ubi jalar ungu sebagai stimulator peningkatan kemampuan angiogenesis pada tikus yang diberi luka
TRANSCRIPT
UBI JALAR UNGU SEBAGAI STIMULATOR PENINGKATAN KEMAMPUAN ANGIOGENESIS PADA TIKUS YANG DIBERI LUKA
HALAMAN JUDUL
Proposal Penelitian
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
Achmad Hariyanto
NIM 092010101062
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab terpenting terjadinya penyakit vaskular dan
berhubungan dengan peningkatan resiko aterosklerosis. Secara klinis, tingkat keparahan dari
penyakit oklusi vaskular pada diabetes sebagian karena kegagalan perkembangan pembuluh
darah kolateral. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi DM yang berkaitan dengan
morbiditas akibat dari komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Ulkus kaki diabetes
diperkirakan terjadi kurang lebih 15% dari semua pasien dengan diabetes, dengan resiko
terjadinya kekambuhan dalam 5 tahun sebesar 70% dan 84% penyebab amputasi kaki
penderita diabetes (Amos, et al., 1997, ADA 2000).
Komplikasi DM menyebabkan munculnya gangguan mikroangiopati dan
makroangiopati serta neuropati, yang menyebabkan gangguan pada proses angiogenesis,
epitelialisasi, deposisi kolagen dan beberapa proses esensial lain pada tahapan
penyembuhan luka. Pada ulkus diabetes terdapat gambaran fungsi dasar sel yang mengalami
kegagalan wound healing. Penyembuhan luka pada diabetes menunjukkan terhentinya proses
perbaikan luka dan penurunan kekuatan regangan dari penyembuhan luka (Brownlee, 2005).
Kegagalan penyembuhan ulkus diabetes terjadi akibat terganggunya sejumlah proses dalam
tahapan penyembuhan luka yaitu inflamasi, proliferasi sel, migrasi sel, permeabilitas
vaskuler dan angiogenesis akibat defisiensi growth factor dan sitokin proangiogenik, deposisi
matriks dan remodeling jaringan (Sushil, et al., 2000). Hal ini akan mempengaruhi proses
angiogenesis penyembuhan luka pada kasus diabetes.
Angiogenesis memegang peranan penting dalam regenerasi jaringan, perbaikan
jaringan pasca iskemia pada infark dan stroke, patogenesis kanker, rheumatoid arthritis,
serta penyakit mikrovaskuler diabetik. Proses angiogenesis dikendalikan oleh growth factor
angiogenik seperti VEGF, TGF, bFGF, PDGF dan beberapa growth factor lainnya (Ding, 2000).
Dari berbagai growth factor proangiogenik, VEGF memegang peranan paling dominan.
VEGF merupakan growth factor penting yang terlibat dalam pemacuan angiogenesis.
VEGF mampu menstimulasi proliferasi dan migrasi sel endotel pada pembentukan tabung
pembuluh darah. Pada mencit diabetik, aplikasi topikal VEGF menunjukkan progresi pada
penyembuhan luka dan berperan dalam mobilisasi serta perekrutan progenitor vaskuler (Ding,
2000; Thum, et al., 2007). Penurunan aktivitas VEGF pada ulkus diabetik, mengakibatkan
terjadinya abnormalitas angiogenesis (Thum, et al., 2007).
Di Indonesia, konsumsi ubi jalar di masyarakat cukup besar, 89% produksi ubi jalar
digunakan sebagai bahan pangan dengan tingkat konsumsi 7,9 kg/kapita/tahun, sedangkan
sisanya dimanfaatkan untuk bahan baku industri, terutama saus, dan pakan ternak. Penelitian
sebelumnya menunjukan bahwa umbi jalar ungu mengandung antosianin dengan kadar yang
cukup tinggi, yaitu 110-210 mg per 100 gram (Suprapta, 2004). Senyawa antosianin yang
terdapat pada ubi jalar diketahui berfungsi sebagai antioksidan dan antihiperglisemik. Ubi jalar
ungu dengan efek antioksidannya menghalangi reactive oxygen spesies (ROS) yang merusak
DNA dan menyebabkan mutasi (Maheswari, 2000 ;Utami, 2003). Penelitian tentang efektifitas
ubi jalar dalam meningkatkan kemampuan angiogenesis belum pernah dilakukan. Karena itu
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas ubi jalar pada penyembuhan ulkus diabetik
sangat diperlukan, sehingga akan dapat menambah nilai mutu dari ubi jalar ungu sebagai nutrisi
yang kaya antioksidan.
Dengan demikian pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap efek langsung
dari ubi jalar ungu sebagai stimulator peningkatan kemampuan angiogenesis pada tikus model
ulkus diabetes. Berdasarkan kemungkinan keterkaitan diabetes melitus dengan potensi ubi jalar
ungu sebagai antioksidan dan pemicu angiogenesis serta kemudahan untuk didapatkan dan
keamanan yang lebih tinggi, maka penelitian ini perlu dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana pengaruh ubi jalar ungu terhadap kadar gula darah tikus model ulkus
diabetes?
2. Bagaimana peranan ubi jalar ungu sebagai stimulator peningkatan rkspresi VEGF pada
tikus model ulkus diabetes?
1.3. Tujuan dan Manfaat :
Tujuan:
1. Mengetahui pengaruh ubi jalar ungu terhadap kadar gula darah pada tikus model ulkus
diabetes.
2. Mengetahui peranan ubi jalar ungu sebagai stimulator peningkatan ekspresi pada tikus
model ulkus diabetes.
Manfaat:
1. dapat mengungkap manfaat ubi jalar ungu bagi kesehatan terutama dalam meningkatkan
kemampuan angiogenesis pada kasus ulkus diabetik sehingga ubi jalar ini mempunyai
nilai tambah disamping sebagai bahan pokok makanan.
2. dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat konsumsi ubi jalar
ungu sehingga dapat memberikan dampak terhadap frekuensi konsumsi ubi jalar ungu.
3. dapat memberikan dorongan kepada para petani ubi jalar untuk meningkatkan mutu
varietas ubi jalar.
II. Tinjauan Pustaka/Kemajuan yang telah dicapai dan Studi Pendahuluan yang telah dilaksanakan
2.1 Studi Pustaka
2.1.1 Diabetes dan Komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan karena kelainan metabolik oleh karena
tingginya kadar gula darah (glukosa) di dalam darah. Gula darah di kontrol oleh insulin, suatu
hormon yang dihasilkan oleh pankreas, dengan adanya insulin memungkinkan sel untuk
menyerap gula di dalam darah, defisiensi insulin bisa diakibatkan oleh kekurangan sekresi
insulin dan hambatan kerja insulin pada reseptornya. Kadar gula darah yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan organ dalam tubuh (ADA 2000; Suarez, et al., 2007).
Hiperglikemia akan menimbulkan ROS (Reactive Oxygen Species) yang akan memicu
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler, ROS terjadi melalui empat mekanisme utama
akibat hiperglikemi yaitu, peningkatan refluk polyol pathway; peningkatan pembentukan
advanced glycation end product (AGEs); pengaktifan protein isoform kinase C (PKC);
dan peningkatan hexosamine pathway. Pada konsentrasi rendah ROS bermanfaat untuk
stimulasi pertumbuhan dari sel dan mikroorganisme. Peningkatan kadar ROS akan
mempengaruhi aktivasi signaling pathway dan memicu apoptosis. Kenaikan ROS yang sangat
tinggi akan mengakibatkan kematian sel melalui mekanisme nekrosis (Bonnefont-Rousselot,
2002; McAnuff, 2003).
2.1.2 Patogenesis Ulkus Diabetes
Patogenesis ulkus diabetes sebagai akibat komplikasi mikrovaskular dan makrovaskuler
sangat kompleks. Peran komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler pada ulkus kaki
diabetes adalah timbulnya neuropati dan gangguan vaskuler berupa arteriosklerosis.
Kombinasi peran dari neuropati (sensori, autonom, motorik), trauma oleh karena tekanan
plantar yang meningkat dan deformitas sendi, gangguan vaskuler perifer, infeksi dan
kegagalan penyembuhan luka akan menimbulkan ulkus kaki diabetes (Singh, et al., 2001,
Suarez, et al., 2007).
Patofisiologi dan biomekanisme ulkus kaki diabetik pada umumnya disebabkan oleh
kombinasi dari insufisiensi arteri pada tungkai bawah, neuropati tungkai bawah yang memicu
terjadinya perubahan bentuk kaki dan juga pembentukan kalus oleh karena hypohidrosis
atau anhidrosis. Abnormalitas stress biomekanik pada kaki lebih lanjut akan menjadi
faktor yang berperan pada timbulnya ulkus kaki diabetes dan adanya trauma lokal. Dari 20 %
pasien dengan ulkus kaki diabetik diakibatkan oleh aliran darah arteri yang tidak adekuat,
50% mempunyai diabetik neuropati, dan 30 % ditimbulkan oleh keduanya (Amos, 1997;
Global Burden, 2000).
Gangguan penyebuhan ulkus kaki diabetes disebabkan oleh sejumlah faktor, dan
diperkirakan melibatkan kombinasi dari beberapa faktor tersebut. Gambaran faktor seluler
yang terlibat pada lambatnya penutupan luka antara lain, lemahnya kontraksi yang
kemungkinan akibat gangguan pada fenotip miofibroblas, efek pada granulosit, kerusakan
kemotaksis yang berkaitan langsung dengan sintesis kolagen, efek pada sel darah merah,
kerusakan kontrol apoptosis sel. Faktor seluler tidak hanya satu-satunya faktor yang
bertanggung jawab untuk lemahnya healing ulkus kaki diabetes. Faktor lain yang juga terlibat
adalah perubahan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihasilkan dari
defisiensi atau tidak adanya insulin, dimana hiperglikemia memulai pada glikasi non-
enzimatik (Hussain, 2002).
2.1.3 Peranan Angiogenesis pada Penyembuhan Luka Diabetes
Angiogenesis merupakan proses perkembangan kapiler baru dari pembuluh darah
sebelumnya, yang memfasilitasi proses fisiologi perkembangan
embrio, reproduksi wanita dan penyembuhan luka. Proses angiogenesis merupakan
mekanisme yang kompleks, yang terdiri dari degradasi enzimatik
pada membran dasar, pergerakan endotel vaskuler kedalam ruang perivaskuler, proliferasi dan
pencocokan pada bentuk struktur tabung vaskuler serta pembentukan pembuluh darah baru.
Dalam proses angiogenesis distimulasi oleh beberapa faktor antara lain bFGF, VEGF, TNF-
α, dan PDGF. Disamping itu
terdapat inhibitor endogen seperti trombospondin, cartilage derived inhibitor, dan
tissue inhibitor dari metalloprotease in vivo (Krankel, et al., 2005).
Dalam proses angiogenesis beberapa molekul pro angiogenik yang terlibat antara lain
VEGF, FGF dan angiopoietin serta beberapa molekul anti angiogenik seperti platelet factor-4,
angiostatin, endostatin dan vasostatin menjadi target dari aplikasi klinik untuk beberapa
patologi penyakit tertentu yang terkait pembentukan pembuluh darah baru. Pada beberapa
stadium perkembangan seperti pada perkembangan embrio, wound healing dan siklus
menstruasi, angiogenesis diperlukan untuk suplai oksigen dan nutrient dan juga pemindahan
produk sisa metabolisme. Angiogenesis merupakan proses pembentukan pembuluh darah
baru dari pre-existing vasculature, yang memegang peranan penting dalam regenerasi
jaringan, perbaikan jaringan post iskemia pada infark dan stroke, patogenesis kanker,
Rheumatoid Arthritis serta penyakit mikrovaskuler diabetik (Evans, 2003).
2.1.4 Growth factor Proangiogenik dan Peranannya dalam Penyembuhan
Luka Diabetes
2.1.4.1 Vascular Endothelial Growth factor (VEGF)
Famili Vascular endothelial growth factor (VEGF) memiliki tujuh anggota
antara lain VEGF-A, VEGF-B, VEGF-C, VEGF-D, VEGF-E, VEGF-F dan placental
growth factor (PlGF), semuanya VEGF umumnya memiliki domain 8
area yang dikarakteristik oleh residu sistein. VEGF-A adalah molekul primer yang
terlibat didalam angiogenesis dan vasculogenesis serta menyebabkan proliferation, sprouting,
migrasi dan tube formation di sel endotel. VEGF disekresi
oleh berbagai tipe sel berbeda seperti neutrofil, makrofag yang teraktivasi, keratinosit dan
fibroblas. Ekspresi VEGF diinduksi kuat oleh kondisi hipoksia melalui transcription factor
hypoxia inducible factor-1. Ekspresi VEGF diinduksi secara umum oleh growth factor lain
serta sitokin seperti epidermal growth factor, TGF-ß, keratinocyte growth factor, IGF-I, FGF,
PDGF, TNF-α, IL-1B and IL-6. VEGF diketahui sebagai inducer penting proses
angiogenesis selama penyembuhan luka dan terjadi gangguan pada penyembuhan luka
diabetik. Aplikasi topikal VEGF memulai penutupan luka pada model hewan coba yang
mengalami kegagalan penyembuhan luka. Pada mencit, perlakuan dengan inhibitor
angiogenesis endostatin menunjukkan lemahnya Penyembuhan luka, tetapi kondisi tersebut
menjadi terbalik ketika dilakukan terapi topikal dengan VEGF. Pada mencit diabetik,
aplikasi topikal VEGF menunjukkan akselerasi dengan perbaikan luka kulit serta
memobilisasi dan merekrut progenitor vaskuler (Rehman, et al., 2003).
Kegagalan proses penyembuhan ulkus diabetes melibatkan sejumlah aspek.
Kegagalan angiogenesis luka diketahui akan melemahkan penyembuhan luka.VEGF-C memacu
angiogenesis dan limpangiogenesis di daerah luka secara signifikan dibandingkan dengan
kelompok tanpa VEGF-C. VEGF-C juga merekrut sel inflamasi dan beberapa
mengekspresikan VEGFR-3. Kepentingan secara klinik dari perfusi darah di proses
Penyembuhan luka jaringan pada pasien diabetes adalah bukti bahwa terjadi iskemia lokal
dan edema yang menghambat pengantaran suplai oksigen dan nutrien pada jaringan luka
tersebut, menyebabkan kegagalan penyembuhan luka. Ketidakcukupan perfusi darah yang
berpasangan dengan kegagalan angiogenesis menyebabkan komplikasi perbaikan jaringan di
diabetes. Inflamasi diperlukan dalam proses penyembuhan luka, tetapi proses ini menjadi
abnormal pada ulkus diabetes. Luka diabetik ditandai dengan kegagalan fungsi sel inflamasi,
penurunan sekresi sitokin dan growth factor, dan terlalu lamanya fase inflamasi. Lingkungan
mikro yang terlalu proteolitik akan memulai penurunan aktivitas VEGF di luka diabetik (Thum,
et al., 2007).
2.1.6 Peran Ubi Jalar Ungu pada Penyembuhan Luka Diabetes
Ubi jalar merupakan jenis ubi yang cukup populer di Indonesia. Senyawa antosianin yang
terdapat pada ubi jalar berfungsi sebagai antioksidan dan penangkap radikal bebas, sehingga
berperan dalam mencegah terjadinya penuaan, kanker, dan penyakit degeneratif seperti
arteriosklerosis. Selain itu, antosianin juga memiliki kemampuan sebagai antimutagenik dan
antikarsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen yang terdapat pada bahan pangan dan produk
olahannya, mencegah gangguan fungsi hati, antihipertensi, dan menurunkan kadar gula darah
(antihiperglisemik) (Dalimartha, 2004).
Antioksidan diketahui dapat mencegah dan menangkal terjadinya radikal bebas.
Hiperglikemia merupakan kondisi yang potensial untuk terbentuknya radikal bebas. Secara
umum antioksidan dibagi menjadi 2 golongan yaitu antioksidan enzimatik dan non enzimatik.
Beberapa kelompok antioksidan enzimatik antara lain superoxide dismutase, catalase dan
glutathion peroxidase. Sedangkan antioksidan non enzimatik meliputi vitamin C, vitamin E, dan
beta karoten (Utami, 2003; Dalimartha, 2004). Selain vitamin C dan vitamin E, beberapa
flavonoid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan terbukti berkhasiat antioksidan (Miller, 1996).
Salah satu komponen flavonoid dari tumbuh-tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai antioksidan
adalah zat warna alami yang disebut antosianin.
Patomekanisme komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler pada diabetes terjadi
akibat peningkatan kadar ROS (Reactive Oxygen Species), pada konsentrasi rendah ROS
bermanfaat untuk stimulasi pertumbuhan dari sel. Akan tetapi peningkatan kadar ROS yang
berlebihan akan mempengaruhi aktivasi jalur sinyal transduksi intraseluler dan memicu
apoptosis. Hal ini akan berdampak pada kegagalan neovaskularisasi di jaringan luka .
Senyawa antosianin yang terdapat dalam ubi jalar ungu berperan sebagai antioksidan yang akan
memutus rantai radikal bebas sehingga proses apoptosis sel dapat dicegah.
2.2 Kemajuan yang telah dicapai dan Studi Pendahuluan yang telah dilaksanakan (ROAD
MAP PENELITIAN)
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian ubi jalar ungu secara in vivo pada tikus model ulkus
diabetes. Penelitian yang pernah kami lakukan adalah “Optimalisasi pembuatan tikus model
diabetes mellitus”. Road map yang akan kami lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan tikus model ulcus diabetik yang diinduksi alloxan monohidrat.
2. Pemberian ekstrak ubi jalar ungu pada tikus model ulcus diabetik yang diinduksi alloxan
monohidrat
3. Pengukuran kadar glukosa darah & kemampuan angiogenesis/VEGF pada tikus model
ulcus diabetik
4. Analisis data
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 DISAIN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimental secara in vivo menggunakan tikus putih (Rattus
norvegicus strain Wistar) sebagai model. Kriteria tikus yang digunakan sebagai model:
Tikus putih wistar jantan, untuk menghindari pengaruh hormone (estrogen)
Tikus dewasa, yaitu berumur 8-12 minggu
Berat badan kurang lebih antara 100 - 250 gr.
Jumlah tikus yang digunakan sebagai sample adalah 30 ekor yang terbagi dalam 5
kelompok, dimana tiap kelompok terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1: kontrol negatif (tanpa
pemberian ekstrak ubi jalar ungu), kelompok 2: kontrol positif (ulkus diabetik tanpa pemberian
ekstrak ubi jalar ungu), kelompok 3: tikus ulkus diabetik dengan pemberian ekstrak ubi jalar
ungu 0,2 mg/hari/kg BB, kelompok 4: tikus ulkus diabetik dengan pemberian ekstrak ubi jalar
ungu 0,5 mg/hari/kg BB, dan kelompok 5: tikus ulkus diabetik dengan pemberian ekstrak ubi
jalar ungu 0,8 mg/hari/kg BB.
Untuk memperoleh variabilitas dari tikus yang digunakan sebagai sample penelitian,
maka tikus pada tiap kelompok diberi kesempatan untuk terpilih sebagai sample dengan cara
randomisasi.
3.2 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
Bahan makanan tikus (BR-1), ekstrak ubi jalar ungu, alloxan monohidrat, antibody (sENDO)
CD133; antibody anti rat VEGF (Sigma), phosphate-buffered saline (PBS), eter timbangan,
neraca analitik, waskom, pengaduk, hand scone, gelas ukur, penggiling pakan, nampan, kandang
tikus, sonde, dan seperangkat alat bedah minor.
3.3 PROSEDUR PENELITIAN
1. Persiapan Kandang
(Dilakukan di Lab. Farmakologi Fak. Kedokteran Univ. Jember)
- Menyiapkan rak besi untuk penempatan kandang tikus
- Menyiapkan kandang dari kotak plastik dengan tutup terbuat dari ram kawat,
dan didalamnya diberi sekam
- Menyiapkan tempat minum tikus
2. Persiapan Hewan Coba
Seleksi hewan yang akan digunakan sebagai model sesuai kriteria yang telah ditetapkan,
dalam hal ini tikus putih (Rattus Norvegicus strain Wistar)
Dilakukan adaptasi setelah tikus diseleksi, yaitu tikus dimasukkan dalam kandang yang sudah
disiapkan dengan diberi pakan biasa dan minum selama 3 hari.
1. Induksi alloxan monohidrat dan Pembuatan Luka Diabetik
Metode pembuatan tikus model diabetites dilakukan dengan menginduksi yang
diinjeksikan secara intravena . Digunakan dosis 75 mg/kg BB sebanyak 1 Tikus dinyatakan
diabetes bila telah mempunyai kadar glukosa lebih dari 110 mg/dl. Untuk pembuatan luka
tikus kemudian dianestesi selama sebelum percobaan pembuatan luka. Proses pembedahan
dikondisikan dibawah keadaan steril menggunakan anestesi ketamine (10 mg/kg body
weight). Tikus dianestesi secara intravena dengan 1 ml ketamine hydrochloride (10 mg/kg body
weight) dan bulu dicukur pada kedua sisi dengan pencukur elektrik. Untuk area luka dibuat
dengan membuat garis luar pada bagian punggung tikus percobaan dengan methylene blue
menggunakan sebuah penanda/pola berbentuk lingkaran. Diameter luka (Ø) dibuat dengan
ukuran 2.5 cm dan kedalaman 0.2 cm dari permukaan dermal dengan menggunakan pinset,
pisau bedah nomor 11, dan gunting ujung runcing. Luka dibiarkan tetap terbuka selama
penelitian dan dikompres dengan NaCl 0,9% (Ika, dkk, 2005). Potongan kulit dengan
diameter luka (Ø) dibuat dengan ukuran 2.5 cm dan kedalaman 0.2 cm digunakan untuk
sediaan pemeriksaan imunohistologi (Bancroft, 2002).
2. Perlakuan Ekstrak Ubi Jalar Ungu
Ekstrak ubi jalar segar dibuat dengan mencuci dan mengupas ubi jalar ungu sampai
bersih. Dalam 100 gr ubi jalar kemudian ditambahkan 1 liter aquades dan dihomogenisasi
dengan blender selama 5 menit. Homogenat lalu disaring menggunakan 3 lapis kain kasa dan
dipanaskan pada suhu mendidih selama 45 menit. Ekstrak kemudian didinginkan dan siap
digunakan untuk penelitian.
3. Pengukuran Kadar Gula Darah Tikus
4. Evaluasi VEGF menggunakan Imonohistokimia
Jaringan luka difiksasi dengan formalin kemudian dideparafinisasi untuk dibuat preparat.
Jaringan dicuci dengan PBS-T 3 x 5 menit. Jaringan ditetesi dengan 0,1 % Triton-X 100 dan
diinkubasi selama 5 menit. Sel dicuci dengan PBS-T 3 x 5 menit. Jaringan ditetesi dengan 3%
H2O2 dan diinkubasi selama 20 menit. Jaringan dicuci dengan PBS-T 3 x 5 menit. Jaringan
dibloking dengan 5% FBS selama 30 menit selama overnight pada suhu 4oC. Sel dicuci dengan
PBS-T 3 x 5 menit. Sel ditetesi dengan first antibody yaitu Rabbit Anti-PI3-K Polyclonal
Antibody (Sigma). Jaringan dicuci dengan PBS-T 3 x5 menit. Jaringan diberi dengan second
antibody IgG Biotin dan diinkubasi selama 1 jam pada suhu 4oC. Jaringan dicuci dengan PBS-T
3 x 5 menit, inkubasi dengan Streptavidine Peroxidase selama 30 menit suhu ruang. Jaringan
dicuci dengan buffer dan inkubasi dengan kromogen DAB 10 menit. Jaringan kemudian dicuci
dengan aquades dan counterstain, selanjutnya jaringan diamati secepatnya menggunakan
mikroskop.
Analisis Data. Data disajikan dalam mean±SD. Untuk mengetahui perbedaan dan interaksi antar kelompok perlakuan digunakan analisis One way Anova SPSS versi 14 dan korelasi Pearson. Sedangkan analisis jalur menggunakan Path analysis.