kreatinionteodas kreatinin

26
KREATININ I. TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin dalam serum. 2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. II. PRINSIP Prinsip pemeriksaan kreatininberdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat membentuk larutan kuning dalam suasana basa. Kreatinin + asam pikrat OHˉ kompleks kreatinin-pikrat (Janovski) (kuning-merah) III. TEORI Ginjal Ginjal adalah organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal berada di dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar 2 liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai melepaskannya melalui air seni (NIDDK, 2009).

Upload: ady-aly

Post on 14-Dec-2014

228 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

kreatinin

TRANSCRIPT

KREATININ

I. TUJUAN

1. Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin dalam serum.

2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.

II. PRINSIP

Prinsip pemeriksaan kreatininberdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat

membentuk larutan kuning dalam suasana basa.

Kreatinin + asam pikrat OHˉ kompleks kreatinin-pikrat (Janovski)

(kuning-merah)

III. TEORI

Ginjal

Ginjal adalah organ berbentuk kacang, dengan ukuran kepalan tangan. Ginjal berada di

dekat bagian tengah punggung, tepat di bawah tulang rusuk, satu di setiap sisi tulang

belakang. Setiap hari, proses ginjal seseorang sekitar 200 liter darah untuk menyaring sekitar 2

liter produk limbah dan air ekstra. Limbah dan air ekstra menjadi urin, yang mengalir ke

kandung kemih melalui tabung yang disebut ureter. Kandung kemih menyimpan urin sampai

melepaskannya melalui air seni (NIDDK, 2009).

Penghapusan sebenarnya limbah terjadi dalam unit kecil di dalam ginjal disebut

nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu juta nefron. Pada nefron, sebuah glomerulus-yang

merupakan pembuluh darah kecil, atau kapiler-intertwines dengan tabung urin-mengumpulkan

kecil yang disebut tubulus sebuah. Glomerulus bertindak sebagai unit penyaringan, atau

saringan, dan membuat protein normal dan sel-sel dalam aliran darah, sehingga cairan tambahan

dan limbah untuk melewati. Sebuah pertukaran kimia rumit berlangsung, sebagai bahan limbah

dan air meninggalkan darah dan memasuki sistem kemih (NIDDK, 2009).

Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting:

erythropoietin atau EPO, yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah

merah

renin, yang mengatur tekanan darah

calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan kalsium untuk tulang

dan untuk keseimbangan kimia yang normal dalam tubuh

(NIDDK, 2009).

Fungsi ginjal

Kesehatan profesional menggunakan "fungsi ginjal" untuk berbicara tentang bagaimana

efisien saringan darah ginjal. Orang dengan dua ginjal sehat memiliki 100 persen fungsi ginjal

mereka. Penurunan kecil atau ringan pada fungsi ginjal sebanyak 30 sampai 40 persen-akan

jarang terlihat. Fungsi ginjal sekarang dihitung dengan menggunakan sampel darah dan rumus

untuk mencari estimasi tingkat filtrasi glomerular (eGFR). Bertargetkan EGFR persen sesuai

dengan fungsi ginjal yang tersedia (NIDDK, 2009). 

Bagi banyak orang dengan fungsi ginjal berkurang, penyakit ginjal juga hadir dan akan

bertambah buruk. masalah kesehatan serius terjadi ketika orang memiliki kurang dari 25 persen

dari fungsi ginjal mereka. Bila fungsi ginjal turun di bawah 10 sampai 15 persen, seseorang

membutuhkan beberapa bentuk pengobatan terapi penggantian ginjal-baik darah-pembersihan

yang disebut dialisis atau transplantasi ginjal untuk mempertahankan hidup (NIDDK, 2009).

Penyebab Gagal ginjal

Sebagian besar penyakit ginjal menyerang nefron, menyebabkan mereka kehilangan

kapasitas penyaringan mereka. Kerusakan pada nefron bisa terjadi dengan cepat, sering sebagai

akibat dari cedera atau keracunan. Tetapi penyakit ginjal yang paling merusak nefron adalah

yang perlahan-lahan dan diam-diam. Hanya setelah tahunan atau bahkan puluhan tahun akan

terlihat jelas kerusakannya. Sebagian besar penyakit ginjal menyerang kedua ginjal secara

bersamaan (NIDDK, 2009).

Dua penyebab paling umum dari penyakit ginjal adalah diabetes dan tekanan darah

tinggi. Orang dengan riwayat keluarga apapun masalah ginjal juga di risiko untuk penyakit ginjal

(NIDDK, 2009).

Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan gagal ginjal yang tidak sepenuhnya

dipahami. Para peneliti masih mempelajari bagaimana protein dalam diet dan tingkat kolesterol

dalam darah mempengaruhi fungsi ginjal (NIDDK, 2009).

Tes medis mendeteksi penyakit ginjal

Karena seseorang dapat memiliki penyakit ginjal tanpa gejala, dokter mungkin pertama

mendeteksi kondisi melalui darah rutin dan tes urin. National Kidney Foundation

merekomendasikan tiga tes sederhana untuk skrining penyakit ginjal: tekanan darah pengukuran,

cek spot untuk protein atau albumin dalam urin, dan perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR)

berdasarkan pengukuran kreatinin serum. Mengukur urea nitrogen dalam darah memberikan

informasi tambahan (NIDDK, 2009).

Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit ginjal. Hal ini juga dapat menjadi

pertanda bahwa ginjal sudah terganggu. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah tekanan

darah seseorang tinggi adalah memiliki ukuran kesehatan profesional dengan tekanan darah

manset. Hasilnya adalah dinyatakan sebagai dua nomor.Nomor atas, yang disebut tekanan

sistolik, merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung berdetak. Nomor bawah,

yang disebut tekanan diastolik, memperlihatkan tekanan ketika jantung beristirahat di antara

berdetak. tekanan darah seseorang dianggap normal jika ia tetap di bawah 120/80, dinyatakan

sebagai "120 lebih dari 80." merekomendasikan ini NHLBI bahwa orang dengan menggunakan

ginjal penyakit apa saja terapi yang diperlukan, termasuk perubahan gaya hidup dan obat-obatan,

untuk menjaga tekanan darah mereka di bawah 130/80 (NIDDK, 2009).

Mikroalbuminuria dan proteinuria

Ginjal sehat mengambil limbah keluar dari darah tetapi meninggalkan protein. Gangguan

ginjal mungkin gagal untuk memisahkan protein darah yang disebut albumin dari limbah. Pada

awalnya, hanya sejumlah kecil albumin dapat bocor ke dalam urin, kondisi yang dikenal sebagai

mikroalbuminuria, tanda memburuknya fungsi ginjal.Sebagai fungsi ginjal memburuk, jumlah

albumin dan protein lain dalam urin meningkat, dan kondisi ini disebut proteinuria. Seorang

dokter mungkin tes untuk protein menggunakan dipstick di sebuah sampel kecil dari air seni

seseorang yang diambil di kantor dokter. Warna dipstick menunjukkan ada atau tidak adanya

proteinuria (NIDDK, 2009).

Sebuah tes yang lebih sensitif untuk protein atau albumin dalam urin meliputi

pengukuran laboratorium dan perhitungan rasio protein-to-kreatinin atau albumin-ke-

kreatinin. Kreatinin adalah produk limbah dalam darah diciptakan oleh kerusakan normal sel-sel

otot selama kegiatan. Ginjal sehat mengambil kreatinin darah dan memasukkannya ke dalam urin

untuk meninggalkan tubuh. Ketika ginjal tidak bekerja dengan baik, kreatinin menumpuk dalam

darah (NIDDK, 2009).

Pengukuran albumin-to-kreatinin harus digunakan untuk mendeteksi penyakit ginjal pada

orang yang berisiko tinggi, terutama mereka yang diabetes atau tekanan darah tinggi. Jika tes

laboratorium pertama seseorang menunjukkan tingkat tinggi protein, ujian lain harus dilakukan 1

sampai 2 minggu kemudian. Jika tes kedua juga menunjukkan tingkat tinggi protein, orang

tersebut memiliki proteinuria gigih dan harus memiliki tes tambahan untuk mengevaluasi fungsi

ginjal (NIDDK, 2009).

Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) Berdasarkan Pengukuran kreatinin

GFR adalah perhitungan seberapa efisien ginjal menyaring limbah dari

darah. Perhitungan GFR tradisional memerlukan suntikan ke dalam aliran darah zat yang

kemudian diukur dalam koleksi urin 24 jam. Baru-baru ini, ilmuwan menemukan mereka bisa

menghitung GFR tanpa koleksi suntikan atau urin. Perhitungan baru-eGFR-hanya membutuhkan

pengukuran kreatinin dalam sampel darah (NIDDK, 2009).

Di laboratorium, darah seseorang diuji untuk melihat berapa miligram kreatinin berada di

salah satu desiliter darah (mg/dL). kadar kreatinin dalam darah dapat bervariasi, dan

laboratorium masing-masing memiliki rentang normal sendiri, biasanya 0,6-1,2

mg/dL. Seseorang yang tingkat kreatinin hanya sedikit di atas rentang ini mungkin akan tidak

merasa sakit, tetapi elevasi adalah tanda bahwa ginjal tidak bekerja pada kekuatan penuh. Satu

rumus untuk mengestimasi fungsi ginjal menyamakan tingkat kreatinin 1,7 mg/dL untuk

kebanyakan pria dan 1,4 mg/dL untuk wanita paling sampai 50 persen dari fungsi ginjal

normal. Tetapi karena nilai kreatinin sangat variabel dan dapat dipengaruhi oleh diet,

perhitungan GFR lebih akurat untuk menentukan apakah seseorang telah mengurangi fungsi

ginjal (NIDDK, 2009).

Perhitungan eGFR menggunakan pengukuran kreatinin pasien bersama dengan usia dan

nilai ditugaskan untuk seks dan ras. Beberapa laboratorium medis mungkin membuat

perhitungan eGFR ketika nilai kreatinin diukur dan menyertakannya pada laporan

laboratorium. National Kidney Foundation telah menetapkan berbagai tahap CKD berdasarkan

nilai eGFR. Dialisis atau transplantasi diperlukan ketika eGFR kurang dari 15 mililiter per menit

(mL/menit) (NIDDK, 2009).

Variabel utama yang menggambarkan efisiensi ginjal dalam pembuangan zat sisa

metabolisme adalah laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate [GFR]). Tes yang paling

sering digunakan untuk mengukur GFR adalah pengukuran kreatinin serum, yang merupakan

hasil akhir metabolisme otot lurik (kadarnya lebih tinggi pada individu dengan massa otot yang

besar). Hubungan antara kreatinin serum dan GFR tidak linear, dan sangatlah penting untuk

mengetahui bahwa penurunan GFR yang signifikan dapat terjadi sebelum terjadinya kenaikan

kreatinin serum. Apabila diduga ada gangguan GFR, tidaklah cukup mengandalkan kreatinin

plasma, sebaiknya digunakan metode pengukuran GFR lain yang lebih akurat seperti bersihan

kreatinin (creatinine clearance). Prinsip dasar dari metode pengukuran ini adalah bahwa

kreatinin merupakan suatu molekul inert yang difiltrasi secara pasif oleh ginjal, dan GFR dapat

dihitung dengan mengetahui jumlah kreatinin urin (UrinCr) dan konsentrasi kreatinin plasma (PCr)

selama 24 jam dengan rumus:

GFR = (UrinCr x Volume urin)/PCr

(Davey, 2005).

Pengukuran bersihan kreatinin biasanya cukup akurat dalam praktik klinis sehari-hari,

walaupun penghitungan GFR dengan cara ini dapat memberi hasil yang lebih besar dari pada

GFR sebenarnya sampai 100% pada penyakit ginjal yang parah, akibat sekresi kreatinin pleh

tubulus ginjal (sehingga terjadi estimasi yang berlebih dari jumlah kreatinin urin yang dihasilkan

dari filtrasi glomerulus) (Davey, 2005).

Apabila fungsi glomerulus semula normal atau hampir normal, peningkatan sejati

kreatinin plasma sebesar 0,5 mg/dL mencerminkan terjadinya perubahan laju filtrasi glomerulus

sampai 40%. Kadar kreatinin plasma normal rendah; angka bervariasi sesuai laboratorium dan

metode yang digunakan, tetapi tidak pernah lebih tinggi daripada 1,5 mg/dL. Pada gangguan

ginjal yang berat, kreatinin plasma bervariasi jauh lebih besar apabila terjadi sedikit perubahan

pada bersihan, dan batas kepercayaan (confidence limits) terhadap pemeriksaan menimbulkan

efek relatif yang lebih kecil daripada angka absolut yang diamati (Sacher, 2004).

Blood Urea Nitrogen (BUN)

Darah membawa protein ke sel-sel di seluruh tubuh. Setelah sel-sel menggunakan

protein, produk limbah sisa dikembalikan ke darah sebagai urea, suatu senyawa yang

mengandung nitrogen. Ginjal sehat mengambil urea keluar dari darah dan memasukkannya ke

dalam urin. Jika ginjal seseorang tidak bekerja dengan baik, urea akan tetap dalam darah

(NIDDK, 2009).

Sebuah desiliter darah normal mengandung 7-20 mg urea. Jika BUN seseorang lebih dari

20 mg/dL, ginjal tidak dapat bekerja pada kekuatan penuh.kemungkinan penyebab lainnya,

dengan BUN tinggi termasuk dehidrasi dan gagal jantung (NIDDK, 2009).

Pengujian tambahan untuk Penyakit Ginjal

Jika darah dan tes urine menunjukkan penurunan fungsi ginjal, dokter dapat

merekomendasikan tes tambahan untuk membantu mengidentifikasi penyebab masalah (NIDDK,

2009).

Ginjal imaging.

Metode ginjal pencitraan-mengambil gambar dari ginjal-termasuk USG terkomputerisasi,

tomography (CT) scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Alat-alat yang paling

membantu dalam menemukan pertumbuhan yang tidak biasa atau hambatan pada aliran urin

(NIDDK, 2009).

Biopsi ginjal. 

Seorang dokter mungkin ingin memeriksa sepotong kecil jaringan ginjal dengan

mikroskop. Untuk mendapatkan sampel jaringan, dokter akan melakukan biopsi ginjal-prosedur

rumah sakit di mana dokter memasukkan jarum melalui kulit pasien ke bagian belakang

ginjal. Jarum mengambil sehelai jaringan kurang dari satu inci panjang. Untuk prosedur, pasien

berbaring menelungkup di meja dan menerima anestesi lokal untuk kulit mati rasa. Jaringan

sampel akan membantu dokter mengidentifikasi masalah di tingkat sel (NIDDK, 2009).

Kreatinin

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat

dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin

phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate)

dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim

kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah

secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan

diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).

Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa

otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga

menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera

fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot

(Riswanto, 2010).

Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan

untuk menjadi indikator yang cukup handal fungsi ginjal (Siamak, 2009).

Sebagai ginjal menjadi cacat dengan alasan apapun, tingkat kreatinin dalam darah akan

naik karena clearance miskin oleh ginjal. Abnormal tingkat tinggi kreatinin sehingga

memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan inilah standar

tes darah secara rutin memeriksa jumlah kreatinin dalam darah.Sebuah ukuran yang lebih tepat

dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari

tubuh oleh Ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).

Seseorang dengan hanya satu ginjal mungkin memiliki tingkat normal sekitar 1,8 atau

1,9. Kreatinin tingkat yang mencapai 2.0 atau lebih pada bayi dan 10,0 atau lebih pada orang

dewasa dapat menunjukkan kerusakan ginjal yang parah dan kebutuhan untukdialisis mesin

untuk menghilangkan kotoran dari darah(Siamak, 2009).

Kondisi yang merusak fungsi ginjal mungkin akan menaikkan tingkat kreatinin dalam

darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal

ginjal, azotemia) adalah lama atau baru (Siamak, 2009).

Bersihan Kreatinin

Definisi. Laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari

kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit (Ansel, 2006).

Pernyataan. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit (Ansel, 2006).

Pembahasan. Karena kreatinin dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal, maka

menurunnya kinerja ginjal akan menyebabkan peningkatan kreatinin serum akibat berkurangnya

laju bersihan kreatinin. Rentang kreatinin serum orang dewasa normal adalah 0,7 hingga 1,5

mg/dL, dan nilai kreatinin serum di atas 1,5 mg/dL menunjukkan terjadinya infusiensi ginjal.

Persamaan Cockcroft-Gault paling sering digunakan untuk menghitung bersihan kreatinin karena

memperhitungkan kreatinin serum pasien, bobot badan, jenis kelamin, dan usia, seperti

diperlihatkan berikut ini:

Untuk pria:

CrCl (mL/menit

= (140−usia dalam tahun ) x Bobot badan dalam kg

72 x Kreatinin serum dalam mg /dL

Untuk wanita:

CrCl = 0,85 x CrCl untuk pria (Ansel, 2006).

Meskipun demikian, persamaan ini dapat menjadi tidak akurat untuk pasien yang gemuk

atau yang fungsi ginjalnya menurun dengan cepat, sehingga mungkin dibutuhkan analisis fungsi

ginjal yang lebih mendalam. Pada beberapa kasus, penyesuaian bersihan kreatinin pasien

terhadap luas permukaan tubuh mungkin perlu dilakukan untuk mempertimbangkan

kemungkinan penggunaan variabel ini dalam penentuan dosis obat. Untuk itu, dibutuhkan luas

permukaan tubuh pasien dalam rumus di bawah ini:

BSA (m2)1,73 m2 x CrCl=CrCl yangdisesuaikan (Ansel, 2006).

Penerapan dalam farmasi. Bersihan kreatinin penting diketahui karena banyak obat yang

dieliminasi oleh ginjal. Jika fungsi ginjal pasien menurun, laju eliminasi obat untuk disekresikan

di urin juga akan menurun, disertai dengan peningkatan konsentrasi plasma. Peningkatan

konsentrasi obat dalam plasma yang signifikan dapat menyebabkan obat mencapai kadar

toksiknya; oleh karena itu, dosis mungkin perlu disesuaikan dengan berkurangnya eliminasi obat

(Ansel, 2006).

Cara Pengujian

Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5

ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube) atau tabung bertutup hijau

(heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang

dikonsumsi oleh penderita yang dapt meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada

pembatasan asupan makanan atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji

dilakukan, penderita dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah (Riswanto, 2010).

Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan spektrofotometer,

fotometer atau analyzer kimiawi (Riswanto, 2010).

Darah diambil dari vena, biasanya dari bagian dalam siku atau bagian belakang

tangan. Situs ini dibersihkan dengan obat pembunuh kuman (antiseptik). Penyedia perawatan

kesehatan membungkus sebuah band elastis di sekitar lengan atas untuk menerapkan tekanan ke

daerah tersebut dan membuat bengkak vena dengan darah (National Institutes of Health, 2007).

Selanjutnya, penyedia perawatan kesehatan lembut memasukkan jarum ke dalam

vena. Darah mengumpulkan ke dalam botol kedap udara atau tabung melekat pada jarum. Band

elastis dihapus dari lengan Anda. Sekali darah telah dikumpulkan, jarum akan dihapus, dan situs

tusukan tertutup untuk menghentikan pendarahan apapun (National Institutes of Health, 2007).

Pada bayi atau anak-anak muda, alat yang tajam yang disebut lanset dapat digunakan

untuk menusuk kulit dan membuatnya berdarah. Darah mengumpulkan ke dalam tabung gelas

kecil yang disebut pipet, atau ke strip slide atau tes. pembalut mungkin ditempatkan atas wilayah

tersebut jika ada perdarahan apapun (National Institutes of Health, 2007).

Persiapan Uji

Penyedia perawatan kesehatan mungkin mengatakan kepada Anda untuk berhenti minum

obat tertentu yang dapat mempengaruhi pengujian. obat tersebut mencakup:

Aminoglikosida (misalnya, gentamisin)

Cimetidine

Obat kemoterapi berat logam (misalnya, Cisplatin)

Ginjal merusak obat-obatan seperti sefalosporin (misalnya, cefoxitin)

Trimethoprim (National Institutes of Health, 2007).

Uji Will Feel

Ketika jarum dimasukkan untuk mengambil darah, beberapa orang merasa nyeri sedang,

sementara yang lain merasa hanya tusukan atau sensasi menyengat. Setelah itu, mungkin ada

beberapa berdenyut (National Institutes of Health, 2007).

Tujuan Pengujian

Pengujian dilakukan untuk mengevaluasi fungsi ginjal. Kreatinin dikeluarkan dari tubuh

sepenuhnya oleh ginjal. Jika fungsi ginjal normal, kadar kreatinin akan meningkat dalam darah

(karena kreatinin kurang dilepaskan melalui urin Anda). Tingkat kreatinin juga bervariasi

berdasarkan ukuran seseorang dan massa otot (National Institutes of Health, 2007).

Normal Hasil

DEWASA : Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dl. Perempuan : 0,5-1,0 mg/dl. (Wanita sedikit lebih rendah

karena massa otot yang lebih rendah daripada pria) (Riswanto, 2010).

ANAK : Bayi baru lahir : 0,8-1,4 mg/dl. Bayi : 0,7-1,4 mg/dl. Anak (2-6 tahun): 0,3-0,6

mg/dl. Anak yang lebih tua : 0,4-1,2 mg/dl. Kadar agak meningkat seiring dengan bertambahnya

usia, akibat pertambahan massa otot(Riswanto, 2010).

LANSIA : Kadarnya mungkin berkurang akibat penurunan massa otot dan penurunan produksi

kreatinin(Riswanto, 2010).

Hasil Abnormal

Tingkat yang lebih tinggi dari normal dapat menunjukkan:

Akut tubular nekrosis

Dehidrasi

Diabetes nefropati

Eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi kejang)

Glomerulonefritis

Gagal ginjal

Penyakit otot menyusun

Preeklampsia (kehamilan-induced hipertensi)

Pielonefritis

ginjal Berkurangnya aliran darah (syok, gagal jantung kongestif)

Rhabdomyolysis

Obstruksi saluran kemih

(National Institutes of Health, 2007).

Tingkat lebih rendah dari normal dapat menunjukkan:

Muscular dystrophy (tahap akhir)

Myasthenia gravis

(National Institutes of Health, 2007).

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium

Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.

Kehamilan

Aktivitas fisik yang berlebihan

Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

(Riswanto, 2010).

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat

Alat sentrifugasi

Kuvet

Mikropipet

Spektrofotometri UV-Visibel

Tabung sentrifugasi

Bahan

Larutan asam pikrat

Larutan deproteinase

Larutan natrium hidoksida 0,5 N

Larutan sampel (serum)

Larutan standar

V. PROSEDUR

Disiapkan sebanyak lima buah kuvet. Kuvet I berisi blanko, yaitu larutan deproteinase 1,5

ml, larutan natrium hidroksida 0,5 N 500 µl, dan asam pikrat 500 µl, lalu diaduk dan didiamkan

selama 15 menit. Kemudian ke dalam tabung sentrifugasi I dibuat larutan standar berisi 200 µl

larutan standar dan 3 ml larutan deproteinase, dicampur homogen. Lalu, ke dalam tabung

sentrifugasi II dibuat larutan sampel yang berisi 200 µl serum dan 3 ml larutan deproteinase,

dicampur homogen. Kemudian larutan dalam kedua tabung sentrifugasi tersebut disentrifugasi

selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Setelah itu, supernatan hasil sentrifugasi tabung

sentrifugasi I dan II dipipet sebanyak 1,5 ml masing-masing ke dalam kuvet II (standar) dan III

(sampel). Ke dalam masing-masing kuvet ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,5 N 500 µl

dan asam pikrat 500 µl. lalu dicampur homogen dan didiamkan selama 15 menit pada suhu

ruang. Setelah itu, masing-masing kuvet (blanko, standar, dan sampel) diukur serapannya pada

panjang gelombang maksimum yaitu 546 nm menggunakan spektrofotometri UV-Visibel. Untuk

sampel, dilakukan duplo. Dibuat tabel data pengamatan dan dihitung kadar kreatinin pada

sampel. Hasil pemeriksaan kreatinin yang diperoleh diinterpetasikan.

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Data Pengamatan

Keterangan Absorbansi Rata-rata Absorbansi Sampel

Blanko 0 -Standar 0.041 -

Sampel 1 0.032 0.033Sampel 2 0.034

Perhitungan

Konsentrasi kreatinin (md/dL) = A sampelA standar

×2 mg /dL

0.0330.041

× 2mg /dl=1.609 mg /dL

Konsentrasi kreatinin (µmol/L) = A sampelA standar

×177 µmol /L

0.0330.041

× 177 µmol / L=142.463 µmol / L

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali akan dibahas mengenai kreatinin. Tujuan dari pratikum ini yaitu

melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan test kreatinin dalam serum dan

menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. Penentuan kreatinin serum dapa

menggunakan metode Jaffe. Metode Jaffe dapat dilakukan dengan deproteinisasi maupun tanpa

deproteinisasi. Maksud dari deproteinisasi adalah sebelum melakukan pemeriksaan, protein

dalam sampel dipisahkan dahulu..Beberapa perbedaan antara pemeriksaan protein deproteinisasi

dengan tanpa deproteinisasi

Deproteinisasi

1. Penggunaan asam pikrat dan NaOH secara terpisah

2. Pembacaan secara fotometris menggunakan cara end point

3. Mudah dipengaruhi oleh warna serum

4. Urutan pengerjaan menjadi lebih panjang karena melakukan centrifuge untuk

memisahkan endapan protein

Tanpa deproteinisasi

1. Asam pikrat dan NaOH dicampur sebelum ditambah sampel

2. Pembacaan secara fotometris menggunakan cara Fixed time

3. Hasil serum /plasma harus dikoreksi dengan 0.3 mg/dl

Prinsip dari pemeriksaan kreatinin, dalam suasana alkalis, kreatinin bila ditambah asam pikrat

akan membentuk suatu warna komplek yang berwarna kuning-orange. Intensitas warna

sebanding dengan kansentrasi dan dapat diukur secara fotometri. Penentuan secara fixed time

kinetik dapat meminimalisir pengaruh billirubin dalam sampel.

Dalam pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan pemeriksaan kreatinin dan pemeriksaan

ureum. Namun, pemeriksaan kreatinin lebih efektif digunakan untuk pemeriksaan fungsi ginjal

karena kadar ureum dalam plasma meningkat sesuai dengan konsumsi makanan yang memiliki

nilai protein yang tinggi, sedangkan kreatinin tidak dipengaruhi dengan jumlah makanan yang

dikonsumsi.

Sebelum memulai praktikum reagensia harus di pra-inkubasikan terlebih dahulu pada

suhu konstan selama 10 menit karena reaksi yang terjadi sangat sensitive terhadap perubahan

suhu. Oleh karena itu, reagensia harus disimpan pada penangas es.

Untuk test kreatinin, hal yang pertama kali dilakukan adalah membuat larutan blanko,

larutan standard, dan larutan sampel. Untuk membuat larutan standard, dipipet sebanyak 200 µL

larutan standard dan ditambahkan dengan 3 mL larutan deproteinase. Tujuan penambahan

deproteinase adalah untuk menghilangkan protein yang ada dalam larutan karena jika terdapat

protein akan mengganggu hasil pemeriksaan. Selanjutnya larutan standard tersebut disentrifugasi

selama 5-10 menit dan kecepatan 2500 rpm dengan tujuan agar larutan deproteinase dapat

bekerja secara sempurna mengendapkan protein yang terdapat dalam larutan.

Selanjutnya dibuat larutan sampel dengan cara mencampurkan larutan sampel serum

sebanyak 200 µL dengan larutan deproteinase sebanyak 3 mL. Selanjutnya larutan sampel

tersebut disentrifugasi selama 5-10 menit dengan kecepatan 2500 rpm.

Larutan standard dan larutan sampel yang telah disentrifugasi dipisahkan antara endapan

dan supernatantnya. Diambil sebanyak 1,5 mL supernatant dari larutan standard dan dimasukkan

kedalam kuvet. Kemudian ditambahkan dengan 500 µL NaOH dan 500 µL asam pikrat. Hal

yang sama pun dilakukan untuk supernatant dari larutan sampel. Supernatant sampel diambil

sebanyak 1,5 mL dan ditambahkan dengan 500 µL NaOH dan 500 µL asam pikrat.

Disamping itu, dibuat juga larutan blanko yaitu dengan cara mencampurkan larutan

deproteinase sebanyak 1,5 mL dengan 500 µL NaOH dan 500 µL asam pikrat di dalam kuvet.

Tujuan penambahan asam pikrat pada semua larutan adalah untuk mereaksikan kreatinin agar

terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test kreatinin yaitu

berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat membentuk larutan kuning.

Selain itu, ke dalam semua larutan juga ditambahakan dengan NaOH. Hal ini bertujuan

untuk membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dapat

menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan harus dalam suasana basa. Jika

tidak terbentuk larutan kompleks berwarna kuning, maka kreatinin tidak dapat diuji dengan

menggunakan metode spektrofotometri Uv-vis. Jadi suasana larutan dibuat basa dengan

penambahan NaOH.

Setelah larutan blanko, larutan standard, dan larutan sampel selesai dibuat, selanjutnya

dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer Uv-vis. Panjang

gelombang yang diperoleh untuk pengukuran kreatinin yaitu pada 520 nm. Panjang gelombang

520 nm merupakan panjang gelombang maksimum untuk pengukuran kreatinin.

Pada umumnya pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium klinik menggunakan alat

spektrofotometer UV-Visibel. Pada pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer, terlebih

dahulu dilakukan pemilihan panjang gelombang untuk pengukuran. Panjang gelombang untuk

pengukuran, dipilih panjang gelombang yang menunjukkan nilai absorpsi maksimum.

Keuntungan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer yaitu : Mempunyai

sensitivitas yang relative tinggi, pengerjaanya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan

cepat, dan mempunyai spesifisitas yang relative tinggi.

Spesifisitas diperoleh dengan mereaksikan sampel yang diperiksa dengan pereaksi yang

sesuai, kemudian membentuk warna yang berbeda, atau dengan pemisahahn analitis menjadi

reaksi pembentukan warna.

Prinsip dari spektrofotometri yaitu jika suatu molekul dikenai suatu radiasi

elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi molekul tersebut ditingkatkan ke

level yang lebih tinggi, maka terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul.

Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya

molekul yang menyerap radiasi, sehingga spectra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif.

Pada spektrum UV-Vis ini yang memberikan serapan karena adanya gugus kromofor

pada suatu senyawa. Gugus kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa

organic yang mampu menyerap sinar UV dan sinar tampak. Selain itu juga ada yang dinamakan

gugus ausokrom yang merupakan gugus fungsional yang mempunyai elekton bebas seperti OH -,

O-, dan CH3O- yang memberikan transisi n → π* . Terikatnya gugus ausokrom pada gugus

kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorbs menuju ke panjang gelombang yang lebih

besar (batochromic) disertai dengan peningkatan intensitas yang disebut hiperkromik

Hukum lambert-beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat berbanding lurus dengan

jumlah cahaya yang diabsorpsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma cahaya yang

ditranmisikan.

A=abc=log100% T

=2−log %T

Dimana :

A = absorban.

a = absorptivitas.

b = jalannya sinar pada larutan.

c = konsentrasi.

T = Transmitan.

Transmitans (T) didefinisikan sebagai rasio cahaya yang ditransmisikan (I) terhadap

cahaya yang dating (Io).

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer Uv-vis didapatkan

absorbansi untuk larutan blanko sebesar 0, untuk larutan standard didapat absorbansi sebesar

0.041, untuk larutan sampel satu sebesar 0.032, dan larutan sampel dua sebesar 0.034. absorbansi

dari kedua sampel dirata-ratakan dan dihasilkan absorbansi larutan sampel sebesar 0.033.

Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar kreatinin adalah: Amfoterisin B,

sefalosporin (sefazolin, sefalotin), aminoglikosid (gentamisin), kanamisin, metisilin, simetidin,

asam askorbat, obat kemoterapi sisplatin, trimetoprim, barbiturat, litium karbonat, mitramisin,

metildopa, triamteren.

Dari hasil absorbansi yang diperoleh, dapat dihitung konsentrasi kreatinin dengan

menggunakan rumus :

Konsentrasi kreatinin (md/dL) = A sampelA standar

×2 mg /dL

Dari perhitungan tersebut, diperoleh konsentrasi kreatinin sebesar 1.609 mg /dL atau 142.463

µmol/L. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium:

Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum.

Kehamilan

Aktivitas fisik yang berlebihan

Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.

VIII.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinik, kadar kreatinin plasma pasien adalah sebesar 1.609 mg/dL

atau 142.463 µmol/L. Hal ini mengindikasikan bahwa pasien menderita kelainan fungsi ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., dan S. J, Prince. 2006. Kalkulasi Farmasetik: Panduan untuk Apoteker. Penerbit

buku kedokteran EGC. Jakarta.

Davey, P. 2005. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Riswanto. 2010. Kreatinin Darah (Serum). Tersedia online di:

http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/kreatinin-darah-serum.html. [diakses

tanggal 11 November 2010]

National Institutes of Health. 2007. Creatinine Blood. Available online at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003475.htm. [diakses tanggal 11

November 2010]

NIDDK. 2009. The Kidneys and How They Work. Available online at:

http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/yourkidneys/ [diakses tanggal 11 November

2010]

Sacher, R. A., dan R. A, McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium.

Edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Siamak, N. 2009. Creatinin Blood Test. Available online at:

http://www.medicinenet.com/creatinine_blood_test/article.htm. [diakses tanggal 11

November 2010]