uletin infrastruktur daerah - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan...

24
Bulen INFRASTRUKTUR DAERAH Edisi 5/Tahun I/ 2016 BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM MELALUI PENERAPAN RENCANA PENGAMANAN AIR MINUM Hal. 13 Inspirasi: pERAN TIM KOORDINASI DANA ALOKASI KHUSUS KABUPATEN BARITO KUALA Hal. 25 PEMANFAATAN TEKNOLOGI MURAH UNTUK SURVEY KONDISI JALAN Hal. 9 EVALUASI KINERJA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) EVALUASI KINERJA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) Hal. 7 Hal. 7 PERENCANAAN STRATEGIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PERENCANAAN STRATEGIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Hal. 10 Hal. 10 Mengembangkan Daya Saing Kota Mengembangkan Daya Saing Kota

Upload: phamanh

Post on 30-Jan-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin

INFRASTRUKTUR DAERAH Edisi 5/Tahun I/ 2016

BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM

MELALUI PENERAPAN RENCANA PENGAMANAN AIR MINUM Hal. 13

Inspirasi: pERAN TIM KOORDINASI

DANA ALOKASI KHUSUS KABUPATEN BARITO KUALA Hal. 25

PEMANFAATAN TEKNOLOGI MURAH

UNTUK SURVEY KONDISI JALAN

Hal. 9

EVALUASI KINERJA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)EVALUASI KINERJA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)

Hal. 7Hal. 7

PERENCANAAN STRATEGIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)PERENCANAAN STRATEGIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

Hal. 10Hal. 10

Mengembangkan Daya Saing KotaMengembangkan Daya Saing Kota

Page 2: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

peristiwa

4 Mengembangkan Daya Saing Kota

Evaluasi Kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) 7

10 Perencanaan Strategis Dana Alokasi Khusus (DAK)

17

Program Pembangunan Kota Baru di Korea Selatan

12 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus (DAK)

7

25 15

Edisi 5 Tahun I 2016 Daftar isi

2

14

Artikel utama

informasi

23

Serba-serbi

20

Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2017

Workshop on Road Asset Management Database System in Indonesia

7 20 12

4

Sasaran DAK Bidang Infrastruktur TA. 2017

Page 3: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Redaksi menerima tulisan/artikel/opini/foto/saran maupun tanggapan terkait bidang Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah ke email

[email protected]. Redaksi berhak menyunting naskah/artikel yang masuk sesuai tema penerbitan dan ketersediaan jumlah hala-

man/ rubik.

Pelindung

Annita Firmanti

Penanggung Jawab

Widiarto

Dewan Redaksi

Riono Suprapto Andie Pramudita Fajar Eko Antono

Pemimpin Redaksi

Irma Rahmawati

Penyunting Redaksi

Tingka Adiati

Bagian Produksi

Zamzuli, Agus Soegiono, Asep Sultoni, Dewi

Udiarti, Yunaedah

Bagian Distribusi

Dodi Herdiawan, Agung Tego

Kontributor

Fajar Eko Antono, Leviana Okvianty, Annisa

Maulina

Desain

Annisa Maulina

Alamat Redaksi

Gedung Menteri PUPR Lt.5

Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru Jakarta Se-

latan, 12110,

Telp 021-7229463

email

[email protected]

Cover:

Pulau Ternate

Editorial Buletin

INFRASTRUKTUR DAERAH

3

Pembaca yang budiman,

Selamat berjumpa kembali dalam edisi ke-5 Buletin Infrastruktur

Daerah. Dalam edisi ini kami menyajikan liputan utama terkait

Mengembangkan Daya Saing Kota sebagai salah satu tujuan untuk

mendayagunakan potensi setiap kota secara optimal dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat daya saing yang

ada saat ini berlaku global sehingga kota-kota di seluruh negara

berupaya meningkatkan daya saing kotanya. Tingkat persaingan

tidak hanya berlaku pada level nasional, namun juga di level

internasional. Keberhasilan daya saing suatu kota dapat tergantung

dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait.

Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah

Untuk urusan pemerintahan pilihan adalah urusan yang wajib

diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki

Daerah.

Pada edisi ke-5 ini kami juga mengulas mengenai berbagai topik lain

diantaranya adalah: Evaluasi Kinerja Standar Pelayanan Minimal

(SPM), Perencanaan Strategis Dana Alokasi Khusus (DAK), Evaluasi

Kinerja Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus (DAK), Program

Pembangunan Kota Baru di Korea Selatan, Arah Kebijakan Dana

Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2017, Workshop on Road Asset

Management Database System in Indonesia.

Selamat membaca,

Tim Redaksi

Page 4: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

4

Jalan Lingkungan (Dok: Balai Pusdata)

Senja di Kota Jakarta (Sumber: wordpress.com)

S etiap kota di Indonesia memiliki program

yang bertujuan untuk mendayagunakan

potensi setiap kotanya secara optimal

sekaligus meningkatkan kesejahteraan

warganya. Dewasa ini, setiap kota bersaing dengan

kota lainya dalam rangka memperebutkan sumber daya

yang dibutuhkan, tidak hanya dengan kota lain di

Indonesia namun dengan kota-kota di mancanegara.

Beberapa contoh sumber daya yang penting bagi pem-

bangunan kota diantaranya meliputi: investasi atau pe-

n a n a m a n m o d a l , k u n j u n g a n t u r i s

internasional dan domestik, adanya populasi tenaga

kerja yang berkualitas tinggi (talents), dan lain

sebagainya.

Pembangunan itu sendiri makin diwarnai oleh proses

urbanisasi yang intensif dimana peran kawasan

perkotaan akan semakin mengemuka baik sebagai

pusat pertumbuhan ekonomi maupun pusat

permukiman penduduk. Hal ini selaras dengan

pendapat dari sebagian ahli yang menyatakan bahwa

Abad ke-21 merupakan “Century of the Cities” (Peirce

& Johnson, 2009).

Skala tantangan pembangunan perkotaan di Indonesia

di masa depan digambarkan oleh studi Bank Dunia

(2012), yang memproyeksikan bahwa pada tahun 2025

populasi kawasan perkotaan akan mencapai 67,5% dari

keseluruhan jumlah penduduk.

Mengacu pada uraian di atas, secara singkat dapat

dijelaskan bahwa tugas pokok pemerintah kota di

manapun pada saat ini adalah untuk mewujudkan

pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable

urban development). Dalam praktiknya, hal tersebut

dapat dicapai dengan mengintegrasikan upaya untuk

mengembangkan daya saing ekonomi sembari bekerja

untuk mencegah terjadinya keterasingan sosial di

tengah masyarakat (social exclusion) dan degradasi

kualitas lingkungan.

Terkait dengan masa depan, khususnya guna

mendukung percepatan pencapaian target-target

pembangunan, maka daya saing kota (city

competitiveness) perlu menjadi kata kunci yang

dimanifestasikan dalam setiap kegiatan. Merujuk pada

pengalaman kota-kota yang sukses di dunia, maka

umumnya terdapat beberapa ciri atau karakteristik

yang menonjol serta menjadi unsur pembentuk daya

saing kota itu sendiri (Ratcliffe, 2002).

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 4

Artikel utama

MENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTA

Page 5: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

5

“ ”

Sumber: World Bank

Senja di Kota Jakarta (Sumber: wordpress.com)

Mengingat dinamika persaingan antarkota dan

daerah yang bergerak semakin cepat, perlu dikaji

adanya kebutuhan akan perubahan atau re-focusing

visi tersebut. Tentunya hal ini membutuhkan kualitas

kepemimpinan yang kuat guna menyatukan persepsi

dan aspirasi dari seluruh elemen masyarakat

mengenai arah pembangunan kota, khususnya dalam

rangka melakukan kapitalisasi secara sistematis

terhadap berbagai nilai keunggulan kota ditinjau dari

aspek sosial, ekonomi, budaya, fisik, maupun

sejarahnya.

Selain itu, peran kewirausahaan (entrepreneurship)

merupakan salah satu karakteristik yang menonjol

dari kota yang berdaya saing tinggi. Mengutip

pendapat Jane Jacobs (1992), satu hal yang perlu

dikaji adalah kemungkinan adanya sektor-sektor

tertentu yang memiliki potensi pengembangan cukup

besar namun belum berkembang optimal sehingga

apabila terus didorong dapat memberikan daya

ungkit perekonomian yang signifikan, misalnya

industri kreatif. Lebih jauh, secara umum perlu

diciptakan atmosfer kewirausahaan yang sehat

melalui penciptaan kondisi di mana ide-ide inovatif

dan kreativitas dari para pelaku usaha dapat

dipertemukan untuk selanjutnya tumbuh dan berkem-

bang bersama melalui fasilitasi pemerintah kota.

Dalam era persaingan ekonomi global yang sengit

dewasa ini, dapat dipahami bahwa prospek jangka

panjang suatu kota ditentukan oleh kemampuannya

untuk menghasilkan produk atau layanan terbaik

pada sektor yang menjadi “spesialisasi”-nya. Upaya

memadukan spesialisasi perekonomian kota dan

kebutuhan akan inovasi tercakup dalam implementasi

konsep “cluster”. Pemusatan kegiatan pada

lokasi-lokasi tertentu menciptakan intensitas ekonomi

yang dibutuhkan guna menunjang terciptanya iklim

pembelajaran dan persaingan sehat yang pada

gilirannya memberikan fleksibilitas operasional dan

kapasitas inovasi yang lebih besar kepada para pelaku

usaha dalam rangka menjawab tantangan kompetisi

dan ketidakpastian bisnis (Allen & Cars, 2002).

Komponen lainnya dari daya saing kota adalah

terwujudnya kohesi sosial, yaitu stabilitas dan harmoni

antarkomponen dan lapisan masyarakat sebagai

prasyarat mutlak bagi terciptanya produktivitas dan

MENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTA

Menjadi tugas pemerintah

untuk mengelola dan

melakukan mitigasi terhadap

potensi konflik di tengah

masyarakat melalui

kebijakan sosial serta pola

pembangunan kota yang

inklusi

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

5

Sumber: World Bank

Page 6: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 6

Jalan Provinsi Maluku (Dok: FPID)

dan pertumbuhan. Fenomena keterasingan

(alienasi) umum terjadi di kota-kota besar sebagai

akibat dari ketidakmampuan sebagai kalangan

untuk ikut terlibat dan merasakan manfaat dari

kegiatan pembangunan. Dalam jangka panjang

hal ini dapat meletup menjadi konflik dan

keresahan sosial yang mengganggu keberlanjutan

pembangunan.

Menjadi tugas pemerintah untuk mengelola dan

melakukan mitigasi terhadap potensi konflik di

tengah masyarakat melalui kebijakan sosial serta

pola pembangunan kota yang inklusif. Dalam

praktiknya hal ini diwujudkan misalnya melalui

penyediaan perumahan yang layak bagi kelompok

masyarakat miskin, memastikan setiap anak

memperoleh pendidikan formal yang cukup demi

masa depannya, membangun ruang publik yang

ramah, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya, isu governance atau kapasitas tata

kelola manajemen perkotaan itu sendiri tidak

dapat dipandang dengan sebelah mata. Seperti

dijelaskan oleh Michael Porter (2001), daya saing

bukanlah fungsi dari kapasitas atau kompetensi

dari individu atau perusahaan semata namun juga

terkait dengan koneks lokal yang ada disekitarnya.

Dengan demikian, kualitas pelayanan publik yang

prima sangatlah penting guna mewujudkan daya

saing kota. (Fajar & Annisa)

Daya saing bukanlah fungsi

dari kapasitas atau kompetensi

dari individu atau perusahaan

semata namun juga terkait

dengan koneks lokal yang ada

disekitarnya.

” Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

6

Page 7: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Jaringan Irigasi di Kalimantan Barat

D alam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Republik Indonesia Nomor 1/PRT/

M/2014, Standar Pelayanan Minimal

(SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang adalah ketentuan jenis dan mutu

pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan

penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah

yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Indikator SPM adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan

kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan

besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam

pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran,

hasil dan/ atau manfaat pelayanan dasar.

Terkait dengan masalah dalam pelaksanaan SPM,

Dwiyanto (2015) mengemukakan bahwa Sebagai satu

kebijakan untuk memperbaiki penyelenggaraan dasar,

SPM telah cukup lama diperkenalkan. Namun,

pelaksanaannya masih menyisakan berbagai masalah.

Masalah tersebut secara umum bersumber dari dua

hal, yaitu kerancuan konsep dan indikator SPM dan

strategi implementasi yang tidak efektif. Selama ini

beberapa kajian terdahulu menunjukkan adanya

kendala dalam implementasi SPM, di antaranya

rendahnya komitmen dan kepedulian aktor-aktor di

daerah terhadap pelaksanaan SPM, terbatasnya

sumber daya yang tersedia untuk implementasi SPM

sebagai akibat dari mismanajemen dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah, rendahnya

efektifitas monitoring, serta evaluasi dan Binwas yang

dilakukan oleh Kementerian dan lembaga terhadap

pelaksanaan SPM tidak efektif.

Berdasarkan hasil kajian-kajian dari masalah tersebut,

maka disinggung strategi untuk menunjang efektivitas

implementasi SPM. Salah satunya dengan evaluasi

serius yang dilakukan Kementerian dan lembaga

terhadap pelaksanaan SPM oleh daerah pada tahun

2015. Evaluasi kinerja SPM dilakukan dengan

mengambil sampel dari peserta program P2D2

pada tahun 2015. Evaluasi yang dilakukan dibagi

menjadi 4 bidang, yaitu jalan, irigasi, air minum,

dan sanitasi. Peserta program P2D2 terdiri dari 11

provinsi yaitu Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa

Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,

Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. 5 provinsi

diantaranya sudah menjadi peserta sejak tahun

2011 yaitu Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Tengah,

Sulawesi Barat, dan Maluku Utara.

I. Jalan

Pencapaian SPM bidang Jalan untuk 11 Provinsi

peserta program P2D2 pada tahun 2015 yang

diukur dari tingkat kemantapan jalan, secara

keseluruhan menunjukkan penurunan dari tahun

7

Informasi

Evaluasi Kinerja Penilaian Evaluasi Kinerja Penilaian

Standar Pelayanan Minimal (SPM)Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Page 8: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

sebelumnya yaitu dari 67,25% pada tahun 2014

menjadi 63,86% pada tahun 2015. Capaian SPM

bidang jalan pada tahun 2015 yang paling tinggi

dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan sebesar

99,56. Adapun pencapaian yang terendah ada di

Provinsi Maluku Utara sebesar 18,69%.

Dari 5 provinsi (Bengkulu, Jawa Timur, Sulawesi

Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara) yang telah

menjadi peserta program P2D2 sejak tahun 2011

hingga tahun 2015, sebanyak 3 provinsi atau 40%

Provinsi peserta program P2D2 pada tahun 2015

hanya dapat dilakukan pengukuran pada 9 provinsi.

Hal ini dikarenakan 2 provinsi yaitu Sulawesi Utara

tidak memiliki data kondisi irigasi selama 2 tahun

berturut-turut yaitu tahun 2014, dan 2015, dan

provinsi Nusa Tenggara Timur yang tidak memiliki

data kondisi irigasi pada tahun 2015. Dari 9 provinsi

yang memiliki data lengkap, secara keseluruhan

pencapaian SPM pada tahun 2015 sebesar 47,07%,

mengalami penurunan sebesar -4,28% dibanding

8

Sumber: Laporan evaluasi penyelenggaran DAK TA. 2015

justru mengalami penurunan pencapaian SPM.

Sementara dari 6 provinsi yang baru menjadi

peserta program P2D2 pada tahun 2015, hanya 2

atau 33,33% yang mengalami penurunan

pencapaian SPM. Grafik pencapaian SPM pada bi-

dang jalan dapa dilihat pada Gambar 1.

II. Irigasi

Pencapaian SPM bidang Irigasi yang diukur dari

persentase irigasi dalam kondisi baik untuk 11

tahun sebelumnya yang mencapai 51,35% pada

tahun 2014.

SPM bidang irigasi pada tahun 2015 yang paling

tinggi dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan

sebesar 85,80%. Adapun pencapaian yang

terendah ada di Provinsi Lampung sebesar 10,91%.

Selain itu, adapun penurunan pencapaian SPM

yang terbesar ada di Provinsi Sulawesi Barat

sebesar -60,08%. Dari 5 provinsi yang telah

Irigasi di Jawa Tengah Sanitasi di Kalsel

Gambar 1. Pencapaian SPM Bidang Jalan Tahun 2014 – 2015 di Provinsi Peserta Program P2D2

Page 9: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 ”

menjadi peserta program P2D2 sejak tahun 2011

hingga tahun 2015, sebanyak 4 provinsi atau 80%

justru mengalami penurunan pencapaian SPM.

Sementara dari 4 provinsi yang baru menjadi

peserta program P2D2 pada tahun 2015 (yang

memiliki data capaian), hanya 2 atau 50% yang

mengalami penurunan pencapaian SPM. Grafik

pencapaian SPM pada bidang jalan dapa dilihat

pada Gambar 2.

III. Air Minum dan Sanitasi

Data pencapaian SPM Air Minum yang diukur dari

persentase Rumah Tangga (RT) yang terlayani air

minum berdasarkan data kriteria teknis DAK selama

kurun waktu 2014 dan 2015 (data untuk alokasi

DAK tahun 2015 dan 2016) pada masing-masing

Kabupaten/Kota tidak mengalami perubahan atau

selama selama 2 (dua) tahun berturut-turut,

termasuk di dalamnya data bagi kabupaten/kota

peserta program P2D2. Sehingga tidak dapat

dilakukan pengukuruan atas peningkatan atau

penurunan pencapaian SPM Air Minum dan SPM

sanitasi.

Di sisi lain data pencapaian outcome pada

e-monitoring DAK Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat tidak menampilkan Realisasi

atas pencapaian outcome, yang tercantum hanya

data Rencana. Padahal seharusnya realisasi

outcome dapat ditambahkan sebagai peningkatan

pencapaian SPM. Oleh karenanya dalam evaluasi ini

ditetapkan dengan asumsi pencapaian realisasi

progress fisik pembangunan infrastruktur yang

dibiayai dari DAK juga merupakan pencapaian

realisasi outcome, atau dengan kata lain realisasi

outcome diukur dari realisasi progres fisik

pembangunan infrastruktur. (Annisa)

“ 9

Gambar 2. Pencapaian SPM Bidang Irigasi Tahun 2014 – 2015 di Provinsi Peserta Program P2D2

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 1/PRT/M/2014, SPM Bidang Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan

penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Indikator SPM adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan

besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM .

Sanitasi di Kalsel

Sumber: Laporan evaluasi penyelenggaran DAK TA. 2015

Page 10: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

menjadi jaminan suatu daerah memiliki jaringan jalan daerah yang mantap selama manajemen penanganan jalan masih

dilakukan secara sporadis dan tanpa perencanaan yang baik. Di sisi lain, Pemerintah Pusat (Ditjen Bina Marga) belum memiliki

database jalan daerah yang akurat dan akuntabel sebagai dasar alat ukur dalam penilaian usulan program Pemerintah Provinsi/

Kabupaten/Kota.

Data yang sangat penting dalam proses perencanaan jalan daerah adalah data jaringan dan kondisi jalan. Salah satu parameter

kondisi jalan yang dapat digunakan adalah IRI (International Roughness Index). IRI adalah kerataan permukaan jalan yang

dinyatakan dengan jumlah perubahan vertikal permukaan jalan untuk setiap satuan panjang jalan (mm/km). Pengertian

umumnya adalah, semakin besar nilai IRI, semakin buruk kondisi Jalan.

Road Roid

Metode pengumpulan data IRI memiliki cukup banyak variasi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan se-

bagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2 Metode Pengumpulan Data IRI

Sumber : analisis dari berbagai sumber

Mengingat keterbatasan alokasi dana survey pada dinas-dinas pekerjaan umum di daerah, penggunaan Road Roid bisa

menjadi pilihan praktis yang memiliki kelebihan dari segi harganya yang relatif murah, menghasilkan data yang akurat, dan

mudah dalam pengoperasiannya. Road Roid adalah program yang dikembangkan di Swedia oleh Lars Forsflof dengan

prototype pertama yang muncul di tahun 2002 dan dikembangkan hingga saat ini.

Gambar 2 Posisi Handphone Untuk Survey menggunakan aplikasi Road Roid

Sumber : roadroid.com

Level Metode Contoh Alat Kelebihan Kekurangan

Class 1

Mengunakan

teknologi laser

scanner

Hawkeye

Mata Garuda

Presisinya tinggi

Data yang diperoleh bervariasi

tidak hanya IRI

Interval 10-20 m

Mahal (s.d Rp 25 Milyar)

Tidak dapat bekerja waktu hujan/

terdapat genangan air di jalan

Tidak bisa melewati jalan sempit

Waktu survey yang lama

Class 2

Menggunakan

metode

profilometer yang

kompleks

NASSRA / Roughmeter

Presisinya sedang

Cukup Mahal (Rp 100 Juta- 1.5 Milyar)

Waktu survey lama

Hanya satu jejak roda

Class 3 Menggunakan

metode korelasi

Road Roid

Murah ( dibawah rp 10 jt)

Presisinya s.d 80% dari metode

laser

Portable

Dapat digunakan segala cuaca/

kondisi jalan

Data tersimpan dalam server

(website)

Waktu survey lebih singkat (100

km/hari)

Interval >20 m

Sensistif terhadap umur kendaraan

dan kecepatan kendaraan

Seinsitif terhadap sinyal GPS

Perlu digabung dengan sistem GPS

yang kuat sinyalnya terutama pada

daerah remote

Class 4 Menggunakan

metode visual

Waktu lama

Perlu dikonversi ke IRI

Subjektif

Informasi

10 Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Perencanaan Strategis Dana Alokasi Khusus (DAK)

P enyelenggaraan Dana Alokasi Khusus

Bidang Infrastruktur telah dilaksanakan

sejak tahun 2003. Namun, dalam

pelaksanaannya selama ini DAK secara

umum masih berorientasi kepada pelaksanaan

tahunan. Belum ada kerangka perencanaan yang

bersifat jangka menengah yang mengatur tentang

DAK. Dasar hukum utama dalam penyusunan Rencana

Strategis (Renstra) Dana Alokasi khusus (DAK) tertuang

di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan

Perumahan Rakyat Nomor 47/PRT/M/2015 Tentang

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus

Bidang Infrastruktur. Selanjutnya dalam diktum

Ketentuan Umum, angka 15 disebutkan bahwa

Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra

adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima)

tahun.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka aspek

perencanaan strategis sangat terbatas, tidak ada

penjelasan secara rinci tentang tata cara, proses,

maupun muatan materi yang harus terkandung di

dalam Renstra DAK. Di sisi lain, ketentuan tentang

Renstra terdapat di dalam peraturan tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu di dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.

Untuk periode 2015 – 2019 telah diterbitkan Peraturan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5

Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan dan

Penelahaan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga

(Renstra K/L) 2015 – 2019. Komponen Renstra K/L 2015

-2019 terdiri dari visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi,

program, kegiatan, sasaran strategis K/L, sasaran

program (outcome), sasaran kegiatan (output),

indikator kinerja sasaran strategis, indikator kinerja

program, indikator kinerja kegiatan, target, kerangka

regulasi, dan kerangka kelembagaan.

Kondisi saat ini, berdasarkan data sampel terhadap 14

provinsi menunjukkan bahwa pagu untuk DAK dari

tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa fokus Pemerintah Pusat dalam

pembangunan infrastruktur semakin besar dari tahun

ke tahun. Namun, dari sisi penyelenggaraan otonomi

daerah dapat dimaknai sebagai “kelemahan” karena

tidak memacu kemandirian daerah sesuai dengan

tujuan otonomi itu sendiri.

Apabila dikaitkan dengan pencapaian Standar

Pelayanan Minimal (SPM), tingkat kinerja DAK secara

keseluruhan yang diukur dari pencapaian insentif dana

desentralisasi, menunjukkan tidak seluruhnya

berkorelasi terhadap pencapaian SPM, baik di daerah

provinsi maupun kabupaten kota. Contohnya pada

DAK bidang infrastruktur jalan di provinsi, dari 10

provinsi terdapat 4 provinsi (Bengkulu, Sulawesi

Utara,Sulawesi Barat, Maluku Utara) yang pencapaian

Gambar 1. Kinerja DAK dan Pencapaian SPM bidang Irigasi Provinsi Tahun 2015

Sumber: Laporan evaluasi penyelenggaran DAK TA. 2015

Page 11: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

11

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 11

SPM menurun. 1 (satu) diantara 4 provinsi tersebut

memiliki kinerja DAK mencapai 93,33% (Sulawesi

Barat). Contoh lainnya Seperti yang ditampilkan pada

Gambar 1 untuk bidang infrastruktur irigasi di provinsi,

dari 8 provinsi terdapat 5 provinsi dengan pencapaian

SPM menurun. Dua (2) diantara lims (5) provinsi

tersebut memiliki kinerja DAK sebesar 100%. Sementa-

ra dari 3 provinsi lainnya (Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, dan Sulawesi Selatan memiliki pencapaian

SPM yang meningkat dengan pencapaian kinerja DAK

mencapai 100%.

Terdapat beberapa potensi dan permasalahan didalam

penyelenggaraan DAK. Pertama, kinerja penyaluran

DAK tidak selalu berbanding lurus dengan kinerja

pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan adanya potensi

penggunaan DAK di luar ketentuan dan/atau adanya

sisa DAK yang menjadi Silpa di akhir tahun anggaran.

Kedua, tingkat kepatuhan dan ketertiban dalam

pelaporan kegiatan dan hasil pelaksanaan DAK oleh

Pemda masih rendah. Hal ini berdampak pada ketidak

akuratan data yang diperoleh Pemerintah Pusat

(Kementerian). Ketiga, Sistem monitoring dan evaluasi

Dana Alokasi Khusus (DAK) juga belum sepenuhnya

efektif, hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan

belum dapat secara langsung menggambarkan

manfaat yang sesungguhnya bagi perbaikan kebijakan

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dari beberapa masalah yang ditemukan maka

dibuatlah arah kebijakan dan strategi penyelenggaraan

DAK antara lain peningkatan kualitas sistem

perencanaan DAK; Peningkatan kualitas sistem

monitoring dan evaluasi; dan Peningkatan kualitas

kelembagaan dan SDM pengelola. Perhitungan

perencanaan untuk DAK pada setiap bidang

menggunakan beberapa asumsi dasar. Seperti pada

bidang infrastruktur jalan provinsi, yaitu pembiayaan

Dana Alokasi Khusus (DAK) didasarkan pada

perhitungan jumlah Km kondisi jalan belum mantap

hingga tahun 2016 yang dikalikan dengan harga

satuan per Km dari hasil pelaksanaan kegiatan DAK

tahun 2015. Pada infrastruktur bidang air minum,

asumsi dasar yang digunakan diantaranya perhitungan

menggunakan 2 (dua) skenario, yaitu skenario 1

dengan menggunakan perencanaan untuk jangka

waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan ketentuan di dalam

Renstra, dan skenario 2 menggunakan perhitungan

untuk 3 (tiga) tahun sesuai dengan rencana pencapaian

target Standar Pelayanan Minimal (SPM) air minum,

Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya dan mandat

RPJMN yaitu untuk tahun 2019 sebesar 100%. (Annisa)

“ ”

Berdasarkan data sampel terhadap 14

provinsi menunjukkan bahwa pagu

untuk DAK dari tahun 2012 hingga

tahun 2015 terus mengalami

peningkatan yang cukup signifikan

Sanitasi Kota Payakumbuh Sumatera Barat

Perumahan Kabupaten Polaman Sulawesi Barat

Page 12: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Informasi

12

K ebijakan pengalokasian DAK mulai

diimplementasikan sejak tahun 2003. Pa-

da tahun 2003 tersebut DAK hanya

dialokasikan untuk 5 bidang, yaitu

pendidikan, kesehatan, prasarana jalan, prasarana

irigasi, danprasarana pemerintah dengan total

alokasi sebesar Rp 2.269 milyar. Dari tahun ketahun

pengalokasian DAK mengalami perkembangan yang

cukup signifikan, baik dari sisi besaran alokasi

maupun dari cakupan bidang yang didanai dengan

DAK, serta jumlah daerah penerima. Selain itu,

seiring dengan adanya pemekaran Kabupaten/Kota,

maka jumlah kabupaten maupun kota yang

menerima alokasi DAK terus meningkat.

Dengan adanya peningkatan jumlah alokasi dan

jumlah daerah penerimanya, namun hingga saat ini

belum diketahui secara jelas sejauh mana capaian

terhadap sasaran output dan outcome dari

pelaksanaan DAK tersebut. Selain itu, berdasarkan

kajian yang telah dilakukan oleh Bappenas didapat

bahwa pelaksanaan DAK belum efektif yaitu Pemerintah

Daerah menjadikan DAK sebagai tulang punggung

pembangunan infrastruktur dimana hal tersebut tidak

sesuai dengan tujuan DAK semula.

Akibat dari pelaksanaan DAK yang belum efektif, maka

perlu disusun kegiatan untuk mewadahi upaya untuk

mengevaluasi penyelenggaraan DAK Bidang

Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Tahun Anggaran (TA) 2015. Serta perlu disusun konsep

Renstra DAK sebagai amanah yang tercantum di dalam

Permen PUPR No.47/2015. Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) khususnya Biro

Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri

mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan fasilitasi

pendanaan infrastruktur daerah, termasuk koordinasi

antar Kementerian/Lembaga dan Bappeda/Dinas

Bidang PUPR Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Evaluasi penilaian kinerja penyelenggaraan Dana

Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur TA 2015 dilakukan

dalam rangka penyempurnaan mekanisme

penyelenggaaan DAK Bidang Infrastruktur ke depan.

Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan dapat

digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam

usulan pengalokasian DAK oleh Kementerian pada

tahun berikutnya. Selain itu, apabila ditemukan

penyimpangan dalam pelaksanaan DAK Bidang

Infrastruktur maka akan dikenakan sanksi sesuai

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan identifikasi data yang terdapat di dalam

e-Monitoring DAK Kementerian Pekerjaan Umum Dan

Perumahan Rakyat pada Tahun 2015, terdapat ketidak

lengkapan data dari beberapa kabupaten/kota pada

beberapa provinsi, yang meliputi tidak ada data sama

sekali dari perencanaan (pagu) hingga realisasi, tidak

ada data capaian/realisasi output dan/atau outcome,

realisasi kontrak, progress keuangan, dan progres fisik.

SASARAN PENGELOLAAN DAK

Adanya ketidak tepatan sasaran pada pengelolaan

DAK pada tahun 2015 yang disebabkan oleh

output pekerjaan, lokasi output pekerjaan, dan

penerima manfaat tidak sesuai dengan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 03/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2015.

Ketidaktepatan sasaran ini ditemukan didalam

Laporan Kompilasi Hasil Verifikasi Pengelolaan Dana

Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur Tahun

Anggaran Tahun 2015.

Ketidak tepatan sasaran karena output pekerjaan

tidak sesuai Juknis contohnya pada pekerjaan

perluasan dan peningkatan Sambungan Rumah (SR)

tetapi dilaksanakan berupa jaringan pipa primer.

Ketidak tepatan sasaran karena lokasi output tidak

EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

Page 13: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 sesuai Juknis antara lain pekerjaan pembangunan

MCK++, MCK Komunal dan IPAL Komunal tidak

berada di lingkungan masyarakat berpenghasilan

rendah dan rawan sanitasi, sertapekerjaan jaringan

pipa distribusi berada di komplek perkantoran

pemerintah. Selain itu, terdapat ketidaktepatan

sasaran karena penerima manfaat tidak sesuai

Juknis antara lain pembangunan jaringan pipa air

bersih di permukiman yang telah terlayani PDAM.

PENILAIAN PEMANFAATAN HASIL PEKERJAAN

DAK

Belum tersedianya fasilitas atau sarana pendukung

menyebabkan hasil dari pekerjaan DAK tidak

dimanfaatkan oleh daerah. Menurut hasil verifikasi

ditemukan hasil pekerjaan yang tidak dimanfaatkan

sebanyak 85 kejadian. Selain itu, tidak adanya SDM

yang mampu memanfaatkan hasil pekerjaan

sehingga hasil pekerjaan tidak sesuai dengan

spesifikasi yang diterapkan dalam kontrak, hasil

pekerjaan tidak memenuhi kebutuhan yang diminta

oleh pengguna, serta hasil pekerjaan masih dalam

sengketa. Penilaian kinerja Pemanfaatan DAK

dihitung berdasarkan kriteria dan indikator Sesuai

dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Nomor 03 /PRT/M/2015 tentang

Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang

Infrastruktur Tahun 2015, seperti pada Tabel I.

EVALUASI EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS DAK

Pada evaluasi efektivitas DAK Tahun 2015, bidang-

bidang DAK Infrastruktur yang outputnya telah

selesai 100% sebesar Rp 82.387.078.825,02. Apabila

ditinjau dari sisi efisiensi, ditemukan kelebihan

perhitungan volume RAB kontrak/mark up/

kemahalan harga Terdapat kelebihan perhitungan

volume RAB Kontrak/Mark Up/kemahalan harga

sebanyak 77 kejadian senilai Rp3.824.905.285,02

pada 30 pemda. (Annisa)

13

No Aspek Penilaian Bobot Penilaian Nilai

Angka Huruf

a Pencapaian Target Output

25

> 80% kegiatan 10 Baik

60% - 80% kegiatan 6 - 8 Cukup

< 60% kegiatan <6 Buruk

b Progres Keuangan

20

> 80% sesuai 10 Baik

60% - 80% sesuai 6 - 8 Cukup

< 60% sesuai <6 Buruk

c Kesesuaian Rencana Kegiatan

20

> 80% sesuai 10 Baik

60% - 80% sesuai 6 - 8 Cukup

< 60% sesuai <6 Buruk

d Hasil Pantauan (Kesesuaian RK dengan Juknis, Kelengkapan Dokumen, Kesesuaian dengan Spesifikasi Teknis, dan Capaian Outcome)

10

progres fisik >80% 10 Baik

progres fisik 60% - 80% 6 - 8 Cukup

progres fisik <60% <6 Buruk

e Kepatuhan Pelaporan

25

4 Triwulan dan Lengkap 10 Baik

2 - 3 Triwulan dan lengkap 6 - 8 Cukup

0 - 1 Triwulan dan lengkap <6 Buruk

TOTAL 100

Nilai Total = * 25% * Nilai (a) + 20% * Nilai (b) + 20% * Nilai (c) + 10% * Nilai (d) + 25% * Nilai (e) + * 10

Klasifikasi Penilaian Akhir : Nilai > 80 = Baik, Nilai 60-80 = Cukup, Nilai < 60 = Buruk

Tabel I. Penilaian Kinerja Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK)

Page 14: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Tujuannya adalah mengefisiensikan biaya pengolahan dan

meningkatkan pelayanan air minum. Kementerian PUPR

bersama Kementerian Kesehatan menjadi koordinator

penerapan RPAM pada komponen ini. Komponen ketiga ada

pada tingkat pengguna atau konsumen. Tujuannya adalah

sosialisasi cara-cara penyimpanan air yang aman di tingkat

rumah tangga dengan meningkatkan kesadaran masyarakat

akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sebelas Langkah Penyusunan RPAM - Operator

Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) – Operator

disusun dengan mengikuti 11 tahap dapat dilihat pada

Gambar 1.

Penerapan RPAM di PDAM

Melihat manfaat RPAM dalam menjamin pelayanan air

minum yang berkelanjutan dan meningkatkan kinerja

PDAM, pada tahun 2012, Pemerintah melalui Direktorat

Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Kementerian Pekerjaan Umum, melaksanakan pilot project

penerapan RPAM di PDAM Banjarmasin. Lokasi ini dipilih

dengan mempertimbangkan komitmen PDAM, kinerja

PDAM yang sehat, serta luasnya cakupan pelayanan yang

mencapai 90 persen. Dalam kegiatan tersebut, buku

panduan RPAM bagi operator SPAM disusun sekaligus

diujicoba.

Untuk melihat apakah buku panduan tersebut dapat

diterapkan pada PDAM lain, pada tahun 2013, RPAM

diterapkan pada tiga PDAM berskala kecil yang

memanfaatkan sumber air baku yang bervariasi (mata air

dan sumur bor). Replikasi dilakukan melalui kegiatan

pendampingan penerapan RPAM pada PDAM di kota-kota

Malang, Salatiga dan Payakumbuh.

Saat ini, 12 PDAM menerapkan RPAM dalam pengelolaan

SPAM-nya. Selain empat PDAM diatas, PDAM di kota-kota

Denpasar, Palembang, Bandung, Mataram, Medan dan

Pontianak, serta Kabupaten Bandung telah menerapkan

RPAM pada pengelolaan air minumnya.

Manfaat penerapan RPAM banyak dirasakan PDAM, antara

lain dalam meningkatkan kualitas air minum dan cakupan

pelayanan air minum. Selain itu, manfaat paling signifikan

adalah RPAM memudahkan PDAM dalam menyusun

business plan karena daftar prioritas penanganan resiko te-

lah dibuat.

Bimbingan Teknis Penerapan RPAM

Melihat manfaat RPAM yang dirasakan PDAM, Pemerintah

pun mendorong penerapan RPAM pada seluruh PDAM di

Indonesia, khususnya PDAM sehat. Tentu saja ini

membutuhkan waktu. Metode yang selama ini dilakukan,

yaitu pendampingan kepada masing-masing PDAM terpilih

tidaklah efektif untuk mengejar perluasan dalam waktu

singkat. Maka mulai tahun 2015, pemahaman dan

penerapan RPAM disosialisasikan melalui kerjasama dengan

Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi yang menghasilkan 17

calon fasilitator handal dengan pemahaman yang baik

tentang RPAM.

Kesimpulan

RPAM bersifat dinamis sehingga harus dievaluasi secara

berkala agar dapat memberikan manfaat maksimal dalam

meningkatkan kualitas pelayanan PDAM apabila

benar-benar diterapkan. Komitmen yang tinggi dari PDAM

untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya dibutuhkan

dalam menyukseskan penerapan RPAM. (Renalia Iwan)

Gambar 1. Langkah-Langkah Penyusunan RPAM Operator

M1: PenyusunanTim RPAM

M2: Membuat Rantai Pasok

M4-3: Re-analisa risiko & prioritas risiko

M8: Membuat SOP

M9: MembuatProgram Pendukung

M10: Review RPAM

REN

CAN

A

PER

BAIK

AN

DA

N

PEN

GEM

BAN

GA

N

M11: Revisi RPAM setelah terjadinya

kecelakaan

M4-2: Validasi tindak

pengendalian

M3: Investigasi Resiko

M3-1: Identifikasi

bahaya

M3-2: Kejadian bahaya

M3-3: Analisa risiko & priortias

risiko

M4-1: Tindakanpengend

alian

M6-1: pengawasan

tindak pengendalian

M6-2: Pemenuha

n batas kritis

M7-1: Monitoring pemenuhan persyaratan

M7-2: Audit internal

eksternal

M7-3: Kepuasan pelanggan

M81: Kondisi normal

MA

NA

JEM

EN

PEN

GEN

DA

LIA

N R

ESIK

OA

SSES

SMEN

TTA

HA

P PE

RSIA

PAN

M5-1: Membuat rencana

pengembangan

M5-2: Investasi

besarModifikasi sistem

Membuat tindakan koreksi

2

6 2

3

34

4

2

2

5

5

2

1

1

6

6Y

T

YY

TT

T

Y

6

T T

Y Y

Y

T

T

T

Y

14

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

S Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka mengatasi

permasalahan kekurangan pasokan rumah

bagi masyarakat adalah melalui skema

pembangunan kota baru (Newtown Development).

Skema ini telah digunakan secara luas oleh pemerintah

Korea Selatan dalam rangka menyediakan rumah bagi

warganya sekaligus mendukung pencapaian tujuan

pembangunan kota secara umum (Urban Development

Goals).

Upaya tersebut diatas diawali semenjak era tahun 1960

-an melalui pembangunan New Ulsan Area yang

dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi

150 ribu orang penduduk. Selanjutnya berbagai kota

baru dibangun khususnya untuk memenuhi kebutuhan

perumahan di kawasan Metropolitan Seoul yang terus

tumbuh sebagai akibat proses urbanisasi dan

industrialisasi, contohnya: Bundang, Ilsan, Sangbon,

dan lain sebagainya. Selanjutnya, pembangunan kota

baru generasi berikutnya diprioritaskan untuk menjadi

kota mandiri (self-sufficient city) yang tidak hanya

menyediakan hunian bagi masyarakat namun juga

menumbuhkan kegiatan perekonomian secara

produktif dalam bentuk business cluster (mencakup

kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi),

contohnya: Pangyo, Dongtan, Gwanggyo, dan lain

sebagainya.

Mengingat kondisi Korea Selatan yang miskin

sumberdaya alam maka setiap kota baru generasi

lanjut dikembangkan sebagai innovation city yang

dapat menghasilkan nilai tambah melalui industri

berteknologi tinggi. Untuk itu, setiap kota baru pada

umumnya didukung dengan keberadaan universitas

dan fasilitas riset serta berbagai fasilitas sosial dan

fasilitas umum yang memadai untuk menarik

sumberdaya manusia kreatif (talents) khususnya dalam

bentuk fasilitas rekreasi, fasilitas budaya, fasilitas

pendidikan kelas dunia, kualitas lingkungan yang

terjaga, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, secara umum tujuan

pembangunan kota baru di Korea Selatan dari generasi

awal hingga generasi selanjutnya (1960-2000an) dapat

diilustrasikan melalui Gambar 1 .

Selain sebagai instrumen utama penyediaan

perumahan untuk mendukung perekonomian sosial,

pembangunan kota-kota baru juga dilakukan oleh

Pemerintah Korea Selatan sebagai upaya untuk

mewujudkan tujuan pembangunan kawasan perkotaan

yaitu: menciptakan pertumbuhan ekonomi;

mewujudkan kesetaraan sosial; pengembangan

wilayah/teritorial nasional; dan menjaga kelestarian

lingkungan hidup (pembangunan berkelanjutan).

Melalui pembangunan kota baru, yang direncanakan

dan ditata dari awal secara komprehensif, diharapkan

dapat mewujudkan kota-kota baru yang dapat

memenuhi tujuan pembangunan kawasan perkotaan

Informasi

14

Program Pengembangan Kota Baru di Korea Selatan

Page 15: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

S enin (2/5/2016) selepas Magrib, seluruh utusan

SKPD PUPR Bidang Sumber Daya Air dari 17

Provinsi dan 153 Kabupaten/Kota di Wilayah Ti-

mur

Indonesia berkumpul di Swiss-BellHotel Kota

Kendari untuk menghadiri pembukaan Rapat Koordinasi

Evaluasi Pelaksanaan DAK 2015, Pelaksanaan DAK 2016, dan

Penyiapan Rencana Kegiatan DAK 2017 Sub Bidang

Infrastruktur Irigasi. Acara yang diselenggarakan oleh

Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Ditjen Sumber

Daya Air Kementerian PUPR disambut oleh tuan rumah yaitu

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, yang diwakili oleh

Sekretaris Daerah Provinsi, dan dibuka secara resmi oleh

Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan, mewakili Direktur

Jenderal Sumber Daya Air.

Dalam sambutannya, Dirjen Sumber Daya Air menekankan

pentingnya keberadaan infrastruktur irigasi untuk

mewujudkan kedaulatan pangan, yang merupakan agenda

utama pembangunan nasional. Daerah irigasi kewenangan

pemerintah daerah (66,74%) memiliki volume luasan yang

lebih besar jika dibandingkan dengan daerah irigasi

kewenangan pusat (33,26%). Hal tersebut menyebabkan

kinerja penyelenggaraan irigasi oleh pemerintah daerah,

berperan besar dalam pencapaian kedaulatan pangan secara

keseluruhan. DAK Sub Bidang Infrastruktur Irigasi hadir dalam

rangka untuk membantu pemerintah daerah meningkatkan

kinerja penyelenggaraan irigasi yang menjadi

kewenangannya. Pemanfaatan DAK Irigasi oleh Pemerintah

Daerah harus optimal dan tepat sasaran, sehingga kinerja

jaringan irigasi meningkat dan mampu mendorong

peningkatan produksi pangan nasional.

Acara dilanjutkan pada hari kedua (3/5/2016) dengan sesi

paparan pleno dari narasumber dari Biro PAKLN, Setjen;

Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Ditjen SDA; dan

Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air, Ditjen

SDA, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan

perwakilan SKPD Wilayah Timur yang hadir. Pemaparan

narasumber dan diskusi meliputi: Arah Kebijakan

Penyelenggaraan DAK TA 2017, Ruang Lingkup

Penyelenggaraan DAK Sub Bidang Infrastruktur Irigasi dan

Pembaharuan Data Dasar, Evaluasi Pelaksanaan DAK TA 2015

dan Peningkatan Pelaporan DAK TA 2016, Pengawasan dan

Pelaksanaan DAK melalui e-Monitoring, ditambah dengan

Penyelenggaraan DAK TA 2015 dan TA 2016 di Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Beberapa hal yang mengemuka dalam sesi diskusi antara

lain :

1. Pemotongan alokasi DAK TA 2016 secara mandiri oleh

Pemerintah Daerah, berpengaruh cukup besar terhadap

pelaksanaan DAK TA 2016. Sebagian besar kegiatan DAK

TA 2016 sub bidang infrastruktur irigasi sedang dalam

tahap pelelangan dan penandatangan kontrak, sehingga

banyak kegiatan yang mengalami perubahan target.

Pembukaan Acara Verifikasi Data

15

Gambar 1. Tujuan Pembangunan Kota Baru Korea Selatan

Salah satu pelaku utama pembangunan kota baru di

Korea Selatan adalah Korean Land and Housing

Corporation (LH) yang merupakan BUMN milik

Pemerintah Korea Selatan yang ditugaskan untuk

melakukan pembangunan perumahan skala besar

dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan

masyarakat khususnya bagi masyarakat berpenghasi-

lan menengah kebawah. Dalam rangka melaksanakan

tugas tersebut, LH juga melakukan pengembangan

kota baru pada lokasi-lokasi yang strategis diseluruh

wilaha Korea Selatan.

Selain LH dalam mewujudkan pembangunan kota baru

maka diperlukan kerjasama antara 2 (dua) pihak

lainnya yaitu: pemerintah dan pengembang swasta.

Peran pemerintah adalah untuk: menyusun kebijakan

pengembangan kawasan perkotaan nasional;

mengeluarkan ijin pembangunan; dan manajemen-

operasi. Sedangkan peran pengembang swasta adalah

untuk: pengembangan perumahan komersial;

pengembangan fasilitas komersial; dan pelaksanaan

konstruksi infrastruktur dalam kawasan kota baru.

LH memiliki peran sangatlah besar dalam mendukung

keberhasilan upaya Pemerintah Korea Selatan

mengatasi backlog perumahan yang parah pada

periode 1970-an s/d 1990-an. Pada periode tahun

tersebut, apabila tidak ditangani maka berpotensi

mengakibatkan berbagai permasalahan sosial.

Sesuai data yang ada, pada tahun 1990-an rasio

kecukupan kebutuhan perumahan di Korea Selatan

baru sebesar 72%, namun demikian melalui berbagai

kebijakan dan program pembangunan yang

Buletin Infra-

15

Korea Selatan (Sumber: Wordpress.com)

Peran LH sangat terasa khususnya

dalam memenuhi kebutuhan

perumahan bagi masyarakat kelas

menengah ke bawah melalui skema

public housing serta dalam rangka

melakukan upaya stabilisasi terhadap

harga perumahan melalui pasokan

rumah yang kontinyu ke pasar

perumahan.

Page 16: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

dilaksanakan secara konsisten, pada tahun 2014 rasio

kecukupan kebutuhan perumahan telah mencapai

118% (surplus). Selain itu, melalui pengembangan kota

baru LH juga telah berperan penting dalam

mendukung pembangunan ekonomi Korea Selatan

melalui penyediaan lokasi-lokasi baru yang kondusif

untuk menjadi sasaran investasi atau penanaman

modal bagi kegiatan industri, perdagangan, jasa, dan

lain sebagainya.

Dalam pelaksanaan tugasnya, peran LH sangat terasa

khususnya dalam memenuhi kebutuhan perumahan

bagi masyarakat kelas menengah ke bawah melalui

skema public housing serta dalam rangka melakukan

upaya stabilisasi terhadap harga perumahan melalui

pasokan rumah yang kontinyu ke pasar perumahan.

Untuk itu, secara kelembagaan, LH mendapatkan

(6 bulan). Secara keseluruhan, dimana terdapat overlap

diantara beberapa tahap, maka pelaksanaan

pengembangan kota baru memakan waktu tidak

kurang dari 6 (enam) tahun. Tahapan proses dari

pengembangan Kota Baru di Korea Selatan dapat

dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan hasil kajian LH, karakteristik

pengembangan kota baru di Korea Selatan adalah:

prosesnya cepat; berkualitas tinggi; dan murah.

Dampak positif yang dapat dihasilkan adalah:

stabilisasi harga perumahan/properti; membangkitkan

kesempatan kerja dan menumbuhkan industri; dan

perbaikan kualitas lingkungan. Adapun permasalahan

yang masih perlu dibenahi adalah: kemampuan

pelaksanaan konstruksi yang masih terbatas; masih

kurangnya kemandirian kota yang dibangun: dan

Gambar 2. Proses Pengembangan Kota Baru Korea Selatan

dukungan yang kuat dari pemerintah Korea Selatan,

baik melalui landasan peraturan perundangan sebagai

mandat LH dalam melaksanakan tugasnya maupun

dukungan keuangan (termasuk perlindungan atas

risiko kerugian).

Dilihat dari sudut pandang manajemen proyek,

pengembangan kota baru oleh LH dilaksanakan

dengan tahapan sebagai berikut: pemilihan lokasi (14

bulan); pengadaan lahan (20 bulan); penyusunan

rencana detil (12 bulan); pelaksanaan konstruksi (40

bulan); penjualan (24 bulan); dan pengakhiran proyek

masih adanya penolakan publik terhadap sistem

kompensasi bagi pembebasan lahan.

Sebagai kesimpulan, pengembangan kota baru di

Korea Selatan terbukti telah dapat secara efektif

memecahkan masalah kelangkaan pasokan rumah bagi

masyarakat. Disamping itu, juga telah mendukung

pembangunan ekonomi Korea Selatan dengan

mewujudkan kota-kota baru yang produktif. Oleh

karena itu, berbagai pembelajaran dan pengalaman

pengembangann kota baru di Korea Selatan kiranya

layak untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut untuk

diaplikasikan di Indonesia. (Annisa)

16 Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Informasi

Page 17: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

D ana Alokasi Khusus merupakan dana yang

bersumber dari Pendapatan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN), yang

dialokasikan kepada daerah tertentu

untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas

nasional.

Dalam pengalokasian DAK TA. 2017 terdapat domain

perencanaan dengan dilaksanakannya rapat

multilateral meeting sebagai bentuk pendekatan secara

holistik-tematik terintegrasi dan spasial dengan

ditetapkannya 3 dimensi pembangunan, kondisi perlu

dan pembangunan ekonomi, 23 prioritas nasional, 88

program prioritas dan 1171 kegiatan prioritas.

Pada pendekatan perencanaan pembangunan secara

holistik tematik merupakan penanganan secara

menyeluruh fokus pada kegiatan yang relevan pada

pencapaian tujuan program prioritas, pendekatan

secara terintegrasi merupakan keterpaduan seluruh

kegiatan yang saling memperkuat dan selaras dalam

mencapai sasaran prioritas nasional, sedangkan

pendekatan spasial adalah kegiatan prioritas

direncanakan berdasarkan data dan informasi yang

baik serta lokasi yang jelas sehingga memudahkan

proses integrasi dan pemantauan kegiatan dilapangan.

Gambar 1. Merupakan Penjabaran Strategi

Pembangunan Nasional:

,

Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2017

17

Arah kebijakan DAK TA. 2017 yaitu

mempertajam fokus bidang/sub

bidang dan kegiatan DAK untuk

mendukung pencapaian sasaran

prioritas nasional

Gambar 1. Penjabaran Strategi Pembangunan Nasional

Informasi

Page 18: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Pada hari rabu tanggal 11 Mei 2016 telah

diselenggarakan rapat terbatas DAK, dalam arahannya

presiden menyampaikan mekanisme tata cara alokasi

DAK perlu dibenahi dan diperbaiki, untuk mendapat

pencapaian Prioritas Nasional, proses penentuan

besaran alokasi DAK harus transparan serta ditentukan

secara bersama sama oleh Kementerian Keuangan,

Bappenas dan Kementerian teknis terkait, mereformasi

kriteria DAK dari money follow fuction menjadi money

program prioritas, serta perlu adanya pengaturan DAK

secara khusus sehingga tidak memberikan ruang untuk

negosiasi oleh siapapun bagi penentuan alokasinya

Selanjutnya kebijakan perencanaan pembangunan

mengacu pada arahan presiden dimana menteri dan

kepala lembaga wajib mengendalikan anggaran di

setiap K/L yang dipimpinnya, anggaran negara harus

berorientasi manfaat untuk rakyat, kebijakan anggaran

berdasarkan money follow program, tidak semua tusi

harus dibiayai secara merata, pemangkasan program

yang numenklaturnya kurang jelas dan kurang

bermanfaat bagi rakyat, pemangkasan regulasi yang

menghambat pengambilan keputusan dan tindakan,

peningkatan belanja modal dan fokus pada

pembangunan infrastruktur serta penyediaan sumber

daya manusia dalam percepatan pembangunan.

Sementara pada domain pelaksanaan terdapat proses

rapat bilateral meeting, musyawarah rencana

pembangunan nasional (musrenbangnas), dan rapat

trilateral meeting untuk menyederhanakan

nomenklatur bidang-bidang DAK TA. 2017, terdapat

juga proses mensinkronkan program kegiatan antar

Kementerian/Lembaga serta urusan pemerintah Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Sedangkan Arah kebijakan DAK TA. 2017 yaitu mem-

pertajam fokus bidang/sub bidang dan kegiatan DAK

untuk mendukung pencapaian sasaran prioritas

nasional, mengalokasikan DAK berdasarkan usulan

daerah (proposal base) dan prioritas nasional dengan

memperhatikan perubahan kewenangan dari

kabupaten/kota ke provinsi, memberikan afirmasi

untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan

transmigrasi, melakukan sinkronisasi dan harmonisasi

DAK dengan mengoptimalkan peran provinsi,

menghilangkan kewajiban daerah untuk menyediakan

dana pendamping, memberikan siskresi kepada daerah

untuk menggunakan maksimal 5% dari pagu DAK

untuk kegiatan penunjang yang bersifat non fisik,

mempercepat juknis/juklak DAK, penetapan juknis

dengan Perpres dan berlaku 3 tahun untuk

memberikan kepastian bagi daerah, dan melakukan

penyaluran DAK berbasis kinerja penyerapan. Berikut

Gambar Tahapan Umum Pelaksanaan DAK TA. 2017:

18

Gambar 2 . Tahapan Umum Pelaksanaan DAK TA. 2017

Sosialisasi petunjuk teknis & konsultasi program DAK di Batam

Page 19: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 DAK adalah dana transfer khusus ke daerah yang

merupakan bagian dari dana perimbangan, Dana

transfer khusus terdiri dari DAK Fisik dan DAK Non

Fisik, DAK Fisik dibagi lagi menjadi DAK Reguler, DAK

Penugasan dan DAK Afirmasi sesuai dengan RKP dan

Nota Keuangan RAPBN Tahun 2017. Gambar dan Tabel

berikut merupakan Pokok-Pokok Kebijakan DAK Fisik

TA. 2017 :

Oleh:

Leviana

19

Gambar 3. Pokok--pokok Kebijakan DAK Fisik TA. 2017

Sosialisasi petunjuk teknis & konsultasi program DAK di Batam

Sosialisasi petunjuk teknis & konsultasi program DAK di malang

Page 20: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 20

peristiwa

WORKSHOP

Road Asset Management

Database System

in Indonesia

P ASCO Representative Indonesia dan Subdit

Bimbingan Teknik Jalan Daerah, Direktorat

Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan dan

Fasilitasi Jalan Daerh pada tanggal 25 Mei

2016 mengadakan kegiatan Workshop on Regional

Asset Management Database System in Indonesia. Pada

acara workshop tersebut penyaji berasal dari Kyoto

University Jepang, Pasco Corporation Jepang, Pasco

Corporation Indonesia, PT Nusantara Secom InfoTech

Indonesia dan Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah.

Sedangkan peserta berasal dari unsur Direktorat

Pengembangan Jaringan Jalan, Direktorat Jalan Bebas

Hambatan, Perkotaan dan Fasilitasi Jalan Daerah, Biro

Perencanaan Anggaran dan Kerjasam Luar Negeri,

Pusjatan, Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota, PT Jasa

Marga, akademisi dari Univesritas Gadjah Mada (Prof.

Agus Taufik Muljono) dan Universitas Sebelas Maret

(Dr. Mamok Suprapto).

Pembicara dari Kyoto University, Assoc. Prof. Dr. Kazuya

Aoki menyampaikan tentang pentingnya database jalan

sebagai dasar bagi kegiatan perencanaan,

pemrograman, pelaksanaan dan evaluasi

penyelenggaraan jalan. Data jalan yang terdapat di

dalam databse jalan dapat dimanfaatkan untuk

menindaklanjuti masalah yang terjadi di dalam setiap

bagian dalam Road Maintenance Cycle. Berikut ini

adalah ilustrasi dari pemanfaatan database jalan dalam

setiap bagian dalam Road Maintenance Cylce.

Gambar 1. Ilustrasi pemanfaatan database jalan oleh Prof. Dr. Kazuya Aoki

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

20

Page 21: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

21

Road Asset Management

Database System

in Indonesia

Gambar 1. Ilustrasi pemanfaatan database jalan oleh Prof. Dr. Kazuya Aoki

Di dalam presentasinya, Prof. Dr. Kazuya Aoki

menjelaskan penggunan database jalan dapat

memasukkan berbagai kondisi jalan ke dalam

database, seperti pavement condition (IRI), rambu jalan,

drainase, trotoar, dan sebagainya serta dapat

dilengkapi dengan data visual dari kondisi jalan

tersebut. Database jalan juga membantu dalam

mengintegrasikan petugas yang berada di lapangan

dengan petugas yang berada di kantor melakukan

inspeksi harian. Petugas yang berada di lapangan

dapat langsung memperbarui data kondisi jalan yang

ada di dalam database jalan dan petugas yang berada

di kantor dapat langsung mengetahui lokasi jalan

tersebut dengan menngunakan GPS (Global Positioning

System) sehingga dapat ditindakjanjuti secara tepat.

Selain itu juga, Prof. Dr. Kazuya Aoki memaparkan

database jaringan jalan juga dapat dimanfaatkan untuk

merencanakan program pemeliharaan jalan tahunan

dengan kemampuannya dalam menyimpan data

kondisi jalan secara menyeluruh dan juga dapat

memudahkan dalam penyebaran informasi kondisi

jalan, baik secara parsial maupun menyeluruh, kepada

instansi-instansi terkait yang membutuhkan informasi

tersebut. Setelah itu Prof. Dr. Kazuya Aoki menjelaskan

mengenai deterioration model yang digunakan dalam

Road Asset Management System yang Ia kembangkan.

Deterioration model yang ia gunakan berdasarkan

kepada pendekatan Markov Chain Model yaitu Markov

Transition Probabilities sehingga model yang ia

gunakan memperhatikan faktor ketidakpastian

(uncertainty) di dalam perhitungan model tersebut.

Dan manfaat yang didapatkan dari penggunaan

deterioration model tersebut adalah berkurangnya

biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeliharaan

jalan serta dapat menjadi salah satu variabel penting

dalam analisis biaya risiko.

Sesi selanjutnya dilanjutkan oleh Junichi Oshima yang

menjelaskan tentang “MLIT Project Summary and

Outputs”. Dalam paparannya Junichi Oshima

menjelaskan mengenai teknologi Road Data

Management System yang sedang dikembangkan oleh

MLIT. Menurut Junuchi, Teknologi yang sedang mereka

kembangkan sesuai dengan kondisi Indonesia karena

kemudahan dalam pengoperasian namun tetap

mempunyai kualitas yang baik. Dalam presentasinya

Junichi menjelaskan mengenai teknologi pengumpulan

data, teknologi analisis data, dan pemanfaatan data

dari proyek mereka. Beberapa inovasi baru dijelaskan

oleh Junichi dalam presentasinya, seperti index for

repair decision yang merupakan gabungan antara

metode klasifikasi jalan berdasarkan IRI dan visual.

Pihak dari Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah dan

beberapa pihak lain akan mencoba mempelajari lebih

beberapa hal yang sudah dipresentasikan oleh Junichi

Oshima.

Narasumber dalam sesi selanjutnya adalah Tetsuo Uno

dan Andry Fernandus yang akan mendemonstrasikan

survei kondisi jalan yang sudah dilakukan di Indonesia,

tepatnya di Kota Surakarta, dengan teknologi yang

sudah mereka kembangkan. Selain itu juga, Tetsuo

juga memperlihatkan tampilan dari software road

database yang sudah mereka kembangkan beserta

dengan fungsi-fungsi yang dapat dioperasikan dalam

software tersebut.

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

21

Demonstrasi yang dilakukan oleh Tetsuo Ono

Page 22: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

Sesi presentasi terakhir diisi oleh Hayato Fukuoka dari

Nusantara Secom Infotech yang menawarkan

teknologi database jalan yang sudah dibuat oleh

mereka sebelumnya. Software yang mereka

kembangkan sudah digunakan di 3 kota di Indonesia

dan juga oleh PT Jasa Marga dalam melakukan

pemeliharaan jalan tol. Metode survey yang mereka

lakukan dalam mengumpulkan data kondisi jalan

terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan,

survei lapangan, kompilasi data, dan tahap analisis dan

evaluasi. Untuk dapat menerapkan teknologi yang

mereka tawarkan, pihak pengguna harus menyiapkan

biasa minimal sebesar 300 juta rupiah. Beberapa pihak

yang hadir dalam workshop tertarik dengan teknologi

yang mereka tawarkan, namun masih dibutuhkan

kajian lebih lanjut. Pada kesempatan ini juga, Kasi

22

Bimbingan Teknik I menyampaikan

tentang aplikasi RoadRoid dan

RoadBudget kepada peserta Workshop.

Peserta dari Biro Perencanaan Anggaran

dan

Kerjasama Luar Negeri dan Pusjatan

mendukung kedua aplikasi tersebut guna

meningkatkan pengelolaan data base

jalan daerah dan transparansi

pengelolaan anggaran. Pusjatan dan

Kyoto University akan mempelajari lebih

lanjut mengenai model penurunan IRI

yang digunakan dalam aplikasi

RoadBudget. (Annisa)

Gambar 5. Contoh tampilan visual dan hasil survei di Kota Surakarta

Gambar 4. Pemaparan metode survei yang dilakukan oleh pihak PASCO CORPORATION dan PT NSI

Pentingnya database jalan

sebagai dasar bagi kegiatan

perencanaan, pemrograman,

pelaksanaan dan evaluasi

penyelenggaraan jalan.

Index for repair decision yang

merupakan gabungan antara

metode klasifikasi jalan

berdasarkan IRI dan visual.

Page 23: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016

23

Serba-serbi

SASARAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR Tahun Anggaran 2017

1.Pembangunan Daerah Irigasi Baru : 81 DI seluas 5.000 Ha

2.Rehabilitasi Jaringan Irigasi : 5.394 DI seluas 755.200 Ha

1. Kemantapan Jalan Provinsi sebesar 71,75%

2. Kemantapan Jalan Kab/Kota sebesar 60,76%

3. Meningkatnya aksesibilitas menuju kawasan-kawasan strategis nasional : perbatasan, pariwisata, industri, daerah tertinggal

4. Meningkatnya konektivitas nasional

Sesuai RPJMN 2015 -2019, penanganan rumah tidak layak huni ditargetkan sebesar 1.750.000 unit. Berdasarkan resources envelope tahunan, target yang dapat ditangani PUPR sebanyak 400.000 unit, sehingga terdapat gap sebesar 1.350.000 unit.

1. Tersedianya akses ke sumber air minum yang layak bagi 444.726 rumah tangga bagi MBR dan Non-MBR di kab/kota yang memiliki idle capacity yang memadai untuk dibangun.

2. Tersedianya akses ke sumber air minum yang layak bagi 716.352 rumah tangga melalui pembangunan baru 448 SPAM lengkap dengan kapasitas sampai dengan 10 liter/detik

3. Tersedianya akses ke sumber air minum yang layak bagi 243.170 rumah tangga melalui peningkatan SPAM BJP menjadi SPAM BJP terlindungi.

1. Terbangunnya 84.500 SR untuk SPAL terpusat terpasang.

2. Terbangunnya 85.000 SR melalui pembangunan 1.700 unit SPAL Terpusat Skala Komunal Domestik baru.

3. Terbangunnya 1.026 unit IPAL USK baru.

4. dianya 348.000 unit tangki septik individu di perkotaan.

5. Tersedianya 116 unit truk tinja untuk mengangkut lumpur tinja dari rumah ke IPLT.

6. Terbangunnya 76 IPLT baru.

7. Tersedianya sarana sanitasi individual perdesaan di desa/kelurahan yang sudah terverifikasi ODF selama minimal 2 tahun sebanyak 1.740.000 unit

8. Terbangunnya TPS 3R sebanyak 700 unit.

9. Terbangunnya alat pemantauan kualitas air sungai sebanyak 52 unit.

Page 24: uletin INFRASTRUKTUR DAERAH - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait. Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan

BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI

SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT