penetrasi budaya konvergensi di indonesia: sebuah...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENETRASI BUDAYA KONVERGENSI DI INDONESIA:
SEBUAH STUDI PADA ID.WIKIPEDIA.ORG
SABRINA LUTFIA CRAFFITASARI
1006695381
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DESEMBER 2013
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Penetrasi Budaya Konvergensi di Indonesia: Sebuah Studi pada id.wikipedia.org
Sabrina Lutfia Craffitasari, 1006695381
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok,
Depok, 16424, Indonesia
Abstrak
Seiring dengan kehadiran konvergensi media di segala aspek kehidupan manusia, maka banyak pula aspek-aspek kehidupan manusia yang terkena pengaruh dan berubah sehingga memunculkan budaya baru, yaitu budaya konvergensi. Budaya konvergensi sendiri dapat ditinjau dari tiga buah aspek yang tidak dapat saling dilepaskan: konvergensi media, kecerdasan kolektif, dan budaya partisipasi. Dalam perkembangannya, situs internet Wikipedia.org merupakan salah satu contoh artefak nyata dari budaya konvergensi sendiri. Karakteristik Wikipedia.org menjadi salah satu contoh terbaik dalam melihat cara budaya konvergensi hadir dan bekerja dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan dari tahun ke tahun, Wikipedia.org menjadi salah satu ensiklopedia dalam jaringan (daring) yang paling lengkap. Wikipedia.org pun menghadirkan berbagai pilihan bahasa di dalamnya, salah satunya Wikipedia Bahasa Indonesia. Berangkat dari hal ini, peneliti ingin melihat seberapa jauh penetrasi dan pembentukan budaya konvergensi di Indonesia dengan mengambil Wikipedia.org sebagai contoh kasus. Dengan menggunakan Wikipedia.org diharapkan hal ini dapat menjelaskan mengenai Indonesia mengadaptasi budaya konvergensi dalam aspek pengoptimalan penggunaan konten serta fungsi yang disediakan oleh internet.
Kata kunci: budaya konvergensi, konvergensi media, kecerdasan kolektif, budaya partisipasi, ensiklopedia
Penetration of Convergence Culture in Indonesia: A Study on id.wikipedia.org
Abstract As media convergence becoming part of human life, there are a lot of human aspects got influenced and changed. The changes often make a new culture: the convergence culture. The convergence culture itself can be seen from three point of views that is related to each other: media convergence, collective intelligence and participation culture. In later development, Wikipedia.org is a website of real artefacts of the convergence culture itself. The website itself is one of the best examples to see convergence culture in very daily basis. Years passed, Wikipedia.org becomes one of the most complete online encyclopaedias. Nowadays, Wikipedia has developed several language options; one of them is Wikipedia Indonesia. But there are still a lot of. Start from here, the researcher wants to know how deep the penetration of convergence culture in Indonesia by taking Wikipedia Indonesia as samples. Besides that, this research also hopes to find about Indonesian adapting convergence culture in optimalizing content use. Key words: convergence culture, collective intelligence, media convergence, participation culture, encyclopaedia
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Pendahuluan
Kehadiran teknologi saat ini telah membawa kehidupan manusia dalam tahap yang semakin
canggih dan praktis. Dengan bantuan teknologi, kehidupan manusia telah jauh dipermudah,
khususnya setelah kelahiran teknologi digital. Melalui teknologi digital yang semakin
konvergen, manusia mencapai sebuah tahapan di mana jarak dan waktu tidak lagi menjadi
masalah. Dari berbagai sisi pun, kehadiran konvergensi juga sangat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi di mana berbagai format media (teks, suara, gambar, dan video) dapat di
transmisikan cukup dengan menggunakan sebuah media saja, misalnya menggunakan telepon
genggam. Saat ini, konvergensi tidak lagi hanya dirasakan oleh jurnalis yang harus cepat
dalam mengirimkan berita, tetapi konvergensi juga sudah dirasakan oleh masyarakat luas
ketika konvergensi semakin merasuk ke bagian kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebut saja,
akses situs hiburan Youtube di dunia maya yang dapat diakses dengan menggunakan iPhone.
Selain hiburan, kehadiran konvergensi dalam kehidupan sehari-hari juga semakin mendorong
masyarakat luas untuk berpartisipasi aktif di dunia virtual. Misalnya melalui pengelolaan
weblog, atau lebih sering disebut dengan blog, sebagai sarana jual-beli daring.
Ketika teknologi digital semakin mengakar di dalam masyarakat, maka teknologi tersebut
tanpa sadar telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Seiring dengan hal tersebut, muncul
lah dengan yang disebut sebagai budaya konvergensi. Budaya konvergensi ini sebenarnya
tidak lain merupakan manifestasi dari perbauran teknologi digital saat ini dengan kehidupan
manusia. Jika Macluhan (2004) menyatakan bahwa teknologi merupakan ekstensi dari
manusia, maka hal tersebut terbukti ketika konvergensi menjadi bagian dari budaya manusia.
Ada pun budaya konvergensi ini dapat dilihat dari semakin meluasnya budaya partisipasi,
misalnya perubahan konsumen menjadi prosumen yang aktif mengunggah konten misalnya
melalui weblog atau blog; lalu munculnya kecerdasan kolektif seperti situs-situs Wikipedia
atau pun Wikia; dan semakin berkembangnya konvergensi media, seperti situs-situs
multimedia dan gadget yang mampu mengakses berbagai konten multimedia tersebut.
Dengan semakin tidak asingnya manusia dengan konvergensi, maka budaya konvergensi pun
semakin merebak, tidak terkecuali di Indonesia. Akan tetapi, masing-masing negara memiliki
cara tersendiri dalam mengadaptasi konvergensi yang sedang terjadi saat ini; sehingga
masing-masing negara berbeda dalam hal penetrasi budaya konvergensi itu sendiri. Penetrasi
teknologi sendiri, sangat lah berpengaruh dalam menentukan tiingkat penetrasi budaya
teknologi itu sendiri. Negara-negara maju yang penetrasi teknologinya tergolong tinggi tentu
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
saja memiliki budaya konvergensi dalam tingkat yang berbeda dengan budaya konvergensi
yang ada di negara-negara dengan penetrasi teknologi rendah.
Wikipedia merupakan sebuah situs dengan yang dapat mewakili budaya konvergensi dengan
sangat baik. Wikipedia memiliki unsur-unsur dari budaya konvergensi: budaya partisipasi,
kecerdasan kolektif, dan konvergensi media. Wikipedia merupakan sebuah media baru yang
memungkinkan pencantuman multimedia (teks, suara, gambar, video), memungkinkan
partisipasi aktif pengguna, serta menyediakan sarana untuk mengumpulkan berbagai pecahan
informasi menjadi informasi yang lebih utuh dalam bentuk ensiklopedia daring. Dengan
sifatnya yang demikian, Wikipedia merupakan situs yang menarik untuk mengkaji mengenai
masalah budaya konvergensi. Wikipedia saat ini telah hadir dalam 285 bahasa, salah satunya
adalah bahasa Indonesia. Menjadi menarik membahas mengenai Wikipedia bahasa Indonesia
karena pada saat ini Wikipeda Indonesia memang telah memiliki lebih dari dua ratus ribu
artikel, tetapi perkembangannya masih sangat jauh dibandingkan dengan Wikipedia berbahasa
Inggris yang jumlah artikelnya telah mencapai lebih dari empat juta artikel.
Dengan kesenjangan yang ada antara Wikipedia bahasa Indonesia dengan Wikipedia bahasa
Inggris, maka dari sini dapat dilihat penetrasi budaya konvergensi, khususnya di negara
Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penetrasi teknologi yang cukup
tinggi, akan tetapi, melalui Wikipedia dapat dilihat bahwa masih ada kesenjangan yang sangat
tinggi. Dari hal ini, muncul pertayaan, sejauh apa pembentukan budaya konvergensi di
Indonesia? Lalu, hal-hal apa saja yang menyebabkan berbedanya pembentukan budaya
konvergensi di Indonesia?
Tinjauan Teoritis Konvergensi
Dalam bukunya, Jenkins (2007) bercerita mengenai kasus yang sempat ramai tahun 2001
ketika di internet muncul serangkaian gambar tokoh Bert dari Sesame Street dalam berbagai
rekayasa gambar digital dalam tema “Bert is Evil”. Dalam serangkaian gambar ini, muncul
gambar Bert sedang bersama Osama Bin Laden, berhubungan intim dengan Pamela
Anderson, hingga foto Bert sebagai Klansman sebagai Unabomber bersama Adolf Hitler.
Keberadaan teknologi digital saat ini, memungkinkan rekayasa digital semacam ini dilakukan
oleh seluruh pengguna. Pada dasarnya teknologi digital memang memungkinkan terjadinya
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
hal ini. Dengan teknologi digital, pengguna dapat membuat, merekayasa, menyunting, dan
bertukar berbagai konten digital yang ada.
Lalu, seiring dengan kehadiran teknologi digital yang semakin meluas aplikasinya, terjadi
pula apa yang disebut dengan konvergensi. Terlebih lagi, konvergensi yang terjadi tidak
hanya sebatas teknologi, tetapi juga meliputi konvergensi di berbagai bidang yang
menghasilkan berbagai dampak. Pada dasarnya konvergensi merupakan sebuah kondisi di
mana arus konten multimedia dapat diakses melalui berbagai platform, lalu terdapat
kerjasama di antara pelaku-pelaku dalam industri media, dan perubahan perilaku pengguna
media yang akan mencari segala kebutuhan dan pengalaman hiburan mereka dengan berbagai
cara (Jenkins, 2007). Kata konvergensi sendiri tidak pernah memiliki definisi yang disepakati
bersama. Jim Caroll (Grant, 2009) bahkan mengatakan bahwa konvergensi seperti seks yang
dilakukan para remaja: tidak ada yang benar-benar tahu tetapi semua orang berpikir hal
tersebut baik; semua orang berpikir orang lain juga melakukannya, yang mengatakan sedang
melakukannya kemungkinan besar berbohong, yang benar- benar melakukannya tidak benar-
benar tahu cara melakukannya; sekali dicoba, hal tersebut baru disadari akan butuh waktu
untuk melakukannya dengan benar; dan yang paling penting tidak pernah ada cara yang
paling benar dalam melakukannya. Hal yang dikatakannya bukannya tidak berdasar
mengingat kata “konvergensi” sendiri telah menjadi sebuah buzzword di mana semua orang
menggunakannya hingga maknanya terlalu luas dan tidak terdefinisi. Berdasarkan “Oxford
Learner’s Dictionary” konvergensi sendiri secara harfiah berarti menuju satu titik.
Akan tetapi, sekalipun tidak memiliki definisi yang disepakati bersama, dimensi-dimensi
dalam konvergensi dapat diidentifikasi. Menurut Gordon (2003 (Jenkins, 2007)) mengatakan
bahwa konvergensi dapat diidentifikasi melalui lima dimensi, yakni dimensi kepemilikan
media, dimensi taktik pelaksanaan, dimensi struktur media, dimensi pengumpulan informasi,
dan terakhir dimensi presentasi atau stroytelling. Bahkan Grant (2009) menyebutkan bahwa
konvergensi “...too nebulous to be used to identify specific variables, processes, and media-
related phenomena”. Oleh karena sifat konvergensi yang sangat multidimensi ini, banyak
aspek atau dimensi lain yang harus dilihat; salah satunya adalah dimensi budaya dalam
konvergensi yang menjadi perhatian utama dalam makalah ini.
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Budaya
Berdasarkan kamus daring “Merriam Webster”, disebutkan bahwa budaya atau culture
didefiniskan sebagai
“the set of values, conventions, or social practices associated with a particular
field, activity, or societal characteristic”
Dengan kata lain seperangkat nilai, konvesi, atau praktik sosial yang diasosiasikan dengan
bidang tertentu, aktivitas, atau karakteristik tertentu dalam masyarakat. Dari sini jelas dapat
dilihat bahwa kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari budaya tertentu karena setiap
unsur kegiatan dan kehidupan manusia merupaka cerminan dari suatu budaya.
J. J. Hoenigman (Koentjaraningrat, 1997) menyebutkan bahwa dalam sebuah budaya, terdapat
tiga komponen yang tidak terpisahkan. Komponen pertama adalah komponen ide atau
gagasan, komponen kedua adalah aktivitas, dan komponen terakhir adalah artefak. Komponen
ide atau gagasan merupakan sebuah wujud ideal mengenai sebuah kebudayaan. Komponen
ide atau gagasan sifatnya abstrak dan tidak dapat ditemui dengan panca indra manusia.
Komponen ini tertanam di masing-masing anggota sebuah kebudayaan karena bisa dikatakan
bahwa komponen gagasan atau ide ini adalah nyawa dari sebuah kebudayaan karena
komponen ide atau gagasan berperan sebagai batasan untuk menjaga arah pertumbuhan
sebuah budaya. Komponen ide atau gagasan ini tercermin dalam bentuk norma-norma, nilai,
dan aturan yang berlaku. Komponen berikutnya adalah komponen aktivitas sebagai kumpulan
tidakan yang terpola dalam masyarakat. Komponen aktivitas ini terbentuk, salah satunya,
melalui interaksi. Melalui komponen ini, maka komponen ide atau gagasan bisa tetap
dipertahankan melalui aktivitas manusia yang merupakan turunan dari komponen ide atau
gagasan. Dibandingkan dengan komponen ide atau gagasan, komponen aktivitas ini lebih
konkret dan bisa didokumentasikan atau pun diobservasi karena komponen ini merupaka
komponen nyata terlihat. Komponen aktivitas ini salah satunya bisa berupa pekerjaan yang
sedang dijalankan. Terakhir adalah komponen artefak yang merupakan hasil atau perwujudan
dari sebuah kebudayaan. Komponen ini paling nyata dan dapat dilihat secara langsung karena
komponen artefak merupakan manifestasi nyata akan kebudayaan yang dihasilkan manusia.
Melalui komponen artefak ini, dapat dilihat simbol-simbol dari sebuah kebudayaan. Dalam
simbol-simbol di artefak tersebut, dapat diidentifikasi komponen aktivitas maupun gagasan
atau ide karena komponen artefak merupakan refleksi nyata akan sebuah kebudayaan tertentu.
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Ketiga komponen kebudayaan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena masing-
masing komponen saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Komponen ide atau
gagasan mengatur aktivitas manusia dalam menghasilkan artefak yang bisa dilihat secara
langsung dan melalui artefak itu pula manusia dapat melihat manifestasi nyata sebuah
kebudayaan. Sedangkan dengan kehadiran artefak-artefak tersebut juga dapat mempengaruhi
aktivitas dan ide. Oleh karenanya, keberadaan artefak-artefak dapat membentuk pemikiran
baru sebagai kontemplasi akan budaya lama dan akibatnya tercipta gagasan baru yang
kemudian membentuk sebuah kebudayaan yang baru pula. Pada akhirnya, akan terbentuk lagi
manifestasi baru sebuah kebudayaan.
Budaya Konvergensi
Ithiel de Sola Pool, dalam bukunya Technologies of Freedom pada tahun 1983 mengatakan
bahwa konsep konvergensi dalam industri media akan membuat sebuah perubahan yang
mendasar (Jenkins, 2007).
“A process called the “convergence of modes” is blurring the lines between
media, even between point-to-point communications, such as the post,
telephone, and telegraph, and mass communications, such as the press,
radio, and televisions. A single physical means—be it wires, cables, or
airwaves—may carry services that in the past were provided in separate
ways. Conversely, a service that was provided in the past by any one
medium—be it broadcasting the press, or telephony—can now be provided
in several physical ways. So the one-to-one relationship that used to exist
between a medium and its use is eroding.”
Di sini, Pool menjelaskan dengan kehadiran konvergensi, media dan penggunaannya yang
tradisional dengan cepat akan tergantikan dengan cara baru yang “terkonvergen”.
Konvergensi sangat mengaburkan batas antara komunikasi point-to-point dan komunikasi
massa; misalnya saja dengan kehadiran niche broadcasting di mana pengguna saat ini dapat
memilih acara tertentu yang ingin ia tonton saja seperti dalam video on demand atau sering
juga disebut VoD. Dengan kehadiran video on demand, maka penyedia konten biasanya
menyediakan beragam konten supaya bisa memenuhi kebutuhan penggunanya. Oleh
karenanya, konvergensi sangat lah bergantung terhadap partisipasi aktif pengguna. Dengan
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
keberadaan media baru yang lebih interaktif dan memungkinkan umpan balik cepat, maka
pengguna akan lebih mudah berpartisipasi aktif dalam mencari kebutuhannya sendiri.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa setiap aktivitas dan perilaku manusia
tergabung dalam suatu budaya tertentu, tidak terkecuali dalam konvergensi. Dalam budaya
konvergensi, media lama dan media baru saling membentur dan bersatu, di mana masyarakat
dan korporasi media bersilangan, dan di mana kekuatan konsumen dan produsen media
berinteraksi dalam cara yang terbayangkan.
Ketika bebricara konvergensi, maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari tiga aspek
penyusunnya, yaitu aspek konvergensi media, aspek budaya partisipasi, dan aspek kecerdasan
kolektif (collective intellegence)(Jenkins, 2007). Dalam dunia konvergensi media, suatu berita
dapat beredar dengan cepat dan mendunia. Sebuah berita di protes di Timur Tengah bisa hadir
di ruang keluarga setiap keluarga di dunia dan disaksikan oleh jutaan, bahkan milyaran orang.
Dengan keberadaan konvergensi media, pertukaran informasi akan terjadi dengan sangat
cepat seolah informasi terus bersirkulasi tanpa henti. Misalnya saja pada kasus “Bert is Evil”,
rekayasa gambar digital tersebut muncul di seluruh dunia. Baik di televisi (CNN), di berbagai
situs-situs yang ada di internet, hingga di sebuah jasa percetakakan yang ada di Bangladesh
pun menampilkan gambar serupa. Hal ini tidak terlepas dari peran internet yang memudahkan
aliran informasi berputar demikian cepat dan dapat diakses oleh siapa saja sehingga
persebaran informasi semakin luas. Dan hal ini pun tidak bisa dilepaskan dari budaya
partisipasi. Internet merupakan sebuah medium yang sangat interaktif dan setiap orang yang
terhubung dalam jaringan dapat membuat, mengunduh, merekayasa, dan mengunggah sebuah
informasi yang didapat. Dengan segala kemudahannya ini, internet memungkinkan
persebaran informasi dari seorang pengguna ke pengguna lain dengan sangat cepat. Misalnya
saja dengan situs jejaring sosial seperti Facebook, MySpace, Linkd In, hingga ke situs
blogging dan microblogging seperti Blogger, Tumblr, Twitter, Plurk, Heelo¸ dan sebagainya.
Dengan kehadiran situs-situs tersebut, setiap orang dengan akunnya masing-masing dapat
berbagi informasi. Cukup mengetik dan mengunggahnya, maka informasi pun akan tersebar.
Dengan banyaknya informasi yang tersebar dan terdesentralisasi, maka pengguna dapat
mencari informasi yang mereka butuhkan dengan bebas. Jadi, dalam budaya konvergensi,
pengguna bukan lah pengguna pasif, melainkan pengguna yang berpartisipasi aktif, baik
dalam mencari mau pun menghasilkan. Terakhir, dalam budaya konvergensi ada yang disebut
dengan kecerdasan kolektif. Dalam konteks kecerdasan kolektif, diasumsikan bahwa tidak ada
orang yang mengetahui segalanya, akan tetapi, masing-masing individu mengetahui sesuatu.
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
‘Sesuatu-sesuatu’ ini dikumpulkan hingga akhirnya membentuk sebuah kesatuan kombinasi
kecerdasan. Misalnya saja Wikipedia. Ensiklopedi terbuka ini tidak dibuat dan diisi oleh satu
orang saja. Dalam Wikipedia, semua orang dapat berkontribusi menghasilkan artikel-artikel,
dan dari artikel-artikel tersebut terbentuk lah sebuah ensiklopedi yang terpadu dan ‘utuh’.
Jadi, bisa dikatakan bahwa budaya konvergensi tidak terbatas pada aspek teknis saja, tetapi
juga aspek sosial. Maka itu, tidak salah jika disebutkan bahwa budaya konvergensi
sebenarnya merupakan pergeseran paradigma:
“A move from medium specific content toward that flows across multiple
media channels, toward the increased interdependence of communication
system, toward multiple ways of accessing media content, and toward ever
more complex relation between top-down corporate media and bottom-up
participatory culture”.
Dimensi Budaya Konvergensi
Dalam konvergensi, sebelumnya telah disebutkan bahwa budaya partisipasi merupakan salah
satu komponen penyusun budaya konvergensi. Dengan sirkulasi media yang begitu bebas,
luas, cepat, dan tidak terhalang oleh batasan negara membuat media saat ini sangat
bergantung kepada partisipasi aktif konsumen. Dalam budaya konvergensi, konsumen bukan
sekedar khalayak pasif seperti yang ada pada media lama, melainkan pengguna yang aktif
dalam mencari konten yang diinginkannya dan memproduksi konten-konten lain. Dengan
adanya budaya partisipasi ini, muncul lah dengan yang disebut dengan user-generated media
dan user-generated content. Istilah user-generated media secara umum merujuk kepada
media yang diciptakan oleh pengguna, misalnya saja situs-situs dengan domain tetap yang
diciptakan oleh pengguna. Contohnya, situs Wikia.com merupakan user-generated media di
mana situs tersebut dimiliki oleh seorang pengguna. Sedangkan blog-blog yang biasa
digunakan tidak dapat disebut sebagai user-generated media karena blog-blog yang ada hanya
menumpang. Alamat konvergensi.komunikasi.or.id bukan merupakan user-generated media
karena “konvergensi” hanya menumpang domain pada komunikasi.or.id; hal yang sama
berlaku pada situs-situs dengan domain blogspot.com, tumblr.com, dan sebagainya. Berbeda
halnya dengan user-generated content di mana pengguna merupakan produsen konten, bukan
media. Oleh karenanya, konten-konten blog yang ada dapat dikatakan sebagai user-generated
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
content. Kedua istilah tersebut (user-generated media dan user-generated content) muncul
tidak lain karena adanya partisipasi aktif dari pengguna dalam produksi media dan konten.
Apalagi saat ini produksi media sangat lah murah; hanya perlu membeli domain dan domain
tersebut dapat dipergunakan secara bebas. Dengan ini lah pengguna dari kalangan masyarakat
umum dapat berpartisipasi. Keberadaan “Bert is Evil” pun tidak terlepas dari bentuk
partisipasi tersebut.
Kembali ke perkataan J. J. Hoenigman ( di Koentjaraningrat, 1997), dalam sebuah budaya
terdapat tiga aspek: ide, perilaku, dan artefak; maka dalam budaya konvergensi dimensi
budaya partisipasi pun hal tersebut tidak bisa dilepaskan. Dalam dimensi budaya partisipasi,
dikenal konsep adokrasi, yaitu organisasi yang memiliki karakter sedikit hierarki dan setiap
orang diharapkan dapat berpartisipasi sesuai dengan kapabilitas serta pengetahuannya
masing-masing, serta perubahan kepemimpinan sesuai dengan perubahan tugas yang ada.
Selanjutnya, dalam budaya partisipasi dikenal pula istilah fan culture di mana penggemar
suatu hal akan terus mengembangkan dunia yang disukai. Sehingga dunia yang disukai
tersebut akan terus berkembang da terbentuk lah sebuah dunia yang utuh. Dalam fan culture,
semua orang dapat berpartisipasi dalam mengambangkan dunia tersebut untuk menjadi lebih
utuh dan luas. Lalu, hal ini dapat dilihat melalui rekayasa yang ada, misalnya fan art, video
amatir, dan sebagainya. Dan berangkat dari fan culture ini, produsen dalam industri sudah
mulai mempertimbangkan partisipasi dan aspirasi para penggemar. Jadi hierarki yang ada
tidak hanya top-down tetapi juga bottom-up.
Keberadaan budaya partisipasi ini tidak terlepas dari dimensi konvergensi media di mana
dengan konvergensi, persebaran informasi tidak dapat dibatasi. Termasuk dalam bidang
jurnalisme (Grant, 2009). Dalam bidang jurnalisme, peleburan berbagai jurnalis dari beragam
media dalam satu newsroom memang kerap disebut sebagai bentuk efektifitas dan efisiensi
terkati dengan keberadaan konvergensi. Sayangnya, hal ini tidak berarti identitas melebur
menjadi satu. Sering kali dalam suatu newsroom masing-masing pihak masih membawa
budayanya masing-masing. Misalnya saja, dalam sebuah newsroom, jurnalis cetak masih
memegang teguh budaya dan identitasnya, hal yang sama berlaku dengan jurnalis media
elektronik. Perbedaan yang terjadi dapat menyebabkan masalah dalam newsroom. Oleh
karenanya Filak mengenalkan tiga buah teori. Dalam gagasan besarnya, Filak mengatakan
tiga buah teori ini adala CIIM, DCM, dan MDIM. Melalui tiga buah teori tersebut, diharapkan
perbedaan tersebut akan melebur sehingga tercipta keterampilan jurnalisme yang seupa (tidak
berbeda antara jurnalis cetak atau elektronik) terkait dengan budaya yang masing-masing
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
dibawa ranahnya. Melalui kemampuan jurnalisme yang merata ini lah, bisa muncul newsroom
yang lebih terkonvergen seperti dalam newsroom 3.0. (Grant, 2009).
Terakhir, budaya konvergensi juga tidakdapat dipisahkan dari kecerdasan kolektif. Konsep
kecerdasan kolektif berangkat dari asumsi bahwa tidak ada orang yang mengetahui segalanya,
tetapi masing-masing orang memiliki secuil kecerdasan yang bila disatukan akan membentuk
suatu kecerdasan yang utuh. Denga ini, semua orang memiliki peran dan partisipasinya
masing-masing dalam membentuk kecerdasan kolektif. Hal ini berangkat, lagi-lagi, dari
konsep adokrasi yang menentang nilai-nilai keeksklusifan intellectual property (Jenkins,
2007). Akan tetapi, sekalipun terdapat adokrasi, masing-masing anggota masih memiliki rasa
sebagai seorang anggota dari grup mereka. Mereka yang merasa tergabung akan secara aktif
turut berpartisipasi dan berkolaborasi dalam berbagi dan membentuk suatu hal. Contoh bentuk
nyatanya adalah keberadaan Wikipedia sebagai ensiklopedi terbuka di mana semua orang
dapat mengakses dan berkontribusi di dalamya. Dengan pengatahuan orang-orang yang msih
sedikit, semua orang menyumbangkan artikel, sehingga terdapat sebuah ensiklopedia dalam
jaringan yang masif dan dapat diakses siapapun dengan akses internet.
Sayangnya dalam proses menuju budaya konvergensi, masih terdapat hambatan-hambatan.
Salah satunya adalah budaya media massa, yaitu consumer’s habit (Russel Neumann, 1991 on
Jenkins, 2007). Dalam budaya media massa, khalayak hanya menerima sajian media massa
dan hanya menjadi konsumen semata. Produksi aktif menggunakan media massa sangat lah
rendah dan terbatas pada kelompok tertentu dengan modal kuat saja. Padahal hal ini dapat
menghambat potensi teknologi digital. Dalam modelnya, Neumann mengatakan bahwa
teknologi yang ada saat ini sudah siap, sayangnya, budaya yang ada belum memadai.
Partisipasi aktif tidak didukung oleh media lama.
“The new development in horizontal, user-controlled media that allow the
user to amend, reformat, store, copy, forward to others and comment on the
flow of ideas do not rule mass communication.”
Sedangkan media baru sangat mendorong partisipasi aktif dengan memperluas kembali fungsi
asli. Misalnya perangkat lunak Linux yang merupakan open-source yang memungkinkan
penyuntingan dan ekspansi fungsinya oleh semua orang. Sayangnya, dengan budaya media
massa, sering kali pengguna hanya menggunakan tanpa memproduksi dan hal ini sangt lah
menghamabat teknologi yang ada saat ini.
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Selain masalah budaya media massa, masalah lainnya adalah jurang keterampilan antara
setiap orang. Tidak semua orang yang menulis di Wikipedia memiliki kemampuan menulis
sehingga kualitas artikel yang dihasilkan pun sangat beragam dengan sudut pandang yang
sangat beragam pula. Dari sisi pembacanya pun, keterbukaan Wikipedia yang memungkinkan
semua orang mengisi artikelnya, membuat konten-konten Wikipedia berisikan hal-hal yang
bisa sangat multiperspektif sehingga bisa menimbulkan kerancuan dalam nilai-nilai yang
terkandungnya (Lih, 2004). Pencipta Wikipedia sendiri pun menekankan bahwa, “... When it
is clear to reader that we do not expect them to adopt any particular opinion...thus to
encourage in them intellectual independence... We, the creators of Wikipedia, trust readers’
competence to form their own opinion themselves.” Oleh karenanya, dibutuhkan pula
kemampuan melek media digital untuk menggunakannya.
Hasil Analisis Wikipedia merupakan sebuah ensiklopedia bebas yang dapat diakses dalam jaringan. Saat ini,
Wikipedia merupakan salah satu dari sepuluh besar situs yang paling sering dikunjungi dan
merupakan situs yang paling populer dan terbesar dalam hal referensi di dunia
virtual(Wikipedia.org Site Info, 2012). Wikipedia dibentuk di bawah organisasi nirlaba
bernama “Wikmedia Foundation”. Wikipedia, pada awalnya, dibentuk dengan nama
Nupedia yang dirilis oleh Jimmy Wales dibantu oleh Larry Sanger pada 9 Maret 2000.
Mulanya, “Nupedia” hanya dapat ditulis oleh para pakar bidang tertentu dan artikel yang
ditulis pun akan melewati proses peninjauan kembali dengan proses formal. Akan tetapi,
Jimmy Wales sebagai pencipta Wikipedia merasa bahwa perkembangan “Nupedia” sangat lah
lambat dengan sedikitnya jumlah artikel yang bertambah. Oleh karenanya, Wales
memprakarsai untuk mengubah Nupedia menjadi Wikipedia, sebuah ensiklopedia bebas yang
dapat diisi dan disunting oleh siapa pun, tidak hanya para pakar bidang masing-masing. Pada
15 Januari 2001, Wikipedia, yang namanya digagas oleh Sanger, resmi berdiri(Wikipedia,
2012).
Berbeda dengan ensiklopedia konvensional, Wikipedia merupakan sebuah ensiklopedia
daring yang dapat disunting oleh siapapun secara bebas.Semua orang dengan berbagai latar
belakang dapat melakukan proses penyuntingan konten, penambahan referensi, gambar, dan
berbagai bentuk media lainnya. Dalam pembuatan sebuah artikel, Wikipedia menyertakan
tujuh kriteria utama sebuah artikel, contohnya jenis konten, netralitas, keterpercaya sumber
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
dan sebagainya (Wikipedia:About, 2012). Akan tetapi, artikel yang telah dipublikasikan pun
akan disunting kembali oleh penyunting Wikipedia lainnya. Tanpa harus memiliki akun
Wikipedia sekalipun, setiap orang dapat mengunggah, menyunting, menghapus, maupun
menambahkan isi artikel yang ada di Wikipedia; walau pun terdapat beberapa batasan yang
lebih ketat dalam hal penyuntingan halaman yang berisikan isu sensitif dan riskan terkena
vandalisme. Akan tetapi, sekalipun tanpa batasan penyuntingan, pengguna Wikipedia tetap
dapat melihat versi terdahulu sebuah artikel di Wikipedia dengan mengakses halaman
“History” (di en.wikipedia.org) atau “Versi terdahulu” (di id.wikipedia.org). Dari halaman
tersebut akan muncul daftar penyuntingan dari waktu ke waktu. Dan jika penyuntingan
terbaru dianggap tidak sesuai, maka versi sebelumnya dapat ditampilkan kembali.
Kehadiran ensiklopedia daring ini sebenarnya menawarkan hal yang sangat berbeda dengan
ensiklopedia konvensional. Selain dengan sifatnya yang digital, Wikipedia juga diakses
daring. Selain itu, Wikipedia menyatakan bahwa dengan keterbukaannya, Wikipedia
memungkinkan pengurangan bias karena dapat disunting siapapun; walau pun di sisi lain, bisa
pula bermakna vandalisme karena penyuntingan bebasnya. Akan tetapi, perlu dicatat, dengan
format daringnya, Wikipedia menawarkan kolaborasi nyata dalam menulis dan
memperbaharui sebuah ensiklopedia (Wikipedia:About, 2012). Apalagi saat ini Wikipedia
telah memiliki ensiklopedia yang tersedia dalam 285 bahasa di dunia dan jumlah artikel yang
telah dipublikasi mencapai dua puluh tiga juta artikel dalam berbagai bahasa (Wikipedia,
2012).
Wikipedia bahasa Indonesia sendiri, lahir hanya setahun setelah kelahiran Wikipedia, yaitu
pada 29 November 2003. Uniknya, artikel pertama Wikipedia Indonesia, justru terpublikasi
terlebih dahulu yaitu pada tanggal 30 Mei 2003 (Indonesian Wikipedia, 2012). Pada tahun
2006, Wikipedia bahasa Indonesia telah menjadi Wikipedia dengan pertumbuhan ketiga
tercepat di Asia, dan pada 2010 menjadi keempat terbesar pertumbuhannya di seluruh Asia.
Salah satu kontributor awal yang memperkenalkan Wikipedia bahasa Indonesia adalah Revo
Soekatno yang pada tahun 2004 telah menulis sejumlah artikel di Wikipedia bahasa
Indonesia. Maka, tidak heran jika oleh Harian KOMPAS pada tahun 2006 Revo Soekatno
disebut sebagai “Bapak dari Wikipedia bahasa Indonesia”. Adapun tapak tilas Wikipedia
bahasa Indonesia (Wikipedia bahasa Indonesia, 2012):
• artikel pada 16 Maret 2004
• 10.000 artikel pada 31 Mei 2005
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
• 50.000 artikel pada 1 Februari 2007
• 100.000 artikel pada 21 Februari 2009
• 180.000 artikel pada 26 Desember 2011
• 211.246 artikel pada 22 Desember 2012
Sayangnya, jumlah artikel tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan artikel Wikipedia
bahasa Inggris yang tapak tilasnya (English Wikipedia Statistic, 2012):
• 100.000 artikel pada 20 Januari 2003
• 500.000 artikel pada 17 Maret 2005
• 1.000.000 artikel pada 1 Maret 2006
• 2.000.000 artikel pada 24 November 2007
• 3.000.000 artikel pada 16 Agustus 2009
• 4.124.231 artikel pada 22 Desember 2012
Melalui angka-angka tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan Wikipedia bahasa Indonesia
memang bisa terhitung kecil, yaitu sekitar lima persen (5%) dari jumlah total artikel
Wikipedia bahasa Inggris. Wikipedia, baik bahasa Inggris mau pun bahasa Indonesia,
merupakan ensiklopedia terbuka yang bisa ditulis dan disunting oleh siapapun, akan tetapi
minimnya jumlah artikel Wikipedia bahasa Indonesia yang hanya berjumlah 5% dari
Wikipedia bahasa Inggris menjadi pertanyaan. Tentu saja hal ini dapat dikaji dari sisi budaya
konvergensi.
Wikipedia, baik yang berbahasa Indonesia mau pun berbahasa Inggris, merupakan contoh
yang sangat baik dalam hal kecerdasan kolektif. Dalam kecerdasan kolektif, orang-orang
saling menuangkan informasi yang mereka punya dan kemudian digabungkan sehingga
membentuk sebuah informasi yang utuh. Wikipedia merupakan sebuah ensiklopedia yang
sangat terbuka sehingga memungkinkan semua orang, baik yang tidak terdaftar sekalipun,
untuk berbagi secuil informasi yang mereka punya (Jenkins, 2007). Kecerdasan kolektif
dalam budaya konvergensi tidak menitikberatkan kepada para ahli dan pakar dalam
bekolaborasi menulis; justru budaya konvergensi menitikberatkan kepada masyarakat luas
untuk bersama-sama berkolaborasi menciptakan sebuah kecerdasan kolektif.
Wikipedia yang lahir dengan gagasan “kolaborasi menulis” merupakan contoh yang sangat
baik dalam konteks kecerdasan kolektif. Melalui Wikipedia, penulis artikel dapat mengoreksi
dan menambahkan di artikel lain sehingga terbentuk komponen informasi yang lebih semakin
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
utuh. Sedangkan dari Wikipedia sendiri, bentuk ideal dari artikel adalah, koreksi terus
menerus dan perbaharuan dari kejadian-kejadian yang baru marak dalam artikelnya oleh
berbagai penyunting. Melalui cara tersebut, diharapkan dapat terbentuk sebuah informasi utuh
yang akurat, netral, dan bebas bias karena telah melalui suntingan dari berbagai sudut
pandang (Wikipedia:About, 2012).
Jika berbicara mengenai budaya partisipasi yang ada di dalam Wikipedia, maka hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah anggota aktif Wikipedia, baik yang berbahasa Inggris mau pun
bahasa Indonesia, serta jumlah suntingan yang dilakukan.
Tabel 1. Perbandingan Konten Wikipedia Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Wikipedia bhs. Indonesia Wikipedia bhs. Inggris
Halaman Konten 211.140 4.126.172
Berkas yang dimuatkan 35.004 798.269
Jumlah suntingan sejak Wikipedia
dimulai
7.206.764 581.542.394
Rata-rata suntingan per halaman 7,85 10,05
Pengguna terdaftar 422.982 18.095.643
Pengguna aktif (yang melakukan
aktivitas selama 30 hari terakhir)
1.879 133.322
Penyunting 74 5.676
Dari tabel di atas (English Wikipedia Statistic, 2012; Wikipedia:Statistik, 2012) dapat dilihat
bahwa saat ini, Wikipedia bahasa Indonesia masih sangat lah minim dari segi konten mau pun
pengguna. Sebagai catatan, dari 211.140 artikel yang ada, hampir lima puluh persennya
(95.593 artikel) merupakan artikel rintisan yang artinya artikel tersebut masih sangat
mendasar dan belum memiliki nilai informasi yang tinggi (Wikipedia bahasa Indonesia,
2012). Pada dasarnya angka-angka ini menunjukkan bahwa budaya partisipasi masyarakat
Indonesia sebagai penutur bahasa Indonesia masih sangat lah lemah di media baru.
Dengan jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai lebih dari dua ratus juta penduduk,
hanya 0,1% penduduk Indonesia yang berpartisipasi di Wikipedia bahasa Indonesia padahal
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Wikipedia merupakan salah satu situs yang paling banyak dikunjungi dan dijadikan referensi
dasar. Hal ini merujuk kepada masih rendahnya budaya partisipasi di Indonesia. Kuatnya
budaya media lama bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya hal ini. Budaya media lama
menciptakan yang disebut sebagai consumer habit oleh Neuman(Jenkins, 2007). Dengan
budaya media lama, maka pengguna hanya menjadi konsumen pasif yang hanya menerima
informasi tanpa menyebarkannya kembali. Tentu saja hal ini menjadi masalah ketika hadir
media baru yang interaktif. Media baru bersifat sangat interaktif dan mampu memberikan
umpan balik yang sangat cepat, oleh karenanya dalam media baru, informasi tidak mungkin
hanya berasal dari satu sumber informasi saja
Dalam konteks budaya konvergensi, media baru menawarkan media yang justru dikontrol
oleh pengguna (konsumen) (Jenkins, 2007). Ketika pengguna dapat berpartisipasi aktif, maka
muncul lah istilah “prosumen” (produsen-konsumen) di mana pengguna tidak lagi menjadi
konsumen pasif tetapi juga menjadi produsen aktif. Media baru memiliki potensi tersebut,
termasuk dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia. Wikipedia bahasa Indonesia
memungkinkan partisipasi aktif dari pengguna Wikipedia bahasa Indonesia untuk turut
membangun sebuah ensiklopedia daring. Artikel-artikel dalam Wikipedia bahasa Indonesia
pun sebenarnya merupakan hasil tulisan publik luas yang secara bersama membangun
ensiklopedia luas. Sayangnya, masyarakat Indonesia masih banyak terjebak dalam budaya
media lama di mana pengguna hanya mengambil informasi yang disediakan tanpa kembali
berpartisipasi aktif.
Wikipedia merupakan situs yang sangat bergantung kepada keaktifan pengguna dalam
memproduksi konten (Reagle, 2010). Jika pengguna situs tersebut sebagian besar
berpartisipasi aktif, maka situs tersebut akan berkembang dengan sangat cepat. Akan tetapi,
sebaliknya, jika sebagian besar pengguna situs masih terjebak budaya media lama, maka
perkembangan situs pun akan sangat lambat, seperti kasus yang terjadi dalam Wikipedia
bahasa Indonesia.
Akan tetapi, lambatnya perkembangan Wikipedia bahasa Indonesia, tidak hanya sebatas
karena masalah partisipasi aktif pengguna Wikipedia bahasa Indonesia. Lambatnya
perkembagan Wikipedia bahasa Indonesia juga disebabkan karena penetrasi media digital di
Indonesia pun memang masih belum sedalam penetrasi media digital di negara-negara maju
(Makitan, 2011). Dalam hal ini, Wikipedia bahasa Inggris bisa dikatakan sebagai ensiklopedia
yang ditulis oleh orang-orang penutur bahasa Inggris, yang jika melihat teknologinya, maka
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
orang-orang tersebut tersebar di Amerika Serikat dan Eropa. Indonesia memang salah satu
negara dengan penetrasi media digital yang tidak terlalu rendah, tetapi juga belum
sepenuhnya melek media digital. Diskrepansi antara masyarakat melek media digital dan yang
belum melek media digital masih sangat besar sehingga konvergensi media saat ini hanya bisa
diakses oleh sebagian orang saja (Hobbs, 2011). Kehadiran konten multimedia yang bisa
diunggah dan diunduh baru dipahami sebagian orang saja. Akibatnya, pengguna Wikipedia
bahasa Indonesia yang aktif dalam memperkaya konten Wikipedia bahasa Indonesia masih
sebatas orang-orang yang melek media digital. Padahal, jika melihat faktanya, sebagian besar
orang Indonesia masih belum melek media digital. Ketidakmelekan media digital dan
ketiadaan akses terhadap teknologi ini lah yang tidak memungkinkan akses tehadap media
konvergen sehingga sulit bagi bagian masyarakat ini untuk berpartisipasi (Hobbs, 2011).
Diskusi dan Pembahasan Konvergensi saat ini telah membawa perubahan dalam hidup manusia sehingga terbentuk lah
budaya konvergensi. Dalam budaya konvergensi sendiri terdapat tiga penyusun yang terdiri
atas budaya partisipasi, konvergensi media, dan kecerdasan kolektif. Ketiga aspek tersebut
tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan dan saling menopang satu sama lain. Seperti
dalam Wikipedia. Wikipedia merupakan media yang memerlukan keterampilan dalam
menggunakan media yang semakin terkonvergen dan partisipasi aktif dari pengguna dalam
menghasilkan kecerdasan kolektif; tidak terkecuali Wikipedia bahasa Indonesia. Sayangnya,
kondisi yang terjadi saat ini masih memiliki jurang yang membuat konvergensi masih belum
mengeluarkan potensi ekspansi penggunaaanya. Diskrepansi melek media dgital menghambat
masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam memperkaya Wikipedia bahasa
Indonesia. Sekali pun ada yang mampu, maka jumlahnya masih sangat kecil, yaitu hanya
sekitar 0,1% dari total dua ratus juta penduduk Indonesia. Selain itu, danya budaya konsumen
sering kali menghambat perkembangan Wikipedia bahasa Indonesia. Masyarakat saat ini
masih sangat terlena dengan budaya media lama yang hanya memebrikan informasi tanpa
menuntut umpan balik atau partisipasi. Akibatnya, media baru yang secara teori sangat lah
interaktif, tidak dapat berkembang dengan cepat seperti yang terjadi pada Wikipedia bahasa
Indonesia.
Dengan kondisi yang seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa saat ini penetrasi budaya
konvergensi di Indonesia masih parsial. Keberadaan Wikipedia bahasa Indonesia sebagai
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
salah satu Wikipedia dengan artikela terbanyak memang merupakan pencapaian dalam hal
kecerdasan kolektif, tetapi jika dibandingkan dengan Wikipedia bahasa Inggris, maka dapat
dilihat bahwa budaya partisipasi di Indonesia masih dapat dikatakan rendah. Selain itu, secara
sumber daya, Indonesia memang masih belum dapat memenuhinya sehingga masih ada
diskrepansi dalam hal konvergensi media, baik secara keterampilan melek media,
keterjangkauan dalam mengakes teknologi yang ada juga masih sangat timpang antara satu
bagian masyarakat dengan yang lainnya. Ketiga pilar yang harusnya menyangga budaya
konvergensi masih belum sepenuhnya tercipta, sehingga bukan hal aneh jika budaya
konvergensi di Indonesia masih dikatakan parsial.
Untuk itu, dibutuhkan persiapan dalam konteks budaya yang memicu partisipasi aktif
masyarakat. Hal tersebut dapat berupa penyisipan dalam kurikulum sekolah saat ini hingga
upaya migrasi perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan media baru yang mampu
memicu partisipasi aktif. Pendidikan melek media digital juga diperlukan dalam mendorong
masyarakat dalam mencari informasi dan menyebarkan informasi kembali. Stimulus tersebut
harus mampu menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif sehingga potensi
konvergensi bisa dieksplor dan dioptimalkan.
Daftar Referensi Grant, A. E. (2009). Understanding Media Convergence: The State of the Field. New York: Oxford University Press.
Hobbs, R. (2011). Promoting Intellectual Curiosity with Digital and Media Literacy. School Library Journal .
Jenkins, H. (2007). Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New York: New York University Press.
Koentjaraningrat. (1997). Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Lih, A. (2004). Wikipedia as Participatory Journalism: Reliable Sources? Metrics for Evaluating Collaborative Media as a News Resource. 5th International Symposium on Online Journalism .
Mcluhan, M. (2004). Understanding Media: The Extension of Man. Massachussetts: The MIT Press.
Reagle, J. M. (2010). Good Faith Collaboration: the Culture of Wikipedia. Cambridge, MA: The MIT Press.
English Wikipedia Statistic. (2012, December 26). Retrieved from Wikipedia.org: http://en.wikipedia.org/wiki/Special:Statistics
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013
Indonesian Wikipedia. (2012, December 26). Retrieved from Wikipedia.org: http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_Wikipedia
Makitan, G. (2011, December 14). Penterasi Komputer Indonesia Terendah di ASEAN. Retrieved from Tempo.co: http://www.tempo.co/read/news/2011/12/14/090371714/Penetrasi-Komputer-Indonesia-Terendah-di-ASEAN
Wikipedia. (2012, December 26). Retrieved from Wikipedia.org: http://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia
Wikipedia bahasa Indonesia. (2012, December 26). Retrieved from Wikipedia.org: http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia_bahasa_Indonesia
Wikipedia.org Site Info. (2012, December 26). Retrieved from Alexa.com: http://www.alexa.com/siteinfo/wikipedia.org
Wikipedia:About. (2012, December 26). Retrieved from Wikipedia.org: http://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:About
Wikipedia:Statistik. (2012, December 26). Retrieved from Wikipedia.org: http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Statistik#Jumlah_halaman_rintisan
Penetrasi budaya ..., Sabrina Lutfia Craffitasari, FISIP UI, 2013