laporan analisis kreatinin dan allantoin pada sapi perah

80

Click here to load reader

Upload: andina-pratiwi

Post on 14-Aug-2015

480 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

Analisis Kreatinin dan Allantoin pada Sapi Perah dengan waktu pengambilan yang berbeda

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWI

BOGOR

Oleh,

Andina Pratiwi

NIS 09. 55.06373

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor

Bogor

2013

Page 2: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI BALAI

PENELITIAN TERNAK CIAWI

Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor

Tahun Ajaran 2012/2013

Oleh

Andina Pratiwi

095506373

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor

Bogor

2013

Page 3: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh:

Pembimbing I,

Dr. Elizabeth Wina, M.Sc

NIP. 19600619 198303 2 001

Pembimbing II,

Dwika Riandari, M.Si

NIP. 19660726 200212 2 001

Disahkan oleh:

Kepala Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor,

Dra. Hadiati Agustine

NIP 19570817 198103 2 002

Page 4: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat serta hidayah-Nya, pembuatan laporan yang merupakan salah satu

syarat untuk mengikuti ujian akhir pada semester VIII Sekolah Menengah Analis

Kimia Bogor tahun 2012/2013 dapat berjalan dengan lancar. Laporan ini disusun

sebagai bukti pertanggungjawaban penyusun selama melakukan Praktek Kerja

Industri di Balai Penelitian Ternak dari tanggal 12 november 2012 – 4 maret

2013.

Selama melakukan Praktek Kerja Industri, penyusun mendapatkan

banyak sekali pengalaman kerja. Laporan ini menekankan pada “Analisis

Kreatinin Dan Allantoin dalam Urin Sapi Perah Betina Pada Waktu Pengambilan

Yang Berbeda ”

Secara garis besar, laporan ini terdiri dari pendahuluan, institusi tempat

Praktik Kerja Industri, kegiatan di laboratorium, hasil dan pembahasan, serta

simpulan dan saran.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih atas dukungan dan

bimbingan yang telah diberikan kepada :

1. Ibu Dra. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor

2. Bapak Helmi Hamid, Selaku Kepala Lab Pakan yang telah memberikan

pengarahan dan fasilitas selama penulis melaksanakan prakerin.

3. Bu Dr. Elizabeth Wina, M.Sc. selaku pembimbing institusi yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan

prakerin

4. Bu Ema,Bu Nila, dan Teh Eka selaku analis laboratorium di perusahaan

yang senantiasa membimbing dalam pelaksanaannya serta memberikan

pendidikan dan perhatiannya yang begitu berguna selama penulis

melaksanakan prakerin.

iv

Page 5: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

5. Ibu Amilia Sari Ghani, S.S. beserta seluruh staf kerjasama.

6. Ibu Dwika Riandari, M.Si. selaku pembimbing di Sekolah Menengah

Analis Kimia Bogor.

7. Segenap staf karyawan dan Guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan –

SMAK Bogor yang telah memberikan bekal pelajaran yang sangat

berguna dalam melaksanakan Prakerin.

8. Tak lupa kepada yang tersayang Bapak,Ibu dan Mas Aldy, dan seluruh

keluarga atas perhatian, doa, dan dukungan.

9. Rekan seperjuangan Shendiane Rimandani untuk dukungan yang

diberikan selama prakerin berlangsung.

10. Galih Cahya Putra atas perhatian,dukungan, dan semangat yang selalu

diberikan.

11. Windu ( Rima, Ayu, Didil, Kiki) dan sahabat yang tidak bisa disebutkan

satu persatu, Terima kasih atas dukungan yang selalu diberikan.

12. Semua teman-teman Fosgena Survivor atas dukungan dan perhatiannya

selama ini.

13. Serta para senior yang senantiasa membagi pengalamannya.

14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar

lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan agar

semua tugas yang penyusun laksanakan selama ini mendapat pahala dari Allah

SWT dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, 28 Februari 2013

Penulis,

v

Page 6: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................iv

DAFTAR ISI...............................................................................................vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................viii

DAFTAR GRAFIK...................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Praktik Kerja Industri.........................................................................1

C. Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin...........................................................1

BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN...................................................3

A. Sejarah Berdirinya.........................................................................................3

C. Tugas dan Fungsi.........................................................................................5

D. Program Penelitian........................................................................................5

F. Fasilitas Pendukung Penelitian...................................................................12

G. Kepegawaian..............................................................................................12

I. Publikasi Terbitan BALITNAK.....................................................................13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN KEGIATAN DI LABORATORIUM. 14

A. Latar Belakang............................................................................................14

C. Allantoin......................................................................................................17

D. Instrumentasi...............................................................................................18

BAB IV METODE.....................................................................................26

A. Metode Pengambilan Contoh.....................................................................26

B. Metode Analisis...........................................................................................26

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................32

A. Hasil............................................................................................................32

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................37

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................39

vi

Page 7: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Zat Dalam Urin Sapi............................................................16

Tabel 2. Kadar Kreatinin Hari Pertama Pengambilan Contoh..............................32

Tabel 3. Kadar Kreatinin pada Hari Kedua Pengambilan Contoh........................33

Tabel 4. Hasil Kadar Allantoin pada Hari Pertama Pengambilan.........................34

Tabel 5. Hasil Kadar Allantoin pada Hari kedua Pengambilan Contoh................34

Tabel 6. Deret Standar Kreatinin..........................................................................42

Tabel 7. Deret Standar Allantoin..........................................................................43

vii

Page 8: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh Sapi Perah Jenis Friesian Holstein........................................15

Gambar 2. Struktur Kreatinin................................................................................16

Gambar 3. Struktur Allantoin................................................................................17

Gambar 4. Intensitas Cahaya antar Media...........................................................19

Gambar 5. Diagram Sistem Monokromator Prisma.............................................22

Gambar 6 Diagram Sistem Monokromator Grating..............................................22

Gambar 7. Bagan ALat Spektrofotometer Sinar Tunggal....................................24

Gambar 8. Bagan Spektrofotometer Sinar Ganda...............................................24

viii

Page 9: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kadar Kreatinin Pada 12 Sapi yang Berbeda........................................33

Grafik 2. Kadar Allantoin pada 12 Sapi yang Berbeda.........................................35

Grafik 3. Grafik Deret Standar Kreatinin...............................................................42

Grafik 4. Grafik Deret Standar Allantoin...............................................................43

ix

Page 10: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Penelitian Ternak.....................................41

Lampiran 2 Standar Kreatinin dan Allantoin.........................................................41

Lampiran 3 Data Analisis.....................................................................................44

x

Page 11: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan salah satu program kurikulum

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor untuk menciptakan tenaga

analis kimia siap pakai. Pelaksanaan Prakerin dibantu sepenuhnya oleh

balai atau lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan industri yang

berhubungan dengan bidang kimia.

Dalam program ini penyusun mendapatkan kesempatan melaksanakan

kegiatan Prakerin selama tiga bulan, yaitu mulai tanggal 12 November 2012

sampai tanggal 3 Maret 2013 di Balai Penelitian Ternak Ciawi.

B. Tujuan Praktik Kerja Industri

Tujuan dari Praktik Kerja Industri (Prakerin) ialah

a. Meningkatkan kemampuan, memperluas dan memantapkan

keterampilan kerja siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan

kerja yang sesuai dengan program studi kimia analisis.

b. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan

teknologi baru dari lapangan kerja ke sekolah dan sebaliknya.

c. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan pendidikan di Sekolah Menegah Analis Kimia.

d. Memberikan peluang untuk penempatan lulusan dan kerjasama.

C. Tujuan Pembuatan Laporan Prakerin

a. Memantapkan siswa dalam mengembangkan ilmu yang didapat di

sekolah dan diterapkan di tempat Prakerin.

b. Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah

analisis kimia lebih rinci dan mendalam (seperti apa yang terungkap

dalam laporan Prakerin yang dibuatnya).

c. Dapat mengumpulkan informasi-informasi yang berguna bagi

kepentingan sekolah dan siswa sendiri (penulis).

1

Page 12: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

d. Dapat menambah koleksi perpustakaan sekolah dan siswa sendiri,

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan bagi siswa dan peminat

lainnya.

e. Siswa dapat membuat laporan kerja dan

mempertanggungjawabkannya.

2

Page 13: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

BAB II

INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN

A. Sejarah Berdirinya

Balai Penelitian Ternak dengan akronim (BALITNAK) adalah instansi

pemerintah dengan mandate nasional merupakan hasil gabungan dua Unit

Kerja dibidang Peternakan yaitu Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) di

Bogor dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi pada

tahun 1981.

Balitnak merupakan Unit Pelaksana Teknis dibawah koordinasi dan

binaan Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan yang bernaung

dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen

Pertanian. Didirikan di areal seluas 22 ha di Desa Banjarwaru, Kecamatan

Ciawi, Kabupaten Bogor ±13 km Selatan kota Bogor ke arah Bandung pada

ketinggian tempat ±500 m di atas permukaan laut dengan curah hujan antara

3.500-4.000 mm/tahun.

Sejalan dengan perkembangannya, sejak didirikan hingga saat ini telah

beberapa kali mengalami perubahan nama yaitu :

1. Lembaga Penelitian Peternakan (LPP) di Bogor:

a. 1950, Awal didirikannya bernama Balai Peternakan Umum (BPU)

b. 1952, Balai Penyelidikan Peternakan (BPP)

c. 1956, Pusat Balai Penyelidikan Peternakan (PBPP)

d. 1961, Lembaga Penelitian Peternakan (LPP)

e. 1966, Lembaga Peternakan (LP)

f. 1967-1980, Lembaga Penelitian Peternakan (LPP)

1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) di Ciawi

a. 1974, Awal didirikannya bernama Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan (P4) merupakan Proyek Kerjasama

dibidang Peternaan antara Pemerintah Indonesia dan Australia yang

3

Page 14: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

ditandatangani pada tanggal 4 Desember 1974 untuk jangka waktu 10

tahun.

b. 1978, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak (P3T) yag

diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 13

Novembe 1978 dan dihadiri oleh Perdana Mentri Australia serta

pejabat tinggi kedua Negara.

c. 1981, Penggabungan LPP dan P3T secara resmi menjadi Balai

Penelitian Ternak (BPT) dan sekaligus pelimpahan kedudukan BPT

yang semula di baah Direktorat Jenderal Peernakan menjadi di bawah

Badan Litbang Pertanian.

d. 1984-hingga saat ini, Balai Penelitian Ternak (BALITNAK).

B. Visi dan Misi

Balai Penelitian Ternak memiliki visi, yaitu pada tahun 2014 menjadi

lembaga penelitian peternakan berkelas dunia dalam menghasilkan inovasi

teknologi peternakan mendukung terwujudnya sistem pertanian industrial.

Adapun misi Balitnak, yaitu:

1. Menghasilkan inovasi teknologi peternakan yang berdaya saing dan

berwawasan lingkungan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan

mendukung program strategis Kementrian Pertanian.

2. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya yang berkaitan dengan sistem

produksi peternakan.

3. Mendiseminasikan hasil-hasil inovasi teknologi peternakan.

4. Membangun jaringan kerjasama dan pertukaran informasi teknologi

peternakan, dan

5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana, dan prasarana

penunjang kegiatan penelitian peternakan.

4

Page 15: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

C. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 71/KPts/OT.210/1/2002 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit-Unit Pelaksana Teknis Badan

Litbang Pertanian, Balai Penelitian Ternak adalah unit pelaksana teknis

dibidang penelitian dan pengembangan yang berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian Ternak dipimpin oleh seorang

Kepala Balai.Balai Penelitian Ternak mempunyai tugas melaksanakan

Penelitian Ternak Unggas, sapi, perah dan dwiguna, kerbau, domba,

kambing perah serta aneka ternak.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Balai

Penelitian Ternak menyelenggarakan fungsi :

1. Pelaksanaan penelitian eksplorasi, Identifikasi, karakterisasi, evaluasi,

serta Pemanfaatan Plasma nutfah ternak dan hijauan pakan ternak;

2. Pelaksanaan penelitian pemuliaaan, reproduksi, dan nutrisi pada ternak

unggas, sapi perah dan dwiguna, kerbau, domba, kambing perah serta

aneka ternak;

3. Pelaksanaan Penelitian bioteknologi ternak, agrostologi dan fisiologi hasil

ternak;

4. Pelaksanaan Penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis

ternak;

5. Pemberian Pelayanan teknik kegiatan penelitian Ternak;

6. Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan

dan pendayagunaan hasil penelitian Ternak;

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

..

D. Program Penelitian

1. Program Intensif Peningkatan Kemampuan Penelitian dan Perekayasa

1.1. Penggunaan Pakan Berbasis Produk Samping Industri Sawit pada

Sistem Perbibitan Sapi Model Grati dengan Tingkat Kebuntingan

65%. (Pengawalan Teknologi). (Lanjutan)

5

Page 16: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

1.2. Peningkatan Performans Kerbau Penghasil Susu melalui IB dengan

Semen Beku berkualitas, dengan pakan berbasis kelapa sawit.

(Lanjutan)

1.3. Pemanfaatan Silase Kulit Buah Kakao untuk Meningkatkan

Produktivitas Kambing pada Sistem Integrasi Kakao-Kambing.

(Lanjutan)

1.4. Peningkatan nilai Gizi Bungkil Inti Sawit untuk Menggantikan

Bungkil Kedelai Dalam Ransum Ayam Broiler. (Lanjutan)

2. Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) dengan Kegiatan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut:

2.1. PSDS

- Analisis, Implementasi dan Pengawalan Teknologi Peternakan

mendukung PSDS/K tahun 2014

2.2. Konsorsium Sapi Perah

- Penyediaan Sapi Perah Pengganti (Replacement Stock) dengan

Produktivitas 30% diatas Rataan

- Pengawalan Teknologi Pemisahan Spermatozoa X dan Y untuk

Meningkatkan Anak Kelahiran Betina di Atas 30%.

- Teknologi pakan dan pengendalian penyakit untuk menghasilkan

calon induk BB > 300 kg umur 18 bulan dan peningkatan efisiensi

produksi induk > 20%.

- Penelitian Tanaman Pakan Ternak Dalam Mendukung Usaha Sapi

Perah di Indonesia

- Penanganan Diversifikasi Produk Sapi Perah dan Pemantapan

Kelembagaan Mendukung Pendapatan Peternak Berkelanjutan

(Lanjutan)

6

Page 17: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

2.3. UPBS

- Pemanfaatan bibit sumber ayam lokal unggul Balitnak

- Pemanfaatan Bibit Unggul Itik Alabio dan Mojosari Terseleksi

untuk Menghasilkan Itik Master (Persilangan Itik Mojosari Jantan

dengan Alabio Betina).

- Pemanfaatan bibit unggul ternak Domba Komposit Sumatera.

2.4. Plasma Nutfah

- Pengelolaan Sumberdaya Genetik Domba.

2.5. Kambing Perah

- Evaluasi Persilangan Kambing Anglo Nubian dengan Peranakan

Etawah dan Pembandingnya.

- Keragaan Reproduksi Ternak Kambing Peranakan Etawah dan

Anglo Nubian.

2.6. Kerbau

- Implementasi Model Pengembangan Unit Usaha Ternak Kerbau

melalui perbaikan management pemberian pakan di Propinsi

Banten.

- Peningkatan Efisiensi IB melalui Perbaikan Kualitas Semen Beku

dan Pengembangan Sinkronisasi dengan Teknik Spray Hormon

pada Kerbau Lumpur

2.7. Hijauan Pakan Ternak

- Efektivitas Penambahan N2 Secara Hayati Leguminosa

Pakan Indigofera SPP

- Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Calopogonium

Mucunoidesuntuk meningkatkan produktivitas sebesar 15%

7

Page 18: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

- Evaluasi agronomi dan teknologi persilangan beberapa kultivar

rumput Panicum maximum

- Koleksi, Uji Adaptasi 6 Jenis Leguminosa Herb dan Rumput pada

Lahan Kering Beriklim Kering untuk Meningkatkan Produktivitas

Tanaman Pakan Ternak.

- Teknologi Mikropropagasi Leucaena KX2 untuk penyediaan bibit

tanaman pakan ternak.

2.8. Domba

- Analisis lanjutan Pemantapan Bibit Domba Komposit

- Analisis Uji Adaptasi 3 Rumpun Domba Komposit Pada Kondisi

Peternakan Rakyat (Agroekosistem Lahan Kering Dataran

Tinggi/LKDT)

- Peningkatan produktivitas domba induk komposit Garut melalui

perbaikan kualitas pakan.

2.9. Imbuhan-Bioproses

- Optimasi Penggunaan Bungkil Inti Sawit sebagai bahan pakan

sumber protein untuk ruminansia.

- Penggunaan kulit buah coklat (cocoa pod) fermentasi sebagai

bahan baku pada pakan konsentrat domba.

- Pemanfaatan Nano-karoten sebagai pakan imbuhan pada sapi

laktasi untuk meningkatkan produksi susu 20%, kesehatan induk

serta fertilitas.

- Pengaruh Pemberian Pakan Aditif sumber Antioksidan terhadap

Pertumbuhan Kambing Jantan PE yang diberi Pakan Limbah

Jagung.

- Evaluasi pemanfaatan mikroba rumen untuk sumber inokulan

fermentasi tongkol jagung.

8

Page 19: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

- Pengembangan teknologi ”Complate rumen modifier” (CRM)

dalam bentuk sediaan komersial.

2.10. Itik

- Seleksi Bibit Induk Itik Pedaging PMp Generasi ke-5.

- Analisis keterkaitan penanda molekuler mikrosatelit dan gen

prolaktin dengan sifat ranggas pada Itik.

- Kebutuhan Gizi itik Persilangan Pekin Jantan dengan Mojosari

Betina Putih (PMp) Fase Layer.

- Tingkat Kecernaan Bahan Pakan Itik Pedaging Persilangan Entog

Jantan dengan Hasil Silangan Itik Peking dengan Mojosari Putih

(EPMp) umur 12 Minggu.

- Peningkatan daya tetas telur itik EPMp.

2.11. Kelinci

- Pembentukan Rumpun  elinci Pedaging FZ-3 melalui Seleksi.

- Peningkatan produktivitas-reproduktivitas induk dan anak kelinci

melalui perbaikan nutrisi

- Uji coba model integrasi kelinci-sayuran pada pola ”Kampoeng

Industri Kelinci”

2.12. Ayam Lokal

- Seleksi ayam Sentul generasi ke-2.

- Identifikasi gen Mx pada ayam KUB sebagai penciri resistensi

avian influenza.

- Evaluasi produktivitas ayam Gaok sebagai calon ”Male Line” ayam

lokal.

- Pemberian pre-starter formula lokal pada 2 tipe ayam lokal selama

pertumbuhan 0 – 12 minggu.

9

Page 20: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

- Cross Breeding Pada Ayam Gaok dengan KUB dan Resipokalnya

untuk Ayam Pedaging Pada Umur 12 Minggu.

2.13. Plasma Nutfah

- Konservasi Lima Jenis Ayam Lokal Melalui

Kriopreservasi Primordial Germ Cells (PGC) dan Pembentukan

Chimera Ayam Lokal.

- Koleksi, Karakterisasi, dan Evaluasi Potensi Sumber Daya Genetik

Ayam Lokal dan Itik Sebagai Bahan Pemuliaan.

- Evaluasi kandungan prostaglandin pada sperma kambing.

3. RIPP

3.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

4. RPTP4.1. Farmer Empowerment Through Agricultural Technology And

Information (FEATI).

D. Sarana Penelitian

Keberhasilan Balitnak dibidang penelitian peternakan selama ini tidak

lepas dari tersedianya sarana penelitian peternakan yang cukup memadai

diantaranya:

1. Sarana Bangunan

Sampai saat ini Balitnak telah memiliki tidak kurang dari 60 bangunan

yang terdiri dari: bangunan Administrasi; Laboratorium dan Perpustakaan;

Perbengkelan; Kandang Ternak; Gudang bahan dan pakan ternak; dll.

2. Sarana Penelitian

a. Laboratorium (Ciawi dan Bogor) meliputi: Lab. Pelayanan analisis kimia,

Lab. Kesehatan ternak, Lab. Hijauan pakan ternak, Lab. Teknologi Pakan,

Lab. Fisiologi dan in vitro ruminasia, Laboratorium Reproduksi

ruminansia, serta Lab Reproduksi unggas

10

Page 21: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

a. Kebun Percobaan

Saat ini Balitnak memanfaatkan tidak kurang dari 20 ha lahan yang

tersebar di enam lokasi di Ciawi, Bogor dan sekitarnya (Kaum Pandak;

Cicadas; untuk tanaman rumput dan hijauan.

b. Kandang Percobaan

Kandang Percobaan yang telah dbangun meliputi:

- Kandang Sapi dan Kerbau berkapasitas s.d 140 ekor.

- Kandang Domba dan Kambing (Ciawi, Bogor dan Cilebut)

berkapasitas 600 ekor (Ciawi), 500 ekor (Bogor)

- Kandang ayam kampung berkapasitas s.d 3000 ekor (Ciawi),

kandang ayam ras berkapasitas 100 ekor (petelur) and 200 ekor

(ayam broiler)

- Kandang Kelinci untuk induk dan pembesaran kapasitas 1.200 ekor

(Ciawi).

c. Bengkel Peralatan

Dalam pelaksanaan kegiatannya dikategorikan dalam 4 unit kerja yaitu:

- Generator House: Tenaga Listrik cadangan bilamana terjadi

pemadaman/ gangguan listrik ole PLN.

- Mekanik: Melayani perbaikan dan pemeliharaan peralatan mekanik.

- Elektronik: Melayani pemeliharaan dan pemasangan instalasi arus

lemak.

- Pertukangan kayu: Melayani pembuatan, perbaikan dan pemeliharaan

peralatan perkayuan.

11

Page 22: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Selain keempat unit kerja diatas, bengkel peralatan juga mengelola

fasilitas pengolahan kotoran ternak.

E. Fasilitas Pendukung Penelitian

Guna mendukung sarana penelitian yang telah diuraikan, Balitnak juga

dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung penelitian, seperti:

Gudang (bahan dan pakan ternak dan peralatan-peralatan penelitian);

Mesin-mesin (penggiling,pencampur,pengering,pembuat pellet, pemotong

rumput, mesin tetas listrik); Ruang pendingin; Perpustakaan; Kandang

metabolisme bagi semua komoditas ternak; Ruang pemotongan ternak;

Auditorium berkapastias 120 tempat duduk, Ruang sidang dan kantin yang

cukup besar.

F. Kepegawaian

Sampai dengan tahun 2013, Balitnak memiliki jumLah pegawai sebanyak

369 orang yang terdiri dari 291 orang Pegawai Negri Sipil dan 48 orang

pegawai Honorarium. Berdasarkan tingkat pendidikan: S3: 32 orang; S2: 23

orang; S1: 26 orang;Diploma: 13 orang serta SLTA ke Bawah: 197 orang.

G. Sumber dan Penelitian

Pada dasarnya sumber dana penelitian Balitnak berasal dari dua sumber,

yaitu:

1. Dana APBN yang diperoleh dari anggaran rutin pemerintah guna

membiayai prioritas utama penelitian,

2. Non- APBN yang diperoleh melalui Kerjasama Penelitian dengan pihak

luar (instansi pemerintah; Organisasi Profesi; Universitas dan lainlain)

baik dalam maupun luar negri. Kerjasama penelitian yang pernah

dilaksanakan yaitu dengan CSIRO dan ACIAR (Australia); SRCRSP

(USA); FAO; ARMP (Word Bank); SRUPNA, ILRI (CANADA); Direktorat

Jenderal Peternakan beserta jajarannya; Balai-balai penelitian lingkup

Badan Litbang Pertanian, BPPT dan lain-lain.

12

Page 23: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

H. Publikasi Terbitan BALITNAK

Sejak didirikannya hingga saat ini, Balitnak telah menerbitkan berbagai

publikasi hasil-hasil penelitian dalam bentuk yang beragam, antara lain:

Laporan Tahunan

Bulletin LPP tahun 1981 s.d. tahun 1994

Prosiding seminar dan Lokakarya

Buku Petunjuk Teknis dan Brosur Teknis Peternakan

Edisi khusus untuk komoditas ternak Ruminansia dan Non-Ruminansia

13

Page 24: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA DAN KEGIATAN DI LABORATORIUM

A. Latar Belakang

Sapi perah adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber kebutuhan

susu yang menghasilkan sekitar 95% kebutuhan susu di dunia. Ternak sapi

perah pertama di Indonesia adalah jenis Hissar, yang di datangkan ke

daerah Sumatra Timur oleh peternak sapi yang berasal dari India. Walaupun

produksinya sangat rendah, peternakan sapi yang sudah ada dapat

mencukupi kebutuhan lokal. Dalam perkembangannya, kebutuhan susu sapi

terus meningkat sesuai dengan jumLah orang eropa yang datang ke

Indonesia. Dalam upaya peningkatan kualitas susu sapi di Indonesia,

Belanda mengutuskan untuk mendatangkan sapi jantan jenis Friesian

Holstein, yang kemudian menjadi jenis sapi perah yang umum yang

dikembangkan di Indonesia.

Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae, sub famili Bovinae, genus

Bos. Sapi perah bangsa Friesian Hosltein (FH) berasal dari propinsi

Friesland negeri Belanda. Bangsa sapi ini adalah bangsa sapi perah yang

tertua, terkenal dan tersebar hampir di seluruh dunia.Bangsa sapi FH murni

memiliki warna bulu Black and White (hitam dan putih) atau merah dan putih

(Red Holstein) dengan batas-batas warna yang jelas seperti pada dahi

umumnya terdapat warna putih berbentuk segitiga dan bulu kipas ekor,

bagian perut serta kaki dari teracak sampai lutut (knee atau hock) berwarna

putih. Selain itu, sapi FH memiliki tanduk yang pendek dan mengarah

kedepan. Sifat-sifatnya adalah jinak, tidak tahan panas, tetapi sapi ini mudah

menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan lambat dewasa. Menurut

Blakely dan Bade (1991), Karakteristik sapi FH adalah memiliki berat induk

675kg, warna bulu hitam dan putih, temperamen tenang, kemampuan

merumputnya sedang, masak kelamin lambat, kadar lemak susu 3.5-3.7 %,

dengan warna lemak kuning membentuk butiran-butiran (glubola) sehingga

14

Page 25: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

aman untuk konsumsi susu segar, bahan kering tanpa lemak 8.5 %, rata-rata

produksi susu per tahun 5750-6250 kg dan berat lahir anak 42 kg.

Seperti halnya makhluk hidup, sapi perah pun melakukan sistem eskresi,

yaitu proses pengeluaran sisa zat metabolisme tubuh,atau dapat juga

diartikan proses pembuangan sisa metabolisme yang ada pada semua

bentuk kehidupan. Zat sisa tersebut salah satunya adalah NH3 yang bahaya

bagi hewan apabila tertimbun di dalam tubuh hewan tersebut, maka amonia

yang ada di ubah menjadi urea dan asam urat, urea mudah larut dalam air

dan diekskresikan dalam cairan yang disebut urine. Urin sapi ini dikeluarkan

dari dalam tubuh sapi melalui proses urinasi. Tujuan dari urinasi ini adalah

untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal

dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Adapun komposisi zat yang

terkandung dalam urin:

15

Gambar 1. Contoh Sapi Perah Jenis Friesian Holstein

Page 26: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Tabel 1. Kandungan Zat Dalam Urin Sapi

Nama

Ternak

Nitrogen

(%)

Fosfor

(%)

Kalium

(%)Air (%)

Kuda 1,40 0,02 1,60 90

Kerbau 1,00 0,15 1,50 92

Sapi 1,00 0,50 1,50 92

Kambing 1,50 0,13 1,80 85

Domba 1,35 0,05 2,10 85

Jika dilihat dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa belum di dapatkan

kadar zat lain dalam urin sapi perah tersebut. Maka dilakukan analisis

kreatinin dan allantoin dengan pengaruh waktu pengambilan contoh.

B. Kreatinin

Kreatinin adalah produk endogenous akhir dari metabolisme kreatin fosfat

yang terjadi di dalam otot dan dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang

hampir konstan serta diekskresi dalam urin dengan kecepatan yng sama

(Guyton & Hall 1997). Shaffer dalam Peters 1946 menjelaskan bahwa

ekskresi kreatinin pada setiap individu terkait erat dengan ukuran maupun

perkembangan jaringan otot. Zat ini dijumpai dalam jumLah yang besar di otot

dan hadir di darah dan urin dalam jumLah yang sangat kecil pada kondisi

normal.

16

Gambar 2. Struktur Kreatinin

Page 27: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Kreatinin mudah diperfusi ke seluruh cairan tubuh dan diekskresikan

melalui urin (Raphael 1987). Keberadaan kreatinin dalam jumLah yang tinggi

maupun rendah berbahaya bagi suatu individu.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar

kreatinin dalam urin, diantaranya yaitu:

a. Jaffe reaction

Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan

asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat

spektrophotometer.

b. Kinetik

Dasar metode ini relatif sama dengan metode jaffe reaction,yaitu kreatinin

dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning

jingga, hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang

digunakan autoanalyzer.

c. Enzimatik Darah

Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan

enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat spectrophotometer.

C. Allantoin

Purin adalah asam amino bersifat basa yang terdapat di dalam inti sel

mikroba di dalam digesta yang masuk kedalam usus halus. Purin yang masuk

kedalam usus halus ini sebagian besar berasal dari mikroba. Purin tersebut

17

Gambar 3. Struktur Allantoin

Page 28: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

dimetabolisa oleh tubuh ruminansia selanjutnya dikeluarkan bersama urin

berupa derivat purin.( Chen 1992) derivat purin adalah allantoin,uric acids,

xanthine, dan hypoxanthine (Tillman et al., 1998).

Allantoin yang merupakan salah satu derivat purin memiliki presentase

tertinggi daripada derivat purin lainnya, dan berasal dari asam nukleat

mikroba rumen yang merupakan hasil dari pencernaan pakan dirumen

( Antoniewicz et al., 1979).

D. Instrumentasi

1. Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan suatu cara analisis kimia yang berdasarkan

pengukuran sintesis cahaya yang diserap oleh media, besarnya akan

sebanding dengan tebal kepekatan zat, sehingga setiap zat akan memberikan

intensitas yang berbeda-beda. Masing-masing media akan emberikan panjang

gelombang tertentu tergantung pada senyawaan dan kepekaan dari zat

tersebut. Intensitas cahaya yang dipancarkan akan dideteksi oleh detektor

dan direkam oleh suatu detektor yang saat ini telah dibuat dalam bentuk

digital sehingga hasilnya dapat langsung diketahui, biasanya berupa transmisi

(%T) atau absorbansi (A). Hukum yang mendasari spektrofotometer adalah:

a. Lambert

Hukum Lambert menyatakan hubungan antara sintesis cahaya mula-mula

(I0) dan cahaya yang dipancarkan dengan tebal media, dan memberikan suatu

hukum yang berbunyi: “Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media

yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang

dipancarkan sebanding dengan bertambahnya tebal media (t).”.

b. Beer

Beer menyelidiki hubungan antara It dan I0 terhadap kepekatan media yang

memberikan hukum: “Bila suatu cahaya monokromatis melewati media yang

18

Page 29: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Ia ItIo

Ir

Ir

transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan

sebanding dengan bertambahnya kepekatan media (C).”.

c. Gabungan Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan: “Bila suatu cahaya monokromats

melewati media yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya

sebanding dengan bertambah tebalnya kepekatan media.”

Jalannya cahaya dalam larutan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

I0 = intensitas cahaya mula-mula

Ia = intensitas cahaya yang diserap

Ir = intensitas cahaya yang dipantulkan

It = intensitas cahaya yang dipancarkan

Dengan menggunakan persamaan, maka didapatkan rumus:

Keterangan:

I0 = intensitas cahaya mula-mula

19

Gambar 4. Intensitas Cahaya antar Media

Page 30: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

It = intensitas cahaya yang dipancarkan

ε = tetapan

c = kepekatan

t = tebal media

Bila menetapkan suatu senyawa (sampel deret standar) serta memakai

panjang geombang yang sama, maka harga ε sama (tetap). Dengan

demikian,harga ε.t adalah persamaan tetap,sehingga persamaan Lambert-

Beer analog dengan persamaan linier y = a.x,dimana sumbu y = A, a = ε.t

(tetapan), x = c. Digunakan untuk mengukur serapan suatu larutan. Maka

didapatkan persamaan:

Persamaan Lambert-Beer: A=ε.c.t

Beberapa syarat dalam analisis spektrofotometri:

a. Sinar yang digunakan monokromatik.

b. Bebas dari unsur-unsur pengganggu.

c. Sinar UV digunakan larutan yang tidak berwarna,dan sinar Vis

digunakan untuk larutan yang berwarna.

Berdasarkan sumber cahaya yang digunakan, spektrofotometer dapat

dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Spektrofotometer Infra Merah (IR) dengan λ 2-5μm.

b. Spektrofotometer Ultraviolet (UV) dengan λ 200-380μm.

c. Spektrofotometer Visible (Vis) dengan λ 380-750μm.

Spektrofotometer UV-Vis dengan λ 200-700μm ini menggunakan lampu

Uvdan Visible, sehingga dapat digunakan untuk mengukur larutan yang

berwarna dan tidak berwarna. Bagian-bagian dari spektrofotometr ini

adalah:

20

Page 31: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

a. Sumber Cahaya

Sumber energi yang baik untuk pengukuran serapan harus memancarkan

spektrum dan berintensitas tinggi, jugamerata di daerahpanjang gellombang

yang dikehendaki dan sumber sahaya yang dipakai harus benar-benar stabil.

Sebagai sumber cahaya yang dipakai pada spektrofotometer UV-Vis adalah

lampu-lampu Deutrium (Hidrogen) untuk daerah ultra violet pada λ di bawah

375 (160-375 nm), dan lampu Wolfram untuk daerah visible (sinar tampak)

pada λ di atas 375 (375-2500 nm). Sinar yang dipancarkan difokuskan pada

sebuah cermin datar yang kemudian diteruskan melalui monokromator

b. Monokromator

Monokromator pada spektrofotometer adalah alat yang berfungsi untuk

menguraikan cahaya yang polikromatis menjadi beberapa komponen

panjang gelombang yang berbeda (dispersi), sehingga dapat dipilih panjang

gelombang tertentu yang sesuai dan dapat terpisah menjadi komponen-

komponen yang monokromatis dan juga dilewatkan melalui celah yang

sempit (slit). Kegunaan digunakan slit adalah:

1) Memungkinkan pemisahan pita-pita panjang gelombang yang berdekatan.

2) Memenuhi hukum Lambert-Beer yaitu panjang gelombang yang akan

diserap akan diukur.

Monokromator yang biasa digunakan untuk spektrofotometer yaitu prisma

atau grating (kisi difraksi). Bila seberkas cahaya polikromatik melalui sebuah

prisma maka akan terjadi penguraian atau dispersi cahaya. Monokromator

berfungsi untuk memisahkan dan menyeleksi sinar polikromatik menjadi

sinar monokromatik dengan panjang gelombang yang dipakai pada saat

pengukuran.

21

Page 32: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

c. Kuvet

Kuvet untuk spektrofotometer adalah tempat contoh atau cuplikan yang

akan dianalisis. Tempat contoh umumnya terbuat dari jenis bahan yang

transparan sehingga tidak menyerap inar yang melewati ada saat

pengukuran, misalnya yang terbuat dari kaca kuarsa. Kuvet harus memenuhi

persyaratan, diantaranya:

1) Harus tahan terhadap bahan-bahan kimia, basa, asam, dan pelarut

organik.

2) Mempunyai bentuk yang sederhana.

3) Permukaan secara optik harus sejajar.

4) Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya yang

melaluinya.

22

Gambar 5. Diagram Sistem Monokromator Prisma

Gambar 6 Diagram Sistem Monokromator Grating

Page 33: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

5) Tidak boleh rapuh.

Bahan gelas yang biasa dipakai dalam pembuatan kuvet adalah

plexiglass atau kuarsa yang tahan terhadap pelarut organk, asam maupun

basa kuat yang pekat serta mentransmisikan sinar UV maupun tampak.

Kuvet dapat berbentuk bulat atau bujur sangkar yang lebarnya 1 cm dengan

volume sekitar 5mL.

d. Detektor

Detektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya yang diteruskan

menjadi sinyal-sinyal yang bisa dibaca oleh rekorder. Detektor yang sering

digunakan dalam daerah UV adalah phototube/ photosel dan untuk detetor

dalam daerah sinar tampak adalah photomultilplier karena sifatnya lebih

sensitif untuk daerah sinar tampak, yang keduanya berfungsi mengubah

cahaya menjadi energ listrik (photosensitive detector). Energi listrik tersebut

dapat direkam oleh suatu rekorder sehingga didapatkan % transmisi atau

absorbansi dari sampel tersebut.

Jenis spektrofotometer yang biasa digunakan dibagi atas:

a) Spektrofotometer Sinar Tunggal (Single Beam Spectrophotometer)

Pada spektrofotometer sinar tunggal, pengukuran cuplikan dilakukan

setelah pengukuran blanko secara bergantian. Pengukuran balanko

dilakukan untuk menghindari kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh

adanya matriks lain dalam cuplikan selain analat yang akan diukur.

Spektrofotometer sinar tunggal adalah alat untuk mengukur transmitan

dalam % T atau absorbansi (A) suatu contoh sebagai fungsi panjang

gelombang. Dengan alat tersebut dapat juga dilakukan pengukuran

absorbansi untuk lebih dari satu panjang gelombang tertentu.

Spektrofotometer sinar tunggal hanya memiliki satu berkas cahaya dari

sumber yang melalui monokromator. Padaperalatan ini setalah melakukan

pengukuran blanko, kuvet diambil dan diganti dengan kuvet yang berisi

larutan contoh untuk mengukur contoh.

23

Page 34: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

b) Spektrofotometer Sinar Ganda (double beam sectrophotometer)

Spektrofotometer sinar ganda dirancang untuk memudahkan dala

pengoperasian. Dalam alat ini,pengukuran larutan blanko dan larutan contoh

dapat dilakukn dalam waktu yang bersamaan sinarmonokromatis

darimonokromator akan melewatisel blanko dan sel contoh secara

bergantian. Pada akhirnya sinar yang masuk ke detektor adalah sinar dari

larutan contoh yngtela dikoreksi terhadap blanko.

Pada spektrofotometer sinar ganda ini berkas sinar setelah melewati

monokromator akan dipisahkan menjadi dua berkas,satu untuk contoh dan

yamg lainnya untuk blanko. Berkas sinar pertama disebut berkas acuan

(reference beam), dan berkas yang mula-mula terpisah ini kemudian

disatukan kembali dan diteruskan ke detektor.

24

Gambar 7. Bagan ALat Spektrofotometer Sinar Tunggal

Gambar 8. Bagan Spektrofotometer Sinar Ganda

Page 35: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Kesalahan analisis secara spektrofotometri berasal dari penyimpangan

persamaan Lambert-Beer. Sumber-sumber kesalahan analisis secara

spektrofotmetri adalah penyimpangan kimia dan penyimpangan instrumen.

Penyimpangan kimia terjadi apabila ada perubahan-perubahan akibat proses

kimia sepertisenyawaan yang dianalisis bereaksi dengan senyawa lain atau

pelarut yang digunakannya. Sedangkan penyimpangan instrumen dapat

diakibatkan oleh kemungkinan adanya sinar polikromatik. Hal ini sukar

dipenuhi karena monokromator kurang mampu mengisolasi panjang

gelombang yang benar-benar monokromatik.

25

Page 36: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

BAB IV

METODE

A. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh urin dilakukan dengan interval waktu 4 jam yaitu pada

pagi hari (04.00-08.00), siang hari (08.00-12.00) sore hari (12.00-16.00) dan

malam hari (16.00-20.00), pada 12 ekor sapi perah yang berbeda yang

diambil secara acak.

B. Metode Analisis

Analisa yang dilakukan terhadap sampel ini meliput analisa kuantitatif,d

engan menggunakan metode spektrofotometri.

1. Analisis Kreatinin dalam Urin

Prinsip : Prosedur ini diadaptasi dari metode Folin Wu dan dijelaskan

dalam Hawk, Oser & Summerson. Praktis Fisiologis Kimia (Edisi 12). Metode

ini didasarkan pada reaksi Jaffe. Kreatinin bereaksi dengan ion pikrat

terbentuk dalam suasana alkali untuk mengembangkan warna merah-oranye.

Warna yang dihasilkan dari sampel tersebut kemudian dibaca absorbansinya

pada λ = 505 nm, lalu dibandingkan dengan standar kreatinin pada kondisi

dan perlakuan yang sama.

Alat – alat yang digunakan:

1. Tabung reaksi 15mL.

2. Rak tabung reaksi.

3. Piala Gelas 400mL dan 800mL.

4. Pipet 10mL

5. Labu Ukur 50mL dan 100mL.

6. Spektrofotometer.

26

Page 37: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Bahan – bahan yang digunakan :

1. Standar kreatinin.

Ditimbang 0,1gr dalam labu ukur 100mL. Lalu dibuat deret standar

dengan konsentrasi 20,40,60,80,100,dan 120 ppm (dipipet masing-masing

0,2;0,4;0,6;0,8;1,0;1,2mL dalam labu ukur 10mL)

2. Asam Pikrat.

Ditimbang sebanyak 0,8gr asam pikrat lalu dimasukkan kedalam labu

ukur 50mL, dilarutkan air suling.

3. NaOH 0,05M.

Ditimbang 3,65 gr NaOH lalu dilarutkan dalam 200mL air suling.

4. Aquades.

5. Alkalin pikrat, yang dibuat tepat sebelum pengerjaan dilakukan.

Dicampurkan1 bagian asam pikrat dengan 1 bagian NaOH 0,5M.

Cara Kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Dipipet masing-masing 0,5mL sampel,deret standar dan blanko. Lalu

dimasukan kedalam tabung reaksi 10mL.

3. Ditambahkan 6mL air suling kedalam masing-masing tabung.

4. Ditambahkan 1mL alkalin pikrat ke dalam masing-masing tabung.

5. Dikocok dengan vortex selama 10 detik.

6. Ditunggu selama 20 menit.

7. Dibaca absorbansi pada λ = 505nm.

27

Page 38: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Perhitungan :

Persamaan linear (dari kurva standar)

Y=a+bx

Y=Absorbans

a=Intercept

b=Derajat kemiringan/slope: Δx/Δy

Sehingga konsentrasi kreatinin yang didapat adalah:

2. Analisis Allantoin dalam Urin.

Prinsip : Dalam prosedur ini, allantoin dihidrolisis terlebih dahulu pada

suasana dibawah basa, atau asam dengan suhu 100˚C. Asam allantoat

selanjutnya didegradasi menjadi urea dan asam glioksilat dalam larutan asam

lemah. Kemudian asam glioksilat yang dihasilkan bereaksi dengan fenil

hidrazin hidroklorida untuk menghasilkan hidrazin fenil dari asam. Produk

yang dhasilkan didapat dari sebuah kromosfer dengan kalium ferri sianida

dengan warna merah muda yang kemudian dibaca pada λ = 522nm dan

dibandingkan dengan standar allantoin pada kondisi dan perlakuan yang

sama.

Alat - alat yang digunakan:

1. Tabung reaksi 10 mL,tidak menggunakan tutup.

2. Rak tabung reaksi.

3. Piala gelas 400mL dan 800mL.

4. Penangas air suhu 100˚c.

5. Pipet 10mL.

6. Neraca analitik.

28

Page 39: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

7. Labu ukur 50mL dan 25mL.

Bahan - bahan yang digunakan:

1. Standar Allantoin.

Ditimbang 0,005 gr dalam labu ukur 50mL. Lalu dibuat deret standar

dengan konsentrasi 10,20,30,40,50,dan 60 ppm (dipipet masing-masing

0,5;1,0;1,5;2,0;2,5;3,0 mL dalam air suling 5 mL)

2. NaOH 0,05M.

Ditimbang 3,65 gr NaOH lalu dilarutkan dalam 200mL air suling.

3. NaOH 0,01M.

Diencerkan 0,75mL NaOH 0,5M dalam 149,25mL air suling.

4. HCl 0,5M.

Diencerkan 8mL HCl pekat dalam 192mL air suling.

5. Fenil hidrazin hidroklorida 0,023M, yang dibuat tepat sebelum

pengerjaan

Ditimbang 0,1663gr Fenil Hidrazin Hidroklorida lalu dilarutkan dalam

labu ukur 50mL dengan air suling.

6. Kalium feri sianida 0,05M, yang dibuat tepat sebelum pengerjaan.

Ditimbang 0,835gr Kalium Feri Sianida lalu dilarutkan dalam labu ukur

50mL dengan air suling.

7. Asam klorida pekat yang didinginkan pada suhu -20˚C minimal 20 menit

sebelum pengerjaan dimulai.

8. Es balok untuk mendinginkan sampel

Cara Kerja:

29

Page 40: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Dipipet masing-masing 1mL sampel,deret standar dan blanko. Lalu

dimasukan kedalam tabung reaksi 15mL.

3. Ditambahkan 5mL air suling ke dalam masing-masing tabung reaksi.

4. Ditambahkan 1mL NaOH 0,5M ke dalam masing-masing tabung reaksi.

5. Dikocok dengan vortex selama 10 detik.

6. Dimasukkan ke dalam air mendidih selama 7 menit.

7. Dimasukkan ke dalam baskom berisi air dingin yang ditambahkan es.

8. Ditambahkan 1mL HCl 0,05M ke dalam masing-masing tabung

reaksi,lalu diatur pH. pH harus berada di 2-3. Dilakukan cek pH dengan

alat pH-meter.

9. Ditambahkan 1mL Fenil Hidrazin Hidroklorida kedalam masing-masing

tabung reaksi, lalu dikocok kembali menggunakan vortex selama 10

detik.

10. Dimasukkan kembali kedalam air mendidih selama 7 menit.

11. Dimasukkan kedalam baskom berisi air dingin yang ditambahkan es.

12. Ditambahkan 3mL HCl pekat dingin,dan 1 mL kalium feri sianida lalu

dikocok kembali dengan vortex.

13. Ditunggu 20 menit,lalu dibaca absorbansi pada λ = 522nm.

Perhitungan :

Persamaan linear (dari kurva standar)

30

Page 41: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Y=a+bx

Y=Absorbans

a=Intercept

b=Derajat kemiringan/slope: Δx/Δy

Sehingga konsentrasi allantoin yang didapat adalah:

31

Page 42: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil analisis yang diperoleh pada analisis kadar kreatinin dan allantoin

dalam sampel urin sapi dapat dilihat pada data dibawah ini:

Hasil Kadar Kreatinin pada hari pertama pengambilan contoh

Tabel 2. Kadar Kreatinin Hari Pertama Pengambilan Contoh

   Pagi Hari

Siang

Hari

Sore

Hari

Malam

Hari

Rata-rata dari 12 ekor Sapi

 

501,30 ±

294,01

 

 

497,67 ±

471,61

 

 

792,35 ±

899,75

 

 

636,28 ±

55,22

 

Pada hari pertama pengambilan contoh didapatkan rata-rata kadar

kreatinin yang paling besar yaitu pada Sore Hari, dengan nilai konsentrasi

sebesar 792,35 mg/0,5mL. Dan kadar kreatinin yang paling rendah pada

Siang Hari dengan nilai konsentrasi sebesar 497,67 mg/0,5mL. Dengan

persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari 58,64% ; Siang Hari 94,76%

; Sore Hari 113,55% ; serta Malam Hari 55,22%.

Hasil Kadar Kreatinin pada hari kedua pengambilan contoh

32

Page 43: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Tabel 3. Kadar Kreatinin pada Hari Kedua Pengambilan Contoh

 

 Pagi Hari

Siang

Hari

Sore

Hari

Malam

Hari

Rata-rata dari 12 ekor Sapi

 

677,03 ±

283,49

 

 

699,00 ±

337,92

 

 

388,33 ±

209,70

 

 

355,80 ±

301,77

 

Pada hari kedua pengambilan contoh didapatkan kadar paling besar Siang

Hari, dengan nilai konsentrasi sebesar 699,00mg/ 0,5mL. Dan kadar kreatinin

yang paling rendah pada malam hari dengan nilai konsentrasi sebesar

355,80mg/0,5mL. Dengan persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari

41,87% ; Siang Hari 48,34% ; Sore Hari 54,00% ; serta Malam Hari 84,81%.

Variasi kadar kreatinin pada 12 sapi berbeda dapat dilihat pada pola grafik

dibawah ini.

Grafik 1. Kadar Kreatinin Pada 12 Sapi yang Berbeda

Hasil kadar allantoin pada hari pertama pengambilan contoh

33

Page 44: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Tabel 4. Hasil Kadar Allantoin pada Hari Pertama Pengambilan

      Pagi Hari Siang HariSore

Hari

Malam

Hari

Rata-rata dari 12 ekor

Sapi

     

1319,75 ±

973,92

1075,27 ±

872,42

1917,00

± 816,75

2812,66 ±

1971,12

       

Pada hari pertama pengambilan contoh didapatkan kadar allantoin paling

besar pada Malam Hari dengan nilai konsentrasi 2812,66mg/L. Serta kadar

allantoin paling rendah pada Siang Hari dengan nilai konsentrasi

1075,27mg/L. Dengan persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari

82,64% ; Siang Hari 81,13% ; Sore Hari 42,60% ; serta Malam Hari 70,08%.

Hasil kadar allantoin pada hari kedua pengambilan contoh

Tabel 5. Hasil Kadar Allantoin pada Hari kedua Pengambilan Contoh

      Pagi Hari Siang Hari Sore HariMalam

Hari

Rata-rata dari 12 ekor

Sapi

     

1952,28 ±

673,48

1984,35 ±

774,00

1867,40 ±

1106,65

1239,66 ±

59,26

       

Pada hari kedua pengambilan contoh didapatkan kadar allantoin paling

besar pada Siang Hari dengan nilai konsentrasi 1984,35mg/L. Serta kadar

allantoin paling rendah pada Malam Hari dengan nilai konsentrasi

1239,66mg/L. Dengan persentasi variasi masing-masing yaitu: Pagi Hari

34,49% ; Siang Hari 39,00% ; Sore Hari 59,26% ; serta Malam Hari 56,39%.

34

Page 45: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Variasi kadar allantoin pada 12 sapi yang berbeda dapat dilihat pada pola

grafik dibawah ini.

Grafik 2. Kadar Allantoin pada 12 Sapi yang Berbeda

Dari data-data yang telah diperoleh, dapat dilihat adanya variasi pada

kadar kreatinin dan allantoin yang ditentukan, terhadap perbedaan sapi dan

perbedaan waktu pengambilan yang beragam namun variasi tersebut tidak

signifikan.

Asupan protein berbanding terbalik dengan kadar kreatinin pada urin sapi

(Butcher & Harris, 1956), hal ini menunjukan bahwa pada sapi yang berbeda

dapat dimungkinkan adanya asupan protein yang jumLahnya tidak sama.

Adanya peningkatan lemak pada produksi susu dan perbedaan kadar

kreatinin pada sapi dikarenakan proporsi serat dan konsentrat yang ada pada

pakan sapi (Gonda et al, 1996).

Baru-baru ini adanya laporan yang menunjukan bahwa tentang tidak ada

perbedaan yang konstan pada kadar kreatinin pada waktu pengambilan

35

Page 46: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

sampel 24 jam dan waktu pengambilan sampel 12 jam, namun di deteksi

bahwa adanya penurunan kadar sebanyak 5% dalam interval pukul 5 pagi

hingga pukul 5 sore. Penurunan ini dikaitkan dengan kemungkinan kehilangan

urin pada proses pemerahan susu dipagi hari,ketika kateter disegel selama 1

jam (Valadares et al, 1999).

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam

tubuh,diantaranya adalah:

1. Perubahan massa otot.

2. Mengkonsumsi pakan yang tinggi protein,sehinga dapat meningkatkan

kadar kreatinin hingga beberapa jam kedepan.

3. Aktifitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin dalam

darah.

4. Kenaikan sekresi tubulus dan dekstruksi kreatinin internal. ( Sukandar E,

1997 ).

Senyawa-senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin

darah hingga menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 persen

adalah : Aseton, Asam askorbat, Bilirubin, Asam urat, Asam aceto acetat,

Piruvat, Barbiturat, sefalosporin, metildopa. Senyawa-senyawa tersebut dapat

member ireaksi terhadap reagen kreatinin dengan membentuk warna yang

serupa kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu.

Akurasi atau tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah juga sangat

tergantung dari ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan

reagen, ketepatan waktu dan suhu inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaan

dan pelaporan hasil. ( Sodeman, 1995 ).

Kadar allantoin pun menunjukan adanya variasi antara ternak,dan

perbedaan waktu pengambilan, hal ini dimungkinkan karena aktifitas mikroba

didalam usus ternak. Namun kadar allantoin tidak dapat dipengaruhi oleh

adanya bahan tambah pakan pada ternak tersebut.

36

Page 47: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan refleksi kegiatan belajar yang

telah didapatkan. Dengan prakerin siswa dapat merasakan, mengetahui,

memahami, dan menyesusaikan serta menempatkan diri pada situasi dan

kondisi dalam dunia kerja serta engetahui bagaimana fungsi dan tanggung

jawab seorang analis kimia pada suatu perusahaan dan belajar bersosialisasi

dengan sunia industri. Selain itu,pelaksanaan Prakerin memberikan

pengalaman dan hal positif yang sangat berharga dan berguna.

Analisis yang dilakukan penyusun di Laboratroium Pakan, Balai Ternak

Ciawi meliputi analisis kreatinin serta analisis allantoin. Dari hasil

analisis,dapat diketahui adanya variasi kadar kreatinin dan allantoin terhadap

sapi yang berbeda serta waktu pengambilan yang berbeda. Hasil yang

didapat belum bisa dikatakan signifikan.

37

Page 48: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

B. Saran

a. Waktu pengambilan contoh perlu dilakukan dalam jangka waktu 3-4 hari

untuk memastikan variasi yang terjadi pada kadar kreatinin dan allantoin.

b. Dalam melaksanakan analisis hendaknya setiap personil memperhatikan

kebersihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang akan

mengakibatkan terjadinya kesalahan hasil analisis.

c. Sebaiknya K3 di Laboratorium perlu ditingkatkan karena kecelakaan kerja

setiap saat bisa terjadi, terutama untuk pekerjaan yang berhubungan

dengan zat kimia berbahaya.

d. Sebaiknya semua parameter analisis diajarkan secara menyeluruh, mulai

dari bahan yang digunakan, peralatan pendukung, hingga pada tekhnis

pelaksanaan. Jika perlu ditunjang dengan referensi-referensi yang ada.

e. Setiap melakukan analisis sebaiknya pendampingan terhadap peserta

perlu lebih diperhatikan, hal ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan

yang mungkin terjadi.

38

Page 49: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

DAFTAR PUSTAKA

Allantoin. Http://en.wikipedia.org/wiki/Allantoin [28 Juni 2008]

Anonim. 2013 http://duniasapi.com/id/produk-sapi/1674-pupuk-urine-sapi.htmL [5

Maret 2013].

Antoniewicz, M. A., W. W. Heinemann and E. M. Hanks. 1979. Factors affecting

allantoin excretion in sheep urine. Ann. Rech. Vet. 10: 300-302.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi 4, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).

C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia.

Chen, X. B., Y. K. Chen, E. R. Orskov and W. J. Sand. 1992. The effect of feed

intake and body weight on purine derivative excretion and microbial

protein supply in sheep. J. Anim. Sci. 70:1534.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Suku Patafisiologi (hands book of

pathophysiologi) Jakarta: EGC.

Gonda, H.L., Emanuelson, M., Murphy, M., 1996. The effect of roughage to

concentrate ratio in the diet on nitrogen and purine metabolism in dairy

cows. Anim. Feed Sci. Technol. 64, 27–42.

Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,

Editor: Irawati Setiawan.  Jakarta :EGC.

Harper, H. A., V. W. Rodwell, and P. A. Mayes. 1979. Biokimia (Review

of  physiological chemistry). Alih bahasa: M. Muliawan. Lange

Medical Publications. Los Altos, California.

Ismail, Krisnandi dan Zaenal Arifin. 2011. Spektrofotometri. Sekolah Menengah

Analis Kimia Bogor, Bogor.

Jaffe, M. (1886), Hoppe-Seyler,s Z. Physical. Chem 10,391-400

Raphael, Stanley S. 1987. Lynch’s Medical Laboratory Technology. Ed ke-4.

London: W.B. Saunders Company.

39

Page 50: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

SMAKBo. 2011. Panduan Praktik Kerja Industri SMAKBo. Bogor : Pusdiklat

Industri.

Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7. Jilid

II.  Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates.

Sukandar E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi

ke-2. Bandung : Penerbit ITB.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S.

Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-5. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Valadares, R.F.D., Broderick, G.A., Valadares Filho, S.C., Clayton, M.K., 1999.

Effect of replacing alfalfa silage with high moisture corn on ruminal protein

synthesis estimated from excretion of total purine derivatives. J. Dairy Sci.

82, 2686–2696.

40

Page 51: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Lampiran 1 Struktur Organisasi Balai Penelitian Ternak

41

Kepala

Balai Penelitian Ternak

Sub BagianTata Usaha

Seksi Jasa Penelitian

Kelompok Jabatan Penelitian

Seksi Pelayanan Teknis

Kerjasama

Komunikasi

Perpustakaan

Perencanaan

Laporan

Sarana laboratorium dan lapangan

Page 52: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Lampiran 2 Standar Kreatinin dan Allantoin

Tabel pembacaan deret standar untuk pembacaan analisis kadar kreatinin.

Dengan konsentrasi dalam mg/L atau ppm, serta regresi 0,9979 dan korelasi

kuat secara positif.

Tabel 6. Deret Standar Kreatinin

Standar Kreatinin

Konsentrasi Absorbansi

0 0

20 0,04

40 0,073

60 0,114

80 0,15

100 0,189

120 0,215

Grafik 3. Grafik Deret Standar Kreatinin

42

Page 53: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Tabel pembacaan deret standar pada analasis kadar allantoin dengan

konsentrasi mg/L atau ppm, dengan regresi 0,9935, serta korelasi kuat secara

positif.

Tabel 7. Deret Standar Allantoin

Standar Allantoin

Konsentrasi Absorbansi

0 0

10 0,097

20 0,1975

30 0,281

40 0,4115

50 0,5675

60 0,632

100 0,997

Grafik 4. Grafik Deret Standar Allantoin

43

Page 54: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Lampiran 3 Data Analisis

Perhitungan Kadar Kreatinin Berdasarkan Rumus :

Y = 0,0018X + 0,0023

Perhitungan Kadar Kreatinin pada Hari pertama

Tabel 8. Pengambilan Pagi HariPengambilan Pagi Hari

Sampel No.

Simplo

Duplo

Rata-Rata

X Faktor Pengencera

n

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,091 0,096 0,0935 50,66 10 506,66753 0,126 0,124 0,125 68,16 1 68,166

A-7(2) 0,116 0,113 0,1145 62,33 10 623,332522 0,191 0,177 0,184 100,94 10 1009,442641 0,114 0,119 0,1165 63,44 5 317,22B10 0,09 0,096 0,093 50,38 10 503,88B6 0,088 0,089 0,0885 47,88 10 478,88760 0,194 0,202 0,198 108,72 10 1087,22752 0,126 0,111 0,1185 64,55 5 322,77B-3 0,103 0,107 0,105 57,05 5 285,27B-5 0,093 0,09 0,0915 49,55 10 495,55A2 0,114 0,119 0,1165 63,44 5 317,22

Tabel 9. Pengambilan Siang HariPengambilan Pada Siang Hari

Sampel No.

Simplo

Duplo

Rata-Rata

X Faktor Pengencera

n

Kadar Creatinine(mg/L)

B-4 0,102 0,112 0,107 58,16 30 1745753 0,098 0,099 0,0985 53,44 3 160,33

A-7(2) 0,136 0,136 0,136 74,27 10 742,772522 0,1 0,102 0,101 54,83 10 548,332641 0,16 0,161 0,1605 87,88 1 87,88B10 0.144 0,161 0,161 88,16 5 440,83B6 0,085 0,087 0,086 46,5 10 465760 0,127 0,127 0,127 69,27 10 692,77752 0,125 0,127 0,126 68,72 10 687,22B-3 0,081 0,082 0,0815 44 8 352B-5 0,055 0,05 0,0525 27,88 1 27,88A2 0,044 0,04 0,042 22,05 1 22,05

Tabel 10. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari

44

Page 55: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Sampel No.

Simplo

Duplo

Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine(mg/L

)B-4 0,193 0,203 0,198 108,72 10 1087,22753 0,155 0,156 0,1555 85,11 10 851,11

A-7(2) 0,133 0,135 0,134 73,16 10 731,672522 0,119 0,121 0,12 65,38 10 653,892641 0,043 0,045 0,044 23,166 1 23,167B10 0,079 0,078 0,0785 42,33 5 211,67B6 0,106 0,113 0,1095 59,55 10 595,55760 0,163 0,158 0,1605 87,88 10 878,89752 0,207 0,212 0,2095 115,11 30 3453,33B-3 0,099 0,106 0,1025 55,66 10 556,67B-5 0,143 0,147 0,145 79,277 5 396,39A2 0,131 0,121 0,126 68,722 1 68,72

Tabel 11. Pengambilan Malam HariPengambilan pada Malam Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,199 0,2 0,1995 109,56 10 1095,56753 0,105 0,097 0,101 54,83 10 548,33

A-7(2) 0,208 0,203 0,2055 112,89 5 564,442522 0,105 0,109 0,107 58,16 10 581,662641 0,09 0,087 0,0885 47,89 5 239,44B10 0.087 0,08 0,08 43,17 10 431,66B6 0,088 0,094 0,091 49,27 10 492,77760 0,172 0,184 0,178 97,61 10 976,11752 0,152 0,161 0,1565 85,67 10 856,66B-3 0,219 0,241 0,23 126,5 10 1265B-5 0,096 0,1 0,098 53,16 10 531,66A2 0,094 0,098 0,096 52,05 1 52,05

45

Page 56: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Perhitungan Kadar Kreatinin Hari Kedua

Tabel 12. Pengambilan Pagi HariPengambilan Pagi Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,19 0,185 0,1875 102,88 10 1028,89753 0,142 0,143 0,1425 77,88 10 778,89

A-7(2) 0,112 0,102 0,107 58,16 10 581,672522 0,194 0,176 0,185 101,5 10 10152641 0,09 0,087 0,0885 47,89 10 478, 89B10 0,087 0,08 0,0835 45,11 10 451,11B6 0,088 0,094 0,091 49,27 10 492,78760 0,1 0,103 0,1015 55,11 20 1102,22752 0,134 0,139 0,1365 74,56 10 745,56B-3 0,161 0,15 0,1555 85,11 10 851,11B-5 0,103 0,101 0,102 55,38 5 276,94A2 0,119 0,117 0,118 64,27 5 321,38

Tabel 13. Pengambilan pada Siang HariPengambilan Pada Siang Hari

Sampel No.

Simplo

Duplo

Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,129 0,116 0,1225 66,78 20 1335,56753 0,139 0,137 0,138 75,39 10 753,89

A-7(2) 0,105 0,111 0,108 58,72 10 587,222522 0,165 0,147 0,156 85,39 10 853,892641 0,085 0,09 0,0875 47,3 5 236,67B10 0,082 0,086 0,084 45,39 10 453,89B6 0,162 0,159 0,1605 87,89 10 878,89760 0,109 0,106 0,1075 58,44 20 1168,89752 0,127 0,125 0,126 68,72 10 687,22B-3 0,138 0,139 0,1385 75,66 10 756,66B-5 0,084 0,092 0,088 47,611 5 238,05A2 0,08 0,082 0,081 43,72 10 437,22

46

Page 57: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Tabel 14. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,159 0,164 0,1615 88,44 10 884,44753 0,103 0,11 0,1065 57,89 2,5 144,72

A-7(2) 0,112 0,117 0,1145 62,33 5 311,662522 0,164 0,145 0,1545 84,56 5 422,77B10 0,09 0,081 0,0855 46,22 10 462,22760 0,111 0,139 0,125 68,17 5 340,83752 0,121 0,124 0,1225 66,78 5 333,89B-3 0,098 0,01 0,054 28,72 5 143,61B-5 0,122 0,132 0,127 69,28 5 346,39A2 0,087 0,095 0,091 49,28 10 492,77

Tabel 15. Pengambilan Pada Malam HariPengambilan pada Malam Hari

Sampel No.

Simplo

Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,144 0,161 0,1525 83,44 10 834,44753 0,112 0,11 0,111 60,39 1 60,39

A-7(2) 0,1 0,101 0,1005 54,56 2 109,112522 0,08 0,083 0,0815 44 5 2202641 0,115 0,112 0,1135 61, 78 1 61,78B10 0,104 0,1 0,102 55,39 10 553,89B6 0,172 0,171 0,1715 94 10 940760 0,148 0,154 0,151 82,61 2,5 206,58752 0,103 0,109 0,106 57,61 10 576,11B-3 0,102 0,099 0,1005 54,56 2 109,11B-5 0,103 0,101 0,102 55,39 5 276,94A2 0,119 0,117 0,118 64,28 5 321,3

Perhitungan Kadar Allantoin Berdasarkan Rumus :

47

Page 58: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Y = 0,102X + 0,0019

Perhitungan Kadar Allantoin Hari Pertama

Tabel 16. Pengambilan Pagi Hari

Pengambilan Pagi HariSampel

No.Simplo Duplo Rata-

RataX Faktor

PengenceranKadar

Creatinine (mg/L)

B-4 0,147 0,157 0,152 14,71 1 14,71753 0,68 0,673 0,6765 66,13 10 661,37

A-7(2) 0,623 0,626 0,6245 61,03 50 3051,962522 0,148 0,15 0,149 14,42 1 14,422641 0,225 0,226 0,2255 21,92 50 1096,07B10 0,332 0,344 0,338 32,95 50 1647,54B6 0,26 0,267 0,2635 25,64 50 1282,35760 0,507 0,506 0,5065 49,47 50 2473,52752 0,425 0,411 0,418 40,79 50 2039,70B-3 0,441 0,444 0,4425 43,1 50 2159,80B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,96A2 0,098 0,097 0,0975 9,37 50 468,62

Tabel 17. Pengambilan Siang HariPengambilan Pada Siang Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,328 0,324 0,326 31,77 1 31,77753 0,57 0,56 0,565 55,20 10 552,05

A-7(2) 0,32 0,337 0,328 32,01 1 32,012522 0,389 0,399 0,394 38,44 20 768,822641 0,13 0,122 0,126 12,16 50 608,33B10 0,293 0,307 0,3 29,22 50 1461,27B6 0,279 0,293 0,286 27,85 50 1392,64760 0,602 0,608 0,605 59,12 50 2956,37752 0,313 0,31 0,311 30,35 50 1517,64B-3 0,452 0,444 0,448 43,73 50 2186,76B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,96A2 0,098 0,097 0,097 9,37 50 468,62

Tabel 18. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari

48

Page 59: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Sampel No.

Simplo

Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,623 0,622 0,6225 60,84 50 3042,15753 0,675 0,685 0,68 66,48 20 1329,60

A-7(2) 0,456 0,486 0,471 45,99 50 2299,502522 0,55 0,551 0,5505 53,78 50 2689,212641 0,13 0,129 0,1295 12,50 50 625,49B10 0,264 0,258 0,261 25,40 50 1270,09B6 0,369 0,455 0,412 40,20 50 2010,29760 0,326 0,328 0,327 31,87 50 1593,62752 0,166 0,256 0,211 20,50 50 1025B-3 0,289 0,299 0,294 28,63 50 1431,86B-5 0,555 0,554 0,5545 54,17 50 2708,82A2 0,599 0,62 0,6095 59,56 50 2978,43

Tabel 19. Pengambilan Malam HariPengambilan pada Malam Hari

Sampel No.

Simplo

Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,707 0,7 0,7035 68,78 50 3439,21753 0,289 0,288 0,2885 28,09 50 1404,90

A-7(2) 0,651 0,653 0,652 63,73 50 3186,762522 0,457 0,458 0,4575 44,67 50 2233,332641 0,124 0,141 0,1325 12,80 50 640,19B10 0,661 0,631 0,646 63,14 50 3157,35B6 0,198 0,199 0,1985 19,27 50 963,72760 0,507 0,506 0,5065 49,47 50 2473,52752 0,525 0,524 0,5245 51,23 150 7685,29B-3 0,896 0,902 0,899 87,95 50 4397,54B-5 0,724 0,722 0,723 70,69 50 3534,80A2 0,131 0,132 0,1315 12,70 50 635,29

49

Page 60: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

Perhitungan Kadar Allantoin Pada hari Kedua Pengambilan

Tabel 20.Pengambilan Pagi HariPengambilan Pagi Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,532 0,526 0,529 51,69 50 2583,82753 0,46 0,446 0,453 44,22 50 2211,27

A-7(2) 0,349 0,359 0,354 34,51 50 1725,982522 0,542 0,544 0,543 53,04 50 2652,452641 0,353 0,358 0,355 34,67 50 1733,33B10 0,415 0,396 0,405 39,56 50 1978,43B6 0,451 0,477 0,464 45,30 50 2265,19760 0,554 0,544 0,549 53,63 50 2681,86752 0,425 0,411 0,418 40,79 50 2039,70B-3 0,441 0,444 0,442 43,19 50 2159,80B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,960A2 0,098 0,097 0,097 9,37 50 468,6274

Tabel 21. Pengambilan Siang HariPengambilan Pada Siang Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,404 0,409 0,406 39,66 50 1983,333333753 0,486 0,492 0,489 47,75 50 2387,74

A-7(2) 0,381 0,388 0,384 37,50 50 1875,492522 0,563 0,562 0,562 54,96 50 2748,032641 0,47 0,485 0,477 46,62 50 2331,37B10 0,292 0,329 0,310 30,25 50 1512,74B6 0,593 0,601 0,597 58,34 50 2917,15760 0,602 0,608 0,605 59,12 50 2956,37752 0,313 0,31 0,311 30,35 50 1517,64B-3 0,452 0,444 0,448 43,73 50 2186,76B-5 0,197 0,185 0,191 18,53 50 926,96A2 0,098 0,097 0,097 9,37 50 468,62

Tabel 22. Pengambilan Sore HariPengambilan Pada Sore Hari

Sampel No.

Simplo Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

50

Page 61: LAPORAN analisis Kreatinin dan Allantoin pada sapi perah

B-4 0,825 0,814 0,8195 80,15 50 4007,84753 0,095 0,098 0,0965 9,27 50 463,72

A-7(2) 0,376 0,389 0,3825 37,31 50 1865,682522 0,394 0,415 0,4045 39,47 50 1973,52B10 0,13 0,129 0,1295 12,50 50 625,49760 0,326 0,328 0,327 31,87 50 1593,62752 0,166 0,256 0,211 20,5 50 1025B-3 0,289 0,299 0,294 28,63 50 1431,86B-5 0,555 0,554 0,5545 54,17 50 2708,82A2 0,599 0,62 0,6095 59,56 50 2978,43

Tabel 23. Pengambilan Malam HariPengambilan Pada Malam hari

Sampel No.

Simplo

Duplo Rata-Rata

X Faktor Pengenceran

Kadar Creatinine

(mg/L)B-4 0,634 0,629 0,6315 61,72 50 3086,27753 0,208 0,21 0,209 20,30 50 1015,19

A-7(2) 0,296 0,401 0,3485 33,98 50 1699,012522 0,276 0,267 0,2715 26,43 50 1321,562641 0,151 0,152 0,1515 14,66 50 733,33B10 0,196 0,206 0,201 19,51 50 975,98B6 0,211 0,221 0,216 20,99 50 1049,50760 0,11 0,119 0,1145 11,03 50 551,96752 0,178 0,18 0,179 17,36 50 868,13B-3 0,158 0,155 0,1565 15,15 50 757,84B-5 0,182 0,206 0,194 18,83 50 941,67A2 0,385 0,384 0,3845 37,50 50 1875,49

51