uin syarif hidayatullah jakarta studi profil...

104
i UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016 SKRIPSI AHMAD WILDANUL AKHYAR NIM :1113102000072 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OKTOBER/2018

Upload: others

Post on 05-Feb-2020

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016

SKRIPSI

AHMAD WILDANUL AKHYAR

NIM :1113102000072

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

OKTOBER/2018

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

ii

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

v

ABSTRAK

Nama : Ahmad Wildanul Akhyar

NIM : 1113102000072

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Studi Profil Pengobatan Osteoporosis Pada Pasien Rawat Jalan

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016

Masalah dari sebagian besar wanita usia diatas 40 tahun dan pria diatas 60 tahun adalah

deregenerasi sel-sel tulang sehingga dari sebagian besar wanita dan pria mengalami

penurunan massa tulang yang menyebabkan berbagai masalah tulang dan persendian, seperti

kekuatan tulang berkurang, radang persendian, dan pengkroposan tulang. Osteoporosis

merupakan penyakit tulang yang disebabkan karena penurunan massa tulang sehingga tingkat

densitas dan kepadatan tulang menurun menyebabkan tulang rawan terkena fraktur.Hal ini

diperoleh variasi kondisi pada penyakit osteoporosis pasien. Oleh sebab itu penelitian ini

ingin memperlihatkan profil pengobatan pasien rawat jalan osteoporosis dengan metode cross

sectional dengan pengambilan sampel secara keseluruhan (total sampling) di rumah sakit

Fatmawati. Total sampel yang diperoleh 58 orang, wanita 49 (84,5 %) dan pria 9 orang (15,5

%). Pasien mulai terdiagnosis osteoporosis pada usia 40 tahun, mayoritas penderita berusia

≥65 tahun 38 pasien (65,5%). Berdasarkan profil pengobatan pada pasien rawat jalan di

rumah sakit Fatmawati menunjukkan mayoritas pasien menderita penyakit penyerta

Osteoarthritis (60,3 %) dan Hipertensi (29,3 %) sisanya gangguan jantung, diabetes mellitus,

dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah golongan

kalsium dan vitamin D kemudian diikuti oleh bifosfonat, kalsitonin, strontium ranelate, dan

hormon paratiroid. Beberapa peresepan obat dilakukan secara kombinasi hingga 3 kombinasi

obat, dikarenakan beberapa pasien mengalami keluhan dibeberapa lokasi tulang. Hasil yang

didapat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kombinasi obat yang

digunakan dengan jumlah keluhan nyeri/fraktur tulang.

Kata Kunci : Profil Pengobatan, Osteoporosis, RSUP Fatmawati, Kalsium, Vitamin D,

Bifosfonat.

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

vi

ABSTRACT

Name : Ahmad Wildanul Akhyar

NIM : 1113102000072

Study Program : Strate-1 Pharmacy

Title : Study Profile of Osteoporosis Treatment In Outpatient Patients

Fatmawati Center General Hospital 2016

The problem of most women over the age of 40 and men over 60 is the deregeneration of

bone cells so that most women and men have decreased bone mass causing various bone and

joint problems, such as reduced bone strength, joint inflammation, and bone incubation .

Osteoporosis is a bone disease caused by decreased bone mass so that the density and bone

density decreases causing the cartilage to be fractured. This is obtained by the variation of the

condition in the patient's osteoporosis disease. Therefore, this study would like to show the

profile of outpatient treatment of osteoporosis by cross sectional method with total sampling

at Fatmawati hospital. Total samples obtained 58 people, 49 women (84.5%) and men 9

people (15.5%). Patients began to be diagnosed with osteoporosis at age 40, the majority of

patients aged ≥65 years 38 patients (65.5%). Based on the treatment profile of outpatients at

the Fatmawati hospital showed the majority of patients suffering from Osteoarthritis (60.3%)

and hypertension (29.3%) the rest are heart problems, diabetes mellitus, dyslipidemia. Then

the prescription of the largest class of osteoporosis drugs is the calcium and vitamin D groups

followed by bisphosphonates, calcitonin, strontium ranelate, and parathyroid hormone. Some

drug prescribing is done in combination up to 3 combinations of drugs, because some patients

have complaints in some bone locations. The results show significant relationship between

the combination of drugs used with the number of complaints of bone pain / fracture.

Keywords : Study Profile of Treatment, Osteoporosis, Fatmawati Central General Hospital of

South Jakarta, Calcium, Vitamin D, Biphosphonate.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

vii

KATA PENGANTAR

Rasa syukur teramat sangat senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta segala nikmat-Nya kepada kita berupa

kesehatan, pendidikan, kesempatan, serta umur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini, Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

para sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa setia mengikuti ajaran yang disampaikannya

sehingga menuntun umatnya untuk selalu berada dijalan yang benar hingga akhir zaman

Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat yang telah ditentukan oleh

Universitas Islam Negeri Jakarta pada Program Studi Farmasi untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi. Adapun judul skripsi ini adalah “STUDI PROFIL PENGOBATAN

OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

FATMAWATI TAHUN 2016”

Selama penulisan skripsi berlangsung, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai

tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Pembimbing I dan Dr M Yanis Mustja M.Si

Apt. Selaku pembimbing II, dan Dra. Alfina Rianti, M.pharm., Apt, selaku dosen

pembimbing lapangan yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, dan tenaga serta

dengan sabar membimbing dan mengajari sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

2. Kementerian Agama RI yang telah memberikan bantuan beasiswa selama menempuh

pendidikan di Program Studi Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari awal sampai akhir, serta Keluarga besar CSS

MoRA UIN Jakarta yang selalu menjadi penyemangat, inspirasi, serta semua

kebersamaannya selama berkuliah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Arif Soemantri M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Nurmaelis M.Si. Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu/Bapak dosen dan staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Majid dan Ibunda Siti Nuriyah yang selalu

ikhlas tanpa pamrih memberi kasih sayang, dukungan moral, material, nasihat-

nasihat, serta lantunan doa di setiap waktu

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

viii

7. Ibu Nelly Suryani, PhD., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta serta selaku Penasehat Akademik yang selalu membimbing saat masa-masa

kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Rekan terbaik dan kesayangan Linda Mazroatul Ulya yang selalu membantu,

mengingatkan, dan memotivasi hingga sekarang.

9. Teman-teman farmasi terbaik Haka, Faris, Rijal, Abas, Auliyani, Riris, Enjah,

Geraldi, Selvi atas kebersamaan dan kesenangannya

10. Teman sepenelitianku Najmah Mumtazah, terimakasih sebagai tempat berbagi dan

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan penelitian farmasi klinis Aza, Riris, Enjah, Zuha, Ria,

terima kasih telah mau berbagi selama menjalani penelitian.

12. Keluarga besar KMPLHK RANITA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan kebersamaan dan pengalaman dan ilmu selama menempuh pendidikan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Bapak dan ibu dosen pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan

dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

14. Ibu dan bapak seluruh pegawai RSUP Fatmawati Jakarta Selatan yang telah

memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian

15. Teman-teman program studi Farmasi khususnya 2013.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh

karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga

skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juli 2018

Penulis

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

ix

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Wildanul Akhyar

NIM : 1113102000072

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya dengan

judul :

STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library

Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan

akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

(Ahmad Wildanul Akhyar)

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 8 Oktober 2018

Yang menyatakan,

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

x

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS………………………………………....ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……………………………iii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… ............................ .iv

ABSTRAK …………………………………………………………………... ................. v

ABSTRACT……………………………………………………………….. ..................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................. ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..……. 1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 4

1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………... 4

1.3.1. Tujuan Umum……………………………………………………………… 4

1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………………………... 4

1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….…,... . 4

1.4.1. Teoritis……………………………………………………………… ........... 4

1.4.2. Metodologi………………………………………………………….……… 5

1.4.3. Aplikatif…………………………………………………………………... .. 5

1.5. Ruang Lingkup………………………………………………………...... ................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………….……………………………………... 6

2.1. Tinjauan Tentang Tulang………………………………………………………….. .. 6

2.1.1. Struktur Tulang………………………………………………………….….. 6

2.1.2. Fisiologi tulang………………………………………………………….…. 7

2.2. Tinjauan Tentang Osteoporosis……………………………………………………. . 9

2.2.1. Definisi Osteoporosis…………………………………………………… ..... 9

2.2.2. Etiologi………………………………………………………………….. ..... 9

2.2.3. Faktor Risiko Osteoporosis……………………………………………… .. 10

2.2.4. Patofisiologi…………………………………………………………… .... .13

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

xi

2.2.5. Tata Laksana Terapi Osteoporosis…………………………………… ...... .15

2.2.5.1. Terapi Farmakologi………………………………………………... .... 15

2.2.5.2. Terapi Non Farmakologi…………………………………………... ... .24

2.3. Pemeriksaan Laboratorium Osteoporosis ………………………………………… 28

2.3.1. Pemeriksaan X-ray ..................................................................................... 28

2.3.2. Pemeriksaan CT-Scan................................................................................. 29

2.3.3. Pemeriksaan BMD (Bone Mass Density) ................................................... 29

2.4. Tinjauan Tentang Rumah Sakit ................................................................................ 29

2.4.1. Definisi Rumah Sakit.................................................................................. 29

2.4.2. Klasifikasi Rumah Sakit ............................................................................. 30

2.4.3. Jenis Perawatan Rumah Sakit ..................................................................... 31

2.4.4. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................................... 32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………… 33

3.1. Desain Penelitian………………………………………………………………….. 33

3.2. Tempat Penelitian…………………………………………………………………. 33

3.3. Waktu Penelitian………………………………………………………………….. 33

3.4. Kerangka Konsep…………………………………………………………………..34

3.5. Definisi Operasional………………………………………………………………. 35

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian……………………….………………………….. 37

3.7. Kriteria Inklusi dan Ekslusi……………………………………………………….. 37

3.8. Prosedur Penelitian………………………………………………………………... 38

3.9. Analisis Data………………………………………………………………………. 40

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 41

4.1. Analisis Univariat ..................................................................................................... 41

4.1.1. Karakteristik Pasien (Usia, Pendidikan, Penyakit Penyerta) .......................... 41

4.1.2. Diagnosis Laboratorium ................................................................................. 42

4.1.3. Distribusi Nyeri/Fraktur ................................................................................. 43

4.1.4. Profil Terapi ................................................................................................... 44

4.1.4.1. Terapi Farmakologi ............................................................................... 44

4.1.4.2. Terapi Non Farmakologi ....................................................................... 49

4.1.5. Obat Penyerta ................................................................................................. 49

4.1.6. Analisis Bivariat ............................................................................................. 51

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

xii

4.2. Pembahasan .............................................................................................................. 52

4.2.1. Karakteristik Pasien ........................................................................................ 52

4.2.2. Uji Laboratorium ............................................................................................ 53

4.2.3. Persebaran Nyeri/Fraktur ............................................................................... 55

4.2.4. Profil Terapi ................................................................................................... 55

4.2.4.1. Terapi Farmakologi ............................................................................... 55

4.2.4.2. Terapi Non Farmakologi ....................................................................... 57

4.2.5. Obat Penyerta ................................................................................................. 58

4.2.6. Hubungan Keluhan Nyeri dengan Pemberian Terapi Obat ............................ 60

4.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................ 60

4.3.1. Kendala ........................................................................................................ 60

4.3.2. Kelemahan ................................................................................................... 61

4.3.3. Kekuatan ...................................................................................................... 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 62

5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 62

5.2. Saran ................................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………………... 63

LAMPIRAN.………………………………………………………………………….. 67

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat yang Digunakan dalam Terapi Osteoporosis………………………… . 18

Tabel 2.2 Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik ................................................. 19

Tabel 2.3 Anjuran Pemberian Harian Kalsium ……………………………………… . 24

Tabel 2.4 Hubungan Faktor Risiko dengan Kekuatan Tulang …..………………… .... 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………………….. . 35

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Osteoporosis .................................................................. 41

Tabel 4.2 Diagnosis untuk Mengetahui Kondisi Pasien ................................................. 42

Tabel 4.3 Distribusi Nyeri Berdasarkan Lokasi Nyeri Pasien Osteoporosis .................. 43

Tabel 4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Jumlah Keluhan ............................................. 44

Tabel 4.5 Distribusi Penggunaan Golongan Obat Osteoporosis .................................... 44

Tabel 4.6 Penggolongan Jenis Terapi Kombinasi Pasien Osteoporosis ......................... 45

Tabel 4.7 Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati ......... 47

Tabel 4.8 Distribusi Penggolongan Terapi Non Farmakologi ....................................... 49

Tabel 4.9 Obat Penyerta Pasien Osteoporosis Diluar Diagnosis Osteoporosis .............. 50

Tabel 4.10 Hubungan Variabel Keluhan Nyeri Pasien terhadap Terapi yang digunakan

........................................................................................................................ 51

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Tulang……………………………………………………… ..... 7

Gambar 2.2 Mikrogafi Tulang Normal dan Osteoporosis ............................................ 14

Gambar 2.3 Algoritma pencegahan osteoporosis wanita ............................................. 15

Gamber 2.8 Algoritma pencegahan osteoporosis pria .................................................. 16

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...................... 67

Lampiran 2 Surat Perizinan Data dan Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati ............... 68

Lampiran 3 Hasil Grafik ................................................................................................ 69

Lampiran 4 Rekapitulasi Data ........................................................................................ 73

Lampiran 5 Analisis Univariat dan Bivariat .................................................................. 84

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BMD : Bone Mineral Density

CBC : Complete Blood Count

CT-SCAN : Computericed Tomography Scanner

CNTF : Ciliary Neurotropic Factor

DEXA/DXA : Densitometry X-ray Absorptiometry

DM : Diabetes Mellitus

ESO : Efek Samping Obat

GM-CSF : Granulocyte Macrophage- Colony Stimulating Factor

IGF : Insulin Growth Factor

IL-1 : Interleukin-1

IRMPDI : Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data Informasi

LIF : Leukemia Inhibitory Factor

MWD : Micro Wave Diatermi

OPG : OsteoProgesterin

PBM : Peak Bone Mass

PTH : ParaThyroid Hormone

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

RANKL : Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SERM : Selective Estrogen Receptor Modulator

SWD :Short Wave Diatermi

TENS : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

TNF : Tumor Necrosis Factor

TGF : Transforming Growth Factor

TRANCE : TNF Related Activation Induced Cytokine

TSH : Thyroid Stimulating Hormone

US : Ultrasound

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Firman Allah SWT, dalam surat Al Mu’minun ayat 67:

yang artinya : “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,

sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak,

kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian

(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum

itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan

supaya kamu memahami(nya)”.ayat tersebut menggambarkan proses kehidupan manusia.

Salah satu fase adalah fase manusia lanjut usia. Pada fase ini sering muncul berbagai

penyakit. Salah satu penyakit degeneratif manusia adalah Osteoporosis (Ahmad, 2013).

Osteoporosis merupakan ancaman terbesar baik individu dan masyarakat karena

tingginya morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan itu serta biaya keuangan terkait

kesehatan tulang pun turut mempengaruhinya (Dawson-Hughes 2008). Osteoporosis

bukan hanya menyebabkan fraktur tulang, tetapi juga dapat menimbulkan cacat tubuh

seperti kelainan bentuk tubuh, hingga penderitaan dan komplikasi yang bermacam-

macam (Tandra,2008).

Osteoporosis adalah kelainan tulang yang ditandai dengan menurunnya densitas

tulang, gangguan arsitektur tulang dan penurunan kekuatan tulang yang dapat

mengakibatkan fraktur. Banyak pasien tidak menyadari bahwa mereka mengalami proses

osteoporosis dan hanya datang saat tulang mengalami fraktur. Banyak faktor yang

menyebabkan tulang retak, seperti salah posisi duduk, terjatuh, terbentur benda tumpul ,

dan lain lain (Schwinghammer, 2015).

Saat ini banyak permasalahan osteoporosis terutama bagi kalangan perempuan

yang sudah mengalami menopause Hal ini dikarenakan produksi hormon esterogen yang

menurun. fungsi dari hormon esterogen yaitu membantu pembentukan prekursor

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

osteoklast sehingga menyebabkan resorpsi tulang meningkat dan massa tulang

meningkat. Perempuan adalah kelompok yang paling berisiko terkena osteoporosis di

masa tua (Setyorini, 2009).

Pada menopause terjadi defisiensi esterogen yang mengganggu siklus

metabolisme tulang normal. Defisiensi esterogen meningkatkan aktivitas resorpsi

osteoklas tanpa meningkatkan aktivitas osteoblas sehingga resorpsi tulang akan

meningkatkan namun pembentukan oleh osteoblas tidak mampu mencukupi yang dapat

mengakibatkan kehilangan jaringan tulang (Gallagher,2013).

Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini merupakan

masalah masyarakat di negara berkembang. Di Amerika Serikat, osteoporosis menyerang

20-25 juta penduduk. 1 diantara 2-3 perempuan post-menopause dan lebih dari 50 %

penduduk diatas umur 75-80 tahun. Data WHO tahun 2009 menunjukkan bahwa di

seluruh dunia ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis. Pada tahun 2050

diperkirakan bahwa angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada

perempuan dan 3 kali lipat pada laki-laki. Laporan WHO menunjukkan bahwa 50 %

patah tulang adalah patah tulang paha atas yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur

hidup dan kematian. Hasil penelitian white paper yang dilaksanakan bersama

perhimpunan osteoporosis Indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa proporsi penderita

osteoporosis pada penduduk yang berusia diatas 50 tahun adalah 32,3% pada perempuan

dan 28,8% pada laki-laki. Sedangkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS, 2010)

menunjukkan bahwa angka insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah

sekitar 200 dari 100.000 kasus pada usia 40 tahun Angka ini lebih tinggi dibandingkan

negara-negara Asia lainnya (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data Kemenkes RI 2008 menyatakan bahwa dari jumlah sampel

65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) dilakukan oleh Puslitbang Gizi

Depkes RI dan PT Fonterra Brands Indonesia. pada 16 wilayah di Indonesia secara

selected people (Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat dan 13 provinsi lainnya) dengan

metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang) menggunakan alat diagnostik

clinical bone sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini)

sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk

Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan

sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia. Prevalensi

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada laki-laki cenderung lebih tinggi

dibanding perempuan, sedangkan pada usia >55 tahun peningkatan osteopenia pada

perempuan enam kali lebih besar dari laki-laki dan peningkatan osteoporosis pada

perempuan dua kali lebih besar dari laki-laki (Kemenkes, 2008).

Hasil penelitian Amruta T (2015) yang dilakukan di rumah sakit di India

menunjukan bahwa suplementasi vitamin D dan kalsium merupakan peresepan yang

paling umum terjadi diikuti dengan pemberian analgesik, kalsitonin dan bifosfonat. Dari

suplementasi itu terlihat kenaikan kadar serum kalsium dan fosfor pada penderita

osteoporosis di rumah sakit tersebut (Amruta, 2015).

Menurut penelitian Jorg (2014) menunjukkan bahwa alendronate adalah yang

paling sering dipakai dan bifosfonat yang menjadi paling banyak dipakai selama 2-3

tahun (Jorg,2014).

Keterkaitan timbulnya penyakit osteoporosis tidak terlepas dari karakteristik

pasien diantaranya adalah faktor pendidikan menurut Alev (2011) memaparkan bahwa

jumlah tingkat pendidikan terbanyak diperoleh pada pasien dengan tingkat pendidikan

sekolah dasar. Selanjutnya status pendidikan akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan

pasien dalam mengonsumsi obat yang diresepkan (Alev,et.al 2011).

Rumah sakit yang menjadi rujukan nasional untuk permasalahan penyakit

degeneratif adalah RSUP Fatmawati di daerah Jakarta Selatan. Pelayanan unggulan dari

Rumah Sakit Fatmawati adalah pelayanan orthopaedi, untuk penanganan tulang dan

permasalahan tulang lainnya seperti fraktur, trauma dan sebagainya. Salah satu yang

menjadi permasalahan osteoporosis adalah patah tulang(fraktur) dan trauma akibat

terjatuh atau terpleset. Menurut Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of

Osteoporosis timbulnya fraktur dikarenakan faktor risiko terjatuh yang terbagi menjadi

tiga aspek yakni aspek lingkungan, aspek neurologi otot-tulang, dan aspek klinis

(Cosman,2014)

Berdasarkan kesesuaian permasalahan mengenai kasus osteoporosis di RSUP

Fatmawati, terutama pada pelayanan orthopaedi yang berhubungan dengan osteoporosis,

peneliti bermaksud untuk mengetahui profil pengobatan pasien dengan diagnosa

osteoporosis baik terapi secara farmakologi maupun non farmakologi serta mengetahui

karakteristik pasien osteoporosis di Rawat Jalan RSUP Fatmawati periode 2016.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang menunjukkan bahwa penyakit osteoporosis

merupakan penyakit kronis yang harus diobati yang dapat menimbukan masalah bagi

sebagian besar perempuan pada usia diatas 40 tahun dan laki-laki diatas 50 tahun.

Banyak penelitian penyakit osteoporosis yang sudah dilakukan. Penelitian tentang profil

pengobatan osteoporosis di rumah sakit di India menunjukkan bahwa dari peresepan

obat yang paling banyak dilakukan pada obat golongan vitamin D dan kalsium

(Amruta,2015). Penelitian serupa belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati,oleh sebab itu perlu diketahui profil pengobatan osteoporosis yang dilakukan

di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengetahui profil pengobatan osteoporosis pada pasien rawat jalan di

RSUP Fatmawati

2) Mengetahui karakteristik pasien osteoporosis yang dirawat di Rawat Jalan

RSUP Fatmawati

1.3.2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui jenis obat yang digunakan pada pengobatan osteoporosis di

RSUP Fatmawati

2) Mengetahui jenis pengobatan osteoporosis secara non farmakologi di

RSUP Fatmawati

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dalam melihat

penyakit osteoporosis terutama melihat dari aspek karakteristik pasien dan

profil pengobatan yang dijalani.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan literatur tambahan

untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan

penelitian lebih lanjut tentang profil pengobatan pasien osteoporosis.

1.4.3. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan

informasi mengenai pengobatan osteoporosis di RSUP Fatmawati dan rumah

sakit yang mempunyai karakteristik sama dengan RSUP Fatmawati.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian dengan judul “Studi Profil Pengobatan Osteoporosis Pada Pasien

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016” dibatasi pada

identifikasi profil pengobatan osteoporosis di RSUP Fatmawati tahun 2016.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi farmasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian cross-

sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien selama tahun 2016

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Tulang

2.1.1. Struktur Tulang

Tulang adalah substansi paling keras yang ada pada tubuh manusia yang

terdiri dari sel yang berlimpah dan materi ekstraseluler yang keras. Tulang

terdiri dari komponen organik yaitu kolagen dan komponen anorganik yaitu

mineral. Komponen organik mengandung 50 % volume dan 30% berat kering

dari komposit intraseluler kemudian sisanya dibentuk oleh mineral. Mineral

utama dari komposit intraseluler adalah kalsium dan fosfat dimana ketika

pertama kali disimpan mineral berbentuk crystallographically amorf tapi ketika

sudah matang ia akan menjadi mineral apatit yang khas yang komponen

utamanya adalah hidroksiapatit. Komponen kolagen pada tulang memberikan

energi untuk absorbsi dan fleksibilitas tulang sedangkan komponen mineral

membentuk struktur yang kaku dan kuat. Keseimbangan yang baik antara kedua

komponen tersebut dapat mengakibatkan kerusakan tulang dan mengakibatkan

penurunan kekuatan tulang (Rogers, 2011 ; O’Connell M.B. & Vondracek S.,

2008).

Kerangka orang dewasa memiliki dua tipe tulang yaitu tulang kortikal

(compact) dan tulang trabekular (spongy atau cancellous). Jumlah komponen

tulang kortikal dan memiliki efek yang lebih cepat terpengaruh oleh kondisi

yang terkait dengan peningkatan pergantian tulang dibandingkan dengan tulang

kortikal, oleh sebab itu tulang trabecular rentan untuk mengalami kehilangan

massa tulang (David, 2011 ; Walsh, 2014).

Ada empat jenis sel-sel tulang utama yaitu : osteoblas, lining cells,

osteosit dan osteoklas. Osteoblas berasal dari sel induk mesenchymal atau yang

disebut dengan osteoblastic stromal cell yang terletak di sum-sum tulang.

Osteoblas merupakan sel yang berperan pada modulasi pembentukan tulang

baru. Lining cells merupakan sel osteobas yang sedang istirahat atau tidak

bekerja untuk sistem pembentukan tulang. Osteosit merupakan osteoblas yang

tertanam pada tulang selama proses pembentukan dan mineralisasi tulang.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Osteoklas merupakan sel yang berperan pada proses resorpsi tulang (Geusens

2004)

Gambar 2.1 : Struktur Tulang

Sumber : Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula

2.1.2. Fisiologi Tulang

Sel-sel tulang menjalani modelling dan atau remodelling untuk

memungkinkan tulang tumbuh dan beradaptasi sesuai kebutuhan. Modelling

adalah ketika resorpsi tulang dan pembentukan tulang terjadi pada permukaan

yang terpisah (yaitu pembentukan dan resorpsi tidak digabungkan). Contoh dari

proses ini adalah selama peningkatan panjang dan diameter tulang panjang.

Pemodelan tulang terjadi selama kelahiran sampai dewasa dan bertanggung

jawab untuk memperoleh massa tulang dan perubahan bentuk tulang sedangkan

remodelling adalah penggantian jaringan lama dengan jaringan baru. Yang

terutama terjadi pada kerangka dewasa untuk mempertahankan massa tulang.

Proses Remodelling melibatkan pembentukan tulang dan resorpsi tulang yang

saling berkaitan. Remodelling memungkinkan perubahan arsitektur tulang dalam

menanggapi faktor-faktor seperti beban mekanis, tapi tanpa merubah ukuran

kerangka keseluruhan. Dalam kerangka dewasa, 5-10% dari tulang

diremodelling setiap tahun. Remodelling tidak terjadi merata di seluruh kerangka

80 % dari renovasi terjadi di tulang trabekular (David, 2011).

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fisiologi yang lengkap mengenai remodelling tulang belum sepenuhnya

diketahui tetapi diawali dengan sinyal dari sel lining atau osteosit yang dipicu

oleh stres, microfrakture, sistem biofeedback, dan penyakit tertentu yang

berpotensi serta pengobatannya. Sinyal dari lining cell melepaskan berbagai

sitokin dan faktor pertumbuhan. Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-

CSF) dihasilkan oleh sel stroma untuk proliferasi, kelangsungan hidup, dan

diferensiasi dari prekursor osteoklas. Pada tahap kedua prekursor osteoblas

menghasilkan RANKL (receptor activator of nuclear factor kappa B ligand)

untuk berikatan dengan reseptor yang ada pada permukaan prekursor osteoklas

yaitu RANK, setelah itu akan terbentuk sel osteoklas yang matang dan aktif

untuk meresorbsi tulang. Tahap ketiga yaitu osteoklas yang berikatan dengan

matriks tulang melalui reseptor integrin pada membran osteoklas yang

menghubungkan dengan matriks peptida tulang. Resorbsi tulang oleh osteoklas

menghasilkan ion-ion hidrogen melalui pompa proton H+ -ATPase dan enzim

cathesin K. Ion hidrogen mengasamkan bagian yang tersesorpsi oleh osteoklas

yang bertujuan untuk melarutkan komponen mineral pada matriks tulang,

sedangkan cathesin K mencerna matriks organik yang sebagian besar

mengandung collagen tipe I, setelah tulang selesai diresorbsi dan terbentuk

rongga pada tulang, pada tahap keempat adalah dilepaskannya sitokin-sitokin

dan faktor-faktor pertumbuhan yang merupakan osteoblas dewasa pertama dari

mesenchymal stem cells yang kemudian menstimulasi pembentukan sel

osteoblas. Osteoblas dewasa memproduksi osteoprotegerin (OPG) yang

mengikat RANKL, sehingga ikatan antara RANKL dan RANK pada osteoklas

terganggu akibatnya osteoklas mengalami apoptosis sehingga resorpsi tulang

berhenti. Pada tahap kelima, pembentukan tulang dibagi menjadi dua tahap

yaitu, pertama osteoblas mengisi rongga yang telah diresorpsi dengan osteoid

dan yang kedua terjadi proses mineralisasi. Tahap keenam adalah ketika

pembentukan tulang selesai, osteoblas dewasa mengalami apoptosis atau

berubah menjadi lapisan sel atau osteosit Quisecence adalah fase ketika tulang

beristirahat hingga siklus remodelling lainnya dimulai pada bagian tersebut

(O’Connel M.B 2008).

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2. Tinjauan Tentang Osteoporosis

2.2.1. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang dan

porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang

yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa

tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan

penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang

(Tandra, 2008).

Menurut National Institute of Health (NIH) (2001), osteoporosis adalah

kelainan kerangka ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan

dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang

merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas

tulang.

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai berkurangnya massa

tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat

menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga

tulang mudah patah (Supari,2008).

2.2.2. Etiologi

Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam

osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi

akibat kekurangan massa tulang yang terjadi karena faktor usia secara alami.

Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:

1) Tipe I (Post Menopausal)

Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-75 tahun).

Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan

berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular

pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap

defisiensi estrogen.

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Tipe II (Senile)

Terjadi pada laki-laki dan perempuan usia ≥70 tahun. Ditandai

oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa

tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut

Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur

yang disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau dapat pula

akibat pemberian obat yang mempercepat pengeroposan tulang.

Contoh penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,

hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme

(kelebihan horman gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks),

multiple mieloma, malnutrisi, faktor genetik, dan obat-obatan.

2.2.3. Faktor –faktor Risiko Osteoporosis

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor

yang berisiko terkena osteoporosis, antara lain:

1) Riwayat Keluarga

Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga

menderita osteoporosis. Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada

ukuran dan densitas tulang. Perempuan yang mempunyai ibu pernah

mengalami patah tulang panggul, dalam usia tua akan dua kali lebih

mudah terkena patah tulang yang sama. Disamping itu keluarga juga

berpengaruh dalam hal kebiasaan makan dan aktifitas fisik.

2) Jenis Kelamin

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada perempuan. Hal ini

disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun

kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, perempuan pun

mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada

perempuan postmenopause kerapuhan tulang terjadi lebih cepat

dibandingkan dengan pembentukkan tulang .

3) Usia

Kehilangan massa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya

usia. Semakin bertambah usia, semakin besar risiko mengalami

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

osteoporosis karena tulang menjadi berkurang kekuatan dan

kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia

antara 30 sampai 35 tahun. Patah tulang meningkat pada perempuan usia

>45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah tulang baru meningkat

pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang sampai 3-6% pertahun

terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut

penyusutan terjadi sebanyak 1% per tahun. Namun, pada perempuan yang

memiliki faktor risiko penyusutan dapat terjadi hingga 3% per tahun.

Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi penurunan kadar 1,25 (OH)2D

yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam diet,

gangguan absorpsi vitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.

4) Aktifitas Fisik

Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan

pembentukan tulang tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang

terlalu berat pada usia menjelang menopause justru dapat menyebabkan

penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat proses

pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang.

Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot akan memacu tulang

untuk membentuk massa.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik

seperti berjalan kaki pada dasarnya memberikan pengaruh melindungi

tulang dan menurunkan demineralisasi tulang karena pertambahan umur.

Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper (2000),

membuktikan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan penambahan

kepadatan tulang spinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur

pembebanan pada tubuh atau anggota gerak dan penekanan pada aksis

tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.

5) Status Gizi

Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang,

meskipun hal ini mungkin lebih berhubungan dengan variabel luar seperti

zat gizi dan aktivitas fisik yang tidak teratur. Perawakan kurus

cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

risiko terjadinya kepadatan tulang yang rendah. Hubungan positif terjadi

bila berat badan meningkat dan kepadatan tulang juga meningkat..

6) Kebiasaan Konsumsi Asupan Kalsium

Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan

komponen utama pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat

Ca yang terdapat pada kerangka tulang orang dewasa kurang lebih 1

kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan mencapai puncaknya

(Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada periode

PBM ini jika massa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat

menghindari terjadinya osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian

PBM menjadi rendah jika individu kurang berolahraga, konsumsi Ca

rendah, merokok, dan minum alkohol

Kalsium dan vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang

yang kuat. Kalsium juga sangat penting untuk mengatur kerja jantung,

otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh akan semakin

berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh

karena itu, laki-laki dan perempuan lanjut usia membutuhkan konsumsi

kalsium yang lebih banyak.

Konsumsi Ca yang dianjurkan National Osteoporosis

Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50 tahun dan 1200 mg

untuk usia 50 tahun keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu,

keju, mentega, es krim, yoghurt dan lain – lain.

7) Kebiasaan Merokok

Perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan

terkena osteoporosis karena zat nikotin di dalamnya mempercepat

penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen

dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam

menghadapi proses pembentukan tulang.

8) Penyakit Diabetes Mellitus

Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis.

Pemakaian insulin merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang

sehingga meningkatkan pembentukkan kolagen tulang, akibatnya orang

yang kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah terkena

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat

metabolisme vitamin D dan osteoporosis (National Institute Health, 2015).

2.2.4. Patofisiologi

Osteoporosis terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan antara

proses resorpsi tulang dan formasi tulang, dimana secara seluler disebabkan

oleh karena jumlah dan aktivitas sel osteoklas (sel resorpsi tulang) melebihi

dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas (sel formasi tulang). Keadaan ini

mengakibatkan penurunan massa tulang.

Pada menopause terjadi defisiensi esterogen yang mengganggu siklus

metabolisme tulang normal. Fungsi esterogen adalah menekan poliferasi dan

diferensiasi dari osteoklas dan meningkatkan apoptosis osteoklas, menurunkan

produksi sitokin yang menstimulasi osteoklas yaitu IL-1 dan IL-6 dan Tumor

Necrosis Factor (TNF), menurunkan produksi RANKL dan meningkatkan

produksi OPG yang keduanya bekerja menurunkan osteoclastogenesis

(O’Connell M.B & Vondracek S.,2008).

Defisiensi esterogen meningkatkan aktivitas resorpsi osteoklas tanpa

meningkatkan aktivitas osteoblas sehingga resorpsi tulang akan meningkat

namun pembentukan oleh osteoblas tidak mampu mencukupi, yang dapat

mengakibatkan kehilangan jaringan tulang. Perubahan seluler yang terjadi

akibat defisiensi esterogen adalah adanya peningkatan produksi sitokin yaitu

Tumor Necrosis Factor –A (TNF-α), IL-1 dan IL-6. Penurunan OPG pun

menurun akibat defisiensi esterogen akibatnya tidak ada yang mengikat

RANKL, sedangkan RANKL menstimulasi pengaktifan kerja osteoklas

dewasa akibatnya tidak ada yang menghambat kerja osteoklas dan akan terus

mengalami peningkatan (Gallagher et.al., 2013).

Defisiensi kalsium dan vitamin D sering didapatkan pada orang tua,

hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang,

anoreksia, malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat

defisiensi kalsium dapat menyebabkan timbulnya hiperparatiroidime sekunder

yang persisten sehingga akan meningkatkan proses resorpsi tulang dan

kehilangan massa tulang. Aspek nutrisi yang lain adalah defisiensi protein

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang akan menyebabkan penurunan sintesis IGF-1 (Insulin Growth Factor 1)

yang berfungsi membantu mempromosikan perkembangan dan pertumbuhan

tulang serta jaringan lain yang normal. Defisiensi vitamin K juga akan

menyebabkan osteoporosis (Mukti,2011).

Gambar 2.2 : Mikrografi tulang normal dan Osteoporosis

Sumber :Clinical Guide To Prevention and Treatment of Osteoporosis

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.5. Tata Laksana Terapi

2.2.5.1. Terapi Farmakologi

Algoritma Pencegahan Osteoporosis

Gambar 2.3 Algoritma Pencegahan Osteoporosis Perempuan

Sumber : Dipiro, Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.4 Algoritma Pencegahan Osteoporosis Laki-laki

Sumber : Dipiro, Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1) Pengobatan dengan pengukuran BMD (Bone Mineral Density)

Populasi yang perlu pengukuran BMD :

- Untuk perempuan dengan usia ≥ 65 tahun

- Untuk perempuan usia 60-64 tahun postmenopause dengan peningkatan risiko

osteoporotis

- Laki-laki dengan 70 tahun atau yang risiko tinggi

Dari hasil pengukuran BMD, jika T-score >-1, maka nilai BMD termasuk

normal, tetapi tetap diperlukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan

pengobatan, maka pilihan pengobatannya adalah Bifosfonat, Raloxifene, Kalsitonin

(Dipiro et.al , 2005).

Jika T-score -1 s/d -2,5, maka termasuk dalam osteopenia. Dapat dilakukan

monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan pengobatan, maka pilihan

pengobatannya adalah Bifosfonat, Raloxifene, Kalsitonin

Jika T-score <-2,0 dilakukan pemeriksaan lanjut untuk osteoporosis sekunder,

yaitu dengan pengukuran PTH, TSH, 25-OH vitamin D, CBC, panel kimia, tes

kondisi spesifik. Kemudian dilakukan terapi berdasarkan penyebab, bila ada, yaitu

dengan bifosfonat, jika intoleransi dengan bifosfonat maka pilihan pengobatannya

adalah bifosfonat parenteral, teriparatid, raloxifene dan kalsitonin.

Dari hasil pengukuran osteoporosis dengan skor T < -2,5, terapi dapat

dilakukan dengan bifosfonat, jika intoleran dengan bifosfonat pilihan terapi obat

lainnya adalah raloxifen, kalsitonin nasal, teriparatid, Bifosfonat parenteral. Jika

kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian bifosfonat, maka pilihan terapi lainnya

adalah teriparatid.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.1 Obat yang Digunakan Dalam Terapi

Gambaran Pengobatan Osteoporosis yang diakui FDA

Obat(Merek) Dosis Rute Pemberian Efek Samping

Bifosfonat

Alendronat (Fosamax) Pengobatan : 10 mg x 1 hari atau 70 mg x 1

minggu

Pencegahan : 5 mg x 1

hari atau 35 mg x 1 minggu

Oral Dispepsia, nyeri Abdomen, nyeri otot

Ibandronat ( Boniva) Oral : 2,5 mg x1 hari atau 150 mg 1 x 1 bulan

IV : 3 mg x 1 bulan selama

3 bulan

Oral, IV Dispepsia, nyeri punggung, nyeri otot, sakit kepala,

nyeri abdomen.

Risendronat (Actonel,

Atelvia)

IR (Immediate-release) : 5

mg x 1 hari atau 35 mg x 1 minggu atau 150 mg x 1

bulan, DR

(Delayed-release) 35 mg x 1 minggu

Oral Ruam, nyeri perut,

dispepsia, diare, artharaigia

Zolendronat acid (Reclast) 5 mg x 1 tahun IV Reaksi akut (Flu, demam,

myalgia) mungkin akan

terjadi 3 hari setelah minum obat ; jipertensi,

kelelahan,inflamasi, mual,

muntah, nyeri dada.

Kalsitonin

Kalsitonin (Fortical) 200 IU /hari Intranasal Rinitis, Iritasi pernapasan, pusing, pernapasan kering.

Calcitonin (Miacalcin) 100 IU setiap hari lain 200 IU alternatif untuk

pilihan hari.

Subcutan, IM, Intranasal Reaksi tempat injeksi obat, mual muntah, berilusi

Selective Estrogen Receptor Modulator

Raloxifene (Evista) 60 mg x 1hari Oral Arthral, kram lengan, flu

Syndrome peripheral edema

Analog Hormon Paratiroid

Teriparatid (Forteo) 20 mcg x 1 hari Subcutan Hiperkalsemia, mual, rinitis,

arthralgia, nyeri

Antibodi Monoklonal

Denosumab (Prolia) 60 mg setiap 6 bulan Subcutan Dermatitis, ruam, nyeri tulang/otot

Tabel diatas merupakan tabel rekomendasi obat-obat osteoporosis dari FDA salah

satunya adalah bifosfonat yang banyak digunakan oleh penderita osteoporosis di Amerika

Serikat sebagai obat lini pertama untuk terapi osteoporosis. Obat yang masuk dalam golongan

bifosfonat meliputi alendronat, ibandronat, risendronat, dan asam zolendronat. Selanjutnya

lini kedua dan seterusnya adalah golongan kalsitonin, SERM (Selective Estrogen Receptor

Modulator), Parathyroid Hormone Analogue, Antibodi monoklonal.

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Obat yang digunakan dalam terapi osteoporosis, yaitu :

Tabel 2.2 Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik

No Nama Obat Farmakologi

Farmakodinamik Farmakokinetik

1 Vitamin D Mekanisme Kerja

Menstimulasi transport kalsium

usus dan fosfat sehingga

meningkatkan transport kalsium

dalam darah dan tulang (Dale,

et.al,.2012)

Indikasi

Sebagai antiosteoporosis,

imunomodulator, antikarsinogenik,

antipsoriatik. (Setyorini, 2009)

ESO

Hiperkalsemia yang menyebabkan

gangguan ginjal, selain itu juga

menyebabkan sakit kepala, mual,

muntah, mulut kering dan

konstipasi.(Sukandar, 2009)

Absorbsi : Terabsorbsi dengan baik

di saluran cerna. Empedu penting

untuk penyerapan di usus. Absorbsi

bisa menurun pada pasien yang

mengalami penurunan reabsorbsi

lemak.

Distribusi : mengikat ke α-globulin

spesifik, dapat disimpan di jaringan

adiposa dan otot dalam periode

yang lama, secara lambat dilepas

dari tempat penyimpanan dan kulit

dimana vitamin D terbentuk pada

sinar UV.

Metabolisme : Dihidroksilasi dalam

hati oleh enzim vitamin D 25-

hidroksilase ke bentuk calcifediol.

Di ginjal dengan enzim vitamin

D1hidroksilase ke bentuk metabolit

aktif 1,25-dihidrokolekalsiferol

(calcitriol)

Eksresi : Diekresi melalui empedu

dan feses dengan sedikit di urin

(Dewoto, 2007)

Dosis : Dewasa >50 tahun : 400

IU/hari, dosis lazim : 800 – 1000

IU (Drugbank.ca)

2

Kalsium

Mekanisme Kerja

Sebagai kofaktor enzim dan

mempengaruhi aktivitas sekresi

kelenjar endokrin dan eksokrin

(Dipiro et.al 2008)

Indikasi

Mencegah osteoporosis, menjaga

keseimbangan cairan tubuh,

mencegah penyakit jantung,

mengatasi kram, sakit pinggang,

rematik. (Setyorini, 2009)

Absorbsi : Absorpsi kalsium dari

saluran pencernaan dengan difusi

pasif dan transpor aktif. Kalsium

harus dalam bentuk larut dan

terionisasi agar bisa diabsorpsi.

Vitamin D diperlukan untuk

absorpsi kalsium dan meningkatkan

mekanisme absorpsi. Absorbsi

meningkat dengan adanya

makanan.

Distribusi : Kalsium secara cepat

didistribusikan ke jaringan skelet

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

ESO

Gangguan gastrointestinal ringan,

bradikardia, aritmia, dan iritasi

pada injeksi intravena (Rang, et.al,.

2012)

Metabolisme : dimetabolisme

dengan bantuan dari vitamin D

disertai kerja hormon paratiroid.

Adanya metabolit aktif dalam

sirkulasi umum dapat

meningkatkan sintesa protein

pengikat kalsium dalam

enterosit.(DN. Baron, 1995)

Eksresi : Kalsium dieksresikan

melalui feses, urin, dan keringat.

Dosis : 400 - 1400 mg baik dari

asupan diet maupun

makanan.(Burns, et.al 2008)

3

Bifosfonat

Mekanisme Kerja

Memicu osteoblas menghasilkan

substansi yang akan menghambat

dan menurunkan jumlah osteoklas,

sehingga aktivitas osteoklas

terbatas dan menurun.

Indikasi

Mencegah osteoporosis,

mengurangi kejadian patah tulang.

(Comston, 2014)

ESO

Mual, Nyeri abdomen dan

dyspepsia, mempengaruhi fungsi

ginjal dan berisiko pada kerusakan

ginjal akut. (Kawiyana, 2009)

Alendronate : diabsorbsi baik

dalam kondisi perut kosong (untuk

2 jam sebelum makan), penurunan

penyerapan tidak memiliki dampak

yang signifikan terhadap efektivitas

obat. Didistribusikan di jaringan

lunak, kemudian cepat masuk

dalam jaringan tulang. Mengikat

protein plasma sebesar 78 %.

Dieksresikan dalam urin.

Dosis : oral 1 x 10 mg / hari ; 1 x

70 mg/minggu (drugs.com)

Ibandronate : Cepat diserap dari

saluran pencernaan bagian atas.

Bioavabilitas absolut 0,6 % T maks

0,5 – 2 jam. Didistribusikan dalam

sirkulasi sistemik cepat mengikat

tulang mengikat protein plasma 85

– 87 %. Ibandronate menghambat

enzim 1A2, 2A6, 2C9, 2C19, 2D6,

2E1 dan sitokrom P450 3A4.

Eksresi tidak diubah dalam bentuk

urin dan feses melainkan

didistribusikan lagi kedalam darah

dari tulang, total bersihan

ibantronat rendah berkisar 6 – 10

sampai 160 ml/ menit. Pembersihan

ginjal (60 ml/ menit) menyumbang

50 % sampai 60 % dari total

clearence.

Dosis pengobatan/pencegahan :

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

oral 1 x 150 mg /bulan,

IV : 3 mg /3 bulan (drugs.com)

Risendronate : Pada pemberian

peroral, absorbsinya relatif cepat,

(tmax 1 jam) dan terjadi di saluran

cerna atas. Kira-kira setengah dari

dosis yang telah diabsorpsi akan

diekskresi melalui urin dalam 24

jam. Obat yang tidak diabsorpsi

akan dieliminasi dalam bentuk yang

tidak diubah di tinja.

Dosis postmenopausal osteoporosis

/ pencegahan : 1 x 5 mg /hari ; 1 x

35 mg/ minggu ; 1 x 150 mg/bulan

Dosis meningkatkan massa tulang :

1 x 35 mg/minggu. (drugs.com)

Asam Zolendrenat : buruk diserap

di saluran cerna, sehingga lebih

baik digunakan secara intravena,

asam zolendronat dieksresikan oleh

ginjal dalam beberapa tahap dan

waktu paruh 146 jam dengan

pemberian berulang 28 hari. Hari

pertama ditemukan dalam urin 40 ±

16% dari dosis.Sisa obat disimpan

dalam jaringan tulang dan perlahan-

lahan dilepaskan ke sirkulasi

sistemik.alen dimetabolisme dan

diekskresikan oleh ginjal bentuk

tidak berubah dengan kotoran -

kurang dari 3%

(drugbank.ca)

Dosis : IV 5 mg infus tidak lebih 15

menit setiap tahun

Dosis pencegahan : IV 5 mg infus

tidak lebih 15 menit tiap 2 tahun

(drugs.com)

4

Selective

Estrogen

Receptor

Modulators

(SERMs)

Mekanisme Kerja

Raloxifene merupakan reseptor

estrogen selektif yang mengurangi

resorpsi tulang dan menurunkan

pembengkokan tulang. (Dale,

et.al,.2012

Indikasi

Meningkatkan BMD tulang

Absorpsi : Raloxifene diabsorpsi

secara cepat setelah pemberian oral

dengan sekitar 60% dosis oral

absorpsi.

Distribusi : Volume distribusi nyata

sebesar 2348L/kg dan tidak

tergantung dosis. sekitar 95%

raloxifene dan konjugat

monoglukoronid terikat pada

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

belakang dan pinggul sebesar 2-3

% dan menurunkan fraktur tulang

belakang, pencegahan

postmenopausal osteoporosis

(Stevenson, 2005)

ESO

Meningkatkan risiko trombosis

vena dalam sampai tingkat yang

sama dengan yang diamati dengan

estrogen. Bisa juga meningkatkan

hot flashes dan menyebabkan kram

kaki (Enrico, 2009)

protein plasma.

Metabolisme : Raloxifene

mengalami metabolisme lintas

pertama menjadi konjugat

glukoronid dan tidak

dimetabolisme melalui jalur

sitokrom P450.

Ekskresi : Raloxifene terutama

diekskresikan pada feses dan urin.

(drugbank.ca)

Dosis : 60 mg /hari (drugs.com)

5 Kalsitonin Mekanisme Kerja

Kalsitonin menghambat resorpsi

tulang oleh osteoklas dan

mendorong pembentukan tulang

oleh osteoblas. Hal ini

menyebabkan peningkatan massa

tulang dan penurunan kadar

kalsium dalam plasma.

Kalsitonin meningkatkan ekskresi

ionik seperti kalsium, fosfat,

natrium, magnesium, dan kalium

dengan mengurangi reabsorbsi

tubulus, karena itu terjadi

peningkatan sekresi jejunum air,

sodium, potasium, dan klorida.

Indikasi

Mencegah kekeroposan tulang,

pengobatan osteoporosis pada

perempuan yang telah mengalami

sekurang-kurangnya 5 tahun

postmenopausal.

ESO

Menyebabkan rinitis, epistaksis dan

reaksi alergi

Absorbsi : kalsitonin cepat

terabsorbsi dan tereliminasi.

Bioavabilitas mengikuti injeksi

subkutan dan intramuskular.

Bioavabilitas bervariasi antara 3 – 5

% , Volume distribusi : 0,15 – 0,3

L/Kg. Ikatan protein 30 -40 %

Metabolisme : termetabolisme

terutama di ginjal, membentuk

fragmen inaktif pada molekul.

Dimetabolisme juga di darah dan

jaringan perifer.

Eksresi : dieksresi di urin.

(drugbank.ca)

Dosis : 1 x 50 UI /hari diberikan

subkutan/intramuskular, dosis

injeksi dapat ditingkatkan hingga

200 / 400 UI per hari

200 UI diberikan intranasal 1 x 1

/hari (drug.com)

6

Estrogen

dan terapi

hormonal.

Mekanisme kerja

Estrogen menurunkan aktivitas

osteoklas, menghambat PTH secara

periferal, meningkatkan konsentrasi

kalsitriol dan absorpsi kalsium di

usus, dan menurunkan ekskresi

kalsium oleh ginjal. Penggunaan

estrogen dalam jangka waktu

lamatanpa diimbangi progesteron

Absorbsi : diabsorbsi secara baik

oleh saluran cerna, larut dalam air.

Distribusi : estrogen eksogen

distribusinya mirip dengan estrogen

endogen. Estrogen didistribusikan

secara luas ke dalam tubuh dan

umumnya ditemukan pada

konsentrasi yang lebih tinggi pada

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik

meningkatkan risiko kanker

endometrium pada perempuan yang

uterusnya utuh. (Zhao, 2002)

Indikasi

Terapi pencegahan osteoporosis

bagi perempuan, menghilangkan

gejala vasomotor dan atrofi

vulvovaginal yang terkait

menopause (micromedex)

ESO

Peningkatan risiko infark miokard,

stroke, payudara invasif .kanker,

emboli pulmonal dan deep vein

thrombosis (Simona, 2012)

organ target hormon seks.

Sirkulasi esterogen dalam darah

terikat bada albumin, dan Sex

hormone-binding globulin (SHBG)

Metabolisme : Transformasi terjadi

di hati, Estrogen juga menjalani

resirkulasi enterohepatik melalui

konjugasi sulfat dan glukuronida di

hati, sekresi biliaris konjugasi ke

dalam usus, dan hidrolisis di usus

diikuti dengan reabsorpsi.

estrogen dimetabolisme sebagian

oleh sitokrom P450 3A4

(CYP3A4).

Eksresi : Estradiol, estron, dan

estriol diekskresikan dalam urin,

bersama dengan konjugasi

glukuronida dan sulfat.

Dosis : 1 x 0,3 mg/hari (drugs.com)

7 Teriparatid Mekanisme Kerja

Teriparatide meningkatkan formasi

tulang, perubahan bentuk tulang

dan jumlah osteoblast beserta

aktivitasnya sehingga massa tulang

akan meningkat

(prasad, 2016)

Indikasi

Terapi anabolik untuk menjaga dan

memelihara bentuk tulang,

perawatan osteoporosis pada

perempuan pascamenopause dan

laki-laki berisiko tinggi mengalami

patah tulang. di laki-laki dan

perempuan berisiko tinggi

mengalami fraktur dengan

osteoporosis terkait dengan

glukokortikoid sistemik yang

berkelanjutan terapi

(Narayanan, 2013)

ESO

kram kaki, mual dan pusing,

metastase tulang, hiperkalsemia.

(Narayanan, 2013)

Absorbsi : Bioavabilitas sebesar

95% dalam pemberian injeksi

subkutan

Distribusi : di dalam darah, volume

distribusi 0,12 L/kg

Metabolisme : Metabolisme

periferal PTH diyakini terjadi oleh

mekanisme enzimatik non spesifik

di hati

Ekskresi : ekskresi melalui ginjal

Dosis : 60 mg subkutan tiap 6 bulan

(drugs.com)

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.3 Anjuran Pemberian Harian Kalsium

Umur Pemasukan Kalsium

Infant 0 – 6 bulan

6 – 12 bulan

300 mg dari ASI

400 mg dari non ASI

400 mg

Anak-anak 1 – 3 tahun

4 – 6 tahun

7 – 9 tahun

500 mg

600 mg

700 mg

Remaja 10 – 18 tahun 1000 mg

Laki-laki 19 – 49 tahun

>50 tahun

800 mg

1000 mg

Perempuan 19 - 49 tahun

>50 tahun

800 mg

1000 mg

Perempuan Hamil dan

menyusui

Tri semester ketiga 1000 mg

(Clinical Guidance on Management of Osteoporosis 2012)

2.2.5.2. Terapi Non Farmakologi

Terapi Non Farmakologi ditujukan untuk mendukung proses terapi non

farmakologi agar mencapai terapi yang efektif dan aman.

1) Perubahan gaya hidup

Menurut studi epidemiologi tentang besarnya angka risiko terhadap

fraktur osteoporosis. Faktor risiko ini berhubungan dengan kekuatan tulang,

densitas tulang geometri dan/ atau kualitas atau faktor independen dari

kekuatan tulang. Terutama yang berhubungan dengan faktor risiko jatuh.

Beberapa gaya hidup yang menjadi faktor risiko kejadian osteoporosis

dijelaskan di tabel.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.4 : Hubungan Faktor Risiko dengan Kekuatan Tulang

Faktor risiko Hubungan kekuatan tulang, jatuh, dll

Peraturan diet

IMT rendah Kekuatan tulang

Obesitas, Overweight Kekuatan tulang (lainnya?)

Asupan kalsium rendah Kekuatan tulang (jatuh?)

Asupan Natrium tinggi Kekuatan tulang

Asupan kafein berlebih Kekuatan tulang

Penggunaan minum bersoda yang

tinggi

Kekuatan tulang

Lain-lain

Konsumsi alkohol Kekuatan tulang, jatuh

Merokok Kekuatan tulang (lainnya?)

Paparan sinar matahari rendah Kekuatan tulang, jatuh

Penggunaan obat hipnotik sedatif Jatuh

Kondisi rumah yang tidak tepat Jatuh

Fisik yang tidak aktif Kekuatan tulang, jatuh

Berat badan rendah atau IMT rendah adalah faktor risiko patah tulang

yang diketahui dengan baik, sedangkan kelebihan berat badan dan obesitas

pada umumnya dianggap sebagai pelindung terhadap patah tulang (Kanis JA,

et.al 2005).

Seperti faktor gaya hidup yang lebih spesifik terkait dengan diet,

potensi efek samping yang merugikan dari asupan kalsium rendah, asupan

sodium yang tinggi dan konsumsi kafein yang berlebihan dapat berpengaruh

pada kondisi densitas tulang yang kurang baik. Penggunaan minuman soda

berkarbonasi dan lebih banyak lagi pada cola menyebabkan efek yang kurang

baik dengan massa tulang yang lebih rendah. Sehingga menyebabkan

densitas tulang lebih rendah dibanding pada orang yang tidak pernah

mengonsumsi minuman bersoda dan cola (Tucker, et.al 2006).

Konsumsi alkohol berlebihan umumnya dikenali sebagai penyebab

sekunder osteoporosis dan sebagai faktor risiko patah tulang. Alkohol dapat

mengganggu metabolisme tulang melalui efek toksik langsung pada

osteoblas dan secara tidak langsung melalui efek kerangka kekurangan gizi

pada kalsium, vitamin D, dan protein yang lazim pada peminum berat (Kanis

JA, et.al 2005).

Merokok memiliki efek pada tulang yang merugikan dan merokok

saat ini dikaitkan dengan risiko patah tulang yang meningkat . Meskipun

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

telah dilaporkan bahwa efek buruk pada BMD terlihat setelah usia 50 dan

meningkat seiring bertambahnya usia. Merokok telah terbukti juga

mempengaruhi kesehatan tulang secara negatif pada individu muda selama

pematangan tulang (Taes, et.al 2010).

Kekurangan paparan sinar matahari juga menjadi salah satu faktor

risiko terjadinya osteoporosis. Paparan sinar matahari yang minim

menyebabkan kurangnya vitamin D terhadap kebutuhan kesehatan tulang.

Utamanya pada usia lanjut usia, terutama pada penduduk yang tinggal di

kawasan eropa yang jarang terkena paparan sinar matahari secara langsung

dan cenderung rendah (Kroger, et.al 1995).

Penggunaan obat hipnotik-sedatif berperan dalam permasalahan faktor

risiko osteoporosis hal ini erat berhubungan dengan kondisi rumah yang

tidak tepat, karena berhubungan dengan meningkatnya faktor risiko jatuh,

terutama bagi lansia.

2) Nutrisi

Pasien osteoporosis sebaiknya mendapatkan nutrisi yang cukup dan

pemeliharaan berat badan yang ideal. Diet kalsium penting untuk memelihara

densitas tulang. Nutrisi tersebut dapat berupa vitamin D yang bisa didapatkan

dari brokoli, kacang-kacangan, ikan teri, ikan salmon, susu, kuning telur, hati

dan sarden serta paparan sinar matahari.

3) Olahraga

Olahraga seperti berjalan, jogging, menari dan panjat tebing dapat

bermanfaat dalam mencegah kerapuhan dan fraktur tulang. Hal tersebut

dapat memelihara kekuatan tulang (Chisholm-burns et.al , 2008). Prinsip

latihan fisik untuk kesehatan tulang adalah latihan pembebanan, gerakan

dinamis dan ritmis, serta latihan daya tahan (endurance) dalam bentuk

aerobic low impact. Senam osteoporosis untuk mencegah dan mengobati

terjadinya pengeroposan tulang. Daerah yang rawan osteoporosis adalah area

tulang punggung, pangkal paha dan pergelangan tangan (Anonim, 2011).

Terapi fisik dan olah raga tampaknya lebih efektif lagi bila digunakan

dalam strategi pencegahan patah tulang. Berjalan adalah cara praktis untuk

memulai. Latihan renang atau air juga diuntungkan dengan meningkatkan

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kekuatan otot. Latihan gabungan program (ketahanan + aerobic + tubrukan)

direkomendasikan untuk peningkatan BMD tulang belakang (Moreira, 2014).

4) Fisioterapi

Fisioterapi adalah salah satu cabang pelayanan kesehatan yang erat

kaitannya dengan penanganan kelainan fisik dengan mengoptimalkan

gerakan dan fungsi. Secara khusus, fisioterapi melibatkan penilaian,

penentuan jenis penyakit, pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit dan

cedera dengan menggunakan berbagai cara dan teknik fisik. Istilah fisoterapi

sering dipakai bergantian dengan terapi fisik (kemenkes, 2008).

Tujuan dari dilakukannya fisioterapi adalah mengembalikan fungsi

tubuh setelah terkena penyakit atau cedera. Jika tubuh menderita penyakit

atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat diprioritaskan untuk

mengurangi dampaknya.

Dalam penangangan osteoporosis fisioterapi dilakukan untuk

menghilangkan nyeri dikarenakan adanya fraktur akibat dari osteoporosis

atau penurunan densitas tulang. Fisioterapi dapat memulihkan mobilitas

bagian tulang yang mengalami fraktur dan kekuatan otot pada penderita

osteoporosis.

Penanganan fisioterapi harus dengan “perlakuan khusus”, dikaitkan

dengan problematic yang ditimbulkan dengan mengacu pada Fisiologi Usia

lanjut.Proses penuaan pada orang tidak dapat dihindari karena proses bersifat

alami. Penurunan fungsi fisik dan mental ini dapat dipertahankan (agar tidak

lebih menurun dengan pemberian program latihan “kebugaran fisik”), namun

demikian bisa juga menimbulkan gangguan pada berbagai fungsi system

tubuh, disamping itu para lanjut usia rentang dari berbagai penyakit lanjut

usia (sering menyerang usia-usia lanjut). Oleh karena itu penanganan para

lanjut usia harus melalui pendekatan yang bersifat “holistic” (bukan hanya

penyakit/problematiknya dieliminir tapi juga mempertimbangkan factor

lingkungan keluarga, masyarakat dan social).

Beberapa penanganan manajemen osteoporosis penderita osteoporosis

sebagian besar informasinya didapatkan dari dokter keluarga. Tidak semua

dokter mengetahui peran yang dapat dimainkan oleh terapis fisik. rehabilitasi

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan penanganan gejala osteoporosis. Berikut beberapa metode yang

biasanya diterapkan kepada pasien:

1. Program latihan

Beberapa terapi yang termasuk dalam program ini antara

lain teknik memperbaiki postur tubuh, memperkuat otot, latihan

kardiovaskular, dan peregangan (Zehnacker, 2007).

2. Teknik elektroterapi

Terapi ini menggunakan alat dengan daya listrik. Beberapa

terapi jenis ini antara lain ultrasound, terapi laser, terapi diatermi,

dan terapi syaraf dengan stimulasi elektrik (TENS) (Intan, 2012).

3. Fisioterapi manual

Yang temasuk fisioterapi jenis ini adalah pijat, peregangan,

dan pelatihan resistensi tubuh, serta mobilisasi dan manipulasi

sendi. (Zehnacker, 2007).

4. Metode lainnya

Selain metode-metode yang sudah disebutkan di atas,

fisioterapi juga membantu pasien dengan mengoreksi teknik

berolahraga yang salah dan membantu cara menggunakan alat

bantu dengan tepat. Beberapa metode lainnya yang biasa dipakai

adalah hidroterapi, melatih teknik bernapas yang benar, dan

pengobatan akupuntur.

Selain metodenya yang lengkap dan spesifik, fisioterapi

juga bisa dilakukan dengan fleksibel. Artinya, pasien bisa

melakukan fisioterapi di mana saja sesuai dengan kemampuannya,

apakah mau di rumah atau di rumah sakit (Zehnacker, 2007).

2.3. Pemeriksaan Laboratorium Osteoporosis

2.3.1. Pemeriksaan X-Ray

Salah satu cara dalam mendeteksi adanya fraktur osteoporosis adalah

melalui tes radiografi dengan menggunakan sinar X-ray. Foto rontgen tulang

dapat melihat bentuk dan konsistensi tulang, pada tulang yang keropos,

gambarannya akan lebih gelap mendekati gambaran jaringan lunak. Namun

kelemahan dari pemeriksaan ini adalah dibutuhkan kehilangan massa tulang

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

minimal sebesar 30 % agar didapatkan gambaran tulang osteoporosis pada

film foto rontgen, atau jika sudah terjadi patah tulang seperti misalnya fraktur

(patah tulang) kompresi pada tulang belakang. Kelemahan lain dari

pemeriksaan foto rontgen ini adalah tingginya tingkat radiasi dari alat yang

digunakan (Patricia,2016).

2.3.2. Pemeriksaan CT Scan

Teknik pemeriksaan CT Scan menggunakan computerized tomography

(CT) Scanner yang dikombinasikan dengan software komputer untuk

menentukan kepadatan massa tulang biasanya pada tulang belakang.

Quantitative CT (QCT) scans menyediakan detail, gambar tiga dimensi dapat

digunakan untuk mengukur efek penuaan dan penyakit lain disamping

osteoporosis, biasanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit.

membutuhkan radiasi yang besar dibandingkan dengan DXA. Jika DXA

hanya membutuhkan radiasi 1-5 Sv, sedangkan QCT membutuhkan radiasi

sampai 60 Sv (Hadi, 2016).

2.3.3. Pemeriksaan BMD (Bone Mass Density)

Pemeriksaan BMD menggunakan dual energy X-ray absorptiometry

(DXA) mengukur kepadatan massa tulang pada pinggul dan tulang belakang.

Tes ini memberikan hasil yang tepat dan teknik pemeriksaan yang banyak

dipakai secara luas di seluruh dunia untuk mendiagnosis osteoporosis. Bahkan,

DXA ditetapkan sebagai baku emas untuk pengukuran BMD tulang-tulang

sentral (aksial) tubuh, yang meliputi ruas-ruas tulang belakang (vertebrae

lumbal) dan tulang pangkal paha (femur), maupun tulang-tulang perifer (tepi),

seperti tulang-tulang lengan bawah (radius dan ulna).

Adapun tujuan pengukuran densitas tulang atau BMD dengan DXA ini

adalah untuk mendiagnosis osteoporosis, memprediksi risiko patah tulang

(fraktur), dan memonitor terapi atau pengobatan osteoporosis (Hadi,2016).

2.4. Tinjauan Tentang Rumah Sakit

2.4.1. Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari

organisasi kesehatan dan organisasi sosial dan berfungsi menyediakan

pelayanan kesehatan yang lengkap baik secara kuratif dan preventif bagi

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan medis serta perawatan.

Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan

dan riset kesehatan (WHO, dikutip dari Rijadi, 1997).

Rumah Sakit adalah institusi yang bertujuan untuk memberikan

pelayanan kesehatan individual dengan menggunakan sumber daya secara

efektif dan efisien guna kepentingan masyarakat (Griffith 1987).

Menurut PERMENKES No 340 Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat.

2.4.2. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum terbagi menjadi beberapa klasifikasi menurut

PERMENKES No 340 yaitu sebagai berikut :

1) Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit ini memiliki pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan

Medik Spesialis Dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan

medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis. Jumlah tempat

tidur lebih dari 400 buah.

2) Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar,

4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya

dam 2 pelayanan medik subspesialis dasar. Jumlah kamar tidur sedikitnya

200 buah.

3) Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 4 pelayanan spesialis dasar, 4

pelayanan spesialis penunjang medik, dan jumlah kamar tidur minimal 100

buah.

4) Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar.

Jumlah kamar tidur minimal sebanyak 50 buah.

2.4.3. Jenis Perawatan Rumah Sakit

Jenis perawatan yang diadakan di Rumah Sakit :

a. Perawatan penderita rawat tinggal

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit ada lima unsur

tahap pelayanan yaitu :

1) Perawatan intensif adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat

yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya

atau lukanya. Perawatan dilakukan dalam ruangan perawatan intensif

oleh staf medik dan perawatan khusus

2) Perawatan intermediet adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi

kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke

ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet merupakan bagian

terbesar dari jenis perawatan di kebanyakan rumah sakit.

3) Perawatan swarawat adalah perawatan yang dilakukan penderita yang

dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk

diagnostik saja atau penderita yang kesehatannya sudah cukup pulih

dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit

perawatan sendiri (self-care unit).

4) Perawatan kronis adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau

ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Penderita dapat tinggal

dalam bagian terpisah dari rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan

tambahan atau rumah perawatan yang juga dapat dioperasikan oleh

rumah sakit.

5) Perawatan rumah adalah perawatan penderita dirumah yang dapat

menerima layanan seperti biasa tersedia di rumah sakit, dibawah suatu

program yang disponsori oleh rumah sakit. Perawatan rumah ini adalah

penting tetapi sangat sedikit yang diterapkan. Perawatan rumah ini

lebih mudah, dan merupakan jenis perawatan yang efektif secara

psikologis.

b. Perawatan penderita Rawat Jalan

Perawatan ini diberikan pada penderita melalui klinik, yang

menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik di rumah

sakit. Mereka datang ke rumah sakit untuk pengobatan atau untuk

diagnosis atau datang sebagai kasus darurat (Siregar dan Lia ,2003)

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.4. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian berada di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta

Selatan. Pengambilan data dilakukan di Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data

Informasi (IRMPDI) RSUP Fatmawati. Rumah Sakit ini merupakan salah satu

rumah sakit rujukan nasional yang berada di Jakarta. Salah satu pelayanan di

rumah sakit ini adalah rawat Orthopaedi dan Rehab Medik. Pelayanan rawat

orthopaedi adalah salah satu keunggulan dari RSUP Fatmawati, bahkan identik

dengan rumah sakit tulang atau rehabilitasi orthopaedi. Pelayanan Rehab Medik

ditujukan untuk gangguan fisik dan fungsi yang disebabkan oleh keadaan/kondisi

sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterampilan fisik dan

rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fisik yang optimal. Salah satu pelayanan

yang terdapat di rumah sakit ini adalah Muskuloskeletal Rehabilitation (Hands

Rehab, Spine Rehab, Klinik Myofascia, Klinik Shoulder & Elbow Rehabilitation).

Pelayanan ini diberikan pada pasien yang mengalami masalah pada otot dan tulang.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah alat bagi peneliti untuk mengendalikan atau

mengontrol variabel-variabel yang berperan dalam suatu penelitian. Penelitian ini

merupakan penelitian non eksperimental dengan metode cross-sectional yaitu

pengumpulan data variabel untuk mendapatkan profil pengobatan pasien dengan

diagnosa osteoporosis melalui data rekam medik (retrospektif) di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati, besar sampel yang diambil selama tahun 2016.

Analisis dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan profil

pengobatan Osteoporosis dan karakteristik pasien dengan diagnosa osteoporosis.

3.2. Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati dengan alamat JL RS Fatmawati Cilandak Barat kota Jakarta Selatan

Provinsi DKI Jakarta 12430.

3.3. Waktu Penelitian

Pengambilan survei data awal dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2017.

Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2017.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4. Kerangka Konsep

Pasien Osteoporosis yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi

Profil demografi pasien

(jenis kelamin, usia,

pendidikan)

Penyakit penyerta pasien

osteoporosis

Farmakologi Non Farmakologi

Obat Osteoprosis

Obat penyakit

penyerta

Rehab medik,

Nutrisi, Olahraga

Bagian tulang yang

mengalami fraktur/nyeri

(Pinggul,Tulang

Belakang,Pergelangan

tangan)

Penatalaksanaan

Terapi

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara ukur Skala Ukur Kategori

Karakteristik

pasien

Jenis

kelamin

Kondisi fisik yang

menentukan status

seseorang laki-laki

atau perempuan

Melihat

data rekam

medik

Nominal 0. Laki-laki

1. Perempuan

Usia Kategori usia pasien

1) 40 - 50 tahun

2) >50 – 60 tahun

3) >60 – 70 tahun

4) > 70 tahun

Melihat

data rekam

medik

Nominal 0. 40 - 50 tahun

1. >50 – 60 tahun

2. >60 – 70 tahun

3. > 70 tahun

Pendidikan Kategori pendidikan

pasien

1) Tidak

Sekolah

2) SD

3) SMP

4) SMA

5) Perguruan

Tinggi

Melihat

data rekam

medik

Nominal

0. Tidak Sekolah

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Perguruan

Tinggi

Penyakit

penyerta

Penyakit yang

menyertai pasien

yang sedang

menjalani terapi

1) Hipertensi

2) OsteoArthritis

3) Kelainan

Jantung

Jantung

Kongestif

Penyakit

Arteri

Koroner.

Penurunan

Curah

Jantung.

4) Diabetes

Mellitus

5) Dislipidemia

6) Tidak ada

Melihat

data rekam

medis

Nominal 0. Hipertensi

1. OsteoArthritis

2. Kelainan

Jantung

Jantung

Kongestif

Penyakit Arteri

Koroner.

Penurunan Curah

Jantung.

3. Diabetes Mellitus

4. Dislipidemia

5. Tidak ada

Jenis

Diagnosa tes

laboratorium

Tes laboratorium

untuk diagnosa

osteoporosis

bermacam-macam,

yakni sebagai

berikut.

1) Pemeriksaan

X-ray

Melihat

data rekam

medis

Nominal

0. Pemeriksaan X-

ray

1. Pemeriksaan CT-

Scan

2. Pemeriksaan

DEXA untuk

BMD (Bone

Mass Density)

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur Kategori

2) Pemeriksaan

CT-Scan

3) Pemeriksaan

DEXA untuk

BMD (Bone

Mass

Density)

3. MRI

4. Tidak ada

Tulang

Fraktur

Melihat bagian

tulang yang

mengalami fraktur

1 .Pinggul

2 Tulang

Belakang

3 Pergelangan

tangan

4 Lain-lain

Melihat

data rekam

medis

pasien

Nominal 0. Tulang Pinggul

1. Tulang

Belakang

2. Tulang

Pergelangan

tangan

3. Lain-lain

(: Cummings and

Melton 2002.)

Terapi

Farmakologi

Pilihan obat yang

digunakan pada

pasien osteoporosis

1) Kalsium

2) Vitamin D

3) Bifosfonat 4) Agonis

Estrogen

5) Kalsitonin

6) Estrogen/Tera

pi Hormon

7) Hormon

Paratiroid

8) Lain lain

Melihat

data rekam

medis

pasien

Nominal 0. Kalsium

1. Vitamin D

2. Bifosfonat

3. Agonis Estrogen

4. Kalsitonin

5. Estrogen/Terapi

Hormon

6. Hormon

Paratiroid

7. Lain-lain

8. Tidak ada

Terapi non

Farmakologi

Pilihan terapi yang

dijalani

1) Perubahan

gaya hidup 2) Nutrisi

3) Olahraga

4) Fisioterapi

5) Lain-lain

Melihat

data rekam

medis

pasien

Nominal 0. Perubahan gaya

hidup

1. Nutrisi

2. Olahragai 3. Fisioterapi

4. Lain-lain

5. Tidak ada

Jenis

keluhan

Pilihan jenis keluhan

yang diderita

1) Keluhan

tunggal

2) Keluhan

ganda 2

3) Keluhan

ganda 3

Melihat

data rekam

medis

pasien

Nominal

1. Keluhan tunggal

2. Keluhan ganda 2

3. Keluhan ganda 3

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur Kategori

Jenis terapi

farmakologi

Pilihan jenis terapi

yang dijalani

1) Obat tunggal

2) Kombinasi 2

obat

3) Kombinasi 3

obat

4) Kombinasi 4

obat

5) Tidak ada

Melihat

data rekam

medis

pasien

Nominal 1. Obat tunggal

2. Kombinasi 2 obat

3. Kombinasi 3 obat

4. Kombinasi 4 obat

5. Tidak ada

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian

a) Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua data rekam medik pasien rawat

jalan osteoporosis di RSUP Fatmawati tahun 2016. Terdapat 80 sampel, diambil

yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 58 sampel.

b) Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah pasien osteoporosis yang memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu

pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti berdasarkan kriteria-kriteria

yang sudah ditentukan melalui kriteria inklusi dan ekslusi.

3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian

a) Kriteria Inklusi

- Pasien dengan diagnosis osteoporosis perempuan dan laki-laki ≥ 40 tahun

- Pasien dengan rekam medik lengkap dan terbaca

- Pasien rawat jalan yang menderita osteoporosis pada bulan Januari –

Desember 2016

b) Kriteria Ekslusi

- Pasien dengan osteoporosis yang berhubungan dengan penyakit yang

berbahaya (tumor, kanker, AIDS, sakit jiwa)

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.8. Prosedur Penelitian

a) Bagan Alur Penelitian

b) Persiapan (Permohonan Izin Penelitian)

1) Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian

dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Direktur

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan

2) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Rumah Sakit kepada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Survei data awal

Analisis data

Entry Data

Seleksi Rekam medik yang

memenuhi kriteria inklusi

Pengambilan data

Hasil

Interpretasi

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c) Survei data awal

1) Penelusuran data pasien yang pernah mengalami riwayat osteoporosis pada

periode Januari – Desember tahun 2016 di ruang rawat jalan.

2) Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi

3) Pencatatan data di logbook dari rekam medik sesuai dengan yang

dibutuhkan

4) Pengambilan data dilakukan sebagian yang mewakili untuk melihat

kondisi sesungguhnya di lapangan

d) Pelaksanaan Pengumpulan Data

1) Penelusuran data pasien Osteoporosis di ruang rawat jalan Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan periode Januari – Desember 2016

2) Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi

3) Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medik di Instalasi

Rekam Medik berupa

a. Nomor rekam medis

b. Identitas pasien (nama,jenis kelamin, dan umur)

c. Tanggal Perawatan

d. Data Demografi pasien (pendidikan, pekerjaan)

e. Data penggunaan obat terapi pada pasien Osteoporosis

f. Data Hasil Lab (jika ada)

4) Konsultasi dengan tenaga medis terhadap interpretasi hasil data yang

didapat baik dengan dokter maupun apoteker.

e) Manajemen Data

Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan

Osteoporosis yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke

dalam logbook dan komputer.

f) Pengolahan Data

1) Coding

Peneliti melakukan pengkodean untuk mempermudah peneliti

memasukkan data yang diperoleh dari laboratorium dan rekam medis.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Editing

Peneliti melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu

dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan

mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian

3) Entry Data

Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam

program Microsoft Excel dalam bentuk tabel.

4) Cleaning Data

Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan ke

dalam sistem komputer untuk menghindari terjadinya ketidaklengkapan

atau kesalahan data.

3.9. Analisis Data

Analisis data yang pertama dilakukan menggunakan program SPSS versi 2.0,

setelah analisis selesai menggunakan statistik deskriptif. Data yang didapat sesuai

dengan data yang dicatat di lembar pengumpulan data, meliputi data demografi pasien

(Usia, Jenis kelamin, Pendidikan), kemudian data pengobatan farmakologi dan

pengobatan non farmakologi yang dipakai oleh pasien tersebut.

a) Analisis Univariat

Analisis Univariat untuk melihat sebaran data masing-masing variabel

yang ada di kerangka konsep. Adapun variabel yang diteliti berupa

karakteristik pasien osteoporosis meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan.

Kemudian variabel lain yang diteliti berupa keluhan nyeri pasien, diagnosis tes

laboratorium, lalu terapi klinis yang dijalani oleh pasien baik secara

farmakologi maupun non farmakologi.

b) Analisis Bivariat

Analisis Bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi square. Uji

Chi-square adalah uji dengan membandingkan frekuensi yang terjadi

(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspetasi). Bila nilai frekuensi

observasi dengan nilai harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan

yang bermakna (signifikan), sebaliknya jika nilai frekuensi observasi dan nilai

frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna

(signifikan).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik Pasien (Usia, Pendidikan,Penyakit Penyerta)

Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan.

Studi profil pengobatan pada pasien ini menggambarkan secara deskriptif dalam

bentuk persentase. Jumlah pasien yang terdiagnosa osteoporosis di IRMPDI

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan terdapat 80 pasien dalam

setahun. Dan setelah dilakukan penelusuran data rekam medik yang terdiagnosa

osteoporosis terdapat 58 pasien. Jumlah ini sesuai dengan kriteria inklusi dari

penelitian ini.

Tabel 4.1 : Karakteristik Pasien Osteoporosis

No Karakteristik Pasien N= 58 Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 9 15,5

Perempuan 49 84,5

2 Usia

40 – 50 tahun 2 3,4

>50 – 60 tahun 13 22,6

>60 – 70 tahun 19 32,7

> 70 tahun 24 41,3

3 Pendidikan

Tidak Sekolah 2 3,4

SD 9 15,5

SMP 5 8,6

SMA 25 43,1

Perguruan Tinggi 17 29,3

4 Penyakit Penyerta n = 58

Hipertensi 24 41,3

Gangguan Jantung (Jantung

Kongestif, Penyakit Arteri Koroner,

Penurunan Curah Jantung)

12

20,6

Osteoarthritis 39 67,2

Diabetes Mellitus 10 17,2

Dislipidemia 2 3,4

Tidak ada 13 22,4

Dari tabel diatas pasien yang menderita osteoporosis dari jenis

kelaminnya terbanyak dari perempuan ada 49 pasien (84,5 %), sedangkan

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sisanya laki-laki terdapat 9 pasien (15,5 %) Berdasarkan usia yang paling

banyak dari usia >70 tahun yakni sebanyak 24 pasien (41,3 %) dan usia >60

– 70 tahun 19 pasien (32,7%), usia mulai osteoporosis >50 tahun. Usia rata-

rata penderita osteoporosis adalah 67±55 tahun.. Berdasarkan tingkat

pendidikan paling banyak dari SMA sebanyak 25 pasien (43,1 %) dan

perguruan tinggi sebanyak 17 (29,3 %).

Beberapa pasien mempunyai riwayat terapi dengan penyakit lain.

Berbagai penyakit meliputi pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati. Dari 58

pasien penyakit penyerta pasien meliputi. Berdasarkan pada tabel diatas juga

menunjukkan pasien osteoporosis pada saat menjalani rawat jalan memiliki

beberapa penyakit penyerta dari 58 pasien. Terbanyak memiliki penyakit

penyerta osteoartritis sebanyak 39 orang (67,2 %), dan hipertensi sebanyak 24

orang (41,3 %).

Dari data tersebut beberapa pasien memiliki penyakit penyerta lebih

dari satu penyakit sehingga variasi dari penyakit penyerta dari pasien

bermacam-macam.

4.1.2. Diagnosis Laboratorium

Dalam menunjang diagnosis pasien terhadap penyakit perlu

dilakukannya uji laboratorium. Penyakit osteoporosis dapat diuji oleh beberapa

tes pengujian laboratorium. Pasien osteoporosis sebagian besar melakukan tes

laboratorium untuk mendiagnosis kondisi permasalahan tulang yang diderita.

Data yang diperoleh dari hasil tes laboratorium bersifat objektif. Jumlah pasien

yang melakukan pengujian laboratorium sebagai berikut.

Tabel 4.2 : Diagnosis untuk Mengetahui Kondisi Pasien Osteoporosis

No Uji Laboratorium Jumlah (n = 58) Persentase (%)

1 X-ray (radiografi) 17 29,3

2 CT- Scan 2 3,4

3 MRI 1 1,7

4 DEXA 5 8,6

5 Tidak ada 36 62

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pasien osteoporosis yang

melakukan diagnosa osteoporosis menggunakan tes radiografi sebanyak 17

pasien (29,3%), kemudian menggunakan DEXA sebanyak 5 pasien (8,6%),

CT-Scan sebanyak 2 pasien (3,4%), MRI sebanyak 1 pasien (1,7%) dan tidak

menggunakan tes laboratorium sebanyak 36 pasien (62%). Hal ini

menunjukkan bahwa tes laboratorium yang paling sering dilakukan di rumah

sakit Fatmawati adalah tes radiografi, dibandingkan CT-Scan dan DEXA.

4.1.3. Distribusi Nyeri/Fraktur

Berdasarkan distribusi nyeri atau fraktur yang dikeluhkan oleh pasien

terdapat beberapa bagian tulang yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan

diagnosa osteoporosis. Data yang diperoleh dari hasil penilaian dokter dalam

mendiagnosa pasien osteoporosis yang bersifat subjektif dari pasien. Keluhan

masing-masing pasien berbeda-beda, beberapa pasien dari 58 pasien

merasakan keluhan lebih dari satu bagian tulang. Penghitungan persentase

berdasarkan perbandingan jumlah persebaran keluhan pada pasien.

Tabel 4.3 : Distribusi Nyeri Berdasarkan Lokasi Nyeri Tulang Pasien

Osteoporosis

No Lokasi Nyeri Jumlah Persentase (%)

1 Tulang Pinggul 14 24,1

2 Tulang Belakang (vertebra) 34 58,6

3 Tulang Pergelangan Tangan 7 12

4 Tulang Lutut (patela) 9 15,5

5 Tulang Bahu 2 3,4

6 Pergelangan kaki (tibia,fibula) Lain - lain 6 10,3

7 Tulang Paha (femur) 3 5,1

Berdasarkan tabel diatas tulang yang sering dikeluhkan nyeri adalah tulang

belakang sebanyak 34 pasien (58,6 %), tulang pinggul sebanyak 14 pasien (24,1 %),

tulang lutut (patela) sebanyak 9 pasien (15,5 %), tulang pergelangan tangan sebanyak

7 pasien (12 %). tulang pergelangan kaki/ tibia, fibula sebanyak 6 pasien (10,3 %),

tulang paha (femur) sebanyak 3 pasien (5,1 %), tulang bahu terdapat 2 pasien (3,4 %).

Hasil tersebut dari 58 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi.

Data rekam medik yang didapatkan pasien mengalami gangguan nyeri dari

satu bagian tempat hingga beberapa bagian tulang yang dikeluhkan sakit.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.4 : Distribusi Pasien Berdasarkan Jumlah Keluhan

No Jumlah Keluhan Jumlah (n = 58) Persentase (%)

1 Keluhan Tunggal 39 67,2

2 Keluhan Ganda 2 17 29,3

3 Keluhan Ganda 3 2 3,4

Keterangan :

Keluhan tunggal : Bagian yang dikeluhkan pada satu bagian tulang (misalnya

tulang belakang ; tulang pergelangan tangan ; dst)

Keluhan ganda 2 : Bagian yang dikeluhkan pada dua bagian tulang (misalnya

tulang belakang, tulang pergelangan tangan ; tulang paha,

tulang belakang ; dst)

Keluhan ganda 3 : Bagian yang dikeluhkan pada tiga bagian tulang (misalnya

tulang belakang, tulang lutut, tulang paha ; dst)

Berdasarkan tabel diatas keluhan pasien terbanyak terdiri dari satu bagian

tulang sebanyak 39 pasien (67,2 %) mengalami keluhan tunggal keluhan ganda 2

bagian tulang 17 pasien (29,3 %), dan keluhan ganda 3 bagian tulang sebanyak 2

pasien (3,4 %)

4.1.4. Profil Terapi

4.1.4.1. Terapi Farmakologi

Berdasarkan profil penggunaan obat yang digunakan untuk terapi

osteoporosis pada pasien penderita osteoporosis sebagai berikut, dapat dilihat

dibawah ini.

Tabel 4.5 : Distribusi Penggunaan Jenis Obat Osteoporosis

No Golongan obat osteoporosis Jumlah Persentase (%)

1 Kalsium 34 58,6

2 Vitamin D 22 37,9

3 Bifosfonat 20 34,4

4 Kalsitonin 3 5,1

5 Esterogen 0 0

6 Hormon Esterogen 0 0

7 Hormon Paratiroid 3 5,1

8 Lain-lain (strontium ranelate) 7 12

9 Tidak ada 8 13,7

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari tabel diatas pasien yang diberikan terapi terbanyak dengan

menggunakan obat golongan kalsium sebanyak 34 pasien (58,6%), golongan

vitamin D sebanyak 22 pasien (37,9% dan) bifosfonat sebanyak 20 pasien

(34,4%).

Data yang didapat di dalam rekam medik pada setiap pasien terdapat

pemakaian obat lebih dari satu golongan, kombinasi terapi ini banyak

diterapkan oleh dokter-dokter spesialis ortopaedi di RSUP Fatmawati. Oleh

sebab itu penghitungan banyaknya golongan obat yang dipakai berdasarkan

pada pemakaian keseluruhan obat pada pasien penderita osteoporosis yang

masuk dalam kriteria inklusi.

Kondisi klinis pasien akan menentukan dokter memberikan peresepan

kepada pasien tersebut. Beberapa data yang didapat pada rekam medik

menunjukkan beberapa pasien menjalani terapi tunggal maupun kombinasi.

Berikut ini adalah gambaran data yang didapat mengenai terapi yang dijalani

oleh pasien penderita osteoporosis di RSUP Fatmawati.

Tabel 4.6 : Penggolongan Jenis Terapi Kombinasi Pasien Osteoporosis

No Jenis Terapi Jumlah (n=58) Persentase (%)

1 Obat Tunggal 20 34,5

2 Kombinasi 2 obat 21 36,2

3 Kombinasi 3 obat 3 5,2

4 Kombinasi 4 obat 4 6,9

5 Tidak ada 10 17,2

Keterangan :

Obat tunggal : obat yang diberikan ke pasien secara tunggal atau dari

satu golongan obat

Kombinasi 2 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari dua

kombinasi obat atau dari dua golongan obat

Kombinasi 3 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari tiga

kombinasi obat atau dari tiga golongan obat

Kombinasi 4 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari empat

kombinasi obat atau dari empat golongan obat

Tidak ada : Tidak diberikan terapi obat kepada pasien selama

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menjalani terapi

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis terapi yang paling banyak

diberikan yakni kombinasi dua obat sebanyak 21 pasien (36,2 %), selanjutnya

terapi obat tunggal sebanyak 20 pasien (34,5 %), Kombinasi empat obat

sebanyak 4 pasien (6,9 %), Kombinasi tiga obat sebanyak 3 pasien (5,2 %),

dan tidak menjalani terapi obat sebanyak 10 pasien (17,2 %).

Obat-obat yang digunakan pada pasien penderita osteoporosis

kebanyakan dari obat merk dagang, berikut ini adalah obat-obat yang

diresepkan dokter untuk pasien penderita osteoporosis.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.7 : Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati

No Nama Obat Golongan Komposisi Dosis f/hari Efek Samping

1 Kolkatriol

(bersama

makanan)

Vitamin D Kalsitriol 0,25 mcg

/kapsul

lunak

2 x 1 sindroma

hiperkalsemia,

intoksikasi

kalsium

2 Osteocal

(bersama/tanpa

makanan)

Kalsium CaCO3

1250 mg

1250 mg/

tab

1-2 x 1

Kembung, diare,

atau konstipasi

3 Actonel

(Sebelum

makan)

Bifosfonat Na

Risendrona

t

Lepas

segera : 5

mg/ tab

lapis film/

hari

Lepas

tertunda :

35 mg/tab

lapis film/

minggu

1 x 1/

hari

1 x 1/

minggu

Nyeri perut,

abdomen, ruam

kulit

4 Cavit D3

(Sesudah

makan)

Kalsium/

Suplemen

CaHPO4

500 mg,

Vitamin D

133 IU

500 mg

/tab

1 x 1 peningkatan

mineral darah

seperti fosfat atau

kalsium

(hiperkalsemia),

(Hiperfosfatemia)

5 Boniva

(Sebelum

makan)

Bifosfonat As

Ibandronat

3 mg/3 ml

larutan

injeksi

150 mg/tab

1 x 1/ 3

bulan

1 x 1 /bulan

Nyeri kekakuan

sendi, otot , sakit

kepala, gangguan

pencernaan, mual, diare.

6 Ossoral 800

(Sebelum

makan)

Lain-lain Ossein

hydroxyap

atite 800

mg

800 mg /

kaplet

salut

selaput

2-4 x 2 Ossoral dapat

ditoleransi

7 Allovel

(Sebelum

makan)

Bifosfonat Alendronat

e Na 10

mg

10 mg/ tab 1 x 1 Nyeri dan distensi

abdomen, diare

atau konstipasi,

kembung, nyeri

muskuloskletal,

sakit kepala.

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.7 : Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati

No Nama Obat Golongan Komposisi Dosis f/hari Efek Samping

8 Kalsium Sitrat Kalsium Kalsium

Sitrat

1 – 1,5 g

/tab dalam

dosis

terpisah

1 x 2 Konstipasi,

gangguan

lambung, mual,

muntah.

9 CaCO3

(Bersama

makanan)

Kalsium CaCO3 1-1,2 g /

tab

1-2 x 1 Hiperkalsemia,

gangguan

lambung, mual

muntah

10 Bone one

(bersama

makanan)

Vitamin D Alfacalcid

ol 0,5 mcg

0,5

mcg/tab

1 x 1 Mual, muntah,

sembelit, mulut

kering.

11 Miacalcic 50

IU, Miacalcic

100 IU untuk

larutan injeksi

(Parenteral)

Kalsitonin Kalsitonin

tiap 2 ml

terdiri 400

IU

100 IU

atau 50 IU

/larutan

injeksi

1 x 1

atau

2 x 1

Wajah memerah,

diare, kelelahan,

nyeri persendian,

sakit kepala

12 Protos

(2 jam sesudah

makan)

Lain-lain Strontium

ranelate 2

g

2 g/ sachet 1 x 1 Mual, diare, sakit

kepala, dermatitis,

eksim,

tromboemboli

vena, kehilangan

daya ingat, kejang

13 Kalsium 95 Vitamin/

Suplemen

Coral Ca

500 mg,

natural soy

isoflavone

20 mg, vit

D3 200 iu,

vit K1 25

mcg, Mg

100 mg,

Zn 5 mg,

boron 1

mg.

1100 mg

/kaplet

salut

selaput

1-3 x 1 Dapat ditoleransi

dengan dosis

yang dianjurkan

14 Forteo Hormon

Paratiroid

Teripatid 250 mcg/

1 ml

larutan

injeksi

20 mcg

x 1

(subkut

an)

kram kaki, mual

dan pusing

15 Hibone

(sesudah

makan)

Kalsium/

Suplemen

calcium

600 mg,

bonistein

15 mg,

vitamin k1

0.1 mg,

vitamin d3

200 iu

600 mg/

tab

1-2 x 1 Dapat ditoleransi

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.4.2. Terapi Non Farmakologi

Berdasarkan profil terapi non farmakologi yang digunakan untuk terapi

osteoporosis pada pasien penderita osteoporosis sebagai berikut, dapat dilihat

dibawah ini.

Tabel 4.8 : Distribusi Penggolongan Terapi Non Farmakologi

No Terapi non farmakologi Jumlah Persentase (%)

1 Perubahan gaya hidup 43 75,8

2 Nutrisi 2 3,4

3 Olahraga 23 39,6

4 Fisioterapi 27 46,5

5 Lain-lain 2 3,4

6 Tidak ada 1 1,7

Dari Tabel diatas dapat ditemukan pasien yang menggunakan terapi

non farmakologi terbanyak adalah dengan anjuran melaksanakan perubahan

gaya hidup sebanyak 43 pasien (75,8 %), lalu anjuran melaksanakan

fisioterapi sebanyak 27 pasien (46,5 %), Olahraga sebanyak 23 pasien (39,6

%), Nutrisi dan terapi lain-lain sebanyak 2 pasien (3,4 %), dan tidak

melakukan terapi non farmakologi 1 pasien (1,7 %).

4.1.5. Obat Penyerta

Disamping adanya penyakit penyerta beberapa obat penyakit penyerta

diresepkan dalam proses berlangsungnya terapi osteoporosis ini. Pasien

menjalani terapi penyakit penyerta disamping menjalani terapi utama

osteoporosis, beberapa penyakit penyerta adalah hipertensi, osteoarthritis,

diabetes mellitus, gangguan jantung (Jantung Kongestif, Penyakit Arteri

Koroner,Penurunan Curah Jantung), dan dislipidemia. Data yang diperoleh

dari hasil kajian rekam medik pada masing-masing pasien yang terdiagnosis

osteoporosis. Jumlah pasien yang memperoleh terapi penyerta sebagai berikut.

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.9 Obat penyerta pasien osteoporosis diluar diagnosis osteoporosis.

No Jenis Diagnosis Obat Jumlah

1 Hipertensi 1. Candersartan

2. Hidroklorotiazid

3. Amlodipin

4. Ramipril

5. Captopril

6. Valsartan

7. Micardis

4

1

14

2

2

3

2

2 Gangguan Jantung 1. Ardium

2. Digoxin

3. Diltiazem

4. Clopidogrel

5. Concor

6. Ascardia

7. Simarc

8. Amiodaron

9. Verapamil

10. Nitrokaf

11. Spironolakton

1

1

2

2

3

3

4

1

2

3

1

3 Osteoartritis 1. Ultracet

2. Glukosamin

3. Na.Diklofenak

4. Methotrexate

5. Meloxicam

6. Forres

7. Mecobalamin

8. As Mefenamat

9. Ibuprofen 10. Celebrex

6

21

6

1

9

1

7

2

1 1

4 Diabetes Mellitus 1. Glikuidon

2. Glimepirid

3. Metformin

4. Akarbose

5. Lantus

1

2

7

3

1

5 Dislipidemia 1. Simvastatin

2. Atorvastatin

6

1

Dari tabel diatas dari golongan obat antihipertensi penggunaan

terbanyak adalah amlodipin sebanyak 14 pasien, kemudian obat gangguan

jantung meliputi Jantung Kongestif, Penyakit Arteri Koroner, Penurunan

Curah Jantung adalah Simarc (Warfarin sodium) sebanyak 4 pasien dan

Concor, ascardia, nitrokaf sebanyak 3 pasien, obat osteoartritis adalah

glukosamin sebanyak 21 pasien, obat antidiabetes adalah metformin sebanyak

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7 pasien, obat dislipidemia adalah simvastatin sebanyak 6 pasien. Hal ini

menunjukkan obat-obat diatas adalah obat yang paling umum diresepkan oleh

dokter di RSUP Fatmawati untuk penyakit hipertensi, gangguan jantung,

osteoartritis, diabetes mellitus dan dislipidemia. Sesuai yang disebutkan pada

tabel diatas.

4.1.6. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat korelasi antara keluhan nyeri

pasien dengan jenis terapi obat yang diberikan kepada pasien.

Tabel 4.10 Hubungan variabel Keluhan nyeri pasien terhadap terapi

yang digunakan.

Keluhan

Nyeri

Jenis Terapi Total

Tunggal Kombinasi

2 obat

Kombinasi

3 obat

Kombinasi

4 obat

Tidak ada

N % N % N % N % N % N %

K Tunggal 17 43,6 15 38,5 0 0 1 2,6 6 15,4 39 100

K.G 2 3 17,6 6 35,3 2 11,8 3 17,6 3 17,6 17 100

K.G 3 0 0 0 0 1 50,0 0 0 1 50,0 2 100

Total 20 34,5 21 36,2 3 5,2 4 6,9 10 17,2 58 100

Keterangan :

K (Keluhan) Tunggal : Keluhan nyeri pasien terdapat pada satu bagian tulang

(misalnya tulang belakang, tulang paha, tulang pergelangan

tangan, dst)

K.G (Keluhan ganda) : Keluhan nyeri pasien terdapat pada dua atau lebih bagian

tulang yang tercatat di dalam rekam medis pasien.

Uji analisis bivariat ini menggunakan uji chi square yakni

membandingkan hubungan tabel pada baris dan kolom di tabel tersebut.

Variabel yang terlibat dalam analisis ini adalah jumlah keluhan sebagai

variabel independen dan jenis terapi obat sebagai variabel dependen. Lalu

hasil analisis menggunakan uji chi square, nilai A Symp. Sig adalah 0,09

sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap

kedua data tersebut.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2. Pembahasan

4.2.1. Karakteristik Pasien

Terlihat dari tabel ditemukan bahwa penderita osteoporosis mulai

ditemukan pada umur 40 tahun dan banyak didominasi dari golongan umur

diatas 70 tahun, yang tergolong manula (manusia lanjut usia). Hal ini sejalan

dengan Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan) osteoporosis

yang menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia pada prevalensi

osteoporosis meningkat. Studi telah menunjukkan bahwa setelah usia 60 tahun,

hampir ⅓ populasi dipengaruhi oleh osteoporosis. Umur sangat erat kaitannya

dengan kejadian osteoporosis, hal ini dikarenakan pada usia lanjut fungsi organ

tubuh berkurang, tak terkecuali tulang, densitas tulang secara berangsur pun

akan menurun dan dapat memicu terjadinya osteoporosis (Lindhee, 2008).

Penderita osteoporosis banyak didominasi oleh perempuan daripada laki-

laki. Hal ini serupa dengan penelitian Gunawan, dkk tahun 2006 di rumah sakit

Medistra tingkat kejadian osteoporosis pada perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Kejadian osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih

tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa disebabkan karena menopause dimana

kadar hormon esterogen mulai menurun, sehingga kepadatan tulang menurun

juga. Esterogen sendiri berperan penting dalam pertumbuhan dan pematangan

tulang sebagai pengatur pergantian sel-sel tulang pada tulang dewasa. Pada

perempuan yang mengalami menopause akan mengalami kehilangan korteks

tulang yang diinduksi karena penurunan produksi esterogen, sehingga

peningkatan resorpsi tulang dan arsitektur tulang mengalami destruksi secara

lokal (Vaananen, 1996).

Selain itu karakteristik lain yang tercatat adalah berdasarkan pendidikan

pasien, dari data diatas terdapat pendidikan SMA merupakan jumlah terbanyak,

lalu dari perguruan tinggi, SD sebanyak, SMP sebanyak, Tidak sekolah

sebanyak.. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan pasien yang

menderita osteoporosis sudah cukup baik, hal ini juga dikarenakan kondisi

wilayah tempat tinggal pasien yang masih berada di sekitar JABODETABEK,

Kondisi wilayah tempat tinggal yang sudah perkotaan dan menunjukkan sarana

dan prasarana pendidikan sudah cukup baik serta mendukung warga-warga yang

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tinggal di wilayah tersebut untuk menempuh pendidikan. Kondisi pendidikan

pasien yang tinggi dapat memberikan pengaruh pada penerimaan informasi

dalam melakukan terapi, semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka

semakin mudah penerimaan informasi tentang terapi osteoporosis serta

kepatuhan pasien tinggi, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka

semakin sulit penerimaan informasi mengenai terapi serta kepatuhannya rendah.

Pemberian informasi baik berupa informasi penyakit ataupun konseling

pengobatan (Cevikoi, 2011).

Beberapa pasien yang dirawat jalan di rumah sakit Fatmawati memiliki

beberapa keluhan penyakit lain secara bersamaan maupun memiliki riwayat

penyakit yang sedang diderita. Dari data yang diambil di IRMPDI, pasien rawat

jalan osteoporosis di rumah sakit fatmawati memiliki keluhan penyakit penyerta

selain keluhan pada osteoporosis. Data terbesar pasien osteoporosis di fatmawati

memiliki penyakit penyerta berupa masalah peradangan pada tulang seperti

Osteoarthritis, Spondilitis, Spinal Stenosis, kemudian gangguan sirkulasi darah

dan jantung seperti Hipertensi, Jantung Kongestif, Arteri Koroner, Penurunan

Curah Jantung, gangguan metabolik seperti Diabetes Mellitus tipe 2,

Hiperlipidemia.

Pasien osteoporosis di rumah sakit fatmawati kebanyakan berasal dari

golongan usia(40 – 70 tahun) dan (>70 tahun). Pada kondisi usia yang sudah

lanjut terdapat penurunan fungsi tubuh secara alamiah pada pasien yang dirawat

sehingga beberapa pasien mengalami penyakit penurunan fungsi organ tubuh

seperti jantung, pankreas. Menurut data dari RISKESDAS prevalensi penyakit

tidak menular terbanyak adalah penyakit sendi, selanjutnya hipertensi, penyakit

jantung, dan diabetes mellitus (Riskesdas, 2013).

4.2.2. Uji Laboratorium

Dalam meningkatkan diagnosa penyakit osteoporosis, maka dilakukan

pengujian laboratorium terhadap penyakit tersebut. Di rumah sakit Fatmawati

beberapa pengujian dilakukan kepada pasien osteoporosis rawat jalan, Data

terbanyak menunjukkan di rumah sakit ini pasien kebanyakan diperiksa

dengan X-ray atau sinar X, merupakan salah satu bentuk dari radiasi

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

elektromagnetik dengan pemberian radiasi ionisasi dalam jumlah kecil pada

tubuh untuk menghasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. X-ray

sering digunakan untuk melihat fraktur tulang dan bagian dada seseorang.

Kemudian CT Scan dan MRI beberapa cara yang bisa dilakukan dalam

mendiagnosis osteoporosis, namun tes ini jarang dilakukan, CT Scan

merupakan perkembangan dari X-ray, digunakan untuk mendapatkan

gambaran dalam dari berbagai sudut organ di seluruh tubuh. CT Scan sangat

sensitif untuk mendeteksi penyakit di jaringan lunak, dan juga memberikan

gambar organ internal yang tidak mungkin digambarkan dengan bantuan X-

ray. MRI merupakan suatu alat diagnostik untuk memeriksa dan mendeteksi

tubuh menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi

radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif. Kelebihan

MRI jika dibandingkan peralatan lain adalah gambar yang dihasilkan lebih

jelas serta dapat dilihat dari berbagai sisi tanpa melibatkan penggunaan radiasi,

MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas

dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama

otak, sumsum tulang belakang dan susunan saraf dibandingkan pemeriksaan

X-ray dan CT Scan (Sekarsari,2017).

Penyakit osteoporosis salah satunya dapat didiagnosis dengan

pengukuran BMD (Bone Mineral Density) dengan DXA (Dual X-ray

Absormetry). Penggunaan metode ini merupakan metode terbaik dalam

mengukur fraktur tulang. Keuntungan dari DXA tidak invasif, tingkat paparan

radiasi rendah, dan waktu pengujian cepat. Kerugian dari DXA

ketidakmampuan untuk membandingkan keakuratan hasil dari satu pusat ke

yang lain. Dari pengukuran ini densitas tulang dapat diketahui sehingga

diagnosis yang dilakukan terukur dan dapat melakukan tata laksana

pengobatan selanjutnya beserta monitoringnya (Juliana, 2014).

Menurut data yang didapat bahwa di rumah sakit Fatmawati

pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density) tergolong jarang dilakukan oleh

pasien, beberapa alasan salah satunya pemeriksaan BMD cukup mahal, dan

tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan pemerintah. Tetapi dari sampel yang

diambil 62 % pasien rawat jalan rumah sakit Fatmawati tidak melakukan uji

laboratorium. Hal ini dikarenakan berdasarkan keputusan dari dokter yang

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memeriksa pasien osteoporosis mengenai diagnosis penyakitnya, sehingga

diagnosis dokter hanya berdasarkan penilaian subjektif dari pasien yang

diperiksa.

4.2.3. Persebaran Nyeri/Fraktur

Berdasarkan tingkat persebaran nyeri/fraktur pada pasien penderita

osteoporosis terdapat pada beberapa titik. Menurut catatan rekam medis tulang

yang sering dikeluhkan nyeri adalah tulang belakang, tulang pinggul, tulang

lutut (patela), tulang pergelangan kaki/ tibia, fibula), tulang paha (femur),

tulang bahu. Pada pasien osteoporosis di RSUP Fatmawati ini beberapa pasien

mengalami keluhan nyeri lebih dari satu bagian tulang. Menurut Americans

Academy of Orthopaedic Surgeons bahwa fraktur/keluhan nyeri tulang yang

paling sering terjadi pada bagian tulang belakang (vertebra) fraktur tulang

belakang ini disebut fraktur kompresi vertebral terjadi pada hampir 700.000

pasien setiap tahunnya. Fraktur ini hampir dua kali lebih umum seperti fraktur

lainnya yang biasanya terkait dengan osteoporosis, seperti patah pinggul dan

pergelangan tangan. Fraktur kompresi vertebra menyebabkan nyeri punggung.

Rasa sakit biasanya terjadi di dekat lokasi frakturnya itu sendiri. Fraktur

kompresi vertebra paling sering terjadi di dekat lingkar pinggang, serta sedikit

di atasnya (dada tengah) atau di bawahnya (punggung bagian bawah). Menurut

Amy H Warriner, dkk fraktur yang paling mungkin terjadi karena osteoporosis

meliputi leher femoralis, patah tulang patologis vertebra, fraktur vertebra

lumbal dan toraks, panggul, dan fraktur tertutup pada batang humerus, radius,

ulna dan femoralis. Sebaliknya, fraktur terbuka pada humerus proksimal dan

fraktur tertutup tengkorak, wajah, kaki, skapula, dan jari, fraktur atipikal (yaitu

dada bengkak, laring dan trakea) dan beberapa fraktur bersamaan dinilai paling

tidak mungkin karena osteoporosis. (Amy, 2011). Diantara catatan pasien di

rekam medik mengalami keluhan nyeri pada bagian tulang yang rawan

mengalami pengeroposan.

4.2.4. Profil Terapi

4.2.4.1. Terapi Farmakologi

Profil pengobatan merupakan seluruh obat yang digunakan oleh

pasien penderita osteoporosis, dari beberapa golongan obat yang

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diberikan mempunyai masing-masing tujuan pengobatan kepada

pasien. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan obat pada

pasien dengan diagnosa osteoporosis. Aspek yang dilihat adalah

golongan-golongan obat osteoporosis yang digunakan untuk terapi

pasien. Menurut data yang didapat di rekam medis pasien. Terapi yang

paling sering diberikan adalah menggunakan terapi menggunakan obat

golongan kalsium), selanjutnya golongan vitamin D, bifosfonat,

golongan lain-lain (strontium ranelate) , golongan kalsitonin, golongan

hormon, dan tidak menjalani terapi farmakologi sebanyak 8 pasien ,

sedangkan obat golongan esterogen dan hormon esterogen tidak

digunakan pada pasien penderita osteoporosis di RSUP Fatmawati.

Menurut Amruta (2015) menerangkan bahwa pengobatan yang

dilakukan di rumah sakit yang paling umum untuk terapi pengobatan

osteoporosis adalah dengan suplementasi kalsium dan vitamin D.

Peresepan ini diberikan untuk pencegahan patah tulang osteoporosis

atau pengkroposan tulang lebih lanjut. Pada RSUP Fatmawati

pengobatan yang paling sering diresepkan oleh dokter adalah

menggunakan kalsium dan vitamin D. Hal ini berhubungan dengan

studi lain bahwa menyarankan pemberian kalsium dan vitamin D

pengobatan osteoporosis, menerima setidaknya 800-1000 IU per hari

vitamin D bersama dengan kalsium untuk mengurangi risiko terjatuh

dan patah tulang. Asupan kalsium per hari sebanyak 1200-1500 mg.

Kalsium yang dikonsumsi dari asupan makanan dianggap sebagai

sumber yang optimal namun suplemen kalsium dianjurkan jika sumber

makanan tidak memadai (Dawson-Hughes, et.al., 2010)

Amerika Serikat merupakan negara dengan penderita

osteoporosis yang banyak, menurut survei National Health and

Nutrition Examination 2005-2010 terdapat 99 juta penduduk yang

menderita osteoporosis pada usia diatas 50 tahun (Nicole, et.al., 2014).

Peresepan obat terbanyak tentang pengobatan osteoporosis di Amerika

Serikat adalah menggunakan golongan bifosfonat termasuk alendronat,

risedronat, (dosis harian atau mingguan) dan ibadronat (dosis bulanan)

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Thomas,2007). Hal ini berkaitan dengan golongan obat bifosfonat

yang menjadi pemberian terbanyak setelah kalsium dan vitamin D.

Menurut FDA pada umumnya terapi pengobatan osteoporosis

menggunakan golongan bifosfonat, begitu juga dengan guidelines

lainnya.

Menurut panduan tata laksana terapi farmakologi dari Dipiro

(2015), algoritma pencegahan osteoporosis perubahan gaya hidup

menjadi penanganan pertama pada pasien dengan adanya trauma

fraktur atau nyeri dan gejala osteoporosis. Perubahan gaya hidup ini

didampingi dengan pemberian asupan kalsium 1200 mg/hari dan

vitamin D 800-1000 unit/hari, untuk terapi lini pertamanya adalah

menggunakan bifosfonat hal ini sama dengan yang dilaksanakan di

RSUP Fatmawati. Pengobatan terbanyak yang diberikan adalah dengan

suplementasi kalsium dan vitamin D dan pengobatan lini pertamanya

adalah bifosfonat.

4.2.4.2. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan terapi pendukung untuk

masa pengobatan yang dijalani. Dalam pengobatan osteoporosis ini

terdapat beberapa terapi pendukung saat menjalani terapi obat. Ada

beberapa jenis terapi pendukung untuk terapi osteoporosis yang

umumnya disesuaikan dengan faktor usia, ketahanan tubuh, tingkat

gejala yang diderita, dan lama waktu pasien menderita penyakit

tersebut. Menurut catatan rekam medis pasien penderita osteoporosis

mendapatkan terapi non farmakologi berupa, fisioterapi, intervensi

latihan otot, pemberian nutrisi, dan edukasi perubahan gaya hidup.

Dari data yang didapatkan terbanyak adalah dengan anjuran

melaksanakan perubahan gaya, lalu anjuran melaksanakan fisioterapi,

olahraga, nutrisi dan terapi lain-lain, dan tidak melakukan terapi non

farmakologi satu pasien.

Dalam meningkatkan kepatuhan pasien dokter dan apoteker

akan memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedang diderita dan pengobatan yang sedang dijalani. Pemberian

edukasi ini menuntut pasien untuk mengubah gaya hidup yang dijalani.

Perubahan gaya hidup tersebut meliputi asupan kalsium dan nutrisi

secara umum seperti kalium, protein, dan mineral-mineral lainnya,

latihan beban, pencegahan jatuh, selain itu juga penggunaan pelindung

pinggul, yang bertujuan mengurangi dampak jatuh ke pinggul telah

disarankan (Bergman, et.al., 2011).

Pemberian terapi non farmakologi dengan fisioterapi

merupakan salah satu pilihan di RSUP Fatmawati. Fisioterapi

dilakukan oleh ahli fisioterapis. Fisioterapi yang dilakukan di RSUP

Fatmawati meliputi TENS, SWD, MWD, Diatermi, US. Penggunaan

fisioterapi dalam terapi penyakit osteoporosis adalah untuk

mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman, selain itu juga mampu

meningkatkan perbaikan kekuatan tulang dan otot dan memperlambat

degenerasi tulang, serta digunakan sebagai pengobatan untuk

meningkatkan keseluruhan mobilitas dan postur tubuh, dan untuk

mencegah jatuh dan patah tulang pada tingkat pencegahan primer dan

sekunder lebih lanjut (Swanenburg,et.al., 2003).

Terapi non farmakologi selanjutnya adalah pemberian latihan

atau olahraga kepada pasien. Beberapa latihan yang diberikan adalah

back exercise, mobilisasi fisik, latihan kekuatan otot, peregangan,

aerobik. Selain itu anjuran untuk melakukan olahraga secara rutin

diberikan kepada pasien. Hal ini serupa dengan International

Osteoporosis Foundation rekomendasi latihan merupakan hal yang

penting untuk memelihara dan membangun kekuatan tulang. Salah satu

anjuran latihan yang dilakukan untuk perempuan postmenopausal yang

rentan terhadap osteoporosis adalah peningkatan ketahanan tubuh,

seperti berjalan, berlari selama 20 menit, lalu dengan latihan lompat,

latihan ini dilakukan setelah 6 bulan latihan ketahanan tubuh, dan

terakhir adalah latihan penguatan tubuh seperti latihan beban. Latihan

dalam porsi cukup dan teratur memberikan rangsangan mekanik pada

kontraksi otot tulang belakang dan bagian lain sehingga menstimulasi

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pembentukan tulang (Lane,2006). Selain ketiga latihan tersebut latihan

yang perlu diperhatikan adalah latihan fleksibilitas tubuh yakni

melakukan peregangan pada tubuh. Latihan ini dilakukan sebelum dan

sesudah.

4.2.5. Obat Penyerta

Penyakit penyerta pada pasien osteoporosis akan menjalani prosedur

terapi tersendiri. Dari data yang didapat pertama untuk penyakit hipertensi

obat yang paling sering diresepkan adalah amlodipin. Amlodipin merupakan

obat antihipertensi golongan Calcium Canal Blocker. Menurut National Heart

Foundation of Australia Golongan ini menjadi salah satu rekomendasi umum

dalam terapi hipertensi dengan kombinasi bersama golongan ARB atau ACE

inhibitor. Adanya kombinasi obat ini lebih aman digunakan untuk pasien yang

memiliki riwayat diabetes mellitus dan dislipidemia. Kelebihan amlodipin

tidak memiliki kontraindikasi yang serius seperti golongan obat hipertensi

yang lain, sehingga secara umum penggunaanya lebih aman. Namun risiko

efek samping dari obat ini yang bisa menyebabkan gagal jantung

(Anderson,et.al, 2016).

Kedua untuk penyakit gangguan jantung terdiri dari beberapa jenis

penyakit yaitu jantung kongestif,penyakit arteri koroner,penurunan curah

jantung. Obat yang paling sering digunakan adalah Simarc (warfarin sodium)

sebagai pengencer darah digunakan mencegah penggumpalan darah pada

penderita fibrilasi atrium untuk mencegah stroke , Concor (bisoprolol) sebagai

pengobatan gagal jantung dan menurunkan tekanan darah , Ascardia

(Asetosal) sebagai antiplatelet (menghambat pembekuan darah) digunakan

pada penderita infark miokard dan serangan stroke , Nitrokaf (Gliseril

Trinitrat) digunakan untuk memperlebar pembuluh darah dan membantu

meningkatkan kerja jantung. . Masing-masing penyakit mempunyai karakter

sendiri dalam proses terapinya, namun mempunyai muara yang sama yakni

gagal jantung, dan pengobatannya saling berkesinambungan (Clyde,et.al

2013).

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kemudian osteoartritis merupakan penyakit penyerta yang umumnya

menyerang penderita osteoporosis. Obat yang paling sering diresepkan adalah

Glukosamin. Glukosamin merupakan suplemen yang digunakan secara luas

untuk pengobatan osteoartritis, bertindak sebagai kondroprotektor yang

membantu memperlambat kerusakan dan membangun kembali tulang rawan,

sehingga dapat membantu mencegah osteoarthritis. Obat ini tergolong aman

untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. golongan obat lain seperti NSAID

(non steroidal anti-inflamatory drug) ditujukan untuk mengurangi nyeri akibat

radang dari osteoartritis. Menurut penelitian sebelumnya NSAID

menyebabkan efek samping terhadap gastrointestinal kepada beberapa

penderita osteoartritis sehingga pemakaian perlu dipertimbangkan jika terjadi

efek samping (Karen,et.al. 2000).

Diabetes menjadi penyakit penyerta keempat yang diderita sebagian

pasien osteoporosis di RSUP Fatmawati. Obat yang paling banyak diresepkan

adalah metformin. Menurut American College Physicians memberikan

guideline terbaru bahwa penggunaan metformin menjadi obat lini pertama

untuk pengobatan diabetes tipe 2, sehingga penggunaan obat ini menjadi

paling banyak diresepkan sesuai dengan panduan yang ada. Selain itu

metformin juga tergolong obat yang aman dan efektif untuk pengobatan

diabetes (Romesh, 2018).

Selanjutnya dislipidemia merupakan penyakit kelebihan kadar

kolesterol dalam darah yang memiliki potensi adanya stroke atau penyakit

jantung yang lain. Pada peresepan di RSUP Fatmawati obat yang digunakan

adalah simvastatin. Simvastatin menurut beberapa penelitian golongan statin

merupakan obat yang paling efektif dan aman untuk menurunkan kadar LDL

hingga ≥50 % , selain itu penggunaan statin dikaitkan dengan pengurangan

risiko relatif pada Miokard Infark, revaskularisasi koroner, dan stroke

(Edward, 2017)

4.2.6. Hubungan Keluhan Nyeri dengan Pemberian Terapi Obat

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat, aspek kajian penelitian

ini adalah menghubungkan keluhan nyeri dengan pemberian terapi obat.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keluhan nyeri meliputi keluhan tunggal dan keluhan ganda. Catatan rekam

medis menjadi acuan dalam menentukan hubungan ini. Hasil yang didapat

hubungan antara keluhan nyeri dengan pemberian terapi memiliki hubungan

yang signifikan. Uji statistik dari analisis bivariat ini menggunakan uji chi-

square. Nilai Asymp. Sig didapat 0,009 dari acuan jika analisis berhubungan

dengan nilai <0,05. Maka analisis antara keluhan nyeri dengan pemberian

terapi obat berhubungan secara signifikan.

4.3. Keterbatasan Penelitian

4.3.1. Kendala

Pengambilan data dan jumlah sampel, pada proses pengambilan data

terdapat beberapa pasien yang mempunyai data-data yang kurang lengkap dan

memiliki diagnosis lain dengan kriteria yang diinginkan peneliti. Sehingga

menyebabkan jumlah sampel yang memenuhi semakin sedikit.

4.3.2. Kelemahan

Penelitian deskriptif retrospektif, pada penelitian deskriptif hanya

dapat dilakukan demografi berupa hasil analisis ketepatan untuk mengetahui

profil pengobatan pada terapi yang digunakan oleh pasien. Selain itu metode

retrospektif , dimana waktu kejadian sudah terjadi , tidak dapat dilakukan

pertanyaan langsung kepada pasien

a) Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang masuk ke dalam penelitian sedikit dikarenakan kasus

penderita osteoporosis yang jarang di RSUP Fatmawati.

b) Penelitian ini tidak bisa dibilang seutuhnya rasional, dikarenakan penilaian

diagnosis tidak dilakukan secara langsung, melainkan menarik kesimpulan

dari diagnosis yang tercatat di rekam medis.

4.3.3. Kekuatan

Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RSUP

Fatmawati, maka diharapkan penelitian ini menjadi referensi dan gambaran

profil pengobatan obat di RSUP Fatmawati, dan diharapkan mampu

dikembangkan lagi oleh peneliti lain terkait dengan kasus penyakit

osteoporosis di RSUP Fatmawati.

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari Hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Hasil penelitian menunjukkan terapi obat yang paling sering digunakan di RSUP

Fatmawati adalah terapi menggunakan kalsium dan vitamin D

b. Fisioterapi merupakan terapi non farmakologi yang banyak dilakukan di RSUP

Fatmawati

c. Penyakit penyerta pada pasien rawat jalan osteoporosis paling banyak adalah

osteoarthritis sebanyak 60,3%

d. Obat Penyerta paling banyak digunakan untuk penyakit osteoarthritis adalah

glukosamin, hipertensi amlodipin, penyakit gangguan jantung adalah simarc,

concor, ascardia, nitrokaf, diabetes metformin, dislipidemia simvastatin.

e. Terdapat hubungan antara faktor jumlah keluhan nyeri pasien dengan faktor

pemberian obat kombinasi

5.2. Saran

a. Perlu adanya mencantumkan jangka lama waktu penggunaan obat pasien disaat

menjalani terapi agar menjadi salah satu acuan dalam melihat profil pengobatan

pasien osteoporosis

b. Perlu adanya kolaborasi antartenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan kepada pasien rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta Selatan,

sehingga didapatkan terapi yang efektif, aman, dan tepat.

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Cosman Felicia, et al. 2014. The Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of

Osteoporosis, 12-16, Washington. National Osteoporosis Foundation

Di Piro, J.T., Tailbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 2005.

Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach. 6 Th ed.Vol 5, ( pg 1645-1661)

USA : Mc Graw Hill. P 1205407

I Ketut Siki Kawiyana, 2009. Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan

Terkini. Denpasar. FK UNUD

Adlina Elsa, Fariani Syahrul. 2015. Rasio Risiko Osteoporosis Menurut Indeks Massa

Tubuh, Paritas, dan Konsumsi Kafein. Surabaya. FKM Universitas Airlangga

Tripathy, Amruta. et al. 2015. A Retrospective Study of Clinical Profile and Drug

Prescribing Pattern in Osteoporosis in A Tertiary Care Hospital . Manipal .

Kasturba Medical College.

Bowles K Susan, 2010, Drug Induced Osteoporosis,(pg 203-214). New York, PSAP

Ravn Pernille, et.al .2000. Alendronate in Early Postmenopausal Women : Bone Mass

During Long Term Treatment and after Withdrawal. The Journal of Clinical

Endocrinology and Metabolism

Gallager, J.C. & Tella, S.H. 2013. Controversies in Osteoporosis Management:

Antiresorptive Therapy for Preventing Bone Loss:to Use One or Two

Antiresorptive Agents?. Clinical Obstetrics And Gynecology.

Anonim. 2015. Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. Jakarta.

KEMENKES RI

Anonim. 2008. KMK RI tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis, Jakarta.

KEMENKES RI

Prihatini, Sri. et al. 2010. Faktor Determinan Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi di

Indonesia. Jakarta. Media Litbang Kesehatan

Munawaroh, Arum. 2013. (Skripsi) Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku

Pencegahan Osteoporosis pada Mahasiswi di Universitas Singaperbangsa

Karawang Tahun 2013. Jakarta. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cevikoi Alev, et al. 2011. The relationship between bisphosphonate use and demographic

characteristics of male osteoporosis patient. Sao Paulo. US National Library of

Medicine National Institus of Health

Thomson Tommy, et.al. 2004. Bone Health and Osteoporosis : A Report of the Surgeon

General. Rockville. Office of Surgeon General.

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anonim. 2015. Management of Osteoporosis and the Prevention of Fragility Fractures, (pg

39-40 ; 51-55) Edinburgh, Scottish Intercolleagiete Guidelines Network.

Cosman, F .et,al. 2014, Clinical Guide to Prevention and Treatment of Osteoporosis USA,

(pg 9 ; 12-20 ; 25-28) American Academy of Pain Medicine (AAPM), American

Association of Clinical Endocrinologists (AACE), American Orthopaedic

Association (AOA), American Osteopathic Association (AOA), American

Society for Bone and Mineral Research (ASBMR), and International Society for

Clinical Densitometry (ISCD)

Undang-undang No.44. 2009. Rumah Sakit. Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) No.340. 2010. Klasifikasi Rumah Sakit : Jakarta

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

lib.ui.ac.id/file?file=digital/125608-S-5852-Analisis%20pelayanan-Literatur.pdf diunduh

pada 6 Juli 2018.

Body, J-J. Et.al. 2011, Non-pharmacological management of osteoporosis: a consensus of

the Belgian Bone Club, Belgia, Springer Osteoporosis International.

Anonim, 2008, Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan, Jakarta, Kemenkes RI

Zehnacker CH, Bemis‐Dougherty, 2007, A. Effect of Weighted Exercises on Bone Mineral

Density in Post Menopausal Women A Systematic Review. Journal of Geriatric

Physical Therapy. 2007; 30(2):79-88.

J. Dawane, Dhande P. 2016. Advances in Non-Pharmacological and Pharmacological

Management of Osteoporosis, Vidyapeeth, Department of Pharmacology, Bharati

Vidyapeeth Deemed University Medical College, India.

Messalli, Enrico. Cono Scaffa. 2009. Long-term Safety and Efficacy of Raloxifene in

Prevention and Treatment of Postmenopausal Osteoporosis : an update.

International Journal of Women’s Health

Kling, Juliana. Et.al. 2014. Osteoporosis Prevention, Screening, and Treatment : A Review.

Journal of Women’s Health.

FJ, Demayo. Et.al. 2002. Mechanism of Action of Estrogen and Progesterone. US National

Library of Medicine National Institutes of Health.

Messalli Enrico, 2010, Long-term safety and efficacy of raloxifene in prevention and

treatment of postmenopausal osteoporosis : an update, International Journal of

women’s Health

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anonim, 2015, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI : Data & Kondisi

Penyakit Osteoporosis di Indonesia, Jakarta, Kemenkes RI.

Setyorini, Ayu., Et.al, 2009, Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Kalsium dan

Vitamin D pada Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang, Denpasar. Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

Schwinghammer, T.L. 2015. Chapter 3 : Osteoporosis. Dalam : J.T. Dipiro penyunt.

Pharmacotherapy Handbook 9th

ed. United State of America : McGraw-Hill

Companies. Inc. P.16

Siew, Chan Pheng. Et.al,. 2012, Clinical Guidance on Management of Osteoporosis,

Selangor. (pg 28-37 ; 40-42) Persatuan Osteoporosis Malaysia.

Utomo, Margo. Et.al. (skripsi) 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepadatan

Tulang pada Perempuan Postmenopause, Semarang. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

Tortora dan Derrickson, 2011, Lampung, Tinjauan Pustaka II 1. Sistem Rangka Tulang

Manusia. digilib.unila.ac.id/6846/14/BAB%2011.pdf. diperoleh 20 Maret 2018

Vasiliadis. Haris and Konstantinos Tsikopoulos. 2017. Glucosamine and chondroitin for the

treatment of osteoarthritis. US. World Journal of Orthopedics.

Walker, Bone. et.al. 2000. Medical management of Osteoarthritis. London. The British

Medical Journal.

Anderson, Craig. et.al. 2016. Guideline for the diagnosis and management of hypertension

in adults. (pg 37,38) Melbourne. National Heart Foundation of Australia.

Raz, Itamar. 2013. Guideline Approach to Therapy in Patients With Newly Diagnosed Type

2 Diabetes. Bristol. American Diabetes Association.

Calvert. et.al. 2008. Acute metformin therapy confers cardioprotection against myocardial

infarction via AMPK-eNOS-mediated signaling. US National Library of Medicine

National Institutes of Health.

Khardori, Romesh. 2018. Type 2 Diabetes Mellitus Treatment & Management. Virginia.

Departement of Internal Medicine, Eastern Virginia Medical School.

Carreras, Edward and Donna Polk. 2017. Dyslipidemia : Current Therapies and Guidelines

For Treatment. Boston. Brigham and Women’s Hospital.

Ito MK. 2012. Dyslipidemia : management using optimal lipid-lowering therapy. US

National Library of Medicine National Institutes of Health.

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Stein, James. et.al. 2008. 2008 Guideline for The Diagnosis and Management of

Dyslipidemia for Adults ≥ 18 years of Age. (pg 4) Wisconsin. Group Health

Cooperative HMO.

Yancy, Clyde. et.al. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. (pg

275-284) American College of Cardiology Foundation and the American Heart

Association.

Cassar, Andrew. et.al. 2009. Chronic Coronary Artery Disease : Diagnosis and

Management. The Mayo Foundation for Medical Education and Research.

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2 : Surat Perizinan Data dan Izin Penelitan dari RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16%

84%

Jenis Kelamin

Laki-laki Wanita

0

5

10

15

20

25

40 – 50 tahun

>50 – 60 tahun

>60 – 70 tahun

> 70tahun

Series1 2 13 19 24

Axi

s Ti

tle

Persebaran Golongan Umur

Lampiran 3 : Hasil grafik

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0

5

10

15

20

25

30

35

TulangPinggul

TulangBelakang

TulangPergelan

ganTangan

Lutut(patela)

TulangBahu

Pergelangan

kaki/tibia,fibula

Femur

Series1 14 34 7 9 2 6 3

Axi

s Ti

tle

Lokasi Nyeri/Fraktur

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Hipertensi

Gangguanjantung

Osteoartritis

DiabetesMellitus

Dislipidemia

tidak ada

Series1 24 12 39 10 2 13

Axi

s Ti

tle

Penyakit Penyerta

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

67,2%

29,3%

3,4%

Jumlah Keluhan

Keluhan Tunggal Keluhan Ganda 2 Keluhan Ganda 3

0

5

10

15

20

25

30

35

Kalsium

Vitamin D

Bifosfonat

Kalsitonin

Esterogen

Hormon

Esterogen

Hormon

Paratiroid

Lain-lain

tidakada

Series1 34 21 20 3 0 0 3 7 8

Axi

s Ti

tle

Terapi Farmakologi

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

34,5%

36,2%

5,2%

6,9% 17,2%

Penggolongan Jenis Terapi Obat Tunggal Kombinasi 2 obatKombinasi 3 obat Kombinasi 4 obatTidak ada

43,8%

2%

23,4%

27,5%

2% 1%

Terapi Non Farmakologi

Perubahan gaya hidup Nutrisi Olahraga

Fisioterapi Lain-lain Tidak ada

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

73

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Nama Pasien No RM Jenis

Kelamin

Tanggal

Lahir/Usia

Pendidikan Pekerjaan Keluhan

Nyeri/Fraktur

Terapi

Farmakologi

Terapi non

Farmakologi

Penyakit

Penyerta

Hasil Tes*

1 Sardjiyem Karman 01437389 Perempuan 13 Mei 1957

/ 59

SD Ibu rumah

tangga

Tulang

pinggul,

tulang

belakang

Tidak ada Fisioterapi =

Diatermi,

Tens ;

Olahraga

=Back

exercise ;

Edukasi

tidak ada tidak ada

2 Ratnawati Urip 01328496 Perempuan 12 Maret

1939 / 77

SMA Ibu rumah

tangga

lain-lain :

tulang lutut

Vitamin D :

Kalkatriol

Edukasi ;

Olahraga =

latihan

peregangan,

endurance ;

Fisioterapi =

Tens,

Diatermi

Hipertensi,

OA,

Penurunan

Cardiac

Output

Tes Radiografi

('15) bagian

Vertebrae

lumbosacral

proyeksi Ap/Lat,

dan Genu Bilateral

Proyeksi Ap/Lat

3 Saanih 01449912 Perempuan 10 Juni

1962 / 56

SD Pegawai Tulang

pinggul

Kalsium :

Osteocal ;

Bifosfonat :

Actonel

Edukasi tidak ada tidak ada

4 Marry Poliman 01421713 Perempuan 19 Juni

1933 / 84

Perguruan

tinggi

Ibu rumah

tangga

Tulang Bahu Tidak ada Fisioterapi =

Diatermi,

Tens ;

Olahraga

OA, LBP,

Jantung

kongestif,

Hipertensi

tidak ada

5 Liana Ratna

Budiarso

00702101 Perempuan 30 Juni

1935 / 81

Perguruan

tinggi

Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Kalsium : Cal

95 ; vitamin

D : Bone One

; Bifosfonat =

Bonviva

Fisioterapi =

Diatermi,

Tens, Pijat,

MWD

OA, Jantung

Kongestif

CT Scan bagian

pelvis ('16) ; Tes

radiografi bagian

wrist joint kanan

proyeksi AP &

Lateral.

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

74

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6 Sri Hartati 00036906 Perempuan 20 April

1948 / 68

Perguruan

tinggi

Pensiunan Tulang

pergelangan

kaki, tulang

belakang

Kalsium =

Cavit D3 ;

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Bifosfonat =

Actonel,

Bonviva ;

lain-lain =

Ossoral 800

Edukasi tidak ada tidak ada

7 Nuraini Umar 00217536 Perempuan 30

November

1934 / 82

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang,

Tulang

pinggul

Bifosfonat =

Renandronate,

Allovel

Fisioterapi =

SWD, Tens ;

Olahraga =

latihan

punggung

OA,

Hipertensi,

DM

tidak ada

8 Herawati Wahid 00011112 Perempuan 24 April

1966 / 51

Perguruan

tinggi

Ibu rumah

tangga

tulang

belakang,

tulang

pinggul

Kalsium =

osteocal,

CaCO3 ;

Vitamin D :

Kalkatriol,

lain-lain :

protos (15')

Fisioterapi =

SWD, Tens ;

Olahraga

OA, ITP Tes Radiografi

(17) Vertebra

thorakal. =

osteopenia.

9 Masrofah Rohmani 00376806 Perempuan 17 April

1976 / 40

Perguruan

tinggi

Pegawai Tulang

belakang,

Tulang

pergelangan

tangan

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi ;

Olahraga =

Latihan

pergelangan

tangan

OA Tes radiografi (13)

Vertebra

10 Sri Suhartinah 01387700 Perempuan 15 Oktober

1943 / 73

Perguruan

tinggi

Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Bifosfonat =

Bonviva

Edukasi =

Pain

Management

Skoliosis tidak ada

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

75

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11 Suryamah

Muhammad

01096347 Perempuan 1 Januari

1953 / 63

SMP Ibu rumah

tangga

Tulang

pinggul,

tulang

belakang

Kalsium ;

Bifosfonat =

Bonviva

Edukasi Spondilitis,

Skoliosis

tes radiografi (11)

Lumbosakral

proyeksi AP dan

Lateral, CT Scan

(17) vertebra

lumbosakral

proyeksi AP dan

Lateral.

Osteopenia.

Radiografi (17)

Vertebra

lumbosacral.

Osteopenia

12 Tukimah Hartono 00068899 Perempuan 30 Juli 1958

/ 58

SD Ibu rumah

tangga

lain-lain :

tulang lutut ;

Tulang

pinggul

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi tidak ada tidak ada

13 Yetti Rismiati 01343799 Perempuan 23 Februari

1950 / 56

SMA Lain-lain lain-lain =

tulang lutut ;

Tulang

belakang

Kalsium =

Cavit D3 ;

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Bifosfonat =

Pro

Bifosfonat

Edukasi ;

Olahraga =

latihan

berdiri,

endurance ;

Fisioterapi =

Tens, US

OA, Fraktur

Kompresi

L3L5

Tidak ada

14 Nurkhasanah Poniran 00398695 Perempuan 25 Maret

1966 / 50

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

pergelangan

tangan ; lain-

lain = kaki

Kalsium =,

CaCO3;

Vitamin D =

Kolkatriol

Edukasi CKD, OA,

Hipertensi

tes radiografi (16)

Pedis kiri,

Proyeksi

AP/Lateral

15 Raminad BA 00663275 Perempuan 29 Juni

1946 / 70

Perguruan

tinggi

Lain-lain Tulang

Belakang

Bifosfonat =

Actonel,

Bonviva

Olahraga =

latihan

kekuatan otot

; Fisioterapi =

SWD, Tens

OA, Jantung

Kongestif

tes radiografi (16)

Corpus vertebra

L2 , Densitometri

nilai T score radius

total = -2,7 ;

Wards = -2,1 ; L4

= - 2

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

76

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16 Flora Situmorang 00708759 Perempuan 25 Maret

1949 / 67

SMA Ibu rumah

tangga

Lain-lain =

lutut

tidak ada Fisioterapi =

MWD, Tens,

Diaterni (cek

BMD)

Hipertensi,

OA, DM

tidak ada

17 Suhandi

Anggawidjaja

01433559 Laki-laki 8 Mei 1964 /

52

SMA Wiraswasta Lain- lain =

kaki

Tidak ada lain-lain = Pro

Asses,

Diagnosa

tidak ada tidak ada

18 Madu retno larasati 01339750 Perempuan 14

November

1949 / 67

SMA Ibu rumah

tangga

Lain - lain =

telapak kaki,

Tulang

belakang

Kalsium :

Osteocal ;

Edukasi OA tes radiografi

straight lumbal

19 Sudiyanti Djoko

Pramono

00296330 Perempuan 30 Agustus

1946 / 70

SMA Ibu rumah

tangga

Lain -laik =

kaki

Kalsium =

Cavit D3 ;

Osteocal,

Actonel,

kolkatriol

(14) ,

Edukasi DM,

Dislipidemia

Densitometri (08) ,

AP Spine T score<

-2,5 ; left femur -

2,7 ; left forearm -

5,2 => (09) AP

Spine , <-2,5

(perbaikan) ;Left

femur -2,6

(perbaikan) ; left

forearm -5,3

(perbaikan)

20 Yusnidar Herawati 01421622 Perempuan 18

Desember

1958 / 56

SMA Pegawai Lain-lain =

sendi-sendi,

telapak kaki

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi OA tes radiografi

(2016)

21 Linda Chamiza 00947118 Perempuan 8 September

1949/ 67

Perguruan

tinggi

Lain-lain Tulang

Belakang,

Lain-lain :

sendi-sendi

kalsium =

Cavit D3 ;

Bifosfonat =

Actonel

Edukasi OA,

Hipertensi

Tes BMD

(densitometri)

(2016) , AP Spine

T score < -2,5 ,

Left Fore arm -4,7

, Right femur -2,8

; (2017) Ap Spine

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

77

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

< -2,5 (makin

parah), Left

forearm -4,5

(perbaikan) , right

femur -2,4

(perbaikan)

22 Sukarman

sutodikromo

01119199 Laki-laki 8 Maret

1941 / 75

SMA Pensiunan Tulang

Pinggul

Lain-lain =

Protos

Olahraga =

Latihan ;

Fisioterapi =

MWD, TENS

CKD, OA,

Hipertensi

tidak ada

23 Legiyem Sutrisno 01439357 Perempuan 8 April 1942

/ 74

SD Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Tidak ada edukasi =

menggunakan

alat bantu

jalan ;

Olahraga =

latihan ;

Fisioterapi =

MWD, TENS

OA, Skoliosis,

Hipertensi

tidak ada

24 Mastiara 01470573 Perempuan 7 Juni 1958/

58

SD Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsitonin =

Miacaleic

Edukasi OA, DM,

Hipertensi

tidak ada

25 Siti Anggraeni 00979157 Perempuan 10

September

1948 / 68

SMP Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Kalsium =

Osteocal

Edukasi ;

Olahraga =

latihan jalan;

Fisioterapi =

TENS, SWD,

Diatermi,

pijat

OA,

Hipertensi ,

Riwayat

Jantung.

tidak ada

26 Minarni Djong 01322069 Perempuan 12

September

1933 / 83

Tidak

Sekolah

Lain-lain Tulang

belakang ;

Lain-lain =

tungkai, lutut

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsium =

Cavit D3 ;

Bifosfonat =

Edukasi,

Nutrisi

OA,

Spondilitis TB

(2015)

MRI (2016)T1 T2

fat sat, pot sagital

axial tanpa kontras

gada lineum.

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

78

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Actonel,

Bonviva

27 Feronika Sinaga 01183655 Perempuan 8 September

1946 / 70

SMP Ibu rumah

tangga

Tulang

pinggul,

tulang

belakang

Kalsium =

Kalsium 95 ;

Bifosfonat =

Bonviva ;

Kalsitonin =

Miocalcic ;

Lain-lain =

Protos

Edukasi =

Support

mental ;

Olahraga =

Latihan

berdiri ;

Fisioterapi =

SWD, TENS,

Diatermi

Kejang,

Hipertensi

tidak ada

28 Een binti Nalong 01439662 Perempuan 7 September

1947 / 69

SD Lain-lain Tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol

Tidak ada Hipertensi tidak ada

29 Martje Lava manu 01446358 Perempuan 24 Maret

1947 / 69

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

Pinggul,

Lain-lain :

Tungkai kaki

Tidak ada Olahraga :

Latihan,

Rehabilitasi

30 Remi Kamsah 01328362 Laki-laki 68 SMA Tidak

Bekerja

Tulang

Belakang

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsium =

Cavit D3

Olahraga =

Latihan ;

Fisioterapi =

MWD, TENS

Hipertensi,

Batu ginjal,

Skoliosis ,

kifosis

tidak ada

31 Andi Ratna M 01434285 Perempuan 8 Mei 1944 /

72

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Tidak ada Edukasi ;

Olahraga =

latihan jalan ;

Fisioterapi =

MWD,

TENS,

Program

rehab medik

OA X ray (16) Perlvis,

Radiolografi

vertebra

lumbosakral (16)

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

79

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32 Suryanti Abdul

Hamid

00399088 Perempuan 20 Januari

1953 / 63

SMA Pensiunan Tulang

pinggul,

tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi =

Pain

Management ;

Olahraga =

Back Exrcise

; Fisioterapi =

TENS, MWD

OA, Afrial

fibrilasi

tidak ada

33 Saulan Elisabet

Pardede

00049846 Perempuan 2 Juli 1942 /

74

Perguruan

tinggi

Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Kalsium=

Cavit D3

Edukasi =

Cek BMD,

DLL

OA, GERD Tes radiografi,

tulang lumbal.

34 Chati Ahmad Suhebi 01408201 Perempuan 12

September

1945 / 71

SMA Pensiunan Lain-lain =

Femur (paha)

Kalsium =

Kalsium 95

Fisioterapi ;

Olahraga =

Mobilisasi

fisik ; Edukasi

Close fracture

supracondyler

femur post orif

tidak ada

35 Zulkarnaen Drs 00793708 Laki-laki 1 Agustus

1938 / 78

Perguruan

tinggi

Pensiunan Tulang

pergelangan

tangan

Vitamin D =

Kolkatriol,

CaCO3 ;

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi OA, DM ,

gangguan

eliminasi

BAK,

gangguan

curah jantung

tes radiografi (15)

Pelvis proyeksi AP

lateral Manus

bilateral proyeksi

AP/Lateral

36 Tjen Lie Yoen 01451506 Perempuan 27 Agustus

1942 / 74

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

pinggul,

tulang

belakang

Tidak ada Edukasi ;

Lain-lain =

Explorasi,

Cek BMD,

GDN x GDPP

x-ray lutut

Spinal

Stenosis

tidak ada

37 Jumeni Karma 01439106 Perempuan 1 Juli 1957 /

59

SD Ibu rumah

tangga

Lain-lain =

Femur (paha)

Vitamin D=

Kolkatriol ;

Bifosfonat =

Bonviva

Edukasi Tidak ada tidak ada

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

80

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38 Saimin Mardisasmito 01432018 Laki-laki 16 Juni

1943 / 73

SMA Pensiunan Tulang

belakang

Kalsium =

Osteocal ;

Hormon

Paratiroid =

TSH

Edukasi OA, Susp TB,

hipotyroid

tidak ada

39 Haydir Mahfud 01405769 Laki-laki 27 Maret

1964 / 52

Perguruan

tinggi

Pegawai Lain-lain =

lutut

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsium =

Cavit D3

oscal

edukasi close fracture

distal tibia dx

post orif

tidak ada

40 Nurbillah 01447363 Perempuan 2 Februari

1963 / 53

SMP Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Bifosfonat =

Pro bifosfonat

Edukasi ;

Olahraga =

latihan

marker

turunan

tidak ada tidak ada

41 Silmi Patioran 00213409 Perempuan 24 Juli 1943

/ 73

Perguruan

tinggi

Ibu rumah

tangga

Tulang

pinggul,

tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsium =

Cavit D3, ,

Cal 95;

Bifosfonat =

Actonel ;

Kalsitonin =

Miocalcic

Fisioterapi =

SWD, TENS,

US ; Edukasi

Hipertensi, Tes radiografi (09)

, Tes BMD,Spine

T score, -1,2 s/d -

2,0 left femur -2,1

left forearm radius

total -3,0

42 Suparni

Kasandikromo

01255464 Perempuan 1 Februari

1948 / 68

SD Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang,

Lain-lain =

bahu, lutut

Tidak ada Edukasi ;

Olahraga =

Latihan ;

Fisioterapi =

SWD, TENS,

Hidroterapi

OA, DM tidak ada

43 Djumilah 00733310 Perempuan 25 Mei 1951

/ 65

SMP Ibu rumah

tangga

Tulang

pergelangan

tangan

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi DM, OA tidak ada

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

81

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44 Lily R Juliatie 00950956 Perempuan 3 Juli 1948 /

68

Perguruan

tinggi

Pensiunan Tulang

belakang

Kalsium =

CaCO3 ;

Cavit D3 ;

Bifosfonat =

Bonviva

Edukasi Hipertensi,

DM, OA

tes lab vitamin D,

(15) 6,3 ng/ml =

defisiensi ; 31,5

ng/ml = sufisiensi,

(17)

45 Maimunah Sudarman 00100617 Perempuan 5 Mei 1941 /

75

SMA Lain-lain Lain-lain =

lutut

Vitamin D =

Cavit D3

Edukasi OA,

Hipertensi,

Tes BMD (14)

Vertebra Tscore : -

1,1 s/d - 2,0 ;

Femur < -2,0 Tes

radiografi (12)

Genu bilateal

proyeksi AP

literal, Vertebra

lumbal AP lateral.

46 Karni SH 00479744 Perempuan 24 April

1945 / 71

Perguruan

tinggi

Pensiunan Tulang

pinggul,

tulang

pergelangan

tangan

Kalsium =

Osteocal ,

Cavit D3 ;

Hormon

Paratiroid

Edukasi ;

Olahraga =

latihan

Dislipidemia,

OA,

Tes radiografi (17)

osteopenia

47 Lasem M Sujoko 01407232 Perempuan 5 Desember

1965 / 51

Tidak

Sekolah

Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Kalsium =

Cavit D3

Edukasi =

menjaga

kebugaran,

Pijat ;

Fisioterapi =

SWD, TENS

(buat OA)

DM 2,

Hipertensi,

Konstipasi

Tidak ada

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

82

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48 Arsyad Ilyas 00538169 Laki-laki 19 Agustus

1937 / 79

Perguruan

tinggi

Pensiunan Tulang

belakang ;

lain-lain =

femur (paha)

Kalsium =

Cal 95 ;

Bifosfonat =

Actonel,

Bonviva ;

lain-lain =

Ossoral 800

Edukasi ;

Olahraga =

latihan

punggung ;

Fisioterapi =

MWD,

TENS,

Hidroterapi,

Dry Needle

gangguan

curah jantung

tes radiografi (16)

Vertebra

lumbosacral

proyeksi AP lateral

49 Ng Khioen Tjeuw 01431917 Perempuan 4 Juli 1950 /

66

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Kalsium =

Osteocal ;

Bifosfonat =

Actonel

Edukasi ,

Fisioterapi =

SWD, TENS

OA tidak ada

50 Abdur rahman H 01393434 Laki-laki 10 Juli 1949

/ 67

SMA Tidak

Bekerja

Tulang

belakang

Kalsium=

Cavit D3 ;

Bifosfonat =

Bonviva

Edukasi DM,

Hipertensi

Tes radiografi (17)

Thorcolumbosacral

AP.

51 Nyi Saripah 00042914 Perempuan 31

Desember

1951 / 65

SD Tidak

Bekerja

Tulang

belakang

Kalsium =

Cal 95,

Osteocal ;

Bifosfonat =

Actonel

Edukasi =

melakuka

relaksasi ;

Fisioterapi =

SWD, TENS

OA, gangguan

curah jantung,

tidak ada

52 Syahriar Hamid 00029903 Laki-laki 6 Juni 1932

/ 84

Perguruan

tinggi

Lain-lain Tulang

belakang

Kalsium =

Osteocal

Olahraga =

Latihan ;

Fisioterapi =

MWD, TENS

DM, CAD tes radiografi,

vertebra

lumbosakral,

proyeksi AP &

lateral (osteopenia)

53 Maryati Daniel 00414663 Perempuan 19

September

1943 / 73

SMA Pensiunan Tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol

Fisioterapi =

MWD, Tens

OA, CAD tidak ada

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

83

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54 Lisnnur Nawangsih 00655355 Perempuan 10 Oktober

1960 / 56

SMA Pegawai Tulang

belakang

Vitamin D =

Kolkatriol

Edukasi ,

Fisioterapi =

SWD, TENS,

US

kolesistektomi,

hipertensi, OA

tidak ada

55 Sri Hastuti Mulyadi 00106672 Perempuan 15 Mei 1942

/ 74

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

belakang

Kalsium =

Osteocal,

Cavit D3* ;

Vitamin D =

Hibone*,

Kolkatriol*;

Bifosfonat =

Allovel* ;

Lain-lain =

Protos,

ossoral 800

Edukasi,

Nutrisi =

paparan sinar

matahari

OA, Retensi

urin, CHF

tidak ada

56 Ilse Hardianto 01120288 Perempuan 7 Agustus

1941 / 75

Perguruan

tinggi

Pensiunan Tulang

belakang,

tulang

pinggul

Vitamin D =

Kolkatriol ;

Kalsium

=Cavit D3

Edukasi ;

Olahraga =

latihan

OA, CAD tidak ada

57 Soetarmi

Hadiprawoto

00112591 Perempuan 27

September

1933 / 83

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

pergelangan

tangan, lain-

lain = lutut

Kalsium =

Osteocal,,

Cavit D3 ;

vitamin D =

Kolkatriol

Edukasi ;

Fisioterapi =

Penguatan

quadriceps ;

Olahraga =

Streching,

Aerobik,

Bersepeda

DM , OA tidak ada

58 Sri Harti 01476777 Perempuan 23

September

1941 / 75

SMA Ibu rumah

tangga

Tulang

pergelangan

tangan

Lain-lain =

Protos, Bon

one

Edukasi =

Manajemen

nyeri

tidak ada tidak ada

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5 : Analisis Univariat dan Bivariat

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 9 15,5 15,5 15,5

Perempu

an 49 84,5 84,5 100,0

Total 58 100,0 100,0

Kategori_Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 40-50 2 3,4 3,4 3,4

>50-60 13 22,4 22,4 25,9

>60-70 18 31,0 31,0 56,9

>70 25 43,1 43,1 100,0

Total 58 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Sekolah 2 3,4 3,4 3,4

SD 8 13,8 13,8 17,2

SMP 6 10,3 10,3 27,6

SMA 25 43,1 43,1 70,7

PT 17 29,3 29,3 100,0

Total 58 100,0 100,0

Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Valid Keluhan Tunggal 39 67,2 67,2 67,2

Keluhan Ganda 2 17 29,3 29,3 96,6

Keluhan Ganda 3 2 3,4 3,4 100,0

Total 58 100,0 100,0

Terapi_Obat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Obat tunggal 20 34,5 34,5 34,5

Obat kombinasi 1 21 36,2 36,2 70,7

Obat kombinasi 2 3 5,2 5,2 75,9

Obat kombinasi 3 4 6,9 6,9 82,8

Tidak ada 10 17,2 17,2 100,0

Total 58 100,0 100,0

Penyakit_penyerta

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid OA 34 35,4 35,4 35,4

kelainan jantung 32 33,3 33,3 68,8

Diabetes 14 14,6 14,6 83,3

Dislipidemia 6 6,3 6,3 89,6

Tidak ada 10 10,4 10,4 100,0

Total 96 100,0 100,0

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jenis_Tes

Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

keluhan_nyeri *

jenis_terapi_obat 58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid X-ray 17 17,7 28,3 28,3

CT Scan 2 2,1 3,3 31,7

Pemeriksaan DEXA 4 4,2 6,7 38,3

MRI 1 1,0 1,7 40,0

tidak ada 36 37,5 60,0 100,0

Total 60 62,5 100,0

Missing System 36 37,5

Total 96 100,0

keluhan_nyeri * jenis_terapi_obat Crosstabulation

jenis_terapi_obat

Total obat tunggal

kombinasi 2

obat

kombinasi 3

obat

Kombinasi 4

obat

tidak

ada

keluhan_nye

ri

keluhan tunggal Count 17 15 0 1 6 39

% of

Total 29,3% 25,9% 0,0% 1,7% 10,3% 67,2%

Keluhan ganda 2 Count 3 6 2 3 3 17

% of

Total 5,2% 10,3% 3,4% 5,2% 5,2% 29,3%

Keluhan ganda 3 Count 0 0 1 0 1 2

% of

Total 0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,7% 3,4%

Total Count 20 21 3 4 10 58

% of

Total 34,5% 36,2% 5,2% 6,9% 17,2% 100,0%

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 20,396a 8 ,009

Likelihood Ratio 17,839 8 ,022

Linear-by-Linear Association 5,594 1 ,018

N of Valid Cases 58

a. 10 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is ,10.

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDI PROFIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta