uin syarif hidayatullah jakarta gambaran pelayanan...

120
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN KLINIK TERHADAP RESEP ANTIDIABETES DI APOTEK KECAMATAN TAROGONG KALER, KECAMATAN TAROGONG KIDUL DAN KECAMATAN GARUT KOTA WILAYAH KABUPATEN GARUT SKRIPSI RIZZA PERMANA SUCI NIM: 1111102000082 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2015

Upload: vutruc

Post on 05-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

GAMBARAN PELAYANAN KLINIK TERHADAP

RESEP ANTIDIABETES DI APOTEK KECAMATAN

TAROGONG KALER, KECAMATAN TAROGONG

KIDUL DAN KECAMATAN GARUT KOTA

WILAYAH KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

RIZZA PERMANA SUCI

NIM: 1111102000082

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

GAMBARAN PELAYANAN KLINIK TERHADAP

RESEP ANTIDIABETES DI APOTEK KECAMATAN

TAROGONG KALER, KECAMATAN TAROGONG

KIDUL DAN KECAMATAN GARUT KOTA

WILAYAH KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RIZZA PERMANA SUCI

NIM: 1111102000082

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JUNI 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

vi

ABSTRAK

Nama : Rizza Permana Suci

Program Studi : Farmasi

Judul : GAMBARAN PELAYANAN KLINIK TERHADAP RESEP

ANTIDIABETES DI APOTEK KECAMATAN TAROGONG

KALER, TAROGONG KIDUL DAN GARUT KOTA

WILAYAH KABUPATEN GARUT

Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang standar

pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan obat dan

pelayanan klinik. Pasien diabetes melitus merupakan salah satu pasien yang

memenuhi kriteria untuk mendapatkan pelayanan klinik oleh Apoteker di

Apotek.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelayanan klinik

meliputi dispensing, Pelayanan Informasi Obat dan Konseling terhadap resep

antidiabetes di Apotek Kecamatan Tarogong kaler, Kecamatan Tarogong kidul

dan Kecamatan Garut Kota wilayah Kabupaten Garut. Penelitian ini dilakukan

dengan teknik survei dan observasi menggunakan metode simulasi pasien

terhadap 35 apotek terpilih dengan sasaran penelitian Apoteker dan petugas

apotek (non apoteker). Alat bantu penelitian ini adalah skenario, check list, dan

resep yang ditulis oleh dokter. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata persentase

kehadiran Apoteker di Kecamatan Tarogong Kaler 30% (buruk), Kecamatan

Tarogong Kidul 78,18% (sedang) dan Kecamatan Garut Kota 80% (baik).

Pelayanan klinik di Apotek belum dilaksanakan seluruhnya oleh Apoteker, hasil

menunjukkan bahwa pemberi pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler tidak dilakukan oleh Apoteker, Pemberi pelayanan klinik di Apotek

Kecamatan Tarogong Kidul 36,36% dilakukan oleh Apoteker dan Apotek di

Kecamatan Garut Kota 60% dilakukan oleh Apoteker. Selama pelaksanaan

pelayanan klinik di Apotek, 91,43% kegiatan dispensing berupa penyerahan obat

dilakukan sesuai resep, 54,29% Apoteker dapat ditemui di Apotek dan bersedia

memberikan Pelayanan Informasi Obat dengan melakukan tahapan kegiatan

konseling. Selama Pemberian Informasi Obat kesalahan informasi kesalahan

informasi obat yang dilakukan Apoteker cenderung lebih kecil dibandingkan

dibanding yang dilakukan petugas apotek (non apoteker). Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pelayanan klinik di Apotek wilayah

Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota di Kabupaten Garut belum berjalan dengan baik dan belum sesuai dengan

peraturan Permenkes Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Kata kunci: pelayanan klinik, diabetes melitus, peran apoteker

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

vii

ABSTRACT

Name : Rizza Permana Suci

Study Peogram: Farmasi

Title : DESCRIPTION OF CLINICAL SERVICES IN PHARMACIES

FOR ANTIDIABETIC RECIPES AT KECAMATAN

TAROGONG KALER, TAROGONG KIDUL AND GARUT

KOTA IN GARUT

According to Permenkes of The Republic of Indonesia No. 35 year 2014 about the

standard of pharmacy services in drug stores that pharmacists has duties in service

of medicine and clinical service. Patient with diabetes mellitus is one of the

patients who meet the criteria for clinical service. The purpose this study was to

describe the clinical services about dispensing, drug information service and

counseling in pharmacies at Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong Kaler

and Kecamatan Tarogong Kidul in Garut. In this study, the survei and observation

with patient simulation method is used on 35 selected pharmacists, the target in

this study were pharmacist and non pharmacist. The tools of this study were

scenarios, checklist, and prescriptions written by a doctor. The result showed that

the average percentage of attendance of Pharmacists in Kecamatan Tarogong

Kaler was 30% (bad), Kecamatan Tarogong Kidul was 78,18% (moderate) dan

Kecamatan Garut Kota was 80% (good). Drug information provider in pharmacies

had not been fully undertaken by pharmacist yet, the result showed drug

information provider in pharmacies in Kecamatan Tarogong Kidul 36,36% by

pharmacist and in Kecamatan Garut Kota 60% by pharmacist. During clinical

service in pharmacies, 91,43% dispensing was done according to recipe, 54,29%

could be encountered in pharmacies and given clinical service form drug

information service and by doing stages counseling. During drug information

service by pharmacist, mistakes that was made less than non pharmacist.

According to this study, the clinical services in pharmacies at Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul and Kecamatan Garut Kota in

Kabupaten Garut were still lacked and were not suitable with the regulations of

The republic of Indonesia in Permenkes No.35 year 2014 of standard of

pharmaceutical Services in pharmacies.

Keyword: clinical services, diabetes mellitus, the role of pharmacists.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia

serta nikmat Iman dan Islam yang tak terhingga. Shalawat serta salam senantiasa

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Syukur atas limpahan cinta dan

kasih-Nya sehingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan dan penelitian

hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Gambaran

Pelayanan Klinik Terhadap Resep Antidiabetes di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota Wilayah

Kabupaten Garut” yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Yardi, Ph.D, Apt dan Bapak Asep Dasuki S, S.Si, Apt, MM. selaku

pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, tenaga,

kesabaran dalam membimbing, memberikan saran, dukungan, kesempatan

untuk penulis menuangkan ide, dan kepercayaannya selama penelitian

berlangsung hingga tersusunnya skripsi ini.

2. Dr. H. Arif Sumatri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan banyak motivasi dan bantuan.

3. Bapak Yardi, Ph.D, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi sekaligus

pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

4. Ibu Dr. Dra. Hj. Delina Hasan, Apt., M.Kes. sekalu Penasehat Akademik

sekaligus penguji yang telah memberikan waktu dan saran dalam

membantu perbaikan skripsi ini.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

ix

5. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. selaku penguji yang telah memberikan

waktu dan saran dalam membantu perbaikan dalam membantu perbaikan

skripsi ini.

6. Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, Dinas Kesehatan Kabupaten

Garut dan Instansi Kesatuan Bangsa yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di Kabupaten Garut.

7. Kedua orang tua penulis, papa Ade Hidayat dan mama Eli Susmini yang

selalu menjadi orang tua terhebat dalam doa, dukungan moril dan materil

sekaligus menjadi sahabat terbaik dalam bercerita kesenangan, kesedihan

dan ketegangan yang dihadapi penulis. Mereka adalah sebuah titipan

terindah yang diberikan oleh Allah SWT, semoga berkah hidup,

kesenangan, kebahagian dan kesehatan selalu mengiringi kehidupannya di

dunia dan akhirat.

8. Saudara perempuan tersayang Rezza Permana Suci yang sekarang telah

menjadi seorang ibu dari dua putri tercantik yaitu Andra, Raya dan istri

Tangguh Fauzia Ilham namun tetap selalu memberikan waktu, perhatian

dan dukungannya.

9. Inten Novita Sari yang selalu mengajarkan kemandirian selama ini.

Wardah Annajiah yang mengajarkan kesabaran pada kesukakaran yang

dihadapi. Rahmi Sertiana Nur Aiman yang memberikan nasihat saat

penulis mulai down. Sry Wardiyah yang selalu siaga disaat penulis

membutuhkannya. Arum Puspa Azizah, Kak Sonia, Kak fifi, Kak Tari

yang menjadi sahabat kosan di tahun terakhir ini. Nufa Mathey yang selalu

menjadi sahabat terbaik sejak SMA dan selalu ada kapanpun penulis

kesulitan. Kak Amri yang tiba-tiba dapat menjadi teman bertukar

pemikiran. Teman seangkatan Farmasi 2011 terutama AC yang telah

menjadi sahabat selama 4 tahun perkuliahan, sahabat seperjuangan dan

menjadi sahabat bermetamorfosis.

`10.Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

x

Kesempurnaan adalah milik Allah SWT maka tentunya skripsi ini masih

perlu peyempuraan. Namun, besar harapan penulis agar hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat untuk banyak pihak dan memberikan kontribusi dalam ilmu

pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

Ciputat, Juni 2015

Penulis

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rizza Permana Suci

NIM : 1111102000082

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul

GAMBARAN PELAYANAN KLINIK TERHADAP RESEP

ANTIDIABETES DI APOTEK KECAMATAN TAROGONG KALER,

KECAMATAN TAROGONG KIDUL DAN KECAMATAN GARUT KOTA

WILAYAH KABUPATEN GARUT

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentinan akademik sebatas sesuai dengan Undan-Undang Hak cipta.

Demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenar-

benarnya.

Dibuat di : Ciputat

Tanggal : Juni 2015

Yang menyatakan,

Rizza Permana Suci

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................ xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4

1.4.1 Secara Teoritis .................................................................................. 4

1.4.2 Secara Metodelogi ............................................................................ 5

1.4.3 Secara Aplikatif ................................................................................ 5

1.5 Ruang Lingkup................................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 6

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Garut ................................................................... 6

2.2 Perkembangan Profesi Kefarmasian ................................................................... 6

2.3 Apoteker ............................................................................................................. 8

2.4 Peran Apoteker ................................................................................................... 8

2.4.1 Peran Apoteker Menurut WHO ...................................................... 8

2.4.2 Peran Apoteker Menurut Peraturan di Indonesia ............................ 8

2.5 Apotek .............................................................................................................. 10

2.6 Pelayanan Kefarmasian di Apotek ................................................................... 11

2.6.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan

Medis Habis Pakai ........................................................................ 11

2.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek ............................................ 11

2.7 Diabetes Melitus ............................................................................................... 18

2.7.1 Pendahuluan .................................................................................. 18

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xiii

2.7.2 Prevalensi Diabetes Melitus .......................................................... 18

2.7.3 Penatalaksanaan Diabetes ............................................................. 19

2.8 Pelayanan Kefarmasian Pada Pasien Diabetes ................................................. 20

2.9 Peran Apoteker dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............................. 26

3.1 Kerangka konsep .............................................................................................. 26

3.2 Definisi Operasional ......................................................................................... 27

BAB 4 METODE PENELITIAN ...................................................................................... 34

4.1 Alur Penelitian .................................................................................................. 34

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................................... 35

4.2.1 Lokasi ............................................................................................ 35

4.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 35

4.3 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 35

4.4 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 36

4.4.1 Populasi ......................................................................................... 36

4.4.2 Sampel ........................................................................................... 36

4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................ 37

4.5.1 Kriteria Inklusi .............................................................................. 37

4.5.2 Kriteria Eksklusi............................................................................ 37

4.6 Langkah Penelitian ........................................................................................... 37

4.6.1 Penelitian Pendahuluan ................................................................. 37

4.6.2 Instrumen Penelitian...................................................................... 37

4.6.3 Validitas Instrumen ....................................................................... 38

4.6.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39

4.6.5 Manajemen Data ........................................................................... 40

4.7 Analisis Data..................................................................................................... 40

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 42

5.1 Gambaran Kehadiran Apoteker di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota ...................... 43

5.2 Gambaran Pemberi Pelayanan Klinik di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota ...................... 45

5.3 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Klinik di Apotek Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota .................................................................................................................. 47

5.3.1 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Dispensing di Apotek ................ 47

5.3.2 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Apotek .......... 48

5.3.3 Gambaran Pelaksanaan Konseling di Apotek ................................... 50

5.4Gambaran Kualitas Pelayanan Klinik di Apotek di Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota .................................................................................................................. 53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 60

6.1.Kesimpulan ................................................................................................. 60

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xiv

6.2.Saran ........................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 62

LAMPIRAN ........................................................................................................................ 69

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xvii

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Diagnosis Diabetes Mellitus dari ACCP/ADA 2013 .......................................... 18

Tabel 2.2. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus ..................................................................... 19

Tabel 5.1 Gambaran Frekuensi Kehadiran Apoteker di Kecamatan Tarogong Kaler ......... 43

Tabel 5.2. Gambaran Frekuensi Kehadiran Apoteker di Kecamatan Tarogong Kidul ........ 43

Tabel 5.3. Gambaran Frekuensi Kehadiran Apoteker di Kecamatan Garut Kota ................ 43

Tabel 5.4. Gambaran Pengkategorian Kualitas Pelayanan Klinik di Apotek ...................... 54

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tahapan Perubahan Praktik Kefarmasiaan ....................................................... 7

Gambar 5.1. Gambaran Distribusi Pemberi Pelayanan Klinik di Apotek ........................... 45

Gambar 5.2. Persentase Kesesuaian Penyehan Obat dengan Resep .................................... 47

Gambar 5.3. Gambaran Distribusi Apoteker yang Hadir di Apotek Saat Penelitian ........... 48

Gambar 5.4 Gambaran Tahapan Konseling yang Dilaksanakan oleh Apoteker dan

Non Apoteker .................................................................................................. 50

Gambar 5.5. Persentase Kesalahan Informasi Obat yang Diberikan oleh Pemberi

Pelayanan di Apotek ....................................................................................... 56

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Check List yang digunakan sebagai acuan selama wawancara dengan

metode simulasi pasien ................................................................................... 68

Lampiran 2. Komposisi resep yang diberikan oleh pasien .................................................. 72

Lampiran 3. Perhitungan Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek Kecamatan

Wilayah Kabupaten Garut .............................................................................. 73

Lampiran 4. Perhitungan Distribusi Pemberi Pelayanan Klinik di Apotek ......................... 76

Lampiran 5. Perhitungan Persentase Kesesuaian Penyerahan Obat dengan Resep ............. 78

Lampiran 6. Perhitungan Distribusi Apoteker yang Hadir di Apotek Saat

Penelitian ........................................................................................................ 79

Lampiran 7. Perhitungan Persentase Tahapan Konseling yang Dilaksanakan

Apoteker dan Non Apoteker ........................................................................... 80

Lampiran 8. Perhitungan Persentase Kualitas Pelayanan Klinik di Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota ................................................................................................................ 81

Lampiran 9. Perhitungan Persentase Kesalahan Informasi Obat yang Diberikan

oleh Pemberi Pelayaan di Apotek ................................................................... 94

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian....................................................................................... 97

Lampiran 11 Surat Persetujuan Penelitian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Garut ........ 99

Lampiran 12 Data Apotek Wilayah Kabupaten Garut ....................................................... 101

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pelayanan klinik merupakan praktik kefarmasian yang berpusat pada

pasien dan membutuhkan Apoteker sebagai penyedia layanan tersebut (American

Pharmacist Association, 1995). Peran Apoteker sendiri telah diatur dalam

berbagai peraturan seperti peran Apoteker yang dikenal sebagai seven star of

pharmacist pada publikasi WHO tentang The Role of Pharmacist in The Health

Care System di Kanada 27-29 Agustus 1997. Tujuh peran tersebut adalah care

giver (pemberi pelayanan), decision-maker (pemberi keputusan yang tepat),

communicator (kemampuan berkomunikasi antar profesi), leader (mampu

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner), manager

(mampu mengelola SDM secara efektif), life-long learner (selalu belajar

sepanjang karier) dan teacher (pemberi peluang untuk meningkatkan

pengetahuan) (WHO, 1997).

Di Indonesia peran Apoteker dijelaskan dalam beberapa peraturan.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28H ayat 1 dan

pasal 34 ayat 3 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan menjadi hak setiap warga

negara dan negara menjadi penanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (UUD RI, 1945). Pelayanan

kefarmasian adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang menjadi hak warga

negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 3

pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang terdiri atas

Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (Peraturan Pemerintah RI No.51, 2009).

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 pasal 108 praktik kefarmasian meliputi

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional (Undang-Undang No.36, 2009).

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Standar pelayanan farmasi di Apotek secara khusus dibuat dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014, pada Bab

Pendahuluan tercantum bahwa farmasi dalam hal ini Apoteker harus memberikan

pelayanan obat dan pelayanan klinik. Pelayanan obat mencakup penjaminan mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan

pengelolaan obat. Sedangkan pelayanan klinik mencakup pengkajian resep,

dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di

rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring

efek samping obat (Permenkes RI No.35, 2014).

Dalam pelaksanaan pelayanan klinik ini diperlukan kehadiran Apoteker

selaku pemberi pelayanan. Namun beberapa penelitian menunjukkan tingkat

kehadiran Apoteker di Apotek masih rendah, yaitu di Jakarta tahun 2003

menunjukkan Apoteker yang berkerja tidak penuh 54,7%, di Medan tahun 2008

menunjukkan 52,94% Apoteker tidak hadir setiap hari (Purwanti Angki dkk.,

2004 dan Ginting BR Adelina, 2009). Penelitian terbaru dilakukan oleh Rendy

Ricky Kwando (2014) didapatkan hasil persentase kehadiran Apoteker di Apotek

Surabaya Timur adalah 63,33%. Kehadiran Apoteker ini menjadi penting karena

dengan meningkatnya frekuensi kehadiran Apoteker di Apotek maka akan

meningkatkan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek (Kwando Rendi

Ricky, 2014).

Pentingnya kehadiran Apoteker selaku pemberi pelayanan klinik di

Apotek berkaitan juga dengan penelitian di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya

yang menyatakan Drug Related Problem (DTPs) terjadi pada resep polifarmasi di

Apotek, dengan persentase Adverse Drug Reactions (ADRs) sebanyak 27 kejadian

(40,30%), dan ketidakpatuhan sebanyak 24 kejadian (35,82%) dan peran Apoteker

di Apotek diperlukan untuk mengatasi hal tersebut (Christina A.K. Dewi, et al.,

2014). Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang biasanya memerlukan

obat dalam jumlah banyak (polifarmasi) untuk mengatasi atau mencegah

komplikasi (Rambadhe dkk, 2012).

Diabetes merupakan penyakit yang sering di derita oleh sebagian besar

orang di dunia, bersifat kronis dan pembiayaannya mahal. Penyakit diabetes ini

ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah), akibat

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kurangnya insulin yang dihasilkan dalam tubuh karena kerusakan pankreas

(diabetes tipe 1) atau akibat resistensi insulin (diabetes tipe 2) (International

Diabetes Federation, 2011). Penyakit diabetes ini 90% di dominasi oleh diabetes

melitus tipe 2 (WHO, 2013). Permasalahan penyakit diabetes melitus di Indonesia

menduduki peringkat ke empat dan di Jawa Barat prevalensinya mencapai 1,3%

(Riskesdas, 2013). Berdasarkan berita dari surat kabar, dr. Zulkarnain menyatakan

bahwa di kabupaten Garut pada tahun 2011 prevalensi diabetes mencapai 4-5%

dari jumlah penduduk (John, 2011).

Ditinjau dari sifat penyakitnya, diabetes melitus merupakan penyakit

seumur hidup (lifelong disease) dengan resiko komplikasi yang tinggi sehingga

menyebabkan kematian, maka diperlukan perhatian lebih dalam perawatannya.

Peningkatan kepedulian pasien diabetes sendiri diperlukan dalam menjaga dan

mengontrol kondisinya agar tetap dapat hidup lebih panjang dan sehat (Sutandi

Aan, 2012). Selain itu pengetahuan tentang obat diperlukan oleh pasien untuk

dapat menggunakan obat dengan benar, dengan tujuan memperoleh terapi yang

maksimal dan efek samping obat yang minimal (Amor et al, 2010 dan Mitchel et

al, 2011 dikutip dalam Nita Yunita, 2012). Hal tersebut menjadi bagian peran

apoteker dalam segi pelayanan klinik dalam pemberian informasi obat dan

konseling yang harus dilakukan terutama untuk pasien dengan terapi jangka

panjang/penyakit kronis seperti diabetes melitus (Permenkes RI No.35, 2014).

Paparan fakta tersebut memicu ketertarikan peneliti untuk meneliti

gambaran pelayanan klinik di Apotek terhadap resep antidiabetes di Apotek

Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong kaler dan Kecamatan Tarogong

kidul wilayah Kabupaten Garut yang menjadi wilayah dengan populasi Apotek

terbesar di antara Kecamatan lain (Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, 2014).

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, pelayanan klinik merupakan

praktik kefarmasian yang berpusat pada pasien dan membutuhkan Apoteker

sebagai penyedia layanan tersebut dan hal tersebut telah diatur dalam berbagai

peraturan. Pelayanan klinik ini penting untuk dilaksanakan terutama kepada

pasien dengan penyakit kronik seperti diabetes melitus untuk mencapai tujuan

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terapi obat pasien, mencegah komplikasi, menurunkan pengeluaran biaya pasien,

dan bahkan mencegah kematian akibat obat.

Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya di beberapa

kota besar wilayah Indonesia frekuensi kehadiran Apoteker selaku pemberi

pelayanan klinik di tempat kerja (Apotek) masih kurang sehingga pelayanan

klinik juga menjadi kurang dan tingkat DTPs pada resep polifarmasi masih tinggi

di Apotek. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang biasanya memerlukan

obat dalam jumlah banyak (polifarmasi). Berdasarkan uraian tersebut maka

dilakukan penelitian ini untuk menggambarkan bagaimana pelayanan klinik

terhadap resep antidiabetes di Apotek Kecamatan Garut Kota, Kecamatan

Tarogong kaler dan Kecamatan Tarogong kidul wilayah Kabupaten Garut dengan

membandingkan antara pedoman pelayanan klinik berdasarkan peraturan yang

ada dengan pelayanan klinik di lapangan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota wilayah Kabupaten

Garut.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kehadiran Apoteker di tempat kerja (Apotek) di

Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota wilayah Kabupaten Garut.

2. Untuk mengetahui gambaran pemberi pelayanan klinik, pelaksanaan pelayanan

klinik, dan kualitas pelayanan klinik pada resep antidiabetes di Apotek

Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota wilayah Kabupaten Garut.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan serta wawasan

tentang pelayanan klinik di Apotek.

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2. Secara Metodelogi

Metode penelitian ini dapat menjadi referensi untuk diaplikasikan pada

penelitian farmasi klinis sejenis di Apotek daerah lain.

1.4.3. Secara Aplikatif

Hasil penelitian berupa gambaran pelayanan klinik di Apotek ini dapat

digunakan menjadi informasi tentang sejauh mana penerapan pelayanan klinik

yang berpusat pada pasien telah terlaksana di Apotek dan menjadi masukan

tersendiri untuk para ahli profesi farmasi dalam melaksanakan peranannya sebagai

tenaga kesehatan.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini berjudul Gambaran Pelayanan Klinik Terhadap Resep

Antidiabetes di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul

dan Kecamatan Garut Kota Wilayah Kabupaten Garut, yang dimaksud pelayanan

klinik adalah pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO),

konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care), pemantauan

terapi obat (PTO) dan monitoring efek samping obat (MESO). Namun dalam

penelitian ini hanya dilakukan survei dengan melakukan wawancara terstruktur

dan observasi dengan metode simulasi untuk mendeskripsikan pelayanan klinik

berupa dispensing berupa kesesuaian penyerahan obat dengan resep, pelayanan

informasi obat terhadap resep antidiabetes dan konseling. Penelitian ini dilakukan

di Kecamatan Tarogong Kaler, Tarogong kidul dan Garut Kota wilayah

Kabupaten Garut yang dilakukan selama 1 bulan pada bulan Maret 2015. Sampel

penelitian ini adalah 35 Apotek dari populasi 71 Apotek di wilayah Kecamatan

Tarogong Kaler, Tarogong kidul dan Garut Kota. Sasaran dalam penelitian ini

adalah Apoteker atau petugas apotek (non Apoteker) yang berada di Apotek saat

penelitian. Desain penelitian ini adalah ex post facto.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Garut

Kabupaten Garut adalah wilayah yang secara geografis berdekatan dengan

Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut memiliki

luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km2) dengan batasan

sebelah utara dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah

timur dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah selatan dengan Samudera

Indonesia dan sebelah barat dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.

Kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan dengan jumlah penduduk 3.003.004

jiwa pada tahun 2013 (Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, 2013).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, jumlah seluruh Apotek di

Kota Garut pada tahun 2014 adalah 139 Apotek. Distribusi Apotek terbesar

berada di Kecamatan Garut Kota sebanyak 41 Apotek, Kecamatan Tarogong

Kidul sebanyak 22 Apotek dan Kecamatan Tarogong Kaler sebanyak 8 Apotek.

Data Pemerintah Daerah Kabupaten Garut pada tahun 2013 menunjukkan jumlah

penduduk di Kecamatan Tarogong Kaler 93.563 jiwa, jumlah penduduk di

Kecamatan Tarogong Kidul 131.118, dan jumlah penduduk di Kecamatan Garut

Kota 170.875 jiwa.

2.2. Perkembangan Profesi Kefarmasian

Secara historis, perubahan-perubahan dalam profesi kefarmasian dapat

dibagi dalam 4 tahap (Ross W. Holland dan Christine M. Nimmo, 1999):

a. Tahap 1 : Tugas utama farmasi adalah memproduksi. Pada tahap ini farmasi

muncul sebagai industri rumahan yang melayani masyarakat. Apoteker

membuat obat patennya sendiri dengan resep yang dibuat sendiri, kemudian

dijual dari Apotek mereka sendiri. Pasien akan datang ke Apoteker untuk

membeli obat dan meminta bimbingan dalam pemilihan dan penggunaan obat

yang akan digunakan. Apotek pada periode ini setara dengan industri farmasi

saat ini dan pada saat itu, farmasi memiliki nilai sosial yang jelas.

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Tahap 2 : Pada periode ini muncul farmasi industri manufaktur dan pada saat

yang sama pembuatan resep obat oleh Dokter sedang meningkat, sehingga

pekerjaan utama Apoteker berhenti dalam memproduksi obat dan berpindah ke

peracikan obat yang telah diproduksi dari industri yang disesuaikan dengan

resep. Pada tahap ini pasien masih datang ke Apotek untuk mendapatkan obat

dan bimbingan dalam penggunaan obat. Peran Apoteker masih memiliki nilai

sosial yang jelas.

c. Tahap 3 : Pada tahap ini tugas utama Apoteker mengalami penyimpangan.

Banyaknya jumlah produk obat yang semakin meningkat membuat fokus

utama peran Apoteker menjadi ke produk obat dan peran pada pasien menjadi

memudar. Hal tersebut juga di dorong oleh adanya Kode Etik Asosiasi Farmasi

Amerika (American Pharmaceutical Association/AphA Code of Ethics) mulai

tahun 1922-1969 farmasis dilarang untuk mendiskusikan efek terapi atau

komposisi resep dengan pasien.

d. Tahap 4 : Akibat perubahan fokus farmasis terhadap produk (obat) maka

muncul berbagai laporan tentang kegagalan terapi, hal ini memicu untuk

farmasis mengisi kembali bidang pelayanan kefarmasian. Sehingga pada tahap

keempat, Apoteker kembali berperan dalam pemberian informasi obat, saran

dan konseling pasien.

Gambar 2.1 Tahapan perubahan praktik kefarmasian

Sumber: Ross W. Holland dan Christine M. Nimmo, 1999

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Peraturan Pemerintah RI No. 51,

2009). Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasiaan yang bertugas

sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai

kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan

kewajiban (Ikatan Apoteker Indonesia. 2011). Berdasarkan Peraturan pemerintah

No. 51 tahun 2009 pasal 1, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi dari obat kepada

pasien yang mengacu kepada pharmaceutical care (pelayanan kefarmasiaan)

maka Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien (Peraturan Pemerintah

RI No. 51, 2009).

2.4. Peran Apoteker dalam Pelayanan Klinik di Apotek

2.4.1. Peran Apoteker Menurut WHO

Apoteker memiliki tujuh peran penting yang dikenal sebagai seven star of

pharmacist pada publikasi WHO tentang The Role of Pharmacist in The Health

Care System di Kanada 27-29 Agustus 1997. Tujuh peran tersebut adalah care

giver (pemberi pelayanan), decision-maker (pemberi keputusan yang tepat),

communicator (kemampuan berkomunikasi antar profesi), leader (mampu

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner), manager

(mampu mengelola SDM secara efektif), life-long learner (selalu belajar

sepanjang karier) dan teacher (pemberi peluang untuk meningkatkan

pengetahuan) (WHO, 1997).

2.4.2. Peran Apoteker Menurut Peraturan di Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 pada

pasal 28H ayat 1 dan pasal 34 ayat 3, mendapat pelayanan kesehatan menjadi hak

setiap warga negara dan negara menjadi penanggung jawab atas penyediaan

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (UUD RI,

1945).

Pelayanan kefarmasian adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang

menjadi hak warga negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun

2009 pasal 1 ayat 3 pelayanan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kefarmasian

yang terdiri atas:

a. Apoteker: Sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang Apoteker harus

menjalankan peran yaitu (Permenkes RI No.35, 2014):

1. Pemberi layanan

Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.

Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan

secara berkesinambungan.

2. Pengambil keputusan

Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

4. Pemimpin

Apotek er diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang

empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil

keputusan.

5. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran

dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi

informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan obat.

6. Pembelajar seumur hidup

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional Development/

CPD)

7. Peneliti

Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam

mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian serta

memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan

kefarmasiaan.

b. Tenaga teknis kefarmasian: Tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani

pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,

Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

Asisten Apoteker ini memliki ruang lingkup, tugas dan tanggung jawab,

dan wewenang untuk melaksanankan penyiapan pekerjaan kefarmasian pada unit

pelayanan kesehatan. Penyiapan pekerjaan kefarmasian yang dilakukan adalah

penyiapan rencana kerja kefarmasian, penyiapan pengelolaan perbekalan farmasi

dan penyiapan pelayanan farmasi klinik. Penyiapan pelayanan farmasi klinik

adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi dispensing dan penyusunan laporan

kegiatan farmasi klinik (Permenkes No.376/MENKES/PER/V/2009, 2009).

2.5. Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasiaan tempat dilakukan praktek

kefarmasiaan oleh Apoteker (Peraturan Pemerintah RI No. 51, 2009). Berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 yang dikutip dalam Hartini S.Y. (2009),

tentang Apotek, tugas dan fungsi Apotek adalah tempat pengabdian profesi

seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah Apoteker, sarana farmasi

yang melakukan perubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat, sarana

penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan

masyarakat secara meluas dan merata, serta sarana pelayanan informasi mengenai

perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya (Hartini, S.

Yustina, 2009).

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6. Pelayanan Kefarmasian Di Apotek

Pelayanan kefarmasian di Apotek tercantum jelas pada Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014. Pelayanan kefarmasian di

Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan

pelayanan farmasi klinik.

2.6.1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis

Habis Pakai

Secara singkat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 35 tahun 2014 dijelaskan bahwa pengelolaan sediaan Farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

2.6.2. Pelayanan Farmasi Klinik Di Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35

tahun 2014, pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari pelayanan

kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan

dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

a. Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis.

1. Kajian administratif meliputi:

a. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan

b. nama Dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon

dan paraf.

c. tanggal penulisan resep

2. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

a. bentuk dan kekuatan sediaan

b. stabilitas

c. kompatibilitas (ketercampuran obat)

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pertimbangan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi dan dosis obat

b. aturan, cara dan lama penggunaan obat

c. duplikasi dan/atau polifarmasi

d. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,

manifestasi klinis lain)

e. kontra indikasi dan interaksi

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka

Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.

b. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

obat. Apoteker menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep, melakukan

peracikan obat bila diperlukan, memberikan etiket, memasukkan obat ke dalam

wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat

dan menghindari penggunaan yang salah. Apoteker di Apotek juga dapat melayani

obat non resep atau pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi

kepada pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan

memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.

Rincian standar praktik Apoteker Indonesia berupa dispensing juga

dijelaskan lebih rinci oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Rincian praktik

tersebut ada pada standar 3 praktik Apoteker (IAI, 2013):

1. Apoteker menerapkan cara dispensing yang baik

2. Apoteker memastikan resep yang diterima berasal dari dokter

3. Memastikan resep yang diterima sesuai dengan nama pasien yang

dimaksud.

4. Apoteker memastikan obat yang tertera dalam resep sesuai dengan tujuan

penggunaan obat pasien.

5. Memastikan resep tidak berpotensi menimbulkan masalah DRP.

6. Apoteker berkomunikasi dengan dokter.

7. Apoteker melakukan dispensing obat sitostatika secara tepat.

8. Apoteker melakukan pemeriksaan ulang dan dokumentasi terhadap

sediaan obat hasil dispensing.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9. Apoteker melakukan pengecekan ulang terhadap identitas pasien.

10. Apoteker menyelesaikan dispensing tepat waktu.

11. Memastikan pasien paham bila terjadi penggantian merek obat.

12. Memastikan pasien memahami tentang obat yang diterimanya

c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai

obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal (Permenkes, 2014).

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,

stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.

Kegiatan pelayanan informasi obat di Apotek meliputi (Permenkes, 2014):

a. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.

b. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat

(penyuluhan).

c. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.

d. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang

sedang praktik profesi.

e. melakukan penelitian penggunaan obat.

f. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.

g. melakukan program jaminan mutu.

h. Pelayanan informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu

penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan

formulir sesuai format yang telah ditetapkan.

Dalam standar praktik kefarmasian yang dijelaskan dalam IAI Pelayanan

Informasi Obat adalah bagian dari Konseling dimana dalam pelaksanaannya harus

memperhatikah hal-hal seperti berikut (IAI, 2013):

a. Apoteker melakukan komunikasi dan interaksi yang baik.

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Apoteker memberikan penjelasan dan uraian atas setiap obat yang diberikan

kepada pasien.

c. Apoteker memberikan konseling obat kepada pasien dan keluarga.

d. Melakukan konseling sesuai informasi terkini dan berbasis bukti.

e. Apoteker menggunakan berbagai macam metode komunikasi untuk menjamin

efektifitas konseling.

f. Apoteker secara aktif menyediakan bahan informasi.

g. Apoteker mendokumentasikan pelayanan konseling.

h. Apoteker memelihara pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan

pelayanan informasi obat.

i. Apoteker memiliki akses ke sumber informasi terkini yang relevan untuk

mendukung pelayanan.

j. Apoteker mengevaluasi mutu pelayanan informasi obat.

d. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,

Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien

dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker

harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami

obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:

1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau

ginjal, ibu hamil dan menyusui).

2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,

AIDS, epilepsi).

3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan

kortikosteroid dengan tappering down/off).

4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,

fenitoin, teofilin).

5. Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat untuk indikasi

penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan

satu jenis obat.

6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

Tahap kegiatan konseling:

1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien

2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime

Questions, yaitu:

a) Apa yang disampaikan Dokter tentang obat Anda?

b) Apa yang dijelaskan oleh Dokter tentang cara pemakaian obat Anda?

c) Apa yang dijelaskan oleh Dokter tentang hasil yang diharapkan setelah

Anda menerima terapi obat tersebut?

Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian penggunaan obat

menurut standar praktik kefarmasian IAI 2013:

a. Apoteker menggali riwayat penggunaan obat pasien (patient’s history

taking).

b. Apoteker mengkaji (review) interaksi obat dengan obat, obat dengan

makanan, dan kontra indikasi terhadap pasien.

c. Apoteker melakukan identifikasi, dokumentasi dan mempertimbangkan

kemungkinan terjadinya ADR dan precaution serta kondisi kontraindikasi.

d. Menjamin pasien mematuhi penggunaan obat secara rasional.

e. Mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional.

f. Apoteker mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien.

g. Melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

h. Mampu melakukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).

i. Mampu melakukan praktik Therapeutic Drug Monitoring (TDM).

j. Mampu mendampingi pengobatan mandiri (swamedikasi) oleh pasien.

3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien

untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.

4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat.

5. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien

sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam

konseling dengan menggunakan formulir sesuai ketetapan peraturan.

e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Jenis

Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi :

1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan

pengobatan.

2. Identifikasi kepatuhan pasien. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat

kesehatan di rumah, misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan

insulin.

3. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.

4. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat

berdasarkan catatan pengobatan pasien.

5. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah dengan

menggunakan formulir yang telah ditetapkan.

f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping. Kriteria pasien:

1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3. Adanya multidiagnosis.

4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang

merugikan.

Kegiatan:

1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri

dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi, melalui

wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain.

3. Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat antara lain

adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat tanpa indikasi,

pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,

terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi obat.

4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan

apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi.

5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana

pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan

meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.

6. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh

Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk

mengoptimalkan tujuan terapi.

7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat dengan

menggunakan formulir yang telah ditetapkan

g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis. Kegiatan:

1. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami

efek samping obat.

2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional dengan

menggunakan formulir 10 sebagaimana terlampir.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.

2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7. Diabetes Melitus

2.7.1. Pendahuluan

Diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi prioritas

ke empat penyakit yang diidentifikasi oleh WHO bersama dengan penyakit

cardiovascular disease (CVD), yang mencakup serangan jantung, stroke, kanker

dan penyakit pernapasan kronis. Diabetes melitus merupakan penyakit yang

sering diderita oleh sebagian besar orang di dunia, bersifat kronis dan

pembiayaannya mahal. Penyakit diabetes ini ditandai dengan hiperglikemia

(tingginya kadar glukosa dalam darah), akibat kurangnya insulin yang dihasilkan

dalam tubuh karena kerusakan pankreas (diabetes tipe 1) atau akibat resistensi

insulin (diabetes tipe 2) (International Diabetes Federation, 2011).

Tabel 2.1 Diagnosis DM dari ACCP/ADA 2013

Gula darah terkontrol Prediabetes Diabetes Melitus

(DM)

GDP (Glukosa

Darah Puasa) < 100 mg/dL 100 - 125 mg/Dl mg/dL

Kadar glukosa 2 jam

setelah makan < 140 mg/dL 140 - 199 mg/dL mg/dL

GDS (Glukosa

Darah Sewaktu) mg/dL + gejala

Hemoglobin A1c < 5.7 % 5,7-6,4%

Sumber : Farmakoterapi Diabetes, 2013

2.7.2. Prevalensi Diabetes Melitus

Berdasarkan data WHO, 347 juta penduduk dunia mengidap penyakit

diabetes yang didominasi oleh diabetes tipe 2 sebanyak 90%. Diprediksi bahwa

pada tahun 2030 penyakit diabetes ini akan menjadi 7 penyakit terbesar di dunia

yang menyebabkan kematian. Kematian akibat diabetes 80% akan terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan usia penduduk antara 35-64

tahun. Total kematian akibat diabetes diproyeksikan meningkat lebih dari 50%

dalam 10 tahun kedepan (WHO, 2013).

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan prevalensi diabetes

melitus yang tinggi dengan menduduki peringkat ke tujuh dari semua negara di

dunia dengan didominasi oleh penduduk usia 20-79 tahun. (International Diabetes

Federation, 2013). Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survei Riset kesehatan

dasar (Riskesdas) 2013 mengenai prevalensi penyakit tidak menular yang

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukan pada responden dengan umur > 15 tahun didapatkan hasil bahwa

prevalensi diabetes mellitus menduduki peringkat ke empat di Indonesia.

2.7.3. Penatalaksanaan Diabetes

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan

morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2

target utama, yaitu (Azrifitria dan Silma Awalia, 2013):

a. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal.

b. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.

The American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan beberapa

parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan

diabetes.

Tabel 2.2 Penatalaksanaan Diabetes

Parameter Glikemik

GDP 70-130 mg/dL

Kadar glukosa 2 jam setelah makan <180 mg/dL

Hemoglobin A1c < 7%

Parameter Non Glikemik

Tekanan Darah < 130/80 mmHg

LDL < 100 mg/dL

< 70 mg/dL (dengan penyakit kardiovaskular)

HDL > 40 mg/dL (Pria)

> 50 mg/dL (Wanita)

Trigliserida < 150 mg/dL

Sumber: Farmakoterapi Diabetes, 2013

Terapi non farmakologi seperti pengaturan pola hidup sangat penting

dilakukan kepada pasien diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2 untuk

mengontrol konsentrasi glukosa darah agar tetap normal (Sweetman.S., 2009).

Pengontrolan pola makan terutama dilakukan dengan menjaga asupan karbohidrat

dan lemak (Wells Barbara G., 2009). Pengaturan pola makan ini pada intinya

adalah dengan menerapkan pola konsumsi yang sehat dan kadungan gizi yang

seimbang (Sweetman.S., 2009). Pola latihan fisik seperti aerobik juga sangat

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

direkomendasikan. Latihan fisik ini diperlukan karena dapat meningkatkan

metabolisme karbohidrat, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan

meningkatkan fungsi kardiovaskular (Sweetman.S., 2009).

Bila dalam 3 bulan pemberian terapi non farmakologi tidak menunjukkan

perubahan pada pasien diabetes melitus maka penambahan terapi farmakologi

berupa pemberian obat antidiabetes oral bisa dilakukan. Terdapat dua golongan

utama obat antidiabetes oral yang bisa diberikan yaitu kelas sulfonilurea dan kelas

biguanid (Sweetman.S, 2009).

Umumnya pengobatan awal untuk penyakit diabetes ini adalah kombinasi

dari perubahan gaya hidup lebih sehat dengan penggunaan obat metformin (Maric

Andreja, 2010). Metformin ini menimbulkan efek hipoglikemia yang rendah

namun mudah menyebabkan terjadinya laktat asidosis pada pasien yang

mengalami kerusakan ginjal (Sweetman.S., 2009). Metformin menurunkan

glukosa darah dengan cara menghambat produksi glukosa hepatik dan

menurunkan resistensi terhadap insulin. Penggunaan metformin secara tunggal,

mampu menurunkan HbA1c sampai 1,5% (Maric Andreja. 2010).

Dosis awal metformin 500 mg adalah dua atau tiga kali per hari atau 850

mg satu atau dua kali perhari setelah makan (Sweetman.S., 2009). Metformin

digunakan saat sedang makan untuk mengurangi efek samping yang berhubungan

dengan pencernaan (McEvoy, 2002). Metformin ini mampu mengalami interaksi

bila digabungkan dengan obat lain, contohnya simetidin. Penggunaan simetidin

dan metformin secara bersamaan bisa menyebabkan penurunan ekskresi

metformin oleh ginjal sehingga bisa menyebabkan lactic acidosis. Maka bila

kedua obat ini harus di gunakan dalam waktu yang sama atau berdekatan maka

turunkan dosis metformin untuk mencegah interaksi tersebut (Baxter Karen,

2008).

2.8. Pelayanan Kefarmasian Pada Pasien Diabetes

Secara prinsip, pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa tahap yang

harus dilaksanakan secara berurutan (Depkes RI, 2005):

a. Penyusunan informasi dasar atau database pasien

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penyusunan database dilakukan dengan menyalin nama, umur, berat badan

pasien serta terapi yang diberikan yang tertera pada resep. Mengenai masalah

medis (diagnosis, gejala) yang selanjutnya dikonfirmasikan ulang kepada pasien

dan dokter bila perlu. Riwayat alergi, riwayat obat (riwayat penggunaan obat satu

bulan terakhir). Hal ini diperlukan untuk memprediksikan efek samping dan efek

yang disebabkan masalah terapi obat lainnya, serta untuk membantu pemilihan

obat.

b. Evaluasi atau Pengkajian (Assessment)

Tujuan yang ingin dicapai dari tahap ini adalah identifikasi masalah yang

berkaitan dengan terapi obat. Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan

membandingkan problem medik, terapi, dan database yang telah disusun,

kemudian dikaitkan dengan pengetahuan tentang farmakoterapi, farmakologi dan

ilmu pengetahuan lain yang berkaitan.

c. Penyusunan rencana pelayanan kefarmasian (RPK)

Rekomendasi terapi, rencana monitoring (monitoring efektivitas terapi,

Monitoring Reaksi Obat Berlawanan (ROB)) dan rencana konseling)

d. Implementasi RPK dan monitoring implementasi

Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan Rencana Pelayanan

Kefarmasian (RPK) yang sudah disusun. Rekomendasi terapi yang sudah disusun

dalam RPK, selanjutnya dikomunikasikan kepada dokter penulis resep, lalu

lakukan monitoring.

e. Tindak Lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan yang menjamin kesinambungan

pelayanan kefarmasian sampai pasien dinyatakan sembuh atau tertatalaksana

dengan baik. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa pemantauan perkembangan

pasien baik perkembangan kondisi klinik maupun perkembangan terapi obat

dalam rangka mengidentifikasi ada atau tidaknya Masalah Terapi Obat (MTO)

yang baru. Bila ditemukan MTO baru, maka selanjutnya apoteker menyusun atau

memodifikasi RPK.

Kegiatan lain yang dilakukan dalam follow-up adalah memantau hasil atau

outcome yang dihasilkan dari rekomendasi yang diberikan. Hal ini sangat penting

bagi Apoteker dalam menilai ketepatan rekomendasi yang diberikan. Kegiatan

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

follow-up memang sulit dilaksanakan di lingkup farmasi komunitas, kecuali

pasien kembali ke Apotek yang sama, apoteker secara aktif menghubungi pasien

atau pasien menghubungi Apoteker melalui telepon.

2.9. Peran Apoteker dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Kontribusi apoteker ini pada intinya adalah penatalaksanaan penyakit,

berarti mencakup terapi obat dan non-obat (Depkes RI, 2005):

a. Mengidentifikasi dan Menilai Kesehatan pasien

Apoteker dapat mengidentifikasi pasien-pasien yang tidak menyadari

kalau mereka menderita diabetes. Identifikasi mentargetkan pasien-pasien dengan

resiko tinggi, termasuk pasien obesitas, pasien > 40 tahun, pasien dengan tekanan

darah tinggi atau dislipidemia, pasien dengan sejarah keluarga diabetes, dan

pasien yang mempunyai sejarah gestasional diabetes atau melahirkan anak dengan

berat badan > 4,5 kg.

b. Merujuk pasien

Salah satu peran apoteker yang tidak kalah penting adalah merujuk pasien

kepada tim perawatan diabetes lainnya seperti bagian gizi, poliklinik mata,

pediatris, gigi dan lainnya bila diperlukan. Depresi juga sering dijumpai pada

pasien diabetes, sehingga dapat dirujuk ke bagian penyakit jiwa bila diperlukan.

c. Memantau Penatalaksanaan diabetes

Pemantauan terhadap kondisi penderita dapat dilakukan apoteker pada saat

pertemuan konsultasi rutin atau pada saat penderita menebus obat, atau dengan

melakukan hubungan telepon. Pemantauan kondisi penderita sangat diperlukan

untuk menyesuaikan jenis dan dosis terapi. Apoteker harus mendorong penderita

untuk melaporkan keluhan ataupun gangguan kesehatan yang dirasakannya

sesegera mungkin. Apoteker juga harus memantau tingkat kenormalan:

a. Tekanan darah (target < 130/80 mm Hg)

b. LDL kolesterol (target < 100 mg/dl)

c. Penggunaan aspirin untuk pasien DM dengan hipertensi dan resiko jantung

d. Pemeriksaan mata, kaki, gigi (1x/tahun)

e. Vaksinasi influenza dan pneumokokal

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penjelasan diberikan kepada pasien mengenai target dan diharapkan pasien

mengerti mengapa monitoring memegang peranan penting dalam terapi

pencegahan komplikasi yang bisa memperburuk penyakit.

d. Menjaga dan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap jadwal terapi

Ada 6 langkah yang dapat dilakukan:

a. Libatkan pasien, ciptakan suasana dimana pasien menjadi peduli dan

bersedia untuk membantu menangani masalah yang berhubungan dengan

obat.

b. Spesifik, dapatkan rincian spesifik bila pasien mendiskusikan masalah

obatnya.

c. Identifikasi hambatan utama yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam

minum obatnya.

d. Simpulkan masalah pasien.

e. Memecahkan masalah dengan memberi saran pada pasien seperti berikut :

a) Meminum obat sesuai dengan yang diresepkan

b) Untuk mendapatkan hasil optimal, jadwal meminum obat harus dipatuhi

c) Bila anda masalah dengan efek samping yang dialami, kekhawatiran biaya

obat sehingga mengharapkan obat alternatif lain yang lebih murah maka

harus dibicarakan pada dokter.

d) Bila regimen obat terlalu susah, menjadi beban, atau membingungkan

tanyakan ke dokter atau Apoteker.

e) Jumlah obat yang anda minum bukanlah pertanda betapa sehat atau tidak

sehatnya anda. Lebih baik anda diskusi dengan Dokter atau Apoteker tentang

target pengobatan seharusnya (misalnya target kadar gula, tekanan darah,

kadar kolesetrol dsb).

f) Bila anda merasa depresi atau tertekan dengan ruwetnya penanganan diabetes

anda, bicarakan dengan dokter atau apoteker.

e. Akhiri pertemuan, tanyakan langkah apa yang akan dilakukan pasien setelah

diskusi dengan apoteker.

f. Membantu penderita mencegah dan mengatasi komplikasi ringan.

g. Menjawab pertanyaan penderita dan keluarga mengenai DM

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Biasanya pertanyaan berkisar tentang penyebab penyakit dan gejala-gejala

yang harus diwaspadai, pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan, hal-hal apa

yang harus dihindari untuk mencegah atau memperlambat perkembangan

penyakit, tentang terapi obat dan efek samping obat, tentang komplikasi dan

pencegahannya, sampai pada perawatan kaki, kulit, mulut dan gigi dan lain

sebagainya.

h. Memberikan Pendidikan dan Konseling

Tujuan pendidikan kepada pasien adalah untuk memberikan pengetahuan

dan kemampuan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatannya.

Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang tidak pernah mendapat pendidikan

mengenai diabetes, resiko untuk komplikasi major meningkat 4 kali lipat. Materi

inti untuk pendidikan yang komprehensif yang dapat diberikan kepada pasien

diabetes (Sumber: National Standard for diabetes self-management education,

Diabetes Care 2005) terdiri dari definisi diabetes, proses penyakit, dan pilihan

pengobatan, terapi nutrisi, aktivitas fisik, penggunaan obat, memonitor kadar gula

sendiri, mencegah, mendeteksi, dan mengobati komplikasi-komplikasi akut dan

kronis, target untuk mencapai hidup sehat, menyesuaikan sendiri perawatan dalam

kehidupan sehari-hari (problem solving) serta penyesuaian psikososial dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan kepada pasien dapat diberikan dalam 3 tahap:

a. Tahap I : Segera dilaksanakan setelah pasien di diagnosa dengan DM sehingga

dapat membantu mengatasi kebingungan, syok, terkejut dan lain sebagainya.

Apoteker berusaha membantu pasien memahami dan menerima diagnosis.

b. Tahap II : Memberikan informasi yang lebih dalam, dengan berfokus pada

masalah yang telah teridentifikasi sewaktu menilai pasien (misalnya peripheral

neuropathy) dan hal-hal lain yang mungkin dapat diantisipasi (misalnya

mengatasi reaksi hipoglikemi). Kegunaan dan cara minum obat yang benar

harus dijelaskan.

c. Tahap III : Memberikan pendidikan berkelanjutan untuk menekankan konsep,

meningkatkan dan menjaga motivasi, dan berupaya agar pasien dapat

mengurus dirinya dan peduli terhadap kesehatannya.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara umum, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan

memberikan penyuluhan atau konseling kepada penderita diabetes dan

keluarganya antara lain:

a. Agar penderita DM memiliki harapan hidup lebih lama dengan kualitas hidup

yang optimal. Kualitas hidup sudah merupakan keniscayaan. Seseorang yang

dapat bertahan hidup tetapi dengan kualitas hidup yang rendah, akan

menggangggu kebahagiaan dan ketenangan keluarga.

b. Untuk membantu penderita DM agar dapat merawat dirinya sendiri, sehingga

komplikasi yang mungkin timbul dapat diminimalkan, selain itu juga agar

jumlah hari sakit dapat ditekan.

c. Agar penderita DM dapat berfungsi dan berperan optimal dalam masyarakat.

d. Agar penderita DM dapat lebih produktif dan bermanfaat.

e. Untuk menekan biaya perawatan, baik yang dikeluarkan secara pribadi,

keluarga ataupun negara.

Segala informasi yang dianggap perlu untuk meningkatkan kepatuhan dan

kerjasama penderita dan keluarganya terhadap program penatalaksanaan diabetes

dapat disampaikan dalam konseling. Namun dalam penyampaiannya harus

mempertimbangkan kondisi penderita, baik kondisi pengetahuan, kondisi fisik,

maupun kondisi psikologisnya (Depkes RI, 2005).

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberi Pelayanan Klinik

Input

- Kehadiran Apoteker di Apotek

- Pelaksana Pelayanan Klinik di

Apotek

- Pengetahuan pelaksana pelayanan

klinik terutama terkait diabetes

melitus

Pelayanan Klinik

Proses

Dispensing

Penyerahan obat

Pelayanan Informasi Obat

a. Tujuan penggunaan

b. Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam)

c. Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah)

d. Jumlah frekuensi penggunaan

e. Jumlah obat sekali minum

f. Nama obat

g. Indikasi

h. Interaksi

i. Pencegahan interaksi

j. Efek samping obat (ESO)

k. Pencegahan ESO

l. Gejala ESO

m. Makanan dan minuman yang

harus dihindari

n. Cara penyimpanan

Konseling

a. Membuka komunikasi antara

apoteker dan pasien

b. Menilai pemahaman pasien

tentang penggunaan obat

c. Menggali informasi lebih lanjut

tentang masalah penggunaan obat

d. Memberikan penjelasan kepada

pasien untuk menyelesaikan

masalah penggunaan obat

e. Melakukan verifikasi akhir untuk

memastikan pemahaman pasien

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukuran Skala

1. Kehadiran di Apotek Keberadaan Apoteker di tempat

kerja/apotek saat Apotek buka

Check list a. Skor 5

apoteker hadir setiap hari pagi

sampai sore

b. Skor 4

apoteker hadir setiap hari, tapi tak

bisa ditentukan

c. Skor 3

apoteker hadir 3 kali seminggu

d. Skor 2

apoteker hadir 2 kali seminggu

e. Skor 1

apoteker hadir 1 minggu sekali

f. Skor 0

Kehadiran apoteker tidak bisa

ditentukan

Hasil perhitungan skor akan dibuat

rata-rata persentase dan digolongkan

dalam kategori sebagai berikut

(Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Skala ordinal

Skala ordinal

2 Pelaksana pelayanan klinik Apoteker/petugas Apotek (Non

Apoteker) yang saat penelitian

melakukan pelayanan klinik

Check list a. Skor 1

Apoteker yang memberikan

pelayanan

b. Skor 0

Asisten Apoteker yang

memberikan pelayanan

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

27

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 Dispensing Kesesuaian obat baik dari jenis dan

jumlah sesuai dengan resep yang

dilakukan oleh pemberi pelayanan di

Apotek

Checklist a. Skor 1

Sesuai

b. Skor 0

Tidak sesuai

Skala nominal

4 Pengetahuan pelaksana

pelayanan klinik terkait

diabetes melitus

Jumlah benar dari pertanyaan informasi

obat terkait diabetes melitus yang

diajukan oleh peneliti kepada

Apoteker/petugas Apotek (Non

Apoteker) yang memberikan pelayanan

klinik di Apotek

Checklist Hasil perhitungan skor akan dibuat

rata-rata persentase dan digolongkan

dalam kategori sebagai berikut

(Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Skala ordinal

5 Pelayanan Informasi Obat

(PIO)

Pemberian informasi obat yang berkaitan

dengan obat antidiabetes yang dilakukan

oleh Apoteker/petugas Apotek (non

apoteker) di Apotek

Checklist Hasil perhitungan skor dari ketepatan

menjawab pertanyaan yang ada dalam

checklist tiap Apoteker/ petugas

Apotek dibuat rata-rata persentase

yang kemudian dikategorikan sebagai

berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Hasilnya akan menunjukan

pengkategorian kualitas pelayanan

Skala ordinal

a. Tujuan penggunaan

Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

maksud penggunaan masing-masing

obat yang ada dalam resep. Informasi

dinyatakan tepat bila informasi obat

yang diberikan sesuai dengan tujuan

umum seperti:

- metformin digunakan untuk

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

U

IN S

yarif H

iday

atu

llah

Jakarta

28

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menurunkan gula darah atau

mengontrol gula darah

- simetidin digunakan untuk

menurunkan asam lambung

b. Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam)

Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

waktu obat harus dikonumsi dari segi

waktu. Jawaban dinyatakan tepat bila

informasi yang disampaikan:

- Metformin digunakan pada pagi dan

sore hari atau digunakan 2 kali sehari

dengan selang waktu 12 jam

- Simetidin digunakan pada pagi dan

malam hari

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

c. Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah)

Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

waktu obat harus dikonsumsi dari segi

jam makan pasien. Jawaban dinyatakan

tepat bila informasi yang disampaikan:

- Metformin digunakan

sebelum/sesudah makan/saat perut

terisi oleh makanan/saat perut terisi

makanan

- Simetidin digunakan

sesudah/sedang/dengan makanan/saat

perut terisi makanan

S a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

d. Jumlah frekuensi

penggunaan

Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

jumlah obat yang harus digunakan dalam

sehari. Jawaban dinyatakan tepat bila

informasi yang disampaikan adalah

masing-masing obat digunakan 2 kali

sehari

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

29

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Jumlah obat sekali minum Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

jumlah obat yang harus dikonsumsi

dalam sekali minum. Jawaban

dinyatakan tepat bila informasi yang

disampaikan adalah masing-masing 1

tablet obat digunakan saat sekali minum

Checklist

a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

f. Nama obat Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

sebutan obat berdasarkan tulisan yang

tertera dalam kemasan obat. jawaban

dinyatakan tepat bila informasi yang

disampaikan adalah menyebutkan

metformin dan simetidin

Checklist

a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

g. Indikasi Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

kondisi penyakit yang memerlukan

penggunaan obat dalam resep. Informasi

dinyatakan tepat bila hal yang

disampaikan adalah:

- Metformin: digunakan untuk DM tipe

2 atau digunakan untuk DM tahap

awal

- Simetidin: digunakan untuk mengatasi

sakit lambung

Checklist

a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

h. Interaksi

Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

kemungkinan terpengaruhnya obat satu

dengan yang lainnya. Dinyatakan tepat

bila informasi yang disampaikan adalah:

- Penggunaan simetidin akan

mempengaruhi ekskresi metformin.

- Metformin akan menurun ekskresinya

akibat interaksi dengan simetidin

Checklist

a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

30

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

i. Pencegahan interaksi Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

cara menghindari kemungkinan

interaksi. Informasi dinyatakan tepat bila

hal yang disampaikan adalah:

Gunakan metformin dalam dosis yang

lebih kecil bila penggunaan kedua obat

harus dalam waktu yang sama atau

konsultasikan dengan dokter tentang

obat pilihan mag lain yang tidak

berinteraksi dengan metformin.

Checklist

a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

j. Efek samping obat (ESO) Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

reaksi yang tidak diharapkan muncul

diakibatkan dari penggunaan obat.

informasi dinyatakan tepat bila hal yang

disampaikan adalah: metformin

memiliki efek samping utamanya berupa

gangguan gastrointestinal berupa diare,

mual, muntah, nyeri perut sedangkan

simetidin efek sampingnya cenderung

aman

Checklist

a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

k. Pencegahan ESO Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

cara menghindari kemungkinan efek

samping obat. ESO yang mengganggu

adalah yang ditimbulkan dari obat

metformin maka informasi dinyatakan

tepat bila hal yang disampaikan adalah:

ESO metfomin dapat dicegah dengan

Menggunakan metformin dibarengi

dengan makanan.

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

31

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

l. Gejala ESO

Informasi yang diberikan Apoteker atau

petugas Apotek (non Apoteker) tentang

ciri-ciri bila ESO terjadi. Informasi

dinyatakan tepat bila info yang

disampaikan adalah saat timbul ESO

metformin maka akan menimbulkan rasa

tidak enak pada perut seperti sakit mag

atau cenderung sering buang air besar.

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

m. Makanan dan minuman

yang harus dihindari

Apoteker atau petugas Apotek (non

Apoteker) menyarankan untuk

menghindari makanan dan minuman

yang dapat mengganggu keseimbangan

gula darah tubuh. Informasi dinyatakan

tepat bila info yang disampaikan adalah

- untuk menjaga agar gula darah

terkontrol maka disarankan pasien

untuk menghindari makanan dengan

kandungan tinggi gula, karbohidrat

yang berlebihan

- untuk mencegah parahnya penyakit

mag yang dialami pasien maka hindari

makanan yang pedas, asam, minuman

berkafein atau beralkohol.

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

n. Cara penyimpanan

Apoteker atau petugas Apotek (non

Apoteker) menyarankan tentang tata

cara penempatan obat. Informasi

dinyatakan tepat bila info yang

disampaikan adalah:

Simpan obat suhu ruangan, di tempat

tertutup dan terjaga dari cahaya

matahari.

Checklist a. Skor 1

Jawaban tepat

b. Skor 0

Jawaban tidak tepat

Skala nominal

4 Konseling Bentuk pelayanan klinik dimana

Apoteker/petugas Apotek (non Apoteker)

yang telah memberikan informasi obat

Checklist a. Skor 1

Kegiatan konseling dilakukan

b. Skor 0

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

32

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

melakukan tahapan konseling kepada

pasien dengan mencoba menggali

pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kerpatuhan pasien untuk kemudian

diberikan saran atau nasihat.

Kegiatan konseling tidak

dilakukan

a. Membuka komunikasi

antara apoteker dan pasien

Apoteker/Asisten apoteker berperilaku

aktif memulai pembicaraan kepada

pasien

Checklist a. Skor 1

Melakukan

b. Skor 0

Tidak melakukan

Skala nominal

b. Menilai pemahaman

pasien tentang

penggunaan obat

Apoteker/Aisten apoteker menanyakan

three prime question:

1. Apa yang disampaikan dokter

tentang obat anda?

2. Apa yang dijelaskan dokter tentang

cara pemakaian obat anda?

3. Apa yang dijelasan oleh dokter

tentang hasil yang diharapkan setelah

anda menerima obat tersebut?

Checklist a. Skor 1

Melakukan

b. Skor 0

Tidak melakukan

Skala nominal

c. Menggali informasi lebih

lanjut tentang masalah

penggunaan obat

Apoteker/Asisten apoteker menanyakan

adakah permasalahan dalam penggunaan

obat

Checklist

a. Skor 1

Melakukan

b. Skor 0

Tidak melakukan

Skala nominal

d. Memberikan penjelasan

kepada pasien untuk

menyelesaikan masalah

penggunaan obat

Apoteker/Asisten apoteker memberikan

saran bagaimana cara untuk mengatasi

permasalah obat atau memberikan

himbauan untuk tetap melanjutkan

pengobatan sesuai dengan aturan agar

gula darah tetap terkontrol

Checklist a. Skor 1

Melakukan

b. Skor 0

Tidak melakukan

Skala nominal

e. Melakukan verifikasi

akhir untuk memastikan

pemahaman pasien

Apoteker/Asisten apoteker menanyakan

hal-hal yang mungkin tidak dimengerti

pasien

Checklist a. Skor 1

Melakukan

b. Skor 0

Tidak melakukan

Skala nominal

UIN

Syarif H

iday

atu

llah

Jakarta

33

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Alur Penelitian

Penelitian Pendahuluan

Pendataan jumlah apotek pada

wilayah Kecamatan Garut Kota,

Kecamatan Tarogong Kaler dan

Kecamatan Tarogong Kidul

Persiapan Instrumen Penelitian

- Skenario

- Lembar Resep

- Protokol Penelitian

- Check List

- Alat Perekam

Validasi Instrumen

- Validasi Isi

- Validasi Rupa

Teknik Pengumpulan Data

Interaksi langsung dengan

apoteker sebagai keluarga pasien

simulasi Managemen Data

Editing, Coding, data

processing Analisis Data

Analisis univariat dengan

Microsoft excel 2010

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan wilayah Kabupaten Garut yaitu

Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong Kaler dan Kecamatan Tarogong

Kidul di Kabupaten Garut. Alasan pemilihan Lokasi ini adalah dikarenakan

distribusi apotek terbanyak di kabupaten Garut ada di tiga kecamatan tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan November 2014 dan

waktu pengumpulan data, pengolahan dan pembahasan dilakukan pada bulan

Maret – Mei 2015.

4.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian non-eksperimental. Desain penelitian ini ex

post facto (Sarwono Jonathan, 2006). Ditinjau dari metode, penelitian ini adalah

penelitian jenis survei dimana peneliti tidak melakukan perubahan (tidak ada

perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti dan menurut tingkat

eksplanasi (penjelasan) penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana

penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau

penghubungan dengan variabel yang lain (Siregar Syofian, 2013).

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer. Data primer

adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama

atau tempat objek penelitian (Siregar Sofyan, 2013). Metode pengumpulan data

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa wawancara terstruktur dan

observasi dengan metode simulasi pasien. Wawancara terstruktur adalah

wawancara yang dilakukan dengan berpedoman pada sebuah check list kemudian

hasil wawancara diisikan pada lembar check list dengan membubuhkan tanda

(check) yang berarti bernilai satu pada kolom yang sesuai dan observasi yang

dilakukan berupa pegamatan langsung terhadap kondisi lingkugan objek

penelitian (Siregar Sofyan, 2013).

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4. Populasi dan Sampel

4.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh apotek yang berada di

wilayah Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong Kaler dan Kecamatan

Tarogong Kidul di Kabupaten Garut. Sedangkan populasi sasaran dari penelitian

ini adalah apoteker atau petugas apotek (non Apoteker) di seluruh apotek yang

berada di wilayah Kecamatan tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut

sampai bulan November 2014 di dapat jumlah populasi Apotek di tiga Kecamatan

tersebut sebanyak 71. Dengan rincian sebagai berikut:

a. Jumlah populasi Apotek di Kecamatan Garut Kota adalah 41

b. Jumlah populasi apotek di Kecamatan Tarogong Kidul adalah 22

c. Jumlah populasi Apotek di Kecamatan Tarogong Kaler adalah 8

4.4.2. Sampel

Populasi dalam penelitian ini terbagi dalam tiga Kecamatan dengan jumlah

Apotek berbeda pada setiap Kecamatan dan tidak ada sumber yang menyatakan

Apotek di tiga Kecamatan tersebut bersifat homogen. Maka pengambilan sampel

pada penelitian ini dilakukan dengan metode Sampel Random Berstrata (Stratified

Random Sampling).

Berdasarkan jumlah populasi yang sudah diketahui jumlahnya yaitu 71

Apotek maka jumlah unit sampel Apotek dapat dihitung dengan menggunakan

rumus (Lwanga dan Lemeshow, 1991 dikutip dari Jurnal umi athiyah et al.,

2014):

( ) ………………………………………………(1)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi apotek

p = Estimator proporsi populasi, sebesar 0.76

q = 1-P

Zα2

= Nilai kurva normal yang tergantung dari α (α = 5% maka Z = 1.96)

d = Toleransi kesalahan (10 %)

( )

( ) ( ) = 23

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan hasil perhitungan maka didapat hasil 23 sebagai jumlah

sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian maka dilakukan pembulatan

jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 35 Apotek dengan unit sampel (sasaran

penelitian) Apoteker atau petugas Apotek. Sampel apotek yang diambil pada

setiap kecamatan adalah:

1. Apotek di Kecamatan Garut Kota :

apotek

2. Apotek di Kecamatan Tarogong Kidul :

apotek

3. Apotek di Kecamatan Tarogong Kaler :

apotek

Setelah jumlah sampel ditetapkan pada tiap kecamatan, kemudian

dilanjutkan dengan pengambilan sampel (Apotek) pada tiap kecamatan secara

random.

4.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.5.1. Kriteria Inklusi

1. Apotek yang berada di wilayah Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong

Kaler dan Tarogong Kidul di Kabupaten Garut.

2. Apotek yang memiliki surat izin resmi dan terdata di Dinas Kesehatan

Kabupaten Garut.

4.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Apotek yang telah tutup saat penelitian dilakukan.

4.6. Langkah Penelitian

4.6.1. Penelitian Pendahuluan

Sebelum penelitian, dilakukan survei pendahuluan. Tujuan dilakukannya

survei pendahuluan adalah untuk memastikan jumlah apotek di daerah Garut

Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong Kaler dan Kecamatan Tarogong

Kidul. Penelitian pendahuluan ini dilakukan pada bulan November 2014 dengan

cara meminta data apotek resmi di tiga Kecamatan tersebut dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Garut.

4.6.2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Skenario (Lampiran 2)

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Lembar Resep Obat Antidiabetes

3. Protokol Penelitian

4. Check List (Lampiran 1)

5. Alat perekam

Skenario dalam penelitian ini menempatkan peneliti sebagai keluarga

pasien yang ingin menebus obat antidiabetes untuk salah satu keluarga peneliti

yang terjangkit penyakit diabetes melitus. Pasien diabetes melitus tersebut

merupakan seorang wanita berumur 40 tahun, baru terdiagnosis diabetes melitus

tipe 2, pasien ini memiliki keluhan berupa sakit mag. Dalam skenario ini dipilih

obat metformin 500 mg dan simetidin untuk diresepkan pada pasien. Skenario

obat ini kemudian di tuliskan dalam resep. Resep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah resep yang dituliskan oleh dokter, dimana dokter menjadi

pihak yang membantu dalam melengkapi instrumen penelitian.

Protokol penelitian ini adalah selama penelitian peneliti tidak

diperbolehkan menunjukkan check list saat mengajukan pertanyaan dan peneliti

tidak ikut serta membantu atau menambahkan jawaban dari narasumber di

Apotek. Hal ini dilakukan agar jawaban yang didapatkan murni berasal dari

narasumber di Apotek. Peneliti harus bersikap objektif dalam menggambarkan

keadaan setiap Apotek dan Apoteker yang ada di dalamnya. Peneliti juga dituntut

untuk memberi perlakuan yang sama pada setiap Apotek yang didatangi sehingga

data yang dihasilkan bersifat objektif.

Check list yang digunakan dalam penelitian diambil dari jurnal Profil

Informasi Obat pada Pelayanan Resep Metformin dan Glibenklamid di Apotek

Wilayah Surabaya yang dibuat Umi Athiyah dkk (2014) karena mampu

menggambarkan peran apoteker dalam pemberian informasi obat, telah tervalidasi

dan sesuai garis besar informasi obat yang harus disampaikan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014.

4.6.3. Validitas Instrumen

Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian adalah validitas rupa dan

isi. Validitas isi ditentukan dari kesesuaian antara instrumen yaitu check list dan

skenario dengan tinjauan dari pustaka dan variabel yang ingin diteliti. Instrumen

penelitian dikatakan valid karena telah sesuai dengan acuan Peraturan Menteri

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kesehatan Republik Indonesia No.35 tahun 2014 dan mampu mengiterpretasikan

hal-hal yang ingin dianalisa sesuai dengan tujuan penelitian.

Validitas rupa menunjukkan apakah alat pengukur/instrument penelitian

dari segi rupanya mampu mengukur apa yang ingin di ukur, validitas ini lebih

mengacu pada bentuk dan penampilan instrument. Menurut Djamaludin Ancok

validitas rupa amat penting dalan pengukuran kemampuan individu seperti

pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan (Siregar Syofian,

2013). Metode simulasi pasien memiliki validitas rupa bila penyedia layanan

kesehatan tidak mengetahui adanya simulasi keluarga pasien (Watson et .al, 2004

dikutip dari jurnal umi athiyah et al., 2014). Validitas dalam penelitian ini sangat

bergantung pada kemampuan dari peneliti sebagai bagian dari simulasi pasien

diamana poisi peneliti sebagai keluarga pasien. Untuk memastikan kemampuan

pasien cukup maka dilakukan pilot atau uji coba langsung pada suatu apotek

(Watson et.al, 2006 dikutip dari umi athiyah et al., 2014).

Validitas penelitian ini ditingkatkan dengan penggunaan alat perekam

dalam melakukan pengumpulan data, sehingga kemungkinan kehilangan

informasi menjadi berkurang (Madden et.al, 1997 dikutip dari umi athiyah et al.,

2014).

4.6.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan

metode simulasi pasien dan teknik observasi. Wawancara dilakukan dengan cara

berinteraksi langsung dengan apoteker atau petugas Apotek di Apotek terpilih.

Metode simulasi pasien ini digunakan untuk mempelajari perilaku penyedia

layanan kesehatan untuk meminimalkan bias karena pengamatan (Madden et al,

1997 dikutip dari umi athiyah et al., 2014). Tujuannya adalah untuk menguji

perilaku tertentu dari apoteker atau petugas apotek (Watson et.al, 2006 dikutip

dari umi athiyah et al., 2014). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan

mengamati keadaan Apotek dalam segi sarana, pemberian pelayanan dan

pelaksanaan pelayanan.

Dalam metode ini peneliti memposisikan diri sebagai keluarga pasien yang

menebus obat dengan membawa resep obat antidiabetes. Peneliti akan

menyerahkan resep kepada petugas Apotek kemudian mengajukan pertanyaan

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sesuai check list yang telah dipersiapkan sebelumnya namun tanpa menunjukkan

check list tersebut dan setiap jawaban dicatat dalam check list. Pencatatan

dilakukan saat peneliti keluar dari Apotek dengan tujuan mencegah kecurigaan

Apoteker/petugas Apotek tentang adanya simulasi pasien.

Selama pengajuan pertanyaan ini peneliti dituntut memiliki kemampuan

dan keahlian dalam mengajukan pertanyaan sehingga tidak menimbulkan

kecurigaan pada pihak Apotek sehingga jawaban yang di dapat merupakan

jawaban yang menggambarkan keadaan sebenarnya.

4.6.5. Manajemen Data

Setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan, maka akan dilakukan

analisis data. Proses pengolahan data dilakukan untuk menyederhanakan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, dengan tahapan

sebagai berikut (Pusdiklat Pengawasan dan Deputi Akuntan Negara, 2007):

1. Pengeditan (Editing)

Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang diperlukan

terhadap data untuk memudahkan pemberian kode dan pemrosesan data

dengan tekhnik statistik. Data yang diperoleh dari hasil penelitian perlu diedit

dari kemungkinan kekeliruan dalam proses pencatatan yang dilakukan dalam

pengumpulan data.

2. Pemberian Kode (Coding)

Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data ke dalam

skor numerik. Proses pemberian kode ini akan memudahkan dan meningkatkan

efisiensi proses data entry ke dalam komputer.

3. Pemrosesan data (Data Processing)

Setelah kedua tahap diatas dilakukan, maka data siap untuk diolah atau

dianalisis.

4.7. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft excel 2010.

Pengolahan data yang dilakukan adalah analisis univariat. Analisis univariat

adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap variabel yang ada

secara deskriptif (Notoatmodjo, 2003). Analisis deskriptif bertujuan untuk melihat

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

data secara apa adanya untuk memperoleh gambaran umum mengenai variabel-

variabel yang diukur pada sampel (Pusdiklat Pengawasan dan Deputi Akuntan

Negara, 2007).

Analisis yang dilakukan meliputi:

1. Kehadiran Apoteker di tempat kerja (apotek).

2. Gambaran pemberi pelayanan klinik di Apotek

3. Gambaran pelaksanaan pelayanan klinik di Apotek

4. Gambaran kualitas pelayanan klinik ditinjau dari pemberian informasi obat dan

konseling terhadap resep antidiabetes di Apotek.

Analisis yang dilakukan didasarkan dari hasil wawancara langsung

menggunakan check list dengan skala guttman dan observasi di Apotek. Skala

Guttman digolongkan sebagai skala yang berdimensi tunggal yaitu skala yang

menghasilkan kumulatif jawaban yang butir soalnya berkaitan satu dengan yang

lain. Skala ini bersifat tegas karena setiap jawaban dari pertanyaan yang ada di

check list diberi skor 0 untuk jawaban tidak dan 1 untuk jawaban ya (Windiyani

Tustiyana, 2012).

.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelayanan klinik di Apotek meliputi pengkajian resep, dispensing,

pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah

(Home Pharmacy Care), pemantauan terapi obat (PTO) dan monitoring efek

samping obat (MESO). Namun dalam penelitian ini hanya dilakukan survei

dengan melakukan wawancara terstruktur dan observasi dengan metode simulasi

pasien untuk mendeskripsikan pelayanan klinik berupa dispensing berupa

kesesuaian penyerahan obat dengan resep, pelayanan informasi obat terhadap

resep antidiabetes dan konseling. Kelebihan dari metode simulasi pasien ini

adalah hasil data yang didapatkan lebih objektif, mampu menggambarkan keadaan

nyata dan sebenarnya karena minimnya bias yang terjadi akibat pengamatan.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, jumlah seluruh Apotek di

Kota Garut pada tahun 2014 adalah 139 Apotek. Distribusi Apotek terbesar

berada di Kecamatan Garut Kota sebanyak 41 Apotek, Kecamatan Tarogong

Kidul sebanyak 22 Apotek dan Kecamatan Tarogong Kaler sebanyak 8 Apotek.

Data Pemerintah Daerah Kabupaten Garut pada tahun 2013 menunjukkan jumlah

penduduk di Kecamatan Tarogong Kaler 93.563 jiwa, jumlah penduduk di

Kecamatan Tarogong Kidul 131.118, dan jumlah penduduk di Kecamatan Garut

Kota 170.875 jiwa.

Apabila dianalogikan satu apotek memiliki satu Apoteker maka rasio

Apoteker terhadap 100.000 penduduk di setiap Kecamatan dapat dihitung.

Perhitungan ini dilakukan untuk meninjau apakah jumlah Apoteker sudah

memadai sesuai yang dibutuhkan oleh Kementerian Kesehatan (12:100.000) dan

WHO (50:100.000) (Adelina 2013 dikutip dari Dyani Primasari Sukandi, 2015).

Rasio standar yang dirumuskan oleh Kementerian Kesehatan tersebut dapat

diidentikan dengan setiap 1 apotek melayani 8.333 penduduk, sementara standar

WHO identik dengan pengertian 1 apotek melayani 2000 penduduk. Rasio apotek

terhadap jumlah penduduk di Kecamatan Tarogong Kaler adalah 1:11.695, di

Kecamatan Tarogong Kidul 1:5.959 dan di Kecamatan Garut Kota 1:4.197. Data

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersebut menggambarkan bahwa rasio Apotek terhadap jumlah penduduk di

Kecamatan Tarogong Kidul dan Garut Kota sudah sesuai standar Kementerian

Kesehatan namun belum sesuai dengan standar WHO. Sedangkan rasio Apotek

terhadap jumlah penduduk di Kecamatan Tarogong Kaler belum memenuhi

standar Kementrerian Kesehatan dan standar WHO.

5.1. Gambaran Kehadiran Apoteker di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data tentang

frekuensi kehadiran apoteker dari tenaga kefarmasian yang berada di Apotek

selama penelitian, baik Apoteker atau petugas apotek lain (non apoteker). Data

penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Gambaran Frekuensi Kehadiran Apoteker di Kecamatan

Tarogong Kaler

Kegiatan Skor Kehadiran (%)

5 4 3 2 1 0 30

Frekuensi Kehadiran Apoteker 0 0 1 1 1 1

Kategori Buruk

Tabel 5.2 Gambaran Frekuensi Kehadiran Apoteker di Kecamatan

Tarogong Kidul

Kegiatan Skor Kehadiran (%)

5 4 3 2 1 0

78,18 Frekuensi Kehadiran Apoteker 4 5 1 0 0 1

Kategori Sedang

Tabel 5.3 Gambaran Frekuensi Kehadiran Apoteker di Kecamatan Garut

Kota

Kegiatan Skor Kehadiran (%)

5 4 3 2 1 0 80

Frekuensi Kehadiran Apoteker 14 1 1 1 1 2

Kategori Baik

Dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa rata-rata persentase kehadiran

Apoteker di Apotek wilayah Kecamatan Tarogong Kaler adalah 30% dan hasil

tersebut dikategorikan buruk. Di Apotek wilayah Kecamatan Tarogong Kidul

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didapatkan rata-rata persentase kehadiran Apoteker adalah 78,18% dan hasil

tersebut dikategorikan sedang. Di Apotek wilayah Kecamatan Garut Kota

didapatkan rata-rata persentase kehadiran Apoteker adalah 80% dan hasil tersebut

dikategorikan baik. Pengkategorian mengacu pada penelitian Harianti, Angki

Purwanti dan Sudibyo Supardi (2006).

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa Apoteker belum hadir setiap hari

selama jam buka di Apotek. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya seperti penelitian tahun 2003 di Jakarta oleh Purwanti Angki,

Hartanto dan S. Supardi yang menyatakan bahwa kehadiran Apoteker di Apotek

masih rendah dimana 54,7% Apoteker bekerja tidak penuh. Penelitian serupa

dilakukan di Medan tahun 2008 oleh Adelina BR Ginting (2009) dengan hasil

52,94% apoteker tidak hadir setiap hari. Penelitian terbaru yang serupa juga

dilakukan oleh Rendy Ricky Kwando tahun 2014, dalam penelitian tersebut

digambarkan bahwa skor kehadiran Apoteker di Apotek wilayah Surabaya Timur

adalah 61,3% dan hasil tersebut dikategorikan sedang.

Kehadiran Apoteker ini akan mempengaruhi pelayanan klinik di Apotek

karena syarat utama pelayanan klinik di Apotek dapat berjalan adalah adanya

kehadiran Apoteker di Apotek selaku pelaksana pelayanan klinik dan tugas ini

tidak dapat dialihkan kepada petugas Apotek yang lain termasuk Asisten apoteker.

Dalam penelitian Rendy Ricky Kwando (2014) dijelaskan bahwa frekuensi

kehadiran Apoteker di tempat kerja berkorelasi dengan pelayanan kefarmasian.

Semakin tinggi frekuensi kehadiran Apoteker di tempat kerja maka pelaksanaan

pelayanan kefarmasian akan semakin meningkat. Peningkatan pelayanan

kefarmasian akan menyebabkan peningkatan daya saing Apotek terutama dalam

menarik pelanggan. Hal ini sesuai dengan penelitian Erlin Aurelia (2013) bahwa

konsumen akan berlangganan di Apotek bila Apotek tersebut dapat memberi

kepuasan dalam segi pelayanan dan harga obat. Peningkatan pelanggan di Apotek

akan menyebabkan peningkatan pendapatan Apotek sehingga gaji/upah Apoteker

lebih meningkat. Peningkatan upah kerja ini akan mampu meningkatkan

kehadiran Apoteker di Apotek hal tersebut sesuai dengan penelitian Erik

Darmasaputra (2014) yang menyatakan salah satu alasan utama ketidakhadiran

Apoteker di Apotek adalah masalah upah/gaji Apoteker. Dari pemaparan tersebut

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Kec. TarogongKaler

Kec. TarogongKidul

Kec. GarutKota

0%

36.36%

60%

100%

64%

25%

0% 0%

15%

Apoteker

Petugas apotek (non apoteker)

Apoteker dan petugas apotek (nonapoteker)

maka jelas tergambarkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara kehadiran

Apoteker terhadap pelayanan klinik, pelayanan klinik terhadap kepuasan

pelanggan dan kepuasan pelanggan terhadap peningkatan upah Apoteker.

Karena pelaksanaan pelayanan klinik ini tidak bisa dialihkan kepada pihak

lain selain Apoteker maka Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib mengangkat

seorang Apoteker pendamping untuk membatu pelaksanaan kefarmasian di

Apotek terutama saat APA tidak dapat hadir di Apotek. Hal tersebut sesuai telah

dijelaskan dalam PP No.51 tahun 2009 pasal 24 tentang keharusan Apoteker

mengangkat seorang Apoteker pendamping dalam membantu pelaksanaan

pekerjaan kefarmasian.

5.2. Gambaran Pemberi Pelayanan Klinik di Apotek Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rincian data yang

dapat menggambarakan petugas apotek yang berperan sebagai pemberi pelayanan

klinik di Apotek, dilihat pada gambar berikut ini :.

Gambar 5.1. Gambaran Distribusi Pemberi Pelayanan Klinik di Apotek

Pemberi pelayanan klinik di Apotek tidak seluruhnya dilakukan oleh

Apoteker. Hal ini dapat dilihat dari grafik distribusi pemberi pelayanan klinik di

Apotek. dimana grafik tersebut menggambarkan bahwa pemberi pelayanan klinik

di apotek wilayah kecamatan Tarogong Kaler 100% dilakukan oleh petugas

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

apotek lain (non apoteker). Pelayanann klinik di Apotek wilayah Kecamatan

Tarogong kidul 36,36% dilakukan oleh Apoteker dan 63,64% dilakukan petugas

apotek lain (non apoteker). Pelayanan klinik di Apotek wilayah kecamatan Garut

Kota 60% dilakukan oleh Apoteker, 15% dilakukan oleh Apoteker dan petugas

apotek lain (non apoteker) serta 25% dilakukan oleh petugas apotek lain (non

apoteker). Pelayanan klinik yang belum dilaksanakan sepenuhnya oleh Apoteker

ini serupa dengan hasil penelitian Erlin Aurelia (2013) dimana yang biasa

melayani pasien/pelanggan di Apotek adalah Asisten apoteker (48,12%), diikuti

pegawai apotek (28,30%), baru kemudian Apoteker (13,21%).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saat Apoteker tidak berada di

Apotek secara otomatis pelayanan klinik ke petugas Apotek lain (non Apoteker).

Suasana Apotek yang cenderung ramai tanpa diimbangi tenaga kefarmasian yang

memadai juga mempengaruhi tidak terpenuhinya peran Apoteker sebagai pemberi

pelayanan klinik di Apotek. Apoteker yang bekerja di Apotek cenderung ramai

oleh pelanggan umumnya dituntut untuk ikut serta dalam proses penyiapan obat

sehingga Apoteker tidak mampu memberikan pelayanan klinik yang optimal

kepada pasien/pelanggan. Hal ini terjadi pada 3 (15%) dari 20 Apotek di

Kecamatan Garut Kota, dimana Apoteker memberikan sebagian tugas pemberian

pelayanan klinik kepada petugas apotek yang lain untuk kembali melakukan

penyiapan obat untuk pasien berikutnya.

Hal-hal tersebut merupakan suatu bentuk pelanggaran dalam pelaksanaan

pelayanan klinik sekaligus pelanggaran yang dilakukan oleh Apoteker dalam

pemenuhan tugasnya di Apotek. Hal tersebut sesuai dengan pembahasan peraturan

kewajiban apoteker dalam memberikan informasi obat oleh Sri Yustina Hartini

(2009) dimana pelayanan informasi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan

klinik di Apotek. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam UU No.23

tahun 1992 tentang kesehatan pada penjelasan pasal 53, UU No.8 tahun 1999

tentang perlindungan konsumen pasal 7, PP No.32 tahun 1996 tentang tenaga

kesehatan pasal 22, Permenkes No. 922 tahun 1993 pasal 15 ayat 4 dan

Kepmenkes No.1027 thn 2004. Sanksi terhadap tidak dilaksanakannya pemberian

informasi obat diatur dalam PP No.32 tahun 1996 pasal 35 yakni dipidana denda

paling banyak Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Masing-masing peran Apoteker dan petugas apotek lain seperti Asisten

Apoteker dalam pelayanan klinik telah dijelaskan dalam peraturan. Salah satunya

adalah Permenkes Republik Indonesia Nomor 376/MENKES/PER/V/2009

tentang petunjuk teknis jabaran fungsional Asisten apoteker dan angka kreditnya

yang menjelaskan bahwa tugas Asisten apoteker sebatas menyiapkan hal-hal yang

diperlukan dalam kegiatan pelayanan klinik dan bertugas dalam menyiapkan obat.

Sedangkan pemberi pelayanan klinik adalah tugas Apoteker, hal ini diperkuat oleh

Permenkes Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa

Apotekerlah yang wajib berkomunikasi dengan pasien dan memberikan informasi

obat pada pasien.

5.3. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Klinik di Apotek Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota

Pelaksanaan pelayanan klinik di Apotek yang dibahas dalam penelitian ini

mencakup dispensing, pelayanan informasi obat dan konseling. Pelaksanaan

pelayanan ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.35 tahun 2014. Berikut adalah pemaparan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

5.3.1. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Dispensing di Apotek

Salah satu pelayanan klinik di Apotek adalah kegiatan dispensing. Dalam

penelitian ini peneliti menganalisis kegiatan dispensing dalam segi kesesuaian

obat yang diberikan oleh pihak Apotek dengan obat yang tertera dalam resep baik

dari segi jenis dan jumlah. Berikut grafik dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Gambar 5.2 Persentase Kesesuaian Penyerahan Obat dengan Resep

91.43%

8.57%

penyerahan obat sesuaidengan resep

penyerahan obat tidaksesuai dengan resep

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45.71% 54.29%

Apoteker yang tidakhadir pada jam bukaApotek

Apoteker yang hadirpada jam buka Apotek

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa 8,57% (3 Apotek) Apotek tidak

melakukan dispensing sesuai dengan resep, dimana letak Apotek tersebut berada

di Kecamatan Garut Kota. Satu apotek di wilayah Kecamatan Garut Kota dimana

petugas apotek (non apoteker) sebagai pemberi pelayanan mengganti obat

simetidin generik menjadi ranitidin paten dan 2 apotek wilayah Kecamatan Garut

Kota lainnya mengganti obat metformin generik dengan obat metformin paten

dimana masing-masing pemberi pelayanan klinik adalah Apoteker dan petugas

apotek (non apoteker). Dari hasil tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa

Apoteker dan petugas apotek (non apoteker) masih melakukan pelanggaran dalam

kegiatan dispensing obat. Penggantian obat generik ke obat paten akan

menyebabkan penambahan beban biaya pasien dalam menebus obat. ketiga kasus

penggantian obat tersebut pada umumnya dilakukan tanpa persetujuan peneliti

sebagai pelanggan Apotek. Penggantian obat dalam resep tanpa sepengetahuan

pasien ini sendiri merupakan bentuk penyimpangan terhadap UU No. 8 tahun

1999.

5.3.2. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Apotek

Selanjutnya peneliti melakukan observasi untuk menganalisis pelaksanaan

pelayanan klinik yang terjadi di Apotek berupa pelayanan informasi obat.

Kehadiran Apoteker sebagai pelaksana pelayanan informasi obat ini menjadi

penting karena menjadi syarat utama pelaksanaan pelayanan informasi obat yang

ideal dapat terjadi di Apotek. Berikut gambar yang menunjukkan kehadiran

Apoteker yang dapat ditemui di Apotek pada saat penelitian :

Gambar 5.3 Gambaran Distribusi Apoteker yang Hadir di Apotek Saat Penelitian

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 35 apotek yang berada

di tiga kecamatan yang menjadi wilayah penelitian didapatkan data bahwa

apoteker yang hadir di Apotek saat penelitian adalah 19 Apoteker (54,29%)

dengan rincian 4 Apoteker di Apotek Kecamatan Tarogong Kidul dan 15

Apoteker di Kecamatan Garut Kota. Diantara Apoteker tersebut 17 diantaranya

menyatakan hadir setiap hari di Apotek selama jam buka Apotek, 1 Apoteker

menyatakan hadir 2 kali dalam seminggu dan 1 Apoteker menyatakan hadir 3 kali

dalam seminggu. Sedangkan 45,71% Apoteker tidak dapat ditemui di Apotek dan

hanya petugas apotek (non apoteker) yang berada di Apotek.

Semua Apoteker yang ditemui peneliti di Apotek bersedia untuk

memberikan pelayanan klinik berupa pelayanan informasi obat dengan menjawab

pertanyaan yang diajukan peneliti yang mengacu pada check list. Sedangkan saat

Apoteker tidak hadir dan ingin menanyakan tentang informasi obat yang ingin

diketahui maka petugas apotek (non apoteker) yang berada di Apotek

menyanggupi dan memberikan pelayanan informasi obat kepada peneliti.

Pemindahan tugas Apoteker kepada petugas lain selain apoteker ini tidak

diperbolehkan dan hal ini menunjukkan adanya pelanggaran dalam proses

pelaksanaan pelayanan informasi obat karena bukan Apoteker yang memberikan

pelayanan ini.

Mendapatkan pelayanan klinik berupa pelayanan informasi obat dari

Apoteker merupakan suatu hak dari pasien. Namun sepertinya hak tersebut tidak

sepenuhnya disadari oleh pasien karena berdasarkan hasil pengamatan peneliti di

Apotek saat penelitian tidak ditemukan pasien lain yang meminta pelayanan

serupa dengan peneliti lakukan kepada pihak Apoteker. Kemungkinan masih

kurangnya eksistensi Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang dapat dijadikan

narasumber dalam setiap permasalah obat masih kurang, hal tersebut dipertegas

oleh penelitian Arhayani (2007) yang menyatakan 2,81% saja pengunjung Apotek

yang menjadikan Apoteker sebagai sumber informasi obat. Oleh sebab itu

diperlukan sarana penunjang eksistensi Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang

dapat diandalkan. Berdasarkan hasil rapat kerja nasional pertama IAI tahun

kepengurusan 2014-2018 di Novortel, Jakarta salah satu sarana yang mampu

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Tahapan Konseling yangdilakukan Apoteker

Tahapan Konseling yangdilakukan petugas apotek (non

apoteker)

0% 0% 0% 0%

10.53%

0%

21.05%

0%

52.63%

0%

tahap 1

tahap 2

tahap 3

tahap 4

tahap 5

menunjang peran Apoteker adalah pemasangan papan praktik apoteker dan

penggunaan jas praktik selama jam kerja di Apotek (Anwar Firdaus, 2014).

5.3.3. Gambaran Pelaksanaan Konseling di Apotek

Pelayanan informasi obat merupakan bagian dari isi pembahasan dalam

kegiatan konseling oleh sebab itu Apoteker yang telah memberikan pelayanan

informasi obat berarti telah melaksanakan kegiatan konseling begitu juga dengan

petugas apotek (non apoteker) yang telah melaksanakan pelayanan informasi obat.

Idealnya, dalam kegiatan konseling ini Apoteker selaku pihak yang wajib menjadi

pelaksana pelayanan dituntut untuk berperan aktif untuk memberikan saran,

nasihat dan edukasi berkaitan dengan pengobatan pasien agar pengetahuan,

pemahaman, kesadaran dan kepatuhan pasien dapat meningkat.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun

2014 dijelaskan tentang kriteria yang diharuskan mendapatkan pelayanan

konseling ini, salah satunya adalah pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes

melitus. Peneliti yang berperan sebagai keluarga pasien simulasi yang mengalami

diabetes melitus berarti seharusnya mendapatkan pelayanan ini sehingga tanpa

diminta seharusnya Apoteker secara aktif memberikan pelayanan konseling.

Secara ideal kegiatan konseling ini memiliki 5 tahapan dalam kegiatannya.

Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tahapan konseling tersebut

belum dilaksanakan secara keseluruhan oleh Apoteker sedangkan petugas apotek

(non apoteker) tidak melakukan satupun tahapan konseling. Hal tersebut

ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :

Gambar 5.4 GambaranTahapan Konseling yang Dilaksanakan oleh Apoteker dan Non

Apoteker

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan :

a. Tahap 1 : membuka komunikasi dengan pasien

b. Tahap 2 : menilai pemahaman tentang penggunaan obat

c. Tahap 3 : menggali informasi lebih lanjut tentang masalah penggunaan obat

d. Tahap 4 : memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat

e. Tahap 5 : melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien

Dari grafik diatas dapat diperoleh gambaran bahwa sebagian Apoteker

melaksanakan beberapa tahapan konseling. Hal ini tepat dilakukan karena

pelaksanaan pelayanan klinik merupakan tugas dari Apoteker. Sedangkan petugas

apotek (non apoteker) sama sekali tidak melanjutkan pelayanan klinik berupa

konseling. Asisten apoteker dalam penelitian ini sebatas menjawab pertanyaan

peneliti dan tidak melakukan analisa lebih lanjut terhadap keadaan pasien. Hal ini

dianggap wajar karena tugas pelaksanaan konseling ini bukan bagian dari petugas

apotek yang lain.

Semua Apoteker yang berinteraksi dengan peneliti tidak berperan aktif

untuk membuka komunikasi dengan peneliti sebagai pelanggan. Salah satu

kegiatan dalam konseling adalah pemberian informasi obat. Peneliti dalam hal ini

sebagai pelanggan Apotek lebih aktif dalam menggali informasi obat yang

diperlukan kepada Apoteker. Hal ini berarti menggambarkan bahwa bila peneliti

sebagai pelanggan Apotek tidak meminta pelayanan informasi obat kepada

petugas Apotek baik Apoteker atau petugas apotek (non Apoteker), maka peneliti

tidak akan mendapatkan pelayanan tersebut. Hasil penggambaran tersebut sesuai

dengan hasil penelitian Arhayani (2007) yang dikutip dalam Nur Alam Abdulah

(2010) yang menunjukkan bahwa 6,17% pengunjung Apotek yang memperoleh

pelayanan informasi, dan 62,7% tidak pernah menerima pelayanan informasi obat

di Apotek yang dimana sebagian besar pengunjung Apotek (95%) membutuhkan

pelayanan tersebut dan baru sebagian kecil yang meminta pelayanan informasi

obat.

Ketidak idealan pemenuhan pelayanan klinik di Apotek dalam segi

pelayanan informasi obat dan konseling ini berarti menggambarkan bahwa

pelayanan klinik di Apotek yang berpusat pada pasien (patient oriented) belum

terlaksana di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan

Kecamatan Garut Kota. Keadaan ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rini Sasanti Handayani dkk (2006) yang menyatakan semua Apotek yang disurvei

wilayah Jakarta, Yogyakarta dan Makassar belum memprioritaskan pelayanan

kefarmasian dengan pendekatan personal kepada pasien (masih berorientasi pada

obat) atau pelayanan dengan pendekatan personal kepada pasien belum dikenal

masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan, kegiatan konseling di tiap

Apotek tidak dilakukan di tempat khusus, melainkan dilakukan di tempat etalase

jual beli di Apotek. padahal dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 35 tahun 2014 dinyatakan bahwa setiap Apotek wajib mempunyai

ruang khusus konseling yang tertutup yang dilengkapi dengan meja dan kursi

serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. hal ini dilakukan untuk

menjaga privasi dari pasien dan menghindarkan dari gangguan yang dapat

menurunkan keefektifan kegiatan konseling.

Pelayanan klinik berupa pelayanan konseling tidak dijalankan di Apotek

bisa dikarenakan kemampuan apoteker dalam segi pengetahuan dan kemampuan

berkomunikasi yang masih kurang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rini

Sasanti Handayani (2006) yang menyatakan pengetahuan Apoteker di Apotek

mengenai obat untuk penyakit kronik terbatas hanya meliputi nama obat dan

indikasinya saja sedangkan Apoteker yang bekerja di rumah sakit lebih baik

pengetahuannya dibidang farmakologi/farmakokinetik.

Pelayanan konseling yang tidak dijalankan dalam suatu Apotek juga dapat

berkaitan dengan kemampuan Apoteker dalam melayani pasien atau pelanggan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diperoleh gambaran bahwa setiap

Apotek yang pelayanan kliniknya dilakukan oleh Apoteker umumnya hanya

bekerja sendiri tanpa adanya Apoteker pendamping. Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa waktu kerja adalah 7

(tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40

(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu. Berdasarkan peraturan tersebut maka kemampuan tenaga apoteker dalam

bekerja terbatas. Agar pelayanan klinik di Apotek dapat terlaksana baik dalam

keadaan ramai ataupun dalam keadaan APA tidak dapat melaksanakan tugasnya

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

di Apotek maka diperlukan Apoteker pendamping agar Apoteker jumlahnya lebih

dari satu di setiap Apotek.

Pelayanan klinik di Apotek berupa pelayanan informasi obat dan konseling

penting dilakukan terutama terhadap penyakit kronis seperti diabetes melitus.

Pasien yang diberi konseling akan lebih mengetahui bahaya dari penyakitnya dan

mengetahui pentingnya ketepatan dalam penggunaan obat terhadap penyakitnya.

Pengetahuan yang lebih dalam dari pasien tentang bahaya penyakitnya dapat

meningkatkan kepedulian pasien untuk menjaga pola hidup yang sehat, pola

penggunaan obat sesuai dengan ketentuan yang telah diinformasikan apoteker dan

kepatuhannya dalam pengobatan dapat meningkat. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Andriani Sesilia Keban, Lutfan Budi Purnoma dan

Mustofa (2013) dimana dalam penelitian tersebut dijelaskan pengaruh konseling

dari Apoteker terhadap pasien diabetes melitus dapat meningkatkan kepatuhan

dalam pengobatan sehingga gula darah pasien lebih terkontrol. Hal tersebut

dibuktikan secara klinis dengan meninjau penurunan AIC terhadap responden

yang diberi konseling dibanding dengan responden yang tidak diberi konseling.

5.4. Gambaran Kualitas Pelayanan Klinik Apotek di Kecamatan

Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut

Kota

Pemberian informasi obat (PIO) yang diberikan oleh Apoteker kepada

pasien terutama kepada pasien penyakit kronis seperti diabetes melitus sangatlah

penting. Hal tersebut berhubungan dengan sifat penyakitnya, sifat penyakit

diabetes melitus ini seumur hidup (lifelong disease), resiko komplikasi tinggi dan

pembiayaan juga tinggi, dimana hal tersebut telah dinyatakan dalam International

Diabetes Federation (2011). Maka peran Apoteker dalam pemberian informasi

obat yang relevan dengan kebutuhan pasien dan berkualitas merupakan hal yang

sangat penting untuk mencegah atau mengatasi komplikasi yang terjadi akibat

pengobatan yang tidak tepat dan pembiayaan yang tinggi tanpa hasil yang

maksimal.

Gambaran kualitas pelayanan klinik yang akan dipaparkan dapat

menunjukan perbedaan kualitas pelayanan klinik ditinjau dari pemberi pelayanan.

Gambaran tersebut terlihat dari tabel dibawah ini :

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.4 Gambaran Pengkategorian Kualitas Pelayanan Klinik Apotek

No Kecamatan Pemberi Pelayanan Persentase

(%) Kategori

1 Tarogong Kaler Petugas apotek (non Apoteker) 58,79 Buruk

2 Tarogong Kidul Petugas apotek (non Apoteker) 59,18 Buruk

Apoteker 63,39 Kurang baik

3 Garut Kota Petugas apotek (non Apoteker) 57,14 Buruk

Petugas apotek (non Apoteker) +

Apoteker

59,52 Buruk

Apoteker 67,86 Kurang baik

Tabel diatas menunjukkan bahwa persentase kualitas pelayanan klinik

berupa PIO di apotek Kecamatan Tarogong Kaler persentase yang diberikan oleh

petugas apotek (non Apoteker) adalah 58,79% dan hasil tersebut termasuk

kategori buruk. Hasil persentase kualitas pelayanan klinik berupa PIO di apotek

wilayah Kecamatan Tarogong Kidul yang diberikan oleh petugas apotek (non

Apoteker) adalah 59,18% dan hasil tersebut dikategorikan buruk sedangkan

kualitas PIO cenderung meningkat saat diberikan oleh Apoteker yaitu 63,39% dan

hasil tersebut dikategorikan kurang baik. Hasil persentase kualitas pelayanan

klinik berupa PIO di Apotek Kecamatan Garut Kota yang diberikan oleh petugas

apotek (non Apoteker) adalah 57,14% dan hasil tersebut dikategorikan buruk,

kualitas PIO cenderung meningkat saat pelayanan PIO dilakukan oleh petugas

apotek (non Apoteker) yang dibarengi oleh Apoteker yaitu 59,52% dan hasil

tersebut dikategorikan buruk sedangkan kualitas PIO cenderung lebih meningkat

lagi saat dilakukan secara keseluruhan oleh Apoteker yaitu 67,86% dan hasil

tersebut dikategorikan kurang baik.

Dari hasil tersebut dapat tergambarkan bahwa persentase kualitas

pelayanan informasi klinik yang dilakukan Apoteker cenderung lebih tinggi

dibandingkan yang dilakukan oleh petugas apotek (non Apoteker) dan petugas

apotek (non Apoteker) yang dibarengi Apoteker. Berdasarkan latar belakang

pendidikan antara Apoteker memang sudah sewajarnya Apoteker memiliki

pemahaman yang lebih tentang obat. Pemahaman Apoteker terkait obat

merupakan harapan tersendiri dari konsumen. Pemahaman Apoteker yang baik

terkait obat akan menimbulkan kepercayaan pasien terhadap profesi Apoteker

sebagai sumber informasi tentang obat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Erlin

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aurelia (2013) yang menyatakan bahwa pasien yang mendapatkan pelayanan

langsung dari Apoteker cenderung mempercayai Apoteker sebagai sumber

informasi terkait kesehatan mereka. Oleh sebab itu menjadi hal yang penting

untuk Apoteker melakukan pelayanan klinik dibarengi kualitas informasi yang

baik.

Dalam penelitian, pertanyaan yang diajukan dalam penilaian kualitas

pelayanan klinik dari segi pelayanan informasi obat disesuaikan dengan check list.

Informasi dalam check list tersebut perlu disampaikan kepada pasien penyakit

kronis dengan penggunaan obat jangka lama seperti diabetes melitus. Hal tersebut

didukung oleh penelitian Rini Sasanti

Handayani (2006) yang menyatakan informasi lengkap mengenai

penggunaan obat, cara penyimpanan obat, efek samping, tindakan bila efek

samping timbul/keracunan obat dan bila terjadi salah dosis, pantangan obat

dengan penyakit tertentu atu makanan saat makan obat tersebut perlu disampaikan

kepada pasien.

Kualitas pelayanan klinik ini ditinjau dari segi ketepatan pemberian

informasi obat kepada pasien di Apotek. Semakin banyak pertanyaan yang

dijawab dengan tepat maka nilai kualitas pelayanan klinik akan meningkat.

Berikut adalah paparan grafik yang menggambarkan kesalahan jawaban selama

pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh Apoteker atau petugas apotek (non

Apoteker) sehingga menurunkan kualitas pelayanan klinik. Berikut adalah gambar

yang menunjukkan persentase kesalahan dari setiap pertanyaan yang diajukan

dimana kesalahan jawaban inilah yang mempengaruhi dari pemberi pelayanan

informasi obat:

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A.

Gambar 5.5 Persentase Kesalahan Informasi Obat yang Diberikan oleh Pemberi Pelayanan di Apotek

Keterangan:

A. Tujuan penggunaan

B. Waktu penggunaan (pagi/siang/malam)

C. Waktu penggunaan (sebelum/sedang/sesudah

makan)

D. Jumlah frekuensi penggunaan

E. Jumlah obat sekali minum

F. Nama obat

G. Indikasi

H. Interaksi

I. Pencegahan interaksi

J. Efek samping obat

K. Pencegahan efek samping obat

L. Gejala efek samping obat

M. Makanan dan minuman yang harus dihindari

N. Cara penyimpanan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

A B C D E F G H I J K L M N

Apoteker (metformin) 0% 31.57% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 100% 50% 93.75% 50% 0% 0%

Apoteker (simetidin) 26.31% 52.63% 26.31% 0% 0% 0% 0% 100% 100% 50% 93.75% 50% 0% 0%

petugas apotek (non Apoteker) (metformin) 25% 81.25% 0% 0% 0% 0% 36.68% 100% 100% 84.21% 100% 84.21% 0% 0%

Asisten apoteker (simetidin) 26.31% 25% 18.75% 0% 0% 6% 0% 100% 100% 84.21% 100% 84.21% 0% 0%

UIN

Syarif H

idayatu

llah J

akarta

56

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan gambar grafik di atas tujuan penggunaan metformin dan

simetidin adalah pertanyaan pertama yang diajukan. Dilihat dari kesalahan

informasi yang paling banyak disampaikan oleh Apoteker (26,31%) dan petugas

apotek (non Apoteker) (26,31%) adalah info tujuan penggunaan simetidin. Hal ini

disebabkan kesalahan pemberi pelayanan informasi obat dalam memahami

mekanisme kerja simetidin. Kebanyakan jawaban yang diberikan simetidin

digunakan untuk menguatkan lambung padahal seharusnya simetidin digunakan

untuk menurunkan asam lambung. Kesalahan penyampaian tujuan penggunaan

metformin juga ditunjukkan oleh petugas apotek (non Apoteker) (25%) karena

jawaban yang diberikan tidak menyebutkan metformin digunakan untuk

menurunkan gula darah dan bahkan terdapat Asisten Apoteker yang

menyampaikan metformin digunakan untuk menurunkan kolesterol. Pelayanan

informasi obat tentang tujuan penggunaan yang tepat dapat menghindarkan dari

kasus Drug Related Problem karena kesalahan penggunaan obat.

Kesalahan informasi tentang waku penggunaan obat metformin oleh

Apoteker (31,57%) dan petugas apotek (non Apoteker) (81,25%) masih tinggi, hal

serupa ditunjukkan pada kesalahan informasi obat simetidin dilakukan oleh

Apoteker yaitu 52,63% dan petugas apotek (non Apoteker) yaitu 25%. Kesalahan

jawaban pun beragam, beberapa petugas di Apotek menjawab bahwa metformin

digunakan pagi dan malam, sedangkan simetidin pagi dan sore. Jawaban yang

tepat untuk pertanyaan tersebut adalah obat metformin digunakan pagi dan sore

dengan selang waktu 12 jam. Sedangkan simetidin berdasarkan studi literatur

sebaiknya digunakan pada waktu pagi dan malam hari..

Kesalahan informasi waktu penggunaan obat (sebelum/sedang/sesudah)

ditunjukkan pada obat simetidin oleh Apoteker adalah 26,31% dan petugas apotek

(non Apoteker) adalah 18,75%. Kesalahan informasi yang disampaikan adalah

simetidin digunakan sebelum makan dimana lambung dalam keadaan kosong.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, simetidin baik digunakan dengan

makanan sehingga jawaban yang tepat adalah sesudah makan dimana kondisi

perut telah terisi makanan.

Jawaban pertanyaan tentang jumlah frekuensi penggunaan, jumlah obat

sekali minun secara keseluruhan informasi yang diberikan oleh seluruh apotek

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang menjadi sampel penelitian adalah tepat. Informasi tentang nama obat

sebagian besar jawabannya tepat. Namun, ada 1 (6%) petugas apotek (non

Apoteker) yang tidak menyebutkan nama obat dan hanya menjelaskan bahwa obat

yang digunakan untuk obat lambung. Hal ini terjadi pada apotek yang mengganti

simetidin dengan ranitidin.

Kesalahan informasi tentang indikasi obat ditunjukkan oleh petugas apotek

(non Apoteker) adalah 36,68% mengenai obat metformin. Bentuk kesalahan yang

dilakukan adalah tidak menjelaskan tentang indikasi metformin untuk diabetes

melitus tipe 2 atau diabetes mellitus tahap awal. Sebagian petugas apotek (non

Apoteker) menginformasikan pemilihan obat metformin adalah hasil diagnosis

dokter terhadap penyakit pasien. Padahal Informasi indikasi obat ini perlu

disampaikan dengan baik oleh Apoteker pada pasien dengan tujuan agar obat yang

telah dibeli tidak akan sembarangan dipakai oleh orang lain yang mungkin

memiliki mengidap penyakit diabetes melitus tapi tipe diabetes melitus yang

dialami berbeda dengan pasien tersebut. Kesalahan terapi karena obat diabetes

melitus yang tidak sesuai dengan tipe DM dan keadaan patofisiologis pasien bisa

menyebabkan hasil pengobatan tidak maksimal atau pengontrolan gula darah tidak

optimal.

Kesalahan interaksi obat menunjukan persentase paling tinggi pada

Apoteker dan petugas apotek (non Apoteker) yaitu 100%. Kesalahan informasi

tentang interaksi obat dan pencegahannya ini utamanya menunjukkan bahwa

apoteker dan petugas apotek (non Apoteker) ini tidak mampu mengkaji adanya

interaksi obat dalam resep. Metformin dan simetidin ini mempunyai

kecenderungan interaksi. Bentuk interaksi yang terjadi adalah penurunan ekskresi

metformin oleh ginjal akibat adanya simetidin sehingga bisa menyebabkan lactic

acidosis. Namun bila kedua obat ini harus digunakan berbarengan makan hal yang

dapat mencegah interaksinya adalah dengan cara menurunkan dosis metformin.

Pada gambar tersebut juga dapat terlihat bahwa 50% Apoteker tidak

mengetahui efek samping dan gejala efek samping yang bisa ditimbulkan

metformin dan simetidin, dan 84,21% petugas apotek (non Apoteker) juga tidak

mengetahui efek samping dan gejala efek samping dari metformin dan simetidin.

Sebagian besar petugas Apotek menyatakan bahwa metformin obat yang aman

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan tanpa efek samping untuk diminum. Padahal metformin mempunyai efek

samping terbesar ke gastrointestinal yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit

perut dan diare. Biasanya efek ini muncul 2-3 minggu awal dan setelahnnya akan

membaik. Peringatan tentang ESO ini perlu disampaikan sehingga saat ESO

muncul pasien dapat mengatasinya dan mematuhi saran untuk meneruskan

penggunaan obat.

Apoteker dituntut untuk mengetahui informasi efek samping obat agar

dapat menginformasikan cara penananganan efek samping yang timbul sehingga

kepatuhan pasien dalam menggunakan obat dapat terjaga. Akibat dari kurangnya

pengetahuan Apoteker dan petugas apotek (non Apoteker) mengenai efek samping

metformin dan simetidin maka 93,75% Apoteker dan 100% apotek (non

Apoteker) tidak bisa menyampaikan cara pencegahan yang tepat. Cara

pencegahan agar efek samping tersebut tidak timbul adalah menyarankan pasien

untuk menggunakan obat bersama dengan makanan.

Selama proses pelayanan klinik petugas Apotek secara keseluruhan dapat

menjelaskan dengan baik makanan yang perlu dihindari pasien. Informasi ini

menjadi penting karena pola hidup yang tepat bisa menunjang kesehatan pasien

menjadi lebih baik. Penjelasan tentang cara penyimpanan juga disampaikan

dengan baik oleh petugas apotek (non Apoteker). Cara penyimpanan perlu untuk

disampaikan agar pasien menempatkan obat di tempat yang sesuai sehingga obat

terhindar dari lingkungan yang mungkin menyebabkan kerusakan pada sediaan.

Stabilitas sediaan yang terjaga secara langsung mempengaruhi keefektifannya, hal

tersebut yang melatar belakangi diperlukannya peran apoteker dalam menjelaskan

hal tersebut.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa kesalahan pemberian

informasi obat tertinggi pada bagian interaksi obat, pencegahan interaksi, efek

samping obat, pencegahan efek samping obat dan gejala efek samping obat. Bila

dibandingkan persentase kesalahan pemberian informasi obat antara Apoteker dan

petugas apotek (non Apoteker) maka didapatkan hasil bahwa pemberian informasi

obat dari Apoteker persentase kesalahannya cenderung lebih kecil dibandingkan

dengan persentase kesalahan petugas apotek (non Apoteker).

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kehadiran Apoteker di Apotek belum terpenuhi secara optimal karena

masih didapati Apoteker yang tidak hadir di Apotek pada jam buka Apotek.

Kehadiran Apoteker di Apotek merupakan syarat utama pelayanan klinik di

Apotek dapat berjalan karena pelayanan klinik ini adalah tugas Apoteker

yang tidak dapat dialihkan ke petugas Apotek lain termasuk Asisten

Apoteker.

2. Pemberi pelayanan klinik di Apotek belum sepenuhnya dilakukan oleh

Apoteker, masih terdapat pengalih tugasan ke petugas apotek (non

Apoteker) saat Apoteker tidak dapat hadir di Apotek. Dalam pelaksaanan

pelayanan klinik berupa dispensing masih terdapat pelanggaran berupa

penggantian obat yang tidak sesuai dengan resep yang dilakukan oleh

Apoteker ataupun Asisten apoteker. Pelaksanaan pelayanan klinik berupa

informasi obat masih menuntut keaktifan pelanggan agar hak pelayanan

tersebut terpenuhi dan pelayanan klinik berupa konseling belum berjalan di

Apotek. Kualitas pelayanan klinik di Apotek cenderung meningkat bila

Apoteker terlibat dalam pelaksanaan pelayanan tersebut namun Apoteker

belum mampu mengidentifikasi adanya interaksi dan efek samping dari

resep diabetes melitus yang diberikan. .

3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pelayanan klinik terutama

dispensing, pelayanan informasi obat dan konseling di Apotek wilayah

Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan

Garut Kota di Kabupaten Garut belum berjalan dengan baik dan belum

sesuai dengan peraturan Permenkes Republik Indonesia No. 35 tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

6.2. Saran

1. Sosialisasi terhadap peraturan Permenkes Republik Indonesia No. 35 tahun

2014 terhadap Apoteker yang bekerja di Apotek harus dilakukan oleh pihak

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan pihak Ikatan Apoteker

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indonesia. Hal ini dilakukan agar Apoteker lebih paham cakupan kerja yang

harus dilakukan di Apotek, lebih mengerti konsekuensi hukum, sosial, dan

kerugian segi kesehatan pasien yang bisa ditimbulkan dari ketidakdisiplinan

kerja.

2. Apoteker sebaiknya meningkatkan pengetahuan tentang obat-obatan dan

mengikuti seminar pelatihan bertema pharmaceutical care. Hal ini perlu

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan

pengetahuan Apoteker dalam melakukan pelayanan klinik di Apotek.

3. Penelitian lebih lanjut tentang gambaran peran Apoteker di wilayah

Kecamatan lain di Kabupaten Garut perlu dilakukan agar mampu

menggambarkan peran Apoteker dalam cakupan kabupaten. Pendalaman

tentang hal-hal yang menjadi penyebab peran Apoteker di Apotek wilayah

Tiga Kecamatan yang menjadi penelitian yang masih kurang bisa dijadikan

tema dalam penelitian lanjutan.

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Daftar Pustaka

Alam Nur Abdulah dkk. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Kebutuhan Pengunjung

Apotek terhadap Informasi Obat di Kota Depok. Buletin Penelitian Sistem

Kesehatan Vol. 13 No. 4 Oktober 2010: 344-352

Andriani Sesilia Keban dkk. 2013. Evaluasi Hasil Edukasi Farmasis pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal

Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol 11 No.1 April 2013 hlm 45-52

Anwar Firdaus. 2014. Samai Dokter, Apoteker Kini Praktik Pakai Jas dan Papan

nama. http://health.detik.com/read/2014/06/15/080113/2608376/763/samai-

dokter-apoteker-kini-praktik-pakai-jas-dan-papannama?991104topnews.

Diakses pada 18 April 2015

APhA Pharmaceutical Care Guidelines Advisory Committee, approved by the

APhA Board of Trustees, August 1995.

Arhayani. 2007. Perencanaan dan Penyiapan Pelayanan Konseling Obat serta

Pengkajian Resep bagi Penderita Rawat Jalan di Rumah Sakit Immanuel

Bandung.

Athiyah Umi dkk. 2014. Jurnal Famrmasi Komunitas Vol.1. No.1: Profil

Informasi Obat pada Pelayanan Resep Metformin dan Glibenklamid di

Apotek di Wilayah Surabaya. Surabaya: Departemen Farmasi Komunitas

Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

Aurelia Erlin. 2013. Harapan dan Kepercayaan Konsumen Apotek Terhadap

Peran Apoteker yang Berada di Wilayah Surabaya Barat. Jurnal Imliah

Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1

Azrifitria dan Silma Awalia. 2013. Farmakoterapi Diabetes. Prodi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas 2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baxter Karen. 2008. Stocley’s Drug Interaction 8th

Edition. Pharmaceutical Press:

United Kingdom

Christina A.K. Dewi, et al. 2014. Drug Therapy Problems Pada Pasien yang

Menerima Resep Polifarmasi (Studi di Apotek Farmasi Airlangga

Surabaya). Jurnal Farmasi Komunitas Vol.1, No.1, (2014) 17-22

Darmasaputra Erik. 2014. Pemetaan Peran Apoteker dalam Pelayanan

Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek di Surabaya

Barat. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vo. 3. No. 1

Depatemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Diabetes Melitus. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Kabupaten Garut. 2014. Data Apotek di Wilayah Kabupaten

Garut.

Dyani Primasari Sukandi. 2015. Analisis Distribuso Apotek dengan Sistem

Informasi Geografis. Diambil dari Jurnal Manajemen dan Pelayanan

Farmasi Vol.5 No.1 Maret 2015. Diakses 5 April 2015 pada

http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id/index.php/1/article/view/29/28.

Ginting BR Adelina. 2009. Penerapann Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

di Kota Medan Tahun 2008. Skripsi Medan: Universitas Sumatera Utara

Gotera Wira dan Dewa Gede Agung Budiyasa. 2010. Penatalaksanaan

Ketoasidosi Diabetik (KAD). Jurnal Penyakit Dalam Volume 11 Nomor 2

Mei2010.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=3245&val=97

Diakses pada 30 Maret 2015

Harianto, Angki Purwanti dan Sudibyo Supardi. 2006. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Pelaksanaan Draft Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek di DKI Jakarta.Buletin Penelitian Kesehatan Vol.34. No. 2. 2006:

83-92

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hartini Sri Yustina. 2009. Relevansi Peraturan dalam Mendukung Praktek Profesi

Apoteker di Apotek. Yogyakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No.

2, Agustus 2009, 97 - 106

Hexparm Jaya Kalbe Company . 2013. http://www.hexpharmjaya.com/. Diakses

pada 18 April 2015

Ikatan Apoteker Indonesia. 2011. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia.

Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia

Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). 2013. Standar Praktik Apoteker Indonesia 2013.

http://iaijabar.net/download-file/file/92pedomanpraktikapoteker indonesia.

Diakses pada 3 Desember 2014

International Diabetes Federation. 2011. Global Diabetes Plan 2011-2021.

http://www.idf.org/sites/default/files/Global_Diabetes_Plan_Final.pdf.

Diakses pada tanggal 17 Oktober 2014

International Diabetes Federation. 2013. Diabetes Atlas Sixth Edition.

http://www.idf.org/worlddiabetesday/toolkit/gp/facts-figures. Diakses pada

17 Oktober 2014

John. 2011. Penanganan Diabetes Tak Hanya Kuratif Melainkan Holistik.

http://www.garutkab.go.id/pub/news/plain/7497-penanganan-diabetes-tak-

hanya-kuratif-melainkan-holistik/. Diakses 15 November 2014

Kwando Rendy. R. 2014. Pemetaan Peran Apoteker dalam Pelayanan

Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek di Surabaya

Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.1 2014

Lacy, Charles F et al. 2009. Drug Information Handbook 14th edition. Lexicomp.:

North American.

Lwanga, SK, Lemeshow, S. 1991. Sample Size Determination in Health Studie,

WHO: Genewa

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Maric Andreja. 2010. Metformin-More Than ‘Goal Standard’ In The Treatment of

Type 2 Diabetes Mellitus. Cakovec, Croatia: Department of Internal

Medicine.

McEvoy, K. 2002. AHFS Drug Information. American Society of Health-System

Pharmacists: Wisconsin

Nita Yunita, Ana Yuda dan Gesnita Nugraheni. 2012. Pengetahuan Pasien

Tentang Diabetes dan Obat Antidiabetes Oral. Jurnal Farmasi Indonesia

Vol. 6 No.1 Januari 2012: 38-47

Notoatmodjo, S.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pemerintah Kabupaten Garut. 2014. Penduduk dan Sex Ratio 2013.

http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sosbud_demografi_sex_r

atio. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.

Pemerintah Kabupaten Garut. 2014. Wilayah Administratif.

http://www.garutkab.go.id/pub/static_menu/detail/sekilas_wiladmin Diakses

pada 30 Maret 205

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasiaan

Purwanti Angki, Hartanto dan Sudibjo Supardi. 2004. Gambaran Pelaksanaan

Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003. Jakarta:

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.2, Agustus 2004, 102 – 115

Pusdiklat Pengawasan dengan Deputi Akuntan Negara. 2007. Pengumpulan dan

Pengolahan Data. Diunduh dari http://www.ndaru.net/wp-

content/uploads/audit-kinerja-sektor-publik-pengumpulan-dan-pengolahan-

data.pdf. Pada tanggal 28 Mei 2015.

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rambadhe, S, Chakarborty, A, Shrivastava, A, Ptail, UK, Rambadhe, A 2012, ‘A

Survey on Polypharmacy and Use of Inappropriate Medications’, Toxicol

Int., 19(1), pp. 68-73

Rhonda M. Jones. 2008. Pengkajian Pasien dan Peran Farmasis dalam Perawatan

Pasien. http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pengkajian-pasien-dan-

peran-farmasis-dalam-perawatan-pasien2.pdf. Diakses pada 15 November

2014

Rini Sasanti Handayani dkk. 2006. Eksplorasi Pelayanan Informasi yang

Dibutuhkan Konsumen Apotek dan Kesiapan Apoteker Memberi Informasi

Terutama untuk Penyakit Kronik dan Degeneratif. Majalah Ilmu

Kefarmasian. Vol III. No.1 April 2006. 38-46

Ross W. Holland dan Christine M. Nimmo. 1999. Transitions, part 1 : Beyond

Pharmaceutical Care. Vol 56 Sep 1 1999 Am J Health-Syst Pharm

Siregar Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Prenamedia Group

Sutandi Aan. 2012. Self Management Education (DSME) Sebagai Metode

Alternatif dalam Perawatan Mandiri Pasien Diabetes Melitus di dalam

Keluarga. Diambil dari http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/file_artikel_

abstrak/Isi_Artikel_615247532884. pdf 2011. Diakses pada tanggal 31

Oktober 2014

Sweetman. S. 2009. Martindale Ed. 36th. The Pharmaceutical Press, London

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Diambil dari

http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/uud1945.pdfpad

. Diakses pada 5 November 2014

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Wells Barbara G. 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh edition. The

McGraw-Hill Companies: United States

WHO. 1997. The role of pharmacist in the health care system. Report of a third

WHO consultative group on the role of the pharmacist vancouver, Canada,

27-29 August 1997

Windiyani Tustiyana, 2012. Instrumen untuk Menjaring Data Interval Nominal,

Ordinal dan Data tentang Kondisi, Keadaan, Hal Tertentu dan Data untuk

Menjaring Variabel Kepribadian. Jurnal Pendidikan Dasar Vol.3 No 5

Desember 2012

World Health Organization. 2013. Diabetes facts sheet. Diambil dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en. Diakses pada tanggal

17 Oktober 2014

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Check List yang digunakan sebagai acuan selama wawancara

dengan metode simulasi pasien

Peran Apoteker dalam Pelayanan klinik Hasil

Kehadiran Apoteker di Apotek

Kesediaan Apoteker memberi pelayanan klinik

Pemberi Pelayanan Klinik

Apoteker

Asisten Apoteker

Pelayanan Klinik Metformin

Simetidin

Dispensing Penyiapan dan penyerahan

obat

Pelayanan Informasi

Obat (PIO)

Tujuan penggunaan

Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam)

Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah

makan)

Jumlah Frekuensi

Penggunaan

Jumlah obat sekali minum

Nama Obat

Indikasi

Interaksi

Pencegahan Interaksi

Efek samping obat (ESO)

Pencegahan ESO

Gejala ESO

Makanan dan minuman

yang harus dihindari

Cara Penyimpanan

Konseling

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan :

Penilaian (skor) :

1. Sesuai literatur, nilai 1

2. Tidak sesuai literatur, nilai 0

Jawaban berdasarkan literatur :

1. Dispensing

Skor 1 : Obat yang diberikan sesuai dengan obat yang ada di resep, dengan jumlah

yang tepat, dalam wadah yang cocok dan etiket yang tepat.

Skor 0 : Obat yang diberikan tidak sesuai dengan obat yang ada di

resep, dengan jumlah yang tidak teat, wadah dan etiket tidak cocok.

2. Pelayanan informasi obat

a. Tujuan penggunaan:

Skor 1 : - metformin digunakan untuk menurunkan glukosa darah pada pasien

diabetes mellitus dengan cara menurunkan produksi glukosa hati

(Depkes, 2005).

- simetidin digunakan untuk menurunkan sekresi lambung dengan

cara ppenghambatan reseptor histamin (H2) (Lacy Charles F et al,

2009).

Skor 0 : jawaban tidak sesuai literatur.

b. Waktu penggunaan (pagi/siang/malam):

Skor 1: - metformin 500 mg diminum pagi dan sore dengan selang waktu 12 jam

(Sweetman. S. 2009).

- simetidin 800 mg digunakan saat akan tidur atau 400 mg 2 pagi dan

malam (Lacy Charles F et al, 2009).

Skor 0: jawaban tidak sesuai dengan literatur

c. Waktu penggunaan (sebelum/sedang/sesudah makan):

Skor 1: - metformin digunakan saat sedang makan untuk mengurangi efek

samping yang berhubungan dengan pencernaan (McEvoy 2002).

- simetidin digunakan bisa setelah atau sedudah makan karena ada

tidaknya makanan tidak mempengaruhi absorbsinya (Lacy Charles F

et al, 2009).

Skor 0: jawaban tidak sesuai dengan literatur.

d. Jumlah frekuensi penggunaan:

Skor 1: - metformin 500 mg digunakan sehari dua kali (Sweetman,

2009)

Tahap 4

Tahap 5

Konseling dilakukan

optimal?

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- simetidin digunakan 800 mg/hari (Lacy Charles F et al, 2009)

Skor 0: jawaban tidak sesuai dengan literatur.

e. Jumlah obat sekali minum :

Skor 1: - metformin diberikan sebanyak 1 butir untuk jumlah 500 mg

(Lacy Charles F et al, 2009).

- simetidin 1 butir untuk jumlah 400 mg (Lacy Charles F et al, 2009).

Skor 0: apoteker memberikan jawaban tidak tepat.

f. Nama obat:

Skor 1: apoteker menyebutkan masing-masing nama obat yang akan

diberikan.

Skor 0: apoteker tidak menyebutkan nama obat yang diberikan.

g. Indikasi:

Skor 1: - metformin digunakan untuk terapi pada pasien diabetes tidak tergantung

insulin dengan kelebihan dengan berat badan dimana kadar gula

tidak bisa dikontrol dengan diet saja dan untuk terapi tambahan pada

pasien DM dengan ketergantungan terhadap insulin yang gejalanya

tak bisa dikontrol (Hexpharm jaya laboratories).

- simetidin digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan

pencernaan (peptic ulcer disease, duodenal ulcer disease, gastric

bleeding) (Lacy Charles F et al, 2006)

Skor 0: apoteker tidak menjelaskan indikasi penggunaan obat

h. Interaksi:

Skor 1: penggunaan simetidin dan metformin secara bersamaan bisa menyebabkan

penurunan ekskresi metformin oleh ginjal sehingga bisa menyebabkan

lactic acidosis. Maka bila kedua obat ini harus di gunakan dalam waktu

yang sama atau berdekatan maka turunkan dosis metformin untuk

mencegah interaksi tersebut (Karen Baxter, 2008). Bila interaksi obat

terjadi dengan menimbulkan laktat asidosis maka terapi cairan dan

terapi insulin menjadi penanganannya (Gotera Wira dan Dewa Gede

Agung Budiyasa, 2010)

Skor 0: apoteker tidak menjelaskan interaksi yang terjadi

i. Efek samping obat (ESO):

Skor 1: - Metformin menyebabkan diare, mual, muntah, kembung, kram dan nyeri

abdominal, flatulensi dan anoreksia (McEvoy, 2002) dan dalam

dosis berlebih bisa menyebabkan hipoglikemia.

- Simetidin umumnya mempunyai efek samping berupa sakit kepala

atau pusing yang bersifat reversibel. (Lacy Charles F et al, 2006)

Skor 0: Apoteker tidak menjelaskan sesuai literatur.

j. Pencegahan ESO:

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Skor 1: - efek samping metformin bisa ditangani dengan penggunaan obat

bersama makanan, memulai terapi dengan dosis yang rendah serta

peningkatan dosis secara perlahan (MsEvoy, 2002),

Skor 0: penjelasan informasi efek samping tidak sesuai dengan literatur.

k. Gejala ESO:

Skor 1: gejala efek akibat interaksi obat adalah muntah, sakit perut, dehidrasi,

lemah, takikardia, respirasi kuusmaul (Gotera Wira dan Dewa Gede

Agung Budiyasa, 2010)

Skor 0: apoteker tidak menjelaskan gejala efek samping obat.

l. Makanan, minuman dan aktivitas yang harus dihindari:

Skor 1: pasien diabetes sebaiknya kurangi makanan ber-karbohidrat tinggi,

makanan berlemak tinggi, dan snack,dan sangat disarankan untuk

menjaga agar makanan yang dikonsumsi mengansung gizi yang

seimbang untuk mencegah timbulnya gangguan pencernaan seperti

peptic ulcer disease maka hindari makanan pedas, makanan dengan

kandungan asam tinggi, cafein dan alkohol (Wells Barbara G. 2009).

Skor 0: apoteker tidak memberikan informasi sesuai literatur.

m. Cara penyimpanan:

Skor 1: metformin ataupun simetidin disimpan pada suhu kamar (25-30oC),

dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya matahari

(Hexpharm Jaya Laboratoies dan informasi obat, 2013).

Skor 0: apoteker tidak menjelaskan cara penyimpanan

3. Tahapan dan isi konseling berisi:

a. Tahap 1: Membuka komunikasi antara apoteker dan pasien

b. Tahap 2: Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat

melalui Three Prime Questions

c. Tahap 3: Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi

kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah

penggunaan Obat.

d. Tahap 4: Memberikan penjelasan kepada pasien untuk

menyelesaikan masalah penggunaan Obat

e. Tahap 5: Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman

pasien

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Komposisi resep yang diberikan oleh pasien

No Obat yang diresepkan

Detil Skenario

1

R/Metformin 500 mg

No X

S b dd 1

R/Simetidin 300 mg

No X

S 4 dd 1

- Peneliti berperan sebagai keluarga pasien. Gejala

yang dialami : cepat lelah. Pusing, sering kencing

terutama di malam hari. Pasien berjenis kelamin

perempuan umur 40 tahun. Baru kali ini

mendapatkan obat antidiabetes. Pasien terkadang

mengalami sakit mag.

- Pasien usia 40 tahun, wanita, BB 85 kg, TB 170

cm, GDA 300 mg/dl, GDP 180 mg/dl, GD2PP

250 mg/dL, HDL 70 mg/dL, LDL 60 mg/dL, TG

140 mg/dL (cek dilakukan sehari sebelum ke

apotek).

- Tidak ada riwayat alergi obat, tidak ada riwayat

penyakit lain

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perhitungan Frekuensi Kehadiran Apoteker di Apotek

Kecamatan Wilayah Kabupaten Garut

A. Perhitungan Tabel 5.1 gambaran frekuensi kehadiran apoteker di Apotek

Kecamatan Tarogong Kaler

Kegiatan Skor Kehadiran (%)

5 4 3 2 1 0 30

Frekuensi Kehadiran Apoteker 0 0 1 1 1 1

Kategori Buruk

Rumus :

Jadi rata-rata persentase kehadiran apoteker di Kecamatan Tarogong Kaler adalah

x 100% = 30 %

Hasil perhitungan skor akan dibuat rata-rata persentase dan digolongkan dalam kategori sebagai

berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka rata-rata persentase kehadiran Apoteker dikategorikan buruk

B. Perhitungan Tabel 5.2 gambaran frekuensi kehadiran apoteker di Apotek

Kecamatan Tarogong Kidul

No Kode apotek Skor Kehadiran Apoteker

1 005 5

2 006 4

3 007 5

4 008 4

5 009 0

6 010 0

7 011 3

8 012 5

9 013 5

10 014 4

11 015 4

No Kode apotek Skor Kehadiran Apoteker

1 001 3

2 002 0

3 003 1

4 004 2

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rumus :

Jadi rata-rata persentase kehadiran apoteker di Kecamatan Tarogong Kaler adalah

x 100% = 78,18 %

Hasil perhitungan skor akan dibuat rata-rata persentase dan digolongkan dalam kategori sebagai

berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka rata-rata persentase kehadiran Apoteker dikategorikan sedang

C. Perhitungan Tabel 5.3. gambaran frekuensi kehadiran apoteker di kecamatan

garut kota

No Kode apotek Skor Kehadiran Apoteker

1 016 5

2 017 5

3 018 2

4 019 5

5 020 5

6 021 5

7 022 5

8 023 5

9 024 5

10 025 4

11 026 5

12 027 5

13 028 0

14 029 0

15 030 4

16 031 5

17 032 5

18 033 1

19 034 2

20 035 5

Kegiatan Skor Kehadiran (%)

5 4 3 2 1 0 80

Frekuensi Kehadiran Apoteker 14 1 1 1 1 2

Kegiatan Skor Kehadiran (%)

5 4 3 2 1 0

78,18 Frekuensi Kehadiran Apoteker 4 5 1 0 0 1

Kategori Sedang

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kategori baik

Rumus :

Jadi rata-rata persentase kehadiran apoteker di Kecamatan Garut Kota adalah

x 100% = 80 %

Hasil perhitungan skor akan dibuat rata-rata persentase dan digolongkan dalam kategori sebagai

berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka rata-rata persentase kehadiran Apoteker dikategorikan baik

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Pehitungan Distribusi Pemberi Pelayanan Klinik di Apotek

- gambar 5.1

Rumus yang digunakan untuk mencari persentase pemberi pelayanan klinik di apotek per

kecamatan adalah:

1. Pelayanan klinik di apotek dilakukan oleh apoteker

2. Pelayanan klinik di apotek dilakukan oleh apoteker dan petugas apotek (non apoteker)

3. Pelayanan klinik di apotek dilakukan oleh petugas apotek (non apoteker)

A. Persentase pemberi pelayanan klinik di Apotek Wilayah Kecamatan Tarogong Kaler

No Kode apotek Pemberi pelayanan

1 001 Petugas apotek (non apoteker)

2 002 Petugas apotek (non apoteker)

3 003 Petugas apotek (non apoteker)

4 004 Petugas apotek (non apoteker)

- Pelayanan di Kecamatan Tarogong Kaler dilakukan oleh petugas apotek (non

apoteker)

B. Persentase pemberi pelayanan klinik di Apotek Wilayah Kecamatan Tarogong Kidul

No Kode apotek Pemberi pelayanan

1 005 Apoteker

2 006 Petugas apotek (non apoteker)

3 007 Apoteker

4 008 Petugas apotek (non apoteker) 5 009 Petugas apotek (non apoteker) 6 010 Petugas apotek (non apoteker) 7 011 Petugas apotek (non apoteker) 8 012 Apoteker

9 013 Apoteker

10 014 Petugas apotek (non apoteker) 11 015 Petugas apotek (non apoteker)

- Pelayanan di Kecamatan Tarogong Kidul dilakukan oleh apoteker

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Pelayanan di Kecamatan Tarogong Kidul dilakukan oleh petugas apotek (non

apoteker)

C. Persentase pemberi pelayanan klinik di Apotek Wilayah Kecamatan Garut Kota

No Kode apotek Pemberi pelayanan

1 016 Apoteker

2 017 Apoteker

3 018 Apoteker

4 019 Apoteker dan petugas apotek (non apoteker)

5 020 Apoteker dan petugas apotek (non apoteker)

6 021 Apoteker dan petugas apotek (non apoteker)

7 022 Apoteker

8 023 Apoteker

9 024 Apoteker

10 025 Petugas apotek (non apoteker)

11 026 Apoteker

12 027 Apoteker

13 028 Petugas apotek (non apoteker)

14 029 Petugas apotek (non apoteker)

15 030 Petugas apotek (non apoteker)

16 031 Apoteker

17 032 Apoteker

18 033 Petugas apotek (non apoteker)

19 034 Apoteker

20 035 Apoteker

- Pelayanan di Kecamatan Garut Kota dilakukan oleh apoteker

- Pelayanan di Kecamatan Garut Kota dilakukan oleh apoteker dan petugas apotek

(non apoteker)

- Pelayanan di Kecamatan Garut Kota dilakukan oleh petugas apotek (non apoteker)

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan persentase kesesuaian penyerahan obat dengan

resep

- Perhitungan Gambar5.2

No Kode Apotek Kesesuaian dispensing

1 001 1

2 002 1

3 003 1

4 004 0

5 005 1

6 006 1

7 007 1

8 008 1

9 009 1

10 010 1

11 011 1

12 012 1

13 013 1

14 014 1

15 015 1

16 016 1

17 017 1

18 018 1

19 019 1

20 020 1

21 021 1

22 022 1

23 023 1

24 024 1

25 025 0

26 026 1

27 027 1

28 028 1

29 029 1

30 030 1

31 031 1

32 032 1

33 033 1

34 034 0

35 035 1

Rumus mencari persentase kesesuaian penyerahan obat yang sesuai dengan resep:

Jadi persentase penyerahan obat yang sesuai dengan resep adalah

persentase penyerahan obat yang tidak sesuai dengan resep adalah 100%-91,43% = 8,57%

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Pehitungan Distribusi Apoteker yang hadir di apotek saat

penelitian

- Gambar 5.3

No Kode Apotek Kehadiran

1 001 0

2 002 0

3 003 0

4 004 0

5 005 1

6 006 0

7 007 1

8 008 0

9 009 0

10 010 0

11 011 0

12 012 1

13 013 1

14 014 0

15 015 0

16 016 1

17 017 1

18 018 1

19 019 1

20 020 1

21 021 1

22 022 1

23 023 1

24 024 1

25 025 0

26 026 1

27 027 1

28 028 0

29 029 0

30 030 0

31 031 1

32 032 1

33 033 0

34 034 1

35 035 1

Rumus persentase apoteker yang hadir pada jam buka Apotek pada saat penelitian:

Jadi persentase Apoteker yang hadir pada jam buka Apotek pada saat penelitian adalah

sedangkan sisanya yaitu 45,71% apoteker tidak hadir pada jam buka

Apotek

No

Jumlah apoteker yang hadir di apotek Kecamatan

Tarogong kaler Tarogong kidul Garut Kota

1 0 4 15

Total 19

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Persentase Tahapan Konseling yang dilaksanakan

Apoteker dan Non Apoteker

- Perhitungan Gambar 5.6

No Kode

Apotek

Tahapan Konseling

yang dilakukan

Apoteker

Nilai konseling

oleh Apoteker

Tahapan konseling

yang dilakukan

petugas apotek

(non apoteker)

Nilai

konseling oleh

petugas

apotek (non

apoteker) 1 005 0 0 0 0

2 007 0 0 0 0

3 012 0 0 0 0

4 013 4 0 0 0

5 016 4,5 0 0 0

6 017 5 0 0 0

7 027 0 0 0 0

8 018 3,5 0 0 0

9 019 0 0 0 0

10 020 5 0 0 0

11 021 0 0 0 0

12 022 3,4,5 0 0 0

13 023 4,5 0 0 0

15 024 5 0 0 0

16 026 5 0 0 0

17 031 0 0 0 0

18 032 0 0 0 0

19 034 4,5 0 0 0

Keterangan:

a. Tahap 1 : membuka komunikasi dengan pasien

b. Tahap 2 : menilai pemahaman tentang penggunaan obat

c. Tahap 3 : menggali informasi lebih lanjut tentang masalah penggunaan obat

d. Tahap 4 : memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat

e. Tahap 5 : melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien

f. Tahap 0 : tidak melakukan tahapan konseling

g. Nilai 1 : melakukan konseling

h. Nilai 0 ; tidak melakukan konseling

Persentase Apoteker yang melakukan tahapan konseling

Tahap 1: 0

Tahap 2: 0

Tahap 3: 2

Tahap 4: 5

Tahap 5: 10

keterangan:

- nilai 19 adalah: jumlah total bila apoteker melakukan tahapan konseling

- petugas apotek (non apoteker) yang tidak satu pun yang melakukan tahapan konseling sehingga

persentasenya 0

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Perhitungan Persentase Kualitas Pelayanan Klinik di

Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogomg Kidul

dan Kecamatan Garut Kota (Tabel 5.5)

a. Hasil skor PIO setiap Apotek di Kecamatan Tarogong Kaler

Hasil pengolahan skor dari check list

Keterangan:

PA = Petugas Apotek (non apoteker)

A = Apoteker

M = metformin

S = sismetidin

1 = jawaban tepat

2 = jawaban tidak tepat

Hasil Persentase Kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Tarogong

Kaler:

No Kode Apotek Persentase Kualitas Pelayanan Klinik

(%)

Kategori

1 001 57,14 Buruk

2 002 60,71 Kurang baik

3 003 57,14 Buruk

4 004 60,71 Kurang baik

Rata-rata persentase kualitas pelayanan

klinik

58.79 Buruk

No Pelayanan Informasi Obat

Kode

001

Kode

002 Kode 003 Kode 004

PA PA PA PA M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam) 0 1 0 1 0 1 0 1

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 0 1 1 1 1 1 1

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Indikasi 1 1 1 1 0 1 1 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 0 0 0 0 0 0 0 0

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 8 8 8 9 7 9 8 9

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rumus persentase kualitas pelayanan klinik per apotek:

1.

2.

3.

4.

Rumus rata-rata persentase kualitas pelayanan klinik apotek di

Kecamatan Tarogong Kaler yang diberikan petugas apotek (non

apoteker):

( )

( )

yang diberikan petugas apotek

(non apoteker)

Hasil perhitungan rata-rata persentase dan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti

dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka persentase kualitas pelayanan klinik yang diberikan petugas

apotek (non apoteker) di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler dikategorikan buruk

Kualitas pelayanan klinik berupa PIO dipengaruhi kualitasnya dari jawaban

yang diberikan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan bentuk kesalahan

yang menurunkan kualitas pelayanan:

No Variabel yang mempengaruhi

kualitas

Info-info tidak tepat yang telah

disampaikan

1 Tujuan penggunaan -

2 Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam) Metformin digunakan pagi dan malam

3

Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah

makan)

Simetidin diminum sebelum makan

4 Jumlah frekuensi penggunaan -

5 Jumlah obat sekali minum -

6 Nama obat -

7 Indikasi Indikasi metformin untuk tipe DM 2

atau DM awal tidak dijelaskan

8 Interaksi Aman, tidak ada interaksi

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9 Pencegahan interaksi Tidak ada penanganan interaksi

10 Efek samping obat (ESO) Aman, tidak ada ESO

11 Pencegahan ESO Tidak ada penanganan ESO

12 Gejala ESO Tidak ada gejala ESO

13 Makanan minuman dan aktivitas

yang harus dihindari -

14 Cara penyimpanan -

b. Hasil Skor PIO setiap Apotek di Kecamatan Tarogong Kidul

Hasil pengolahan skor dari check list

No Pelayanan Informasi Obat

Kode 005 Kode 006 Kode 007 Kode 008

A PA A PA

M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 0 1 1 1 1 1 1

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 1 0 0 1 0 1 0 1

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Indikasi 1 1 1 1 1 1 0 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 1 1 1 1 0 0 0 0

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 1 1 1 1 0 0 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 11 9 10 11 8 9 7 9

No Pelayanan Informasi Obat

Kode 009 Kode 010 Kode 011 Kode

012

PA PA PA A

M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 0 1 1 0 1 1 1 0

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 0 1 0 1 0 1 1 0

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 1 1 1 1 1 1 0

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Indikasi 0 1 1 1 1 1 1 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 0 0 0 0 0 0 0 0

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 6 9 8 8 8 9 9 6

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan:

PA = Petugas Apotek (non apoteker)

A = Apoteker

M = metformin

S = sismetidin

1 = jawaban tepat

2 = jawaban tidak tepat

Hasil persentase kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Tarogong

kidul:

A. Apoteker

No Kode Apotek Persentase Kualitas Pelayanan Klinik (%) Kategori

1 005 71,43 Sedang

2 007 60,71 Kurang baik

3 012 53,57 Buruk

4 013 67,86 Kurang baik

Rata-rata persentase kualitas

pelayanan klinik

63,39 Kurang baik

B. Asisten apoteker

No Kode Apotek Persentase Kualitas Pelayanan Klinik (%) Kategori

1 006 75 Sedang

2 008 57,14 Buruk

3 009 53,57 Buruk

4 010 50 Buruk

5 011 60,71 Kurang baik

6 014 50 Buruk

7 015 67,86 Kurang baik

Rata-rata persentase kualitas

pelayanan klinik

59,18 Buruk

No Pelayanan Informasi Obat

Kode

013 Kode 014

Kode

015

A PA PA

M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 0 0 0 1 0

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 1 0 0 1 1 0

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 0 1 1 1 0

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1

7 Indikasi 1 1 0 1 1 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 1 1 0 0 1 1

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 1 1 0 0 1 1

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 11 8 6 8 11 8

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cara perhitungan:

Rumus persentase kualitas pelayanan klinik per apotek:

1. Apotek 005:

2. Apotek 006:

3. Apotek 007:

4. Apotek 008:

5. Apotek 009:

6. Apotek 010:

7. Apotek 011:

8. Apotek 012:

9. Apotek 013:

10. Apotek 014:

11. Apotek 015:

Hasil persentase kualitas pelayanan klinik apotek di Kecamatan

Tarogong kidul berdasarkan pemberi pelayanan klinik:

a. Persentase kualitas pelayanan klinik yang diberikan oleh Apoteker

Hasil rata-rata persentase akan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka persentase kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan

Tarogong Kidul yang diberikan Apoteker dikategorikan kurang baik

b. Persentase kualitas pelayanan klinik yang diberikan oleh petugas apotek

(non apoteker)

( )

( )

( )

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil rata-rata persentase akan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka persentase kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan

Tarogong Kidul yang diberikan petugas apotek (non apoteker) dikategorikan buruk.

Kualitas pelayanan klinik berupa PIO dipengaruhi kualitasnya dari jawaban

yang diberikan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan bentuk kesalahan

yang menurunkan kualitas pelayanan:

No Variabel yang mempengaruhi

kualitas Info-info tidak tepat yang telah disampaikan

1 Tujuan penggunaan

- Metformin digunakan untuk menurunkan

kolesterol

- Simetidin digunakan untuk menguatkan

lambung

2 Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam)

- Metformin digunakan pagi dan malam

- Simetidin digunakan pagi dan sore

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) - Simetidin diminum sebelum makan

4 Jumlah frekuensi penggunaan -

5 Jumlah obat sekali minum -

6 Nama obat -

7 Indikasi - Indikasi metformin untuk tipe DM 2 atau DM

awal tidak dijelaskan

8 Interaksi - Aman, tidak ada interaksi

- Kemungkinan ada interaksi

9 Pencegahan interaksi

- Tidak ada penanganan interaksi

- Diatasi dengan pemberian jarak waktu makan

yaitu 15 menit

10 Efek samping obat (ESO) - Aman, tidak ada ESO

- Tidak ada karena diresepkan oleh dokter

11 Pencegahan ESO - TidaK ada penanganan ESO

- Ditangani dengan penggunaan simetidin

12 Gejala ESO Tidak ada gejala ESO

13 Makanan minuman dan aktivitas

yang harus dihindari -

14 Cara penyimpanan -

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Hasil skor PIO Setiap Apotek di Kecamatan Garut Kota

Hasil pengolahan skor dari check list

No Pelayanan Informasi Obat

Kode

016 Kode 017 Kode 018 Kode 019

A A A A PA

M S M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1 - -

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 1 1 1 1 1 0 0 1 - -

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 0 1 0 1 1 1 1 - -

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1 - -

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1 - -

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1 1 1 - -

7 Indikasi 1 1 1 1 1 1 1 1 - -

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0 - -

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0 - -

10 Efek samping obat (ESO) 1 1 0 0 0 0 - - 0 0

11 Pencegahan ESO 1 1 0 0 0 0 - - 0 0

12 Gejala ESO 1 1 0 0 0 0 - - 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1 - - 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 - - 1 1

Jumlah skor 12 11 9 8 9 8 6 7 2 2

No Pelayanan Informasi Obat

Kode 020 Kode 021 Kode

022

Kode

023

A PA A PA A A

M S M S M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 1 - - 1 1 - - 1 0 1 1

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 1 1 - - 1 0 - - 1 0 1 0

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 1 - - 1 1 - - 1 1 1 0

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 - - 1 1 - - 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 - - 1 1 - - 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 - - 1 1 - - 1 1 1 1

7 Indikasi 1 1 - - - - 0 1 1 1 1 1

8 Interaksi 0 0 - - - - 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 - - - - 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) - - 0 0 - - 0 0 1 1 0 0

11 Pencegahan ESO - - 0 0 - - 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO - - 0 0 - - 0 0 1 1 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari - - 1 1 - - 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan - - 1 1 - - 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 7 7 2 2 6 5 2 2 11 9 9 7

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No Pelayanan Informasi Obat

Kode 024 Kode 025 Kode 026 Kode 027

A PA A A

M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 1 0 0 1 0 1 1

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 1 0 0 0 0 1 1 0

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 0 1 1 1 1

7 Indikasi 1 1 0 1 1 1 1 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 1 1 0 0 1 1 0 0

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 1 1 0 0 1 1 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang harus

dihindari 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 11 10 6 6 10 10 10 9

No Pelayanan Informasi Obat

Kode 028 Kode 029 Kode 030 Kode 031

PA PA PA A

M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 0 0 1 1 1 1 1 1

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 0 1 1 0 1 0 0 1

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 1 1 1 1 0 1 1

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Indikasi 0 1 1 1 1 1 1 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 0 0 0 0 1 1 0 0

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 0 0 0 0 1 1 0 0

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 6 8 9 8 11 9 8 9

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan :

PA = Petugas Apotek (non apoteker)

A = Apoteker

M = metformin

S = sismetidin

1 = jawaban tepat

2 = jawaban tidak tepat

Hasil Persentase Kualitas pelayanan klinik apotek di Kecamatan Garut Kota:

A. Apoteker

No Kode Apotek Persentase Kualitas Pelayanan

Klinik (%)

Kategori

1 016 82,14 Baik

2 017 60,71 Kurang baik

3 018 60,71 Kurang baik

4 022 71,43 Sedang

5 023 57,14 Buruk

6 024 75 Sedang

7 026 71,43 Sedang

8 027 67,86 Kurang baik

9 034 71,43 Sedang

10 031 60,71 Kurang baik

11 032 60,71 Kurang baik

12 035 75 Sedang

Rata-rata persentase kualitas pelayanan

klinik

67,86 Kurang baik

No Pelayanan Informasi Obat

Kode 032 Kode

033 Kode 034 Kode 035

A AA A A

M S M S M S M S

1 Tujuan penggunaan 1 1 1 1 1 0 1 1

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 1 0 0 1 0 1 0 1

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Jumlah frekuensi penggunaan 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Jumlah obat sekali minum 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Nama obat 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Indikasi 1 1 1 1 1 1 1 1

8 Interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Pencegahan interaksi 0 0 0 0 0 0 0 0

10 Efek samping obat (ESO) 0 0 0 0 1 1 1 1

11 Pencegahan ESO 0 0 0 0 0 0 0 0

12 Gejala ESO 0 0 0 0 1 1 1 1

13 Makanan minuman dan aktivitas yang

harus dihindari 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Cara penyimpanan 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah skor 9 8 8 9 10 10 10 11

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B. Asisten apoteker

No Kode Apotek Persentase Kualitas Pelayanan Klinik

(%)

Kategori

1 025 42,86 Buruk

2 029 60,71 Kurang baik

3 030 71,43 Sedang

4 033 60,71 Kurang baik

5 028 50 Buruk

Rata-rata persentase kualitas pelayanan

klinik

57,142 Kurang baik

C. Apoteker dan asisten apoteker

No Kode Apotek Persentase Kualitas Pelayanan Klinik

(%)

Kategori

1 019 60,71 Kurang baik

2 020 64,29 Kurang baik

3 021 53,57 Buruk

Rata-rata persentase kualitas pelayanan

klinik

59,52 Buruk

Cara Perhitungan :

Rumus persentase kualitas pelayanan klinik per apotek:

1. Apotek 016:

2. Apotek 017:

3. Apotek 018:

4. Apotek 019:

5. Apotek 020:

6. Apotek 021:

7. Apotek 022:

8. Apotek 023:

9. Apotek 024:

10. Apotek 025:

11. Apotek 026:

12. Apotek 027:

13. Apotek 028:

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14. Apotek 029:

15. Apotek 030:

16. Apotek 031:

17. Apotek 032:

18. Apotek 033:

19. Apotek 034:

20. Apotek 035:

Hasil persentase kualitas pelayanan klinik Apotek di Kecamatan Garut

Kota berdasarkan pemberi pelayanan klinik:

a. Persentase kualitas pelayanan klinik yang diberikan oleh Apoteker

Hasil rata-rata persentase akan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka persentase kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Garut

Kota yang diberikan Apoteker dikategorikan kurang baik

b. Persentase kualitas pelayanan klinik yang diberikan oleh petugas apotek

(non apoteker)

Hasil rata-rata persentase akan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka persentase kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Garut

Kotayang diberikan petugas apotek (non apoteker) dikategorikan buruk

c. Persentase kualitas pelayanan klinik yang diberikan oleh Apoteker dan PA

Hasil rata-rata persentase akan digolongkan dalam kategori sebagai berikut (Harianti dkk, 2006):

a. 90%-100% = amat baik

b. 80%-90% = baik

c. 70%-80% = sedang

d. 60%-70% = kurang baik

e. <60% = buruk

Berdasarkan pegkategorian maka persentase kualitas pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Garut

Kota yang diberikan Apoteker dan PA (petugas apotek (non apoteker)) dikategorikan buruk

Kualitas pelayanan klinik berupa PIO dipengaruhi kualitasnya dari jawaban

yang diberikan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan bentuk kesalahan yang

menurunkan kualitas pelayanan :

No Variabel yang mempengaruhi

kualitas Info-info tidak tepat yang telah disampaikan

1 Tujuan penggunaan - Simetidin digunakan untuk menguatkan lambung

- Metformin untuk penyakit gula

2 Waktu penggunaan

(pagi/siang/malam)

- Metformin digunakan pagi dan malam

- Simetidin digunakan pagi dan sore

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) - Simetidin diminum sebelum makan

4 Jumlah frekuensi penggunaan -

5 Jumlah obat sekali minum -

6 Nama obat -

7 Indikasi

- Indikasi metformin untuk tipe DM 2 atau DM

awal tidak dijelaskan

- Diseuaikan hasil pemeriksaan pada dokter

8 Interaksi - Aman, tidak ada interaksi

- Kemungkinan ada interaksi

9 Pencegahan interaksi - Tidak ada penanganan interaksi

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Diatasi dengan pemberian jarak waktu makan 15-

1 jam

10 Efek samping obat (ESO)

- Aman, tidak ada ESO

- Hanya terjadi bila digunakan berlebihan dari

dosis yang dianjurkan

- Hipoglikemia

- Untuk meurunkan gula darah

11 Pencegahan ESO

- TidaK ada penanganan ESO

- Ukur kadar gula secara rutin

- Pemakaian obat sesuai jadwal

- Dengan menggunakan simetidin sebagi obat dari

Efek samping obat dari metformin

12 Gejala ESO

- Tidak ada gejala ESO

- Lemas karena keracunan

- Lemas karena hipoglikemia

13 Makanan minuman dan aktivitas

yang harus dihindari -

14 Cara penyimpanan -

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Perhitungan Persentase Kesalahan Informasi Obat yang

diberikan oleh Pemberi Pelayanan di Apotek

- Perhitungan Gambar 5.5

No Bagian informasi yang salah Apoteker

Petugas Apotek (non

Apoteker)

M S M S

1 Tujuan Penggunaan - 5 4 5

2 Waktu penggunaan (pagi/siang/malam) 6 10 13 4

3 Waktu penggunaan

(sebelum/sedang/sesudah makan) - 5 - 3

4 Jumlah frekuensi penggunaan - - - -

5 Jumlah obat sekali minum - - - -

6 Nama obat - - - 1

7 Indikasi - - 7 -

8 Interaksi 16 16 19 19

9 Pencegahan interaksi 16 16 19 19

10 Efek samping obat 8 8 16 16

11 Pencegahan ESO 15 15 19 19

12 Gejala ESO 8 8 16 16

13 Makanan dan minuman yang harus

dihindari - - - -

14 Cara penyimpanan - - - -

Rumus perhitungan persentase:

1. Tujuan penggunaan

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 19

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 16

Jadi hasilnya:

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang tujuan penggunaan simetidin:

b. - Kesalahan petugas apotek (non apoteker) yang memberikan informasi tentang

tujuan penggunaan metformin :

- Kesalahan petugas apotek (non apoteker) yang memberikan informasi tentang tujuan

penggunaan simetidin :

2. Waktu penggunaan (pagi/siang/malam)

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 19

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 16

Jadi hasilnya:

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang waktu penggunaan metformin:

Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang waktu penggunaan simetidin

b. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) yang memberikan informasi tentang waktu

penggunaan metformin :

Kesalahan petugas apotek (non apoteker) yang memberikan informasi tentang waktu

penggunaan simetidin :

3. Nama obat

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 19

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 16

a. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) yang memberikan informasi tentang nama obat

simetidin :

4. Indikasi

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 19

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 16

a. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) yang memberikan informasi tentang indikasi

metformin :

5. Interaksi

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 16

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 19

Jadi hasilnya:

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang interaksi metformin:

Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang interaksi simetidin

b. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang interaksi

metformin:

Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang interaksi

simetidin

6. Pencegahan interaksi

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 16

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 19

Jadi hasilnya:

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang pencegahan interaksi metformin:

Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang pencegahan interaksi simetidin

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang pencegahan

interaksi metformin:

Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang pencegahan

interaksi simetidin

7. Efek samping Obat (ESO)

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 16

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 19

Jadi hasilnya:

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang ESO metformin:

Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang ESO simetidin

b. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang ESO

metformin:

Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang ESO simetidin

8. Pencegahan ESO

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 16

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 19

Jadi hasilnya:

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang pencegahan ESO metformin:

Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang pencegahan ESO simetidin

b. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang pencegahan

ESO metformin:

Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang ESO simetidin

9. Gejala Efek samping Obat (ESO)

Jumlah apoteker yang memberikan pelayanan 16

Jumlah petugas apoteke ( non apoteker) yang memberikan pelayanan 19

Jadi hasilnya:

a. Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang gejala ESO metformin:

Kesalahan apoteker dalam memberikan informasi tentang gejala ESO simetidin

b. Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang gejala ESO

metformin:

Kesalahan petugas apotek (non apoteker) dalam memberikan informasi tentang gejala ESO

simetidin

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Surat Persetujuan Penelitian dari Pemerintah Daerah

Kabupaten Garut

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12 Data Apotek Wilayah Kabupaten Garut

Page 119: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 120: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA GAMBARAN PELAYANAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · pelayanan kilnik, Apoteker memiliki tugas dalam memberikan pelayanan

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta