ujian plastik dr amru
DESCRIPTION
abhbTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS UJIAN BEDAH PLASTIK
SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 16 TAHUN DENGAN
LABIOPALATOSKIZIS POST LABIOPLASTY
Periode : 19 Oktober – 24 Oktober 2015
Oleh:
Dwi Septiadi Badri G99141147
Penguji:
dr. Amru Sungkar, SpB, SpBP-RE
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
BAB I
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : An . PF
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Karangrejo RT 20/ RW 7, Ngrampal, Sragen
Tanggal Masuk : 19 Oktober 2015
Tanggal Periksa : 21 Oktober 2015
RM : 01316010
Status Pembayaran : BPJS
2. Keluhan Utama
Tampak celah pada langit-langit
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Sragen datang dibawa oleh
ibu dan ayahnya dengan keluhan adanya celah pada langit-langit. Celah
tersebut muncul sejak lahir dan menetap sampai sekarang. Keluhan tersebut
awalnya juga tampak pada bagian bibir namun sudah dioperasi saat pasien
berusia 5 bulan. Keluhan tersebut sempat mengganggu pasien untuk
mengkonsumsi ASI. Saat masih bayi Ibu pasien mengganti ASI dengan susu
formula karena mengalami kesulitan dalam menghisap. Saat ini pasien
kadang masih mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi makanan, kadang
makanan yang dimakan pasien suka keluar dari hidung, dan terkadang juga
membuat pasien tersedak. Pasien juga mengeluhkan suaranya seperti
mendengung dan sering bau mulut. BAB dan BAK pasien normal tidak ada
keluhan. Demam (-), batuk (-), pilek (-).
1
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi : (+) Labioplasty, saat pasien masih berusia
5 bulan
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sakit serupa pada keluarga : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
6. Riwayat kehamilan
Ketika pasien dalam kandungan, ibu pasien tidak memiliki riwayat sakit
tertentu. Selama kehamilan, ibu pasien memeriksakan kehamilan di bidan
secara teratur, dan hanya mengonsumsi obat tambah darah serta vitamin
dari bidan tersebut. Selama kehamilan tersebut, ibu pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok maupun minum alkohol.
7. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir pada usia kehamilan 9 bulan, secara spontan, ditolong oleh
bidan di RS Bersalin Sragen. Setelah lahir pasien langsung menangis.
Berat badan lahir 3000 gram, tinggi badan lahir 44 cm.
8. Riwayat social ekonomi
Pasien adalah anak pertama, tinggal dan diasuh oleh kedua orang tuanya.
Ayah pasien merupakan seorang pegawai negri sipil. Ibu pasien
merupakan seorang ibu rumah tangga. Pasien berobat menggunakan
fasilitas BPJS.
2
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Primary Survey
Airway : bebas
Breathing Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri,
pernafasan 20x/menit
Palpasi : krepitasi (-/-)
Perkusi : sonor/ sonor
Auskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)
Circulation : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit
Disability : GCS E4V5M6, reflek cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), lateralisasi (-)
Exposure : suhu 36,8 ºC
2. Secondary Survey
a. Keadaan umum : tampak sakit ringan, compos mentis, gizi kesan
cukup
b. Kulit : warna sawo matang, turgor baik.
c. Kepala : mesocephal
d. Mata : conjungtiva anemis (-/-) Pupil isokhor, RC
(+/+),SI (-/-)
e. Hidung : Bentuk asimetris, septum deviasi (+) ke kiri,
discharge (-/-)
f. Mulut : Cleft palate (+)
g. Telinga : Bentuk normal, otorhea (-/-)
h. Leher : Trachea tengah, pembesaran thyroid (-),
pembesaran KGB (-)
i. Thorax : Normochest, simetris, retraksi (-), jejas (-)
j. Cor : Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan melebar
3
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, regular,
bising (+)
k. Pulmo : Inspeksi : Retraksi (-/-), pengembangan dada
kanan=kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara
tambahan (-/-)
l. Abdomen : Inspeksi : Dinding perut sejajajr dinding dada
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tympani
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)
n. Ekstremitas : akral dingin
oedema
3. Status Lokalis
Regio Supra Labial
Inspeksi : Tidak terdapat celah pada daerah supra labial
Regio Palatum
Inspeksi : Tampak celah memanjang pada garis tengah palatum
durum dan palatum molle
Palpasi : Teraba celah pada palatum durum dan palatum molle
C. ASSESMENT I
Labiopalatoskizis complete unilateral sinistra post labioplasty
4
- -
- -
- -
- -
D. PLAN I
1. Cek darah lengkap
2. Diet TKTP
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
DARAH RUTIN
Hemoglobin 12,8 g/Dl 12.3 – 15.3
Hematokrit 37 % 33 – 45
Leukosit 8,5 ribu/µl 4.5 – 14,5
Trombosit 304 ribu/µl 150 – 450
Eritrosit 4,12 juta/µl 3,80 – 5,80
HEMOSTASIS
PT 13,5 Detik 10-15.0
APTT 34,5 detik 20-40.0
INR 1,040
KIMIA KLINIK
Creatinin 4,4 g/dl 3,2-4,5
ELEKTROLIT
Kalium darah 138 mmol/L 132-145
Natrium darah 4,1 mmol/L 3,1-5,1
Klorida darah 105 mmol/L 98-106
F. ASSESMENT II
Labiopalatoskizis complete unilateral sinistra post labioplasty
G. PLAN II
Pro palatoplasty
BAB II
5
JAWABAN PERTANYAAN
1. ANAMNESIS
a. Identitas. Identitas meiliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, nama orang tua atau penanggung jawab, alamat, pendidikan
dan pekerjaan orangtua, suku bangsa dan agama.
b. Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga
pasien dibawa ke dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan
utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien
mengalami hal tersebut.
c. Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat penyakit sekarang juga harus di
tanyakan, yaitu cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien dibawa
berobat. Hal yang harus ditanyakan adalah:
Lamanya keluhan berlangsung
Keluhan lain yang menyertai, antara lain :
- Terbentuknya celah di bibir
- Kesulitan anak dalam menghisap, reflek menghisapnya tidak
seperti orang normal
- Gangguan pertumbuhan gigi
- Napas berbau
- Gangguan berbicara
Upaya dan tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
d. Riwayat Kehamilan Ibu. Dalam hal ini yang perlu ditanyakan adalah :
Riwayat kehamilan terdahulu
Penyakit yang pernah diderita selama hamil dan upaya yang dilakukan
untuk mengatasinya
6
Berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa
kunjungan antenatal tersebut (dokter umum atau spesialis, bidan,
dukun)
Obat-obat yang diminum selama hamil
Kebiasaan ibu seperti merokok atau minum minuman keras
e. Riwayat Penyakit dalam Keluarga. Menanyakan pada orang tua dari anak
mengenai:
Keberadaan anggota keluarga dengan keluhan yang sama
Keadaan sosial-ekonomi-budaya keluarga orangtua bayi (untuk
mengantisipasi adanya perkawinan dengan keluarga
dekat/konsanguinasi)
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Keadaan Umum
Pada pemeriksaan fisik diawali dengan pemeriksaan keadaan umum. Yang
dinilai dalam pemeriksaan keadaan umum diantaranya adalah kesadaran
pasien, status mental, dan tingkah laku pasien termasuk karakteristik
tangisan pasien. Perhatikan pula fasies pasien yaitu ekspresi wajah pasien,
kadang-kadang dapat memberikan informasi tentang keadaan klinisnya.
b. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagai indikasi
adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Misalnya suhu tubuh
meningkat berarti ada metabolisme yang terjadi dalam tubuh atau sebagai
respon imun tehadap bakteri dan virus. Atau jika denyut nadi meningkat
maka pasti ada perubahan pada sisitem kardiovaskuler dan seterusnya.
c. Pemeriksaan Sistematik
Cara pemeriksaan fisis pada anak pada umumnya sama dengan cara
pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu dimulai dengan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Pada kasus ini pemeriksaan inspeksi yang paling
7
penting untuk diperhatikan adalah pemeriksaan pada kepala dan anggota
gerak yang dimulai dari :
- Wajah. Beberapa penyakit atau sindrom tertentu memperlihatkan
wajah yang tidak normal (dismorfik) misalnya sindrom Down,
sindrom William, dan sindrom Pierre-Robin.
- Telinga. Telinga sebaiknya diperiksa mulai dari daun telinga apakah
bentuk, besar dan posisinya normal. Daun telinga yang lebar mungkin
merupakan variasi normal atau terdapat pada sindrom Marfan. Daun
telinga yang kecil terdapat pada sindrom Down. Pada kelainan yang
disebut ‘low set ear’ posisi daun telinga lebih rendah daripada normal;
keadaan ini terdapat pada bayi dengan hidrosefalus, dan juga pada
banyak sindrom seperti sindrom trisomi 13, 18, 21, sindrom Pierre-
Robin, Turner.
- Hidung. Pada palatoschisis sering berakibat pada ratanya batang
hidung (pesek).
- Mulut. Periksa mulut anak dengan inspeksi serta palpasi. Dalam kasus
ini yang perlu diperhatikan adalah bibir lan langit-langit. Labioschisis
dapat terjadi pada anak dengan insidens lebih sering pada sebelah kiri.
Celah palatum mungkin tidak begitu terlihat pada inspeksi, tetapi dapat
dideteksi melalui palpasi; uvula yang terbelah harus menimbulkan
kecurgiaan terhadap suatu defek palatum.
Terdapat celah di bibir, dapat berupa :
a) Komplit : Celah terbentuk sempurna hingga menembus dasar
hidung ataupun bagian dari palatum lunak dan keras tidak menyatu.
b) Inkomplit : Celah terbentuk tidak sempurna hanya
sebagian kecil saja
Dan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan :
a) Unilateral : Bila terdapat celah pada satu sisi
b) Bilateral : Bila terdapat dua celah langsung pada kedua sisi
- Anggota gerak. Pada pemeriksaan anggota gerak sekaligus dinilai
keadaan tulang, otot, serta sendi-sendi. Berbagai kelainan kongenital
8
dapat terjadi pada ekstremitas superior maupun ekstremitas inferior,
antara lain amelia (tidak terdapatnya semua anggota gerak), ektromelia
(tidak ada salah satu anggota gerak), fokomelia (anggota gerak bagian
proksimal yang pendek), sindaktili (bergabungnya jari-jari), atau
polidaktili (jumlah jari lebih dari normal). Anggota gerak yang pendek
dan lebar terdapat pada sindrom Down, gargoilisme dan
kondrodistrofi.
3. DIAGNOSIS
Dalam penegakan diagnosis dari Labiopalatoschizis dapat ditegakan
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis yang didapat adalah bahwa kelainan ini sudah didapat sejak lahir,
yang disertai dengan beberapa keluhan seperti adanya celah di bibir dan
langit-langit, kesulitan anak dalam menghisap, reflek menghisapnya tidak
seperti orang normal, gangguan pertumbuhan gigi, napas yang berbau, dan
gangguan berbicara. Sedangkan pada pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
ditemukan celah pada bibir, langit-langit, bibir dan langit-langit. Untuk
mendiagnosis penyakit ini sebenarnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lain yang dilakukan untuk membantu dalam penegasan diagnosis berdasarkan
gejala-gejala klinis yang telah didapatkan sebelumnya melalui pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis bahwa
kelainan labioschisis yang diderita bayi tersebut bersifat sindromik atau
nonsindromik adalah dengan melakukan karyotyping.
Pemeriksaan kromosom (karyotiping) penderita trisomi akan ditemukan
jumlah total seluruh krosom adalah 47. Sedangkan pada bayi normal jumlah
total kromosom tubuh adalah 46. Hasil pemeriksaan ini dapat secara
signifikan memastikan klasifikasi kelainan yang diderita oleh pasien. Hasil
pemeriksaan ini penting untuk menentukan tindakan penanganan lebih lanjut.
4. RENCANA PENATALAKSANAAN
9
Penanganan kelainan celah bibir dan langit-langit memerlukan penanganan
yang multidisiplin karena merupakan masalah yang kompleks, variatif dan
memerlukan waktu yang lama serta membutuhkan beberapa ilmu dan tenaga
ahli diantaranya dokter anak, dokter bedah plastik, dokter bedah mulut,
pediatric dentist, otrhodontist, proosthodontist, ahli THT (otolaryngologist),
speech phatologist, geneticist dan psikiater atau psikolog untuk menangani
masalah psikologi dari pasien dan orang tua dari pasien.
Dalam penanganan penderita Cleft lip dipedukan kerjasama para spesialis
dalam suatu tim yang akan diatur dalam sebuah protokol Cleft lip, yaitu:
1. Pasien umur 3 bulan (the over tens)
- Operasi bibir dan hidung
- Pencetakan model gigi
- Evaluasi telinga
- Pemasangan grommets bila perlu
2. Pasien umur 10 - 12bulan
- Operasi palatum
- Evaluasi pendengaran dan telinga
3. Pasien umur 1 - 4 tahun
- Evaluasi bicara, dimulai3 bulan pasca operasi, follow up dilakukan oleh
speech pathologist.
- Evaluasi pendengaran dan telinga
4. Pasien umur 4 tahun
Kalau bicara tetap jelek dipertimbangkan repalatografy atau
pharyngoplasty.
5. Pasien umur 6 tahun
- Evaluasi gigi dan rahang, pembuatan model.
- Melakukan nasoendoskopi bagi yang memerlukan.
- Evaluasi pendengaran
6. Pasien umur 9-10 tahun
Alveolar bone graft
7. Pasien umur 12 -13 tahun
10
- Final touch untuk operasi-operasi yang dulu pemah dilakukan, bila
masih ada kekurangannya.
8. Pasien umur 17 tahun
- Evaluasi tulang-tulang muka
- Operasi advancement osteotomy Le Fort I
5. EDUKASI, PENYULUHAN, DAN PENCEGAHAN SEKUNDER
Edukasi, penyuluhan, dan pencegahan sekunder yang dapat dilakukan
adalah dengan menyarankan ibu hamil untuk menghindari factor-faktor resiko
seperti merokok, konsumsi alcohol, konsumsi obat-obatan diluar ketentuan
dokter, konsumsi jamu-jamuan, serta untuk rutin memeriksakan kandungannya
selama hamil. Asupan gizi ibu saat hamil juga harus diperhatikan, dicukupi
kebutuhan vitamin dan mineralnya.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Labiopalatoshizis atau cleft lip dan cleft palate adalah Suatu kelainan
kongenital dimana keadaan terbukanya bibir dan langit –langit rongga mulut dapat
melalui palatum durum maupun palatum mole, hal ini disebabkan bibir dan langit-
langit tidak dapat tumbuh dengan sempurna pada masa kehamilan..
2. Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio
palatoschizis, antara lain:
a. Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat
ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua.
Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis
12
terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen
merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio
palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum
merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa
bagian kontak.
b. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional,
baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
- Asam folat
- Vitamin C
- Zn
Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C
dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan
dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu
gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembang organ selama masa embrional.
c. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
1) Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama
labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
Aspirin (Obat – obat analgetika)
Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan
pengawasan dokter.
2) kontrasepsi hormonal
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi
hormonal, terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan
13
menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin,
karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
3) Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan Labio palatoschizis, yaitu:
a) Zat kimia (rokok dan alkohol)
b) Gangguan metabolik
c) Penyinaran radioaktif
d. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang
terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat
berpengaruh terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari beberapa faktor tersebut diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio
palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama
pemakaian, dan wktu pemakaian.
3. Anatomi Mulut
14
Batas- batas mulut :
Atas : palatum durum dan molle
Bawah : mandibula, lidah dan struktur lain pada mulut
Lateral ; pipi
Depan : bibir
Belakang : lubang menuju faring
Palatum durum dibentuk oleh sebagian maksila di bagian depan dan os
palatinum
dibagian belakang. Tulang dilapisi oleh periosteum dan membrana mukosa.
Palatum molle,dibentuk oleh otot dan jaringan ikat yang dilapisi
membrana mukosa,bersambungan dengan palatum durum dibagian
depan.Sedangkan gusi merupakan bagian mulut yang merupakan tempat
melekatnya gigi dan syaraf-syaraf.
4. Patofisiologi
Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan bibir atas dan langit-
langit sekaligus.Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi (unilateral) atau pada
15
kedua sisi (bilateral) bibir.Cleft lip dan cleft palate terbentuk saat bayi masih
dalam kandungan.Proses terbentuknya kelainan ini sudah dimulai sejak minggu-
minggu awal kehamilan ibu.
Saat usia kehamilan ibu mencapai 6 minggu, bibir atas dan langit-langit
ronggamulut bayi dalam kandungan akan mulai terbentuk dari jaringan yang
berada di keduasisi dari lidah dan akan bersatu di tengah-tengah. Bila jaringan-
jaringan ini gagalbersatu, maka akan terbentuk celah pada bibir atas atau langit-
langit rongga mulut.Sebenarnya penyebab mengapa jaringan-jaringan tersebut
tidak menyatu dengan baik belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi faktor
penyebab yang diperkirakan adalah kombinasi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan seperti obat-obatan, penyakit atauinfeksi yang diderita ibu saat
mengandung, konsumsi minuman beralkohol ataumerokok saat masa
kehamilan.Resiko terkena akan semakin tinggi pada anak-anak yang memiliki
saudara kandungatau orang tua yang juga menderita kelainan ini, dan dapat
diturunkan baik lewat ayahmaupun ibu. Cleft lip dan cleft palate juga dapat
merupakan bagian dari sindroma
penyakit tertentu. Kekurangan asam folat juga dapat memicu terjadinya kelainan
ini.Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit dan
gusi.Berbeda pada kelainan bibir yg terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing
langit2dan gusi lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan,
minum, dan bicara.Pada kondisi normal, langit2 menutup rongga antara mulut dan
hidung. Pada bayi yanglangit-langitnya sumbing barrier ini tidak ada sehingga
pada saat menelan bayi bisa tersedak.
Kemampuan menghisap bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada
saatmenghisap, keadaan ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk
menjadi kurangdan jelas berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya
selain juga mudahterkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum
tidak ada batas antarahidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke
telinga.
Patofisiologinya antara lain:
16
a.Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
faseembrio pada trimester I.
b.Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial
danmaksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
c.Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan
olehkegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
d. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan
5. Klasifikasi.
a. Labioschisis Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk:
1) Komplit
2) Inkomplet
b. Berdasarkan lokasi/jumlah kelainan :
1) Unilateral Incomplete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah
satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral complete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah
satu bibir dan memanjang hingga kehidung.
3) Bilateral complete Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir
dan memanjang hingga ke hidung.
17
Klasifikasi yang diusulkan oleh Veau dibagi dalam 4 golongan yaitu :
• Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1).
• Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen
insisivum (gambar 2).
18
• Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang
alveolar dan bibir pada satu sisi (gambar 3).
• Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang
alveolar dan bibir pada dua sisi (gambar 4).
Gambar 1. A. Celah pada langit-langit lunak saja. B. Celah pada langit-langit
lunak dan keras. C. Celah yangmeliputi langit-langit dan lunak keras juga alveolar
pada satu sisi. D. Celah yang meliputi langit lunak dan keras juga alveolar dan
bibir pada dua sisi.
6. Manifestasi Klinis
a. Masalah asupan makanan
Asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi
penderita labioschisis. Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi
untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada
19
pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan
hisapan oral. Keadaan tambaha nyang ditemukan adalah reflex hisap dan
reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan
bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusui.
b. Masalah Dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari
gigi geligi pada arean dari celah bibir yang terbentuk
c. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita
infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot
yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
d. Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki
abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole.
Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara,
maka didapatkan suaradengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal
quality of speech). Meskipun telahdilakukan reparasi palatum, kemampuan
otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/rongga nasal pada saat bicara
mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal.Anak mungkin mempunyai
kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s,sh,and ch", dan
terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
e. Distorsi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
1) Pada Labio skisis :
Distorsi pada hidung
20
Tampak sebagian atau keduanya
Adanya celah pada bibir
2) Pada Palato skisis :
Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan
faramen incisive.
Ada rongga pada hidung.
Distorsi hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadengan
jari
Kesukaran dalam menghisap/makan
7. Penatalaksanaan
Terapi atau tindakan pada labiopalatoschisis adalah dengan tindakan
bedah,operasi ini berguna untuk memperbaiki bentuk bibir,pada kasus – kasus
pada usia manapun,tetapi pada bayi – bayi semuanya dilakukan pada usia
dini,umumnya diusia 3 bulan dengan memperhatikan rumus Rule Of Ten sebagai
berikut:
1.Berat Badan sekurang-kurangnya 10 pon (4,5kg)
2.umurnya sekurang-kurangnta 10 minggu
3.kadar Hb > 10gr%
4.jumlah lekosit <10.000/mm3
Pada palatoplasty,Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan
dan 2 tahun disaat anak mulai belajar bicara, tergantung pada derajat kecacatan.
Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
Operasi untuk labioplasty bertujuan untuk penampilan bentuk anatomik
serta fungsi yang mendekati normal,untuk mencapai tujuan tadi perlu diperhatikan
beberapa patokan yaitu:
1.memperbaiki cuping hidung agar bentuk dan letaknya simetris
2.memberi bentuk dasar hidung yang baik
3.memperbaiki bentuk dan posisi columella
21
4.memperbaiki bentuk dan fungsi bibir atas
5.mengisap dan makan tanpa terjadi regurgitasi nasal
6.pertumbuhan gigi yang baik
7.pembicaraan yang normal
8.pendengaran yang normal
Terapi Non-bedah
Labiopalatoschisis merupakan suatu masalah pembedahan, sehingga tidak
ada terapi medis khusus untuk keadaan ini. Akan tetapi, komplikasi dari
labiopalatoschisis yakni permasalahan dari intake makanan, obstruksi jalan nafas,
dan otitis media membutuhkan penanganan medis terlebih dahulu sebelum
diperbaiki.
Perawatan Umum Pada Cleft Palatum Pada periode neonatal beberapa hal
yang ditekankan dalam pengobatan pada bayi dengan cleft palate yakni:
a. Intake makanan
Intake makanan pada anak-anak dengan cleft palate biasanya mengalami
kesulitan karena ketidakmampuan untuk menghisap, meskipun bayi tersebut dapat
melakukan gerakan menghisap. Kemampuan menelan seharusnya tidak
berpengaruh, nutrisi yang adekuat mungkin bisa diberikan bila susu dan makanan
lunak jika lewat bagian posterior dari cavum oris. pada bayi yang masih disusui,
sebaiknya susu diberikan melalui alat lain/ dot khusus yang tidak perlu dihisap
oleh bayi, dimana ketika dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan
jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat pasien menjadi
tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan nutrisi menjadi tidak cukup.
Botol susu dibuatkan lubang yang besar sehingga susu dapat mengalir ke dalam
bagian belakang mulut dan mencegah regurgitasi ke hidung. Pada usia 1-2 minggu
dapat dipasangkan obturator untuk menutup celah pada palatum, agar dapat
22
menghisap susu, atau dengan sendok dengan posisi setengah duduk untuk
mencegah susu melewati langit-langit yang terbelah atau memakai dot lubang
kearah bawah ataupun dengan memakai dot yang memiliki selang yang panjang
untuk mencegah aspirasi.
b. Pemeliharaan jalan nafas
Pernafasan dapat menjadi masalah anak dengan cleft, terutama jika dagu
dengan retroposisi (dagu pendek, mikrognatik, rahang rendah (undershot jaw),
fungsi muskulus genioglossus hilang dan lidah jatuh kebelakang, sehingga
menyebabkan obstruksi parsial atau total saat inspirasi (The Pierre Robin
Sindrom)
c. Gangguan telinga tengah
Otitis media merupakan komplikasi yang biasa terjadi pada cleft palate
dan sering terjadi pada anak-anak yang tidak dioperasi, sehingga otitis supuratif
rekuren sering menjadi masalah. Komplikasi primer dari efusi telinga tengah yang
menetap adalah hilangnya pendengaran. Masalah ini harus mendapat perhatian
yang serius sehingga komplikasi hilangnya pendengaran tidak terjadi, terutama
pada anak yang mempunyai resiko mengalami gangguan bicara karena cleft
palatum.
8. Prognosis
Kelainan labiopalatoschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat
dimodifikasi/ disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini
melakukan operasi saat usia masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki
penampilan wajah secara signifikan.Dengan adanya teknik pembedahan yang
makin berkembang, 80% anak dengan labiopalatoschisis yang telah ditatalaksana
mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang
berkesinambungan menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalah-
masalah berbicara pada anak labiopalatoschisis.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Akamatsu T, Hanui U, Nakajima S. Lip Repair Surgery for Bilateral Cleft Lip and Palate in a Patient Diagnosed with Trisomy 13 and Holoprosencephaly. Tokai J Exp Clin Med., Vol. 40, No. 2, pp. 58-62, 2015
2. Bruce I, Harman N. The management of Otitis Media with Effusion in children with cleft palate (mOMEnt): a feasibility study and .economic evaluation
3. Brudnicky A, Piwuowar W. COMPLETE UNILATERAL CLEFT LIP AND PALATE OPERATED ON BY MEANS OF THE ONE-STAGE. Developmental Period Medicine, 2014, XVIII, 1
4. Brudnicky A, Sawicka E. OUTCOME OF ALVEOLAR BONE GRAFTING IN PATIENTS WITH UNILATERAL CLEFT LIP AND PALATE OPERATED BY ONESTAGE METHO� D. Developmental Period Medicine, 2014, XVIII, 1
5. Cudzilo D, Brzowska T LONG-TERM FOLLOW-UP AFTER DISTRACTION OSTEOGENESIS WITH FACE MASK IN CLEFT LIP AND PALATE PATIENTS ! PRELIMINARY REPORT. Developmental Period Medicine, 2014, XVIII, 1
6. Cudzilo D. ORTHODONTIC TREATMENT OF PATIENTS WITH A CLEFT LIP AND PALATE - STANDARD PROCEDURES AT THE WARSAW INSTITUTE OF MOTHER AND CHILD. Developmental Period Medicine, 2014, XVIII5, 13
24
7. Dudkiewicz Z. SURGICAL TREATMENT OF UNILATERAL CLEFT LIP AND PALATE. Developmental Period Medicine, 2014, XVIII3, 13
8. Fernandes VM, Jorger P, Carara CR. T h r e e - d i m e n s i o n a l d i g i t a l Evaluation of Dental Arches in Infants with Cleft Lip and/or Palate. Brazilian Dental Journal (2015) 26(3): 297-302
9. Fok D, Kua EH, Por YC . Congenital midline sinus of the upper lip. Singapore Med J 2015; 56(6): e107-e109
10. Haque S, Alam MK. Common Dental Anomalies in Cleft Lip and Palate Patients.
11. Kim DW, Chang SW. Prenatal ultrasonographic diagnosis of cleft lip with or without cleft palate; pitfalls and considerations. Kim et al. Maxillofacial Plastic and Reconstructive Surgery (2015) 37:24
12. Liu Y, Xu L, Wang Q. Identification of susceptibility genes in non-syndromic cleft lip with or without cleft palate using whole-exome sequencing.
13. Maili L, Swindell EC, Blanton SH. Regulatory variant in FZD6 gene contributes to nonsyndromic cleft lip and palate in an African-American Family
14. Manyama M, Larson J, Liberton D. Facial morphometrics of children with NON-syndromic orofacial clefts in Tanzania. BMC Oral Health 2014, 14:93
15. Marcelli D, Coletta R, Oliveria CA. Association between maternal smoking,
gender, and cleft lip and palate. Braz J Otorhinolaryngol. 2015;81(5):514---
519
16. Mehrotra D. Genomic expression in non syndromic cleft lip and palate patients: A review.
17. Paradewisha-Stolarz AM, Kawala B. The Nasolabial Angle Among Patients with Total Cleft Lip and Palate. Adv Clin Exp Med 2015, 24, 3, 481–485
18. Raducanu A, DIdilescu A. Considerations on morphological abnormalities of permanent teeth in children with cleft lip and palate. Rom J Morphol Embryol 2015, 56(2):453–457
19. Reddy MG, Rabu VR. Prospective Analysis of Secondary Alveolar Bone Grafting in Cleft Lip and Palate Patients. Journal of International Oral Health 2015; 7(4):73-7.
25
20. Santos PB, Garib D. Association between tooth size and interarch relationships in children with operated complete unilateral cleft lip and palate. dos Santos et al. Progress in Orthodontics (2015) 16:13
21. Sharma D, Kumar C. Ectrodactyly, ectodermal dysplasia, cleft lip, and palate (EEC syndrome) with Tetralogy of Fallot: a very rare combination.
22. Stolarz AP, Kawala B. Occlusal Disorders among Patients with Total Clefts of Lip, Alveolar Bone, and Palate
23. Sundell AL, Ullbro C, Marcusson A. Comparing caries risk profiles between 5- and 10- year-old children with cleft lip and/or palate and non-cleft controls. Sundell et al. BMC Oral Health (2015) 15:85
24. Tiwari S, Nandlal B, Reddy S. PRE- surgical Alveolar Molding in A Newborn Patient with Complete Unilateral Cleft Lip and Palate-A Report
25. Yun YS, Uhm K. Bone and Soft Tissue Changes after Two-Jaw Surgery in Cleft Patients .
26