ulasan artefak budaya

Upload: mita-febriyani

Post on 10-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ritual adat suku Sasak, Lombok dalam merayakan pernikahan.

TRANSCRIPT

PRAMITA FEBRIYANI DEWI | 15010111130063PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

Nyongkolan : Artefak Budaya yang Penuh dengan EmosiNyongkolan merupakan salah satu bagian dalam prosesi pernikahan adat Suku Sasak (Lombok) yang tujuannya adalah mensosialisasikan pasangan pengantin kepada masyarakat bahwa pasangan tersebut memang benar telah menikah, telah menjadi sepasang suami istri. Nyongkolan merupakan acara sorong serah dimana pengantin laki-laki mendatangi rumah perempuan, kebiasaan acara nyongkolan ini diikuti oleh banyak orang karena pengantin laki-laki yang akan berkunjung ke rumah sang perempuan harus dikawal oleh masyarakat banyak layaknya seorang raja dan ratu yang dikawal perajuritnya. Prosesi Nyongkolan ini dilakukan setelah dilaksanakannya prosesi yang disebut Sorong Serah Aji Krama, yang merupakan prosesi terpenting dari seluruh rangkaian adat perkawinan suku Sasak. Prosesi ini dapat dipersamakan dengan sidang majelis adat.Di dalam sidang majelis adat, diperbincangkan pula mengenai sanksi dan denda adat yang mungkin timbul akibat adanya pelanggaran di dalam seluruh rangkaian prosesi sebelumnya. Apabila terdapat denda maka pada saat itulah harus dibayarkan. Dari sudut pandang adat Sasak, Sorong Serah merupakan pengesahan suatu perkawinan, agar para pengantin memperoleh hak-haknya secara adat.Sebagian peserta dalam prosesi ini (Nyongkolan) biasanya membawa beberapa benda seperti hasil kebun, sayuran maupun buah-buahan yang nantinya akan dibagikan pada kerabat dan tetangga mempelai perempuan. Pada kalangan bangsawan urutan baris iring-iringan dan benda yang dibawanya memiliki aturan tertentu.Barisan yang biasanya dipakai dalam Nyongkolan dipimpin oleh sebaris Pemucuk, lalu dibelakangnya ada Penglingsir dan Pawongan, lalu para pembawa Karas (besek besar berisi apa yang disukai pengantin), dibelakangnya lagi ada sang Pengantin Perempuan diapit oleh Pembawa Tombak dengan Pembawa Payung di belakangya. Lalu ada serombongan Pawestri (perempuan) di belakangnya, dilanjutkan oleh Kesenian Tawaq-Tawaq dan Pengantin Pria diapit para Pembawa Tombak, tak lupa si Pembawa Payung. Di belakang sang Pengantin Pria ada Pengerebeng, dan ditutup Kesenian Gendang Beleq.

Kajian mengenai Nyongkolan akan dibahas menggunakan teori emosi dari Scachter/Singer Theory. Teori ini lebih fokus pada peran interpretasi kognitif. Pengalaman emosi tergantung pada interpretasi seseorang mengenai lingkungan dimana emosi itu terbangkitkan. Merujuk pada teori ini, emosi tidak dibedakan secara fisiologis. Sebaliknya, apa yang penting dalam proses yang menghasilkan pengalaman emosi adalah bagaimana seseorang menginterpretasikan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka. Begitu pula dengan ritual Nyongkolan. Peristiwa ini diinterpretasikan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan. Oleh karena itu, emosi yang dihasilkan dari peristiwa ini juga cenderung positif, mmisalnya emosi kebahagiaan. Peristiwa Nyongkolan ini dapat disebut sebagai anteseden, yaitu suatu peristiwa atau situasi yang memicu munculnya emosi (Matsumoto & Juang, 2013).Dalam penelitian yang dilakukan oleh Scherer dkk (dalam Matsumoto & Juang, 2013) disebutkan bahwa terdapat dua kategori untuk membedakan emosi, yaitu latent content dan manifest content. Manifest content adalah peristiwa yang memang terjadi, misalnya menghabiskan waktu bersama teman, menghadiri pemakaman, atau situasi dimana seseorang menyerobot antrian. Latent content adalah makna psikologis yang menyertai manifest content dibalik suatu peristiwa atau situasi. Sebagai contoh, latent content dari menghabiskan waktu bersama teman adalah tercapainya kebutuhan psikologis atas kehangatan dan kedekatan dengan orang lain. Pada ritual budaya Nyongkolan, manifest content-nya adalah prosesi pernikahan yang dilakukan, sementara latent content-nya adalah tercapainya kebutuhan psikologis, yaitu hubungan yang lebih dekat dengan seseorang yang dicintai. Kedua bentuk content tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.

Berikut ini adalah beberapa dokumentasi mengenai ritual adat Sasak, Nyongkolan :

Daftar Pustaka

Anonim. (2010). Budaya Nyongkolan. Diakses dari http://opini08.wordpress.com/2010/11/28/budaya-nyongkolan/ tanggal 16 September 2014.Dwi, A. (2013). Karnaval Budaya Nyongkolan Sasak Day Lombok di area Malioboro. Diakses dari http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/04/20/karnaval-budaya-nyongkolan-sasak-day-lombok-di-area-malioboro-553305.html tanggal 16 September 2014.

Matsumoto, D. & Juang, L. (2013). Culture and Psychology. Canada: Cengage. Sumiyati. (2013). Budaya Nyongkolan Adat Sasak Lombok. Diakses dari http://ntbkita.com/2013/09/budaya-nyongkolan-adat-sasak-lombok/ tanggal 16 September 2014.