uji aktivitas penangkapan radikal … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. semua...

111
i UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSIL OLEH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK ALGA COKLAT Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh DENGAN METODE DEOKSIRIBOSA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Lina NIM: 058114093 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Upload: duongngoc

Post on 18-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

i

UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSIL OLEH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK

ALGA COKLAT Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh DENGAN METODE DEOKSIRIBOSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Lina

NIM: 058114093

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Page 2: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

ii

UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSIL OLEH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK

ALGA COKLAT Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh DENGAN METODE DEOKSIRIBOSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Lina

NIM: 058114093

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Page 3: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

iii

Page 4: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

iv

Page 5: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

v

Jangan ingatkan diri pada ketakutan Anda, tetap ingatlah harapan dan impian Anda.

Jangan pikirkan frustasi Anda, tetapi pikirkan potensi yang belum Anda penuhi.

Jangan khawatirkan diri Anda sendiri dengan apa yang telah Anda coba tapi gagal,

tapi dengan apa yang masih mungkin Anda lakukan (Paus Yohanes XXIII).

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus, sumber segala kasih karunia sekarang dan selamanya!!

Papa,Mama,Koko dan semua keluarga ku,

Teman-temanku

Almamaterku

Page 6: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

vi

Page 7: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

vii

PRAKATA

Syukur kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus atas rahmat-Nya yang besar

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetat

Ekstrak Metanolik Alga Coklat Sargassum hystrix v. Buxifolium (Chauvin) J. Agardh

dengan Metode Deoksiribosa”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) pada Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak berupa material, bimbingan, dorongan, nasehat maupun sarana dan

prasarana. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dra. Nora Iska H., M.Si., Apt. selaku dosen pengampu proyek atas segala

bantuan material dan pengarahan yang telah diberikan.

3. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dan saran dari awal hingga teselesaikannya

skripsi.

4. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi

Page 8: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

viii

5. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penyusunan skripsi

6. Ign.Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. atas waktu yang diberikan untuk

membimbing penulis saat mengalami kesulitan dalam penelitian.

7. Dr. Sabikis, Apt. sebagai guru yang memberikan banyak ilmu tentang

reaksi-reaksi kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit.

8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis

menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.

9. Papa, mama, koko, tante dan semua keluarga yang telah memberikan

dukungan material maupun spiritual selama kehidupan penulis.

10. Felisia sebagai rekan kerja dalam penelitian, Siska, Alfa, dan Nia atas

waktu, kesabaran, dan dukungan yang diberikan dalam suka dan duka.

11. Teman-teman kos “Zusi Arib”, Mbak Mitha, Mbak Ntrie, Mbak Cici,

Mbak Evi, Madum, Kasis, Thea, Ina, Mukti, Pipi, Iles, Dona dan Jela atas

kebersamaan selama ini.

12. Teman-teman kelas B, khususnya Melda, Lise dan Lina Boy atas

persahabatan yang terjalin saat perkuliahan.

13. Teman-teman kelompok praktikum E, khususnya Rias, Yoke, Eva, Ong,

Rio, Ilon, dan Tyas atas kekompakan dan kerja sama selama perkuliahan

dan praktikum.

Page 9: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

ix

14. Pak Parlan, Pak Prapto dan segenap staf karyawan serta laboran atas

segala bantuan dan kerja samanya selama penulis menempuh perkuliahan

dan melakukan penelitian.

15. Rekan-rekan seperjuangan laboratorium, Ko Robby, Fian, Yoyok, David,

Adryan, Happy atas keceriaan yang diberikan saat penelitian berlangsung.

16. Semua pihak dan teman-teman yang telah memberikan bantuan dan

dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Atas keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunannya, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta perkembangan ilmu

pengetahuan.

Yogyakarta, November 2008

Penulis

Page 10: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………..………….………......................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………....……................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………..….………............................v

PRAKATA.................................................................................................................. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL…................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR....................................................................………...………....xv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xvi

INTISARI................................................................................................................. xvii

ABSTRACT.............................................................................................................. xviii

BAB I PENGANTAR.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah........................................................................................... 3

C. Keaslian Karya................................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5

1. Manfaat teoritis ............................................................................................ 5

2. Manfaat metodologis.................................................................................... 5

Page 11: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xi

3. Manfaat praktis ............................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6

1. Tujuan umum ............................................................................................... 6

2. Tujuan khusus .............................................................................................. 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................................... 7

A. Alga Coklat Sargassum hystrix v. Buxifolium (Chauvin) J. Agardh ................ 7

B. Polifenol Florotannin ........................................................................................ 8

1. Struktur polifenol florotannin………………………………………………8

2. Kelarutan florotannin……………………………………………………….9

3. Sifat antioksidan polifenol florotannin........................................................11

C. Antioksidan. .................................................................................................... 13

1. Pengertian antioksidan…………………………………………………….13

2. Jenis antioksidan……………………………………………………….....13

3. Mekanisme penangkapan radikal bebas…………………………………..14

4. Manfaat antioksidan……………………………………………………….15

D. Penyarian ........................................................................................................ 15

E. Radikal Hidroksil ............................................................................................ 19

1. Pengertian radikal hidroksil……………………………………………….19

2. Pembentukan radikal hidroksil……………………………………………20

3. Metode untuk mendeteksi radikal hidroksil………………………………21

F. Metode Deoksiribosa …….……………….………….……………………… 22

Page 12: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xii

G. Spektrofotometri Visibel.................................................................................. 24

H. Landasan Teori ............................................................................................... 28

I. Hipotesis …………………………………….……..………………………… 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................30

A. Jenis Rancangan Penelitian.............................................................................. 30

B. Variabel Penelitian ......................................................................................... 30

C. Definisi Operasional ....................................................................................... 31

D. Bahan-bahan Penelitian .................................................................................. 32

E. Alat-alat Penelitian........................................................................................... 32

F. Tata Cara Penelitian ........................................................................................ 33

1. Preparasi Sampel Alga Coklat Sargassum hystrix v. Buxifolium (Chauvin)

J. Agardh………………………..……….……….……………………….33

a. Pembuatan serbuk sampel alga coklat ……...……………....………… 33

b. Penetapan kadar air dalam serbuk alga coklat ……………………...... 33

2. Isolasi Crude Florotannin dari Serbuk Alga Coklat Sargassum hystrix v.

Buxifolium (Chauvin) J. Agardh................................................................. 33

a. Pembuatan ekstrak metanol alga coklat …..…………………..…........ 33

b. Fraksinasi ekstrak metanol alga coklat …….....…………...………….. 34

3. Uji Kualitatif Senyawa Fenolik.................................................................. 34

4. Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil dengan Metode

Deoksiribosa……………………………………………………………... 36

Page 13: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xiii

a. Persiapan ................................................................................................ 36

b. Pengujian dengan metode deoksiribosa ….…..............………….....… 38

G. Analisis Data …………………………………..…………………………..... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 41

A. Persiapan Sampel Alga Coklat Sargassum hystrix v. Buxifolium (Chauvin) J.

Agardh.............................................................................................................. 41

B. Isolasi Crude Florotannin dari serbuk Alga Coklat Sargassum hystrix ……. 45

C. Uji Kualitatif Senyawa Fenolik ……………………………………….......… 47

D. Penentuan Operating Time.............................................................................. 48

E. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) ........................................ 51

F . Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetat.............53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 60

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 60

B. Saran................................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 61

LAMPIRAN............................................................................................................... 69

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................... 93

Page 14: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Spektrum warna pada daerah visibel..............................................................25

Tabel II. Hasil penetapan kadar air dalam serbuk alga coklat.....................................44

Tabel III. Penurunan absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan tanin..... 53

Tabel IV. Persen scavenging dan ES50 senyawa standar tanin................................... 54

Tabel V. Absorbansi MDA-TBA pada berbagai penambahan konsentrasi fraksi etil

asetat……………………………………………………………………… 55

Tabel VI. Tabel hasil uji statistik perbandingan aktivitas fraksi dan kontrol

negatif…………………………………………………………………….56

Page 15: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur floroglusinol dan florotannin…………….……..…….....……10

Gambar 2. Struktur kimia difloretohidroksikarmalol............................................... 12

Gambar 3. Reaksi pembentukan radikal hidroksil.................................................... 20

Gambar 4. Struktur gula deoksiribosa ..................................................................... 22

Gambar 5. Pembentukan MDA dari 2-deoksiribosa yang diserang radikal hidroksil

dengan adanya O2……..……………………………………………………………………...….... 23

Gambar 6. Struktur malonaldehid….………….............……..…………………..... 23

Gambar 7. Diagram spektrofotometer visibel .......................................................... 27

Gambar 8. Reaksi oksidasi monofenol dan difenol oleh polifenol oksidase............ 43

Gambar 9. Kurva penetapan operating time kromogen MDA-TBA........................ 49

Gambar 10. Reaksi pembentukan enol pada TBA.………….……………..…….... 50

Gambar 11. Usulan reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA.........………….... 50

Gambar 12. Struktur kromogen MDA-TBA …..…….……………...……….……. 51

Gambar 13. Kurva scanning panjang gelombang maksimum kromogen MDA-

TBA………………………………………………………………….. 52

Gambar 14. Grafik konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml) vs absorbansi rata-rata

kromogen MDA-TBA ………………......…………………………... 55

Gambar 15. Reaksi prooksidan pada senyawa fenolik……………………………. 58

Page 16: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Data penetapan kadar air dengan Moisture Balance…..……................. 69

Lampiran II. Data perhitungan konsentrasi reagen dan fraksi etil asetat…...……..... 71

Lampiran III. Perhitungan konsentrasi deoksiribosa pada penetapan panjang

gelombang maksimum……………………...…………...………….. 78

Lampiran IV. Uji penangkapan radikal hidroksil………………………..………..... 79

Lampiran V. Foto fraksinasi ekstrak metanol alga coklat.…………......................... 91

Lampiran VI. Foto fraksi etil asetat............................................................................ 91

Lampiran VII. Hasil uji kualitatif florotannin ........................................................... 92

Page 17: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xvii

INTISARI

Radikal hidroksil merupakan radikal oksigen sangat reaktif yang potensial menyebabkan kerusakan oksidatif biologis dan terlibat sebagai faktor patogenik berbagai penyakit. Polifenol florotannin dalam alga coklat diketahui sebagai antioksidan yang potensial mencegah kerusakan oksidatif melalui penangkapan radikal bebas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya dan nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil fraksi etil asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. Buxifolium (Chauvin) J. Agardh dengan metode deoksiribosa. Aktivitas penangkapan radikal hidroksil dinyatakan dalam % penangkapan (% scavenging) dan effective scavenging 50 (ES50).

Metode deoksiribosa menggunakan reagen Fenton untuk menghasilkan radikal hidroksil, deoksiribosa sebagai makromolekul terdegradasi, asam trikloroasetat (TCA) dan asam tiobarbiturat (TBA) untuk membentuk suatu kromogen berwarna pink yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm. Analisis data digunakan regresi linier dengan sumbu x sebagai konsentrasi fraksi etil asetat dan sumbu y sebagai % scavenging. ES50 merupakan konsentrasi fraksi etil asetat yang memiliki % scavenging senilai 50%.

Hasil penelitian menunjukkan fraksi etil asetat tidak memiliki aktivitas penangkapan radikal hidroksil pada konsentrasi 0,02 mg/ml tetapi aktivitas prooksidan pada konsentrasi 0,03 mg/ml atau lebih. Hilangnya aktivitas antioksidan disebabkan polifenol florotanin telah teroksidasi selama masa penyimpanan sehingga pengendalian stabilitas senyawa harus diperhatikan.

Kata kunci: radikal hidroksil, metode deoksiribosa, fraksi etil asetat.

Page 18: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

xviii

ABSTRACT

Hydroxyl radical is very reactive oxygen radical, potentially causes biological oxidative damages and known as pathogenic factors in several diseases. Polyphenol phlorotannin in brown algae is an antioxidant potentially prevents oxidative damages by free radicals scavenging activity.

The aim of this study is to recognize the existence and the value of radical hydroxyl scavenging activity of ethyl acetate fraction from methanolic extract of brown algae Sargassum hystrix v. Buxifolium (Chauvin) J. Agardh by deoxyribose method. The hydroxyl radicals scavenging activity is expressed in % scavenging and effective scavenging 50 (ES50).

The deoxyribose method uses Fenton’s reagent to produce hydroxyl radicals, deoxyribose sugar as the degraded macromolecules, trichloroacetic acid (TCA) and thiobarbituric acid (TBA) to form pink chromogen which absorbs at maximum wavelength at 532 nm. Data was analysed by linier regression with concentration of ethyl acetate fraction as x-axis and % scavenging as y-axis. ES50 is concentration of ethyl acetate fraction which has 50% scavenging activity.

Ethyl acetate fraction was found have no radical hydroxyl scavenging activity at concentration 0.02 mg/ml, but prooxidant activity at 0.03 mg/ml and more. Loss of activity was caused by polyphenol phlorotannin oxidated during storage, therefore stability control must be attented.

Key words: hydroxyl radicals, deoxyribose method, ethyl acetate fraction.

Page 19: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan metabolit fisiologis yang

terbentuk selama kehidupan aerobik sebagai hasil metabolisme oksigen. ROS

memiliki kategori yang luas, tidak hanya radikal oksigen seperti radikal anion

superoksida (O2·-), radikal hidroksil (OH·) atau nitro oksida (NO·), tetapi juga

beberapa derivat oksigen non radikal yang berbahaya seperti H2O2, dan anion

peroksinitrit (ONOO-) (Zusterzeel, 2001).

Diantara berbagai jenis ROS, radikal hidroksil merupakan radikal oksigen

yang paling reaktif, sangat potensial menimbulkan kerusakan oksidatif biologis dan

diketahui terlibat sebagai faktor patogenik dalam berbagai penyakit (Gutteridge dan

Halliwell, 1994). Kanker, arterosklerosis, dan arthritis merupakan penyakit-penyakit

yang disebabkan oleh kerusakan oksidatif (Gupta et al., 2007).

Antioksidan dapat mengatasi kerusakan oksidatif secara tidak langsung

dengan meningkatkan pertahanan alami sel (Aruoma, 1996; Schinella et al., 2002)

dan secara langsung dengan menangkap spesies radikal bebas (Liu dan Ng, 2000).

Penggunaan antioksidan alami mempunyai keuntungan, yaitu aman sehingga mudah

untuk diterima konsumen terutama jika komponen tersebut telah memenuhi GRAS

(Generally Recognized As Safe ) (Pokorny, 1991).

Page 20: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

2

Di tahun belakangan ini, beberapa spesies alga yang merupakan salah satu

material alami dilaporkan mampu mencegah kerusakan oksidatif sebagai scavanger

radikal bebas dan oksigen aktif, sehingga mencegah kemungkinan pembentukan sel

kanker. Polifenol dalam alga coklat yang disebut florotannin diketahui berperan

sebagai antioksidan yang potensial (Ragan dan Glombitza, 1986). Florotannin

merupakan senyawa polifenol yang tidak ditemukan pada tumbuhan terrestrial, tetapi

hanya pada tumbuhan alga khususnya alga coklat (Burtin, 2003). Luas laut Indonesia

yang besar, sebaran yang melimpah dan kemampuan reproduksi yang besar

menjadikan alga coklat sangat potensial untuk dimanfaatkan.

Mengacu pada penelitian Stephanie (2007), alga Sargassum hystrix v.

buxifolium (Chauvin) J. Agardh diketahui mengandung polifenol florotannin dengan

kadar 5,7 ± 0,54 mg PE/g fraksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lebih lanjut

mengenai potensi polifenol tersebut sebagai antioksidan. Penelitian ini telah

dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode deoksiribosa, yaitu

pengukuran aktivitas antioksidan polifenol berdasarkan kemampuannya dalam

menangkap radikal hidroksil. Nilai kemampuan penangkapan radikal hidroksil oleh

fraksi dinyatakan sebagai persen scavenging dan juga effective scavenging 50 (ES50)

yaitu kemampuan penangkapan radikal hidroksil senilai 50%.

Metode deoksiribosa merupakan metode yang sederhana (simple test-tube

method) (Halliwel dan Gutteridge, 1988), memiliki sensitivitas tinggi, tidak

memerlukan alat yang canggih dalam analisisnya (Halliwell dan Grootveld, 1988 cit

Conte, 1996) serta memiliki tingkat validitas yang baik (Purwantoko, 2006). Metode

Page 21: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

3

ini telah digunakan secara luas untuk pengujian radikal bebas. Prinsip metode ini

berdasarkan pemecahan oksidatif 2-deoksiribosa oleh senyawa radikal hidroksil

(Halliwell dan Grootveld, 1988 cit Conte, 1996) yang dihasilkan dari reagen Fenton.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah difokuskan sebagai berikut :

1. Apakah fraksi etil asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v.

buxifolium (Chauvin) J. Agardh memiliki aktivitas penangkapan radikal

hidroksil dengan metode deoksiribosa yang dinyatakan dengan persen

scavenging ?

2. Berapakah nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat

ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J.

Agardh dengan metode deoksiribosa yang dinyatakan sebagai effective

scavenging 50 (ES50) ?

C. Keaslian Karya

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang uji penangkapan radikal

hidroksil dengan metode deoksiribosa pernah dilakukan oleh:

1. Purwantoko (2006) dengan judul “Validasi Metode Deoksiribosa sebagai Uji

Penangkapan Radikal Hidroksil oleh vitamin C secara In Vitro”

Page 22: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

4

2. Setyawati (2006) dengan judul “Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh

Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air Ekstrak Teh Hitam dengan Metode

Deoksiribosa”

3. Kuntari (2007) dengan judul “ Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil

oleh Ekstrak Etanol Teh Hijau dan Teh Hitam dengan Metode Deoksiribosa.

Penelitian tentang potensi antioksidan alga coklat pernah dilakukan oleh:

1. Ahn et al. (2007) dengan judul “ Antioxidant Activities of Phlorotannins

Purified from Ecklonia cava on Free Radical Scavenging Using ESR and

H2O2-Mediated DNA Damage”. Penelitian menggunakan spesies alga coklat

yang berbeda yaitu Ecklonia cava dan metode Electron Spin Resonance untuk

mendeteksi radikal hidroksil.

2. Heo et al. (2006) dengan judul “ Identification of Chemical Structure and Free

Radical Scavenging Activity of Diphlorethohydroxycarmalol Isolated from a

Brown Alga, Ishige okamurae”. Penelitian menguji aktivitas isolat florotannin

difloretohidroksikarmalol dari spesies alga coklat yang berbeda yaitu Ishige

okamurae menggunakan metode Electron Spin Resonance untuk mendeteksi

radikal hidroksil.

3. Patra et al. (2008) dengan judul “Evaluation of Antioxidant and Antimicrobial

Activity of Seaweed (Sargassum sp) Extract: A Study on Inhibition of

Glutathione-S-Transferase Activity”. Penelitian menggunakan ekstrak

metanol alga coklat Sargassum sp untuk uji aktivitas penangkapan radikal

hidroksil dengan metode deoksiribosa.

Page 23: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

5

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa pada penelitian ini

akan dilakukan uji penangkapan radikal hidroksil menggunakan metode deoksiribosa

pada fraksi etil asetat ekstrak metanolik spesies alga coklat yang berbeda, yaitu

Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Mengetahui aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil

asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium

(Chauvin) J. Agardh yang dinyatakan sebagai persen scavenging dan

effective scavenging 50 (ES50).

2. Manfaat metodologis

Penelitian ini dapat dijadikan acuan penggunaan metode

deoksiribosa pada uji daya antioksidan.

3. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberi informasi tentang daya antioksidan alga

Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh, sehingga bisa

dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pemeliharaan kesehatan

manusia.

Page 24: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

6

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menguji daya antioksidan fraksi

etil asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium

(Chauvin) J. Agardh dengan metode deoksiribosa.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui adanya aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi

etil asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v.

buxifolium (Chauvin) J. Agardh yang dinyatakan dengan persen

scavenging.

b. Mengetahui nilai aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi

etil asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v.

buxifolium (Chauvin) J. Agardh yang dinyatakan sebagai effective

scavenging 50 (ES50).

Page 25: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Alga Coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh Alga Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum termasuk dalam

kelas Phaeophyceae. Habitat alga Sargassum tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5-

10 m ada arus dan ombak. Alga Sargassum tumbuh berumpun dengan untaian

cabang-cabang. Pertumbuhan alga ini sebagai makro alga melekat pada substrat dasar

perairan. Di daerah tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang thalli utama

mencapai 0,5-3 m dan tiap-tiap percabangan terdapat gelembung udara berbentuk

bulat yang disebut “bladder”, berguna untuk menopang cabang-cabang thalli

terapung ke arah permukaan air untuk mendapatkan intensitas cahaya matahari (Kadi,

2007).

Ciri-ciri Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh adalah ukuran

tanaman sedang, tinggi sampai 5 dm, dengan beberapa cabang utama dan banyak

cabang lateral pendek tempat melekatnya daun, panjang daun mencapai 6 cm, lebar

1,5 cm, bentuk oval atau memanjang, tepi daun berbentuk serratus, mempunyai

beberapa stomata yang kebanyakan terletak pada bagian distal daun dan biasanya

steril (Taylor, 1972).

Kandungan bahan kimia utama dalam Sargassum sp adalah polisakarida

seperti alginat dan laminarin, iodin, protein, asam lemak, mikronutrien (vitamin E

Page 26: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

8

dan vitamin C), mineral, karotenoid (fucoxantin, β-caroten, violaxantin) serta

polifenol (tertinggi pada alga coklat) (Burtin, 2003).

B. Polifenol Florotannin

1. Struktur polifenol florotannin

Polifenol dalam alga coklat disebut florotannin dan diketahui berpotensi

sebagai antioksidan. Florotannin terbentuk dari polimerasi monomer floroglusinol

(1,3,5-trihidroksibenzen) dan disintesis melalui jalur asetat malonat dalam alga laut

(Ragan dan Glombitza, 1986). Senyawa florotannin memiliki struktur unik yang tidak

ditemukan dalam tanaman terrestrial (Shibata et al., 2003). Senyawa dengan rangka

dibenzo-1,4-dioksin ini memiliki bobot molekul rendah (300-800) dan struktur yang

rigid sehingga memungkinkan dalam berinteraksi kuat dengan berbagai molekul

biologis (Kang et al., 2003; Glombitza dan Gerstberger, 1985). Kandungan tertinggi

florotannin ditemukan dalam alga coklat, berkisar dari 5-15 % berat kering (Ragan

dan Craigie, 1973; McInnes et al., 1984; Glombitza dan Keusgen, 1995).

Florotannin adalah dehidro-oligomer dan dehidropolimer floroglusinol yang

strukturnya sudah terelusidasi lebih dari 150 senyawa (Ragan dan Glombitza, 1986).

Unit-unit monomer terhubung melalui ikatan aril-aril dan ikatan diaril eter

membentuk berbagai kelompok florotannin yang berbeda (Glombitza dan Pauli,

2003). Ketika cincin aromatis terhubung hanya melalui ikatan aril-aril, terbentuklah

kelompok fucol (Gambar 1, ii). Floretol terbentuk hanya melalui ikatan aril eter

Page 27: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

9

(Gambar 1, iii). Fuhalol terdiri dari unit floroglusinol yang dihubungkan dengan

ikatan eter pada posisi para dan orto serta satu tambahan gugus –OH di setiap cincin

ketiga (Gambar 1, v). Ketika ada satu atau tiga cincin dengan komponen

dibenzodioksin yang tersubstitusi gugus fenoksil pada C-4, kelompok ini dinamakan

eckol (Gambar 1, vii). Endofucofloretol (Gambar 1, iv) and isofuhalol (Gambar 1, vi)

merupakan kelompok kecil, khusus dan jarang ditemukan (Koivikko, 2008).

2. Kelarutan polifenol

Senyawa fenolik umumnya paling larut dalam cairan penyari yang kurang

polar daripada air. Pemilihan pelarut yang disarankan adalah campuran air dan

metanol, etanol atau aseton (Waterman dan Mole, 1994). Menurut Koivikko et al.

(2005), kelarutan florotannin paling besar adalah di larutan 70% aseton dalam air,

sedangkan pada penelitian yang dilakukan Nagayama et al. (2002), isolasi florotannin

dari alga coklat diawali dengan ekstraksi 800 g alga coklat menggunakan metanol

2400 ml dan dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan metanol (240 ml),

kloroform (480 ml) dan akuades (180 ml). Fase metanol-akuades kemudian

diekstraksi dua kali menggunakan etil asetat (300 ml). Fraksi etil asetat inilah yang

diketahui mengandung florotannin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Heo et al.

(2006) dan Ham et al. (2007), isolat murni florotannin juga terdapat pada fraksi etil

asetat.

Page 28: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

10

(i) (v )

(ii) (vi)

(iii) (vii)

(iv)

Gambar 1. Struktur floroglusinol (i) dan florotannin [tetrafucol A (ii), tetrafloretol B (iii), fucodiflorethol A (iv), tetrafuhalol A (v), tetraisofuhalol (vi), phlorofucofuroeckol (vii)] (Ragan dan Glombitza, 1986).

Page 29: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

11

3. Sifat antioksidan polifenol florotannin

Florotannin dalam alga coklat (Phaeophyta) tersimpan dalam vesikel dalam

sel (Ragan dan Glombitza 1986; Schoenwaelder dan Clayton, 2000). Florotannin

memiliki peran yang penting dalam konstruksi dinding sel alga coklat

(Schoenwaelder dan Clayton, 1998) dan seperti tanin dalam tanaman vaskular,

mereka mempunyai kemampuan dalam mempresipitasikan protein dan menyerap

radiasi UV. Terlebih lagi, senyawa ini merupakan polifenol yang memiliki sifat

antioksidan yang kuat (Shin et al., 2006). Kim et al. (2004) dan Kang et al. (2006)

melaporkan bahwa beberapa florotannin pada penelitian aktivitas antioksidan alga

coklat memperlihatkan efek inhibisi terhadap lipid peroksidasi dan efek sitoprotektif

terhadap stress oksidatif yang menginduksi kerusakan sel.

Mekanisme aksi polifenol sebagai antioksidan adalah melalui kemampuan

gugus fenol untuk menangkap radikal bebas dengan memberikan atom hidrogennya

melalui proses transfer elektron, sehingga fenol berubah menjadi radikal fenoksil

(Janeiro dan Brett, 2004). Sifat antioksidan polifenol meningkat sesuai dengan

reaktivitasnya sebagai donor elektron atau hidrogen dan kemampuannya dalam

mengkelat ion logam transisi (Rice-Evans et al., 1997) serta kemampuan radikal

derivat polifenol untuk menstabilkan dan mendelokalisasikan elektron tidak

berpasangan (fungsi pemutusan rangkaian reaksi).

Aktivitas antioksidan florotannin telah dilaporkan oleh Kang et al. (2003) dan

Nakamura et al. (1996). Park et al. (2005) menemukan bahwa Sargassum thunbergii

memiliki efek kuat sebagai penangkap radikal alkil dan Ahn et al. (2007)

Page 30: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

12

melaporkan bahwa salah satu oligomer florotannin, dieckol yang diisolasi dari

Ecklonia cava memiliki aktivitas penangkapan radikal alkil sebesar 90% pada

konsentrasi 50 μg/ml.

Pengujian aktivitas antioksidan alami dari alga laut juga dilakukan oleh Heo

et al. (2006) dengan menggunakan ekstrak metanolik alga coklat Ishige okamurae.

Aktivitas penangkapan radikal bebas yang poten ditemukan dalam fraksi etil asetat.

Fraksi ini mengandung senyawa-senyawa polifenol, dan antioksidan yang poten

terelusidasi sebagai salah satu jenis florotannin, difloretohidroksikarmalol (gambar 2)

melalui data spektroskopi resonansi magnet inti dan massa.

Difloretohidroksikarmalol ditemukan memiliki IC50 sebesar 114,80 µM pada uji

penangkapan radikal hidroksil.

HO

OH

O O

OHO

OH

OH

OH

O

HO

OH

OH

Gambar 2. Struktur kimia difloretohidroksikarmalol (Heo et al., 2006)

Page 31: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

13

C. Antioksidan

1. Pengertian antioksidan

Definisi antioksidan secara umum adalah senyawa yang melawan oksidasi

atau menghambat reaksi yang dipicu oleh oksigen atau peroksida. Kebanyakan

senyawa ini (misalnya tokoferol) digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk

(misalnya dalam lemak, minyak dan produk makanan untuk menunda ketengikan dan

perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, dalam karet untuk menunda oksidasi).

Pengertian antioksidan yang lebih relevan secara biologis ialah senyawa alami atau

sintetik yang ditambahkan ke dalam produk untuk mencegah atau menunda

kerusakan yang disebabkan oleh oksigen udara (Huang et al., 2005).

Menurut Halliwell (1994), antioksidan dapat didefinisikan sebagai senyawa

yang apabila dalam konsentrasi rendah berada bersama substrat yang dapat

teroksidasi, dapat menunda atau menghambat oksidasi senyawa tersebut.

2. Jenis antioksidan

Menurut mekanismenya, antioksidan dapat digolongkan menjadi 2 macam

yaitu:

a. Preventive antioxidant

Antioksidan preventif merupakan antioksidan yang menghambat

oksidasi dengan mengurangi kecepatan inisiasi. Dalam kebanyakan

produk hidroperoksida, oksidasi ROOH merupakan penyebab proses

inisiasi. Antioksidan preventif mengubah hidroperoksida menjadi produk

Page 32: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

14

molekul yang tidak potensial sebagai radikal bebas (Burton et al., 1985).

Beberapa enzim seperti glutation peroksidase dapat mengubah H2O2

menjadi H2O (Krishnaiah et al., 2007).

b. Chain breaking antioxidant

Antioksidan ini kebanyakan merupakan fenol dan amin aromatis,

bekerja dengan cara menangkap radikal peroksil (Krishnaiah et al., 2007).

Menurut sumbernya, antioksidan dapat digolongkan menjadi dua macam,

yaitu:

a. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang dibuat melalui

sintesis secara kimia, contohnya: BHA, BHT, PG dan TBHQ (Gulcin et

al., 2004).

b. Antioksidan alami

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diproduksi langsung

oleh tanaman, contohnya: senyawa polifenol flavonoid dan tanin (Gulcin

et al., 2004).

3. Mekanisme penangkapan radikal bebas

Secara garis besar, mekanisme penangkapan radikal bebas dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu secara enzimatik dan non-enzimatik. Enzim yang dapat

berperan sebagai antioksidan adalah superoksid dismutase (SOD), glutation

peroksidase, katalase, tioredoksin reduktase dan peroksiredoksin (Masella et al.,

Page 33: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

15

2005). Secara non-enzimatik, senyawa antioksidan bekerja melalui empat cara, yaitu

sebagai:

a. penangkap radikal bebas, misalnya vitamin C dan vitamin E.

b. pengkelat logam transisi, misalnya EDTA.

c. inhibitor enzim oksidatif, misalnya aspirin dan ibuprofen.

d. kofaktor enzim antioksidan, misalnya selenium sebagai kofaktor glutation

peroksidase (Huang et al., 2005).

4. Manfaat antioksidan

Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang

disebabkan radikal bebas dan ROS sehingga mencegah terjadinya berbagai macam

penyakit seperti jantung koroner (Ames, 1983; Harman, 1993; Finkel dan Holbrook,

2000), kanker serta penuaan dini (Velavan et al., 2006). Penambahan antioksidan ke

dalam formulasi makanan, juga efektif mengurangi oksidasi lemak yang

menyebabkan ketengikan, toksisitas dan destruksi biomolekul yang ada dalam

makanan (Decker, 1998).

D. Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang

tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian

Page 34: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

16

adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan

penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut.

1. Maserasi

Maserasi adalah ekstraksi suatu obat dengan pelarut melalui pengojogan dan

penggetaran selama berhari-hari pada temperatur ruangan (List dan Schmidt, 2000).

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel sehingga

zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif

di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar

(Anonim, 1986). Keuntungan maserasi adalah dapat diaplikasikan dalam sampel

dalam jumlah sedikit, atau dengan batch tertentu (List dan Schmidt, 2000), cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.

Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna

(Anonim, 1986).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk

simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi

sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,

cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan

cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.

Page 35: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

17

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang

terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga

meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler

tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi (Anonim,

1986).

3. Sokhletasi

Sokhletasi merupakan salah satu penyarian berkesinambungan menghasilkan

ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses penguapan. Alat yang digunakan disebut

sokhlet. Prinsipnya uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian

diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang

berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk

simplisia. Karena adanya sifon maka setelah cairan mencapai permukaan sifon,

seluruh cairan akan kembali ke labu. Keuntungan metode ini adalah cairan penyari

yang dibutuhkan lebih sedikit dan secara langsung hasil yang diperoleh lebih pekat,

serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni maka dapat menyari zat aktif

lebih banyak dan penyarian dapat diteruskan sesuai keperluan tanpa menambah

volume cairan penyari (Anonim, 1986).

Page 36: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

18

4. Infundasi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan dengan menyari simplisia

dengan air pada temperatur 900C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian

yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air

dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak

stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang

diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Cara ini sangat

sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional (Anonim, 1986).

5. Ekstraksi dengan corong pisah

Ekstraksi pelarut merupakan metode yang baik dan populer. Prinsip metode

ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua

pelarut yang tidak saling campur, seperti benzen dan karbon tertraklorida atau

kloroform (Khopkar, 1990).

Menurut hukum distribusi Nernst: Jika [X1] adalah konsentrasi zat terlarut

dalam fase 1 dan [X2] adalah konsentrasi zat terlarut dalam fase 2, maka pada

kesetimbangan, X1, X2 didapat:

KD = [X2] [X1]

dimana, KD = koefisien distribusi

Digunakan istilah perbandingan distribusi (D) dengan memperhitungkan

konsentrasi total zat di dalam kedua fase. Perbandingan distribusi dinyatakan sebagai

berikut:

Page 37: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

19

D = (Khopkar, 1990)

E. Radikal Hidroksil

1. Pengertian radikal hidroksil

Radikal bebas ialah spesies yang memiliki satu atau lebih elektron tidak

berpasangan pada orbitalnya. Contoh radikal bebas adalah superoksida (O2·-) dan

hidroksil (OH·) yang keduanya merupakan radikal oksigen, thiyl (RS·, radikal sulfur),

triklorometil (CCl3·, radikal karbon yang terbentuk oleh metabolisme CCl4 di hati)

dan nitro oksida (NO·). Radikal hidroksil merupakan radikal oksigen sangat reaktif

yang menyerang kebanyakan molekul biologis dengan abstraksi atom hidrogen.

Berikut ini salah satu mekanisme radikal hidroksil dalam menimbulkan peroksidasi

lipid (L-H) menjadi radikal lipid (L·) :

L-H + OH· H2O + L· (Halliwell dan Chirico, 1993)

Radikal hidroksil mampu mengoksidasi kebanyakan makromolekul termasuk

DNA, protein, lipid dan karbohidrat (Frank et al.,1989; Breen dan Murphy, 1995;

Dean et al., 1997). Kerusakan oksidatif DNA karena ROS dihipotesiskan memainkan

peranan penting dalam proses biologis seperti mutagenesis, penuaan, dan

karsinogenesis (Ames, 1983; Cerruti, 1984; von Sonntage, 1987).

Page 38: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

20

2. Pembentukan radikal hidroksil

Pembentukan radikal hidroksil dapat melalui 2 mekanisme, yaitu reaksi ion

logam transisi dengan H2O2 yang disebut reaksi Fenton dan reaksi fisi homolitik air

karena terpapar radiasi ionisasi (Halliwell dan Chirico, 1993).

Reaksi Fenton merupakan reaksi yang penting untuk menghasilkan radikal

hidroksil. Reaksinya disebut reaksi Harber-Weiss (Kehrer, 2000), seperti berikut:

Fe (II) + H2O2 →Fe (III) + ·OH + OH-

Besi merupakan katalis yang penting dalam reaksi redoks (Kanner et al.,

1988). Kombinasi antara H2O2 dan garam besi merupakan mekanisme utama dalam

menghasilkan radikal hidroksil yang sangat reaktif (Gutteridge et al., 1981; Kanner

et al., 1988; Halliwell dan Gutteridge, 1999). Reaksi ini juga menggunakan EDTA.

Pengkelatan Fe (II) oleh EDTA mencegah ion logam transisi untuk berikatan dengan

makromolekul yang dipelajari (Shcherbakova et al., 2006). Penambahan asam

askorbat dalam sistem reaksi meningkatkan kecepatan pembentukan ·OH dengan

mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga memperbanyak jumlah radikal hidroksil.

Reaksi terlihat pada gambar 3, terjadi saat inkubasi pada temperatur 370C (sesuai

dengan temperatur tubuh manusia) dengan pH 7,4 selama 30 menit.

Fe3+-EDTA O

OHHO

HO

OH

OFe2+-EDTA

O

OO

HO

OH

O

Fe2+ - EDTA + H2O2 Fe3+-EDTA + OH + OH

++

Gambar 3. Reaksi pembentukan radikal hidroksil (Yen et al., 1997)

Page 39: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

21

3. Metode untuk mendeteksi radikal hidroksil

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi radikal hidroksil,

yaitu:

a. Metode pemerangkapan salisilat

Prinsipnya terjadi hidroksilasi salisilat oleh radikal hidroksil

membentuk produk 2,3- dan 2,5- DHBA (dihydroxybenzoic acid) yang dapat

diukur menggunakan HPLC (Hashimoto et al., 2003).

b. Metode reaksi dengan dimetilsulfoksida (DMSO)

Metode ini melibatkan reaksi cepat antara radikal hidroksil dengan

DMSO menghasilkan radikal karbon (radikal metil), yang selanjutnya

bereaksi dengan fluorescamine yang terderivatisasi nitroksida untuk

menghasilkan produk stabil o-metilhidroksilamin. Produk o-

metilhidroksilamin dipisahkan dengan HPLC fase terbalik dan dikuantifikasi

secara fluorometri (Gutierrez, 2000).

c. Metode EPR (Electro Paramagnetic Resonance)\

Prinsipnya radikal hidroksil akan ditangkap oleh DMPO (5,5s-dimetil-

1-pirolina-1-oxida) menghasilkan produk radikal bebas lain yang

menyebabkan kenaikan garis kuartet pada EPR dengan rasio ketinggian

1:2:2:1 (Gutierrez, 2000).

Selain ketiga metode di atas, terdapat satu metode lagi yang bisa

mendeteksi radikal hidroksil yaitu metode deoksiribosa.

Page 40: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

22

F. Metode Deoksiribosa Metode deoksiribosa adalah metode yang sederhana, memiliki sensitivitas

tinggi dan tidak memerlukan alat yang canggih dalam analisisnya. Metode ini telah

digunakan secara luas untuk pengujian radikal bebas. Prinsip metode ini berdasarkan

pemecahan oksidatif 2-deoksiribosa (gambar 4) oleh senyawa radikal hidroksil

(Halliwell dan Grootveld, 1988 cit Conte, 1996).

O

CH2OH OH

HOH H

Gambar 4. Struktur gula deoksiribosa (Murray et al., 1997)

Radikal hidroksil yang terbentuk dari reaksi Fenton akan menyerang

deoksiribosa dan mendegradasinya menjadi fragmen-fragmen (Gupta et al., 2007).

Proses reaksi degradasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Radikal hidroksil akan

menyerang deoksiribosa dengan cara abstraksi (pemisahan) hidrogen pada atom C

dan membentuk suatu radikal deoksiribosa yang dengan adanya oksigen akan secara

cepat diubah menjadi radikal gula peroksil pada posisi atom C-4 (gambar 5).

Page 41: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

23

OH2C OH

HO

HO OHO

H2C OH

HO

HO O2

OH2C OH

HO

HO

OO

H2C OH

HO

HO

O

O2

OH2C OH

O

HO

OHO2HO2

H2O2

O2

OH2C OH

HO

HO

OO

CH2OHCO2H

O O

++

+

Gambar 5. Mekanisme pembentukan MDA dari atom karbon C-1, C-2,dan C-3 dari 2- deoksiribosa yang diserang radikal hidroksil dengan adanya O2 (Cheeseman et al., 1988)

Selanjutnya, radikal gula peroksil ini akan mengalami serangkaian reaksi yang

meliputi disproporsionasi, penataan ulang, dan pemecahan ikatan C – C sehingga

menghasilkan suatu produk karbonil yang disebut malonaldehid (MDA) (Halliwell

dan Gutteridge, 1999). MDA (gambar 6) terbentuk dari atom karbon C-1, C-2, dan C-

3 pada molekul deoksiribosa (Cheeseman et al., 1988).

O O

Gambar 6. Struktur Malonaldehid

Page 42: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

24

Adanya pemanasan dengan asam tiobarbiturat (TBA) pada pH rendah, maka

produk tersebut akan bereaksi membentuk kromogen berwarna pink yang dapat

diukur absorbansinya pada 532 nm. Kromogen ini berasal dari reaksi kopling antara

asam tiobarbiturat dengan malonaldehid (TBA-MDA). Reaksi kopling ini terjadi

antara dua molekul TBA dengan satu molekul MDA. Hasil degradasi deoksiribosa

dapat diinhibisi oleh penambahan scavenger ·OH (Halliwell dan Gutteridge, 1988).

G. Spektrofotometri Visibel

Setiap molekul analit memiliki kemampuan untuk menyerap gelombang

tertentu dari radiasi elektromagnetik. Dalam proses ini, energi radiasi untuk

sementara dipindahkan ke molekul sehingga intensitas radiasi akan berkurang (Skoog

et al., 1994).

Panjang gelombang daerah ultraviolet dan tampak yang diserap oleh molekul

bergantung pada mudahnya promosi elektron. Senyawa yang menyerap cahaya pada

daerah tampak (yakni senyawa berwarna) memiliki elektron yang lebih mudah

dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang ultraviolet

yang lebih pendek (Fessenden dan Fessenden, 1994).

Daerah visibel adalah sinar daerah panjang gelombang yang dapat dilihat oleh

mata manusia (cahaya tampak sebagai warna yang daerah spektrumnya terlihat pada

tabel 1), memanjang dari daerah UV dekat 380 nm sampai sekitar 780 nm (Christian,

2004).

Page 43: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

25

Suatu senyawa organik mampu menyerap radiasi elektromagnetik karena

mereka memiliki elektron valensi yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang

lebih tinggi. Absorpsi radiasi ultraviolet atau visibel oleh molekul atau atom M dapat

dijelaskan melalui dua tahap, yaitu eksitasi yang ditunjukkan dengan persamaan

berikut:

M + hv M*

Produk reaksi antara M dan foton hv adalah partikel yang secara elektronik

tereksitasi dengan simbol M*. Waktu tinggal partikel yang tereksitasi hanya sebentar

(108- 10-9 s) kemudian diakhiri dengan proses relaksasi. Proses ini melibatkan

perubahan energi eksitasi menjadi panas, yaitu:

M* M + panas (Skoog, 1985)

Tabel 1. Spektrum warna pada daerah visibel (Skoog et al., 1994)

Daerah panjang gelombang, nm

Warna yang diserap Warna komplementer (terlihat mata)

400-435 Ungu Kuning-hijau 435-480 Biru Kuning 480-490 Biru-hijau Orange 490-500 Hijau-biru Merah 500-560 Hijau Merah lembayung 560-580 Kuning-hijau Ungu 580-595 Kuning Biru 595-650 Orange Biru-hijau 650-750 Merah Hijau-biru

Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan

panjang gelombang radiasi:

ΔE = hv =

Page 44: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

26

Dengan: ΔE = energi yang diabsorpsi, dalam erg

h = tetapan Planck, 6,6 x 10-27 erg det

v = frekuensi, dalam Hz

c = kecepatan cahaya, 3 x 1010 cm/det

λ = panjang gelombang, dalam cm (Fessenden dan Fessenden,

1994

Menurut hukum Beer’s, absorbansi mempunyai hubungan yang linier dengan

konsentrasi absorban (c) dan tebal kuvet (b) yang dirumuskan sebagai berikut:

Dengan : A = Absorbansi;

P0 = Kekuatan radiasi yang datang

P = Kekuatan radiasi setelah melewati kuvet yang

mengandung analit

b = Tebal larutan (cm)

c = Konsentrasi (mol.Lt-1)

ε = Absorptivitas molar (Lt.mol-1.cm-1) (Skoog et al.,

1994)

Untuk absorptivitas molar, hubungan ε dengan parameternya, dirumuskan

sebagai berikut:

 

A = log (P0/P) = ε b c

ε = 8,7 x 1019 PA

Page 45: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

27

Dengan: P = probabilitas transisi elektron

A= luas daerah molekul target (cm2)

ε = Absorptivitas molar (Lt.mol-1.cm-1) (Skoog, 1985)

Instrumen yang digunakan untuk mempelajari absorpsi atau emisi radiasi

elektromagnetik sebagai fungsi panjang gelombang disebut spektrometer atau

spektrofotometer. Komponen yang esensial dalam spektrofotometer (gambar 7) yaitu:

(1) sumber radiasi energi, (2) sistem lensa, cermin dan celah yang memfokuskan

sinar, (3) monokromator yang mengubah radiasi menjadi beberapa panjang

gelombang, (4) wadah transparan untuk menampung sampel, (5) detektor radiasi

yang dihubungkan dengan recorder (Pescok et al., 1976).

Gambar 7. Diagram Spektrofotometer single beam

Page 46: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

28

H. Landasan Teori Radikal hidroksil merupakan jenis radikal bebas paling reaktif. Di dalam

tubuh manusia, radikal hidroksil dalam tubuh akan menyerang DNA sehingga

menyebabkan kerusakan biologis. Polifenol dalam fraksi etil asetat alga coklat yang

disebut florotannin, diketahui berperan sebagai antioksidan yang potensial sehingga

mampu mencegah kerusakan oksidatif sebagai scavanger radikal bebas.

Aktivitas penangkapan radikal hidroksil oleh fraksi etil asetat ekstrak

metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh dapat diuji

dengan metode deoksiribosa. Radikal hidroksil yang terbentuk dari reaksi Fenton

akan menyerang deoksiribosa sehingga menghasilkan produk tertentu

(malondialdehid). Adanya pemanasan dengan asam tiobarbiturat (TBA) pada pH

rendah menyebabkan reaksi kopling antara TBA dengan malonaldehid (TBA-MDA)

membentuk kromogen berwarna pink yang dapat diukur absorbansinya pada 532 nm.

Dengan penambahan senyawa yang berperan sebagai scavenger radikal hidroksil,

hasil degradasi deoksiribosa akan terhambat. Semakin besar konsentrasi senyawa

antioksidan yang ditambahkan, radikal hidroksil yang ditangkap menjadi lebih

banyak sehingga jumlah kromogen MDA-TBA menjadi semakin berkurang dan

absorbansi menurun.

Page 47: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

29

I. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, dapat dihipotesiskan bahwa fraksi etil asetat

ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh

memiliki aktivitas penangkapan radikal hidroksil yang dinyatakan dengan %

scavenging dan effective scavenging 50 (ES50).

Page 48: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental karena dalam

penelitian ini subjek uji diberi perlakuan yaitu penambahan berbagai konsentrasi

fraksi etil asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium

(Chauvin) J. Agardh yang diuji dengan metode deoksiribosa.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa konsentrasi fraksi etil asetat

ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh

yang diuji dengan metode deoksiribosa.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung berupa aktivitas penangkapan radikal hidroksil fraksi etil

asetat ekstrak metanolik alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J.

Agardh yang dinyatakan dalam % scavenging.

Page 49: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

31

3. Variabel pengacau

Variabel pengacau dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu:

a. Variabel pengacau terkendali, termasuk di dalamnya adalah temperatur

dan waktu inkubasi yang digunakan dalam penelitian.

b. Variabel pengacau tak terkendali, termasuk di dalamnya adalah

kestabilan bahan (vitamin C) dalam larutan.

C. Definisi Operasional

1. Ekstrak metanolik alga coklat adalah ekstrak hasil proses sokhletasi serbuk alga

coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh dengan penyari

metanol hingga larutan jernih.

2. Fraksi etil asetat adalah hasil fraksinasi ekstrak metanolik alga coklat dengan

menggunakan etil asetat.

3. Larutan kontrol merupakan larutan yang terdiri dari reagen Fenton, larutan

deoksiribosa, bufer fosfat, asam trikloroasetat, dan asam tiobarbiturat.

4. Larutan sampel merupakan larutan kontrol yang telah diberi fraksi etil asetat (butir

2) dengan berbagai konsentrasi.

5. Persen scavenging (% scavenging) adalah persen yang menyatakan kemampuan

suatu senyawa untuk menangkap suatu radikal bebas.

6. Effective Scavenging 50 (ES50) merupakan nilai konsentrasi fraksi etil asetat yang

menghasilkan penangkapan 50% radikal hidroksil.

Page 50: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

32

D. Bahan-bahan Penelitian

Alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh (dari pantai

Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta), akuades (Laboratorium Kimia Organik Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma), dan bahan-bahan kualitas p.a. E. Merck yaitu:

metanol, etil asetat, kalium hidroksida, natrium klorida, tanin, natrium karbonat,

dinatrium hidrogen fosfat, kalium dihidrogen fosfat, ferri klorida heksahidrat,

Natrium etilendiamin asam tetraasetat (Na EDTA), larutan hidrogen peroksida 30%,

L (+) asam askorbat (vitamin C), asam tiobarbiturat (TBA), dan asam trikloroasetat

(TCA). Sementara bahan yang lain: kloroform, gelatin croda (Brataco Chemica),

reagen Folin Ciocalteau dan 2-deoksi-D-ribosa (Sigma Chem. Co., USA).

E. Alat-alat Penelitian

Seperangkat spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lamda 20, pH-meter

Metrohm 632, Vacuum rotaevaporator (Janke & Kunkel), Timbangan elektrik BP

160 readability 0.01 mg, Waterbath (Emerson), Mikropipet 200-1000 µL (Acura 825,

Socorex), Tabung reaksi bertutup (Scott-Germany), Hot plate (Heidolph), Freezer

(Toshiba), Alat-alat untuk sokhletasi, yaitu Sokhlet, Labu alas bulat (Schott Duran,

Germany), Heating mantle, Termometer, Corong pisah, Oven, Blender, Pengayak,

dan alat-alat gelas yang lazim digunakan untuk penelitian di laboratorium analisis

(Pyrex-Germany).

Page 51: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

33

F. Tata Cara Penelitian

1. Persiapan Sampel Alga Coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J.

Agardh

a. Pembuatan serbuk sampel alga coklat

Alga dikumpulkan pada tanggal 23 Maret 2007 di pantai Drini, Gunung

Kidul, Yogyakarta, kemudian dicuci dengan air mengalir. Alga diautoklaf

pada temperatur 1000C selama 30 menit dan dikeringkan dengan oven pada

temperatur 90 °C selama 6 hari. Setelah itu, alga diserbuk menggunakan

blender lalu diayak dengan ayakan nomor mesh 20/30.

b. Penetapan kadar air dalam serbuk alga coklat

Serbuk alga ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam

alat moisture balance yang sudah ditara terlebih dulu. Panaskan alat pada

temperatur 110 0C selama 15 menit. Catat persen sisa bobot zat setelah

pemanasan seperti yang tertera dalam alat.

2. Isolasi Crude Florotannin dari Serbuk Alga Coklat Sargassum hystrix v.

buxifolium (Chauvin) J. Agardh

a. Pembuatan ekstrak metanol alga coklat

Serbuk alga yang ditimbang sebanyak 80 g, dimasukan ke dalam kantong

kertas saring, kemudian dimasukkan ke labu sokhlet dan diberi pelarut

metanol sebanyak 2 kali sirkulasi. Proses sokhletasi dilakukan sampai tetesan

pelarut jernih dengan temperatur ± 80 oC. Setelah selesai, hasil sokhletasi

Page 52: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

34

diuapkan pelarutnya dengan menggunakan vacuum rotary evaporator sampai

volume yang kecil (1/10 dari volume mula-mula).

b. Fraksinasi ekstrak metanol alga coklat

Ekstrak yang telah diuapkan ditambahkan 60 ml metanol, 120 ml

kloroform, dan 45 ml akuades. Kocok campuran beberapa kali, kemudian

diamkan hingga terbentuk dua lapisan. Pisahkan keduanya, selanjutnya

lapisan atas diekstraksi dengan etil asetat dua kali @75 ml. Kumpulkan fraksi

etil asetat, uapkan di waterbath dengan temperatur 80 0C sampai kering,

sehingga diperoleh fraksi yang merupakan crude phlorotannin. Fraksi

kemudian disimpan di dalam freezer.

3. Uji Kualitatif Senyawa Fenolik

a. Pembuatan larutan sampel fraksi etil asetat

Timbang 0,025 g fraksi etil asetat, masukkan ke dalam labu ukur 25 ml.

Tambahkan akuades hingga tanda, sehingga diperoleh konsentrasi sebesar 1

mg/ml.

b. Pembuatan larutan standar tanin

Timbang 0,025 g standar tanin, masukkan ke dalam labu ukur 25 ml.

Tambahkan akuades hingga tanda, sehingga diperoleh konsentrasi sebesar 1

mg/ml.

c. Uji pendahuluan

Sebanyak 1 ml larutan sampel pada butir a) ditambah 10 ml akuades,

dipanaskan selama 30 menit dalam tabung reaksi. Larutan disaring dengan

Page 53: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

35

kapas. Larutan berwarna kuning sampai merah menunjukkan adanya senyawa

yang mengandung kromofor dengan gugus hidrofilik. Jika ditambah larutan

KOH 6,5% b/v, warna larutan menjadi lebih intensif (Tejada, 2002).

d. Uji tanin (zat samak)

Sebanyak 1 ml larutan sampel pada butir a) dan 1 ml larutan tanin pada

butir b) (sebagai kontrol positif) ditambah 1 ml NaCl 2%. Bila terjadi suspensi

(endapan) disaring melalui kertas saring. Filtrat ditambah 5 ml larutan gelatin

1%. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya tanin (Evans, 2002).

e. Uji polifenol

Sebanyak 1 ml larutan sampel pada butir a) dan 1 ml larutan tanin pada

butir b) ditambah 3 tetes besi (III) klorida 9% b/v. Jika terjadi warna biru

menunjukkan adanya senyawa fenolik (Farnsworth et al., 1970).

f. Uji dengan reagen Folin Ciocalteau

Pipet 5 ml larutan sampel pada butir a) dan 5 ml larutan tanin pada butir

b) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang mengandung 2,5 ml pereaksi

fenol Folin-Ciocalteau yang telah diencerkan dengan akuades 1:1. Diamkan

selama 2 menit. Tambahkan 7,5 ml Na2CO3 1,9 M. Terbentuknya warna biru

menunjukkan adanya polifenol (Singleton, 1965).

Page 54: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

36

4. Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil dengan Metode Deoksiribosa

a. Persiapan

Pembuatan reagen Fenton

1. Larutan FeCl3 1 mM

Timbang seksama lebih kurang 13,52 mg FeCl3.6H2O, masukkan ke

dalam labu ukur 10 ml dan larutkan dengan akuades hingga tanda. Ambil

2,0 ml larutan tersebut, masukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Kemudian

encerkan dengan akuades hingga tanda.

2. Larutan EDTA 1 mM

Timbang seksama lebih kurang 18,61 mg Na EDTA, masukkan ke

dalam labu ukur 10 ml dan larutkan dengan akuades hingga tanda. Ambil

2,0 ml tersebut dan masukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Kemudian

encerkan dengan akuades hingga tanda.

3. Larutan vitamin C 1 mM

Timbang seksama lebih kurang 17,61 mg vitamin C, masukkan ke

dalam labu ukur 10 ml dan larutkan dengan akuades hingga tanda. Ambil

1,0 ml larutan tersebut masukkan ke dalam labu ukur 10 ml. Kemudian

encerkan dengan akuades hingga tanda.

4. Larutan H2O2 20 mM

Ambil sebanyak 0,091 ml larutan H2O2 30 %, masukkan ke dalam

labu ukur 10 ml dan tambahkan akuades hingga tanda. Dari larutan

Page 55: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

37

tersebut, diambil sebanyak 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10

ml. Kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda.

Pembuatan larutan Deoksiribosa 2,5 mM

Timbang seksama lebih kurang 20,95 mg deoksiribosa, masukkan ke

dalam labu ukur 10 ml dan larutkan dengan akuades hingga tanda. Dari

larutan ini, diambil sebanyak 4,0 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25

ml. Kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda.

Pembuatan larutan TCA 5 %

Timbang seksama 2,5 g TCA, masukkan ke dalam beker glass 50 ml dan

tambahkan akuades secukupnya. Pindahkan larutan ke labu ukur 50 ml dan

tambahkan akuades hingga tanda.

Pembuatan larutan TBA 1 %

Timbang seksama 0,25 g TBA, masukkan ke dalam beker glass 100 ml

dan tambahkan akuades secukupnya, kemudian dipanaskan di atas hot plate

hingga seluruh TBA larut. Setelah itu, pindahkan larutan TBA tersebut ke

dalam labu ukur 25 ml dan tambahkan akuades hingga tanda.

Pembuatan larutan bufer fosfat

Timbang seksama sebanyak 1,4196 g Na2HPO4, masukkan ke dalam

labu ukur 500 ml dan larutkan dengan akuades hingga tanda. Kemudian

timbang seksama sebanyak 0,6805 g KH2PO4, masukkan ke dalam labu ukur

250 ml dan larutkan dengan akuades hingga tanda. Masukkan Na2HPO4

Page 56: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

38

secukupnya ke dalam beker glass dan tambahkan larutan KH2PO4 bertetes-

tetes hingga tercapai pH 7,4 dengan bantuan pH meter.

Preparasi larutan standar tanin

Timbang 0,025 g serbuk tanin, larutkan di gelas beker dengan akuades

lalu masukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Tambahkan akuades hingga tanda,

sehingga diperoleh konsentrasi 1 mg/ml.

Preparasi Larutan Sampel fraksi etil asetat

Timbang 0,025 g fraksi etil asetat, larutkan di gelas beker dengan

akuades lalu masukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Tambahkan akuades hingga

tanda, sehingga diperoleh konsentrasi 1 mg/ml.

b. Pengujian dengan Metode Deoksiribosa

Penentuan OT (Operating Time)

Pada tabung reaksi bertutup masukkan 300 µl larutan deoksiribosa 2,5

mM kemudian tambahkan 300 µl FeCl3 1 mM, 300 µl EDTA 1 mM, 300 µl

H2O2 20 mM, 4200 µl bufer fosfat pH 7,4 dan 300 µl asam askorbat 1 mM.

Inkubasikan pada temperatur 37 0C selama 30 menit, kemudian tambahkan 1

ml TCA 5% dan 1 ml TBA 1%. Campuran tersebut dipanaskan pada

waterbath temperatur 80 0C selama 30 menit. Dinginkan dengan bantuan air

mengalir selama 5 menit dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang

maksimum teoritis 532 nm selama 1 jam.

Page 57: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

39

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)

Pada tabung reaksi bertutup, masukkan berturut-turut, 200, 300, dan 400

µl larutan deoksiribosa 2,5 mM, kemudian pada masing-masing tabung

tersebut tambahkan 300 µl FeCl3 1 mM, 300 µl EDTA 1 mM, 300 µl H2O2

20 mM, bufer fosfat pH 7,4 dan 300 µl asam askorbat 1 mM (penambahan

bufer fosfat disesuaikan dengan volume deoksiribosa sehingga volume akhir

campuran adalah 6 ml). Inkubasikan pada temperatur 37 0C selama 30 menit,

kemudian tambahkan 1 ml TCA 5% dan 1 ml TBA 1%. Campuran tersebut

dipanaskan pada waterbath temperatur 80 0C selama 30 menit. Dinginkan

dengan bantuan air mengalir selama 5 menit dan lakukan scanning absorbansi

pada panjang gelombang 400-600 nm.

Pengujian Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil Standar dan Larutan

Sampel

Pada 14 tabung reaksi, dimasukkan 600 µl larutan deoksiribosa 2,5 mM

dan larutan uji alga sebanyak 0 (sebagai kontrol negatif), 100, 200, 300, 400,

500, 600, 700, 800, 900 dan 1000 µl. Sebagai kontrol positif, masukkan 200,

400, 600, dan 800 µl larutan standar tanin ke dalam 4 tabung lainnya.

Kemudian ke dalam masing-masing tabung tersebut di atas, tambahkan 300 µl

FeCl3 1 mM, 300 µl EDTA 1 mM, 300 µl H2O2 20 mM, bufer fosfat pH 7,4,

dan 300 µl asam askorbat 1 mM (penambahan bufer fosfat disesuaikan

dengan volume larutan uji yang ditambahkan sehingga volume akhir

campuran adalah 6 ml). Inkubasikan pada temperatur 37 0C selama 30 menit,

Page 58: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

40

kemudian tambahkan 1 ml TCA 5% dan 1 ml TBA 1%. Campuran tersebut

dipanaskan pada waterbath temperatur 80 0C selama 30 menit, dinginkan dan

dibaca absorbansinya pada daerah operating time dan panjang gelombang

maksimum hasil pengukuran. Dari hasil absorbansi yang diperoleh

selanjutnya dihitung % scavengingnya dan dibuat persamaan regresi linier

yang merupakan hubungan antara konsentrasi fraksi etil asetat vs %

scavenging untuk menentukan nilai ES50. Lakukan replikasi sebanyak 5 kali.

G. Analisis Data

Aktivitas penangkapan radikal hidroksil dari larutan uji dilaporkan sebagai %

inhibisi degradasi deoksiribosa yang dihitung sebagai :

% Scavenging = x 100%

A kontrol = Absorbansi campuran reaksi kontrol

A uji = Absorbansi campuran larutan uji

Nilai ES50 ditetapkan menggunakan persamaan regresi linier, dengan sumbu x

adalah konsentrasi fraksi etil asetat alga dan sumbu y adalah % scavenging.

Page 59: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan sampel Alga Coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin)

J. Agardh

Alga coklat Sargassum diambil dari Pantai Drini, Gunungkidul, Yogyakarta

pada musim penghujan, tepatnya pada tanggal 23 Maret 2007. Pengambilan sampel

ini dilakukan saat air laut surut sekitar 300 m dari tepi pantai pada pukul 16.00-17.00

BBWI dan temperatur air laut mencapai 270C. Terdapat banyak karang pada daerah

pantai tempat diambilnya alga coklat Sargassum. Hal ini dikarenakan secara ekologis,

alga coklat berperan dalam pembentukan ekosistem terumbu karang. Umur alga

coklat Sargassum yang dipanen tidak dapat diketahui secara pasti karena alga ini

langsung diambil dari alam dan bukan merupakan jenis alga coklat Sargassum yang

dibudidayakan (Stephanie, 2007).

Identifikasi spesies alga dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan

Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berdasarkan hasil

identifikasi, sampel alga coklat Sargassum termasuk dalam ordo Fucales, famili

Sargassaceae, genus Sargassum, dan spesies Sargassum hystrix v. buxifolium

(Chauvin) J. Agardh (Stephanie, 2007) .

Alga coklat Sargassum tumbuh dalam suatu ekosistem biota laut yang terdiri

dari berbagai jenis spesies alga. Maka perlu dilakukan pemisahan spesies alga coklat

Page 60: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

42

Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh. dari spesies alga coklat

Sargassum lainnya. Pemisahan dilakukan dengan melihat ciri-ciri fisiknya yaitu daun

panjang, lurus (tidak bergelombang), dan mempunyai banyak percabangan.

Pencucian alga utuh dilakukan dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran-

kotoran yang menempel pada permukaan alga berupa epifit, sedimen, pasir yang

mengandung silikat, zat kapur, dan bahan organik asing yang bukan berasal dari alga

coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh, yang dapat mengganggu

proses analisis kuantitatif polifenol menggunakan metode Folin-Ciocalteau

(Stephanie, 2007).

Setelah proses pencucian, alga coklat di autoklaf pada temperatur 1000C

selama 30 menit untuk menginaktifasi enzim polifenol oksidase. Enzim ini dapat

mengkatalisis 2 reaksi oksidatif dengan kombinasi molekul oksigen, yaitu:

hidroksilasi monofenol menjadi o-difenol (oksidasi monofenol) dan oksidasi difenol

menjadi o-kuinon (oksidasi difenol) (Whitaker, 1996), seperti terlihat pada gambar 8.

Proses oksidasi polifenol ini menyebabkan polifenol kehilangan gugus –OH, gugus

yang bertanggung jawab atas aktivitas antioksidan.

Enzim polifenol oksidase bersifat termolabil. Menurut penelitian Gonzalez et

al. (1992), polifenol oksidase dalam ekstrak alpukat akan kehilangan aktivitasnya

sebesar 98 % pada pemanasan temperatur 800C selama 30 menit, sedangkan pada

penelitian Chutintrasri dan Noomhorm (2003), polifenol oksidase yang terkandung

dalam buah nanas akan kehilangan aktivitas sebesar 99,7% pada pemanasan

Page 61: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

43

temperatur 900C selama 30 menit. Oleh karena itu, dibutuhkan temperatur yang lebih

besar dari 900C untuk menginaktifasi enzim tersebut.

OH

CH3

OH

OH

O2

O2

BH2

OH

CH3

OH

O

O

B

2H2O

H2O

p-Cresol

+ +

Donor proton

+ +

4-Methyl cathecol

1. Oksidasi Monofenol

2. Oksidasi Difenol

2 + 2 +

Cathecol o-Benzoquinone

Gambar 8. Reaksi oksidasi monofenol dan difenol oleh polifenol oksidase

(Miyawaki, 2006)

Selanjutnya, sampel alga coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J.

Agardh. dikeringkan dalam oven dengan temperatur 900C hingga benar-benar kering

(simplisia mudah dihancurkan dengan kekuatan tangan). Ketebalan lapisan alga

coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh di oven harus

diperhatikan agar pengeringan dapat berjalan sempurna sehingga mencegah

tumbuhnya jamur dan mikroba lain yang dapat merusak senyawa-senyawa yang

terkandung dalam alga coklat. Tujuan pengeringan adalah mempermudah

penyerbukan simplisia yang selanjutnya akan mempermudah proses penyarian juga.

Page 62: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

44

Serbuk simplisia kemudian diayak dengan derajat halus 20/30. Serbuk yang terlalu

halus akan mempersulit penyaringan, karena butir-butir halus tadi membentuk

suspensi yang sulit dipisahkan dengan hasil penyaringan. Dengan demikian hasil

penyarian tidak murni lagi tetapi bercampur dengan partikel-partikel halus tadi.

Dengan penyerbukan yang terlalu halus juga menyebabkan banyak dinding sel yang

pecah sehingga zat yang tidak diinginkanpun ikut ke dalam hasil penyarian (Anonim,

1986).

Penetapan kadar air dilakukan menggunakan moisture balance dimana serbuk

alga coklat dipanaskan selama 15 menit pada suhu 1100C dan dicatat persen bobot

sisa serbuk setelah pemanasan. Serbuk diambil dari wadah plastik yang disimpan

pada temperatur kamar. Tujuan penetapan kadar air adalah menjamin bahwa kadar air

dalam simplisia memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga dapat menghindari

pertumbuhan mikroorganisme atau jamur yang menyebabkan rusaknya kandungan

kimia dalam serbuk. Selain itu, adanya lembab dalam simplisia juga mempermudah

terjadinya oksidasi polifenol. Standar yang dipergunakan adalah kadar air dalam

serbuk simplisia tidak boleh lebih dari 10% (Anonim, 1995).

Tabel 2. Hasil penetapan kadar air dalam serbuk alga

Replikasi Kadar air (%) I 9,33 II 9,31 III 9,74

Rata-rata 9,46 SD 0,243 CV 2,566

Page 63: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

45

Dari hasil yang ditunjukkan tabel 2, didapatkan bahwa kadar air dalam serbuk

simplisia kurang dari 10%, sehingga serbuk simplisia masih memenuhi persyaratan

yang ditetapkan.

B. Isolasi Crude Florotannin dari Serbuk Alga Sargassum hystrix

Serbuk alga Sargassum hystrix yang telah ditimbang, diekstraksi dengan cara

sokhletasi. Pemilihan cara ekstraksi ini didasarkan atas efisiensi dan efektivitas

sokhletasi, yaitu pelarut yang digunakan untuk menyari zat aktif selalu baru dan tidak

perlu diganti sehingga kapasitas dalam menyari zat aktif lebih besar. Proses

sokhletasi dilakukan pada temperatur 800C (temperatur di atas titik didih metanol,

64,51 0C) sampai cairan penyari menjadi jernih dengan total waktu 33 jam. Pada

penelitian ini tidak dilakukan optimasi waktu proses sokhletasi. Alasan penggunaan

metanol sebagai cairan penyari dibandingkan aseton 70% adalah karena sifat metanol

yang lebih polar, sehingga lebih selektif dalam mengekstraksi senyawa-senyawa

polar terutama florotannin. Penggunaan metanol sebagai cairan pengekstraksi

mengacu pada penelitian Nagayama et al. (2002).

Setelah proses sokhletasi selesai, ekstrak diuapkan menggunakan vacuum

rotary evaporator sampai volume kecil (sekitar 1/10 volume mula-mula). Tujuan

penguapan ialah memekatkan ekstrak sehingga mempermudah proses fraksinasi.

Proses fraksinasi mengacu pada fraksinasi yang dilakukan oleh Nagayama et

al. (2002) menggunakan metanol, kloroform dan air dengan perbandingan 60: 120:

45 ml. Proses fraksinasi dilakukan sampai terjadi kesetimbangan antara fase atas dan

Page 64: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

46

fase bawah. Kloroform memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada metanol-air,

sehingga fase kloroform berada di bawah dan fase metanol-air berada di atas. Fase

kloroform yang lebih non polar dibandingkan dengan metanol-air akan melarutkan

senyawa-senyawa yang non polar seperti pigmen, lipid dan vitamin E sedangkan fase

metanol-air akan menarik senyawa-senyawa yang lebih polar seperti polisakarida,

florotannin, iodin, vitamin C, mineral dan garam alginat. Fase metanol-air kemudian

diekstraksi sebanyak 2 kali menggunakan pelarut etil asetat dengan perbandingan 75:

75 ml. Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali karena hasil ekstraksi lebih baik jika

jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang-ulang dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit

(Khopkar, 1990). Pelarut etil asetat akan menarik zat-zat yang bersifat relatif lebih

non polar seperti florotannin sedangkan fase metanol akan menarik senyawa-senyawa

yang lebih polar seperti vitamin C, iodin, garam alginat, mineral dan polisakarida,

sehingga akan didapatkan fraksi yang lebih murni.

Fraksi etil asetat dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur 80 0C

(temperatur di atas titik didih etil asetat; 77,11 oC) sampai kering sehingga diperoleh

crude florotannin yang akan diuji aktivitas antioksidannya. Untuk meminimalkan

kerusakan polifenol florotannin, fraksi dibungkus dengan aluminium foil dan

disimpan di dalam freezer. Penyimpanan di dalam freezer mengacu pada penelitian

yang dilakukan Koivikko et al. (2005).

Page 65: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

47

C. Uji Kualitatif Senyawa Fenolik

Florotannin merupakan senyawa polifenol oleh karena itu, dilakukan uji

tabung yang mampu mengidentifikasi adanya polifenol.

1. Uji pendahuluan

Adanya penambahan KOH (basa) akan menyebabkan polifenol dalam fraksi

mudah teroksidasi oleh udara menjadi bentuk kuinon sehingga hasil positif

ditunjukkan dengan warna larutan yang lebih gelap karena adanya perpanjangan

gugus kromofor. Pemanasan akan mempercepat proses oksidasi tersebut. Pada uji

tabung, larutan uji menunjukkan hasil negatif.

2. Uji tanin

Florotannin merupakan subkelompok dari tanin (Koivikko et al., 2005), oleh

karena itu dilakukan uji gelatin untuk mengidentifikasi florotannin. Tanin dapat

berikatan dengan protein gelatin (ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik) sehingga

menyebabkan presipitasi (Bruneton, 1999). Penambahan NaCl meningkatkan

sensitivitas reaksi melalui fenomena salting out pada kompleks tanin-protein. Apabila

presipitasi hanya terjadi saat penambahan garam, disebut reaksi positif palsu

(Fansworth et al., 1970). Pengujian menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentuk

endapan sedangkan kontrol positif tanin menghasilkan suspensi (larutan menjadi

keruh).

3. Uji polifenol

Penambahan FeCl3 berfungsi membentuk kompleks warna biru dengan gugus

hidroksil pada polifenol florotannin (Farnsworth et al., 1970). Larutan uji

Page 66: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

48

memberikan hasil negatif (tidak terdapat warna biru), sedangkan kontrol positif tanin

menunjukkan terbentuknya warna biru.

Ketiga uji tabung di atas memberikan hasil negatif dikarenakan konsentrasi

polifenol yang kecil sehingga uji tabung tidak cukup sensitif untuk mendeteksi

keberadaan polifenol.

4. Uji dengan reagen Folin-Ciocalteau

Uji ini didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi yaitu pada suasana basa, ion

fenolat yang berasal dari senyawa fenolik mudah teroksidasi oleh asam fosfomolibdat

sementara juga mereduksinya membentuk produk berwarna biru (Waterman dan

Mole, 1994). Pengujian menunjukkan hasil positif larutan bewarna biru. Hal ini

menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mengandung polifenol.

D. Penentuan Operating Time

Tujuan penetapan operating time ialah menentukan rentang waktu dimana

kromogen MDA-TBA menunjukkan absorbansi yang stabil, sehingga pengukuran

bisa reprodusibel dan kesalahan analisis diminimalkan. Penetapan operating time

dilakukan dengan mengukur absorbansi kromogen MDA-TBA pada panjang

gelombang teoritis 532 nm setiap 2 menit selama 60 menit. Hasilnya terlihat pada

gambar 9, yaitu pada menit ke-0 sampai ke-60, absorbansi memberikan nilai yang

stabil yang menunjukkan bahwa reaksi antara MDA dan TBA sudah sempurna dan

berhenti.

Page 67: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

49

Pembentukan warna dilakukan dengan mereaksikan campuran reaksi yang

telah diinkubasi dengan asam trikloroasetat (TCA) dan asam tiobarbiturat (TBA).

Penambahan TCA berfungsi untuk menurunkan kecepatan reaksi degradasi

deoksiribosa oleh radikal hidroksil karena dalam suasana asam proses oksidasi

vitamin C akan terhambat. Dengan terhambatnya proses oksidasi vitamin C maka

proses reduksi dari Fe3+ menjadi Fe2+ akan terhambat pula sehingga pembentukan

radikal hidroksil juga akan terhambat. Reagen TCA juga memberikan suasana asam

sehingga mengkatalisis reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA.

Gambar 9. Kurva penetapan operating time kromogen MDA-TBA

Page 68: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

50

N

N

H

O

HH

O

H

S

N

N

H

O

HO

H

S H

+H

H

Gambar 10. Reaksi pembentukan enol pada TBA (Purwantoko, 2006)

N

N

H

O

H

O

H

S H O

H

O

H

N

N

H

O

O

H

S

H

OH

H

H

O

N

N

H

O

H

O

H

SH

N

N

H

O

O

H

S

N

N

OH OH

HH

H

O S

OH

H

H

H

N

N

H

O

O

H

S

N

N

OH

HH

O S

H

O

H

H

H

-H2O N

N

H

O

O

H

S

N

N

HH

O S

H

OH

H

H

N

N OH

OH

S

N

NHO SH

OHMDA-TBAberwarna pink

OHH

H

OHH

H

N

N

H

O

O

H

S

N

N

HH

O S

H

OH

H

N

N

H

O

O

H

S

N

N

HH

O S

H

OH

H

OH

HH

- H2ON

N OH

OH

S

N

NHO S

OHH

Gambar 11. Usulan reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA (Purwantoko, 2006)

Page 69: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

51

Pembentukan warna diawali dengan pengubahan salah satu gugus keton pada

TBA menjadi gugus enol yang lebih reaktif sehingga TBA mudah bereaksi dengan

MDA (gambar 10). Reaksi terjadi antara 2 molekul TBA dengan 1 molekul MDA dan

melepaskan dua molekul air seperti yang terlihat pada gambar 11. Reaksi ini terjadi

saat pemanasan pada suhu 80 0C. Pemanasan berfungsi mempercepat reaksi

pembentukan kromogen antara MDA dan TBA.

E. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)

Panjang gelombang maksimum (λmaks) adalah panjang gelombang dimana

kromogen MDA-TBA memberikan absorbansi maksimum. Pengukuran absorbansi

perlu dilakukan pada λmaks karena pada λmaks sedikit perubahan konsentrasi akan

memberikan perubahan absorbansi yang besar sehingga didapatkan sensitivitas

analisis yang maksimum. Selain itu, kurva pada λmaks relatif datar sehingga adanya

sedikit pergeseran panjang gelombang karena variasi instrumental, absorbansi tetap

stabil.

= gugus kromofor = gugus auksokrom

Gambar 12. Struktur kromogen MDA-TBA

Page 70: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

52

Penetapan (λmaks) dilakukan dengan scanning terhadap kromogen MDA-TBA

dengan konsentrasi 0,079; 0,1185 dan 0,158 mM pada panjang gelombang visibel

(400-600 nm). Kromogen bisa terukur pada daerah visibel karena adanya reaksi

pengkoplingan antara MDA dan TBA yang mengakibatkan adanya perpanjangan

gugus kromofor dan penambahan gugus auksokrom sehingga terbentuk warna pink

(gambar 12). Pemilihan rentang panjang gelombang ini didasarkan atas warna

kromogen yang berwarna merah muda berada pada rentang panjang gelombang 490-

560 nm, oleh karena itu scanning juga dilakukan di daerah sekitar rentang tersebut.

Gambar 13. Kurva scanning panjang gelombang maksimum kromogen MDA-TBA

Page 71: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

53

Dari hasil scanning pada gambar 13, didapatkan bahwa ketiga konsentrasi

memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang sama, yaitu 531,5

nm dengan nilai absorbansi berturut-turut 0,250; 0,323 dan 0,372. Panjang

gelombang ini mendekati panjang gelombang teoritis 532 nm (Halliwell dan

Gutteridge, 1988) dan akan digunakan dalam pengukuran selanjutnya.

F. Uji Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heo et al. (2006), fraksi etil asetat

alga coklat mengandung florotannin yang memiliki aktivitas antioksidan. Florotannin

mengandung gugus OH fenolik yang berperan besar dalam menangkap radikal

hidroksil. Pengujian aktivitas pada penelitian ini dilakukan dengan penambahan

berbagai seri konsentrasi larutan fraksi etil asetat ke dalam campuran reagen Fenton.

Penggunaan kontrol negatif berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui

nilai absorbansi kromogen MDA-TBA apabila dalam campuran reaksi tidak terdapat

senyawa yang beraktivitas antioksidan. Penggunaan kontrol positif tanin berfungsi

sebagai pembanding terhadap senyawa uji jika dalam campuran reaksi terdapat

senyawa standar yang beraktivitas antioksidan.

Tabel 3. Penurunan Absorbansi Kromogen MDA-TBA pada Penambahan Tanin

Absorbansi Konsentrasi senyawa tanin (mg/ml) Rep I Rep II Rep III Rep IV Rep V

0 0,540 0,519 0,519 0,531 0,568 0,0333 0,397 0,378 0,373 0,381 0,409 0,0677 0,263 0,251 0,246 0,253 0,277

0,1 0,198 0,169 0,164 0,179 0,199 0,1333 0,149 0,128 0,130 0,136 0,158

Ket: Rep = Replikasi

Page 72: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

54

Tabel 4. Persen scavenging dan ES50 senyawa standar tanin

% scavenging Konsentrasi senyawa tanin (mg/ml) Rep I Rep II Rep III Rep IV Rep V

0,0333 26,481 27,167 28,131 28,249 27,993 0,0677 51,296 51,638 51,638 52,354 51,232

0,1 63,333 67,437 68,401 66,290 64,965 0,1333 72,407 75,337 74,952 74,388 72,183

Persamaan regresi Y = 451,838x +

15,619

Y = 483,201x +

15,0112

Y = 473,825x +

16,181

Y = 571,741x +

10,658

Y = 441,093x +

17,229 Nilai r 0,974 0,976 0,973 0,991 0,973

ES50 (mg/ml) 0,076 0,072 0,071 0,069 0,074 Rata-rata ES50 (mg/ml) 0,0724

SD 2,7019 x 10-3 CV (%) 3,73

Ket: Rep = Replikasi

Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4, kontrol negatif menunjukkan nilai absorbansi

yang lebih besar dibandingkan dengan berbagai seri larutan kontrol positif. Hal ini

disebabkan pada kontrol negatif tidak mengandung senyawa penangkap radikal

hidroksil, sehingga jumlah radikal hidroksil yang dihasilkan reagen Fenton lebih

banyak. Akibatnya, molekul MDA yang terbentuk juga lebih banyak sehingga jumlah

MDA-TBA lebih banyak dan absorbansi lebih tinggi.

Semakin besar konsentrasi tanin yang ditambahkan, maka jumlah tanin yang

menangkap radikal hidroksil semakin banyak dan proses degradasi deoksiribosa oleh

radikal hidroksil semakin sedikit sehingga MDA yang terbentuk juga semakin sedikit.

Hal ini menyebabkan penurunan jumlah kromogen MDA-TBA sehingga absorbansi

menurun dibandingkan dengan kontrol negatif. Besarnya kemampuan fraksi dalam

menangkap radikal hidroksil dinyatakan dengan % scavenging. Pada penelitian ini,

didapatkan korelasi yang linier antara konsentrasi tanin yang ditambahkan dengan %

Page 73: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

55

scavenging (terlihat pada nilai r yang ditunjukkan tabel 4) sehingga ES50 dapat

dianalisis. Nilai ES50 merupakan konsentrasi tanin yang memberikan aktivitas

penangkapan radikal hidroksil sebesar 50%. Nilai ES50 rata-rata tanin yang

didapatkan dari penelitian ini adalah 0,07 mg/ml.

Tabel 5. Absorbansi MDA-TBA pada berbagai penambahan konsentrasi fraksi etil asetat

Replikasi Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

I II III IV V Rata-rata SD CV (%)

0 0,540 0,519 0,519 0,531 0,568 0,5354 0,0203 3,79 0,0167 0,564 0,542 0,530 0,584 0,587 0,5614 0,0252 4,49 0,0333 0,613 0,601 0,578 0,569 0,607 0,5936 0,0191 3,22 0,05 0,685 0,675 0,655 0,689 0,618 0,6644 0,0291 4,38

0,0677 0,703 0,690 0,671 0,675 0,651 0,678 0,0197 2,91 0,0833 0,677 0,657 0,598 0,685 0,610 0,6454 0,0394 6,10

0,1 0,680 0,698 0,676 0,647 0,662 0,6726 0,0192 2,85 0,1167 0,717 0,653 0,661 0,624 0,635 0,658 0,0361 5,49 0,1333 0,649 0,640 0,597 0,570 0,631 0,6174 0,033 5,35 0,15 0,671 0,667 0,601 0,590 0,641 0,634 0,0372 5,87

0,1677 0,680 0,694 0,623 0,617 0,631 0,649 0,0354 5,45 Konsentrasi fraksi etil asetat vs rata-rata absorbansi

A = 0,6104 B = 0,2932 r = 0,4003

Y= 0,2932x + 0,6104

Gambar 14. Grafik konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml) vs absorbansi rata-rata

kromogen MDA-TBA

Page 74: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

56

Berbeda dengan kontrol positif, untuk fraksi etil asetat dapat terlihat pada

tabel 5 bahwa aktivitas antioksidan tidak sebanding dengan konsentrasi fraksi yang

ditambahkan. Larutan kontrol merupakan larutan yang tidak mengandung fraksi alga

dan seharusnya memiliki absorbansi yang lebih besar dari larutan uji, tetapi hasil

yang didapatkan sebaliknya. Larutan uji dengan konsentrasi terkecil 0,0167 mg/ml (~

0,02 mg/ml) memiliki absorbansi lebih besar daripada larutan kontrol, dan dengan

semakin banyaknya penambahan larutan uji absorbansi naik dan turun secara

fluktuatif (gambar 14). Berdasarkan uji statistik, diperoleh bahwa penambahan

konsentrasi fraksi etil asetat tidak berkorelasi dengan absorbansi kromogen MDA-

TBA, oleh karena itu untuk melihat adanya signifikansi perbedaan antara absorbansi

fraksi etil asetat dan kontrol negatif dilakukan uji statistik menggunakan uji t dengan

taraf kepercayaan 95%. Hasil yang didapatkan terlihat pada tabel 6.

Tabel 6. Tabel hasil uji statistik perbandingan aktivitas fraksi dan kontrol negatif

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Signifikan/ Tidak signifikan

0,0167 Tidak signifikan 0,0333 Signifikan 0,05 Signifikan

0,0677 Signifikan

0,0833 Signifikan

0,1 Signifikan

0,1167 Signifikan

0,1333 Signifikan

0,15 Signifikan

0,1677 Signifikan

Berdasarkan tabel 6, fraksi dengan konsentrasi terkecil 0,0167 mg/ml (~ 0,02

mg/ml) memiliki absorbansi yang tidak berbeda signifikan dengan kontrol negatif

Page 75: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

57

sedangkan pada konsentrasi fraksi yang lebih besar yaitu konsentrasi 0,033 mg/ml

dan seterusnya absorbansi berbeda signifikan dengan kontrol negatif. Hal ini

membuktikan bahwa fraksi etil asetat dengan konsentrasi terkecil (0,02 mg/ml) tidak

memiliki aktivitas penangkapan radikal hidroksil dan pada konsentrasi lebih besar,

memberikan aktivitas prooksidan yang merupakan keadaan dimana penambahan

fraksi uji tidak memberikan aktivitas penangkapan radikal hidroksil tetapi justru

menstimulasi pembentukan radikal hidroksil sehingga mempercepat kerusakan

oksidatif DNA, protein dan karbohidrat secara in vitro (Yen et al., 1997).

Aktivitas prooksidan florotannin disebabkan karena senyawa ini telah

teroksidasi selama penyimpanan oleh udara dengan katalis logam transisi yang

terkandung dalam alga coklat sendiri membentuk produk semikuinon dan kuinon

serta radikal hidroksil. Proses oksidasi polifenol dapat digambarkan dengan reaksi

pada gambar 15.

Reaksi diawali dengan oksidasi senyawa polifenol oleh Cu (II) membentuk

produk semikuinon (reaksi i) yang dapat bereaksi dengan O2 membentuk kuinon dan

O2.- (reaksi ii). Reaksi ini memiliki sifat autokatalitik, dimana O2

.- akan mengoksidasi

senyawa induk membentuk semikuinon dan H2O2 (reaksi iii). H2O2 dapat terbentuk

juga melalui disproporsionasi O2.- (reaksi 4). Dengan adanya Cu (I), H2O2 dengan

cepat diubah menjadi OH· seperti halnya reaksi Fenton (reaksi 5). Hal ini

menyebabkan jumlah radikal hidroksil dalam campuran reaksi semakin banyak

sehingga semakin banyak pula deoksiribosa yang terdegradasi dan absorbansi

Page 76: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

58

kromogen MDA-TBA semakin besar dibandingkan dengan kontrol negatif (Sakihama

et al., 2002).

OH

OH

Cu (II)

O

O

O2

OH

OH

O2

2O2

Cu (I) H2O2

H2O2

Cu (II)

O

O

O

O

O

O

O2

Cu(I)

O2

H2O2

+ +

++

+ + + 2H+ (i)

+ 2H+ +

+ + OH + OH

DNA damage

(ii)

(iii)

(iv)

(v)

Gambar 15. Reaksi prooksidan pada senyawa fenolik (Sakihama et al., 2002)

Alga coklat mengakumulasi logam dan elemen kecil lain dari lingkungannya.

Beberapa komponen dari alga coklat yang memiliki peranan penting dalam akumulasi

elemen tersebut adalah protein serta polisakarida anionik seperti alginat dan fukoidan.

Menurut penelitian yang dilakukan Krentz (2004) pada alga coklat Hiziki, ekstrak

protein alga memiliki konsentrasi Fe dengan konsentrasi paling tinggi dan ekstrak

fukoidan dengan konsentrasi Cu paling tinggi. Pada alga coklat Wakame, ekstrak

protein memiliki konsentrasi Fe dan Cu dengan konsentrasi paling tinggi. Logam

pereduksi yang terikat protein pada alga coklat seperti Cu dan Fe dapat terlepas saat

protein terdenaturasi dalam proses autoklaf. Dengan adanya logam pereduksi, kondisi

Page 77: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

59

penyimpanan serbuk alga coklat yang tidak terkendali (adanya O2 di sekitar

lingkungan serbuk), dan kandungan lembab menyebabkan florotannin teroksidasi

selama masa penyimpanan, sehingga terbentuk produk kuinon atau semikuinon yang

tidak memiliki aktivitas antioksidan serta radikal hidroksil yang memicu aktivitas

prooksidan. Faktor lain pemicu kerusakan florotannin adalah prosedur pengambilan

sampel fraksi etil asetat yang tidak terkendali (fraksi diambil dan ditimbang sebagian

untuk pengujian aktivitas antioksidan kemudian disimpan kembali untuk pengujian

pada hari berikutnya), sehingga memungkinkan sampel kontak dengan udara luar

yaitu O2 dan cahaya.

Terjadinya proses oksidasi florotannin sama halnya dengan penelitian yang

dialami oleh Ragan dan Glombitza, 1986. Hal inilah yang memungkinkan dalam

penelitian isolasi florotannin, ekstrak florotannin sering diasetilasi menggunakan

asetat anhidrida-piridin untuk melindunginya dari oksidasi (Li dan Glombitza, 1991;

Glombitza dan Keusgen, 1995; Glombitza dan Schmidt, 1999a; Glombitza dan

Schmidt, 1999b; Sailler dan Glombitza, 1999; Glombitza dan Pauli, 2003). Menurut

Heo et al., 2006 dan Shin et al., 2006 sampel alga coklat yang digunakan dalam

pengujian aktivitas antioksidan dalam keadaan segar (setelah sampel diambil

langsung diuji) sedangkan pada penelitian ini serbuk alga coklat telah disimpan

kurang lebih 1 tahun. Hal inilah yang menyebabkan fraksi etil asetat pada alga coklat

Sargassum hystrix kehilangan aktivitasnya selama masa penyimpanan.

Page 78: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Fraksi etil asetat ekstrak metanolik Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J.

Agardh tidak memiliki aktivitas penangkapan radikal hidroksil pada konsentrasi

0,02 mg/ml tetapi menimbulkan aktivitas prooksidan pada konsentasi 0,03 mg/ml

atau lebih.

B. Saran

1. Sampel alga coklat yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan harus

benar-benar baru untuk menghindari rusaknya polifenol florotannin karena proses

oksidasi selama penyimpanan.

2. Fraksi etil asetat sebaiknya dibagi-bagi terlebih dahulu di beberapa wadah

sebelum pengujian aktivitas antioksidan untuk meminimalkan kerusakan

florotannin yang disebabkan pengambilan sampel secara berulang.

3. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang cara pengendalian stabilitas polifenol

florotannin selama masa penyimpanan dan penanganan sampel.

Page 79: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

61

DAFTAR PUSTAKA

Ahn, G. N., Kim, K. N., Cha, S. H., Song, C. B., Lee, J., Heo, M. S., Yeo, I. K., Lee,

N. H., Jee, Y. H., Kim, J. S., Heu, M. S., and Jeon, Y. J., 2007, Antioxidant activities of phlorotannins purified from Ecklonia cava on free radical scavenging using ESR and H2O2-mediated DNA damage, Eur. Food. Res. Technol., In Press, 29.

Ames, B. N., 1983, Dietary Carcinogens and Anticarcinogens: Oxygen Radicals and

Degenerative Disease, Sci., 221, (4617), 1256–1264. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1, 8-28, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, XIV, DepKes RI, Jakarta. Aruoma, O. I., 1996, Characterization of Drugs as Antioxidant Prophylactics, Free

Radical Biology and Medc., 20, (5), 675–705. Breen, A. P. and Murphy, J. A.,1995, Reactions of Oxyl Radicals with DNA, Free

Radic. Biol. Med., 18, 1033-1077. Bruneton, J., 1999, Pharmacognosy. Phytochemistry Medicinal Plants, Edisi 2,

diterjemahkan oleh Caroline K. Hatton, 385 – 386, 11.rue Lavoisier, Paris Burtin, P., 2003 , Nutrional Value of Seaweeds, EJEAFChe , France, 2, (4) , 498-

500. Burton, G. W., Foster, D. O., Perly, B., Slater, T. F., Smith, I. C. P., and Ingold, K.

U., 1985, Biological Antioxidants, Philosophical Society of Royal Transactions of London, Series B, Biol. Sci., 311, 565-576.

Cerruti, P. A.,1994, Oxy-radicals and Cancer, Lancet, 344, 862- 863. Cheeseman, K. H., Beavis, A., and Esterbauer, H., 1988, Hydroxyl-radical-induced

iron-catalysed Degradation of 2-deoxyribose, Biochem. J., 252, 649-653. Christian, G. D., 2004, Analytical Chemistry, Edisi VI, 460, John Wiley & Sons, Inc.,

United State of America. Chutintrasri, B. and Noomhorm, A., 2003, Thermal Inactivation of

Polyphenoloxidase in Pineapple Puree, Food. tech., 1-4.

Page 80: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

62

Conte, D., 1996, Iron- Replaced Zinc Finger: The Effects on DNA Binding and Its Potential Use and Consequences, p.35, Thesis, Department of Biochemistry, University Of Toronto, Canada.

Dean, R. T., Fu, S., Stocker, R., and Davies, M. J., 1997, Biochemistry and Pathology

of Radical-Mediated Protein Oxidation, Biochem. J., 324, 1-18. Decker, E., 1998, Strategies for Manipulating the Prooxidative Antioxidative

Balance of Foods to Maximize Oxidative Stability, Trends Food Sci. Technol., 9, 241-248.

Evans, W. C., 2002, Trease and Evans Pharmacology, Fifteenth Edition, 224, W. B.

Saunders, China. Farnsworth, N. R., Fong, H. S., and Tin, W. M., 1970, Phytochemical Screening, 63,

Department of Pharmacognosy and Pharmacology, University of Illinois, Chicago.

Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S., 1994, Kimia Organik Jilid II, diterjemahkan

oleh Pudjaatmaka, A.H., Edisi ketiga, 436-444, Penerbit Erlangga, Jakarta. Finkel, T. and Holbrook, N. J., 2000. Oxidants, Oxidative Stress and the Biology of

Aging. Nature, 408, (9), 239-247. Frank, H., Thiel, D., and MacLoad, J., 1989, Mass Spectrometric Detection of Cross-

linked Fatty Acids Formed during Radical Induced Lesion of Lipid Membranes, Biochem. J., 260, 873-878.

Glombitza, K. W. and Gerstberger, G., 1985, Phlorotannins with Dibenzodioxin

Structural Elements from the Brown Alga Eisenia arborea. Phytochemistry, 24, 543-551 .

Glombitza, K. W. and Keusgen, M., 1995, Fuhalols and Deshydroxyfuhalols from the

Brown Alga Sargassum spinuligerum, Phytochemistry, 38, 987-995. Glombitza, K. W. and Pauli, K., 2003, Fucols and Phlorethols from the Brown Alga

Scytothamnus australis Hook. et Harv. (Chnoosporaceae), Bot. Mar., 46, 315-320.

Glombitza, K. W. and Schmidt, A., 1999a, Nonhalogenated and Halogenated

Phlorotannins from the Brown Alga Carpophyllum angustifolium, J. Nat. Prod., 62, 1238-1240.

Page 81: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

63

Glombitza, K. W. and Schmidt, A., 1999b, Trihydroxyphlorethols from the Brown Alga Carpophyllum angustifolium, Phytochemistry, 51, 1095-1100.

Gonzalez, A. T., Mazariegos, R. M., and Cantwell, M., 1992, Inactivation in situ of

Polyphenol Oxidase in Ripe Avocado Fruit, Proc. of Second World Avocado Congress, 409-416.

Gulcin, I., Uguz, M. T., Oktay, M., Beydemir, S., and Kufrevioglu, O. I., 2004,

Evaluation of the Antioxidant and Antimicrobial Activities of Clary Sage (Salvia sclarea L.), Turk. J. Agric. For., 28, 25-33.

Gupta, M., Mazumder, U. K., and Gomathi, P., 2007, In Vitro Antioxidant and Free

Radical Scavenging Activities of Galega purpurea Root, Phcog. Mag., 3, (12), 219-223.

Gutteridge, J. M. C., Rowley, D. A., and Halliwell, B., 1981, Superoxide Dependent

Formation of Hydroxyl Radical in the Presence of Iron Salts, Biochem. J., 199, 263-265.

Gutteridge, J. M. C. and Halliwell, B., 1994, Antioxidants in Nutrition, Health, and

Disease, 72, Oxford University Press, Oxford, UK. Gutierrez, P. L., 2000, The Metabolism of Quinone-Containing Alkylating Agents:

Free Radical Production and Measurement, Frontiers in Biosci., 5, 629-638. Halliwell, B. and Gutteridge, J. M. C., 1988, The Deoxyribose Assay: an Assay both

for 'Free' Hydroxyl Radical and for Site-Specific Hydroxyl Radical Production, Biochem., 253, 932-933.

Halliwell, B. and Chirico, S., 1993, Lipid Peroxidation: It’s Mechanism,

Measurement, and Significance, Am. J. Clin. Nutr., 57, 715S-25S. Halliwell, B., 1994, Free Radicals and Antioxidants: a Personal View, Nutr. Rev., 52,

253-265. Halliwel, B. and Gutteridge, J. M. C., 1999, Free Radicals in Biology and Medicine,

Third Edition, 22, 53, Oxford University Press, New York. Ham, Y. M., Baik, J. S., Hyun, J. W., and Lee, N. H., 2007, Isolation of a New

Phlorotannin, Fucodiphlorethol G, from a Brown Alga Ecklonia cava, Bull. Korean. Chem. Soc., 2007, 28, (9), 1597.

Page 82: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

64

Harman, D., 1993, Free Radical Involvement in Aging, Pathophysiology and Therapeutic implications, Drugs and Aging, 3, (1), 60–80.

Hashimoto, T., Mashahiko, Y., and Hajime, N., 2003, Selective Brain Hypothermia

Protects against Hypoxic-Ischemic Injury in Newborn Rats by Reducing Hydroxyl Radical Production, Kobe J. Med. Sci., 49, (4), 83-91.

Heo, S. J., Kim, J. P., Jung, W. K., Lee, N. H., Kang, H. S., Jun, E. M., Park, S. H.,

Kang, S. M., Lee, Y. J., Park, P. J., and Jeon, Y. J., 2006, Identification of Chemical Structure and Free Radical Scavenging Activity of Diphlorethohydroxycarmalol Isolated from a Brown Alga, Ishige okamurae, J. Microbiol. Biotechnol., 1-5.

Huang, D., Ou, B., and Prior, R. L., 2005, The Chemistry Behind Antioxidant

Capacity Assays, J. Agric. Food Chem., 53, 1841-1856. Janeiro, P. and Brett, A. M. O., 2004, Cathecin Electrochemical Oxidation

Mechanism, Anal. Chim. Acta, 518, 109–115. Kadi, A., 2007, Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan Indonesia,

http://www.oseanografi.lipi.go.id/volxxxno.42.pdf, diakses tanggal 20 Februari 2007.

Kang, K., Park, Y., Hwang, H. J., Kim, S. H., Lee, J. G., and Shin, H. C., 2003,

Antioxidative Properties of Brown Algae Polyphenolics and Their Perspectives as Chemopreventive Agents Against Vascular Risk Factors, Arch. Pharm. Res., 26, 286-293.

Kang, K. A., Lee, K. H., Chae, S., Zhang, R., Jung, M. S., Ham, Y. M., Baik, J. S.,

Lee, N. H., and Hyun, J. W., 2006, Cytoprotective effect of phloroglucinol on oxidative stress induced cell damage via catalase activation, J. Cell. Biochem., 97, 609-620.

Kanner, J., Hazan, B., and Doll, L., 1988, Catalytic “Free” Iron Ions in Muscle

Foods, J. Agric. Food Chem., 36, 412-415. Kehrer, J. P., 2000, The Haber–Weiss Reaction and Mechanisms of Toxicity,

Toxicol., 149, 43–50. Khopkar, S. M., 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, diterjemahkan oleh

Saptorahardjo, A., 85-86, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Page 83: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

65

Kim, J. A., Lee, J. M., Shin, D. B., and Lee, N. H., 2004, The Antioxidant Activity and Tyrosinase Inhibitory Activity of Phlorotannins in Ecklonia cava, Food Sci. Biotechnol., 13, 476-480.

Koivikko, R., Loponen, J., Honkanen, T., and Jormalainen, V., 2005, Contents of

Soluble, Cell-wall-Bound and Exuded Phlorotannins in the Brown Alga Fucus vesiculosus, With Implications On Their Ecological Functions, J. Chem. Ecol., 31, ( 1), 195-208.

Koivikko, R., 2008, Brown Algal Phlorotannin – Improving and Applying Chemical

Method, 11-12, Turun Yliopisto, Turku. Krishnaiah, D., Sarbatly, R., and Bono, A., 2007, Phytochemical Antioxidants for

Health and Medicine – A Move towards Nature, Biotech. and Mol. Bio. Rev., 1, (4), 97-104.

Krentz, A. N., 2004, Investigation on the Chemical Association of Important

Elements in Seaweed Using SEC-ICP-MS, pp.15-50, Thesis, University of Cincinnati, Ohio.

Kuntari, C., 2007, Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Ekstrak Etanol

Teh Hijau dan Teh Hitam dengan Metode Deoksiribosa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Li, S. M. and Glombitza, K. W., 1991, Phlorotannins from the Brown Alga

Landsburgia quercifolia (Hook. fil. et Harv.) Harv, Bot. Mar., 34, 455-457. List, P. H. and Schmidt, P. C., 2000, Phytopharmaceutical Technology, 107,109,

CRC Press, USA. Liu, F. and Ng, T. B., 2000, Antioxidative and Free Radical Scavenging Activities of

Selected Medicinal Herbs, Life Sci., 66, (8), 725–735. Masella, R., Di Benedetto, R., Varì, R., Filesi, C., and Giovannini, C., 2005, Novel

Mechanisms of Natural Antioxidant Compounds in Biological Systems: Involvement of Glutathione and Glutathione-Related Enzymes, J.Nutr.Biochem., 16, 577-586.

McInnes, A. G., Ragan, M. A., Smith D. G., and Walter J. A., 1984, High-Molecular

Weight Phloroglucinol based Tannins from Brown Algae: Structural Variants, Hydrobiologia, 116, 597-602.

Page 84: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

66

Miyawaki, M., 2006, Control of Polyphenol Oxidase and Pectin Methylesterase Activities by Ultra High Pressure, Dissertation, Washington State University, USA.

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., dan Rodwell, V. W., 1997, Biokimia

Harper, Edisi 24, diterjemahkan oleh dr. Andri Hartono, D. A. N., 146, Penerbit buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Nagayama, K., Iwamura, Y., Shibata, T., Hirayama, I., and Nakamura, T., 2002,

Bacterial Activity of Phlorotannin from the Brown Algae Ecklonia Kurome, J. Antimicrob., Chemother, 50, 889-893.

Nakamura, T., Nagayama, K., Uchida, K., and Tanaka, R., 1996, Antioxidant

Activity of Phlorotannins Isolated from the Brown Alga Eisenia bicyclis, Fisheries Sci., 62, 923.

Park, P. J., Heo, S. J., Park, E. J., Kim, S. K., Byun, H. G., Jeon, B. T., and Jeon, Y.

J., 2005, Reactive Oxygen Scavenging Effect of Enzymatic Extracts from Sargassum thunbergii, J. Agric. Food Chem., 53, 6666-6672.

Patra, J. K., Rath, S. K., Jena, K., Rathod, V. K., and Thatoi, H., 2008, Evaluation of

Antioxidant and Antimicrobial Activity of Seaweed (Sargassum sp) Extract: A Study on Inhibition of Glutathione-S-Transferase Activity, Turk. J. Biol., 32, 119-125.

Pescok, R. L.,Shields, L. D., Cairns, T., and Mc William, I. G., 1976, Modern

Methods of Chemical Analysis, 147, John Wiley & Sons, Inc., Canada. Pokorny, J., 1991, Natural antioxidants for food use, Trends Food Sci. Technol., 2,

223–227. Purwantoko, A., 2006, Validasi Metode Deoksiribosa sebagai Uji Penangkapan

Radikal Hidroksil secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ragan, M. A. and Craigie, J. S., 1973, Phenolic Compounds in Brown and Red algae.

In: Handbook of Phycological Methods – Physiological and Biochemical methods, Edited by J.A. Hellebust & J.S. Craigie., 157-179.

Ragan, M. A. and Glombitza, K. W., 1986, Phlorotannins, Brown Algal Polyphenols.

In: Hellebustand, J.A., Craigie, J.S. (Eds.), Handbook of Phycological Methods, 2, 129-241, Cambridge University Press, Cambridge.

Page 85: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

67

Rice-Evans, C. A., Miller N. J., and Panganga, G., 1997, Antioxidant Properties of Phenolic Compounds, Trends in Plant Sci., 2, 152-159.

Sailler, B. and Glombitza, K. W., 1999, Phlorethols and Fucophlorethols from the

Brown Alga Cystophora retroflexa, Phytochemistry, 50, 869-881. Sakihama ,Y., Michael F. C., Stephen C. G., and Hideo, Y., 2002, Plant Phenolic

Antioxidant and Prooxidant Activities: Phenolics-Induced Oxidative Damage Mediated by Metals in Plants, Toxicol., 177, 67–80.

Schinella, G. R., Tournier, H. A., Prieto, J. M., de Buschiazzo, P. M., and Rios, J. L.,

2002, Antioxidant Activity of Anti-Inflammatory Plant Extracts, Life Sci., 70, (9), 1023–1033.

Schoenwaelder, M. E. A. and Clayton, M. N., 1998, Secretion of Phenolic Substances

into the Zygote Wall and Cell Plate in Embryos of Hormosira and Acrocarpia (fucales, phaeophyceae), J. Phycol., 34, 969–980.

Schoenwaelder, M. E. A and Clayton, M. N., 2000, Physode Formation in Embryos

of Phyllospora comosa and Hormosira banksii (Phacophyceae), J. Phycol., 39, 1-9.

Setyawati, L., 2006, Uji Aktivitas Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil

Asetat dan Fraksi Air Ekstrak Teh Hitam dengan Metode Deoksiribosa, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Shcherbakova, I., Mitra, S., Beer R. H., and Brenowitz, M., 2006, Fast Fenton

Footprinting: a Laboratory-Based Method for the Time-Resolved Analysis of DNA, RNA and Proteins. Nucleic Acids Res., 34, (6), USA.

Shibata, T., Nagayama, K., Tanaka, R., Yamaguchi, K., and Nakamura, T., 2003,

Inhibitory Effects of Brown Algal Phlorotannins on Secretory Phospholipase A2s, Lipoxygenases and Cycloxygenases, J. Appl. Phycol., 15, 61-66.

Shin, H. C., Hwang, H. J., Kang, K. J., and Lee, B. H., 2006, An oxidative and

antiinflammatory agent for potential treatment of osteoarthritis from Ecklonia cava, Arch. Pharm. Res., 29, (2), 165-171.

Singleton, V.L. and Rossi, J.A., 1965, Colorimetry of Total Phenolics with

Phosphomolybdic-Phosphotungstic Acid Reagent, Am. J. Enol. Vitic, 16, 147. Skoog, D. A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, Third Edition, 182-183,

Saunders College Publishing, Japan.

Page 86: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

68

Skoog, D. A., Donald, M. W., and F. J. Holler., 1994, Analytical Chemistry: An Introduction, Sixth Edition, 416, Sounder College Publishing, USA.

Stephanie, M., 2007, Penetapan Kadar Florotanin dalam Fraksi Etil Asetat Alga

Coklat Sargassum hystrix v. buxifolium (Chauvin) J. Agardh Secara Spektrofotometri Metode Folin Ciocalteau, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Taylor, W. R., 1972, Marine Algae of Eastern Tropical and Subtropical Coasts of

The Americas, 279, University of Michigan Press, USA. Tejada, M. M. R., Duran, J. D. G., Ortega, A. O., Jimenez, M. E., Carpio, R. P., and

Chibowski, E., 2002, Investigation of Alumina/(+)-Catechin System Properties Part I: A Study of The System by FTIR-UV–Vis Spectroscopy, Biointerface, 24, 297-308.

Velavan, S., Nagulendran, K., Mahesh, R., and Begum, V. H., 2006, In Vitro

Antioxidant Activity of Asparagus racemosus Root, Phcog. Mag., 26-31. Von Sonntage, C., 1987, The Chemical Basis of Radiation Biology, 24, 56, Taylor &

Francis, New York, USA. Waterman, P. G. and Mole, S., 1994, Analysis of Phenolic Plant Metabolites, 42-45,

Blackwell Scientific, Oxford. Whitaker, J. R., 1996, Enzymes. In: Food Chemistry, 431-530, Fennema OR, Marcel

Dekker, Inc., New York.

Yen, G. C., Chen H. Y. and Peng, H. H., 1997, Antioxidant and Pro-Oxidant Effects of Various Tea Extracts, J. Agric. Food Chem., 45, 30-34.

Zusterzeel, P. L. M., 2001, Biotransformation Enzymes and Oxidative Stress in

Preeclampsia, p. 35, Thesis, University Nijmegen, Nederland.

Page 87: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

69

LAMPIRAN I

DATA PENETAPAN KADAR AIR DENGAN MOISTURE BALANCE

1. Replikasi I

Berat serbuk mula-mula = 5,001 g (100%)

Persen berat serbuk setelah pemanasan = 90,67 %

Kadar air = 100% - 90,67 %

= 9,33 %

2. Replikasi II

Berat serbuk mula-mula = 5,001 g (100%)

Persen berat serbuk setelah pemanasan = 90,69 %

Kadar Air = 100% - 90,69 %

= 9,31 %

3. Replikasi III

Berat serbuk mula-mula = 5,001 g (100%)

Persen berat serbuk setelah pemanasan = 90,26 %

Page 88: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

70

Kadar Air = 100% - 90,26 %

= 9,74 %

Kadar air rata-rata = %

= 9,46 %

SD = 0,2427

CV = 2,5655 %

Page 89: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

71

LAMPIRAN II

DATA PERHITUNGAN KONSENTRASI REAGEN DAN FRAKSI ETIL

ASETAT

1. Pembuatan reagen Fenton

• Larutan FeCl3 1 mM

BM: 270,33

Bobot yang ditimbang: 0,0146 g

Perhitungan kadar:

M= x

= x

= 5,4 x 10-3 M

Larutan FeCl3 dengan konsentrasi 1 mM dibuat dengan mengambil larutan

tersebut sebanyak 2 ml dan diencerkan hingga volume 10 ml, sehingga

konsentrasi larutan FeCl3 adalah :

V1 x C

1 = V

2 x C

2

2 ml x 5,4 mM = 10 ml x C2

C2 = 1,08 mM

Page 90: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

72

• Larutan EDTA 1 mM

BM Na EDTA : 372,24

Bobot yang ditimbang : 0,0182 g

Perhitungan kadar:

M= x

= x

= 4,8893 x 10-3 M

Larutan EDTA dengan konsentrasi 1 mM dibuat dengan mengambil larutan

tersebut sebanyak 2 ml dan diencerkan hingga volume 10 ml, sehingga

konsentrasi larutan EDTA adalah :

V1 x C

1 = V

2 x C

2

2 ml x 4,8893 mM = 10 ml x C2

C2 = 0,9779 mM

• Larutan H2O2 20 mM

BM : 34,02

Larutan H2O2 yang tersedia adalah larutan H2O2

30%

30% = 30 g 100 ml

Konsentrasi dalam Molar adalah:

M = x

Page 91: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

73

= x

= 8,8183 M

Volume yang diambil dari larutan H2O2 30% untuk mendapatkan larutan H2O2

dengan konsentrasi 80 mM sebanyak 10 ml adalah :

V1x C1= V2 x C2

V1 x 8,8183 x 10

3 mM = 10 ml x 80 mM

V1= 0,091 ml

Larutan H2O2 30% yang diambil : 0,091 ml

Perhitungan Kadar :

V1x C1 = V2 x C2

0,091 ml x 8818,3 mM = 10 ml x C2

C2 = 80,2465 mM

Larutan H2O

2 dengan konsentrasi 20 mM dibuat dengan mengambil larutan

tersebut sebanyak 2,5 ml dan diencerkan hingga volume 10 ml, sehingga

konsentrasi larutan H2O2 adalah :

V1x C1= V2 x C2

2,5 ml x 80,2465 mM = 10 ml x C2

C2= 20,062 mM

• Larutan vitamin C 1 mM

Vitamin C 1 mM

Page 92: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

74

BM : 176,13

Bobot vitamin C yang ditimbang : 0,0179 g

Perhitungan Kadar :

M= x

= x

= 0,0102 M

Larutan vitamin C dengan konsentrasi 1 mM dibuat dengan mengambil

larutan tersebut sebanyak 1 ml dan diencerkan hingga volume 10 ml, sehingga

konsentrasi larutan vitamin C adalah :

V1x C1= V2 x C2

1 ml x 10,2 mM = 10 ml x C2

C2 = 1,02 mM

2. Deoksiribosa 2,5 mM

BM : 134,13

Bobot deoksiribosa yang ditimbang : 0,0198 g

Perhitungan Kadar :

M = x

= x

= 0,0148 M

Page 93: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

75

Larutan deoksiribosa dengan konsentrasi 2,5 mM dibuat dengan mengambil

larutan tersebut sebanyak 4 ml dan diencerkan hingga volume 25 ml, sehingga

konsentrasi larutan deoksiribosa adalah :

V1x C1= V2 x C2

4 ml x 14,8 mM = 25 ml x C2

C2 = 2,37 mM

3. Buffer Fosfat 7,4

Na2HPO4 20 x 10-3 M

BM : 141,96

Bobot NaH2PO4 yang ditimbang : 1,4001 g

Perhitungan Kadar :

M = x

= x

= 19,73 x 10-3 M

KH2PO4 20 x 10-3 M

BM : 136,09

Bobot KH2PO4 yang ditimbang : 0,6799 g

Perhitungan Kadar :

M = x

Page 94: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

76

=

= 0,020 M

4. Asam Trikloroasetat 5% (TCA)

Bobot TCA yang ditimbang : 1,25 g

Perhitungan Kadar:

x 100%

= x 100%

= 5 %

5. Asam Tiobarbiturat 1% (TBA)

Bobot TBA yang ditimbang : 0,2495 g

Perhitungan Kadar:

x 100%

= x 100%

= 0,998 %

6. Fraksi etil asetat

Bobot fraksi etil asetat yang ditimbang : 0,025 g = 25 mg

Fraksi dilarutkan ke dalam 25 ml aquadest, maka:

C =

= 1 mg/ml

Page 95: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

77

Larutan fraksi etil asetat tersebut diambil 0,1 ml; 0,2ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml;

0,6 ml; 0,7 ml; 0,8 ml; 0,9 ml; dan 1 ml. Contoh perhitungan konsentrasi akhir fraksi

dalam 6 ml adalah :

V1 x C

1 = V

2 x C

2

0,1 ml x 1 mg/ml = 6 ml x C2

C2 = 0,0167 mg/ml

Dengan cara yang sama, maka konsentrasi fraksi etil asetat untuk menangkap

radikal hidroksil adalah :

Volume 0,1 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,0167 mg/ml

Volume 0,2 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,0333 mg/ml

Volume 0,3 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,05 mg/ml

Volume 0,4 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,067 mg/ml

Volume 0,5 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,083 mg/ml

Volume 0,6 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,1 mg/ml

Volume 0,7 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,1167 mg/ml

Volume 0,8 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,133 mg/ml

Volume 0,9 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,15 mg/ml

Volume 1,0 ml diperoleh konsentrasi fraksi etil asetat sebesar 0,167 mg/ml

Page 96: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

78

LAMPIRAN III

PERHITUNGAN KONSENTRASI DEOKSIRIBOSA PADA PENETAPAN

PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM

Penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada 3 konsentrasi larutan

deoksiribosa, dengan perhitungan sebagai berikut.

Konsentrasi awal deoksiribosa 2,37 mM

Larutan deoksiribosa tersebut diambil 0,2ml; 0,3 ml dan 0,4 ml. Contoh

perhitungan konsentrasi akhir deoksiribosa dalam 6 ml adalah :

V1 x C

1 = V

2 x C

2

0,2 ml x 2,37 mM = 6 ml x C2

C2 = 0,079 mM

Dengan cara yang sama, maka konsentrasi fraksi etil asetat untuk menangkap

radikal hidroksil adalah :

Volume 0,2 ml diperoleh konsentrasi deoksiribosa sebesar 0,079 mM

Volume 0,3 ml diperoleh konsentrasi deoksiribosa sebesar 0,1185 mM

Volume 0,4 ml diperoleh konsentrasi deoksiribosa sebesar 0,158 mM

Page 97: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

79

LAMPIRAN IV

UJI PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSIL

Replikasi I

Fraksi etil asetat yang ditimbang = 0,0251 g

Konsentrasi fraksi etil asetat = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Tabel 1. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 1

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

1 0 0 0,540 1 0,1 0,0167 0,564 1 0,2 0,0333 0,613 1 0,3 0,05 0,685 1 0,4 0,0677 0,703 1 0,5 0,0833 0,677 1 0,6 0,1 0,680 1 0,7 0,1167 0,717 1 0,8 0,1333 0,649 1 0,9 0,15 0,671 1 1 0,1677 0,680

Kontrol positif tanin

Berat tanin yang ditimbang = 0,025 g

Konsentrasi tanin = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Page 98: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

80

Tabel 2. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan tanin replikasi 1

Konsentrasi tanin (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi % Scavenging

1 0 0 0,540 - 1 0,2 0,0333 0,397 26,481 1 0,4 0,0677 0,263 51,296 1 0,6 0,1 0,198 63,333 1 0,8 0,1333 0,149 72,407

A = 15,619 B = 451,838 r = 0,974 Y = 451,838 x + 15,619

ES50 (% scavenging 50), diperoleh dengan memasukkan nilai 50% sebagai sumbu

y ke dalam persamaan regresi linier. Hasil yang didapatkan ialah ES50 = 0,076 mg/ml

Replikasi II

Fraksi etil asetat yang ditimbang= 0,025 g

Konsentrasi fraksi etil asetat= 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Page 99: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

81

Tabel 3. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 2

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

1 0 0 0,519 1 0,1 0,0167 0,542 1 0,2 0,0333 0,601 1 0,3 0,05 0,675 1 0,4 0,0677 0,690 1 0,5 0,0833 0,657 1 0,6 0,1 0,698 1 0,7 0,1167 0,653 1 0,8 0,1333 0,640 1 0,9 0,15 0,667 1 1 0,1677 0,694

Kontrol positif tanin

Berat tanin yang ditimbang = 0,0251 g

Konsentrasi tanin = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Tabel 4. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan tanin replikasi 2

Konsentrasi tanin (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi % Scavenging

1 0 0 0,519 - 1 0,2 0,0333 0,378 27,167 1 0,4 0,0677 0,251 51,638 1 0,6 0,1 0,169 67,437 1 0,8 0,1333 0,128 75,337

A = 15,0112 B = 483,201

r = 0,976 Y = 483,201 x + 15,0112

Page 100: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

82

ES50 (% scavenging 50), diperoleh dengan memasukkan nilai 50% sebagai sumbu y

ke dalam persamaan regresi linier. Hasil yang didapatkan ialah ES50 = 0,072 mg/ml

Replikasi III

Fraksi etil asetat yang ditimbang= 0,025 g

Konsentrasi fraksi etil asetat = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Tabel 5. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 3

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

1 0 0 0,519 1 0,1 0,0167 0,530 1 0,2 0,0333 0,578 1 0,3 0,05 0,655 1 0,4 0,0677 0,671 1 0,5 0,0833 0,598 1 0,6 0,1 0,676 1 0,7 0,1167 0,661 1 0,8 0,1333 0,597 1 0,9 0,15 0,601 1 1 0,1677 0,623

Kontrol positif tanin

Berat tanin yang ditimbang = 0,0251 g

Konsentrasi tanin = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Page 101: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

83

Tabel 6. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan tanin replikasi 3

Konsentrasi tanin (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi % Scavenging

1 0 0 0,519 - 1 0,2 0,0333 0,373 28,131 1 0,4 0,0677 0,246 51,638 1 0,6 0,1 0,164 68,401 1 0,8 0,1333 0,130 74,952

A = 16,181 B = 473,825

r = 0,973 Y = 473,825x + 16,181

ES50 (% scavenging 50), diperoleh dengan memasukkan nilai 50% sebagai sumbu y

ke dalam persamaan regresi linier. Hasil yang didapatkan ialah ES50 = 0,071 mg/ml

Replikasi IV

Fraksi etil asetat yang ditimbang= 0,025 g

Konsentrasi fraksi etil asetat = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Page 102: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

84

Tabel 7. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 4

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

1 0 0 0,531 1 0,1 0,0167 0,584 1 0,2 0,0333 0,569 1 0,3 0,05 0,689 1 0,4 0,0677 0,675 1 0,5 0,0833 0,685 1 0,6 0,1 0,647 1 0,7 0,1167 0,624 1 0,8 0,1333 0,570 1 0,9 0,15 0,590 1 1 0,1677 0,617

Kontrol positif tanin

Berat tanin yang ditimbang = 0,0251 g

Konsentrasi tanin = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Tabel 8. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan tanin replikasi 4

Konsentrasi tanin (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml

(mg/ml)

Absorbansi % Scavenging

1 0 0 0,531 - 1 0,2 0,0333 0,381 28,249 1 0,4 0,0677 0,253 52,354 1 0,6 0,1 0,179 66,290 1 0,8 0,1333 0,136 74,388

A = 10,658 B = 571,741 r = 0,991 Y = 571,741 + 10,658

Page 103: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

85

ES50 (% scavenging 50), diperoleh dengan memasukkan nilai 50% sebagai sumbu y

ke dalam persamaan regresi linier. Hasil yang didapatkan ialah ES50 = 0,069 mg/ml

Larutan fraksi sampel diencerkan 10 kali dan diukur absorbansinya

Tabel 9. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 4 (pengenceran 10x)

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

0,1 0 0 0,531 0,1 0,1 0,0017 0,596 0,1 0,2 0,0033 0,605 0,1 0,3 0,005 0,578 0,1 0,4 0,0067 0,581 0,1 0,5 0,0083 0,591 0,1 0,6 0,01 0,602 0,1 0,7 0,0117 0,553 0,1 0,8 0,0133 0,547 0,1 0,9 0,015 0,548 0,1 1 0,01677 0,578

Larutan fraksi sampel diencerkan 100 kali dan diukur absorbansinya

Tabel 10. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 4 (pengenceran 100x)

Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

1 0 0 0,531 1 0,1 1,667 x 10-4 0,585 1 0,2 3,333x 10-4 0,583 1 0,3 5 x 10-4 0,579 1 0,4 6,667 x 10-4 0,606 1 0,5 8,333 x 10-4 0,607 1 0,6 1 x 10-3 0,586 1 0,7 1,1667 x 10-3 0,557 1 0,8 1,3333 x 10-3 0,551 1 0,9 1,5 x 10-3 0,579 1 1 1,6667 x 10-3 0,576

Page 104: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

86

Replikasi V

Fraksi etil asetat yang ditimbang= 0,025 g

Konsentrasi fraksi etil asetat= 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Tabel 11. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan fraksi etil asetat replikasi 5

Konsentrasi fraksi asetat (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml (mg/ml)

Absorbansi

1 0 0 0,568 1 0,1 0,0167 0,587 1 0,2 0,0333 0,607 1 0,3 0,05 0,618 1 0,4 0,0677 0,651 1 0,5 0,0833 0,610 1 0,6 0,1 0,662 1 0,7 0,1167 0,635 1 0,8 0,1333 0,631 1 0,9 0,15 0,641 1 1 0,1677 0,631

Kontrol positif tanin

Berat tanin yang ditimbang = 0,0251 g

Konsentrasi tanin = 0,001 g/ ml

= 1 mg/ml

Page 105: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

87

Tabel 12. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada penambahan tanin replikasi 5

Konsentrasi tanin (mg/ml)

Volume yang diambil (ml)

Konsentrasi uji dalam 6 ml

(mg/ml)

Absorbansi % Scavenging

1 0 0 0,568 - 1 0,2 0,0333 0,409 27,993 1 0,4 0,0677 0,277 51,232 1 0,6 0,1 0,199 64,965 1 0,8 0,1333 0,158 72,183

Konsentrasi vs Absorbansi A = 17,229

B = 441,093 r = 0,973

Y = 441,093x + 17,229

ES50 (% scavenging 50), diperoleh dengan memasukkan nilai 50% sebagai sumbu y

ke dalam persamaan regresi linier. Hasil yang didapatkan ialah ES50 = 0,074 mg/ml.

Tabel 13. Persen scavenging senyawa standar tanin

% scavenging Konsentrasi senyawa tanin (mg/ml) Rep I Rep II Rep III RepIV Rep V

0,0333 26,481 27,167 28,131 28,249 27,993 0,0677 51,296 51,638 51,638 52,354 51,232

0,1 63,333 67,437 68,401 66,290 64,965 0,1333 72,407 75,337 74,952 74,388 72,183

Persamaan regresi Y = 451,838x +

15,619

Y = 483,201x +

15,0112

Y = 473,825x +

16,181

Y = 571,741x + 10,658

Y = 441,093x + 17,229

Nilai r 0,974 0,976 0,973 0,991 0,973 ES50 (mg/ml) 0,076 0,072 0,071 0,069 0,074

Rata-rata ES50 (mg/ml) 0,0724 SD 2,7019 x 10-3

CV (%) 3,732 Keterangan : Rep = Replikasi

Nilai r yang didapat > nilai r tabel ; nilai r selang kepercayaan 95% adalah 0,950

(Muth, 1999).

Page 106: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

88

Tabel 14. Absorbansi kromogen MDA-TBA pada Penambahan Fraksi Etil Asetat

Replikasi Konsentrasi uji dalam 6 ml

(mg/ml)

I II III IV V Rata-rata (x)

SD CV

0 0,540 0,519 0,519 0,531 0,568 0,5354 0,0203 3,79 0,0167 0,564 0,542 0,530 0,584 0,587 0,5614 0,0252 4,49 0,0333 0,613 0,601 0,578 0,569 0,607 0,5936 0,0191 3,22 0,05 0,685 0,675 0,655 0,689 0,618 0,6644 0,0291 4,38

0,0677 0,703 0,690 0,671 0,675 0,651 0,678 0,0197 2,91 0,0833 0,677 0,657 0,598 0,685 0,610 0,6454 0,0394 6,10

0,1 0,680 0,698 0,676 0,647 0,662 0,6726 0,0192 2,85 0,1167 0,717 0,653 0,661 0,624 0,635 0,658 0,0361 5,49 0,1333 0,649 0,640 0,597 0,570 0,631 0,6174 0,033 5,35 0,15 0,671 0,667 0,601 0,590 0,641 0,634 0,0372 5,87

0,1677 0,680 0,694 0,623 0,617 0,631 0,649 0,0354 5,45

Analisis Korelasi ( Konsentrasi vs Absorbansi rata-rata)

A = 0,6104

B = 0,2932

r = 0,4003

Y = 0,2932x + 0,6104

Ho = Tidak ada korelasi antara 2 variabel

Hi = Ada korelasi antara 2 variabel

Page 107: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

89

Ho ditolak apabila jika nilai r hitung melebihi nilai rn-2 (α). Nilai r tabel untuk taraf

kepercayaan 95% dan derajat bebas 8 adalah 0,632 (Muth, 1999). Dari hasil r hitung,

dapat disimpulkan bahwa variabel konsentrasi dengan variabel absorbansi tidak

memiliki hubungan korelasi.

Ho juga ditolak jika apabila t hitung > t n-2(1- α/2). Nilai t hitung, diperoleh dengan:

t =

= 1,2355

Nilai t8 (0,975) = 2,306

Nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Tidak ada korelasi antara konsentrasi

fraksi etil asetat dengan absorbansi kromogen MDA-TBA.

Uji t (Membandingkan signifikansi absorbansi antara kontrol negatif dengan larutan

uji)

Hipotesis : Ho : µk = µu

Hi : µk ≠ µu

t =

Page 108: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

90

Dengan α = 0,05, Ho ditolak jika t > t8 (0,025)

Ho ditolak jika t > 2,306

Perhitungan : S2p =

Tabel 15. Uji statistik perbandingan aktivitas fraksi etil asetat dan kontrol negatif

Nilai Konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml) S2

p T Signifikan/Tidak

signifikan 0,0167 0,5236 x 10-3 1,797 Tidak signifikan 0,0333 0,3885 x 10-3

4,669 Signifikan 0,05 0,6295 x 10-3

8,129 Signifikan 0,0677 0,4001 x 10-3

11,272 Signifikan 0,0833 0,9822 x 10-3

5,550 Signifikan 0,1 0,3904 x 10-3

10,979 Signifikan 0,1167 0,8577 x 10-3

6,619 Signifikan 0,1333 0,7506 x 10-3

4,740 Signifikan 0,15 0,8980 x 10-3

5,2025 Signifikan 0,1677 0,8326 x 10-3

6,225 Signifikan

Page 109: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

91

LAMPIRAN V

FRAKSINASI EKSTRAK METANOL ALGA COKLAT

Fraksi methanol-air (atas) dan kloroform (bawah) Fraksi etil asetat

LAMPIRAN VI

FRAKSI ETIL ASETAT

Page 110: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

92

LAMPIRAN VII

HASIL UJI KUALITATIF FLOROTANNIN

1. Uji Pendahuluan Fraksi Etil Asetat 3. Uji polifenol

Sebelum Sesudah

pemanasan pemanasan + KOH Tanin Sampel

2. Uji tannin 4. Uji dengan reagen Folin Ciocalteau

Sampel Tanin Sampel Tanin

Page 111: UJI AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL … kimia khususnya reaksi redoks yang sangat rumit. 8. Semua dosen-dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas

93

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas

Penangkapan Radikal Hidroksil oleh Fraksi Etil Asetat

Ekstrak Metanolik Alga Coklat Sargassum hystrix v.

Buxifolium (Chauvin) J. Agardh dengan Metode

Deoksiribosa” memiliki nama lengkap Lina. Penulis

lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 10

Agustus 1989 dari pasangan Bapak Chua Kak Seng dan

Ibu Lim Khim Leng. Pendidikan formal yang ditempuh

oleh penulis meliputi: SD Negri 19 Pontianak pada tahun 1993-1999, SLTP Negri 1

Pontianak pada tahun 1999-2002, SMA Santo Paulus Pontianak pada tahun 2002-

2005 dan melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada tahun 2005 hingga tahun 2008. Selama kuliah, penulis aktif dalam

berbagai macam kegiatan, antara lain Paduan Suara Veronika (2005-2007), Campus

Ministry sebagai misdinar (2006-2007), Pos Kesehatan Antonius Kota Baru (2006-

2007), Panitia Lokakarya Penyusunan GBPP Mata Kuliah Profesi (2006), Panitia

Pekan Suci (2006-2008), Sie Penerima Tamu Pagelaran Sendratari Ramayana (2006),

Peserta Kampanye Informasi Obat (2006), Koordinator Sie Acara Dies Natalis

Farmasi (2007), Koordinator Sie Acara Pharmacy Perfomance (2007), Koordinator

Sie Konsumsi Dies Natalis Farmasi (2008), Sie Humas Pelantikan Apoteker (2008),

dan Koordinator Sie Konsumsi Pelepasan Wisuda (2008). Penulis juga pernah

menjadi asisten dosen mata kuliah praktikum Botani Dasar (2007), Farmasi Fisika

(2007), Spektroskopi (2007 dan 2008), Kromatografi (2008), Kimia Analisis (2008)

dan Bioanalisis (2008).