undang-undang nomor 15 tahun 1969 tentang …wcw.cs.ui.ac.id/repository/dokumen/lihat/11157.pdf ·...

31
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN PER.MUSJAWARATAN/PERWAKILAN RAKJAT DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. b. 1. 2.

Upload: nguyencong

Post on 07-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969

TENTANG

PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN

PER.MUSJAWARATAN/PERWAKILAN RAKJAT

DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

Mengingat :

a.

b.

1.

2.

bahwa untuk melaksanakan kedaulatan rakjat alas dasar kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan/ perwakilan dan untuk mewudjudkan keadilan sosial bagi seluruh Rakjat Indonesia perlu disusun Undang-undang Pemilihan Umum bagi Anggota Madjelis Permusjawaratan Rakjat. Dewan Perwakilan Rakjat dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah. jang sesuai dengan tjita-tjita dan azas-azas demokrasi Pantja Sila:

bahwa pemilihan umum bukan hanja sekedar bertudjuan untuk memilih wakil-wakil rakjat jang akan duduk dalam lembaga permusjawaratan/perwakilan sadja, melainkan merupakan suatu sarana untuk mentjapai kemenangan Orde Baru dalam mewudjudkan penjusunan tata kehidupan jang didjiwai semangat Pantja Sila/Undang-undang Dasar 1945;

Pembukaan Undang-undang Dasar. Pasal-pasal 1 ajat (2) Pasal 5 ajat (1) dan Pasal 20 ajat (1) Undang-undang Dasar 1945;

Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara:

a. Nomor XI/MPRS/1966;

b. Nomor XXI/MPRS/1966;

c. Nomor XXII/MPRS/1966;

d. Nomor XXV/MPRS/1966;

e. Nomor XLIIfMPRS/ 1968.

Menetapkan :

Dengan Persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong;

M E M U T U S K A N :

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA ANGGOTA BADAN PERMUSJAWARATAN/PERWAKILAN RAMAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1.

(1). Pemilihan Umum untuk Anggota : anggota Dewan Perwakilan Rakjat selandjutnja disebut D.P.R., Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Tingkat I selandjutnja disebut D.P.R.D. I dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Tingkat II selandjutnja disebut D.P.R.D. 11 diselenggarakan setjara langsung, umum, bebas dan rahasia.

(2). Pemilihan Umum jang diatur dalam Undang-undang ini adalah djuga untuk mengisi Madjelis Permusjawaratan Rakjat.

Pasal 2.

(1). Warganegara Republik Indonesia bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanja atau jang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.S/P.K.I." atau organisasi terlarang lainnja tidak diberi hak untuk memilih dan dipilih;

(2). Organisasi-organisasi dilarang mentjalonkan orang jang tidak diberi hak untuk memilih dan dipilih seperti jang dimaksud dalam ajat (1).

(3). Pelanggaran terhadap ketentuan ajat (2) mengakibatkan gugurnja tjalon jang bersangkutan.

Pasal 3.

Perentjanaan, penjelenggaraan tan pelaksanaan pemilihan umum didasarkan atas azas-azas demokrasi jang didjiwai semangat Pantja Sila/Undang-undang Dasar 1945.

BAB II.

DAERAH PEMILIHAN DAN DJUMLAH KURSI

Pasal 4.

(1). a. Untuk pemilihan anggota D.P.R., daerah pemilihan adalah Daerah Tin=kat I;

b. Untuk pemilihan anggota D.P.R.D. I. Daerah tingkat I merupakan I

(satu) daerah pemilihan;

c. Untuk pemilihan anggota D.RR.D. II, Daerah tingkat II merupakan I (satu) daerah pemilihan;

(2). Warganegara Republik Indonesia jang berada diluar negeri dianggap penduduk daerah pemilihan dimana berdiri gedung Pepartemen Luar Negeri Republik Indonesia.

Pasal 5.

(1). Djumlah anggota D.P.R. jang dipilih bagi tiap daerah pemilihan ditetapkan berdasar-

kan imbangan djumlah penduduk jang terdapat dalam daerah pemilihan tersebut.

(2). Hal jang termaktub dalam ajat (1) tidak mengurangi ketentuan bahwa :

a. djumlah wakil dalam tiap daerah pemilihan sekurang-kurangnja sama dengan djumlah Daerah Tingkat II, jang ada dalam daerah pemilihan jang bersangkutan:

b. tiap Daerah Tingkat II sekurang-kurangnja mempunjai seorang wakil.

(3). Untuk keperluan pemilihan umum Menteri Dalam Negeri dapat menetapkan pembacian Daerah Tingkat I jang belum terbagi dalam Daerah Tingkat lI, dalam daerah-daerah administratif jang setingkat dengan Daerah Tingkat II.

(4). Djumlah anggota dalam daerah pemilihan jang terbagi dalam daerah-daerah administratif seperti jang termaksud dalam ajat (3) ditetapkan 8 (delapan) anggota tanpa mengurangi djiwa ketentuan ajat (1) dan ajat (2) sub b.

(5). Djumlah anggota D.P.R D. jang dipilih ditetapkan berdasarkan ketentuan Undangundang tentang Susunan dan Kedudukan Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Dewan Perwakilan Rakjat dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah.

Pasal 6

Djumlah anggota D.P.R. jang dipilih dalam pemilihan umum di Djawa ditentukan seimbang dengan djumlah anggota jang dipilih diluar Djawa.

BAB III

PELAKSANAAN/PENJELENGGARAAN DAN ORGANISASI

Pasal 7.

(1). Pemungutan suara dalam pemilihan umum masing-masing untuk D.R.R., D.P.R.D. I dan D.P.R.D. II dilakukan serentak setjara berturut-turut dalam satu hari.

(2). Dalam keadaan seperti termaksud dalam pasal 30 dan pasal 31, pelaksanaan ajat (1)

pasal ini untuk seluruh Indonesia diselesaikan dalam djangka waktu tiga bulan.

Pasal 8.

(1). Pemilihan Umum dilaksanakan oleh Pemerintah dibawah pimpinan Presiden.

(2). Dalam penjelenggaraan sehari-hari seorang pedjabat dapat ditundjuk oleh Presiden untuk melaksanakan pimpinan pemilihan umum tersebut.

(3). Untuk melaksanakan pemilihan umum Presiden membentuk sebuah Lembaga Pemilihan Umum dengan diketuai Menteri Dalam Negeri jang bertugas :

a. Mengadakan perentjanaan dan persiapan untuk melaksanakan pemilihan umum;

b. Memimpin dan mengawasi Panitia-panitia termaksud dalam ajat (4);

c. Mengumpulkan dan mensistematisasikan bahan-bahan serta data-data tentang hasil pemilihan umum;

d. Mengerdjakan hal-hal lain jang dipandang perlu untuk melaksanakan pemilihan umum.

(4). Pada Lembaga Pemilihan Umum diadakan :

a. Panitia Pemilihan Indonesia, jang berkedudukan di Djakarta, dengan tugas :

(i) merentjanakan dan mengawasi penjelenggaraan pemilihan umum untuk D.P.R.. D.P.R.D. I dan D.P.R.D. II;

(ii) menjelenggarakan pemilihan umum untuk D.P.R.

b. Panitia Pemilihan Daerah tingkat I, jang berkedudukan di lbukota Daerah Propinsi, dengan tugas :

(i) membantu tugas-tugas Panitia Pemilihan Indonesia;

(ii) mempersiapkan dan mengawasi penjelenggaraan pemilihan umum untuk pemilihan anggota D.P.R.D. I dan D.P.R.D. II;

(iii) menjelenggarakan pemilihan umum untuk D.P.R.D. I.

c. Panitia Pemilihan Daerah tingkat II, jang berkedudukan di Ibukota Daerah tingkat II, dengan tugas :

(i) membantu tugas-tugas Panitia Pemilihan Daerah tingkat II;

(ii) menjelenggarakan pemilihan umumn untuk D.RR.D. II.

d. Panitia Pemungutan Suara, jang berkedudukan di Ibukota Ketjamatan, dengan tugas:

(i) membantu tugas-tugas Panitia Pemilihan Daerah tingkat II;

(ii) menjelenggarakan pemungutan suara.

e. Panitia Pendaftaran Pemilih ditiap-tiap Desa/atau Daerah jang setingkat dengan Desa ditempat kedudukan Lurah atau Kepala Desa/daerah jang setingkat dengan Desa dengan tugas:

(i) membantu tugas-tugas Panitia Pemungutan Suara;

(ii) menjelenggarakan pendaftaran pemilih.

(5). Menteri Dalam Negeri, Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I, Bupati/Walikota/Kepala Daerah tingkat II, Tjamat/Kepala Ketjamatan dan Lurah/Kepala Desa/Daerah jang setingkat dengan Desa karena djabatannja, masing-masing mendjadi anggota merangkap Ketua Panitia Pemilihan Indonesia, Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I, Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II, Panitia Pemungutan Suara dan Panitia Pendaftaran Pemilih.

(6). a. Anggota-anggota Panitia Pemilihan Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri Dalam Negeri.

b. Anggota-anggota Panitia Pemilihan Daerah tingkat I dan II diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri atas usul Gubernur/Kepala Daerah tingkat I.

c. Anggota-anggota Panitia Pemungutan Suara dan Panitia Pendaftaran Pemilih diangkat dan diberhentikan oleh Bupati/Walikota/Kepala Daerah tingkat II atas usul Tjamat.

(7). Lembaga Pemilihan Umum terdiri dari Dewan Pimpinan,

Dewan/Anggota-anggota Pertimbangan dan sebuah Sekretariat.

(8). Presiden memberikan ketentuan terachir apabila dalam Lembaga Pemilihan Umum mengenai suatu persoalan tidak terdapat keserasian.

(9) Dalam tugas operasionilnja Lembaga Pemilihan Umum adalah otonom dan administratif termasuk Departemen Dalam Negeri.

(10). Susunan, Tata kerdja, pembentukan dan hal-hal lain mengenai Lembaga Pemilihan Umum dan Panitia-panitia tersebut dalam ajat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV.

HAK MEMILIH DAN PENDAFTARAN PEMILIH

Pasal 9.

Warganegara Republik Indonesia, jang pada waktu pendaftaran pemilih untuk pemilihan umum sudah genap berumur 17 tahun atau sudah kawin terlebih dulu mempunyai hak memilih.

Pasal 10.

(1). Untuk dapat menggunakan hak memilih, seorang warganegara Republik Indonesia harus terdaftar dalam daftar pemilih.

(2). Untuk dapat didaftar sebagai pemilih harus dipenuhi sjarat-sjarat sebagai berikut :

a. bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia termasuk organisasi massanja atau bukan seseorang jang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.SJP.K.I." atau organisasi terlarang lainnja;

b. njata-njata tidak sedang terganggu djiwa/ingatanja;

c. tidak sedang mendjalani pidana pendjara atau pidana kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan jang tidak dapat diubah lagi, karena tindak pidana jang dikenakan antjaman pidana sekurang-kurangnja lima tahun.

d. tidak sedang ditjabut hak pilihnja berdasarkan keputusan Pengadilan jang tidak dapat diubah lagi.

Pasal 11.

Anggota Angkatan Bersendjata Republik Indonesia tidak menggunakan hak memilih.

Pasal 12.

(1). Pemerintah memberitahukan kepada Lembaga Pemilihan Umum nama-nama orang bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanja atau jang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi" G.30.S./P.K.1" atau organisasi terlarang lainnja.

(2). Menteri Kebakiman memberitahukan kepada Lembaga Pemilihan Umum tiap-tiap keputusan Pengadilan jang mengakibatkan seseorang ditjabut hak pilihnja.

Pasal 13.

(1). Pendaftaran pemilih dilakukan oleh Panitia Pendaftaran Pemilih termaksud dalam pasal 8 ajat (4).

(2). Pemilih didaftar dalam satu daftar pemilih menurut Desa atau daerah jang setingkat dengan Desa, dimana is bertempat tinggal.

(3). Pemilih jang bertempat tinggal di luar negeri di daftar dalam daftar pemilih ditempat kedudukan Kepala Perwakilan Republik Indonesia dinegeri jang bersangkutan.

(4). Seorang pemilih hanja dapat didaftar dalam satu daftar pemilih, dan djika seseorang pemilih mempunjai lebih dari satu tempat tinggal ia harus memilih satu diantaranja untuk ditetapkan sebagai tempat tinggal jang pasti. Apabila kemudian ternjata bahwa ia terdaftar dalam lebih satu daftar pemilih, maka ia tidak dapat mempergunakan hak memilihnja.

(5). Setiap pemilih berkewadjiban memberitahukan kepada Kepala Desanja atau Kepala daerah jang setingkat dengan Desa atau bagi mereka jang bertempat tinggal diluar Negeri kepada Kepala Perwakilan Republik Indonesia jang bersangkutan, tentang segala hal jang dapat mengakibatkan perubahan pada daftar pemilih bagi dirinja sebagai pemilih.

(6). Sesudah pendaftaran pemilih selesai dilakukan. Panitia Pendaftaran Pemilih mengumumkan daftar nama-nama pemilih tersebut. untuk kemungkinan usul penjempurnaannja dan penduduk dalam daerah pendaftaran tersebut.

(7). Tata-tjara pendaftaran pemilih diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB V.

HAK DIPILIH DAN PENTJALONAN

Pasal 14.

Anggota Angkatan Bersendjata Republik Indonesia tidak menggunakan hak dipilih.

Pasal 15.

(1). Jang dapat mengadjukan tjalon untuk pemilihan umum adalah organisasi jang memenuhi sjarat tersebut dalam pasal 17 dan/atau pasal 34 ajat (1).

(2). Seorang dapat ditjalonkan untuk beberapa djenis badan perwakilan dalam satu masa pemilihan umum.

Pasa1 16.

Seorang tjalon harus memenuhi sjarat-sjarat sebagai berikut :

a. Warganegara Republik Indonesia jang berusia 21 tahun keatas serta bertaqwa kepada Tuhan Jang Maha Esa;

b. Dapat berbahasa Indonesia dan tjakap menulis dan membatja buruf Latin;

c. Setia kepada Pantja Sila sebagai Dasar dan Ideologi Negara, kepada Undang-undang Dasar 1945 dan kepada Revolusi Kemerdekaan Bangsa Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 untuk mengemban Amanat Penderitaan Rakjat;

d. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanja atau bukan seseorang jang terlibat langsung ataupun tak langsung dalam "Gerakan Kontra Revolusi G.30.S./P.K.I." atau organisasi terlarang lainnja;

e. Tidak sedang ditjabut hak pilihnja berdasarkan keputusan Pengadilan jang tidak dapat diubah lagi;

f. Tidak sedang mendjalani pidana pendjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan fang tidak dapat diubah lagi karena tindak pidana jang dikenakan antjaman pidanasekurang-kurangnja 5tahun;

g. Njata-njata tidak sedang terganggu djiwa/ingatannja;

h. Terdaftar dalam daftar pemilih;

i. Ditjalonkan menurut pasal l5.

Pasal 17.

(1). Untuk mendjadi tjalon dalam pemilihan umum seorang harus diadjukan oleh sesuatu organisasi.

(2). Organisasi jang dapat mengadjukan tjalon dalam pemilihan umum harus memenuhi sjarat sebagai berikut :

a. Bukan organisasi terlarang;

b. Bagi golongan Politik ialah Partai-partai Politik jang telah mendapat pengakuan

berdasarkan Undang-undang tentang Kepartaian,Keormasan dan Kekaryaan;

c. Bagi golongan Karya ialah organisasi golongan Karya jang telah mendapat pengakuan berdasarkan Undang-undang jang dimaksud pada buruf b.

(3). Dalam mengadjukan tjalon, organisasi jang bersangkutan menjampaikan keterangan-keterangan jang menjatakan bahwa sjarat-sjarat tersebut dalam pasal 15 dan pasal 16telah dipenuhi.

Pasal 18.

(1). Dalam mengadjukan tjalon untuk pemilihan anggota D.P.R. dan D.P.R.D. organisasi jang bersangkutan mengadjukan nama dan tanda gambar organisasi.

(2). Dalam pemilihan umum tidak boleh digunakan tanda gambar jang sama atau mirip dengan:

a. Lambang Negara Republik Indonesia;

b. Lambang Negara Asing;

a. Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih;

b. Bendera Kebangsaan Negara Asing;

c. Gambar perseorangan.

(3 ). Tanda gambar-tanda gambar dalam pemilihan umum tidak boleh sama, mirip atau dapat menimbulkan keragu-raguan bagi para pemilih.

(4). Apabila diadjukan lebih dari satu tanda gambar jang sama, mirip atau dapat menimbulkan keragu-raguan untuk para pemilih, Lembaga Pemilihan Umum memutuskan tanda gambar mana dapat disahkan setelah mendengar pihak-pihak jang mengadjukannja.

(5). Nama tjalon, nama organisasi, dan tanda gambar organisasi jang telah ditetapkan oleh Lembaga Pemilihan Umum diumumkan dalam Berita Negara dan melalui media pengumuman lainnja setjara luas dan effektif.

(6). Nama tjalon dan tanda gambar jang ditolak diberitahukan kepada jang berkepentingan serta kepadanja diberi kesempatan untuk mengadjukan nama tjalon atau tanda gambar jang lain dalam djangka waktu jang ditetapkan oleh Lembaga Pemilihan Umum.

Pasal 19.

(1). Tata-tjara pentjalonan ditetapkan sebagai berikut

a. Seorang tjalon diadjukan dengan tjara mengisi surat isian (formulir).

b. Surat isian tersebut ditanda-tangani oleh sekurang-kurangnja dua orang anggota pimpinan organisasi masing-masing jang bersangkutan.

c. Surat isian jang dimaksud pada huruf a dan huruf b antara lain dilengkapi dengan:

(i) nama dan tanda gambar organisasi jang dipergunakan sebagai lembaga dalam pemilihan umum berikut surat pengesahan dari Lembaga Pemilihan Umum;

(ii) riwajat hidup dan riwajat perdjuangan tjalon jang dikuatkan oleh sekurang-kurangnja dua orang anggota pimpinan organisasi;

(iii) surat pernjataan dari tjalon tentang kesediaannja untuk ditjalonkan serta persetudjuannja mengenai tempat jang diberikan dalam tata urutan pada daftar tjalon.

(2). Daftar tjalon dimaksud pada ajat (1) disusun oleh organisasi jang mengadjukan tjalon termaksud.

(3). Antara organisasi golongan Politik/Karya dapat diadakan penggabungan suaranja untuk diperhitungkan dalam pembagian kursi. Keinginan penggabungan suara itu harus dinjatakan oleh organisasi jang mengemukakan daftar tjalon didalam surat isian untuk pentjalonan dan djuga didalam daftar tjalon jang bersangkutan.

(4). Daftar tjalon seperti dimaksud pada ajat (2) hanja boleh

memuat nama-nama tjalon sebanjak-banjaknja dua kali djumlah anggota jang dipilih.

(5). Tata tjara pelaksanaan pentjalonan diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VI.

KAMPANJE PEMILIHAN

Pasal 20.

(1). Untuk penjelenggaraan pemilihan umum, dapat diadakan kampanje pemilihan.

(2). Segala sesuatu mengenai penjelenggaraan kampanje pemilihan termasuk etika/tatakrama dalam kampanje dan pembatasan waktu untuk kampanje diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VII.

PEMUNGUTAN SUARA DAN PENGHITUNGAN SUARA

Pasal 21.

(1). Pemungutan suara dalam daerah pemilihan diseluruh wilajah Indonesia untuk tiga djenis badan perwakilan dilakukan setjara serentak.

(2). Pemungutan suara diluar negeri diadakan ditempat Perwakilan Republik Indonesia dan dilakukan setjara serentak sesuai dengan pemungutan suara didalam negeri.

(3). Panitia Pemungutan Suara menetapkan djumlah dan tempat pemungutan suara bagi daerah masing-masing sedemikian rupa, sehingga pemungutan suara dapat dilaksanakan setjara mudah dan lantjar.

(4). Tempat pemungutan suara diatur sedemikian rupa, sehingga bagi setiap pemilih ada djaminan untuk dapat memberikan suara setjara bebas dan rahasia.

(5). Untuk pemungutan suara dalam pemilihan umum masing-masing djenis badan perwakilan, dibuat surat suara jang bentuk, isi dan pelaksanaannja diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(6). Dalam pemilihan untuk D.P.R., D.P.R.D. I dan D.P.R.D. II pemilih memberikan suaranja dengan mentjoblos salah satu tanda gambar organisasi jang dipilihnja jang terdapat dalam surat suara.

Pasal 22.

(1). Segera setelah pemungutan suara berachir diadakan penghitungan suara ditempat pemungutan suara jang bersangkutan.

(2). Para pemilih diperbolehkan hadirdan mengikuti djalannja penghitungan suara.

(3). Pelaksanaan pemungutan suara, dan tata tjara penghitungan suara diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIII.

PENETAPAN HASIL PEMILIHAN

Pasal 23.

(1). Untuk menetapkan hasil pemilihan bagi D.PR., D.P.R.D. I dan D.P.R.D. II digunakan sistim perwakilan berimbang.

(2). Tata tjara pelaksanaan penetapan hasil pemilihan umum diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX.

PENGUMUMAN HASIL PEMILIHAN DAN

PEMBERITAHUAN KEPADA TERPILIH

Pasal 24.

Pengumuman basil pemilihan bagi D.P.R., D.P.R.D. I dan D.P.R.D. II dan pemberitahuan kepada terpilih dilakukan oleh Lembaga Pemilihan Umum dengan tata-tjara jang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB X.

PENGGANTIAN, PANITIA PEMERIKSAAN DAN

PERMULAAN KEANGGOTAAN

Pasal 25.

(1). Penggantian bagi terpilih ditentukan menurut urutan penempatan dalam daftar tjalon.

(2). Untuk tiap-tiap Badan Perwakilan Rakjat dibentuk Panitia Pemeriksaan jang bertugas menentukan tentang penerimaan seorang terpilih sebagai anggota dan permulaan keanggotaannja.

(3). Hal-hal lain mengenai penggantian terpilih dan hal-hal jang berhubungan dengan Panitia Pemeriksaan diatur lebih landjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB XI.

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26.

(1). Barang siapa dengan sengadja memberikan keterangan jang tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang sesuatu hal jang diperlukan untuk pengisian daftar pemilih, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja satu tahun.

(2). Barang siapa meniru atau memalsu sesuatu surat, jang menurut suatu aturan dalam Undang-undang ini diperlukan untuk mendjalankan sesuatu perbuatan dalam pemilihan, dengan maksud untuk dipergunakan sendiri atau oleh orang lain sebagai surat sah dan tidak dipalsukan, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun .

(3). Barang siapa dengan sengadja dengan menoetahui bahwa sesuatu surat dimaksud dalam ajat (2) adalah tidak sah atau dipalsukan, mempergunakannja atau menjuruh orang lain mempergunakannja, sebagai surat jang sah dan tidak dipalsukan, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun.

Pasal 27.

(1). Barang siapa dengan sengadja mengatjaukan, menghalang-halangi atau mengganggu djalan pemilihan jang diselenggarakan menurut Undang-undang ini, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun.

(2). Barang siapa pada waktu diselenggarakan pemilihan menurut Undang-undang ini dengan sengadja dan dengan kekerasan atau dengan antjaman kekerasan menghalanghalangi seseorang akan melakukan haknja memilih dengan bebas dan tidak terganggu, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun.

(3). Barang siapa pada waktu diselenggarakan pemilihan menurut Undang-undang ini dengan pemberian atau djandji menjuap seseorang, baik supaja orang itu tidak mendjalankan haknja itu untuk memilih maupun supaja ia mendjalankan haknja dengan tjara tertentu, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja tiga tahun. Pidana itu dikenakan djuga kepada pemilih jang karena menerima suap berupa pemberian atau djandji berbuat sesuatu.

(4). Barang siapa pada waktu diselenggarakan pemilihan menurut Undang-undang ini melakukan sesuatu perbuatan tipu muslibat jang menjebabkan suara seorang pemilih mendjadi tidak berharga atau orang lain daripada orang jang dimaksudkan oleh pemilih itu mendjadi terpilih, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja tiga tahun.

(5). Barang siapa dengan sengadja turut serta dalam pemilihan menurut Undang-undang ini dengan mengaku dirinja sebagai orang lain, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun.

(6). Barang siapa dengan sengadja melanggar ketentuan pasal 2 ajat (1) dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun.

(7). Barang siapa memberikan suaranja lebih dari pada jang ditetapkan dalam Undangundang ini dalam satu pemilihan, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun.

(8). Barang siapa pada waktu diselenggarakan pemilihan menurut Undang-undang ini dengan sengadja menggagalkan pemungutan suara jang telah dilakukan, atau melakukan sesuatu perbuatan tipu muslihat, jang menjebabkan hasil pemungutan suara itu mendjadi lain dari pada jang harus diperoleh dengan suara-suara jang diberikan dengan sah, dipidana dengan pidana pendjara selama-lamanja lima tahun.

(9). Seorang madjikan jang tidak memberikan kesempatan kepada seorang pekerdja untuk memberikan suaranja tanpa alasan bahwa pekerdjaan dari pada pekerdjaan itu tidak memungkinkannja, dipidana dengan pidana pcndjara selama-lamanja tiga bulan.

(10). Seorang penjelenggara pemilihan umum jang melalaikan kewadjibannja dipidana dengan pidana denda setinggi-tingginja seribu rupiah.

Pasal 28.

Tindak pidana jang termaksud dalam pasal 26 dan pasal 27 ajat (l)

sampai dengan ajat (8) adalah kedjahatan.

Tindak pidana jang termaksud dalam pasal 27 ajat (9) dan ajat (10) adalah pelanggaran.

Pasal 29.

Dalam mendjatuhi pidana atas perbuatan-perbuatan tertjantum dalam pasal 26 ajat (2) dan ajat (3), surat-surat jang dipergunakan dalam tindak pidana itu, beserta bends-bends dan barang jang menurut sifatnja diperuntukkan guna meniru atau memalsu surat-surat itu, dirampas dan dimusnahkan, djuga kalau surat-surat, benda-benda atau barang itu bukan kepunjaan terpidana.

BAB XII.

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 30.

Apabila disesuatu tempat didalam sesuatu daerah pemilihan sesudah diadakan penelitian dan pemeriksaan ternjata terdapat kekeliruan, kesalahan atau hal-hal lain jang mengakibatkan tidak dapat dilakukan penghitungan suara, maka Panitia Pemilihan Daerah tingkat I/Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II jang bersangkutan dengan mengingat ketentuan batas waktu jang dimaksud dalam pasal 7 ajat (2) dengan dikuatkan oleh instansi Pemerintah Daerah setempat dapat mengadakan pemilihan ulangan ditempat jang bersangkutan.

Pasal 31.

Apabila disesuatu tempat didalam suatu Daerah Pemilihan pada waktu jang telah ditetapkan tidak dapat diselenggarakan pemilihan umum atau penjelenggaraannja terhenti disebabkan oleh keadaan jang memaksa, maka sesudah keadaan memungkinkan, segera diadakan pemilihan susulan atau pemilihan ulangan ditempat jang bersangkutan dengan mengingat ketentuan batas waktu jang dimaksud dalam pasal 7 ajat (2).

BAB XIII.

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32.

Dengan tidak mengurangi ketentuan jang tersebut dalam Undang-undang tentang Susunan Madjelis Permusjawaratan Rakjat, Dewan Perwakilan

Rakjat dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, Badan-badan Perwakilan Rakjat jang lain dibubarkan pada hari Badan-badan Perwakilan Rakjat jang baru mendjalankan, tugas dan wewenangnja.

Pasal 33.

Setelah Lembaga Pemilihan Umum beserta aparaturnja dibentuk berdasarkan Undam-undang ini, maka badan-badan penjelengeara pemilihan umum jang lama dibubarkan dan segala kekajaannja diserahkan kepada Lembaga Pemilihan Umum.

Pasal 34.

(1). Organisasi-organisasi golongan Politik jang ada dan diakui serta organisasi-organisasi golongan Karya jang sudah mempunjai perwakilan di D.P.R.G.R. dan/atau di D.P.R.D.G.R. pada saat Pemilihan Umum diselcnggarakan berdasarkan Undang-undang ini dapat ikut serta dalam pemilihan umum.

(2). Ketentuan tersebut tidak berlaku baGi golongain Karya jang akan diangkat.

BAB XIV.

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35.

Segala sesuatu jang belum diatur didalam Undang-undang ini diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 36.

Segala peraturan perundang-undangan jang bertentangan dengan Undang-undang ini dinjatakan tidak berlaku.

Pasal 37.

Undang-undang ini disebut Undang-undang Pemilihan Umum dan mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta

pada tanggal 17 Desember 1969

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SOEHARTO

DJENDRAL T.N.I.

Diundangkan di Djakarta

pada tanggal 17 Desember 1969

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ALAMSJAH MAJOR DJENDRAL T.N.I.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1969 NOMOR 58.

P E N D J E L A S A N

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969

TENTANG

PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN

PERMUSJAWARATAN/PERWAKILAN RAKJAT

II. UMUM

1. Dasar pikiran.

Negara Republik Indonesia adalah negara jang berkedaulatan rakjat seperti tertjantum dalam Undang-undang Dasar 1945. Untuk melaksanakan azas-azas Pantja Sila terutama dasar kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan/perwakilan dibentuk lembaga-lembaga permusjawaratan/perwakilan rakjat jang harus membawakan suara hati nurani rakjat. Oleh karena itu maka tjara

pengisian lembaga-lembaga tersebut jang sesuai dengan azas-azas demokrasi Pantja Sila ialah dengan pelaksanaan pemilihan umum.

Pemilihan umum adalah sarana jang bersifat demokratis untuk membentuk sistim kekuasaan negara jang berkedaulatan rakjat dan permusjawaratan perwakilan jang digariskan oleh Undang-undang Dasar negara. Kekuasaan Negara jang lahir dengan pemilihan umum adalah kekuasaan Negara jang lahir dari bawah menurut kehendak rakjat dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakjat, oleh rakjat, menurut sistim permusjawaratan perwakilan.

Hanja kekuasaan negara jang demikian akan benar-benar memantjar kebawah sebagai kewibawaan jang mampu memelihara budi pekerti kemanusiaan jang luhur serta, tetap memegang teguh tjiri-tjiri moral rakjat jang luhur.

2. Tudjuan Pemilihan Umum.

Dalam mewudjudkan penjusunan tata-kehidupan jang didjiwai semangat tjita-tjita Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana tersebut dalam Pantjasila/Undang-undang Dasar 1945, maka penjusunan rata-kehidupan itu harus dilakukan dengan djalan Pemilihan Umum.

Dengan demikian, diadakannja pemilihan umum itu tidak sekedar memilih wakil-wakil rakjat untuk duduk dalam lembaga permusjawaratan/perwakilan sadja, dan djuga tidak memilih wakil-wakil rakjat untuk menjusun negara baru dengan dasar falsafah negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-wakil rakjat oleh rakjat jang membawakan isi hati nurani rakjat dalam melandjutkan perdjoangan mempertahankan, dan mengembangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersumber pada Prorlamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakjat.

Pemilihan umum adalah suatu alat jang penggunaannja tidak boleh mengakibatkan rusaknja sendi-sendi demokrasi dan bahkan menimbulkan hal-hal jang menderitakan rakjat, tetapi harus mendjamin suksesnja perdjoangan Orde Baru. jaitu tetap teseaknja Pantja Sila dan dipertahankannja Undang-undang Dasar 1945.

3. Azas Pemilihan.

Sesuai dengan ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Nomor XI/ MPRS/1966 tentang Pemilihan Umum, maka pemilihan umum anggota-anggota badan permusjawaratan/perwakilan Rakjat jang diatur dengan Undang-undang ini didasarkan pada azas pemilihan jang bersifat umum, langsung, bebas dan rahasia. Jang dimaksud dengan pemilihan jang bersifat:

a. Umum:

Ialah bahwa pada dasarnja semua warganegara jang memenuhi persjaratan minimal dalam usia, jaitu telah berusia 17 tahun atau telah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan, dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih.

Djadi pemilihan bersifat umum berarti pemilihan jang berlaku menjeluruh bagi setiap/semua warganegara, menurut persjaratan azasi (basic) tertentu, seperti tersebut diatas. Persjaratan lain-lain, jang tehnis atau politis, tidaklah dihubungkan dengan adanja pemilihan, tetapi semata-mata dihubungkan dengan praktek pelaksanaannja dan tudjuan pemilihan serta fungsi badan/lembaga jang disusun.

b. Langsung.

Ialah bahwa rakjat pemilih mempunjai hak untuk setjara langsung memberikan suaranja, menurut hati nuraninja tanpa perantara dan tanpa tingkatan.

c. Bebas.

Ialah babwa tiap warga negara jang berhak memilih dalam menggunakan haknja didjamin keamanannja untuk melakukan pemilihan menurut hati nuraninja tanpa adanja pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun.

d. Rahasia.

lalah bahwa para pemilih didjamin oleh peraturan, tidak akan diketahui oleh pihak siapapun dan dengan djalan apapun, siapapun siapa jang dipilihnja.

Pemilih. memberikan suaranja pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranja diberikan (secret ballot).

4. Sistim pemilihan Untuk pemilihan anggota D.P.R., dan D.P.R.D. dipakai sistim Perwakilan berimbang dengan stelsel daftar.

Dengan demikian maka besarnja/kekuatan perwakilan organisasi dalam D.P.R.dan D.P.R.D. adalah sedjauh mungkin berimbang dengan besarnja dukungan dalam masjarakat pemilih. Untuk mentjapai tudjuan ini suatu organisasi jang nama-nama tjalonnja disusun dalam sesuatu daftar tjalon mendapat djumlah kursi berdasarkan suatu bilangan Pembagi Pemilihan, ialah suatu bilangan jang diperoleh dengan membagi djumlah seluruh suara jang masuk dengan djumlah kursi jang tersedia.

Sistim daftar begitu pula sistim pemilihan umum menggambarkan adanja pengakuan terhadap stelsel organisasi jang ikut serta dalam kehidupan

ketatanegaraan.

Tiap-tiap Daerah tingkat 11 mendapat sekurang-kurangnja seorang wakil jang ditetapkan berdasarkan sistim perwakilan berimbang jang akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

5. Penetapan djumlah anggota dalam pemilihan urnum.

Dari djumlah anggota D.P.R. sebanjak 460, maka jang dipilih berdasarkan pemilihan umum adalah 360 dan jang diangkat adalah 100. Untuk menentukan besarnja wakil dalam tiap-tiap daerah pemilihan diwilajah Republik Indonesia, maka untuk pemilihan anggota D.P.R. daerah pemilihan adalah daerah tingkat I. Untuk menentukan banjaknja wakil dalam tiap daerah pemilihan dipakai dasar perhitungan tiap-tiap sekurang-kurangnja 400.400 penduduk memperoleh seorang wakil, dengan ketentuan bahwa tiap-tiap daerah pernilihan mempunjai wakil sekurang-kurangnja sebanjak Daerah tingkat II jang terdapat dalam Daerah tingkat I tersebut, dan tiaptiap Daerah tingkat II mempunjai sekurang-kurangnja seorang wakil.

Ketentuan-ketentuan selandjutnja tentang tjara pembagian djumlah 360 kursi kepada Daerah tingkat II Daerah tingkat II diatur dengan Peraturan Pemerintah.

6. Keseimbangan antara djumlah anggota D.P.R. jang dipilih di Djawa dan diluar Djawa.

Undang-undang ini menentukan bahwa djumlah anggota D.P.R. jang dipilih dalam pemilihan umum di Djawa ditentukan seimbang dengan djumlah anggota jang dipilih diluar Djawa (pasal;6). Untuk menentukan banjaknja wakil jang dipilih ditiap-tiap Daerah tingkat I dipakai dasar perhitungan tiap-tiap sekurang-kurang 400.000 penduduk dalam Daerah tingkat I memperoleh seorang wakil.

Apabila dalam pemilihan umum dipergunakan dasar djumlah penduduk, maka djumlah wakil jang dipilih dari pulau Djawa akan banjak melebihi wakil dari luar Djawa. Mengingat luas dan potensinja daerah-daerah di luar Djawa jang djumlah penduduknja kurang dari pada Djawa, maka perlu kiranja daerah luar Djawa tersebut mendapat perwakilan sesuai dengan kepentingannja daerah tersebut.

Karena itu dalam pasal 5 ajat (2) diadakan ketentuan bahwa:

a. djumlah wakil dalam tiap daerah pemilihan sekurang-kurangnja sama dengan djumlah Daerah tingkat II, jang ada dalam daerah pemilihan jang bersangkutan.

b. Tiap Daerah tingkat II sekurang-kurangnja mempunjai seorang wakil.

Dengan mengadakan kombinasi antara banjaknja penduduk di Daerah tin"kat I dan djumlah wakil dalam tiap daerah pemilihan sekurang-kurangnja sama dengan djumlah Daerah tingkat II, jang ada dalam daerah pemililran jan; bersangkutan dan tiap Daerah tingkat II sekurang-kurangnja mempunjai seorantg wakil, maka sedikit banjak akan tertjapai keseimbangan antara Wakil-wakil jang berasal dari pulau djawa dengan luar Djawa.

7. Ketentuan peralihan mengenai pentjalonan.

Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Nomor XI/MPRS/1966 menentukan bahwa susunan D.P.R. dan D.P.R.D. terdiri dari golongan politik dan karya.

Berhubung dengan itu dalam pasal 17 diadakan ketentuan bahwa seorang tjalon dalam pemilihan umum harus diadjukan oleh sesuatu organisasi jang harus memenuhi sjarat:

a. bukan organisasi terlarang;

b. bagi golongan Politik dan golongan Karva jang telah memperoleh pengakuan berdasarkan Undang-undang tentang Kepartaian, Keormasan dan Kekaryaan.

Melihat peranan dari organisasi-organisasi baik golongan Politik maupun golongan Karya dalam kehidupan masjarakat dan ketatanegaraan sekarang maka untuk pemilihan kali ini diadakan ketentuan pemilihan tersendiri jaitu:

Organisasi-organisasi golongan Politik jang ada dan diakui serta organisasiorganisasi golongan karya jang sudah mempunjai perwakilan di D.P.R.G.R. dan/ atau D.P.R.D.G.R. pada saat Pemilihan Umum diselenggarakan berdasarkan Undang-undang ini dapat ikut serta dalam Pemilihan Umum.

8. A.B.R.I.

Mengingat dwifungsi ABRI sebagai alat negara dan kekuatan sosial jang harus kompak bersatu dan merupakan kesatuan untuk dapat mendjadi pengawal dan pengaman Pantja Sila dan Undang-undang Dasar 1945 jang kuat dan sentosa, maka bagi ABRI diadakan ketentuan tersendiri.

Fungsi dan tudjuan ABRI seperti tersebut diatas tidak akan tertjapli djika anggota ABRI ikut serta dalam pemilihan umum, jang berarti bahwa anggota ABRI berkelompok-kelompok, berlain-lainan pilihan dan pendukungnja terhadap golongan-golongan dalam masjarakat. Karena itu maka anggota-anggota ABRI tidak menggunakan hak memilih dan hak dipilih, tetapi mempunjai wakil-wakilnja dalam lembaga-lembaga permusjawaratan/perwakilan rakjat den-an melalui pengangkatan.

Duduknja ABRI dalam Lembaga-lembaga permusjawaratan/perwakilan melalui pengangkatan dimungkinkan oleh demokrasi Pantja Sila jam; men-hendaki

ikut sertanja segala kekuatan dalam masjarakat representatif dalam lembaga-lembaga tersebut.

9. G.30.S./P.K.I.

Demi tetap tegak berlangsungnja kemurnian kehidupan Demokrasi berdasarkan Pantja Sila/Undang-undang Dasar 1945 dan mengingat, tudjuan pemilihan umum jang hendak ditjapai sebagaimana diuraikan diatas, maka hak memilih dan hak dipilih bagi bekas anggota G.30.S./P.K.I. jang djelas anti demokrasi harus dibatalkan/ditjabut. Pembatalan/pentjabutan hak ikut serta dalam pemilihan umum bagi bekas anggota P.M. termasuk organisasi-organisasi massanya didasarkan atas pendirian, bahwa adalah suatu hak demokrasi untuk menjatakan bahwa suatu organisasi jang mempergunakan kekerasan sebagai suatu sarana untuk mentjapai tudjuannya dan jang bertudjuan menghantjurkan demokrasi itu sendiri tidak mempunjai hak hidup dalam suatu negara demokrasi, karena itu mereka tidak diperkenankan mengenjam hak-hak demokrasi jang hendak dihantjurkan sendiri. Karena itu pula mereka tidak diperkenankan ikut serta dalam pembentukan pemerintahan dan mempunjai perwakilan dalam pemerintahan.

Dengan Ketetapan Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara Nomor XXV/ MPRS/1966 Partai Komunis Indonesia (P.K.I) termasuk organisasi-organisasi massanja telah dibubarkan dan dinjatakan terlarang diseluruh wilajah negara Republik Indonesia.

Orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia jang menganut paham atau adjaran Komunisme/Marxisme-Leninisme, chususnja P.M. telah njata-njata tidak mengakui azas-azas demokrasi dan adalah musuh-musuh Pantja Sila. Djelas sudah penghianatan orang-orang komunis Indonesia, jang telah dilakukan beberapa kali antara lain dalam kesatuan Front Demokrasi Rakjat di Madiun pada tahun 1948 dan G (Gerakan) 30 S (September)/PKI, terhadap perdjuangan Rakjat Indonesia mempertahankan dan mengisi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia jang berazas Pantja Sila.

Penghapusan dan pentjabutan hak untuk memilih dan dipilih mereka itu adalah kewaspadaan kita jang tidak ingin dichianati lagi, misalnja berupa gerilja politik dan ekonomi djika mereka ikut serta dalam pemilihan.

Berdasarkan hal-hal jang diuraikan diatas, maka dalam Undang-undang Pemilihan Umum ini warga negara Republik Indonesia bekas anggota organisasi terlarang P.K.I, tertnasuk organisasi massanja, atau jang terlihat langsung atau tak langsung dalam Gerakan Kontra Revolusi G.30.S./P.K.I. atau organisasi terlarang lainnja tidak diberi hak untuk memilih dan dipilih.

I. PASAL DEMI PASAL.

Pasal.1.

(l ). Tjukup djelas.

(2). Undang-undang Dasar 1945 pasal 2 ajat (I) menentukan bahwa Madjelis Permusjawaratan Rakjat terdiri atas anggota-anggota D.P.R. ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan.

Oleh karena itu pemilihan umum jang diatur dengan Undang-undang ini chususnja untuk anggota D.P.R. adalah djuga untuk mengisi Madjelis Permusjawaratan Rakjat.

Pasal 2.

(1). Mengenai pentjabutan hak pilih baik jang berupa hak memilih: maupun hak oipilih bagi bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia telah didjelaskan dalam pendjelasan umum.

Jang dimaksud dengan "terlibat setjara langsung" dalam G.30.S./P.K.I. ialah:

1. Mereka jang merentjanakan, turut merentjanakan atau mengetahui adanja perentjanaan Gerakan Kontra Revolusi itu, tetapi tidak melaporkan kepada pedjabat jang berwadjib;

2. Mereka jang dengan kesadaran akan tudjuannja, melakukan kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan Gerakan Kontra Revolusi tersebut.

Jang dimaksud dengan "terlibat setjara tidak langsung" dalam G.30.S./P.K.I. ialah:

1. Mereka jang menundjukkan sikap, baik dalam perbuatan atau dalam utjapanutjapan jang bersifat menjetudjui Gerakan Kontra Revolusi tersebur

2. Mereka jang setjara sadar menundjukkan, baik dalam perbuatan atau dalam utjapan, jang menentang usaha/gerakan penumpasan G.30.S./P.K.I.

Jang dimaksud dengan organisasi terlarang dalam pasal ini ialah organisasiorganisasi jang tegas tegas dinjatakan terlarang dengan peraturan perundangundangan. Ketentuan-ketentuan ini tidak berlaku bagi mereka jang berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan telah mendapat amnesti atau abolisi atau grasi.

(2). Tjukup djelas.

(3). Apabila ternjata ada organisasi jang mentjalonkan orang jang dimaksud pada ajat (I), maka ini berakibat gugurnja tjalon, dan ini

berarti tjalon tersebut tidak dapat diganti dengan tjalon lain.

Tetapi apabila pelanggaran terhadap ketentuan ajat (2) baru diketahui setelah tjalon itu terpilih, maka is diganti oleh tjalon berikut dalam urutan daftar tjalon jang bersangkutan.

Pasal 3.

Tjukup djelas.

Pasal 4.

Lihat pendjelasan pasal 21

Pasal 5.

(1) dan (2) Telah didjelaskan dalam Pendjelasan Umum.

(3) dan (4) Pembagian Daerah tingkat I dalam daerah administratif untuk keperluan

pemilihan umum ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Daerah tingkat I jang belum terbagi dalam Daerah tingkat II otonom ialah Daerah Chusus Ibukota Djakarta Raya. Karena perimbangan penduduk merupakan salah satu sjarat penetapan djumlah anggota dengan mengingat ketentuan bahwa tiap-tiap sekurang-kurangnja 400.000 penduduk memperoleh seorang wakii, maka daerah pemilihan termaksud dalam ajat (4) jang berpenduduk lebih dari 8 x 400.000 dapat memperoleh lebih dari 8 orang wakil.

Pasal 6.

Telah didjelaskan dalam pendjelasan umum.

Pasal 7.

(1). Tjukup djelas.

(2). Pada prinsipnja pemungutan suara untuk seluruh Indonesia diselenggarakan pada hari dan tanggal jang sama. Berhubung dengan adanja kemungkinan bahwa pemungutan suara untuk suatu daerah tidak dapat diselenggarakan pada hari dan tanggal jang sudah ditentukan, karena adanja kesukaran-kesukaran tehnis, keadaan daerah jang berbeda dan lain-lain, termasuk adanja kemungkinan pemungutan suara ulangan/susulan, maka pemungutan suara didaerah itu dapat dilaksanakan pada hari dan tanggal jang lain. Walaupun demikian pemungutan suara untuk pemilihan umum bagi ketiga badan perwakilan diseluruh Indonesia harus sudah selesai dalam djangka waktu tiga bulan. .

Pasal 8.

(l). Ketentuan ini sesuai dengan Ketetapan Madjelis

Permusjawaratan Rakjat Sementara Nomor XI/MPRS/1966, jang menugaskan kepada Pemerintah untuk melaksanakan ketetapan tentan; pemilihan umum.

(2). Tjukup djelas.

(3) dan (4). Pada Lembaga Pemilihan Umum diadakan Panitia-panitia jang ikut menjelenggarakan pemilihan umum disamping tugas lain jang disebut dalam ajat tersebut. Lembaga Pemilihan Umum, menentukan kebidjaksanaannja tentang pelaksanaan pemilihan umum, sedangkan penjelenggaraan pemilihan umum itu diserahkan kepaiia Panitia-panitia tersebut.

Dalam Panitia-panitia baik di Pusat maupun di Daerah, diikut sertakan sebagai anggota kekuatan-kekuatan sosial jang pada pokoknja berupa organisasi partai Politik dan organisasi Golongan Karya.

(5). Jang dimaksud dengan daerah jang setingkat dengan Desa ialah antara lain Marga (di Sumatera), Temenggungan (di Kalimantan), Wanua di Sulawesi, negorij di Maluku dan Irian Barat.

Jang dimaksud dengan Kepala Ketjamatan antara lain di Daerah Istimewa Jogjakarta ialah Asisten/Mantri wilajah Pamong Pradja, di Maluku Bestuur Asisten dan di Bali Punggawa.

(6). Tjukup djelas.

(7) dan (8). Susunan dari Lembaga Pemilihan Umum, jang terdiri dari Dewan Pimpinan, Dewan/Anggota-anggota Pertimbangan dan sebuah Sekretariat, menggambarkan ikut sertanja kekuatan-kekuatan sosial dalam pelaksanaan pemilihan umum, jang oleh M.P.R.S. ditugaskan kepada Pemerintah.

Maka dihimpunlah kekuatan-kekuatan sosial tersebut dalam Dewan Pertimbangan, jang atas permintaan atau atas prakarsa sendiri memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai persoalan-persoalan jang pokok sifatnja kepada Dewan Pimpinan, jang terdiri dari Anggota-anggota Pemerintah.

Pada hakekatnja, pertimbangan-pertimbangan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan Dewan Pimpinan dalam mengambil keputusan dan menggariskan kebidjaksanaan.

Maka bergeraklah Dewan Pimpinan dan Dewan/Anggota-anggota Pertimbangan bersama-sama dengan pertanggungan djawab dibidang masing-masing untuk menghasilkan pemilihan umum jang demokratis. Dimana tidak dapat dihindarkan, bahwa mengenai persoalan pokok jang dibitjarakan bersama tidak terdapat keserasian antara pertimbanganpertimbangan jang diberikan dan keputusan serta kebidjaksanaan jang diambil oleh Dewan Pimpinan, maka persoalan tersebut diadjukan kepada Presiden scbagai pemimpin tertinggi dalam pelaksanaan pemilihan UnlUm. Dalam hal demikian, Ketua Lembaga Pemilihan umum mempertanggung djawabkan keputusan serta kebidjaksanaannja kepada Presiden dan melaporkan pertimbangan dari Dewan/Anggota-anggota Pertimbangan. Setelah mendengar persoalan tersebut Presiden memberikan ketentuan terachir

terhadap keputusan/kebidjaksanaan dan pertimbangan jang bersan_kutan. Sekretariat Lembaga Pemilihan Umum dipimpin oleh Sekretaris Umum.

(9). Agar supaja dalam pelaksanaan tugasnja ada keleluasaan bergerak tanpa terikat pada tugas-tugas departemental, maka kepada lembaga Pemilihan Umum diberikan tugas jang bersifat otonom.

Hal demikian tidak mengurangi ketentuan, bahwa pada achirnja Presidenlah jang memegang pimpinan tertinggi dalam pelaksanaan Pemilihan Umum. Dengan tidak Mengurangi sifat otonom dari Lembaga Pemilihan Umum dan pula untuk dapat memudahkan dan melantjarkan pelaksanaan tugasnja, maka administratif ia termasuk Departemen Dalam Negeri, jang dapat mengadakan penjediaan dalam bidang keuangan, materieel dan personil.

(10) Penentuan tugas/wewenang telah diatur dalam Undang-undang ini, sehingga susunan, tata kerdja Pembentukan dan hal-hal lain mengenai Lembaga Pemilihan Umum dan Panitia-panitia tersebut dapat diserahkan pengaturannja kepada Peraturan Pemerintah.

Pasal 9.

Berdasarkan perkembangan kehidupan politik di Indonesia, maka warganegara Republik Indonesia jang telah mentjapai umur 17 tahun, ternjata sudah mempunjai pertanggungan djawab politik terhadap Negara dan masjarakat, sehingga sewadjarnja diberikan hak untuk memilih wakil-wakilnja dalam pemilihan anggota Badan-badan Perwakilan Rakjat.

Pasal 10.

(1). Tjukup djelas.

(2). Jang dimaksud dengan pilih adalah hak memilih dan atau hak dipilih.

Pasal 11.

Telah didjelaskan dalam pendjelasan umum.

Pasal 12.

(1). Menteri Dalam Negeri atau pedjabat jang ditundjuknja memberikan daftar nama orang-orang jang dimaksud dalam ajat ini.

Hal-hal lain tentang pemberitahuan nama-nama orang jang dimaksud diatas diatur oleh Pemerintah.

(2). Tjukup djelas.

Pasal 13.

Tjukup djelas.

Pasal 14.

Telah didjelaskan dalam pendjelasan umum.

Pasal 15.

(1). Tjukup djelas.

(2). Berhubung tidak adanja persaratan tempat tinggal bagi seorang tjalon, maka seorang dapat ditjalonkan untuk beberapa djenis badan perwakilan dalam satu masa pemilihan umum misalnja untuk D.P.R. denoan D.P.R.D. I/D.P.R.D. II.

Pasal 16.

Tjukup djelas.

Pasal 17.

(1). Tjukup djelas.

2). Ketentuan jang termaktub dalam ajar ini tidak mengurangi ketentuan jang dimaksud dalam pasal 15 ajat (1).

(3). Tjukup djelas.

Pasal 18.

(1). Tjukup djelas.

(2). Tjukup djelas.

(3). Tjukup djelas.

(4). Dalam hal diadjukan lebih dari satu tanda gambar jang sama, mirip atau dapat menimbulkan keragu-raguan untuk para pemilih, Lembaga Pemilihan memutuskan tanda gambar mana dapat disahkan setelah mendengar pihak-pihak jang mengadjukannja antara lain dengan memperhatikan pihak mans jang sudah lazim mempergunakan tanda gambar tersebut.

(5). Tjukup djelas.

(6). Tjukup djelas.

Pasal 19.

Tjukup djelas.

Pasal 20.

(1). Tjukup djelas.

(2). Untuk menghindarkan ekses kampanje pemilihan umum maka perlu diadakan suatu tata krama kampanje dan pembatasan waktu untuk kampanje.

Pasal 21.

(1). Tjukup djelas.

(2). Ditempat kedudukan Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dibentuk Panitia Pemungutan suara. Pemungutan suara bagi warganegara Republik Indonesia jang bertempat tinggal di Luar Negeri, dilakukan dengan persetudjuan negara jang bersangkutan.

Hasil pemungutan suara warganegara Republik Indonesia di luar negeri dihitung bersama-sama dengan hasil pemungutan suara didalam negeri.

(3). Tjukup djelas.

(4). Tjukup djelas.

(5). Tjukup djelas.

(6). Tjukup djelas.

Pasal 22.

Tjukup djelas.

Pasal 23.

Telah didjelaskan dalam pendjelasan umum.

Pasal 24.

Tjukup djelas.

Pasal 25.

Tjukup djelas.

Pasal 26.

Tjukup djelas.

Pasal 27.

Tjukup djelas.

Pasal 28.

Tjukup djelas.

Pasal 29.

Tjukup djelas.

Pasal 30.

Tjukup djelas.

Pasal 31.

Tjukup djelas.

Pasal 32.

Tjukup djelas.

Pasal 33.

Tjukup djelas.

Pasal 34.

Tjukup djelas.

Pasal 35.

Tjukup djelas.

Pasal 36.

Tjukup djelas.

Pasal 37.

Tjukup djelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2914