iad - iptek dan imtaq

23
MAKALAH IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh terhadap Alam, Sosial, dan Budaya Dikorelasikan dengan Al-Qur’an Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar Disusun Oleh: Eka Lusiandani Koncara Semester 7B Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta 2009

Upload: eka-l-koncara

Post on 11-Jun-2015

7.154 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Lebih lanjut, hubungi alamat berikut:[email protected]

TRANSCRIPT

Page 1: IAD - Iptek Dan Imtaq

MAKALAH IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh terhadap Alam, Sosial, dan Budaya

Dikorelasikan dengan Al-Qur’an

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar

Disusun Oleh: Eka Lusiandani Koncara

Semester 7B

Jurusan Pendidikan Agama Islam

STAI Dr. KHEZ Muttaqien Purwakarta

2009

Page 2: IAD - Iptek Dan Imtaq

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

hanya berkat petunjuk-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang

penulis susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar

di Program Pendidikan Agama Islam STAI Dr. KHEZ Muttaqien – Purwakarta.

Dalam makalah ini, penulis berusaha untuk membahas tentang

bagaimana IMTAQ dan IPTEK mempengaruhi alam, sosial, dan budaya, serta

bagaimana Al-Qur’an menanggapinya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan banyak terima

kasih kepada segenap pihak yang telah turut mendukung dalam penyusunan

makalah ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu

segala kritik dan saran akan menjadi begitu berharga demi peningkatan kualitas

keilmuan kita bersama.

Demikian, semoga bermanfaat.

Purwakarta, Januari 2009

Penulis

Page 3: IAD - Iptek Dan Imtaq

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2

A. IMTAQ ................................................................................................ 2

B. IPTEK .................................................................................................. 4

C. Alam, Sosial, dan Budaya ................................................................... 8

D. Al-Qur’an Berbicara tentang IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh

terhadap Alam, Sosial, dan Budaya ................................................... 13

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 20

Page 4: IAD - Iptek Dan Imtaq

1

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak orang beranggapan, apalagi kalangan sekuler, bahwa iman dan

taqwa tidak berpengaruh besar terhadap keadaan dan berbagai alam, sosial, dan

budaya. Iman dan taqwa juga tidak berarti apapun dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sungguh merupakan kecelakaan bagi orang memiliki

anggapan dan keyakinan semacam itu.

IMTAQ dan IPTEK adalah hal yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain.

Keduanya memiliki andil dan pengaruh yang tidak dapat dielakkan dalam

berbagai kejadian alam, lingkungan sosial, dan budaya masyarakat. IMTAQ

merupakan dasar dan pedoman dan IPTEK merupakan alat dan media yang

sangat mempengaruhi perjalanan dunia ini.

Lalu bagaimana Al-Qur’an menyikapinya? Jelas sekali bahwa Al-Qur’an

dalam hampir setiap ayatnya, mengulas dan membahas mengenai pengaruh

IMTAQ dan IPTEK terhadap alam, sosial, dan budaya.

Dalam makalah ini, penulis akan berusaha sedikit mengulas tentang

bagaimana IMTAK dan IPTEK mempengaruhi alam, sosial, dan budaya, serta

bagaimana Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia menyikapinya.

Page 5: IAD - Iptek Dan Imtaq

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. IMTAQ

Secara bahasa iman berarti pembenaran (tashdiq) yang pasti dan tidak

terkandung keraguan di dalamnya. Pembenaran yang dimaksud dari iman ini

meliputi dua perkara, yaitu membenarkan segala berita, perintah, dan larangan,

serta melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan- larangan-

Nya.

Adapun secara istilah, Ahlus Sunnah wal Jamaah berpemahaman bahwa

iman adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amalan dengan

anggota badan. Sebagian mereka ada pula yang mendefinisikan iman dengan

‘ucapan dan amalan’ atau ‘ucapan, amalan, dan niat’ namun semua pengertian

tentang iman ini tidaklah saling bertentangan.

Jadi Iman terdiri dari tiga bagian:

Pertama, keyakinan hati dan amalan hati dan Rasul-Nya sebagaimana

firman Allah: , yakni keyakinan dan pembenaran terhadap apa yang datang dari

Allah.

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan

membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka

memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah

balasan orang-orang yang berbuat baik. ” (Az-Zumar: 33-34)

Adapun amalan hati di antaranya adalah niat yang benar, ikhlas, cinta,

tunduk dan semacamnya terhadap apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya

sebagaiman firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 2 atau yang lainnya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila

disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada

mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada

Tuhanlah mereka bertawakal. ”

Page 6: IAD - Iptek Dan Imtaq

3

Kedua, ikrar lisan dan amalan lisan. Ikrar lisan yaitu mengucapkan dua

kalimat syahadat dan mengakui konsekuensi dari keduanya. Rasulullah bersabda

yang artinya: “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka

mengatakan La Ilaha Illallah dan bahwasanya aku adalah Rasulullah. (Shahih, HR

Bukhari dan Muslim)

Sedangkan amalan lisan adalah sebuah amalan yang tidak bisa terlaksana

kecuali dengan lisan, seperti membaca Al Qur’an, dzikir, tasbih, tahmid, takbir,

do’a istighfar, dan lain-lain. Allah berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab dan mendirikan

shalat dan menafkahkan sebagian dari rizqi yang Kami anugerahkan kepada

mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan

perniagaan yang tidak akan merugi.” (Fathir: 29)

Ketiga, amalan anggota badan yaitu sebuah amalan yang tidak terlaksana

kecuali dengan anggota badan seperti ruku’, sujud, jihad, haji dan lain-lain. Allah

berfirman dalam surat Al-Haj ayat 77-78, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman ruku’lah kamu, sujudlah kamu,

sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan agar kamu mendapat

kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-

benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk

kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim.

Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan

(begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu

dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah

shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah

pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”

Allah memerintahkan kita supaya menjadi orang-orang yang bertaqwa

sehingga untuk itu Allah menjanjikan banyak hal kepada orang-orang bertaqwa.

Taqwa adalah sumber bagi segala kekayaan. Memiliki taqwa artinya memiliki

segalanya, yakni segala kesenangan lahiriah dan batiniah.

Page 7: IAD - Iptek Dan Imtaq

4

Orang bertaqwa, dengan jabatan tinggi yang disandang, dia tidak

sombong. Dengan kekayaan yang dimiliki, dia tidak bakhil. Dengan ilmu yang

yang tinggi, dia tidak berlagak dan takabur. Kalau dia miskin, dia akan akan

terjauh dari sifat dengki.

Alangkah hebat dan bijaknya orang yang mengejar ketaqwaan. Karena

taqwa mengatasi segala nilai pangkat, derajat, gaji besar, banyak harta dan lain-

lain. Taqwa adalah satu derajat tertinggi di sisi Allah. Kalau manusia dapat

memperolehnya, jadilah dia manusia yang agung dan mulia.

Allah berfirman: " Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah

kamu yang paling bertaqwa." (Al Hujurat: 13)

Cara hidup orang bertaqwa berbeda sekali dengan cara hidup orang yang

tidak bertaqwa. Bedanya bagaikan langit dengan bumi. Baik dalam hal hidup

dalam rumah tangga, dalam jemaah, dalam negeri atau dalam negara. Bagi

orang-orang yang bertaqwa, banyak perkara yang pelik dan keramat yang

berlaku. Kalau ada masyarakat dan pemimpin dalam satu negara yang bertaqwa,

maka Allah akan datangkan pertolongan ghaib yang luar biasa.

B. IPTEK

Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan

syarat tertentu, yaitu: sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif.

Objek Ilmu Pengetahuan

1. Objek materia: seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek

penyelidikan suatu ilmu.

2. Objek forma: objek materia yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga

membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya, jika berobjek materia sama.

Pada garis besarnya, objek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia.

Beberapa cabang ilmu pengetahuan yaitu:

1. Ilmu Pengetahuan Alam

2. Ilmu Kemasyarakatan

3. Ilmu Humaniora

Page 8: IAD - Iptek Dan Imtaq

5

Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan

dalam melakukan tugasnya (memelajari, meneruskan, menolak/menerima serta

mengubah/menambah suatu ilmu). Sikap yang seharusnya dimiliki oleh ilmuwan

adalah:

1. skeptif (ragu dan sanksi),

2. penasaran (minat, hasrat dan semangat),

3. objektif (menghindari sikap subjektif, emosi, prasangka),

4. jujur intelektual

5. lain-lain (rendah hati, lapang dada, toleran, sabar dsb.).

Fungsi ilmu pengetahuan adalah:

1. Deskriptif,

2. Pengembangan,

3. Prediksi,

4. Kontrol.

Tegasnya, fungsi ilmu pengetahuan adalah untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia di dalam pelbagai bidangnya.

Beberapa metode ilmu pengetahuan yaitu:

1. Koleksi

2. Observasi

3. Seleksi

4. Klasifikasi

5. Interpretasi

6. Generalisasi

7. Perumusan hipotesis

8. Verifikasi/pengujian

9. Evaluasi/penilaian

10. Perumusan teori

11. Perumusan dalil/hukum.

Page 9: IAD - Iptek Dan Imtaq

6

Batas dan relativitas ilmu pengetahuan yaitu:

1. Tidak semua persoalan manusia dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan.

2. Nilai kebenaran ilmu pengetahuan itu positif (sampai saat ini) dan relatif

(tidak mutlak).

3. Masalah-masalah yang di luar jangkauan ilmu pengetahuan diserahkan

kepada filsafat.

Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu

bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut

Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan

perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua

dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya

mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam

interaksinya satu terhadap lainnya.

Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana

pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar

(1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur

politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan

budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk

lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi

ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar

(1987, 161) adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia

merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa,

menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut hal pengetahuan objektif

(tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan

(termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup

teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas

hasil sains.

Seringkali diadakan pemisahan, bahkan pertentangan antara sains dan

penelitian ilmiah yang bersifat mendasar (basic science and fundamental) di satu

Page 10: IAD - Iptek Dan Imtaq

7

pihak dan di pihak lain sains terapan dan penelitian terapan (applied science and

applied research). Namun, satu sama lain sebenarnya harus dilihat sebagai dua

jalur yang bersifat komplementer yang saling melengkapi, bahkan sebagai bejana

berhubungan; dapat dibedakan, akan tetapi tidak boleh dipisahkan satu dari

yang lainnya (Djoyohadikusumo 1994, 223).

Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah

mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur

Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna

wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di

abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’

atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu

sendiri. Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-

alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti

suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar

definisi teknologi, lanjut Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan

sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107)

mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang

merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu

dalam cara yang memungkinkan pengulangan.

Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra (107) teknologi jauh lebih tua daripada

sains. Asal-usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia,

yaitu ketika bahasa, kesadaran reflektif dan kemampuan membuat alat

berevolusi bersamaan. Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi nama

Homo habilis (manusia terampil) untuk menunjukkan kemampuannya membuat

alat-alat canggih.

Dari perspektif sejarah, seperti digambarkan oleh Toynbee (2004, 35)

teknologi merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya

tidak hidup dengan makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang

menerangi sebagian sisi non material kehidupan manusia. Teknologi, lanjut

Toynbee (2004, 34) merupakan syarat yang memungkinkan konstituen-

Page 11: IAD - Iptek Dan Imtaq

8

konstituen non material kehidupan manusia, yaitu perasaan dan pikiran ,

institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung dari

bukti kecerdasan manusia.

Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi berkembang lebih jauh

dari yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untuk mencapai tujuan praktis

atau sebagai sesuatu yang dibuat atau diimplementasikan serta metode untuk

membuat atau mengimplementasikannya. Dua pengertian di atas telah

digantikan oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti

kekuasaan politik di mana kebangkitan teknologi Barat telah menaklukkan dunia

dan sekarang telah digunakan di era dunia baru yang lebih ganas. Untuk

memperjelas statement tersebut, kita coba menelaah teknologi secara lebih

dalam lagi. Melihat substansi teknologi secara lebih komprehensif, yaitu konsepsi

teknologi dari kerangka filsafat.

C. Alam, Sosial, dan Budaya

Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya.

Dalam skala, "alam" termasuk segala sesuatu dari semesta pada subatom. Ini

termasuk seluruh hal binatang, tanaman, dan mineral; seluruh sumber daya alam

dan peristiwa (hurrikan, tornado, gempa bumi). Juga termasuk perilaku binatang

hidup, dan proses yang dihubungkan dengan benda mati.

Sumber Daya Alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang

berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

SDA dibagi menjadi dua, yaitu,SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang

tidak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah,

tumbuhan dan hewan. SDA ini harus kita jaga kelestariannya agar tidak merusak

keseimbangan ekosistem. SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya

barang tambang yang ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara,

timah dan nikel. Kita harus menggunakan SDA ini seefisien mungkin. Sebab,

seperti batu bara, baru akan terbentuk kembali setelah jutaan tahun kemudian.

SDA juga dapat dibagi menjadi SDA hayati' dan SDA non-hayati.

Page 12: IAD - Iptek Dan Imtaq

9

1. SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup. Seperti: hasil

pertanian, perkebunan, pertambakan dan perikanan.

2. SDA non-hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik).

Seperti: air, tanah, barang-barang tambang.

Pemanfaatan SDA: Tumbuhan Manfaat tumbuhan antara lain:

Menghasilkan oksigen bagi manusia dan hewan Mengurangi polusi karena dapat

menyerap karbondioksida yang dipakai tumbuhan untuk proses fotosintesis

Mencegah terjadinya erosi, tanah longsor dan banjir Bahan industri, misalnya

kelapa sawit bahan industri minyak goreng Bahan makanan, misalnya padi

menjadi beras Bahan minuman, misalnya teh dan jahe

Persebaran sumber daya alam tidak selamanya melimpah. ada beberapa

sumber daya alam yang terbatas jumlahnya. terkadang dalam proses

pembentukannya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama dan tidak dapat

di tunggu oleh tiga atau empat generasi keturunan manusia.

Sosial dapat berarti kemasyarakatan, dengan gejala sebagai berikut:

1. Struktur sosial - urutan derajat kelas sosial dalam masyarakat mulai dari

terendah sampai tertinggi. Contoh: kasta.

2. Diferensiasi sosial - suatu sistem kelas sosial dengan sistem linear atau

tanpa membeda-bedakan tinggi-rendahnya kelas sosial itu sendiri.

Contoh: agama.

3. Integrasi sosial - pembauran dalam masyarakat, bisa berbentuk asimilasi,

akulturasi, kerjasama, maupun akomodasi.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang

yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana

sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa

Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan

hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas

yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).

Page 13: IAD - Iptek Dan Imtaq

10

Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok

orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat

dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan,

serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia

kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam

bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat

pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan

masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai

kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:

berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku,

chiefdom, dan masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan

persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti

teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara

implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai

perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Diferensiasi sosial merupakan perbedaan seseorang dilihat dari suku

bangsa, ras, agama, klan, dan sebagainya.

Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat

tingkatan-tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu

yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. contohnya

saja, suku sunda dan suku batak memiliki kelebihan masing-masing. jadi

seseorang tidak bisa menganggap suku bangsanya lebih baik, karena itu akan

menimbulkan etnosentrisme dalam masyarakat. diferensiasi merupakan

perbedaan yang dapat kita lihat dan kita rasakan dalam masyarakat, bukan untuk

menjadikan kita berbeda tingkat sosialnya seperti yang terjadi di Afrika Selatan.

Page 14: IAD - Iptek Dan Imtaq

11

Integrasi sosial memiliki 2 pengertian, yaitu :

1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu

sistem sosial tertentu

2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu

Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan,

disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau

kemasyarakatan.

Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun

menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik

yang terjadi secara sosial budaya.

Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial

senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :

1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus

(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-

nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)

2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus

menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).

Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan

sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-

cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan

sosial.

Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat

memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma,

dan pranata-pranata sosial

Bentuk integrasi sosial:

1. Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya

ciri khas kebudayaan asli.

2. Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa

menghilangkan kebudayaan

Page 15: IAD - Iptek Dan Imtaq

12

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu

buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan

sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa

Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu

mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau

bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa

Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.

Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari

satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,

religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik

yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang

kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat

seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan

dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta

masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi

sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk

yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya

pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan

Page 16: IAD - Iptek Dan Imtaq

13

lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam

melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

D. Al-Qur’an Berbicara tentang IMTAQ dan IPTEK yang Berpengaruh terhadap

Alam, Sosial, dan Budaya

Al-Quran Al-Karim, yang terdiri atas 6.666 ayat itu, menguraikan berbagai

persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan

fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut sering disebut ayat-ayat

kawniyyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal di

atas. Jumlah ini tidak termasuk ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat.

Tetapi, kendatipun terdapat sekian banyak ayat tersebut, bukan berarti

bahwa Al-Quran sama dengan Kitab Ilmu Pengetahuan, atau bertujuan untuk

menguraikan hakikat-hakikat ilmiah. Ketika Al-Quran memperkenalkan dirinya

sebagai tibyanan likulli syay'i (QS 16:89), bukan maksudnya menegaskan bahwa

ia mengandung segala sesuatu, tetapi bahwa dalam Al-Quran terdapat segala

pokok petunjuk menyangkut kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.

Al-Ghazali dinilai sangat berlebihan ketika berpendapat bahwa "segala

macam ilmu pengetahuan baik yang telah, sedang dan akan ada, kesemuanya

terdapat dalam Al-Quran". Dasar pendapatnya ini antara lain adalah ayat yang

berbunyi, Pengetahuan Tuhan kami mencakup segala sesuatu (QS 7:89). Dan bila

aku sakit Dialah Yang Menyembuhkan aku (QS 26:80). Tuhan tidak mungkin

dapat mengobati kalau Dia tidak tahu penyakit dan obatnya. Dari ayat ini

disimpulkan bahwa pasti Al-Quran, yang merupakan Kalam/Firman Allah, juga

mengandung misalnya disiplin ilmu kedokteran. Demikian pendapat Al-Ghazali

dalam Jawahir Al-Qur'an. Di sini, dia mempersamakan antara ilmu dan kalam,

dua hal yang pada hakikatnya tidak selalu seiring. Bukankah tidak semua apa

yang diketahui dan diucapkan?! Bukankah ucapan tidak selalu menggambarkan

(seluruh) pengetahuan?

Al-Syathibi, yang bertolak belakang dengan Al-Ghazali, juga melampaui

batas kewajaran ketika berpendapat bahwa "Para sahabat tentu lebih

Page 17: IAD - Iptek Dan Imtaq

14

mengetahui tentang kandungan Al-Quran" tetapi dalam kenyataan tidak seorang

pun di antara mereka yang berpendapat seperti di atas. "Kita," kata Al-Syathibi

lebih jauh, "tidak boleh memahami Al-Quran kecuali sebagaimana dipahami oleh

para sahabat dan setingkat dengan pengetahuan mereka." Ulama ini seakan-

akan lupa bahwa perintah Al-Quran untuk memikirkan ayat-ayatnya tidak hanya

tertuju kepada para sahabat, tetapi juga kepada generasi-generasi sesudahnya

yang tentunya harus berpikir sesuai dengan perkembangan pemikiran pada

masanya masing-masing.

Seperti dikemukakan di atas bahwa Al-Quran berbicara tentang alam dan

fenomenanya. Paling sedikit ada tiga hal yang dapat dikemukakan menyangkut

hal tersebut:

1. Al-Quran memerintahkan atau menganjurkan kepada manusia untuk

memperhatikan dan mempelajari alam raya dalam rangka memperoleh

manfaat dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupannya, serta untuk

mengantarkannya kepada kesadaran akan Keesaan dan Kemahakuasaan

Allah SWT.

2. Alam dan segala isinya beserta hukum-hukum yang mengaturnya,

diciptakan, dimiliki, dan di bawah kekuasaan Allah SWT serta diatur

dengan sangat teliti.

3. Redaksi ayat-ayat kawniyyah bersifat ringkas, teliti lagi padat, sehingga

pemahaman atau penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut dapat menjadi

sangat bervariasi, sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan

masing-masing penafsir.

Dalam kaitan dengan butir ketiga di atas, perlu digarisbawahi beberapa

prinsip dasar yang dapat, atau bahkan seharusnya, diperhatikan dalam usaha

memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang mengambil corak ilmiah.

Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah

1. Setiap Muslim, bahkan setiap orang, berkewajiban untuk mempelajari

dan memahami Kitab Suci yang dipercayainya, walaupun hal ini bukan

berarti bahwa setiap orang bebas untuk menafsirkan atau

Page 18: IAD - Iptek Dan Imtaq

15

menyebarluaskan pendapat-pendapatnya tanpa memenuhi seperangkat

syarat-syarat tertentu.

2. Al-Quran diturunkan bukan hanya khusus ditujukan untuk orang-orang

Arab ummiyyin yang hidup pada masa Rasul saw. dan tidak pula hanya

untuk masyarakat abad ke-20, tetapi untuk seluruh manusia hingga akhir

zaman. Mereka semua diajak berdialog oleh Al-Quran serta dituntut

menggunakan akalnya dalam rangka memahami petunjuk-petunjuk-Nya.

Dan kalau disadari bahwa akal manusia dan hasil penalarannya dapat

berbeda-beda akibat latar belakang pendidikan, kebudayaan,

pengalaman, kondisi sosial, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (iptek), maka adalah wajar apabila pemahaman atau penafsiran

seseorang dengan yang lainnya, baik dalam satu generasi atau tidak,

berbeda-beda pula.

3. Berpikir secara kontemporer sesuai dengan perkembangan zaman dan

iptek dalam kaitannya dengan pemahaman Al-Quran tidak berarti

menafsirkan Al-Quran secara spekulatif atau terlepas dari kaidah-kaidah

penafsiran yang telah disepakati oleh para ahli yang memiliki otoritas

dalam bidang ini.

4. Salah satu sebab pokok kekeliruan dalam memahami dan menafsirkan Al-

Quran adalah keterbatasan pengetahuan seseorang menyangkut subjek

bahasan ayat-ayat Al-Quran. Seorang mufasir mungkin sekali terjerumus

kedalam kesalahan apabila ia menafsirkan ayat-ayat kawniyyah tanpa

memiliki pengetahuan yang memadai tentang astronomi, demikian pula

dengan pokok-pokok bahasan ayat yang lain.

Dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip pokok di atas, ulama-ulama tafsir

memperingatkan perlunya para mufasir untuk menyadari sepenuhnya sifat

penemuan-penemuan ilmiah, serta memperhatikan secara khusus bahasa dan

konteks ayat-ayat Al-Quran.

Disepakati oleh semua pihak bahwa penemuan-penemuan ilmiah, di

samping ada yang telah menjadi hakikat-hakikat ilmiah yang dapat dinilai telah

Page 19: IAD - Iptek Dan Imtaq

16

memiliki kemapanan, ada pula yang masih sangat relatif atau diperselisihkan

sehingga tidak dapat dijamin kebenarannya.

Atas dasar larangan menafsirkan Al-Quran secara spekulatif, maka

sementara ulama Al-Quran tidak membenarkan penafsiran ayat-ayat

berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah yang sifatnya belum mapan. Seorang

ulama berpendapat bahwa "Kita tidak ingin terulang apa yang terjadi atas

Perjanjian Lama ketika gereja menafsirkannya dengan penafsiran yang kemudian

ternyata bertentangan dengan penemuan para ilmuwan." Ada Pula yang

berpendapat bahwa "Kita berkewajiban menjelaskan Al-Quran secara ilmiah dan

biarlah generasi berikut membuka tabir kesalahan kita dan mengumumkannya."

Abbas Mahmud Al-Aqqad memberikan jalan tengah. Seseorang

hendaknya jangan mengatasnamakan Al-Quran dalam pendapat-pendapatnya,

apalagi dalam perincian penemuan-penemuan ilmiah yang tidak dikandung oleh

redaksi ayat-ayat Al-Quran. Dalam hal ini, AlAqqad memberikan contoh

menyangkut ayat 30 Surah Al-Anbiya' yang oleh sementara ilmuwan Muslim

dipahami sebagai berbicara tentang kejadian alam raya, yang pada satu ketika

merupakan satu gumpalan kemudian dipisahkan Tuhan.

Setiap orang bebas memahami kapan dan bagaimana terjadinya

pemisahan itu, tetapi ia tidak dibenarkan mengatasnamakan Al-Quran

menyangkut pendapatnya, karena Al-Quran tidak menguraikannya.

Setiap Muslim berkewajiban mempercayai segala sesuatu yang dikandung

oleh Al-Quran, sehingga bila seseorang mengatasnamakan Al-Quran untuk

membenarkan satu penemuan atau hakikat ilmiah yang tidak dicakup oleh

kandungan redaksi ayat-ayat Al-Quran, maka hal ini dapat berarti bahwa ia

mewajibkan setiap Muslim untuk mempercayai apa yang dibenarkannya itu,

sedangkan hal tersebut belum tentu demikian.

Pendapat yang disimpulkan dari uraian Al-Aqqad di atas, bukan berarti

bahwa ulama dan cendekiawan Mesir terkemuka ini menghalangi pemahaman

suatu ayat berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak! Sebab,

menurut Al-Aqqad lebih lanjut, "Dahulu ada ulama yang memahami arti 'tujuh

Page 20: IAD - Iptek Dan Imtaq

17

langit' sebagai tujuh planet yang mengitari tata surya sesuai dengan

perkembangan pengetahuan ketika itu. Pemahaman semacam ini merupakan

ijtihad yang baik sebagai pemahamannya (selama) ia tidak mewajibkan atas

dirinya untuk mempercayainya sebagai akidah dan atau mewajibkan yang

demikian itu terhadap orang lain."

Bint Al-Syathi' dalam bukunya, Al-Qur'an wa Al-Qadhaya Al-Washirah,

secara tegas membedakan antara pemahaman dan penafsiran. Sedangkan Al-

Thabathaba'i, mufasir besar Syi'ah kontemporer, lebih senang menamai

penjelasan makna ayat-ayat Al-Quran secara ilmiah dengan nama tathbiq

(penerapan). Pendapat-pendapat di atas agaknya semata-mata bertujuan untuk

menghindari jangan sampai Al-Quran dipersalahkan bila di kemudian hari

terbukti teori atau penemuan ilmiah tersebut keliru.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, para mufasir mengingatkan agar

dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran seseorang dituntut untuk

memperhatikan segi-segi bahasa Al-Quran serta korelasi antar ayat.

Sebelum menetapkan bahwa ayat 88 Surah Al-Naml (yang berbunyi, Dan

kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka ia tetap di tempatnya, padahal ia

berjalan sebagai jalannya awan), ini menginformasikan pergerakan gunung-

gunung, atau peredaran bumi, terlebih dahulu harus dipahami kaitan ayat ini

dengan ayat-ayat sebelumnya. Apakah ia berbicara tentang keadaan gunung

dalam kehidupan duniawi kita dewasa ini atau keadaannya kelak di hari

kemudian. Karena, seperti diketahui, penyusunan ayat-ayat Al-Quran tidak

didasarkan pada kronologis masa turunnya, tetapi pada korelasi makna ayat-

ayatnya, sehingga kandungan ayat terdahulu selalu berkaitan dengan kandungan

ayat kemudian.

Demikian pula halnya dengan segi kebahasaan. Ada sementara orang

yang berusaha memberikan legitimasi dari ayat-ayat Al-Quran terhadap

penemuan-penemuan ilmiah dengan mengabaikan kaidah kebahasaan.

Ayat 22 Surah Al-Hijr, diterjemahkan oleh Tim Departemen Agama

dengan, "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-

Page 21: IAD - Iptek Dan Imtaq

18

tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit ..." Terjemahan ini, di samping

mengabaikan arti huruf fa; juga menambahkan kata tumbuh-tumbuhan sebagai

penjelasan sehingga terjemahan tersebut menginformasikan bahwa angin

berfungsi mengawinkan tumbuh-tumbuhan.

Hemat penulis, terjemahan dan pandangan di atas tidak didukung oleh fa

anzalna min al-sama' ma'a yang seharusnya diterjemahkan dengan maka kami

turunkan hujan. Huruf fa' yang berarti "maka" menunjukkan adanya kaitan sebab

dan akibat antara fungsi angin dan turunnya hujan, atau perurutan logis antara

keduanya sehingga tidak tepat huruf tersebut diterjemahkan dengan dan

sebagaimana tidak tepat penyisipan kata tumbuh-tumbuhan dalam terjemahan

tersebut. Bahkan tidak keliru jika dikatakan bahwa menterjemahkan lawaqiha

dengan meniupkan juga kurang tepat.

Kamus-kamus bahasa mengisyaratkan bahwa kata tersebut digunakan

antara lain untuk menggambarkan inseminasi. Sehingga, atas dasar ini, Hanafi

Ahmad menjadikan ayat tersebut sebagai informasi tentang fungsi angin dalam

menghasilkan atau mengantarkan turunnya hujan, semakna dengan Firman Allah

dalam surah Al-Nur ayat 43: Tidakkah kamu lihat bahwa Allah mengarak awan,

kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian dijadikannya

bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya.

Memang, seperti yang dikemukakan di atas, sebab-sebab kekeliruan

dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Quran antara lain adalah

kelemahan dalam bidang bahasa Al-Quran, serta kedangkalan pengetahuan

menyangkut objek bahasan ayat. Karena itu, walaupun sudah terlambat, kita

masih tetap menganjurkan kerja sama antar disiplin ilmu demi mencapai

pemahaman atau penafsiran yang tepat dari ayat-ayat Al-Quran dan demi

membuktikan bahwa Kitab Suci tersebut benar-benar bersumber dari Allah Yang

Maha Mengetahui lagi Mahaesa itu.

Page 22: IAD - Iptek Dan Imtaq

19

BAB III

PENUTUP

Dari ulasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Iman adalah ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati, dan amalan

dengan anggota badan.

2. Taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-

Nya, karena itu kehidupan orang bertaqwa senantiasa membawa pengaruh

dalam seluruh aspek kehidupannya dan lingkungan sekitarnya.

3. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan

syarat tertentu, yaitu: sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif.

4. Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia, yaitu bagian

dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi berkaitan erat

dengan sains, yang merupakan sarana pemecahan masalah mendasar dari

setiap peradaban.

5. Alam ialah seluruh zat dan energi, khususnya dalam bentuk esensinya. Alam

termasuk segala sesuatu dari semesta pada subatom, yaitu seluruh hal

binatang, tanaman, mineral, dan peristiwa (hurrikan, tornado, gempa bumi).

6. Sosial dapat berarti kemasyarakatan, dimana masyarakat adalah sekelompok

orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup, dimana sebagian besar

interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok

tersebut.

7. Budaya atau kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan

budi dan akal manusia.

8. Al-Quran Al-Karim, yang terdiri atas 6.666 ayat itu, menguraikan berbagai

persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan

fenomenanya.

9. Dalam hal ini, jelas sekali bahwa iman dan taqwa seseorang sangat

mempengaruhi alam, sosial, dan budaya, dimana ilmu pengetahuan dan

teknologi menjadi jalan dan alat utama dalam implementasinya.

Page 23: IAD - Iptek Dan Imtaq

20

DAFTAR PUSTAKA

• Aji, 2008, Teknologi, http://ajidedim.wordpress.com/

• Al-Atsari, Abu Hamzah Yusuf, 2007, Hakikat iman syariah, http://asysyariah.com/

• Muhammad, Ashaari, 2007, Taqwa Adalah Kemuliaan, http://kawansejati.ee.itb.ac.id

• Shihab, Quraish, 1996, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, Bandung: Mizan • Zakaria, Mumuh M., 2008, ILMU PENGETAHUAN,

http://blogs.unpad.ac.id/mumuhmz

• http://id.wikipedia.org