undang-undang dan hukum etik kedokteran- malpraktik di kamar operasi

Upload: nabila-viera-yovita

Post on 09-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kasus Malpraktik Anestesi

TRANSCRIPT

UNDANG-UNDANG DAN HUKUM ETIK KEDOKTERAN

UNDANG-UNDANG DAN HUKUM ETIK KEDOKTERANHario NugerohoArini DamayantiDimas WidiNabila Viera Yovita

Jakarta, 2014Definisi MALPRAKTIK MEDISKelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956)

KRONOLOGI KASUSSeorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi dilakukan anestesi terlebih dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedi).

Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, pasien harus dirawat di ICU dengan bantuan mesin pernafasan (ventilator). Padahal selain penyakitnya, sebelum dilakukan operasi pasien dalam keadaan baikTernyata terdapat kekeliruan dalam pemasangan gas anestesi (N2O) yang dbuka pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O, namun yang diberikan gas CO2. Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat pernafasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu menjadi tidak sadar meninggal.Ternyata, di RS tersebut tidak ada standar pengamanan pemakaian gas yang dipasang di mesin anestesi. Padahal seharusnya ada e.g siapa yang harus memasang, bagaimana caranya, bagaimana monitoringnya, dan lain sebagainya. Perlu ada sebuah standar yang tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan formulir yang memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani. Seandainya prosedur ini ada, tentu kecil kemungkinan terjadi kekeliruan..ANALISIS MASALAHBerdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana) Pasal 360 (1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. Pasal 306 (1) Jika salah satu perbuatan berdasarkan Pasal 304 dan Pasal 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun enam bulan. Pasal 90Luka berat berarti: Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; Kehilangan salah satu pancaindera; Mendapat cacat berat; Menderita sakit lumpuh; Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

PEMBAHASANDokter, perawat, maupun penata anestesi yang menangani pasien tersebut karena kelalaiannya telah membuat pasien mengalami kematian, yang jika ditinjau kembali dapat dihindari dengan pemberian gas yang tepat. Seharusnya mereka mennjau kembali sebelum melakukan tindakan selanjutnya, apakah gas yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi operasi

Pembahasan Pasal 1366 Pada kasus ini sebelum melakukan tindakan, seharusnya dokter memeriksa kembali pemberian gas anestesi dan memastikan jenis gas yang diberikan telah sesuai sehingga tidak mencelakakan pasien. Karena kelalaiannya tersebut dokter harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena menyebabkan kematian pada pasien. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1366 Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya. Pembahasan Pasal 1366 Pada kasus ini sebelum melakukan tindakan, seharusnya dokter memeriksa kembali pemberian gas anestesi dan memastikan jenis gas yang diberikan telah sesuai, sehingga tidak mencelakakan pasien. Dokter harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena menyebabkan kematian pada pasien

lPasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban: (1) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Pasal 52 Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak: (3) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; PembahasanDiharapkan ketelitian dokter selalu dalam melakukan tindakan medis sesuai standar prosedur operasional agar tidak menimbulkan kerugian bagi pasien.

Berdasarkan UU No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah SakitPasal 46 Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit. PembahasanDitujukan untuk rumah sakit tempat pasien dirawat, karena dipandang sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas kelalaian dokter yang merawat pasien hingga menimbulkan kecacatan pada pasien tersebut. Pembahasan Pasal 1366 Pada kasus ini sebelum melakukan tindakan, seharusnya dokter memeriksa kembali pemberian gas anestesi dan memastikan jenis gas yang diberikan telah sesuai sehingga tidak mencelakakan pasien. Karena kelalaiannya tersebut dokter harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena menyebabkan kematian pada pasien. Berdasarkan UU No. 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 Konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.Konsumen berhak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Pasal 62 Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. PembahasanPada kasus ini dokter spesialis anestesi selaku pelaku dan rumah sakit bertanggung jawab atas kematian yang terjadi pada pasien, yang dalam hal ini merupakan konsumen.KESIMPULANPembahasan Pasal 1366 Pada kasus ini sebelum melakukan tindakan, seharusnya dokter memeriksa kembali pemberian gas anestesi dan memastikan jenis gas yang diberikan telah sesuai sehingga tidak mencelakakan pasien. Karena kelalaiannya tersebut dokter harus mempertanggung jawabkan perbuatannya karena menyebabkan kematian pada pasien. Malpraktek dalam bidang anestesi adalah suatu tindakan kelalaian yang dilakukan oleh dokter atau petugas pelayanan kesehatan yang bertugas melakukan segala macam tindakan pembedahan khususnya pembedahan pada tulang. Pada kasus ini, pasien awalnya hanya mengalami masalah pada tulangnya pada akhirnya harus mengalami kematian karena kesalahan pemberian gas yang salah menjelang operasi.

Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien. Dapat pula disebabkan karena manajemen rumah sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta banyak lagi faktor yang lainnya. Tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum, kode etik kedokteran dan juga standar berperilaku dalam suatu agama, namun sampai menghilangkan nyawa seseorang maka perlu ada jalan keluarnya yakni dengan cara; pembenahan manajemen rumah sakit, meningkatkan ketelitian dalam menjalankan profesi kedokteran serta memperdalam segala macam pengetahuan tentang berbagai macam tindakan pelayanan kesehatan.