bab ii tinjauan umum tentang perjanjian baku dan … ii.pdf · penjabat pembuat akta tanah,...

23
24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT 2.1 Perjanjian Baku 2.1.1 Pengertian Perjanjian Baku Istilah perjanjian baku adalah terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu standard contract. Sedangkan hukum inggris menyebutkan sebagai standard form of contract. Marian Darus Badrulzaman menterjemahkan dengan istilah perjanjian baku. Baku berarti patokan atau acuan. Jadi perjanjian baku menurut definisi beliau adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. 17 Dari uraian diatas, jelas bahwa hakikat dari perjanjian baku merupakan perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Apabila dibitur menerima isi perjanjian tersebut, ia akan menandatangani perjanjian tersebut, tetapi apabila ia menolak, perjanjian dianggap tidak ada karena debitur tidak menandatangani perjanjian tersebut. 2.1.2 Ciri-Ciri Perjanjian Baku Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri perjanjian baku/standar mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan tuntutan masyarakat, yang antara lain adalah sebagai berikut : 17 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, h. 32.

Upload: others

Post on 10-Sep-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

24

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT

2.1 Perjanjian Baku

2.1.1 Pengertian Perjanjian Baku

Istilah perjanjian baku adalah terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu

standard contract. Sedangkan hukum inggris menyebutkan sebagai standard

form of contract. Marian Darus Badrulzaman menterjemahkan dengan istilah

perjanjian baku. Baku berarti patokan atau acuan. Jadi perjanjian baku menurut

definisi beliau adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam

bentuk formulir.17

Dari uraian diatas, jelas bahwa hakikat dari perjanjian baku merupakan

perjanjian yang telah distandarisasi isinya oleh pihak ekonomi kuat, sedangkan

pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Apabila

dibitur menerima isi perjanjian tersebut, ia akan menandatangani perjanjian

tersebut, tetapi apabila ia menolak, perjanjian dianggap tidak ada karena debitur

tidak menandatangani perjanjian tersebut.

2.1.2 Ciri-Ciri Perjanjian Baku

Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri

perjanjian baku/standar mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan

tuntutan masyarakat, yang antara lain adalah sebagai berikut :

17 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, h. 32.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

25

1. Bentuk Perjanjian Tertulis

Perjanjian yang dimaksud adalah naskah perjanjian keseluruhan dan

dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku. Kata-kata

atau kalimat pernyataan kehendak yang termuat dalam syarat-syarat baku

dibuat secara tertulis berupa akta otentik atau akta dibawah tangan.

Karena dibuat secara tertulis , maka perjanjian yang memuat syarat-syarat

baku itu mengunakan kata-kata atau susunan kalimat yang teratur dan

rapi. Jika huruf yang dipakai kecil-kecil, kelihatan isinya sangat padat dan

sulit dibaca dalam waktu singkat. Ini merupakan kerugian bagi konsumen.

Contoh perjanjian baku adalah perjanjian jual beli, polis asuransi, dan

kredit dengan jaminan, sedangkan contoh dokumen bukti perjanjian

adalah konosemen, nota pesanan, nota pembelian, dan tiket

pengangkutan.18

1. Format Perjanjian Dibakukan.

Format perjanjian meliputi model, rumusan, dan ukuran. Format ini

dibakukan, artinya sudah ditentukan model, rumusan, dan ukurannya,

sehingga tidak dapat diganti, diubah, atau dibuat dengan cara lain karena

sudah dicetak. Model perjanjian dapat berupa blanko naskah perjanjian

lengkap atau blanko formulir yang dilampiri dengan naskah syarat-syarat

perjanjian, atau dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat

baku.

18Abdulkadir Muhammad, 1992, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan

Perdagangan, Citra Aditya Bhakti, Bandung, h. 6.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

26

Rumusan syarat-syarat perjanjian dapat dibuat secara rinci dengan

menggunakan nomor/pasal atau secara singkat berupa klausula tertentu

yang mengandung arti tertentu yang hanya dipahami oleh pengusaha,

sedangkan konsumen sulit/tidak memahaminya secara singkat sehingga

dapat merugikan bagi konsumen. Ukuran kertas perjanjian ditentukan

menurut model, rumusan isi perjanjian, bentuk huruf dan angka yang

dipergunakan. Contoh format perjanjian baku adalah polis asuransi, akta

Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu

kredit dan obligasi.19

2. Syarat-syarat Perjanjian Ditentukan oleh Pengusaha

Syarat-syarat perjanjian yang merupakan pernyataan kehendak

ditentukan sendiri secara sepihak oleh pengusaha atau organisasi

pengusaha. Karena syarat-syarat perjanjian itu dimonopoli oleh

pengusaha dari pada kosumen, maka sifatnya cenderung lebih

menguntungkan pengusaha. Hal ini tergambar dalam klausula eksonerasi

berupa pembebasan tanggung jawab perusahaan, dimana tanggung jawab

itu menjadi beban konsumen.20

3. Konsumen Hanya Menerima atau Menolak

Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat perjanjian yang

diberikan padanya, maka ditanda tanganilah perjanjian itu.

Penandatanganan tersebut menunjukan bahwa konsumen bersedia

memikul tanggung jawab walapun mungkin konsumen tidak bersalah.

19 Ibid, h.7.

20

Ibid, h. 8.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

27

Jika konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang

disodorkan itu, konsumen tidak boleh menawar syarat-syarat yang sudah

dibakukan itu. Menawar syarat-syarat baku berarti menolak perjanjian.

Pilihan menerima ini dalam bahasa inggris diungkapkan dengan take it or

leave it.21

4. Penyelesaian Sengketa Melalui Musyawarah/Peradilan

Dalam syarat-syarat perjanjian terdapat klausula standar (baku)

mengenai penyelesaian sengketa. Jika terjadi sengketa dalam pelaksanaan

perjanjian, maka penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase. Tetapi jika

ada pihak yang menghendaki, tidak tertutup kemungkinan penyelesaian

sengketa melalui Pengadilan Negeri. Sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,

maka pengusahan di Indonesia sebelum menyelesaikan sengketa di

pengadilan, penyelesaian sengketa melalui musyawarah.

5. Perjanjian Baku Menguntungkan Pengusaha

Kenyataan ini menunjukan bahwa kecenderungan perkembangan

perjanjian adalah dari lisan ke bentuk tulisan, dari perjanjian tertulis biasa

ke perjanjian tertulis yang dibakukan, syarat-syarat baku dimuat lengkap

dalam naskah perjanjian, atau ditulis sebagai lampiran yang tidak

terpisahkan dari formulir perjanjian, atau ditulis dalam dokumen bukti

perjanjian. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perjanjian baku yang

dirancang secara sepihak oleh pengusaha akan menguntungkan pengusaha

berupa :

21 Ibid, h.9.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

28

a. Efisiensi biaya, waktu dan tenaga;

b. Praktis karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir

atau blangko yang siap diisi dan ditandatangani;

c. Penyelesaian cepat karena konsumen hanya menyetujui dan atau

menandatangani perjanjian disodorkan kepadanya;

d. Homogenitas perjanjian yang dibuat dengan jumlah yang

banyak.22

2.1.3 Jenis-Jenis Perjanjian Baku

Secara kuantitatif, jumlah perjanjian baku yang hidup dan berkembang

dalam masyarakat sangat banyak karena masing-masing perusahaan atau

lembaga, baik yang bergerak di bidang perbankan dan nonbank maupun

lainnya, selalu menyiapkan standart baku dalam mengelola usahanya. Ini

disebabkan untuk mempermudah dan mempercepat lalu lintas hukum.23

Hondius mengemukakan bahwa kiranya tidak tepat kalau ada kesan

seakan-akan hampir semua transaksi dibuat atas syarat-syarat baku. Selalu

masih banyak perjanjian, yang dibuat sama sekali atau semata-mata dalam

bentuk syarat-syarat kontrak individual. Tidak semua transaksi cocok untuk

dibakukan.24

Berbagai contoh kontrak yang tidak cocok untuk dibakukan,

yaitu:

1. Jenis-jenis kontrak baku dan hubungan-hubungan hukum baru;

22 Ibid, h.10.

23

Salim HS, Op.cit, h.154.

24

Salim HS, Op.cit, h.155.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

29

2. Transaksi antara pengusaha dan seorang partikelir, yang segera

dilaksanakan dalam hal pengusaha tidak ada resiko besar (misalnya

penjualan makanan);

3. Transaksi antar golongan swasta satu dengan swasta yang lain (sewa-

menyewa, penjualan mobil bekas);

4. Perjanjian-perjanjian, kedua belah pihak segan mempergunakan dokumen-

dokumen (misalnya transaksi-transaksi gelap, tidak diberikan nota karena

kedua belah pihak hendak mengelakan Undang-Undang pajak peredaran);25

Penyebab keempat hal itu tidak dibuatkan syarat-syarat baku adalah karena :

1. Biaya, waktu dan kesulitan dari penerapan syarat-syarat umum tidak

seimbang dengan keuntungan;

2. Tidak ada pengetahuan tentang syarat-syarat baku atau karena kurang

pengalaman;

3. Karena kedua belah pihak mengelakan Undang-Undang pajak peredaran.26

Hondius tidak mengklarifikasikan jenis-jenis standar kontrak tersebut,

baik berdasarkan usahanya maupun lainnya. Namun, Marian Darus

Badrulzaman membagi jenis perjanjian baku menjadi empat jenis yaitu

sebagai berikut :

1. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh

pihak yang kuat kedudukannya didalam perjanjian itu. Pihak yang kuat

disini ialah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi (ekonomi)

kuat dibandingkan pihak debitur.

25 Salim HS, Loc.cit

26

Salim HS, Loc.cit

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

30

2. Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya

ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang pihak-

pihaknya terdiri dari pihak majikan (kreditur) dan pihak lainnya buruh

(debitur). Kedua belah pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya

pada perjanjian buruh kolektif.

3. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah ialah perjanjian baku

yang lazimnya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan

hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai objek

hak-hak atas tanah. Dalam bidang argaria, lihatlah misalnya formulir-

formulir perjanjian sebagaimana yang diatur dalam SK Menteri Dalam

Negeri tanggal 6 Agustus 1977 Nomor 104/d\d\Dja/1977 antara lain akta

jual beli.

4. Perjanjian baku yang ditentukan dilingkungan notaris atau advokad

adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah

disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang

meminta bantuan notaris atau advokad yang bersangkutan. Didalam

perpustakaan Belanda, jenis keempat ini disebut dengan contract model.27

Mariam Darus Badrulzaman tidak menyebutkan dengan jelas perjanjian

baku yang berlaku di kalangan perbankan, namun ia hanya menyebutkan

bahwa perjanjian baku yang dibuat oleh pihak ekonominnya kuat terhadap

debitur yang kedudukan ekonominnya lemah. Pihak ekonominya kuat ini,

dapat ditafsirkan sebagai pihak pemberi kredit atau lembaga perbankan yang

27 Salim HS, Op.cit, h.156.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

31

memberikan kredit pada debitur. Memang didalam lembaga perbankan

syarat-syarat baku itu telah disiapkan oleh lembaga perbankan, sedangkan

nasabah atau debitur hanya tinggal menerima atau menolak isi perjanjian.

Apabila ia menerima, maka ia menandatangani isi perjanjian tesebut.28

Berdasarkan hasil kajian terhadap berbagai jenis perjanjian yang berlaku

di Indonesia, Salim HS, telah menginventariskan berbagai kontrak yang telah

dibakukan. Kontrak itu dapat dikaji dari objeknya. Jenis-jenis kontrak

tersebut disajikan sebagai berikut :

1. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang pertambangan umum dan

minyak dan gas bumi, seperti kontrak baku pada kontrak karya, kontrak

production sharing, perjanjian karya pengusahaan batu bara, kontrak

bantuan teknis, dan lain-lain;

2. Kontrak baku yang dikenal dalam praktik bisnis, seperti kontrak baku

dalam perjanjian leasing, beli sewa, franchise, dan lain-lain;

3. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang perbankan, seperti perjanjian

kredit bank, perjanjian bagi hasil pada bank syariah;

4. Kontrak baku yang dikenal dalam perjanjian pembiayaan non-bank,

seperti perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil pada perusahaan

modal ventura, perjanjian pembiayaan konsumen; dan

5. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang asuransi, seperti perjanjian

asuransi yang dibuat oleh perusahaan asuransi.29

28 Salim HS, Op.cit, h.157.

29

Salim HS, Loc.cit.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

32

Disamping itu, dikenal juga perjanjian baku yang dikenal dalam

pembebanan jaminan, seperti perjanjian pembebanan hak tanggungan,

fidusia, dan gadai. Perjanjian ini telah dibakukan oleh pemerintah dan

lembaga pegadaian.30

2.2 Kredit

2.2.1 Pengertian Kredit

Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa Latin, credere, yang

berarti kepercayaan. Misalkan, seseorang nasabah debitur yang memperoleh

kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank.

Hal ini menunjukan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank

kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit

adalah pinjam meminjam uang dengan pembayaran pengembalian secara

mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh

bank atau badan lain.

Menurut Drs. OP. Simorangkir, “kredit adalah pemberian prestasi dengan

balas prestasi yang akan terjadi pada waktu akan datang”.31

Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan dirumuskan bahwa kredit adalah “Penyedian uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

30 Salim HS, Loc.cit.

31

H.R. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garasi, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h.123.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

33

meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga”.

Berkaitan dengan pengertia kredit di atas, menurut ketentuan Pasal 1

angka 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah

Penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga,

termasuk : (a) ceruka (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro

nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; (b)

pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak-piutang; dan (c)

pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

Dari pengertian tersebut, setidaknya terdapat empat (4) unsur pokok kredit,

yaitu kepercayaan, waktu, resiko, dan prestasi. Sebagaimana diketahui bahwa

unsur esensial dari kredit bank adalah kepercayaan dari bank sebagai kreditur

terhadap nasabah peminjam sebagai debitur. Kepercayaan timbul karena

dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank

oleh debitur antara lain : jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda

jaminan atau agunan, dan lain-lain.32

Dengan demikian unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikan baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

32 Hermansyah, Op.cit, h.58.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

34

2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi

dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu

uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan

diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai

akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian

prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.

Semakin lama kredit yang diberikan semakin tinggi pula tingkat

resikonya, karena sejauh-jauh kemampuan manusia untuk menerobos

masa depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang

tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur

resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah, maka timbullah jaminan

dalam pemberian kredit.

4. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang,

tetapi juga dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan

modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi

kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktik

perkreditan.33

2.2.2 Jenis-Jenis Kredit

Jenis kredit perbankan dapat dibedakan dengan mengacu pada kreteria

tertentu. Pengklasifikasian jenis-jenis tersebut bermula dari klasifikasi yang

33 Hermansyah, Op.cit, h. 59.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

35

dijalankan oleh perbankan dalam rangka mengontrol portofolio kredit secara

efektif. Dari kegaiatan pengklasifikasian tersebut maka saat ini dikenal jenis-jenis

kredit yang didasarkan kepada :

1. Penggunaanya

2. Tujuan penggunaan kredit

3. Jangka waktu

4. Jaminanya

5. Aktivitas perputaran sektor usaha

6. Kelembagaanya

7. Objek yang di transfer34

Berdasarkan penggunaanya kredit dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang

diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam

rangka rehabilitasi, moderenisasi, perluasan ataupun pendirian proyek

baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik,

yang pelunasannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang

dibiayai tersebut. Jadi, kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau

pajang yang tujuannya untuk pembelian barang modal dan jasa yang

diperlukan untuk rehabilitasi, moderinisasi, perluasan, proyek penempatan

kembali dan/atau pembuatan proyek baru.

2. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang diberikan baik dalam rupiah

maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu

34Hermansyah, Op.cit, 59.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

36

siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang sesuai dengan kesepakatan antara para pihak yang

bersangkutan. Dapat juga dikatakan bahwa kredit ini diberikan untuk

membiayai modal kerja, dan modal kerja adalah jenis pembiayaan yang

diperlukan oleh perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.

3. Kredit Konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan

kepada debitur untuk pembiayaa barang-barang kebutuhan atau konsumsi

dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan

bulanan nasabah debitur yang bersangkutan. Dengan kata lain, kredit

konsumsi merupakan kredit perorangan untuk tujuan nonbisnis, termasuk

kredit pemilikan rumah. Kredit konsumsi biasanya digunakan untuk

membiayai pembelian mobil atau barang konsumsi barang tahan lama

lainnya.35

Berdasarkan dari segi tujuan kredit dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis,

yaitu:

1. Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha

atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan

barang dan atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangunan

pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian yang

menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan yang

menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

35 Hermansyah, Op.cit, h.60.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

37

2. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi secara

pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang

dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang

atau badan usaha. Sebagai contoh kredit perumah, kredit mobil pribadi,

kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

3. Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk perdagangan,

biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya

diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering

di berikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan uang akan

membeli barang jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor

dan impor.36

Berdasakan dari segi jangka waktu kredit dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)

jenis, yaitu :

1. Kredit Jangka Pendek, yaitu merupakan kredit yang memiliki jangka

waktu kurang dari 1 (satu) tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya

digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk perternakan

misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya

tanaman padi atau palawija.

2. Kredit Jangka Menengah, yaitu jangka waktu kreditnya berkiran antara 1

tahun sampai 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit

pertanian seperti jeruk, atau pertenakan kambing.

36 Kasmir, 2015, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi Cetakan Keenam,

Rajawali Pers, Jakarta, h.92.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

38

3. Kredit Jangka Panjang, yaitu merupakan kredit yang masa

pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu

pengembaliannya diatas tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk

investasi jangka panjang seperti perkebunan karet,kelapa sawit atau

manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.37

Berdasarkan dari segi jaminan kredit dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Kredit dengan Jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan,

jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud

atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan

dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

2. Kredit tanpa Jaminan, yaitu merupakan kredit yang diberikan tanpa

jaminan barang atau orang tertentu. Kredi jenis ini diberikan dengan

melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon

debitur selama ini.38

Berdasarkan dari segi kelembagaanya kredit dapat digolongkan menjadi 4 (empat)

jenis, yaitu :

1. Kredit perbankan yang diberikan oleh Bank Milik Negara, atau Bank

Swasta kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan/atau konsumsi.

Kredit ini diberikan kepada dunia usaha untuk ikut membiayai pembelian

kebutuhan hidup yang berupa barang atau jasa.

37 Ibid

38

Ibid

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

39

2. Kredit liquidasi, yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Sentrak kepada

bank-bank yang beroprasi di Indonesia, yang selanjutnya digunakan

sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.

3. Kredit langsung, kredit ini diberika oleh Bank Sentral kepada lembaga

pemerintah atau semi pemerintah (kredit program), misalnya Bank

Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog dalam rangka

pelaksanaan program pelaksanaan pangan, atau pemberian kredir langsung

kepada Pertamina, atau pihak ketiga lainnya.

4. Kredit (pinjam antar bank), yaitu kredit ini diberikan oleh bamk yang

kelebihan dana kepada bank yang kekuarangan dana. Pinjaman model ini

merupakan sarana yang paling mudah dilakukan olegh bank yang

memerlukan tambahan dana baik dalam keadaa darurat maupun keadaan

biasa arti sekedar memerlukan tambahan dana untuk dapat diputar

kembali.39

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan

pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut

didirikan.

Adapun tujuan utama dari pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.

Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank

39 Muhamad Djumhana, 2008, Hukum Perbankan di Indonesia, cetakan ke III, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, h.368.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

40

sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

nasabah. Kemudian hasil lainnya bahwa nasabah yang memperoleh kredit

pun bertambah maju dalam usahanya.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank yang

terus menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank

tersebut akan dilikuidasi.

2. Membantu usaha nasabah, yaitu membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja. Dengan

dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan

memperluas usahanya.

3. Membantu pemerintah, yaitu bagi pemerintah semakin banyak kredit

yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat

semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di

berbagai sektor.40

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah :

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan

usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru

sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menggangur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar

kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa

yang beredar di masyarakat.

40 Kasmir, Op.cit h.88.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

41

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri

dengan fasilits kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa

negara.

e. Meningkatan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai

untuk keperluan ekspor.41

Kemudian disamping tujuan dari fasilitas kredit, adapun fungsi kredit secara

luas. Fungsi kredit secara luas antara lain sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya

dari uang jika hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu

yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi

berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu

wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan

uang dapat memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh

tambahan yang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan si debitur untuk

mengolah barang yang tidak berguna atau bermanfaat.

41 Kasmir, Loc.cit.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

42

4. Meningkatkan peredaran uang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu

wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari

satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula

meningkatkan jumlah barang yang beredar.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi

karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah

barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula

membantu dalam mengekspor barang dalam negeri ke luar negeri

sehingga meningkatkan devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan meningkatkan kegairahan berusaha,

apalagi bagi si nasabah yang memegang modal pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pedapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik,

terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit

diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu

membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi

penganguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga dapat

meningkatkan pendapatannya seperti membukaan warung atau menyewa

rumah kontrakan atau jasa lainnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

43

8. Untuk meningkatkam hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningatkan saling

membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di

bidang lainnya.42

2.2.4 Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES)

Kredit umum pedesaan atau disingkat dengan Kupedes adalah kredit

yang diberikan untuk mengembangkan atau meningkatkan usaha-usaha kecil

yang sudah ada di pedesaan, baik usaha-usaha yang sebelumnya pernah

dibantu dengan fasilitas kredit mini atau midi dan jenis kredit lain maupun

usaha-usaha dari calon nasabah baru.43

Tujuan dari Kredit umum pedesaan yaitu untuk membiayai keperluan

investasi maupun modal kerja dalam rangka peningkatan usaha di semua

sektor ekonomi di pedesaan.44

Kredit umum pedesaan merupakan suatu fasilitas kredit yang disediakan

oleh Bank Rakyat Indonesia Unit Desa untuk mengembangkan/meningkatkan

usaha kecil yang layak di pedesaan, baik yang telah dibantu dengan fasilitas

kredit. Namun demikian untuk memperluas jangkauan pelayanan, maka

Direksi Bank Rakyat Indonesia telah mengambil kebijakan agar kredit umum

pedesaan dapat diberikan pula pada pegawai berpenghasilan tetap. Perlu

42 Kasmir, Op.cit, h.90.

43

Thomas Suyatno dkk, 2003, Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Kesepuluh, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, h.47

44

Ibid

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

44

ditekankan disini bahwa kredit umum pedesaan hanya disediakan oleh Bank

Rakyat Indonesia Unit dan bukan bank lain termasuk Kantor Cabang Bank

Rakyat Indonesia dan sasarannya adalah orang-orang yang mempunyai usaha

selain dari pegawai yang berpenghasilan tetap.

Sasaran kredit umum pedesaan adalah dua golongan masyarakat pedesaan

yaitu :

a. Pengusaha

Semua pengusaha yang bergerak dalam berbagai sektor ekonomi dalam

wilayah kerja Bank Rakyat Indonesia Unit seperti pada sektor : pertanian,

perdagangan, jasa-jasa salah satunya jasa kecantikan salon dan lain-lain.

b. Golongan Berpenghasilan Tetap

Semua pegawai yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor. 6 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1. Pegawai negeri yang dimaksud

adalah

- Pegawai Negeri Sipil

- Anggota TNI/POLRI

- Pegawai BUMN

- Pegawai Perusahaan Daerah

b) Pensiunan Dari :

- Pegawai Tetap

- Perusahaan Swasta

- Janda/Duda Pensiunan

Jenis-Jenis Kredit Umum Pedesaan

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

45

1. Kredit Umum Pedesaan Modal Kerja

Merupakan kredit yang diberikan kepada debitur/calon debitur untuk

membiayai modal kerja yang bersangkutan.

2. Kredit Umum Pedesaan Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada debitur/calon debitur untuk

membelian barang-barang modal yang diperlukan guna rehabilitasi,

moderenisasi, ekspansi atau pendirian usaha baru.

3. Kredit Umum Pedesaan Pengganti Modal Kerja

Merupakan kredit yang diberikan kepada debitur untuk mengganti modal

kerja.

4. Golongan Perpenghasilan Tetap

Merupakan kredit yang diberikan debitur/calon debitur golongan

berpenghasilan tetap, baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif.45

2.3 Agunan

2.3.1 Pengertian dan Fungsi Agunan

Agunan merupakan jaminan tambahan yang diperlukan dalam hal

pemberian fasilitas kredit. Hal demikian sesuai dengan pengertian agunan yang

termuat dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, yaitu bahwa aguanan adalah jaminan tambahan yang diserahkan

nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarka prinsip syariah.46

45 Gunawan Sri Nugroho, 2012, “Evaluasi Sistem Pemberian Kredit Umum Pedesaan

(KUPEDES) Pada Bank Rakyat Indonesia unit klenco”, URL : http://digilib.uns.ac.id. Diakses

tanggal 11 Januari 2016.

46 TB. Irman, Op.cit. h.90.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAKU DAN … II.pdf · Penjabat Pembuat Akta Tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan obligasi.19 2. Syarat-syarat Perjanjian

46

Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, tidak

disebutkan lain secara tegas mengenai kewajiban dan keharusan tersedianya

jaminan atas kredit yang dimohonkan oleh debitur, seperi yang diatur dalam

Undang-undang Perbankan sebelumnya.

Dengan kedudukannya sebagai jaminan tambahan maka bentuk agunan

menurut penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahub 1998 tentang

Perbankan, dapat berupa :

“…barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang

bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum adat,

yaitu tanah yang bukti kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain

yang sejenis dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib

meminta agunan yang berupa barang yang tidak terkait langsung dengan

obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.”

Fungsi agunan adalah :

a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan

dari agunan apabila debitur melakukan wanprestasi yaitu untuk membayar

kembali hutangnya pada waktu yang telah ditetapkan.

b. Menjamin agar debitur perperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya

dengan merugikan diri sendiri atau perusahaanya dapat dicegah atau sukurang-

kurangnnya kemungkinan untuk berbuat demikian dapat diperkecil.

c. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, khususnya

mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah

disetujui agar debitur dan atau pihak ketiga yang ikyt menjamin tidak

kehilangan kekayaanya yang telah dijaminkan kepada bank.47

47 Sutarno, 2004, Aspek-Aspek Hukum Perkereditan Pada Bank, Cetakan Kedua, Alfabeta,

Jakarta, h.149.