan.
4.1. Profil Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati adalah rumah sakit
umum pusat rujukan nasional. Bentuk pelayanan unggulan Rumah Sakit
Umum Pemerintah (RSUP) Fatmawati antara lain sebagai pelayanan rawat
inap yang terdiri dari, kelas I, kelas II, kelas III, dan ruang perawatan khusus.
Ruang Teratai lantai 3 selatan merupakan ruang perawatan anak kelas III
penyakit dalam. Ruangan tersebut antara lain, ruang infeksi, non infeksi, dan
High Care Unit (HCU). Ruang Teratai dengan kapasitas 42 tempat tidur, dan
merawat pasien anak penyakit dalam berusia 1 sampai 18 tahun.
4.2. Analisis Kasus Terkait KKMP
KKMP merupakan suatu tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan dan pelayanan pada klien masyarakat.
Tindakan keperawatan di masyarakat ini bisa diterapkan di lahan klinik
dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur dan
penyakit yang ada di masyarakat. Khususnya pasien dengan leukemia yang
banyak ditemukan di rumah sakit. Masalah kesehatan tersebut timbul karena
kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan terlambatnya pasien ke rumah
sakit yang biasanya sudah dalam stadium lanjut.
Faktor utama yang memperburuk prognosa pada leukemia adalah jumlah
lekosit dalam darah. Jumlah lekosit > 50.000/m³ memiliki prognosa lebih
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/41.jpg)
28
buruk menurut Bangun, M (2012). Pada analisa data di tegakkan diagnosa
risiko infeksi. Proliferasi dari satu jumlah sel sering mengganggu produksi
normal sel hematopoetik dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
menurun jumlahnya. Pembelahan sel darah putih menyebabkan terjadinya
infeksi karena penurunan daya tahan tubuh akibat neutropenia. Masalah
keperawatan yang muncul pada klien adalah perubahan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan kedua
adalah nyeri, dan ketiga risiko kerusakan membran mukosa mulut.
4.3. Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian terkait
Pelaksanan intervensi keperawatan kepada klien dilakukan secara
komprehensif. Terkait masalah risiko kerusakan membran mukosa mulut
yang muncul pada klien, maka salah satu intervensi yang dilakukan oleh
penulis terkait aplikasi tesis tentang pemberian madu pada tindakan
keperawatan oral care untuk mencegah mukositis pada pasien kanker dengan
kemoterapi. Tesis yang penulis adaptasi berjudul pengaruh pemberian madu
dalam tindakan keperawatan oral care terhadap mukositis akibat kemoterapi
pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia Program Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Anak pada bulan Juli 2011.
Intervensi yang dilakukan pada An. Z selama 3 hari setelah kemoterapi awal
(window terapy) melalui intra tekal dengan terapi MTX (metotreksat) 12 mg
bibir tampak pecah-pecah dan gusi kemerahan. Setelah fase awal tahap
konsolidasi dengan terapi VCR (vincristin) 1,5 mg, DNR 30 mg, Leonase
6000 iu, mukosa mulut tampak kemerahan, terdapat lesi di bawah lidah, klien
malas untuk mengunyah makanan. Salah satu efek samping kemoterapi
pada anak adalah mukositis yang merupakan inflamasi dan ulserasi pada
mukosa mulut. Akibat mukositis dapat terjadi gangguan fisiologis maupun
fungsional. Gangguan fisiologis dapat terjadi adanya lesi, inflamasi
berlebihan, nyeri dan infeksi. Gangguan fungsional yaitu fungsi menelan,
kesulitan mengunyah dan berbicara. Keluhan dan tanda yang ditemukan pada
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/42.jpg)
29
An. Z sejalan dengan Nurhidayah (2011), mukositis dapat mengakibatkan
predisposisi terjadinya infeksi bakteri, jamur dan virus. Hal ini dapat
mengancam kehidupan anak, karena lesi dan infeksi dapat mengakibatkan
infeksi sistemik, sehingga penulis dapat menegakkan diagnosa risiko
kerusakan membran mukosa mulut.
Intervensi yang dilakukan penulis dalam mencegah meminimalkan risiko
kerusakan membran mukosa mulut dengan melakukan kebersihan mulut
menggunakan madu perhutani. Pasien diberi motivasi cara penggunaan dan
manfaat dari madu tersebut. Untuk kebersihan mulut selalu diawali dengan
menggosok gigi, dilanjutkan dengan mengoleskan madu di seluruh rongga
mulut selama 5 menit, dilanjutkan dengan berkumur selama 60 detik dengan
cairan kumur 20 cc madu dicaikan dengan 50 cc air putih, terakhir dengan
mengoleskan madu pada bibir.
Pasien tidak mau menggosok gigi terlebih dahulu, pasien lebih senang
melakukan kebersihan mulut dengan madu, karena menurut pasien bila
meggosok gigi terasa mual dan ingin muntah, kadang berdarah. Keluhan ini
sesuai dengan American of Academy Pediatry Dentry (AAPD, 2008 dalam
Nurhidayah, 2011) penderita kanker dengan kemoterapi dilakukan oral care
2 atau 3 kali / hari dengan menyikat gigi dasar, dan menyikat lidah dengan
lembut tergantung kondisi hematologi pasien. Oral care dengan madu dalam
mencegah mukositis dianjurkan untuk melakukan oral care terlebih dahulu.
4.4. Alternatif Penyelesaian Masalah yang dapat Dilakukan
Salah satu kendala yang ditemui penulis dalam mengaplikasikan tindakan
keperawatan terkait aplikasi tentang pengaruh pemberian madu untuk
mencegah mukositis adalah penolakan pasien untuk dilakukan oral care
dengan madu, karena oral care harus dimulai dengan menggosok gigi. Pasien
menolak sikat gigi karena adanya rasa mual dan dapat menimbulkan muntah.
Sikat gigi yang seharusnya dilakukan 2 kali sehari, pasien hanya melakukan
satu kali sehari saja. Oral care yang dilakukan sangat dibutuhkan bantuan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/43.jpg)
30
dan peran orang tua. Orang tua sangat mengerti dengan kondisi yang dialami
anaknya. Efek kemoterapi yang ditimbulkan bukan hanya pencegahan terjadi
mukositis saja tetapi juga mencegah terjadinya mual, muntah, perdarahan
dan sebagainya.
Penyelesaian masalah terhadap kendala yang dihadapi penulis adalah
penerapan keperawatan berpusat keluarga yang dibutuhkan kerjasama antara
perawat dan orang tua khususnya ibu yang mendampingi untuk terwujudnya
keberhasilan tindakan keperawatan. Perawat memberikan pendidikan
kesehatan dan mengajarkan tindakan keperawatan yang sederhana pentingnya
kebersihan mulut untuk mencegah terjadinya kerusakan mukosa mulut akibat
efek kemoterapi. Diharapkan keluarga dapat memberi upaya dan dorongan
anaknya untuk menyikat gigi. Keperawatan berpusat keluarga ini sesuai
dengan konsep yang terdiri dari enabling dan empowering (Duns & Trivette,
1996 dalam Wong, 2009). Perawat dapat memberikan kesempatan orang tua
dan keluarga mendapatkan kemampuan dan potensi yang baru.
Setelah melibatkan keluarga, pasien mau melakukan sikat gigi sehabis makan
dan sebelum tidur dengan perlahan-lahan dan dengan sikat gigi yang lembut.
Pasien aktif melakukan kebersihan mulut dengan menggunakan madu dari
tahap ke tahap. Keluhan mual, perdarahan, dan muntah tidak ada.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/44.jpg)
31 Universitas Indonesia
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan
pada pasien kelolaan (An. Z) adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, nyeri dan risiko kerusakan membran mukosa mulut.
Prioritas masalah keperawatan adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan, nyeri, dan risiko kerusakan membran mukosa mulut.
Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan leukemia khususnya pasien
kelolaan meliputi : mengkaji kebutuhan pemenuhan nutrisi, menganjurkan
makan sedikit tapi sering, mengkaji tingkat nyeri sebatas yang dapat
ditoleransi, mengajarkan teknik relaksasi, distraksi, imajinasi dengan
menarik nafas dalam, membaca buku cerita, menganjurkan cuci tangan
dengan cara enam langkah, membatasi pengunjung, menghindari kontak
dengan orang yang terinfeksi. Melakukan kebersihan mulut dengan
menggunakan madu, makan makanan yang lembut, mudah dikunyah,
menghindari makan asam dan mengandung gula atau permen karet.
Evaluasi yang dapat ditegakkan dari rencana intervensi keperawatan adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Nyeri
berkurang setelah pasien mengetahui teknik relaksasi dan melakukannya
untuk mengurangi nyeri. Risiko kerusakan membran mukosa mulut tidak
terjadi.
5.2 Saran
Berdasarkan keterbatasan dan pembahasan hasil penulisan ini, maka penulis
memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut. kepada penulis
selanjutnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien leukemia
dengan kemoterapi dapat mencegah terjadinya mukositis dengan tindakan
pemberian madu pada oral cares, antara lain:
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/45.jpg)
32
Universitas Indonesia
5.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
- Perawat dapat melakukan motivasi dan edukasi pada pasien dan
orang tua dalam perawatan kebersihan mulut setiap hari pada
pasien dengan kemoterapi untuk mencegah mukositis. Kebersihan
mulut dimulai dari menyikat gigi, pemberian madu ke seluruh
mukosa mulut, bilas dengan air putih, dilanjutkan dengan
mengoleskan madu pada bibir agar lembab.
- Perawat sebaiknya dapat melakukan intervensi mandiri dalam
perawatan kebersihan mulut dan melatih pasien setiap hari agar
tidak terjadi mukositis lebih berat pada anak dengan kemoterapi.
5.2.2. Bagi Pendidikan Keperawatan
- Mengintegrasikan materi tentang terapi komplementer dan terapi
non-farmakologik dalam mengatasi mukositis pada anak dengan
kemoterapi dari berbagai hasil penelitian.
- Melakukan kerjasama yang baik antara institusi pendidikan
keperawatan dengan institusi pelayanan kesehatan untuk
menerapkan dan mengembangkan hasil penelitian yang terkait
dengan intervensi oral care pada anak yang sedang menjalankan
kemoterapi dalam mencegah terjadinya mukositis.
5.2.3. Bagi Penelitian Keperawatan
Perlu dilakukan penelitian keperawatan lanjutan tentang mukositis
akibat kemoterapi terhadap kemampuan menelan, nafsu makan, rasa
nyeri, perubahan psikologis, pada anak.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/46.jpg)
33 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Tehnik prosedural keperawatan; konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Apryani, D. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap mual muntah lambat akibat
kemoterapi pada usia sekolah yang menderita kanker di RSUP Dr. Hasan
Sadikin. Bandung (diunduh tanggal 30 Juni 2014).
American Academy of Pediatric Dentistry. (2010). Guidelines on adolecense oral
health care. AAPD Reference Manual, 32 (6), 119-126.
Bangun, M. (2012). Analisis faktor kejadian Relapse pada anak dengan leukemia
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta (diunduh tanggal 30 Juni
2014)
Betz, C.L. & Sowden, L.A. (2009). Buku saku keperawatan pediatrik,. Edisi 5.
Alih bahasa; Eny Meilia. Jakarta. EGC.
Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofiologi. Edisi 3. Alih bahasa Rike Budi
Subekti.Jakarta. EGC.
Candrayani, S. (2009). Gambaran epidemiologi leukemia lemfositik akut. Fakultas
kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Diunduh tanggal 17 Agustus
2014.
Cancer Care Nova Stovia. (2008). Best practice guidelines for of management
therapy California: Nova stovia goverment. Diperoleh melalui
www.cancercare.ns;ca 12 Juni 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia/DEPKES RI, (2009). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan, RPJPK 2005-2025 Departemen
Kesehatan. Diunduh tanggal 11 Juni 2014.
Kemenkes. (2011). Press Realese hari kanker anak sedunia. Diperoleh
http.//www.tv1. Cam/press release hari kanker sedunia html, tanggal 14 Juni
2014.
Doenges, M.F & Moorhouse. (2000). Rencana asuhan keperawatan ; Pedoman
untuk perencanaan dan pendokumantasia keperwatan pasien. Edisi 3. Alih
bahasa; Kariasa, M dan Sumarwati, M. Jakarta. EGC.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/47.jpg)
34
Universitas Indonesia
Evans, J. & Flavin, S.(2008). Honey : guide for healthcare profesianals. British
Journal of Nursing, 17 (15), 24-30.
Eilers, J. (2004). Nursing intervention and supportive car for the prevention and
treatment oral mucositis associated with cancer treatment. Oncology
Nursing Forum, 31 (4), 13-28.
Hidayat. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta. Salemba Medika.
Handayani, W & Wibowo, A.S. (2008). Buku ajar klien asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta. Salemba Medika.
Haryati. (2009). Pengaruh terapi Progressive Muscle Relaxation terhadap status
fungsional dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker dengan
kemoterapi di RS Dr. Wahidin Sudirohusoda. Makasar (diunduh 2 Juli
2014).
Haris, J.D., Eilers, J., Haarriman, A. Chasavelly, B & Maxwell, C. (2004). Putiing
avidence into practice: avidence based intervention for the management of
oral mucositis. Chlinical Journal of Oncology Nursing, 12 (1), 141-147.
Hockenberry, M. & Wilson, A.S. (2007). Wong’s nursing care of children. St.
Louis. Mosby Elseivier.
Hapsari, H.I. (2012). Pengaruh pendidikan kesehatan efek samping kemoterapi
melalui multimedia terhadap perilaku orang tua dalam merawat anak
leukemia yang sedang kemoterapi. Tesis. Depok : FIK-UI.
Novitasari, D. (2012). Pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi ORIF
di RSUD H. Abdoel Moeloek Propinsi Lampung. Tesis. Depok : FIK-UI.
Muhsinin (2010). Faktor –faktor yang berkontribusi terhadap mual dan muntah
pada anak yang menderita kanker saat menjalani kemoterapi di ruang anak
RS di Banjarmasin. Depok: Universitas Indonesia.
Mulatsih, S. (2012). Kejadian dan tata laksana mukositis. Jakarta. Sari Husada.
Muscari, M.E. (2005). Panduan belajar keperawatan pediatrik. Edisi 3. Alih
bahasa; Alfrina Hani. Jakarta. EGC.
Myers, E. (2012). Keterampilan klinis untuk perawat seri panduan klinis. Edisi
ketiga. Alih bahasa ; Vidhia Umami. Jakarta. Erlangga.
Nurhidayah, I. (2011). Pengaruh pemberian madu dalam tindakan keperawatan
oral care terhadap Mukositis akibat kemoterapi pada anak di RSUP Dr.
Cipto Mangunkusumo. Jakarta (diunduh tanggal 30 Juni 2014).
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/48.jpg)
35
Universitas Indonesia
Nanda Internasional. (2010). Diagnosis keperawatan; definisi dan klasifikasi
2012-2014. Alih bahasa Made Sumarwati..(et.al). Jakarta. EGC.
Rasyad, U.M., Al-Ghezaway, S.M., El-Ghezaway, E., & Azzas, N.A. (2008).
Honey of topical profilaxis againts radiochemoterapi-induced mucocitis : in
head and neck cancer. The Journal of Laryngology & Otology, 123 (1),
223-228.
Prince, S. (2006). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih
bahasa, Brahm U.Pendit...(et al). Edisi 6. Jakarta. EGC.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep,
proses, dan praktik. Edisi4.alih bahasa Yasmin Asih..(et.al). Jakarta. EGC.
Perwitasari, D.A. (2006). Kajian penggunaan antiemetik pada pasien kanker
dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta. Majalah Farmasi
Indonesia, 17 (2), 91-97.
Wong, D.L., Eaton Hockenbery, M,. Wilson, D., Wilhenstein, M.L, & Schwartz.
(2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. Alih bahasa ;
Andry Hartono, Sari Kurniasih & Setiawan. Jakarta.
Wilkinson, M.J. & Ahren, R.N. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan
Diagnosis NANDA, intervensi (NIC), kriteria hasil (NOC), edisi 9. Alih
bahasa Esty Wahyuningsih. Jakarta. EGC.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/49.jpg)
Lampiran 1
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/50.jpg)
Lampiran 2
Nama Mahasiswa : Sri Wahyuni
Tempat Praktik : Teratai lantai 3 Selatan RS Fatmawati
Tgl Pengkajian : 26 Mei 2014
1. IDENTITAS KLIEN
Nama klien : Anak Z
No Rekam Medik : 01294052
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 05-09-2006
Usia : 7 Tahun 8 Bulan
Nama Ayah/Ibu : Tn. S / Ny. M
Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. H. Japot lingkungan Cipayung Rt 003 Rw 001,
Abadijaya, Sukmajaya, Kab. Kota Depok, Jawa Barat
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan Ayah : D3
Pendidikan Ibu : SMA
2. KELUHAN UTAMA
Klien masuk rumah sakit untuk dilakukan kemoterapi, dengan keluhan lutut
sebelah kiri terasa nyeri, cepat lelah, pucat, pusing dan tidak nafsu makan.
Kemoterapi rencana dilakukan bila keadaan umum klien membaik.
2.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan dirasakan sebulan sebelum seminggu masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sebelumnya, klien pernah dirawat sebulan sebelum
masuk rumah sakit dengan diagnosa anemia (HB 3 mg/dl) dan
mendapatkan tranfusi darah. Setelah HB meningkat pasien diijinkan
pulang dan direncanakan untuk dilakukan BMP (Bone Morrow Pungsi).
Klien dirawat karena tubuhnya yang lemah, cepat lelah, pusing, tidak
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/51.jpg)
nafsu nafsu makan, tampak pucat, dan lutut sebelah kiri terasa nyeri, ibu
mengatakan anak sering memar, bila memar lama hilang lebih dari
seminggu, sering sariawan.
1.2. Riwayat kehamilan dan kelahiran:
1. Prenatal : Menurut keluarga saat kehamilan menjalani
pemeriksaan rutin di rumah sakit dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit.
2. Intranatal : Klien lahir spontan berat lahir 3.250 Gr, panjang
badan 50 Cm dan langsung menangis kuat.
3. Post natal : Klien dirawat oleh orang tuanya dan mendapatkan
asi selama 2 tahun.
4. Tindakan operasi : Klien tidak pernah dilakukan tindakan operasi
apapun
5. Riwayat alergi : Klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
obat dan makanan.
6. Kecelakaan : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan lalu
lintas.
7. Immunisasi : Menurut keluarga klien sudah immunisasi dasar
lengkap.
2.3. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga, tidak ada penyakit keganasan dan penyakit keturunan
dalam keluarga.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/52.jpg)
3. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)
Keterangan gambar :
: perempuan
: laki-laki
: perempuan yang menjadi pasien
: menikah
: garis keturunan
4. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh
Pasien diasuh oleh ibu dan neneknya. Pasien merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Pasien sudah dapat mengenal anggaota keluarga dan
Hubungan dengan anggota keluarga.
2. Keluarga pasien termasuk extended family, yaitu orang tua pasien tinggal
satu rumah dengan orang tua dari bapaknya serta adik dari ibunya.
Hubungan keluraga dengan pasien sangat baik. Pasien selain mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, kakek dan neneknya juga
sangat perhatian.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Klien dapat bermain dengan teman sebayanya dan mempunyai banyak
teman tanpa adanya konflik. Pembawaan secara umum: pasien mempunyai
sifat yang supel dan ramah hubungan sosial dengan orang yang belum
dikenal baik, dapat kooperatif dan supel bila kenal dengan orang lain.
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/53.jpg)
4. Lingkungan rumah
Pasien tinggal di dalam sebuah komplek perumahan, sekitar rumah masih
ada pabrik, menurut pasien sekitar rumah juga masih banyak tanaman dan
sejuk.
5. KEBUTUHAN DASAR
Pasien saat makan biasa sesuai seusianya. Pola makan sehari tiga kali. makanan
yang disukai semua jenis makanan, yang tidak disukai adalah yang pedas-
pedas. Pasien biasanya tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam. Kebersihan
diri pasien mandi sehari dua, mandi sendiri tanpa bantuan. Pada saat
terdiagnosa leukemia, pasien tidak pernah bermain di luar rumah, klien
bermain game dengan adiknya / menonton tv di rumah, pola eliminasi pasien
buang air kecil (BAK) sehari 4-5 kali perhari, sedangkan untuk buang air basar
(BAB) sehari sekali dengan konsistensi lembek.
6. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
11.. Diagnosa Medis : Akut Limfositik Leukemia Tipe 2
22.. Tanda Vital : Suhu. 37.2° C
Nadi 84 x/menit
Tekanan darah 100/60 mmhg
Pernafasan 24 x/menit
33.. Status nutrisi : BB 28 Kg, TB 124 cm, LLA 21 cm
Makan biasa 3x, Snack 2x pagi dan sore
Kebutuhan 1400 Kalori
44.. Status cairan : Terpasang infus KaEn 1B 1500 cc/24 jam
55.. Obat-obatan : - Dexametasone 2x2 mg
- Prednison 3x : 4-4-3 mg
- Ibuproven 3x30 bila nyeri
- Tramadol 4x50 mg
- Paracetamol 3x500 mg bila demam
- Kemoterapi 21/5/14 Intra Tekal dengan
Metotreksat 12 mg
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/54.jpg)
(window terapi fase induksi, iv)
28/5/14 Vincristin 1,5 mg (iv), prednison 3x40
mg (3-3-2 mg)
Launase 6000 iu (iv)
66.. Aktivitas : Aktifitas terbatas, hanya bermain game dan
menonton tv
77.. Hasil Laboratorium
Hasil Pemerikasaan Lab 25/05/2014
88.. Pemeriksaan Penunjang
7/5/14 : BMP
Tempat aspirasi : SIAS Dextra
Kelainan morfologi : Erytrositdan Mielosid tidak ditemukan
Jumlah Megakarosit : Kurang
Bentuk Megakarosit : Normal
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Luc
Reticulosit
Catt : Blast 2%
Darah Tepi
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
Kesan
10,3
30
1,4
58
3,76
0
1
16
75
3
3
0,3
7,08
Normosistik Nomokrom
Jumlah menurun,Blast 3%
Jumlah menurun morfologi
N, sesuai dengan ALL
13,2 – 17,3
40 -52
150 -440
3.60-5.20
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/55.jpg)
Pembentukan Trombosit : Kurang
Kesan : Gambaran sumsum tulang sesuai dengan ALL (FAB Tipe 2)
Saran : Immunophenotyping
16/5/15 : Parameter Echo Normal
14/5/15 : Konsul THT, kesan; tidak ditemukan infeksi pada hidung dan
tenggorokan.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kesadaran compos mentis
TB/BB(Persentil) : TB 124 cm, BB 28 Kg Lingkar lengan atas : 21 cm
Mata : Pupil isokor kanan dan kiri, reaksi pupil +/+. Konjungtiva
anemis, sclera mata ikterik
Hidung : Kedua lubang hidung bersih, bentuk simetris, tidak ada
sekret dan perdarahan, tidak ada gangguan dalam
bernafas
Mulut : Mukosa mulut lembab, terdapat sariawan pada bawah
lidah, gusi kemerahan, bibir pecah-pecah, fungsi
pengecapan baik.
Telinga : Kedua telinga kanan dan kiri tidak ada seruman, kedua
daun telinga bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada
pengeluaran.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid,
Dada : Pergerakan dan perkembangan dada simetris, retraksi
tidak ada
Jantung : Bunyi jantung S2 dan S2 normal, murmur dan gallop tidak
ada
Paru-paru : Bunyi nafas vesikuler, ronchi -/-. Wheezing tidak ada
Perut : Turgor kulit kembali cepat, nyeri tekan tidak ada, bising
usus + 5x/menit lemah, klien mengeluh masih mual,
kendung kemih teraba kosong, hepar dan limpa tidak ada
Genitalia : Bersih, pengeluaran sekret tidak ada, tidak ada tanda-tanda
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/56.jpg)
infeksi
Ekstrimitas : Ekstremitas atas dan bawah hangat, kaki sebelah kiri tidak
sesuai dengan proporsi tubuh, jelan perlahan-lahan, CRT
< 3 detik, spastik tidak ada
Kulit : Akral hangat, sianosis tidak ada, kulit lembab
8. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1. Personal Sosial
empati, sayang, bermusuhan dengan teman berkurang. Pasien mudah
bergaul dan sangat mandiri
2. Motorik Halus lainnya
Klien mampu berpikir secara rasional, menerima pelajaran, mampu
berpikir. Klien sudah mengerti kondisinya saat ini setelah diberitahu oleh
ibunya.
3. Bahasa
Sudah dapat memakai bahasa dengan baik, menjaga sopan santun
4. Motorik kasar
Klien mampu berpikir dan menerima pelajaran
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/57.jpg)
Lampiran 3
9. ANALISA DATA
ANALISA DATA
DATA MASALAH
KEPERAWATAN
DS :
Keluarga mengatakan anaknya sudah 2
hari tampak lemah dan lesu, pucat +,
makan habis sepertiga porsi saja, pasien
mengeluh mual takut muntah
DO :
- Kesadaran kompos mentis
- Kulit pucat, anak tampak lemah
- Hb 9,9 mg/dl
- Terpasang infus KaEn 1B 1500cc/24
jam
- BB saat dikaji 28 kg (sebelumnya 30
kg), tinggi badan 124 cm, LLA 21 cm,
status gizi klien kurang
- Makan yang disediakan habis 1/3 porsi
- HR: 92 x/menit, RR: 26 x/I TD 90/60
mmhg suhu 37°C.
DS :
Klien mangeluh sakit pada pergelangan
dan nyeri (oedem pd daerah penusukan
infus). Nyeri masih dirasakan di lutut
sebelah kiri
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Nyeri
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/58.jpg)
DATA MASALAH
KEPERAWATAN
DO :
- TTV. S.36.8° C. N.124 x/menit. RR 46
x/menit, TD 100/60 mmhg
- Tangan sebelah kanan oedem bekas
penusukan infus, tampak kemerahan
- Klien tampak meringis bila
menggerakkan tangannya
- Pada lutut juga dirasakan nyeri (skala
5)
DS :
Klien mengeluh perih pada daerah mulut,
terdapat sariawan di bawah lidah, klien
tidak mau menggosok gigi.
DO :
- TTV. S 37.9°C, N.128 x/menit, RR 38
x/menit TD 90/60 mmhg
- Infus terpasang di tangan kanan KaEn
1B 1500cc/24 jam
- Gusi tampak kemerahan
- Terdapat sariawan di bawah lidah
- Klien menolak untuk menyikat gigi
- Klien tampak melakukan kebersihan
mulut dengan madu 15 cc yang telah
dicairkan dengan air putih 50 cc
Kerusakan membrane mukosa mulut
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/59.jpg)
10. PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Nyeri
3. Risiko kerusakan membran mukosa mulut
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/60.jpg)
Lampiran 4
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
perubahan nutrisi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Klien mendapatkan nutrisi yang adekuat
- Selera makan meningkat
- Berat badan meningkat
- Makan habis sesuai dengan program diet
- Mual hilang atau berkurang
Rencana Intervensi Keperawatan :
Intervensi Rasional
- Kaji status nutrisi klien
- Monitor pemasukan dan pengeluaran
- Anjurkan orang tua dan klien untuk
makan makanan sedikit tapi sering
- Ukur berat badan setiap hari
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Mengetahui kebiasaan makan anak,
makana kesukaan, libatkan anak dalam
memilih makanan sebatas yang
diperbolehkan
- Mengawasi masukan kalori atau
kualitas kekurangan makanan klien
- Makan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan
pemasukan
- Mengidentifikasi apakah ada
penurunan dan peningkatan
- Membantu dalam membuat rencana
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/61.jpg)
Intervensi Rasional
menentukan komposisi diet
- Motivasi klien dan keluarga untuk
menyiapkan makan yang hangat
diit untuk memenuhi kebutuhan klien
- Makanan yang hangat dapat
meningkatkan selera makan
Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis neoplasia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
hilang ayau berkurang
Kriteria Hasil :
- Rasa nyeri hilang atau berkurang
- Skala nyeri sesuai dengan tingkatan yang dapat diterima anak , dari skala 5
jadi skala 3
- Klien mampu melakukan penanganan nyeri
- Tampak rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tenang
Rencana Intervensi Keperawatan :
Intervensi Rasional
- Kaji keluhan nyeri , perhatikan
perubahan
pada derajat dan sisi (gunakan skala 0
– 10)
- Awasi TTV, perhatikan petunjuk non
verbal misalnya tegangan otot dan
gelisah
- Tempatkan pada posisi nyaman dan
sokong sendi , ekstremitas dengan
bantal
- Membantu mengkaji kebutuhan utuk
intervensi, dapat mengindikasikan
terjadinya komplikasi
- Dapat membantu mengevaluasi
pernyataan vebal dan keefektivan
intervensi
- Dapat menurunkan ketidaknyamanan
sendi
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/62.jpg)
Intervensi Rasional
- Ubah posisis secara periodik dan
berikan latihan rentang gerak
- Ajarkan menggunakan teknik
manajemen nyeri , contoh teknik
relaksasi , nafas dalam bimbingan
imajinasi, visualisasi
- Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik
- Memperbaiki sirkulasi jaringan dan
mobilitas sendi
- Memudahkan relakasasi , therapi
farmakologi tambahan dan
meningkatkan kemampuan koping
- Untuk mengatasi nyeri ringan yang
tidak hilang dengan tindakan
kenyamanan
Diagnosa 3 : Risiko kerusakan membran mukosa mulut
Tujuan : Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 3x24 jam
kerusakan membrane mukosa mulut tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Kebersihan mulut dapat dilakukan
- Integritas jaringan kulit dan mukosa mulut utuh
- Tidak tampak lesi, eritema, nekrosis pada mukosa mulut
- Klien merasa nyaman, dapat mengkonsumsi makanan dan minuman
Rencana Intervensi Keperawatan :
Intervensi Rasional
- Kaji dan observasi mukosa mulut
setiap hari, apakah terdapat ulcer
- Beri motivasi pada anak dan keluarga
pentingnya kebersihan mulut setiap
hari
- Untuk mendapatkan tindakan segera
- Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga untuk mencegah terjadinya
gangguan mukosa mulut
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/63.jpg)
Intervensi Rasional
- Ajarkan kebersihan mulut yang benar,
diawali dengan menyikat gigi,
memberikan madu di seluruh mukosa
mulut, berkumur dengan madu yang
sudah dicairkan
- Anjurkan klien untuk menyikat gigi
sehabis makan dan sebelum tidur
- Memberikan madu pada bibir
- Menganjurkan klien dan keluarga
untuk memilih makanan yang lembut,
lunak, tidak asam dan hindari permen
bergula dan permen karet
- Kolaborasi untuk perawatan gigi dan
mulut sebelum tindakan kemoterapi,
jika mulut terdapat jamur dan gejala
mukositis memburuk
- Kebersihan mulut dilakukan secara
sistematis dan teratur dapat
memberikan rasa nyaman klien dan
mengurangi rasa sakit pada mulut
- Mejaga kebersihan dan rasa nyaman
pada mulut
- Menjaga bibir tetap lembab dan tidak
pecah-pecah
- Makanan yang lembut dan lunak agar
mudah dikunyah klien tanpa
merasakan sakit dan nyeri pada mulut
- Mencegah terjadi komplikasi pada
mukosa mulut (mukositis)
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/64.jpg)
Lampiran 5
Catatan Perkembangan
Hari 1 : 26 Mei 2014
Waktu Implementasi Evaluasi
Dinas Sore
14.00-21.00
DX 1
- Mengkaji status nutrisi
klien, klien makan biasa
2000 kalori
- Monitor pemasukan dan
pengeluaran
Pemasukan, makan 1/3
porsi
Minum 200cc + susu 100
cc
- Menganjurkan klien untuk
makan makanan sedikit
tapi sering
- Mengobservasi tetesan
infus KaEn 1B 1500
cc/hari
- Mengukur berat badan
setiap hari
- Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan komposisi
diet
- Memotivasi klien dan
keluarga untuk
menyiapkan makan yang
hangat
- Membersihkan mulut
S :
Klien mengatakan makan habis
½ porsi. Mual masih ada
O :
Suhu : 37°C, nadi 84 x/menit,
pernafasan 24 x/menit, tekanan
darah 100/60 mmhg. Makan
habis ½ porsi, klien tampak
lebih segar
A :
Masalah pemenuhan nutrisi
masih terjadi
P :
- Anjurkan klien untuk tetap
meningkatkan porsi
makannya
- Beri motivasi pada keluarga
untuk menjaga kebersihan
mulut klien dengan madu
- Motivasi keluarga untuk
menyejikan makanan dengan
menarik
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/65.jpg)
Waktu Implementasi Evaluasi
26/5/2014
Dinas sore
14.00-21.00
DX 2
dengan cairan madu untuk
kumur dan mengoleskan
madu di bibir.
- Mengkaji tingkat rasa
nyeri klien. Wajah tampak
meringis bila dirasakan
sakit
- Mengajarkan tehnik
relaksasi, tarik nafas
dalam, distraksi dan
imajinasi
- Mengobservasi tetesan
infus, lokasi penusukan
ditangan kanan KaEn 1 B
1500cc/menit
- Memberi posisi yang
nyaman pada tangan
tempat penusukan
- Mengompres hangat pada
daerah lutut sebelah kiri
dengan air hangat
S :
- Klien mengatakan nyeri
berkurang
- Kaki sebelah kiri masih
susah digerakkan. Tangan
sebelah kanan (pada
pergelangan) masih terasa
sakit dan kemerahan
O :
Terpasang infus KaEn 1B
1500/24 jam. Pasien tampak
rileks, wajah tenang, klien tidur
nyenyak sambil mendengarkan
lagu, terapi Ibuproven
diberikan
A :
Nyeri berkurang, klien dapat
beristirahat ekspresi wajah
tenang
P :
- Catat tanda-tanda vital
- Beri motivasi klien bila
nyeri lakukan tehnik
relaksasi yang sudah
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/66.jpg)
Waktu Implementasi Evaluasi
26/5/2014
Dinas sore
14.00-21.00
DX 3
27/5/2014
Dinas sore
14.00-21.00
DX 1
- Memberikan terapi
ibuproven 20 mg
- Kaji dan observasi
mukosa mulut setiap hari,
apakah terdapat ulcer
- Beri motivasi pada anak
dan keluarga pentingnya
kebersihan mulut setiap
hari
- Ajarkan kebersihan mulut
yang benar, diawali
dengan menyikat gigi,
memberikan madu di
seluruh mukosa mulut,
berkumur dengan madu
yang sudah dicairkan
- Anjurkan klien untuk
menyikat gigi sehabis
makan dan sebelum tidur
- Memberikan madu pada
bibir
- Menganjurkan klien dan
keluarga untuk memilih
makanan yang lembut,
lunak, tidak asam dan
hindari permen bergula
diajarkan
- Berikan terapi analgetik
sesuai program
S :
Klien mengatakan mulut terasa
perih, ada sariawan di bawah
lidah
O :
Gusi masih tampak kemerahan,
sariawan di bawah lidah +
A :
Masalah belum teratasi
P :
- Lanjutkan intervensi
- Anjurkan klien untuk
melakukan kebersihan mulut
dengan madu
- Sikat gigi sehabis makan dan
sebelum tidur
- Berkumur dan oles bibir
dengan madu
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/67.jpg)
Waktu Implementasi Evaluasi
DX 2
dan permen karet
- Kolaborasi untuk
perawatan gigi dan mulut
sebelum tindakan
kemoterapi, jika mulut
terdapat jamur dan gejala
mukositis memburuk
- Mengkaji status nutrisi
klien, klien makan biasa
2000 kalori
- Monitor pemasukan dan
pengeluaran
Pemasukan, makan 1/2
porsi
Minum 200cc +
- Menganjurkan klien untuk
makan makanan sedikit
tapi sering
- Mengukur berat badan
setiap hari
- Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan komposisi
diet
- Memotivasi klien dan
keluarga untuk
menyiapkan makan yang
hangat
- Membersihkan mulut
dengan cairan madu untuk
S :
Klien mengatakan makan habis
1 porsi perlahan-lahan. Mual
berkurang
O :
Makan habis 1 porsi, klien
tampak lebih segar. Mual sudah
hilang
A :
Masalah pemenuhan nutrisi
teratasi
P :
- Anjurkan klien untuk tetap
meningkatkan porsi
makannya
- Beri motivasi pada keluarga
untuk menjaga kebersihan
mulut klien dengan madu
- Motivasi keluarga untuk
menyejikan makanan dengan
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/68.jpg)
Waktu Implementasi Evaluasi
DX 3
kumur dan mengoleskan
madu di bibir
- Mengkaji tingkat rasa
nyeri klien. Wajah tampak
meringis bila dirasakan
sakit
- Mengajarkan tehnik
relaksasi, tarik nafas
dalam, distraksi dan
imajinasi
- Mengobservasi tetesan
infus, lokasi penusukan
ditangan kanan KaEn 1 B
1500cc/menit
- Memberi posisi yang
nyaman pada tangan
tempat penusukan
- Mengompres hangat pada
daerah lutut sebelah kiri
dengan air hangat
- Memberikan terapi
ibuproven 20 mg
menarik
S :
- Klien mengatakan nyeri
berkurang
- Kaki sebelah kiri susah bisa
digerakkan. Tangan sebelah
kanan nyeri tidak ada
O :
Terpasang infus KaEn 1B
1500/24 jam. Pasien tampak
rileks, wajah tenang, klien tidur
nyenyak sambil mendengarkan
lagu, terapi Ibuproven
diberikan
A :
Masalah teratasi, nyeri
berkurang, klien dapat
beristirahat ekspresi wajah
tenang
P :
- Catat tanda-tanda vital
- Beri motivasi klien bila
nyeri lakukan tehnik
relaksasi yang sudah
diajarkan
- Berikan terapi analgetik
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014
![Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA IK K KMP PADA ANAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391024-PR-Sri...pembentuk darah. Jenis kanker ini sering terjadi pada anak-anak dengan insiden pertahunnya](https://reader030.vdokumen.com/reader030/viewer/2022012002/6092dd9905dd6b12f71fd773/html5/thumbnails/69.jpg)
Waktu Implementasi Evaluasi
- Kaji dan observasi
mukosa mulut setiap hari,
apakah terdapat ulcer
- Beri motivasi pada anak
dan keluarga pentingnya
kebersihan mulut setiap
hari
- Ajarkan kebersihan mulut
yang benar, diawali
dengan menyikat gigi,
memberikan madu di
seluruh mukosa mulut,
berkumur dengan madu
yang sudah dicairkan
- Anjurkan klien untuk
menyikat gigi sehabis
makan dan sebelum tidur
- Memberikan madu pada
bibir
- Menganjurkan klien dan
keluarga untuk memilih
makanan yang lembut,
lunak, tidak asam dan
hindari permen bergula
dan permen karet
sesuai program
S :
Klien mengatakan mulut sudah
tidak terasa perih, sariawan di
bawah lidah sakit berkurang
O :
Gusi masih tampak berwarna
pink , sariawan di bawah lidah
+
A :
Masalah teratasi
P :
- Lanjutkan intervensi
- Sikat gigi sehabis makan dan
sebelum tidur
- Berkumur dan oles bibir
dengan madu
Analisis praktik ..., Sri Wahyuni, FIK UI, 2014