nomor 190 /pmk.05/2012 tentang - setjen.pu.go.id · republik indonesia tahun 2010 nomor 213,...

89
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005, telah diatur ketentuan mengenai pedoman pembayaran dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. bahwa sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara; c. bahwa untuk melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang lebih tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai pedoman pembayaran dalam pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

Upload: others

Post on 31-Aug-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 190 /PMK.05/2012

TENTANG

TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKAPELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor134/PMK.06/2005, telah diatur ketentuan mengenaipedoman pembayaran dalam pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara;

b. bahwa sesuai dengan Pasal 7 ayat (2) huruf aUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selakuBendahara Umum Negara berwenang menetapkan kebijakandan pedoman pelaksanaan anggaran negara;

c. bahwa untuk melaksanakan Anggaran Pendapatandan Belanja Negara yang lebih tertib, efisien, ekonomis,efektif, transparan, dan bertanggung jawab, perlu mengaturkembali ketentuan mengenai pedoman pembayaran dalampelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkanPeraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara PembayaranDalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan danBelanja Negara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4400);

Page 2: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 2 -

4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARAPEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARANPENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnyadisingkat APBN adalah rencana keuangan tahunanpemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat.

2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebutDIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran yangdigunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalammelaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaanAPBN.

3. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yangbertanggung jawab atas pengelolaan keuangan KementerianNegara/Lembaga yang bersangkutan.

4. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaganegara.

5. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalahpejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaranKementerian Negara/Lembaga.

6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPAadalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untukmelaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawabpenggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembagayang bersangkutan.

7. Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurutnomenklatur Kementerian Negara/Lembaga dan menurutfungsi Bendahara Umum Negara.

8. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat BUNadalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsiBUN.

Page 3: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 3 -

9. Kuasa Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebutKuasa BUN adalah pejabat yang diangkat oleh BUN untukmelaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangkapelaksanaan APBN dalam wilayah kerja yang ditetapkan

10. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnyadisingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat JenderalPerbendaharaan yang memperoleh kuasa dari BUN untukmelaksanakan sebagian fungsi Kuasa BUN.

11. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah unitorganisasi lini Kementerian Negara/Lembaga atau unitorganisasi Pemerintah Daerah yang melaksanakan kegiatanKementerian Negara/Lembaga dan memiliki kewenangan dantanggung jawab penggunaan anggaran.

12. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPKadalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/KPAuntuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapatmengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

13. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yangselanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberikewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian ataspermintaan pembayaran dan menerbitkan perintahpembayaran.

14. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untukmenerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluanBelanja Negara dalam pelaksanaan APBN padakantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.

15. Bendahara Pengeluaran Pembantu yang selanjutnyadisingkat BPP adalah orang yang ditunjuk untuk membantuBendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayarankepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatantertentu.

16. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai yangselanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu KPA yangdiberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelolapelaksanaan belanja pegawai.

17. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uangmuka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan kepadaBendahara Pengeluaran untuk membiayai kegiatanoperasional sehari-hari Satker atau membiayai pengeluaranyang menurut sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukanmelalui mekanisme pembayaran langsung.

Page 4: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 4 -

18. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut PembayaranLS adalah pembayaran yang dilakukan langsung kepadaBendahara Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasarperjanjian kerja, surat keputusan, surat tugas atau suratperintah kerja lainnya melalui penerbitan Surat PerintahMembayar Langsung.

19. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat TUPadalah uang muka yang diberikan kepada BendaharaPengeluaran untuk kebutuhan yang sangat mendesakdalam 1 (satu) bulan melebihi pagu UP yang telahditetapkan.

20. Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan yangselanjutnya disingkat PTUP adalah pertanggungjawabanatas TUP.

21. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkatSPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisipermintaan pembayaran tagihan kepada negara.

22. Surat Permintaan Pembayaran Langsung yang selanjutnyadisebut SPP-LS adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK,dalam rangka pembayaran tagihan kepada penerimahak/ Bendahara Pengeluaran.

23. Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPP-UP adalah dokumenyang diterbitkan oleh PPK, yang berisi permintaanpembayaran UP.

24. Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaanyang selanjutnya disebut SPP-TUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPK, yang berisi permintaan pembayaranTUP.

25. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang Persediaanyang selanjutnya disebut SPP-GUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPK, yang berisi pertanggungjawaban danpermintaan kembali pembayaran UP.

26. Surat Permintaan Pembayaran Penggantian Uang PersediaanNihil yang selanjutnya disebut SPP-GUP Nihil adalahdokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisipertanggungjawaban UP.

27. Surat Permintaan Pembayaran PertanggungjawabanTambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut SPP-PTUP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang berisipermintaan pertanggungjawaban atas TUP.

Page 5: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 5 -

28. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPMadalah dokumen yang diterbitkan oleh PPSPM untukmencairkan dana yang bersumber dari DIPA.

29. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnyadisebut SPM-LS adalah dokumen yang diterbitkan olehPPSPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPAdalam rangka pembayaran tagihan kepada penerimahak/Bendahara Pengeluaran.

30. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan yang selanjutnyadisebut SPM-UP adalah dokumen yang diterbitkan olehPPSPM untuk mencairkan UP.

31. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPM-TUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPSPM untuk mencairkan TUP.

32. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan yangselanjutnya disebut SPM-GUP adalah dokumen yangditerbitkan oleh PPSPM dengan membebani DIPA, yangdananya dipergunakan untuk menggantikan UP yang telahdipakai.

33. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan Nihilyang selanjutnya disebut SPM-GUP Nihil adalah dokumenyang diterbitkan oleh PPSPM sebagai pertanggungjawabanUP yang membebani DIPA.

34. Surat Perintah Membayar Pertanggungjawaban TambahanUang Persediaan yang selanjutnya disebut SPM-PTUP adalahdokumen yang diterbitkan oleh PPSPM sebagaipertanggungjawaban atas TUP yang membebani DIPA.

35. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebutSP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPNselaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atasbeban APBN berdasarkan SPM.

36. Bagan Akun Standar yang selanjutnya disingkat BAS adalahdaftar perkiraan buku besar meliputi kode dan uraianorganisasi, fungsi dan sub fungsi, program, kegiatan, output,bagian anggaran/unit organisasi eselon I/Satker dan kodeperkiraan yang ditetapkan dan disusun secara sistematisuntuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,serta pertanggungjawaban dan laporan keuangan pemerintahpusat.

37. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkatPNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yangtidak berasal dari pajak.

Page 6: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 6 -

38. Bank Operasional adalah bank umum yang ditunjuk olehMenteri Keuangan selaku BUN atau pejabat yang diberikuasa untuk melaksanakan pemindahbukuan sejumlahuang dari Kas Negara ke rekening sebagaimana yangtercantum dalam SP2D.

39. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalaharsip data dalam bentuk softcopy yang disimpan dalammedia penyimpanan digital.

40. Gaji Induk adalah gaji yang dibayarkan secara rutin bulanankepada pegawai negeri yang telah diangkat oleh pejabat yangberwenang dengan surat keputusan sesuai ketentuanperundang-undangan pada Satker yang meliputi gaji pokokdan tunjangan yang melekat pada gaji.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mengatur mengenai tata cara pembayarandalam rangka pelaksanaan APBN selain tata cara pembayarandalam rangka pelaksanaan APBN untuk Perwakilan RepublikIndonesia di Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan danTentara Nasional Indonesia.

BAB III

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 3

(1) DIPA berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran negarasetelah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan selakuBUN.

(2) Alokasi dana yang tertuang dalam DIPA merupakan batastertinggi pengeluaran negara.

(3) Pengeluaran negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tidak boleh dilaksanakan jika alokasi dananya tidak tersediaatau tidak cukup tersedia dalam DIPA.

(4) Khusus pelaksanaan pengeluaran negara untuk pembayarangaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dapat melampauialokasi dana gaji dan tunjangan yang melekat pada gajidalam DIPA, sebelum dilakukan perubahan/revisi DIPA.\

Page 7: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 7 -

BAB IV

PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Bagian Kesatu

Pengguna Anggaran

Pasal 4

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku penyelenggara urusantertentu dalam pemerintahan bertindak sebagai PA atasBagian Anggaran yang disediakan untuk penyelenggaraanurusan pemerintahan yang menjadi tugas dankewenangannya tersebut.

(2) Menteri Keuangan, selain sebagai PA atas Bagian Anggaranuntuk kementerian yang dipimpinnya, juga bertindak selakuPA atas Bagian Anggaran yang tidak dikelompokkan dalamBagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga tertentu.

(3) Bagian Anggaran yang tidak dikelompokkan dalam BagianAnggaran Kementerian Negara/Lembaga tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi:a. Pengelolaan Utang;b. Pengelolaan Hibah;c. Pengelolaan Investasi Pemerintah;d. Pengelolaan Penerusan Pinjaman;e. Pengelolaan Transfer ke Daerah;f. Pengelolaan Subsidi;g. Pengelolaan Transaksi Khusus; danh. Pengelolaan Anggaran lainnya.

(4) Dalam mengelola Bagian Anggaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2), Menteri Keuangan menunjuk pejabat setingkateselon I di lingkungan Kementerian Keuangan untukmenjalankan fungsi PA.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawabPA dan tata cara pembayaran atas Bagian Anggaran yangtidak dikelompokkan dalam Bagian Anggaran KementerianNegara/Lembaga tertentu sebagaimana dimaksud padaayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

Page 8: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 8 -

Bagian Kedua

Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 5

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:a. menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri

Sipil untuk melaksanakan kegiatan KementerianNegara/Lembaga sebagai KPA; dan

b. menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya.

(2) Penunjukan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a bersifat ex-officio.

(3) Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi PPK dan PPSPM.

(4) Kewenangan PA untuk menetapkan Pejabat PerbendaharaanNegara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdilimpahkan kepada KPA.

(5) Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serahterima jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsungmenjabat sebagai KPA.

(6) PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagaiKPA dalam hal:a. Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;b. Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat

Eselon I;c. Satker sementara;d. Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional;

ataue. Satker Lembaga Negara.

(7) Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan Pegawai NegeriSipil, PA dapat menunjuk pejabat lain yang berstatusPegawai Negeri Sipil sebagai KPA.

(8) Dalam keadaan tertentu PA dapat menunjuk KPA yangbukan Pegawai Negeri Sipil, dengan mempertimbangkanefektivitas dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabananggaran, pelaksanaan kegiatan, dan pencapaianoutput/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA.

(9) Penunjukkan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (8)harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q DirekturJenderal Perbendaharaan.

Page 9: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 9 -

Pasal 6

(1) Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat/pegawaiyang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai PejabatPerbendaharaan Negara, dimungkinkan perangkapan fungsiPejabat Perbendaharaan Negara dengan memperhatikanpelaksanaan prinsip saling uji (check and balance).

(2) Perangkapan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dapat dilaksanakan melalui perangkapan jabatan KPAsebagai PPK atau PPSPM.

Pasal 7

(1) KPA melaksanakan penggunaan anggaran berdasarkan DIPASatker.

(2) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan padaDIPA.

(3) Penunjukan KPA tidak terikat periode tahun anggaran.

(4) Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satkersebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) atau pejabatlain yang ditunjuk sebagai KPA sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 ayat (6), PA segera menunjuk seorang pejabatbaru sebagai pelaksana tugas KPA.

(5) Penunjukan KPA berakhir apabila tidak teralokasi anggaranuntuk program yang sama pada tahun anggaran berikutnya.

(6) KPA yang penunjukannya berakhir sebagaimana dimaksudpada ayat (5) bertanggungjawab untuk menyelesaikanseluruh administrasi dan pelaporan keuangan.

Pasal 8

(1) Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana Dekonsentrasidilakukan oleh Gubernur selaku pihak yang diberikanpelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadikewenangan Kementerian Negara/Lembaga.

(2) Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana Urusan Bersama,dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usulGubernur/Bupati/Walikota.

(3) Penunjukan KPA atas pelaksanaan Tugas Pembantuandilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usulGubernur/Bupati/Walikota.

(4) Dalam rangka percepatan pelaksanaan anggaran,Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mendelegasikanpenunjukan KPA atas pelaksanaan Urusan Bersama danTugas Pembantuan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

Page 10: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 10 -

Pasal 9

(1) Dalam pelaksanaan anggaran pada Satker, KPA memilikitugas dan wewenang:a. menyusun DIPA;b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara;c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan

dan menerbitkan SPM atas beban anggaran belanjaNegara;

d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalampelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan;

e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencanapenarikan dana;

f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaankegiatan dan penarikan dana;

g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yangberkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran;dan

h. menyusun laporan keuangan dan kinerja ataspelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

(2) Untuk 1 (satu) DIPA, KPA menetapkan:

a. 1 (satu) atau lebih PPK; dan

b. 1 (satu) PPSPM.

Pasal 10

(1) KPA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dananggaran yang berada dalam penguasaannya kepada PA.

(2) Pelaksanaan tanggung jawab KPA sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan

rencana penarikan dana;b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan

pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentangpengadaan barang/jasa pemerintah;

c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agarproses penyelesaian tagihan atas beban APBNdilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan danpengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output)yang ditetapkan dalam DIPA;

Page 11: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 11 -

e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatanperjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa danpembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran(output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yangtelah ditetapkan;

f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas bebanAPBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkandalam DIPA; dan

g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi ataspertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalamrangka penyusunan laporan keuangan.

Pasal 11

(1) KPA menetapkan PPK dan PPSPM dengan surat keputusan.

(2) Penetapan PPK dan PPSPM sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak terikat periode tahun anggaran.

(3) Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditetapkansebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periodetahun anggaran, penetapan PPK dan/atau PPSPM tahunyang lalu masih tetap berlaku.

(4) Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPAmenetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan suratkeputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan.

(5) Dalam hal penunjukan KPA berakhir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 ayat (5), penetapan PPK dan PPSPM secaraotomatis berakhir.

(6) PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir sebagaimanadimaksud pada ayat (5) harus menyelesaikan seluruhadministrasi keuangan yang menjadi tanggung jawabnyapada saat menjadi PPK atau PPSPM.

(7) KPA menyampaikan surat keputusan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (4) kepada:a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda

tangan PPSPM dan cap/stempel Satker;b. PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK; danc. PPK.

(8) Pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikanpemberitahuan kepada pejabat sebagaimana dimaksud padaayat (7) dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atauPPSPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

Page 12: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 12 -

Bagian Ketiga

Pejabat Pembuat Komitmen

Pasal 12

(1) PPK melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukantindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanjanegara.

(2) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), PPK mempedomani pelaksanaan tanggungjawab KPA kepada PA sebagaimana dimaksud dalamPasal 10.

(3) PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM.

Pasal 13

(1) Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkanpengeluaran anggaran belanja negara, PPK memiliki tugasdan wewenang:

a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencanapenarikan dana berdasarkan DIPA;

b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

c. membuat, menandatangani dan melaksanakanperjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;

d. melaksanakan kegiatan swakelola;e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/

kontrak yang dilakukannya;f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak

tagih kepada negara;h. membuat dan menandatangani SPP;i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada

KPA;j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan

kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan;k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen

pelaksanaan kegiatan; danl. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang

berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkanpengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencanapenarikan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a, dilakukan dengan:

Page 13: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 13 -

a. menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasukrencana penarikan dananya;

b. menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagaidasar pembuatan SPP-UP/TUP; dan

c. mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA.

(3) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf gdilakukan dengan:a. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat

bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan/ataub. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat

keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapanpembayaran belanja pegawai.

(4) Dalam hal surat-surat bukti mengenai hak tagih kepadanegara berupa surat jaminan uang muka, pengujiankebenaran materiil dan keabsahan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) huruf a dilakukan dengan:a. menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan

uang muka; danb. menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka

yang dapat dibayarkan sesuai ketentuan mengenaipengadaan barang/jasa pemerintah.

(5) Laporan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf i berupa laporan atas:a. pelaksanaan kegiatan;b. penyelesaian kegiatan; danc. penyelesaian tagihan kepada negara.

(6) Tugas dan wewenang lainnya sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf l meliputi:a. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan

barang/jasa;b. memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran

kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagihkepada negara;

c. mengajukan permintaan pembayaran atas tagihanberdasarkan prestasi kegiatan;

d. memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaiantagihan kepada negara; dan

e. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkankepada penyedia barang/jasa.

(7) Uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf edapat diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk:

a. mobilisasi alat dan tenaga kerja;

b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasokbarang/material; dan/atau

Page 14: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 14 -

c. persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaanPengadaan Barang/Jasa.

Pasal 14

(1) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf h, PPK menguji:a. kelengkapan dokumen tagihan;b. kebenaran perhitungan tagihan;c. kebenaran data pihak yang berhak menerima

pembayaran atas beban APBN;d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa

sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian/kontrakdengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyediabarang/jasa;

e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasasebagaimana yang tercantum pada dokumen serahterima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak;

f. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul daripenggunaan surat bukti mengenai hak tagih kepadanegara; dan

g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaansebagaimana yang tercantum pada dokumen serahterima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak.

(2) PPK harus menyampaikan laporan bulanan terkaitpelaksanaan tugas dan wewenang kepada KPA sebagaimanadimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf i, yang palingkurang memuat:a. perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang

telah ditandatangani;b. tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia

barang/jasa;c. tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dand. jangka waktu penyelesaian tagihan.

Pasal 15

(1) Dalam melaksanakan kewenangan KPA di bidang belanjapegawai, KPA mengangkat PPABP untuk membantu PPKdalam mengelola administrasi belanja pegawai.

(2) PPABP bertanggung jawab atas pengelolaan administrasibelanja pegawai kepada KPA.

(3) PPABP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas:a. melakukan pencatatan data kepegawaian secara

elektronik dan/atau manual yang berhubungan denganbelanja pegawai secara tertib, teratur, danberkesinambungan;

Page 15: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 15 -

b. melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusankepegawaian dan dokumen pendukung lainnya dalamdosir setiap pegawai pada Satker yang bersangkutansecara tertib dan teratur;

c. memproses pembuatan Daftar Gaji induk, Gaji Susulan,Kekurangan Gaji, Uang Duka Wafat/Tewas, TerusanPenghasilan/Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, UangMakan, Honorarium, Vakasi, dan pembuatan DaftarPermintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya;

d. memproses pembuatan Surat Keterangan PenghentianPembayaran (SKPP);

e. memproses perubahan data yang tercantum pada SuratKeterangan Untuk Mendapatkan Tunjangan Keluargasetiap awal tahun anggaran atau setiap terjadiperubahan susunan keluarga;

f. menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADKPerubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, DaftarPerubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnyakepada PPK;

g. mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangansetiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan

h. melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungandengan penggunaan anggaran belanja pegawai.

Bagian Keempat

Pejabat Penanda Tangan SPM

Pasal 16

PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukanpengujian atas tagihan dan menerbitkan SPM.

Pasal 17

(1) Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM,PPSPM memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung;b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak

memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah

disediakan;d. menerbitkan SPM;e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen

hak tagih;f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah

pembayaran kepada KPA; dan

Page 16: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 16 -

g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yangberkaitan dengan pelaksanaan pengujian dan perintahpembayaran.

(2) Dalam menerbitkan SPM sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf d, PPSPM melakukan hal-hal sebagai berikut:a. mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana

UP/TUP, dan sisa dana UP/TUP pada kartu pengawasanDIPA;

b. menandatangani SPM; danc. memasukkan Personal Identification Number (PIN) PPSPM

sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM.

(3) Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yangdilakukan oleh PPSPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf a meliputi:a. kelengkapan dokumen pendukung SPP;b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda

tangan PPK;c. kebenaran pengisian format SPP;d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan

DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan

DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang

menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanjapegawai;

g. kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadipersyaratan/kelengkapan sehubungan denganpengadaan barang/jasa;

h. kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaranpada SPP sehubungan dengan perjanjian/kontrak/suratkeputusan;

i. kebenaran perhitungan tagihan serta kewajibandi bidang perpajakan dari pihak yang mempunyai haktagih;

j. kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayarankepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagihkepada negara; dan

k. kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuanpembayaran dalam perjanjian/kontrak.

(4) Pengujian kode BAS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf d termasuk menguji kesesuaian antara pembebanankode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) denganuraiannya.

(5) Tata cara pelaksanaan tanda tangan elektronik dalam bentukPIN PPSPM pada ADK SPM diatur dengan Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaaan.

Page 17: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 17 -

Pasal 18(1) Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), PPSPM bertanggung jawabatas:a. kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi

terhadap dokumen hak tagih pembayaran yang menjadidasar penerbitan SPM dan akibat yang timbul daripengujian yang dilakukannya; dan

b. ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaianSPM kepada KPPN.

(2) PPSPM harus menyampaikan laporan bulanan terkaitpelaksanaan tugas dan wewenang kepada KPA sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf f yang paling sedikitmemuat:a. jumlah SPP yang diterima;b. jumlah SPM yang diterbitkan; danc. jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

Bagian Kelima

Kuasa Bendahara Umum Negara

Pasal 19

(1) Menteri Keuangan selaku BUN mengangkat Kepala KPPNselaku Kuasa BUN untuk melaksanakan tugaskebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran dalamwilayah kerja yang telah ditetapkan.

(2) Tugas kebendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi kegiatan menerima, menyimpan, membayar ataumenyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada dalampengelolaannya.

(3) KPPN dalam melaksanakan tugas kebendaharaansebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit:a. melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara

dalam rangka pengendalian pelaksanaan anggarannegara; dan

b. melakukan pembayaran tagihan kepada penerima haksebagai pengeluaran anggaran.

Pasal 20

(1) KPPN selaku Kuasa BUN melaksanakan pencairan danaberdasarkan perintah pembayaran yang diterbitkan olehPPSPM atas nama KPA.

Page 18: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 18 -

(2) Dalam pelaksanaan pencairan dana, KPPN memiliki tugasdan wewenang untuk menguji dan meneliti kelengkapan SPMyang diterbitkan oleh PPSPM.

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas danwewenang KPPN selaku Kuasa BUN diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

Bagian Keenam

Bendahara Pengeluaran

Pasal 22

(1) Untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangkapelaksanaan anggaran belanja, Menteri/Pimpinan Lembagamengangkat Bendahara Pengeluaran di setiap Satker.

(2) Kewenangan pengangkatan Bendahara Pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikankepada kepala Satker.

(3) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan pendelegasian kewenanganpengangkatan Bendahara Pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan surat keputusan.

(4) Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periodetahun anggaran.

(5) Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPKatau PPSPM.

(6) Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran,penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalumasih tetap berlaku.

(7) Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangansementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satkermenetapkan pejabat pengganti sebagai BendaharaPengeluaran.

(8) Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangansementara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) harusmenyelesaikan seluruh administrasi keuangan yang menjaditanggung jawabnya pada saat menjadi BendaharaPengeluaran.

Page 19: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 19 -

(9) Kepala Satker menyampaikan surat keputusanpengangkatan dan spesimen tanda tangan BendaharaPengeluaran kepada:a. PPSPM; danb. PPK.

Pasal 23

(1) Dalam pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembagaatau kepala Satker menetapkan 1 (satu) BendaharaPengeluaran untuk 1 (satu) DIPA/Satker.

(2) Dalam hal terdapat keterbatasan pegawai/pejabat yang akanditunjuk sebagai Bendahara Pengeluaran, Menteri/PimpinanLembaga atau kepala Satker dapat menetapkan 1 (satu)Bendahara Pengeluaran untuk mengelola lebih dari 1 (satu)DIPA/Satker.

(3) Dalam hal pengelolaan DIPA/Satker tidak memerlukanBendahara Pengeluaran, tidak perlu ditetapkan BendaharaPengeluaran.

Pasal 24

(1) Bendahara Pengeluaran melaksanakan tugas kebendaharaanatas uang/surat berharga yang berada dalampengelolaannya, yang meliputi:a. Uang/surat berharga yang berasal dari UP dan

Pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran; danb. Uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan

bukan berasal dari Pembayaran LS yang bersumber dariAPBN.

(2) Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan

membukukan uang/surat berharga dalampengelolaannya;

b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkanperintah PPK;

c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhipersyaratan untuk dibayarkan;

d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negaradari pembayaran yang dilakukannya;

e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajibankepada negara ke kas negara;

f. mengelola rekening tempat penyimpanan UP; dang. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)

kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN.

Page 20: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 20 -

(3) Kepala Satker menyampaikan surat keputusanpengangkatan dan spesimen tanda tangan BendaharaPengeluaran kepada Kepala KPPN dalam rangkapenyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g.

(4) Pembayaran dilaksanakan setelah dilakukan pengujian atasperintah pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b yang meliputi:a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang

diterbitkan oleh PPK;b. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi:

1. pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;2. nilai tagihan yang harus dibayar;3. jadwal waktu pembayaran; dan4. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

c. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antaraspesifikasi teknis yang disebutkan dalam penerimaanbarang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkandalam dokumen perjanjian/kontrak; dan

d. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kodemata anggaran pengeluaran (akun 6 digit).

Pasal 25

(1) Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaananggaran, kepala Satker dapat menunjuk beberapa BPPsesuai kebutuhan.

(2) BPP harus menyampaikan laporan pertanggungjawabankepada Bendahara Pengeluaran.

(3) BPP melakukan pembayaran atas UP yang dikelola sesuaipengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4).

Pasal 26

(1) BPP melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang yangberada dalam pengelolaannya.

(2) Pelaksanaan tugas kebendaharaan atas uang yang dikelolasebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:a. menerima dan menyimpan UP;b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang

dananya bersumber dari UP;c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari

UP berdasarkan perintah PPK;d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi

persyaratan untuk dibayarkan;

Page 21: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 21 -

e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaranyang dilakukannya atas kewajiban kepada negara;

f. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajibankepada negara ke kas negara;

g. menatausahakan transaksi UP;h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP; dani. mengelola rekening tempat penyimpanan UP.

Pasal 27

(1) Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadiatas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannyasebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1).

(2) BPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1),bertanggung jawab secara pribadi atas uang yang beradadalam pengelolaannya sebagaimana dimaksud dalamPasal 26 ayat (1).

Pasal 28(1) Dalam pelaksanaan pembayaran atas beban APBN, KPA

membuka rekening pengeluaran atas nama BendaharaPengeluaran/BPP dengan persetujuan Kuasa BUN.

(2) Kepala KPPN selaku Kuasa BUN memberikan persetujuanpembukaan rekening Bendahara Pengeluaran/BPP kepadaKPA.

(3) Pembukaan rekening pengeluaran atas nama BendaharaPengeluaran/BPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenaipengelolaan rekening pemerintah pada kementeriannegara/lembaga/satuan kerja.

BAB V

PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA

Bagian Kesatu

Pembuatan Komitmen

Pasal 29

(1) Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPAyang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melaluipembuatan komitmen.

Page 22: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 22 -

(2) Pembuatan komitmen sebagaimana dimaksud ayat (1)dilakukan dalam bentuk:a. Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa;

dan/ataub. Penetapan keputusan.

Pasal 30

(1) Setelah rencana kerja dan anggaran KementerianNegara/Lembaga disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat,setiap Satker di lingkungan Kementerian Negara/Lembagadapat memulai proses pelelangan dalam rangka pengadaanbarang/jasa pemerintah sebelum DIPA tahun anggaranberikutnya disahkan dan berlaku efektif.

(2) Biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaanbarang/jasa pemerintah sebelum DIPA tahun anggaranberikutnya disahkan dan berlaku efektif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) untuk jenis belanja modaldialokasikan dalam belanja modal tahun anggaran berjalan.

(3) Realisasi belanja atas alokasi anggaran biaya prosespelelangan yang berasal dari belanja modal pada tahunanggaran berjalan, dicatat dalam neraca sebagai KonstruksiDalam Pengerjaan (KDP).

(4) Biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaanbarang/jasa pemerintah sebelum DIPA tahun anggaranberikutnya disahkan dan berlaku efektif sebagaimanadimaksud pada ayat (1) untuk jenis belanja barang/bantuansosial dialokasikan dalam belanja barang tahun anggaranberjalan.

(5) Proses lelang pengadaan barang/jasa yang dibiayai melaluidana tahun anggaran berjalan dilaksanakan oleh panitiapengadaan yang dibentuk pada tahun anggaran berjalan.

(6) Penandatanganan perjanjian/kontrak atas pelaksanaanpengadaan barang/jasa sebagai tindak lanjut ataspelaksanaan lelang dilakukan setelah DIPA tahun anggaranberikutnya disahkan dan berlaku efektif.

(7) Dalam hal biaya proses pelelangan dalam rangka pengadaanbarang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) danayat (4) tidak dialokasikan pada tahun anggaran berjalan,biaya proses pelelangan dimaksud dapat dialokasikan padaDIPA tahun anggaran berjalan dengan melakukan revisi DIPAsesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan MenteriKeuangan mengenai revisi DIPA.

Page 23: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 23 -

Pasal 31

(1) Bentuk perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasasampai dengan batas nilai tertentu sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan dapat berupa bukti-buktipembelian/pembayaran.

(2) Ketentuan mengenai batas nilai tertentu sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mengikuti ketentuan dalamperaturan perundang-undangan mengenai pengadaanbarang/jasa pemerintah.

Pasal 32

(1) Perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa hanya dapatdibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan.

(2) Perjanjian/kontrak yang pelaksanaan pekerjaannyamembebani DIPA lebih dari 1 (satu) tahun anggarandilakukan setelah mendapat persetujuan pejabat yangberwenang.

(3) Persetujuan atas perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksudpada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangantersendiri.

Pasal 33

(1) Perjanjian/kontrak atas pengadaan barang/jasa dapatdibiayai sebagian atau seluruhnya dengan rupiah murnidan/atau pinjaman dan/atau hibah.

(2) Perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pasal 34

(1) Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yangmengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:

a. pelaksanaan belanja pegawai;b. pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara

swakelola;c. pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran

honorarium kegiatan; ataud. belanja bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk

uang kepada penerima bantuan sosial.

(2) Penetapan keputusan dilakukan oleh pejabat yangberwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 24: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 24 -

Bagian Kedua

Pencatatan Komitmen oleh PPK dan KPPN

Pasal 35

(1) Perjanjian/kontrak yang pembayarannya akan dilakukanmelalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak yangtelah ditandatangani ke dalam suatu sistem yang disediakanoleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(2) Pencatatan perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud padaayat (1) paling kurang meliputi data sebagai berikut:a. nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi,

program, kegiatan, output, dan akun yang digunakan;b. nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;c. nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah

dibuat oleh Satker;d. uraian pekerjaan yang diperjanjikan;e. data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam

perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan, alamatrekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekeningpenerima pembayaran;

f. jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan sertamasa pemeliharaan apabila dipersyaratkan;

g. ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;h. addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat

perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut; dani. cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:

1. sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau2. secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).

(3) Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat denganperjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.

Pasal 36

(1) Data perjanjian/kontrak yang memuat informasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2), disampaikankepada KPPN paling lambat 5 (lima) hari kerja setelahditandatanganinya perjanjian/kontrak untuk dicatatkanke dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN.

Page 25: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 25 -

(2) Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan KontrakKPPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakanuntuk menguji kesesuaian tagihan yang tercantum padaSPM meliputi:a. pihak yang berhak menerima pembayaran;b. nilai pembayaran; danc. jadwal pembayaran.

(3) Data perjanjian/kontrak sebagaimana dimaksud padaayat (1) beserta ADK-nya disampaikan ke KPPN secaralangsung atau melalui e-mail.

(4) Kartu Pengawasan Kontrak sebagaimana dimaksud padaayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Pasal 37

(1) Dalam hal terdapat perubahan data pegawai pada penetapankeputusan yang mengakibatkan pengeluaran negara untukpelaksanaan belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalamPasal 34 ayat (1) huruf a, PPABP mencatat perubahan datapegawai tersebut ke dalam suatu sistem yang disediakanoleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(2) Perubahan data pegawai sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi dokumen yang terkait dengan:a. Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai

negeri;b. Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri;c. Kenaikan/penurunan pangkat;d. Kenaikan/penurunan gaji berkala;e. Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan;f. Mutasi Pindah ke Satker lain;g. Pegawai baru karena mutasi pindah;h. Perubahan data keluarga;i. Data utang kepada negara; dan/atauj. Pengenaan sanksi kepegawaian.

Pasal 38

(1) Daftar perubahan data pegawai sebagaimana dimaksuddalam Pasal 37 ayat (2), disampaikan kepada KPPN palinglambat bersamaan dengan pengajuan SPM Belanja Pegawaike KPPN.

Page 26: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 26 -

(2) Dalam hal disampaikan bersamaan dengan SPM BelanjaPegawai, daftar perubahan data pegawai sebagaimanadimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) bukan merupakanlampiran dari SPM Belanja Pegawai.

(3) Penyampaian daftar perubahan data pegawai sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah terlebihdahulu disahkan oleh PPSPM dengan menyertakan ADK.

(4) Daftar perubahan data pegawai sebagaimana dimaksud padaayat (1) digunakan dalam rangka pemutakhiran (updating)data antara KPPN dengan Satker untuk pembayaran belanjapegawai dan untuk menguji kesesuaian dengan tagihan.

(5) Daftar perubahan data pegawai sebagaimana dimaksud padaayat (1) dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Bagian Ketiga

Mekanisme Penyelesaian Tagihan dan Penerbitan SPP

Paragraf Kesatu

Pengajuan Tagihan

Pasal 39

(1) Penerima hak mengajukan tagihan kepada negara ataskomitmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperolehpembayaran.

(2) Atas dasar tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),PPK melakukan pengujian sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 ayat (1).

(3) Pelaksanaan pembayaran tagihan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilakukan dengan Pembayaran LS kepadapenyedia barang/jasa atau Bendahara Pengeluaran/pihaklainnya.

(4) Dalam hal Pembayaran LS tidak dapat dilakukan,pembayaran tagihan kepada penerima hak dilakukandengan UP.

(5) Khusus untuk pembayaran komitmen dalam rangkapengadaan barang/jasa berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. Pembayaran tidak boleh dilakukan sebelum barang/jasaditerima;

Page 27: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 27 -

b. Dalam hal pengadaan barang/jasa yang karena sifatnyaharus dilakukan pembayaran terlebih dahulu,pembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelumbarang/jasa diterima; dan

c. Pembayaran atas beban APBN sebagaimana dimaksudpada huruf b dilakukan setelah penyedia barang/jasamenyampaikan jaminan atas uang pembayaran yangakan dilakukan.

Pasal 40

(1) Pembayaran LS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39ayat (3) ditujukan kepada:a. Penyedia barang/jasa atas dasar perjanjian/kontrak;b. Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya untuk keperluan

belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium,dan perjalanan dinas atas dasar surat keputusan.

(2) Pembayaran tagihan kepada penyedia barang/jasasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakanberdasarkan bukti-bukti yang sah yang meliputi:

a. Bukti perjanjian/kontrak;

b. Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomorrekening penyedia barang/jasa;

c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

e. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

f. Berita Acara Pembayaran;

g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyediabarang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai formatsebagaimana tercantum dalam Lampiran III yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini;

h. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yangtelah ditandatangani oleh Wajib Pajak/BendaharaPengeluaran;

i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank umum, perusahaanpenjaminan atau perusahaan asuransi sebagaimanadipersyaratkan dalam peraturan perundang-undanganmengenai pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau

j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untukperjanjian/kontrak yang dananya sebagian atauseluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibahdalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalamnaskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luarnegeri bersangkutan.

Page 28: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 28 -

(3) Pembayaran tagihan kepada Bendahara Pengeluaran/pihaklainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf bdilaksanakan berdasarkan bukti-bukti yang sah, meliputi:a. Surat Keputusan;b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;c. Daftar penerima pembayaran; dan/ataud. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.

(4) Dalam hal jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembagakeuangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf i berupa surat jaminan uang muka, jaminan dimaksuddilengkapi dengan Surat Kuasa bermaterai cukup dari PPKkepada Kepala KPPN untuk mencairkan jaminan.

Pasal 41

(1) Tagihan atas pengadaan barang/jasa dan/atau pelaksanaankegiatan yang membebani APBN diajukan dengan surattagihan oleh penerima hak kepada PPK paling lambat 5 (lima)hari kerja setelah timbulnya hak tagih kepada negara.

(2) Dalam hal 5 (lima) hari kerja setelah timbulnya hak tagihkepada negara penerima hak belum mengajukan surattagihan, PPK harus segera memberitahukan secara tertuliskepada penerima hak untuk mengajukan tagihan.

(3) Dalam hal setelah 5 (lima) hari kerja sebagaimana dimaksudpada ayat (2) penerima hak belum mengajukan tagihan,penerima hak pada saat mengajukan tagihan harusmemberikan penjelasan secara tertulis kepada PPK atasketerlambatan pengajuan tagihan tersebut.

(4) Dalam hal PPK menolak/mengembalikan tagihan karenadokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, PPKharus menyatakan secara tertulis alasanpenolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) harikerja setelah diterimanya surat tagihan.

Paragraf Kedua

Mekanisme Penerbitan SPP-LS

Pasal 42

(1) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud dalamPasal 39 ayat (2) telah memenuhi persyaratan, PPKmengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP yangdibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Page 29: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 29 -

(2) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diatursebagai berikut:

a. Untuk pembayaran Gaji Induk dilengkapi dengan:1. Daftar Gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji, dan Halaman

Luar Daftar Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

2. Daftar Perubahan data pegawai yang ditandatanganiPPABP;

3. Daftar Perubahan Potongan;4. Daftar Penerimaan Gaji Bersih pegawai untuk

pembayaran gaji yang dilaksanakan secara langsungpada rekening masing-masing pegawai;

5. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawaiyang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabatyang berwenang meliputi Surat Keputusan (SK)terkait dengan pengangkatan Calon Pegawai Negeri,SK Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, SuratPemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala, SK MutasiPegawai, SK Menduduki Jabatan, Surat PernyataanMelaksanakan Tugas, Surat atau Akta terkaitdengan anggota keluarga yang mendapat tunjangan,Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP),dan surat keputusan yang mengakibatkanpenurunan gaji, serta SK Pemberian Uang Tunggusesuai peruntukannya;

6. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;7. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai

sesuai perubahan data pegawai; dan8. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh)

Pasal 21.

b. Untuk Pembayaran Gaji Susulan:1. Gaji Susulan yang dibayarkan sebelum gaji pegawai

yang bersangkutan masuk dalam Gaji induk,dilengkapi dengan:

a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar GajiSusulan, dan halaman luar Daftar Gaji Susulanyang ditandatangani oleh PPABP, BendaharaPengeluaran, dan KPA/PPK;

b) Daftar perubahan data pegawai yangditandatangani oleh PPABP;\

Page 30: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 30 -

c) Copy dokumen pendukung perubahan datapegawai yang telah dilegalisasi oleh KepalaSatker/pejabat yang berwenang meliputi SKterkait dengan pengangkatan sebagai CalonPegawai Negeri/Pegawai Negeri, SK MutasiPegawai, SK terkait Jabatan, Surat PernyataanPelantikan, Surat Pernyataan MelaksanakanTugas, Surat Keterangan Untuk MendapatkanTunjangan Keluarga, Surat atau Akta terkaitdengan anggota keluarga yang mendapattunjangan, dan SKPP sesuai peruntukannya;

d) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

e) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawaisesuai perubahan data pegawai; dan

f) SSP PPh Pasal 21.

2. Gaji Susulan yang dibayarkan setelah gaji pegawaiyang bersangkutan masuk dalam Gaji induk,dilengkapi dengan:a) Daftar Gaji Susulan, Rekapitulasi Daftar Gaji

Susulan, dan halaman luar Daftar Gaji Susulanyang ditandatangani oleh PPABP, BendaharaPengeluaran, dan KPA/PPK;

b) Daftar perubahan data pegawai yangditandatangani oleh PPABP;

c) ADK terkait dengan perubahan data pegawai;d) ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai

sesuai perubahan data pegawai; dane) SSP PPh Pasal 21.

c. Untuk pembayaran Kekurangan Gaji dilengkapi dengan:

1. Daftar Kekurangan Gaji, Rekapitulasi DaftarKekurangan Gaji, dan halaman luar DaftarKekurangan Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

2. Daftar perubahan data pegawai yang ditandatanganioleh PPABP;

3. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawaiyang telah dilegalisasi oleh Kepala Satker/pejabatyang berwenang meliputi SK terkait denganpengangkatan sebagai Calon PegawaiNegeri/Pegawai Negeri, SK Kenaikan Pangkat, SuratKeputusan/Pemberitahuan Kenaikan Gaji Berkala,SK Mutasi Pegawai, SK terkait dengan jabatan, SuratPernyataan Melaksanakan Tugas;

4. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;

Page 31: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 31 -

5. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawaisesuai perubahan data pegawai; dan

6. SSP PPh Pasal 21.

d. Untuk pembayaran Uang Duka Wafat/Tewas, dilengkapidengan:1. Daftar Perhitungan Uang Duka Wafat/Tewas,

Rekapitulasi Daftar Uang Duka Wafat/Tewas, danhalaman luar Daftar Uang Duka Wafat/Tewas yangditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK;

2. Daftar perubahan data pegawai yang ditandatanganioleh PPABP;

3. SK Pemberian Uang Duka Wafat/Tewas dari pejabatyang berwenang;

4. Surat Keterangan dan Permintaan TunjanganKematian/Uang Duka Wafat/Tewas;

5. Surat Keterangan Kematian/Visum dari Camat atauRumah Sakit;

6. ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan7. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai

sesuai perubahan data pegawai.

e. Untuk pembayaran Terusan Penghasilan Gaji dilengkapidengan:1. Daftar Perhitungan Terusan Penghasilan Gaji,

Rekapitulasi Daftar Terusan Penghasilan Gaji, danhalaman luar Daftar Terusan Penghasilan Gaji yangditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK;

2. Daftar perubahan data pegawai yang ditandatanganioleh PPABP;

3. Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasioleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang berupaSurat Keterangan Kematian dari Camat atau VisumRumah Sakit untuk pembayaran pertama kali;

4. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;5. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai

sesuai perubahan data pegawai; dan6. SSP PPh Pasal 21.

f. Untuk pembayaran Uang Muka Gaji dilengkapi dengan:1. Daftar Perhitungan Uang Muka Gaji, Rekapitulasi

Daftar Uang Muka Gaji, dan halaman luar DaftarUang Muka Gaji yang ditandatangani oleh PPABP,Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;

Page 32: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 32 -

2. Copy dokumen pendukung yang telah dilegalisasioleh Kepala Satker/pejabat yang berwenang berupaSK Mutasi Pindah, Surat Permintaan Uang MukaGaji, dan Surat Keterangan Untuk MendapatkanTunjangan Keluarga;

3. ADK terkait dengan perubahan data pegawai; dan4. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai

sesuai perubahan data pegawai.

g. Untuk pembayaran Uang Lembur dilengkapi dengan:1. Daftar Pembayaran Perhitungan Lembur dan

Rekapitulasi Daftar Perhitungan Lembur yangditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK;

2. Surat Perintah Kerja Lembur;

3. Daftar Hadir Kerja selama 1 (satu) bulan;4. Daftar Hadir Lembur; dan5. SSP PPh Pasal 21.

h. Untuk pembayaran Uang Makan dilengkapi dengan:1. Daftar Perhitungan Uang Makan yang

ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK; dan

2. SSP PPh Pasal 21.

i. Untuk pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi dilengkapidengan:1. Daftar Perhitungan Honorarium/Vakasi yang

ditandatangani oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran,dan KPA/PPK;

2. SK dari Pejabat yang berwenang; dan3. SSP PPh Pasal 21.

(3) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran:

a. honorarium dilengkapi dengan dokumen pendukung,meliputi:1. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa

biaya yang timbul akibat penerbitan suratkeputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;

2. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuatpaling sedikit nama orang, besaran honorarium, dannomor rekening masing-masing penerimahonorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK danBendahara Pengeluaran;

3. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani olehBendahara Pengeluaran; dan

Page 33: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 33 -

4. Surat Keputusan sebagaimana dimaksud padaangka (1) dilampirkan pada awal pembayaran danpada saat terjadi perubahan surat keputusan.

b. langganan daya dan jasa dilengkapi dengan dokumenpendukung berupa surat tagihan penggunaan dayadan jasa yang sah.

c. perjalanan dinas diatur sebagai berikut:1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan,

dilampiri:

a) Daftar nominatif perjalanan dinas; danb) Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan

dinas jabatan sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan mengenaiperjalanan dinas dalam negeri bagi pejabatnegara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.

2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan,dilampiri daftar nominatif perjalanan dinas.

3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud padaangka 1 dan angka 2 ditandatangani oleh PPK yangmemuat paling kurang informasi mengenai pihakyang melaksanakan perjalanan dinas (nama,pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan,lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukanuntuk masing-masing pejabat.

4. perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumenpertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pindahsebagaimana diatur dalam Peraturan MenteriKeuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeribagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawaitidak tetap.

d. pembayaran pengadaan tanah, dilampiri:1. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti

kerugian yang memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekeningmasing-masing penerima;

2. foto copy bukti kepemilikan tanah;3. bukti pembayaran/kuitansi;4. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi

dan Bangunan (SPPT PBB) tahun transaksi;5. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak

dalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan;

Page 34: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 34 -

6. Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayahhukumnya meliputi lokasi tanah yang disengketakanbahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerimauang penitipan ganti kerugian, dalam hal tanahsengketa;

7. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan ataupejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwarekening Pengadilan Negeri yang menampung uangtitipan tersebut merupakan Rekening PemerintahLainnya, dalam hal tanah sengketa;

8. Berita acara pelepasan hak atas tanah ataupenyerahan tanah;

9. SSP PPh final atas pelepasan hak;10. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan11. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana

dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.

(4) SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan olehPPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat)hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secaralengkap dan benar.

(5) SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkanoleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambattanggal 5 sebelum bulan pembayaran.

(6) Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5)merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan palinglambat pada hari kerja sebelum tanggal 5.

(7) SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkanoleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterimasecara lengkap dan benar dari penerima hak.

(8) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran pengadaanbarang/jasa atas beban belanja barang, belanja modal,belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain dilengkapidengan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalamPasal 40 ayat (2).

(9) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosialkepada penerima bantuan sosial diatur dalam PeraturanMenteri Keuangan tersendiri.

(10) Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayarankewajiban utang, belanja subsidi, belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

Page 35: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 35 -

Paragraf Ketiga

Mekanisme Pembayaran dengan Uang Persediaandan Tambahan Uang Persediaan

Pasal 43

(1) UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatanoperasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaranyang tidak dapat dilakukan melalui mekanismePembayaran LS.

(2) UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepadaBendahara Pengeluaran yang dapat dimintakanpenggantiannya (revolving).

(3) Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan olehBendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaranhonorarium dan perjalanan dinas.

(4) Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dariUP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP palingbanyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(5) UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:a. Belanja Barang;b. Belanja Modal; danc. Belanja Lain-lain.

(6) Pembayaran dengan UP oleh Bendahara Pengeluaran/BPPkepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa dapatmelebihi Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) setelahmendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. DirekturJenderal Perbendaharaan.

(7) Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving)UP yang telah digunakan sepanjang dana yang dapatdibayarkan dengan UP masih tersedia dalam DIPA.

(8) Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7)dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit50% (lima puluh persen).

(9) Untuk Bendahara Pengeluaran yang dibantu oleh beberapaBPP, dalam pengajuan UP ke KPPN harus melampirkandaftar rincian yang menyatakan jumlah uang yang dikelolaoleh masing-masing BPP.

(10) Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui BendaharaPengeluaran, apabila UP yang dikelolanya telahdipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).

Page 36: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 36 -

Pasal 44

(1) Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepadaKPA, dalam hal 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkanbelum dilakukan pengajuan penggantian UP sebagaimanadimaksud dalam Pasal 43 ayat (8).

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

(3) Dalam hal setelah 1 (satu) bulan sejak disampaikan suratpemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), belumdilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPNmemotong UP sebesar 25% (dua puluh lima persen).

(4) Pemotongan dana UP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dilakukan dengan cara Kepala KPPN menyampaikan suratpemberitahuan kepada KPA untuk memperhitungkanpotongan UP dalam SPM dan/atau menyetorkan ke KasNegara.

(5) Dalam hal setelah dilakukan pemotongan dan/ataupenyetoran UP sebagaimana dimaksud pada ayat (4), KepalaKPPN melakukan pengawasan UP.

(6) Dalam melakukan pengawasan UP sebagaimana dimaksudpada ayat (5), ketentuan penyampaian surat pemberitahuan,dan pemotongan UP berikutnya mengikuti ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4).

Pasal 45

(1) Dalam hal 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) KPA tidakmemperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/ataumenyetorkan ke kas negara, Kepala KPPN memotongUP sebesar 50% (lima puluh persen) dengan caramenyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA untukmemperhitungkan potongan UP dalam SPM dan/ataumenyetorkan ke kas negara.

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan dalam Pasal 44 ayat (4) dibuat sesuai formatsebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3) Dalam hal setelah surat pemberitahuan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), KPA melakukan penyetoranUP dan/atau memperhitungkan potongan UP dalampengajuan SPM-GUP, diberlakukan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 44 ayat (5).

Page 37: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 37 -

Pasal 46

(1) KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhanoperasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakandibayarkan melalui UP.

(2) Pemberian UP diberikan paling banyak:a. Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu

jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampaidengan Rp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);

b. Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenisbelanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atasRp900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampaidengan Rp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus jutarupiah);

c. Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenisbelanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atasRp2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)sampai dengan Rp6.000.000.000 (enam miliar rupiah);atau

d. Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenisbelanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atasRp6.000.000.000 (enam miliar rupiah).

(3) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaanatas permintaan KPA, dapat memberikan persetujuan UPmelampaui besaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dengan mempertimbangkan:a. frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-

rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu)tahun; dan

b. perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu)bulan melampaui besaran UP.

Pasal 47

(1) KPA dapat mengajukan TUP kepada Kepala KPPN dalam halsisa UP pada Bendahara Pengeluaran tidak cukup tersediauntuk membiayai kegiatan yang sifatnya mendesak/tidakdapat ditunda.

(2) Syarat penggunaan TUP:a. digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama

1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; danb. tidak digunakan untuk kegiatan yang harus

dilaksanakan dengan pembayaran LS.

Pasal 48

(1) KPA mengajukan permintaan TUP kepada Kepala KPPNselaku Kuasa BUN disertai:

Page 38: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 38 -

a. rincian rencana penggunaan TUP; danb. surat yang memuat syarat penggunaan TUP sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) dibuat sesuai formatyang tercantum dalam Lampiran VII yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Atas dasar permintaan TUP sebagaimana dimaksud padaayat (1), Kepala KPPN melakukan penilaian terhadap:a. pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP

bukan merupakan pengeluaran yang harus dilakukandengan pembayaran LS;

b. pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUPmasih/cukup tersedia dananya dalam DIPA;

c. TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkanseluruhnya; dan

d. TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor keKas Negara.

(3) Dalam hal TUP sebelumnya belum dipertanggungjawabkanseluruhnya dan/atau belum disetor sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf c dan huruf d, KPPN dapat menyetujuipermintaan TUP berikutnya setelah mendapat persetujuanKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(4) Dalam hal KPA mengajukan permintaan TUP untukkebutuhan melebihi waktu 1 (satu) bulan, Kepala KPPNdapat memberi persetujuan dengan pertimbangan kegiatanyang akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi1 (satu) bulan.

(5) Untuk pengajuan permintaan TUP yang memenuhiketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KepalaKPPN dapat memberikan persetujuan sebagian atau seluruhpermintaan TUP melalui surat persetujuan pemberian TUP.

(6) Kepala KPPN menolak permintaan TUP dalam hal pengajuanpermintaan TUP tidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud pada ayat (2).

(7) Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud padaayat (5) dan ayat (6) disampaikan paling lambat 1 (satu) harikerja setelah surat pengajuan permintaan TUP diterimaKPPN.

(8) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Pasal 49(1) TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu)

bulan dan dapat dilakukan secara bertahap.

Page 39: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 39 -

(2) Dalam hal selama 1 (satu) bulan sejak SP2D TUP diterbitkanbelum dilakukan pengesahan dan pertanggungjawaban TUP,Kepala KPPN menyampaikan surat teguran kepada KPA yangdibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

(3) Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke KasNegara paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktusebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(4) Untuk perpanjangan pertanggungjawaban TUPmelampaui 1 (satu) bulan, KPA mengajukan permohonanpersetujuan kepada Kepala KPPN.

(5) Kepala KPPN memberikan persetujuan perpanjanganpertanggungjawaban TUP sebagaimana dimaksud padaayat (4) dengan pertimbangan:a. KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah

dipergunakan; danb. KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk

mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1(satu) bulan berikutnya yang dibuat sesuai formatsebagaimana tercantum dalam Lampiran X yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

Paragraf Keempat

Mekanisme Penerbitan SPP-UP/GUP/GUP NIHIL

Pasal 50

(1) Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun,Bendahara Pengeluaran menyampaikan kebutuhan UPkepada PPK.

(2) Atas dasar kebutuhan UP sebagaimana dimaksud padaayat (1), PPK menerbitkan SPP-UP untuk pengisian UP yangdilengkapi dengan perhitungan besaran UP sesuai pengajuandari Bendahara Pengeluaran.

(3) SPP-UP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepadaPPSPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanyapermintaan UP dari Bendahara Pengeluaran.

Pasal 51

(1) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atasUP berdasarkan surat perintah bayar (SPBy) yang disetujuidan ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.

(2) SPBy sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri denganbukti pengeluaran:

Page 40: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 40 -

a. kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPKbeserta faktur pajak dan SSP; dan

b. nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumenpendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkanPPK.

(3) Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyaikuitansi/bukti pembelian sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf a, Bendahara Pengeluaran/BPP membuatkuitansi yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantumdalam Lampiran XI yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(4) Berdasarkan SPBy sebagaimana dimaksud pada ayat (2),Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:a. pengujian atas SPBy yang meliputi pengujian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4); danb. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas

tagihan dalam SPBy yang diajukan dan menyetorkan kekas negara.

(5) Dalam hal pembayaran yang dilakukan BendaharaPengeluaran merupakan uang muka kerja, SPBysebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri:a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;b. rincian kebutuhan dana; danc. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang

muka kerja,

dari penerima uang muka kerja.

(6) Atas dasar rencana pelaksanaan kegiatan/pembayarandan rincian kebutuhan dana sebagaimana dimaksud padaayat (5) huruf a dan huruf b, Bendahara Pengeluaran/BPPmelakukan pengujian ketersediaan dananya.

(7) Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atastagihan dalam SPBy apabila telah memenuhi persyaratanpengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a.

(8) Dalam hal pengujian perintah bayar sebagaimana dimaksudpada ayat (4) huruf a tidak memenuhi persyaratan untukdibayarkan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolakSPBy yang diajukan.

(9) Penerima uang muka kerja harus mempertanggungjawabkanuang muka kerja sesuai batas waktu sebagaimana dimaksudpada ayat (5) huruf c, berupa bukti pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(10) Atas dasar pertanggungjawaban sebagaimana dimaksudpada ayat (9), Bendahara Pengeluaran/BPP melakukanpengujian bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud padaayat (4).

Page 41: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 41 -

(11) Dalam hal sampai batas waktu sebagaimana dimaksud padaayat (5) huruf c, penerima uang muka kerja belummenyampaikan bukti pengeluaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2), Bendahara Pengeluaran/BPP menyampaikanpermintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segeramempertanggungjawabkan uang muka kerja.

(12) Tembusan permintaan tertulis sebagaimana dimaksud padaayat (11) disampaikan kepada PPK.

(13) BPP menyampaikan SPBy beserta bukti pengeluaransebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada BendaharaPengeluaran.

(14) Bendahara Pengeluaran selanjutnya menyampaikan buktipengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepadaPPK untuk pembuatan SPP GUP/GUP Nihil.

(15) SPBy sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuaiformat sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteriini.

Pasal 52

(1) PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.

(2) Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukungsebagai berikut:a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;b. Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 51 ayat (2); danc. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.

(3) Perjanjian/Kontrak beserta faktur pajaknya dilampirkanuntuk nilai transaksi yang harus menggunakanperjanjian/Kontrak sebagaimana diatur dalam peraturanperundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasapemerintah.

(4) SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterimasecara lengkap dan benar.

Pasal 53

(1) Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayarandengan UP minimal sama dengan nilai UP yang dikelola olehBendahara Pengeluaran.

(2) Dalam hal pengisian kembali UP akan mengakibatkan sisadana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran denganUP lebih kecil dari UP yang dikelola Bendahara Pengeluaran:

Page 42: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 42 -

a. pengisian kembali UP dilaksanakan maksimal sebesarsisa dana dalam DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP;dan

b. selisih antara sisa dana dalam DIPA yang dapatdilakukan pembayaran dengan UP dan UP yang dikelolaBendahara Pengeluaran dibukukan/diperhitungkansebagai potongan Penerimaan Pengembalian UP.

Pasal 54

(1) Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:a. sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP

minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;b. sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada

akhir tahun anggaran; atauc. UP tidak diperlukan lagi.

(2) Penerbitan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud padaayat (1) merupakan pengesahan/pertanggungjawaban UP.

(3) SPP-GUP Nihil dilengkapi dengan dokumen pendukungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2).

(4) SPP-GUP Nihil disampaikan kepada PPSPM paling lambat5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterimasecara lengkap dan benar.

Paragraf Kelima

Mekanisme Penerbitan SPP-TUP/PTUP

Pasal 55

(1) PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumenmeliputi:a. rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh

KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;b. Surat pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan

hal-hal sebagaimana dipersyaratkan dalam Pasal 47ayat (2); dan

c. Surat permohonan TUP yang telah memperolehpersetujuan TUP dari Kepala KPPN.

(2) SPP-TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepadaPPSPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanyapersetujuan TUP dari Kepala KPPN.

(3) Untuk mengesahkan/mempertanggungjawabkan TUP, PPKmenerbitkan SPP-PTUP.

Page 43: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 43 -

(4) SPP-PTUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikankepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelumbatas akhir pertanggungjawaban TUP.

(5) Penerbitan SPP-PTUP dilengkapi dokumen pendukungsebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2).

Bagian Keempat

Mekanisme Pengujian SPP dan Penerbitan SPM

Pasal 56

(1) PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP besertadokumen pendukung yang disampaikan oleh PPK.

(2) Pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumenpendukung SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:a. Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

ayat (3); danb. Keabsahan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 40 ayat (2) dan ayat (3).

(3) Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumenpendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)memenuhi ketentuan, PPSPM menerbitkan/ menandatanganiSPM.

(4) Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitanSPM-UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagaiberikut:a. untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua)

hari kerja;b. untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari

kerja;c. untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari

kerja; dan

d. untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) harikerja.

(5) Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karenadokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, makaPPSPM harus menyatakan secara tertulis alasanpenolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) harikerja setelah diterimanya SPP.

Pasal 57

(1) Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian danpenerbitan SPM disimpan oleh PPSPM.

Page 44: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 44 -

(2) Bukti pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internaldan eksternal.

Pasal 58

(1) Penerbitan SPM oleh PPSPM sebagaimana dimaksud dalamPasal 56 ayat (3) dilakukan melalui sistem aplikasi yangdisediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(2) SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPMsebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat PersonalIdentification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tanganelektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah.

(3) SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuaiformat sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

(4) Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1), PPSPM bertanggung jawab atas:a. keamanan data pada aplikasi SPM;

b. kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPMdengan data pada ADK SPM; dan

c. penggunaan Personal Identification Number (PIN) padaADK SPM.

Pasal 59

(1) PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/GUP/GUP Nihil/PTUP/LS dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepadaKPPN.

(2) Penyampaian SPM-UP/SPM-TUP/SPM-LS sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:

a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataandari KPA yang dibuat sesuai format sebagaimanatercantum dalam Lampiran XIV yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;

b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan suratpersetujuan pemberian TUP dari Kepala KPPN;

c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan Surat SetoranPajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya, dan/ataudaftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.

(3) Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangkapembayaran jaminan uang muka atas perjanjian/kontrak,juga dilampiri dengan:a. Asli surat jaminan uang muka;

Page 45: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 45 -

b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada KepalaKPPN untuk mencairkan jaminan uang muka; dan

c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan bank umum,perusahaan penjaminan atau perusahaan asuransipenerbit jaminan uang muka sesuai PeraturanPerundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasapemerintah.

(4) Khusus untuk penyampaian SPM atas bebanpinjaman/hibah luar negeri, juga dilampiri dengan fakturpajak.

(5) PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.

(6) SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepadaKPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.

(7) Dalam hal tanggal 15 sebagaimana dimaksud pada ayat (6)merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur,penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepadaKPPN dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelumtanggal 15.

(8) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)dikecualikan untuk Satker yang kondisi geografis dantransportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu yangdapat dipertanggungjawabkan.

(9) Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh petugaspengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA denganketentuan sebagai berikut:a. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta

dokumen pendukung dan ADK SPM melalui front officePenerimaan SPM pada KPPN;

b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan KartuIdentitas Petugas Satker (KIPS) pada saat menyampaikanSPM kepada Petugas Front Office; dan

c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsungke KPPN, penyampaian SPM beserta dokumenpendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/JasaPengiriman resmi.

(10) Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasapengiriman resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (9)huruf c, KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/pemberitahuan kepada Kepala KPPN.

Page 46: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 46 -

Bagian Kelima

Mekanisme Penerbitan SP2D

Paragraf Kesatu

Pengujian SPM oleh KPPN

Pasal 60

SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitanSP2D.

Pasal 61

(1) Dalam pencairan anggaran belanja negara, KPPN melakukanpenelitian dan pengujian atas SPM yang disampaikan olehPPSPM.

(2) Penelitian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:a. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPM

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2), ayat (3),dan ayat (4); dan

b. meneliti kebenaran SPM.

(3) Penelitian kebenaran SPM sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf b, meliputi:a. meneliti kesesuaian tanda tangan PPSPM pada SPM

dengan spesimen tanda tangan PPSPM pada KPPN;b. memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah angka dan

huruf pada SPM; danc. memeriksa kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk

tidak boleh terdapat cacat dalam penulisan.

(4) Pengujian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1),meliputi:a. menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN

yang tercantum dalam SPM;b. menguji ketersediaan dana pada kegiatan/output/jenis

belanja dalam DIPA dengan yang dicantumkan padaSPM;

c. menguji kesesuaian tagihan dengan dataperjanjian/kontrak atau perubahan data pegawai yangtelah disampaikan kepada KPPN.

d. Menguji persyaratan pencairan dana; dane. Menguji kesesuaian nilai potongan pajak yang tercantum

dalam SPM dengan nilai pada SSP.

Page 47: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 47 -

(5) Pengujian kebenaran perhitungan angka sebagaimanadimaksud pada ayat (4) huruf a merupakan pengujiankebenaran jumlah belanja/pengeluaran dikurangi denganjumlah potongan/penerimaan dengan jumlah bersih dalamSPM.

(6) Pengujian persyaratan pencairan dana sebagaimanadimaksud pada ayat (4) huruf d, meliputi:a. Menguji SPM UP berupa besaran UP yang dapat

diberikan sesuai dengan Pasal 46 ayat (2);b. Menguji SPM TUP meliputi kesesuaian jumlah uang yang

diajukan pada SPM TUP dengan jumlah uang yangdisetujui Kepala KPPN;

c. Menguji SPM PTUP meliputi jumlah TUP yang diberikandengan jumlah uang yang dipertanggungjawabkan dankepatuhan jangka waktu pertanggungjawaban;

d. Menguji SPM GUP meliputi batas minimal revolving dariUP yang dikelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43ayat (8);

e. Menguji SPM LS Non Belanja Pegawai berupa kesesuaiandata perjanjian/kontrak pada SPM LS dengan dataperjanjian/kontrak yang tercantum dalam KartuPengawasan Kontrak KPPN; dan

f. Menguji SPM LS Belanja Pegawai sesuai dengan prosedurstandar operasional yang ditetapkan oleh DirekturJenderal Perbendaharaan.

(7) Dalam hal terdapat UP tahun anggaran sebelumnya belumdipertanggungjawabkan, pengujian SPM UP sebagaimanadimaksud pada ayat (6) huruf (a), meliputi:

a. kesesuaian jumlah uang dan keabsahan bukti setorpengembalian sisa UP tahun anggaran yang sebelumnya;atau

b. kesesuaian jumlah potongan UP pada SPM UP dengansisa UP tahun anggaran yang sebelumnya;

(8) Dalam hal jumlah uang yang harus dipertanggungjawabkansebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c kurang darijumlah TUP yang diberikan, harus disertai dengan buktisetor pengembalian TUP yang telah dilakukan konfirmasiKPPN.

(9) Ketentuan menyertakan bukti setor sebagaimana dimaksudpada ayat (8) tidak berlaku dalam hal SPM-PTUP diajukan keKPPN dalam rangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49ayat (1) dan ayat (5) huruf a.

Page 48: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 48 -

Pasal 62

(1) Dalam rangka pengawasan dan pengamanan terhadappengembalian pembayaran jaminan uang muka, KPPNmelakukan pencatatan atas pembayaran jaminan uang mukamenggunakan aplikasi SP2D.

(2) Pencatatan atas pembayaran jaminan uang mukasebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai formatsebagaimana tercantum dalam Lampiran XV yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

(3) Kepala KPPN mencairkan jaminan uang muka berdasarkan:

a. Surat Kuasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40ayat (4); dan

b. Surat pernyataan yang ditandatangani oleh KPA yangmenyatakan bahwa telah terjadi pemutusanperjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa.

(4) Ketentuan mengenai persyaratan, tata cara pembayaran,pengujian, pengembalian, dan penatausahaan jaminan uangmuka diatur dengan Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaaan.

Paragraf Kedua

Penerbitan SP2D

Pasal 63

(1) KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 telah memenuhisyarat.

(2) SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuaiformat sebagaimana tercantum dalam Lampiran XVI yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteriini.

(3) KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belummengirimkan:a. Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran

melalui SPM-LS kepada penyedia barang/jasa; ataub. Daftar perubahan data pegawai beserta ADK yang

disampaikan kepada KPPN sebagaimana dimaksud dalamPasal 38 ayat (1).

Page 49: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 49 -

(4) Dalam hal hasil penelitian dan pengujian sebagaimanadimaksud dalam Pasal 61 tidak memenuhi syarat,Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumenpendukung secara tertulis.

(5) Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standaroperasional dan norma waktu yang ditetapkan oleh DirekturJenderal Perbendaharaan.

Pasal 64

(1) Pencairan dana berdasarkan SP2D dilakukan melaluitransfer dana dari Kas Negara pada bank operasional kepadaRekening Pihak Penerima yang ditunjuk pada SP2D.

(2) Bank operasional menyampaikan pemberitahuan kepadaKepala KPPN dalam hal terjadinya kegagalan transfer danasebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pemberitahuan kegagalan transfer dana sebagaimanadimaksud pada ayat (2) memuat data SP2D dan alasankegagalan transfer ke rekening yang ditunjuk.

(4) Atas dasar pemberitahuan sebagaimana dimaksud padaayat (3), Kepala KPPN memberitahukan kepada KPAkegagalan transfer dana ke rekening yang ditunjuk pada SPMdan alasannya.

(5) KPA melakukan penelitian atas kegagalan transfer danasebagaimana yang tercantum pada SPM dan selanjutnyamenyampaikan perbaikan atau ralat SPM.

(6) Atas dasar perbaikan atau ralat SPM sebagaimana dimaksudpada ayat (5), Kepala KPPN menyampaikan ralat SP2Dkepada bank operasional.

(7) Tata cara penyelesaian pencairan dana dengan mekanismeretur SP2D diatur oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Bagian Keenam

Pembayaran Pengembalian Penerimaan

Pasal 65

(1) Setiap keterlanjuran setoran ke Kas Negara dan/ataukelebihan penerimaan negara dapat dimintakanpengembaliannya.

(2) Permintaan pengembalian sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilakukan berdasarkan surat-surat buktisetoran yang sah.

(3) Pembayaran pengembalian keterlanjuran setoran dan/ataukelebihan penerimaan negara harus diperhitungkan terlebihdahulu dengan utang pada negara.

Page 50: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 50 -

(4) Pembayaran pengembalian sebagaimana dimaksud padaayat (3) dilaksanakan berdasarkan mekanisme yang diaturdalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

Bagian Ketujuh

Pembayaran Tagihan Yang Bersumber

Dari Penggunaan PNBP

Pasal 66

Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumberdari penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan

jenis PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakansesuai yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimanadimaksud pada huruf a merupakan maksimum pencairandana yang dapat dilakukan oleh Satker berkenaan.

c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksudpada huruf a setelah PNBP disetor ke kas negaraberdasarkan konfirmasi dari KPPN.

d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secaraterpusat, pembayaran dilakukan berdasarkan PaguPencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan.

e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidakboleh melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutandalam DIPA.

f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA,penambahan pagu dalam DIPA dilaksanakan setelahmendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q DirekturJenderal Anggaran.

Pasal 67

(1) Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (duapuluh persen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakansesuai pagu PNBP dalam DIPA maksimum sebesarRp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

(2) Realisasi PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahunanggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUPsebesar kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikanbatas Maksimum Pencairan (MP).

Page 51: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 51 -

(4) Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBPdilakukan terpisah dari UP/TUP yang berasal dari RupiahMurni.

(5) Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh MaksimumPencairan (MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesarmaksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBPpada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratusjuta rupiah).

(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapatdilakukan untuk pengguna PNBP:a. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana

PNBP namun belum mencapai 1/12 (satu perduabelas)dari pagu dana PNBP pada DIPA; atau

b. yang belum memperoleh Pagu Pencairan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 66 huruf d.

(7) Penggantian UP atas pemberian UP sebagaimana dimaksudpada ayat (5) dan ayat (6) dilakukan setelah Satker penggunaPNBP memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBPpaling sedikit sebesar UP yang diberikan.

(8) Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satkerpengguna PNBP yang telah memperoleh MaksimumPencairan (MP) dana PNBP melebihi UP yang telah diberikansebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6).

(9) Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimalsesuai formula sebagai berikut:MP = (PPP x JS) – JPSMPPPP

::

Maksimum Pencairanproporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatansesuai dengan yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan

JSJPS

::

jumlah setoranjumlah pencairan dana sebelumnya sampaidengan SPM terakhir yang diterbitkan

(10) Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaransebelumnya dari Satker pengguna, dapat dipergunakanuntuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalansetelah DIPA disahkan dan berlaku efektif.

Pasal 68(1) Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/

TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS dari dana yang bersumberdari PNBP mengacu pada mekanisme dalam PeraturanMenteri ini.

Page 52: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 52 -

(2) PPSPM menyampaikan SPM-UP/TUP/PTUP/GUP/GUPNihil/LS beserta ADK SPM kepada KPPN dengan dilampiri:a. Dokumen pendukung SPM sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 59 ayat (2) dan ayat (3);b. bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; danc. Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP)

dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalamLampiran XVII yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Menteri ini.

(3) Untuk Satker pengguna PNBP secara terpusat, penyampaianSPM mengacu ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 59.

(4) KPPN melakukan penelitian terhadap kebenaran perhitungandalam Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP)sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c.

Bagian KedelapanPembayaran Tagihan Untuk Kegiatan Yang Bersumber

Dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar NegeriPasal 69

(1) Penerbitan SPP, SPM dan SP2D untuk kegiatan yangsebagian/seluruhnya bersumber dari Pinjaman dan/atauHibah Luar Negeri, mengikuti ketentuan mengenai kategori,porsi pembiayaan, tanggal closing date dan persetujuanpembayaran dari pemberi pinjaman dan/atau hibah luarnegeri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan pencairan danaPinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan.

(2) Penerbitan SPP-LS, SPM-LS, dan SP2D-LS atas tagihanberdasarkan perjanjian/kontrak dalam valuta asing (valas)dan/atau pembayaran ke luar negeri mengikuti ketentuansebagai berikut:a. Perjanjian/kontrak dalam valas tidak dapat dikonversi

ke dalam rupiah; danb. Pengajuan SPM disampaikan kepada KPPN Khusus

Jakarta VI.

(3) Penerbitan SPP-UP/TUP, SPM-UP/TUP, dan SP2D-UP/TUPmenjadi beban dana Rupiah Murni.

(4) Pertanggungjawaban dan penggantian dana Rupiah Murniatas SP2D-UP/TUP sebagaimana dimaksud pada ayat (3),dilakukan dengan penerbitan SPP-GUP/GUP Nihil/PTUP,SPM-GUP/GUP Nihil/PTUP, dan SP2D-GUP/GUP Nihil/PTUPyang menjadi beban Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeriberkenaan.

Page 53: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 53 -

(5) Dalam hal terjadi penguatan nilai tukar (kurs) Rupiahterhadap valas yang menyebabkan alokasi dana Rupiah padaDIPA melampaui sisa Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri,sebelum dilakukan penerbitan SPP, Satker harus melakukanperhitungan dan/atau konfirmasi kepada Executing Agencyagar tidak terjadi pembayaran yang melampaui sisaPinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri berkenaan.

(6) Pengeluaran atas SP2D dengan sumber dana dari Pinjamandan/atau Hibah Luar Negeri yang tidak sesuai denganketentuan sebagaimana diatur dalam dokumen PerjanjianPinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri, atau pengeluaransetelah Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri dinyatakanclosing date dikategorikan sebagai pengeluaran ineligible.

(7) Atas pengeluaran yang dikategorikan ineligible sebagaimanadimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal Perbendaharaanmenyampaikan surat pemberitahuan kepada PimpinanKementerian Negara/Lembaga dengan tembusan kepadaDirektur Jenderal Anggaran.

(8) Penggantian atas pengeluaran yang dikategorikan ineligiblesebagaimana dimaksud pada ayat (6) menjadi tanggungjawab Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan danharus diperhitungkan dalam revisi DIPA tahun anggaranberjalan atau dibebankan dalam DIPA tahun anggaranberikutnya.

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk pelaksanaanpencairan dana Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri diaturoleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

BAB VI

KOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D

Pasal 70

(1) Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukansepanjang tidak mengakibatkan:a. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;b. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atauc. perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.

(2) Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran,eselon I, dan Satker sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatpersetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Page 54: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 54 -

(3) Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain

perubahan kode sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c;

b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenisSPM, cara bayar, tahun anggaran, jenis pembayaran,sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomorregister; atau

c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, namabank yang tercantum pada SPP, SPM dan SP2D besertadokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinyakegagalan transfer dana sebagaimana dimaksud dalamPasal 64.

(4) Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukanberdasarkan permintaan koreksi/ralat SPM dan ADK SPMsecara tertulis dari PPK.

(5) Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit)pada ADK SPM dapat dilakukan berdasarkan permintaankoreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK sepanjangtidak mengubah SPM.

(6) Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkanpermintaan koreksi SP2D secara tertulis dari PPSPM dengandisertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki.

Pasal 71

(1) Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjangSP2D belum diterbitkan.

(2) Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secaratertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.

(3) Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kasnegara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapatpersetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabatyang ditunjuk.

(4) Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebihdari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPNberdasarkan permintaan KPA.

(5) Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2Dtelah mendebet Kas Negara.

Page 55: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 55 -

BAB VII

PELAKSANAAN PEMBAYARANPADA AKHIR TAHUN ANGGARAN

Pasal 72

(1) Dalam kondisi akhir tahun anggaran, batas terakhirpembayaran atas beban APBN dapat dilakukan sebelumtanggal terakhir pada akhir tahun.

(2) Penetapan batas terakhir pembayaran dilakukan denganmempertimbangkan kebutuhan BUN untuk menyelesaikanadministrasi pengelolaan kas negara.

Pasal 73

(1) Dalam pertanggungjawaban UP/TUP pada akhir tahunanggaran, pengajuan SPM dan SP2D GUP Nihil/PTUP dapatdilakukan melampaui tahun anggaran.

(2) Batas akhir penerbitan SPM GUP Nihil/PTUP ditetapkandengan mempertimbangkan kelancaran penyusunan LaporanKeuangan Pemerintah Pusat.

Pasal 74

Pelaksanaan pembayaran pada akhir tahun anggaran lebih lanjutmempedomani Peraturan Menteri Keuangan yang mengaturmengenai langkah-langkah dalam menghadapi akhir tahunanggaran.

BAB VIII

PELAPORAN REALISASI ANGGARAN

Pasal 75

(1) Dalam penyusunan laporan pertanggungjawabanpelaksanaan APBN diperlukan data realisasi APBN, arus kas,neraca, dan catatan atas laporan keuangan.

(2) Untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):a. Kepala kantor/Satker selaku Unit Akuntansi Kuasa

Pengguna Anggaran (UAKPA) setiap bulan harusmelakukan rekonsiliasi data realisasi anggaran denganKepala KPPN selaku Kuasa BUN;

b. Rekonsiliasi data realisasi anggaran sebagaimanadimaksud pada huruf a meliputi:1. Data bagian anggaran;2. Eselon I;3. Satker;4. Sumber dana;

Page 56: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 56 -

5. Cara penarikan;6. Program;7. Kegiatan;8. Output;9. Akun 6 digit;10. Tanggal dan nomor SPM/SP2D; dan11. Jumlah rupiah.

c. Hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud huruf adituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR),selanjutnya setiap awal bulan:

1. Kepala kantor/Satker menyampaikan LaporanRealisasi Anggaran (LRA) dan Neraca beserta ADKkepada Unit Akuntansi Pembantu PenggunaAnggaran tingkat wilayah (UAPPAW); atau

2. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN membuat laporanrealisasi anggaran, arus kas, dan neraca kepadaKepala Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan untuk diproses dan selanjutnyaditeruskan kepada Direktur JenderalPerbendaharaan u.p Direktur Akuntansi danPelaporan Keuangan.

d. Untuk laporan keuangan semester dan tahunan, LRA,Neraca dan ADK disertai dengan Catatan atas LaporanKeuangan (CaLK).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan laporanpertanggungjawaban pelaksanaan APBN diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan tersendiri.

BAB IX

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL

Pasal 76

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga menyelenggarakan pengawasandan pengendalian internal terhadap pelaksanaan anggaranSatker di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga masing-masing.

(2) Pengawasan dan pengendalian internal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

Page 57: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 57 -

BAB X

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN

Pasal 77

(1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA melakukan monitoringdan evaluasi atas pelaksanaan anggaranKementerian/Lembaga yang dipimpinnya.

(2) Menteri Keuangan selaku BUN dapat melakukan monitoringdan evaluasi atas pelaksanaan anggaran KementerianNegara/Lembaga

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara monitoring danevaluasi pelaksanaan anggaran diatur dengan PeraturanMenteri Keuangan.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 78

Segala ketentuan yang mengatur mengenai tata cara pembayaranatas beban APBN sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuandalam Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 79

Ketentuan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaanpembayaran atas beban APBN sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri ini, diatur lebih lanjut oleh Direktur JenderalPerbendaharaan.

Pasal 80

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara beserta peraturanpelaksanaannya; dan

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Pada Satuan Kerja;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 58: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 58 -

Pasal 81

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 29 November 2012

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 29 November 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1191

Page 59: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

Satker : J.W. Pelaks. : Tgl Mulai :J.W. Peml. : Tgl Mulai :

Dokumen : No. Dok : Tgl. Dok : Nomor Loan : No. Reksus :Identitas Kontrak : Add ke: No. Add: Tgl. Add : Efektif Date : Closing Date :Nomor Kontrak : Tgl. Kontrak : Sektor/Kategori : Pros. Loan : Dari :Uraian Kontrak : No. NOL : Tgl. Nol :

Porsi GOI/RM :Nama Rekanan : NPWP : Porsi Loan :Alamat Rekanan : Nilai Kontrak :Nama Bank : No. Rek :Cara Pembayaran : Sistem Pembayaran :

S.d. PPN Termin Ke RM

LN

KETERANGAN RMNilai KontrakNilai RealisasiSisa Kontrak

KARTU PENGAWASAN KONTRAK

Tgl Selesai :Tgl Selesai :

Prog/Keg/Output/AkunNILAI REALISASI PPH JML. BERSIH

RM RM RMKode Nilai LN LN LN

Pagu Kontrak

RM LN Kontrak Tahun Jamak LNTotal Nilai KontrakT.A. 2012

Nilai BrutoSisa Kontrak

Jaminan Pemeliharaan : Bank/LK Penjamin : No. Surat Jaminan : Masa Berlaku : / / s.d. / /

Retensi : Dari Nilai :Jaminan Uang Muka : Bank/LK Penjamin : No. Surat Jaminan : Masa Berlaku : / / s.d. / /

LAMPIRAN IPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Page 60: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 2 -

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Tahun Kontrak :

Satuan Kerja :

Identitas Kontrak : : Tgl. Kontrak :

A dendum Ke : : Tgl. A dendum :

Retens i PPN PPh Nilai Bers ih

RM RM RM RM

LN LN LN LN

REGISTER DATA REALISASI KONTRAK

Nomor Kontrak

Nomor A dendum

TerminUang Muka Pres tas i Pekerjaan A ngsuran Uang Muka Nilai Bruto Nilai Realisas i

RM RM RM RM RM

LN LN LN LN LN

Page 61: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

DAFTAR PERUBAHAN DATA PEGAWAI

Satuan Kerja ………………………………………………Anak Satker (Sub Satker) ……………………………Nomor Gaji ………………………………………………..Jenis Gaji …………………………………………………..Bulan ......…………………………………………………..

No. NAMA PEGAWAI NIP / NRP U R A I A N DOKUMEN PENDUKUNGDARI TANGGAL NOMOR TMT

Perubahan data pegawai tersebut di atas telah diuji kebenarannya dan sesuai dengan dokumen pendukung yang sah. Selanjutnya dokumenpendukung tersebut disimpan sebagai pertinggal pada PP-SPM. Berdasarkan perubahan data pegawai tersebut, pembayaran gaji menjadi sebesar:Gaji Kotor Rp…………………Potongan Rp………………….Bersih Rp………………….

Pejabat Penanda Tangan SPM

………………………………………………NIP/NRP

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN IIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKAPELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA

Page 62: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG

TA : (1)NomorBukti : (2)Mata Anggaran : (3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Pejabat Pembuat Komitmen

Satker ……(4)……………….

Jumlah uang : Rp.………(5)……………..Terbilang : ……………(6)…………………………………………………..

………………………………………………………………untuk pembayaran : ………(7)……………

Tempat/Tgl.(8)Jabatan Penerima Uang

Tanda tangan

(9)

Nama Jelas

LAMPIRAN IIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

a.n.Kuasa Pengguna AnggaranPejabat Pembuat Komitmen

T.Tangan dan stempel

(10)(Nama Jelas)NIP/NRP

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baikPejabat yang bertanggungjawab

T.Tangan

(11) (Nama Jelas)NIP/NRP

Page 63: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

-2-PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI PEMBAYARAN LANGSUNG

NO URAIAN ISIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkenaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran

(4) Diisi nama satker yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka

(6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/ jasa danspesifikasi teknisnya

(8) Diisi tempat tanggal penerimaan uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada)Dan materai sesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP pejabat pembuat komitmenserta stempel dinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk danbertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Page 64: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

Tanggal : .... 1) Nomor : .......... 2)

Sifat Pembayaran 3)

Jenis Pembayaran 4)

1. Kementerian negara/lembaga : .... 5) 7. Kegiatan : .... 11)2. Unit Organisasi : .... 6) 8. Kode Kegiatan : .... 12)3. Satker : .... 7) 9. Kode Fungsi/Sub fungsi/Program : .... 13)4. Lokasi : .... 8) 10. Kode Kewenangan : .... 14)5 Tempat : .... 9)6. Alamat : .... 10)

Kepada yth,Pejabat Penanda tangan Surat Perintah MembayarSatker ....................... 15)di ........................ 16)

Berdasarkan DIP/ .... 17) nomor : ...18) tanggal .... 19) bersama ini kami ajukan permintaan pembayaran sebagai berikut :

1. Jumlah Pembayaran yang dimintakan : dengan angka : ......... 20)dengan huruf : ......... 21)

2. Untuk keperluan : ...... 22)3. Jenis belanja : ...... 23)4. Atas nama : ...... 24)5. Alamat : ...... 25)6. Mempunyai rekening : ...... 26)

nomor rekening : .... 27)7. Nomor dan tanggal SPK/Kontrak : ...... 28)8. Nilai SPK/Kontrak : ...... 29)9. Dengan penjelasan :

(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)

1

I KEGIATAN/OUTPUT/MAK (AKUN 6 DIGIT)

30) 31) 32) 33) 34) 35)

II SEMUA KEGIATAN

41) 42) 43) 44) 45) 46)

LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG : SURAT BUKTI PENGELUARAN SURAT TANDA SETORAN...... 52) BERKAS ....... 53) LEMBAR ...... 54) LEMBAR

Diterima oleh penguji SPP/ penerbit SPM ………., tanggal seperti diatassatker …(55) Pejabat Pembuat Komitmenpada tanggal ..... 57) Satker .............. 56)

Nama namaNIP. NIP.

2

Nomorurut

I. KEGIATAN/OUTPUT/MAK (AKUN 6DIGIT) BERSANGKUTANII. SEMUA KODE KEGIATAN DALAM

PAGU DALAMDIPA/ SKPA

3

39)

SPP/SPM S.DYANG LALU

SPP INI JUMLAH S.D SPP INI

40)

4 5 6 7

SISA DANA

UANG PERSEDIAAN

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN

51)JUMLAH II 47) 48) 49) 50)

JUMLAH I 36) 37) 38)

LAMPIRAN IVPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PM PM PM PM

Berdasarkan DIPA /SKPA .....17) Nomor: ...... 18) tanggal ........ 19) bersama ini kami ajukan permintaan pembayaran sebagai berikut :

DIPA

Page 65: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 2 -

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN

NO URAIAN ISIAN(1) Diisi tanggal Penerbitan SPP(2) Diisi nomor penerbitan SPP

(3) Dipilih salah satu: 1= UP, 2=TUP, 3=GUP, 4=LS, 5=GUP Nihil, 6=PTUP

(4) Dipilih salah satu:1 = Pengeluaran Anggaran (PA), 2 =PengembalianUang3 =PFK, 4 = Peng.Transito, 5= Perh. RK, 6 = Pembetulan Pembukuan(5) Diisi nama dan kode Kementerian negara/lembaga yangbersangkutan

(6) Diisi nama dan kode Unit Eselon I Kementerian negara/lembaga yangbersangkutan

(7) Diisi nama dan kode satker yang bersangkutan

(8) Diisi nama dan kode Provinsi satker yang bersangkutan(9) Diisi nama dan kode kota/kabupaten satker yang bersangkutan

(10) Diisi alamat satker yang bersangkutan(11) Diisi nama kegiatan yang bersangkutan(12) Diisi kode kegiatan yang bersangkutan(13) Diisi kode fungsi, sub fungsi dan program yang bersangkutan(14) Diisi kode: (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK)

Dekonsentrasi, (TP) Tugas Pembantuan,(UB) Urusan Bersama, (DS)Desentralisasi

(15) Diisi nama satker yang bersangkutan

(16) Diisi nama kota/kabupaten satker yang bersangkutan(17) Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)(18) Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA)(19) Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran(20) Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka(21) Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf(22) Diisi keperluan pembayaran

(23) Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanjabarang/belanja modal/dst)

(24) Diisi nama pihak penerima pembayaran(25) Diisi alamat pihak penerima pembayaran(26) Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran

(27) Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran

(28) Diisi nomor dan tanggal SPK/kontrak yang diajukan pembayaranoleh pihak ketiga (LS)

(29) Diisi nilai SPK/kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga(LS)

(30) Diisi kode kegiatan, output dan mata anggaran yang bersangkutan

Page 66: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 3 -

(31) Diisi pagu masing-masing mata anggaran dalam satu kegiatan dansatu output

(32) Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan

(33) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(34) Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5

(35) Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6

(36) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3

(37) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 4

(38) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 5

(39) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 6(40) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 7(41) Diisi kode kegiatan,output dan jenis belanja dalam DIPA/SKPA

(42) Diisi pagu jenis belanja dalam satu kegiatan dan satu out put dalamDIPA/SKPA

(43) Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan yang telah diajukan sampaidengan SPP yang lalu

(44) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini(45) Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan sampai dengan SPP ini(46) Diisi sisa dana seluruh kegiatan

(47) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 3

(48) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 4(49) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 5

(50) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 6(51) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 7

(52) Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan

(53) Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan

(54) Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP)

(55) Diisi nama satker penguji SPP/penerbit SPM

(56) Diisi nama satker pejabat pembuat komitmen

(57) Diisi tanggal penerimaan SPP

Page 67: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 4 -

1 Kementerian/Lembaga : ( ) 6 DIPA Nomor :2 Unit Organisasi : ( ) 1 GUP tanggal :3 Lokasi : ( ) 2 GUP Nihil4 Kantor/Satker : ( ) 3 PTUP 7 Kode Kegiatan :

8 Kode Output :5 Alamat : Rp. 9 Tahun Anggaran :

10 Bulan :

Jumlah SPP iniSPM/SPP sebelum SPP ini atas beban output ini

Jumlah s.d SPP ini atas beban output ini

A.n. Kuasa Pengguna AnggaranPejabat Pembuat Komitmen

NamaNIP.

Pagu Output

DAFTAR RINCIAN PERMINTAAN PEMBAYARAN

Jenis SPP

MAK (AKUN 6DIGIT)

Bukti Pengeluaran

Jumlah Kotor Yang Dibayarkan

Jumlah Lampiran :.............. lembar

NomorUrut Tanggal Nomor Bukti

PembukuanNama Penerima dan Keperluan NPWP

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Page 68: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

Nomor : S- ....................... (tanggal/bulan/tahun)Sifat : SegeraHal : Pemberitahuan Pengajuan Penggantian Uang Persediaan

Kepada Yth,Kuasa Pengguna AnggaranSatuan Kerja ..................... (kode satuan kerja)di.............

1. Dasar :a. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor ....... /PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara;

b. Surat Perintah Pencairan Dana Uang Persediaan (SP2D UP) Nomor ............tanggal......... sebesar Rp. ........

2. Berdasarkan peraturan dan surat sebagaimana dimaksud pada angka (1), dengan inidisampaikan agar Saudara segera melakukan pengisian kembali (revolving) atas uangpersediaan yang telah diberikan dengan cara mengajukan SPM GUP paling lambattanggal ...............

3. Dalam hal sampai tanggal ........... saudara belum melakukan pengisian kembali(revolving), akan dilakukan pemotongan sebesar 25% dari uang persediaan yang telahdiberikan.

4. Berkenaan dengan hal tersebut, apabila uang persediaan tersebut tidak diperlukanlagi agar disetor ke kas negara sebagai pengembalian uang persediaan.

Demikian untuk menjadi perhatian.Kepala Kantor

(nama)NIP. .....

Tembusan;1. Gubernur/Bupati/Walikota (untuk DIPA DK, TP, dan UB)2. (Inspektur Jenderal)3. (Eselon I satuan kerja bersangkutan)4. (Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat).

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W MARTOWARDOJO

LAMPIRAN VPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190 /PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKAPELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA

KOP SURATKANTOR PELAYANAN

PERBENDAHARAAN NEGARA

Page 69: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

Nomor : S- ....................... (tanggal/bulan/tahun)Sifat : SegeraHal : Pemberitahuan II Pengajuan Penggantian Uang Persediaan

Kepada Yth,Kuasa Pengguna AnggaranSatuan Kerja ..................... (kode satuan kerja)di.............

1. Dasar :a. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor ....... /PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara;

b. Surat Perintah Pencairan Dana Uang Persediaan (SP2D UP) Nomor ............tanggal......... sebesar Rp. ........

c. Surat Kepala KPPN nomor ...... tanggal ........ hal Pemberitahuan PengajuanPenggantian Uang Persediaan

2. Berdasarkan peraturan dan surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan inidisampaikan bahwa Saudara sampai saat ini belum melakukan pengisian kembali(revolving) atas uang persediaan yang telah diberikan sehingga uang persediaan yangtelah diberikan dipotong 25%/50%*) sebesar Rp................

3. Pemotongan uang persediaan tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong UPmelalui SPM GUP dan/atau menyetorkan UP ke Kas Negara.

4. Berkenaan dengan hal tersebut, diminta untuk segera melakukan pemotongan uangpersediaan tersebut.

Demikian untuk menjadi perhatian.Kepala Kantor

(nama)NIP. .....

Tembusan;1. Gubernur/Bupati/Walikota (untuk DIPA DK, TP, dan UB)2. (Inspektur Jenderal3. (Eselon I satuan kerja bersangkutan)4. (Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat).*) sesuai ketentuan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN VIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KOP SURATKANTOR PELAYANAN

PERBENDAHARAAN NEGARA

Page 70: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX

Sehubungan dengan pengajuan Tambahan Uang Persediaan (TUP) sebesarRp.999.999.999,00 ( dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : ..............................................

2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran

3. Satuan Kerja : ………………………………… (xxxxxx)

4. Kementerian Negara/Lembaga :…………………………………. (xxx)

5. Unit Organisasi :…………………………………. (xx)

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayaikegiatan yang tidak dapat ditunda dan menurut perkiraan kami akan habisdipergunakan dalam waktu 1 (satu) bulan;

2. Jumlah Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut diatas tidak akan dipergunakanuntuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan pembayaran langsung (LS);

3. Apabila Tambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut tidak habis dipergunakan dalam 1(satu) bulan, sisa yang masih ada akan disetor ke Kas Negara sebagai penerimaankembali pembayaran Uang Persediaan (UP)/Transito.

4. Pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporan atas danaTambahan Uang Persediaan (TUP) tersebut di atas menjadi tanggung jawab sepenuhnyadari Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

…………, ………… 20XXKuasa Pengguna Anggaran,

..............................NIP ........................................

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN VIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KOP SURATKEMENTERIAN/LEMBAGA (SATKER)

Page 71: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

Nomor : S- (tanggal, bulan, tahun)Sifat : SegeraHal : Persetujuan Tambahan Uang Persediaan (TUP)

Kepada Yth,Kuasa Pengguna AnggaranSatuan Kerja ..................... (kode satuan kerja)di.............

1. Dasar :a. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor ....... /PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara;

b. Surat permohonan persetujuan TUP dari Kuasa Pengguna Anggaran Nomor .........tanggal ........... tentang Tambahan Uang Persediaan

2. Sehubungan dengan butir 1 tersebut di atas, dengan ini diberikan persetujuanTambahan Uang Persediaan sebesar Rp................,- untuk keperluan mendesak........................................... Satuan Kerja ............................ kode ........... atas bebanDIPA TA................ No. ........................ tanggal .................

3. Tambahan Uang Persediaan tersebut tidak dapat digunakan untuk membiayaipengeluaran yang menurut ketentuan harus dilakukan dengan Pembayaran Langsung(LS) dan hanya berlaku untuk saat ini serta tidak dapat diisi ulang (revolving).

4. Tambahan Uang Persediaan tersebut digunakan untuk paling lama 1 (satu) bulan sejaktanggal SP2D diterbitkan. Apabila Tambahan Uang Persediaan tersebut tidak habisdalam satu bulan, maka sisa dana yang ada pada Bendahara Pengeluaran harusdisetorkan ke kas negara.

5. Pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada penerima tagihantidak boleh melebihi Rp.50.000.000, (lima puluh juta rupiah), kecuali untukpembayaran honorarium dan perjalanan dinas.

6. Tata cara pencairan, pembayaran, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporanrealisasi dana APBN agar berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor................/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka PelaksanaanAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Demikian untuk menjadi perhatian.Kepala Kantor

(nama)NIP. .....

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN VIIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKAPELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA

KOP SURATKANTOR PELAYANAN

PERBENDAHARAAN NEGARA

Page 72: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

Nomor : S- ....................... (tanggal/bulan/tahun)Sifat : SegeraHal : TUP yang belum dipertanggungjawabkan

Kepada Yth,Kuasa Pengguna AnggaranSatuan Kerja ..................... (kode satuan kerja)di.............

1. Dasar :

a. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor ....... /PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

b. Surat Perintah Pencairan Dana Tambahan Uang Persediaan (SP2D TUP) Nomor

............ tanggal......... sebesar Rp. ........

2. Berdasarkan peraturan dan surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ini

disampaikan bahwa menurut tata usaha kami sampai saat ini TUP yang telah diberikan

belum Saudara pertanggungjawabkan.

3. Berkenaan dengan hal tersebut, diminta perhatiannya untuk segera

mempertanggungjawabkan TUP dimaksud, dan sisa TUP yang tidak dipergunakan lagi

disetor ke kas negara.

Demikian untuk menjadi perhatian.

Kepala Kantor

(nama)NIP. .....

Tembusan;1. Gubernur/Bupati/Walikota (untuk DIPA DK, TP, dan UB)2. (Inspektur Jenderal)3. (Eselon I satuan kerja bersangkutan)4. (Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat).

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN IXPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KOP SURATKANTOR PELAYANAN

PERBENDAHARAAN NEGARA

Page 73: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX

Sehubungan dengan pengajuan perpanjangan pertanggungjawaban Tambahan UangPersediaan (TUP) sebesar Rp. 999.999.999,00 (dengan huruf), yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Nama : ............................................

2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran

3. Satuan Kerja : ………………………………… (xxxxxx)

4. Kementerian Negara/Lembaga :…………………………………. (xxx)

5. Unit Organisasi :…………………………………. (xx)

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Sebagian dana TUP telah dipertanggungjawabkan melalui SPM-PTUP sebesarRp.999.999.999,00;

2. Sisa dana TUP pada Bendahara Pengeluaran yang masih diperlukan untukmelaksanakan kegiatan, akan kami pertanggungjawabkan paling lambat tanggal ........;

3. Sisa dana TUP yang tidak diperlukan lagi akan disetor ke kas negara paling lambattanggal..........

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

…………, ………… 20XXKuasa Pengguna Anggaran,

..............................NIP ........................................

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

KOP SURATKEMENTERIAN/LEMBAGA (SATKER)

LAMPIRAN XPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN BELANJA NEGARA

Page 74: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

KUITANSI PEMBAYARAN UP *)

TA : (1)Nomor Bukti : (2)Mata Anggaran : (3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen

Satker 4)……………….

Jumlah uang :Rp.………(5)……………..Terbilang :……………(6)…………………………………………………..

………………………………………………………………Untuk pembayaran :………(7)……………

Tempat/Tgl.(8)Jabatan Penerima UangTanda tangan dan Stempel

(9)

Nama Jelas

Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan,, lunas dibayar Tgl. …An. Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara PengeluaranPejabat Pembuat Komitmen

Tanda tangan Tanda tangan(10) (Nama Jelas) (11) (Nama Jelas)NIP/NRP. NIP/NRP

*) Kuitansi ini dibuat apabila tidak diperoleh kuitansi dari penyedia barang/jasa (misalnya: jasa tambalban).

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baikPejabat yang bertanggungjawab

T.Tangan

(12) (Nama Jelas)NIP/NRP

LAMPIRAN XIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Page 75: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

-2-PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)

NO URAIAN ISIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkenaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi mata anggaran yang dibebani transaksi pembayaran

(4) Diisi nama satker yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka

(6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa danspesifikasi teknisnya

(8) Diisi tempat tanggal penerimaan uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada)Dan materai sesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP pejabat pembuatkomitmen serta stempel dinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP bendahara pengeluaran dantanggal lunas dibayar

(12) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk danbertanggungjawab dalam penerimaan barang/jasa

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Page 76: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

FORMAT SURAT PERINTAH BAYAR (SPBy)

KEMENTERIAN/LEMBAGA ……..SATUAN KERJA .............................................................. (....)

SURAT PERINTAH BAYARTanggal : …Nomor : …….

Saya yang bertanda tangan di bawah ini selaku Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan Bendahara Pengeluaran agarmelakukan pembayaran sejumlah :Rp …………..……

(*** DH *** )

Kepada : ......................................................................................................................

Untuk pembayaran : ......................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................Atas dasar :

1. Kuitansi/bukti pembelian : .....................................

2. Nota/bukti penerimaan barang/jasa/ : .....................................

(bukti lainnya)

Dibebankan pada:Kegiatan, output, MAK : .................................Kode : ...............................

Setuju/lunas dibayar, tanggal …….

Bendahara Pengeluaran

Nama JelasNIP/NRP

Diterima tanggal …….

Penerima Uang/ Uang Muka Kerja

Nama JelasNIP/NRP

…………….. , ………………………a.n. Kuasa Pengguna AnggaranPejabat Pembuat Komitman

…....................................................NIP/NRP……………………………..

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN XIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Page 77: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

FORMAT SPM-UP/TUP

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA …….. (1)SURAT PERINTAH MEMBAYAR

Tanggal : ……(2) Nomor : …….(3)

Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4) ...................... (XXX)

Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp …………..…… (5)

*** DH *** (6)

Jenis SPM : ……………………….(7) Cara Bayar : ………………….(8) Tahun Anggaran :…………… (9)

Dasar Pembayaran : Satker Kewenangan Nama Satker

…………………………………………………………….. (10) XXXXXX. XX. XXXXXXXXXXXXXXXXXX (11)Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon I ProgramXX. XX. XXX. XX . XX (12)Kegiatan, Output, LokasiXXXX XXX XX.XX (13)Jenis Pembayaran : ……………….. (14)Sifat Pembayaran : ………………..(15)Sumber Dana/Cara Penarikan : XX.X ….. / …..(16)Nomor Register : XXXXXXXX (17)

PENGELUARAN POTONGANJenis Belanja Jumlah uang BA//Unit Es I/ Lokasi / Akun / Satker Jumlah uang

XX (18) (19) …XXX.XX.XX.XX.XXXXXX.XXXXXX (21)

(22) …

Jumlah Pengeluaran (20) … Jumlah Potongan (23) …

(24) …

Kepada : …………………(25)NPWPRekening

: …………………(26): .........................(27)

Bank / Pos : …………………(28)Uraian : …………………(29)

Semua bukti-bukti pendukung telah diuji dan dinyatakan memenuhipersyaratan untuk dilakukan pembayaran, selanjutnya bukti-buktipendukung dimaksud disimpan dan ditatausahakan oleh PejabatPenanda tangan SPM.

Kebenaran perhitungan dan isi yang tertuang dalam SPM inimenjadi tanggung jawab Pejabat Penandatangan SPM.

….(33)

…………….. , ……………………….(30)a.n. Kuasa Pengguna AnggaranPejabat Penanda Tangan SPM

…....................................................(31)NIP/NRP……………………………..(32)

LAMPIRAN XIIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Page 78: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 2 -

FORMAT SPM-GUP/PTUP/LS NON BELANJA PEGAWAI

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA …….. (1)SURAT PERINTAH MEMBAYAR

Tanggal : ……(2) Nomor : …….(3)

Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4) ...................... (XXX)

Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp …………..…… (5)

*** DH *** (6)

Jenis SPM : ……………………….(7) Cara Bayar : ………………….(8) Tahun Anggaran :…………… (9)

Dasar Pembayaran : Satker Kewenangan Nama Satker

…………………………………………………………….. (10) XXXXXX. XX. XXXXXXXXXXXXXXXXXX (11)Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon I ProgramXX. XX. XXX. XX . XX (12)Kegiatan, Output, LokasiXXXX XXX XX.XX (13)Jenis Pembayaran : ……………….. (14)Sifat Pembayaran : ………………..(15)Sumber Dana/Cara Penarikan : XX.X ….. / …..(16)Nomor Register : XXXXXXXX (17)

PENGELUARAN POTONGANJenis Belanja Jumlah uang BA//Unit Es I/ Lokasi / Akun / Satker Jumlah uang

XX (18) (19) …XXX.XX.XX.XX.XXXXXX.XXXXXX (21)

(22) …

Jumlah Pengeluaran (20) … Jumlah Potongan (23) …

(24) …

Kepada : …………………(25)NPWPRekening

: …………………(26): .........................(27)

Bank / Pos : …………………(28)Uraian : …………………(29)

Semua bukti-bukti pengeluaran yang disahkan Pejabat PembuatKomitmen telah diuji dan dinyatakan memenuhi persyaratan untukdilakukan pembayaran atas beban APBN, selanjutnya bukti-buktipengeluaran dimaksud disimpan dan ditatausahakan oleh PejabatPenanda tangan SPM.

Kebenaran perhitungan dan isi yang tertuang dalam SPM inimenjadi tanggung jawab Pejabat Penandatangan SPM.

….(33)

…………….. , ……………………….(30)a.n. Kuasa Pengguna AnggaranPejabat Penanda Tangan SPM

…....................................................(31)NIP/NRP……………………………..(32)

Page 79: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 3 -

FORMAT SPM-LS BELANJA PEGAWAI

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA …….. (1)SURAT PERINTAH MEMBAYAR

Tanggal : ……(2) Nomor : …….(3)

Kuasa Bendahara Umum Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (4) ...................... (XXX)

Agar melakukan pembayaran sejumlah Rp …………..…… (5)

*** DH *** (6)

Jenis SPM : ……………………….(7) Cara Bayar : ………………….(8) Tahun Anggaran :…………… (9)

Dasar Pembayaran : Satker Kewenangan Nama Satker

…………………………………………………………….. (10) XXXXXX. XX. XXXXXXXXXXXXXXXXXX (11)Fungsi, Subfungsi, BA, Unit Eselon I ProgramXX. XX. XXX. XX . XX (12)Kegiatan, Output, LokasiXXXX XXX XX.XX (13)Jenis Pembayaran : ……………….. (14)Sifat Pembayaran : ………………..(15)Sumber Dana/Cara Penarikan : XX.X ….. / …..(16)Nomor Register : XXXXXXXX (17)

PENGELUARAN POTONGANJenis Belanja Jumlah uang BA//Unit Es I/ Lokasi / Akun / Satker Jumlah uang

XX (18) (19) …XXX.XX.XX.XX.XXXXXX.XXXXXX (21)

(22) …

Jumlah Pengeluaran (20) … Jumlah Potongan (23) …

(24) …

Kepada : …………………(25)NPWPRekening

: …………………(26): .........................(27)

Bank / Pos : …………………(28)Uraian : …………………(29)

Semua bukti-bukti pendukung untuk Belanja Pegawai telah diuji dandinyatakan memenuhi persyaratan untuk dilakukan pembayaran atasbeban APBN, selanjutnya bukti-bukti pendukung dimaksud disimpandan ditatausahakan oleh Pejabat Penanda tangan SPM.

Kebenaran perhitungan dan isi yang tertuang dalam SPM inimenjadi tanggung jawab Pejabat Penandatangan SPM.

….(33)

…………….. , ……………………….(30)a.n. Kuasa Pengguna AnggaranPejabat Penanda Tangan SPM

…....................................................(31)NIP/NRP……………………………..(32)

Page 80: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 4 -

PETUNJUK PENGISIANSURAT PERINTAH MEMBAYAR

NO URAIAN ISIAN(1) Diisi uraian nama Kementerian Negara/Lembaga

(2) Diisi tanggal SPM dengan konfigurasi : dua digit hari/dua digit bulan/empat digit tahun (dd/mm/yyyy)

(3) Diisi nomor SPM dengan konfigurasi enam digit pertama secara otomatis diisi nomor urut oleh aplikasi dandapat ditambahkan isian konfigurasi penomoran sesuai ketentuan yang berlaku pada masing-masing satker

(4) Diisi uraian KPPN Pembayar dan diikuti dengan kode KPPN sesuai tabel referensi

(5) Diisi dengan angka sejumlah bersih yang dibayarkan

(6) Diisi dengan huruf sejumlah bersih yang dibayarkan

(7) Diisi dengan kode jenis SPM sesuai dengan tabel referensi jenis SPM yang antara lain meliputi :

01 = Gaji Induk/Gaji Bulan ke-1302 = Gaji Susulan/Gaji Terusan03 = Kekurangan

Gaji/UDW/UDT/Persekot04 = Gaji Lainnya05 = Ganti UP06 = Ganti UP KP07 = Langsung08 = Dana UP09 = Dana UP (KP)10 = Transfer

(8)Diisi kode dan uraian cara bayar SPM yang meliputi :

1 = Cek Bank : diisi apabila cara bayar menggunakan Cek yang membebani kasnegara pada Bank

2 = Giro Bank : diisi apabila cara bayar menggunakan pemindahbukuan / transferyang membebani kas negara pada Bank

3 = Cek Pos : diisi apabila cara bayar menggunakan Cek yang membebani kasnegara pada Kantor Pos

4 = Giro Pos : diisi apabila cara bayar menggunakan pemindahbukuan / transferyang membebani kas negara pada Kantor Pos

5 = Nihil : diisi apabila penerbitan SPM tidak menyebabkan selisih belanja danpendapatan

6 = Pengesahan : diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pengakuan atas realisasibelanja dan pendapatan

(9) Diisi tahun anggaran berkenaan

(10) Diisi dasar penerbitan SPM, misal : nomor UU APBN, nomor dan tanggal DIPA, Nomor PHLN untuk pinjamanLN atau dokumen dasar penerbitan lainnya

Page 81: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 5 -

(11) Diisi kode satuan kerja (enam digit), jenis kewenangan (dua digit), dan uraian satker sesuai dengan DIPAatau yang dipersamakan dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.Khusus untuk jenis kewenangan, meliputi sebagai berikut :

KP : Kantor PusatKD : Kantor DaerahDK : DekonsentrasiTP : Tugas PembantuanUB : Urusan Bersama

(12) Diisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sesuai dengan DIPA atau dandokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.

Komposisi kode fungsi, sub fungsi, Bagian Anggaran, Unit Eselon I, Program, sebagai berikut :

X X X X X X X X X X X

Diisi kode program (dua digit)Diisi kode unit eselon I (dua digit)Diisi kode Bagian Anggaran (tiga digit)Diisi kode sub fungsi (dua digit)Diisi kode fungsi (dua digit)

(13) Diisi Kegiatan, Output, Lokasi, sesuai dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebananSPMKomposisi Kegiatan, Output, Lokasi sebagai berikut :

X X X X X X X X X X X

Diisi kode lokasi (empat digit) terdiridari kode kabupaten/kota (dua digit)dan kode propinsi (dua digit)Diisi kode output (tiga digit)Diisi kode kegiatan (empat digit)

(14) Diisi Jenis Pembayaran yang meliputi :

1 = Pengeluaran anggaran : Diisi apabila pembayaran dibebankan pada DIPA2 = Pengembalian Uang : Diisi apabila pembayaran dalam rangka pengembalian

pendapatan negara3 = PFK (Perhitungan Fihak Ketiga) : Diisi apabila pembayaran dalam rangka PFK4 = Pengeluaran Transito : Diisi apabila pembayaran dalam rangka UP/TUP5 = Perhitungan Rekening Khusus : Diisi apabila pembayaran yang membebani rekening

khusus6 = Pembetulan Pembukuan : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka koreksi

pembukuan

(15) Diisi sifat pembayaran yang meliputi :

Page 82: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 6 -

1 = Dana Uang Persediaan (UP) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran UP2 = Tambahan UP (TUP) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran TUP3 = Penggantian UP (GUP) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka penggantian UP4 = Pembayaran Langsung (LS) : Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pembayaran

langsung ke rekening Bendahara Pengeluaran atau Pihak Ketiga5 = Nihil : diisi apabila penerbitan SPM tidak menyebabkan selisih belanja

dan pendapatan selain SPM GUP-Nihil6 = Pertanggungjawaban TUP

(PTUP): Diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka

pertanggungjawaban TUP7 = Pengesahan : diisi apabila penerbitan SPM dalam rangka pengakuan atas

realisasi belanja dan pendapatan

(16)Diisi sumber dana (SD) terdiri dari dua digit dan Cara Penarikan (CP) terdiri dari satu digit CP sesuai denganDIPA atau yang dipersamakan dengan DIPA dan dokumen lainnya yang menjadi dasar pembebanan SPM.Sumber Dana (SD) antara lain meliputi :

01 = Rupiah Murni02 = Pinjaman Luar Negeri03 = Rupiah Murni Pendamping04 = PNBP05 = Pinjaman Dalam Negeri06 = Badan Layanan Umum07 = Stimulus08 = Hibah Dalam Negeri091011121314151617

=========

Hibah Luar NegeriHibah Langsung Dalam NegeriHibah Langsung Luar NegeriHibah Langsung Barang Dalam NegeriHibah Langsung Barang Luar NegeriHibah Langsung Jasa Dalam NegeriHibah Langsung Jasa Luar NegeriHibah Langsung Surat Berharga Dalam NegeriHibah Langsung Surat Berharga Luar Negeri

Cara Penarikan (CP) antara lain meliputi :0 = Rupiah Murni1 = Pembiayaan Pendahuluan2 = Pembayaran Langsung3 = Rekening Khusus4 = Letter of Credit

(17) Diisi nomor register pinjaman/hibah (delapan digit) sesuai dengan DIPA

(18) Diisi kode jenis belanja (dua digit) sesuai dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran SatkerSatu SPM hanya untuk satu jenis belanja

(19) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun pengeluaran

(20) Diisi jumlah seluruh pengeluaran

(21) Diisi kode Bagian Anggaran, Unit Eselon I, lokasi, akun, dan satuan kerja dengan ketentuan sebagaimanapetunjuk pengisian potongan SPM

(22) Diisi jumlah rupiah masing-masing akun potongan SPM

(23) Diisi jumlah rupiah seluruh potongan

Page 83: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

- 7 -

(24) Diisi jumlah rupiah bersih (jumlah seluruh pengeluaran dikurangi jumlah seluruh potongan)

(25) Diisi nama penerima pembayaran (bendahara pengeluaran/penerima hak tagih) disertai alamat lengkap.Khusus untuk SPM-GUP Nihil dan SPM-PTUP diisi dengan “Bendahara Umum Negara untuk dibukukanseperlunya”

(26) 1. Diisi NPWP penerima pembayaran sesuai ketentuan perpajakan;2. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-PTUP, dan SPM-Pengesahan tidak diisi.

(27) Diisi nomor dan nama rekening bank/pos yang menerima pembayaran. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-PTUP dan SPM-Pengesahan tidak diisi

(28) Diisi Bank/Pos tempat pembayaran dicairkan. Khusus untuk SPM-GUP Nihil, SPM-PTUP, dan SPM-Pengesahan tidak diisi

(29) Uraian berisi tentang informasi : Untuk keperluan , No dan tgl.Kontrak/SPK, Nilai Kontrak/SPK, Carapembayaran, Tgl. Penyelesaian pekerjaanKeperluan pembayaran sesuai dengan jenis SPM, misalnya:1. SPM UP “Penyediaan Uang Persediaan ”2. SPM TUP “Penyediaan Tambahan Uang Persediaan”3. SPM GUP “Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain-lain) “4. SPM GUP NIHIL “Penggantian Uang Persediaan untuk keperluan belanja (barang/modal/lain-lain)”5. SPM PTUP “Pertanggungjawaban Tambahan Uang Persediaan untuk keperluan belanja

(barang/modal/lain-lain)”.6. SPM Pengesahan “Pengesahan belanja (barang/modal/lain-lain)”.7. SPM LS

a. LS ke Bendahara/pegawai “ Pembayaran belanja ... (pegawai/barang/modal/lain-lain) sesuaiSK/ST/SPD No. ……. Tgl. …...”

b. LS ke Pihak Ketiga “Pembayaran belanja .....(barang/modal/bantuan sosial/lain-lain)sesuai KontrakNo. ……. Tgl. ……. SPMK/Jaminan Uang Muka/BAP/BAST/Jaminan Pemeliharaan No. ……. Tgl.………”

(30) Diisi lokasi instansi penerbit SPM dan tanggal penerbitan SPM

(31) Diisi nama penandatangan SPM

(32) Diisi NIP/NRP penandatangan SPM

(33) Diisi bar code hasil enkripsi aplikasi SPM

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Page 84: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

SURAT PERNYATAANNomor : XXXXXX

Sehubungan dengan pengajuan Uang Persediaan (UP) sebesar Rp.999.999.999,00 (dengan huruf ), yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : ..............................................

2. Jabatan : Kuasa Pengguna Anggaran

3. Satuan Kerja : ………………………………… (xxxxxx)

4. Kementerian Negara/Lembaga :…………………………………. (xxx)

5. Unit Organisasi :…………………………………. (xx)

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Uang Persediaan (UP) tersebut akan dipergunakan untuk membiayai kegiatanoperasional sehari-hari satuan kerja dan tidak untuk membiayai pengeluaran yangmenurut peraturan perundang-undangan harus dilakukan dengan pembayaran langsung(LS);

2. Apabila dalam 3 (tiga) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan penggantian(revolving) UP, maka bersedia memotong atau menyetorkan sebesar 25% (dua puluh limapersen) dari UP yang diterima.

3. Apabila dalam 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan Kepala KPPN untuk memotongatau menyetorkan UP sebesar 25% (dua puluh lima persen) belum dilaksanakan, makabersedia memotong atau menyetorkan 50% (lima puluh persen) dari UP yang diterima.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

…………, ………… 20XXKuasa Pengguna Anggaran,

..............................NIP ........................................

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN XIVPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KOP SURAT SATUAN KERJA

Page 85: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

REGISTER DATA REALISASI KONTRAK

Tahun Kontrak :Satuan Kerja :Identitas Kontrak : Nomor Kontrak : Tgl.Kontrak :

Adendum Ke :NomorAdendum : Tgl.Adendum

Nama Bank/Asuransi Penjamin :Nomor/Tgl. Jaminan Uang Muka :Nilai Jaminan Uang Muka :Masa Berlaku Jaminan : s.d.Masa Berlaku Klaim :

TerminUang Muka Prestasi

Pekerjaan Angsuran Uang Muka Retensi Nilai Bruto Nilai Realisasi PPN PPh NilaiBersih

RM RM RM RM RM RM RM RM RMLN LN LN LN LN LN LN LN LN

I00

II00

III 00

IV 00

V00

TOTAL00

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

LAMPIRAN XVPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Page 86: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

FORMAT SP2D

KEMENTERIAN KEUANGAN RIDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

NSS : ASURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA

Dari : ......................(4)Tanggal : ......................(5)Nomor : ......................(6)Tahun Anggaran : .......................(7)

Nomor SPM : ............../............ (1)Tanggal : .....-.....-....... (2)Satker : XXXXXX

……………………………………………………. (3)Jenis Belanja XX (8)Bank/Pos ………………….. (9)Hendaklah mencairkan/memindahbukukan dari baki Rekening Nomor …………………. (10) sesuai dengan............. (11) Uang sebesar …..(12)

*** DH *** (13)

Kepada :..............(14)NPWP :..............(15)Rekening :..............(16)Bank/Pos :...............(17)Yaitu :...............(18)

Kepala Seksi Pencairan Dana

………………………………..(20)NIP …………………………..(21)

Kuasa Bendahara Umum Negara…………. , ……………………. (19)

Kepala Seksi Bank/Giro Pos

……………………………………(22)NIP ………………………………(23)

X Rp

LAMPIRAN XVIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK. 05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA

Page 87: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

-2-PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)

NO URAIAN ISIAN1 Diisi nomor SPM2 Diisi tanggal SPM3 Diisi kode dan uraian Satker/Unit sesuai yang ada pada SPM4 Diisi Bendahara Umum Negara" atau Kuasa Bendahara Umum Negara5 Diisi tanggal penerbitan SP2D6 Diisi Nomor dengan susunan :Nomor penerbitan SP2D/kode KPPN/kode Bank.7 Diisi Tahun Anggaran8 Diisi kode jenis belanja (2 digit) sesuai yang ada pada SPM9 Diisi Nama Bank/Pos Rekening Pengeluaran KPPN

10 Diisi Nomor Rekening Pengeluaran KPPN pada Bank yang telah ditunjuk11 Diisi kode dan uraian cara bayar sesuai dengan cara bayar pada SPM:

1 = Cek 4 = Giro PoS2 = Giro Bank 5 = Nihil3 = Cek Pos 6 = Pengesahan

12 Diisi dengan angka sejumlah bersih yang dibayarkan sesuai yang tercantum pada SPM13 Diisi dengan huruf sejumlah bersih yang dibayarkan sesuai yang tercantum pada SPM14 Diisi nama penerima pembayaran (Bendahara Pengeluaran/Penerima Hak tagih) disertai alamat

lengkap sesuai yang tercantum pada SPM15 diisi sesuai dengan NPWP yang tercantum pada SPM16 Diisi nomor dan nama rekening Bank/Pos yang menerima pembayaran sesuai yang tercantum

pada SPMyang tercantum pada SPM17 Diisi nama Bank/Pos sesuai tujuan yang tercantum pada SPM

18 Keperluan pembayaran diisi sesuai dengan yang tercantum pada SPM19 Diisi kota tempat KPPN dan tanggal penerbitan SP2D20 Diisi Nama Kepala Seksi Pencairan Dana21 Diisi NIP Kepala Seksi Pencairan Dana22 Diisi Nama Kepala Seksi Bank/Giro Pos23 Diisi NIP Kepala Seksi Bank/Giro Pos

Catatan:Susunan preprinted number sebagai berikut:NSS :0000001A

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO

Nomor seri SP2D

Nomor urut mulai “0000001

Huruf mulai dari “A”

Page 88: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

DAFTAR PERHITUNGANJUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)

SATKER PENGGUNA PNBP

1. Nama dan kode Kantor/Satker :……………………………………2. Nama dan kode Kegiatan :.......................................3. Nomor dan tanggal DIPA :.......................................4. Target Pendapatan :…………………………………….5. Pagu Pengeluaran :……………………………………6. Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :

a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu 1) .......................................... Rp ...............

b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (….% x 6.a) ...……........... Rp ...............

c. Realisasi Pencairan Dana TA yang lalu 2)....................................... Rp ............... _

d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c).................................. Rp ...............

e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu.....................……………………….......... Rp ............... _f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh

realisasi PNBP TA berjalan (d – e) ................................................Rp ...............

g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f .................................... Rp ...............

7. Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :a. Setoran PNBP TA berjalan 1) ....................................................... Rp ...............

b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (….% x 7.a) ....……........... Rp ...............c. Realisasi pencairan dana TA berjalan s.d SP2D lalu (termasuk

jumlah SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g):1) SP2D-UP Rp........................2) SP2D-TUP Rp........................3) SP2D-GUP Rp........................4) SP2D-LS Rp........................ +5) Jumlah Rp ................ _

d. SPM UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan berikutnya(7.b – 7.c.5).....................................................................................

Rp .................

…………………..,………….20XXKuasa Pengguna Anggaran ………………………

..............................NIP ........................................

Keterangan:1) Foto copy SSBP lembar 4 terlampir2) berdasarkan hasil rekonsiliasi realisasi dengan KPPN

LAMPIRAN XVIIPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 190/PMK.05/2012TENTANGTATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KOP SURAT SATUAN KERJA

Page 89: NOMOR 190 /PMK.05/2012 TENTANG - setjen.pu.go.id · Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 213, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN

-2-

PETUNJUK PENGISIAN

DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)SATKER PENGGUNA PNBP

NO URAIAN ISIAN

(1) Diisi uraian nama dan kode kantor atau Satuan Kerja pada DIPA

(2) Diisi nama dan kode kegiatan sebagaimana tertuang dalam DIPA

(3) Diisi tanggal dan nomor DIPA Satuan Kerja yang bersangkutan

(4) Diisi target PNBP Satuan Kerja yang bersangkutan sebagaimana tertuang padahalaman III DIPA

(5) Diisi pagu dana PNBP dalam DIPA

(6) Perhitungan maksimal pencairan dana PNBP terdiri dari:

a. Diisi jumlah setoran PNBP tahun anggaran lalu.

b. Diisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi paguPengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).

c. Diisi realisasi pencairan dana pada tahun anggaran yang lalu yang terdiri dariSP2D-GUP, SP2D -GUP Nihil, SP2D -PTUP, dan SP2D -LS

d. Diisi jumlah pengurangan jumlah dana yang dapat digunakan dengan realisasitahun anggaran yang lalu.

e. Diisi jumlah sisa UP dan TUP Tahun Anggaran yang lalu yang belumdipertanggungjawabkan.

f. Diisi dengan 6.d dikurangi 6.e, yang merupakan nilai SPMUP/TUP/GUP/PTUP/LS yang dapat diajukan ke KPPN.

g. Diisi nilai SP2D UP/TUP/GUP/PTUP/LS yang telah dicairkan pada TahunAnggaran berjalan yang dananya bersumber pada 6.f

(7) a. Diisi jumlah setoran PNBP tahun anggaran berjalan.

b. Diisi Jumlah dana yang dapat digunakan yaitu sebesar Proporsi paguPengeluaran terhadap Pendapatan (PPP) dikalikan dengan jumlah setoran (a).

c. Realisasi SP2D sampai dengan yang lalu.

d. SPM berikutnya yang dapat diajukan.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AGUS D. W. MARTOWARDOJO