ulkus diabetik
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik pada penyandang diabetes
mellitus (DM). Seiring dengan meningkatnya jumlah penyandang DM, maka prevalensi kaki
diabetik diperkirakan akan meningkat juga. Banyak faktor yang berkaitan dengan kaki diabetik
yaitu neuropati, infeksi dan kelainan vaskular, sehingga pengelolaan yang diberikan disesuaikan
dengan mekanisme yang mendasari atau yang dominan.Pengelolaan kaki diabetes sudah dimulai
saat seseorang dinyatakan DM meski belum timbul luka, yang disebut dengan penyaringan atau
deteksi dini.Dengan deteksi dini yang optimal, diharapkan penyandang DM dapat terhindar dari
masalah kaki diabetes yang kompleks karena mampu melakukan tindakan pencegahan dan
perawatan kaki diabetes dengan baik.
Apabila telah terjadi kelainan baik kelainan struktural ataupun luka pada kaki, maka
diperlukan tindakan yang cepat, tepat dan efektif untuk mencegah tindakan amputasi. Selain
peran tenaga kesehatan dalam merawat kelainan kaki, keberhasilan pengelolaan pada kasus kaki
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti beranya infeksi, lamanya menderita ulkus sebelum
berobat, ketersediaan antibiotik, kendali glukosa darah, ada tidaknya dan beratnya penyakit yang
menyertai, ada tidaknya kelainan vaskular dan lamanya menderita DM.
Adanya pemahaman yang baik pada pasien tentang DM dan segala komplikasi kroniknya
serta perawatan luka yang adekuat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
terapi bahkan pencegahan luka ataupun kecacatan. Sejauh ini, perawatan luka yang baik dapat
dinikmati di rumah sakit-rumah sakit beberapa kota besar. Keterampilan perawatan luka yang
baik dapat membantu proses penyembuhan luka dan memperpendek masa sakit maupun masa
perawatan. Kerjasama antara dokter spesialis penyakit dalam, dokter umum dan perawat dalam
merawat pasien DM dengan masalah kaki sangat berperan mempercepat masa perawatan.
Melihat hal tersebut maka diharapkan dengan pelatihan perawatan kaki diabetik ini, dapat
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penatalaksanaan holistik pada masalah kaki
diabetik, terutama rumah sakit-rumah sakit di tingkat propinsi yang sering menjadi tempat
rujukan.
ETIOLOGI
Penyebab :
a. Angiopati
i. Perdarahan jaringan marginal
b. Neuropati
i. Paralisis otot kaki
ii. Rasa mati
iii. Gangguan saraf autonom
c. Trauma
d. Infeksi sekunder
Faktor resiko:
1. Trauma terus menerus
2. Tekanan abnormal
3. Lingkungan diabetes subur untuk berkembang bakteri patogen
4. Perfusi jaringan kulit kurang baik
5. Kurang mendapat nutrien karena dialirkan melalui pintas arteri-vena subkutis
6. Merokok
7. Hipertensi
8. Hiperkolesterolemia
9. Laki-laki
EPIDEMIOLOGI
Kaki diabetik merupakan komplikasi kronik DM yang paling ditakuti karena tindakan
amputasinya. Kasus ulkus dan gangren diabetik merupakan kasus DM yang paling banyak
dirawat di rumah sakit. Diperkirakan sekitar sepertiga dari pasien DM akan mengalami masalah
kaki. Dari beberapa penelitian di Indonesia, angka kematian akibat ulkus atau gangren berkisar
17-23% sedangkan angka amputasi berkisar 15-30%. Angka kematian satu tahun pasca amputasi
berkisar 14,8% dan jumlah ini meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Rerata umur pasien
hanya 23,8 bulan pasca amputasi.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali dengan hiperglikemia yang tidak terkontrol pada penyandang
DM sehingga menimbulkan komplikasi kronik seperti neuropati perifer, gangguan vaskular,
infeksi dan perubahan pada plantar kaki. Neuropati, baik neuropati motorik maupun sensorik dan
autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi
mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan menjadi
lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes.
a. Neuropati perifer
Penyebab neuropati perifer belum diketahui pasti, diduga berbagai gangguan
metabolisme dan oklusi vasavasorum pada syaraf memberikan perubahan degenerasi
aksonopati disertai demielinisasi dan gangguan remielinisasi.
Manifestasi neuropati diabetes berupa polineuropati diabetes otonomik,
polineuropati sensori motor distal simetris dan neuropati fokal. Bentuk klinis neuropati
yang paling sering dijumpai adalah neuropati sensori motor distal simetris yang dapat
mencapai 50% pada pasien yang telah menderita DM lebih dari 15 tahun.
Meningkatnya resiko terjadinya ulkus pada keadaan ini disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
Hilangnya sensibilitas yang memberikan perlindungan terhadap rasa nyeri,
tekanan dan suhu.
Neuropati motorik menyebabkan atrofi dan kelemahan otot-otot instrinsik
(interosseus, lumbikal) yang menyebabkan deformitas fleksi (claw toes) sehingga
terjadi peningkatan tekanan pada daerah metatarsal dan ujung jari kaki.
Neuropati otonom perifer menyebabkan produksi keringat berkurang, kulit kering
dan mudah pecah. Neuropati ini menyebabkan vasodilatasi perifer sehingga
terjadi peningkatan pintasan (shunt) arteri-vena yang menyebabkan perubahan
perfusi tulang pada ekstremitas bawah, terjadi peningkatan resorpsi tulang
sehingga terjadi fraktur neuropati (charcot foot).
Pada gangguan neuropati perifer didapatkan refleks tendon Achilles menurun dan
gangguan sensasi yang dapat dibuktikan dengan Semmes Weinstein Monofilament yang
bertujuan mengetahui ambang rasa tekan. Sensasi proteksi masih ada bila penderita masih
merasakan tekanan monofilament berukuran 5,07 yang setara dengan tekanan 10 gram.
b. Gangguan vaskular
Aterosklerosis pada penderita DM akan 2,3 kali lebih tinggi pada populasi
umumnya. Kelainan pembuluh darah jarang menjadi faktor pencetus ulkus tapi dapat
menghambat penyembuhan luka. Gangren yang luas dapat terjadi karena sumbatan
pembuluh darah yang luas yang mengakibatkan amputasi kaki.
Gangguan pembuluh darah dapat dideteksi dengan angiografi, perabaan pulsasi
denyut nadi, alat ultrasound Doppler serta nilai Ankle Brachial Index yaitu perbandingan
tekanan darah sistolik kaki dan lengan.
c. Infeksi
Infeksi pada kaki diabetik diawali adanya luka pada kulit (biasanya adalah luka
neuropatik) yang memungkinkan masuknya flora kulit ke dalam jaringan dermis dan
subkutan.
d. Perubahan tekanan pada plantar kaki
Fernando dan Walewski membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan tekanan
pada bagian lateral kaki termasuk kaput metatarsal jari III, IV dan V baik pada orang
sehat maupun penderita diabetes neuropati. Namun penyandang diabetes dengan
neuropati mempunyai tekanan lebih tinggi pada kaput metatarsal jari I. Sedangkan pada
orang sehat, tekanan yang tinggi terdapat pada tumit. Hal ini disebabkan sudah terjadi
perpindahan tekanan dari tumit ke bagian depan kaki pada awal neuropati. Tidak terdapat
perbedaan tekanan pada sisi-sisi plantar kaki yang lain.
Veves A, Murray H dan Young MJ mendapatkan bahwa tukak kaki pada penderita
diabetes neuropati sering terjadi pada daerah dengan tekanan besar yaitu pada kaput
metatarsal jari III, disusul pada kaput metatarsal jari I. Untuk mengetahui perubahan
tekanan kaki dapat digunakan pemeriksaan Harris Mat Print, pada mana akan tergambar
lokasi dan tekanan yang berlebihan dengan warna yang tinggi densitasnya; sehingga
dapat diketahui daerah rentan tukak yang berguna dalam pengaturan bentuk kasut sepatu
(insole).
Deformitas kaki menyebabkan perubahan tekanan kaki yang akan meningkatkan
risiko tukak seperti perubahan struktur tulang dan jaringan ikat, terbatasnya mobilisasi
sendi, pembentukan kallus. Deformitas kaki (claw toes) yang disebabkan neuropati
motorik sering mengalami ulserasi karena atrofi otot interosseous yang menimbulkan
deformitas fleksi dan meningkatkan tekanan pada daerah metatarsal dan ujung jari kaki
dengan risiko terbentuk kallus yang rentan infeksi.
Luka pada neuropati perifer disebabkan oleh beberapa faktor seperti tekanan terus
menerus (sepatu sempit), tekanan berulang (waktu berjalan), luka tusuk, home surgery
(memotong kuku, mengikis kallus), antiseptik dan trauma panas.
Hiperlipidemia
Merokok
DIABETES MELITUS
“Limited Joint
Movement”
Neuropati Angiopati
Penyakit vaskular periferal
Ischemic limb
Motorik Autonomik Sensorik
Masalah ortopedi (Deformitas kaki)
Plantar pressure ↑
- Pain sensation ↓ - Proprioseptive ↓
Otot hipotropik
Keringat ↓ Altered blood flow
Dry skin fissure
Callus
Engorged vein, Warm foot
ULKUS PADA KAKI
Gangrene
Amputasi
Infeksi
Trauma
Trauma
Trauma
KLASIFIKASI KAKI DIABETES
Terdapat beberapa klasifikasi kaki diabetes. Penggunaan klasifikasi ini bertujuan mempermudah
pengelolaan kaki yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Klasifikasi Texas Modifikasi (lebih kompleks dan lebih mengacu kepada pengelolaan
kaki diabetes)
Stadium
Tingkat
0 1 2 3
A Tanpa tukak atau
pasca tukak,
kulit intak/ utuh
tulang
Luka
superfisial,
tidak sampai
tendon atau
kapsul sendi
Luka
sampai
tendon atau
kapsul
sendi
Luka
sampai
tulang/sendi
B Infeksi 1 Infeksi kulit dan jaringan subkutan
2 Eritema > 2 cm atau infeksi meliputi struktur subkutan, tanda
SIRS (-)
3 Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, shift
to the left, instabilitas metabolik, hipotensi, azotemia
C Iskemi 1 Terdapat gejala dan tanda PAD (Peripheral Arterial Disease)
tapi belum critical limb ischemia
2 Critical limb ischemia
D Infeksi dan
Iskemi
B1 Infeksi kulit dan jaringan subkutan
B2 Eritema > 2cm atau infeksi meliputi struktur subkutan, tanda
SIRS (-)
B3 Infeksi dengan manifestasi sistemik: demam, leukositosis, shift
to the left, instabilitas metabolik, hipotensi, azotemia
C1 Terdapat gejala dan tanda PAD tapi belum critical limb
ischemia
C2 Critical limb ischemia
Klasifikasi PEDIS International Consensus on the Diabetic Foot 2003
o Klasifikasi mutakhir yang dianjurkan oleh International Working Group on
Diabetic Foot.
o Dengan klasifikasi ini, akan dapat ditentukan kelainan apa yang lebih dominan
(vaskular, infeksi atau neuropati) sehingga arah pengelolaan pun dapat tertuju
dengan lebih baik.
o Misalnya, suatu ulkus gangren dengan critical limb ischemia (P3) tentu lebih
memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki keadaan vaskularnya
dahulu. Sebaliknya kalau faktor infeksi menonjol (I4), tentu pemberian antibiotik
harus adekuat. Demikian juga kalau faktor mekanik yang dominan (insensitive
foot, S2) tentu koreksi untuk menguramgkan tekanan plantar harus diutamakan.
Impaired Perfusion 1 None
2 PAD + but not critical
3 Critical limb ischemia
Size/ Extent in mm2 Tissue
Loss/ Depth
1 Superficial full thickness, not deeper than dermis
2 Deep ulcer, below dermis, involving subcutaneous
structures, fascia, muscle or tendon
3 All subsequent layers of the foot involved
including bone and or joint
Infection 1 No symptoms or signs of infection
2 Infection of skin and subcutaneous tissue only
3 Erythema > 2cm or infection involving
subcutaneous stucture(s)
No systemic sign(s) of inflammatory response
4 Infection with systemic manifestation: fever,
leucocytosis, shift to the left, metabolic instability,
hypotension, azotemia
Impaired Sensation 1 Absent
2 Present
Klasifikasi Wagner
0 Kulit intak/utuh
1 Tukak superfisial
2 Tukak dalam (sampai tendo, tulang)
3 Tukak dalam dengan infeksi
4 Tukak dengan gangren pada 1-2 jari kaki
5 Tukak dengan gangren luas seluruh kaki
Klasifikasi Liverpool
Klasifikasi primer Vaskular
Neuropati
Neuroiskemik
Klasifikasi sekunder Tukak sederhana, tanpa komplikasi
Tukak dengan komplikasi
Klasifikasi oleh Edmonds
Stage 1: normal foot
Stage 2: high risk foot
Stage 3: ulcerated foot
Stage 4: infected foot
Stage 5: necrotic foot
Stage 6: unsalvable foot
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist/ chiropodist maupun
oleh dokter umum/ dokter keluarga
Untuk stage 3 dan 4, kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan
kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik
Untuk stage 5 dan 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan
suatu kerjasama tim yang sangat erat, di mana harus ada dokter bedah, utamanya dokter
ahli bedah vaskular, ahli bedah plastik dan rekonstruksi.
Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap harus diingat berbagai
faktor yang harus dikendalikan yaitu:
o Mechanical control – pressure control
o Metabolic control
o Vascular control
o Educational control
o Wound control
o Microbiological control – infection control
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya
kaki diabetes dan terjadinya ulkus (pencegahan primer sebelum terjadi perlukaan pada kulit dan
pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah (pencegahan sekunder dan pengelolaan
ulkus/gangren diabetik yang sudah terjadi)
Pencegahan Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting untuk pencegahan kaki
diabetes.Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan
penyandang DM, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan.Anjuran ini berlaku untuk
semua pihak terkait pengelolaan DM, baik para ners, ahli gizi, ahli perawatan kaki, maupun
dokter sebagai dirigen pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu melihat dan
Stadium 1 dan 2
Stadium 3, 4, 5, 6
memeriksa kaki penyandang DM sambil mengingatkan kembali mengenai cara pencegahan dan
cara perawatan kaki yang baik. Berbagai kejadian/tindakan kecil yang tampak sepele dapat
mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal.Demikian pula pemeriksaan yang tampaknya sepele
dapat memberikan manfaat yang sangat besar.Periksalah selalu kaki pasien setelah mereka
melepaskan sepatu dan kausnya.
Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasar risiko terjadinya dan risiko
besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetes berdasar risiko terjadinya
masalah (Frykberg) :
1) Sensasi normal tanpa deformitas
2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3) Insensitivitas tanpa deformitas
4) Iskemia tanpa deformitas
5) Kombinasi/complicated :
a. Kombinasi insensitivitas, iskemia dan/atau deformitas
b. Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot
Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak,
disesuaikan dengan keadaan risiko kaki.Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan
tingkat besarnya risiko tersebut.Peran ahli rehabilitasi medis terutama dari segi ortotik sangat
besar pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan memberikan alas kaki yang baik,
berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik akan dapat dicegah.
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut : untuk kaki yang kurang
merasa.insensitif (kategori 3 dan 5), alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki
yang insensitif tersebut. Kalau sudah ada deformitas (kategori risiko 2 dan 5), perlu perhatian
khusus mengenai sepatu/alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki.
Untuk kasus dengan kategori risiko 4 (permasalahan vaskular), latihan kaki perlu diperhatikan
benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki. Untuk ulkus yang complicated, tentu saja semua
usaha dan dana seyogyanya perlu dikerahkan untuk mencoba menyelamatkan kaki dan usaha ini
masuk ke usaha pencegahan sekunder yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.
Pencegahan Sekunder
Dalam pengelolaan kaki diabetes, kerja sama multidisipliner sangat diperlukan. Berbagai hal
yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maksimal dapat
digolongkan sebagai berikut, dan semuanya harus dikelola bersama :
Mechanical Control-Pressure Control
Wound Control
Microbiological Control-Infection Control
Vascular Control
Metabolic Control
Educational Control
Untuk pengelolaan ulkus/gangren diabetik yang optimal, berbagai hal di bawah ini
merupakan penjabaran lebih rinci dari keenam aspek tersebut pada tingkat pencegahan sekunder
dan tersier, yaitu pengelolaan optimal ulkus/gangrene diabetik.
Kontrol metabolik
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki.Konsentrasi glukosa darah diusahakan
agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang
dapat menghambat penyembuhan luka.Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasikan
konsentrasi glukosa darah.Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki.Nutrisi yang baik jelas
membantu kesembuhan luka. Berbagai hal lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki, seperti
konsentrasi albumin serum, konsentrasi Hb dan derajat oksigenisasi jaringan. Demikian juga
fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat menghambat kesembuhan luka
sekiranya tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.
Kontrol vaskular
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah
diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan pasien dan juga sesuai kondisi pasien.
Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana
seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis Posterior serta
ditambah pengukuran tekanan darah. Di samping itu saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non-invasif maupun yang
invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle pressure, toe pressure,
TcPO2 dan pemeriksaan ekhodopler dan kemudian pemeriksaan arteriografi. Setelah dilakukan
diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah
perifer dari sudut vaskular, yaitu berupa :
Modifikasi Faktor Risiko :
Stop merokok
Memperbaiki berbagai faktor risiko terkait aterosklerosis
Hiperglikemia
Hipertensi
Dislipidemia
Walking Program – latihan kaki merupakan domain usaha yang dapat diisi oleh jajaran
rehabilitasi medik.
Terapi Farmakologis
Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat
aterosklerosis di tempat lain (jantung, otak), mungkin obat seperti aspirin dan lain sebagainya
yang jelas dikatakan bermanfaat, akan bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang
DM.
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jikalau ada klaudikasio intermiten yang hebat,
tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan.Sebelum tindakan revaskularisasi diperlukan
pemeriksaan arteriografi untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas,
sehingga dokter ahli bedah vaskular dapat lebih mudah melakukan rencana tindakan dan
mengerjakannya.
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka.Untuk oklusi yang
pendek dapat dipikirkan untuk prosedur endovascular – Percutaneuos Transluminal Coronary
Angioplasty (PTCA).Pada keadaan sumbatan akut dapat pula dilakukan tromboarterektomi.
Dengan berbagai teknik bedah tersebut, vaskularisasi daerah distal dapat diperbaiki,
sehingga hasil pengelolaan ulkus diharapkan lebih baik. Paling tidak faktor vaskular sudah lebih
memadai, sehingga kesembuhan luka tinggal bergantung pada berbagai faktor lain yang juga
masih banyak jumlahnya.
Terapi hiperbarik dilaporkan juga bermanfaat untuk memperbaiki vaskularisasi dan
oksigenisasi jaringan luka pada kaki diabetes sebagai terapi ajuvan.Walaupun demikian masih
banyak kendala untuk menerapkan terapi hiperbarik secara rutin pada pengelolaan umum kaki
diabetes.
Wound control
Perawatan luka sejak pertama pasien datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan
baikdan teliti.Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin.Klasifikasi ulkus PEDIS
dilakukan setelah debridemen yang adekuat.Saat ini terdapat banyak sekali macam dressing
(pembalut) yang masing-masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka, dan juga
letak luka tersebut.Dressing yang mengandung komponen zat penyerap seperti carbonated
dressing, alginate dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian
pula hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressingakan dapat bermanfaat untuk
luka produktif dan terinfeksi. Tetapi jangan lupa bahwa tindakan debridemen yang adekuat
merupakan syarat mutlak yang harus dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan
luka.Debridement yang baik dan adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan
nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian tentu akan sangat mengurangi produksi
pus/cairan dari ulkus gangren.
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untukmengurangi mikroba pada luka, seperti
cairan salin sebagai pembersih luka, atau yodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari
dressing, dll. Demikian pula berbagai cara debridemen non surgical dapat dimanfaatkan untuk
mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim.
Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi.Dressing seperti hydrocolloid dressing
yang dapat dipertahankan beberapa hari dapat digunakan.Tentu saja untuk kesembuhan luka
kronik seperti pada luka kaki diabetes, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan
harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka selalu dalam keadaan optimal, dengan demikian
penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tahapan yang harus selalu dilewati dalam rangka
proses penyembuhan.
Selama proses inflamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada
proses selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epitelialisasi.
Untuk menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang
dibasahi dengan salin.Cara tersebut saat ini dipakai di banyak sekali tempat perawatan kaki
diabetes.
Berbagai saran dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound controlseperti :
dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor dsb, untuk mempercepat kesembuhan
luka. Bahkan ada dilaporkan terapi gen untuk mendapatkan bakteri E.coli yang dapat
menghasilkan berbagai faktor pertumbuhan. Ada pula dilaporkan pemakaian maggot (belatung)
lalat (lalat hijau) untuk membantu membersihkan luka.Berbagai laporan tersebut umumnya
belum berdasar penelitian besar dan belum cukup terbukti secara luas untuk dapat diterapkan
dalam pengelolaan rutin kaki diabetes.
Microbiological control
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda.Di
RS.Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta data terakhir menunjukkan bahwa pada pasien yang datang
dari luar, umumnya didapatkan infeksi bakteri yang multiple, anaerob dan aerob.Antibiotik yang
dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan resistensinya.Sebagai acuan,
dari penelitian tahun 2004 di RS.Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta, umumnya didapatkan pola
kuman yang polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob untuk
luka yang dalam dan berbau.Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik harus diberikan
antibiotik dengan spectrum luas, mencakup kuman gram positif dan negatif (seperti misalnya
golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob
(seperti misalnya metronidazol).
Pressure control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk menahan berat badan-weight
bearing), luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi kalau luka
tersebut terletak di bagian plantar seperti luka pada kaki Charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis
pada usaha pressure control ini juga sangat mencolok.
Berbagai cara untuk mencapai keadaan non weight-bearing dapat dilakukan antara lain
dengan :
Removable cast walker
Total contact casting
Temporary shoes
Felt padding
Crutches
Wheelchair
Electric carts
Cradled insoles
Berbagai cara surgical dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti :
1) Dekompresi ulkus/abses dengan insisi abses
2) Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection,
Achilles tendon lengthening, partial calcanectomy.
Education control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang
baik, penyandang DM dan ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan akan dapat
membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang
optimal.
Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan untuk
pengelolaan kaki diabetes.Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan kemudian
segera setelah perawatan, keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk
mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada pasien.Keterlibatan ahli rehabilitasi medis
berlanjut sampai jauh sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para amputee
menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian alas kaki/sepatu khusus untuk mengurangi
tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi
berikut memberikan prognosis yang jauh lebih buruk daripada ulkus yang pertama.