kinerja saham jangka pendek dan jangka...

13
1 | Page KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA Dr. Suryanto, M.Si *) *) Ketua Program Studi Administrasi Bisnis FISIP Universitas Padjadjaran Email : [email protected] ABSTRAK. Penelitian ini ingin melihat reaksi pasar dari peristiwa penawaran perdana saham ke public atau yang lebih dikenal dengan IPO (Initial Public Offering). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang serta perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009 sampai dengan April 2011. Kinerja saham diukur menggunakan abnormal return dengan model market-adjusted abnormal return. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang mengalami outperformance. Berdasarkan hasil uji hipotesis wilcoxon matched-pairs signed rank test, kinerja saham jangka pendek tidak berbeda secara signifikan dengan kinerja saham jangka panjang. Kata kunci : initial public offering, abnormal return, kinerja saham jangka pendek, kinerja saham jangka panjang Pendahuluan Initial Public Offering (IPO) merupakan kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik melalui pasar modal untuk pertama kalinya. IPO merupakan salah satu peluang yang besar bagi suatu perusahaan privat untuk memperoleh dana tambahan yang digunakan untuk ekspansi perusahaan. IPO diharapkan akan berakibat pada membaiknya prospek perusahaan yang terjadi karena adanya dana segar yang masuk ke perusahaan. Membaiknya prospek perusahaan ini akan menyebabkan harga saham yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Kinerja perusahaan sebelum IPO merupakan informasi bagi investor mengenai pertumbuhan kinerja perusahaan. Investor berharap bahwa kinerja perusahaan berikutnya sesudah IPO dapat dipertahankan atau bahkan dapat lebih ditingkatkan (Handayani, 2008). Para investor perlu melakukan analisis perusahaan dengan sangat cermat terkait prospek emiten tersebut dari laporan kinerjanya yang bisa dilihat dalam prospektus. Investor juga harus teliti dalam membandingkan kinerja emiten tersebut dengan perusahaan sejenisnya serta mengetahui prospek emiten dan mengetahui kondisi finansial mereka agar dapat meminimalisir resiko dalam pembelian saham IPO. Faktor sektor emiten juga menjadi hal yang dapat dipertimbangkan oleh investor untuk memilih saham IPO. Saat ini, terdapat cukup banyak sektor yang menarik untuk dipilih seperti transportasi, pertambangan, perbankan, industri dasar, dan perkebunan. Kondisi pasar yang masih belum menentu seperti saat ini, membuat beberapa emiten memilih untuk mengurangi porsi IPO. Ada baiknya investor benar-benar mencari tahu latar belakang keputusan emiten mengurangi porsi saham IPO tersebut. Latar belakang keputusan emiten tersebut dapat disebabkan oleh adanya situasi global, atau karena ada strategi tertentu dari perusahaan. Hal itu bisa membantu investor saat memilih saham IPO. Investor yang sudah yakin akan kinerja emiten akan lebih mudah memilih

Upload: hoangthuan

Post on 05-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

1 | P a g e

KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG

SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

DI BURSA EFEK INDONESIA

Dr. Suryanto, M.Si *)

*)

Ketua Program Studi Administrasi Bisnis FISIP Universitas Padjadjaran Email : [email protected]

ABSTRAK. Penelitian ini ingin melihat reaksi pasar dari peristiwa penawaran perdana

saham ke public atau yang lebih dikenal dengan IPO (Initial Public Offering). Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja saham jangka pendek dan jangka

panjang serta perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang dari

perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode Januari

2009 sampai dengan April 2011. Kinerja saham diukur menggunakan abnormal return

dengan model market-adjusted abnormal return. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang mengalami outperformance.

Berdasarkan hasil uji hipotesis wilcoxon matched-pairs signed rank test, kinerja saham

jangka pendek tidak berbeda secara signifikan dengan kinerja saham jangka panjang.

Kata kunci : initial public offering, abnormal return, kinerja saham jangka

pendek, kinerja saham jangka panjang

Pendahuluan Initial Public Offering (IPO) merupakan

kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya

kepada publik melalui pasar modal untuk

pertama kalinya. IPO merupakan salah satu

peluang yang besar bagi suatu perusahaan

privat untuk memperoleh dana tambahan yang

digunakan untuk ekspansi perusahaan. IPO

diharapkan akan berakibat pada membaiknya

prospek perusahaan yang terjadi karena adanya

dana segar yang masuk ke perusahaan.

Membaiknya prospek perusahaan ini akan

menyebabkan harga saham yang ditawarkan

menjadi lebih tinggi. Kinerja perusahaan

sebelum IPO merupakan informasi bagi

investor mengenai pertumbuhan kinerja

perusahaan. Investor berharap bahwa kinerja

perusahaan berikutnya sesudah IPO dapat

dipertahankan atau bahkan dapat lebih

ditingkatkan (Handayani, 2008).

Para investor perlu melakukan analisis

perusahaan dengan sangat cermat terkait

prospek emiten tersebut dari laporan

kinerjanya yang bisa dilihat dalam prospektus.

Investor juga harus teliti dalam

membandingkan kinerja emiten tersebut

dengan perusahaan sejenisnya serta

mengetahui prospek emiten dan mengetahui

kondisi finansial mereka agar dapat

meminimalisir resiko dalam pembelian saham

IPO. Faktor sektor emiten juga menjadi hal

yang dapat dipertimbangkan oleh investor

untuk memilih saham IPO. Saat ini, terdapat

cukup banyak sektor yang menarik untuk

dipilih seperti transportasi, pertambangan,

perbankan, industri dasar, dan perkebunan.

Kondisi pasar yang masih belum

menentu seperti saat ini, membuat beberapa

emiten memilih untuk mengurangi porsi IPO.

Ada baiknya investor benar-benar mencari

tahu latar belakang keputusan emiten

mengurangi porsi saham IPO tersebut. Latar

belakang keputusan emiten tersebut dapat

disebabkan oleh adanya situasi global, atau

karena ada strategi tertentu dari perusahaan.

Hal itu bisa membantu investor saat memilih

saham IPO. Investor yang sudah yakin akan

kinerja emiten akan lebih mudah memilih

Page 2: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

2 | P a g e

apakah akan memanfaatkan saham tersebut

dalam jangka panjang atau hanya akan

memanfaatkan volatilitas pasar dengan

memainkan saham secara jangka pendek.

Aspek lain yang tidak kalah penting

adalah soal timing atau waktu saham tersebut

diperdagangkan. Kondisi pasar saat saham

IPO diperdagangkan akan memengaruhi

perilaku investor bertransaksi. Misalnya,

apabila diperdagangkan saat kondisi pasar

turun, maka kinerja saham tersebut juga dapat

ikut terseret turun.

Berdasarkan statistik IPO tahun 2010,

terdapat 23 saham yang melakukan IPO

selama periode tersebut dan terdiri dari enam

sektor saham, yaitu Barang Konsumsi,

Infrastruktur Utilitas & Transportasi,

Keuangan, Perdagangan Jasa & Investasi,

Pertambangan, dan Properti & Real Estate.

IPO dari emiten sektor Perdagangan Jasa &

Investasi menjadi yang paling dominan dengan

jumlah sebanyak 8 emiten.

Sementara di tahun 2011, terdapat

peningkatan menjadi 25 emiten saham yang

melakukan IPO dan terdiri dari 9 sektor

saham, seperti Aneka Industri, Barang

Konsumen, Industri Dasar & Kimia,

Infrastruktur Utilitas & Transportasi,

Keuangan, Perdagangan Jasa & Investasi,

Pertambangan, Pertanian, serta Properti &

Real Estate. IPO dari emiten sektor

Infrastruktur Utilitas & Transportasi

Fenomena yang seringkali terjadi

setelah IPO dalam jangka pendek terjadi

underpricing dimana harga saham yang

ditawarkan di pasar perdana lebih rendah dari

harga saat di pasar sekunder dan jangka

panjang terjadi penurunan kinerja

(underperformance) yang merupakan keadaan

dimana total return suatu saham selama

periode tertentu lebih kecil daripada total

return pasar. Penelitian yang berkaitan dengan

kinerja surat berharga setelah penawaran

perdana telah banyak dilakukan. Hasilnya

menunjukkan bahwa dalam jangka pendek

terdapat fenomena underpricing dan dalam

jangka panjang terdapat underperformance

(Ritter, 1991). Hasil tersebut sejalan dengan

penelitian Guntoro dkk (2008) bahwa kinerja

saham jangka panjang pada perusahaan yang

IPO tahun 2004-2007 mengalami

underperformed. Ada perbedaan kinerja

saham jangka pendek dan kinerja saham

jangka panjang. Kondisi ini terjadi

karena informasi asimetri terjadi pada

kelompok informed investor dan uninformed

investor.

Fenomena underpricing ini di satu pihak

menguntungkan investor tetapi di pihak lain

akan merugikan emiten karena dana yang

dikumpulkannya tidak maksimal. Penurunan

kinerja yang terjadi dalam jangka panjang

akan merugikan investor karena akan

memperoleh return yang rendah. Menurut

Ritter (1991) faktor yang bisa menjelaskan

terjadinya underperformance tersebut adalah

kesalahan dalam pengukuran risiko, bad luck

dan terlalu optimisnya investor terhadap

prospek perusahaan.

Penelitian dengan hasil yang berbeda

dilakukan oleh Prastiwi dan Kusuma (2001)

menyatakan bahwa dalam jangka pendek (3

bulan) kinerja saham mengalami out

performance dan dalam jangka panjang (24

bulan) mengalami underperformance.

Penelitian ini ingin menguji kembali dari

beberapa penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya serta mengembangkannya

sehingga dapat membuktikan kebenaran teori

dari penelitian sebelumnya masih layak atau

tidak jika diterapkan dalam masa sekarang ini.

Penelitian ini akan diuji periode dalam jangka

waktu yang berbeda dari penelitian Yohannes

dan Andi (2004) yang menggunakan jangka

waktu 3 bulan untuk mengukur kinerja jangka

pendek. Periode waktu yang dipilih untuk

mengukur kinerja jangka pendek dalam

penelitian ini adalah 6 bulan dan untuk kinerja

jangka panjang adalah 24 bulan.

Kinerja saham yang diukur dalam

penelitian ini merupakan kinerja dari

perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO

di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2009

sampai dengan April 2011. Untuk melihat

Page 3: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

3 | P a g e

performa masing-masing perusahaan pada

kinerja saham dalam jangka panjang

mengalami underperformance dan kinerja

saham jangka pendek mengalami

outperformance dilihat melalui harga

penawaran saham perdana dari masing-masing

perusahaan.

Initial Public Offering (IPO) Salah satu alternatif yang dapat

digunakan oleh perusahaan yang

membutuhkan dana yaitu dapat dilakukan

dengan cara penerbitan saham baru pada

masyarakat yang disebut penawaran umum

perdana (Trianingsih, 2005). Penawaran

umum perdana menurut UU No. 8 tahun 1995

tentang Pasar Modal mendefinisikan sebagai

kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh

emiten untuk menjual efek kepada masyarakat

berdasarkan tata cara yang diatur dalam

undang-undang dan peraturan pelaksanaannya.

Penawaran umum perdana (Initial Public

Offering, IPO) adalah penjualan sekuritas

oleh perusahaan yang dilakukan pertama kali

(Tandelilin, 2010 : 27). Sedangkan menurut

Sunariyah (2003:98) pengertian penawaran

umum adalah cara yang pada umumnya

dilakukan untuk menawarkan surat berharga di

pasar modal.

Tujuan penawaran umum perdana adalah

bagian dari prospektus emiten yang berisi

pernyataan tentang alasan-alasan atau tujuan

go public suatu perusahaan. Ada empat

alasan atau tujuan suatu perusahaan yang go

public menurut Sunariyah (2003) yaitu :

a. Meningkatkan modal perusahaan.

b. Memungkinkan pendiri untuk

diversifikasi usaha

c. Mempermudah usaha pembelian

perusahaan lain

d. Nilai perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2010:32) beberapa

keuntungan dari go public diantaranya

memudahan meningkatkan modal di masa

mendatang, meningkatkan likuiditas bagi

pemegang saham dan nilai pasar perusahaan

diketahui. Disamping keuntungan dari go

public, beberapa kerugiannya adalah biaya

laporan meningkat, pengungkapan

(disclosure), ketakutan untuk diambil-alih

Tahapan penawaran umum saham

terbagi menjadi 4 (empat) tahap sebagai

berikut (Darmadji, 2001) :

1. Tahapan Persiapan

Tahapan ini merupakan tahapan awal

dalam rangka mempersiapkan segala

sesuatu yang berkaitan dengan proses

Penawaran Umum. Pada tahap yang paling

awal perusahaan yang akan menerbitkan

saham terlebih dahulu melakukan Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk

meminta persetujuan para pemegang saham

dalam rangka Penawaran Umum saham.

Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya

emiten melakukan penunjukan penjamin

emisi, lembaga dan profesi penunjang pasar

modal seperti akuntan publik, konsultan

hukum, penilai dan notaris. Pihak-pihak

yang membantu emiten dalam proses

penerbitan saham, antara lain:

a. Penjamin Emisi (underwriter)

Merupakan pihak yang paling banyak

terlibat dalam membantu emiten dalam

rangka penerbitan saham. Kegiatan yang

dilakukan penjamin emisi antara lain

menyiapkan berbagai dokumen,

menyiapkan prospektus, dan lain-lain.

b. Akuntan Publik

Bertugas melakukan audit atau

pemeriksaan atas laporan keuangan

perusahaan.

c. Penilai

Melakukan penilaian terhadap aktiva

tetap perusahaan dan menentukan nilai

wajar dari aktiva tetap tersebut.

d. Konsultan Hukum

Memberikan pendapat dari segi hukum

(legal opinion).

e. Notaris

Melakukan perubahan atas Anggaran

Dasar, membuat akta perjanjian-

perjanjian dalam rangka penawaran

umum dan juga notulen-notulen rapat.

Page 4: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

4 | P a g e

2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Pada tahap ini, dilengkapi dengan

dokumen-dokumen pendukung (laporan

keuangan yang telah diaudit, pendapat dari

konsultan hukum, dan berbagai dokumen

lainnya) menyampaikan pendaftaran kepada

Badan Pengawas Pasar Modal hingga

Bapepam menyatakan Pernyataan

Pendaftaran menjadi Efektif. Pernyataan

Efektif dari Bapepam merupakan “tiket”

bagi perusahaan untuk melakukan

Penawaran Umum di Pasar Perdana.

3. Penawaran Umum (Pasar Perdana)

Tahapan ini merupakan tahapan utama,

karena pada waktu inilah emiten

menawarkan saham kepada masyarakat

investor. Investor dapat membeli saham

tersebut melalui agen-agen penjual yang

telah ditunjuk. Masa Penawaran Umum

sekurang-kurangnya tiga hari kerja (yaitu

masa dimana masyarakat mengisi formulir

pemesanan dan penyerahan uang untuk

diserahkan ke agen penjual). Perlu diingat

pula bahwa tidak seluruh keinginan investor

terpenuhi dalam tahapan ini. Misal, saham

yang dilepas ke pasar perdana sebanyak

100 juta saham sementara yang ingin dibeli

seluruh investor berjumlah 150 juta saham.

Investor tersebut dapat membeli di pasar

sekunder yaitu setelah saham dicatatkan di

Bursa Efek, jika investor tidak mendapatkan

saham pada pasar perdana.

4. Pencatatan saham di Bursa Efek

Setelah selesai penjualan saham di pasar

perdana, selanjutnya saham tersebut

dicatatkan di Bursa Efek. Di Indonesia,

saham dapat dicatatkan di Bursa Efek

Indonesia.

Kinerja Saham

Kinerja saham mengindikasikan kinerja

pasar perusahaan dan akan diukur dengan

menggunakan harga saham perusahaan yang

beredar di pasar modal. Kinerja saham dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan

tingkat pengembalian (return) saham.

Suatu saham dalam pasar modal

memiliki kinerja tersendiri. Kinerja itu bisa

dikatakan baik bila memberikan return yang

tinggi kepada investor sedangkan kinerja

saham dikatakan buruk bila return yang

diberikan perusahaan sangat rendah dan

bahkan tidak memberikan return. Return

merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.

Return dapat berupa realisasi yang sudah

terjadi atau return ekspektasi yang belum

terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di

masa mendatang (Jogiyanto, 2010:205).

Return merupakan salah satu faktor yang

memotivasi investor berinvestasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor

menanggung risiko atas investasi yang

dilakukannya.

Abnormal Return Efisiensi dalam pasar modal menunjukan

secara tidak langsung bahwa seluruh informasi

relevan yang tersedia tentang suatu sekuritas

langsung tercermin dalam harganya. Dengan

kata lain, sebuah pasar yang efisien adalah

pasar dimana harga surat berharga saat ini

memberikan estimasi terbaik tentang nilainya

yang sebenarnya. Jones (2002) menyatakan

secara implisit bahwa dalam suatu pasar

modal yang efisien, tidaklah mungkin untuk

secara sistematis memperoleh atau kehilangan

profit yang abnormal dari perdagangan

berdasarkan informasi yang dipublikasikan.

Berdasarkan uraian di atas abnormal

return adalah selisih antara return yang

diharapkan (expected return) dengan return

yang sesungguhnya. Selisih return akan positif

jika return yang didapat lebih besar dari return

yang diharapkan atau return yang dihitung.

Sedangkan return akan negatif jika return

yang didapat lebih kecil dari return yang

diharapkan atau return yang dihitung

(Jogiyanto, 2010:415).

Expected return merupakan return yang

digunakan untuk pengambilan keputusan

investasi. Expected return penting jika

dibandingkan dengan return historis karena

expected return merupakan return yang

diharapkan dari investasi yang akan dilakukan

Page 5: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

5 | P a g e

(Jogiyanto, 2010). Expected return adalah

return yang diharapkan investor yang akan

diperoleh di masa yang akan datang dimana

sifatnya belum terjadi. Return sesungguhnya

merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t

yang merupakan selisih harga sekarang relatif

terhadap harga sebelumnya.

Abnormal return dalam penelitian ini

dihitung dengan menggunakan Market-

adjusted Model karena model ini mengestimasi

return sekuritas sebesar return indeks pasarnya

sehingga tidak perlu menggunakan periode

estimasi. Hal ini dilakukan untuk

meyakinkan peneliti bahwa reaksi yang terjadi

adalah akibat dari peristiwa yang diamati dan

bukan karena peristiwa lain yang bisa

mempengaruhi peristiwa yang akan diamati

tersebut.

Model sesuai pasar (market adjusted

model) menganggap bahwa penduga yang

terbaik untuk mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return indeks pasar pada saat

tersebut.

𝐴𝑅𝑖𝑡 =(1+ 𝑅

𝑖𝑡)

(1 + 𝑅𝑚𝑡)− 1𝑥100%

Keterangan :

ARit = Market-adjusted abnormal return

Rit = Total return saham

Rmt = Total return indeks pasar

Wealth Relative Wealth Relative adalah indeks yang

digunakan untuk melihat kinerja saham suatu

perusahan dibandingkan dengan kinerja saham

dari pasar. Jika kinerja suatu saham lebih besar

(dilihat dari total return selama periode

tertentu) dibandingkan dengan total return

pasar maka mengalami outperformance.

Sebaliknya jika total return suatu saham selam

periode tertentu lebih kecil bila dibandingkan

dengan total return pasar maka mengalami

underperformance (Prastiwi dan Kusuma,

2001).

Kinerja Jangka Pendek dan Jangka

Panjang Kinerja jangka pendek adalah kinerja

saham dalam jangka waktu kurang dari satu

tahun. Menurut Ritter (1991), faktor yang bisa

menjelaskan terjadinya underperformance

adalah kesalahan dalam pengukuran risiko,

bad luck dan terlalu optimisnya investor

terhadap prospek perusahaan. Aggarwal

(1993) meneliti kinerja IPO di negara-negara

Amerika Latin (Brasil, Chili, Meksiko) untuk

periode 1980 sampai 1990. Hasil yang

ditemukan di tiga negara ini konsisten dengan

pola yang ditemukan di negara lain,

termasuk Indonesia (Prastiwi dan Kusuma,

2001) yaitu kinerja jangka pendek positif.

Kinerja jangka panjang adalah kinerja

saham dalam jangka waktu lebih dari satu

tahun. Dari peneltian Arosio (2001) yang

menguji mengenai fenomena

underperformance pada kinerja periode jangka

panjang dari IPO yang dilakukan di Italia.

Hasil yang didapatkan pada sebagian besar

IPO yang terjadi mengalami outperformance

setelah 1, 5, dan 10 hari perdagangan dan

setelah 2 atau 3 tahun perdagangan akan

mengalami underperformance di pasar,

meskipun return saham IPO yang terjadi di era

80an tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan dengan return saham-saham lainnya.

Kooli dan Suret (2002) dalam penelitiannya

mengenai perilaku dari saham IPO di Kanada.

Didapatkan hasil bahwa secara signifikan

kinerja periode jangka panjang dari IPO di

Kanada mengalami underperformance pada

pasar yang sama.

Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti

mengenai kinerja surat berharga setelah

penawaran perdana di Indonesia dengan

melihat perbedaan dari kinerja periode jangka

panjang pendek dan periode jangka panjang.

Didapatkan hasil bahwa kinerja surat berharga

pada periode jangka pendek cukup baik

(outperformance) sedangkan kinerja periode

jangka panjang mengalami penurunan

(underperformance). Terdapat perbedaan

Page 6: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

6 | P a g e

yang signifikan antara kinerja jangka pendek

dan kinerja jangka panjang pada surat berharga

yang dibeli pada harga perdana.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian komparatif yaitu mencari perbedaan

kinerja saham periode jangka pendek dan

periode jangka panjang setelah penawaran

umum perdana. Populasi pada penelitian ini

adalah perusahaan yang go public di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2009-2011 yang

berjumlah 60 perusahaan.

Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling sehingga

diperoleh ukuran sampel sebanyak 35

perusahaan. Adapun ketentuan pemilihan

sampel didasarkan pada kriteria sebagai

berikut:

a. Perusahaan yang masih aktif melakukan

perdagangan saham 6 bulan dan 24 bulan

setelah melakukan penawaran umum

perdana (IPO).

b. Harga perdana dan data harga penutupan

hari pertama tersedia.

c. Data harga saham bulanan, serta Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai

bulan Januari 2009 – April 2011 tersedia. Tabel 1 Gambaran Umum Sampel Perusahaan

yang IPO Periode 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011 Total

IPO 13 22 25 60

Tidak

memenuhi

syarat

2 3 20 25

Total Sampel 11 19 5 35

Sumber : data olahan penulis

Variabel penelitian dalam penelitian ini

adalah kinerja saham dalam periode jangka

pendek dan periode jangka panjang setelah

penawaran perdana. Kinerja saham suatu

perusahaan dapat diukur dengan abnormal

return. Abnormal return digunakan untuk

mengukur performance saham penawaran

perdana pada suatu perusahaan dalam periode

jangka pendek maupun periode jangka

panjang. Pengukuran performance dalam

periode jangka pendek dilakukan selama

perdagangan aktif dimulai sampai 6 bulan

perdagangan berjalan. Sedangkan dalam

periode jangka panjang, pengukuran

performance dilakukan selama 24 bulan sejak

perdagangan aktif dimulai.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dianalisis

dengan menggunakan SPSS versi 17.0

diperoleh angka statistik deskriptif pada

abnormal return kinerja saham jangka pendek

dan abnormal return kinerja saham jangka

panjang untuk 35 perusahaan yang melakukan

penawaran perdana (IPO) tersebut dapat

dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2 Mean, Standar Deviasi, Standar

Error, Nilai Maksimum dan Nilai Minimum

Abnormal Return

N Min. Max. Mean Std. Dev.

Stat. Stat. Stat. Stat. Std. Error Statistic

AR_JPE 35 -.5004 1.9644 .159491 .0916807 .5423904

AR_JPA

N 35 -.8009 5.3856 .227803 .1974269 1.1679931

Valid N 35

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat

diketahui besarnya nilai rata-rata, standar

deviasi, standar error, nilai maksimum dan

nilai minimum dari abnormal return pada

periode jangka pendek selama 6 bulan

(AR_JPE) dan periode jangka panjang selama

24 bulan (AR_JPA). Nilai mean pada periode

jangka pendek sebesar 0.1594 menunjukkan

bahwa apabila investor membeli saham pada

penawaran perdana dan menyimpannya

selama periode jangka pendek (6 bulan),

maka investor akan mendapatkan rata-rata

abnormal return sebesar 15.94%. Sedangkan

nilai mean pada periode jangka panjang

sebesar 0.2278 menunjukkan bahwa apabila

investor membeli saham pada penawaran

perdana dan menyimpannya selama periode

jangka panjang (24 bulan), maka investor akan

mendapatkan rata-rata abnormal return

sebesar 22.78%.

Standar deviasi pada periode jangka

Page 7: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

7 | P a g e

pendek sebesar 0.5423 menunjukkan besarnya

risiko yang harus ditanggung oleh investor

apabila investor tersebut membeli saham pada

penawaran perdana dan menyimpannya

selama 6 bulan yaitu sebesar 54.23%.

Sedangkan standar deviasi pada periode

jangka panjang sebesar 1.1679 yang

menunjukkan besarnya risiko yang harus

ditanggung oleh investor apabila ia membeli

saham pada penawaran perdana dan

menyimpannya selama 24 bulan sebesar

116.79%. Standar error menunjukkan nilai

penyimpangan abnormal return dari rata-

ratanya, semakin besar nilai standar error maka

semakin besar penyimpangan abnormal return

dari rata-ratanya.

Nilai maksimum pada periode jangka

pendek menunjukkan angka 1.9644 berarti

bahwa abnormal return tertinggi dicapai oleh

investor yang membeli saham pada

penawaran perdana dan menyimpannya selama

periode jangka pendek (6 bulan) adalah

sebesar 196.44%. Nilai minimum pada periode

jangka pendek sebesar -0.5004 menunjukkan

bahwa kerugian terbesar yang mungkin

ditanggung oleh investor yang membeli saham

pada penawaran perdana dan menyimpannya

selama periode jangka pendek (6 bulan) adalah

sebesar 50.04%. Sedangkan nilai maksimum

pada periode panjang menunjukkan angka

sebesar 5.3856 berarti bahwa abnormal return

tertinggi yang dapat dicapai oleh investor

yang membeli saham pada penawaran

perdana dan menyimpannya selama periode

jangka panjang (24 bulan) adalah sebesar

538.56%. Nilai minimum pada periode jangka

panjang sebesar -0.8009 menunjukkan bahwa

kerugian terbesar yang mungkin ditanggung

oleh investor yang membeli saham pada

penawaran perdana dan menyimpannya selama

periode jangka panjang (24 bulan) adalah

sebesar 80.09%.

Kinerja Saham Jangka Pendek Kinerja saham jangka pendek diukur

dengan abnormal return jangka pendek yang

dihitung dengan menggunakan market-

adjusted model karena model ini mengestimasi

return sekuritas sebesar return indeks pasarnya

sehingga tidak perlu menggunakan periode

estimasi. Return sekuritas didapat dari harga

saham 6 bulan setelah penawaran perdana.

Sedangkan return indeks pasar yang digunakan

adalah harga saham IHSG 6 bulan setelah

penawaran perdana selama periode

pengamatan. Berikut ini adalah gambar 1 yang

menunjukkan rata-rata abnormal return kinerja

saham jangka pendek dari semua perusahaan

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Gambar 1 Rata-rata Abnormal Return Kinerja

Jangka Pendek

Berdasarkan gambar di atas, dapat

diketahui nilai rata-rata abnormal return

kinerja jangka pendek selama 6 bulan

menunjukkan kecenderungan penurunan harga

walaupun begitu keadaan tingkat pengambalian

masih terbilang baik melihat dari keseluruhan

periode mempunyai nilai yang positif. Nilai

yang positif ini mempunyai arti bahwa kinerja

saham jangka pendek dari perusahaan

mengalami outperformance. Rata-rata

abnormal return pada bulan ke 2 setelah

penawaran perdana (IPO) sebesar 0.2067

mengalami penurunan dari bulan

sebelumnya, 1 bulan setelah penawaran

perdana (IPO) sebesar 0.2190. Penurunan ini

terjadi karena imbas pada rontoknya indeks

bursa di hampir seluruh dunia pada tahun 2008

lalu, disebabkan terjadinya krisis di Amerika

Serikat. Berita mengenai bangkrutnya salah

satu bank investasi terbesar, Lehman Brothers,

akibat krisis kredit perumahan di Amerika

Serikat mengakibatkan bursa saham global

mengalami guncangan serta menghempaskan

0,0000

0,1000

0,2000

0,3000

1 2 3 4 5 6

Rata-Rata Abnormal Return

Bulan

Page 8: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

8 | P a g e

Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) hingga

level terendah, yang mengakibatkan BEI

terpaksa disuspend atau penutupan transaksi di

lantai bursa. Pasar modal Indonesia yang

masih berjuang di tengah krisis global ini

menyebabkan lambatnya pertumbuhan pasar

modal dan sejumlah perusahaan yang menunda

Initial Public Offering (IPO) karena kondisi

pasar modal yang belum menentu. Minimnya

jumlah emiten di BEI dan masih terbatasnya

jumlah investor yang berinvestasi di pasar

modal, menyebabkan pasar modal Indonesia

lebih mudah terguncang jika terjadi gejolak

eksternal. Karena dari sisi penawaran dan

permintaan masih terbatas, sehingga jika

terjadi guncangan dari luar, misalnya dampak

dari adanya krisis global akan memberikan

pengaruh pada bursa Indonesia. Pengaruh yang

didapat tentunya juga akan mempengaruhi

saham-saham yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia.

Penurunan terus terjadi, pada bulan ke 3

setelah penawaran perdana (IPO) rata-rata

abnormal return sebesar 0.1911. Kondisi ini

terjadi karena pasar sedang menunggu dan

mempelajari kinerja dari saham perusahaan

yang baru melakukan penawaran perdana

(IPO). Kondisi penurunan abnormal return

mencerminkan bahwa para investor masih

ragu untuk melakukan aksi jual dan beli

saham. Pada bulan ke 4 terjadi kenaikan

dengan nilai rata-rata abnormal return sebesar

0.1930. Kenaikan ini perlahan namun pasti

menunjukkan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) sudah mulai bangkit dari

keterpurukannya dilihat dari nilai rata-rata

abnormal return yang mengalami kenaikan

dari bulan ke 3. Pergerakan IHSG ini masih

dipengaruhi oleh kondisi global, IHSG akan

mengikuti arah positif searah dengan kondisi

global yang memberikan sinyal positif, namun

jika sebaliknya maka IHSG bisa terhempas ke

arah yang negatif.

Bulan ke 6 setelah penawaran perdana

(IPO), nilai rata-rata abnormal return sebesar

0.1452 mengalami penurunan dari bulan ke 5

setelah penawaran perdana (IPO) dengan nilai

rata-rata abnormal return sebesar 0.1826.

Pengaruh dari adanya krisis global tidak hanya

menjadi penyebab dari terjadinya kondisi ini,

imbas dari aksi panik jual yang dilakukan oleh

para investor merupakan salah satu penyebab

kondisi ini terjadi selain dari adanya kondisi

global. Aksi panik jual disebabkan oleh adanya

ketidakterbukaan informasi yang dilakukan

oleh para perusahaan. Perusahaan yang tidak

memiliki kebijakan dalam keterbukaan

informasi akan menyebabkan para investor

mengambil asumsi-asumsi sendiri sehingga

mengurangi kepercayaan para investor

terhadap perusahaan. Melemahnya indeks

harga saham gabungan (IHSG) disebabkan

oleh kekhawatiran para investor tersebut.

Harga minyak dunia, timah, nikel maupun

harga emas mengalami penurunan karena tidak

adanya likuiditas lagi di pasar seiring dengan

kekhawatiran ancaman resesi global dimana

kegiatan ekonomi akan sangat rendah sekali.

Kondisi tersebut menyebabkan nilai harga

saham komoditas semakin menurun setiap

bulannya dengan adanya penurunan harga

komoditas dunia ini. Saham-saham komoditas

memiliki resiko yang lebih besar daripada

saham-saham lainnya. Harga komoditas dunia

yang terjadi sangat mempengaruhi keadaan

saham- saham komoditas tersebut.

Untuk menginterprestasikan total return

secara kelompok (grup) setiap periode dihitung

Wealth Relative sebagai pengukur kinerja

saham. Perhitungan Wealth Relative ini

dilakukan untuk mendukung hasil pengujian

yang dilakukan pada perhitungan sebelumnya

yang menunjukkan besarnya rata-rata return.

Gambar 2 berikut ini menunjukkan nilai

Wealth Relative periode jangka pendek.

Gambar 2. Wealth Relative Jangka Pendek

0,0000

0,1000

0,2000

0,3000

1 2 3 4 5 6

Rata-Rata Abnormal Return

Bulan

Page 9: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

9 | P a g e

Berdasarkan gambar diatas dapat

diketahui bahwa wealth relative dari bulan 1

sampai bulan ke 6 mempunyai nilai yang > 1.

Hal ini berarti kinerja saham dalam periode

jangka pendek mengalami outperformance

dengan nilai wealth relative pada bulan ke 6

sebesar 1.218.

Kinerja Saham Jangka Panjang Kinerja saham jangka panjang diukur

dengan abnormal return jangka panjang yang

dihitung sama seperti kinerja saham jangka

pendek, dengan menggunakan market-adjusted

model karena model ini mengestimasi return

sekuritas sebesar return indeks pasarnya

sehingga tidak perlu menggunakan periode

estimasi. Return sekuritas yang digunakan

dalam mengukur abnormal return didapat dari

harga saham penutupan 24 bulan setelah

penawaran perdana. Sedangkan return indeks

pasar yang digunakan adalah harga saham

penutupan IHSG 24 bulan setelah penawaran

perdana selama periode pengamatan. Tabel 4.5

berikut menunjukkan rata-rata abnormal

return kinerja saham jangka panjang dari

semua perusahaan yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini.

Gambar 3. Rata-rata Abnormal Return Kinerja

Jangka Panjang

Gambar di atas menunjukkan nilai rata-

rata abnormal return kinerja jangka panjang

mengalami fluktuasi. Nilai rata-rata abnormal

return kinerja jangka panjang ini mempunyai

nilai yang positif, dimana dari keseluruhan

periode jangka panjang nilai yang dihasilkan

memiliki nilai yang lebih dari nol di setiap

bulannya. Hal tersebut menandakan bahwa

kinerja saham dalam jangka panjang setelah

penawaran perdana mengalami out

performance. Berdasarkan pada bulan ke 13

setelah penawaran perdana (IPO) nilai rata-rata

abnormal return sebesar 0.2269. Nilai rata-

rata ini merupakan tertinggi kedua dalam

kinerja jangka panjang setelah penawaran

perdana (IPO). Kondisi ini disebabkan oleh

keadaan Indeks Harga Saham Gabungan pada

tahun 2010 yang mengalami pertumbuhan

hingga lebih dari 40%, mengungguli China

dan India. Pasar modal sempat bereaksi negatif

setelah Sri Mulyani Indrawati secara resmi

menerima tawaran menjadi Direktur Pelaksana

Bank Dunia per 1 Juni 2010. IHSG dan nilai

tukar rupiah langsung terpuruk, IHSG ditutup

anjlok 60,146 poin (2,11%) ke level 2.786,093,

rupiah terpuruk ke 9.225 per dolar AS.

Pertumbuhan tersebut memberikan dampak

positif terhadap pelaku pasar sehingga memicu

bertambahnya pelaku pasar, baik domestik

maupun asing untuk berinvestasi di pasar

modal Indonesia. Pertumbuhan IHSG yang

ditutup berada pada posisi di 3.703,51 poin

atau menguat sebesar 46,13 persen dibanding

posisi penutupan akhir 2009 yang berada di

posisi 2.534,36. IHSG pernah mencapai level

tertinggi 3.786,097 pada 9 Desember 2010.

Sementara titik terendah pada 8 Februari 2010

di level 2.475,572. Pertumbuhan tersebut tidak

terlepas dari kinerja emiten yang tercatat di

bursa dalam negeri yang baik sehingga dapat

menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat

terhadap pasar modal.

Penurunan terjadi dari bulan ke 14

setelah penawaran perdana (IPO) hingga

bulan ke 19 setelah penawaran perdana dengan

nilai rata-rata abnormal return sebesar 0.1222.

Penurunan ini merupakan nilai rata-rata

abnormal return terendah dalam kinerja

jangka panjang. Penyebab dari kondisi ini

adalah aksi ambil untung di saham-saham

unggulan. Aksi tersebut dipicu oleh krisis

utang Eropa yang kembali memanas akibat

imbal hasil surat utang Italia dan Spanyol yang

terus mengalami kenaikan. Dua negara

tersebut memegang peran penting dalam krisis,

0,0000

0,1000

0,2000

0,3000

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Rata-Rata Abnormal Return

Bulan

Page 10: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

10 | P a g e

seperti yang terjadi di Yunani. Krisis ekonomi

yang melanda Yunani menimbulkan efek

domino. Berturut-turut ekonomi Irlandia,

Portugal, Italia, dan Spanyol terkena

imbasnya. Dampak krisis ini juga mulai terasa

di Indonesia melalui jalur keuangan dan jalur

perdagangan. Jalur keuangan terlihat dari

menurunnya Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) sehingga berpengaruh pada kinerja

emiten di Indonesia sedangkan jalur

perdagangan terlihat melalui penurunan

ekspor.

Bulan ke 20 setelah penawaran perdana

(IPO) terjadi kenaikan nilai rata-rata abnormal

return dengan nilai sebesar 0.1459. Kinerja

emiten di Bursa Efek Indonesia mendukung

penguatan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). Pada akhir perdagangan, IHSG naik

15 poin karena para investor memborong

saham-saham berbasis konsumer. Sentimen

positif laporan keuangan emiten kuartal

pertama tahun ini masih menjadi motor

penggerak penguatan indeks saham gabungan.

Salah satu informasi yang ditunggu para

investor adalah laporan keuangan yang bisa

melihat kinerja perusahan yang tercermin

dalam laba, tingkat hutang, dan tingkat

penjualan. Penguatan Indeks Harga Saham

Gabungan juga dipicu oleh kenaikan saham-

saham unggulan. Perdagangan bursa saham

Indonesia juga terangkat oleh adanya sentimen

positif dari Eropa mengenai raihan teratas

partai yang pro bail out Yunani.

Penurunan kembali terjadi pada bulan ke

21 setelah penawaran perdana dengan nilai

rata-rata abnormal return sebesar 0.1319.

Kondisi ini disebabkan oleh jatuhnya harga

minyak dunia yang memberikan dampak

negatif bagi sektor pertambangan. Bursa saham

Indonesia juga tertekan oleh sentimen negatif

yang berasal dari kawasan Eropa. Kondisi

keuangan Eropa belum membaik khususnya

Yunani yang menjadi fokus utama para

pelaku pasar. Hasil dari keputusan KTT Uni

Eropa juga menyebabkan pergerakan terbatas

dari Indeks Harga Saham Gabungan dimana

para investor memilih untuk melakukan

strategi wait and see mengenai perkembangan

lebih lanjut krisis di Eropa. Hal ini berdampak

pada minat investor dalam melakukan aksi jual

dan beli saham di Indonesia.

Sedangkan nilai rata-rata abnormal

tertinggi terjadi pada bulan ke 24 setelah

penawaran perdana (IPO) sebesar 0.2280. Pada

kondisi ini para investor sudah mampu

mengakses informasi dan dapat memprediksi

apa yang akan terjadi pada harga saham

sehingga para investor dapat memutuskan akan

melakukan aksi jual dan beli saham.

Perhitungan wealth relative diperlukan

untuk mengetahui kinerja saham jangka

panjang mengalami outperformance atau

underperformance. Tabel 3 berikut ini

menunjukkan nilai Wealth Relative periode

jangka panjang (24 bulan). Tabel 3 berikut

menunjukkan hasil dari uji kolmogorov-

smirnov dari 35 sampel untuk periode jangka

pendek dan periode jangka panjang.

Tabel 3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov AR_JPE AR_JPA

N 35 35

Normal

Parameter

Mean .159491 .227803

Most Extreme

Differences

Standar

Deviation

5423904 1.1679931

Kolmogorov-

Smirnov Z

Absolute .216 .255

Positive .216 .255

Negative -.113 -.189

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.279 1.506

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan Tabel 3 tersebut

menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-

smirnov hitung dari abnormal return jangka

pendek (0.076) > 0.05, maka distribusi data

abnormal return dari 35 sampel pada periode

jangka pendek adalah normal. Nilai

Kolmogorov-smirnov hitung dari abnormal

return jangka panjang (0.021) < 0.05, maka

distribusi data abnormal return dari 35 sampel

pada periode jangka pendek adalah tidak

normal. Sehingga uji hipotesis yang digunakan

untuk mengetahui perbedaan kinerja saham

jangka pendek dan kinerja saham jangka

panjang adalah uji Wilcoxon Matched Pairs

(Uji Rank Bertanda Wilcoxon) karena salah

Page 11: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

11 | P a g e

satu dari kedua variabel tersebut didapat hasil

distribusi yang tidak normal.

Hasil Pegujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah terdapat perbedaan

signifikan antara kinerja jangka pendek dan

kinerja jangka panjang pada perusahaan yang

melakukan penawaran saham perdana di BEI

periode Januari 2009 sampai April 2011. Uji

Wilcoxon Matched Pairs (Uji Rank Bertanda

Wilcoxon) digunakan untuk menguji

perbedaan antara rata-rata abnormal return

jangka pendek (6 bulan) dan rata- rata

abnormal return jangka panjang (24 bulan).

Hasil pengujian Wilcoxon Matched Pairs

terhadap 35 perusahaan.

Tabel 4 Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsb AR_JPA-AR_JPE

Z -1.016a

Asymp.Sig(2-tailed) .310

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi sebesar 0.310. Nilai

signifikasi tersebut menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kinerja

jangka pendek (6 bulan) dan kinerja jangka

panjang (24 bulan) karena nilai signifikasi

(0.310) > 0.05 sehingga Ho diterima.

Para investor yang sudah yakin akan

kinerja emiten akan lebih mudah memilih

apakah akan memanfaatkan saham tersebut

dalam jangka panjang atau hanya akan

memanfaatkan volatilitas pasar dengan

memainkan saham secara jangka pendek.

Kinerja saham dalam jangka pendek dan

jangka panjang diukur dengan menggunakan

abnormal return. Terdapat 35 sampel

perusahaan yang melakukan penawaran

perdana (IPO) pada periode Januari 2009 –

April 2011. Kinerja saham jangka pendek

memiliki resiko yang lebih kecil daripada

kinerja saham jangka panjang. Hal ini

disebabkan return yang dihasilkan dari saham

jangka pendek lebih kecil begitu juga dengan

resiko yang akan diterima. Sedangkan pada

saham jangka panjang akan menghasilkan

return yang lebih besar sehingga resiko yang

diterima akan lebih besar juga. Karena

semakin besar potensi return yang akan

diterima maka semakin besar juga resiko

yang akan diterima.

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja

saham jangka pendek dengan menggunakan

abnormal return didapat bahwa kinerja saham

jangka pendek mengalami outperformance.

Nilai wealth relative pada kinerja saham

jangka pendek sebesar 1.1218 yang

menunjukkan bahwa nilai wealth relative > 1

sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja

saham jangka pendek mengalami

outperformance. Abnormal return yang

merupakan selisih antara return yang

diharapkan (expected return) dengan return

yang sesungguhnya, dimana pada hasil yang

didapat abnormal return mengalami

outperformance dengan nilai wealth relative >

1 dan rata-rata nilai abnormal return > 0.

Kondisi ini terjadi karena rata-rata dari

perusahaan yang dijadikan sebagai sampel

menghasilkan return yang bernilai positif. Hal

tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa

saham-saham dari perusahaan yang dijadikan

sebagai sampel telah menarik para investor

untuk melakukan aksi jual dan beli saham.

Penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan

Kusuma (2001) bahwa kinerja saham jangka

pendek menunjukkan kinerja yang cukup baik

(outperformed). Hasil yang sama juga

ditunjukkan kinerja saham jangka panjang

yang mengalami outperformance. Hasil nilai

wealth relative pada kinerja saham jangka

panjang sebesar 1.3081. Kesimpulan yang

dapat ditarik dari hasil tersebut adalah kinerja

saham jangka panjang mengalami

outperformance tercermin dari wealth relative

> 1 dan nilai rata-rata abnormal return > 0.

Kinerja saham jangka panjang yang

mengalami outperformance disebabkan karena

sebagian besar perusahaan yang melakukan

penawaran perdana pada periode Januari 2009

sampai April 2011 memang memiliki kinerja

Page 12: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

12 | P a g e

yang cukup baik. Hal ini terbukti pada nilai

abnormal return yang dihasilkan oleh

perusahaan sebagian besar bernilai positif.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ritter (1991), Prastiwi

dan Kusuma (2001), dan Guntoro dkk (2008)

bahwa kinerja saham jangka panjang pada

perusahaan yang IPO mengalami

underperformed.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,

penelitian ini gagal membuktikan adanya

perbedaan antara kinerja jangka pendek dan

kinerja jangka panjang pada perusahaan yang

melakukan penawaran pedana di BEI pada

periode Januari 2009 sampai April 2011. Hasil

uji Wilcoxon Matched Pairs (Uji Rank

Bertanda Wilcoxon) menunjukkan tidak

terjadinya perbedaan yang signifikan antara

kinerja jangka pendek (6 bulan) dan kinerja

jangka panjang (24 bulan), dimana hasil nilai

signifikansi sebesar 0.310. Kondisi ini terjadi

disebabkan kinerja jangka pendek dan kinerja

jangka panjang yang sama-sama mengalami

outperformance hal ini memberikan

kesimpulan bahwa kedua kinerja tersebut

sama-sama menarik bagi para investor untuk

berinvestasi.

Hasil penilitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi dan

Kusuma (2001) yang menyatakan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara

kinerja saham jangka pendek dan kinerja

saham jangka panjang pada perusahaan yang

melakukan penawaran perdana (IPO).

Setelah ditelusuri lebih lanjut,

perusahaan-perusahaan yang mengalami

outperformance pada jangka panjang ini

memiliki kapitalisasi pasar yang cenderung

naik, sehingga menyebabkan harga saham

mengalami kenaikan. Bagi perusahaan publik,

kapitalisasi pasar ini penting sekali karena ia

juga mencerminkan nilai total perusahaan.

Pada umumnya, semakin besar nilai

kapitalisasi pasar suatu saham, maka semakin

besar juga daya pikat saham tersebut bagi

investor. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil

nilai kapitalisasi semakin kurang menarik bagi

investor. Adanya kenaikan indeks harga

saham gabungan (IHSG) di Indonesia juga

merupakan salah satu penyebab. Kenaikan

indeks harga saham gabungan sepanjang

waktu tertentu, tentunya mendatangkan

kondisi investasi dan perekonomian negara

dalam keadaan baik. Hal tersebut juga

menempatkan pasar modal Indonesia dalam

posisi yang sangat atraktif bagi investor.

Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi

sedang buruk. Kondisi demikian akan

mempengaruhi naik atau turunnya harga saham

di pasar bursa.

Hal ini tercermin dari nilai rata-rata

abnormal return yang cenderung positif atau

memiliki nilai yang lebih besar dari 0, serta

berdasarkan perhitungan wealth relative hasil

yang didapat menunjukkan nilai yang lebih

dari satu. Bukti tersebut menegaskan bahwa

kinerja saham dari perusahaan yang melakukan

penawaran perdana (IPO) memiliki kinerja

yang cukup baik (outperformance).

Simpulan

Setelah melakukan analisis terhadap

hasil penelitian yang dijelaskan empat), maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kinerja saham pada perusahaan yang go

public di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-

2011 untuk periode jangka pendek dan

jangka panjang mengalami outperformance.

Abnormal return bernilai positif dan wealth

relative juga menunjukkan angka yang

lebih dari satu.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kinerja saham periode jangka pendek

(6 bulan) dengan kinerja saham periode

jangka panjang (24 bulan) pada perusahaan

yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

tahun 2009-2011. Hal ini disebabkan kedua

kinerja sama-sama mengalami

outperformance dan memiliki nilai

abnormal return yang positif.

Page 13: KINERJA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/05-kinerja-saham... · Dasar, membuat akta perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum

13 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal et al. (1993). The After Market Of

Initial Public Offerings In Latin America.

Financial Management : p.42-53.

Arosio. 2001. The Market Performance of

Italian IPOs in the Long-Run. SSRN

Electronic Paper Collection.

Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan

Investasi. Yogyakarta: Kanisius. Fabozzi,

Frank. J. 1999. Manajemen Investasi.

Jakarta: Salemba Empat.

Guntoro, Adhi dan Harahap, Tatiek N. 2008.

Analisis Perbedaan Kinerja Saham Jangka

Pendek Dan Jangka Panjang Pada

Perusahaan Initial Public Offering (IPO)

Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Riset

Bisnis Indonesia Vol.4 No.2, Juli 2008.

Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Underpricing

pada Penawaran Umum Perdana (Studi

Kasus pada Perusahaan Keuangan yang

Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun

2000-2006). Tesis, MM Universitas

Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis

Investasi. Yogyakarta: BFE Yogyakarta.

Jones, Charles P. 2002. Investments :

Analysis and Management. 8 th

Edition.New York: John Wiley and

Sons.Inc.

Kooli, M dan J.M. Suret. 2002. The

Aftermarket Performance of initial public

offerings in Canada. SRRN Electronic

Paper Collection.

Prastiwi, Arum dan Kusuma, Indra

Wijaya. 2001. Analisis Kineja Surat

Berharga Setelah Penawaran Perdana

(IPO) Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Indonesia, Vol.16, No. 2, 177-178.

Ritter, Jay R., 1991. The Long Run

Performance of Initial Public Offering.

Journal Of Finance, no.46.

Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan

Pasar Modal, Edisi 3. Penerbit UPP AMP

YKPN, Yogyakarta.

Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin,

2001. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan

Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

Trianingsih, Sri. 2005. Analisis Faktor-faktor

Yang Mempengaruhi Tingkat

Underpricing pada Perusahaan Yang Go

Public Di BEJ. Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Vol. 4, No. 2 : 195-210.

Yohanes, Kartika, dan Andi. 2004. Analisis

Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek

dan Jangka Panjang pada Perusahaan yang

Melakukan Initial Public Offering (IPO) di

Pasar Modal Indonesia. Jurnal Bisnis

Dan Ekonomi Vol. 11 No.1, Maret 2004.