buletin infrastruktur daerah - setjen.pu.go.id edisi 4 tahun 2016.pdf · memperhatikan kondisi...

22
BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JEN DERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Bulen INFRASTRUKTUR DAERAH Edisi 04/Tahun I/2016 Mekanisme Pengelolaan Mekanisme Pengelolaan Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dalam APBD PEMANFAATAN DATA PEMANFAATAN DATA PEMANFAATAN DATA ROAD ROID ROAD ROID ROAD ROID UNTUK PEMROGRAMAN UNTUK PEMROGRAMAN UNTUK PEMROGRAMAN JALAN DAERAH JALAN DAERAH JALAN DAERAH HAL. 7 HAL. 7 HAL. 7 FOCUS GROUP DISCUSSION FOCUS GROUP DISCUSSION FOCUS GROUP DISCUSSION PEMBINAAN PEMBINAAN PEMBINAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH HAL. 10 HAL. 10 HAL. 10

Upload: buihanh

Post on 01-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI SEKRETARIAT JEN DERAL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Buletin

INFRASTRUKTUR DAERAH Edisi 04/Tahun I/2016

Mekanisme Pengelolaan Mekanisme Pengelolaan Mekanisme Pengelolaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

Tahun Anggaran 2017 dalam APBDTahun Anggaran 2017 dalam APBDTahun Anggaran 2017 dalam APBD

PEMANFAATAN DATA PEMANFAATAN DATA PEMANFAATAN DATA ROAD ROID ROAD ROID ROAD ROID UNTUK PEMROGRAMAN UNTUK PEMROGRAMAN UNTUK PEMROGRAMAN JALAN DAERAHJALAN DAERAHJALAN DAERAH

HAL. 7HAL. 7HAL. 7

FOCUS GROUP DISCUSSION FOCUS GROUP DISCUSSION FOCUS GROUP DISCUSSION PEMBINAAN PEMBINAAN PEMBINAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH

HAL. 10 HAL. 10 HAL. 10

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

4 Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD

Pemanfaatan Data Road Roid untuk Pemrograman Jalan Daerah 7

10 Focus Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

18

Mekanisme Pengalokasian dan Penyaluran DAK Tahun Anggaran 2017

13 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Program Nawacita

Edisi 04 Tahun I 2016 Daftar isi

2

15

Artikel utama

informasi

Bimbingan Teknis Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA. 2016

1 2

3 4

1. FGD di Arion Siwss Bel-Hotel Kemang

2. Konreg OP PSDA 2016

3. Mekanisme Pengalokasian DAK

4. Bimtek TA. 2016

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Redaksi menerima tulisan/artikel/opini/foto/saran maupun tanggapan terkait bidang Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah ke email

[email protected]. Redaksi berhak menyunting naskah/artikel yang masuk sesuai tema penerbitan dan ketersediaan jumlah halaman/

rubik.

Pelindung

Annita Firmanti

Penanggung Jawab

Widiarto

Dewan Redaksi

Riono Suprapto Andie Pramudita Fajar Eko Antono

Pemimpin Redaksi

Irma Rahmawati

Penyunting Redaksi

Tingka Adiati

Bagian Produksi

Zamzuli, Agus Soegiono, Asep Sultoni, Dewi Udiarti,

Yunaedah

Bagian Distribusi

Dodi Herdiawan, Agung Tego

Kontributor

Fajar Eko Antono, Andie Pramudita ,Indah

Indriasputri, Rully Dermawati, Leviana Okvianty,

Taufik Perdana, Hasiholan Manihuruk, Dedy

Gunawan, Hendra Charisma Putra, Dary Achmad

Budi, Satrio Arditama, Juan Napitupulu

Desain

Annisa Maulina

Alamat Redaksi

Gedung Menteri PUPR Lt.5

Jl. Pattimura No.20, Kebayoran Baru Jakarta

Selatan, 12110,

Telp 021-7229463

Email

[email protected]

Editorial Buletin

INFRASTRUKTUR DAERAH

3

Pembaca yang budiman,

Selamat berjumpa kembali dalam edisi ke-4 Buletin Infrastruktur Daerah.

Dalam edisi ini kami menyajikan tema terkait Penyelenggaraan Dana Alokasi

Khusus Bidang Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 sebagai salah satu

instrumen pendanaan pembangunan infrastruktur daerah. Kebijakan utama

terkait pengalokasian DAK Tahun Anggaran 2017 antara lain mempertajam

fokus bidang/sub bidang DAK untuk mendukung pencapaian Standar

Pelayanan Minimal (SPM) melalui DAK Reguler, mendukung sasaran

pembangunan nasional melalui DAK Penugasan, dan mendukung kebijakan

afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi

melalui DAK Afirmasi.

Untuk pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur Tahun 2017 juga dilakukan

percepatan penetapan petunjuk teknis pelaksanaan DAK melalui penetapan

Permen PUPR No. 33/PRT/M/2016 tentang Petunjuk Teknis

Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Tujuan

penetapan tersebut yaitu untuk memberikan kepastian bagi Pemerintah

Daerah dalam melaksanakan DAK, mempercepat pelaksanaan DAK di daerah

dengan penetapan juknis yang tepat waktu, dan memperkuat landasan

hukum pelaksanaan DAK. Permen PUPR No. 33/PRT/M/2016 tentang

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur

ini disusun oleh Kementerian PUPR sebagai bahan masukan untuk Peraturan

Presiden terkait payung hukum Petunjuk Teknis DAK untuk seluruh bidang

yang saat ini sedang dalam proses penetapan. Permen PUPR No. 33/PRT/

M/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus

Bidang Infrastruktur telah disosialisasikan pada acara Sosialisasi Petunjuk

Teknis dan Konsultasi Program Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur Tahun

Anggaran 2017 di 3 lokasi yaitu Mataram, Balikpapan, dan Batam pada

Bulan November 2016.

Pada edisi ke-4 ini kami juga mengulas mengenai berbagai topik

diantaranya adalah: Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang

Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD, Mekanisme Pengalokasian

dan Penyaluran DAK Tahun Anggaran 2017, Pemanfaatan Data Road Roid

untuk Pemrograman Jalan Daerah, Bimbingan Teknis Proyek Pemerintah

Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA. 2016, Operasi dan Pemeliharaan

Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Program Nawacita, dan FGD

Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah.

Selamat membaca

Tim Redaksi

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Mekanisme Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang

Infrastruktur Tahun Anggaran 2017 dalam APBD

4

Artikel utama

A nggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

selanjutnya disingkat APBD merupakan

suatu rencana keuangan tahunan

Pemerintah Daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai

dengan amanat Undang-Undang No. 17 Tahun 2003

pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah

dalam satu tahun anggaran, serta rencana pelaksanaan

semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah

dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun

anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan

Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang

ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua

pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan

dalam APBD. Karena APBD merupakan dasar

pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi

dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan,

dan pengawasan keuangan daerah.

Proses perencanaan dan penganggaran APBD Tahun

Anggaran 2017 diawali dengan penyusunan Rencana

Kegiatan Pemerintah Daerah (RKPD) yang mengacu

pada dokumen perencanaan RPJMD di masing-masing

daerah. Kemudian masuk di dalam Kebijakan Umum

Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara

(KUA & PPAS) sebagai dasar bagi penyusunan Rencana

Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

(RKA SKPD). Selanjutnya Pemerintah Daerah menyusun

Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(RAPBD), dievaluasi oleh Mendagri, dan dibahas di

DPRD untuk mendapat persetujuan menjadi Perubahan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (P-APBD).

Adapun bagan alir proses perencanaan dan

penganggaran APBD Tahun Anggaran 2017, serta

jadwal penyusunan dan penetapan RAPBD dapat dilihat

pada Gambar 1 dan Tabel I.

GAMBAR 1. PROSES PERENCANAAN & PENGANGGARAN APBD TA 2017

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

5

Di dalam struktur APBD, Dana Alokasi Khusus (DAK)

merupakan salah satu komponen pendapatan daerah

yang berasal dari dana perimbangan. Alokasi DAK

daerah provinsi, kabupaten, dan kota TA 2017

diinformasikan secara resmi oleh Kementerian

Keuangan melalui Rancangan Undang-Undang (RUU)

tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

Tahun Anggaran 2017 yang disetujui bersama antara

Pemerintah dan DPR-RI. Selanjutnya Pemda harus

menyesuaikan alokasi DAK dimaksud dengan

melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah

(Perkada) tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran

2017 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,

untuk ditampung dalam Perda tentang P-APBD TA

2017 atau dicantumkan dalam Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) bagi Pemda yang tidak melakukan

P-APBD Tahun Anggaran 2017.

Teknis penganggaran DAK di dalam APBD dilakukan

dimulai dengan mencantumkan lokasi dan sumber

pendanaan kegiatan untuk kelompok belanja

langsung di kolom penjelasan pada perkada tentang

penjabaran APBD/P-APBD. Selain itu, untuk

penganggaran kegiatan tahun jamak agar

dicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai

nota kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD

dalam kolom penjelasan pada Perkada tentang

penjabaran APBD TA. 2017. Tabel II merupakan

contoh perkada penjabaran APBD yang wajib diisi

oleh daerah dalam proses penganggaran DAK.

TABEL I. JADWAL PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPD

Perencanaan dan penganggaran APBD TA. 2017

diawali dengan penyusunan RKPD yang mengacu

pada dokumen perencanaan RPJMD Daerah.

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 6

Informasi Artikel utama

Dalam kondisi tertentu dimana dibutuhkan percepatan

pelaksanaan DAK disebabkan karena keterlambatan

pagu maupun juknis, pelaksanaan kegiatan yang

didanai oleh DAK dapat mendahului penetapan Perda

P-APBD mengingat peruntukannya yang sudah jelas,

sebagaimana diatur di dalam Permendagri No. 31/2016

Lampiran V.13. Langkah percepatan dilakukan dengan

cara menetapkan Perkada tentang Perubahan

Penjabaran APBD dan memberitahukan kepada

Pimpinan DPRD. Kemudian menyusun RKA-SKPD dan

mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasar pelaksanaan

kegiatan. Lebih lanjut, ditampung dalam peraturan

daerah tentang Perubahan APBD, atau dicantumkan

dalam LRA, apabila pemerintah daerah telah

menetapkan P-APBD atau tidak melakukan P-APBD.

TABEL II. CONTOH PERATURAN KEPALA DAERAH PENJABARAN APBD

Oleh:

Kasi Fasilitasi DAK Wilayah II, Direktorat Fasilitasi Dana

Perimbangan dan Pinjaman Daerah, Ditjen Bina Keuangan

Daerah, Kemendagri. Pada acara Sosialisasi Petunjuk Teknis dan

Konsultasi Program Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur TA.

2017 dan ditulis ulang oleh Andie Pramudita.

Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat di Desa Mirring Kec. Minuang

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Informasi

R ay, Toole (2013) telah melakukan

identifikasi beberapa faktor yang

mempengaruhi kondisi jalan daerah yaitu:

(i) kurangnya alokasi pendanaan baik APBD

maupun dana bantuan Pemerintah melalui APBN, (ii)

pengalokasian anggaran yang salah dan tidak efisisen,

(iii) kurangnya keterpaduan perencanaan jaringan, (iv)

rendahnya kualitas konstruksi, (v) kurangnya

pembinaan, pengawasan, dan kontrol dari Pemerintah

Pusat, (vi) lemahnya sistem pemrograman dan

penganggaran yang tidak berdasarkan pada data yang

akurat, (vii) kurangnya kapasitas sumber daya manusia

dan peralatan, (viii) terbatasnya pengawasan publik/

masyarakat, dan (ix) keterlambatan penanganan

melalui pemeliharana rutin/periodik.

Merespon temuan di atas dan untuk meningkatkan

efesiensi dan efektifitas penanganan jalan daerah

dengan sumber pendanaan terbatas, maka upaya

untuk meningkatkan kemantapan jalan daerah adalah

salah satunya dengan penyediaan tool system untuk

membantu pemrograman jalan daerah, khususnya

Jalan Kabupaten/Kota. Hal ini sangat penting segera

dilakukan karena sebagian besar Instansi yang

bertanggungjawab dalam penanganan jalan (Dinas PU

Bina Marga) di Pemerintah Daerah belum

melaksanakan optimaliasi perencanaan pemrograman

jalan daerah yang baik. Saat ini kondisi yang ada

diantaranya adalah:

a. Data subjektif dan belum akurat.

b. Belum ada sistem pemrograman yang murah,

akurat dan cepat yang dipakai oleh Pemerintah

Daerah.

c. Sejak era otonomi daerah, SK no. 77/KPTS/

Db/1990 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan dan

Penyusunan Program jalan Kabupaten kurang

applicable dan hanya berbasis pendekatan ekonomi,

sementara volume lalu lintas jalan daerah masih

rendah.

d. Penanganan jalan daerah masih banyak yang

dipengaruhi oleh kepentingan politik semata,

meskipun ada mekanisme musrenbang dari tingkat

desa sampai dengan kabupaten.

Kondisi ini mengakibatkan inefesiensi pengalokasian

anggaran dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat

mencapai target kemantapan jalan yang diinginkan.

Untuk itu diperlukan suatu alat/aplikasi teknik

pemrograman yang dapat mengakomodasi data teknis

dan non teknis/kondisi/kearifan lokal yang diharapkan

dapat memenuhi bebagai kepentingan stakeholder

namun tetap mempertimbangkan target kemantapan

jalan dan sumber dana yang tersedia. Aplikasi tersebut

dinamakan Road Budget dengan memanfaatkan data

hasil survei aplikasi Road Roid yang berbasis Web-Link.

Road Budget merupakan aplikasi bagi teknik

pemrograman penanganan jalan daerah berbasis data

kondisi jalan dari hasil survei aplikasi Road Roid

dengan memperhatikan kondisi kearifan lokal seperti

aspek fungsi jalan, konektivitas, aksesibilitas,

7

Road Budget diperlukan oleh Pemda khususnya Dinas Bina Marga atau Bappeda dalam rangka menyusun rencana strategis lima tahunan dan

prioritisasi penanganan jalan secara tahunan.

PEMANFAATAN DATA ROAD ROID UNTUK PEMROGRAMAN JALAN DAERAH

Oleh: Dedy Gunawan, ST, MSc

Hendra Charisma Putra, ST Dary Achmad Budi, ST Satrio Arditama, ST

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

keselamatan, dan lingkungan. Dalam

pengembangannya dimungkinkan untuk menambah

aspek-aspek lainnya sesuai kebutuhan masing-masing

daerah.

Aplikasi ini sangat penting diperlukan oleh Pemerintah

Daerah khususnya Dinas Bina Marga atau Bappeda

dalam rangka menyusun rencana strategis lima

tahunan dan prioritisasi penanganan jalan secara

tahunan. Hal ini diperlukan agar Pemerintah Daerah

mempunyai acuan yang jelas dan dapat

mengalokasikan dana secara efisien serta dapat

mengurangi tekanan politik dari DPRD. Penerapan

aplikasi Road Budget dapat meningkatkan efesiensi,

transparansi, dan efektivitas pengalokasian anggaran

penanganan jalan dengan memperhatikan target

Asumsi pendekatan yang digunakan dalam aplikasi ini

antara lain:

a. Penentuan jenis penanganan berdasarkan kategori

kondisi jalan (IRI) mengikuti kaidah yang diterapkan

untuk penanganan jalan nasional dan

memperhatikan kondisi perkerasan eksisting (tanah,

macadam, aspal, beton).

b. Deteriorasi model berdasarkan asumsi penurunan IRI

secara sederhana seperti pada Gambar 2.

c. Penanganan road safety didasarkan pada nilai

kelandaian (grade) jalan. Apabila grade lebih besar

dari 12% maka perlu dilakukan perbaikan alinyemen

vertikal (pemangkasan) atau dengan melakukan

perbaikan alinyemen horisontal (pemindahan

alinyemen).

Sumber : Analisa

8

kemantapan jalan dan alokasi sumber pendanaan yang

tersedia.

Aplikasi Road Budget selain memanfaatkan hasil survei

data Road Roid juga memanfaatkan open source

berbasis web yaitu Amilna.com yang menyediakan peta

jaringan jalan dan open code bagi pemrograman,

sehingga dapat mempercepat dan mempermudah

pembuatan aplikasi Road Budget. Road Roid merupakan

aplikasi berbasis web bagi pendataan jalan dengan

output data yaitu koordinat (GPS), kecepatan, dan

kondisi kekasaran permukaan jalan (IRI-International

Roughness Index). Perolehan data survei dengan

aplikasi Road roid sangat mudah dan murah. Pola pikir

aplikasi Road Budget selengkapnya disajikan dalam

bagan alir pada Gambar 1.

d. Penentuan harga satuan penanganan didasarkan

pada rata-rata penaganan per km untuk lebar jalan

sekitar 4.5 m mengingat mayoritas lebar jalan

kabupaten/kota mempunyai lebar anatar 3.5-7

meter.

e. Pemilihan prioritas penanganan berdasarkan faktor

kondisi jalan serta aspek lainnya yaitu Fungsi jalan,

Konektivitas, Aksesibilitas, Lalu Lintas. Hal ini

mengacu kepada Peraturan Menteri PUPR Nomor

47/PRT/M/2015 Tentang Petunjuk teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang

Infrastruktur.

f. Untuk Kategori volume lalu lintas, mengacu kepada

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Februari

1997.

GAMBAR 1. POLA PIKIR APLIKASI ROAD

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 9

Untuk penerapan Full Model Aplikasi Road Budget sebagai contoh diambil Kota Surakarta. Berdasarkan data primer dan

sekunder serta diskusi dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta, jumlah ruas yang sudah tersurvai dengan alat Road Roid

adalah sekitar 243 ruas jalan Kota.

Dari hasil skenario Constraint untuk penanganan Jalan Kota Surakarta diperoleh hasil bahwa tingkat kemantapan rata-rata

diatas 98% setiap tahunnya dengan alokasi dana sekitar Rp 65-75 Milyar per tahun. Sebagai perbandingan pada tahun

anggaran 2015 dialokasikan sekitar Rp 60 Milyar, dan tingkat kemantapan jalan mencapai sekitar 95%. Berdasarkan hasil ini

menunjukkan bahwa penggunakan Aplikasi Road Roid dan Road Budget dapat membantu DPU Kota Surakarta untuk

melakukan pemrograman penanganan jalan.

Aplikasi Road Budget ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut oleh Subdit Bimbingan Teknik Jalan Daerah,

Direktorat Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan, dan Fasilitasi Jalan Daerah, Direktorat Jenderal Bina Marga. Diharapkan dengan

aplikasi Road Budget berbasis web dapat membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun pemrogaman/

penganggaran jalan untuk 5-6 tahun ke depan.

GAMBAR 3. TAMPILAN SUB MENU OUTPUT DAFTAR ROAD BUDGET

Sumber : Roadbudget.com

GAMBAR 2. ASUMSI PENURUNAN IRI Keluaran dari aplikasi Road Budget adalah jenis

penanganan berdasarkan prioritas, skenario

penanganan serta indikasi kebutuhan pendanaan dan

kemantapan jalan untuk 6 tahun ke depan. Seluruh

output tersebut disajikan dalam tampilan yang

mudah dipahami semua orang dalam berupa peta

serta skenario pendanaan dan penanganan dalam

bentuk tabel dan grafik seperti ditunjukkan pada

Gambar 3.

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Peristiwa

10

Focus Group Discussion Pembinaan

Pembangunan Infrastruktur Daerah

D alam menghadapi pembangunan

infrastruktur daerah pada masa yang akan

datang, daerah sebagai ujung tombak

pembangunan harus bisa meningkatkan

kinerja pembangunan pada daerahnya sendiri untuk

mendukung kesuksesan pembangunan nasional secara

keseluruhan. Kementerian PUPR dalam hal ini memiliki

kewenangan dalam menyusun konsep pembinaan

pembangunan infrastruktur di daerah sehingga

perencanaan pembangunan infrastruktur di daerah

bidang PUPR untuk masa yang akan datang bisa terarah

dengan baik. Oleh karena itu pada tanggal 29

September 2016 Bagian Fasilitasi Pendanaan

Infrastruktur Daerah, Biro Perencanaan Anggaran dan

Kerja Sama Luar Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat mengadakan Focus Group

Discussion (FGD) mengenai penyusunan Modul

Daerah memerlukan pembinaan

penyelenggaraan Infrastruktur

yang terkait dengan manajemen

program dan manajemen proyek.

Forum Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Focus Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah di

Arion Swiss Bel Hotel Kemang.

Acara FGD tersebut dihadiri oleh beberapa Dinas PUPR

dan Bappeda dari berberapa daerah di Provinsi Jawa

Barat dan Banten. Acara tersebut bertujuan untuk

memperoleh gambaran praktik perencanaan

infrastruktur daerah bidang PUPR dan memperoleh

masukan terhadap konsep dan pendekatan pembinaan

penyelenggaraan infrastruktur daerah yang dapat

dilaksanakan oleh Kementerian PUPR ke depan.

Focus Group Discussion tersebut dibagi ke dalam dua

sesi, sesi pertama adalah paparan oleh Bagian Fasilitasi

Pendanaan Infrastruktur Daerah Biro Perencanaan

Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian

Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat. Aspek

perencanaan dalam penyelenggaraan infrastruktur

daerah merupakan hal yang penting dalam

pembangunan infrastruktur daaerah. Definisi Sistem

perencanaan pembangunan nasional adalah Satu

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan

untuk menghasilkan rencana-rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka

menengah, dan tahunan yang diselenggarakan

oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat

di tingkat pusat dan daerah (UU 25/2004). Keluaran

dari dokumen perencanaan pembangunan daerah

anrara lain adalah RPJPD; RPJMD; Renstra SKPD; RKPD;

Renja SKPD; RAPB/APBD; LAKIP Daerah; berbagai

rencana aksi; dan lain sebagainya. Siklus perencanaan

dari dokumen perencanaan pembangunan daerah

dapat dilihat pada Gambar 1.

Sasaran pelaksanaan program adalah menghasilkan

manfaat/outcome yang merupakan kombinasi dari

berbagai keluaran/output yang tepat dalam rangka

mendukung pencapaian sasaran program baik dalam

jangka pendek, menengah maupun panjang (doing the

right project). Perencanaan pembangunan sebagai

praktik manajemen program juga harus bisa

membedakan sistem managemen program dan

manajemen proyek (doing the project right). Dalam

perencanaan, secara legal dan administratif dokumen

perencanaan dan proses menyusunnya haruslah

bersifat formal seringkali hal ini lebih beriorientasi

pada pemenuhan persyaratan administratif untuk

menyusun dokumen perencanaan alih-alih sebagai alat

perencanaan (planning tool).

11

GAMBAR 1. SIKLUS PERENCANAAN

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Informasi

12

Beberapa permasalahan yang masih menjadi hambatan

dalam penyusunan perencanaan pembangunan yang

ideal khususnya pada bidang PUPR antara lain; Aspek

perencanaan pembangunan yang dianggap sebagai

formal administratif; Kurang tepatnya penetapan

sasaran; Kesulitan dalam melaksanakan proyeksi karena

tidak adanya panduan atau ketentuan yang

mengharuskan melaksanakan proyeksi; Rujukan/

dokumen yang harus diacu; dan mekanisme yang

mengharuskan menyeleksi proyek yang belum optimal.

Sesi selanjutnya adalah sesi diskusi terkait kendala-

kendala yang terjadi di daerah yang berhubungan

dengan aspek perencanaan pembangunan infrastruktur

daerah, Peserta FGD dari Dinas Bina Marga dan Sumber

Daya Air, Kota Tangerang Selatan menyatakan bahwa

sering terjadi kendala dalam hal penetapan lokasi

perencanaan proyek. Hal ini seharusnya sudah disusun

dalam dokumen perencanaan, sehingga dalam

pelaksanaan fisiknya sinkron dengan lokasi di dalam

dokumen perencanaan. Permasalahan dalam hal

penetapan lokasi perencanaan proyek juga dialami

oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota

Tangerang Selatan. Pembangunan perumahan berupa

cluster-cluster kecil yang dilakukan oleh pengembang

di Kota Tangerang selatan sering kali dilakukan di

lokasi-lokasi yang tidak didukung akses yang kurang

memadai.

Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa

Barat menyatakan bahwa masih terjadi kesenjangan

antara infrastruktur sumber daya air di Provinsi Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Hal tersebut juga disimpulkan

melalui kajian mereka mengenai potensi sumber daya

air di Provinsi Jawa Barat yang belum tersentuh dan

hingga sampai saat ini prosesnya masih sampai detail

engineering design tahap 2 di beberapa area

pengembangan sumber daya air di Jawa Barat namun

masih terkendala penganggaran yang terbatas.

Kendala yang terjadi di Dinas Bina Marga, Kabupaten

Sumedang diantaranya adalah masih minimnya

pembinaan-pembinaan terhadap penyelenggaraan

infrastruktur daerah khususnya di bidang Bina Marga.

Pemerintah Kabupaten banyak dituntut dalam

mendukung penyelenggaraan infrastruktur skala

nasional yaitu waduk jati gede dan jalan tol padahal

dalam pelaksanaannya masih terdapat keterbatasan

anggaran di daerah.

Untuk menjawab kendala-kendala tersebut, Bagian

FPID, Biro perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar

Negeri, Kementerian PUPR menjelaskan bahwa

permasalahan terkait keterbatasan anggaran dalam

perencanaan penyelenggaraan infrastruktur memang

menjadi fenomena disemua tempat pada umumnya,

namun dalam perencanaan dengan keterbatasan

anggaran tersebut harus dimaksimalkan output-nya

sehingga tidak menghasilkan produk perencanaan

yang ‘asal’. Selain itu masih banyak juga ditemukan

kebutuhan program yang masih belum masuk kedalam

dokumen perencanaan program. Hal ini diakibatkan

oleh lemahnya database untuk menentukan

perencanaan program.

Hasil akhir dari FGD tersebut menyimpulkan bahwa

daerah memerlukan pembinaan penyelenggaraan

Infrastruktur yang terkait dengan manajemen program

dan manajeman proyek. Peserta FGD juga

menyarankan untuk forum seperti ini harusnya dibuat

rutin sebagai penyelesaian penyelenggaraan

infrastruktur PUPR di daerah. (Juan Napitupulu)

Focus Group Discussion Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

T arget Rencana Kegiatan Pemerintah (RKP)

pada tahun 2016 untuk membangun 0,3 juta

ha, merehabilitasi 0,7 juta ha serta indikatif

membangun 29 waduk, maka Pemerintah

saat ini melalui Ditjen Sumber Daya Air dalam RPJMN

2015-2019 mengemban tugas besar terkait irigasi,

yakni untuk membangun 1 juta ha irigasi baru,

merehabilitasi 3 juta ha irigasi dan membangun 49

waduk baru, di samping target lain yang tidak kalah

pentingnya.

Dalam mencapai target tersebut maka Kementerian

PUPR perlu meningkatkan kinerja Operasi dan

Pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air demi mendukung

ketahanan pangan, ketahanan air dan pengendalian

daya rusak air meliputi strategi struktural dan

nonstruktural. Untuk strategi strutural misalnya,

dilakukan dengan melakukan cetak sawah baru dan

melakukan rehabilitasi pada jaringan irigasi yang tidak

berfungsi dengan optimal, pembangunan waduk,

rehabilitasi atau OP sungai. Sedangkan strategi non

struktural dapat dilakukan dengan pengaktifan komisi

irigasi, unit pengelola bendungan dan komunitas

peduli sungai.

Permasalahan yang saat ini dihadapi seperti

Meningkatnya kebutuhan air seiring pertambahan

penduduk, Meningkatnya jumlah Daerah Aliran Sungai

(DAS) Kritis, Kekeringan, Bencana Alam, Perubahan

Iklim, dan seterusnya. Sehingga diperlukan rapat

Konsultasi dan OP Prasarana Sumber Daya Air Tahun

2016 Sebagai Wadah Konsultasi dan Koordinasi untuk

Memberikan Masukan kepada Pemerintah, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

penyusunan pembiayaan OP prasarana pemerintah

SDA, Kelembagaan/SDM serta pengelolaan DAK

bidang Sumber Daya Air dalam mendukung ketahanan

Air dan kedaulatan pangan nasional.

Rapat konsultasi terselenggara sebagai upaya

membangun komitmen Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah serta stakeholders lainnya dalam

pelaksaan OP Prasarana Sumber Daya Air dan untuk

merumuskan langkah-langkah strategis sebagai upaya

mendukung terwujudnya pengelolaan sumber daya air

yang berdaya guna secara berkelanjutan; Mengevaluasi

Pelaksanaan OP Tahun 2016 sesuai dengan ketetapan

sistem pelaporan, perbaikan materi pertemuan dan

rencana pertemuan OP PSDA tahun berikutnya. Maka

rapat Konsultasi dan Operasi dan Pemeliharaan (OP)

diselenggarakan di Palembang, Sumatera Selatan pada

tanggal 29-30 September 2016 di Hotel Novotel

Sumatera Selatan dengan peserta dari unsur Dinas

Provinsi & Kabupaten/Kota Di Wilayah I dan sebagian

Wilayah II & III Indonesia Tahun 2016, Bappeda, Dinas

PU Pengairan/SDA, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan

& Holtikultura, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan &

Kelautan, GP3A/P3A, Balai Besar Wilayah Sungai

(BBWS/BWS), DPRD dan BPDAS.

Informasi

13

Operasi dan Operasi dan Operasi dan

Pemeliharaan Pemeliharaan Pemeliharaan

Prasarana Sumber Prasarana Sumber Prasarana Sumber

Daya Air Untuk Daya Air Untuk Daya Air Untuk

Mendukung Mendukung Mendukung

Program NawacitaProgram NawacitaProgram Nawacita

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

Pembangunan bendungan/waduk, embung/kolam

sebagai penampung air menjadi salah satu alternatif

meningkatkan ketahanan air walaupun kita menyadari

tidaklah selalu dapat menjadi solusi permasalahan ini

karena pembangunan waduk dan embung harus

memperhatikan banyak aspek, baik aspek teknis,

ekonomi, sosial budaya, lingkungan, maupun aspek

politik dan keamanan. Selama periode kurun waktu

2015-2016, telah dibangun 5 (lima) buah waduk baru

dan 24 (dua puluh empat) buah waduk dalam tahap

on going, yang kegunaannya tidak hanya untuk

melayani kebutuhan air baku untuk pertanian, tetapi

juga untuk air minum dan kebutuhan lainnya. Selain

itu dalam periode yang sama, telah dibangun 183

buah embung pada kawasan yang potensial

mengalami krisis air.

Dengan adanya bendungan/waduk/embung, saat ini,

baru sekitar 800 ribu hektar (11%) Daerah Irigasi teknis

yang airnya tersedia sepanjang tahun. Dengan

selesainya waduk on going pada tahun 2019 akan

memberikan tambahan volume sebesar 2,3 milyar m3,

sehingga total tampungan menjadi 14,4 milyar m3 dan

luas irigasi yang dilayani waduk menjadi 930.000 ha.

Hasil pembangunan perlu ditindaklanjuti dengan

upaya pemanfaatan secara keberlanjutan yang

diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan

operasi dan pemeliharaan. Kegiatan OP dalam bidang

sumber daya air dilakukan untuk mengembalikan

fungsi layanan infrastruktur SDA, agar infrastruktur

SDA yang telah terbangun tetap berfungsi sesuai

dengan umur rencana layanan infrastruktur tersebut.

Cakupan kegiatan OP SDA mencakup seluruh

infrastruktur bidang SDA, seperti prasarana irigasi,

bendungan, situ, embung, pengendali sedimen.

14

Kementerian PUPR perlu

meningkatkan kinerja Operasi

dan Pemeliharaan (OP) Sumber

Daya Air demi mendukung

ketahanan pangan, ketahanan

air dan pengendalian daya rusak

air

Informasi

Pembukaan Konreg OP PSDA 2016

Oleh:

Kasubdit Fasilitasi Jaringan SDA Daerah

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

D ana Alokasi Khusus merupakan dana yang

bersumber dari Pendapatan APBN, yang

dialokasikan kepada daerah tertentu

untuk membantu mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional. Berdasarkan perkembangan

Pagu DAK Fisik dari tahun 2012 hingga tahun 2016,

alokasi DAK mengalami kenaikan dengan rata-rata

sebesar 39%. Namun, pada tahun 2017 terdapat

penurunan alokasi DAK sebesar 35% menjadi Rp

58,342 Triliun.

Kebijakan kebijakan utama terkait pengalokasian DAK

Tahun Anggaran 2017 antara lain:

1) Mempertajam fokus bidang/sub bidang DAK

untuk mendukung pencapaian prioritas dan sasaran

pembangunan nasional.

2) Mengalokasikan DAK berdasarkan usulan daerah

(proposal based) dan prioritas nasional dengan

memperhatikan perubahan kewenangan dari

kabupaten/kota ke provinsi.

3) Memberikan afirmasi untuk daerah tertinggal,

perbatasan, kepulauan, dan transmigrasi.

4) Melakukan sinkronisasi pengalokasian DAK,

yaitu: antar bidang/subbidang DAK

antarkabupaten/kota dan antara kabupaten/kota

dengan provinsi antara DAK dengan pendanaan

lainnya selain DAK, dan dengan mengoptimalkan

peran Provinsi dalam pelaksanaan sinkronisasi

tersebut.

5) Mempercepat penetapan petunjuk teknis/petunjuk

pelaksanaan DAK dengan penetapan Perpres

tentang Petunjuk Teknis DAK.

Jenis DAK Fisik Tahun Anggaran 2017 terdiri dari DAK

Reguler, DAK Penugasan dan DAK Afirmasi. Namun

proporsi DAK Tahun Anggaran 2017 lebih besar

difokuskan kepada DAK Penugasan, yaitu sebesar

61,5%, yang dialokasikan untuk mendanai kegiatan

khusus dalam rangka pencapaian sasaran Prioritas

Nasional dengan menu kegiatan terbatas dan lokus

yang ditentukan oleh Bappenas.

Perkembangan mekanisme pengalokasian DAK Tahun

Anggaran 2017 dibanding dari tahun sebelumnya, yaitu

tahapan pengalokasian diawali dengan penetapan

bidang/subbidang/menu kegiatan dan format usulan

Sinkronisasi dan Harmonisasi RK DAK Fisik TA 2017

15

Informasi

MEKANISME PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN DAK TAHUN ANGGARAN

2017

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

16

DAK melalui forum Trilateral Meeting DAK yang

diselenggarakan oleh Bappenas dan diikuti oleh

Kementerian Keuangan, dan K/L Teknis terkait. Dalam

Trilateral Meeting dibahas antara lain konsep kebijakan

DAK yang terdiri dari arah kebijakan, target dan

sasaran, ruang lingkup/menu kegiatan, lokasi prioritas,

kriteria teknis, kebutuhan pendanaan, dan

kelembagaan. Hasil Kesepakatan Trilateral Meeting

kemudian ditetapkan ke dalam RKP Tahun Anggaran

2017. Selanjutnya, penyusunan Format Usulan DAK

dibahas dalam forum rapat koordinasi yang

diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan

berdasarkan masukan dari K/L Teknis terkait.

Setelah disepakati format usulan DAK, Kementerian

Keuangan mengundang Pemerintah Daerah (Biro

Keuangan daerah, Bappeda dan SKPD terkait baik dari

provinsi maupun kabupaten/kota) untuk

mensosialisasikan Tata Cara Penyusunan, Penyampaian

dan Penilaian Usulan proposal DAK Fisik Tahun

Anggaran 2017 pada Bulan Mei 2016. Pemerintah

daerah diwajibkan untuk menyusun dan

menyampaikan Usulan Proposal DAK Tahun Anggaran

2017 kepada Kementerian Keuangan, Bappenas, dan

Kementerian Teknis terkait (dalam hal ini Kementerian

PUPR) hingga batas waktu tanggal 10 Juni 2016.

Kementerian PUPR melakukan penerimaan usulan

proposal melalui Biro Perencanaan Anggaran dan KLN,

yang terdiri atas Usulan Kegiatan dan Data Teknis,

untuk selanjutnya dilakukan verifikasi dan penilaian.

Kementerian PUPR melakukan verifikasi data teknis

DAK antara lain melakukan verifikasi data pendukung/

data teknis (contoh: data panjang jalan yang

ditetapkan melalui SK Kepala Daerah, data APBD, dll),

menilai kelayakan data pendukung tersebut, menyusun

dan mengolah data teknis dengan menggunakan

formula indeks teknis.

Setelah melalui tahapan verifikasi dan penilaian

proposal DAK, maka hasil penilaian usulan DAK

tersebut dibahas bersama dengan Bappenas,

Kementerian/Lembaga dan Kementerian Keuangan

dengan materi pembahasan terkait daftar kegiatan

yang layak dan daftar kegiatan per bidang yang perlu

disinkronisasikan baik antar-bidang, antar-daerah, dan

antar kegiatan-kegiatan yang didanai DAK dengan

rencana kegiatan vertikal dan TP K/L di daerah. Hasil

dari kesepakatan di tingkat pusat tersebut akan

dijadikan sebagai bahan pembahasan dengan

masing-masing daerah dalam forum Rapat Koordinasi

Sinkronisasi dan Harmonisasi kegiatan DAK di Daerah

yang diselenggarakan di 21 (dua puluh satu) Provinsi.

Forum Sinkronisasi dan Harmonisasi di Provinsi

membahas antara lain mengenai kesiapan pelaksanaan

masing-masing kegiatan (readiness criteria) per daerah,

sinkronisasi data teknis per bidang antara K/L dengan

seluruh SKPD, dan sinkronisasi data keterkaitan

kegiatan antar bidang dan antar daerah. Hasil dari

forum tersebut digunakan untuk penghitungan alokasi

sementara DAK/bidang/daerah, penghitungan pagu

DAK per jenis dan per bidang sebagai bahan

pembahasan Transfer ke Daerah dan Dana Desa

dengan DPR RI.

Tahapan selanjutnya adalah penentuan pagu per

bidang, perhitungan alokasi DAK Sementara, dan rapat

panjang dengan DPR RI. Perhitungan alokasi DAK

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 17

Sementara dilakukan oleh Kementerian Keuangan

dengan menggunakan Indeks Teknis yang telah

disampaikan Kementerian Teknis dan Indeks

Kemahalan Konstruksi (IKK) Tahun Anggaran 2016.

Setelah didapatkan alokasi DAK Sementara, selanjutnya

dilakukan Rapat pembahasan Dana Transfer ke Daerah

dan Dana Desa (termasuk DAK) oleh Kementerian

Keuangan dengan DPR RI. Berdasarkan hasil Rapat

dengan DPR tersebut maka ditetapkan alokasi DAK per

daerah dan per bidang yang kemudian akan ditetapkan

secara resmi melalui Peraturan Presiden tentang

Rincian APBN Tahun Anggaran 2017.

Terkait dengan pelaksanaan DAK Tahun Anggaran

2017, sesuai dengan PP No. 55 Tahun 2005 maka

Kementerian/Lembaga Teknis terkait harus segera

menetapkan Petunjuk Teknis masing-masing Bidang

paling lambat 7 hari setelah alokasi DAK

ditetapkan. Namun, berbeda dengan tahun-tahun

sebelumnya, petunjuk teknis untuk pelaksanaan DAK

Tahun Anggaran 2017 akan ditetapkan dengan Pera-

turan Presiden. Tujuan penetapan tersebut yaitu untuk

memberikan kepastian bagi pemerintah daerah dalam

melaksanakan DAK, mempercepat pelaksanaan DAK di

daerah dengan penetapan juknis yang tepat waktu,

dan memperkuat landasan hukum pelaksanaan DAK.

Adapun penetapan Perpres tentang Juknis DAK

tersebut ditetapkan paling lambat 1 bulan sejak

Perpres Rincian APBN 2017 ditetapkan, dan berlaku

selama 3 tahun untuk memberikan panduan yang

bersifat jangka menengah bagi Pemerintah Daerah. Jika

terdapat perubahan atas ketentuan Perpres tersebut,

maka akan diakomodir dengan Peraturan Menteri

terkait. Saat ini Kementerian PUPR telah menyusun

Permen PUPR No. 33 PRT/M/2016 tentang

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus

Bidang Infrastruktur sebagai bahan masukan untuk

Peraturan Presiden tentang Petunjuk Teknis DAK yang

saat ini sedang disusun.

Kemudian terkait dengan penyaluran DAK, sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 48/

MK.07/2016 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah

dan Dana Desa, kebijakan penyaluran DAK pada tahun

2016 dan 2017 didasarkan pada kinerja pelaksanaan

DAK (performance based) yaitu dengan ketentuan

sebagai berikut: 1) Tahap penyaluran Triwulan I,

jumlah penyaluran DAK sebesar 30% dengan syarat

menyampaikan peraturan daerah mengenai APBD

tahun anggaran berjalan; dan laporan realisasi

penyerapan dan capaian output kegiatan DAK tahun

sebelumnya (paling lambat minggu ke- 3 Bulan

Maret), 2) Pada Triwulan II dan III, disalurkan sebesar

25% dengan syarat: menyampaikan laporan realisasi

penyerapan dan capaian output Triwulan I paling

lambat minggu ke-2 Bulan Juni untuk penyaluran

Triwulan II serta capaian output Triwulan II paling

lambat minggu ke-2 Bulan September untuk

penyaluran Triwulan III, dengan minimal penyerapan

75% yang diterima Rekening Kas Umum Daerah

(RKUD). Sedangkan pada Triwulan IV disalurkan

sebesar 20%, dengan syarat menyampaikan laporan

realisasi penyerapan dan capaian output Triwulan III

paling lambat minggu ke-2 Bulan Desember dengan

minimal penyerapan 90% yang diterima RKUD.

“ ”

Jenis DAK Tahun Anggaran

2017 terdiri dari DAK Reguler,

DAK Penugasan, dan DAK

Afirmasi.

Oleh:

Kasubdit DAK Fisik II, Direktorat Dana Perimbangan, Ditjen

Perimbangan Keuangan, Kemendagri. Pada Acara Sosialiasi

Petunjuk Teknis dan Konsultasi Program Penggunaan DAK

Bidang Infrastruktur TA. 2017 dan ditulis ulang oleh Irma

Rahmawati.

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 18

Bimtek di Hotel The Sahid Rich (Yogyakarta)

S ehubungan dengan tugas dan fungsi

Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat sebagai pembina teknis

penyelenggaraan Urusan Pekerjaan Umum,

dan Urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman

maka Sekretaris Jenderal cq. Biro Perencanaan

Anggaran dan KLN menyelenggarakan Bimbingan

Teknis (Bintek) Proyek Pemerintah Daerah dan

Desentralisasi (P2D2) TA. 2016. Forum pembinaan

kepada daerah dalam bentuk bimbingan teknis ini

bertujuan meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah

(Pemda) peserta P2D2 dalam melaksanakan proyek-

proyek yang didanai melalui DAK bidang Infrastruktur,

khususnya untuk sub-bidang: irigasi, jalan, air minum,

dan sanitasi.

Bimtek ini merupakan pelaksanaan komponen 2 Loan

Agreement P2D2 yaitu berupa penguatan kelembagaan

pemda oleh pemerintah pusat, dalam hal ini menjadi

tusi Kementerian PUPR, Acara ini diselanggarakan di

dua wilayah yaitu: (i) Wilayah Timur di Grand Inna Kuta

Bali pada tanggal 7 Oktober 2016 dengan peserta

terdiri dari Bappeda dan Dinas peserta P2D2 di Pulau

Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku

serta seluruh Bappeda dan Dinas PU Kab/Kota di Prov

Bali; dan (ii) Wilayah Barat di The Sahid Rich Yogyakarta

pada tanggal 14 Oktober 2016 dengan peserta terdiri

dari Bappeda dan Dinas peserta P2D2 di Pulau

Sumatera, Kalimantan dan Jawa serta seluruh Bappeda

dan Dinas PU Kab/Kota di Prov DI. Yogyakarta.

Proyek P2D2 atau Local Government and

Decentralization Project merupakan pinjaman program

dari Bank Dunia dalam rangka budget support untuk

mengatasi sebagian defisit APBN. Pelaksanaan Proyek

P2D2 telah ditandatangani antara Pemerintah

Indonesia dan Bank Dunia sebagaimana tertuang

dalam Loan Agreement Nomor 7194-ID tanggal 23 Juni

2010.

Sedangkan tujuan utama dari pelaksanaan proyek ini

adalah untuk meningkatkan akuntabilitas dan

pelaporan atas pelaksanaan DAK di daerah, khususnya

di bidang infrastruktur jalan, irigasi, air minum, dan

sanitasi di daerah percontohan yang nantinya akan

mencakup seluruh provinsi di Indonesia pada tahun

2017. Adapun pemerintah prov/kab/kota yang

bergabung menjadi daerah-daerah yang menjadi

peserta P2D2 merupakan Pemda yang telah

Bimbingan Teknis Proyek Bimbingan Teknis Proyek Bimbingan Teknis Proyek Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) TA. 2016 Desentralisasi (P2D2) TA. 2016 Desentralisasi (P2D2) TA. 2016

Informasi

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

menyampaikan surat pernyataan kesediaan

(commitment letter) untuk menjadi daerah percontohan

P2D2 kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat

Jenderal Perimbangan Keuangan.

Pada TA. 2015, terdapat 199 Pemda pada 14 provinsi

yang menjadi peserta P2D2. Pada acara bimtek dibahas

potret kinerja pelaksanaan DAK P2D2 tahun anggaran

2015 oleh Kepala Bagian Fasilitasi Infratsruktur Daerah,

dan metode verifikasi output DAK bidang infrastruktur

yang disampaikan oleh Direktur Pengawasan

Penyelenggaraan Keuangan Daerah Wilayah II, BPKP,

serta Kebijakan Penyelenggaraan P2D2 Tahun

Anggaran 2017 yang disampaikan oleh perwakilan

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,

Kemenkeu. Disamping itu, disampaikan juga arahan

teknis pelaksanaan kegiatan DAK bidang infrastruktur

untuk masing-masing sub-bidang (sanitasi, air minum,

irigasi, dan jalan) yang disampaikan oleh perwakilan

dari masing-masing Ditjen.

Dari hasil pembahasan dan diskusi, secara umum

disimpulkan bahwa pelaksanaan P2D2 telah

memberikan dampak yang positif diantaranya:

peningkatan pelaporan, adanya dana insentif untuk

Pemda yang lolos verifikasi BPKP, penekanan peran

Pemerintah Pusat dalam melakukan peningkatan

kapasitas kepada Pemda, dan lain sebagainya.

Khususnya bagi Kementerian PUPR, selaku Pembina

teknis, melalui pelaksanaan P2D2 didapatkan dampak

positif berupa data dan informasi profil kualitas

penyelenggaraan DAK di setiap daerah yang

didapatkan dari analisis terhadap laporan hasil

verifikasi BPKP. Melalui data tersebut, diantaranya

diketahui bahwa efektivitas pelaksanaan DAK masih

perlu untuk ditingkatkan dikarenakan masih ada

daerah-daerah yang gagal untuk lolos verifikasi BPKP

(pada TA 2015, tingkat insentif hanya 52%). Hal ini

mengindikasikan bahwa meskipun secara umum

pelaksanaan proyek telah mencapai target fisik dan

keuangan yang ditetapkan (pada TA 2015, penyerapan

keuangan mencapai 93%), masih terdapat paket-paket

pekerjaan yang dalam proses pelaksanaannya belum

memenuhi NSPK sehingga gagal lolos verifikasi BPKP

dan tidak mendapatkan dana insentif P2D2.

Beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan

verifikasi diantaranya meliputi: kesalahan dalam

pengadaan barang dan jasa, kesalahan dalam proses

pengadaan lahan, kualitas hasil pekerjaan yang tidak

memadai, kesalahan penentuan lokasi, dan lain

sebagainya. Di masa mendatang, tentunya diperlukan

upaya pembinaan yang lebih sistematis kepada

Pemerintah Daerah supaya dapat menyelenggarakan

proyek-proyek DAK dengan lebih baik lagi. Selain itu

diharapkan Pemerintah Daerah untuk tertib terhadap

jadwal reimbursement pinjaman program dan

pelaksanaan verifikasi yang sudah ditetapkan oleh

Kementerian Keuangan dan BPKP. Untuk jadwal

reimbursement pinjaman program dan pelaksanaan

verifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.

19

Proyek P2D2 atau Local Government and

Decentralization Project merupakan pinjaman

program dari Bank Dunia dalam rangka budget

support untuk mengatasi sebagian defisit APBN.

” Bimtek di Hotel Grand Inna (Kuta, Bali)

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016 20

Tekait dengan proyek P2D2 sendiri yang akan diakhiri

pada tahun 2018, perlu dilakukan penelaahan ter-

hadap dampak-dampak positif yang telah dihasilkan

serta bagaimana kita dapat melembagakan dan mem-

buat dampak-dampak positif itu dapat berkelanjutan

dalam penyelenggaraan DAK. Untuk itu, pihak-pihak

terkait khususnya yang tergabung dalam PIU P2D2

perlu untuk berdiskusi dan melakukan kajian bersama

untuk menyusun strategi penyelenggaraan DAK pasca

P2D2.

Akhirnya, dengan terselenggaranya acara bimtek ini

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

kegiatan pembinaan teknis kepada daerah perlu untuk

terus ditingkatkan, diperlukan pengkategorian daerah

berdasarkan kinerjanya sehingga dapat disusun menu

pembinaan yang customized, dan diperlukan pola

insentif dan disinsentif dalam penyelenggaraan DAK

untuk meningkatkan kinerja daerah. (Fajar Eko

Antono)

Bimbingan Teknis P2D2 di

Yogyakarta dan Bali

GAMBAR 1. JADWAL REIMBURSEMENT PINJAMAN PROGRAM DAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

AGENDA PENTING FPID

Bimbingan Teknis P2D2 di

Yogyakarta dan Bali

Periode Bulan Agustus – November 2016

Focus Group Discussion

Penyusunan Modul

Pembinaan Pembangunan

Infrastruktur Daerah

Sosialisasi

Petunjuk

Teknis dan

Konsultasi

Program

Penyelenggaraan

DAK Bidang

Infrastruktur TA.

2017

Buletin Infrastruktur Daerah — Edisi IV/2016

BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI

SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT