uji toksisitas 2,4-d dimetil amina terhadap ...repository.ub.ac.id/5310/1/pratiwi, gita ayu.pdfiii...

61
UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ORGAN EMBRIO ZEBRAFISH (Brachydanio rerio) SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh: GITA AYU PRATIWI NIM. 135080100111001 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

i

UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA

TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ORGAN EMBRIO

ZEBRAFISH (Brachydanio rerio)

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh:

GITA AYU PRATIWI

NIM. 135080100111001

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

ii

UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA

TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ORGAN EMBRIO

ZEBRAFISH (Brachydanio rerio)

SKRIPSI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

GITA AYU PRATIWI

NIM. 135080100111001

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

iii

SKRIPSI

UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA

TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI ORGAN EMBRIO

ZEBRAFISH (Brachydanio rerio)

Oleh:

GITA AYU PRATIWI

NIM. 135080100111001

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 12 Juli 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui,

Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I

(Dr. Asus Maizar S.H., S.Pi, MP) (Prof. Ir. Yenny Risjani, DEA, Ph.D)

NIP. 19720529 200312 1 001 NIP. 19610523 198703 2 003

Tanggal: Tanggal :

Dosen Pembimbing II

(Dr. Yuni Kilawati, S.Pi. M.Si)

NIP. 19730702 20051 2 001

Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Jurusan MSP

(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS)

NIP. 19620805 198603 2 001

Tanggal:

Page 4: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 12 Juli 2017

Mahasiswi

Gita Ayu Pratiwi

Page 5: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan, hingga penulisan dan

penyusunan laporan skripsi ini, terutama kepada :

Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran untuk

mengerjakan Laporan skripsi.

Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, M.S, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan , Universitas Brawijaya, Malang.

Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya, Malang.

Dr. Ir. Mulyanto, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya, Malang.

Prof.Ir. Yenny Risjani, DEA, Ph.D, selaku dosen pembimbing pertama dan

Dr. Yuni Kilawati, SPi, MSi selaku dosen pembimbing kedua yang telah

membimbing dalam proses pengerjaan laporan.

Dr. Asus Maizar S.H., S.Pi, MP selaku dosen penguji skripsi.

BEASISWA BIDIKMISI yang mendukung secara finansial dari awal

kuliah sampai dengan saya lulus.

Orang tua tercinta, Bapak Sukirman, Ibu Siti Lung Sari, Twin Fandi dan Fiqy

yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa yang telah

meringankan langkah penulis untuk menghadapi segala kesulitan.

Page 6: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

vi

“Tim Danio rerio” (Zahroul laela, Anggun Reza Ardianti, Dian Hapsari D)

yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga selama

penelitian bersama.

Pak udin selaku ketua Laboratorium Reproduksi Ikan dan teman-teman

BP 2013 yang telah banyak memberikan bantuan selama penelitian.

Mbak Bonick Kartini yang sudah membantu dalam penelitian, pengerjaan

laporan dan yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

Andik Pranata Putra yang selalu memberikan dukungan dan

mendengarkan keluh kesah penulis selama mengerjakan laporan.

Sahabat - sahabat penulis Laeli Izzati, Hanif Isrochatin, Nita Aprilia, MSP

2015 dan segenap Keluarga Besar FAM 13 atas kebersamaan, doa,

dukungan, bantuan, semangat dan motivasi dalam pengerjaan laporan

ini.

Malang, 12 Juli 2017

Penulis

Gita Ayu Pratiwi

Page 7: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

vii

RINGKASAN

GITA AYU PRATIWI. Skripsi. Uji Toksisitas 2,4-D Dimetil Amina Terhadap

Kelainan Morfologi dan Fisiologi Organ Embrio Zebrafish (Brachydanio rerio).

(dibawah bimbingan Prof.Ir. Yenny Risjani, DEA, Ph.D, dan Dr. Yuni Kilawati,

S.Pi, M.Si)

Perairan terbuka merupakan lingkungan yang seringkali menjadi tempat pembuangan akhir bahan-bahan pencemaran yang berasal dari limbah rumah tangga, industri, pertanian dan kegiatan manusia lainnya. Pestisida merupakan bahan kimia yang sering digunakan sebagai pengontrol organisme yang tidak diinginkan dalam sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2017 di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang, yang bertujuan mempelajari perkembangan embrio Zebrafish (Brachydanio rerio) setelah pemaparan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D Dimetil amina, serta mengetahui organ target dan kelainan utama yang disebabkan oleh paparan tersebut. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan tahapan mengacu pada OECD (2013) yang meliputi pemeliharaan hewan uji, pemijahan telur, kultur embrio, pembuatan konsentrasi perlakuan, perkembangan abnormal (developmental abnormalities), pengukuran daya tetas (hatching rate), pengamatan frekuensi detak jantung (heart beats), dan pengukuran parameter kualitas air. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan ANOVA, bila terjadi perbedaan signifikan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (Tukey test). Nilai LC50 diperoleh melalui analisis probit.

Hasil analisis statistik menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi 2,4-D Dimetil amina dan waktu memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap mortalitas, daya tetas (hatching rate), malformasi dan detak jantung (heart beats) embrio ikan zebra. Organ target dan kelainan utama terbesar (≥50%) pada paparan 2,4-D Dimetil amina teridentifikasi pada sumbu tubuh bengkok (78%), koagulasi darah (73%), edema pada jantung (90%), edema pada kantong kuning telur (90%).

Nilai hasil uji toksisitas LC50 dan identifikasi malformasi pada embrio ikan zebra dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam menentukan batas dosis penggunaan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D Dimetil amina. Embrio zebrafish (Brachydanio rerio) dapat dijadikan organ biomarker terhadap pencemaran herbisida karena semakin tinggi konsentrasi herbisida di perairan dapat membahayakan kesehatan manusia maupun organisme perairan itu sendiri.

Page 8: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Mu, penulis dapat menyajikan Skripsi yang berjudul Uji

Toksisitas 2,4-D Dimetil amina Terhadap Kelainan Morfologi Dan Fisiologi

Organ Embrio Zebrafish (Brachydanio rerio). Di dalam tulisan ini, disajikan

pokok-pokok bahasan yang meliputi Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode

Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki

penulis, walupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi

masih dirasakan banyak kekurangtepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan

saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Malang, 12 Juli 2017

Penulis

Gita Ayu Pratiwi

Page 9: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

ix

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL .............................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v

RINGKASAN ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

1.4 Kegunaan .............................................................................................. 3

1.5 Tempat dan Waktu ................................................................................ 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4

2.1 Pestisida Dalam Lingkungan Perairan ................................................... 4

2.2 Herbisida ............................................................................................... 5

2.2.1 Pengertian Herbisida ............................................................... 5

2.2.2 Herbisida Dengan Bahan Aktif 2,4-D Dimetil amina ................. 6

2.2.3 Residu Pestisida ...................................................................... 7

2.3 Zebrafish (Brachydanio rerio) ................................................................ 8

2.3.1 Klasifikasi Dan Morfologi ......................................................... 8

2.3.2 Zebrafish Sebagai Organisme Model ..................................... 10

2.3.3 Embriogenesis Zebrafish (Brachydanio rerio) ........................ 11

2.4 Uji Toksisitas ....................................................................................... 13

2.5 Parameter Kualitas Air ......................................................................... 15

2.5.1 Suhu ...................................................................................... 15

2.5.2 Derajat Keasaman (pH) ......................................................... 16

2.5.3 Oksigen Terlarut (DO) ........................................................... 16

3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 18

Page 10: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

x

3.1 Materi Penelitian .................................................................................. 18

3.2 Alat dan bahan .................................................................................... 18

3.3 Metode dan Rancangan Penelitian ...................................................... 19

3.4 Sumber Data ....................................................................................... 20

3.4.1 Data Primer ........................................................................... 20

3.4.2 Data Sekunder ...................................................................... 20

3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................. 20

3.5.1 Pemeliharaan Hewan Uji ....................................................... 20

3.5.2 Pemijahan Telur .................................................................... 21

3.5.3 Kultur Embrio ......................................................................... 21

3.5.4 Pembuatan Konsentrasi Perlakuan ....................................... 21

3.5.5 Perkembangan Abnormal ...................................................... 23

3.5.6 Pengukuran Daya Tetas (hatching rate) ................................ 23

3.5.7 Pengamatan Frekuensi Detak Jantung (heart beats) ............. 23

3.5.8 Pengukuran Parameter Kualitas Air ....................................... 23

3.6 Analisis Data ....................................................................................... 25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 26

4.1 Embriogenesis Zebrafish (Brachydanio rerio) ...................................... 26

4.2 Toksisitas 2,4-D Dimetil amina Pada Embrio Zebrafish ....................... 28

4.3 Malformasi Embrio Ikan Zebra setelah Paparan 2,4-D Dimetil amina .. 30

4.4 Efek Pemberian 2,4-D Dimetil amina terhadap Frekuensi Detak Jantung

............................................................................................................ 36

4.5 Hasil Analisis Kualitas Air .................................................................... 37

5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 40

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 40

5.2 Saran ................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. 47

LAMPIRAN ........................................................................................................ 49

Page 11: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Daya Racun Berdasarkan Nilai LC50-96 jam .......................................... 14

2. Keterangan jenis malformasi pada embrio ikan zebra yang disebabkan oleh 2,4-D Dimetil amina. ...................................................................................... 32

3. Jenis malformasi embrio ikan zebra setelah paparan 2,4-D Dimetil amina ..... 35

4. Data Kualitas Air ............................................................................................ 38

Page 12: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Herbisida DMA 6 825 SL dan Rumus kimia 2,4-D Dimetil amina .................... 7

2. Zebrafish (Brachydanio rerio) dan Zebrafish (Danio rerio) ............................... 8

3. Tahap Perkembangan Embrio Ikan Zebra (Brachydanio rerio) ...................... 12

4. Cawan Petri, K1,2,3: kontrol ulangan ke-1,2, dan 3 ....................................... 19

5. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) ......................... 26

6. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap gastrula, Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap segmentation ................................................................................................ 27

7. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap Pharyngula, Mortalitas awal telur zebrafish (Brachydanio rerio) ........................................ 27

8. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap Hatching 28

9. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap mortalitas embrio zebrafish ..................... 29

10. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap daya tetas (hatching rate) embrio zebrafish ..................................................................................................... 30

11. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap malformasi embrio zebrafish ................. 31

12. Jenis malformasi pada embrio ikan zebra .................................................... 32

13. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap detak jantung (heart beats) embrio zebrafish ..................................................................................................... 36

Page 13: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Penentuan Konsentrasi Perlakuan ................................................................. 49

2. Hasil analisis probit 2,4-D Dimetil amina ........................................................ 51

3. Data persentase mortalitas ikan zebra yang dipapar 2,4-D Dimetil amina ...... 52

4. Hasil Uji ANOVA dengan Uji Lanjutan Tukey Mortalitas Embrio Ikan Zebra (Brachydanio rerio) ........................................................................................ 53

5. Data persentase Survival rate ikan zebra yang dipapar 2,4-D Dimetil amina . 61

6. Data persentase Hatching rate ikan zebra yang dipapar 2,4-D Dimetil amina 62

7. Hasil Uji ANOVA dengan Uji Lanjutan Tukey Hatching rate Embrio Ikan Zebra (Brachydanio rerio) ........................................................................................ 63

8. Data persentase Malformasi ikan zebra yang dipapar 2,4-D Dimetil amina .... 67

9. Hasil Uji ANOVA dengan Uji Lanjutan Tukey malformasi Embrio Ikan Zebra (Brachydanio rerio) ........................................................................................ 68

10. Data hasil Detak Jantung ikan zebra yang dipapar 2,4-D Dimetil amina ...... 76

11. Hasil Uji ANOVA dengan Uji Lanjutan Tukey Heart beats Embrio Ikan Zebra (Brachydanio rerio) ..................................................................................... 77

12. Skema prosedur uji toksisitas embrio ikan zebra ......................................... 83

13. Gambar kerusakan kelainan morfologi dan fisiologi organ embrio zebrafish (Brachydanio rerio) ..................................................................................... 84

14. Data Penelitian Tentang Embrio Ikan Zebra ................................................ 87

15. Tabel Probit. ................................................................................................ 88

16. Dokumentasi penelitian ................................................................................ 88

Page 14: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

47

DAFTAR ISTILAH

Animal pole : kutup hewan yang akan berdiferensiasi menjadi

embrio

Blastodisc : kubah sitoplasma (seperti cakram pada telur) yang

memisahkan dari kuning telur ke arah animal pole

selama satu tahap sel yang mengalami pembelahan

Blastomer : tahap pembelahan embrio awal

Gastrula : tahap pertumbuhan embrio berbentuk mangkuk yang

terdiri atas dua sel atau masa embrio dini setelah

masa blastula yaitu struktur bulat, hasil pembelahan

zigot.

Cleavage : proses pembelahan sel pada perkembangan embrio,

ukuran sel tersebut makin lama makin mengecil atau

menjadi unit-unit kecil yang disebut blastomer

Chorion : cangkang telur

Edema : pembengkakan yang diakibatkan oleh akumulasi

cairan dalam jaringan tubuh.

Epiboly : penipisan dan penyebaran YSL dan blastoderm di

atas kuning telur

Blastula : tingkat awal embrio pada hewan, berbentuk bundar

seperti bola, terdiri atas lapisan dinding satu sel dan

rongga berisi cairan

Hatching : perubahan intracapsular (tempat yang terbatas)

sehingga embrio keluar dari cangkangnya

hpf : hours post fertilization

Malformasi : suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau

ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses

embriogenesis

MBT : stage yang terjadi selama periode blastula pada

perkembangan embrio zebrafish dimana gen

traskripsi zigot telah aktif dan pergerakan mulai

terlihat

Notochord : jaringan aksial yang membantu perpanjangan tubuh

dan akan berkembang menjadi medula spinalis saat

vertebrata dewasa

Pharyngula : tahapan filotopik pada embrio, bentuk tubuh melurus

Page 15: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

48

dari bentuk awalnya yang mengelilingi kuning telur

Phylotypic stages : stage dimana embrio mengalami perkembangan

seperti vertebrata/chordata yang meliputi

pembentukan notokorda, tabung syaraf, somite dan

post anal tail

Segmentation : fase pembentukan organogenesis primer seperti

pembentukan neuromer, lengkung primordial,

pembentukan batasan antara somite dan satu

dengan dua serta awal pergerakan dan ekor muncul

Somite : lempengan vertebrata atau untaian segmen

longitudinal berbentuk blok dimana mesoderma

dikedua sisi tulang belakang embrio melakukan

diferensiasi

Yolk egg : sumber makanan untuk embrio

Yolk Syncytial layer : lapisan periferal dari sel kuning telur seperti nuklei

Zigot : sel telur yang telah terfertilisasi

Page 16: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan terbuka merupakan lingkungan yang seringkali menjadi tempat

pembuangan akhir bahan-bahan pencemaran. Pencemaran ini berasal dari

limbah rumah tangga, industri, pertanian dan kegiatan manusia lainnya. Pestisida

merupakan bahan kimia yang sering digunakan sebagai pengontrol organisme

yang tidak diinginkan dalam sektor pertanian (Wulandari et al., 2013).

Ikan adalah salah satu organisme air yang paling penting karena nilai

ekonomi dan sensitivitas mereka terhadap kontaminan, dan telah digunakan

dalam berbagai tes biologis. Jika dibandingkan dengan Daphnia magna, kerang

dan organisme air lainnya, ikan bisa bertahan selama lebih dari satu bulan tanpa

diberi makan. Tanggapan perilaku yang cepat terlihat membuat ikan menjadi

subyek yang ideal untuk observasi dan digunakan untuk mendeteksi perubahan

lingkungan air (Yi et al., 2014).

Ikan zebra merupakan salah satu hewan yang sering digunakan sebagai

model dalam penelitian biomedis. Ikan zebra memiliki beberapa keuntungan

sebagai hewan coba yaitu memiliki fekunditas yang tinggi sekitar 200-300

butir/minggu. Embrio bersifat transparan sehingga bisa dilihat organ yang

terbentuk dengan jelas, perkembangan embrio cepat dengan organ utama

terbentuk 24 jam setelah pembuahan sehingga menghemat waktu dalam

penelitian, serta mudah dipelihara sehingga membutuhkan biaya yang lebih

murah (Santoriello dan Zon, 2012).

Heriyanto (2014) melaporkan bahwa baik minyak atsiri maupun ekstrak n-

heksana memberikan efek teratogenik pada organ dan jaringan embrio ikan

zebra. Malformasi mayor (≥ 50%) teridentifikasi pada kantung kuning telur,

jantung, dan sirkulasi darah, sedangkan malformasi minor (< 50%) teridentifikasi

Page 17: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

2

pada sumbu tubuh, somit, sirip pektoral, mulut, dan gelembung renang. Tidak

teridentifikasi efek teratogenik pada otak, ekor, mata, rahang, otolit, dan

pigmentasi embrio.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan membahas

tentang uji toksisitas untuk mengetahui pengaruh Herbisida dengan bahan aktif

2,4-D Dimetil amina terhadap kelainan morfologi dan fisiologi organ embrio

Zebrafish (Brachydanio rerio) yang dapat digunakan dalam pengembangan dan

penerapan kriteria kualitas perairan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah herbisida dengan bahan aktif 2,4-D Dimetil amina dapat

mempengaruhi perkembangan organ embrio Zebrafish (Brachydanio

rerio)?

2. Bagaimana kondisi morfologi dan fisiologi organ embrio Zebrafish

(Brachydanio rerio) setelah pemaparan herbisida dengan bahan aktif 2,4-

D Dimetil amina?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perkembangan embrio Zebrafish

(Brachydanio rerio) setelah pemaparan herbisida dengan bahan aktif 2,4-D

Dimetil amina, serta mengetahui organ target dan kelainan utama yang

disebabkan oleh paparan tersebut. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar

acuan dalam mengevaluasi pencemaran herbisida dengan bahan aktif 2,4-D

Dimetil amina pada lingkungan perairan.

Page 18: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

3

1.4 Kegunaan

1. Bagi Peneliti

Mengetahui kelainan morfologi dan fisiologi organ embio Zebrafish

(Brachydanio rerio) akibat paparan herbisida bahan aktif 2,4-D Dimetil

amina.

Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Dapat dijadikan bahan rujukan penelitian di Fakultas Perikanan Dan

Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

Sebagai langkah awal menentukan efek toksik herbisida bahan aktif

2,4-D Dimetil amina terhadap embrio Zebrafish (Brachydanio rerio)

sehingga selanjutnya dapat dilakukan penelitian untuk uji toksisitas

dengan konsentrasi dan bahan aktif pestisida yang berbeda.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai pengetahuan dan memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai efek yang ditimbulkan oleh herbisida bahan aktif 2,4-D

Dimetil amina bagi kesehatan dan lingkungan perairan.

4. Bagi pemerintah

Sebagai dasar acuan dalam membuat kebijakan penentuan batas

maksimal penggunaan herbisida di bidang pertanian pada umumnya

dan dampaknya pada perairan khususnya.

1.5 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2017 di Laboratorium

Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya, Malang.

Page 19: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida Dalam Lingkungan Perairan

Penggunaan pestisida merupakan salah satu sumber pencemar yang

potensial bagi sumberdaya dan lingkungan perairan. Pestisida yang digunakan

pada lahan pertanian sawah, terutama pada awal musim tanam sebagian atau

bahkan seluruhnya akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga mencemari

perairan. Perairan yang tercemar oleh residu pestisida apabila telah mencapai

konsentrasi tertentu akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan

organisme akuatik yang hidup di dalamnya. Ikan yang hidup dalam lingkungan

perairan yang tercemar pestisida akan menyerap bahan aktif pestisida tersebut

dan tersimpan dalam tubuh, karena ikan merupakan akumulator yang baik bagi

berbagai jenis pestisida terutama yang bersifat lipofilik (mudah terikat dalam

jaringan lemak) (Taufik, 2011). Pencemaran pestisida juga disebabkan dari

kuantitas penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida pada lahan pertanian,

perkebunan dan tegalan, tidak semua bahan aktif dari pestisida tersebut menuju

tanaman yang merupakan target sasaran. Akan tetapi lebih dari separuhnya

akan terbuang dan hanyut bersama aliran air sehingga menyumbang terjadinya

pencemaran air di perairan (Prabowo dan Subantoro, 2012).

Kegiatan pertanian berpotensi menghasilkan residu pestisida yang

berlebihan, yang kemudian masuk ke dalam perairan, sehingga menyebabkan

terjadinya pecemaran pada ekosistem perairan. Pestisida memasuki ekosistem

perairan melalui aliran air permukaan tanah atau aliran irigasi secara terus

menerus dan hujan lebat, sebagai akibatnya telah menjadi bahan pencemar

yang masuk ke dalam ekosistem perairan. Pencemaran herbisida dalam

ekosistem perairan berdampak bagi lingkungan ekosistem perairan, termasuk ke

organisme bukan sasaran seperti alga perifiton (Qian et al., 2009). Komunitas

Page 20: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

5

alga perifiton memiliki manfaat yang besar bagi ekosistem akuatik, antara lain

sebagai penghasil oksigen, salah satu produsen primer, dan bioindikator di

ekosistem perairan (Boney 1983; Lee 1980; Parrish 1985).

2.2 Herbisida

2.2.1 Pengertian Herbisida

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan

untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat

mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan

sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,

metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan

tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pengertian tersebut

mengandung arti bahwa herbisida berasal dari metabolit, hasil ekstraksi, atau

bagian dari suatu organisme. Di samping itu herbisida bersifat racun terhadap

gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman. Herbisida yang

diaplikasikan dengan dosis tinggi akan mematikan seluruh bagian yang dan jenis

tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan

dan tidak merusak tumbuhan yang lainnya (Sastroutomo, 1992). Herbisida

merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma

sementara atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat (Sembodo,

2010).

Peningkatan pengadaan pestisida di Indonesia yang paling cepat terjadi

pada herbisida, menyusul kelompok insektisida, dan fungisida. Penggunaan

pestisida tertinggi terjadi pada tahun1991 yaitu rata-rata 4,72 kg per hektar. Data

mengenai tingginya jumlah pengadaan pestisida nasional dan penggunaan

pestisida oleh petani di lapangan setelah tahun 1989, menunjukkan bahwa

Page 21: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

6

kebijakan Pemerintah belum mampu menurunkan penggunaan pestisida di

Indonesia (Untung, 2004).

2.2.2 Herbisida Dengan Bahan Aktif 2,4-D Dimetil amina

Formulasi pestisida DMA 6 berbentuk cairan larut atau soluble liquid (SL),

merupakan pekatan cair. DMA 6 mengandung 825 g/l dari 2,4-D sebagai bahan

aktif, dalam bentuk garam dimetil amonium. Pestisida ini diproduksi oleh Dow

AgroSciences, Perancis. Herbisida DMA 6 825 SL dengan bahan aktif 2,4-D

Dimetil amina merupakan golongan fenoksi yang merupakan herbisida sistematik

dan selektif banyak digunakan untuk menghambat gulma pada tanaman padi,

karet, dan tebu (Sudrajat dan Dewi, 2002). Jika dicampur air, pekatan cair ini

akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara

disemprotkan. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan untuk setengah

jumlah awal zat menghilang ketika diubah menjadi kimia lain oleh bakteri, jamur,

sinar matahari, atau proses kimia lainnya. Pada lingkungan, 2,4-D akan

mengalami perubahan tergantung pada bentuk lingkungan dan dampak apa

yang mungkin, terutama pada ikan. Salah satu bentuk dari 2,4-D adalah Ester

butoksietil dapat sangat beracun bagi ikan dan kehidupan akuatik lainnya.

Chairul et al., (2000) melaporkan residu herbisida 2,4-D masih berada di

bawah ambang batas yang diizinkan oleh WHO/FAO sebesar 0,05 ppm.

Penggunaan yang tidak terkontrol dari 2,4-D di lahan-lahan pertanian merupakan

tekanan yang sangat berat bagi ekosistem lingkungan, walaupun waktu paruh

2,4-D di lingkungan relatif pendek yaitu 1-2 minggu dalam tanah dan 1-3 minggu

dalam air. Namun, 2,4-D sangat berpotensi menyebabkan pencemaran pada air

tanah, air permukaan dan air minum (Fatmawati, 2006).

Herbisida 2,4-D termasuk kelompok fenoksi herbisida yang dapat

menyebabkan mutasi sel. Herbisida ini mengandung dioksin yang merupakan

Page 22: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

7

senyawa yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Herbisida ini dapat

bertahan di alam antara 20-200 hari. Oleh karena itu, herbisida ini tidak hanya

berefek pada gulma, tetapi juga dapat mengganggu pertumbuhan, reproduksi,

perubahan tingkah laku bahkan dapat menyebabkan kematian. Limbah herbisida

dapat masuk ke badan air, sehingga mengkontaminasi vegetasi dan hewan yang

memakannya. Pada manusia dapat menyebabkan kerusakan reproduksi,

gangguan pernapasan, hilangnya nafsu makan, kulit kasar, iritasi mata dan sakit

kepala hebat (Siera Club, 2006).

2.2.3 Residu Pestisida

Perairan bertindak sebagai suatu tempat penampungan utama bagi residu

pestisida yang persisten. Masuknya pestisida ke dalam perairan melalui berbagai

jalur antara lain: pemakaian langsung untuk membasmi hama tanaman, buangan

limbah perkotaan dan industri, limpasan dari areal persawahan, pencucian

melalui tanah, penimbunan aerosol dan partikulat, curah hujan dan penyerapan

dari fase uap pada antar fase udara-air. Masalah ini perlu mendapat perhatian

serius karena residu pestisida (Herbisida) ada yang bersifat karsinogenik yang

tentunya dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Taufik, 2011).

Residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang

terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, atau

Gambar 1. Herbisida DMA 6 825 SL dan Rumus kimia 2,4-D Dimetil amina

Page 23: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

8

tanah. Beberapa yang mengindikasikan batas residu digunakan untuk

memprediksi pemasukan residu pestisida. Batas maksimum residu (BMR) adalah

salah satu indeks konsentrasi maksimum dari residu pestisida (ditetapkan dalam

mg/kg) yang direkomendasikan sebagai batasan yang diijinkan secara legal pada

komoditas makanan dan daging hewan (Nazmatullaila, 2015).

2.3 Zebrafish (Brachydanio rerio)

2.3.1 Klasifikasi Dan Morfologi

Ikan zebra merupakan jenis ikan air tawar yang umum ditemukan di

sungai-sungai yang dangkal dan sawah-sawah di India Timur dan Burma. Ikan

zebra memakan organisme hidup yang lebih kecil dan dalam habitatnya, ikan ini

merupakan makanan bagi ikan lain yang lebih besar, amfibi kecil, mamalia

ataupun burung (Wilson, 2003).

Sistematika ikan zebra (Brachydanio rerio) menurut Eschmeyer (1990)

adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Actynopterygii

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Brachydanio

Spesies : Brachydanio rerio

Gambar 2.a. Zebrafish (Brachydanio rerio)(Tropicali Fish, 2011) b. Zebrafish (Danio rerio)(Hamilton,1822)

b a

Page 24: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

9

Danio merupakan sinonim dari Brachydanio karena adanya karakter yang

tidak dapat dipisahkan antara dua kelompok tersebut (Barman, 1991).

Kematangan seksual dewasa dicapai pada usia 10 sampai 12 minggu. Usia

harapan hidup di akuarium yang terawat dengan baik sampai 5 tahun (Kohli dan

Elezzabi, 2008). Ikan zebra biasa digunakan dalam penelitian ekotoksikologi,

karena biologi dan reproduksi ikan zebra (interval generasi pendek, interval

pemijahan yang singkat, telur transparan) cocok sebagai ikan uji untuk penelitian

toksikologi. Ikan dewasa dapat mencapai panjang 4-6 cm. Karakteristik seksual

biasanya mulai berkembang pada umur 4-5 bulan (Meinelt et al.,1999).

Zebrafish (Brachydanio rerio) mempunyai warna tubuh merah muda

dengan garis-garis berwarna putih kekuningan yang berawal dari pangkal ekor

sampai operkulum. Warna pada jantan terlihat lebih cerah dan menarik

dibandingkan dengan betina. Bentuk tubuh pipih dengan perut sedikit

membundar, pada betina yang sudah matang gonad perut akan tampak sangat

membundar. Di alam ikan zebra ini dapat mencapai panjang 5 cm, tetapi di

akuarium sangat sulit untuk mencapai ukuran tersebut. Ikan zebra tersebar dari

India sampai Asia Tenggara terutama Indonesia dan menyukai daerah yang

bersuhu dingin (Axelrod et al., 1997). Ikan zebra memakan cacing dan crustacea

kecil dan larva serangga sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan

nyamuk (Froese dan Pauly, 2003).

Ikan zebra (Danio rerio) merupakan ikan hias yang berasal dari Sungai

Gangga yang melintasi beberapa negara. Ikan ini banyak ditemukan di anak

Sungai Gangga, sepanjang daerah pesisir Coromandel, dari Calcutta sampai

Masulipatam, Benggala, Nepal, Pakistan dan Bangladesh. Ukuran tubuh ikan

zebra dapat mencapai 5 cm. Warna tubuhnya biru atau kuning dengan 4 garis

perak sepanjang tubuhnya sampai pangkal sirip ekor (Talwar and Jhingran,

1991).

Page 25: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

10

Ikan zebra dapat ditemukan pada berbagai habitat, dari perairan yang

memiliki arus tenang sampai perairan yang tidak mengalir, terutama di lahan

persawahan. Nilai pH untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan zebra mempunyai

kisaran ideal dari 6,5-7,5. Spesies ini menurut Westerfield (1995) dapat dengan

mudah dipelihara pada akuarium berukuran 45 liter dengan kisaran suhu antara

25-310C.

2.3.2 Zebrafish Sebagai Organisme Model

Zebrafish (Brachydanio rerio) merupakan salah satu organisme model

vertebrata yang paling penting dalam genetika, perkembangan biologi,

neurofisiologi dan biomedis. Ia memiliki fisiologi yang membuatnya mudah

digunakan untuk manipulasi eksperimental. Zebrafish merupakan ikan yang kecil

sehingga dapat disimpan dalam jumlah banyak di laboratorium. Kekuatannya

sebagai model organisme adalah bahwa sebagai vertebrata hampir mirip dengan

manusia daripada spesies model invertebrata seperti Drosophila, sementara

lebih baik untuk manipulasi genetik dan embriologi dari spesies model mamalia

seperti tikus, dimana prosedur tersebut keduanya lebih rumit dan mahal. Lebih

dari 400 laboratorium di seluruh dunia sekarang menggunakan Zebrafish dalam

penggunaannya sebagai model untuk memahami dasar genetik (Spence et al.,

2006).

Pada tahun-tahun terakhir Zebrafish (Brachydanio rerio) telah menjadi

hewan model yang sangat baik untuk studi biologi molekuler, pengembangan

vertebrata, dan toksikologi. Zebrafish sekarang banyak digunakan penelitian

karena beberapa keuntungan seperti ketersediaan mudah, biaya perawatan yang

rendah dan berkembang biak dalam kondisi laboratorium. Analisis gen lengkap

dan studi tentang pola ekspresi gen dalam berbagai kondisi mengungkapkan

Page 26: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

11

kemiripan tingkat tinggi dengan manusia didasar genetik, perkembangan, dan

proses-proses fisiologis (Gomez-Canela et al., 2017).

Saat ini telah dikembangkan uji toksisitas pada embrio ikan zebra untuk

penemuan obat-obatan terbaru dari senyawa bahan alam, termasuk uji toksisitas

akut (Kari et al. 2007). Ikan zebra telah digunakan secara luas dalam bidang

biologi, teratologi, dan genetika molekular. Saat ini ikan zebra juga telah dipakai

dalam bidang toksikologi. Ikan zebra sangat ideal untuk studi proses

perkembangan embrio karena embriogenesisnya sangat mirip dengan vertebrata

tingkat tinggi, termasuk manusia (Chakraborty et al. 2009; Brannen et

al. 2010).

Berghmans et al. 2005; Hill et al. 2005; Moore et al. 2006; Hsu et al. 2007;

Chakraborty et al. 2009, melaporkan bahwa Ikan zebra memiliki beberapa

karakteristik yang menyebabkan spesies ini cocok sebagai model dalam bidang

toksikologi diantaranya:

Embrio memiliki lapisan korion yang transparan sehingga sel, jaringan, dan

organ dalam tubuh dapat diamati dengan jelas

Betina dewasa dapat menghasilkan 200‒250 embrio dalam sekali pemijahan

Proses embriogenesis cepat

Memiliki kesamaan gen dengan manusia sampai 75%

Organ dalam memiliki kesamaan dengan mamalia pada sistem

kardiovaskular, syaraf, dan pencernaan

Embrio dapat bertahan di dalam multiwell selama beberapa hari tanpa diberi

tambahan asupan nutrisi

Tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pemeliharaannya, dapat

dijadikan model untuk penyakit kanker, diabetes, epilepsi, dan inflamasi

Page 27: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

12

2.3.3 Embriogenesis Zebrafish (Brachydanio rerio)

Tahap perkembangan embrio Zebrafish (Brachydanio rerio) menurut

(Kimmel et al., 1995) dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3. Tahap Perkembangan Embrio Ikan Zebra (Brachydanio rerio)

Telur umumnya mengalami proses embriogenesis, yaitu proses

perkembangan telur hingga menjadi larva definitif. Embriogenesis akan

berlangsung pada saat inkubasi dimulai dari proses pembelahan sel telur

(cleavage), morulasi, blastulasi, gastrulasi, dan dilanjutkan dengan

organogenesis yang selanjutnya menetas. Cleavage merupakan proses

pembelahan sel pada perkembangan embrio, ukuran sel tersebut makin lama

makin mengecil atau menjadi unit-unit kecil yang disebut blastomer. Telur

selanjutnya akan mengalami blastulasi, blastulasi ialah proses perkembangan

embrio yang menghasilkan pembentukan blastula. Setelah itu sel mengalami

Page 28: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

13

proses gastrula. Saat telur berada pada fase gastrula, terjadi perkembangan sel

bakal organ yang telah terbentuk pada fase blastula. Setelah fase blastula

kemudian sel telur akan mengalami perkembangan fase organogenesis,

organogenesis merupakan proses pembentukan organ tubuh, pembentukan

organ tubuh ini meliputi otak, mata, bagian alat pencernaan makanan dan

kelenjarnya, dan sebagian kelenjar endokrin (Affandi et al., 2005).

2.4 Uji Toksisitas

Toksisitas (toxicity) adalah suatu kemampuan yang melekat pada suatu

bahan kimia untuk menimbulkan keracunan/kerusakan. Toksisitas biasanya

dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal sebagai dosis atau konsentrasi

mematikan pada hewan coba dinyatakan dengan lethal dose (LD) atau lethal

concentration (LC). LD50 adalah dosis mematikan/lethal yang mematikan 50%

hewan coba jika diberikan melalui mulut (oral) atau diserap melalui kulit (dermal)

atau bahkan terhisap melalui pernafasan (inhalasi), yang biasanya dinyatakan

dalam mg suatu Herbisida per kg berat badan (mg/kg bb). Berdasarkan definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa pestisida dengan nilai LD50 maupun LC50

makin rendah maka pestisida tersebut makin beracun (Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

LC50 adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia di udara atau dalam air

yang dapat menyebabkan 50% mortalitas pada suatu populasi hewan uji atau

makhluk hidup tertentu. Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian

ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada

saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji

tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai

LC50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa

sehingga dapat juga untuk memprediksi potensinya sebagai antikanker (Ginting

Page 29: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

14

et al., 2014). Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika LC50

<1000 μg/ ml (ppm) (Carballo, 2002).

Uji toksisitas Sub-Letal merupakan bagian dari uji toksisitas kuantitatif yang

dilakukan dengan pendedahan larutan bahan kimia atau polutan dalam jangka

waktu relatif lebih lama dibandingkan uji toksisitas akut (beberapa hari, minggu).

Parameter yang diamati dari uji toksisitas sub-letal pada ikan umumnya gejala

fisiologis seperti aktivitas gerak (gerak aktif/pasif, gerak renang, gerak

operkulum/mulut ikan dalam aktivitas respirasi) dan gejala klinis (produksi lendir

pada sisik, serta keadaan insang pada ikan akibat dari larutan bahan toksik)

(Septiani dan Hartanto, 2016).

Wirawan (2012), menyatakan bahwa organisme yang terpapar logam berat

dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama biasanya tidak

mengalami kematian. Tetapi akan dapat mengalami pengaruh sublethal, yaitu

suatu pengaruh yang terjadi pada organisme tanpa mengakibatkan kematian

pada organisme tersebut. Akan tetapi hal ini dapat berpengaruh terhadap tingkah

laku reproduksi, modifikasi dalam breeding capability, cacat atau kelainan

morfologi (malformation) dan lain sebagainya. Tingkat daya racun berdasarkan

nilai LC50-96 jam suatu bahan pencemar pada ikan dibedakan menjadi beberapa

kriteria yang dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Daya Racun Berdasarkan Nilai LC50-96 jam (Megawati et al., 2014)

Tingkat Nilai LC 50-96 jam (mg/L) Tingkat Daya Racun

A <1 Sangat tinggi B 1-10 Tinggi C 10-100 Sedang D >100 Ringan

Page 30: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

15

2.5 Parameter Kualitas Air

2.5.1 Suhu

Suhu air mempengaruhi metabolisme organisme yang hidup didalam air

tersebut termasuk ikan. Ikan merupakan hewan berdarah dingin (poikilothermal)

sehingga metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya,

termasuk kekebalan tubuhnya. Suhu luar atau eksternal yang berfluktuasi besar

akan berpengaruh pada sistem metabolisme. Konsumsi oksigen dan fisiologi

tubuh ikan akan mengalami kerusakan sehingga ikan akan sakit. Suhu yang

terlalu rendah akan mengurangi imunitas (kekebalan tubuh ikan), sedangkan

suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi bakteri. Suhu

yang optimal untuk usaha budidaya ikan adalah 22-270C. Setiap kenaikan suhu

100C akan mempercepat laju reaksi kimia sebesar dua kali (Piranti, 2016).

Zebrafish (Brachydanio rerio) dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 18-28oC.

Ikan zebra memerlukan kondisi yang ideal untuk pemijahannya pada suhu antara

24-26oC. Suhu yang baik pada media pemeliharaan dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup Zebrafish (Brachydanio rerio) (Hammilton, 2004).

Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi dalam

badan air. Suhu air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air.

Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan interaksi antara suhu

dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan

menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut: (1) jumlah oksigen terlarut di

dalam air menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan

dan hewan air lainnya terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui,

ikan dan hewan air lainnya akan mati (Fardiaz, 1992).

Page 31: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

16

2.5.2 Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH adalah nilai dari hasil pengukuran ion hidrogen (H+) didalam air. Air

dengan kandungan ion H+ banyak akan bersifat asam dan sebaliknya akan

bersifat basa (alkali). Derajat keasaman sangat menentukan kualitas air karena

berhubungan dengan proses kimiawi dalam air. Hubungan keasaman air dengan

kehidupan ikan sangat besar. Titik kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan

pada pH basa adalah 11. Ikan air tawar kebanyakan akan hidup baik pada

kisaran pH sedikit asam sampai netral yaitu 6,5-7,5. Sementara keasaman air

untuk reproduksi atau perkembangbiakan biasanya akan baik pada pH 6,4-7,0

sesuai jenis ikan. Kondisi pH optimal untuk ikan pada kisaran 6,5-8,5. Widyastuti

(2011), melaporkan bahwa zebrafish dapat hidup dengan baik pada kisaran pH

air 6,5-8. Pada pH 5,5 perkembangan ikan sangat sensitif terhadap bakteri

parasit dan biasanya mati dalam waktu singkat pada kondisi lebih rendah atau

sama dengan 4,5. Kondisi pH yang optimal dapat mempengaruhi aktivitas dari

Zebrafish (Brachydanio rerio) (Mulyani, 2014).

Mahida (1986) menyatakan bahwa limbah buangan industri dan rumah

tangga dapat mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat mempengaruhi

spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di

perairan, sebagai contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan

tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah.

2.5.3 Oksigen Terlarut (DO)

Pada lingkungan perairan, kandungan oksigen dalam air dapat dilihat

melalui kandungan oksigen terlarut. Berdasarkan hasil penelitian kualitas air dan

kontaminasi polutan membuktikan bahwa oksigen terlarut (dissolved

oxygen=DO) merupakan parameter paling penting sebagai penunjang kehidupan

organisme akuatik. Oksigen digunakan oleh organisme akuatik untuk proses

Page 32: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

17

respirasi. Kelarutan oksigen di air menurun dengan semakin meningkatnya

salinitas, setiap peningkatan salinitas sebesar 9 mg/L mengurangi kelarutan

oksigen sebanyak 5% dari yang seharusnya di air tawar (Mulyani, 2014).

Konsentrasi oksigen terlarut sebesar 6,5-7,8 mg/L termasuk kedalam kisaran

yang baik bagi pemeliharaan ikan. Sejumlah polutan akan menjadi lebih toksik

pada konsentrasi oksigen yang rendah karena pada kondisi tersebut proses

respirasi akan meningkat sehingga racun yang masuk kedalam tubuh ikan juga

semakin besar (Yosmaniar et al., 2009).

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di perairan dalam

bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk molekul hidrogenoksida, biasanya

dinyatakan dalam mg/l (ppm) (Darsono, 1992). Oksigen bebas dalam air dapat

berkurang bila dalam air dalam terdapat kotoran/limbah organik yang

degradable. Dalam air yang kotor selalu terdapat bakteri, baik yang aerob

maupun yang anaerob. Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air

menjadi persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya nitrogen diubah menjadi

persenyawaan nitrat, belerang diubah menjadi persenyawaan sulfat. Bila oksigen

bebas dalam air habis/sangat berkurang jumlahnya maka yang bekerja, tumbuh

dan berkembang adalah bakteri anaerob (Darsono, 1992)

Page 33: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

18

3. METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

Materi dalam penelitian ini yaitu toksisitas Herbisida dengan bahan aktif

2,4-D Dimetil amina pada konsentrasi yang berbeda terhadap kondisi embrio

Zebrafish (Brachydanio rerio) yang meliputi mortalitas, perkembangan abnormal,

daya tetas (hatching rate), dan detak jantung (heart beats). Parameter kualitas air

yang diukur yaitu: suhu, derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO).

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

Akuarium

Inkubator

Mikroskop binokular

Cawan petri 30 mm

Mikropipet dan tip

Kamera

Aerator

Termometer

DO meter

pH meter

Pipet tetes

Object glass

Hand tally counter

3.2.2 Bahan

Zebrafish dewasa (Brachydanio rerio)

Page 34: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

19

Embrio zebrafish (Brachydanio rerio)

Herbisida DMA-6 825 SL bahan aktif 2,4-D Dimetil amina

Aquades

Air tawar

3.3 Metode dan Rancangan Penelitian

3.3.1 Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan secara

sengaja oleh peneliti dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu

terhadap subjek penelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang

akan diteliti dan bagaimana akibatnya. Penelitian eksperimen merupakan

penelitian kausal (sebab akibat) yang pembuktiannya diperoleh melalui

komparasi/perbandingan antara kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan)

dengan kelompok kontrol (yang tidak diberikan perlakuan) atau kondisi subjek

sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan (Jaedun, 2011).

3.3.2 Rancangan penelitian

Analisis data untuk pencarian konsentrasi terbaik herbisida menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian konsentrasi

herbisida dalam jumlah yang berbeda. Adapun penempatan denah atau lay out

cawan percobaan yaitu sebagai berikut:

Gambar 4. Cawan Petri, K1,2,3: kontrol ulangan ke-1,2, dan 3 A,B,C,D 1,2,3: perlakuan uji ulangan ke-1, 2 dan 3

Page 35: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

20

3.4 Sumber Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil dua

macam data yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang

dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan

yang diteliti. Data ini diperoleh dari hasil wawancara atau pengisian kuesioner

yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 2005). Data primer dapat diperoleh

dengan cara observasi. Riskiana (2013), menyatakan bahwa observasi adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

buku-buku, brosur dan artikel yang didapat dari website yang berkaitan dengan

penelitian (Bungin, 2005). Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer

yang telah diperoleh yaitu dari studi literatur, penelitian terdahulu dan lain

sebagainya. Sumber data sekunder dalam bentuk media massa, hasil penelitian

peneliti lain (jurnal penelitian, laporan skripsi atau PKL) dan lain-lain.

3.5 Prosedur Penelitian (OECD, 2013)

3.5.1 Pemeliharaan Hewan Uji

Zebrafish (Brachydanio rerio) dewasa diperoleh dari Pasar Splendid Kota

Malang, yang didapatkan dari petani ikan zebra di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Ikan zebra dipelihara dengan kisaran suhu sebesar 25-300C dan diberi makan

satu kali per hari dengan T. tubifex. Berat Zebrafish (Brachydanio rerio) dewasa

untuk pemijahan yaitu betina 0.650.13 dan jantan 0.50.1 g. Suhu optimal 260C,

Page 36: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

21

pH 6,5-8,5 dan DO 6,8 mg/L. Satu kali pemijahan zebrafish betina dewasa

mampu menghasilkan 50-200 butir telur per hari.

3.5.2 Pemijahan Ikan

Telur ikan zebra dapat dihasilkan melalui pemijahan ikan zebra dewasa

jantan dan betina dengan perbandingan ratio 2:1. Ikan zebra jantan dan betina

ditempatkan di akuarium yang berbeda 4-5 jam sebelum pemijahan, untuk

mencegah predasi telur oleh ikan zebra dewasa dipasang spawning trap,

sebagai stimulus pemijahan tanaman buatan dimasukkan kedalam akuarium.

Pemijahan dan pembuahan berlangsung selama 30 menit setelah muncul

cahaya dipagi hari dan diambil 30-60 menit setelah pemijahan. Setelah itu telur

yang terkumpul diambil dan dicuci menggunakan aquades untuk menghindari

debris.

3.5.3 Kultur Embrio

Telur yang fertil dikumpulkan dalam cawan petri untuk pemeriksaan

fertilitas. Fertilitas telur dilihat dengan menggunakan mikroskop, yaitu telur yang

fertil memiliki warna transparan, kantong anion utuh, dan perkembangan embrio

yang normal. Telur yang telah diseleksi selanjutnya diambil dengan

menggunakan pipet dan ditempatkan pada masing-masing cawan. Jumlah

embrio yang digunakan per konsentrasi yaitu 20 embrio dengan tiga kali ulangan

(4 konsentrasi dan 1 kontrol), jadi total embrio yang digunakan yaitu 300 embrio.

Embrio diinkubasi pada suhu ruangan 28oC. Keseluruhan prosedur seleksi

embrio untuk penelitian dilakukan seperti pada lampiran 8.

3.5.4 Pembuatan Konsentrasi Perlakuan

Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari reagen cair. Rumus

dibawah ini digunakan untuk menghitung pengenceran larutan:

V1C1 = V2C2

Page 37: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

22

Keterangan:

V1 = volume herbisida yang dibutuhkan

C1 = konsentrasi herbisida

V2 = total volume yang dibutuhkan pada konsentrasi baru

C2 = konsentrasi yang baru

Perhitungan konsentrasi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 1.

Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kematian embrio ikan

zebra hingga 50% dalam waktu 96 jam. Pengamatan ikan ini menurut seri waktu

yaitu: 24 jam; 48 jam; 72 jam; 96 jam (Mulyani, 2014). Embrio ikan zebra yang

telah mati segera dibuang tanpa pergantian. Pengujian ini dilakukan dengan 4

konsentrasi dan 1 kontrol, dimana deret tersebut terletak antara nilai ambang

bawah dan ambang atas. Konsentrasi 2,4-D Dimetil amina berdasarkan

penelitian Biro (1979) yaitu 25, 50, 100, 200, 400, 800, 1600 dan 3200 mg/L.

Kemudian ditentukan rentang konsentrasi baru yaitu 1 sampai 3200 mg/l yang

dijadikan acuan ambang atas dan ambang bawah. Rumus untuk menentukan

deret perlakuan menurut (Taufik, 2005) sebagai berikut :

=

Keterangan:

N = konsentrasi ambang atas n = konsentrasi ambang bawah k = jumlah konsentrasi yang diujikan a = konsentrasi terkecil yang dikehendaki

Selanjutnya dapat dihitung konsentrasi a, b, c, d, dan e dengan rumus :

Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1. Dari perhitungan tersebut maka

diperoleh empat konsentrasi yaitu 5,02 mg/L; 25,20 mg/L; 126,50 mg/L; 635,01

mg/L yang digunakan dalam uji toksisitas.

Page 38: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

23

3.5.5 Perkembangan Abnormal (Developmental Abnormalities)

Embrio dimasukkan ke dalam cawan petri 30 mm dan tiap sumur diisi

sebanyak 20 embrio. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Embrio ikan zebra

dipapar dengan herbisida bahan aktif 2,4-D Dimetil amina selama 24, 48, 72, dan

96 hpf kemudian diamati morfologinya yaitu sumbu tubuh, koagulasi darah, mata,

jantung, pigmentasi, kantung kuning telur, dan ekor dengan menggunakan

mikroskop.

3.5.6 Pengukuran Daya Tetas (Hatching rate)

Pengukuran daya tetas telur dilakukan pada jam ke 48 setelah fertilisasi.

Embrio ikan zebra diamati pada kelompok kontrol (K0), kelompok konsentrasi

5,02 mg/l (P1), kelompok konsentrasi 25,20 mg/l (P2), kelompok konsentrasi

126,50 mg/l (P3), kelompok konsentrasi 635,01 mg/l (P4). Daya tetas dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

3.5.7 Pengamatan Frekuensi Detak Jantung (Heart beats)

Embrio Ikan Zebra dipapar dengan herbisida selama 96 jam. Perlakuan ini

dibagi dalam 5 kelompok yaitu K0, P1, P2, P3, P4 masing-masing kelompok

terdapat 20 embrio. Frekuensi detak jantung diamati pada jam ke 48, 72, 96 jam

(OECD, 2013). Detak jantung dihitung selama 15 detik dengan menggunakan

Hand Tally Counter. Penghitungan frekuensi detak jantung dilakukan oleh

pengamat dengan pengulangan sebanyak 3 kali (Kowan et al., 2015).

3.5.8 Pengukuran Parameter Kualitas Air

a. Suhu

Prosedur penggunaan termometer menurut SNI (2005) adalah sebagai

berikut:

Page 39: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

24

1. Termometer dicelupkan ke dalam air sampel yang akan diuji dan

dibiarkan 2-5 menit sampai termometer menunjukkan nilai yang stabil

2. Dicatat pembacaan skala termometer tanpa mengangkat lebih dahulu

dari air.

b. Derajat Keasaman (pH)

Prosedur penggunaan pH meter menurut SNI (2004) adalah sebagai

berikut:

1. Alat pH meter dikalibrasi dengan larutan penyangga sesuai instruksi

kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran

2. Elektroda dikeringkan dengan kertas tisu selanjutnya dibilas dengan

air suling

3. Elektroda dibilas dengan air sampel yang akan diuji

4. Elektroda dicelupkan ke dalam air sampel yang diuji sampai pH meter

menunjukkan pembacaan yang tetap.

5. Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH

meter.

c. Oksigen Terlarut (DO)

Prinsip kerja DO meter menurut Salmin (2005) adalah menggunakan

probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalam

larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan

katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara keseluruhan, elektroda

ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap

oksigen.

Prosedur pengukuran DO yaitu sebagai berikut:

1. Alat DO meter dikalibrasi dengan larutan penyangga

2. Elektroda dikeringkan dengan kertas tisu selanjutnya dibilas dengan

air suling

Page 40: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

25

3. Elektroda dibilas dengan air sampel yang akan diuji

4. Elektroda dicelupkan ke dalam air sampel yang diuji sampai DO meter

menunjukkan pembacaan yang tetap.

5. Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari DO

meter.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2010, kemudian

dilakukan uji one-way ANOVA, bila terjadi perbedaan signifikan dilanjutkan

dengan uji Beda Nyata Jujur (Tukey test) untuk mengetahui kelompok perlakuan

yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Perangkat lunak yang digunakan untuk analisis data adalah Statistical Program

for Social Science (SPSS) 16 Version 2.9 for Windows. Tingkat signifikansi

p<0,05. Sedangkan untuk mengetahui toksisitas suatu bahan digunakan analisis

probit menggunakan rumus regresi y = a+bx.

Page 41: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Embriogenesis Zebrafish (Brachydanio rerio)

Pada tahap embriogenesis terdapat beberapa tahap yang meliputi zigot,

cleavage, blastula, gastrula, segmentation, pharyngula, hatching. Berdasarkan

hasil penelitian tahapan embriogenesis zebrafish (Brachydanio rerio) dapat dilihat

pada gambar berikut.

Keterangan gambar : (A) Zigot (12 menit (0,2 hpf), perbesaran 100x) (B) Cleavage (2 hpf, perbesaran 100x) (C) Blastula (3 hpf, perbesaran 100x)

Embriogenesis pada zebrafish (Brachydanio rerio) dimulai dari periode

zigot yang terjadi pada 0-45 menit setelah fertilisasi, pada tahap ini sitoplasma

bergerak menuju animal pole untuk membentuk blastodisc. Telur yang telah

dibuahi mengalami pembelahan pertama (diferensiasi) pada tahap cleavage

setelah sekitar 15 menit dan berturut-turut pembelahan membentuk 4, 8, 16 dan

32 sel blastomer masing-masing. Tahapan selanjutnya telur yang telah dibuahi

dapat diidentifikasi dengan jelas dengan berkembangnya blastula yaitu terjadi

ketika blastodisc mulai terlihat menyerupai bola yaitu pada pembelahan 128 sel,

selama periode ini embrio mengalami pembentukan epiboly yaitu penipisan dan

A B C

blastodisc

Gambar 5. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio)

Page 42: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

27

penyebaran dari kedua yolk synytial layer dan blastoderm melewati yolk cell.

Epiboly ini akan terus berlangsung sampai periode gastrula.

Periode gastrula dimulai saat epiboly terbentuk 50% sampai epiboly

terbentuk sempurna serta tail bud juga terbentuk. Selanjutnya periode

segmentasi pada periode ini terjadi perkembangan somite, organ dasar mulai

terlihat, tail bud mulai berkembang, embrio mulai memanjang serta sel pertama

terdeferensiasi dan pergerakan pertama kali terlihat. Pada tahap ini juga

merupakan awal pembentukan neuron, ginjal, telinga dan organ penciuman.

Gambar 6A. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap gastrula (10 hpf, perbesaran 100x), B. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap segmentation (19 Jam 30 menit (19,5 hpf) perbesaran 100x)

A B

A B

Gambar 7A. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap Pharyngula (3 hpf, perbesaran 100x), B. Mortalitas awal telur zebrafish (Brachydanio rerio)

Page 43: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

28

Periode pharyngula yang merupakan periode perkembangaan embrio menuju

phylotypic stage yaitu stage dimana embrio berkembang seperti

vertebrata/chordata yang meliputi notochord dan postanal tail serta pembentukan

sistem sirkulasi jantung mulai berdenyut dan mulai ada aliran darah.

Keterangan gambar : A : mata Bz : sel darah C : Chorda Ch : korion D : kuning telur E : usus Ek : koagulasi telur F : sirip Ge : otak H : hati M : melanophore O : kuncup telinga S : somites (segmen otot) Sb : gelembung renang Sh : ekor

Periode hatching, selama periode ini embrio akan terus menerus tumbuh

meskipun tidak secepat periode sebelumnya dan morfogenesis organ hampir

sempurna. Periode early larva, pada periode ini morphogenesis sudah sempurna

dan mulai berenang secara aktif serta mulai ada respon untuk melarikan diri dan

mencari makan (Kimmel et al., 1995).

Gambar 8. Perkembangan normal embrio zebrafish (Brachydanio rerio) tahap Hatching (48 hpf, perbesaran 100x)

Page 44: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

29

4.2 Toksisitas 2,4-D Dimetil amina Pada Embrio Zebrafish (Brachydanio

rerio)

Nilai LC50 adalah konsentrasi suatu bahan yang menyebabkan mortalitas

minimal 50% pada hewan coba. Perhitungan LC50 menggunakan probit dari data

mortalitas 96 jam setelah fertilisasi. Nilai LC50 2,4-D Dimetil amina pada

penelitian ini sebesar 40,85 ppm. Lama paparan herbisida terhadap embrio

menyebabkan embrio menyerap herbisida lebih banyak dan menyebabkan toksik

bagi tubuh dan akhirnya menyebabkan mortalitas. Berikut merupakan hasil

persentase mortalitas embrio.

Hasil analisis statistik menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan

dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi 2,4-D Dimetil

amina dan waktu memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap mortalitas embrio

ikan zebra. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa, pada waktu 24 hpf

konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata dengan konsentrasi 126,50 mg/l dan 635,01

mg/l, namun tidak berbeda nyata atau sama dengan konsentrasi 5,02 mg/l dan

Gambar 9. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap mortalitas embrio zebrafish (Brachydanio rerio). Data disajikan dengan rata-rata ± SD. Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

berdasarkan uji Tukey (p<0,05)

Page 45: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

30

25,20 mg/l. Pada waktu 48 hpf konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata dengan

konsentrasi 25,20 mg/l, 126,50 mg/l dan 635,01 mg/l, namun tidak berbeda nyata

dengan konsentrasi 5,02 mg/l. Pada waktu 72 hpf konsentrasi 0 mg/l berbeda

nyata dengan konsentrasi 25,20 mg/l, 126,50 mg/l dan 635,01 mg/l, namun tidak

berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l. Pada waktu 96 hpf konsentrasi 0

mg/l berbeda nyata dengan konsentrasi 25,20 mg/l, 126,50 mg/l dan 635,01 mg/l,

namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l.

Herbisida dengan bahan aktif 2,4-D Dimetil amina mampu menghambat

proses penetasan embrio ikan zebra. Proses penetasan pada embrio ikan zebra

terjadi pada 48 hpf.

Hasil analisis statistik menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan

dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi 2,4-D Dimetil

amina dan waktu memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap daya tetas (hatching

rate) embrio ikan zebra. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa, pada

waktu 48 hpf konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata dengan konsentrasi 25,20 mg/l,

Gambar 10. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap daya tetas (hatching rate) embrio zebrafish (Brachydanio rerio). Data disajikan dengan rata-rata ± SD. Notasi yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata berdasarkan uji Tukey (p<0,05)

Page 46: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

31

126,50 mg/l dan 635,01 mg/l, namun tidak berbeda nyata atau sama dengan

konsentrasi 5,02 mg/l. Pada waktu 72 hpf konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata

dengan konsentrasi 25,20 mg/l, 126,50 mg/l dan 635,01 mg/l, namun tidak

berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l.

4.3 Malformasi Embrio Ikan Zebra setelah Paparan 2,4-D Dimetil amina

Pengamatan terhadap embrio ikan zebra menunjukkan bahwa pemaparan

2,4-D Dimetil amina dapat menimbulkan berbagai malformasi maupun mortalitas.

Pengamatan terhadap embrio ikan zebra dengan mikroskop cahaya

menunjukkan bahwa pemaparan 2,4-D Dimetil amina dapat menyebabkan

berbagai macam kelainan. Kelainan ini dikarenakan embrio ikan zebra sangat

peka sehingga bahan uji mudah untuk berdifusi dan menginfeksi organ

(Chakraborty et al. 2009).

Hasil analisis statistik menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan

dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi 2,4-D Dimetil

amina dan waktu memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap malformasi embrio

Gambar 11. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap malformasi embrio zebrafish (Brachydanio rerio). Data disajikan dengan rata-rata ± SD. Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji Tukey (p<0,05)

Page 47: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

32

ikan zebra. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa, pada waktu 24 hpf

konsentrasi 0 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l, 25,20 mg/l,

126,50 mg/l, namun berbeda nyata dengan konsentrasi 635,01 mg/l. Pada waktu

48 hpf konsentrasi 0 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l,

25,20 mg/l, 126,50 mg/l, namun berbeda nyata dengan konsentrasi 635,01 mg/l.

Pada waktu 72 hpf konsentrasi 0 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi

5,02 mg/l dan 25,20 mg/l, namun berbeda nyata dengan konsentrasi 126,50 mg/l

dan 635,01 mg/l. Pada waktu 96 hpf konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata dengan

konsentrasi 5,02 mg/l, 25,20 mg/l, 126,50 mg/l dan 635,01 mg/l, namun

konsentrasi 5,02 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 25,20 mg/l dan

konsentrasi 25,20 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 635,01 mg/l.

Berikut ini merupakan gambar jenis-jenis malformasi pada ikan zebra

akibat paparan herbisida 2,4-D Dimetil amina.

Gambar 12. Jenis malformasi pada embrio ikan zebra yang disebabkan oleh 2,4-

D Dimetil amina.

I

Page 48: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

33

Tabel 2. Keterangan jenis malformasi pada embrio ikan zebra yang disebabkan

oleh 2,4-D Dimetil amina.

Keterangan

gambar Perlakuan Jenis kelainan

A Kontrol 24 hpf -

B Kontrol 96 hpf -

C DMA 5,02 ppm 96 hpf ax: kelainan sumbu tubuh

D DMA 25,20 ppm 72 hpf ep: edema perikardium, ey:

edema kantong kuning telur

E DMA 25,20 ppm 96 hpf cf: kelainan ekor

F DMA 126,50 ppm 48 hpf

ep: edema perikardium, ey:

edema kantong kuning telur,

kd: koagulasi darah

G DMA 126,50 72 hpf ax: kelainan sumbu tubuh

H DMA 126,50 72 hpf no: kelainan notochord

I DMA 126,50 96 hpf

ep: edema perikardium, ey:

edema kantong kuning telur

ax: kelainan sumbu tubuh

kd: koagulasi darah

J DMA 635,01 48 hpf cf: kelainan ekor, ey: edema

kantong kuning telur

K DMA 635,01 96 hpf embrio mati

Perkembangan sempurna larva kontrol dapat ditunjukkan dengan

pigmentasi yang terjadi. Coelho et al. (2011) menyatakan jika larva ikan zebra

memiliki kelainan, maka intensitas pigmennya akan berkurang. Intensitas pigmen

pada larva kontrol sudah cukup terbentuk dan organ lain seperti jantung, kantung

kuning telur, ekor, dan kepala juga telah berkembang dengan baik. Perlakuan

dengan konsentrasi 5,02 ppm larva 96 hpf mengalami kelainan sumbu tubuh

bengkok. Pada konsentrasi 25,20 ppm 72 hpf mengalami kelainan edema

perikardium dan edema kantung kuning telur yang membesar. Kemudian terjadi

kelainan ekor membengkok pada 96 hpf. Pada konsentrasi 126,50 ppm terjadi

kelainan edema perikardium dan edema kantung kuning telur yang membesar

serta koagulasi darah pada 48 hpf. Pada 72 hpf mengalami kelainan sumbu

Page 49: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

34

tubuh yang membengkok dan kelainan notochord. Larva mengalami kelainan

edema perikardium dan edema kantung kuning telur yang membesar, koagulasi

darah dan kelainan sumbu tubuh pada 96 hpf. Pada konsentrasi 635,01 ppm 48

hpf embrio tidak menetas, namun mengalami edema kantung kuning telur dan

kelainan pada ekor.

Kantung kuning telur merupakan membran yang berfungsi menyediakan

nutrisi bagi embrio. Pembesaran kantung kuning telur merupakan salah satu

indikasi nutrisi tidak terdistribusi sempurna pada embrio. Hal tersebut akan

menyebabkan kekurangan nutrisi pada embrio yang lambat laun akan

menyebabkan kematian (Bie, 2001). Namun, perkembangan kedua larva ini

tergolong normal dibandingkan dengan larva pada konsentrasi lebih tinggi.

Organ jantung keduanya dapat teramati dengan baik. Berdasarkan hasil ini,

dapat dikatakan konsentrasi 5,02 ppm dan 25,20 ppm 2,4-D Dimetil amina

kurang toksik. Perlakuan selanjutnya konsentrasi 126,50 ppm embrio menetas

menjadi larva, namun terjadi keabnormalan pada perkembangannya. Sumbu

tubuh melengkung dan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan kontrol.

Kantung kuning telur sangat besar sehingga organ jantung tidak terlihat. Hal ini

menyebabkan asupan makanan tidak merata sehingga sumbu tubuh terlihat

lebih kecil. Semua keabnormalan tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi

126,50 ppm toksik. Pada konsentrasi 635,01 ppm larva tidak menetas, embrio

rusak. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut sangat toksik.

Malformasi terbesar (≥ 50%) teridentifikasi pada sumbu tubuh, koagulasi

darah, edema pada jantung, edema pada kantong kuning telur. Berdasarkan

tabel diatas Herbisida menyebabkan kelainan pada sumbu tubuh 78%, koagulasi

darah 73%, mata 7%, jantung 90%, pigmentasi 9%, kuning telur 90% dan ekor

27%. Chen (2013) menjelaskan edema perikardium bisa terjadi karena banyak

faktor. Semua faktor yang membuat embrio ikan zebra stress melalui cara

Page 50: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

35

apapun akan memberikan efek yang sama yaitu terjadinya gangguan fungsi

jantung (edema perikardium) dan gangguan sirkulasi.

Tabel 3. Jenis malformasi embrio ikan zebra setelah paparan 2,4-D Dimetil amina

Malformasi Jenis Malformasi Ʃa [%]b

Sumbu tubuh Bengkok 52 78*

Koagulasi darah lambat, ada

penggumpalan darah

49 73*

Mata membesar, mengecil

5 7

Jantung kelainan bentuk,

edema 60 90*

Pigmentasi kurang, lebih 6 9

Kuning telur edema, besar 60 90*

Ekor Bengkok 18 27

a Jumlah embrio yang terkena malformasi pada seluruh konsentrasi dan waktu perlakuan b Jumlah embrio yang terkena malformasi dibagi dengan jumlah total embrio abnormal pada seluruh konsentrasi dan waktu perlakuan *Malformasi terbesar (≥ 50%) Satu embrio dapat mengalami lebih dari satu malformasi.

Gray et al. (2014) melaporkan bahwa kelainan notochord pada masa

embrio dapat menyebabkan kelainan pada saat dewasa, ukuran tubuh ikan lebih

pendek, juga dapat menyebabkan kelainan pada organ lain misalnya ukuran

mata yang kecil, edema perikardium, gangguan perkembangan rahang serta bisa

menyebabkan kematian. Haendel et al. (2004) menjelaskan bahwa kelainan

pada notochord secara tidak langsung menyebabkan kematian embrio. Embrio

tetap tumbuh namun proses menetas menjadi terhambat, serta terjadi paralisis

pada embrio sehingga embrio tidak bisa berenang atau mencari makanan. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mandrell et al. (2012) bahwa

kelainan pada notochord, sumbu tubuh, dan somit mampu menghambat proses

menetas pada embrio ikan zebra.

Page 51: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

36

4.4 Efek Pemberian 2,4-D Dimetil amina terhadap Frekuensi Detak

Jantung Embrio Ikan Zebra

Penurunan frekuensi detak Jantung embrio ikan zebra secara signifikan

ditunjukkan pada konsentrasi 25,20 ppm, 126,50 ppm, dan 635,01 ppm

dibanding kelompok kontrol. Berdasarkan penelitian (Anggraeni et al., 2014)

menunjukkan adanya penurunan detak jantung secara signifikan pada semua

kelompok perlakuan yang dipapar genistein 10 µM dibanding kelompok kontrol.

Penurunan detak jantung paling besar terjadi pada kelompok yang dipapar

genistein 10 µM sejak 2 hpf (79,1%). Pada embrio ikan zebra denyut jantung

normal mendekati denyut jantung pada manusia yaitu 120-170 kali per menit

(Kowan et al., 2015). Penurunan frekuensi detak jantung embrio ikan zebra pada

kelompok perlakuan diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah

konsentrasi yang diberikan, lamanya waktu paparan, bahan aktif yang

terkandung dalam herbisida yang digunakan.

Gambar 13. Efek 2,4-D Dimetil amina terhadap detak jantung (heart beats) embrio zebrafish (Brachydanio rerio). Data disajikan dengan rata-rata ± SD. Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey (p<0,05)

Page 52: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

37

Hasil analisis statistik menggunakan one-way ANOVA dan dilanjutkan

dengan uji Tukey menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi 2,4-D Dimetil

amina dan waktu memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap detak jantung (heart

beats) embrio ikan zebra. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa, pada

waktu 48 hpf konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l,

25,20 mg/l, 126,50 mg/l, dan konsentrasi 635,01 mg/l. Pada waktu 72 hpf

konsentrasi 0 mg/l berbeda nyata dengan konsentrasi 5,02 mg/l, 25,20 mg/l,

126,50 mg/l, dan konsentrasi 635,01 mg/l, namun konsentrasi 5,02 mg/l tidak

berbeda nyata dengan konsentrasi 25,20 mg/l. Pada waktu 96 hpf konsentrasi 0

mg/l berbeda nyata dengan konsentrasi 25,20 mg/l, 126,50 mg/l, dan konsentrasi

635,01 mg/l, namun konsentrasi 0 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi

5,02 mg/l dan konsentrasi 5,02 mg/l tidak berbeda nyata dengan konsentrasi

25,20 mg/l.

4.5 Hasil Analisis Kualitas Air

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap

parameter kualitas air parameter fisika yaitu suhu, maupun parameter kimia

yaitu pH dan dissolved oxygen (DO) yang mempengaruhi kehidupan organisme

yang dipapar herbisida pada cawan. Kualitas air yang meliputi oksigen terlarut,

suhu dan pH merupakan faktor penting yang harus diperhatikan selama

penelitian berlangsung, karena kualitas air dapat berpengaruh terhadap

keberhasilan penelitian. Air memiliki kapasitas spesifik terhadap panas, artinya

perubahan suhu dapat ditahan dan terjadi relatif lambat. Suhu air mempengaruhi

reasksi kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik

maka reaksi kimia akan terjadi semakin cepat, sedangkan konsentrasi gas dalam

air akan semakin turun, termasuk oksigen. Suhu luar atau eksternal yang

Page 53: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

38

berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh terhadap sistem metabolisme

(Fujaya, 2004).

Suhu merupakan faktor lingkungan yang secara langsung mempengaruhi

kehidupan ikan. Suhu berpengaruh dalam proses pemijahan, penetasan telur,

laju metabolisme dan kelangsungan hidup. Fluktuasi suhu berpengaruh terhadap

daya tetas telur. Suhu air pada media budidaya yang sering berubah hanya

mampu menghasilkan tingkat penetasan telur berkisar antara 60-70% (Sugama

dan Artaty, 1993). Karena itu, optimalisasi suhu pada media budidaya sangat

diperlukan untuk meningkatkan persentase penetasan telur dan kelangsungan

hidup larva. Air yang kurang oksigen dan asam juga akan mempengaruhi daya

tetas telur. Air yang kurang baik dapat menghambat pertumbuhan embrio dan

akan memudahkan pathogen menyerang telur, hal ini didukung oleh Masrizal

dan Efrizal (1997) bahwa daya tetas telur ikan selalu ditentukan oleh pembuahan

sperma, kecuali jika ada faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data hasil

pengukuran parameter kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Data Kualitas Air

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa suhu rata-rata selama penelitian

yaitu 280C hal ini dikarenakan embrio dimasukkan kedalam inkubator yang

suhunya relatif stabil. Suhu selama penelitian masih dalam kondisi yang optimal

sesuai dengan pernyataan Spence et al., (2006), kisaran suhu zebrafish di

musim dingin yaitu 6 ºC dan suhu dimusim panas 38 ºC.

Konsentrasi (mg/l)

Parameter

Suhu (0C) pH DO (mg/l)

24 48 72 96 24 48 72 96 24 48 72 96

0 28 28 28 28 7,13 7,12 7,09 7,07 3,78 3,76 3,75 3,69

5,02 28 28 28 28 7,33 7,32 7,27 7,22 3,56 3,55 3,52 3,44

25,20 28 28 28 28 6,31 6,30 6,27 6,22 3,53 3,48 3,43 3,31

126,50 28 28 28 28 6,30 6,31 6,32 6,22 3,14 3,12 2,85 2,87

635,01 28 28 28 28 5,31 5,26 5,12 5,32 3,19 2,83 2,79 2,78

Standar baku mutu

38

6,5-7

4,5-7,40

Page 54: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

39

Derajat keasaman (pH) merupakan indikasi air bersifat asam, basa atau

netral. Derajat keasaman menentukan proses kimiawi dalam air (Mukti, 2009).

Derajat keasaman (pH) rata-rata selama penelitian pada pemeliharaan embrio

berkisar antara 5,12 hingga 7,33. Sedangkan kisaran pH yang optimal untuk

pertumbuhan embrio zebrafish menurut OECD (2013), yaitu 6,5-8,5. Nilai pH

yang baik menunjang kehidupan ikan zebra berkisar antara 6,5-7 (Sakurai et al.,

1992). Hal ini menandakan bahwa pH air selama penelitian dari awal hingga

akhir mengalami penurunan yakni semakin asam hal ini dikarenakan konsentrasi

herbisida yang semakin tinggi menyebabkan kondisi pH semakin asam sehingga

menyebabkan embrio banyak yang mengalami kematian.

Oksigen terlarut pada pemeliharaan berkisar antara 2,78-3,78 mg/l

sedangkan menurut Boyd (1990), oksigen terlarut yang optimal berkisar antara

4,5-7,40 mg/l jadi oksigen terlarut pada media pemeliharaan embrio zebrafish

selama penelitian tergolong rendah hal ini dikarenakan kemungkinan besar

disebabkan oleh tidak adanya aliran air (aerasi). Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Rahayu dan Terangna (1989) bahwa tanpa aerasi kadar

oksigen menurun terus sampai mencapai 2,3 mg/l.

Page 55: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

40

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perkembangan embrio Zebrafish (Brachydanio rerio) setelah pemaparan

herbisida dengan bahan aktif 2,4-D Dimetil amina mengalami mortalitas

berdasarkan nilai LC50 sebesar 40,85 ppm. Hasil analisis statistik menggunakan

one-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan bahwa

perbedaan konsentrasi 2,4-D Dimetil amina dan waktu memberikan pengaruh

yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap mortalitas, daya tetas (hatching rate),

malformasi dan detak jantung (heart beats) embrio ikan zebra. Organ target dan

kelainan utama terbesar (≥50%) pada paparan 2,4-D Dimetil amina teridentifikasi

pada sumbu tubuh bengkok (78%), koagulasi darah (73%), edema pada jantung

(90%), edema pada kantong kuning telur (90%).

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan pengamatan seluruh

abnormalitas dari embrio zebrafish (Brachydanio rerio). Sebaiknya menggunakan

mikroskop yang terhubung langsung ke komputer sehingga memudahkan dalam

pengambilan gambar embrio yang terkena malformasi. Kegiatan penelitian-

penelitian dasar dan komprehensif untuk menemukan jenis pestisida baru yang

lebih aman untuk kesehatan dan lingkungan hidup seperti pestisida hayati perlu

memperoleh perhatian dan fasilitas dari pemerintah, peneliti dan industri

pestisida.

Page 56: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

41

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D.S. Sjafei., M.F. Rahardjo., Sulistiono. 2005. Fisiologi Ikan. Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Dep. Managemen Sumberdaya Perairan. FPIK, IPB. Bogor.

Anggraeni, D. H. Aurora., D. Lyrawati. 2014. Efek Waktu Paparan Genistein

terhadap Pembentukan Jantung Embrio Zebrafish. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 28 (1) : 22-25.

Aronzon, C. M., M. T. Sandoval., J. Herkovits., C. S. Pe´rez-Coll. 2011. Stage-

Dependent Toxicity of 2,4-Dichlorophenoxyacetic on the Embryonic Development of a South American Toad, Rhinella arenarum. Environ Toxicol. 26 : 373–381.

Axelrod, H. R., W. E. Burgess., N. Pronek., J. G. Walls. 1997. Dr. Axelrod’s Atlas

of Freshwater Aquarium Fishes. Ninth Edition. T.F.H Publications. Inc. USA.305p.

Barman, R. P. 1991. A taxonomic revision of the Indo-Burmese species of Danio rerio. Record of the Zoological Survey of India Occasional Papers 137, 1-91.

Berghmans, S., C. Jette., D. Langenau., K. Hsu., R. Stewart., T. Look., J. P. Kanki. 2005. Making waves in cancer research: new model in the zebrafish. Biotechniques. 39 (2) : 227-237.

Bie, G. V. D. 2001. Embryology: Early Development from a Phenomenological Point of View. Driebergen: Louis Bolk Institute.

Biro, P. 1979. Acute effects of the sodium salt of 2,4-D on the early

developmental stages of bleak, Alburnus alburnus. J. Fish Biol. 14 : 101-109.

Boney, A. D. 1983. Phytoplankton. 3rd Ed. London: Edward Arnold Ltd

Boyd, C. T. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Brimingham Publishing Co. Brimingham. Alabama. 359 pp.

Braga da Fonseca, M., B. L. Glusczaka., B. S. Moraes, C. Cavalheiro de

Menezes., A. Pretto, M. A. Tierno, R. Zanella, F. F. Gonc-alves., V. L. Loro. 2008. The 2,4-D herbicide effects on acetylcholinesterase activity and metabolic parameters of piava freshwater fish (Leporinus obtusidens). Ecotoxicology and Environmental Safety. 69 : 416–420.

Brannen, K. C., J. M. Panzica–Kelly., T. L. Danberry., K. A. Augustine-Rauch.

2010. Development of a zebrafish embryo teratogenecity assay and quantitative prediction model. Birth Defects Res Part B: Dev Reprod Toxicol. 89 : 66-77.

Braunbeck, T dan Lammer, E. 2006. Fish Embryo Toxicity Assays. German Federal Environment Agency.

Page 57: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

42

Bungin, B. 2005. Metodologi penelitian kuantitatif komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik ilmu-ilmu sosial lainya. Jakarta: Kencana. hal. 119.

Carballo, J. L. 2002. Comparison between two brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC Biotechnology.

Chakraborty, C., C. H. Hsu., Z. H. Wen., C. S. Lin., G. Agoramoorthy. 2009.

Zebrafish: a complete animal model for in vivo drug discovery and development. Curr Drug Metabolism. 10 (2) : 116-124.

Chairul, S.M., Mulyadi dan Idawati. 2000. Translokasi Herbisida 2,4-D-14C Pada Tanaman Gulma Dan Padi Pada Sistem Persawahan. hlm: 151‒155. Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi.

Chen, J. 2013. Impaired cardiovascular function caused by different stressors elicits a common pathological and transcriptional response in zebrafish embryo. Zebrafish. 10 (3) : 389-400.

Coelho, S., R. Oliveira., S. Pereira., C. Musso., I. Domingues., R. C Bhujel.,

Soares., Nogueira. 2011. Assessing lethal and sub-lethal effects of trichlorfon on different trophic levels. Aqua Toxicol. 103 : 191-198.

Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atmajaya,

Yogyakarta, hal : 66, 68. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. 2012.

Pedoman penggunaan Herbisida (pestisida) dalam pengendalian vektor. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Eschmeyer, W. N. 1990. Catalog of The Genera of Recent Fish.es. California Academy of Sciences. San Fransisco. 697p.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 21- 23, 185

Fatmawati. 2006. Pengaruh Penggunaan 2,4 D ( 2,4 Dichlorphenoxyacetic Acid) Terhadap Status Kesehatan Petani Penyemprot Di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan. J Med Nus. 27 (1) : 1-10.

Finney, D. J., Ed. 1952. Probit Analysis. Cambridge, England, Cambridge University Press.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Hewan Air. Rineka Cipta. Jakarta. hal. 56-60.

Froese, R dan D. Pauly. 2003. Zebra danio. http//www.fishbase.org.[24 Agustus 2005]

Ginting, B., T. Barus., L. Marpaung., P. Simanjuntak. 2014. Uji toksisitas ekstrak daun (Myristica fragrans houtt) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Prosiding Seminar Nasional Kimia. Universitas Syiah Kuala.

Gomez-Canela, C., E. Prats., B. Pina., R. Tauler. 2017. Assessment of

chlorpyrifos toxic effects in Zebrafish (Brachydanio rerio). Metabolism. Environmental Pollution. 220 : 1231-1243

Page 58: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

43

Gray, R. S., T. P Wilm., J. Smith., M. Bagnat., R. M. Dale., J. Topczewskki., S. L. Johnson ., Solnica-Krezel L. 2014. Loss of col8a1a function during zebrafish embryogenesis results in congenital vertebral malformations. Development Biology. 386 (1) : 72-85.

Groth, G., K. Schreeb., V. Herdt., and K. J. Freundt. 1993. Toxicity Studies in

Fertilized Zebrafish Eggs Treated with N-Methylamine, N,N-Dimethylamine, 2-Aminoethanol, Isopropylamine, Aniline, N-Methylaniline, N,N-Dimethylaniline, Quinone, Chloroacetaldehyde, or Cyclohexanol. Bull. Environ. Contam. Toxicol. 50 : 878-882.

Haendel, M. A., F. Tilton., G. S. Bailey., R. L. Tanguay. 2004. Development

toxicity of the dithiocarbamate pesticide sodium metam in zebrafish. Toxicological Sciences. 81 (2) : 390-400.

Hammilton. 2004. Zebra danio. http://www. Fishbase.com. [24 Agustus 2005]

Heriyanto, A. G. 2014. Toksisitas akut buah sirih hutan (Piper aduncum) terhadap larva udang (Artemia salina) dan embrio ikan zebra (Danio rerio). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Hill, A. J., H. Teraoka., W. Heideman., R. E. Peterson. 2005. Zebrafish as a model vertebrate for investigating chemical toxicity. Toxicol Sci. 86 : 6-19.

Hsu, C. H, Z. H. Wen., C. S. Lin., C. Chakraborty. 2007. The zebrafish model: use in studying cellular mechanism for a spectrum of clinical disease entities. Curr Neurovascular Res. 4 : 111-120.

Jaedun, A. 2011. Metodologi penelitian eksperimen. Pelatihan penulisan artikel ilmiah oleh LPMP. Yogyakarta.

Kari, G., U. Rodeck., A. P. Dicker. 2007. Zebrafish: an emerging model system for human disease and drug discovery. Clin Pharmacol Therapeutics. 82 : 70-80.

Kimmel, C. B., W. W. Ballard., S. R. Kimmel., B. Ullmann., A. F. Schilling. 1995. Stages Of Embryonic Development Of The Zebrafish. Developmental Dynamics. 203 : 253-301.

Kohli, V and A. Y. Elezzabi. 2008. Laser surgery of zebrafish (Danio rerio) embryos using femtosecond laser pulses: optimal parameters for exogenous material delivery, and the laser's effect on short- and long-term development. BMC Biotechnol. 8 (7) : 1-20.

Kowan, K. A., H. Airlangga., N. Aini. 2015. Uji nilai LC50 Dekokta Centella asiatica terhadap frekuensi denyut jantung embrio ikan zebra (Danio rerio). Jurnal Kedokteran Komunitas. 3 (1): 147-155

Lee, R. E. 1980. Phycology. Cambridge: Cambridge University Press.

Ma, C., C. Pang., W. L. Seng., C. Zhang., C. Willet., P. McGrath. 2007. Zebrafish, an in vivo model for drug screening. Drug Discovery. 6 : 38-45.

Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali

Press, Jakarta

Page 59: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

44

Mandrell, D., L. Truong., C. Jephson., M. R. Sarker., A. Moore., C. Lang., M. T. Simonich ., R. L. Tanguay. 2012. Automated zebrafish chorion removel and single embryo placement: optimizing throughput of zebrafish development toxicity screens. Journal of Laboratory Automation. 17 (1) : 66-74.

Masrizal dan Efrizal. 1997. Pengaruh Ratio Pengenceran Mani Terhadap

Fertilisasi Sperma dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Fisheries Journal Garing 6. Universitas Bung Hatta. Padang.

Megawati, I. A., A. Zulfikar., W. R. Melani. 2014. Uji toksisitas deterjen terhadap

ikan nila (Orheochromis niloticus). Manajemen Sumberdaya Perairan. FIKP. UMRAH.

Meinelt, T., C. Schulz., M. Wirth., H. Kurzinger., C. Steinberg. 1999. Dietary fatty acid compotition influences the fertilization rate of zebrafish (Danio rerio Hamilton-Buchanan). Appl.Ichtyol. 15 : 19-23

Moore, J. L., L. M. Rush., C. Breneman., M. A. P. K. Mohideen., K. C. L. Cheng. 2006. Zebrafish genomic instability mutants and cancer susceptibility. Genetics. 10 : 1-33.

Mukti, A. T., A. S. Mubarak dan A. Ermawan. 2009. Pengaruh penambahan madu dalam pakan induk jantan lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus) terhadap rasio jenis kelamin larva. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1 (1 ): 37 - 42.

Mulyani, F. A. M. 2014. Uji toksisitas dan perubahan struktur mikroanatomi insang ikan nila larasati (Oreochromis nilloticus var.) yang dipapar timbal asetat. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Nazmatullaila, S. 2015. Analisis residu pestisida pada tomat menggunakan metode quechers dengan perlakuan sebelum dan setelah dicuci. Skripsi. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

[OECD] The Organization for Economic Co-operation and Development. 2013. OECD Guidelines for The Testing of Chemicals No. 236. Fish Embryo Acute Toxicity (FET) Test. Paris (FR): OECD.

Parrish, P. R. 1985. Acute toxicity tests. New York: Hemisphere Publishing

Corporation. Piranti, A. S. 2016. Baku mutu air untuk budidaya ikan. Fakultas Biologi

UNSOED Purwokerto. Prabowo, R dan R. Subantoro. 2012. Kualitas air dan beban pencemaran

pestisida di sungai babon Kota Semarang. Mediagro. 8 (1) : 9-17.

Qian, H., Wei, C., S. Liwei., J. Yuanxiang., L. Weiping., F. Zhengwei. 2009. Inhibitory effects of parakuat on photosynthesis and the respone to oxidative stress in Chlorella vulgaris. Ecotoxicology. 18 : 537-543.

Rahayu, S. dan N. Terangna. 1989. Peranan Mikroorganisme Aerob pada Penguraian Detergen dalam Air. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Perairan. 13 : 31-35.

Page 60: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

45

Riskiana, P. 2013. Peranan Tot (training of trainer) dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan diklat oleh widyaiswara di BPPS (balai pelatihan pekerja sosial) Kota Cimahi. Bandung.

Sakurai, A., Y. Sakamoto., F. Mori. 1992. Aquarium Fishes of The Word: The comprehensive guide to 650 spesies. Chronicle book. San Fransisco., California. Hal 46-47, 51.

Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana. 30 (3) : 21 – 26.

Santoriello, C and L. I. Zon. 2012. Hooked! Modeling human disease in zebrafish. J Clin Invest. 122 (7) : 2337–2343.

Sastroutomo, S. S. 1992. Pestisida: Dasar Dasar dan Dampak Penggunaannya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Schreiweis, D. O. And G. J. Murray. 1976. Cardiovascular Malformations In Oryzias Latipes Embryos Treated With 2,4,5-Trichlorophenoxyacetic Acid (2,4,5-T). Teratology. 14 : 287-290.

Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan pengelolaanya. Yogyakarta (ID): Graha

Ilmu. 166 hlm.

Septiani, A. P dan R. Hartanto. 2016. Uji Toksisitas Subletal ABS Terhadap Ikan Nilem (Osteochilus vittatus). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Siera Club of Canada. 2006. 2,4-D Dichlorophenoxyacetic Acid. http://www.sierraclub.ca/national/programs/healthenvironment/pesticides/2-4-D-overview.pdf [5 Januari 2008].

Spence, R., G. Gerlach., C. Lawrence., C. Smith. 2006. The behaviour and ecology of the Zebrafish, Danio rerio. In review.

Standar Nasional Indonesia. 2004. Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan alat pH meter. Jakarta.

________________________. 2005. Cara uji suhu dengan termometer. Jakarta.

Sudrajat, E. A dan S. P. Dewi. 2002. HIDROGEL AKRILAMIDA-KO-POLI(VINIL) PIRROLIDON hasil iradiasi sebagai matriks immobilisasi herbisida DMA-6. Prosiding simposium nasional polimer IV. Jakarta.

Sugama, K dan W. Artaty. 1995. Teknologi Pembenihan dan Pengadaan Benih Ikan Laut. Prosiding Temu Usaha Permasyarakatan Teknologi Karamba Jaring Apung Bagi Budidaya Laut, Jakarta.

Talwar, P.K., and A.G. Jhingran. 1991. Inland fishes of India and adjacent countries. Vol. I. Oxford and IBH Publishing Co. PVT Ltd. New Delhi. 1158 pp

Taufik, I. 2005. Pengaruh lanjut bioakumulasi Herbisida endosulfan terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologis ikan mas (Cyprinus carpio). Skripsi. Institut pertanian bogor.

Page 61: UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP ...repository.ub.ac.id/5310/1/Pratiwi, Gita Ayu.pdfiii SKRIPSI UJI TOKSISITAS 2,4-D DIMETIL AMINA TERHADAP KELAINAN MORFOLOGI DAN FISIOLOGI

46

_______. 2011. Pencemaran pestisida pada perairan perikanan di Sukabumi-Jawa barat. Media akuakultur. 6 (1) : 69-75.

Tropicalifish. 2011. http://www.tropicalifish.com/zebra-danio-longfin-pink-red/. Diakses tanggal 4 Juli 2017.

Umar, H. 2005. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. hlm. 42.

Untung, K. 2004. Dampak pengendalian hama terpadu terhadap pendaftaran dan penggunaan pestisida di Indonesia. Jurnal perlindungan tanaman Indonesia. 10 (1) : 1-7

Westerfield, M. 1995. The zebrafish book; A guide for the laboratory use of zebrafish (Danio rerio). University of Oregon Press, Eugene, 3nd edition, 300 pp

Widiastuti, E. 2011. Teknik pembenihan Zebrafish pink (Branchydanio rerio) di peternak ikan hias “usaha mandiri“ Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Praktek Kerja Lapang. Universitas Airlangga Surabaya.

Wilson, S. 2003. Zebrafish (Danio rerio). http://www.neuro.ueregon.edu/k12/FAQs.html-67k Diakses tangggal 25 Februari 2005

Wirawan, I. 2012. Efek pemaparan copper sulfat (CuSO4) terhadap daya tetas telur, perubahan histopatologik insang larva ikan zebra (Brachydanio rerio). Neptunus Jurnal Kelautan. 18(2): 177-185.

Wulandari, W., Sukiya dan Suhandoyo. 2013. The effect of decis insecticide on the mortality and gill histological structure of the red indigo “cangkringan local strain”. Jurnal Sain Veteriner. 31 (2) : 251-265.

Yi, H., J. Zhang., X. Han., T. Huang. 2014. The use of Zebrafish (Brachydanio rerio) behavioral responses in identifying sublethal exposures to deltamethrin. Int. J. Environ. Res. Public Health. 11 : 3650-3660.

Yosmaniar., E. Supriyono., K. Nirmala., Sukenda. 2009. Toksisitas subletal moluskisida niklosamida terhadap pertumbuhan dan kondisi hematologi yuwana Ikan mas (Cyprinus carpio). Ris. Akuakultur. 4 (3) : 385-393.