faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit ...repository.umrah.ac.id/1888/1/questa ulva...
TRANSCRIPT
1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2014-2016
Questa Ulva Meilia, Prima Aprilyani Rambe, Hj. Asmaul Husna
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt default, likuiditas, opini
audit tahun sebelumnya dan leverage terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hipotesis yang diajukan (1) debt default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern, (2) likuiditas berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern (3) opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern dan (4) Leverage
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini
menggunakan 94 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2016. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive
sampling terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini
berdasarkan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa debt default
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan
likuiditas, opini audit tahun sebelumnya dan leverage tidak berpengaruh terhadap
opini audit going concern.
Kata Kunci : debt default, likuiditas, opini audit tahun sebelumnya, leverage,
opini audit going concern
PENDAHULUAN
Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup. Salah satu bentuk
pertanggungjawaban manajemen kepada masyarakat khususnya para pemegang
saham adalah berupa laporan keuangan.
Sesuai PSA No. 30 yang mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
kemampuan suatu entitas bisnis untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Auditor
harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mengenai
kelangsungan hidup klien. Permasalahan going concern seharusnya diberikan oleh
auditor dan dimasukkan dalam opininya pada saat opini audit itu diberikan.
Opini audit going concern merupakan suatu opini yang dikeluarkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya (SPAP, 2004). Keberlangsungan hidup entitas bisnis dipengaruhi oleh
kendala internal dan eksternal. Kendala internal adalah kendala didalam
perusahaan itu sendiri seperti kondisi keuangan, sumber daya manusia, budaya
perusahaan, penguasaan teknologi, pengawasan internal dan lain-lain. Sedangkan
kendala eksternal dapat berupa kendala diluar perusahaan seperti pasar, kondisi
moneter, sosial, politik dan lain-lain. Kendala internal dan kendala eksternal
2
tersebut dapat dijadikan indikator dalam menentukan apakah asumsi going
concern masih berlaku atau tidak, dengan kata lain apakah terdapat keraguan atas
kemampun perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada
penelitian ini menggunakan perusahaan yang bergerak dalam sektor manufaktur,
dimana sektor tersebut adalah salah satu penyumbang utama pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang
mempunyai peranan penting dalam memicu pertumbuhan ekonomi negara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt default, likuiditas, opini
audit tahun sebelumnya dan leverage terhadap penerimaan opini audit going
concern.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
Kajian Pustaka
Teori Agensi
Jensen dan Meckling, 1976 (dalam Praptitorini dan Januarti, 2011)
menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih
prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi
mereka, yaitu dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada agen. Didalam teori keagenan, yang dimaksud dengan prinsipal
adalah pemegang saham atau pemilik. Sedangkan agen adalah manajemen yang
mengelola harta pemilik.
Masalah keagenan akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan pribadi.
Pihak prinsipal memberikan intruksi kepada agen untuk mengelola perusahaan
sesuai dengan apa yang dikehendaki untuk mencapai kejayaan perusahaan. Agen
juga memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai yakni penerimaan
kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan. Namun pada
kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan memiliki informasi yang lebih
banyak mengenai kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan prinsipal
sebagai pemilik perusahaan. Hal tersebut menimbulkan terjadinya asimetri
informasi.
Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara prinspal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor
perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan
prinsipal, maka laporan keuangan yang dibuat oleh manajer dapat diaudit oleh
pihak yang independen dan dalam hal ini adalah auditor. Auditor adalah pihak
yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal dengan pihak
manajer dalam mengelola keuangan perusahaan. Auditor melakukan fungsi
pengawasan pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan.
Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut mengenai
kewajarannya. Selain memberikan opini atas hasil audit, auditor juga harus
mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.
Opini Audit
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal
3
yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SPAP, 2011). Auditor
mempunyai tanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar
terhadap suatu entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu yang pantas. Pendapat atau opini audit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam
suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan
pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit
sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan
atas laporan keuangan yang diauditnya. Agoes (2004 : 49), terdapat 5 jenis opini
audit yaitu :
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion Report with Explanatory Language)
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Opini Audit Going Concern
Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit
yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian
signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya
pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011 : SA Seksi 341 : 2). SA Seksi 341
paragraf 6 menyebutkan auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai
kondisi atau peristiwa tertentu jika dipertimbangkan secara keseluruhan,
menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
Contoh kondisi dan peristiwa yang dapat menimbulkan keraguan auditor :
1. Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali
terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha.
2. Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses
proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis.
3. Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan
pengadilan, undang-undang atau masalah-masalah lain yang
kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi,
kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana
besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan yang tidak diasuransikan
atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
Debt Default
Debt Default didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban hutang beserta bunganya pada waktu jatuh tempo. Dalam
4
Pernyataan Standar Auditing No.30 (SPAP, IAPI 2011 : 341) menyebutkan bahwa
indikator going concern yang paling banyak digunakan auditor dalam
memberikan keputusan audit adalah kegagalan dalam memenuhi hutangnya
(default). Sebuah perusahaan dapat dikatakan default apabila memenuhi salah satu
ketentuan dibawah ini Chen dan Church, 1992 (dalam Mada dan Laksito, 2013),
yaitu :
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok
beserta bunga.
2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian
tersebut tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang
dari satu tahun.
3. Perusahaan sedang dalam proses negosiasi restrukturisasi hutang yang
jatuh tempo.
Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dengan fungsinya untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang jatuh tempo (Kasmir, 2012 : 110).
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima
perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Opini audit going concern tahun
sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk
mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila
auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan
semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going
concern pada tahun berjalan (Sari, 2015).
Leverage
Menurut Kasmir (2012 : 151) rasio leverage merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan
hutang. Artinya, berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Menurut Kasmir (2012 : 151) rasio leverage
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan hutang. Artinya, berapa besar beban hutang yang ditanggung
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
5
KERANGKA PEMIKIRAN Untuk membantu memahami penelitian ini, diperlukan suatu kerangka
pemikiran sebagai berikut :
H1
H2
H3
H4
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Semakin besar hutang yang dimiliki suatu perusahaan akan mengakibatkan
perusahaan mengalami kerugian operasi dan realisasi penjualan pun menurun,
sehingga mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
pokok beserta bunganya. Keadaan ini dapat menyebabkan perusahaan gagal
dalam menjalankan usahanya dan cenderung untuk menerima opini audit going
concern.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Praptitorini dan Januarti (2011) dan
Tamba (2009) menunjukkan bahwa debt default berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. Hal ini menunjukkan dengan adanya status
debt default, semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going
concern.
H1 : Diduga debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Pengaruh Likuiditas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Semakin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah
kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila
perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal
tersebut dapat mempengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai
suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya. Sehingga auditor harus memberikan opini
mengenai going concern suatu perusahaan.
Likuiditas
(X2)
Leverage
(X4)
Opini Audit Tahun
Sebelumnya
(X3)
Penerimaan
Opini Audit
Going Concern
(Y)
Debt Default
(X1)
6
Hal ini sejalan dengan penelitian Arma (2013) yang memperkuat bukti
bahwa likuiditas perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penerimaan opini audit going concern. Namun pada penelitian Noverio dan
Dewayanto (2011) justru memberikan bukti bahwa likuiditas tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern.
H2 : Diduga likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going Concern
Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit
going concern, maka semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan
kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Karena perusahaan
yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya biasanya
memiliki masalah keuangan yang serius yaitu kesulitan likuiditas dan tidak
mempunyai modal kerja yang cukup. Tanpa adanya tindakan penganggulangan
yang serius untuk mendongkrak posisi keuangan perusahaan dapat dipastikan
semakin lama kondisi keuangan perusahaan akan semakin memburuk dan
semakin memperbesar kemugkinan penerimaan opini audit going concern. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor dalam memberikan opini auditnya akan
mempertimbangkan opini audit tahun sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu dan Pratiwi (2011) yang
memperkuat bukti mengenai opini audit going concern yang diterima pada tahun
sebelumnya terdapat pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern tahun berjalan. Namun pada penelitian Faizah (2017) justru memberikan
bukti bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap penerimaan
opini audit going concern.
H3 : Diduga opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
Pengaruh Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Semakin besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan
akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di
masa depan, karena sebagian besar dana yang diperoleh perusahaan akan
digunakan untuk membiayai hutang dan dana untuk beroperasi akan semakin
berkurang. Semakin besar debt ratio akan menyebabkan keraguan atas
kemampuan perusahaan dalam melangsungkan hidupnya dan juga memperbesar
kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern dalam laporan
auditor independen.
Penelitian ini didukung oleh Santoso dan Wiyono (2013) dan Noverio dan
Dewayanto (2011) yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. Namun pada penelitian Rahayu dan
Pratiwi (2011) justru memberikan bukti bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern.
H4 : Diduga leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
7
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling,
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun penelitian 2014-2016.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan secara
lengkap beserta data yang dibutuhkan selama tahun penelitian 2014-
2016.
3. Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya memiliki tanggal
tutup buku pada 31 desember selama tahun penelitian 2014-2016.
4. Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah dalam
laporan tahunan selama tahun penelitian 2014-2016
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
digunakan dalam penelitian ini di dapat dari laporan tahunan perusahaan, laporan
auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2016 yang telah dipublikasikan.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel Dependen
Opini Audit Going Concern
Opini audit mengenai going concern merupakan opini audit yang dalam
pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian siginifikan
atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya di masa
mendatang. Opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel
dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, apabila auditor menemukan
ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan dengan
menyatakan wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, pendapat wajar
dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan pernyataan tidak memberikan
pendapat. Sedangkan, opini audit non going concern diberi kode 0, apabila auditor
tidak menemukan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan
dengan menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Variabel Independen
Debt Default
Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy. Kode 1 digunakan
untuk status debt default dimana perusahaan tidak mampu membayar hutang
beserta bunganya pada waktu jatuh tempo, sedangkan nilai 0 untuk status tidak
debt default dimana perusahaan sudah mampu membayar hutang beserta
bunganya pada waktu jatuh tempo.
8
Likuiditas
Likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Opini audit tahun sebelumnya didefinisikan sebagai opini audit going
concern yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya yang diukur dengan
menggunakan variabel dummy yaitu diberikan kode 1, apabila auditee menerima
opini audit going concern dengan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar dan
pernyataan tidak memberikan pendapat pada hasil audit tahun sebelumnya.
Sedangkan, apabila auditee tidak menerima opini audit going concern dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian pada hasil audit tahun sebelumnya diberikan
kode 0.
Leverage
Leverage dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
METODE ANALISIS
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali,
2013 : 19). Dari uji deskriptif akan diketahui nilai rata-rata (mean), maksimum,
minimum dan standar deviasi dari setiap variabel.
2. Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik adalah suatu metode analisis yang berfungsi untuk
menganalisis pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
syarat bentuk data dari variabel terikat adalah data dikotomi seperti ya dan tidak,
setuju dan tidak dan lainnya yang dikategorikan dengan 1 untuk menyatakan
kejadian yang ‘sukses’ dan 0 untuk kejadian yang ‘gagal’ (Baroroh, 2013 : 37)
dan tujuan dari regresi logistik adalah pembuatan sebuah model regresi untuk
memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel binary
menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso,
2015 : 216). Model regresi logistik dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
persamaan berikut ini :
α + β1 DEBT + β2 LIK + β3 OTS + β4 LEV + e
= Opini Audit going concern (variabel dummy, 1 jika opini audit going concern, 0 jika opini audit non going concern).
α = Konstanta
9
DEFT = Debt default
LIK = Likuiditas
OTS = Opini audit tahun sebelumnya
LEV = Leverage
е = error
β1- β4 = Koefisien regresi
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menilai Kelayakan Model Regresi
Menurut Santoso (2015 : 219) untuk menguji kelayakan model regresi ini
dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow Test, yang
memperhatikan nilai Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-square.
Apabila H0 diterima, hal ini berarti model regresi layak digunakan untuk analisis
selanjutnya karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang
diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Hipotesis untuk menguji kelayakan model regresi adalah :
H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi
dengan klasifikasi yang diamati.
H1 : Ada perbedaan yang nyataantara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Dan dasar pengambilan keputusan pada test ini adalah jika nilai sig lebih
dari (>) 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai sig kurang dari (<) 0,05 maka H0
ditolak.
2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan telah fit
dengan data atau belum. Pada pengujian ini, yang harus diperhatikan adalah angka
pada bagian -2 Log Likelihood. Apabila angka -2 Log Likelihood pada awal (Tabel
Iteration History Block Number = 0) lebih tinggi daripada angka -2 Log
Likelihood pada Iteration History Block Number = 1 maka hal ini menunjukkan
bahwa model regresi tersebut baik atau fit dengan data. Penurunan angka
Likelihood pada regresi binary mirip dengan pengertian ‘Sum of squared error’
pada model regresi yang menunjukkan model regresi yang baik (Santoso, 2015 :
220).
3. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai untuk
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Ketika nilai R2 kecil, berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangatlah terbatas. Dan apabila nilai yang mendekati satu, berarti
variabel-variabel dependen memberikan hampir seluruh informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013 : 97).
Dalam pengujian ini memperhatikan nilai pada Nagelkerke R Square pada tabel
Model Summary. Nilai yang tertera pada kolom Nagelkerke R Square
10
mengindikasikan seberapa besar variabel independen mampu mengartikan ragam
dari variabel dependen, dan selisih dari nilai tersebut diartikan oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam model regresi.
4. Uji Parsial (T)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen secara individual (Ghozali, 2013
: 99). Menurut (Santoso, 2015 : 23) pengujian ini dilakukan dengan uji Wald,
dimana dalam uji ini memperhatikan tabel Variables in the Equation dengan
pengambilan keputusan jika nilai sig lebih dari (>) 0,05 maka H0 diterima dan jika
nilai sig kurang dari (<) 0,05 maka H0 ditolak. Dan hipotesis dari uji ini adalah :
H0 : Koefisien regresi tidak signifikan
H1 : Koefisien regresi signifikan
HASIL DAN PENELITIAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Kriteria Penentuan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama tahun
penelitian 2014-2016.
138
2. Perusahaan manufaktur yang tidak
menerbitkan laporan tahunan secara
lengkap beserta data yang dibutuhkan
selama tahun penelitian 2014-2016.
(15)
3. Perusahaan manufaktur yang laporan
keuangannya tidak memiliki tanggal
tutup buku pada 31 desember selama
tahun penelitian 2014-2016.
(2)
4. Perusahaan manufaktur yang tidak
menggunakan mata uang rupiah dalam
laporan tahunan selama tahun penelitian
2014-2016.
(27)
Total Sampel Penelitian
Tahun Penelitian
Total Data Penelitian
94
3
282
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
11
Analisis Statistik Deskriptif
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
Berdasarkan tabel diatas untuk variabel going concern yang diproksikan
dengan variabel dummy memiliki nilai minimum yaitu sebesar 0 (Saranacentral
Bajatama Tbk) pada tahun 2015 dan nilai maksimum sebesar 1 (Charoen
Pokphand Indonesia Tbk) pada tahun 2016 dengan nilai rata-rata adalah 0,23 serta
memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,424.
Debt default yang diproksikan dengan variabel dummy ini memiliki nilai
minimum yakni sebesar 0 (Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) pada tahun 2015
dan nilai maksimum sebesar 1 (Jakarta Kyoei Steel Works Tbk) pada tahun 2016.
Nilai rata-rata untuk variabel ini adalah sebesar 0,05 dengan standar deviasi
sebesar 0,218.
Likuiditas yang diproksikan dengan CR (Current Ratio) memiliki rentang
yang sangat jauh antara nilai minimum yaitu 0,2011017688848416 (Intikeramik
Alamasri Industri Tbk) pada tahun 2016 dan nilai maksimum
464,9844169941841000 (Jaya Pari Steel Tbk) pada tahun 2014. Nilai rata-rata
untuk variabel ini adalah 4,339368778204946 dengan nilai standar deviasi
27,799764363559970.
Opini audit tahun sebelumnya yang diproksikan dengan variabel dummy
ini memiliki nilai minimum 0 (Indocement Tunggal Prakarsa Tbk) pada tahun
2014 dan nilai maksimum sebesar 1 (Jakarta Kyoei Steel Works Tbk) pada tahun
2015. Nilai rata-rata untuk variabel ini adalah sebesar 0,22 dengan standar deviasi
sebesar 0,417.
Leverage yang diproksikan dengan DER (Debt to Equity Ratio) memiliki
rentang yang sangat jauh antara nilai minimum -225,0448475683181000
(Sekawan Intiprama Tbk) pada tahun 2016 dan nilai maksimum
1603,1346308350070000 (Argha Karya Prima Industry Tbk) pada tahun 2015.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
GC 282 0 1 ,23 ,424
DEFT 282 0 1 ,05 ,218
LIK 282 ,2011017688
848416
464,9844169
941841000
4,339368778
204946
27,79976436
3559970
OTS 282 0 1 ,22 ,417
LEV
282 -
225,0448475
683181000
1603,134630
8350070000
5,976262789
056439
96,41457748
8849550
Valid N
(listwise)
282
12
Nilai rata-rata untuk variabel ini adalah 6439 dengan nilai standar deviasi
96,414577488849550.
Analisis Regresi Logistik
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 12,435 8 ,133
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
Uji kelayakan model regresi, pengujian yang menggunakan Hosmer and
Lemeshow Test, dimana hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa nilai Chi-
square sebesar 12,435 dengan df 8 dan nilai signifikan 0,133 dimana dasar
pengambilan keputusannya adalah jika nilai sig lebih dari (>) 0,05 maka tidak ada
perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati. Berarti
model dalam penelitian ini dapat dikatakan layak digunakan untuk analisis
selanjutnya.
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
-2 Log Likelihood Block 0 (awal)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 307,647 -1,064
2 306,882 -1,182
3 306,881 -1,186
4 306,881 -1,186
13
-2 Log Likelihood Block 1 (akhir)
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan telah fit
dengan data atau belum. Dalam pengujian ini yang harus diperhatikan adalah
angka pada bagian -2 Log Likelihood. Apabila angka -2 Log Likelihood pada awal
(Tabel Iteration History Block Number = 0) lebih tinggi daripada angka -2 Log
Likelihood pada Iteration History Block Number = 1 maka hal ini menunjukkan
bahwa model regresi tersebut baik atau fit dengan data. Dan dari tabel 4.7 dan 4.8
yang merupakan hasil dari pengujian penelitian ini di dapatkan bahwa nilai -2 Log
Likelihood awal (307,647) lebih tinggi dari nilai -2 Likelihood pada Iteration
History Block Number = 1 (301,671) yang artinya model yang dihipotesiskan
cocok dengan data.
c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R Square
1 298,789a ,028 ,043
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
Nilai Nagelkerke R Square pada tabel 4.9 Model Summary menjelaskan
tentang hubungan variabel independen terhadap dependen. Lebih dari 20% saja
sudah bisa dikatakan variabel independen baik dalam mengartikan ragam dari
variabel dependen. Dan dari tabel tersebut didapatkan angka 0,043 yang berarti
bahwa variasi variabel independen (DEFT, LIK, OTS dan LEV) mampu
mengartikan ragam dari variabel dependen (GC) sebesar 4,3% dalam
memprediksi penerimaan opini audit going concern sedangkan sisanya sebesar
95,7% diartikan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model regresi.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log
likelihood
Coefficients
Constant DEFT LIK OTS LEV
Step 1
1 301,671 -1,150 1,065 -,002 ,209 -,001
2 300,203 -1,295 1,189 -,006 ,275 -,001
3 299,839 -1,282 1,191 -,013 ,274 -,001
4 299,035 -1,202 1,177 -,042 ,259 -,001
5 298,796 -1,140 1,171 -,068 ,251 -,001
6 298,789 -1,129 1,170 -,074 ,250 -,001
7 298,789 -1,128 1,170 -,074 ,250 -,001
14
d. Uji Parsial (T)
Sumber : Data diolah peneliti, 2017
Model yang terbentuk berdasarkan tabel 4.10 adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah diduga debt default
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Dan hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel ini adalah
1,170 dan hasil signifikan adalah 0,037 yang mana nilai pengujian tersebut
lebih kecil dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa debt default berpengaruh
terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain H1 diterima.
2. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah diduga likuiditas berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Dan bersadarkan hasil
pengujiannya, didapatkan nilai koefisien regresi adalah -0,074 dan hasil
signifikan sebesar 0,272 yang mana angka tersebut lebih besar dari 0,05.
Dan dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern atau ditolak.
3. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah diduga opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan nilai koefisien regresi adalah 0,250
dan nilai signifikan untuk variabel ini adalah 0,452 atau lebih besar dari
0,05 yang mana artinya variabel opini audit tahun sebelumnya tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern dan ditolak.
4. Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah diduga leverage berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Dan hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel ini adalah -0,001 dan
nilai signifikan untuk variabel likuiditas adalah 0,652 atau lebih dari 0,05
yang artinya variabel leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern atau ditolak.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Debt Default terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Dalam penelitian ini debt default yang diproksikan dengan variabel dummy
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini
menunjukkan bahwa debt default digunakan oleh auditor dalam mengambil
keputusan untuk mengeluarkan opini audit berkaitan dengan going concern sesuai
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
DEFT 1,170 ,561 4,347 1 ,037 3,224
LIK -,074 ,067 1,209 1 ,272 ,929
OTS ,250 ,332 ,565 1 ,452 1,284
LEV -,001 ,003 ,204 1 ,652 ,999
Constant -1,128 ,232 23,565 1 ,000 ,324
15
dengan yang tercantum dalam PSA 30 Seksi 341. Semakin besar hutang yang
dimiliki suatu perusahaan akan mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya serta mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Keadaan ini akan membuat perusahaan cenderung untuk menerima opini audit
going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Praptitorini dan Januarti
(2011) dan Tamba (2009) yang memberikan bukti bahwa debt default
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Pengaruh Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Dalam penelitian ini likuiditas yang diproksikan dengan current ratio,
dimana untuk mendapatkan hasil penghitungannya harus membandingkan antara
total aset lancar dan liabilitas lancar. Dalam memberikan opini audit going
concern, auditor tidak hanya melihat kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya saja, tetapi juga memperhatikan faktor lainnya yang
mempengaruhi keuangan perusahan seperti kondisi perekonomian pada saat itu
atau pun memperhatikan pertumbuhan perusahaan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Noverio dan
Dewayanto (2011) yang mendapatkan hasil bahwa likuiditas tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Dan hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arma (2013).
Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Dalam penelitian ini opini audit tahun sebelumnya yang diproksikan
dengan variabel dummy tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerima opini audit
going concern pada tahun sebelumnya belum tentu akan menerima opini audit
going concern lagi di tahun berikutnya. Karena, jika ada tindakan penanggulangan
yang serius untuk mendongkrak posisi keuangan perusahaan, maka akan semakin
baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya serta mampu
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Faizah (2017)
yang mendapatkan hasil bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Dan hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Pratiwi (2011).
Pengaruh Leverage terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Dalam penelitian ini leverage diproksikan sebagai DER (Debt to Equity
Ratio) yang mana dihitung dengan cara membandingkan jumlah hutang dan
modal dari suatu perusahaan. Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Dikarenakan dalam memutuskan suatu auditee akan menerima opini audit going
concern atau tidak, auditor tidak hanya mempertimbangkan rasio leverage tetapi
juga rasio lain seperti rasio aktivitas serta melihat faktor-faktor lain seperti
kerugian operasi yang berulang.
16
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan
Pratiwi (2011) yang mendapatkan hasil bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap penerimaan opini audit going concern. Dan hasil penelitian ini tidak
mendukung penelitian Santoso dan Wiyono (2013) dan Noverio dan Dewayanto
(2011).
KESIMPULAN Penelitian ini mencoba menguji bagaimana pengaruh debt default,
likuiditas, opini audit tahun sebelumnya dan leverage terhadap penerimaan opini
audit going concern. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Likuiditas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
3. Opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern.
4. Leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan Oleh KAP). Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Arma, Endra Ulkri. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada Bursa Efek
Indonesia. Padang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Baroroh, Ali. 2013. Analisis Multivariat dan Time Series dengan SPSS 21. Jakarta
: PT. Elex Media Komputindo.
Faizah, Ana Rahmawatul. 2017. Pengaruh Financial Distress, Disclosure, Perkara
Pengadilan dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2015). Malang : Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Malang.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 21.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta :
Salemba Empat.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik, Per
1 Maret 2011. Jakarta : Salemba Empat.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Mada, Brilina Elita dan Herry Laksito. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance, Reputasi KAP, Debt Default dan Financial Distress
Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Semarang : Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
17
Noverio, Rezkhy dan Totok Dewayanto. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas
Auditor, Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit
Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Semarang : Universitas Diponegoro.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2011. Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini
Going Concern. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Rahayu, Ayu Wilujeng dan Caecilia Widi pratiwi. 2011. Pengaruh Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage dan Reputasi
Auditor Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern. Depok :
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Rahman, Abdul dan Baldric Siregar. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdafar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi XV. Banjarmasin
Santoso, Eko Budi dan Ivan Yudhistira Wiyono. 2013. Pengaruh Reputasi
Auditor, Prediksi Kebangkrutan, Disclosure dan Leverage Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern. Jurnal Akuntansi 4 (2) : 139-154.
e-ISSN : 2502-6380.
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Multivariat Konsep Dasar dan
Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sari, Melani. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor dalam
Memberikan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-013. Solo : Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru
Fress.
Tamba, Revol Ulung Bisara. 2009. Pengaruh Debt Default Kualitas Audit dan
Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Medan : Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
www.idx.co