ukur kreatinin
TRANSCRIPT
2.5. Metode Jaffe
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat
membentuk senyawa kuning jingga. diukur dengan alat photometer. Metode ini menggunakan
serum atau plasma yang telah di deproteinasi dan tanpa deproteinasi.
2.5.1 Cara Deproteinasi
Deproteinasi adalah dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum
sebelum melakukan pengukuran, yang berfungsi mengendapkan protein dan senyawa-senyawa
kimia askorbat, aseto asetat, piruvat, sevalosporin dan metildopa. Setelah diputar dengan
kecepatan tinggi antara 5-10 menit maka protein dan senyawa-senyawa lain akan mengendap dan
filtratnya digunakan untuk pemeriksaan. Ada beberapa kelemahan dari cara deproteinasi :
a. TCA (Trichlor Acetic Acid) terlalu pekat
b. Konsentrasi TCA salah (apabila menggunakan TCA 3 N, tidak terdapat perubahan warna).
c. Waktu inkubasi tidak diperhatikan (20 menit)
d. Kekeruhan dalam supernatan setelah deproteinasi (waktu deproteinasi endapan diaduk
beberapa kali/ sebelum centrifuge didiamkan untuk beberapa menit.
e. Sampel yang diperlukan terlalu banyak dan waktu terlalu lama.
f. TCA pada suhu kamar mudah terurai maka penyimpananya di almari es (± 2-80 C).
Keuntungan cara deproteinasi adalah kandungan nitrogen dalam sampel seperti
protein, ureum, dan senyawa lainnya sudah terikat dengan TCA sehingga supernatan terbebas
dari bahan-bahan nitrogen.
2.5.2 Cara Tanpa Deproteinasi
Cara tanpa deproteinasi adalah tanpa penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N atau
disebut juga fixed kinetik, yaitu pengukuran kreatinin dalam suasana alkalis dan konsentrasi di
tentukan dengan ketepatan waktu pembacaan. Ada beberapa kelemahan dari cara tanpa
deproteinasi:
a. Pencampuran reagen kerja tidak dengan perbandingan 1:1 yang mengakibatkan hasil tinggi
palsu.
b. Adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi palsu.
Keuntungan cara deproteinasi adalah:
a. Waktu yang diperlukan cukup singkat (2 menit)
b. Sampel yang diperlukan hanya sedikit (100 mikro L)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Fokus Penelitian
a. Menguji efek pemberian serbuk tanduk rusa sambar terhadap peningkatan kadar ureum
dan kreatinin dalam darah mencit.
b. Menguji efek pemberian serbuk tanduk rusa dengan dosis 250 mg yang digunakan
masyarakat selama ini terhadap peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah
mencit.
c. Menentukan lama waktu pemberian serbuk tanduk rusa yang mulai menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah mencit.
d. Mengkaji pengaruh kenaikan dosis dan lama pemberian serbuk tanduk rusa terhadap
perubahan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
e. Menilai tingkat keamanan penggunaan serbuk tanduk rusa ditinjau dari dosis dan lama
pemberian.
4.2. Bahan yang Diteliti dan Pengambilan Sampel
Bahan yang akan diteliti adalah serbuk tanduk rusa sambar yang merupakan ranggah
muda atau tanduk yang berumur 40-60 hari. Sampel ini diambil di penangkaran rusa desa Api-
api, Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Sampel yang diteliti adalah
tanduk rusa sambar berumur 40-60 hari yang telah dibersihkan dan dipotong hingga berbentuk
kecil kemudian dikeringkan. Selanjutnya dilakukan proses penyerbukan hingga terbentuk serbuk
yang akan digunakan sebagai sampel penelitian.
4.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan pada September 2012 sampai dengan Desember 2012. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan di Laboratorium Kimia Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman, Samarinda.
4.4. Variabel dan Definisi Operasional
4.4.1. Variabel Penelitian
a. Dosis dan lama pemberian serbuk tanduk rusa sambar adalah variabel bebas.
b. Kadar ureum dan kreatinin adalah variabel terikat.
4.4.2. Definisi Operasional
a. Serbuk tanduk rusa sambar : Serbuk yang diperoleh dari tanduk rusa sambar yang
dipotong kecil-kecil lalu dipanaskan dan dilakukan proses penyerbukan.
b. Kreatinin : Hasil akhir metabolisme otot yang dieksresikan melalui ginjal.
c. Nilai absorbansi adalah pendeteksian instrumen terhadap indikator pengujian.
4.5. Peralatan dan Bahan Penelitian
4.5.1. Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah spektrofotometer UV-
Vis digunakan sebagai instrument dalam pembacaan serapan panjang gelombang serum, spoit
injeksi digunakan sebagai alat untuk memasukkan bahan uji secara oral, sentrifus digunakan
untuk menghasilkan serum darah, tabung reaksi digunakan sebagai wadah serum darah, pipet
mikro digunakan untuk pengambilan serum, timbangan digunakan untuk menimbang tikus, pisau
digunakan untuk bedah, dan kandang tikus.
4.5.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah aquadest sebagai pelarut,
alkohol sebagai antiseptik, mencit sebagai hewan uji, pakan tikus, dan reagen kreatinin
digunakan sebagai substrat.
4.6. Rancangan Penelitian
Tabel 4.1. Perlakuan Dosis Serbuk Tanduk Rusa sambar terhadap hewan uji
KETRU1 KETRU2 KETRU3
D1ETRU1 D1ETRU2 D1ETRU3
D2ETRU1 D2ETRU2 D2ETRU3
Keterangan :
KETRU1 : Perlakuan Kontrol Serbuk Tanduk Rusa Ulangan ke 1
Tabel 4.2. Perlakuan pengukuran kreatinin berdasarkan lama pemberian dengan dosis 1 dan 2
PKKt0 PKKt1 PKKt2 PKKt3
PKD1t0 PKD1t1 PKD1t2 PKD1t3
PKD2t0 PKD2t1 PKD2t2 PKD2t3
Keterangan :
PKKt0 : Pengukuran Kreatinin Kontrol Serbuk Tanduk Rusa Sambar pada minggu ke 0
4.7. Teknik Pengumpulan Data
4.7.1. Data dan Sumber Data
Data penelitian ini adalah kadar kreatinin dari hewan uji mencit. Data tersebut diperoleh
dari percobaan penelitian dengan pemberian serbuk tanduk rusa. Parameter yang diukur pada
penelitian ini adalah peningkatan kadar kreatinin pada hewan uji perlakuan yang akan
dibandingkan dengan kontrol.
Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan
4.7.2.
Pelaksanaan Penelitian
a. Pembuatan sampel uji
Disiapkan serbuk tanduk rusa dan dilarutkan dengan aquadest sesuai dengan dosis yang
akan diberikan, sehingga sampel uji menjadi sediaan dalam bentuk larutan.
Gambar 4.1. Skema Pembuatan sampel uji
b. Penyiapan Hewan Uji
Serbuk Tanduk Rusa
Dilarutkan dengan aquadest
Larutan sampel uji
Perlakuan Kadar Kreatinin (mg/dL)
Kelompok ReplikasiSebelum
PerlakuanHari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 21
Kontrol
1
2
3
n total
n rata-rata
Dosis 1
1
2
3
n total
n rata-rata
Dosis 2
1
2
3
n total
n rata-rata
Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus L) sebanyak 9 ekor,
jenis kelamin jantan, dewasa, usia 6-8 minggu, dengan berat badan sekitar 20-30 g dan
kondisi sehat fisik. Tahap ini mencit disiapkan sebagai hewan uji penelitian, mencit
ditempatkan pada ruangan yang berventilasi baik dan diberi pakan serta minum.
c. Penentuan Dosis Uji
Serbuk tanduk rusa dibuat 2 variasi dosis dengan menggunakan aquadest sebagai
pelarutnya. Dosis 1 yaitu dosis yang biasa dikonsumsi masyarakat 250 mg yang
dikonversi ke dosis mencit dan diperoleh sebanyak 0,91 mg dan dosis 2 yaitu dosis tinggi
merupakan dosis tiga kali lipat dari dosis yang biasa dikonsumsi masyarakat yaitu 750
mg yang dikonversi ke mencit dan diperoleh sebanyak 2,73 mg.
d. Pemberian Sampel Uji
Pada tahap pengujian diperlukan 9 ekor hewan uji. Mencit dipisahkan menjadi 3
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit yang terdiri dari:
1. Kelompok I (K), sebagai kelompok kontrol yang diberi makanan standar (pelet) dan
minum.
2. Kelompok II (P1), sebagai kelompok perlakuan 1 yang diberi makanan standar (pelet),
minum dan serbuk tanduk rusa sebanyak 0,91 mg (setiap hari selama 21 hari).
3. Kelompok II (P2), sebagai kelompok perlakuan 2 yang diberi makanan standar (pelet),
minum dan serbuk tanduk rusa sebanyak 2,73 mg (setiap hari selama 21 hari).
e. Pengambilan Sampel Darah
Masing-masing mencit dari semua kelompok dipuasakan selama 12 jam pengambilan
darah mencit dilakukan. Sampel darah dimasukkan kedalam tabung sentrifus dengan
kecepatan 1300 rpm selama 10 menit. Cairan bening (serum) di atas sel-sel darah yang
menggumpal selanjutnya diambil. Kemudian dilakukan pengukuran kadar kreatinin.
f. Pengukuran Kadar Kreatinin
Sampel (serum) yang telah disentrifuge dari masing-masing mencit ditambahkan
Reagen 1 (NaOH) dan didiamkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan Reagen 2
(Asam pikrat) dan didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dibaca absobansi pada menit
awal (A1) dan absorbansi pada menit kedua (A2).
Blanko adalah larutan yang dibuat dengan perlakuan sama seperti pada sampel
tetapi tidak mengandung komponen sampel sehingga digunakan aquadest sebagai
pengganti serum.
Baku adalah larutan yang dibuat dengan perlakuan sama seperti pada sampel dan
mengandung komponen sampel yang telah diketahui konsentrasinya sehingga digunakan
baku kreatinin sebagai pengganti serum.
Setelah dilakukan pengukuran absorbansi dengan Spektrofotometer pada panjang
gelombang 492 nm, selanjutnya data absorbansi yang dihasilkan dianalisis untuk
menentukan kadar kreatinin dalam darah mencit.