uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol … · diantaranya flavonoid, alkaloid, dan fenol yang...

16
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70% KULIT BUAH CARICA (Carica pubescens) TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Oleh: GALUH IMELIANA PUTRI J 50014 0116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: phamcong

Post on 31-Aug-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH CARICA (Carica pubescens) TERHADAP

BAKTERI Salmonella typhi

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

GALUH IMELIANA PUTRI

J 50014 0116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

i

HALAMAN PERSETUJUAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH CARICA (Carica pubescens) TERHADAP

BAKTERI Salmonella typhi

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

GALUH IMELIANA PUTRI

J50014 0116

Telah diperiksa dan disetujui dan diuji oleh :

Dosen

Pembimbing

Dr. Nurhayani, M.Sc.

NIK. 998

ii

HALAMAN PENGESAHAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH CARICA (Carica pubescens) TERHADAP

BAKTERI Salmonella typhi

OLEH :

GALUH IMELIANA PUTRI

J500140116

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada hari Senin , 15 Januari 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan penguji

Nama : Dr. Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med. (..............................)

NIK : 1362

(Ketua Penguji)

Nama : Riandini Aisyah, S.Si, M.Sc. (.............................)

NIK : 1011

(Anggota I Dewan Penguji)

Nama : Dr. Nurhayani, M.Sc. (..............................)

NIK : 998

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

Prof. DR. Dr. E.M. Sutrisna, M.Kes

NIK: 919

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain kecuali dalam naskah ini

disebutkan dalam pustaka.

Surakarta, 15 Januari 2018

Penulis

GALUH IMELIANA PUTRI

J500140116

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL 70%

KULIT BUAH CARICA (Carica pubescens) TERHADAP

BAKTERI Salmonella typhi

ABSTRAK

Latar Belakang : Kulit buah carica (Carica pubescens) mengandung senyawa aktif

diantaranya flavonoid, alkaloid, dan fenol yang diduga mempuyai efek sebagai

antibakteri yang mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol 70% kulit buah

carica (Carica pubescens) terhadap bakteri Salmonella typhi. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan metode

posttest only controlled group design. Bakteri yang digunakan adalah Salmonella typhi,

sedangkan ekstraknya adalah kulit buah carica (Carica pubescens) dengan metode

maserasi

Hasil Penelitian : Ekstrak etanol 70% kulit buah menggunakan penyari etanol 70%.

Metode yang digunakan adalah difusi dengan sumuran. Akuabides sebagai kontrol

negatif, antibiotik kloramfenikol sebagai kontrol positif, dan ekstrak etanol 70% kulit

buah carica (Carica pubescens) dengan konsentrasi 12,55, 25%, dan 50% diletakkan pada

sumuran media Mueller Hilton. Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C, kemudian

zona hambat diukur menggunakan jangka sorong.carica (Carica pubescens) dalam

konsentrasi berapapun tidak menunjukkan adanya zona hambat pada biakan bakteri

Salmonella typhi. Pada kontrol negatif hasilnya tidak berbeda, sedangkan pada kontrol

positif menunjukkan zona hambat rata-rata 7,3 mm.

Kesimpulan : Ekstrak etanol 70% kulit buah carica (Carica pubescens) pada konsentrasi

12,5%, 25%, dan 50% tidak mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri Salmonella

typhi.

Kata kunci : Salmonella typhi, Kulit buah carica, Carica pubescens

ABSTRACT

Background : Carica rind (Carica pubescens) contains active compounds such as

flavonoids, alkaloids, and phenols that are thought to have an antibacterial effect which

can kill bacteria or inhibit bacterial growth.

Objective : To study the antibacterial effect of ethanolic extract 70% of carica rind

(Carica pubescens) on Salmonella typhi bacteria.

Methods : This research is an experimental laboratory with post test only controlled

group design. The bacteria used was Salmonella typhi, while the extract was the rind of

carica fruit (Carica pubescens) with maseration method using ethanol 70%. The method

used was well diffusion. Aquabidest was the negative control group, chloramphenicol was

the positive control group, and the treatment groups were 70% ethanolic extract of

Carica pubescens with concentrations of 12.55, 25%, and 50% placed on Mueller Hilton

broth, incubated for 24 hours at 37° C. The inhibitory zone was then measured using a

caliper.

Results : The 70% ethanolic extract of carica rind (Carica pubescens) did not show any

inhibitory zone in bacterial cultures of Salmonella typhi in any concentration. The result

2

on the negative control group were not different, whereas the positive control group

showed an average inhibitory zone of 7.3 mm.

Conclusion : The 70% ethanolic extract of carica rind (Carica pubescens) at 12.5%,

25%, and 50% concentrations had no antibacterial effect on Salmonella typhi bacteria.

Keywords : Salmonella typhi, Carica rind, Carica pubescens

1. PENDAHULUAN

Salmonella typhi merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi

akut usus halus, yaitu demam tifoid (selanjutnya disebut tifoid). Penyakit

menular ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah

kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000-600.000

kematian (Purba, Wandra, Nugrahini, Nawawi, & Kandun, 2016).

Infeksi di Indonesia merupakan penyumbang nomor satu angka morbiditas

dan mortalitas karena Indonesia merupakan negara tropis. Penggunaan

antibakteri merupakan hal dominan dalam pelayanan kesehatan (Priyanto,

2008). Masalah resistensi mikroorganisme terhadap antimikroba merupakan

masalah global akibat berkurangnya penemuan-penemuan antimikroba baru,

khususnya di rumah sakit negara-negara Asia-Pasifik (Rizal, 2009). Studi yang

dilakukan pada tahun 2010 di lima negara di Asia (Cina, India, Indonesia,

Pakistan, dan Vietnam) yang merupakan endemik demam tifoid melaporkan

prevalensi multidrug-resistant typhoid fever mulai dari 7% hungga 65% (Zaki

& Karande, 2011).

Resistensi mikroorganisme terhadap antimikroba membuat masyarakat

mulai menggunakan obat dari bahan alami dan melakukan pengobatan secara

tradisional seperti yang dilakukan pada zaman dahulu, diantaranya dengan

menggunakan kulit buah carica (Carica pubescens). Beberapa penelitian

mengenai manfaat buah carica yang sering dijumpai masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari telah banyak dilakukan. Seperti yang telah dilakukan

oleh Dhiah Novalina (2013) mengenai “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun

Carica pubescens dari Dataran Tinggi Dieng terhadap Bakteri Penyebab

Penyakit Diare”. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa senyawa fitokimia

dalam Carica pubescens memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

3

penyebab diare dengan kandungan fitokimianya yaitu flavonoid, alkaloid, dan

fenol.

Allah Subhanahu Wa Taala telah menjelaskan di dalam Al Quran tentang

tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat

obat. Sebagaimana tertera di dalam Al Quran Surah An-Nahl ayat 11 yang

artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu,

seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada

yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi

orang-orang yang berfikir.”

Ekstrak dari daun, batang, kulit, dan biji buah carica (Carica pubescens)

yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya menunjukkan adanya

aktivitas terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Shigella flexneri, Eschericia

coli, Staphyllococcus aureus, dan Bacillus cereus. Aktivitas antibakteri karena

adanya kandungan flavonoid, alkaloid, dan fenol yang terdapat di dalam daun,

batang, kulit, dan biji buah carica (Carica pubescens) (Novalina, Sugiyarto, &

Susilowati, 2013). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai ekstrak kulit buah carica (Carica pubescens) yang

diekstraksi dengan pelarut etanol 70% dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% kulit buah carica (Carica pubescens)

sebagai antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratorium

dengan melakukan pemberian ekstrak etanol 70% kulit buah carica (Carica

pubescens) pada biakan bakteri Salmonella typhi dengan metode post test only

controlled group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi

dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini akan mulai dilaksanakan pada bulan Desember 2017. Pada

penelitian ini sampel homogen beruba koloni bakteri Salmonella typhi yang

4

didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta dan memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi

sehingga teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah non random

sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30

biakan. Masing-masing bakteri dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu

ekstrak etanol 70% kulit buah carica dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50%,

kontrol positif, dan kontrol negatif. Uji antibakteri menggunakan metode difusi

dengan sumuran

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 HASIL

Tabel 1. Diameter zona hambat pertumbuhan Salmonella typhi (mm)

Replikasi Kontrol

Positif

Kontrol

Negatif

Ektrak Kulit Buah Carica

12,5% 25% 50%

1 13 0 0 0 0

2 8 0 0 0 0

3 4 0 0 0 0

4 8 0 0 0 0

5 5 0 0 0 0

6 6 0 0 0 0

Rata-rata 7,3 0 0 0 0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian

3.2 PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian mengenai efek antibakteri ekstrak

etanol 70% kulit buah carica (Carica pubescens) pada biakan bakteri

Salmonella typhi. Penelitian ini menggunakan metode sumuran. Metode

ini digunakan karena relatif mudah, selain itu metode ini membuat

ekstrak etanol 70% kulit buah carica (Carica pubescen) dapat berdifusi

langsung dengan media pertumbuhannya bukan hanya pada permukaan

media pertumbuhan saja. Penelitian uji aktivitas antibakteri ini dilihat

dari zona hambat yang terbentuk dengan melihat ada atau tidak zona

bening pada media pertumbuhan. Pada tabel 1, hasil penelitian dapat

5

dilihat ekstrak etanol 70% kulit buah carica (Carica pubescens) dalam

berbagai konsentrasi tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri

Salmonella typhi.

Kontrol positif menggunakan kloramfenikol memberikan efek

antibakteri dengan menghambat sintesis protein pada bakteri. Obat ini

menghalangi perlekatan asam amino pada rantai peptida yang baru

timbul pada unit 50S pada ribosom dengan mengganggu daya kerja

enzim peptida transferase. Enzim ini berfungsi membentuk ikatan peptida

antara asam amino terakhir yang sedang berkembang. Sintesis protein

akibatnya akan terhenti (Pratiwi, 2008).

Kontrol negatif menggunakan akuabides tidak memiliki daya

antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi karena tidak

terbentuknya zona hambat. Akuabides dalam penelitian ini digunakan

sebagai kontrol negatif dan pelarut ekstrak etanol 70% kulit buah carica

(Carica pubescens).

Salmonella typhi sebagai bakteri gram negatif memiliki komponen

pada dinding sel yang lebih kompleks dan berlapis-lapis yaitu fosfolipid,

protein, lipoprotein, dan lipopolisakarida. Lapisan tersebut bersifat

hidrofobik sekaligus hidrofilik dan memiliki saluran yang mengandung

molekul protein yang disebut porin. Saluran tersebut memudahkan difusi

pasif senyawa hidrofilik dengan berat molekul rendah seperti asam amino

(Jawetz, 2001). Senyawa besar seperti zat aktif yang terdapat dalam

ekstrak etanol 70% kulit buah carica akan mengalami kesulitan bahkan

gagal untuk menembus dinding bakteri Salmonella typhi.

Senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol 70% kulit buah carica

adalah flavonoid, alkaloid, dan fenol (Novalina, et al., 2013). Penelitian

yang dilakukan oleh Minarno (2015) dengan judul Skrining Fitokimia

dan Kandungan Total Flavanoid pada Buah Carica Pubescens Lenne &

K. Koch di Kawasan Bromo, Cangar, dan Dataran Tinggi Dieng

menjelaskan skrining fitokimia buah carica, diantaranya cara

mengklasifikasikan alkaloid, flavonoid, dan fenol.

6

(1) Alkaloid

Cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis

cincin heterosiklik nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini

alkaloid dibedakan menjadi ; pirolidin, piperidin, isoquinolin,

quinolin dan indol. Alkaloid pada umumnya berbentuk kristal yang

tidak berwarna, ada juga yang berbentuk cair seperti koniina dan

nikotin. Alkaloid yang berwarna sangat jarang ditemukan misalnya

berberina berwarna kuning. Kebasaan alkaloid menyebabkan

senyawa ini mudah terdekomposisi terutama oleh panas, sinar dan

oksigen membentuk N-oksida. Pada uji positif alkaloid dengan

pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi

dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk

kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Hasil positif alkaloid

pada uji Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya endapan

coklat muda sampai kuning, yaitu kalium alkaloid.

(2) Flavonoid

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa buah carica

memiliki kandungan senyawa flavonoid. Dilakukan dua uji untuk

mengidentifikasi senyawa flavanoid, yaitu uji Wilstatter dan uji

Bate-Smite. Reaksi positif pada uji Wilstatter ditunjukkan dengan

adanya warna jingga sedangkan reaksi positif pada uji Bate-Smite

ditunjukkan dengan adanya warna merah. Warna merah pada uji

flavonoid dikarenakan terbentuknya garam flavilium.

(3) Fenol

Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui bahwa sampel

buah carica positif mengandung senyawa fenol. Hal ini dapat

dilihat dari perubahan warna yang terjadi pada saat penambahan

larutan FeCl3 1% yaitu warna hijau kehitaman. Pada penambahan

larutan FeCl3 1% diperkirakan larutan ini bereaksi dengan salah satu

gugus hidroksil yang ada pada senyawa fenol.

7

Senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol 70%

kulit buah carica (Carica pubescens) meskipun memiliki efek antibakteri,

namun terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efek

antibakteri dari senyawa-senyawa tersebut. Efek antibakteri dalam

ekstrak etanol 70% kulit buah carica dapat dipengaruhi oleh kualitas

simplisia, kandungan bahan aktif dapat berkurang apabila simplisia

mengalami kerusakan. Kualitas simplisia dipengaruhi oleh cuaca dan

iklim, umur tumbuhan, lokasi tumbuh, sifat tanah, dan pencahayaan

(Fatchurrozak, et al., 2013).

Pengambilan sampel buah carica dilakukan di Desa Dieng Wetan RT

02 RW 01, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian

tempat 2080 meter di atas permukaan laut (m dpl). Dataran Tinggi Dieng

memiliki ketinggian 1400 m dpl sampai dengan 2400 m dpl dengan

kemiringan lebih dari antara 15 - 40 % dan dibeberapa wilayah >40%.

Bentuk tanah di Dataran Tinggi Dieng merupakan wilayah yang

bergelombang, berbukit, dan bergunung. Topografi kecaatan kejajar yaitu

30% bentuk wilayahnya bergelombang sampai berbukit dan 70%

berbukit sampai bergunung (Widiastuti, 2008). Karamoy (2009)

berpendapat bahwa pengaruh ketinggian tempat terutama berkaitan

dengan proses metabolisme tanaman, seperti proses biokimia dan sintesis

senyawa metabolit sekunder. Muhdi dalam Nurnasari dan Djumali (2010)

juga berpendapat bahwa daerah elevasi tinggi memiliki jumlah

konsentrasi CO2 relatif lebih kecil bila dibandingkan pada daerah yang

lebih rendah. Hal ini menyebabkan laju fotosintesis menjadi lambat,

karbohidrat dalam bentuk gula yang terbentuk menjadi berkurang.

Menurut Badan Pusat Statistik dalam Kurnia, et al. (2016)

mengatakan bahwa Curah hujan di Dataran Tinggi Dieng yang masuk

wilayah Wonosobo adalah 3.917 mm tahun. Curah hujan di Dataran

Tinggi Dieng yang tinggi dapat mengakibatkan tanah mudah mengalami

erosi. Kondisi ini akan mempercepat hilangnya tanah lapisan atas yang

8

subur. Tanah yang kurang subur akibatnya dapat mempengaruhi

kandungan senyawa aktif dalam tanaman (Kurnia, et al., 2008).

Kandungan kimia tanah yang relatif besar dibutuhkan tanaman

untuk menghasilkan metabolit sekunder diantaranya unsur hara nitrogen

(N), oksigen (O), dan hidrogen (H). Kandungan nitrogen di dataran tinggi

Dieng rendah yaitu 0,21% (Sipahutar, et al., 2013). Unsur hara N

digunakan pada fase vegetatif. Rendahnya kandungan unsur hara N

dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya klorosis dan menghambat

pertumbuhan tanaman (Permatasari, 2014). Rusaknya daun atau gagalnya

pembentukan klorofil dapat berpengaruh terhadap proses fotosintesis

yang kemudian akan mempengaruhi pula kualitas dari simplisia.

Senyawa alkaloid membutuhkan unsur N sebagai salah satu bahan untuk

pembentukan senyawa tersebut. Ketersediaan unsur N yang rendah

menyebabkan rendahnya senyawa alkaloid yang dihasilkan (Putriantari &

Santosa, 2014). Senyawa flavonoid dan fenol mengandung unsur O dan

H sehingga apabila kebutuhannya tidak tercukupi maka pembentukan

senyawa aktif tersebut dapat berkurang (Masito, et al., 2014).

Menurut climate-data.org (2017) di Dataran Tinggi dieng terdapat

curah hujan yang signifikan sepanjang tahun. Bulan terkering bahkan

masih memiliki banyak curah hujan. Dalam setahun, curah hujan rata-

rata adalah 3572 mm. Iklim ini dianggap menjadi Af menurut klasifikasi

iklim Köppen-Geiger.

Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang

cukup lama, minimal 30 tahun yang sifatnya tetap, sedangkan cuaca

adalah keadaan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah

dari waktu ke waktu, (Kartasapoetra, 2006). Keberagaman iklim di antar

wilayah dikendalikan oleh beberapa faktor alam, salah satunya adalah

ketinggian tempat dari permukaan laut yang berakibat adanya perbedaan

pada suhu, pencahayaan, dan kelembapan. Perbedaan tersebut

berpengaruh terhadap fotosintesis, respirasi, dan proses metabolisme lain.

Pencahayaan yang optimum dan suhu yang rendah membuat hasil

9

fotosintesis yang tinggi, tetapi kondisi iklim di Dataran Tinggi Dieng

yang intensitas dan kapasitas pencahayaannya rendah dengan

kelembapan yang tinggi membuat hasil fotosintesis tidak tinggi

(Fitrianingrum, et al., 2013).

Umur merupakan aspek yang erat hubungannya dengan fase

pertumbuhan tanaman yang dapat mencerminkan tingkat kematangan

fisiologis tanaman dan mempunyai relevansi yang kuat dengan produksi

dan kandungan yang ada dalam tanaman (Hariyani, et al., 2015).

Fitrianingrum (2013) dalam penelitiannya mengenai kandungan

karbohidrat pada berbagai tingkat kematangan buah carica menjelaskan

bahwa karbohidrat dan gula reduksinya meningkat lalu menurun dari

yang kurang matang menuju semakin matang

Hasil fotosintesis berupa karbohidrat dalam bentuk gula yang tidak

tinggi dan tingkat kematangan buah yang semakin matang kadar

karbohidratnya menurun dapat berpengaruh terhadap jumlah produksi

flavonoid karena karbohidrat yang berbentuk gula dibutuhkan dalam

proses produksi flavonoid. Pada pembentukan flavonoid diperlukan gula

sebagai fosfoenolpiruvat dan eritrosa-4-fosfat yang menyediakan

beberapa atom karbon yang diperlukan bagi cincin –B flavonoid serta

sebagai unit asetat untuk cincin-A flavonoid (Minarno, 2015).

Pencahayaan oleh sinar matahari adalah salah satu bentuk pemicu

stres yang dapat meningkatkan biosintesis kandungan senyawa fenol

pada jaringan tanaman (Reyes & Zevellos, 2003). Intensitas dan

kapasitas pencahayaan di Dataran Tinggi Dieng rendah sehingga diduga

kandungan senyawa fenol dalam kulit carica sedikit.

Pada penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% kulit

buah carica (Carica pubescens) terhadap pertumbuhan bakteri

Salmonella typhi peneliti memiliki keterbatasan, yaitu tidak dilakukan

pengujian fitokimia sehingga tidak diketahui kandungan ekstrak yang

didapatkan.

10

4. PENUTUP

Hasil penelitian tentang efek antibakteri ekstrak etanol 70% kulit buah

carica (Carica pubescens) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi

dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol 70% kulit buah carica (Carica

pubescens) pada konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50% tidak memiliki efek

antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhi.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Nurhayani, M.Sc., Dr.

Safari Wahyu Jatmiko, M.Si.Med, dan Bu Riandini Aisyah, S.Si, M.Sc. yang

telah membimbing, memberikan saran dan nasihat kepada penulis dalam

naskah publikasi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan maskah

publikasi ini semoga dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Bibliography

Anonim. (2017). Climate-data.org. Retrieved January 18, 2018, from

https://en.climate-data.org/location/329020/

Fatchurrozak, Suranto, & Sugiyarto. (2013). Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap

Kandungan Vitamin C Dan Zat Antioksidan Pada Buah Carica Pubescens Di

Dataran Tinggi Dieng. EL-VIVO, 1(1), 15-22.

Fitrianingrum, R., Sugiarto, & Susilowati, A. (2013). Analisis kandungan karbohidrat

pada berbagai tingkat kematangan buah karika (Carica pubescens) di Kejajar

dan Sembungan, Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Bioteknologi, 10(1), 6-

14.

Hariyani, Widaryanto, E., & Herlina, N. (2015). Pengaruh Umur Panen Terhadap

Rendemen Dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Nilam (Pogostemon cablin

Benth.). JPT, 3(3), 205-11.

Jawetz, E. (2001). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Kartasapoetra, A. G. (2006). Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan

Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

11

Kurnia, U., Suganda, h., erfandi, d., & Kusnadi, H. (2008). Teknologi Konservasi

Tanah pada Budidaya Sayuran Dataran Tinggi. Jakarta: Balittanah.

Masito, G. A., Respatie, D. W., & Rogomulyo, R. (2014). PENGARUH LIMA

MACAM PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KANDUNGAN SENYAWA AKTIF DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) .

Vegetalika, 3(3), 97-105.

Minarno, E. B. (2015). Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid pada Buah

Carica Pubescens Lenne & K. Koch di Kawasan Bromo, Cangar, dan Dataran

Tinggi dieng. El-Hayah, 5(2), 73-82.

Novalina, D., Sugiyarto, & Susilowati, A. (2013). AKTIVITAS ANTIBAKTERI

EKSTRAK DAUN Carica pubescens DARI DATARAN TINGGI DIENG

TERHADAP BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT DIARE. EL-VIVO, 1(1),

1-12.

Nurnasari, E., & Djumali. (2010). Pengaruh Kondisi Ketinggian Tempat Terhadap

Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung . Balittas, 2(2), 45-59.

Permatasari, A. (2014). Transplantasi Tanaman Carica (Carica pubescens) pada

Berbagai Ketinggian di Lereng gunung Lawu dengan Perlakuan Naungan dan

Jenis Pupuk Berbeda. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Tesis.

Pratiwi, S. U. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Priyanto. (2008). Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Keperawatan dan Farmasi.

Depok: Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi.

Purba, I. E., Wandra, T., Nugrahini, N., Nawawi, S., & Kandun, N. (2016). Program

Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: tantangan dan peluang. Media

Litbangkes, 26(2), 99-108.

Purwanto, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Daun Senggani

(Melastoma malabathricum) terhadap Escherchis coli. JKS, 2(2).

Putriantari, M., & Santosa, E. (2014). Pertumbuhan dan Kadar Alkaloid Tanaman

Leunca (Solanum americanum Miller) pada Beberapa Dosis Nitrogen. J. Hort.

Indonesia, 5(3), 175-182.

Reyes, L. F., & Zevellos, L. C. (2003). Wounding stress

increases the phenolic content and antioxidant capacity of purple-

flesh potatoes (Solanum tuberosum L.). Journal of Agricultural and Food

Chemistry, 51, 5296-300.

Rizal. (2009). Pola Kuman dan Kepekaannya di Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru

Kabupaten Sukoharjo . Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 36(5).

Sipahutar, I., Widowati, L. R., & Agus, F. (2013). Dinamika Hara N, P, K Pada Pola

Tanam Sayuran Di Dataran Tinggi Dieng. Jakarta: Balittanah.

12

Widiastuti, I. (2008). Diversifikasi Tanaman Budidaya Carica Papaya di Dataran

Tinggi Dieng untuk Konservasi Lahan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Zaki, S. A., & Karande, S. (2011). Multidrug-Resistant Thyphoid Fever: A Review. J

Infect Dev Ctries, 5(5), 324-337.