ukd 3 iad makalah

24
MELIHAT PERBEDAAN DAN PERBANDINGAN ANTARA EKOSISTEM PEMUKIMAN KOTA DENGAN EKOSISTEM PEMUKIMAN DESA DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGI DI SUSUN OLEH: TRIANA RAHMAWATI D0311068 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Upload: gina-septriana

Post on 10-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UKD 3 IAD Makalah

MELIHAT PERBEDAAN DAN PERBANDINGAN ANTARA

EKOSISTEM PEMUKIMAN KOTA DENGAN EKOSISTEM

PEMUKIMAN DESA DARI SUDUT PANDANG SOSIOLOGI

DI SUSUN OLEH:

TRIANA RAHMAWATI D0311068

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: UKD 3 IAD Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan ini pada dasarnya saling bergantung dan berpengaruh antara

yang satu dengan yang lain, seperti manusia yang bergantung dengan alam

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari begitu juga alam yang

bergantung dengan manusia untuk menjaga dan melestarikan kehidupan

alam, maupun antara manusia yang satu dengan yang lain yang juga memiliki

hubungan timbale balik diantara keduanya dan ini berlaku juga untuk

tumbuhan dan hewan, inilah makna dari ekosistem itu sendiri jika dikaitkan

dengan ilmu social khususnya ilmu sosiologi. Dari hubungan ini, yang

terjalin terus-menerus dan tak akan pernah putus sampai kapanpun, tanpa kita

sadari akan membentuk ekosistem-ekosistem yang tidak terbatas pada

ekosistem alami yang memang murni tercipta dari alam namun akan

membentuk pula ekosistem buatan seperti ekosistem pemukiman kota dan

desa yang memiliki ketimpangan dianatara keduanya, memiliki dampak yang

berbeda-beda dalam kehidupan seperti kehidupan dengan social dan budaya

yang baragam maupun penyakit yang ditimbulkan hingga perbedaan dengan

begitu jelas terlihat dan dapat di analis dengan ilmu sosiologi. Dari

menganalisis perbedaan-perbedaan ini, akan kita pahami dengan baik bahwa

perkotaan tidak selamanya membawa dampak baik dan positif untuk manusia

karena perbandingan antara luas lahan pemukiman dengan jumlah penduduk

yang tidak sebanding. Sedangkan di pedesaan memiliki dampak baik yang

tidak kita sadari karena terlalu berambisi dan berparadigma yang salah seperti

fikiran bahwa hidup di kota pasti membawa kesuksesan tanpa dibekali

ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang bisa bersaing dengan penduduk kota

yang sudah memiliki tekhnologi lebih canggih, ilmu yang lebih maju dan

kehidupan yang lebih terbuka padahal di desa yang dimana luas lahannya

Page 3: UKD 3 IAD Makalah

yang kekurangan sumber daya manusia untuk mengelola dan memajukan

kehidupan desa.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

yang dibahas adalah :

1. Hal apa yang menyebabkan terbentuknya sebuah ekosistem?

2. Bagaimana gambaran kehidupan ekosistem pemukiman kota?

3. Bagaimana penyakit dapat berkembangbiak di kehidupan kota yang sudah

maju?

4. Mengapa terjadi perbedaan yang timpang antara ekosistem kehidupan

kota dengan ekosistem kehidupan desa?

5. Seberapa timpang perbedaan diantara keduanya tersebut?

6. Bagaimana penyelesaian dari ketimpangan yang muncul.

C. Tujuan Penilitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam program ini adalah:

1. Mengetahui penyebab terbentuknya sebuah ekosistem.

2. Mengetahui gambaran kehidupan ekosistem pemukiman kota.

3. Mengetahui penyakit dapat berkembangbiak di kehidupan kota yang sudah

maju.

4. Mengetahui perbedaan yang timpang antara ekosistem kehidupan kota

dengan ekosistem kehidupan desa.

5. Mengetahui seberapa timpang perbedaan diantara keduanya.

6. Mengetahui solusi penyelesaian dari ketimpangan yang muncul.

D. Manfaat Penelitian

1. Melalui program ini pembaca dapat memahami

ekosistem dari sudut pandang ilmu social khususnya sosiologi.

Page 4: UKD 3 IAD Makalah

2. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia

baik di ekosistem pemukiman desa maupun kota dengan menambah

wawasan mereka

BAB II

LANDASAN TEORI

E. GAMBARAN EKOSISTEM SECARA UMUM

Ekosistem adalah suatu system ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik yang tidak bisa dipisahkan antara lingkungan dengan makhluk hidup

(organisme) dengan kata lain ekosistem adalah suatu tatanan kesatuan secara utuh

dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi

antara satu dengan yang lainnya

Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan

lingkungan fisik sebagai suatu system dimana organisme akan beradaptasi dengan

lingkungan fisik juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.

Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan

oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang

harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah

yang disebut dengan hukum toleransi.Misalnya seperti panda memiliki toleransi

yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap

makanannya, yaitu bambu dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem

dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai

sumber makanannnya. Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia seperti

kita dapat memperlebar kisaran toleransinya karena kemampuannya untuk

berpikir, mengembangkan tekhnologi yang tidak dianugerahkan untuk ciptaan

Tuhan lainnya.

Bicara ekosistem, maka kita tahu bahwa ekosistem terbagi menjadi dua yakni,

ekosistem alami dan ekosistem buatan. Yang membedakan keduanya adalah dari

proses pembentukannya. ekosistem alami dibagi lagi menjadi dua yaitu Abiotik

Page 5: UKD 3 IAD Makalah

dan Biotik. komponen tak hidup atau Abiotik adalah komponen fisik dan kimia

tempat berlangsungnya kehidupan. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi

dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik,

senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu:

1. Suhu . Proses biologi dipengaruhi suhu seperti mamalia dan unggas yang

membutuhkan suhu untuk meregulasi temperature dalam tubuhnya.

2. Air . Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di

gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.

3. Garam . Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam

organisme. Beberapa organism harus beradaptasi dengan lingkungan yang

berkadar garam tinggi.

4. Cahaya matahari . Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses

fotosintesis.

5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik,

pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan

pada kandungan sumber makanannya di tanah.

6. Iklim . Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu

area. Iklim dibagi lagi menjadi dua yakni Iklim makro meliputi iklim

global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah

yang dihuni komunitas tertentu.

Biotik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup

(organisme). Komponen biotik adalah komponen yang menyusun suatu ekosistem

selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya,

makhluk hidup dibedakan menjadi:

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan

organik yang disediakan oleh organism lain sebagai makanannya. Disebut juga

konsumen makro atau fatograf karena makanan yang dimakan berukuran lebih

kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan yang

Page 6: UKD 3 IAD Makalah

berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof)

karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai

menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang

sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai

adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan

pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu.

Dari hubungan yang saling bergantungan dan timbale balik inilah terjadi

ketergantungan yang membentuk suatu rantai makanan yaitu perpindahan materi

dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu.

Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara

komponen biotik dan abiotik.

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman

atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki

keanekaragaman rendah.[1] Contoh ekosistem buatan adalah:

bendungan

hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus

agroekosistem berupa sawah tadah hujan

sawah irigasi

perkebunan sawit

ekosistem pemukiman seperti kota dan desa

ekosistem ruang angkasa.

Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.

Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran

yang eksesif seperti polusi dan panas. Apa yang menyebabkan ini semua? Kita

akan membahasnya dalam bab ekosistem pemukiman kota.

F. EKOSISTEM PEMUKIMAN KOTA

Page 7: UKD 3 IAD Makalah

Ekosistem permukiman dalam hal ini adalah sebuah ekosistem kota. Ekosistem

kota adalah lingkungan buatan yang seutuhnya diciptakan oleh manusia termasuk

hubungan sosial budayanya yang diciptakan untuk mereka sendiri. Ekosistem kota

merepresentasikan ekpresi tertinggi dari perkembangan teknologi dan evolusi

budaya manusia yang sudah lebih maju daripada sebelumnya. Komponen yang

mudah dikenali sebagai ciri bagian dari ekosistem kota adalah bangunan gedung,

komplek perumahan dan jaringan sarana transportasi. Juga termasuk di dalamnya

sejumlah jenis tanaman dan binatang yang ditempatkan pada tempat hidup yang

spesifik. Karakteristik dasar dari ekosistem kota secara umum tidak berbeda

dengan ekosistem agrikutur. Di kedua ekosistem tersebut terjadi interaksi antara

komponen hayati dan non hayati, kedua-duanya memang dipengaruhi oleh

manusia itu sendiri. Namun dominansi peran manusia pada ekosistem kota jauh

lebih tinggi, karena manusia mengendalikan komponen utama dalam lingkungan

kota, yang terdiri dari manusia itu sendiri, komponen non-manusia, dan struktur

fisiknya.

Manusia mengharapkan penyusun ekosistem kota bekerja bersama-sama untuk

mendukung kehidupannya dan meningkatkan kualitas hidupannya. Namun

demikian, komponen-komponen itu dan interaksi antar mereka seringkali

menimbulkan masalah dalam pandangan manusia (antrophosentris). Kita tilik dari

sejarah perkembangan kota sejak awal.

G. SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA

Sejarah pekembangan kota menunjukkan bahwa pada awal tahun 1800

masyarakat yang hidup di ekosistem perkotaan diperkirakan hanya 1,7% dari

seluruh populasi dunia. Pada saat itu masyarakat hidup di pedesaan dengan

lingkungan hidup agraris. Hadirnya masyarakat industri yang ditandai dengan

revolusi Industri di Inggris dengan ditemukannya mesin pemintal pada akhir tahun

1800-an yang mengubah kehidupan dari bertani menjadi industry dan memulai

kecenderungan terjadinya urbanisasi secara global karena banyak alasan yang

sangat mendukung ketika itu. Pada tahun 1950 populasi masyarakat kota

Page 8: UKD 3 IAD Makalah

meningkat menjadi 28%, pada tahun 1985 mencapai 42%, dan pada tahun 2000-

an akibat pertumbuhan pesat dari penduduk kota menyebabkan setengah

penduduk dunia akan tinggal pada kota-kota besar maka tidak heran jika pada

saat ini disebut sebagai urban millineum (dikutip dari www.google.com)

Seperti halnya perkembangan kota-kota lainnya di dunia, perkembangan kota-kota

di Indonesia pun mengalami percepatan pertumbuhan penduduk yang sangat

tinggi. Sebagai contoh misalnya Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara, diduga

akan mengalami pertambahan ganda (doubling-time) dari apa yang terjadi pada

saat ini. Jumlah penduduk kota ini akan meningkat dari 9.842.800 jiwa menjadi

19.773.875 jiwa sehingga kepadatan penduduk akan meningkat dari 14.851

jiwa/km2 menjadi 29.870 jiwa/km2. Di samping itu perkembangan megapolitan

Jakarta dengan wilayah sekitarnya telah menyatu membentuk kawasan

megapolitan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).

Kawasan ini juga pada akhirnya mengalami pertumbuhan jumlah penduduk yang

sangat tinggi, dari 16 juta jiwa pada tahun 1990, meningkat menjadi 19 juta jiwa

pada tahun 1996 dan diperkirakan pada tahun 2020-an akan mencapai 30,2 juta

jiwa. Demikian halnya dengan apa yang terjadi pada perkembangan kota-kota lain

di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Perkembangan metropolis Surabaya

telah menyebabkan meningkatnya urbanisasi sehingga jumlah penduduk Kota

Surabaya juga diduga akan mengalami peningkatan dari 2.599.796 jiwa pada

tahun 2005 menjadi hampir 4 juta jiwa pada tahun 2010. Peningkatan laju

pertumbuhan kota Surabaya diikuti oleh perkembangan kota-kota seperti Sidoarjo,

Gresik, dan Pasuruan.

Peningkatan jumlah penduduk di ekosistem perkotaan dimbangi dengan

pertumbuhan ekonomi kawasan dan aset pembangunan seperti infrastruktur kota,

jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan lain-lain. Namun

demikian terjadi pula peningkatan perubahan bentang alam, konversi lahan,

peningkatan ketidakteraturan, berkurangnya kebersihan dan meningkatnya volume

sampah serta pencemaran udara serta air. Di samping itu, muncul permasalahan

yang berkaitan dengan hadirnya organisme-organisme vektor penyakit (hama

Page 9: UKD 3 IAD Makalah

permukiman). Kehadiran organisme vektor penyakit ini merupakan bagian dari

masalah yang muncul pada ekosistem kota .

Berbagai vektor penyakit yang sebagian besar dari kelompok serangga mampu

beradaptasi pada lingkungan yang khas dan kondisi yang diciptakan oleh manusia

dan menjadi toleran terhadap kondisi suhu serta kelembaban tertentu yang

merupakan karakteristik lingkungan hidup manusia.

H. EKOSISTEM KOTA DAN BERBGAI PENYAKIT YANG

BERKEMBANGBIAK

Bagian terbesar dari organisme yang berperan sebagai vektor penyakit adalah

kelompok serangga (antropoda). Tidak mengherankan karena serangga dapat kita

jumpai dimana saja dan merupakan kelompok terbesar dari kingdom animalia

(dunia binatang). Keragamannya yang sangat besar menunjukkan kemampuan

dari kelompok binatang ini untuk bertahan hidup termasuk pada lingkungan yang

diciptakan oleh manusia. Terdapat beberapa alasan mengapa serangga mampu

hidup sukses dalam ekosistem perkotaan. Seperti banyak serangga yang mudah

dilihat karena ukuran yang besar namun sangat sukar mencari kutu busuk karena

ukurannya yang kecil bahkan banyak pula serangga lain yang ukurannya jauh

lebih kecil sehingga sangat sukar dilihat dengan mata telanjang. Sebagai contoh

ratusan individu lalat dapat berkembang hanya pada kotoran kecil hewan

berukuran besar. Ribuan kecoa dapat ditemukan pada retakan dan lubang-lubang

kecil di dapur, sepanjang ada makanan dan air tersedia bagi populasinya. Nyamuk

bahkan mampu bertelur, jentiknya hidup hanya pada tutup-tutup botol, kaleng

bekas, atau pelepah daun palmae dimana terdapat genangan air yang sangat

sedikit. Kemampuan mengekloitasi habitat inilah yang menyebabkan serangga

dapat dijumpai dimana-mana di sekitar kita terutama di pemukiman perkotaan

yang mendukung sekali berkembangbiaknya serangga-serangga itu. Selain itu

serangga walaupun berukuran kecil tetapi kelimpahan atau jumlahnya banyak

dalam sekali bereproduksi dan mampu mencapai usia dewasa dengan cepat untuk

bereproduksi kembali contohnya Kecoa Amerika (Periplaneta americana) dan

Page 10: UKD 3 IAD Makalah

keturunannya mampu menghasilkan 800 ekor kecoa dalam setahun. Kedua faktor

ini (jumlah dan reproduksi) mengantarkannya menuju kemampuan penyesuaian

diri (adaptasi) dengan lingkungannya.

Kemampuan beradaptasi karena adanya variasi genetik dan siklus hidupnya yang

pendek merupakan alasan kemampuan hidup serangga dalam lingkungan hidup

perkotaan. Serangga yang berukuran kecil dan memiliki luas permukaan yang

besar sangat rentan mengalami penguapan, namun karena berpenutup tubuh yang

unik maka ia mampu mengatasi masalah dan bertahan hidup. Serangga merupakan

hewan pertama yang mengembangkan kemampuan untuk terbang dan

kemampuan ini sangatlah berperan penting dalam kesuksesannya berkompetisi

dengan manusia. Kemampuan terbang ini menjadi modal perjuangan serangga

untuk berkompetisi dengan manusia dan lingkungannya. Serangga yang lainnya

selain kecoa adalah nyamuk, lalat dan semut.

Disamping kelompok serangga, vektor penyakit yang sukses hidup pada

ekosistem kota adalah tikus. Tikus sebagai hewan rodentia sukses dalam

beradaptasi di berbagai lingkungan, baik lingkungan yang nyaman maupun di

lingkungan paling ekstrim sekalipun, seperti di daerah kering, kotor dan tandus.

Di ekosistem kota, tikus hidup dan bersarang di saluran/sistem drainase, di rumah-

rumah, di gudang-gudang tempat penyimpanan bahan pangan, di gedung-gedung

perkantoran, di daerah perdagangan, atau di hotel-hotel dan bangunan gedung

lainnya.

I. PERBEDAAN EKOSISTEM KEHIDUPAN KOTA DENGAN DESA DITILIK

DARI KACAMATA SOSIOLOGI

Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan

antara desa dan kota. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1) jumlah dan kepadatan penduduk

2) lingkungan hidup;

3) mata pencaharian;

4) corak kehidupan sosial;

Page 11: UKD 3 IAD Makalah

5) stratifikasi sosial;

6) mobilitas .sosial;

7) pola interaksi sosial;

8) solidaritas sosial; dan

9) kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.

Meskipun tidak ada ukuran pasti, kota memiliki penduduk yanag jumlahnya lebih

banyak dibandingkan desa. Hal ini mempunyai kaitan erat dengan kepadatan

penduduk, yaitu jumlah penduduk yang tinggal pada suatu luas wilayah tertentu,

misalnya saja jumlah per KM " (kilometer persegi) atau jumlah per hektar.

Kepadatan penduduk ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pola

pembangunan perumahan. Di desa jumlah penduduk sedikit, tanah untuk

keperluan perumahan cenderung ke arah horisontal, jarang ada bangunan rumah

bertingkat. Jadi karena pelebaran samping tidak memungkinkan maka untuk

memenuhi bertambahnya kebutuhan perumahan, pengembangannya mengarah ke

atas.

Lingkungan hidup di pedesaan sangat jauh berbeda dengan di perkotaan.

Lingkungan pedesaan terasa lebih dekat dengan alam bebas. Udaranya bersih,

sinar matahari cukup, tanahnya segar diselimuti berbagai jenis tumbuh¬tumbuhan

dan berbagai satwa yang terdapat di sela-sela pepohonan, di permukaan tanah, di

rongga-rongga bawah tanah ataupun berterbangan di udara bebas. Air yang

menetes, merembes atau memancar dari sumber¬sumbernya dan kemudian

mengalir melalui anak-anak sungai mengairi petak¬petak persawahan. Semua ini

sangat berlainan dengan lingkungan perkotaan yang sebagian besar dilapisi beton

dan aspal. Bangunan-bangunan menjulang tinggi saling berdesak-desakan dan

kadang-kadang berdampingan dan berhimpitan dengan gubug-gubug liar dan

pemukiman yang padat.

Udara yang seringkali terasa pengap, karena tercemar asap buangan cerobong

pabrik dan kendaraan bermotor. Hiruk-pikuk, lalu lalang kendaraan ataupun

Page 12: UKD 3 IAD Makalah

manusia di sela-sela kebisingan yang berasal dariberbagai sumber bunyi yang

seolah-olah saling berebut keras satu sama lain. Kota sudah terlalu banyak

mengalami sentuhan teknologi, sehingga penduduk kota yang merindukan alam

kadang-kadang memasukkan sebagian alam ke dalam rumahnya, baik yang

berupa tumbuh-tumbuhan, bahkan mungkin hanya gambarnya saja.

Perbedaan paling menonjol adalah pada mata pencaharian. Kegiatan utama

penduduk desa berada di sektor ekonomi primer yaitu bidang agraris. Kehidupan

ekonomi terutama tergantung pada usaha pengelolaan tanah untuk keperluan

pertanian, peternakan dan termasuk juga perikanan darat. Sedangkan kota

merupakan pusat kegiatan sektor ekonomi sekunder yang meliputi bidang industri,

di samping sektor ekonomi tertier yaitu bidang pelayanan jasa. Jadi kegiatan di

desa adalah mengolahalam untuk memperoleh bahan-bahan mentah, baik bahan

kebutuhan pangan, sandang maupun lain-lain bahan mentah untuk memenuhi

kebutuhan pokok manusia. Sedangkan kota mengolah bahan-bahan mentah yang

berasal dari desa menjadi bahan-bahan asetengah jadi atau mengolahnya sehingga

berwujud bahan jadi yang dapat segera dikonsumsikan. Dalam hal distribusi hasil

produksi ini pun terdapat perbedaan antara desa dan kota. Di desa jumlah ataupun

jenis barang yang tersedia di pasaran sangat terbatas. Di kota tersedia berbagai

macam barang yang jumlahnya pun melimpah. Bahkan tempat penjualannya pun

beraneka ragam. Ada barang-barang yang dijajakan di kaki-lima, dijual di pasar

biasa di mana pembeli dapat tawar-menawar dengan penjual atau dijual di

supermarket dalam suasana yang nyaman dan harga yang pasti. Bidang produksi

dan jalur distribusi di perkotaan lebih kompleks bila dibandingkan dengan yang

terdapat di pedesaan, hal ini memerlukan tingkat teknologi yang lebih canggih.

Dengan demikian memerlukan tenaga-tenaga yang memilki keahlian khusus

untuk melayani kegiatana produksi ataupun memperlancar arus distribusinya.

Corak kehidupan sosial di desa dapat dikatakan masih homogen. Sebaliknya di

kota sangat heterogen, karena di sana saling bertemu berbagai suku bangsa,

agama, kelompok dan masing-masing memiliki kepentingan yang berlainan.

Page 13: UKD 3 IAD Makalah

Beranekaragamnya corak kegiatan di bidang ekonomi berakibat bahwa sistem

pelapisan sosial (stratifikasi sosial) kota jauh lebih kompleks daripada di desa.

Misalnya saja mereka yang memiliki keahlian khusus dan bidang kerjanya lebih

banyak memerlukan pemikiran memiliki kedudukan lebih tinggi dan upah lebih

besar daripada mereka yang dalam sistem kerja hanya mampu menggunakan

tenaga kasarnya saja. Hal ini akan membawa akibat bahwa perbedaan antara pihak

kaya dan miskin semakin menyolok.

Mobilitas sosial di kota jauh lebih besar daripada di desa. Di kota, seseorang

memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami mobilitas sosial, baik vertikal

yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, maupun

horisontal yaitu perpindahan ke pekerjaan lain yang setingkat.

Pola-pola interaksi sosial pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur sosial

masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan struktur sosial sangat dipengaruhi oleh

lembaga-lembaga sosial (social institutions) yang ada pada masyarakat tersebut.

Karena struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ada di pedesaan sangat

berbeda dengan di perkotaan, maka pola interaksi sosial pada kedua masyarakat

tersebut juga tidak sama. Pada masyarakat pedesaan, yang sangat berperan dalam

interaksi dan hubungan sosial adalah motif-motif sosial.

Dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar supaya kesatuan sosial (social unity)

tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan

jangan sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik, diusahakan supaya konflik

tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan, diusahakan

untuk dirukunkan, karena memang prinsip kerukunan inilah yang menjiwai

hubungan sosial pada masyarakat pedesaan, karena masyarakat ini sangat

mendambakan tercapainya keserasian (harmoni) dalam kehidupan berinteraksi

lebih dipengaruhi oleh motif ekonomi daripada motif-motif sosial. Di samping

motif ekonomi, maka motif-motif nasional lainnya misalnya saja politik,

pendidikan, kadang-kadang juga dalam hierarki sistem administrasi nasional,

maka kota memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada desa. Di negara kita

misalnya, urut-urutan kedudukan tersebut adalah : ibukota negara, kota propinsi,

Page 14: UKD 3 IAD Makalah

kota kabupaten, kota kecamatan, dan seterusnya. Semakin tinggi kedudukan suatu

kota dalam hierarki tersebut, kompleksitasnya semakin meningkat, dalam arti

semakin banyak kegiatan yang berpusat di sana. Kompleksitas di bidang

administrasi nasional atau kenegaraan ini biasanya sejajar dengan kompleksitas di

bidang kemasyarakatan lainnya, misalnya saja bidang ekonomi atau politik. Jadi

ibukota Negara di samping menjadi pusat kegatan pemerintahan, biasanya

sekaligus menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik dan bidang-bidang

kemasyarakatan lainnya. Belum ada angka yang pasti mengenai jumlah

pengangguran penuh di Indonesia, tetapi jumlah setengah pengangguran semakin

tahun semakin merisaukan.Untuk mengatasi ketimpangan masalah ini ada

beberapa cara yang dapat dilakukan seperti:

1. membendung arus urbanisasi.

2. mengalihkan pusat pembangunan pabrik (industri) ke pinggiran kota.

3. memaksimalkan potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya

manusia untuk kemajuan desa.

4. Transmigrasi untuk pemerataan penduduk dan mengurangi warga miskin

yang hidup menganggur tidak memiliki pekerjaan.

Page 15: UKD 3 IAD Makalah

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari kajian yang telah ditulis dengan uraian yang panjang dan padat, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pada dasarnya perbedaan antara masyarakat desa dan kota

yang mendasar ialah:

Masyarakat desa:

~ Hubungan kekerabatan-nya masih erat

~ Orang akan percaya pada hal-hal gaib apabila sudah kehabisan akal

~ Bersifat agraris

Masyarakat kota:

~ Masyarakatnya individualistis

~ Kepercayaan tradisional sudah hilang

~ Bersifat industri

Dari perbedaan-perbedaan ini di tambah dengan perbedaan lainnya yang telah

kami uraikan sebelumnya seperti pola pemukiman, pola interaksi social antar

masyarakat, dan sebagainya menyebabkan ekosistem pemukiman yang berbeda

pula tentunya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang membawa dampak

baik dan dampak buruk untuk ekosistem pemukiman disekitarnya yang harus

menjadikan kita belajar lebih bijak dari alam sekitar, jika tidak maka sesuai

dengan hukum ekosistem yaitu intinya hubungan timbal balik maka akan

berdampak yang sama seperti apa yang telah kita perbuat yang berakibat

berkembangbiaknya penyakit, rusaknya ekosistem disekitar kita dan kerugian

untuk diri kita sendiri tentunya. Jika kita bekerjasama membangun ekosistem

Page 16: UKD 3 IAD Makalah

pemukiman desa dan menjaga ekosistem ekosistem pemukiman kota, maka

terciptalah Indonesia yang bersih, nyaman dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

www.wikipedia.com

www.google.com (dalam buku Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi)