universitas indonesia fungsi akta perjanjian pra...
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia
1
UNIVERSITAS INDONESIA
FUNGSI AKTA PERJANJIAN PRA PERCERAIAN (ANALISIS AKTA TANGGAL 5 NOPEMBER 2010 NOMOR 12
DAN KEPUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR 425/PDT.G/2010/PN.TNG)
TESIS
NAMA : ARLINA SYAHRIA NPM : 1006827751
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK
JANUARI 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
2
UNIVERSITAS INDONESIA
FUNGSI AKTA PERJANJIAN PRA PERCERAIAN (ANALISIS AKTA TANGGAL 5 NOPEMBER 2010 NOMOR 12
DAN KEPUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR 425/PDT.G/2010/PN.TNG)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan
NAMA : ARLINA SYAHRIA NPM : 1006827751
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK
JANUARI 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
4
HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan untuk orang yang sangat berarti dalam hidupku..
Kuberusaha untuk lak
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
6
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim,
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyusun serta
menyelesaikan Tesis ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program
Pasca Sarjana di Salemba. Adapun judul dalam penulisan Tesis Penulis memilih
judul Fungsi Akta Perjanjian Pra Perceraian (Analisis akta tanggal 5 Nopember 2010 nomor 12 dan keputusan Pengadilan Negeri nomor 425/Pdt.G/2010/PN.Tng). Penulis hanyalah manusia biasa yang menyadari dengan sepenuh hati
adanya kekurangan-kekurangan dalam penulisan Tesis ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini Penulis mengharapkan sumbang saran, kritikan dan tanggapan
serta pendapat dari semua pihak.
Dalam penyusunan Tesis ini, Penulis banyak mendapat bantuan, baik
secara moral maupun moril. Dengan tulus dari lubuk hati yang paling dalam,
Penulis pada kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tidak
habis-habisnya kepada semua pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya juga kepada :
(1) Ibu Surini Ahlan Syarief, S.H.,M.H selaku dosen pembimbing Tesis yang
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran banyak membantu
Penulis dalam memberikan bimbingan, saran, pengarahan yang sangat
berguna bagi Penulis untuk menyelesaikan Tesis ini dengan sebaik-
baiknya.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
7
(2) Bapak Dekan Universitas Indonesia, Bapak dan Ibu dosen yang telah
mendidik dan membagi ilmu yang dimiliki kepada Penulis selama
mengikuti perkuliahan di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.
(3) Bapak Dr.Drs.Widodo, S.H., M.H selaku ketua Program Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
(4) Ibu Ain, Pak Sukirman, Pak Kasir, Pak Parman, Mas Bowo serta yang
turut dalam Program Kenotariatan.
(5) Almarhum Ayahnda tercinta dan tersayang dengan keterbatasan
wawasannya namun selalu mendorongku untuk mengambil pendidikan
pada Program Kenotariatan.
(6) Suamiku tercinta Edi Prayitno yang selalu dengan sabar menemani dan
membantuku selama masa perkuliahan hingga selesai.
(7) Almarhumah Mama dengan kesabarannya dan selalu berdoa untuk
kesuksesanku, Kak Jaya, Kak Yudi dan adikku Indra.
(8) Luh Putu Ayu Laxmi Untari yang telah memberikan dukungan, bantuan
kepada Penulis berupa bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan tesis
ini.
(9) Keluarga dan Teman-teman yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu
yang telah dengan tulus memberikan dukungan dan pengertiannya selama
Penulis menempuh pendidikan di Program Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
(10) Rekan-rekan di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Salemba
khususnya angkatan 2010 yang telah berjuang bersama Penulis melalui
proses pendidikan.
Semoga semua kebaikan Bapak, Ibu, saudara-saudara dan rekan-rekan
sekalian mendapatkan limpahan rahmat dan hidayah dari Allah Subhanahu wa
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
8
Akhirnya kata Penulis berharap semoga Tesis ini akan bermanfaat dan
berguna untuk menambah pengetahuan dan juga berguna bagi siapa saja yang
membacanya, Wassalam.
Depok, Januari 2013
Penulis
ARLINA SYAHRIA, SH
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
10
ABSTRAK
Nama : Arlina Syahria Program Studi : Magister Kenotariatan Judul : Fungsi Perjanjian Pra Perceraian (Analisis Akta tanggal 5
November 2010 nomor 12 dan Keputusan Pengadilan Negeri nomor 425/pdt.G/2010/PN.TNG)
Tesis ini membahas Fungsi Akta Perjanjian Pra Perceraian sebagai penyelesaian secara musyawarah mengenai akibat perceraian diluar Pengadilan yang memuat kesepakatan-kesepakatan para pihak yang akan bercerai sehingga dapat mempermudah, memperlancar, mempercepat pemeriksaan perkara di Pengadilan, sebagai akta perdamaian dalam bentuk akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, dapat menjamin kepastian hukum.bagi para pihak yang memperjanjikannya.Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat eksplanatoris. Hasil penelitian menyarankan jika terjadi perceraian, sebaiknya menggunakan pendekatan secara damai dengan membuat Akta Perjanjian Pra Perceraian, yang dapat dilaksanakan secara konsisten serta Notaris sebaiknya dapat mensosialisasikannya kepada masyarakat, memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
Kata kunci : Akta, perjanjian praperceraian, perceraian
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
11
ABSTRACT
Name : ARLINA SYAHRIA Study Program : Master of Notary Title : The Function of Pre-Divorce Agreement Certificate (An
analysis of Certificate dated on 5 November 2010 number 12 and State Court Decision number 425 /Pdt.G /2010 /PN.Tng)
This Thesis was discussed about the function of pre-divorce agreement certificate as the settlement of the divorce amicably about the result of divorce outside the court containing the agreements of the parties being divorced so that it would facilitate, accelerate the case proceedings in the court, as an act of peace in the form of an authentic act that has the strength of perfect evidence and it could guarantee the law assurance for the users of the act. This research is normative law research with explanatory features. Te result of this research suggested that if there was an occurrence of divorce case, it would be better in using peace approach and use pre-divorce agreement certificate which could be implemented consistently and public notary should socialize to the public people and he should have the ability and skill in carrying out the duties and responsibilities Key words: Act, Pre-Divorce agreement, divorce
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii HALAMAN PERSEMBAHAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv KATA PENGANTAR v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viii ABSTRAK ix DAFTAR ISI xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.LATAR BELAKANG MASALAH 1 2.POKOK PERMASALAHAN 9 3.METODE PENELITIAN 9 4.SISTEMATIKA PENULISAN 10 BAB 2 FUNGSI AKTA PERJANJIAN PRA PERCERAIAN (Analisis Akta tanggal 5 Nopember 2010 nomor 12 Dan Keputusan Pengadilan Negeri nomopr 425/Pdt.G/2010/PN.Tng) 12
1. Tinjauan Umum Tentang Perceraian 12 1.1.Sekilas tentang Perceraian dan Pengertian Perceraian 12 1.2. Perceraian sebagai salah satu penyebab putusnya perkawinan. 18 1.3. Alasan Perceraian 21 2. Peranan dan Kedudukan Notaris serta Akta Pra Perceraian 22 2.1.. Sejarah Notariat 22 2.2. Kedudukan . Wewenang dan Tugas Notaris Pembuat Akta Perjanjian 24 2.3. Fungsi akta Notaris sebagai alat bukti 29 2.4.Fungsi Akta Perjanjian Pra Perceraian 31 3. Analisis Akta Perjanjian Pra Perceraian dan Keputusan Pengadilan Negeri Nomor 425/Pdt.G/2010/PN.TNG 34 3.1. Akta Perjanjian Pra Perceraian 34 3.2. Keputusan Pengadilan Negeri Nomor 425/Pdt.G/2010/PN.TNG 40 BAB 3 PENUTUP 56 1. KESIMPULAN 56 2. SARAN 58 DAFTAR REFERENSI 61 LAMPIRAN
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dilahirkan kedunia seorang diri namun dalam menjalani hidup ini
manusia memerlukan manusia lain untuk hidup bersama. Dalam kehidupan
bersama dengan manusia lainnya inilah manusia bisa berinteraksi satu sama
lainnya. Sehingga dalam seluruh kehidupannya manusia perlu dan saling
membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini merupakan salah satu interaksi sosial
manusia dengan manusia lainnya sehingga manusia juga bisa dikatakan sebagai
makhluk sosial. Jadi manusia sebagai makhluk sosial saling mebutuhkan manusia
lainya dalam berinteraksi sosial.
Manusia dalam berkehidupan sosial juga berkeinginan untuk
mempertahankan keberadaannya atau jenisnya yang bisa didapat melalui
keturunannya yang selanjutnya dalam rangka untuk mempertahankan keberadaan
atau jenis tersebut agar tidak punah maka manusia yang dianugrahi naluri untuk
meneruskannya melalui keturunannya yaitu melalui perkawinan.
Keturunan merupakan salah satu tujuan dari perkawinan. Perkawinan
adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan dalam
waktu lama. 1
Dalam suatu perkawinan tidak hanya melekat hubungan sesama manusia
tetapi juga menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, karena hampir semua
kitab suci memberikan tempat untuk lembaga perkawinan sebagai lembaga yang
sakral atas bersatunya sepasang manusia yang berlainan jenis.
1 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, cet.xxxiv, (Jakarta : PT Intermasa,2010), hl.23.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
14
Dalam segi hukum, perkawinan juga merupakan salah satu perbuatan
hukum yang membawa akibat hukum, baik terhadap hubungan sesama
pasangannya yaitu antara suami isteri tersebut, anak-anak yang dilahirkan dalam
perkawinan maupun terhadapan harta kekayaan mereka dapat selama perkawinan
tersebut.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan memandang
perkawinan sebagai ikatan lahir bathin antara seorang pria dan wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi dalam pandangan Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, hukum tidak hanya memandang
Perkawinan dari aspek perdata saja, namun juga dari aspek agama.
Berdasarkan definisi Perkawinan tersebut diatas, dimana Perkawinan
bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal maka suatu
perkawinan seharusnya berlangsung terus menerus sampai kematian yang dapat
memisahkannya. Namun dalam proses berjalannya waktu serta perkembangan
selanjutnya, dalam hal membina rumah tangga terdapat hal-hal yang dapat
memicu pertengkaran yang berlangsung terus menerus atau ketidak kecocokan
satu sama lain dan tidak dapat didamaikan lagi sehingga diantara suami isteri yang
telah terikat dalam Perkawinan tersebut sudah tidak dapat mempertahankan atau
untuk melanjutkan Perkawinan mereka. Jika hal tersebut terjadi maka perkawinan
seperti yang dimaui undang-undang nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
sudah kehilangan maknanya karena kebahagian yang menjadi salah satu tujuan
perkawinan telah menjauh dan tidak dapat dicapai lagi.
Dalam hal perkawinan telah kehilangan maknanya, Undang-undang nomor
1 tahun 1974 Tentang Perkawinan juga telah mempersiapkannya, walaupun hal
tersebut tidak diinginkan, tetapi jika hal itu tidak dapat dicegah lagi maka suami
isteri yang sudah terikat dalam perkawinan tersebut dapat memutuskan
perkawinan mereka untuk melakukan perceraian. Perceraian merupakan salah satu
sebab putusnya perkawinan disamping kematian dan putusan pengadilan menurut
pasal 38 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
Alasan perceraian setelah berlakunya ketentuan Undang-undang nomor 1
tahun 1974 Tentang Perkawinan sebagaimana diatur lebih lanjut dalam pasal 19
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
15
Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang
nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan adalah sebagai berikut :
1. Salah satu pihak berbuat Zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri.
6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
Perceraian tidak begitu saja bisa terjadi, walaupun alasan perceraian telah
terpenuhi baik oleh salah satu pasangan nikah maupun oleh keduanya atau para
pihak sepakat untuk mengakhiri perkawinan mereka, tetapi harus melalui proses
yaitu harus ada putusan pengadilan yang kemudian didaftarkan pada kantor
pencatatan nikah. Demikian perceraian harus menempuh proses berperkara
dipengadilan. Walaupun peradilan di Indonesia berazaskan cepat, mudah dan
biaya yang ringan namun dalam pelaksanaannya tidak secepat yang dibayangkan
karena dalam prakteknya seringkali terdapat permasalahan-permasalahan yang
dapat menghambat jalannya pemeriksaan perkara sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan lamanya proses berperadilan itu sendiri.
Demikian juga dalam hal proses berperkara mengenai perceraian dan untuk
mengantisipasi hal tersebut diatas, para pihak yang telah sepakat untuk melakukan
perceraian dapat menempuh jalan damai dalam menyelesaikan perkara tersebut
agar dapat mempermudah proses pemeriksaan dipengadilan. Salah satu jalan
damai yang dapat ditempuh oleh mereka yang telah sepakat untuk melakukan
perceraian adalah dengan membuat suatu Perjanjian Pra Perceraian atas
kesepakatan bersama sebelum melaksanakan proses beracara dipengadilan.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
16
Adapun perjanjian tersebut bisa menjadi landasan hakim dalam memutuskan
perkara atau sebagai landasan hukum bagi para pihak, baik mengenai hak
pengasuhan anak maupun mengenai harta kekayaan dalam perkawinan mereka.
Apabila para pihak membuat suatu perjanjian yang sah menurut ketentuan
undang-undang maka perjanjian tersebut telah mengikat satu dan lainnya karena
perjanjian tersebut berlaku juga seperti undang-undang bagi mereka yang
membuat dan merupakan azas kebebasan berkontrak, sehingga tidak dapat ditarik
kembali kecuali atas persetujuan dan/atau kesepakatan bersama antara para pihak
yang membuatnya atau yang dinyatakan oleh undang-undang.2 Sedangkan syarat
sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Perjanjian Perjanjian Pra Perceraian yang merupakan kesepakatan bersama
antara suami isteri yang mau melakukan perceraian tersebut adalah sah serta
mengikat para pihak dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang
membuatnya. Perjanjian dapat dibuat dibawah tangan atau dibuat oleh seorang
Notaris.
Untuk penulisan ini yang akan dibahas adalah akta perjanjian yang dibuat
oleh suami isteri yang masih terikat dalam perkawinan tetapi atas kesepakatan
bersama mereka membuat perjanjian sebelum percerai dilakukan yang dibuat oleh
Notaris.
Notaris yang dikenal disini adalah Notaris yang dikenal dalam sistem eropa
yang dibawa Belanda ke Indonesia dimana sejarah lembaga notaris itu sendiri
mulai masuk ke Indonesia pada permulaan abad ke 17.
Setelah pengangkatan notaris pertama jumlah notaris di indonesia kian
berkembang.
2 Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Diterjemahkanoleh
R.Subekti dan R.Tjitrosudibio. Cet.38, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2007), pasal 1338
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
17
Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai Notariat ini timbul dari
kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia yang menghendaki adanya alat bukti
baginya mengenai hubungan hukum keperdataan yang ada dan/atau terjadi
diantara mereka suatu lembaga dengan para pengabdinya yang ditugaskan oleh
kekuasaaan umum (openbaar gezag) untuk dimana dan apabila undang-undang
mengharuskan sedemikian atau dikehendaki oleh masyarakat membuat alat bukti
tertulis yang mempunyai kekuatan otentik.
Pengertian Notaris sendiri termuat dalam pasal 1 undang-undang nomor 30
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris :
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-
Atau dengan kata lain Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang membuat
akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat
umum. Akta itu sendiri mengandung pengertian suatu tulisan yang sengaja dibuat
untuk membuktikan adanya atau terjadinya suatu peristiwa hukum atau hubungan
hukum tertentu. Jadi Notaris dalam hal ini sebagai Pejabat Umum erat
hubungannya dengan wewenang dan kewajibannya yang utama yaitu dalam
membuat akta-akta otentik.
Akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang telah ditentukan
oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang
berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu dibuat3
Dari definisi akta otentik tersebut, terdapat 3 (tiga) unsur yaitu :
1. akta yang dibuat dan diresmikan (verleden) dalam bentuk menurut hukum.
2. akta itu dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum.
3. akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang untuk
membuatnya ditempat di mana akta itu dibuat, jadi akta itu harus dibuat
ditempat wewenang Pejabat yang membuatnya.
Dalam pembuatan akta otentik harus dibuat oleh orang yang mempunyai
kedudukan sebagai Pejabat Umum dan tanpa adanya kedudukan sebagai Pejabat
3 Ibid, pasal 1868
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
18
Umum tersebut, seseorang tidak dapat membuat akta otentik, karena kekuatan
akta otentik sebagai alat pembuktian dimana disebutkan bahwa akta otentik
memberikan diantara para pihak beserta ahli waris- ahli warisnya atau orang-
orang yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa
yang memuat didalamnya. 4
Dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa akta otentik itu
mempunyai kekuatan pembuktian yang mutlak, apalagi apabila akta itu memuat
perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut.
Sehingga apabila dikemudian hari diantara pihak-pihak yang telah membuat
perjanjian tersebut terjadi sengketa, maka apa yang tersebut dalam akta otentik itu
merupakan bukti yang sempurna, sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan
alat-alat pembuktian lain. Kekuatan pembuktian dari suatu akta otentik dapat
diakui kebenarannya sepanjang tidak dibuktikan sebaliknya.
Disinilah letak arti pentingnya dari akta otentik yang dalam praktek hukum
sehari-hari memudahkan pembuktian dan memberikan kepastian hukum yang
lebih kuat dalam kehidupan masyarakat.
Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan dibidang perbankan, pertanahan,
kegiatan sosial, keluarga dan lain-lain, kebutuhan akan bukti tertulis berupa akta
otentik makindirasakan perlu dan terus meningkat sejalan dengan perkembangan
tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial baik
pada tingkat regional, nasional bahkan secara global. Melalui akta otentik yang
menentukan secara jelas hak dan kewajiban, dapat menjamin kepastian hukum
dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, dalam proses
penyelesaian sengketa tersebut, setidak-tidaknya akta otentik yang merupakan alat
bukti tertulis dan dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam penyelesaian
perkara secara murah dan cepat.
4 Ibid, pasal 1870.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
19
Menurut pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris, Notaris sebagai Pejabat Umum dalam menjalankan tugasnya mempunyai
suatu kewajiban yang antara lain yaitu 5:
3. membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan
yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik
menjamin kepastian tanggal pembutan akta, menyimpan akta, memberikan
grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta
itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain
yang ditetapkan oleh undang-undang.
3. Notaris berwenang pula :
mengesahkan tandatangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
- membukukan suat -surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus
- membuat copy dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan
yang membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam
surat yang bersangkutan
- melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya
- memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
- membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan ; atau
- membuat akta risalah lelang
3. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Notaris
mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.6
Dengan kekuatan pembuktian yang melekat pada suatu akta otentik, maka
keberadaan Notaris sebagai salah satu Pejabat Umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik menjadi sangat penting. Mengingat pentingnya peranan
5 Indonesia, Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris, UU No. 30 Tahun 2004, LN No. 117 Tahun 2004, TLN No. 4432
6 Ibid.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
20
Notaris dalam menjalankan jabatannya, maka diperlukan adanya suatu peraturan
yang mengatur secara khusus tentang jabatan Notaris tersebut karena Notaris
sebagai Pejabat Umum dimana Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Negara
atau Pemerintah yang diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani masyarakat
dalam hal-hal tertentu.
Selain kewenangan yang bersifat luas namun terbatas tersebut Notaris juga
diberi kewenangan lain yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (2) huruf e,
yaitu kewenangan untuk memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan akta. Berdasarkan ketentuan ini, Notaris dalam menjalankan
jabatannya harus berpegang dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan wajib menolak untuk membuat akta atau memberikan jasa
hukum lain yang tidak sesuai atau bahkan menyimpang dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Notaris yang diundangkan tanggal 6 Oktober
2004 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117.
Dengan berlakunya undang-undang ini, maka Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesia / Peraturan Jabatan Notaris Di Indonesia (Stb. 1860 Nomor 3) dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Sifat peraturan jabatan Notaris.
a. peraturan jabatan Notaris termasuk dalam rubrik undang-undang dan
peraturan organik oleh karena mengatur jabatan Notaris
b. Yang diatur dalam peraturan jabatan Notaris termasuk dalam hukum
publik, sehingga ketentuan-ketentuan yang terdapat didalamnya adalah
peraturan yang memaksa atau dwingend recht. c. peraturannya terdiri atas 92 pasal.
d. ketentuan-ketentuan hukuman tersebut menyangkut 3 hal hilangnya
jabatan yaitu :
- tentang pemecatan
- tentang pemecatan sementara
- tentang denda.
Akta Perjanjian Pra Perceraian yang merupakan hasil kesepakatan bersama
yang dibuat para pihak yang merupakan akta Notaris mempunyai kekuatan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
21
pembuktian yang sempurna sehingga dapat digunakan para pihak dalam
pemeriksaan perkara perceraian di pengadilan. Atas peran dan fungsi Perjanjian
Pra Perceraian tersebut yang kemudian melatar belakangi ketertarikan dalam
penulisan untuk mengangkat permasalahan ini dalam tesis
2. POKOK PERMASALAHAN
Dalam menyusun tesis ini penulis hanya membatasi permasalahan yang
akan dibahas sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi serta peranan akta perjanjian yang dibuat sebelum
perceraian terjadi ?
2. bagaimana kekuatan hukum perjanjian pra perceraian bagi para pihak yang
membuatnya ?
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian berkaitan dengan akta
Perjanjian Pra Perceraian yaitu Akta Perjanjian dan Pernyataan tertanggal 05-11-
2010 (lima Nopember dua ribu sepuluh) nomor 12 adalah yuridis normatif, yaitu
penelitian azas hukum dikaitkan dengan meneliti bahan pustaka dengan
menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian dokumen
atau penelitian kepustakaan yang bersumber pada bahan hukum primer.
Bahan hukum atau sumber/jenis data berupa data sekunder, yaitu :
1. data yang dikumpulkan dalam bentuk bahan hukum primer, berupa
peraturan Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan.
Bahan hukum primer sebagai landasan hukum penelitian ini.
2. data yang dikumpulkan dalam bentuk bahan hukum sekunder, berupa
buku dan tulisan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Bahan hukum sekunder ini akan menjelaskan lebih lanjut dari bahan
primer.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
22
3. data yang dikumpulkan dalam bentuk bahan hukum tertier, berupa Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
Bahan Hukum tertier memberikan petunjuk serta penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
Jenis penelitian hukum normatif dipilih karena penelitian ini merupakan
penelitian terhadap asas-asas hukum yang menggunakan data sekunder berupa
peraturan perundang-undangan untuk menunjang analisis sesuai topik penelitian
dan pokok permasalahannya.
Sifat Penelitian yang dilakukan adalah deskripif analisis dengan
pendekatan secara kualitatif yaitu pengolahan dan analisa yang akan digunakan
dalam melaksanakan penelitian dengan menekankan pada aspek analisis
subyektif peneliti dan menekankan pada data yang diperoleh dan pendekatan yang
dilakukan peneliti, apakah menekankan pada peraturan perundang-undangan,
teoritis, putusan Hakim atau perbanding dan dalam kasus ini adalah bertujuan
untuk memberikan data yang seteliti mungkin dari gejala-gejala yang berlangsung
di masyarakat secara lebih mendalam tentang Fungsi Perjanjian pra Perceraian
dalam hal ini menganalisa akta notaris tertanggal 5-11-2010 (lima Nopember dua
ribu sepuluh) nomor : 12 yang kemudian dianalisa dengan data sekunder secara
kualitatif.
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
melalui studi dokumen.
Bentuk hasil penelitian ini adalah penelitian preskriptif analitis karena ditujukan
untuk mendapatkan saran mengenai peranan dan fungsi dari pembuatan akta pra
perceraian khususnya tentang harta benda di dalam perkawinan beserta akibat
hukumnya.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini terdiri dari 3 bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
diuraikan tentang latar belakang permasalahan, pokok
permasalahan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
23
BAB 2 FUNGSI AKTA PERJANJIAN PRA PERCERAIAN
(Analisis Akta tanggal 5 Nopember 2010 nomor 12 Dan
Keputusan Pengadilan Negeri nomopr 425/Pdt.G/2010/PN.Tng)
Dalam bab ini akan membahas mengenai tinjauan umum tentang
perceraian yaitu sekilas tentang perceraian dan pengertian
perceraian, Perceraian sebagai salah satu penyebab putusnya
perkawinan, Alasan Perceraian, Kedudukan, wewenang dan tugas
Notaris Pembuat Akta Perjanjian, fungsi akta Notaris sebagai alat
bukti, fungsi akta Perjanjian Pra Perceraian diakhiri dengan
analisis akta Perjanjian Pra Perceraian dan Keputusan Pengadilan
Negeri Nomor 425/Pdt.G/2010/PN.TNG..
BAB 3 PENUTUP
Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan tesis yang berisi
mengenai kesimpulan pembahasan dari bab-bab sebelumnya dan
juga berisi masukan dari penulis berupa saran-saran yang
berkisarpada masalah yang dibahas dalam tesis ini. Serta terdapat
lampiran-lampiran.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
24
BAB 2
FUNGSI AKTA PERJANJIAN PRA PERCERAIAN
(Analisis Akta tanggal 5 Nopember 2010 nomor 12 Dan Keputusan Pengadilan Negeri nomopr 425/Pdt.G/2010/PN.Tng)
1. Tinjauan Umum Tentang Perceraian
1.1. Sekilas tentang Perceraian dan Pengertian Perceraian Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Oktober 1975 yang
diberlakukan untuk semua Warga Negara Indonesia, serta berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 1
tahun 1974, semua peraturan-peraturan lain yang berkenaan dengan perkawinan
sejauh materinya telah diatur dengan dan/atau dalam Undang-undang Perkawinan
Nasional ini menjadi hapus atau dengan sendirinya sudah tidak berlaku lagi, tetapi
mengenai hal-hal yang tidak diatur dan tidak bertentangan dengan undang-undang
nomor 1 tahun 1974 masih tetap dapat dipakai karena dalam penjelasan pasal 47
Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 dikatakan bahwa tidak berlaku lagi
ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang perkawinan
yang telah ada apabila telah diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. Jika ada hal
tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini kemudian telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan tentang perkawinan yang ada, maka berlaku
Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 apabila 7 :
7HM.Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1982), Hal.23
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
25
1. Peraturan perundangan yang telah ada memuat pengaturan yang sama
dengan
peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975.
2. Peraturan perundangan yang telah ada belum lengkap pengaturannya.
3. Peraturan perundangan yang telah ada bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah nomor 9 tahun 1975
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 ini bertujuan untuk membentuk
unifikasi hukum dalam hukum perkawinan, dimana undang-undang ini telah
menentukan beberapa prinsip atau asas-asas mengenai perkawinan dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan berdasarkan hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya.
Prinsip-prinsip dan asas-asas perkawinan yang terkandung menurut
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 adalah sebagai berikut :8
1. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa
(pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)
Hal tersebut diatas mencerminkan adanya filosofi religius, dimana makna
perkawinan sangat erat hubungannya dengan kepatuhan seseorang dalam
menjalankan aturan-aturan menurut agama atau kepercayaan yang
dianutnya.
Jadi dalam melakukan perkawinan, setiap orang apapun agamanya, benar-
benar dengan kesungguhan hati mematuhi ketentuan dalam agama atau
kepercayaan yang dianutnya karena hal itulah yang dapat membentengi
kehidupan seseorang dalam berkeluarga sehingga menjadi keluarga yang
baik dikemudian hari.
Karena itu perkawinan bukan hanya sekedar hubungan perdata saja tetapi
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama sehingga perkawinan
mempunyai unsur lahir (jasmani) dan bathin (rohani).
8 Ibid, Hal.103
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
26
2. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu, disamping tiap-tiap perkawinan itu harus
dicatat menurut perundnag-undangan yang berlaku (pasal 2 ayat 1 dan 2
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
3. Perkawinan berasaskan monogami dan bagi mereka yang karena hukum dan
agamanya membolehkan beristeri lebih dari seorang (poligami),
menundukkan poligami itu dibawah pengawasan Hakim (pasal 3,4,5
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
Monogami yang dimaksud disini adalah monogami yang relatif karena
poligami masih boleh dilakukan oleh mereka yang menurut aturan agama
atau kepercayaannya membolehkan, hal tersebut dapat dilihat dari Pasal 3
ayat (2) Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perjawinan dan
penjelasannya :
(2) untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-
Penjelasan Pasal 3 ayat (2) :
syarat yang tersebut Pasal 4 dan 5 telah dipenuhi harus mengingat pula apakah ketentuan-ketentuan hukum perkawinan dari calon suami
4. Perkawinan dimana calon suami isteri itu ditentukan batas umurnya untuk
kawin, yaitu 19 tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita, untuk mencegah
kawin dibawah umur (pasal 7 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
5. Perkawinan di mana menganut prinsip mempersukar terjadinya perceraian
(pasal 39 dan 40 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
6. Perkawinan dimana hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak
dan kedudukan suami baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam
pergaulan masyarakat, dimana suami sebagai kepala keluarga dan isteri
sebagai ibu rumah tangga yang masing-masing pihak berhak melakukan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
27
perbuatan hukum (pasal 31 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
7. Penentuan Pengadilan berdasarkan keagamaan seseorang untuk perkawinan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan termasuk
perceraian, yaitu Pengadilan agama bagi mereka yang beragama islam dan
Pengadilan Umum bagi mereka yang beragama bukan islam (pasal 63 ayat 1
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 1 tahun 1974 9:
-
Jadi hukum yang berlaku bagi semua Warga Negara Indonesia yang
melangsungkan perkawinan adalah hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya yang sudah berlaku bagi masing-masing pemeluknya. Dengan demikian menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 :
1. Tidak ada perkawinan diluar masing-masing agamanya dan kepercayaannya.
2. Hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan
perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agama dan
kepercayaannya sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain
dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974.
3. Perkawinan dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dengan demikian setelah diberlakukannya Undang-undang nomor 1 tahun
1974 yang pelaksanaannya efektif pada tanggal 1 Oktober 1975 berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975, maka berlaku pula hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya sebagai hukum positif untuk perkawinan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, termasuk perceraian.10
9 Indonesia, Undang-Undang tentang Perkawinan, Undang-undang nomor 1
tahun 1974, Pasal 2 10 HM.Djamil Latif, Op. Cit., Hal.103
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
28
Dikatakan tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
bahagia dan kekal hingga akhir hayat, karenanya alasan perceraian ditentukan
secara limitatif artinya alasan perceraian tidak boleh terbatas pada aturan yang
diatur dalam pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jadi Undang-
undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak menghendaki adanya
suatu perceraian dan terkesan mempersulit atau menghalangi terjadinya perceraian
karena itulah dalam undang-undang ini tidak terdapat pengertian perceraian
secara khusus.
Sedangkan perceraian adalah merupakan bagian dari perkawinan, karena
perceraian muncul setelah adanya perkawinan, sehingga tidak mungkin ada
perceraian tanpa adanya perkawinan, oleh karena itu perceraian biasanya diatur
dalam hukum perkawinan.
Perceraian tidak dilarang oleh undang-undang ini, namun sedapat mungkin
dapat dihindari. Jadi ruang untuk perceraian itu diberi sesempit mungkin. Dengan
kata lain perceraian tersebut masih dimungkinkan tetapi harus memenuhi alasan-
alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang Pengadilan dan hasil putusan
cerai dari pengadilan tersebut harus didaftarkan dikantor pencatatan nikah yaitu :
1. Di Kantor Urusan Agama bagi pemeluk agama Islam
2. Di Kantor Catatan Sipil bagi pemeluk agama non muslim.
Mengenai putusnya perkawinan beserta akibat putusnya perkawinan oleh
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 38
menentukan11
Keputusan Pengadilan .
Putusnya perkawinan karena kematian adalah putusnya perkawinan yang
ternyata secara wajar atau alamiah karena kematian adalah suatu hal yang tidak
dapat dihindarkan, oleh karena itu putusnya perkawinan tersebut dapat dikatakan
karena keadaan atau yang terjadi diluar kemampuan suami isteri yang
bersangkutan. Kematian seseorang merupakan gejala alam sebagai kodrat mahluk
hidup karena kematian itu tidak dapat dihindarkan dan merupakan suatu hal yang
11 Indonesia, Op.Cit.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
29
menyebabkan putusnya perkawinan suami isteri yang bersangkutan. Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak mengatur mengenai
akibat hukum kematian seseorang akan tetapi mengenai akibat hukum ini
sesuangguhnya perlu diadakan pengaturannya dalam Undang-undang dan hal
tersebut menyangkut bidang hukum waris. 12
Lain halnya dengan Putusnya perkawinan karena perceraian, dimana
perceraian tidak mutlak terjadi dan dapat diatasi untuk tidak terjadi perceraian.
Penjelasan umum dari Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
menyebutkan bahwa : 13
yang bahagia kekal dan sejahtera, maka undang-undang ini menganut prinsi
Berdasarkan penjelasan umum dinyatakan prinsip Undang-undang sejauh
mungkin menghindarkan terjadinya perceraian. Perceraian yang dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan pengaturan yang
ditentukan dalam undang-undang menganggap perceraian hanyalah merupakan
pengecualian dari prinsip kekal abadinya perkawinan artinya dalam suatu
perkawinan maka suami isteri pada hakekatnya diharapkan dapat membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal sehingga perceraian sejauh mungkin dapat
dihindarkan. Namun bila suami isteri tersebut tidak dapat diharapkan sama sekali
untuk hidup bersama sebagai suami isteri atau karena alasan-alasan tersebut yang
ditentukan Undang-undang, maka suami isteri tersebut dapat melakukan
perceraian. Jadi perceraian merupakan pengecualian terhadap prinsip kekal
abadinya perkawinan.14
Sedangkan pengertian perceraian sendiri beragam diantaranya :
1. Perceraian adalah sebagai upaya atau tindakan yang terakhir setelah ikhtiar
dan segala upaya yang telah dilakukan guna perbaikan kehidupan perkawinan
dan ternyata tidak ada jalan lain lagi kecuali hanya dengan perceraian antara
12 Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di
Indonesia, Cet. 2, (Jakarta : Badan Penerbit FHUI,2004), hal, 103-104.
13 Indonesia, Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974 LN Nomor 1 Tahun 1974, TLN Nomor 3019, Penjelasan Umum angka 4 huruf e.
14 Darmabrata dan Sjarif, op.cit., hal.105.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
30
suami isteri atau dengan perkataan lain bahwa perceraian itu adalah sebagai
jalan keluar pintu darurat bagi suami isteri demi kebahagiaan yang dapat
diharapkan sesudah terjadinya perceraian itu15. 2. Perceraian ialah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan
salah satu pihak dalam perkawinan itu.16 3. Djamil Latif dalam bukunya Aneka Hukum Perceraian di Indonesia dikatakan
bahwa 17 :
untuk tidak menimbulkan malapetaka lain yang lebih besar bahayanya. Perceraian hanya dibenarkan penggunanya dalam keadaan darurat untuk tidak menimbulkan mudlarat yang lebih besar, karena itu perceraian adalah pintu daruratnya perkawinan guna keselamatan bersama.Untuk itulah Tuhan mengadakan peraturan-peraturan perceraian disamping peraturan perkawinan dan atas dasar ini pulalah Negara Republik Indonesia mengatur hal-hal yang tidak diatur hukumnya dalam agama tentang perceraian disamping perkawinan, demi kebahagiaan,
4. Dengan melihat ketentuan pada pasal 38 tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa perceraian adalah suatu peristiwa atau kejadian yang
mengakibatkan putusnya hubungan hukum antara seorang suami dengan
seorang isteri diluar sebab kematian atau atas keputusan pengadilan.
1.2. Perceraian sebagai salah satu penyebab putusnya perkawinan. Sebagaimana tujuan perkawinan dalam definisi perkawinan menurut
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, yaitu membentuk keluarga yang kekal
bahagia berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa, maka diharapkan suatu
perkawinan berlangsung abadi.
Sebagai suatu ikatan hukum, terdapat sebab-sebab yang dapat memutuskan
ikatan perkawinan. Dengan putusnya ikatan perkawinan, maka berakhirlah
hubungan hukum dalam perkawinan tersebut. Menurut Pasal 38 Undang-undang
15 HM.Djamil Latif, Op. Cit., hal. 30. 16 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet.26 ( Jakarta : Intermasa, 1994), hal. 42. 17 HM.Djamil Latif, Op.Cit., hal. 118
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
31
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, dikatakan bahwa Perkawinan dapat
putus karena 18:
a. Kematian
b. Perceraian
c. Atas Keputusan Pengadilan
Ad.a. Putusnya hubungan perkawinan karena kematian dari salah satu pasangan
perkawinan, pada umumnya tidak banyak menimbulkan masalah atau
persoalan karena putusnya hubungan perkawinan tersebut bukan atas
kehendak atau kemauan bersama ataupun kehendak dari salah satu
pasangan, akan tetapi karena atas kehendak Tuhan. Sehingga pasangan
yang ditinggalkan tidak mungkin bermasalah dengan pasangan yang
meninggalkannya dan sudah jelas bahwa dengan meninggalnya salah satu
pasangan sehingga dengan sendirinya perkawinan tersebut menjadi putus.
Ad.b. Perceraian merupakan putusnya hubungan perkawinan karena salah satu
pihak mengajukan gugatan cerai.
Ad.c. Putusnya perkawinan yang didasarkan atas keputusan pengadilan berarti
berakhirnya perkawinan karena adanya keputusan pengadilan, misalnya
pembatalan perkawinan
Tujuan dilangsungkannya perkawinan sebenarnya sesuai dengan ketentuan
Undang-undang nomor 1 tahun 1974 adalah membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal, jadi pada dasarnya perkawinan yang diharapkan adalah perkawinan
hanya terjadi satu kali dalam hidup seseorang atau berlaku selama-lamanya.
Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tidak ada definisi perceraian, karena
perceraian pada dasarnya tidak dikehendaki, sehingga ruang geraknya dipersempit
dan dipersulit, hal ini dapat dilihat pada :
1. pasal 39 ayat 1 undag-undang nomor 1 tahun 1974 yang memuat ketentuan
bahwa perceeraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan yang
berwenang setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
18 Indonesia, Op.Cit., Pasal 38
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
32
2. Pasal 40 ayat 1 memuat ketentuan bahwa gugatan perceeraian diajukan kepada
pengadilan.
Adapun pengadilan yang dimaksud di atas, sesuai dengan ketentuan pasal
63 undang-undang nomor 1 tahun 1974 adalah :
a. Bagi yang menganut agama islam dilakukan dengan keputusan
Pengadilan Agama.
b. Bagi yang menganut agama selain islam dilakukan dengan putusan
Pengadilan Negeri.
c. Pasal 39 ayat 2 menegaskan bahwa untuk melakukan perceraian harus
ada cukup alasan, bahwa suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun
sebagai suami isteri.
d. Pasal 39 ayat 3 dan pasa 40 ayat 2 mengatur tentang tata cara
perceraian didepan sidang pengadilan dan tata cara mengajukan
gugatan kepada pengadilan, kesemuanya itu diatur dalam peraturan
perundang-undangan,
Peraturan tersebut terdapat dalam Peraturan pemerintah nomor 9 tahun
1975 pasal 14 sampai dengan pasal 18 dan pasal 20 sampai dengan 36.
Macam-macam perceraian ada 2 (dua) yaitu :
a. Cerai talak
Yaitu suatu bentuk perceraian yang dijatuhkan oleh suami kepada isteri di depan
sidang pengadilan yang dikenal umum dan banyak terjadi di Indonesia.
Dalam hal ini, terjadi apabila seorang suami yang telah melangsungkan
perkawinan menurut agama Islam dan berniat untuk menceraikan isterinya,
maka suami dapat tersebut mengajukan surat kepada Pengadilan di wilayah
tempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan
isterinya disertai dengan alasan-alasan serta meminta kepada Pengadilan agar
diadakan sidang untuk keperluan itu.19
Pengertian cerai talak diatur dalam pasal 66 ayat 1 Undang-undang no 7 tahun
1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang
Amandemen Undang-undang nomor 7 tahun 1989
19 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, PP Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
33
b. Cerai gugat
Yaitu perceraian yang diajukan oleh suami atau isteri atau kuasanya.
Gugatan perceraian tersebut dapat dilakukan oleh :
1. seorang isteri yang dalam melangsungkan perkawinannya menurut
agama Islam
2. seorang suami atau seorang isteri yang dalam melangsungkan
perkawinannya menurut agamanya dan kepercayaannya itu selain
agama islam (penjelasan pasal 20 PP Nomor 9 tahun 1975)
Pengertian cerai gugat diatur dalam pasal 73 ayat 1 Undang-undang no 7
tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 tahun 2006
tentang Amandemen Undang-undang nomor 7 tahun 1989
Walaupun perceraian adalah merupakan wilayah pribadi dari pasangan
suami isteri yang sedang dalam perkawinan, tetapi perceraian memang
dikehendaki oleh salah satu pasangannya ataupun kedua-duanya, yang seharusnya
tidak boleh dimasuki oleh pihak luar atau tidak seharusnya pemerintah sampai
turut campur tangan, namun untuk menghindari tindakan sewenang-wenang dari
salah satu pihak terutama dari suami dan juga demi kepastian hukum, maka
perceraian harus dilakukan melalui lembaga peradilan baik mereka yang
beragama Islam atau mereka yang beragama selain Islam.
Sehubungan dengan ketentuan yang mengatur bahwa perceraian harus
dilakukan melalui sidang pengadilan dan ketentuan ini berlaku juga untuk mereka
yang menganut agama Islam, misalnya yang berhubungan dengan cerai talak
yang kemudian diikuti dengan putusan Pengadilan Agama, walaupun pada
dasarnya dalam hukum Islam tidak ditentukan bahwa perceraian itu harus
dilakukan didepan sidang pengadilan namun karena ketentuan ini lebih banyak
mendatangkan kebaikan bagi kedua belak pihak maka sudah sepantasnya bagi
pemeluk agam Islam wajib juga mengikuti ketentuan ini.
1.3.Alasan Perceraian Alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan perceraian
sesuai penjelasan pasal 39 ayat 2 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 juncto
pasal 19 Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 yaitu :
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
34
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar ditentukan ;
2. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama dua tahun berturut-turut
tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
5. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan terhadap pihak yang lain.
6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun dalam rumah
tangga.
2. Peranan dan Kedudukan Notaris serta Akta Pra Perceraian
2.1.. Sejarah Notariat
Sejarah dari lembaga Notariat yang dikenal sekarang ini dimulai pada abad
ke-11 atau ke-12 di daerah pusat perdagangan yang sangat berkuasa pada zaman
itu di Italia Utara. Dijaman itu perniagaan sangat maju sehingga masyarakat
tersebut memerlukan alat bukti dalam hubungan hukum diantara mereka.
Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai "Notariat" ini timbul dari
kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia, yang menghendaki adanya alat bukti
tertulis yang mempunyai kekuatan otentik baginya mengenai hubungan hukum
keperdataan yang ada dan/atau terjadi di antara mereka.
Demikianlah terjadinya Notariat di Italia, yang menunjukkan banyak
persamaan dengan notariat sekarang, walaupun masih terdapat perbedaan penting
di antara yang satu dengan yang lain.
Persamaannya yaitu :
Notaris yang diangkat itu dalam kedudukannya sebagai pejabat, sekalipun
tidak secara tegas dinyatakan berwenang, untuk itu oleh kekuasaan umum
(openbaar gezag), membuat akta untuk masyarakat, sebagaimana halnya dengan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
35
para Notaris sekarang.
Perbedaannya adalah :
1. Akta yang dibuat oleh para Notaris yang diangkat itu tidak mempunyai
kekuatan otentik.
2. Tidak mempunyai kekuatan eksekutorial.
3. Tidak mendapat kepercayaan, sebagaimana yang dimiliki oleh akta-akta
yang dibuat oleh para Notaris sekarang.
Untuk pertama kalinya terjadi pelembagaan dari Notariat yang dimulai di
Perancis. Tujuan utama dari pelembagaan Notariat ialah untuk memberikan
jaminan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat, oleh karena tidak boleh
dilupakan, bahwa Notariat mempunyai fungsi yang harus diabdikan bagi
kepentingan masyarakat umum dan tidaklah dimaksudkan oleh undang-undang
untuk memberikan kepada Notariat suatu kedudukan yang kuat bagi kepentingan
Notariat itu sendiri, akan tetapi untuk kepentingan umum. Kalaupun kepada
Notariat diberikan oleh undang-undang wewenang dan kepercayaan istimewa,
semuanya tidak lain dimaksudkan, agar Notaris dapat melakukan tugasnya dengan
sebaik-baiknya untuk kepentingan umum dan bukan untuk kepentingannya sendiri
kemudian Notariat Perancis sebagaimana itu dikenal sekarang, dibawa ke negeri
Belanda kemudian masuk ke Indonesia pada permulaan abad ke 17 dengan
diangkatnya Notaris pertama di Indonesia yaitu Melchior kerchem dan setelah
pengangkatan Notaris pertama tersebut, jumlah Notaris di Indonesia kian
berkembang.
Lembaga Notariat di Indonesia pada waktu itu belum dikenal dan meluas
kekota-kota kecil bahkan desa-desa hal ini dikarenakan ada beberapa faktor utama
yang menyebabkan kurang meluasnya lembaga ini, salah satu faktor di antaranya
ialah :
1. bahwa sebelum Perang Dunia II hampir seluruh Notaris yang ada di
Indonesia pada waktu itu adalah berkebangsaan Belanda, sedang jumlah
Notaris yang berkebangsaan Indonesia sangat sedikit jumlahnya.
2. Pada waktu itu lembaga Notariat seolah-olah dimonopoli oleh orang-orang
Belanda. Lagi pula pada umumnya mereka mempunyai tempat kedudukan
di kota-kota besar.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
36
3. hubungan mereka dapat dikatakan hanya dengan orang-orang Europa,
Cina, Timur Asing dan bangsa asing lainnya, yang biasanya bermukim di .
kota-kota besar pula serta sebagian kecil orang-orang Indonesia, yang
terbatas pada golongan tertentu dalam masyarakat
4. masuknya lembaga Notariat di Indonesia ialah pada saat, di mana tingkat
kesadaran dan budaya hukum dari masyarakat bangsa Indonesia pada
waktu itu, suatu masyarakat yang bersifat primordial, yang masih
berpegang teguh pada hukum adatnya dan kaedah-kaedah religius, masih
rendah dan sempit.
Setelah lama menunggu, maka lahirlah peraturan jabatan Notaris di
Indonesia dan mengalami perubahan dan perubahan terakhir dengan lahirnya
Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
2.2. Kedudukan . Wewenang dan Tugas Notaris Pembuat Akta Perjanjian
Lembaga kemasyarakatan yang dikenal sebagai Notariat timbul dari
kebutuhan dalam pergaulan sesama manusia yang menghendaki adanya alat bukti
baginya mengenai hubungan hukum keperdataan yang ada dan/atau terjadi
diantara mereka suatu lembaga dengan para pengabdinya yang ditugaskan oleh
kekuasaaan umum (openbaar gezag) untuk dimana dan apabila undang-undang
mengharuskan sedemikian atau dikehendaki oleh masyarakat membuat alat bukti
tertulis yang mempunyai kekuatan otentik.
Kedudukan seorang Notaris sebagai suatu fungsionaris dalam masyarakat
hingga sekarang tetap diakui karena :
1. Notaris dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat bertanya dibidang
hukum perdata dan diyakini oleh penanya bahwa dirinya akan
mendapatkan jawaban atau nasihat yang dapat dipercaya.
2. Fungsi Notaris sebagai pemberi informasi dan nasihat kepada masyarakat
secara umum menjadi ciri dari jabatan Notaris.
3. Notaris dipercaya karena segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkan oleh
Notaris adalah benar.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
37
4. Notaris adalah pembuat dokumen-dokumen dalam suatu proses hukum.
Hal ini seuai dengan ketentuan dalam pasal 16 ayat (1) huruf d Undang-
undang nomor 30 tahun 2004.
5. Tugas dan wewenang Notaris sangat erat hubungannya dengan perjanjian-
perjanjian atau atau adanya suatu perbuatan-perbuatan hukum yang dapat
menimbulkan suatu hak dan kewajiban antara para pihak yaitu dengan
memberikan rasa aman dan kepastian atau sebagai alat bukti tentang
adanya suatu perbuatan hukum tersebut perjanjian dan juga agar para
pihak yang terlibat didalamnya mempunyai kepastian hukum.
6. Notaris baik secara aturan hukum maupun dalam pergaulan masyarakat
kehadirannya memang dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupan
pergaulannya yang sangat membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat
otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum.
7. Oleh karena itu Notaris secara aturan hukum yang memang dibutuhkan
tersebut dimaksudkan untuk siap membantu dan melayani masyarakat
yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai
keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum.dengan demikian notaris
merupakan suatu jabatan publik yang mempunyai kewenangan tertentu.
8. Pergaulan manusia didalam masyarakat membutuhkan orang yang ahli,
jujur dan tidak berpihak yang dapat memberikan bantuannya dalam
mengatur dan menetapkan secara tertulis hubungan-hubungan hukum yang
ada atau timbul diantara warga masyarakat, sehingga dapat menetapkan
cara-cara yang baik bagi penyelesaian dari kesulitan-kesulitan yang
mungkin timbul dikemudian hari dalam rangka pelaksanaan dari
hubungan-hubungan hukum.
Kewenangan ada pada Notaris dan kewenangan ini harus dijalankan
berdasarkan kaidah yang sudah digariskan, sehingga apabila Notaris melakukan
suatu perbuatan diluar kewenangan yang sudah ditentukan berarti Notaris tersebut
melanggar wewenang.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
38
Kewenangan yang dimiliki seorang Notaris sebagai pejabat umum diatur
dalam pasal 15 UUJN nomot 30 tahun 2004, Notaris sebagai pejabat umum
berwenang untuk :
1. membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan
yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta
otentik menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta.memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya
itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
2. Notaris berwenang pula :
- mengesahkan tandatangan dan menetapkan kepastian tanggal surat
dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
- membukukan suat -surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus
- membuat copy dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan
- melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya
- memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
- membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan ; atau
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Notaris
mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang nomor 30 tahun
2004 tentang Jabatan Notaris, dapat diketahui ada 2 (dua) motif pembuat undang-
undang meletakkan tugas dan wewenang Notaris, yaitu :
1. Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan sebagian tugas dari
pemerintah yaitu untuk menjamin kepastian tanggal, kekuatan eksekutorial
dari grosse akta.
2. Pembuat undang-undang mengharuskan Notaris untuk memberikan
bantuannya dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu yang dianggap
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
39
penting sehingga memberikan kepastian hukum terhadap orang-orang yang
meminta bantuannya.
Tugas dan wewenang Notaris dalam memberikan bantuannya pada
perbuatan-perbuatan hukum tertentu demi melindungi kepastian hukum adalah
menjamin kepastian hukum bagi para warga negara. Sebagai contoh, untuk
menyatakan perbuatan-perbuatan hukum tertentu dengan suatu akta otentik seperti
dalam jual beli suatu barang atau jasa, pendirian perseroan dan lain-lain yang
semata-mta dimaksudkan untuk melindungi pihak yang bersangkutan dan
memberikan kepastian hukum bagi pihak yang membuatnya dengan pihak lain.
Seorang Notaris diharapkan memiliki kemampuan dan ketrampilam dalam
melaksnakan tugas dan wewenangnya sebagai pejabat umum yang melaksanakan
sebagian tugas pemerintah, diantaranya dalam bidang :
a. memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat berdasarkan keahliannya di
bidang kenotariatan dan martabat notaris.
b. memberikan nasihat hukum yang berkenaan dengan pembuatan akta-akta yang
diminta oleh klien.
c. turut berperan serta dalam perkembangan ilmu hukum, pembaharuan dan
pembinaan hukum nasional dan khususnya dalam ilmu kenotariatan20
Notaris tidak hanya harus mengenal kedudukan, tugas dan wewenangnya
sebagaimana digambarkan oleh Undang-Undang Jabatan Notaris. Akan tetapi
lebih luas dari itu, yaitu :
1. bagaimana seorang Notaris harus mengerti dan memahami apa yang
dikehendakinya oleh masyarakat yang harus dilayaninya.
2. Notaris harus benar-benar mengetahui dan menyadari sifat, ruang lingkup
dari tugas dan wewenangnya itu.
3. Disamping pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan masyakat yang dapat
dan tidak dapat dipenuhinya, serta pengetahuan tentang bagaimana caranya
20 Komar Andasasmita, Sepintas Informasi Tentang Pendidikan Dan
Praktek Notariat di Indonesia, (Bandung:Ikatan Mahasiswa Notariat Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran,1994), hal.11.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
40
untuk dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan itu.
Selain kapasitasnya sebagai pejabat umum, seorang notaris adalah tetap
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang bersifat pribadi dan
harus dipertanggung jawabkannya secara pribadi. Maka dalam melihat kesalahan
seorang notaris perlu dibedakan antara kesalahan yang bersifat pribadi. Terhadap
kesalahan yang bersifat pribadi, maka notyaris adalah sama seperti warga
masyarakat biasa yang dapat diminta dan dituntut pertanggung jawabannya,
sehingga dalam hal yang demikian kepadanya berlaku mekanisme perlindungan
hukum yang sama bagi seorang warga masyarakat biasa. Tetapi terhadap
kesalahan yang berkaitan dengan tugas pekerjaannya atau hasil pekerjaannya,
maka otensitas akta-aktanya tetap dijamin, namun terhadap notaris perlu diberi
perlindungan hukum yang berbeda mekanismenya dengan anggota masyarakat
biasa. Organ atau badan yang diangap lebih mengetahui tentang seluk beluk dan
praktek profesi yang benar adalah oraganisasi profesi Notaris itu sendiri. Maka
sangat bijaksana apabila pelanggaran profesional yang dilakukan oleh Notaris
hendaknya terlebih dahulu diperiksa dan ditentukan oleh organisasi profesi
sebelum dapat ditentukan apakah pelanggaran yang bersangkuatan adalah bersifat
pribadi atau berupa pelanggaran rambu-rambu pengawasan profesional. Dengan
demikian akta terdapat rasa tenang dan tentram dan jamina perlindungan hukum
terhadap Notaris di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat umum.
Baginya akan terjamin bahwa segala tindakan penangkapan, penahanan atau
pemeriksaan di pengadilan itu dilaksanakan sesudah ada pemeriksaan dan
penelitian secera profesional oleh organisasi profesinya.
Berdasarkan peranan dan kedudukan notaris dalam pembuatan akta, terdapat
dua macam bentuk akta notaris, yaitu :
a. akta yang dibuat oleh notaris (akta relaas/akta pejabat)
akta relaas/ akta pejabat, adalah suatu akta otentik yang dibuat oleh pegawai
umum (pejabat umum) yang ditunjuk oleh undang-undang untuk itu dan
membuat laporan tentang perbuatan resmi yang dilakukan oleh pegawai
umum (pejabat umum) tersebut.
b. Akta yang dibuat dihadapan notaris (akta partij) atau akta para pihak.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
41
Akta partij/ akta para pihak adalah suatu akta otentik yang dibuat dihadapan
pegawai umum (pejabat umum), yang berisikan keterangan bahwa para
pihak telah mengadakan suatu perjanjian dan meminta pegawai umum
(pejabat umum) itu menyatakannya dalam suatu akta.
Kedudukan akta Notariil yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna,
baik kekuatan pembuktian dari segi bentuknya, kekuatan pembuktian
materiil, maupun kekuatan pembuktian formil, dapat dijadikan bukti yang
mengikat hakim dipersidangan. Terhadap bukti tersebut, Hakim terikat
untuk mempercayai kebenarannya, sampai dibuktikan sebaliknya.
2.3. Fungsi akta Notaris sebagai alat bukti Akta otentik menurut pasal 1868 KUHPerdata adalah suatu akta yang
didalam bentuk yang ditetapkan oleh Undang-undang dibuat oleh atau dihadapan
pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta dibuatnya. (catki
KUHPer pasal 1868).
Berdasarkan pasal 1868 KUHPerdata tersebut dikatakan akta otentik jika
terdapat unsur :
- bentuknya ditetapkan undang-undang
- dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu, ditempat
dimana akta itu dibuat
Akta Notaris dapat dikatakan akta otentik jika memenuhi ketentuan yang
ditetapkan pada pasal 1868 KUHPerdata.
Sedangkan unsur-unsur yang melekat pada akta Notaris adalah :
1. dibuat oleh seorang Notaris.
berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa Notaris adalah Pejabat
Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik.
Jadi akta Notaris adalah akta yang dibuat oleh seorang Pejabat Umum atau
Pegawai Umum yang berkuasa atau berwenang untuk membuat akta tersebut
serta ditempat yang memang menjadi wilayah jabatannya.
2. Bentuknya ditetapkan undang-undang.
Berdasarkan ketentuan pasal 38 Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 30
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
42
tahun 2004, dikatakan bahwa setiap akta Notaris terdiri dari :
a. Awal akta atau kepala akta.
b. Badan akta.
c. Akhir akta atau penutup akta
Sehingga berdasarkan ketentuan pasal 38 Undang-undang Jabatan Notaris
tersebut, maka akta Notaris mempunyai bentuk yang sudah ditentukan
berdasarkan undang-undang yaitu dengan Undang-uhdang nomor 30 tahun
2004 tentang Jabatan Notaris.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka akta Notaris sudah memenuhi
unsur-unsur sebagaimana dimaksud oleh pasal 1868 KUHPerdata, dengan
demikian akta Notaris dapat dikatakan sebagai akta Otentik.
Akta Notaris yang merupakan salah satu akta otentik mempunyai 3 (tiga)
macam kekuatan pembuktian yaitu :21
1. Kekuatan pembuktian lahiriah yaitu kemampuan dari akta itu sendiri untuk
membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Kemapuan ini menurut pasal 1875
Kitab Undang-Undang HukumPerdata tidak dapat diberikan pada akta yang
dibuat di bawah tangan. Akta yang dibuat dibawah tangan baru berlaku sah,
apabila para pihak yang menandatanganinya mengakui kebenaran dari tanda
tangannya. Lain halnya dengan akta otentik. Akta Otentik membuktikan
sendiri keabsahannya. Akta kelihatan sebagai akta otentik apabila akta
tersebut menampakkan dirinya dari luar sebagai akta otentik dan dari kata-
katanya tampak berasal dari atau dibuat oleh atau dihadapan seorang Pejabat
Umum, maka akta itu berlaku bagi setiap orang sebagai akta otentik, sampai
dapat dibuktikan bahwa akta itu adalah tidak otentik.
2. Kekuatan pembuktian formil yaitu sepanjang mengenai akta pejabat, akta
tersebut membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan yakni yang dilihat,
didengar dan juga dilakukan sendiri oleh notaris sebagai pejabat umum
didalam menjalankan kewajibannya.
Dengan kekuatan pembuktian formal ini, maka akta otentik dapat
membuktikan :
21 G. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris.(Jakarta : Erlangga,1996), hal 55
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
43
a. Bahwa Notaris yang bersangkutan telah menyatakan dalam akta itu
uraian-uraian mengenai pihak-pihak sebagaimana yang tertuang dalam
akta itu ;
b.Uraian-uraian dalam akta tersebut benar adanya karena dilakukan, dibuat
dan disaksikan oleh Notaris sendiri dalam menjalankan tugas jabatannya;
Jadi kekuatan pembuktian formal berarti dengan akta otentik terjamin
kepastian tanggal dari akta itu, kebenaran tanda tangan yang terdapat
dalam akta itu, identitas dari orang-orang yang hadir, tempat di mana
akta itu dibuat dan kebenaran dari uraian-uraian itu sendiri pasti hanya
diketahui di antara para pihak yang membuat akta ;
3. Kekuatan pembuktian materil yaitu membuktikan bahwa isi keterangan yang
terdapat dalam akta adalah benar-benar telah terjadi.
Sepanjang menyangkut kekuatan pembuktian materiil, walaupun terdapat
perbedaan terdapat antara keterangan dari notaris yang dicantumkan dalam
akta itu dengan keterangan para pihak yang tercantum didalamnya, namun
akta otentik tetap membuktikan adanya sesuatu seperti yang terdapat dalam
akta tersebut. Oleh karena itu, isi dari akta itu dianggap dibuktikan sebagai
benar terhadap setiap orang. Kekuatan pembuktian ini diatur dalam pasal
1870, 1871 dan 1875 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2.4. Fungsi Akta Perjanjian Pra Perceraian Dalam kaitannya dengan kewenangan Notaris sebagai pejabat yang
berwenang untuk membuat akta otentik, maka Undang-undang tidak membatasi
jenis akta yang dapat dibuat oleh Notaris. Notaris dapat membuat akta mengenai
semua perbuatan, perjanjian, ketetapan yang diharuskan oleh Peraturan
Perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh Undang-undang22
22 Indonesia,Op.Cit, Pasal 15 ayat (1)
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
44
Kewenangan yang diberikan Undang-undang kepada Notaris tidak hanya
kewenangan untuk membuat akta otentik , kewenangan Notaris meliputi juga :
- mengesahkan tandatangan dan menetapkan kepastian tanggal surat
dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
- membukukan suat -surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku
khusus
- membuat copy dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang
bersangkutan
- melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya
- memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembutan akta.
- membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan ; atau
- membuat risalah lelang 23
Berdasarkan kewenangan yang begitu luas yang diberikan oleh Undang-
undang, maka pada prinsipnya hampir tidak ada pembatasan atas jenis akta yang
dibuat oleh Notaris. Dalam pembuatan akta Notaris, sepanjang perbuatan yang
dinyatakan dalam akta tersebut tidak bertentangan dengan Undang-undang,
kesusilaan dan ketertiban umum, maka Notaris memiliki kewenangan untuk
membuatnya.
Dalam hal akta yang dibuat oleh Notaris adalah akta mengenai perbuatan
hukum yang berbentuk perjanjian, maka sepanjang para pihak sepakat dan cakap
untuk membuat perjajian berdasarkan suatu sebab tertentu yang halal, maka
Notaris memiliki kewenangan untuk menyatakan perbuatan hukum tersebut dalam
akta otentik.
Notaris dalam praktek sering membuat akta-akta perjanjian, misalnya
perjanjian kredit dengan Bank, perjanjian sewa menyewa, perjanjian sewa beli,
namun disamping akta-akta tersebut, masih terdapat berbagai jenis akta yang bisa
dibuat oleh Notaris, seperti Akta Perjanjian Pra Perceraian.
Akta Perjanjian Pra Perceraian merupakan akta yang memuat kesepakatan-
kesepakatan para pihak yang ingin menuangkannya dalam bentuk akta otentik
23 Indonesia, Ibid.,Pasal 15 ayat (2)
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
45
sedangkan judul aktanya sendiri bisa beragam sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan para pihak yang membuatnya. Dalam kaitannya dengan perceraian,
Akta Perjanjian Pra Perceraian merupakan akta yang memuat kesepakatan-
kesepakatan para pihak terhadap akibat-akibat hukum yang timbul dari adanya
perceraian, baik terhadap pengasuhan anak maupun terhadap harta benda
perkawinan.
Keberadaan Akta Perjanjian Pra Perceraian dalam kasus perceraian
merupakan suatu upaya untuk mempermudah, memperlancar dan mempercepat
proses pemeriksaan perkara perceraian di Pengadilan. Dengan adanya Akta
Perjanjian Pra Perceraian proses pemeriksaan perkara perceraian di peradilan
dapat berjalan lebih mudah, karena persengketaan antara para pihak tidak terjadi
lagi. Dengan sudah dicapainya kesepakatan antara para pihak, maka proses
pemeriksaan perkara di Pengadilan hanya dilakukan secara prosedural, sedangkan
secara substansi sudah disepakati para pihak.
Bentuk Akta Perjanjian Pra Perceraian yang dibuat dihadapan Notaris
secara formal mengikuti bentuk akta Notaris pada umumnya yaitu terdiri dari awal
akta, badan akta dan akhir akta. Perbedaan Akta Perjanjian Pra Perceraian dengan
akta-kata lain yang dibuat dihadapan Notaris terletak pada isi aktanya, baik berupa
isi kesepakatan para pihak maupun premise aktanya.
Dalam premise akta, para penghadap menerangkan mengenai perkawinan
mereka, baik pelaksanaan perkawinannya, maupun keadaan perkawinan mereka
seperti anak-anak yanng dilahirkan maupun kondisi hubungan suami isteri yang
terjadi, yang akhirnya membawa mereka ke perceraian.
Tidak terdapat standar baku mengenai isi Akta Perjanjian Pra Perceraian
Dalam Akta Perjanjian Pra Perceraian setidaknya memuat harta bersama (jika
ada) yang dimiliki para pihak sepanjang perkawinan, pembagian harta bersama,
pengaturan biaya anak setelah perceraian maupun hak asuh atas anak tersebut dan
diakhiri dengan persyataan para pihak untuk tidak saling menuntut dan penentuan
domisili hukum.
Akta Perjanjian Pra Perceraian bagi para pihak selain berfungsi sebagai alat
pembuktian dapat berfungsi juga sebagai akta perdamaian antara kedua belah
pihak, dengan demikian Akta Perjanjian Pra Perceraian tersebut merupakan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
46
bagian tak terpisahkan dari putusan Hakim dan keterikatan para pihak untuk
melaksanakannya tidak hanya terbatas pada perjanjian.
3. Analisis Akta Perjanjian Pra Perceraian dan Keputusan Pengadilan Negeri Nomor 425/Pdt.G/2010/PN.TNG
3.1. Akta Perjanjian Pra Perceraian
Pada perkara perceraian yang didasarkan pada gugatan cerai yang diajukan
oleh Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I KETUT GEDE
SUWIYARTA kepada LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI dengan surat
gugatannya tertanggal 27 September 2010 yang diajukan ke Pengadilan
Negeri Tangerang.
Dalam proses pemeriksaan perkara perceraian yang berdasarkan surat
gugatan tersebut diatas, para phak kemudian secara bersama-sama diluar
persidangan sepakat untuk membuat Akta Perjanjian Pra Perceraian dihadapan
Notaris yaitu :
1. Akta Perjanjian dan pernyataan pada tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 12.
2. Akta Surat Persetujuan pada tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 13.
3. Akta Surat Kuasa pada tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 14.
Adapun untuk lengkapnya akta-akta tersebut adalah sebagai berikut :
Ad.1.Akta Perjanjian dan pernyataan tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 12.
a. Komparisi
2) Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I KETUT GEDE
SUWIYARTA sebagai Pihak Pertama.
3) LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI sebagai Pihak Kedua
b. Premise
- Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah terikat dalam suatu perkawinan
berdasarkan Kutipan Akta Perkawinan tertanggal 27 maret 1993 nomor :
142/DB/1993 yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Catatan Sipil
Kabupaten Dati II Badung, Bali.
-Selama dalam perkawinan tersebut Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah
dikaruniai 2 (dua) orang anak, masing-masing bernama PUTU AYU
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
47
ZASYA SHAVITRI dan MADE AYU DEANDRA SECCIOLITA,
disebut anak-anak.
-Selama dalam perkawinan tersebut Pihak pertama dan Pihak Kedua telah
membeli :
a. - Sebuah rumah secara mengangsur melalui Bank MANDIRI
(Persero) Tbk, berkedudukan di Jakarta,
- dengan jumlah angsuran kurang lebih Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah) sampai Rp. 1.500.000,-(satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap
bulan.
- Dengan sertifikat Hak Milik nomor : 1000/Larangan Selatan seluas
140 m2 (seratus empat puluh meter persegi)
- Terletak di propinsi Banten ;
Kotamadya : Tangerang ;
Kecamatan : Larangan ;
Kelurahan : Larangan Selatan :
Tertulis atas nama : Nyonya LUH PUTU AYU
LAXMI UNTARI ;
- sebagaimana ternyata dalam gambar situasi tertanggal 02 Januari
1987 nomor : 124 ;
- Setempat dikenal sebagai Jalan Taman Asri F III/5 Tangerang.
- Sertifikat tertanggal 24 Januari 1987 yang dikeluarkan Kantor
Agraria Kabupaten Tangerang ;
- sertifikat rumah dan bangunan tersebut sedang dijadikan jaminan di
PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk, berkedudukan di Jakarta
guna menjamin hutang Drs I KETUT SUWIYARTA (I KETUT
GEDE SUWIYARTA) sebesar Rp. 98.000.000.000,- (sembilan
puluh delapan juta rupiah) sebagaimana ternyata dari Hak
Tanggungan tertanggal 26 Januari 2004 nomor : 211. Tetapi
sertifikat dan salinan Buku Tanah Hak Tanggungan yang asli tidak
diperlihatkan kepada Notaris.
b. Sebuah mobil dengan :
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
48
- Merk : Toyota/Yaris/NC 91 E M/T10 ;
- Tahun Pembuatan : 2010 ;
- Warna : Silver ;
- Nomor Rangka : MR054HY91A4649567 ;
- Nomor Mesin : INZY147474 ;
- Atas nama : LUH PUTU AYU LAXMI
UNTARI ;
-Tanda bukti kepemilikan RUMAH dan mobil yaitu berupa sertifikat
tanah dan Surat Tanda Nomor kendaraan Bermotor (STNKB)
tertulis atas nama Pihak Kedua.
-Meskipun tanah dan bangunan serta mobil, tanda bukti
kepemilikannya tertulis atas nama Pihak Kedua, namun yang
dipergunakan :
a. untuk membayar uang muka pembelian RUMAH dan
b.untuk membeli mobil tersebut di atas adalah mempergunakan
uang milik orang tua Pihak Kedua.
-Pihak Pertama dan Pihak Kedua pada saat dibuatnya akta ini sedang
dalam proses perceraian di Pengadilan Negeri Tangerang.
c.Isi Perjanjian:
Pasal 1
Jika perceraian terjadi, maka semua biaya yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan kehidupan ANAK_ANAK serta kebutuhan
pendidikan ANAK_ANAK sampai kuliah selesai harus dipikul dan
ditanggung Pihak Pertama.
Pasal 2.
Setelah perceraian, maka semua kewajiban-kewajiban terhadap
RUMAH terebut, antara lain semua biaya yang berkaitan dengan
angsuran RUMAH yang masih tersisa, tetap merupakan tanggung
jawab dan kewajiban serta harus dibayar oleh Pihak Pertama
sampai RUMAH tersebut dinyatakan lunas oleh pihak Bank.
Pasal 3
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
49
Pihak Pertama tidak memperhitungkan MOBIL sebagai harta
bersama yang harus dibiayai Pihak Pertama dan/atau akan
membebani Pihak Pertama karena MOBIL tersebut tidak
dikategorikan sebagai milik dan/atau harta bersama antara Pihak
Pertama dan Pihak Kedua dalam perkawinan karena MOBIL
tersebut milik orang tua Pihak Kedua.
Pasal 4.
Setelah perceraian Pihak Pertama berkewajiban untuk membayar
semua biaya-biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan ANAK_ANAK serta kebutuhan pendidikan
ANAK_ANAK sampai kuliah selesai dan dibayarkan melalui
Pihak Kedua sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) setiap
bulan, dengan cara menstranfer ke rekening Pihak Kedua setiap
tanggal 15 atau selambat-lambatnya pada tanggal 20 setiap
bulannya..
Pasal 5 .
Apabila ada keterlambatan dan/atau kelalaian Pihak Pertama untuk
melakukan pembayaran sebagaimana ditentukan pada pasal 4 ,
maka Pihak Pertama dikenakan denda sebesar 20 % dari jumlah
yang harus dibayar oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua.
Pasal 6
Jika terjadi perpisahan maka hak asuh ANAK-ANAK berada
dalam pengendalian Pihak Kedua.
Pasal 7
Untuk keperluan proses peerceraian di pengadilan, Pihak Kedua
bersedia memperllihatkan dokumen asli, antara lain : Akta
Perkawinan, Akta Kelahiran ANAK-ANAK, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Pihak Kedua dan Kartu Keluarga (KK) di depan
Pengadilan.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
50
- Para pihak setuju dan mufakat untuk memilih domisili hukum
dimana saja yang dibolehkan oleh hukum dan perundang-
undangan yang berlaku.
- para pihak menyatakan dalam membuat akta dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani.
- para pihak menyatakan menjamin akan kebenaran identitas
mereka sesuai tanda pengenal yang disampaikan kepada Notaris
juga menyatakan telah mengerti dan memahami isi akta.
Ad.2. Akta Surat Persetujuan pada tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 13.
a. Komparisi
Yang membuat persetujuan Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut
juga I KETUT GEDE SUWIYARTA
b. Isi Akta
b.1 Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I KETUT GEDE
SUWIYARTA menerangkan :
Berdasarkan akta Perjanjian Dan Pernyataan tertannggal 5 Nopember
2010 nomor 12, Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I
KETUT GEDE SUWIYARTA dan isterinya yang bernama Nyonya
LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI telah membuat kesepakatan
bersama mengenai pembagian harta bersama yang diperoleh dari
perkawinan antara Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I
KETUT GEDE SUWIYARTA dengan Nyonya LUH PUTU AYU
LAXMI UNTARI.
b.2. Berdasarkan akta ini Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I
KETUT GEDE SUWIYARTA memberi persetujuan Nyonya LUH
PUTU AYU LAXMI UNTARI Khusus mengalihkan/mengoperkan,
menjual, menghibahkan dengan harga dan ketentuan-ketentuan yang
dipandang baik oleh Nyonya LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI
atas:
- Sebidang tanah Hak Milik nomor : 1000/Larangan Selatan seluas 140
m2 (seratus empat puluh meter persegi)
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
51
- Terletak di propinsi Banten ;
Kotamadya Tangerang ;
Kecamatan : Larangan ;
Kelurahan : Larangan Selatan :
Tertulis atas nama : Ny. LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI ;
- sebagaimana ternyata dalam gambar situasi tertanggal 02 Januari 1987
nomor : 124
- Setempat dikenal sebagai Jalan Taman Asri F III/5 Tangerang.
- berikut bangunan rumah tinggal yang didirikan diatas tanah tersebut di
atas, setempat dikenal sebagai Jalan Taman Asri F III/5 Tangerang.
b.3 Untuk keperluan tersebut, Nyonya LUH PUTU AYU LAXMI
UNTARI berhak untuk menghadap dihadapan Notaris dan/atau
Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau dihadapan Pejabat lain yang
berwenang, untuk mebuat, suruh membuat dan memberikan
keterangan-keterangan serta menandatangani akta-akta atau surat-
surat yang diperlukan, menerima pembayaran dan membuat tanda
bukti penerimaan uang (kwitansi) yang sah dan melakukan segala
tindakan tanpa ada yang dikecualikan agar tercapai tujuan tersebut.
Ad.3. Akta Surat Kuasa pada tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 14.
1. Komparisi :
1). Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I KETUT GEDE
SUWIYARTA sebagai Pemberi Kuasa.
2). Nyonya LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI sebagai Penerima kuasa
2. Isi Akta:
Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I KETUT GEDE
SUWIYARTA memberi kuasa dengan hak substitusi kepada Nyonya LUH
PUTU AYU LAXMI UNTARI untuk dan atas Pemberi Kuasa untuk
mengambil asli-asli dokumen-dokumen antara lain namun tidak terbatas
pada :
1. Sertifikat Hak Milik nomor : 1000/Larangan Selatan,seluas 140 m2
(seratus empat puluh meter persegi) Tertulis atas nama : Nyonya LUH
PUTU AYU LAXMI UNTARI ;
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
52
2. Sertifikat Hak Tanggungan :
3. Izin Mendirikan Bangunan.
4. Akta Jual Beli PPAT
5. Surat Pernyataan Lunas dari PT Bannk mandiri (Persero) Tbk.
6. Surat Penghapusan Hak Tanggungan (Roya)
Berikut dokumen-dokumen asli lainnya.
3.Untuk keperluan tersebut, Nyonya LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI
berhak untuk menghadap dimana saja yang diperlukan, untuk membuat,
suruh membuat serta menandatangani semua akta-akta atau surat-surat yang
diperlukan serta menerima dokumen-dokumen asli sebagaimana yang
diterangkan di atas
3.2. Keputusan Pengadilan Negeri Nomor 425/Pdt.G/2010/PN.TNG
3.2.1. Duduk Perkara
Berkaitan dengan perceraian para pihak (penggugat dan tergugat), sebelum
perceraian yang diputuskan Hakim, mereka telah membuat perjanjian baik
mengenai harta bersama maupun menganai hak pegasuhan anak.
Adapun Keputusan Pengadilan Negeri Nomor 425/Pdt.G/2010/PN.TNG
yang kronologis pengajuan permohonannya dan latar belakang permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pada tanggal 27 September 2010, Penggugat (X) dengan surat gugatannya
mengajukan permohonan gugatannya kepada Pengadilan Negeri Tangerang
dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang dengan
nomor : 425/Pdt.G/2010/PN.TNG.
2. Penggugat (X) dan Tergugat (Y) pernah melangsungkan perkawinan di Bali
pada tanggal 1 Januari 1993 sebagaimana termaktub dalam kutipan Akta
Perkawinan nomor : 142/DB/1993 yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil
Kabupaten Dati II Badung tanggal 27 Maret 1993.
3. Dari hasil perkawinan tersebut telah dilahirkan dua (2) orang anak perempuan
yaitu Putu Ayu Zasya Shavitri, lahir di Jakarta pada tanggal 23 Maret 1993
sesuai dengan kutipan Akta Kelahiran nomor : 396/lst/K/1993, tanggal 25
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
53
Agustus 1993 dan Made Ayu Deandra Secciolita, lahir di Jakarta pada tanggal
11 Juli 1997 sesuai dengan kutipan Akta Kelahiran nomor : 6057/U/JB/1997.
4. Dalam perjalanan waktu, perkawinan antara Penggugat (X) dan Tergugat (Y)
selaku suami isteri didalam membina dan mengarungi bahtera rumah tangga
sudah tidka tampak harmonis lagi, karena selalu diliputi dengan percekcokan
dan pertengkaran yang terus menerus. Pertengkaran tersebut disebabkan oleh
sikap Tergugat (Y) yang tidak menjalankan fungsi dan kewajibannya sebagai
isteri dan sebagai ibu rumah tangga yang baik. Tergugat (Y) hanya
mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan dan menghiraukan
Penggugat (X) sebagai suami.
5. Sikap dan perilaku Tergugat (Y) seperti inilah yang memicu pertengkaran dan
percekcokan dengan Penggugat (X) dan berlangsung terus menerus sehingga
hubungan suami isteri antara Penggugat (X) dan Tergugat (Y) tidak lagi
berjalan sebagaimana mestinya dan sebagai akibat dari semua itu, Penggugat
(X) dan Tergugat (Y) sudah tidak satu tempat tidur lagi (pisah ranjang) sejak
bulan Februari 2007 sampai surat permohonan gugatan diajukan.
6. Karena sudah tidak ada lagi keharmonisan dan kebahagian dalam berumah
tangga akibat sikap dan perilaku dari Tergugat (Y) maka Penggugat (X) telah
meninggalkan tempat kediaman bersama (pisah rumah) sejak bulan Agustus
2010 sampai permohonan gugatan ini diajukan.
7. Karena kehidupan rumah tangga Penggugat (X) dan Tergugat (Y) selaku
suami isteri di dalam mebentuk rumah tangga yang bahagia, harmonis dan
kekal sudah tidak lagi berjalan sebagai mana yang diharapkan, karena prinsip-
prinsip kehidupan berumah tangga sudah tidak ada lagi sebagaimana maksud
dan tujuan perkawinan yang diamanatkan dalam Undang-undang nomor 1
Tahun 1974, maka Penggugat (X) menuntut agar perkawinan antara
Penggugat (X) dan Tergugat (Y) putus karena perceraian dengan segala akibat
hukumnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Penggugat (X) memohon kepada
Ketua Pengadilan Negeri Tangerang yang memeriksa dan mengadili perkara
agar dapat memutuskan hal-hal sebagai berikut :
a. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat (X). untuk seluruhnya.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
54
b. Menyatakan Perkawinan antara Penggugat (X) dan Tergugat (Y) yang
dilangsungkan pada tanggal 1 Januari 1993 sesuai dengan Kutipan Akta
Perkawinan Nomor 142/DB/1993 tanggal 27 Maret 1993 antara
Penggugat (X) dan Tergugat (Y) dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil
Kabupaten Dati II Badung, Bali, putus karena perceraian dengan segala
akibat hukumnya.
c.Memerintahkan kepada Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Tangerang
atau pejabat yang ditunjuk untuk untuk itu untuk mengirimkan salinan
resmi putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada
Kepala Kantor Catatan Sipil Kabupaten Dati II Badung dan Dinas
Kependudukan dan Penataan Sipil Kota Tangerang untuk dicatatkan
kedalam register yang diperuntukkan untuk itu, selanjutnya agar
menerbitkan Akta Perceraiannya.
d. Menghukum Tergugat (Y) untuk membayar biaya perkara.
e. jika Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.
Pertimbangan Hakim : 1. Pada hari persidangan yang telah ditetapkan Penggugat (X) hadir menghadap
kuasanya, Advokat-advokad pada LAW FIRM beralamat di Jakarta Selatan,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 September 2010, sedangkan
Tergugat (Y) tidak hadir walaupun terhadapnya telah dipanggil dengan
sepatutnya untuk hadir dipersidangan. Sesuai dengan Relaas Panggilan Juru
Sita Pengganti Pengadilan Negeri Tangerang, masing-masing tertanggal 11
Oktober 2010, tanggal 20 Oktober 2010 dan tanggal 28 Oktober 2010 dan
pula tidak menyuruh orang lain untuk menghadap dipersidangan sebagai
kuasanya yang sah.
2. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Pengadilan berpendapat
bahwa Tergugat (Y) tidak menggunakan haknya untuk hadir dipersidangan
dan pemeriksaan perkara ini dilanjutkan tanpa hadirnya Tergugat (Y) dengan
membacakan Gugatan Penggugat (X) dimana gugatannya tetap dipertahankan
Penggugat (X).
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
55
3. Bahwa Majelis Hakim telah berusaha menyarankan kepada Penggugat (X)
agar Penggugat (X) dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dialami
dengan Tergugat (Y) dengan jalan damai, akan tetapi Tergugat (Y)
berketetapan ingin bercerai dengan alasan Penggugat (X) sudah tidak dapat
lagi meneruskan hidup berumah tangga dengan Tergugat (Y) karena terdapat
banyak ketidak cocokan, perbedaan prinsip serta tidak sepaham lagi dalam
membina kehidupan rumah tangga, sehingga sering terjadi konflik dan
pertengkaran yang terus menerus yang sudah tidak dapat didamaikan lagi,
sehingga sudah lebih dari 2 (dua) tahun Penggugat (X) dan Tergugat (Y)
sudah pisah ranjang tepatnya sejak bulan Februari 2007 sampai dengan
sekarang tidak ada hubungan suami isteri antara Penggugat (X) dan Tergugat
(Y) sudah tidak pernah terjadi lagi sehingga Penggugat (X) tidak dapat lagi
membangun suatu keluarga yang rukun, bahagia dan harmonis lagi bersama
Tergugat (Y) sebagaimana yang dicita-citakan semula.
4. Bahwa untuk membuktikan kebenaran dalil-dalil gugatannya Penggugat (X)
telah mengajukan surat-surat-surat bukti berupa foto copynya yang telah diberi
materai secukupnya dan telah dicocokkan dengan aslinya kecuali Surat
Pernyataan (asli) sehingga dapat diterima sebagai alat bukti yang sah
dipersidangan, yaitu :
Bukti P.1 : Kutipan Akta Perkawinan Nomor 142/DB/1993 tanggal 27 Maret
1993 antara Penggugat (X) dan Tergugat (Y) dikeluarkan oleh
Kantor Catatan Sipil Kabupaten Dati II Badung, Bali.
Bukti P.2 : kutipan Akta Kelahiran nomor : 396/lst/K/1993, tanggal 25
Agustus 1993 atas nama Putu Ayu Zasya Shavitri, lahir di Jakarta
pada tanggal 23 Maret 1993.
Bukti P.3 : kutipan Akta Kelahiran nomor : 6057/U/JB/1997 atas nama Made
Ayu Deandra Secciolita, lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1997.
Bukti P.4 : Nota Dinas no.137.04/SIJ/2010 tanggal 13 Oktober 2010 perihal
izin gugatan perceraian antara Penggugat (X) dan Tergugat (Y)
yang dikeluarkan Sekretaris Inspektorat Jendral Kementerian
Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
Bukti P.5 : Surat Pernyataan dari Tergugat (Y) tertanggal 24 Nopember 2010.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
56
5. Bahwa selain bukti-bukti surat tersebut, dipersidangan Penggugat (X) telah
pula mengajukan 2 (dua) orang saksi yang telah memberikan keterangan di
bawah sumpah.
Selanjutnya Tentang Hukumnya : 1. Maksud dan tujuan gugatan Penggugat (X) adalah sebagaimana terurai di atas.
2. Bahwa Tergugat (Y) telah dipanggil secara patut tetapi tidak hadir pada
persidangan yang telah ditentukan dan tidak pula mengirim wakilnya yang sah
untuk hadir dipersidangan.
3. Bahwa karena Tergugat tidak pernah hadir dalam persidangan meskipun telah
dipanggil secara patut, maka perkara ini diputus dengan tidak hadirnya
Tergugat (Verstek).
4. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat benar telah melangsungkan perkawinan
sebagaimana termaktub dalam Kutipan Akta Perkawinan Nomor 142/DB/1993
tanggal 27 Maret 1993 dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil Kabupaten Dati
II Badung, Bali sehingga oleh karenanya menurut hukum Penggugat dan
Tergugat adalah pasangan suami isteri yang sah.
5. Bahwa yang menjadi alasan bagi Penggugat mengajukan gugatan ini
perceraian ini adalah disebabkan oleh sikap Tergugat yang tidak menjalankan
fungsi dan kewajibannya sebagai isteri dan sebagai ibu rumah tangga yang
baik, seperti tidak pernah lagi menyiapkan makanan dan minuman untuk
Penggugat, baik ketika Penggugat berangkat kerja maupun ketika pulang
kerja. Tergugat hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan dan
menghiraukan Penggugat sebagai suami.
6. Bahwa Penggugat telah berusaha untuk menyelesaikan pertengkaran dan
perselisihan dengan cara bersabar dan mengikuti keinginan Tergugat sambil
berharap bahwa sifat Tergugat bisa berubah sedikit demi sedikit, namun
ternyata apa yang diharapkan Penggugat tidak pernah terwujud.
7. Bahwa pada akhirnya Penggugat menganggap tidak ada lagi harapan untuk
hidup rukun dalam rumah tangganya.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
57
8. Bahwa oleh karena antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi percekcokan
yang terus menerus yang akhirnya Penggugat dan Tergugat sudah pisah
ranjang hingga sekarang.
9. Bahwa salah satu alasan agar perkawinan dapat diputuskan dengan perceraian
menurut Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor : 9 Tahun 1975 tentang
pelaksanaan Undang-undang nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan adalah
antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
10. Bahwa sesuai dengan fakta yang terungkap dipersidangan, sehingga
Penggugat tidak dapat lagi membangun suatu keluarga yang rukun, bahagia
dan harmonis lagi bersama Tergugat sebagaimana yang dicita-gitakan semula
dan antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak satu rumah lagi, dimana
Penggugat bertempat tinggal di Apartemen dan pisah ranjang dengan Tergugat
sejak 2 tahun lalu, dengan demikian tujuan perkawinan sesuai dengan Undang-
undang Perkawinan yaitu untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan
kekal tidak tercapai lagi oleh karena itu tuntutan Penggugat agar perkawinan
Penggugat dan Tergugat yang dilangsungkan di Badung (Denpasar) tertanggal
1 Januari 1993 tercatat dalam register putus karena perceraian beserta segala
akibat hukumnya dapat dikabulkan.
11. Bahwa dengan dikabulkannya tuntutan Penggugat untuk seluruhnya, maka
Tergugat berada pada pihak yang kalah haruslah dihukum membayar biaya
yang timbul dalam perkara ini.
12. Bahwa sesuai Pasal 34 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dijelaskan suatu perceraian dianggp terjadi beserta segala akibat-
akibatnya terhitung sejak saat pendaftarannya pada daftar pencatatan oleh
pegawai pencatat, hal mana sejalan pula dengan Pasal 35 yang mewajibkan
Panitera Pengadilan atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu untuk mengirimkan
satu helai salinan Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap tanpa meterai
kepada Pegawai Pencatat ditempat perceraian itu terjadi agar di catat dalam
daftar yang diperuntukan untuk itu.
13. Bahwa karena perkawinan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan di Badung
dan perceraian terjadi di Tangerang, maka dalam amar Putusan ini akan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
58
diperintahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri Tangerang atau apabila ia
berhalangan dapat menunjuk Pejabat lain untuk mengirimkan satu salinan
dalam Putusan ini yang telah berkekuatan tetap tanpa materai kepada Kepala
Kantor Catatan Sipil Kabupaten Dati II Badung dan Kepala Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang agar supaya dicatat dalam
register yang diperuntukkan untuk itu.
Dengan memperhatikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo
Peraturan Pemerintah nomor 9 Tahun 1975 serta praturan lain yang bersangkutan,
maka Majelis Hakim memutuskan :
1. Tergugat yang telah dipanggil dengan sepatutnya berdasarkan Undang-
undang untuk datang menghadap dipersidangan, tidak hadir.
2. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya dengan Verstek.
3. Perkawinan antara Penggugat dan Tergugat putus karena perceraian
dengan segala akibat hukumnya.
4. Memerintahkan kepada Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Tangerang
atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu untuk mengirimkan salinan resmi
putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Kepala Kantor
Catatan Sipil Kabupaten Dati II Badung dan Dinas Kependudukan dan
Penataan Sipil Kota Tangerang untuk dicatatkan ke dalam register yang
diperuntukkan untuk itu, selanjutnya agar menerbitkan Akta
Perceraiannya.
5. Membebankan segenap biaya yang timbul dalam perkara kepada Tergugat.
Penggunaan Akta Perjanjian dan Pernyataan yang dibuat secara Notaris
dalam pemeriksaan perkara perceraian memiliki peranan sebagai ;
1. Instrumen yang dapat mempermudah, memperlancar dan mempercepat
proses pemeriksaan perkara di Pengadilan.
Karena dengan adanya Akta Perjanjian dan Pernyataan tersebut maka :
a. proses pemeriksaan perkara dalam persidangan di peradilan yang selama
ini terkesan berbelit-belit dapat dihindari karena semua akibat-akibat
hukum dari perceraian sudah diatur dalam Akta Perjanjian dan
Pernyataan tersebut, sehingga para pihak tidak lagi memperdebatkan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
59
tentang hal-hal yang tadinya perlu diperdebatkan, karena semua yang
mereka perdebatkan sudah diatur dalam Akta Perjanjian dan Pernyataan
tersebut.
b. Dengan dibuatnya akta Perjanjian dan Pernyataan dihadapan Notaris,
berarti para pihak tersebut juga harus tunduk pada isi akta Perjanjian dan
Pernyataan tersebut, karena akta tersebut mempunyai kekuatan
pembuktian yang sempurna.
c. Dengan adanya Akta Perjanjian dan Pernyataan, akibat-akibat hukum
dari perceraian seperti pembagian harta perkawinan maupun hak asuh
dan biaya pemeliharaan anak tidak perlu lagi diperdebatkan dalam
pemeriksaan perkara.
d. Dalam pemeriksaan perkara perceraian, dimana para pihak telah
membuat Akta Perjanjian dan Pernyataan yang dibuat dihadapan
Notaris, maka ketika akta itu dihadirkan dalam persidangan, maka
dengan kekuatan pembuktian akta notariil yang sempurna, hakim terikat
untuk mengakui kebenarannya.
2. Berfungsi juga sebagai akta perdamaian antara kedua belah pihak dan Akta
Perjanjian dan Pernyataan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari
putusan Hakim dan keterikatan para pihak untuk melaksanakannya.
Para Pihak dalam membuat Akta Perjanjian Pra perceraian ini melalui
proses perundingan, karena perundingan merupakan suatu komunikasi dua arah
yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah memiliki
kepentingan yang sama atau berbeda. Dalam perkembangannya perundingan
dipergunakan sebagai salah satu alternatif dalam penyelesaian sengketa diluar
Pengadilan dan sebagai salah satu upaya terlaksananya perdamaian. Sedangkan
definisi perdamaian sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum
Perdata Pasal 1851 :
dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang bergantung ataupun untuk mencegah timbulnya suatu perkara,
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
60
Unsur-unsur perdamaian sesuai Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang terpenuhi dalam Akta Pra Perceraian tersebut di atas adalah sebagai
berikut :
a. Adanya suatu perjanjian, yaitu dengan dibuatnya Akta Perjanjian dan
Pernyataan
b. berikut Akta Surat Persetujuan serta Akta Surat Kuasa yang ketiganya dibuat
pada tanggal dengan Notaris yang sama.
c. Adanya para pihak yaitu :
d. pihak suami Drs I KETUT SUWIYARTA atau disebut juga I KETUT GEDE
SUWIYARTA.
e. Pihak isteri Nyonya LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI.
f. Adanya perbuatan yang menjanjikan yaitu :
1. Janji suami jika perceraian terjadi, maka :
- Akan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan ANAK_ANAK serta kebutuhan pendidikan
ANAK_ANAK sampai kuliah.
- Membayar semua kewajiban-kewajiban terhadap RUMAH yang
dimaksud dalam perjanjian antara lain semua biaya yang berkaitan
dengan angsuran RUMAH yang masih tersisa, sampai RUMAH tersebut
dinyatakan lunas oleh pihak Bank.
- Tidak memperhitungkan MOBIL sebagai harta bersama yang harus
dibiayai Pihak Pertama dan MOBIL tersebut tidak dikategorikan sebagai
milik dan/atau harta bersama karena MOBIL tersebut milik orang tua
Pihak Kedua.
- Membayar semua biaya-biaya yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan ANAK_ANAK serta kebutuhan pendidikan
ANAK_ANAK sampai kuliah selesai dan dibayarkan melalui Pihak
Kedua sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) setiap bulan,
dengan cara menstranfer ke rekening Pihak Kedua setiap tanggal 15 atau
selambat-lambatnya pada tanggal 20 setiap bulannya..dan apabila ada
keterlambatan dan/atau kelalaian maka dikenakan denda sebesar 20 %
dari jumlah yang harus dibayar.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
61
- Jika terjadi perpisahan maka hak asuh ANAK-ANAK berada dalam
pengendalian isteri.
2. Janji isteri bersedia memperllihatkan dokumen asli, antara lain : Akta
Perkawinan, Akta Kelahiran ANAK-ANAK, Kartu Tanda Penduduk
(KTP) Pihak Kedua dan Kartu Keluarga (KK) di depan Pengadilan pada
saat dilakukan sidang perceraian..
g. Perjanjian harus dibuat secara tertulis yaitu pada Akta Perjanjian Pra Perceraian
tersebut di atas, dalam hal ini dibuat dihadapan Notaris dan sesuai dengan
tugas dan fungsi Notaris untuk membuat akta-akta otentik sebagai salah satu
alat bukti tertulis dan Notaris dipercaya karena segala sesuatu yang ditulis
serta ditetapkan oleh Notaris adalah benar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Akta Perjanjian Pra Perceraian
tersebut dapat dikatakan sudah memenuhi kategori perdamaian sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Perjanjian yang dibuat suami dan isteri sebelum dilakukannya perceraian
adalah suatu perjanjian atas kesepakatan bersama.
Pada Akta Perjanjian Pra Perceraian tersebut di atas, sebagaimana suatu
perjanjian, maka Akta Perjanjian dan Pernyataan no 12 tersebut yang merupakan
Akta Perjanjian Pra Perceraian berlaku sebagai Undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya. Para pihak terikat untuk mematuhi ketentuan yang terdapat
dalam Akta Perjanjian dan Pernyataan yang merupakan Akta Perjanjian Pra
Perceraian tersebut.
Sedangkan Akta Surat Persetujuan dan Akta kuasa yang dibuat para pihak
adalah digunakan sebagai akta pendukung dari dari Akta Perjanjian dan
Pernyataan, karena para pihak dalam melangsungkan perkawinan tidak membuat
akta Perjanjian kawin. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 1 tahun
1974 tentang Perkawinan yang berkaitan dengan kedudukan harta benda dalam
perkawinan diatur dalam pasal 35 jo pasal 36 jo pasal 37.
Pasal 35 mengatakan :
1. Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
62
2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.24
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka semua harta yang diperoleh
atau dimiliki para pihak selama jangka waktu perkawinan atau mulai
dilangsungkan perkawinan sampai terjadi putusnya perkawinan baik karena
kematian, perceraian atau karena putusnya perkawinan adalah termasuk harta
bersama.25
Pasal 36 ayat 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 menentukan bahwa :
Dengan demikian suami atau isteri diperbolehkan melakukan tindakan atau
perbuatan hukum atas harta bersama milik mereka atas persetujuan kedua belah
pihak, artinya jika suami melakukan perbuatan hukum atas harta bersama tersebut,
maka pihak isteri yang memberi persetujuan.
Jadi Akta Surat Persetujuan pada tanggal 5 Nopember 2010 nomor : 13,
dibuat bertujuan untuk memenuhi ketentuan tersebut diatas, jika perceraian terjadi
dan sewaktu-waktu pihak isteri berkeinginan melakukan perbuatan hukum yang
mengakibatkan berpindahnya harta kekayaan bersama tersebut, isteri yang
melakukan perbuatan hukum atas harta bersama tersebut tetap harus minta
persetujuan dari suami dan ketentuan tersebut tetap berlaku walaupun suami dan
isteri tersebut bercerai.
Sehingga dengan dibuatnya Akta Surat Persetujuan tersebut dapat memudahkan
pihak isteri yang akan melakukan perbuatan hukum atas harta bersama itu dan
tidak bersusah-susah lagi harus mencari mantan suami untuk meminta persetujuan
atas perbuatan tersebut.
24 Indonesia , op.cit., pasal 35.
25 Darmabrata dan Sjarif, op.cit., hal 95.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
63
Sedangkan Akta Kuasa adalah akta yang isinya pemberian kuasa dengan
hak substitusi dari pihak suami kepada pihak isteri untuk jika tanah dan bangunan
yang merupakan harta bersama yang pada saat dibuatnya akta kuasa sedang dalam
status jaminan pada Bank sudah dinyatakan lunas oleh Bank, maka pihak isteri
dapat bertindak atas Akta Kuasa tersebut untuk mengambil semua asli-asli
dokumen-dokumen, antara lain namun tidak terbatas pada :
1. Sertifikat Hak Milik nomor : 1000/Larangan Selatan,seluas 140 m2
(seratus empat puluh meter persegi)
Tertulis atas nama : Nyonya LUH PUTU AYU LAXMI UNTARI ;
2. Sertifikat Hak Tanggungan :
3. Izin Mendirikan Bangunan.
4. Akta Jual Beli PPAT
5. Surat Pernyataan Lunas dari PT Bannk mandiri (Persero) Tbk.
6. Surat Penghapusan Hak Tanggungan (Roya)
Berikut dokumen-dokumen asli lainnya.
dan untuk keperluan tersebut, pihak isteri berhak untuk menghadap dimana saja
yang diperlukan, untuk membuat, suruh membuat serta menandatangani semua
akta-akta atau surat-surat yang diperlukan serta menerima dokumen-dokumen asli
tersebut.
Analisis Penulis terhadap Akta Perjanjian dan Pernyataan nomor 12 yang
merupakan Akta Perjanjian Pra Perceraian adalah :
1. Dalam Akta Perjanjian dan Pernyataan tidak disebutkan harta-harta yang
diperoleh selama berlangsungnya perkawinan, sehingga tidak jelas apakah
RUMAH dan mobil hanya merupakan sebagian dari harta perkawinan atau
tidak.
2. Dalam akta Perjanjian dan Pernyataan sebagai Akta Pra Perceraian, tidak
dibuatnya akta tersebut, tidak akan saling menuntut hak-hak atas
percampuran dan karenanya para pihak dapat bertindak sendiri atas
masing-masing serta saling membebaskan dari segala tuntutan terhadap
pembagian harta percampuran tersebut.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
64
3. Tidak dijelaskan bagaimana posisi kepemilikan RUMAH apakah
diserahkan kepada pihak isteri atau tidak, karena dalam akta hanya
disebutkan kewajiban dari pihak suami untuk melanjutkan angsuran ke
Bank Pemberi Kredit dimana RUMAH tersebut sedang dijaminkan dan
pihak isteri hanya :
a. diberi kuasa oleh pihak suami untuk mengambil semua asli dokumen
idakkepemilikan atas RUMAH kepada pihak Bank Pemberi Kredit
apabila angsuran atas RUMAH sudah dinyatakan lunas oleh pihak
Bank Pemberi Kredit.
b. Persetujuan dari pihak suami kepada pihak isteri untuk mengalihkan
RUMAH.
4. Tidak dijelaskan bagaimana posisi kepemilikan RUMAH jika pihak suami
meninggal, yang dijelaskan hanya jika terjadi perceraian, karena
berdasarkan bunyi akta Perjanjian dan Pernyataan nomor 12, pihak isteri
tidak berhak atas kepemilikan RUMAH tersebut. sedangkan kuasa dan
persetujuan dari pihak suami berdasarkan akta no 13 dan 14 dengan
meninggalnya dengan sendirinya gugur, sehingga apa yang diinginkan
pihak isteri atas kepemilikan RUMAH tidak tercapai.
5. Hal tersebut diatas terjadi akibat dari Notaris yang tidak mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi didepan, maka Notaris sebaiknya
jika menghadapi hal-hal demikian sudah mengantisipasinya terlebih
dahulu dengan menuangkannya dalam Akta Perjanjian Pra Perceraian
tersebut sehingga hak-hak Isteri terlindungi terhadap adanya
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi didepan.
Sedangkan mengenai putusan Pengadilan, Penulis setuju dengan
Keputusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang bahwa alasan-alasan
Penggugat (X) telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, yang berbunyi sebagai berikut :
Dengan putusnya perkawinan karena perceraian, maka timbul akibat
hukum dari perceraian yaitu :
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
65
1. Mengenai hubungan antara suami isteri.
2. Mengenai anak
3. Mengenai harta benda perkawinan.
Karena para Penggugat Penggugat (X) dan Terggugat (Y) sebelum
perkawinan mereka putus karena perceraian, telah melakukan perundingan
dan akhirnya secara damai mereka telah sepakat atas akibat hukum dari
perceraian yang akan mereka lakukan dan hasil kesepakatan tersebut
mereka tuangkan dalam bentuk suatu perjanjian secara tertulis dan dibuat
dihadapan Notaris atau yang disebut dengan Akta Perjanjian Pra
Perceraian yaitu berupa Akta Perjanjian dan Pernyataan berikut Akta Surat
Persetujuan serta Akta Surat Kuasa yang ketiganya dibuat pada tanggal
dengan Notaris yang sama hal ini membuktikan bahwa para pihak dapat
menjalani proses pemeriksaan dalam pengadilan lebih mudah, lancar dan
cepat, karena didalam Akta Perjanjian Pra Perceraian isinya menyangkut
tentang kesepakatan-kesepakatan mereka terhadap dampak perceraian
tersebut, misalnya tentang pembagian harta, pengasuhan anak, atau biaya
lainnya untuk anak atau apapun juga yang mereka kehendaki. Didalam
Akta Perjanjian Pra Perceraian dapat berisi apapun juga tentang
kesepakatan mereka sepanjang tidak melanggar Undanng-undang. Hal
tersebut dapat dilihat dengan adanya Akta Perjanjian Pra Perceraian yang
dibuat para pihak maka dapat mempermudah, memperlancar dan
mempercepat proses persidangannya.
Dalam Akta Perjanjian Pra Perceraian tersebut, para pihak membuat
kesepakatan atas akibat hukum dari perceraian, baik terhadap anak-anak yang
telah dilahirkan dalam perkawinan maupun terhadap harta benda perkawinan.
Untuk memperkuat pembuktian bahwa diantara para pihak telah terjadi
kesepakatan, maka kesepakatan para pihak tersebut dibuat dalam bentuk Akta
Perjanjian dan pernyataan yang dibuat secara Notariil.
Kedudukan akta Notariil yang mempunyai kekuatan pembuktian
sempurna, baik kekuatan pembuktian dari segi bentuknya, kekuatan pembuktian
materiil, maupun kekuatan pembuktian formil, dapat dijadikan bukti yang
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
66
mengikat hakim diper
Hakim terikat untuk mempercayai kebenarannya, sampai dibuktikan sebaliknya.
Dalam kasus tersebut, pada saat Penggugat dan Tergugat menikah, mereka
tidak membuat Perjanjian Kawin dan karenanya terjadi percampuran harta., sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Perkawinan 26Pasal 37 menentukan bahwa
Bila perkawinan putus karena perceraian , maka harta bersama diatur menurut
hukumnya masing-masing, sedangkan penjelasan Pasal 37 Undang-undang
Perkawinan selanjutnya menentukan bahwa yang dimaksud dengan hukumnya
masing-masing ialah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya. Penjelasan
Pasal 37 Undang-undang Perkawinan tersebut bermaksud untuk memberikan jalan
sebagai upaya hukum, agar pengaturan lebih lanjut mengenai harta bersama
apabila perkawinan suami-isteri tersebut putus karena perceraian agar diatur
menurut hukum agama, hukum adat dan hukum-hukum yang lain, jadi diatur
menurut hukum yang ada sebelum atau pada saat peristiwa perceraian tersebut
terjadi bagi suami isteri yang bersangkutan 27.
Walaupun ketentuan Pasal 37 Undang-undang Perkawinan jika
dihubungkan dengan pengaturan dalam Pasal 35 dan 36 Undang-undang
Perkawinan dapat dikatakan tidak sejalan, karena dalam Pasal 35 dan Pasal 36
Undang- undang Perkawinan, telah diatur sedemikian rupa sehingga
mencerminkan usaha menuju ke arah unifikasi dibidang hukum keluarga dan
perkawinan, dimana Undang-undang telah mengatur secara jelas akibat
perkawinan terhadap harta suami isteri dengan menentukan bahwa harta yang
diperoleh selama perkawinan merupakan harta bersama, hal ini sasarannya untuk
dapat mewujudkan terciptanya kepastian hukum bagi suami isteri dan kelluarga
mereka terutama atas harta mereka, namun akibat putusnya perkawinan karena
perceraian, Undang-undang kembali menciptakan pluralisme hukum yaitu dengan
menunjuk pada peraturan atau hukum agama, hukum adat atau hukum yang lain.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Penulis setuju dengan tindakan para pihak yang
membuat Akta Perjanjian Pra Perceraian karena dengan Akta Perjanjian Pra
26 Indonesia, Op.Cit., Pasal 38
27 Darmabrata dan Sjarif, op.cit.,hal 101.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
67
Perceraian tersebut, kedua belah pihak saling berjanji dan menyatakan bahwa
harta percampuran mereka akan dibagi sesuai dengan apa yang dimuat dalam
Akta Perjanjian Pra Perceraian tersebut dan apa yang dimuat dalam Akta
Perjanjian Pra Perceraian sudah merupakan hasil kesepakatan bersama antara
kedua belah pihak karena berdasarkan ketentuan pasal 37 Undang-undang
Perkawinan tersebut sudah membuka peluang lebih jauh terhadap pengaturan
harta bersama setelah terjadinya perceraian dan atas dasar tersebut para pihak
dapat dibenarkan membuat Akta Perjanjian Pra Perceraian. Dalam perkara perceraian di Pengadilan antara Penggugat dan Tergugat
tidak mempermasalahkan mengenai harta bersama yang telah mereka peroleh
selama perkawinan. Karena mereka berdua telah sepakat atas apa yang
diperjanjian berdasarkan Akta Perjanjian Pra Perceraian yang mereka buat
sebelum perceraian diputus oleh Hakim, sehingga pada saat proses sidang di
Pengadilan, antara Penggugat dan Tergugat tidak perlu mengangkat masalah atau
memperebutkan harta bersama lagi. Oleh atau hal yang diperdebatkan di dalam
sidang Pengadilan.akan tetapi jika memang suatu saat terjadi permasalahan
dikemudian hari dalam Akta Perjanjian Pra Perceraian tersebut sudah jelas
disebutkan para pihak telah sepakat memilih domisili hukum yang tetap dimana
saja yang dibolehkan oleh hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
68
BAB 3
PENUTUP
1. KESIMPULAN :
Berkaitan dengan permsalahan yang dirumuskan dalam tesis ini, dan setelah
dilakukan analisis yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam
thesis, Penulis kemudian menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Fungsi serta peranan akta perjanjian yang dibuat sebelum perceraian adalah:
a. Sebagai instrumen yang dapat mempermudah, memperlancar dan
mempercepat proses pemeriksaan perkara di Pengadilan.
b. alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Ketika akta
otentik tersebut menjadi alat bukti , kebenaran yang terdapat dalam suatu
akta tersebut mengikat bagi hakim, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
Dengan demikian Akta Pra Perceraian tersebut memiliki peran dan fungsi
sebagai alat bukti yang sempurna dalam pemeriksaan perkara perceraian di
Pengadilan.Akta Pra Perceraian yang dibuat adalah sebagai suatu suatu
kesepakatan para pihak sehubungan dengan akibat perceraian dan
merupakan rumusan kehendak para pihak atas akibat hukum perceraian.
Akta Pra perceraian tersebut dibuat dalam bentuk akta otentik dan
sebagaimana rumusan pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang telah ditentukan
oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum
yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu dibuat, maka Akta Pra
Perceraian yang dibuat dihadapan Notaris dipandang sebagai salah satu
bentuk akta otentik. Dilihat dari kekuatan pembuktiannya, Akta Pra
Perceraian yang dibuat secara Notariil memiliki kekuatan pembuktian
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
69
yang sempurna karena Kekuatan pembuktian Akta Pra Perceraian yang
dibuat secara notariil meliputi kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan
pembuktian formal dan kekuatan pembuktian material. Dengan demikian
dalam proses pemeriksaan perkara di Pengadilan, khususnya perkara
perceraian,
c. Akta perdamaian antara kedua belah pihak karena Akta Pra Perceraian
merupakan alternatif penyelesaian perkara diluar pengadilan yanng
dilakukan dengan cara pendekatan secara damai dan hal tersebut tentunya
termasuk dalam pengaturan mengenai akibat dari perceraian karena
dengan adanya perdamaian berdasarkan kesadaran para pihak yang
berperkara, maka tidak ada pihak yang dimenangkan atau dikalahkan.
Kedua pihak sama-sama menang dan sama-sama kalah dan mereka dapat
pulih kembali dalam suasana rukun dan dalam persaudaraan .
2. Kekuatan hukum Akta Perjanjian Pra Perceraian bagi para pihak yang
membuatnya adalah :
Akta Perjanjian Pra Perceraian yang dibuat secara Notaril adalah akta
otentik merupakan suatu tulisan yang sengaja dibuat untuk membuktikan adanya
atau terjadinya suatu peristiwa hukum atau hubungan hukum tertentu sehingga
akta Akta Perjanjian Pra Perceraian yang dibuat para pihak sebelum dilakukan
perceraian merupakan suatu perjanjian yang sah menurut ketentuan undang-
undang maka perjanjian tersebut telah mengikat satu dan lainnya karena
perjanjian tersebut berlaku juga seperti undang-undang bagi mereka yang
membuat dan merupakan azas kebebasan berkontrak, sehingga tidak dapat ditarik
kembali kecuali atas persetujuan dan/atau kesepakatan bersama antara para pihak
yang membuatnya atau yang dinyatakan oleh undang-undang. Kekuatan akta
otentik sebagai alat pembuktian sebagaimana dalam pasal 1870 KUHPerdata
yaitu::
-ahliwarisnya atau orang yang mendapat hak daripada mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimu
Jadi akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang mutlak, apabila
akta itu memuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yang membuat
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
70
perjanjian tersebut. Sehingga dalam membuat Akta Perjanjian Pra Perceraian
tersebut, isi perjanjiannya harus benar-benar melindungi kepentingan para pihak
karena ketentuan dalam perjanjian tersebut harus mencakup semua hak dan
kewajiban para pihak setelah berpisah dan memenuhi semua kebutuhan para pihak
setelah perceraian dan apabila dikemudian hari diantara pihak-pihak yang telah
membuat perjanjian tersebut terjadi sengketa, maka apa yang tersebut dalam akta
otentik itu merupakan bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya,
sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan alat-alat pembuktian lain. Kekuatan
pembuktian dari suatu akta otentik dapat diakui kebenarannya sepanjang tidak
dibuktikan sebaliknya, sehingga memudahkan pembuktian dan memberikan
kepastian hukum yang lebih kuat dalam kehidupan masyarakat dan sekaligus
diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, dalam proses
penyelesaian sengketa tersebut, setidak-tidaknya akta otentik yang merupakan alat
bukti tertulis dan dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam penyelesaian
perkara secara murah dan cepat.
2. SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan Penulis berkaitan dengan
permasalahan dalam thesis ini, Penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pemeriksaan perkara perceraian di Pengadilan dengan mengingat
bahwa proses peradilan di Indonesia cukup rumit baik dari segi proses
maupun waktu dimana tugas Hakim untuk berusaha memberikan
kesempatan kepada para pihak untuk melakukan upaya mempertahankan
perkawinan tersebut atau langkah lain yang dapat disepakati oleh kedua
belah pihak, Bahwa antara suami isteri dalam hal terjadi suatu perceraian,
sebaiknya digunakan pendekatan secara damai dan hal tersebut tentunya
termasuk dalam pengaturan mengenai akibat dari perceraian karena dengan
adanya perdamaian berdasarkan kesadaran para pihak yang berperkara,
maka tidak ada pihak yang dimenangkan atau dikalahkan. Kedua pihak
sama-sama menang dan sama-sama kalah dan mereka dapat pulih kembali
dalam suasana rukun dan dalam persaudaraan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
71
Dengan situasi seperti diuraikan di atas maka para pihak yang terlibat
perkara perceraian dapat membuat Akta Pra Perceraian sebagai salah satu
upaya untuk mengatasi masalah perceraian dengan jalan damai melalui
musyawarah dan mufakat yang merupakan ciri bangsa Indonesia serta untuk
mempermudah, memperlancar dan mempercepat proses pemeriksaan
perkara di Pengadilan. Dalam pembuatan Akta Pra Perceraian tersebut,
hendaknya para pihak dapat mempertimbangkan dengan seksama berbagai
akibat yang mungkin timbul dari perceraian, sehingga Akta Pra Perceraian
yang dibuat dapat menguntungkan semua pihak .
2. Dengan kedudukan Akta Pra Perceraian sebagai bagian secara tidak
langsung dalam putusan Pengadilan, maka Akta Pra Perceraian tersebut
mempunyai kekuatan hukum seperti halnya putusan Pengadilan, karena latar
belakang adanya Akta Pra Perceraian tersebut adalah karena para pihak
berkeinginan untuk mempermudah, memperlancar dan mempercepat proses
pemeriksaan di Pengadilan. Untuk itu dalam hal para pihak membuat Akta
Pra Perceraian, maka para pihak hendaknya dapat secara konsisten
melaksanakan kesepakatan dalam Akta Pra Perceraian tersebut.
3. Sesuai dengan tugas dan wewenang Notaris yang sangat erat hubungannya
dengan perjanjian-perjanjian atau adanya suatu perbuatan-perbuatan hukum
yang dapat menimbulkan suatu hak dan kewajiban antara para pihak yaitu
dengan memberikan rasa aman dan kepastian atau sebagai alat bukti tentang
adanya suatu perbuatan hukum tersebut dalam perjanjian dan juga agar para
pihak yang terlibat didalamnya mempunyai kepastian hukum, maka
diharapkan bagi Notaris atau calon Notaris itu sendiri :
a. Dengan mengetahui atau lebih mengenal Akta Pra Perceraian serta dapat
mensosialisasikan atau memperkenalkan akta tersebut kepada masyarakat
bahwa dengan adanya atau dengan para pihak itu membuat Akta Pra
Perceraian yang dibuat dihadapan Notaris itu Para pihak yang berperkara
di Pengadilan dalam kasus perceraian dapat mempermudah, memperlancar
dan mempercepat proses pengadilan para pihak yang berperkara. Dengan
adanya Akta Pra Perceraian para pihak tidak bersengketa lagi
dipersidangan, dikarenakan selain mereka sudah membuat kesepakatan
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
72
bersama dengan akta Notaris yang artinya mereka telah membuat
kesepakatan tentang akibat-akibat hukum yang ditimbulkan dari perceraian
mereka sudah diatur dalam Akta Pra Perceraian yang telah mereka buat
itu.
b. Sesuai dengan ketentuan pasal 15 ayat 2 huruf e Notaris berwenang untuk
memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.
Dalam hal seorang Notaris memberikan penyuluhan hukum, Notaris
diharapkan memiliki kemampuan dan ketrampilam dalam melaksnakan
tugas dan wewenangnya sebagai pejabat umum yang melaksanakan
sebagian tugas pemerintah, diantaranya dalam bidang memberikan
pelayanan hukum kepada masyarakat berdasarkan keahliannya di bidang
kenotariatan dan martabat notaris, memberikan nasihat hukum yang
berkenaan dengan pembuatan akta-akta yang diminta oleh klien serta turut
berperan serta dalam perkembangan ilmu hukum, pembaharuan dan
pembinaan hukum nasional dan khususnya dalam ilmu kenotariatan,
sehingga Notaris tidak hanya harus mengenal kedudukan, tugas dan
wewenangnya sebagaimana digambarkan oleh Undang-Undang Jabatan
Notaris. Akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu :seorang Notaris harus
mengerti dan memahami apa yang dikehendakinya oleh masyarakat yang
harus dilayaninya dan harus benar-benar mengetahui dan menyadari sifat,
ruang lingkup dari tugas dan wewenangnya itu serta pengetahuan tentang
kebutuhan-kebutuhan masyakat yang dapat dan tidak dapat dipenuhinya,
serta pengetahuan tentang bagaimana caranya untuk dapat memenuhi
kebutuhan kebutuhan itu.
c. Dalam membuat Akta Perjanjian Pra Perceraian tersebut isi dari perjanjian
tersebut harus benar-benar melindungi kepentingan para pihak karena
ketentuan dalam perjanjian tersebut harus mencakup semua hak dan
kewajiban para pihak setelah berpisah dan memenuhi semua kebutuhan
para pihak setelah perceraian.
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
73
DAFTAR REFERENSI
Darmabrata, Wahyono dan Surini Ahlan Sjarif. Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia.Cet.2.Jakarta: Badan Penerbit FHUI,2004.
Darmabrata, Wahyono. Tinjauan Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Beserta Undang-Undang Dan Peraturan Pelaksanaannya.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997.
Darmabrata, Wahyono. Hukum Perdata Asas-Asas Hukum Orang dan Keluarga.
Jakarta : Gitamajaya, 2004.
Darmabrata, Wahyono. Hukum Perkawinan Perdata. Jakarta :Rizkita,2009
Fauzi, Dodi Ahmad. Perceraian Siapa Takut, Jakarta : Restu Agung,2006
Harahap, M.Yahya. Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1975. Medan :
CV.Zahir,1975.
Hazairin, D. Tinjauan Mengenai Undang-Undang Perkawinan Nomor : 1/1974 dan Lampiran Undang-Undang Nomor : 1/1974 Tentang Perkawinan.
Jakarta : Tintamas, 1986.
Indonesia, Undang Tentang Perkawinan, UU No. 1 tahun 1974.
_____________, Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.1 tahun 1974, PP Nomor : 9 tahun 1975.
_____________, Undang Undang Jabatan Notaris, UU RI No. 30 tahun 2004.
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).
Diterjemahkan oleh R.Subekti dan R.Tjitrosudibio. Cet.38.Jakarta :
Pradnya Paramita, 2007
Latif, H.M.Djamil, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia, Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1982
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Universitas Indonesia
74
Mamudji, Sri dan Hang Rahardjo. Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Jakarta :
2004
Mertokusumo, Sudikno. Penemuan Hukum. Yogjakarta : Universitas
Atmajaya,2010.
Mertokusumo, Sudikno, dan A. Pitlo. Bab-bab Tentang Penemuan Hukum. Yogjakarta : Citra Aditya Bakti,1993.
Sarjono., Masalah Perceraian, Jakarta : Academica,1979
Satrio, J., Hukum Harta Perkawinan. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993.
Satrio, J., Hukum Perikatan. Bandung : Alumni, 1999.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press, 2010
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta : Intermasa 2010
Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta : Intermasa 1984
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013
Fungsi akta..., Arlina Syahria, FH UI, 2013