uji stabilitas kimia gamma oryzanol dalam sediaan...
TRANSCRIPT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI STABILITAS KIMIA GAMMA ORYZANOL
DALAM SEDIAAN EMULGEL
SKRIPSI
SINTHIYA NUR SEPTIANI
NIM: 1113102000038
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
SEPTEMBER 2017
i
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI STABILITAS KIMIA GAMMA ORYZANOL
DALAM SEDIAAN EMULGEL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
SINTHIYA NUR SEPTIANI
NIM: 1113102000038
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
SEPTEMBER 2017
ii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar
Nama : Sinthiya Nur Septani
NIM : 1113102000038
Tanda Tangan :
Tanggal : 28 September 2017
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Sinthiya Nur Septiani
NIM : 1113102000038
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Stabilitas Kimia Gamma Oryzanol dalam Sediaan
Emulgel
Disetujui oleh
Pembimbing I
Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
NIP.19750104 200912 2 001
Pembimbing II
Supandi, M.Si., Apt
NIP.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt
NIP. 197404302005012003
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Sinthiya Nur Septiani
NIM : 1113102000038
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Stabilitas Kimia Gamma Oryzanol dalam Sediaan
Emulgel
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1
: Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt ( )
Pembimbing 2 : Supandi, M.Si., Apt ( )
Penguji 1 : Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt ( )
Penguji 2 : Via Rifkia, M.Farm ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 28 September 2017
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Sinthiya Nur Septiani
NIM : 1113102000038
Program Studi : Farmasi
Judul Penelitian : Uji Stabilitas Kimia Gamma Oryzanol dalam
Sediaan Emulgel
Gamma oryzanol merupakan senyawa yang didapatkan dari minyak bekatul atau
Rice Bran Oil (RBO), memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi juga memiliki
berbagai manfaat bagi kulit salah satunya melindungi kulit dari paparan sinar
ultraviolet sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai sediaan topikal yang
dalam penelitian ini diformulasikan dalam bentuk sediaan emulgel. Salah satu
parameter yang menentukan keamanan dan efikasi dari suatu produk obat adalah
stabilitas kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas kimia gamma
oryzanol dalam sediaan emulgel menggunakan metode uji stabilitas dipercepat
dengan cara sediaan emulgel disimpan dalam oven pada suhu 40oC selama 30 hari.
Stabilitas kimia gamma oryzanol dalam emulgel dilihat dengan penetapan kadar
pada hari ke-0, hari ke-3, hari ke-7, hari ke-15, dan hari ke-30. Gamma oryzanol
diekstraksi dari sediaan emulgel menggunakan pelarut etil asetat kemudian dibaca
serapannya dengan instrumen spektrofotometri UV Vis pada panjang gelombang
320 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gamma oryzanol dalam
sediaan emulgel pada hari ke-0, hari ke-3, hari ke-7, hari ke-15, dan hari ke-30
berturut-turut adalah 98,38%, 98,17%, 96,82%, 95,31%, dan 94,21%, sehingga
dapat dikatakan bahwa gamma oryzanol dalam emulgel stabil secara kimia selama
30 hari pada penyimpanan 40oC yang diperkirakan setara dengan 72 hari pada
penyimpanan suhu ruang (25oC).
Kata kunci: Stabilitas, stabilitas dipercepat, gamma oryzanol, emulgel
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Sinthiya Nur Septiani
NIM : 1113102000038
Major : Pharmacy
Title : Study of Chemical Stability of Gamma Oryzanol in
Emulgel Dosage Form
Gamma oryzanol is a compound that obtained from Rice Bran Oil (RBO), it has a
high antioxidant activity and also has various benefits for the skin, one of them is
protects the skin from ultraviolet radiation, therefore it can developed as a topical
preparation and in this study it formulated as an emulgel dosage form. One of the
parameters that indicate the safety and efficacy of a drug product is chemical
stability. The purpose of this study is evaluated the chemical stability of gamma
oryzanol in emulgel dosage form by accelerated stability test method. Emulgel
dosage form were stored in an oven at 40°C for 30 days. The chemical stability of
gamma oryzanol in emulgel determinated by drug content at day 0, 3rd
day, 7th
day,
15th
day, and 30th
day. Gamma oryzanol in emulgel extracted with ethyl acetate
and was seen by the absorbance screening using the spectrophotometry UV Vis
instrument at 320 nm. The results showed that gamma oryzanol contents in
emulget at day 0, 3rd
day, 7th
day, 15th
day, and 30th
day were 98,38%, 98,17%,
96,82%, 95,31%, dan 94,21%, so it can considered that gamma oryzanol in
emulgel dosage form was chemically stable for 30 days at 40oC that estimated
equivalent to 72 days at room temperature (25oC).
Keywords: Stability, accelerated stability, gamma oryzanol, emulgel
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pemantauan terapi obat ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
teladan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir nanti semoga kita mendapat syafaat dari beliau. Aamiin
yaa rabbal ‘alaamin.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penyusunan
skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada bantuan, dukungan, bimbingan, dan doa
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt dan Bapak Supandi, M.Si., Apt
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
ilmu, masukan, waktu, dan dukungan dalam penyelesaian penelitian
dan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes., selaku Dekan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Ibu Nurmeilis, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ir. Eddy Subali, MT dan Ibunda
Dra. Mala Sri Komala Dewi, S.Pd yang tidak pernah putus
memberikan doa, dukungan moril maupun materil, kasih sayang, dan
motivasi kepada penulis selama ini.
6. Kakak dan Adik-adikku, Teh Rany, Septian, dan Rashif juga seluruh
keluarga besar yang telah memberikan penulis semangat dan motivasi
kepada penulis.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Sahabat-sahabat terbaik yang telah berteman cukup lama, Berliana
Novianita, Puspa Novadianti Sukandar, dan Talitha Amanda Shabrina
atas kebersamaan, persahabatan, canda tawa serta keluh kesah selama
kita bersama.
8. Teman Seperjuangan Gamma Oryzanol, Talitha Amanda Shabrina,
Auliyani Rosdiana Khairunisa, dan Muhammad Faisal untuk
kebersamaan, ilmu, dan pengalaman selama penelitian.
9. Teman-teman Farmasi 2013 atas segala pengalaman, keceriaan,
kekeluargaan, suka dan duka selama belajar bersama di Farmasi UIN
selama 4 tahun ini.
10. Kakak-kakak laboran FKIK Kak Rachmadi, Kak Eris, Kak Zainab,
Kak Walid, Mbak Rani, Kak Tiwi, Mbak Ai atas dukungan dan kerja
samanya selama penelitan berlangsung.
11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis selama penelitian
dan penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi
ini menjadi lebih baik. Demikian skripsi ini dibuat. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dunia kefarmasian.
Ciputat, September 2017
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sinthiya Nur Septiani
NIM : 1113102000038
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul
UJI STABILITAS KIMIA GAMMA ORYZANOL DALAM SEDIAAN
EMULGEL
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullalh Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada tanggal : 28 September 2017
Yang menyatakan,
(Sinthiya Nur Septiani)
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Stabilitas ................................................................................................... 4
2.2 Uji Stabilitas ............................................................................................. 5
2.3 Gamma Oryzanol ..................................................................................... 6
2.3.1 Deskripsi ........................................................................................... 6
2.3.2 Kandungan Kimia ............................................................................. 7
2.3.3 Manfaat ............................................................................................. 8
2.4 Rice Bran Oil (RBO) ................................................................................ 9
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.5 Emulgel .................................................................................................... 9
2.5.1 Deskripsi ........................................................................................... 9
2.5.2 Komponen Penyusun ...................................................................... 10
2.5.2.1 Pembawa .................................................................................. 10
2.5.2.2 Emulgator................................................................................. 10
2.5.2.3 Gelling Agent ........................................................................... 11
2.5.2.4 Peningkat Penetrasi .................................................................. 11
2.6 Validasi Metode Analisis ....................................................................... 11
2.6.1 Ketepatan (Akurasi) ........................................................................ 12
2.6.2 Presisi .............................................................................................. 12
2.6.3 Linieritas ......................................................................................... 13
2.7 Spektrofotometri UV Vis ....................................................................... 14
2.8 Studi Preformulasi .................................................................................. 14
2.8.1 Carbopol .......................................................................................... 14
2.8.2 Tween 80 ......................................................................................... 15
2.8.3 Span 80 ............................................................................................ 15
2.8.4 Propilen Glikol ................................................................................ 16
2.8.5 TEA ................................................................................................. 16
2.8.6 Vitamin E ........................................................................................ 17
2.8.7 Metilparaben ................................................................................... 17
2.8.8 Propilparaben .................................................................................. 18
2.8.9 Natrium Metabisulfit ....................................................................... 19
2.8.10 Aquades ........................................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 21
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 21
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2.1 Alat .................................................................................................. 21
3.2.2 Bahan............................................................................................... 21
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 21
3.3.1 Pembuatan Emulgel Gamma Oryzanol ........................................... 21
3.3.2 Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Emulgel ......... 23
3.3.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ............................ 23
3.3.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Relatif ......................................... 23
3.3.2.3 Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel ............ 23
3.3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Absolut ....................................... 23
3.3.2.5 Penentuan Akurasi ................................................................... 24
3.3.2.6 Penentuan Presisi ..................................................................... 24
3.3.3 Uji Stabilitas .................................................................................... 24
3.3.3.1 Uji Stabilitas Kimia ................................................................. 24
3.3.3.2 Pengamatan Organoleptis ........................................................ 24
3.3.3.3 Uji pH ...................................................................................... 25
3.3.3.4 Uji Sentrifugasi ........................................................................ 25
3.3.3.5 Uji Homogenitas Gamma Oryzanol dalam Emulgel ............... 25
3.3.3.6 Analisis Penentuan Kadar ........................................................ 25
3.3.3.7 Perhitungan Masa Simpan ....................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 26
4.1 Hasil Pembuatan Emulgel Gamma Oryzanol ......................................... 26
4.2 Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Emulgel ................ 26
4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ................................... 26
4.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Relatif ................................................ 26
4.2.3 Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel ................... 27
4.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Absolut ............................................... 28
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.5 Penentuan Akurasi .......................................................................... 29
4.2.6 Penentuan Presisi ............................................................................ 30
4.3 Uji Stabilitas Sediaan Emulgel Gamma Oryzanol ................................. 31
4.3.1 Pengamatan Organoleptis................................................................ 31
4.3.2 Uji pH .............................................................................................. 32
4.3.3 Uji Sentrifugasi ............................................................................... 33
4.3.4 Hasil Uji Homogenitas Gamma Oryzanol dalam Emulgel ............. 33
4.3.5 Hasil Penentuan Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel ............. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 37
5.2 Saran ....................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
LAMPIRAN……………………………………………………………………...43
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Komponen Utama Gamma Oryzanol…………… 7
Gambar 2.2 Struktur Emulgel…………………………………………. 10
Gambar 2.3 Struktur Carbopol ………………………………………... 15
Gambar 2.4 Struktur Span 80………………………………………….. 16
Gambar 2.5 Struktur Propilen Glikol………………………………….. 16
Gambar 2.6 Struktur TEA……………………………………………... 17
Gambar 2.7 Struktur Metilparaben……………………………………. 18
Gambar 2.8 Struktur Propilparaben…………………………………… 18
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol pada 320 nm… 27
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Absolut Gamma Oryzanol dalam
Emulgel pada 320 nm……………………………………..
29
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Kadar Gamma Oryzanol dalam
Emulgel pada Penyimpanan 40oC………………………... 35
Gambar 4.4 Spektrum Serapan Asam Ferulat…………………………. 36
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis-jenis Stabilitas…………………………………………... 4
Tabel 2.2 Gelling agent yang biasa dipakai …………………………….. 11
Tabel 2.3 Kelarutan metilparaben pada berbagai pelarut………………... 18
Tabel 2.4 Kelarutan propilparaben pada berbagai pelarut………………. 19
Tabel 2.5 Kelarutan natrium metabisulfit pada berbagai pelarut………... 19
Tabel 3.1 Formulasi Emulgel gamma oryzanol…………………………. 22
Tabel 4.1 Hasil Absorbansi Gamma Oryzanol Baku pada 320 nm……… 27
Tabel 4.2 Hasil Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel…. 27
Tabel 4.3 Hasil Absorbansi Emulgel Gamma Oryzanol pada 320 nm….. 29
Tabel 4.4 Hasil Data Akurasi Emulgel Gamma Oryzanol………………. 30
Tabel 4.5 Hasil Data Presisi Emulgel Gamma Oryzanol ….……………. 30
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulgel Gamma Oryzanol…. 31
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma Oryzanol ...…………. 32
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Gamma Oryzanol dalam Emulgel…… 33
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar Emulgel Gamma Oryzanol……………………… 43
Lampiran 2 Hasil Uji Homogenitas Fisik Emulgel Gamma
Oryzanol………………………………………………….. 44
Lampiran 3 Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma Oryzanol………. 44
Lampiran 4 Spektrum Serapan Gamma Oryzanol dalam Etil Asetat
dalam Etil Asetat 10 ppm………………………………… 45
Lampiran 5 Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol dengan Pelarut
Etil Asetat…………………………………...……………
46
Lampiran 6 Hasil Optimasi Cara Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam
Emulgel Menggunakan Pelarut Etil Asetat……………….
47
Lampiran 7 Kurva Kalibrasi Absolut Gamma Oryzanol dalam
Emulgel dengan Pelarut Etil Asetat ……………………...
49
Lampiran 8 Perhitungan Akurasi……………………………………… 50
Lampiran 9 Perhitungan Presisi………………………………………. 51
Lampiran 10 Data Homogenitas Emulgel Gamma Oryzanol Hari ke-0... 51
Lampiran 11 Data Hasil Uji pH Emulgel Gamma Oryzanol…………… 52
Lampiran 12 Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma Oryzanol pada
Penyimpanan 40oC Selama 30 Hari………………………
53
Lampiran 13 Data Absorbansi dan Kadar Gamma Oryzanol dalam
Emulgel…………………………………...………………
54
Lampiran 14 Data Statistik Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel
pada Penyimpanan 40oC Selama 30 Hari…………………
55
Lampiran 15 Hasil Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel…………... 56
Lampiran 16 Perhitungan Masa Simpan Emulgel Gamma Oryzanol
pada Suhu Ruang (25oC) ……………………………...…. 56
Lampiran 17 Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari
ke-0…………………………………...…………………...
57
Lampiran 18 Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari
ke-3…………………………………...………………….
58
xvii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19 Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari
ke-7…………………………………...………………….
59
Lampiran 20 Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari
ke-15…………………………………...………………….
60
Lampiran 21 Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari
ke-30…………………………………...………………….
61
Lampiran 22 Sertifikat Analisis Carbopol 940…………………………. 62
Lampiran 23 Sertifikat Analisis Rice Bran Oil…………………………. 63
Lampiran 24 Sertifikat Analisis Span 80……………………………….. 64
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat akan terdegradasi seiring dengan waktu oleh pengaruh berbagai
faktor lingkungan sehingga akan mempengaruhi stabilitas obat tersebut. Stabilitas
adalah kemampuan suatu obat untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaannya. Suatu produk dikatakan
stabil apabila dapat mempertahankan sifat dan karakteristik yang dimilikinya pada
saat produk dibuat (Depkes RI, 1995). Stabilitas kimia merupakan hal yang
penting karena mempengaruhi keamanan dan efikasi dari suatu produk obat
(Blessy dkk., 2014). Untuk mengetahui stabilitas yang menandakan kualitas obat
pada waktu dan kondisi penyimpanan tertentu dilakukanlah uji stabilitas (Sinko,
2008).
Pengujian stabilitas dapat dilakukan dengan metode dipercepat atau jangka
panjang. Pada uji stabilitas dipercepat produk obat disimpan pada kondisi yang
dibesar-besarkan. Peningkatan suhu merupakan cara yang paling sering digunakan
pada pengujian stabilitas kimia dipercepat karena hubungan kecepatan
degradasinya dapat ditentukan menggunakan persamaan Arrhenius (Magari,
2003).
Minyak bekatul (Rice Bran Oil/RBO) mengandung senyawa kimia yang
memiliki aktivitas antioksidan tinggi seperti tokoferol/tokotrienol dan gamma
oryzanol. Kandungan gamma oryzanol pada bekatul jumlahnya 10 sampai 20 kali
lebih banyak dibandingkan total kandungan tokoferol dan tokotrienol (Chen,
2005). Gamma oryzanol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi bahkan
dilaporkan empat kali lebih efektif dalam menghambat oksidasi pada jaringan
dibandingkan Vitamin E (Cuvelier dkk., 1992).
Gamma oryzanol mengandung tiga komponen utama yaitu Cycloartenyl
ferulat, 24-methylene cycloartenyl ferulat, dan campesteryl ferulate (Patel dan
Naik, 2004). Campesteryl ferulate merupakan komponen gamma oryzanol yang
lebih tahan panas dibanding komponen gamma oryzanol yang lain (Khuwijitjaru
dkk., 2009). Srisaipet dkk telah meneliti mengenai stabilitas gamma oryzanol
pada temperatur tinggi. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa terjadi degradasi
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gamma oryzanol dalam minyak bekatul pada pemanasan dengan temperatur
120oC yang mengikuti kinetika orde satu (Srisaipet dkk, 2014). Konstanta
kecepatan degradasi dari gamma oryzanol akan meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur. Dari analisis kinetik yang telah dilakukan, waktu paruh
gamma oryzanol pada minyak bekatul yang dipanaskan 180oC adalah 26 jam
(Khuwijitjaru dkk., 2009).
Gamma oryzanol yang merupakan antioksidan alami ini juga memiliki
berbagai manfaat untuk kulit dan telah digunakan sebagai UV-A filter pada
kosmetik sunscreen (Juliano dkk., 2005). Manfaat gamma oryzanol terhadap kulit
menyebabkan besarnya potensi gamma oryzanol untuk diformulasikan sebagai
sediaan topikal. Sistem penghantaran obat melalui kulit memerlukan formulasi
yang menjamin obat untuk berpenetrasi ke dalam kulit sehingga menghasilkan
efek terapi (Khunt, 2012).
Gamma oryzanol merupakan senyawa yang bersifat hidrofobik sehingga
pada penelitian ini dipilih bentuk sediaan emulgel untuk memformulasikan
gamma oryzanol tersebut. Emulgel merupakan bentuk sediaan setengah padat
yang terdiri dari kombinasi gel dan emulsi dimana fungsi emulsi disini sebagai
pembawa obat hidrofobik. Emulgel yang digunakan secara dermatologi memiliki
beberapa sifat menguntungkan diantaranya sifat alir tiksotropik, tidak lengket,
mudah disebar, mudah dicuci, lembab, dan memiliki penampilan yang baik
(Singla dkk., 2012).
Sediaan setengah padat adalah sediaan dengan formulasi yang kompleks
(CDER, 1997). Zat aktif pada sediaan setengah padat relatif tidak stabil
dibandingkan sediaan padat. Stabilitas produk farmasi dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya stabilitas zat aktif, interaksi zat aktif dan eksipien, proses
pembuatan, proses pengemasan, dan kondisi lingkungan baik saat pembuatan,
pendistribusian hingga penyimpanan (Vadas, 2010).
Khasanah telah meneliti stabilitas fisik dari emulgel gamma oryzanol
dengan menggunakan gelling agent carbopol 940. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan pengaruh carobopol 940 terhadap stabilitas fisik emulgel yang
meliputi viskositas, ukuran globul rata-rata dan daya sebar. Emulgel gamma
oryzanol yang dibuat pada penelitian Khasanah secara fisik cukup stabil dan
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diperkirakan dapat bertahan minimal selama satu tahun masa simpan (Khasanah,
2016).
Pada penelitian ini dilakukan pengujian stabilitas kimia menggunakan
metode uji stabiltas dipercepat dengan memanfaatkan peningkatan suhu untuk
mendegradasi gamma oryzanol dalam sediaan emulgel. Produk disimpan pada
temperatur 40oC selama 30 hari dan dilakukan evaluasi dengan melihat absorbansi
pada panjang gelombang maksimum gamma oryzanol.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
Bagaimana stabilitas kimia gamma oryzanol dalam sediaan emulgel pada
penyimpanan suhu 40oC selama 30 hari.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui stabilitas kimia gamma
oryzanol dalam sediaan emulgel pada penyimpanan suhu 40oC selama 30 hari.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
stabilitas kimia gamma oryzanol dalam sediaan emulgel pada penyimpanan suhu
40oC selama 30 hari.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stabilitas
Menurut Farmakope Indonesia IV, stabilitas didefinisikan sebagai
kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sama
dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat.
Tabel 2.1 Jenis-jenis Stabilitas
Jenis Stabilitas Kondisi yang Dipertahankan Sepanjang
Periode Penyimpanan dan Penggunaan Obat
Kimia Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan
kimiawi dan potensi yang tertera pada etiket
dalam batas yang dinyatakan
Fisika Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk
penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi
dan kemampuan untuk disuspensikan
Mikrobiologi Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan
mikroba dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang dinyatakan. Zat antimikroba
yang ada mempertahankan efektivitas dalam
batas yang ditetapkan.
Terapi Efek terapi tidak berubah
Toksikologi Tidak terjadi peningkatan bermakna dalam
toksisitas.
(Depkes RI, 1995)
Stabilitas suatu produk farmasi dipengaruhi banyak faktor seperti stabilitas
dari zat aktif, interaksi zat aktif dan eksipien, proses pembuatan, proses
pengemasan, dan kondisi lingkungan baik saat pembuatan, pendistribusian hingga
penyimpanan (Vadas, 2010). Faktor lingkungan seperti suhu, radiasi, cahaya,
udara, dan kelembaban juga dapat mempengaruhi stabilitas (Depkes RI, 1995).
Beberapa perubahan fisik, kimia, mikrobiologi, dan terapetik pada
komponen produk baik zat aktif maupun eksipien akan menghasilkan
ketidakstabilan. Produk yang stabil harus:
a. Mengandung tidak kurang dari 90% aktivitas terapeutiknya.
b. Mengandung setidaknya 90% dari konsentrasi awal
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Mengandung pengawet dengan konsentrasi yang efektif.
d. Tidak berubah secara fisik misalnya tidak adanya perubahan warna,
presipitasi, dan perubahan bau.
e. Tidak toksik dan tidak menyebabkan iritasi (Naveed dkk., 2016).
Ketidakstabilan suatu produk dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan
suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari produk
tersebut, sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak
dibuktikan sendiri dan hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia (Ansel,
2008).
2.2 Uji Stabilitas
Uji stabilitas merupakan tahap penting dalam program uji bahan obat atau
produk obat karena ketidakstabilan dari sediaan dapat mengubah kualitas, efikasi,
dan keamanan dari obat atau produk obat tersebut. Produk dikatakan stabil jika
karakteristiknya masih memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Lamanya
produk tersebut stabil pada kondisi penyimpanan yang disarankan disebut waktu
simpan (Magari, 2003). Umumnya produk farmasi masih dapat diterima atau
dikatakan stabil apabila mengandung 90% dari label yang tertera (Blessy dkk.,
2014).
Stabilitas kimia dapat diperkirakan dengan dua tipe uji stabilitas yaitu uji
stabilitas jangka panjang dan uji stabilitas dipercepat. Pada uji stabilitas jangka
panjang, produk disimpan pada kondisi penyimpanan yang direkomendasikan dan
dimonitori hingga karakteristik produk tersebut tidak memenuhi spesifikasi.
Sementara pada uji stabilitas dipercepat, produk disimpan pada kondisi yang
dilebih-lebihkan (misalnya temperatur, kelembaban, dan pH) (Magari, 2003). Uji
stabilitas dipercepat dirancang untuk meningkatkan kecepatan degradasi kimia
atau perubahan fisika suatu bahan (Sinko dkk., 2008).
Peningkatan suhu merupakan cara yang paling sering digunakan pada
pengujian stabilitas kimia dipercepat karena hubungan kecepatan degradasinya
dapat ditentukan menggunakan persamaan Arrhenius.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dimana k adalah kecepatan reaksi spesifik, A adalah konstanta yang
dikenal sebagai faktor Arrhenius, Ea adalah energi aktivasi, R adalah konstanta
gas (1,987 kalori/derajat mol) dan T adalah suhu absolut (Sinko dkk., 2008).
Pemilihan temperatur berdasasarkan sifat dari produk itu sendiri dan
temperatur penyimpanan yang direkomendasikan. Temperatur yang digunakan
sebaiknya dapat menyebabkan degradasi yang relatif cepat sehingga pengujian
dapat dilakukan dengan cepat namun tidak boleh merusak karakteristik utama dari
produk. Tidak disarankan untuk menguji pada temperatur yang sangat tinggi
untuk waktu yang sangat cepat, karena mekanisme degradasi pada temperatur
yang sangat tinggi dapat sangat berbeda dibandingkan pada temperatur
penyimpanan yang direkomendasikan (Magari, 2003). Kondisi penyimpanan yang
direkomendasikan untuk pengujian stabilitas kimia sediaan semi solid adalah pada
temperatur 40oC selama tiga bulan (Cartensen, 2000).
2.3 Gamma Oryzanol
2.3.1 Deskripsi
Gamma oryzanol merupakan salah satu senyawa kimia yang ditemukan di
tanaman padi dengan konsentrasi yang tinggi. Gamma oryzanol sebagian besar
terdapat pada lapisan kulit padi yang biasanya diekstraksi menjadi minyak bekatul
(rice bran oil/RBO). Sumber gamma oryzanol terbesar adalah bekatul, diikuti oleh
beras pecah kulit, beras giling, dan sekam (Butsat dan Siriamornpun, 2010).
Gamma oryzanol bewarna putih atau putih kekuningan; serbuk kristalin tidak
berbau. Gamma oryzanol mudah larut dalah kloroform, sedikit larut dalam etanol
dan tidak larut dalam air (tsuno.co.jp). Gamma oryzanol merupakan senyawa
yang stabil jika dipanaskan namun pada temperatur lebih dari 120oC gamma
oryzanol memperlihatkan perubahan yang disebabkan oleh degradasi gamma
oryzanol (Srisaipet, 2014).
Gamma oryzanol dapat diekstraksi mengunaan berbagai pelarut. Gamma
oryzanol dilaporkan efektif diekstraksi menggunakan etil asetat. Kumar dkk
mengekstraksi gamma oryzanol dari soapstock dan hasilnya persen recovery
tinggi dihasilkan pada ekstraksi dengan etil asetat dan isopropanol, diikuti etil
metil keton, heksan, dan aseton. Baik etil asetat maupun isopropanol
memperlihatkan persen recovery yang maksimum, namun persen kemurnian
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gamma oryzanol yang diekstraksi menggunakan etil asetat hampir dua kali
dibandingkan dengan isopropanol (Kumar, 2009).
Teknik yang paling sering digunakan untuk menetapkan senyawa gamma
oryzanol adalah dengan Kromatografi Cair Tekanan Tinggi (KCKT) dan
spektrofotometri ultraviolet (Bemvenuti dkk., 2012). Walaupun dengan
penggunaan KCKT lebih akurat dan efisien, namun metode ini memiliki
kekurangan yaitu biayanya yang cukup mahal. Sedangkan pada teknik dengan
menggunakan spektrofotometri memiliki keuntungan sederhana, praktis, dan
murah namun hasilnya tidak selalu akurat karena pembacaan absorbansi sangat
dipengaruhi oleh matriks (komponen sampel) (Bucci dkk., 2003).
2.3.2 Kandungan Kimia
Gambar 2.1 Struktur Komponen Utama Gamma Oryzanol
Keterangan gambar: (a) Cycloartenyl ferulate; (b) 24-methylene cycloartenyl ferulate,
(c)campesteryl ferulate (Patel & Naik, 2004)
Gamma oryzanol merupakan campuran ester asam ferulat dan alkohol
triterpen, terdapat sebanyak 1-2% dalam minyak bekatul (Rice Bran Oil). Gamma
oryzanol pada awalnya dianggap sebagai komponen tunggal. Namun kemudian
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diketahui bahwa gamma oryzanol memiliki tiga komponen utama yaitu
Cycloartenyl ferulat, 24-methylene cycloartenyl ferulat, dan campesteryl ferulate
(Patel dan Naik, 2004). Ketiga komponen ini terdapat dalam jumlah 80%. Xu dkk
melaporkan bahwa aktivitas antioksidan tertinggi ditemukan pada senyawa 24-
methylenecycloartanyl ferulate (Xu dkk., 2001).
2.3.3 Manfaat
Gamma oryzanol merupakan senyawa yang memiliki banyak manfaat di
bidang kesehatan yaitu mengurangi plasma kolesterol, menurunkan serum
kolesterol, mengurangi penyerapan kolesterol, dan mengurangi agregasi platelet.
Gamma oryzanol telah digunakan pula untuk mengobati hiperlipidemia, gangguan
menopause dan untuk meningkatkan massa otot (Patel dan Naik, 2004). Gamma
oryzanol dilaporkan efektif untuk menghambat inflamasi, diabetes, dan alergi
(Islam dkk., 2011).
Gamma oryzanol diaplikasikan pada bidang farmasi dan kosmetik juga
pada bidang pangan. Gamma oryzanol dapat melindungi dari sinar UV yang
menginduksi peroksidasi lipid sehingga digunakan pada formulasi sunscreen
dengan kandungan 0,05-5% asam ferulat dan 0,05-5% gamma oryzanol (Brigette,
1995). Gamma oryzanol dapat menghambat radikal organik larut lemak pada
konsentrasi 50-100 μM (Juliano dkk., 2005). Asam ferulat dan ester yang
terkandung di dalamnya menstimulasi pertumbuhan rambut dan mecegah penuaan
kulit (Tatsu, 1993).
Gamma oryzanol bermanfaat untuk kulit karena dapat menghambat proses
pigmentasi melanin dengan menahan aktivitas erythema dari tirosinase yaitu
dengan cara menahan sinar ultraviolet pada permukaan kulit dan menghambat
transmisi sinar ultraviolet tersebut. Sehingga dapat memperbaiki mikrosirkulasi
dan membantu melindungi kulit melawan kerutan dan penuaan. Gamma oryzanol
merupakan senyawa yang lipofilik, mudah diserap ke dalam kulit dan memiliki
efek menstimulasi sirkulasi darah di bawah kulit, sehingga dikenal sebagai nutrien
efektif untuk kulit (tsuno.co.jp). Sementara pada bidang pangan, gamma oryzanol
digunakan sebagai antioksidan alami untuk memperbaiki stabilitas makanan
(Nanua dkk., 2000).
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Rice Bran Oil (RBO)
Rice Bran Oil (RBO) atau minyak bekatul bewarna kuning pucat, jernih
(pada suhu 20oC), tak berbau, dengan rasa manis ringan (Cicero dkk., 2005). RBO
dapat diperoleh dari bekatul dengan ekstraksi pelarut menggunakan n-heksan food
grade atau dengan ekstraksi superkritis. Minyak bekatul mentah (Crude Rice Bran
Oil) kemudian dapat dimurnikan secara fisik maupun kimiawi. Minyak bekatul
mentah mengandung 1,5-2,9% gamma oryzanol dan akan mengalami penurunan
selama proses pemurnian secara kimiawi (Khrisna et al., 2001). Gamma oryzanol
yang hilang selama proses pemurnian akan berpindah ke dalam sabun (soap stock)
yang merupakan hasil samping proses pemurnian. Kadar oryzanol pada soap stock
dilaporkan sebanyak 6,3-6,9%. Kandungan gamma oryzanol pada RBO hasil
pemurnian fisik akan lebih tinggi dibandingkan hasil pemurnian kimiawi, karena
tidak ada sabun yang terbentuk sebagai hasil samping, sehingga 85-90%
kandungan oryzanol tetap dapat dipertahankan (Patel dan Naik 2004).
Ekstraksi gamma oryzanol dari RBO dapat dilakukan dengan cara
mendestilasi minyak pada temperatur rendah atau dengan menghidrolisis minyak
dengan HCl encer dan merefluks residunya dengan campuran NaOH dalam
methanol (Patel dan Naik, 2004).
2.5 Emulgel
2.5.1 Deskripsi
Emulgel adalah bentuk sediaan dengan rute topikal ketika gel dan emulsi
digunakan sebagai kombinasi. Keberadaan gelling agent pada fase air mengubah
emulsi klasik menjadi sediaan emulgel. Emulsi minyak dalam air digunakan untuk
menghantarkan obat lipofilik sementara obat hidrofilik terenkapsulasi dalam
emulsi tipe air dalam minyak. Emulgel untuk penggunaan dermatologis memiliki
beberapa keuntungan diantaranya sifat tiksotropis, tidak lengket, mudah disebar,
mudah dihapus, emollient, larut air, masa simpan yang lebih lama, ramah
lingkungan, dan memiliki penampilan yang baik (Haneefa dkk., 2013).
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Struktur Emulgel (Haneefa dkk., 2013)
2.5.2 Komponen Penyusun
2.5.2.1 Pembawa
Pembawa yang digunakan harus memiliki sifat:
a. Efektif menyimpan obat pada kulit bahkan saat proses distribusi
b. Dapat melepaskan obat sehingga obat dapat berpindah dengan mudah
ke target
c. Menghantarkan obat ke target
d. Mempertahankan kadar terapeutik obat pada jaringan target selama
durasi tertentu untuk memberikan efek farmakologi.
e. Dapat diformulasikan untuk tempat yang akan diaplikasikan
f. Dapat diterima untuk kosmetik.
Karena halangan dari epidermis, jumlah obat topikal yang dapat melewati
stratum kornem biasanya sedikit. Kecepatan dan banyaknya obat yang terabsorpsi
tergantung karakteristik pembawanya, namun juga dipengaruhi oleh zat aktif itu
sendiri (Bonacucina, 2009).
1. Fase air: merupakan fase air dari emulsi. Bahan yang biasanya
digunakan adalah air, alkohol, dll.
2. Fase minyak: membentuk fase minyak dari emulsi. Untuk penggunaan
eksternal biasanya digunakan paraffin cair tunggal maupun kombinasi
dengan paraffin padat, baik sebagai pembawa obat ataupun membuat
sifat sediaan tersebut oklusif.
2.5.2.2 Emulgator
Emulgator digunakan baik untuk proses emulsifikasi pada pembuatan dan
sebagai kontrol stabilitas pada masa penyimpanan. Bahan yang biasanya
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan diantaranya polyetilen glikol 40 stearat, sorbitan mono oleat (Span 80),
polyoxyetien sorbitan monooleat (Tween 80), asam stearat, dan natrium stearat
(Rutrer, 1987).
2.5.2.3 Gelling Agent
Bahan ini digunakan untuk meningkatkan konsistensi bentuk sediaan dan
dapat juga digunakan sebagai pengental (Zhang dkk., 1995).
Tabel 2.2. Gelling agent yang biasa dipakai
Gelling Agent Jumlah Bentuk Sediaan
Carbopol 934 1% Emulgel
Carbopol 940 1% Emulgel
HPMC 2910 2,5% Emulgel
HPMC 3,5% Gel
Na CMC 1% Gel (Singla dkk., 2012)
2.5.2.4 Peningkat Penetrasi
Untuk memfasilitasi absorbsi obat, seringkali pembawa memiliki
komponen yang juga berfungsi sebagai peningkat penetrasi. Peningkat penetrasi
memiliki mekanisme kerja dengan mengganggu barrier kulit sementara, melewati
kanal lipid diantara korneosit, mengubah pemisahan obat pada struktur kulit, atau
meningkatkan penghantaran pada kulit (Singla dkk., 2012).
2.6 Validasi Metode Analisis
Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan
untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan
pada kisaran analit yang akan dianalis. Suatu metode analisis harus divalidasi
untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu
untuk mengatasi problem analisis, karenanya suatu metode harus divalidasi ketika:
a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu
b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau
karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku
tersebut harus direvisi.
c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah
berubah seiring dengan berjalannya waktu
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh
analis yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.
e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara
metode baru dan metode baku (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.6.1 Ketepatan (Akurasi)
Akurasi merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai
terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konversi, nilai sebenarnya, atau nilai
rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada
suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk pengujian
senyawa obat, akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan bahan rujukan standar (Gandjar dan Rohman, 2007).
Data harus dilaporkan sebagai persentase perolehan kembali. Nilai replika
analis semakin dekat dengan sampel yang sebenarnya maka semakin akurat
metode tersebut. Persentase perolehan kembali (recovery) terletak antara 80-120%
(Mulja dan Suharman, 1995).
Akurasi ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo
recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Dalam
metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran
bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan
hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang
sebenarnya). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan
dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya
(hasil yang diharapkan). Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara
membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah
analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit
yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi
(Harmita, 2014).
2.6.2 Presisi
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
signifikan secara statistik. Dokumentasi presisi dapat berupa simpangan baku
(SD), simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV), dan kisaran
kepercayaan. Untuk menghitung SD dapat digunakan rumus:
SD = √∑
Dimana:
X = Nilai dari masing-masing pengukuran
= Rata-rata (mean) dari pengukuran
N = Frekuensi penetapan
N-1 = Derajat kebebasan
Sementara itu nilai RSD dirumuskan dengan:
RSD =
Dimana:
= Rata-rata data
SD = Standar deviasi serangkaian data.
(Gandjar dan Rohman, 2008)
Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka metode yang
digunakan semakin tepat. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan
simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Akan
tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang
diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Dari penelitian dijumpai
bahwa koefisian variasi meningkat dengan menurunnya kadar analit yang
dianalisis (Riyanto, 2014)
2.6.3 Linieritas
Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-
hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran
yang diberikan. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva
kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x).
Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran pada konsentrasi yang
berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat
terkecil, sehingga dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan
koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2008).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7 Spektrofotometri UV Vis
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia.
Spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak atau yang biasa disebut
spektrofotometri UV Vis adalah spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran
di daerah spektrum ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optic
dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200
nm hingga 800 nm (Depkes RI, 1995).
Prinsip kerja spektrofotometer UV Vis didasarkan pada fenomena
penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultraviolet dan sinar tampak.
Spektrum Uv Vis yang merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai ordinat)
dan panjang gelombang (sebagai absis) merupakan suatu pita spektrum. Spektra
Uv Vis dapat digunakan untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif. Pada analisa
kualitatif, data spektra Uv Vis harus digabung dengan instrumen lain. Sementara
pada analisa kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan
sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang
diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang
diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.8 Studi Preformulasi
2.8.1 Carbopol
Carbopol atau carbomer berupa serbuk bewarna putih, halus, higroskopis
dengan sedikit bau. Carbopol mengembang pada air, gliserin dan setelah
netralisasi, dalam ethanol (95%). Carbopol tidak melarut namun mengembang
menjadi mikrogel tiga dimensi. Carbopol membentuk kompleks yang dipengaruhi
oleh pH dengan eksipien polimer tertentu. Dispersi encer carbopol dapat
ditumbuhi mikroorganisme dengan baik sehingga perlu ditambahkan antimikroba
(Rowe dkk., 2009).
Pada suhu ruang, dispersi carbopol dapat mempertahankan viskositasnya
selama penyimpanan pada waktu yang diperpanjang. Begitu pula viskositas
dispersi carbopol yang dapat dipertahankan atau hanya sedikit menurun pada
penyimpanan suhu yang cukup tinggi jika ada antioksidan dalam formula tersebut
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
atau ketika disimpan pada wadah yang terlindung dari sinar matahari. Carbopol
berfungsi sebagai gelling agent pada konsentrasi 0,5% – 2,0% (Rowe dkk., 2009).
Gambar 2.3 Struktur Carbopol (Rowe dkk., 2009)
2.8.2 Tween 80
Tween 80 atau polisorbat 80 memiliki berat molekul 1310 dengan rumus
molekul C64H124O26. Tween 80 berupa cairan kuning berminyak, memiliki bau
khas dan sedikit rasa pahit. Tween 80 larut dalam air dan ethanol, tidak larut
dalam paraffin cair dan minyak sayur. Tween 80 merupakan bahan yang
higroskopis dan sensitif terhadap oksidasi. Perubahan warna dan atau presipitasi
terjadi dengan berbagai bahan khususnya fenol, tannin, tar. Tween 80 digunakan
sebagai emulgator (Rowe dkk., 2009).
2.8.3 Span 80
Span 80 yang juga disebut sorbitan monooleat memiliki berat molekul 429
dengan rumus molekul C24H44O6 . Span 80 merupakan cairan kental kuning
dengan bau dan rasa khas. Senyawa ini larut atau bercampur dalam minyak dan
juga dalam kebanyakan pelarut organik, tidak larut dalam air namun dapat
terdispersi. Span 80 merupakan surfaktan yang berfungsi sebagai emulgator
(Rowe dkk., 2009).
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
R1 = R
2 = OH
R3 = (C17H33)COO
Gambar 2.4 Struktur Span 80 (Rowe dkk., 2009)
2.8.4 Propilen Glikol
Propilen glikol memiliki rumus molekul C3H8O2 dengan berat molekul
76,09. Propilen glikol berbentuk cairan jernih, tidak bewarna, kental, praktis tidak
berbau dengan rasa manis dan sedikit tajam seperti gliserin. Propilen glikol dapat
bercampur dengan aseton, kloroform, ethanol (95%), gliserin, dan air. Propilen
glikol larut 1 dalam 6 bagian eter dan tidak bercampur dengan paraffin cair,
namun dapat larut dalam beberapa minyak esensial. Pada suhu sejuk, propilen
glikol stabil dalam wadah tertutup baik namun pada suhu tinggi dan tempat
terbuka cenderung untuk teroksidasi. Propilen glikol merupakan bahan yang
higroskopis sehingga harus disimpan pada wadah tertutup dan terhindar cahaya di
tempat sejuk dan kering. Propilen glikol digunakan sebagai humektan (Rowe dkk.,
2009).
Gambar 2.5 Struktur Propilen Glikol (Rowe dkk., 2009)
2.8.5 TEA
Trietanolamin (TEA) dengan rumus molekul C6H15NO3 dan berat molekul
149,19 merupakan cairan jernih, tidak bewarna sampai bewarna kuning pucat,
kental, dan memiliki sedikit bau amoniak. TEA dapat bercampur dengan aseton,
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
CCl4, methanol, dan air. Larut 1 dalam 24 bagian benzene dan 1 dalam 63 bagian
etil eter. TEA merupakan amin tersier yang mengandung gugus hidroksi. TEA
dapat berubah menjadi coklat jika terpapar udara dan cahaya. TEA digunakan
sebagai agen pembasa (Rowe et al., 2009).
Gambar 2.6 Struktur TEA (Rowe dkk., 2009)
2.8.6 Vitamin E
Vitamin E dengan nama lain alfa tokoferol memiliki rumus molekul
C29H50O2 (BM: 430,72). Tokoferol berupa cairan berminyak, jernih, kental, tidak
bewarna atau coklat kekuningan. Senyawa ini praktis tidak larut dalam air; mudah
larut dalam aseton, etanol, eter, dan minyak nabati. Tokoferol inkompatibel
dengan peroksida dan ion logam terutama besi, tembaga, dan perak. Tokoferol
teroksidasi secara lambat oleh oksigen dan teroksidasi dengan cepat oleh garam
besi dan perak. Vitamin E digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan, biasanya
dengan konsentrasi 0,001-0,05%. Ester tokoferol lebih stabil namun kurang
efektif sebagai antioksidan (Rowe dkk., 2009).
2.8.7 Metilparaben
Metilparaben atau biasa disebut nipagin dengan rumus molekul C8H8O3
dan berat molekul 152,15 merupakan serbuk kristalin putih atau kristal tak
bewarna yang digunakan sebagai antimikroba. Kelarutan metilparaben dalam
berbagai pelarut dapat dilihat pada Tabel 2.3. Aktivitas antimikroba paraben
menurun dengan adanya surfaktan nonionik seperti polisorbat 80. Namun dengan
kombinasi propilen glikol memperlihatkan potensi aktivitas antimikroba paraben
dengan adanya polisorbat dan mencegah interaksi antara metilparaben dan
polisorbat 80.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.3 Kelarutan metilparaben pada berbagai pelarut
Pelarut Kelarutan pada 25oC
Etanol 1:2
Etanol (95%) 1:3
Etanol (50%) 1:6
Eter 1:10
Gliserin 1:60
Paraffin cair Praktis tidak larut
Minyak kacang 1:200
Propilen glikol 1:5
Air
1:400
1:50 (50oC)
1:30 (80oC)
(Sumber: Rowe dkk., 2009)
Larutan metilparaben pada pH 3-6 stabil (dekomposisi kurang dari 10%)
hingga 4 tahun pada suhu ruang, sementara pada pH 8 atau lebih cepat
terhidrolisis (10% atau lebih setelah penyimpanan selama 60 hari pada suhu
ruang).
Gambar 2.7 Struktur Metilparaben (Rowe dkk., 2009)
2.8.8 Propilparaben
Propilparaben atau Nipasol dengan rumus molekul C10H12O3 dan berat
moekul 180,20 berbentuk serbuk putih, kristalin, tidak berbau, dan tidak berasa
digunakan sebagai antimikroba.
Gambar 2.8 Struktur Propilparaben (Rowe dkk., 2009)
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kelarutan propilparaben dalam berbagai pelarut dapat dilihat pada Tabel
2.4. Aktivitas antimikroba paraben menurun dengan adanya surfaktan nonionik.
Perubahan warna disebabkan oleh keberadaan besi. Larutan pada pH 3-6 stabil
(dekomposisi kurang dari 10%) hingga 4 tahun pada suhu ruang, sementara pada
pH 8 atau lebih cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah penyimpanan selama 60
hari pada suhu ruang) (Rowe dkk., 2009).
Tabel 2.4 Kelarutan propilparaben pada berbagai pelarut
Pelarut Kelarutan pada 25oC
Aseton Mudah larut
Ethanol (95%) 1:1,1
Ethanol (50%) 1:5,6
Eter Mudah larut
Gliserin 1:250
Paraffin cair 1:3330
Minyak kacang 1:70
Propilen glikol 1:3,9
Propilen glikol (50%) 1:110
Air
1:4350 (dalam 15oC)
1:2500
1:225 (dalam 80oC)
(Sumber: Rowe dkk., 2009)
2.8.9 Natrium Metabisulfit
Natrium metabisulfit memiliki rumus molekul Na2S2O5 dan berat molekul
190,1. Senyawa ini berupa serbuk kristalin putih atau kristal prismatik tidak
bewarna, memiliki bau sulfur dioksida dan adam, memiliki rasa asin. Kelarutan
natrium metabisulfit dalam berbagai pelarut dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kelarutan natrium metabisulfit pada berbagai pelarut
Pelarut Kelarutan pada 20oC
Etanol (95%) Sedikit larut
Gliserin Mudah larut
Air 1:1,9
1:1,2 (pada 100oC)
(Sumber: Rowe dkk., 2009)
Natrium metabisulfit dengan lambat teroksidasi ketika terpapar udara dan
lembab sehingga harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
cahaya di tempat kering dan sejuk. Natrium metabisulfit digunakan sebagai
antioksidan pada konsentrasi 0,01-1,0% (Rowe dkk., 2009).
2.8.10 Aquades
Aquades merupakan cairan jernih, tidak bewarna dan tidak berbau dengan
rumus molekul H2O dan berat molekul 18,02. Aquades bercampur dengan pelarut
polar. Aquades memiliki pH 5,0-7,0. Aquades dapat bereaksi dengan bahan yang
mudah terhidrolisis. Aquades juga dapat bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk bentuk hidrat. Aquades stabil secara kimia pada semua bentuk fisik
(air, cair, uap). Aquades digunakan sebagai pelarut (Rowe dkk., 2009).
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sediaan Padat, Laboratorium
Penelitian I, Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Farmakognosi Fitokimia
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Maret hingga Agustus 2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah overhead stirrer (IKA®
RW 20 Digital), pH meter (Horiba F-52, Jepang), hotplate stirrer (IKA® RH
Digital), magnetic stirrer, timbangan analitik (KERN ABJ-NM/ABS-N),
termometer, spektrofotometer UV Vis (Hitachi U-2910), vortex (VM-300),
sentrifugator, sonikator (Elma S 100 H Elmasonic), oven, mikropipet (Rainin),
tabung sentrifugasi, dan alat-alat gelas lain.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gamma oryzanol
(Wako, Jepang), rice bran oil, tween 80, span 80, carbopol 940, trietanolamin,
metilparaben, propilparaben, propilen glikol, natrium metabisulfit, etil asetat dan
akuades.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Emulgel Gamma Oryzanol
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.1.1 Formulasi Emulgel
Tabel 3.1 Formulasi Emulgel gamma oryzanol
Komposisi
Persentase Jumlah
Bobot (%b/b)
Fase Minyak
Gamma Oryzanol 0,1
Span 80 2,24
Rice Bran Oil 7,5
Vitamin E 0,03
Fase Air
Carbopol 940 0,5
Tween 80 0,76
Metilparaben 0,03
Propilparaben 0,03
Propilen glikol 5
Na metabisulfit 0,02
Aquadest Ad 100
TEA Adjust hingga pH 6-6,5 (Khasanah, 2016)
3.3.1.2 Pembuatan Emulsi
Fase minyak dibuat dengan melarutkan span 80, gamma oryzanol, dan
vitamin E dalam rice bran oil sementara fase air dibuat dengan melarutkan tween
80 dalam akuades. Kedua fase tersebut dipanaskan sambil diaduk dengan
magnetic stirrer. Setelah kedua fase tersebut mencapai suhu 70-75oC, fase minyak
dicampurkan ke dalam fase air sambil diaduk dengan menggunakan overhead
stirrer kecepatan 300 rpm selama 15 menit (Khasanah, 2016).
3.3.1.3 Pembuatan Gel
Metilparaben dan propilparaben dilarutkan ke dalam propilen glikol dan
natrium metabisulfit dilarutkan ke dalam akuades. Carbopol 940 didispersikan ke
akuades yang telah berisi natrium metabisulfit lalu dihomogenkan menggunakan
overhead stirrer dengan kecepatan 200 rpm. Kemudian metilparaben dan
propilparaben yang telah dilarutkan dalam propilen glikol dimasukkan ke
dalamnya. Dispersi carbopol dinetralkan dengan menggunakan TEA hingga pH 6-
6,5 dan membentuk basis gel yang kental. Emulsi dicampurkan sedikit demi
sedikit ke dalam gel yang telah dibuat sambil diaduk dengan overhead stirrer
dengan kecepatan 400 rpm selama 20 menit hingga emulgel terbentuk (Khasanah,
2016).
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.2 Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Emulgel
3.3.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Sebanyak 10 mg gamma oryzanol baku dimasukkan dalam labu ukur 100
mL dan dilarutkan dalam etil asetat sampai volumenya tepat 100 mL. Larutan
induk tersebut diencerkan sepuluh kalinya. Larutan dikocok sampai homogen
kemudian dibaca absorbansi pada panjang gelombang 200-500 nm (Noviyanto
dkk., 2014 dengan modifikasi).
3.3.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Relatif
Dari larutan induk 100 μg/mL dibuat seri konsentrasi larutan gamma
oryzanol dengan konsentrasi 8, 10, 12, 14, 16 μg/mL kemudian dibaca
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang
maksimum. Dari data hasil absorbansi, selanjutnya dihitung persamaan kurva
bakunya. Diperoleh persamaan garis y= bx+a (Noviyanto dkk., 2014 dengan
modifikasi).
3.3.2.3 Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Ditimbang 1 g emulgel pada tube sentrifugasi dan ditambahkan 10 mL etil
asetat. Campuran kemudian diekstraksi dengan cara divortex, disonikasi, dan
disentrifugasi dengan variasi waktu vortex, juga suhu dan waktu dari sonikasi
hingga ekstraksi cukup optimal yaitu menghasilkan nilai persen perolehan
kembali dalam rentang 80-120% (Khalid dkk., 2017).
3.3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Absolut
Ditimbang 1 g emulgel pada tube sentrifugasi dan ditambahkan 10 mL etil
asetat kemudian diekstraksi. Supernatan hasil ekstraksi yang memiliki konsentrasi
gamma oryzanol 100 μg/mL tersebut diencerkan dengan etil asetat sehingga
didapatkan seri konsentrasi 8, 10, 12, 14, 16 μg/mL. Seri konsentrasi tersebut
dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV Vis pada panjang
gelombang maksimum. Dari data hasil absorbansi, selanjutnya dihitung
persamaan kurva kalibrasi absolutnya. Diperoleh persamaan garis y= bx+a
(Khalid dkk., 2017; Noviyanto dkk, 2014).
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.2.5 Penentuan Akurasi
Ditimbang 1 g emulgel dalam tube sentrifugasi dan dimasukkan 10 mL etil
asetat kemudian diekstraksi. Sebanyak 1 mL supernatan hasil ekstraksi
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan etil asetat hingga batas.
Dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV Vis pada panjang
gelombang maksimum. Hasil absorbansi digunakan untuk menghitung harga
persen perolehan kembali (recovery). Perolehan kembali dapat ditentukan dengan
cara membuat basis emulgel yang mengandung analit dengan konsentrasi 80%
dan 120% dari kadar analit yang diperkirakan, kemudian dianalisis dengan
metode yang akan divalidasi. (Khalid dkk., 2017; Harmita, 2004 dengan
modifikasi).
3.3.2.6 Penentuan Presisi
Ditimbang 1 g emulgel dalam tube sentrifugasi dan dimasukkan 10 mL etil
asetat kemudian diekstraksi. Sebanyak 1 mL supernatan hasil ekstraksi
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu ditambahkan etil asetat hingga batas.
Percobaan presisi ini diakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel.
Keenam larutan sampel tersebut kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV Vis pada panjang gelombang 320 nm. Data yang diperoleh
berupa nilai serapan kemudian dihitung SD dan RSD (Khalid dkk., 2017; Harmita,
2004).
3.3.3 Uji Stabilitas
3.3.3.1 Uji Stabilitas Kimia
Emulgel gamma oryzanol disimpan pada suhu 40oC selama 30 hari.
Sampel diperiksa pada hari ke 0, 3, 7, 15, dan 30. Evaluasi yang dilakukan adalah
pengamatan organoleptis, uji pH, uji sentrifugasi, dan diperiksa kandungan
gamma oryzanol dalam emulgel.
3.3.3.2 Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan emulgel
secara visual dari segi warna, homogenitas, dan tekstur (Khullar dkk., 2012).
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3.3 Uji pH
Sampel sediaan emulgel diukur pHnya dengan menggunakan alat pH
meter. Elektroda dicelupkan ke dalam sediaan dan pH yang muncul di layar yang
stabil lalu dicatat. Sediaan harus memenuhi rentang pH yang sesuai dengan pH
kulit yaitu 5 – 6,5 (Tortora, 2009).
3.3.3.4 Uji Sentrifugasi
Emulgel gamma oryzanol sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi dan disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit
kemudian dilihat apakah terjadi pemisahan fasa atau tidak (Hadning, 2011).
3.3.3.5 Uji Homogenitas Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Emulgel gamma oryzanol yang dihasilkan dicek homogenitasnya dengan
menimbang masing-masing 1 g emulgel dari bagian atas, tengah, dan bawah
wadah kemudian dilarutkan dalam 10 mL etil asetat lalu diekstraksi. Sebanyak 1
mL supernatan dilarutkan dengan etil asetat hingga 10 mL. Absorbansi diukur
pada panjang gelombang 320 nm (Yudita dkk., 2016 dengan modifikasi)
3.3.3.6 Analisis Penentuan Kadar
Emulgel gamma oryzanol ditimbang 1 g dan dilarutkan dalam 10 mL etil
asetat kemudian diekstraksi. Sebanyak 1 mL supernatan hasil ekstraksi diambil
dan dilarutkan dengan etil asetat hingga 10 mL. Absorbansi diukur dengan
spektofotometri UV Vis pada panjang gelombang 320 nm (Khalid dkk., 2017
dengan modifikasi).
3.3.3.7 Perhitungan Masa Simpan
Masa simpan emulgel gamma oryzanol pada suhu ruang (25oC) dapat
dihitung dengan rumus:
ts = λ . te = exp *
(
)+ . te
Dimana ts adalah waktu simpan produk pada suhu rekomendasi penyimpanan, λ
adalah faktor dipercepat atau biasa disebut Q10, Ea adalah energi aktivasi, R
adalah konstanta gas, Ts adalah suhu rekomendasi penyimpanan, Te adalah suhu
pada kondisi dipercepat, dan te adalah waktu dimana produk stabil pada
temperatur yang dipercepat (Magari, 2003).
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Emulgel Gamma Oryzanol
Sediaan emulgel yang dibuat pada penelitian ini menggunakan zat aktif
gamma oryzanol yang berfungsi sebagai antioksidan. Emulgel merupakan
gabungan antara sediaan emulsi dan gel sehingga keberadaan emulgator dan
gelling agent dalam sediaan ini sangatlah penting. Emulgator yang digunakan
adalah kombinasi tween 80 yang merupakan emulgator hidrofilik dan span 80
yang merupakan emulgator hidrofobik. Kombinasi emulgator larut air dan larut
minyak dapat membentuk dan mempertahankan emulsi lebih efektif dibandingkan
penggunaan emulgator tunggal karena kombinasi emulgator tersebut
menghasilkan lapisan stable interfacial complex condensed film (Kim, 2005).
Gelling agent yang digunakan pada sediaan emulgel ini adalah carbopol 940.
Carbopol 940 akan terdispersi dalam akuades pada pH rendah. Saat dinetralkan
dengan TEA viskositas carbopol akan meningkat dan mengembang membentuk
gel yang kental (Rowe dkk., 2009).
4.2 Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Emulgel
4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu larutan baku gamma
oryzanol dalam etil asetat dengan konsentrasi 10 μg/mL. Panjang gelombang
diukur pada rentang 200-500 nm. Hasil menunjukkan bahwa panjang gelombang
gamma oryzanol baku dalam etil asetat berada pada panjang gelombang yang
sesuai dengan referensi yaitu 320 nm (Srisaipet, 2014). Hasil scanning spektrum
gamma oryzanol baku dalam etil asetat dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Relatif
Pembuatan kurva kalibrasi ini menunjukan parameter linieritas dari suatu
metode analisis. Kurva kalibrasi relatif dibuat dengan membaca absorbansi larutan
gamma oryzanol baku konsentrasi 8, 10, 12, 14, dan 16 ppm pada 320 nm.
Absorbansi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Hasil Absorbansi Gamma Oryzanol Baku pada 320 nm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0
8 0,379
10 0,467
12 0,559
14 0,651
16 0,749
Linearitas metode dapat menggambarkan ketelitian pengerjaan analisis
suatu metode yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar > 0,997
(Riyanto, 2014). Dari data yang dihasilkan memberikan persamaan linier y =
0,0466x + 0,0014 dengan koefisien korelasi sebesar 0,9999. Sehingga kurva
kalibrasi yang diperoleh telah memenuhi persyaratan.
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol pada 320 nm
4.2.3 Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Tabel 4.2 Hasil Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Metode Vortex Sonikasi Sentrifugasi
%UPK Waktu Suhu Waktu Kecepatan Waktu
A - 30oC 30 menit 3500 rpm 15 menit 33,287
B 5 menit 40 oC 10 menit 3500 rpm 15 menit 67,405
C 5 menit 40 oC 30 menit 3500 rpm 15 menit 66,865
D 10 menit 40 oC 30 menit 3500 rpm 15 menit 83,07
y = 0.0466x + 0.0014
R² = 0.9999
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 5 10 15 20
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (ppm)
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan hasil optimasi, cara ekstraksi emulgel gamma oryzanol yang
paling optimal yaitu menghasilkan persen perolehan kembali dalam rentang 80-
120% dilakukan dengan cara divorteks 10 menit, disonikasi dengan suhu 40oC
selama 30 menit, dan disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.
Hasil data optimasi ekstraksi dapat dilihat di Lampiran 6.
Vortex digunakan untuk menghomogenisasikan pelarut dengan sampel
dan membantu proses penghancuran basis (Mulyani, 2011). Sonikasi digunakan
untuk meningkatkan banyaknya senyawa yang diekstraksi dan pengurangan waktu
ekstraksi dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik. Dengan sonikasi, basis
dipecah oleh getaran ultrasonik sehingga kandungan yang ada didalamnya dapat
berdifusi dengan mudah (Vilkhu dkk., 2006). Sentrifugasi digunakan untuk
memisahkan partikel berdasarkan berat partikel tersebut. Partikel yang
densitasnya lebih tinggi dari pelarut akan mengendap (sedimentasi) sementara
partikel yang lebih ringan akan mengapung ke atas (Gopala, 2016). Saat
dilakukan sentrifugasi pada ekstraksi emugel gamma oryzanol, basis emulgel akan
mengendap ke bawah sementara gamma oryzanol yang telah terekstraksi
bercampur dengan pelarut pada bagian supernatan.
4.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Absolut
Sampel yang digunakan pada pembuatan kurva kalibrasi absolut adalah
emulgel gamma oryzanol 0,1% yang sebelumnya telah dibuat. Linieritas biasanya
dinyatakan dengan istilah variansi disekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik (Riyanto, 2014). Hubungan linier antara
konsentrasi gamma oryzanol dalam emulgel dengan absorbansi ditentukan dengan
membuat seri pengenceran gamma oryzanol dalam emulgel dengan lima
konsentrasi yang sama seperti pada pembuatan kurva kalibrasi relatif. Hasil
absorbansi seri pengenceran larutan emulgel gamma oryzanol tersebut pada
panjang gelombang 320 nm dapat dilihat pada Tabel 4.3.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3 Hasil Absorbansi Emulgel Gamma Oryzanol pada 320 nm
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0
8 0,312
10 0,389
12 0,473
14 0,550
16 0,635
Linearitas metode dapat menggambarkan ketelitian pengerjaan analisis
suatu metode yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar > 0,997
(Riyanto, 2014). Dari data absorbansi yang dihasilkan memberikan persamaan
linier y = 0,0396x – 0,0026 dengan koefisien korelasi sebesar 0,9998. Sehingga
kurva kalibrasi yang diperoleh telah memenuhi persyaratan.
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Gamma Oryzanol dalam Emulgel pada 320 nm
4.2.5 Penentuan Akurasi
Penentuan akurasi pada penelitian ini menggunakan metode simulasi.
Sampel yang digunakan adalah sediaan emulgel yang mengandung konsentrasi
gamma oryzanol 0,08%, 0,1%, dan 0,12%. Parameter akurasi dinyatakan dalam
persen perolehan kembali atau recovery yang merupakan rasio antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya (Harmita, 2004). Rata-rata hasil persen
perolehan kembali dari dua kali replikasi untuk sediaan emulgel dengan kadar
gamma oryzanol 0,08%, 0,1%, dan 0,12% secara berturut-turut adalah 101,452%,
95,808%, dan 97,938%. Hal ini menandakan bahwa metode yang digunakan telah
memenuhi syarat karena nilai persen perolehan kembali terletak antara 80-120%
y = 0.0396x - 0.0026
R² = 0.9998
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 5 10 15 20
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (ppm)
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Mulja dan Suharman, 1995). Hasil data dan perhitungan akurasi dapat dilihat di
Lampiran 8.
Tabel 4.4 Hasil Data Akurasi Emulgel Gamma Oryzanol
Sampel % UPK Rata-rata
80% 103,504 101, 452%
99,400
100% 94,924 95,808%
96,692
120% 99,726 97,938%
96,149
4.2.6 Penentuan Presisi
Sampel yang digunakan pada penentuan presisi yaitu larutan gamma
oryzanol dalam emulgel dengan konsentrasi 10 ppm yang direplikasi sebanyak
enam kali. Presisi diukur sebagai simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien
variasi (KV). Berdasarkan data yang dihasilkan dapat dikatakan bahwa metode
yang dipakai memiliki ketelitian yang baik, hal ini dilihat dari harga koefisien
variasi yang dihasilkan yaitu 0,7728%. Menurut Harmita, kriteria seksama
diberikan jika metode menghasilkan simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien
variasi sebesar 2% atau kurang (Harmita, 2004). Perhitungan presisi dapat dilihat
di Lampiran 9.
Tabel 4.5 Hasil Data Presisi Emulgel Gamma Oryzanol
Sampel Konsentrasi (ppm)
1 9,69
2 9,89
3 9,81
4 9,81
5 9,73
6 9,86
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Uji Stabilitas Sediaan Emulgel Gamma Oryzanol
4.3.1 Pengamatan Organoleptis
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulgel Gamma Oryzanol
Hari
Ke-
Sampel A Sampel B
Warna Tekstur Homogenitas Warna Tekstur Homogenitas
0 Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen
3 Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen
7 Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen
15 Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen
30 Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen Putih
Lembut,
tidak
terlalu
lengket
Homogen
Keterangan: Sampel A: Batch I
Sampel B: Batch II
Hasil pengamatan organoleptis emulgel gamma oryzanol (Lampiran 1)
pada hari ke-0 menunjukkan bahwa emulgel yang dihasilkan bewarna putih,
lembut, dan tidak terlalu lengket. Homogenitas suatu sediaan dapat diamati dari
tekstur dengan tidak adanya bahan kasar yang dapat diraba. Emulgel yang
dihasilkan pada penelitian ini homogen secara fisik, terlihat dari tidak adanya
butiran pada kaca objek (Lampiran 2).
Setelah penyimpanan emulgel dalam oven dengan suhu 40oC hingga 30
hari, organoleptis dari emulgel yang dihasilkan tidak berubah secara signifikan
namun emulgel mengalami penurunan kekentalan yang dilihat dari bentuk
emulgel yang lebih cair dari sebelumnya, namun pada penelitian ini tidak
diketahui secara rinci penurunan viskositas tersebut karena tidak dilakukan uji
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viskositas. Viskositas akan berubah tergantung pada temperatur. Umumnya
viskositas akan berkurang dengan meningkatnya temperatur (Ansel, 2008).
4.3.2 Uji pH
Nilai pH yang dihasilkan emulgel sampel A dan sampel B pada hari ke-0
yaitu 5,787 dan 5,789. Nilai pH ini sudah sesuai dengan persyaratan. Sediaan
topikal umumnya memiliki pH yang sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu dalam
rentang 5-6,5 (Tortora & Derrickson, 2009). Sediaan dengan pH yang lebih asam
dari pH fisiologis kulit akan menyebabkan iritasi kulit. Sedangkaan jika pH
sediaan lebih basa dari pH fisiologi kulit maka akan mengakibatkan kulit kering
(Young dkk., 2002).
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran pH Emulgel Gamma Oryzanol
Hari ke- Sampel A Sampel B
H-0 5,787±0,009 5,789±0,006
H-3 5,704±0,006 5,694±0,038
H-7 5,661±0,008 5,698±0,007
H-15 5,694±0,018 5,751±0,015
H-30 6,671±0,022 6,684±0,041 Keterangan: Sampel A: Batch I
Sampel B: Batch II
Selama penyimpananan dalam oven pada suhu 40oC, pH dari emulgel
mengalami perubahan yang signifikan berdasarkan analisis statistika (lampiran
12). Pada hari ke 30, nilai pH dari sediaan emulgel gamma oryzanol naik cukup
signifikan. Perubahan nilai pH ini disebabkan oleh sediaan yang terdekomposisi
oleh suhu tinggi saat penyimpanan yang dapat menyebabkan terbentuknya
senyawa asam atau basa. Senyawa yang asam atau basa ini akan mempengaruhi
nilai pH. Perubahan pH juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
penyimpanan atau zat aktif yang tidak stabil pada penyimpanan karena mengalami
reaksi oksidasi (Young dkk., 2002). Perubahan nilai pH ini menandakan kurang
stabilnya sediaan emulgel gamma oryzanol pada penyimpanan suhu 40oC. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti perubahan pH
sediaan emulgel gamma oryzanol. Perubahan nilai pH ini juga dapat disebabkan
oleh alat pH meter yang sebelum pemakaian tidak dilakukan kalibrasi sehingga
nilai pH yang dihasilkan tidak valid.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3.3 Uji Sentrifugasi
Uji sentrifugasi adalah pengujian stabilitas fisik yang didasarkan pada
percepatan proses pemisahan, yang sering terjadi pada kondisi penyimpanan
(Sinko, 2008). Uji sentrifugasi dilakukan untuk mengamati pemisahan fasa dari
sediaan emulgel yang dibuat. Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan
sentrifugator dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit yang setara dengan
efek gravitasi kira-kira satu tahun (Hadning, 2011). Hasil uji sentrifugasi
(Lampiran 3) hingga hari ke-30 menunjukkan bahwa tidak adanya pemisahan fasa
dari emulgel yang dibuat.
4.3.4 Hasil Uji Homogenitas Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah zat aktif telah
terdistribusi merata dalam sediaan. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan emulgel
gamma oryzanol yang dibuat memiliki konsentrasi gamma oryzanol yang tidak
jauh berbeda pada bagian atas, tengah, dan bawah sehingga dapat dikatakan
sediaan tersebut homogen. RSD yang dihasilkan dari kedua sampel juga
membuktikan bahwa sediaan ini homogen karena nilai RSD yang dihasilkan lebih
kecil dari 2%. Hasil perhitungan RSD dapat dilihat pada Lampiran 10. Uji
homogenitas juga mampu mempengaruhi efektifitas. Bila jumlah obat pada tiap
bagian sama diharapkan tiap sediaan yang dibuat dapat memberikan efektifitas
yang sama (Yudita dkk., 2016).
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Tempat
Pencuplikan
Kadar(%)
Sampel A Sampel B
Atas 98,13 99,39
Tengah 98,89 98,64
Bawah 97,63 97,63
RSD 0,803 0,896 Keterangan: Sampel A: Batch I
Sampel B: Batch II
4.3.5 Hasil Penentuan Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Uji stabilitas kimia emulgel gamma oryzanol dilakukan menggunakan
metode uji stabilitas dipercepat. Emulgel gamma oryzanol disimpan pada oven
dengan suhu 40oC selama 30 hari. Analisis penentuan kadar gamma oryzanol
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam emulgel dilakukan menggunakan spektrofotometri UV Vis. Uji stabilitas
kimia emulgel gamma oryzanol ditentukan berdasarkan absorbansi yang terbaca
pada panjang gelombang maksimum gamma oryzanol.
Emulgel gamma oryzanol yang telah dibuat langsung ditentukan kadarnya
untuk mengetahui homogenitas kandungan gamma oryzanol dalam emulgel.
Penentuan kadar gamma oryzanol dalam emulgel dilakukan secara triplo. Emulgel
yang telah diketahui homogen secara kimia, kemudian dibagi ke dalam empat
wadah untuk pengujian stabilitas pada hari ke 3, 7, 15, dan 30. Keempat wadah
disimpan dalam oven dengan suhu 40oC.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pada penyimpanan dengan temperatur
40oC gamma oryzanol dalam sediaan emulgel mengalami penurunan kadar.
Kenaikan temperatur penyimpanan dapat mempercepat laju degradasi kimia zat
aktif suatu sediaan (Lachman dkk., 2001). Umumnya kecepatan banyak reaksi
meningkat dua sampai tiga kali lipat setiap peningkatan temperatur sebesar 10oC
(Sinko, 2008). Dari hasil penetapan kadar yang dilakukan, rata-rata kadar gamma
oryzanol dari dua sampel emulgel pada hari ke-0, hari ke-3, hari ke-7, hari ke-15,
dan hari ke-30 berturut-turut adalah 98,38%, 98,17%, 96,82%, 95,31%, dan
94,21%. Umumnya produk farmasi masih dapat diterima atau dikatakan stabil
apabila mengandung 90% dari label yang tertera (Blessy dkk., 2014). Hasil
pengujian kadar gamma oryzanol dalam emulgel dan analisis statistiknya dapat
dilihat pada Lampiran 13, 14, dan 15.
Jika dilihat dari analisis kinetik yang telah dilakukan oleh Khuwijtjaru dkk
menyatakan bahwa gamma oryzanol merupakan senyawa yang cukup stabil dalam
minyak bekatul yang dipanaskan pada suhu tinggi. Namun tetap saja, kecepatan
degradasi gamma oryzanol akan meningkat seiring dengan meningkatnya
temperatur. Hilangnya kandungan gamma oryzanol dan komponen yang
menyusunnya dapat dideskripsikan dengan model kinetika orde satu.
(Khuwijitjaru dkk., 2009). Pada suhu tinggi terjadi pemecahan dan oksidasi dari
ikatan rangkap senyawa karbonil yang ada pada struktur gamma oryzanol.
(Srisaipet dkk., 2014).
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel pada
Penyimpanan 40oC
Uji stabilitas dipercepat dilakukan pada tahap pengembangan produk
dengan tujuan untuk melihat apakah suatu formulasi dapat menjaga kestabilan zat
aktif atau tidak dan juga untuk melihat kecocokan wadah yang digunakan produk
tersebut (Bhuyian dkk., 2015). Uji stabilitas dipercepat juga dapat digunakan
untuk menunjang tanggal kadaluwarsa sementara jika studi masa edar lengkap
tidak tersedia. Untuk memperkirakan masa simpan suatu produk, dapat dilakukan
menggunakan perhitungan Q10. Q10 adalah faktor yang menghasilkan peningkatan
konstanta kecepatan untuk setiap peningkatan temperatur 10oC (Sinko dkk., 2008).
Jika energi aktivasi diketahui, kecepatan degradasi pada temperatur penyimpanan
dapat diprediksi dari data yang diperoleh dari satu temperatur yang ditingkatkan
(Magari dkk., 2003). Berdasarkan penelitian Khuwijitjaru dkk, energi aktivasi dari
gamma oryzanol adalah 45,49 kJ/mol, sehingga setelah dihitung menggunakan
persamaan faktor Q10 perkiraan masa simpan emulgel gamma oryzanol pada suhu
ruang (25oC) adalah sekitar 72 hari. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 16.
Q10 juga dapat disebut faktor dipercepat yang dilambangkan dengan λ.
Spektrum serapan dari sediaan emulgel gamma oryzanol yang dilihat
dengan spektrofotometri UV Vis (Lampiran 17) menunjukkan puncak pada
panjang gelombang sekitar 320 nm, sesuai dengan panjang gelombang maksimum
dari senyawa gamma oryzanol murni. Bentuk spektrum serapan yang dihasilkan
memiliki dua puncak yang mirip dengan bentuk spektrum dari asam ferulat. Hal
ini dapat terjadi karena gamma oryzanol merupakan senyawa kimia yang
93
94
95
96
97
98
99
0 10 20 30 40
Ka
da
r (%
)
Waktu (Hari)
Sampel A
Sampel B
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
komponen utamanya terdiri atas campuran asam ferulat yaitu Cycloartenyl ferulat,
24-methylene cycloartenyl ferulat, dan campesteryl ferulat (Patel dan Naik, 2004).
Gambar 4.4 Spektrum Serapan Asam Ferulat (Pan dkk., 2007)
Spektrum dari gamma oryzanol dalam emulgel yang terbaca pada
spektrofotometri UV Vis sedikit berubah bentuknya terutama pada hari ke-15 dan
hari ke-30 jika dibandingkan spektrum gamma oryzanol dalam emulgel pada hari
ke-0, namun puncaknya tetap ada pada sekitar panjang gelombang maksimum
gamma oryzanol yaitu kisaran 320 nm. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui apakah ada perubahan senyawa atau pembentukan senyawa
baru yang dihasilkan emulgel gamma oryzanol yang disimpan pada suhu 40oC
selama 30 hari.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Emulgel gamma oryzanol yang disimpan pada suhu 40oC selama 30 hari
menunjukkan penurunan kadar gamma oryzanol seiring dengan
bertambahnya waktu namun masih di atas 90% dari kadar seharusnya.
Emulgel gamma oryzanol diperkirakan memiliki masa simpan sekitar 72
hari pada suhu ruang (25oC).
2. Kadar gamma oryzanol dalam emulgel yang disimpan dalam oven dengan
suhu 40oC pada hari ke-0, hari ke-3, hari ke-7, hari ke-15, dan hari ke-30
berturut-turut adalah 98,38%, 98,17%, 96,82%, 95,31%, dan 94,21%,
sehingga dapat dikatakan stabil secara kimia.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan instrumen lain yang
dapat mendeteksi senyawa yang terkandung dalam sampel.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji stabilitas jangka
panjang pada sediaan emulgel gamma oryzanol.
3. Perlu dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dari emulgel gamma
oryzanol.
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Bemvenuti, Renata Heidtmann dkk. 2012. Extraction of gamma oryzanol from
rice bran. Ciênc. agrotec., Lavras; 36(6): 665-673
Bhuyian, Md Habib Ulah dkk,. 2015. An overview: stability study of
pharmaceutical products and shelf life prediction. European Journal of
Biomedical Sciences; 2(6): 30-40
Blessy M dkk., 2014. Development of forced degradation and stability indicating
studies of drugs – a review. Journal of Pharmaceutical Analysis; 4(3):
159-165.
Bonacucina G dkk,. 2009. Characterization and stability of emulsion gels based
on acrylamide/sodium acryloyldimethyl taurate copolymer. AAPS
PharmSciTech; 10(2): 34-45
Bucci, R. dkk. 2003. Comparison of three spectrophotometric methods for the
determination of gamma oryzanol in rice bran oil. Analitical and
Bioanalytical Chemistry, Rockville; 375(8):1254-1259
Butsat, Sunan., Siriamornpun, Sirithon. 2010. Antioxidant capacities and phenolic
compounds of the husk, bran and endosperm of Thai rice. Journal Food
Chemistry 119: 606-613.
Cartensen, Jens T & Rhodes, C T. 2000. Drug Stability Principles and Practice
Third Edition, Revised and Expanded. New York: Macrel Dekker, Inc
Center for Drug Evaluation and Research (CDER). 1997. Guidance for Industry
Nonsterile Semisolid Dosage Forms. Rockville: U.S Departement of
Health and Human Services.
Chen, MH., Bergman, CJ. 2005. A rapid procedure for analysing rice bran
tocopherol, tocotrienol and gamma oryzanol contents. Journal of Food
Composition and Analysis 18: 139-151.
Cicero, A. F. G., dan Derosa, G. 2005. Rice bran and its main component:
potential role in the management of coronary risk factors. Current topics in
Nutraceutical Research; 3(1).
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Cuvelier M E, Richard H & Berset C. 1992. Comparison of the antioxidative
activity of some acid-phenols: structure-activity relationship. Biosci
Biotech Biochem; 56: 324-330.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2008. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gopala, Janawarsa. 2016. Pengaruh Kecepatan Sentrifugasi terhadap Hasil
Pemeriksaan Sedimentasi Urin Pagi Metode Konvensional. Universitas
Muhammadiyah
Hadning, Ingenida. 2011. Formulasi dan uji stabilitas fisik sediaan oral emulsi
virgin coconut oil. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mutiara Medika;
11(2)
Haneefa dkk,. 2013. Emulgel: an advanced review. J. Pharm. Sci. & Res; 5(12):
254 – 258
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi metode dan cara perhitungannya.
Jurnal Majalah Ilmu Kefarmasian Departemen Farmasi FMIPA UI; 1(3)
Islam, S dkk. 2011. Biological abilities of rice bran-derived antioxidant
phytochemicals for medical therapy. Curr. Top. Med. Chem; 11(14): 1847-
1853.
Jain dkk., 2010. Development and characterization of ketokonazole emulgel for
topical drug delivery. Der Pharmacia Sinica; 1(3): 221-231.
Juliano, Claudia dkk,. 2005. Antioxidant activity of gamma oryzanol: mechanism
of action and its effect on oxidative stability of pharmaceutical oils.
International Journal of Pharmaceutics 299: 146–154
Kamimura M dkk., 1963. Effect of local application of gamma oryzanol on skin
temperature. Jap. J. Clin Dermat. Urol; 17: 369-372.
Khalid, Nauman dkk,. 2017. Encapsulation of β-sitosterol plus γ-oryzanol in O/W
emulsions: formulation characteristics and stability evaluation with
microchannel emulsification. Food and Bioproducts Processing 102: 222–
232
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Khasanah, Nur. 2016. Pengaruh Konsentrasi Polimer Karbopol 940 sebagai
Gelling Agent terhadap Sifat Fisik Emulgel Gamma Oryzanol. Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Khrisna, AG Gopala dkk,. 2001. Effect of refining of crude rice bran oil on the
retention of oryzanol in the refined oil. Journal of the American Oil
Chemists’ Society 78
Khullar dkk., 2012. Formulation and evaluation of mefenamic acid emulgel for
topical topical delivery. Saudi Pharmaceutical Journal 20: 63-67.
Khunt, Dignesh M dkk., 2012. Formulation design and development of piroxicam
emulgel. International Journal of PharmTech Research; 4(3): 1332-1344.
Khuwijitjaru, Pramote dkk,. 2009. Degradation kinetics of gamma oryzanol in
antioxidant-stripped rice bran oil during thermal oxidation. Journal of
Oleo Science, Japan Oil Chemists Society; 58(10): 491-497
Kim, Cheng-ju. 2005. Advanced Pharmaceutics: Physicochemical Principles.
Florida: CRC Press LLC.
Kumar, Raj R dkk. 2009. Preferential Extractability of Gamma Oryzanol from
Dried Soapstock Using Different Solvents. J Sci Food Agric; 89: 195–200.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig J.L. 2001. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Philadelphia: LEA & Febiger.
Lupo, M.P., 2001. Antioxidants and Vitamins in Cosmetics. Clin Dermatol; 19:
467–473.
Magari, Robert T. 2003. Assessing shelf life using real-time and accelerated
stability tests. Biopharm International; 16(11).
Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press.
Mulyani Y, Purwanto A, Nurruhwati I. 2011. Perbandingan beberapa metode
isolasi DNA untuk deteksi dini koi herpes virus (KHV) pada ikan mas
(Cyprinus carpio L.). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Padjadjaran. Jurnal Akuatika
Nanua, J N., McGregor, J.U., Godber, J.S. 2000. Influence of high oryzanol rice
bran oil on the oxidative stability of whole milk powder. J. Dairy Sci; 83:
2426–2431.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Naveed dkk., 2016. Stability of a dosage form and forced degradation studies.
Journal of Bioequivalence & Bioavailability; 8(4).
Noviyanto, Fajrin dkk,. 2014. ketoprofen, penetapan kadarnya dalam sediaan gel
dengan metode spektrofotometri ultraviolet-visibel. Pharmacy; 11(01).
Pan, George., Thomson, Camoeron I., Leary, Gordon J. 2007. Journal of Wood
Chemistry and Technology. London: Taylor & Francis.
Patel, M & Naik, S N. 2004. Gamma-oryzanol from rice bran oil – A review.
Journal of Scientific & Industrial Research 63; 569-578.
Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji: Sesuai dengan ISO/IEC 17025
Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Yogyakarta: Deepublish.
Rutrer N. 1987. Drug absorption through the skin: A mixed blessing. Arch Dis
Child; 62: 220-221.
Sinko, Patrick J. 2008. Martin Farmasi Fisik dan Ilmu Farmasetika Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Singla, Vikas dkk,. 2012. Emulgel: A new platform for topical drug delivery.
International Journal of Pharma and Bio Sciences; 3(1).
Srisaipet, A dan Nuddagul, M. 2014. Influence of temperature on gamma-
oryzanol of edible rice bran oil during heating. International Journal of
Chemical Engineering and Applications; 5(4).
Tatsu S. 1993. Cell Differentiation Promotor. Jap Pat5310526 (to EISAI Co Ltd,
JP); Chem Abstr ,120; 143661.
Tortora, Gerard J dan Derrickson, Bryan. 2009. Principles of Anatomy and
Physiology 12th
Edition. USA: John Wiley & Sons., Inc.
Tranggono, R.I., Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Tsuno. Gamma oryzanol: A unique component of rice bran. Diakses melalui:
Tsuno.co.jp
Vadas, E.B. 2010. Stability of pharmaceutical products; The Science and Practice
of Pharmacy Vol.1: 988-989
Vilkhu, K., R. Mawson, L. Simons dan D. Bates. 2006. Application and
opportunities for ultrasound assisted extraction in the food industry (a
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
review). Food innovation; Emerging Science, Technologies & Application
(FIESTA).
Xu Zhimin, Godber J S & Xu Z. 2001. Antioxidant activities of major
components of gamma oryzanol from rice bran using a linolenic acid
model. J Am oil Chem Soc, 78: 465-469.
Young, Anne. 2002. Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon
Limited.
Yudita, Anugrah Elfa., dkk. 2016. Optimasi kadar kombinasi polimer hidroksi
propil metil selulosa dan superdisintegran crosscarmellose sodium
terhadap daya adhesi dan laju pelepasan obat dalam tablet vaginal
metronidazol. Majalah Kesehatan FKUB; 3(3).
Zhang XL, Zhao R, Qian W. 1995. Preparation of an emulgel for treatment of
aphthous ulcer on the basis of carbomers. Chin Pharm J, 30:417-418.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Gambar Emulgel Gamma Oryzanol
Hari ke-0
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-15
Hari ke-30
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Hasil Uji Homogenitas Fisik Emulgel Gamma Oryzanol
Hari ke-0
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-15
Hari ke-30
Lampiran 3. Hasil Uji Sentrifugasi Emulgel Gamma Oryzanol
Hari ke-0
Hari ke-3
Hari ke-7
Hari ke-15
Hari ke-30
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Spektrum Serapan Absorbansi Gamma Oryzanol dalam Etil
Asetat 10 ppm
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol dengan Pelarut Etil
Asetat
Dari kurva kalibrasi tersebut didapatkan persamaan regresi:
y = 0,0466x + 0,0014
dengan regresi linier R2= 0,9999
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Hasil Optimasi Cara Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Menggunakan Pelarut Etil Asetat
Metode Cara Ekstraksi Abs
Emulgel Abs Basis
Abs
Emulgel-
Basis
Konsentr
asi (ppm) % UPK
A
Sonikasi 30oC 30’
Sentrifugasi 3500
rpm 15’
0,192
0,03
0,162 3,446 34,36
0,186 0,156 3,318 33,18
0,182 0,152 3,232 32,32
B
Vortex 5’
Sonikator 40oC
10’
Sentrifugasi 3500
rpm 15’
0,407
0,068
0,339 7,245 72,45
0,36 0,292 6,236 62,36
C
Vortex 5’
Sonikasi 40oC 30’
Sentrifugasi 3500
rpm 15’
0,366
0,056
0,31 6,622 66,22
0,372 0,316 6,751 67,51
D
Vortex 10’
Sonikasi 40oC 30’
Sentrifugasi 3500
rpm 15’
0,453
0,0565
0,3965 8,479 84,79
0,439 0,3825 8,178 81,78
0,443 0,3865 8,264 82,64
Contoh cara perhitungan % Perolehan Kembali:
Pada konsentrasi 10 ppm gamma oryzanol dalam emulgel diperoleh absorbansi
yaitu 0,453 sementara basis emulgel menghasilkan absorbansi 0,0565. Jadi
Absorbansi Gamma oryzanol dalam Emulgel adalah 0,453 – 0,0565 = 0,3965.
Untuk mencari konsentrasi digunakan persamaan garis regresi yang telah
didapatkan sebelumnya yaitu:
y = 0,0466 x + 0,0014
0,3965 = 0,0466 x + 0,0014
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x = –
= 8,479 ppm
% UPK =
100%
=
100% = 84,79%
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Kurva Kalibrasi Absolut Gamma Oryzanol dalam Emulgel dengan
Pelarut Etil Asetat
Dari kurva kalibrasi tersebut didapatkan persamaan regresi:
y = 0,0396x – 0,0026
dengan regresi linier R2= 0,9998.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Perhitungan Akurasi
Sampel Abs Abs -
RBO
Konsentrasi
(ppm) % UPK
Rata-
rata
RBO 1 0,059 RBO:
0,0585
RBO 2 0,058
80% 0,389 0,3305 8,280 103,504 101, 452
0,376 0,3175 7,952 99,400
100% 0,437 0,3785 9,492 94,924 95,808
0,444 0,3855 9,669 96,692
120% 0,535 0,4765 11,967 99,72643 97,938
0,518 0,4595 11,537 96,14899
Contoh perhitungan % perolehan kembali pada uji akurasi emulgel gamma
oryzanol:
Pada konsentrasi 10 ppm gamma oryzanol dalam emulgel diperoleh absorbansi
yaitu 0,437 sementara basis emulgel menghasilkan absorbansi rata-rata 0,0585.
Jadi Absorbansi Gamma oryzanol dalam Emulgel adalah 0,437 – 0,0585 = 0,3785.
Untuk mencari konsentrasi digunakan persamaan garis regresi yang telah
didapatkan dai kurva kalibrasi absolut yaitu:
y = 0,0396 x - 0,0026
0,3785 = 0,0396 x – 0,0026
x =
= 9,4924 ppm
% UPK =
100%
=
100% = 94,924%
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Perhitungan Presisi
Sampel Abs Abs-RBO Xi (ppm) Xi - (Xi- 2
RBO1 0,055 RBO
= 0,057
RBO2 0,059
GO 1 0,438 0,381 9,686869 -0,11364 0,012913
GO 2 0,446 0,389 9,888889 0,088384 0,007812
GO 3 0,443 0,386 9,813131 0,012626 0,000159
GO 4 0,443 0,386 9,813131 0,012626 0,000159
GO 5 0,44 0,383 9,737374 -0,06313 0,003986
GO 6 0,445 0,388 9,863636 0,063131 0,003986
Jumlah 58,80303
0,029015
Rata-rata 9,800505
Cara perhitungan Presisi:
SD = √∑
SD = √
= √
= 0,076177
RSD =
RSD =
= 0,777279%
Lampiran 10. Data Homogenitas Emulgel Gamma Oryzanol Hari ke-0
Tempat
Pencuplikan
Sampel A Sampel B
Xi (%) Xi - (Xi- 2 Xi (%) Xi - (Xi- 2
Atas 98,13 -0,0867 0,0075 99,39 0,8367 0,7000
Tengah 98,89 0,6733 0,4534 98,64 0,0867 0,0075
Bawah 97,63 -0,5867 0,3442 97,63 -0,9233 0,8525
Jumlah 294,65 0,8051 295,66 1,5601
Rata-rata ( ) 98,217 98,553
Sampel A
SD = √
= √
RSD =
= 0,8037%
Sampel B
SD = √
= √
RSD =
= 0,8962%
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Data Hasil Uji pH Emulgel Gamma Oryzanol
Hari ke- BATCH I BATCH II
H0
5,793 5,794
5,791 5,782
5,776 5,790
Rata-rata 5,787 5,789
SD 0,009 0,006
H3
5,773 5,666
5,693 5,680
5,646 5,738
Rata-rata 5,704 5,695
SD 0,064 0,038
H7
5,67 5,699
5,654 5,705
5,66 5,691
Rata-rata 5,661 5,698
SD 0,008 0,007
H15
5,713 5,768
5,69 5,741
5,678 5,743
Rata-rata 5,694 5,751
SD 0,018 0,015
H30
6,695 6,729
6,653 6,673
6,666 6,650
Rata-rata 6,671 6,684
SD 0,022 0,040
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Data Statistik Nilai pH Emulgel Gamma Oryzanol pada
Penyimpanan 40oC Selama 30 Hari
Batch I
Batch II
Keterangan: Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Data Absorbansi dan Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel
BATCH I BATCH II
Abs Abs-
RBO
Kadar
(%) Abs
Abs-
RBO
Kadar
(%)
H0
Blanko 0
0
RBO 1 0,056
0,054
RBO 2 0,052
0,056
GO 1 0,44 0,386 98,13131 0,446 0,391 99,39394
GO 2 0,443 0,389 98,88889 0,443 0,388 98,63636
GO 3 0,438 0,384 97,62626 0,439 0,384 97,62626
H3
Blanko 0 0
RBO 1 0,051 0,053
RBO 2 0,06 0,056
GO 1 0,438 0,3825 97,24747 0,442 0,3875 98,5101
GO 2 0,44 0,3845 97,75253 0,444 0,3895 99,01515
GO 3 0,444 0,3885 98,76263 0,439 0,3845 97,75253
H7
Blanko 0 0
RBO 1 0,058 0,065
RBO 2 0,056 0,069
GO 1 0,434 0,377 95,85859 0,449 0,382 97,12121
GO 2 0,44 0,383 97,37374 0,444 0,377 95,85859
GO 3 0,442 0,385 97,87879 0,448 0,381 96,86869
H15
Blanko 0
0
RBO 1 0,059
0,061
RBO 2 0,062
0,058
GO 1 0,435 0,3745 95,22727 0,429 0,3695 93,96465
GO 2 0,441 0,3805 96,74242 0,435 0,3755 95,4798
GO 3 0,438 0,3775 95,98485 0,431 0,3715 94,4697
H30
Blanko 0
0
RBO 1 0,059
0,058
RBO 2 0,058
0,057
GO 1 0,431 0,3725 94,72222 0,421 0,3635 92,44949
GO 2 0,439 0,3805 96,74242 0,432 0,3745 95,22727
GO 3 0,425 0,3665 93,20707 0,423 0,3655 92,95455
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Data Statistik Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel pada
Penyimpanan 40oC Selama 30 Hari
Batch I:
Batch II:
Keterangan: Signifikansi <0,05, Kadar berbeda secara signifikan
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Hasil Kadar Gamma Oryzanol dalam Emulgel
Hari ke- Kadar (%)
Sampel A Sampel B Rata-rata
0 98,22±0,64 98,55±0,89 98,38
3 97,92±0,77 98,43±0,63 98,42
7 97,04±1,05 96,62±0,67 96,61
15 95,99±0,76 94,64±0,77 94,63
30 94,89±1,77 93,54±1,48 93,54
Keterangan: Sampel A: Batch I
Sampel B: Batch II
Lampiran 16. Perhitungan Masa Simpan Emulgel Gamma Oryzanol pada Suhu
Ruang (25oC)
Diketahui:
Te = 40oC + 273 = 313 K
Ts = 25 oC + 273 = 298 K
Ea = 45,49 kJ/mol = 10,872 kcal/mol
R = 1,987 kalori/derajat mol = 0,00199 kcal/derajat mol
te = 30 hari
ts = λ . te = exp *
(
)+ . te
ts = λ . te = exp *
(
)+ . 30
ts = λ . te = exp *
(
)+ 30 = 2,408 . 30 = 72,25 72 hari
Jadi penyimpanan emulgel pada 40oC selama 30 hari diperkirakan sama
dengan 72 hari penyimpanan emulgel gamma oryzanol dalam suhu ruang
(25oC).
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari ke-0
Batch II
Batch I
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 18. Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari ke-3
Batch I
Batch II
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari ke-7
Batch I
Batch II
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 20. Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari ke-15
Batch I
Batch II
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 21. Bentuk Spektrum Gamma Oryzanol dalam Emulgel Hari ke-30
Batch I
Batch II
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 22. Sertifikat Analisis Carbopol 940
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 23. Sertifikat Analisis Rice Bran Oil
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 24. Sertifikat Analisis Span 80