uletin infrastruktur daerah - setjen.pu.go.id edisi 5 tahun 2016.pdf · dari dukungan kelembagaan...
TRANSCRIPT
Buletin
INFRASTRUKTUR DAERAH Edisi 5/Tahun I/ 2016
BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN AIR MINUM
MELALUI PENERAPAN RENCANA PENGAMANAN AIR MINUM Hal. 13
Inspirasi: pERAN TIM KOORDINASI
DANA ALOKASI KHUSUS KABUPATEN BARITO KUALA Hal. 25
PEMANFAATAN TEKNOLOGI MURAH
UNTUK SURVEY KONDISI JALAN
Hal. 9
EVALUASI KINERJA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)EVALUASI KINERJA STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
Hal. 7Hal. 7
PERENCANAAN STRATEGIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)PERENCANAAN STRATEGIS DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
Hal. 10Hal. 10
Mengembangkan Daya Saing KotaMengembangkan Daya Saing Kota
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
peristiwa
4 Mengembangkan Daya Saing Kota
Evaluasi Kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) 7
10 Perencanaan Strategis Dana Alokasi Khusus (DAK)
17
Program Pembangunan Kota Baru di Korea Selatan
12 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus (DAK)
7
25 15
Edisi 5 Tahun I 2016 Daftar isi
2
14
Artikel utama
informasi
23
Serba-serbi
20
Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2017
Workshop on Road Asset Management Database System in Indonesia
7 20 12
4
Sasaran DAK Bidang Infrastruktur TA. 2017
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Redaksi menerima tulisan/artikel/opini/foto/saran maupun tanggapan terkait bidang Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah ke email
[email protected]. Redaksi berhak menyunting naskah/artikel yang masuk sesuai tema penerbitan dan ketersediaan jumlah hala-
man/ rubik.
Pelindung
Annita Firmanti
Penanggung Jawab
Widiarto
Dewan Redaksi
Riono Suprapto Andie Pramudita Fajar Eko Antono
Pemimpin Redaksi
Irma Rahmawati
Penyunting Redaksi
Tingka Adiati
Bagian Produksi
Zamzuli, Agus Soegiono, Asep Sultoni, Dewi
Udiarti, Yunaedah
Bagian Distribusi
Dodi Herdiawan, Agung Tego
Kontributor
Fajar Eko Antono, Leviana Okvianty, Annisa
Maulina
Desain
Annisa Maulina
Alamat Redaksi
Gedung Menteri PUPR Lt.5
Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru Jakarta Se-
latan, 12110,
Telp 021-7229463
Cover:
Pulau Ternate
Editorial Buletin
INFRASTRUKTUR DAERAH
3
Pembaca yang budiman,
Selamat berjumpa kembali dalam edisi ke-5 Buletin Infrastruktur
Daerah. Dalam edisi ini kami menyajikan liputan utama terkait
Mengembangkan Daya Saing Kota sebagai salah satu tujuan untuk
mendayagunakan potensi setiap kota secara optimal dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat daya saing yang
ada saat ini berlaku global sehingga kota-kota di seluruh negara
berupaya meningkatkan daya saing kotanya. Tingkat persaingan
tidak hanya berlaku pada level nasional, namun juga di level
internasional. Keberhasilan daya saing suatu kota dapat tergantung
dari dukungan kelembagaan atau pemerintah daerah terkait.
Mengacu pada UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
Untuk urusan pemerintahan pilihan adalah urusan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki
Daerah.
Pada edisi ke-5 ini kami juga mengulas mengenai berbagai topik lain
diantaranya adalah: Evaluasi Kinerja Standar Pelayanan Minimal
(SPM), Perencanaan Strategis Dana Alokasi Khusus (DAK), Evaluasi
Kinerja Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus (DAK), Program
Pembangunan Kota Baru di Korea Selatan, Arah Kebijakan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2017, Workshop on Road Asset
Management Database System in Indonesia.
Selamat membaca,
Tim Redaksi
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
4
Jalan Lingkungan (Dok: Balai Pusdata)
Senja di Kota Jakarta (Sumber: wordpress.com)
S etiap kota di Indonesia memiliki program
yang bertujuan untuk mendayagunakan
potensi setiap kotanya secara optimal
sekaligus meningkatkan kesejahteraan
warganya. Dewasa ini, setiap kota bersaing dengan
kota lainya dalam rangka memperebutkan sumber daya
yang dibutuhkan, tidak hanya dengan kota lain di
Indonesia namun dengan kota-kota di mancanegara.
Beberapa contoh sumber daya yang penting bagi pem-
bangunan kota diantaranya meliputi: investasi atau pe-
n a n a m a n m o d a l , k u n j u n g a n t u r i s
internasional dan domestik, adanya populasi tenaga
kerja yang berkualitas tinggi (talents), dan lain
sebagainya.
Pembangunan itu sendiri makin diwarnai oleh proses
urbanisasi yang intensif dimana peran kawasan
perkotaan akan semakin mengemuka baik sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi maupun pusat
permukiman penduduk. Hal ini selaras dengan
pendapat dari sebagian ahli yang menyatakan bahwa
Abad ke-21 merupakan “Century of the Cities” (Peirce
& Johnson, 2009).
Skala tantangan pembangunan perkotaan di Indonesia
di masa depan digambarkan oleh studi Bank Dunia
(2012), yang memproyeksikan bahwa pada tahun 2025
populasi kawasan perkotaan akan mencapai 67,5% dari
keseluruhan jumlah penduduk.
Mengacu pada uraian di atas, secara singkat dapat
dijelaskan bahwa tugas pokok pemerintah kota di
manapun pada saat ini adalah untuk mewujudkan
pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable
urban development). Dalam praktiknya, hal tersebut
dapat dicapai dengan mengintegrasikan upaya untuk
mengembangkan daya saing ekonomi sembari bekerja
untuk mencegah terjadinya keterasingan sosial di
tengah masyarakat (social exclusion) dan degradasi
kualitas lingkungan.
Terkait dengan masa depan, khususnya guna
mendukung percepatan pencapaian target-target
pembangunan, maka daya saing kota (city
competitiveness) perlu menjadi kata kunci yang
dimanifestasikan dalam setiap kegiatan. Merujuk pada
pengalaman kota-kota yang sukses di dunia, maka
umumnya terdapat beberapa ciri atau karakteristik
yang menonjol serta menjadi unsur pembentuk daya
saing kota itu sendiri (Ratcliffe, 2002).
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 4
Artikel utama
MENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTA
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
5
“ ”
Sumber: World Bank
Senja di Kota Jakarta (Sumber: wordpress.com)
Mengingat dinamika persaingan antarkota dan
daerah yang bergerak semakin cepat, perlu dikaji
adanya kebutuhan akan perubahan atau re-focusing
visi tersebut. Tentunya hal ini membutuhkan kualitas
kepemimpinan yang kuat guna menyatukan persepsi
dan aspirasi dari seluruh elemen masyarakat
mengenai arah pembangunan kota, khususnya dalam
rangka melakukan kapitalisasi secara sistematis
terhadap berbagai nilai keunggulan kota ditinjau dari
aspek sosial, ekonomi, budaya, fisik, maupun
sejarahnya.
Selain itu, peran kewirausahaan (entrepreneurship)
merupakan salah satu karakteristik yang menonjol
dari kota yang berdaya saing tinggi. Mengutip
pendapat Jane Jacobs (1992), satu hal yang perlu
dikaji adalah kemungkinan adanya sektor-sektor
tertentu yang memiliki potensi pengembangan cukup
besar namun belum berkembang optimal sehingga
apabila terus didorong dapat memberikan daya
ungkit perekonomian yang signifikan, misalnya
industri kreatif. Lebih jauh, secara umum perlu
diciptakan atmosfer kewirausahaan yang sehat
melalui penciptaan kondisi di mana ide-ide inovatif
dan kreativitas dari para pelaku usaha dapat
dipertemukan untuk selanjutnya tumbuh dan berkem-
bang bersama melalui fasilitasi pemerintah kota.
Dalam era persaingan ekonomi global yang sengit
dewasa ini, dapat dipahami bahwa prospek jangka
panjang suatu kota ditentukan oleh kemampuannya
untuk menghasilkan produk atau layanan terbaik
pada sektor yang menjadi “spesialisasi”-nya. Upaya
memadukan spesialisasi perekonomian kota dan
kebutuhan akan inovasi tercakup dalam implementasi
konsep “cluster”. Pemusatan kegiatan pada
lokasi-lokasi tertentu menciptakan intensitas ekonomi
yang dibutuhkan guna menunjang terciptanya iklim
pembelajaran dan persaingan sehat yang pada
gilirannya memberikan fleksibilitas operasional dan
kapasitas inovasi yang lebih besar kepada para pelaku
usaha dalam rangka menjawab tantangan kompetisi
dan ketidakpastian bisnis (Allen & Cars, 2002).
Komponen lainnya dari daya saing kota adalah
terwujudnya kohesi sosial, yaitu stabilitas dan harmoni
antarkomponen dan lapisan masyarakat sebagai
prasyarat mutlak bagi terciptanya produktivitas dan
MENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTAMENGEMBANGKAN DAYA SAING KOTA
Menjadi tugas pemerintah
untuk mengelola dan
melakukan mitigasi terhadap
potensi konflik di tengah
masyarakat melalui
kebijakan sosial serta pola
pembangunan kota yang
inklusi
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
5
Sumber: World Bank
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 6
Jalan Provinsi Maluku (Dok: FPID)
dan pertumbuhan. Fenomena keterasingan
(alienasi) umum terjadi di kota-kota besar sebagai
akibat dari ketidakmampuan sebagai kalangan
untuk ikut terlibat dan merasakan manfaat dari
kegiatan pembangunan. Dalam jangka panjang
hal ini dapat meletup menjadi konflik dan
keresahan sosial yang mengganggu keberlanjutan
pembangunan.
Menjadi tugas pemerintah untuk mengelola dan
melakukan mitigasi terhadap potensi konflik di
tengah masyarakat melalui kebijakan sosial serta
pola pembangunan kota yang inklusif. Dalam
praktiknya hal ini diwujudkan misalnya melalui
penyediaan perumahan yang layak bagi kelompok
masyarakat miskin, memastikan setiap anak
memperoleh pendidikan formal yang cukup demi
masa depannya, membangun ruang publik yang
ramah, dan lain sebagainya.
Pada akhirnya, isu governance atau kapasitas tata
kelola manajemen perkotaan itu sendiri tidak
dapat dipandang dengan sebelah mata. Seperti
dijelaskan oleh Michael Porter (2001), daya saing
bukanlah fungsi dari kapasitas atau kompetensi
dari individu atau perusahaan semata namun juga
terkait dengan koneks lokal yang ada disekitarnya.
Dengan demikian, kualitas pelayanan publik yang
prima sangatlah penting guna mewujudkan daya
saing kota. (Fajar & Annisa)
Daya saing bukanlah fungsi
dari kapasitas atau kompetensi
dari individu atau perusahaan
semata namun juga terkait
dengan koneks lokal yang ada
disekitarnya.
“
” Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
6
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Jaringan Irigasi di Kalimantan Barat
D alam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia Nomor 1/PRT/
M/2014, Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang adalah ketentuan jenis dan mutu
pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Indikator SPM adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan
besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran,
hasil dan/ atau manfaat pelayanan dasar.
Terkait dengan masalah dalam pelaksanaan SPM,
Dwiyanto (2015) mengemukakan bahwa Sebagai satu
kebijakan untuk memperbaiki penyelenggaraan dasar,
SPM telah cukup lama diperkenalkan. Namun,
pelaksanaannya masih menyisakan berbagai masalah.
Masalah tersebut secara umum bersumber dari dua
hal, yaitu kerancuan konsep dan indikator SPM dan
strategi implementasi yang tidak efektif. Selama ini
beberapa kajian terdahulu menunjukkan adanya
kendala dalam implementasi SPM, di antaranya
rendahnya komitmen dan kepedulian aktor-aktor di
daerah terhadap pelaksanaan SPM, terbatasnya
sumber daya yang tersedia untuk implementasi SPM
sebagai akibat dari mismanajemen dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, rendahnya
efektifitas monitoring, serta evaluasi dan Binwas yang
dilakukan oleh Kementerian dan lembaga terhadap
pelaksanaan SPM tidak efektif.
Berdasarkan hasil kajian-kajian dari masalah tersebut,
maka disinggung strategi untuk menunjang efektivitas
implementasi SPM. Salah satunya dengan evaluasi
serius yang dilakukan Kementerian dan lembaga
terhadap pelaksanaan SPM oleh daerah pada tahun
2015. Evaluasi kinerja SPM dilakukan dengan
mengambil sampel dari peserta program P2D2
pada tahun 2015. Evaluasi yang dilakukan dibagi
menjadi 4 bidang, yaitu jalan, irigasi, air minum,
dan sanitasi. Peserta program P2D2 terdiri dari 11
provinsi yaitu Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara. 5 provinsi
diantaranya sudah menjadi peserta sejak tahun
2011 yaitu Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Barat, dan Maluku Utara.
I. Jalan
Pencapaian SPM bidang Jalan untuk 11 Provinsi
peserta program P2D2 pada tahun 2015 yang
diukur dari tingkat kemantapan jalan, secara
keseluruhan menunjukkan penurunan dari tahun
7
Informasi
Evaluasi Kinerja Penilaian Evaluasi Kinerja Penilaian
Standar Pelayanan Minimal (SPM)Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
sebelumnya yaitu dari 67,25% pada tahun 2014
menjadi 63,86% pada tahun 2015. Capaian SPM
bidang jalan pada tahun 2015 yang paling tinggi
dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan sebesar
99,56. Adapun pencapaian yang terendah ada di
Provinsi Maluku Utara sebesar 18,69%.
Dari 5 provinsi (Bengkulu, Jawa Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara) yang telah
menjadi peserta program P2D2 sejak tahun 2011
hingga tahun 2015, sebanyak 3 provinsi atau 40%
Provinsi peserta program P2D2 pada tahun 2015
hanya dapat dilakukan pengukuran pada 9 provinsi.
Hal ini dikarenakan 2 provinsi yaitu Sulawesi Utara
tidak memiliki data kondisi irigasi selama 2 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2014, dan 2015, dan
provinsi Nusa Tenggara Timur yang tidak memiliki
data kondisi irigasi pada tahun 2015. Dari 9 provinsi
yang memiliki data lengkap, secara keseluruhan
pencapaian SPM pada tahun 2015 sebesar 47,07%,
mengalami penurunan sebesar -4,28% dibanding
8
Sumber: Laporan evaluasi penyelenggaran DAK TA. 2015
justru mengalami penurunan pencapaian SPM.
Sementara dari 6 provinsi yang baru menjadi
peserta program P2D2 pada tahun 2015, hanya 2
atau 33,33% yang mengalami penurunan
pencapaian SPM. Grafik pencapaian SPM pada bi-
dang jalan dapa dilihat pada Gambar 1.
II. Irigasi
Pencapaian SPM bidang Irigasi yang diukur dari
persentase irigasi dalam kondisi baik untuk 11
tahun sebelumnya yang mencapai 51,35% pada
tahun 2014.
SPM bidang irigasi pada tahun 2015 yang paling
tinggi dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan
sebesar 85,80%. Adapun pencapaian yang
terendah ada di Provinsi Lampung sebesar 10,91%.
Selain itu, adapun penurunan pencapaian SPM
yang terbesar ada di Provinsi Sulawesi Barat
sebesar -60,08%. Dari 5 provinsi yang telah
Irigasi di Jawa Tengah Sanitasi di Kalsel
Gambar 1. Pencapaian SPM Bidang Jalan Tahun 2014 – 2015 di Provinsi Peserta Program P2D2
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 ”
menjadi peserta program P2D2 sejak tahun 2011
hingga tahun 2015, sebanyak 4 provinsi atau 80%
justru mengalami penurunan pencapaian SPM.
Sementara dari 4 provinsi yang baru menjadi
peserta program P2D2 pada tahun 2015 (yang
memiliki data capaian), hanya 2 atau 50% yang
mengalami penurunan pencapaian SPM. Grafik
pencapaian SPM pada bidang jalan dapa dilihat
pada Gambar 2.
III. Air Minum dan Sanitasi
Data pencapaian SPM Air Minum yang diukur dari
persentase Rumah Tangga (RT) yang terlayani air
minum berdasarkan data kriteria teknis DAK selama
kurun waktu 2014 dan 2015 (data untuk alokasi
DAK tahun 2015 dan 2016) pada masing-masing
Kabupaten/Kota tidak mengalami perubahan atau
selama selama 2 (dua) tahun berturut-turut,
termasuk di dalamnya data bagi kabupaten/kota
peserta program P2D2. Sehingga tidak dapat
dilakukan pengukuruan atas peningkatan atau
penurunan pencapaian SPM Air Minum dan SPM
sanitasi.
Di sisi lain data pencapaian outcome pada
e-monitoring DAK Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat tidak menampilkan Realisasi
atas pencapaian outcome, yang tercantum hanya
data Rencana. Padahal seharusnya realisasi
outcome dapat ditambahkan sebagai peningkatan
pencapaian SPM. Oleh karenanya dalam evaluasi ini
ditetapkan dengan asumsi pencapaian realisasi
progress fisik pembangunan infrastruktur yang
dibiayai dari DAK juga merupakan pencapaian
realisasi outcome, atau dengan kata lain realisasi
outcome diukur dari realisasi progres fisik
pembangunan infrastruktur. (Annisa)
“ 9
Gambar 2. Pencapaian SPM Bidang Irigasi Tahun 2014 – 2015 di Provinsi Peserta Program P2D2
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 1/PRT/M/2014, SPM Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Indikator SPM adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan
besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM .
Sanitasi di Kalsel
Sumber: Laporan evaluasi penyelenggaran DAK TA. 2015
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
menjadi jaminan suatu daerah memiliki jaringan jalan daerah yang mantap selama manajemen penanganan jalan masih
dilakukan secara sporadis dan tanpa perencanaan yang baik. Di sisi lain, Pemerintah Pusat (Ditjen Bina Marga) belum memiliki
database jalan daerah yang akurat dan akuntabel sebagai dasar alat ukur dalam penilaian usulan program Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/Kota.
Data yang sangat penting dalam proses perencanaan jalan daerah adalah data jaringan dan kondisi jalan. Salah satu parameter
kondisi jalan yang dapat digunakan adalah IRI (International Roughness Index). IRI adalah kerataan permukaan jalan yang
dinyatakan dengan jumlah perubahan vertikal permukaan jalan untuk setiap satuan panjang jalan (mm/km). Pengertian
umumnya adalah, semakin besar nilai IRI, semakin buruk kondisi Jalan.
Road Roid
Metode pengumpulan data IRI memiliki cukup banyak variasi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan se-
bagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2 Metode Pengumpulan Data IRI
Sumber : analisis dari berbagai sumber
Mengingat keterbatasan alokasi dana survey pada dinas-dinas pekerjaan umum di daerah, penggunaan Road Roid bisa
menjadi pilihan praktis yang memiliki kelebihan dari segi harganya yang relatif murah, menghasilkan data yang akurat, dan
mudah dalam pengoperasiannya. Road Roid adalah program yang dikembangkan di Swedia oleh Lars Forsflof dengan
prototype pertama yang muncul di tahun 2002 dan dikembangkan hingga saat ini.
Gambar 2 Posisi Handphone Untuk Survey menggunakan aplikasi Road Roid
Sumber : roadroid.com
Level Metode Contoh Alat Kelebihan Kekurangan
Class 1
Mengunakan
teknologi laser
scanner
Hawkeye
Mata Garuda
Presisinya tinggi
Data yang diperoleh bervariasi
tidak hanya IRI
Interval 10-20 m
Mahal (s.d Rp 25 Milyar)
Tidak dapat bekerja waktu hujan/
terdapat genangan air di jalan
Tidak bisa melewati jalan sempit
Waktu survey yang lama
Class 2
Menggunakan
metode
profilometer yang
kompleks
NASSRA / Roughmeter
Presisinya sedang
Cukup Mahal (Rp 100 Juta- 1.5 Milyar)
Waktu survey lama
Hanya satu jejak roda
Class 3 Menggunakan
metode korelasi
Road Roid
Murah ( dibawah rp 10 jt)
Presisinya s.d 80% dari metode
laser
Portable
Dapat digunakan segala cuaca/
kondisi jalan
Data tersimpan dalam server
(website)
Waktu survey lebih singkat (100
km/hari)
Interval >20 m
Sensistif terhadap umur kendaraan
dan kecepatan kendaraan
Seinsitif terhadap sinyal GPS
Perlu digabung dengan sistem GPS
yang kuat sinyalnya terutama pada
daerah remote
Class 4 Menggunakan
metode visual
Waktu lama
Perlu dikonversi ke IRI
Subjektif
Informasi
10 Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Perencanaan Strategis Dana Alokasi Khusus (DAK)
P enyelenggaraan Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur telah dilaksanakan
sejak tahun 2003. Namun, dalam
pelaksanaannya selama ini DAK secara
umum masih berorientasi kepada pelaksanaan
tahunan. Belum ada kerangka perencanaan yang
bersifat jangka menengah yang mengatur tentang
DAK. Dasar hukum utama dalam penyusunan Rencana
Strategis (Renstra) Dana Alokasi khusus (DAK) tertuang
di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 47/PRT/M/2015 Tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Infrastruktur. Selanjutnya dalam diktum
Ketentuan Umum, angka 15 disebutkan bahwa
Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra
adalah Dokumen Perencanaan untuk periode 5 (lima)
tahun.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka aspek
perencanaan strategis sangat terbatas, tidak ada
penjelasan secara rinci tentang tata cara, proses,
maupun muatan materi yang harus terkandung di
dalam Renstra DAK. Di sisi lain, ketentuan tentang
Renstra terdapat di dalam peraturan tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu di dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.
Untuk periode 2015 – 2019 telah diterbitkan Peraturan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelahaan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
(Renstra K/L) 2015 – 2019. Komponen Renstra K/L 2015
-2019 terdiri dari visi, misi, tujuan, kebijakan, strategi,
program, kegiatan, sasaran strategis K/L, sasaran
program (outcome), sasaran kegiatan (output),
indikator kinerja sasaran strategis, indikator kinerja
program, indikator kinerja kegiatan, target, kerangka
regulasi, dan kerangka kelembagaan.
Kondisi saat ini, berdasarkan data sampel terhadap 14
provinsi menunjukkan bahwa pagu untuk DAK dari
tahun 2012 hingga tahun 2015 terus mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa fokus Pemerintah Pusat dalam
pembangunan infrastruktur semakin besar dari tahun
ke tahun. Namun, dari sisi penyelenggaraan otonomi
daerah dapat dimaknai sebagai “kelemahan” karena
tidak memacu kemandirian daerah sesuai dengan
tujuan otonomi itu sendiri.
Apabila dikaitkan dengan pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM), tingkat kinerja DAK secara
keseluruhan yang diukur dari pencapaian insentif dana
desentralisasi, menunjukkan tidak seluruhnya
berkorelasi terhadap pencapaian SPM, baik di daerah
provinsi maupun kabupaten kota. Contohnya pada
DAK bidang infrastruktur jalan di provinsi, dari 10
provinsi terdapat 4 provinsi (Bengkulu, Sulawesi
Utara,Sulawesi Barat, Maluku Utara) yang pencapaian
Gambar 1. Kinerja DAK dan Pencapaian SPM bidang Irigasi Provinsi Tahun 2015
Sumber: Laporan evaluasi penyelenggaran DAK TA. 2015
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
11
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 11
SPM menurun. 1 (satu) diantara 4 provinsi tersebut
memiliki kinerja DAK mencapai 93,33% (Sulawesi
Barat). Contoh lainnya Seperti yang ditampilkan pada
Gambar 1 untuk bidang infrastruktur irigasi di provinsi,
dari 8 provinsi terdapat 5 provinsi dengan pencapaian
SPM menurun. Dua (2) diantara lims (5) provinsi
tersebut memiliki kinerja DAK sebesar 100%. Sementa-
ra dari 3 provinsi lainnya (Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, dan Sulawesi Selatan memiliki pencapaian
SPM yang meningkat dengan pencapaian kinerja DAK
mencapai 100%.
Terdapat beberapa potensi dan permasalahan didalam
penyelenggaraan DAK. Pertama, kinerja penyaluran
DAK tidak selalu berbanding lurus dengan kinerja
pelaksanaannya. Hal ini mengakibatkan adanya potensi
penggunaan DAK di luar ketentuan dan/atau adanya
sisa DAK yang menjadi Silpa di akhir tahun anggaran.
Kedua, tingkat kepatuhan dan ketertiban dalam
pelaporan kegiatan dan hasil pelaksanaan DAK oleh
Pemda masih rendah. Hal ini berdampak pada ketidak
akuratan data yang diperoleh Pemerintah Pusat
(Kementerian). Ketiga, Sistem monitoring dan evaluasi
Dana Alokasi Khusus (DAK) juga belum sepenuhnya
efektif, hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan
belum dapat secara langsung menggambarkan
manfaat yang sesungguhnya bagi perbaikan kebijakan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dari beberapa masalah yang ditemukan maka
dibuatlah arah kebijakan dan strategi penyelenggaraan
DAK antara lain peningkatan kualitas sistem
perencanaan DAK; Peningkatan kualitas sistem
monitoring dan evaluasi; dan Peningkatan kualitas
kelembagaan dan SDM pengelola. Perhitungan
perencanaan untuk DAK pada setiap bidang
menggunakan beberapa asumsi dasar. Seperti pada
bidang infrastruktur jalan provinsi, yaitu pembiayaan
Dana Alokasi Khusus (DAK) didasarkan pada
perhitungan jumlah Km kondisi jalan belum mantap
hingga tahun 2016 yang dikalikan dengan harga
satuan per Km dari hasil pelaksanaan kegiatan DAK
tahun 2015. Pada infrastruktur bidang air minum,
asumsi dasar yang digunakan diantaranya perhitungan
menggunakan 2 (dua) skenario, yaitu skenario 1
dengan menggunakan perencanaan untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan ketentuan di dalam
Renstra, dan skenario 2 menggunakan perhitungan
untuk 3 (tiga) tahun sesuai dengan rencana pencapaian
target Standar Pelayanan Minimal (SPM) air minum,
Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya dan mandat
RPJMN yaitu untuk tahun 2019 sebesar 100%. (Annisa)
“ ”
Berdasarkan data sampel terhadap 14
provinsi menunjukkan bahwa pagu
untuk DAK dari tahun 2012 hingga
tahun 2015 terus mengalami
peningkatan yang cukup signifikan
Sanitasi Kota Payakumbuh Sumatera Barat
Perumahan Kabupaten Polaman Sulawesi Barat
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Informasi
12
K ebijakan pengalokasian DAK mulai
diimplementasikan sejak tahun 2003. Pa-
da tahun 2003 tersebut DAK hanya
dialokasikan untuk 5 bidang, yaitu
pendidikan, kesehatan, prasarana jalan, prasarana
irigasi, danprasarana pemerintah dengan total
alokasi sebesar Rp 2.269 milyar. Dari tahun ketahun
pengalokasian DAK mengalami perkembangan yang
cukup signifikan, baik dari sisi besaran alokasi
maupun dari cakupan bidang yang didanai dengan
DAK, serta jumlah daerah penerima. Selain itu,
seiring dengan adanya pemekaran Kabupaten/Kota,
maka jumlah kabupaten maupun kota yang
menerima alokasi DAK terus meningkat.
Dengan adanya peningkatan jumlah alokasi dan
jumlah daerah penerimanya, namun hingga saat ini
belum diketahui secara jelas sejauh mana capaian
terhadap sasaran output dan outcome dari
pelaksanaan DAK tersebut. Selain itu, berdasarkan
kajian yang telah dilakukan oleh Bappenas didapat
bahwa pelaksanaan DAK belum efektif yaitu Pemerintah
Daerah menjadikan DAK sebagai tulang punggung
pembangunan infrastruktur dimana hal tersebut tidak
sesuai dengan tujuan DAK semula.
Akibat dari pelaksanaan DAK yang belum efektif, maka
perlu disusun kegiatan untuk mewadahi upaya untuk
mengevaluasi penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun Anggaran (TA) 2015. Serta perlu disusun konsep
Renstra DAK sebagai amanah yang tercantum di dalam
Permen PUPR No.47/2015. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) khususnya Biro
Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri
mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan fasilitasi
pendanaan infrastruktur daerah, termasuk koordinasi
antar Kementerian/Lembaga dan Bappeda/Dinas
Bidang PUPR Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Evaluasi penilaian kinerja penyelenggaraan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur TA 2015 dilakukan
dalam rangka penyempurnaan mekanisme
penyelenggaaan DAK Bidang Infrastruktur ke depan.
Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan dapat
digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
usulan pengalokasian DAK oleh Kementerian pada
tahun berikutnya. Selain itu, apabila ditemukan
penyimpangan dalam pelaksanaan DAK Bidang
Infrastruktur maka akan dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan identifikasi data yang terdapat di dalam
e-Monitoring DAK Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat pada Tahun 2015, terdapat ketidak
lengkapan data dari beberapa kabupaten/kota pada
beberapa provinsi, yang meliputi tidak ada data sama
sekali dari perencanaan (pagu) hingga realisasi, tidak
ada data capaian/realisasi output dan/atau outcome,
realisasi kontrak, progress keuangan, dan progres fisik.
SASARAN PENGELOLAAN DAK
Adanya ketidak tepatan sasaran pada pengelolaan
DAK pada tahun 2015 yang disebabkan oleh
output pekerjaan, lokasi output pekerjaan, dan
penerima manfaat tidak sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 03/PRT/M/2015 tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2015.
Ketidaktepatan sasaran ini ditemukan didalam
Laporan Kompilasi Hasil Verifikasi Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur Tahun
Anggaran Tahun 2015.
Ketidak tepatan sasaran karena output pekerjaan
tidak sesuai Juknis contohnya pada pekerjaan
perluasan dan peningkatan Sambungan Rumah (SR)
tetapi dilaksanakan berupa jaringan pipa primer.
Ketidak tepatan sasaran karena lokasi output tidak
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 sesuai Juknis antara lain pekerjaan pembangunan
MCK++, MCK Komunal dan IPAL Komunal tidak
berada di lingkungan masyarakat berpenghasilan
rendah dan rawan sanitasi, sertapekerjaan jaringan
pipa distribusi berada di komplek perkantoran
pemerintah. Selain itu, terdapat ketidaktepatan
sasaran karena penerima manfaat tidak sesuai
Juknis antara lain pembangunan jaringan pipa air
bersih di permukiman yang telah terlayani PDAM.
PENILAIAN PEMANFAATAN HASIL PEKERJAAN
DAK
Belum tersedianya fasilitas atau sarana pendukung
menyebabkan hasil dari pekerjaan DAK tidak
dimanfaatkan oleh daerah. Menurut hasil verifikasi
ditemukan hasil pekerjaan yang tidak dimanfaatkan
sebanyak 85 kejadian. Selain itu, tidak adanya SDM
yang mampu memanfaatkan hasil pekerjaan
sehingga hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diterapkan dalam kontrak, hasil
pekerjaan tidak memenuhi kebutuhan yang diminta
oleh pengguna, serta hasil pekerjaan masih dalam
sengketa. Penilaian kinerja Pemanfaatan DAK
dihitung berdasarkan kriteria dan indikator Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 03 /PRT/M/2015 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang
Infrastruktur Tahun 2015, seperti pada Tabel I.
EVALUASI EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS DAK
Pada evaluasi efektivitas DAK Tahun 2015, bidang-
bidang DAK Infrastruktur yang outputnya telah
selesai 100% sebesar Rp 82.387.078.825,02. Apabila
ditinjau dari sisi efisiensi, ditemukan kelebihan
perhitungan volume RAB kontrak/mark up/
kemahalan harga Terdapat kelebihan perhitungan
volume RAB Kontrak/Mark Up/kemahalan harga
sebanyak 77 kejadian senilai Rp3.824.905.285,02
pada 30 pemda. (Annisa)
13
No Aspek Penilaian Bobot Penilaian Nilai
Angka Huruf
a Pencapaian Target Output
25
> 80% kegiatan 10 Baik
60% - 80% kegiatan 6 - 8 Cukup
< 60% kegiatan <6 Buruk
b Progres Keuangan
20
> 80% sesuai 10 Baik
60% - 80% sesuai 6 - 8 Cukup
< 60% sesuai <6 Buruk
c Kesesuaian Rencana Kegiatan
20
> 80% sesuai 10 Baik
60% - 80% sesuai 6 - 8 Cukup
< 60% sesuai <6 Buruk
d Hasil Pantauan (Kesesuaian RK dengan Juknis, Kelengkapan Dokumen, Kesesuaian dengan Spesifikasi Teknis, dan Capaian Outcome)
10
progres fisik >80% 10 Baik
progres fisik 60% - 80% 6 - 8 Cukup
progres fisik <60% <6 Buruk
e Kepatuhan Pelaporan
25
4 Triwulan dan Lengkap 10 Baik
2 - 3 Triwulan dan lengkap 6 - 8 Cukup
0 - 1 Triwulan dan lengkap <6 Buruk
TOTAL 100
Nilai Total = * 25% * Nilai (a) + 20% * Nilai (b) + 20% * Nilai (c) + 10% * Nilai (d) + 25% * Nilai (e) + * 10
Klasifikasi Penilaian Akhir : Nilai > 80 = Baik, Nilai 60-80 = Cukup, Nilai < 60 = Buruk
Tabel I. Penilaian Kinerja Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Tujuannya adalah mengefisiensikan biaya pengolahan dan
meningkatkan pelayanan air minum. Kementerian PUPR
bersama Kementerian Kesehatan menjadi koordinator
penerapan RPAM pada komponen ini. Komponen ketiga ada
pada tingkat pengguna atau konsumen. Tujuannya adalah
sosialisasi cara-cara penyimpanan air yang aman di tingkat
rumah tangga dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Sebelas Langkah Penyusunan RPAM - Operator
Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) – Operator
disusun dengan mengikuti 11 tahap dapat dilihat pada
Gambar 1.
Penerapan RPAM di PDAM
Melihat manfaat RPAM dalam menjamin pelayanan air
minum yang berkelanjutan dan meningkatkan kinerja
PDAM, pada tahun 2012, Pemerintah melalui Direktorat
Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum, melaksanakan pilot project
penerapan RPAM di PDAM Banjarmasin. Lokasi ini dipilih
dengan mempertimbangkan komitmen PDAM, kinerja
PDAM yang sehat, serta luasnya cakupan pelayanan yang
mencapai 90 persen. Dalam kegiatan tersebut, buku
panduan RPAM bagi operator SPAM disusun sekaligus
diujicoba.
Untuk melihat apakah buku panduan tersebut dapat
diterapkan pada PDAM lain, pada tahun 2013, RPAM
diterapkan pada tiga PDAM berskala kecil yang
memanfaatkan sumber air baku yang bervariasi (mata air
dan sumur bor). Replikasi dilakukan melalui kegiatan
pendampingan penerapan RPAM pada PDAM di kota-kota
Malang, Salatiga dan Payakumbuh.
Saat ini, 12 PDAM menerapkan RPAM dalam pengelolaan
SPAM-nya. Selain empat PDAM diatas, PDAM di kota-kota
Denpasar, Palembang, Bandung, Mataram, Medan dan
Pontianak, serta Kabupaten Bandung telah menerapkan
RPAM pada pengelolaan air minumnya.
Manfaat penerapan RPAM banyak dirasakan PDAM, antara
lain dalam meningkatkan kualitas air minum dan cakupan
pelayanan air minum. Selain itu, manfaat paling signifikan
adalah RPAM memudahkan PDAM dalam menyusun
business plan karena daftar prioritas penanganan resiko te-
lah dibuat.
Bimbingan Teknis Penerapan RPAM
Melihat manfaat RPAM yang dirasakan PDAM, Pemerintah
pun mendorong penerapan RPAM pada seluruh PDAM di
Indonesia, khususnya PDAM sehat. Tentu saja ini
membutuhkan waktu. Metode yang selama ini dilakukan,
yaitu pendampingan kepada masing-masing PDAM terpilih
tidaklah efektif untuk mengejar perluasan dalam waktu
singkat. Maka mulai tahun 2015, pemahaman dan
penerapan RPAM disosialisasikan melalui kerjasama dengan
Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi yang menghasilkan 17
calon fasilitator handal dengan pemahaman yang baik
tentang RPAM.
Kesimpulan
RPAM bersifat dinamis sehingga harus dievaluasi secara
berkala agar dapat memberikan manfaat maksimal dalam
meningkatkan kualitas pelayanan PDAM apabila
benar-benar diterapkan. Komitmen yang tinggi dari PDAM
untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya dibutuhkan
dalam menyukseskan penerapan RPAM. (Renalia Iwan)
Gambar 1. Langkah-Langkah Penyusunan RPAM Operator
M1: PenyusunanTim RPAM
M2: Membuat Rantai Pasok
M4-3: Re-analisa risiko & prioritas risiko
M8: Membuat SOP
M9: MembuatProgram Pendukung
M10: Review RPAM
REN
CAN
A
PER
BAIK
AN
DA
N
PEN
GEM
BAN
GA
N
M11: Revisi RPAM setelah terjadinya
kecelakaan
M4-2: Validasi tindak
pengendalian
M3: Investigasi Resiko
M3-1: Identifikasi
bahaya
M3-2: Kejadian bahaya
M3-3: Analisa risiko & priortias
risiko
M4-1: Tindakanpengend
alian
M6-1: pengawasan
tindak pengendalian
M6-2: Pemenuha
n batas kritis
M7-1: Monitoring pemenuhan persyaratan
M7-2: Audit internal
eksternal
M7-3: Kepuasan pelanggan
M81: Kondisi normal
MA
NA
JEM
EN
PEN
GEN
DA
LIA
N R
ESIK
OA
SSES
SMEN
TTA
HA
P PE
RSIA
PAN
M5-1: Membuat rencana
pengembangan
M5-2: Investasi
besarModifikasi sistem
Membuat tindakan koreksi
2
6 2
3
34
4
2
2
5
5
2
1
1
6
6Y
T
YY
TT
T
Y
6
T T
Y Y
Y
T
T
T
Y
14
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
S Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mengatasi
permasalahan kekurangan pasokan rumah
bagi masyarakat adalah melalui skema
pembangunan kota baru (Newtown Development).
Skema ini telah digunakan secara luas oleh pemerintah
Korea Selatan dalam rangka menyediakan rumah bagi
warganya sekaligus mendukung pencapaian tujuan
pembangunan kota secara umum (Urban Development
Goals).
Upaya tersebut diatas diawali semenjak era tahun 1960
-an melalui pembangunan New Ulsan Area yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi
150 ribu orang penduduk. Selanjutnya berbagai kota
baru dibangun khususnya untuk memenuhi kebutuhan
perumahan di kawasan Metropolitan Seoul yang terus
tumbuh sebagai akibat proses urbanisasi dan
industrialisasi, contohnya: Bundang, Ilsan, Sangbon,
dan lain sebagainya. Selanjutnya, pembangunan kota
baru generasi berikutnya diprioritaskan untuk menjadi
kota mandiri (self-sufficient city) yang tidak hanya
menyediakan hunian bagi masyarakat namun juga
menumbuhkan kegiatan perekonomian secara
produktif dalam bentuk business cluster (mencakup
kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi),
contohnya: Pangyo, Dongtan, Gwanggyo, dan lain
sebagainya.
Mengingat kondisi Korea Selatan yang miskin
sumberdaya alam maka setiap kota baru generasi
lanjut dikembangkan sebagai innovation city yang
dapat menghasilkan nilai tambah melalui industri
berteknologi tinggi. Untuk itu, setiap kota baru pada
umumnya didukung dengan keberadaan universitas
dan fasilitas riset serta berbagai fasilitas sosial dan
fasilitas umum yang memadai untuk menarik
sumberdaya manusia kreatif (talents) khususnya dalam
bentuk fasilitas rekreasi, fasilitas budaya, fasilitas
pendidikan kelas dunia, kualitas lingkungan yang
terjaga, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum tujuan
pembangunan kota baru di Korea Selatan dari generasi
awal hingga generasi selanjutnya (1960-2000an) dapat
diilustrasikan melalui Gambar 1 .
Selain sebagai instrumen utama penyediaan
perumahan untuk mendukung perekonomian sosial,
pembangunan kota-kota baru juga dilakukan oleh
Pemerintah Korea Selatan sebagai upaya untuk
mewujudkan tujuan pembangunan kawasan perkotaan
yaitu: menciptakan pertumbuhan ekonomi;
mewujudkan kesetaraan sosial; pengembangan
wilayah/teritorial nasional; dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup (pembangunan berkelanjutan).
Melalui pembangunan kota baru, yang direncanakan
dan ditata dari awal secara komprehensif, diharapkan
dapat mewujudkan kota-kota baru yang dapat
memenuhi tujuan pembangunan kawasan perkotaan
Informasi
14
Program Pengembangan Kota Baru di Korea Selatan
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
S enin (2/5/2016) selepas Magrib, seluruh utusan
SKPD PUPR Bidang Sumber Daya Air dari 17
Provinsi dan 153 Kabupaten/Kota di Wilayah Ti-
mur
Indonesia berkumpul di Swiss-BellHotel Kota
Kendari untuk menghadiri pembukaan Rapat Koordinasi
Evaluasi Pelaksanaan DAK 2015, Pelaksanaan DAK 2016, dan
Penyiapan Rencana Kegiatan DAK 2017 Sub Bidang
Infrastruktur Irigasi. Acara yang diselenggarakan oleh
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan Ditjen Sumber
Daya Air Kementerian PUPR disambut oleh tuan rumah yaitu
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, yang diwakili oleh
Sekretaris Daerah Provinsi, dan dibuka secara resmi oleh
Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan, mewakili Direktur
Jenderal Sumber Daya Air.
Dalam sambutannya, Dirjen Sumber Daya Air menekankan
pentingnya keberadaan infrastruktur irigasi untuk
mewujudkan kedaulatan pangan, yang merupakan agenda
utama pembangunan nasional. Daerah irigasi kewenangan
pemerintah daerah (66,74%) memiliki volume luasan yang
lebih besar jika dibandingkan dengan daerah irigasi
kewenangan pusat (33,26%). Hal tersebut menyebabkan
kinerja penyelenggaraan irigasi oleh pemerintah daerah,
berperan besar dalam pencapaian kedaulatan pangan secara
keseluruhan. DAK Sub Bidang Infrastruktur Irigasi hadir dalam
rangka untuk membantu pemerintah daerah meningkatkan
kinerja penyelenggaraan irigasi yang menjadi
kewenangannya. Pemanfaatan DAK Irigasi oleh Pemerintah
Daerah harus optimal dan tepat sasaran, sehingga kinerja
jaringan irigasi meningkat dan mampu mendorong
peningkatan produksi pangan nasional.
Acara dilanjutkan pada hari kedua (3/5/2016) dengan sesi
paparan pleno dari narasumber dari Biro PAKLN, Setjen;
Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Ditjen SDA; dan
Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air, Ditjen
SDA, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan
perwakilan SKPD Wilayah Timur yang hadir. Pemaparan
narasumber dan diskusi meliputi: Arah Kebijakan
Penyelenggaraan DAK TA 2017, Ruang Lingkup
Penyelenggaraan DAK Sub Bidang Infrastruktur Irigasi dan
Pembaharuan Data Dasar, Evaluasi Pelaksanaan DAK TA 2015
dan Peningkatan Pelaporan DAK TA 2016, Pengawasan dan
Pelaksanaan DAK melalui e-Monitoring, ditambah dengan
Penyelenggaraan DAK TA 2015 dan TA 2016 di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Beberapa hal yang mengemuka dalam sesi diskusi antara
lain :
1. Pemotongan alokasi DAK TA 2016 secara mandiri oleh
Pemerintah Daerah, berpengaruh cukup besar terhadap
pelaksanaan DAK TA 2016. Sebagian besar kegiatan DAK
TA 2016 sub bidang infrastruktur irigasi sedang dalam
tahap pelelangan dan penandatangan kontrak, sehingga
banyak kegiatan yang mengalami perubahan target.
Pembukaan Acara Verifikasi Data
15
Gambar 1. Tujuan Pembangunan Kota Baru Korea Selatan
“
”
Salah satu pelaku utama pembangunan kota baru di
Korea Selatan adalah Korean Land and Housing
Corporation (LH) yang merupakan BUMN milik
Pemerintah Korea Selatan yang ditugaskan untuk
melakukan pembangunan perumahan skala besar
dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan
masyarakat khususnya bagi masyarakat berpenghasi-
lan menengah kebawah. Dalam rangka melaksanakan
tugas tersebut, LH juga melakukan pengembangan
kota baru pada lokasi-lokasi yang strategis diseluruh
wilaha Korea Selatan.
Selain LH dalam mewujudkan pembangunan kota baru
maka diperlukan kerjasama antara 2 (dua) pihak
lainnya yaitu: pemerintah dan pengembang swasta.
Peran pemerintah adalah untuk: menyusun kebijakan
pengembangan kawasan perkotaan nasional;
mengeluarkan ijin pembangunan; dan manajemen-
operasi. Sedangkan peran pengembang swasta adalah
untuk: pengembangan perumahan komersial;
pengembangan fasilitas komersial; dan pelaksanaan
konstruksi infrastruktur dalam kawasan kota baru.
LH memiliki peran sangatlah besar dalam mendukung
keberhasilan upaya Pemerintah Korea Selatan
mengatasi backlog perumahan yang parah pada
periode 1970-an s/d 1990-an. Pada periode tahun
tersebut, apabila tidak ditangani maka berpotensi
mengakibatkan berbagai permasalahan sosial.
Sesuai data yang ada, pada tahun 1990-an rasio
kecukupan kebutuhan perumahan di Korea Selatan
baru sebesar 72%, namun demikian melalui berbagai
kebijakan dan program pembangunan yang
Buletin Infra-
15
Korea Selatan (Sumber: Wordpress.com)
Peran LH sangat terasa khususnya
dalam memenuhi kebutuhan
perumahan bagi masyarakat kelas
menengah ke bawah melalui skema
public housing serta dalam rangka
melakukan upaya stabilisasi terhadap
harga perumahan melalui pasokan
rumah yang kontinyu ke pasar
perumahan.
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
dilaksanakan secara konsisten, pada tahun 2014 rasio
kecukupan kebutuhan perumahan telah mencapai
118% (surplus). Selain itu, melalui pengembangan kota
baru LH juga telah berperan penting dalam
mendukung pembangunan ekonomi Korea Selatan
melalui penyediaan lokasi-lokasi baru yang kondusif
untuk menjadi sasaran investasi atau penanaman
modal bagi kegiatan industri, perdagangan, jasa, dan
lain sebagainya.
Dalam pelaksanaan tugasnya, peran LH sangat terasa
khususnya dalam memenuhi kebutuhan perumahan
bagi masyarakat kelas menengah ke bawah melalui
skema public housing serta dalam rangka melakukan
upaya stabilisasi terhadap harga perumahan melalui
pasokan rumah yang kontinyu ke pasar perumahan.
Untuk itu, secara kelembagaan, LH mendapatkan
(6 bulan). Secara keseluruhan, dimana terdapat overlap
diantara beberapa tahap, maka pelaksanaan
pengembangan kota baru memakan waktu tidak
kurang dari 6 (enam) tahun. Tahapan proses dari
pengembangan Kota Baru di Korea Selatan dapat
dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan hasil kajian LH, karakteristik
pengembangan kota baru di Korea Selatan adalah:
prosesnya cepat; berkualitas tinggi; dan murah.
Dampak positif yang dapat dihasilkan adalah:
stabilisasi harga perumahan/properti; membangkitkan
kesempatan kerja dan menumbuhkan industri; dan
perbaikan kualitas lingkungan. Adapun permasalahan
yang masih perlu dibenahi adalah: kemampuan
pelaksanaan konstruksi yang masih terbatas; masih
kurangnya kemandirian kota yang dibangun: dan
Gambar 2. Proses Pengembangan Kota Baru Korea Selatan
dukungan yang kuat dari pemerintah Korea Selatan,
baik melalui landasan peraturan perundangan sebagai
mandat LH dalam melaksanakan tugasnya maupun
dukungan keuangan (termasuk perlindungan atas
risiko kerugian).
Dilihat dari sudut pandang manajemen proyek,
pengembangan kota baru oleh LH dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut: pemilihan lokasi (14
bulan); pengadaan lahan (20 bulan); penyusunan
rencana detil (12 bulan); pelaksanaan konstruksi (40
bulan); penjualan (24 bulan); dan pengakhiran proyek
masih adanya penolakan publik terhadap sistem
kompensasi bagi pembebasan lahan.
Sebagai kesimpulan, pengembangan kota baru di
Korea Selatan terbukti telah dapat secara efektif
memecahkan masalah kelangkaan pasokan rumah bagi
masyarakat. Disamping itu, juga telah mendukung
pembangunan ekonomi Korea Selatan dengan
mewujudkan kota-kota baru yang produktif. Oleh
karena itu, berbagai pembelajaran dan pengalaman
pengembangann kota baru di Korea Selatan kiranya
layak untuk dikaji dan dikembangkan lebih lanjut untuk
diaplikasikan di Indonesia. (Annisa)
16 Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Informasi
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
D ana Alokasi Khusus merupakan dana yang
bersumber dari Pendapatan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), yang
dialokasikan kepada daerah tertentu
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional.
Dalam pengalokasian DAK TA. 2017 terdapat domain
perencanaan dengan dilaksanakannya rapat
multilateral meeting sebagai bentuk pendekatan secara
holistik-tematik terintegrasi dan spasial dengan
ditetapkannya 3 dimensi pembangunan, kondisi perlu
dan pembangunan ekonomi, 23 prioritas nasional, 88
program prioritas dan 1171 kegiatan prioritas.
Pada pendekatan perencanaan pembangunan secara
holistik tematik merupakan penanganan secara
menyeluruh fokus pada kegiatan yang relevan pada
pencapaian tujuan program prioritas, pendekatan
secara terintegrasi merupakan keterpaduan seluruh
kegiatan yang saling memperkuat dan selaras dalam
mencapai sasaran prioritas nasional, sedangkan
pendekatan spasial adalah kegiatan prioritas
direncanakan berdasarkan data dan informasi yang
baik serta lokasi yang jelas sehingga memudahkan
proses integrasi dan pemantauan kegiatan dilapangan.
Gambar 1. Merupakan Penjabaran Strategi
Pembangunan Nasional:
,
Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2017
“
”
17
Arah kebijakan DAK TA. 2017 yaitu
mempertajam fokus bidang/sub
bidang dan kegiatan DAK untuk
mendukung pencapaian sasaran
prioritas nasional
Gambar 1. Penjabaran Strategi Pembangunan Nasional
Informasi
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Pada hari rabu tanggal 11 Mei 2016 telah
diselenggarakan rapat terbatas DAK, dalam arahannya
presiden menyampaikan mekanisme tata cara alokasi
DAK perlu dibenahi dan diperbaiki, untuk mendapat
pencapaian Prioritas Nasional, proses penentuan
besaran alokasi DAK harus transparan serta ditentukan
secara bersama sama oleh Kementerian Keuangan,
Bappenas dan Kementerian teknis terkait, mereformasi
kriteria DAK dari money follow fuction menjadi money
program prioritas, serta perlu adanya pengaturan DAK
secara khusus sehingga tidak memberikan ruang untuk
negosiasi oleh siapapun bagi penentuan alokasinya
Selanjutnya kebijakan perencanaan pembangunan
mengacu pada arahan presiden dimana menteri dan
kepala lembaga wajib mengendalikan anggaran di
setiap K/L yang dipimpinnya, anggaran negara harus
berorientasi manfaat untuk rakyat, kebijakan anggaran
berdasarkan money follow program, tidak semua tusi
harus dibiayai secara merata, pemangkasan program
yang numenklaturnya kurang jelas dan kurang
bermanfaat bagi rakyat, pemangkasan regulasi yang
menghambat pengambilan keputusan dan tindakan,
peningkatan belanja modal dan fokus pada
pembangunan infrastruktur serta penyediaan sumber
daya manusia dalam percepatan pembangunan.
Sementara pada domain pelaksanaan terdapat proses
rapat bilateral meeting, musyawarah rencana
pembangunan nasional (musrenbangnas), dan rapat
trilateral meeting untuk menyederhanakan
nomenklatur bidang-bidang DAK TA. 2017, terdapat
juga proses mensinkronkan program kegiatan antar
Kementerian/Lembaga serta urusan pemerintah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sedangkan Arah kebijakan DAK TA. 2017 yaitu mem-
pertajam fokus bidang/sub bidang dan kegiatan DAK
untuk mendukung pencapaian sasaran prioritas
nasional, mengalokasikan DAK berdasarkan usulan
daerah (proposal base) dan prioritas nasional dengan
memperhatikan perubahan kewenangan dari
kabupaten/kota ke provinsi, memberikan afirmasi
untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan
transmigrasi, melakukan sinkronisasi dan harmonisasi
DAK dengan mengoptimalkan peran provinsi,
menghilangkan kewajiban daerah untuk menyediakan
dana pendamping, memberikan siskresi kepada daerah
untuk menggunakan maksimal 5% dari pagu DAK
untuk kegiatan penunjang yang bersifat non fisik,
mempercepat juknis/juklak DAK, penetapan juknis
dengan Perpres dan berlaku 3 tahun untuk
memberikan kepastian bagi daerah, dan melakukan
penyaluran DAK berbasis kinerja penyerapan. Berikut
Gambar Tahapan Umum Pelaksanaan DAK TA. 2017:
18
Gambar 2 . Tahapan Umum Pelaksanaan DAK TA. 2017
Sosialisasi petunjuk teknis & konsultasi program DAK di Batam
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 DAK adalah dana transfer khusus ke daerah yang
merupakan bagian dari dana perimbangan, Dana
transfer khusus terdiri dari DAK Fisik dan DAK Non
Fisik, DAK Fisik dibagi lagi menjadi DAK Reguler, DAK
Penugasan dan DAK Afirmasi sesuai dengan RKP dan
Nota Keuangan RAPBN Tahun 2017. Gambar dan Tabel
berikut merupakan Pokok-Pokok Kebijakan DAK Fisik
TA. 2017 :
Oleh:
Leviana
19
Gambar 3. Pokok--pokok Kebijakan DAK Fisik TA. 2017
Sosialisasi petunjuk teknis & konsultasi program DAK di Batam
Sosialisasi petunjuk teknis & konsultasi program DAK di malang
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016 20
peristiwa
WORKSHOP
Road Asset Management
Database System
in Indonesia
P ASCO Representative Indonesia dan Subdit
Bimbingan Teknik Jalan Daerah, Direktorat
Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan dan
Fasilitasi Jalan Daerh pada tanggal 25 Mei
2016 mengadakan kegiatan Workshop on Regional
Asset Management Database System in Indonesia. Pada
acara workshop tersebut penyaji berasal dari Kyoto
University Jepang, Pasco Corporation Jepang, Pasco
Corporation Indonesia, PT Nusantara Secom InfoTech
Indonesia dan Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah.
Sedangkan peserta berasal dari unsur Direktorat
Pengembangan Jaringan Jalan, Direktorat Jalan Bebas
Hambatan, Perkotaan dan Fasilitasi Jalan Daerah, Biro
Perencanaan Anggaran dan Kerjasam Luar Negeri,
Pusjatan, Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota, PT Jasa
Marga, akademisi dari Univesritas Gadjah Mada (Prof.
Agus Taufik Muljono) dan Universitas Sebelas Maret
(Dr. Mamok Suprapto).
Pembicara dari Kyoto University, Assoc. Prof. Dr. Kazuya
Aoki menyampaikan tentang pentingnya database jalan
sebagai dasar bagi kegiatan perencanaan,
pemrograman, pelaksanaan dan evaluasi
penyelenggaraan jalan. Data jalan yang terdapat di
dalam databse jalan dapat dimanfaatkan untuk
menindaklanjuti masalah yang terjadi di dalam setiap
bagian dalam Road Maintenance Cycle. Berikut ini
adalah ilustrasi dari pemanfaatan database jalan dalam
setiap bagian dalam Road Maintenance Cylce.
Gambar 1. Ilustrasi pemanfaatan database jalan oleh Prof. Dr. Kazuya Aoki
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
20
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
21
Road Asset Management
Database System
in Indonesia
Gambar 1. Ilustrasi pemanfaatan database jalan oleh Prof. Dr. Kazuya Aoki
Di dalam presentasinya, Prof. Dr. Kazuya Aoki
menjelaskan penggunan database jalan dapat
memasukkan berbagai kondisi jalan ke dalam
database, seperti pavement condition (IRI), rambu jalan,
drainase, trotoar, dan sebagainya serta dapat
dilengkapi dengan data visual dari kondisi jalan
tersebut. Database jalan juga membantu dalam
mengintegrasikan petugas yang berada di lapangan
dengan petugas yang berada di kantor melakukan
inspeksi harian. Petugas yang berada di lapangan
dapat langsung memperbarui data kondisi jalan yang
ada di dalam database jalan dan petugas yang berada
di kantor dapat langsung mengetahui lokasi jalan
tersebut dengan menngunakan GPS (Global Positioning
System) sehingga dapat ditindakjanjuti secara tepat.
Selain itu juga, Prof. Dr. Kazuya Aoki memaparkan
database jaringan jalan juga dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan program pemeliharaan jalan tahunan
dengan kemampuannya dalam menyimpan data
kondisi jalan secara menyeluruh dan juga dapat
memudahkan dalam penyebaran informasi kondisi
jalan, baik secara parsial maupun menyeluruh, kepada
instansi-instansi terkait yang membutuhkan informasi
tersebut. Setelah itu Prof. Dr. Kazuya Aoki menjelaskan
mengenai deterioration model yang digunakan dalam
Road Asset Management System yang Ia kembangkan.
Deterioration model yang ia gunakan berdasarkan
kepada pendekatan Markov Chain Model yaitu Markov
Transition Probabilities sehingga model yang ia
gunakan memperhatikan faktor ketidakpastian
(uncertainty) di dalam perhitungan model tersebut.
Dan manfaat yang didapatkan dari penggunaan
deterioration model tersebut adalah berkurangnya
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeliharaan
jalan serta dapat menjadi salah satu variabel penting
dalam analisis biaya risiko.
Sesi selanjutnya dilanjutkan oleh Junichi Oshima yang
menjelaskan tentang “MLIT Project Summary and
Outputs”. Dalam paparannya Junichi Oshima
menjelaskan mengenai teknologi Road Data
Management System yang sedang dikembangkan oleh
MLIT. Menurut Junuchi, Teknologi yang sedang mereka
kembangkan sesuai dengan kondisi Indonesia karena
kemudahan dalam pengoperasian namun tetap
mempunyai kualitas yang baik. Dalam presentasinya
Junichi menjelaskan mengenai teknologi pengumpulan
data, teknologi analisis data, dan pemanfaatan data
dari proyek mereka. Beberapa inovasi baru dijelaskan
oleh Junichi dalam presentasinya, seperti index for
repair decision yang merupakan gabungan antara
metode klasifikasi jalan berdasarkan IRI dan visual.
Pihak dari Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah dan
beberapa pihak lain akan mencoba mempelajari lebih
beberapa hal yang sudah dipresentasikan oleh Junichi
Oshima.
Narasumber dalam sesi selanjutnya adalah Tetsuo Uno
dan Andry Fernandus yang akan mendemonstrasikan
survei kondisi jalan yang sudah dilakukan di Indonesia,
tepatnya di Kota Surakarta, dengan teknologi yang
sudah mereka kembangkan. Selain itu juga, Tetsuo
juga memperlihatkan tampilan dari software road
database yang sudah mereka kembangkan beserta
dengan fungsi-fungsi yang dapat dioperasikan dalam
software tersebut.
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
21
Demonstrasi yang dilakukan oleh Tetsuo Ono
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
Sesi presentasi terakhir diisi oleh Hayato Fukuoka dari
Nusantara Secom Infotech yang menawarkan
teknologi database jalan yang sudah dibuat oleh
mereka sebelumnya. Software yang mereka
kembangkan sudah digunakan di 3 kota di Indonesia
dan juga oleh PT Jasa Marga dalam melakukan
pemeliharaan jalan tol. Metode survey yang mereka
lakukan dalam mengumpulkan data kondisi jalan
terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan,
survei lapangan, kompilasi data, dan tahap analisis dan
evaluasi. Untuk dapat menerapkan teknologi yang
mereka tawarkan, pihak pengguna harus menyiapkan
biasa minimal sebesar 300 juta rupiah. Beberapa pihak
yang hadir dalam workshop tertarik dengan teknologi
yang mereka tawarkan, namun masih dibutuhkan
kajian lebih lanjut. Pada kesempatan ini juga, Kasi
22
Bimbingan Teknik I menyampaikan
tentang aplikasi RoadRoid dan
RoadBudget kepada peserta Workshop.
Peserta dari Biro Perencanaan Anggaran
dan
Kerjasama Luar Negeri dan Pusjatan
mendukung kedua aplikasi tersebut guna
meningkatkan pengelolaan data base
jalan daerah dan transparansi
pengelolaan anggaran. Pusjatan dan
Kyoto University akan mempelajari lebih
lanjut mengenai model penurunan IRI
yang digunakan dalam aplikasi
RoadBudget. (Annisa)
Gambar 5. Contoh tampilan visual dan hasil survei di Kota Surakarta
Gambar 4. Pemaparan metode survei yang dilakukan oleh pihak PASCO CORPORATION dan PT NSI
“
”
Pentingnya database jalan
sebagai dasar bagi kegiatan
perencanaan, pemrograman,
pelaksanaan dan evaluasi
penyelenggaraan jalan.
Index for repair decision yang
merupakan gabungan antara
metode klasifikasi jalan
berdasarkan IRI dan visual.
Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi V/2016
23
Serba-serbi
SASARAN DAK BIDANG INFRASTRUKTUR Tahun Anggaran 2017
1.Pembangunan Daerah Irigasi Baru : 81 DI seluas 5.000 Ha
2.Rehabilitasi Jaringan Irigasi : 5.394 DI seluas 755.200 Ha
1. Kemantapan Jalan Provinsi sebesar 71,75%
2. Kemantapan Jalan Kab/Kota sebesar 60,76%
3. Meningkatnya aksesibilitas menuju kawasan-kawasan strategis nasional : perbatasan, pariwisata, industri, daerah tertinggal
4. Meningkatnya konektivitas nasional
Sesuai RPJMN 2015 -2019, penanganan rumah tidak layak huni ditargetkan sebesar 1.750.000 unit. Berdasarkan resources envelope tahunan, target yang dapat ditangani PUPR sebanyak 400.000 unit, sehingga terdapat gap sebesar 1.350.000 unit.
1. Tersedianya akses ke sumber air minum yang layak bagi 444.726 rumah tangga bagi MBR dan Non-MBR di kab/kota yang memiliki idle capacity yang memadai untuk dibangun.
2. Tersedianya akses ke sumber air minum yang layak bagi 716.352 rumah tangga melalui pembangunan baru 448 SPAM lengkap dengan kapasitas sampai dengan 10 liter/detik
3. Tersedianya akses ke sumber air minum yang layak bagi 243.170 rumah tangga melalui peningkatan SPAM BJP menjadi SPAM BJP terlindungi.
1. Terbangunnya 84.500 SR untuk SPAL terpusat terpasang.
2. Terbangunnya 85.000 SR melalui pembangunan 1.700 unit SPAL Terpusat Skala Komunal Domestik baru.
3. Terbangunnya 1.026 unit IPAL USK baru.
4. dianya 348.000 unit tangki septik individu di perkotaan.
5. Tersedianya 116 unit truk tinja untuk mengangkut lumpur tinja dari rumah ke IPLT.
6. Terbangunnya 76 IPLT baru.
7. Tersedianya sarana sanitasi individual perdesaan di desa/kelurahan yang sudah terverifikasi ODF selama minimal 2 tahun sebanyak 1.740.000 unit
8. Terbangunnya TPS 3R sebanyak 700 unit.
9. Terbangunnya alat pemantauan kualitas air sungai sebanyak 52 unit.
BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT