typhoid
TRANSCRIPT
Presented by
Annisa YusaAri Puji LestariMaulida Fitri AnnisaNeni Siti HajarRuri Nur Indah Sari
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
(Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, 1993)
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 )
Bakteri ini berbentuk batang, gramnegatip, tidak membentuk spora, motil,berkapsul dan mempunyai flagella(bergerak dengan rambut getar).
Bakteri ini dapat hidup sampaibeberapa minggu di alam bebasseperti di dalam air, es, sampah dandebu. Bakteri ini dapat mati denganpemanasan (suhu 600C) selama 15-20 menit, pasteurisasi, pendidihandan khlorinisasi.
Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luardari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimialipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen initahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahanterhadap formaldehid
Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol
Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kumanyang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuhpenderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macamantibodi yang lazim disebut aglutinin.
1. Salmonella Thypi (96%)2. Salmonella paratyphi A3. Salmonella paratyphi B4. Salmonella paratyphi C5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus
(Rahmad Juwono,2002)
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari,
selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit/gejala yang tidak khas)
Perasaan tidak enak badan
Lesu Anorexia
Nyeri Kepala Batuk Nyeri Perut
Demam berlangsung 3 minggua. Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam harib. Minggu II : Demam terus mengigauc. Minggu III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur
a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepikemerahan, jarang disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaanc. Terdapat konstipasi, diare
Gangguankesadarana. Kesadaran yaitu apatis – somnolen
b. Gejala lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan pada kulit karena emboli hasil dalam kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
1. Perawatan
• Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi, observasi serta pengobatan.
• Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring sempurna seperti pada perawatan demam tifoid dimasa lampau.
• Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi penderita.
• Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
2. DIET• Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah kekambuhan.
• Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.• Tidak mengandung banyak serat.• Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.• Makanan lunak diberikan selama istirahat.
2. DIET• Diet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid adalah memenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid dan mencegah kekambuhan.
• Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.• Tidak mengandung banyak serat.• Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.• Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Makanan yang dianjurkan :1. Sumber karbohidrat : beras > bubur/tim, kentang rebus,
tepung tepungan 2. Sumber protein hewani : daging, hati ayam, telur, dan susu.3. Sumber protein nabati : tahu, tempe, susu kedelai4. Sayuran : kacang kac angan, bayam, labu siam, tomat, wortel 5. Buah buahan : semua sari buah yang segar dan matang tanpa
kulit dan bijinya. Hindari pepaya, pisang, jeruk, alpukat karena banyak menimbulkan gas
6. Lemak nabati : margarin, mentega, minyak yanng terbatas jumlahnya
•Hematologi1. Hb : 11,6 d/dl (14 – 18 d/dl)2. Ht : 34,7% (34 – 48%)3. Entrosit : 4,11 juta/uI (3,7 – 5,9.106 juta/uI)4. VER : 84,5 fl (78 – 90 fl)5. KHER : 33,6 g/dl (30 – 37 g/dl)6. Leukosit : 12.200 /uI (4,6 – 11.103 /uI)7. LED 1 jam : 40 /1 jam (P = 7 – 15 /jam)8. 2 jam : 80 /1jam (L = 3 -11 /jam)9. Trombosit : 232.000 /uI (150 – 400.103 /uI)
•Hitung jenis1. Eosinofil : Segmen: 91%2. Basofil : Limfosit: 9
•Urine- Phisis = warna: kuning- Kimia = PH : agak keruh
Protein : - (negatif)Glukosa : - (negatif)
- Sedimen = epitel : + (positif)Lekosit : + (6 – 8)Eritrosit : + (1 -2)Kristal : - (negatif)Silinder : - (negatif)
•Bakteriologi Serogi Widal
- St : O 1/320
- St : H 1/160
- St : AH –
- Spt : BH 1/320
Hipertermia
Kriteria Hasil :1. Suhu tubuh dalam rentang normal2. Nadi dan RR dalam rentang normal3. Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing, merasa nyaman
1. Monitor tempertur seperti frekwensi2. Monitor pengaruh kehilangan cairan3. Monitor warna kulit dan temperature4. Monitor tekanan darah, nadi dan
pernapasan 5. Monitor pemasukan dan pengeluaran 6. Monitor ketidak abnormalan
elektrolit7. Monitor keimbangan asam basa8. Pemberian pengobatan antipiretik
Nyeri AKUT
Kriteria Hasil1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi, mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, frekuensi, intensitas, dan tanda)
4. Merasakan nyaman setelah nyeri berkurang
1. Kaji secara komprehensif, tentang nyeri meliputi ; lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan factor-faktor presipitasi
2. Gunakan komunikasi terapeutik agasr pasien dapat mengeksesikan nyeri
3. Kaji latar belakang budaya pasien4. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
mengontrol nyeri yang telah digunakan5. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri7. Tingkatkan istirahat8. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
Resiko Ketidakseimbangan NutrisiKurang dari kebtuhan
Kriteria Hasil1. Adanya Peningkatan BB2. BB ideal sesuai TB3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi5. Tidak terjadi penurunan BB yang
berarti
1. Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan
2. Memastikan pemilihan makanan pasien 3. Menentukan dalam kolaborasi dengan ahli
diet, mana yang tepat jumlah kalori dan tipe kebutuhan nutrisi yang sarat
4. Menganjurkan peningkatan pemasukan protein, zat besi dan vitamin C secara tepat
5. Pemberian makanan tambahan (minuman dan buah segar atau jus buah-buahan) secara tepat
6. Memberikan protein tinggi, tinggi kalori, makanan yang ringan dan minuman yang selalu tersedia untuk dikonsumsi secara tepat
Endokrinologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta :EGC
Andin Sefrina dan Suhendri C. P; Mengenal,Mencegah, Menangani berbagai penyakitberbahaya bayi & balita; Penerbit ; DuniaSehat
NANDA 2012NURSING OUTCOMES CLASSIFICATION (NOC)NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION
(NIC)