uji sidang askep dengan gangguan cairan dan elektrolit

30
UJI SIDANG ASKEP DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.L DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG AN – NUUR RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH CILACAP Disusun Oleh : RAHAYU WIJAYANTI 12.098

Upload: res-yh-res

Post on 22-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

UJI SIDANG ASKEP DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.LDENGAN GANGGUANCAIRAN DAN ELEKTROLITDI RUANG AN NUUR RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH CILACAP

Disusun Oleh :RAHAYU WIJAYANTI12.098

AKADEMI PERAWATAN (AKPER) SERULINGMAS CILACAPMAOS CILACAP2013

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangTubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia yang menunjang kehidupan sehari hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada didalamnya berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homeostasis. Seluruh sistem metabolisme bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsinya masing masing.Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Dan keseimbangan elektrolit merupakan suatu hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal. Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting yaitu, natrium, kalium, kalsium dan magnesium. Sedangkan anion yang penting adalah klorida, bikarbonat, dan fosfat.Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Bisa melebihi nilai normal atau dibawah nilai normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal keseimbangan cairan dan fungsi fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan asupan serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya gangguan dari sistem regulasi yang berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan elektrolit.Dalam praktek klinik sehari hari gangguan elektrolit merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai. Keadaan ini biasanya merupakan bagian manifestasi klinis dari penyakit dasar yang diderita pasien. Hampir 20 % pasien rawat inap mengalami gangguan elektrolit, yang disebabkan oleh bermacam hal, sehingga dalam pembiayaanpun menjadi hal yang diperhitungkan.Gangguan elektrolit seringkali terdiagnosis saat pasien dirawat di rumah sakit, terutama pada pasien pasien dengan penyakit kritis. Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya risiko mortalitas di rumah sakit. Insidensi gangguan elektrolit terbanyak adalah gangguan kalium dan natrium. Sebanyak lebih dari 21 % pasien di rumah sakit mengalami hipokalemia dan 15 20 % mengalami hiponatremia. Pasien pasien dengan hiperkalemia mencapai 1 10 %, sedangkan hipernatremia 0,3 5,5 % dari seluruh pasien yang dirawat. Hiperkalsemia terjadi pada lebih dari 70 % kasus keganasan. Hipomagnesemia muncul pada lebih dari 12% pasien, yang terkadang sering diabaikan oleh para klinisi.Mengingat tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan elektrolit dalam praktek klinik seharihari, terutama gangguan keseimbangan natrium, kalium, kalsium dan magnesium, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik. Dengan pemahaman ini, akan memudahkan dalam hal penentuan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga terapi dan penatalaksanaan dapat diberikan dengan cepat dan akurat pula.

B.Tujuan Penulis1.Tujuan UmumMampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan gangguan cairan dan elektrolit.2.Tujuan Khususa.Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan cairan dan eelektrolit dari aspek bio, psikososial, dan spiritual.b.Dapat merumuskan diagnosis keperawatan dan menentukan prioritas masalah pada klein dengan gangguan cairan dan elektrolit.c.Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan serta dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan cairan dan elektrolit.d.Dapat mengevaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien dengan gangguan cairan dan elektrolit.

C.ManfaatManfaat dari asuhan keperawatan dengan gangguan cairan dan elektrolit, yaitu :1.Bagi institusi rumah sakitMemberikan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan cairan dan elektrolit, sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.2.Bagi institusi pendidikanDapat menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan cairan dan elektolit dilahan pratek. Sehingga dapat mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan yang akan dihasilkan.3.Bagi institusi keperawatanDiharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien gangguan cairan dan elektrolit dan pendokumentasiannya, sehingga pada gilirannya mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

BAB IITINJAUAN TEORI

A.Konsep Kasus1.DefinisiCairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh; 60% dari berat badan orang dewasa terdiri atas cairan (Patricia. 2010) Saat cairan berpindah dari kompartemen tubuh, cairan terdiri atas substansi yang terkadang disebut mineral atau garam yang dikenal sebagai elektrolit (Christensen dan kockrow, 2003). Elektrolit merupakan elemen atau campuran yang ketika dilarutkan atau dicampur dengan air atau cairan pelarut lainnya, dipisahkan menjadi ion yang bermuatan listrik.Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau pemindahan (perpindahan) cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler (Carpenito, 2000).

2.Etiologia. Hypervolemia, ini dapat terjadi jika terdapat :1)Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.2)Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.3)Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).4)Perpindahan cairan interstisial ke plasma.b.Hipovolemia, ini terjadi dapat disebabkan karena :1)Penurunan masukan.2)Kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, gastrointestinal, ginjal abnormal.3)Pendarahan.

3.Tanda dan GejalaTanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan gangguan hypervolemia antara lain sesak nafas, ortopnea, dapat juga menimbulkan gagal jantung, edema pulmuner, peningkatan dan penurunan takanan darah, nadi kuat, asietas, kulit lembab, distensi vena leher.Tanda gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan gangguan hipovolemia antara lain gejala pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi, oliguria, penurunan tekanan darah, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering, penuran berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis, pada bayi dan anak-anak penurunan jumlah air mata.

4.Anatomi dan FisiologiKelebihan volume cairan atau hypervolemia terjadi apabila tubuh menyipan cairan dan elektrolit dalam kompatermen ekstraselular dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonic, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hamper selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan caioran terjadi akibat overload cairan atau adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi (keseimbangan cairan).Kekurangan volume cairan atau hipovolemia terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proposional (isotonic). Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler menuju intravaskuler sehingga mengakibatkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.

5.PathwayCairan dan Elektrolit

CIS ( glukosa, Na, K+, elektolit) CES (intersisial, transeluler)Asidosis metaboli

Difusi osmosis trasportaktif

Keseimbangan cairan

Gangguan, dehidrasi, hypervolemia

Penurunan perfusi ginjal

Osmoieseptor

Terjadi kekeringan local pada mukus

Kekurangan Volume Cairan

ADHdihipotalamus disekresi oleh adrenal, prostogladin menghasilkan asam lemak alami.Glukokotikoid meningkatkan reabsorpsi Na

Kenaikan Volume Cairan Air slang dikeleuarkan melalui : Ginjal : Urin, Anus : Feses, Kulit : Keringat, Paru : Pernafasan (Uap Air).6.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan cairan dan elektrolit yaitu:a.Pemeriksaan RadiologiPhoto thorak dapat mengarah ke kardio megali : pembesaran paru dengan kongestif paru.b.EKGEKG dilaksanakan untuk mengetahui adak tidaknya infark miokardial akut, guna mengkaji aritma dan untuk mengenal respon kompensatori seperti terjadinya hypertropi ventrikel.c.Laboratorium1)Darah2)Urin3)Kateteri jantungBiasanya ditemukan tekanan akhir diastole ventrikel kiri, atrium kiri dan tekanan vena pulmonalis meninggi, sedangkan tekanan atrium kanan baru meninggi pada keadaan lanjut.

7.KomplikasiGangguan penurunan kardiac out put.a.Hypokalemia : Gagal ginjal akut, gangguan sirkulasi ( aritmia, decomp. cordis, hypotensi orthostatik), Ileus paralitik, kelemahan otot sampai kuadrat plegia.b.Hyponatremia: Kram otot (kejang), twicing, hemiparese, odema pupil, koma.c.Perubaan perfusi jaringan perifer.

8.Penatalaksanaana.Keperawatan1)Menghitung IWL2)Menghitung tetesan infus

Cara menghitung tetesan infus :a)DewasaTetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk Lamanya infus ( jam ) x 3b)AnakTetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk Lamanya infus ( jam )b.Medis1)Terapi cairan IV2)Pemberian cairan melalui infus3)Transfusi darah

B.Konsep Keperawatan1.PengkajianPengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :a.Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.b.Kaji manifestasi klinik melalui cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya:1)Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.2)Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang.3)Timbang berat badan klien setiap hari4)Monitor vital sign5)Kaji intake outputc.Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :1)Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.2)Auskultasi bunyi /suara nafas3)Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadarand.Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.2.Diagnosa keperawatan yang mungkin munculDiagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :a.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.b.Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,ketidak seimbangan elektrolit.c.Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.d.Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria, penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.e.Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan.f.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edemag.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.3.Focus Intervensi KeperawatanIntervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :a.Defisit Volume CairanTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah Defisit Volume Cairan dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:1)Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan.2)Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.3)Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.Intervensi :1)Timbang popok/pembalut jika diperlukan2)Pertahankan catatan intake dan output yang akurat3)Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortastik), jika diperlukan4)Monitor hasil lab yangh sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, Osmolalitas urin)5)Monitor tanda tanda vital (Tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi)6)Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian7)Kolaborasi pemberian cairan IV8)Monitor status nutrisi9)Berikan cairan10)Berikan biuretik sesuai interuksi11)Berikan cairan IV pada suhu ruangan12)Dorong masukan oral13)Berikan penggantian nesogatrik sesuai output14)Dorong keluarga untuk membantu pasien makan15)Tawarkan snack (jus buah, buah segar)16)Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk17)Atur kemungkinan transfuse18)Persiapan untuk transfuseb.Kelebihan Volume CairanTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah Kelebihan Volume Cairan dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:1)Terbebas dari edema, efusi, anaskara2)Bunyi nafas bersih tidak ada dyspnea/ortopnea3)Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)4)Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru output, jaringan dan vital sign dalam batas normal5)Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan6)Menjelaskan indicator kelebihan cairanIntervensi :1)Timbang popok/pembalut jika diperlukan2)Pertahankan catatn intake dan output yang akurat3)Pasang urin kateter jika diperlukan4)Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan5)Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP dan PCWP6)Monitor tanda tanda vital (Tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi)7)Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan8)Kaji lokasi dan luas edema9)Monitor masukan makanan/cairan dan intake kalori harian10)Berikan biuretik sesuai interuksi11)Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi serum Na < 136 m Eq/112)Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk13)Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi14)Monitor berat badan15)Monitor BR, HR dan RR16)Monitor tekanan darah17)Monitor tanda dan gejala dari edema18)Berikan obat yang dapat meningkatkan output urin

BAB IIITINJAUAN KASUSA.PengkajianDilakukan pengkajian selama 30 menit pada tanggal 17 Juli 2013 di Ruang An-Nuur RSI Fatimah Cilacap. Pengkajian dilakukan oleh saya pada pukul 11:00 WIB saat pada shift pagi dan dari pengkajian mendapatkan data sebagai berikut.

1.Identitas Diri KlienPada data biografi didapat pengkajian pada tanggal 17 juli 2013 di ruang An-Nuur. Pasien bernama Ny.L umur 55 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah menikah dan memiliki 3 anak, agama Islam, pendidikan terakhir pasien Perguruan Tinggi dan tinggal di kota Cilacap. Pasien sebagai guru SD dan lama bekerja pasien sudah 35 tahun.Pasien juga mengatakan biaya perawatan di Rumah Sakit ditanggung oleh suaminya Tn.S berumur 60 tahun yang tinggal bersamanya di Cilacap.

2.Riwayat PenyakitKlien mengatakan datang ke Rumah Sakit dengan keluhan BAB lebih dari 4 kali, tiba-tiba badan menggigil, dan merasa badannya lemas. Klien juga mengatakan nyeri perut serta klien juga pernah menderita asam lambung, usus melilit dan gejala lever.Namun sebelumnya klien tidak pernah mengalami sakit diare dan klien mengatakan keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit liver.Dengan mengkaji nyeri secara komprehensif yaitu P: pasien mengatakan nyeri bertambah bila beraktifitas, Q: pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk tusuk, R: pasien mengatakan nyeri di bagian perut (hampir menyeluruh), S: skala yang dirasakan 3, T: nyeri muncul secara terus menerus.Dengan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Laboratorium. Tindakan yang telah dilakukan adalah infusRL20tpm + ampul antrain, injeksi antrain ampul IV, injeksi ranitidin, dan injeksi cofetoxim.Pada pemeriksaan abdomen didapatkan pasien ada nyeri tekan di perut kiri atas, saat diauskultasi terdengar bising usus sebanyak 15 kali permenit.3.Pengkajian Fungsional GordonPada pengkajian pola eliminasi didapatkan data bahwa sebelum sakit BAB dan BAK lancar tetapi selama sakit BAB 4x sehari dan konsistensinya cair dan berlendir serta BAK tidak lancar, warna kuning keruh dan bau khas. Berat badan pasien 55 kg.Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data bahwa sebelum sakit semua aktivitas seperti makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah dan ambulasi dilakukan secara mandiri. Tetapi selama sakit semua aktivitas dibantu orang lain (keluarga dan perawat).Setelah dilakukan pengkajian pola fungsi kesehatan didapatkan data. Pola istirahat dan tidur klien mengatakan susah tidur karena suasana pengunjung yang ramai. Pasien biasa tidur 7 jam tetapi saat sakit pasien hanya bisa tidur 4 jam saja. Pola mekanisme koping stress pasien mengatakan tidak khawatir dan cemas akan sakitnya, namun ketika dilakukan pengkajian klien sedikit mengetahui sakit yang dideritanya.

4.Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik Ny.L didapatkan hasil kesadaran umum compos mentis dan TD : 110/70 mmHg, N : 80x/ menit, RR : 24x/ menit, S : 371C. Di pemeriksaan fisik kepala rambut lurus kering dan beruban, tidak ada lesi tidak ada benjolan. Mata pasien simetris, conjungtiva pasien tidak anemis, mata pasien kotor . Hidung pasien tidak ada polip, simetris, tidak ada secret atau lendir. Telinga pasien simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pada pendengaran pasien dan bersih. Mulut pasien tidak ada stomatitis dan gigi kuning. Leher pasien tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.Dibagian payudara bentuk simetris, tidak ada benjolan dan lesi. Sedangkan pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi simetris, auskultasi terdapat nyeri tekan di bagian perut kiri atas, palpasi tidak ada distensi abdomen, perkusi terdapat bising usus 18x/menit. Pada pemeriksaan genitalia tidak ada benjolan, warna sesuai dengan warna kulit dan tidak terpasang dower cateter. Pada pemeriksaan punggung didapatkan tidak terdapat lesi, bentuk simetris dan fokal fremitus normal.

5.Program TheraphyProgram theraphy yang diberikan dokter pada tanggal 17 Juli 2013 yaitu:a.Infus RL 20tpm + ampul antrainb.Injeksi antrain ampul IVc.Injeksi ranitidind.Injeksi cofetoxim

6.Hasil Pemeriksaan PenunjangPada pemerikasaan laboratorium didapatkan hasil Hemoglobin 11,7(Nilai normal 12-16),trombosit98.000(Nilai normal150.000 400.000), SGOT 94 (Nilai Normal 0-31), SGPT 69 (Nilai Normal 0-32) dan asam urat 7,6 (Nilai Normal 2,4-5,7).

B.Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan1.Analisis DataTabel 1.0 Analisa Data Ny.L dengan Gangguan Cairan dan Elektrolit di RSI Fatimah Cilacap.NoDataEtiologiProblem

1Ds:Pasien mengatakan lemas.Do:mukosa bibir kering, mata cekung, dan turgor kulit lambat.Penghitungan Balance Cairan selama 24 jam:-Output:1.Muntah : 100cc2.BAB 4 kali : 200cc3.Urine 4 kali : 200cc-Input1.Infus RL : 500cc2.Minum : 1000cc3.A.m x BB : 275cc-IWL : 15 x 55 : 825cc-BC : input output IWL : 1775 500 825 : 450ccKehilangan aktif volume cairanDefisit volume cairan

2Ds: Pasien mengatakan BAB lebih dari 4 kali, cair dan berlendirDo: tampak lemas, pucat, dan akral dinginPeradangan

Diare

3Ds: pasien mengatakan nyeri-P : nyeri bertambah bila beraktifitas-Q : nyeri seperti tertusuk tusuk-R : di seluruh bagian perut-S : skala 3-T : terus menerusDo: tampak menahan nyeriAgen injury biologiNyeri akut

2.Diagnosa Keperawatana.Diagnosa Keperawatan yang muncul yaitu :1)Difisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif volume cairan ditandai dengan input sebanyak 1775cc, output sebanyak 500cc, dan IWL sebanyak 825cc. Jadi Balance Cairan sebesar 450cc.2)Diare berhubungan dengan peradangan ditandai dengan pasien mengatakan BAB lebih dari 4 kali, berlendir dan cair. Dengan data objektif yaitu kram perut atau sakit perut, akral dingin, dan tampak pucat.3)Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi ditandai dengan pasien mengatakan nyeriP : nyeri bertambah bila beraktifitasQ : nyeri seperti tertusuk tusukR : di bagian perut hampir menyeluruhS : skala 3T : terus menerusDengan data objektif yaitu tampak menahan nyeri.b.Prioritas Diagnosa Keperawatan1)Difisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif volume cairan ditandai dengan input sebanyak 1775cc, output sebanyak 500cc, dan IWL sebanyak 825cc. Jadi Balance Cairan sebesar 450cc.2)Diare berhubungan dengan peradangan ditandai dengan pasien mengatakan BAB lebih dari 4 kali, berlendir dan cair. Dengan data objektif yaitu kram perut atau sakit perut, akral dingin, dan tampak pucat.3)Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi ditandai dengan pasien mengatakan nyeriP : nyeri bertambah bila beraktifitasQ : nyeri seperti tertusuk tusukR : di bagian perut hampir menyeluruhS : skala 3T : terus menerusDengan data objektif yaitu tampak menahan nyeri.C.Intervensi, Implementasi, dan EvaluasiIntervensia.Diagnosa Keperawatan 1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kebutuhan cairan adekuat. Kriteria Hasil:IndikatorIRER

1.Tidak ada tanda dehidrasi24

2.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal24

Intervensi1)Monitor tekanan darah, suhu, nadi, dan tekanan darah.Rasional : mengetahui kondisi pasien.2)Kolaborasi pemberian cairan IV.Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan.3)Monitor masukkan makanan.Rasional : memantau kebutuhan nutrisi klien.4)Dorong keluarga untuk memantau pasien makan.Rasional : agar kebutuhan nutrisiterpenuhi dengan baik.5)Kolaborasi dengan dokter.Rasional : mempercepat proses penyembuhan.

b.Diagnosa Keperawatan 2Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah eliminasi dalam rentang normal. Kriteria Hasil:IndikatorIRER

1.Tidak mengalami diare25

2.Feses terbentuk25

Intervensi1)Monitor tanda dan gejala diare.Rasional : mengetahui kondisi pasien.2)Observasi turgor kulit secara rutin.Rasional : mengetahui diare berat atau ringan.3)Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.Rasional : mengurangi frekuensi diare.4)Intruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, konsistensi, dan frekuensi dari feses.Rasional : mengetahui perkembangan pasien.5)Lakukan WWZ (warm water zack)bila perlu.Rasional : WWZ (buli buli) untuk merangsang gerakan peristaltik, pasien yang mengalami diare akan muncul nyeri pada perut.c.Diagnosa Keperawatan 3Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan tidak ada nyeri. Kriteria hasil:IndikatorIRER

1. Melaporkan adanya nyeri24

2. Frekuensi nyeri24

3. Ekspresi nyeri pada wajah24

Intervensi1)Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.Rasional : mengetahui kondisi pasien.2)Ajarkan tentang teknik non farmakologi.Rasional : seperti menggunakan wwz untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri pada pasien diare.3)Berikan analgetik.Rasional : untuk mengurangi nyeri.4)Bedrest.Rasional : meningkatkan sirkulasi.5)Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.Rasional : mengetahui kondisi nyeri pasien.

Implementasi hari ke 1 (Satu).Rabu, 17 Juli 2013.a.Diagnosa Keperawatan 1.Pukul 11:00 WIB memberikan cairan melalui intravena.Respon klien : pasien mengatakan muntah satu kali dan pasien tampak lemasb.Diagnosa Keperawatan 2.Pukul 10.00 mengkaji tanda dan gejala diare.Respon klien : pasien mengatakan diare lebih dari 4 kali dan pasien tampak lemas.

Evaluasihari ke 1 (satu).Rabu, 17 Juli 2013.a.Diagnosa Keperawatan 1S:Pasien mengatakan muntah satu kali.O:tampak lemas, dan mata cekung.A: Masalah kebutuhan cairan belum teratasi,IndikatorIRER

1.Tidak ada tanda dehidrasi24

2.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal24

P : lanjutkan intervensi : Monitor tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan.

b.diagnosa Keperawatan 2S : pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.O : pasien tampak lemas.A : masalah diare sudah teratasiIndikatorIRER

1.Tidak mengalami diare55

2.Feses terbentuk45

P : Hentikan intervensi

Implementasi hari ke 2 (Dua).Kamis, 18 Juli 2013.a.Diagnosa Keperawatan 3Pukul 10:30 WIB melakukan WWZ (buli buli) untuk mengurangi nyeriRespon klien : pasien mengatakan nyeri pada perut dan pasien mengatakan nyaman saat di WWZ.

Evaluasihari ke 2 (Dua).Kamis, 18 Juli 2013.a.Diagnosa Keperawatan 3S: Pasien mengatakan masih nyeri- P : nyeri bertambah jika beraktivitas- Q : seperti tertusuk tusuk- R : nyeri di perut hampir menyeluruh- S : skala 2- T : terus menerusO : tampak menahan nyeriA : Masalah nyeri belum teratasi,IndikatorIRER

1. Melaporkan adanya nyeri

2. Frekuensi nyeri

3. Ekspresi nyeri pada wajah

P : Hentikan intervensi pasien boleh pulang seijin dokter.

BAB IVPEMBAHASANA.Pengkajian1.Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 2 hari, penulis akan membahas masalah keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan. Pengumpulan data pada saat pengkajian Pasien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem pencernaan : diare yang berhubungan dengan kekurangan volume cairan.2.Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem pencernaan maupun dengan penyakit sistem lainnya. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari Pasien atau keluarga sebagai data subyektif.

B.Diagnosa Keperawatan1.Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata yang sesuai dengan teori yaitu :a.Defisit kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan aktif volume cairan.2.Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada dikonsep teori yaitu :a.Diare berhubungan dengan peradanganb.Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologi3.Tidak semua diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata tetapi tidak ada dikonsep teori.

BAB VPENUTUP

A.Kekuatan dan Kelemahan1.Kekuatan Saat Mengelola KasusPada pengelolaan kasus dengan masalahcairan dan elektrolitPasien dan keluarga Pasien kooperatif dalam proses penyembuhan dan memberikan data yang aktual tentang keadaan Pasien.2.Kelemahan Saat Mengelola KasusDalam melakukan tindakan keperawatan hanya memprioritaskan tindakan, seperti memberikan terapi cairan melalui infus atau oral, terapi obat, mengajarkan tentang teknik non farmakologi serta memberikan injeksi antibiotik.

B.Saran1.Saran untuk perawata.Hendaklah bersabar dalam mengadapi Pasien.b.Hendaklah dalam memberi asuhan keperawatan itu sama tanpa membedakan status.c.Hendaklah menghargai mahasiswa praktekan.2.Saran untuk teman sejawat dan profesia.Kerja sama adalah hal yang penting dalam kita memberikan asuhan keperawatan yang professional dalam mempercepat proses penyembuhan klien.b.Berkolaborasi akan memaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan.c.Menambah pengetahuan karena ilmu pengetahuan akan berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz. 2012.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta: Salemba MedikaCarpenito, Lynda Juall. (2006).Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa I Made Kariasa. Edisi 10.Jakarta : EGC.Kusuma, Hardhi.2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media HardyNANDA. 2012.Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media HardyPotter, Anne G. 2010.Fundamental Keperawatan, edisi 7 buku 3. Salemba Medika: Jakarta.