ulva rahmi program studi pendidikan bahasa dan sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat...

12
JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019 Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 57 Variasi Fatis dalam.... Variasi Fatis dalam Cerpen Asal Usul Pohon Salak Karya Willy Yanto Wijaya dan Implikasinya dalam Pembelajaran Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang E-mail : [email protected] Syahrul Ramadhan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang E-mail : [email protected] Diterima : 12 Februari 2019 Direvisi : 11 Mei 2019 Diterbitkan : 30 Juni 2019 Abstract This research is qualitative research with descriptive method. The source of the data in this study is the sentences contained in the short story “The Origin of The Salak Tree”. This study has two objectives. First, to find out and illustrate the forms of phatic variations found in the short story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya. Secondly, to find out and illustrate the implications of the use of phatic variations in learning. There are also two results of this study. First, the variation of the phatic found in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya, there are three, namely the phatic particle, the word phatic, and the phrase phatic. Fatic particles contained in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya are nun, pun, right, tablets, oooh, tho, mah, really, you know, well, eiitss, yeah, yeah, wow, tuh, yeah, ceeerrppp, nan, and anyway. The word fatis contained in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya has come, yes, yes, and let's. The phatic phrase contained in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya is happy eating. Second, the implications of phatic in learning Bahasa Indonesia Curriculum 2013 can be applied to write short stories text. Keywords: short story, phatic, learning Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen “Asal Usul Pohon Salak”. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengetahui dan menggambarkan bentuk variasi fatis yang terdapat dalam cerpen Asal Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya. Kedua, untuk mengetahui dan menggambarkan implikasi dari penggunaan variasi fatis dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini juga ada dua. Pertama, variasi fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya ada tiga, yaitu partikel fatis, kata fatis, dan frasa fatis. Partikel fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya yaitu nun, pun, kan, loh, deh, oooh, tho, mah, kok, lho, nah, eiitss, yaaah, lah, wah, tuh, iihh, ceeerrppp, nan, dan toh. Kata fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya yaitu ayo, iya, ya, dan yuk. Frasa fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya yaitu selamat makan. Kedua, implikasi fatis dalam pembelajaran dapat diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 yaitu menulis teks cerpen. Kata Kunci: cerpen, fatis, pembelajaran Latar Belakang Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang banyak diminati. Hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan oleh penulis dalam menulis sebuah cerpen adalah bahasa sehari-hari yang ringan dan menarik perhatian pembaca. Dengan demikian, meskipun bentuk bahasa cerpen adalah bahasa tulis, tetapi dalam penerapannya banyak sekali

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 57 Variasi Fatis dalam....

Variasi Fatis dalam Cerpen Asal Usul Pohon Salak

Karya Willy Yanto Wijaya dan Implikasinya

dalam Pembelajaran

Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang

E-mail : [email protected]

Syahrul Ramadhan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Padang

E-mail : [email protected]

Diterima : 12 Februari 2019 Direvisi : 11 Mei 2019 Diterbitkan : 30 Juni 2019

Abstract

This research is qualitative research with descriptive method. The source of the data in this study is the sentences contained in the short story “The Origin of The Salak Tree”. This study has two objectives. First, to find out and illustrate the forms of phatic variations found in the short story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya. Secondly, to find out and illustrate the implications of the use of phatic variations in learning. There are also two results of this study. First, the variation of the phatic found in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya, there are three, namely the phatic particle, the word phatic, and the phrase phatic. Fatic particles contained in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya are nun, pun, right, tablets, oooh, tho, mah, really, you know, well, eiitss, yeah, yeah, wow, tuh, yeah, ceeerrppp, nan, and anyway. The word fatis contained in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya has come, yes, yes, and let's. The phatic phrase contained in the story of the Origin of the Salak Tree by Willy Yanto Wijaya is happy eating. Second, the implications of phatic in learning Bahasa Indonesia Curriculum 2013 can be applied to write short stories text.

Keywords: short story, phatic, learning

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen “Asal Usul Pohon Salak”. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengetahui dan menggambarkan bentuk variasi fatis yang terdapat dalam cerpen Asal Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya. Kedua, untuk mengetahui dan menggambarkan implikasi dari penggunaan variasi fatis dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini juga ada dua. Pertama, variasi fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya ada tiga, yaitu partikel fatis, kata fatis, dan frasa fatis. Partikel fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya yaitu nun, pun, kan, loh, deh, oooh, tho, mah, kok, lho, nah, eiitss, yaaah, lah, wah, tuh, iihh, ceeerrppp, nan, dan toh. Kata fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya yaitu ayo, iya, ya, dan yuk. Frasa fatis yang terdapat dalam cerpen Asal-Usul Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya yaitu selamat makan. Kedua, implikasi fatis dalam pembelajaran dapat diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 yaitu menulis teks cerpen.

Kata Kunci: cerpen, fatis, pembelajaran

Latar Belakang

Cerpen merupakan salah satu karya

sastra yang banyak diminati. Hal ini

dikarenakan bahasa yang digunakan oleh

penulis dalam menulis sebuah cerpen adalah

bahasa sehari-hari yang ringan dan menarik

perhatian pembaca. Dengan demikian,

meskipun bentuk bahasa cerpen adalah bahasa

tulis, tetapi dalam penerapannya banyak sekali

Page 2: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 58 Variasi Fatis dalam....

ditemukan bahasa lisan. Salah satu contoh

bahasa lisan yang sering ditemukan dalam

cerpen adalah fatis.

Fatis merupakan kajian bidang ilmu baru

dalam linguistik, khususnya di Indonesia.

Pengkajian terhadap fatis ini dapat dilakukan

dari berbagai sudut pandang. Fatis dapat dikaji

dari segi fungsi, makna, bentuk, atau bahkan

membandingkannya dengan bahasa lain. Fatis

sendiri pertama kali diteliti oleh Malinowski

dengan judul penelitiannya yaitu The Problem of

Meaning in Primitive Language 1.

Sejumlah pakar memandang bahwa fatis

bukanlah salah satu dari kategori jenis kata 2.

Hal ini mengakibatkan pengkajian atau

penelitian mengenai fatis cukup jarang

dibicarakan dalam kajian komunikasi. Akan

tetapi, keberadaan komunikasi fatis di sekitar

lingkungan sosial sangat banyak ditemukan

dan sangat mudah dilakukan oleh masyarakat.

Misalnya saja, seseorang yang menanyakan

kabar dari lawan bicaranya, sebenarnya

hanyalah pertanyaan basa-basi saja. Si penanya

tidak sepenuhnya ingin mengetahui kabar

lawar bicara, melainkan ingin memunculkan

dan menciptakan keakraban satu sama lain.

Komunikasi fatis ini sering muncul dalam

ruang lingkup komunikasi. Komunikasi fatis

biasanya dilakukan melalui komunikasi verbal

maupun nonverbal. Bentuk komunikasi verbal

seperti sentuhan fisik, misalnya sentuhan di

pundak atau di punggung lawan bicara. Hal ini

merupakan ekspresi dari gaya komunikasi fatis.

1 Roza Afifah, „FATIS BAHASA

MINANGKABAU: LINGUISTIK BANDINGAN‟, JURNAL ARBITRER, 2.2 (2017), 196 <https://doi.org/10.25077/ar.2.2.196-200.2015>.

2 R. Kunjana Rahardi, Yuliana Setyaningsih, and Rishe Purnama Dewi, „KATA FATIS PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRAGMATIK DALAM RANAH KELUARGA‟, Adabiyyāt: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 13.2 (2014), 149 <https://doi.org/10.14421/ajbs.2014.13201>.

Jadi, tanpa disadari fatis sangat mudah

ditemukan dalam komunikasi sehari-hari 3

. Fatis juga dapat ditemukan pada

kalimat-kalimat yang termuat dalam cerpen.

Kalimat itu sendiri merupakan satuan bahasa

yang dibangun dengan satuan bahasa yang

lebih kecil. Kalimat dapat dikatakan sebagai

tuturan yang tidak hanya dibentuk dengan

satuan-satuan segmental yang bermakna untuk

menyatakan gagasan, tetapi juga di dalamnya

terdapat satuan-satuan yang tidak bernakna.

Akan tetapi, satuan tersebut memiliki peran

dalam mendukung kalimat sebagai sarana

komunikasi ragam lisan yang disebut sebagai

fatis 4. Oleh karena itu, fatis menarik dijadikan

sebagai objek penelitian linguistik baik dari

sudut pandang mikrolinguistik maupun

makrolinguistik.

Sejalan dengan pendapat Wahya (2014)

ungkapan fatis atau kategori fatis merupakan

bagian dari kategori kata yang sarat dengan

sentuhan pragmatik dan sosiolinguistk. Hal ini

disebabkan fatis memiliki kaitan yang sangat

erat dengan kalimat. Kalimat yang di dalamnya

terdapat variasi fatis dapat memberikan

penguatan makna atau penekanan makna.

Terlebih lagi penggunaan fatis biasanya lebih

banyak ditemukan dalam sebuah percakapan

atau dialog yang sifatnya nonformal atau tidak

resmi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardi

(2005:199) yang mengatakan bahwa ungkapan

fatis berperan penting dalam percakapan atau

dialog yang melibatkan penutur dan petutur

dalam menciptakan keakraban. Dengan kata

lain, kategori fatis biasanya muncul saat

penutur dan petutur berkomunikasi secara

akrab. Oleh karena itu, kalimat-kalimat seperti

3 Sari Ramadhanty, „Penggunaan Komunikasi

Fatis Dalam Pengelolaan Hubungan Di Tempat Kerja‟, Jurnal Ilmu Komunikasi, 5.1 (2015), 1–12.

4 Wahya and Muhamad Adji, „PENGGUNAAN FATIS AEH, EUH, DAN IH PADA PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM TIGA NOVEL BERBAHASA SUNDA: KAJIAN STRUKTUR DAN PRAGMATIK‟, Jurnal TUTUR, 3.2 (2017), 171–87.

Page 3: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 59 Variasi Fatis dalam....

itu umumnya dapat ditemukan dalam cerpen

dimana cerpen memiliki dialog-dialog dan

bahasa sehari-hari yang sifatnya nonformal.

Menurut Kridalaksana (1994:114),

kategori fatis adalah kategori yang bertugas

memulai, mempertahankan atau mengukuhkan

komunikasi antara pembicara dan lawan

bicara. Sejalan dengan hal tersebut, Agustina

(2007:52) mengatakan bahwa kategori fatis

yang terdapat dalam dialog yang bertugas

memulai, mempertahankan, dan mempertegas

suatu pembicaraan memiliki ciri. Kategori fatis

ini memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki akar

yang jelas, tidak memiliki otonomi semantis,

dan merupakan kata fungsional 5.

Ciri-ciri fatis secara morfologi termasuk

golongan kata tugas, bersifat tertutup dan

sukar mengalami perubahan bentuk serta tidak

dapat berinfleksi. Secara sintaksis fatis tidak

dapat menduduki fungsi S, P, O tetapi

berfungsi memperluas transformasi kalimat

atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara

semantik fatis tidak dapat dimaknai secara

leksikal, tetapi bermakna gramatikal.

Oleh sebab itu, bentuk dan kategori fatis

terbagi atas tiga yaitu partikel, kata dan frasa.

Bentuk partikel fatis yaitu seperti ah, deh, dong,

ding, kan, kek, kok, lah, lho, pun, sih, toh dan yah.

Bentuk kata fatis seperti ayo, mari, halo, selamat,

dan ya. Sementara, bentuk frasa fatis yaitu

selamat pagi, selamat malam, selamat makan, terima

kasih, turut berduka cita, assalamu’alaikum,

wa’alaikumsalam, dan inysa Allah (Kridalaksana,

1994:116). Hal ini sejalan dengan pendapat

Managera (2013) yang mengatakan bahwa

komunikasi fatis dapat diwujudkan dalam

bentuk partikel dan kata, frasa, kalimat.

Biasanya ungkapan fatis diucapkan

secara langsung atau spontan oleh si

pembicara sehingga ungkapan fatis yang keluar

dari pembicaraan tersebut akan mewakili siapa

5 Hasnah Faizah, „Kategori Fatis Dalam

Bahasa Melayu Riau Dialek Kuok‟, Litera, 11.1 (2012), 60–71.

yang menuturkannya 6 . Oleh sebab itu,

sebenarnya, penggunaan bentuk fatis ini

seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Meskipun kecil, akan tetapi kehadirannya

mampu mengubah suatu makna dalam sebuah

kalimat. Bentuk komunikasi seperti ini

bertujuan pemenuhan diri, merasa terhibur,

nyaman, baik untuk diri sendiri maupun orang

lain. Cara berkomunikasi seperti ini memang

terkesan remeh. Akan tetapi, memiliki fungsi

sebagai mekanisme untuk menunjukkan ikatan

sosial dengan orang yang bersangkutan,

mengakui kehadiran orang lain, dan untuk

menumbuhan atau memupuk kehangatan

antara satu sama lain 7.

Selain itu, fatis juga dapat memberikan

makna yang berbeda terhadap kalimat yang

diucapkan. Meskipun perubahan tersebut

hanyalah berupa penekanan, tetapi justru

penekanan tersebut memiliki andil yang cukup

besar. Dengan demikian, fungsi dari bahasa

fatis itu sendiri adalah bahasa yang

menekankan pada kontak antara pengirim

(pembicara) kepada penerima (pendengar)

pesan 8

Penggunaan fatis menambah

kemenarikan dan keunikan tersendiri dalam

sebuah kalimat. Fatis dapat membuat kalimat

menjadi lebi komunikatif 9 . Banyak penulis

termasuk penulis cerpen menggunakan variasi

fatis dalam karya tulisnya. Selain komunikatif,

6 Siti Yuliana, „Penanda Fatis Dalam Bahasa

Jawa Yang Digunakan Oleh Masyarakat Madura Di Jember‟, SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra Dan Linguistik, 18.1 (2017), 81 <https://doi.org/10.19184/semiotika.v18i1.5189>.

7 Hadi Imron, „Fatis Bahasa Melayu Dialek Musi Dalam Tuturan Sehari-Hari Masyarakat Petaling‟, Sawerigading, 23.1 (2017), 105–16.

8 DR. Jumanto, „Phatic Communication: How English Native Speakers Create Ties of Union‟, American Journal of Linguistics, 3.1 (2014), 9–16 <https://doi.org/10.5923/j.linguistics.20140301.02>.

9 Steve Nicolle and Billy Clark, „Phatic Interpretations: Standarisation and Conventionalisation‟, Revista Alicantina de Estudios Ingleses, 11, 1998, 183–91 <https://doi.org/10.14198/raei.1998.11.14>.

Page 4: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 60 Variasi Fatis dalam....

dapat menambah penekanan dan penentuan

makna yang berbeda, serta penggunaan fatis

juga dapat membuat tulisan sebuah karya tulis

menjadi lebih menarik. Hal ini dikarenakan

keberagaman dan banyaknya variasi fatis yang

sifatnya tidak kaku dan sesuai dengan bahasa

sehari-hari yang ringan 10.

Salah satu karya tulis fiksi atau cerpen

yang banyak terdapat varian fatis yaitu cerpen

karya Willy Yanto Wijaya yang berjudul Asal

Usul Pohon Salak. Cerpen ini merupakan salah

satu karya Willy Yanto Wijaya yang menarik

dibaca karena banyak sekali manfaat dan

pengetahuan yang bisa didapatkan. Cerpen ini

juga tidak mengenyampingkan nilai

hiburannya. Dalam cerpen ini, penulis

mengisahkan bagaimana asal dari pohon salak

dengan bahasa yang mudah dipahami,

menarik, dan tentunya memiliki nilai

kehidupan yang dapat diambil hikmahnya.

Cerpen dengan judul Asal Usul Pohon

Salak merupakan salah satu cerpen dari

kumpulan cerpen Willy Yanto Wijaya. Willy

Yanto Wijaya sendiri merupakan penulis

cerpen yang sudah cukup terkenal di tingkat

nasional. Hal ini dibuktikan dengan sudah

banyaknya karya beliau yang dikumpulkan

kemudian dijadikan dalam sebuah buku

kumpulan cerpen.

Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk

menganalisis variasi fatis yang terdapat dalam

cerpen Asal Usul Pohon Salak karya Willy

Yanto Wijaya. Penelitian ini juga diaitkan

dengan pembelajaran yang terdapat di sekolah.

Pembelajaran di sekolah tentunya sudah

mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu. Hal ini menyebabkan adanya

perubahan kurikulum yang selalu disesuaikan

dengan kebutuhan dan perkembangan zaman

tersebut. Saat ini, kurikulum yang digunakan di

10 Rini Siti Parida Malik, „KATEGORI FATIS

BAHASA SUNDA SUKABUMI‟, Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6.2 (2015), 63 <https://doi.org/10.21009/arkhais.062.02>.

sekolah-sekolah adalah Kurikulum 2013. Pada

Kurikulum 2013 ini terdapat beberapa

pembelajaran yang membutuhkan penggunaan

variasi fatis sehingga peneliti melakukan

penelitian dengan judul “Variasi Fatis dalam

Cerpen Asal Usul Pohon Salak dan

Implikasinya dalam Pembelajaran”.

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif. Peneliti

akan menggambarkan variasi fatis yang

digunakan atau yang terdapat dalam cerpen

Asal usul Pohon Salak karya Willy Yanto

Wijaya. Data penelitian ini adalah kategori fatis

yang terdapat dalam cerpen “Asal Usul Pohon

Salak”. Sumber data adalah kalimat-kalimat

yang terdapat dalam cerpen “Asal Usul Pohon

Salak”. Data dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan tiga langkah sebagai berikut: (1)

membaca, memahami, dan menandai objek

penelitian yaitu cerpen “Asal Usul Pohon

Salak”. (2) menganalis dan mendeskripsikan

data dengan konteks fatis dan (3)

mengiventarisasikan data yang ditemukan

dengan menggunakan tabel inventaris data.

Sementara itu, teknik pengabsahan datanya

adalah dengan triangulasi (data itu sendiri).

Hasil dan Pembahasan

Variasi atau Bentuk Fatis

Secara etimologis kata fatis berasal dari

bahasa Yunani yaitu phatos. Phatos artinya

berbicara. Kategori fatis digunakan dalam

pembicaraan bukan untuk menyatakan makna

yang dilambangkan oleh sebuah kata atau pun

frasa. Akan tetapi, berfungsi untuk sarana

memenuhi fungsi sosial yang berkenaan

dengan hubungan sosial dalam melakukan

komunikasi. Oleh sebab itu, penggunaan fatis

mampu mengubah situasi pembicaraan

menjadi suasanan yang lebih menyenangkan

serta komunikatif. Komunikatif yang

dimaksudkan yaitunya sesuai dengan konteks

tuturan fatis tersebut diucapkan atau

Page 5: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 61 Variasi Fatis dalam....

disampaikan 11.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan

tiga bentuk variasi fatis dala cerpen Asal Usul

Pohon Salak karya Willy yanto Wijaya. Ketiga

bentuk tersebut yaitu partikel fatis, kata fatis,

dan frasa fatis. Ketiga bentuk tersebut,

memiliki fungsi dan peranan yang berbeda-

beda. Selain itu, ketiga bentuk fatis tersebut

dapat diimplikasikan dalam pembelajaran di

sekolah. Berikut akan dijelaskan dengan lebih

rinci masing-masingnya.

Bentuk Partikel Fatis

Partikel fatis yang ditemukan dalam

cerpen Asal Usul Pohon Salak yaitu sebanyak

76 partikel yang terdiri atas partikel nun, pun,

kan, loh, deh, oooh, tho, mah, kok, lho, nah, eiitss,

yaaah, lah, wah, tuh, iihh, ceeerrppp, nan, dan toh.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai

berikut.

(a). Nun ; Partikel nun dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel fatis.

Partikel nun dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk menunjukkan

penekanan dari apa yang disampaikan.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Kerajaan-kerajaan agung pernah timbul

dan tenggelam, sebagian mewariskan

jejak-jejak sejarah yang bertahan hingga

saat ini, sebagian besar lagi telah

terkubur nun dalam oleh debu waktu.

(1a)

(b). pun; Partikel pun dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak 33 partikel fatis.

Partikel pun dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk menegaskan maksud

11 Gherry Thaufik, Hasnah Faizah, and

Ermanto, „FATIS DALAM BAHASA MELAYU KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR‟, Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajaran, 3.1 (2015), 46–56.

dari apa yang disampaikan. Contohnya

dapat dilihat pada data berikut.

“....para bocah pun akhirnya

membiarkan ular kecil tersebut

kabur.”(4b)

”…Ponijan pun melepaskannya

kembali ke alam bebas.” (27b)

(c). kan; Partikel kan dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel fatis.

Partikel kan dalam kalimat tersebut,

berfungsi untuk menekankan

pembuktian. Contohnya dapat dilihat

pada data berikut.

“….kan ular itu bisa bahaya nanti

kalau uda gede…” (5d)

(d). Loh; Partikel loh dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel loh dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk menegaskan maksud

dari apa yang disampaikannya.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Iya kek, kalo si ular uda gede ntar

kamu bisa dimakan loh. (6f)

(e). deh; Partikel deh dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak sembilan partikel.

Partikel deh dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk pemberian

gurauan.Contohnya dapat dilihat pada

data berikut.

Kalau jumlah tikus kebanyakan,

habis deh buah salak kita. (8g)

Panen kulit ular deh kita. (36g)

Page 6: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 62 Variasi Fatis dalam....

(f). Oooh; Partikel oooh dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak 4 partikel. Partikel

oooh dalam kalimat tersebut berfungsi

untuk pemberian persetujuan atau

penekanan kemengertian. Contohnya

dapat dilihat pada data berikut.

Oooh iya, tapi ular apa ndak bakal

makan buah salak kita juga tho? (9h)

(f.). tho; Partikel tho dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel tho dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk pemberian gurauan.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Oooh iya, tapi ular apa ndak bakal

makan buah salak kita juga tho? (9h)

(g). Mah; Partikel mah dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel mah dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk pemberian gurauan.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

“Ular mah ndak doyan makan

salak,…” (10j)

(h). Kok; Partikel kok dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel kok dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk menyatakan

kebingungan. Contohnya dapat dilihat

pada data berikut.

Oh ya kek, kok kulit salak mirip

sama kulit ular ya?” tanya seorang

bocah dengan rasa ingin tahu.(13l)

(i). Lho; Partikel lho dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel. Pada

konteks partikel lho dalam kalimat

tersebut, berfungsi menekankan

kepastian. Contohnya dapat dilihat pada

data berikut.

Iya kek, saya dulu juga pernah salah

sangka kulit salak itu sisa kulit ular

yang habis ganti kulit lho. (14m)

(j). Nah; Kata nah dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel nah dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk meminta lawan bicara

untuk mengalihkan perhatian ke hal lain.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Nah, ada satu cerita rahasia yang

belum pernah diketahui orang, cuma

kakek yang tahu. (15n)

(k). Eiitss; Partikel eiitss dalam cerpen

yang berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel. Partikel

eiittss dalam kalimat tersebut berfungsi

sebagai gurauan. Contohnya dapat

dilihat pada data berikut.

“Eits, tapi sebenarnya ini cerita

rahasia.” (57o)

(l). Yaah; Partikel yah dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak dua partikel.

Partikel yaah dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk ungkapan kekecewaan

atau meyakinkan lawan bicara untum

mau menuruti permintaannya.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Page 7: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 63 Variasi Fatis dalam....

“Yaahh, kakek...” tampak raut

kecewa menghias wajah bocah-bocah.

(17p)

“Yaahh.. kakek, nanti malam kami

ga bisa tidur deh..” (42p)

(m). –lah; Partikel -lah dalam cerpen

yang berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak 17 partikel. Pada

konteks partikel to dalam kalimat

tersebut, berfungsi untuk menekankan

kalimat imperativf dan penguat sebutan

dalam kalimat. Contohnya dapat dilihat

pada data berikut.

Baiklah, kalau kalian janji akan

menghargai setiap bentuk kehidupan,

merawat alam dan kebun salak kita,

dan rajin belajar, kakek akan cerita.

(18q)

Enyahlah dari sini! (39q)

(n). wah; Kata wah dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak tiga partikel.

Partikel wah dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk meminta lawan bicara

untuk mengalihkan perhatian ke hal lain.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Wah! Kayanya tuh lubang sarang

ular.” (31s)

Wah, paling tidak ada belasan

ekor yang berhasil kita tangkap.

(35r)

(o). Tuh; Partikel tuh dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel tuh dalam kalimat tersebut

berfungsi untuk menekankan kalimat

imperatif dan penguat sebutan dalm

kalimat. Contohnya dapat dilihat pada

data berikut.

Wah! Kayanya tuh lubang sarang

ular.” (31s)

(p). Iiih; Partikel iih dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel. Pada

konteks partikel iih dalam kalimat

tersebut, berfungsi untuk menekankan

kallimat imperative dan penguat sebutan

dalam kalimat. Contohnya dapat dilihat

pada data berikut.

Iihhh, takuutttt. (40t)

(q). Ceerrpp; Partikel ceerpp dalam cerpen

yang berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak dua partikel.

Partikel ceerrrpp dalam kalimat tersebut,

berfungsi untuk menekankan atau

penegasan kalimat. Contohnya dapat

dilihat pada data berikut.

Sarang Raja Ular pun dihancurkan,

dan “ceerrrpppp!!”, Raja Ular

pun tewas tertancap senjata

warga.(60w)

(r). Nan; Partikel nan dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak dua partikel.

Partikel nan dalam kalimat tersebut,

berfungsi untuk menekankan kalimat.

Contohnya dapat dilihat pada data

berikut.

Gunung nan indah yang selama ini

sangat dikagumi para penduduk

desa,.... (64x)

(s). Toh; Partikel toh dalam cerpen yang

berujudul Asal Usul Pohon Salak

ditemukan sebanyak satu partikel.

Partikel toh dalam kalimat tersebut,

berfungsi untuk menguatkan maksud

kalimat. Contohnya dapat dilihat pada

data berikut.

Page 8: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 64 Variasi Fatis dalam....

Toh, kebajikan yang tulus adalah

tanpa pamrih dan tidak

mengharapkan balasan

apapun. (81y)

Berdasarkan pemaparan di atas,

disimpulkan bahwa fungsi partikel fatis yang

terdapat dalam cerpen Asal Usul Pohon Salak

ini secara umum yaitu sebagai penekanan,

penegasan, pemberian gurauan, pernyataan

kekecewaan dan peryataaan kebingungan.

Setiap fungsi tersebut tidak dapat dipisahkan

dari konteks kalimatnya. Hal ini sejalan dengan

Rahardi dkk (2014) yang menyatakan bahwa

dalam memaknai kategori fatis haruslah sesuai

dengan konteks tuturannya, dimana satu

kategori memiliki makna yang berbeda sesuai

dengan konteksnya.

Selain itu, variasi fatis yang terdapat

dalam cerpen Asal Usul Pohon Salak karya

Willy Yanto Wijaya juga berfungsi sebagai

pengukuhan keberlangsungan komunikasi

antar kalimat. Dalam proses menautkan

hubungan tutur harus ada yang memulai,

mempertahankan, dan mengukuhkan

keberlangsungan komunikasi dengan

menggunakan fitur-fitur bahasa yang

merekatkan keduanya 12.

Implikasi dalam Pembelajaran

Variasi fatis dapat diterapkan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu

pembelajaran Bahasa Indonesia yang termuat

dalam Kurikulum 2013 adalah menulis cerpen.

Materi cerpen ini dipelajari oleh siswa SMP

kelas IX. Materi cerpen pada siswa kelas IX

terdapat dalam Kompetensi Dasar 4.6 yaitu

“Mengungkapkan pengalaman dan gagasan

dalam bentuk cerita pendek dengan

memperhatikan struktur dan kebahasaan”.

Jadi, pada pembelajaran cerpen siswa diminta

12 Imron.

untuk mampu menulis sebuah teks cerpen

berdasarkan pengalaman pribadinya.

Siswa terlebih dahulu dituntut untuk

memahami haikikat dari cerpen dan mampu

menulis sebuah cerpen yang menarik. Dalam

hal ini tidak sedikit siswa yang mengalami

kesulitan dalam menuangkan ide dan

gagasannya ke dalam cerpen. Kendala terbesar

yang sering dialami siswa untuk menuangkan

ide dan gagasannya tersebut yaitu berkaitan

dengan kebahasaan atau disebabkan karena

minimnya pembendaaraan kata yang dimiliki

oleh siswa 13 . Oleh sebab itu, pengenalan

mengenai kategori dan variasi fatis dapat

menjadi salah satu sarana dan referensi untuk

menambah wawasan siswa mengenai

pembendaharaan kata yang dapat digunakan

saat menulis cerpen.

Menulis adalah salah satu keterampilan

berbahasa. Pemindahan proses berpikir yang

berupa gagasan, ide, atau perasaan menjadi

bentuk kata-kata atau kalimat terjadi dalam

menulis. Kalimat tersebut yang nantinya akan

membentuk sebuah tulisan. Keterampilan

menulis ini hampir sama dengan keterampilan

berbicara, yaitu sama-sama merupakan

keterampilan yang produktif sekaligus

ekspresif. Hanya saja perbedaannya yaitu,

kegiatan menulis tidak dilakukan secara

langsung atau bertatap muka atau merupakan

kegiatan yang dilakukan secara tidak langsung.

Hal ini tentunya berbeda dengan kegiatan

berbicara yang dilakukan secara langsung, baik

bertatap muka maupun tidak atau melalui

telepon 14.

13 Abdul Azis and Mukhtar,

„PEMBELAJARAN KOMPETENSI MENULIS CERPEN MELALUI METODE SHOW NOT TELL Dr. Abdul Azis Abdul‟, SEMANTIK, 2012, 1–28.

14 Risa Yulisna, „KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMAHAMI CERPEN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PADANG‟, Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2.2 (2016) <https://doi.org/10.22202/jg.2016.v2i2.1101>.

Page 9: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 65 Variasi Fatis dalam....

Oleh karena itu, penerapan penggunaan

variasi fatis dalam kegiatan menulis cerpen

siswa erat kaitannya. Hal ini dikarenakan

variasi fatis merupakan kata-kata yang sering

digunakan dalam percakapan sehari-hari. Hal

ini juga membuktikan bahwa bentuk-bentuk

variasi fatis dapat dijadikan salah satu referensi

dan sangat cocok digunakan untuk menulis

cerpen siswa. Sebagaimana unsur kebahasaan

dari cerpen itu sendiri adalah penggunaan

bahasa yang ringan, menarik, dan bahasa yang

biasa digunakan sehari-hari.

Kutipan dan Acuan

Penelitian mengenai fatis sudah pernah

dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti

terdahulu. Penelitian terdahulu yang juga

mengkaji mengenai fatis yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Hasnah Faizah, Kategori Fatis

dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kuok, Jurnal

Litera, volume 11, Nomor 1, April 2012, hal

60-71. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa

bentuk fatis meliputi partikel, kata, frasa,

paduan fatis, dan gabungan fatis. Sementara,

fungsi fatis meliputi mematahkan

pembicaraan, pembuktian, pengukuhan,

penegasan, menyakinkan, dan memulai dan

mengakhiri pembicaraan. Selainitu juga

dijelaskan makna fatis sebagai penekanan

permintaan, penghalusan sindiran, penekanan

penolakan, menyatakan intensitas keadaan,

menyatakan kuantitas perbuatan, dan

penekanan.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

Edi Sutrisno, Komunikasi Fatis dalam Talk Show

Sawako No Asa, Jurnal Lite, Volume 15,

Nomor 1, Maret 2019, halaman 48-61. Secara

umum, penelitian tersebut menggambarkan

bahwa terdapat lima fungsi fatis dalam

komunikasi yaitu 1) untuk mempertahankan

atau mengukuhkan komunikasi; 2) untuk

memulai komunikasi; 3) untuk menarik

perhatian mitra tutur (interlocutor) atau menjaga

agar mitra tutur tetap memperhatikan petutur;

4) untuk memastikan berfungsinya saluran

komunikasi; 5) untuk memutuskan

komunikasi. Sementara itu, faktor yang

dominan dalam penggunaan ungkapan fatis

adalah fungsi untuk mempertahankan atau

mengukuhkan komunikasi dan yang paling

sedikit untuk memutuskan komunikasi.

Wahya dan Muhammad Adji, Penggunaan

Fatis Aeh, Euh, dan Ih Pada Percakapan Antar

Tokoh dalam Tiga Novel Berbahasa Sunda:Kajian

Struktur dan Pragmatik, Jurnal Asosiasi Peneliti

Bahasa-Bahasa Lokal (APBL), Volume 3,

Nomor 2, Agustus 2017, halaman 171-187.

Secara umum, artikel ini membahas mengenai

fungsi fatis aeh yang lebih banyak meyatakan

kekagetan, fungsi fatis euh yang lebih banyak

menyatakan keheranan dan menegaskan

sesuatu yang sudah diketahui, serta fungsi fatis

ih yaitu menegaskan ketidaksetujuan.

Hadi Imran, Fatis Bahasa Melayu Dialek

Musi dalam Tuturan Sehari-hari Masyarakat

Petaling, Jurnal Sawerigading, Volume 23,

Nomor 1, Juni 2017, halaman 105-116. Dalam

penelitian ini ditemukan atau dikemukakan

hasil penelitian bahwa fatis bahasa Melayu

dialek Musi digunakan untuk mengawali,

mempertahankan, dan mengakhiri tuturan

yang berbentuk partikel, kata, frasa, dan

klausa. Fatis di sini berfungsu sebagai

ungkapan deklaratif yaitu pengingkaran dan

permintaan atau permohonan, larangan atau

penolakan, dan juga sapaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahardi,

Kunjana R, Yuliana Setyaningsih, dan Rishe

Purnama Dewi, Kata Fatis Penanda

Ketidaksantunan Pragmatik dalam Ranah Keluarga,

Jurnal Adabiyyat, Volume 13, Nomor 2,

Desember 2014, halaman 149-175. Dalam

penelitian ini dikemukakan bahwa salah satu

penanda pragmatik yang menunjukkan

ketidaksantunan adalah kategori kata fatis.

Kategori fatis yang dapat diigunakan sebagai

penanda ketidaksantunan pragmatik dalam

berbahasa ada sebelas. Kesebelas bentuk

Page 10: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 66 Variasi Fatis dalam....

tersebut yaitu fatis kok, ah, hayo, mbok, lha, tak,

huu, iih, woo, hei, dan halah. Setiap bentuk fatis

tersebut menyampaikan maksud tertentu yang

dapat membendekannya dengan bentuk fatis

yang lain.

Tidak hanya penelitian tingkat

nasional, ternyata penelitian tentang fatis ini

juga telah dilakukan pada penelitian

international. Hal ini dibuktukan dengan

adanya penelitian yang dilakukan oleh Steve

Nicolle & Billy Clark, Phatic Interpretations:

Standarisation and Conventionalisation, Journal

Revista Alicantina de Estudios Ingle, 11

(1998), 183-191. Dalam penelitian ini

dikemukakan bahwa kata fatis memiliki efek

atau dampak sosial tergantungdari setiap

tindakan komunikasi.15.

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kajian mengenai fatis

sangat menarik diteliti. Selain itu kajian lebih

mendalam mengenai fatis yang terdapat dalam

cerpen belum pernah dilakukan. Padahal, fatis

itu sendiri juga banyak ditemukan dalam

tulisan-tulisan cerita pendek yang selama ini

bahasanya adalah bahasa sehari-hari. Oleh

karena itu, peneliti melakukan penelitian

mengenai variasi fatis yang terdapat dalam

cerpen yang berjudul Asal Usul Pohon Salak

karya Willy Yanto Wijaya yang merupakan

salah seorang cerpenis yang telah menerbitkan

beberapa cerpen yang menari minat pembaca.

Gambar dan Tabel

Dalam cerpen yang berujudul Asal Usul

Pohon Salak, ditemukan data yang

menggunakan fatis, baik pertikel fatis, kata fatis

maupun frasa fatis. Penggunaan fatis tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut.

15 Vlad Žegarac and Billy Clark, „Phatic

Interpretations and Phatic Communication‟, Journal of Linguistics, 35.2 (1999), 321–46 <https://doi.org/10.1017/S0022226799007628>.

Tabel 1. Variasi Fatis dalam Cerpen Asal

Usul Pohon Salak

No Bentuk Temuan Jumlah

1. Partikel fatis

Nun, pun, kan,

loh, deh, oooh, tho,

mah, kok, lho,

nah, eiitss, yaaah,

lah, wah, tuh,

iihh, ceeerrppp,

nan, dan toh.

76

2. Kata fatis Ayo, iya, ya, dan

yuk. 15

3. Frasa fatis Selamat makan. 1

Jumlah 92

Berdasarkan tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa dalam cerpen Asal Usul

Pohon Salak karya Willy Yanto Wijaya

ditemukan sebanyak tujuh puluh enam partikel

fatis, lima belas kata fatis dan satu frasa fatis.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat

disimpulkan bahwa dalam cerpen Asal Usul

Pohon Salak terdapat 92 variasi fatis dari 84

kalimat yang menggunakan fatis. Bentuk fatis

tersebut terbagi dalam tiga bentuk yaitu

partikel fatis, kata fatis, dan frasa fatis. Bentuk-

bentuk fatis tersebut berfungsi untuk

menegaskan cerita, memulai cerita,

mengukuhkan cerita, meyakinkan isi cerita dan

sebagai gurauan atau hiburan dalam cerita.

Selain itu, varias-variasi dari partikel

fatis, kata fatis, dan frasa fatis tersebut dapat

digunakan pada saat pembelajaran menulis

teks cerpen yang terdapat dalam salah satu KD

pada Kurikulum 2013 yaitu KD 4.6.

Dengan demikian, dapat disarankan agar

kita sebagai pelajar khususnya kejuruan bahasa

dapat meneliti dan lebih peka terhadap

munculnya kosa kata yang baru yang muncul

di kalangan masyarakat seperti kata fatis,

sehingga dapat menambah wawasan dan

Page 11: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 67 Variasi Fatis dalam....

pengetahuan kita mengenai apa yang ada di

lingkungan sekitar kita.

Daftar Pustaka

Buku Teks

Agustina. 2007. Kelas Kata Bahasa Mianangkabau. Padang: FBSS UNP.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia.

Rahardi. R. Kunjana. 2005. Kajian Sosiolinguistik Ihwal Kode dan Alih Kode. Bogor: Ghalia Indonesia

Jurnal Ilmiah

Afifah, Roza, „FATIS BAHASA MINANGKABAU: LINGUISTIK BANDINGAN‟, JURNAL ARBITRER, 2.2 (2017), 196 <https://doi.org/10.25077/ar.2.2.196-200.2015>

Azis, Abdul, and Mukhtar, „PEMBELAJARAN KOMPETENSI MENULIS CERPEN MELALUI METODE SHOW NOT TELL Dr. Abdul Azis Abdul‟, SEMANTIK, 2012, 1–28

Faizah, Hasnah, „Kategori Fatis Dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Kuok‟, Litera, 11.1 (2012), 60–71

Imron, Hadi, „Fatis Bahasa Melayu Dialek Musi Dalam Tuturan Sehari-Hari Masyarakat Petaling‟, Sawerigading, 23.1 (2017), 105–16

Jumanto, DR., „Phatic Communication: How English Native Speakers Create Ties of Union‟, American Journal of Linguistics, 3.1 (2014), 9–16 <https://doi.org/10.5923/j.linguistics.20140301.02>

Malik, Rini Siti Parida, „KATEGORI FATIS BAHASA SUNDA SUKABUMI‟, Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6.2 (2015), 63 <https://doi.org/10.21009/arkhais.062.02>

Nicolle, Steve, and Billy Clark, „Phatic Interpretations: Standarisation and Conventionalisation‟, Revista Alicantina de Estudios Ingleses, 11, 1998, 183–91 <https://doi.org/10.14198/raei.1998.11.14>

Rahardi, R. Kunjana, Yuliana Setyaningsih, and Rishe Purnama Dewi, „KATA FATIS PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRAGMATIK DALAM RANAH KELUARGA‟, Adabiyyāt: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 13.2 (2014), 149 <https://doi.org/10.14421/ajbs.2014.13201>

Ramadhanty, Sari, „Penggunaan Komunikasi Fatis Dalam Pengelolaan Hubungan Di Tempat Kerja‟, Jurnal Ilmu Komunikasi, 5.1 (2015), 1–12

Thaufik, Gherry, Hasnah Faizah, and Ermanto, „FATIS DALAM BAHASA MELAYU KAMPAR KIRI KABUPATEN KAMPAR‟, Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pembelajaran, 3.1 (2015), 46–56

Wahya, and Muhamad Adji, „PENGGUNAAN FATIS AEH, EUH, DAN IH PADA PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM TIGA NOVEL BERBAHASA SUNDA: KAJIAN STRUKTUR DAN PRAGMATIK‟, Jurnal TUTUR, 3.2 (2017), 171–87

Yuliana, Siti, „Penanda Fatis Dalam Bahasa Jawa Yang Digunakan Oleh Masyarakat Madura Di Jember‟, SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra Dan Linguistik, 18.1 (2017), 81 <https://doi.org/10.19184/semiotika.v18i1.5189>

Yulisna, Risa, „KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMAHAMI CERPEN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PADANG‟, Gramatika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2.2 (2016) <https://doi.org/10.22202/jg.2016.v2i2.1101>

Žegarac, Vlad, and Billy Clark, „Phatic

Page 12: Ulva Rahmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra ...berfungsi memperluas transformasi kalimat atau sebagai atribut bagi unsur pusat. Secara semantik fatis tidak dapat dimaknai

JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol. 4, No. 1, Januari - Juni 2019

Ulva Rahmi & Syahrul Ramadhan 68 Variasi Fatis dalam....

Interpretations and Phatic Communication‟, Journal of Linguistics, 35.2 (1999), 321–46 <https://doi.org/10.1017/S0022226799007628>

Makalah Ilmiah dan Artikel

Wahya, (2015). Euy sebagai Sarana Pragmatik dalam Novel Kolebat Kuwung-Kuwung Kinasih Katumbirian Karya Tatang

Sumarsono‖. Makalah pada International Conference Linguistics Scientific Meeting, 28 Mei 2015 di Progarm Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.

Wahya. 2014. ―Sekilas tentang Kategori Fatis

dalam Bahasa Sunda: Kajian

Pragmatik‖. Makalah pada Seminar Internasional Semiotik, Pragmatik, dan Kebudayaan bertemakan ―Peran Semiotik dan Pragmatik dalam Memaknai Kebudayaan Global dan

Lokal‖ pada17 Juni 2014 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Derpok.